Download - Fraktur Nasal Sederhana
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
1/17
1
FRAKTUR NASAL
I. DefinisiFraktur adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya
disebabkan benturan keras. Fraktur tulang hidung dapat mengakibatkan terhalangnya jalan
pernafasan dan deformitas pada hidung. Jenis dan kerusakan yang timbul tergantung pada
kekuatan, arah dan mekanismenya.1
Fraktur os nasal merupakan kasus trauma terbanyak pada wajah dan merupakan kasus
fraktur ketiga terbanyak di seluruh tulang penyusun tubuh manusia.2
Kejadian fraktur nasal
sekitar 39%-45% dari seluruh fraktur maksilofasial yang ditangani oleh dokter telinga hidung
dan tenggorokkan (THT) dan dokter bedah plastik.3
Di Amerika Serikat, kejadian fraktur os
nasal rata-rata 51.200 per tahun.Fraktur os nasal banyak terjadi pada usia 15-40 tahun dan tiga
kali lebih banyak terjadi pada laki-laki.2
Penyebab fraktur nasal adalah kekerasan (42,65%),
kecelakaan lalu lintas (35,29%), pekerjaan (13,24%) dan terjatuh saat olahraga (8,82%).4
II. Anatomi HidungHidung terdiri atas nasus eksternus (hidung luar) dan kavum nasi (rongga hidung).
5
Hidung luar terdiri atas dorsum nasi yang terdiri dari pangkal hidung sampai puncak hidung, ala
nasi, kolumela dan lubang hidung (nares). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang
rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk
melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang hidung terdiri dari:6
Tulang hidung (os nasal) Prosesus frontalis os maxilla Prosesus nasalis os frontal
Kerangka tulang rawan terdiri dari lima pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah
hidung, yaitu sepasang kartilago nasalis lateralis superior,, sepasang kartilago lateralis inferior
(kartilago alas mayor) dan tepi anterior kartilago septum.
5
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
2/17
2
Gambar 1: Anatomi hidung7,8
Septum nasal merupakan penyangga utama dari hidung. Bagian anterior adalah berupa
tulang rawan dan agak kaku. Bagian posterior kaku dan keras mirip tulang. Tulang rawan dari
septum-joint merupakan membran fleksibel di sisi kaudalanterior. Dibelakang ini, tulang rawanseptal biasanya berada pada celah cekungan pada maksila, suatu area yang sering mengalami
kerusakan. Tulang rawan septum berartikulasi dengan tulang septum. Tulang septum meliputi
lempeng perpendikular dari etmoid posterior dan tulang vomer inferior.6
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan kebelakang dipisahkan
oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kiri dan kanan. Pintu atau lubang
masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares
posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring. Bagian dari kavum nasi
yang letaknya sesuai dengan ala nasi tepat dibelakang nares anterior, disebut vestibulum.
Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut
panjang yang disebut vibrise.9
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan
superior. Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut
meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan
superior. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral
rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis. Meatus
medius terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus medius
terdapat muara sinus frontal, sinus maksilla, dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
3/17
3
yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid
posterior dan sfenoid.9
Gambar 2. Anatomi rongga hidung8
Secara garis besar perdarahan hidung berasal dari 3 sumber utama yaitu:10
1. Arteri Etmoidalis anterior2. Arteri Etmoidalis posterior cabang dari arteri oftalmika3. Arteri Sfenopalatina, cabang terminal arteri maksilaris interna yang berasal dari arteri
karotis eksterna.
Gambar 3. Sistem Vaskularisasi Hidung6
Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang arteri maksilaris interna,
diantaranya ialah ujung arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dari foramen
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
4/17
4
sfenopalatina bersama nervus sfenopalatina dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung
posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri
fasialis.9
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri sfenopalatina,
arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor, yang disebut pleksus
kiesselbach (littles area). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisialis dan mudah cedera oleh
truma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis.8
Vena-vena hidung mempunyai nama yang
sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena divestibulum dan struktur luar hidung
bermuara ke vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus.10
III. Mekanisme cederaMurray melaporkan bahwa kebanyakan deviasi akibat fraktur nasal meliputi juga fraktur
pada kartilago septum nasal. Fraktur nasal lateral merupakan yang paling sering dijumpai pada
fraktur nasal. Fraktur nasal lateral akan menyebabkan penekanan pada hidung ipsilateral yang
biasanya meliputi setengah tulang hidung bagian bawah, prosesus nasomaksilaris dan bagian tepi
piriformis.11
Trauma nasal yang dihasilkan dari suatu pukulan bervariasi tergantung pada :12
1. Usia pasien yang sangat berpengaruh pada fleksibilitas jaringan dalam meredamenergi dari pukulan
2. Besarnya tenaga pukulan, arah pukulan dimana akan menentukan bagian nasal yangrusak. Kondisi dari obyek yang menyebabkan trauma nasal dan trauma jaringan
lunak yang umum terjadi meliputi: laserasi, ekimosis, hematom di luar dan di dalam
rongga hidung. Trauma pada kerangka hidung meliputi fraktur (putusnya hubungan,
lebih sering pada usia lanjut), dislokasi (pada anak-anak), dan fraktur dislokasi.
Trauma dislokasi dapat mengenai artikulasi kerangka hidung luar atau pada septum
nasi.
3. Waktu kejadianTrauma lain yang sering dihubungkan dengan fraktur nasal adalah fraktur frontalis,
ethmoid dan tulang lakrimalis, fraktur nasoorbital ethmoid; fraktur dinding orbita; fraktur lamina
kribriformis; fraktur sinus frontalis dan fraktur maksila Le Fort I, II, dan III.11
Terdapat beberapa
jenis fraktur nasal antara lain :12
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
5/17
5
1. Fraktur lateralAdalah kasus yang paling sering terjadi, dimana fraktur hanya terjadi pada salah
satu sisi saja, kerusakan yang ditimbulkan tidak begitu parah.
Gambar 4. Fraktur lateral12
2. Fraktur bilateralMerupakan salah satu jenis fraktur yang juga paling sering terjadi selain fraktur
lateral, biasanya disertai dislokasi septum nasal atau terputusnya tulang nasal dengan
tulang maksilaris.
Gambar 5. Fraktur bilateral12
3. Frakturdirect frontalYaitu fraktur os nasal dan os frontal sehingga menyebabkan desakan dan
pelebaran pada dorsum nasalis. Pada fraktur jenis ini pasien akan terganggu suaranya.
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
6/17
6
Gambar 6. Frakturdirectfrontal12
4. FrakturcomminutedAdalah fraktur kompleks yang terdiri dari beberapa fragmen. Fraktur ini akan
menimbulkan deformitas dari hidung yang tampak jelas.
Gambar 7. Frakturcomminuted, 1: tulang hidung, 2: frontal dan 3 septum nasi12
IV. Klasifikasi fraktur nasalTerdapat berbagai klasifikasi mengenai fraktur nasal yang telah dibuat, yaitu
Menurut Stranc dan Roberston, arah asal trauma akan mempengaruhi beratnyakerusakan pada tulang hidung dan septum. Klasifikasi ini hanya berdasarkan
pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan radiologis.11
o Tipe I: fraktur ini menyebabkan terjadinya avulsi kartilago lateral atas, dislokasiposterior septum dan ala nasal.
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
7/17
7
o Tipe II : fraktur ini menyebabkan deviasi dorsum nasi dan juga menyebabkantulang hidung menjadi datar.
o Tipe III: fraktur pada tulang hidung dan juga menyebabkan kerusakan pada matadan struktur intrakranial.
Menurut Harrison, fraktur nasi dibagi menjadi 3 berdasarkan beratnya dan jugapenatalaksanaannya:
13
o Kelas I: pada keadaan ini terdjadi fraktur depres hidung tanpa melibatkan septumnasi.
o Kelas II: fraktur yang terjadi menyebabkan fraktur komunitiva,sehingga deviasisemakin jelas. Khasnya pada fraktur ini akan tampak gambaran seperti huruf C.
o Kelas III: fraktur ini disebut juga fraktur naso orbito etmoidalis (NOE) Menurut Hwang, fraktiur nasal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:4
o Tipe I : fraktur sederhana tanpa deviasio Tipe II: fraktur sederhana dengan deviasi
IIA : unilateral IIAs:unilateral dengan fraktur septum nasi IIB: bilateral IIBs: bilateral dengan fraktur septum nasi
o Tipe III: Frakturcommunited Menurut Michael, fraktur nasal dapat diklasifikasikan berdasarkan beratnya dan
kerusakan pada septum nasi14
o Tipe I: fraktur sederhana tanpa deviasi, jika terjadi fraktur unilateral atau bilateraltanpa menyebabkan pergeseran pada garis tengah
o Tipe II: fraktur sederhana dengan deviasi, jika terjadi fraktur unilateral ataubilateral dan menyebabkan pergeseran pada garis tengah
o Tipe III: frakturcommunited, jika terjadi fraktur bilateral yang menyebabkanseptum tidak lurus tetapi tidak menyebabkan pergeseran garis tengah
o Tipe IV: deviasi tulang hidung dan fraktur septum nasi , jika terjadi frakturbilateral yang menyebabkan septum tidak lurus dan menyebabkan pergeseran
garis tengah dan juga terjadi fraktur septum nasi ataupun dislokasi septum nasi.
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
8/17
8
o Tipe V: fraktur kompleks nasal dan septum nasi, jika terjadi fraktur dan jugamenyebabkan laserasi pada jaringan sertasaddle nose.
Menurut Samuel, yang memodifikasi klasifikasi fraktur nasal yang telah dibuat olehMurray, fraktur nasal dapat diklasifikasikan menjadi:
15
o Tipe I: cedera jaringan lunak sekitar hidungo Tipe IIa: fraktur sederhana unilateral tanpa deviasio Tipe IIb: fraktur sederhana bilateral dengan deviasio Tipe III: fraktur sederhana disertai deviasio Tipe IV: frakturcommunitedtertutupo Tipe V: frakturcommunitedterbuka atau termasuk fratur tipe II-IV tetapi disertai
dengan kebocoran cairan serebrospinal, hematom septum nasi, obstruksi jalan
nafas, deviasi berat dan termasuk fraktur Naso-orbito-etmoidalis.
V. Diagnosis1. Anamnesis
Rentang waktu antara trauma menentukan arah dan besarnya kekuatan dari
benturan sangatlah penting untuk penatalaksanaan pasien. Sebagai contoh, trauma dari
arah frontal bisa menekan dorsum nasal, dan menyebabkan fraktur nasal. Pada
kebanyakan pasien yang mengalami trauma akibat olahraga, trauma nasal yang terjadi
berulang dan terus menerus, dan deformitas hidung akan menyebabkan sulit menilai
antara trauma lama dan trauma baru sehingga akan mempengaruhi terapi yang diberikan.
Informasi mengenai keluhan hidung sebelumnya dan bentuk hidung sebelumnya juga
sangat berguna. Keluhan utama yang sering dijumpai adalah epistaksis, deformitas
hidung, obstruksi hidung, anosmia dan ekimosis.1,11,15,16
2. Pemeriksaan fisik1,11,15,16Kebanyakan fraktur nasal adalah pelengkap trauma seperti trauma akibat
dihantam atau terdorong. Pukulan substansial yang mengenai daerah wajah bagian tengah
akan mengakibatkan trauma pada tulang belakang dan oleh karena itu dokter harus
mempunyai pertimbangan klinis dalam melakukan tindakan tanpa mengesampingkan
trauma tulang belakang. Sepanjang penilaian awal dokter harus menjamin bahwa jalan
napas pasien aman dan ventilasi terbuka dengan sewajarnya. Fraktur nasal sering
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
9/17
9
dihubungkan dengan trauma pada kepala dan leher yang bisa mempengaruhi patennya
trakea.
Fraktur nasal ditandai dengan laserasi pada hidung, epistaksis akibat robeknya
membran mukosa. Jaringan lunak hidung akan nampak ekimosis dan udem yang terjadi
dalam waktu singkat beberapa jam setelah trauma dan cenderung nampak di bawah
tulang hidung dan kemudian menyebar ke kelopak mata atas dan bawah. Deformitas
hidung seperti deviasi septum atau depresi dorsum nasal yang sangat khas, deformitas
yang terjadi sebelum trauma sering menyebabkan kekeliruan pada trauma baru.
Pemeriksaan yang teliti pada septum nasal sangatlah penting untuk menentukan
antara deviasi septum dan hematom septum nasi, yang merupakan indikasi absolut untuk
drainase bedah segera. Sangatlah penting untuk memastikan diagnosa pasien dengan
fraktur, terutama yang meliputi tulang ethmoid. Fraktur tulang ethmoid biasanya terjadi
pada pasien dengan fraktur nasal fragmental berat dengan tulang piramid hidung telah
terdorong ke belakang ke dalam labirin ethmoid, disertai remuk dan melebar,
menghasilkan telekantus, sering dengan rusaknya ligamen kantus medial, apparatus
lakrimalis dan lamina kribriformis, yang menyebabkan rinore cerebrospinalis. Jika pada
pemeriksaan ditemukan adanya kebocoran cairan serebrospinal yang terlihat seperti
rinore, emfisema subkutan yang ditandai dengan adanya krepitasi, perubahan status
mental, maloklusi dan adanya keterbatasan pergerakan bola mata, maka pasien harus
segera dirujuk.
Gambar 8. Pemeriksaan krepitasi hidung17
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
10/17
10
Pada pemeriksaan fisis dengan palpasi ditemukan krepitasi akibat emfisema
sukutan, teraba lekukan tulang hidung dan tulang menjadi irregular. Pada pasien dengan
hematom septi nampak area berwarna putih mengkilat atau ungu yang nampak berubah-
ubah pada satu atau kedua sisi septum nasal. Keterlambatan dalam mengidentifikasi dan
penanganan akan menyebabkan deformitas bentuk pelana, yang membutuhkan
penanganan bedah segera.
Gambar 9.Hematom septum nasi dan penatalaksanaannya16
Pemeriksaan dalam harus didukung dengan pencahayaan, anestesi, dan semprot
hidung vasokonstriktor. Solusio kokain 5% atau 10% merupakan pilihan yang paling
tepata, karena kokain tersebut dapat bekerja sebagai analgesic dan juga vasokonstriktor.
Alternative lain sebagai analgesi adalah dengan lidokain (Xylocain), bupivakain
(Marcaine) dan pantokain (Opticain) spray. Vasokonstriktor yang bisa digunakan seperti
Oksimetazolin (Afrin) dan feniefrin hodroklorida (Neo-Synephrine) sebagai anti
perdarahan dan juga untuk mengurangi edema. Beberapa laporan mengatakan bahwa
penggunaan oksimetazolin atau fenilefrin dan lidokain topical 4% memiliki efektivitas
yang sama dengan kokain. Spekulum hidung dan lampu kepala akan memperluas
lapangan pandang.
Pada pemeriksaan dalam akan nampak bekuan darah dan/atau deformitas septum
nasal. Jika pada pemeriksaan tampak ada bekuan darah, maka bekuan darah tersebut
harus segera dikeluarkan dengan menggunakan normal salin hangat untuk irigasi dan
juga dengansuction.
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
11/17
11
3. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan radografi jarang dilakukan, karena foto plos memiliki sensitivitas
dan spesifisitas yang rendah. Cedera tulang rawan tidak terdeteksi oleh radiografi, oleh
karena itu tidak dianggap rutin dilakukan pemeriksaan foto polos hidung Tetapi, jika
apada pemeriksaan ditemui adanya kebocoran cairan serebrospinal, gangguan pergerakan
bola mata dan maloklusi, maka pemeriksaan CT-scan dianjurkan. CT-Scan menyediakan
informasi terbaik mengenai sejauh mana cedera patah tulang di hidung dan wajah,
khususnya digital Volume tomography (DVT). CTScan bisa melihat garis patah yang
tidak nampak dengan foto polos.10
Gambar 10. Foto polos fraktur hidung17
VI. Terapi1,11,15,16Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan fraktur tulang hidung sebenarnya masih
kontroversi. Edema yang terjadi setelah trauma membuat kesulitan dalam melakukan
reduksi, sehingga edema harus berkurang untuk melakukan reduksi. Beberapa
menyatakan bahwa edema akan berkurang setelah 3-5 hari. Tindakan konservatif yang
dilakukan berupa meninggikan kepala dan memberikan kompres es pada bagian yang
cedera. Tindakan definitif dimulai 5-12 hari setelah trauma, karena pada masa ini tulang
nasal dapat dengan mudah dimanipulasi. Jika telah melebihi 12 hari, maka akan terbentuk
fibrosis yang semakin mempersulit reduksi tertutup.
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
12/17
12
Jika fraktur dari tulang hidung saja, maka dapat dilakukan perbaikan dari raktur
tersebut dengan anestesi lokal. Akan tetapi, pada anak-anak atau orang dewasa yang tidak
kooperatif tindakan penanggulangan memerlukan anestesi umum. Anestesi lokal dapat
dilakukan dengan pemasangan tampon lidokain 1-2 % yang dicampur dengan epinefrin
1:1000%. Tampon kapas yang berisi obat analgesia lokal ini dipasang masing-masing 3
buah, pada setiap lubang hidung. Tampon pertama diletakkan pada meatus superior tepat
dibawah tulang hidung, tampon kedua diletakkan antara konka media dan septum dan
bagian distal dari tampon tersebut terletak dekat foramen sfenopalatina, tampon ketiga
ditempatkan antara konka inferior dan septum nasi. Ketiga tampon tersebut
dipertahankan selama 10 menit. Kadang-kadang diperlukan penambahan penyemprotan
oxymethaxolin spray beberapa kali, melalui rinoskopi anterior untuk memperoleh efek
anestesi dan efek vasokonstriksi yang baik.
Terdapat berbagai algoritma dalam penatalksanaan fraktur nasal tergantung dari
klasifikasi yang digunakan.
1. Algoritma yang dibuat oleh Michael et al:
Gambar 11. Algoritma penatalaksanaan fraktur nasal14
Fraktur tipe I,II,III Fraktur Tipe IV Fraktur Tipe V
Dapat
digerakkan
Reduksi
tertutup
Fraktur
inkomplit
gagal
Deviasi septu
ringan-sedang
Deviasi
septum berat
septorinoplasti
Reduksi
terbuka tulang
dan septum
Modifikasi reduksi
terbuka dengan
osteotomi
Gagal/terdap
at ilihan
Deformitas (+),
deviasi septum
(+)
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
13/17
13
2. Algoritma yang dibuat oleh Samuel et al:
Gambar 12. Algoritma penatalaksanaan fraktur hidung 215
1. Teknik reduksi tertutup11Teknik reduksi tertutup merupakan tindakan manipulasi pada fraktur hidung dengan
jari atau alat tanpa membuat insisi. Tindakan ini merupakan pilihan yang tepat pada kasus
fraktur nasal sedrhana.
Penggunaan analgesia lokal yang baik, dapat memberikan hasil yang sempurna pada
tindakan reduksi fraktur nasal. Jika tindakan reduksi tidak sempurna maka fraktur nasal
tetap saja pada posisi yang tidak normal. Tindakan reduksi ini dikerjakan 1-2 jam sesudah
trauma, dimana pada waktu tersebut edema yang terjadi mungkin sangat sedikit. Namun
demikian tindakan reduksi secara lokal masih dapat dilakukan sampai 14 hari sesudah
trauma. Sesudah waktu tersebut, tindakan reduksi mungkin sulit dikerjakan karena sudah
terjadi kalsifikasi sehingga harus dilakukan tindakan rinoplasti estetomi. Alat-alat yang
dipakai pada tindakan reduksi adalah elevator tumpul yang lurus (Boies Nasal Fracture
Elevator ), cunam Asch, cunam Walsham, spekulum hidung pendek dan panjang (killian)
dan pinset bayonet
Tipe I
Tipe II
Tipe III
Tipe IV
Tipe VCT scan axial/koronal 3mm
Reduksi terbuka secepatnya
Fiksasi interna
Konsul bedah saraf jika diperlukan
SeptorinoplastiOsteotomi
External splinting
Doyle splinting
Graft luas
Reduksi terbuka
Manipulasi septumExternal splinting
Doyle splinting
Graft luas
Reduksi tertutupManipulasi septumSplinting
Kompres dingin 24 jam
Kompres hangat 7 hari
Tidak terdapat fraktur,kompres dingin 24 jam, follow up
se erti biasa
< 4 jam
Waktu
> 4 jam
Tipe IIa-III
Tipe IV
Kompres dingin
Elevasi
Nilai ulang edema
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
14/17
14
Gambar 13. Cunam Asch (kiri), Cunam Walsham (tengah)
dan Elevator Boies (kanan)14
Deformitas hidung yang minimal akibat fraktur, dapat direposisi dengan tindakan
yang sederhana. Reposisi dilakukan dengan bantuan cunam walsham. Pada penggunaan
cunam walsham ini, satu sisinya dimasukkan ke dalam kavum nasi sedangkan sisi lain di
luar hidung di atas kulit yang di proteksi dengan selang karet. Tindakan manipulasi
dilakukan dengan control palpasi jari. Jika deviasi piramid hidung karena dislokasi tulang
hidung, cunam Asch digunakan dengan cara memasukkan masing masing sisi (blade)
ke dalam kedua rongga hidung sambil menekan septum dengan kedua sisi forsep.
Sesudah fraktur nasal dikembalikan pada keadaan semula dilakukan pemasangan tampon
didalam rongga hidung. Tampon yang dipasang dapat ditambah dengan antibiotika.
Perdarahan yang timbul selama tindakan akan berhenti, sesudah pemasangan tampon
pada kedua rongga hidung. Fiksasi luar (gips) dilakukan dengan menggunakan beberapa
lapis gips yang dibentuk seperti huruf T dan dipertahankan hingga 1014 hari.
Gambar 14. Penggunaan elevator Boies dan pemsangan nasal splint18
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
15/17
15
2. Teknik reduksi terbuka11Teknik reduksi terbuka diindikasikan untuk :
Ketika operasi telah ditunda selama lebih dari 3 minggu setelah trauma. Fraktur nasal berat yang meluas sampai ethmoid. Reduksi terbuka juga dapat dilakukan pada kasus dimana teknik manipulasi
reduksi tertutup telah dilakukan dan gagal.
Pada teknik reduksi terbuka harus dilakukan insisi pada interkartilago. Gunting
Knapp disisipkan di antara insisi interkartilago dan lapisan kulit beserta jaringan
subkutan yang terpisah dari permukaan luar dari kartilago lateral atas, dengan melalui
kombinasi antara gerakan memperluas dan memotong.
-
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
16/17
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Batniji RK, Perkins SW. Post traumatic nasal deformity and nasal fracture management.uicentskimeetingorgdatapapers2pdf.(diakses tanggal 27 juni 2013)
2. Perkins SW, Dayan SH. Management of nasal trauma. Aesthetic Plastic Surgery.20023. Naik SM, Naik SS. A study of external nasal splint used in nasal fractures and rhinoplasties.
Clinical rhinology: An international journal. 2001; 4(1).
4. Sinha V, Chayya VA, Patel R, Barot DA, Modi N, Maniyar H, et al. Nasal bone fracturereduction.http://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose
fracture/nasal_fracture.htm. (diakses tanggal 27 juni 2013)
5. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokterana; editor, Wijaya C; alih bahasa,Tambayong J. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.1997,152-54.
6. Moore KL, Agur AM, Dalley AF. Essential clinical anatomy. 4th edition.2000. 690-93.7. Smith O. Rhinoplasty. http://droakleysmithrhinoplasty.com/?page_id=1671&/nasal-
aesthetics/ (diakses tanggal 27 juni 2013)
8. Netter FH. Interactive atlas of human anatomy.1995.9. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Hidung. Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorokkan kepala leher; editor, Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Balai penerbit
FKUI.2001.88-90.
10.Higler PA. Hidung: anatomi dan fisiologi terapan. Dalam : Boies buku ajar penyakit THT.Adams GL, Boies LR, Higler PA; editor, efendi H, alih bahasa, Wijaya C; Edisi 6. Jakarta:
Penerbit buku edokteran EGC. 1997.180-81
11.Arden RL, Mathog RH. Nasal fracture. famona.tripod.com/ent/cummings/cumm042.pdf.(diakses tanggal 27 juni 2013)
12.Rubinstein B, Strong B. Management of nasal fracture.Arch Fam Med. 2000;9:738-42.13.Thiagarajan B, Ulaganathan V. Fracture nasal bones. Otolaryngology online journal. 2013; 3.14.
Ondik MP, Lipinski L, Dezfoli S, Fedok FG. The treatment of nasal fracture: a changingparadigm. Arch Facial Plast Surg. 2009;11(5):296-302
15.Kelley BP, Downey CR, Stal S. Evaluation and reduction of nasal trauma.. Seminars inplastic surgery. 2010; 24(4). 339-46.
16.Kucik CJ, Clenney T, Phelan J. Management of acute nasal fracture. Am Fam Physician2004;70:1315-20
http://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htmhttp://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htmhttp://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htmhttp://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htmhttp://droakleysmithrhinoplasty.com/?page_id=1671&/nasal-aesthetics/http://droakleysmithrhinoplasty.com/?page_id=1671&/nasal-aesthetics/http://droakleysmithrhinoplasty.com/?page_id=1671&/nasal-aesthetics/http://droakleysmithrhinoplasty.com/?page_id=1671&/nasal-aesthetics/http://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htmhttp://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htm -
7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana
17/17
17
17.Nasal fracture. https://www2.aofoundation.org. (diakses tanggal 27 juni 2013)18.Treating a broken nose. http://www.primary-surgery.org/ps/vol2/html/sect0187.html.
(diakses tanggal 27 juni 2013.
https://www2.aofoundation.org/wps/portal/!ut/p/c0/04_SB8K8xLLM9MSSzPy8xBz9CP0os3hng7BARydDRwN3QwMDA08zTzdvvxBjIwN_I_2CbEdFADiM_QM!/?segment=Midface&bone=CMF&classification=92-Nasal%2FNOE%2C%20Nasal%20bone&teaserTitle=&showPage=diagnosis&contentUrl=/srg/92/01-Diagnosis/nasal.jsphttp://www.primary-surgery.org/ps/vol2/html/sect0187.htmlhttp://www.primary-surgery.org/ps/vol2/html/sect0187.htmlhttps://www2.aofoundation.org/wps/portal/!ut/p/c0/04_SB8K8xLLM9MSSzPy8xBz9CP0os3hng7BARydDRwN3QwMDA08zTzdvvxBjIwN_I_2CbEdFADiM_QM!/?segment=Midface&bone=CMF&classification=92-Nasal%2FNOE%2C%20Nasal%20bone&teaserTitle=&showPage=diagnosis&contentUrl=/srg/92/01-Diagnosis/nasal.jsp