Download - Fisika Dasar
PENGUKURAN TEKNIK
FISIKA DASAR PENGUKURAN
BAB I PENDAHULUAN
Pentingnya Metode Pengukuran Teknik
1. Tidak ada eksperimen yang mudah dan tidak ada yang dapat menggantikan eksperimen dalam penelitian dasar dan pengembangan produk, sehingga metode pengukuran dan teknik analisa untuk interpretasi data harus dikuasai.
2. Untuk melakukan suatu eksperimen harus tahu dan dapat menentukan variable-variabel fisik mana yang akan diselidiki dan apa peranan variable tersebut nanti dalam pengolahan analitik. Sehingga untuk menyiapkan peralatan eksperimen harus sudah mempunyai pengetahuan tentang prinsip dasar dari peralatan tersebut.3. Teori-teori baru dihasilkan dari eksperimen-eksperimen yang berkelanjutan. Semua teori yang muncul telah divalidasi dengan eksperimen.
4. Ketelitian yang diperlukan, biaya yang dikeluarkan dan upaya yang harus dilakukan tergantung dari tujuan eksperimen. Misalnya, amplifier (penguat) untuk kebutuhan rumah tangga mungkin tidak perlu ketelitian yang tinggi jika dibandingkan amplifier yang digunakan sebagai alat elektronik dalam satelit.
5. Disamping dapat melakukan eksperimen, kita dituntut untuk dapat menganalisanya. Untuk analisa ini kita butuhkan teknik statistik, sehingga kita juga harus menguasai teknik-teknik statistik ini.
6. Eksperimen ini harus direncanakan dengan baik, sehingga tidak akan ada data yang terlewatkan dan tidak ada data yang diambil tetapi ternyata tidak dipakai dalam proses analisanya, sehingga ini akan merugikan peneliti baik dari segi waktu maupun biaya. Sehingga yang terpenting adalah perencanaan dari penelitian.BAB II KONSEP DASAR
2.1. Sifat Umum Alat Ukur (Instrument) dan Definisi Istilah
Sifat Umum Alat Ukur timbul akibat keterbatasan atau tidak ada alat ukur yang ideal sempurna tanpa ada kelemahan atau kekurangan, macamnya adalah seperti sebagai berikut:
1. Readability ( Kemampu bacaan )
Menunjukkan seberapa teliti skala suatu instrument bisa dibaca
Contoh :
2. Least Count ( Cacah Terkecil )
Beda terkecil antara dua penunjukkan yang dapat dideteksi (dibaca) pada skala yang tertera pada instrument.Contoh :
Dua skala pada contoh di atas:no 1 beda 1 skala
no 2 beda 0,5 skala3. Sensitivity ( Kepekaan )
Perbandingan antara gerakan linier jarum penunjuk pada instrumen dengan perubahan variable yang di ukur yang menyebabkan gerakan jarum itu
Contoh :
Suatu recorder 1 mV mempunyai skala yang panjangnya 25 cm maka kepekaannya adalah 25 cm / mV.
Kepekaan alat ukur dapat digambarkan sebagai berikut :
Perbedaan kepekaan alat ukur A dan B
Objek Ukur X
Pembacaan skala YA au. A
Pembacaan skala YB au. B
Sehingga :
kepekaan au. A =
kepekaan au. B =
4. Hysteresis ( Histerisis )
Penyimpangan yang timbul sewaktu melakukan pengukuran secara kontinyu dari dua arah yang berlawanan (dari atas ke bawah lalu dari bawah ke atas)
Histerisis disebabkan pada umumnya oleh adanya deformasi elastis atau efek termal pada komponen mekanisme alat ukurContoh : Penggunaan jam ukur
Keterangan :
X = Harga sebenarnya ( mm )
Y = Kesalahan ( m )
5. Passivity ( Kepasivan / kelambanan reaksi )
Suatu kejadian dimana suatu perubahan kecil dari harga yang diukur (yang dirasakan sensor) tidak menimbulkan perubahan apapun pada jarum penunjuk
Kepasifan sering terjadi pada alat ukur
mekanik
contoh pegas yang tidak elastis sempurna
Pneumatis
Pengukur tekanan / manometer ( ruang / volume udara terlalu besar )
6. Shiffting ( Pergeseran )
Suatu kejadian dimana terjadi perubahan harga yang ditunjukkan pada skala sedang sesungguhnya sensor tidak mengisyaratkan perubahan
Contoh :
Sering terjadi pada Alat Ukur pengubah elektrik digital dimana perubahan kecil pada temperatur dapat mempengaruhi sifat sifat komponen elektroniknya
7. Zero Stability ( kestabilan Nol )
Kemampuan Alat Ukur menunjukkan posisi nol, jika dikembalikan pada posisi semula atau waktu di ambil seketika.
Kestabilan nol ditentukan oleh keausan dan erat hubungannya dengan histerisis
8. Floating ( Pengambangan )
Apabila jarum penunjuk selalu berubah pada posisi ( bergetar ) disebabkan oleh terlalu pekanya Alat Ukur untuk merasakan perubahan yang kecil pada sensor.
9. Accuracy ( Ketelitian )
Persesuaian antara hasil pengukuran dengan harga sebenarnya dari objek ukur ( harga yang dianggap benar )
Keterangan :
= sistematik error
1 < 2
10. Precision ( Ketepatan )
Kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama dari pengukuran yang dilakukan berulang ulang dan identik
Contoh :
Pengukuran panjang benda yang sudah diketahui panjangnya = 100 mm
Diambil 5x bacaan ( pengukuran ) dan didapat nilai 103, 105, 104, 103, 105
Maka :
ketelitian instrumen tidak lebih dari 5 % ( 5 mm )
presisinya 5 %
2.2. Faktor Faktor yang mempengaruhi Proses Pengukuran
Pengukuran tidak teliti dan tidak tepat dapat bersumber pada beberapa factor berikut:
1. Instrument ( Alat Ukur )
Ausnya sensor, kepasifan, histerisis, pergeseran dan sebagainya
2. Obyek Ukur
Sering terjadi pada benda benda elastis atau tabung tabung berdinding tipis yang bisa berdeformasi akibat tekanan sensor instrumen
3. Posisi Pengukuran
Garis pengukuran tidak berhimpit atu sejajar dengan garis dimensi benda ukur
4. Pengaruh Lingkungan
- Lingkungan berdebu kesalahan sistematis
- Lingkungan gelap kesalahan pembacaan
- Lingkungan bergetar kesalahan akibat floating
- Temperatur perubahan dimensi obyek ukur (terutama logam)
5. Pengukur ( Faktor Manusia )
Cara pengukuran, skill, pengalaman, dsb.2.3. KalibrasiKalibrasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengetahui kesalahan dari Alat Ukur atau mesin dengan cara membandingkan penunjukkannya terhadap sesuatu yang sudah standar.
Tingkat kalibrasi ( tracebility ) dari alat ukur
2.4. StandarDimaksudkan agar pengukuran bersifat universal artinya dimanapun pengukuran dilaksanakan bisa diperbandingkan dan memberikan hasil yang relative sama.Contoh :
1 m = panjang batang platina iridium di Sevres Prancis
= 1.650.763,63 panjang gelombang cahaya ultra violet lampu crypton 26
1 m = 39,37 inci
1 lb = 453, 59237 gr
1 inci = 2,54 cm
Skala Suhu:Skala celcius absolut disebut skala Kelvin ( 0K )
Skala Fahrenheit absolut disebut skala Rankine ( 0R )
0K = 0C + 273,16
0R = 0F + 459,67
0F = 9/5 0C + 32,0
2.5. Dimensi dan SatuanDimensi : Variable fisik yang digunakan untuk menyatakan sifat atau perangai suatu system tertentu
Contoh : panjang suatu batang = dimensi batang itu
Contoh macam macam dimensi yang digunakan dalam dunia keteknikan adalah:
L = panjang t = Waktu
M = massaT = suhu
F = gaya
Satuan : Semua besaran fisik yang digunakan untuk menyatakan dimensi fundamental di atas
Contoh : Panjang satuannya meter ( M )
Massa satuannya kilogram ( Kg )
Waktu satuannya detik ( s )
Suhu satuannya Kelvin ( K )
2.6. Konstruksi Umum dari Alat Ukur
Ada 3 komponen utama yang membentuk suatu Alat Ukur, yaitu:
1. Sensor
2. Pengubah
3. Penunjuk / Pencatat
1. Sensor
Adalah peraba dari Alat Ukur, yaitu menghubungkan Alat Ukur dengan benda ukur
contoh :
Ujung Ujung Kontak pada avometer
Jarum pada Alat Ukur kekasaran permukaan
2. Pengubah
Adalah bagian terpenting dari Alat Ukur. Isyarat dari sensor diubah terlebih dahulu sebelum diteruskan pada penunjuk atau pencatat, seperti fungsi CPU pada computer.
Tujuan digunakannya pengubah adalah :
Untuk memperbesar dan memperjelas perbedaan yang kecil dari geometri objek ukur
3. Penunjuk / Pencatat
Adalah bagian dari Alat Ukur, melalui yang mana dari hasil pengukuran ditunjukkan atau dicatat
Penunjuk dapat dikategorikan menjadi 2 macam :
1. Penunjuk berskala
2. Penunjuk berangka ( digital )
BAB IIIANALISA DATA EKSPERIMEN
PendahuluanSemua data dari hasil eksperimen perlu dianalisa terutama untuk mengetahui atau menentukan kesalahan (error), ketepatan (precition) dan validitas (kesahihan) hasil pengukuran dalam eksperimen tersebut.
Contoh : Pengujian tingkat konsumsi bahan baker kendaraan bermotor harus diketahui ketelitian (accuracy) speedo meter dan indicator isi tangki untuk dapat dengan yakin menyatakan tingkat konsumsi Bahan Bakar dari kendaraan tersebut.
3.2. Sebab sebab Kesalahan ( Error ) dalam Eksperimen dan Macamnya
Beberapa jenis kesalahan yang sering menyebabkan ketidakpastian dalam pengukuran eksperimen adalah seperti sebagai berikut:
1. Kekeliruan dalam pemasangan peralatan / instrumen
Kekeliruan seperti ini bisa merusak validitas data hasil pengukuran.2. Adanya kesalahan tetap ( fixed error )
Kesalahan seperti ini bisa juga disebut dengan kesalahan sistematik ( systematic error ) dan seringkali penyebabnya tidak diketahui
Contoh : Pengukuran dengan termometer raksa dalam gelas, pada pengukuran seperti ini bacaan suhu pada termometer selalu menunjukkan suhu yang lebih rendah daripada suhu sejati gas dalam gelas yang diukur, berapapun banyaknya bacaan yang kita lakukan. Kesalahan yang seperti ini dinamakan kesalahan tetap.
3. Kesalahan random ( Random error )
Kesalahan random biasanya disebabkan oleh fluktuasi atau ketidak konsistenan pribadi atau juga bisa di peralatan / instrumen karena pengaruh gesekan dan sebagainya.
Analisa Ketidakpastian
Telah kita ketahui bersama bahwa ketidakpastian data muncul dari kesalahan kesalahan seperti tingkat ketelitian instrumen, kompetensi pelaksanaan yang menggunakan instrumen dan sebagainya, kemudian semua pengukuran primer itu harus digabungkan untuk mendapatkan hasil akhir. Untuk mengetahui/menganalisa berapa ketidakpastian hasil akhir dalam pengukuran bisa dilakukan analisa yang ditemukan oleh kline dan Mc. Clintock.Sebelumnya perhatikan perhitungan daya listrik berikut :
P = E. I dimana : E dan I diukur sebagai
E = 100 V 2 V
I = 10 A 0,2 A
Nilai nominal daya :
P = 100. 10 = 1000 W
Tetapi dengan memperhatikan kemampuan Alat Ukur dengan mengambil variasi terburuk voltase dan arus dapat dihitung :
P maks = ( 100 + 2 ) . ( 10 + 0,2 ) = 1040,4 W
P min = ( 100 2 ) . ( 10 0,2 ) = 960,4 W
Jadi ketidakpastiannya adalah + 4,04 % dan - 3,96 %
Jika kita perhatikan ketidakpastian sebesar ini kecil kemungkinannya, karena variasi voltmeter tidak sejajar dengan variasi amperemeter.
Misalkan voltmeter memberikan bacaan tertinggi belum tentu amperemeter juga memberikan bacaan tertinggi juga.
Sedangkan rumusan yang dikembangkan oleh kline dan Mc. Clintock adalah sebagai berikut :
dimana :
R = fungsi dalam X1, X2, X3, .., Xn
W1, W2, W3, ., Wn nilai ketidak pastian
WR = ketidakpastian secara keseluruhan
Jika hubungan ini diterapkan pada persoalan daya listrik diatas maka perhitungan ketidakpastiah hasil akhir pengukuran akan menjadi sebagai berikut:
P = E . I
WE = 2
WI = 0,2
WR = 28,28 atau 2,828 %
Hasil ini jika dibandingkan dengan perhitungan biasa yang didapatkan 4,04 % adalah lebih kecil dan lebih moderate atau dengan kata lain nilai ini adalah nilai pertengahan dari semua kemungkinan ketidakpastian yang akan muncul.
Analisa Statistik Data Eksperimen
Rata - Rata :
Dalam eksperimen bacaan instrumen biasanya akan menghasilkan bacaan bacaan yang berbeda satu sama lain dan umumnya orang hanya akan memperhatikan rata rata bacaannya saja. Jika bacaan ini ditandai Xi dan ada n bacaan maka rata ratanya adalah :
Deviasi ( Penyimpangan ) di dari masing masing bacaan di definisikan sebagai
di = Xi Xr
Rata rata deviasi ini kalau dihitung adalah nol :
Untuk pelajaran ini diperdalam dalam matakuliah Statistik Teknik.BAB IVPIRANTI PENGUKURAN DAN PENGINDERAAN LISTRIK DASAR
4.1. Pendahuluan
Banyak piranti / alat dewasa ini yang operasinya bergantung pada prinsip kerja listrik dasar.
Contoh : Pengukur suhu jarak jauh
Pada lokasi yang akan diukur dipasang sebuah transduser yang berfungsi mengubah suhu pada setiap waktu menjadi tegangan listrik (voltase) yang setara, kemudian tegangan ini dtransmisikan ke station penerima melalui pemancar, di station penerima kemudian diolah menjadi data yang diperlukan.
4.2. Gaya yang Berasal dari Elektromagnetik
Gaya yang bekerja pada muatan listrik diberikan oleh persamaan :
F = q ( E + V x B ) Newton
Dimana :
E = volt / meter ( intensitas muatan listrik )
V = meter / second ( kecepatan muatan )
B = Weber / meter ( densitas fluks magnet )
Q = coulomb ( muatan listrik )
Dalam kasus yang lebih aplikatif persamaan ini diubah menjadi :
4.3. Meter Analog Dasar
Meter Pengukur Arus Primitif
- Adapun besar gaya yang terjadi adalah :
F = N B i L
Dengan : N = jumlah lilitan dalam kumparan
Meter Kumparan Bergerak D Arsonval
Kelemahan Darsonval :
a. Kurang peka karena tambahan massa jarum penunjuk mengurangi kemampubacaan alat
b. Hanya bisa digunakan mengukur arus searah, jika digunakan arus bolak balik jarum akan bergetar jika frekuensinya cukup tinggi maka akan menunjuk angka nol
Untuk pengukuran arus bolak balik yang lazim dipakai adalah alat ukur sebagai berikut:
Sudu Besi ( Iron Vane ) dan Besi bergerak ( Moving Iron )
Prinsip Kerja: Arus dialirkan pada kumparan tetap sehingga sudu besi akan bergerak, karena pengaruh gaya magnet, dan dihubungkan dengan pegas penahan yang berfungsi untuk menarik kembali jarum penunjuk ke skala nol jika arus listrik dihilangkan. Besar perubahan sudu berbanding dengan gaya induksi yang bekerja pada kumparan. Kelemahannya : ketelitian terbatas karena kehilangan arus dalam sudu besi dan efek histerisis.
Elektrodinamometer
Prinsip kerjanya serupa dengan gerakan Darsonval, cuma magnet permanen pada Darsonval diganti dengan elektromagnetik yang dapat digerakkan oleh arus bolak balik
4.4. Meter Digital Dasar
Jantung dari meter digital adalah osilator yang biasanya terbuat dari kristal kuarsa yang diberi kontak listrik. Bila kristal ini dihubungkan dengan komponen listrik luar yang tepat ia akan menghasilkan tegangan yang berciri sinusoida dengan frekuensi tetap. Besar frekuensi ditentukan oleh dimensi kristal kuarsa. Contoh penerapan piranti ini yang banyak kita temui adalah arloji digital
Perbedaan perbedaan antara meter analog dan digital :
1. Meter analog relatif sederhana operasinya, hanya berdasarkan pengimbangan antara gaya pegas dan gaya akibat interaksi antara arus dan medan magnet. Meter digital operasinya berdasarkan respon langsung terhadap tegangan yang diukur akibat dari perangai fisik rangkaian terpadu (IC) yang digunakan dalam instrumen digital tersebut.
2. Meter Analog ketelitiannya rendah karena adanya faktor gesekan, kehilangan arus dan sebagainya sedangkan Meter Digital jauh lebih tinggi.3. Meter Analog dapat menimbulkan paralaks (meter yang sama bisa memberikan nilai yang berlainan jika dibaca oleh dua orang), hal ini tidak akan terjadi pada Meter Digital karena nilai yang diukur ditunjukkan langsung dengan sederetan angka.
4.5. Diagram Kotak Pengukuran Secara listrik
Transduser : digunakan untuk mengubah nilai fisik yang hendak di ukur menjadi sinyal listrik yang setara.
Contoh : mikrofon mengubah tekanan menjadi sinyal listrik, dan lain - lain
Rangkaian Masukan : Agar sinyal dari tranduser dapat digunakan maka harus diolah dulu dalam rangkaian masukan ini
Penyesuai Sinyal : Berguna untuk mengurangi pengaruh noise yaitu sinyal listrik selain dari sinyal tranduser
Transmisi : Kotak ini hanya ada jika kita mengukur pada lokasi tertentu kemudian harus dibaca dan diolah di tempat yang lain
Pengolah : Berfungsi untuk mengubah frekuensi menjadi frekuensi yang bisa dideteksi oleh manusia
Pemajang : Untuk menunjukkan besar hasil ( p ) ukuran ke dalam bentuk yang dapat dipahami manusia, contoh : layar sinar katroda, pita kertas, plotter xy, pita magnetic dan sebagainya.
4.6. Beberapa Alat Ukur Listrik
1. Voltmeter Elektronik ( EVM )
Berikut adalah skema EVM
EVM berguna untuk mengukur tegangan searah maupun bolak balik dan karena karakter impedans masukannya tinggi EVM juga bisa digunakan untuk mengukur tegangan dalam rangkaian elektronik.
Prinsip Kerjanya :
Arus searah : Sinyal dimasukkan langsung ke saklar pemilih jangkauan yang bekerja sebagai rangkaian pembagi tegangan dimana sinyal diturunkan menjadi suatu jangkauan yang sesuai dengan penguat kemudian dari penguat tegangan keluaran dipergunakan untuk menggerakkan suatu gerakan Darsonval untuk memberikan bacaan atau bisa juga ke alat perekam, osiloskop dan sebagainya.
Arus Bolak Balik : Sinyal bolak balik diberikan ke pembagi tegangan kemudian ke rangkaian pelurus yang menghasilkan arus searah yang sebanding dengan arus bolak balik masukan kemudian selanjutnya prosesnya sama dengan arus searah.
2. Voltmeter Digital ( VD )
VD memberikan keluaran digital sebagai pengganti penunjuk dan skala yang konvensional
3. Osiloskop
Prinsip Kerja :
Inti dari Osiloskop adalah tabung sinar katoda ( CRT )
Elektron dibebaskan dari katoda yang panas dan dipercepat ke arah layar dengan menggunakan anoda yang bermuatan positif, karena agar berkas electron posisinya tepat mengarah ke layar dikendalikan dengan menggunakan plat defleksi horizontal dan vertical dengan cara memberi tegangan kepada plat
Layar dilapisi dengan bahan pendar fosfor yang memancarkan cahaya bila ditimpa oleh berkas electron
4. Osilograf
Osilograf pada prinsipnya adalah suatu gerakan Darsonval yang mampu merekam
Ada 2 jenis osilograf jika dilihat dari gerakannya :
1. Gerakan penulis langsung / styluss
2. Gerakan berkas cahaya
Pada stylus perubahan tegangan direkam langsung di atas kertas perekam oleh stylus yang bertinta. Pada gerakan berkas cahaya direkam pada kertas peka cahaya.
4.7. TransduserTransduser adalah piranti yang mengubah variable fisik menjadi sinyal listrik yang setara
Berikut contoh contoh dari transduser :
1. Transduser Tahanan Variabel
Transduser Tahanan Variabel pada dasarnya adalah alat untuk mengubah perubahan panjang atau sudut menjadi sinyal listrik tetap dengan teknik tertentu bisa juga dipergunakan untuk mengukur gaya dan tekanan
Transduser ini di pasaran lebioh dikenal dengan potensiometer dan dibuat dalam bentuk kontak geser pada kawat luncur, kontak geser pada kumparan kawat baik lurus maupun melingkar atau bisa juga kawat lilitan dagnati dengan penghantar padat seperti grafit
2. Transformator Differensial ( LVDT )
LVDT digunakan untuk mengukur perubahan linier bisa juga untuk mengukur gaya dan tekanan setelah dilakukan konversi mekanik.
Prinsip Kerja :
Tegangan arus bolak balik diberikan pada kumparan tengah / primer dan tegangan keluaran dari kedua ujung kumparan / sekunder besarnya tergantung pada posisi inti seperti pada gambar berikut :
Karateristik Keluaran pada LVDT
3. Transduser Kapasitif
Skema Transduser Kapasitif
Besar Kapasitas ( pf ) diberikan oleh :
Dengan :
d = jarak pisah antar plat
A = Luas tumpang tindih, m2
= Konstanta di elektrik
= 1 untuk udara
= 3 untuk plastic4. Transduser Piezoelektrik
Prinsip Kerja :
Kristal Piezoelektrik ditempatkan di antara kedua plat elektroda bila kedua plat diberi gaya maka kristal akan mengalami deformasi, deformasi ini menyebabkan beda potensial pada permukaan kristal dan hal ini disebut sebagai efek Piezoelektrik. Besarnya Tegangan keluaran kristal diberikan oleh E = g t p
Dimana :
t = tebal kristal ( m )
p = Tekanan ( N/m2) = F/A
g = Kepekaan tegangan = d/
5. Efek Fotoelektrik
Transduser Fotoelektrik pada prisipnya mengubah berkas cahaya menjadi sinyal listrik yang berguna. Cahaya menimpa katoda fotoemisi yang kemudian membebaskan electron yang ditarik ke arah anoda dengan demikian menyebabkan arus listrik mengalir.
Katoda dan Anoda dikurung dalam gelas atau kuarsa yang dihampakan atau bisa juga diisi gas yang lembam ( inert gas )
-Mengubah intensitas cahaya
6. Transduser Fotokonduktif
Prinsip kerja :
Sebuah tegangan diberikan pada bahan semikonduktor dan bila cahaya menimpa bahan ini maka akan terjadi penurunan tahanan yang otomatis menyebabkan besar arus meningkat yang kemuddian dibaca oleh Amperemeter.
Transduser ini berguna untuk mengukur radiasi
7. Sel Fotovoltaik
Prinsip Sel Fotvoltaik :
Bila sinar menimpa lapisan logam transparan dan bahan semikonduktor maka akan terbangkitlah tegangan yang besarnya tergantung kepada tahan beban R
Umum digunakan untuk menentukan besar penyinaran ( exposure meter )
8. Transduser Ionisasi
Prinsip Kerja :
Tabung berisi gas tekanan rendah diberi medan oleh generator akibatnya pada gas terjadi pembuangan muatan sambil berpijar (glow discharge) dan beda potensial dalam gas akan dideteksi oleh electrode 1 dan 2, besar beda potensial akan tergantung juga kepada beda kapasitif dari plat plat generator : Bila tabung pas di tengah maka potensial antara kedua elektrode sama tetapi bila bergeser dari titik tengah maka akan terjadi beda potensial antara kedua electrode. Jadi transduser ini berguna untuk mengukur perubahan jarak
9. Transduser Perubahan Jarak Digital
Transduser jenis ini dapat dipergunakan untuk perubahan sudut ( angular ) maupun linier :
a. Pengukuran Sudut
Bila roda berputar maka cahaya dari sumter akan menyala dan mati secara bergantian dan dengan demikian memberikan sinyal digital pada Fotodetektor kemudian diperkuat dan dikirim ke pencacah.
b. Linear
Transduser Linear bekerja dengan prinsip refleksi
Bilah bilah kecil bersifat refleksi dipasang pada piranti bergerak bila cahaya dari sumber mengenai bilah maka akan dipantulkan dan diserap secara bergantian dengan gerakan linear dan dengan demikian memberikan sinyal digital pada Foto detector.
EMBED CorelDRAW.Graphic.11
EMBED CorelDRAW.Graphic.11
EMBED CorelDRAW.Graphic.11
Alat Ukur Standar Internasional
Tingkat IV
Alat Ukur Standar Nasional
Tingkat III
Alat Ukur Standar
Tingkat II
Alat Ukur Standar Kerja
Tingkat I
Alat Ukur Kerja
EMBED Equation.3
F = B i L
Dengan :
I = dq / dt
L = panjang konduktor dalam medan magnet
Alat ini menjadi dasar dari alat ukur listrik yang lebih realistis
Cara kerjanya :
Kita buat kumparan kemudian ditempatkan dalam medan magnet, gaya kemudian diukur dengan mengamati defleksi yang terjadi pada pegas, yang kita taruh di dekat kumparan.
Prinsip Kerja : sebuah magnet permanen digunakan untuk membuat medan magnet, ketika arus listrik kita masukkan maka jarum penunjuk akan bergerak
_1209936089.unknown
_1210080379.unknown
_1210086137.unknown
_1231570928.unknown
_1231648365.unknown
_1210158408.unknown
_1210084807.unknown
_1209936997.unknown
_1210074641.unknown
_1210078871.unknown
_1210067915.unknown
_1209937131.unknown
_1209936220.unknown
_1209936684.unknown
_1209936119.unknown
_1209844338.unknown
_1209936016.unknown
_1209844222.unknown