Download - FILSAFAT
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 1/18
Proposal Penelitian
Isolasi dan Uji Aktivitas Bakteri Termofilik
Penghasil Enzim Amilase Dari Sumber Air Panas
Makula Tana Toraja Sulawesi Selatan
OLEH :
ELVOLISTIA NATALIA LIMBU
H 311 08 853
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 2/18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di belahan dunia ini yang memiliki
keanekaragaman hayati yang unik dan melimpah ruah. Kekayaan hayati tersebut
merupakan potensi sumber daya alam yang perlu dikaji dan dikelolah dengan baik
karena potensi alam tersebut hingga kini belum dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Padahal di Negara berkembang telah banyak memanfaatkan mikroorganisme
untuk menghasilkan produk yang bernilai tinggi seperti enzim.
Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk
berbagai reaksi kimia dalam sistem biologis. Sintesis enzim terjadi di dalam sel
dan sebagian besar enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa merusak fungsinya.
(Soewoto dkk., 2001).
Enzim dapat diperoleh dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Enzim
diproduksi dari mikroorganisme karena lebih menguntungkan sebab
pertumbuhannya cepat, mudah dikontrol, tumbuh pada substrat yang murah dan
dapat ditingkatkan hasilnya melalui pengaturan kondisi pertumbuhan (Akhdiya,
2003). Salah satu jenis enzim yang banyak dihasilkan oleh mikroorganisme adalah
enzim amilase. Enzim ini memiliki aplikasi untuk skala yang sangat luas mulai
dari industri kecil sampai ke pengujian-pengujian yang sangat luas (Aiyer, 2005).
Saat ini amilase yang bersumber dari mikroorganisme termofil lebih
banyak digunakan dalam bidang industri, terutama industri yang menggunakan
suhu tinggi dalam prosesnya. Hal ini terjadi karena enzim yang berasal dari
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 3/18
mikroorganisma tersebut memiliki termostabilitas dan aktivitas yang tetap optimal
pada suhu yang tinggi (Vieille & Zeikus, 2001). sehingga berdampak pada
semakin berpeluangnya penggunaan enzim di berbagai jenis aplikasi industri
(Haki, 2003), sebab proses termofilik lebih stabil, cepat, murah, serta
memudahkan aktivitas reaktan (Rasooli dkk, 2008).
Berbagai jenis isolat mikroorganisme telah didapatkan dan diketahui
memiliki peranan yang besar sebagai penghasil enzim yang berguna dalam
industri. Enzim digunakan dalam industri karena bersifat sangat spesifik
dibandingkan dengan katalis senyawa kimia. Selain itu, enzim bekerja sangat
efisien, beroperasi pada kondisi aman dan mudah dikontrol, dapat menggantikan
bahan kimia yang berbahaya, dan dapat didegradasi secara biologis (Wijanarka
dan Pujiyanto, 2002).
Amilase banyak digunakan dalam beberapa aplikasi industri seperti
sebagai zat additif detergen, industri farmasi, penyamakan kulit, industri makanan,
hidrolisat protein dan pengolahan limbah pabrik yang menguasai kurang lebih 25
% perdagangan enzim di dunia (Purwadaria dkk, 2000).
Mikroorganisme termofil mampu hidup secara optimal di atas suhu 450C,
dengan struktur protein penyusun enzim yang tetap stabil atau tidak terdenaturasi
oleh panas. Mikroorganisme ini sendiri tidak hanya bersifat toleran terhadap suhu
lingkungannya yang bersifat ekstrim tetapi juga mampu untuk bertahan hidup dan
berkembangbiak pada kondisi suhu yang ekstrim tersebut (Akhdiya, 2003).
Banyak penelitian yang dilakukan baik di Indonesia maupun di luar
Indonesia untuk mencari dan mendapatkan informasi tentang bakteri termofil
penghasil enzim amilase ini. Misalnya, Hartuti (2006) berhasil mengisolasi dan
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 4/18
mengkarakterisasi bakteri termofil penghasil amilase yang bersumber dari
pemandian Air panas Pawan, Riau. Ternyata ada 24 isolat yang bersifat amilolitik.
Diantara isolat tersebut 15 isolat berbentuk basil gram negatif, delapan isolat
berbentuk basil gram positif sedangkan satu berbentuk kokus gram negatif.
Semuanya memiliki suhu inkubasi optimum sebesar 50oC. Dessy (2008) berhasil
mengisolasi dan mengkarakteristik bakteri termofil penghasil amilase yang
bersumber dari pemandian Air panas Penen Sibirubiru, Sumatera Utara. Ternyata
ada 22 isolat masing-masing terdiri dari 5 isolat dari lokasi I (suhu 480C, pH 6,8),
12 isolat dari lokasi II (suhu 550C, pH 6,8) dan 5 isolat dari lokasi III (suhu 57
0C, pH 6,7).
Berdasar fenomena tentang aplikasi enzim amilase dan untuk
membuktikan hipotesa tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai isolasi
bakteri termofilik penghasil enzim amilase dari sumber air panas Makula Tana
Toraja Sulawesi Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Apakah sumber air panas Makula Tana Toraja mengandung bakteri
termofilik penghasil enzim amilase?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah terdapat beberapa isolat bakteri termofil yang memiliki karakter
berbeda serta mampu menghasilkan enzim amilase.
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 5/18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tentang Enzim
Enzim adalah suatu protein yang aktivitasnya tergantung dari ketahanan
struktur sekunder, tertier dan kwartener. Enzim adalah protein bujur telur yang
berlipat dengan sisa asam amino polar dipermukaan luarnya yang memastikan
dapat larutnya dalam cairan tubuh. Enzim sering mengandung suatu gugus
prostetik di dalam lubang seperti kantung dalam strukturnya. Ukuran dan bentuk
dari kantung memudahkan pengenalan dari biomolekul yang spesifik (Fessenden
dan Fessenden, 1997).
Spesifitas enzim yang sangat menarik perhatian ada dua yaitu (1) enzim
menunjukkan spesifitasnya yang amat tinggi; (2) enzim memiliki tenaga katalitik
yang besar dan dapat dibuktikan dengan kecepatan reaksinya yang biasa mencapai
1020
kali. Dua ciri khas tersebut dimiliki oleh enzim disebabkan karena enzim
mempunyai sisi aktif yaitu sisi yang ada pada enzim yang dapat melakukan fungsi
pengarahan, pengikatan, yang tidak terdapat pada protein pada umumnya
(Martoharsono, 1998).
Enzim adalah biokatalisator yang banyak digunakan pada berbagai bidang
industri produk pertanian, kimia, dan medis. Enzim memiliki sifat-sifat spesifik
yang menguntungkan yaitu efisien, selektif, predictable, proses reaksi tanpa
produk samping, dan ramah lingkungan. Sifat-sifat tersebut menyebabkan
penggunaan enzim semakin meningkat dari tahun ke tahun, diperkirakan
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 6/18
peningkatan mencapai 10 – 15% per tahun. Aplikasi enzim pada beberapa industri
menghendaki enzim-enzim yang dalam beraktivitas tahan terhadap panas
(termostabil). Hal ini berkaitan dengan keuntungan yang akan diperoleh bila
proses produksi dilakukan pada suhu tinggi yaitu menurunkan resiko kontaminasi,
meningkatkan kecepatan reaksi sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya;
serta menurunkan viskositas larutan fermentasi sehingga memudahkan proses
produksi (Rahayu, 2004).
2.1.1 Penggolongan Enzim
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-
masing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase
dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International Union of
Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini
didasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang peranan. Enam golongan
tersebut adalah (Poedjiadi, 1994):
a. Oksidoreduktase
Enzim-enzim yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua
bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada
reaksi-reaksi dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dari
suatu senyawa (donor). Enzim-enzim oksidase juga bekerja sebagai katalis
pada reaksi pengambilan hidrogen dari suatu substrat. Sebagai contoh enzim
glukosa oksidase bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi glukosa menjadi
asam glukonat.
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 7/18
b. Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa
contoh enzim yang termasuk golongan ini ialah metiltransferase,
hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase dan amino
transferase atau disebut juga transaminase.
c. Hidrolase
Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada
reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ikatan ester,
memecah glikosida dan yang memecah ikatan peptide. Beberapa enzim
sebagai contoh ialah esterase, lipase, fosfatase, amilase, amino peptidase,
karboksi peptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin.
d. Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam
reaksi pemisahan suatu gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau
sebaliknya. Contoh enzim golongan ini antara lain dekarboksilase, aldolase,
dan hidratase.
e. Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan
intramolekuler, misalnya reaksi perubahan glukosa menjadi fruktosa,
perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa
trans dan lain-lain. Contoh enzim yang termasuk golongan isomerase antara
lain ialah ribulosafosfat epimerase dan glukosafosfat isomerase.
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 8/18
f. Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi
penggabungan dua molekul. Oleh karenanya enzim-enzim tersebut juga
dinamakan sintatase. Ikatan yang terbentuk dari penggabungan tersebut
adalah ikatan C – O, C – S, C – N, atau C – C. Contoh enzim golongan ini antara
lain ilah glutamin sintetase dan piruvat karboksilase.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim
Beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah sebagai
berikut (Poedjiadi & Supriyatni, 2005):
a. Kosentrasi enzim
Kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada
konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan
reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
b. Konsentrasi substrat
Pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi . Akan
tetapi, pada batas tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatanreaksi walaupun
konsentrasi substrat diperbesar. Keadaan ini telah diterangkan oleh Michaelis-
Manten dengan hipotesis mereka tentang terjadinya kompleks enzim substrat.
c. Suhu
Reaksi kimia menggunakan katalis enzim dipengaruhi juga oleh suhu.
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang
lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena enzim itu
merupakan suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan proses
denaturasi.
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 9/18
d. pH
Struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat
berbentuk ion positif, ion negative atau ion bermuatan ganda (zwitter ion).
Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap
efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Di
samping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah atau pH tinggi
dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan
mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim.
e. Inhibitor
Mekanisme enzim dalam suatu reaksi ialah melalui pembentukan
kompleks enzim-substrat (ES). Oleh karena itu hambatan atau inhibisi pada
suatu reaksi yang menggunakan enzim sebagai katalis dapat terjadi apabila
penggabungan substrat pada bagian aktif enzim mengalami hambatan.
Molekul atau ion yang menghambat reaksi tersebut dinamakan inhibitor.
Hambatan terhadap aktivitas enzim dalam suatu reaksi kimia ini mempunyai
arti yang penting, karena hambatan tersebut juga merupakan mekanisme
pengaturan reaksi-reaksi yang terjadi dalam tubuh kita.
f. Aktivator atau Kofaktor
Aktivator atau kofaktor adalah suatu zat yang dapat mengaktifkan enzim
yang semula belum aktif. Enzim yang belum aktif disebut pre-enzim atau
zymogen (simogen). Kofaktor dapat berbentuk ion-ion dari unsur H, Fe, Cu,
Mg, Mo, Zn, Co, atau berupa koenzim, vitamin, dan enzim lain.
2.2 Enzim Amilase
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 10/18
Enzim ini dapat memecah ikatan α-1,4 dan α-1,6 pada glikogen dan
menghasilkan glukosa (Poedjiadi, 1994). Enzim amilase memiliki nama asli
diastase dan pertama kali ditemukan dan diisolasi oleh Anselme Payen pada tahun
1833. Seiring dengan penemuan-penemuan baru di bidang penelitian kelompok
enzim amilase yang dapat mendegradasi amilum dan senyawa polisakarida
lainnya juga semakin bertambah jumlahnya (Aiyer, 2005).
Menurut Hagihara dkk, (2001) ada beberapa kelompok enzim amilase
yaitu:
a. α-amilase (1,4 –α-D-glukan glukanohidrolase atau glukogenase)
Enzim α-amilase bekerja memutus ikatan α-1,4 glikosida pada amilum secara
acak terutama pada rantai yang panjang. Karena sifatnya yang dapat memutus
ikatan glikosida secara acak, enzim ini bekerja lebih cepat dibanding amilase
lainnya terutama β-amilase. Pada kelompok hewan α– amilase merupakan
enzim pencerna amilum yang utama. α– Amilase merupakan jenis enzim yang
bersifat calcium metalloenzyme dependent . Golongan α-amilase yang tahan
terhadap suhu panas digunakan pada proses likuifikasi, sedangkan α-amilase
yang bersifat labil digunakan dalam proses sakarifikasi pada pembuatan gula
cair. Kegunaan α-amilase dalam berbagai kondisi sangat dipengaruhi stabilitas
enzim tersebut. α-amilase yang tidak stabil akan tidak efektif untuk memecah
susbstrat karena aktivitasnya menurun. Hal ini dapat dipertahankan dengan
tehnik imobilisasi dan modifikasi kimia (Rosmimik dkk, 2001). Aktivitas α -
amilase dapat ditentukan dengan degradasi pati, Pati yang mengandung amilosa
bereaksi dengan yodium menghasilkan warna biru, sedangkan dekstrin apabila
bereaksi dengan yodium akan berwarna cokelat..
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 11/18
b. β-amilase (1,4 –α-D-glukan maltohidrolase ataupun sakarogen amilase)
Enzim β-amilase banyak dijumpai pada kelompok tumbuhan, bakteri dan fungi.
Enzim ini bekerja menghidrolisis amilum dari bagian ujung non reduksi dan
menghidrolisis ikatan α-1,4 glikosida pada tahap kedua hidrolisis amilum
sehingga terbentuk molekul maltosa yang disusun oleh dua unit glukosa pada
saat yang sama setelah amilase bekerja, karena pemotongannya dari arah luar
maka enzim ini disebut eksoamilase. Proses bekerjanya enzim ini dapat diamati
pada proses pematangan buah, β-amilase bekerja memecah amilum menjadi
gula sehingga buah yang matang terasa manis. Jaringan hewan tidak
menghasilkan enzim β-amilase, kecuali bila ada mikroorganisma yang
bersimbiosis di saluran pencernaannya.
c. γ – amilase (Glukoamilase)
Enzim ini disebut juga glucan 1,4-α– glukosidase, amiloglukosidase, ekso-1,4-
α–glukosidase, lisosomal α-glukosidase, glukoamilase, 1,4-α-D-glukan
glukohidrolase. Merupakan pemutus terakhir ikatan glikosida pada bagi ujung
non reduksi dari amilosa dan amilopektin untuk menghasilkan unit glukosa. γ –
amilase jarang ditemukan pada bakteri tetapi pada fungi.
2.3 Uraian Bakteri
2.3.1 Tinjauan Umum Bakteri
Bakteri berasal dari kata bakterion (Yunani) yang berarti tongkat atau
batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme
yang bersel satu, tidak berklorofil, berkembang biak dengan membelah diri, serta
demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro,
1998). Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 12/18
dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium
diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari
kata Yunani bakterion yang memiliki arti “small stick ” (Eka, 2009).
2.3.2 Morfologi Bakteri
Bakteri dapat dibagi atas tiga golongan berdasarkan bentuk morfologinya,
yaitu golongan basil, golongan kokus, dan golongan spiril (Dwidjoseputro, 1998):
a. Basil (bacillus) berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Sebagian besar
bakteri merupakan basil.
b. Kokus (coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil.
Golongan ini tidak sebanyak golongan basil.
c. Spiril (spirillum) ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa
spiral. Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat. Golongan ini
merupakan golongan yang paling kecil jika dibandingkan dengan golongan
basil dan kokus.
2.3.3 Bakteri Termofilik
Istilah termofil pertama kali dipergunakan oleh Miquel pada tahun 1879,
untuk menggambarkan organisma yang dapat berkembang pada lingkungan
dengan suhu tinggi pada saat mana bagi organisma lain sudah tidak dapat hidup
(Inchem, 2008).
Bakteri dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan suhu dimana
bakteri tersebut dapat tumbuh dengan baik. Bakteri dengan suhu rendah disebut
psikrofil, yang dapat tumbuh baik hingga suhu -100C dan suhu optimum 15
0C
atau lebih rendah. Mesofil dapat tumbuh pada suhu 20 – 400C. Termofilik dapat
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 13/18
tumbuh subur pada suhu diatas 450C bahkan lebih diatas suhu tersebut
(Indrajaya dkk, 2003).
Bakteri termofil tergolong dalam kelompok archaebacteria yang secara
umum struktur selnya memiliki beberapa kelebihan dibanding kelompok bakteri
lainnya. Kelompok ini umumnya memiliki daya adaptasi yang sangat tinggi
terhadap kondisi lingkungan yang bersifat ekstrim seperti temperatur, kadar
garam, pH, tekanan dan oksigen dimana mikroorganisma lain tidak dapat
mempertahankan aktifitas hidupnya (Nur, 2008).
2.4 Sumber Air Panas Makula Tana Toraja
Indonesia merupakan Negara penghasil sumber air panas yang cukup
banyak. Sumber air panas meskipun memiliki suhu cukup tinggi ternyata dapat
dijadikan untuk lingkungan tempat kehidupan bagi beberapa mikroorganisme
yang tahan terhadap suhu air yang panas. Sumber air panas memiliki suatu
aroma khas yaitu berupa aroma hidrogen peroksida (H2S) yang berasal dari
aktifitas bakteri anaerob yang menggunakan senyawa-senyawa sulfur. Mata air
panas yang muncul ke permukaan ini dapat mengandung klorida, bikarbonat
ataupun sulfat.
Sumber mata air panas Makula Tana Toraja terletak di desa Wala
Kecamatan Sangalla Selatan Kabupaten Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatan,
sekitar 24 kilometer sebelah selatan kota Rantepao atau 5-6 kilometer di sebelah
barat kota Makale, Temperatur tertinggi air itu 45oC pada temperatur udara 22,1
oC. Sumber panas diperkirakan berasal dari kantung magma di bawah Bukit
Kaero. Energi panas merambat melalui bebatuan. Secara geografis terletak pada
kooordinat 119°54'30" - 119°55’45" BT dan 03°06’00"– 03°07’00"LS.
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 14/18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air panas Makula
Tana Toraja, Nutrient Agar (NA), alkohol 70%, aluminium foil, kertas label,
aquadest, kapas, parafilm dan tissue roll .
3.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektofotometer, pH
meter, inkubator (haraeus), neraca analitik (haraeus), penangas listrik, stirrer, cawan petri, autoklaf, bunsen, spoit, sendok tanduk, batang pengaduk, laminar air
flow, botol semprot, jarum ose, serta alat gelas yang umum digunakan dalam
laboratorium.
3.3 Waktu Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan pada bulan Maret di Desa
Wala, Kecamatan Sangalla Selatan, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi
Selatan.
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret di laboratorium Biokimia
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Makassar.
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 15/18
3.5 Prosedur Krja
3.5.1 Pengambilan Sampel Air Panas
Sampel air panas diambil dari sumber mata air panas Makula Tana Toraja,
masing-masing pada 3 tempat yang berbeda. Sebelum sampel air diambil terlebih
dahulu dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia di lapangan kerja.
Parameter yang diukur pertama adalah suhu air di tiap titik pengambilan dengan
menggunakan termometer yang dicelupkan selama 3 menit ke dalam tiap bagian
tempat pengambilan sampel dan di catat suhunya. Parameter kedua adalah pH air
di tiap titik pengambilan diukur dengan pH meter yang dicelupkan ke permukaan
air lalu angka pH yang tertera dicatat. Sampel air diambil dari bagian kolam
dengan kedalaman 50 cm dari permukaan air. Sampel air diambil sebanyak 200
ml dari tiap tempat dan dimasukkan ke dalam botol steril dan diberi label.
Selanjutnya sampel air di bawa ke laboratorium untuk dilakukan isolasi.
3.5.2 Pembuatan Medium Padat
Medium padat dibuat dengan komposisi sebagai berikut : yeast ekstrak
0,05%, NaCl 0,1%, Bacto Agar 1,5%, pati 0,2%, pepton 0,01% dilarutkan dalam
akuades 100 mL. Selanjutnya dihomogenisasi dengan magnetik stirrer,
dipanaskan sampai larut lalu disterilkan dengan autoclave selama 30 menit,
didinginkan kemudian dituang pada cawan petri steril.
3.5.3 Isolasi Bakteri
Diambil 1 mL sampel, dimasukkan kedalam 10-15 mL medium NA
dalam cawan petri. Penebaran ini di lakukan pada 150 cawan petri yang berisi
Nutrien Agar (NA). Cawan petri yang bersisi isolat bakteri dan NA kemudian
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 16/18
digerakkan diatas meja dengan gerakan melingkar seperti angka 8, agar sel
mikroba menyebar secara merata. Setelah memadat, cawan diinkubasikan
kedalam inkubator pada suhu 30o
C dalam posisi terbalik . Koloni yang terbentuk
kemudian di kumpulkan untuk persiapan analisis. Semua pekerjaan dilakukan di
laminar air flow. Tiap isolat bakteri yang tumbuh pada media agar tersebut ditetesi
dengan larutan iodin untuk menyeleksi bakteri penghasil enzim amilase. Isolat
yang menghasilkan enzim amilase menghasilkan zona bening pada agar di sekitar
koloninya jika ditetesi dengan larutan iodin. Lebar zona bening yang terbentuk
diukur dengan menggunakan jangka sorong. Tiga isolat terbesar zona beningnnya
digunakan dalam penelitian selanjutnya untuk pengujian parameter aktivitas
enzim amilase kasar.
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 17/18
DAFTAR PUSTAKA
Aiyer, P. V., 2005. Amylases and their applications. African Journal of Biotechnology. 4(125 – 1529).
Akhdiya, A., 2003, Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin Termostabil,
Buletin Plasma Nutfah, 9(2).
Christina, D.S., 2008, Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Termofilik Penghasil
Enzim Amilase dari kawasan wisata Pemandian Air Panas Penen
Sibirubiru Sumatera Utara , Skripsi, Unversitas Medan.
Dwidjoseputro, D., 1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.
Eka, B., 2009, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba,
(Online), (http://baiqekajuniarti.blogspot.com/2009/12/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html, diakses 16 Maret 2012).
Fessenden, R. J dan Fessenden, J. S., 1997, Kimia Organik , Erlangga, Jakarta.
Hagihara, H., Igarashi K & Hayashi Y, 2001, Novel α-amylase that is
highly Resistant to chelating reagents and chemical oxidants from the
Alkaliphilic Bacillus Isolate KSM-K38, Applied and Environmental
Microbiology, 67(1744 – 1750).
Haki, G. D., Rakshit, S.K. 2003. ’Developments in Industrially Important
Thermostable Enzymes: a Review’ . Biosourche Technology, 39(17-34).
Hartuti, M.S., 2006, Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Termofilik Penghasil
Enzim Amilase dari kawasan wisata Pemandian Air Panas Pawan-
Roka Hulu, Skripsi, Unversitas Riau.
Inchem, 2008, Alpha-Amylase From Bacillus Subtilis, (online),
(http://www.inchem.org/ documents/jecfa/jecmono/v28je05.htm, Diakses
tanggal 17 Desember 2011).
Indrajaya., Madayanti. F., and Akhmaloka, 2003, Isolasi Identifikasi
Mikroorganisme Termofil Isolat. Kawah Wayang. Journal Mikrobiol
Indones, 8(53-56).
Martoharsono, S., 1998, Biokimia Jilid I , Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta, 158-163.
5/14/2018 FILSAFAT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-55a931f08dc1c 18/18
Poedjadi, A., & Supriyatni, F. M., 2005, Dasar-dasar Biokimia, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Purwadaria, T., Suwanto, A., Dirnawan, H., 2000. Eksplorasi Bakteri Termofil
Penghasil Enzim Hidrolitik Ekstraseluler dari Sumber Air PanasGunung Pancar, Jurnal Hayati, 7(2). 52-55.
Rahayu, S., 2004, Karakteristik Biokimiawi Enzim Termostabil Penghidrolisis
Kitin (Online), Disertasi tidak diterbitkan, Sekolah Pasca Sarjana , Institut
Pertanian Bogor, Bogor, (http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/sri_
Rahayu.pdf , diakses 7 Februari 2012).
Rasooli, I., Astaneh, S.D.A., Borna, H., Barchini, K.A. 2008. ‘A Thermostable α-
amylase Producing Natural Variant of Bacillus sp. Isolated from Soil in
Iran’. American Journal of Agricultural and Biological Sciences 3, 3 : 591-
596.
Rosmimik., Richana N., Lestari P. dan Said J. 2001. Studi Penambahan Ion
Terhadap Aktivitas dan Stabilitas α-Amilase Bacillus stearothermophilus
T 11-12. Jurnal Mikrobiol Indonesia. 16(12-14).
Soewoto, H., Sadikin, M., Kurniati, M. V., Wanandi, S. I., Retno, D., Abadi, P.,
Retnoprijati, A., Harahap, I. P., Jusman, S. A., 2001, Biokimia Eksperimen
Laboratorium, Widya Medika, Jakarta, 50.
Sutiamiharja, N., 2008, Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Termofilik PenghasilEnzim Amilase dari Gurukinayan Karo Sumatera Utara, Skripsi,
Unversitas Medan.
Vieille, C., dan Zeikus, G., 2001, Hyperthermophilic Enzymes Source, Uses,
and Molecular Mechanism for Thermostability. Microbiology and
Molecular Biology Reviews. 65(1 – 43).
Wijanarka dan Pujiyanto, S., 2002, Optimasi Produksi Enzim Inulinase
Termostabil Oleh Bakteri Termofilik dari Umbi Dahlia (Dahlia variabilis) ,
(Online),(http://eprints.undip.ac.id/2331/1/Inulin_Bakteri_2008.pdf,
diakses 10 Januari 2012).