Download - File Norlilawati

Transcript
Page 1: File Norlilawati

Nama : Norlilawati

Nim : PO.62242.13.127

Prodi : DIII Kebidanan

Tingkat : Reguler XV A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

TAHUN AJARAN 2013/2014

Page 2: File Norlilawati

PERDARAHAN KEHAMILAN MUDA

1. Kehamilan Ektopik

A. Definisi

Kehamilan ektopik adalah gestasi diliar kavum uteri. Kehamilan Ektopik (KET) merupakan

istilah yang lebih luas daripada kehamilan ekstrautrine, karena istilah ini mencakup gestasi pada

pars interstisialis tuba, kehamilan kornu (gestasi pada kornu uteri yang rudimenter), dan

kehamilan servikalis (gestasi dalam kanalis servikalis) dan juga kehamilan abdominal,

kehamilan ovarial, dan kehamilan tuba.

Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba falopi (saluran tuba)

menuju ke uterus (rahim). Telur tersebut akan berimplantasi (melekat) pada rahim dan mulai

tumbuh menjadi janin. Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan

tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba

falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik juga dapat terjadi di ovarium (indung telur),

rongga abdomen (perut), atau serviks (leher rahim). Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50

kehamilan. Hal yang menyebabkan besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik

adalah kurangnya deteksi dini dan pengobatan setelah diketahui mengalami kehamilan ektopik.

Page 3: File Norlilawati

Kehamilan ektopik merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu pada triwulan

pertama dari kehamilan. Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa

menjadi normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka suatu saat tuba

tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang sangat hebat dan

mematikan.Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut harus

cepat diakhiri karena besarnya risiko yang ditanggungnya.

B. Etiologi

Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu

diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko

kehamilan ektopik adalah:

1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah

kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.

2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesterone

Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral

(3 – 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik

karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang

membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.

3. Kerusakan dari saluran tuba

Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga

menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang

dapat menyebabkan gangguan saluran tuba diantaranya adalah:

1) Merokok

Kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak

merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi

(keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan

penurunan kekebalan tubuh.

2) Penyakit Radang Panggul

Page 4: File Norlilawati

Menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang

dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea

3) Endometriosis

Dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba.

Tindakan Medis biasanya dilakukan seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul,

pengobatan infertilitas seperti bayi tabung –> menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba.

C. Factor- faktor Etiologi

Setiap keadaan yang mempengatuhi struktur tuba atau fungsi tuba dapat memperlambat

pasase telur yang telah dibuahi ke dalam kavum uteri. Diantaranya meliputi keadaan-keadaan

berikut ini :

1. Salpingitis kronik, yang dapat menyebabkan obstruksi tuba parsial, baik dengan merusak

motilitas tuba ataupun dengan menciptakan divertikel yang menjebak ovum yang telah

dibuahi.

2. Operasi tuba fallopi, termasuk prosedur sterilisasi tuba.

3. Abnormalitas tuba congenital, terutama divertikel dan ostium tambahan.

4. Transmigrasi ovum dari ovarium yang berlawanan.

5. Alat kontrasepsi dalam rahim dan kontrasepsi progesterone yang rendah.

Karena metode kontrasepsi ini tidak perlu menghambat ovulasi, maka metode ini terutama

efektif sebagai kontrasepsi intrauterine dan tidak dapat mencegah kehamilan ektopik.

D. Tanda dan Gejala

Pada saat usia kehamilan mencapai usia 6-10 minggu, biasa ibu hamil yang mengalami

kehamilan ektopik akan mengalami gejala:

1. Ibu hamil mengalami rasa sakit pada daerah panggul salah satu sisinya dan biasanya terjadi

dengan tiba-tiba.

2. Mengalami kondisi perdarahan vagina di luar jadwal menstruasi atau menstruasi yang tidak

biasa.

3. Mengalami rasa nyeri yang sangat pada daerah perut bagian bawah.

4. Ibu hamil mengalami pingsan

Tanda tahap lanjut KET :

1. Rasa sakit perut yang muncul akan terjadi semakin sering

2. Gejala lainnya adalah kulit ibu hamil terlihat lebih pucat

Page 5: File Norlilawati

3. Adanya tekanan darah rendah (hipotensi)

4. Terjadinya denyut nadi yang meningkat

E. Macam-macam KET (tempat melekat)

1. Kehamilan abdominal : gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum.

2. Kehamilan ampula : KET dalam pars ampularis tuba fallopi. Umumnya berakhir dengan

abortus tuba.

3. Kehamilan servikal : gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi

dalam kanalis servikalis uteri.

4. Kehamilan heterotopik kombinasi : kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterine.

5. Kehamilan interstisial : kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopi.

6. Kehamilan intraligamenter : pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum

latum, setelah rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopi.

7. Kehamilan ismik : gestasi pada pars ismikus tuba fallopi.

8. Kehamilan ovarial : bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik, dimana blastokis

berimplantasi pada permukaan ovarium.

9. Kehamilan tuba : KET pada setiap bagian tuba fallopi. Merupakan jenis KET yang paling

sering, yaitu 95%.

F. Pencegahan

Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok

memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan

seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik

dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular

seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul

dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya

kehamilan ektopik. Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita

dapat mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan tatalaksana

secepat mungkin. Jika kita memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka kerjasama

antara dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk mencegah komplikasi kehamilan ektopik.

G. Penatalaksanaan

Page 6: File Norlilawati

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran

kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan

melalui:

1. Obat-obatan

Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah

methotrexate (obat anti kanker).

2. Operasi

Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan

yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila

memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.

2. Kehamilan Mola Hidatidosa

A. Definisi

Mola Hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta akibat kesalahan pertemuan

ovum dan sperma sewaktu fertilisasi (Sarwono Prawirohardjo, 2003). Yang kemudian ditandai

dengan :

1. Degenrasi vistik dari vili, disertai pembengkakan hidropik.

2. Avaskularitas, atau tidak adanya pembuluh darah janin.

3. Proliferasi jaringan trofoblastik.

Hasil konsepsi pada kehamilan mola tidak berkembang menjadi embrio setelah pembuahan

tetapi terjadi villi koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Rahim menjadi lunak dan

berkembang lebih cepat dari usia kehamilan yang normal, tidak dijumpai adanya janin, dan

rongga rahim hanya terisi oleh jaringan seperti buah anggur. Kehamilan mola hidatidosa

disebut juga dengan kehamilan anggur.

B. Penyebab

Hamil anggur atau mola hidatidosa dapat terjadi karena:

Page 7: File Norlilawati

1. Tidak ada buah kehamilan (agenesis) atau ada perubahan (degenerasi) sistem aliran darah

terhadap buah kehamilan, pada usia kehamilan 3-4 minggu.

2. Aliran darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin, sehingga terjadi peningkatan

produksi cairan sel trofoblas.

3. Kelainan substansi kromosom (kromatin) seks.

4. Pemeriksaan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan HCG (human chorionic

gonadotrophin) urin atau serum untuk pemeriksaan kehamilan, USG (ultrasonografi), dan uji

Sonde. Kehamilan mola juga dapat disebabkan antara lain karena faktor ovum, imunoselektif

trofoblas, sosio ekonomi rendah, paritas tinggi, umur hamil ibu di atas 45 tahun, kekurangan

protein, infeksi virus dan faktor kromosom.

C. Klasifikasi

1. Mola hidatidosa lengkap

Mola hidatidosa lengkap apabila vili hidropik, tidak ada janin dan membran, kromosom

maternal haploid dan paternal 2 haploid.

2. Mola hidatidosa parsial

Mola hidatidosa parsial apabila janin tidak teridentifikasi, campuran villi hidropik dan

normal, kromosom paternal diploid.

3. Mola hidatidosa invasif

Mola hidatidosa invasif apabila korioadenoma destruen, menginvasi miometrium,

terdiagnosis 6 bulan pasca evakuasi mola.

D. Tanda dan Gejala

Kebanyakan wanita dengan kehamilan mola juga mengalami reaksi kehamilan seperti wanita

hamil normal. Namun tanda-tanda pada umumnya antara lain :

1. Perdarahn dengan bercak coklat pada akhir trimester pertama

2. Inspeksi pada muka tampak kekunign-kuningan atau yang disebut dengan muka mola

(mola face).

3. Adanya mual-muntah parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.

Page 8: File Norlilawati

4. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (pada Mola Hidatidosa, perut

ibu lebih besar).

5. Adanya gejala-gejala hipertitoidisme seperti: intoleransi panas, gugup, penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.

6. Adanya gejala-gejala pre-eklampsia seperti: pembengkakan pada kaki dan tungkai,

peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).

Sementara itu, tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa bermula

dari kecurigaaan yang biasanya terjadi pada minggu ke 14 – 16, dengan adanya tanda-tanda

berupa:

1. Ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa.

2. Pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan.

3. Bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.

E. Diagnose banding

Diagnosa banding dari kehamilan mola hidatidosa antara lain: kehamilan ganda, hidramnion

atau abortus.

F. Komplikasi Kehamilan Mola

Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan mola hidatidosa adalah:

1. Perdarahan hebat sampai syok;

2. Perdarahan berulang;

3. Anemia; Infeksi sekunder; Perforasi karena tindakan dan keganasan, dan Keganasan

apabila terjadi mola destruens/ koriokarsinoma

G. Penatalaksanaan Kehamilan Mola Hidatidosa

Prinsip penatalaksanaan kehamilan mola hidatidosa adalah evakuasi dan evaluasi.

1. Jika perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, maka atasi syok dan perbaiki keadaan

umum terlebih dahulu.

2. Kuretase dilakukansetelah diagnosis dapat ditegakkan secara pasti.

3. Pemeriksaan dan pemantauan kadar hCG pasca kuretase perlu dilakukan mengingat

kemungkinan terjadi keganasan.

Page 9: File Norlilawati

4. Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar hCG normal.

5. Pemberian kemoterapi pada mola hidatidosa dengan resiko tinggi.

3. Abortus

A. Definisi

Abortus adalah istilah yang diberikan untuk semua kehamilan yang berakhir sebelum periode

viabilitas janin, yaitu berakhir sebelum berat janin 500 gram. Bila berat badan tidak diketahui,

maka perkiraan lama kehamilan kurang dari 20 minggu lengkap (139 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir normal yang dapat dipakai.

B. Diagnosis Perdarahan Kehamilan muda

1. Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita dengan anemia, penyakit

radang panggul (pelvic inflammatory disease- PID), gejala abortus atau keluhan

nyeri yang tidak biasa.

2. Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami

terlambat haid (lebih 1 bulan sejak haid terakhir) dan mempunyai 1 atau lebih

tanda berikut : perdarahan, kaku perut, pengeluaran sebagian produk konsepsi,

serviks yang berdilatasi atau uterus yang lebih kecil dari seharusnya.

3. Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis, kenali dan segera tangani

komplikasi yang ada.

C. Patologi Abortus

Abortus terjadi karena adanya perdarahan desidua basalis yang berdampak terjadi nekrosis

jaringan sekitar sehingga sebagian atau seluruh hasil konsepsi keluar dan menyebabkan uterus

menjadi berkontraksi. Hasil konsepsi kurang dari umur kehamilan 8 minggu dapat keluar

seluruhnya, sedangkan hasil konsepsi dengan umur kehamilan 8–14 minggu maka hasil

konsepsi keluar sebagian atau seluruhnya. Pengeluaran hasil konsepsi umumnya ditandai

dengan perdarahan.

D. Klasifikasi

Secara garis besar menurut usia kehamilan, terdiri atas:

1. Perdarahan pada usia kehamilan 0 - 12 minggu (trimester I).

2. Perdarahan pada kehamilan 12 - 20 minggu (trimester II).

Page 10: File Norlilawati

Pembagian lain adalah :

1. Abortus spontan yang dapat dibagi lagi atas :

a. Abortus iminens atau ancaman terjadinya abortus.

b. Abortus insipines atau abortus yang sedang berlangsung.

c. Abortus inkompletus jika sebagian hasil konsepsi telah keluar.

d. Abortus kompletus jika seluruh hasil konsepsi telah keluar.

2. Abortus provokatus atau abortus yang disengaja terdiri atas:

a. Abortus provokatus medisinalis yaitu abortus yang dibuat atas dasar alasan kesehatan

ibu.

b. Abortus provokatus kriminalis yaitu abortus dilakukan tanpa alasan medik dan biasanya

dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.

c. Abortus infeksiosus yaitu abortus disertai infeksi kandungan.

d. Abortus septic bila infeksi sudah menyebar ke seluruh tubuh.

e. Abortus habitualis yaitu abortus terjadi 3 kali berturut-turut.

f. "Missed abortion" yaitu janin yang sudah meninggal tertahan sampai lebih dari 2 bulan,

biasanya disertai dengan gangguan pembekuan darah.

E. Penyebab

Penyebab abortus adalah sebagai berikut :

1. Gangguan kromosom.

2. Gangguan hormonal.

3. Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,Rubella,

Cytomegalovirus dan Herpes virus tipe 1 atau 2), penyakit akibat hubungan seksual,

penyakit infeksi umum seperti malaria dll.

4. Kelainan alat genitalia seperti terdapat tumor kandungan (mioma uteri), kelainan padaaa

mulut rahim (cervical incompetence).

5. Terdapat antibodi antikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah di belakang

ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari ari-

ari tersebut.

6. Cacat bawaan berat pada janin.

7. Penyakit metabolik- endokrin seperti kencing manis.

Page 11: File Norlilawati

8. Faktor kelainan ovum: degenerasi hidatid villi

9. Faktor ibu: penderita anomali kongenital, kelainan letak uterus, kurangnya persiapan

uterus, distorsio uterus, peregangan uterus terlalu cepat (kehamilan mola, gemeli) dan

gangguan sirkulasi plasenta: penderita nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,

anomali plasenta.

10. Penyakit ibu: penyakit infeksi, keracunan, malnutrisi, gangguan metabolisme,

penyakit kardiovaskuler, Faktor embrionik, Kelainan kromosom, Antagonis rhesus,

Korpus luteum terlalu cepat atrofi atau faktor serviks, Rangsangan kontraksi uterus:

laparotomi, terkejut, uterotonika, dan Faktor bapak: umur, penyakit kronis (TBC, anemi,

jantung, keracunan, malnutrisi).

F. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala abortus antara lain nyeri abdomen bawah, nyeri lepas, uterus terasa lemas,

perdarahan berlanjut, lemah, lesu, demam, sekret vagina berbau, sekret & pus dari serviks, dan

nyeri goyang serviks. Komplikasinya adalah infeksi / sepsis. Penanganannya adalah mulai

memberikan antibiotik sesegera mungkin sebelum melakukan aspirasi vakum manual.

Antibiotiknya berupa ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgbb IV tiap 24

jam ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai ibu bebas demam 48 jam.

Tanda dan gejala lainnya adalah nyeri / kaku pada abdomen, nyeri lepas, distensi abdomen,

abdomen terasa tegang & keras, nyeri bahu, mual-muntah, dan demam. Komplikasinya adalah

perlukaan uterus, vagina atau usus. Penanganannya yaitu lakukan laparotomi untuk

memperbaiki perlukaan dan lakukan aspirasi vakum manual secara berurutan. Mintalah bantuan

lebih lanjut jika dibutuhkan.

1. Abortus Iminens

Perdarahan pervaginam adalah gejala yang paling khas dan dapat bervariasi dari secret

vagina berdarah sampai bercak atau minimum. Biasanya perdarahan kurang dari haid normal,

tidak ada jaringan plasenta yang dikeluarkan.

Nyeri abdomen suprapubik, intermitem dan bersifat kram dapat tidak ada, minimum atau

ringan. Beberapa pasien mungkin mengeluh nyeri punggung bawah.

Gejala kehamilan: selama kehamilan viable, biasanya tidak ada perubahan gjala kehamilan

subjektif: nyeri tekan payudara, mual pagi hari dan seterusnya.

Page 12: File Norlilawati

2. Abortus Insipiens

Nyeri abdomen : kram suprapubik intermiten, progesif diakaibatkan oleh kontraksi uterus

yang menimbulkan pendatarn dan dilatasi serviks.

Perdarahan per vaginam: jumlah perdarahan cenderung sangat bervariasi. Beberapa pasien

berdarah hebat, sementara lainnya mungkin menunjukan gejala minimum.

Riwayat haid: meskipun sebagian besar abortus sebelum 12 minggu setelah siklus haid

terakhir, namun abortus yang terlambat dapat terjadi pada tirimester II. Kebocoran cairan

amnion: bila selaput amnion pecah.

3. Abortus Inkompletus

Nyeri abdomen: nyeri kram suprapubik dalam upaya pengeluaran isi uterus. Perdarahan per

vaginam: perdarahan yang terjadi biasanya lebih banyak daripada darah haid. Perdarahan

mungkin hebat dan mengakibatkan syok hipovolemik.

Gejala haid: biasanya pasien telah melewatkan 2 siklus haid, karena abortus ini biasanya

terjadi setelah 10 minggu mulainya siklus haid terakhoir.

Gejala kehamilan: banyak pasien mengalami hilangnya gejala kehamilan subjektif. Hal ini

menandai kematian janin intrauterine.

4. Missed Abortus

Bercak atau noda vagina yang dapat menetap dan mencetuskan kunjungan darurat. Gejala

haid: biasanya pasien sadar akan interval amenore dan melaporkan bahwa siklus haid

normalnya yang terakhir terjadi tiga sampai lima bulan berikutnya. Gejala kehamilan: hilangnya

gejala kehamilan subjektif.Gejala lain: jarang, ekimosis kulit, epistaksis atau perdarahan gusi

dapat merupakan satu-satunya gejala pasien yang menunjukan suatu cacat koagulasi penyerta.

5. Abortus Septik

Nyeri abdomen yang menyertai biasanya suprapubik, hebat dan konstan. Perdarah per

vaginam: perdarahan biasnaya bervariasi ada yang minimum ada yang hebat. Gejala haid:

siklus haid normalnya yang terakhir dua bulan atau lebih sebelum mulai timbul gejala ini dan

menggigil dan demam.

G. Penanganan Umum

Page 13: File Norlilawati

Lakukan penilaian secara cepat mengenaii keadaan umum pasien, termasuk

tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).

Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkerringat banyak, pingsan, tekanan sistolik

kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).

Jika dicurigai terjadi syok, segera mullai penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda

syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukanevaluasi mengenai kondisi

wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting

untuk memulai penanganan syok dengan segera.

Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik

terganggu.

Pasang infus dengan jarum infus besar ((16 G atau lebih), berikan larutan garam fisiologik

atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2 jam pertama).

H. Penatalaksanaan

a. Penanganan abortus imminens :

1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.

2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.

3. Jika perdarahan :

Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika

perdarahan terjadi lagi.

Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan

konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,

khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,

mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.

4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya salbutamol

atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah

abortus.

b. Penanganan abortus insipiens :

Page 14: File Norlilawati

1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum

manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :

Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila

perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila

perlu). Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi. Jika perlu,

lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per

menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

c. Penanganan abortus inkomplit :

1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,

evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti,

beriergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per

oral.

2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16

minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :

Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret

tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia. Jika evakuasi

belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit

bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :

Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer

laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu

berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi

(maksimal 800 mcg). Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Page 15: File Norlilawati

d. Penanganan abortus komplit :

1. Tidak perlu evaluasi lagi.

2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.

3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari

selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.

5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

e. Pemantauan Pasca abortus

Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan.

Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak

diinginkan :

1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode kontrasepsi

yang paling sesuai.

Metode kontrasepsi pasca abortus :

1. Kondom

Waktu aplikasinya segera, efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien dan dapat

mencegah penyakit menular seksual.

2. Pil kontrasepsi

Waktu aplikasinya segera dan cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil

secara teratur.

3. Suntikan

Waktu aplikasinya segera dan konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi.

4. Implan

Waktu aplikasinya segera dan jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin

kontrasepsi jangka panjang.

5. Alat kontrasepsi dalam rahim

Page 16: File Norlilawati

Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali dan tunda insersi jika

hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai adanya infeksi.

6. Tubektomi

Waktu aplikasinya segera, untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas. Jika dicurigai

adanya infeksi,tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda

sampai anemia telah diperbaiki dan sediakan metode alternatif (seperti kondom). Beberapa

wanita mungkin membutuhkan :

1. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml atau jika dinding

vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.

2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit

intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.

3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual dan Penapisan kanker serviks.

I. Pencegahan

1. Mengikuti pola hidup sehat seperti makan makanan bergizi, tidur teratur, melakukan

aktivitas yang tidak berlebihan serta menghindari rokok, minuman beralkohol, makanan

yang kurang masak/mentah dll.

2. Sebaiknya hubungan seks pada kehamilan trimester I dibatasi dan harus hati-hati, karena

sperma mengandung zat yang disebut prostaglandin yang dapat menyebabkan kontraksi

rahim.

3. Tidak melakukan perjalanan jauh apabila melalui udara.

4. Segera memeriksakan diri pada dokter kandungan bila terlambat haid 2 minggu.

Page 17: File Norlilawati

PERDARAHAN KEHAMILAN LANJUT

1. Plasenta Previa

A. Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa

sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum ( Sarwono, ilmu kebidanan

2010 ).

Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah

proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut

berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi.

Plasenta previa adalah plasenta ada di depan jalan lahir (prae: didepan, vias: jalan ). Jadi

yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali sehingga

menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada

dinding depan atau belakang rahim di daerah fundus uteri ( winknjosastro, 1999 )

Jenis – jenis plasenta previa :

1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri

internum.

Page 18: File Norlilawati

2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.

3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri

internum.

4. Plasenta retak rendah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian

rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2cm dari ostium uteri

internum. Jarak yang lebih dari 2cm dianggap plasenta letak normal.

B. Etiologi

Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari

plasenta previa. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih

melebar lagi dan serviks akan lebih membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah

uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta

yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus, pada saat itulah

melailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang

disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman ( Winkjosatro, 1999 ).

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui dengan

pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daera segmen bawah

rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori yang lain mengemukakan sebagai salah

satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat

dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah

sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian

atrofi di endometrium yang semuanya dapat di pandang sebagi faktor resiko bagi terjadinya

plasenta previa ( Sarwono, ilmu kebidanan 2010 ).

C. Patofisiologi

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih

awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan

mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal

yaitu bagian desidua basalis yan bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya

isthimus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit

banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.

Page 19: File Norlilawati

Demikian pula pada waktu srviks mendatar ( Effacement ) dan membuka ( dilatation ) ada

bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang

berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena

fenomena pembentukan segera bawah rahim itu perdarahan pada di tempat itu relatif

dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahimdan serviks tidak mampu

berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan

akibatpembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan

berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari

plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebil banyak dan lebih lama.

D. Diagnosis

Menurut mochtar ( 1998 ), diagnosis ditegakan dengan adanya gejala-gejala klinis dan

beberapa pemeriksaan sebagai berikut :

1. Anamnesa plasenta previa, antara lain: terjadinya perdarahan pada kehamilan 28minggu

berlangsung tanpa nyeri, dapat berulang, tanpa alasan terutama pada multigravida.

2. Pada inspeksi dijumpai antara lain: perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal dan

pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.

3. Pemeriksaan fisik ibu, antara lain dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai

syok, kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.

4. Pemeriksaan khusus kebidanan

a. Palpasi abdomen didapatkan: janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai

dengan usia kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi, karena plasenta berada

disegmen bawah rahim, bila cukup pengalaman bisa dirasakan suatu bantalan pada

segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.

b. Pemeriksaan denyut jantung janin: bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian

dalam rahim.

c. Pemeriksaan inspekulo: dengan memakai spekulum secara hati-hati, dilihat dari mana

asal pendarahan, apakah dari dalam uterus atau dari kelainan serviks, vagina, varises.

d. Pemeriksaan penunjang, sitrografi: mula-mula kandungan kemih dikosongkan, lalu

dimasukan 40cc larutan NaCl 12,5% kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul.

Bila jarak kepala dan kemih berselisih dari 1cm, kemungkinan terdapat plasenta

previa.

Page 20: File Norlilawati

e. Pemeriksaan dalam : dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera mengambil

tindakan. Walaupun begitu, kita harus berhati-hati karena bahaya yang sangat besar,

bahaya pemeriksaan dalam dapat menyebabkan perdarahan yang hebat, terjadi

inspeksi, menimbulkan his dan terjadi partu prematur, indikasi pemerikaan dalam,

perdarahan banyak, lebih dari 500cc, perdarahan berulan-ulang, perdarahn sekali atau

banyak.

E. Komplikasi-komplikasi

Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta

previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal.

1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta

dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan pendarahan yang

terjadi itu tidak dapat di cegah sehinggga penderita menjadi anemia bahkan syok.

2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang

tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos kedalam

miometriumbahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta

inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang

perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk kedalam miometrium.

3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial

untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati-

hati pada semua tindakan manual ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan plasenta

dengan tangan pada retensio plasenta.

4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih sering

diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.

5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian karena tindakan

terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada

kehamilan < 37minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru

janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin sebagai

upaya antisipasi.

6. Komlikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan selain masa

rawatan yang lebih lama adalah beresiko tinggi untuk solusio plasenta ( Risiko Relatif

13,8 ), seksio sesarea ( RR 3,9 ) kelainan letak janin ( RR 2,8 ) Perdarahan pasca persalinan

Page 21: File Norlilawati

( RR 1,7 ), kematian maternal akibat pendarahan ( 50% )dan disseminated intravascular

coagulation(DIC)15,9%

F. Prognosis

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan

dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif denga USG

disamping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit

kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah

melahirkan dengan seksio sesarea atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan.

Penurunan jumlah ibu hamil denga paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program

keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian, banyak

komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin masih belum terlepas dari

komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena intervensi saksio

sesarea. Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan

konservatif diberlakukan. Pada suatu penelitian yang melibatkan 93.000 persalinan oleh Crane

dan kawan-kawan (1999) dilaporkan angka kelahiran prematur 47%. Hubungan hambatan

pertumbuhan janin dan kelainan bawaan dengan plasenta previa belum terbukti.

G. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah:

1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.

2. Darah biasanya berwarna merah segar.

3. Terjadi saat tidur atau saat melakukan aktifitas.

4. Bagian terdepan janin tinggi ( Floating ), sering dijumpai kelainan letak janin.

5. Pendarahan pertama First bleeding ) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecualibila

dilakukan pemeriksaan dalam sebelumnya. Tetapi pendarahan berikutnya ( reccurent

bleeding) biasanya lebih banyak.

H. Penatalaksanaan

Menurut sarwono ( 2009 ) terdapat 2 macam terapi, yaitu :

1. Terapi Ekspektatif

Tujuan terapi ekspektatif adalahsupaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat

tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui knalis serviks. Upaya diagnosis dilakukan secara

non-invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.

Page 22: File Norlilawati

Syarat-syarat terapi ekspektatif:

a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit kemudian berhenti

b. Belum ada tanda-tanda inpartu

c. Keadaan umum ibu cukup baik(kadar hb dalam batas normal)

d. Janin masih hidup

e. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis

f. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan profil

biofisik, letak dan presentasi janin.

g. Berikan tokolitik bila ada kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutka 4 g stiap 6jam,

Nifedipin 3 x 20 mg/hari, Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru

janin, Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok ( Bubble Test ) dari hasil

amniosentesis.

h. Bila setelah usia kehamilan diatas 34minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium

uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan

observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.

i. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien

dapat di pulangkan untuk rawatjalan ( kecuali apabila rumah pasie diluar kota dan jarak

untuk encapai rumah sakit lebih dar 2 jam ) dengan pesan untuk segera kembali ke

rumah sakit apabila terjadi pendarahan berulang.

2. Terapi Aktif

a. Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,

harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.

b. Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah

semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika: Infus/transfusi telah terpasang, kamar

dan tim operasi telah siap, Kehamilan >37 minggu ( berat badan >2500gram ) dan

inpartu, Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor ( misal :

anansefali ), Perdarhan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas

panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar ).

Menurut winkjosastro ( 2002 ) Prinsip dasar penanganan plasenta previa yait, setiap ibu

perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas transfusi

darah dan operasi. Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali atau boleh dikatakan

Page 23: File Norlilawati

tidak pernah menyebabkan kematian, asal sebelumya tidak di periksa dalam. Biasana masih

cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah sakit, sebelum terjadi perdarahan

berikutnya yang selalu akan lebih banyak dari sebelumya, jangan sekali-kali melakukan

pemeriksaan dalam keadaan siap operasi. Apabila dengan penilaian yang tenang dan jujur

ternyata perdarahan yang teah berlangsung atau yang akan berlangsung tidak akan

membahayakan ibu dan janin ( yang masih hidup ) dan kehamilannya belum cukup 36 minggu

atau taksiran berat janin belum mencapai 2500gram, dan persalinan belum mulai, dapat

dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janin dapat sampai janin dapat hidup di luar

kandungan lebih baik lagi.

2. Solusio Plasenta

A. Definisi

Solusio plasenta merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri

yang terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Kejadian ini sering terjadi dalam

kehamilan triwulan 3 dan bisa juga pada setiap saat dalam kehamilan >22 minggu dengan berat

janin >500gr disertai dengan pembekuan darah.

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada

uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau janin diatas

500gr ( Rustan,2002).Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta sebelum waktunnya plasenta

itu secara terlepas anak lahir jadi plasenta terlepas sebelum waktunya kalau terlepas sebelum

anak lahir.

Solusio plasenta adalahn terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta

dari tempat impalntasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya

yakni anak lahir. ( Sarwono, ilmu kebidanan 2010 ).

Jadi definisi yang lengkap ialah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta

yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak ( menurut buku obstetrik

patologi, 2002 ).

B. Klasifikasi Solusio Plasenta

Page 24: File Norlilawati

Menurut cara terlepasnya dibagi menjadi: solusio lasenta parsialis, dimana hanya sebagian

kecil pinggir plasenta yang terlepas dari tempat perlekatannya. Solusio plasenta totalis atau

komplit, dimana plasenta terlepas seluruh dari tempat perlekatannya. Secara klinis dibagi

menjadi:

1. Solusio plasenta ringan, yakni ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil

plasenta yang tidak berdarah banyak , sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau

janin. Dengan gejala: Perdarahan Pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit

sekali, perut terasa agak sakit terus menerus tegang.

2. Solusio plasenta sedang, dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum

sampai dua pertiga luas permukaannya, ditandai : perdarahan pervaginam yang berwarna

kehitam-hitaman, perut mendadak sakit terus menerus dan tidak lama kemudian disusul

dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit tetapi memungkinkan lebih

banyak perdarahan di dalam, di dinding uterus teraba terus menerus dan nyeri tekan

sehingga bagian janin sulit di raba, apabila janin masih hidup bunyi jantung sukar didengar

denga stetoskop biasa denga stetoskop ultra Jadi definisi yang lengkap ialah : solusio

plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu

22 dan lahirnya anak ( menurut buku obstetrik patologi, 2002 ) Jadi definisi yang lengkap

ialah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya

antara minggu 22 dan lahirnya anak ( menurut buku obstetrik patologi, 2002 ).

3. Solusio plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga permukaanyaterjadinya sangant tiba-

tiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal, gejalanya: ibu telah masuk

dalam keadaan syok dan kemungkinan janin telah meninggal, Uterus sangat tegang seperti

papan dan sangat nyeri, perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan syok ibu,

Perdarahan pervaginammungkin belum sempat terjadi besar keungkinan telah terjadi

kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal

C. Etiologi

Solusio plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas, wqalaupun beberapa keadaan

tertentu dapat menyertai seperti : umur ibu yang tua (> 35 tahun) karena kekuatan rahim ibu

berkurang pada multiparitas, penyakit hipertensi menahun, karena perdarahan darah ibu

terganggu sehingga suplay darah janin tidak ada, trauma abdomen, seperti terjatuh

terlengkup,tendangan anak yang sedang digendong. Karena pengecilan yang tiba-tiba pada

Page 25: File Norlilawati

hidromnion dan gemeli, tali pusat yang pendek, karena pergerakan janin yang banyak atau

bebas, setelah versi luar sehingga terlepasnya plasenta, karena tarikan tali pusat.

Menurut sarwono ilmu kebidanan (2012), Sebab yang primer dari solusio plasenta tidak

diketahui, terapi terdapat beberapa keadaan patologi yang terlihat lebih sering bersama dengan

atau menyertai solusio plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko. Usia ibu dan paritas yang

tinggi beresiko lebih tinggi.

D. Patofisiologi

Sesungguhnya solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari

suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya

pada desidua basalis sehinggaterjadi pendarahan. Oleh karena itu patofisiologinya bergantung

pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah di

desidua. ( Sarwono, 2010 ).

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk

hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan

sedikit, hematoma yang kecil itu hanya mendesak jaringan plasenta, pendarahan darah antara

uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun tidak jelas. Kejadian baru

diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan

maternalnya denga bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.

E. Komplikasi-komplikasi

Komplikasi yang terjadi bisa terjadi pada ibu maupun janin yang dikandungnya dengan

kriteria :

1. Komplikasi pada ibu yaitu perdarahanyang dapat menimbulkan: variasi turunnya tekanan

darah sampai keadaan syok , perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis syok,

kesadaran bervariasi dari baik sampai koma.

2. Gangguan pembekuan darah: masuknya trombosit kedalam sirkulasi darah menyebabkan

pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis, terjadinya fibrinogen sehingga

hipofibrogen dapat mengganggu pembekuan darah.

3. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan

produksi urin semakin berkurang.

Page 26: File Norlilawati

4. Perdarahan postpartum: Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah

ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia

uteri. Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan.

5. Sementara komplikasi-komlikasi yang terjadi pada janin antara lain: Asfiksia ringan

sampai berat dan kematian janin, karena pendarahan yang timbul dibelakang plasenta yang

mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai

kematian janin dalam rahim tergantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari

implantasinya di fundus uteri.

Menurut sarwono ilmu kebidanan ( 2010), komplikasi solusio plasenta berasal dari

perdarahan retroplasenta yang terus berlangsung sehingga menimbulkan berbagi akibat pada

ibu seperti anemia, syok hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah,

gagal ginjal mendadak, dan uterus couvelaire disamping komplikasi sindroma insufisiensi

fungsi plasenta pada janin berupa angka kematian perinatal yang tinggi. Sindroma sheehan

terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari kematian setelah menderita syok yang

berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan nekrosis adenohipofisis sebagai akibat

solusio plasenta.

F. Prognosis

Solusio plasenta mempunya prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan lebih buruk lagi

bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta ringa masih mempunyai

prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada kematian dan morbiditasnya rendah.

Solusio plasenta sedang mempunya prognosis yang lebih buruk terutama terhadap janinnya

karena mortilitas dan morbiditas parinatal yang tinggi di samping morbiditas ibu, yang lebih

berat.

Solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk baik terhadap ibu lebih-lebih

terhadap janinnya. Umunya pada keadaan yang demikian janin telah mati dan mortalitas

maternal meningkat akibat salah satu komplikasi. Pada solusio plasenta sedang dan berat

prognosisnya juga bergantung pada kecepatan dan ketepatan bantuan medik yang diperoleh

pasien. Transfusi darah yang banyak dengan segera dan terminasi kehamilan tepat waktu

sangant menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.

G. Diagnosis

Page 27: File Norlilawati

Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakan berdasarkan gejala dan tanda klinik yaitu

perdarahan melaui vagina, nyeri pada uterus, kontraksi tetanik pada uterus, dan pada solusio

plasenta yang berat terdapat kelainan denyut jantung janin pada pemeriksaan dengan KTG.

Namun, adakalanya pasien datang dengan gejala mirip persalinan prematur, ataupun datang

dengan perdarahan tidak banyak dengan perut tegang, tetapi janin telah meninggal. Diagnosis

definitif hanya bisa ditegakan secara retrosfektif yaitu setelah partus dengan melihat adanya

hematoma retloplasenta.

Penggunaan color Dopper bisa membantu diagnosis solusio plasenta dimana tidak terdapat

sirkulasi darah yang aktif padanya, sedangkan pada komleksitaslain, baik kompleksitas

retroplasenta yang hiperekoik maupun yang hipoekoik seperti mioma dan konntraksii uterus,

terdapat sirkulasi darah yang aktif padanya. Pada kontraksi uterus terdapat sirkulasi aktif

didalamnya, pada mioma sirkulasi aktif terdapat lebih banyak pada bagian perferi dari pada

bagian tengahnya.

H. Tanda dan gejala

Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut:

1. Perdarahan yang disertai nyeri.

2. Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok tidak sesuai dengan banyaknya darah yang

keluar.

3. Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri sangat dipegang karena isi rahim bertambah

dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hinggga rahim teregang (uterus

enbois).

4. Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.

5. Fundus uteri makin lama makin baik.

6. Bunyi jantung biasanya tidak ada.

7. Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus ( karena isi rahim bertambah ).

8. Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklamsi.

I. Penatalaksanaan

Semua pasien yang tesangka menderita solusio plasenta harus dirawat inap di rumah sakit

yang berfasilitas cukup. Ketika masuk segera dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk

Page 28: File Norlilawati

kadar Hb dan golongan darah. Penanganan ekspektatif pada kehamilan belum genap bulan

berfaedah bagi janin tetapi persalinan umunya persalinan preterm tidak terhindarkan baik

spontan sebagai komplikasi solusio plasenta maupun atas indikasi obtertrik yang timbul setelah

beberapa hari dalam rawatan. Terhadap pemberian tokolisis masih terdapat silang pendapat

disamping keberhasilan yang belum menjajikan.

3. Ruptura Uteri

A. Definisi

Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya

regang miometrium. Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet

atau traumatik. Ruptura uteri termasuk salah satu diagnosis banding apabila wanita dalam

persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan

pervaginam. Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya.

Risiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi pada kasus ini. Ruptura

uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma pada parametrium, kadan-kadang sangat sulit

untuk segera dokenali sehingga seringkali menimbulkan komplikasi serius atau bahkan

kematian.

Syok yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar karena

perdarahan hebat dapat terjadi kedalam kavum abdomen. Keadaan-keadaan seperti ini sangat

perlu untuk di waspadai pada partus lama. ( sarwono, 2009).

Menurut sarwono ( 2010 ), Yang dimaksud rupture uteri komplit ialah keadaan robekan

pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga

Page 29: File Norlilawati

peritoneum. Peritoneum viserale dan kantong ketuban keduanya ikut ruptur dengan demikian

janin sebagian atau seluruh tubuhnya telah keluar oleh kontraksi terakhir rahim dan berada

dalam kavum peritonei atau rongga abdomen, pada ruptura uteri komplit hubungan kedua

rongga tersebut masih dibatasi oleh peritoneum viserale. Pada keadaan yang demikian janin

belum masuk ke dalam rongga peritoneum. Pada dehisens dari parut bekas bedah sesar

kantong ketuban juga belum robek, tetapi jika kantung ketuban ikut robek maka disebut telah

terjadi rupture uteri parut. Dehisens bisa berubah menjadi rutura pada waktu partus atau akibat

manipulasi lain pada rahim yang berparut, biasanya bekas bedah sesar pada persalinan yang

lalu. Dehisens terjadi perlahan, sedangkan ruprura uteri terjadi secara dramatis. Ketentuan ini

berguna untuk membedakan ruptura uteri inkomplit denga dehisens yang sama-sama bisa

terjadi pada bekas bedah sesar. Pada dehisens perdarahan minimal atau tidak berdarah, tapi

pada ruptur uteri perdarahan banyak yang berasal dari pinggir parut atau robekan baru yang

meluas.

B. Etiologi

Ruptura uteri bisa disebabkan oleh anomali atau kerusakan yang telah ada sebelumnya,

karena trauma, atau sebagai komplikasi perlainan pada rahim yang telah diseksio sesarea pada

persalinan sebelumnya. Lebih lagi jika pada uterus yang demikian dilakukan partus percobaan

atau persalinan di rangsang dengan oksitosin atau sejenis.

Pasien yang beresiko tinggi antara lain persalinan yang mengalami distosia, grande multipara,

pengunaan oksitosin atau prostaglandin untuk mempercepat persalinan, pasien hamil yang

pernah melahirkan sebelumnya melalui bedah sesar atau operasi lain pada rahimnya. Pada

pasien dengan panggul sempit atau bekas atau bekas seksio sesarea

C. Patofisiologi

Pada waktu his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi. Dengan demikian,

dinding korpus uteri atau atau segmen atas rahim menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri

menjadi lebih kecil. Akibatnya, tubuh janin yang menempati korpus uteri terdorongkebawah ke

dalam segmen bawah rahim. Segmen bawah janin menjadi lebih lebar dan karena dindingnya

menjadi lebih tipis karena tertarik ke atas oleh kontraksi segmen atas rahim yang kuat, berulang

Page 30: File Norlilawati

dan sering sehingga lingkaran retraksi yang membatasi kedua segmen semakin bertambah

tinggi.

Apabila bagian terbawah janin dapat terdorong turun tanpa halangan dan apabila kapasitas

segmen bawah rahim telah penuh terpakai untuk ditempati oleh tubuh janin, maka pada

gilirannya bagian terbawa janin terdorong masuk kedalam jalan lahir melalui pintu atas panggul

kedalam vagina melalui pembukaan jika serviks bisa mengalah. Sebaliknya, apabila bagian

terbawah janin tidak dapat turun oleh karena suatu sebab yang menahannya( misalnya panggul

sempit atau kepala janin besar ) maka volume korpus yang tambah mengecil pada waktu ada his

harus diimbangi oleh peluasan segmen bawah rahim ke atas.

D. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala ruptura uteri adalah sebagai berikut :

1. Tanda gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.

2. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen.

3. Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri.

4. Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )

5. Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas

pendek ( sesak ).

6. Bagian presentasi dapat digerakan diatas rongga panggul

7. Bagian janin lebih mudah di palpasi.

8. Nyeri tekan meningkat di seluruh abdomen.

9. Nyeri berat pada supra pubis dan Kontraksi uterus hipotonik

E. Diagnosis

Ruptura uteri iminens mudah dikenal pada ring van bandl yang semakin tinggi dan segmen

bawah rahim yang tipis dan keadaan ibu yang gelisah takut karena nyeri abdomen atau his kuat

yang berkelanjutan disertai tanda-tanda gawat janin. Gambaran klinik ruptur uteri adalah khas

sekali. Oleh sebab itu pada umumnya tidak sukar menetapkan diagnosisnya atas dasar tanda-

tanda klinik yang telah diuraikan. Untuk menetapkan apakah ruptura in komplit perlu

dilanjutkan denga priksa dalam. Pada ruptura uteri komplit jari-jari tangan pemeriksa dapat

melakukan beberapa hal sebagai berikut:

1. Jari-jari tangan dalam bisa meraba permukaan rahim dan dinding perut yang licin.

Page 31: File Norlilawati

2. Dapat meraba pinggir robekan, biasanya terdapat pada bagian depan di segmen bawah

rahim.

3. Dapat memegang usus halus atau omentum melalui robekan.

4. Dinding perut ibu dapat ditekan menonjol keatas oleh ujung jari-jari tangan dalam sehingga

ujung jari-jari tangan luar saling mudah meraba unung jari-jari tangan dalam.

F. Prognosis

Prognosis bergantung pada apakah ruptur uteri terjadi pada uterus yang masih utuh atau

pada bekas seksio sesarea atau suatu dehisens. Bila terjadi pada bekas seksio sesarea atau pada

dehisens perdarahan yang terjadi minimal sehingga tidak sampai menimbulkan kematian

maternal dan kemtian parinatal. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kecepata pasien

menerima tindakan bantuan yang tepat dan cekatan.

Ruptura uteri spontan dalam persalinan pada rahim yang tadinya masih utuh

mengakibatkan robekan yang luas dengan pinggir luka yang tidak rata dan bisa meluas ke

lateral dan mengenai cabang-cabang arteria uterina atau kedalam ligamentum latum atau

meluas keatas atau ke vagina di sertai perdarahan yang banyak dengan mortalitas maternal yang

tinggi dan kematian perinatal yang jauh lebih tinggi.

G. Komplikasi

Syok hipovolemik karena perdarahan yang hebat dan sepsis akibat infeksi adalah dua

komplikasi yang fatal pada peristiwa ruptur uteri. Syok hipovolemik terjadi bila pasien tidak

segera mendapat infus cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam waktu yang cepat

digantikan dengan transfusi darah segar. Darah segar mempunyai kelebihan selain

menggantikan darah yang hilang juga mengandung semua unsur atau faktor pembekuan dan

karena itu lebih bermanfaat demi mencegah dan mengatasi koagulopati dilusional akibat

pemberian cairan kristaloid yang umumnya banyak diperlukan untuk mengatasi atau mencegah

gangguan kesimbangan elektrolit antar-kompartemen cairan dalam tubuh dalam menghadapi

syok hipovolemik.

Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman di mana ruptur uteri telah terjadi

sebelum tiba di rumah sakit dan telah mengalami berbagai manipulasi termasuk periksa dalam

yang berulang. Jika dalam keaadaan yang demikian pasien tidak segera memperoleh terapi

antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien akan menderita peritonitas yang luas dan menjadi

sepsis pasca bedah. Sayangnya hasil pemeriksaan kultur dan resistensi bakteriologik dari

Page 32: File Norlilawati

sample darah pasien baru di peroleh beberapa hari kemudian. Antibiotika spektrum luas dalam

dosis tinggi biasanya diberikan untuk mengantisipasi kejadian sepsis. Syok hipovolemik dan

sepsis merupakan sebab utama yang meninggikan angka kematian maternal dan obstetrik.

H. Penatalaksanaan

Dalam menghadapi masalah ruptura uteri semboyan prevention is better than curesangat

perlu di perhatikan dan dilaksanankan oleh setiap pengelola persalinan di mana punpersalinan

itu berlangsung. Pasien resiko tinggi haruslah di rujuk agar persalinannya berlangsung dalam

rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup dan diawasi dengan penuh dedikasi oleh

petugas berpengalaman. Bila terjadi ruptur uteri tindakan terpilih hanyalah histerektomi dan

resusitasi serta antibiotika yang sesuai. Diperlukan infus cairan kristaloid dan transfusi darah

yang banyak, tindakan antisyok, serta pemberian antibiotika spektrum luas, dan sebagainya.

Jarang sekali bisa dilakukan histerorafia kecuali bila luka robekan masih bersih dan rapi dan

pasiennya belum punya anak hidup.

Daftar Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan kesehatan Martenal dan Neonatal. Jakarta:

Bina Pustaka.

Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: tim

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Manuaba. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri dan Ginekologi dan KB.

Jakarta: EGC.

Saifudin. 2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: PT. Bina Pustaka

http://www.litbang.depkes.go.id/

http://www.menegpp.go.id/

Page 33: File Norlilawati

Top Related