Transcript

"ffi*ltFflEmsrnt/, \azfietrB$E7 -t?--w-z

SUSUNAN REDAKSI WACANA AKADEM I KAUNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

Penanggung JawabDekan FK P unlverstas sarla

PemlmFtn RedaksiDrs Sudanomo MacaryLs, M.H!m.

Drs. Bambans Trisio D6wobroto M.sn

SekrerarisOra siriRochm Yati, M Pd.Yuyun Ylra SPd.MPd

oewan R.daksiProf Drs. N rdlanPror Dr sumadj

Prof lmam Bamadib. M A.. Ph DPbr. Dr sutar lmam Bamadib

P.of. Dra M. SlbyalProf. or H. supriyoko. M.Pd.PDt Dr sLm nto A say!1

Prof Dr. Wuryadi. M SProf. D. SusYono, M Pd

PEI Dr I Dewa Pul! wilana M.A

Dr Asus Burrrai, M.HlmDrs. H M Afand

Dr. Nanik SlPr.ni. M PdDra. End.fs Dharmayekii, M.Pd.

Drs J Djoko s Passandaran r\4 Pd

TMA. K SIANIO. S Pd , M HLM.Dra. Endafs wan Karyaningsih

Dra Yohana SLmiYati, M Pd.

Dra Hl Trsharsiwi, M Pd

llustaiorDrs Noor Effansyah

oi.lriburor dan PemasaranDra As. Sri Plrnami, M Pd

satuoko Suprhatn, R supardji, R Laksono Edy Pl'nomo

ISSN: 141o " 3003

NO. 2436/SK/D]TJ EN P PG/STT/] 994

\ Poncelak Percetakan KaiwaigJ. Mofumen Yosya Kembar 93 Yogyakada

FKIP UnveEitas SarlanawiyaJ. KlsLmanesara 157 Terp. (027,1) 56226s 375637Yogyakana

E mal: wacanaakadem ka@yma lcom: wacanaaka.lemika@yahoo con

ISSlil : I410 - 8003

WACANAAKADEMIKA

Vol. 3 No. 9, Jonuqri 20I I

MAJALAH ILMIAH

kependidikanUNIVERSIIAS SARJAI.]AWIYATA TAMANSISWA

I\,4odel pembelajaran interaktlf sebagai upaya peningkatan keaktifan danpenguasaan materi kuliah dasar flsika disampaikan oieh Hidayati. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa ada penrngkatan keaktjfan mahasjswa dalambelajar fisika dasar ll melalui model pembelajaran interaktif Keaklifanmahasrswaberadapadakriteriatinggi,darskorrata.atasikluslsebesar64,62menjadi 70,33 pada siklus ll.

Faktoafaktor yang rnernengaruhi hasit uji kompetensi siswa JurusanTata Busana S[,,lK Negeri se-Kota Yogyakarta disarnpaikan oleh yasmi TeniSuslati. I\,4enurulnya, Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa ubahan-ubahan metode pembelajaran, fasilitas belajar dan hasil uji kompetensi siswaSI\4K Negerijurusan tata busana se kota Yogyakarta cenderung cukup baik. lnidibuktrkandarihasilpenelitian menunjukkan skor rata rata observasi lebih tjnggjdaf skor rata-rata ideal yang didukung o/eh hasit anaiisis secara kuantitatiiPerhbelajaran konstruktivistik melalui eksperimen dibahas oteh Arif BintoroJohan Ja berkesimpulan bahwa Metode konstruktivistik layak sebaqaiparadigma alternatif bagi pembelajaran sains dan teknologi Artikel terakhirmembahas kinerja guru dalam kartannya dengan budaya sekolah. MenurutTrisharsiwi, apabila budaya sekolah dapat dikembangkan, efektivitas danprod ukiivitas sekolah akan meningkatdan akan berpengaruh pada pen,ngkatankinerja guru dan mutu lulusan.

Sepuluh aftikel telah lersaji pada edisiJanuari20fl ini dan berada ditangan pembaca. Oleh karena itu, giliran para pernbaca untuk menyampaikangagasan Anda secara tertulis. GagasanAnda yang tertuljs dan terpu blikasi aka nmenjadi dokumen abadi yang tidak terhapus sampai menjelang akhir dunia.Jadi, menulis, menulis, dan menulisJahl

Redaksi menunggu I

Redaksi

Wacana Akadenika, Vot.3. No.9. Januan 2U1 : t-1v

O/eh Yasmi len, Susia, .

Daftatlsi

DAFTAR ISIWACANAAKADEMIKA VOL.3, NO. 9, JANUARI20ll

tssN 1410 - 8003

HALAMAN JUDULKATAPENGANIAR

iii ivDAFTAR ISI... ,..

Oteh:Sutana

1. Pengembangan l4aleiTreatment lnten.Jion

Ajar l/atematika dengan pendekatan Aptitude

2 Sislem Pendid \an Berbasis Rejror danl\,,lenceta k ceneras Unqqut Bermo;t danAbh:AhdiRiyano ... ..-.:... .....

3 l\.4emahai(Membangun)Ditiniau dari Kreativiias

Kecerdasan l4ajemuk untuk

BerpikirAbstrak

848-863

864-A7l

872-8A7

888 903

904 921

922 931

932 951

952-961

Konsep dengan Cara Belaiar KonslruktivisKemampuan Berpikir Logjk dan Kemampuan

Kepaduan Antarkomponen datam2010t20't l

RPP [,4ahasiswa PBStpada ppLTA

Oleh Sih Rochntyati

ALiJahsas., KetetLdrgadn ddtdm (epenrmprndn (epata SFto.ah^a'nan

Tadva d3r Tdn annarya Tamdn srswa voqva \rrta 2009

P-F.garJhl<.disrp nar. t,tolivasr Betaja.. ddn Du^unganFrrddap rJresldsi Betd,ar ivara Kul.ar VetoAe Starrsirt aProgram StLrdi Pendidikan M atemalika Angkatan 2009

O€ng Tua

Aleh:TiAstu Anaiyati __...... ..

D,ningkald'l reakt,fin dan pengJasaar I\,4alen hu.idh r ,siha DasarMelalui l\,4odet Pembetajara n Inteia k rifAIeh : Hidayati. -........ ........ _.......

LartofjaklorJr"g l\,,temengaruh, Hrsrt Jj, hompFtens Srswa Jurusan::l,"oY.::1S :il":h lvs*nsah hejui ua; Nese; sF <"r, y.sy;i,,;

Hataman

I oerbF rtd an ^onslrLki,vislik U,,tetstui Etsper;men pemdnfaata- SeralDa-n odi ddn Sebagd PenguarMate aIKorrposirAleh:AntBintoro Johdn 962_975

l0 Pengarur Budaya Se,otahTerhadap Krnerja curLrOlel rnsnarsiw .... ........... .......... .......... ... 976-987

B|ODATA..... ......... .......... 988_989

vt Wdcana Akaclemiha. Vat.3 No I, Januan 20fl : v - vi

962

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK MELALUI EKSPERIMEN

PEMANFAATAN SERAT DAUN PANDAN SEBAGAI

PENGUAT MATERIAL KOMPOSIT

Oleh: Arif Bintoro Johan

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pembelajaran konstruktivistik

melalui eksperimen meneliti kelayakan serat daun pandan sebagai penguat

material komposit. Rumusan masalah yang diteliti adalah kelayakan daun pandan

sebagai bahan alternatif material komposit, kekuatan bahan komposit serta

peranan teori pembelajaran konstruktivistik dalam mengkonstruk ilmu yang

didapatkan melalui eksperimen.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah eksperimen, yaitu

melakukan kegiatan eksperimen terhadap daun pandan untuk memperoleh

pengetahuan baru. Dalam hal ini daun pandan yang diteliti diambil dari daerah

Kepuharjo Cangkringan Sleman DIY. Serat daun pandan dipilih karena dikenal

mempunyai kekuatan tarik yang cukup baik, sementara selama ini belum

dimanfaatkan secara optimal. Teknik analisis data yang digunakan deskriptif

kualitatif untuk mengetahui hasil metode konstruktivistik, deskriptif kuantitatif

untuk mengetahui hasil eksperimen serat alami dan serat sintetis. Data kualitatif

diperoleh dari pengetahuan baru yang didapat setelah melakukan eksperimen,

sedangkan data kuantitatif diperoleh dengan melakukan eksperimen meliputi

pengujian tarik serat dan pengujian komposit.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Metode konstruktivistik

layak sebagai paradigma alternatif bagi pembelajaran sains dan teknologi.

Paradigma alternatif yang dibangun melalui pola Input-Proses-Output; (2)

Kekuatan tarik serat pandan 1,5 kali dari kekuatan tarik fiber glass. Kekuatan tarik

serat pandan 39,036 kg/mm2 sedangkan kekuatan tarik fiber glass 21,65 kg/mm

2;

(3) Kekuatan tarik komposit alami lebih rendah dari komposit sintetis. Kekuatan

tarik komposit alami 3,03 kg/mm2 sedangkan kekuatan tarik komposit sintetis

3,77 kg/mm2; (4) Berat jenis serat pandan lebih rendah dari berat jenis fiber glass.

Berat jenis serat pandan 0,9574 gram/cm3

sedangkan berat jenis fiber glass 2,19

gram/cm3; (5) Kenaikan konsentrasi formalin untuk media perendaman serat

pandan dalam range 0 – 35 % berpengaruh menurunkan kekuatan tarik dengan

persamaan y = -640,05x3 + 285,12x

2 – 36,358x + 39,105 dan R

2 = 0,9641; (6)

Serat dari daun pandan layak digunakan sebagai material komposit, tetapi belum

ditemukan matrik yang cocok dan perlakuan yang sesuai. Saran untuk penelitian

yang akan datang adalah perlu adanya pengembangan pembelajaran melalui

metode konstruktivistik dalam ilmu keteknikan, peneliti diharapkan dapat

mengungkap peranan metode konstruktivistik dengan aspek yang berbeda, tindak

lanjut untuk menemukan perlakuan yang cocok untuk serat alami. Perlu

dilakukan penelitian lain dengan peneliti yang terpisah dari subjek yang diteliti.

Kata Kunci: Pembelajaran konstruktivistik, eksperimen, serat pandan, komposit

963

A. Pendahuluan

Dewasa ini perkembangan teknologi semakin pesat yang bertujuan

untuk membantu manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan lebih

mudah dan nyaman. Perkembangan teknologi yang demikian cepat tidak bisa

lepas dari perkembangan teknologi bahan. Teknologi bahan ini menjadi salah

satu tolok ukur penguasaan teknologi bagi sejarah perkembangan peradaban

manusia.

Pada saat ini perkembangan teknologi bahan menjadi jauh lebih cepat

dengan ditemukannya teknologi komposit. Teknologi ini telah menghasilkan

revolusi dalam perkembangan teknologi bahan sehingga diperoleh sifat-sifat

bahan yang sangat istimewa yang tidak dimiliki oleh bahan-bahan

konvensional sebelumnya.

Komposit merupakan material alternatif pengganti logam yang

memiliki beberapa sifat yang menguntungkan, diantaranya adalah mempunyai

ketahanan korosi yang tinggi, rasio berat terhadap kekuatannya yang kecil,

dan pengontrolan manufaktur yang lebih mudah. Struktur komposit tersusun

dari dua macam komponen, yaitu bahan penguat (reinforcement) dan bahan

pengikat (matriks). Secara garis besar, bahan penguat pada material komposit

dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu berbentuk serat (fiber) dan

berbentuk partikel. Serat dapat dibedakan antara serat yang kontinyu

(continuous) dan serat yang terputus-putus (discontinuous), berdasarkan

asalnya serat dapat berasal dari alam dan serat buatan (sintetis).

Secara umum kekuatan serat dari alam (serat alami) tidak sebaik

kekuatan serat sintetis, namun pada serat alami mempunyai beberapa

964

kelebihan yang tidak dimiliki oleh serat sintetis, hal ini menarik untuk

dikembangkan, dengan pertimbangan di Indonesia terdapat banyak jenis

tanaman berserat yang potensial untuk dikembangkan menggantikan serat

sintetis yang selama ini lebih banyak dipergunakan pada pembuatan komposit.

Daun pandan yang tersedia cukup banyak di Indonesia selama ini

belum diteliti dan dimanfaatkan lebih lanjut, kecuali sebagai bahan tali.

Berdasarkan studi awal serat daun pandan layak diteliti kemungkinannya

untuk digunakan sebagai bahan penguat komposit dari jenis serat alami. Hal

ini akan menjadi bahan kajian yang menarik sebagai media pengembangan

teknologi tepat guna, khususnya bagi mahasiswa untuk mendalami dan

mengembangkan bidang keilmuan yang telah dipelajarinya. Sementara itu,

dalam waktu yang sama perlu juga dipelajari penggunaan metode belajar yang

tepat bagi mahasiswa dalam membangun pengetahuannya sendiri.

Belajar akan terjadi apabila terjadi perubahan pada diri seseorang

seperti yang diinginkan. Perubahan menurut pendekatan filsafat akan terjadi,

apabila seseorang menkonstruk terhadap apa yang dialaminya. Perubahan ini

bisa mengubah konstruk yang ada atau memperbaiki konstruk yang ada.

Konstruk ini terjadi dari sejumlah skema, menurut Piaget. Oleh karena itu,

konstruk suatu objek yang dilihat atau dialami dari satu ke lain orang bisa

tidak sama.

Salah satu metode belajar yang menjadi kata kunci dalam hampir

setiap pembicaraan mengenai pembelajaran di berbagai kalangan adalah

konstruktivistik. Konstruktivistik muncul berdasarkan aliran konstruktivisme,

yaitu salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

965

pengetahuan merupakan hasil konstruksi sendiri. Di dalam konstruktivisme

mengakomodasi seruan dan kecenderungan yang muncul dalam dunia

pembelajaran seperti perlunya mahasiswa berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran, perlunya mahasiswa mengembangkan kemampuan belajar

mandiri, perlunya mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan

kemampuannya sendiri, serta perlunya pengajar atau dosen berperan menjadi

fasilitator, mediator dan manajer dari proses pembelajaran.

Penerapan metode pembelajaran konstruktivistik ini mulai relevan

sejalan dengan tuntutan diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK) yang menghendaki pembelajaran bukan hanya menekankan

penguasaan bahan yang diajarkan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi

tentang apa yang dipelajari tertanam dan berfungsi sebagai muatan dalam

kehidupan pembelajarannya. Metode pembelajaran ini juga menekankan

bagaimana peserta didik mampu belajar bagaimana cara belajar (learning how

to learn). Pembelajaran kontruktivistik menempatkan pendidik lebih sebagai

fasilitator pembelajaran yang mengelola pembelajaran serta menciptakan

iklim yang memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya. (Wagiran :

2002).

Pembelajaran konstruktivistik adalah salah satu pilihan apakah akan

kita gunakan atau tidak namun demikian kiranya prinsip dasar

konstruktivisme bahwa dalam proses pembelajaran, peserta didiklah yang

harus aktif mengkonstruksi pengetahuannya sehingga pembelajaran berpusat

pada peserta didik dapat diterima luas kalangan pendidikan. Dengan demikian

dalam proses pembelajaran, pengajar dituntut mengahargai cara berfikir kritis

966

dari peserta didik dalam memperoleh pengetahuan dan memberi ruang peserta

didik untuk mengungkapkan gagasan, ide dan interpretasi terhadap apa yang

mereka pelajari. Tugas pengajar adalah menciptakan iklim, belajar yang

kondusif menyenangkan menuju pembelajaran bermakna.

Berdasarkan uraian tersebut di atas permasalahan yang akan diteliti

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Sejauhmana peranan teori pembelajaran konstruktivistik dalam

mengkonstruk ilmu yang didapatkan melalui eksprimen ?

2. Bagaimanakah kelayakan daun pandan sebagai bahan alternatif untuk

penguat material komposit ?

3. Bagaimanakah kelayakan kekuatan bahan komposit yang telah ditentukan

fraksi volume ?

B. Kajian Pustaka

1. Komposit

Material komposit didefinisikan sebagai penggabungan material

yang terbuat dari kombinasi dua atau lebih material yang berbeda. Suatu

material komposit memiliki sifat-sifat mekanik dan fisik yang unggul dan

unik karena material ini menggabungkan sifat-sifat yang diinginkan dan

menghilangkan sifat-sifat yang tidak dikehendaki dari material-material

penyusunnya.

Penggabungan ini dimaksudkan untuk mendapatkan bahan

komposit dengan sifat lebih baik dari material penyusunnya. Berdasarkan

definisi tersebut, pada skala mikro logam (termasuk logam paduan),

polimer dan keramik pada umumnya dapat diketegorikan sebagai

967

komposit. Pada skala makro, glass-fiber-reinforced plastic merupakan

bahan komposit dimana komponen-komponen penyusunan berupa serat

glass (glass fiber) dan bahan plastik (polimer) dapat dibedakan satu sama

lainnya dengan mata telanjang.

Menurut Hull dalam Nurdin (2001:8) material komposit secara

umum dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Material komposit alami, seperti : kayu, bambu dan tulang

2. Material mikro komposit, seperti : reinforced thermoplastic, dan

paduan metalik

3. Material makro komposit (produk rancang bangun), seperti : beton dan

besi, dengan pelapisan galvanis

Gambar 1. Diagram venn bahan teknik

Berdasarkan Gambar 1 di atas menurut Viktor (2001), matrik dari

komposit dapat berupa logam, keramik atau polimer. Sesuai dengan jenis

matriknya, maka dikenal Metal Matrix Composites (MMC), Ceramic

Matrix Composites (CMC) dan Polymer Matrix Composites (PMC).

Polymers

Ceramics

Metal

Metal-polymer composites

Metal-ceramics composites

Ceramics-polymer composites

968

2. Bahan Penguat

Bahan penguat berfungsi utama sebagai penguat pada material

komposit yang dapat berbentuk serat atau partikel. Serat berdasarkan

bentuknya dapat dibagi menjadi dua yaitu serat kontinu dan serat terputus-

putus, sedangkan apabila ditinjau dari asalnya serat dapat dibedakan

menjadi dua yaitu serat alamiah dan serat sintetis. Keunggulan bahan

penguat sintetis dibandingkan yang alamiah adalah strukturnya yang lebih

homogen, lebih kuat dan tahan terhadap panas tetapi mempunyai

kekurangan karena harganya yang sangat mahal dan proses pembuatannya

yang tidak ramah lingkungan. Tabel 1 menunjukkan beberapa jenis serat

sintetis yang telah diselidiki penggunaannya sebagai bahan penguat

material komposit.

Tabel 1. Sifat-sifat mekanis dari beberapa jenis serat sintetis

Tipe Pembuat Kekuatan tarik

(MPa)

Modulus

(GPa)

Berat Jenis

(g/cm3)

E-glass Corning 3.450 72,5 2,54

S-glass Corning 4.480 85,6 2,49

Carbon AS4 Union Carbide 2.760-3.450 228 1,76

Graphite

T-50

GY-70

Celanese

AVCO

1.725

3.280-3.660

517

365-414

1,86

2,1-3,0

Kevlar (Aramid) Dupont 3.800 131 1,45

Sumber : Sudiyatno : 1997

Secara umum kekuatan serat alam tidak sebaik kekuatan serat

sintetis, namun pada serat alam mempunyai beberapa kelebihan sifat

mekanis diantaranya serat alam lebih fleksibel dan lebih tahan terhadap

kerusakan patah selama proses pencampuran. Adapun beberapa

kelemahan pada serat alam berupa (1) bentuk dan ukuran serat yang tidak

seragam dan (2) sifat serat alam yang cenderung peka terhadap

kelembaban sehingga sangat mudah bereaksi dengan senyawa OH yang

969

mengakibatkan degradasi sifat-sifat mekanisnya, ditambah sifat serat yang

cenderung menggumpal karena adanya gaya tarik antar serat yang

disebabkan dinding sel yang mengandung gugus hidroksil (-OH).

Dewasa ini para peneliti mencoba melakukan riset di bidang

komposit dan mulai diarahkan untuk mencari bahan dan proses alternatif

yang lebih ramah lingkungan. Tabel 2 menunjukkan beberapa jenis serat

alamiah yang telah diselidiki penggunaannya sebagai bahan penguat

material komposit.

Tabel 2. Sifat-sifat mekanis dari beberapa bahan penguat alamiah

Jenis Serat Berat Jenis

(g/cm3)

Kekuatan Tarik

(GPa)

Modulus Tarik

(GPa)

Regangan

saat patah

(%)

Kraft pulp 1,5 0,5-1,5 10-80 1,0

Sisal 0,7 0,4-0,7 9-20 5-14

Katun 1,52 0,2-0,8 27 6-12

Sutera 1,34 0,6 10 18-20

Bambu 1,16 0,28 46 1,5

Jute 1,52 0,86 60 2,0

Sumber : Sudiyatno : 1997

Proses pembuatan material komposit dengan bahan penguat serat

alamiah masih terdapat beberapa kendala diantaranya akibat perbedaan

massa jenis yang besar antara bahan matriks dan bahan penguat alamiah

menyebabkan proses pencampuran kedua bahan mengalami kesulitan dan

ketidakstabilan ikatan kimia dari serat alamiah yang menyebabkan

kecenderungan untuk mengeluarkan gas ketika dipanaskan. Keluarnya gas

akan membentuk rongga-rongga udara (void) yang selanjutnya

mengakibatkan kekeroposan (porosity) pada komposit.

3. Matriks

Matriks adalah material pengikat antar serat atau partikel. Bahan

matriks pada komposit mempunyai dua fungsi pokok yaitu pada saat

970

pembentukan komposit dan ketika komposit menerima pembebanan. Pada

proses pembentukan komposit menjadi bentuk profil, penarikan atau

pembengkokan, maka bahan matriks berfungsi sebagai bahan pembentuk

dan pelindung bahan penguat dari kerusakan. Sedangkan pada saat

pembebanan, bahan matriks berfungsi sebagai pemindah tegangan antar

serat dan penyetabil serat-serat ini. Dalam kondisi normal tanpa

pembebanan dan pembentukan, bahan matriks sebagai pengikat serat dan

melindungi dari pengaruh lingkungan dan pemegangan (handling).

Ditinjau dari jenis bahannya, matriks dapat dibedakan menjadi

tiga yaitu matriks polimer, matriks keramik dan matriks metal. Matriks

polimer mempunyai dua jenis berdasarkan pembuatannya yaitu polimer

jenis thermosetting dan thermoplastik. Thermosetting adalah jenis polimer

yang setelah pemrosesan (pemanasan) menjadi keras dan tidak dapat

kembali ke bentuk semula (plastis), termasuk jenis ini adalah epoxy,

fenolik, dan poliuretan sedangkan thermoplastik adalah jenis polimer yang

setelah pemanasan dapat kembali menjadi plastik, termasuk jenis ini

adalah akrilik, nilon dan polietilen.

4. Bahan dan Jenis Perekat

Dahulu perekat terbuat dari satu macam bahan saja. Dewasa ini

kebanyakan perekat terdiri atas campuran berbagai bahan kompleks, baik

organik, anorganik atau gabungannya. Komponen dasarnya ialah zat

perekatnya yang menghasilkan kekuatan adhesif dan kohesif pada

ikatannya. Biasanya ini merupakan resin organik atau dapat pula karet,

senyawa anorganik atau bahan alam lain.

971

Berbagai kandungan lain dalam perekat ialah :

a. Pengencer, ini merupakan pelarut bagi komponen-komponen perekat

lain di samping mengatur viskositas agar perekat dapat disebarkan

merata pada permukaan yang direkatkan.

b. Katalis dan pengeras (hardener), ini merupakan zat “curing” bagi

sistem perekat.

c. Ekstender ialah zat bersifat perekat yang ditambahkan ke dalam

perekat untuk mengencerkan, mengurangi kadar komponen lain agar

lebih ekonomis. Ia juga memperkuat sifat resin agar tidak mudah

retak.

5. Pembelajaran Konstruktivistik

Pembelajaran konstruktivistik muncul berdasarkan aliran

konstruktivisme, yaitu salah satu aliran filsafat pengetahuan yang

menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi atau

bentukan sendiri. Konstruktivisme merupakan paradigma alternatif yang

muncul sebagai dampak dari revolusi ilmiah yang terjadi dalam beberapa

dasawarsa terakhir. Seiring dengan hal tersebut, kemudian metode belajar

ini menjadi kata kunci dalam hampir setiap pembicaraan mengenai

pembelajaran di berbagai kalangan.

Konstruktivisme menjadi landasan terhadap berbagai seruan dan

kecenderungan yang muncul dalam dunia pembelajaran seperti perlunya

mahasiswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, perlunya

mahasiswa mengembangkan kemampuan belajar mandiri, perlunya

mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuannya

972

sendiri, serta perlunya pengajar atau dosen berperan menjadi fasilitator,

mediator dan manajer dari proses pembelajaran.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen (2001:6), agar mahasiswa

mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan :

1. Kemampuan mahasiswa untuk mengingat dan mengungkapkan

kembali pengalaman. Kemampuan ini sangat penting karena

pengalaman dibentuk berdasarkan interaksi individu mahasiswa

dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan mahasiswa untuk membandingkan dan mengambil

keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan

membandingkan sangat penting agar mahasiswa mampu menarik sifat

yang lebih umum (merapatkan) dari pengalaman-pengalaman khusus

serta melihat persamaan dan perbedaannya untuk membuat klasifikasi

dan mengkonstruksi pengetahuannya.

3. Kemampuan mahasiswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu

daripada pengalaman yang lain (selective conscience). Hal ini akan

memunculkan penilaian mahasiswa terhadap pengalaman dan menjadi

landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

973

Gambar 2. Pola konstruk ilmu

INPUT

PROSES

OUTPUT

Pembuatan Komposit a. Cara menentukan daun

pandan b. Cara memilih matriks

Proses Penalaran Otak a. Setelah eksperimen

dapat membuat serat b. Setelah eksperimen

dapat membuat matriks

Proses Kognitif : a. Melihat b. Membaca c. Studi banding d. Bertanya e. Otodidak

Proses Psikomotor

• Mendapat serat a. Merebus dengan air b. Merendam dengan

air selama 3 hari c. Merendam dengan

NaCl d. Memanaskan di

bawah terik matahari e. Menumbuk

• Membuat matrik a. Menuang dalam

cetakan

Setelah dibuat jadi serat, yang selanjutnya diuji tarik didapatkan hasil rata-rata kekuatan tarik : a. 39.45 kg/mm

2

b. 33.56 kg/mm2

c. 28.09 kg/mm2

d. 32.40 kg/mm2

e. 38.68 kg/mm2

Setelah dibuat komposit/ amina yang selanjutnya diuji tarik didapatkan hasil rata-rata kekuatan tarik adalah 3,027 kg/mm

2

Proses Penalaran Otak Setelah melalui proses kognitif dalam mendapat serat peneliti diharapkan dapat : a. Menjelaskan dan

memahami serta menyebutkan proses merebus dengan air.

b. Menjelaskan dan memahami serta menyebutkan proses merendam dengan air selama 3 hari.

c. Menjelaskan dan memahami serta menyebutkan proses merendam dengan NaCl.

d. Menjelaskan dan memahami serta menyebutkan proses memanaskan di bawah terik matahari.

Setelah melalui proses kognitif dalam membuat matriks peneliti diharapkan dapat menjelaskan dan memahami serta menyebutkan proses menuang dalam cetakan.

Evaluasi Komentar atas hasil

pengujian

Hasil uji berdasarkan pola cara mendapatkan serat : a. bagus b. sedang c. kurang d. sedang e. bagus Hasil uji berdasarkan pola cara pembuatan komposit/lamina : bagus

Evaluasi Komentar atas hasil mengkonstruk ilmu

974

Merumuskan Masalah

Merumuskan Kajian Teori dan Kerangka Berfikir

Menyusun Hipotesis

Memilih Pendekatan

Melakukan Eksperimen *)

Pengendapan Proses dan Hasil Kegiatan Eksperimen

Proses Konstruktivistik / Pembentukan Pengetahuan

Diperoleh

Pengetahuan Baru / Teori Baru

C. Prosedur Penelitian

Secara garis besar prosedur penelitian eksperimen dikemukakan

oleh Holman (1985) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Gambar 3. Prosedur penelitian konstruktivistik

975

Gambar 4. Diagram alur kegiatan eksperimen

Mulai

Studi serat pandan

Pembuatan serat pandan

Pengujian serat pandan

Perlakuan serat pandan

Analisis hasil pengujian

Pembuatan cetakan

Campuran

resin

Serat dengan kekuatan optimal

Hardener

Resin

Pembuatan spesimen uji tarik

Penuangan resin ke dalam cetakan

Penyusunan serat ke dalam

cetakan

Pengujian tarik

Analisis data pengujian

tarik

Data dibandingkan

Cek data eksperimen, cek alat ukur, revisi hipotesis

Kesimpulan

Selesai

Data lebih baik

976

D. Laporan Penelitian

Pengetahuan baru yang diperoleh dari proses eksperimen diantaranya

adalah sebagai berikut tercantum dalam Tabel 4 :

Tabel 4. Pengetahuan baru dari hasil proses eksperimen Kegiatan Pengetahuan baru yang diperoleh

1. Memilih daun pandan

Dari hasil mencoba dibuat tali, kekuatan daun pandan yang paling baik yaitu daun yang paling bawah.

2. Membuat serat daun pandan Untuk membuat serat daun pandan yang berupa benang harus dibutuhkan keuletan dan ketekunan tersendiri sehingga serat tidak mudah patah.

3. Menentukan kriteria pohon pandan yang akan diambil daun dan seratnya

Pohon pandan yang kuat dan ulet adalah jenis pandan alas yang tumbuh disekitar lereng-lereng sungai ataupun di semak-semak belukar.

4. Perlakuan serat pandan dengan formalin

Serat pandan tahan terhadap pembusukan karena direndam dengan formalin.

5. Pengeringan serat pandan Serat pandan dapat berkurang kadar airnya, diketahui dari proses penimbangan.

6. Pembutan cetakan matrik poliester dan UF

Dibutuhkan keuletan dan kesabaran sehingga didapakan cetakan yang sesuai dengan ukuran.

7. Pembuatan matrik poliester dan UF

Dibutuhkan keuletan dan kesabaran sehingga didapakan matrik yg sesuai dengan ukuran

8. Pencampuran resin dan hardener

Pencampuran harus merata karena untuk menghindari proses mengkristal lebih awal

9. Penyusunan serat ke dalam cetakan

Serat harus tersusun dengan rapi dan lurus agar capuran resin berpadu dengan serat

10. Penuangan resin ke dalam cetakan

Diperlukan kesabaran dan kehati-hatian agar resin bisa bercampur dengan serat.

11. Pembuatan spesimen uji tarik serat dan matrik

Ukuran harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan

12. Pembuatan komposit Komposisi bahan penguat dengan bahan matriks.harus seimbang sesuai dengan aturan agar didapat hasil yang optimal.

13. Pengujian komposit Didapatkan hasil pengujian meliputi tegangan, regangan, elastisitas

Dari hasil proses eksperimen tersebut, seperti tercantum dalam Tabel 4

didapatkan pengetahuan baru bahwa serat daun pandan dapat bersaing

kekuatannya dengan serat sintetis yaitu serat glass (fiber glass) untuk

membuat material komposit. Maka sesudah didapat proses eksperimen seperti

977

tersebut di atas perlu dilakukan kegiatan eksperimen untuk mengetahui sifat

mekanis serat pandan.

E. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Metode konstruktivistik layak sebagai paradigma alternatif bagi

pembelajaran sains dan teknologi. Paradigma alternatif yang dibangun

melalui pola Input-Proses-Output. Konstruk yang terbentuk pada Input

stelah melakukan eksperimen dapat membuat serat dan matriks. Konstruk

yang terbentuk pada Proses dapat menjelaskan, memahami serta

menyebutkan proses kognitif dan psikomotor. Konstruk yang terbentuk

pada Output dapat mengetahui hasil pengujian dan ilmu baru yang didapat

melalui eksperimen. Apabila ada evaluasi dari pola tersebut dan ada

sesuatu yang ingin diteliti lebih lanjut kita kembali pada Input dan

mengikuti alur berikutnya.

2. Kekuatan tarik serat pandan dua kali lebih tinggi dari kekuatan tarik fiber

glass. Kekuatan tarik serat pandan 39,036 kg/mm2 sedangkan kekuatan

tarik fiber glass 21,65 kg/mm2.

3. Berat jenis serat pandan lebih rendah dari berat jenis fiber glass, sehingga

serat pandan lebih ringan dan lebih menguntungkan. Berat jenis serat

pandan 0,9574 gram/cm3 sedangkan berat jenis fiber glass 2,19 gram/cm

3.

4. Kekuatan tarik komposit alami lebih rendah dari komposit sintetis.

Kekuatan tarik komposit alami 3,03 kg/mm2 sedangkan kekuatan tarik

komposit sintetis 3,77 kg/mm2.

978

5. Serat dari daun pandan layak digunakan sebagai material komposit, tetapi

belum ditemukan perlakuan yang sesuai.

Daftar Pustaka

Gibson, RT. (1994). Principles of Composite Material Mechanics. New York :

McGraw-Hill.

Hartomo, A.J. (1998). Komposit Metal. Yogyakarta : Andi Offset

Mathews, E.L. and Rawling, R.D. (1994). Composite Material: Engineering and

Science. London : Chapman & Hall.

Nurdin. (2001). Pengaruh Penambahan Talkum Sebagai Filler Pada Komposit

Serat Sabut Kelapa Terhadap Kekuatan Tarik. Jurnal Teknologi

(Nomor 1 Oktober 2001). Hal. 7-11.

Pannen, P. dkk. (2001). Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta : Dikti –

Applied Approach.

Prayitno, T.A. (1994). Perekatan Kayu. Yogyakarta : F. Kehutanan Program

Pasca Sarjana UGM.

____________ (1994). Jenis-jenis Perekat Yogyakarta : F. Kehutanan Program

Pasca Sarjana UGM.

Schwartz, M.M. (1984). Composit Materials Handbooks. New York : Mc Graw-

Hill.

Sudiyatno. (1997). Effect of Chemical Treatments to Wood Fibre on The

Mechanical Properties of Wood Fibre/Polypropylene Composite. The

University of Auckland.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta :

Kanisius.

Viktor, M. (2001). Material Komposit. Makalah Seminar Nasional Teknik Mesin

Universitas Negeri Yogyakarta.

Wagiran. (2002). Pembelajaran Konstruktivisme, Alternatif Pembelajaran Menuju

Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan

Teknologi dan Kejuruan (Nomor 19 Oktober 2002). Hal. 101-107.

Biodata Singkat

Arif Bintoro Johan,. Dosen di Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Menyelesaikan S1 dari

Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta dan S2 dari Pendidikan

Teknologi Kejuruan Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2008.


Top Related