Download - farmako laporan
![Page 1: farmako laporan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/563dbbc2550346aa9ab002af/html5/thumbnails/1.jpg)
Sasaran belajar :
1. Melihat efek morfin, terutama depresi nafas, miosis dan gejala lain yang terjadi padaover dosis
( OD ) pada manusia, yang diperlihatkan pada kelinci.
2. Memperlihatkan efek species difference akibat morfin pada berbagai hewan coba.
3. Memperlihatkan efek antidotum pada keracunan/ over dosis morfin.
4. Melatih mahasiswa menghitung dosis yyang tepat yang akan diberi padamasing_masing hewan
coba dan memberi suntikan yang tepat sesuai petunjuk.
LAPORAN PRATIKUM MORFIN
PERSIAPAN :
1. Hewan coba; kelinci, tikus putih, mencit dan kucing.
2. Obat-obatan : larutan morfin 4%, kafein benzoate 4%, dan larutan nalokson.
3. Alat-alat : timbangan hewan coba, baskom plastic, penggaris, semprit, dan kandang hewan.
4. Dosis larutan morfin 4% yang akan diberikan pada hewan coba :
Kucing : 20mg/kgbb
Kelinci : 0,5 ml/kgbb
Tikus : 40-60mg/kgbb
Mencit : 40 mg/kgbb
Nalokson : untuk kelinci 0,01 mg/kgbb (=0,2ml )
5. Cara perhitungan dosis yang akan disuntikkan :
Misalnya : bb mencit = X gram X/1000 x 40 mg = Y mg
Larutan 40% ialah 40 mg/1 ml
Yang akan disuntikkan = Y/40 x 1 = Z ml.
TATA LAKSANA
Efek overdosis morfin dan antidotumnya
![Page 2: farmako laporan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/563dbbc2550346aa9ab002af/html5/thumbnails/2.jpg)
Untuk memperlihatkan efek morfin pada manusia seperti sedasi, lemas, miosis, dan terutamagejala over
dosis (OD) dimana terjadi trias intoksinasi akut: depresi nafas, miosis hebat, dankoma, maka observasi
pada kelinci paling tepat menggambarkan hal tersebut.
1. Ambillah seekor kelinci, perlakukan hewan coba dengan baik dan tidak kasar.
2. Timbanglah kelinci anda dengan timbangan hewan coba dengan akurat dan catat.
3. Lakukan obervasi parameter dasar: sikap kelinci, refleks otot, diameter pupil kanandan kiri,
hitung frekuensi pernafasan dan denyut jantung, kelakuan kelinci.
sikap kelinci : biasanya lincah, jalan-jalan di meja laboratorium
refleks otot: tariklah (jangan terlalu keras) tungkai kaki depannya, normal biasanyaada
tahanan
diameter pupil diukur dalam kondisi cahaya yang konstan
frekuensi nafas dapat dihitung dengan meraba dada kelinci atau dengan
menghitungkembang-kempisnya cuping hidungnya. Karena frekuensi nafas kelinci
cepat,maka hitunglah tiap 10 detik sebanyak 3 kali, lalu rata-ratanya kalikan dengan 6.
denyut jantung dihitung dengan cara meraba bagian dada bawah tubuh kelincidalam
semenit.
4. Setelah seluruh parameter dasar selesai, hitunglah berapa ml larutan morfin yang
akandisuntikkan pada kelinci dengan cara perhitungan di atas.
5. Mintalah pada instruktur larutan morfin 4% yang akan disuntikkan, dalam semprityang telah
disediakan.
6. Lakukan tindakan asepsis, dengan menggosok tempat suntikan dengan larutan alkohol 70%
7. Suntikan larutan morfin 4% yang sesuai dengan perhitungan untuk kelinci secarasubkutan di
daerah subskapula. Pastikan seluruh cairan morfin tadi masuk ke dalamtubuh kelinci dan tidak
ada yang tercecer keluar.8.
8. Biarkan kelinci tetap di atas meja laboratorium, dan lakukan observasi seluruhparameter tiap 5
menit.
9. Bila frekuensi pernafasan telah 20x/menit, laporkan pada instruktur, dan mintalah larutan kafein
benzoat 0,5ml dan suntikkan secara subkutan pada daerah subskapula.
10. Bila frekuensi pernafasan tetap turun meski langkah 9 telah diulang, dan frekuensi tetap turun
hingga 15x/menit, laporkan pada instruktur pada instruktur agar segera disuntikkan nalorfin 0,2
ml pada vena marginalis kelinci.
![Page 3: farmako laporan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/563dbbc2550346aa9ab002af/html5/thumbnails/3.jpg)
11. Perhatikan pada saat terjadi overdosis pada kelinci yang ditandai dengan: depresipernafasan,
miosis, dan sikap kelinci menjadi lemas, tonus otot sangat menurun, makabeberapa detik
setelah penyuntikkan nalorfin, maka kelinci akan pulih seperti semula;aktif, tonus otot baik,
frekuensi nafas normal.
Efek species difference morfin
Selanjutnya, untuk melihat adanya species difference morfin pada hewan, kita menggunakanbeberapa
hewan coba yang akan memperlihatkan efek yang berlawanan dari kelinci yangmengalami depresi,
beberapa jenis binatang seperti kucing, kuda, mencit dan tikus akanmengalami efek eksitasi. Efek
muntah oleh morfin yang disebabkan rangsangan pada medulaoblongata akan diperlihatkan pada
anjing, namun sudah tidak dilakukan lagi karena anjingtersebut akan sangat menderita.
a. Tikus
1. Ambil dan timbanglah berat badan tikus putih, dan taruh dalam baskom plastik.
2. Hitunglah dosis larutan morfin 4% yang akan diberikan sesuai berat badan tikusdengan
menggunakan rumus perhitungan di atas.
3. Laporkan hasil perhitungan dosis anda pada instruktur dan ambil larutan morfin4% dalam
semprit dengan jumlah yang tepat.
4. Lakukan tindakan asepsis pada tempat suntikan
5. Peganglah kuduk tikus dengan hati-hati, suntikan larutan secara subkutan didaerah
interskapula. Lakukan dengan baik sehingga seluruh larutan dalam sempritmasuk ke dalam
tubuh tikus dan tidak tercecer keluar.
6. Biarkan tikus tetap dalam baskom plastik dan lakukan observasi sampai timbulsikap katatonik,
tikus akan tetap bertahan pada sikap yang diberikan oleh anda,misalnya sikap duduk. Sikap
katatonik disebabkan oleh kekakuan otot tubuh tikus.
b. Mencit
1. Ambil dan timbang seekor mencit dengan menggunakan timbangan surat
2. Hitung dosis larutan morfin 4% seperti rumus di atas.
3. Laporkan hasil perhitungan dosis anda pada instruktur dan mintalah larutanmorfin 4%
sebanyak dosis yang harus disuntikkan.
4. Lakukan tindakan asepsis pada tempat suntikan
![Page 4: farmako laporan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/563dbbc2550346aa9ab002af/html5/thumbnails/4.jpg)
5. Peganglah kuduk mencit dengan halus, suntikan larutan morfin secara subkutanpada daerah
interskapula, perhatikan jangan sampai ada larutan morfin yang tidak masuk ke dalam tubuh
tikus.
6. Letakkan mencit dalam baskom plastik dan lakukan observasi sampai timbul efek rangsangan
otot diafragma pelvis dan sfingter ani, yang terlihat sebagai efek Straub, yaitu ekor mencit
menjadi tegang dan terangkat membentuk huruf S ataulurus ke atas.
c. Kucing
1. Hanya dilakukan dalam bentuk demonstrasi.
2. Ambil dan timbang kucing
3. Hitung dosis larutan morfin yang harus diberikan
4. Lakukan tindakan asepsis pada daerah yang akan disuntik.
5. Suntikkan larutan morfin 4% sesuai perhitungan dosis, secara subkutan pada daerah
interskapula.
6. Masukkan kucing ke dalam kandang, dan lakukan obervasi, sampai terjadi efek eksitasi
dimana kucing akan terlihat liar, pupilnya midrasis, keluar saliva, dan gelisah.
Lakukan obervasi dengan teliti dan catat hasilnya dengan tepat, dan bandingkan data andadengan data
dari kelompok lain.
DASAR TEORI :
Morfin
Morfin digunakan untuk mengurangi nyeri dan sebagai cara penyembuhan dari ketagihan alkohol dan
opium. Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatif selektif, yakni tidak begitu
mempengaruhi unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi), penglihatan dan pendengaran ;
bahkan persepsi nyeri pun tidak selalu hilang setelah pemberian morfin dosis terapi.
Efek analgesik morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin meninggikan ambang rangsang nyeri
; (2) morfin dapat mempengaruhi emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul di korteks
serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3) morfin memudahkan
tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.
![Page 5: farmako laporan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/563dbbc2550346aa9ab002af/html5/thumbnails/5.jpg)
Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat dan mengaktivasi reseptor µ-
opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia, sedasi, euforia, physical
dependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis reseptor mu-opioid yang
terkait dengan analgesia spinal dan miosis. Morfin juga mengaktivasi reseptor kappa, yang mana
memegang peranan dengan menimbulkan depresi pernafasan seperti opioid.
Terdapat juga opioid endogen yang terdapat dalam tubuh manusia, terdapat tiga jenis yaitu endorphin,
enkefalin dan dinorfin
Faktor yang dapat mengubah eksitasi morfin ialah idiosinkrasi dan tingkat eksitasi reflex SSP.
Idiosyncrasy adalah suatu reaktivitas abnormal terhadap zat kimia yang ganjil/ aneh yang ditimbulkan
dari seorang individu. Respon idiosinkrasi mungkin berasal dari bentuk sensitifitas yang extreme
terhadap dosis rendah atau insensitifitas ekstreme terhadap dosis tinggi dari suatu zat kimia. reaksi
idiosinkrasi dapat dihasilkan dari genetic polimorfisme yang menyebabkan individual differences dalam
farmakokinetik obat. Polimorfisme juga dapat menyebabkan farmakodinamik obat berbeda ke individu
seperti interaksi obat-reseptor.
Farmakodinamik
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek morfin pada
system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu
analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis,
miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH).
Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin juga dapat
menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh
lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yang
sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaruhi janin. Ekskresi morfin terutama melalui
ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat.
Indikasi
Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat
yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Morfin dan opioid menimbulkan analgesia
dengan cara berikatan dengan resptor opioid terutama di sistim saraf pusat(SSP) dan medulla spinalis
![Page 6: farmako laporan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/563dbbc2550346aa9ab002af/html5/thumbnails/6.jpg)
yang berperan pada transmisi dan modulasi nyeri. Morfin sering diperlukan untuk nyeri (1) Infark
miokard ; (2) Neoplasma ; (3) Kolik renal atau kolik empedu ; (4)Oklusi akut pembuluh darah perifer,
pulmonal atau koroner ; (5) Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan ; (6) Nyeri akibat
trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.
Dosis dan sediaan
Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan teratur
dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/
kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yamg diperlukan.
Gejala kelebihan dosis :
Pupil mata sangat kecil (pinpoint), depresi pernafasan dan coma (tiga gejala klasik). Bila sangat hebat,
dapat terjadi dilatasi (pelebaran pupil). Sering disertai juga nausea (mual). Kadang-kadang timbul edema
paru (paru-paru basah). Gejala-gejala lepas obat : Agitasi, nyeri otot dan tulang, insomnia, nyeri kepala.
Bila pemakaian sangat banyak (dosis sangat tinggi) dapat terjadi konvulsi (kejang) dan koma, keluar
airmata (lakrimasi), keluar air dari hidung (rhinorhea), berkeringat banyak, cold turkey, pupil dilatasi,
tekanan darah meninggi, nadi bertambah cepat, hiperpirexia (suhu tubuh sangat meninggi), gelisah dan
cemas, tremor, kadang-kadang psikosis toksik
Kafein benzoate
Kafein adalah stimulan yang mempercepat aktivitas fisiologis. Kafein tersebut dikenal sebagai
trimethylxantine dengan rumus kimia C8H10N4O2 dan termasuk jenis alkaloida. Kafein disebut juga tein,
merupakan kristal putih yang larut dalam air dengan perbandingan 1: 46. Kafein-Na benzoate dan kafein
sitrat, berupa senyawa putih, agak pahit, larut dalam air. Kafein-Na benzoat tersedia dalam ampul 2 ml
mengandung 500 mg untuk suntikan IM.
Mekanisme Kerja
Secara khusus, kafein dapat mempercepat tindakan otak agar tetap lebih waspada. Hal ini dilakukan
dengan cara mengikat reseptor adenosin di otak. Karena kafein memblokir reseptor adenosin, neuron
menjadi lebih aktif. Maka kelenjar pituitari menanggapi semuakegiatan seolah-olah itu keadaan darurat,
dengan melepaskan hormon yangmemberitahukan kelenjar adrenal untuk menghasilkan adrenalin.
Inilah yang kadang- kadang dikenal sebagai “lawan atau lari” hormon (dan juga disebut epinefrin).
Pelepasan adrenalin ini menyebabkan detak jantung yang lebih cepat, pelepasan gula ke dalam aliran
![Page 7: farmako laporan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/563dbbc2550346aa9ab002af/html5/thumbnails/7.jpg)
darah dari hati, pengaruh terhadap SSP, otot menjadi tetap terpacu, kenaikan dan aliran darah ke otot.
kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsorbsikan dengancepat setelah pemberian, waktu paruh
3-7 jam, diekskresikan melalui urin.
Indikasi
Menghilangkan rasa kantuk
Menimbulkan daya pikir yang cepat
Perangsang pusat pernafasan dan fasomotor
Untuk merangsang pernafasan pada apnea bayi premature-
Efek Samping
Sukar tidur
Gelisah
Tremor
Tachicardia
Pernafasan menjadi lebih cepat
Kontra Indikasi
Diabetes
Kegemukan
Hiperlipidemia
Gangguan migren
Sering gelisah (anxious)
Nalokson
Nalokson merupakan antagonis murni opioid. Ia bekerja di kesemua receptor opioidyaitu receptor-µ,
receptor- δ dan receptor -κ. Jadi, ia akan menghalang kerja daripada opioid endogen, dan juga opioid
dari luar seperti morphine. Nalokson tidak mempunyai efek yang besar kepada orang normal, tetapi
akanmenyebabkan efek reversal yang cepat apabila diberikan pada orang dengan penggunaan opioid
karena ia akan menggeser kerja daripada opioid tersebut. Jika diberikan kepada pengguna morphine, ia
akan mengalami withdrawal syndrome, atau putau.
Berikut ialah efek dan penggunaan nalokson:
1) Menyebabkan hiperalgesia pada pasien dengan stress seperti pada bedah gigi
melaluimekanisme menghalang stress-induced analgesia.
![Page 8: farmako laporan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/563dbbc2550346aa9ab002af/html5/thumbnails/8.jpg)
2) Melawan efek analgesik opioid dan depresi pernafasan seperti pada neonatus yangterkena efek
overdose morphine yang diberikan sewaktu ibu melahirkan.
3) Mengesan adiksi opioid pada orang karena akan mempresipitasi withdrawalsyndrome.
Pada kelinci yang sudah mengalami depresi pernafasan dan juga terdapat miosis pupil,kita dapat berikan
nalokson, agar efek daripada overdose morphine dapat diatasi.
Miosis pupil berlaku karena stimulasi receptor-µ dan receptor-κ pada nucleus oculomotor dan pin point
pupil merupakan kriteria diagnostik yang penting untuk melihatoverdosage daripada morphine karena
pada kebanyakan kasus lain, etiologi daripada komadan depresi pernafasan akan menghasilkan dilatasi
pupil, dan bukannya miosis pupil.
Depresi pernafasan berlaku pula karena morphine yang bekerja pada receptor- µ mengurangkan
sensitifitas pusat pernafasan terhadap kadar PCO2 sehingga kadar PCO2 menjadi sangat tinggi. Efek
depresi pernafasan ini menjadi sangat bahaya karena ia berlakupada dosis therapeutik, dan
menyumbang kepada penyebab kematian terbanyak pada kasuskeracunan opioid akut. Neuron pada
pusat pernafasan medulla tidak ditekan secara langsung,tetapi opioid menekan bagian permukaan
ventral regio medulla, dimana chemosensitifitascarbon dioksida bekerja paling kuat. Harus diingatkan
juga bahawa depresi pernafasan padaopioid tidak mengganggu bagian medulla yang mengkontrol fungsi
kardiovascular, tidak seperti pada anestesi lain.
HASIL PERCOBAAN :
- Berat badan kelinci : 1600 gram (1,6 kg )
- Dosis morfin : 1,6 x 0,5 ml = 0,8 ml
Tikus: menunjukkan perubahan tonus badan, katalepsiPerhitungan dosis larutan morfin 4% adalah
seperti berikut:BB tikus = 150g /1000g x 60mg = 9 mgLarutan morfin 4% yang disuntikkan = 9 mg
/40mg x 1ml = 0.225 ml
Mencit: ekornya diangkat dan berbentuk S (efek Straub)Berat badan (BB) mencit = 22 gram/ 1000 x
40mg = 0.88 mgLarutan morfin 4% yang disuntikkan= 0.88 mg/40mg x 1ml = 0.022 ml.
Kucing: eksitasi hebat (agresif), pupil melebar, hiperlakrimas
![Page 9: farmako laporan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/563dbbc2550346aa9ab002af/html5/thumbnails/9.jpg)
PEMBAHASAN KELINCI
Pada kelinci dilakukan penyuntikan morfin secara subkutan dengan dosis yang telahdisesuaikan dengan
berat badannya (dosis morfin ialah 0,5 ml/kgBB). Lalu setiap 5 menitobservasi dilakukan terhadap
beberapa parameter: frekuensi napas, diameter pupil. Selain itukita juga melihat aktivitas kelinci
tersebut. pada kelinci kelompok kami, frekuensi napassetiap 5 menit turun dan bermakna. Ketika baru
mencapai 15 menit frekuensi napas sudahmencapai 25 x per menit (frekuensi napas mula-mula ialah
151 x per menit). Selain itudiameter pupil semakin kecil (miosis). Karena sudah mencapai <30 x per
menit maka kamimenyuntikan kafein benzoate 0,5 ml subkutan. lalu setelah 5 menit kami mengukur
kembalipernapasannya dan ternyata tetap 25 x per menit. Setelah itu penyuntikan kaffein benzoateyang
ke 2 dilakukan dan frekuensi napas diukur menjadi 19 x per menit. Lalu instrukturmenyuntikan nalokson
0,2 ml pada vena marginalis di telinga. Setelah penyuntikan venamarginalis tersebut frekuensi napas
kembali meningkat.
Hal ini memperlihatkan efek intoksikasi morfin. Efek pada kelinci ini tentu miripseperti efek dengan
manusia. Ada trias koma, pin-point pupil, serta depresi napas. Namun demikian efek morfin pada satu
spesies masih memperlihatkan variasi dari lama kerja. Hal initerlihat dari kelinci kelompok lain yang
memerlukan waktu lebih lama untuk mengalamidepresi napas yang hebat (<30 x per menit).
Morfin bekerja masuk pada reseptor opioid. Reseptor ini berikatan dengan opiodendogen serta opioid
dari luar seperti morfin. Sehingga morfin sangat berfek pada SSP dankarena itu efek sistemiknya sangat
luas. Antidotum yang dapat diberikan ialah yang dapatberikatan dengan reseptor yang sama sehingga
akan menggeser morfin.
Misalnya efek miosis bisa dilawan dengan pemberian atropine dan skopolamin.
Kaffein benzoate merupakan suatu derivate xantin yang terdapat dalam tumbuhan dialam. Senyawa ini
mengandung gugus metal didalamnya. Xantin merangsang SSP,menimbulkan dieresis, merangsang otot
jantung, dan melemaskan otot polos bronkus.Kaffein merupakan suatu perangsang SSP yang kuat.
Orang yang meminum kaffeinmerasakan tidak begitu mengantuk, lebih jernih pikirannya dan tidak lelah.
Metilxantin dosisrendah merangsang SSP yang sedang mengalami depresi. Misalnya 0,5 mg/kg
bbmerangsang napas pada individu yang mendapat morfin 10 mg.
Metilxantin merangsang pusat pernapasan. Efek ini dapat terlihat pada keadaanpatologis tertentu,
seperti pernapasan Cheyne stokes, apnea pada bayi premature atau depresinapas oleh karena obat
![Page 10: farmako laporan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/563dbbc2550346aa9ab002af/html5/thumbnails/10.jpg)
tertentu. Rupanya metilxantin meningkatkan kepekaan pusat napasterhadap perangsangan CO2.
kekuatan relatif kaffein sebagai perangsang SSP rupanyabervariasi tergantung dari spesies dan
parameter yang dikerjakan. Pada kelinci yang telahmemiliki frekuensi napas dibawah 30 x per menit, kita
menyuntikan 0,5 mg kaffein benzoatsubkutan pada skapula kelinci, lalu setelah 5 menit frekuensi napas
belum terlihat meningkatsecara bermakna. Hal ini dilakukan dan hasilnya tetap sama.
Hal ini mungkin disebabkan karena metilxantin memang merangsang SSP namunbukan pilihan utama
terhadap intoksikasi morfin. Frekuensi napas mungkin dapat meningkatnamun tidak sesuai waktu yang
diharapkan begitu cepat.
Setelah itu kita melakukan penyuntikan nalokson sesuai berat kelinci intra vena, supayahasil lebih cepat
terlihat. Setelah hal ini terlihat kenaikan frekuensi napas bermakna. Hal inimenunjukan kendati
dirangsang SSP nya namun pengusiran morfin yang telah menempelpada reseptor lebih berespons
cepat, karena efek morfin hilang dan digantikan oleh antagonisnya.
PEMBAHASAN MENCIT :
Pada percobaan, mencit terlebih dahulu ditimbang berat badannya untuk menentukan dosisyang akan
diberikan. Larutan morfin sulfat yang digunakan adalah 4%, artinya setiap BB darimasing-masing mencit,
dikalikan dengan 4%, Setelah dilakukan penimbangan, mencitdiobservasi untuk dilihat reflex dan tonus
otot, sikap hewan coba, dan kelakuan umum. Padamencit tidak dilakukan observasi frekuensi dan dalam
nafas, frekuensi dan denyut jantung,reaksi atas tonus pada rangsang nyeri, serta diameter pupil karena
cukup sulit untuk mengamatinya. Setelah dilakukan pengamatan awal, mencit diinjeksi morfin secara
subkutan pada punggung, dan diamati apa yang terjadi.
Pada mencit, didapatkan adanya gerakan mengusap muka yang cukup lama, dan kelakuaanumumnya
tenang, mencit lebih tampak berdiam diri. Beberapa menit kemudian, mencit sudahmenangkat ekornya,
namun belum terjadi efek straub, tidak lama kemudian sekitar menit ke-19 respon Straub pada mencit
terjadi. Pada percobaan terlihat adanya reaksi Straub memberipetunjuk bahwa ada rangsangan
terhadap susunan saraf pusat (khususnya sumsum tulangbelakang) atau pembebasan adrenalin. Gejala
Straub terlihat pada semua mencit yangmenerima morfin pada praktikum tersebut.
PEMBAHASAN TIKUS
![Page 11: farmako laporan](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/563dbbc2550346aa9ab002af/html5/thumbnails/11.jpg)
Sebelum penyuntikkan tikus nampak agresif dan galak (sempat mengigit tangan salah satuanggota
kami.). Setelah diberi suntikkan morfin, tikus menjadi lebih pasif. Kurang lebih 45menit setelah
penyuntikkan,terjadi kekakuan otot. Badan tikus menetap dalam sikap yangdibuat oleh pembuat
percobaan . pada kelompok lain yang melakukan percobaan ini jugamengalami katatonik.
PEMBAHASAN KUCING
Pada percobaan efek morfin ke kucing hanya dilakukan dalam bentuk demonstrasi, pertamaambil dan
timbang kucing, hitung dosis larutan morfin yang harus diberikan. lakukantindakan asepsis pada daerah
yang akan disuntik. Suntikan larutan morfin 4% sesuaiperhitungan dosis secara subkutan pada daerah
interskapula. Kemudian,, masukkan kucingke dalam kandang dan lakukan observasi sampai terjadi efek
eksitasi dimana kucing akanterlihat liar, pupilnya midriasis, keluar saliva dan gelisah.
KESIMPULAN :
Hasil praktikum morfin terhadap kelinci menunjukkan terjadinya depresi napas, miosis dansikap kelinci
menjadi lemas serta tonus menurun yang mana memperlihat efek pada kelinciyang setara pada manusia
apabila diberikan morfin. Manakala pemberian morfin pada tikusdan mencit menunjukkan hasil species
difference yaitu eksitasi, katatonik untuk tikus danefek Straub untuk mencit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sulistia GG,Rianto.S, Nafrialdi.. Farmakologi terapi Ed-5 .Bab III: Obat susunansaraf
pusat:analgesic opioid dan antagonis oleh Hedi.R D. Department farmakologidan
terapeutik,FakultasK edokteran Indonesia, Jakarta: 2007;210-29.2.
2. Dewoto HR .Farmakologi dan terapi edisi 5.FK UI. Jakarta: 2007; 214.