Transcript
Page 1: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

1

Peran Pastoral Gereja Masehi Injili Di Timor(GMIT) Getsemani Asam Tiga Terhadap

Pengungsi Timor Leste Yang Mengalami Trauma Pasca Referendum 1999

OLEH

ARIF MENDEL DJARA

712011038

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Teologi

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS
Page 3: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS
Page 4: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS
Page 5: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS
Page 6: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

2

PERAN PASTORAL GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT) GETSEMANI

ASAM TIGATERHADAP PENGUNGSI TIMOR LESTE YANG MENGALAMI

TRAUMA PASCA REFERENDUM 1999

712011038 - ARIF MENDEL DJARA

Abstrak

Tulisan ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa peranan pastoral

Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Getsemani Asam Tiga terhadap pengungsi Timor Leste

yang mengalami trauma pasca referendum 1999. GMIT Getsemani Asam Tiga merupakan salah

satu jemaat yang memiliki kuantitas warga “pengungsi” dari Timor Leste yang cukup tinggi.

Para “pengungsi” dari Timor Leste pasca referendum mengalami gangguan psikologis dan

trauma karena mengalami depresi penolakan, rasa bersalah, dan kegelisahan. Dalam upaya

mencapai tujuan penulisan ini maka metode penelitian yang dipakai ialah metode deskriptif

kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi langsung. Informan

sebagai sumber data dalam penelitian ini yaitu GMIT Asam Tiga yang terdiri dari pelayan

maupun para jemaat yang notabene adalah “pengungsi” dari Timor Leste dan beberapa orang

yang tinggal di pos-pos pengungsi di Naibonat Kupang Nusa Tenggara Timur. Keadaan yang

dialami para “pengungsi” pasca konflik di Timor Leste menjadi salah satu hal yang perlu

diperhatikan oleh berbagai pihak, salah satunya oleh gereja sebagai lembaga keagamaan. Jemaat

GMIT Getsemani Asam Tiga melihat adanya suatu kebutuhan yang perlu dilakukan bagi jemaat

“pengungsi” yaitu melalui perkunjungan pastoral. Peran pastoral dapat menolong para

“pengungsi” yang secara psikis mengalami traumatik bahkan melalui berbagai pelayanan seperti

memberikan sembako (diakonia), serta menunjukan rasa penerimaan terhadap orang-orang

Timor Leste.

Kata Kunci: Peran Pastoral Gereja, Trauma, Timor Leste

Page 7: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

3

PERAN PASTORAL GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)

GETSEMANI ASAM TIGATERHADAP PENGUNGSI TIMOR LESTE

YANG MENGALAMI TRAUMA PASCA REFERENDUM 1999

I. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Konflik merupakan pergumulan kekuasaan atas berbagai perbedaan, sehingga

konflik didefinisikan sebagai keadaan-keadaan baik emosional maupun subtansi yang

dapat dihasilkan oleh adanya berbagai perbedaan antara pihak-pihak yang karena alasan

apapun berada dalam hubungan yang tegang satu dengan yang lainnya.1 Ralf Dahrendorf

berpendapat bahwa semua perubahan merupakan hasil dari konflik kelas di masyarakat.2

Menurut pandangannya, prinsip dasar teori konflik sosial dan perubahan sosial, selalu

melekat dalam struktur masyarakat. Menurut teori ini, konflik berasal dari pertentangan

kelas masyarakat antara kelompok tertindas dengan kelompok penguasa, sehingga akan

mengarah pada perubahan sosial.

Konflik kelas sosial memberikan dampak perubahan sosial terhadap sisi psikologi

pihak yang menjadi korban, seperti melakukan tindakan kriminal yaitu membunuh

seseorang yang dicurigai, mencuri serta menjarah bahkan membunuh diri dengan cara

membakar diri sendiri dan mengalami gangguan stress pasca trauma atau yang dikenal

Pasca-traumatic stress disorder (PTSD) yang adalah gangguan kecemasan yang

didiagnosis ketika seseorang mengalami, menyaksikan atau berhadapan dengan suatu

peristiwa atau peristiwa yang melibatkan kematian aktual atau terancam atau serius

cedera, atau ancaman bagi integritas fisik diri atau lainnya dan respon orang terlibat

1 J.D. Engel, M.Si, Gereja dan Masalah Sosial,(Salatiga:Tisara Grafika,2007).105

2 Ralf Dahrendrof, Class Conflict In Industrial Society,(California:Stanford University Press,1959).8

Page 8: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

4

ketakutan, ketidakberdayaan atau horor.3 Sehingga di dalam konseling pastoral tetap

menggunakan konsep-konsep psikologi konseling atau psikoterapi pada umumnya,

seperti hubungan pertolongan (helping rela-tionship) atau relasi terapeutik. Sepanjang

sejarahnya, konseling pastoral terinspirasi secara variatif oleh berbagai pendekatan

teoretis maupun praktis dalam psikologi, seperti (1) Psikoanalisis Sigmund Freud (yang

menekankan ketidaksadaran; yang menurut sejumlah ahli dapat sejalan dengan

konsepteologis imoralitas), (2) Psikoanalisis Carl Gustav Jung (yang menekankan

pentingnya kenyataan spiritual dalam kepribadian), (3) Psikoterapi interper-sonal (yang

berfokus pada dinamika pengalaman dan kualitas relasi,kelekatan dan kehilangan,

komunikasi dan konflik), (4) Psikologi kognitif (yang menekankan fungsi dan asumsi-

asumsi kognitif).4 Dilihat adanya keterikatan antara konflik, psikologi, dan pastoral oleh

sebab itu menurut, Howard C. Pastoral dapat dan sepantasnya terjadi dalam semua fungsi

pelayanan, termasuk di dalamnya gangguan emosional.5

Orang-orang yang mengalami gangguan emosional sebagai hasil dari berbagai

persoalan di dalam rumah tangga yang terpengaruh dalam tubuh, pikiran, jiwa dan

kehidupan sosial mereka juga terganggu. Mereka membutuhkan dukungan dan

penyembuhan karena psikologis yang kompleks dari gangguan emosional yang sering

ada di dalam diri mereka. Sigmund Freud mengatakan,telah menjadi sebuah anggapan

umum bahwa orang-orang yang menderita dari kemalangan psikologis dapat dibantu

dengan berbicara tentang hal tersebut. Jika akar penyebab dapat disingkapkan dan diakui,

hal tersebut dapat menangani korban dari emosi dan dampak dari masalah-masalah yang

dihadapi termasuk masalah trauma.6

Menurut Harvey, “trauma is a specific term referring to extreme psychological

and psychological reactions to major losses, such as the death of close other”, yang

3 Bilal,Muhammad Sami, Rana Mowadat Hussain, Ullah Khan,Cool Safi,Qayyum Rashid, Eficacy of Eye movement

Desensitization and Reprocessing Beyond Complex Post Traumatic Strees Disorder: A Case Study of EMDR in Pakistan, Professional Medical Journal, 2015, Vol 22 Issue 4,p514-521.8p. 4 Nasib Sembiring dan Yosef Dedy Pradipto, Psikologi Konseling Pastoral,(Yogyakarta: Kanisius,2013), halaman

pengantar editor ahli - V 5 Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), halaman

32 6 Davies, Petronella J.; Dreyer, Yolanda, A pastoral psychological approach to domestic violence

in South Africa, Hervormde Teologiese Studies. 2014, Vol. 70 Issue 3, p1-8. 8p.

Page 9: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

5

berarti bahwa “trauma adalah salah satu konsep yang spesifik yang mengarah kepada

suatu kondisi psikologis yang berujung kepada suatu kehilangan kesadaran yang di

akibatkan oleh kematian dan hal-hal lain sebagainya.” 7 Perasaan yang ditimbulkan oleh

pengalaman traumatik tersebut dapat mengakibatkan reaksi yang cukup ekstrim baik pada

fisik maupun psikis seseorang. Ini merupakan tanda bahwa trauma adalah sebuah

kejadian yang tidak biasa yang mungkin bisa terjadi akibat peristiwa kehilangan yang

mendalam, seperti kematian dari keluarga, pasangan atau orang-orang yang mempunyai

hubungan cukup erat dengannya. Saat seseorang mengalami peristiwa yang menyebabkan

trauma, ia akan mengalami berbagai dampak dari pengalaman traumatic tersebut.

Dampaknya seperti perasaan tergoncang, kekacauan dalam hidup, merasa adanya

penolakan, depresi, rasa bersalah, kegelisahan hingga perasaan diserang.

Merupakan hal yang sering terjadi apabila seseorang yang mengalami atau

menyaksikan kejadian mengerikan seperti bencana alam, kecelakaan, terorisme, perang,

atau kematian seseorang yang dicintai akan mengalami trauma, seperti yang terjadi dan

dialami oleh para pengungsi Timor Leste yang berada di Nusa Tenggara Timur, beberapa

mungkin sudah mengalami kesembuhan dan kembali beraktivitas normal, namun masih

ada dan masih banyak yang mengalami trauma berkelanjutan sehingga mengembangkan

gangguan stress pasca trauma.

Pasca referendum Timor Leste pada tahun 1999, yang mengakibatkan lepasnya

Timor Leste dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, menimbulkan masalah baru yaitu

pengungsi merupakan salah satu masalah yang timbul pasca jajak pendapat 1999. Mereka

adalah para pengungsi yang mengalami gangguan psikologis dan trauma karena

mengalami depresi penolakan, rasa bersalah, dan kegelisahan. Hal tersebut

mengakibatkan terjadinya arus pengungsi Timor Leste yang ke Provensi Nusa Tenggara

Timur pada tahun 1999, sekitar 250.000 orang, sebagian besar dari mereka tinggal di pos

–pos pengungsian yang tersebar di Kabupaten Belu, Timor Tengah Utara, Timor Tengah

Selatan dan Kupang, laporan lain mengatakan bahwa para pengungsi kembali ke Timor

Leste dari waktu ke waktu dan berdasarkan pada informasi tahun 2001, terdapat 120.000

pengungsi Timor Leste di NTT. Dari kabupaten Timor Tengah Utara mereka diberitahu

7 John H. Harvey, Perspectives on loss and trauma assaults on the self, (California: Sage Publication, 2002), halaman

23

Page 10: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

6

bahwa karena intimidasi tanpa henti, beberapa para pengungsi kembali ke Timor Leste

tanpa memberitahu koordinator perkemahan mereka.8

Di sisi lain, warga Timor Leste prointegrasi pun dengan sadar diungsikan karena

mereka telah memilih berintegrasi dengan Indonesia. Bagi mereka, integrasi adalah jalan

terbaik untuk membangun kehidupan dan masa depan. Mereka ingin tetap bernaung

dalam satu rumah dengan kerabat dan warga sebangsa serta budaya di Timor Barat,

meski harus siap dibenci dan terusir dari kampung halamannya. Bertahan di Timor Leste

dengan kebencian yang membara dari kelompok prokemerdekaan dan kelak dibebani

dendam masa lalu merupakan pilihan yang amat sulit.9 Warga di Nusa Tenggara Timur

di sekitar pos-pos pengungsian harus harus ikhlas berbagi makanan setiap hari,

menyisihkan air untuk mandi, membiarkan ladang dan halaman rumahnya untuk digarap

atau sekedar di jadikan tempat berteduh para pengungsi. Beban sosial dan tekanan

psikologis-emosional pun tidak terbayangkan, di saat ribuan pengungsi itu dilanda

kesedihan dan bahkan stres/depresi akibat tercabut dari keluarga, rumah, harta milik, dan

lingkungan sosial-budayanya.10

Dampak negatif lainnya sebagai dampak kehadiran para pengungsi di kawasan

pengungsian di Nusa Tenggara Timur terlihat dari beberapa aksi premanisme di

perbatasan Atambua. Ketika dendam dan amarah masih melekat dalam hati dan

kebutuhan begitu menghimpit hidup mereka dalam kondisi serba kekurangan, tindakan

kejahatan seperti itu dapat dengan mudah tersulut.11

Pada 6 September 2000, Kantor

Perwakilan UNHCR (United Nation High Commissioner for Refugees) di Atambua di

serang sejumlah warga. Diliputi kemarahan luar biasa,mereka mengobrak-abrik kantor

UNHCR,tiga petugas UNHCR, semuanya warga negara asing yang berada di dalam

kantor itu dipukuli hingga tewas. Sebuah mobil milik UNHCR pun ikut hangus dibakar.

Selain itu, seorang petugas asal Brasil juga dipukul hingga terluka parah.12

Oleh karena

hal tersebut mengakibatkan semua LSM international dan PBB termasuk UNHCR harus

8 Eaast Timor and Indonesia Action Network (ETAN: 2002), di akses dari www.etan.org, pada tanggal 10 November

2014 9 Kiki Syahnakri, Timor Timur The Untold Story,(Jakarta:Buku Kompas, 2013), halaman 270

10 Kiki Syahnakri, 2013, halaman 272

11 Kiki Syahnakri, 2013, halaman 282

12 Kiki Syahnakri, 2013, halaman 295

Page 11: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

7

menarik diri dari kabupaten Belu dan menghentikan bantuan mereka terhadap para

pengungsi, dan sejak peristiwa tersebut kehidupan para pengungsi semakin sulit.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengangkat judul Tugas Akhir “Peran

Pastoral Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Getsemani Asam Tiga Terhadap

Pengungsi Timor Leste Yang Mengalami Trauma Pasca Referendum 1999”.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah di uraikan di dalam latar belakang masalah, rumusan

permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

bagaimana peran pastoral Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Getsemani Asam

Tiga terhadap pengungsi Timor Leste yang mengalami trauma pasca referendum

1999?

1.2. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah :

Mendeskripsikan dan menganalisa peranan pastoral Gereja Masehi Injili di Timor

(GMIT) Getsemani Asam Tiga terhadap pengungsi Timor Leste yang mengalam

trauma pasca referendum 1999.

1.3. Manfaat Penelitian

Tugas Gereja yang memperkenalkan Allah kepada manusia. Gereja memanggil

manusia untuk kembali mengenal dirinya, merasa memiliki dirinya, menghormati dirinya

dan memberikan dirinya untuk pelayanan manusia.13

Manfaat secara teoritis ialah peran

pastoral merupakan tindakan pendampingan yang dilakukan oleh masyarakat kepada

anggota kelompoknya yang sedang mengalami masalah di dalam rumah tangga dan

lingkungan sosisal, mengalami trauma pasca konflik yang berkepanjangan,dan berduka

karena kematian. Pemakaian kata “pastoral” dimaksudkan untuk menjelaskan sifat dan

tujuan tindakan masyarakat ketika terjadi kedukaan di dalam kelompoknya dengan

13

Eben Nuban Timo, Anak Matahari Teologi Rakyat Bolelebo Tentang Pembangunan, (Maumere:Ledalero,2004) halaman 79

Page 12: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

8

melaksanakan pendampingan. Manfaat secara praksis ialah penulisan ini diharapkan

dapat memberikan masukan bagi gereja di dalam pelayanan pastoral agar gereja mampu

memberikan pelayanan pastoral yang tidak terbatas kepada jemaat gereja; tetapi juga

kepada setiap lapisan masyarakat yang mengalami bencana alam, konflik yang

berkepanjangan khususnya pengungsi Timor Leste yang mengalami depresi dan trauma

pasca referendum 1999.

1.4. Metode Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan adalah metode deskriptif dan jenis penelitian

kualitatif. Metode penelitian deskriptif berarti menggambarkan atau melukiskan sesuatu

hal. Menggambarkan atau melukiskan dalam hal ini dapat di dukung dengan memberikan

foto-foto yang di dapati di lapangan atau menjelaskan hasil penelitian dengan gambar-

gambar dan dapat pula menjelaskan dengan kata-kata. Dapat juga di artikan responden

menjadi objek dan subjek penelitian dan kegiatan, kejadian yang di teliti serta konteks

tempat penelitian dilaporkan dengan cara deskriptif.14

Jenis penelitian kualitatif adalah

penelitian yang lebih mengutamakan penghayatan serta berusaha memahami dan

menafsirkan makna dari suatu peristiwa interaksi dan tingkah laku manusia dalam situasi

tertentu menurut perspektif peneliti sendiri sehingga hal ini mengharuskan peneliti terjun

sendiri ke lapangan secara aktif.15

Wawancara berarti teknik perolehan informasi melalui

tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.16

Wawancara dilakukan dengan pelayan dan majelis jemaat di Gereja Masehi Injili

di Timor (GMIT) Getsemani Asam Tiga, Klasis Kupang Timur dengan para pengungsi

Timor Leste di daerah-daerah pengungsian. Lokasi yang dipilih adalah daerah-daerah

yang menjadi pos-pos pengungsian di wilayah Timor Barat seperti Naibonat, karena

daerah ini yang memiliki jumlah pengungsi yang tergolong tinggi dan masih tinggal di

dalam depresi, kemiskinan dan ketelantaran. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan

penelitian ini adalah selama 2 minggu.

14

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,(Jakarta: Bumi Aksara,2008). Halaman 129 15

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2008, halaman 78. 16

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbra, 2008, halaman 53.

Page 13: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

9

1.5. Sistematika Penulisan

Berkaitan dengan penulisan ini, maka akan dibagi dalam beberapa bagian yaitu

pertama, penulis akan memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Kedua,

penulis akan menguraikan tentang teori Trauma Healing dan Teori Pastoral. Ketiga,

penulis memberikan gambaran umum tentang GMIT Getsemani Asam Tiga, hasil data

lapangan dan penelitian di jemaat GMIT Getsemani Asam Tiga. Menganalisa tentang

peran Konseling Pastoral dalam kehidupan para pengungsi Timor Leste di Nusa

Tenggara Timur berdasarkan teori trauma healing dan teori pastoral, Keempat penulis

akan memberikan kesimpulan dan saran.

II. TRAUMA DAN PERAN PASTORAL GEREJA

Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini, maka perlu dikemukakan teori yang

berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai landasan dalam

pembuatan tugas akhir ini yaitu teori Trauma Healing dan Peran Konseling Pastoral. Oleh

sebab itu penulis akan memulai dengan pengertian Trauma Healing manfaat Trauma

Healing dan selanjutnya mengenai Teori Konseling Pastoral.

Judith Herman mengatakan bahwa menyembuhkan trauma (trauma healing)

sebagai upaya untuk menggerakan tiga hal yaitu, dari perasaan bahaya pada perasaan

nyaman dan aman, dari perasaan menolak kondisi pada penerimaan kondisi, dan dari

perasaan terisolasi pada kemampuan membangun hubungan sosial.17

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa trauma healing adalah

usaha untuk kembali menyembuhkan seseorang dari trauma untuk kembali menerima

kondisi dan mampu bangkit kembali baik secara kejiwaan atau kehidupan sosial.

Selanjutnya, akan dijelaskan tentang pengertian trauma healing dan pastoral.

17

Judith Herman, Trauma and RecoveryI,(New York: Basic Books,1997) halaman 13

Page 14: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

10

2.1 Pengertian Trauma Healing

Secara etimologi, Healing artinya menyembuhkan. Dalam konteks trauma healing

dapat diartikan sebagai usaha menyembuhkan seseorang dari trauma. Trauma healing

berhubungan erat dalam upaya mendamaikan. Hal ini berkaitan membangun atau

memperbaiki hubungan manusia dengan mengurangi perasaan kesepian, memperbaiki

kondisi kejiwaan, mengerti tentang arti kedamaian, mengurangi perasaan terisolasi,

kebencian, dan bahaya yang terjadi dalam hubungan antar pribadi.18

Trauma dalam istilah psikologis untuk menunjukkan kondisi yang shok dan

tertekan oleh suatu peristiwa yang membekas relatif lama pada korban. Beberapa kondisi

yang berpotensi menjadi peristiwa traumatis antara lain bencana, konflik, menjadi korban

kriminal, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan harta benda. Peristiwa traumatis

juga dapat terjadi pada saat bencana atau konflik perang saudara terjadi hingga bencana

atapun konflik yang telah berlalu, dalam kondisi terakhir ini yang disebut post traumatic

stress disorder (PTSD).19

Trauma healing adalah suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi atau menghilangkan trauma yang dialami. Di sisi lain, trauma healing adalah

suatu tindakan yang dilakukan untuk membantu orang lain yang sedang mengalami

gangguan psikologis yang diakibatkan shok atau trauma.20

Cara pandang seseorang yang mengalami trauma menjadi hal utama yang harus

dibangun. Seseorang harus mampu merubah cara pandang terhadap peristiwa yang

terjadi, dari cara pandang tersebut dapat menumbuhkan keyakinan, harapan untuk masa

depan. Selanjutnya adalah lingkungan sosial bahwa manusia adalah makhluk yang tidak

dapat hidup sendiri. Dalam konteks trauma healing, lingkungan sosial menjadi salah satu

faktor dalam membantu seseorang dari trauma. Dukungan, dorongan sangat dibutuhkan

dan hal ini dapat terwujud ketika seseorang mampu membangun komunikasi sosial yang

pada akhirnya akan mehilangkan perasaan sepi, terasing, terisolasi dan sebagainya.

Proses pemulihan trauma tergantung pada faktor internal individu sendiri yang berupa

18

William Steele. Caelan Kuban, Winter 2014, Healing Trauma, Building Resilience : SITCAP in Action ,Volume 22 issue 4,p18-20,3p. 19

Amelia Van der Merwe,Leslie Swartz.2015, Living in two narratives: Psychis splitting in South African Surivors of Chronic Trauma, Soth African Journal of Psychology , Vol.45 Issue 3,p361-373.13p 20

Raymond M. Scurfield, Katherine T. Platoni, Healing war Trauma, (New York:Routledge,2013) halaman 289

Page 15: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

11

persepsi, keyakinan dan faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar individu dapat berupa

dukungan, aktivitas, dan lain-lain.21

2.2 Manfaat Trauma Healing

Berbagai organisasi yang telah memberikan bantuan kepada korban konflik atau

bencana alam, seperti bantuan makanan, penampungan, baju dan bantuan-bantuan lain

yang terbilang penting. Selain itu, para korban juga membutuhkan bantuan kesehatan

mental karena trauma yang timbul dari konflik yang dialami. Trauma healing menjadi

cara atau metode yang digunakan bagi korban bencana alam, konflik berkepanjangan atau

mengalami trauma dan ketakutan yang berlebihan saat mendengar suara-suara; yang

menyerupai gaung, getaran, atau semacamnya. Trauma healing sendiri diutamakan

kepada anak-anak dan lansia, yang biasanya mengalami trauma paling kuat, baik stres

maupun depresi.22

Trauma healing dapat dilakukan secara teratur agar dapat membangun kembali

mental para korban. Terhadap anak-anak, misalnya program trauma healing dapat

dilakukan dengan membangun kelompok bermain yang diikutkan ke dalam kelas, atau

kegiatan-kegiatan bermain, belajar, membaca buku, kegiatan kesenian seperti tari-tarian,

musik, dan melukis, atau bahkan kegiatan beragama. Trauma healing yang diberikan

pada anak-anak bertujuan agar mereka mampu melupakan kejadian-kejadian yang terjadi

pada masa lalu, sehingga dapat membuat mereka lebih siap apabila konflik datang

kembali. Kegiatan-kegiatan trauma healing yang diberikan pada anak-anak berbeda pada

orang dewasa. Pada orang dewasa, program yang lebih tepat berupa konseling. Selain itu,

yang tidak kalah pentingnya adalah pembangunan kembali wilayah, atau penempatan

korban di wilayah baru. Dengan hal tersebut, ingatan tentang konflik di dalam benak dan

pikiran mereka bisa terhapus, dan kehidupan baru dapat dimulai.23

21

Joshua Pederson, Speak Trauma : Toward a Revised Understanding of Litercary Trauma Theory,Copyright 2014 by The Ohio State University, Narrative, Vol 22 issue 3, p333-353,21p. 22

William Steele. Caelan Kuban, Winter 2014, Healing Trauma, Building Resilience : SITCAP in Action ,Volume 22 issue 4,p18-20,3p. 23

Amra Delic;Mevludin Hasanovic;Esmina Avdibegovic;Alexsandar Dimitrijevic;Camellia Hancheva;Carmen Scher;Tatjana Stefanovic-Stanojevic;Annette Streeck-Fischer; Andreas Hamburger, Academic model of trauma healing in post-war societies,Acta Medica Academica may2014,Vol 43, issue 1, p 76-80.5p

Page 16: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

12

2.3 Peran Pastoral Dalam Trauma Healing.

Seward Hiltner berpendapat bahwa pelayanan pastoral haruslah dipandang dari

perspektif penggembalaan yaitu penyembuhan, pemeliharaan dan pembimbingan.

Penyembuhan berarti membalut luka seperti cerita orang Samaria yang baik hati.

Pemeliharaan berarti menghibur, menguatkan atau bersehati dengan orang yang

menderita. Pembimbingan berarti membantu menemukan jalan.24

Fungsi peran pastoral

adalah menyembuhkan (Healing), mendukung (Sustaining), membimbing (Guiding),

memulihkan (Reconciling), dan memelihara atau mengasuh (Nurturing).25

Oleh sebab itu,

tujuan konseling pastoral adalah melaksanakan fungsi-fungsi dari pastoral, yang

diharapkan setiap korban yang mengalami trauma pasca konflik yang berkepanjangan

mendapatkan penyembuhan, pemulihan, pengasuhan,dukungan dan bimbingan.

Menyembuhkan (Healing), adalah fungsi pastoral yang ditujukan untuk

memperbaiki orang menuju keutuhan dan membimbingnya ke arah kemajuan melebihi

kondisi yang sebelumnya.26

Luka yang terjadi dalam hubungan terbuka antara seseorang

dengan orang lain, biasanya akan mendorong orang tersebut untuk menarik diri secara

fisik maupun menarik diri secara emosional. Penarikan diri secara fisik akan terjadi

ketika orang yang terluka pergi meninggalkan ruangan atau sengaja menghindar setiap

kali bertemu dengan pihak lain dengan siapa ia terlibat dalam konflik. Sedangkan

penarikan diri secara emosional terjadi ketika orang yang terluka masuk ke dalam relung

batinnya yang paling dalam untuk membuat penilaian tentang situasi konflik yang ia

hadapi.27

Proses penyembuhan juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk membangun

hubungan yang sehat,tetapi yang memerlukan kemampuan untuk bersama-sama di dalam

proses pastoral mampu berpikir dan merasakan bersama-sama agar bisa masuk kedalam

proses penyembuhan dalam beberapa cara dan juga untuk dapat mengenali berbagai

emosi-emosi. Dengan kata lain, hubungan sehat memerlukan kemampuan untuk

24

Tjard G. Hommes dan E. Gerrit Singgih (editor), Teologi dan Praksis Pastoral, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), halaman 139. 25

Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta : Kanisius,2002), halaman 53-54 26

Howard Clinebell,2002, halaman 53 27

Lee Hayward Butler Jr,1997,African-American pastoral psychology in the twenty-first century will be more than sensual healing, Journal of Religious Thoght, vol 53/54 issue 2/1, p113.p8.1chart

Page 17: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

13

memahami masalah dengan serangkaian emosi-emosi.28

Didalam Konseling Pastoral,

fungsi penyembuhan ini penting dalam arti bahwa melalui Konseling Pastoral yang berisi

kasih sayang, rela mendengarkan segala keluhan batin, dan kepedulian yang tinggi akan

membuat jemaat yang dipastoralkan yang sedang menderita mengalami rasa aman dan

kelegaan sebagai pintu masuk kearah penyembuhan yang sebenarnya. Fungsi ini dapat

diterapkan kepada pribadi atau jemaat yang mengalami dukacita dan luka batin akibat

kehilangan atau terbuang, biasanya berakibat kepada penyakit psikosomatis, suatu

penyakit secara langsung atau tidak langsung yang disebbakan oleh tekanan mental yang

paling berat.29

Mendukung (Sustaining) adalah fungsi pastoral yang ditujukan untuk menolong

orang yang sakit (terluka) agar dapat bertahan dan mengatasi luka yang terjadi pada

waktu lampau. Hal ini berkaitan dengan perbaikan atau penyembuhan atas penyakitnya

tidak mungkin lagi disembuhkan. Dalam situasi yang demikian orang yang sakit (terluka)

tersebut dapat beroleh pengharapan.30 Peran pastoral mendukung dan dapat juga

dilakukan bila orang yang didampingi tidak mungkin kembali ke keadaan semula,

misalnya kematian orang yang dikasihi. Fungsi mendukung dipakai untuk membantu

orang yang didampingi menerima keadaan sekarang sebagaimana adanya, kematian

adalah tetap kematian, untuk dapat bertumbuh secara penuh dan utuh. Kehadiran

pendamping dalam dukacita merupakan dukungan kepada mereka untuk dapat bertahan

dalam situasi krisis yang bagaimanapun beratnya.

Peran pastoral mendukung juga adalah fungsi yang paling penting dari gereja kristen

awal, dukungan ini dapat dilihat dalam empat bagian:

1. Pelestarian. Ini adalah tugas pertama memegang garis terhadap ancaman lain atau

kerugian lebih lanjut. Membantu yang berduka untuk melakukan sesuatu

meskipun di dalam keadaan yang mengalami kehilangan. Mendukung orang-

28

Barbara J McClure,2010,The Social Construction of Emotions : A New Direction in the Pastoral work of Healing, pastoral psychology, vol.59 issue 6 , p799-812, 14p 29

Guillaume H. Smith,2015, Patoral Ministry in a missional age: Towards a practical theological understanding of missional pastoral care, Verbum et Ecclesia, vol.36 issue 1,p1-8.8p 30

Howard Clinebell,2002, halaman 53

Page 18: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

14

orang yang putus asa menghadapi permasalahan dengan memberikan sentuhan

melalui kata-kata yang menguatkan.

2. Penghiburan. Bertujuan untuk meringankan penderitaan yang dirasakan dan

menawarkan harapan di setiap saat.

3. Konsolidasi. Bertujuan untuk memberdayakan penderita di dalam menyikapi

berbagai macam hambatan dan kerugian. Penderitaan dimasukkan ke dalam

perspektif sebagai penderita yang tidak hanya merasa sendiri di dalam

menghadapi setiap permasalahan tetapi membantu setiap orang yang bermasalah

merekonstruksi hidupnya.

4. Penebusan. Bertujuan membantu seseorang yang mengalami trauma konflik dan

permasalahan dukacita mulai membangun kembali kehidupan yang berkelanjutan.

Tidak terus hidup di dalam tekanan psikis dan itu akan menjadi pelayanan

penyembuhan. Sikap positif terhadap kehidupan yang dialami seperti sesorang

janda dapat menjadi ibu dan ayah bagi anak-anaknya.31

Dukungan ini akan

membantu mengurangi penderitaan mereka melalui perkunjungan pastoral yang

seringkali didapati jemaat yang mengalami perasaan kehilangan,kematian orang-

orang yang dikasihi dan dukacita, yang mengakibatkan pada saat tersebut jemaat

tidak dapat melakukan apa-apa, dalam hal inilah peran pastoral dapat

dilaksanakan melalui kehadiran dan pendampingan, jemaat dibantu untuk

bertahan dalam situasi yang bagaimanapun beratnya. Dukungan berupa kehadiran

dan sapaan yang meneduhkan dan sikap yang terbuka, akan mengurangi

penderitaan jemaat.32

Membimbing (Guiding), fungsi pastoral yang ditujukan untuk membantu orang

yang berada di dalam kebimbangan untuk mengambil keputusan di antara berbagai

pikiran dan tindakan pilihan yang dipandang mempengaruhi keadaan jiawa mereka baik

sekarang dan pada waktu yang akan datang.33

Membimbing berarti memberikan arahan

kepada orang yang didampingi untuk menemukan jalan yang benar.Pendamping

31

Lucie Bardiau Huys,2014,Sustaining Pastoral Minnitry: Denominations must assume their responsibilities,JEPTA: Journal of the European Pentascostal Theological Association, vol 34 issue 1, p61-76,16p 32

Guillaume H. Smith,2015, Patoral Ministry in a missional age: Towards a practical theological understanding of missional pastoral care, Verbum et Ecclesia, vol.36 issue 1,p1-8.8p 33

Howard Clinebell,2002,halaman 54

Page 19: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

15

menolong orang yang didampingi untuk memilih/mengambil keputusan secara mandiri

tentang apa yang akan ditempuh atau apayang menjadi masa depannya.Pendamping

juga dapat menolong orang yang didampingi untuk melihat: kekuatan dan

kelemahan (internal) serta kesempatan dan tantangan (eksternal).34

Pemberian nasihat

juga dapat dimasukkan dalam fungsi membimbing. Fungsi bimbingan ini di dalam

proses konseling pastoral sangatlah penting karena jemaat hidup ditengah-tengah dunia di

mana terjadi banyak perubahan-perubahan yang membawa pengaruh atas kehidupan

manusia di dalam berbagai aspek kehidupan, dan untuk menghadapi perubahan-

perubahan ini jemaat di tuntut untuk mencari jalan keluar yang benar, yang sesuai dengan

norma-norma dan dalam hal ini jemaat sering menemui kesulitan. Untuk mengatasi

kesulitan tersebut peran pastoral sangat dibutuhkan untuk menolong, membimbing, setiap

pribadi atau jemaat agar tidak mudah jatuh di tengah-tengah perubahan dunia.35

Memulihkan (Reconciling) adalah fungsi pastoral yang ditujukan untuk

membangun kembali hubungan-hubungan yang rusak di antara manusia dengan sesama

manusia dan di antara manusia dengan Allah.36

Apabila hubungan sosial dengan orang

lain terganggu, maka terjadilah penderitaan yang berpengaruh pada masalah emosional.

Konflik sosial yang berkepanjangan akan berpengaruh terhadap fisik. Pendampingan

berfungsi sebagai perantara untuk memperbaiki hubungan yang rusak dan

terganggu. Pendamping menjadi mediator/penengah yang netral dan bijaksana.37

Disinilah perananan pastoral menjadi sangat diutamakan, karena gereja diharapkan

mampu memulihkan hubungan yang rusak antara jemaat dengan Allah. Salah satu

kebutuhan manusia adalah adanya hubungan yang baik di antara manusia dengan Allah

dan dengan sesama, oleh sebab itu manusia disebut makhluk sosial. Apabila hubungan

tersebut terganggu maka terjadilah penderitaan yang berepengaruh kepada masalah

emosional, dan terkadang orang tersebut tidak sadar pada posisi mana dia berdiri

34

Jennifer B .Gray,2011, Theory Guding Communication Campaign Raxis : A Qualitative Elicitation Study Comparing Exesice Beliefs of overweight and Healty weight college students, Qualitative Research Reports in Communication 2011, vol 12. Issue 1,p34-42 9p 35

J. L. Ch. Abineno, Pelayanan Pastoral (Jakarta:BPK,1967), 107-108 36

Howard Clinebell,2002,halaman 54 37

Rebecca Hutten;Glenys D. Parry; Thomas Ricketts; Jo Cooke, 2015, Squaring the circle: a priority-setting method for evidence-based service development, reconciling research with multiple stakeholder views,BMC Health Services Research, Aug2015,vol15 Issue 1,p1-11p. 1 Diagram, 5 Chats

Page 20: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

16

sehingga memerlukan orang ketiga yang melihat secara objektif posisi tersebut.38

Banyak

hal yang dialami oleh jemaat dan melalui pelayanan pastoral dapat menganalisa

hubungan, menganalisa hal yang dapat mengancam suatu hubungan dan pada akhirnya

mencari alternative untuk dapat memperbaiki hubungan tersebut, sehingga kehidupan

jemaat atau pribadi yang mengalami trauma dipulihkan dengan Allah maupun dengan

sesama.39

Memelihara atau mengasuh (Nurturing), fungsi pastoral yang ditujukan unutk

memampukan orang mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Allah kepada

manusia, disepanjang perjalanan hidup manusia.40

Memelihara atau mengasuh adalah

fungsi pelayanan pastoral yang seringkali dilupakan, hidup berarti bertumbuh dan

berkembang, perkembangan tersebut meliputi aspek emosional, cara berpikir, motivasi

dan kemauan, tingkah laku, kehidupan rohani dan dalam interaksi.41

Melalui pelayanan

pastoral, dapat diperhatikan potensi-potensi apa saja yang dapat menumbuhkan dan

mengembangkan kehidupan jemaat atau korban konflik sebagai kekuatan yang dapat di

andalkan untuk tetap melanjutkan kehidupan, pelayan pastoral harus meonolong jemaat

untuk berkembang,oleh karena itu diperlukan pengasuhan kearah pertumbuhan melalui

proses pelayanan pastoral.42

Manusia yang diciptakan sebagai gambar Allah pada dirinya

dikaruniakan potensi, dan dengan potensi itu manusia akan dapat bertumbuh baik secara

jasamani maupun rohani, namun karena kelemahan manusia, dosa dan persoalan-

persoalan kehidupan yang dihadapi manusia menyebabkan manusia tidak mampu

mengembangkan potensi yang dimiliki. Oleh karena itu dibutuhkan peran pastoral agar

manusia dapat mengenali dirinya dengan segala persoalannya, kemudian

mengembangkan potensi yang dimiliki.43

38

Philip Reley,Jun 2013, Attacment theory, teacher motivation dan pastoral care : a challenge for teachers and academics, Pastoral Care Education, vol 31 issue 2, p112-129,18p. 39

Christoffel H. Thesnaar,2014, Seeking feasible reconciliation : A transdiciplineary contextual approach to reconciliation, Hervormde Teologise Studies2014, vol 70 Issue 2,p1-8.8p 40

Howard Clinebell,2002,halaman 54 41

Tony Leach,2009, Maybe I can fly: nurturing personal and collective learning in professionallearning communities,Pastoral car in Education, Dec2009, Vol.27 Issue 4,p313-323,11p.2 Diagrams 42

Richard Shields,2008, Nurturing spirituality and vocation : A Catholic Approach to New Teacher Induction, Catholic Education : A Journal of inquiry and practice.Dec2008, vol 12 issue 3 p 160-175.16p 43

Gary Collins,Growth Conseling, Helping People Growth (California: Vission House,1980) halaman 88

Page 21: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

17

III. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN ANALISA

3.1 Sejarah Gereja Masehi Injili di Timor Jemaat Getsemani Asam Tiga

Pada awalnya sebagian dari warga jemaat Getsemani Asam Tiga berjemaat di

Jemaat Syalom Oeboboa dan Jemaat Efrata Oelamasi, dikarenakan belum adanya tempat

beribadah di wilayah Asam Tiga karena masih berupa hutan. Kemudian pada tahun 1985

atas permintaan dari Bapak Vitalis Djawa (Almarhum), kepala panti SPA ( sekarang

Panti PSBR Naibonat ) kepada Bapak Yorhans Y. Ullu, salah seorang tokoh jemaat di

Syalom Oeboboa agar membangun sebuah tempat beribadah “Kapela” untuk

memudahkan jemat beribadah karena jarak yang terlalu jauh, tiga tahun kemudian yakni

tahun 1988 permintaan tersebut akhirnya terealisasi.

Pada tanggal 1 Juni 1988, terjadi musyawarah antara tokoh-tokoh jemaat

Oeboboa dan Oelamasi untuk mendirikan sebuah gedung gereja darurat (Kapela)

bertempat di Oelamasi-Asam Tiga, dengan kerjasama dan sumbangan dari jemaat

Oeboboa dan Oelamasi-Asam Tiga. Bapak Yorhans Ullu dipilih sebagai ketua

pembangunan. Pekerjaan pembangunan tempat beribadah/kapela tersebut dimulai dari

tanggal 4 Juli 1988 dengan penggalian dan berakhir pada tanggal 10 Agustus 1988

dengan pemasangan atap dan penyelesaian pemasangan dinding.Pembangunan Gedung “

KAPELA “ di atas tanah ukuran 25 M X 200 M atas Hibah Tanah Milik dari Bapak

Abraham Ndaumanu Almarhum. Dari awal pembangunan beberapa jemaat juga sudah

mulai menyumbang bahan-bahan yang diperlukan, dikarenakan keinginan mereka untuk

penyelesaian “Kapela” cepat terlaksana sehingga dapat digunakan.

Setelah penyelesaian pemasangan dinding “Kapela”, maka ketua pembangunan

menjalankan undangan secara lisan kepada tokoh-tokoh jemaat Oeboboa, Oelamasi, dan

Penanggungjawab Jemaat Syalom Oeboboa (Bapak.Benyamin Ndaumanu) untuk

membicarakan rencana kebaktian Natal Perdana di “Kapela” Asam Tiga (Gedung Gereja

Darurat) yang telah selesai dibangun. Pada tanggal 15 Januari 1989 tokoh-tokoh jemaat

berkumpul untuk bermusyawarah bersama untuk menggunakan bangunan Gereja

Darurat/Kapela sebagai Rumah Ibadah. Dan dari musyawarah tersebut, diputuskanlah

bahwa pada tanggal 29 Januari 1989 bangunan Gereja Darurat/Kapela jemaat harus sudah

digunakan sebagai Rumah ibadah sebagaimana mestinya.

Page 22: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

18

Karena itu pada tanggal 19 Januari 1989 dibuatlah surat Permohonan Membuka

Tempat Ibadah /Tempat Kebaktian Baru di Asam Tiga, KM 37,-. Pada tanggal 23 Januari

1989, ketua pembangunan bersama jemaat yang membangun Kapela mendapat surat dari

Majelis Jemaat Wilayah Kependetaan Pukdale, dengan perihal “ Panggilan dan Jawaban

Atas Permohonan Membuka Tempat Ibadah/Kebaktian Baru Di Asam Tiga, KM 37,-

Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa Majelis Jemaat Kependetaan Pukdale tidak

menolak permohonan kelompok aggota jemaat Oeboboa yang berdomisili di Asam

Tiga/Km 37 untuk membuka tempat kebaktian baru pada tanggal 29 Januari 1989,

melainkan menolak penentuan waktu secara sepihak dari kelompok yakni tanggal 29

Januari 1989.

Oleh karena itu untuk merealisasikan maksud baik untuk membuka tempat ibadah

baru di Asam Tiga yang sebenarnya telah tertuang dalam Program Majelis Jem. Wil.

Kependetaan Pukdale. Oleh karena itu pada tanggal 29 Januari 1989, B.P.K mengutus

pendeta Wilayah Kependetaan Pukdale yakni Bpk. Pdt. Ch. Nggadas untuk melihat

kesiapan dari kelompok jemaat Oeboboa yang berdomisili di Asam Tiga. Dan melihat

kesiapan kelompok telah memenuhi persyaratan, maka ketika pertemuan tanggal 29

Januari 1989, disepakatilah tanggal untuk peletakan batu pertama, yaitu tanggal 19

Pebruari 1989. Gedung gereja getsemani Asam Tiga dibangun diatas Tanah seluas 25 M

x 200 M atas dasar Hibah Tanah dari Bapak Abraham Ndaomanu Peletakan batu pertama

dihadiri oleh 200 jiwa, yaitu anak-anak 57 orang dan dewasa 143 orang.

Kebaktian peletakan batu pertama dipimpin oleh B.P.K yakni Pdt. M. Anone, dan

GETSEMANI Asam Tiga adalah nama yang dipilih sebagai nama Jemaat dengan alasan

karena jemaat ini ada setelah pergumulan yang berat. Karena belum ada Majelis yang

terbentuk, maka Hak kebaktian diserahkan kepada Penanggung Jawab Oeboboa yaitu

Bpk. B. Ndaumanu. Namun setelah terjadi perhadapan Majelis antar waktu pada tanggal

16 April 1989, dan pembentukan panitia pembangunan serta kategorial Perempuan GMIT

dan seksi-seksinya, maka dipilihlah Bapak. Th. D. Kilasaduk sebagai PenanggungJawab

yang baru, dari tahun 1989-1999. Dan pdt Ch. Nggadas sebagai pendeta Wilayah dari

tahun 1989 sampai dengan tahun 1991.Ada beberapa kepala keluarga dari Jemat Efrata

dan berapa jemaat dari Betel yang juga bergabung menjadi jemaat Getsemani Asam Tiga

pada waktu itu,awalnya Getesemani Asam Tiga masuk dalam Wilayah Kependetaan

Page 23: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

19

Pukdale, namun karena Jemaat Getsemani Asam Tiga berada dalam Wilayah

Kependetaan Naibonat, akhirnya diputuskalah agar Jemaat Getsemani Asam Tiga ada

dalam bagian dari wilayah Kependetaan Naibonat.44

3.2 Peran Pastoral di dalam kehidupan para pengungsi Timor Leste

GMIT Jemaat Asam Tiga di Naibonat Kupang, pada awal kedatangan orang

Timor Leste yang tepatnya ketika pasca referendum 1999, mereka sering menimbulkan

konflik dengan warga asli di Naibonat, akibatnya beberapa kondisi seperti konflik pasca

referendum yang mengharuskan mereka kehilangan orang yang mereka kasihi dan

kehilangan harta benda mereka sehingga menimbulkan trauma.

Menurut Ibu AS seorang warga jemaat yang melihat dan melakukan pelayanan

pastoral “ Ketika pasca referendum 1999 banyak orang Timor Timur yang datang ke sini

mereka datang di malam hari, ketika mereka datang dan tinggal di awal-awal mereka

sering mengalami percekcokan dengan orang-orang di sini, kami dari gereja ingin sekali

membantu tetapi kami terkendala bahasa, dan ternyata ada beberapa orang Timor Timur

yang merupakan warga Gereja Kristen di Timor Timur yang mencari GMIT pada waktu

itu tetapi tidak mengetahui yang mana GMIT karena banyak gereja di NTT khususnya di

Kabupaten Kupang, sekitar beberapa bulan setelah referendum keadaan masih

mencekam tetapi ada beberapa orang Timor Timur yang datang kegereja GMIT

Getsemani Asam Tiga dan menanyakan gereja Induk mereka dari GKTT (Gereja Kristen

di Timor-Timur), karena kami sudah mengetahui ternyata ada juga orang-orang

protestan kami melakukan pelayanan pastoral, kami merangkul mereka dan membantu

mereka di dalam kehidupan mereka seperti memberikan sembako seadanya, sampai saat

ini juga masih kami melakukan perkunjungan pastoral yang umumnya dilakukan karena

kami sudah tidak membedakan pengungsi dan orang asli kupang mereka dianggap

sebagai jemaat yang sama dengan kita”.45

44

Data diperoleh dari sekretariat GMIT Getsemani Asam Tiga Klasis Kupang Timur 45

Wawancara dengan ibu AS (inisial), yang adalah warga jemaat GMIT Getsemani Asam Tiga, pada hari Jumat tanggal 23 Oktober 2015 pukul 19.20 wit.

Page 24: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

20

Menurut Bapak IA, seorang pengungsi Timor Leste “Gereja sudah sangat

membantu kami semenjak kami keluar dari Timor Leste dan datang ke Atambua disana

sudah ada GMIT yang juga bekerjasama dengan LSM , kami mendapatkan bantuan

secara jasmani seperti makanan minuman pakaian dan tempat istirahat dan juga

pelayanan rohani seperti kebaktian bersama. Kami bersyukur karena ketika kami datang

ada gereja yang menerima kami, meskipun kami di dalam keadaan trauma gereja

membantu kami pulih dan bisa kuat kembali. Sekarang di GMIT Getsemani Asam Tiga

masih memerhatikan jemaat yang ada di pengungsian seperti di ibadah rayon kami juga

bebas untuk menyampaikannya di dalam bahasa Tetun Portu”46

Menurut Bapak LM, seorang pengungsi Timor Leste “ Ketika kami memutuskan

dari Atambua untuk pindah ke Kupang karena tidak ingin di pengaruhi teman-teman

yang ingin kembali ke Timor Leste, kami di Kupang selama satu tahun hidup kami susah

hanya mendapat makanan ketika siang hari saja dan malam harinya kami tidur , sampai

kami mencari gereja yang sama dengan gereja kami dari Timor Leste yaitu gereja yang

seas as dengan GKTT ,Ketika mendapatkan gereja yang seasas, gereja menerima kami,

dan banyak melakukan pelayanan pastoral serta banyak melibatkan kami, seperti saya di

angkat menjadi majelis di dalam pelayanan rayon tenaga saya bisa digunakan untuk

menyampaikan Firman Tuhan di dalam bahasa Tetun Portu atau menjadi penerjemah ke

dalam bahasa Tetun Portu, banyak dari kami juga dilibatkan di dalam pelayanan

Pemuda dan PAR”.47

Dengan pendapat yang hampir sama Bapak Pdt. Saturlino Coreia STh adalah

seorang mantan pendeta GKTT(Gereja Kristen di Timor Timur) yang termasuk di dalam

para pengungsi Timor Timur yang datang ke Kupang juga merasakan pelayanan Pastoral

yang dilakukan oleh GMIT dan juga ikut terlibat di dalam pelayanan Pastoral sampai saat

ini di gereja. Ketika Pasca Referendum 1999 , bapak Saturlino Coreia beserta istri dan

jemaat keluar dari Timor Leste dan datang ke Indonesia “Atambua” karena mendapatkan

berita bahwa Timor Leste akan dibumi-hanguskan seperti Hirosima dan Nagasaki, “

46

Wawancara dengan Bapak IA (Inisial), yang adalah pengungsi Timor Leste dan warga jemaat GMIT Getsemani Asam Tiga, pada hari Sabtu 24 Oktober 2015 11.28 wit. 47

Wawancara dengan Bapak LM (inisial), yang adalah pengungsi Timor Leste dan warga jemaat GMIT Getsemani Asam Tiga, Sabtu tanggal 24 Oktober pukul 10.43 wit

Page 25: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

21

Sebenarnya kami ini tidak ada niat untuk keluar dari sana, tetapi kami ditakut-takuti dari

tentara bahwa Timor Leste akan dibumi-hanguskan seperti Hirosima dan Nagasaki,

Waktu itu saya menjadi Pendeta Jemaat di Kabupaten Ailiu, dan Timor Timur

mengumumkan hasil referendum bahwa otonomi kalah dan pro kemerdekaan menang,

jemaat saya yang ada di desa-desa, kecamatan-kecamatan lari semua masuk di kota

kabupaten di Ailiu, dan ada warga jemaat yang mengatakan kita dengar keputusan dari

pak pendeta saja, kita mau keluar dari Timor Leste, kita keluar ,tidak kita tidak keluar,

dan saya mengatakan tidak kita tetap di Timor Leste tetapi dulu ada juga warga jemaat

saya yang merupakan Dandim TNI orang Batak, beliau mengatakan saya sudah

menyiapkan kendaraan untuk bapa dan jemaat , bapa harus keluar ke Atambua karena

Timor Leste akan di bumi hanguskan, akhirnya kami dengan keadaan panik, kami

mengambil keputusan lagi untuk keluar dari Timor Leste dengan menggunakan truk

jalan darat ada yang dengan kapal Very, tetapi ketika sampai di Atambua keadaan di

Atambua sama mencekam seperti di Dili, karena ternyata yang keluar dari Timor Leste

bukan saja yang pro otonom tetapi yang pro kemerdekaan karena ditakuti isu Timor

Leste akan di bumi hanguskan, sehingga kami melanjutkan perjalanan ke Kupang,

sesampai di Kupang saya dan istri kembali lagi ke atambua karena di atambua sudah

ada Sinode GMIT dan UNKRIS yang telah menyediakan posko untuk membantu para

pengungsi yang merupakan warga jemaat GKTT. Kami dibantu, kami di berikan

makanan, fasilitas dan kendaraan untuk masuk ke Dili menjemput beberapa pengungsi

yang masih tersisa dan sampai saat ini ada yang masih menetap di Indonesia dan ada

juga yang sudah kembali ke Timor Leste dengan berbagai alasan, saat ini ada beberapa

jemaat yang awalnya sebagai anggota jemaat GMIT berpindah ke gereja yang beraliran

Kharismatik dengan alasan gereja kharismatik lebih menjamin kebutuhan kehidupan

ekonomi mereka, sehingga kebutuhan ekonomi juga merupakan kebutuhan dasar jemaat

yang harus diperhatikan oleh Gereja 48

.

Menurut Ibu Pendeta Meliana Radja Tuka, S.Si.Teol sebagai pendeta jemaat di

GMIT Getsemani Asam Tiga periode tahun 2010-2015, pelayanan pastoral yang di

48

Wawancara dnegan Bapak Pdt. Saturlino Coreia STh, yang adalah warga jemaat GMIT Getsemani Asam Tiga dan juga pendeta dari GKTT (Gereja Kristen di Timor Timur) sekarang berganti nama Igreja Protestan de Timor Lorosae hari sabtu tanggal 24 Oktober 2015 pukul 15.00 wit di rumah beliau.

Page 26: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

22

lakukan oleh gereja sudah dilakukan dan memberikan hasil yang memuaskan di kalangan

jemaat khususnya kepada para pengungsi Timor Leste. “Sudah ada tiga rayon yang

berada di pondok (tempat yang di tinggal oleh parah pengungsi),dan kami mengangkat

beberapa saudara-saudara dari pondok yang bisa berbahasa Indonesia dengan baik

menjadi penatua, diaken,dan majelis, kami juga sudah menikahkan masal 5 pasangan

nikah dari para pengungsi dan salah satu pasangan yang baru dipulihkan dari trauma

sehingga mau untuk menikah massal di mana beliau sudah memiliki anak dan cucu tetapi

belum menikah sah secara agama dan dari pasca referendum hingga beberapa minggu

sebelum nikah masal beliau masih hidup di dalam trauma, kami juga bekerjasama

dengan beberapa panti sosial untuk melakukan pelayanan pastoral yang tidak hanya

kepada beberapa anggota jemaat tetapi juga sebagian besar para pengungsi timor leste

yang sekarang mereka sudah tidak ingin di sebut pengungsi karena mereka adalah

bagian dari kami dan saudara-saudara kami.”49

Menurut Penatua Bapak Dominggus De Jesus, pelayanan pastoral sudah di

lakukan oleh pihak gereja seperti baptisan, sidi, nikah, dan juga ketika ada kematian,

kami juga ikut dilibatkan di dalam melakukan pelayanan pastoral dengan saudara-saudara

kami di pondok pengungsian, kami sangat mengharapkan tidak adanya perbedaan di

dalam melakukan pelayanan pastoral serta kami ingin hidup bersama tanpa adanya

batasan-batasan tertentu dan itu yang sekarang sudah dilakukan oleh pihak gereja.

“Awalnya kami seolah-olah didiskriminasi seperti halnya ketika kami menginginkan

pelayanan pastoral kedukaan, karena berbagai tata aturan gereja kami selalu di

sulitkan,saya sangat kewalahan untuk mengatur bagaimana kami mendapatkan

pelayanan pastoral, awalnya seperti itu dengan adanya komitmen saya untuk berani

membuka pemahaman gereja melalui pelayan dan badan harian gereja di dalam

melakukan pelayanan pastoral sekarang sudah tidak ada lagi perbedaan di antara kami

di dalam hal pelayanan.”50

49

Wawancara dengan Ibu Pendeta Meliana Radja Tuka, yang adalah pelayan di GMIT Jemaat Getesemani Asam Tiga, pada hari Rabu tanggal 21 Oktober 2015 pukul 18.30 50

Wawancara dengan Bapak Penatua Dominggus de Jesus yaitu yang dituakan di pondok pengungsian Asam Tiga Naibonat, Minggu 25 Oktober 2015 pukul 12.15 wit

Page 27: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

23

Berdasarkan hasil data di atas GMIT sangat berpartisipasih dalam membantu

pengungsi-pengungsi yang berasal dari Timor Timur seperti waktu di Atambua, GMIT

bekerjasama dengan LSM, sehingga pengungsi banyak mendapatkan bantuan secarah

jasmani seperti makanan, minuman, pakaian, tempat beristirahat dan juga pelayanan

rohani seperti kebaktian bersama, hal tersebut yang membuat pengungsi merasa gereja

GMIT dapat menerima mereka,walaupun waktu itu mereka masih dalam keadaan trauma.

Begitupun dengan gereja Getsemani Asam Tiga yang merupakan salah satu gereja

di bawah naungan Sinode GMIT, yang juga memperhatikan jemaat yang berasal dari

Timor Leste. Dengan melakukan pelayanan pastoral, seperti mengadahkan ibadah rayon

dengan memberi kebebasan dalam menggunakan bahasa Tetun Portu, memberikan

kesempatan kepada jemaat yang berasal dari Timor Leste untuk diangkat menjadi

penatua, diaken, majelis maupun melayani dalam bidang kategorial lain seperti kategorial

Pemuda dan PAR, jemaat Getsemani Asam Tiga pun sudah mendapatkan pelayanan

pastoral oleh pihak gereja seperti baptisan, sidi, nikah, dan juga ketika ada kematian,

mereka juga ikut dilibatkan di dalam melakukan pelayanan pastoral dengan saudara-

saudara mereka di pondok pengungsian. Menurut pandangan Seward Hiltner bahwa

pelayanan pastoral haruslah dipandang dari perspektif penggembalaan yaitu

Penyembuhan, Dukungan, Pembimbingan, Memulihkan, dan Pemeliharaan. Bentuk-

bentuk pendampingan pastoral tersebut yang memberikan nilai positif sehingga tidak

adanya lagi perbedaan antara jemaat asli gereja Getsemani Asam Tiga dan jemaat yang

berasal dari Timor Leste, ini menujukan bahwa fungsi-fungsi pastoral di gereja

Getsemani Asam Tiga terealisasikan dengan baik, dan juga pendampingan pastoral

semakin efektik karena sebelumnya sudah ada ikatan gereja seasas yaitu kebanyakan para

pengungsi adalah jemaat Gereja Kristen Timor-Timur yang sekarang sudah berganti

nama menjadi Igreja Protestan De Timor Lorosae, sehingga mereka merasa tidak lagi di

negeri asing tetapi seperti di rumah sendiri.

Page 28: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

24

3.3 Peran Pastoral Jemaat Getsemani Asam Tiga terhadap Pengungsi Timor

Leste yang mengalami Trauma

Gereja dilihat sebagai kumpulan atau jemaat pilihan, yaitu mereka yang dipanggil

oleh Allah keluar dari dunia, pergi dari dosa dan masuk kedalam wilayah

anugerah51

,oleh sebab itu gereja sebagai Tubuh Kristus dipanggil ditengah dunia

untuk membawa umat semakin bertumbuh kearah Kristus sebagai kepala gereja.

Gereja bukan merupakan organisasi, tetapi suatu organisme, yaitu gereja terdiri

dari anggota-anggota yang hidup seperti tubuh manusia yang disusun untuk berfungsi

di dalam kesatuan dengan bekerja sama dan saling bergantung di antara anggota yang

satu dengan yang lain, demikian pula halnya dengan Gereja sebagai tubuh yang

memperlihatkan kesatuan dan keragaman.52

Gereja harus membawa jemaatnya

semakin mengalami pertumbuhan iman lewat pelayanan-pelayanan yang dilakukan

dan di sinilah peranan pastoral sangatlah dibutuhkan. Pastoral mencakup pelayanan

yang saling menyembuhkan dan menumbuhkan di dalam suatu jemaat dan

komunitasnya sepanjang perjalanan hidup mereka.53

Peran Pastoral Sinode GMIT

melalui Klasis dan Gereja-gereja yang berada di wilayah pengungsian khususnya

GMIT Getsemani Asam Tiga di Naibonat juga dilakukan.

Judith Herman mengatakan bahwa menyembuhkan trauma (trauma healing)

sebagai upaya untuk menggerakan tiga hal yaitu, dari perasaan bahaya pada perasaan

nyaman dan aman, dari perasaan menolak kondisi pada penerimaan kondisi, dan dari

perasaan terisolasi pada kemampuan membangun hubungan sosial.54

Trauma healing

adalah usaha untuk kembali menyembuhkan seseorang dari trauma untuk kembali

menerima kondisi dan mampu bangkit kembali baik secara kejiwaan atau kehidupan

sosial. Trauma dalam istilah psikologis untuk menunjukkan kondisi yang shok dan

tertekan oleh suatu peristiwa yang membekas relatif lama pada korban. Beberapa

51

R.C.Sproul,Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, (Malang : SAAT,2000) halaman 285 52

Tonu Lehtsaar;Maire Ivanova, December 2011, Oppurtunites for church related pastoral counseling in Estonian Evangelical Churches, International Journal of practical Theology, Vol 15 Issue 2, P279-292.14p 53

Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral (Yogyakarta: Kanisius,2002) hal.32 54

Judith Herman, Trauma and RecoveryI,(New York: Basic Books,1997) halaman 13

Page 29: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

25

kondisi yang berpotensi menjadi peristiwa traumatis antara lain bencana, konflik,

menjadi korban kriminal, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan harta benda.55

Cara pandang seseorang yang mengalami trauma menjadi hal utama yang harus

dibangun. Seseorang harus mampu merubah cara pandang terhadap peristiwa yang

terjadi, dari cara pandang tersebut dapat menumbuhkan keyakinan, harapan untuk

masa depan. Selanjutnya adalah lingkungan sosial. Dalam konteks trauma healing,

lingkunga sosial menjadi salah satu faktor dalam membantu seseorang dari trauma.

Dukungan, dorongan sangat dibutuhkan dan hal ini dapat terwujud ketika seseorang

mampu membangun komunikasi sosial.56

Trauma healing dapat dilakukan secara

teratur agar dapat membangun kembali mental para korban, dengan hal tersebut,

ingatan tentang konflik di dalam benak dan pikiran mereka bisa terhapus, dan

kehidupan baru dapat dimulai.57

Konflik berkepanjangan pasca referendum 1999 yang memberikan dampak arus

pengungsian masyarakat Timor Leste masuk ke Indonesia tepatnya di Provensi Nusa

Tenggara Timur dan menciptakan banyak kekacauan, oleh karena depresi,bahkan

trauma terpisah bahkan kehilangan orang-orang terdekat dan harta benda, tetapi

dengan adanya lembaga agama yaitu gereja GMIT Getsemani Asam Tiga di Naibonat

yang bersedia melakukan perkunjungan pelayanan pastoral maupun memberikan

sembako seadanya serta menunjukan rasa penerimaan terhadap orang-orang Timor

Leste dengan tidak membedakan mereka dan jemaat asli kupang sehingga membantu

menyembuhkan trauma bagi orang Timor Leste yang berada di GMIT Jemaat

Getsemani Asam Tiga.

55

Raymond M. Scurfield, Katherine T. Platoni, Healing war Trauma, (New York:Routledge,2013) halaman 289 56

Joshua Pederson, Speak Trauma : Toward a Revised Understanding of Litercary Trauma Theory,Copyright 2014 by The Ohio State University, Narrative, Vol 22 issue 3, p333-353,21p. 57

Amra Delic;Mevludin Hasanovic;Esmina Avdibegovic;Alexsandar Dimitrijevic;Camellia Hancheva;Carmen Scher;Tatjana Stefanovic-Stanojevic;Annette Streeck-Fischer; Andreas Hamburger, Academic model of trauma healing in post-war societies,Acta Medica Academica may2014,Vol 43, issue 1, p 76-80.5p

Page 30: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

26

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian yang telah penulis jabarkan,dapat disimpulkan bahwa peran

pastoral gereja menjadi satu hal yang penting yang harus dilakukan dalam membantu

seseorang keluar dari keterpurukan dirinya ketika sedang mengalami berbagai

masalah yang dianggap sudah tidak ada harapan lagi, kesadaran akan pentingnya

Peran Pastoral yang baik membawa seseorang kepada tahap pemahaman Kasih dan

selanjutnya kepada tahap penerapan. Peran Pastoral yang baik tidaklah berguna ketika

hanya berada pada batasan teori, Peran Pastoral yang baik memang sama seperti

iman, yang harus ditindaklanjuti dalam kehidupan nyata.

GMIT Getsemani Asam Tiga memang telah mengetahui dengan baik apa itu

peran pastoral, namun seiring dengan perkembangan pelayanan peran pastoral dalam

gereja, ada banyak pemahaman jemaat mengenai apa itu peran pastoral, siapa yang

dapat melakukannya, bagaimana melakukan peran pastoral, apakah isi peran pastoral,

siapakah yang harus dikunjungi didalam melaksanakan peran pastoral dan masih

banyak lagi pertanyaan yang mengarah kepada pemahaman mengenai peran pastoral.

Peran Pastoral adalah tugas yang permanen dalam kehidupan seseorang,karena Yesus

sendiri sangat menjunjung tinggi tugas pelaksanaan peran pastoral di dalam

penggembalaan, dan GMIT Getsemani Asam Tiga seharusnya memberikan perhatian

yang baik kepada pentingnya peran pastoral. Bukan saja sebatas ketika ada di dalam

program kerja gereja tetapi hal ini juga tidaklah terputus tetapi merupakan satu

kesinambungan.

Peran Pastoral yang hanya dilakukan ketika mengikuti program kerja gereja

tersebut tidaklah dapat membantu secarah penuh kepada jemaat yang mengalami

berbagai kondisi, khususnya sebagian besar jemaat yang merupakan korban konflik

Timor Timur, karena para pengungsi hanya diberikan peran pastoral ketika ada

kegiatan gereja tetapi tidak diperhatikan berkelanjutan,sehingga ada beberapa jemaat

pengungsi Timor Leste yang berpindah ke gereja beraliran lain.Untuk menunjang

keberhasilan peran pastoral, maka setiap komisi dan segala komponen GMIT

Getsemani Asam Tiga harus turut aktif memberlakukan, mendukung, dan memberi

perhatian khusus pada peran pastoral yang dilakukan.

Page 31: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

27

Jemaat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Getsemani Asam Tiga sebagai

persekutuan “Tubuh Krsitus” , dapat memahami perlunya perkunjungan rutin

kepada setiap anggota jemaat dijalankan, karena perkunjungan pastoral sebagai

salah satu bentuk penggembalaan bagi anggota tubuh Kristus yaitu anggota

jemaat dengan tujuan memelihara dan menumbuhkan iman jemaat di dalam

Krsitus belum berjalan secara optimal, yang dimaksudkan belum berjalan secara

optimal ialah karena peran pastoral hanya dilakukan ketika ada kasus atau

masalah.

Ada beberapa saran sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

di antaranya :

a) Kepada Sinode GMIT

Sinode dapat mempersiapkan konsep mengenai teori dan praktek peran

pastoral supaya dapat menjadi pedoman atau acuan bagi pendeta dan

majelis jemaat untuk melakukan peran pastoral yang sesuai dengan

konteks masing-masing gereja.

Sinode bila dimungkinkan dapat memberikan informasi kepada setiap

klasis untuk memberikan pemahaman tentang Gereja Kristen Timor-

Timur, sehingga setiap gereja yang ada di bawah naungan sinode dapat

melihat dan memahami hubungan antara Gereja Masehi Injili di Timor

(GMIT) dan Gereja Kristen di Timor-Timur (GKTT) sekarang berganti

nama menjadi Igreja Protestan de Timor Lorosae yang merupakan gereja

seasas dan dapat turut terlibat dalam peran pastoral terhadap para

pengungsi Timor Leste yang merupakan bagian dari GMIT.

b) Kepada GMIT Getsemani Asam Tiga

Majelis jemaat dan pendeta, agar dapat menentukan waktu tertentu untuk

mengadakan seminar, ceramah, dan sebagainya, yang ingin dicapai untuk

memperlengkapi jemaat, pengurus rayon, majelis dengan pemahaman

pelaksanaan atau praktek dalam pelayanan pastoral, gereja juga perlu

menyediakan bahan-bahan bacaan atau buku-buku yang berhubungan

Page 32: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

28

dengan pastoral sebagai sarana penunjang didalam mengembangkan dan

meningkatkan pelayanan pastoral gereja.

Gereja dapat juga melakukan kegiatan-kegiatan oikumene dengan gereja-

gereja lain sehingga tetap menjalin hubungan pastoral yang tidak hanya

sebatas ruang lingkup gereja, klasis, dan sinode.

Page 33: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

29

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abineno,J.L.Ch, 1967, Pelayanan Pastoral, Jakarta: BPK

Bons-Storm, M. 2011.Apakah Penggembalaan Itu ?. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Brownliee, Malcolm. 2004, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Chinebell,Howard, 2002, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, Yogyakarta:Kanisius

Clinebell, Howard. 2002. Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral. Yogyakarta: Kanisius

Collins Garry, 1980, Helping People Growth,California:Vission House

Dahrendorf, Ralf. 1959. Class Confiict in Industrial Society.California: Stanford University Press

Engel, J.D, 2007, Gereja dan Masalah Sosial. Salatiga: Tisara Grafika

Feist, Jess dan Feist, J,.G.2013, Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika

Harvey, J.H, 2002, “Perspective on Loss and Trauma Assaults on the self”. California : Sage Publication

Herman,Judith,1997, Trauma and Recovery,New York:Basic Books

Hommes,Tjard G dan Singgih,E.G,1994, Teologi dan Praksis Pastoral, Yogyakarta:Kanisius

Scurfield,R.M,Platoni,K.T,2013, Hearing war Trauma,New York:Routledge

Sembiring Nasib, dan Yosef D. Pradipto, 2013, Psikologi Konseling Pastoral, Yogyakarta: Kanisius

Sproul,R.C.,2000, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, Malang: SAAT

Syahnakri, Kiki. 2013, Timor Timur Untold Story, Jakarta: Buku Kompas

Timo, E.N, 2004, Anak Matahari Teologi Rakyat Bolelebo Tentang Pembangunan, Maumere: Ledalero

Usman, Husaini dan Purnomo S. Akbar. 2008, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Page 34: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

30

JURNAL

Bardiau-Huys, “Sustaining pastoral ministry: Denominations must assume their responsibilities, JEPTA: Journal of

the European Pentecostal Theological Association, 2014 Vol 34 Issue 1, p61-76.16p

Butler Jr,Lee Hayward, “African-American pastoral psychology in the twenty-first century will be more than

sensual healing”, Journal of Religious Thought 1997, Vol 53/54 Issue 2/1, p113.18p

Davies, Petronella J, Dreyer, Yolanda. 2014. “A Pastoral Psychological Approach to Domestic Violence in South

Africa”, Hervormde Teologiese Studies, Vol. 70 Issue 3, p1-8. 8p.

Delic,Amra;Hasanovic,Mevludin;Avdibegovic,Esmina;Dimitrijevic,Alexsander;Hancheva,Camelia;Scher,Carmen;S

tanojevic-Stefanovic,Ttajana;Fischer-Streeck,Annette;Hamburger,Andreas, “Academic model of trauma healing in

post-war societies”,Acta Medica Academica 2014,Vol.43 Issue 1, p76-80.5p

Gray Jennifer B, “Theory Guilding Communication Campaign Raxis : A Qualitative Elicitation Study Comparing

Exercise Beliefs of Overwight and Healty Weight College Student”, Qualititave Research Reperts in

Communication 2011, Vol12. Issue 1, p34-42 9p

Hutten,Rebecca; Parry Glenys; Ricketts,Thomas; Cooke,Jo. “Squaring the circle : A Priority-Setting method for

evidence-base service development, reconciling research with multiple stakeholder views.” BMC Healt Service

Research, Aug 2015, vol.15 Issue 1, p1-11p. 1 Diagram,5 Charts

Leach,Tony. “Maybe I Can Fly : Nurturing personal and collective learning in professional learning communities”

Pastoral Care in Education.´Dec 2009, Vol.27 Issue 4, p313-323,11p.2 Diagrams

Lehtsaar,Tonu; Ivanova,Maire. “Oppurtunites for Church related pastoral counseling in Estonia Evangelical

Churches”.International Journal of practical Theology. Dec2011, Vol.15 Issue 2, p279-292.14p

McClure,Barbara J, “The Social Construction of Emotions : A New Direction in the Pastoral work of healing”,

Pastoral psychology, Dec2010, vol.59 Issue 6, p 799-812,14p

Pederson,Joshua,2014,”Speak Trauma: Toward a Revised Understanding of Litercary Trauma Theory”, Vol.22

Issue 3, p333-353,21p

Reley,Philp, “Attachment theory, teacher motivation and pastoral care : a challenge for teachers and academics”,

Pastoral care education Jun 2013, Vol 31 Issue 2, p112-129,18p

Sami,B.M., Husain,R.M., Khan,Ullah., Safi,Cool.,Rashid,Q (2015). “Efficacy of Eye Movement Desensitazion and

Reprocessing Beyond Complex Post Traumatic Stress Disorder A Case Study of EMDR in Pakistan”, Professional

Medical Journal, Vol. 22. Issue 4, p514-521.8p

Page 35: FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10496/2/T1_712011038_Full... · Mencapai Gelar Sarjana Teologi . Program Studi Teologi . FAKULTAS

31

Shields, Richard. “Nurturing Spirituality and Vocation: A Catholic Approach to New Teacher Induction” Chatolic

Education : A Journal of Inquiry and Practice. Dec 2008, vol.12 Issue 3 p 160-175.16p

Smith,Gullaume H, “Pastoral ministry in a missional age: Towards a practical theological understanding of

missional pastoral care”, Verbum et Ecclesia 2015, Vol.36 Issue 1,p1-8.8p

Steele,William;Kuban,Caelan.Winter2014,”Healing Trauma,Building Resilience:SITCAP in Act,Volume 22 Issue 4,

p18-20,3p

Thesnaar,Christoffel H. “Seeking feasible reconciliation : A transdisciplianary contextual approach to

reconciliation” Hervormde Teologiese Studies. 2014, Vol 70 issue 2,p1-8.8p

Van der merwe,Amelia;Swartz,Leslie. “Living in two narratives:psychic spilitting in south African survivors of

chronic trauma” South African Journal of Psychology. Sep2015, Vol 45 Issue 3,p361-373.13p


Top Related