perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS DAMPAK ADOPSI INOVASI PROGRAM BIOGAS
PADA PETANI DI KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mempereoleh Derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP)
Disusun Oleh :
Dina Dwi Eastriati
H 0407031
Dosen Pembimbing:
1. Ir. Sugihardjo, MS
2. D. Padmaningrum, SP, MSi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biogas berasal dari kata bios artinya hidup sedangkan gas adalah sesuatu
yang keluar dari tungku atau dari perapian atau tabung, yang dihasilkan oleh
makhluk hidup melalui proses tertentu. Proses yang dimaksud adalah proses
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob atau bakteri yang
hidup dalam kondisi kedap udara. Biogas memiliki sifat mudah terbakar,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah
atau Liquid Protelum Gas (LPG) untuk memasak dan untuk penerangan
(Muryanto, 2006).
Bahan baku utama pembuat biogas adalah limbah yang berasal dari
bahan organik, namun hanya bahan organik yang homogen yang dapat
menghasilkan biogas seperti kotoran ternak. Hasil kotopran yang dihasilkan
dari dua ekor sapi sebanyak 1,4 kg/hari sudah dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan biogas. Kotoran dua ekor sapi juga dapat menghasilkan 0,46
kg gas LPG; 0,52 liter minyak diesel (solar); 0,8 litergasoline (bensin); 1.1
liter alkohol; 1,4 kg batubara; 4.7 kWh listrik dan 3,5 kg kayu bakar.
Pengembangan biogas mulai mendapat perhatian baik dari pemerintah
maupun masyarakat setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam
mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). BBM pada tahun 2011
mengalami kelonjakan harga yang sangat tinggi, BBM dan LPG mengalami
kenaikan harga sampai Rp. 81.000/12 kg, minyak tanah menjadi mahal yaitu
sekitar Rp. 7.000/ltr, dan pupuk juga mengalami kelangkaan. Akibat adanya
kelonjakan harga maka pemerintah mulai mencanangkan teknologi biogas
yang ramah lingkungan dan memiliki banyak manfaat baik yang langsung
maupun tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat dirasakan yaitu sebagai
sumber energi untuk memasak, penghasil pupuk organik siap pakai, sebagai
sumber energi untuk penerangan. Manfaat tidak langsungnya yaitu
mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi polusi bau, meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sanitasi lingkungan dan keindahan, meningkatkan pendapatan usaha serta
mendukung kebijakan pengurangan subsidi BBM.
Melihat manfaat biogas yang begitu besar maka dari Badan Lingkungan
Hidup Sukoharjo mendukung program biogas dengan cara memperkenalkan
dan memberikan pelatihan mengenai biogas kepada petani. Materi tersebut
berupa pengenalan mengenai biogas, manfaat, cara pembuatan instalasi biogas
dan cara kerja untuk menghasilkan biogas. Prinsip pembuatan instalasi biogas
adalah menampung limbah organik yang berupa kotoran ternak, kemudian
memproses limbah tersebut dan mengambil gasnya. Hasilnya dimanfaatkan
sebagai sumber energi serta menampung sisa hasil pemrosesan yang dapat
dipergunakan sebagai pupuk organik. Dalam proses ini dibutuhkan tiga tabung
yaitu tabung penampung bahan baku, tabung pemroses/pencerna/digester dan
tabung penampung sisa hasil pemrosesan. Bahan pembuat tabung dapat
berasal dari bata merah, plastik, drum bekas baik dari seng atau dari plastik.
Sosialisasi program biogas mengakibatkan terjadinya proses adopsi
inovasi baru di Kabupaten Sukoharjo. Adanya pengaruh penerapan teknologi
biogas akan menimbulkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu
sistem sosial sehingga akan timbul dampak. Dampak yang ditimbulkan dari
adanya teknologi baru tidak selalu menguntungkan, adapula kerugian yang
dirasakan. Keuntungan yang dirasakan dengan menerapkan teknologi biogas
pada daerah yang memiliki peternakan dapat memberikan keuntungan
ekonomis apabila dilakukan perancangan yang tepat dari segi teknis dan
operasionalnya. Keuntungan lain yang akan dirasakan pemerintah dengan
menggalakkan program biogas yaitu dapat meminimalisir pengeluaran untuk
pembelian minyak mentah serta bahan bakan bakar minyak yang harganya
semakin melonjak tinggi. Biogas di sisi lain juga memberikan konsekwensi
bagi petani yaitu perawatan yang dilaksanakan secara rutin agar instalansi
tidak mudah rusak.
Program biogas di Kabupaten Sukoharjo merupakan program bantuan
dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukaharjo guna mengatasi masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengenai energi alternatif yang dilaksanakan sejak tahun 2007 dan tersebar di
12 kecamatan.
B. Rumusan Masalah
Biogas yang dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo merupakan suatu
inovasi yang dilakukan sebagai optimalisasi terhadap kegiatan pemanfaatan
sumber daya alam potensial di lingkungan masyarakat serta pengefektifan
energi. Program biogas di Kabupaten Sukoharjo sudah dilaksanakan sejak
tahun 2007. Teknologi biogas merupakan energi alternatif yang ramah
lingkungan dan dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar
minyak yang mahal. Tentunya kegiatan ini diharapkan akan berdampak positif
bagi pengguna sehingga nantinya diharapkan terjadi perubahan terencana
menuju kondisi kehidupan yang lebih diharapkan dengan memanfaatkan
segala sumber daya yang dimiliki. Kegiatan awal yang dilakukan adalah
meyakinkan masyarakat agar beralih dari penggunaan BBM ke biogas yang
ramah lingkungan.
Inovasi ini diharapkan dapat diterima oleh masyarakat yang berlanjut
dengan menerapkan teknologi tersebut pada skala rumah tangga. Secara
teoritis menurut Rogers dalam Hanafi (1987) mengatakan bahwa dalam suatu
program penerapan teknologi kemungkinan akan terjadi penerimaan atau
penolakan terhadap inovasi tersebut. Penerimaan atau penolakan suatu inovasi
adalah suatu keputusan yang dibuat oleh seseorang, jika menerima inovasi
maka akan menggunakan ide atau gagasan baru. ”Baru” dalam ide inovatif
tidak berarti harus baru sama sekali.
Seperti halnya dalam pengaplikasian teknologi biogas, dimungkinkan
ada kendala yaitu dana yang dibutuhkan untuk pembuatan instalasi sangatlah
besar (untuk kontruksi instalasi biogas yang terbuat dari batu bata bisa
mencapai 12 juta, instalasi yang terbuat dari drum biayanya sebesar
Rp 2.000.000,00 dan yang terbuat dari plastik Rp 500.000,00) sedangkan dana
yang disediakan oleh pemerintah terbatas. Selain itu publikasi mengenai
teknologi biogas hanya sebatas pada pengembangan dari penemu teknologpi
kepada instansi-instansi terkait seperti Dinas Peternakan dan Badan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lingkungan Hidup sehingga untuk masyarakat umum tidak mengetahui akan
adanya inovasi teknologi baru. Dari kendala selama ini diharapkan ke
depannya pemerintah lebih memperhatikan kemunculan dari teknologi-
teknologi baru yang menguntungkan bagi negara sehingga nantinya dapat
menjadi alternatif pengganti untuk penghasil energi. Dari adanya kendala
yang ditimbulkan maka adopsi inovasi biogas kemungkinan menimbulkan
dampak positif ataupun dampak negatif.
Berdasarkan uraian tersebut, belum banyaknya penelitian mengenai
dampak dari adopsi suatu inovasi maka penelitian ini mengangkat
permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana adopsi inovasi program biogas pada petani di Kabupaten
Sukoharjo?
2. Bagaimana dampak ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan akibat dari
adanya adopsi inovasi biogas pada petani di Kabupaten Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
Selaras dengan permasalahan yang dirumuskan diatas, maka penelitian
ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji adopsi inovasi program biogas pada petani di Kabupaten
Sukoharjo.
2. Mengkaji dampak ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan yang
diakibatkan dari adanya adopsi biogas pada petani di Kabupaten
Sukoharjo.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan bidang
pertanian dan khususnya bidang peternakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Bagi petani, dapat memanfaatkan program yang telah diberikan
pemerintah ataupun instansi yang terkait.
4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi informasi untuk meneliti lebih
lanjut dalam bidang kajian yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Adopsi dan Inovasi
Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Hanafi (1981) mengemukakan
bahwa adopsi adalah proses perubahan baik berupa pengetahuan
(cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psikomotorik) pada diri
seseorang setelah menerima pesan yang disampaikan oleh penyuluh
kepada sasarannya, untuk mengadopsi suatu inovasi memerlukan jangka
waktu tertentu sampai terjadi adopsi. Inovasi menurut Hanafi (1981)
merupakan gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Ide tersebut betul-betul baru atau tidak, jika diukur dengan
selang waktu sejak digunakannya atau ditemukannya pertama kali.
Kebaruan inovasi itu diukur secara subyektif, menurut pandangan individu
yang menangkapnya.
Inovasi adalah suatu gagasan, metode atau obyek yang dianggap
sebagai sesuatu yang baru tetapi tidak selalu merupakan hasil dari
penelitian mutakhir (Van Den Ban dan Hawkin, 1999).
Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa pengertian inovasi tidak
hanya terbatas pada benda atau barang hasil dari produksi saja tetapi
mencakup idiologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku atau
gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk
tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian pengertian inovasi dapat
diperluas menjadi ’’sesuatu ide, perilaku, produk, informasi dan praktek-
praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau
diterapkan atau dilaksanakan oleh sebagian masyarakat dalam suatu
lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya
perubahan-perubahan disegala aspek kehidupan masyarakat demi selalu
terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup individu dan seluruh warga
masyarakat yang bersangkutan’’.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Lionberger dalam Mardikanto (1996), beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk mengadopsi inovasi meliputi :
a. Luas usahatani, semakin luas usaha biasanya semakin cepat
mengadopsi, karena memiliki kemampuan ekonomi yang baik.
b. Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani, petani
dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi biasanya akan semakin
cepat mengadopsi inovasi.
c. Keberanian mengambil resiko, sebab pada tahap awal biasanya tidak
selalu beerhasil seperti yang diharapkan karena itu individu yang
memiliki keberanian mengambil resiko biasanya lebih inovatif.
d. Umur, semakin tua (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban
mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang sudah biasa diterapkan masyarakat setempat.
e. Tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi di luar
lingkungannya sendiri. Partisipasi petani didefinisikan sebagai ekspresi
yang berwujud perilaku petani dalam menampilkan dirinya pada
kegiatan atau segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingannya.
Sebagai perilaku tentunya partisipasi itu timbul karena adanya persepsi
terhadap kegiatan tersebut, tertanam pada setiap petani melalui proses
sosialisasi dalam interaksi sosial yang terjadi di masyarakat tersebut.
Warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar
sistem sosialnya sendiri, umumnya lebih inovatif disbanding mereka
yang hanya melakukan kontak pribadi dengan masyarakat setempat.
f. Aktivitas mencari informasi atau ide-ide baru.
g. Sumber informasi yang dimanfaatkan dapat beerupa lembaga
pendidikan/perguruan tinggi, lembaga penelitian, dinas-dinas terkait,
media massa, tokoh masyarakat petani setempat maupun dari luar,
maupun lembaga-lembaga komersial.
Soekartawi (1988) mengatakan bahwa cepat tidaknya proses adopsi
inovasi sangat tergantung dari karakter dari responden. Beberapa hal
penting lain yang mempengaruhi adopsi inovasi adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Umur
Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu
apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih
cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih
belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut. Lebih lanjut
dikatakan oleh Soetrisno (1998) bahwa sebagian besar petani di
Indonesia berusia sekitar 25 sampai dengan 54 tahun, sementara
Mardikanto (1996) mengatakan bahwa semakin tua (diatas 50 tahun)
biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi.
b. Pendidikan
Mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi inovasi. Begitupula sebaliknya mereka yang
berpendidikan rendah, mereka agak sulit untuk melaksanakan adopsi
inovasi dengan cepat. Sedangkan menurut Hernanto (1984) tingkat
pendidikan petani baik formal maupun non formal akan mempengaruhi
cara berpikir yang diterapkan pada usahataninya yaitu dalam
rasionalitas usahanya dalam memanfaatkan setiap kesempatan
ekonomi yang ada. Suhardiyono (1992) menjelaskan bahwa para ahli
pendidikan mengenal sumber pengetahuan, yaitu :
1) Pendidikan informal
Adalah proses pendidikan yang panjang diperoleh dan
dikumpulkan oleh seseorang, berupa ketrampilan, sikap hidup dan
segala sesuatu yang diperoleh dari pengalaman pribadi sehari-hari
dari kehidupannya di dalam masyarakat.
2) Pendidikan formal
Adalah struktur dari suatu sistem pelajaran yang kronologis dan
berjenjang lembaga pendidikan mulai dari prasekolah sampai
dengan perguruan tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Pendidikan non formal
Adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem
pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi
keperluan khusus. Salah satu contoh pendidikan non formal ini
adalah penyuluhan pertanian.
c. Sistem kepercayaan tertentu (diagtotisme)
Makin tertutup suatu sistem sosial dalam masyarakat dalam sentuhan
luas, misalnya sentuhan teknologi, maka makin sulit pula anggota
masyarakatnya untuk melakukan adopsi inovasi.
d. Karakteristik psikologi
Karakteristik psikologi dari calon adopter anggota masyarakat
disekitarnya juga menentukan cepat tidaknya suatu adopsi inovasi. Bila
karakter itu mendukung situasi yang memungkinkan adanya adopsi
inovasi, maka proses adopsi inovasi itu akan berjalan lebih cepat.
Lionberger dalam Mardikanto (1996) mengemukakan beberapa faktor
yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi :
a. Tingkat pendapatan, petani dengan tingkat pendapatan semakin tinggi
biasanya akan cepat mengadopsi inovasi. Penerimaaan usahatani atau
pendapatan akan mendorong petani untuk kegiatan produktif (biaya
produksi periode selanjutnya), biaya konsumtif (untuk pangan, papan,
kesehatan, pendidikan, rekreasi dan pajak), pemeliharaan investasi
serta tabungan dan investasi. Adapun biaya hidup tersebut diperoleh
dari berbagai sumber, antara lain dari sumber usahatani sendiri, sumber
usaha lain di bidang pertanian seperti halnya upah tenaga kerja pada
usahatani lain dan pendapatan dari luar usahatani (Hernanto, 1993)
b. Tingkat partisipasinya dalam kelompok atau organisasi di luar
lingkungannya sendiri. Warga masyarakat yang suka bergabung
dengan orang-orang di luar sistem sosialnya sendiri, umumnya lebih
inovatif dibanding mereka yang hanya melakukan kontak pribadi
dengan warga masyarakat setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Beraktivitas mencari informasi dan ide-ide baru. Golongan masyarakat
yang aktif mencari informasi dan ide-ide baru, biasanya lebih inovatif
dibanding orang-orang yang pasif apalagi yang selalu skeptic terhadap
sesuatu yang baru.
d. Sumber informasi yang dimanfaatkan. Golongan yang inovatif,
biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber informasi, seperti
lembaga pendidikan, lembaga penelitian, dinas-dinas terkait, media
massa, tokoh masyarakat setempat maupun dari luar lembaga-lembaga
komersial (pedagang). Golongan yang kurang inovatif umumnya
hanya memanfaatkan informasi dari tokoh-tokoh setempat dan relatif
sedikit memanfaatkan informasi dari media massa.
Menurut Madigan dalam Cruz (1987) petani yang mencapai
pendidikan lebih tinggi mempunyai tingkat adopsi yang lebih tinggi
daripada mereka yang mencapai tingkat pendidikan yang lebih rendah.
Seorang agen pembaharu mendapatkan hasil yang terbaik ketika
berhadapan dengan orang yang tingkat pendidikannya lenih tinggu.
Proses adopsi inovasi merupakan proses mental yang terjadi pada
petani pada saat menghadapi suatu inovasi yaitu proses penerapan suatu
ide baru sejak diketahui sampai proses penerapan. Pada proses adopsi akan
terjadi perubahan perilaku sasaran dan dipengaruhi oleh banyak faktor
serta selalu terkait antara satu dengan yang lainnya (Junaidi, 2007).
Masyarakat akan berpartisipasi dalam suatu inovasi apabila mereka
merasa aktivitas tersebut penting. Cara agar hal ini dapat diterima secara
efektif adalah masyarakat sendiri dapat menentukan suatu kegiatan dan
menentukan seberapa penting hal tersebut bagi mereka dari pada orang
luar mengatakan apa yang harus mereka lakukan. Salah satu kunci dalam
suksesnya mengatur suatu komunitas adalah pemilihan suatu inovasi
(Jim Ife, 1995).
Adopsi teknologi baru hanya dapat berkembang secara cepat apabila
masyarakat atau petani yang menerima memiliki dasar pendidikan/
pengetahuan dan ketrampilan untuk menerapkannya (Mardikanto, 1994).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Rogers dan Shoemaker (1973) dalam Mardikanto (1993)
menyatakan bahwa proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum
masyarakat mau menerima atau menerapkan dengan keyakinannya sendiri,
tahapan-tahapan adopsi :
a. Awarenes atau tahap kesadaran yaitu dimana seseorang mengetahui
adanya ide-ide baru tetapi kekurangan informasi mengenai hal itu.
b. Interest atau tahap menaruh minat yaitu dimana seseorang mulai
menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih banyak
mengenai inovasi tersebut.
c. Evaluation atau tahap penilaian yaitu dimana seseorang mengadakan
penilaian terhadap ide baru tersebut dihubungkan dengan situasi
dirinya sendiri saat ini dan masa mendatang dan menentukan
mencobanya atau tidak.
d. Trial atau tahap percobaan yaitu dimana seseorang menerapkan ide-ide
baru tersebut dalam skala kecil untuk menentukan kegunaannya,
apakah sesuai dengan keadaan dirinya.
e. Adoption atau tahap menerapkan yaitu dimana seseorang
menggunakan ide-ide tersebut secara tetap dalam skala yang luas.
2. Dampak dan Konsekwensi
a. Dampak
Suratmo (2002) mengatakan bahwa dampak diartikan sebagai
adanya suatu benturan antara dua kepentingan, yaitu kepentingan
pembangunan proyek dengan kepentingan usaha melestarikan kualitas
lingkungan yang baik. Dampak di sini tidak hanya dampak negatif
tetapi juga dampak positif. Dampak yang diduga tersebut merupakan
perbedaaan nilai lingkungan atau nilai suatu sumberdaya di masa yang
akan datang antara lingkungan tanpa proyek dan lingkungan dengan
proyek.
Menurut Soemarwoto (2001), mengatakan bahwa dampak
merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Aktivitas tersebut dapat bersifat ilmiah, baik kimia, fisik, maupun
biologi. Aktivitas dapat pula dilakukan oleh manusia.
Adanya ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) akan
menimbulkan keuntungan bagi masyarakat, yaitu :
1) Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, hingga
dapat mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupan apabila
diperlukan.
2) Mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek
dibangun hingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat
menguntungkan dirinya dan menghindarkan diri dari kerugian yang
dapat diderita akibat adanya proyek.
3) Turut serta dalam pembangunan di daerah sejak dari awal
khususnya di dalam memberikan masukan informasi atau ikut
langsung di dalam membangun dan menjalankan proyek.
4) Pemahaman hal ikhwal mengenai proyek secara jelas akan ikut
menghindarkan timbulnya kesalahpahaman hingga dapat
menggalang kerjasama yang saling menguntungkan.
5) Mengetahui hak dan kewajiban di dalam hubungan dengan proyek
tersebut khususnya hak dan kewajiban di dalam ikut menjaga dan
mengelola kualitas lingkungan.
Menurut Gunarwan (1993) mengatakan bahwa terdapat
pendugaan dampak yaitu dari aspek ekonomi, diantaranya :
1) Dalam masyarakat sering terdapat hal-hal yang merupakan masalah
yang kritis dan sensitif bagi masyarakat setempat dan hal tersebut
akan berbeda di tempat lain. Hal-hal tersebut harus diketahui
karena dampak yang akan terjadi merupakan hal yang kritis dan
sensitif akan selalu dinilai dampak besar.
2) Komponen-komponen dalam aspek ini perlu dikategorikan
keadaannya ke dalam keadaan yang baik, marginal dan kritis.
Penilaian dampak pada komponen yang berbeda keadaannya akan
berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Dampak tidak langsung juga dapat besar pada aspek sosial
ekonomi baik yang datang dari aspek fisik, biologi maupun sosial
budaya sehingga perlu pendugaan dampak tak langsung secara
cermat.
4) Dampak yang perlu diperhatikan adalah yang terjadi berurutan.
Misalnya meningkatnya pendapatan akan menimbulkan
peningkatan gizi makanan, kemudian akan meningkatkan
kesehatan dan juga meningkatnya permintaan akan barang,
pendidikan dan jasa lainnya. Dampak pada satu komponen sosial
ekonomi juga dapat menimbulkan dampak hubungan antar manusia
sehingga dapat menimbulkan perpindahan mata pencaharian,
perpindahan tempat pemukiman, mobilitas dan lainnya.
5) Pada aspek ekonomi belum banyak model matematika yang dapat
digunakan untuk Amdal.
Sudhartho (1997) mengatakan bahwa dampak sosial muncul
ketika terdapat aktivitas proyek, program atau kebijaksanaan yang
akan diterapkan pada suatu masyarakat. Bentuk intervensi ini (karena
aktivitas biasanya selalu datang dari luar masyarakat) mempengaruhi
keseimbangan pada suatu sistem masyarakat. Pengaruh ini bisa positif
bisa pula negatif. Hal ini dapat dapat diuji dari nilai, norma, aspirasi
dan kebiasaan dari masyyarakat yang bersangkutan.
Dari aspek budaya yang perlu diteliti dalam Amdal menurut
Suratmo (1993) adalah :
1) Keadaan struktur penduduk, termasuk jumlah, kepadatan,
keanekaragaman penduduk, serta pola mobilitas penduduk.
2) Perikehidupan sehari-hari, adat istiadat, tatacara, interaksi intra dan
antar kelompok masyarakat, system kepercayaan, keanekaragaman
tatanilai dan norma.
3) Sikap, nilai dan persepsi terhadap lingkungannya dan kehidupan
lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Distribusi kekuasaan, sistem stratifikasi sosial, diferensi dan
diversifikasi dalam masyarakat.
5) Integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.
6) Sejarah budaya yang patut dipelihara.
7) Keadaan dan sistem kekuasaan.
Dari segi lingkungan menurut Suratmo (1993) menyatakan
bahwa lingkungan yang digunakan dalam analisis dampak lingkungan
ialah lingkungan hidup. Pengertian lingkungan hidup dapat diartikan
sebagai segala sesuatu di sekitar suatu obyek yang saling
mempengaruhi.
b. Konsekwensi
Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1987) menyatakan bahwa
konsekwensi adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu
sistem sosial sebagai hasil pengadopsian atau penolakan suatu inovasi.
Invensi dan difusi yang menjadi perantara menuju tujuan akhir adalah
konsekwensi yang berupa perubahan sosial.
Suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang
kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi
tidak menguntungkan. Lebih jauh lagi resiko pada proyek adalah
“suatu kondisi pada proyek yang timbul karena ketidakpastian dengan
peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan
konsekuensi fisik maupun finansial yang tidak menguntungkan bagi
tercapainya sasaran proyek, yaitu biaya, waktu, mutu proyek”.
(Ibrahimi, 2010)
Terdapat pembagian konsekwensi menurut tingkat dimana
konsekwensi diinginkan atau tidak tergantung pada bagaimana inovasi
mempengaruhi sistem sosial dan mempengaruhi adopter berdasarkan
Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1987) yaitu :
a) Konsekwensi fungsional adalah akibat-akibat yang diinginkan dari
penyebaran suatu inovasi dalam suatu sistem sosial. Suatu inovasi
mungkin fungsional bagi suatu sistem tetapi tidak fungsional bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
individu tertentu dalam sistem dan kefungsionalan konsekwensi
suatu inovasi juga bergantung pada waktu.
Contoh : Meningkatnya produksi pertanian merupakan salah satu
tipe konsekwensi yang diinginkan dari pengadopsian inovasi-
inovasi pertanian dan dengan penaksiran sekitar 50% varians
dalam produksi pertanian menemukan suatu keinovatifan yang
memberikan sumbangan unik dalam meningkatkan hasil.
b) Konsekwensi disfungsional adalah efek-efek yang tak diinginkan.
Dengan adanya inovasi yang semakin penting, semakin maju dan
semakin modern sehingga agen pembaru menginginkan agar inovasi
itu diadopsi lebih cepat oleh anggota sosial, sehingga akan
menghasilkan konsekwensi.
3. Petani
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian utamanya
dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk
menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan
lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut
untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka
juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk
minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol untuk penenunan dan
pembuatan-pakaian (Wikipedia, 2010).
Soejitno dalam Mardikanto (2009) menyatakan bahwa selaras
dengan pengertiannya yang menjadi sasaran penyuluhan pertanian
terutama adalah petani pengelola usahatani dan keluarganya, yaitu bapak
tani, ibu tani, dan pemuda/ pemudi atau anak-anak petani.
Petani sebagai orang yang menjalankan usahatani mempunyai peran
yang jamak (multiple roles) yaitu sebagai manajer, sebagai juru tani dan
sebagai kepala keluarga. Sebagai kepala keluarga petani dituntut untuk
dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada semua
anggota rumah tangganya. Sebagai manajer dan juru tani yang berkaitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan kemampuan mengelola usahatani akan sangat dipengaruhi oleh
faktor didalam dan diluar pribadi petani itu sendiri yang sering disebut
karakteristik sosial ekonomi (Mosher, 1981).
Kay dan William (1999) mengemukakan bahwa peranan di bidang
pertanian selalu menjadi faktor yang utama dalam kelangsungan hidup
manusia. Oleh karena itu terdapat beberapa seseorang (petani) bekerja di
bidang pertanian, yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Tenaga kerja tidak hanya pada kegiatan dilapang tetapi dalam sector
pertanian yang luas, sangat diperlukan tenaga terampil dalam
pembuatan mesi-mesin pertanian, peralatan pertanian, serta staf ahli di
bidang peternakan.
b. Bekerja di bidang pertanian menjadi menarik dan diminati banyak
orang karena memberikan harapan bagi petani akan hasil panen yang
nantinya akan diperoleh.
c. Hasil yang diperoleh dari bekerja di bidang pertanian tidak kalah
pentingnya (keuntungan) disbanding dengan bekerja di bidang non
pertanian.
d. Teknologi yang tersedia hanya dalam ukuran atau skala minimum
sehingga ini mendorong petani untuk memperluas produksi dengan
biaya-biaya tetap menyangkut teknologi secara ekonomis dan efisien.
4. Biogas
a. Pengertian Biogas
Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material
organik sperti kotoran hewan, kotoran manusia atau sampah direndam
dalam air dan disimpan di dalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa
oksigen dari uara). Proses degradasi material organik ini tanpa
melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion. Gas yang dihasilkan
sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. Material organik yang
terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap
dengan bantuan dua jenis bakteri.(Setiawan, 1996)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Biogas merupakan gas yang berasal dari berbagai macam limbah
organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan
dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik
digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan
energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan
bahan bakar fosil. (Suriawiria, 2005)
Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon
dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil
diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta
hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Energi
yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana
(CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar
kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin
kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. (Muryanto,
Pramono, Suprapto, Ekaningtyas, dan Sudadiyono, 2006).
b. Persyaratan bahan baku dan suhu lingkungan
Adapun pendapat dari berbagai sumber Amaru,K., M. Abimayu, DY.
Sari, dan I. Kamelia (2004) mengatakan sebelum merencanakan untuk
membuat alat penghasil biogas, perlu diketahui terlebih dahulu
prasyarat yang perlu dipenuhi. Hal ini penting diperhatikan agar
kerugian tidak terjadi dikemudian hari setelah alatnya dibuat.
Persyaratan yang penting diperhatikan antara lain :
1) Ketersediaan kotoran ternak
Ketersediaan kotoran ternak merupakan syarat yang mutlak harus
dipenuhi. Ketersediaan dalam hal ini tidak hanya berarti
jumlahnya yang mencukupi tetapi juga kelangsungannya
(kontinuitas). Di daerah yang banyak peternakan, hal ini tidak
menjadi masalah karena kotoran mudah diperoleh dalam jumlah
yang mencukupi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Kesesuaian suhu udara
Hal ini penting diperhatikan karena suhu merupakan salah satu
syarat aktifnya bakteri biogas. Suhu yang paling baik untuk
berlangsungnya proses pembentukan biogas ada;lah sekitar 32-
37°C. Suhu udara yang terlalu rendah ataupun tinggi kurang baik
untuk pembentukan biogas. Bahkan suhu di bawa 15°C, kecil
kemungkinan terbentuknya biogas. Jika penurunan suhu udaranya
tidak begitu besar, suhu di dalam penghasil biogas masih dapat
dipertahankan dengan mengubur alat tersebut di dalam tanah atau
menimbunnya dengan tumpukan jerami.
c. Persyaratan terbentuknya biogas
Agar proses terbentuknya biogas berjalan sesuai yang diharapkan,
artinya dapat menghasilkan gas methan, maka diperlukan persyaratan-
persyaratan tertentu (Setiawan, 1996) :
1) C/N Rasio, kandungan unsur C (karbon) dan N (nitrogen) yang
dikenal dengan C/N Rasio antara 20 – 25.
2) Kandungan air, bahan baku yang paling baik untuk menghasilkan
biogas adalah bahan yang mengandung 7 – 9 % bahan kering (BK)
atau kandungan airnya 93 – 99 % air.
3) Jasad renik/mikro organisma, Bakteri pembentuk asam antara lain:
Pseudomonas, Escherichia, Flavobacterium, dan Alcaligenes yang
mendegradasi bahan organik menjadi asam-asam lemak.
Selanjutnya asam-asam lemak didegradasi menjadi biogas yang
sebagian besar adalah gas methan oleh bakteri methan antara lain:
Methanobacterium, Methanosarcina, dan Methanococcus.
4) Udara (oksigen), persyaratan yang penting dalam proses
pembuatan biogas, adalah tidak diperlukannya udara sama sekali
(anaerob).
5) Temperatur, proses fermentasi anaerobik dapat berlangsung pada
kisaran 5°C sampai 55°C, sedangkan temperatur optimumnya
35°C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Derajat Keasaman (pH), kondisi pH paling optimal untuk aktivitas
bakteri ini berkisar antara 6,8 sampai 8.
7) Pengadukan, maksud pengadukan adalah agar bahan baku menjadi
homogen sehingga dapat diproses dengan cepat. Baku yang sukar
dicerna, seperti lignin akan membentuk lapisan kerak pada
permukaan cairan, lapisan ini dapat dipecah dengan alat pengaduk.
8) Bahan penghambat, bahan yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme antara lain, logam berat seperti tembaga,
cadmium, dan kromium. Selain itu desinfektan, deterjen dan
antibiotik.
d. Manfaat dari biogas
Produk akhir dari biogas adalah gas metan yang dapat dimanfaatkan
untuk mendukung kehidupan masyatrakat. Manfaat tersebut ada yang
bersifat langsung dapat digunakan sebagai sumber energy maupun
manfaat tidak langsung yang dapat mendukung sektor lain seperti
lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam dan lain-lain.
1) Manfaat Langsung
a) Sebagai sumber energi untuk memasak
Biogas yang diproduksi oleh satu unit instalansi biogas
dapat digunkan sebagai sumber energi untuk memasak. Satu
unit biogas yang menggunakan bahan baku kotoran ternak 3-
4 ekor sapi, mampu menghasilkan biogas setara dengan 3
liter minyak tanah/hari. Produksi biogas ini diperkirakan
mampu untuk memenuhi kebutuhan energi memasak satu
rumah tangga pedesaan dengan 5 anggota keluarga.
Dengan demikian, satu keluarga yang sebelumnya
menggunakan minyak tanah untuk memasak, maka dengan
pemanfaatan biogas dapat menghemat penggunaan nyak
tanah 3 liter/hari. Manfaat biogas sebagai sumber bahan
bakar pengganti minyak tanah dapat diperbesar sesuai dengan
kapasitas biogas dengan jumlah ternak yang tersedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perhitungan jumlah sapi yang dibutuhkan untuk satu
rumah tangga sebagai berikut. Satu keluarga dengan anggot
keluarga sebanyak 5 orang, kebutuhan biogas yang khusus
untuk memasak adalah sebesar 1,25 m³/hari atau 0,25
m³/hari/orang. Sedangkan tiapa ekor sapi per hari
menghasilkan kotoran sebanyak 10 kg, yang berpotensi dapat
menghasilkan 1,36 m³ biogas, sehingga untuk satu keluarga
membutuhkan 4 ekor sapi, drengan perhitungan perolehan
kotoran ternak sejumlah 40 kg/hari dan akan menghasilkan
biogas sejumlah 1,44 m³/hari. (Sembiring, 2005).
b) Sebagai sumber penerangan
Biogas dapat dimanfaatkan untuk penerangan dengan
cara yang sama seperti pemanfaatan untuk memasak, artinya
kompor sebagai titik akhir penggunaan biogas diganti dengan
lampu. Lampu yang digunakan adalah lampu yang dirancang
khusus, atau lampu petromak yang dimodifikasi. Perbedaaan
lampu ini terletak pada ada tidaknya tabung penampung
biogas sebelum dibakar. Pada lampu yang dirancang untuk
biogas tidak menggunakan tabung penampung, sedangkan
pada lampu petromak yang dimodifikasi, tabung yang sudah
ada dimanfaatkan sebagai tempat penampung biogas.
c) Penghasil pupuk organik siap pakai
Manfaat langsung dari penerapan biogas adalah dapat
menyediakan pupuk organik siap pakai dalam jumlah banyak
sesuai dengan kapasitas digester yang dibangun dan jumlah
bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud adalah jika
kotoran ternak tidak dapat langsung digunakan langsung
sebagai pupuk organik, namun perlu menunggu hingga 2
bulan. Apabila kotoran ternak langsung digunakan pupuk
maka tanaman akan mati. Berbeda dengan kotoran yang
diproses melalui Biogas, kotoran yang dihasilkan (sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diambil gasnya) dapat langsung digunakan sebagai pupuk
organik.
2) Manfaat tidak langsung
a) Mengurangi efek gas rumah kaca
Penerapan biogas dapat membantu pengembangan
sistem pertanian dengan mendaur ulang kotoran ternak untuk
memproduksi biogas dan diperoleh hasil samping berupa
pupuk organik dengan mutu yang baik. Penerapan biogas
dapat mengurangi emisi gas methan yang dihasilkan pada
dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sector
pertanian dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan
terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi
menjadi energi biogas.
Gas methan termasuk gas rumah kaca (green housegas),
bersama gas karbondioksida memberikan efek rumah kaca
yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global.
Pengurangan gas methan secara local dengan
mengembangkan biogas dapat berperan upaya penyelesaian
permasalahan global efek rumah kaca.
Pemanfaatan biogas dalam mengurangi efek rumah
kaca melalui tiga cara. Pertama biogas memberikan substitusi
dari bahan bakar fosil untuk memasak dan penerangan.
Kedua melalui fermentasi, metahan dirubah menjadi
karbodioksida sehingga mengurangi jumlah methan yang ada
diudara. Ketiga penerapan biogas akan berdampak pada
lestarinya hutan karena penebangan dapat dikurangi. Dengan
lestarinya hutan maka karbondioksoida yang ada diudara
akan diserap oleh hutan dan diproses melalui fermentasi yang
akan menghasilkan oksigen yang berperan untuk melawan
efek rumah kaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Mengurangi polusi bau
Pengembangan biogas mempunyai sifat ramah
lingkungan. Ramah lingkungan disini memiliki pengertian
bahwa penerapan biogas dapat menghilangkan bau yang tidak
sedap. Sebagai contoh, kotoran sapi yang awalnya
mempunyai bau yang tidak sedap, setelah dimanfaatkan
sebagai bahan baku biogas maka hasil akhir dari proses
tersebut merupakan pupuk organik yang tidak berbau.
c) Meningkatkan sanitasi lingkungan dan keindahan
Kotoran ternak dan limbah organik lain apabila tidak
dikelola dengan baik dan berserakan dimana-mana, maka
dapat mengganggu keindahan dan berdampak negatif
terhadap kesehatan warga di lingkungannya. Disamping itu
terdapat kemungkinan bahwa kotoran ternak banyak
mengandung racun dan bakteri Colly yang membahayakan
bagi kesehatan manusia dan lingkungannya. Dengan
penerapan biogas, dampak negative tersebut dapat dikurangi
dan dihilangkan.
d) Mendukung kebijakan pengurangan subsidi BBM
Penerapan biogas di lapangan yaitu ditingkat rumah
tangga petani dalam jumlah banyak dalam satu kawasan
dapat mendukung kebijakan pengurangan subsidi BBM.
e. Cara Kerja Biogas
1) Tahap Penampungan, pengenceran dan pengadukan, pemasukan
bahan baku
Tahap ini terjadi pada tabung penampung bahan baku.
Bahan baku yang diencerkan dengan menambah air hingga
perbandingan antara bahan padat dan cair kira-kira 1:1.
Pengadukan dilakukan sampai merata. Bahan-bahan yang tidak
berguna dan diperkirakan menganggu proses pembuatan biogas
(seperti kayu, batu-batu dan bahan-bahan yang keras) diambil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bahan tersebut dimasikkan ke dalam tabung pemroses atau
degester.
2) Tahap pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas
Tahap ini berlangsung pada tabung pencerna/
pemroses/degester. Bahan baku yang telah diencerkan dan sudah
dibersihkan dari bahan-bahan yang diperkirakan mengganggu
proses terjadinya buogas, dimasukkan ke dalam tabung digester.
Biogas yang dihasilkan berwarna biru dan mempunyai bau yang
khas. Adanya bau ini terkadang member kesan yang tidak higienis
terhadap masakan yang dimasak menggunakan biogas, sebenarnya
tidak masalah. Jadi apabila akan menggunakan biogas untuk
keperuan memasak perlu disiapkan dahulu api pembakarnya
misalnya korek api kemudian dibuka saluran biogasnya sehingga
gas keluar langsung terbakar dan tidak ada bau yang tersebar.
3) Tahap pengambilan sisa limbah setelah diambil gasnya
Tahap ini terjadi pada tabung penampung sisa limbah
setelah diambil gasnya. Sisa bahan yang diambil merupakan sisa
dari limbah yang telah diambil gasnya oleh bakteri methan atau
bakteri biogas, yang bentuknya seperti lumpur. Sisa bahan ini
masih mempunyai kandungan N tinggi. Bahan pembuat biogas
misalnya kotoran ternak memiliki kandungan nitrogen (N) tinggi
disamping C,H dan O. Selama berlangsungnya proses pembuatan
biogas, unsur-unsur yang digunakan adalah unsur-unsur C,H, dan
O dalam bentuk CH4 dan O2, sedangkan unsur nitrogen tetap
bertahandalam sisa bahan.
Oleh karena itu, sisa hasil pemrosesan biogas merupakan
pupuk organik yang kaya nitrogen yang siap pakai dan
mempunyai sifat tidak berbau. Sifat tidak berbau ini, mempunyai
nilai positif bagi lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Berfikir
Inovasi pengembangan biogas asal kotoran sapi merupakan salah satu
upaya pemerintah Sukoharjo untuk mengolah limbah ternak (kotoran ternak)
menjadi sesuatu yang bermanfaat. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari
proses penguraian bahan-bahan organik oleh microorganisme pada kondisi
tanpa udara (anaerob). Inovasi penggunaan biogas diarahkan agar petani mau
beralih dari penggunaan minyak tanah, gas elpiji, kayu bakar ke biogas.
Adapun secara teoritis, manfaat dari biogas untuk petani antara lain
tumbuhnya upaya perbaikan cara berternak agar semakin produktif terutama
dalam pengelolaan kandang dan pengolahan kotoran sapi, memperoleh produk
tambahan berupa pupuk berbentuk padat dan cair yang dapat digunakan
sendiri atau dijual ke petani lainnya sehingga dapat menjadi sumber
penerimaan baru. Manfaat lain yang nantinya juga akan dirasakan bagi
pemerintah yaitu berkurangnya beban anggaran negara terhadap biaya
konsumsi energi khususnya subsidi pada harga BBM.
Teknologi biogas akan menimbulkan suatu dampak. Dampak tersebut
akan dirasakan oleh pengguna yang dapat dilihat dari aspek ekonomi, sosial,
budaya, dan lingkungan. Dilihat dari aspek ekonomi akan mengurangi beban
pengeluaran biaya kehidupan rumah tangga, sebagai contoh kebutuhan 1
kepala keluarga petani terhadap pemakaian minyak tanah sebanyak 2 liter/hari
atau 730 liter/tahun sedangkan harga minyak tanah 1 liter Rp 7000,00/liter. Ini
berarti pengguna reaktor biogas mendapat keuntungan sebesar
Rp 5.110.000,00. Pengembangan biogas juga memberi peluang untuk
menambah pendapatan dari hasil penjualan kompos/pupuk organik. Dari 1
ekor sapi perah dapat diperoleh kompos sekitar 2500kg/tahun, apabila asumsi
harga kompos Rp 400/kg, maka penghasilan per tahun/ekor Rp1.000.000,00,
maka dengan menggunakan biogas petani mendapatkan tambahan pendapatan
dan penghematan minyak tanah sebesar Rp 6.110.000,00.
Dampak pengguna dilihat dari segi sosial yaitu bagaimana respon
masyarakat dalam menerima inovasi program biogas. Apakah berantusias
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam menerima inovasi baru dengan mengikuti pertemuan kelompok guna
mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan biogas atau justru sebaliknya.
Apabila dilihat dari segi budaya maka akan dilihat dari sudut
kepercayaan. Adakalanya suatu daerah atau masyarakat tidak mau menerima
segala sesuatu yang berhubungan dengan inovasi baru sehingga perlu adanya
pendekatan. Pendekatan itu bisa dari personal maupun kelompok sehingga
nantinya jika berhasil akan berdampak pada perubahan budaya.
Penerapan biogas dari segi lingkungan akan sangat berdampak sekali
dengan adanya teknologi biogas yaitu membantu mengurangi emisi gas
methan (CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang
diproduksi dari sektor pertanian dan peternakan karena kotoran sapi tidak
dibiarkan terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi menjadi
energi biogas. Gas methan merupakan gas rumah kaca (green housegas)
bersama dengan gas karbondioksida memberikan efek rumah kaca yang
menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Dengan pengembangan
biogas dapat berperan positif dalam penyelesaian permasalahan global efek
rumah kaca. Dampak lain yang dirasakan yaitu biogas memiliki sifat ramah
lingkungan. Ramah lingkungan disini mempunyai pengertian bahwa
penerapan biogas dapat menghilangkan bau tidak sedap. Sebagai contoh
kotoran sapi yang awalnya mempunyai bau yang tidak sedap, setelah
dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas maka hasil akhir dari proses tersebut
merupkan pupuk organik yang tidak berbau.
Tidak hanya dampak positif yang dirasakan dari adanya biogas tetapi
adapula dampak negatif yang dirasakan oleh ptani. Dampak tersebut berupa
penggunaan biogas yang digunakan untuk enam rumah tangga sehingga
mengakibatkan energi gas yang dihasilkan tidak begitu besar. Perawatan yang
begitu sulit juga menjadi faktor penghambat dalam penerapan biogas, jika ada
kerusakan pada instalasi hanya orang yang ahli yang dapat memperbaiki
sehingga membuat instalasi biogas tidak dugunakan lagi.
Berdasarkan adanya dampak yang dirasakan baik dampak positif
maupun dampak negatif maka akan menimbulkan keingintahuan petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terhadap inovasi pengembangan biogas di Kabupaten Sukoharjo. Analisis
dampak tersebut merupakan ungkapan dari masing-masing pengguna
mengenai kepuasan pada program biogas dan kemanfaatan pada umumnya.
Dari uraian di atas, kerangka berpikir yang dapat dibangun adalah
sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Analisis Dampak Adopsi Inovasi Program Biogas Pada Petani Di Kabupaten Sukoharjo.
C. Pembatasan Masalah
1. Adopsi inovasi biogas dilihat dari penerapan teknologi biogas yang
meliputi pengoperasian dan pemeliharaan instalasi.
2. Dampak yang dirasakan pada petani dilihat dari ekonomi, sosial, budaya
dan lingkungan dari program biogas.
3. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani yang
menggunakan teknologi biogas dengan jenis limbah ternak dan yang
memiliki jumlah terbanyak dari jenis penerima baik dari individual
maupun kelompok di Kabupaten Sukoharjo.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Adopsi inovasi biogas adalah penerapan teknologi biogas oleh seluruh
petani responden yang terdiri dari proses pengoperasian dan pemeliharaan
instalansi biogas yang dapat dikategorikan menurut masing-masing aspek,
yakni :
· Pengetahuan : tahu atau tidak tahu
· Ketrampilan : sesuai atau tidak sesuai
Dampak dari program biogas pada petani. dilihat dari : 1. Ekonomi 2. Sosial 3. Budaya 4. Lingkungan
Adopsi Teknologi Biogas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Proses pengoperasian terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1) Tahap penampungan, pengenceran dan pengadukan, pemasukan
bahan baku adalah tahap awal sebelum pembentukan biogas yang
terjadi pada tabung penampung bahan baku, diukur melalui 4
pertanyaan yang menjadi indikator.
2) Tahap pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas adalah
tahap pemrosesan bahan baku hingga terbentuk gas yang dapat
dimanfaatkan oleh petani responden. Tahapan ini berlangsung pada
tabung pencerna/ pemroses/ digester, diukur melalui 11 pertanyaan
yang menjadi indikator.
3) Tahap pengambilan sisa limbah adalah tahap akhir dari pemrosesan
biogas yang berupa sisa limbah yang telah diambil gasnya. Sisa
limbah tersebut dapat digunakan sebagai pupuk organik. Tahapan
ini berlangsung pada tabung penampung sisa limbah, diukur
melalui 5 pertanyaan yang menjadi indikator.
b. Pemeliharaan instalasi biogas adalah pemeliharaan yang dilakukan
untuk menjaga agar instalasi tidak cepat rusak dan umur instalasi dapat
bertahan lama, diukur melalui 5 pertanyaan yang menjadi indikator.
2. Dampak adopsi inovasi biogas adalah akibat yang dirasakan oleh seluruh
petani responden setelah mengadopsi biogas. Analisis dari dampak adopsi
inovasi biogas dapat dilakukan dengan menyimpulkan dampak ekonomi,
sosial, budaya dan lingkungan terhadap seluruh petani responden dan
mengkategorikannya ke dalam 2 kategori, yakni :
· Ada dampak
· Tidak ada dampak.
Dampak adopsi inovasi biogas terdiri dari :
a. Dampak ekonomi adalah akibat dari adanya inovasi teknologi biogas
yang berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga sebelum dan
sesudah menggunakan biogas.
b. Dampak sosial adalah akibat masuknya teknologi biogas yang
berpengaruh kepada hubungan antar petani yang menggunakan biogas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Dampak budaya adalah akibat perilaku petani yang berkembang dari
adanya teknologi biogas sehingga berpengaruh terhadap pola pikir
yang nantinya mengubah kebiasaan yang ada pada petani.
d. Dampak lingkungan adalah akibat perubahan kondisi lingkungan dari
sebelum menggunakan biogas dan sesudah menggunakan biogas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjelaskan,
merinci, atau membuat diskripsi terhadap suatu gejala atau obyek yang
diteliti. Dalam arti sempit, penelitian diskriptif diartikan sebagai penelitian
yang hanya menunjukkan gambaran, uraian, atau rincian tentang gejala atau
obyek yang diteliti. Sementara dalam arti luas, penelitian diskriptif juga lebih
jauh menceritakan hubungan atau keterkaitan antar gejala (variabel), serta
seberapa jauh terdapat kesepakatan atas hasil-hasil yang disampaikan
(Mardikanto, 2001). Deskripsi ini dilakukan dengan cara deskripsi kuantitatif
yang pengukurannya dengan menggunakan ukuran kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan teknik survai yaitu pengamatan atau
penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang sebenarnya dan
baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah. Teknik
survai ini mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner
sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 2006).
B. Penentuan Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Melalui
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo program biogas diterapkan
karena di Kabupaten Sukoharjo terdapat petani yang menggunakan biogas
dengan bahan baku yang berasal dari kotoran ternak.
C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-
cirinya akan diduga ( Singarimbun dan Effendi, 2006 ). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh petani yang menggunakan biogas dengan
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
bahan baku yang berasal dari kotoran ternak dan jenis penerima baik
secara individu maupun kelompok.
Tabel 3.1. Jumlah Petani Yang Mendapat Bantuan Program Biogas Dengan Bahan Baku Kotoran Ternak Di Kabupaten Sukoharjo
No Jenis Penerima
Jenis Limbah
Lokasi (Kecamatan)
Jumlah (orang)
1. Individual Ternak Weru 4 Bulu
Nguter Sukoharjo Bendosari Mojolaban Polokarto Grogol Baki Gatak Kartasura Tawangsari
8 7 6 5 4 8 2 3 4 4 4
2.
Kelompok
Ternak
Weru Bendosari Mojolaban
45 27 18
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo, 2010
2. Sampel
Dalam penelitian ini., petani sampel diambil dari masing-masing
kecamatan yang memperoleh bantuan program biogas dengan empat
jumlah terbesar untuk masing-masing petani penerima, baik individu
maupun kelompok. Jumlah petani sampel untuk penerima individu
diambil secara sensus sedangkan untuk jenis penerima kelompok
diambil tiga kelompok dengan jumlah anggota terbanyak, informasi
didapat dari tiga pengurus dan dua anggota sehingga diperoleh jumlah
sampel petani responden yang dapat dilihat pada tabel 3.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tabel 3.2. Sampel Petani Responden
No Jenis Penerima
Jenis Limbah
Lokasi (Kecamatan)
Sampel (orang)
1.
2.
Jumlah
Individual
Kelompok
Ternak
Ternak
Bulu Nguter
Sukoharjo Polokarto
Weru Bendosari Mojolaban
8 7 6 6 5 5 5 42
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo, 2010
D. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer dalam penelitian ini meliputi identitas responden, adopsi
inovasi biogas dan dampak dari teknologi biogas. Sumber data primer
adalah petani responden.
2. Data sekunder dalam penelitian ini adalah monografi kabupaten dan data
jumlah petani responden. Sumber data sekunder adalah Badan
Lingkungan Hidup dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Sukoharjo.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan:
1. Wawancara, wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
pengembangan pemanfaatan kotoran ternak khususnya di Kabupaten
Sukoharjo. Pihak tersebut adalah petani responden yang menggunakan
biogas serta petugas penyuluh yang menangani biogas.
2. Obervasi, teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga diperoleh gambaran
yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti. Obyek yang diamati adalah
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi serta dampak yang diraskan
petani dengan adanya biogas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Pencatatan, teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat hasil wawancara
pada kuisioner dan mencatat data sekunder dari instansi yang terkait
dengan penelitian. Instasi yang terkait meliputi Badan Lingkungan Hidup
dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukoharjo.
F. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis dampak dari adopsi inovasi program biogas di
Kabupaten Sukoharjo digunakan analisis tabulasi frekuensi (Siegel, 1997).
Analisis tabulasi frekuensi adalah menggambarkan karakteristik sampel
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografis
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah.
Kabupaten Sukoharjo secara geografis terletak antara 110042’ sampai dengan
1100338’ Bujur Timur di antara 7049’sampai dengan 7032’ Lintang Selatan.
Kabupaten Sukoharjo dengan luas 46.666 Ha atau sekitar 1,43% luas wilayah
Propinsi Jawa Tengah. Menurut penggunaan lahan terdiri dari lahan sawah
sebesar 45,62% (21.287 Ha) dan lahan bukan sawah sebesar 54,38%
(25.379 Ha). Adapun secara rinci batas-batas wilayah dari Kabupaten
Sukoharjo adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY) dan Kabupaten Wonogiri
Sebelah barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten
Secara administrasi Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi 12 kecamatan
yaitu Weru, Bulu, Tawangsari, Sukoharjo, Nguter, Bendosari, Polokarto,
Mojolaban, Grogol, Baki, Gatak, Kartasura dan terdiri dari 167
Desa/Kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Polokarto yaitu
6.218 Ha (13%), sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kartasura
seluas 1.923 Ha (4%) dari luas kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan Kantor
Pertanahan, ketinggian tanah di Kabupaten Sukoharjo berada pada 83 mdpl
hingga 693 mdpl. Banyaknya hari dan curah hujan selama tahun 2010 relatif
sama dengan tahun sebelumnya. Selama tahun 2010, curah hujan tertinggi di
Kecamatan Tawangsari sebanyak 4.721 mm, untuk hari hujan terbanyak
terdapat di Kecamatan Sukoharjo sebanyak 176 hari. Adapun luas dan
ketinggian masing-masing kecamatan dapat dilihat dalam Tabel 4.1.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 4.1. Luas dan Ketinggian Tanah menurut Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Kecamatan Luas (m2) Ketinggian (mtr dpl) Weru 41,98 103 Bulu 43,86 120 Tawangsari 39,98 108 Sukoharjo 44,58 99 Nguter 54,88 111 Bendosari 52,99 110 Polokarto 62,18 118 Mojolaban 35,54 106 Grogol 30,00 93 Baki 21,97 119 Gatak 19,47 104 Kartasura 19,23 125 Jumlah 466,66 1316
Sumber : Data Kabupaten Sukoharjo Dalam AngkaTahun 2010
Wilayah kecamatan yang terluas adalah kecamatan Polokarto seluas
62,18 m2 dan kecamatan tesempit adalah kecamatan Kartasura seluas 19,23
m2. Ketinggian tanah kecamatan yang paling tinggi adalah kecamatan
Kartasura yaitu 125 mtr dpl dan yang paling rendah adalah kecamatan Grogol
yaitu 93 mtr dpl.
B. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk di suatu daerah menggambarkan kondisi sosial
ekonomi penduduk di daerah tersebut. Berikut ini adalah data keadaan
penduduk di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan pada data BPS pada Tahun
2010.
1. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di Kabupaten Sukoharjo dibedakan menjadi
dua macam yaitu kepadatan penduduk geografis dan kepadatan penduduk
agraris. Kepadatan penduduk geografis adalah perbandingan jumlah
penduduk dengan luas wilayah per km2, sedangkan kepadatan penduduk
agraris adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas lahan
pertanian. Kabupaten Sukoharjo dengan luas 46.666 Ha atau seluas 46,666
km2, sedangkan luas lahan pertanian 21.287 Ha . Penduduk Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Sukoharjo berjumlah 846.978 jiwa. Kepadatan penduduk geografis dan
agraris adalah sebagai berikut ini.
Kepadatan Penduduk Geografis 149.18666,46978.846
2==
kmjiwa
jiwa/km2
Kepadatan Penduduk Agraris 39287.21978.846
==hajiwa
jiwa/ ha
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui kepadatan
penduduk geografis di Kabupaten Sukoharjo sebesar 18.149 jiwa/ km2.
Kepadatan penduduk agraris sebesar 39 jiwa/ ha.
2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Keadaan penduduk berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat dari
umur. Penduduk menurut umur dapat digambarkan menurut jenjang yang
berhubungan dengan kehidupan produktif manusia penduduk
diklasifikasikan sebagai usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif
(15-64 tahun), dan usia non produktif (berumur lebih dari 64 tahun)
(Mantra, 2003). Jumlah penduduk secara keseluruhan di Kabupaten
Sukoharjo sebanyak 846.978 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki
di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar 419.438 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 427.540 jiwa.
Adapun klasifikasi penduduk di Kabupaten Sukoharjo menurut
kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel 4.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 4.2. Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Sumber : Data Kabupaten Sukoharjo Dalam AngkaTahun 2010
Dari tabel 4.2, mengenai jumlah penduduk menurut umur dan jenis
kelamin di Kabupaten Sukoharjo tahun 2010, menunjukkan bahwa
penduduk terbesar yaitu pada usia 30-34 tahun, yaitu sebesar 8,36 % atau
sejumlah 70.786 jiwa. Umur 30-34 tahun tergolong dalam usia produktif
dalam pengertian secara umum mampu bekerja atau berproduktivitas,
sehingga penduduk yang memasuki usia produktif mampu memberikan
kontribusi terhadap pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya di
Kabupaten Sukoharjo.
Penduduk yang berusia 60 tahun atau lebih dari 60 tahun sejumlah
97.779 jiwa atau sebesar 11,56 %. Usia tersebut termasuk dalam kategori
usia non produktif, sehingga kisaran usia tersebut akan menurunkan
kemampuan fisik dan mental untuk mampu bekerja, dengan demikian
penduduk dengan kelompok umur tersebut menjadi beban tanggungan
bagi kelompok usia produktif. Jumlah usia produktif yaitu penduduk
dengan kelompok usia 15-59 tahun adalah 545.338 jiwa, sedangkan usia
Kelompok Umur (Tahun)
Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Total Presentase (Jiwa) (%)
0 – 4 5 - 9
10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74
75 +
33.442 34.843 36.137 33.976 29.280 34.129 34.418 31.946 32.292 28.693 25.129 19.802 13.694 12.090 8.814 10.753
31.732 33.290 34.417 34.939 32.205 36.238 36.368 32.910 32.450 28.530 24.027 18.006 15.243 13.222 10.646 13.317
65.174 7,69 68.133 8,04 70.554 8,33 68.915 8,13 61.485 7,26 70.367 8,31 70.786 8,36 64.856 7,66 64.742 7,46 57.223 6,76 49.156 5,80 37.808 4,46 28.937 3,42 25.312 2,99 19.460 2,29 24.070 2,84
419.438 427.540 846.978 100,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
non produktif yaitu penduduk dengan kelompok usia 0-14 dan 60 tahun ke
atas sebesar 301.620 jiwa.
Angka beban tanggungan (ABT) di Kabupaten Sukoharjo adalah
sebagai berikut :
ABT = Penduduk usia non produktif x 100 Penduduk usia produktif
5531,55100338.545620.301
=== x
Berdasarkan perhitungan Angka Beban Tanggungan tersebut
diketahui besarnya Angka Beban Tanggungan yaitu sebesar 55,31. Artinya
dalam setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 55 penduduk usia
non produktif. Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Sukoharjo
tergolong sedang karena dalam 100 penduduk usia produktif harus
menanggung 55 penduduk usia non produktif. Jumlah penduduk yang
produktif atau bekerja lebih banyak daripada jumlah penduduk yang non
produktif atau tidak bekerja sehingga penduduk yang produktif harus
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri maupun kebutuhan bagi usia non
produktif yang menjadi tanggungan mereka, baik kebutuhan primer
maupun kebutuhan yang lain. Penduduk usia non produktif di Kabupaten
Sukoharjo umumnya sudah menjadi tanggungan dalam keluarga masing-
masing, sehingga hal ini tidak begitu mempengaruhi tingkat kesejahteraan
penduduk dari jumlah penduduk usia non produktif atau usia lansia.
3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk Kabupaten Sukoharjo berjumlah 846.978 jiwa, yang
terdiri dari 419.438 penduduk laki-laki dan 427.540 penduduk perempuan.
Berdasarkan angka tersebut, maka dapat dihitung sex ratio. Sex ratio
adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk
perempuan, Jika sex ratio kurang dari 100 maka jumlah penduduk laki-laki
lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan. Jika sex ratio sama dengan
100 maka jumlah penduduk laki-laki sama dengan jumlah penduduk
perempuan. Dan jika sex ratio lebih dari 100 maka jumlah penduduk laki-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Adapun perhitungan sex ratio
adalah sebagai berikut ini :
Sex ratio = Jumlah penduduk laki-laki x 100 Jumlah penduduk perempuan
= 419.438 x 100 = 98,10 = 98 427. 540 Berdasarkan perhitungan di atas diketahui besarnya sex ratio sebesar
98, artinya dalam setiap 100 orang penduduk laki-laki terdapat 98 orang
penduduk perempuan. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki meskipun dengan selisih yang
tidak besar. Apabila angka SR (Sex Ratio) di bawah 100, maka dapat
menimbulkan berbagai masalah, dimana berarti di wilayah tersebut
kekurangan penduduk laki-laki, sehingga berakibat terjadinya kekurangan
tenaga kerja laki-laki untuk melaksanakan pembangunan atau masalah lain
yang berhubungan dengan perkawinan. Hal ini dapat terjadi apabila di
suatu daerah banyak penduduk laki-laki yang meninggalkan daerah atau
kematian banyak terjadi pada penduduk laki-laki (Mantra, 2003).
Angka sex ratio dapat digunakan untuk mengetahui jumlah tenaga
kerja yang tersedia. Pada umumnya, pekerjaan di bidang pertanian lebih
banyak peran kaum laki-laki, namun tidak menutup kemungkinan kaum
perempuan juga berperan dalam bidang pertanian. Umumnya kaum
perempuan lebih banyak berperan dalam hal menggarap lahan sawah
dengan kecenderungan melakukan pekerjaan yang lebih ringan dari
pekerjaan kaum laki-laki, seperti menanam, menyebar benih dan
memelihara tanaman (membersihkan gulma). Tenaga kerja wanita di
Kabupaten Sukoharjo tidak hanya di sektor pertanian saja melainkan di
beberapa sektor seperti industri, pedagang, dan wiraswasta.
4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjang kelancaran
pembangunan. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
akan mudah untuk mengadopsi suatu inovasi baru sehingga akan
memperlancar proses pembangunan. Sebaliknya masyarakat yang
memiliki tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk mengadopsi suatu
inovasi baru sehingga dalam hal ini akan mempersulit pembangunan.
Tingkat pendidikan di suatu wilayah menjadi cerminan keadaan suatu
wilayah, karena biasanya penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi akan
lebih mudah menerima dan menganalisis suatu inovasi. Orang yang
berpendidikan tinggi cenderung berpikir lebih rasional dan umumnya lebih
mudah menerima pembaharuan. Keadaan penduduk di Kabupaten
Sukoharjo menurut pendidikan dapat dilihat dalam tabel 4.3
Tabel 4.3. Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo
Jenjang Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tidak/Belum Pernah Sekolah 56.557 9,04 Tidak/Belum Tamat SD 60.882 9,73 Tamat SD/MI 135.333 21,63 Tamat SLTP/MTS Tamat SLTA/MA Akademi/Diploma
142.718 174.785 16.809
22,81 27,95 2,69
Perguruan Tinggi 38.508 6,15 Jumlah 625.664 100,00
Sumber : Data Kabupaten Sukoharjo Dalam AngkaTahun 2010
Berdasarkan tabel 4.3 mengenai keadaan penduduk menurut tingkat
pendidikan di Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwa sebesar 9,04 %
tidak/belum pernah sekolah. Penduduk yang tidak/belum tamat SD sebesar
9,73 %, tamat SD/MI sebesar 21,63 %, tamat SLTP/MTS sebesar 22,81 %,
tamat SLTA/MA sebesar 27,95 %, tamat Akademi/Diploma sebesar
2,69 % dan tamat Perguruan Tinggi sebesar 6,15 %. Dari data tersebut,
dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten
Sukoharjo dapat dikatakan sedang, karena rendahnya persentase penduduk
yang tidak bersekolah. Banyaknya penduduk yang menyadari kebutuhan
akan pentingnya pendidikan, akan membuat penduduk untuk
menyelesaikan pendidikan sampai tingkat yang lebih tinggi. Tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pendidikan masyarakat yang tinggi, akan berpengaruh terhadap sikap
mereka terhadap perubahan dalam hal sosial, budaya dan ekonomi serta
adanya inovasi yang berkembang di tengah masyarakat.
C. Keadaan Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten penyangga
pangan di Jawa Tengah, sehingga produktivitas tanaman pangan terutama
padi terus dipacu. Keadaan pertanian di Kabupaten Sukoharjo meliputi
penggunaan lahan pertanian, dan kelembagaan pertanian.
1. Penggunaan Lahan Pertanian
Kegiatan pertanian mempunyai peranan penting dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Kondisi pertanian yang baik harus didukung dengan
ketersediaan lahan pertanian yang cukup, inovasi atau teknologi yang tepat
guna dan sumber daya manusia yang baik. Luas penggunaan lahan
pertanian di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Luas Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase(%) a. Tanah Sawah b. Perkebunan
21.287 25.379
45,62 54,38
Jumlah 46.666 100,0
Sumber: Data Kabupaten Sukoharjo Dalam AngkaTahun 2010
Penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Sukoharjo yang terbesar
adalah perkebunan yaitu seluas 25.237 Ha yang menghasilkan kelapa,
tebu, kapuk dan mete. Luas penggunaan lahan di Kabupaten Sukoharjo
untuk lahan sawah berpotensi untuk budidaya tanaman padi.
2. Keadaan Peternakan
Peternakan di Kabupaten Sukoharjo diusahakan sebagai tabungan
atau usaha sampingan. Hewan ternak dapat dimanfaatkan untuk
pemenuhan kebutuhan gizi seperti daging dan telur yang merupakan
sumber protein hewani. Hewan ternak dapat dimanfaatkan tenaganya
dalam kegiatan usahatani seperti kerbau yang digunakan untuk membajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sawah. Selain itu, kotoran beternak juga dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan pupuk kandang atau pupuk organik. Kabupaten Sukoharjo
memiliki beragam hewan ternak. Berikut merupakan data hewan beserta
jumlahnya yang ada di Kabupaten Sukoharjo :
Tabel 4.5 Ternak dan Unggas di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Jenis Ternak/Unggas (ekor) Jumlah (ekor) Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Ayam Itik
27.605 2.519 217 40.641 37.884 53.619.764 199.017
Jumlah 53.927.647
Sumber: Data Kabupaten Sukoharjo Dalam AngkaTahun 2010
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa terdapat berbagai macam
hewan yang diternakkan di Kabupaten Sukoharjo. Ayam merupakan jenis
ternak yang paling banyak. Hal ini dikarenakan ayam merupakan jenis
ternak yang cukup mudah untuk dibudidayakan. Produk ayam baik berupa
telur dan daging sangat disukai oleh masyarakat. Telur ayam merupakan
bahan protein hewani yang mudah diperoleh dan digemari masyarakat
umumnya. Itik dan kambing juga banyak dikembangkan oleh penduduk di
Kabupaten Sukoharjo. Jenis ternak-ternak tersebut selain untuk tabungan
bagi pemiliknya, kotorannya dapat digunakan dalam budidaya usahatani
yaitu dapat dibuat pupuk.
D. Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian yang terdapat dalam suatu wilayah akan
mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Sarana perekonomian yang
terdapat di Kabupaten Sukoharjo antara lain PT, CV, PO, KUD dan PO.
Berikut adalah sarana perekonomian yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 4.6. Sarana Perekonomian di Kabupaten SukoharjoTahun 2010
Sarana Perekonomian Jumlah (buah) PT 93 CV 162 KUD 13 PO 697
965
Sumber : Data Kabupaten Sukoharjo Dalam AngkaTahun 2010
Keterangan:
PT : Perseroan Terbatas
CV : Persekutuan Comanditer
KUD : Koperasi Unit Desa
PO : Perusahaan Perorangan
Berdasarkan Tabel 4.6 mengenai sarana perekonomian, diketahui PO
memiliki jumlah terbesar yaitu sebanyak 697. Jumlah CV sebanyak 162,
sedangkan PT sebanyak 93, dan Koperasi Unit Desa sebanyak 13. Hal ini
menunjukkan bahwa sarana perekonomian yang terdapat di Kabupaten
Sukoharjo cukup tersedia. Sarana-sarana perekonomian tersebut bertujuan
untuk memperlancar kegiatan perekonomian di Kabupaten Sukoharjo dan
memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya serta
diharapkan dapat meningkatkan laju perekonomian masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden
1. Jenis Kelamin
Salah satu penggolongan identitas responden yaitu berdasarkan
jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Semua responden
pada penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 42 orang. Kaum laki-laki
lebih banyak berperan dalam penerimaan inovasi biogas dikarenakan laki-
laki di Kabupaten Sukoharjo lebih berperan dalam keluarga yaitu sebagai
kepala rumah tangga. Oleh karena itu, peran laki-laki lebih dominan
dalam pengambilan keputusan dalam penerimaan suatu inovasi baru
dalam keluarga daripada perempuan.
2. Umur Responden
Responden dalam penelitian ini digolongkan menjadi 2 yaitu,
kelompok umur produktif (15-64 tahun) dan non-produktif (penduduk
umur ≤14 tahun dan penduduk umur ≥ 64 tahun) (Mantra, 2003).
Responden dari umur produktif biasanya masih aktif dalam melakukan
kegiatan usaha tani dibandingkan responden yang umurnya sudah tidak
produktif lagi. Umur responden dapat dilihat pada tabel 5.1 :
Tabel 5.1. Distribusi Jumlah Responden Menurut Umur No. Kategori Usia Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1. 2.
Umur produktif (15-64 tahun) Umur nonproduktif (≤ 14 tahun dan ≥ 64 tahun)
39 3
92,86 7,14
Jumlah 42 100
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011
Responden yang tergolong dalam umur produktif sebanyak 39
orang atau sebesar 92,86 persen sedangkan usia non produktif sebanyak 3
orang atau sebesar 7,14 persen. Menurut Soekartawi (2005) semakin muda
petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum
mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih
belum berpengalaman dalam adopsi inovasi tersebut.
Adopsi inovasi oleh petani yang belum berpengalaman dalam
adopsi inovasi ditunjukkan dengan adanya respon yang baik dari para
petani responden yang mayoritas tergolong dalam usia produktif dalam
penerimaan inovasi baru yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan petani responden dalam mendapatkan informasi mengenai
biogas serta menerapkannya yang meliputi pengoperasian dan
pemeliharaan instalasi biogas.
3. Jumlah Anggota Keluarga
Penggolongan identitas responden yang meliputi jenis kelamin
(laki-laki dan perempuan), umur (umur produktif dan umur non
produktif), juga meliputi jumlah anggota rumah tangga responden. Jumlah
anggota rumah tangga merupakan jumlah anggota rumah tangga
responden yang tinggal dalam satu rumah tangga. Lebih lanjut, jumlah
anggota rumah tangga dapat dilihat pada tabel 5.2 :
Tabel 5.2. Distribusi Jumlah Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga
No. Kategori Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1. 2-4 orang 25 59,52 2. 5-7 orang 16 38,10 3. ≥8 orang 1 2,38 Jumlah 42 100,00
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011
Banyaknya jumlah anggota rumah tangga akan berpengaruh pada
perekonomian keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka
akan semakin meningkat pula kebutuhan keluarga. Hal ini tentunya juga
akan membuat biaya hidup yang dikeluarkan semakin besar. Walaupun
demikian apabila dalam suatu keluarga terdapat beberapa orang yang
bekerja maka pendapatan keluarga pun akan semakin meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4. Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan dari
usahatani yang dibatasi dalam kurun waktu satu musim tanam.
Penerimaan dihitung dari penerimaan yang bersumber dari usahatani dan
penerimaan non usahatani. Tetapi tidak semua petani memiliki pekerjaan
sampingan di luar bertani, sehingga satu-satunya sumber penerimaan
mereka adalah hasil dari kegiatan bertani. Begitu juga dengan
pengeluaran, pengeluaran yang dihitung tidak hanya pengeluaran dari
usahatani akan tetapi juga menghitung pengeluaran non usahatani.
Tabel 5.3 Distribusi Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan Rumah Tangga
No. Kategori Pendapatan Kategori Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
1. Rp 2.800.000-Rp 4.866.666 Rendah 32 76,19 2. Rp 4.866.667-Rp 6.933.333 Sedang 8 19,05 3. Rp 6.933.334-Rp 9.000.000 Tinggi 2 4,76 Jumlah 42 100,00
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011
Berdasarkan pendapatan rumah tangga responden, dapat diketahui
besarnya rata-rata pendapatan rumah tangga yaitu sebesar Rp 4.007.142
sedangkan untuk besarnya rata-rata pendapatan non usahatani yaitu
sebesar Rp 886.904,6 dan untuk rata-rata penerimaan total yaitu sebesar
Rp 4.850.047,6 maka petani responden tergolong dalam kategori rendah.
Biaya yang dikeluarkan untuk usahatani antara lain untuk biaya produksi
benih, pupuk, pestisida, biaya tenaga kerja, serta sewa traktor. Sedangkan
pengeluaran non usahatani pengeluaran untuk biaya pendidikan, konsumsi
sembako, biaya listrik, biaya pendidikan, iuran perkumpulan desa, serta
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan sosial.
5. Proses Penerapan Bantuan Biogas
Biogas merupakan salah satu sumber energi yang terbarukan yang
dapat menjawab kebutuhan energi alternatif. Biogas adalah hasil dari
proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam
keadaan anaerob. Untuk menghasilkan biogas dibutuhkan reaktor biogas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
(digester) yang merupakan suatu instalasi kedap udara sehingga
dekomposisi bahan organik dapat berjalan secara optimum.
(Wahyuni, 2010).
Berikut adalah bagan alur proses penerapan bantuan biogas :
Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi
Gambar 2. Skema Bagan Alur Proses Penerapan Bantuan Biogas
Pengetahuan petani mengenai biogas umumnya hanya sebatas tahu
manfaat biogas. Pemahaman tersebut seputar bahwa kotoran ternak dapat
dijadikan pengganti bahan bakar untuk keperluan rumah tangga seperti
memasak dan penerangan. Selanjutnya petani responden tidak mengetahui
secara terperinci mengenai proses hingga terbentuknya gas. Oleh sebab itu
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo melakukan sosialisasi.
Sosialisasi dilakukan di setiap kecamatan dalam pertemuan Gapoktan.
Program biogas dapat masuk dikarenakan adanya kerjasama antara
Gapoktan dengan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo.
Pelaksanaan sosialisasi program biogas dilakukan oleh petugas penyuluh
yang menangani biogas. Materi yang disampaikan mengenai bahan baku
Sosialisasi
Pengajuan Bantuan
Persyaratan
Individu Kelompok
Plastik Kubah/Fiberglass
Penerapan Pembangunan Instalasi
Penerapan Pembangunan Instalasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
biogas, cara kerja biogas dan manfaat yang dapat dirasakan oleh pengguna
biogas.
Setelah adanya sosialisasi diharapkan ada keinginan petani untuk
mengajukan bantuan. Pengajuan bantuan melalui Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Sukoharjo dengan mengajukan proposal yang dapat
dilakukan secara individu maupun kelompok. Proposal tersebut berisikan
tentang syarat-syarat ketentuan untuk pengajuan bantuan yang telah
ditetapkan. Syarat-syarat tersebut yaitu jika secara individu syarat yang
harus dipenuhi adalah minimal memiliki ternak ± 3-4 ekor dan memiliki
lahan 5 m² untuk peletakan instalasi tipe plastik. Sedangkan jika secara
kelompok, syarat yang harus dipenuhi adalah memiliki ternak ± 10 ekor
dan memiliki lahan 45 m² untuk peletakkan instalasi tipe fiberglass atau
kubah.
Proposal yang diajukan nantinya akan diproses apakah layak
mendapatkan bantuan atau tidak. Petugas dari Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sukoharjo juga akan mendatangi rumah petani responden yang
mengajukan bantuan, hal ini dimaksudkan agar adanya keabsahan antara
proposal yang diajukan dengan kenyataan yang ada di lapang. Jika
memenuhi maka dari pihak Badan Lingkungan Hidup akan memberikan
bantuan berupa pembangunan instalasi sedangkan jika tidak memenuhi
maka tidak akan ada tindak lanjut. Pengajuan bantuan secara individu
akan mendapatkan instalasi tipe plastik dan untuk pengajuan secara
kelompok akan mendapatkan instalasi tipe kubah atau fiberglass.
B. Adopsi Inovasi Biogas
Instalasi biogas di wilayah penelitian terdapat dua tipe instalasi
yaitu tipe plastik dan tipe fiberglass atau tipe kubah. Masing-masing tipe
dapat dikelompokkan dalam tiga tahap pengoperasian, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
· Proses Pengoperasian Instalasi Biogas
Gambar 3. Skema Proses Pengoperasian Instalasi Biogas Tipe Plastik
Gambar 4. Skema Proses Pengoperasian Instalasi Biogas Tipe Kubah/Fiberglass
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1. Proses pengoperasian instalasi biogas terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Tahap penampungan, pengenceran dan pengadukan, pemasukan bahan baku
Tahap penampungan, pengenceran dan pengadukan,
pemasukan bahan baku terjadi pada tabung penampungan bahan
baku. Tabung ini berfungsi untuk menampung, mengencerkan dan
menyaring kotoran sebelum diproses lebih lanjut ke dalam tabung
yang kedua atau digester.
Tabel 5.4 Distribusi Jumlah Responden Menurut Tahap Penampungan, Pengenceran dan Pengadukan, Pemasukan Bahan Baku
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011
1) Pengetahuan
· Alasan Pengenceran dan Pemisahan
Seluruh petani responden mengetahui akan petingnya
dilakukan pengenceran. Manfaat dilakukan pengenceran
yaitu untuk memisahkan bahan baku dari bahan-bahan yang
sukar dicerna sehingga bahan-bahan tersebut dapat dengan
mudah masuk ke dalam tabung pemrosesan. Bahan-bahan
yang sukar dicerna diantaranya sisa pakan yang teksturnya
keras dan bentuknya besar, logam berat seperti tembaga,
cadmium, kromium. Bahan-bahan tersebut harus dipisahkan
karena jika bahan-bahan yang sukar dicerna ikut masuk ke
dalam pemrosesan akan membentuk lapisan kerak pada
Indikator Proses
Pengetahuan Ketrampilan Tahu
(orang) Tidak Tahu
(orang) Sesuai (orang)
Tidak Sesuai (orang)
a. Alasan pengenceran dan pemisahan b. Alasan pengadukan
42 (100%)
42 (100%)
0(0%)
0 (0%)
- -
- -
c. Bahan yang ditampung · Plastik · Kubah + Fiberglass
d. Perbandingan air dan kotoran ternak
- - -
- - -
19(90,50) 17(80,90) 36(85,70)
2(9,50)
4(19,10)
6(14,3o)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
permukaan cairan sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang berpengaruh terhadap jumlah biogas
yang dihasilkan.
· Alasan Pengadukan
Seluruh petani responden mengetahui akan pentingnya
dilakukan pengadukan. Pengadukan dilakukan untuk
menghindari bahan baku yang sukar dicerna, misalnya jerami
yang ikut masuk ke dalam tabung pemrosesan akan
membentuk lapisan kerak pada permukaan cairan karena
bahan tersebut mengandung senyawa lignin. Lapisan ini
dapat dicegah dengan alat pengaduk sehingga hambatan
terhadap laju biogas yang dihasilkan dapat dikurangi. Namun
untuk mempermudah aktivitas bakteri dalam menghasilkan
biogas, bahan-bahan tersebut dapat dihilangkan atau dibuang.
2) Ketrampilan
· Bahan Yang Ditampung
Petani responden menggunakan instalasi tipe plastik,
kubah dan fiberglass. Kapasitas isi untuk instalasi tipe plastik
yang sesuai dengan petunjuk teknis sebanyak 50-75 kg dan
kapasitas isi untuk instalasi tipe kubah dan fiberglass dapat
menampung sebanyak 100-175 kg. Sebanyak 19 orang atau
sebesar 90,50 persen yang menggunakan tipe plastik sudah
sesuai dengan yang dianjurkan sedangkan sebanyak 2 orang
atau sebesar 9,50 persen memasukkan bahan baku sekitar 40-
45 kg. Untuk yang menggunakan tipe kubah dan fiberglass
sebayak 17 orang atau sebesar 80,95 dalam menampung
bahan baku sudah sesuai dengan petunjuk teknis sedangkan
sebanyak 4 orang atau sebesar 19,05 persen dalam
menampung bahan baku hanya 80-90 kg. Adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
ketidaksesuaian dalam penampungan bahan baku karena
faktor keterbatasan jumlah kotoran ternak.
· Perbandingan Air Dan Kotoran Ternak
Bahan baku yang telah ditampung selanjutnya
dimasukkan dan ditambahkan air untuk diencerkan. Dalam
anjuran teknis mengatakan bahwa perbandingan antara bahan
baku dengan air kira-kira 1:1, sebanyak 36 orang atau
sebesar 85,70 persen melakukan sesuai dengan anjuran teknis
dan sebanyak 6 orang atau sebesar 14,30 persen tidak sesuai
anjuran teknis. Adanya ketidaksesuaian perbandingan dalam
pengenceran disebabkan karena tekstur kotoran ternak yang
dihasilkan. Jika kotoran ternak yang digunakan masih segar
maka penambahan air sama besarnya dengan jumlah kotoran
ternak sedangkan jika kotoran ternak yang digunakan dalam
bentuk kering maka perbandingan banyaknya jumlah air dan
bahan baku bisa bervariasi antara 1:1,25 sampai 1:2.
Pada tahap penampungan, pengenceran dan pengadukan,
pemasukan bahan baku dalam aplikasinya dilihat dari aspek
pengetahuan meyatakan bahwa seluruh petani responden memahami
akan hal-hal yang berkaitan dengan biogas. Sedangkan dilihat dari
aspek ketrampilan, mayoritas petani responden sudah melakukan
sesuai dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan.
b. Tahap pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas
Tahap ini berlangsung pada tabung pencerna/pemroses atau
digester. Tabung ini merupakan tabung yang paling penting karena
berfungsi sebagai tempat pemrosesan dan pemisahan antara gas yang
diambil dengan material lain yang harus dikeluarkan dari tabung
untuk diisi dengan bahan baku yang baru. Proses antara pengisian,
pengeluaran gas dan pengeluaran materi yang sudah diambil gasnya
harus dapat berlangsung terus-menerus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 5.5. Distribusi Jumlah Responden Menurut Tahap Pemrosesan, Pengambilan dan Pemanfaatan Biogas
Indikator Proses
Pengetahuan Ketrampilan
Tahu Tidak Tahu Sesuai Tidak Sesuai (orang) (orang) (orang) (orang)
1) Pengetahuan
· Kegunaan lubang kontrol
Seluruh petani responden mengetahui kegunaan lubang
kontrol. Bagian ini berfungsi sebagai pengontrol terhadap
kebocoran digester dan sebagai pembuka apabila suatu saat
terjadi kebocoran atau kerusakan. Tutup kubah berupa
lingkaran yang didalamnya diisi penutup berupa lingkaran
yang diameternya lebih kecil sehingga dapat dibuka/ditutup
dengan mengangkat penutup tersebut. Sebagai penutup celah
digunakan tanah liat. Bagian paling atas diisi dengan air yang
berfungsi untuk mengontrol apabila terjadi kebocoran
dibagian penutup tabung. Terjadinya kebocoran ditandai
dengan adanya gelembung-gelembung udara yang keluar ke
permukaan air.
a. Kegunaan lubang control 42 (100%)
0 (0%)
- -
b. Kegunaan selang plastic
c. Kegunaan pengontrol volume gas
d. Akibat pemasukan bahan baku yang berlebihan
42 (100%)
42 (100%)
42(100%)
0 (0%)
0 (0%)
0(0%)
- - -
- - -
e. Besarnya kapssitas isi tabung pemasukan dan tabung pengeluaran 42 (100%)
0( 0(0%)
f. Penyediaan kompor
42 (100%)
0 (0%)
- -
g. Pemasukan bahan baku - - 27(64,30%)
15(35,70%)
h. Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk gas - - 27(64,30%)
15(35,70%)
i. Pemanfaatan hasil gas - - 42 (100%)
0 (0%)
j. Jangka waktu penggunaan biogas · Plastik
· Kubah+fiberglass
- -
- -
13(65,00%)
18(81,80%)
7(35,00%)
4(18,20%)
k. Kapasitas penggunaan kompor · Plastik
· Kubah+fiberglass
- -
- -
15(75,00%)
18(81,80%)
5(25,00%)
4(18,20%)
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
· Kegunaan selang plastik
Seluruh petani responden mengetahui kegunaan selang
plastik. Selang ini harus ada pada setiap instalasi, alat ini
dilengkapi dengan petunjuk berupa angka dari 0-120 dan
stop kran untuk membuka dan menutup saluran. Apabila gas
yang diproduksi terlalu banyak yang ditunjukkan dengan
angka maka kran ini dapat dibuka untuk membuang gas.
Setelah volume gas normal maka kran ditutup kembali. Yang
menyebabkan produksi terlalu banyak yaitu pemasukan
bahan baku yang terlalu banyak sehinga akan menghambat
proses pembentukan gas.
· Kegunaan pengontrol volume gas
Seluruh petani responden mengetahui kegunaan
pengontrol volume gas. Pengontrol volume gas berfungsi
sebagai alat pengontrol terhadap volume gas yang
diproduksi. Bagian ini penting karena apabila gas yang
diproduksi melebihi kapasitas maka akan terjadi tekanan atau
ledakan yang akan mendorong pada bagian tutup kubah
sehingga disediakan tempat pembuangan air yang dilengkapi
dengan keran untuk membuka dan menutup. Jika terjadi
kelebihan tekanan gas maka kran langsung dibuka.
· Akibat pemasukan bahan baku yang berlebihan
Seluruh petani responden mengetahui akibat yang akan
terjadi jika pemasukan bahan baku dilakukan berlebihan.
Bahan baku yang telah diencerkan dan sudah dibersihkan
dari bahan-bahan yang diperkirakan mengganggu proses
terbentuknya biogas selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabung digester. Pada saat pemasukan bahan baku harus
disesuai dengan anjuran teknis (tidak kurang dan tidak lebih
dari kaspasitas isi) karena jika terlalu berlebihan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
memasukkan bahan baku akan menghambat pembentukan
biogas selain itu juga akan mengurangi umur instalasi,
sehingga jika gas yang dihasilkan terlalu banyak maka
pemrosesan harus segera dihentikan.
· Besarnya kapasitas isi tabung pemasukan dan tabung
pengeluaran
Seluruh petani responden mengetahui akan besarnya
kapasitas isi antara tabung pemasukan dan tabung
pengeluaran. Kapasitas isi antara tabung pemasukan dan
tabung pengeluaran tidak sama. Kapasitas isi tabung
pengeluaran harus lebih besar dibandingkan dengan tabung
pemasukan. Hal ini dikarenakan hasil akhir bahan baku yang
telah diproses dan diambil gasnya akan membentuk slurry
atau lumpur yang membutuhkan kapasitas yang lebih besar.
· Penyediaan kompor
Kompor gas yang digunakan petani responden,
seluruhnya berasal dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Sukoharjo. Kompor gas, yang digunakan mengalami
modifikasi dengan mengganti saluran gas dengan saluran
yang lebih besar. Pematik yang ada diganti dengan korek api
sebagai alat pembakar. Hal ini didasarkan pada pengalaman
di lapangan, bahwa api yang dihasilkan dari pematik kompor
sering tidak dapat digunakan sebagai alat pembakar biogas.
Selain itu biogas juga mempunyai sifat cepat menyala seperti
gas LPG sehingga tempat pembuatan dan penampungan
biogas harus selalu berada jauh dari sumber api demi
keselamatan pengguna dari lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3) Ketrampilan
· Pemasukan bahan baku
Bahan baku yang telah ditampung selanjutnya
dimasukkan ke dalam tabung pemrosesan. Pemasukan bahan
baku disesuaikan dengan kapasitas isi yang telah ditentukan
oleh anjuran teknis. Sebanyak 36 orang atau sebesar 85,70
persen melakukan sesuai dengan anjuran teknis sedangkan
sebanyak 6 orang atau sebesar 14,30 persen dalam
pemasukan bahan baku tidak sesuai dengan anjuran teknis.
Hal ini disebakan karena faktor jumlah kotoran ternak yang
dihasilkan tidak dapat diprediksikan, dalam satu hari hewan
ternak dapat menghasilkan kotoran ternak bisa lebih dari
yang dibutuhkan atau bisa kurang dari yang dibutuhkan
untuk menghasilkan biogas. Untuk instalasi biogas tipe
plastik membutuhkan bahan baku sebanyak 50-75 kg
sedangkan untuk tipe kubah dan fiberglass membutuhkan
bahan baku sebanyak 100-175 kg.
· Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk gas
Pemasukan bahan baku ke dalam digester dibutuhkan
waktu selama 1 minggu untuk didiamkan sebelum dihasilkan
gas yang pertama. Sebanyak 27 orang atau sebesar 64,30
persen melakukan sesuai dengan anjuran teknis sedangkan
sebanyak 15 orang atau sebesar 35,70 persen membutuhkan
waktu yang lebih lama yaitu berkisar 8-14 hari , lama
tidaknya pemrosesan tergantung dari bahan baku dan
aktivitas mikro organisme dalam memproses menjadi biogas.
Apabila bahan yang digunakan tidak dapat melakukan
fermentasi dan tidak mampu menghasilkan biogas, maka
perlu menambahkan bahan baku atau substrat yang di
dalamnya sudah dipastikan mengandung mikroba methan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
· Pemanfaatan hasil biogas
Hasil pemrosesan yang berupa gas digunakan oleh
seluruh petani responden untuk memasak karena jika
digunakan untuk keperluan penerangan dan generator daya
yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
sehingga. Api yang dihasilkan berwarna biru dan mempunyai
bau yang khas. Adanya bau ini terkadang memberikan kesan
yang tidak higienis terhadap makanan yang dimasak dengan
menggunakan biogas. Jadi apabila akan menggunakan biogas
untuk keperluan memasak maka perlu mempersiapkan korek
api terlebih dahulu kemudian buka saluran biogas sehingga
gas yang keluar langsung terbakar dan tidak ada bau yang
tersebar.
· Jangka waktu penggunaan biogas
Untuk instalasi tipe plastik, penggunaan biogas dapat
digunakan dalam jangka waktu 6 jam sedangkan instalasi
tipe kubah dan fiberglas, penggunaan biogas dapat digunakan
dalam jangka waktu 12 jam. Pada tipe plastik sebanyak 13
orang atau sebesar 65 persen jangka waktu penggunaan
biogas sudah sesuai dengan anjuran teknis sedangkan
sebanyak 7 orang atau sebesar 16,70 persen jangka waktu
penggunaan biogas hanya selama 4 jam. Untuk tipe kubah
dan fiberglass sebanyak 18 orang atau sebesar 42,85 persen
dalam jangka waktu penggunaan biogas sudah sesuai dengan
anjuran teknis sedangkan sebanyak 4 orang atau sebesar 9,50
persen jangka waktu penggunaan biogas hanya selama 8 jam.
Lama tidaknya penggunaan jangka waktu biogas karena
pengaruh banyaknya bahan baku yang dimasukkan ke dalam
instalasi, jika sesuai dengan anjuran teknis maka biogas yang
dihasilkan juga akan stabil tetapi jika bahan baku yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dimasukkan tidak sesuai dengan anjuran teknis maka biogas
yang dihasilkan tidak akan optimum.
· Kapasitas penggunaan kompor
Banyaknya bahan baku yang dimasukkan juga akan
berpengaruh terhadap kapasitas banyaknya penggunaan
kompor. Instalasi dengan tipe plastik dapat digunakan untuk
2-3 kompor sedangkan untuk instalasi tipe kubah dan
fiberglass dapat digunakan untuk 5-6 kompor. Untuk tipe
plastik, sebanyak 15 orang atau sebesar 35,70 persen
kapasitas penggunaan kompor sudah sesuai dengan petunjuk
teknis sedangkan sebanyak 5 orang atau sebesar 11,90 persen
kapasitas penggunaan kompor hanya 1 kompor yang dapat
digunakan. Untuk tipe kubah dan fiberglass, sebanyak 18
orang atau sebesar 42,90 persen kapasitas penggunaan
kompor sudah sesuai dengan anjuran teknis sedangkan
sebanyak 4 orang atau sebesar 9,50 persen hanya
menggunakan 2-3 kompor. Adanya pengaruh banyaknya
kotoran ternak yang dimasukkan ke dalam instalasi tidak
sesuai dengan petunjuk teknis mengakibatkan gas yang
dihasilkan kecil.
Pada tahap pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan
biogas dalam aplikasinya dilihat dari aspek pengetahuan menyatakan
bahwa seluruh petani responden mengetahui hal-hal yang berkaitan
mengenai biogas. Sedangkan dilihat dari aspek ketrampilan
mayoritas petani responden sudah melakukan sesuai dengan
petunjuk teknis yang telah ditetapkan.
c. Tahap pengambilan sisa limbah
Tahap ini terjadi pada tabung penampung sisa limbah yang
telah diambil gasnya. Tabung ini berfungsi untuk menampung
limbah hasil akhir pemrosesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 5.6. Distribusi Jumlah Responden Menurut Tahap Pemrosesan, Pengambilan Sisa Limbah
Indikator Proses
Pengetahuan Ketrampilan Tahu
(orang) Tidak Tahu
(orang) Sesuai (orang)
Tidak Sesuai (orang)
a. Alasan harus segera mengambil sisa limbah
42(28,6%)
0(o%)
-
-
b. Pemanfaatan sisa limbah sebagai pupuk organik
42 (100%)
0 (0%)
- -
c. Cara mengambil sisa limbah · Dialrkan ke bak penampung · Tidak dialrkan ke bak
penampung
- -
- -
15(36,70%) 27(64,30%)
- -
d. Cara mengolah sisa limbah menjadi pupuk organik dan pupuk cair · Langsung digunakan · Diolah terlebih dahulu
- -
- -
16(38,10%) 26(61,90%)
- -
e. Penggunaan pupuk · Digunakan sendiri · Dijual kembali
- -
- -
16(38,10%) 26(61,90%)
- -
Sumber : Analisis Data Primer 2011
1) Pengetahuan
· Alasan pengambilan sisa limbah
Seluruh petani responden mengetahui akan pentingnya
pengambilan sisa limbah. Sisa bahan yang diambil
merupakan sisa dari limbah yang telah diambil gasnya oleh
bakteri methan atau bakteri biogas yang membentuk seperti
lumpur atau slurry. Dikarenakan proses pembentukan biogas
dilakukan setiap hari maka sisa limbah harus segera diambil
karena jika tidak segera diambil akan terjadi penyumbatan
yang mengakibatkan terganggunya proses pembentukan
biogas.
· Pemanfaatan sisa limbah
Seluruh petani responden mengetahui manfaat dari sisa
limbah. Sisa bahan yang telah diambil gasnya masih
mempunyai kandungan N tinggi, oleh karena itu sisa hasil
pemrosesan biogas dapat digunakan untuk pupuk organik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
yang kaya nitrogen yang siap pakai dan tidak berbau. Hal ini
mempunyai nilai positif bagi lingkungan.
2) Ketrampilan
· Cara mengambil sisa limbah
Pengambilan sisa limbah biasanya langsung dialirkan
ke bak penampung, yang mengalirkam ke bak penampung
sebanyak 15 orang atau sebesar 36,70 persen sedangkan
sebanyak 27 orang atau sebesar 64,30 persen tidak dialirkan
ke bak penampung. Adanya perbedaan dalam pengambilan
sisa limbah disebabkan karena sisa limbah yang dialirkan di
bak penampung kebanyakan dari instalasi tipe kubah dan
fiberglass, tipe tersebut menghasilkan sisa limbah yang lebih
banyak dibandingkan dengan instalasi plastik sehingga pada
instalasi plastik sisa limbah yang dihasilkan hanya
ditampung di tempat akhir pembuangan.
· Cara mengolah sisa limbah
Seluruh petani responden mengetahui cara mengolah
sisa limbah. Sisa bahan hasil pemrosesan limbah masih
mempunyai kandungan air yang tinggi sehingga dapat
langsung digunakan sebagai pupuk atau dapat diolah terlebih
dahulu sehingga dapat dijadikan pupuk cair dan pupuk padat.
Sebanyak 16 orang atau sebesar 38,10 persen sisa hasil
pemrosesan limbah diolah kembali menjadi pupuk cair dan
padat yaitu dengan cara ditambahkan dengan starter seperti
EM4 dan stardex (untuk pupuk padat) sedangkan utuk pupuk
cair hanya perlu penyaringan dan penambahan rempah-
rempah alami. Sebanyak 26 orang atau sebesar 61,90 persen
mengatakan bahwa sisa hasil pemrrosesan dapat langsung
digunakan tanpa perlu diolah terlebih dahulu sehingga
menguntungkan bagi petani responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
· Penggunaan pupuk
Sebanyak 16 orang atau sebesar 38,10 persen
memanfaatkan pupuk yang telah diolah oleh petani
responden untuk dijual kembali agar mendapatkan tambahan
pemasukan. Adapula sebanyak 26 orang atau sebesar 61,90
persen menggunakan sendiri pupuk tersebut sehingga dapat
menghemat pengeluaran biaya dalam berusahatani.
Pada tahap pengambilan sisa limbah dalam apliksinya dilihat
dari segi pengetahuan menyatakan bahwa seluruh petani reponden
menegtahui hal-hal yang berkaitan mengenai biogas. Sedangkan
dilihat dari segi ketrampilan, mayoritas petani responden sudah
melakukan sesuai dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan.
2. Pemeliharaan instalasi biogas
Instalasi biogas perlu dilakukan pemeliharaan instalasi untuk
menjaga agar instalasi tidak cepat rusak dan tidak terjadi kebocoran.
Dalam pemeliharaan instalasi biogas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 5. Skema Pemeliharaan Instalasi Biogas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 5.7 Distribusi Jumlah responden Menurut Pemeliharaan Instalasi Indikator Proses
Pengetahuan Ketrampilan
Tahu (orang)
Tidak Tahu (orang)
Sesuai (orang)
Tidak Sesuai (orang)
a. Cara memelihara instalasi 42(100%)
0(0%)
- -
b. Cara mengetahui kebocoran 42(100%)
0(0%)
- -
c. Jika terjadi kebocoran
42(100%)
0(0%)
- -
d. Peletakkan pipa penyaluran gas · Di dalam tanah · Diluar
- -
- -
27(64,28%) 15(35,72%)
- -
e. Biaya yang dibutuhkan untuk memelihara instalasi
- - 42(100%)
0 (0%)
Sumber : Analisis Data Primer 2011
1) Pengetahuan
· Cara merawat instalasi
Pemeliharaan yang dilakukan oleh seluruh petani
responden yaitu dengan menjaga kebersihan selain itu dalam
pengisian bahan baku dilakukan setiap hari dan diusahakan
selalu ada bahan baku karena jika terjadi kekosongan akan
mempengaruhi proses pembentukan gas. Dilakukan pula
pengecekan pipa agar terdeteksi jika terjadi kebocoran.
· Cara mengetahui kebocoran
Kebocoran gas dapat diketahui dengan melihat pipa. Pipa
yang letaknya di dalam tanah jika terjadi kebocoran dapat
diketahui melalui perubahan warna tanah menjadi hitam
sedangkan jika letak pipa di luar dapat diketahui dengan
keluarnya bau yang tidak sedap. Perlakuan yang dilakukan untuk
mengatasi kebocoran yaitu dengan mengganti pipa yang rusak.
· Mengatasi kebocoran
Jika terjadi kebocoran, aktifitas pemrosesan langsung
diberhentikan. Biasanya akan tercium bau tidak sedap, itu
menandakan adanya kebocoran. Agar tidak semakin parah maka
pipa harus segera diganti. Apabila kebocoran terjadi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
instalasi maka harus mendapatkan penanganan yang lebih
intensif.
2) Ketrampilan
· Peletakkan pipa
Penyaluran gas dari instalasi ke setiap rumah tangga
digunakan pipa dan peletakkan disetiap rumah tangga berbeda-
beda, ada yang diletakkan di luar dan ada yang diletakkan
didalam tanah. Sebanyak 27 orang atau sebesar 64,28 persen
meletakkan pipa di dalam tanah dan sebanyak 15 orang atau
sebesar 35,72 persen meletakkan pipa di luar. Kebanyakan pipa
yang diletakkan di dalam tanah lebih awet dibandingkan dengan
pipa yang diletakkan di luar karena pipa yang diletakkan di luar
sering dirusak tikus sehingga terjadi kebocoran. Pipa saluran gas
yang digunakan diusahakan terbuat dari bahan polimer (seperti
pipa PVC). Sementara ukuran pipa yang digunakan berdiameter
0,5 inci.
· Biaya untuk pemeliharaan instalasi
Dalam perawatan tidak perlu mengeluarkan biaya yang
mahal karena perawatan dari instalasi biogas tidak begitu sulit
hanya saja perlu perawatan jika terjadi kebocoran pada pipa atau
terjadi kebocoran pada instalasi yang menggunakan reaktor yang
berasal dari plastik. Selain itu jika pemeliharaan dilakukan
secara rutin maka biaya operasionalpun tidak diperlukan.
Pemeliharaan instalasi dalam aplikasinya dari aspek
pengetahuan menyatakan bahwa seluruh petani responden
mengetahui cara memelihara instalasi, cara mengetahui kebocoran
dan cara mengatasi jika terjadi kebocoran. Sedangkan dari aspek
ketrampilan mayoritas petani responden sudah melakukan sesuai
dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3. Dampak Dari Teknologi Biogas
Terdapat empat komponen yang dibahas dalam dampak dari
teknologi biogas yaitu dampak ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.
Berikut adalah uraian mengenai dampak dari teknologi biogas terhadap
petani :
1. Dampak ekonomi
a. Penggunaan bahan bakar
Energi yang paling banyak digunakan untuk aktivtas manusia
adalah energi minyak bumi. Energi minyak bumi yang banyak
digunakan petani sehari-hari adalah kayu bakar, minyak tanah dan gas
elpigi.
Tabel 5.8. Distribusi Jumlah Responden Menurut Penggunaan Bahan Bakar Beralih ke Biogas
No. Bahan Bakar Jumlah Persentase (%) 1. Kayu bakar beralih ke biogas 13 30,95 2. 3.
Minyak tanah beralih ke biogas Gas elpiji beralih ke biogas
8 42
19,05 100,00
Sumber : Analisis Data Primer 2011
Peralihan dari penggunaan bakan bakar (kayu bakar dan
minyak tanah) menjadi ke biogas disebabkan karena biogas dapat
menggantikan kebutuhan bakan bakar. Tetapi tidak semua petani
responden beralih ke biogas, hal ini dikarenakan energi biogas yang
dihasilkan terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oleh
sebab itu gas elpiji masih tetap digunakan oleh petani responden.
b. Penghasil pupuk
Jumlah kotoran ternak yang dihasilkan sebelum dan sesudah
menggunakan biogas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 5.9. Distribusi Jumlah Kotoran Ternak Sebelum dan Sesudah Menggunakan Biogas
Kotoran Ternak Sebelum Biogas (kg)
Persentase (%)
Sesudah Biogas (kg)
Persentase (%)
· Kotoran yang dihasilkan 91.400 - 91.400 -
· Kotoran yang diproses 15.000 16,41 52.250 57,16
· Pupuk yang dihasilkan
- harga pupuk dalam rupiah
19.400
4.700.000
21,22
-
66.250
15.500.000
72,48
-
Sumber : Analisis Data Primer 2011
Jumlah kotoran ternak yang dihasilkan sebelum dan sesudah
adanya biogas tetap (tidak berubah) yang berubah adalah jumlah
kotoran setelah diproses menjadi pupuk. Kotoran ternak yang diproses
menjadi pupuk terjadi perubahan jumlah penggunaan dikarenakan
sebelum adanya biogas, kotoran ternak hanya digunakan sebagai
pupuk tanpa diproses sedangkan sesudah adanya biogas kotoran ternak
tersebut digunakan sebagai bahan baku untuk proses biogas.
Sedangkan untuk pupuk yang dihasilkan terjadi perbedaan jumlah
yang sangat besar antara sebelum dan sesudah menggunakan biogas.
Hal ini disebabkan karena kotoran ternak tersebut mengalami proses
biogas.
c. Penghematan
Penghematan adalah berkurangnya pengeluaran rumah tangga
oleh petani responden. Pengeluaran yang dimaksud yaitu dengan
adanya biogas petani responden mengalami penghematan pengeluaran
untuk membeli bahan bakar. Dengan adanya biogas juga memberikan
keuntungan bagi petani responden karena sisa hasil pemrosesan biogas
dapat digunakan menjadi pupuk yang dapat dijual sehingga petani
responden mendapatkan pemasukan.
2. Dampak sosial
Adanya biogas juga berpengaruh terhadap dampak sosial. Dampak
sosial dapat dilihat dari berbagai aspek apa saja yang dilakukan oleh
petani responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 5.10. Distribusi Jumlah Responden Menurut Dampak Sosial zDampak dari Teknologi Biogas Jumlah Responden (orang)
1. Timbul kecemburuan sosial
· Ya
· Tidak
42(100%)
0(0%)
2. Bersosialisasi dengan peternak lain
· Ya
· Tidak
12(28,60%)
30(71,40%)
Sumber : Analisis Data Primer 2011
Teknologi biogas walaupun digunakan sebagai energi alternatif
tetapi tidak semua masyarakat di Kabupaten Sukoharjo mendapatkannya.
Hal inilah yang menimbulkan kecemburuan sosial. Tidak meratanya
pembagian biogas disebabkan karena dana yang dibutuhkan untuk
membuat instalasi biogas cukup besar untuk biogas yang bertipe plastik
dibutuhkan dana Rp 500.000,00 sedangkan untuk yang bertipe fiberglass
dibutuhkan dana ± Rp 15.000.000,00 dan untuk yang bertipe kubah
dibutuhkan dana ± Rp 20.000.000,00. Disisi lain dana yang dimiliki
pemerintah terbatas sehingga pemerintah lebih mengutamakan petani yang
mengajukan proposal dan tentunya dengan syarat memiliki hewan ternak
dan lokasi penempatan yang sesuai.
Adanya biogas secara tidak langsung ada yang berpengaruh dan
ada yang tidak. Sebanyak 30 orang atau sebesar 71,40 persen mengatakan
bahwa dengan adanya biogas tidak berpengaruh terhadap sosialisasi
kepada petani lain karena skala biogas yang digunakan adalah individu
sehingga segala apapun yang berhubungan dengan biogas akan ditangani
sendiri, adapun sesama petani akan bertemu itupun intensitasnya sangatlah
kecil. Sebanyak 12 orang atau sebesar 28,60 persen mengatakan bahwa
dengan adanya biogas akan memudahkan untuk bersosialisasi dengan
petani lain karena skala biogas yang digunakan adalah skala kelompok
sehingga mereka akan sering bertemu dan membicarakan seputar ternak,
kotoran ternak dan energi yang dihasilkan dari biogas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
3. Dampak budaya
Masuknya inovasi baru dalam suatu daerah pastinya akan
berdampak pada budaya lokasi setempat. Budaya yang dimaksud adalah
pola pikir masyarakat yang dapat menerima secara langsung atau tidak
suatu teknologi baru. Masuknya teknologi baru tidak secara mudah
diterima oleh masyarakat setempat, hal ini disebabkan karena teknologi
tersebut akan bermanfaat atau tidak bagi masyarakat.
Tabel 5.11. Distribusi Jumlah Responden Menurut Dampak Budaya
Sumber : Analisis Data Primer 2011
Dampak budaya dapat diketahui melalui penerimaan biogas yang
tidak secara langsung diterima oleh semua petani responden. Sebanyak 28
orang atau sebesar 66,70 persen mengatakan bahwa petani responden
langsung menerima teknologi biogas karena petani ingin meniru dan
mempraktekkan biogas tersebut, mereka berpikir bahwa dengan adanya
biogas akan memberikan keuntungan secara ekonomi bagi mereka.
Keuntungan tersebut yaitu pengurangan anggaran untuk membeli bahan
bakar, adanya pemasukan dari penjualan pupuk yang berasal dari sisa
hasil pemrosesan biogas selain itu petani responden tidak perlu
mengeluarkan anggaran untuk membeli pupuk organik karena sisa hasil
pemrosesan biogas dapat digunakan sebagai pupuk yang siap pakai tanpa
diolah. Sedangkan sebanyak 14 orang atau sebesar 33,30 persen tidak
langsung menerima teknologi biogas karena petani masih memikirkan
keuntungan dan kerugian dari teknologi tersebut sehingga mereka tidak
mudah langsung menerima akan inovasi baru.
Dampak Dari Teknologi Biogas Jumlah Responden (orang)
1. Penerimaan teknologi biogas
· Langsung diterima
· Tidak langsung menerima
28(66,70%)
14(33,30%)
2. Masuknya biogas akan mengubah kebiasaan
· Ya
· Tidak
0(0%)
42(100%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Teknologi biogas merupakan sumber energi alternatif sebagai
pengganti BBM yang semakin melonjak harganya. Walapun teknologi
biogas telah digalakkan dan digunakan tetapi biogas tersebut tidak akan
mengubah kebiasaan karena tidak sepenuhnya pola pikir petani tidak
sepenuhnya bergantung pada biogas, mereka juga masih menggunakan
gas elpigi sebagai sumber energi untuk memasak. Hal ini disebabkan
biogas tidak dapat memenuhi semua kebutuhan petani.
4. Dampak lingkungan
Teknologi biogas secara tidak langsung berpengaruh terhadap
dampak lingkungan.
Tabel 5.12. Distribusi Jumlah Responden Menurut Dampak Lingkungan Dampak Dari Teknologi Biogas Jumlah Responden (orang)
1. Pengaruh biogas terhadap polusi udara
· Berpengaruh
· Tidak Berpengaruh
42(100%)
0(0%)
2. Pengaruh biogas terhadap kebersihan kandang
· Berpengaruh
· Tidak Berpengaruh
37(88,10%)
5(11,90%)
3. Pengaruh buiogas terhadap kesehatan
· Berpengaruh
· Tidak Berpengaruh
42(100%)
0(0%)
4. Pengaruh biogas terhadap perubahan lingkungan
· Berpengaruh
· Tidak Berpengaruh
42(100%)
0(0%)
Sumber : Analisis Data Primer 2011
Bahan baku biogas berasal dari kotoran ternak sehingga
kebanyakan petani memelihara ternak diantaranya sapi, kambing, bebek
dan ayam. Adanya biogas akan berpengaruh terhadap penataan kotoran
ternak, yang semula hanya ditumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap
setelah adanya biogas kotoran dari ternak dapat bermanfaat tanpa
menimbulkan bau tidak sedap lagi. Sehingga adanya biogas berdampak
terhadap polusi udara selain itu biogas juga berdampak pada kebersihan
kandang. Sebanyak 37 orang atau sebesar 88,10 persen mengatakan
bahwa biogas berpengaruh terhadap kebersihan kandang karena adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
kesadaran petani untuk membersihkan kandang sedangkan sebanyak 5
orang atau sebesar 11,90 persen mengatakan bahwa dengan adanya biogas
tidak berpengaruh terhadap kebersihan kandang karena tidak adanya
kerutinan antar anggota dalam membersihkan kandang. Disisi lain dengan
adanya biogas juga akan mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar
karena kebersihan akan terjaga dan bau tidak sedap yang diakibatkan dari
kotoran ternak juga akan berkurang.
Adanya biogas berpengaruh juga terhadap lingkungan karena
dengan masuknya biogas mengubah kebiasan petani yang buruk seperti
menumpuk kotoran ternak hingga menimbulkan polusi udara, kadang
ternak yang semula jarang dibersihkan sekarang menjadi rutin dibersihkan
karena petani selain membersihkan mereka juga sekaligus mengumpulkan
bahan baku kotoran ternak yang akan digunakan untuk biogas.
Adanya teknologi biogas telah berdampak pada seluruh aspek
yaitu aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Hampir semua dampak
yang dirasakan petani responden mengarah kepada dampak yang positif. Dari
beberapa aspek dampak yang paling terasa yaitu pada aspek ekonomi.
Teknologi biogas telah mengurangi pengeluaran untuk pembelian bahan
bakar selain itu adanya pemasukan yang diperoleh dari penjualan pupuk hasil
sisa limbah.
Berikut adalah keadaan atau kondisi lingkungan yang
menggunakan biogas dan yang tidak menggunakan biogas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar 6. Kondisi Kandang Ternak Yang Tidak Menggunakan Biogas
Gambar 7. Kondisi Kandang Ternak Yang Menggunakan Biogas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang mengkaji analisis
dampak adopsi inovasi program biogas terhadap petani di Kabupaten
Sukoharjo maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Adopsi inovasi biogas terhadap petani responden :
Pengadopsian inovasi biogas terdiri dari tahap pemrosesan dan
pemeliharaan instalasi biogas.
a. Tahap pemrosesan
1) Tahap penampungan, pengenceran dan pengadukan, pemasukan
bahan baku, dalam aplikasinya dilihat dari aspek pengetahuan
seluruh petani responden mengetahui akan hal-hal yang berkaitan
dengan biogas. Sedangkan dari aspek ketrampilan menunjukkan
bahwa pada tahap penampungan, pengenceran dan pengadukan,
pemasukan bahan baku yang dilakukan oleh mayoritas petani
responden sesuai dengan petunjuk teknis. Hal ini dapat diketahui
dari banyaknya petani responden yang melakukan aspek
ketrampilan sesuai dengan petunjuk teknis diantaranya kesesuaian
bahan yang ditampung untuk biogas tipe plastik sebanyak 19 orang
dan biogas tipe kubah dan fiberglass sebanyak 17 orang,
kesesuaian perbandingan air dan kotoran ternak sebanyak 36
orang.
2) Tahap pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas, dalam
aplikasinya dilihat dari aspek pengetahuan seluruh petani
responden mengetahui akan hal-hal yang berkaitan dengan biogas.
Sedangkan dari aspek ketrampilan menunjukkan bahwa pada tahap
pemrosesan, pengambilan dan pemanfaatan biogas yang dilakukan
oleh mayoritas petani responden sudah sesuai dengan petunjuk
teknis. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya petani responden
yang melakukan aspek ketrampilan sesuai dengan petunjuk teknis
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
diantaranya kesesuaiam pemasukan bahan baku sebanyak 27
orang, kesesuaian waktu yang dibutuhkan untuk membentuk gas
sebanyak 27 orang, kesesuaian pemanfaatan hasil gas sebanyak 42
orang, kesesuaian jangka waktu penggunaan biogas untuk biogas
tipe plastik sebanyak 13 orang dan biogas tipe kubah dan
fiberglass sebanyak 18 orang, kesesuaian kapasitas penggunaan
kompor untuk biogas tipe plastik sebanyak 15 orang dan biogas
tipe kubah dan fiberglass sebanyak18 orang.
3) Tahap pengambilan sisa limbah, dalam aplikasinya dilihat dari
aspek pengetahuan seluruh petani responden mengetahui akan hal-
hal yang berkaitan dengan biogas. Sedangkan dari aspek
ketrampilan menunjukkan mayoritas petani responden sesuai
dengan petunjuk teknis. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya
petani responden yang melakukan aspek ketrampilan sesuai
dengan petunjuk teknis diantaranya kesesuaian cara mengambil
sisa limbah, cara mengolah sisa limbah menjadi pupuk organik dan
pupuk cair, dan penggunaan pupuk.
b. Pemeliharaan instalasi biogas
Pemeliharaan instalasi dalam aplikasinya dilihat dari aspek
pengetahuan seluruh petani responden mengetahui akan hal-hal yang
berkaitan dengan biogas. Sedangkan dari aspek ketrampilan
menunjukkan bahwa seluruh petani responden sudah sesuai dengan
petunjuk teknis. Hal ini disebabkan karena petani responden
memperhatikan pada saat penyuluhan selain itu mereka juga saling
bertanya kepada pengguna biogas yang lain sehingga petani responden
dapat memelihara instalasi dengan baik..
2. Dampak adopsi inovasi biogas
Dampak dari adopsi inovasi biogas dapat dilihat dari beberapa
aspek, diantaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a. Dampak ekonomi
Adopsi inovasi biogas berpengaruh terhadap dampak ekonomi
oleh sebagian besar petani responden yang berupa pengurangan biaya
bahan bakar (kayu, minyak tanah dan gas elipiji), adanya pemasukan
dari penjualan hasil pupuk yang berasal dari sisa limbah biogas
sehingga berpengaruh terhadap penghematan petani responden dalai
anggaran rumah tangga.
b. Dampak sosial
Adopsi inovasi biogas berpengaruh terhadap dampak sosial
oleh sebagian besar petani responden yang berupa timbulnya
kecemburuan sosial serta pengaruh sosialisasi terhadap petani lain.
Timbulnya kecemburuan sosial diakibatkan karena tidak meratanya
pemberian bantuan pembuatan teknologi biogas. Hanya yang
mengajukan proposal ke intansi terkait (Badan Lingkungan Hidup)
yang mendapatkan bantuan. Selain itu adanya biogas juga tidak
berpengaruh dalam sosialisasi ke petani karena sebagian besar petani
responden memiliki biogas secara individu. Inilah menyebabkan
intensitas bertemu antar petani responden sangat jarang.
c. Dampak budaya
Adanya adopsi inovasi biogas berpengaruh pada dampak
budaya yang terjadi pada seluruh petani responden. Sebagian besar
(66,7%) petani responden langsung menerima teknologi biogas tetapi
tidak sepenuhnya pola pikir petani responden berubah untuk beralih
hanya menggunakan biogas. Hal ini disebabkan biogas belum bisa
memenuhi sepenuhnya dari kebutuhan petani responden sehingga
petani walaupun sudah menggunakan biogas tetapi masih tetap
menggunakan bahan bakar lain seperti kayu bakar, minyak tanah atau
gas elpiji hanya saja jumlahnya yang berkurang.
d. Dampak lingkungan
Adanya biogas tidak berpengaruh pada dampak lingkungan
yang terjadi pada seluruh petani responden. Hal ini disebabkan biogas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dapat mengatasi permasalahan pada lingkungan khususnya
permasalahan dari kotoran ternak.
B. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya petani responden harus lebih
mempelajari lebih lanjut mengenai biogas khususnya pada tahap
pengoperasian instalasi biogas karena pada tahap ini masih terdapat
beberapa petani responden yang pelaksanaan dilapang tidak sesuai dengan
petunjuk teknis. Agar petani responden dapat melaksanakan sesuai dengan
petunjuk teknis maka petani responden harus membaca buku mengenai
biogas selain itu mengadakan pertemuan antar petani dengan dengan
penyuluh yang menangani biogas.
2. Kurang adanya koordinasi antar pengguna biogas baik secara individu
maupun kelompok membuat permasalahan seputar biogas tidak dapat
terselesaikan sehingga setiap bulan harus mengadakan pertemuan agar
dapat saling memberikan masukan dan memberikan solusi dari masalah
yang berkaitan dengan biogas.