PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENGELOLA
SUMBER AIR BERSIH DI DESA RIMPIAN
KECAMATAN LUBUK BATU JAYA
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
MAHFUSH SYAHPUTRA SARAGIH
NIM: 13133017
Jurusan: Pengembangan Masyarakat Islam
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
M E D A N
2017
PEMBERDAYAAN MASYRAKAT DALAM MENGELOLA
SUMBER AIR BERSIH DI DESA RIMPIAN
KECAMATAN LUBUK BATU JAYA
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
MAHFUSH SYAHPUTRA SARAGIH
NIM: 13133017
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Muaz Tanjung, MA. Salamuddin, MA
Nip: 19661019 200501 1 003 Nip: 19740719 200701 1 014
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
M E D A N
2017
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mahfush Syahputra Saragih
NIM : 13133017
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Judul : “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Air Bersih Di
Desa Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabupaten Indragiri Hulu”
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya serahkan ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri kecuali kutipan-kutipan dari ringkasan-ringkasan
yang semuanya telah saya jelaskan sebelumnya. Apabila di kemudian hari terbukti
atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil ciplakan, maka gelar yang diberikan
Universitas batal saya terima.
Medan, 07 November 2017
Yang Membuat Pernyataan
Mahfush Syahputra Saragih
NIM. 13133017
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mengelola Sumber
Air Bersih Di Desa Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabupaten Indragiri Hulu,
An. Mahfush Syahputra Saragih Telah dimunaqasyahkan dalam sidang Munaqasyah pada
tanggal Senin, 20 November 2017, dan diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakutas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara
Medan.
Panitia Ujian Munaqasyah
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SU Medan
Ketua, Sekretaris,
Dr. H. Mu’az Tanjung, MA Salamuddin, MA
NIP. 19661019 200501 1 003 NIP. 19740719 200701 1 014
Anggota Penguji :
1. Dr. Efi Brata Madya, M.Si 1. . . . . . . . . . . . . . . . . .
NIP. 19621018 199303 01 002
2. Dr. Abdurahman, M.Pd 2. . . . . . . . . . . . . . . . . .
NIP. 19680103 199403 1 004
3. Dr. H. Mu’az Tanjung, MA 3. . . . . . . . . . . . . . . . . .
NIP. 19661019 200501 1 003
4. Salamuddin, MA 4. . . . . . . . . . . . . . . . . .
NIP. 19740719 200701 1 014
Mengetahui,
DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUMATERA UTARA
Dr. Soiman, MA
NIP. 19660507 199403 1 005
Nomor : Istimewa Medan, 07 November 2017
Lampiran : 5 ( Lima ) Exp Kepada Yth:
Hal : Skripsi Bapak Dekan Fakultas Dakwah
An. Mahfush Syahputra Saragih dan Komunikasi UIN SU
Di-
Medan
Assalamu‟alaikum Wr.Wb
Setelah membaca meneliti dan memberikan saran-saran dan masukan
seperlunya untuk memperbaiki dan kesempurnaan skripsi mahasiswa An. Mahfush
Syahputra Saragih yang berjudul: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan
Sumber Air Bersih Di Desa Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabupaten Indra Giri
Hulu, maka kami berpendapat bahwa skripsi ini sudah dapat diterima untuk
melengkapi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara Medan.
Mudah-mudahan dalam waktu dekat, saudara tersebut dapat dipanggil untuk
mempertanggungjawabkan skripsinya dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sumatera Utara Medan.
Demikianlah untuk dimaklumi dan atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
Wassalam
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Muaz Tanjung, MA. Salamuddin, MA
Nip: 19661019 200501 1 003 Nip: 19740719 200701 1 014
ABSTRAKSI
Nama : Mahfush Syahputra Saragih
NIM : 13 13 3 017
Fakultas : Dakwah Dan Komunikasi
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pengelolan Sumber air Bersih Di Desa
Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya
kabupaten Indra Giri Hulu
Pembimbing : 1. Dr. H. Muaz Tanjung, MA
2. Salamuddin, MA
Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolan Sumber air Bersih
Pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk memajukan kesejahteraan
masyarakat apalagi sekarang dunia semakin modren agar masyarakat bisa ikut
meningkati kehidupan yang layak sebagaimana bisa mendapat sumber air bersih yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan penelitian untuk
mendeskripsikan bagaimana kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sumber air
bersih yang sudah ada di berikan unit pelaksanaan melalui pendamping atau
penggerak masyarakat Desa Rimpian serta mendeskripsikan faktor-faktor penyebab
rendahnya perhatian masyarakat di Desa Rimpian dalam menjaga sumber daya air
bersih yang sudah dibangun. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian terdiri dari sumber primer
adalah masyarakat yang menggunakan sumbr air bersih dan sumber sekunder adalah
dokumen-dokumen dan buku yang berkaitan. Teknik pengumpulan data adalah
observasi yang langsung turun ke Desa Rimpian, wawancara kepada kepala desa
sebagai informan, kepala desa: Roni Suherman, sekertaris desa: Nahsyah, pengurus
pengelola sumber air bersih: Hemi Nurul Afifah, penjaga atau pengaman sumber air
bersih: Rizal Ma‟na, masyarak: Muhammad Irvan dan Ansor Rasyidin. Selain dari
faktor yang kurang perhatiannya masyarakat ada juga seamakin kurang aktifnya dari
tim penggerak untuk sering melakukan kegiatan gotong royong untuk membersihkan
pengelolaan sumber air bersih. Hasil penelitian untuk mengetahui bagaiman
kesadaran masyarakat dengan pengelolaan air bersih dan faktor kurangnya perhatian
masyarakat terhadap kepedulian terhadap pengelolaan sumber air yang menjadi
sumber kehidupan masyarakat dalam sehari-hari dan meningkat sikap kebersamaan
masyarakat yaitu gotong royong yang sudah menjadi aikon yang sebagian besar
masyarakat desa di indonesia masih melakukannya.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat,
karunia dan pertolongannya jugalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan seksama. Serta tidak pula shalawat dan salam penulis sampaikan kepada
junjungan besar kita Nabi Muhammad saw, karena berkat perjuangan beliau dahulu
sehingga saat ini kita dapat merasakan manisnya iman dalam Islam sebagai agama
yang kita anut.
Skripsi yang berjudul “Pemberdayaaan Masyarakat Dalam Mengelola
Sumber Daya Air Bersih Di Desa Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya
Kabupaten Indra Giri Hulu” yang dalam penulisan skripsi ini banyak ditemui
berbagai hambatan dan rintangan. Namun dengan kesungguhan yang dimiliki penulis
serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Atas bantuan yang telah diberikan, maka penulis mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Teristimewanya kepada ayahanda dan ibunda yang selalu memberikan moril
maupun materil dan selalu mendoakan penulis agar penulis dapat mudah
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Soiman, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN-SU beserta para wakil dekan dan staf-stafnya.
3. Bapak Dr. H, Muaz Tanjung, MA selaku ketua jurusan PMI dan Bapak
Salamuddin, MA selaku seketaris jurusan PMI beserta stafnya.
4. Bapak Dr. H. Muaz Tanjung, MA dan Bapak Salamuddin, MA selaku
pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu dalam
mengarahkan, memotivasi serta memberi kontribusi berupa nasihat dan arahan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis
mengikuti perkuliahan akademik serta pegawai tata usaha yang telah banyak
membantu mahasiswa dalam proses kelancaran kegiatan akademik Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN-SU Medan.
6. Bapak kepala Desa Rimpian beserta staf-stafnya yang telah memberikan izin
kepada saya untuk mengadakan penelitian dan memberikan data-data kepada
saya untuk melengkapi penulisan skripsi ini.
7. Rekan-rekan, sahabat, teman angkatan 2013 PMI penulis yang berada di
lingkungan kampus maupun diluar kampus yang telah memberikan bantuan
spirit moril dan materil kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap dengan hadirnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua pada umumnya dan kepada pembaca skripsi ini khususnya sebagai bahan
wawasan dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan karya ilmiah, Amin Ya
Rabbal ‘Alamin.
Medan 10 Oktober 2017
Penulis
Mahfush Syahputra Saragih
NIM: 13133017
DAFTAR ISI
LEMBAR ISTIMEWA
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI....... ................................................................................................... ..iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
C. Batasan lstilah .............................................................................................. 10
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................................... 12
E. Sistematika Pembahasan .............................................................................. 13
F. Kajian Terdahulu .......................................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORITIS .......................................................................... 16
A. Kerangka Teori............................................................................................. 16
B. Kerangka Konsep ......................................................................................... 17
1. Pengertian Pemberdayaan ........................................................................ 17
2. Strategi Pemberdayaan ............................................................................. 23
3.Masyarakat ................................................................................................ 29
4. Mengelola Sumber Air Bersih .................................................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 42
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 42
B. Lokasi Penelitian .......................................................................................... 42
C. Sumber Data ................................................................................................. 43
1. Data Primer .............................................................................................. 43
2. Data Skunder ............................................................................................ 43
D. Informan Penelitian ...................................................................................... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 45
1. Metode Pengamatan (Observasi)............................................................. 45
2. Metode Wawancara (Interview) ............................................................... 45
3. Metode Dokumentasi ............................................................................... 45
F.Teknik Analisa Data Dan Keabsahan Data.................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................. 48
A. Profil Desa Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabputen Indra Giri
Hulu ................................................................................................................ 48
B.Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Kesadaran
Masyarakat Dalam Mengelola Air Bersih .................................................. 49
C.Faktor-faktor penghambat dan kendala masyarakat dalam mengelola
sumber air bersih ......................................................................................... 55
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 59
A. Kesimpulan .................................................................................................. 59
B. Saran ............................................................................................................. 61
DAFTAR BACAAN .............................................................................................. 62
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan makhluk
hidup di alam ini. Selain itu, air juga merupakan barang milik umum, sehingga air
dapat mengalami persoalan besar, yang menurut Hardin disebut sebagai tragedi
barang milik bersama. Menurutnya, barang milik bersama berada pada kondisi buruk
karena tidak adanya kepemilikan, sehingga hampir semua orang menjadi penumpang
gratis‟ yang merasa memiliki dan boleh menggunakan sumberdaya tersebut,
akibatnya semua orang menjadi penyebab rusaknya sumberdaya tersebut.1
Sumber air tidak hanya dibutuhkan oleh manusia, tetapi juga oleh hewan dan
tanaman. Secara lebih detail, manusia membutuhkan air antara lain untuk kebutuhan
domestik, irigasi, peternakan, industri, pertambangan, perikanan, energi, transportasi,
dan pariwisata. Lingkungan dan ekosistem dalam suatu daerah aliran sungai juga
membutuhkan air untuk memelihara keseimbangannya.
Ketika lingkungan dan ekosistem terjaga keseimbangannya, maka manusia
juga yang akan mendapat keuntungan. Selain itu, manusia juga harus
mempertimbangkan bahwa aktivitas di hulu daerah aliran sungai akan mempengaruhi
kondisi di hilir, dan pengelolaan lahan/tanah akan memberikan pengaruh terhadap
sumberdaya air. Adanya saling keterkaitan antara pengguna sumberdaya air, makin
1Kodoatie, Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Era Otonomi Daerah, (Jogjakarta : Pustaka
Pelajar, 2002), hlm. 98.
meningkatnya jumlah penduduk, keterbatasan sumber air, keterkaitan antara
pengelolaan lahan dan air, serta makin meningkatnya kompetisi penggunaan air inilah
yang mendasari konsep pengelolaan sumber daya air terpadu.
Indonesia merupakan negara yang berkembang yang hingga pada saat ini
pemerintah terus berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Seperti halnya
pemberdayaan masyarakat yang meruapakan salah satu upaya dari pemerintah untuk
meningkatkan kualitas kesejahteraan agar masyarakat merasakan semua itu dan bisa
memanfaatkan sumber daya alam yang di ada di sekeliling masyarakat tersebut.
Menjadi negara yang berkembang pemerintah di setiap kabupaten atau kota
dan di kalang desa pemberdayaan itu banyak dilakukan oleh pemerintah dan
pemberdayaan dari segi pendidikan, kesehatan, keterampilan dan kesejahteraan
sosial. Dan semua pemberdayaan tidak hanya satu terpusat saja tetapi juga tentang
permasalaha sumber air bersih yang menjadi pekerjaan yang begitu juga berat, dalam
pemberdayaan ini mencakup dalam kehidupan yang sehat, kesajahteraan masyarakat.
Sistem penyediaan air bersih pada dasarnya merupakan komponen suatu
daerah dan bentuk pelayanan publik yang penyediaannya seharusnya dilaksanakan
oleh pemerintah untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan sumber mata air
yang jauh dari pemukiman dan sumber air yang yang tidak stabil untuk kebutuhan
sehari-hari masyarakat.2
penyediaan air bersih merupakan syarat mendasar bagi suatu daerah untuk
kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang berguna bagi kehidupan manusia
2Soetomo. Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 354.
dimana air merupakan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan penyediaan air bersih
merupakan kebutuhan mutlak setiap individu yang harus dipenuhi untuk usaha yang
secara langsung dapat mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat secara
keseluruhan
Berbicara tentang air bersih erat kaitannya dengan kehidupan manusia, hal ini
bisa kita lihat dari negara tercinta kita yaitu negara indonesia yang penuh dengan
kekayaan alam seperti hutan alam, tanah yang subur dan begitu banyak pantai dan
laut yang sanga indah dan begitu juga jernih di berbagai kabupaten atau kota yang
ada di indonesia.
Tetapi tidak semua masyarakat indonesia merasakan kekayaan yang ada di di
indonesia seperti halnya masyarakat yang tinggal di daerah yang begitu panah dan
sulit mendapatkan sumber air bersih, sehingga masyarakat harus jauh menempuh
begitu jauh mencari sumber air bersih di kaki gunung seperti di kabupaten jawa
timur, kabupaten nusa tenggara timur, kabupaten kalimantan tengah dan kabupaten
atau kota dan desa yang ada di indonesia dan bisa menjadi salah satu contohnya ibu
kota Indonesia yaitu Jakarta.
Jakarta yang begitu padat dengan penduduk sehingga sulit dengan
mendapatkan air bersih dan pencermaran air yang tidak terkendali dan lihat kota-kota
lain yang ada di indonesia terutama di daerah terpencil yang masih banyak
membutuhkan sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, begitu sulitnya
mendapatkan sumber mata air hingga menumpuh waktu yang cukup lama untuk
mendapatkan sumber air bersih.3
Selain dari jakarta ada juga salah satu di provinsi riau kabupaten indra giri
hulu yang menjadikan saya sebagai peneliti tertarik dengan meniliti di kabupaten
indragiri hulu ini, dimana kabupaten ini terkenal dengan sumber penambangan
sumber minyak yang ada di salah satu provinsi riau, akan tetapi menjadi salah satu
kelamahan dari kabuapten ini adalah sumber air yang berwarna merah dan berminyak
membuat masyarakt tersebut sulit mendapat sumber air yang bersih.
Kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk sehingga perlu dilakukan penelaah secara seksama
terhadap masalah pemanfaatan air agar pengaturan air lebih efektif dan efisien.
Karena itu pengelolaan air yang mengarah kepada optimasi pemakaian air.
Air bersih sudah menjadi kebutuhan sumber kehidupan untuk seluruh manusia
untut kebutuhan sehari-hari. Dan di terangkan dalam Al-Qur‟an surat Al Anbiya‟ ayat
30 yang berbunyi:
Artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
3Ibid., hlm. 122.
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Qs Al Anbiya:30)4
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa kalau kita ingin hidup yang lebih
sempurna dan lebih sehat hendaknya kita mengkomsumsi air dalam jumlah yang
cukup, baik untuk diminum, atau untuk membersihkan diri dan lingkungan, maupun
untuk bersuci.
Pengelolaan sumber daya air yang tepat sangat penting untuk mengakomodasi
krisisnya sumberdaya air, mewujudkan konservasi air, dan pendayagunaan
sumberdaya air yang berkelanjutan. Agar tujuan pengelolaan sumberdaya air
terwujud, maka diperlukan peran serta dan kontribusi dari semua pemangku
kepentingan (stakeholder) yang terdiri dari pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Masyarakat menjadi salah satu pemegang kunci keberhasilan pelestarian air.
Lebih lanjut dikatakan olehnya bahwa krisis air bersumber pada sistem produksi,
distribusi, dan konsumsi. Maka upaya pelestarian air dapat dilakukan melalui
pengelolaan sumberdaya air yang mampu diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini karakteristik sosial budaya masyarakat, termasuk peran
sertanya dalam menjaga ketersediaan sumberdaya air merupakan faktor penting yang
tidak dapat dipisahkan dari suatu ekosistem5.
4Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Edisi Yang Disempurnakan, (Jakarta:
Lentera Abadi. 2010), hlm. 513. 5www.airbersih.org, diakses pada 2017 20:00 Mei
Berdasarkan dalam undang-undang republik indonesia Nomor 7 Tahun 2014
merupakan salah satu undang-undang yang dibuat untuk mengatur sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan sesuai dengan rujukan undang-undang dasar
1945 pasal 34, undang-undang ini menyatakan bahwa sumber daya air menyangkut
kehidupan yang layak dan sebagai kemakmuran rakyat secara adil. 6
Di kabupaten Indragiri Hulu ini sebagai tempat yang di sekelilingnnya dengan
tumbuhan perkebunan sawit dan pendapatan sumber minyak di Indonesia. Akan
tetapi dengan begitu banyaknya perkebunan sawit ini masyarakat resah dengan
susahnya mencari air bersih untuk kebutuhan sehari-hari yang begitu sulit mencari
sumber mata air bersih.
Pada tahun 2003 Desa Rimpian mempunyai sumber mata air yang bersih
terletak didusun tiga Rimpian yang menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat, akan
tetapi pada akhir tahun 2006 adanya perusahan PTP Nusantara V penanaman kembali
yang pertama tanaman kebun karet menjadi tanaman kelapa sawit yang kita ketahui
kepala sawit adalah tanaman yang sangat banyak menyerap sumber air dan warga
juga ikut serta dalam penanaman tanaman kelapat sawit penanaman yang dilakukan
masyarakat ini karena begitu besar keuntungan yang sangat besar dari setiap bulan.
Banyaknya tanaman kelapa sawit yang ada di Desa Rimpian menjadi salah
satu keresahan masyarakat dimana sumber aiar yang berwarna merah dan ditambah
sumber air yang berminyak membuat masyarakat akan sulit mendapatkan sumber air
6Republik Indonesia,”Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Sumber Daya Air”
dalam S.F. Marbun, Pengelolaan Sumber Daya Air (yogyakarta: liberty, 2014), hlm. 145
bersih dan penaman tanaman kelapa sawit ini membuat semakin habis sumber mata
air yang ada di Desa Rimpian yang semakin hari sumber air tidak mengalir seperti
biasanya. Pada awal tahun 2007 adanya program dari desa yaitu PNPM mandiri yaitu
pelaksanaan sumber daya air bersih dan dilaksanakan oleh dinas pekerja umum untuk
mencari sumber mata air dan penggalian pipa ke rumah masyarakat.
Berdasarakan data dari Desa Rimpian yang terdiri dari 4 dusun mempunyai
jumlah penduduk 2.875 pada awal tahun 2008 yang begitu cepat pembangunan
sumber mata air dan pada tahap awal pengaliran semua masyarakat merasakan
sumber air bersih yang mengalir melalui pipa ke rumah masyarakat. Setelah
pembangunan selesai sistem pengelolaannnya diserahkan oleh kepada masyarakat
Desa Rimpian melalui 3 orang pengerak atau pendamping yang dihimbau agar bisa
menjaga dan mengelola dengan sebaik-baiknya.
Adanya pengaliran air bersih ini masyarakat Desa Rimpian sangat antusias
sekali dan memberikan respon yang sangat positif karena adanya sumber air bersih
ini masyarakat tidak susah lagi mencari sumber air dan tidak mencari air hingga jauh
ke hutan yang jauh dari pemukiman masyarakat dan membahayakan bagi masyarakat
desa Rimpian dan menjadikan kehidupan masyarakat Rimpian menjadi lebih mudah.
Air bersih yang ada di Desa Rimpian ini adalah pembangunan yang penting
bagi masyarakat tersebut, namun seiringnya berjalannya kegiatan pelaksanaan air
bersih ini banyak dalam pengelolaan yang masih rendah, sehingga membuat
pengelolaan berjalan lebih lambat, karena kurangnya kapasitas dan sumber daya alam
dalam pengelolaan prasarana masih cukup rendah untuk mendukung kebeberlanjutan
prasarana dan sarana kebutuhan air bersih yang di bangun.
Perubahan lingkungan menuntut masyarakat yang hidup di dalamnya untuk
beradaptasi dengan perubahan tersebut. Tingkat adaptasi tersebut sangat dipengaruhi
oleh waktu, intensitas perubahan, dan daya juang masyarakat dalam menyikapi
perubahan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh proses alami maupun non alami.
Bentuk penyesuaian diri masyarakat dalam menyikapi perubahan lingkungan
terwujud dalam budaya yang khas. Pada umumnya kebudayaan bersifat adaptif
dengan kebudayaan manusia, dapat menyesuaikan terhadap kebutuhan fisiologis,
lingkungan fisik-geografi, dan lingkungan sosial. Salah satu budaya yang tumbuh di
dalam masyarakat adalah kearifan lokal ini terbentuk secara tidak sadar oleh
masyarakat dengan melakukan pengelolaan lingkungan dan konservasi yang pada
mulanya hanya bertujuan untuk mempertahankan hidupnya
Di sisi lain terungkap dari kegiatan sosial seperti gotong royong yang dulunya
sering dilakukan masyrakat Desa Rimpian dalam satu bulan dua kali perbaikan dari
setiap pengaliran pada pipa yang rusak. Tentunya kasus ini menjadi perlu di respon
secara bijak dengan menempatkan masyarakat menjadi bagian yang tak terpisahkan
dalam mewujudkan keberlanjutan pengelolaan sumber daya air sehingga masyarakat
mengembangkan pengelolaan sumber daya air bersih yang ada di Desa Rimpian
Kecamatan Lubuk Batu Jaya.
Fenomena dan realita ini yang terjadi yang ada di Desa Rimpian yang begitu
sulit mencari sumber air bersih hingga mencari kehutan atau rawa-rawa dikarenakan
adanya penanaman perkebunan kelapa sawit oleh PTPN V dan tumbuhan kelapa
sawit ini adalah suatu tumbuhan yang sangat banyak menyerapa air ini lah yang
membuat sumber mata air yang ada di desa tersebut menjadi kekeringan dan sulit
mencari sumber mata air.
Air adalah sumber yang terbatas, dan pada saat yang sama kebutuhan air
semakin meningkat sedangkan sumber air banyak yang telah tercemar. Dalam Islam,
akses terhadap sumber air adalah hak setiap umat. Meskipun demikian, sumber air
tetap dibedakan antara sumber air milik pribadi dan milik umum. Sumber air milik
pribadi dapat berupa sumur pribadi atau penampung air yang terletak di dalam lahan
milik pribadi. Sedangkan sumber air milik umum misalnya adalah sungai, danau,
mata air, dan lain-lainnya.
Dalam dunia modern ini, baik sumber air milik pribadi maupun milik umum
membutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan, antara lain untuk biaya energi
(misalnya jika menggunakan pompa listrik), biaya distribusi, biaya pemeliharaan
sumber air dan penampung air, biaya pengolahan air, dll. Oleh karena itu wajar jika
air dipertimbangkan sebagai benda ekonomi dan bisa dipahami jika dikenakan tarif
yang masuk akal dan adil terhadap penggunaan air, namun pertimbangan khusus
perlu diberikan kepada kaum miskin yang tidak mampu membayar atau
membutuhkan subsidi.
Agar pembangunan yang bertujuan berbasis masyarakat ini bisa terus menjadi
pembangunan berkelanjutan tentunya memerlukan pemberdayaan kepada masyarakat
untuk ikut serta dalam mengelola pasilitas yang telah di berikan supaya tidak hanya
menjadi pembangunan yang mubazir dan terbengkalai. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang permasalahan di Desa Rimpian Kecamtan
Lubuk Batu Jaya Kabupaten Indragiri Hulu dalam mengelola sumber daya air bersih
yang dilaksanakan oleh pendamping atau penggerak masyarakat. Maka penulis
meneliti yang berjudul “ Pemberdayaaan Masyarakat Dalam Mengelola Sumber
Daya Air Bersih Di Desa Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabupaten
Indragiri Hulu ”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pemberdayaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam mengelola sumber daya air bersih?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat masyarakat dalam
mengelola sumber daya air bersih?
C. Batasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan terjadi kesalahpahaman akan judul skripsi
ini, maka penulis memberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Pemberdayaan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pemberdayaan yang berasal dari
suku kata daya yang berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu atau tindakan
(untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan
sebagai berikut).7
Pemberdayaan menurut Ginanjar Kartasasmait pemberdayaan yaitu suatu upaya
untuk membangun daya dengan cara mendorong,memotivasi, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang akan dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan
dengan memperkuat potensi yang dimiliki oleh masyarakat.
Dalam pemberdayaan yang dimaksud penulis dalam skripsi ini adalahpemberdayaan
agar masyarakat bisa mengetahui pemanfaatan sumber daya yang ada di desa
tersebut sehingga mereka tidak hanya berdiam di rumah dan masyarakat bisa
merawatnya dengan baik dengan adanya pemberdayaan ini.
2. Masyarakat
Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki
prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterkaitan untuk mencapai tujuan
bersama. Masyarakat juga dikatakan adalah sekelompok orang yang menempati suatu
wilayah secara langsung atau tidak langsung saling berhubungan untuk memenuhi
kebutuhannya yang terkait oleh sistem sosial melalui peranan solidaritas dengan dilatar
belakangi oleh adanya persamaan sejarah, politik dan kebudayaan.
3. Mengelola sumber daya air bersih
7Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm.
121.
Mengelola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengendalikan,
menyelenggarakan, mengurus, menjalankan dari setiap yang telah dilakukan atau
menjalankan yang sudah berjalan dan bergerak. Dalam mengelola yang dilakukan
agar pemanfaatan dan pengendalian atas semua sumber daya yang di perlukan untuk
mencapai ataupun menyelesaikan tujuan yang lebih baik.
Mengelola sumber daya air bersih ini agar masyarakat dapat mengelola
dengan sebaik-baiknya agar sumber daya air bersih ini dapat berjalan lama sehingga
masyarakat lain yanga ada sekitar Desa Rimpian dapat juga menikmatinya.
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik,
bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air bersih, air yang bebas dari
kuman-kuman penyebab penyakit dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari. Air merupakan
bagian dari ekosistem sehingga, semakin rusak lingkungan maka semakin tinggi daya
rusaknya Permasalahan air mencakup mengenai kuantitas pada musim hujan dan
kemarau serta kualitas dan distribusi.
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat untuk meningkat
kesadaran masyarakat dalam mengelola sumber daya air bersih.
b. Mengetahui faktor penghambat masyarakat dalam mengelola sumber
daya air bersih.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan pemberdayakan masyarakat yang
sejahterah sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar saijana sosial
Islam di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN-SU Medan dan
bermanfaat bagi peneliti berikutnya untuk meneliti permasalahan yang
sama di Desa Rimpian dengan masalah yang berbeda.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk semua
yang ada di Desa Rimpian dan terutama bagi masyarakat dan sebagai
penunjang lebih giat dalam mengambil kebijakan untuk perangkat Desa
Rimpian.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk menentukan pembahasan, maka skripsi ini akan disusun secara sistematis
mulai dari pendahuluan sampai kepada penutup dan kesimpulan yang terdiri dari bab
dan subbab yang saling berkaitan.
Bab pertama, merupakan bahagian yang terdiri dari pendahuluan. Pada pendahuluan
akan dipaparkan latar belakang masalah yang menggambarkan sekilas tentang
keadaan desa rimpian selama berdirinya pembangunan sumber air bersih. Setelah
latar belakang masalah selanjutnya dijelaskan rumusan masalah, batasan istilah,
tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab kedua, dibahas akan dilanjutkan tentang landasan teori yang dipergunakan.
Dalam bab ini akan diuraikan secara teoritis mengenai pengertian pemberdayaan,
masyarkat dan mengelola sumber air bersih dan kajian terdahulu.
Bab ketiga, membahas tentang metodologi penelitian, yang meliputi bentuk
penelitian, lokasi penelitian,informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data.
Bab keempat, akan dipaparkan berupa temuan hasil penelitian yang dilaksanakan.
Hasil penelitian yang ada di dalam rumusan masalah dalam memberdayakan
masyarakat tentang pentingnya air bersih dalam kehidupan yang sehat, mengetahui
apa saja kendala dan pengehambat masayarakat dalam pengelolaan air bersih dan
respon partisipasi masyarakat dalam memberdayakan pengelolaan sumber air bersih
yang sangat penting bagaimana kehidupan yang sehat dan masyarakat maju dan
sejahtera.
Bab kelima merupakan bab penutup, yang berisi kesimpulan dan saran yang meliputi
beberapa kesimpulan penelitian dan hasil penelitian serta saran mengenai
pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sumber daya air bersih di Desa Rimpian
Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabupaten Indragiri Hulu.
F. Kajian Terdahulu
Berdasarkan peneliti yang lakukan maka ada beberapa kajian terdahulu yang
telah diteliti oleh beberapa orang yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Beata
Ratnawati dari Universitas Islam Riau adalah Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengelolaan Lingkungan Melalui Program Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) Kabupaten Rokan Hulu, Studi Kasus Desa
Sodong Kec. Pasir Penyu, dan Desa Mojotengah Kec. Reban. Dan masalah yang
ditekankan disini adalah perbandingan partisipasi antara dua desa, yaitu Desa Sodong
dan Desa Mojotengah dan bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat di Kabupaten Rokan Hulu, Penelitian yang dilakukan oleh Emli
Sumiyarsono dari Universitas Islam Negeri Syarif Kasim pembinaan masyarakat
dalam PAMSIMAS berbasis masyarakat, dimana penellitian ini berfokum pembinaan
masyarakat dalam PAMSIMAS.
Dari kedua penelitian diatas penelitian Beata Ratnawati lebih fokus dalam
bagaimana partisipasi masyarakat terhadap pengelola lingkungan melalui
PAMSIMAS dan yang mengelola program adalah masyarakat semuanya sedangkan
penulis lebih fokus pada bagaimana keikutsertaan masyarakat dalam program
penyedian air bersih baik partisipasi dalam pelaksanaan perencanaan dan
pemanfaatan, dan penelitian Emli Sumiyarsono lebih fokus pada pengetahuan
masyarakat tentang pengelolaan sanitasi berbasis masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teori
Dalam kerangka teori ini, peneliti menggunakan teori
konstruktivisme (Constructivist) dikemukaan oleh Glasersfeld menyatakan
konstruktivisme sebagai “teori pengetahuan dengan akar dalam “ filosofi,
psikologi,dan cybernetics yang membentuk konsepsi pengetahuan sebagai sesuatu
hal yang dengan aktif menerima yang apapun melalui pikiran sehat atau
melalui komunikasi. Hal itu secara aktif terutama dengan membangun
pengetahuan dan membiarkan sesuatu untuk mengorganisir pengalaman yang ada
bukan untuk menemukan suatu yang tujuan langsung kenyataan konstruktivisme pada
dasarnya adalah suatu pandangan yang didasarkan pada aktivitas individu dengan
menciptakan pengetahuan yang luas dan kepada individu lainnya.
Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang
lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai
penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai
penting.8 Pada proses pemberdayaan masyarakat pendekatan teori belajar secara
konstructivisme perlu ditanamkan dan diupayakan agar masyarakat mampu
menkonstruksi pemahaman untuk berubah.
8Surpadan Dadang, Pengatar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009), hlm. 153.
Pemberdayaan masyarakat hendaknya tetap mempertahankan nilai-nilai yang
sudah melekat di masyarakat selam nilai tersebut baik dan benar. Nilai-nilai
kebersamaan, keikhlasan, gotong-royong, kejujuran, kerja keras harus dibangun dan
dikonstruksikan sendiri oleh masyarakat untuk menciptakan perubahan agar lebih
berdaya. Keterkaitan dengan konsep pemberdayaan maka aspek ilmu (knowledge)
yang ada di dalam masyarakat perlu dibangun dengan kuat dan di kontruksikan di
dalam masyarakat.9
B. Kerangka konsep
1. Pengertian Pemberdayaan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pemberdayaan yang berasal dari
suku kata daya yang berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu atau tindakan
(untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan
sebagai berikut).10
pemberdayaan dijelaskan sebagai usaha (syarat) suatu cara,
proses memperdayakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah untuk memajuakan
apa yang diingin kan oleh masyarakat.
Secara konseptual pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata power
yang artinya keberdayaan atau kekuasaan. Paradigma pemberdayaan adalah
9Lukman Hakim Dkk, Sosiologi, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 1999), hlm. 10.
10Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm.
121.
paradigma pembangunan manusia, yaitu pembangunan yang berpusat pada rakyat
merupakan pembangunan yang mendorong prakarsa masyarakat berakar dari bawah.
Dalam penelitian ini penulis akan meneliti bagaimana proses pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air bersih di Desa
Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabupaten Indra Giri Hulu, agar menjadi
sumber air bersih menjadi yang lebih baik dan terawat.
Istilah pemberdayaan semakin popular dalam konteks pembangunan dan
pengentasan kemiskinan. Konsep pemberdayaan ini berkembang dari realitas individu
atau masyarakat yang tidak berdaya atau pihak yang lemah (powerless).
Ketidakberdayaan atau memiliki kelemahan dalam aspek: pengetahuan, pengalaman,
sikap, keterampilan, modal usaha, networking, semangat, kerja keras, ketekunan dan
aspek, lainnya. Konsep pemberdayaan masyarakat jika ditelaah sebenarnya berangkat
dari pandangan yang menempatkan manusia sebagai subjek dari dunianya sendiri.
Pola dasar gerakan pemberdayaan ini mengamanatkan kepada perlunya power dan
menekankan keberpihakan kepada kelompok yang berdaya.11
Pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan daya/kekuasaan
(power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan mengurangi kekuasaan
(disempowered) kepada pihak yang terlalu berkuasa (powerfull) sehingga terjadi
keseimbangan.12
Begitu pula menurut Rappaport yang di kutip oleh Anwas,
11
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik, (Jakarta: Pernada Media Group,
2013), hlm. 72.
12Anwas, Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global, hlm. 49.
pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas,
diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya.13
Menurut Siti Amanah istilah pemberdayaan terdengar, bergaung dan
digunakan dimana-mana, bahkan untuk tetap hidup seringkali dilekatkan kata
pemberdayaan, sehingga dikenal “pemberdayaan lahan tidur”. Pemberdayaan, akar
katanya berasal dari daya atau power. Pemikiran modern tentang power pertama kali
muncul dalam tulisan Nicollo Machiavelli dalam The Prince, di awal abad ke-6, dan
Thomas Hobbes dalam Leviathan pada pertengahan abad ke-17. Representasi adanya
power tampak pada posisi, pengambilan keputusan, dan pengaruh. Dengan power
yang dimiliki, seseorang atau sekelompok orang diharapkan dapat mendayagunakan
kekuatan yang dimiliki untuk mengakses informasi, teknologi, modal,
mengembangkan keterampilan dalam menemukan solusi atas masalah kehidupan.
Dengan demikian, pemberdayaan berkaitan dengan upaya perubahan dalam
setruktur sosial masyarakat, karena ada proses sharing power, peningkatan
kemampuan dan penetapan kewenangan.14
Pemberdayaan ini memiliki tujuan dua
arah, yaitu melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan dan memperkuat
posisi lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan. Pemberdayaan adalah sebuah
proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan
13
Ibid., hlm. 43.
14Siti Amanah, Pemberdayaan Sosial Petani-Nelayan, Keunikan Agroekosistem, dan daya
saing, (Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2014), hlm. 1-2.
untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang
ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial
seperti memiliki kepecayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai
mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan tidak sekedar memberikan
kewenangan atau kekuasaan kepada pihak yang lemah saja.
Dalam pemberdayaan terkandung makna proses pendidikan dalam
meningkatkan kualitas individu, kelompok atau masyarakat sehingga mampu
berdaya, memiliki daya saing, serta mampu hidup mandiri. Menurut Parsons yang di
kutip dari buku Anwas, pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.15
Selanjutnya
menurut Ife dari buku yang sama, pemberdayaan adalah menyiapkan kepada
masyarakat berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk
meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka,
15
Anwas, Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global, hlm. 49.
serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu
sendiri. 16
Pemberdayaan juga menekankan pada proses, bukan semata semata hasil
(output) dari proses tersebut. Oleh karena itu ukuran keberhasilan pemberdayaan
adalah seberapa besar partisipasi atau keberdayaan yang dilakukan oleh individu atau
masyarakat. Semangkin banyak masyarakat terlibat dalam proses tersebut, berarti
semangkin berhasil kegiatan masyrakat tersebut. Dalam berbagai kesempatan pakar
pemberdayaan, Prof. Haryono Suyono sering mengatakan bahwa “pemberdayaan
bukan membentuk supermen, tetapi dalam pemberdayaan perlu membentuk super
tim”. Keberdayaan dalam konteks masyarakat merupakan kemampuan individu
berpartsipasi aktif dalam masyarakat. Tingkat partsipasi ini meliputi partisipasi secara
fisik, mental, dan juga manfaat yang diperoleh oleh individu yang bersangkutan.17
Meskipun pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata konsep ekonomi,
tetapi sering kali ditujukan untuk tujuan pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan
masyarakat. Penuntasan kemiskinan tidak sekedar meningkatkan pendapatan, tetapi
perlu dilakukan secara holistik yang menyangkut aspek kehidupan dasar manusia,
seperti: gizi dan kesehatan, ketersediaan lapangan pekerjaan, jumlah keluarga dan
anggotanya, tingkat pendidikan, lingkungan serta aspek lainnya yang dapat
meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat. Pemberdayaan juga tidak dapat
dilakukan secara parsial. Pemberdayaan perlu dilakukan secara berkesinambungan
16
Ibid., hlm. 50.
17Ibid., hlm. 51.
melalui tahapan tahapan sistematis dalam mengubah prilaku dan kebiasaan
masyarakat ke arah yang lebih baik.18
Pemberdayaan menurut kartasasmita adalah upaya untuk membangun daya
yang ada pada individu atau masyarakat dengan cara mendorong, memotivasi
membangkitan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta mengembangkannya.
Pengertian pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan
(iemvowerment) atau dapat pula di samakan dengan istilah pembangunan.19
Sulistiyani menjelaskan bahwa secara etimologis pemberdayaan berasal dari
kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian
tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya,
kekuatan atau kemampuan dan atau pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari
pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
Pemberdayaan ini sangatlah penting sebagai proses kepada masyarakat agar menjadi
berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya dan pemberdayaan harus ditujukan
pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal.
Hakikat pemberdayaan adalah bagaimana membuat masyarakat mampu
membangun dirinya dan memperbaiki kehidupannya sendiri. Istilah mampu disini
mengandung makna berdaya, paham, termotivasi, memiliki kesempatan, melihat dan
18
Ibid., hlm. 52.
19Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Syafe‟i, Pengembangan Masyarakat lslam Dari
ldiologi Sampai Tradisi, (Bandung: Remai & Rosdakarya, 2001), hlm.42.
memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu sebagai alternatif,
mampu mengambil keputusan, berani mengambilresiko, mampu mencari dan
menangkap informasi serta mampu bertindak sesuaiinisiatif. Sedangkan indikator
pemberdayaan paling tidak memiliki empat hal, yaitu merupakan kegiatan terencana
dan kolektif, memperbaiki kehidupan masyarakat, prioritas bagi kelompok lemah atau
kurang beruntung sertadilakukan melalui program peningkatan kapasitas.
Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan memiliki makna dorongan atau
moti+asi, bimbingan atau pendampingan dalm meningkatkan kemampuan individu
ataumasyarakat untuk mampu mandiri. upaya tersebut merupakan sebuah tahapan
dari proses pemberdayaan dalam mengubah perilaku, mengubah kebiasaan lama
menuju perilaku baru yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas hidup
kesejahteraannya20
Pemberdayaan menurut Mc. Ardle (1989) yang dikutip oleh Hery Hikmat,
adalah sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara
konsekuen melaksanakan keputusan tersebut.21
Pemberdayaan yang dimaksud penulis
adalah untuk peningkatan kualitas masyrakat menjadi masyarakat yang mempunyai
kekampuan untuk bisa memanfaatkan yang dimiliki oleh sumber daya alam yang ada
di lingkungan masyrakat tersebut. Pemberdayaan yang berupa pemberian motivasi
kepada masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya alam yang di miliki oleh
20
Ibid., hlm. 67.
21Hany Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama Press,
2004) cetakan ke-2, hlm. 3.
lingkungan masyrakat dan menghidupkan sifat kerukunan antara masyrakat seperti
kegiatan gotong royong yang menjadi ciri khas dari masyarakat Indonesia.22
2. Strategi Pemberdayaan
Masyarakat yang menjadikan mandiri karena pemberdayaan merupakan suatu
proses dimana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber
daya pembangunan, didorong untuk meningkatkan kemandiriannya di dalam
mengembangkan perikehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan
proses siklus terus-menerus, proses partisipatif dimana anggota masyarakat bekerja
sama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan
pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Jadi, pemberdayaan masyarakat
lebih merupakan suatu proses.
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa proses pemberdayaan
mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan
pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau
kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama
tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.23
Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder menekankan pada
proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
22
Aziz Muslim, Metedologi Pengembangan Masyarakat, (Yogyakarta: Teras Kompleks
POLRI Gowok Blok D 2 No 186, 2009), hlm 122.
23Ibid., hlm. 120.
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya
melalui proses dialog. Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat
berdaya yaitu:
1. Mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan).
2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri.
3. Memiliki kekuatan untuk berunding.
4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama
yang saling menguntungkan, dan
5. Bertanggung jawab atas tindakannya.
Diatas menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, paham, termotivasi, berkesempatan,
memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif,
mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan
menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi. Proses
pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang
diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan
partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah bentuk partisipasi untuk
membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental maupun fisik.
Partisipasi masyarakat menjadi satu elemen pokok dalam strategi pemberdayaan dan
pembangunan masyarakat, dengan alasan; pertama, partisipasi masyarakat merupakan
satu perangkat ampuh untuk memobilisasi sumber daya lokal, mengorganisir serta
membuka tenaga, kearifan, dan kreativitas masyarakat.Kedua, partisipasi masyarakat
juga membantu upaya identifikasi dini terhadap kebutuhan masyarakat.24
Dalam penelitian ini pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk
mengembangkannya sehingga masyarakat dapat mencapai kemandirian. Kemudian
dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan daya atau kekuatan pada masyarakat dengan cara memberi dorongan,
peluang, kesempatan, dan perlindungan dengan tidak mengatur dan mengendalikan
kegiatan masyarakat yang diberdayakan untuk mengembangkan potensinya sehingga
masyarakat tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan mengaktualisasikan diri
atau berpartisipasi melalui berbagai aktivitas
Dalam pemberdayaan ditujukan untuk mengubah perilaku masyarakat agar
mampu berdaya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya.
Namun keberhasilan pemberdayaan tidak sekedar menekankan pada hasil, namun
pada prosesnya melalui tingkat partisipasi yang tinggi, yang berbasis pada kebutuhan
dan potensi masyarakat. Untuk meraih keberhasilan itu, agen pemberdayaan dapat
melakukan pendekatan bottom-up, dengan cara mengenali potensi masalah dan
kebutuhan masyarakat.
24
Ibid., hlm. 122.
Potensi atau kebutuhan tersebut tentu saja sangat beragam walaupun dalam
satu komunitas. Dalam hal ini agen pemberdayaan dapat menentukan skala prioritas
yang dipandang sangat perlu untuk dikembangkan. Kondisi inilah yang menjadi
acuan agen pemberdayaan menentukan perencanaan pemberdayaan (tujuan, materi,
metode, alat, evaluasi) yang dirumuskan bersama sama dengan klien/ sasaran. Dalam
melaksanakan pemberdayaan perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan. Menurut
Suharto penerapan pendekatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui 5P yaitu:
pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan.25
Kehidupan dan realitas dalam masyarakat sangat heterogen. Begitu pula
dalam masyarakat, keragaman karakter akan mempengaruhi terhadap agen
pemberdayaan dalam memilah dan memilih cara atau teknik pelaksanaan
pemberdayaan. Pemilihan cara/teknik ini tentu saja akan menetukan akan
keberhasilam proses dan hasil dari kegiatan pemberdayaan tersebut. Dalam hal ini,
Dubois dan Miley menjelaskan empat cara dalam melakukan pemberdayaan
masyarakat, yaitu:
1. Membangun relasi pertolongan yang diwujudkan dalam bentuk mereflesikan,
respon rasa empati terhadap sasaran, menghargai pihak dan hak klien/sasaran
untuk menentukan nasibnya sendiri, menghargai perbedaan dan keunikan
individu, serta menekankan kerjasama klien.
25
Ibid., hlm. 87.
2. Membangun komunikasi yang diwujudkan dalam bentuk menghormati dan
harga diri klien/sasaran, mempertimbangkan keragaman inividu, berfokus
pada klien, serta menjaga kerahasiaan yang dimiliki oleh klien.
3. Terlibat dalam pemecahan masalah yang dapat diwujudkan dalam bentuk
memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek peroses pemecahan masalah,
menghargai hak hak klien, merangkai tangan tangan sebagai kesempatan
belajar, serta melibatkan klien/sasaran dalam membuat keputusan dan
kegiatan evaluasinya.26
Semua cara atau teknik di atas menunjukkan perlunya menempatkan sasaran
pemberdayaan sebagai subjek memiliki keragaman karakter, potensi dan kebutuhan.
Masalahnya adalah bagaimana agen pemberdayaan membangkitkan kesadaran dan
memotivasi klien/sasaran agar mampu menggali potensi diri dan lingkungannya
untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas kehidupannya sehingga
mampu hidup mandiri dan sejahtera.
Hakikat pemberdayaan memiliki beberapa makna, yaitu ada pihak yang
memberikan kekuasaan kepada yang lemah, pihak yang diberikan kekuasaan atau
diberdayakan, serta adanya upaya untuk mengubah prilaku yang diberdayakan kearah
yang lebih baik yaitu kemandirian.
Menurut Chamber yang dikutip oleh Anwas, individu yang diberdayakan
adalah orang miskin yang seringkali tidak memiliki daya untuk berjuang karena
sudah dilumpuhkan. Oleh karena itu dalam pemberdayaan dibutuhkan peran orang
26
Ibid., hlm. 89.
luar. Orang asing yang bertugas memberdayakan ini adalah kalangan petugas
pembangunan baik formal maupun non formal.
Petugas formal adalah aparatur pemerintah yang bertugas di lapangan, seperti:
pegawai kelurahan desa, penyuluh, guru, dosen, pegawai puskesmas, dokter, bidan
dan profesi lapangan lainnya. Petugas non formal adalah individu yang memiliki
dedikasi secara sukarela untuk membantu pemberdayaan masyarakat baik yang
dikelolah dalam suatu lembaga (LSM) atau secara pribadi. Petugas non formal di
antaranya: relawan pekerja sosial, kader PKK, kader posdaya, mahasiswa, ulama,
simpatisan, dan yang lainnya.27
Tugas pelaku pemberdayaan adalah mendorong dan menciptakan individu
serta masyarakat untuk mampu melakukan perubahan prilaku untuk menuju ke arah
kemandirian (berdaya). Prubahan prilaku ini baik aspek pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan yang berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan
kesejahteraannya. Oleh karena itu petugas yang memberdayakan individu dan
masyarakat baik formal maupun non formal dapat disebutkan sebagai agen
pemberdayaan (agent of empowerment).28
Hingga pada kehidupan yang semakin modren ini kegiatan gotong royong
yang menjadi ciri khas masyarakat indonesia, mulai perlahan menghilang apalagi kita
lihat di perkotaan kegitan ini bisa kita lihat hampir saja punah dan hanya sebagian
27
Suderman M, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi Komunitas,
(Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), hlm. 207.
28Soetomo, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 354.
saja yang melakukan, jadi disni lah masyarakayt di beri motivasi dan dorong agar
masyarakat ikut serta menjadikan rasa tanggung jawab memanfaatkan sumber daya
alam yang di miliki oleh masyarakat dan memberikan masyarakat pengetahuan agar
masyarakt tidak tertinggal dengan kehidupan yang semakin modren dan penuh
dengan kecanggihan teknologi. pendewasaan pemuda terhadap agama di masa
modem saat sekarang ini.
3. Masyarakat
Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang
memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterkaitan untuk
mencapai tujuan bersama. Masyarakat merupakan sekelompok orang yang
menempati suatu wilayah secara langsung atau tidak langsung saling berhubungan
untuk memenuhi kebutuhannya yang terkait oleh sistem sosial melalui peranan
solidaritas dengan dilatar belakangi oleh adanya persamaan sejarah, politik dan
kebudayaan.Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, karena manusia itu hidup
bersama terbentuk karena hubungan dari anggotanya.29
Menurut Soejono Soekanto dalam buku Abdul Syani, menyatakan bahwa
suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka manusia
itu mempunyai ciri-ciri pokok yaitu:
29
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori Paradikma dan Diskursus Teknologi
Komunikasi Di Masyarakat, (Jakarta: Kencana Pranada Media Grup, 2006) , hlm. 29.
a. Menusia yang hidup bersama
b. Bercampur waktu yang cukup lama
c. Mereka merupakan suatu kesatuan
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama
Berdasarkan ciri-ciri di atas, maka masyarakat bukan hanya sekedar kumpul
manusia belaka, akan tetapi diantaranya mereka yang berkumpul itu harus ditandai
dengan adanya hubungan atau pertalian satu sama lain. Paling tidak setiap individu
sebagai anggota (masyarakat) mempunyai akan kesadaran akan keberadaan individu
yang lain. Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup kerja
sama yang cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai kesatuan sisial yang hidup barsama yang
menghasilkan kebudayaan.30
Masyarakat Islami adalah masyarakat terbuka yang menjungjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan dan kehidupan secara universal, tanpa memandang asal usul suku
bangsa dan perbedaan agama, Karakteristik masyarakat yang Islami adalah
masyarakat yang memiliki sifat-sifat positif dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kebajikan yang diajarkan oleh Islam. Setiap anggota masyarakat bahu-membahu
untuk membangun masyarkat dan kerukunan agama.31
30
Soerjono Suekanto, Struktur dan Proses Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), hlm. 10.
31Ibid.,hlm.76.
Apabila kita perhatikan lebih jauh maka istilah masyarakat tersebut selalu
berhubungan dengan kehidupan manusia, didalam kehidupan sehari hari sangat
banyak hal yang berkaitan masyarakat tersebut misalnya masyarakat desa yaitu yang
penduduknya mempunyai mata pencarian utama disektor bercocok tanam dan
pertanian, sistem budaya dan sosialnya mendukung mata pencarian itu.
Pemberdayaan masyarakat berarti memberikan motivasi atau dorongan
kepada masyarakat ikut serta yaitu mengikuti dan menyertai pemerintah karena
kenyataanya pemerintah yang sampai dewasa ini merupakan perancang
penyelenggaraan dan pembayaran utama dari pembangunan, masyarkat diharapkan
ikut serta, bahwa anggapan hasil pembangunan yang dirancang, diselenggarakan dan
dibiayai terutama oleh pemerintah itu dimaksudkan untuk sebenar-benarnya
kesejahteraan masyarakat itu sendiri untuk rakyat banyak.32
Masyarakat menjadi salah satu pemegang kunci keberhasilan pelestarian air.
Lebih lanjut dikatakan olehnya bahwa krisis air bersumber pada sistem produksi,
distribusi, dan konsumsi. Maka upaya pelestarian air dapat dilakukan melalui
pengelolaan sumberdaya air yang mampu diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini karakteristik sosial budaya masyarakat, termasuk peran
sertanya dalam menjaga ketersediaan sumberdaya air merupakan faktor penting yang
tidak dapat dipisahkan dari suatu ekosistem.
32
www.masyarakatislam.com di akses pada 12 2017 19:00 Juli
Semua masyarakat yang ada di desa pasti sangat bisa menghargai
sumberdaya air, karena begitu pentingnya sumber air yang sangat di butuhkan dalam
kehidupan masyarakat dan menjadikan perilaku masyarakat desa yang dikenal masih
konvensional, justru lebih bisa menghargai lingkungan secara baik. Eksistensi air di
suatu wilayah sangat terkait dengan cara-cara masyarakat memanfaatkan dan
mengelolanya. Masyarakat di desa masih saling menjaga kearifan lokal
mengakibatkan semakin meningkat sumberdaya alam.
Dengan melihat pentingnya peran masyarakat, pengelolaan sumberdaya air
juga harus disesuaikan dengan kondisi lokal dan kearifan lokal yang ada. Pada suatu
komunitas tertentu dapat ditemukan kearifan lokal yang terkait dengan pengelolaan
sumberdaya alam sebagai tata pengaturan lokal yang telah ada sejak masa lalu dengan
sejarah dan adaptasi yang lama. Kearifan lokal tidak hanya berfungsi sebagai ciri
khas suatu komunitas saja, tetapi juga berfungsi sebagai upaya untuk pelestarian
lingkungan ekologis suatu masyarakat.
Upaya pengelola air yang dilakukan oleh masyarakat sesungguhnya akan
berkembang semakin pesat dan maju karena adanya rasa kebersamaan. Upaya
dilakukan masyarakat dalam kegiatan ini berikan sebuah pemahaman dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Mereka di berikan memiliki pemahaman, program,
kegiatan, pelaksanaan terkait untuk mempertahankan, memperbaiki, mengembangkan
unsur kebutuhan mereka, dengan memperhatikan ekosistem serta sumber daya
manusia yang terdapat pada warga mereka sendiri.33
4. Mengelola sumber daya air bersih
Air merupakan bagian terbesar dari planet ini. Air juga merupakan bagian
penting bagi kehidupan di bumi. Sumber daya air merupakan sumber daya alam yang
memiliki sifat terbatas baik secara kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Keterbatasan kualitas air adalah mutu air yang tidak layak untuk
digunakan atau dikonsumsi manusia.
Penggunaan air yang tidak layak tersebut untuk berbagai keperluan manusia
dapat menimbulkan dampak negatif pada tingkat kesehatan. Konsumsi air yang tidak
memenuhi standar kesehatan telah memunculkan berbagai penyakit yang berbahaya
antara lain kolera, diare, gizi buruk, serta berbagai penyakit lain yang mempengaruhi
mental dan fisik manusia.
Dewasa ini, air tidak dapat lagi hanya dipandang sebagai barang sosial (social
goods), namun seiring dengan kaberadaannya yang semakin langka (scarcity), maka
air perlu dipandang sebagai barang ekonomis (economic goods) tanpa harus
melepaskan fungsi sosialnya. Kuantitas dan kualitas air amat bergantung pada tingkat
pengelolaan sumber daya air masing-masing daerah, keragaman penggunaan air yang
bervariasi, air baku domestik dan industri, pembangkit tenaga listrik, perikanan, dan
pemeliharaan lingkungan – selain iklim, musim (waktu) serta sifat ragawi alam
33
Ibid., hlm. 79.
(topografi dan geologi) dan kondisi demografi (jumlah dan penyebaran) serta
apresiasi (persepsi) tentang air.
Mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka sumberdaya air merupakan sumberdaya
alam yang sangat vital bagi hidup dan kehidupan mahluk serta sangat strategis bagi
pembangunan perekonomian, menjaga kesatuan dan ketahanan nasional sehingga
harus dikelola secara terpadu, bijaksana dan profesional.
Mengelola menurut Kamus Bahasa Besar Indonesia adalah mengendalikan,
menyelenggarakan, mengurus, menjalankan dari setiap yang telah di lakukan atau
menjalankan yang sudah berjalan dan bergerak. Dalam mengelola yang dilakukan
agar pemanfaatan dan pengendalian atas semua sumber daya yang di perlukan untuk
mencapai ataupun menyelesaikan tujuan yang lebih baik.34
Pemanfaatan sumber daya
manusia ataupun sumber daya lainnya dapat di wujudkan dalam kegiataan
perencanaan, pengarahan, dan pengawasan dalam bentuk tenaga orang lain dan
pemikiran serta adanya orang-orang sebagai pelaksana agar mencapai tujuan yang di
inginkan.
Pemanfaatan sumber daya air juga merupakan kegiatan penatagunaan
sumberdaya air yang ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan air dan
penetapan peruntukan air di dalamnya, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan
pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
Pengembangan masyarakat yang mempunyai sumber daya sangatlah penting agar
34
Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm.
143.
masyarakat merasakan begitu pentingnya kehidupan yang layak, agar membentuk
masyarakat yang kretatif memanfaatkan keterampilan setiap individu yang ada
dimasyarakat atau bantuan dengan menggunakan tenaga usaha dari masyarakat
tersebut agar dapat mengelola sumber air bersih, begitu mahalnya kesahatan bagi kita
yang terpenting dan yang kita butuhkan sehari-hari yaitu air bersih.
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik,
bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air bersih, air yang bebas dari
kuman-kuman penyebab penyakit dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari.
Air merupakan bagian dari ekosistem Sehingga, semakin rusak lingkungan
maka semakin tinggi daya rusaknya Permasalahan air mencakup mengenai kuantitas
pada musim hujan dan kemarau serta kualitas dan distribusi. Sebagaimana kita
ketahui, Indonesia negara kepulauan dengan jumlah penduduk dan lokasi jatuhnya air
hujan berbeda-beda di setiap daerah.
Dengan melihat pentingnya peran masyarakat, pengelolaan sumber daya air
juga harus disesuaikan dengan kondisi lokal dan kearifan lokal yang ada. Pada suatu
komunitas tertentu dapat ditemukan kearifan lokal yang terkait dengan pengelolaan
sumberdaya alam sebagai tata pengaturan lokal yang telah ada sejak masa lalu dengan
sejarah dan adaptasi yang lama.Kearifan lokal tidak hanya berfungsi sebagai ciri khas
suatu komunitas saja, tetapi juga berfungsi sebagai upaya untuk pelestarian
lingkungan ekologis suatu masyarakat.35
Dalam kehidupan sehari-hari manusia ternyata sangat membutuhkan air, baik
untuk urusan domestik ( rumah tangga, seperti minum, mandi dan suci berwudhu)
dalam penegasan dalam al Qur‟an memebrikan penjelasan air tidak semata hanya
kebutuhan manusia juga akan tetapi untuk ibadah wudhu dan dan diminum dan
kebutuhan tumbuhan dan hewan. Seperti dijelaskan dalam firman allah SWT Surat
An-Nahl-[16] Ayat 10 yang berbunyi:
Artinya : “Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk
kamu,sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan)
tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu
menggembalakan hewan.”(QS. An-Nahl-[16] ayat 10)
Di atas telah di jelaskan bagaimana air menjadi sebuah kebutuhan manusia
yang sangat penting, dan dengan adanya air semua yang ada di dunia akan punah
seperti tidak adanya kehidupan. Dan allah telah juga menjelaskan dalam firmannya
dalam Surat Al-Anbiya‟-[21] Ayat 30, yang berbunyi :
35
Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia), hlm 10.
Artinya : “Dan apakah orang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu , kemudian kami pisahkan antara
keduanya dan dari air kami jadikan segala hidup, tidakalah mereka mau
beriman lagi.”(QS. Al-Anbiya‟-[21] ayat 30)
Ayat di atas dapat simpulkan bagaimana air itu adalah menjadi salah satu
kebutuhan manusia dan makhluk lainnya yang hidup di bumi ini, dan air bersih
adalah menjadi salah satu penunjang kehidupan manusia agar manusia bisa
berkehidupan yang sehat dan menikamati kekayaan yang ada di alam semesta dan
bumi temapat kita hidup.36
Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap makhluk hidup dan kebersihan air
adalah syarat utama bagi kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum, didapat beberapa pengertian mengenai :
Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih,
maka dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia
ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri
36
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Edisi Yang Disempurnakan, (Jakarta:
Lentera Abadi. 2010), hlm. 513.
Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan
1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:
1. Persyaratan kualitas air untuk air minum.
2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka
kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:
I. Syarat fisik, antara lain:
1. Air harus bersih dan tidak keruh.
2. Tidak berwarna
3. Tidak berasa
4. Tidak berbau
5. Suhu antara 10 o-25 o C (sejuk)
II. Syarat kimiawi, antara lain:
1. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
2. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
3. Cukup yodium.
4. pH air antara 6,5 – 9,2.
5. Syarat bakteriologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan
bakteri patogen penyebab penyakit. Pada umumnya kualitas air baku akan
menentukan besar kecilnya investasi instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta
pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban
masyarakat untuk membayar harga jual air bersih.37
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus
memenuhi kuantitas dan kualitas, yaitu:
a. Aman dan higienis.
b. Baik dan layak minum.
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
Mengenai parameter kualitas air baku, Depkes RI telah menerbitkan standar
kualitas air bersih tahun 1977. Dalam peraturan tersebut standar air bersih dapat
dibedakan menjadi tiga kategori (Menkes No. 173/per/VII tanggal 3 Agustus 1977):
a. Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air
minum.
b. Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan air
yang terlebih dahulu dimasak.
c. Kelas C. Air yang dipergunakan untuk perikanan darat.38
37
Soekidjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni, (Jakarta: PT. Rineke Cipta. 2011), hlm 98. 38
Mulia Ricki, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: PT. Graha Ilmu. 2005), hlm. 5
Adapaun Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok
antara lain: unit sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit
distribusi dan unit konsumsi.
1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang
mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air
tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang
diperlukan.
2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi
kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan
bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat
kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi
manusia.
3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang
menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak
didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran
gravitasi atau pompanisasi. Unit produksi merupakan unit bangunan yang
mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan
disesuaikan dengan sumber air yang ada.
4. Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke
beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa.
5. Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air bersih
atau minum dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah konsumen
dengan tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan konsumen.
6. Unit konsumsi adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah
disediakan alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap bulannya.
Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau
air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Air
minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.39
Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja
manusia dari lingkungan permukiman. Penyediaan air minum adalah kegiatan
menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan
kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Sistem Penyediaan Air Minum yang
selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non
fisik dari prasarana dan sarana air minum.
Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan,
manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh
39
Budiman chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: EGC, Erlangga. 2012), hlm.
120.
untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang
lebih baik. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan
atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.
Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara
adalah badan usaha milik negara badan, koperasi, badan usaha swasta, atau kelompok
masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air
minum.40
40
Ibid., hlm. 90.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
mendapatkan uraian mendalam tentang ucapan, tingkah laku yang dapat diamati dari
suatu individu, kelompok, masyarakat maupun organisasi tertentu yang dikaji dari
sudut pandang yang utuh dan menyeluruh.441
Subjek yang diteliti dalam hal ini adalah
pembangunan penyediaan air bersih di desa rimpian dan objek penelitiannya ialah
masyarakat desa rimpian yang menjadi pemanfaat air bersih di desa rimpian
kecamatan lubuk batu jaya.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabupaten Indra Giri
Hulu. Adapun luas lokasi Desa Rimpian ini adalah 3.115 Ha atau 26,15 KM. Untuk
dapat menuju ke lokasi penelitian ini dapat menggunakan jalur darat dengan
transportasi antara lain dengan bus.
C. Sumber Data
441
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
1993), hlm. 105
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah sebagai data pokok yang diperoleh langsung dari
informan yang menjadi kepala Desa Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya dan serta
dari yang terkait dengan struktur dari perangkat Desa Rimpian Kecamatan Lubuk
Batu Jaya Kabupaten Indra giri Hulu dan kemudian tidak lupa juga adanya informan
dari masyarakat yang sebagai menikmati dari sumber mata air tersebut.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pelengkap atas data-data yang menberikan
keterangan atau informasi tambahan kepada peneliti sebagai bahan pelengkap
penelitian seperti buku-buku yang mendukung judul ini.
D. Informan Penelitian
Adapun yang menjadi informan penelitian ini adalah sebanyak 4 orang yang
berasal dari kepala desa rimpian dan serkertaris desa rimpian, 2 Orang yang berasal
dari pengurus dan penjaga penampungan air bersih dan 2 Orang yang berasal dari
masyarakat di sekitarnya. Diantaranya :
1. Nama : Roni Suherman
Alamat : Jl. Besar Rimpian
Usia : 30 Tahun
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Desa Rimpian
Pendidikan Terakhir : S1
2. Nama : Nansha
Alamat : Jl. Besar Rimpian
Usia : 28 tahun
Pekerjaan/Jabatan : Sekretaris Kepala Desa Rimpian
Pendidikan Terakhir : S1
3. Nama : Sumardi
Alamat : Jl. Lubuk Batu Jaya No 13
Usia : 37 Tahun
Pekerjaan/Jabatan : Pengurus Pengelolaan Dan Penampungan Air Bersih
Pendidikan Terakhir : SMA
4. Nama : Rizal Ma‟na
Alamat : Jl. Sungai lala
Usia : 32 Tahun
Pekerjaan/Jabatan : Penjaga Pengelolaan Dan Penampungan Air Bersih
Pendidikan Terakhir : SMA
5. Nama : Muhammad Irvan
Alamat : Jl. Rimpian
Usia : 31 Tahun
Pekerjaan/Jabatan : Masyarakat
Pendidikan terakhir : SMA
6. Nama : Ansor Rasyidin
Alamat : Jl. Rimpian No 09
Usia : 34 Tahun
Pekerjaan/Jabatan : Masyarakat
Pendidikan terakhir : SMA
D. Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara :
1. Observasi, yakni melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan dengan mencatat fenomena
yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek-aspek dalam
fenomena tersebut.442
Adapun yang diamati dalam penelitian ini adalah
bagaimana sosialisasi pemerintah tentang penyediaan air bersih untuk
kebutuhan masyarakat desa rimpian kecamatan lubuk batu jaya.
2. Wawancara, merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan
komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi dengan pengumpul
data (pewawancara) dengan sumber data (responden).
3. Dokumentasi, adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, peraturan
peraturan, foto-foto, film dokumenter, dan data-data yang relevan.
F. Teknis Analisa Data Dan Keabsahan Data
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka datanya dipaparkan dengan
cara deskriptif. Setelah semua yang dibutuhkan terkumpul, maka selanjutnya penulis
melakukan analisa terhadap data-data tersebut. Untuk proses penganalisaan data,
maka penganalisaan dilakukan dengan analisa domain {domain analysis) maksudnya
42
Ibid., hlm. 143
adalah peneliti hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari objek
yang diteliti tanpa harus merinci secara detail unsur-unsur yang ada dalam keutuhan
obyek yang diteliti.
Menurut Miles dan Huberman seperti yang dikutip oleh Ulber443
, kegiatan
analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada
penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.
2. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Menarik kesimpulan /verifikasi.
Adapun teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi.
Burhan Bungin menjelaskan bahwa hal ini dapat dicapai dengan cara yaitu:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi,
c. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,
443
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 339
d. Membandingkan keadaan dan persepektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan
menengah atau tinggi, dan pemerintahan
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.444
444
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarata: Prenada Media Group, 2007), hlm. 265
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Desa Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabuputen Indragiri
Hulu
Desa Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya salah satu dari 10 Kecamatan
yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu. Di desa ini adalah salah satu kecamatan yang
ada di Provinsi Riau yang sudah banyak orang mengetahui kota yang di kenal sebagai
sumber minyak dan termasuk orang mengenal kota terpanas dengan banyaknya lahan
yang terbakar sehingga membuat hutan yang terbakar.
Namun sering terbakarnya lahan sehingga membuat pencemaran lingkungan
dan mengingat keadaan lahan yang ada di kecamatan ini adalah lahan tanah gambut
yaitu tanah yang berair akan tetapi airnya berwarna merah dan berminyak maka dari
itu saya peneliti tertarik meneliti di Desa Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya
bagaimana masyarakat dapat bisa mengelola dari sumber mata air yang sudah ada
didirikan.
Desa Rimpian mempunyai luas 3.115 Ha terdiri dari tiga dusun. Adapaun
batas-batas Desa Rimpian Kecamatan lubuk Batu Jaya adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Afdeling VI kebun Air molek.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sei Lala
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Perkebunan Sei lala
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lubuk Batu Jaya
Desa rimpian dipimpin oleh seorang lurah dan saat ini dipimpin Bapak. Desa
Rimpian terdiri atas 4 dusun yang setiap dusun dipimpin oleh kepala dusun. Adapun
dusun yang ada di desa rimpian serta kepala dusunnnya saat ini ialah:
a. Dusun I Desa Rimpian dipimpin oleh bapak Zamrizal, Sp
b. Dusun II Desa Rimpian dipimpin oleh Bapak Suyanto
c. Dusun III Desa Rimpian dipimpin oleh Bapak Ridwan
d. Dusun IV Desa Rimpian dipimpin oleh Bapak Zulkarnain Nasution
B. Strategi Peningkatan Kesadaran Masyarakat dalam Mengelola Air Bersih
Menumbuhkan kesadaran merupakan bagian inti dalam pemberdayaan
masyarakat. Oleh karena itu, yang terpenting adanya memahami karekteristik, potensi
dan kebutuhan sasaran. Pada hakikatnya masyarakat memiliki potensi berubah kearah
yang lebik baik, namun potensi tersebut sulit dirasakan sebagai akibat dari
pembiasaan dan perlakuan sebelumnya.
Menumbuhkan kesadaran berarti memberikan pemahaman kepada masyarakat
bahwa dalam dirinya memiliki peluang dan potensi untuk menghasilkan perubahan ke
arah yang lebik baik dalam meningkatkan kualitas kehiduapan dan kesejahteraannya.
Adnya kekuatan dalam penyadaran diri membuat masyarakat akan perlunya
penyadaran diri, mengenal dan memahami kemampuan dan potensi dirinya untuk
maju, berubah kearah yang lebih baik.
Dari hasil wawancara oleh bapak Roni Suherman pengelolaan sumber daya
air bersih ini sudah cukup lama di dirikan pada tahun 2009 pengelolaan sumber daya
air bersih ini sudah di nikmati oleh masyarakat dan pendririan pengelolaan sumber
daya air bersih ini atas dasar dari sekelompok dari masyarakat. Banyak penanaman
tumbuhana kelapa sawit membuat sumber mata air bersih masyarakat menjadi
semakin hampir habis keberadaan airnya. Kemudian masyarakat ingin membuat
sebuah penampungan air bersih. Untuk itu dari pihak pemerintahan membantu
masyarakat untuk mendirikan pengelolaan sumber air bersih yang menjadi kebutuhan
masyarakat sehari-hari.45
Dari hasil wawancara penlitian yang dilakukan penliti yaitu salah satu
responden yaitu bapak Nasha selaku Sekertasis desa dapat keterang-keterangan
tentang pengelolaan sumber daya air bersih yang ada di desa. Beliau mengatakan
sumber daya air bersih ini cukup lama sudah di didrikan akan tetapi beliau tidak
cukup mengetahui tentang sumber daya air ini karena beliau baru saja menjadi
Sekertaris desa.
Dan beliau mengatakan juga Dalam pemberdayaan adanya membangun
kesadaran dengan melakukan dialog, dalam hal ini agar masyarakat dapat menyadari
akan pengetahuan yang mereka milkii dan saling menghargai akan kemampuan orang
lain dan kearifan lokal yang ada di masyarakat, serta menciptakan dialog yang wajar
45
Roni suherman, Kepala Desa Rimpian Kecamtan Lubuk batu jaya, Wawancara Pribadi,
Jalan Besar Rimpian, 12 Juni 2017
dengan anggota masyarakat untuk dapat belajar satu sama lain, sehingga masyarakat
dapat bergerak secara bersama-sama untuk mencapai yang lebih maju.46
Hasil wawancara oleh bapak Roni Suherman Kepala Desa Rimpian
Pemberdayaan ditujukan untuk mengubah perilaku masyarakat agar mampu berdaya
sehingga ia dapat peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraannya. Namun
keberhasilan pemberdayaan tidak sekedar menekankan kepada hasil, tetapi juga pada
prosesnya melalui tingkat partisipasi yang tinggi, yang berbasis kepada kebutuhan
dan potensi masyarakat. untuk meraih keberhasilan itu, pemberdayaan dapat
melakukan pendekatan dengan cara menggali potensi, masalah dan kebutuhan
masyarakat.
Potensi atau kebutuhan tersebut tentu saja sangat beragam walaupun dalam
satu komunitas. Dalam hal ini pemberdayaan dapat menentukan skala prioritas yang
dipandang sangat perlu untuk dikembangkan. Kondisi inilah yang menjadi acauan
pemberdayaan untuk menentukan perencanaan pemberdayaan(tujuan, materi, metode,
alat, evaluasi) dalam keterlibatan sasaran dalam tahapan perencanaan ini merupakan
salah satucara untuk mengajak mereka aktif terlibat dalam proses pemberdayaan.47
Berdasarkan hasil wawancara bapak pengurus dan pengelola sumber air bersih
beliau mengatakan sistem pengurusan dari pengelolaan sumber daya air bersih ini
pertama kali dalam sistem pemilihan dai pihak desa serta perangkatnya, karena ini
46
Nansha, Sekertaris Kepala Desa Rimpian Kecamtan Lubuk batu jaya, Wawancara Pribadi,
Jalan Besar Rimpian, 13 Juni 2017 47
Roni suherman, Kepala Desa Rimpian Kecamtan Lubuk batu jaya, Wawancara Pribadi,
Jalan Besar Rimpian, 12 Juni 2017
untuk pertama kalinya dan setelah itu sistem pengurus di pilih dari hasil musyawarah
masyarakat sehingga masyarakat lain juga bisa terlibat dengan kegiatan ini.
Dan beliau mengatkan Pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sumber
air bersih ini adalah hal yang baik untuk masyarakat, karena adanya pemberdayaan
ini menumbuhkan rasa akan partispasi masyarakat menjadikan masyarakat yang
mandiri tanpa terjadi ketergantungan dengan pihak luar. Anggota masyarakat
dipandang bukan sebagai seorang yang menjadikan pokok permasalahan dan menjadi
yang terutama, melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya
saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan, sehingga kegiatan
pemberdayaan ini membuat masyarakat menumbuhkan rasa partispasi yang tinggi
dan mengembangkan potensi masyarakat.48
Dari hasil wawancara penlitian yang dilakukan penliti yaitu salah satu
responden yaitu bapak Rizal Ma‟na yaitu Penjaga pengelola dan penampungan air
bersih dapat keterang-keterangan tentang pengelolaan sumber daya air bersih yang
ada di desa. Beliau mengatakan sumber daya air bersih ini cukup lama sudah di
didrikan akan tetapi beliau tidak cukup mengetahui tentang sumber daya air ini
karena beliau baru saja menjadi kepala desa.
Namun beliau mengatakan bahwasannya pemberdayaan masayarkat ini sangat
penting bagi masyarakat karena adanya pemberdayaan ini masyarakat bisa jauh lagi
mendapatkan pengetahuan yang lebih maju dan membuat kreatif masyarakat
48
Sumardi, Pengurus dan Pengelola Sumber Air Bersih Desa Rimpian, Wawancara Pribadi,
Jalan Lubuk Batu Jaya Keluraan Rimpian, 15 Juni 2017
bagaimana penting sumber daya air bersih yang menjadi sumber kehidupan
masyarakat. Pemberdayaan ini menjadikan masyarakat rasa tumbuh yang kuat akan
partisipasi yang kuat dan rasa tumbuh solidaritas yang maju dan berkembang.
Sumber daya manusia merupakan salah satu potensi pembangunan yang
berasal dari unsur manusia dengan segala aktivitasnya. Dalam proses pembangunan
masyarakat, sumber daya manusia tidak hanya dilihat perannya dari aspek ekonomi,
tetapi aspek non ekonomi dilihat dari segi ekonomi yang sempit sumber daya
manusia dapat ditafsirkan sekedar sebagai bagian dari faktor produksi, sehingga dapat
diperlakukan sebagai sekedar objek, padahal dalam proses perubahan yang terjadi
faktor manusia menjadi aktor utama, sehingga dapat sesungguhnya juga merupakan
subjek pembangunan.49
Berdasarkan hasil wawancara dilapangan, yaitu masyarakat yang meningkati
air bersih yaitu bapak Muhammad Irvan didapatkan informasi bahwa selama
pelaksanaan program pembangunan sumber air bersih di desa rimpian kecamatan
lubuk batu jaya lebih di dominasi oleh pembangunan dalam bidang fisik.pelaksanaan
pembangunan bidang fisik yang dilaksanakan didesa rimpian kecamatan rimpian
dilakukan dengan pihak pemerintah saja dan hanya sebagian masyarakat saja yang
ikut terlibat.
Pemberdayaan memilik makna kesetaraan, adil dan demokratis tanpa
adanyatekanan atau dominasi dalam suatu komunitas atau masyarakat. perbedaan
49
Rizal Ma‟na, Penjaga Pengurus dan Pengelola Sumber Air Bersih Desa Rimpian,
Wawancara Pribadi, Jalan Sungai Lala Keluraan Rimpian, 18 Juni 2017
karakter dankemampuan individu adalah suatu keniscayaan. namun, setiap individu
memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. realitas kesetaraan dan perbedaan
individu inimenjadi prinsip dalam melakukan pemberdayaan. Dengan demikian
pemberdayaanmerupakan proses peningkatan kemampuan individu atau masyarakat
untuk berdaya yang dilakukan secara demokratis agar mampu membangun diri dan
lingkungannya dalam meningkatkan kualitas kehidupannya sehingga mampu hidup
mandiri dan sejahtera.50
Upaya pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membuat masyarakat
menjadi mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu memecahkan masalah-
masalah yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi kebutuhannya dengan tidak
menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah maupun
organisasi-organisasi non-pemerintah. Bantuan technical assistance jelas mereka
perlukan, akan tetapi bantuan tersebut harus mampu membangkitkan prakarsa
masyarakat untuk membangun bukan sebaliknya justru mematikan prakarsa. Dalam
hubungan ini, kita dituntut menghargai hak-hak masyarakat. Hak untuk menentukan
sendiri untuk memilih apa yang terbaik bagi masyarakat, serta hak untuk memperoleh
kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai dengan potensi-potensi yang
mereka miliki51
50
Irvan Muhammad, Masyarakat Desa Rimpian Kecamatan Lubuk batu Jaya, Wawancara
Pribadi Jalan B Rimpian, 19 Juni 2017 51
Ansor Rasyidin, Masyarakat Desa Rimpian Kecamatan Lubuk batu Jaya, Wawancara
Pribadi Jalan Rimpian, 20 Juni 2017
C. Faktor-Faktor Penghambat dan Kendala Masyarakat dalam Mengelola
Sumber Air Bersih
Pembangunan didesa rimpian kecamatan lubuk batu jaya ini masyarakat
hanyalah merupakan manipulation sesuai dengan teori Arstein yang menyatakan
bahwa masyarakat tidak terlibat langsung dalam suatu pembangunan, masyarakat
hanya sebagai anggota dalam berbagai lembaga , tidak adanya peran yang nyata
karena hanya diselewengkan. Pembangunan yang seharusnya melibatkan masyarakat
langsung untuk menjaga dan meneikmati hasil dari pembangunan tersebut namun
kenyataan dilapangan hanyalah sebagai manipulasi, pembangunan yang dilakukan
banyak menggunakan tenaga tukang masyarakat tidak pernah dilibatkan dan
diberikan informasi tentang hak-hak serta tanggung jawab terhadap pembangunan
yang tujuannya untuk kepentingan bersama.
Hal ini ditunjukan dari hasil peneletian dilapangan yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan gotong royong dalam upaya untuk mengelola air bersih yang
dilakukan masyarkat sebenarnya itu terjadi karena inisiatif masyarakat di
desa rimpian karena sesuai dengan kebutuhan bukan berdasarkan
kesadaran ataupun bukan karena masyarakat dilibatkan sehingga kegiatan
gotong royong tersebut melemah, partisipasi masyarakat kurang terdorong
akibat pembangunan yang tidak tepat sasaran, masyarakat merasa tidak
dilibatkan.
2. Kurangnya perhatian terhadap pengelola sumber air bersih sehingga
masyarakat merasa kecemburuan sosial maka masyarakat kurang
perhatian untuk menjaga dan mengelola sumber air bersih yang sudah
dibangun oleh unit pelaksanaan teknis karena adanya akitifitas, membuat
pengelola sumber air bersih tebangun sia-sia.
3. Kurangnya pemahaman masyarakat Desa Rimpian tentang pengelolaan
sumber air bersih tersebut, membuat masyarakat takut dengan
memperbaiki selang yang mengalir kerumah warga kekhawatiran
masyarkat akan rusak dan mereka tidak mengetahui cara memperbaikinya
deng seperti apa yang telah dibuat sperti awal.
Dari atas bisa jelaskan bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk mengelola
air bersih di desa rimpian ini dilihat dari ketidak ikut sertaan masyarakat dalam
bentuk gotong royong yang dilakukan jika ada kerusakan pada saluran utama sumber
mata air bersih keseluruh tempat masyarakat Desa Rimpian.52
Berdasarkan hasil peneitian dan wawancara dari masyarkat Desa Rimpian
bahwa adanya faktor penyebab rendahnya perhatian dari masyarakat didesa rimpian
kecamatan lubuk batu jaya kabupaten indragiri hulu salah satunya adalah kurangnya
regulasi dimana pendamping atau penggerak masyarakat yang telah ditunjuk untuk
menggerakkan masyarakat dalam mengelola sumber air bersih di desa rimpian.
52
Roni suherman, Kepala Desa Rimpian Kecamtan Lubuk batu jaya, Wawancara Pribadi,
Jalan Syahbuddin Keluraan rimpian, 20 juni 2017
Penggerak masyarakat yang telah ditunjuk jarang sekali mengajak masyarakat
untuk bekerjasama dalam mengelola atau menjaga sumber air bersih yang dibangun
oleh unit pelaksaan teknis. Kurangnya sosialisasi kepada masyarkat untuk
menghimbau atau memberitahu tujuan pembanguna kesejahteraan masyarakat,
sehingga menyebabkan melemahnya sistem pengeloaan pembangunan sumber daya
air bersih tersebut.53
Hasil dari wawancara masyarakat oleh bapak Ansor beliau menyatakan
adanya kegiatan melibatkan warga karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini
diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan
pengawasan secara internal sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan dapat
membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada. Evaluasi sendiri dilakukan pada input, proses (pemantauan
atau monitoring) dan juga pada hasil.
Kemudian adanya komunikasi yang terjalin dengan baik terhadap masyarakat
karena masyarakat sudah dapat dianggap „mandiri‟, tetapi tidak jarang terjadi karena
pemberdaayan yang dilakukan sudah berjalan lancar dan sudah cukup lama membuat
masyarakat juga ada yang masih saling tidak berkomunikasi.Meskipun kegiatan
pemberdayaan masyarakat sudah cukup lama, maka dari itu dari tim penggerak tetap
melakukan kontak meskipun tidak selalu rutin dan kemudian secara perlahan-lahan
53
Sumardi, Pengurus dan Pengelola Sumber Air Bersih Desa Rimpian, Wawancara Pribadi,
Jalan Besar Rimpian, 20 Juni 2017
mengajak kembali masyarakat yang sudah mulai bosan agar pengelolaan sumber daya
air bersih bisa berjalan lama hingga anak-anak masyarakat juga bisa menikmati.
Dilihat dari tingkat kepedulian atau dukungan partisipasi dari masyarakat
sangat minim di karenakan tidak adanya himbau atau mengajak masyarakat agar
mengelola sumber daya air bersih yang sudah dibangun, adanya kepentingan
individu-individu, adanya pembanguna yang kurang startegis dimana sumber air
bersih yang sering kali kekeringan saat musim kemarau yang begitu lama yang
berdampak pada masyarakat.54
Sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Indra Giri Hulu ditangani oleh Sistem
PDAM dan Sistem Swakelola Masyarakat dalam bentuk lembaga Unit Pengelola
Sarana atau Kelompok Pengelola Sarana (UPS/KPS) di tingkat desa kelompok.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), ditegaskan bahwa
penyelenggara (pengelola) SPAM dapat dilakukan oleh BUMN, BUMD/PDAM,
Koperasi, Badan Usaha Swasta (BUS) dan Masyarakat Pengelola Air minum. Oleh
karena itu pengelolaan air bersih perdesaan melalui Unit Pengelola Sarana atau
Kelompok Pengelola Sarana ditingkat desa/kelompok masyarakat telah diakui dan
wajib dikelola secara mandiri untuk menjamin keberlanjutan fungsi penyediaan air
bersih bagi masyarakat setempat. Berdasarkan hasil pengamatan dari tahun 2009-
54
Ansor Rasyidin, Masyarakat Desa Rimpian Kecamatan Lubuk batu Jaya, Wawancara
Pribadi Jalan Besar Rimpian, 21 Juni 2017
2011 kinerja pengelolaan air bersih perdesaan di Kabupaten Indra Giri Hulu melalui
Unit Pengelola Sarana atau Kelompok Pengelola Sarana cenderung menurun. Hal ini
diakibatkan banyaknya permasalahan yang dihadapi pengelola seperti makin sering
terjadi pergiliran pendistribusian air bersih ke masyarakat, pemakaian air bersih
masyarakat yang kurang efisien, pemahaman masyarakat tentang air bersih tidak
mendukung pengembangan air bersih, persepsi masyarakat yang keliru masih
menganggap bahwa air bersih adalah benda sosial, belum jelasnya legalitas
kelembagaan UPS/KPS, pengelola UPS/KPS belum bisa bekerja optimal karena
rendahnya pendapatan, minimnya SDM (sumber daya manusia) pengelola UPS/KPS,
serta minimnya komitmen aparatur desa dalam peningkatan kinerja UPS/KPS.
Dampak dari menurunnya kinerja adalah terganggunya fungsi penyediaan air bersih
di desa setempat, dapat menimbulkan konflik antar kelompok antar desa,
menurunnya derajat kesehatan masyarakat, sarana prasarana air bersih yang telah
terbangun tidak terkelola dengan baik dan
akan makin sulit merealisasikan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015.
Target MDGs pada tahun 2015 diharapkan 75% penduduk Provinsi Bali sudah dapat
mengakses pelayanan air minum yang layak (DPU Provinsi Bali, 2010). Melihat
permasalahan yang terjadi dalam penyediaan air bersih perdesaan di Kabupaten
Buleleng, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja UPS/KPS yang hasilnya dapat memberikan kontribusi
pemecahan masalah guna pembenahan UPS/KPS dalam menyediakan air bersih bagi
masyarakat setempat yang memenuhi 3 aspek pelayanan yaitu kuantitas, kualitas dan
kontinuitas dan guna mendukung pencapaian target MDGs tahun 2015
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarakan hasil penelitian dan pengamatan dari peneliti serta uraian di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa rimpian kecamatan lubuk batu
jaya kesadaran masyarakat masih tergolong rendahuntuk ikut berpartisipasi
melakukan kegiatan gotong royong salah satu identifikasi karena masyarakat sangat
sedikit dalam memperdulikan dari penampungan sumber air bersih akibat kesibukan
pekerjaan mereka sehingga sulit ikut serta dalam pemeliharaan sumber air bersih
yang ada di Desa Rimpian.
Pemberdayaan masyarakat di desa rimpian ini sangat penting bagi masyarakat
agar masyarakat menunmbuhkan kembali rasa kesadaran dan partispasi masyarakat
dalam menjaga dan memelihara pengelolaan sumber air bersih menjadi terawat
sehingga bisa bertahun-tahun tetap berjalan dan tetap berjalan hingga anak-anak masa
depan di Desa Rimpian tersebut
Selain itu faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya perhatian
masyarakat karena tidak ada dorongan dari pendamping atau penggerak masyarakat
yang telah terpilih sebagai pengelola dari sumber air bersih dimana penggeraka
harunya mengajak dan memperhatikan kebutuhan masyarakat akan air bersih.
Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian
antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air
permukaan dan air tanah, serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan
kepentingan jangka panjang. Dalam hal ini pembangunan ketersediaan air baku
berskala kecil akan lebih diutamakan agar rakyat kecil lebih dapat menikmatinya.
Prioritas utama pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah
rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis.
Pengendalian daya rusak air terutama diarahkan untuk penananggulangan
banjir dengan menggunakan pendekatan vegetatif melalui konservasi sumberdaya air
dan pengelolaan daerah aliran sungai. Peningkatan partisipasi masyarakat dan
kemitraan di antara stakeholders terus diupayakan tidak hanya untuk kejadian banjir,
tetapi juga pada tahap pencegahan serta pemulihan pasca bencana. Penanggulangan
banjir haruslah sudah diutamakan, demikian pula pengelolaan bencana kekeringan.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan sumberdaya air secara terpadu ada
tiga criteria utama yang dijadikan acuan, yaitun efisiensi ekonomi. Dengan
meningkatnya kelangkaan air dan sumberdaya keuangan, dan dengan sifat
sumberdaya air yang tersedia secara terbatas dan mudah tercemar, serta
semakinmeningkatnya permintaan maka efisiensi ekonomi penggunaan air sudah
harus menjadi perhatian. Selanjutnya keadilan. Air adalah salah satu kebutuhan dasar
kehidupan, oleh sebab itu maka semua orang perlu mempunyai akses terhadap air
yang mencukupi baik secara kuantitas maupun kualitas untuk mempertahankan
kehidupannya. Dan yang ketiga keberlanjutan (sustainablility) lingkungan dan
ekologi. Penggunaan sumberdaya air haruslah dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang terhadap air.
B. Saran
1. Bagi masyarakat di Desa Rimpian hendaknya untuk lebih mengedepankan
kepentingan bersama dan lebih meningkatkan kegiatan gotong royong yang
sudah ada agar pengelolaan sumber air bersih bisa berjalan baik dan
berkelanjutan.
2. Bagi pendamping dan penggerak masyarakat yang dipilih untuk mengajak
masyarakat di desa rimpian menjaga dan mengelola sumber air bersih agar lebih
baik dan memperhatikan kebutuhan masyarakat Desa Rimpian Kecamatan Lubuk
Batu Jaya akan pentingnya air bersih dan tidak sulit lagi mencari sumber air
bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Bersumber dari buku:
Anwas, 2010, Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global, Jakarta: Balai Pustaka
Aziz Muslim, 2009, Metedologi Pengembangan Masyarakat, Yogyakarta: Teras
Kompleks POLRI Gowok Blok D 2 No 186.
Burhan Bungin, 2007, Penelitian Kualitatif, Jakarata: Prenada Media Group.
Burhan Bungin, 2006, Sosiologi Komunikasi, Teori Paradikma dan Diskursus
Teknologi Komunikasi Di Masyarakat, Jakarta: Kencana Pranada Media Grup.
Budiman chandra, 2012, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: EGC, Erlangga.
Fachruddin M. Mangunjaya, 2010, Konservasi Alam Dalam Islam, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Hany Hikmat, 2004, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora
Utama Press.
Kodoatie, 2002, Pengelolaan Sumber Daya Air Dalam Era Otonomi Daerah,
Jogyakarta: Pustaka Pelajar
Lukman Hakim Dkk, 1999, Sosiologi, Bandung: Grafindo Media Pratama.
Lexy J Moleong, 1993, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulia Ricki, 2005, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: PT. Graha Ilmu.
Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Syafe‟i, 2001, Pengembangan Masyarakat
lslam Dari ldiologi Sampai Tradisi, Bandung: Remai & Rosdakarya.
Republik Indonesia, 2014, ”Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2014 Tentang
Sumber Daya Air” dalam S.F. Marbun, Pengelolaan Sumber Daya Air
yogyakarta: liberty.
Siti Amanah, 2014, Pemberdayaan Sosial Petani-Nelayan, Keunikan Agroekosistem,
dan daya saing, Jakarta: Pustaka Obor Indonesia
.
Soetomo, 2012, Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soekidjo, 2011, Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni, Jakarta: PT. Rineke Cipta.
Suderman M, 2001, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi
Komunitas, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Surpadan Dadang, 2009, Pengatar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ulber Silalahi, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Refika Aditama.
Zubaedi, 2013, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik, Jakarta: Pernada
Media Group.
Bersumber dari buku terjemahan:
Departemen Agama RI, 2010,Al-Qur’an dan Tafsirnya Edisi Yang Disempurnakan,
Jakarta: Lentera Abadi.
Departemen Pendidikan Nasional, 2007, KBBI Edisi ketiga, Jakarta: BalaiPustaka.
Bersumber dari http :
www.airbersih.org diakses pada 2017 20:00 Mei
Www.Masyarakat Islam.di akses pada 12 2017 19:00 Juli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Mahfush Syahputra Saragih
TTL : Rimpian, 10 Mei 1995
Asal Daerah : Rimpian, Lubuk Bata Jaya
Alamat : Jl. Besar Rimpian Dusun III, Lubuk Batu Jaya
No. HP : 0822-7392-5173
B. Pendidikan
Tahun 2001- 2007 : SDN 017 Lubuk Batu Tinggal
(Lulus dan Berijazah)
Tahun 2007- 2010 : SMPN 01 Sungai Lala
(Lulus dan Berijazah)
Tahun 2010- 2013 : MA Swasta Al-Jam‟iyatul Washliyah 26 Tinnokah
(Lulus dan Berijazah)
Tahun 2013 - Sekarang : S1 UIN Sumatera Utara Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam
C. Pengalaman Organisasi
1. Pengurus LDK Al-izzah Uin SU periode 2014-2015
2. Ketua Kabid. Agama FORMASI ( Forum Mahasiswa
Sipispis ) Periode 2015-2017
3. Ketua IPA ( Ikatan Pelajar Al-washliyah ) Kec. Sipispis
2011-2013
4. Pengurus Wilayah GPII Sumut periode 2015-2018
Medan, 08 November 2017
Mahfush Syahputra Saragih
NIM: 13133017
Daftar Wawancara Dengan Kepala Desa Rimpian Kecamatan Lubuk Batu Jaya
Kabupaten Indra Giri Hulu
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya penampungan sumber air bersih?
2. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pembangunan sumber air bersih
ini dibangun?
3. Berapakah jumlah anggota yang ikut dalam kepengurusan pengelolaan sumber
air bersih?
4. Bagaimana pemilihan anggota pengerus dan penjaga penampuangan sumber
air bersih?
5. Adakah kendala setelah dibanguna pengelolaan sumber air bersih?
6. Apakah masyarakat pernah merasa resah setelah pemabnguan sumber air
bersih ini sudah berjalan cukup lama?
Daftar Wawancara Dengan Pengurus Penjaga Pengelola Sumber Air Bersih
1. Sudah berapa lama bapak menjadi pengurus pengeloalaan sumber air bersih?
2. Bagaimana sistem pemilihan anggota pengurus yang dilakukan?
3. Berapakah anggota pengurus dan berapakah masa jambatan untuk pengurus
pengeloaan sumber air bersih?
4. Apa saja upaya yang dilakukan pengurus untuk agar pengelolaan ini berjalan
lancar dan tetap terjaga?
5. Bagaimana sistem penjaga dari pengeloaan sumber air bersih?
6. Apa saja kendala untuk mengurus pengelolaan sumber air bersih?
7. Bagaimanakah komunikasi antar organisasi masyarakat dengan pengurus
pengeloaan sumber air bersih?
Daftar Wawancara Dengan Masyarakat Desa Rimpian
1. Sudah berapa lama bapak menikmati sumber air bersih?
2. Bagaimana pendapat bapak terhadapa pengelolaan sumber air bersih?
3. Apa faktor sesungguhnya yang membuat kesadaran masyarakat terhadap
pengelolaan sumber air bersih?
4. Apa harapan bapak tentang masyarakat terhadap pengelolaan sumber air
bersih?