FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER
PAYUDARA PADA WANITA PASANGAN USIA
SUBUR DI RSU VINA ESTETICA
TAHUN 2019
SKRIPSI
SENI FATMAWATI
1801032269
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER
PAYUDARA PADA WANITA PASANGAN USIA
SUBUR DI RSU VINA ESTETICA
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Kebidanan D4 dan Memperoleh
Gelar Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)
Oleh :
SENI FATMAWATI
1801032269
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Telah di Uji Pada Tanggal : 20 Januari 2020
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Ida Lestari Tampubolon, SKM, M.Kes
Anggota : 1. Mila Syari, SST, M.Keb
2. Nurrahmaton, SST, M.Kes
i
ii
ABSTRAK
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER PAYUDARA
PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI RSU VINA
ESTETICA TAHUN 2019
SENI FATMAWATI
1801032269
Kanker payudara adalah salah satu keganasan terbanyak dan memiliki
angka kematian cukup tinggi pada wanita. Menurut data World Health
Organization (WHO) tahun 2018 menyatakan bahwa beban kanker global
diperkirakan meningkat menjadi 18,1 juta kasus baru dan terhitung 9,6 juta
kematian akibat kanker. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor
yang berhubungan dengan kanker payudara pada wanita pasangan usia subur di
RSU Vina Estetica tahun 2019.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita
pasangan usia subur yang mengalami kanker payudara sebanyak 32 responden
dengan teknik pengambilan sampel adalah Accidental Sampling yaitu teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti di RSU Vina
Estetica dapat digunakan sebagai sampel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari uji Chi-Square diperoleh
berat badan ibu p=0,000 <α 0,05, usia menarche p=0,017<α 0,05, lama pemakaian
kontrasepsi hormonal p=0,048<α 0,05 dan mengkonsumsi makanan cepat saji
p=0,022< α 0,05.
Kesimpulan bahwa ada hubungan antara berat badan ibu, usia menarche,
lama pemakaian kontrasepsi hormonal dan mengonsumsi makanan cepat saji
dengan kanker payudara pada wanita pasangan usia subur di RSU Vina Estetica
tahun 2019. Disarankan kepada ibu mengalami kanker payudara agar tetap
menjaga kesehatannya terlebih dalam pola gaya hidupnya sehari-hari diharapkan
tetap memiliki gaya hidup sehat yang baik agar terhindar dari suatu penyakit
terutama penyakit dengan kasus kanker payudara.
Kata Kunci : Berat Badan Ibu, Usia Menarche, Lama Pemakaian
Kontrasepsi Hormonal, Mengosumsi Makanan Cepat
Saj, Kanker Payudara
Daftar Pustaka : 10 buku + 15 jurnal + 3 Internet
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kanker Payudara Pada
Wanita Pasangan Usia Subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb) pada Program Studi
D4 Kebidanan Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini banyak kesalahan dan
kekurangannya, namun harapan penulis, pembaca dapat memperoleh manfaat dan
memberikan masukan untuk penulis selanjutnya dengan harapan penelitian ini
dapat berkembang dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini, terutama :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes, selaku Pembina Yayasan
Helvetia.
2. Iman Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes selaku Ketua Yayasan Helvetia.
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si, selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan
4. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
5. Elvi Era Liesmayani, S.Si.T, M.Keb, selaku Ketua Program Studi D4
Kebidanan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. Ida Lestari Tampubolon, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pebimbing I yang
memberikan bimbingan, arahan dalam penyusunan Skripsi ini.
7. Mila Syari, SST, M.Keb, selaku Dosen Pebimbing II yang memberikan
bimbingan, arahan dalam penyusunan Skripsi ini.
8. Nurrahmaton, SST, M.Kes, selaku Dosen Penguji III yang memberikan
bimbingan, arahan dalam penyusunan Skripsi ini.
9. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan
yang telah membantu saya dalam menyelesaikan Skripsi ini.
10. Kepada Kepala RSU Vina Estetica yang telah bersedia menerima dan
memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di RSU
Vina Estetica.
11. Atas rasa cinta yang tulus serta penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
ucapkan Terimakasih kepada kedua orangtua dan seluruh keluarga besar yang
saya cintai.
12. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan di Institut Kesehatan Helvetia
Medan, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu namanya, yang telah
membantu menyelesaikan program studi ini.
iv
Dalam kesempatan ini penulis mengharapkan kritik saran yang
membangun dan Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan Karunia kepada
kita semua hingga Skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis
mengucapkan banyak terimakasih.
Medan, 20 Januari 2020
Seni Fatmawati
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
Nama : Seni Fatmawati
Tempat/Tangal lahir : Namo Buaya, 17 Oktober 1996
Agama : Islam
Anak Ke : 1 (Satu) Dari 5 (Lima)Bersaudara
Status : Belum Kawin
II. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Fajar Munte
Pekerjaan : Petani
Nama Ibu : Lena Hati
Pekerjaan : IRT
Alamat : Dusun Batu Napal Indah
III. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2003-2009 : SD Negeri Namo Buaya
2. Tahun 2009-2012 : SMP Negeri 1 Simpang Kiri
3. Tahun 2012-2015 : SMK Negeri 1 Simpang Kiri
4. Tahun 2015-2018 : D-III Akademi Kebidanan Helvetia Medan
5. Tahun 2018-2019 : D-IV Kebidanan Institut Kesehatan Helvetia
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN
ABSTRACT ................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 11
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 11
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 15
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu .................................................... 15
2.2. Kanker Payudara .......................................................................... 17
2.2.1. Payudara ........................................................................ 17
2.2.2. Kanker Payudara ........................................................... 21
2.2.3. Etiologi Kanker Payudara ............................................. 23
2.2.4. Patofisiologi Kanker Payudara ...................................... 28
2.2.5. Reaksi Awal Apabila di Jumpai Kelainan Pada
Payudara ........................................................................ 29
2.2.6. Tanda dan Gejala Kanker Payudara .............................. 30
2.2.7. Diagnosa Kanker Payudara ........................................... 33
2.2.8. Jenis-Jenis Kanker Payudara ......................................... 37
2.2.9. Klasifikasi Kanker Payudara ......................................... 38
2.2.10. Perkembangan Sel Kanker ............................................ 42
2.2.11. Strategi Pencegahan Kanker Payudara ......................... 45
2.3. Faktor yang Berhubungan Dengan Kanker Payudara ................. 54
2.3.1. Berat Badan Ibu ............................................................ 54
2.3.2. Usia Menarche .............................................................. 56
2.3.3. Lama Pemakaian Kontrasepsi Hormonal ...................... 60
2.3.4. Mengkonsumsi Makanan Cepat saji ............................. 62
2.4. Pasangan Usia Subur (PUS) ........................................................ 69 2.5. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 70
vii
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 72
3.1. Desain Penelitian ......................................................................... 72
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 72
3.2.1. Lokasi Peneliti............................................................... 72
3.2.2. Waktu Peneliti ............................................................... 72
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................... 73
3.3.1. Populasi ......................................................................... 73
3.3.2. Sampel ........................................................................... 73
3.4. Kerangka konsep ......................................................................... 73
3.5. Defenisi Operasional dan aspek pengukuran .............................. 74
3.6. Teknik pengumpulan data ........................................................... 77
3.6.1. Data Primer ................................................................... 77
3.6.2. Data sekunder ................................................................ 77
3.6.3. Data tersier .................................................................... 77
3.7. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 78
3.8. Analisis data ................................................................................ 79
3.8.1. Analisis Univariat ......................................................... 79
3.8.2. Analisa Bivariat............................................................. 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 79
4.1. Gambar Lokasi Penelitian ........................................................... 79
4.1.1. Profil Rsu Vina Estetica ................................................ 79
4.1.2. Lokasi ............................................................................ 83
4.1.3. Fasilitas RSU VINA ESTETICA .................................. 83
4.1.4. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Vina Estetica 84
4.2. Analisis Univariat ........................................................................ 84
4.2.1. Berat Badan Ibu ............................................................. 84
4.2.2. Usia Menarche ............................................................... 85
4.2.3. Lama Pemakaian Kontrasepsi Hormonal ...................... 85
4.2.4. Mengonsumsi Makanan Cepat Saji ............................... 86
4.2.5. Kanker Payudara ............................................................ 86
4.3. Analisis Bivariat .......................................................................... 87
4.5. Pembahasan ................................................................................. 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 107
5.1. Kesimpulan.................................................................................. 107
5.2. Saran ............................................................................................ 107
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 109
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar ` Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................... 74
Gambar 4.1. Struktur Organisasi RSU Vina Estetica .......................... 84
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen (X variable) dan
Dependen (Y variable). ....................................................... 76
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan
Ibu Dengan Kanker Payudara Pada Wanita Pasangan Usia
Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019. .......................... 84
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Menarche Dengan Kanker Payudara Pada Wanita Pasangan
Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019. ................. 85
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama
Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Kanker
Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina
Estetica Tahun 2019. ........................................................... 85
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kanker
Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina
Estetica Tahun 2019. ........................................................... 86
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kanker
Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina
Estetica Tahun 2019. ........................................................... 86
Tabel 4.6. Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Kanker Payudara Pada
Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun
2019. ................................................................................... 87
Tabel 4.7. Hubungan Usia Menarche Dengan Kanker Payudara Pada
Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun
2019. ................................................................................... 88
Tabel 4.8. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan
Kanker Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di
RSU Vina Estetica Tahun 2019. .......................................... 89
Tabel 4.9. Hubungan Mengonsumsi Makanan Cepat Saji Dengan
Kanker Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di
RSU Vina Estetica Tahun 2019. .......................................... 91
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner .................................................................... 112
Lampiran 2 : Master Data Penelitian ................................................. 116
Lampiran 3 : Hasil Out put Penelitian ............................................... 117
Lampiran 4 : Surat Survey Awal ....................................................... 129
Lampiran 5 : Surat Balasan Survey Awal .......................................... 130
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian ..................................................... 131
Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Penelitian........................................ 132
Lampiran 8 : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi .......................... 133
Lampiran 9 : Lembar Revisi Proposal ............................................... 134
Lampiran 10 : Lembar Revisi Skripsi .................................................. 135
Lampiran 11 : Lembar Bimbingan Proposal ........................................ 136
Lampiran 12 : Lembar Bimbingan Skripsi .......................................... 138
Lampiran 13 : Dokumentasi................................................................. 140
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan
sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan
sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut
metastasis. Sel kanker bersifat ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis
sel di tubuh manusia. Kanker hingga saat ini menjadi masalah kesehatan di dunia
termasuk Indonesia. Jenis kanker yang banyak diderita dan ditakuti oleh
perempuan adalah kanker payudara. Pada umumnya kanker payudara menyerang
kaum wanita, kemungkinan menyerang kaum laki-laki sangat kecil yaitu 1:1000
kelahiran hidup. (1)
Kanker payudara atau istilah medisnya Carcinoma Mammae adalah
momok pembunuh kedua bagi kaum wanita Indonesia setelah kanker rahim.
Kanker payudara terjadi karena terganggunya sistem pertumbuhan sel di dalam
jaringan payudara. Payudara tersusun atas kelenjar susu, jaringan lemak, kantung
penghasil susu, dan kelenjar getah bening. Sel abnormal bisa tumbuh di tempat
bagian tersebut dan mengakibatkan kerusakan yang lambat tetapi pasti menyerang
payudara. (2)
Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research onCancer
(IARC) pada tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian
sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6
2
perempuan di dunia mengalami kejadian kanker. Data tersebut juga menyatakan 1
dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan, meninggal karena kanker.
Kanker payudara adalah salah satu keganasan terbanyak dan memiliki
angka kematian cukup tinggi pada wanita. Menurut data World Health
Organization (WHO) tahun 2018 menyatakan bahwa beban kanker global
diperkirakan meningkat menjadi 18,1 juta kasus baru dan terhitung 9,6 juta
kematian akibat kanker. Pada kanker payudara terdapat 2,09 juta kasus dan
presentase kematian akibat kanker payudara sebesar 627.000. pola global
menunjukkan bahwa hampir dari setengah kasus baru dan lebih dari setengah
kematian akibat kanker di seluruh dunia di perkirakan terjadi di Asia (57,3%). (3)
Menurut American Cancer Society (2018) di Negara Amerika Serikat 44
ribu pasien meninggal karena penyakit kanker payudara, sedangkan di Eropa
>165 ribu. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker
payudara stadium akhir (stadium 4) dan hanya bertahan hidup 18 sampai 30
bulan. Kemantian akibat NCD (Non-Communicable Diseases) di proyeksikan
lmeningkat 15% secara global antara tahun 2010 dan 2020, hingga mencapai 44
juta kematian. Peningkatan tertinggi (diperkirakan 20%) akan terjadi di negara
Afrika, Asia Tenggara dan Mediterania Timur. Akan tetapi negara-negara yang
perkirakan mempunyai jumlah angka kematian tertinggi pada tahun 2020 ada Asia
Tenggara (10,4 juta kematian) dan Pasifik Barat (12,3 juta kematian).(4)
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia pada tahun (2018)
diperkirakan (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara,
sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki
3
laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 10,9 per 100.000 penduduk, yang diikuti dengan kanker hati sebesar
12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.
Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker
payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17
per 100.000 penduduk yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. (5)
Kanker payudara atauBreast Cancer (BC)merupakan kanker yang
menyebabkan angkamortalitas tertinggi pada wanita diantarakanker yang lain.
Pada tahun 2020 penderitakanker payudara di perkirakan akanmeningkat empat
kali lipat dibandingkan pada 2012 yang berjumlah 1.7 juta. Insidenspenderita
kanker payudara adalah 20% dariseluruh keganasan.
Menurut data hasil utama Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018
menyatakan bahwa Indonesia mengenai kanker payudara menempatiurutan kedua
kanker paling banyak padaperempuan. Sekitar 30% dari kanker yangada di
Indonesia adalah kanker payudara.Secara nasional prevalensi penyakit kankerpada
penduduk semua umur di Indonesiatahun 2013 sebesar 1,4% atau
diperkirakansekitar 347.792 orang meningkat menjadi 1,79 per 1000 penduduk
pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta
4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan
Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk. Masalah terbesar dalam penanggulangan kanker
saat ini adalah banyaknya informasi yang kurang dapat dipertanggung jawabkan
tersebar di masyarakat sehingga pasien tidak melakukan pengobatan secara benar
4
dan baru datang ke fasilitas pelayanan kesehatan setelah terlambat ditangani.
Sebanyak 43% dari seluruh kasus kanker dapat dicegah dengan menerapkan pola
hidup sehat, sedangkan 30% dari kasus dapat disembuhkan bila ditemukan dan
diobati pada keadaan dini(6)
Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Pada Tahun 2017 menyatakan
bahwa kanker payudara di Sumatera utara menempati urutan ke dua setelah
kanker serviks, penderita kanker payudara di Sumatera utara pada tahun 2017
sebanyak 194 kasus wanita dengan kanker payudara, dan pada kota Medan
terdapat sebanyak 70 kasus wanita yang menderita kanker payudara. Sebagian
besar penderita kanker payudara terdiagnosis pada stadium lanjut (stadium 4). Hal
ini disebabkan pengetahuan masyarakat yang masih kurang. Faktor lain yang
dapat menjadi predisposisi kanker payudara adalah faktor ekonomi yang
menghambat pasien dalam mendapatkan pengobatan medis yang memadai. (7)
Di Rumah Sakit Vina Estetica jumlah ibu yang mengalami kanker pada
periode tahun 2018 sampai dengan Juli tahun 2019 sebanyak 130 kasus ibu
mengalami kanker payudara. Kanker payudara cendrung berdampak pada
perempuan yang memasuki usia senja di atas 50 tahun. Terdapat 8 sampai 10
kasus kanker payudara terjadi pada perempuan usia dini. Ada beberapa faktor
pemicu munculnya kanker payudara pada perempuan. Selain disebabkan oleh
faktor genetik dan lingkungan, kebiasaan gaya hidup sehari-hari menjadi momok
munculnya kanker payudara. Saat ini tidak ada pengetahuan yang cukup tentang
penyebab kanker payudara, karena itu kesadaran deteksi dini merupakan salah
satu cara pengendalian kanker payudara. Ketika kanker payudara terdeteksi dini
5
dan didiagnosis serta pengobatan yang memadai tersedia, maka akan ada
kesempatan bahwa kanker payudara dapat di sembuhkan.
Etiologi dari penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Akan
tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang
berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan terjadinya kanker
payudara. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor resiko yang antara lain adalah
faktor reproduksi seperti menarche atau haid pertama usia kurang dari 12 tahun,
menopause di usia lebih dari 50 tahun, melahirkan anak pertama usia lebih dari 35
tahun, faktor endokrin sepeti pemakaian kontrasepsi oral atau hormonal dalam
waktu lama, makanan cepat saji yaitu diet seperti makanan berlemak, minuman
alkohol, genetik atau riwayat keluarga, terpapar radiasi pengion saat pertumbuhan
payudara. Perlu diingat, apabila seorang perempuan memiliki faktor risiko, bukan
berarti perempuan tersebut pasti akan menderita kanker payudara, tetapi faktor
tersebut akan meningkatkan kemungkinan untuk menderita kanker payudara.
Keterlambatan diagnostik dapat disebabkan oleh ketidaktahuan pasien,
ketidaktahuan dokter atau tenaga medis atau keterlambatan rumah sakit.
Penderita kanker payudara sering terlambatmengetahui penyakitnya,
sehingga datangkerumah sakit ketika sudah masuk stadiumakhir. Deteksi awal
sangat diperlukan agarpengobatan penderita kanker payudara lebihcepat
dilakukan, yang termasukdeteksi awal kanker payudara adalah pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI), USG, Mamografi, biopsi awal, dan skrining awal
oleh dokter. SADARI kanker payudara merupakan teknik skrining yang dapat
6
dilakukan oleh semua orang dan efektif mengurangi angka mortalitas kanker
payudara. (8)
Ancaman kanker di Indonesia semakin meningkat seiring dengan
perubahan pola hidup masyarakat. Menurut organisasi Penanggulangan Kanker
Dunia dan Badan Kesehatan Dunia diperkirakan terjadi peningkatan kanker di
dunia 300 persen pada tahun 2030 dan mayoritas terjadi di negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia. (9)
Berat badan yang berlebih atau obesitas dapat memicu terjadinya kanker
payudara. Faktor risiko yang mengakibatkan kanker payudara adalah berkaitan
dengan gaya hidup yang tidak sehat dan asupan energi yang berlebih
menyebabkan berat badan meningkat dan menjadi obesitas. Berat badan yang
berlebih atau sering disebut dengan obesitas menyebabkan 30 % risiko terjadinya
kanker payudara. Asupan energi yang berlebih pada obesitas menstimulasi
produksi hormon estrogen terutama pada menoopause sehingga berat badan yang
berlebih atau obesitas memiliki risiko untuk terjadinya kanker payudara.
Obesitas yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara adalah pada
wanita yang mengalami obesitas akibat pola diet makanan berlemak dengan
frekuensi tinggi yang dapat meningkatkan konsentrasi estrogen dalam darah akan
dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara karena efek proliferasi dari
estrogen pada duktus epitelium payudara. Beberapa bukti menunjukkan bahwa
perubahan metabolik pada pasien kanker payudara dengan Body Mass Index
(BMI) tinggi. BMI berhubungan dengan resistansi insulin dan khususnya
perubahan terkait produksi sitokin oleh jaringan adiposa. Jaringan tersebut
7
merupakan kontributor utama terhadap sifat agresif dari kanker payudara yang
berkembang melalui pengaruhnya terhadap angiogenesis dan stimulasi
kemampuan invasif dari sel kanker dan akan memicu terjadinya kanker payudara.
Faktor penyebab kanker payudara dapat berhubungan dengan usia
menarche. Menarche didefinisikan sebagai haid pertama kali yang dialami oleh
seorang perempuan. karena usia menarche yang terlalu dini menyebabkan remaja
tersebut terpapar hormon estrogen yang lebih lama dibandingkan dengan remaja
yang menarche normal. Pada perempuan hormon estrogen pemicu penyebab awal
kanker. Anak perempuan di Indonesia mangalami menarche < 12 tahun yaitu
sebanyak 20,9% pada tahun 2017, usia menarche yang terlalu dini atau di umur
kurang dari 12 tahun dapat meningkatkan risiko penyakit kanker payudara.
Semakin muda usia seorang perempuan pada saat menarche, semakin tinggi
risikonya mengidap kanker payudara dan menarche yang terjadi lebih akhir (usia
12 tahun atau lebih tua) dapat mengurangi risiko terjadinya kanker payudara. (10)
Menarche atau menstruasi pertama yang dialami oleh seorang perempuan
menandakan perubahan signifikan pada fungsi reproduksi perempuan tersebut.
Perubahan tersebut dimulai oleh perubahan hormon selama pubertas. Regulasi
endokrin tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor sejak fase prenatal.
Periode pubertas yang lebih awal merupakan masalah medis dan sosial, yang
mana hal ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas di kemudian hari.
Peningkatan sosio ekonomi dapat menghasilkan periode menstruasi yang lebih
awal, hal ini dapat berhubungan dengan berbagai macam masalah kesehatan di
8
kemudian hari seperti kanker payudara, diabetes mellitus tipe 2, infertilitas,
penyakit kardiovaskular dan obesitas.
Kontrasepsi merupakan salah satu upaya yang dapat dipilih dalam rangka
mencegah terjadinya pembuahan dan kehamilan. Penggunaan kontrasepsi
hormonal merupakan salah satu penyebab kanker payudara. Penggunaan alat
kontrasepsi di Indonesia berada di atas rata-rata di Asean, dengan rentang umur
perempuan pengguna kontrasepsi 15-49 tahun sebanyak 8,5% tahun 2017. Metode
kontrasepsi tertinggi yang digunakan adalah kontrasepsi hormonal, dimana
mengandung hormon estrogen dan progesteron. Usia dan lama penggunaan
kontrasepsi hormonal memengaruhi kanker payudara sebanyak 8,9%. Pemakaian
alat kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
Alat kontrasepsi hormonal tersebut dapat berupa pil, yaitu pil KB kombinasi dan
pil KB mini, suntik, maupun implant atau norplan yang umumnya dikenal dengan
istilah susuk KB. Pemakaian kontasepsi hormonal dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan risiko terkena kanker payudara menjadi semakin meningkat. Risiko
peningkatan kanker payudara tersebut juga terjadi pada perempuan yang
menggunakan terapi hormon, seperti hormon eksogen. Hormon eksogen tersebut
dapat menyebabkan peningkatan risiko terkena kanker payudara. Peningkatan
risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi hormonal dikarenakan
kombinasi estrogen dan progestin menyebabkan kanker payudara terjadi pada
perempuan yang ≥5 tahun setelah menggunakan kontrasepsi. (11)
Kanker payudara juga berkaitan dengan pola konsumsi makanan sehari-
hari atau cepat saji. Di Indonesia diketahui bahwa proporsi wanita yang
9
mengonsumsi makanan berlemak dalam kategori tinggi sebesar 91,7%. Wanita
yang mengonsumsi makanan cepat saji yang berlemak tinggi akan berisiko 4 kali
lebih besar untuk menderita kanker payudara. Mengkonsumsi junk foods ecara
berlebihan dari usia dini dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara di
karenakan makanan siap saji mengandung bahan pengawet ataupun zat kimia
sehingga ketika masuk dalam tubuh, zat atau racun inilah yang menumbuhkan sel-
sel penyakit terutama di payudara dan juga membuat lemak tubuh akan
meningkat apalagi tidak diimbangi dengan olahraga sehingga akan berlanjut pada
resitansi insulin sehingga keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak
karbohidrat yang mengandung gula menjadi meningkat yang akan memicu
terjadinya kanker payudara.
Hasil analisis statistik faktor risiko konsumsi fast food terhadap
kejadian FAM pada pada pasien Poli Onkologi dan Poli Umum RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017, diketahui bahwa dari 66
responden (100%) pada kelompok kasus, terdapat 48 responden (72,7%) yang
berisiko tinggi mengonsumsi fast food dan terdapat 18 responden (27,3%) yang
berisiko rendah mengonsumsi fast food. Sedangkan pada kelompok kontrol, dari
66 responden (100%) terdapat 24 responden (36,4%) yang berisiko tinggi
mengonsumsi fast food dan 42 responden (63,6%) yang berisiko rendah
mengonsumsi fast food. Hasil analisis statistik dengan uji chi square faktor risiko
konsumsi fast food terhadap kejadian Penyakit Fibroadenoma Mammae pada
Confidence interval (CI) 95% diperoleh nilai OR yakni 4,667, maka OR
dinyatakan bermakna. Sehingga dapat dinyatakan bahwa risiko tinggi
10
mengonsumsi fast food merupakan faktor risiko kejadian FAM, artinya orang
yang berisiko tinggi mengonsumsi fast food mempunyai risiko menderita FAM 4
kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang berisiko rendah mengonsumsi
fast food. (Junk food dengan fam)
Junk food disebut juga makanan sampah. Hal ini dikarenakan kandungan
gula dan lemak jenuhnya yang tinggi dan ditambah dengan kandungan zat adiktif
seperti monosodium glutamate, tatrazine yang memiliki efek negatif bagi tubuh
jika dikonsumsi. Makanan yang dikategorikan sebagai junk food biasanya
mengandung sodium, saturated fat, dan kolesterol. Kebiasaan mengkonsumsi junk
food di kalangan anak-anak modern akan mempengaruhi peningkatan gizi. Hal ini
disebabkan karena kandungan lemak, protein hewani, dan trans lemak yang
terdapat dalam junk food akan memicu pengeluaran hormonhormon yang
berpengaruh terhadap terjadinya kanker payudara.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti di RSU Vina
Estetica pada tanggal 12 AgustusTahun 2019 di peroleh bahwa terdapat ibu
wanita pasangan usia subur mengalami kanker payudara sebanyak 4 orang, dari
hasil yang didapat ada 2 orang ibu wanita pasangan usia subur mangatakan
berusia 45 tahun yang mengalami kanker payudara, ibu tersebut mengatakan
bahwa sebelum terkena kanker payudara ibu sering mengkonsumsi makanan
cepat saji karna mudah di dapat dan praktis seperti indomie, kfc, bakso, serta
makanan yang banyak mengandung penyedap rasa, kemudian ibu juga
mengatakan bahwa ibu sedang menggunakankontrasepsi suntik 3 bulan yaitu
selama 5 tahun dan berat badan ibu selalu bertambah.kemudian 1 orang ibu
11
berusia 35 tahun, mangatakan bahwa ibu tersebut mengalami kanker payudara di
karenakan ibu mendapat menstruasi yang cepat di usia 9 tahun, dan 1orang ibu
lagi berusia 39 tahun, mengatakan bahwaia mengetahui penyebab kanker
payudara yang dialaminya, hanya saja ibu mengatakan tidak pernah melakukan
pemeriksaan payudara sendiri atau deteksi dini kanker payudara.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang” Faktor yang Berhubungan dengan Kanker Payudara Pada Wanita
Pasangan Usia Subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Faktor apa saja yang berhubungan dengan kanker payudara
pada wanita pasangan usia subur di RSU Vina Estetica tahun 2019.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor yang berhubungan dengan
kanker payudara di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berat badan ibu dengan kanker
payudara pada wanita pasangan usia subur di RSU Vina Estetica Tahun
2019.
12
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi usia menarche dengan kanker
payudara pada wanita pasangan usia subur di RSU Vina Estetica Tahun
2019.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi lama pemakaian kontrasepsi
hormonal dengan kanker payudara pada wanita pasangan usia subur di
RSU Vina Estetica Tahun 2019.
4. Untukmengetahui distribusi frekuensi mengkonsumsi makanan cepat saji
dengan kanker payudara pada wanita pasangan usia subur di RSU Vina
Estetica Tahun 2019.
5. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kanker payudara pada wanita
pasangan usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
6. Untuk mengetahui hubungan berat badan dengan kanker payudara pada
wanita pasangan usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
7. Untuk mengetahui hubungan usia menarchedengan kanker payudara pada
wanita pasangan usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
8. Untuk mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal
dengan kanker payudara pada wanita pasangan usia subur di RSU Vina
Estetica Tahun 2019.
9. Untuk mengetahui hubungan mengkonsumsi makanan cepat sajidengan
kanker payudara pada wanita pasangan usia subur di RSU Vina Estetica
Tahun 2019.
13
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan pengetahuan
serta sebagai bahan bacaan sebagai mahasiswa institut kesehatan helvetia juga
sebagai referensi atau bahan acuan untuk penelitian.
1.4.1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberi harapan wawasan pemikiran dan informasi
dalam kebidang tentang faktor yang berhubungan dengan kanker payudara pada
wanita pasangan usia subur.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi responden
Untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan tentang penyebab kanker
payudara dan deteksi dini serta melakukan perawatan payudara agar tidak
mudah terkena kanker payudara.
2. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan dan mempraktekkan
teori yang diperoleh, selain itu untuk menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalaman dibidang kesehatan.
3. Bagi Institusi kesehatan Helvetia
Sebagai bahan bacaan tambahan, referensi di perpustakaan Institut
Kesehatan Helvetia Medan dan juga sebagai bahan masukan serta
menambah wawasan bagi Mahasiswi yang akan mengadakan penelitian
selanjutnya.
14
4. Bagi Tempat Penelitian RSU Vina Estetica
Hasil dari penelitian dapat menjadi bahan informasi bagi tenaga kesehatan
dan bahan masukan untuk pasien di RSU Vina Estetica dalam penanganan
Ca-Mammae atau kanker payudara dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik yang
diberikan oleh petugas kesehatan khususnya bidan kepada keluarga atau
masyarakat, dan menjadi bahan masukan dalam rangka meningkatkan
mutu atau kualitas dalam memperbaiki sistem pelayanan serta dapat
mengajarkan ibu untuk melakukan deteksi dini untuk pencegahan
terjadinya kanker payudara.
5. Bagi Penelitian Selanjutnya
Untuk menambah wawasan belajar dalam menerapkan ilmu dan teori yang
di dapatkanselama kuliah, agar mempermudah peneliti selanjutnya untuk
mempertimbangkan masalah yang ingin diteliti ke dalam lahan praktek di
lingkungan masyarakat, peningkatan daya pikir dan mengamati suatu
masalah sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, bagi
mahasiswa selanjutnya dalam meneliti faktor yang berhubungan dengan
kanker payudara pada wanita usia subur.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitrian Prabandari tahun 2016
dengan judul faktor yang mempengaruhi kejadian kanker payudara di RSUD Dadi
Keluarga Purwokerto menunjukkan bahwa di RS Umum Dadi Keluarga
Purwokerto karena terjadi peningkatan insidens kanker payudaradari bulan januari
– oktober 2016 sejumlah 2.320 kasus kanker payudara. Hasil dari analisis bivariat
akan dianalisis menggunakan regresi logistik pada masing-masing variabel
dengan nilai p< 0,25. Tidak terdapat hubungan faktor usia dengan kejadian kanker
payudara di RSU Dadi Keluarga Purwekerto. Terdapat hubungan faktor usia
menarche dengan kejadian kanker payudara di RSU dadi Keluarga Purwekerto.
Terdapat hubungan faktor lama menyusui engan kejadian kanker payudara di
RSU dadi keluarga Purewekerto.(11)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyowati pada tahun
2017, dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker
Payudara di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2017
menunjukkan bahwa penderita kanker payudara 51,3%, proporsi usia menarche
41,0%, proporsi penggunaan kontrasepsi hormonal sebesar 46,2% dan proporsi
menyusui < 2 tahun sebesar 56,4%. Hasil uji statistic ada hubungan riwayat
keluarga p value = 0,019, tidak menyusui p value = 0,040 dan tidak ada hubungan
usia menarche p value = 1.000 dengan kejadian kanker payudara. (12)
16
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Anna Uswatu dan Triyas
Yuliani dengan judul Hubungan Usia Menarche Dengan Kejadian Kanker
Payudara di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2016 di peroleh hasil
penelitian dari 92 responden yang mengalami kanker payudara sebanyak 85
responden mengalami usia menarche <10 tahun dengan stadium III. Nilai z
dihitung 21.710 dengan nilai p=0,001. Kesimpulan bahwa ada hubungan usia
menarche dengan kejadian kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Tahun 2016. (13)
Hasil penelitian Supardi pada tahun 2016 dengan judul Hubungan Usia
dan Paritas dengan Kanker Payudara di RS Putri Hijau Medan Tahun 2016,
menunjukkan bahwa wanita yang mengalami kanker payudara paling banyak
adalah pada usia 40-50 tahun sebanyak 18 orang (41,9%) dan pada paritas
multipara sebanyak 21 orang (48%). Hasil uji diperoleh nilai p sebesar 0.023
artinya p-value <0.05 sehingga Ha diterima. Artinya terdapat hubungan antara
Hubungan Usia dan Paritas dengan Kanker Payudara di RS Putri Hijau Medan
Tahun 2016.(14)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elisabet Surbakti pada tahun
2015 dengan judul Hubungan Riwayat Keturunan dengan Terjadinya Kanker
Payudara pada Ibu di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015 menunjukkan
bahwa terdapat 82 (56.1%) ibu yang mengalami kanker payudara, berdasarkan
riwayat keturunan mayoritas (34,61%) berada pada usia berisiko > 40 tahun,
berdasarkan paritas, mayoritas dengan nulipara (43,1%), berdasarkan usia
menarche, mayoritas (74,4%) berada pada usia berisiko ≤ 11 tahun, dan
17
berdasarkan riwayat laktasi keturunan dan terjadinya kanker payudara, menurut
usia ibu (p=0,025), paritas (p=0,004), usia menarche (p=0,000). (15)
2.2. Kanker Payudara
2.2.1. Payudara
1. Pengertian Payudara
Payudara adalah sebuah organ yang berisi kelenjar untuk reproduksi sekunder
serta berasal dari lapisan ektodermal. Kelenjar ini dinamakan sebagaikan kelenjar
payudara dan merupakan modifikasi dari kelenjar keringat. Payudara terletak
dibagian superior dari dinding dada. (15)
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua
sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.
Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara
wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran,
sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan
lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium. (15)
2. Anatomi Payudara
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan VI, secara horizontal
mulai dari dipinggir sternum sanpai linea akselaris medialis. Kelenjar susu berada
berada di jaringan subkutan, tepatnya diantara jaringan subkutan superfisal dan
profundus, yang menutupi muskulus pektoralis mayor, bagian kecil seratus
anterior dan obliqus eksterna. (16)
Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktivitas fungsionilnya
seperti apa yang didapatkan pada masa sebelum pubertas, pubertas, adolesen,
18
dewasa, menyusui dan multipara. Payudara membesar pada hamil dan menyusui
dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan
oleh pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
(16)
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan
glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi
kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang
meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki
aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker
maupun penyebaran (metastase) kanker payudara.
Setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat
pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar
tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh
daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut areola mammae. Pada areola
mammae, terdapat tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar
areola di bawahnya. (16)
Berikut ini adalah struktur payudara secara makroskopis adalah sebagai
berikut :
a. Korpus Mamae adalah badan atau bagian yang membesar payudara
b. Areola adalah bagian yang kehitaman di tengah yang merupakan daerah
lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi.
Ukurannya bermacam-macam dengan diameter 2,5 cm. Areola berwarna
merah muda pada wanita yang berkulit coklat dan warna tersebut menjadi
19
gelap pada waktu hamil. Puting susu dan areola disusun oleh urat otot yang
lembut dan merupakan sebuah jaringan tebal berupa urat saraf yang berada di
ujungnya. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak yang dihasilkan oleh
kelenjar montgomery yang berbentuk gelombang-gelombang naik dan
sensitif terhadap siklus menstruasi seorang wanita. Fungsi kelenjar
montgomery adalah untuk melindungi dan meminyaki puting susu selama
menyusui. (16)
c. Papila mammae atau putting susu adalah bagian yang menonjol di puncak
areola payudara dengan panjang ± 6 mm. Papilla tersusun atas jaringan erektil
berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Papilla terletak di
pusat areola mammae setinggi iga keempat, serta mempunyai warna dan
tekstur yang berbeda dari kulit disekelilingnya. Warnanya bermacam-macam
dari merah muda pucat sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan
menyususi. Teksturnya dapat bermacam – macam antara sangat halus sampai
berkerut dan bergelombang. Puting susu biasanya menonjol keluar dari
permukaan payudara. (16)
Secara mikroskopis setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus dari jaringan
kelenjar. Banyaknya jaringan lemak pada payudara bergantung pada faktor,
termasuk usia, persentase lemak tubuh, dan keturunan. Struktur di dalamnya
menyerupai segmen buah anggur atau buah jeruk yang dibelah. Setiap lobus
terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli.
20
a. Alveoli
Alveoli adalah bagian yang mengandung sel-sel yang menyekresi air susu.
Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu yang disebut
acini. Acini mengsekresi faktor-faktor dari darah yang penting untuk
pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel miopel
yang kadang disebut sel keranjang (basket cell) atau sel laba-laba (spider
cell). Apabila sel ini dirangsang oleh oksitosin, maka akan berkontraksi
sehingga mengalirkan air susu ke dalam duktus laktifer.
b. Tubulus Laktifer
Merupakan saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
c. Duktus Laktiferus
Merupakan saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktifer.
Lanjutan masing-masing duktus laktifer meluas dari ampulla sampai muara
papilla mammae atau puting susu.
d. Ampulla
Bagian dari duktus lakifer yang melebar dan merupakan tempat menyimpan
air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat yang
berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-
gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil.
Sedangkan bagian di bawah puting susu, akan terasa seperti kumpulan biji yang
besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda. Untuk
21
mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima
regio, yaitu:
a) Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
b) Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
c) Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
d) Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
e) Regio puting susu (nipple). (17)
2.2.2. Kanker Payudara
Kanker merupakan suatu golongan penyakit yang ditimbulkan oleh sel
tunggal yang tumbuh abnormal dan tidak terkendali, sehingga dapat menjadi
tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat.
Seiring dengan pertumbuhan perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk
suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif)
dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh seperti halnya payudara. Kanker
yang paling banyak terjadi pada wanita merupakan kanker payudara.
Payudara merupakan bagian dari sistem reproduksi yakni kelenjar kulit
dan dalam hidup ini mengambil posisi yang begitu penting. Kelenjar ini tumbuh
besar sebagai kelenjar susu yang dipengaruhi oleh hormon estrogen dan
progesteron. Terletak di bawah kulit dan di atas otot dada. Payudara dewasa
beratnya kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan.
Pada waktu hamil, payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada ibu
menyusui mencapai 800 gram. (17)
22
Disebut kanker payudara ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh,
kehilangan kendali, dan berkembang dengan cepat di dalam jaringan payudara.
Kanker Payudara (Carcinoma mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat
ditakuti oleh kaum wanita, setelah kanker serviks. Jadi, kanker payudara itu pada
prinsipnya adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar kulit, saluran kelenjar,
dan jaringan di sebelah luar rongga dada. Dimana, payudara secara umum terdiri
dari dua tipe jaringan, jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal
(penopang). Sel kanker payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh kita selama
bertahun-tahun tanpa kita ketahui dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau
kanker.
Kanker payudara (carcinoma mammae) adalah suatu penyakit tumor ganas
pada payudara atau salah satu payudara, kanker payudara juga merupakan
benjolan atau masa tunggal yang sering terdapat didaerah kuadrannya atas bagian
luar, benjolan ini keras dan bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakkan. (16)
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, dan
jaringan penunjang tidak termaksud kulit payudara. Payudara secara umum
terbagi dari dua tipe jaringan, jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal
(penopang). Jaringan kelenjar mencakupi kelenjar susu (lobulus) dan saluran susu
(the milk pasage, milk duct). (17)
Tubuh manusia terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh, kadang-kadang
pertumbuhan sel tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.
Apabila pada satu tempat di tubuh manusia, salah satu contoh adalah jaringan
payudara dimana seharusnya ketika ada sel yang rusak, sel tersebut akan mati dan
23
digantikan oleh sel yang baru, tetapi jika pada proses ini terjadi kelainan dimana
sel yang usang tadi tidak langsung mati tetapi membangun sel tambahan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh maka terjadilah pertumbuhan sel-sel yang
berlebihan, dan membentuk suatu benjolan atau tumor di payudara. Tumor ini
dapat bersifat jinak maupun ganas, tumor yang ganas inilah yang disebut dengan
kanker, apabila berada di organ payudara maka disebut dengan kanker payudara.
Kanker payudara juga dapat dijelaskan sebagai suatu kondisi dimana
pertumbuhan sel yang ada di payudara telah kehilangan pengendalian dalam
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali dari pada sel-sel kelenjar maupun salurannya. (17)
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di jaringa payudara. Ia
bisa berada di dalam kelenjar susu, jaringan lemak ataupun dalam jaringan ikat
yang terdapat pada payudara. Kanker itu merupakan pertumbukan sel payudara
yang tidak terkontrol akibat perubahan yang tidak normal dari gen yang tidak
bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel.(18)
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara
yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara.
Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur
pertumbuhan dan diferensiasi sehingga sel ini tumbuh dan berkembang biak tanpa
dapat dikendalikan.
2.2.3. Etiologi Kanker Payudara
Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti karena termasuk
multifaktorial yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa
24
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker
payudara adalah riwayat hormonal dan faktor lain yang bersifat eksogen/faktor luar.
Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kanker payudara.
1. Usia
Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang
lebih besar untuk mendapatkan kanker payudara dan resiko ini akan
bertambah sampai umur 50 tahun dan setelah menopouse. Kejadian kanker
payudara meningkat seiring bertambahnya usia, semakin tua usia wanita,
semakin tinggi risiko untuk manderita kanker payudara. Usia tua 50-69 tahun
merupakan faktor resiko utama yang jadi penyebab kanker payudara dari
pada usia muda < 20 tahun jarang dijumpai kanker payudara. Secara anatomi
dan fungsional, payudara akan mengalami atropi dengan bertambahnya umur,
kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya
perubahan klinis. (19)
2. Paritas
Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun atau yang belum
pernah melahirkan memiliki resiko lebih besar dari pada wanita yang
melahirkan anak pertama di usia belasan tahun. Wanita nulipara memiliki
resiko lebih besar mengidap kanker payudara. (19)
Risiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan
peningkatan usia wanita saat kehamilan pertama dan melahirkan anak
pertama pada usia relatif lebih tua (35 tahun) sedangkan pada wanita dengan
25
paritas nulipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko 30% untuk
berkembang menjadi kanker dibandingkan denga wanita yang mempunyai
paritas multipara. Hal ini disebabkan wanita yang memiliki paritas multipara
menghasilkan hormon progesteron yang lebih banyak dibandingkan dengan
wanita yang memiliki paritas nulipara. Hormon progesteron merupakan
hormon yang mampu menekan produksi hormon estrogen yang dapat memicu
terjadinya kanker payudara. Dengan demikian wanita dengan paritas nulipara
memiliki kecendrungan untuk terkena kanker payudara lebih tinggi daripada
wanita dengan paritas multipara. Penyebabnya adalah wanita nulipara tidak
pernah menyusui sehingga memicu tingginya hormon estrogen yang dapat
menyebabkan kanker payudara. (19)
3. Riwayat Menstruasi
Wanita yang mengalami menstruasi yang pertama atau usia menarche pada
usia lebih dari 12 dan kurang dari 12 tahun memiliki resiko 1,7 hingga 3,4
kali lebih besar dari pada wanita dengan menarche yang datang pada usia
lebih 13 tahun, dan usia 50 tahun memiliki resiko 2,5 hingga 5 kali lipat
lebih tinggi. (19)Usia menarche dini atau menstruasi pertama pada usia relatif
muda atau kurang dari 12 tahun berhubungan dengan peningkatan risiko
kanker payudara. Dewasa ini di negara-negara berkembang, terjadi
pergeseran usia menarche dari sekitar 16-17 tahun menjadi 12-13 tahun. Jika
seorang wanita mengalami menstruasi diusia dini, sebelum usia 12 tahun
wanita akan memiliki peningkatan risisko kanker payudara payudara, karena
semakin cepat seseorang wanita mengalami pubertas, maka semakin panjang
26
pula jaringan payudaranya dapat terkena unsur-unsur berbahaya yang
menyebabkan kanker, seperti bahan kimia, estrogen atau radiasi. (17)
Wanita dengan periode usia menstruasi yang terlalu dini memiliki risiko
kanker payudara yang lebih tinggi. Seorang wanita dikatakan memiliki
periode usia menstruasi terlalu dini dapat dipengaruhi oleh faktor gaya hidup,
gen, lingkungan, status gizi dan kelainan produksi hormon, jika wanita mulai
mengalami menstruasi dibawah usia 12 tahun dan mendapatkan menopause
pada usia dini memiliki risiko terjadinya kanker payudara. (17)
4. Riwayat Keluarga
Wanita yang memiliki riwayat kelurga dengan kanker payudara berisiko 2-3
kali lebih besar, sedangkan apabila yang terkena bukan saudara perempuan
maka resiko menjadi 6 kali lipat lebih tinggi. Ini artiya jika ada anggota yang
sedarah (ibu,anak, atau saudara sekandung perempuan) yang menderita
kanker di payudara anda pun berpotensi tinggi terkena kanker. (19)
5. Bobot indeks tubuh atau berat badan
Obesitas atau setiap penambahan 10kg maka 80% lebih besar terkena kanker
payudara. Wanita obesitas yang memasuki masa menopause, wanita yang
mengalami obesitas atau kelebihan berat badan setelah memasuki masa
menopause memiliki resiko lebih tinggi menderita kanker payudara. Wanita
menopause yang mengalami obesitas memiliki tingkat estrogen yang jauh
lebih tinggi dari pada seharusnya, dimana hal itu dianggap menjadi
peningkatan resiko kanker payudara. Sebelum menopause, indung telur bersama
jaringan lemak menghasilkan sebagian estrogen. Setelah menopause, indung
27
telur berhenti memproduksi estrogen sehingga sebagian besar estrogen wanita
berasal dari jaringan lemak. Memiliki lebihbanyak jaringan lemak setelah
menopause berarti meningkatkan kadar estrogen sehingga resiko kanker
payudara pun menjadi lebih tinggi.
6. Kehamilan pertama setelah berusia 30 tahun, wanita yang memiliki anak
pertama diusia 30 tahun keatas memiliki resiko tinggi menderita kanker
payudara. Resiko ini meningkat sebanyak 3% setiap kali ia bertambah usia.
Semakin tua usia wanita saat hamil dan melahirkan, semakin tinggi resikonya
menderita kanker payudara.
7. Wanita yang tidak menyusui, Wanita yang tidak pernah memiliki resiko lebih
tinggi terkena kanker payudara. Pasalnya masa menyusui secara aktif menjadi
periode bebas kanker dan memperlancar sirkulasi hormonal. Pada masa
menyusui, peran hormone estrogen menurun dan dominasi oleh hormone
proklatin.
8. Merokok, penelitian menemukan hubungan antara merokok dengan kanker
payudara. Wanita perokok berat yang sudah merokok dalam jangka panjang
memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker payudara. Asap rokok dapat
meningkatkan resiko kanker payudara. Asap rokok dapat meningkatkan juga
mengandung bahan kimia dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkan kanker
payudara. Bahan kimia dalam asap tembakau mencapai jaringan payudara dan
ditemukandalam ASI.Asap rokok juga dapat memiliki efek resiko terhadap
kanker payudara.
28
9. Mengkonsumsi makanan siap saji (junk food)
Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari usia dini dapat meningkatkan
resiko terkena kanker payudara di karenakan makanan siap saji mengandung
bahan pengawet ataupun zat kimia sehingga ketika masuk dalam tubuh, zat
atau racun inilah yana menumbuhkan sel-sel penyakit terutama di payudara
dan juga membuat lemak tubuh akan meningkat apalagi tidak diimbangi
dengan olahraga sehingga akan berlanjut pada resitansi insulin sehingga
keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat yang mengandung
gula menjadi meningkat. Insulin yang dihasilkan pun bertambah seiring
dengan pertambahan berat badan. Lemak pada tubuh yang lebih banyak akan
berlanjut lebih banyak pula kadar estrogen sehingga pertumbuhan payudara
dan menstruasi lebih cepat. (19).
2.2.4. Patofisiologi Kanker Payudara
Ca mamae terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel payudara
dan apoptosis sehingga sel payudara berpoliferasi secara terus menerus,
peningkatan jumlah sel tidak normal ini umumnya membentuk benjolan yang
disebut tumor atau kanker.
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-
zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial,
dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma
29
in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba ( kirakira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat
dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika
sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin
berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi.
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi
kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan
infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri.
menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase
jauh adalah paru, pleura, dan tulang. Karsinoma payudara bermetastase dengan
penyebaran langsung kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan
aliran darah. (19)
2.2.5. Reaksi Awal Apabila di Jumpai Kelainan Pada Payudara
Payudara merupakan organ pada tubuh perempuan yang sangat berharga,
apabila dijumpai kelainan pada organ ini pastilah merupakan mimpi buruk bagi
perempuan, percaya diri lenyap dan mempengaruhi hubungan dengan pasangan
jika seorang wanita menemukan benjolan di payudaranya.
Pertama-tama akan timbul perasaan khawatir, selanjutnya cara
menyikapinya berbeda-beda, sebagian akan pergi ke dokter untuk memeriksakan
benjolannya, sebagian mencoba pengobatan alternatif, sementara yang lainnya
30
berusaha melupakannya dan tidak melakukan tindakan apapun. Setiap dijumpai
benjolan pada payudara tentu menimbulkan banyak kehawatiran diantaranya
apakah kemungkinan benjolan tersebut adalah kanker, apakah perlu di operasi,
apakah menyebabkan efek samping, bagaimana efek radiasi dan kemoterapi dan
bagaimana kalau berlanjut sampai kepada kematian. Beberapa dari kehawatiran
yang berlebihan inilah yang menyebabkan pasien menunda untuk berkonsultasi ke
dokter, padahal tidak semua benjolan di payudara adalah kanker, bahkan sebagian
besar adalah tumor jinak. Jika benjolan tersebut adalah kanker, maka penundaan
konsultasi tersebut dapat menyababkan sel kanker tersebut berkembang ketahap
lebih lanjut, dan hal ini menambah masalah baru dimana timbul kecemasan yang
terus menerus tanpa kejelasan dan kepastian. Pada saat penundaan ini stadium
kanker bertambah serta memperbesar kemungkinan gagalnya pengobatan
sehingga semakin sedikit harapan kesembuhannya bahkan hampir mustahil. (16)
2.2.6. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena
awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan gejala
umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena
pada tahap dini biasanya tidak menimbukan keluhan. Penderita merasa sehat,
tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas. Gejala-gejala kanker
payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium dini menyebabkan
banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal tersebut
akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk disembuhkan.
Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah
31
dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah
teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri.
Gejala yang dapat diamati atau dirasakan oleh orang yang terkena penyakit
kanker payudara ini antara lain adanya semacam benjolan yang tumbuh pada
payudara, yang lama kelamaan bisa menimbulkan rasa nyeri dan mendenyut-
denyut.
1. Benjolan kecil pada payudara.
Benjolan ini biasanya tidak nyeri dan ukurannya kecil. Tapi lama-lama
membesar dan menempel pada kulit serta menimbulkan perubahan warna
pada puting susu dan atau kulit payudara.
2. Eksema atau Erosi pada Puting
Selanjutnya kulit atau puting tertarik kedalam (retraksi), warna pink atau
kecoklatan sampai menjadi edema yang menyebabkan menjadi seperti
kulit jeruk, mengkerut dan mejadi borok. Borok membesar dan mendalam
hingga merusak payudara. Busuk dan berdarah. Ciri-ciri lainnya adalah
terjadinya pendarahan pada puting nyeri apabila tumor sudah besar dan
timbul borok.kemudian timbul pembesaran pada ketiak yaitu getah
kelenjar, terjadi pembengkakan pada lengan. Kemudian terjadi penyebaran
kanker ke seluruh tubuh. Kanker payudara tingkat lanjut sangat mudah
diketahui. Yaitu adanya pada kulit payudara yang cukup luas, serta adanya
nodul satelit. Adanya edema pada lengan, metastase jauh, terjadi ulserasi
kulit, edema kulit, kulit terfiksasi, adanya kelenjar getah bening aksila.
3. Nippele discharge atau keluarnya cairan
32
keluarnya cairan yang tidak wajar dan spontan dari putih yang disebut
dengan nipple discharge. Kenapa cairan ini dikatakan tidak normal, tidak
lain karena cairan normal hanya keluar pada ibu hamil, sedangkan
menyusui atau yang memakai pil kontrasepsi.
Cairan-cairan ini, berdarah encer, warna merah atau coklat, keluar sendiri
tanpa dipijit. Keluar dengan terus-menerus pada satu payudara (unilateral),
dan cairan selain air susu. (19)
Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan
kecil di payudara yang tidak terasa nyeri. Sedangkan, gejala yang timbul saat
penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak, seperti : timbulnya benjolan
yang semakin lama makin mengeras dengan bentuk yang tidak beraturan, saat
benjolan membesar baru terasa nyeri dan terlihat puting susu tertarik ke dalam
yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan, serta keluar
darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak hamil
dengan kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange).
Pada stadium awal jika ditekan dengan jari tangan benjolan tersebut,
dengan mudah dapat digerakkan di bawah kulit. Namun sewaktu benjolan itu
semakin melekat pada dinding dada atau kulit disekitarnya. Lama-kelamaan
benjolan ini semakin membengkak dan jadi borok di sekitar payudara. Kulit diatas
benjolan semakin mengkerut dan warnanya semakin merah seperti kulit jeruk.
Jika kondisinya sudah demikian, maka benjolan itu akan sampai ke ketiak, bentuk
payudara sudah berubah termasuk ukurannya semakin tidak nyaman lagi. Bila
sudah demikian biasanya kanker itu sampai mengeluarkan cairan dari puting susu,
33
sedangkan payudara tampak kemerah-merahan, dan kulit sekitar puting susu
kelihatan bersisik. Dengan puting susu tertarik ke dalam dan rasa gatal akan
dirasakan. Rasa gatal ini kadang-kadang disertai oleh pembengkakan salah satu
payudara. Dan pada stadium ini bisa pula timbul nyeri tulang, penurunan berat
badan, dan pembengkakan.
Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang
dialami wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolan hanya dialami di
satu payudara, dan bila diraba terasa keras. Bila stadium kanker sudah lanjut, ada
perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya
bertambah merah mengerut, tertarik ke dalam, ataupun puting mengeluarkan
cairan. (20)
2.2.7. Diagnosa Kanker Payudara
1. Gejala Klinis
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan pada payudara.
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu
mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
2. Erosi atau eksema putting susu
Kulit atau putting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna
merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk (peau d;orange), mengkerut atau timbul borok
(ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan mendalam
34
sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk,
dan mudah berdarah.
Ciri-ciri lainnya antara lain:
a. Perdarahan pada puting susu
b. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah
besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-
tulang.
c. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,
bengkak (oedema) pada lengan, dan penyebaran kanker seluruh tubuh.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria
operbilitas Heagensen sebagai berikut:
a. Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit
payudara)
b. Adanya nodul satelit pada kulit payudara
c. Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
d. Terdapat model parasternal
e. Terdapat nodul supraklavikula
f. Adanya edema lengan
g. Adanya metastase jauh
Terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema
kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila
berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu
sama lain.
35
3. Pendeteksi Dini
a. Payudara, perhatikan jika ada perubahan bentuk atau terdapat
benjolan.
b. Amati dengan seksama, apa ada kelainan disana.
Berbaring, ikut langkah di bawah Deteksi dini terhadap penyakit kanker
payudara seharusnya layak diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh
setiap wanita karna hal itu merupakan “ujung tombak” dari proses
penyembuhan kanker tersebut. Meski belum dapat diketahui dengan pasti
penyebab utama kanker payudara, perlu kiranya diketahui gejala-gejala
dan faktor-faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya kanker
payudara, yaitu:
a. Mendapat haid pertama pada umur kurang dari 10 tahun.
b. Menopause (stop haid) setelah umur 50 tahun.
c. Tidak pernah melahirkan anak.
d. Melahirkan anak pertama pada umur 35 tahun.
e. Tidak pernah menyusui anak.
f. Pernah mengalami operasi payudara disebabkan karena adanya tumor
jinak.
g. Yang terakhir adalah faktor keturunan.
Beberapa metode (berdiri menghadap cermin dan berbaring) dalam
pemeriksaan dini kanker dengan melakukannya sendiri di rumah, antara
lain:
36
a. Berdiri menghadap cermin, lakukan langkah berikut:
Perhatikan dengan teliti payudara di muka cermin, tanpa busana dengan
kedua tangan lurus ke bawah atau angkat lurus ke atas.
b. Perhatikan bentuk ini:
1) Berbaringlah dengan tangan kanan di bawah kepala
2) Letakkan bantal kecil di bawah punggung kanan
3) Rabalah seluruh permukaan payudara satu persatu dengan gerakan
memutar searah jarum jam. Perhatikan bila ada benjolan yang
mencurigakan. (13)
Bila ada pemeriksaan di atas terdapat kejanggalan pada payudara, maka
segera periksakan diri kedokter. Kanker yang ditemukan pada stadium dini
(dengan ukuran tumor kurang dari 1 cm) dapat ditangani dengan cepat dan tepat,
bahkan mempermudah pengobatan dan memberikan harapan kesembuhan yang
lebih besarJangan menunda saran dokter (kalau memang harus menjalani operasi),
karena itu akan memberikan kesempatan bagi kanker untuk tumbuh menjadi
stadium lanjut dan makin sulit untuk disembuhkan (13).
Hasil tes patologi biasanya menyertakan informasi mengenai stadium kanker
payudara yang diderita oleh pasien.Informasi tersebut juga disertai penjelasan.
Misalnya apakah kanker berada pada salah satu payudara saja atau sudah menyebar
ke dalam jaringan payudara sebelahnya atau jaringan lain dalam tubuh.
Berdasarkan informasi dari hasil patologi tersebut, dokter mungkin akan
memutuskan tindakan operasi pengangkatan. Dokter juga akan memeriksa kelenjar
getah dibagian ketiak dimana biasanya kanker payudara menyebar pertama kali.
37
Pemeriksaan darah atau tes lainnya mungkin diperlukan untuk mengetahui seberapa
jauh kanker telah menyebar.
Stadium kanker ditentukan berdasarkan empat karakteristik,yakni :
1. Ukuran kanker.
2. Jenis kanker invasif atau non-invasif.
3. Kanker berada di kelenjar getah bening atau tidak.
4. Kanker telah menyebar kebagian lain.
2.2.8. Jenis-Jenis Kanker Payudara
1. Karsinoma Duktal Menginfiltrasi
Adalah tipe yang histologis yang paling umum, kanker ini sangat jelas
karena keras saat dipalpasi, kanker jenis ini biasanya bermetastasis ke
nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk di banding dengan tipe kanker
lainnya.
2. Karsinoma Lobular Menginfiltrasi
Kanker ini biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang tidak baik pada
payudara bila dibandingkan dengan tipe duktal menginfiltrasi.
3. Karsinoma Mendular
Kanker ini tumbuh dalam kapsul di dalam duktus, tipe tumor ini dapat
menjadi besar tetapi meluas dengan lambat.
4. Kanker Duktal Tubular
Jarang terjadi, karena metastasis aksilaris secara histology tidak lazim,
maka prognosisnya sangat baik.
38
5. Karsinoma Inflamatori
Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri. Payudara secara histologi
dan membesar, kulit diatas tumor merah dan agak hitam, sering terjadi
edema dan rektrasi puting susu, dapat menyebar dengan cepat pada bagian
tubuh lainnya. (19)
2.2.9. Klasifikasi Kanker Payudara
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter
saat mendiagnosa suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak.Untuk menentukan suatu stadium, harus
dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA. Rontgen, dan lain-lain. Banyak sekali saat ini
adalahstadiumkanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan
oleh UICC (International Union Againts Cancer dari World Health Organization)
AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American
Cancer Society dan American College of Surgeons. Untuk kepentingan
pengobatan dan pranoksa, kanker payudara dibagi menjadi 4 (empat) kuadran dan
1 daerah sebagai berikut:
1. Stadium 1
Kanker payudara Stadium I disebut juga dengan tahap yang paling awal
atau dini dari kanker yang berpotensi menyebar (invasif), pada tahap ini
39
tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada
pembuluh getah bening.
2. Stadium II
Kanker payudara Stadium II disebut juga dengan tahap yang invasif atau
kanker payudara invasif, di tahap ini biasanya tumor berukuran antara 2
hingga 5 cm, menyebar ke kelenjar getah bening dibawah lengan tepatnya
disisi yang sama dengan keberadaan tumor.
Pasien pada kondisi ini:
a. Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah
ditemukan pada titik-titik pada saluran getah benang (axillary
limphnodes)
b. Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm. Belum meyebar ke titik-titik
pembuluh getah bening pada ketiak
c. Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi di temukan pada
titik-titik di pembuluh getang bening ketiak.
3. Stadium III
Kanker payudara Stadium III disebut juga dengan kanker payudara
stadium lanjut awal lokal.
Pasien pada kondisi ini:
a. Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar di titik-titik
pada pembuluh getah bening pada ketiak.
b. Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik
pada pembuluh getah bening ketiak
40
4. Stadium IV
Kanker payudara Stadium IV disebut juga dengan kanker payudara
mestastasis, pada stadium ini kanker telah menyebar diluar payudara,
ketiak dan kelenjar getah bening lain baik yang dekat maupun jauh dari
payudara.
Pasien pada kondisi ini :
a. Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi lebih menyebar ke lokasi yang
jauh, yaitu:tulang, paru-paru, liver atau tulng rusak.
TNM merupakan singkatan “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor, “N”
yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastatis atau
penyebaran jauh.Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum
dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:
1. T (Tumor Size), Ukuran Tumor:
a. T 0 : Tidak ditemukan tumor primer.
b. T 1 : Ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang.
c. T 2 : Ukuran tumor diameter antara 2-5 cm.
d. T 3 : Ukuran tumor diameter >5 cm.
e. T 4 : Ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit
atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok,
edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan
kecil di kulit di luar tumor utama.
41
2. N (Node), Kelenjar Getah Bening Regional (kgb):
a. N 0 : Tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla.
b. N 1 : Ada metastatis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan.
c. N 2 : Ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan.
d. N 3 : Ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclvicula)
atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum.
3. M (Metastasis), Penyebaran Jauh:
a. M x : Metastasis jauh belum dapat dinilai.
b. M 0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
c. M 1 : Terdapat metastasis jauh.
Setelah masing-masing faktor T, N dan M didapatkan, ketiga faktor
tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
1) Stadium 0 : T0 N0 M0
2) Stadium I : T1 N0 M0
3) Stadium II A : T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
4) Stadium II B : T2 N1 M0/T3 N0 M0
5) Stadium III A : T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0
6) Stadiun III B : T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
7) Stadium III C : Tiap T N3 M0
8) Stadium IV : Tiap T-Tiap N-M1. (20)
Manfaat diketahuinya stadium penderita kanker, antara lain:
42
a) Mengetahui keadaan sejauh mana tingkat pertumbuhan kanker dan
penyebaran kanker ketika pertama kali apakah merupakan stadium dini atau
stadium lanjut.
b) Dapat menentukan perkiraan, prognosis, atau tingkat harapan kesembuhan
dan harapan hidup seberapa besar. Ketika makin tinggi stadium maka
harapannya makin rendah, sebaliknya makin dini stadium ditangani maka
makin tinggi harapan kesembuhannya.
c) Mengetahui stadium kanker juga berguna untuk menentukan jenis pengobatan
atau tindakan yang terbaik berdasarkan stadiumnya, karena masing- masing
stadium akan berbeda cara penanganannya.
Pengobatan kanker payudara berdasarkan stadium kanker payudara adalah
sebagai berikut:
1) Stadium I : Operasi + kemoterapi
2) Stadium II : Operasi + kemoterapi
3) Stadium III : Operasi + kemoterapi + radiasi
4) Stadium IV : Kemoterapi + radiasi
2.2.10. Perkembangan Sel Kanker
Perkembangan sel kanker dapat diketahui dengan cara menentukan
stadium dari kanker tersebut. Salah satu cara yang di lakukan beberapa dokter
untuk menggambarkan stadium dari kanker adalah sistem TNM. Sistem ini
menggunakan tiga criteria untuk menentukan stadium kanker yaitu:
1. Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya.
2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor.
43
3. Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain.
Kanker payudara juga mempunyai tahapan atau stadium yang akan menandai
parah tidaknya kanker payudara tersebut.
Stadium dalam kanker adalah untuk menggambarkan kondisi kanker, yaitu
letaknya, sampai dimana penyebarannya, dan sejauh mana pengaruhnya terhadap
organ tubuh yang lain. Dengan mengetahui stadium, dokter pun akan mempunyai
panduan untuk menentukan pengobatan yang cocok untuk pasien.
Kanker pada umumnya juga mempunyai tahapan atau stadium yang akan
menandai parah tidaknya kanker payudara tersebut, Stadium kanker payudara
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Stadium 0
Pada stadium ini, kanker tidak atau belum menyebar atau keluar dari
pembuluh atau saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobula) susu pada
payudara.
2. Stadium I (StadiumDini)
Pada stadium ini, tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada
titik pada pembuluh getah bening.Besarnya tumor ini tidak lebih dari 2-2, 25
cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening
ketiak.Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah
70%.
3. Stadium IIa
Pada stadium ini, pasien mengalami hal-hal sebagai berikut:
a. Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah
ditemukanpada titik-titik pada saluran getah bening di ketiak (axillary
44
Limph nodes).
b. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm, tapi tidak lebih dari 5 cm.. Belum
menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak.
c. Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik
di pembuluh getah bening ketiak.
4. Stadium IIb
Pada stadium ini, penderita kanker payudara akan mengalami atau berada
pada kondisi sebagai berikut:
a. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm, tapi tidak lebih dari 2 cm.
b. Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
c. Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm, tapi belum menyebar.
5. Stadium III a
Pada stadium ini, penderita kanker payudara berada dalam kondisi sebagai
berikut:
a. Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik
pada pembuluh getah bening ketiak.
b. Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik
pada pembuluh getah bening. Ketiak.
6. Stadium III b
Pada stadium ini, tumor telah menyebar ke dinding dada atau
menyebabkan pembengkakan, dan bisa juga teradapat luka bernanah di
payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory breast cancer.
45
7. Stadium IV
Pada tahap ini, kondisi pasien tentu sudah mencapai tahap parah yang
sangat kecil kemungkinannya bisa disembuhkan.Pada stadium ini, ukuran
tumor sudah tidak bisa ditentukan lagi dan telah menyebar atau
bermetastasis kelokasi yang jauh, seperti pada tulang, paru-paru, liver,
tulang rusuk, atau organ-organ tubuh lainnya. (21)
Untuk melihat tingkat keganasan dari sel kanker payudar biasanya
ditentukan dengan grade kanker.Suatu grade kanker payudara ditentukan
berdasarkan bagaimana bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan
dengan sel normal.
Grade kanker itu sendiri terdiri dari tiga grade.Grade pertama adalah grade
paling rendah, dimana perkembangan sel kanker sangat lambat dan biasanya
belum menyebar.Grade kedua merupakan grade tingkat sedang dengan tingkat
keganasan yang semakin meningkat dibandingkan pada grade pertama.Sedangkan
grade tertinggi dan yang terakhir adalah grade ketiga. Pada grade ini, tingkat
perkembangan sel kanker begitu cepat dan biasanya langsung menyebar atau
bermetastase kebagian tubuh yang lain. (20)
2.2.11. Strategi Pencegahan Kanker Payudara
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada payudara dengan beberapa
cara berikut :
1. Buat catatan bulanan
Keteraturan siklus haid dapat diketahui dengan cara menghitung hari,bukan
berdasarkan tanggal setiap bulannya.
46
2. Rajin melakukan sadari
Dengan melakukanpemeriksanaan payudara sendiri (SADARI) dapat
mengetahui secara dini perkembangan kanker payudara pada wanita.
3. Berhenti merokok
Dengan berhenti merokok atau tidak menjadi perokok aktif maka hidup akan
lebih sehat dan terhindar dari kanker payudara
4. Jangan mengkonsumsi makanan siap saji
Dengan berhenti dan tidak mengkonsumsi makanan siapa saji maka pola
hidup sehat dan terhindar dari sel kanker payudara
5. Cukupi KebutuhannVitamin D
Manfaat vitamin D sebagai anti kanker terus bermunculan.Yang terakhir
menyebutkan 94% pasien kanker payudara yang kekurangan vitamin D,
Kankernya lebih cepat menyebar dibanding mereka yang cukup vitamin D.
6. Berhenti mengkonsumsi pil
Wanita yang berhenti menggunakan kontrapsepsi oral lebih dari 10 tahun
cenderung tidak memiliki peningkatan resiko kanker payudara.
Kanker payudara dapat menyebar secara signifikan dan sering tidak
menimbulkan gejala yang berarti. Pada saat terdiagnosis sebagai kanker payudara,
pada 5-15% pasien telah terjadi metastasis dan hampir 40 % telah terjadi
penyebaran secara regional. Karena pengobatan terkadang memberikan hasil yang
baik atau terlambat dalam memberikan terapinya, maka pencegahan merupakan
langkah yang diperlukan. (20)
47
Pencegahan kanker payudara bertujuan untuk menurunkan insidensi
kanker payudara yang aman dan secara tidak langsung akan menurunkan angka
kematian akibat kanker payudara itu sendiri. Pencegahan yang efektif lebih dipilih
daripada menjalani terapi dengan menggunakan radiasi dan agen sitotosik yang
meskipun efektif menimbulkan berbagai efek samping. Adapun strategi
pencegahan yang dilakukan antara lain berupa Strategi pencegahan yang paling
efektif untuk penyakit yang tidak menular yaitu promosi kesehatan dan deteksi
dini, begitu juga pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara
lainberupa:
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakuka pada orang yang “sehat” melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara
rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara ini.
Pencegahan primer atau sangat dasar ini ditujukan kepada orang sehat yang
belum memiliki faktor risiko dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit tidak berkembang yaitu dengan membiasakan pola hidup
sehat sejak dini dan menjauhi faktor risiko changeable (dapat diubah) kejadian
kanker payudara. Pencegahan primer yang dapat dilakukan antara lain:
a) Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat
dan vitamin C, mineral, klorofil yang bersifat antikarsinogenik dan
48
radioprotektif, serta antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas,
berbagai zat kimia dan logam berat serta melindungi tubuh dari bahaya
radiasi.
b) Perbanyak konsumsi kedelai serta olahannya yang mengandung
fitoestrogen yang dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara.
c) Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi karena dapat
meningkatkan berat badan menyebabkan kegemukan atau obesitas yang
merupakan faktor risiko kanker payudara.
d) Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang dapat
mengurangi risiko terjadinya kanker payudara.
e) Hindari alkohol, rokok, dan stress.
f) Hindari keterpaparan radiasi yang berlebihan. Wanita dan pria yang
bekerja di bagian radiasi dan diusahakan untuk menggunakan alat
pelindung diri.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid
normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara.Pencegahan sekunder
dilakukan dengan melakukan deteksi dini Beberapa metode deteksi dini terus
mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki
akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-
menerus salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining
49
dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan
antara lain:
a. Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer
risk assessement survey.
b. Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan
mammografi setiap tahun.
c. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.
Pencegahan yang dilakukan berupa usaha untuk mencegah timbulnya
kerusakan lebih lanjut akibat kanker dengan mengidentifikasi kelompok populasi
yang berisiko tinggi terhadap kanker. Penanganan yang tepat pada penderita
kanker payudara sesuai dengan stadiumnya untuk mengurangi kecacatan,
mencegah komplikasi dengan penyakit lain, dan memperpanjang harapan hidup.
Pencegahan sekunder dapat berupa deteksi dini, SADARI serta melaksanakan
pola hidup sehat untuk mencegah penyakit kanker payudara.
Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang
dapat dilakukakan dengan cara pemeriksaan secara klinis (pemeriksaan fisik)
maupun dengan pemeriksaan penunjang. Adapun deteksi dini kanker payudara,
yaitu SADARI.
Deteksi dini dengan SADARI dapat menekan angka kematian sebesar 25-
30%. SADARI sangat penting dianjurkan kepada masyarakat untuk
menerapkannya. Sekitar 90% kanker payudara ditemukan sendiri oleh pasien dan
sekitar 5% ditemukan selama pemeriksaan fisik untuk alasan lain.
50
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan payudara
sendiri untuk dapat menemukan adanya benjolan abnormal. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas kesehatan dan tanpa harus
mengeluarkan biaya. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari
setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan
payudara dalam keadaan lembut, tidak keras, jika membengkak akan mudah
dikenali.
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan SADARI adalah pada saat
wanita sejak pertama mengalami haid. Adapun tahap-tahap melakukan SADARI,
yaitu :
a) Tahap awal, berdirilah di depan cermin, pandanglah kedua payudara.
Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan
dari puting, pengerutan, penarikan atau pengelupasan kulit.
b) Angkatlah kedua tangan ke atas kepala. Perhatikan, apakah ada kelainan.
Pada kedua payudara atau puting.
c) Kedua tangan diletakkan di pinggang agak membungkuk ke arah cermin
sambil menarik bahu dan siku ke arah depan. Periksa kembali, apakah ada
perubahan atau kelainan pada kedua payudara atau puting.
d) Angkatlah lengan kanan, dengan menggunakan 3-4 jari tangan kiri untuk
memeriksa payudara kanan secara lembut, hati-hati, dan secara menyeluruh.
Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk
lingkaran-lingkaran kecil dan pindahkan lingkaran itu secara lambat seputar
payudara. Secara bertahap lakukan ke arah puting. Pastikan mencakup
51
seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara dengan
ketiak, termasuk bagian ketiak sendiri. Rasakan untuk setiap benjolan yang
tidak biasa atau benjolan di bawah kulit.
e) Dengan kedua tangan, pijat puting payudara kanan dan tekan payudara untuk
melihat apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting payudara.
Lakukan hal yang sama pada payuadara yang kiri.
f) Mengulangi langkah d) dan e) dengan posisi berbaring. Berbaringlah dengan
permukaan yang rata, berbaringlah dengan lengan kanan di belakang kepala
dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakkan di bawah pundak.
Adapun program dari American Cancer Society, yang dalam programnya
menganjurkan sebagai berikut :
a) Wanita > 20 tahun melakukan SADARI tiap tiga bulan.
b) Wanita > 35-40 tahun melakukan mammografi
c) Wanita > 35 – 40 tahun melakukan check up pada dokter ahli
d) Wanita > 50 tahun check up rutin/ mammografi setiap tahun
e) Wanita yang mempunyai faktor risiko tinggi (misalnya ada riwayat
penderita kanker) pemeriksaan ke dokter lebih rutin dan sering.
3. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan
52
pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita.Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.Pada stadium
tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan
untuk mencari pengobatan alternative. (20)
Pada pencegahan tertier ini biasanya diarahkan pada individu yang telah
positif menderita kanker payudara. Dengan penanganan yang tepat penderita
kanker payudara sesuai dengan stadium kanker payudara dengan tujuan untuk
mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan
tertier ini berperan penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan
mencegah komplikasi penyakit serta meneruskan pengobatan.
Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dilakukan Rehabilitasi agar
penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan
baik secara fisik, mental, maupun sosial seperti menghilangkan rasa nyeri, harus
mendapatkan asupan gizi yang baik, dukunagn moral dari orang-orang terdekat
terhadap penderita pasca operasi.
Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker didiagnosis yaitu
dapat berupa operasi/pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan terapi hormonal.
1) Operasi (Pembedahan)
Operasi adaah terapi untuk membuang tumor, memperbaiki komplikasi, dan
merekonstruksi efek yang ada. Semakin dini kanker payudara ditemukan
kemungkinan sembuh dengan operasi semakin besar. Jenis-jenis operasi yang
dilakukan untuk mengobati kanker payudara, antara lain : mastektomi
53
(mengangkat seluruh payudara beserta kankernya), lumpektomi (mengangkat
sebagian payudara pada jaringan yang mengandung kanker), dan
pengangkatan kelenjar getah bening (KGB) ketiak. Ada 2 indikasi melakukan
operasi pada penderita kanker, yaitu :
a) Diagnostik untuk memperoleh data patologi yang cepat tentang tumor
apakah jinak atau ganas dan untuk memberi petunjuk kepada ahli bedah
menentukan sikap tindakan apa yang akan diambil.
b) Terapeutik untuk mengobati penderita kuratif dan paliatif.
2) Radioterapi
Radioterapi merupakan pengobatan dengan melakukan penyinaran ke daerah
yang terserang kanker, dengan tujuan untuk merusak sel-sel kanker.
Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi kuratif
dengan mempertahankan mamma dan sebagai terapi paliatif (tambahan).
3) Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair, kapsul atau infus yang bertujuan untuk membunuh sel kanker tidak
hanya pada payudara tetapi juga seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah
pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan saat kemoterapi. Kemoterapi biasanya diberikan
1-2 minggu sesudah operasi. Kemoterapi merupakan pendekatan sistematis
untuk membunuh sel-sel kanker yang bertambah banyak.
54
4) Terapi Hormon
Pemberian hormon dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa
metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum
kemoterapi. Dimana, masing-masing sel mempunyai 2 jenis reseptor, yaitu:
a) Reseptor Hormon Positif: Reseptor hormon positif yaitu sel kanker yang
mempunyai cukup banyak reseptor hormon.
b) Reseptor Hormon Negatif: Reseptor hormon negatif yaitu sel kanker
yang mempuyai sedikit atau tidak ada reseptor hormon.
2.3. Faktor yang Berhubungan Dengan Kanker Payudara
2.3.1. Berat Badan Ibu
Berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang
dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun. Berat badan
diukur dengan alat ukur berat badan dengan satuan kilogram. Dengan mengetahui
berat badan seseorang maka kita akan dapat memperkirakan tingkat kesehatan
atau gizi seseorang.
Sedangkan kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana
perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan.
Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau
terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Obesitas atau kegemukan ternyata
berpengaruh menyebabkan kanker. Hal ini adalah sebuah korelasi antara berat
badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause.
Adanya variasi terhadap kekerapan kanker menunjukkan bahwa terdapat
55
kekerapan kanker menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap keganasan
ini. (16)
Wanita yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan setelah
memasuki masa menopause memiliki resiko lebih tinggi menderita kanker
payudara. Wanita menopause yang mengalami obesitas memiliki tingkat estrogen
yang jauh lebih tinggi dari pada seharusnya,dimana hal itu dianggap menjadi
peningkatan resiko kanker payudara.
Selain itu, wanita yang kelebihan berat badan cenderung memiliki kadar
insulin darah yang lebih tinggi.tingkat insulin yang lebih tinggi juga telah
dikaitkan dengan beberapa jenis kanker,termasuk kanker payudara. Akan tetapi,
kaitan antara berat badan dan resiko kanker payudara sangat kompleks. Wanita
yang obesitas saat dewasa, resiko kanker payudara meningkat. Namun, jika
kelebihan berat badan sudah dialami sejak kecil, resikonya cenderung
menurun.(17)
WHO mengklasifikasikan berat badan dapat di ketahui dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) atau Body Massa Index (BMI) merupakan alat atau cara
sederhana untuk memantau status gizi seseorang. Kelebihan berat badan memiliki
indeks massa tubuh (BMI) antara 25-30 serta kegemukan (BMI) 30 atau lebih.
Khususnya yang berkaitan dengan kelebihan berat badan. Berat badan kurang
dapat meningkatkan risiko infeksi, sedangkan berat badan lebih akan menigkatkan
risiko terjadinya kanker payudara. (21)
56
Klasifikasi BMI menurut WHO adalah :
a) Kurus apabila BMI < 18.5
b) Normal apabila BMI 18.8-24.9
c) Overweight apabila BMI 25-29,9
d) Obesitas apabila BMI ≥ 30
Cara menhitung BMI atau Massa Indeks Tubuh adalah sebagai berikut :
2.3.2. Usia Menarche
Usia menarche di definisikan sebagai haid pertama kali yang dialami oleh
seorang perempuan. Usia saat menarche berhubungan dengan resiko kanker
payudara. Semakin muda usia seorang perempuan pada saat menarche, semakin
tinggi risiko mengidap kanker payudara. Beberapa kelompok telah menunjukkan
bahwa memulai menstruasi sebelum usia 12 tahun dapat meningkatkan risiko
kanker payudara, di sisi lain, menarche yang terjadi lebih akhir (usia 14 tahun atau
lebih tua) dapat mengurangi risiko terjadinya kanker payudara.
Usia menarche dini atau menstruasi pertama pada usia relatif muda atau
kurang dari 12 tahun peningkatan resiko kanker payudara,sebelum usia 12 tahun
wanita akan memiliki peningkatan resiko kanker payudara dikarnakan konsumsi
makanan tinggi lemak akan berakibat pada penumpukan lemak pada jaringan
adipose yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar leptin dan mempercepat
terjadi nya menarche dini. Semakin banyak penumpukan lemak,semakin tinggi
pula kadar leptip yang disekresikan dalam darah pada sistem reproduksi, leptin
berpengaruh terhadap meta bolisme system saraf gonadottripin releasing hormone
57
(GnRH). Pelepasan peptide GnRH selanjutnya akn mempengaruhi penegluaran
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dalam
merangsang pematangan sel telur dan pembentukan estrogen . (17)
Menurut bangga dan Kulkarni,usia ideal menarche pada remaja adalah
antara 11-13 tahun. Remaja yang mengalami menarche pada usia kurang dari 11
tahun dikatakan mengalami menarche cepat dan jika terjadi pada usia lebih dari
13 tahun termasuk kedalam kategori menarche terlambat. Usia saat seorang anak
perempuan mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi. Terdapat kecendrungan
bahwa saat ini anak mendapat menstruasi yang pertama kali pada usia lebih muda.
Ada yang berusia 12 tahun saat ia mendapat menstrusai pertama kali, tapi ada juga
yang 8 tahun sudah memulai siklusnya. Bila usia 16 tahun baru mendapat
menstruasi pun dapat terjadi. Secara global, perempuan mengalami menstruasi
dini (premature). Hal ini disebabkan factor internal dan factor eksternal. Faktor
internal karena ketidak seimbangan hormon bawaan lahir. Hal ini juga berkolerasi
dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi.
Menarche dini dapat terjadi karena beberapa faktor yang meliputi keadaan
gizi, genetik, konsumsi makanan, sosial ekonomi, keterpaparan media massa
orang dewasa, perilaku seksual dan gaya hidup. Usia menarche dini yang
berhubungan dengan factor gizi karena kematangan seksual dipengaruhi oleh
nutrisi dalam tubuh remaja. Remaja yang lebih dini mengalami menarche akan
memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi, sedangkan remaja yang
mengalami menarche terlambat memiliki IMT lebih pada usia yang sama. Faktor
social dan ekonomi juga mempengaruhi terjadinya menarche dini. Pengaruh
58
keadaaan sosial ekonomi mempengaruhi kemmpuan dari daya beli keluarga dalam
mencukupi kebutuhan nutrisi makanan. Faktor genetik berperan mempengaruhi
percepatan dan perlambatan menarche yaitu antara usia menarche ibu dengan usia
menarche putrinya. Faktor genetik merupakan faktor yang tidak bisa modifikasi.
Efek menarche jangka panjang dari menarche dini antara lain,
meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker payudara dan obesitas.
Perempuan yang mengalami menarche yang terlalu dini akan meningkatkan
resiko terkena kanker payudara, resistensi insulin, penumpukan lemak dalam
jaringan adiposa, obesitas abdominal, penyakit kardiovaskuler dan hipertensi.
Sedangkan secara psikologis merekan akan mengalami stress, rasa cemas dan
emosional.
Sistem reproduksi perempuan dikendalikan oleh beberapa hormon.
Hipotalamus menyekresikan hormon gonadotropin yang selanjutnya akan
merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon FSH. Kelenjar pituitari
yang terletak di otak bagian bawah akan merangsang ovarium memproduksi
hormon estrogen ketika seorang perempuan telah siap untuk memasuki masa
pubertas. Hormon FSH yang disekresikan oleh kelenjar pituitari tersebutlah yang
merangsang pematangan folikel di dalam ovarium sehingga merangsang ovarium
menyekresikan hormon estrogen. Hormon estrogen dihasilkan untuk pertama
kalinya pada saat seorang perempuan telah siap memasuki masa pubertas, yaitu
pada usia sekitar 8 hingga 13 tahun.
Menstruasi merupakan siklus hidup normal yang akan dilalui oleh seorang
perempuan. Siklus menstruasi tersebut berlangsung sekitar 28 hari pada setiap
59
bulan. Sekitar 5 hari pertama pada fase menstruasi, hormon estrogen dan
progesteron mengalami penurunan sehingga sel telur yang tidak dibuahi pada
lapisan endometrium di uterus mengalami peluruhan bersamaan dengan robeknya
endometrium melalui pendarahan, hal tersebut mengakibatkan dinding uterus
menjadi sangat tipis.
Menarche adalah istilah umum ketika seorang perempuan mengalami
pendarahan pertama kalinya yang berasal dari uterus atau sering disebut dengan
menstruasi pertama kali. Siklus menstruasi umumnya dialami pertama kali oleh
perempuan ketika berusia 10 hingga 16 tahun. Siklus menstruasi setelah seorang
perempuan mengalami menstruasi untuk pertama kali (menarche) mungkin belum
teratur selama satu hingga dua tahun, dan setelah itu akan menjadi teratur seiring
dengan terjadinya proses ovulasi yang teratur pula.
Usia menarche yang dini pada seorang perempuan dapat disebabkan oleh
berbagai hal, yaitu dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor
gaya hidup yang dapat memicu terjadinya menarche dini. Seorang perempuan
yang mengalami menarche dini kemungkinan akan memiliki anak perempuan
yang nantinya juga akan mengalami menarche dini. Perempuan yang hidup di
daerah perkotaan juga kemungkinan berisiko mengalami menarche dini yang
lebih tinggi daripada perempuan yang hidup di daerah pedesaan karena adanya
keadaan sosial ekonomi yang kompleks.
Kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang berlebihan sehingga
menyebabkan tubuh menjadi gemuk juga dapat meningkatkan risiko seorang
perempuan untuk mengalami menarche dini. Pola konsumsi makanan secara
60
berlebihan dapat meningkatkan kerja dari berbagai organ tubuh sebagai suatu
bentuk mekanisme tubuh dalam menetralisir keadaan agar keadaan tersebut dapat
kembali normal. Adanya peningkatan kerja pada berbagai organ tersebut dapat
memberi pengaruh pada organ seksual perempuan untuk bekerja secara maksimal.
Pengaruh pada berbagai organ tersebut dapat berupa peningkatan sekresi hormon
progesteron, estrogen, LH, dan FSH sehingga salah satu gangguan yang dapat
terjadi adalah datangnya siklus menstruasi yang terlalu cepat.
Usia menarche yang terlalu dini pada perempuan, yaitu kurang dari 12
tahun menyebabkan paparan hormon estrogen pada tubuh menjadi lebih cepat.
Hormon estrogen dapat memicu pertumbuhan sel pada bagian tubuh tertentu
secara tidak normal. Mekanisme terjadinya kanker payudara oleh paparan
estrogen masih belum diketahui secara pasti disebabkan karena stimulasi estrogen
terhadap pembelahan sel epitel atau karena disebabkan oleh estrogen dan
metabolitnya yang secara langsung bertindak sebagai mutagen sehingga dapat
menyebabkan timbulnya sel kanker pada payudara.(19)
2.3.3. Lama Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
paling efektif dan reversible untk mencegah terjadinya konsepsi. Semua organ
tubuh wanita yang berada dibawah pengaruh hormon seks tertentu dengan
sendirinya akan dipengaruhi oleh kontrasepsi hormonal. Pada organ-organ
tersebut akan terjadi perubahan-perubahan tertentuyang terjadinya sangat
tergantung pada dosis, jenis hormon dan lam penggunaannya. Organ tubuh yang
61
paling banyak mendapat pengaruh kontrasepsi hormonal adalah endometrium,
miometrium, serviks dan payudara. (18)
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang
hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil
dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron
terdapat pada pil, suntik dan implant. (18)
Penggunaan kontrasepsi hormonal merupakan salah satu penyebab kanker
payudara. Penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia berada di atas rata-rata di
Asean, dengan rentang umur perempuan pengguna kontrasepsi 15-49 tahun
sebanyak 8,5% tahun 2017. Metode kontrasepsi tertinggi yang digunakan adalah
kontrasepsi hormonal, dimana mengandung hormon estrogen dan progesteron.
Usia dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal memengaruhi kanker payudara
sebanyak 8,9%. Peningkatan risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi
hormonal dikarenakan kombinasi estrogen dan progestin menyebabkan kanker
payudara terjadi pada perempuan yang ≥5 tahun setelah menggunakan
kontrasepsi. (11)
Kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan faktor pada wanita usia di atas
40 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih dari 10 tahun dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil
setelah lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Mengkonsumsi obat kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang akan
mengakibatkan pertumbuhan jaringan payudara yang sangat sensitif terhadap
62
estrogen, maka perempuan yang terpajan estrogen dalam waktu jangka panjang
akan memiliki risiko yang besar terhadap terjadinya kanker payudara. Laporan
dari harvad menyatakan peningkatan kanker payudara yang bermakna pada
penggunaan terapi estrogen suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak
terdapat risiko kanker payudara pada penggunaan kontrasepsi oral akan tetapi
perempuan yang menggunakan obat ini dengan waktu jangka panjang akan
mempunyai risiko terjadinya kanker payudara sebelum menopause.
Penggunaan alat kontrasepsi hormonal akan meningkatkan risiko kanker
payudara pada wanita premenopause, tetapi tidak pada masa pascamenopause.
Penggunaan kontersepsi hormonal juga tergantung pada usia lama pemakaian,
risiko terkena kanker payudara meningkat dengan penggunaan alat kontrasepsi
dalam jangka waktu yang lama yaitu lebih dari 5 tahun. Hal ini dikarenakan tubuh
mengalami paparan hormon yang lam sehingga menyebabkan tubuh menjadi lebih
rentan dengan adanya zat karsiogenik.
2.3.4. Mengkonsumsi Makanan Cepat saji
Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari usia dini dapat
meningkatkan resiko terkena kanker payudara di karenakan makanan siap saji
mengandung bahan pengawet ataupun zat kimia sehingga ketika masuk dalam
tubuh, zat atau racun inilah yang menumbuhkan sel-sel penyakit terutama di
payudara dan juga membuat lemak tubuh akan meningkat apalagi tidak
diimbangi dengan olahraga sehingga akan berlanjut pada resitansi insulin
sehingga keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat yang
mengandung gula menjadi meningkat. Insulin yang dihasilkan pun bertambah
63
seiring dengan pertambahan berat badan. Lemak pada tubuh yang lebih banyak
akanberlanjut lebih banyak pula kadar estrogen sehingga pertumbuhan payudara
dan menstruasi lebih cepat.
Makanan siap saji merupakan jenis makanan yang dikemas, mudah
disajikan, praktis, atau diolah dengan cara yang sederhana. Makanan tersebut
umunya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan
memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa
bagi produk tersebut.Zat aditif yang berlebihan dan dikonsumsi secara terus-
menerus dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.Makanan siap saji
biasanya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, Nugget, atau juga corn
flakes sebagai makanan untuk sarapan.
Makanan siap saji terutama daging dan ikan dapat mengakibatkan
produksi senyawa heterocyclic yang bisa menyebabkan kanker.Makanan yang
diawetkan dengan nitrit pula memiliki nitrosamina yang berpotensi menyebabkan
kanker. Junk food dan makanan cepat saji merupakan salah satu makanan yang
tidak sehat dan bisa memicu kanker. Makanan ini mengandung zat perasa
tambahan dan bahan pengawet yang berpotensi menjadi karsinogen dan
menyebabkan kanker.
Umumnya yang termasuk dalam golongan junk food adalah makanan
berkadar garam tinggi (sodium), bergula tinggi, berlemak jenuh dan kolestrol
tinggi, namun kandungan nutrisi lainnya seperti protein, vitamin dan mineral
sangat sedikit.Bila jumlah ini terlalu banyak didalam tubuh, maka
64
akanmenimbulkan banyak penyakit, dari penyakit ringan sampai penyakit berat
seperti darh tinggi, stroke, jantung, dan kanker.
Metode frekuensi (food frequensi) makanan merupakan metode untuk
mengukur kebiasaan makan individu atau keluarga sehari-hari sehingga diperoleh
gambaran pola konsumsi bahan/makanan secara kualitatif. Metode ini
merupakaan salah satu metode yang banyak digunakan dalam survei konsumsi
makanan. Berdasarkan data yang didapatkan, kemudian dilakukan analisis rata-
rata tingkat keseringan konsumsi bahan/makanan dalam satuan hari, minggu atau
bulan, dan tahun. Ketika akan dicari rata-rata konsumsi makanan/bahan makanan
dalam hari, maka harus dicari data berapa kali jumlah konsumsi makanan tertentu
dalam satu hari. Data dalam minggu kemudian dibagi 7 hari, bulan dibagi dengan
30 hari, serta tahun dibagi 360 hari untuk menapatkan konsumsi rata-rata per hari.
Karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu
berdasarkan tingkat konsumsi zat gizi.
Metode semi Quantitatife Food Frequency (Semi-FFQ) merupakan metode
pengukuran makanan gabungan metode kualitatif dan kuantitatif. Perbedaannya
degan metode food frequency adalah setelah pewawancara menanyakan tingkat
keseringan penggunaan bahan makanan dari responden, kemudian dilanjutkan
dengan menanyakan ukuran rumah tangga (URT) dan diterjemahkan ke dalam
ukuran berat (garam) dari tiap bahan makanan. Dengan demikian, akan
didapatkan data tingkat keseringan penggunaan bahan makanan serta jumlah/berat
bahan makanan perkali penggunaan sehingga bisa dihitung rata-rata asupan
makanan per hari.
65
Dalam makanan cepat saji terkandung banyak sekali zat-zat yang
berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit bagi tubuh jika dikonsumsi
berlebihan.Sudah banyak peneliti yang dilakukan oleh para ahli yang
membuktikan hal ini.Makanan siap saji bayak sekali mengandung kalori, lemak,
protein hewani, dan zat-zat kimia berbahaya yang tidak baik jika dikonsumsi
berlebihan. Makanan siap saji sekarang sudah menjadi gaya hidup, karna selain
harganya terjangkau makanan siap saji mudah diolah, cepat dan praktis, tahan
lama, serta rasanya pun enak. (22)
FFQ (Food Frequency Quesioner) secara serius membahas mengenai
dampak buruk makanan fast food dan junk food menyebutkan 10 golongan yang
termasuk dalam makanan fast food dan junk food, yaitu:
a. Makanan asinan mengandung kadar garam sangat tinggi dapat
memberatkan kerja ginjal, mengiritasi lambung dan usus. Seperti
hamburger, frid chiken, hot dog, sandwich, spagetty, chiken Nugget, donat
atau roti.
b. Makanan kalengan, yaitu makanan yang dikemas dalam kaleng, bisa
berupa buah-buahan atau daging. Makanan kaleng tidak sehat karena
biasanya mengandung bahan pengawet, mengakitbatkan menurunnya
kandungan gizi dan nutrisi.
c. Makanan gorengan mengandung kalori, lemak dan minyak yang banyak,
mengakibatkan kegemukan dan jantung koroner. Pada proses menggoreng
muncul zat karsiogenik yang memicu kanker.
66
d. Makanan daging yang diproses seperti sosis, ham, dan lain-lain,
mengandung bahan pewarna dan pengawet yang membahayakan organ
hati. Selain itu, kadar natrium yang tinggi menyebabkan hipertensi dan
gangguan ginjal, hingga bisa memicu kanker.
e. Mie instant mengandung bahan pengawet serta kadar garam di dalam mie
instant menyebabkan kerja ginjal menjadi berat. Mie instant juga
mengandung trans lipid yang berisiko buruk pada pembuluh darah jantung.
f. Makanan yang dibakar atau dipanggang dapat mengakibatkan makanan
menjadi gosong sehingga muncul zat yang memicu penyakit kanker.
g. Keju olahan dapat meningkatkan berat badan dan meningkatkan gula
darah.
h. Makanan asinan kering mengandung garam nitrat yang memicu
munculnya zat karsiogenik di dalam tubuh, mengakibatkan tingginya
risiko gangguan pada fungsi hati, serta memberatkan kerja ginjal.
i. Makanan manisan beku seperti ice cream, cake beku, dan lain-lain,
umumnya mengandung mentega tinggi yang dapat mengakibatkan obesitas
dan kadar gula tinggi.
j. Makanan daging berlemak dan jeroan mengandung lemak jenuh dan
kolesterol yang meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, kanker
usus besar, dan kanker payudara. (20)
Makanan cepat saji yang merupakan budaya barat, mulai disukai anak-
anak yang jika menjadi kebiasaan dapat memicu penimbunan lemak yang
mengarah pada risiko obesitas. Kondisi inilah, kata dia, yang memicu peningkatan
67
risiko kanker. kecenderung makan di restoran siap saji. Itu ditengarai tidak sehat,
dan memicu beberapa penyakit, termasuk kanker mammae atau kanker payudara.
Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu
cepat dan siap disantap, seperti fried chicken, hamburger atau pizza. Menurut
Khasanah (2012), makanan cepat saji (fast food) merupakan makanan yang
penyajiannya cepat dan biasanya mengandung karbohidrat yang tinggi, lemak
yang tinggi dan rendah serat. Kehadiran makanan cepat saji dalam industri
makanan di Indonesia juga dapat mempengaruhi pola makan remaja. Bagi remaja,
restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk bersantai.
Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga terjangkau sesuai dengan
kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera.
Makanan cepat saji adalah gaya hidup remaja.
Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food
dijadikan sebagai pola makan setiap hari.Kebiasaan konsumsi makanan cepat saji
(fast food) mengakibatkan masalah kesehatan karena sebagian besar fast food
kaya akan lemak jenuh, lemak trans, karbohidrat, dan natrium yang merupakan zat
yang berhubungan dengan pemicu kanker payudara, hipertensi, penyakit
kardiovaskular, dan diabetes tipe 2. Kandungan lemak yang tinggi yang terdapat
dalam makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker
payudara dan usus besar. (20)
Junk food atau fast food disebut juga makanan sampah. Hal ini
dikarenakan kandungan gula dan lemak jenuhnya yang tinggi dan ditambah
dengan kandungan zat adiktif seperti monosodium glutamate, tatrazine yang
68
memiliki efek negatif bagi tubuh jika dikonsumsi. Makanan yang dikategorikan
sebagai junk food biasanya mengandung sodium, saturated fat, dan kolesterol.
Beberapa junk food juga mengandung gula dan bahan-bahan kimia yang
berbahaya bagi tubuh. Kebiasaan mengkonsumsi junk food juga memiliki efek
yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Salah satu kandungan yang terdapat dalam
junk food adalah gula.
Minuman bersoda dikategorikan dalam junk food karena mengandung
banyak gula. Kandungan gula dalam satu kaleng minuman bersoda mencapai
sendok teh gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh melebihi dari
satu sendok teh sehari. Kandungan gula yang tinggi dalam junk food akan
menyebabkan pankreas mengekskresikan insulin dalam jumlah yang banyak agar
kadar gula dalam darah tetap normal. Ketika kadar karbohidrat yang tinggi dalam
tubuh terjadi secara terus menerus, pankreas akan bekerja lebih keras untuk
menghasilkan insulin dalam kadar yang lebih banyak. Hal ini akan menyebabkan
disfungsi pankreas yang pada akhirnya tidak bisa mengkontrol kadar gula darah.
Keadaan ini akan berlanjut menjadi diabetes mellitus tipe II.
Sodium adalah bagian dari garam yang banyak ditemukan di makanan dan
minuman kemasan. Sodium banyak terdapat di french fries, ayam goreng, burger,
cheese burger, bologna, \pizza, segala jenis snack, dan mie instan. Beberapa
bumbu penyedap seperti soy sauce dan onion salt pun tidak luput dari kandungan
sodium. Konsumsi sodium yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh anak adalah
tidak lebih dari 1-1,5 sendok teh atau sama dengan 2300 mg per hari, sedangkan
sodium yang terkandung dalam junk food adalah >200 mg sodium per penyajian
69
snack. Jika dalam sehari anak remaja mengkonsumsi 5-10 snack dan ditambah
mengkonsumsi makanan olahan lainnya maka konsumsi sodium sudah mencapai
kadar yang berlebihan. Kandungan sodium yang berlebihan merupakan faktor
resiko pula terjadinya hipertensi. (20)
Saturated fat yang terkandung dalam junk food akan merangsang hati
untuk menghasilkan kolesterol dalam tubuh. Kolesterol yang berelebihan akan
menjadi faktor resiko obesitas dan penyakit kardiovaskular. Lemak dari daging,
susu, dan produk-produk susu kemasan merupakan sumber utama dari saturated
fat ini. Beberapa junk food juga mengandung gula yang berlebihan misalnya pada
minuman bersoda yang biasanya dikonsumsi satu paket dengan fried fries, fried
chicken, atau burger. Dalam satu kaleng minuman bersoda mengandung 89
sendok teh gula, hal ini berarti jauh melebihi kebutuhan tubuh akan gula yaitu
hanya 1-2 sendok teh gula. (20)
Konsumsi makanan tinggi lemak akan berakibat pada penumpukan lemak
dalam jaringan adiposa yang berkorelasi positif dengan peningkatan kadar leptin.
Leptin ini akan memicu pengeluaran hormon GnRH yang selanjutnya
mempengaruhi FSH dan LH dalam merangsang pematangan folikel dan
pembentukan estrogen.
2.4. Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri berkisar antara usia 20-45
tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sedah cukup matang dalam
segala hal terlebih organ reproduksinya sedah berfungsi dengan baik. Ini
dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pada
70
masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan
reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana.
Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya
berumur 15-49 tahun dan masih haid, atau pasangan suami istri yang istrinya
berusia kurang dari 15 tahun sudah haid, atau istri sudah berumur lebih dari 50
tahun, tetapi masih haid (datang bulan). (21)
pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang telah berumah
tangga dan masih dapat menjalankan fungsi reproduksi dan menghasilkan
keturunan yang dibatasi pada usia istrinya 15 sampai 49 tahun, karena usia 15
tahun adalah usia yang dianjurkan untuk menikah dan usia lebih dari 49 tahun
merupakan usia rata-rata wanita mengalami menopause terlambat memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara.
Semakin tua usia seorang wanita pasangan usia subur, maka risiko untuk
menderita kanker payudara akan semakin tinggi. Pada usia 40-64 tahun adalah
kategori usia wanita PUS paling berisiko terkena kanker payudara, terutama bagi
mereka yang mengalami menopause terlambat yaitu setelah umur 55 tahun. (21)
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban atau dugaan sementara yang mungkin
benar mungkin juga salah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Faktor yang
berhubungan dengan kanker payudara pada wanita pasangan usia subur di RSU
Vina Estetica tahun 2019.
1. Ada hubungan berat badan dengan kanker payudara pada wanita pasangan
usia subur di RSU Vina Estetica tahun 2019.
71
2. Ada hubungan Usia Menarche dengan kanker payudara pada wanita pasangan
usia subur di RSU Vina Estetica tahun 2019
3. Ada hubungan Lama Pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kanker
payudara pada wanitapasangan usia subur di RSU Vina Estetica tahun 2019.
4. Ada hubungan mengonsumsi makanan cepat saji dengan kanker payudara
pada wanita pasangan usia subur di RSU Vina Estetica tahun 2019.
72
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bagian dari penelitian yang berisi uraian-
uraian tentang gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikiran
penelitian dalammelakukan penelitian yang lazim di sebut paradigma penelitian.
Desaian penelitian yang dilakukan adalah survey analitik dengan menggunakan
pendekatan cross sectionalyaitu untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun
2019. (23)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Peneliti
Peneliti ini dilaksanakan di RSU Vina Estetica Medan, karena rumah sakit
ini merupakan rumah sakit rujukan dan terdapatnya kejadian kanker.
3.2.2. Waktu Peneliti
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini yaitu dari
bulan januri-November tahun 2019. Dimana peneliti ini dimulai dari survei awal,
pengambilan data, konsul proposal, penelitian sampai naik siding akhir.
73
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah penelitian yang berhubungan dengan sekelompok subjek,
dengan penelitian ini yang terjadi populasi adalah seluruh wanita pasangan usia
subur yang mengalami kanker payudara di RSU Vina Estetica sebanyak 76 orang
pada bulan Januari-November.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian jumlah objek yang terpilih untuk diteliti dengan
menggunakan teknik sampling tertentu. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan Accidental Sampling yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu konsumen yang secara kebetulan atau insidental
bertemu dengan peneliti di RSU Vina Estetica Medandapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber
data, Sampel yang diambil adalah seluruh wanita pasangan usia subur yang
mengalami kanker payudara di RSU Vina Estetica pada bulan Oktober-
November tahun 2019 sebanyak 32 responden. (24)
3.4. Kerangka konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini tentang faktor yang
berhubungan dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina
Estetica Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
74
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.5. Defenisi Operasional dan aspek pengukuran
Data operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefenisikan
variabel-variabel atau faktor yang berhubungan dengan kanker payudara pada
wanita pasangan usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019
Aspek pengukuran adalah aturan aturan yang meliputi cara dan alat ukur,
hasil pengukuran alat ukur dan skala pengukur yang digunakan untuk menilai
suatu variabel.
1. Berat badan ibu adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang
dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun. Berat badan
diukur dengan alat ukur berat badan dengan satuan kilogram. Dengan
mengetahui berat badan seseorang maka kita akan dapat memperkirakan
tingkat kesehatan atau gizi seseorang. Berat badan ibu di kategorikan
menjadi:
a) Normal : Apabila BMI 18.5-24.9
b) Overweight : Apabila BMI 25-29,9
c) Obesitas : Apabila BMI ≥ 30
Faktor yang Berhubungan:
1. Berat Badan
2. Usia Menarche
3. Lama Pemakaian
Kontrasepsi Hormonal
4. Mengkonsumsi Makanan
Cepat Saji
Kanker Payudara
Pada Wanita
Pasangan Usia Subur
75
2. Usia Menarche di definisikan sebagai haid pertama kali yang dialami oleh
seorang perempuan. Usia saat menarche berhubungan dengan resiko kanker
payudara. Semakin muda usia seorang perempuan pada saat menarche,
semakin tinggi risiko mengidap kanker payudara. Usia menarche di
kategorikan menjadi :
a) Usia menarche < 12 tahun
b) Usia menarche ≥12 tahun
3. Lama pemakaian kontrasepsi hormonal adalah merupakan jangka pemakaian
perempuan menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi hormonal dapat
meningkatkan faktor pada wanita usia di atas 40 tahun yang menggunakan
kontrasepsi hormonal lebih dari 10 tahun dapat meningkatkan risiko kanker
payudara. Lama pemakaian kontrasepsi di kategorikan menjadi :
a) Tidak Berisiko : Apabila lama pemakain kontrasepsi <5 Tahun
b) Berisiko : Apabila Lama pemakaian kontrasepsi ≥ 5Tahun
4. Mengonsumsi makanan cepat saji adalahmerupakan jenis makanan yang
dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara yang sederhana.
merupakan budaya barat, mulai disukai anak-anak, remaja ndan bahkann
dewasa yang jika menjadi kebiasaan dapat memicu penimbunan lemak yang
mengarah pada risiko obesitas. Kondisi inilah yang memicu peningkatan
risiko kanker. kecenderung makan di restoran siap saji Itu di tanggapi tidak
sehat, dan akan memicu beberapa penyakit, termasuk kanker payudara.
Mengkonsumsi makanan cepat saji di kategorikan menjadi :
a) Ya (Mengonsumsi) : Apabila ibu mengkonsumsi >1 kali dalam sehari
setiap makan dan ibu menjawab pertanyaan dengan nilai skor 6-10
76
b) Tidak (Tidak Mengonsumsi): Apabila ibu mengkonsumsi jarang (1 kali
dalam seminggu dan ibu menjawab pertanyaan dengan nilai skor < 5
5. Kanker Payudara adalah Kanker payudara (carcinoma mammae) adalah
suatu penyakit tumor ganas pada payudara atau salah satu payudara, kanker
payudara juga merupakan benjolan atau masa tunggal yang sering terdapat
didaerah kuadrannya atas bagian luar, benjolan ini keras dan bentuknya tidak
beraturan dan dapat digerakkan. Kanker payudara di kategorikan menjadi:
a) StadiumI : tahap awal
b) Stadium II : tahap invasif
c) Stadium III : tahap lanjut
d) Stadium IV :tahap mestastasis
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen (X variable) dan Dependen
(Y variable).
Variabel
Independen
Alat Ukur
(Instrument) Hasil Ukur Kategori
Skala
Ukur
a. Berat Badan
Ibu
Rekam Medik a. Normal : apabila
BMI 18.5-24.9
b. Overweight :
apabila BMI 25-
29.9
c. Obesitas : apabila
BMI ≥ 30
1
2
3
Ordinal
b. Usia Menarche Kuesioner a. Usia menarche <12
Tahun
b. Usia menarche ≥12
Tahun
2
1
Ordinal
c. Lama
Pemakaian
Kontrasepsi
Hormonal
Kuesioner a. Berisiko: apabila
lama pemakaian ≥5
Tahun
b. Tidak Berisiko:
apabila lama
pemakaian <5
Tahun
2
1
Ordinal
77
d. Mengonsumsi
Makanan Cepat
Saji
Kuesioner a. Ya (mengomsumsi):
apabila frequensi
konsumsi sering (>
1 kali dalam sehari)
setiap makan dan
menjawab
pertanyaan dengan
nilai skor 6-10
b. TidakMengonsumsi:
apabila frequensi
konsumsi jarang (1
kali dalam
seminggu dan
menjawab
pertanyaan 0-5
2
1
Ordinal
Variabel
Dependen
Alat Ukur
(Instrument) Hasil Ukur Kategori
Skala
ukur
Kanker
Payudara
Rekam Medik a. Stadium I
b. Stadium II
c. Stadium III
d. Stadium IV
1. Tahap Awal
2. Tahap Invasif
3. Tahap Lanjut
4. Tahap
Mestastasis
Ordinal
3.6. Teknik pengumpulan data
3.6.1. Data Primer
Data primer adalah data yang di ambil atau di peroleh melalui wawancara,
angket atau kuesioner untuk mendukung hasil penelitian. (22)
3.6.2. Data sekunder
Data yang di peroleh dari rekam medik ini juga mengumpulkan data
sekunder yaitu dimana peneliti mendapat tidat secara langsung dari RSU Vina
Estetica.
3.6.3. Data tersier
Data yang diperoleh dari naskah yang sudah di publikasikan, misalnya
WHO, riskesdas tahun 2018 (riset kesehatan dasar).
78
3.7. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data di lakukan dengan empat langkah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data (collecting)
Mengumpulkan data yang berhasil dari kuesoner angka maupun observasi.
2. Memeriksa (checking)
Di lakukan dalam memeriksa kelengkapan jawaban kuesoner atau
lembaran observasi dengan tujuan agar di olah secara benar sehingga
pengelolahan danmemberikan hasil yang valid dan reliabel, dan terhindar
dari bias.
3. Membuat kode (coding)
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode ada variabel-
variabelyang di teliti, misalnya nam responden di rumah menjadi for
windows 1,2,3,….26
4. Memasukkan data ( entering)
Data entri, yakni jawaban dari masing-masing responden yang masih
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)di masuk kan ke dalam program
computer yang digunakan peneliti yaiyu program SPSS for windows.
5. Memproses data (processing)
Semua data yang telah mendeskripsikan data yang dilakukan tiap
variabeldari hasil penelitian.Data ini di sajikan dalam tabel distribusi
frekuensi. (23)
79
3.8. Analisis data
Setelah semua data telah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
menganalisa data sehingga dapat ditarik kesimpulan dari data yang telah di
selesaikan di analisa.Adapun analisa yang di gunakan yaitu :
3.8.1. Analisis Univariat
Analisa univariat di gunakan untuk mendeskrifsikan data yang di gunakan
pada tiap variabel dari hasil penelitian.Data disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi.
3.8.2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat di gunakan untuk mengetahui hubungan (kolerasi) antar
variabel indevenden (faktor yang berhubungan) dengan variabel devenden
(Kanker payudara). di lakukan dengan menggunakan komputer dengan program
SPSS yaitu untuk membuktikan adanya hubungan signifikan antara faktor yang
berhubungan dengan kanker payudara pada wanita di gunakan analisa chi-Square
dan kemudian untuk menjelaskan adanya hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen di gunakan analisan tabulasi silang.(23)
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambar Lokasi Penelitian
4.1.1. Profil Rsu Vina Estetica
1. Sejarah
Rumah sakit Umum Vina Estetica Medan (RSUVE), terletak di Jl. Sultan
Iskandar Muda No. 119 Medan. RSUVE dikelola oleh Yayasan Rumah Sakit
Cory Medan. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang selalu meningkat dan
jumlah penduduk juga bertambah maka dirasakan ada kekurangan sarana
pelayanan kesehatan di kota Medan pada umumnya. Kebutuhan pelayanan
tersebut terutama kebutuhan pelayanan bedah plastic (untuk kecantikan baik
akibat cacat bawaan atau karena kecelakan) yang oleh sebahagian masyarakat
Sumatera Utara / Medan dicari bahkan sampai keluar negeri seperti Penang dan
singapura.
Berdasarkan keadaan ini maka pada tanggal 21 april 1993 didirikan
sebuahyayasan yang diberinama “Yayasan Rumah Sakit Cory” Yayasan ini
kemudian menjadi induk dari RumahSakit Khusus Kulit dan Bedah Plastik Vina
Estetica. RSU Vina Estetica Medan terletak di suatu lokasi yang bernilai strategis
karena mudah dicapai dari segala penjuru kota. Sebagai landasan hokum
beroperasinya rumah sakit ini adalah surat izin dari Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 440.441/10373/xi/1995.
Sistem operasionil rumah sakit ini dimulai dengan masa uji coba sejak
Januari 1996 berbarengan dengan penyelesaiaan pembangunan sarana fisik berupa
80
gedung, peralatan kesehatan secara umum dan peralatan khusus bedah plastic dll.
Pada 17 Maret 1996 diresmikan oleh Bapak Walikota madya Medan dengan
penandatanganan prasasti di rumah sakit ini.
Pada awalnya ketika rumah sakit ini diresmikan, fasilitas yang tersedia
antara lain: (a) Poliklinik Bedah Plastik; (b) Kamar bedah untuk operasi kecil; (c)
Kamar bedah untuk operasi besar; (d) Ruang perawatan untuk rawat inap
sebanyak 20 tempat tidur (VIP, Kelas I dan II) serta (e) ruang penunjang untuk
staff, Laboratorium, EKG, dapur dll.
Didalam pengembangan-nya sampai dengan 1997 ditemukan bahwa pihak
rumah sakit memerlukan pengembangan strategis kearah pelayanan kesehatan
rumah sakit umum. Pengembangan ini memerlukan penambahan fasilitas
peralatan kesehatan khusus dan alat – alat bedah umum lain nya yaitu khusus
bedah tumor dan THT. Pada tahun 1998 diadakan penambahan / peningkatan
sarana dan prasarana khusus bedah dengan : (a) Penambahan poliklinik; (b)
Penambahan kamar bedah (3 kamar); (c) Penambahan ruang penunjang seperti
„kamarbersalin‟, ruang Rontgen, ruang Laboratorium, apotik, ruang pimpinan dan
staf dan fasilitas– fasilitas penunjang lainnya.
Peningkatan pelayanan terus berlangsung sampai dengan tahun 2001
dimana semua persyaratan fisik suatu rumah sakit umum terselesaikan. Sesuai
dengan pemenuhan persyaratan tersebut pihak rumah sakit kemudian mengajukan
permohonan surat izin RSU Vina Estetica kepada pihak pemerintah. Pada 14
Agustus 2001 telah dikeluarkan surat izin RSU Vina Estetica No.
RA.01.03.8.4048 tanggal 14 agustus2001 oleh Kanwil Depkes Prop. Sumatera
81
Utara di Medan. Surat ijin ini juga diikuti oleh terjadinya perbaikan aktenotaris
Andreas Ngikut Meliala SH tertanggal 24 oktober 2002 yang menabalkan nama
Rumah Sakit Umum Vina Estetica sebagai rumah sakit umum.
Peningkatan kegiatan pelayanan terus berlangsung meliputi bidang–
bidang pelayanan lain yang terkait seperti pelayanan apotik, parker dan pelayanan
administrative rumah sakit secara umum. Penambahan personel dengan sendirinya
tetap dilaksanakan baik secara kuantitas maupun kualitas. Semua peningkatan
tersebut ditujukan untuk memberikan kepuasaan pada pasien dengan pelayanan
yang efektif dan efisien.
RSU Vina Estetica dari waktu kewaktu terus membenahi diri baik secara fisik,
Sumber Daya Manusia, peralatan medis disertai perbaikan mutu pelayanan
berpedoman pada :
a. Kemajuan ilmu manajemen perusahaan serta petunjuk/ peraturan dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia d/a Direktorat Jenderal
Pembinaan Rumah Sakit Umum pemerintah dan Swasta.
b. Kebijakan yang dibuat oleh Pimpinan Yayasan Rumah Sakit Cory Medan
bersama CEO dan para staff Medis serta Staf Administratif.
2. Visi
RSU VINA ESTETICA sebagai rumah sakit rujukan yang efisien dan
terpercaya memberikan pelayanan medis yang memuaskan pihak pelanggan yaitu
perusahaan–perusahan terkemuka dan masyarkat umum di Medan dan sekitarnya
sampai dengan tahun 2008.
82
3. Misi
1) Meningkatkan kinerja manajemen RSU VINA ESTETICA sesuai
dengan standar peraturan pemerintah, kebijakan manajemen dan
kebutuhan pasien.
2) Meningkat kualitas sumber daya manusia RSU VINA ESTETICA
melalui pendidikan dan pelatihan.
3) Penyempurnaan serta pemeliharaan sarana / prasarana (peralatan
pelayanan medis) sesuai dengan perkembangan teknologi rumah sakit.
4) Memberikan yang terbaik dalam menjaga, mengawasi dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang dilayani.
5) Meningkatkan pengenalan dan informasi kepada masyarkat luas bahwa
RSU VINA ESTETICA siap menerima dan memberikan pelayanan
yang terbaik.
4. Tujuan
1) Mewujudkan RSU VINA ESTETICA menjadi rumah sakit yang
profesioanl yang bermutu.
2) Mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia rumah sakit
dalam lingkup teknologi dan pelayanan kesehatan yang modern dan
terus berkembang.
3) Efisiensi dan efektifitas pemakaian alat – alat operasional rumah sakit.
4) Mengurangi angka morbiditas dan mortalitas penyakit dari kelompok
masyarakat yang dilayani.
83
5) Meningkatkan BOR (Bed Occupancy Rate - > rasio pemakaian tempat
tidur rawat inap yang optimal) setingkat 75% bersaing secara sehat
dan mandiri untuk mewujutkan RSU VINA ESTETICA menjadi pusat
pelayanan kesehatan yang baik dan terpercaya.
5. Motto
Kepuasan pasien adalah prioritas utama
4.1.2. Lokasi
Terletak di pusat kota yaitu di Jl. Iskandar Muda No.119, lebih kurang 2
Km kesebelah Barat dari Kantor Pos Medan. Rumah Sakit dilengkapi dengan
sarana Telepon 061-414 4676 & 452 1491 Medan, Sumatera Utara. Luas lantai
bangunan ± 3000 m2, terdiri dari 5 tingkat di atas lahan ± 1000 m
2.
4.1.3. Fasilitas RSU VINA ESTETICA
1. 5 Bed (5 Pasien) Fasilitas ICU
2. 2 bed (1 pasien) TV Colour, AC, Kulkas, Lemari, Sofa, Nakash
3. 2 bed (1 pasien) TV Colour, AC, Lemari, Sofa, Nakash
4. 2 bed (2 pasien) TV Colour, AC, Lemari, Sofa, Nakash
5. 3 bed (3 pasien) TV Colour, AC, Lemari
6. 6 bed (6 pasien) TV Colour, Kipas Angin, Lemari
7. 5 bed (5 pasien) AC, Lemari, Nakash
84
4.1.4. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Vina Estetica
Gambar 4.1. StrukturOrganisasi RSU Vina
4.2. Analisis Univariat
4.2.1. Berat Badan Ibu
TABEL 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan Ibu
Dengan Kanker Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina
Estetica Tahun 2019.
Berat Badan Ibu Jumlah
F %
Nornal 10 31,3
Overweight 18 56,3
Obesitas 4 12,4
Total 32 100
85
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi
responden berdasarkan berat badan ibu dari 32 responden (100%) berat badan ibu
normal sebanyak 10 responden (31,3%), berat badan ibu Overweight sebanyak 18
responden (56,3%) dan sedangkan berat badan ibu Obesitas sebanyak 4 responden
(12,4%).
4.2.2. Usia Menarche
TABEL 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche
Dengan Kanker Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina
Estetica Tahun 2019.
Usia Menarche Jumlah
F %
Usia menarche ≥12 Tahun 14 43,8
Usia menarche <12 Tahun 18 56,3
Total 32 100
Berdasarkan Tabel 4.2. dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi
responden berdasarkan Usia Menarche dari 32 responden (100%) ibu yang Usia
menarche ≥12 tahun sebanyak 14 responden (43,8%) dan sedangkan ibu yang
Usia menarche <12 tahun sebanyak 18 responden (56,3%).
4.2.3. Lama Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
TABEL 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Pemakaian
Kontrasepsi Hormonal Dengan Kanker Payudara Pada Wanita Pasangan Usia
Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
Lama Pemakaian Kontrasepsi
Hormonal
Jumlah
F %
Tidak Berisiko < 5 tahun 15 46,9
Berisiko > 5 tahun 17 53,1
Total 32 100
Berdasarkan Tabel 4.3. dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi
responden berdasarkan lama pemakaian kontrasepsi hormonal dari 32 responden
86
(100%) ibu yang lama pemakaian kontrasepsi Tidak Berisiko <5 tahun sebanyak
15 responden (46,9%) dan sedangkan ibu yang lama pemakaian kontrasepsi
Berisiko >5 tahun sebanyak 17 responden (53,1%).
4.2.4. Mengonsumsi Makanan Cepat Saji
TABEL 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mengkonsumsi
Makanan Cepat Saji Dengan Kanker Payudara Pada Wanita Pasangan Usia
Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
Mengonsumsi Makanan Cepat
Saji
Jumlah
F %
Tidak Mengkonsumsi 23 71,9
Mengkonsumsi 9 28,1
Total 32 100
Berdasarkan Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi
responden berdasarkan mengkonsumsi makanan cepat saji dari 32 responden
(100%) ibu yang tidak mengkonsumsi makanan cepat saji sebanyak 23 responden
(71,9%) dan sedangkan ibu mengkonsumsi makanan cepat saji sebanyak 9
responden (28,1%).
4.2.5. Kanker Payudara
TABEL 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kanker Payudara
Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
Kanker Payudara Jumlah
F %
Stadium I (Tahap Awal) 7 21,9
Stadium II (Tahap Invasif) 13 40,6
Stadium III (Tahap Lanjut) 8 25,0
Stadium IV(Tahap Mestasatasis) 4 12,5
Total 32 100
Berdasarkan Tabel 4.5. dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi
responden berdasarkan ibu yang mengalami kanker payudara dari 32 responden
(100%) ibu yang mengalami kanker payudara stadium I (tahap awal) sebanyak 7
87
responden (21,9%), ibu yang mengalami kanker payudara stadium II (tahap invasif)
sebanyak 13 responden (40,6%), ibu yang mengalami kanker payudara stadium III
(tahap lanjut) sebanyak 8 responden (25,0%) dan sedangkan ibu yang mengalami
kanker payudara stadium IV (tahap mestastasis) sebanyak 4 responden (12,5%).
4.3. Analisis Bivariat
4.3.1. Distribusi Frekuensi Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Kanker
Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun
2019.
TABEL 4.6. Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Kanker Payudara Pada Wanita
Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
No Berat Badan
Ibu
Kanker Payudara
Total Sig-p
Stadium I
(Awal)
Stadium II
(Invasif)
Stadium III
(Lanjut)
Stadium IV
(Mestastasis)
F % F % F % F % F %
1. Normal 7 21,9 1 3,1 2 6,3 0 0 10 31,3
0.000 2. Overweight 0 0 12 37,5 2 6,3 4 12,5 18 56,3
3. Obesitas 0 0 0 0 4 12,5 0 0 4 12,5
Total 7 21,9 13 40,6 8 25,0 4 12,5 32 100
Berdasarkan tabel 4.6. Tabulasi silang antara berat badan ibu dengan
kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
Diketahui bahwa dari 32 responden (100%) ibu yang memiliki berat badan
normal sebanyak 10 responden (31,3%) dengan ibu yang mengalami kanker
payudara stadium I (tahap awal) sebanyak 7 responden (21,9%), ibu dengan
kanker payudara stadium II (tahap invasif) sebanyak 1 responden (3,1%) dan ibu
dengan kanker payudara stadium III (tahap lanjut) sebanyak 2 responden (6,3%),
ibu yang memiliki berat badan overweight sebanyak 18 responden (56,3%)
dengan ibu yang mengalami kanker payudara stadium II (tahap invasif) sebanyak
12 responden (37,5%) dan ibu yang mengalami kanker payudara stadium III
88
(tahap lanjut) sebanyak 2 responden (6,3%) dan ibu yang mengalami kanker
payudara stadium IV (tahap mestastasis) sebanyak 4 responden (12,5%),
sedangkan ibu dengan berat badan obesitas sebanyak 4 responden (12,5%) dengan
ibu yang mengalami kanker payudara stadium III (tahap lanjut) sebanyak 4
responden (12,5%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan hasil uji Chi-square
di peroleh nilai p=0.000 dengan derajat kemaknaan (α=0.05), sehingga didapatkan
hasil bahwa p<α, berarti Ha diterima artinya ada hubungan berat badan ibu
dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun
2019.
4.3.2. Distribusi Frekuensi Hubungan Usia Menarche Dengan Kanker
Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun
2019.
TABEL 4.7. Hubungan Usia Menarche Dengan Kanker Payudara Pada Wanita
Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
No Usia
Menarche
Kanker Payudara
Total Sig-p
Stadium I
(Awal)
Stadium II
(Invasif)
Stadium III
(Lanjut)
Stadium IV
(Mestastasis)
F % F % F % F % F %
1. Usia
menarche
≥12 Tahun
5 15,6 8 25,0 1 3,1 0 0 14 43,8
0.017 2. Usia
menarche
<12 Tahun
2 6,3 5 15,6 7 21,9 4 12,5 18 56,2
Total 7 21,9 13 40,6 8 25,0 4 12,5 32 100
Berdasarkan tabel 4.7. Tabulasi silang antara usia menarche dengan kanker
payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019. Diketahui
bahwa dari 32 responden (100%) ibu yang usia menarche >12 tahun sebanyak 14
responden (43,8%) dengan ibu yang mengalami kanker payudara stadium I (tahap
89
awal) sebanyak 5 responden (15,6%), ibu dengan kanker payudara stadium II
(tahap invasif) sebanyak 8 responden (25,0%) dan ibu dengan kanker payudara
stadium III (tahap lanjut) sebanyak 1 responden (3,1%), sedangkan ibu yang usia
menarche <12 tahun sebanyak 18 responden (56,3%) dengan ibu yang mengalami
kanker payudara stadium I (tahap awal) sebanyak 2 responden (6,3%), ibu yang
mengalami kanker payudara stadium II (tahap infasif) sebanyak 5 responden
(15,6%), ibu yang mengalami kanker stadium III (tahap lanjut) sebanyak 7
responden (21,9%) dan ibu yang mengalami kanker payudara stadium IV ( tahap
mestastasis) sebanyak 4 responden (12,5%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan hasil uji Chi-square
di peroleh nilai p=0.017 dengan derajat kemaknaan (α=0.05), sehingga didapatkan
hasil bahwa p<α, berarti Ha diterima artinya ada hubungan usia menarche dengan
kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
4.3.3. Distribusi Frekuensi Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi
Hormonal Dengan Kanker Payudara Pada Wanita Pasangan Usia
Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
TABEL 4.8.
Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Kanker Payudara
Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
No
Lama
Pemakaian
Kontrasepsi
Hormonal
Kanker Payudara
Total Sig-p
Stadium I
(Awal)
Stadium II
(Invasif)
Stadium III
(Lanjut)
Stadium IV
(Mestastasis)
F % F % F % F % F %
1. Tidak
Berisiko <5
tahun
5 15,6 8 25,0 2 6,3 0 0 15 46,9
0.048
2. Berisiko >5
tahun
2 6,3 5 15,6 6 18,8 4 12,5 17 53,1
Total 7 21,9 13 40,6 8 25,0 4 12,5 32 100
90
Berdasarkan tabel 4.8. Tabulasi silang antara lama pemakaian kontrasepsi
hormonal dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica
Tahun 2019. Diketahui bahwa dari 32 responden (100%) ibu yang memakai
kontrasepsi Tidak Berisiko <5 tahun sebanyak 15 responden (46,9%) dengan ibu
yang mengalami kanker payudara stadium I (tahap awal) sebanyak 5 responden
(15,6%), ibu dengan kanker payudara stadium II (tahap invasif) sebanyak 8
responden (25,0%), dan ibu dengan kanker payudara stadium III (tahap lanjut)
sebanyak 2 responden (6,3%), sedangkan ibu yang memakai kontrasepsi
Berisiko >5 tahun sebanyak 17 responden (53,1%) dengan ibu yang mengalami
kanker payudara stadium I (tahap awal) sebanyak 2 responden (6,3%), ibu yang
mengalami kanker payudara stadium II (tahap invasif) sebanyak 5 responden
(15,6%), ibu yang mengalami kanker stadium III (tahap lanjut) sebanyak 6
responden (18,8%) dan ibu yang mengalami kanker payudara stadium IV (tahap
mestastasis) sebanyak 4 responden (12,5%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan hasil uji Chi-square
di peroleh nilai p=0.048 dengan derajat kemaknaan (α=0.05), sehingga didapatkan
hasil bahwa p<α, berarti Ha diterima artinya ada hubungan lama pemakaian
kontrasepsi hormonal dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU
Vina Estetica Tahun 2019.
91
4.3.4. Distribusi Frekuensi Hubungan Mengonsumsi Makanan Cepat Saji
Dengan Kanker Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di
RSU Vina Estetica Tahun 2019.
TABEL 4.9.
Hubungan Mengonsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kanker Payudara Pada
Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
No
Mengonsumsi
Makanan
Cepat Saji
Kanker Payudara
Total Sig-p
Stadium I
(Awal)
Stadium II
(Invasif)
Stadium III
(Lanjut)
Stadium IV
(Mestastasis)
F % F % F % F % F %
1. Tidak
Mengonsumsi
6 18,8 12 37,5 4 12,5 1 3,1 23 71,9
0.022
2. Mengonsumsi 1 3,1 1 3,1 4 12,5 3 9,4 9 28,1
Total 7 21,9 13 40,6 8 25,0 4 12,5 32 100
Berdasarkan tabel 4.9. Tabulasi silang antara mengonsumsi makanan cepat
saji dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun
2019. Diketahui bahwa dari 32 responden (100%) ibu yang tidak mengonsumsi
makanan cepat saji sebanyak 23 responden (71,9%) dengan ibu yang mengalami
kanker payudara stadium I (tahap awal) sebanyak 6 responden (18,8%), ibu
dengan kanker payudara stadium II (tahap invasif) sebanyak 12 responden
(37,5%), ibu dengan kanker payudara stadium III (tahap lanjut) sebanyak 4
responden (12,5%), dan ibu dengan kanker payudara stadium IV (tahap
Mestastasis) sebanyak 1 responden (3,1%), sedangkan ibu yang mengonsumsi
makanan cepat saji sebanyak 9 responden 28,1%) dengan ibu yang mengalami
kanker payudara stadium I (tahap awal) dan II (tahap invasif) sebanyak 1
responden (3,1%), ibu yang mengalami kanker stadium III (tahap lanjut) sebanyak
4 responden (12,5%) dan ibu yang mengalami kanker payudara stadium IV (tahap
mestastasis sebanyak 3 responden (9,4%).
92
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan hasil uji Chi-square
di peroleh nilai p=0.022 dengan derajat kemaknaan (α=0.05), sehingga didapatkan
hasil bahwa p<α, berarti Ha diterima artinya ada hubungan mengonsumsi
makanan cepat saji dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina
Estetica Tahun 2019.
4.5. Pembahasan
4.5.1. Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Kanker Payudara Pada Wanita
Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara berat badan ibu dengan kanker
payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019. Diketahui
bahwa dari 32 responden (100%) ibu yang memiliki berat badan normal sebanyak
10 responden (31,3%) dengan ibu yang mengalami kanker payudara stadium I
(tahap awal) sebanyak 7 responden (21,9%), ibu dengan kanker payudara stadium
II (tahap invasif) sebanyak 1 responden (3,1%) dan ibu dengan kanker payudara
stadium III (tahap lanjut) sebanyak 2 responden (6,3%), ibu yang memiliki berat
badan overweight sebanyak 18 responden (56,3%) dengan ibu yang mengalami
kanker payudara stadium II (tahap invasif) sebanyak 12 responden (37,5%) dan
ibu yang mengalami kanker payudara stadium III (tahap lanjut) sebanyak 2
responden (6,3%) dan ibu yang mengalami kanker payudara stadium IV (tahap
mestastasis) sebanyak 4 responden (12,5%), sedangkan ibu dengan berat badan
obesitas sebanyak 4 responden (12,5%) dengan ibu yang mengalami kanker
payudara stadium III (tahap lanjut) sebanyak 4 responden (12,5%).
93
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan hasil uji Chi-square
di peroleh nilai p=0.000 dengan derajat kemaknaan (α=0.05), sehingga didapatkan
hasil bahwa p<α, berarti Ha diterima artinya ada hubungan berat badan ibu
dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun
2019.
Kanker payudara merupakan kelainan payudara yang paling ditakuti
perempuan, karena penyakit ini tidak dapat disembuhkan apabila ditemui pada
stadium lanjut. Padahal, jika dideteksi dini, penyakit ini sebetulnya bisa di obati
sampai sembuh. Kanker payudara menempati posisi kedua sebagai keganasan
tersering pada wanita di seluruh dunia setelah kanker leher rahim.
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara yang ditandai dengan adanya benjolan
di payudara, dan pada stadium lanjut terasa sakit. Meskipun ilmu pengetahuan
semakin canggih akan tetapi hingga saat ini belum diketahui secara pasti faktor
penyebab utama penyakit tumor/kanker payudara, diperkirakan multifaktorial.
Dari beberapa studi diketahui faktor faktor yang berhubungan dengan
tumor/kanker payudara antara lain umur tua (aging), perempuan 100 kali lebih
berisiko dibandingkan dengan laki-laki, adanya faktor genetik seperti riwayat
keluarga menderita tumor/kanker payudara terutama ibu dan saudara perempuan,
riwayat menstruasi dini, usia makin tua saat menopause, hamil pertama di usia
tua, menggunakan kontrasepsi hormonal, obesitas dan asupan rendah serat,tinggi
lemak khususnya lemak jenuh. (25)
94
Obesitas atau setiap penambahan 10kg maka 80% lebih besar terkena
kanker payudara. Wanita obesitas yang memasuki masa menopause, wanita yang
mengalami obesitas atau kelebihan berat badan setelah memasuki masa
menopause memiliki resiko lebih tinggi menderita kanker payudara. Wanita
menopause yang mengalami obesitas memiliki tingkat estrogen yang jauh lebih
tinggi dari pada seharusnya, dimana hal itu dianggap menjadi peningkatan resiko
kanker payudara. Sebelum menopause, indung telur bersama jaringan lemak
menghasilkan sebagian estrogen. Setelah menopause, indung telur berhenti
memproduksi estrogen sehingga sebagian besar estrogen wanita berasal dari jaringan
lemak. Memiliki lebih banyak jaringan lemak setelah menopause berarti
meningkatkan kadar estrogen sehingga resiko kanker payudara pun menjadi lebih
tinggi. (20)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusnul
Chotimah yang berjudul “Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Kanker Payudara
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta” dari hasil penelitian
didapatkan dari total sampel 62 dimana perbandingan jumlah kasus dan kontrol
1:1, dan hasil uji Chi-Square dengan nilai α 0,05, didapatkan nilai p value= 0,003
(<0,05) hal ini menunjukkan ada hubungan obesitas dengan kejadian kanker
payudara di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. (26)
Kelebihan berat badan atau obesitas dapat menyebabkan dan
mengakibatkan seseorang menderita berbagai penyakit seprti penyakit jantung,
sindroma, diabetes, kanker, arthritis, masalah pernafasan, penyulit pada masalah
reproduksi, gangguan psikis dan sosial serta masalah kesehatan lainnya.
95
Menurut asumsi peneliti dalam penelitian ini menunjukkan bahwa berat badan ibu
memiliki hubungan dengan kanker payudara, karena kelebihan berat badan akan
memicu untuk terjadinya dan timbulnya berbagai masalah kesehatan, Wanita
obesitas wanita yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan setelah
memasuki masa menopause memiliki resiko lebih tinggi menderita kanker
payudara. Wanita yang mengalami obesitas memiliki tingkat estrogen yang jauh
lebih tinggi dari pada seharusnya, dimana hal itu dianggap menjadi peningkatan
resiko kanker payudara. Sebelum menopause, indung telur bersama jaringan lemak
menghasilkan sebagian estrogen. Setelah menopause, indung telur berhenti
memproduksi estrogen sehingga sebagian besar estrogen wanita berasal dari jaringan
lemak. Memiliki lebih banyak jaringan lemak berarti meningkatkan kadar estrogen
sehingga resiko kanker payudara pun menjadi lebih tinggi.
Selain itu, wanita yang kelebihan berat badan cenderung memiliki kadar
insulin darah yang lebih tinggi.tingkat insulin yang lebih tinggi juga telah
dikaitkan dengan beberapa jenis kanker, termasuk kanker payudara. Akan tetapi,
kaitan antara berat badan dan resiko kanker payudara sangat kompleks. Wanita
yang obesitas saat dewasa, resiko kanker payudara meningkat. Namun, jika
kelebihan berat badan sudah dialami sejak kecil, resikonya cenderung menurun.
Sedangkan kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat
badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas
adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada
bagian bagian tertentu. Obesitas atau kegemukan ternyata berpengaruh
menyebabkan kanker. Hal ini adalah sebuah korelasi antara berat badan dan
96
bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita. Adanya variasi terhadap
kekerapan kanker menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap keganasan
kanker. Oleh sebab itu ibu yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas
diharapkan untuk selalu menjaga pola makan dan perilaku hidup sehat dengan
olah raga serta melakukan SADARI untuk mendeteksi adanya kelainan pada
payudara. (19)
4.5.2. Hubungan Usia Menarche Dengan Kanker Payudara Pada Wanita
Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara antara usia menarche dengan
kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
Diketahui bahwa dari 32 responden (100%) ibu yang usia menarche >12 tahun
sebanyak 14 responden (43,8%) dengan ibu yang mengalami kanker payudara
stadium I (tahap awal) sebanyak 5 responden (15,6%), ibu dengan kanker
payudara stadium II (tahap invasif) sebanyak 8 responden (25,0%) dan ibu dengan
kanker payudara stadium III (tahap lanjut) sebanyak 1 responden (3,1%),
sedangkan ibu yang usia menarche <12 tahun sebanyak 18 responden (56,3%)
dengan ibu yang mengalami kanker payudara stadium I (tahap awal) sebanyak 2
responden (6,3%), ibu yang mengalami kanker payudara stadium II (tahap infasif)
sebanyak 5 responden (15,6%), ibu yang mengalami kanker stadium III (tahap
lanjut) sebanyak 7 responden (21,9%) dan ibu yang mengalami kanker payudara
stadium IV ( tahap mestastasis) sebanyak 4 responden (12,5%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan hasil uji Chi-square
di peroleh nilai p=0.017 dengan derajat kemaknaan (α=0.05), sehingga didapatkan
97
hasil bahwa p<α, berarti Ha diterima artinya ada hubungan usia menarche dengan
kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD
menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%.1 Kanker
payudara merupakan penyakit yang heterogen dan kompleks yang mana sel-sel
yang unik dan spesifik pada payudara tumbuh terus menerus tanpa kendali, serta
memiliki banyak hubungan dengan berbagai faktor risiko. (17)
Usia menarche di definisikan sebagai haid pertama kali yang dialami oleh
seorang perempuan. Usia saat menarche berhubungan dengan resiko kanker
payudara. Semakin muda usia seorang perempuan pada saat menarche, semakin
tinggi risiko mengidap kanker payudara. Beberapa kelompok telah menunjukkan
bahwa memulai menstruasi sebelum usia 12 tahun dapat meningkatkan risiko
kanker payudara, di sisi lain, menarche yang terjadi lebih akhir (usia 14 tahun atau
lebih tua) dapat mengurangi risiko terjadinya kanker payudara.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyowati pada
tahun 2017, dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Kanker Payudara di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2017
menunjukkan bahwa penderita kanker payudara 51,3%, proporsi usia menarche
41,0%, proporsi penggunaan kontrasepsi hormonal sebesar 46,2% dan proporsi
menyusui < 2 tahun sebesar 56,4%. Hasil uji statistic ada hubungan riwayat
keluarga p value = 0,019, tidak menyusui p value = 0,040 dan tidak ada hubungan
usia menarche p value = 0.000 dengan kejadian kanker payudara. (12)
98
Usia menarche dini atau menstruasi pertama pada usia relatif muda atau
kurang dari 12 tahun peningkatan resiko kanker payudara,sebelum usia 12 tahun
wanita akan memiliki peningkatan resiko kanker payudara dikarnakan konsumsi
makanan tinggi lemak akan berakibat pada penumpukan lemak pada jaringan
adipose yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar leptin dan mempercepat
terjadi nya menarche dini. Semakin banyak penumpukan lemak,semakin tinggi
pula kadar leptip yang disekresikan dalam darah pada sistem reproduksi, leptin
berpengaruh terhadap meta bolisme system saraf gonadottripin releaseng hormone
(GnRH). Pelepasan peptide GnRH selanjutnya akn mempengaruhi penegluaran
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dalam
merangsang pematangan sel telur dan pembentukan estrogen.
Menurut asumsi peneliti dalam penelitian ini terdapat hubungan usia
menarche dengan kanker payudara ini didapatkan bahwa ibu atau responden
dalam penelitian ini mayoritas mengalami usia menarche <12 tahun yang
menyatakan bahwa apabila Usia menarche yang terlalu dini pada perempuan,
yaitu kurang dari 12 tahun menyebabkan paparan hormon estrogen pada tubuh
menjadi lebih cepat. Hormon estrogen dapat memicu pertumbuhan sel pada
bagian tubuh tertentu secara tidak normal. Mekanisme terjadinya kanker payudara
oleh paparan estrogen masih belum diketahui secara pasti disebabkan karena
stimulasi estrogen terhadap pembelahan sel epitel atau karena disebabkan oleh
estrogen dan metabolitnya yang secara langsung bertindak sebagai mutagen
sehingga dapat menyebabkan timbulnya sel kanker pada payudara. Dan apabila
wanita yang haid pertamanya <12 tahun dan jika terjadi pada usia lebih dari 13
99
tahun termasuk kedalam kategori menarche terlambat. Usia saat seorang anak
perempuan mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi. Terdapat kecendrungan
bahwa saat ini anak mendapat menstruasi yang pertama kali pada usia lebih muda.
Ada yang berusia 12 tahun saat ia mendapat menstrusai pertama kali, tapi ada juga
yang 8 tahun sudah memulai siklusnya. Bila usia 16 tahun baru mendapat
menstruasi pun dapat terjadi. Secara global, perempuan mengalami menstruasi
dini (premature). Hal ini disebabkan factor internal dan factor eksternal. Faktor
internal karena ketidak seimbangan hormon bawaan lahir. Hal ini juga berkolerasi
dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi.
Siklus menstruasi umumnya dialami pertama kali oleh perempuan ketika
berusia 12-15 tahun. Usia menarche yang dini yaitu kurang dari <12 tahun
menyebabkan paparan hormon estrogen pada tubuh menjadi lebih cepat dan
berpengaruh pada proses poliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. Usia
menarche yang dini juga dapat menyebabkan seorang perempuan mengalami
masa menopause yang lebih dini pula. Hal ini menyebabkan paparan hormon
estrogen berkurang pada usia yang relatif masih muda, dan seperti yang diketahui
bahwa hormon estrogen juga berpungsi untuk mencegah serangan jantung dan
tulang.
4.5.3. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Kanker
Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica
Tahun 2019.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara lama pemakaian kontrasepsi
hormonal dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica
Tahun 2019. Diketahui bahwa dari 32 responden (100%) ibu yang memakai
100
kontrasepsi Tidak Berisiko <5 tahun sebanyak 15 responden (46,9%) dengan ibu
yang mengalami kanker payudara stadium I (tahap awal) sebanyak 5 responden
(15,6%), ibu dengan kanker payudara stadium II (tahap invasif) sebanyak 8
responden (25,0%), dan ibu dengan kanker payudara stadium III (tahap lanjut)
sebanyak 2 responden (6,3%), sedangkan ibu yang memakai kontrasepsi
Berisiko >5 tahun sebanyak 17 responden (53,1%) dengan ibu yang mengalami
kanker payudara stadium I (tahap awal) sebanyak 2 responden (6,3%), ibu yang
mengalami kanker payudara stadium II (tahap invasif) sebanyak 5 responden
(15,6%), ibu yang mengalami kanker stadium III (tahap lanjut) sebanyak 6
responden (18,8%) dan ibu yang mengalami kanker payudara stadium IV (tahap
mestastasis) sebanyak 4 responden (12,5%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan hasil uji Chi-square
di peroleh nilai p=0.048 dengan derajat kemaknaan (α=0.05), sehingga didapatkan
hasil bahwa p<α, berarti Ha diterima artinya ada hubungan lama pemakaian
kontrasepsi hormonal dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU
Vina Estetica Tahun 2019.
Kanker payudara adalah keganasan yang menyerang kelenjar air susu,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara
memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau
lobus payudara.
Kontrasepsi hormonal berisi hormon estrogen pengganti selain memiliki
manfaat untuk mengatur kehamilan, tetapi juga memiliki segi negatif, yaitu
beresiko tinggi terjadinya kanker payudara. Menurut Laporan dari Harvard School
101
of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang
bermakna pada para pengguna terapi penggantian estrogen. Berdasarkan beberapa
penelitian tentang adanya hubungan antara faktor-faktor reproduksi dan kanker
payudara dapat disimpulkan bahwa hormon steroid endogen memiliki peran
penting di dalam etiologi kanker payudara. Mekanisme umum yang berlangsung
adalah adanya paparan hormon estrogen yang berlangsung lama dan siklus
terhadap jaringan yang sensitif, seperti jaringan payudara, ovarium dan
endometrium yang dipengaruhi oleh ovulasi terus-menerus. Di sisi lain, peran
progesteron tidak begitu jelas. Diduga progesteron mengambil peran dalam
kegiatan mitosis sehingga meningkatkan fase luteal.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria
Prabandari dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
kanker payudara di RSU dadi keluarga purwokerto Tahun 2016” telah melakukan
penelitian bahwa wanita yang mengalami kanker payudara sebagian disebabkan
dari faktor gaya hidup seperti mempunyai riwayat penggunaan KB hormonal.
Penelitian ini dilakukan di rumah Sakit Umum Dadi Keluarga Purwokerto karena
terjadi peningkatan insidens kanker payudara dari bulan Januari- Oktober 2014
sejumlah 2.320 kasus kanker payudara. Penelitian ini menggunakan pendekatan
case control restropektif. Analisis data menggunakan analisis non statistic untuk
menguji hipotesis tentang hubungan antar dua variabel di gunakan chi-square. Hasil
dari analisis bivariat akan dianalisi menggunakan regresi bahwa ada hubungan
faktor penggunaan KB hormonal dengan kejadian kanker payudara. (12)
102
Menurut asumsi peneliti dalam penelitian ini terdapat hubungan antara lama
penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kanker payudara. Pemakai kontrasepsi
hormonal, penelitian menemukan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi
hormonal memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara di bandingkan
wanita yang tidak pernah menggunakannya. Resiko ini tampaknya dapat menurun
kembali setelah penggunaan pil di hentikan. Wanita yang berhenti menggunakan
kontrapsepsi oral lebih dari 5 tahun cenderung tidak memiliki peningkatan resiko
kanker payudara. Kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan faktor pada wanita
usia di atas 40 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih dari 10 tahun
dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Penggunaan kontrasepsi hormonal
jenis pil setelah lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Mengkonsumsi obat kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang akan
mengakibatkan pertumbuhan jaringan payudara yang sangat sensitif terhadap
estrogen, maka perempuan yang terpajan estrogen dalam waktu jangka panjang
akan memiliki risiko yang besar terhadap terjadinya kanker payudara. Laporan
dari harvad menyatakan peningkatan kanker payudara yang bermakna pada
penggunaan terapi estrogen suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak
terdapat risiko kanker payudara pada penggunaan kontrasepsi oral akan tetapi
perempuan yang menggunakan obat ini dengan waktu jangka panjang akan
mempunyai risiko terjadinya kanker payudara sebelum menopause.
Penggunaan alat kontrasepsi hormonal akan meningkatkan risiko kanker
payudara pada wanita premenopause, tetapi tidak pada masa pascamenopause.
Penggunaan kontersepsi hormonal juga tergantung pada usia lama pemakaian,
103
risiko terkena kanker payudara meningkat dengan penggunaan alat kontrasepsi
dalam jangka waktu yang lama yaitu lebih dari 10 tahun. Hal ini dikarenakan
tubuh mengalami paparan hormon yang lam sehingga menyebabkan tubuh
menjadi lebih rentan dengan adanya zat karsiogenik.
4.5.4. Hubungan Mengonsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kanker
Payudara Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di RSU Vina Estetica
Tahun 2019.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara mengonsumsi makanan cepat saji
dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun
2019. Diketahui bahwa dari 32 responden (100%) ibu yang tidak mengonsumsi
makanan cepat saji sebanyak 23 responden (71,9%) dengan ibu yang mengalami
kanker payudara stadium I (tahap awal) sebanyak 6 responden (18,8%), ibu
dengan kanker payudara stadium II (tahap invasif) sebanyak 12 responden
(37,5%), ibu dengan kanker payudara stadium III (tahap lanjut) sebanyak 4
responden (12,5%), dan ibu dengan kanker payudara stadium IV (tahap
Mestastasis) sebanyak 1 responden (3,1%), sedangkan ibu yang mengonsumsi
makanan cepat saji sebanyak 9 responden 28,1%) dengan ibu yang mengalami
kanker payudara stadium I (tahap awal) dan II (tahap invasif) sebanyak 1
responden (3,1%), ibu yang mengalami kanker stadium III (tahap lanjut) sebanyak
4 responden (12,5%) dan ibu yang mengalami kanker payudara stadium IV (tahap
mestastasis sebanyak 3 responden (9,4%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan hasil uji Chi-square
di peroleh nilai p=0.022 dengan derajat kemaknaan (α=0.05), sehingga didapatkan
hasil bahwa p<α, berarti Ha diterima artinya ada hubungan mengonsumsi
104
makanan cepat saji dengan kanker payudara pada wanita usia subur di RSU Vina
Estetica Tahun 2019.
Mengkonsumsi atau memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji
dari usia dini dapat membuat gemuk tubuh, sehingga meningkatkan resiko terkena
kanker payudara, lemak tubuh akan meningkat apalagi tidak di imbangi dengan
olahraga sehingga akan berlanjut pada resistansi insulin sehingga keinginan untuk
mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat yang mengandung gula menjadi
meningkat. Insulin yang dihasilkan pun bertambah seiring dengan pertambahan
berat badan lemak pada tubuh yang lebih banyak dan akan berlanjut lebih
memperbanyak kadar estrogen.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Santi
Hutasoit yang berjudul Faktor resiko kanker payudara pada wanita di rumah sakit
umum daerah arifin ahamad provinsi riau pekan baru tahun 2017, faktor tersebut
meliputi mengkonsumsi makanan siap saji . Hasil analisis Chi-Square konsumsi
makanan siap saji di peroleh nilai p-value 0,009 (nilai α<0,05) yang berarti ada
hubungan antara konsumsi makanan siap saji dengan kanker payuadara. Hasil
pembahasan penelitian tersebut menyatakan adanya hubungan faktor konsumsi
makanan siap saji dengan kanker payudara.
Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari usia dini dapat
meningkatkan resiko terkena kanker payudara di karenakan makanan siap saji
mengandung bahan pengawet ataupun zat kimia sehingga ketika masuk dalam
tubuh, zat atau racun inilah yang menumbuhkan sel-sel penyakit terutama di
payudara dan juga membuat lemak tubuh akan meningkat apalagi tidak
105
diimbangi dengan olahraga sehingga akan berlanjut pada resitansi insulin
sehingga keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat yang
mengandung gula menjadi meningkat. Insulin yang dihasilkan pun bertambah
seiring dengan pertambahan berat badan. Lemak pada tubuh yang lebih banyak
akanberlanjut lebih banyak pula kadar estrogen sehingga pertumbuhan payudara
dan menstruasi lebih cepat.
Menurut asumsi peneliti dalam penelitian ini terdapat hubungan antara
mengkonsumsi makanan cepet saji dengan kanker payudara, dikarenakan
Makanan siap saji merupakan jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan,
praktis, atau diolah dengan cara yang sederhana. Makanan tersebut umunya
diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan
memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa
bagi produk tersebut.Zat aditif yang berlebihan dan dikonsumsi secara terus-
menerus dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.Makanan siap saji
biasanya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, Nugget, atau juga corn
flakes sebagai makanan untuk sarapan. Dalam makanan cepat saji terkandung
banyak sekali zat-zat yang berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit bagi tubuh
jika dikonsumsi berlebihan.Sudah banyak peneliti yang dilakukan oleh para ahli
yang membuktikan hal ini.Makanan siap saji bayak sekali mengandung kalori,
lemak, protein hewani, dan zat-zat kimia berbahaya yang tidak baik jika
dikonsumsi berlebihan. Makanan siap saji sekarang sudah menjadi gaya hidup,
karna selain harganya terjangkau makanan siap saji mudah diolah, cepat dan
praktis, tahan lama, serta rasanya pun enak. kebiasaan mengkonsumsi makanan
106
siap saji terdapat pada pasien yang mengalami kanker payudara pada Stadium I
dan Stadium II . Hal ini sejalan dengan teori karena gaya hidup ibu yang tidak
sehat seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji dapat memperbesar
resiko terjadinya kanker payudara. Dalam hal ini di harapkan baik kepada
masyarakat, dan terutama untuk ibu-ibu yang mengalami kanker payudara agar
tetap menjaga kesehatannya terlebih dalam pola makannya setiap hari.
107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disajikan dapat di
simpulkan sebagai berikut :
1. Ada hubungan berat badan ibu dengan kanker payudara pada wanita usia
subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
2. Ada hubungan usia menarche dengan kanker payudara pada wanita usia subur
di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
3. Ada hubungan lama pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kanker
payudara pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019.
4. Ada hubungan mengonsumsi makanan cepat saji dengan kanker payudara
pada wanita usia subur di RSU Vina Estetica Tahun 2019
5.2. Saran
Adapun saran yang bisa disampaikan ke beberapa pihak adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Responden
Diharapkan kepada ibu-ibu yang mengalami kanker payudara agar tetap
menjaga kesehatannya terlebih dalam pola gaya hidupnya sehari-hari
diharapkan tetap memiliki gaya hidup sehat yang baik agar terhindar dari
suatu penyakit terutama penyakit dengan kasus kanker payudara.
108
2. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan kepada petugas kesehatan terutama tenaga medis di RSU Vina
Esteticha Medan agar senantiasa memberikan promosi kesehatan tentang
pentingnya memiliki gaya hidup sehat yang baik kepada masyarakat terutama
ibu yang beresiko terkena kanker payudara.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan agar membantu mahasiswa dalam
mengembangkan penelitian dan dapat digunakan sebagai data dasar
selanjutnya sehingga dapat menjadi bahan kajian dalam kegiatan proses
pembelajaran sehingga mahasiswa mempunyai bekal ataupun pengetahuan
tentang kanker payudara.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang
belum diteliti dalam dalam penelitan ini dengan sampel yang lebih besar dari
ruang lingkup yang lebih luas sehingga dapat meningkatkan ketelitian dalam
penelitian.
109
DAFTAR PUSTAKA
1. Brilliana A, Arafah. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Rumah
TanggaMelakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari). Departemen
Biostatistika dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Kampus C
UNAIR Mulyorejo; 2017
2. Nurcahyo J. Awas!!! Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara.
Yogyakarta: Wahana Totalita Publisher; 2010. p. 83.
3. Kementrian Kesehatan RI. Bulan Peduli Kanker Payudara. Jakarta: Infodatin.
2018;
4. Oemiati R. Prevalensi Kanker di Indonesia dan Dunia [Online] [Internet].
2014. Available from: http://manajemenrumahsakit.net/2014/01/prevalensi-
kanker-di-indonesia-dan-dunia/.
5. Hari Kanker sedunia 2019. Pusat Data Informasi Kemantrian Kesehatan RI.
Bulan Peduli Kanker Payudara. 2019
6. Riskesdas. Hasil Utama Riskesdan Tahun 2018 Kementrian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2018
7. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2017
8. Irawan E. Faktor-Faktor Pelaksanaan Sadari/Breast SelfExamination (Bse)
Kanker Payudara(Literature Review). 2018; Jurnal Keperawatan BSI. Vol.
VI, No. I
9. Kes Sm. Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Kankerpayudara Dirs Putri
Hijau Medan Tahun 2016. J Kesehat Bukit Barisan. 2017;1(2).
10. R. Brilliana Elvita, Arafah R. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu
Rumah Tangga Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI); 2017
(Jurnal).
11. Prabandari F, Fajarsari D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Kanker Payudara di RSU Dadi Keluarga Purwokerto. Bidan Prada J Publ
Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto. 2016;7(1).
12. Prasetyowati P, Katharina K. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Kanker Payudara Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. J Kesehat Metro Sai Wawai. 2017;7(1):75–84.
13. Uswatun A,Yuliani T. Hubungan Usia Menarche Dengan Kejadian Kanker
Payudara di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2016. J Kebidanan
08(01); Vol III
14. Kes Sm. Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Kankerpayudara Dirs Putri
Hijau Medan Tahun 2016. J Kesehat Bukit Barisan. 2017;1(2).
15. Surbakti E. Hubungan Riwayat Keturunan Dengan Terjadinya Kanker Payu-
dara Pada Ibu Di RSUP H. Adam Malik Medan. Pre Cure. 2015;1.
110
16. Soemitro M. Berani Deteksi Dini Hindari Hoax Kanker Payudara. Qanita;
2018.
17. Mulyani NS. Kanker Payudara dan PMS pada Kehamilan. Vol. 8, Jakarta:
Nuha Medika. 2013. p. 1–3.
18. Saydam S. Waspada Penyakit Reproduksi Anda. Bandung-Jawa Barat:
Penerbit Pustaka Reka Cipta; 2012. p. 75.
19. Olfah Y, Mendri NK, Badi‟ah A. Kanker payudara dan sadari. Jakarta Nuha
Med. 2013;
20. Karikawati E. Awas!!! Bahaya Kanker Payudara & Kanker Serviks. Jakarta.
Buku buku; 2015
21. Rasjidi I. 100 Question & Answer Kanker Pada Wanita. Jakarta: PT
Gramedia; 2010. p. 30.
22. Maria IL. Risiko Gaya Hidup Terhadap Kejadian Kanker Payudara Pada
Wanita. J Mkmi. 2017;13(2):157–66.
23. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan
Menggunakan Metode Penelitian Ilmiah. Medan: Citapustaka Media Perintis;
2016.
24. Muhammad I. Pemanfaatan SPSS Dalam Penelitian Bidang Kesehatan dan
Umum. Cita Pustaka Media Perintis; 2015.
25. Hutasoit ES. Faktor Resiko Kanker Payudara pada Wanita di RSU Daerah
Arifin Tahun 2017. 2017;
26. Kusnul Chotimah. Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Kanker Payudara di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta:2016.
111
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER PAYUDARA
PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR
DI RSU VINA ESTETICATAHUN 2019
I. Identitas Responden :
1. Nama Ibu :
2. Usia Ibu :
3. Alamat Ibu :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Jumlah Anak :
II. Berat Badan Ibu
1. Berat Badan : Kg
2. Tinggi Badan : cm
3. IMT :
III. Usia Menarche
Usia berapakah anda pertama kali haid?
≤12 Tahun
>12 Tahun
IV. Lama Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda dengan cara
memberi tanda (X) pada pilihan jawaban yang telah tersedia.
1) Apakah ibu menggunakan Kontraseps selama ini ?
a. Ya
b. Tidak
112
2) Jika Ya , kontrasepsi apa yang ibu gunakan ?
a. Pil
b. IUD
c. Implant
d. Suntik
3) Sudah berapa lama ibu menggunakan kontrasepsi?
a. < 5 tahun
b. ≥ 5 tahun
V. Mengonsumsi Makanan Cepat Saji
Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda dengan cara
memberi tanda (X) pada pilihan jawaban yang telah tersedia.
1. Menurut anda, apakah yang dimaksud dengan makanan cepat saji (fast food)
adalah...
a. Makanan yang penyajiannya cepat dan mengandung kalori, lemak,
garam, gula yang tinggi, akan tetapi rendah serat dan vitamin.
b. Makanan yang penyajiannya cepat dan mengandung kalori, lemak, serat,
vitamin yang tinggi, akan tetapi tidak mengandung garam dan gula.
c. Makanan yang penyajiannya cepat dan mengandung kalori, lemak,
garam, gula, serat, dan vitamin yang seimbang.
2. Menurut anda, makanan siap saji pada umumya makanan yang memiliki?
a. Lemak dan Protein
b. Serat dan vitamin yang baik untuk tubuh
c. Gizi yang seimbang
3. Menurut Anda, apakah makanan cepat saji berbahaya bagi kesehatan jika
dikonsumsi secara berlebihan?
a. Ya
b. Tidak
4. Menurut Anda alasan untuk mengonsumsi makanan siap saji adalah?
113
a. memiliki kesan modern apabila mengonsumsinya
b. penyajiannya yang cepat
c. tidak tahu
5. Menurut Anda, apa akibatnya jika terlalu banyak mengonsumsi makanan siap
saji (fast food)?
a. Meningkatkan resiko hipertensi, obesitas, diabetes, penyakit jantung,
gagal ginjal dan memicu terjadinya resiko kanker payudara
b. Meningkatkan kecerdasan otak
c. Tidak ada resiko
6. Menurut anda,bagaimana sebaiknya porsi dalam mengonsumsi makanan siap
saji (fast food) ?
a. Tidak berlebihan
b. Sesuai selera
c. Tidak tahu
7. Di bawah ini yang bukan merupakan jenis makanan cepat saji (fast food)
adalah...
a. Hamburger, pizza, KFC, French fries (kentang goreng), Chicken (ayam
goreng), hot dog, spagetty
b. Chiken Nugget dan sosis
c. Bubur ayam
8. Berapa kali seminggu anda mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food)?
a. 1 kali seminggu
b. 2-3 kali seminggu
c. Tidak pernah
9. Makanan cepat saji (fast food) mana yang paling sering dan anda sukai untuk
dikonsumsi?
a. Bubur kacang hijau
b. Roti tawar dan coklat
c. Hamburger, pizza, KFC, French fries (kentang goreng), Chicken (ayam
goreng), hot dog, spagetty, baso, sosis Chiken Nugget dan mie instan
114
10. Hal yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit jika mengonsumsi
makanan cepat saji (fast food) secara berlebihan adalah?
a. Mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari
b. Olah raga d an memperbanyak sayuran dan buah-buahan
c. Mengurangi konsumsi sayuran dan buah-buahan dam membatasi air
minum
115
116
1 32 70 1 11 Tahun 2 1 Tahun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 STADIUM 3 LANJUT
2 38 53 2 9 Tahun 2 6 Tahun 2 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 2 STADIUM 4 MESTASTASIS
3 28 67 2 12 Tahun 1 2 Tahun 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 5 1 STADIUM 2 INVASIF
4 30 54 1 14 Tahun 1 1 Tahun 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 1 STADIUM 1 AWAL
5 32 80 2 12 Tahun 1 4 Tahun 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5 1 STADIUM 2 INVASIF
6 32 77 2 13 Tahun 1 7 Tahun 2 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 5 1 STADIUM 2 INVASIF
7 29 60 1 14 Tahun 1 3 Tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 STADIUM 1 AWAL
8 40 58 2 11 Tahun 2 6 Tahun 2 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 4 1 STADIUM 3 LANJUT
9 38 54 2 14 Tahun 1 3 Tahun 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 5 1 STADIUM 2 INVASIF
10 32 67 1 15 Tahun 1 2 Tahun 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 5 1 STADIUM 1 AWAL
11 30 81 2 11 Tahun 2 7Tahun 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 2 STADIUM 2 INVASIF
12 34 60 1 10 Tahun 2 6 Tahun 2 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 4 1 STADIUM 1 AWAL
13 31 67 2 9 Tahun 2 4 Tahun 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 1 STADIUM 2 INVASIF
14 33 70 1 13 Tahun 1 3 Tahun 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 5 1 STADIUM 1 AWAL
15 32 82 2 10 Tahun 2 5 Tahun 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 STADIUM 4 MESTASTASIS
16 29 87 3 10 Tahun 2 8 Tahun 2 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 5 1 STADIUM 3 LANJUT
17 29 60 2 11 Tahun 2 6 Tahun 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 1 STADIUM 4 MESTASTASIS
18 32 70 1 14 Tahun 1 3 Tahun 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 5 1 STADIUM 1 AWAL
19 27 54 2 11 Tahun 2 5 Tahun 2 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 5 1 STADIUM 2 INVASIF
20 33 57 3 10 Tahun 2 7 Tahun 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 STADIUM 3 LANJUT
21 34 52 1 9 Tahun 2 5 Tahun 2 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 5 1 STADIUM 1 AWAL
22 34 71 2 15 Tahun 1 2 Tahun 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 1 STADIUM 2 INVASIF
23 41 81 2 10 Tahun 2 7 Tahun 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 2 STADIUM 4 MESTASTASIS
24 44 67 3 11 Tahun 2 5 Tahun 2 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 5 1 STADIUM 3 LANJUT
25 45 82 3 13 Tahun 1 1 Tahun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 STADIUM 3 LANJUT
26 49 59 2 11 Tahun 2 5 Tahun 2 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 5 1 STADIUM 2 INVASIF
27 34 54 1 14 Tahun 1 3 Tahun 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 4 1 STADIUM 2 INVASIF
28 28 52 1 11 Tahun 2 6 Tahun 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 STADIUM 3 LANJUT
29 33 66 2 13 Tahun 1 4 Tahun 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 5 1 STADIUM 2 INVASIF
30 29 70 2 11 Tahun 2 5 Tahun 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 STADIUM 3 LANJUT
31 32 65 2 15 Tahun 1 3 Tahun 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 5 1 STADIUM 2 INVASIF
32 33 73 2 11 Tahun 2 7 Tahun 2 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 1 STADIUM 2 INVASIF
Keterangan :
a) Berat Badan Ibu b) Usia Menarche c) Lama Pemakaian Kontrasepsi Hormonal d) Makanan Cepat Saji e) Kanker Payudara
1. Normal 1. ≥ 12 Tahun 1. Tidak Berisiko < 5 Tahun 1. Tidak Megonsumsi 1. Stadium I
2. Overweight 2. < 12 Tahun 2. Berisiko >5 Tahun 2. Mengonsumsi 2. Stadium II
3. Obesitas 3. Stadium III
4. Stadium IV
Makanan Cepat Saji
MCS 1 MCS 2 MCS 3
Kanker Payudara
KategoriStadiumMCS 4 MCS 5 MCS 6 MCS 7 MCS 8 MCS 9
MASTER TABEL PENELITIAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER PAYUDARA PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI RSU VINA ESTESICA TAHUN 2019
No.
Responden
Umur
Ibu
Berat Badan Ibu
KategoriBerat Badan
Usia Menarche
Usia Kategori
Lama Pemakaian Kontrasepsi
Tahun Kategori MCS 10Total Kategori
117
HASIL PENGOLAHAN DATA SPSS
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
BERAT_BADAN_IBU * KANKER_PAYUDARA
32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
USIA_MENARCHE * KANKER_PAYUDARA
32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
LAMA_PEMAKAIAN_KONTRASEPSI * KANKER_PAYUDARA
32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
MAKANAN_CEPAT_SAJI * KANKER_PAYUDARA
32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
BERAT_BADAN_IBU * KANKER_PAYUDARA
Crosstab
KANKER_PAYUDARA
Total
STADIUM 1 STADIUM
2 STADIUM
3 STADIUM
4
BERAT BADAN IBU
NORMAL Count 7 1 2 0 10
Expected Count 2.2 4.1 2.5 1.3 10.0
% within BERAT_BADAN_IBU 70.0% 10.0% 20.0% .0% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
100.0% 7.7% 25.0% .0% 31.3%
% of Total 21.9% 3.1% 6.3% .0% 31.3%
OVERWIGHT Count 0 12 2 4 18
Expected Count 3.9 7.3 4.5 2.3 18.0
% within BERAT_BADAN_IBU .0% 66.7% 11.1% 22.2% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
.0% 92.3% 25.0% 100.0% 56.3%
% of Total .0% 37.5% 6.3% 12.5% 56.3%
OBESITAS Count 0 0 4 0 4
Expected Count .9 1.6 1.0 .5 4.0
% within BERAT_BADAN_IBU .0% .0% 100.0% .0% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
.0% .0% 50.0% .0% 12.5%
% of Total .0% .0% 12.5% .0% 12.5%
Total Count 7 13 8 4 32
Expected Count 7.0 13.0 8.0 4.0 32.0
% within BERAT_BADAN_IBU 21.9% 40.6% 25.0% 12.5% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 21.9% 40.6% 25.0% 12.5% 100.0%
118
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 35.938a 6 .000
Likelihood Ratio 36.925 6 .000
Linear-by-Linear Association 9.660 1 .002
N of Valid Cases 32
a. 11 cells (91,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,50.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
BERAT_BADAN_IBU
(NORMAL / OVERWIGHT)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
USIA_MENARCHE * KANKER_PAYUDARA Crosstab
KANKER_PAYUDARA
Total STADIUM
1 STADIUM
2 STADIUM
3 STADIUM
4
USIA MENARCHE
>12 TAHUN Count 5 8 1 0 14
Expected Count 3.1 5.7 3.5 1.8 14.0
% within USIA_MENARCHE 35.7% 57.1% 7.1% .0% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
71.4% 61.5% 12.5% .0% 43.8%
% of Total 15.6% 25.0% 3.1% .0% 43.8%
<12 TAHUN Count 2 5 7 4 18
Expected Count 3.9 7.3 4.5 2.3 18.0
% within USIA_MENARCHE 11.1% 27.8% 38.9% 22.2% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
28.6% 38.5% 87.5% 100.0% 56.3%
% of Total 6.3% 15.6% 21.9% 12.5% 56.3%
Total Count 7 13 8 4 32
Expected Count 7.0 13.0 8.0 4.0 32.0
% within USIA_MENARCHE 21.9% 40.6% 25.0% 12.5% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 21.9% 40.6% 25.0% 12.5% 100.0%
119
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 10.136a 3 .017
Likelihood Ratio 12.133 3 .007
Linear-by-Linear Association 8.712 1 .003
N of Valid Cases 32
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,75.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for USIA_MENARCHE (>12 TAHUN / <12 TAHUN)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
LAMA_PEMAKAIAN_KONTRASEPSI * KANKER_PAYUDARA Crosstab
KANKER_PAYUDARA
Total
STADIUM 1 STADIUM
2 STADIUM
3 STADIUM
4
LAMA_PEMAKAIAN_KONTRASEPSI
<5 Tahun (tidak berisisko)
Count 5 8 2 0 15
Expected Count 3.3 6.1 3.8 1.9 15.0
% within LAMA_PEMAKAIAN_KONTRASEPSI
33.3% 53.3% 13.3% .0% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
71.4% 61.5% 25.0% .0% 46.9%
% of Total 15.6% 25.0% 6.3% .0% 46.9%
>5 Tahun (berisiko)
Count 2 5 6 4 17
Expected Count 3.7 6.9 4.3 2.1 17.0
% within LAMA_PEMAKAIAN_KONTRASEPSI
11.8% 29.4% 35.3% 23.5% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
28.6% 38.5% 75.0% 100.0% 53.1%
% of Total 6.3% 15.6% 18.8% 12.5% 53.1%
Total Count 7 13 8 4 32
Expected Count 7.0 13.0 8.0 4.0 32.0
% within LAMA_PEMAKAIAN_KONTRASEPSI
21.9% 40.6% 25.0% 12.5% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 21.9% 40.6% 25.0% 12.5% 100.0%
120
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 7.884a 3 .048
Likelihood Ratio 9.540 3 .023
Linear-by-Linear Association 7.121 1 .008
N of Valid Cases 32
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,88.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for LAMA_PEMAKAIAN_KONTRASEPSI (<5 Tahun (tidak berisisko) / >5 Tahun (berisiko))
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
MAKANAN_CEPAT_SAJI * KANKER_PAYUDARA
Crosstab
KANKER_PAYUDARA
Total STADIUM
1 STADIUM
2 STADIUM
3 STADIUM
4
MAKANAN_CEPAT_SAJI
Tidak Mengkonsumsi
Count 6 12 4 1 23
Expected Count 5.0 9.3 5.8 2.9 23.0
% within MAKANAN_CEPAT_SAJI
26.1% 52.2% 17.4% 4.3% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
85.7% 92.3% 50.0% 25.0% 71.9%
% of Total 18.8% 37.5% 12.5% 3.1% 71.9%
Mengkonsumsi Count 1 1 4 3 9
Expected Count 2.0 3.7 2.3 1.1 9.0
% within MAKANAN_CEPAT_SAJI
11.1% 11.1% 44.4% 33.3% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
14.3% 7.7% 50.0% 75.0% 28.1%
% of Total 3.1% 3.1% 12.5% 9.4% 28.1%
Total Count 7 13 8 4 32
Expected Count 7.0 13.0 8.0 4.0 32.0
% within MAKANAN_CEPAT_SAJI
21.9% 40.6% 25.0% 12.5% 100.0%
% within KANKER_PAYUDARA
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 21.9% 40.6% 25.0% 12.5% 100.0%
121
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.590a 3 .022
Likelihood Ratio 9.643 3 .022
Linear-by-Linear Association 7.044 1 .008
N of Valid Cases 32
a. 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,13.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
MAKANAN_CEPAT_SAJI
(Tidak Mengkonsumsi /
Mengkonsumsi)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
122
HASIL OUTPUT PENELITIAN
1. ANALISIS UNIVARIAT
Frequencies
BERAT_BADAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid NORMAL 10 31,3 31,3 31,3
OVERWIGHT 18 56,3 56,3 87,5
OBESITAS 4 12,5 12,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
USIA_MENARCHE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid >12 TAHUN 14 43,8 43,8 43,8
<12 TAHUN 18 56,3 56,3 100,0
Total 32 100,0 100,0
KONTRASEPSI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <5 Tahun (tidak berisisko) 15 46,9 46,9 46,9
>5 Tahun (berisiko) 17 53,1 53,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
MAKANAN_CEPAT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Mengkonsumsi 23 71,9 71,9 71,9
Mengkonsumsi 9 28,1 28,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
KANKER_PAYUDARA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
123
Valid STADIUM 1 7 21,9 21,9 21,9
STADIUM 2 13 40,6 40,6 62,5
STADIUM 3 8 25,0 25,0 87,5
STADIUM 4 4 12,5 12,5 100,0
Total 32 100,0 100,0
2. ANALISIS BIVARIAT
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
BERAT_BADAN_IBU *
KANKER_PAYUDARA
32 100,0% 0 ,0% 32 100,0%
BERAT_BADAN_IBU * KANKER_PAYUDARA Crosstabulation
KANKER_PAYUDARA
Total
STADIU
M 1
STADI
UM 2
STADIU
M 3
STADI
UM 4
BERAT_BAD
AN_IBU
NORMAL Count 7 1 2 0 10
Expected Count 2,2 4,1 2,5 1,3 10,0
% within
BERAT_BADAN_
IBU
70,0% 10,0% 20,0% ,0% 100,0%
% within
KANKER_PAYUD
ARA
100,0% 7,7% 25,0% ,0% 31,3%
% of Total 21,9% 3,1% 6,3% ,0% 31,3%
OVERWIG
HT
Count 0 12 2 4 18
Expected Count 3,9 7,3 4,5 2,3 18,0
% within
BERAT_BADAN_
IBU
,0% 66,7% 11,1% 22,2% 100,0%
% within
KANKER_PAYUD
ARA
,0% 92,3% 25,0% 100,0% 56,3%
% of Total ,0% 37,5% 6,3% 12,5% 56,3%
OBESITAS Count 0 0 4 0 4
Expected Count ,9 1,6 1,0 ,5 4,0
% within
BERAT_BADAN_
IBU
,0% ,0% 100,0% ,0% 100,0%
% within
KANKER_PAYUD
ARA
,0% ,0% 50,0% ,0% 12,5%
% of Total ,0% ,0% 12,5% ,0% 12,5%
Total Count 7 13 8 4 32
Expected Count 7,0 13,0 8,0 4,0 32,0
124
% within
BERAT_BADAN_
IBU
21,9% 40,6% 25,0% 12,5% 100,0%
% within
KANKER_PAYUD
ARA
100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 21,9% 40,6% 25,0% 12,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 35,938a 6 ,000
Likelihood Ratio 36,925 6 ,000
Linear-by-Linear Association 9,660 1 ,002
N of Valid Cases 32
a. 11 cells (91,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,50.
Crosstab
KANKER_PAYUDARA
Total
STADI
UM 1
STADI
UM 2
STADI
UM 3
STADI
UM 4
USIA_MENAR
CHE
>12
TAHU
N
Count 5 8 1 0 14
Expected Count 3,1 5,7 3,5 1,8 14,0
% within
USIA_MENARCH
E
35,7% 57,1% 7,1% ,0% 100,0
%
% within
KANKER_PAYUD
ARA
71,4% 61,5% 12,5% ,0% 43,8
%
% of Total 15,6% 25,0% 3,1% ,0% 43,8
%
<12
TAHU
N
Count 2 5 7 4 18
Expected Count 3,9 7,3 4,5 2,3 18,0
% within
USIA_MENARCH
E
11,1% 27,8% 38,9% 22,2% 100,0
%
% within
KANKER_PAYUD
ARA
28,6% 38,5% 87,5% 100,0% 56,3
%
% of Total 6,3% 15,6% 21,9% 12,5% 56,3
%
Total Count 7 13 8 4 32
Expected Count 7,0 13,0 8,0 4,0 32,0
125
% within
USIA_MENARCH
E
21,9% 40,6% 25,0% 12,5% 100,0
%
% within
KANKER_PAYUD
ARA
100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0
%
% of Total 21,9% 40,6% 25,0% 12,5% 100,0
%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 10,136a 3 ,017
Likelihood Ratio 12,133 3 ,007
Linear-by-Linear Association 8,712 1 ,003
N of Valid Cases 32
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,75.
LAMA_PEMAKAIAN_KONTRASEPSI * KANKER_PAYUDARA Crosstabulation
KANKER_PAYUDARA
Total
STADI
UM 1
STADI
UM 2
STADI
UM 3
STADI
UM 4
LAMA_PEMA
KAIAN_KON
TRASEPSI
<5 Tahun (tidak
berisisko)
Count 5 8 2 0 15
Expected Count 3,3 6,1 3,8 1,9 15,0
% within
LAMA_PEMAKAIAN_
KONTRASEPSI
33,3% 53,3% 13,3% ,0% 100,0
%
% within
KANKER_PAYUDARA
71,4% 61,5% 25,0% ,0% 46,9
%
% of Total 15,6% 25,0% 6,3% ,0% 46,9
%
>5 Tahun
(berisiko)
Count 2 5 6 4 17
Expected Count 3,7 6,9 4,3 2,1 17,0
% within
LAMA_PEMAKAIAN_
KONTRASEPSI
11,8% 29,4% 35,3% 23,5% 100,0
%
% within
KANKER_PAYUDARA
28,6% 38,5% 75,0% 100,0
%
53,1
%
% of Total 6,3% 15,6% 18,8% 12,5% 53,1
%
126
Total Count 7 13 8 4 32
Expected Count 7,0 13,0 8,0 4,0 32,0
% within
LAMA_PEMAKAIAN_
KONTRASEPSI
21,9% 40,6% 25,0% 12,5% 100,0
%
% within
KANKER_PAYUDARA
100,0
%
100,0
%
100,0
%
100,0
%
100,0
%
% of Total 21,9% 40,6% 25,0% 12,5% 100,0
%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 7,884a 3 ,048
Likelihood Ratio 9,540 3 ,023
Linear-by-Linear Association 7,121 1 ,008
N of Valid Cases 32
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,88.
MAKANAN_CEPAT_SAJI * KANKER_PAYUDARA Crosstabulation
KANKER_PAYUDARA
Total
STADIUM
1
STADI
UM 2
STADI
UM 3
STADI
UM 4
MAKANAN_
CEPAT_SAJI
Tidak
Mengkonsum
si
Count 6 12 4 1 23
Expected Count 5,0 9,3 5,8 2,9 23,0
% within
MAKANAN_CEPA
T_SAJI
26,1% 52,2% 17,4% 4,3% 100,0
%
% within
KANKER_PAYUD
ARA
85,7% 92,3% 50,0% 25,0% 71,9
%
% of Total 18,8% 37,5% 12,5% 3,1% 71,9
%
Mengkonsum
si
Count 1 1 4 3 9
Expected Count 2,0 3,7 2,3 1,1 9,0
% within
MAKANAN_CEPA
T_SAJI
11,1% 11,1% 44,4% 33,3% 100,0
%
% within
KANKER_PAYUD
ARA
14,3% 7,7% 50,0% 75,0% 28,1
%
127
% of Total 3,1% 3,1% 12,5% 9,4% 28,1
%
Total Count 7 13 8 4 32
Expected Count 7,0 13,0 8,0 4,0 32,0
% within
MAKANAN_CEPA
T_SAJI
21,9% 40,6% 25,0% 12,5% 100,0
%
% within
KANKER_PAYUD
ARA
100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0
%
% of Total 21,9% 40,6% 25,0% 12,5% 100,0
%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 9,590a 3 ,022
Likelihood Ratio 9,643 3 ,022
Linear-by-Linear Association 7,044 1 ,008
N of Valid Cases 32
a. 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,13.
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
DOKUMENTASI PENELITIAN
140
141
142
143
144