Faktor Sosiokultural Pada Praktik Bisnis Internasional
Syahlan A. Sume, SE, MM
selaku dosen pengampuh mata kuliah bisnis internasional.
Oleh :
KELOMPOK II
Putri Fajar Handayani (43112320027)
Sigit Eko Purnomo (43113120318)
Gustian Fambudy (43112320068)
(KELOMPOK YANG PERTAMA PRESENTASI– PADA PERTEMUAN
MINGGU KE II - 18 MARET 2015)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Pengaruh Budaya
dalam Bisnis Internasipnal ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bisnis
Internasional.
Makalah ini telah dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu
kami mengharapkan pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang membangun untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Bekasi, 14 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul …………………………………………………………………………………………...i
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………….ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………....iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………….…..1
1.1Latar Belakang ………………………………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………1
1.3Tujuan Perumusan Masalah Penulisan ……………………………..………............................1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………….........................2
2.1.Pengertian Budaya dalam Lingkup Bisnis Internasional….………………….........................2
2.2 Budaya Mempengaruhi Semua Fungsi Bisnis…………..…………………….........................3
2.3 Komponen Budaya….……………………………………………………………........................4
2.4 Enam Nasihat Bisnis Lintas Negara……………………………………….…………………….10
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………….….12
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tantangan utama dalam melakukan bisnis internasional adalah untuk menyesuaikan
secara efektif pada perbedaan budaya, seperti penyesuaian membutuhkan pemahaman dari
keragaman budaya, persepsi, klise dan nilai. Dalam beberapa tahun belakangan ini, penelitian
menghubungkan antara dimensi kebudayaan dan perilaku-perilaku dan penelitian telah terbukti
berguna dalam penyediaan profil integrative dari budaya internasional.
Dalam kenyataanya budaya sangat berpengaruh terhadap kelancaran dalam dunia
bisnis baik dalam perkembangna dalam bisnis skala nasional maupun skala internasional.
Sesuatu hal baru yang tidak sesuai dengan kebudayaan suatu bangsa akan sulit diterima atau
berkembang didalam Negara tersebut.
2.1 Rumusan Masalah
a.Apa Pengertian Budaya dalam Lingkup Bisnis Internasional?
b.Apakah budaya mempengaruhi fungsi bisnis?
c.Apa saja Komponen-Komponen Budaya?
d.Bagaimana mengahadapi bisnis lintas negara?
1.3 Tujuan Perumusan Masalah
a.Mengetahui dan memahami Pengertian Budaya dalam Lingkup Bisnis Internasional
b.Mengetahui dan memahami Budaya Mempengaruhi Fungsi Bisnis
c.Mengetahui dan memahami Komponen-Komponen Budaya
d.Mengetahui dan memahami cara menghadapi bisnis lntas negara ditinjau dari aspek budaya
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Budaya dalam Lingkup Bisnis Internasional
Secara terminologi budaya adalah keseluruhan kepercayaan, aturan, teknik, kelembagaan
dan artefak buatan manusia yang mencirikan populasi manusia. Jadi budaya dapat diartikan
yaitu budaya terdiri atas pola-pola yang dipelajari mnengenai perlaku umum bagi anggota dari
masyarakat tertentu yaitu gaya hidup yang unik dari suatu kelompok atau orang tertentu.
Kebudayaan adalah kumpulan nilai, kepercayaan, perilaku, kebiasaan, dan sikap yang
membedakam suatu masyarakat dari yang lainnya. Kebudayaan suatu masyarakat menentukan
ketentuan- ketentuan yang mengatur bagaimana perusahaan dijalankan dalam masyarakat
tersebut.
Sayangnya terlalu sering terjadi bahwa orang yang hanya akrab dengan satu pola budaya
percaya bahwa mereka mempunyai kesadaran terhadap perbedaan budaya di tempat lain,
padahal pada kenyataannya tidak demikian. Kecuali mereka memiliki kesempatan yang untuk
melakukan perbandingan dengan budaya lain. Mereka juga tidak mengetahui kenyataan bahwa
banyak masyarakat menganggap budayanya sendiri jauh lebih unggul dibanding dengan
budaya lain (etnosentrisitas).
Terdapat cara bagi para pelaku bisnis internasional untuk menyesuaikan diri atau hidup
dengan budaya-budaya lain yaitu menyadari bahwa adanya budaya yang berbeda dari
budayanya sendiri dan mereka harus mempelajari karakteristik dari budaya-budaya tersebut
sehingga dapat beradaptasi. Tetapi menurut E.T. Hall terdapat dua cara untuk menyesuaikan
diri dari budaya moral lain yaitu:
1. Menghabiskan seumur hidup disuatu negara tersebut.
2. Menjalani suatu program pelatihan yang sangat canggih dan ekstensif yang mencakup
karakteristik-karakteristik utama dari suatu budaya, termasuk budaya.
2.2 Budaya Mempengaruhi Semua Fungsi Bisnis
Berikut adalah fungsi bisnis yang dipengaruhi oleh budaya :
1. Pemasaran
Beraneka ragam sikap dan nilai menghambat banyak perusahaan untuk menggunakan
bauran pemasaran yang sama di semua pasar, untuk itu diperlukan penyesuaian pada
tataran aplikasi marketing mixnya.
Contoh kasus :
P&G melaunching produk detergen “Cheer” dengan memberikan potongan
harga. Namun di Jepang, dengan memberikan potongan harga di awal
launching, akan sulit sekali untuk menaikkan harga produk tersebut
kedepannya. Selain itu, dengan pemberian potongan harga, membuat
reputasi produk tersebut rendah. Selain itu, mayoritas ibu rumah tangga akan
membeli keperluan rumah tangga seperti detergen di warung-warung kecil
sekitar rumah. Pedagang kecil juag mengeluhkan margin yang didapat
menjadi rendah karena P&G memberikan “Cheer” potongan harga di retail
besar, sehingga mereka harus menyesuaikan harga jual. Selain itu, kemasan
“Cheer” yang tidak praktis dan terlalu memakan tempat membuat pedagang
kecil enggan menyediakan “Cheer” di waung-warung mereka. Akibatnya
pemasaran menjadi terhambat.
Hal ini terjadi karena P&G kurang memiliki pengetahuan mengenai budaya bisnis di
Jepang. Baru 8 tahun kemudian setelah kesulitan yang dihadapi P&G terhadap produk “Cheer”,
P&G kembali memasuki pasar sabun dan dalam waktu hanya dua tahun kemudian, P&G telah
memegang 20% pangsa pasar sabun di Jepang. Bagaimana bisa?
P&G melakukan riset pasar mengenai kebutuhan detergen bagi ibu-ibu
rumah tangga di Jepang. P&G memperbaiki kualitas, memperbaiki kemasan
menjadi lebih praktis dan tidak memakan tempat untuk di display. P&G juga
memperhatikan harga yang ditawarkan sehingga pedagang kecil di warung
juga dapat memperoleh margin yang lebih besar. Produk tersebut bukan lagi
“Cheer”, P&G melaunching produk detergen baru, yaitu “Joy”.
2. Manajemen Sumber Daya Manusia
Budaya nasional merupakan kuni penentu untuk mengevaluasi para manajer. Contoh :
di Inggris untuk dapat promosi suatu jabatan, berdasar pada latar belakang pendidikan dan
latar belakang keluarga mereka bukan pada pengalaman dalam pencapaian keberhasilan
pekerjaan.
3. Produksi dan Keuangan
Permasalahan personalia dapat muncul sebagai akibat dari perbedaan sikap terhadap
penguasa. Contoh : Manager Produksi di Amerika yang terbiasa dengan kepemimpinan
partisipatif harus mengubah gaya kepemimpinannya menjadi otoriter ketika dipindahkan ke
perusahaan manufarcturing di Amerika latin, agar ia lebih mudah mengatur para
pekerjanya, tidak hanya terhadap aturan bekerja di lingkungan produksi saja namun juga
dalam perubahan penggunaan teknologi baru di bidang produksi.
2.3 Komponen Budaya
Dari apa yang telah disebutkan, tentunya jelas bahwa untuk berhasil dalam hubungan
bisnis antar negara, para pelaku bisnis harus memiliki pengetahuan factual dan harus sensitive
terhadap perbedaan-perbedaan budaya.
Menurut para ahli, komponen budaya adalah sebagai berikut :
1. Estetika
2. Sikap dan Kepercayaan
3. Agama
4. Budaya Material
5. Pendidikan
6. Bahasa
7. Organisasi kemasyarakat
8. Karakteristik hukum
9. Politik
2.3.1 Estetika
Estetika berkaitan dengan rasa keindahan, budaya, dan selera yang baik, serta
diungkapkan dalam seni, drama, music, cerita rakyat dan tarian. Penting untuk dipelajari
apakah perbedan estetika lokal akan berpengaruh pada desain produk, kemasan, slogan
negara tertentu.
Seni
Pelaku bisnis perlu memahami aspek-aspek formal dari seni, warna, dan bentuk karena
arti simbolis yang dimiliki suatu negara atau kelompok tertentu yang akhirnya akan
berpengaruh pada rancangan produk yang dihasilkan.
Contoh kasus :
Nike menarik kembali 38.000 pasang sepatu yang memiliki kata air (udara)
yang ditulis dalam huruf menyala, karena menurut orang Islam kata itu
menyerupai kata ‘Allah’ dalam bahasa Arab. 38.000 pasang sepatu tersebut,
dialihkan dari negara-negara Arab ke negara-negara lain yang kurang
sensitif.
Musik dan Cerita Rakyat
Para agen pemasaran harus mengetahui jeis musik yang disukai tiap-tiap pasar, karena
selera bervariasi. Contoh : iklan yang menggunakan lagu balada di Amerika Serikat lebih
diterima dengan baik dibanding dengan nada samba di Brazil. Begitu pula dengan cerita rakyat,
dimana karakter tokoh dalam cerita rakyat di suatu negara tertentu, digunakan menjadi gambar
pada kemasannya.
2.3.2 Sikap dan Kepercayaan
Setiap budaya memiliki seperangkat sikap dan kepercayaan yang mempengaruhi
hampir seluruh aspek dari perilaku manusia dan membantu membawa ketertiban kepada
masyarakat dan individunya. Semakin banyak yang dapat dipelajari oleh para pelaku usaha
mengenai sikap-sikap tertentu, semakin siap mereka utnuk memahami mengapa orang-orang
berprilaku seperti yang merek lakukan, terutama reaksi mereka berbeda dari yang diperkirakan
oleh para pelaku usaha tersebut, sesuai dengan apa yang dipakarinya ketika berurusan dengan
masyarakatnya sendiri.
Diantara beraneka ragama subyek yang dicakup oleh sikap dan kepercayaan beberapa
diantaranya sangat pening bagi para pelaku bisnis. Yaitu sikap terhadap waktu, terhadap
pencapaian pekerjaan serta terhadap perubahan.
Contoh kasus :
Team dari Amerika hendak mempromosikan produknya kepada perusahaan
calon pembeli di Jepang. Mereka mengira bahwa diskusi telah berlangsung
dengan baik dan bersiap menutup transaksi. Akan tetapi, tidak ada reaksi
dari orang Jepang itu. Sikap diam itu menimbulkan kegelisahan sehingga
team Amerika beberapa kali menurunkan harga agar tercapai kesepakatan
secepatnya. Namun ternyata bahwa orang Jepang mejadi diam bukan karea
menolak tawaran tersebut namun sedang berfikir. Hal tersebut adalah praktik
negosiasi di Jepang.
2.3.3 Agama
Agama adalah suatu komponen kebudayaan yang penting, bertanggung jawab atas
banyak dari sikap dan kepercayaan yang mempengaruhi perilaku manusia. Suatu pengetahuan
mengenai prinsip dasar dari berbagai agama akan memberikan pemahaman yang lebih baik
mengenai mengapa sikap orang begitu bervariasi dari satu negara ke negara lain.
Contoh : bagaimana perusahaan Jepang, Korea serta perusahaan luar negeri lainnya ketika
membangun usahanya di Indonesia menyesuaikan hari libur perayaan agama-agama yang ada
di Indonesia.
2.3.4 Budaya dan Material
Kebudayaan material merajuk kepada semua obyek buatan manusia dan berkaitan
dengan bagamana orang membuat benda-benda (teknologi) dan siapa membuat apa dan
mengapa (ilmu ekonomi)
Teknologi
Teknologi adalah bauran penegtahuan yang dapat digunakan, yang diterapkan oleh
masyarakat tersebut dan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan ekonomi dan budaya.
Berikut adalah manfaat keunggulan teknologi bagi perusahaan internasional :
1. Keunggulan teknologi memungkinkan suatu perusahaan untuk menjadi kompetitif
atau bahkan memegang kepemimpinan di pasar dunia. Contoh : produk smartphone
Samsung dengan teknlogi yang lebih unggul mampu menyaingi Nokia.
2. Keunggulan teknologi dapat dijual (dengan lisensi atau kontrak manajemen).
3. Keunggulan teknologi dapat memberikan kepada perusahaan kepercayaan untuk
memasuki pasar luar negeri.
4. Keunggulan teknologi memungkinkan perusahaan untuk memperoleh syarat-syarat
investasi luar negeri yang lebih baik dari biasanya karena pemerintah tuan rumah
menginginkan teknologi yang hanya dimiliki perusahaan itu.
Contoh kasus :
IBM dengan teknologi unggulnya meminta izin kepada pemerintah
Meksiko untuk mendirikan cabang dengan kepemilikan penuh ketika
produsen komputer lain dipaksa untuk menerima mitra-mitra lokal.
5. Keunggulan teknologi dapat memungkinkan suatu perusahaan dengan posisi
ekuitas minoritas untuk mengendalika usaha patungan, dan menganggapnya
sebagai pasar yang telah dikuasai untuk input setengah jadi yang diproduksi
olehnya, bukan oleh usaha patungan tersebut.
6. Keunggulan teknologi dapat mengubah pembagian kerja internasional. Beberapa
perusahaan yang telah memindahkan produksinya keluar negeri dimana tenaga
kerja lebih murah, sekarang kembali ke negara asalnya karena metode produksi
berdasarkan teknologi baru telah mengurangi komposisi kebutuhan tenaga kerja.
7. Keunggulan teknologi menyebabka perusahaan-perusahaan besar membentuk
aliansi kompetitif dimana tiap-tiap mitra berbagi teknologi serta bidang penelitian dan
pengembangan yang tinggi. Ini dikenal sebagai strategic technology leveraging,
yaitu konsep penggunaan teknologi eksternal untuk pelengkap bukan sebagai
pengganti teknologi internal.
2.3.5.Pendidikan
Meskipun pendidikan dalam anti yang paling luas dapat dianggap sebagai bagian dari
proses belajar yang memperlengkapi seorang individu untuk mengambil peranannya di dalam
masyarakat dewasa, hampir setiap orang menyamakan pendidikan dengan sekolah formal.
Ukuran Pendidikan
Perusahaan yang bermaksud melakukan investasi di luar negeri tidak mempunyai indikator-
indikator mengenai tingkat pendidikan dari penduduk suatu negara kecuali ukuran biasa untuk
pendidikan formal tingkat melek huruf, jenis sekolah, jumlah sekolah dan muridnya, serta
mungkin juga jumlah pengeluaran per kapita untuk pendidikan. Data yang semacam itu
merendahkan ukuran dari kelompok yang terlatih secara kejuruan di banyak negara, di mana
orang mempelajari perdagangan melalui magang yang dimulai pada usia yang sangat dini (12
sampai 13 tahun).
UNESCO merekomendasikan untuk mendefinisikan seorang yang melek huruf sebagai
“seorang yang dapat membaca maupun menulis pernyataan singkat dan sederhana mengenai
kehidupan sehari-harinya.“ Di beberapa negara, sensus melek huruf terdiri atas pertanyaan
kepada responden mengenai apakah mereka dapat membaca dan menulis, serta meminta
mereka untuk menandatangani nama mereka yang dianggap sebagai bukti bahwa mereka
melek huruf Walaupun demikian, data ini memang sedikit membantu. Para agen pemasaran
tertarik pada tingkat melek huruf karena membantu mereka dalam memutuskan jenis media
yang akan digunakan dan pada tingkat mana mereka harus mempersiapkan iklan, label,
pajangan strategis, dan manual pemilik. Manajer personalia akan menggunakan tingkat melek
huruf sebagai pedoman dalam memperkirakan jenis tenaga manusia yang tersedia untuk
menjalankan operasi perusahaan.
Bauran Pendidikan
Hingga tahun 1970-an, ada perasaan bahwa para manajer dilahirkan dan bukan dibuat, dan
bahwa mereka hanya dapat dilatih sambil bekerja. Dengan demikian, permintaan akan
pendidikan bisnis formal sedikit jumlahnya. Tetapi, gabungan dari berbagai faktor telah
menyebabkan berkembangnya sekolah-sekolah bisnis di Eropa yang polanya meniru model
Amerika:
1. Meningkatnya persaingan di Uni Eropa, yang menciptakan permintaan akan para
manajer terlatih dengan lebih baik.
2. Kembalinya lulusan sekolah bisnis Amerika ke Eropa.
3. Berdirinya sekolah-sekolah tipe Amerika dengan dosen-dosen AS dan sering kali
dengan bantuan universitas-universitas AS. Di antara sekolah-sekolah bisnis elit Eropa, adalah
London School of Economics and Political Sci¬ence, University of Mannheim di Jerman,
University of St. Gallen dan IMD di Swiss, INSEAD di Prancis, dan London Business School
Brain drain. Perpindahan tenaga-tenaga professional berpendidikan tinggi kenegara lain.
Karena gaji dan peluang riset yang tersedia di Amerika Serikat, negara tersebut menarik para
ilmuwan dan insinyur negara-negara lain. Lihat gambar 1.
Reserve brain drain. Kembalinya tenaga-tenaga professional berpendidikan tinggi
kenegara asalnya. Arus balik kaum cendekiawan sedang membuat sibuk para pendidik dan
pelaku bisnis Amerika. Korea dan Taiwan kini membujuk para insinyur dan ilmuwan yang
bergelar doctor dan berpengalaman 10 tahun atau lebih diperusahaan berteknologi tinggi di
Amerika, untuk pulang kenegaranya. Lebih banyak uang dan peluang untuk memulai bisnis
dinegara-negara industri ini merupakan daya tarik. Orang-orang yang kembali ini memberikan
pengaruh yang nyata atas daya saing negeri mereka.
2.3.6 Bahasa
Perbedaan budaya yang paling terlihat bagi para pendatang baru dalam bisnis
internasional adalah cara berkomunikasi. Perbedaan dalam bahasa percakapan sudah dapat
dilihat dan setelah berada beberapa saat dalam budaya baru itu, menjadi jelas bahawa ada
juga variasi dalam bahasa yang tidak dapat diucapkan (sikap dan adat kebiasaan)
Cara berkomunikasi baik lisan tulisan dan isyarat :
Bila bahasa berbeda, seringkali digunakan lingua franka atau bahasa penghubung yang
digunakan untuk berkomunikasi antara budaya yang berbeda dari suatu bangsa yang
memiliki bahasa berbeda.
Selain bahasa lisan dan tulisan, bahasa isyarat juga memainkan peranan penting.
Gerak isyarat, pintu tertutup vs terbuka, ukuran kantor dan letaknya, jarak pada waktu
bercakap-cakap, bahasa pemberian hadiah, hadiah yang dapat diterima
Contoh kasus ;
Dalam bahasa isyarat, membuat lingkarang dengan ibu jari dan jari telunjuk,
mengisyaratkan “oke” bagi orang Indonesia, namun di Prancis dan Belgia
mengisyaratkan “ Anda tidak ada apa-apanya”, sedangkan di Yunani dan
Turki berarti ajakan seksual yang vulgar.
2.3.7 Organisasi Masyarakat
Setiap masyarakat memiliki suatu struktur atau organisasi yang pengaturan hubungan-
hubungannya yang terpola mendefinisikan dan mengatur cara anggota-anggotanya
berhubungan satu sama lain.
Pertalian keluarga.
Keluarga adalah satuan dasar yang kelembagaan yang berdasanya pertalian
keluarga. Tidak seperti keluarga Amerika, yang pada umumnya terdiri atas orangtua
dan anak-anak mereka, keluarga dibanyak negara- terutama dinegara berkembang-
diperluas denganmemasukkan seluruh family berdasarkan darah dan berdasarkan
perkawinan.
Keluarga besar.
Termasuk keluarga sedarah dan keluarga karena hubungan perkawinan. Untuk
perusahaan diluarnegeri, keluarga besar (extended family) adalah sumber
karyawan-karyawan dan koneksi bisnis. Kepercayaan yang dimiliki oleh orang-orang
terhadap keluarga mereka, walaupun hubungankeluarganya jauh dapat memotivasi
mereka untuk membeli dari suatu pemasok yang dimiliki oleh sepupu dari
sepupunya, meskipun harganya lebih tinggi.
Tanggung jawab anggota.
Meskipun keluarga besar adalah luas, rasa tanggung jawab setiap anggota
terhadapnya adalah kuat. Inisiatif pribadi untuk bekerja berkurang ketika mungkin
diminta untuk membagi penerimaanpribadinya dengan anggota keluarga besar yang
tidak bekerja, tidak peduli apa pertalian keluarganya.
Asosiasi.
Unit-unit social yang tidak berdasarkan hubungan keluarga, dikenal sebgai asosiasi
oleh para ahli antropologi, bisa dibentuk berdasarkan umur, jenis kelamin atau minat
yang sama.
Umur/usia.
Para pabrikan barang-barang konsumen cukup sadar mengenai
pentingnya membuat segmentasi pasar berdasarkan kelompok umur,
yang seringkali mengabaikan budaya. Kenyatan ini telah
memungkinkan para pemasar berhasil menjual produk-produk seperti
pakaian dan rekaman pasar muda-mudi baik dinegara maju maupun
berkembang.
Gender.
Pada umumnya, negara-negara yang kurang maju kurang memiliki
persamaan gender dalam hal kesempatan kerja dan pendidikan.
Meskipun dewasa ini, Cina menawarkan ucapan selamat hanya atas
kelahiran seorang anak; kelahiran anak perempuan mengakibatkan
perasaan duka.
2.4. Enam Nasihat Berharga Untuk Melakukan Bisnis Lintas Budaya
Mengetahui pelanggan sama pentingnya dimanapun di dunia ini baik di dalam maupun
luar negeri. Tiap-tiap budaya memiliki logikanya sendiri, dan di dalam logika itu adalah alasan-
alasan masuk akal dan riil atas cara orang asing melakukan sesuatu. Apabila pelaku bisnis
memahami pola dasar budaya, ia akan ebih efektif dalam berinteraksi dengan klien dan mitar
kerjanya di luar negeri. Enam nasihat berharga itu adalah :
1. Lakukan persiapan
Pelaku bisnis harus mengetahui bagaimana etika bisnis dan sosial negara yang akan
menjadi target usahanya. Bagaimana nilai budaya, geografis, tokoh sejarah, agama,
struktur politik, peraturan, dan kabar kabar terbaru saat ini.
2. Jangan terburu-buru
Orang-orang Amerika begitu menghargai waktu. Mereka dilihat sebagai orang yang
terburu-buru, tidak bersahabat, sombong, dan tidak dapat dipercaya. Hampir di setiap
tempat orang harus belajar untuk menunggu dengan sabar.
3. Bangkitkan kepercayaan
Kualitas produk, harga, kontrak-kontrak yang jelas bagi orang Amerika tidak sepenting
membangun hubungan baik dan kpercayaan pribadi yang dikembangan dengan
seksama dan tulus. Para agen pemasaraan harus membangkitkan rasa simpati yang
bermanfaat dalam bisni dan dapat diandalkan jangka panjang.
4. Memahami pentingnya bahasa
Jelas,naskah iklan harus diterjemahkan olehs eorang professional yang berbicara dalam
kedua bahasa dengan fasih, dengan suatu kosakata serta berbakat dengan ungkapan
dan citra tiap-tiap budaya. Seorang penerjemah sering kali menjadi faktor yang penting
dan dapat membantu bahkan ketika salah satu pihak berbicara dengan pihak lain.
5. Menghorati budaya
Sikap adalah hal yang penting. Setiap pelaku bisnis baik itu perwakilan perusahaan
harus menjaga etika dan menghormati budaya negara tujuan. Karena sikap anda
mewakili citra perusahaan
6. Memahami unsur budaya
Pengetahuan tentang budaya dan bagaimana budaya tersebut mempengaruhi cara
orang melakukan bisnis sangat dibutuhkan. Memahami hal ini merupakan langkah awal
dalam mempelajari bagaimana menggunakan budaya untuk memperoleh keuntungan
strategis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk berhasil dalam hubungan bisnis internasional,para pelaku bisnis harus memahami
kebudayaan negara yang akan dituju. Para pelaku bisnis tidak hanya harus memiliki
pengetahuan factual namun juga harus peka terhadap budaya arena budaya mempengaruhi
semua bidang fungsional perusahaan.
Para pakar memiliki perbedaan pandangan mengenai komponen budaya, namun dapat
dirumuskan kebudayaan budaya adalah sebagai berikut :
1. Estetika
2. Sikap dan Kepercayaan
3. Agama
4. Budaya Material
5. Pendidikan
6. Bahasa
7. Organisasi kemasyarakat
8. Karakteristik hukum
9. Politik
Pengetahuan tentang budaya dan bagaimana budaya tersebut mempengaruhi cara
orang melakukan bisnis sangat dibutuhkan. Memahami hal ii merupakan langkah awal
dalam mempelajari bagaimana menggunakan budaya untuk memperoleh keuntungan
strategis. Mengabaikan budaya dapat menimbulkan berbagai permasalah yang dapat
menyebabkan kegagalan usaha. Namun apabila perbedaan budaya dapat digabungkan,
dapat menghasilkan inovasi usaha baru dan unggul dibandingkan dengan yang dihasilkan
sendiri oleh budaya tunggal manapun.
DAFTAR PUSTAKA
Griffin, Ricky W. Michael W Pustay. 2005. Bisnis Internasional jilid 1. PT Ideks kelompok
Gramedia: Jakarta
Mangkunegara, Anwar Prabu DR. A.A. 2008. Manajemen Sumberdaya Manusia. PT. Refika
Aditama: Bandung
Mathis, Robert L. and John H. Jackson. 2006. Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi Ke- 10
Jilid I. Salemba Empat: Jakarta
Simamora, Henry. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional Jilid 1. Salemba Empat: Jakarta