i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER
(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler
Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
IMAN SATRA NUGRAHA
H34096045
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER
(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler
Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
IMAN SATRA NUGRAHA
H34096045
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
iii
RINGKASAN
IMAN SATRA NUGRAHA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler
Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
(Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).
Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang
sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jenis unggas lainnya. Ayam
broiler dapat dipanen kisaran 28-32 hari. Ayam broiler memiliki peluang yang
sangat luas untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan
populasi ternak ayam broiler yang ada di Indonesia setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Peningkatan populasi tersebut didukung dengan semakin
meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun serta adanya
kandungan gizi yang terkandung pada daging ayam broiler cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Ayam broiler memiliki penyebaran dari Sabang hingga Marauke, namun
jumlah yang paling besar berada di pulau Jawa. Jawa Barat merupakan
penyumbang terbanyak dalam memproduksi ayam broiler. Peternakan ayam
broiler pada umumnya tidak melakukan usaha secara mandiri, karena peternak
yang ada di Indonesia kebanyakan masih bersifat tradisional sehingga masih
membutuhkan bantuan pihak lain. Kerja sama ini salah satu untuk mengurangi
kerugian yang ditanggung oleh peternak ayam tersebut. Salah satunya adalah
Peternakan ayam broiler yang ada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Dramaga
tidak berdiri sendiri, melainkan melakukan kerjasama dengan perusahaan inti
yang menyediakan semua faktor-faktor produksi. Peternak hanya mempersiapkan
kandang , alat pemanas, sekam, serta peralatan lainnya seperti tempat pakan dan
minum. Hal tersebut membuat beban peternak semakin berkurang, karena tidak
lagi memikirkan faktor-faktor produksi serta pemasaran produknya, walaupun
peternak melakukan kerjasama dengan perusahaan inti, peternak tidak terlepas
dari risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi adalah produktivitas masih
berfluktuasi pada setiap peternak, selain itu juga adanya tingkat kematian yang
bervariasi.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1). Faktor-
faktor produksi apa saja yang mempengaruhi Produksi Rata-rata dan variance
produksi ayam broiler pada peternak plasma DUF ? dan 2). Bagaimana pengaruh
faktor-faktor produksi terhadap produksi rata-rata dan variance produksi peternak
ayam broiler pada peternak plasma DUF ?. Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1). Menganalisis faktor-faktor produksi
yang mempengaruhi produktivitas dan variance produksi ayam broiler yang
dihasilkan para peternak plasma DUF dan 2). Menganalisis pengaruh faktor-faktor
produksi ayam broiler yang digunakan terhadap risiko produksi ayam broiler yang
dihasilkan peternak plasama DUF di Kecamatan Dramaga.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dan observasi kepada
peternak ayam broiler serta penyuluh di perusahaan inti. Data sekunder berasal
dari internet, buku, penelitian terdahulu dan perpustakaan. Data yang digunakan
iv
adalah data panel yaitu gabungan antara data time series dan cross section.
Analisis dilakukan dengan dua metode yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif digunakan untuk penanganan risiko dan sumber risiko produksi,
sedangkan kuantitatif digunakan untuk melihat faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi produktivitas dan pengaruhnya terhadap variance produksi.
Pengolahan data digunakan dengan program minitab 14 dan eviews 6.
Peternak yang digunakan sebagai responden sebanyak 30 responden yang
representative dan satu responden terdiri dari dua periode. Skala usaha satu
peternak dengan peternak lainnya juga beraneka ragam, mulai dari 1.500-9.000
ekor ayam. Berdasarkan permasalahan pada penelitian ini, maka diperlukan
faktor-faktor produksi sebagai parameter. Faktor-faktor produksi yang digunakan
dalam pengolahan data adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp,
Doxerin Plus, vaksin, pemanas serta tenaga kerja. Faktor-faktor produksi tersebut
digunakan berdasarkan pertimbangan pada kondisi lapangan yaitu semua peternak
menggunakan jenis variabel produksi tersebut.
Berdasarkan hasil pendugaan parameter menunjukkan bahwa secara umum
semua variabel memiliki pengaruh signifikan terdapat produktivitas dan variance
produksi. Untuk melihat pengaruh dari semua input terhadap produktivitas dan
variance produksi digunakan dari nilai F. Nilai F hitung harus lebih besar
dibandingkan dengan nilai F tabel, jika nilai F-hitung > F-tabel maka tolak H0.
Penolakan H0 tersebut menunjukkan bahwa secara umum semua variabel produksi
secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap perubahan produktivitas dan
variacen produksi. Selain dapat dilihat nilai F, penolakan H0 dapat dilihat dari nila
P-value. Nilai P-value harus lebih kecil dengan taraf nyata yang digunakan. Taraf
nyata yang digunakan sebagai acuan batas kewajaran adalah 20 persen. Hasil
pendugaan parameter dapat disimpulkan secara bersama semua variabel yang
digunakan berpengaruh signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitung >
F-tabel yaitu F-hitung sebesar 241 sedangkan F-tabel sebesar 2,18, atau dapat
dilihat dari nilai P-value sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf nyata lima
persen.
Untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel terhadap produksi
rata-rata dan variance produksi dapat dilihat dari uji t. Kriteria variabel
berpengaruh terhadap produksi dan variance produksi dapat dilihat pada nilai P-
value lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebagai acuan yaitu 20 persen.
Berdasarkan uji t dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap produktivitas dibawah taraf nyara satu persen adalah jumlah
DOC, pakan, pemanas serta tenaga kerja. Variabel yang signifikan pada taraf
nyata dibawah dua persen adalah Doxerin Plus, dan yang tidak berpengaruh
signifikan adalah Protect Enro, Neocamp dan vaksin. Variabel tersebut berada
pada taraf nyata dibawah 93, 39 dan 43 persen.
Untuk hasil pendugaan parameter variance produksi, faktor-faktor
produksi yang berpengaruh signifikan terhadap variance produksi hanya tenaga
kerja dengan taraf nyata dibawah enam persen. Sedangkan variabel yang lainnya
seperti jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin serta
pemanas tidak berpengaruh nyata terhadap variance produksi. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai P-value diatas 61 persen. Namun, jika dilihat dari tanda koefisien
variabelnya ada yang bertanda positif dan bertanda negatif. Jika koefisien variabel
bertanda positif maka variabel tersebut termasuk variabel yang menimbulkan
v
variance produksi. Dengan demikian variabel tersebut digunakan lebih banyak
maka variance yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan jika koefisien
variabel bertanda negatif maka variabel tersebut termasuk faktor produksi yang
dapat mengurangi variance produksi. Hal ini berarti jika variabel tersebut semakin
banyak digunakan maka variance yang dihasilkan akan semakin menurun.
Faktor-faktor produksi yang termasuk menimbulkan variance produksi
adalah jumlah DOC, Protect Enro dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi
yang dapat mengurangi risiko adalah pakan, Doxerin Plus, Neocamp, vaksin serta
pemanas. Sumber risiko produksi yang dialami oleh para peternak ayam broiler
yang ada di Kabupaten Dramaga adalah sumber daya manusia atau pegawai dan
cuaca/iklim yang tidak menentu. Untuk mengurangi risiko produksi tersebut
dilakukan penanganan risiko dengan cara pencegahan risiko yaitu dengan
memperbaiki kualitas sumber daya manusianya dengan cara memberikan
penyuluhan serta dengan membuat atau memperbaiki fasilitas agar cuaca yang
tidak menentu dapat diatasi dengan fasilitas yang memadai.
vi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER
(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramga
Unggas Farm Kabupaten Bogor)
IMAN SATRA NUGRAHA
H34096045
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
vii
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko
Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma
Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm
Kabupaten Bogor)
Nama : Iman Satra Nugraha
NIM : H34096045
Menyetujui,
Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MM.
NIP. 19690410 1995 1220 1
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir.Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
viii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak
Plasma pada CV DUF Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2011
Iman Satra Nugraha
H34096045
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Desa Teluk Pulai Dalam, Kecamatan Kualuh Leidong,
Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatra Utara pada tanggal 24 September 1988.
Penulis anak ke lima dari lima bersaudara yang berasal dari hasil pernikahan
Bapak Syahlan dan Ibu Tarwini.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Inpres No.115457 Teluk
Pulai Dalam pada tahun 2000 dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SMP Plus Al-Azhar Medan pada tahun 2003. Pendidikan lanjutan menengah atas
diselesaikan pada tahun 2006 di SMA Al-Azhar Medan.
Pada tahun 2006 penulis melanjutkan keperguruan tinggi melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Diploma Program Studi
Manajemen Agribisnis dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 juga penulis
melanjutkan ketingkat Sarjana melalui Program Penyelenggaraan Khusus
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
x
KATA PENGANTAR
Alhamduliilahihirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugrah –Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat
untuk memproleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi yang ditulis dengan topik risiko dan fakor produksi ayam broiler
yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi
Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga
Unggas Farm Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini mengkaji faktor-faktor yang
digunakan dalam menjalankan usaha ayam pedaging, seperti pakan, obat-obatan,
vitamin, vaksin, tenaga kerja, sekam, pemanas, luas kandang, serta jumlah DOC.
Input-input tersebut akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dihasilkan
dan dapat menimbulkan risiko yang akan mempengaruhi produksi ayam pedaging
tersebut. Dengan demikian, diperlukan pengelolaan yang baik terhadap faktor-
faktor produksi ayam broiler agar menghasilkan produksi yang baik dan risiko
produksinya juga menjadi rendah.
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi pertimbangan
bagi pihak pengambilan keputusan dalam penggunaan faktor-faktor produksi
sehingga mendapatkan produksi yang maksimal dan dapat menghidari risiko yang
mungkin akan terjadi selam proses produksi.
Bogor, September 2011
Iman Satra Nugraha
xi
UCAPAN TERIMAKASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada
Allah SWT dan menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu dan kesabarannya yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen penguji utama atas masukan, arahan
dan saran sehingga penulisan skripsi ini lebih mudah dimengerti pembaca.
3. Dra. Yusalina, Msi selaku dosen komi pendidikan atas saran dan masukkan
terhadap format penulisan dan penggunaan kata-kata sehingga skripsi ini
lebih baik.
4. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada seminar proposal
yang telah memberikan koreksi dan saran demi perbaikan skripsi ini.
5. Dr. Rita Nurmalina, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dalam hal perkuliahan.
6. Ayahanda Syahlan dan Ibunda Tarwini tercinta, serta kakak tersayang (Rosita
Harmaini, Heri Syafitri, Nova Febriansyah, Tia), dan abang (Kholik, Amru,
dan Yazali), serta keponakan tersayang (Upi, Fifa, Yaya, dan Runah) atas
doa, dorongan moril, materi, kesabaran, pengertian, motivasi, dan kasih
sayangnya.
7. Pak Asep, Pak Rofi, Neng Gina dan Mbak Dewi yang telah memberikan
bantuan dalam pengumpulan data responden selama penelitian.
8. Fitri Puspitasari yang telah memberikan motivasi serta dukungan selama
penelitian sampai penulisan skripsi selesai.
9. Fahmi Abidin, Vela Rostwentivaivi Sinaga, Citra Kirana, Debina, Tiwi dan
Amri sebagai teman kelompok yang memberikan informasi, saran, kritikan
selama penulisan skripsi ini selesai.
10. Iqbal, Rahmat Wahyudin, Dian Saputra, Evin Eka Saputra, Bg Amli, Bg Hot,
Bg Oki, Tika Ayu dan Kiki sebagai kawan seperantauan yang memberikan
dukungan serta motivasi.
xii
11. Rahma, Nanda, Roselina, Junita dan Eva Christy sebagai teman yang
memberikan dukungan serta seperantauan.
12. Staf pegawai ekstensi agribisnis yang sabar melayani keperluan penulis
mulai dari awal kuliah sampai dengan penelitian selesai.
13. Teman-teman jurusan agribisnis angkatan VII yang memberikan saran serta
kritikan demi perbaikan penulisan skripsi.
14. Para peternak ayam broiler yang menjadi responden dalam penelitian ini yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi sehingga penelitian
ini dapat selesai.
15. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, semuga Allah SWT membalas dan
memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
Bogor, September 2011
Iman Satra Nugraha
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 8 1.3. Tujuan ................................................................................................... 11
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11 1.5. Ruang Lingkup..................................................................................... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 13 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler........................................................ 13
2.2. Risiko Produksi Ayam Broiler ............................................................ 16 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler ................ 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................... 21
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................................. 21 3.1.1. Konsep Risiko ...................................................................... 21
3.1.2. Jenis Risiko ........................................................................... 22
3.1.3. Teori Produksi....................................................................... 23
3.1.4. Model Just and Pope .............................................................. 27
3.1.5 Sumber-Sumber Risiko ........................................................... 28
3.1.6. Manajemen Risiko ................................................................ 29
3.2. Kerangka Operasional .......................................................................... 31
IV. METODE PENELITIAN .......................................................................... 34
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 34 4.2. Data dan Instrumentasi ......................................................................... 34
4.3. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 35 4.4. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 35
4.4.1. Analisis Risiko Produksi Just dan Pope ................................ 35
4.4.2. Model ARCH-GARCH ........................................................ 38
4.5. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 40 4.6. Hipotesis ................................................................................................ 42
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................ 44 5.1. Kondisi Geografi................................................................................... 44
5.2. Kondisi Demografi ............................................................................... 44 5.3 Karakteristik Responden ........................................................................ 47
5.3.1. Umur Responden ................................................................. 47
5.3.2. Tingkat Pendidikan ............................................................... 48
5.3.3. Pengalaman Pembudidaya Ayam Broiler .............................. 48
5.3.4. Luas Kandang dan Status Kepemilikan Lahan ....................... 49
5.3.5. Skala Usaha Ayam Broiler .................................................... 51
xiv
5.4. Proses Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Dramagav ................... 52
5.4.1. Pra Produksi .......................................................................... 52
5.4.2. Produksi Ayam Broiler.......................................................... 53
VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI
YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI ............................... 57
6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi ............................................... 57 6.1.1. Analisis Faktor-Faktor Pada
Fungsi Produksi Rata-Rata .................................................. 60
6.1.2. Analisis Faktor-Faktor pada
Fungsi Variance Produksi.................................................... 67
6.2. Sumber dan Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi ................... 74
VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 79
7.1. Kesimpulan ........................................................................................... 79 7.2. Saran ..................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 81
LAMPIRAN ............................................................................................................. 83
KUISIONER PENELITIAN ................................................................................. 90
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2009 ............ 1
2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2005-2011 (ekor) ................. 3
3. Populasi Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008 (ekor) .. 4
4. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2005-2011 ................... 4
5. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003-2007 ................. 5
6. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan
Penelitian yang dilakukan ............................................................... 20
7. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan
Kelompok Umur Pada Tahun 2009 ................................................. 45
8. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan
Jenis Pekerjaan Pada Tahun 2009 ................................................... 46
9. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2009 ............................................. 46
10. Jumlah Responden Peternak Ayam Broiler
Berdasarkan Umur di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ................. 47
11. Tingkat Pendidikan Responden pada Peternak
Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ......................... 48
12. Sebaran Responden Berdasarkan Lamanya Peternak
Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 .......... 49
13. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Kandang di Peternak
Ayam Broiler Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ............................. 50
14. Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Peternak
Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ......................... 51
15. Pengujian Mulitikolinieritas Terhadap Antar Variabel .................... 58
16. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedasticity
Test: Breusch-Pagan-Godfrey. ....................................................... 58
17. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produksi dan Variance Produksi
Ayam Broiler Pada Kabupaten Bogor Tahun 2011........................... 59
18. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam
Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011.... 61
19. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam
Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011..... 68
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tingkat Kematian Ayam Broiler Pada Peternak Plasma DUF
yang Panen di Bulan Mei dan Juni 2011 ...................................... 8
2. Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam Broiler
di Kabupaten Darmaga 2011 .................................................. …. 10
3. Jenis-Jenis Risiko ........................................................................ 22
4. Tahapan Proses Produksi ............................................................. 25
5. Strategi Pencegahan Risiko .......................................................... 30
6. Strategi Pengurangan Risiko ........................................................ 30
7. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Ayam Broiler .......... 33
8. Skala Usaha Pada Responden Ayam Broiler
di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ............................................ 51
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Populasi Ayam Broiler Per Provinsi Tahun 2004-2007 (ekor) ....... 83
2. Produksi Daging Nasional Per Provinsi
Ayam Ras Pedaging Tahun 2004 - 2008 (Ton).............................. 85
3. Populasi Ayam Pedaging di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ......... 86
4. Perkembangan Produksi Daging Ternak dan Kontribusinya
di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 ........................................ 87
5. Faktor-Faktor Produksi dan Jumlah
Pemakaian Faktor Produksi ......................................................... 88
6. Hasil Olahan ARCH-GARCH (1,1) .............................................. 94
7. Nama Responden Serta Identitas Usaha ........................................ 95
8. Penyebaran Lokasi Responden ..................................................... 96
9. Gambar Dokumentasi Penelitian Ayam Broiler ………………… 97
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu perkekebunan,
perikanan, tanaman pangan dan holtikultura. Sektor tersebut memiliki peranan
yang sangat penting dalam kontribusi terhadap perkembangan perekonomian yang
ada di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontribusi
pertanian dapat dilihat pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB), dari hasil
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan atas dasar harga konstan Rp 2000
adalah sebesar 284,6 Triliun pada tahun 2008 dan 296,4 Ttriliun pada tahun 2009
atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen. Adapun peranan sektor
pertanian terhadap PDB Indonesia tahun 2009 tumbuh dari 14,5 persen menjadi
15,3 persen, sehingga sektor pertanian berada pada ranking kedua yang memiliki
kontribusi terhadap PDB setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 26,4
persen. Struktur PDB dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2009
Lapangan Usaha 2008 2009 2009 2010
Triw I Triw II Triw I
Pertanian, Peternakan, Kehutanan,
Perikanan 14,5 15,3 15,6 13,7 16,0
Pertambangan dan Penggalian 10,9 10,5 10,0 11,3 11,2
Industri Pengolahan 27,9 26,4 27,0 26,4 25,4
Listrik, air bersih dan gas 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Konstruksi 8,5 9,9 9,6 10,3 10
Perdagangan, Hotel dan restoran 14 13,4 13,3 13,9 13,9
Komunikasi dan pengangkutan 6,3 6,3 6,4 6,3 6,2
Keuangan dan real estet 7,4 7,2 7,5 7,1 7,2
Jasa-jasa 9,7 10,2 9,8 10,2 9,3
PDB 100 100 100 100 100
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa kontribusi pada sektor pertanian
sangat berpengaruh dalam meningkatkan PDB kedua setelah industri pengolahan.
Peningkatan ini akan berdampak positif terhadap tingkat penggunaan tenaga kerja,
sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada umumnya masyarakat
Indonesia banyak diserap tenaga kerjanya pada sektor pertanian dibandingkan
2
pada sektor industri. Sektor pertanian tersebut meliputi perikanan, kehutanan,
serta peternakan.
Salah satu sektor pertanian yang setiap tahunnya relatif mengalami
pertumbuhan adalah pada subsektor peternakan. Sumbangan subsektor peternakan
dalam PDB sebesar Rp 34.530,7 milyar atau 1,60 persen pada tahun 2007 dan
masih menyumbang 1,60 persen pemasukan negara pada tahun 2008 (Dinas
Peternakan 2010). Hal tersebut membuktikan bahwa subsektor peternakan
memiliki peran tersendiri dalam menyumbangkan PDB serta memiliki peran
dalam pembangunan pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Selain
itu, dengan meningkatnya bidang peternakan maka akan lebih banyak lagi
menyerap tenaga kerja, sehingga menurunkan tingkat penggangguran yang ada di
Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007) menyatakan bahwa
komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung
oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia
yang sebagian besar muslim, harga relatif murah dan mudah diperoleh karena
sudah merupakan barang publik. Dengan demikian, prospek yang sudah bagus ini
harus dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di pedesaan melalui
pemanfaatan sumberdaya secara lebih optimal.
Prospek pasar dan pengembangan agribisnis ayam ras pedaging di
Indonesia baik pada subsistem hulu, subsistem budidaya, maupun subsistem hilir
sangat terbuka lebar. Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Indonesia
dalam tiga dasawarsa terakhir senantiasa mengalami peningkatan, meskipun pada
tahun 1997-1999 saat terjadinya krisis ekonomi populasi ayam sempat mengalami
guncangan cukup besar yang mengakibatkan komoditas ini merupakan pendorong
utama penyediaan populasi ayam mengalami penurunan hingga 50 persen. Pada
awal tahun 2000 usaha ternak ayam ras pedaging mulai bangkit kembali karena
kondisi perekonomian beranjak stabil. Pengusaha ayam broiler mulai
menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Selain itu juga, ayam
broiler merupakan jenis unggas yang paling tinggi tingkat pertumbuhannya
dibandingkan dengan jenis unggas lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada jumlah
populasi ternak unggas Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Tabel 2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2005-2009 (ekor)
Jenis
Unggas
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
Ayam Buras 278.954 291.085 272.251 243.423 249.963
Ayam Ras
Peterlur 84.790 100.202 111.489 107.955 111.418
Ayam Ras
Pedaging 811.189 797.527 891.659 902.052 1.026.379
Itik 32.405 32.481 35.867 39.840 40.680
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2011
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa angka yang ada pada ayam ras
pedaging setiap tahunnya relatif mengalami peningkatan. Pada tahun 2006
populasi unggas mengalami penurunan yang disebabkan meningkatnya harga-
harga input seperti harga pakan yang meningkat. Karena harga pakan terjadi
peningkatan maka akan meningkatkan biaya produksi sehingga secara global akan
berdampak pada tingkat usaha sehingga jumlah populasi ayam pada saat itu
mengalami penurunan. Tahun 2007-2009, jumlah populasi unggas khususnya
ayam ras pedaging mengalami peningkatan secara signifikan. Tingkat populasi
unggas khususnya ayam broiler hampir merata di setiap provinsi yang ada di
Indonesia, namun ada beberapa provinsi yang memiliki tingkat populasi yang
lebih signifikan. Hal tersebut dikarenakan adanya kesesuaian kondisi geografis
dalam pembudidayaan serta tingkat permintaan di suatu wilayah tersebut. Untuk
melihat populasi di setiap provinsi dapat dilihat pada Lampiran 1.
Jawa Barat merupakan salah satu sentral terbesar dalam jumlah populasi di
bidang peternakan yang salah satunya pada jenis perunggasan. Hal ini didukung
oleh kondisi alam yang menyakinkan serta merupakan tempat strategis dalam
mendistribusikan ke wilayah-wilayah lainnya. Populasi perunggasan di Indonesia
pada umumnya terus mengalami peningkatan khususnya di wilayah Provinsi Jawa
Barat. Untuk lebih jelasnya tingkat pertumbuhan perunggasan yang terjadi di
wilayah Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.
4
Tabel 3. Populasi Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008 (ekor)
Jenis
Unggas
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008
Ayam Buras
30,779,120 30,989,812 29,319,161 27,789,274 27,761,015
Ayam Ras
Petelur 9,720,685 10,169,284 10,351,105 11,462,744 10,303,478
Ayam Ras Pedaging
328,015,536 352,434,300 343,954,090 377,549,055 417,373,596
Itik 4,880,019 5,305,485 5,296,757 6,534,753 7,962,095
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008
Tabel 3 menunjukan pertumbuhan perunggasan di wilayah Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2004 sampai dengan 2008. Data tersebut menunjukan ayam ras
pedaging memberikan kontribusi yang paling besar dibandingkan jenis unggas
lainnya, serta memiliki populasinya yang konsisten dibandingkan dengan jenis
unggas lainnya. Hal ini disebabkan oleh ayam broiler merupakan ayam yang
memiliki pertumbuhan yang cepat serta dapat menghasilkan lebih besar
dibandingkan jenis unggas lainnya sehingga peternak lebih gemar mengusahakan
peternak ayam broiler. Pada data ayam ras pedaging memiliki pertumbuhan yang
positif yaitu terus meningkat kecuali pada tahun 2006. Pada umumnya tahun 2006
merupakan tahun kondisi perekonomian Indonesia tidak stabil sehingga
berdampak pada tingkat usaha secara keseluruhan. Populasi ayam broiler akan
berdampak pada tingkat produksi daging ayam broiler. Pada umumnya produksi
daging mengalami peningkatan yang positif pada setiap provinsinya yang ada di
Indonesia, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2. Adanya peningkatan
produksi ayam broiler pada setiap provinsinya maka akan berdampak terhadap
produksi nasional. Berikut adalah jumlah produksi ayam broiler di Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2005-2009
No. Tahun Jumlah (Ton) Pertumbuhan (%)
1 2005 779.100 -
2 2006 861,300 1,74
3 2007 942.800 1,73
4 2008 1.018.700 1,61
5 2009 1.101.800 1,76
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2011
5
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa jumlah produksi ayam pedaging
atau ayam broiler setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan
bahwa komoditi ayam dijadikan oleh masyarakat Indonesia sebagai penambah
nilai gizi yang dapat dijangkau oleh semua kalangan. Oleh karena itu, jumlah
produksinya setiap tahun terus mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan
setiap tahunnya relatif stabil, namun pada tahun 2009 merupakan tingkat
pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun
sebelumnya. Hal itu tersebut karena masyarakat semakin sadar akan pentingnya
mengkonsumsi daging guna memenuhi kebutuhan gizi. Berikut dapat dilihat
tingkat konsumsi konsumen terhadap daging ayam broiler pada Tabel 5.
Tabel 5. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003-2007
No. Tahun Jumlah (ekor) Pertumbuhan (%)
1 2003 1.368.200 -
2 2004 1.425.300 2,01
3 2005 1.573.000 4,93
4 2006 1.486.100 -2,00
5 2007 1.564.200 2,56
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008
Table 5 menunjukkan tingkat konsumsi terhadap produksi ayam broiler
terus mengalami peningkatan dari setiap tahunnya. Peningkatan tertinggi pada
tahun 2005 sebesar 4,93 persen sedangkan pada tahun 2006 mengalami penurunan
hal sebesar 2,00 persen. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut terjadi
ekonomi dalam negeri tidak stabil sehingga menurunkan tingkat daya beli
masyakat dan akan mempengaruhi tingkat konsumsi secara nasional. Pada tahun
2007 konsumsi terhadap ayam broiler mengalami peningkatan kembali karena
kondisi sudah stabil dan meningkatkan pendapatan serta adanya daya beli
masyakat terhadap barang juga meningkat.
Berdasarkan uraian Tabel 3 dan lampiran 1 yaitu tingkat populasi
peternakan ayam broiler dari tingkat provinsi sampai pada tingkat nasional,
tingkat produksi nasional maupun di wilayah Jawa Barat, tingkat konsumsi ayam
broiler secara nasional pada umumnya usaha tersebut terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pengembangan usaha ternak ayam broiler akan
berhasil apabila peternak tersebut mampu mengelola usaha ternaknya dengan
6
baik, yaitu pengelolaan dalam bidang manajemen maupun teknis dilapangan.
Dalam bidang manajemen maka perusahaan harus mampu memanaje disektor
produksi, sumber daya manusia, keuangan serta pemasarannya dengan baik.
Sedangkan dalam bidang teknis maka peternak harus mengetahui secara detail
tentang budaya ayam broiler.
Selain manajemen yang baik, diperlukan juga sistem infrastruktur yang
baik. Jika infrastruktur memadai maka dalam proses pendistribusian produk dalam
memasarkan serta mengirim input atau bahan baku sapronak (Sarana Produksi
Peternakan) tepat pada waktunya sehingga tidak mengurangi nilai dari suatu
produk tersebut. Infrastruktur yang diperlukan dalam menunjang kelancaran usaha
peternakan adalah kemudahan akses terhadap jalan, sumber air, jaringan listrik,
dan lain sabagainya. Infrastruktur ini juga salah satu faktor yang diperhitungkan
dalam usaha peternakan ayam broiler.
Pada dasarnya semua usaha tidak terlepas dengan kendala-kendala dalam
menjalankan usahanya, salah satunya adalah usaha peternakan ayam broiler.
Kendala tersebut berasal dari baik itu teknis maupun non teknis. Kendala yang
sering muncul dalam usaha peternakan ayam broiler ini adalah non teknis, yaitu
tingginya tingkat risiko yang dihadapi, risiko yang dihadapi oleh peternak ayam
broiler ini adalah risiko harga, baik itu harga-harga input seperti Day Old Chick
(DOC), pakan dan obat-obatan, maupun harga jual output. Risiko yang lainnya
adalah risiko produksi berupa teknis (yang dipengaruhi oleh iklim dan cuaca) serta
risiko sosial atau lingkungan sekitar.
Risiko yang dihadapi oleh peternak ayam broiler ini dapat dilihat dari
indikator yaitu adanya fluktuatif harga input seperti harga DOC, pakan dan obat-
obatan, yang merupakan variabel-variabel utama untuk berlangsungnya proses
produksi, serta harga jual output. Selain itu juga adanya fluktuasi terhadap tingkat
konversi pakan dengan bobot ayam serta tingkat kematian ayam (Survival Rate)
dalam setiap periode atau peternak sangat bervariasi.
Pengelolaan usaha ternak ayam broiler dihadapkan pada tingkat risiko
yang tinggi, maka harus disertai dengan pengetahuan peternak untuk dapat
meminimalkan risiko tersebut. Sehingga peternak dapat menghasilkan produksi
yang maksimal. Manajemen risiko merupakan salah satu alat bantu dalam proses
7
pengambilan keputusan untuk mengurangi risiko yang dihadapi dan harus
diterapkan secara efektif untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengelolaan risiko dapat dilakukan salah satunya adalah dengan
menggunakan bermitra dengan perusahaan inti. Perusahaan inti semakin lama
semakin berkembang seiring dengan semakin bertambah banyaknya peternak
ayam broiler. Daerah Darmaga terdapat berbagai macam jenis inti plasma salah
satunya adalah Dramaga Ungga Farm (DUF). DUF merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan ayam broiler yang bertindak
sebagai inti. Perusahaan inti ini memberikan beberapa kemudahan kepada
peternak dalam menjalankan usaha ayam broiler. Dengan adanya kemudahan
tersebut dapat mengurangi risiko yang akan ditanggung oleh peternak. Peternak
ayam broiler pada umumnya berada pada skala kecil sehingga jika menjalankan
usaha sering terkendala dalam hal permodalan. Dengan adanya perusahaan inti
maka usaha dapat dijalankan karena mendapat bantuan seperti kemudahan dalam
membeli pakan, DOC, vitamin, vaksin, obat-obatan, peralatan kandang,
perlengkatan serta pasca panen.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diartikan bahwa usaha ternak ayam
broiler memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan karena ada
permintaan yang terus berkembang setiap tahunnya, akan tetapi disamping
perkembangan tersebut terdapat kendala yang dihadapi oleh peternak ayam broiler
dalam proses produksinya, yaitu adanya risiko produksi yang dihadapi peternak.
Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko produksi dan manajemen risiko dalam peternakan ayam
broiler. Kajian ini diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor produksi apa saja
yang sangat mempengaruhi produksi dan seberapa besar faktor-faktor produksi
tersebut menimbulkan risiko, kemudian dilakukan penanganan risiko produksi
tersebut agar risiko yang ditimbulkan menjadi kecil. Kajian ini diharapkan
peternak dapat mengambil keputusan yang tepat, sehingga peternak ayam broiler
dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik di masa yang akan datang.
8
1.2. Perumusan Masalah
Ayam broiler merupakan komoditas peternakan yang paling berkembang
setiap tahunnya, baik dari tingkat populasi maupun produksi daging ayam broiler
itu sendiri. Jawa Barat merupakan salah satu penyumbang produksi ayam broiler
terbesar dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, serta Kota Bogor merupakan
salah satu penyumbang ayam broiler khususnya daerah Dramaga. Untuk melihat
jumlah produksi ayam broiler berdasarkan Kabupaten yang ada di Bogor dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Peternak ayam broiler yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian
adalah peternak ayam broiler yang bekerjasama dengan CV Dramaga Unggas
Farm (DUF), walaupun peternak tersebut bekerjasama dengan perusahaan inti
namun peternak tersebut tidak dapat menghindari risiko produksi yang terjadi.
Indikator adanya risiko produksi dapat dilihat pada tingkat kematian ayam pada
peternak plasma DUF sangat bervariasi dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Standar tingkat kematian yang ditetapkan adalah 3-4 persen. Variasi tingkat
kematian yang terjadi pada peternak plasma di DUF dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tingkat Kematian Ayam Broiler Pada Peternak Plasma DUF yang
Panen di Bulan Mei dan Juni 2011
0
4
8
12
16
20
24
28
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Morta
lita
s (%
)
Standar
Mortalitas
9
Gambar 1 menunjukkan adanya variasi tingkat kematian ayam yang terjadi
pada peternak broiler. Adanya perbedaan antara standar mortalitas yang
ditetapkan oleh peternak berdasarkan Dinas Peternakan Bogor dengan tingkat
mortalitas aktual yang dihasilkan oleh peternak plasma DUF digunakan sebagai
indikasi adanya risiko produksi. Gambar 1 terlihat pada responden ke-11 memiliki
tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan peternak lainnya.
Tingginya mortalitas tersebut dikarenakan penyakit yang menyerang seluruh
ternak ayam. Variasi tingkat mortalitas juga disebabkan oleh adanya perlakuan
yang tidak teratur atau disiplin terhadap perubahan cuaca yang terjadi. dengan
adanya risiko produksi maka akan mempengaruhi hasil produksi yang diharapkan.
Risiko produksi juga dipengaruhi oleh penggunaan faktor-faktor produksi
yang tepat. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti
luasan kandang, DOC, pakan, sekam, pemanas DOC, tenaga kerja, air, vitamin,
obat-obatan dan vaksin. Jika penggunaan input yang tidak tepat waktu dan takaran
maka akan mempengaruhi risiko produksi. Selain itu, risiko produksi juga dapat
terjadi dari sumber risiko. Sumber risiko tersebut adalah seperti adanya perubahan
cuaca yang tidak menentu, sumber daya manusia yang tidak terampil, serta hama
yang menimpa peternak ayam broiler. Jika keadaan cuaca lembab maka
diperlukan penanganan kandang yang baik. Hal tersebut dilakukan agar sirkulasi
udara tetap terjaga dan kandang tetap dalam keadaan kering, karena jika keadaan
kandang kering atau tidak lembab maka hama tidak cepat berkembang biak dan
ayam juga tidak mudah terserang penyakit.
Selain dari tingkat kematian, indikasi adanya terdapatnya risiko produksi
adalah melihat adanya fluktuasi produktivitas. Produktivitas yang dihasilkan pada
setiap peternak plasma pada CV DUF bervariasi antara satu peternak dengan
peternak lainnya. Tingkat fluktuasi yang terjadi pada produktivitas ayam broiler
yang ada di peternakan dapat dilihat pada gambar 2.
10
Gambar 2. Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam Broiler di
Kabupaten Darmaga 2011
Gambar 2 menunjukkan bahwa produktivitas yang dihasilkan pada
masing-masing peternak memiliki hasil bervariasi terhadap produktivitas aktual
yang terjadi. Produktivitas standar berdasarkan ketentuan perusahaan inti berlaku
adalah 14 kg/m2
, dimana bobot satu ekor ayam yang standard adalah 1,75 kg dan
1 m2 layak ditempati oleh 8 ekor ayam broiler untuk mendapatkan hasil ayam
yang baik, sehingga ayam tidak berdesakan. Pada peternak ke-29 terdapat tingkat
produktivitas yang sangat rendah yaitu sekitar 6 kg/m2. Rendahnya produktivitas
disebabkan oleh terhambatnya laju pertumbuhan setiap harinya. Terhambatnya
pertumbuhan disebabkan oleh banyak faktor seperti penggunaan input produksi.
Selain penggunaan input produksi, perubahan cuaca yang tidak menentu dan
terjangkit oleh hama penyakit juga dapat menghambat pertumbuhan produktivitas
ayam broiler.
Berdasarkan uraian di atas maka risiko-risiko tersebut harus dikelola
dengan baik agar risiko produksi dapat diminimalkan, sehingga diharapkan
adanya kelangsungan usaha ternak ayam broiler. Sehingga yang menjadi
perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
0
5
10
15
20
25
30
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Prod
uk
tivit
as
(Kg/m
2)
Peternak Ayam Broiler
Standar
Produktivitas
11
1. Faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi rata-rata dan
variance produksi ayam broiler pada peternak plasma DUF ?
2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi rata-rata dan
variance produksi peternak ayam broiler pada peternak plasma DUF ?
1.3. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas dan
variance produksi ayam broiler yang dihasilkan para peternak plasma DUF
2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi ayam broiler yang digunakan
terhadap risiko produksi ayam broiler yang dihasilkan peternak plasama DUF
di Kecamatan Dramaga.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan nantinya akan bermafaat bagi beberapa elemen,
yaitu antara lain :
1. Untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang sangat berpengaruh
terhadap produksi ayam broiler.
2. Sebagai bahan infomasi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya dengan
harapan penelitian yang akan datang dapat menyempurnakan dan bisa
menganalisis lebih dalam lagi khususnya yang berkaitan dengan penulisan
ilmiah tentang risiko dalam peternakan ayam broiler.
3. Sebagai sarana bagi penulis untuk menuangkan ilmu yang telah didapat pada
perkuliahan yang berkaitan dengan penelitian, dan memberikan pengetahuan
kepada penulis tentang peternakan ayam broiler. Harapannya adalah agar
penulis bisa mengapresiasikan hasil tulisannya dengan mencoba merintis
usaha peternakan ayam broiler di masa yang akan datang.
4. Bagi pembaca karangan ilmiah ini bermanfaat untuk menambah lagi wawasan
tentang ayam broiler serta kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan
dihadapi pada saat menjalankan usaha ayam broiler tersebut.
5. Bagi pembuat kebijakan agar sebagai bahan pertimbangan dalam membuat
kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan peternak ayam broiler.
12
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini memiliki keterbatasan ruang lingkup, adapun
keterbatasannya adalah :
1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang digunakan sebagai pendugaan
parameter.
2. Menjelaskan secara diskriptif tentang sumber-sumber risiko karena sumber-
sumber risiko tersebut tidak memiliki nilai sehingga tidak dapat di modelkan.
3. Penanganan risiko yang dilakukan hanya pencegahan karena masih peternak
rakyat yang belum memiliki badan hukum serta manajemen yang baik.
4. Responden dipilih yang dapat mewakili peternak lainnya.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya
ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang
kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada
saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal
masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 4-5 minggu sudah
bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan
menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang
bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
Ayam broiler mulai dirintis pada tahun 50-an, pada tahun 1950-1961
merupakan tahap perintisan ayam broiler di Indonesia. Usaha peternakan ayam
broiler ini merupakan usaha yang paling berfluktuatif, mulai dari harga input
seperti harga DOC maupun pakan ternak tersebut sampai kepada harga jual
produknya yaitu daging ayam. Selain itu juga dalam proses pembudidayaannya
membutuhkan perhatian yang khusus agar ayam tersebut terlindungi dari hama
dan penyakit. Biasanya ayam broiler lebih membutuhkan perlakuan khusus pada
saat musim penghujan tiba. Hal itu disebabkan karena pada saat musim penghujan
tiba kondisi kandang juga akan dapat berubah jika tidak diperhatikan seperti
kandang menjadi lembab yang dikarenakan suhu didalam kandang menurun.
Sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk menjaga kestabilan suhu di kandang.
Seiring waktu berjalan ayam broiler semakin berkembang setiap tahunnya,
hal tersebut diiringi dengan semakin banyaknya produsen input seperti pakan
ternak, DOC, serta input lainnya yang menawarkan produk. Dengan semakin
banyaknya peternak ayam broiler maka harga juga mulai bersaing terhadap
peternak. Pada awal perkembangan ayam broiler tersebut harga dipeternak kecil
berbeda dengan harga yang ditetapkan peternak besar, sehingga peternak kecil
mengalami ketidakstabilan harga ayam dan biaya input yang dikeluaran juga
terlalu tingga karena peternak kecil membeli input dengan harga satuan.
14
Dengan keadaan demikian maka pemerintah ikut serta dalam menjaga
kestabilan usaha peternakan ayam broiler dengan cara membuat kebijakan yang
dapat membantu meringankan dalam memproduksi usaha peternakan tersebut.
Kebijakan tersebut diatur dalam Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1981 tentang
Pembinaan Usaha Peternakan Ayam, yang jiwanya menganut pemerataan
kesempatan usaha dengan keseragaman skala usaha. Secara keseluruhan
Pembinaan Usaha Peternakan Ayam menurut Keppres No. 50 Tahun 1981
sungguh melegakan para penganut pemerataan kesempatan usaha dengan
keseragaman maksimal skala usaha. Sehingga konflik antara peternak kecil dan
peternak besar dapat teratasi karena mereka sudah memiliki wilayahnya masing-
masing.
Setelah Keputusan Presiden dibentuk tidak lama kemudian untuk
menyempurnakan pembinaan peternak langsung ke lapangannya maka dilakukan
dengan sistem Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Dengan kedatangan PIR ini
diharapkan akan mendukung semakin membaiknya kondisi peternakan ayam
broiler di Indonesia karena mendapatkan penyuluhan langsung tentang usaha
peternakan ayam broiler. Pendampingan para penyuluh ini sangan membantu
peternak ayam tersebut. Hal ini dikarenakan peternak ayam broiler rata-rata
berskala kecil sehingga masih membutuhkan pengarahan tentang usaha
peternakan ini. Keberadaan PIR ini juga sangat membantu peternak ayam sebagai
plasma dalam bentuk penyediaan faktor-faktor produksi seperti DOC, pakan,
obat-obatan, vaksinasi dan vitamin.
Plasma mendapatkan faktor produksi tersebut dengan harga yang lebih
murah dibandingkan jika peternak membelinya dengan harga eceran kepada
grosir. Pemakaian faktor produksi tersebut dilakukan selama proses produksi
berlangsung sampai masa panen tiba sedangkan pembayaran faktor produksi
tersebut dapat dilakukan pada saat panen dipotong dari hasil panen yang telah
didapat. Kegiatan tersebut lebih membantu dibandingkan dengan peternak ayam
broiler mandiri, peternak mandiri merupakan peternak yang berdiri sendiri tanpa
bantuan dari instansi atau lembaga lain. Semua kegiatan yang dilakukan dengan
kebijakan peternak itu sendiri. Mulai kegiatan penyediaan faktor produksi sampai
kepada proses pendistribusian dagingnya dilakukan dengan sendiri.
15
Usaha peternakan dapat digolongkan menjadi beberapa bagian.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96,
usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Peternakan Rakyat,
Pengusaha Kecil Peternakan dan Pengusaha Peternakan. Peternakan Rakyat
adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam broiler dengan kapasitas
maksimal sebesar 15.000 ekor per periode. Peternakan rakyat mempunyai
beberapa karakter yaitu modal terbatas, adanya masa istrahat kandang, kandang
dibangun dengan sederhana, tenaga kerja biasanya dari rumah tangga.
Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam
broiler dengan kapasitas maksimal sebesar 65.000 ekor per periode, peternakan ini
sudah mulai baik dibandingkan dengan peternakan rakyat dibidang manajemen,
tenaga kerja yang sudah memiliki pengalaman dan biasanya sudah memiliki
legalitas hukum berupa perseorangan. Selain itu, pengusaha peternakan adalah
peternakan yang membudidayakan ayam broiler dengan kapasitas melebihi 65.000
ekor per periode. Selain kapasitas produksi, perusahaan peternakan dapat dilihat
dari teknologi yang serba modern dalam melakukan budidayanya, sudah memiliki
legalitas hukum berupa perusahaan, memiliki manajemen yang baik dan memiliki
tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya.
Pengusaha peternakan ini memiliki kelebihan yaitu mendapatkan
bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut telah ditegaskan dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang Usaha
Peternakan. Peraturan Pemerintah tersebut menjelaskan bahwa menteri yang
bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk
berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan
peternakan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan peternakan. Perundang-
undangan yang menjadi payung hukum bagi agribisnis usaha ayam broiler adalah
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Adapun tujuan umum
pembentukan undang-undang ini adalah untuk pemeliharaan kesehatan hewan.
Tujuan utama penambahan produksi adalah untuk meningkatkan taraf hidup
peternak Indonesia dan untuk memenuhi keperluan bahan makanan yang berasal
dari ternak bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata.
16
2.2. Risiko Produksi Ayam Broiler
Risiko produksi adalah kemungkinan peluang terjadinya penurunan
produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Risiko tersebut
terjadi dari berbagai sumber risiko yang dapat menurunkan produksi, seperti
kondisi alam yang tidak stabil yang dapat menyebabkan ayam broiler terserang
penyakit dan dapat meningkatkan kematian pada ayam broiler tersebut. adanya
indikasi bahwa risiko produksi adalah dengan melihat tingkat bobot ayam
terhadap pakan sehingga menghasilkan produksi yang tidak stabil.
Ada beberapa penelitian yang menganalisis tentang risiko produksi,
diantaranya Aziz (2009) Robi’ah (2006), dan Solihin (2009). Ketiga penelitian
tersebut menganalisis risiko produksi ayam broiler, Aziz di daerah Desa Tapos,
Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Solihin di daerah CV AB Farm Bojong
Genteng, dan Robi’ah di Sunan Kudus Farm, Bogor. Berdasarkan analisis ketiga
peneliti tersebut kondisi alam merupakan salah satu faktor risiko utama dalam
risiko produksi. Kondisi alam yang tidak stabil akan dapat berdampak kondisi
kandang menjadi mudah penyakit berkembang biak sehingga banyak
menyebabkan ayam terkena penyakit. Penyakit yang sering muncul pada saat
musim hujan tiba adalah Coccidiosis (berak darah), Newcastle Disease (tetelo),
kekerdilan, kurang nutrisi serta mudah terserang penyakit. Kejadian ini juga
mengakibatkan tidak efesiennya dalam hal konversi pakan terhadap bobot ayam.
Hal ini dikarenakan kondisi tubuh ayam yang kedinginan sedangkan alat pemanas
jauh dari jangkauan sehingga menimbulkan rangsangan terhadap keluarnya bulu
ayam yang menjadikan pertumbuhan ayam terhambat.
Hasil analisis Aziz, Robi’ah, dan Solihin, risiko produksi pada ayam
broiler adalah tinggi. Aziz menyatakan risiko produksi sangat tinggi dengan nilai
CV 1,75, risiko tersebut berasal dari risiko cuaca dan iklim yang menyebabkan
tingginya tingkat kematian sampai pada 10 persen. Selain dari faktor cuaca risiko
produksi berasal dari adanya fluktuasi harga yaitu harga pakan, obat-obatan,
DOC, dan harga jual produksi. Tingkat risiko yang dianalisis oleh Robi’ah
memiliki tingakt risiko sebesar 1,3 dan di sebabkan oleh adanya fluktuasi
sapronak serta adanya kenaikan harga input maupun stabilnya harga output.
Sedangkan tingkat risiko yang dianalisis oleh Solihin sangat tinggi dibandingkan
17
Aziz dan Robi’ah yaitu dengan CV 2,63. Risiko ini sangat tinggi bagi peternak,
dan risiko tersebut timbul berasal dari harga sapronak (pakan, DOC, pemanas)
terus meningkat sementara harga jualnya relatif tetap. Paramter kesuksesan proses
produksi menurut Solihin adalah Indeks Prestasi Produksi. Solihin juga
menjelaskan adanya pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan sedangkan
Aziz dan Robi’ah tidak menjelaskan dampak risiko terhadap pendapatan. Adanya
risiko disebabkan karena adanya penyimpangan indeks prestasi standar dengan
indeks prestasi yang telah dijalankan. Maka pendapatan untuk setiap periodenya
juga berfluktuasi. Rata-rata penyimpangan yang terjadi sebesar 32,6 persen yang
berisiko mengakibatkan penurunan pendapatan sebesar 157,1 persen atau Rp
342.290.546. adanya penyimpangan ini disebabkan oleh fluktuasi harga sarana
produksi ternak dan fluktuasi harga jual. Sehingga perbandingan satu risiko
nilainya semakin meningkat bila dikonversikan terhadap biaya.
Hasil analisis Fariyanti (2008) yang berjudul “Perilaku Ekonomi Rumah
Tangga Petani Sayuran Pada Kondisi Risiko Produksi dan Harga di Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung”. Penelitian tersebut menggunakan model
Garch untuk melihat nilai dari risiko produksi pada komoditi kubis dan kentang.
Pada komoditi kentang dihasilkan error kuadrat periode sebelumnya memiliki
taraf nyata dibawah satu persen, sedangkan variance error produksi musim
sebelumnya mempunyai taraf nyata dibawah lima persen. Parameter tersebut
bertanda positif menandakan bahwa semakin tinggi risiko produksi kentang pada
musim sebelumnya, maka semakin tinggi risiko produksi pada musim berikutnya.
Hubungan penggunaan input dengan variance error produksi
menunjukkan bahwa benih memiliki taraf nyata dibawah lima persen dan pupuk
urea memiliki taraf nyata dibawah 10 persen, sedangkan lahan garapan kentang,
pupuk TSP, KCL, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida, insektisida,) tidak
mempunyai pengaruh nyata. Dengan demikian, pada usahatani kentang,
penggunaan benih, luas garapan, dan obat-obatan merupakan factor yang dapat
mengurangi risiko produksi. Sedangkan pupuk urea, TSP, KCl, dan tenaga kerja
merupakan faktor yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk komoditas
kubis dari enam parameter yang diduga terdapat empat parameter yang
mempunyai taraf nyata dibawah satu persen, yaitu luas lahan garapan kubis,
18
pupuk urea, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida dan insektisida). Sedangkan
benih kubis mempunyai taraf nyata dibawah 15 persen, dan pupuk majemuk NPK
memiliki taraf nyata dibawah 20 persen. dengan demikian luas lahan garapan
kubus dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi.
Sebaliknya, benih kubis, pupuk urea, pupuk majemuk NPK, dan tenaga kerja
menjadi faktor pengurang risiko produksi.
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler
Faktor-faktor produksi merupakan semua masukan atau input yang
dilakukan untuk melakukan proses produksi untuk menghasilkan keluaran atau
output. Faktor produksi merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
suatu produksi yang akan diperoleh. Menurut Soekartawi (2002), berdasarkan
berbagai pengalaman yang menjadi faktor-faktor produksi adalah luasan lahan,
modal, bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen.
Penelitian yang menjelaskan tentang faktor-faktor produksi adalah Merina
(2004) dan Anggraini (2003). Merina meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko usaha peternakan ayam broiler di Bekasi sedangkan
Anggraini meneliti tentang risiko sapi perah dengan melihat faktor-faktor
penyebab risiko dari sapi perah tersebut. Anggraini menjelaskan bahwa tingkat
risiko yang pada usaha ayam broiler berfluktuatif setiap periodenya, hal tersebut
dapat dilihat dari tingkat CV 0,92 dan tingkat pengembaliannya yang rendah.
Sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dari perusahaan tersebut pada
setiap periodenya. Keuntungan yang dihasilkan selalu bernilai positif namun
hanya pada dua periode dari 12 periode yang mengalami kerugian dikarenakan
adanya penyakit dan harga jual ayam turun.
Berdasarkan analisis Merina risiko produksi dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan usaha ayam broiler. Variabel-variabel yang digunakan untuk melihat
pengaruhnya terhadap risiko adalah fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan,
mortalitas, bonus karyawan, jumlah produksi, jumlah DOC yang dipelihara, harga
ayam broiler, dan luas lahan. Dari hasil analisis regresi didapat tingkat
kepercayaan 90,6 persen, namun tidak diikuti dengan ada variabel-variabel yang
signifikan terhadap tingkat risiko tersebut. Hal ini disebabkan karena didalam
variabel tersebut terdapat variabel yang memiliki multikolinier. Dan kemudian
19
dilakukan analisis regresi komponen utama 1, 2, dan 3 dengan tingkat keragaman
39,1 persen, 62,7 persen, dan 78,5 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan/vitamin, harga ayam, waktu penjualan
dan mortalitas merupakan variabel yang signifikan terhadap risiko usaha ayam
broiler.
Menurut Anggraini bahwa faktor-faktor yang memengaruhi tingkat risiko
dalam usaha peternakan sapi perah di Kebon Pedes, Bogor adalah fluktuasi
keuntungan di musim hujan, fluktuasi keuntungan di musim kemarau, fluktuasi
harga susu, fluktuasi harga pakan, skala usaha, dan saluran pemasaran. Dan hasil
analisis risiko didapat tingkat risiko sebesar 0,2 atau 20 persen dari pendapatan
bersih rata-rata (return) yang diperoleh.
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan yang dimiliki adalah semua
literatur menggunakan komoditas yang sama kecuali Anggraini menganalisis sapi
perah dengan menggunakan analisis risiko untuk melihat tingkat risiko usaha.
Sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah pada penelitian Aziz,
Solihin, dan Robi’ah tidak menjelaskan seberapa besar faktor produksi dalam
menimbulkan risiko produksi dan dalam menganalisis faktor-faktor produksinya
berbeda, mereka menggunakan deskriptif sedangkan penelitian sekarang
menggunakan Cobb-Douglass. Untuk penelitian Merina dan Anggraini
menjelaskan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan sedangkan
penelitian yang sekarang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
ayam broiler. Perbedaan dengan penelitian Farianti adalah pada komoditas,
penelitian ini dilakukan pada komoditas ayam broiler sedangkan Anna komoditas
sayuran, penelitian ini hanya untuk menganalisis pengaruh input terhadap
produksi serta melihat input-input yang dapat mengurangi atau menimbulkan
risiko produksi, sedangkan penelitian Farianti sampai pada pengaruhnya terhadap
ekonomi rumah tangga.
20
Tabel 6. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian yang dilakukan
No. Nama
Penulis Tahun Judul Penelitian
Metode
Analisis
1 Faishal
Abdul Aziz 2009
Analisis Risiko dalam Usaha
Ternak Ayam Broiler (Studi
Kasus Peternakan X di Desa
Tapos, Kecamatan Tenjo,
Kabupaten Bogor)
Analisis Risiko
(Kuantitatif
dan Kualitatif)
2 Muhamad
Solihin 2009
Risiko Produksi dan Harga
Serta Pengaruhnya Terhadap
Pendapatan Peternakan Ayam
Broiler CV AB Farm,
Kecamatan Bojonggenteng-
Sukabumi
Analisi Risiko,
Analisis
Pendapatan,
Analisis R/C,
Indeks
Prestasi
Produksi
3 Anna
Fariyanti 2008
Perilaku Ekonomi Rumah
Tangga Petani Sayuran dalam
Menghadapi Risiko Produksi
dan Harga Produk di
Kecamatan Pengalengan,
Kabupaten Bandung
Arch-Garch
4 Siti
Robi’ah 2006
Manajemen Risiko Usaha
Peternakan Broiler pada
Sunan Kudus Farm di
Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor
Analisis
Risiko, dan
Analisis
Deskriptif
5 Desi
Merina 2004
Analisis Pendapatan Tunai,
Risiko dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Risiko
Usaha Peternakan Broiler di
Perusahaan X, Bekasi
Analisis
Risiko,
Pendapatan
Tunai, dan
Regresi.
6
Puspitasri
Dewi
Anggraini
2003
Analisis Risiko Usaha
Peternakan Sapi Perah (Studi
Kasus di Kelurahan Kebon
Pedes, Bogor)
Analisis Risiko
dan Analisis
Regresi
21
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Risiko
Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki
risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam mengartikan sebuah
risiko. Menurut Kountur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang
merugikan. Menurut Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman Darmawi (1997 :
18) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut :
1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian)
Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan
dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan.
Kerugian, sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik,
maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan
munculnya situasi tertentu.
2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian).
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di
antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian
risiko yang dipakai sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok
dipakai dalam analisis secara kuantitatif
3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian)
Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan
ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa risiko itu sama
artinya dengan ketidakpastian.
Menurut Kountur (2006), Robison dan Barry (1987), sikap seseorang
dalam menghadapi risiko berbeda-beda. Teori ini menjelaskan bahwa ada tiga
kelompok sikap orang dalam menghadapi risiko yaitu:
1. Risk Aversion merupakan sikap dalam pengambilan keputusan yang takut
akan risiko. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam
(variance) dari keuntungan maka pengambil keputusan akan mengimbangi
dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan.
2. Risk Taker merupakan sikap yang berani mengambil keputusan suatu usaha
walaupun usaha tersebut berisiko tinggi, sikap ini ditunjukkan jika terjadi
22
kenaikan ragam suatu usaha dari keuntungan maka pengambil keputusan akan
menurunkan keuntungan sehingga merasa puas jika dapat menangani risiko
yang tinggi.
3. Risk Netral merupakan sikap yang netral terhadap risiko yang dihadapi. Sikap
ini ditunjukkan jika terjadi kenaikan atau penurunan ragam dari keuntungan
maka pengambil keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan atau
menurunkan keuntungan yang diharapkan.
3.1.2. Jenis Risiko
Menurut Kountur (2006), perusahaan akan menghadapi berbagai macam
risiko. Risiko-risiko tersebut berada di hampir setiap tempat dan kegiatan yang
ada di dalam perusahaan. Karena begitu banyak macam risiko maka risiko-risiko
tersebut perlu dikelompokkan kedalam kelompok risiko yang mempunyai
kemiripan satu sama lain. Dengan mengelompokkan, risiko-risiko tersebut akan
lebih mudah ditangani. Risiko-risiko yang memiliki persamaan atau kemiripan
satu sama lain pada umumnya ditangani dengan cara yang mirip pula. Begitu
sebaliknya, jika risiko-risiko yang berbeda maka akan ditangani dengan cara yang
berbeda juga. Gambar 3 menunjukkan jenis-jenis risiko yang dihadapi.
Gambar 3. Jenis-Jenis Risiko
Sumber : Kountur, 2006
Risiko
Berdasarkan
Penyebabnya
Berdasarkan
Akibatnya
Risiko
Spekulatif
Risiko
Murni
Risiko
Keuangan
Risiko
Operasional
23
Gambar 3 menunjukkan bahwa risiko dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan atau melihat risiko dari
penyebabnya. Melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan, risiko dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko spekulatif dan risiko murni. Risiko
spekulatif adalah jenis risiko yang akibatnya selain merugikan dapat juga
memberikan keuntungan atau kemungkinan kejadian yang bisa berakibat
merugikan atau jika tidak merugikan sebaliknya bisa memberikan keuntungan,
sedangkan risiko murni adalah jenis risiko dimana akibatnya tidak memungkinkan
untuk memperoleh keuntungan dan yang ada hanyalah kemungkinan rugi.
Sedangkan jenis risiko lainnya dilihat dari berdasarkan penyebabnya. Jenis
risiko ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko keuangan dan risiko
operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-
faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, perubahan tingkat
bunga. Sedangkan risiko operasional adalah jenis risiko yang disebabkan oleh
faktor-faktor operasional. Seperti faktor manusia, teknologi dan alam.
3.1.3. Teori Produksi
Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya)
menjadi satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi (2003)(1)
Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Pengertian ini dapat dipahami
bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan
untuk menghasilkan output.
Menurut Soekartawi (2002) adalah perangkat prosedur dan kegiatan yang
terjadi dalam menciptakan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha
lainnya yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Input
merupakan masukan atau bahan baku yang diperlukan untuk menciptakan suatu
produk. Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi
cirri khusus berupa suatu fungsi produksi.
Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan
jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang
1 http://www.google.com//fungsi produksi// (April 2011)
24
digunakan. Jumlah hasil produksi merupakan “dependent variabel” dan jumlah
faktor produksinya sebagai “independent variabel”Faktor produksi merupakan
semua korbanan yang diberikan pada komoditas agar komoditas tersebut mampu
menghasilkan produk.
Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, X4, X5........,Xn)
Dimana :
Y = Jumlah produksi yang dihasilkan dalam setiap siklus produksi
f = Mentransformasikan faktor-faktor produksi kedalam hasil produksi
X = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi
Pada rumus di atas dapat dilihat bahwa produksi (Y) yang dihasilkan
sangat tergantung dari peranan X1, X2, X3,.....Xn. Fungsi produksi pada kondisi
tersebut termasuk kedalam kondisi model Neo-klasik dimana sifat-sifat dari fungsi
produksi Neo-klasik dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Fungsi yang berkesinambungan dan dapat dibedakan
2) Berlaku “Law of Deminishing Return” dimana hukum tersebut menjelaskan
bahwa jika suatu faktor produksi terus ditambah dalam suatu proses produksi,
sedangkan faktor produksi lainnya tetap maka tambahan jumlah produksi per
satuan faktor produksi akan menurun. Hal tersebut menggambarkan adanya
kenaikan hasil yang negatif dalam kurva produksi.
3) Tanpa input tidak dapat berproduksi, dan semakin banyak input yang
digunakan akan semakin banyak juga output yang dihasilkan.
Gambar 4 tersebut merupakan “Kurva Produksi” yang berlaku umum dan
banyak ditulis dalam buku-buku teori ekonomi yang membahas perilaku produksi.
Kurva produksi itu memperlihatkan bahwa ada tiga proses perilaku dalam
produksi jika input X2 ditambahkan secara terus menerus (kontinue) pada suatu
input yang tetap (misalnya X3, X4 dan X5). Pada proses pertama, setiap tambahan
input akan memberikan tambahan produk yang semakin bertambah atau
“Increasing Return”. Proses ke dua ditandai dengan tambahan produk yang
semakin berkurang pada setiap tambahan input atau “Diminishing Return”. Pada
proses ke tiga, setiap tambahan input justru akan menurunkan hasil produksi atau
“Decreasing Return”.
25
Suatu contoh perilaku produksi tersebut adalah pemberian obat-obatan
dalam pakan ayam untuk menaikkan produksi bobot daging ayam. Pemberian
dosis tahap pertama yang relatif dari dosis nol sampai dosis agak tinggi
menyebabkan adanya tambahan bobot daging yang semakin bertambah. Jika dosis
ditingkatkan lagi maka sifat obat akan menjadi racun mulai tampak dengan
ditandai tambahan bobot daging menjadi semakin berkurang. Pada proses akhir,
jika dosis obat menjadi sangat berlebihan maka sifat racun obat berpengaruh kuat
dan menyebabkan tidak ada tambahan bobot daging tetapi justru ada penurunan
bobot daging tersebut.
Dalam fungsi proses produksi dapat dijelaskan pada Gambar 4 tentang
tahapan dari suatu proses produksi.
Gambar 4. Tahapan Proses Produksi Sumber : Soekartawi, 1986
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan fungsi produksi dengan
produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR) terhadap tingkat produksi suatu
komoditas. Selain itu juga menjelaskan didaerah yang mana produksi tersebut
berada apakah daerah irrasional atau rasional. Produk Marjinal adalah tambahan
satu-satuan input (X) yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan
satu-satuan output (Y). Dengan demikian PM dapat dituliskan dengan ∆Y/∆X.
Kalau terjadi PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit input
dapat menyebabkan tambahan satu-satuan unit output secara proporsional. Bila
terjadi suatu tambahan satu-satuan unit input yang menurun, maka PM akan
Produk Marjinal
Total Produksi
Stage III
Produk Rata-Rata
Output (Y)
Stage II
Stage 1
Input (X)
26
menurun. Jika penambahan satu-satuan unit input yang menyebabkan satu-satuan
unit output yang semakin menaik secara tidak proporsional, maka peristiwa ini
disebut dengan produktivitas yang menaik.
Produk rata-rata (PR) adalah perbandingan tingkat produksi total (PT)
dengan jumlah input yang digunakan. Sehingga dapat di tulis dengan rumus Y/X.
Dengan demikian hubungan PM dengan PR adalah sebagai berikut :
a) Bila PM lebih besar dari PR, maka proporsi PR masih dalam keadaan menaik.
b) Bila PM lebih kecil dari PR, maka proporsi PR dalam keadaan menurun.
c) Bila terjadi PM sama dengan PR, maka dalam keadaan maksimum.
Perubahan dari jumlah produksi yang disebabkan oleh faktor produksi
yang digunakan dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi
(Ep) merupakan persentasi perbandingan output yang dihasilkan sebagai akibat
dari persentase dari input yang digunakan atau PM/PR. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya
(Ep) adalah sebagai berikut :
1) Ep=1, bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya.
2) Bila PM=0, dalam situasi PR sedang menurun, maka Ep=0
3) Ep >1 bila PT menaik pada tahapan “increasing rate” dan PR juga menaik di
stage 1. Disini peternak masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang
cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambah.
4) Nilai Ep lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu atau 1<Ep<0, dalam
keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak di imbangi secara
proposrsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi pada
stage 2, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik
pada tahapan “decreasing rate”.
5) Nilai Ep < 0 yang berada pada stage 3, pada situasi demikian PT dalam
keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun.
Dalam kondisi ini maka setiap upaya untuk meningkatkan sejumlah input
tetap akan merugikan bagi peternak.
Sebagai produsen yang rasional akan berproduksi pada tahap II, hal ini
disebabkan pada daerah ini tambahan satu unit faktor produksi akan member
tambahan produksi total (TP), walaupun produksi rata-rata (AP) dan Produk
27
Marginal (MP) menurun tapi masih positif dan pada tahap ini akan dicapai
pendapatan yang maksimum.
Menurut Soekartawi (2002) fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan
suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atu lebih variabel. Variabel
yang dijelaskan disebut variabel dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan
disebut variabel independen (X). Dimana variabel dependen berupa output dan
variabel independen berupa input. Adapun persamaan mematis dari fungsi Cobb-
Douglas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
𝑌 = 𝑏0 𝑋1𝑏1 𝑋2
𝑏2 𝑋3𝑏3 ,… . . , 𝑋𝑖
𝑏𝑖𝑒𝑢
Dimana
Y = Variabel Dependen
X = Variabel Independen
𝑏0 ,𝑏1 = Besaran yang akan diduga
u = Unsur sisa
e = Logaritma natural (e = 2,718)
3.1.4. Model Just and Pope
Untuk menghasilkan sebuah produk melalui proses produksi yang
membutuhkan masukan (input) untuk menjadikan sebuah produk tidak lepas
dengan ketidakpastian, sehingga mengalami risiko produksi. Just dan Pope
merupakan ahli ekonometrika dalam Phoebe Koundouri dan Celine Naugas
(2005) mengembangkan model umum untuk penanganan risiko produksi
ekonometri. Pendekatan mereka telah cukup populer di kalangan ekonom
pertanian.
Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Just dan Pope adalah untuk
membangun fungsi produksi sebagai jumlah dari dua komponen, satu berkaitan
dengan tingkat output, dan satu lagi berkaitan dengan variabilitas output.
Spesifikasi ekonometrika ini memungkinkan untuk menjelaskan dampak dari
proses produksi yang berasal dari input dan output berpengaruh terhadap risiko.
Dengan demikian, dalam Just dan Pope dalam fungsi produksi tidak mengabaikan
unsur risiko karena dapat mengakibatkan kesimpulan yang salah pada koefisien
variabel. Hal ini dapat dilihat dari output galat standar (error term) yang salah
dengan menunjukkan hasil yang jauh lebih besar dalam estimasi dari pada
kenyataan yang diperoleh.
28
Pendekatan dengan menggunakan model Just and Pope ini untuk
mengetahui faktor-faktor produksi yang dapat menyebabkan peningkatan atau
penurunan produksi. Selain melihat pengaruhnya terhadap produksi, model ini
juga dapat melihat pengaruh faktor produksi terhadap risiko. Untuk melihat faktor
produksi yang mengurangi dan meningkatkan risiko dapat dilihat pada nilai
koefisiennya, jika koefisien bertanda positif maka menimbulkan risiko sedangkan
yang bertanda negatif mengurangi risiko produksi (Fariyanti, 2008).
3.1.5 Sumber-Sumber Risiko
Risiko timbul bukan karena pengaruh dari faktor-faktor produksi yang
digunakan. Sumber-sumber risiko menurut Harwood (1999) adalah sebagai
berikut.
1. Risiko Produksi
Risiko produksi terjadi pada saat proses penggunaan input untuk
dikonversikan menjadi output, saat proses ini risiko produksi biasanya
muncul. Risiko produksi terjadi seperti gagal panen, produksi rendah, kualitas
kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh hama dan penyakit, curah hujan,
maupun teknologi serta penggunaan sumber daya yang kurang kompeten.
2. Risiko Pasar (harga)
Risiko pasar terjadi pada saat produk telah dihasilkan dan siap untuk
didistribusikan ke tangan konsumen, saat proses perpindahan dari produsen
ke konsumen ini terjadi risiko pasar. Risiko pasar bisa terjadi karena produk
tidak dapat terjual, disebabkan oleh perubahan harga output, permintaan
rendah, ataupun banyak produk substitusi. Risiko pasar ini berhubungan
dengan mekanisme antara konsumen dengan produsen yang dapat
menimbulkan permintaan dan penawaran.
3. Risiko Kelembagaan
Risiko kelembagaan ini adalah lebih melihat peran dari kelembagaan terkait
apakah memiliki hubungan positif atau negatif. Hubungan tersebut akan
mempengaruhi risiko kelembagaan. Risiko kelembagaan terjadi karena
perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan
pestisida dan obat-obatan, pajak dan kredit.
29
4. Risiko Finansial
Risiko finansial ini berhubungan dengan alur keuangan yang digunakan untuk
kelangsungan usaha tersebut. Risiko finansial terjadi karena tidak mampu
membayar hutang jangka pendek, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman,
piutang tak tertagih sehingga menyebabkan penerimaan produksi menjadi
rendah.
3.1.6. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan oleh manajemen untuk
menangani berbagai permasalah yang disebabkan oleh adanya risiko, juga berarti
suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul disebabkan
karena adanya ketidakpastian (Kountur, 2004). Untuk menangani risiko
diperlukan strategi pencegahan risiko agar risiko dapat ditangani dengan baik.
Menurut Kountur (2006), dalam menangani risiko perlu strategi dalam
penanganan agar risiko tersebut dapat diminimalkan. Strategi penanganan risiko
menurut Kountur (2006) ada lima strategi yang digunakan yaitu menghindari,
mencegah, mengurangi kerugian, mangalihkan, dan mendanai.
Strategi menghindar dilakukan jika risiko yang dihadapi terlalu besar,
yaitu kemungkinan terjadinya besar serta akibat yang ditimbulkan juga besar dan
risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen dan tidak dapat
ditangani dengan strategi-strategi penanganan risiko lainnya. namun tidak semua
risiko dapat dihindari dan menghindar kadang-kadang bukan cara yang terbaik.
Strategi menghindar sulit dilakukan jika menghindar dari suatu risiko namun
menghadapi risiko lain yang mungkin lebih besar dan risiko tersebut memberikan
upah yang sulit untuk ditolak. Strategi kedua adalah pencegahan, strategi
pencegahan adalah strategi yang digunakan untuk membuat kemungkinan
terjadinya risiko sekecil-kecilnya. Pencegahan risiko dapat dilakukan dengan cara
memperbaiki sistem dan prosedur, memperbaiki fasilitas, memperbaiki sumber
daya manusia, membuat aturan dan kebijakan. Strategi ini membuat risiko yang
berada di kwadran kanan-atas bergeser ke kanan-bawah; atau risiko yang berada
pada kwadran kiri-atas berpindah ke kiri-bawah, seperti yang digambarkan pada
Gambar 5.
30
Kemungkinan (%)
X Y
10%
X Y
0
Rp 100jt Akibat (Rp)
Gambar 5. Strategi Pencegahan Risiko
Sumber : Kountur ,2006
Strategi penanganan berikutnya adalah dengan pengurangan kerugian yang
dialami. Dalam strategi ini dilakukan untuk melakukan sesuatu agar sebelum
terjadi suatu kejadian kemungkinan terjadinya dibuat sekecil-kecilnya, strategi
pengurangan kerugian dimaksudkan untuk mengurangi kerugian setelah kejadian.
Pengurangan kerugian dilakukan pada risiko-risiko yang berada pada kwadran
kanan-atas dan kawan-bawah. Risiko-risiko yang berada pada kwadran kanan-atas
diusahakan ke kwadran kiri-atas, dan risiko-risiko yang berada pada kwadran
kanan-bawah berpindah ke kwadran kiri-bawah. Berikut dijelaskan pada Gambar
6.
kemungkinan (%)
10% Y Y
X X
0
Rp 100jt Akibat (Rp)
Gambar 6. Strategi Pengurangan Risiko
Sumber : Kountur, 2006
Strategi berikutnya adalah strategi mengalihkan risiko. Risiko-risiko yang
dapat dikendalikan dilakukan penanganan pencegahan dan pengurangan risiko,
sedangkan risiko yang tidak dapat dikendalikan penanganannya dilakukan dengan
pengalihan ke pihak lain. Risiko-risiko dapat dialihkan ke pihak lain yang
menanggung akibatnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
31
mengalihkan risiko ke pihak lain diantaranya dengan mengalihkan risiko melalui
asuransi, hedging, leasing, factoring, dan outsourching.
Strategi terakhir adalah dengan melakukan pendanaan kepada risiko yang
dihadapi. Perusahaan mempersiapkan dana sekiranya terjadinya kejadian yang
merugikan sehingga perusahaan memiliki dana untuk membiayai kerugian-
kerugian tersebut dengan demikian operasional perusahaan dapat terus berjalan.
Perusahaan dapat melakukan beberapa cara untuk mendanai risiko-risiko
operasionalnya. Cara-cara tersebut adalah menggunakan kas kecil, menyediakan
dana cadangan, melakukan self-insurance, dan membuat captive insurer.
3.2. Kerangka Operasional
Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras pedaging yang mampu tumbuh
cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat. Broiler
juga mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani yang
dibutuhkan oleh manusia yang relative mudah dijangkau oleh semua kalangan.
Ayam broiler sangat potensial untuk dikembangkan hal tersebut dilihat dengan
semakin meningkatnya tingkat konsumsi terhadap daging ayam broiler seperti
yang telah dijelaskan dipendahuluan. Peningkatan konsumsi daging ayam broiler
seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia setiap
tahunnya. Selain itu juga daging ayam broiler menjadi pilihan untuk memenuhi
kebutuhan hewani karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan
daging ternak lainnya. Namun, dibalik potensi dari ayam broiler tersebut pada
umumnya peternak dihadapkan dengan ketidakpastian atau risiko dalam
menjalankan usaha ayam broilernya. Risiko yang dihadapkan adalah risiko
produksi. Penelitian ini dilakukan terhadap peternak plasma dari perusahaan
Dramaga Unggas Farm (DUF) sebanyak 30 responden yang dipilih dengan
representative. Sistem budidaya yang diterapkan oleh peternak masih bersifat
tradisional yaitu masih menggunakan sistem kandang panggung serta penggunaan
peralatan yang masih tradisional.
Penelitian yang dilakukan diidentifikasi bahwa dalam menjalankan proses
produksi peternak didampingi dengan risiko produksi. Indikasi yang menyatakan
bahwa peternak ayam broiler tersebut mengalami risiko produksi adalah dengan
adanya fluktuasi tingkat kematian dan produktivitas ayam broiler yang tidak
32
sesuai antara aktual dan standar yang telah ditetapkan berdasarkan titik aman
dalam menjalankan suatu usaha. Tingkat kematian dan produktivitas yang
dihasilkan oleh peternak plasma DUF sangat beragam, ada yang tidak mencapai
standard normal dan ada juga peternak yang aktualnya melebihi standar yang
ditentukan. Keberagaman tersebut dapat dijadikan bahwa peternak plasma DUF
mengalami risiko produksi.
Risiko produksi tersebut diduga berasal dari beberapa sumber risiko
produksi, seperti penggunaan faktor-faktor produksi maupun faktor cuaca/iklim.
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam menjalankan usaha ayam broiler
adalah DOC, pakan, sekam, vitamin, vaksin, obat-obatan, pemanas dan tenaga
kerja. Namun, faktor-faktor produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga
kerja. Pemilihan faktor-faktor tersebut berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh
Merina serta berdasarkan hasil pengamatan selama dilapang. Penelitian ini
menggunakan pendekatan Just and Pope yang menyatakan bahwa didalam fungsi
produksi terdapat juga fungsi variance produksi. Sehingga pendekatan ini
memiliki dua fungsi. Fungsi produksi yang digunakan adalah dalam bentuk
logaritma natural. Pendekatan Just and Pope dilakukan adalah untuk mengetahui
faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi serta apa
pengaruhnya terhadap variance produksi. Untuk menilai apakah faktor-faktor
tersebut mengurangi atau menimbulkan variance produksi digunakan alat analisis
yaitu eviews 6. Alat analisis tersebut dapat menjelaskan sekaligus faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi produktivitas dan variance produksi serta melihat
pengaruhnya apakah faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan risiko produksi
atau menurunkan risiko produksi.
Selain faktor-faktor produksi tersebut diduga ada faktor lain yang
mempengaruhi risiko produksi yaitu adanya perubahan cuaca/iklim yang tidak
menentu. Cuaca/iklim tidak masuk dalam model kareana faktor tersebut tidak
dapat dihitung nilainya sehingga dalam penilaiannya dilakukan secara pendugaan
deskriptif. Setelah diketahui faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi
risiko produksi dan variance produksi serta pengaruhnya terhadap produksi maka
dilakukan rekomendasi oleh peneliti agar faktor-faktor produksi tersebut dapat
33
meminimalkan risiko dan meningkatkan produksi. Untuk lebih jelas dapat dilihat
alur pemikiran operasional pada Gambar 7.
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Ayam Broiler
Peternak Plasma Ayam Broiler Pada
Dramaga Unggas Farm
Faktor-Faktor Produksi
X1 DOC
X2 Pakan
X3 Protect Enro
X4 Neocamp
X5 Doxerin Plus
X6 Vaksin
X7 Pemanas
X8 Tenaga Kerja
Analisis Model Just and Pope
Fungsi Produksi Rata-rata
Fungsi Produksi Variance
Rekomendasi/Saran Alternatif Strategi Penanganan Risiko
Sumber Risiko Produksi
Cuaca/Iklim
Hama dan Penyakit
Kesalahan Manusia
Faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi produksi.
Pengaruh faktor-faktor produksi terhadap
risiko produksi
Adanya Fluktuasi Produktivitas
34
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada peternak plasma ayam broiler di Dramaga
Unggas Farm, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan Kota Bogor
khususnya di daerah Darmaga sebagai tempat penelitian dilakukan dengan sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa Jawa Barat merupakan salah satu sentral
produksi ayam broiler khususnya Dramaga merupakan salah satu penyumbang
prduksi ayam broiler.
Pemilihan CV Dramga Unggas Farm dilakukan dengan dengan cara
purposive sampling, dengan alasan bahwa DUF merupkan perusahaan yang baru
dibogor namun sudah memiliki banyak plasma yang tersebar luas dikota bogor.
Sedangkan pemilihan peternakan dilakukan dengan cara judgment sampling yaitu
berdasarkan pertimbangan inti plasma dengan melihat panen pada periode terakhir
yaitu bulan Mei dan Juni 2011 serta peternak yang representatif sebanyak 30
responden. Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan yaitu pada 10 Mei
– 28 Juni 2011.
4.2. Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara
kepada pihak perusahaan, seperti kepada pemilik perusahaan, karyawan, serta
pihak-pihak yang terkait dalam usaha peternakan ayam broiler tersebut. Data dan
informasi yang berasal dari perusahaan digunakan untuk mengetahui keadaan
umum dari perusahaan tersebut serta dapat mengetahui risiko yang terjadi
diperusahaan tersebut serta penanganan-penanganan yang telah dilakukan untuk
mengurangi risiko yang terjadi. Sedangkan informasi dan data dari pesaing untuk
melihat altrnatif lain guna membandingkan cara penanganan risiko yang lebih
efektif.
Data sekunder diperoleh dari luar perusahaan seperti Badan Pusat
Statistika (BPS), Departemen Peternakan, perpustakaan LSI IPB, internet dan
literatur lainnya yang relevan. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif
dan kualitatif. Data kuantitatif berupa berasal dari adanya fluktuatif harga input,
35
harga output, pendapatan peternak dan lain sebagainya. Sedangkan data yang
kaulitatif berasal dari penanganan-penanganan yang dilakukan dalam
meminimalkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data panel atau
(cross section dan timeserie) seperti data produksi harian yang terkait dengan
tingkat kematian ayam, penggunaan luas kandang, jumlah penggunaan pakan,
obat-obatan, DOC, jam kerja pegawai, penggunaan air, pemanas, serta data
keuangan mulai dari pembelian sarana produksi ayam broiler sampai pada
penjualan output hidup. Data yang digunakan adalah periode terakhir yaitu
terhitung pada awal mau produksi atau turun DOC pada bulan Maret, April dan
Mei dan pada panen di bulan April, Mei dan Juni 2011.
Data primer diproleh dari peternak ayam broiler melalui observasi
langsung, wawancara dan diskusi dengan dengan peternak ayam broiler tersebut.
Observasi dilakukan dengan pencatatan langsung oleh peneliti semua kejadian
tentang produksi dan pengendalian risikonya. Wawancara dan diskusi dilakukan
dengan cara tanya jawab kepada peternak ayam tersebut.
4.4. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui gambaran
umum tentang peternak ayam broiler serta manajemen risiko yang digunakan oleh
peternak tersebut. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis
fakto-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi risiko produksi pada ayam
broiler dan melihat seberapa besar tingkat risiko yang ditimbulkan dari faktor-
faktor produksi tersebut, dalam pengolahan data tersebut menggunakan bantuan
alat aplikasi Microsoft Excel, Minitab versi 14 serta Eviews 6.
4.4.1. Analisis Risiko Produksi Just dan Pope
Analisis risiko produksi yang dikemukakan oleh Just dan Pope adalah
mengembangkan model umum untuk penanganan risiko produksi ekonometri dan
digunakan untuk menganalisis faktor produksi namun tidak mengabaikan tingkat
risiko yang kemungkinan akan terjadi pada produksi tersebut yang dapat
36
menyebabkan kesalahan dalam perhitungan. Sehingga dalam model Just dan Pope
memasukkan unsur error agar unsur risiko dapat diperhitungkan dalam analisis
produksi. Sehingga tingkat kesalahan dalam perhitungannya menjadi kecil.
Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Just dan Pope adalah untuk membangun
fungsi produksi sebagai jumlah dari dua komponen, satu berkaitan dengan tingkat
output, dan satu yang berkaitan dengan variabilitas output. Sehingaa dalam
penggunaan model Just dan Pope adalah fungsi produksi rata-rata (means
production function) dan fungsi variance (variance production function), yang
masing-masing fungsi tersebut dipengaruhi oleh penggunaan variabel-variabel
produksi tersebut sehingga fungsi variance dan produksi diketahui.
Persamaan model fungsi risiko produksi Just dan Pope secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = f(X,β) + h(X,θ)є
Dimana :
Y = Jumlah produksi yang dihasilkan
f,h = Mentransformasikan faktor-faktor produksi kedalam hasil produksi
X = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi
β,θ = Besaran/koefisien yang akan diduga
є = Unsur error
Pada fungsi produksi di atas merupakan terdiri dari dua gabungan fungsi,
yaitu fungsi produksi output (means production function) yang
mentransformasikan variabel-variabel input menjadi fungsi produksi dan satu lagi
adalah fungsi produksi yang telah ditambahkan unsur risikonya, yaitu dengan
memperhatikan unsur variance dari fungsi produksi tersebut. Untuk
menyelesaikan perhitungan fungsi produksi dan variance dari produksi tersebut
dalam bentuk fungsi Cobb Douglass.
Fungsi produksi Cobb-Douglas diperkenalkan oleh Cobb, C.W dan
Douglass, P.H (1982), yang dituliskan dan dijelaskan Cobb, C.W dan Douglass,
P.H dalam artikelnya “A Theory of Production”(2)
. Fungsi Cobb-Douglas adalah
suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana
variabel yang satu disebut dengan variabel dependen (yang dijelaskan/Y), dan
yang lain disebut variabel independent (yang menjelaskan/X). (Soekarwati,1993).
2 http://www.google.com//fungsi produksi serta penerapan rumus Cobb Douglas. (April
2011)
37
Dalam fungsi produksi, maka fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi
produksi yang ingin memperlihatkan pengaruh input yang digunakan dengan
output yang diinginkan. Pentingnya pendugaan menggunakan EKONOMETRIKA
(Ekonomi, Matematika, Statistika). Dalam dunia ekonomi, pendekatan Cobb-
Douglass merupakan bentuk fungsional dari fungsi produksi secara luas
digunakan untuk mewakili hubungan output untuk input. Sehingga model fungsi
produksi Just dan Pope secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Fungsi Produksi Y = f (X)..............(1)
Ln Y = Lnβ0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 + β4LnX4 + β5LnX5 + β6LnX 6 + є
Variance Produksi ζ2 = f (X).............(2)
Ln ζ2 Y = LnX0 + θ1LnX1 + θ2LnX2 + θ3LnX3 + θ4LnX4 + θ5LnX5 + θ6LnX 6 + є
Dimana :
Y = Produktivitas ayam broiler (kg/m2)
X1 = Jumlah DOC (ekor/m2)
X2 = Pakan (Kg/m2)
X3 = Protek Enro (Kg/m2)
X4 = Neocamp (Liter/m2)
X5 = Doxerin Plus (Kg/m2)
X6 = Vaksin (Kg/m2)
X7 = Pemanas (Kg/m2)
X8 = Tenaga Kerja (HOK)
β = Mean intercept
θ = Variance intercept
β1, β2, β3,... β8 = Koefisien parameter dugaan X 1, X2, X 3,...X 8
θ1, θ2, θ3,.... θ8 = Koefisien parameter dugaan X1, X2, X3,.....X8
є = Unsur error
faktor-faktor produksi yang digunakan diatas diperoleh dari penelitan
terdahulu yang memasukan DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus,
tenaga kerja, vaksin dan pemanas menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi. Jika koefisien-koefisien dari parameter dugaan dari fungsi produksi dan
varian lebih besar dari nol artinya semakin banyak input yang digunakan untuk
proses produksi maka rata-rata hasil dan varian produksi broiler akan semakin
meningkat. Dan jika terdapat coefisien variance bertanda negatif maka input
tersebut adalah faktor produksi yang mengurangi risiko dan jika koefisien
variasinya bertanda positif maka input tersebut adalah sebagai faktor produksi
yang menimbulkan risiko.
38
Perhitungan Cobb-Douglass merupakan metode yang banyak dipakai oleh
peneliti dalam menilai risiko produksi. Alasan mengapa menggunakan Cobb-
Douglass dikarenakan metode tersebut memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass bersifat sederhana dan mudah
penerapannya.
2. Fungsi produksi Cobb-Douglass mampu menggambarkan keadaan skala hasil
(return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.
3. Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglass secara langsung
menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan dan
dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglass itu.
4. Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks
efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi
penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang
dikaji.
Dari kelebihan tersebut maka alasan peneliti menggunakan metode
tersebut adalah penyelesaian fungsi Cobb-Douglass relatif lebih mudah
dibandingkan dengan fungsi produksi, hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-
Douglass akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan
elstisitas, besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran
Return to Scale.
4.4.2. Model ARCH-GARCH
Permodelan data deret waktu umumnya dilakukan dengan menggunakan
asumsi ragam sisaan yang konstan (homoskedastisitas), namun kenyataannya
banyak deret waktu yang mempunyai ragam sisaan yang tidak konstan
(heteroskedistisitas), khususnya untuk data deret waktu dibidang ekonomi. Oleh
karena itu pemodelan analisis deret waktu biasa dengan asumsi homoskedastisitas
tidak dapat digunakan. Model ARCH (Autoregressive Conditional
Heteroscedostisitas) merupakan model yang memperhitungkan adanya
heteroskedistisitas dalam analisis deret waktu. Volatilitas berdasarkan model
GARCH (p,q) mengasumsikan bahwa varian data fluktuasi dipengaruhi oleh
sejumlah p data fluktuasi dan q data volatiliti sebelumnya.
39
Varian terdiri dari dua komponen yaitu varians yang konstan dan varians
yang tergantung dari besarnya volatilitas di periode sebelumnya. Jika volatilitas
pada periode sebelumnya besar (baik negatif atau positif), maka varians pada saat
ini akan besar pula. Sehingga model ARCH dapat dirumuskan sebagai berikut.
ht = ε + αε2
t + α1ε2
t-1 + α2ε2
t-2 + ………… + αmε2
t-m
dimana :
ht = variabel terikat pada periode t
ε = variabel yang konstans
ε2
t-m = Arch/volatilitas pada periode sebelumnya
α, α1, α2,… αm = koefisien orde m yang diestimasikan
Model GARCH dikembangkan dengan mengintegrasikan autoregresi dari
kuadrat residual lag kedua sehingga lag tak hingga ke dalam bentuk varian pada
lag pertama. Model ini dikembangkan sebagai generalisasi dari model volatilitas.
Secara sederhana volatilitas berdasarkan model GARCH (r,m) mengasumsikan
sebelumnya dan sejumlah r data volatilitas sebelumnya. Model ini seperti dalam
model autoregresi biasa (AR) dan pergerakan rata-rata (MA), yaitu untuk melihat
hubungan variabel acak dengan variabel acak sebelumnya. Varian terdiri dari tiga
komponen. Komponen pertama adalah varians yang konstan, volatilitas pada
periode sebelumnya dan varian pada periode sebelumnya. Sehingga model
GARCH dapat dirumuskan bentuk umum model GARCH (r,m)
ht = k + δ1ht-1 + δ2ht-2 +…. +δrht-r + α1ε2
t-1 + α2ε2
t-2 + ………… + αmε2
t-m
dimana :
ht = Variabel respon pada waktu t
K = Varians yang konstan
ε2
t-m = Arch/volatilitas pada periode sebelumnya
α, α1, α2,… αm = Koefisien orde m yang diestimasikan
δ, δ1, δ2,….. δr = Koefisien orde r yang diestimasikan
ht-r = Suku Garch
Model ARCH-GARCH dipilih menjadi alat analisis dalam penelitian ini
dengan pertimbangan bahwa model tersebut merupakan model yang dapat
menjawab sekaligus permasalah yang diteliti oleh penulis, model tersebut mampu
menjawab selain fungsi produksi rata-rata dan fungsi variance produksi.
Permasalahan tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan GARCH (1,1).
Pemilihan GARCH (1,1) dilakukan dengan pertimbangan bahwa model tersebut
40
adalah model yang sederhana yang banyak digunakan oleh penelitian terdahulu
untuk menghitung suatu variance produksi.
4.5. Pengujian Hipotesis
1) Pengujian asumsi OLS (Ordinary Least Square)
Metode pendugaan model dilakukan dengan metode OLS. Akan tetapi
sebelumnya harus diuji terlebih dahulu asumsi-asumsi yang sesuai dengan OLS
yaitu multikolinieritas. Multikolinier variabel independent adalah kondisi dimana
terdapat hubungan linier diantara variabel independent. Ada beragam penyebab
multikolinier, diantaranya disebabkan adanya kecendrungan variabel-variabel
yang bergerak secara bersamaan. Adanya multikolinier menyebabkan ragam
variabel menjadi sangat besar, sehingga koefisien regresi dugaan tidak stabil dan
berimplikasi pada besar dan arah koefisien variabel menjadi tidak valid untuk
diinterpretasi. Adanya multikolinier dapat dilihat pada nilah Variance Inflation
Factor (VIF) >10. Jika terjadi masalah multikolinier maka harus diperbaiki
terlebih dahulu dengan menambah observasi, mengeluarkan variabel independent
yang berkolerasi kuat.
2) Pengujian Parameter Model (Uji F)
Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat apakan variabel bebas yang
digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata pada variabel tak bebas
(independent). Uji statistik yang digunakan adalah uji F.
𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑅2(𝑘 − 1)
1 − 𝑅2 (𝑛 − 𝑘)
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah sampel
Kriteria uji
F-hitung > F-tabel (k-1, n-k), maka tolak H0
F-hitung < F-tabel (k-1, n-k), maka terima H0
Jika tidak menggunakan tabel maka dapat dilihat nilai P dengan kriteria uji
sebagai berikut :
41
P-value < α , maka tolak H0
P-value > α, maka terima H0
Apabila F-hitung > F-tabel atau P-value < α maka secara bersama-sama
variabel bebas dalam proses produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
produksi. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel atau P-value > α maka secara
bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi tidak berpengaruh secara
nyata terhadap produksi.
3) Pengujian Parameter Variabel (Uji t)
Hipotesis Statistik merupakan pernyataan atau dugaan mengenai satu atau
lebih populasi. Pengujian hipotesis berhubungan dengan penerimaan atau
penolakan suatu hipotesis. Penerimaan suatu hipotesis terjadi karena tidak cukup
bukti untuk menolak hipotesis tersebut dan bukan karena hipotesisnya itu benar
dan penolakan suatu hipotesis terjadi karena tidak cukup bukti untuk menerima
hipotesis tersebut dan bukan karena hipotesis itu salah. Tujuan dari pengujian ini
adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel
bebas (X) yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap variabel bebas (Y).
Uji statistika yang digunakan adalah uji t dan taraf nyata yang digunakan adalah
20 persen.
Rumusan Hipotesis fungsi produksi dan varian
H0 : βi, θi < 0, artinya variabel bebas merupakan penjelas yang mengurangi
produksi dan mengurangi risiko produksi terhadap variabel
terikat
H1 : βi, θi > 0, artinya variabel bebas penjelas yang meningkatkan produksi
dan menimbulkan risiko produksi terhadap variabel terikat
Uji t
𝑡 − ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝛽𝑖
𝑆𝛽𝑖
Dimana :
βi = Koefisien regresi ke-i yang diduga
S βi = Standar deviasi dari βi
𝑡 − ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = ƞθ𝑖
𝑆ƞ𝑖
42
Dimana :
θi = Koefisien regresi ke-i yang diduga
Sθi = Standar deviasi dari θi
Daerah Kritis
Ho diterima apabila –t (α / 2; n – k) ≤ t hitung ≤ t (α / 2; n – k), artinya
tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Ho ditolak apabila t hitung > t (α / 2; n– k) atau –t hitung < -t (α / 2; n –
k), artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Dimana :
n = Jumlah sampel
k = Jumlah variabel
sumber : Walpole, 1992
4.6. Hipotesis
Dalam penelitian dilakukan terlebih dahulu hipotesis atau kesimpulan
sementara tentang fungsi produksi rata-rata dan produksi varian terhadap faktor-
faktor produksi yang digunakan adalah semua faktor produksi berpengaruh positif
terhadap produksi ayam broiler dan variannya. Adapun hipotesis tersebut adalah
sebagai berikut :
1. β 1, θ1 > 0 artinya jika DOC ditambah satu satuan maka produktivitas dan
varian ayam broiler juga akan semakin meningkat satu satuan.
2. β2, θ2> 0 artinya jika Pakan ditambahkan satu satuan pada ayam broiler maka
akan meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam satu satuan.
3. β3, θ3 > 0 artinya jika Protect Enro ditambah satu satuan pada produksi ayam
broiler maka hasil produktivitas dan variannya juga akan meningkat satu
satuan.
4. β4, θ4 > 0 artinya jika Neocamp ditambahkan satu satuan maka akan
meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam broiler satu satuan.
43
5. β5, θ5 > 0 artinya jika Doxerin Plus ditambahkan satu satuan maka akan
meningkatkan produktivitas dan varian dari produksi ayam broiler satu
satuan.
6. β6, θ6 > 0 artinya jika vaksin ditambahkan satu satuan maka akan
meningkatkan produktivitas dan varian ayam broiler satu satuan.
7. β8, θ8 > 0 artinya jika pemanas ditambahkan satu satuan maka akan
meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam broiler satu satuan.
8. β8, θ8 > 0 artinya jika tenaga kerja ditambahkan satu satuan maka akan
meningkatkan produktivitas dan varian dari ayam broiler satu satuan.
44
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Kondisi Geografi
Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat dengan luas wilayah
2.437.636 Ha. Sebagian besar tanah yaitu 972 Ha digunakan untuk sawah, 1.145
Ha lahan kering (pemukiman, pekarangan, kebun), 49,79 Ha lahan basah (rawa,
danau, tambak, situ), 20,30 Ha lapangan olahraga dan pemakaman umum.
Kecamatan Dramaga mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kecamatan
Rancabungur, sebelah selatan dengan Kecamatan Tamansari/Ciomas, sebelah
barat dengan Kecamatan Ciampea dan sebelah timur dengan Kecamatan Bogor
Barat. Curah hujan di Kecamatan Dramaga 1.000 – 1.500 mm/tahun, dengan
ketinggian 500 m dari permukaan laut. Jarak Kecamatan Dramaga dari ibukota
Kabupaten Bogor adalah 12 km, dari ibukota Propinsi Jawa Barat 180 km, dan
dari ibukota negara Indonesia 60 km. Kecamatan Dramaga terdiri dari 10 desa, 24
dusun, 72 RW, 309 RT, dan 20.371 KK (Kepala Keluarga).
5.2. Kondisi Demografi
Kondisi demografi yang ada di Kabupaten Dramaga sangat beraneka
ragam. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah penduduk Dramaga yang menyebar
diberbagai desa. Serta memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang tergolong
cepat dari setiap umurnya. Selain jumlah penduduk, jenis pekerjaan juga beraneka
ragam mulai dari yang formal sampai non formal. Namun pada umumnya kondisi
penduduk Dramaga banyak terdapat di desa sehingga mempengaruhi tingkat
pendidikan yang tidak terlalu tinggi.
Jumlah penduduk Kecamatan Dramaga pada tahun 2009 adalah 84.609
jiwa yang terdiri dari 20.371 KK. Pendistribusian jumlah penduduk Dramaga
berdasarkan kelompok umurnya dapat dilihat pada Tabel 7.
45
Tabel 7. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Kelompok Umur Pada
Tahun 2009
No. Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
1 0 – 4 8.294 9,80
2 5 – 9 8.770 10,37
3 10 – 14 8.146 9,63
4 15 – 19 8.128 9,61
5 20 – 24 8.579 10,14
6 25 – 29 8.047 9,51
7 30 – 34 6.978 8,25
8 35 – 39 6.559 7,75
9 40 – 44 5.850 6,91
10 45 – 49 4.756 5,62
11 50 – 54 3.858 4,56
12 55 – 59 2.855 3,37
13 ≥ 60 3.789 4,48
Jumlah 84.609 100
Sumber : Dinas Kecamatan Dramaga, 2010
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa pendistribusian jumlah penduduk
Darmaga paling banyak pada umur balita (5-9 tahun) sebesar 10,37 persen dan
dewasa (20-24 tahun) sebesar 10,14 persen. Pendistribusian jumlah penduduk ini
semakin tua maka jumlah penduduknya semakin menurun. Hal tersebut
dikarenakan pada saat usia lanjut masyakarat tidak terlalu memperhatikan kondisi
kesehatan dengan terus bekerja mencari nafkah, hal tersebut menjadikan tingkat
hidup saat usia lanjut menjadi kecil. Selain itu juga, dapat dilihat kelompok usia
produktif yaitu usia 15-50 tahun sebesar 57,79 persen atau sebesar 48.896 jiwa.
Sedangkan kelompok usia yang tidak produktif (kelompok umur 0-15 tahun dan
umur diatas 50 tahun) sebesar 42,21 persen atau berjumlah 35.713 jiwa. Data
tersebut memperlihatkan bahwa jumlah usia produktif lebih besar dibandingkan
jumlah usia yang tidak produktif, sehingga dapat disimpulkan bahwa banyaknya
tenaga kerja potensial yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan usaha.
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Dramaga cukup beragam yaitu
sektor pertanian, perdagangan, buruh, ABRI/TNI dan pegawai negeri yang
disajikan pada Tabel 8.
46
Tabel 8. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pada Tahun
2009
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 PNS 1.056 4,68
2 TNI/ Polri 57 0,25
3 Pegawai/ karyawan 4.031 17,87
4 Dagang/ Wiraswasta 4.865 21,57
5 Petani & Peternak 1.309 5,80
6 Jasa / Buruh 10.604 47,01
7 Lainnya 634 2,81
Jumlah 22.556 100
Sumber : Dinas Kecamatan Dramaga, 2010
Tabel 8 menunjukkan bahwa penduduk Dramaga memiliki aneka jenis
pekerjaan. Pekerjaan yang paling banyak dilakukan adalah dagang/wiraswasta
sebesar 21,57 persen dan jasa/buruh sebesar 47,01 persen. Sedangkan TNI/Polri,
PNS, dan Peternak adalah pekerjaan yang sedikit ditekuni oleh penduduk yang
ada di daerah Dramaga.
Tabel 9. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada
Tahun 2009
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Tidak tamat SD 35.513 41,97
2 Tamat SD 26.973 31,88
3 Tamat SMP 10.889 12,87
4 Tamat SMA 8.791 10,39
5 D1 – D3 959 1,13
6 S1 – S3 1.484 1,75
Jumlah 84.609 100
Sumber : Dinas Kecamatan Dramaga, 2010
Pendidikan seharusnya wajib dilakukan oleh setiap penduduk, hal tersebut
akan mencerminkan kondisi suatu wilayah. Jika wilayah tersebut memilki
pendidikan yang merata maka akan meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di
Kecamatan Darmaga masih rendah dimana 41,97% tidak tamat SD, 31,88 %
tamat SD. Penduduk yang berpendidikan diploma maupun sarjana masih sangat
sedikit.
47
5.3 Karakteristik Responden
5.3.1. Umur Responden
Umur seseorang merupakan karakteristik individu yang dapat
mempengaruhi biologis dan psikologis individu dalam melakukan usaha budidaya
ayam broiler. Baik itu dalam pengambilan suatu keputusan maupun dalam
pengalaman dalam menjalankan usaha ayam broiler. Umur peternak ayam broiler
yang dijadikan sebagai responden beraneka ragam ada yang muda sampai yang
telah usia lanjut.
Usia responden pada ayam broiler ini relatif merata pada setiap rentangnya
kecuali pada rentang umur diatas 50 tahun. Pada rentang usia 30-39 tahun,
merupakan usia yang paling banyak menjadi respondennya dengan berjumlah
sembilan orang atau sebesar 30 persen. Sedangkan pada usia 20-29 tahun dan 40-
49 tahun memiliki jumlah responden yang sama yaitu sebesar tujuh orang atau
sebesar 23,33 persen. Pada usia lanjut yaitu diatas 50 tahun juga memiliki
persentase yang sama yaitu sebesar 23,33 persen atau sebanyak tujuh orang.
Kelompok usia yang produktif adalah pada usia 20-49 tahun sedangkan
kelompok usia yang kurang produktif adalah diatas 50 tahun. Jumlah responden
yang memiliki usia produktif adalah sebesar 76,66 persen atau sebanyak 23 orang.
Sedangkan jumlah responden yang memasuki usia kurang produktf adalah sebesar
23,33 persen atau sebanyak tujuh orang. Hal tersebut dapat dilihat bahwa
responden yang menjalankan usaha ayam broiler pada penelitian ini banyak
dilakukan oleh tenaga kerja yang masih produktif. Untuk mengetahui lebih jelas
tentang sebaran umur peternak ayam yang menjadi responden dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Responden Peternak Ayam Broiler Berdasarkan Umur di
Kecamatan Dramaga Tahun 2011
No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 20 – 29 7 23,33
2 30 – 39 9 30,00
3 40 – 49 7 23,33
4 50 – 59 4 13,33
5 >60 3 10,00
Jumlah 30 100,00
48
5.3.2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mencerminkan kualitas sumber daya manusia. Pada
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia terserbut. Hal tersebut dapat dilihat dari dalam pengambilan
keputusan yang strategis, pemecahan masalah yang dihadapi, serta mengetahui
pengetahuan terhadap usaha yang akan dijalankan. Dengan pendidikan yang
tinggi akan merubah pola pikir seseorang untuk menjadikan usahanya menjadi
lebih berkembang.
Pada penelitian ini memiliki respondennya memiliki tingkat pendidikan
dapat dikatakan tidak merata. Pendidikan respondennya dapat dikatakan masih
terlalu rendah hal ini dikarenakan masih banyak peternak yang hanya
mendapatkan pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD). Responden yang hanya
menikmati pendidikan SD sebanyak 14 orang atau sebesar 46,67 persen.
Responden tersebut memiliki bobot yang paling besar dibandingkan dengan
pendidikan lainnya seperti SMP hanya sebesar 33,33 persen atau sebanyak 10
orang, SMA sebanyak 16,67 persen atau sebesar lima orang dan selebihnya adalah
menjalani pendidikan S1. Untuk lebih jelasnya pemaparan tingkat pendidikan
pada responden ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Tingkat Pendidikan Responden pada Peternak Ayam Broiler di
Kecamatan Dramaga Tahun 2011
No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SD 14 46,67
2 SMP 10 33,33
3 SMA 5 16,67
4 S1 1 3,33
Jumlah 30 100,00
5.3.3. Pengalaman Pembudidaya Ayam Broiler
Lama pengalaman beternak ayam broiler dapat mempengaruhi keputusan-
keputusan yang akan diambil dalam menghadapi permasalahan dan ketahanan
dalam menghadapi permasalahan yang muncul dalam proses budidaya ayam. Pada
umumnya semakin lama beternak ayam maka akan lebih mengerti terhadap
masalah yang akan dialami seperti terjadinya hama dan penyakit. Penanganan saat
49
terjadi perubahan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau. Jika sudah
memiliki pengalaman yang lebih lama maka dalam menghadapi permasalahan
tersebut tidak sulit lagi. Untuk mengetahui sebaran responden berdasarkan
lamanya beternak ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Lamanya Peternak Beternak Ayam
Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011
No Lama Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 1-5 11 36,67
2 6 -10 13 43,33
3 11 -15 3 10,00
4 16 – 20 2 6,67
5 > 21 1 3,33
Jumlah 30 100,00
Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat peternak yang memiliki
pengalaman dalam beternak ayam broiler 6-10 tahun sebanyak 13 orang dan
pengalaman yang hanya 1-5 tahun sebanyak 11 orang, dan selebihnya peternak
yang diatas 10 tahun sebesar enam orang atau sebesar 19 persen. Lamanya
pengalaman peternak dibidang ayam broiler ini dikarenakan banyaknya peternak
memulai usaha ayam broiler ini dari anak kandang terlebih dahulu, setelah
memiliki pengetahuan sendiri dan mengetahui segala aspek teknis maka peternak
keluar dari anak kandang mendirikan usaha ayam broiler sendiri. Sedangkan yang
memiliki pengalaman usaha sedikit dikarenakan tergiur oleh pendapatan yang
tinggi jika berhasil menjalankan usaha ayam ini.
5.3.4. Luas Kandang dan Status Kepemilikan Lahan
Kandang merupakan alat yang digunakan sebagai tumbuh dan
berkembangnya ayam broiler sampai pada pemanenan. Kandang didirikan
tergantung luas lahan yang dimiliki oleh peternak ayam broiler. Pada umumnya
semakin luas lahan yang dimiliki maka kandang yang didirikan juga akan semakin
besar sehingga dapat menampung lebih banyak lagi DOC yang dikembangkan.
Kandang ayam pedaging ada dua tipe yaitu jenis panggung dan jenis portal atau
langsung lantai tanpa panggung. Responden yang menggunakan tipe kandang
50
portal pada penelitian ini sebanyak dua orang dan selebihnya peternak tersebut
menggunakan kandang panggung.
Kandang yang sehat jika kandang memiliki sirkulasi udara yang baik,
sehingga kondisi kandang tidak lembab. Jika kandang panggung maka kandang
tidak boleh terlalu dekat jaraknya terhadap tanah, hal tersebut dikarenakan agar
ayam tidak terlalu terkena uapan amoniaknya. Selain itu juga kandang harus steril
terhadap lingkungan hewan lain agar ayam broiler tidak terkontiminasi dengan
penyakit dari hewan lainnya.
Luas kandang responden penelitian sangat bervariasi berdasarkan skala
usaha masing-masing peternak. Biasanya luas kandang disesuaikan dengan
kemampuan dan kemauan peternak untuk berproduksi. Luas kandang yang paling
banyak dimiliki oleh responden pada rentang 200-399 m2 sebesar 36,67 persen
sebanyak 11 orang, sedangkan 400-599 meter persegi sebesar 30 persen atau
sebanyak sembilan orang. Sedangkan yang memiliki luas kandang lebih dari 800
meter persegi sebanyak tiga orang atau sebesar 10 persen. untuk lebih jelas
tentang pendistribusian responden berdasarkan luas kandang dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Kandang di Peternak Ayam
Broiler Kecamatan Dramaga Tahun 2011
No Luas Kandang
(Meter) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 0 – 199 4 13,33
2 200 – 399 11 36,67
3 400 – 599 9 30
4 600 – 799 3 10
5 > 800 3 10
Jumlah 30 100
Kepemilikan lahan dan kandang pada responden peternak ayam broiler di
Kecamatan Dramaga hanya terdiri dari dua kepemilikan yaitu kepemilikan pribadi
dan sewa kandang. Sewa kandang dilakukan karena peternak tidak memiliki lahan
yang strategis untuk mendirikan kandang dan tidak adanya lahan untuk
mendirikan kandang ayam sehingga alternatif yang dipilih adalah dengan
menyewa kandang dengan sistem per periode maupun penyewaan dalam satu
51
tahun. Sedangkan untuk kandang kepemilikan pribadi ada yang mendirikan
dengan usaha sendiri ada juga yang berasal dari keluarga atau usaha turun
menurun. Berikut adalah Tabel 14 tentang sebaran responden berdasarkan
kepemilikan lahan.
Tabel 14. Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Peternak
Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011
No Kepemilikan Lahan (M2)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 Pribadi 26 86,67
2 Sewa 4 13,33
Jumlah 30 100
5.3.5. Skala Usaha Ayam Broiler
Skala usaha pada umumnya berhubungan positif terhadap luas kandang
yang didirikan semakin besar luas kandang maka akan semakin besar pula skala
usaha ayam yang diproduksi. Skala usaha yang paling banyak dijalankan pada
responden peternak ayam broiler pada skala usaha 2.000-3.999 DOC sebesar
33,33 persen, skala 4.000-5.999 DOC sebesar 30 persen, dan pada skala usaha
diatas 8.000 DOC sebesar 20 persen. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Skala Usaha Pada Responden Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga
Tahun 2011
10,00
33,33 30,00
6,67
20,00
0,005,00
10,0015,0020,0025,0030,0035,00
0 - 1999 2000 -3999
4000 -5999
6000 -7999
> 8000
Per
sen
tase
(%)
Skala Usaha Ayam (Ekor)
52
5.4. Proses Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga
5.4.1. Pra Produksi
Tahapan pra produksi perlu dilakukan perlu dilakukan oleh setiap peternak
ayam broiler. Kegiatan yang dilakukan pra produksi adalah persiapan kandang
dan persiapan peralatan. Persiapan kandang sangat perlu dilakukan dalam
menjaga kondisi kandang tetap steril dari hama dan penyakit. Peternak ayam
broiler tersebut memberikan perlakuan yang hampir sama terhadap persiapan
kandang. Kandang sebelum digunakan untuk proses produksi maka perlu
diperhatikan kelayakannya apakah ada yang perlu direnovasi atau tidak.
Pengecekan ini dilakukan agar kandang pada saat digunakan tidak mengganggu
kegiatan produksi seperti kandang kemasukan air hujan, penyangganya rusak, dan
lainnya. Setelah kondisi kandang diperbaiki maka dilakukan penyeterilan kandang
dengan menggunakan desinfektan untuk menekan atau memutus siklus bibit
penyakit. Obat yang digunakan untuk memutus siklus penyakit adalah dengan
menyemprotkan formalin keseluruh kandang hingga merata kemudian setelah
memberikan formalin ditambahkan obat septocid untuk memutuskan bakteri,
jamur dan virus seperti penyakit coli, crd, coryza, aspergilosis, salmonela, dan
kuman penyakit lainya.
Persiapan peralatan juga perlu dilakukan agar tidak ada bibit penyakit,
bakteri, dan virus yang tertinggal di peralatan tersebut. Penyeterilan peralatan
yang dilakukan pada tempat makan dan minum ayam. Selanjutnya
mempersiapkan dinding pembatas, hal tersebut dilakukan agar anak ayam dapat
terkontrol dalam hal mencapatkan ransum dan air, selain itu juga mencengah
terbuangnya energi yang digunakan ayam untuk berlari-lari dan dinding pembatas
berguna sebagai penghantar panas bagi anak ayam sehingga anak ayam
mendapatkan suhu yang optimal pada malam hari. Persiapan kandang selanjutnya
adalah menyiapkan tirai kandang pada kandang sistem terbuka yang ditutup rapat
pada umur seminggu dan setelah umur dua minggu tirai dibuka sepertiga bagian
atau berdasarkan kondisi iklim serta kebutuhan dari ayam broiler tersebut. Setelah
semua diselesaikan maka kandang diistirahatkan selama 14 hari terhitung mulai
dari kandang diberikan desinfektan.
53
5.4.2. Produksi Ayam Broiler
Manajemen pemeliharaan mencakup pemeriksaan kuantitas dan kualitas
DOC dan proses pemeliharaannya, pemberian sekam, pemberian pakan dan air
minum, pemberian pemanas, proses vaksinasi, pengobatan dan vitamin,
pengawasan tingkat mortalitas, kontrol kandang, dan masa panen.
1. DOC (Day Old Chick)
Pada hari pertama kedatangan DOC peternak memeriksa kembali kondisi
kuantitas dan kualitasnya apakah sesuai dengan pesanan atau tidak. Perusahaan
yang menjadi supplier DOC adalah PT Malindo Feedmilk, PT Asia Afrika, PT
KMS, PT Wonokoyo Jaya, PT Multi Breeder Adirama, dan PT Peternakan Ayam
Manggis. Penentuan perusahaan yang menjadi supplier adalah tergantung
kesukaan peternak. Kualitas DOC berpengaruh terhadap produktivitas ayam.
Jumlah DOC yang dibutuhkan oleh peternak tergantung dengan luas kandang
masing-masing sehingga jumlahnya beraneka ragam. Jumlah DOC berpengaruh
terhadap jumlah produksi. Semakin banyak jumlah produksi pada umumnya akan
meningkatkan jumlah produksi ayam broiler. Produksi yang menjadi kajian
penelitian adalah DOC masuk pada bulan Februari, Maret, dan April dan Mei.
Range DOC yang digunakan para peternak ayam yang menjadi responden adalah
1.500 – 9.000 DOC.
2. Pemberian Sekam
Pemberian sekam ini dilakukan pada saat DOC sehari dua hari atau lebih
sebelum masuk kandang. Pemberian sekam dilakukan dengan tujuan agar DOC
lebih terjaga suhu badannya pada saat malam hari. Selain itu, juga agar menjaga
kaki DOC tidak masuk kekolong kandang yang dapat membuat kaki DOC
menjadi cacat. Kondisi sekam juga harus tetap dijaga kebersihannya, sekam yang
digunakan tidak boleh sampai basah, jika sekam terlihat basah maka diperlukan
penambalan dengan sekam yang kering. Hal itu menjaga agar kandang tetap
kering dan tidak lembab. Ketinggian sekam yang digunakan berkisar 5-10 cm dari
lantai dan kebutuhannya disesuaikan dengan luas kandang biasanya
perbandingannya 30 karung dapat digunakan 1.000 DOC. Kebutuhan sekam ini
tidak selamanya dipakai, namun sampai umur DOC 15-20 hari.
54
3. Pakan dan Minum
Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari, namun
pada prakteknya pakan dan minum harus selalu dikontrol setiap jamnya. Hal
tersebut dilakukan agar tidak ada tempat pakan dan minum yang kosong yang
dapat mengakibatkan ayam menjadi tidak makan dan tidak minum. Pemberian
pakan dan minum sangat penting dilakukan. Karena hal tersebut mempengaruhi
tingkat pertumbuhan ayam. Pakan yang digunakan ada tiga tahapan, yaitu pada
masih kecil digunakan pakan starter yaitu 510, growing menggunakan pakan 511,
dan pada saat finishing menggunakan pakan 512. Perusahaan yang menyupplai
pakan adalah PT Multi Breeder Adirama dan PT Charoen Phokphand.
4. Pemanas
Pemanas digunakan ketika DOC masuk kekandang, tujuan dari pemanas
agar kondisi tubuhnya tetap terjaga pada malam hari. Peternak menggunakan
pemanas yang berasal dari tabung gas, batu bara, kayu bakar dan tong sebagai
tempat pembakarannya. Sedangkan yang menggunakan gas alat pemanasnya
menggunakan blower. Pemanas dengan menggunakan kayu bakar sangat banyak
digunakan, dikarenakan kayu bakar lebih murah dibandingkan dengan gas, selain
itu juga kayu bakar lebih bagus dibandingkan dengan gas. Untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku pemanasnya, peternak mencari pasokan kayu, batu bara,
dan gas yang dianggap lebih terjangkau.
5. Proses Vaksinasi, Pengobatan, dan Vitamin
Vaksin digunakan sebagai alat yang digunakan sebagai anti/kekebalan
tubuh agar tidak mudah terserang penyakit baik itu dari virus maupun bakteri.
Tipe vaksin yang digunakan berupa vaksin virus hidup. Program vaksin yang
diterapkan pada peternak antara lain pada selama seminggu pertama setelah DOC
masuk kandang. Vaksin yang digunakan adalah gumboro 1000 DS, ND IB 1000
DS, dan ND Lasota. Vaksin tersebut diberikan dengan sistem pencampuran
dengan air minum, tetes mata, dan suntikan.
Pemberian vitamin dilakukan pada tiga hari pertama agar ayam tidak stres
karena perjalanan dan diberikan sesudah ayam divaksin agar tidak stress pasca
vaksin. Vitamin yang digunakan oleh para peternak ayam tersebut adalah Bloom
Grow dan Masabro. Bloom grow digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan,
55
mengatasi stress. Sedangkan masabro digunakan mencegah penyakit karena
kekurangan vitamin, meningkatkan pertumbuhan, menambah nafsu makan.
Penyakit yang sering muncul yaitu penyakit Colibasillus, Coccidiosis, Cronic
Respiratory Disease, Newcastle Disease, Runting Stunting Disease (kerdil) baik
bersifat individu maupun global. Jenis obat yang digunakan oleh para peternak
adalah Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, Colimas dan sebagainya.
Penggunaan obat tersebut tergantung dengan kebutuhan, dilakukan hanya pada
saat terserang penyakit agar penyakit yang dihadapi tidak menjadi lebih akut.
6. Pengawasan Tingkat Mortalitas
Tingkat kematian yang terjadi pada responden peternak ayam sangat
bervariasi setiap perioden maupun setiap peternak. Perbedaan tingkat kematian
yang terjadi pada setiap peternak berbeda beda, dan penanganan yang berbeda
juga, sehingga jika penanganan yang tidak tepat akan meningkatkan kematian
yang tinggi. Tingkat kematian yang wajar adalah sebesar 5-6 persen. Jika
kematian sudah melewati standar tersebut maka perlu dilakukan penanganan yang
lebih fokus. Tingkat kematian yang dialami ada yang berdasarkan kelalaian
pekerja dalam menjaga kondisi baik itu minum dan pakan atau adanya
tercampurnya antara ayam yang berpenyakit dengan tidak, ayam ada yang terjepit,
dan lain sebagainya.
7. Kontrol Kandang
Kontrol kandang dilakukan oleh anak kandang dan kepala kandang pada
setiap harinya. Sehingga dapat dilihat bagaimana tingkat perkembangan ayam
tersebut dan dapat membuat keputusan yang menguntungkan. Kontrol dilakukan
seperti melihat apakah tempat pakan dan minum masih terisi atau tidak.
Mengontrol kondisi kesehatan ayam, dengan memisahkan anak ayam yang
terkena penyakit ke tempat lain. Tindakan tersebut dilakukan agar penyakit tidak
berpindah/tertular pada ayam yang lainnya. Selain itu juga memisahkan antara
ayam yang kerdil ke tempat lain agar tidak menambah biaya pakan.
56
8. Panen
Panen dilakukan pada saat bobot ayam sudah dapat dianggap cukup untuk
dipanen. Keputusan panen terletak pada masing-masing peternak, jika peternak
melihat tidak ada lagi perkembangan bobot ayam maka panen dipercepat. Hal
tersebut dilakukan agar mengurangi penggunaan pakan. Umur ayam yang siap
untuk dipanen berkisar dari 28-33 hari. Pada saat panen dilakukan peternak
melibatkan warga setempat untuk membantu dalam proses pemanenan. Ayam
yang siap untuk dipanen ditangkap atau dijual kepada broker atau pedagang
pengumpul dengan harga sesuai dengan perjanjian.
57
VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI
RISIKO PRODUKSI
6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi
Pada penelitian ini dilakukan pada peternak ayam broiler yang bekerja
sama dengan pihak perusahaan dalam proses produksi sampai pada proses panen.
Peternak tersebut tersebar di beberapa wilayah yang ada di Kabupaten Bogor.
Walaupun peternak menjalin kerja sama namun pada kenyataannya usaha yang
dijalankan oleh peternak ayam tetap mengalami risiko produksi. Adanya risiko
produksi ini dapat dilihat pada adanya fluktuasi produktivitas pada setiap peternak
berbeda-beda satu sama lainnya. Risiko produksi ayam broiler pada penelitian ini
dihitung dengan menggunakan model ARCH-GARCH. Variabel yang digunakan
dalam analisis ARCH-GARCH yaitu jumlah DOC, pakan, Protect Enro,
Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga kerja.
Sebelum dianalisis dengan metode ARCH-GARCH terlebih dahulu
dilakukan analisis regresi. Analisis regresi dilakukan dengan tujuan agar model
yang dihasilkan tidak melanggar persyaratan seperti variabel independent terdapat
multikolinieritas. Uji multikolinearitas terlebih dahulu dilakukan agar variabel
yang digunakan tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya. Untuk melihat
multikolinear ini dilihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10. Jika
terjadi pelanggaran multikolinear maka dilakukan penggabungan atau
penghilangan variabel sampai tidak terdapat multikolinearitas. Setelah dilakukan
uji variabel maka dilakukan uji lainnya untuk melihat persamaan yang dihasilkan
mengandung heteroskedistisitas. Untuk melihat ada atau tidaknya
heteroskedistisitas dilakukan dengan menggunakan uji Heteroskedasticity Test:
Breusch-Pagan-Godfrey.
Hasil pengujian antar variabel menyatakan bahwa model yang digunakan
tidak terdapat multikolinieritas pada setiap variabel. Hal itu dapat dilhat bahwa
nilai VIF dari delapan variabel tidak ada yang lebih dari 10. Sehingga model
dikatakan baik dan boleh dilakukan analisis berikutnya yaitu melihat apakah
model terdapat heteroskedistisitas, jika terdapat unsur tersebut maka penelitian ini
dapat dilakukan dengan menggunakan model ARCH-GARCH. Untuk lebih jelas
lihat pada Tabel 15.
58
Tabel 15. Pengujian Mulitikolinieritas Terhadap Antar Variabel
Predictor Coefisien SE Coef T P VIF
Constant -2,721 0,152 -17,890 0,000
DOC (X1) -0,572 0,045 -12,580 0,000 5,4
Pakan (X2) 0,332 0,041 8,090 0,000 2,5
Protek Enro(X3) 0,002 0,013 0,150 0,880 1,7
Neocamp (X4) 0,014 0,013 1,100 0,279 1,6
Doxerin Plus (X5) -0,026 0,012 -2,160 0,036 1,7
Vaksin (X6) -0,025 0,027 -0,930 0,356 2,8
Pemanas (X7) 3,257 0,113 28,760 0,000 6,8
Tenaga Kerja (X8) -0,086 0,009 -8,740 0,000 1,2
Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa semua variabel tidak
mengandung multikolinier, hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari VIF. Semua
variabel memiliki nilai VIF kurang dari 10, sehingga model tersebut terlepas dari
multikolinearitas. Setelah variabel diketahui tidak mengandung multikolinier
maka dilakukan pengujian persamaan apakah terdapat heteroskedistisitas dengan
atau tidak. Untuk mengetahui tersebut menggunakan uji Heteroskedasticity Test:
Breusch-Pagan-Godfrey. Untuk melihat apakah terdapat heteroskedistisitas dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey.
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 5.220 Prob. F(8,51) 0.000
Obs*R-squared 27.012 Prob. Chi-Square(8) 0.000
Scaled explained SS 17.960 Prob. Chi-Square(8) 0.021
Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai probability dari Obs*R-squared
memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan taraf nyata lima persen. dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa residual diatas mengandung efek
ARCH-GARCH yang berarti juga bahwa residual mengandung heteroskedistisitas
dan model layak untuk dianalisis menggunakan metode ARCH-GARCH.
Penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Just and Pope dimana
model tersebut adalah melihat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap
produktivitas ayam broiler. Namun model ini juga tidak mengabaikan risiko yang
ditimbulkan dalam usaha ayam broiler yang dapat mempengaruhi risiko produksi
tersebut. Fungsi produksi dari model Just and Pope dilakukan dalam bentuk fungsi
logaritma natural Cobb-Douglass. Metode yang menunjukkan kedua-duanya
59
sekaligus adalah ARCH-GARCH. Model ARCH-GARCH (1,1) dapat
menjelaskan kedua persamaan produksi rata-rata dan variance yang dihadapi oleh
para peternak ayam broiler yang ada di Kabupaten Bogor. Hasil pendugaan model
GARCH terhadap persamaan fungsi produksi rata-rata dan variance produksi
pada komoditi ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produksi dan Variance Produksi
Ayam Broiler Pada Kabupaten Bogor Tahun 2011
Produksi Rata-Rata
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
Jumlah DOC (X1) -0.576 0.051 -11.292 0.000
Pakan (X2) 0.328 0.051 6.353 0.000
Protect Enro (X3) 0.001 0.018 0.094 0.924
Neocamp (X4) 0.014 0.017 0.861 0.388
Doxerin Plus (X5) -0.023 0.014 -1.619 0.105
Vaksin (X6) -0.029 0.037 -0.790 0.429
Pemanas (X7) 3.267 0.167 19.452 0.000
Tenaga KerjaX8 -0.089 0.012 -7.306 0.000
Konstanta -2.723 0.253 -10.743 0.000
Variance Equation
Konstanta 0.001 0.011 0.127 0.898
Error kuadrat (ε2
t-1) 0.059 0.304 0.195 0.844
Variance error (ζ2
t-1) 0.545 1.069 0.510 0.610
Jumlah DOC (X1) 0.000 0.002 0.123 0.901
Pakan (X2) -0.000 0.002 -0.062 0.950
Protect Enro (X3) 4.41E-05 0.000 0.052 0.958
Neocamp (X4) -3.53E-05 0.000 -0.040 0.968
Doxerin Plus (X5) -4.97E-05 0.000 -0.062 0.950
Vaksin (X6) -0.000 0.002 -0.059 0.952
Pemanas (X7) -0.000 0.008 -0.036 0.970
Tenaga KerjaX8 0.000 0.000 1.914 0.055
R-squared 0.991 Durbin-Watson stat 1.960
Adjusted R-squared 0.987
F-statistic 241.426
Prob(F-statistic) 0.000
Hasil Tabel 17 menunjukkan pendugaan persamaan produksi rata-rata dan
variance menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 99 persen.
Nilai koefisien determinasi (R2) tersebut memiliki arti bahwa sebesar 99 persen
dari keragaman atau variasi produksi dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh
model, sedangkan sisanya sebesar satu persen dijelaskan oleh komponen error
atau diluar model. Tingginya nilai koefisien determinasi tersebut dipengaruhi oleh
60
pola data yang diperoleh tidak beraturan. Pola data yang diperoleh dapat dilihat
pada Lampiran 5. Data tersebut memiliki tingkat variasi yang tinggi terhadap
setiap peternak, sehingga dapat menimbulkan nilai koefisien determinasi yang
tinggi. Hasil tersebut sudah dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor produksi dapat
mempengaruhi produktivitas dan mempengaruhi risiko produksi pada setiap
periodenya. Risiko produksi musim sebelumnya ditunjukkan oleh error kuadrat
(ε2
t-1) dan variance error (ζ2
t-1). Risiko produksi tertentu dipengaruhi oleh pada
produksi sebelumnya. Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa tingginya risiko produksi
pada periode sekarang dipengaruhi pada risiko produksi pada sebelumnya, hal
tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari error dan variance adalah positif dan di atas
taraf nyata lima persen.
Tabel 17 juga menjelaskan bahwa hasil pendugaan produksi rata-rata
terhadap produktivitas dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi yang
digunakan secara bersama-sama. Selain itu juga faktor-faktor tersebut secara
nyata dapat menjelaskan variance produksi ayam broiler. Hal tersebut dapat
dilihat bahwa nilai F-hitung lebih besar dibandingkan dengan F-tabel yaitu
sebesar 241,4 > 2,18 atau dapat juga dilihat dari nilai P-value < taraf nyata, P-
value = 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata lima persen. Untuk
melihat pendistribusian data dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson stat, nilai yang
dihasilkan adalah 1,96. Nilai tersebut dapat menjelaskan bahwa data tersebut
terdistribusi secara normal karena nilainya tidak mendekati nol.
6.1.1. Analisis Faktor-Faktor Pada Fungsi Produksi Rata-Rata
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah
jumlah DOC, pakan, obat-obatan seperti Protect Enro, Neocamp, dan Doxerin
Plus, vaksin, pemanas, serta pemakaian tenaga kerja. Pada hasil pendugaan
produksi rata-rata menyatakan bahwa faktor-faktor produksi tersebut secara
bersama-sama signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat
dilihat pada nilai probability yang kurang dari lima persen dan nilai F-hitung lebih
besar dibandingkan F-tabel. Berikut adalah Gambar 18 yang menjelaskan tentang
hasil pendugaan produksi rata-rata ayam broiler.
61
Tabel 18. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam
Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011
Produksi Rata-Rata
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
Jumlah DOC (X1) -0.576 0.051 -11.292 0.000
Pakan (X2) 0.328 0.051 6.353 0.000
Protect Enro (X3) 0.001 0.018 0.094 0.924
Neocamp (X4) 0.014 0.017 0.861 0.388
Doxerin Plus (X5) -0.023 0.014 -1.619 0.105
Vaksin (X6) -0.029 0.037 -0.790 0.429
Pemanas (X7) 3.267 0.167 19.452 0.000
Tenaga KerjaX8 -0.089 0.012 -7.306 0.000
Konstanta -2.723 0.253 -10.743 0.000
1. Jumlah DOC (X1)
Hasil pendugaan parameter pada fungsi persamaan produksi rata-rata
menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC memiliki taraf nyata dibawah satu
persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah DOC berpengaruh signifikan
terhadap hasil produktivitas ayam broiler. sedangkan jika dilihat dari nilai
koefisien parameter memiliki nilai negatif yaitu sebesar -0,576. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa jika DOC ditambahkan sebesar satu persen maka akan
menurunkan hasil produktivitas ayam broiler sebesar 0,576 persen (cateris
paribus). Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang
menyatakan bahwa penambahan satu persen jumlah DOC akan meningkatkan
produktivitas ayam broiler.
Variabel DOC memiliki nilai negatif karena para peternak ayam broiler di
lapangan pada umumnya memiliki perbandingan yang tidak sesuai antara luas
kandang dengan jumlah DOC. Pada kondisi normal seharusnya 1 m2 kandang di
isi dengan 8 ekor, sedangkan peternak ayam tersebut mengisi lebih dari kondisi
normalnya, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ayam broiler tersebut.
Adanya indikator ini dapat menghambat pertumbuhan ayam, terhambatnya
pertumbuhan ayam dapat dilihat pada tingginya tingkat FCR sehingga konversi
pakan dengan bobot ayam tidak sesuai, semakin kecil FCR maka produktivitas
ayam juga akan semakin tinggi. Untuk lebih jelas variasi penggunaan DOC
terhadap luas kandang yang ada dapat dilihat pada Lampiran 5. Selain
pertumbuhan terhambat juga akan mempengaruhi mempercepat penyebaran
62
penyakit karena tidak adanya ruang kosong bagi ayam untuk bergerak, sehingga
jika tidak diperhatikan oleh peternak maka akan menimbulkan kematian pada
ayam. Penyebab terhambatnya pertumbuhan ayam broiler juga salah satunya
adalah faktor kondisi kandang yang terkadang bocor atau kurang baik sehingga
jika ada perubahan cuaca akan mengganggu kondisi suhu ruangan yang akhirnya
berdampak pada penghambatan pertumbuhan ayam broiler. Berdasarkan kurva
produksi, penggunaan DOC berada pada daerah tiga. Hal tersebut ditunjukkan
bahwa jika dilakukan penambahan input DOC, maka akan menurunkan
produktivitas ayam broiler, sehingga tidak perlu melakukan penambahan
kapasitas.
2. Pakan (X2)
Variabel pakan memiliki nilai P-value sebesar 0,000. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa variabel pakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
produktivitas ayam. Hal ini sesuai dengan penelitian Merina yang menyatakan
bahwa pakan termasuk variabel yang memiliki pengaruh yang nyata terhadap
produktivitas. Pakan merupakan variabel penting dalam meningkatkan
produktivitas ayam broiler, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel pakan
memiliki nilai positif yaitu sebesar 0,3288. Arti dari nilai tersebut adalah jika
peternak memberikan tambahan pakan sebesar satu persen maka akan
meningkatkan produktivitas sebesar 0,3288 persen (cateris paribus).
Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan
bahwa dengan penambahan pakan satu persen maka akan meningkatkan
produktivitas ayam broiler tersebut. Berdasarkan kurva produksi, variabel pakan
berada pada daerah dua. Hal tersebut ditunjukkan bahwa jika dilakukan
penambahan variabel pakan maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler
tersebut. Dengan demikian perlu dilakukan penambahan jumlah pakan untuk
meningkatkan produktivitas ayam. Pemberian pakan agar tepat guna dilakukan
sesuai dengan umur DOC, yaitu pada saat DOC berumur 0-7 hari maka digunakan
pakan starter, usia 8-15 hari digunakan pakan dewasa, sedangkan pada umur 16-
panen diberikan pakan finisher. Hal itu dilakukan agar sesuai dengan komposisi
protein dan konsentrat dalam pakan sehingga pertumbuhan dapat berkembang
63
dengan maksimal. Penggunaan pakan setiap peternaksangat bervariasi hal tersebut
dapat dilihat pada Lampiran 5.
3. Protect Enro (X3)
Variabel Protect Enro adalah termasuk ke dalam jenis obat yang
digunakan dalam proses produksi berlangsung. Berdasarkan hasil pendugaan
parameter menyatakan bahwa Protect Enro ini tidak berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas, hal tersebut dapat dilihat dari nilai P-value sebesar 0,924.
Nilai ini diatas taraf nyata lima persen. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien
variabel menunjukkan bernilai positif yaitu sebesar 0,0017. Nilai tersebut
memiliki arti adalah jika dilakukan penambahan satu persen Protect Enro maka
akan meningkatkan produktivitas sebesar 0,0017 persen (cateris paribus).
Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan bahwa
koefisien lebih besar dari nol dan menyatakan bahwa penambahan satu persen
variabel Protect Enro akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar
koefisiennya.
Penambahan Protect Enro tidak akan meningkatkan produktivitas ayam
broiler tersebut, karenakan variabel ini bukan termasuk variabel yang signifikan
terhadap produktivitas. Protect Enro tidak berpengaruh signifikan dikarenakan
variabel tersebut adalah jenis obat yang digunakan sebagai pengendalian hama
dan penyakit, sehingga tidak terlalu mempengaruhi nilai dari produktivitas ayam
broiler. Jika ayam sudah terkena penyakit maka pertumbuhan ayam akan lambat
dibandingkan dengan ayam yang sehat sehingga Protect Enro ini tidak dapat
meningkatkan produktivitas, namun untuk mengobati ayam yang sudah terserang
penyakit. Penggunaan jenis obat ini sangat bervariasi, hal tersebut dapat dilihat
pada Lampiran 5.
Berdasarkan kurva produksi, variabel Protect Enro berada pada daearah
dua. Hal tersebut ditunjukkan pada nilai coefisien yang dapat dilihat pada Tabel
18 bernilai positif. Dengan demikian, jika dilakukan penambahan variabel Protect
Enro maka akan meningkatkan produktivitas, kenaikan ini disebabkan karena jika
kondisi ayam sehat maka akan meningkatkan pertumbuhan ayam tersebut, oleh
karena itu variabel ini masih berada pada daerah dua.
64
4. Neocamp (X4)
Variabel Neocamp juga merupakan salah satu variabel jenis obat yang
digunakan oleh peternak ayam broiler dalam menjalankan budidaya ayam broiler.
berdasarkan nilai P-value sebesar 0,3889. Variabel tersebut berada dibawah taraf
nyata 40 persen, sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas ayam broiler pada taraf nyata 20 persen. karena nilai P-Value lebih
besar dari pada taraf nyata maka variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas. Sedangkan nilai koefisien dari variabel tersebut sebesar
0,0149. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap ditambahkan satu persen
variabel Neocamp maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler sebesar
0,0149 persen (cateris paribus).
Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang menyatakan
bahwa koefisien variabel lebih besar dari nol dan jika variabel tersebut
ditambahkan satu persen maka akan meningkatkan produktivitas ayam broiler
sebesar koefisien tersebut. Variabel Neocamp juga tidak terlalu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler, karena fungsi dari
variabel tersebut adalah untuk mengendalikan hama dan penyakit sehingga ayam
broiler dapat terkendali pada saat terserang penyakit. Penggunaan dosis pada
variabel ini sangat bervariasi setiap peternaknya. Hal tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 5. Penggunaan yang tidak tepat dapat mengurangi dari fungsi jenis
variabel tersebut. Oleh karena itu variabel ini tidak tersebut signifikan.
Berdasarkan kurva produksi, variabel Neocamp berada ada daerah kedua.
Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 18 yang memperlihatkan bahwa variabel
Neocamp memiliki nilai positif, sehingga jika variabel Neocamp ditambahkan,
maka variabel tersebut akan meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, variabel
ini perlu diberikan dosis sesuai takaran agar dapat meningkatkan produktivitas
ayam broiler.
5. Doxerin Plus (X5)
Variabel Doxerin Plus adalah jenis variabel yang berfungsi sebagai obat-
obatan yang digunakan para peternak pada saat proses produksi berlangsung
setiap periodenya. Berdasarkan nilai P-value, variabel ini memiliki nilai sebesar
0,1053, atau berada pada taraf nyata 15 persen. Pada taraf tersebut masih memiliki
65
tingkat pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas ayam broiler. Sedangkan
jika dilihat dari nilai koefisien parameter. Doxerin Plus memiliki nilai negatif
yaitu sebesar -0,023848. Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap dilakukan
penambahan variabel Doxerin Plus sebesar satu persen maka produktivitas ayam
broiler akan mengalami penurun sebesar 0,023484 persen (cateris paribus).
Penyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa sebelumnya yang
menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga dengan
penambahan satu persen variabel tidak menambah melainkan mengurangi
produktivitas ayam. Variabel ini adalah variabel yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap produktivitas namun bukan meningkatkan melainkan
menurunkan produktivitas. Dengan demikian variabel ini berdasarkan kurva
produksi berada pada daerah tiga.
Penurunan produktivitas tersebut dikarenakan bahwa takaran atau ukuran
yang digunakan oleh peternak plasma tidak tepat. Peternak menggunakan takaran
tidak berdasarkan skala usaha yang mereka ternakkan, sehingga akan berdampak
pada penurunan produktivitas. Misalnya pada skala usaha 2.000 ekor ayam,
penggunaan variabel tersebut sama dengan skala 5.000 ekor.
6. Vaksin (X6)
Vaksin termasuk kedalam variabel yang diduga sebagai faktor produksi
yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas ayam broiler. Namun berdasarkan
hasil pendugaan parameter, vaksin tidak berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas ayam broiler. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai P-value sebesar
0,4294. Nilai tersebut terlalu besar dan diatas taraf nyata 20 persen. Sehingga
variabel tersebut tidak termasuk variabel yang berpengaruh terhadap
produktivitas. Berdasarkan nilai koefisien variabel vaksin, variabel tersebut juga
termasuk kepada variabel yang dapat menurunkan produktivitas, hal tersebut
dapat dilihat nilai koefisiennya bertanda negatif. Nilai yang dihasilkan oleh
parameter vaksin sebesar -0,029435.
Nilai tersebut memiliki arti jika variabel vaksin dinaikkan/ditambahkan
sebesar satu persen maka produktivitas akan turun sebesar 0,029435 persen
(cateris paribus). Dengan demikian berdasarkan kurva produksi, variabel ii berada
pada daerah ketiga dan pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesa
66
sebelumnya yang menyatakan bahwa koefisien variabel besar dari nol. Sehingga
jika ditambahkan satu persen variabel vaksin tidak meningkatkan melainkan
mengurangi produktivitas ayam broiler. vaksin tidak signifikan terhadap
produktivitas diduga karena beberapa faktor, dalam pemberian vaksin perlu
beberapa hal yang harus diperhatikan seperti jenis vaksin yang digunakan,
takaran/dosis vaksin yang digunakan, jadwal vaksinasi, waktu pemberian vaksin,
serta penyimpanan vaksin. Kesemua tersebut dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan fungsi dari vaksin. Selain itu juga variabel ini hanya digunakan
sebagai antibodi/kekebalan tubuh agara ayam tidak mudah terserang penyakit
sehingga tidak merangsang meningkatkan produktivitas.
7. Pemanas (X7)
Pemanas adalah variabel yang tidak pernah lepas dari budidaya ayam
broiler. Variabel tersebut sangat digunakan pada awal produksi sampai pada umur
15 hari. Pada hipotesis sebelumnya pemanas adalah variabel yang memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas. Hal tersebut sesuai dengan hasil
pendugaan parameter produksi rata-rata. Nilai P-value variabel tersebut adalah
dibawah satu persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanas sangat
berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Sedangkan jika dilihat dari koefisien
parameter pemanas menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 3,267185. Nilai
tersebut memiliki arti bahwa jika setiap peternak menaikkan atau menambahkan
variabel pemanas satu persen maka produktivitas akan meningkat sebesar
3,267185 persen (cateris paribus). Berdasarkan kurva produksi, variabel pemanas
berada pada daerah kedua. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 yang
menunjukkan bahwa semakin ditambah variabel tersebut maka produktivitasnya
juga akan semakin meningkat.
Pemanas ini sangat penting pada awal produksi, karena jika menggunakan
pemanas yang konsisten maka suhu ruangan akan terjaga dengan baik sehingga
ayam tidak kedinginan dan akan tetap sehat. Jika variabel ini tidak dilakukan
secara rutin pada awal periode maka suhu ruangan akan rendah sedangkan suhu
yang dibutuhkan berkisar 32-340C maka akan berdampak pada pertumbuhan ayam
akan terhambat karena daging yang seharusnya semakin menumpuk sekarang
67
dialokasikan untuk menghangatkan tubuhnya dengan dilihat adanya tumbuh bulu
kasar pada tubuh ayam broiler.
8. Tenaga Kerja (X8)
Tenaga kerja salah satu variabel yang penting dalam semua bidang usaha,
karena dengan adanya tenaga kerja maka semua kegiatan budidaya akan dapat
terselesaikan dengan baik. Pada hipotesis sebelumnya tenaga kerja merupakan
variabel yang memiliki koefisien bertanda positif sehingga perpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas. Namun berdasarkan pendugaan parameter
menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh signifikan dengan
melihat probability kurang dari satu persen. Akan tetapi, jika dilihat dari nilai
koefisien variabel, variabel ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya karena
koefisien tersebut bertanda negatif. Dengan demikian, jika ditambahkan satu
persen variabel tersebut maka bukan meningkatkan, melainkan mengurangi
produktivitas ayam broiler.
Variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karena
pada umumnya tenaga kerja yang dimiliki oleh peternak tersebut adalah warga
sekitar yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga tidak memiliki keterampilan serta
pengetahuan terhadap ayam broiler. Sementara dalam budidaya ayam broiler
dibutuhkan ketekunan serta pengetahuan dalam ayam broiler sehingga terjadi
masalah pada ayam dapat segera ditangani dan tidak terlambat dalam
menanganinya. Oleh karena itu, variabel tenaga kerja ini jika ditambahkan akan
berdampak pada penurunan produktivitas.
6.1.2. Analisis Faktor-Faktor pada Fungsi Variance Produksi
Faktor-faktor produksi tidak hanya dapat mempengaruhi produktivitas
ayam broiler, melainkan juga dapat memberikan dampak terhadap munculnya
atau dapat mengurangi terjadinya risiko produksi terhadap produktivitas ayam
broiler. Faktor-faktor produksi yang digunakan untuk melihat pengaruh variance
produksi adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus,
vaksin, pemanas dan tenaga kerja. Semua variabel tersebut dianalisis faktor-faktor
apa saja yang yang mempengaruhi variance produksi. faktor-faktor produksi
yang dijadikan sebagai pengurang atau menimbulkan risiko produksi dapat dilihat
pada Tabel 19.
68
Tabel 19. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam
Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011
Variance Equation
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
Konstanta 0.001 0.011 0.127 0.898
Error kuadrat (ε2
t-1) 0.059 0.304 0.195 0.844
Variance error (ζ2
t-1) 0.545 1.069 0.510 0.610
Jumlah DOC (X1) 0.000 0.002 0.123 0.901
Pakan (X2) -0.000 0.002 -0.062 0.950
Protect Enro (X3) 4.41E-05 0.000 0.052 0.958
Neocamp (X4) -3.53E-05 0.000 -0.040 0.968
Doxerin Plus (X5) -4.97E-05 0.000 -0.062 0.950
Vaksin (X6) -0.000 0.002 -0.059 0.952
Pemanas (X7) -0.000 0.008 -0.036 0.970
Tenaga KerjaX8 0.000 0.000 1.914 0.055
1. Jumlah DOC (X1)
Pada sebelumnya hipotesis sebelumnya jumlah DOC menyatakan bahwa
jika koefisien besar nol sehingga semakin positif maka variance yang ditimbulkan
juga akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil pendugaan parameter
produksi variance menyatakan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan
terhadap risiko produktivitas yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa
nilai P-value yang dihasilkan sebesar 90 persen dan diatas taraf nyata 20 persen.
sedangkan berdasarkan koefisien parameternya menunjukkan tanda positif. Hal ini
berarti, semakin banyak jumlah DOC di pelihara maka risiko yang ditimbulkan
akan semakin tinggi.
Tingginya variasi disebabkan oleh tidak sesuainya luas kandang dengan
jumlah DOC, sehingga jika terus ditambah akan menyebabkan ayam akan mati
atau mudah terserang penyakit dan menyebabkan semakin tingginya risiko
produksi usaha ayam broiler tersebut. Oleh karena itu variabel jumlah DOC ini
merupakan variabel yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk
mengurangi tingkat risiko maka jumlah DOC harus sesuai dengan luas kandang,
pada kondisi normal 1 m2 kandang harusnya berkapasitas 5-8 ekor ayam. Selain
itu juga yang menjadi faktor penduga mengapa tidak signifikan adalah karena
peternak plasma dalam pengambilan jenis DOC tidak satu perusahaan supplier.
69
2. Pakan (X2)
Hipotesis sebelumnya menyatakan bahwa koefisien variabel pakan
bertanda positif maka akan meningkatkan variasi dari hasil produktivitas ayam
broiler. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel pakan memiliki nilai P-
value sebesar 0,95 atau 95 persen lebih besar dari taraf nyata 20 persen. sehingga
variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi ayam
broiler. sedangkan berdasarkan koefisien variabel memperlihat tanda negatif, hal
ini menunjukkan bahwa jika pakan digunakan semakin banyak, maka variance
produksinya akan semakin menurun. Sehingga pakan merupakan salah satu
variabel yang menjadi pengurang risiko. Dengan semakin menambah pakan maka
bobot ayam akan semakin meningkat sehingga produktivitas ayam juga akan
semakin meningkat.
Ayam broiler pada umumnya harus diperhatikan kondisi pakannya. Untuk
mendapatkan hasil bobot ayam yang baik maka peternak harus terus memantau
keadaan pakan dikandang apakah masih tersedia atau tidak, jika pakan tidak
sempat tidak tersedia selama satu jam maka kondisi ayam akan terhambat
pertumbuhannya sehingga tidak mendapatkan hasil yang baik. Faktor penduga
mengapa variabel ini tidak signifikan adalah dalam pemberian jenis pakan. Pakan
ayam ada tiga jenis yaitu pada umur 1-15 hari menggunakan jenis pakan starter,
umur 16-25 menggunakan pakan growing, dan umur 26 sampai panen
menggunakan jenis pakan finishing. Sementara pada kondisi dilapangan peternak
terkadang tidak mengikuti anjuran yang telah ditetapkan sehingga pakan tersebut
tidak berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance produksi.
3. Protect Enro (X3)
Pendugaan parameter variabel Protect Enro memiliki nilai P-value sebesar
0,958 atau 95 persen lebih besar daripada taraf nyata 20 persen. Hal tersebut
menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance
produksi yang dihasilkan. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien variabel
memiliki tanda positif. Hal tersebut menandakan bahwa semakin banyak variabel
ini digunakan maka variance produksi yang diterima oleh peternak akan semakin
tinggi. Tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini adalah
karena peternak pada umumnya tidak memperhatikan takaran dalam
70
menggunakan Protect Enro. Ukuran yang digunakan oleh peternaknya adalah
rata-rata menggunakan 0,5 liter untuk semua skala usaha ayam broiler. Untuk
mengurangi tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini
sesuai takaran dan berdasarkan skala yang pada umumnya. Takaran normal untuk
1gram/1liter air yang dicampur dengan air minum selama gejala terlihat pada
ayam broiler.
4. Neocamp (X4)
Neocamp adalah variabel yang berjenis obat yang dapat mengendalikan
penyakit yang berasal dari bakteri, pemakaiannya adalah 1gram/1liter air. Pada
hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa memiliki nilai koefisien
variabel bernilai positif, sehingga semakin banyak Neocamp digunakan maka
akan meningkatkan variance produksi. Berdasarkan pendugaan parameter
variance produksi, Neocamp ini memiliki nilai P-value sebesar 0,968 atau 96
persen yang berada diatas taraf nyata 20 persen. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi.
Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisiennya, variabel ini memiliki nilai bertanda
negatif, hal tersebut menyatakan bahwa dengan menambahkan variabel Neocamp
maka akan menurunkan variance produksi. Sehingga variabel ini termasuk
kedalam variabel yang mengurangi variance produksi.
5. Doxerin Plus (X5)
Doxerin Plus termasuk salah satu jenis obat yang digunakan oleh para
peternak ayam broiler yang berfungsi sebagai mengobati crd complex, fowl
cholera, snot/ coryza, dan penyakit pernafasan lainnya. Takaran yang digunakan
dalam menggunakannya adalah 1gram/2liter air. Variabel ini selalu digunakan
para peternak untuk menghindari terjangkitnya penyakit pada ayam mereka.
Hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa koefisien variabel memiliki
nilai positif, sehingga jika dilakukan semakin banyak menggunakan Doxerin Plus
maka akan meningkatkan variance.
Berdasarkan hasil pendugaan parameter bahwa variabel ini memiliki nilai
P-value sebesar 0,95 atau 95 persen yang berada diatas nilai taraf nyata 20 persen.
Sehingga dapat diartikan bahwa variabel Doxerin Plus tidak berpengaruh
signifikan terhadap variance produksi. Hal ini berbanding lurus dengan nilai
71
koefisien variabel yang bertanda negatif, tanda negatif tersebut menunjukkan
bahwa semakin banyak variabel ini digunakan maka akan menurunkan variance
produksi. Peternak plasma ayam broiler DUF rata-rata tidak menggunakan
takaran/dosis yang tepat dalam penggunaan faktor produksi tersebut. Sehingga
variabel tersebut tidak dapat berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance
produksi. Jika para peternak menggunakan takaran yang sesuai sehingga
penggunaan tersebut bermanfaat yaitu dapat mengurangi variance.
6. Vaksin (X6)
Variabel vaksin merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan
dalam kekebalan tubuh sehingga ayam broiler tetap sehat, namun jika
pemakaiannya tidak tepat maka akan tidak berdampak baik pada pertumbuhan
ayam broiler. pada penggunaan vaksin, para peternak sudah menerapkan takaran
yang sesuai sehingga vaksin tepat guna dan tidak menimbulkan efek samping.
Penggunaan vaksin bertujuan untuk menguatkan kekebalan tubuh ayam broiler
agar tidak mudah terserang penyakit. Dosis yang digunakan adalah 1 vial vaksin
untuk 1000 ekor ayam.
Pada hipotesis sebelumnya, variabel ini memiliki koefisien variabel yang
bernilai positif, sehingga jika pemakaian vaksin semakin banyak maka variance
produksi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil
pendugaan parameter, variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance
produksi. Hal ini dapat dilihat pada nilai P-value sebesar 0,9522 atau 95 persen
yang berada diatas taraf nyata 20 persen, sehingga variabel tersebut tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variance produksi.
Berdasarkan kondisi lapangan dapat diduga yang menjadikan variabel
vaksin tidak signifikan adalah faktor dalam waktu pemberian vaksi yang kurang
tepat dan penyimpakan vaksin sehingga dapat mengurangi fungsi dari vaksin itu
sendiri. Berdasarkan nilai koefisien parameter menunjukkan bernilai negative, hal
itu berarti semakin besar penggunaan variabel tersebut maka akan menurunkan
variance produksi ayam broiler, sehingga tidak sesuai dengan hipotesis
sebelumnya. Nilai koefisien parameternya adalah sebesar -0,000132, sehingga
variabel tersebut termasuk kedalam variabel yang dapat mengurangi variance
produksi.
72
7. Pemanas (X7)
Pemanas adalah faktor produksi yang dapat meningkatkan produktivitas
ayam broiler. sehingga hipotesis awalnya jika semakin banyak penggunaan
variabel pemanas maka akan meningkatkan variance produksi, dan jika dilihat
dari hasil pendugaan parameter variance produksi menunjukkan P-value bernilai
0,9707 atau 97 persen. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan taraf nyata 20
persen, yang berarti bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap
variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, faktor penduga yang
menyebabkan variabel ini tidak signifikan adalah adanya perbedaan para peternak
plasma dalam menggunakan alat pemanasnya, ada yang menggunakan batubara,
kayu bakar, maupun gas. Sehingga mempengaruhi tingkat variasinya dan
menyebabkan tidak berpengaruh nyata.
Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter bertanda negatif yaitu
sebesar -0,000306. Hal ini berarti, semakin banyak variabel pemanas dan sekam
digunakan maka akan semakin menurunkan variance produksi. Pernyataan ini
tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan jika penggunaan
variabel ini maka akan menambah variance produksi. Para peternak dalam
penggunaan variabel ini telah sesuai dengan ukuran dan berdasarkan skala
usahanya, sehingga tidak menimbulkan risiko melainkan menjadi pengurang
variance produksi ayam broiler.
8. Tenaga Kerja (X8)
Tenaga kerja adalah faktor yang pasti ada dalam setiap usaha. Tenaga
kerja yang digunakan dalam bidang peternakan ayam broiler ini berasal dari
masyarakat disekitar peternakan ayam. Berdasarkan hasil pendugaan parameter,
variabel ini menunjukkan hasil P-value sebesar 0,0555 atau sebesar 5,5 persen.
Nilai tersebut diatas taraf nyata 20 persen sehingga berpengaruh signifikan
terhadap variance produksi. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter
menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 0,000581. Hal itu berarti, jika tenaga
kerja ditambahkan penggunaannya maka akan dapat meningkat variance produksi
ayam broiler. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya.
Penggunaan input tenaga kerja memiliki variance yang tinggi karena tenaga kerja
yang di pekerjakan rata-rata tidak memiliki keahlian dibidang peternakan
73
sehingga dalam mengurus ayam tidak disiplin. Selain itu juga adanya tenaga kerja
yang tidak jujur dalam bidang usaha seperti terkadang ada pekerja yang menjual
pakan secara diam-diam kepada orang lain, hal tersebut dapat merugikan peternak
karena pastinya pakan ayam akan berkurang. Oleh karena itu jika dilakukan
penambahan tenaga kerja tidak mengurangi variance produksi melainkan
meningkatkan variance. Sehingga variabel tenaga kerja adalah variabel yang
termasuk kedalam variabel yang menimbulkan variance produksi.
Berdasarkan hasil pendugaan semua parameter baik itu yang produksi rata-
rata maupun yang variance produksi, maka dapat dijelaskan bahwa pada produksi
rata-rata, variabel yang memiliki pengaruh nyata terhadap produktivitas yang
dibawah satu persen adalah variabel jumlah DOC, pakan, pemanas, serta
penggunaan tenaga kerja. Sedangkan Doxerin Plus merupakan variabel yang
signifikan terhadap produktivitas pada taraf nyata dibawah 20 persen. variabel
lainnya seperti Protect Enro, Neocamp, vaksin merupakan variabel yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Ketiga variabel tersebut memiliki
taraf nyata sebesar dibawah 93 persen, dibawah 40 persen, dan dibawah 43
persen.
Untuk pendugaan parameter variance produksi dapat disimpulkan bahwa
dari delapan variabel, semuanya tidak berpengaruh signifikan terhadap variance
produksi selain tenaga kerja. Ketujuh variabel tersebut memiliki probability diatas
20 persen, sedangkan probability tenaga kerja sebesar dibawah 10 persen. Faktor-
faktor produksi ada yang menjadi pengurang variance produksi ada juga yang
menimbulkan variance produksi. Faktor-faktor produksi yang dapat menimbulkan
variance adalah variabel jumlah DOC, Protect Enro, dan tenaga kerja. Sedangkan
yang mengurangi variance produksi adalah pakan, Neocamp, Doxerin Plus,
vaksin, pemanas . Penjelasan diatas menunjukkan bahwa ada persamaan terhadap
penelitian yang dilakukan oleh Fariyanti et al, (2007). Hasil penelitiannya tentang
risiko produksi kentang yang menunjukkan bahwa tenaga kerja adalah variabel
yang dapat menimbulkan variance produksi serta Obat-obatan merupakan
variabel yang menjadi pengurang variance produksi.
74
6.2. Sumber dan Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi
1) Sumber-Sumber Risiko Produksi
Produksi adalah proses pengolahan input atau faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk menghasilkan output. Pada saat proses produksi berlangsung
sampai pada menghasilkan output maka semua itu tidak terlepas dari risiko.
Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang merugi. Risiko produksi terjadi
karena adanya sumber-sumber risiko. Sedangkan semua risiko tersebut harus
diminimalkan agar kemungkinan terjadinya kerugian juga kecil. Berdasarkan hasil
pembahasan pada penelitian ini, dilakukan rekomendasi dalam risiko produksi.
Rekomendasi penanganan risiko yang dilakukan dengan tindakan preventif yaitu
dengan cara pencegahan risiko tersebut terjadi. Pencegahan yang dilakukan adalah
dengan membuat atau memperbaiki fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk
budidaya ayam broiler dan memperbaiki sumber daya manusia. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan sumber-sumber risiko yang ada pada peternakan ayam
broiler pada perusahaan DUF adalah diduga berasal dari sumber hama penyakit
dan cuaca.
2) Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi
Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya masyarakat yang ada
disekitar usaha, rata-rata tidak memiliki pengetahuan tentang budidaya ayam
broiler. Sehingga dalam proses produksi berjalan, pegawai kurang memperhatikan
kondisi ayam, padahal ayam broiler membutuhkan ketekunan, disiplin, dan
pengetahuan tentang ayam agar ayam selalu terkontrol dengan baik. Selain itu
juga adanya tenaga kerja yang tidak jujur dalam menjalankan usaha, seperti
dengan menjual pakan secara diam-diam kepada orang lain untung mendapatkan
kerja sampingan. Keadaan tersebut akan membuat ayam kekurangan pakan dan
pertumbuhan ayam akan menjadi tidak normal. Sehingga tenaga kerja merupakan
sumber terjadinya risiko. Namun untuk mengurangi terjadinya risiko maka dalam
perekrutan tenaga kerja memilih tenaga kerja yang dapat dipercaya serta memiliki
pengetahuan tentang ayam, dan disiplin. Jika kriteria tersebut terpenuhi maka
kondisi ayam akan semakin terkontrol setiap waktu baik itu pemberian pakan,
minum, dan kondisi ayam. Apabila tenaga kerja tidak memahami pengetahuan
75
tentang ayam, maka terlebih dahulu diberikan penyuluhan agar pegawai
mengetahui apa yang seharusnya dia kerjakan.
Iklim atau cuaca merupakan salah satu faktor sebagai sumber terjadinya
risiko. Cuaca yang tidak menentu dapat menjadikan kondisi kesehatan berkurang.
Pada saat musim hujan maka ayam harus lebih diperhatikan perawatannya, yaitu
dengan memperhatikan kondisi kandang agar kandang tetap kering tidak lembab
karena air hujan. Jika kondisi kandang lembab maka akan merangsang timbulkan
bibit penyakit mucul seperti bakteri Fowl Chorela, Salmonelosis,Coryza, Colli
Bacillosis. Selain itu juga menimbulkan jamur serta virus lainnya yang dapat
menimbulkan hama dan penyakit. Untuk pencegahan yang dilakukan agar kondisi
kandang tetap baik adalah dengan merenovasi kandang yang dianggap sudah tidak
layak lagi agar kandang tetap steril.
Pada saat musim hujan, pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara
menutup dinding tirai kandang, hal tersebut dilakukan agar kondisi didalam
kandang suhunya tidak turun, memberikan terpal diatas kandang agar suhunya
tetap normal, selain itu juga menghidupkan alat pemanas yang berasal dari kayu
bakar atau dari batu bara. Hal itu dilakukan agar ayam tetap menjaga suhu
tubuhnya. Jika kondisi sekam terlihat basah, maka sekam tersebut ditambal
dengan sekam yang baru agar tidak lembab, atau jika sekam tersebut sudah terlalu
basah, maka sekam diganti dengan yang baru. Sekam juga digunakan agar ayam
tetap terasa hangat dan menjaga kondisi ayam pada saat berjalan agar tidak
kakinya masuk ke lubang lantai.
Untuk menjaga kondisi ayam broiler tetap sehat maka perlu dilakukan
vaksinasi terlebih dahulu agar kebal terhadap penyakit. Selain itu juga
memberikan pengobatan yang tepat waktu dan tepat ukuran, pengobatan
dilakukan setelah ayam terlihat sudah terserang penyakit. Obat yang digunakan
juga harus tepat sasaran, pengobatan dilakukan sesuai dengan penyakit yang
dialami. Jika ayam sudah terkena penyakit maka ayam tersebut dipisahkan dengan
ayam yang sehat, hal tersebut dilakukan agar penyakit tidak terjangkit ke ayam
yang lainnya sehingga penyakit dapat dikontrol serta lebih mudah penanganannya.
Selain menjaga kondisi fisik kandang, luasan kandang juga perlu
diperhatikan antara kapasitas usaha budidaya ayam broiler dengan kapasitas
76
kandang. Hal tersebut dilakukan agar ayam tidak terlalu padat dan mendapat
ruang sehingga tidak menghambat pertumbuhan ayam. Berdasarkan pembahasan
variance produksi terdapat 7 variabel yang tidak signifikan terhadap variance
produksi dan hanya variabel tenaga kerja yang signifikan terhadap variance
produksi. Rekomendasi Strategi penanganan variance produksi adalah sebagai
berikut :
1. Jumlah DOC (X1)
Pada produksi rata-rata, dapat dilihat bahwa variabel ini merupakan
variabel yang signifikan terhadap produktivitas, namun jika dilihat pada
koefisiennya menandakan bahwa jika variabel ini ditambahkan justru akan
mengurangi produksi. Sehingga rekomendasinya adalah dengan memperhatikan
kapasitas kandang dengan skala usaha yang dijalankan agar peningkatan jumlah
DOC juga meningkatkan produktivitas ayam broiler.
2. Pakan (X2)
Variabel pakan merupakan variabel yang signifikan terhadap produksi
rata-rata serta memiliki hubungan yang positif yaitu jika ditambahkan maka
variabel pakan maka produktivitasnya juga akan meningkat. Namun pada
variance produksi variabel ini tidak signifikan namun jika dilihat dari
koefisiennya variabel ini dapat mengurangi risiko produksi. Sehingga
rekomendasi yang diberikan adalah dalam waktu pemberian pakan harus sesuai
dengan jenis pakan yang disusaikan dengan umur ayam agar pakan tersebut
berfungsi secara maksimal dalam pertumbuhan.
3. Protect Enro (X3)
Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun variance
produksi. Serta berdasarkan koefisiennya bernilai positif sehingga rekomendasi
untuk variabel ini adalah dengan menggunakan variabel Protect Enro sesuai
dengan takarannya, karena berdasarkan kondisi lapangan, peternak menyamakan
penggunaan variabel tersebut terhadap semua skala usaha, sehingga fungsi dari
variabel ini tidak berguna.
77
4. Neocamp (X4)
Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun terhadap
variance produksi, jika dilihat dari koefisiennya keduanya berguna untuk
meningkatkan produktivitas maupun mengurangi risiko produksi. Namun variabel
tersebut tidak signifikan, sehingga jika ditambah atau dikurangi tidak
mempengaruhi produktivitas maupun variance produksi. Rekomendasi untuk
variabel ini juga agar para peternak plasma menggunakan dosis sesuai dengan
takarannya, sehingga fungsi dari variabel tersebut bermanfaat.
5. Doxerin Plus (X5)
Variabel ini pada produksi rata-rata signifikan terhadap produktivitas
sedangkan berdasarkan variance produksi tidak signifikan. Sedangkan dilihat pada
koefisiennya memiliki nilai positf untuk produksi rata-rata dan nilai negative
untuk variance produksi. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dalam
pemberian variabel ini harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan, karena
berdasarkan kondisi lapangan peternak menggunakan variabel ini tidak
menggunakan dosis yang tepat serta tidak menyamakan pemakaian pada skala
kecil maupun besar, sehingga fungsi dari variabel ini tidak berjalan dengan baik.
6. Vaksin (X6)
Vaksin merupakan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap
produksi maupun variance produksi. Sehingga jika dilakukan penambahan atau
pengurangan dalam penggunaannya tidak mempengaruhi produksi rata-rata
maupun variance produksi. Rekomendasi yang diberikan adalah waktu
penggunaan vaksin maupun penyimpanan vaksin harus diperhatikan sehingga
vaksin dapat bermanfaat jika digunakan.
7. Pemanas (X7)
Pemanas merupakan variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
produksi rata-rata sehingga jika penggunaan variabel ini ditambahkan maka akan
meningkatkan produktivitas. Sedangkan jika dilihat variance produksi ini tidak
berpengaruh nyata dan berdasarkan koefisiennya, variabel ini memiliki fungsi
untuk mengurangi variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, rekomendasi
yang diberikan adalah menggunakan pemanas kayu bakar, karena kayu bakar
memiliki panas yang merata dibandingkan dengan batubara, dan gas.
78
8. Tenaga Kerja (X8)
Tenaga kerja merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap produksi rata-rata dan variance produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai peluang yang kurang dari taraf nyata 20 persen. Sedangkan dilihat dari nilai
koefisien yang memiliki arti jika variabel ini ditambahkan maka akan mengurangi
produktivitas dan akan menimbulkan/meningkatkan variance produksi.
Berdasarkan kondisi lapang dapat direkomendasikan bahwa peternak harus
memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada pegawai agar pegawai mempunyai
pengetahuan tentang budidaya ayam broiler.
79
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Peternak plasma ayam broiler pada CV DUF dalam menjalankan usahanya
memiliki risiko produksi. Adanya risiko tersebut dapat dilihat dari adanya
fluktuasi produktivitas yang produktivitas actual lebih rendah dibanding dengan
produktivitas normal/standard. Terjadinya fluktuasi produktivitas disebabkan oleh
beberapa variabel pendugaan parameter seperti jumlah DOC, pakan, Protect Enro,
Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas , serta tenaga kerja. Untuk menganalisis
variabel-variabel tersebut, digunakan metode ARCH-GARCH guna melihat
variabel-variabel tersebut signifikan atau tidak terhadap produktivitas serta
melihat apakah variabel-variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap
variance produksi dan termasuk variabel yang mengurangi atau menimbulkan
variance.
Berdasarkan hasil pendugaan parameter dinyatakan bahwa secara umum
semua variabel memiliki pengaruh signifikan terdapat produktivitas dan variance
produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitung > F-tabel yaitu F-hitung
sebesar 241 sedangkan F-tabel sebesar 2,18, atau dapat dilihat dari nilai P-value
sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf nyata 5 persen. Berdasarkan uji t dapat
dijelaskan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas dibawah α satu persen adalah jumlah DOC, pakan, pemanas, serta
tenaga kerja. Sedangkan variabel yang signifikan pada taraf nyata dibawah dua
persen adalah Doxerin Plus, dan yang tidak berpengaruh signifikan adalah Protect
Enro, Neocamp, dan vaksin. Variabel tersebut berada pada taraf nyata dibawah
93, 39, dan 43 persen.
Untuk hasil pendugaan parameter variance produksi, faktor-faktor
produksi yang berpengaruh signifikan terhadap variance produksi hanya tenaga
kerja dengan taraf nyata dibawah 6 persen. sedangkan variabel yang lainnya
seperti jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, serta
pemanas tidak berpengaruh nyata terhadap variance produksi. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai P-value diatas 61 persen. Namun, jika dilihat dari tanda koefisien
variabelnya ada yang bertanda positif dan bertanda negative. Jika koefisien
variabel bertanda positif maka variabel tersebut termasuk variabel yang
80
menimbulkan variance produksi sehingga jika variabel tersebut digunakan lebih
banyak maka variance yang dihasilkan juga semakin tinggi. Sedangkan jika
koefisien variabel bertanda negative maka variabel tersebut termasuk faktor
produksi yang dapat mengurangi variance produksi, artinya jika variabel tersebut
semakin banyak digunakan maka variance yang dihasilkan akan semakin
menurun.
Faktor-faktor produksi yang termasuk menimbulkan variance produksi
adalah jumlah DOC, Protect Enro, dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi
yang dapat mengurangi risiko adalah pakan, Doxerin Plus, Neocamp, vaksin, serta
pemanas. Sumber risiko produksi yang dialami oleh para peternak ayam broiler
yang ada di Kabupaten Darmaga adalah sumber daya maunisa atau pegawai dan
cuaca/iklim yang tidak menentu. Untuk mengurangi risiko produksi tersebut
dilakukan penanganan risiko dengan cara pencegahan risiko yaitu dengan
memperbaiki kualitas sumber daya manusianya dengan cara memberikan
penyuluhan serta dengan membuat atau memperbaiki fasilitas agar cuaca yang
tidak menentu dapat diatasi dengan fasilitas yang memadai.
7.2. Saran
Saran yang mungkin dapat disampaikan kepada para peternak adalah
sebagai berikut :
1. Mengecek/memperbaiki kondisi kandang serta melihat kapasitas kandang
dengan skala usaha yang dijalankan.
2. Melakukan pelatihan tentang ayam broiler kepada pegawai peternak.
3. Memberikan pakan kepada ayam sesuai dengan jenis pakan dan umur ayam.
4. Menggunakan input produksi seperti Protect Enro, Neocamp, dan Doxerin
Plus sesuai dengan dosis yang ditentukan.
5. Waktu penggunaan dan penyimpanan vaksin harus diperhatikan agar
kegunaan vaksin tidak berkurang.
81
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi KPP IPB
Baranangsiang. Bogor.
Anggraini, D. 2003. Analisis Pendapatan Tunai Risiko dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler di Peternakan X Bekasi.
Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut
pertanian Bogor.
Atnadilaga, D. 1987. Perunggasan Indonesia 1987. Jakarta : Panitia Logasnas
1987.
Aziz, A. 2009. Analsisi Risiko Dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus
Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten
Bogor). Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Dinas Kesehatan. 2006. Kandungan Gizi Ayam Broiler.
Djohanputro, B. 2004. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta : PPM.
Fadillah, R. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Jakarta : PT. Agromedia
Pustaka.
Farianti A. 2008. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran Dalam
Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan
Pengalengan Kabupaten Bandung. [Disertasi]. Bogor : Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Firdaus M. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam. Bogor. IPB Press.
Kountur, R. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta : Abdi Tandur.
Koundouri P, Nauges C. 2005. On Production Function Estimation with
Selectivity and Risk Consideration; Journal of Agricultural and Resouces
Economies. Western Agricultural Economies Association. 30 (3): 597-
608.
Merina D. 2004. Analisis Pendapatan Tunai, Risiko dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler. [Skripsi]. Fakultas
Peternakan. Institur Pertanian Bogor.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Pindyck, R. 1997. Econometric Models And Economic Forcasts. New York :
McGraw-Hill Company.
[PSE-KP] Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2006. Analisis
Kebijakan Pertanian. Bogor. PSE-KP.
82
Robison, L. J. and P. J. Barry. 1987. The Compotitive Firm’s Response to Risk.
Macmillan Publisher. London.
Robi’ah, S. 2006.Manajemen Risiko Usaha Peternakan Broiler Pada Sunan
Kudus Farm di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan
Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Saragih, B. 2000. Kumpulan Pemikiran : Agribisnis Berbasis Peternakan. Pustaka
Wirausaha Muda. Bogor.
Suryana A, Erwidodo, Utomo H, Mardianto S. 1998. Analisis Kebijakan dalam
Pembangunan Agribisnis di Pedesaan dan Analisis Dampak Krisis.
Seminar. Jakarta, 15-16 Maret 1995. Hlm 145-146
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT Grafindo
Persada.
Solihin, M. 2009. Risiko Produksi dan Harga serta Pengaruhnya terhadap
Pendapatan Peternakan Ayam Broiler CV AB Farm Kecamatan
Bojonggenteng – Sukabumi. Skripsi. Jurusan Agribisnis. Fakultas
Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Walpole R. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Widarjono, A. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakta :
Ekonisia
83
LAMPIRAN
84
Lampiran 1. Populasi Ayam Broiler Per Provinsi Tahun 2004-2007 (ekor)
Provinsi Tahun
2004 2005 2006 2007 2008
Jawa Barat 328,015,536 352,434,300 343,954,090 377,549,055 417,373,596
Jawa Timur 162,781,000 142,602,400 119,525,124 148,854,817 140,005,968
Jawa Tengah 50,356,308 62,043,412 61,258,115 64,552,829 54,643,212
Sumut 38,045,260 35,568,236 42,763,530 78,152,052 42,891,621
Riau 25,239,077 27,440,958 20,965,808 27,491,937 30,679,920
NAD 904,084 1,057,443 1,538,306 1,692,137 1,346,308
Sumbar 12,804,118 11,357,781 12,748,991 13,308,143 14,202,592
Jambi 6,831,292 9,694,426 11,539,188 6,804,140 6,910,116
Sumsel 16,408,000 14,920,000 15,842,000 15,914,000 13,747,390
Bengkulu 1,811,914 1,591,304 1,833,002 1,904,548 5,423,379
Lampung 24,902,989 21,747,209 21,094,571 15,033,671 15,879,617
Jakarta 137,800 182,000 124,300 115,000 68,000
Kalbar 14,481,323 15,139,364 14,889,746 13,939,332 18,917,875
Kalsel 19,480,579 19,964,639 20,624,128 21,534,508 19,860,813
Kaltim 22,097,800 25,828,600 26,292,200 23,832,200 26,941,660
Sulsel 5,673,758 12,765,509 12,325,960 13,826,056 14,575,840
Banten 6,864,800 6,475,796 7,684,690 26,405,564 40,011,606
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008
85
Lampiran 2. Produksi Daging Nasional Per Provinsi Ayam Ras Pedaging Tahun
2004 - 2008 (Ton)
Provinsi Tahun
2004 2005 2006 2007 2008
Jawa Barat 263,397 259,749 276,195 279,851 335,151
Jawa Timur 162,781 128,342 143,643 148,855 115,193
Jawa Tengah 63,592 61,683 81,203 65,026 73,191
Sumut 44,688 41,778 39,055 35,098 35,283
Riau 27,517 21,004 19,015 23,059 28,082
Jakarta 88,089 67,054 83,768 128,480 128,480
Kalimantan Barat 20,790 21,286 21,541 22,138 26,121
Kalimantan Selatan 18,699 20,349 18,705 26,690 34,562
NAD 1,081 1,533 1,395 1,581 3,629
Sumbar 13,662 12,119 11,602 12,439 13,275
Jambi 10,092 9,909 9,290 14,536 12,459
Sumsel 11,706 11,708 13,532 21,176 22,185
Lampung 18,816 19,170 19,724 12,937 10,542
Jogyakarta 18,561 14,997 23,000 22,203 23,117
Kalbar 20,790 21,286 21,541 22,138 26,121
Bali 24,623 20,530 20,354 18,553 19,046
Kalsel 18,699 20,349 18,705 26,690 34,562
Kaltim 16,507 19,294 20,945 18,337 20,620
Banten 23,431 16,542 6,970 29,751 69,333
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008
86
Lampiran 3. Populasi Ayam Pedaging di Kabupaten Bogor Tahun 2010
No Kecamatan Ayam Ras Pedaging
(ekor)
1 Nanggung 703.000
2 Leuwiliang 530.500
3 Leuwi Sadeng 494.000
4 Pamijahan 1.059.000
5 Cibungbulang 407.500
6 Ciampea 198.600
7 Tenjolaya 73.500
8 Dramaga 425.000
9 Tamansari 180.000
10 Cijeruk 450.000
11 Cigombong 255.000
12 Caringin 622.000
13 Ciawi 181.500
14 Cisarua 65.000
15 Megamendung 250.000
16 Sukaraja 117.500
17 Bbk. Madang 51.500
18 Sukamakmur 70.000
19 Cariu 505.000
20 Tanjungsari 670.000
21 Jonggol 219.000
22 Cileungsi 10.000
23 Klapanunggal 111.000
24 Cibinong 123.000
25 Bojonggede 380.000
26 Tajur Halang 308.000
27 Kemang 241.300
28 Rancabungur 197.000
29 Parung 270.000
30 Ciseeng 419.783
31 Gn. Sindur 1.585.300
32 Rumpin 1.022.000
33 Cigudeg 548.000
34 Sukajaya 200.000
35 Jasinga 344.000
36 Tenjo 326.300
37 Pr. Panjang 750.213
JUMLAH 14.363.496
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2010
87
Lampiran 4. Perkembangan Produksi Daging Ternak dan Kontribusinya di
Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009
No Jenis
Produksi
Tahun
2008
Kontri
busi
(%)
Tahun
2009
Kontri
busi
(%)
Pertumbuhan
1 Sapi 8.311.289 10,24 11.153.409 12,75 34,20
2 Kerbau 124.816 0,15 238.800 0,27 91,32
3 Kambing 860.461 1,06 796.475 0,91 -7,44
4 Domba 2.361.591 2,91 2.700.532 3,09 14,35
5 Ayam
Ras 68.486.233 84,41 71.540.084 81,81 4,46
6 Ayam
Buras 913.052 1,13 934.193 1,07 2,32
7 Itik 79.965 0,10 83.721 0,10 4,70
Jumlah 81.137.407 100 87.447.213 100 7,78
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2010
88
Lampiran 5. Faktor-Faktor Produksi dan Jumlah Pemakaian Faktor Produksi
No Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
1 14,3625 9,3750 23,1250 0,0031 0,0010 0,0014 0,0264 5,0111 0,0820
2 12,1787 7,8125 19,7656 0,0004 0,0007 0,0004 0,0079 4,6317 0,0683
3 17,9363 12,2449 30,2040 0,0020 0,0012 0,0036 0,0314 5,5152 0,0918
4 16,5371 12,2449 33,0612 0,0020 0,0012 0,0012 0,0302 5,4327 0,0918
5 14,8209 9,7087 22,5242 0,0019 0,0005 0,0011 0,0254 5,0794 0,0849
6 7,0248 9,7087 14,2718 0,0023 0,0011 0,0011 0,0240 4,3375 0,0910
7 16,1106 10,0628 26,2893 0,0012 0,0007 0,0012 0,0261 5,2025 0,0880
8 11,4505 10,2956 23,5849 0,0012 0,0012 0,0032 0,0262 4,8861 0,0900
9 14,1021 9,9038 22,8846 0,0009 0,0005 0,0009 0,0244 5,0379 0,0742
10 12,9923 7,6923 21,8269 0,0009 0,0007 0,0009 0,0207 4,6830 0,0576
11 15,5284 8,6206 23,7069 0,0021 0,0012 0,0012 0,0237 4,9852 0,0646
12 14,0301 8,6206 25,0000 0,0043 0,0056 0,0047 0,0719 4,9320 0,0646
13 15,2286 9,8039 23,9215 0,0009 0,0019 0,0007 0,0245 5,1162 0,0857
14 16,2868 9,8039 25,3921 0,0009 0,0009 0,0011 0,0237 5,1826 0,0857
15 13,4866 10,1190 22,5595 0,0011 0,0005 0,0009 0,0264 5,0310 0,0885
16 9,7142 7,7380 18,9881 0,0017 0,0005 0,0009 0,0167 4,4042 0,0677
17 12,3332 10,0000 19,7000 0,0010 0,0012 0,0024 0,0244 4,9142 0,0750
18 10,1952 8,0000 15,7000 0,0020 0,0020 0,0012 0,0228 4,4841 0,0600
19 8,3250 9,2500 15,1250 0,0012 0,0010 0,0007 0,0250 4,4382 0,0693
20 14,0685 10,0000 20,8750 0,0012 0,0015 0,0022 0,0257 5,0472 0,0750
21 12,1457 10,7142 17,3214 0,0035 0,0010 0,0017 0,0260 4,9883 0,0937
22 16,4578 8,9285 25,1785 0,0035 0,0010 0,0014 0,0250 5,0708 0,0558
23 16,4619 9,5238 27,8571 0,0010 0,0009 0,0011 0,0238 5,1500 0,0714
24 4,1019 9,5238 9,7619 0,0011 0,0007 0,0007 0,0233 3,7600 0,0714
25 12,3021 10,8108 17,9729 0,0013 0,0008 0,0008 0,0270 4,9849 0,0675
26 16,8197 9,7297 26,2162 0,0013 0,0008 0,0008 0,0254 5,1839 0,0608
27 15,3274 9,8039 26,3480 0,0012 0,0007 0,0012 0,0242 5,1286 0,0919
28 13,8725 9,8039 24,5098 0,0012 0,0007 0,0012 0,0242 5,0288 0,0919
29 13,5641 9,6153 22,1153 0,0019 0,0012 0,0032 0,0320 5,0630 0,1602
30 14,3564 9,6153 26,2820 0,0032 0,0019 0,0019 0,0487 5,1365 0,1603
31 13,6250 9,3750 25,3125 0,0018 0,0012 0,0018 0,0312 5,0374 0,1562
32 14,2887 9,3750 22,8125 0,0031 0,0012 0,0012 0,0287 5,0825 0,1563
33 24,2840 17,5000 36,8750 0,0025 0,0017 0,0007 0,0432 6,2452 0,1500
34 24,8650 15,0000 38,0000 0,0025 0,0007 0,0010 0,0337 6,0838 0,1286
35 12,9791 8,9285 21,5773 0,0029 0,0008 0,0014 0,0217 4,8487 0,0744
36 9,6244 5,9523 16,0714 0,0005 0,0005 0,0005 0,0136 4,1113 0,0495
37 11,5542 10,7142 20,3571 0,0021 0,0014 0,0021 0,0207 5,0179 0,1785
38 15,6300 10,7142 29,6428 0,0035 0,0007 0,0028 0,0328 5,3322 0,1786
39 16,7269 9,5238 26,8254 0,0015 0,0009 0,0015 0,0247 5,1670 0,0714
40 14,6450 9,5238 26,66667 0,0015 0,0009 0,0015 0,0247 5,0340 0,0714
89
Lanjutan……
No Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
41 13,1488 8,8888 23,3333 0,0011 0,0006 0,0011 0,0220 4,8609 0,0777
42 12,8568 7,7777 21,0000 0,0011 0,0006 0,0011 0,0208 4,6941 0,0680
43 13,0662 10,0000 20,0000 0,0012 0,0010 0,0018 0,0297 4,9898 0,0875
44 11,2395 7,5000 17,2500 0,0012 0,0006 0,0012 0,0182 4,5182 0,0656
45 17,3735 9,8765 26,1728 0,0012 0,0009 0,0018 0,0262 5,2578 0,0864
46 15,8061 9,8765 24,6296 0,0012 0,0024 0,0030 0,0287 5,1657 0,0864
47 17,1760 10,0000 28,5000 0,0016 0,0010 0,0020 0,0246 5,2582 0,0875
48 15,3640 10,0000 23,6666 0,0016 0,0013 0,0020 0,0240 5,1461 0,0875
49 16,1257 9,7777 26,5555 0,0011 0,0011 0,0013 0,0255 5,1716 0,0855
50 13,0671 7,7777 20,1111 0,0011 0,0013 0,0013 0,0211 4,7105 0,0680
51 15,1004 10,0000 23,1111 0,0005 0,0005 0,0005 0,0258 5,1306 0,0875
52 14,1508 9,4444 24,1111 0,0014 0,0013 0,0008 0,0225 5,0004 0,0826
53 13,3277 9,8722 20,9444 0,0016 0,0010 0,0011 0,0236 4,9896 0,0863
54 13,9600 10,0000 21,2777 0,0016 0,0022 0,0006 0,0231 5,0493 0,0875
55 8,5405 7,8947 14,0789 0,0013 0,0021 0,0021 0,0218 4,3019 0,0690
56 10,5805 7,8947 16,9736 0,0013 0,0013 0,0015 0,0194 4,5137 0,0690
57 10,0400 7,6923 15,3846 0,0019 0,0011 0,0011 0,0211 4,4256 0,0576
58 2,1565 7,6923 9,2307 0,0019 0,0007 0,0007 0,0188 2,8852 0,0576
59 11,9802 8,6956 17,6811 0,0014 0,0008 0,0014 0,0211 5,2173 0,8695
60 11,5095 8,6956 23,1884 0,0014 0,0011 0,0011 0,0266 4,7826 0,8405
Keterangan
Y : Produktivitas Ayam Broiler (Kg/ m2)
X1 : Jumlah DOC (DOC/ m2)
X2 : Pakan (Kg/m2)
X3 : Protect Enro (Liter/ m2)
X4 : Neocamp (Kg/ m2)
X5 : Doxerin Plus (Kg/ m2)
X6 : Vaksin (Kg/ m2)
X7 : Pemanas (Kg/ m2)
X8 : Tenaga Kerja (HOK/ m2)
90
KUISIONER PENELITIAN
I. IDENTITAS RESPONDEN
Mohon untuk memberikan tanda silang (x) pada salah jawaban dibawah ini :
1. Nama :
2. Alamat :
3. Apa jenis kelamin Anda?
a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Berapa usia Anda saat ini..............tahun
5. Apa status Anda?
a. Menikah
b. Belum menikah
c. Pernah menikah (Duda/Janda)
6. Berapa tahun Bapak menjalani pendidikan..........tahun
7. Sudah berapa lama Bapak menekuni usaha ayam broiler ini..........tahun
II. DAFTAR KUESIONER
1. Mengapa Anda tertarik menekuni bidang ayam broiler ini?
a. Mendapatkan keuntungan yang tinggi
b. Coba – coba
c. Sudah berpengalaman (keinginan)
d. Hobi
2. Apakah peternakan ayam broiler mempunyai risiko yang tinggi?
a. Ya
b. Tidak
3. Menurut Bapak, bagaimana cara mengatasi perubahan harga input (DOC,
Pakan, Obat-obatan, Harga Jual ayam) ?
-
-
4. Menurut Bapak, apa saja bentuk permasalahan sosial yang sering dihadapi,
mendukung atau tidak usaha ini dijalankan dan bagaimana cara
mengatasinya?
91
-
-
5. Menurut Bapak, apakah cuaca / iklim berpengaruh besar terhadap usaha
ayam broiler? Bagaimana cara/upaya mengatasi perubahan cuaca yg ekstrem?
Faktor-Faktor Produksi (Untuk Periode Produksi Terakhir)
6. Lahan
No. Uraian Keterangan
1 Luasan lahan yang digunakan
2 Harga lahan
3 Kepemilikan lahan
4 Lamanya kepemilikan lahan
5 Jarak kedaerah pemukiman
warga
Untuk No.7 – 14 diisi berdasarkan data periode/panen terakhir saja.
7. DOC
No. Jenis DOC Pemasok Harga/ekor Jumlah DOC
Awal
1
2
3
Tingkat Kematian
DOC yang mati diapakan
Pengiriman DOC
Pembayaran DOC
8. Pakan
No. Jenis Pakan Pemasok Harga/Kg Jumlah Pakan
yang digunakan
1
2
Pembayaran Pakan
Pengiriman Pakan
92
9. Obat-Obatan (berdasarkan satuan masing-masing baik botol atau
bungkus)
No. Jenis Obat-
obatan
Kegunaan Pemasok Harga
Jumlah
Pemakaian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10. Sekam
No. Jenis Pemasok Harga/Kg Jumlah yang
digunakan
1
2
3
Waktu Penggunaan
Sekam yang tidak
dipakai
11. Pemanas
No. Jenis
Pemanas
Bahan
Bakar Pemasok Harga
Jumlah yang
digunakan
1
2
Waktu penggunaan
Pengiriman bahan bakar
12. Tenaga Kerja
No. Jumlah TaKer. Asal Pekerja Jam Kerja Upah Pekerja
1
93
13. Air
No. Uraian Keterangan
1 Sumber Air
2 Jumlah air yang dibutuhkan
3 Kondisi air
14. Panen
No. Uraian Keterangan
1 Umur DOC yang dipanen
2 Jumlah DOC yang dipanen
3 Daerah pemasaran
4 Alat penggangkutan
5 Harga ayam broiler/Kg
Saya Ucapkan Terima Kasih Atas Waktunya Dalam Pengisian Kuisioner ini
Dan Semoga Usaha Bapak/Ibu Semakin Berkembang
94
Lampiran 6. Hasil Olahan ARCH-GARCH (1,1)
Presample variance: backcast (parameter = 0.7)
GARCH = C(10) + C(11)*RESID(-1)^2 + C(12)*GARCH(-1) + C(13)*LNX1 + C(14)*LNX2 +
C(15)*LNX3 + C(16)*LNX4 + C(17)*LNX5 + C(18)*LNX6 + C(19)*LNX7 + C(20)*LNX8
Produksi Rata-Rata
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
DOC -0.576813 0.051079 -11.29264 0.0000
Pakan 0.328803 0.051754 6.353147 0.0000
Protect Enro 0.001706 0.018055 0.094499 0.9247
Neocamp 0.014934 0.017334 0.861557 0.3889
Doxerin Plus -0.023848 0.014725 -1.619561 0.1053
Vaksin -0.029435 0.037253 -0.790150 0.4294
Pemanas 3.267185 0.167954 19.45285 0.0000
Tenaga Kerja -0.089904 0.012305 -7.306228 0.0000
Konstanta -2.723489 0.253508 -10.74319 0.0000
Variance Equation
C 0.001424 0.011177 0.127432 0.8986
RESID(-1)^2 0.059663 0.304864 0.195703 0.8448
GARCH(-1) 0.545423 1.069181 0.510131 0.6100
DOC 0.000292 0.002370 0.123428 0.9018
Pakan -0.000180 0.002874 -0.062484 0.9502
Protect Enro 4.41E-05 0.000839 0.052545 0.9581
Neocamp -3.53E-05 0.000880 -0.040077 0.9680
Doxerin Plus -4.97E-05 0.000793 -0.062740 0.9500
Vaksin -0.000132 0.002195 -0.059957 0.9522
Pemanas -0.000306 0.008318 -0.036750 0.9707
Tenaga Kerja 0.000581 0.000303 1.914996 0.0555
R-squared 0.991355 Mean dependent var 2.562184
Adjusted R-squared 0.987249 S.D. dependent var 0.358167
S.E. of regression 0.040444 Akaike info criterion -3.469105
Sum squared resid 0.065430 Schwarz criterion -2.770990
Log likelihood 124.0732 Hannan-Quinn criter. -3.196034
F-statistic 241.4262 Durbin-Watson stat 1.960677
Prob(F-statistic) 0.000000
95
Lampiran 7. Nama Responden Serta Identitas Usaha
No Nama
Responden Alamat Responden
Luas
Kandang
(m2)
Jumlah Produksi
Ayam (Kg)
1 Maman Tenjo Laya 580 16.986,40
2 Abun Jr Pamijahan 200 8.446,00
3 Saeful Sukawening 450 11.250,60
4 Asdi Petir 750 21.911,20
5 Yatna Petir 500 14.089,10
6 Asnawi Petir 180 6.857,60
7 Adang Petir 480 16.072,90
8 Harto Tenjo Laya 780 19.488,80
9 H. Makmur Cihideung Ilir 480 11.264,20
10 Fadillah Gn. Bunder 360 8.957,40
11 Dulloh Gn. Bunder 280 8.009,00
12 Memed Petir 400 8.636,80
13 Johan Gn. Bunder 370 10.775,10
14 Desti Cibereum 390 11.913,60
15 Sandi Petir 156 4.355,60
16 Jajang Petir 160 4.466,20
17 Muhidin Gn. Sari 400 19.659,60
18 H. Enjam Petir 336 7.594,80
19 Sumadi Petir 140 3.805,80
20 Silva Sukawening 315 9.882,20
21 Suhana Petir 450 11.702,60
22 Naja Cibereum 780 19.444,60
23 Pian Unus Petir 810 26.875,60
24 Madhari Petir 300 9.762,00
25 Suhanda Petir 450 13.136,80
26 Sumarna Petir 850 26.326,20
27 Mumuh Cemplang 800 24.559,00
28 Mamat Cemplang 320 7.266,00
29 Cecep Gn. Bunder 200 3.171,10
30 Samsul Gn. Bunder 280 8.104,00
96
Lampiran 8. Penyebaran Lokasi Responden
No Alamat Jumlah Persentase (%)
1 Cemplang 2 6,67
2 Cibeureum 2 6,67
3 Cihideung Hilir 1 3,33
4 Gn. Bunder 5 16,67
5 Gn. Sari 1 3,33
6 Petir 14 46,67
7 Pamijahan 1 3,33
8 Sukawening 2 6,67
9 Tenjo Laya 2 6,67
Jumlah 30 100,00
97
Lampiran 9. Gambar Dokumentasi Penelitian Pada Ayam Broiler
Kandang Tampak Dari Samping Saung Untuk Anak Kandang
Kandang Sudah Di Sterilisasi Ayam Broiler Siap Di Panen
Wawancara Kepeternak Ayam Jenis Pakan Yang Di gunakan
Bahan Bakar Untuk Pemanas