FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEGARAN JASMANI PADA
LANSIA DALAM AKTIVITAS KERJA DI PASAR LEGI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
ADHITYA ANDHI ASTIKA
J 210.090.011
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
SURAT PERNYATAAN
NASKAH PUBLIKASI
Beserta CD dan isinya
Pada skripsi dengan judul :
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEGARAN JASMANI PADA
LANSIA DALAM AKTIVITAS KERJA DI PASAR LEGI SURAKARTA
Disusun oleh :
ADHITYA ANDHI ASTIKA
J210090011
Telah dikoreksi dan disetujui oleh dosen pembimbing 1 Skripsi
Pada tanggal 4 September 2013
Dosen Pembimbing
Arif widoo, A.Kep., M.kes
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Muhammadiyah Surakarta, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Adhitya andhi astika
NIM : J 210 090 011
Program Studi : S1 Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif(Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : FAKTOR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEGARAN JASMANI PADA LANSIA
DALAM AKTIVITAS KERJA DI PASAR LEGI SURAKARTA Beserta perangkat
yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas RoyaltiNoneksklusif ini Universitas
Muhammadiyah Surakarta berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya
selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Surakarta
Pada tanggal : 4 September 2013
Yang menyatakan
Adhitya Andhi astika
1
LATAR BELAKANG
Salah satu tolok ukur
kemajuan suatu bangsa sering kali
dilihat dari harapan hidup
penduduknya. Demikian juga
disebagian negara berkembang
dengan perkembangan cukup baik,
makin tinggi harapan hidup
diproyeksikan dapat mencapai lebih
dari 70 tahun pada tahun 2000 yang
akan datang. Pada tahun 2000 jumlah
lanjut usia diproyeksikan sebesar
7,28% dan pada tahun 2020 sebesar
11,34% Biro Pusat Statistik (BPS).
Dari data USA berav of census
bahan Indonesia diperkiraan akan
mengalami pertambahan lansia
antara tahun 1990 hingga 2025 yaitu
sebesar 41%. Hal ini semua
merupakan gambaran pada seluruh
negara di dunia berkat kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam kondisi sosio ekonomi lansia
(Darmojo, 2011).
Usia yang dijadikan patokan
untuk lanjut usia berbeda-beda,
umumnya berkisar antara 60-65
tahun. Menurut word healt
organitation (WHO) lanjut usia
(elderly) usia 60-74 tahun, lanjut usia
tua (old) usia 75-90 tahun, usia
sangat tua (very old) > 90 tahun. Di
Indonesia batasan mengenai lanjut
usia adalah 60 tahun keatas, terdapat
dalam Undang-Undang Nomor 13
tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat
2. Menurut undang – undang tersebut
diatas lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun keatas
baik pria maupun wanita
(Kushariyadi, 2010).
Indonesia termasuk negara
yang memasuki era penduduk
berstruktur lansia (aging structured
population) karena jumlah penduduk
yang berusia 60 tahun ke atas sekitar
7,18%. Provinsi yang mempunyai
jumlah penduduk Lanjut Usia
(Lansia) nya sebanyak 7% adalah di
pulau Jawa dan Bali. Peningkatan
jumlah penduduk Lansia ini antara
lain disebabkan antara lain karena 1)
tingkat sosial ekonomi masyarakat
yang meningkat, 2) kemajuan di
bidang pelayanan kesehatan, dan 3)
tingkat pengetahuan masyarakat
yang meningkat (Menkokesra, 2009
dalam Husnawati, 2010).
Secara bilogis makin tua usia
seseorang maka semakin banyak
fungsi organ tubuh yang mengalami
perubahan berupa penurunan atau
bahkan tidak berfungsi sama sekali,
sehingga kekuatan fisik seseorang
dapat. kondisi fisik adalah salah satu
prasyarat yang sangat diperlukan
dalam usaha peningkatan gerakan
seseorang. Semakin baik kondisi
fisik seseorang, maka akan semakin
kekuatan fisik yang dimilikinya
(Nurcahyo, 2010).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesegaran jasmani
seseorang menurut pendapat yang
disampaikan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
(1994), antara lain adalah: umur atau
usia, jenis kelamin, genetika atau
keturunan, status kesehatan, riwayat
kerja, status gizi atau nutrisi,
kegiatan fisik, lingkungan (suhu atau
iklim), kebiasaan yang kurang baik
(merokok, miras, dan lain
sebagainya) dan keadaan ekonomi.
Berbagai factor seperti faktor
genetik, gaya hidup, dan lingkungan,
mungkin lebih besar mengakibatkan
gangguan fungsi daripada
penambahan usia itu sendiri
(Pranarka, 2006).
2
Majelis perwakilan republik
rakyat Indonesia MPR RI dalam
garis besar haluan negara (GBHN)
bertahun tahun sebelum tahun 1993
belum mencatumkan hal ikwal
golongan lanjut usia yang masih
mandiri dan produktif yangt
tenaganya masih dapat dimanfaat
kan untuk pembagunan negara.
GBHN 1993 dalam rumusan
mengenai usia lanjut akhirnya
berbunyi sebagian berikut: dengan
meningkat nya jumlah penduduk usia
lanjut dan masih panjangnya usia
harapan hidup sebagia akibat
kemajuan yang telah dicapai dalam
pembangunan selama ini maka
mereka keahlian dan kearifan perlu
diberi kesempatan untuk berperan
dalam pembangunan. Kesejahteraan
penduduk usia lanjut yang karena
kondisi fisik dan mentalnya tidak
memungkinkan lagi untuk berperan
dalam pembangunan, perlu
mendapatkan perhatian khusus dari
pemerintah dan masyarakat.
Dengan umur yang tidak lagi
muda, dan kondisi fisik tubuhnya
yang semakin menurun, para lansia
masih banyak yang bertahan untuk
bekerja dengan banyak cara, seperti
menjadi pedagang dipasar pasar
tradisional, di pagi, siang, bahkan
malam hari. Para lanjut usia masih
banyak yang menggantungkan
hidupnya di pasar-pasar tradisional
demi mempertahankan hidup.
Fenomena yang terjadi
dipasar tradisional yaitu pasar Legi
Surakarta, penulis menemukan tidak
sedikit para usia lanjut yang masih
jauh dari kesejahteraan mereka.
Hampir sekitar 25 dari 80 pekerja
maupun pedagang di pasar Legi
Surakarta sudah termasuk usia lanjut.
Menurut data basis badan koordinasi
keluarga berencana nasional
(BKKBN) jumlah lansia di Surakarta
mulai tahun 2011 sudah mencapai
angka 617 orang lansia. Observasi
langung sebelumnya penulis
melakukan surve dan hasilnya
menemukan 15 orang usia lanjut
bahkan masih banyak lagi yang
menggantungkan hidupnya atau
mencari nafkah di pasar Legi
Surakarta dengan cara menjadi
buruh, dan lai-lain. Kondisi yang
seadanya para usia lanjut hampir
setiap malam hari biasanya tidur di
pasar tersebut, kondisi malam hari
yang dingin tidak nyaman tanpa
adanya ruang khusus. Tuntutan pada
aktivitas lanjut usia dikarenakan
Pasar Legi juga aktif dimalam hari.
Berdasarkan latar belakang tersebut
penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengarui kekuatan fisik pada
lanjut usia di Pasar Legi Surakarta
pada tahun 2012
Tujuan dalam penelitian ini
untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kesegaran jasmani
pada lanjut usia.
TINJAUAN TEORI
1. Kesegaran Jasmani
Diana, dkk., (2009)
berpendapat bahwa kesegaran atau
kebugaran jasmani pada lansia
adalah kebugaran yang berhubungan
dengan kesehatan, yaitu kebugaran
jantung-paru, peredaran darah,
kekuatan otot, dan kelenturan sendi.
Berbeda dengan pendapat Hastuti
dan Zulaekah (2009) bahwa
kesegaran jasmani adalah
kemampuan tubuh seseorang untuk
melakukan tugas pekerjaan sehari-
3
hari tanpa menimbulkan kelelahan
yang berarti.
Berdasarkan beberapa
pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kesegaran
jasmani adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas
dalam waktu yang relatif lama tanpa
mengalami kelelahan yang berarti
dan masih dapat menikmati waktu
luang dengan baik serta mempunyai
cadangan energi untuk melakukan
aktivitas yang mendadak.
2. Nutrisi
Menurut Bogrt (dalam Irianto,
2004) mendefinisikan ilmu gizi
sebagai ilmu yang mempelajari cara
memberi makan tubuh yang layak
atau pantas. Menurut Muchtadi.
(2009) zat gizi adalah satuan-satuan
yang menyusun bahan makanan atau
bahan-bahan dasar. Menurut
Kusumaratna (2006) makanan
bergizi sebagai sumber energi, bahan
pembangun, pelindung tubuh dan
pengatur tubuh. Menurut Seksi Gizi
Dinas Kesehatan, makanan adalah
sesuatu yang dikonsumsi melalui
mulut untuk kebutuhan tubuh agar
tumbuh sehat.
3. Gaya Hidup sehat
Gaya hidup menggambarkan
keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungannya.
Gaya hidup adalah suatu perpaduan
antara kebudayaan ekspresi diri dan
harapan kelompok terhadap
seseorang dalam bertindak
berdasarkan pada norma-norma yang
berlaku (Eglite, dkk., 2009). Lebih
lanjut Guang (2002) mengatakan
bahwa gaya hidup adalah cara
mengekspresikan diri agar sesuai
dengan cara-cara seperti apa
seseorang ingin dipersepsikan
sehingga dapat diterima oleh
kelompok sosial tertentu dengan pola
perilaku tertentu. Seseorang
memiliki kerangka pemikiran yang
dipakainya untuk bertingkah laku
yang tertuang dalam minat, aktivitas,
dan opininya. Melalui kerangka
pemikiran tersebut akan terbentuk
pola perilaku tertentu pada individu,
terutama berkaitan dengan
bagaimana individu membentuk
kesan dimata orang lain, yang
melekat dengan status sosial dan
peran sosial yang disandangnya.
Dengan sendirinya akan banyak
berhubungan dengan komunikasi
verbal dan nonverbal.
4. Jenis Kelamin Manusia memiliki perbedaan
dan ciri-ciri tertentu yang tampak
secara fisik. Menurut Gunarsa dan
Gunarsa (2003) perbedaan secara
anatomis dan fisiologis berdasarkan
ciri-ciri tertentu ini menggolongkan
pada dua jenis yang berbeda, yaitu
pria dan wanita. Menurut Kartono
(2008) jenis kelamin atau seks
merupakan kualitas yang
menentukan individu itu laki-laki
atau perempuan menyatakan bahwa
perbedaan secara anatomis dan
fisiologis pada manusia
menyebabkan perbedaan struktur
tingkah dan struktur aktivitas antara
pria dan wanita (Kartono, 2008).
Lebih lanjut dejelaskan bahwa
perbedaan ini diperkuat oleh struktur
kebudayaan yang ada sejak dulu.
Walaupun struktur-struktur di dunia
dan norma-norma sosial telah
berubah, namun keberadaan kedua
jenis klamin ini beserta sifat-sifat
keduanya tetap berbeda.
4
5. Lansia Lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60
tahun menurut pasal 1 ayat (2), (3),
(4) UU No. 13 tahun 1998. Usia
lanjut dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada dasar kehidupan
manusia (Budi Anna Keliat dalam
Maryam, dkk., 2009).
6. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
a. Nutrisi berpengaruh terhadap
kesehatan jasmani pada lanjut
usia di Pasar Legi Surakarta.
b. Gaya hidup sehat berpengaruh
terhadap kesehatan jasmani pada
lanjut usia di Pasar Legi
Surakarta.
c. Jenis kelamin berpengaruh
terhadap kesehatan jasmani pada
lanjut usia di Pasar Legi
Surakarta.
METODE PENELITIAN
Jenis dalam penelitian ini yaitu
jenis deskriptif kuantitatif. Metode
pendekatan waktu yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cross
sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh pekerja lansia
sebagai pedagang dan kuli gendong
di Pasar Legi Surakarta, yang
berjumlah 245 orang. Sampel dalam
penelitian ini adalah lansia yang
bekerja di Pasar legi, baik yang
bekerja sebagai buruh gendong
ataupun sebagai pedagang. Jumlah
sampel 43 orang, dalam pengambilan
sampel menggunakan kriteria inklusi
dan ekslusi. Penelitian ini
menggunakan teknik sampling
purposive sampling.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian
berupa kuesioner yang dibuat oleh
peneliti berupa 2 buah yang terdiri
dari kuesioner gaya hidup, kesegaran
jasmani, pada lansia yang bekerja di
pasar Ngawi diperoleh subjek 71
orang dan teknik sampling yang
digunakan menggunakan total
sampling.
Hasil dan Pembahasan
1. Distribusi Responden
a. Distribusi Responden menurut
Nutrisi Gizi
Hasil Nutrisi gizi pada
responden dapat diketahui melalui
tabel berikut:
Tabel 1
Distribusi Responden Menurut
Tingkat Nutrisi
Status
Nutrisi
Frekuensi Persentase
(%)
Normal 26 60.5
Tidak 17 39.5
Jumlah 43 100
Pengukuran Nutrisi gizi
menggunakan nilai indeks massa
tubuh (IMT). Nilai IMT responden
yang paling banyak termasuk
kategori normal yaitu 26 orang
(60,5%) dan nutrisi tidak normal
sebanyak 17 orang (39,5%).
b. Distribusi Responden menurut
Tingkat Pola Gaya Hidup
Sehat
Distribusi tingkat pola gaya
hidup sehat pada responden sebagian
besar termasuk kategori baik yaitu
sebanyak 27 orang (62,8%) dan
kategori buruk sebanyak 16 orang
(37,2%). Hasil tersebut disajikan
pada tabel berikut ini.
5
Tabel 2
Kategori Tingkat Pola Gaya
Hidup Sehat
Tingkat
Gaya Hidup
Sehat
Frekuensi Persentase
(%)
Baik 27 62.8
Buruk 16 37.2
Jumlah 43 100
c. Distribusi Responden menurut
Tingkat Kesegaran Jasmani
Dari hasil pengukuran sebagian
besar responden mempunyai tingkat
kesegaran jasmani sehat sebanyak 30
orang (69,8%) dan jasmani sehat
sebanyak 13 orang (30,2%).
Kategori tingkat kesegaran jasmani
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3
Kategori Tingkat Kesegaran
Jasmani
Kategori
tingkat
kesegaran
jasmani
Frekuensi Persentase
(%)
Jasmani sehat 30 69.8
Jasmani sakit 13 30.2
Jumlah 43 100
2. Hasil Uji Hipotesis
a. Hubungan antara Nutrisi
dengan Kesegaran Jasmani
Dari hasil olah data, dengan
menggunakan rumus chi square
diketahui nutrisi gizi tidak ada
pengaruh dengan kesegaran jasmani.
Hal ini diketahui besar p = 0,439 >
0,05. Berikut ini dsajikan tabel
hubungan antara nutrisi gizi dengan
kesegaran jasmani.
Tabel 4
Hubungan Antara Nutrisi dengan
Kesegaran Jasmani
Nutrisi
Gizi
Kesegaran Jasmani
Sehat Sakit Total
n % n % n %
Baik 17 65,4 9 34,6 26 100
Buruk 13 76,5 4 23,5 17 100
Total 30 69,8 13 30,2 43 100
Nilai
*p
0,439
* = Hasil uji Chi-Square
b. Hubungan antara Gaya Hidup
Sehat dengan Kesegaran
Jasmani
Hasil hubungan antara pola gaya
hidup sehat dengan kesegaran
jasmani sebagai berikut: Tabel 5
Hubungan Gaya Hidup Sehat
dengan Kesegaran Jasmani
Pola Gaya
Hidup
Sehat
Kesegaran Jasmani
Sehat Sakit Total
n % n % n %
Baik 23 85,2 4 14,8 27 100
Buruk 7 43,8 9 56,2 16 100
Total 30 69,8 13 30,2 43 100
Nilai *p 0,004
* = Hasil uji Chi-Square
Dari tabel tersebut dapat
diketahui bahwa antara pola gaya
hidup sehat dengan kesegaran
jasmani ada hubungan. Hasil tersebut
dibuktikan dari olah data chi square
diperoleh hasil p = 0,004 < 0,05.
c. Hubungan Jenis Kelamin
dengan Kesegaran Jasmani
Hipotesis yang ketiga yaitu
untuk mengetahui hubungan antara
6
jenis kelamin dengan kesegaran
jasmani, disajikan pada tabel berikut.
Tabel 6
Hubungan Jenis Kelamin dengan
Kesegaran Jasmani Jenis
Kelamin
Kesegaran Jasmani
Sehat Sakit Total
n % n % n %
Laki-laki 13 65 7 35 20 100
Perempu
an
17 73,9 6 26,1 23 100
Total 30 69,8 13 30,2 43 100
Nilai *p 0,526
* = Hasil uji Chi-Square
Hasil pada tabel tersebut di
atas dapat diketahui bahwa jenis
kelamin tidak berhubungan dengan
kesegaran jasmani. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil chi square
dengan p = 0,526 > 0,05.
3. Pembahasan
Lanjut usia adalah tahapan
dalam rentang kehidupan manusia
yang paling akhir dari 11 tahapan
kehidupan manusia yaitu dari usia 60
tahun sampai dengan meninggal. Hal
ini senada dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia pada pencanangan Hari
Lansia Nasional tanggal 29 Mei
tahun 1997 bahwa yang dimaksud
dengan lanjut usia adalah orang-
orang yang berusia 60 tahun ke atas
(biologis). Pendekatan pembelajaran
yang digunakan oleh lansia berbeda
dengan orang dewasa dan anak-anak.
Hal ini didasari oleh usulan
pemikiran dalam “humanagogi”
bahwa proses pembelajaran yang
dilakukan ditentukan oleh usia
peserta belajar dan perbedaan tugas-
tugas perkembangan (development
tasks) manusia dalam setiap
rentangan usianya.
Menurut Irianto (2004)
pengertian kesegaran jasmani adalah
“kemampuan seseorang untuk dapat
melakukan kerja sehari-hari secara
efisien tanpa timbul kelelahan yang
berlebihan sehingga masih dapat
menikmati waktu luangnya”. Faktor-
faktor yang mempengaruhi
kesegaran jasmani seseorang oleh
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (1994), antara lain adalah:
umur atau usia, jenis kelamin,
genetika atau keturunan, Nutrisi
kesehatan, riwayat kerja, Nutrisi gizi
atau nutrisi, kegiatan fisik,
lingkungan (suhu atau iklim),
kebiasaan yang kurang baik
(merokok, miras, dan lain
sebagainya) dan keadaan ekonomi.
Pranarka (2006) berpendapat bahwa
kesegaran jasmani dipengaruhi faktor
genetik, gaya hidup, dan lingkungan,
mungkin lebih besar mengakibatkan
gangguan fungsi daripada
penambahan usia itu sendiri,
sehingga berpengaruh terhadap
kebugaran jasmani.
Para lansia menginginkan
dapat memiliki fisik sehat. Sehat
yang dimaksud dalam tulisan ini
mencakup berbagai dimensi, yaitu
dimensi fisikal, intelektual, sosial,
emosional, dan spiritual. Dimensi
fisikal yang terdiri atas tiga sistem
kerja, yaitu pelaksana gerak,
pendukung gerak, dan pemulih.
Fungsi dimensi fisikal adalah untuk
bergerak dan bekerja sebagai
dimensi yang sangat penting untuk
memfungsikan dimensi-dimensi
lainnya (Eglite, dkk., 2009). Fisik
sehat berpengaruh terhadap
kesegaran jasmani.
7
Kesegaran jasmanis dipegaruhi
faktor gaya hidup sehat, mencakup
hal-hal sebagai berikut: memakan
makanan dan minuman yang sehat
(termasuk menghindarkan nikotin,
minuman keras), latihan atau
olahraga yang terprogram,
melakukan kebiasaan baik dan
meninggalkan kebiasan jelek,
memperbaiki lingkungan alam atau
sekitar, selalu berupaya
meningkatkan ilmu pengetahuan
terutama tentang kesehatan bagi
masyarakat yang berusia lansia.
Masyarakat beranggapan
bahwa jenis kelamin perempuan
adalah semacam kelas tersendiri
dalam pelapisan sosial. Ada kelas
laki-laki dan ada kelas perempuan,
laki-laki masuk kelas atas dan
perempuan masuk pada kelas bawah.
Atas dasar itu berlakulah pembagian
peran, perempuan dipandang lebih
sesuai untuk bekerja di sektor
domestik, yaitu di rumah, mengasuh
anak, dan mempersiapkan segala
keperluan suami atau laki-laki di
rumah. Sementara laki-laki lebih
sesuai bekerja di luar rumah, dalam
arti mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan perempuan dan
keluarganya.
Dalam penelitian tidak ada
hubungan atau tidak ada perbedaan.
Hal ini terjadi karena adanya
perkembangan zaman dalam
pekerjaan antara laki-laki dan
perempuan memiliki kesamaan.
Demikian pula buruh gendong di
Pasar Legi Surakarta, antara
perempuan dan laki-laki memiliki
kesamaan dalam mengangkat barang.
Di dalam suatu penelitian
terdapat kelemaham-kelemahan atau
keterbatasan dalam pelaksanaannya.
Keterbatasan dalam penelitian ini
ada dua yaitu:
1. Masih ada faktor selain faktor
faktor yang dijadikan variable
yang tidak diteliti yaitu faktor
genetik, lingkungan, ekonomi dan
lain-lain
2. Alat pengukuran nutrisi hanya
menggunakan IMT ,dimana dalam
pengkajian nutrisi selain
menggunakan IMT bisa
menggunakan, biokamical, critical
sign dan diet
3. Saat pengumpulan data kuesioner,
sebagian responden ditunggu dan
sebagian tidak ditinggal karena
responden mengisi jawaban di
rumah. Setelah tiga hari kuesiner
tersebut diambil oleh peneliti
KESIMPULAN
1. Nutrisi tidak berpengaruh
terhadap kesegaran jasmani pada
lanjut usia di Pasar Legi
Surakarta.
2. Pola gaya hidup sehat
berpengaruh terhadap kesegaran
jasmani pada lanjut usia di Pasar
Legi Surakarta.
3. Jenis kelamin tidak berpengaruh
terhadap kesegaran jasmani pada
lanjut usia di Pasar Legi
Surakarta.
SARAN
1. Bagi para Lansia
a. Disarankan untuk
mempertahankan status gizi
normal. Cara yang dapat
dilakukan antara lain makan
makanan yang bergizi atau
memenuhi syarat makanan
empat sehat lima sempurna,
8
sehingga di usia lansia dapat
memiliki fisik sehat.
b. Bagi lansia disarankan untuk
meningkatkan pola gaya hidup
sehat. Gaya hidup sehat dapat
dilakukan oleh lansia seperti
melakukan kegiatan olahraga
secara runting atau
meninggalkan kebiasaan buruk
contohnya tidak merokok.
2. Bagi penelitian lanjut
Perlu adanya penelitian lebih
lanjut dengan varibel peneliian yang
belum diteliti seperti faktor
lingkungan, genetik, ekonomi,.
Selain itu, kelemahan pada pengisian
kuesioner yang tidak ditunggui oleh
peneliti, memungkinkan responden
dalam mengisi kuesioner terkesan
asal-asalan atau dijawab orang lain.
Oleh sebab itu, bagi peneliti lain
disarankan untuk menunggui
responden saat mengisi kuesioner,
sehingga penelitian lebih akurat
3. Bagi profesi keperawatan
Dapat dijadikan masukan
atau wacana dalam memberikan
asuhan keperawatan antara lansia
yang aktif bekerja dengan lansia
yang tidak bekerja. Pengkajian yang
dilakukan guna memperoleh data
pasien (lansia) dapat ditentukan oleh
faktor-faktor intrinsik maupun
ekstrinsik dari lansia tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, B. 2011. Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut).
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
Ditha Diana,Ditha, Basuki,
Bastaman, dan Kurniarobbi,
Jull. 2009. Low Physical
Activity Work-Related and
Other Risk Factors Increased
The Risk of Poor Physical
Fitness In Cement Workers.
Med J Indones. Vol.18. No.
3. Hal. 201-205.
Eglite, Alje; Vintila, Mona;
Grinfelde, Anda; Kantike,
Ingrida. 2009. Healthy
Lifestyle in the Elderly’s
View in Romania and Latvia.
Economic Science for Rural
Development. Nr. 19
Guang, Hung Zhao. 2002. Gaya
Hidup Warga Usia
Pertengahan dan Usia Lanjut
Serta Pengaruhnya terhadap
Kesehatan. Jakarta:
Perkumpulan Pancaran
Hidup.
Gunarsa, S.D dan Gunarsa, Y.S.D.
2003. Psikologi
Perkembangan Anak,
Remaja, Dewasa, dan
Keluarga. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Hastuti, Nugrahaini Puji dan
Zulaekah, Siti. 2009.
Hubungan Tingkat Konsumsi
Karbohidrat, Protein Dan
Lemak Dengan Kesegaran
Jasmani Anak Sekolah Dasar
di SD N Kartasura I. Jurnal
Kesehatan., VOL. 2, NO. 1,
Husnawati, A. 2010. Hubungan
Antara Gaya Hidup Dengan
Tingkat Ketergantungan
Dalam Aktivitas Kehidupan
Sehari – Hari Lansia Di
Kelurahan Kopen Teras
9
Boyolali. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Irianto, P. 2004. Nutrisi dan
Kesehatan. Jakarta: Sarana
Medika.
Kartono, Kartini. 2008. Psikologi
Wanita II. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Kushariyadi. 2010. Asuhan
Keperwatan Pada Lanjut
Usia. Selemba Medika.
Jakarta.
Kusumaratna, Rina K. 2006.
Nurition and Immune System
in the Elderly. Universa
Medicina. Vol. 25, No. 3
Maryam, Siti Ekasari, Mia Fatma;
Rosidawati; Jubaedi, Ahmad;
Batubara, Irwan. 2009.
Mengenal Usia Lanjut Dan
Perawatanya. Salemba
Medika. Jakarta
Muchtadi, D. 2009. Gizi Anti
Penuaan Dini.Bandung:
ALFABETA
Nurcahyo, Fathan. 2010. Survei
Profil Kondisi Fisik Pemain
Sepakbola Porprov
Kabupaten Sleman Tahun
2011. Jurnal Kesehatan. Vo.
5. No.11. Hal. 1-20.
Pranarka, Kris. 2006. Penerapan
Geriatrik Kedokteran Menuju
Usia Lanjut Yang Sehat.
Universa Medicina Oktober-
Desember 2006, Vol.25 No.4
187-197