FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN
DEBITUR KUR MIKRO SEKTOR AGRIBISNIS KASUS BANK BRI UNIT PURBASARI
MUHAMMAD HAKIM HAEKAL
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang
Memengaruhi Keputusan Debitur KUR MIKRO Sektor Agribisnis Studi Kasus
Bank BRI Unit Purbasari adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Muhammad Hakim Haekal
NIM H34100166
ABSTRAK
MUHAMMAD HAKIM HAEKAL. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan
Debitur KUR MIKRO Sektor Agribisnis Kasus Bank BRI Unit Purbasari.
Dibimbing oleh DWI RACHMINA
Kondisi pelaku agribisnis pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) membutuhkan modal yang besar untuk membangun dan
mengembangkan usahanya. Dalam rangka untuk mendapatkan pinjaman,
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menciptakan produk
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro. KUR disalurkan melalui beberapa bank
seperti Bank BRI, BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Bank Islam, dan Bank daerah
lainnya. Pemerintah memberikan jaminan terhadap risiko KUR sebesar 70 persen
sedangkan 30 persen sisanya ditanggung oleh bank pelaksana. Penelitian ini
menunjukkan bagaimana proses pengambilan keputusan debitur pelaku agribisnis
terhadap KUR mikro Bank BRI. Tahapan proses pengambilan keputusan adalah
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Setelah itu, diidentifikasi faktor-faktor
seperti faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan debitur
pelaku agribisnis dalam memilih KUR Mikro Bank BRI. Penelitian ini
menggunakan analisis top two boxes untuk menentukan faktor-faktor apa yang
paling mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis dalam memilih produk
KUR mikro Bank BRI unit Purbasari. Dari hasil penelitian, faktor internal
memiliki pengaruh kuat dari faktor eksternal . Hal ini dapat menjadi informasi
bagi Bank BRI unit Purbasari dalam menciptakan strategi pemasaran untuk
mendapatkan lebih banyak debitur baru dan mempertahankan yang lama.
Kata kunci: UMKM, KUR, proses pengambilan keputusan, analisis top two boxes
ABSTRACT
MUHAMMAD HAKIM HAEKAL. Factors Affective Decision Against Debtor
KUR Mikro Agribusiness Sector Case Study of Bank BRI Unit Purbasari.
Supervised by DWI RACHMINA
Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) of agribusiness require
substantial capital to build and expand its business. Speaking of loan problem
solivng, the Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises creates
products People's Business Credit (KUR) Micro. KUR channeled through several
banks such as Bank BRI, BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Islamic Bank, and other
regional bank. The government gives a guarantee against the risk by 70 percent
while KUR remaining 30 percent is borne by the executing bank. This study
shows how the decision-making process of the debtor to KUR micro agribusiness
BRI. Stages of the decision-making process are problem recognition, information
search, evaluation of alternatives, purchase decision, postpurchase behaviour.
After that, the identified factors such as internal factors and external factors
affecting the debtor 's decision in choosing KUR agribusiness Micro BRI. This
study uses analysis of top two boxes to determine what factors most affect a
debtor's decision in choosing products agribusiness KUR micro Purbasari BRI
units. From the research, the internal factors have a stronger influence than
external factors. This can be information for BRI unit Purbasari in creating a
marketing strategy to get more new debtors and retain previous ones.
Keyword :MSME, KUR, decision-making process, top two boxes analysis
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini memiliki judul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Debitur KUR MIKRO Sektor Agribisnis Kasus Bank
BRI Unit Purbasari.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr Ir Dwi Rachmina, M Si sebagai
dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi,
dosen penguji Eva Yolynda Aviny, SP MM dan Dr Ir Netti Tinaprilla, MM, pihak
kantor pusat Bank BRI divisi bisnis program, pihak Bank BRI Cabang Dewi
Sartika Bogor, Bank BRI unit Purbasari yang telah memberi izin dan
mendampingi penulis dalam penelitian ini. Penulis juga sampaikan terima kasih
kepada para debitur Bank BRI unit Purbasari yang telah membantu dalam
pengumpulan data penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
Ayah, Ibu, Adik,serta seluruh keluarga, atas segala doa dan restu serta kepada
teman-teman Agribisnis 47 IPB yaitu Josia Anajohn, Galih Puntadewa, Putri
Anggraeni, Putri Gunanti, Tuty Rachmawati, Riska Prorina.
Semoga karya ilimiah ini memberikan banyak manfaat.
Bogor, Juli 2014
Muhammad Hakim Haekal
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
Penelitian Terdahulu 4
KERANGKA PEMIKIRAN 5
Kerangka Pemikiran Teoritis 5
Pengertian Proses Pengambilan Keputusan 5
Pengertian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan 7
Pengertian Kredit 8
Kerangka Pemikiran operasional 10
METODE 11
Metode Penelitian 12
Pengumpulan Data 12
Metode Pengolahan dan Analisis Data 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Produk Kredit 15
KUR Bank BRI 15
Gambaran umum Bank BRI unit Purbasari 16
Karakteristik Responden 16
Proses Pengambilan Keputusan 18
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan 20
KESIMPULAN DAN SARAN 23
Kesimpulan 23
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27
RIWAYAT HIDUP 45
DAFTAR TABEL
1 Realisasi dan NPL penyaluran KUR Bank Nasional 2 2 Karakteristik debitur KUR Mikro Bank BRI 16 3 Proses pengambilan keputusan debitur KUR Mikro Bank BRI 18 4 Faktor internal yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku
agribisnis KUR Mikro Bank BRI 25 5 Faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku
agribisnis KUR MIkro Bank BRI 27
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka alur pemikiran 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Realisasi KUR menurut Sektor Ekonomi (31 Juli 2013) 27
2 Realisasi KUR menurut propinsi (31 Juli 2013) 38
3 Perhitungan validitas dan reliabilitas 29
4 Hasil olahan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
menggunakan top two boxes 37
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) umumnya memiliki
keterbatasan modal. UMKM membutuhkan dana untuk modal dan meningkatkan
skala usahanya. Untuk mendapatkan pinjaman dana dari lembaga keuangan
terutama bank, suatu usaha harus produktif, layak, dan bankable. UMKM
memiliki beberapa persyaratan tersebut tetapi umumnya belum bankable. Belum
bankable adalah UMKM yang belum dapat memenuhi persyaratan
perkreditan/pembiayaan dari bank pelaksana anatara lain dalam penyediaan
agunan dan pemenuhan persyaratan perkreditan/pembiayaan yang sesuai dengan
ketentuan bank pelaksana. Agar UMKM dapat memperoleh pinjaman maka
pemerintah yaitu Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah meresmikan
program Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tahun 2007. KUR dinilai penting
untuk mengembangkan usaha dan menambah produktivitas usaha.
KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber
dana sepenuhnya berasal dari dana bank. KUR disalurkan melalui beberapa bank
seperti Bank BRI, BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Bank Syariah Mandiri, serta
beberapa bank pembangunan daerah. Pemerintah memberikan penjaminan
terhadap risiko KUR sebesar 70 persen sementara 30 persen sisanya ditanggung
oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan
akses UMKM pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan
perekonomian nasional. Pada UMKM banyak terdapat pelaku agribisnis dengan
usaha di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan yang memiliki
keterbatasan modal dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya.
Pada tahun 2012, realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
mencapai Rp. 34.230 triliun, jumlah ini melampaui target pemerintah sebesar
Rp.30 triliun1. Oleh karenanya pada tahun 2013 Pemerintah meningkatkan target
KUR menjadi Rp. 36 triliun. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta
Rajasa optimis target penyaluran KUR 2013 akan melampaui target seperti
realisasi penyaluran KUR di 2012 yang mencapai Rp. 34.230 triliun. Penyaluran
kredit terbesar disalurkan oleh Bank BRI yang mencapai Rp. 19 triliun, dan Bank
BNI sebesar Rp. 4,17 triliun.
Berdasarkan data pada Tabel 1, per tanggal 31 Augustus 2013 tercatat
Bank BRI adalah penyalur KUR terbesar dengan total plafond mencapai Rp. 75,9
triliun. Selain sektor ritel BRI juga menyalurkan KUR di sektor mikro yang
masing-masing plafondnya sebesar Rp. 15,3 triliun dan Rp. 60,6 triliun dengan
debitur 89.434 UMK dan 8.132.842 UMK. Bank BRI memiliki NPL yang rendah
dengan penyaluran dan pengelolaan KUR yang baik dan tepat sasaran
dibandingkan dengan NPL KUR di Bank lainnya.
1 http://www.komite-kur.com/ [2 November 2013]
2
Dilihat dari sisi sektor ekonomi (lampiran 1) penyaluran KUR oleh Bank
Pelaksana masih didominasi oleh sektor perdagangan. Penyaluran di sektor ini
mencapai Rp. 70,477 triliun. Sektor pertanian menjadi sektor kedua terbesar
menyerap KUR dari bank pelaksana yaitu sebesar Rp. 20,2 triliun.
Dari sebaran wilayahnya (Lampiran 2), penyerapan KUR masih
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Jawa Barat menduduki peringkat ketiga terbesar
yang menyerap KUR.
Tabel 1 Realisasi dan NPL penyaluran KUR Bank Nasional (31 Agustus 2013)
No Bank
Realisasi Penyaluran KUR NPL
Plafon Outstanding
Debitur
Rata-rata
Kredit (%)
(Rp juta) (Rp juta)
(Rp
juta/debitur)
1 BNI 14 085 347 4 701 435 223 884 62.9 4.9
2 BRI (KUR
Ritel) 15 385 931 6 435 103 91 745 167.7 3.4
3 BRI (KUR
Mikro) 60 601 244 18 534 819 8 350 952 7.3 1.8
4 Bank Mandiri 12 329 576 6 178 851 243 199 50.7 3.7
5 BTN 3 932 124 2 136 527 22 238 176.8 7.9
6 Bank Bukopin 1 745 102 715 658 11 669 149.6 4.2
7 Bank Syariah
Mandiri 3 293 281 1 635 387 44 891 73.4 7.2
8 BNI Syariah 123 070 91 736 878 140.2 3.5
Total 111 495 674 40 429 517 8 989 456 12.4 3.3
Sumber : Komite Kredit Usaha Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013
Dari Tabel 1. di atas, jumlah debitur yang hampir mencapai 9 juta debitur
menunjukkan bahwa banyak pelaku agribisnis yang membutuhkan dana kredit
guna membangun dan mengembangkan usahanya. Bila dibandingkan dengan
jumlah UKM yaitu 55,2 juta unit maka masih banyak UKM yang belum
memanfaatkan fungsi dari KUR tersebut. Mempertimbangkan data diatas, penulis
tertarik untuk menelaah lebih jauh penyaluran produk KUR di Bank BRI,
khususnya di Bank BRI unit Purbasari Kabupaten Bogor.
Perumusan Masalah
Bank BRI unit Purbasari merupakan salah satu kantor unit Bank BRI dari
5,001 kantor unit yang berada di wilayah Bogor. Secara umum fungsi dan tujuan
yang dimilikinya sama dengan kantor unit Bank BRI lainnya yang ada di seluruh
Indonesia. Bank BRI menyalurkan berbagai macam produk kredit, dan salah
satunya KUR yang merupakan program pemerintah.
Produk KUR yang disalurkan oleh Bank BRI unit Purbasari memiliki NPL
yang paling rendah. Ini menandakan bahwa Bank BRI selektif dalam menyalurkan
KUR kepada debitur dan tepat sasaran. Hal tersebut merupakan keunggulan Bank
BRI dibandingkan bank penyalur lainnya.
3
Dalam penetrasi pasar KUR, perlu diketahui faktor-faktor yang membuat
para debitur KUR memilih produk tersebut. Banyaknya lembaga keuangan yang
menawarkan produk sejenis, memberikan beragam pilihan bagi debitur untuk
memilih dan mengambil keputusan produk mana yang paling cocok untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan daya saing produknya adalah mengetahui bagaimana perilaku
debitur pelaku agribisnis khususnya pada proses pengambilan keputusan, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis dalam
memilih produk kredit untuk UMKM. Secara garis besar masalah yang akan
dibahas dan dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses keputusan bagi calon debitur dalam memilih produk
kredit KUR Mikro di Bank BRI Unit Purbasari?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi debitur pelaku agribisnis dalam
pengambilan keputusan memilih produk kredit KUR Mikro di Bank BRI
Unit Purbasari?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penulisan ini yaitu :
1. Menganalisis proses keputusan debitur pelaku agribisnis dalam pemilihan
produk KUR Mikro Bank pada Bank BRI di Unit Purbasari Bogor.
2. Mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan debitur
pelaku agribisnis dalam memilih produk kredit KUR Mikro pada Bank
BRI Unit Purbasari.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi
bagi Bank BRI secara keseluruhan dan khususnya Bank BRI unit Purbasari untuk
menyusun strategi pemasarannya, untuk mengetahui hal apa saja yang menjadi
keputusan debitur pelaku agribisnis, dan untuk mengetahui atribut apa saja yang
memberikan dampak paling berpengaruh dalam memilih produk KUR Mikro di
Bank BRI. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan dan
pengembangan produk KUR Mikro selanjutnya. Hasil penelitian ini juga dapat
dijadikan informasi bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan
penelitian pada bidang yang sejenis.
Ruang Lingkup Penelitian
Kegiatan penelitian atau penulisan ini dilakukan pada debitur Bank BRI
unit Purbasari Bogor dengan pertimbangan bahwa Bank ini merupakan salah satu
Bank terbesar di Bogor yang dikenal masyarakat di Kabupaten Bogor. Objek yang
diteliti adalah proses dalam pengambilan keputusan debitur pelaku agribisnis serta
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis. Lingkup
objek penelitian ini dibatasi pada debitur pengguna Kredit Usaha Rakyat (KUR)
di sektor agribisnis seperti usaha tani, perdagangan barang, dan perdagangan jasa.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pengambilan keputusan
Hatta (2009) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pada tahap
pengenalan kebutuhan, tujuan menabung adalah untuk mengantisipasi keperluan
mendadak. Pada tahap pencarian informasi, diperoleh melalui informasi dari pihak
bank dan fokus perhatian dalam memilih tabungan adalah fasilitas yang didapat.
Pada tahap evaluasi, pertimbangan utama adalah fasilitas yang didapat. Pada tahap
pengambilan keputusan, nasabah memutuskan memilih “Danamon Lebih” adalah
karena fasilitas tabungan yang menarik. Fasilitas tabungan yang lebih disukai
adalah bebas biaya administrasi. Pada tahap pasca pembelian, sebagian besar
nasabah menyatakan suka dan puas. Nasabah bersedia untuk mempromosikan
tabungan Danamon Lebih kepada orang lain.
Pada penelitian Nugraha (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Tingkat Kepuasan Debitur Terhadap Pelayanan Kredit UMKM Swamitra
Bank Bukopin Cabang Bogor. Responden pengguna Kredit UMKM Swamitra
didominasi oleh debitur berjenis kelamin laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa
ternyata laki-laki lebih berani mengambil risiko dibandingkan wanita. Dilihat dari
segi usiapresentase tertinggi berusia 26-35 tahun yang menunjukkan usia
produktif. Dilihatdari segi pekerjaan, presentase tertinggi berprofesi sebagai
pengusaha. Berdasarkan analisis tingkat kepentingan, ada tiga atribut yang
dianggap sangatpenting yaitu kemudahan melakukan prosedur pinjaman dan tidak
berbelit-belit,ketepatan waktu dalam merealisasikan pinjaman swamitra kepada
debitur, sertakaryawan tidak pilih-pilih dalam melayani debitur.
Tsuraya (2010) dalam penelitiannya, terdapat hubungan antara pengenalan
kebutuhan pencarian informasi, dan keputusan pembelian dengan perilaku pasca
pembelian lebih lemah dibandingkan dengan hubungan antara evaluasi alternatif
dengan perilaku pasca pembelian.
Putri (2011) dalam penelitiannya Analisis Proses Keputusan Konsumen
Dalam Pemilihan Produk KUR Bank Jabar Banten (BJB), Proses keputusan
konsumen terdiri dari lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian.
Pada tahap pengenalan kebutuhan yang paling berhubungan adalah kebutuhan
untuk investasi, pada tahap pencarian informasi yang paling berhubungan adalah
informasi yang diperoleh dari media elektronik, yang paling berhubungan pada
tahap evaluasi alternatif adalah evaluasi plafond, pada tahap keputusan pembelian
yang paling berhubungan adalah pengaruh media iklan, serta pada tahap evaluasi
pasca pembelian yang paling berhubungan adalah kemauan konsumen untuk
menyarankan KUR kepada orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
Pada penelitian Hatta (2009) menghasilkan empat faktor. Pada faktor
pertama, atribut yang paling berpengaruh adalah cepat tanggap terhadap keluhan.
Pada faktor kedua adalah fasilitas produk tabungan seperti bebas biaya
5
administrasi dan cashback. Pada faktor ketiga adalah bunga yang diperoleh. Pada
faktor keempat adalah promosi yang dilakukan.
Mulyanto (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
realisasi KUR melalui studi kasus Bank BRI unit Leuwiliang. Metode
pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan
jumlah responden sebanyak 80 debitur yang dianalisis menggunakan analasis
deskriptif dan regresi linier berganda. Variable respon dalam analisis tersebut
adalah jumlah realisasi kredit dalam satuan rupiah, sedangkan variable-variabel
prediktornya meliputi tingkat pendapatan per bulan, aset keluarga, aset usaha, dan
lama pendidikan formal. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi realisasi KUR ada empat yaitu pendapatan, frekuensi pengambilan
kredit, lama usaha, dan modal usaha.
Pada penelitian Nugraha (2009), responden pengguna Kredit UMKM
Swamitra didominasi oleh debitur berjenis kelamin laki-laki, hal ini menunjukkan
bahwa ternyata laki-laki lebih berani mengambil risiko dibandingkan wanita.
Dilihat dari segi usiapresentase tertinggi berusia 26-35 tahun yang menunjukkan
usia produktif. Dilihatdari segi pekerjaan, presentase tertinggi berprofesi sebagai
pengusaha.Berdasarkan analisis tingkat kepentingan, ada tiga atribut yang
dianggap sangatpenting yaitu kemudahan melakukan prosedur pinjaman dan tidak
berbelit-belit,ketepatan waktu dalam merealisasikan pinjaman swamitra kepada
debitur, serta karyawan tidak pilih-pilih dalam melayani debitur.
Pada penelitian Putri (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
konsumen terhadap produk KUR BJB yaitu faktor dukungan keluarga, faktor gaya
hidup usaha, serta faktor pengalaman pernah menggunakan KUR sebelumnya.
Wijayanti dan Agus (2004) melakukan penelitian pada BMT di
Purwokerto. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa faktor-faktor
motivasi internal dan eksternal menjadi pertimbangan konsumen dalam
menyimpan dana di BMT. Faktor motivasi internal tersebut terbagi atas lima
faktor yaitu faktor menjalankan syariat Islam, hasil bagi yang halal, rela member I
bantuan, bagi hasil yang jujur, serta faktor kemauan sendiri. Faktor motivasi
eksternal terbagi atas enam faktor yaitu faktor promosi, orang lain, anggota
keluarga, pelayanan, informasi keuangan yang transparan, dan kecepatan
transaksi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
faktor.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran teoritis dari berbagai
penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Kerangka
pemikiran teoritis yang digunakan, dijelaskan di bawah ini.
6
Pengertian Proses Pengambilan Keputusan
Kotler (2000) membedakan lima peran yang dapat dimainkan setiap
individu di dalam keputusn pembelian :
a. Pencetus : Seorang yang pertama kali mengusulkan gagasan
untuk membeli produk dan jasa.
b. Pemberi pengaruh : Seorang dengan pandangan atau saran yang
mempengaruhi keputusan.
c. Pengambil keputusan : Seseorang yang memutusakan setiap komponen
dari suatu keputusan pembelian apakah membeli, tidak membeli,
bagaimana membeli, dan dimanakah membeli.
Selanjutnya, Kotler (2000) menyatakan lima tahapan bagi konsumen
dalam membuat keputusan pembelian :
a. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau
kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya
dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan tersebut dapat berasal
dari rangsangan internal atau eksternal.
b. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan mencari
informasi lebih lanjut. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam
empat kelompok :
- Sumber pribadi : Keluarga, teman, tetangga, kenalan.
- Sumber komersial : Iklan, wiranaga, penyalur, kemasan, pajangan.
- Sumber publik : Media massa, organisasi konsumen
- Sumber pengalaman : Penaganan, pengkajian, dan pemakaian produk.
Sumber-sumber ini memberikan pengaruh yang relative berbeda-beda
sesuai dengan jenis produk dan karakteristik pembeli.
c. Evaluasi Alternatif
Konsumen membentuk penilaian atas produk terutama berdasarkan
kesadaran dan rasio. Beberapa konsep dasar untuk memahami proses
evaluasi. Pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua,
konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen
memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan
yang berbeda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuaskan
kebutuhan ini. Konsumen memiliki sikap yang berbeda dalam memandang
atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting.
d. Keputusan Pembelian
Setelah mengadakan penilaian terhadap merek-merek yang ada, maka
selanjutnya konsumen akan membentuk suatu niat untuk membeli, manun
terdapat dua faktor yang berbeda diantara niat pembelian dengan
keputusan pembelian. Faktor pertama adalah pendirian orang, tergantung
atas pendirian orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan
motivasi konsumen untuk meruti keinginan orang lain. Faktor kedua
7
adalah factor situasi yang tidal diantisipasi. Faktor ini dapat muncul dan
mengubah niat pembelian. Dalam menjalankan niat pembelian, konsumen
dapat membuat lima sub-keputusan yaitu keputusan merek, pemasok,
kuantutas, waktu, dan metode pembayaran.
e. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli suatu produk, akan mengalami tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan. Jika produk lebih rendah daripada harapan pembeli, maka
pembeli akan kecewa. Jika kinerja produk sesuai harapan pembeli, maka
pembeli akan merasa puas. Hal ini akan membedakan apakah pembeli
akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut pada
orang lain. Keputusan dan ketidakpuasan konsumen dengan produk yang
dibeli akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Apabila konsumen
puas, maka akan memperlihatkan peluang, pembeli yang lebih tinggi.
Namun jika tidak puas konsumen kemungkinan akan melakukan salah satu
tindakan seperti meninggalkan produk, mengembalikan produk, mencari
informasi lebih lanjut untuk mempertegas nilai guna produk tersebut,
menyampaikan keluhan pada perusahaan atau mendatangi ahli hukum.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Proses pengambilan keputusan membeli pada konsumen dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik yang bersifat individual (internal) maupun yang berasal
dari lingkungan (eksternal). Engel (1995) membaginya sebagai berikut :
a. Faktor individual (internal)
1. Sumber daya konsumen
Waktu, uang dan perhatian merupakan sumber daya yang dimiliki
konsumen yang digunakan dalam setiap situasi pengambilan keputusan
2. Keterlibatan dan motivasi
Keterlibatan merupakan tingkat dari kepentingan atau ketertarikan
personal yang ditimbulkan oleh stimulus dalam situasi tertentu.
Terhadap tingkat keterlibatan yang hadir, konsumen di motivasi untuk
bertindak dengan pertimbangan untuk meminimalkan resiko dan untuk
memaksimalkan keutungan yang didapat dari penggunaan dan
pembelian. Keterlibatan adalah refleksi dari motivasi yang kuat di
dalam bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan terhadap suatu
produk atau jasa di dalam konteks tertentu.
3. Pengetahuan
Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam
ingatan. Informasi yang dimiliki konsumen mengenai produk akan
sangat mempengaruhi pola pembelian mereka
4. Sikap
Sikap didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh, intensitas, dukungan
dan kepercayaan adalah sifat penting dari sikap. Pencarian informasi
dan evaluasi yang luas atas pelbagai kemungkinan akan menghasilkan
pembentukan suatu sikap terhadap alternatif-alternatif yang
dipertimbangkan.
8
5. Kepribadian
Kepribadian diartikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus
lingkungan. Kepribadian seseorang akan menentukan bagaimana
seseorang mengkonsumsi suatu produk
6. Gaya hidup
Gaya hidup diartikan sebagai pola dimana orang hidup dan
menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup yang dianut seseorang
juga menentukan dalam pemilihan serta keputusan pembelian sebuah
produk.
7. Demografi
Karakteristik demografi seperti usia, pendapatan dan pendidikan juga
membedakan bagaimana seseorang terlibat dalam pengambilan
keputusan konsumen.
b. Faktor lingkungan (eksternal)
1. Budaya
Budaya dalam perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan,
artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu
individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi
sebagai anggota masyarakat. Perbedaan budaya juga menentukan jenis
produk yang dipilih untuk dikonsumsi.
2. Kelas sosial
Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari
individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama.
Status kelas sosial menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen
yang berbeda
3. Pengaruh kelompok dan keluarga
Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
dihubungkan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal
bersama. Keputusan pembelian individu sangat mungkin dipengaruhi
oleh anggota lain dalam keluarganya. Kelompok juga berpengaruh
dalam memberikan referensi mengenai suatu produk, toko dsb.
Pengertian Kredit
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
menjadi Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, disebutkan
bahwa “kredit adalah penyediaan uang tagihan atau yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman antara Bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan”. Kredit juga bisa berarti kemampuan untuk melaksanakan suatu
pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya
akan dilakukan atau ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit dikenal adanya prinsip 5C’s yang
meliputi:
a. Character; pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan yaitu adanya
keyakinan dari pihak Bank atau pemberi kredit bahwa peminjam memiliki
9
moral, watak, ataupun sifat pribadi yang positif, kooperatif, dan juga
penuh rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi sebagai manusia,
anggota masyarakat, ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.
b. Capacity; yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai
kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang
dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukan yang akan dibiayai
oleh kredit dari Bank.
c. Capital; yaitu jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon
debitur.
d. Collateral; yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam
atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.
e. Condition of economy; yaitu situasi dan kondisi sosial, politik, ekonomi,
budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian suatu
negara pada suatu saat atau pada kurun waktu tertentu yang
kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari
perusahaan yang memperoleh kredit.
Suatu kredit disamping memberikan manfaat juga memberikan risiko yang
besar apabila kredit yang diperoleh digunakan untuk:
- Usaha-usaha yang sifatnya spekulatif
- Usaha-usaha yang tidak direncanakan dan dikelola dengan baik
- Kebutuhan konsumtif
- Penggunaan yang tidak tepat (side streaming), misalnya kredit modal kerja
dalam bentuk tunai digunakan untuk disimpan dalam bentuk deposito
Menurut Siamat (1999), kredit digolongkan ke dalam 6 (enam) bentuk :
1. Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu (maturity), antara lain
yaitu Kredit jangka pendek (short-term loan), kredit jangka menengah
(medium-term loan), kredit jangka panjang (long-term loan).
2. Penggolongan kredit berdasarkan barang jaminan (collateral), antara lain
yaitu kredit dengan jaminan (secured loan), kredit tanpa jaminan
(unsecured loan).
3. Kredit berdasarkan segmen usaha, seperti otomotif, farmasi, tekstil,
makanan, konstruksi dan sebagainya.
4. Penggolongan kredit berdasarkan tujuannya, antara lain yaitu kredit
komersil (commercial loan), yaitu kredit yang diberikan untuk
memperlancar kegiatan usaha nasabah di bidang perdagangan, kredit
konsumtif (consumer loan), yaitu kredit yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif, kredit produktif (productive
loan), yaitu kredit yang diberikan dalam rangka membiayai kebutuhan
modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi.
5. Penggolongan kredit menurut penggunaannya, antara lain seperti kredit
modal kerja (working capital credit), yaitu kredit yang diberikan oleh
Bank untuk menambah modal kerja debitur, kredit investasi (invesment
credit), yaitu kredit yang diberikan oleh Bank kepada perusahaan untuk
digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal.
10
6. Kredit non kas (non cash loan) adalah kredit yang diberikan kepada
nasabah yang hanya boleh ditarik apabila suatu transaksi yang telah
diperjanjikan telah direalisasikan atau efektif.
Kerangka Pemikiran Operasional
Kondisi pelaku agribisnis yang tergolong pada UMKM membutuhkan
modal yang besar dalam membangun dan mengembangkan usahanya. Saat ini
pelaku agribisnis memiliki masalah kurangnya modal dan kurangnya akses ke
sumber-sumber permodalan seperti lembaga perbankan maupun lembaga non
perbankan.
Gambar 1 Alur Kerangka Pemikiran
Kebutuhan akan modal ini dilihat sebagai peluang oleh lembaga keuangan
untuk menawarkan berbagai produk kredit yang bisa memenuhi kebutuhan
tersebut. Beberapa persyaratan menyebabkan debitur tidak dapat menggunakan
dana dari Bank seperti usaha harus bankable dan feasible. Pemerintah dalam hal
ini membantu para pelaku usaha UMKM dengan menawarkan KUR Mikro
melalui Bank penyalur dana tersebut seperti Bank BRI. Keadaan ini menimbulkan
persaingan diantara lembaga keuangan dalam sektor produk kredit. Perusahaan
Kebutuhan dana Pelaku
Agribisnis
Persaingan produk KUR Mikro
Memahami perilaku konsumen
Faktor-faktor yang memengaruhi proses pengambilan
keputusan nasabah :
- Faktor individual (internal); Sumber daya
nasabah, keterlibatan dan motivasi,
pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya
hidup, demografi
- Faktor lingkungan (eksternal); Budaya,
kelas sosial, pengaruh kelompok dan
keluarga.
Keputusan Debitur Pelaku
Agribisnis dalam memilih
produk KUR Mikro
Rekomendasi kebijakan
pemasaran produk KUR Bank
BRI untuk Strategi Pemasaran
11
harus menyusun berbagai kebijakan pemasaran yang bisa meningkatkan
penyaluran kredit kepada pelaku usaha agribisnis yang tergolong UMKM. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing tersebut adalah
dengan memahami perilaku konsumen, khususnya proses pengambilan keputusan
produk. Hal ini diperlukan untuk menyusun strategi pemasaran yang tepat untuk
memasarkan produknya. Apabila proses tersebut sudah diketahui, maka mereka
dapat menarik kesimpulan faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi keputusan
seorang konsumen dalam memilih suatu produk ataupun jasa yang ditawarkan
kepadanya.
Pada penelitian ini diawali dengan mengetahui bagaimana proses
pengambilan keputusan debitur pelaku agribisnis dalam memilih produk KUR
Mikro Bank BRI. Setelah itu diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan nasabah pelaku agribisnis dalam memilih produk KUR Mikro.
Penelitian ini menggunakan analisis faktor untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang paling mempengaruhi keputusan nasabah pelaku agribisnis dalam
memilih produk KUR Mikro Bank BRI.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Bank BRI Unit Purbasari Bogor.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena Bank BRI unit
Purbasari memiliki angka populasi debitur yang besar pada sektor agribisnis.
Meskipun unit Purbasari terlatak di urban area jumlah debitur sektor agribisnis
dapat disetarakan dengan unit lainnya yang ada di rural area seperti unit
Leuwiliang, Ciampea, dan lain sebagainya. Penelitian juga dilakukan di Kantor
Pusat BRI di JL Jendral Sudirman, Jakarta Pusat untuk mendapatkan informasi
mengenai produk KUR. Penelitian dilakukan selama bulan Oktober hingga bulan
Desember tahun 2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan memberikan kuisioner
kepada debitur pada sektor agrbisnis yang menggunakan produk KUR Mikro
Bank BRI Unit Purbasari. Kuisioner yang diberikan kepada debitur berupa
pertanyaan-pertanyaan mengenai biodata diri debitur, proses pengambilan
keputusan debitur dalam memilih kredit KUR Mikro di Bank BRI unit Purbasari,
dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan debitur dalam
mengambil kredit KUR Mikro di Bank BRI unit Purbasari. Data sekunder berupa
data informasi mengenai debitur diberikan oleh pihak Bank BRI unit Purbasari.
Data informasi debitur tersebut berisi nama, alamat, nomor telepon, besarnya
pinjaman, jangka waktu pinajaman, dan besar angsuran yang harus dibayar oleh
debitur. Data sekunder lainnya seperti infromasi produk KUR, KUR Mikro,
12
Realisasi dan Penyaluran NPL KUR Bank Nasional, Realisasi KUR Menurut
Sektor Ekonomi, dan Realisasi KUR Menurut Provinsi diperoleh dari kantor pusat
Bank BRI, studi pustaka, dan internet yang relevan dengan topik penelitian.
Metode Penentuan Data
Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode non-
probality sampling karena tidak semua angota populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk menjadi responden. Teknik probability sampling yang
digunakan adalah systematic random sampling. Menurut Sugiyono (2004),
Sistematic random sampling adalah sistem pengambilan sampe yang dilakukan
dengan menggunakan selang interval tertentu secara berurutan. Pada penelitian ini
terdapat 85 populasi yang terbagi atas 50 pada perdagangan, 20 pada on farm, dan
15 pada. Sistem pengambilan sampel dilakukan dengan menggnuakan selang
interval tertentu. Dari jumlah 85 tersebut diambil 30 responden yang terbagi
rataDari jumlah 50 perdagangan maka dilakukan pembagian rata lalu dari hasil
tersebut diambil
Jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 30 sampel dari total populasi
85 orang. Sampel diteliti sebanyak 30 dengan pertimbangan kerahasiaan data yag
diberikan oleh Bank BRI unit Purbasari dibatasi dan juga pertimbangan karena
pembatasan waktu penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Jenis dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
memberikan kuesioner kepada responden yaitu debitur pelaku agribisnis di Bank
BRI Unit Purbasari Bogor yang menggunakan produk KUR. Kuesioner berisikan
pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup berupa
pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah tersedia, sehingga responden hanya
memilih satu dari beberapa alternatif jawaban yang sudah ada. Pertanyaan terbuka
adalah pertanyaan selain memberikan piihan juga menyediakan tempat untuk
menjawab secara bebas apabila jawaban responden ada di luar alternatif pilihan
yang ada.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah secara deskriptif dan kuantitatif, pengolahan data untuk
mengetahui karakteristik debitur dan proses keputusan debitur terhadap KUR
Mikro di Bank BRI Unit Purbasari dilakukan secara deskriptif. Pengolahan data
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi debitur terhadap KUR Mikro
dilakukan secara kuantitatif yaitu menggunakan SPSS versi 16.0.
13
Analisis Deskriptif
Faktor-faktor yang dianalisa selain statistik, dianalisa secara deskriptif.
Analisis ini digunakan untuk menganalisis karakteristik responden yang
menggunakan produk kredit KUR Mikro Bank BRI Unti Purbasari Cabang Bogor.
Data-data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama ke
dalam tabel. Data yang telah dikelompokkan ke dalam tabel, jawaban tersebut
dipresentasikan berdasarkan jumlah responden. Presentase terbesar merupakan
jawaban yang paling dominan dari masing-masing peubah yang diteliti. Analisis
ini digunakan untuk menganalisis karakteristik debitur Bank BRI unit Purbasari di
sektor agribisnis dan proses pengambilan keputusan debitur dalam mengambil
KUR Mikro tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan debitur KUR Mikro di Bank
BRI pada sektor agribisnis
Analisis dengan bentuk Top Two Boxes digunakan untuk mengetahui
perbandingan jumlah top option. Analisis ini diperoleh dari hasil perhitungan
persentase jumlah responden yang memberikan jawaban berpengaruh dan sangat
berpengaruh. Skala yang digunakan yaitu 1-5 dimana skala 4 dan 5 menunjukkan
tingkat pengaruh yang tinggi, sedangkan tingkat pengaruh yang rendah nasabah
dapat diperoleh dari skala 1-2 (sangat tidak setuju dan tidak setuju).
Analisis ini menggunalan software SPSS for windows versi 16,0. Analisis
ini dilakukan untuk mencari faktor perilaku nasabah pelaku agribisnis produk
KUR Mikro Bank BRI apa saja yang paling mempengaruhi keputusan pembelian
nasabah tersebut untuk memilih produk KUR Bank BRI, yang diamati yaitu
budaya (X1), budaya usaha (X2), budaya kredit (X3), dukungan keluarga (X4),
keluarga (X5), teman (X6), saran teman (X7), kelas sosial (X8), situasi (X9),
pendapatan (X10), jaminan (X11), motif usaha (X12), motif taraf hidup (X13),
pengetahuan informasi (X14), pencarian informasi (X15), sikap (X16), gaya hidup
kredit (X17), gaya hidup usaha (X18), kepribadian terbuka (X19), kepribadian
tertutup (X20), pengolahan informasi (X21), pembinaan dalam penggunaan (X22),
pengalaman tidak memuaskan (X23), pernah menggunakan sebelumnya (X24),
bunga yang rendah (X25), kemudahan prosedur/persyaratan (X26), waktu dalam
pencairan dana (X27), dan jarak tempuh yang dekat antara rumah dan Bank (X28).
Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang dikumpulkan pada penelitian ini diuji dengan uji validitas.
Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat
pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003). Uji
validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-
masing pernyataan dengan skor total. Teknik yang dipakai untuk menguji
validitas kuesioner ini digunakan rumus teknik korelasi product moment sebagai
berikut :
14
√ √
Dimana : = Korelasi antara X dan Y
n = Jumlah responden
X = Skor masing-masing pertanyaan
Y = Skor total
Menurut Umar (2003), jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r table maka
sahih dan semakin valid jika semakin mendekati 1,00. Uji validitas dilakukan
pada 30 responden dengan toleransi 5%, dimana nilai korelasi yang dihitung
dinyatakan valid karena nilai r lebih dari 0,361 (r tabel).
Pengujian validitas diolah dengan menggunakan software SPSS 16.
Selanjutnya alat ukur tersebut diuji reliabilitas (keandalan). Reliabilitas adalah
suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur
gejala yang sama (Umar, 2003). Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala dapat
dicari dengan menggunakan teknik alpha cronbach, dengan rumus sebagai
berikut:
[
]
Dimana : = Reliabilitas instrument
= Banyaknya butir pertanyaan
= Jumlah ragam butir
= Jumlah ragam total
Nilai ragam dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana : n = Jumlah responden
X= Nilai skor yang dipilih
Menurut Triton (2003), menyatakan bahwa koefisien alpha cronbach
berada diantara 0,00 dan 1,00. Semakin mendekati angka 1,00 maka semakin baik
kekonsistenan instrumen yang diuji. Penilaian koefisien alpha cronbach
berdasarkan aturan berikut :
0,00 – 0,20 = Kurang reliabel
> 0,20 – 0,40 = Agak reliabel
> 0,40 – 0,60 = Cukup reliabel
> 0,60 – 0,80 = Reliabel
> 8,00 – 1,00 = Sangat reliabel
15
Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dimana reliabilitas variable
dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60 (Nugroho,
2005). Hasil uji reliable pada pertanyaan kuesioner diperoleh hasil alpha hitung
0,954 dan 0,875 maka kuesioner terbukti handal (lampiran 3).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk Kredit Bank BRI
Produk Kredit
Bank BRI memiliki banyak macam produk pinjaman yang terbagi atas
lima jenis pinjaman/kredit yaitu Pinjaman Mikro Bank BRI, Pinjaman Ritel Bank
BRI, Pinjaman menengah Bank BRI, Pinjaman Program Bank BRI, Pinjaman
KUR Bank BRI.
Untuk Pinjaman Mikro Bank BRI, nama produknya yaitu Kupedes yang
diperuntukkan bagi masyarakat pedesaan. Pada Pinjaman Ritel Bank BRI terdapat
lima belas macam pinjaman yaitu Kredit Agunan Kas, Kredit Investasi, Kredit
Modal Kerja, KMK Ekspor, KMK Konstruksi, KMK Konstruksi BOI, Kredit
BRIGuna, Kredit Waralaba, Kredit SPBU, Kredit Resi Gudang, Kredit Pemilikan
Gudang, KMK Talangan SPBU, Kredit Batubara, Kredit Waralaba Alfamart,
Kredit dengan Pola Angsuran Tetap. Pada jenis Pinjaman Menengah Bank BRI
terdapat Kredit Agribisnis. Pada Pinjaman Program Bank BRI terdapat KPEN-RP,
KKPE Tebu, KKPE, sedangkan pada Pinjaman KUR Bank BRI terdapat dua
macam yaitu KUR Mikro dan KUR Ritel.
KUR Bank BRI
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan kepada Usaha
Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dalam bentuk modal kerja dan investasi yang
didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang
dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari
dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70
persen sementara sisanya 30 persen ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan
KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM pada sumber
pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Bank pelaksana yang menyalurkan KUR adalah Bank BRI, BNI, Bank
Mandiri, Bank Bukopin, BTN, Bank Syariah Mandiri, serta beberapa bank
pembangunan daerah. Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui Peraturan
Menteri Keuangan No. 135/PMK. 05/ 2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit
Usaha Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
10/PMK. 05/2009 KUR Bank BRI merupakan kredit modal kerja atau kredit
investasi dengan pola executing yang diperuntukan bagi pelaku Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan usaha produktif dan juga merupakan
usaha dalam kategori feasible tetapi belum bankable. Feasible tetapi belum
16
bankable adalah usaha yang layak tetapi belum memenuhi persyaratan perkreditan
dalam hal penyediaan agunan dan atau ijin-ijin usaha.
Jenis KUR yang dimiliki Bank BRI yaitu KUR Mikro dan KUR Ritel.
Perbedaan pada kedua KUR tersebut yaitu pada plafond kredit yang disalurkan
maksimal sebesar Rp 20 juta untuk KUR Mikro, sedangkan plafond kredit yang
disalurkan pada KUR Ritel sebesar Rp 20 juta hingga Rp 500 juta.
Gambaran Umum Bank BRI Unit Purbasari
Bank BRI adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar dan tertua
di Indonesia. Saat ini nasabah Bank BRI terdapat kurang lebih 33 juta nasabah.
Pada Per akhir Maret 2013, Bank BRI memiliki jaringan kantor mencakup 18
Kantor Wilayah, 446 Kantor Cabang, 545 Kantor Cabang Pembantu, 5.001 Unit
BRI, 919 Kantor Kas, 1.804 Teras BRI, dan 350 Teras Mobile.
Salah satu wilayah yang menyumbangkan jumlah kredit terbesar yaitu Jawa
Barat. Bogor merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat. Bogor adalah salah satu
kabupaten yang potensial dimana banyak terdapat pelaku usaha UMKM terutama
pada bidang agribisnis. Pelaku usaha tersebut tentunya membutuhkan kredit untuk
modal usaha mereka dan untuk meningkatkan besar usaha mereka. Bank BRI unit
Purbasari merupakan salah satu unit di Bank BRI wilayah Dewi Sartika Bogor.
Bank BRI unit Purbasari ini terletak di Jalan Raya Gunung Batu kelurahan
Gunung Batu kecamatan Bogor Barat, letaknya sangat strategi karena dekat
dengan Pasar Gunung Batu dan pemukiman padat warga Bogor Barat. Sehingga
Bank BRI unit Purbasari memiliki banyak nasabah dan debitur dimana rata-rata
memiliki kredit mikro untuk usaha UMKM. Salah satu kredit mikro yang
digunakan debitur yaitu kredit usaha rakyat (KUR).
Karakteristik Responden
Informasi karakteristik responden didapat berdasarkan kuisioner yang
disebarkan kepada 30 orang debitur Bank BRI unit Purbasari. Responden tersebut
yaitu yang pernah dan sedang menggunakan produk KUR Mikro Bank BRI di unit
Purbasari Bogor. Karakteristik responden dibagi menjadi beberapa macam.
Karakteristik responden debitur KUR Bank BRI berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada Tabel 2 sebagian besar debitur KUR Bank BRI berjenis
kelamin laki-laki sebanyak Sebagian besar debitur KUR dalam penelitian berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 56.66 persen dan sisanya sebanyak 43.33 persen
berjenis kelamin perempuan. Data ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak
yang mengambil risiko dengan mengambil KUR Mikro Bank BRI dibandingkan
wanita.
Karakteristik debitur berdasarkan usia debitur dibagi menjadi lima kelas
berdasarkan batas usia minimal dan maksimal Presentase tertinggi diperoleh
nasabah berusia 36-45 tahun sebesar 36.66 persen dan urutan kedua tertinggi
adalah usia 26-35 tahun sebesar 35 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kisaran
usia 36 – 45 tahun dan usia 26-35 tahun merupakan usia yang produktif, dimana
dalam rentang usia ini seseorang sedang mengembangkan karier atau
17
pekerjaannya. Urutan ketiga diperoleh debitur usia 46 – 55 tahun yaitu sebesar
13.33 persen. Urutan keempat diperoleh debitur usia diatas 55 tahun sebesar 3.33
persen. Jumlah responden dengan usia 46 tahun keatas relatif kecil dikarenakan
pada umur-umur tersebut seseorang relatif tidak berani mengambil risiko
meminjam uang di bank.
Tabel 2 Karakteristik Debitur KUR Mikro di Bank BRI Unit Purbasari
No Keterangan n Persentase(%)
A 1
Jenis kelamin Laki-laki 17 56.66
2 Perempuan 13 43.33
B Pendidikan terakhir
1 SD/Sederajat 8 26.66
2 SMP/Sederajat 5 16.66
3 SMA/Sederajat 14 46.66
4 Diploma/Sederajat 13 10
C Jenis Usaha
1 Pertanian 3 10
2 Perikanan 3 10
3 Peternakan 3 10
4 Perdagangan 10 33
5 Makanan minuman 11 36.66
D Omzet
1 Rp0 - Rp3 Juta 16 53.33
2 Rp3.1 Juta - Rp6 Juta 4 13.33
3 Rp6.1 Juta - Rp9 Juta 2 6.66
4 Rp9.1 Juta - Rp12 Juta 1 3.33
5 Rp12.1 Juta - Rp15 Juta 6 20
6 Rp15.1 Juta - Rp20 Juta 0 0.00
7 Rp21 Juta - Rp25 Juta 1 3.33
E Usia debitur
1 26-25 tahun 14 46.66
2 36-45 tahun 11 36.66
3 46-55 tahun 4 13.33
4 >55 tahun 1 3.33
F Jumlah pinjaman
1 Rp0 - Rp5 Juta 9 30
2 Rp5.1 Juta - Rp10 Juta 10 10
3 Rp10.1 Juta - Rp15 Juta 4 13.33
4 Rp15.1 Juta - Rp20 Juta 7 23.33
Pada karakteristik tingkat pendidikan debitur mencakup persentase tingkat
pendidikan terakhir debitur KUR Mikro Bank BRI. Berdasarkan Tabel 2
persentase tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan SMA dan pada persentase
tertinggi kedua yaitu debitur dengan tingkat pendidikan SD sebesar 26.66%. Pada
debitur KUR Mikro Bank BRI ini tidak didapat debitur yang memiliki pendidikan
18
terakhir di tingkat sarjana/sederajat, banyak yang melanjutkan usaha karena
meneruskan usaha orang tua dan banyak pula yang memiliki keterbatasan dana
untuk kuliah sehingga memilih untuk berwirausaha.
Karakteristik debitur pelaku usaha agribisnis berdasarkan bidang usaha
yang digeluti terbagi menjadi enam sektor berupa pertanian, perikanan,
peternakan, kehutanan, perdagangan, dan makanan minuman. Persentase tertinggi
didapat pada bidang usaha pertanian dimana terdapat debitur yang memiliki usaha
di sayur-mayur dan buah-buahan. Persentase tertinggi kedua terdapat pada bidang
usaha perdagangan seperti menjual sembako dan gas.
Selain memiliki usaha-usaha tersebut, terdapat dua belas debitur memiliki
pekerjaan pada bidang jasa berupa laundry, security, penjahit, supir, lalu bidang
perdagangan seperti menjual mainan dan barang bekas, pada bidang pertanian
seperti bertani padi, pada bidang perikanan yaitu bertani ikan bawal, dan terdapat
juga responden yang bekerja menjadi TNI AD dan Guru SD.
Karakteristik pendapatan usaha debitur KUR Mikro pelaku agribisnis per
bulan dibagi menjadi tujuh bagian yaitu Rp`0,5 - Rp 3 juta, Rp 3.1 juta - Rp 6 juta,
Rp 6.1 juta - Rp 9 juta, Rp 9.2 juta -Rp 12 juta, Rp 12.1 juta - Rp15 Juta, Rp15.1
Juta - Rp20 Juta, dan Rp20.1 Juta - Rp25 Juta Rp juta dapat dilihat pada Gambar
5 Mayoritas debitur KUR Mikro tersebut memiliki pendapatan per bulan Rp0 –
Rp3 Juta, dapat diartikan bahwa mayoritas debitur yang besar usahanya mikro dan
kecil membutuhkan sokongan dana untuk modal usahanya. Persentase tertinggi
kedua yaitu debitur dengan pendapatan per bulan Rp12.1 Juta – Rp15 Juta.
Persentase terendah yaitu pada pendapatan per bulan Rp21 Juta – Rp25 Juta. Rata-
rata omzet yang diperoleh debitur yaitu Rp 6.3 Juta.
Besarnya nominal kredit yang dipinjam debitur dalam satu periode
peminjaman dibagi menjadi tujuh kelas, dapat dilihat pada Tabel 2. Nominal
kredit yang paling banyak dipinjam debitur yaitu Rp0-Rp5 Juta sebsesar 30 persen
dimana mayoritas pada nominal ini dipinjam oleh debitur yang memiliki usaha
seperti menjual sembako dan makanan minuman. Nominal kredit yang paling
sedikit dipinjam oleh debitur yaitu Rp5.1 Juta – Rp10 Juta. Rata-rata pinjaman
yang diambil oleh debitur yaitu Rp 10.9 Juta
Selain memiliki rekening di Bank BRI, terdapat debitur yang memiliki
rekening selain di Bank BRI. Berdasarkan Gambar 8 yaitu hanya 6.66 persen
terdapat dua debitur yang juga memiliki rekening di Bank Mandiri dan Bank BCA.
Rata-rata persyaratan yang diberikan Bank BRI unit Purbasari kepada para
debitur yaitu berupa fotocopy KTP, KK, SKU, dan agunan berupa BPKP motor.
Para debitur juga tidak dikenakan biaya administrasi sama sekali ketika
meminjam dana KUR mikro. Rata-rata debitur yang dijadikan responden baru
meminjam dana pada periode pertama, sedangkan hanya beberapa yang sudah
meminjam pada periode kedua dan ketiga.
Proses Pengambilan Keputusan Debitur dalam Mengambil KUR Mikro
Bank BRI
Tahap pertama yang dilakukan debitur dalam proses pengambilan
keputusan yaitu pengenalan kebutuhan. Dapat dilihat pada Tabel 3 mayoritas
tujuan debitur memilih KUR Mikro Bank BRI yaitu untuk modal usaha.
Persentase tertinggi kedua dari tujuan debitur yaitu untk meningkatkan usaha.
19
Persentase terkecil pada tujuan memilih KUR Mikro tersebut yaitu untuk
melakukan investasi.
Setelah proses pengenalan kebutuhan, dilanjutkan dengan proses pencarian
Informasi dimana debitur mendapatkan informasi KUR Mikro Bank BRI dari
berbagai macam sumber, seperti teman, keluarga, media cetak, media elektronik,
dan pihak Bank. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa debitur paling banyak
mendapatkan informasi dari pihak Bank. Persentase terkecil yaitu didapat
informasi dari keluarga.
Tabel 3 Proses Pengambilan Keputusan Debitur KUR Mikro Bank BRI Unit
Purbasari
No Keterangan n Persentase (%)
A 1
Pengenalan kebutuhan Modal usaha
18 60
2 Meningkatkan besar usaha 8 26.66 3 Investasi 1 3.33
4 Lain-lain 3 10
B Pencarian informasi
1 Teman 10 33.33
2 Keluarga 4 13.33
3 Pihak Bank 16 53.33
C Evaluasi alternative
1 Bunga yang rendah 28 93.33
2 Kemudahan prosedur peminjaman 1 3.33
3 Syarat dan jaminan yang mudah 1 3.33
D Keputusan pembelian
1 Kemudahan persyaratan dan jaminan 4 13.33
2 Bunga yang rendah 26 86.66
E Evaluasi pemilihan produk
1 Merasa puas 4 13.33
2 Merasa puas dan menyarankan produk ke orang lain 26 86.66
Tahap ketiga pada proses pengambilan keputusan yaitu evaluasi
alternative. Persentase tertinggi yang menjadi pertimbangan debitur dalam
memilih KUR Mikro Bank BRI yaitu bunga yang rendah. Mayoritas debitur
membandingkan bunga yang diberikan antar Bank. Debitur memilih KUR Bank
Mikro Bank BRI karena menawarkan bunga terendah dibandingkan Bank lain.
Pada tahap selanjutnya pada proses pengambilan keputusan yaitu
keputusan pembelian. Debitur memutuskan untuk memilih KUR Mikro di Bank
BRI karena alasan bunga yang rendah. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
mayoritas debitur memilih KUR tersebut karena bunga yang rendah. Bunga yang
ditawarkan oleh Bank BRI yaitu 1.2-1.3 disesuaikan dengan jangka waktu
pengembalian dan besarnya ponjaman.
Tahap terakhir pada proses pengambilan keputusan adalah evaluasi
pemilihan produk. Sebanyak 86.66 persen debitur merasa puas setelah
menggunakan KUR Mikro Bank BRI dan menyarankan produk tersebut kepada
orang lain seperti teman dan keluarga.
20
Faktor -faktor yang mempengaruhi keputusan debitur KUR Mikro Bank
BRI unit Purbasari
Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan debitur KUR
Mikro Bank BRI unit Purbasari digunakan analisis top two boxes. Analisis top two
boxes berguna untuk melihat perbandingan jumlah top option, melihat faktor
mana saja yang memiliki bobot tinggi.
Dari kuisioner yang diberikan kepada debitur, diberikan pertanyaan-
pertanyaan berupa pilihan jawaban pada setiap atribut faktor-faktor dengan skala
likert. Skala yang digunakan yaitu skala likert 1-5, skala 4 dan 5 menunjukkan
tingkat pengaruh yang tinggi (top two boxes), sedangkan tingkat pengaruh yang
rendah dari faktor-faktor tersebut diperoleh dari skala 1-2 berarti sangat tidak
setuju dan tidak setuju (bottom two boxes). Skala 3 menunjukan ragu-ragu/netral.
Tabel 2 menunjukkan bobot dari tiap atribut yang dimiliki faktor internal yang
mempengaruhi keputusan debitur terhadap KUR Mikro Bank BRI.
.
Tabel 4 Faktor internal yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisinis
terhadap KUR Mikro Bank BRI unit purbasari
Faktor
Internal Deskripsi
Top
Two
Boxes
Bottom
Two
Boxes
Sikap
Saya orang yang mudah menerima informasi dan saran dari
lingkungan sekitar 97% 0%
Saya senang bersilahturahmi dengan keluarga dan
lingkungan sekitar 100% 0%
Motivasi
Saya mengambil KUR karena ingin mengembangkan usaha
saya 100% 0%
Saya mengambil KUR karena ingin meningkatkan
pendapatan usaha saya 97% 3%
Gaya Hidup Saya sudah terbiasa meminjam uang di Bank 33% 67%
Menjadi pengusaha adalah hal yang wajar bagi saya 100% 0%
Pengetahuan
Saya mengambil KUR karena telah mengetahui informasi
tentang KUR sebelumnya 100% 0%
Saya mengambil KUR karena telah mencari informasi
tentang KUR sebelumnya 100% 0%
KUR sangat membantu mengatasi masalah keuangan saya 100% 0%
Pengolahan
informasi
Saya bisa memahami informasi yang diberikan pihak Bank
BRI 100% 0%
Bank BRI memberikan pembinaan dalam penggunaan KUR 20% 80%
Pembelajaran
Pengalaman saya meminjam di tempat lain tidak
memuaskan 100% 0%
Saya pernah menggunakan KUR sebelumnya 37% 63%
Pendapatan
Jumlah pendapatan yang saya peroleh tidak cukup untuk
mendanai modal usaha saya 97% 3%
Agunan yang saya miliki membuat saya memutuskan untuk
mengambil KUR 97% 3%
21
Atribut pada faktor internal yang memiliki pengaruh yang tinggi yaitu faktor
sikap. Faktor sikap memiliki deskripsi atribut berupa; responden adalah orang
yang mudah menerima informasi dan saran lingkungan sekitar dan responden
adalah orang yang senang bersilahturahmi dengan keluarga dan lingkungan sekitar.
Ini menjelaskan bahwa responden mudah menerima informasi dari berbagai pihak
untuk memperoleh informasi mengenai KUR Bank BRI, seperti yang sudah
dijelaskan pada analisis deskripsi bahwa responden meneriman informasi
mengenai KUR Mikro Bank BRI dari keluarga, teman, dan pihak Bank BRI.
Faktor internal berikutnya yang memiliki bobot tinggi adalah motivasi.
Faktor ini memiliki bobot yang tinggi karena debitur memiliki motivasi dari
dalam diri mereka, yaitu ingin menggunakan KUR Mikro Bank BRI untuk
mengembangkan usahanya dan meningkatkan pendapatan usahanya.
Faktor internal yang juga memiliki bobot tinggi yaitu pada faktor
pengetahuan. Debitur mengambil KUR Mikro Bank BRI karena sebelumnya
sudah mengetahui informasi tentang KUR Mikro Bank BRI, sebelumnya telah
mencari informasi dari pertemanan, pengalaman rekan sejawad maupun mitra
usaha, dimana dengan memanfaatkan KUR mereka sangat terbantu masalah
keuangannya. Bobot ini tinggi karena muncul dari kebutuhan dan keinginan
debitur untuk menggunakan KUR Mikro Bank BRI, kebutuhan untuk modal
usaha, meningkatkan besar usahanya, maupun investasi menyebabkan debitur
mencari informasi mengenai produk yang dapat membantunya.
Debitur memperoleh informasi dan membandingkan KUR Mikro Bank
BRI dengan produk pinjaman lainnya yang dimiliki oleh Bank pesaing. Terdapat
juga debitur yang memiliki pengalaman yang kurang memuaskan ketika
meminjam di Bank selain Bank BRI sehingga debitur lebih memilih Bank BRI.
Bunga yang rendah dan persyaratan yang mudah menyebabkan debitur memilih
KUR Mikro Bank BRI.
Faktor internal lainnya yang memiliki bobot yang tinggi yaitu faktor
pendapatan. Persyaratan yang diberikan Bank BRI sangat ringan sehingga tidak
menyulitkan responden ketika mengajukan pinjaman KUR Mikro di Bank BRI.
KUR Mikro Bank BRI tidak membutuhkan agunan, kecuali bila besar pinjaman
yang diajukan Rp15 Juta-Rp 20 Juta, pihak Bank BRI unit Purbasari
mensyaratkan adanya agunan seperti BPKP motor.
Terlihat dari Tabel 2 bahwa nilai top two boxes lebih besar dibandingkan
bottom two boxes, sehingga faktor-faktor internal yang mempengaruhi keputusan
debitur dalam memilih produk KUR Mikro Bank BRI cenderung baik. Tetapi,
terdapat tiga atribut yang nilainya dibawah 50 persen. Atribut-atribut tersebut
yaitu :
1. Debitur belum terbiasa untuk meminjam di Bank (faktor gaya hidup).
2. Pembinaan yang masih minim dari pihak Bank BRI unit Purbasari kepada
debitur dalam usahanya (faktor pengelohan informasi).
3. Debitur belum pernah menggunakan KUR Mikro sebelumnya (faktor
pembelajaran)
Mayoritas debitur KUR Mikro Bank BRI Unit Purbasari masih belum
terbiasa dalam meminjam dana ke Bank untuk pembiayaan usahanya. Alasan-
alasan yang mempengaruhi mengapa masih banyak debitur yang belum terbiasa
22
meminjam di Bank untuk usaha karena para debitur merasa masih sedikitnya
sosialisai dari pihak Bank mengenai produk-produk kredit. Banyak debitur
mengharapkan agar pihak Bank BRI mengadakan acara terkait sosialisasi produk-
produk Bank.
Pada atribut pembinaan didapat hanya 37 persen pada top two boxes,
dimana perlu ada peningkatan mengenai pembinaan dari Bank BRI unit Purbasari
kepada para debitur KUR Mikro. Mayoritas debitur mengakui bahwa pembinaan
hanya diberikan pada awal pencairan dana KUR Mikro tersebut, pembinaan yang
diberikan berupa kapan waktu membayar angsuran, dimana dapat membayar
angsuran, apa saja bonus yang dapat diterima debitur apabilan membayar sebelum
tenggat waktu. Pembinaan lebih lanjut yang harus diberikan oleh pihak Bank BRI
unit Purbasari tiap bulan agar kestabilan usaha para debitur dapat terjaga dan
dapat terhindar dari kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan kredit macet.
Mayoritas responden pada penelitian ini menggunakan KUR untuk
pertama kali/periode pertama. Ini menandakan bahwa banyak debitur yang baru
mengetahui informasi mengenai KUR Mikro. Pihak Bank BRI sebaiknya
mempertahankan debitur yang sudah pernah menggunakan KUR Mikro dan juga
sebaiknya melakukan sosialisasi untuk memperoleh debitur baru.
Dengan adanya atribut faktor internal diatas yang memiliki bobot tinggi,
maka dapat dijadikan informasi bagi pihak Bank BRI unit Purbasari dalam
mendapatkan debitur. Faktor internal dominan muncul karena rasa kebutuhan
yang dimiliki dari debitur untuk menunjang usahanya.
Tabel 5 Faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis
terhadap KUR Mikro Bank BRI unit Purbasari
Faktor
Eksternal Deskripsi
Top
Two
Boxes
Bottom
Two
Boxes
Budaya
(Nilai) Saya yakin usaha saya akan berhasil 100% 0%
Meminjam uang ke Bank bukan merupakan hal yang tabu di
lingkungan sekitar saya 77% 20%
Mengambil kredit di Bank merupakan hal yang biasa
dilakukan di lingkungan sekitar saya 50% 33%
Keluarga saya memberi dukungan bila saya mengambil KUR
di Bank BRI 100% 0%
Kelurga saya ada yang mengambil KUR di Bank BRI 33% 60%
Teman saya banyak yang mengambil KUR di Bank BRI 63% 33%
Teman saya menyarankan untuk mengambil KUR di Bank BRI 47% 53%
Kelas
Sosial
Pelaku usaha kecil dan menengah banyak yang mengambil
KUR 100% 0%
Situasi Saya mengambil KUR karena situasi yang mendesak 57% 33%
Kemudahan
Saya mengambil KUR di Bank BRI karena memiliki bunga
yang rendah 100% 0%
Saya mengambil KUR di Bank BRI karena persyaratan
prosedurnya sangat mudah dibandingkan Bank lain 100% 0%
Waktu dalam pencairan dana KUR sangat cepat 90% 7%
Saya mengambil KUR di Bank BRI karena jarak tempuh dari
rumah saya sangat dekat 93% 3%
23
Pada Tabel 3 menunjukkan faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi
keputusan debitur pelaku agribisnis terhadap KUR Mikro Bank BRI unit
Purbasari. Beberapa atribut memiliki nilai top two boxes lebih kecil dibandingkan
nilai bottom two boxes. Atribut-atribut yang harus ditingkatkan yaitu :
1. Sedikitnya keluarga dari debitur yang menggunakan KUR Mikro Bank
BRI (Faktor Budaya (Internal)).
2. Sedikitnya teman debitur yang menyarankan untuk mengambil KUR di
Bank BRI unit Purbasari (Faktor Budaya (Internal)).
Faktor eksternal yang memiliki bobot tinggi yaitu pada faktor kelas sosial,
dimana responden mengetahui bahwa KUR Mikro banyak digunakan oleh pelaku
usaha kecil dan menengah. Indikasi ini juga didapat dari analisis deskripsi
mengenai pencarian informasi. Debitur pelaku agribisnis mendapatkan informasi
KUR mayoritas dari pihak Bank BRI unit Purbasari, teman, dan keluarga. Teman
dan keluarga dari responden banyak yang sudah dan pernah menggunakan produk
KUR Mikro sehingga responden tahu apakah KUR Mikro itu cocok digunakan
atau tidak untuk level usahanya.
Dari faktor budaya, responden memilih KUR Mikro karena melihat
banyak teman dan lingkungan sekitarnya yang menggunakan KUR Mikro Bank
BRI, melihat efek positif dari sesudah menggunakan produk tersebut. Sehingga
responden memilih KUR Mikro Bank BRI untuk membantu pembiayaan
usahanya. Faktor lainnya yang mempengaruhi responden untuk mengambil KUR
karena ketika dalam situasi mendesak, adanya situasi tersebut membuat responden
untuk mengambil KUR. Ini merupakan faktor yang tidak diciptakan oleh pihak
Bank BRI, tetapi kebutuhan dari responden tersebut.
Faktor yang juga memiliki bobot tinggi yaitu pada faktor kemudahan
dimana bunga yang diberikan dari Bank BRI unit Purbasari tidak membebani
debitur dalam membayar angsurannya. Selain itu, persyaratan yang diberikan
pihak Bank BRI unit Purbasari kepada responden sangat mudah dibandingkan
Bank lain, waktu pencarian cepat yang rata-rata 3-7 hari, dan juga karena jarak
yang ditempuh responden menuju Bank BRI unit Purbasari sangat dekat dengan
rata-rata jarak 0,5-1 Km.
Pada faktor budaya (internal), keluarga memiliki peran dalam
mempengaruhi keputusan calon debitur dalam memilih KUR Mikro Bank BRI.
Apabila ada anggota keluarga yang sudah pernah menggunakan KUR dan sudah
mengetahui informasi mengenai KUR Mikro Bank BRI, akan mudah
mempengaruhi anggota keluarga lainnya untuk menggunakan produk yang sama.
Pengalaman mendapatkan kepuasan anggota keluarga pada saat menggunakan
KUR Mikro Bank BRI dapat menjadi bahan evaluasi alternative calon debitur
dalam memilih produk tersebut. Pihak Bank BRI juga dapat menyarankan para
debitur untuk menyebarkan informasi dan menceritakan pengalamannya mengenai
produk tersebut kepada keluarga.
Selain keluarga, atribut yang masih lemah yaitu sedikitnya teman debitur
yang menyarankan untuk mengambil KUR di Bank BRI unit Purbasari. Terdapat
47 persen debitur mendapatkan informasi menengenai KUR Mikro Bank BRI dari
saran teman yang berada di lingkungan sekitar rumah dan juga teman yang berada
di lingkungan toko dan pasar. Ini mengindikasikan bahwa informasi yang
24
disebarkan oleh debitur lama dapat mempengaruhi calon debitur untuk memilih
produk yang dimiliki Bank BRI ini. Informasi yang disampaikan secara mouth to
mouth dapat memberikan peran yang besar juga dalam mempengaruhi keputusan
calon debitur dalam memilih produk ini. Selain itu, masyarakat sekarang lebih
mudah terpengaruh dalam membuat keputusan untuk menggunakan suatu produk
oleh sekelompok/grup mereka (Fromm, J. and Christie 2013), sehingga akan lebih
baik lagi bila atribut ini ditingkatkan.
Dapat dilihat dari kedua tabel diatas bahwa faktor internal memberikan
pengaruh yang lebih baik dibandingkan faktor eksternal dalam keputusan debitur
pelaku agribisnis terhadap KUR Mikro Bank BRI unit Purbasari. Ini terjadi karena
debitur memiliki rasa kebutuhan yang tinggi terhadap masalah pembiayaan dalam
usahanya. Hal ini dapat menjadi informasi bagi pihak Bank BRI unit Purbasari
dalam merencanakan strategi pemasarannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada proses pengambilan keputusan debitur dalam memilih produk KUR
Mikro Bank BRI mengikuti lima tahapan. Lima tahapan tersebut berupa tahap
pengenalan kebutuhan, mayoritas tujuan debitur memilih KUR Mikro Bank BRI
yaitu untuk modal usaha, tahap pencarian informasi sebanyak 53.33 persen
debitur memperolehnya dari pihak Bank BRI unit Purbasari, tahap evaluasi
alternative, yang menjadi pertimbangan dalam memilih KUR Mikro bagi
responden yaitu didominasi oleh bunga yang rendah, tahap keputusan pembelian,
mayoritas responden memutuskan untuk memilih KUR Mikro Bank BRI karena
bunga yang rendah, dan tahap evaluasi pemilhan produk, responden dominan puas
dan menyarankan kepada teman, keluarga, dan lingkungan sekitar untuk
menggunakan KUR Mikro Bank BRI.
Pada faktor yang mempengaruhi keputusan debitur, faktor internal
memberikan pengaruh yang lebih kuat dibandingkan faktor eksternal dalam
keputusan debitur memilih KUR Mikro Bank BRI. Faktor internal
menggambarkan bahwa debitur mengambil KUR Mikro Bank BRI karena rasa
kebutuhan dari dalam diri debitur tersebut. Pada faktor internal yang memiliki
bobot terendah yaitu pada faktor pengolahan informasi dimana Bank BRI kurang
memberikan pembinaan dalam penggunaan KUR kepada debitur. Pada faktor
eksternal yang memiliki bobot terendah yaitu pada faktor budaya, sedikitnya
keluarga debitur yang ada dalam mengambil KUR di Bank BRI unit Purbasari.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang memiliki bobot tinggi
berasal dari tingkat kebutuhan debitur berupa masalah pembiayaan usaha yang
dijalankannya, sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai informasi bagi pihak
Bank BRI untuk mengetahui motif calon debiturnya. Dari hasil penelitian, maka
masukan untuk strategi pemasaran lainnya yang dapat dilakukan Bank BRI unit
Purbasari pada KUR Mikro adalah:
25
a. Melakukan sosialisasi secara langsung (tatap muka) dengan
mengadakan suatu kegiatan di sekitar sentra usaha atau tempat tinggal
calon debitur.
b. Sosialisasi melalui promosi melalui pemberian brosur secara langsung
sehingga calon debitur dapat lebih jelas mengetahui produk KUR
Mikro Bank BRI dalam hal persyaratan, keuntungan, dan lokasi bank
terdekat.
c. Meminta debitur untuk menceritakan pengalamannya menggunakan
produk KUR Mikro Bank BRI kepada keluarga, teman, dan
lingkungan sekitarnya, serta mereferensikan (dengan insentif) calon
debitur.
d. Pembinaan dan pengawasan tiap bulan yang harus dilakukan pihak
Bank BRI unit Purbasari untuk mencegah adanya potensi kredit macet
pada debitur.
e. Faktor eksternal yang memiliki bobot lebih rendah dibandingkan
faktor internal perlu ditingkatkan lagi agar memudahkan debitur dalam
pencapaian keputusan memilih produk KUR Mikro di Bank BRI
dibandingkan produk pesaing.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, R. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat,
Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Engel, J. F, Roger D. Blackwell and Paul W. Miniard. 1995. Consumer
behaviour. Eight Edition. Orlando: The Dryden Press.
Fromm, J. and Christie. 2013. Marketing to millennials “Reach the largest and
Most Influential Generation of Consumer Ever”. New York: AMACOM.
Hatta, W. 2009. Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Faktor-faktor
Tabungan Danamon Lebih yang Diperntingkan Nasabah (Studi Kasus
Nasabah yang Memiliki Danamon Lebih Cabang Warung Jambu)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hutagaol, EIP. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencairan
Pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sektor Agribisnis (Kasus pada
BRI Unit Cigombong-Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Japarianto, E. Analisis Faktor Type Hedonic Shopping Motivation dan Faktor
Pembentuk Kepuasam Tourist Shopper di Surabaya [skripsi]. Semaran
(ID): Universitas Kristen Petra.
Kotler, P. 2000. Marketing Management: Edisi Milenium, International Edition.
New Jersey: Preantice Hall. International Inc.
Lin, M., and Wathen. 2008. Statistical Techniques in Business and
Economics“With Global Data Sets (13th
ed). New York: McGraw-Hill
International ed.
Nugraha, E. 2009. Analisis Tingkat Kepuasan Debitur Terhadap Pelayanan Kredit
UMKM Swamitra Bank Bukopin Cabang Bogor [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
26
Putri. 2011. Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pemilihan Produk
Kredit KUR Bank Jabar Banten (BJB) Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Konsumen [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Porter, M. 2008. On Competition (Updated and Expanded Edition). Boston:
Harvard Business Press.
Siamat, D. 1999. Manajemen Lembaga Keungan. Edisi Kedua. Jakarta
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Tarigan, K. P. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Dalam Sektor Pertanian di BRI Unit
Parung Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wijayanti, T dan B. Agus. 2004. Faktor-faktor Motivasi yang Dipertimbangkan
Masyarakat Terhadap pemilihan SIstem Perbankan Syariah (Studi Perilaku
Konsumen pada BMT di Purwokerto. Jurnal Pemasaran. Vol. 1 No. 1
Januari 2004 : (p.29-44)).
27
Lampiran 1 Realisasi KUR menurut sektor ekonomi (31 Juli 2013)
No Sektor Ekonomi
Total Plafon Outstanding
Debitur (Rp juta) (Rp juta)
1 Pertanian 20 234 844 8 650 924 1 349 132
2 Perikanan 766 843 227 873 7 22
3 Pertambangan 103 925 51 916 2 561
4 Industri
pengolahan 3 402 235 1 616 528 169 382
5 Listrik, gas dan
air 62 187 31 833 1 594
6 Konstruksi 1 948 803 699 535 9 796
7 Perdagangan 70 477 395 26 469 981 6 094 093
8 Penyediaan
akomodasi 816 085 297 524 3 122
9 Transportasi 1 679 756 986 565 37 583
10 Perantara
keuangan 924 188 373 448 6 297
11 usaha persewaan 4 992 357 2 594 297 24 457
12 Adm.
Pemerintahan 9 386 1 386 36
13 Jasa pendidikan 69 096 30 238 398
14 Jasa kesehatan 337 501 108 682 3 557
15 Jasa
kemasyarakatan 3 086 452 1 087 358 103 769
16 Jasa perorangan 88 484 42 167 862
17 Badan
internasional 75 - 1
18 Lainnya 14 284 032 2 861 668 1 078 105
Total 123 283 645 46 131 924 9 140 176 Sumber : Komite Kredit Usaha Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
2013
28
Lampiran 2 Realisasi KUR menurut propinsi (31 Juli 2013)
No Provinsi
Total
Total Outstanding
Debitur (Rp juta) (Rp juta)
1 Nanggroe Aceh
Darussalam 2 058 174 593 756 149 196 2 Sumatera Utara 6 221 787 2 503 855 375 338 3 Sumatera Barat 3 875 146 1 585 943 215 913 4 Riau 3 786 939 1 790 235 154 741
5 Jambi 2 205 021 931 437 128 284 6 Sumatera Selatan 4 414 452 1 772 225 169 573 7 Bengkulu 881 488 335 603 67 119 8 Lampung 2 660 754 985 624 212 511
9 Kepulauan Riau 892 508 353 171 30 243 10 Bangka Belitung 382 028 151 884 21 836
11 DKI Jakarta 5 685 558 2 264 745 220 206
12 Jawa Barat 15 759 901 5 540 867 1 292 431
13 Jawa Tengah 19 060 935 6 288 299 2 143 862
14 D.I. Yogyakarta 2 401 184 931 801 237 78
15 Jawa Timur 18 623 234 6 654 016 1 583 972
16 Banten 2 573 210 905 066 141 905
17 Bali 2 732 571 1 041 451 210 502
18 NTB 1 509 760 535 216 137 298
19 NTT 1 311 053 450 391 93 141 20 Kalimantan Barat 2 713 458 1 231 175 105 894
21 Kalimantan
Tengah 1 875 369 905 365 85 634
22 Kalimantan
Selatan 3 037 783 1 337 467 169 191 23 Kalimantan Timur 3 234 832 1 369 735 154 405 24 Sulawesi Utara 1 261 802 512 662 86 696 25 Sulawesu Tengah 1 494 256 616 7 115 805 26 Sulawesi Selatan 6 982 441 2 517 225 502 096 27 Sulawesi Tenggara 1 054 878 407 274 83 43 28 Gorontalo 613 127 176 351 57 629 29 Sulawesi Barat 660 11 204 644 46 511 30 Maluku 922 203 291 333 46 144 31 Maluku Utara 476 991 157 441 22 435 32 Papua Barat 657 718 278 234 21 549 33 Papua 1 262 972 510 733 56 906
Total 123 283 644 46 131 924 9 140 176 Sumber : Komite Kredit Usaha Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
2013
29
Lampiran 3 Perhitungan validitas dan reliabilitas
Pertanyaan Vakiditas Internal Keterangan P1 Pearson Correlation 0,879 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P2 Pearson Correlation 0,425 VALID
Sig. (2-tailed) 0,019 N 30
P3 Pearson Correlation 0,844 VALID Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P4 Pearson Correlation 0,697 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P5 Pearson Correlation 0,571 VALID
Sig. (2-tailed) 0,001 N 30
P6 Pearson Correlation 0,693 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P7 Pearson Correlation 0,674 VALID Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P8 Pearson Correlation 0,908 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P9 Pearson Correlation 0,762 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P10 Pearson Correlation 0,756 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P11 Pearson Correlation 0,954 VALID Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P12 Pearson Correlation 0,909 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P13 Pearson Correlation 0,900 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P14 Pearson Correlation 0,876 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P15 Pearson Correlation 0,917 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000
N 30
30
Reliability statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,954 15
Nilai cronbach alpha (0,954)> 0,7 maka sudah reliable
Item-total statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
P
1
47,20 106,097 ,860 ,948
P
2
48,53 114,120 ,352 ,958
P
3
47,30 104,493 ,814 ,949
P
4
47,20 109,545 ,654 ,952
P
5
47,10 112,852 ,520 ,955
P
6
47,20 112,097 ,659 ,952
P
7
47,97 106,309 ,611 ,954
P
8
47,97 100,930 ,887 ,947
P
9
47,93 103,444 ,710 ,952
P
10
47,63 106,930 ,715 ,951
P
11
47,50 105,431 ,947 ,947
P
12
47,47 103,430 ,891 ,947
P
13
47,40 105,697 ,884 ,948
P
14
47,47 106,120 ,855 ,948
P
15
47,67 102,368 ,900 ,947
31
Validitas
Pertanyaan Validitas Eksternal Keterangan P16 Pearson Correlation 0,664 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P17 Pearson Correlation 0,597 VALID Sig. (2-tailed) 0,001
N 30 P18 Pearson Correlation 0,701 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P19 Pearson Correlation 0,722 VALID Sig. (2-tailed) 0,000
N 30 P20 Pearson Correlation 0,584 VALID
Sig. (2-tailed) 0,001 N 30
P21 Pearson Correlation 0,565 VALID Sig. (2-tailed) 0,001
N 30 P22 Pearson Correlation 0,672 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P23 Pearson Correlation 0,663 VALID Sig. (2-tailed) 0,000
N 30 P24 Pearson Correlation 0,720 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P25 Pearson Correlation 0,622 VALID Sig. (2-tailed) 0,000
N 30 P26 Pearson Correlation 0,631 VALID
Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
P27 Pearson Correlation 0,662 VALID Sig. (2-tailed) 0,000
N 30 P28 Pearson Correlation 0,547 VALID
Sig. (2-tailed) 0,002 N 30
32
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,875 13
Nilai cronbach alpha (0,875)> 0,7 maka sudah reliable
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
P16 45,23 29,978 ,583 ,864
P17 45,10 30,507 ,503 ,869
P18 45,33 30,092 ,633 ,862
P19 45,40 30,317 ,664 ,861
P20 45,73 30,892 ,495 ,869
P21 45,47 31,568 ,487 ,870
P22 45,67 30,920 ,610 ,864
P23 45,47 31,223 ,603 ,865
P24 45,20 29,683 ,652 ,861
P25 45,33 31,057 ,548 ,867
P26 45,97 30,240 ,544 ,867
P27 46,00 29,724 ,575 ,865
P28 46,10 30,024 ,417 ,878
Reliabilitas Faktor Internal
Scale: All variables
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.390 15
33
Item Statistics
Mean
Std.
Deviation N
P1 4.03 .320 30
P2 4.27 .450 30
P3 4.40 .498 30
P4 4.03 .490 30
P5 2.67 1.061 30
P6 4.33 .479 30
P7 4.23 .430 30
P8 4.37 .490 30
P9 4.30 .466 30
P10 4.07 .254 30
P11 2.40 .814 30
P12 4.10 .305 30
P13 2.57 1.406 30
P14 3.93 .365 30
P15 4.07 .521 30
34
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 53.73 8.892 .227 .363
P2 53.50 9.086 .051 .390
P3 53.37 8.102 .379 .313
P4 53.73 8.685 .173 .363
P5 55.10 5.955 .453 .197
P6 53.43 8.599 .213 .355
P7 53.53 9.223 .007 .399
P8 53.40 10.110 -.296 .464
P9 53.47 9.016 .069 .387
P10 53.70 9.459 -.062 .402
P11 55.37 8.378 .082 .392
P12 53.67 9.609 -.146 .416
P13 55.20 6.786 .090 .440
P14 53.83 8.626 .311 .345
P15 53.70 8.010 .388 .308
Reliabilitas Faktor Eksternal
Scale: All variables
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.514 13
35
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P16 4.43 .504 30
P17 3.57 .817 30
P18 3.17 .913 30
P19 4.20 .407 30
P20 2.47 1.592 30
P21 3.20 1.375 30
P22 2.80 1.424 30
P23 4.17 .379 30
P24 3.40 1.133 30
P25 4.40 .498 30
P26 4.37 .490 30
P27 4.13 .776 30
P28 4.20 .664 30
36
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P16 44.07 20.409 .199 .499
P17 44.93 22.133 -.160 .565
P18 45.33 18.782 .247 .481
P19 44.30 21.183 .059 .516
P20 46.03 16.792 .172 .519
P21 45.30 15.390 .398 .422
P22 45.70 14.493 .466 .391
P23 44.33 22.230 -.225 .542
P24 45.10 15.472 .540 .383
P25 44.10 21.059 .057 .517
P26 44.13 21.775 -.097 .535
P27 44.37 18.999 .291 .475
P28 44.30 19.872 .212 .493
37
Lampiran 4 Hasil olahan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
menggunakan alat top two boxes
Frequency Table
P1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3 1 3.3 3.3 3.3
4 27 90.0 90.0 93.3
5 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
P2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 22 73.3 73.3 73.3
5 8 26.7 26.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
P3
Frequency
Percent Valid percent
Cumulative
Percent
Valid 4 18 60.0 60.0 60.0
5 12 40.0 40.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
P4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 3.3 3.3 3.3
4 26 86.7 86.7 90.0
5 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
38
P5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 1 3.3 3.3 3.3
2 19 63.3 63.3 66.7
4 9 30.0 30.0 96.7
5 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
P6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 20 66.7 66.7 66.7
5 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
P7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 23 76.7 76.7 76.7
5 7 23.3 23.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
P8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 19 63.3 63.3 63.3
5 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
39
P9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 21 70.0 70.0 70.0
5 9 30.0 30.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
P10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 28 93.3 93.3 93.3
5 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
P11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 24 80.0 80.0 80.0
4 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
P12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 27 90.0 90.0 90.0
5 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
40
P13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 8 26.7 26.7 26.7
2 11 36.7 36.7 63.3
4 8 26.7 26.7 90.0
5 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
P14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 3.3 3.3 3.3
4 29 96.7 96.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
P15
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 3.3 3.3 3.3
4 25 83.3 83.3 86.7
5 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
P16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 17 56.7 56.7 56.7
5 13 43.3 43.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
41
P17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 6 20.0 20.0 20.0
3 1 3.3 3.3 23.3
4 23 76.7 76.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
P18
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 10 33.3 33.3 33.3
3 5 16.7 16.7 50.0
4 15 50.0 50.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
P19
Frequency Percent Valid Percent
zCumulative
Percent
Valid 4 24 80.0 80.0 80.0
5 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
P20
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 13 43.3 43.3 43.3
2 5 16.7 16.7 60.0
3 2 6.7 6.7 66.7
4 5 16.7 16.7 83.3
5 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
42
P21
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 6 20.0 20.0 20.0
2 4 13.3 13.3 33.3
3 1 3.3 3.3 36.7
4 16 53.3 53.3 90.0
5 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
P22
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 7 23.3 23.3 23.3
2 9 30.0 30.0 53.3
4 11 36.7 36.7 90.0
5 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
P23
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 25 83.3 83.3 83.3
5 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
43
P24
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 10 33.3 33.3 33.3
3 10.0 10.0 43.3
4 12 40.0 40.0 83.3
z 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
P25
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 18 60.0 60.0 60.0
5 12 40.0 40.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
P26
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 19 63.3 63.3 63.3
5 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
P27
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 2 6.7 6.7 6.7
3 1 3.3 3.3 10.0
4 18 60.0 60.0 70.0
5 9 30.0 30.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
44
P28
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 1 3.3 3.3 3.3
3 1 3.3 3.3 6.7
4 19 63.3 63.3 70.0
5 9 30.0 30.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
45
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 24 Desember 1991 dari Bapak
Nurullah Akhsan dan Ibu Norita Misselvida. Penulis adalah putra pertama dari
tiga bersaudara. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Labschool Jakarta dan
pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
dan diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan
keorganisasian seperti magang BEM TPB 2010/2011. Penulis juga aktif pada
organisasi internasional IAAS (International Association of Student in
Agricultural and Related Sciences) IPB menjadi Project Officer pada tahun
2011/2012, menjadi Exchange Coordinator pada tahun 2012/2013, dan menjadi
Vice Director of Partnership di IAAS Indonesia pada tahun 2013/2014.
Penulis aktif dalam mengikuti international conference seperti ICEBMM
(International Conference on Economics, Business, and Marketing Management)
2012 di Singapura, ICSMR (International Conference on Strategy and
Management Research) 2013 di Singapura, dan ICEBMM 2013 di Italia. Penulis
juga menjadi delegasi IPB untuk kegiatan World Model United Nation pada tahun
2013 di Melbourne, Australia. Penulis pernah menjadi pembicara di beberapa
kegiatan mahasiswa dalam ruang lingkup local maupun nasional. Penulis juga
pernah mengikuti beberapa lomba nasional seperti IPB Stock Day 2013 dan lain
sebagainya.