FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENDUDUK BEKERJA
DI SEKTOR INFORMAL SEBAGAI TUKANG OJEK
DI KELURAHAN SUKARAME KECAMATAN SUKARAME
KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2010
(Skripsi)
Oleh
Nia Riskiana
Pembimbing I : Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si
Pembimbing II : Dra. Nani Suwarni, M.Si
Pembahas : Drs. Edy Haryono, M.Si
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
2
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENDUDUK BEKERJA
DI SEKTOR INFORMAL SEBAGAI TUKANG OJEK
DI KELURAHAN SUKARAME KECAMATAN SUKARAME
KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2010
Oleh
Nia Riskiana
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji faktor-faktor
penyebab penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek,
dengan titik kajiannya pada pendidikan tukang ojek, peluang lapangan
pekerjaan, tingkat pendapatan, waktu luang dan lingkungan sosial
tukang ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel pada penelitian
ini sebanyak 49 Tukang ojek. Pengumpulan data primer dengan
menggunakan teknik observasi dan wawancara terstruktur. Pengumpulan
data sekunder menggunakan teknik dokumentasi. Analisis data dengan
tabulasi dan persentase sebagai dasar deskripsi dalam pembuatan laporan
penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa (1) Sebanyak 77,65% penduduk
yang bekerja pada sektor informal sebagai tukang ojek disebabkan
kerena tukang ojek berpendidikan rendah (Jika tidak Tamat SD/SMP,
Tamat SD, SMP/Mts, atau Sederajat). (2) Sebanyak 100% penduduk
yang bekerja pada sektor informal sebagai tukang ojek disebabkan
kerena tersedianya peluang lapangan pekerjan sebagai tukang ojek. (3)
Sebanyak 83,68% penduduk yang bekerja pada sektor informal sebagai
tukang ojek disebabkan kerena tukang ojek berpendapatan rendah(≤
Rp.755.000,-). (4) Sebanyak 67,34 % penduduk yang bekerja pada
sektor informal sebagai tukang ojek disebabkan kerena tukang ojek
mengisi waktu luangnya dengan bekerja sebagai tukang ojek (5)
Sebanyak 87,76% penduduk yang bekerja pada sektor informal sebagai
tukang ojek bertempat tinggal di lingkungan sosial tukang ojek (teman
begaul atau tetangga) yang mendukung untuk bekerja sebagai tukang
ojek.
3
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENDUDUK BEKERJA
DI SEKTOR INFORMAL SEBAGAI TUKANG OJEK
DI KELURAHAN SUKARAME KECAMATAN SUKARAME
KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2010
Oleh
NIA RISKIANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
4
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENDUDUK
BEKERJA DI SEKTOR INFORMAL SEBAGAI
TUKANG OJEK DI KELURAHAN SUKARAME
KECAMATAN SUKARAME
KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010
Nama mahasiswa : Nia Riskiana
NPM : 0613030437
Program Studi : Pendidikan Geografi
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu
Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si Dra. Nani Suwarni, M.Si
NIP. 195707251985031001 NIP. 195709121985032002
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Pendidikan IPS Pendidikan Geografi
Drs. Iskandarsyah, M.H. Drs. Rosana, M.Si.
NIP. 195711101987031 001 NIP. 19570514198503 1 004
5
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si ............................... Penguji utama : Drs. Edy Haryono, M.Si …………………….. Sekertaris : Dra. Nani Suwarni, M.Si ...............................
2. Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. NIP. 19530528103 1 002 Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 14 MEI 2010
6
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : Nia Riskiana
2. NPM : 0613034037
3. Program Studi : Pendidikan Geografi
4. Jurusan/ Fakultas : Pendidikan IPS/ FKIP
5. Alamat : Jln. Pulau Karimun Jawa Gg. Percetakan
Kamel No. 72 Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Maret 2010
Nia Riskiana
NPM. 0613034037
7
RIWAYAT HIDUP
Nia Riskiana dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 16 Juni 1988,
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sarwani, AS dan
Ibu Nurdalena.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Perumnas Way
Halim diselesaikan pada Tahun 2000, Sekolah Mengengah Pertama Di SMP Negeri
12 Bandar Lampung Diselesaikan Pada Tahun 2003, Sekolah Menengah Atas Di
SMA Utama 2 Bandar Lampung Diselesaikan Pada Tahun 2006.
Pada Tahun 2006 Penulis menjadi Mahasiswi di Universitas Lampung pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi
Pendidikan Geografi melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis juga menyelesaikan kegiatan PPL di SMA Negeri 6 Bandar Lampung Tahun
2009.
8
MOTTO
“ Jadilah seperti pohon kurma yang memiliki kemauan keras. Bila ia dilempar
dengan batu ia justru menjatuhkan buahnya yang segar”
(Aidh Abdullah Al-Qarni)
“ Berawal dari langkah kecil yang kita lakukan, di sanalah titik awal datangnya
sebuah keajaiban “
(Nia Riskiana)
“ Keyakinan, kerja keras dan ketekunan adalah benih untuk mampu menuai
sukses dan bahagia di akhir episode hidup “
(Nia Riskiana)
“ Masalah dan airmata merupakan sedikit tanda kasih Allah yang harus
dijalani dalam hidup, tetapi menyikapinya dengan positif adalah cara
seorang pejuang “
(Nia Riskiana)
9
PERSEMBAHAN
BISMILLAHIROHMANNIRROHIM,
Seiring dengan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT atas kasih saying dan Cinta-Nya, Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:
10
Ayah dan Ibu tercinta, yang senantiasa memberikan kasih saying, doa, dan dukungan baik secara moril maupun materiil yang tiada hentinya
demi mewujudkan cita-citaku.
Almamater tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirihmanirrohim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11
Dalam penulisan ini banyak kesulitan yang dihadapi, namun berkat bimbingan dan
arahan dari Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Pembimbing I dan
Pembimbing Akademik, Ibu Dra. Nani Suwarni, M.Si., selaku Pembimbing II, serta
Bapak Drs. Edy Haryono, M.Si., selaku penguji, skripsi ini dapat terselesaikan.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan
selama dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Pembantu Dekan I, II, III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
3. Bapak Drs. Iskandarsyah, M.H., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
4. Bapak Drs. Rosana, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak dan Ibu Staf Pengajar di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak Parbe Mujiono selaku Kepala Kelurahan Sukarame yang telah memberi
izin penulis untuk mengadakan penelitian di Kelurahan Sukarame.
7. Teman-teman seperjuanganku geografi angkatan 2006, kakak-kakak tingkatku
angkatan 2003, angkatan 2004, dan angkatan 2005 dan adik-adik tingkatku
angkatan 2007, angkatan 2008, dan angkatan 2009 serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu.
12
Penulis menyadari walaupun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun
skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka dan ucapan terima kasih.
Namun, demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca
umumnya dan penulis khususnya.
Akhirnya melalui tulisan ini, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan,
penulis hanya dapat berdoa semoga amal bapak, ibu dan saudara sekalian
mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Amin.
Bandar Lampung, Mei 2010
Penulis
Nia Riskiana
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
13
Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan
kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat.
Dari fakta yang ada kota merupakan tempat bermukim, tempat bekerja dan tentunya
tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota
harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sejalan dengan hal
tersebut tentunya kota dituntut untuk semakin meningkatkan sarana dan prasarana
yang ada sebagai pendukung aktivitas masyarakat termasuk di dalamnya kebutuhan
masyarakat akan transportasi.
Transportasi merupakan urat nadi dari sebuah pembangunan untuk melancarkan arus
manusia, barang maupun informasi sebagai penunjang tercapainya pengalokasian
sumber-sumber perekonomian secara optimal untuk itu jasa transportasi harus cukup
tersedia secara merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Peranan
transportasi pula untuk mengatasi kesenjangan jarak antara tempat asal dan tempat
tujuan. Untuk itu perlu dikembangkannya sistem transportasi dan komunikasi dalam
wujud sarana dan prasarana. Dari sini timbul jasa angkutan umum untuk memenuhi
kebutuhan akan alat angkut.
Untuk wilayah perkotaan transportasi memegang peranan yang cukup menentukan.
Suatu kota yang baik dapat ditandai antara lain dengan melihat kondisi
transportasinya. Tranportasi yang baik, lancar dan aman selain mencerminkan
keteraturan kota juga memperlihatkan kelancaran kegiatan perekonomian kota.
Kota sebagai pintu gerbang kehidupan dan penghidupan dari wilayahnya dan
menjadi motor penggerak dari pengembangan wilayahnya. Hal tersebut sejalan
dengan semakin berkembangnya daerah-daerah pusat kegiatan di wilayah perkotaan
tentu hal tersebut berdampak terhadap semakin majunya jalur transportasi dan alat
pengangkutan sebagai wadah arus pengangkutan barang maupun manusia.
14
Dengan semakin meningkatnya arus pengangkutan, maka sewajarnya semakin
dibutuhkannya sarana dan prasarana yang sangat memadai baik alat angkut pribadi
maupun alat angkut umum untuk menampung dan memberikan kemudahan bagi
penduduk baik dimasa sekarang maupun yang akan datang. Sejalan dengan hal
tersebut Kelurahan Sukarame sebagai bagian dari wilayah perkotaan telah
berkembang menjadi wilayah yang cukup padat akan pemukiman penduduk, dimana
jasa angkutan umum kemudian sangat berperan dalam memperlancar penyuplaian
arus barang maupun gerak penduduk dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Selain hal tersebut, tentunya dibutuhkan alat angkut umum yang memiliki kelebihan
lain tidak hanya mengantarkan penumpang ketempat tujuan namun dapat lebih cepat
mengantarkan penumpang ke tempat tujuan dengan waktu singkat dan dapat
melewati sela-sela kemacetan di kota. Selain itu pula dapat menjangkau daerah-
daerah dengan gang-gang yang sempit yang sulit dilalui oleh mobil. Hal tersebut
kemudian yang berdampak pada semakin diminatinya kendaraan umum seperti ojek
dikalangan masyarakat kota dikarenakan pertimbangan-pertimbangan di atas.
Setiap manusia terutama yang telah memiliki rumah tangga sendiri, atau mereka
yang telah memasuki angkatan kerja khususnya yang sedang mencari pekerjaan,
mereka senantiasa dituntut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehingga ketiadaan
kerja dipandang sebagai suatu tantangan. Mereka yang memiliki keterampilan
khusus atau mereka yang berpendidikan tinggi dapat bekerja pada sektor formal
yaitu sektor ekonomi yang mendapat bantuan dan perlindungan dari pemerintah dan
sisanya memilih bekerja pada sektor informal atau mungkin menjadi penganguran.
Dalam hal pekerjaan, strategi untuk mempertahankan diri dilakukan manusia dengan
secepatnya mencari pekerjaan, upaya lain yang dilakukan adalah dengan mencari
lapangan pekerjaan baru. Sifat manusia yang selalu berupaya untuk mempertahankan
15
hidup kemudian menuntutnya untuk mendapatkan penghasilan yang setinggi-
tingginya, karena dengan pendapatan yang tinggi akan dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat.
Salah satunya adalah masyarakat yang kemudian memilih berprofesi sebagai tukang
ojek. Pekerjaan sebagai tukang ojek merupakan salah satu bidang pekerjaan yang
termasuk ke dalam sektor informal. Tenaga kerja sektor informal menurut Hidayat
(1991:86-87) memiliki karakteristik tertentu antara lain:
1. Tenaga kerja sektor informal mudah keluar masuk pasar
2. Tidak memiliki keterampilan yang memadai
3. Biasanya tidak atau sedikit memiliki pendidikan formal
4. Biasanya tenaga kerja dirangkap produsen dengan dibantu tenaga kerja
keluarga.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Hans Dieter-Evers dalam M.C Suprapti
(1990: 21) tentang tenaga kerja sektor informal, yaitu: pada umumnya ciri pola
kegiatan usaha tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam kerja. Teknologi
yang dipergunakan dalam usaha informalnya biasanya masih sederhana, untuk
menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal khusus karena keterampilan
dalam usaha diperoleh dari pengalaman mereka bekerja, modal dan perputaran usaha
relatif kecil sehingga skala operasi juga relatif kecil. Hasil produksi atau jasa
terutama dikonsumsikan ke golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah salah
satunya pekerjaan menjadi tukang ojek.
Sebagai salah satu bidang pekerjan yang tidak membutuhkan suatu pendidikan dan
keterampilan tertentu pekerjaan menjadi tukang ojek kemudian menjadi salah satu
pilihan warga masyarakat untuk menjadi penopang dan pemenuhan kebutuhan hidup
mereka. Namun pada kenyatannya tukang ojek sebagai salah satu bidang pekerjaan,
ternyata tidak dapat menghasilkan pendapatan yang cukup sehingga warga
16
masyarakat yang berprofesi sebagai tukang ojek sulit untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan mereka selalu dikategorikan sebagai warga masyarakat yang
berpenghasilan rendah. Hal tersebut tidak berimbang sebagaimana tujuan dari
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, khususnya tersebut dalam pasal
27 ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak”.
Kelurahan Sukarame adalah suatu wilayah yang terletak di Kecamatan Sukarame
Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah 493Ha, dengan jumlah penduduk 18.132
jiwa, yang terdiri atas 3.807 kepala keluarga. Daerah ini berjarak 2 Km dari pusat
pemerintahan kecamatan dan 5 km dari Ibukota Propinsi Bandar Lampung. Karena
letaknya yang tidak terlalu jauh dari ibukota propinsi hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap perkembangan wilayah ini yang semakin pesat.
Dibangunnnya pusat-pusat perdagangan, pendidikan dan pelayanan kesehatan
berdampak pada semakin padatnya pemukimam-pemukiman penduduk yang
kemudian didominasi oleh perumahan-perumahan. Pembangunan perumahan-
perumahan tersebut terpusat pada satu wilayah dimana wilayah tersebut tidak dilalui
oleh kendaraan umum. Padahal dengan padatnya penduduk yang bermukim di
perumahan-perumahan tersebut tentunya keberadaan kendaraan umum sangat
dibutuhkan. Dengan keadaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan akan transportasi
di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame tersedia jenis alat pengangkutan/
transportasi umum yaitu ojek.
Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa kebutuhan akan transportasi di wilayah ini
didominasi oleh para pelajar yang ingin menuju ke sekolahnya ataupun sebaliknya
namun tidak mampu berjalan kaki dikarenakan angkutan kota (angkot) hanya
melewati jalan raya utama sedangkan untuk menuju lokasi perumahan jarak antara
jalan utama dan perumahan cukup jauh. Namun, tidak hanya didominasi oleh para
17
pelajar adapula warga lain di Kelurahan Sukarame yang menggunakan ojek untuk
melakukan aktivitas sehari-hari menuju tempat tujuannnya masing-masing, seperti
berangkat bekerja, mengunjungi keluarga jauh atau bahkan untuk pergi ke pasar dan
beragam aktivitas lainnya dikarenakan tidak memiliki kendaraan pribadi.
Tukang ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame bergabung dalam sebuah
perkumpulan tukang ojek yang mereka sebut “Ojek Karimun”. Untuk menjadi
anggota perkumpulan tukang ojek ini, tidaklah terlalu rumit karena masih
menjunjung tinggi asas kekeluargaan. Setiap calon anggota hanya perlu mendatangi
koordinator pangkalan ojek dan mengungkapkan niatnya untuk bergabung menjadi
tukang ojek di pangkalan tersebut kemudian mengisi buku induk yang telah
disediakan oleh koordinator pangkalan. Dengan tercantum nama calon anggota
tukang ojek dalam buku induk kemudian resmilah tukang ojek tersebut menjadi
anggota. Setelah resmi menjadi anggota tukang ojek berhak untuk mengojek sesuai
dengan keinginannya yang dimulai dari pagi hingga malam hari, dengan catatan
menyetorkan uang keanggotaan sebesar Rp. 5.000,- setiap bulan kepada koordinator
pangkalan. Jam kerja tukang ojek di Kelurahan Sukarame biasanya dimulai dari
pukul 06.00 sampai 22.00 WIB.
Namun banyaknya jumlah jam kerja kembali lagi kepada tukang ojek masing-masing
yang dapat mereka sesuaikan dengan jam kerja pekerjaan yang mereka miliki selain
pekerjaan menjadi tukang ojek. Dalam menjalankan tugasnya tukang ojek selalu
menjaga kekompakan dengan sesama tukang ojek, tidak saling serobot ataupun
berebut penumpang hal tersebut karena rasa tidak enak antar sesama tukang ojek
yang masih saling bertetangga bahkan adapula yang memiliki hubungan saudara.
Setiap tukang ojek yang datang lebih dulu berhak mengisi daftar mengantar
penumpang pada urutan pertama dan kemudian berlaku seterusnya bagi tukang ojek
yang lain. Sehingga kelancaran dalam mengantar penumpang maupun banyak atau
18
tidaknya curahan jam kerja tukang ojek ditentukan oleh tukang ojek sendiri. Untuk
mengetahui lokasi pangkalan ojek Kelurahan Sukarame dapat dilihat pada Gambar 1.
Aktivitas tukang ojek ini terjadi setiap harinya bahkan dihari libur sekalipun. Setiap
harinya para tukang ojek tersebut bekerja mengantar penumpang ke tempat tujuan.
Pekerjaan sebagai tukang ojek amat tergantung pada penggunaan jasa mereka,
ketergantungan semacam ini tentunya dapat mempengaruhi besar kecilnya tingkat
pendapatan mereka. Semakin banyak tukang ojek mendapatkan penumpang, maka
semakin banyak penghasilan yang mereka peroleh pada hari itu. Dalam hal ini
membawa dampak baik pada keadaan sosial ekonomi keluarga mereka. Banyaknya
tukang ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame tentu menjadi kendala
bagi tukang ojek dalam memperoleh pendapatan, karena tingkat persaingan antara
sesama tukang ojek menjadi sangat tinggi sehingga kesempatan dalam memperoleh
pendapatan dengan sendirinya akan semakin kecil sehingga hasil yang diperolehpun
tidak seberapa untuk memenuhi kebutuhan pokok belum lagi dipotong dengan
pembayaran sewa motor apabila kendaraan yang digunakan merupakan kendaraan
sewaan, atau bahkan membayar cicilan motor apabila kendaraan yang digunakan
merupakan hasil kredit.
Gambar 1. Peta Lokasi Pangkalan Ojek di Kelurahan Sukaram
Sebagai gambaran untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi beberapa tukang ojek
di Kelurahan Sukarame, dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Kondisi Sosial Ekonomi Beberapa Tukang Ojek di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
Sumber : Hasil wawancara dengan tukang ojek pada tanggal 4 Maret 2010
Dari Tabel 1, menunjukkan bahwa tukang ojek memiliki penghasilan yang tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, hal ini dapat terlihat dari
penghasilan rata-rata yang diperoleh beberapa tukang ojek sebesar Rp.4.650.000 : 10
= Rp. 465.000,- dalam waktu satu bulan. Dengan penghasilan yang tidak mencapai
Rp. 500.000,- dalam jangka waktu 1 bulan yang telah dirata-ratakan tentunya akan
berdampak akan semakin sulitnya tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan pokok
keluarganya.
Itupun belum termasuk untuk memenuhi kebutuhan lain seperti: pendidikan,
kesehatan, rekreasi dan tabungan dihari tua dan kebutuhan lainnya juga belum
tercukupi. Alternatif yang ditempuh oleh tukang ojek untuk menutupi pengeluaran
biasanya dengan berhutang atau mencari pekerjaan sampingan. Namun, karena
keterbatasan pada diri sendiri seperti berpendidikan rendah, miskin, tidak terampil,
dan desakan untuk bertahan hidup. Karena itu, cakrawala mereka terbatas untuk
No Nama Usia Pendidikan
Terakhir
Penghasilan rata-rata
per bulan dari
mengojek (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Parman
Joko suseno
Yadi
Ismail
Halpian
Mulyadi
Apriandi
Hadi
Priyatno
Tejo
23
19
44
36
30
41
33
45
32
17
Tamat SMP
Tamat SMA
SMP Kelas 1
Tamat SD
SD Kelas 3
Tamat SMP
SMA Kelas 1
SD Kelas 2
Tamat SMP
Tamat SMP
Rp. 400.000,-
Rp. 300.000,-
Rp. 650.000,-
Rp. 500.000,-
Rp. 550.000,-
Rp. 500.000,-
Rp. 400.000,-
Rp. 600.000,-
Rp. 500.000,-
Rp. 250.000,-
Jumlah Rp. 4.650.000,-
21
mencari kesempatan kerja lain dan ada unsur keterpaksaan bekerja menjadi tukang
ojek.
Dari uraian di atas, maka penelitian ini difokuskan mengenai: faktor-faktor penyebab
penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa hal
yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Rendahnya tingkat pendidikan tukang ojek
2. Tersedia peluang lapangan pekerjaan
3. Keinginan untuk menambah pendapatan
4. Mengisi waktu luang
5. Lingkungan sosial tukang ojek yang mendukung
6. Sempitnya lahan garapan
7. Banyaknya jumlah jiwa dalam keluarga
8. Ingin mencari pengalaman baru
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya tingkat pendidikan tukang ojek
2. Tersedia peluang lapangan pekerjaan
3. Keinginan untuk menambah pendapatan
4. Mengisi waktu luang
5. Lingkungan sosial tukang ojek yang mendukung
22
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apakah rendahnya tingkat pendidikan tukang ojek merupakan faktor penyebab
penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010?
2. Apakah tersedia peluang lapangan pekerjaan merupakan faktor penyebab
penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010?
3. Apakah keinginan untuk menambah pendapatan merupakan faktor penyebab
penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010?
4. Apakah mengisi waktu luang merupakan faktor penyebab penduduk bekerja di
sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan
Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010?
5. Apakah lingkungan sosial tukang ojek yang mendukung merupakan faktor
penyebab penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan
Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mendapatkan informasi bahwa rendahnya tingkat pendidikan tukang ojek
merupakan faktor penyebab penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang
ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun
2010?
2. Untuk mendapatkan informasi bahwa tersedia peluang lapangan pekerjaan
merupakan faktor penyebab penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang
23
ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun
2010?
3. Untuk mendapatkan informasi bahwa keinginan untuk menambah pendapatan
merupakan faktor penyebab penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang
ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun
2010?
4. Untuk mendapatkan informasi bahwa mengisi waktu luang merupakan faktor
penyebab penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan
Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010?
5. Untuk mendapatkan informasi bahwa lingkungan sosial tukang ojek yang
mendukung merupakan faktor penyebab penduduk bekerja di sektor informal
sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar
Lampung Tahun 2010?
F. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan skripsi guna mencapai gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi dengan fenomena
nyata di lapangan terutama yang berhubungan dengan Geografi Sosial
3. Menambah wawasan bagi penulis tentang usaha tukang ojek dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.
4. Sebagai sumbangan bahan ajar pada Mata Pelajaran IPS di SMP kelas VII
semester II pada pokok bahasan penggunaan lahan dan sub pokok bahasan mata
pencaharian penduduk Indonesia.
24
5. Sebagai sumbangan bahan ajar pada Mata Pelajaran Geografi di SMA kelas XI
semester I pada pokok bahasan antroposfer dan sub pokok bahasan kualitas
penduduk berdasarkan mata pencaharian dan pendapatan.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup subyek penelitian adalah penduduk yang bekerja di sektor
informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame yaitu sebanyak 49 orang.
2. Ruang lingkup obyek penelitian adalah faktor-faktor penyebab penduduk bekerja
di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan
Sukarame Kota Bandar Lampung
3. Ruang lingkup waktu dan tempat penelitian adalah Kelurahan Sukarame Tahun
2010
4. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Geografi Sosial
Geografi Sosial adalah Cabang Geografi Manusia yang bidang studinya Aspek
keruangan yaitu karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, dan unsur kebudayaan
dan kemasyarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988: 56).
Dalam penelitian ini menggunakan Geografi Sosial, karena penelitian ini mengkaji
mengenai aspek keruangan yang ada di muka bumi dengan objek kajiannya adalah
manusia dengan berbagai karakteristiknya seperti kegiatan perekonomian manusia,
kebudayaan, dan kemasyarakatan seperti peluang lapangan pekerjaan, pendapatan
penduduk, mengisi waktu luang yang termasuk di dalam kegiatan perekonomian
manusia, lingkungan sosial termasuk ke dalam hubungan kemasyarakatan serta
pendidikan yang termasuk ke dalam unsur dari kebudayaan.
25
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Pengertian Geografi Sosial
Menurut Ikatan Geograf Indonesia atau IGI dalam Yulmadia Yulir (2004:2) bahwa
Geografi adalah suatu ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan. Ilmu geografi terdiri atas 2 aspek yaitu aspek fisik dan aspek sosial,
aspek fisik berkenaan dengan alam sekitar dan aspek sosial berkenaan dengan
manusia. Kedua aspek tersebut saling berhubungan, dalam hal interaksi manusia
dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya.
Dalam penelitian ini lingkup ilmu yang digunakan adalah Geografi Sosial yaitu
cabang Geografi Manusia. Titik tekan kajian Geografi Sosial dalam penelitian ini
adalah mengkaji mengenai aspek keruangan yang ada di muka bumi dengan objek
kajiannya adalah manusia dengan berbagai karakteristiknya seperti penduduk,
kebudayaan, kegiatan perekonomian manusia, dan kemasyarakatan.
Pengertian Tukang Ojek
Pengertian ojek adalah sepeda motor yang ditambangkan/ diojekkan dengan cara
memboncengkan penumpang atau penyewanya untuk memperoleh nafkah,
sedangkan tukang ojek adalah orang yang mencari nafkah dengan ojek (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1995:700).
26
Ojek adalah transportasi umum informal di Indonesia yang berupa sepeda motor atau
sepeda, namun lebih lazim sepeda motor (http://id.wikipediaindonesia.org/
wiki/ojek).
Dalam penelitian ini menggunakan istilah tukang ojek karena nama tersebut
merupakan nama yang digunakan secara umum oleh masyarakat.
1. Tingkat Pendidikan Tukang Ojek
Pengaruh pendidikan pada umumnya bersifat aktif, dalam arti pendidikan dijalankan
dengan penuh kesadaran dan dengan secara sistematik untuk mengembangkan
potensi-petensi atau bakat-bakat yang ada pada individu sesuai dengan cita-cita atau
tujuan pendidikan.
Fungsi pendidikan nasional dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan martabat manusia
Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Dengan dicanangkannya wajib belajar 6 tahun, pemerintah memandang perlu untuk
meningkatkan wajib belajar menjadi 9 tahun, ini tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 ayat 1 tentang sistem pendidikan bahwa
pendidikan ini dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Pendidikan dasar (SD/SLTP)
2. Pendidikan menengah (SLTA)
3. Pendidikan tinggi (PT/AKADEMIK)
Kemudian menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun
2003 (2003:4) :
27
”Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengambangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara”.
Pendidikan dibagi menjadi tiga jalur yaitu: pendidikan formal, non formal dan
informal. Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan pendidikan
dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang telah ditempuh tukang ojek.
Selanjutnya menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun
2003 (2003:12) jenjang pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan, yaitu sebagai berikut :
1. Jenjang pendidikan dasar :
a. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah
b. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI)
dan bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan
madrasah tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
2. Jenjang pendidikan menengah :
a. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar
b. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan
c. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah
aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah
kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
3. Jenjang pendidikan tinggi :
a. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan dengan sistem terbuka.
Dari pendapat tersebut, maka pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan, karena semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin banyak pengetahuan dan wawasan
yang didapatnya.
28
Dengan bentuk pengklasifikasian tersebut di atas maka dalam penelitian mengenai
pendidikan formal tukang ojek dihitung berdasarkan jenjang pendidikan yang telah
ditempuh oleh tukang ojek dengan ketentuan tidak tamat sekolah, tamat SD, tamat
SMP/MTs, tamat SMA/SMK/MA, ataupun telah menempuh program pendidikan
tinggi.
Menurut pendapat Ahmad Muri Yusuf (1999:9) bahwa individu dengan pendidikan
yang terbatas, seperti tidak tamat sekolah dasar atau tidak pernah sekolah akan
mempunyai wawasan yang sangat terbatas dalam menguasai lingkungannya, mereka
kurang mampu memikirkan hidup layak dan daya abstraknya yang terbatas dan sikap
mental yang terikat oleh kesederhanaan.
Tingkat pendidikan dengan profesi sebagai tukang ojek sangatlah jelas karena untuk
berprofesi sebagai tukang ojek tidak diperlukan suatu keterampilan yang khusus atau
pendidikan yang tinggi, cukup dengan pendidikan yang rendah ia dapat berprofesi
sebagai tukang ojek.
2. Tersedia Peluang Lapangan Pekerjaan
Kesempatan kerja merupakan hubungan nyata angkatan kerja dengan kemampuan
penerapan tenaga kerja dan harus diimbangi dengan investasi yang yang dapat
menciptakan lapangan pekerjaan. Kesempatan kerja adalah suatu kebutuhan
manusia, karena kesempatan kerja merupakan faktor untuk dapat tercipta pemerataan
kebutuhan pokok, khususnya sandang, pangan, dan perumahan. Kesempatan kerja
tidak selalu dapat diperoleh disuatu wilayah karena setiap wilayah memiliki
perbedaan potensi dan kemampuan dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi
penduduknya. Wilayah yang memilki potensi yang luas tentunya akan mampu
menyediakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi penduduknya, sedangkan
29
wilayah dengan potensi yang tidak begitu banyak tentu kecenderungan akan
penyediaan lapangan pekerjaan akan semakin kecil.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan aktifitas diberbagai
bidang pekerjaan. Tingkat pendapatan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat dapat
diketahui dari jenis pekerjaannya. Selain itu jenis pekerjaan yang diperoleh adalah
pekerjaan yang sesuai dengan lapangan pekerjaan yang ada atau tersedia.
Lapangan pekerjaan dapat diartikan dengan suatu keadaan yang kosong atau belum
terisi dalam hal bekerja. (www.setroshunter.blogspot.com/2009/06) sedangkan
Menurut Soemitro Djojohadikusumo (2001:189) lapangan pekerjaan dapat diartikan
sebagai suatu keadaan yang menunjukkan tersedianya sebuah pekerjaan sehingga
semua orang bersedia dan sanggup bekerja serta memperoleh pekerjaan sesuai
dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan pada hakikatnya
lapangan pekerjaan adalah suatu keadaan dimana menunjukkan tersedianya sebuah
pekerjaan. Dalam hal ini adalah tersedianya lapangan pekerjaan yaitu sebagai tukang
ojek.
3. Tingkat Pendapatan
Untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga, penghasilan memegang peranan
penting. Seseorang melakukan pekerjaan adalah untuk mendapatkan penghasilan.
Dengan demikian mereka berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Rendahnya pendapatan akan menyebabkan
sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan,
perumahan, kesehatan dan pendidikan (Emil Salim, 1984:44).
30
Pengukuran pendapatan dapat dilakukan dengan menghitung jumlah seluruh
pendapatan dalam nilai mata uang rupiah.
Menurut Husni Margaretta (2000:21) pendapatan dapat berupa upah dari orang lain
yaitu gaji honor, pendapatan usaha sendiri atau pendapatan dari bidang usaha yang
dilakukan baik dari sektor formal maupun sektor informal, sedangkan menurut
Ritongga (2003:37) pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh masyarakat
dalam jangka waktu tertentu.
Pendapatan merupakan gambaran tentang keadaan ekonomi sebuah keluarga.
Pendapatan merupakan pemasukan yang berupa uang yang diperoleh seseorang dari
hasil usahanya melalui suatu pekerjaan. Semakin besar pendapatan yang diperoleh
dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan lainnya, maka semakin tinggi
pemenuhan kebutuhan pokok dari anggota keluarga tersebut.
Pendapatan kotor adalah hasil usaha yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan
pekerjaan tambahan, sedangkan pendapatan bersih adalah pendapatan yang diperoleh
setelah dikurangi biaya produksi dan transportasi.
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil usaha yang diperoleh
tukang ojek, diluar dari pekerjaannya sebagai tukang ojek dalam jangka waktu satu
bulan dan dihitung dengan nilai rupiah.
Menurut Sadono Sukirno (2002:37) :
”Pendapatan digunakan oleh rumah tangga untuk dua tujuan yang pertama untuk
membeli berbagai barang maupun jasa yang diperlukannya. Dalam perekonomian
yang masih rendah taraf perkembangannya, sebagian besar pendapatan yang
dibelanjakan tersebut untuk membeli makanan dan pakaian yaitu untuk keperluan
sehari-hari yang paling pokok. Pada tingkat perkembangan ekonomi yang lebih
maju, pengeluaran untuk makan dan minum bukan lagi bagian terbesar dari
pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran lain seperti pendidikan, pengangkutan,
perumahan, dan rekreasi menjadi sangat bertambah penting”.
31
Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pendapatan merupakan gambaran
tentang keadaan ekonomi sebuah keluarga. Pendapatan merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam kehidupan suatu keluarga karena dari keadaan tingkat
pendapatan keluarga tersebut akan dapat mempengaruhi tingkat kemakmuran
keluarga tersebut. Tentunya semakin tinggi penghasilan keluarga maka akan
tercukupi kebutuhan hidup sedangkan semakin rendah penghasilan keluarga maka
akan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
4. Mengisi Waktu Luang
Pada hakikatnya setiap manusia akan selalu berupaya untuk dapat terus
mempertahankan hidupnya, salah satu upaya tersebut tentunya dengan bekerja.
Seseorang melakukan pekerjaan adalah untuk mendapatkan penghasilan. Dengan
demikian mereka berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan bekerja manusia berusaha untuk dapat memenuhi setiap kebutuhan hidup
dari penghasilan yang ia peroleh dari bekerja baik pekerjaan pokoknya maupun dari
pekerjaan sampingan.
Jenis pekerjaan sangat penting bagi penduduk, terutama penduduk yang sudah
berkeluarga, karena sebagai anggota keluarga mereka mampunyai tanggung jawab
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Dari jenis pekerjaan seseorang maka
akan diperoleh pendapatan yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan seseorang.
Menurut Sukadji (2003) Jenis pekerjaan terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Pekerjaan pokok: Sebuah pekerjaan atau profesi yang merupakan mata
pencaharian utama dari pekerjaanya.
32
b. Pekerjaan sampingan: Pekerjaan lain atau profesi lain yang dijalani diluar dari
pekerjaan pokok.
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerjaan sampingan hanya
sebagai selingan saja dari pekerjaan utama yang dijalani. Seseorang melakukan
pekerjaan sampingan dikarenakan beberapa motif salah satunya adalah untuk
menambah penghasilan sedangkan motif lain adalah alasan karena waktu senggang
diluar dari pekerjaan pokoknya, dengan kata lain waktu luang yang dimiliki.
Pengertian waktu luang memang seringkali diasosiasikan dengan tidak melakukan
apa-apa dan juga bermalas-malasan, padahal tidak seperti itu. Menurut Triatmoko
(2007) kita harus melihat istilah waktu luang dari 3 dimensi, yaitu :
1. Dilihat dari dimensi waktu: Waktu luang dilihat sebagai waktu yang tidak
digunakan untuk bekerja, mencari nafkah, melaksanakan kewajiban dan
mempertahankan hidup.
2. Dilihat dari cara pengisian: Waktu luang adalah waktu yang dapat diisi dengan
kegiatan pilihan sendiri atau sesuka hati.
3. Dilihat dari sisi fungsi: Waktu yang dapat digunakan untuk mengembangkan
potensi, meningkatkan mutu pribadi, sebagai selingan dan rekreasi serta sebagai
kompensasi dari kegiatan pekerjaan tambahan untuk mempertahankan hidup.
Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu fungsi dari waktu
luang dapat digunakan manusia untuk tetap meningkatkan produktivitas pekerjaan
dan tentunya juga dapat menambah penghasilan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1267) waktu adalah saat yang
tertentu untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Siswanto (2003) waktu luang
adalah sebuah keadaan kosong yang dapat dimanfaatkan seseorang untuk melakukan
aktifitas sesukanya.
33
Mengarah pada seluruh pendapat di atas waktu luang yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah sebuah keadaan dimana seseorang memiliki waktu senggang
diluar dari pekerjaan pokoknya sehingga menyebabkan seseorang bekerja menjadi
tukang ojek.
5. Lingkungan Sosial Tukang Ojek yang Mendukung
Faktor ekstern ialah merupakan faktor yang datang dari luar diri individu, merupakan
pengalaman-pengalaman, alam sekitar dan sebagainya. Masyarakat merupakan
faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap minat seseorang untuk melakukan
sebuah kegiatan termasuk di dalamnya dalam hal bekerja.
Menurut S. Nasution (1995:11) berpendapat bahwa perkembangan dipengaruhi oleh
berbagai faktor yakni faktor biologis, lingkungan alamiah dan lingkungan sosial
budaya. Lingkungan sosial mengandung 2 unsur yaitu (1) unsur sosial adalah
interaksi antara dua manusia, (2) unsur budaya adalah bentuk kelakuan yang sama
yang terdapat dikalangan kelompok manusia.
Berdasarkan pendapat Abu Ahmadi (2003:201) lingkungan sosial yaitu lingkungan
masyarakat, dimana dalam lingkungan masyarakat ini ada interaksi individu satu
dengan yang lainnya. Keadaan masyarakat akan memberikan pengaruh tertentu
terhadap perkembangan individu. Sedangkan menurut Dalyono (2005:133)
lingkungan sosial ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita.
Abu Ahmadi (2003:201) membagi lingkungan sosial menjadi 2, yaitu :
1. Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial dimana terdapat hubungan
yang erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal
dengan baik dengan anggota lain. Oleh karena diantara anggota telah ada
hubungan yang erat, maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan sosial ini akan
lebih mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan sosial yang hubungannya
tidak erat.
2. Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang hubungan anggota satu
dengan anggota lain agak longgar. Pada umumnya anggota satu dengan anggota
34
lain kurang atau tidak saling kenal mengenal. Karena itu pengaruh lingkungan
sosial sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan
sosial primer.
Dari pendapat tersebut diketahui bahwa manusia tidak terlepas dari lingkungan
sosialnya, proses perkembangan manusia termasuk di dalamnya aktivitas yang di
lakukan oleh manusia banyak dipengaruhi oleh interaksinya dengan manusia lain
(lingkungan sosial). Begitu juga terhadap minat seseorang untuk memilih jenis
pekerjaan yang akan dijalaninya. Untuk memperoleh pekerjaan yang baik maka
seseorang harus mengupayakan dan mengarahkan dirinya agar tidak terpengaruh
dengan lingkungan sosial yang kurang mendukung tercapainya sebuah pekerjaan.
Lingkungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan atau kondisi
sosial yang ada disekitar tukang ojek dilihat dari lingkungan tempat tinggal dan
tetangga.
B. Kerangka Pikir
Masyarakat yang memiliki penghasilan yang rendah selalu berusaha untuk
meningkatkan penghasilan mereka, dengan pendapatan yang tinggi, akan dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan perekonomian keluarga di dalam
kehidupan bermasyarakat, misalnya tukang ojek.
Sebagai salah satu bidang pekerjaan yang tidak membutuhkan suatu pendidikan dan
keterampilan tertentu pekerjaan menjadi tukang ojek kemudian menjadi salah satu
pilihan jenis pekerjaan warga masyarakat di tengah semakin sempitnya lapangan
pekerjaan di daerah perkotaan dan juga untuk menjadi penopang dan pemenuhan
kebutuhan hidup mereka selain tentunya terdapat banyak hal lain yang
memungkinkan seseorang untuk memilih bidang pekerjaan tertentu.
35
Atas dasar uraian tersebut, penelitian ini dilakukan guna untuk mendapatkan suatu
gambaran tentang faktor-faktor penyebab penduduk bekerja di sektor informal
sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut ini :
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir
Rendahnya tingkat pendidikan tukang ojek
Tersedia peluang lapangan pekerjaan
Keinginan untuk menambah pendapatan
Mengisi waktu luang
Faktor penyebab
penduduk bekerja di
sektor informal
sebagai tukang ojek
di Kelurahan
Sukarame
Lingkungan sosial tukang ojek yang mendukung
36
III. METODOLOGI PENELITAN
A. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian ilmiah, seorang peneliti memerlukan suatu cara atau metode
yang dipergunakan untuk memecahkan permasalahan, sehubungan dengan itu
menurut Joko Subagyo (1997:11) mengemukakan bahwa metode merupakan jalan
yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi
penggunanya sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam
upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan masalah.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa metodologi adalah suatu cara
yang menjadi pegangan dalam melaksanakan suatu penelitian dan berfungsi
membimbing seseorang dalam penelitian yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
seperti pendapat Hadari Nawawi dan Mimi Martini(1994:73) penelitian deskriptif
dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang,
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa metode deskriptif dapat
digunakan bertujuan untuk menganalisa mengenai faktor-faktor penyebab penduduk
bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek sebagai salah satu jenis pekerjaan di
37
Kelurahan Sukarame, maka metode penelitian yang paling tepat digunakan adalah
metode deskriptif.
B. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:130).
Menurut Moh Pabundu Tika, (2005:24) populasi adalah himpunan individu atau
objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Himpunan individu atau objek
yang terbatas adalah himpunan individu atau objek yang dapat diketahui atau diukur
dengan jelas jumlah maupun batas wilayahnya.
Sedangkan menurut Nursid Sumaatmadja (1988:112) sebagai berikut :
”Populasi adalah semua kasus, individu dan gejala yang ada di daerah penelitian
disebut populasi penelitian atau universe, populasi penelitian geografi inti meliputi
kasus (masalah, peristiwa tertentu) individu (manusia maupun sebagai kelompok)
dan gejala (fisis, sosial, ekonomi, budaya, politik) yang ada pada ruang geografi”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bekerja sebagai tukang ojek di
Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung yang berjumlah
49 orang. Oleh karena besar populasi hanya 49 Orang, maka dalam penelitian ini
tidak dilakukan penarikan sampel. Dengan demikian penelitian ini merupakan
penelitian populasi.
C. Variabel Penelitian
Menurut Sumadi Suryabrata (2000:72) variabel penelitian diartikan sebagai faktor-
faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang akan diteliti.
Variabel atau objek yang akan dikaji dalam penelitian ini merupakan variabel
tunggal yaitu sebagai berikut :
1. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki tukang ojek
38
2. Tersedia peluang lapangan pekerjaan
3. Keinginan untuk menambah pendapatan
4. Mengisi waktu luang
5. Lingkungan sosial tukang ojek yang mendukung
D. Definisi Operasional Variabel
Menurut Nur Indrianto dan Bambang Supomo, (2002:69) Definisi operasional
variabel adalah penentuan variabel sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.
Definisi operasional variabel menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti
dalam mengoperasionalisasikan variabel.
Untuk dapat mengukur setiap variabel penelitian ini maka dibuatkan batasan-batasan
terhadap setiap variabel penelitian sebagai berikut :
1. Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Jenjang
Pendidikan formal yang ditempuh oleh tukang ojek yang diperoleh seseorang
melalui bangku sekolah yaitu: SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi.
Adapun penggolongan yang berkenaan dengan tingkat pendidikan tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Tidak tamat sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Tamat Perguruan Tinggi
Berikut merupakan Tabel 2, menerangkan mengenai penggolongan tingkat
pendidikan responden menjadi tiga yaitu :
39
Tabel 2. Kriteria Penilaian Variabel Tingkat Pendidikan
No Variabel Indikator Klasifikasi
1. Tingkat
Pendidikan
a. Pendidikan
rendah
b. Pendidikan
menengah
c. Pendidikan
tinggi
a. Jika tidak tamat/tamat
SD/SMP/Mts, atau sederajat
b. Jika tidak tamat/tamat SMA/
SMK/ MA, atau sederajat
c. Jika tidak tamat/tamat akademik/
perguruan tinggi atau sederajat
2. Lapangan Pekerjaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah keadaan
dimana menunjukkan tersedianya sebuah pekerjaan. Pengukuran tingkat
perolehan lapangan pekerjaan dalam penelitian ini dilakukan pengukuran dengan
menggunakan prosedur pengukuran indeks yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat atau persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian
atau gejala sosial, dalam hal ini yaitu pendapat atau anggapan tukang ojek
terhadap peluang lapangan pekerjaan. Melalui pengukuran ini, peneliti dapat
membagi respondennya ke dalam urutan ranking atas dasar sikap dan
persepsinya pada obyek atau tindakan tertentu dalam hal ini mengenai
ketersediaan peluang lapangan pekerjaan. Pada panduan wawancara mengenai
lapangan pekerjaan ini terdiri dari 5 pertanyaan dengan rincian 4 pertanyaan
dengan masing-masing pertanyaan terdiri dari 2 pilihan jawaban dan 1
pertanyaan dengan jawaban mutlak. Untuk pertanyaan berpilihan pengukuran
dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing pilihan jawaban seperti
sebagai berikut :
a. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban A : Diberi skor 2
b. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban B : Diberi skor 1
Dengan rincian keseluruhan jawaban responden sebagai berikut :
40
a. Skor tertinggi : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban A dengan skor 8
b. Skor terendah : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban C dengan skor 4
Kemudian dari rincian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai kriteria
penilaian variabel tersedia peluang lapangan pekerjaan pada Tabel 3, sebagai
berikut :
Tabel 3. Kriteria Penilaian Variabel Tersedia Peluang Lapangan Pekerjaan
No Variabel Indikator Klasifikasi
1. Tersedia
peluang
lapangan
pekerjaan
a. Tersedia
b. Tidak
tersedia
a. Apabila jumlah skor hasil
jawaban > dari 6
b. Apabila jumlah skor hasil
jawaban dari atau = 6
3. Tingkat pendapatan tukang ojek di Kelurahan Sukarame adalah jumlah
keseluruhan pendapatan yang diperoleh oleh tukang ojek atas jenis pekerjaan
yang dilakukannya diluar dari pekerjaan sebagai tukang ojek yang dihitung
dalam setiap bulan yang diukur dalam nilai rupiah, kemudian dihitung rata-rata.
Pada panduan wawancara mengenai tingkat pendapatan terdapat 6 pertanyaan.
Untuk kriteria yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4,
sebagai berikut :
Tabel 4. Kriteria Penilaian Variabel Tingkat Pendapatan
No Variabel Indikator Klasifikasi
1. Tingkat
pendapatan
a. Di bawah
rata-rata
b. Di atas
rata-rata
a. Bila pendapatan di bawah atau
sama dengan rata-rata pendapatan
keseluruhan tukang ojek
b. Bila pendapatan di atas rata-rata
pendapatan keseluruhan tukang ojek
41
4. Waktu luang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah keadaan dimana
seseorang memiliki waktu senggang diluar dari pekerjaan pokoknya sehingga
menyebabkan seseorang bekerja menjadi tukang ojek. Pengukuran pada variabel
ini dilakukan pengukuran dengan menggunakan prosedur pengukuran indeks
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial, dalam hal ini yaitu
pendapat atau anggapan tukang ojek terhadap keputusannya untuk mengisi waktu
luangnya sesuai dengan pandangannya. Melalui pengukuran ini, peneliti dapat
membagi respondennya ke dalam urutan ranking atas dasar sikap pada obyek
atau tindakan tertentu dalam hal ini mengenai sikapnya untuk mengisi waktu
luang dengan bekerja sebagai tukang ojek. Pada panduan wawancara mengenai
mengisi waktu luang terdiri dari 4 pertanyaan dengan rincian 3 pertanyaan
dengan masing-masing pertanyaan terdiri dari 2 pilihan jawaban dan 1
pertanyaan dengan jawaban mutlak. Untuk pertanyaan berpilihan pengukuran
dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing pilihan jawaban seperti
sebagai berikut :
a. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban A : Diberi skor 2
b. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban B : Diberi skor 1
Dengan rincian keseluruhan jawaban responden sebagai berikut :
a. Skor tertinggi : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban A dengan skor 8
b. Skor terendah : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban C dengan skor 4
Kemudian dari rincian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai kriteria
penilaian pada Tabel 5, sebagai berikut :
42
Tabel 5. Kriteria Penilaian Variabel Mengisi Waktu Luang
No Variabel Indikator Klasifikasi
1. Mengisi
waktu luang
a. Mengisi waktu
luang
b. Tidak Mengisi
waktu luang
a. Apabila jumlah skor hasil
jawaban > dari 6
b. Apabila jumlah skor hasil
jawaban dari atau = 6
5. Lingkungan Sosial tukang ojek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keadaan atau kondisi sosial yang ada disekitar tukang ojek dilihat dari teman
bergaul, lingkungan rumah dan tetangga, seperti tetangga yang bekerja pada
sektor formal, sektor informal atau menganggur. Pengukurannya adalah dengan
menggunakan prosedur pengukuran indeks yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat atau persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian
atau gejala sosial, dalam hal ini yaitu pendapat atau anggapan tukang ojek
terhadap mendukung atau tidaknya lingkungan sosial dengan keputusannya
untuk memilih bekerja sebagai tukang ojek. Pada panduan wawancara mengenai
lingkungan sosial terdiri dari 4 pertanyaan dengan rincian 3 pertanyaan dengan
masing-masing pertanyaan terdiri dari 2 pilihan jawaban. Kemudian dilakukan
pengukuran dengan memberikan skor pada masing-masing pilihan jawaban
seperti sebagai berikut :
a. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban A : Diberi skor 2
b. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban B : Diberi skor 1
Dengan rincian keseluruhan jawaban responden sebagai berikut :
a. Skor tertinggi : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban A dengan skor 8
b. Skor terendah : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban C dengan skor 4
43
Kemudian dari rincian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai kriteria
penilaian pada Tabel 6, sebagai berikut :
Tabel 6. Kriteria Penilaian Variabel Lingkungan Sosial
No Variabel Indikator Klasifikasi
1. Lingkungan
sosial
a. Lingkungan sosial
mendukung
b. Lingkungan sosial
kurang
mendukung
a. Apabila jumlah skor hasil
jawaban > dari 6
b. Apabila jumlah skor hasil
jawaban dari atau sama
dengan 6
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Teknik Observasi
Dalam penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, peneliti menggunakan teknik
observasi terhadap objek dan subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran
informasi yang jelas, benar dan lengkap terhadap semua yang diamati.
Menurut pendapat Joko Subagyo (1997:63) observasi adalah pengamatan yang
dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengab gejala-gejala
psikis untuk kemudian dilakukan penelitian. Observasi sebagai alat pengumpul data
dapat dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan
sebelumnya. Teknik ini dilakukan guna memperoleh gambaran tentang keadaan atau
wilayah penelitian dan keadaan subjek penelitian, dalam hal ini lokasi pangkalan
ojek di Kelurahan Sukarame dan juga keadaannya.
44
2. Teknik Wawancara Terstruktur
Menurut Arief Sukadi Sadiman (1993: 227) Wawancara Terstruktur adalah suatu
rencana wawancara yang memuat semua pertanyaan yang akan ditanyakan seorang
peneliti dan ditentukan susunannya.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung dari responden
dengan menggunakan panduan wawancara untuk memandu setiap pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti kepada responden atau para tukang ojek untuk diperoleh data.
Data yang ingin diperoleh adalah data peluang lapangan pekerjaan, pendidikan
tukang ojek, pendapatan tukang ojek, lingkungan sosial tukang ojek.
3. Teknik Dokumentasi
Teknik Dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk mendapatkan data
sekunder. Seperti yang dikemukaan oleh Suharsimi Arikunto (2006:231) bahwa
metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
Data dokumentasi berasal dari kantor Kelurahan Sukarame seperti berupa data
jumlah penduduk menurut kelompok umur, data jumlah penduduk menurut jenis
kelamin, data jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan, data mengenai
penggunaan lahan di Kelurahan Sukarame, data luas dan batas wilayah Kelurahan
Sukarame.
F. Teknik Analisa Data
Analisa adalah pengolahan dan interpretasi terhadap data yang diperoleh dari hasil
penelitian. Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas
dua teknik analisa data yaitu pertama dengan teknik analisa persentase sederhana
adalah distribusi yang frekuensinya telah diubah dalam persentase. Pada teknik
analisa data menggunakan presentase digunakan pada variabel yaitu tingkat
45
pendidikan dan tingkat pendapatan tukang ojek, juga ketiga variabel mengenai
persepsi responden terhadap suatu keadaan, peristiwa maupun lingkungan, seperti
tersedia peluang lapangan pekerjaan, mengisi waktu luang dan lingkungan sosial
dilakukan dengan menggunakan skor yang kemudian dipersentasekan.
Langkah pertama dalam penyusunan distribusi persentase adalah membagi jumlah
observasi dalam masing-masing kategori variabel (f) dengan jumlah frekuensi (N).
Setelah pembagian dilakukan, hasilnya dikalikan 100 untuk mendapatkan persentase.
Dalam suatu distribusi sederhana total (T) dari persentase harus sama dengan 100%,
selanjutnya dari hasil penelitian suatu deskripsi yang sistematis sebagai hasil
penelitian dan kemudian diambil suatu kesimpulan sebagai akhir laporan penelitian
(Arief Sukadi Sadiman, 1993: 96) dan analisa persentase tersebut adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
% = Persentase yang diperoleh
N = Jumlah Frekuensi
f = Variabel
100 = Konstanta (Arief Sukadi Sadiman, 1993: 96)
Kemudian analisis data yang kedua ialah dengan menggunakan prosedur pengukuran
indeks yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Menurut Sofian effendi
(1995:104) ”Dalam penelitian sosial, instrumen pengukur yang paling sederhana
biasanya berbentuk suatu pertanyaan tunggal,................... jawaban-jawaban ini diberi
skor berjenjang tiga” selanjutnya Sofian Effendi (1995:105) mengemukakan ”Indeks
adalah akumulasi skor untuk tiap pertanyaan. Jadi, kalau suatu indeks terdiri dari
% = f /N x 100
46
lima pertanyaan dan setiap pertanyaan memilki jenjang skor 1 sampai 3, maka skor
indeks berkisar antara 5 sampai 15, tergantung pada jawaban responden”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka pada variabel dalam penelitian ini yang
menyatakan tentang persepsi responden terhadap peluang lapangan pekerjaan,
mengisi waktu luang dan lingkungan sosial tukang ojek dilakukan pengukuran
dengan memberikan skor pada masing-masing pilihan jawaban responden.
Kemudian setelah diperoleh skor masing-masing responden, baru kemudian
dipersentasekan untuk mengetahui pengaruh dari setiap variabel pada rumusan
masalah. Dan pemberian skor pada masing-masing pertanyaan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Skor 1 : Diberikan untuk setiap responden yang menjawab dengan pilihan
jawaban B
b. Skor 2 : Diberikan untuk setiap responden yang menjawab dengan pilihan
jawaban A
47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Geografis Daerah Penelitian
Keadaan Geografis adalah keadaan berbagai bentuk nyata dari lingkungan alam,
berupa alam maupun hasil adaptasi manusia terhadap lingkungan alam (Daldjoeni,
1992:11). Secara geografis letak dibedakan menjadi letak absolut dan letak relatif.
Letak absolut, yaitu letak yang berkenaan dengan posisinya menurut garis lintang
dan garis bujur atau berdasarkan jaring-jaring derajat, sedangkan letak relatif
merupakan letak yang bersangkutan dengan hubungan tempat atau wilayah itu
dengan faktor alam atau faktor budaya yang ada di sekitarnya (Nursid
Sumaatmadja,1988: 118-119) Keadaan geografis daerah penelitian yang akan
disajikan mengenai gambaran tentang Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame
Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut :
1. Luas Wilayah dan Batas Administratif Daerah Penelitian
Kelurahan Sukarame merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Sukarame Kota
Bandar Lampung, dengan luas wilayah 493 Ha yang dihuni oleh 18.132 jiwa, yang
terdiri atas 3.807 Kepala Keluarga. Kelurahan ini terdiri dari 3 lingkungan, lahan
yang terdapat di Kelurahan Sukarame di antaranya digunakan untuk permukiman,
pertokoan/perdagangan, persawahan, perladangan, jalan, makam, bangunan sekolah,
sarana umum, dan areal kosong.
Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan di Kelurahan Sukarame dapat
dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut :
48
Tabel 7. Penggunaan Lahan di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota
Bandar Lampung Tahun 2009.
Sumber : Monografi Kelurahan Sukarame Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 7, dapat dijelaskan bahwa penggunaan lahan di Kelurahan
Sukarame Kecamatan Sukarame sebanyak 72,22% digunakan untuk permukiman.
Hal ini karena Kelurahan Sukarame berada di wilayah yang dekat dengan perkotaan
Kota Bandar Lampung juga dengan letak yang cukup strategis yang mudah
dijangkau, sehingga sangat menarik bagi penduduk untuk bertempat tinggal di
Kelurahan Sukarame selain itu wilayah ini merupakan wilayah pemekaran dari
Ibukota Bandar Lampung sehingga sedang sangat berkembang baik dari sektor
perekonomian, kesehatan maupun pendidikan ditambah lagi dengan topografi
wilayah ini yang datar menjadi wilayah yang disukai untuk dijadikan tempat tinggal
sebanyak 3.807 Kepala Keluarga dari jumlah penduduk 18.132 jiwa yang terdiri dari
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 9062 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
9070 jiwa.
No
Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Persentase (%)
1 Permukiman 356 72,22
2 Persawahan 20 4,06
3 Perladangan 15 3,04
4 Pertokoan / Perdagangan 33 6,70
5 Jalan 15 3,04
6 Makam 6 1,22
7 Bangunan Sekolah 17 3,44
8 Sarana Umum 16 3,24
9 Areal Kosong 15 3,04
Jumlah 493 100
49
Secara administratif Kelurahan Sukarame merupakan bagian dari wilayah
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung. Kelurahan Sukarame memiliki
orbitasi/ jarak dari pusat pemerintahan sebagai berikut :
1. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 2 Km
2. Jarak dari Ibukota Bandar Lampung : 5 Km
Orbitasi di atas memberikan banyak keuntungan bagi Kelurahan Sukarame, terutama
dari segi pembangunan. Kelurahan ini terus mengalami kemajuan dan perkembangan
wilayahnya baik dari segi aksesibilitas, fasilitas dan sarana serta prasarana yang
tentunya akan semakin menunjang untuk kemajuan Kelurahan Sukarame
kedepannya.
Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Sukarame adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Harapan Jaya
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukabumi
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Gunung Sulah
(Sumber : Monografi Kelurahan Sukarame Tahun 2009)
Mengenai letak administrasi Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame, dapat
dilihat pada peta administratif Kelurahan Sukarame (Gambar 3).
50
Gambar 3. Peta Administratif Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame
Gambar 1. Peta Lokasi Pangkalan Ojek di Kelurahan SukaramE
2. Letak Astronomis
Wardiyatmoko (1997:10), menyatakan bahwa letak astronomis adalah letak suatu
tempat dihubungkan dengan posisi garis lintang dan garis bujur yang akan
membentuk suatu titik koordinat. Menurutnya, garis lintang adalah garis-garis paralel
pada bola bumi yang sejajar dengan ekuator (khatulistiwa). Jadi Lintang Utara (LU)
berarti semua posisi atau tempat yang terletak di sebelah utara ekuator, sedangkan
Lintang Selatan (LS) berarti semua posisi atau tempat yang terletak di sebelah
selatan ekuator.
Sedangkan garis bujur (meridian) adalah semua garis yang menghubungkan kutub
utara dan kutub selatan, tegak lurus pada garis lintang. Semua meridian adalah
setengah lingkaran besar. Banyak sekali meridian dapat ditarik, namun agar tidak
terlalu rapat dibuatlah garis meridian tiap-tiap 15. Meridian pertama disebut
meridian pangkal atau garis bujur 0 yang terletak di Kota Greenwich, Inggris.
Keliling bumi besarnya 360, dibagi menjadi dua bagian, yakni Bujur Barat dan
Bujur Timur dan masing-masing besarnya 180. Dari perhitungan garis bujur yang
berada pada meridian pangkal maka dapat diketahui letak bujur suatu wilayah. Hal
tersebut berlaku pula pada wilayah Keluarahan Sukarame, berdasarkan letak
astronomis, wilayah Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame berada pada
05°22’12” LS - 05°23’24” LS dan 105°17’50” BT - 105°18’36” BT (Peta
Administratif Kelurahan Sukarame Tahun 2010).
Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame termasuk berada pada daerah tropis yaitu
terletak antara zona garis lintang 23° 30’ LU dan 23° 30’ LS. Oleh karena itu,
keberadaan letak astronomis di atas telah berperan menentukan kondisi iklim di
wilayah ini. Sedangkan untuk pembahasan lebih lanjut mengenai iklim di Kelurahan
Sukarame dapat dilihat pada pembahasan berikutnya. Mengenai letak astronomis
53
Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame, dapat dilihat pada peta administratif
Kelurahan Sukarame (Gambar 3).
3. Keadaan Iklim
Keadaan iklim adalah nilai rata-rata dari keadaan atau kejadian alam di dalam udara
disuatu tempat yang dipengaruhi unsur-unsur seperti: temperatur, angin, kelembaban
udara, curah hujan dan keadaan alam (Sumadi dan Bambang Sumitro: 1989:58),
Sedangkan menurut Subarjo (2003: 2-3) iklim adalah keadaan yang mencirikan
atmosfer suatu daerah dalam jangka waktu yang lama dan dapat diungkapkan dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan berbagai unsur cuaca yang dilakukan dalam
periode waktu tertentu (sekurang-kurangnya 10 tahun).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi iklim sangat
dipengaruhi oleh unsur curah hujan dan suhu udara, kondisi iklim di wilayah
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung.
Kondisi iklim di wilayah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung, juga
dipengaruhi oleh unsur curah hujan. Menurut Rendra, (1994:107) ”Intensitas curah
hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu”.
Ditinjau dari curah hujannya, wilayah Kelurahan Sukarame mempunyai curah hujan
rata-rata mencapai 300 mm per tahun, sementara mengenai data curah hujan di
wilayah Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung pada Tahun 2009, dapat dilihat
pada Tabel 3 Berikut:
54
Tabel 8. Data Curah Hujan Di Kelurahan Sukarame Tahun 1999-2008
Sumber : BMKG stasiun Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2008
Guna menentukan bulan kering, bulan lembab, dan bulan basah penulis berpedoman
pada pembagian iklim menurut Scmidth-Fergusson dalam Subarjo, (2006: 59), yaitu:
1. Bulan Kering (BK) : Bulan dengan curah hujan < 60 mm
2. Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan curah hujan antara 60-100 mm
3. Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah Hujan > 100 mm
Menurut Schmith-Ferguson dalam Subarjo (2006:61) mengklasifkasikan iklim
didasarkan pada nilai Q yang diperoleh dari rata-rata bulan kering per bulan basah
kali 100%. Untuk menentukan nilai Q (bulan basah dan bulan kering) dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
Q = Rata-rata jumlah bulan kering x 100%
Rata-rata jumlah bulan basah
Q = 2 x 100%
8,1
Q = 24,69 %
Thn
Bulan
Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep Okt
Nop Des
BB BL BK
1999 262 359 176 107 260 60 130 50 20 204 99 180 8 2 2
2000 149 256 169 42 67 144 141 48 76 158 156 111 8 2 2
2001 235 159 149 74 142 91 299 73 81 139 230 205 8 4 0
2002 383 171 331 167 158 116 216 16 0 51 65 116 8 1 3
2003 128 200 297 189 167 35 22 15 122 354 163 237 9 0 3
2004 289 300 281 157 140 63 98 152 116 56 172 435 9 2 1
2005 308 366 142 77 112 198 110 146 79 171 150 120 10 2 0
2006 233 333 150 92 6 68 161 3 0 12 47 192 5 2 5
2007 102 175 238 180 104 81 75 36 0 101 20 200 7 2 3
2008 262 284 302 99 118 87 0 135 213 121 466 464 9 2 1
Jumlah 81 19 20
Rata -rata 8,1 1,9 2
55
Didapat nilai Q adalah 24,69%, maka bila dilihat dari batas nilai interval Q berada
pada iklim tipe B dimana iklim terletak pada angka antara (14,3% - 33,3%). Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4 : Diagram Nilai Q dan Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt-Fergusson
Selanjutnya, dari hasil perhitungan tersebut akan disesuaikan dengan zona/tipe iklim
berdasarkan kriteria Schmith-Ferguson seperti pada tabel berikut :
Tabel 9. Klasifikasi Iklim Menurut Schmith-Ferguson
Zona/Tipe
Iklim
Besarnya Nilai Besarnya Nilai Q
dalam %
Kondisi Iklim
A 0 < Q < 0,143 00% - 14,3% Sangat basah
B 0,143 < Q < 0,333 14,3% - 33,3 % basah
C 0,333 < Q < 0,60 33,3 % - 60 % Agak basah
D 0,60 < Q < 1,00 60 % - 100 % Sedang
E 1,00 < Q < 1,67 100 % - 167 % Agak kering
F 1,67 < Q < 3,00 167 % - 300 % Kering
G 3,00 < Q < 7,00 300 % - 700 % Sangat kering
H 7,00 < Q < - 700 % - keatas Luar biasa kering
Sumber : Subarjo Tahun 2006
Berdasarkan Tabel 9, dan keterangan diagram nilai Q dari tipe curah hujan di
Kelurahan Sukarame berdasarkan penggolongan iklim menurut Scmidth-Fergusson
maka termasuk golongan tipe B yaitu daerah basah dengan vegetasi hutan hujan
tropika yang baik untuk tanaman padi, tembakau, karet, tebu, kelapa dan coklat. Hal
tersebut terbukti dengan tetap dipertahankannya sebagian wilayah yang digunakan
56
sebagai wilayah pertanian seperti sawah dan juga kelapa. Kelurahan Sukarame
memiliki suhu rata-rata harian 33C (Monografi Kelurahan Sukarame Tahun 2009),
hal tersebut sesuai dengan pendapat F.Junghuhn dalam Subarjo (2006: 65) bahwa
daerah dengan suhu harian 26,3C - 22C masuk ke dalam penggolongan daerah
Panas (Tropik). Sedangkan, Menurut Suryatna (1995:265) semakin besar jumlah
bulan basah, semakin kecil nilai Q, dan sebaliknya semakin besar nilai Q, maka
semakin kecil jumlah bulan basahnya. Dengan perkataan lain semakin besar nilai Q
semakin kering tipe iklim daerah yang bersangkutan. Jadi berdasarkan keterangan
tersebut bahwa di Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung termasuk memiliki
curah hujan yang tinggi, karena nilai ,Q kecil yaitu (24,69%).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kondisi iklim yang baik maka akan
mempengaruhi kelancaran proses kerja dari tukang ojek, dimana dengan curah hujan
yang cukup tinggi di Kelurahan Sukarame maka tentu akan menghambat proses kerja
tukang ojek dalam mengantar penumpang. Hal tersebut pula mempengaruhi besar
kecilnya pendapatan yang tukang ojek peroleh, karena apabila terjadi hujan tentu
saja tukang ojek akan sepi penumpang karena penumpang tidak mau berpergian
dalam keadaan cuaca yang buruk.
4. Topografi
Topografi adalah perbedaan tinggi rendahnya daerah di permukaan bumi. Topografi
menurut Budiyono (2003: 12) adalah lahan muka bumi baik yang bergelombang,
miring, lereng gunung, lembah dan lainnya yang sangat berpengaruh pada kegiatan
manusia baik untuk pertanian, perindustrian, sumber daya air, pembangkit tenaga
listrik, jalur lalu lintas, perikanan, yang semua jenis topografi ini akan berpengaruh
pada jenis aktivitas manusia di permukaan bumi.
57
Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Penelitian Tanah Bogor Tahun 1971 (BPN
Kota Bandar Lampung, 2000), Topografi Kecamatan Sukarame termasuk ke dalam
daerah datar sampai bergelombang dengan ketinggian tempat antara 0 sampai 200
meter di atas permukaan laut. Secara umum wilayah Kelurahan Sukarame termasuk
dalam kategori topografi datar dan berada pada ketinggian 120 meter di atas
permukaan laut (Monogarfi kelurahan Sukarame Tahun 2009), oleh sebab itu daerah
ini cocok dikembangkan untuk daerah permukiman penduduk .Terbukti dengan
semakin berkembang pesatnya wilayah perumahan di Kelurahan Sukarame yang
dikelola oleh berbagai perusahaan pengembangan perumahan tentunya hal tersebut
dikarenakan suatu wilayah yang memiliki kondisi topografi datar akan memudahkan
dalam perluasan dan pengembangan aksesibilitas, fasilitas dan infrastruktur sehingga
hal tersebut pula telah memberikan dampak positif bagi penduduk di Kelurahan
Sukarame selain dibangunnya perumahan untuk dijadikan pemukiman juga secara
tidak langsung memberikan lapangan pekerjaan baru untuk menjadi tukang ojek
karena wilayah perumahan tidak dilalui kendaraan umum selain itu kondisi jalan
yang baik juga menambah kondisi positif bagi penduduk yang bekerja menjadi
tukang ojek karena dengan kondisi infrastruktur yang baik akan memperlancar
proses kerja tukang ojek dalam mengantarkan penumpangnya sampai ke tempat
tujuan.
5. Letak Sosial Ekonomi
Letak sosial ekonomi suatu daerah merupakan letak suatu daerah dalam
hubungannya dengan kegiatan sosial ekonomi penduduk atau masyarakat. Secara
sosial ekonomi, Kelurahan Sukarame merupakan kelurahan yang cukup berkembang,
hal tersebut dapat dilihat dari kondisi jalan yang cukup baik sehingga transportasi
baik itu angkutan umum maupun kendaraan pribadi dapat menjangkau Kelurahan
Sukarame dengan lancar, serta penunjang lain kearah Kelurahan Sukarame adalah
58
dengan jalur jalan Trans Sumatera yang menghubungkan kota-kota besar yang ada di
Pulau Sumatera dengan kota-kota besar yang ada di Pulau Jawa. Kondisi jalur jalan
utama Trans Sumatera yang baik dan dengan sarana transportasi 24 jam yang lancar,
sehingga untuk menuju ke Kelurahan Sukarame sangat mudah.
Mengenai keadaan ekonomi penduduk Kelurahan Sukarame, secara umum penduduk
bermata pencaharian sebagai buruh sebanyak 5.554 orang, dari hasil penelitian
diketahui bahwa sebanyak 31 responden sebelum bekerja menjadi tukang ojek telah
memiliki pekerjaan sebagai buruh hal ini karena banyaknya jumlah pabrik yang
tumbuh dan berkembang di Kelurahan Sukarame sehingga membuka kesempatan
pada penduduk sekitar untuk bekerja menjadi buruh. Namun, pendapatan yang
diperoleh dari pekerjaan menjadi buruh ternyata belum dapat mencukupi kebutuhan
hidup penduduk yang bekerja menjadi buruh, sehingga salah satu alternatif yang
menjadi pilihan untuk dapat menambah pendapatan dengan mencari pekerjaan
tambahan seperti dengan memilih bekerja menjadi tukang ojek.
B. Keadaan Demografis Penduduk
1. Jumlah, Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk
Menurut Suseno (1982: 23) penduduk adalah :
”Manusia (perorangan) atau sekelompok manusia yang bertempat tinggal pada suatu
daerah atau wilayah tertentu. Atau sekelompok makhluk hidup atau organisme yang
terdiri dari individu yang sejenis yang mendiami suatu daerah atau wilayah dengan
batas tertentu”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka makhluk manusia dapat disebut sebagai suatu
penduduk apabila hidup berkelompok pada suatu daerah atau wilayah sebagai tempat
kediamannya dan mempunyai batas-batas tertentu. Berdasarkan Monografi
Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung tahun 2009
59
jumlah penduduk di Kelurahan Sukarame yaitu sebanyak 18.132 jiwa. yang terdiri
dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 9062 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 9070 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 3.807 kepala keluarga. Secara
keseluruhan Kelurahan Sukarame terdiri dari 3 lingkungan yaitu Lingkungan 1,
Lingkungan 2, dan Lingkungan 3. Di bawah ini akan dicantumkan jumlah penduduk
di Kelurahan Sukarame dari tahun 2004 sampai tahun 2009. dapat dilihat pada Tabel
4 berikut:
Tabel 10. Jumlah Penduduk dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2009 di
Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung
Sumber: Monografi Kelurahan Sukarame Tahun 2004-2009
Berdasarkan pada Tabel 10, maka dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk
Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung pada tahun 2004
yaitu 17.135 jiwa sedangkan pada tahun 2009 berjumlah 18.132 jiwa. Pertumbuhan
penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh 3 variabel yaitu kelahiran, kematian,
dan migrasi. Ketiga variabel ini akan berpengaruh satu sama lain, jika salah satu
variabel berubah, maka kedua variabel yang lain juga akan ikut berubah. Penduduk
akan bertambah apabila ada yang lahir dan ada yang datang, dan penduduk akan
berkurang jumlahnya, apabila ada penduduk yang mati dan meninggalkan daerah
tersebut atau melakukan migrasi.
Berdasarkan data di atas dapat dihitung laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung
dengan menggunakan rumus geometri yang dinyatakan oleh Mantra (2003:85),
bahwa tingkat pertumbuhan penduduk geometri adalah pertumbuhan penduduk pada
No
Tahun
Jumlah Penduduk
(jiwa)
1. 2004 17.135
2. 2005 17.754
3. 2006 17.982
4. 2007 18.073
5. 2008 18.104
6. 2009 18.132
60
akhir tahun dari suatu periode. Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk, dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
Rumus : Pt = Po.ert
Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
r = Tingkat pertumbuhan penduduk
t = Jangka waktu antara tahun dasar dengan tahun t
e = Angka Exsponensial besarnya 2,718282
Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan
penduduk Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung tahun
2004-2009 adalah sebagai berikut:
Pt = Po.ert
17135 = 18132 x 2,718282 5
2,7182825 = 18132
17135
2,718282 5
= 1,058185001
5 log 2,718282 = log 1,058185001
5r 0,434294509 = 0,024561601
5r = 0,024561601
0,434294509
r = 0,056555173 x 100%
5
= 1,131103455 dibulatkan menjadi 1,13 %
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk di suatu wilayah, menurut
Wardiyatmoko (1994:176), bahwa laju pertumbuhan penduduk digolongkan menjadi
tiga yaitu :
a. Pertumbuhan penduduk rendah, jika pertumbuhan kurang dari 1 %
b. Pertumbuhan penduduk sedang, jika pertumbuhan 1-2 %
c. Pertumbuhan penduduk tinggi, jika pertumbuhan di atas 2 %
61
Berdasarkan penggolongan tinggi rendahnya pertumbuhan penduduk tersebut, maka
dengan demikian laju pertumbuhan penduduk di Kelurahan Sukarame Kecamatan
Sukarame tahun 2004-2009 tergolong sedang karena pertumbuhannya berkisar
antara 1 - 2% yaitu 1,13%. Dari monografi Kelurahan Sukarame diketahui hal
tersebut disebabkan oleh angka kematian dapat tertutupi oleh angka kelahiran dan
juga angka perpindahan penduduk tiap bulannya dapat ditutupi oleh angka pendatang
setiap tahun di Kelurahan Sukarame. Para pendatang di Kelurahan Sukarame
tersebut, kemudian menambah jumlah angkatan kerja baru di Kelurahan Sukarame,
dimana jumlah angkatan kerja pendatang tersebut rata-rata berpendidikan rendah
sehingga kemudian memilih mencari lagi lapangan pekerjaan baru agar tidak
menganggur, salah satu lapangan pekerjaan yang tersedia ialah dengan bekerja
menjadi tukang ojek. Hal tersebut sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil
penelitian bahwa hampir 50% responden beretnis jawa dan rata-rata merupakan
penduduk pendatang dari Pulau Jawa.
Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:74) Kepadatan penduduk adalah jumlah
penduduk per satuan unit wilayah. Menurut Mantra (2003:75), kepadatan penduduk
diketahui dengan cara membandingkan jumlah penduduk pada suatu wilayah dengan
luas wilayahnya. Dalam penelitian ini akan dikemukakan kepadatan penduduk
aritmatika (kasar) yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
Kepadatan Penduduk : Jumlah Penduduk Suatu Wilayah
Luas Wilayah (Km2)
Jumlah penduduk Kelurahan Sukarame pada tahun 2009 adalah 18.132 jiwa dengan
luas wilayah 4,93 km2. maka berdasarkan rumus tersebut kepadatan penduduk
Kelurahan Sukarame adalah sebagai berikut:
Kepadatan Penduduk : 18.132 = 3.677,89
4,93 km²
= 3678 jiwa/km² (dibulatkan)
62
Berdasarkan perhitungan tersebut, berarti dalam setiap satu kilometer persegi
wilayah Kelurahan Sukarame dihuni oleh 3.678 jiwa penduduk. Untuk mengetahui
kriteria kepadatan penduduk di daerah perkotaan menurut Badan Pusat Statistik
(2008 : 19) adalah sebagai berikut:
a. Penduduk < 500 Jiwa/Km2 dikategorikan Jarang.
b. Penduduk Antara 500-950 Jiwa/Km2 dikategorikan Sedang.
c. Penduduk > 950 Jiwa/Km2 dikategorikan Padat.
Berdasarkan klasifikasi menurut BPS di atas maka Kelurahan Sukarame
dikategorikan padat karena jumlah penduduknya 3.678 jiwa/km2.
Hal ini dikarenakan Kelurahan Sukarame terletak diwilayah yang dekat dengan
perkotaan Kota Bandar Lampung juga letaknya yang cukup strategis yang mudah
dijangkau, sehingga sangat menarik bagi banyak penduduk untuk bertempat tinggal
di Kelurahan Sukarame selain itu wilayah ini merupakan wilayah pemekeran dari
Ibukota Bandar Lampung sehingga sedang sangat berkembang baik dari sektor
perekonomian, kesehatan maupun pendidikan sehingga memungkinkan penduduk
yang bermukim di pusat kota untuk kemudian memilih bermukim di Kelurahan
Sukarame ditambah lagi dengan topografi wilayah ini yang datar menjadi wilayah
yang disukai untuk dijadikan tempat tinggal oleh penduduk sehingga kemudian
berdampak semakin bertambahnya jumlah penduduk pendatang dan juga tentunya
semakin memperbanyak jumlah angkatan kerja. Bagi penduduk pendatang tentunya
keinginan pertama merantau adalah untuk merubah nasib, salah satu caranya adalah
dengan bekerja. Namun, kesempatan kerja pada suatu daerah tentunya harus
diimbangi dengan adanya ketersediaan lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu penduduk
di Kelurahan Sukarame kemudian mencari adanya peluang lapangan pekerjaan baru
salah satu jenis pekerjaan yang tersedia di Kelurahan Sukarame ialah pekerjaan
menjadi tukang ojek. Karena hal tersebutlah kemudian jenis pekerjaan menjadi
63
tukang ojek menjadi salah satu pilihan penduduk Kelurahan Sukarame untuk
memperoleh pendapatan guna untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Kelurahan Sukarame tahun 2009 sebanyak 18.132 jiwa.
Mengenai jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kelurahan
Sukarame dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok dan Jenis Kelamin di Kelurahan
Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2009
No
Kelompok Umur
Jenis Kelamin Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%) Laki-laki Perempuan
1.
2.
3.
≤ 14 tahun
(Belum produktif)
15-64 tahun
(Produktif)
> 64 tahun
(Tidak produktif)
3525
4365
1172
2970
4890
1210
6495
9255
2382
35,82
51,05
13,13
Jumlah 9062 9070 18132 100,00 Sumber : Monografi Kelurahan Sukarame Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 11, tersebut maka dapat dijelaskan bahwa penduduk Kelurahan
Sukarame sebanyak (51,05%) termasuk penduduk yang berusia produktif yaitu (15-
64 tahun). Dengan jumlah penduduk yang tidak lagi produktif di Kelurahan
Sukarame yang mencapai 13,13%, hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena dapat
tertutupi oleh jumlah penduduk yang berusia produktif yang lebih dari setengah
jumlah penduduk, diharapkan dapat membantu semakin berkembangnya
pembangunan di wilayah ini baik dari sektor perdagangan, pendidikan dan kesehatan
ditambah lagi dengan jumlah penduduk yang belum produktif pada Kelurahan
Sukarame yang mencapai 35,82% tentu diharapkan kedepannya penduduk yang
berusia belum produktif tersebut dapat menjadi penduduk yang produktif yang dapat
ikut membangun perkembangan wilayah ini kedepannya.
64
Sulitnya mencari lapangan kerja saat ini menyebabkan banyaknya tenaga kerja yang
bukan berasal dari Kota Bandar Lampung mencari lapangan kerja disekitar wilayah
tersebut. Letak Kelurahan Sukarame dekat dengan tempat kerja penduduk pendatang
sehingga, penduduk pendatang memilih untuk bertempat tinggal di Kelurahan
Sukarame. Untuk mengetahui angka ketergantungan (Dependency Ratio) yaitu
diperoleh dengan rumus:
1006415
65140x
P
PPDR
Sehingga didapatkan angka ketergantungan di Kelurahan Sukarame yaitu :
DR = (6.495) + (2.382) x 100%
(9.255)
DR = 8.877 x 100%
9.255
DR = 95%
Hal ini berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung menanggung beban sebanyak 95 orang
usia tidak produktif. Selanjutnya bila ditinjau dari jenis kelamin, yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak yaitu 9.062 orang sedangkan yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 9.070 orang. Maka untuk mengetahui sex ratio penduduk di
Kelurahan Sukarame pada tahun 2008 dengan rumus :
100xperempuanPenduduk
lakilakiPendudukSR
= 9.070
9.062
= 100
65
Jadi setiap 100 penduduk perempuan sebanding dengan 100 penduduk laki-laki di
Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung. Menurut Mantra
(2000: 82) bahwa apabila rasio jenis kelamin angkanya jauh di bawah 100 dapat
menimbulkan masalah karena itu berarti wilayah tersebut kekurangan penduduk laki-
laki atau kekurangan tenaga laki-laki untuk melakukan pembangunan. Hal ini dapat
terjadi apabila di suatu daerah banyak penduduk laki-laki meninggalkan daerahnya,
atau kematian banyak terjadi pada penduduk laki-laki. Namun, hal tersebut tidak
berlaku pada Kelurahan Sukarame dimana angka perbandingan antara penduduk
laki-laki dan perempuan sama sehingga wilayah ini semakin berkembang. Terbukti
dengan sedikit demi sedikit Kelurahan Sukarame mulai menjadi salah satu alternatif
penduduk untuk bermukim, dengan berkembang pesatnya kompleks perumahan di
Kelurahan Sukarame yang kemudian membuka lapangan pekerjaan baru bagi
penduduk di Kelurahan Sukarame, salah satunya dengan bekerja menjadi tukang
ojek.
3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha atau mata pencaharian
biasa dipakai sebagai salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian
dalam menyerap tenaga kerja. Mata pencaharian penduduk merupakan pekerjaan
yang dilakukan sehari-hari oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kondisi penduduk Kelurahan Sukarame sebagian besar bermata pencaharian sebagai
buruh. Mengenai jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada
Tabel 12 sebagai berikut :
66
Tabel 12. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2009
Sumber : Monografi Kelurahan Sukarame Tahun 2009
Dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, manusia selalu berusaha dengan
melakukan segala aktivitasnya diberbagai jenis lapangan pekerjaan yang ada.
Berdasarkan Tabel 12, dapat dijelaskan bahwa di Kelurahan Sukarame sebagian
besar mata pencaharian penduduknya adalah Buruh yaitu sebanyak (30,63%).
Banyaknya penduduk yang bekerja menjadi buruh hal tersebut karena di wilayah
Kelurahan Sukarame banyak berdiri pabrik-pabrik seperti pabrik roti dan kerupuk,
selain itu pula karena ditunjang dengan tingkat pendidikan yang cenderung rendah
seperti yang terinci pada bahasan berikutnya sehingga kesempatan kerja yang lebih
besar terbuka untuk menjadi buruh walaupun tentunya banyak lagi penunjang yang
berpengaruh terhadap pemilihan jenis pekerjaan bagi setiap orang.
Selain hal tersebut dapat diketahui pula bahwa penduduk di Kelurahan Sukarame
yang bekerja sebagai tukang ojek masuk ke dalam kategori mata pencaharian pada
poin kedelapan, dimana pekerjaan sebagai tukang ojek merupakan salah satu jenis
pekerjaan dalam bidang jasa, pekerjaan ini menjadi salah satu jenis pekerjaan pilihan
penduduk di Kelurahan Sukarame karena peluang yang tersedia selain tentunya
No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Buruh 5554 30,63
2 Pegawai Negeri 4590 25,32
3 Tukang 3217 17,74
4 Dagang 1491 8,23
5 Petani 1083 5,97
6 ABRI 949 5,24
7 Pensiunan 852 4,69
8 Lain-lain 396 2,18
Jumlah 18132 100
67
banyak yang menjadikannya sebagai mata pencaharian tambahan bagi pendapatan
keluarga.
4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan yang dimaksud yaitu jumlah penduduk
yang didasarkan atas pendidikan formal yang telah ditempuh mulai dari pendidikan
dasar yaitu belum sekolah, taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah
menengah pertama (SMP), pendidikan lanjutan yaitu sekolah menengah atas (SMA)
hingga pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Penduduk
Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame berdasarkan tingkat pendidikannya dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2009.
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Belum sekolah
Taman kanak-kanak
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Akademi (D1-D3)
Sarjana
2682
844
7069
2525
3420
405
1187
13,80
4,66
38,98
13,92
18,86
2,23
6,54
Jumlah 18132 100,00 Sumber : Monografi Kelurahan Sukarame Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 13, dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan
Sukarame termasuk dalam kategori rendah hal tersebut didasarkan atas pendidikan
formal yang telah ditempuh penduduk mulai dari pendidikan dasar yaitu belum
sekolah, taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama
(SMP). Karena penduduk yang telah menamatkan pendidikan dasarnya yaitu
berjumlah 57,44% lebih hal tersebut berarti lebih dari setengah jumlah keseluruhan
penduduk hanya menamatkan pendidikannya sampai dengan jenjang yang paling
68
tinggi SMP. Hal ini disebabkan sebagian penduduk di Kelurahan Sukarame belum
memahami arti penting pendidikan. Kelurahan ini terletak di Kota Bandar Lampung,
biasanya cara berpikir penduduk yang tinggal di kota lebih maju, berbeda dengan
penduduk yang tinggal di wilayah pedesaan.
Penduduk yang tinggal di wilayah pedesaan menganggap pendidikan bukan
merupakan hal yang penting, jika sudah mampu menulis dan membaca, biasanya
penduduk di wilayah pedesaan yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi sangat sedikit jumlahnya. Untuk mendapatkan lapangan kerja di wilayah
perkotaan biasanya yang lebih diutamakan adalah tingkat pendidikan yang
ditamatkan, karena daya saing untuk mendapatkan lapangan kerja di wilayah
perkotaan tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian hampir 55% penduduk yang menetap di Kelurahan
Sukarame bukan merupakan penduduk asli Kota Bandar Lampung namun berasal
dari luar kota Bandar Lampung dan ada yang berasal dari Pulau Jawa.
C. Deskripsi Penduduk yang Bekerja di Sektor Informal
Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota
Bandar Lampung Tahun 2010 dari tanggal 4 Maret 2010 sampai dengan tanggal 11
Maret 2010 dengan responden yang berjumlah 49 tukang ojek, maka diperoleh data
identitas responden sebagai berikut :
1. Umur Responden
Berdasarkan hasil penelitian menurut Umur Responden, dapat dilihat pada Tabel 14
sebagai berikut :
69
Tabel 14. Komposisi Umur Responden
No Komposisi Umur Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1. ≤14 tahun
(Belum produktif)
2
4,09
2. 15-64 tahun
(Produktif)
47
95,91
Jumlah 49 100
Sumber : Hasil Penelitian tahun 2010
Berdasarkan Tabel 14, dijelaskan hampir seluruh responden yaitu penduduk yang
bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan
Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010 kebanyakan berusia produktif yaitu 47
responden (95,91 %). Tentunya hal ini pengaruh dari jumlah penduduk keseluruhan
di Kelurahan Sukarame pada Tabel 11 yang dimana lebih dari 50% penduduk
Kelurahan Sukarame adalah berusia produktif sehingga hal tersebut pula
berpengaruh pada komposisi umur responden. Responden berusia produktif tersebut
pula telah masuk ke dalam usia angkatan kerja walaupun seharusnya masih ada yang
bersekolah dan tidak ada satupun responden yang berusia tidak produktif atau
berusia lebih dari 64 tahun, dari seluruh responden yang telah berusia produktif
tersebut pula dapat dklasifikasikan kembali tukang ojek yang telah berkeluarga dan
belum berkeluarga serta dari hasil penelitian juga diketahui terdapat 2 responden
masih berusia belum produktif, 2 responden tersebut juga masih berstatus sebagai
pelajar dan memang belum wajib untuk mencari nafkah karena masih berusia wajib
belajar, dari hasil penelitian diketahui salah satu alasan mereka bekerja menjadi
tukang ojek dikarenakan mereka ingin membantu keuangan keluarganya yang
menurut mereka masih merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup hanya
dengan mengharapkan penghasilan dari sang ayah sehingga mereka memilih selain
bersekolah juga bekerja menjadi tukang ojek. Dari penghasilan yang diperoleh dari
70
mengojek kebutuhan pertama yang mereka penuhi ialah untuk biaya sekolah, baru
sisanya diberikan kepada orang tua mereka masing-masing.
2. Status Responden
Dari Tabel 14, Mengenai Komposisi Umur Responden, dapat pula dilihat lebih lanjut
rincian status responden di dalam keluarga di Kelurahan Sukarame Kecamatan
Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010 pada Tabel 15, sebagai berikut:
Tabel 15. Jumlah Responden Berdasarkan Status di Dalam Keluarga
No Status Responden Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1. Kepala Keluarga 39 79,60
2. Anak 10 20,40
Jumlah 49 100,00
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berstatus
sebagai kepala keluarga adalah 39 responden atau 79,60% dan seluruh responden
yang telah berstatus sebagai kepala keluarga berdasarkan, Tabel 10 seluruhnya telah
berusia produktif. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap pandangan responden
terhadap fungsi dari sebuah pekerjaan, dimana setiap orang yang telah berkeluarga
apalagi seorang kepala keluarga berkewajiban untuk menafkahi keluarganya
tentunya dari jenis pekerjaan yang telah dijalaninya termasuk tukang ojek yang telah
berkeluarga. Hal ini tentunya menandakan bahwa sudah pasti seluruh penghasilan
yang didapat dari mengojek digunakan sepenuhnya untuk membiayai hidup
keluarganya. Sedangkan sisanya 10 responden atau 20,40% berstatus sebagai anak
di dalam keluarga maka penghasilan yang diperoleh tidak sepenuhnya untuk
membiayai hidup keluarganya tetapi cenderung untuk membiayai dirinya sendiri
sehingga tidak meminta uang dari orang tuanya dan responden yang mesih berstatus
71
sebgai pelajar, penghasilan yang mereka peroleh digunakan untuk memenuhi
keperluan sekolah sehingga untuk membeli buku tidak lagi meminta kepada orang
tuanya selain itu juga digunakan untuk menambah uang jajan, baru kemudian sisanya
diberikan kepada orang tuanya guna menambah pemasukan keluarga. Berdasarkan
data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar penduduk yang
bekerja sebagai tukang ojek yaitu sebanyak 39 responden berstatus sebagai kepala
keluarga.
3. Jenis Pekerjaan Responden
Kemudian Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan responden sebelum bekerja
sebagai tukang ojek dapat dilihat pada Tabel 16, berikut ini.
Tabel 16. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan Sebelum Bekerja Menjadi
Tukang Ojek
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 16 tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar
responden bekerja sebagai buruh sebelum bekerja menjadi tukang ojek Pilihan
penduduk untuk bekerja sebagai buruh ini tentunya bukan tanpa alasan, adanya
banyak hal yang melatarbelakanginya tapi yang salah satunya adalah adanya
kesempatan untuk bekerja sebagai buruh seperti berdirinya pabrik-pabrik di
Kelurahan Sukarame seperti pabrik roti dan kerupuk walaupun tentunya banyak lagi
penunjang yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis pekerjaan bagi setiap
responden selain itu alasan yang tak kalah mendukung adalah rendahnya tingkat
No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1. Buruh 31 63,27
2. Supir 5 10,20
3. Tidak bekerja 10 20,41
4. Penjual Nasi Goreng 1 2,04
5. Kuli Pasar 1 2,04
4. Tukang Parkir 1 2,04
Jumlah 49 100
72
pendidikan responden. Sehingga mau tidak mau mereka harus bekerja di sektor
informal karena sektor informal dapat menyerap tenaga kerja walaupun dengan
tingkat pendidikan formal yang rendah. Dari jenis pekerjaan responden sebelum
bekerja menjadi tukang ojek pada pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai
kategori pekerjaan mengojek seperti pada uraian berikutnya.
4. Kategori Pekerjaan Responden
Berikut tabel yang menjelaskan mengenai Kategori pekerjaan ojek pada responden
dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini.
Tabel 17. Jumlah Responden Menurut Kategori Pekerjaan
No Kategori Pekerjaan Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1 Tukang ojek sebagai pekerjaan pokok 8 16,32
2 Tukang ojek sebagai pekerjaan sampingan 41 83,68
Jumlah 49 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Dari Tabel 17, di atas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 41 responden yang bekerja
sebagai tukang ojek atau 83,68% menjadikan pekerjaan mengojek sebagai pekerjaan
sampingannya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Pekerjaan sebagai tukang
ojek sebagian besar dijadikan pekerjaan sampingan oleh responden. Hal tersebut
kemungkinan dikarenakan bahwa sebagian besar dari responden masih merasa
pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan pokok mereka masih belum mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga responden yang telah berkeluarga Hal ini
tentunya menandakan bahwa sudah pasti seluruh penghasilan yang didapat dari
mengojek digunakan sepenuhnya untuk membiayai hidup keluarganya. sedangkan
berdasarkan hasil penelitian bagi responden yang belum berkelurga pekerjaan
sebagai tukang ojek maka penghasilan yang diperoleh tidak sepenuhnya untuk
membiayai hidup keluarganya tetapi cenderung untuk membiayai dirinya sendiri
73
sehingga tidak meminta uang dari orang tuanya dan responden yang masih berstatus
sebgai pelajar, penghasilan yang mereka peroleh digunakan untuk memenuhi
keperluan sekolah sehingga untuk membeli buku tidak lagi meminta kepada orang
tuanya selain itu juga digunakan untuk menambah uang jajan, baru kemudian sisanya
diberikan kepada orang tuanya guna menambah pemasukan keluarga. Selain alasan
mendasar tersebut pembahasan lebih lanjut pada pembahasan hasil penelitian.
Dari Tabel 17 di ketahui bahwa sebanyak 8 responden atau 16,32% menjadikan
pekerjaan mengojek sebagai pekerjaan pokoknya. Hal tersebut ternyata tidak sama
dengan Tabel 16 yang menunjukkan bahwa sebelum bekerja menjadi tukang ojek,
sebanyak 10 responden belum memiliki pekerjaan. Namun, dari hasil penelitian
diketahui bahwa ternyata selain memiliki dua pekerjaan, ada beberapa responden
yang memiliki lebih dari 2 pekerjaan sekaligus sehingga dari hasil wawancara
diketahui bahwa ternyata hanya 8 responden mengakui bahwa pekerjaan sebagai
tukang ojek merupakan pekerjaan pokoknya.
5. Etnis Responden
Berdasarkan hasil penelitian, etnis atau suku bangsa Penduduk yang bekerja di sektor
informal sebagai tukang ojek, dapat dilihat pada Tabel 18 berikut :
Tabel 18. Jumlah Responden Menurut Etnis
No
Jenis Etnis
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1. Jawa 24 48,97
2. Lampung 17 14,29
3. Sunda 6 12,25
4. Palembang 7 14,28
5. Aceh 3 6,12
6. Padang 2 4,09
Jumlah 49 100 Sumber : Hasil Penelitian tahun 2010
74
Kebaradaan Tabel 18 tersebut, tidak untuk dibahas lebih jauh tentang etnis penduduk
yang bekerja sebagai tukang ojek apalagi mendiskriminasikan salah satu suku yang
dominan maupun tidak dominan dalam etnis responden, tetapi hanya untuk
menggambarkan bahwa sebanyak 24 orang atau 48,97% Penduduk yang bekerja di
sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame
Kota Bandar Lampung adalah beretnis Jawa hal tersebut kemungkinan dikarenakan
responden sebagian besar merupakan para pendatang dari Pulau Jawa yang menetap
di Kelurahan Sukarame baik sejak dulu yang sekarang telah dihuni responden
maupun pendatang yang baru menetap di Kelurahan Sukarame. Selain Etnis Jawa,
Etnis lain responden diantaranya Lampung yang merupakan penduduk yang
jumlahnya cukup dominan setelah penduduk beretnis Jawa di wilayah ini hal
dikarenakan penduduk beretnis Lampung merupakan penduduk Asli Kelurahan
Sukarame selain itu terdapat juga Etnis Aceh, Sunda, Pelembang, dan Padang.
D. Deskripsi Dan Pembahasan Faktor-Faktor Penyebab Penduduk Bekerja di
Sektor Informal Sebagai Tukang Ojek
1. Tingkat Pendidikan Tukang Ojek
Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Jenjang Pendidikan
formal yang ditempuh oleh tukang ojek yang diperoleh seseorang melalui bangku
sekolah yaitu: SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi. Adapun penggolongan
yang berkenaan dengan tingkat pendidikan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tidak Tamat Sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Tamat Perguruan Tinggi
75
Tingkat Pendidikan responden digolongkan menjadi :
a. Pendidikan rendah : Jika tidak tamat/tamat SD, SMP/Mts atau
Sederajat
b. Pendidikan menengah : Jika tidak tamat/tamat SMA/SMK/MA atau
Sederajat
c. Pendidikan tinggi : Jika tidak tamat/tamat Akademik/ Perguruan
Tinggi atau Sederajat
Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan Responden dapat dilihat pada
Tabel 19 di bawah ini.
Tabel 19. Tingkat Pendidikan Responden
No Tingkat Pendidikan Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1. Rendah 38 77,56
2. Menengah 11 22,44
Jumlah 49 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Dari Tabel 19 di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 38 responden atau 77,56%
responden berpendidikan rendah. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tingkat
pendidikan penduduk yang bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek
berpendidikan rendah. Hal tersebut dikarenakan rendahnya pemahaman responden
akan pentingnya pendidikan dimana dengan pendidikan formal yang tinggi peluang
untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik akan semakin besar, tapi selain faktor
dari dalam diri sebagian besar responden mengaku bahwa mereka tidak melanjutkan
pendidikan dikarenakan ketiadaan biaya, sehingga mereka terpaksa putus sekolah.
Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki responden di Kelurahan Sukarame
menyebabkan mereka harus memasuki lapangan kerja sektor informal yaitu lapangan
76
kerja yang tidak memerlukan pendidikan yang tinggi dan keterampilan yang khusus
serta rendahnya tingkat pendidikan juga berpengaruh pada wawasan dalam
menguasai lingkungannya, hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Muri Yusuf (1989:
9) bahwa individu dengan pendididkan yang terbatas, seperti tidak tamat sekolah
dasar atau tidak pernah sekolah akan mempunyai wawasan yang sangat terbatas
dalam menguasai ligkungannya, ,mereka kurang mampu memikirkan hidup layak
dan daya abstraknya yang terbatas dan sikap mental yang terikat oleh kesederhanaan.
Tingkat pendidikan dengan profesi tukang ojek sangatlah jelas karena untuk
berprofesi sebagi tukang ojek tidak diperlukan suatu keterampilan yang khusus atau
pendidikan yang tinggi, cukup dengan pendidikan rendah seseorang dapat berprofesi
sebagai tukang ojek. Seperti pada penelitian diketahui bahwa ternyata dari 49
responden terdapat 2 responden yang masih berstatus sebagai pelajar Sekolah
Menengah Pertama, hal tersebut membuktikan bahwa tingkat pendidikan bukan
merupakan syarat utama untuk dapat bekerja menjadi tukang ojek. Namun, tentunya
diharapkan 2 responden yang masih berusia wajib belajar tersebut kedepannya dapat
melanjutkan jenjang pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi sehingga
tentunya akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi mereka untuk dapat
memperoleh pekerjaan yang lebih layak dan memperbaiki taraf hidup sehingga tidak
lagi seperti beberapa tukang ojek lain yang putus sekolah.
Berikut merupakan Tabel 20, yaitu responden yang menyatakan bahwa faktor
Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki merupakan penyebab responden bekerja
sebagai tukang ojek.
77
Tabel 20. Faktor Rendahnya Tingkat Pendidikan Menyebabkan Responden
Bekerja Di Sektor Informal Sebagai Tukang Ojek
No
Persepsi responden terhadap
tingkat pendidikan menyebabkan
bekerja sebagai tukang ojek
Jumlah
responden
Persentase
(%)
1. Ya 38 77,56
2. Tidak 11 22,46
Jumlah 49 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Dari Tabel 20, dapat dilihat 38 responden atau 77,56% memilih alternatif jawaban
”Ya”. Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa 38 responden atau lebih
dari 75% Responden menganggap pilihan untuk bekerja menjadi tukang ojek
memang dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki sehingga
dapat disimpulkan bahwa faktor rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan
responden memilih bekerja pada sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan
Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
2. Peluang Lapangan Pekerjaan
Lapangan Pekerjaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah keadaan
dimana menunjukkan tersedianya sebuah pekerjaan. Pengukuran tingkat perolehan
lapangan pekerjaan dalam penelitian ini dilakukan pengukuran dengan menggunakan
prosedur pengukuran indeks yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial, dalam
hal ini yaitu pendapat atau anggapan tukang ojek terhadap peluang lapangan
pekerjaan. Melalui pengukuran ini, peneliti dapat membagi respondennya ke dalam
urutan ranking atas dasar sikap dan persepsinya pada obyek atau tindakan tertentu
dalam hal ini mengenai ketersediaan peluang lapangan pekerjaan. Pada panduan
wawancara mengenai lapangan pekerjaan ini terdiri dari 5 pertanyaan dengan rincian
4 pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan terdiri dari 2 pilihan jawaban dan 1
78
pertanyaan dengan jawaban mutlak. Untuk pertanyaan berpilihan pengukuran
dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing pilihan jawaban seperti
sebagai berikut :
a. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban A : Diberi skor 2
b. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban B : Diberi skor 1
Dengan rincian keseluruhan jawaban responden sebagai berikut :
a. Skor tertinggi : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban A dengan skor 8
b. Skor terendah : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban C dengan skor 4
Kemudian dari penjabaran di atas dapat di ketahui kriteria penilaian variabel tersedia
peluang lapangan pekerjaan sebagai berikut:
a. Tersedia : Apabila jumlah skor hasil jawaban lebih dari dari 6
b. Tidak Tersedia : Apabila jumlah skor hasil jawaban atau sama dengan 6
Dari Penelitian diketahui bahwa seluruh responden sebanyak 49 orang atau 100%
responden berpendapat bahwa pekerjaan sebagai tukang ojek tersedia karena adanya
peluang lapangan pekerjaan menjadi tukang ojek Berdasarkan data tersebut, dapat
dinyatakan bahwa seluruh penduduk yang bekerja di sektor informal sebagai tukang
ojek menganggap bahwa ketersediaan peluang lapangan pekerjaan sebagai tukang
ojek tersebut memang ada. Kelurahan Sukarame merupakan salah satu wilayah di
Kecamatan Sukarame yang sedang berkembang, dibangunnya tempat-tempat
perdagangan, pendidikan dan juga kesehatan memberikan dampak wilayah ini
semakin berkembang diikuti juga dengan berkembangnya wilayah pemukiman
diantaranya perumahan mulai dari perumahan elite sampai yang sangat sederhana
dibangun di Kelurahan ini. Pembangunan perumahan pada Kelurahan Sukarame
79
terpusat pada sebuah wilayah dengan pintu utama melalui Jalan Karimun Jawa, jalan
ini tidak dilalui oleh kendaraan umum sehingga kemudian membuka peluang untuk
terbentuknya lapangan pekerjaan baru yaitu sebagai tukang ojek. Hal tersebut
tentunya berdampak sangat baik, selain memperluas kesempatan kerja bagi
penduduk tentunya juga membantu mengurangi angka pengangguran yang juga akan
berdampak positif untuk mengurangi tindak kriminalitas yang disebabkan oleh
pengangguran.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, maka diketahui responden
yang menyatakan bahwa faktor tersedia peluang lapangan pekerjaan sebagai tukang
ojek menyebabkan responden bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek seluruh
responden yaitu sebanyak 49 responden memilih alternatif memilih alternatif
jawaban ”Ya” sedangkan tidak ada seorang responden pun yang menyatakan bahwa
ketersediaan lapangan pekerjaan sebagai tukang ojek tidak menyebabkan responden
bekerja menjadi tukang ojek. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tersedianya
peluang lapangan pekerjaan sebagai tukang ojek merupakan faktor yang
menyebabkan penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan
Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
3. Tingkat Pendapatan
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan
pendapatan yang diperoleh Responden atas jenis pekerjaan diluar dari pekerjaan
sebagai tukang ojek yang dilakukan dalam waktu satu bulan dan dihitung dengan
nilai rupiah. Pada panduan wawancara mengenai tingkat pendapatan terdapat 6
pertanyaan.
Penentuan kriteria pendapatan dalam penelitian ini dilihat dengan mengetahui
pendapatan dari keseluruhan responden yang kemudian dirata-ratakan. Dari hasil
80
penelitian kemudian dapat diketahui jumlah keseluruhan pendapatan dari 47
responden apabila dijumlahkan diperoleh pendapatan sebesar Rp.35.485.000,-
kemudian dari jumlah keseluruhan pendapatan tersebut dihitung rata-ratanya dengan
dibagi jumlah keseluruhan responden sehingga diperoleh rata-rata pendapatan
Rp.755.000,-.
Selanjutnya kriteria yang digunakan adalah Pendapatan dinyatakan tinggi apabila
pendapatan orang tua lebih dari rata-rata pendapatan keseluruhan responden,
sedangkan pendapatan dinyatakan rendah apabila pendapatan Responden kurang dari
atau sama dengan rata-rata pendapatan keseluruhan responden.
Dalam penelitian ini setelah peneliti menghitung rata-rata keseluruhan pendapatan
responden maka diperoleh kriteria :
a. Pendapatan dinyatakan di atas rata-rata apabila jumlah pendapatan yang
diperoleh tukang ojek di atas rata-rata pendapatan keseluruhan tukang ojek yaitu
sebesar Rp.755.000,- per bulan
b. Pendapatan dinyatakan di bawah rata-rata apabila jumlah pendapatan yang
diperoleh tukang ojek di bawah atau sama dengan rata-rata pendapatan
keseluruhan tukang ojek yaitu sebesar Rp.755.000,- per bulan
Berikut merupakan Tabel 21 mengenai pendapatan Responden yang bekerja di
sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame :
Tabel 21. Pendapatan Responden di Luar dari Pekerjaan Sebagai Tukang Ojek
No Pendapatan Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1 Pendapatan di bawah atau sama dengan
rata-rata Rp.755.000,- 39 82,98
2 Pendapatan di atas rata-rata Rp.755.000,- 8 17,02
Jumlah 47 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
81
Dari Tabel 21 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang bekerja sebagai tukang
ojek tergolong berpendapatan di bawah rata-rata pendapatan keseluruhan tukang ojek
yaitu sebanyak 39 responden atau 82,98 %. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa sebagian besar penduduk yang bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek
berpendapatan di bawah rata-rata dari keseluruhan tukang ojek. Padahal, pendapatan
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kelangsungan pemenuhan
kebutuhan sebuah keluarga. Dengan tingkat penghasilan di bawah rata-rata tersebut
merupakan sebuah tuntutan kepada responden untuk bisa terus memenuhi kebutuhan
keluarganya apalagi bagi responden yang telah berkeluarga salah satu alternatifnya
adalah dengan mencari pekerjaan sampingan diluar dari pekerjaan pokoknya, itulah
sebabnya banyak responden yang ternyata menjadikan pekerjaan mengojek sebagai
pekerjaan sampingannya karena untuk menambah pendapatan dari pekerjaan
pokoknya agar kebutuhan hidup keluarga dapat senantiasa terpenuhi. Namun,
responden yang menjadikan pekerjaan tukang ojek sebagai pekerjaan sampingannya
apabila ingin memperoleh pendapatan yang lebih, harus mampu bersaing dengan
tukang ojek lainnya, sebagaimana diketahui tingkat persaingan sangat ketat
dikarenakan banyaknya jumlah penduduk yang bekerja tukang ojek yang tidak
seimbang dengan banyaknya jumlah penumpang.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa masih ada beberapa responden yang
menjadikan pekerjaan mengojek untuk menambah pendapatan namun, tidak
sebanding dengan curahan jam kerja mereka yang masing rendah. Dimulai dengan
curahan jam kerja paling rendah hanya sebanyak 3 jam dan paling banyak 10 jam
untuk responden yang menjadikan pekerjaan mengojek sebagai pekerjaan sampingan
mereka, itupun terkadang menurut pengakuan responden mengojek tidak dilakukan
setiap hari karena alasan menyisihkan waktu pula untuk bersama keluarga juga untuk
beristirahat, padahal untuk dapat memperoleh pendapatan lebih banyak tentunya
82
harus diimbangi juga dengan curahan jam kerja yang tinggi sehingga hasil yang
diperolehpun dapat lebih meningkat.
Selain itu responden yang menjadikan tukang ojek sebagai pekerjaan pokoknya pun
dari hasil penelitian diketahui beberapa responden memiliki pekerjaan sampingan
selain mengojek hal tersebut dikarenakan berdasarkan pengakuan mereka
pendapatan yang diperoleh dari mengojek belum dapat mencukupi kebutuhan hidup
mereka sehingga tetap harus mencari pekerjaan tambahan untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka dan keluarga. Bahkan dari hasil penelitian dikathui bahwa
adapula dari responden yang memiliki pekerjaan lebih dari dua karena menurut
responden pekerjaan pokok dan pekerjaan mengojek saja belum dapat memenuhi
kebutuhan hidup yang tidak hanya kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan
tempat tinggal namun juga untuk dapat pula memenuhi kebutuhan akan pendidikan
dan kesehatan.
Dari Tabel 21 dicantumkan hanya sebanyak 47 responden saja, hal tersebut karena
sebanyak 2 responden yang belum berstatus sebagai pelajar, dengan kata lain bahwa
masih berusia wajib belajar, belum memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi
tukang ojek sehingga tidak memiliki pendapatan selain dari pekerjaan sebagai tukang
ojek. Keputusan 2 responden yang berstatus sebagai pelajar tersebut dengan bekerja
menjadi tukang ojek oleh karena untuk memenuhi kebutuhan sekolah sehingga tidak
merepotkan dan membebani orang tua, selain itu digunakan juga untuk menambah
uang jajan mereka dan sisanya untuk membantu keuangan keluarga.
Berikut Tabel 22, merupakan pendapat responden yang menyatakan bahwa faktor
keinginan untuk menambah pendapatan merupakan faktor penyebab responden
bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek.
83
Tabel 22. Faktor Keinginan Untuk Menambah Pendapatan Menyebabkan
Responden Bekerja Sebagai Tukang Ojek.
No Keinginan untuk menambah
pendapatan
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1 Ya 41 83,68
2 Tidak 8 16,32
Jumlah 49 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Dari Tabel 22, dapat dilihat bahwa 41 responden (83,68%) memilih alternatif
jawaban “Ya”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden
menjawab mereka bekerja sebagai tukang ojek memang karena memiliki pendapatan
yang di bawah rata-rata dari pendapatan tukang ojek lain sehingga kemudian untuk
menambah pendapatan mereka memilih bekerja menjadi tukang ojek. Pendapatan di
bawah rata-rata yang dimaksud tentunya pendapatan yang responden peroleh dari
pekerjaan pokok mereka selain menjadi tukang ojek. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa sebanyak 41 responden menjadikan pekerjaan mengojek sebagai pekerjaan
sampingan mereka hal tersebut dilakukan guna untuk menambah pendapatan mereka
sehingga kebutuhan hidup dapat terpenuhi.
Dari jawaban yang diberikan kepada responden dapat diketahui bahwa pendapatan
yang masih di bawah rata-rata dengan kebutuhan hidup yang tinggi tentunya akan
menimbulkan kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga, dan sebanyak
83,68% responden menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga karena pendapatan yang di bawah rata-
rata dari pekerjaan pokok tersebutlah menjadi faktor yang menyebabkan responden
bekerja sebagai tukang di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar
Lampung Tahun 2010 dengan tujuan untuk dapat menambah pundi-pundi keuangan
tukang ojek guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga tukang ojek.
84
Dari Tabel 22 pula dapat dijelaskan bahwa sebanyak 8 responden bekerja menjadi
tukang ojek bukan berkeinginan untuk menambah pendapatan, karena memang
pekerjaan tukang ojek merupakan pekerjaan pokok mereka. Namun, dari hasil
wawancara dikatahui bahwa ternyata dari 8 responden sebanyak 6 responden
memiliki pekerjaan sampingan lain, selain menjadi tukang ojek oleh karena
pekerjaan mengojek saja belum dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Sedangkan, sisanya sebanyak 2 responden memang tidak memiliki pekerjaan lain
sebagai tukang ojek karena pendapatan yang diperoleh dari mengojek dirasa cukup
untuk dapat memenuhi biaya sekolah responden tersebut yang memang masih
berstatus sebagai pelajar selain itu tidak ada kewajiban bagi mereka untuk menafkahi
keluarga.
4. Waktu Luang
Waktu Luang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah keadaan dimana
seseorang memiliki waktu senggang diluar dari pekerjaan pokoknya sehingga
menyebabkan seseorang bekerja menjadi tukang ojek. Pengukuran pada variabel ini
dilakukan pengukuran dengan menggunakan prosedur pengukuran indeks yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang kejadian atau gejala sosial, dalam hal ini yaitu pendapat atau anggapan
tukang ojek terhadap keputusannya untuk mengisi waktu luangnya sesuai dengan
pandangannya. Melalui pengukuran ini, peneliti dapat membagi respondennya ke
dalam urutan ranking atas dasar sikap pada obyek atau tindakan tertentu dalam hal
ini mengenai sikapnya untuk mengisi waktu luang dengan bekerja sebagai tukang
ojek. Pada panduan wawancara mengenai mengisi waktu luang terdiri dari 4
pertanyaan dengan rincian 3 pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan terdiri
dari 2 pilihan jawaban dan 1 pertanyaan dengan jawaban mutlak. Untuk pertanyaan
85
berpilihan pengukuran dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing
pilihan jawaban seperti sebagai berikut :
a. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban A : Diberi skor 2
b. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban B : Diberi skor 1
Dengan rincian keseluruhan jawaban responden sebagai berikut :
a. Skor tertinggi : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban A dengan skor 8
b. Skor terendah : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban C dengan skor 4
Kemudian dari rincian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai kriteria penilaian
variabel mengisi waktu luang yaitu sebagai berikut :
a. Mengisi waktu luang : Apabila jumlah skor hasil jawaban > dari 6
a. Tidak Mengisi waktu luang : Apabila jumlah skor hasil jawaban ≤ atau
sama dengan 6
Berikut merupakan Tabel 23, yaitu responden yang menyatakan bahwa responden
memiliki waktu luang diluar dari pekerjaan pokok sehingga memanfaatkannya untuk
bekerja sebagai tukang ojek.
Tabel 23. Jumlah Responden Atas Pilihan Bekerja Berdasarkan Waktu Luang
dari Pekerjaan Pokoknya.
No Pilihan Responden Berdasarkan
Waktu Luang
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1. Mengisi waktu luang (skor > 6) 41 83,68
2. Tidak Mengisi waktu luang (skor ≤ 6) 8 16,32
Jumlah 49 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 23, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 41 orang atau 83,68 %
responden memiliki waktu luang diluar pekerjaan pokoknya dan 8 tukang ojek atau
86
16,32% responden menjawab tidak memiliki waktu luang diluar pekerjaan pokok
Berdasarkan data tersebut, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar tukang ojek
memiliki waktu luang diluar dari pekerjaan pokoknya. Hal ini dikarenakan curahan
waktu kerja pekerjaan pokok responden tidak banyak dan ada pula yang justru
curahan jam kerja dari pekerjaan pokok tidak menentu. Hal tersebut sesuai dengan
data hasil penelitian yang menyebutkan bahwa 39 responden sebelum bekerja
menjadi tukang ojek memang telah memiliki pekerjaan. Hal ini masih berkaitan
dengan faktor pendapatan, bahwa selain alasan karena rendahnya pendapatan,
penduduk juga bekerja menjadi tukang ojek karena memiliki waktu luang dari
pekerjaan pokok mereka masing-masing yang kemudian diisi dengan bekerja sebagai
tukang ojek. Untuk lebih jelasnya mengenai jawaban responden yang menyatakan
bahwa faktor mengisi waktu luang merupakan penyebab responden bekerja sebagai
tukang, dapat dilihat pada Tabel 24 di bawah ini.
Tabel 24. Faktor Mengisi Waktu Luang yang Menyebabkan Responden Bekerja
Sebagai Tukang Ojek.
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Dari Tabel 24, dapat dilihat bahwa sebanyak 83,68% responden memilih alternatif
jawaban “Ya”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketersediaan waktu luang
responden dari pekerjaan pokok merupakan faktor yang menyebabkan responden
memilih mengisi waktu luangnya dengan bekerja sebagai tukang di Kelurahan
Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010. Hal tersebut
sesuai dengan jawaban dari responden sebanyak 83,68% memilih mengisi waktu
luangnya dengan bekerja sebagai tukang ojek.
No
Persepsi responden dalam mengisi
waktu luang dengan menjadi
tukang ojek
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1. Ya 41 83,68
2. Tidak 8 16,32
Jumlah 49 100
87
5. Lingkungan Sosial Tukang Ojek yang Mendukung
Lingkungan Sosial tukang ojek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan
atau kondisi sosial yang ada disekitar tukang ojek dilihat dari teman bergaul,
lingkungan rumah dan tetangga, seperti tetangga yang bekerja pada sektor formal,
sektor informal atau menganggur. Pengukurannya adalah dengan menggunakan
prosedur pengukuran indeks yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial, dalam
hal ini yaitu pendapat atau anggapan tukang ojek terhadap mendukung atau tidaknya
lingkungan sosial dengan keputusannya untuk memilih bekerja sebagai tukang ojek.
Pada panduan wawancara mengenai lingkungan sosial terdiri dari 4 pertanyaan
dengan rincian 3 pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan terdiri dari 2 pilihan
jawaban. Kemudian dilakukan pengukuran dengan memberikan skor pada masing-
masing pilihan jawaban seperti sebagai berikut :
a. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban A : Diberi skor 2
b. Untuk responden yang menjawab pilihan jawaban B : Diberi skor 1
Dengan rincian keseluruhan jawaban responden sebagai berikut :
a. Skor tertinggi : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban A dengan skor 8
b. Skor terendah : Apabila responden menjawab seluruh pertanyaan dengan
pilihan jawaban C dengan skor 4
Kemudian dari rincian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai kriteria penilaian
sebagai berikut :
a. Lingkungan sosial mendukung responden untuk bekerja sebagai tukang ojek :
Apabila jumlah skor hasil jawaban > dari 6
88
b. Lingkungan sosial kurang mendukung responden untuk bekerja sebagai
tukang ojek : Apabila jumlah skor hasil jawaban ≤ atau sama dengan 6
Untuk lebih jelasnya mengenai lingkungan sosial penduduk yang bekerja di sekor
informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame dapat dilihat pada Tabel 25 di
bawah ini:
Tabel 25. Lingkungan Sosial Responden
No Lingkungan Sosial Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1. Lingkungan Mendukung (skor > 6) 43 87,76
2. Lingkungan Kurang Mendukung
(skor ≤ 6) 6 12,24
Jumlah 49 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 25, bahwa lingkungan sosial tukang ojek yang dilihat dari teman
bergaulnya atau tetangganya diketahui dari 49 responden sebanyak 43 responden
atau 87,76 % responden berada pada lingkungan yang mendukung responden untuk
bekerja sebagai tukang ojek yaitu dengan teman bergaul ataupun tetangga yang
bekerja juga di sektor informal. Hal ini ternyata disebabkan karena sebagian besar
teman bergaul atau tetangga mereka juga bekerja di sektor informal bahkan lebih
cenderung bergaul dengan sesama tukang ojek saja dan mereka mengakui bahwa
teman bergaul mereka mempengaruhi untuk bekerja pula menjadi tukang ojek.
Seperti yang dikatakan Ari Gunawan (2000:60) bahwa perkembangan kepribadian
seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat ia berada. Seperti halnya
dengan responden yang berada dilingkungan teman bergaul yang juga bekerja di
sektor informal.
89
Untuk lebih jelasnya mengenai jawaban responden yang menyatakan bahwa faktor
lingkungan sosial Responden tukang ojek yang mendukung untuk bekerja di sektor
informal sebagai tukang ojek merupakan penyebab responden bekerja menjadi
tukang ojek, dapat dilihat pada Tabel 26 di bawah ini.
Tabel 26. Faktor Lingkungan Sosial Tukang Ojek yang Mendukung Merupakan
Penyebab Responden Bekerja di Sektor Informal Sebagai Tukang Ojek.
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Berdasarkan data dari Tabel 26, tersebut dapat dinyatakan bahwa mendukungnya
lingkungan sosial tukang ojek merupakan faktor yang menyebabkan penduduk
bekerja pada sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan
Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel
26 dimana hampir mencapai 88% responden mengaku bahwa faktor lingkungan
sosial memepengaruhi mereka dan kemudian menyebabkan mereka bekerja menjadi
tukang ojek ditambah lagi tidak satupun responden yang menjawab bahwa faktor
lingkungan sosial tidak menyebabkan responden bekerja sebagai tukang ojek.
No
Persepsi Responden
Terhadap Lingkungan
Sosial Penyebab Bekerja
Menjadi Tukang Ojek
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1 Ya 43 87,76
2 Tidak 6 12,24
Jumlah 49 100
90
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
penyebab penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan
Sukarame Kecamatan Sukarame yaitu :
1) Bahwa rendahnya tingkat pendidikan tukang ojek merupakan faktor penyebab
penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010. Dengan rician
sebanyak 38 responden atau 77,65% responden berpendidikan rendah, yaitu
responden yang tidak tamat pendidikan formal, tamat SD, SMP/Mts atau
sederajat.
2) Bahwa tersedianya peluang lapangan pekerjaan menjadi tukang ojek merupakan
faktor penyebab penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di
Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
Dengan rincian sebanyak 49 responden atau 100% berpendapat bahwa
ketersediaan lapangan pekerjaan sebagai tukang ojek disebabkan angkutan umum
yang tidak melewati jalan menuju perumahan.
3) Bahwa keinginan tukang ojek untuk menambah pendapatan karena pendapatan
tukang ojek di bawah rata-rata merupakan faktor penyebab penduduk bekerja di
sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame Kecamatan
Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010. Dengan rician sebanyak 39
Responden atau 82,98 % responden diketahui bahwa memiliki tingkat
91
pendapatan tergolong dibawah rata-rata dari rata-rata pendapatan keseluruhan
tukang ojek yaitu sebesar Rp.755.000,-.
4) Bahwa mengisi waktu luang menjadi faktor yang menyebabkan penduduk
bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar lampung Tahun 2010. Dengan rician
sebanyak 41 Responden atau 83,68% responden memiliki waktu luang diluar
pekerjaan pokoknya. Hal ini dikarenakan curahan waktu kerja pekerjaan pokok
responden tidak banyak dan ada pula yang justru curahan jam kerja dari
pekerjaan pokok tidak menentu.
5) Bahwa lingkungan sosial yang mendukung merupakan faktor penyebab
penduduk bekerja di sektor informal sebagai tukang ojek di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar lampung Tahun 2010. Dengan rician
sebanyak 43 tukang ojek atau 87,76% responden berada pada lingkungan sosial
yang mendukung responden untuk bekerja sebagai tukang ojek. Lingkungan
sosial responden sebagian besar yaitu dengan teman bergaul ataupun tetangga
yang bekerja juga di sektor informal.
B. Saran
1) Bagi penduduk yang bekerja sebagai tukang ojek yang memiliki pendapatan di
bawah rata-rata dari pendapatan keseluruhan tukang ojek dengan curahan jam
kerja mengojek yang sedikit, diharapkan dapat lebih meningkatkan curahan jam
kerja mengojek, sehingga pendapatan akan semakin meningkat.
2) Bagi penduduk yang menjadikan pekerjaan sebagai tukang ojek sebagai
pekerjaan pokok dan apabila pendapatan yang diperoleh dari mengojek ternyata
belum dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, diharapkan untuk mencari
tambahan pendapatan dengan mencari pekerjaan sampingan sehingga dapat
meningkatkan pendapatan sehingga kebutuhan hidup dapat terpenuhi.
92
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 2003. Psikologi Umum. Rineka Cipta. Jakarta.
Ahmad Muri Yusuf. 1999. Psikologi Sosial. Raja Grafindo. Jakarta.
Anonim. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Anonim. 2000. Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Tanah Bogor Tahun 1971.
Kutipan dari Badan Pertanahan Nasional Propinsi Kota Bandar Lampung.
Anonim. 2008. Monografi Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame. Bandar
Lampung.
Anonim. 2009. Pengertian Ojek. www.wikipediaindonesia.org/wiki/ojek. Internet.
(29 November 2009, 13:15 WIB)
Anonim. 2010. Lapangan Pekerjaan. www.stroshunter.blogspot.com. Internet. (20
Januari 2010, 10:15 WIB)
Daldjoeni. 1992. Geografi Baru Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek.
Alumni. Bandung.
Ari Gunawan. 2000. Psikologi Sosial. Alumni. Bandung.
Arief Sukadi Sadiman. 1993. Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan.
Erlangga. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2003. Lampung Dalam Angka. Bandar Lampung.
Bambang Supomo. 2002. Penelitian Pendidikan. Bima Aksara. Jakarta.
Budiyono. 2003. Dasar-dasar Geografi Sosial. Buku Ajar. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Emil Salim. 1984. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan. Inti
Idayu Press. Jakarta.
93
Hadari Nawawi dan Mimi Martini. 1994. Penelitian Terapan. Gajah Mada
University Pers. Yogyakarta.
Hidayat Abdullah. 1991. Pekerjaan Sektor Informal (Dalam Kaitannya Dengan
Perkotaan). Rineka Cipta. Jakarta.
Husni Margaretta. 2000. Pengantar Ekonomi. FEUI. Jakarta.
Ida Bagus Mantra. 2003. Pengantar Studi Demografi. Pustaka Pelajar. Jakarta.
Joko Subagyo. 1997. Landasan Kependidikan. Rineka Cipata. Jakarta.
M.C Suprapti. 1990. Adaptasi Migrasi Musiman Terhadap Ligkungan Tempat
Tinggalnya (Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya). Depdikbud. Jakarta.
Moh. Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.
Nasution. 1995. Sosiologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Nur Indrianto dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitan Bisnis. BPFE.
Yogyakarta.
Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa
Keruangan. Alumni. Bandung.
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Jakarta.
Ritongga. 2003. Pelajaran Ekonomi Untuk Kelas 2. Erlangga. Jakarta.
Rendra Surakhmad. 1994. Pengantar Klimatologi dan Meteorologi. Tarsito.
Bandung.
Sadono Sukirno. 2002. Pengantar Teori Ekonomi. Rajawali Pers. Jakarta.
Siswanto. 2003. Pekerjaan Sampingan. www.e-psikologi.com. Internet. (23 Februari
2010, 14:00 WIB)
Soemitro Djojohadikusumo. 2001. Ekonomi Makro dan Mikro. Bumi Aksara.
Jakarta.
Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Pustaka LP3ES. Jakarta.
Subarjo. 2006. Meteorologi dan Klimatologi. Buku Ajar. Bandar Lampung. Unila.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta. Jakarta.
Sukadji. 2003. Mengisi Waktu Luang. www.anuarkim.com. Internet. (23 Februari
2010, 15:30 WIB)
94
Sumadi dan Bambang Sumitro. 1989. Geografi Regional Indonesia. Buku Ajar.
FKIP. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sumadi Suryabrata. 2002. Metodologi Penelitian. Pt. Grafindo. Jakarta.
Suryatna Rafi’i. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Angkasa. Bandung
Suseno Hardiyatmoko. Pertumbuhan Penduduk Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.
Triatmoko. 2007. Meluangkan Waktu Dengan Bekerja. www.freelance.blogspot.
com. Internet. (23 Februari, 15:00 WIB)
Wardiyatmoko. 1997. Geografi Untuk Sma Kelas 1. Erlangga. Bandung.
Yulmadia Yulir. 2004. Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.
95
96
KISI-KISI PANDUAN WAWANCARA
VARIABEL INDIKATOR TINGKAT PENGUKURAN ITEM
SOAL
Tingkat
pendidikan
tukang ojek
a. Pendidikan
rendah
b. Pendidikan
menengah
c. Pendidikan
tinggi
a. Jika tidak tamat SD/SMP, tamat
SD,SMP/Mts, atau sederajat
b. Jika tidak SMA/ SMK/ MA, tamat
SMA/ SMK/ MA, atau sederajat
c. Jika tidak tamat PT, tamat akademik/
perguruan tinggi atau sederajat
1, 2, 3
Tersedia
peluang
lapangan
pekerjaan
a. Tersedia
b.Tidak tersedia
a. Apabila jumlah skor hasil jawaban >
dari 6
b. Apabila jumlah skor hasil jawaban
dari atau sama dengan 6
4, 5, 6, 7, 8
Tingkat
pendapatan
a. Di bawah
rata-rata
b. Di atas rata-
rata
a. Bila pendapatan > dari rata-rata
pendapatan keseluruhan tukang ojek
sebesar Rp.755.000,
b. Bila pendapatan atau sama dengan
rata-rata pendapatan keseluruhan
tukang ojek sebesar Rp.755.000,-
9, 10, 11,
12,13, 14
Mengisi
waktu luang
a. Mengisi waktu
luang
b. Tidak Mengisi
waktu luang
a. Apabila jumlah skor hasil jawaban >
dari 6
b. Apabila jumlah skor hasil jawaban
dari atau sama dengan 6
15, 16, 17,
18, 19
Lingkungan
sosial tukang
ojek yang
mendukung
a. Lingkungan sosial
mendukung
b. Lingkungan sosial
Kurang mendukung
a. Apabila jumlah skor hasil jawaban >
dari 6
b. Apabila jumlah skor hasil jawaban
dari atau sama dengan 6
20, 21, 22,
23
97
PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN
JUDUL : Faktor-Faktor Penyebab Penduduk Bekerja di Sektor
Informal Sebagai Tukang Ojek di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010
PETUNJUK : Mohon Dijawab Sesuai Dengan Keadaan Sebenarnya.
I. Identitas Responden
Nama : .............................................................................
Umur : .............................................................................
Etnis : .............................................................................
Alamat sekarang : ..........................................................……….......
A. Tingkat Pendidikan Tukang Ojek
1. Apakah anda pernah menempuh pendidikan formal?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
2. Jika pernah, apakah pendidikan formal terakhir yang anda tempuh?
a. SD, SMP/MTs atau sederajat
b. SMA/SMK/MA atau sederajat
c. Akademik/Perguruan Tinggi atau sederajat
d. Tidak Tamat, (sebutkan jenjangnya)..........................
3. Apakah dengan pendidikan formal yang anda tempuh tersebut menjadi alasan
anda sehingga bekerja menjadi tukang ojek?
a. Ya
b. Tidak
B. Tersedia Peluang Lapangan Pekerjaan
4. Sebelum bekerja menjadi tukang ojek, apakah anda telah memiliki pekerjaan?
a. Ya
b. Tidak
5. Jika Ya, apakah jenis pekerjaan anda?
Jawab: ...........................................................
98
6. Bagaimanakah menurut anda, dalam memperoleh pekerjaan ketika anda belum
bekerja menjadi tukang ojek?
a. Sulit
b. Tidak Sulit
7. Menurut anda, apakah peluang pekerjaan menjadi tukang ojek dikarenakan tidak
adanya angkutan umum yang melewati jalan menuju perumahan?
a. Ya
b. Tidak
8. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi faktor yang menyebabkan anda bekerja
sebagai tukang ojek?
a. Ya
b. Tidak
C. Tingkat Pendapatan
9. Apakah status anda dalam keluarga?
a. Kepala keluarga
b. Anak
c. Lain-lain, Sebutkan..............................................................
10. Siapakah anggota keluarga yang bekerja selain anda?
Jawab : (Sebutkan)…………………………………………………………
11. Berapakah rata-rata pendapatan yang anda peroleh tiap bulan dari pekerjaan
sebagai tukang ojek?
Jawab : Rp. …………………………..
12. Berapakah rata-rata pendapatan yang anda peroleh tiap bulan dari pekerjaan lain
di luar pekerjaan sebagai tukang ojek?
Jawab : Rp. …………………………..
13. Menurut anda, apakah anda merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup
keluarga sehari-hari dengan pendapatan yang diperoleh diluar dari mengojek
setiap bulan?
a. Ya
b. Tidak
99
14. Menurut anda, apakah karena pendapatan yang anda peroleh di bawah rata-rata
menyebabkan anda ingin menambah pendapatan dengan memilih bekerja sebagai
tukang ojek?
a. Ya
b. Tidak
D. Mengisi Waktu Luang
15. Apakah pekerjaan sebagai tukang ojek merupakan pekerjaan sampingan anda?
a. Ya
b. Tidak
16. Jika ya, apakah pekerjaan pokok anda?
Jawab: sebutkan…………………
17. Apakah anda memiliki lebih dari dua pekerjaan sekaligus ?
a. Ya
b. Tidak
18. Apakah pekerjaan pokok anda tidak membutuhkan curahan waktu kerja yang
banyak atau justru tidak menentu sehingga anda mempunyai waktu luang untuk
mengojek?
a. Ya
c. Tidak
19. Jika ya, apakah dikarenakan waktu yang luang dari pekerjaan pokok tersebut
menjadi penyebab anda bekerja menjadi tukang ojek?
a. Ya
b. Tidak
E. Lingkungan Sosial Tukang Ojek
20. Apakah kegiatan sebagian besar teman bergaul atau lingkungan sekitar anda
(tetangga)?
a. Bekerja di sektor informal, sebutkan……………
b. Tidak bekerja/ Bekerja di sektor formal,sebutkan……………..
100
21. Dengan siapa anda sering bergaul?
a. Dengan teman atau tetangga yang bekerja di sektor informal,
sebutkan……………
b. Dengan teman atau tetangga yang tidak bekerja/ bekerja di sektor formal,
sebutkan…………….
22. Apakah teman bergaul atau tetangga mempengaruhi anda sehingga anda bekerja
sebagai tukang ojek?
a. Ya
b. Tidak
23. Menurut anda, apakah lngkungan teman bergaul dan tetangga menyebabkan anda
sehingga anda bekerja sebagai tukang ojek?
a. Ya
b. Tidak
101
102
Tabel 27. Rekapitulasi Data Tentang Variabel Rendahnya Tingkat Pendidikan Penduduk Yang Bekerja di Sektor Informal
Sebagai Tukang Ojek Di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
No Nama Responden Umur Pendidikan Terakhir Faktor pendidikan menyebabkan bekerja
sebagai tukang ojek
1 Parman 23 Tamat SMP Ragu-ragu
2 Joko Suseno 19 Tamat SMA Tidak
3 Yadi 44 SMP Kelas 1 Ya
4 Ismail 36 Tamat SD Ya
5 Halpian 30 SD Kelas 3 Ya
6 Mulyadi 41 Tamat SMP Ya
7 Apriandi 33 SMA kelas 1 Ragu-ragu
8 Hadi P. 45 SD Kelas 2 Ya
9 Priyatno 32 Tamat SMP Ya
10 Tejo 17 Tamat SMP Ya
11 Halim Kusuma 25 SMA Kelas 1 Ya
12 Roni 14 Masih SMP Kelas 1 Ya
13 Edi 18 SD Kelas 3 Ya
14 Indra Lesmana 14 Masih SMP Kelas 1 Ya
15 Ahmad Affandi 24 Tamat SMK Tidak
16 Muslimin 29 SMP Kelas 3 Ya
17 Budi Hantoro 27 Tamat SMP Ya
18 Yuhendri 22 SMA Kelas 2 Tidak
19 Ujang 20 Tamat SMP Ya
103
Tabel 27 (Lanjutan)
20 Anton Maulana 39 SMP Kelas 3 Ya
21 Saliman 21 Tamat SMA Tidak
22 Dwi 23 Tamat SMP Ya
23 Andri 36 SMP Kelas 1 Tidak
24 Bayu 26 SMK Kelas 1 Ragu-ragu
25 Yoga 28 SD Kelas 5 Ya
26 Apriandi 19 Tamat SMP Ya
27 Aditya Wiyono 17 SD Kelas 3 Ya
28 Rodiansyah 35 Tamat SMP Ya
29 Doni Simanjuntak 27 Tamat SD Ya
30 Hardiansyah 17 SMP Kelas 1 Ya
31 Ijul 33 SD Kelas 5 Ya
32 Nirmanto 18 SD Kelas 3 Ya
33 Sumantri 18 Tamat SD Ya
34 Marzuki 39 SMP Kelas 1 Ya
35 Dimas Setiawan 42 SD Kelas 3 Ya
36 Arif Budiman 45 Tamat SD Ya
37 Ucok 47 SD Kelas 2 Ya
38 Eri susanto 50 Tidak Sekolah Ya
39 Jeno 51 Tidak Sekolah Ya
40 Solihin 45 SD Kelas 3 Ya
104
Tabel 27 (Lanjutan)
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Keterangan :
1. Pendidikan Rendah : Jika tidak tamat SD/SMP, tamat SD,SMP/Mts atau sederajat
2. Pendidikan Menengah : Jika tidak SMA/ SMK/ MA, tamat SMA/ SMK/ MA atau sederajat
Jumlah Tukang ojek Pendidikan Rendah : 38 Responden
Jumlah Tukang ojek Pendidikan Menengah : 11 Responden
41 Sutrisno 20 Tamat SMA Tidak
42 Bambang 21 SD Kelas 5 Ya
43 Alimin 33 SMA Kelas 3 Ya
44 Taslim 39 Tamat SD Ya
45 Rizki 38 SMP Kelas 1 Ya
46 Enjit 17 Tamat SD Ya
47 Samsudin 43 SMA Kelas 2 Tidak
48 Suyatmin 22 SMA Kelas 2 Ragu-ragu
49 Haryanto S. 17 Tamat SMP Tidak
PILIHAN JAWABAN RESPONDEN
Ya = 37 Orang
Ragu-ragu = 4 Orang
Tidak = 8 Orang
105
Tabel 28. Rekapitulasi Data Tentang Variabel Tersedianya Peluang Lapangan Pekerjaan Sebagai Tukang Ojek Di Kelurahan Sukarame
Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
No Nama
Responden
Jenis Pekerjaan
Responden sebelum
bekerja sebagai tukang
ojek
Kepemilikan
pekerjaan
sebelum menjadi
tukang ojek
(1)
Persepsi responden tentang
kesempatan lapangan
pekerjaan sebelum menjadi
tukang ojek
(2)
Persepsi responden
tentang ketersediaan
lapangan pekerjaan
sebagai tukang ojek
(3)
Faktor Peluang
lapangan menyebabkan
bekerja sebagai tukang
ojek
(4)
Jumlah Skor
1 Parman Tidak Bekerja Tidak Sulit Ya Ya 10
2 Joko Suseno Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
3 Yadi Supir Ya Kadang-kadang Ya Ya 11
4 Ismail Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
5 Halpian Buruh Ragu-ragu Sulit Ya Ya 11
6 Mulyadi Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
7 Apriandi Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
8 Hadi P. Supir Ya Sulit Ya Ya 11
9 Priyatno Buruh Ya Kadang-kadang Ya Ya 12
10 Tejo Tukang Nasi Goreng Ya Sulit Ya Ya 11
11 Halim Kusuma Tidak Bekerja Tidak Sulit Ya Ya 12
12 Roni Buruh Ya Sulit Ya Ya 10
13 Edi Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
14 Indra Tidak Bekerja Tidak Sulit Ya Ya 12
15 Ahmad Affandi Buruh Ya Sulit Ya Ya 11
16 Muslimin Buruh Ya Sulit Ya Ya 11
17 Budi Hantoro Tukang Parkir Ya Kadang-kadang Ya Ya 12
18 Yuhendri Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
19 Ujang Kuli Pasar Ragu-ragu Sulit Ya
Ya 11
106
Tabel 28 (Lanjutan)
20 Anton Maulana Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
21 Saliman Tidak Bekerja Tidak Sulit Ya Ya 10
22 Dwi Buruh Ya Kadang-kadang Ya Ya 11
23 Andri Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
24 Bayu Tidak Bekerja Tidak Sulit Ya Ya 10
25 Yoga Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
26 Apriandi Buruh Ragu-ragu Sulit Ya Ya 11
27 Aditya Wiyono Tidak Bekerja Tidak Sulit Ya Ya 10
28 Rodiansyah Tidak Bekerja Tidak Sulit Ya Ya 10
29 Doni Simanjuntak Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
30 Hardiansyah Tidak Bekerja Tidak Sulit Ya Ya 10
31 Ijul Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
32 Nirmanto Sulit Ya Sulit Ya Ya 12
33 Sumantri Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
34 Marzuki Supir Ya Kadang-kadang Ya Ya 11
35 Dimas Setiawan Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
36 Arif Budiman Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
37 Ucok Buruh Ragu-ragu Sulit Ya Ya 12
38 Eri susanto Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
39 Jeno Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
40 Solihin Supir Ragu-ragu kadang-kadang Ya Ya 11
107
Tabel 28 (Lanjutan)
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Keterangan :
1. Responden yang menjawab Tersedia Peluang Lapangan Pekerjaan : 49 Responden
2. Responden yang menjawab Tidak Tersedia Peluang Lapangan Pekerjaan : 0 Responden
41 Sutrisno Buruh Ragu-ragu Sulit Ya Ya 11
42 Bambang Buruh Ya Kadang-kadang Ya Ya 11
43 Alimin Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
44 Taslim Buruh Ya Kadang-kadang Ya Ya 11
45 Rizki Supir Ya Kadang-kadang Ya Ya 11
46 Enjit Tidak Bekerja Tidak Sulit Ya Ya 10
47 Samsudin Buruh Ya Sulit Ya Ya 12
48 Suyatmin Buruh Ya Kadang-kadang Ya Ya 11
49 Haryanto S. Tidak Bekerja Tidak Sulit Ya Ya 12
Buruh = 31
Supir = 5
Tidak Bekerja = 10
Lain-lain = 3
Ya = 33
Ragu-ragu = 5
Tidak = 11
Sulit = 36
Kadang-kadang = 13
Ya = 49
Ya = 36
Ragu-ragu = 13
108
Tabel 29 Rekapitulasi Data Tentang Variabel Keinginan Untuk Menambah Pendapatan Menyebabkan Penduduk Bekerja di Sektor Informal
Sebagai Tukang Ojek Di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
No Nama Responden Status Responden dalam
keluarga
Pendapatan per bulan
diluar Pekerjaan Sebagai
tukang ojek
Merasa Sulit
memenuhi kebutuhan
hidup
Faktor pendapatan
menyebabkan bekerja sebagai
tukang ojek
1 Parman Kepala Keluarga 850.000 Tidak Tidak
2 Joko Suseno Anak 400.000 Ya Ya
3 Yadi Kepala Keluarga 600.000 Ya Ya
4 Ismail Kepala Keluarga 850.000 Ya Ya
5 Halpian Kepala Keluarga 550.000 Ya Ya
6 Mulyadi Kepala Keluarga 850.000 Tidak Tidak
7 Apriandi Kepala Keluarga 500.000 Ya Ya
8 Hadi P. Kepala Keluarga 1.500.000 Tidak Tidak
9 Priyatno Kepala Keluarga 750.000 Ya Ya
10 Tejo Anak 450.000 Ya Ya
11 Halim Kusuma Kepala Keluarga 650.000 Ya Ya
12 Roni Anak 300.000 Ya Ya
13 Edi Kepala Keluarga 740.000 Tidak Ya
14 Indra Lesmana Anak 550.000 Ya Ya
15 Ahmad Affandi Kepala Keluarga 600.000 Ya Ya
16 Muslimin Kepala Keluarga 600.000 Ya Ya
17 Budi Hantoro Kepala Keluarga 750.000 Ya Ya
18 Yuhendri Kepala Keluarga 600.000 Ya Ya
19 Ujang Kepala Keluarga 650.000 Ya Ya
Tabel 29 (Lanjutan)
20 Anton Maulana Kepala Keluarga 600.000 Ya Ya
21 Saliman Kepala Keluarga 750.000 Ya Ya
22 Dwi Kepala Keluarga 600.000 Ya Ya
23 Andri Kepala Keluarga 750.000 Ya Ya
24 Bayu Kepala Keluarga 1.000.000 Tidak Tidak
25 Yoga Kepala Keluarga 450.000 Ya Ya
26 Apriandi Anak 350.000 Ya Ya
27 Aditya Wiyono Anak 400.000 Ya Ya
28 Rodiansyah Kepala Keluarga 600.000 Ya Ya
29 Doni Simanjuntak Kepala Keluarga 700.000 Ya Ya
30 Hardiansyah Anak 450.000 Ya Tidak
31 Ijul Kepala Keluarga 1.500.000 Tidak Ya
32 Nirmanto Anak 300.000 Ya Ya
33 Sumantri Kepala Keluarga 850.000 Tidak Tidak
34 Marzuki Kepala Keluarga 500.000 Ya Ya
35 Dimas Setiawan Kepala Keluarga 600.000 Ya Ya
36 Arif Budiman Kepala Keluarga 750.000 Ya Ya
37 Ucok Kepala Keluarga 500.000 Ya Ya
38 Eri susanto Kepala Keluarga 670.000 Ya Ya
39 Jeno Kepala Keluarga 700.000 Ya Ya
40 Solihin Kepala Keluarga 600.000 Ya Ya
110
Tabel 29 (Lanjutan)
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Keterangan :
1. Pendapatan Di bawah rata-rata : Bila di bawah atau sama dengan rata-rata dari Rp.755.000,-
2. Pendapatan Di atas rata-rata : Bila di atas rata-rata Rp.755.000,-
Jumlah Tukang ojek Pendapatan Di bawah rata-rata : 39 Responden
Jumlah Tukang ojek Pendapatan Di atas rata-rata : 8 Responden
41 Sutrisno Kepala Keluarga 1. 050.000 Tidak Tidak
42 Bambang Kepala Keluarga 650.000 Ya Ya
43 Alimin Kepala Keluarga 760.000 Ya Ya
44 Taslim Kepala Keluarga 650.000 Ya Ya
45 Rizki Kepala Keluarga 750.000 Tidak Tidak
46 Enjit Anak 300.000 Ya Ya
47 Samsudin Kepala Keluarga 650.000 Ya Ya
48 Suyatmin Kepala Keluarga 700.000 Tidak Ya
49 Haryanto S. Anak 460.000 Ya Ya
Kepala Keluarga = 31 Responden
Anak = 10 Responden
Pendapatan di atas rata-rata =
39 Responden
Pendapatan di bawah rata-rata =
8 Responden
Ya = 31 Responden
Tidak = 10 Responden
Ya = 41 Responden
Tidak = 8 Responden
111
Tabel 30. Rekapitulasi Data Tentang Variabel Mengisi Waktu Luang Menyebabkan Penduduk Bekerja di Sektor Informal Sebagai Tukang
Ojek Di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010.
No Nama
Responden
Kategori Pekerjaan sebagai
tukang ojek
Persepsi Responden
terhadap pekerjaan
sebagai tukang ojek
(1)
Persepsi responden
tentang curahan jam
kerja dari pekerjaan
pokok
(2)
Faktor Mengisi waktu
luang menyebabkan
bekerja sebagai
tukang ojek
(3)
Jumlah Skor
1 Parman Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
2 Joko Suseno Pekerjaan Pokok Tidak Tidak Tidak 3
3 Yadi Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
4 Ismail Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
5 Halpian Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
6 Mulyadi Pekerjaan Sampingan Ya Kadang-kadang Ya 8
7 Apriandi Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
8 Hadi P. Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
9 Priyatno Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
10 Tejo Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
11 Halim Kusuma Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
12 Roni Pekerjaan Pokok Tidak Tidak Tidak 3
13 Edi Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
14 Indra Pekerjaan Pokok Tidak Tidak Tidak 3
15 Ahmad
Affandi Pekerjaan Sampingan
Ya Ya Ya 9
16 Muslimin Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
17 Budi Hantoro Pekerjaan Sampingan Ya Kadang-kadang Ya 8
18 Yuhendri Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
19 Ujang Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
112
Tabel 30 (Lanjutan)
20 Anton Maulana Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
21 Saliman Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
22 Dwi Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 8
23 Andri Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
24 Bayu Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
25 Yoga Pekerjaan Sampingan Ya Ya Tidak 7
26 Apriandi Pekerjaan Pokok Tidak Tidak Ya 5
27 Aditya Wiyono Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
28 Rodiansyah Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
29 Doni Simanjuntak Pekerjaan Sampingan Ya Ya Tidak 7
30 Hardiansyah Pekerjaan Pokok Tidak Tidak Ya 5
31 Ijul Pekerjaan Sampingan Ya Ya Tidak 7
32 Nirmanto Pekerjaan Pokok Tidak Tidak Ya 5
33 Sumantri Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
34 Marzuki Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
35 Dimas Setiawan Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 8
36 Arif Budiman Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
37 Ucok Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
38 Eri susanto Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
39 Jeno Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 8
40 Solihin Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
113
Tabel 30 (Lanjutan)
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Keterangan :
1. Responden yang menjawab Mengisi Waktu Luang : 41 Responden
2. Responden yang menjawab Tidak Mengisi Waktu Luang : 8 Responden
41 Sutrisno Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
42 Bambang Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 8
43 Alimin Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
44 Taslim Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
45 Rizki Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
46 Enjit Pekerjaan Pokok Tidak Tidak Tidak 3
47 Samsudin Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
48 Suyatmin Pekerjaan Sampingan Ya Ya Ya 9
49 Haryanto S. Pekerjaan Pokok Tidak Tidak Tidak 3
Pekerjaan Pokok = 8 Responden
Pekerjaan Sampingan = 41Responden
Ya = 41 Responden
Tidak = 8 Responden
Ya = 41Responden
Tidak = 8 Responden
Ya = 41Responden
Tidak = 8 Responden
114
Tabel 31 Rekapitulasi Data Tentang Lingkungan Sosial (Teman Bergaul) Tukang Ojek Di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame
Kota Bandar Lampung Tahun 2010
No
Nama
Responden
Kegiatan sebagian besar
teman bergaul atau
tetangga
(1)
B. Teman Bergaul Responden
(2)
Teman mempengaruhi
Anda untuk bekerja
sebagai tukang ojek
(3)
Faktor Lingkungan
Sosial (teman)
menyebabkan bekerja
sebagai tukang ojek
(4)
Jumlah Skor
1 Parman Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
2 Joko Suseno Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
3 Yadi Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
4 Ismail Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
5 Halpian Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
6 Mulyadi Bekerja di Sektor Formal Bekerja di Sektor Informal Tidak Ragu-ragu 7
7 Apriandi Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
8 Hadi P. Bekerja di Sektor Formal Bekerja di Sektor Informal Tidak Ragu-ragu 7
9 Priyatno Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
10 Tejo Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
11 Halim Kusuma Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
12 Roni Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Kadang-kadang Ya 11
13 Edi Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
14 Indra Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
15 Ahmad
Affandi Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya
12
16 Muslimin Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 11
17 Budi Hantoro Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
18 Yuhendri Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
19 Ujang Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 11
115
Tabel 31 (Lanjutan)
20 Anton Maulana Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
21 Saliman Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
22 Dwi Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Kadang-kadang Ya 11
23 Andri Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
24 Bayu Bekerja di Sektor Formal Bekerja di Sektor Informal Tidak Ragu-ragu 7
25 Yoga Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
26 Apriandi Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
27 Aditya Wiyono Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
28 Rodiansyah Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
29 Doni
Simanjuntak Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya
12
30 Hardiansyah Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
31 Ijul Bekerja di Sektor Formal Bekerja di Sektor Informal Tidak Ragu-ragu 7
32 Nirmanto Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
33 Sumantri Bekerja di Sektor Formal Bekerja di Sektor Informal Tidak Ragu-ragu 7
34 Marzuki Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
35 Dimas Setiawan Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
36 Arif Budiman Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
37 Ucok Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
38 Eri susanto Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 11
39 Jeno Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
40 Solihin Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya 12
116
Tabel 31 (Lanjutan)
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2010
Keterangan :
1. Responden yang menjawab Lingkungan sosial mendukung : 43 Responden
2. Responden yang menjawab Lingkungan sosial Tidak mendukung : 6 Responden
4
1 Sutrisno Bekerja di Sektor Formal Bekerja di Sektor Informal Tidak Ragu-ragu
7
4
2 Bambang
Bekerja di Sektor
Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya
12
4
3 Alimin
Bekerja di Sektor
Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya
12
4
4 Taslim
Bekerja di Sektor
Informal Bekerja di Sektor Informal Ya Ya
12
4
5 Rizki
Bekerja di Sektor
Informal Bekerja di Sektor Informal
Kadang-kadang Ya 10
4
6 Enjit
Bekerja di Sektor
Informal Bekerja di Sektor Informal
Ya Ya 12
4
7 Samsudin
Bekerja di Sektor
Informal Bekerja di Sektor Informal
Ya Ya 12
4
8 Suyatmin
Bekerja di Sektor
Informal Bekerja di Sektor Informal
Ya Ya 11
4
9 Haryanto S.
Bekerja di Sektor
Informal Bekerja di Sektor Informal
Ya Ya 12
Bekerja di Sektor Formal
= 8 Responden
Bekerja di Sektor
Informal = 41 Responden
Bekerja di Sektor Informal =
49 Responden
Bekerja di Sektor Informal =
0 Responden
Ya = 40 Responden
Kadang-kadang = 3 Responden
Tidak = 6 Responden
Ya = 43 Responden
Ragu-ragu = 6 Responden
117
Tabel 32 Rekapitulasi Data Umur, Status, Pekerjaan, Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Peluang Lapangan Pekerjaan, Mengisi Waktu Luang,
dan Lingkungan Sosial Tukang Ojek Di Kelurahan Sukarame Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung Tahun 2010
No
Nama
Responden Umur
Pendidikan
Terakhir
Status Responden
dalam keluarga
Jenis Pekerjaan
Responden sebelum
bekerja sebagai
tukang ojek
Pendapatan
per bulan
diluar
Pekerjaan
Sebagai
tukang ojek
Jumlah
Skor
Peluang
lapangan
pekerjaan
Jumlah
Skor
mengisi
waktu
luang
Jumlah
Skor
lingkungan
sosial
1 Parman 23 Tamat SMP Kepala Keluarga Tidak Bekerja 850.000 9 9 12
2 Joko Suseno 19 Tamat SMA Anak Buruh 400.000 11 3 11
3 Yadi 44 SMP Kelas 1 Kepala Keluarga Supir 600.000 11 9 12
4 Ismail 36 Tamat SD Kepala Keluarga Buruh 850.000 12 9 12
5 Halpian 30 SD Kelas 3 Kepala Keluarga Buruh 550.000 11 9 12
6 Mulyadi 41 Tamat SMP Kepala Keluarga Buruh 850.000 12 8 7
7 Apriandi 33 SMA kelas 1 Kepala Keluarga Buruh 500.000 12 9 12
8 Hadi P. 45 SD Kelas 2 Kepala Keluarga Supir 1.500.000 11 9 7
9 Priyatno 32 Tamat SMP Kepala Keluarga Buruh 750.000 12 9 12
10 Tejo 17 Tamat SMP Anak Tukang Nasi Goreng 450.000 11 9 12
11 Halim Kusuma 25 SMA Kelas 1 Kepala Keluarga Tidak Bekerja 650.000 12 9 12
12 Roni 14 Masih SMP Kelas 1 Anak Buruh 300.000 10 3 10
13 Edi 18 SD Kelas 3 Kepala Keluarga Buruh 740.000 12 9 12
14 Indra 14 Masih SMP Kelas 1 Anak Tidak Bekerja 550.000 12 3 12
15 Ahmad Affandi 24 Tamat SMK Kepala Keluarga Buruh 600.000 10 9 12
16 Muslimin 29 SMP Kelas 3 Kepala Keluarga Buruh 600.000 11 9 11
17 Budi Hantoro 27 Tamat SMP Kepala Keluarga Tukang Parkir 750.000 12 8 12
18 Yuhendri 22 SMA Kelas 2 Kepala Keluarga Buruh 600.000 11 9 12
19 Ujang 20 Tamat SMP Kepala Keluarga Kuli Pasar 650.000 11 9 11
118
Tabel 32 (Lanjutan)
20 Anton Maulana 39 SMP Kelas 3 Kepala Keluarga Buruh 600.000 12 9 12
21 Saliman 21 Tamat SMA Kepala Keluarga Tidak Bekerja 750.000 9 9 12
22 Dwi 23 Tamat SMP Kepala Keluarga Buruh 600.000 11 8 10
23 Andri 36 SMP Kelas 1 Kepala Keluarga Buruh 750.000 12 9 12
24 Bayu 26 SMK Kelas 1 Kepala Keluarga Tidak Bekerja 1.000.000 9 9 7
25 Yoga 28 SD Kelas 5 Kepala Keluarga Buruh 450.000 12 7 12
26 Apriandi 19 Tamat SMP Anak Buruh 350.000 11 5 12
27 Aditya Wiyono 17 SD Kelas 3 Anak Tidak Bekerja 400.000 10 9 12
28 Rodiansyah 35 Tamat SMP Kepala Keluarga Tidak Bekerja 600.000 9 9 11
29 Doni Simanjuntak 27 Tamat SD Kepala Keluarga Buruh 700.000 12 7 12
30 Hardiansyah 17 SMP Kelas 1 Anak Tidak Bekerja 450.000 9 5 12
31 Ijul 33 SD Kelas 5 Kepala Keluarga Buruh 1.500.000 12 7 7
32 Nirmanto 18 SD Kelas 3 Anak Sulit 300.000 12 5 12
33 Sumantri 18 Tamat SD Kepala Keluarga Buruh 850.000 12 9 7
34 Marzuki 39 SMP Kelas 1 Kepala Keluarga Supir 500.000 11 9 12
35 Dimas Setiawan 42 SD Kelas 3 Kepala Keluarga Buruh 600.000 12 8 12
36 Arif Budiman 45 Tamat SD Kepala Keluarga Buruh 750.000 11 9 12
37 Ucok 47 SD Kelas 2 Kepala Keluarga Buruh 500.000 12 9 12
38 Eri susanto 50 Tidak Sekolah Kepala Keluarga Buruh 670.000 12 9 11
39 Jeno 51 Tidak Sekolah Kepala Keluarga Buruh 700.000 11 8 12
40 Solihin 45 SD Kelas 3 Kepala Keluarga Supir 600.000 11 9 12
119
Tabel 32 (Lanjutan)
4
1 Sutrisno 20 Tamat SMA Kepala Keluarga Buruh 1. 050.000
10 9 7
4
2 Bambang 21 SD Kelas 5 Kepala Keluarga Buruh 650.000
11 8 12
4
3 Alimin 33 SMA Kelas 3 Kepala Keluarga Buruh 760.000
12 9 12
4
4 Taslim 39 Tamat SD Kepala Keluarga Buruh 650.000
11 9 12
4
5 Rizki 38 SMP Kelas 1 Kepala Keluarga Supir
750.000 11 9 10
4
6 Enjit 17 Tamat SD Anak Tidak Bekerja
300.000 10 3 12
4
7 Samsudin 43 SMA Kelas 2 Kepala Keluarga Buruh
650.000 11 9 12
4
8 Suyatmin 22 SMA Kelas 2 Kepala Keluarga Buruh
700.000 10 9 11
4
9
Haryanto
S. 17 Tamat SMP Anak Tidak Bekerja
460.000 9 3 12
Jumlah
14 Tahun :
2 Rsponden
15-64 Tahun :
47 Responden
Pendidikan
Rendah :
38 Responden
Pendidikan
Menengah :
11
Responden
Kepala Keluarga :
39 Responden
Anak :
10 Responden
Buruh :
31Responden
Supir :
5 Responden
Tidak
Bekerja: 10
Rsponden
Lain-lain :
3 Responden
Pendapatan
Tinggi :
8 Responden
Pendapatan
Rendah :
41 Responden
Seluruh
Responden
Mengakui
Tersedianya
Peluang
Lapangan
Pekerjaan
Mengisi waktu
luang :
41 Responden
Tidak Mengisi
Waktu Luang :
8 Rersponden
Lingkungan
Mendukung :
43 Responden
Lingkungan
Tidak
Mendukung :
6 Responden
120