FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB EPILEPSI PADA PASIEN
RAWAT JALAN DI POLI SARAF RUMAH SAKIT UMUM
CUT NYAK DHIEN MEULABOH
ACEH BARAT
SKRIPSI
CUT ANA JUITA
NIM.11C10104252
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2017
FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB EPILEPSI PADA PASIEN
RAWAT JALAN DI POLI SARAF RUMAH SAKIT UMUM
CUT NYAK DHIEN MEULABOH
ACEH BARAT
SKRIPSI
CUT ANA JUITA
NIM : 11C10104252
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUMVERSITAS TET]KU I]MAR
FAI(ULTAS KESEHATAN MASYARAKATMEULABOH.ACEH BARAT
Telp. (06ss) 7023ss2Lama : wvnr.'v'.utu.ac.id, Email : [email protected], Kode Pos : 23615
Meulaboh, 13 Maret 2017
: Iimu Kesehatan Masyarakat
: 51 Kesehatan Masyarakat
Program Studi
Jenj ang
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan ini kami menyatakan bahwa telah mengesalkan skripsi saudara :
Nama
Nim
Dengan Judul
: CUTANAJUITA: 11C10104252
: Faktor-Faktor Penyebab Epilepsi pada Pasien Rawat Jalan di Poli SarafRumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Aceh Barat.
Yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar SaanaKesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh.
Mengesahkan :
Mengetahui :
DekanFakultas Kesehatan Masyarakat,
Ir, Yuliatul Muslimah. M.PNIP. 19640727 t99203 2 002
Ketua Prognm StudiIlmu Kesehatan Masyarakat,
Teuneku Nih Farisni. SKM..M.KesNIDN. 01 19128601
. 01.05.07.5701
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKA TINGGIUNIVERSITAS TEUKU UMAR
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATMEULABOH-ACEHBARAT
Telp. (0655) 7023552Lama : www.utu.ac.id, Email : [email protected], Kode Pos : 23615
Meulaboh, 13 Maret 2017
: Ilmu Kesehatan Masyarakat
: S1 Kesehatan Masyarakat
Program Studi
Jenjang
LEMBAR PENGESAHAN SKRJPSI
Dengan ini kami menyatakan bahwa telah mengesahkan skripsi saudara :
Yang telah dipertahankan didepan Komisi Ujian pada tanggal 02 Marct 2017
Mengetahui :
Nama
Nim
Dengaa Judul
Komisi Ujian
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
: CUTANAJUITA: 11C10104252
: Faktor-Faktor Penyebab Epilepsi pada Pasien Rawat Jalan di Poli SarafRumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Aceh Barat.
Mamiati, SKM.,M.Kes
dr. Said Syuherman SY, M.Kes
Firdaus, SKM.,M.Kes
Zakiluddin, SKM.,M.Kes
Mengetahui :
Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Teuneku Nih Farisni. SKM..M.KesNIDN.0119128601
PERNYATAAN
Faktor-Faktor penyebab Epilepsi Pada Pasien Rawat Jalan di Poli Saraf Rumah Sakit Umum
Cut Nyak Dhien Meulaboh.
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar
pustaka.
Meulaboh, 31 Januari 2017
( CUT ANA JUITA )
Bismillahirrahmanirrahim
“...Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
mempunyai ilmu pengetahuan beberapa derajat...”
( Q.S. Almujadalah, 11 )
Tak henti-hentinya mulut ini berucap syukur kepada Allah SWT, karena hanya atas izin Allah SWT karya tulis sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat ini dapat penulis
raih.salawat beriring salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah
mewariskan nikmat islam dan iman kepada umat manusia.
Tiada terasa, lima tahun sudah berlalu dalam menjalani dinamika kehidupan kampus yang penuh
liku-liku menjadi mahasiswi disebuah perguruan tinggi negeri di pantai barat selatan Aceh.Peluh keringat yang harus dijalani membuat pencapaian terakhir yang tertuang dalam skripsi ini menjadi
sangat bermakna.
Karya skripsi ini kupersembahkan kepada ayahanda tercinta atas doa, tetesan keringat dan motivasi
beliaulah ananda dapat menyelesaikan studi sarjana ini. Meskipun tidak dapat melihat langsung
prestasi yang ananda peroleh, namun ananda yakin Allah menempatkan ayahanda di sebaik-baiknya
tempat.
Ibunda tersayang Cut Darmawati atas doa yang telah dipanjatkan dalam setiap sujud, atas setiap
tetesan air mata yang tercucurkan . Semua hasil karya ini ananda raih demi kebahagiaan ibunda. Semoga Allah selalu menjaga ibunda dalam keadaan sehat dan sejahtera.
Kepada suamiku tercinta Zafhuri terima kasih atas izin yang kakanda berikan kepada adinda dalam menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas teuku Umar Meulaboh, doa
motivasi dan bantuan baik secara moril maupun materil yang juga telah kakanda berikan kepada
adinda semoga Allah SWT meridhai.
Kepada kedua putraku tersayang Fahrial Shiddiq dan Faiz Shabiha terima kasih yang telah dengan
sabar ananda berdua juga ikut berpartisipasi dalam ibunda menyelesaikan pendidikan berkat do’a
dan kesabaran dari ananda ibunda dapat menyelesaikan skripsi ini semoga ananda berdua selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin ya rabbal’alamin.
Kepada sahabat-sahabat yang selalu saling memotivasi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini bagi saya rasa syukur yang tak terhingga.
Mimpi itu ada dilangit,kejarlah maka mimpi itu ada dalam genggaman mu.
Tetaplah berusaha, berdo’a dan terus bersabar...... sesungguhnya Allah tidak pernah tidur.
Alue Penyareng 2016
Cut Ana Juita
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menulis Skripsi ini yang berjudul” Faktor-
Faktor Penyebab Epilepsi pada pasien Rawat Jalan di Poli saraf Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh”. Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas kesehatan
Masyarakat.
Salawat beriring salam tidak lupa peneliti sampaikan kepangkuan alam nabi
besar Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliau telah membawa kita dari
alam kebodohan ke alam yang berilmu pegetahuan seperti sekarang ini.
Selama pengajuan dan penulisan skripsi ini, peneliti menyadari banyak
terdapat kendala, kekurangan dan kesalahan baik dari segi waktu, isi, bahasa,
maupun pengetikannya dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan yang peneliti
miliki, namun peneliti tetap berusaha semaksimal mungkin atas bimbingan dari
ibu Marniati SKM, M.Kes dan bapak Said Syuherman SY, M.Kes yang telah
dengan sabar membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti sehingga
penulisan skripsi ini dapat selesai.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti telah banyak mendapat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Jasman J. Ma’ruf, MBA selaku Rektor Universitas Teuku
Umar Meulaboh.
ii
2. Ibu Ir. Yuliatul Muslimah, MP selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh.
3. Ibu Teungku Nih Farisni, SKM,M.Kes selaku ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar Meulaboh.
4. Ibu Marniati, SKM,M.Kes selaku pembimbing I yang telah membantu dan
membimbing peneliti menyusun skripsi ini.
5. Bapak dr. Said Syuherman SY, M.Kes selaku pembimbing II yang telah
membantu dan membimbing peneliti menyusun skripsi ini.
6. Bapak Firdaus,SKM,MKM selaku penguji I yang telah banyak
membantudan memberikan saran dan masukan terhadap kesempurnaan
skripsi ini.
7. Bapak Zakiyuddin,SKM,M.Kes selaku penguji II yang telah banyak
membantu memberikan saran dan masukan terhadap kesempurnaan skripsi
ini.
8. Seluruh Dosen Pengajar dan staf akademik Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh yang telah memberikan
dukungan serta saran kepada Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Ayahanda, Ibunda, suami dan anak-anak tercinta serta seluruh anggota
keluarga yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepada peneliti
dalam penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman khususnya Angkatan 2011, atas kerja sama dan
bantuan serta dukungan moralnya selam ini di kampus Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh.
iii
Semoga skripsi ini dapat bermamfaaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
peneliti khususnya. Oleh sebab itu peneliti sangat mengharapkan saran dan
masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhinya dengan penuh pengharapan
semoga bimbingan, bantuan, motivasi, dan saran yang telah peneliti terima dari
semua pihak mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT, Amin ya
Rabbal’alamin.
Meulaboh, April 2016
Cut Ana Juita
Nim. 11C10104252
iv
ABSTRAK
Cut ana juita, Faktor-faktor penyebab epilepsi pada pasien rawat jalan di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Dibawah bimbingan Marniati, SKM, M.Kes
dan dr. Said Syuherman SY. M.Kes.
Epilepsi adalah kelainan neurologis kronik yang terdapat diseluruh dunia. Epilepsi dapat
terjadi pada pria maupun wanita dan pada semua umur. Epilepsi merupakan salah satu
permasalahan kesehatan yang menjadi problem medik sekaligus problem sosial. Jumlah
penderita epilepsi yang berobat di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun
2015 sebanyak 368 orang.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab epilepsi, untuk
mengetahui hubungan riwayat keluarga, riwayat kehamilan dan persalinan, gangguan
serebral, gangguan metabolik dan obat-obatan dengan epilepsi.
Metode penelitian pada penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini 102 orang dengan jumlah sampel 50 orang diambil secara Accidental
sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 27 Juli – 10 Agustus 2016. Pengumpulan data
dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner dianalisa dengan menggunakan uji Chi-
Square.
Hasil penelitian ada hubungan riwayat keluarga dengan epilepsi ditandai dengan nilai P-
Value (0,029) < α (0,05), tidak ada hubungan riwayat kehamilan dan persalinan dengan
epilepsi ditandai dengan nilai P-Value (1) < α (0,05), ada hubungan gangguan serebral
dengan epilepsi ditandai dengan nilai P-Value (0,021) < α (0,05), tidak ada hubungan
gangguan metabolik dengan epilepsi ditandai dengan nilai P-Value (0,704) > α (0,05), tidak
ada hubungan obat-obatan dengan epilepsi ditandai dengan nilai P-Value (1) > nilai α (0,05).
Kesimpulan ada hubungan riwayat keluarga dan gangguan serebral dengan epilepsi, Tidak
ada hubungan riwayat kehamilan dan persalinan, gangguan metabolik, dan obat-obatan
dengan epilepsi.
Saran Kepada tenaga kesehatan sebaiknya menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
epilepsi, kepada keluarga dan masyarakat sebaiknya membawa pasien epilepsi untuk berobat
ke rumah sakit.
Kata Kunci : Riwayat Keluarga, Gangguan serebral, Pasien, Epilepsi.
v
ABSTRACT
Cut ana Juita, factors that cause epilepsy outpatients in poly neural General Hospital
Meulaboh Cut Nyak Dhien. Under the guidance of Marniati, SKM, M. Kes and dr. Said
Syuherman SY. M.Kes.
Epilepsy is a chronic neurological disorder that is found throughout the world. Epilepsy can
occur in both sexes and at all ages. Epilepsy is one of the health problems become medical
problems at once social problems. Number of patients with epilepsy who was treated at the
General Hospital Meulaboh Cut Nyak Dhien in 2015 as many as 368 people.
The research objective was to determine the factors that cause epilepsy, to determine the
relationship of family history, history of pregnancy and childbirth, cerebral disorders,
metabolic disorders and drugs with epilepsy.
The research method in this study is an analytic with cross sectional design. The population
in this study 102 people with a sample size of 50 people taken by accidental sampling. The
study was conducted on July 27 to August 10, 2016. The data was collected using a
questionnaire instruments were analyzed using Chi-Square test.
The results of the study there was a relationship with a family history of epilepsy
characterized by the value of P-Value (0,029) <α (0.05), there is no history of pregnancy and
labor relations with epilepsy is characterized by the value of P-Value (1) <α (0.05) , there is a
relationship with epilepsy cerebral disorders characterized by the value of P-value (0.021) <α
(0.05), there was no association with epilepsy metabolic disorder characterized by the value
of the P-value (0.704)> α (0.05), no relationships with epilepsy medicines marked with P-
value (1)> α value (0.05).
Conclusion no family history of relationships with epilepsy and cerebral disorders, there is no
history of pregnancy and labor relations, metabolic disorders, and drugs with epilepsy.
To the advice of health workers should be explained to the patient and family about epilepsy,
to the family and the community should bring epilepsy patients for treatment to the hospital.
Keywords: Family History, cerebral Disorders, Patient, Epilepsy.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
ABSTRAK...................................................................................................................... ........iv
ABSTRACT............................................................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................ ..................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. .......1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................6
1.4 Hipotesis Penelitian...............................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................7
1.5.1 Manfaat Teoritis...........................................................................7
1.5.2 Manfaaat Praktis.............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................9
2.1. Definisi Epilepsi......................................................................................9
2.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya Epilepsi...........................................10
2.3 Jenis-Jenis Epilepsi................................................................................15
2.4 Permasalahan soaial dan permasalahan medik Epilepsi.........................18
2.5 Patofisiologi Epilepsi..............................................................................18
2.6 Gejala Epilepsi........................................................................................19
2.7 Terapi Epilepsi........................................................................................20
2.8 Peran keluarga dalam perawatan pasien Epilepsi....................................20
vii
2.9 Kerangka Teori.........................................................................................21
2.10 Kerangka Konsep....................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................23
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian................................................................23
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu penelitian....................................................23
3.3 Populasi dan Sampel.................................................................................23
3.3.1 Populasi............................................................................................23
3.3.2 Sampel.............................................................................................23
3.4 Pengumpulan Data....................................................................................24
3.4.1 Data Primer....................................................................................24
3.4.2 Data Sekunder................................................................................24
3.5 Definisi Operasional.................................................................................26
3.6 Aspek Pengukuran....................................................................................27
3.7 Teknis Analisis Data.................................................................................28
3.7.1 Analisis Univariat.............................................................................28
3.7.2 Analisis Bivariat...............................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................32
4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian...................................................32
4.2 Hasil Penelitian..........................................................................................35
4.2.1 Data Demografi.................................................................................35
4.2.2 Analisa Univariat........................................................................... ..36
4.2.3 Analisa Bivariat................................................................................39
4.3 Pembahasan...............................................................................................45
BAB V PENUTUP....................................................................................................... 52
5.1 Kesimpulan...............................................................................................52
5.2 Saran.........................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................55
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................................................26
Tabel 4.1 Distribusi Data Demografi Pasien epilepsi di poli saraf Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh......................................................................35
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi riwayat keluarga pada pasien epilepsi di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh...............................................36
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kehamilan dan Persalinan pada pasien epilepsi
di poli sarafRumah Sakit umum Cut Nyak Dhien Meulaboh..............................37
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi gangguan serebral pada pasien epilepsi di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh................................................37
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Gangguan Metabolik pada pasien epilepsi di poli
saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh........................................38
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Obat-obatan pada pasien epilepsi di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.................................................38
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi epilepsi pada pasien rawat jalan di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh...............................................39
Tabel 4.8 Hubungan Riwayat keluarga dengan pasien epilepsi di poli saraf
Rumah Sakit umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.................................................40
Tabel 4.9 Hubungan Riwayat kehamilan dan persalinan dengan pasien epilepsi
di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh............................41
Tabel 5.0 Hubungan Gangguan serebral dengan pasien epilepsi di poli saraf
Rumah Sakit umum Cut Nyak Dhien Meulaboh................................................42
Tabel 5.1 Hubungan Gangguan metabolik pada pasien epilepsi di poli saraf
Rumah Sakit umum Cut Nyak Dhien Meulaboh................................................43
Tabel 5.2 Hubungan Obat-obatan dengan pasien epilepsi di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh...............................................44
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1Kerangka Teori ........................................................................... 21
Gambar 2.2Kerangka Konsep ....................................................................... 22
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Skor
Lampiran 2 Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Master Tabel
Lampiran 6 Output Tabulasi Computer
Lampiran 7 Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 8 Surat Balasan Penelitian dari Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
Lampiran 9 Dokumentasi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epilepsi adalah kelainan neurologis kronik yang terdapat di seluruh dunia.
Epilepsi dapat terjadi pada pria maupun wanita dan pada semua umur. Insiden
epilepsi didunia berkisar antara 33-198 tiap 100.000 penduduk tiap tahunnya.
Insiden epilepsi tinggi terjadi pada negara-negara berkembang karena faktor
resiko untuk terkena kondisi maupun penyakit yang akan mengarahkan pada
cedera otak lebih tinggi dibanding negara industri.(WHO,2006).
Lumbantobing salah seorang pakar saraf menyebutkan bahwa prevalensi
epilepsi diseluruh dunia mencapai 5-20 orang per 1000 penduduk. Prevalensi
epilepsi di Indonesia diperkirakan berkisar antara 0,5-1,2 %. Jadi dengan jumlah
penduduk 210 juta jiwa, populasi penderita epilepsi di seluruh dunia mencapai
2.100.000 orang.( Lumbantobing,2006).
Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar 50/100.000 sementara di
negara berkembang mencapai 100/100.000. Pendataan secara global ditemukan
3,5 juta kasus baru per tahun di antaranya 40% adalah anak-anak dan dewasa
sekitar 40% serta 20% lainnya ditemukan pada usia lanjut. Di Amerika serikat,
resiko terkena epilepsi mioklonik juvenile pada populasi umum yakni 1 kasus per
1.000 – 2.000 orang. (Manikam. 2008).
Epilepsi adalah ekspresi dari disfungsi otak dan ditegakkan diagnosis ini
mengharuskan dicarinya penyebab walaupun dua per tiga kasus ideopatik.
Adapun faktor-faktor penyebab epilepsi adalah adanya riwayat keluarga, riwayat
2
kehamilan dan persalinan, gangguan serebral, gangguan metabolik, dan obat-
obatan. Pada orang yang diketahui mengidap epilepsi, kejang bisa diprovokasi
oleh kurang tidur, stres, alkohol, dan kadang-kadang stimulasi seperti cahaya
televisi atau lampu disko. Pada wanita frekuensi kejang bisa meningkat di sekitar
waktu menstruasi.( Rubenstein dkk. 2007).
Epilepsi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang menjadi
problem medik sekaligus problem sosial. Menjadi problem medik dikarenakan
epilepsi merupakan penyakit yang membutuhkan penanganan serta pengawasan
yang ketat dalam pengobatannya sedangkan permasalahan psikososial yang
dihadapi epilepsi menjadi lebih besar dibandingkan permasalahan medis yang
dialaminya dimana pasien epilepsi takut bahwa sepanjang hidupnya akan
menderita epilepsi, mereka takut mengemudi, takut berenang, dan yang paling
menakutkan adalah mendapat serangan kejang di depan umum. Epilepsi kerap
dihubungkan dengan angka cidera yang tinggi, angka kematian yang tinggi,
stigma sosial yang buruk, gangguan kognitif dan gangguan pskiatrik, oleh
karenanya penegakan diagnosis epilepsi perlu di perhatikan. (Salsabila. 2012)
Hari Epilepsi sedunia yang dikenal dengan istilah Purple day, pertama kali
dicetuskan oleh Cassiday Megan penderita epilepsi pada 28 maret 2008 lalu.
Sejak itulah dorongan moril mengalir di seluruh dunia bagi seluruh penderita
epilepsi. Stigma negatif yang berkembang di masyarakat mengenai epilepsi
menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan praktisi kesehatan khususnya.
Ditengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini epilepsi masih
dianggap sebagai kutukan, menular dan tidak bisa disembuhkan, hal ini menjadi
salah satu penyebab angka prevalensi semakin meningkat. Kasus epilepsi
3
berprevalensi 6-10 per 1000 penduduk dengan insiden mencapai 50 per 100.000
penduduk. Dengan jumlah penduduk indonesia mencapai lebih dari 250 juta jiwa
tahun 2015 diperkirakan penderita Epilepsi saat ini 2,5 juta jiwa.( Sompa 2016).
Menteri kesehatan Republik Indonesia Nafsiah Mboi menjelaskan,
berdasarkan data dari tahun 1991 hingga tahun 2007 ( Hasil Riset kesehatan,
2007) menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan
utama di hampir seluruh Rumah Sakit di Indonesia. Sementara data perhimpunan
Rumah Sakit Indonesia ( Persi ) tahun 2009 menunjukkan penyebab utama
kematian di Rumah Sakit akibat Srtoke adalah 15%, artinya 1 dari 7 kematian
disebabkan oleh stroke dengan tingkat kecacatan mencapai 65%. Tantangan
permasalahan kesehatan otak dan sistem saraf di Indonesia juga diperberat dengan
masalah penyakit otak, dan sistem saraf lainnya seperti kasus neuro infeksi, tumor
otak dan medula spinalis, kejang dan epilepsi, kelainan kongenital, kecacatan
pada anak baru lahir, dan gangguan pada perkembangan fungsi otak dan saraf .
( Kemenkes, 2013 ).
Snouck Hurgronje menempati posisi tersendiri dikalangan orientalis yang
meneliti islam, baik dari sisi islam sebagai agama maupun syariat. Dia seorang
ilmuan sekaligus politikus ulung yang lahir pada 8 Februari 1857 di desa
Osterhout yang terletak di timur laut kota Breda Belanda. Snouck mempelajari
rakyat dan adat istiadat Aceh selama (1891-1905 M), salah satu bahasannya
tentang penyakit-penyakit di Aceh termasuk epilepsi. Menurut Snouck lantaran
penderita epilepsi kerap bertingkah seperti babi, orang Aceh menamakan penyakit
ini gila babi. Di Aceh, Epilepsi juga punya nama lain saket droe. Biasanya
diperoleh orang pada waktu petang atau tengah malam orang ini jatuh pingsan
4
anggotanya tegang, kaku, dan mulutnya tertutup, tulis Moehammad Hoesin dalam
adat Atjeh. Orang Aceh percaya penyakit ini berasal dari “hantu buru” sejenis jin
dari rimba raya. Droe menyerang orang dewasa, anak-anak dan bayi, untuk
mengusirnya orang Aceh mengusap dahi dengan inggu (tumbuhan obat) sembari
mengucap ayat-ayat Al-quran. (Hanggoro. 2014).
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh,
menunjukkan bahwa peringkat pertama kasus kesehatan jiwa di kota Banda Aceh
adalah jenis penyakit skizoprenia dan gangguan psikotik kroniklain, di susul
peringkat kedua dan ketiga adalah jenis penyakit gangguan psikotik akut dan
epilepsi. Adapun data laporan kasus baru kesehatan jiwa di kota Banda Aceh
tahun 2013 adalah Skizoprenia dan gangguan psikotik kronik lain sebanyak 86
orang, gangguan psikotik akut sebanyak 18 orang dan epilepsi sebanyak 14 orang.
(Ramdani. 2016).
Pendataan awal di Kabupaten Aceh Barat jumlah penderita epilepsi yang
berobat di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien tahun 2015 adalah 368 orang.
Jumlah pasien epilepsi yang berobat rawat jalan di poli saraf Rumah Sakit Umum
Cut Nyak Dhien adalah 102 orang dengan jumlah pasien epilepsi perhari di poli
saraf rata-rata 2-3 orang .( Sumber: Rekam Medik RSU Cut Nyak Dhien ) .
Dari hasil wawancara peneliti dengan 8 orang keluarga yang mendampingi
penderita epilepsi berobat kepoli saraf Rumah Sakit Umum Cut nyak Dhien 5
orang (62,5%) mengatakan sebelumnya penderita pernah mengalami kecelakaan
dan trauma kepala dirawat di rumah sakit sembuh, setelah itu sering mengeluh
sakit kepala, pusing dan sering jatuh, kejang tidak sadarkan diri setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter spesialis saraf dinyatakan menderita penyakit epilepsi
5
dan harus berobat rutin. 2 orang (25%) mengatakan penderita ada riwayat demam
tinggi dan kejang berulang pada masa anak-anak, dirumah sekolah sering tidak
sadar,dan keluar busa dari mulut kemudian berobat ke tabib tidak sembuh-
sembuh, sering ditertawakan sama kawan disekolah pada saat kembali ke sekolah
dan malu sehingga tidak mau pergi sekolah lagi, selanjutnya berobat ke rumah
sakit dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis anak dan dokter spesialis
saraf di nyatakan menderita penyakit epilepsi dan harus berobat rutin dan tidak
boleh putus obat, dan 1 orang (12,5%) mengatakan abang penderita juga
mengalami epilepsi (riwayat keluarga) sampai sekarang masih dalam pengobatan.
(Wawancara pada tanggal 7,8,dan 9 maret 2016 di poli saraf Rumah Sakit Umum
Cut nyak Dhien Meulaboh).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu
penelitian dengan judul faktor-faktor penyebab epilepsi pada pasien rawat jalan di
poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Aceh Barat.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab epilepsi pada pasien rawat jalan di
poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Aceh Barat.
1.3 Tujuan Penelitian.
1.3.1.Tujuan Umum
Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor penyebab epilepsi pada pasien rawat jalan di poli saraf Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Aceh Barat.
6
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan faktor riwayat keluarga dengan Pasien epilepsi
di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
2. Untuk mengetahui hubungan faktor riwayat kehamilan dan persalinan dengan
pasien epilepsi di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
3. Untuk mengetahui hubungan faktor gangguan serebral dengan pasien epilepsi
di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
4. Untuk mengetahui hubungan gangguan metabolik dengan pasien epilepsi di
poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
5. Untuk mengetahui hubungan Obat-obatan dengan pasien epilepsi di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
1.4 Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan riwayat keluarga dengan pasien epilepsi di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Ha : Ada hubungan riwayat kehamilan dan persalinan dengan pasien
epilepsi di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Ha : Ada hubungan gangguan serebral dengan pasien epilepsi di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Ha : Ada hubungan gangguan metabolik dengan pasien epilepsi di poli
Saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Ha : Ada hubungan obat-obatan dengan pasien epilepsi di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
7
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.5.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Melalui Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti
dalam memahami teori tentang penyakit Epilepsi.
b.Bagi IPTEK ( Ilmu Pengetahuan dan Teknologi )
Diharapkan dengan Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Profesi
Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan dalam mengembangkan
perencanaan yang akan dilakukan untuk menurunkan ketakutan, kesalah
pahaman stigma dan diskriminasi masyarakat dan keluarga pada penderita
Epilepsi dengan meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat
tentang penyakit Epilepsi.
c. Bagi Institusi
Bagi dunia pendidikan Kesehatan Masyarakat penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan bacaan dan bahan penelitian khususnya mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat dalam menambah wawasan tentang
penyakit Epilepsi.
1.5.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti
sebagai bahan perbandingan antara teori yang telah dipelajari dengan
praktek yang diterapkan.
8
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah informasi dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang penyakit epilepsi sehingga masyarakat dapat
menghilangkan ketakutan, kesalahpahaman, stigma dan diskriminasi
terhadap pasien dan keluarganya.
c. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan informasi bagi tenaga kesehatan di Rumah Sakit dalam
rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dan masyarakat
terutama pada pasien epilepsi dan Pedoman untuk melakukan tindakan
lebih lanjut.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Epilepsi
Epilepsi berasal dari kata Yunani “epilambanein” yang berarti serangan dan
menunjukkan bahwa sesuatu dari luar tubuh menimpanya sehingga dia jatuh. Kata
tersebut mencerminkan bahwa serangan epilepsi bukan akibat suatu penyakit akan
tetapi disebabkan oleh sesuatu diluar badan si penderita yakni kutukan oleh roh
jahat atau setan yang menimpa penderita. (Mutiawati, 2008).
Epilepsi merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh kejang berulang karena
adanya gangguan fungsi otak disebabkan lepasnya muatan listrik yang berlebihan
pada sel-sel saraf. Sedangkan di masyarakat masih berkembang bahwa epilepsi
tersebut merupakan kutukan dan penyakit menular sehingga keluarga masih
menutupi keadaan atau penyakit tersebut jika ada anggota keluarga yang
menderita epilepsi karena takut dikucilkan oleh masyarakat, keluarga menganggap
epilepsi merupakan penyakit yang disebabkan oleh guna-guna maka masih ada
keluarga yang membawa penderita untuk diobati oleh paranormal/tabib berbulan-
bulan bahkan ada yang bertahun-tahun, namun juga tidak ada perubahan setelah
itu baru melakukan pengobatan secara medis. ( Komentar penulis).
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh adanya
bangkitan (seizure) yang terjadi secara berulang sebagai akibat dari adanya
gangguan fungsi otak secara intermitten yang disebabkan oleh lepasnya muatan
listrik abnormal dan berlebihan pada neuron-neuron (sel-sel saraf) secara
10
paroksimal yang disebabkan oleh beberapa etiologi (penyebab). (Guideline,
2006).
Epilepsi menurut World Health Organization (WHO) merupakan gangguan
kronik otak yang menunjukkan gejala-gejala berupa serangan-serangan yang
berulang-ulang yang terjadi akibat adanya ketidaknormalan kerja sementara
sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada neuron (sel saraf )
peka rangsang yang berlebihan, yang dapat menimbulkan kelainan motorik,
sensorik, otonom, atau psikis yang timbul tiba-tiba dan sesaat disebabkan
lepasnya muatan listrik abnormal sel-sel otak (Gofir dan Wibowo, 2006)
Epilepsi secara medis merupakan manifestasi gangguan otak dengan berbagai
etiologi (penyebab) namun dengan gejala tunggal yang khas yaitu serangan
berkala yang disebabkan oleh lepas muatan listrik neuron kortikal secara
berlebihan.( Mardjono &Sidharta 2006).
Epilepsi adalah diagnosis klinis. Keadaan ini disebabkan oleh lepasnya listrik
paroksimal dalam neuron serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis
berbeda. Epilepsi adalah ekspresi dari disfungsi otak dan ditegakkannya diagnosis
ini mengharuskan dicarinya penyebab walaupun dua pertiga kasus idiopatik.
Sebagian besar memiliki kecenderungan untuk terus – menerus mengalami
episode perubahan gerakan, fenomena sensoris, dan perilaku ganjil, biasanya
disertai dengan perubahan kesadaran. (Rubenstein, dkk.2007).
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Epilepsi
Epilepsi adalah ekspresi dari disfungsi otak dan ditegakkannya diagnosa ini
mengharuskan dicarinya penyebab. Adapun faktor-faktor penyebab epilepsi
adalah:
11
1. Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga yang jelas menunjukkan adanya kerentanan
genetik khususnya pada kejang petit mal (Absen kejang).
2. Riwayat Kehamilan dan persalinan
Termasuk diantaranya pasien dengan riwayat gangguan intrauterin,
Perinatal atau neonatal.
3. Gangguan serebral
Gangguan serebral diantaranya Tumor otak, cedera kepala, Infeksi dan
degeneratif.
4. Gangguan Metabolik
Gangguan Metabolik yang menyebabkan epilepsi yaitu Hipoglikemia,
Hipokalsemia, Gagal ginjal atau gagal hati dan Hiponatremia.
5. Obat-obatan (khususnya setelah kejadian over dosis).
- Alkohol : Intoksikasi berat, Penghentian mendadak pada peminum
berat atau cedera kepala dalam keadaan intoksikasi.
- Amfetamin, antidepresan trisiklik, fenotiazin.
(Rubenstein,dkk.2007).
Ad.1. Riwayat Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah dan perkawinan dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan
yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
( Ali, 2010).
Genetik diyakini ikut terlibat dalam sebagian besar kasus, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa penyakit epilepsi disebabkan oleh
12
kerusakan gen tunggal (1-2 %), sebagian besar adalah akibat interaksi beberapa
gen dan faktor lingkungan . Beberapa gen yang terlibat mempengaruhi saluran
ion, enzim GABA, dan reseptor terkait protein G. Pada kembar identik, jika salah
satu menderita epilepsi, ada kemungkinan 50-69% kembar lainnya juga ikut
menderita epilepsi. Pada kembar non identik, resikonya 15 %. Resiko ini lebih
besar pada penderita dengan kejang umum dari pada kejang fokal. Jika kedua
kembar itu menderita epilepsi, kebanyakan (70-90 %) memiliki sidrom epilepsi
yang sama. Kerabat dekat lainnya dari penderita epilepsi memiliki resiko lima kali
lebih besar dibandingkan mereka yang tidak. Antara 1 dan 10% penderita
sindrom down dan 90% penderita sindrom Angelman menderita epilepsi.
(Pandolfo.2011).
Ad.2. Riwayat kehamilan dan persalinan
Epilepsi merupakan kelainan neurologik yang mana pada ibu hamil
membutuhkan tatalaksana yang adekuat dan tanpa beresiko baik terhadap ibu atau
bayi. Pengaruh kehamilan terhadap epilepsi bervariasi. Kira-kira ¼ kasus
frekuensi bangkitan akan meningkat terutama pada trimester terakhir, ¼ kasus
frekuensi bangkitan menurun dan ½ kasus tidak mengalami perubahan selama
kehamilan. Neonatus wanita epilepsi yang hamil mengalami lebih banyak resiko
karena kesukaran yang akan dialami ketika partus berjalan. Partus prematur lebih
sering terjadi pada wanita epilepsi. Penggunaan obat anti epilepsi mengakibatkan
kontraksi uterus yang melemah, ruptur membran yang terlalu dini. Oleh karena
itu maka partus wanita epilepsi hampir selalu harus dipimpin oleh pakar obstetri,
penggunaan forcep atau vakum sering dilakukan dan juga seksio caesar.
Komplikasi persalinan baik untuk ibu maupun bayi adalah frekuensi bangkitan
13
meningkat 33%, perdarahan post partum meningkat 10 %, bayi mempunyai resiko
3% berkembang menjadi epilepsi. Apabila tanpa propilaksis vitamin K yang
diberikan pada ibu terdapat resiko 1% terjadi perdarahan perinatal pada bayi.
(Jafardi.2015).
Di Kabupaten Aceh Barat tahun 2015 jumlah bayi lahir hidup 3.328 bayi,
sedangkan bayi baru lahir ditimbang sebanyak 1.041 (31,3%) dan ditemukan
BBLR sebanyak 80 (7,7%) . Jumlah komplikasi kebidanan sebanyak 921 dan yang
ditangani di Kabupaten Aceh Barat tahun 2015 sebanyak 315 (34,72 . Perhitungan
sasaran neonatus dengan komplikasi diperkirakan sebesar 498 neonatus,
sedangkan neonatus dengan komplikasi yang ditangani sebanyak 172 kasus ( 34,5
% ). (Dinkes. 2015).
Ad.3. Gangguan serebral
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama), Dini
(minggu pertama), Atau lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak
merupakan prediposisi untuk kejang lanjut, kejang dini merupakan resiko yang
meningkat untuk kejang lanjut dan pasien ini harus dipertahankan dengan anti
konvulsan. Insiden keseluruhan epilepsi pasca trauma lanjut (berulang, tanpa
provokasi) setelah cedera kepala tertutup adalah 5%, resiko mendekati 20% pada
pasien dengan perdarahan intrakranial. (Mansjoer, dkk.2000).
Tumor otak, Tumor yang menduduki girus presentralis seringkali bertindak
sebagai perangsang terhadap daerah motorik, sehingga menimbulkan kejang fokal
14
pada sisi kontralateral sebelum munculnya manifestasi tekanan intrakranial
meninggi. (Mardjono dan sidharta. 2006).
Infeksi seperti meningitis menyebabkan peradangan pada otak dan
menyebabkan peningkatan resiko terkena epilepsi. Demam tinggi pada saat anak-
anak dalam waktu yang lama terkadang dikaitkan dengan kejang-kejang untuk
waktu yang lama dan epilepsi pada saat nanti. ( Ngastiyah.2005).
Ad.4. Gangguan Metabolik
Hipoglikemia harus segera diobati karena bisa menyebabkan kerusakan otak
yang irreversibel. Selain glukosa penggantian cairan dan kortiko steroid perlu
diberikan. Yang termasuk gejala hipoglikemia diantaranya rasa haus dan mulut
terasa kering, poli uri, rasa kekurangan udara, mual dan muntah, kelemahan,
mialgia, nyeri kepala dan nyeri perut, mengantuk bisa berlanjut menjadi bingung
dan koma. Hipokalsemia disebabkan oleh hipoparatiroidisme, asupan vitamin D
atau kalsium dari makanan yang tidak adekuat. Gagal ginjal ditandai oleh naiknya
kreatinin serum dengan cepat, biasanya disertai penurunan out put urin.
Penyebabnya bisa dibagi menjadi pre renal, renal, dan post renal. Gagal ginjal
sering menjadi komplikasi pada penyakit hati lanjut. Ureum dan kreatinin plasma
bisa normal karena menurunnya sintesis ureum hati, asupan protein yang rendah
dari makanan, dan hilangnya massa otot. Hiponatremia sama dengan natrium
plasma kurang dari 130 mmol/ L. Hiponatremia disebabkan oeh terlalu sedikit
natrium. Pada kekurangan garam timbul rasa haus, lidah kering, menurunnya
turgor jaringan dan hipotensi postural. Pada kekurangan yang berat terjadi
kebingungan mental, hipotensi dan syok. ( Rubeinstein, 2007).
15
Ad.5. Obat-obatan
Keracunan tidak sengaja sering terjadi pada anak-anak dan obat sebaiknya
disimpan dalam tabung yang tidak bisa dibuka anak kecil serta diletakkan diluar
jangkauan mereka. Pada orang dewasa obat yang paling sering dikonsumsi adalah
antidepresan trisiklik (seperti amitriptilin, nortriptilin, protriptilin). Benzodiazepin
(seperti diazepam, nitrazepam, klordiazepoksid). Pasien sering mengkonsumsi
lebih dari satu obat dan sangat sering mengkonsumsi alkohol juga. ( Rubeinstein.
2007).
2.3. Jenis- jenis epilepsi
Adapun jenis epilepsi yang sering terjadi adalah :
1. Grandmal
Pada keadaan yang khas serangan dimulai dengan kejang tonik kemudian
disusul oleh kejang klonik. Pada fase tonik badan pasien menjadi kaku
dalam sikap opistotonus. Bila kejang tonik ini kuat udara dikeluarkan
dengan kuat dari paru melalui pita suara sehingga terdengar bunyi yang
disebut jerit epilepsi (epileptic cry). Fase tonik ini biasanya berlangsung
20-60 detik kemudian disusul fase klonik. Selama fase klonik pasien
menderita sianosis karena pernafasan terhenti dan terdapat pula kongesti
vena. Pada fase klonik terjadi kejang umum yang melibatkan semua
anggota gerak dan otot-otot pernafasan serta otot rahang . Terjadilah gerak
bernafas stertorus dan keluar busa dari mulut. Iidah dapat tergigit saat
kejang ini bahkan ngompol karena sfingter kandung kemih ikut kontraksi.
Bentuk grandmal merupakan serangan yang terberat. Biasanya fase klonik
berlangsung kira-kira 40 detik tetapi dapt juga lebih lama. Setelah fase
16
klonik pasien terbaring dalam keadaan koma biasanya berlangsung kira-
kira 1 menit setelah itu pasien tertidur yang bisa berlangsung 2-3 jam.
2. Petit mal
Petit mal disebut juga sebagai kejang murni (typical absence) atau simple
absence. Bangkitan berlangsung singkat hanya beberapa detik (-15 detik).
Pada serangan epilepsi jenis petit mal yang terlihat sebagai berikut:
- Pasien tiba –tiba berhenti melakukan apa yang sedang ia lakukan
( misalnya makan, membaca, berbicara, dan lain-lain).
- Ia memandang kosong, melongo (staring). Pada saat ini tidak bereaksi
bila diajak berbicara atau bila dipanggil karena ia tidak sadar.
- Setelah beberapa detik ia kemudian sadar dan meneruskan lagi apa
yang sedang ia lakukan sebelum serangan terjadi.
Pada serangan petit mal selain terdapat kehilangan kesadaran dan
melongo, dapat juga dijumpai mata berkedip dengan frekuensi 3 kali
perdetik. Waktu serangan terjadi ( kesadaran menurun ) pasien tidak jatuh
hanya agak terhuyung. Tidak didapatkan inkontinensia urine dan juga
tidak terdapat aura. Frekuensi serangan petit mal bervariasi dari 2 atau 3
bulan sampai beberapa ratus kali dalam sehari. Bila serangan banyak
dalam satu hari keadaan mental dapat terganggu karena frekuensi
kesadaran menurun. Faktor keturunan mempunyai peranan besar pada
petit mal ini.
3. Status petit mal
Bila serangan epilepsi terjadi berturut-turut atau beruntun, dan serangan
berikutnya telah mulai sebelum pasien pulih dari serangan sebelumnya, hal
17
ini disebut status epileptikus. Pada serangan status petit mal ini pasien
tidak memandang kosong tetapi dalam kaeadaan bengong, dalam keadaan
disorientasi. Status petit mal dapat berlangsung sampai 24 jam atau lebih,
tetapi pada umumya hanya beberapa menit. Bila telah diperiksa keadaan
EEG dan ternyata petit mal dan diberikn pengobatan umumnya baik.
4. Spasme Infantil
Spame infantil ditandai oleh serangan yang berbentuk spasmus yang masif
dari otot-otot badan . Didapatkan fleksi dari badan dan anggota gerak
bawah dengan abduksi serta fleksi dari lengan. Terdapat gerak kejutan dari
otot fleksor ekstremitas dan kepala. Gerak kejut ini berlangsung singkat
tetapi dapat berulang beberapa kali berturut-turut. Kadang kejutan ini
disertai jeritan dari pasien sehingga orang tua mengira anaknya kesakitan
,juga dapat terjadi kejutan otot ekstensor. Menurut gambaran EEG-nya
jenis ini disebut epilepsi jenis hipsaritmia. Bangkitan umur 3bulan sampai
2 tahun . Gerak kejut ini umumnya terjadi pada waktu bangun atau hendak
tidur. Untuk memastikan diagnosis akan lebih mudah setelah dilakukan
EEG dan menunjukkan kelainan yang khas, gelombang lambat bervoltase
tiggi yang tidak teratur dengan gelombang paku multifokal. Infantil
spasme biasanya menunjukkan adanya kerusakan yang luas dan difus
didalam otakyang dapat disebabkan bermacam-macam penyebab,
misalnya anoksia otak yang berat, hipiglikemia, teberous sclerosis,
penyakit-penyakit metabolik, degeneratif atau cacat anatomik pada otak.
Sering pula bayi mempunyai riwayat kelahiran dan prenatal yang patologis
(Ngastiyah,2005).
18
2.4 Permasalahan sosial dan permasalahan medik epilepsi
Di Indonesia epilepsi dikenal sebagai “ayan” atau “sawan”. Banyak
masyarakat masih mempunyai pandangan keliru (stigma) atau beranggapan bahwa
epilepsi bukanlah penyakit tapi karena masuknya roh jahat, kesurupan, guna-guna,
atau suatu kutukan. Hal ini terjadi karena saat serangan epilepsi terjadi di tempat
umum, membuat masyarakat yang melihat menyimpulkan berbagai persepsi yang
keliru. Mereka juga takut memberi pertolongan karena beranggapan epilepsi dapat
menular melalui air liur. Adanya stigma dan mitos yang berkembang di
masyarakat membuat orang dengan epilepsi dikucilkan oleh lingkungan,
dikeluarkan dari sekolah, menghambat karir dan kehidupan berumah tangga,
sehingga membuat mereka tertekan dan depresi. Oleh karena itu, banyak keluarga
dari orang epilepsi yang menutup-nutupi keadaan, sehingga membuat penanganan
epilepsi menjadi tidak optimal. Begitu pula dari kalangan medis sendiri dimana
para orang dengan epilepsi kurang mendapat perhatian dan penanganan yang
holistik. Mereka hanya ditanya mengenai masih ada/ tidaknya serangan kejang,
dan masih banyak dari penderita epilepsi yang muncul kembali berobat akibat
obat terputus dan serangan kejang muncul kembali. ( Hawari,2010).
2.5 Patofisiologi Epilepsi
Kejang terjadi akibat lepas muatan listrik paroksimal yang berlebihan dari
fokus kejang akibat dari suatu keadaan patologik. Apabila terjadi lesi pada neuron
di otak ada beberapa fenomena yang terjadi:
1. Instabilitas membran sel. Membran sel yang tidak stabil ketika terjadi
sedikit saja rangsangan akan mengubah permeabilitas. Hal ini
19
mengakibatkan depolarisasi abnormal dan terjadilah lepas muatan yang
berlebihan.
2. Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan
listrik menurun, dan apabila terpicu akan melepaskan muatan yang
berlebihan.
3. Kelainan polarisasi yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin ( zat kimia
penghantar rangsangan saraf) atau defisiensigama amino butirat acid
(GABA)
4. Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam basa atau
elektrolit yang mengganggu homeostasiskimiawi neuron sehingga terjadi
kelainan pada depolarisasi neuron.
(Price & Wilson 2006).
2.6 Gejala Epilepsi
Adapun gejala dari epilepsi antara lain :
- Kejang parsial sensorik yaitu sensasi abnormal seperti melihat warna-
warni yang tak terduga.
- Kejang parsial motorik
- Epilepsi lobus temporal di mulai dengan sensasi aneh atau perasaan
dejavu (perasaan pernah mengalami sesuatu), kemudian terlepas dari
kenyataan dan mungkin gerakan berulang-ulang.
- Kejang tonik klonik (grand mal), hilang kesadaran, menjadi kaku,
roboh, lalu tungkai bergerak dalam sentakan beritme.
- Absen kejang (petit mal) jenis yang umum pada anak-anak seperti
melamun dan bermimpi.
20
- Kejang myoklonik yaitu anggota gerak tersentak-sentak dengan tiba-
tiba dan singkat.
- Status epileptikus yaitu berulang kejang tonik-klonik tanpamemperoleh
kembali kesadaran diantara keduanya.
(Jarvis. 2009).
2.7 Terapi Epilepsi
Tujuan pengobatan epilepsi adalahmembebaskan pasien daribangkitantanpa
mengganggu fungsi normal saraf pusat dan penderita dapat melakukan tugas tanpa
bantuan. Terapi meliputi terapi kausal, terapi dengan menghindari faktor
pencetus dan memakai obat anti konvulsi.(utama dan vincent. 2007).
2.8.Peran Keluarga Dalam Perawatan Pasien epilepsi.
Stigma (sangkaan buruk) menjadikan penderita epilepsi lebih tak berdaya dan
gagal dalam kehidupan serta membatasi diri dalam kegiatan sehari-hari maka dari
itu sangat di butuhkan peran keluarga dalam perawatan pasien epilepsi
diantaranya:
- 4 Aspek penyembuhan paripurna yaitu dokter dalam mendiagnosis
epilepsi dan penatalaksanaannya, ketersediaan obat,Keinginan pasien
untuk sembuh, dan dukungan keluarga dalam psikososioekomi.
- Hal-hal yang perlu dikethui oleh keluarga yaitu penyakit epilepsi itu
sendiri, pengobatannya (jenis, cara pemberian, efek samping, lama,
rencana selanjutnya,dan lain-lain).
- Hubungan terapeutik yaitu hubungan antara tenaga medis dan pasien /
keluarga (kepercayaan, profesionalisme, dan komunikasi yang baik)
21
sehingga dapat dilakukan usaha penyembuhan terhadap pasien secara
optimal dan paripurna.
- Keluarga/caregiver harus menyesuaikan diri dengan perubahan
menjadi identitas (menerima pasien apa adanya).
(Hari .2006)
2.9 Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Faktor-faktor penyebab epilepsi :(Rubenstein, dkk.2007)
- Riwayat Keluarga- Riwayat kehamilan dan
persalinan- Gangguan serebral- Gangguan metabolik- Obat-obatan
EPILEPSI
22
2.10 Kerangka konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
RiwayatKeluarga
RiwayatKehamilanDan
Persalinan
GangguanSerebral
GangguanMetabolik
ObatObatan
EPILEPSI
23
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan desain cross sectional dimana
variabel-variabel yang diteliti ditimpakan sekali saja pada sejumlah subjek yang
menjadi sampel penelitian dan kemudian dilihat hubungan antar variabelnya
hanya berdasarkan satu kali pengamatan sesaat saja yang bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab epilepsi pada pasien rawat jalan di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. ( Wibowo, 2014 ).
3.2 Lokasi penelitian dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien
Meulaboh tanggal 27 juli s/d 10 Agustus 2016.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien epilepsi yang berobat
rawat Jalan di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh yang
berjumlah 102 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini memakai rumus Taro Yamane
(Imron,2011) sebagai berikut:
n=
24
Ket: N : Jumlah Populasi
n : Jumlah Sampel
d2 : Tingkat Presisi yang ditetapkan (0,1 = 10 %)
n= , = .= 50,49
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 50 orang.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
accidental sampling. Pengambilan sampel secara accidental ini dilakukan dengan
mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat
sesuai dengan konteks penelitian yaitu pasien epilepsi yang berobat rawat jalan
di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah keluarga yang
mendampingi pasien epilepsi berobat rawat jalan di poli saraf Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh langsung melalui wawancara dan pengisian kuesioner
oleh responden.
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang di peroleh dari Rekam Medik pasien berobat
di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh dan profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Aceh Barat.
25
Menurut Hastono 2007, Pengolahan data merupakan salah satu bagian
rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data. Agar analisis penelitian
menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empet tahapan dalam
pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau
kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas,
relevan dan konsisten.
2. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
entry data.
3. Processing
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data
yang sudah di entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan
cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer.
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
26
3.5 Definisi Operasional
Definisi Operasional atau batasan ruang lingkup dalam penelitian bermanfaat
untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrumen ( Alat ukur). (Notoatmodjo.2010).
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No
Variabelpenelitian
DefinisiOperasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur SkalaUkur
Independen
1 RiwayatKeluarga
Ada atautidaknyaanggotakeluargayangmenderitaepilepsi
Wawancara Kuesioner 1.Ada2.Tidak ada
Ordinal
2 RiwayatKehamilandanpersalinan
Gangguan/kelainankehamilandanpersalinanselamapenderitaepilepsimasih dalammasakehamilandanpersalinan
Wawancara Kuesioner 1.Ada2.Tidak ada
Ordinal
3 GangguanSerebral
Kejadian ataupenyakityang dialamisebelum nyaolehpenderitaepilepsi
Wawancara Kuesioner 1 . Ada2 . Tidak ada
Ordinal
27
4 GangguanMetabolik
Keadaan ataupenyakitmetabolikyang dialamisebelumnyaolehpenderitaepilepsi
Wawancara Kuesioner 1. Ada2.Tidakada
Ordinal
5 Obat -obatan Keadaan overdosis yang dialamisebelumnyaolehpenderitaepilepsi
Wawancara Kuesioner 1.Ada2.Tidak ada
Ordinal
Dependen
6 Epilepsi Jangka waktuatau durasikejang yangdialami olehpenderitaepilepsi
Wawancara Kuesioner 1.Berat, Jikadurasi kejangyang terjadilama ( ≥ 20detik)
2.Ringan, Jikadurasi kejangyang terjadisingkat (5-15detik).
Nominal
3.6 Aspek Pengukuran
1. Riwayat Keluarga
Ada, Jika dalam keluarga ada yang menderita epilepsi = 1
Tidak ada, Jika dalam keluarga tidak ada yang menderita epilepsi = 0
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
Ada, Jika penderita epilepsiada riwayat gangguan /kelainan kehamilan
dan persalinan = 1
Tidak ada, Jika penderita epilepsi tidak ada riwayat gangguan / kelainan
kehamilan dan persalinan = 0
28
3. Gangguan serebral
Ada, Jika sebelumnya penderita epilepsi ada mengalami salah satu
gangguan serebral= 1
Tidak ada, Jika sebelumnya penderita epilepsi tidak mengalami gangguan
serebral = 0
4. Gangguan Metabolik
Ada, Jika sebelumnya penderita epilepsi ada mengalami salah satu
gangguan metabolik = 1
Tidak ada, Jika sebelumnya penderita epilepsi tidak ada mengalami
gangguan metabolik = 0
5. Obat-obatan
Ada, Jika sebelumnya penderita epilepsi ada mengalami kejadian
keracunan/ over dosis obat-obatan = 1
Tidak ada, Jika sebelumnya penderita epilepsi tidak ada mengalami
kejadian keracunan/ over dosis = 0
6 . Epilepsi
Berat, Jika penderita epilepsi mengalami durasi kejang lama= 1
Ringan, Jika penderita epilepsi mengalami durasi kejang singkat= 0
3.7 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis sebagai berikut:
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel-
yang akan diteliti, baik variabel bebas (Riwayat Keluarga, Riwayat Kehamilan
29
dan Persalinan, gangguan serebral, gangguan metabolik, obat-obatan) maupun
variabel terikat (Epilepsi). Selanjutnya data dimasukan dalam tabel data frekuensi,
analisis ini menggunakan rumus sebagai berikut :
= 100 %Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi yang diamati
n = Jumlah responden yang menjadi sampel (Notoatmodjo,2010).
3.7.2 Analisis Bivariat
Menurut Arikunto (2006) analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan
satu variabel indevenden dengan satu variabel dependen yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat ( Chi-square), karena semua data di
analisis ukur dalam skala katagorik ( melihat hubungan antara variabel katagorik
dengan variabel katagori). Prinsip dasar uji chi-square adalah membandingkan
frekuensi yang terjadi (observed) dengan frekuensi harapan ( expected ). Proses
pengujian Chi-square memiliki beberapa syarat yaitu:
a. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5 maka
yang digunakan adalah Fisher exact test.
30
b. Bila tabel 2x2, dan tidak ada nilai E < 5, maka sebaiknyadigunakan uji
Continuity Correlation.
c. Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3, maka digunakan uji Person
Chi-Square
d. Uji Likelihood ratio dan Linear-by-Linear Association digunakan untuk
mengetahui hubungan linear antara dua variabel kategori. Namun ini
jarang digunakan.
Keputusan statistik diambil berdasarkan P-value < 0,05 maka Ho ditolak dan
Ha diterima, sedangkan jika p-value ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Uji statistik juga untuk melihat suatu hubungan (jika ada) antara dua variabel
sehingga diperoleh nilai x2 dan kemaknaan statistik (nilai p Value ).
( O – E )2
Rumus : X2 = ∑----------
E
Total baris x Total kolom
E = ---------------------------------------
Grand Total
Df = ( k-1 ) ( b – 1 ) = 1
α = 0,05
Keterangan X2 : Chi-square test
O : Frekuensi nilai pengamatan
E : Frekuensi nilai Harapan
Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistik adalah Arikunto 2006 :
1. Confident Level (CL) : 95% dengan α = 0,05
31
2. Derajat Kebebasan (df) adalah ( r-1 ) ( c-1 )
- r adalah banyaknya baris
- c adalah banyaknya kolom
3 . Ho diterima, Ha ditolak jika P. Value > α (α = 0,05), berarti tidak ada
hubungan antara riwayat keluarga, riwayat kehamilan dan persalinan,
gangguan serebral, gangguan metabolik, dan obat- obatan dengan
epilepsi.
4 . Ho ditolak, Ha diterima jika P. Value < α (α = 0,05), berarti ada
hubungan antara riwayat keluarga, riwayat kehamilan dan persalinan,
gangguan serebral, gangguan metabolik, dan obat- obatan dengan
epilepsi.
32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh,
Indonesia berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1956. Sebelum pemekaran, Kabupaten Aceh Barat mempunyai luas wilayah
10.097.04 km2 atau 1.010.466 Ha dan secara astronomi terletak pada 2°00ꞌ-5°16ꞌ
Lintang Utara dan 95°10ꞌ Bujur Timur dan merupakan bagian wilayah pantai barat
dan selatan Kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari
kaki gunung Geurutee (Perbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar) sampai ke sisi
Krueng Seumayam (Perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh
250 km. Sesudah pemekaran letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara
astronomi terletak pada 04°61ꞌ-04°47ꞌ Lintang Utara dan 95°00ꞌ-86°30ꞌ Bujur
Timur dengan luas wilayah 2.927,95 km2 dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie
- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya
- Sebelah Barat : Samudera Indonesia
- Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya.
Pembangunan Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat pertama kali dimulai pada tahun 1968 dengan swadaya masyarakat
dibantu dana APBD Tk.II Aceh Barat. Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak
Dhien Meulaboh dibangun diatas tanah seluas 2,8 Ha. Lokasi areal tanah tersebut
terletak di kelurahan Drien Rampak Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten aceh
33
Barat. Pasca terjadinya bencana alam gempa bumi 8,9 Skala Righter yang
berpusat di Meulaboh disusul dengan gelombang tsunami yang terjadi pada hari
Minggu 26 Desember 2004 sekitar pukul 08.00 wib berdampak pada makin
derasnya arus globalisasi ke daerah Kabupaten Aceh Barat. Bantuan datang dari
berbagai penjuru dunia termasuk untuk perbaikan rekontruksi dan rehabilitasi
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien yang dibangun oleh donatur palang
Merah singapura. Tahun 2010 tanggal 2 Juni tepatnya pada hari Jum’at pukul
10.00 wib diadakan peresmian gedung baru Rumah Sakit umum Cut Nyak Dhien
Meulaboh oleh Gubernur Aceh disaksikan oleh Bupati Aceh Barat, dan
perwakilan dari negara Singapura serta tokoh masyarakat Aceh Barat yang hingga
kini merupakan satu-satunya Rumah Sakit menjadi pusat rujukan bagi masyarakat
Aceh Barat dan sekitarnya.
Rumah Sakit umum Cut Nyak Dhien Meulaboh memulai aktifitasnya sebagai
rumah Sakit Kelas D pada tahun 1971, dan pada tahun 1983 diusulkan untuk
peningkatan status menjadi rumah sakit kelas C. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 233/MENKES/SK/VI/1985
tanggal 11 Juni 1985 resmi menjadi rumah sakit kelas C. Pada tahun 2002
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 17, secara Institusi Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh ditetapkan menjadi Badan Pengelola Rumah
Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh. Namun pada tahun 2008 melalui
Qanun nomor 4 tahun 2008 dirubah lagi menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Cut
Nyak Dhien dengan Eselonering setingkat Kantor (Eselon III) dan merupakan
Lembaga Teknis Daerah yang memberikan pelayanan Kesehatan kepada
masyarakat, Pusat Rujukan dan Pendidikan Medis.
34
Pada tahun 2009, Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor : HK.07.06/III/2043/09 tentang pemberian izin
Penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Daerah dengan nama “Rumah Sakit Umum
Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh” Pemerinth kabupaten Aceh Barat Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.
Pada tahun 2012 Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh
dilakukan penilaian akreditasi versi 2007 oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(AKRS) dan berhasil lulus bersyarat tingkat dasar dengan Sertifikat nomor:
KARS-SERT/876/VI/2012.
Pada tahun 2014 tepatnya tanggal 30 November 2014, Kepala Dinas
Kesehatan Aceh Barat menetapkan Surat Keputusan Nomor :
441/268/SKRS/2014 tentang Pemberian Izin penyelenggaraan RSUD dengan
nama RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Pada tahun 2014 tepatnya tanggal 29 Desember 2014, Bupati Aceh Barat
menetapkan Surat Keputusan Nomor : 723 tahun 2014 tntang penetapan status
pola pengelolaan keuangan BLUD RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh dengan
status BLUD penuh.
Pada tahun 2015 ditetapkan sebagai salah satu rumah sakit rujukan regional
dari 110 rumah sakit seluruh Indonesia melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal
Bina Upaya Kesehatan nomor HK.02.03/1/0363/2015.
Adapun batas-batas Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Aceh Barat adalah
sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan MAN I Meulaboh
- Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Sisingamaraja
35
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Gajah Mada
- Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Gajah Mada Lorong Banten.
4.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dari tanggal 27 juli – 10
Agustus 2016 dengan cara memberikan kuesioner kepada 50 responden yaitu
keluarga pasien yang mendampingi pasien epilepsi yang berobat di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh, maka didapatkan hasil penelitian
sebagai berikut:
4.2.1 Data Demografi
Demografi pasien pada penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin, dan
pendidikan terakhir.
Tabel 4.1 Distribusi Data Demografi pasien epilepsi di poli saraf RumahSakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
No Kategori Frekuensi Persentase ( % )Umur ( Menurut WHO)Remaja < 20 tahun 15 30Dewasa Awal:21-40 tahun 29 58Dewasa Tengah : 41-60 tahun 5 10DewasaAkhir:61tahun keatas 1 2Total 50 100
2 Jenis kelaminLaki-laki 26 52Perempuan 24 48Total 50 100
3 Pendidikan terakhirBelum sekolah 4 8SD 8 16SMP 17 34SMA 18 36S I 3 6Total 50 100
36
Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat diketahui bahwa penderita epilepsi
yang menderita penyakit epilepsi umur 21-40 tahun sebanyak 29 orang, umur <
20 tahun sebanyak15 orang, umur 41-60 tahun sebanyak 5 orang, dan umur 61
tahun keatas sebanyak 1 orang. Penderita epilepsi laki-laki sebanyak 26 orang dan
penderita epilepsi perempuan sebanyak 24 orang. Penderita epilepsi dengan
tingkat pendidikan dapat juga diketahui bahwa Tingkat SMA sebanyak 18 orang,
SMP sebanyak 17 orang, SD sebanyak 8 orang, belum sekolah sebanyak 4 orang
dan perguruan tinggi sebanyak 3 orang.
4.2.2 Analisa Univariat
a. Riwayat Keluarga
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Riwayat keluarga pada pasien epilepsi di poliSaraf Rumah Sakit umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
No Kategori Frekuensi Persentase (%)1 Tidak ada 13 262 Ada 37 74
Total 50 100Sumber : Data Primer (Diolah, 2016)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 50 responden
yang di teliti ditemukan kategori ada riwayat keluarga pada pasien epilepsi
sebanyak 37 orang (74 %) dan kategori tidak ada riwayat keluarga pada pasien
epilepsi sebanyak 13 orang (26%).
37
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Riwayat kehamilan dan persalinan padapasien epilepsi di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut NyakDhien meulaboh
No Kategori Frekuensi Persentasi (%)1 Kurang Baik 10 202 Baik 40 80
Total 50 100Sumber: Data Primer (Diolah,2016)
Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 50 responden
yang diteliti ditemukan kategori memiliki riwayat kehamilan dan persalinan yang
baik pada pasien epilepsi sebanyak 40 orang (80%) dan kategori memiliki
riwayat kehamilan dan persalinan kurang baik pada pasien epilepsi sebanyak 10
orang (20%).
c. Gangguan serebral
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gangguan serebral pada pasien epilepsi dipoli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
No Kategori Frekuensi Persentase (%)1 Tidak ada 16 322 Ada 34 68
Total 50 100Sumber: Data Primer (Diolah,2016)
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang
diteliti ditemukan kategori ada gangguan serebral pada pasien epilepsi sebanyak
34 orang (68%) dan kategori tidak ada gangguan serebral pada pasien epilepsi
sebanyak 16 orang (32%).
38
d. Gangguan Metabolik
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Gangguan Metabolik pada pasien epilepsi dipoli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
No Kategori Frekuensi Persentase (%)1 Tidak ada 40 802 Ada 10 20
Total 50 100Sumber: Data Primer (Diolah, 2016)
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang
diteliti ditemukan kategori tidak ada gangguan metabolik pada pasien epilepsi
sebanyak 40 orang (80%) dan kategori ada gangguan metabolik pada pasien
epilepsi sebanyak 10 orang (20%).
e. Obat-obatan
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi obat-obatan pada pasien epilepsi di poli sarafRumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
No Kategori Frekuensi Persentase (%)1 Tidak ada 44 882 Ada 6 12
Total 50 100Sumber: Data Primer(Diolah,2016)
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang diteliti
ditemukan kategori Tidak ada overdosis obat-obatan pada pasien epilepsi
sebanyak 44 orang (88%) dan kategori ada overdosis obat-obatan pada pasien
epilepsi sebanyak 6 orang (12%).
39
f. Epilepsi
Tabel 4.7 Distribusi epilepsi pada pasien rawat jalan di poli saraf RumahSakit Umum Cut Nyak Dhien meulaboh
No Kategori Frekuensi Persentase (%)1 Ringan 36 722 Berat 14 28
Total 50 100Sumber: Data Primer (Diolah,2016)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang diteliti
ditemukan epilepsi kategori ringan pada pasien rawat jalan di poli saraf sebanyak
36 orang (72%) dan epilepsi kategori berat pada pasien rawat jalan di poli saraf
sebanyak 14 orang (28%).
4.2.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan faktor penyebab
epilepsi pada pasien epilepsi di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien
Meulaboh. Analisa dilakukan berdasarkan pada tabel 4.2 sampai dengan 4.7
dengan cara memasukkan kategori-kategori pasien kedalam tabel kontigensi 2x2
melalui komputerisasi serta menggunakan derajat kemaknaan 95 % (α = 0,05) dan
derajat kebebasan (df) = 1, dan menggunakan uij statistik korelasi chi square test.
Hasil analisa statistik dapat dilihat pada tabel berikut ini:
a. Hubungan Riwayat Keluarga dengan epilepsi
Berdasarkan tabel 4.2 dan 4.7 dapat dilakukan analisa tentang hubungan
faktor riwayat keluarga dengan epilepsi di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut
Nyak Dhien Meulaboh sebagai berikut:
40
Tabel 4.8 Hubungan Riwayat keluarga dengan pasien epilepsi di poli sarafRumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
Riwayatkeluarga
Epilepsi Total α P- OR
Value ( 95% CI )Ringan Beratf % f % f %
Tidak ada 6 46,2 7 53,8 13 100 0,05 0,029 0,2000,051 - 0,784Ada 30 81,1 7 18,9 37 100
Jumlah 36 72 14 28 50 100
Berdasarkan tabel 4.8 Hasil analisis hubungan riwayat keluarga dengan
epilepsi diperoleh bahwa dari 50 responden yang diteliti 37 orang pasien ada
riwayat keluarga diantaranya 30 orang (81,1%) mengalami epilepsi dalam
kategori ringan, 7 orang pasien (18,9%) mengalami epilepsi kategori berat, dan 13
orang pasien tidak ada riwayat keluarga diantaranya 7 orang pasien (53,8 %)
mengalami epilepsi kategori berat, 6 orang pasien (46,2%) mengalami epilepsi
kategori ringan. Hasil uji statistik diperoleh nilai P-Value 0,029 < nilai 0,05
sehingga H0 ditolak Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan riwayat
keluarga dengan epilepsi pada pasien rawat jalan di poli saraf Rumah Sakit Umum
Cut Nyak Dhien Meulaboh. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,200,
artinya pasien yang ada riwayat keluarga mempunyai peluang 0,2 kali
menyebabkan epilepsi dibanding pasien yang tidak ada riwayat keluarga.
b. Hubungan riwayat kehamilan dan persalinan dengan epilepsi
Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.7 dapat dilakukan analisa tentang hubungan faktor
riwayat kehamilan dan persalinan dengan epilepsi di poli saraf Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh sebagai berikut :
41
Tabel 4.9 Hubungan riwayat kehamilan dan persalinan dengan pasienEpilepsi di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak DhienMeulaboh
Riw.kehamilan danpersalinan
Epilepsi Total α P- OR
Value ( 95% CI )Ringan Beratf % f % f %
Kurang 7 70 3 30 10 100 0,05 1,000 0,8850,19– 4,047Baik 29 72,5 11 27,5 40 100
Jumlah 36 72 14 28 50 100
Berdasarkan tabel 4.9 Hasil analisis hubungan riwayat kehamilan dan
persalinan dengan epilepsi diperoleh bahwa dari 50 responden yang diteliti 40
orang pasien memiliki riwayat kehamilan dan persalinan yang baik diantaranya
29 orang pasien (72,5%) mengalami epilepsi kategori ringan, 11 orang pasien
(27,5%) mengalami epilepsi kategori berat, dan 10 orang pasien memiliki riwayat
kehamilan dan persalinan kurang baik diantaranya 7 orang pasien (70%)
mengalami epilepsi kategori ringan, 3 orang pasien (30%) mengalami epilepsi
kategori berat. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P-Value 1,00 > nilai α
0,05 sehingga H0 diterima Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan
faktor kehamilan dan persalinan dengan epilepsi pada pasien rawat jalan di poli
saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR=0,885, artinya pasien dengan riwayat kehamilan dan
persalinan baik mempunyai peluang 0,88 kali menyebabkan epilepsi dibanding
pasien dengan riwayat kehamilan dan persalinan kurang baik.
42
c.Hubungan Gangguan serebral dengan epilepsi
Berdasarkan tabel 4.4 dan 4.7 dapat dilakukan analisa tentang hubungan
faktor gangguan serebral dengan epilepsi di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut
Nyak Dhien Meulaboh sebagai berikut :
Tabel 5.0 Hubungan Gangguan serebral dengan pasien epilepsi di poli sarafRumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
Gangguanserebral
Epilepsi Total α P- OR
Value (95 % Cl )Ringan Beratf % f % f %
Tidak ada 15 93,7 1 6,3 16 100 0,05 0,021 9,2861,093– 78,857Ada 21 61,8 13 38,2 34 100
Jumlah 36 72 14 28 50 100
Berdasarkan tabel 5.0 Hasil analisis hubungan gangguan serebral dengan
epilepsi diperoleh bahwa dari 50 responden yang diteliti 34 orang pasien ada
gangguan serebral diantaranya 21 orang (61,8%) mengalami epilepsi kategori
ringan, 13 orang pasien (38,2%) mengalami epilepsi kategori berat,dan 16 orang
pasien tidak ada gangguan serebral diantaranya 15 orang pasien (93,7%)
mengalami epilepsi kategori ringan, 1 orang pasien (6,3%) mengalami epilepsi
kategori berat. Hasil uji ststistik diperoleh nilai P-Value 0,021 < nilai α 0,05
sehingga H0 ditolak Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan faktor gangguan
serebral dengan epilepsi pada pasien rawat jalan di poli saraf Rumah Sakit Umum
Cut Nyak Dhien Meulaboh. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=9,286,
artinya pasien yang ada gangguan serebral mempunyai peluang 9,29 kali
menyebabkan epilepsi dibanding pasien yang tidak ada gangguan serebral.
43
d. Hubungan Gangguan Metabolik dengan Epilepsi
Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.7 dapat dilakukan analisa tentang hubungan
faktor gangguan metabolik dengan epilepsi di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut
Nyak Dhien Meulaboh sebagai berikut;
Tabel 5.1 Hubungan Gangguan Metabolik dengan pasien epilepsi Epilepsidi poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
GangguanMetabolik
Epilepsi Total α P- OR
Value ( 95 % CI )Ringan Beratf % f % f %
Tidak ada 28 70 12 30 40 100 0,05 0,704 0,583(0,108– 3,163)Ada 8 80 2 20 10 100
Jumlah 36 72 14 28 50 100
Berdasarkan tabel 5.1 Hasil analisis hubungan gangguan metabolik dengan
epilepsi diperoleh bahwa dari 50 responden yang diteliti 40 orang pasien tidak ada
gangguan metabolik diantaranya 28 orang (70%) mengalami epilepsi kategori
ringan,12 orang pasien (30%) mengalami epilepsi kategori berat, dan 10 orang
ada gangguan metabolik diantaranya 8 orang pasien (80%) mengalami epilepsi
kategori ringan, 2 orang pasien (20%) mengalami epilepsi kategori berat. Hasil uji
statistik didapatkan bahwa nilai P-Value 0,704 > nilai α 0,05 sehingga H0
diterima Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan faktor gangguan metabolik
dengan epilepsi pada pasien rawat jalan di poli saraf Rumah sakit Umum Cut
Nyak Dhien Meulaboh. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,583, artinya
pasien tidak ada gangguan metabolik mempunyai peluang 0,58 kali menyebabkan
epilepsi dibanding pasien ada gangguan metabolik.
44
e. Hubungan Obat-obatan (keracunan dan overdosis) dengan Epilepsi
Berdasarkan tabel 4.6 dan 4.7 dapat dilakukan analisa tentang hubungan
faktor obat- obatan dengan epilepsi di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak
Dhien sebagai berikut :
Tabel 5.2 Hubungan Obat- obatan dengan pasien epilepsi di poli sarafRumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien meulaboh
Obat-obatan(keracunandan overdosis )
Epilepsi Total α P- OR
Value ( 95% CI )Ringan Beratf % f % f %
Tidak ada 32 72,7 12 27,3 44 100 0,05 1,000 1,3330,216-8,249Ada 4 66,7 2 33,3 6 100
Jumlah 36 72 14 28 50 100
Berdasarkan tabel 5.2 Hasil analisis hubungan obat-obatan dengan epilepsi
dapat diperoleh bahwa dari 50 responden yang diteliti 44 orang pasien tidak ada
riwayat obat-obatan ( keracunan dan over dosis) diantaranya 32 orang pasien
(72,7%) mengalami epilepsi kategori ringan, 12 orang pasien (27,3%) mengalami
epilepsi kategori berat, dan 6 orang pasien ada riwayat obat-obatan diantaranya 4
orang pasien (66,7%) mengalami epilepsi kategori ringan, 2 orang pasien (33,3%)
mengalami epilepsi kategori berat. Hasil uji statistik diperoleh nilai P-Value 1,000
> nilai α 0,05 sehinggga H0 diterima Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada
hubungan obat-obatan dengan epilepsi pada pasien rawat Jalan di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Dari hasil analisis diperoleh pula
nilai OR=1,333, artinya pasien tidak ada obat-obatan ( keracunan dan over dosis)
mempunyai peluang 1,33 kali menyebabkan epilepsi dibanding pasien ada obat-
obatan (keracunan dan over dosis ).
45
4.3 Pembahasan
a. Hubungan Riwayat keluarga dengan epilepsi pada pasien rawat jalan dipoli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa adanya anggota keluarga
dari penderita epilepsi yang juga menderita penyakit epilepsi sebanyak 37 orang
diantaranya ayah sebanyak 8 orang, Ibu sebanyak 7 orang, saudara kandung
sebanyak 6 orang, kakek sebanyak 8 orang, Nenek sebanyak 5 orang dan Paman
sebanyak 3 orang. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai P-Value = 0,029 yang
berarti lebih kecil dari α (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada
hubungan riwayat keluarga dengan epilepsi pada pasien rawat jalan di poli saraf
Rumah sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Dari hasil analisis diperoleh pula
nilai OR=0,200, artinya pasien yang ada riwayat keluarga mempunyai peluang
0,200 kali menyebabkan epilepsi dibanding pasien yang tidak ada riwayat
keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2007) di RS Kariadi Semarang
mendapatkan bahwa riwayat epilepsi dalam keluarga lebih banyak dijumpai pada
kelompok kasus dibanding pada kelompok kontrol dengan nilai p=0,3.
Dari hasil penelitian yang ditemui peneliti berasumsi bahwa riwayat keluarga
berhubungan dengan epilepsi, hal tersebut karena adanya salah satu dari anggota
keluarga juga mengalami epilepsi, disebabkan oleh kerusakan gen, dan faktor
lingkungan terutama dalam keluarga pasien epilepsi ini sering di kucilkan
sehingga dapat memperburuk keadaan penyakitnya. Riwayat epilepsi pada
keluarga meningkatkan resiko individual untuk mengalami epilepsi. Kondisi
46
genetik yang diwariskan dari generasi ke generasi mungkin menyebabkan
terjadinya epilepsi.
b. Hubungan riwayat kehamilan dan persalinan dengan epilepsi pada pasienrawat jalan di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa adanya riwayat kehamilan
dan persalinan baik sebanyak 40 orang dan adanya riwayat kehamilan dan
persalinan kurang sebanyak 10 orang diantaranya BBLR sebanyak 4 orang,
Prematur sebanyak 3 orag, Letak lintang sebanyak 1 orang dan letak sunsang
sebanyak 2 orang, jadi lebih banyak dengan riwayat kehamilan dan persalinan
normal dibandingkan dengan adanya riwayat kehamilan dan persalinan kurang.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat
kepercayaan 95% diperoleh nilai P-Value =1,00 yang berarti lebih besar dari α
(0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan riwayat
kehamilan dan persalinan dengan epilepsi pada pasien rawat jalan di poli saraf
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Dari hasil analisis diperoleh pula
nilai OR=0,885, artinya pasien dengan riwayat kehamilan dan persalinan normal
mempunyai peluang 0,88 kali menyebabkan epilepsi dibanding pasien dengan
riwayat kehamilan dan persalinan tidak normal.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh suwitra (1993)
bahwa berat badan lahir rendah ( < 2500 gram ) tidak bermakna sebagai faktor
epilepsi ( OR:1,1; 95% CI:0,5-2,4).
Dari hasil penelitan yang ditemui, peneliti berasumsi bahwa riwayat
kehamilan dan persalinan merupakan salah satu penyebab epilepsi. Riwayat
kehamilan dan persalinan yang kurang baik merupakan salah satu penyebab
47
epilepsi dikarenakan adanya gangguan kehamilan, kehamilan yang tidak cukup
bulan sehingga pertumbuhan janin dalam kandungan tidak sempurna, adanya
kelahiran bayi berat badan rendah, asfiksia sehingga kebutuhan O2 yang masuk ke
otak tidak lancar sehingga kerja otak tidak normal. Ada kemungkinan hubungan
antara kelahiran prematur dan epilepsi yang disebabkan oleh berkurangnya aliran
oksigen ke otak bayi selama masa kehamilan yang mengarah pada kelahiran
prematur atau perkembangan otak yang abnormal akibat lahir prematur.Namun
pada penelitian yang peneliti lakukan di poli saraf setelah dilakukan uji statistik
dengan menggunakan uji chi-square tidak ada hubungan riwayat kahamilan dan
persalinan karena nilai P.Value = 1 lebih besar dari α (0,05). Dengan
perkembangan ilmu dan teknologi dibidang kesehatan dan sudah banyaknya
tersebar tenaga kesehatan (bidan desa) di hampir seluruh pelosok sehingga
pelayanan kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak sudah mulai dirasakan oleh
masyarakat, dan masyarakat pun sudah banyak yang melakukan pemeriksaan
kehamilan dan persalinan di tempat pelayanan kesehatan di tolong oleh tenaga
kesehatan, walaupun masih ada yang memilih pelayanan kepada dukun yang
belum bermitra dengan tenaga kesehatan, disini sangat berperan sebagai tenaga
kesehatan masyarakat untuk memberikan edukasi dan mengajak masyarakat untuk
mau memeriksakan kesehatan ketenaga kesehatan dan memamfaat sarana
pelayanan kesehatan yang sudah tersedia.
c. Hubungan gangguan serebral dengan epilepsi pada pasien rawat jalan dipoli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa tidak ada gangguan
serebral sebanyak 16 orang dan adanya gangguan serebral sebanyak 34 orang
diantaranya diakibatkan oleh trauma kepala sebanyak 27 orang, demam tinggi dan
48
kejang berulang sebanyak 6 orang, dan strok sebanyak 2 orang. Setelah dilakukan
uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%
diperoleh nilai P-Value = 0,021 yang berarti lebih kecil dari α (0,05). Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan gangguan serebral dengan
epilepsi pada pasien rawat jalan di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien
Meulaboh. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=9,286, artinya pasien ada
gangguan serebral mempunyai peluang 9,29 kali menyebabkan epilepsi dibanding
pasien tidak ada gangguan serebral.
Dari hasil penelitian yang ditemui peneliti berasumsi bahwa Gangguan serebral
berhubungan dengan epilepsi karena epilepsi merupakan ekspresi dari penurunan
fungsi otak yang berakibat fatal bagi pasien. Gangguan serebral bisa terjadi akibat
trauma kepala, demam tinggi dan kejang berulang atau stroke. Demam tinggi
merupakan salah satu faktor gangguan serebral yang menyebabkan epilepsi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh John Taruna (2014) di
RSUD Arifin Achmad Pekan Baru pada 86 sampel dengan hasil Uji Statistik
terdapat hubungan antara riwayat demam tinggi terhadap kejadian epilepsi. Hal
ini dibuktikan juga dengan OR= 70,875.
d. Hubungan gangguan metabolik dengan epilepsi pada pasien rawat jalan dipoli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa tidak ada gangguan
metabolik sebanyak 40 orang dan ada gangguan metabolik sebanyak 10 orang
diantaranya Hipoglikemia sebanyak 8 orang, hipokalsemia sebanyak 2 orang dan
hiponatremia sebanyak 1 orang. Setelah dilakukan uji statistik dengan
menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaaan 95% diperoleh nilai P-
49
Value = 0,704 yang berarti lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa tidak ada hubungan gangguan metabolik dengan epilepsi pada
pasien rawat jalan di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,583, artinya pasien tidak ada
gangguan metabolik mempunyai peluang 0,58 kali menyebabkan epilepsi
dibanding pasien ada gangguan metabolik.
Daoud et.al (2002) dalam penelitiannya di Yordania dengan menggunakan data
selama tahun 2002 di Jordan University dan King Hussein Medical Center
mengidentifikasikan bahwa Konsentrasi serum glukose, kalsium, magnesium, dan
bahan sejenis pada anak dapat memicu terjadinya kejang demam walau secara
statistik tidak secara signifikan mempengaruhi kejadian kejang demam pada anak.
Dari hasil penelitian yang ditemui peneliti berasumsi bahwa gangguan
metabolik merupakan salah satu penyebab epilepsi. Gangguan metabolik bisa
menyebabkan gangguan bahkan kerusakan pada otak, seperti hipoglikemia harus
segera diobati karena hipoglikemia bisa menyebabkan pasiennya lemas, pingsan
dan aliran udara ke otak berkurang bahkan mengantuk berlanjut bisa menjadi
bingung dan koma. Hipokalsemia , asupan viamin D dari makan yang tidak
adekuat, Hiponatrium pada kekurangan yang berat bisa terjadi kebingungan
mental, hipotensi dan syok. Apabila keadaan ini sering dialami oleh seseorang
sehingga dapat terjadinya kerusakan jaringan otak akibat suplai O2 (oksigen) ke
otak tidak terpenuhi sehingga akibat kerusakan jaringan otak tersebut bisa
terjadinya kejang (seizure) bahkan epilepsi. Serangan kejang dapat terjadi dengan
adanya gangguan pada konsentrasi serum glukose, kalsium, magnesium,
potassium dan sodium.Namun pada penelitian yang peneliti lakukan di poli saraf
50
setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak ada
hubungan gangguan metabolik dengan epilepsi karena nilai P-Value = 0,704 yang
berarti lebih besar dari α (0,05).
e. Hubungan obat-obatan (keracunan dan Over dosis) dengan Epilepsi padapasien rawat jalan di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak DhienMeulaboh
Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa tidak ada keracunan dan
over dosis obat-obatan sebanyak 44 orang dan ada kercunan dan over dosis obat-
obatan sebanyak 6 orang. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uij
chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai P-Value = 1,00 yang
berarti lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak
ada hubungan obat-obatan ( keracunan dan over dosis dengan epilepsi pada pasien
rawat jalan di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Dari
hasil analisis diperoleh pula nilai OR=1,333, artinya pasien tidak ada keracunan
obat-obatan dan over dosis mempunyai peluang 1,33 kali menyebabkan epilepsi
dibanding pasien ada keracunan dan over dosis obat-obatan.
Penelitian Jimanez et.al (1990) dimana penyebab epilepsi 53% tidak
diketahui, 20 % penyakit serebro vaskuler, 10 % peminum alkohol, 6,3 % tumor,
dan 2,5 % post trauma kapitis.
Dari hasil penelitian yang ditemui peneliti berasumsi bahwa Obat-obatan
(keracunan dan over dosis) merupakan salah satu penyebab epilepsi. Obat-obatan
( keracunan dan over dosis ) bisa juga menyebabkan muntah, jatuh sehingga bisa
menyebabkan cedera bahkan bisa juga pingsan sehingga bisa terjadi kerusakan
pada otak. Obat- obatan apabila dikonsumsi sesuai aturan bisa menjadi obat dan
51
apabila dikonsumsi dalam keadaan over dosis bisa menjadi racun dalam tubuh
kita. Namun pada penelitian yang peneliti lakukan di poli saraf setelah dilakukan
uji statistik dengan megggunakan Uji chi-square tidak ada hubungan obat- obatan
dengan epilepsi karena nilai P-Value = 1,00 yang berarti lebih besar dari α (0,05).
52
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan pada
bagian terdahulu, maka kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Adanya hubungan faktor riwayat keluarga dengan epilepsi pada pasien
rawat jalan di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Hal ini berdasarkan hasil penelitian bahwa ada riwayat keluarga lebih
banyak dibandingkan dengan tidak ada riwayat keluarga.
2. Riwayat kehamilan dan persalinan secara teori berhubungan dengan
penyebab epilepsi, namun pada hasil penelitian ini diketahui tidak ada
hubungan riwayat persalinan dengan epilepsi, hal ini berdasarkan hasil
penelitian bahwa riwayat kehamilan dan persalinan normal lebih banyak
dibandingkan dengan riwayat kehamilan dan persalinan tidak normal.
Dengan baiknya riwayat kehamilan dan persalinan maka penyebab
epilepsi akibat riwayat kehamilan dan persalinan bisa berkurang ini tidak
terlepas dari peran tenaga kesehatan dalam memberikan konseling dan
pelayanan yang baik kepada masyarakat dalam memamfaatkan sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
3. Adanya hubungan gangguan serebral dengan epilepsi pada pasien rawat
jalan di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh. Hal ini
didasarkan pada hasil penelitian adanya riwayat gangguan serebral lebih
53
banyak dibandingkan dengan tidak ada gangguan serebral. Gangguan
serebral menyebabkan fungsi dan aliran listrik di otak terganggu dan
menyebabkan kejang dan kerusakan sel-sel saraf di otak.
4. Gangguan metabolik secara teori berhubungan dengan epilepsi namun
pada hasil penelitian ini diketahui tidak adanya hubungan gangguan
metabolik dengan epilepsi, hal ini berdasarkan hasil penelitian bahwa pada
pasien epilepsi yang tidak ada gangguan metabolik lebih banyak
dibandingkan dengan yang ada gangguan metabolik.
5. Faktor obat-obatan secara teori berhubungan dengan epilepsi namun pada
hasil penelitian ini diketahui tidak ada hubungan obat-obatan dengan
epilepsi, hal ini berdasarkan hasil penelitian bahwa penderita epilepsi yang
berobat ke poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
dengan riwayat tidak ada faktor obat-obatan lebih banyak dibandingkan
dengan penderita epilepsi yang ada riwayat faktor obat-obatan.
5.2 Saran
Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Adanya hubungan riwayat keluarga dengan epilepsi maka sebaiknya
bagi keluarga dapat menerima keadaan pasien epilepsi apa adanya dan
bagi tenaga kesehatan dapat memberkan konseling kepada keluarga
bahwa penyakit epilepsi ada hubungannya dengan adanya salah satu
dari anggota keluarga yang menderita epilepsi.
2. Kepada pasien dan keluarga sebaiknya dapat memamfaatkan sarana
kesehatan dan tenaga kesehatan dalam pemeriksaan kehamilan dan
54
pertolongan persalinan demi menghindari resiko kehamilan dan
persalinan yang bisa menyebabkan terjadinya epilepsi, bagi tenaga
kesehatan sebaiknya dapat memberi konseling kepada pasien dan
keluarga tentang Resiko Kehamilan dan Persalinan.
3. Ada hubungan gangguan serebral dengan epilepsi maka sebaiknya bagi
pasien dan keluarga dapat menghindari hal-hal yang dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan serebral seperti kecelakaan atau
trauma kepala dan lain-lain oleh karena gangguan serebral tersebut
bisa menyebabkan terjadinya epilepsi.
4. Kepada pasien dan keluarga sebaiknya memeriksakan kesehatan untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan metabolik untuk menghindari
resiko terjadinya epilepsi.
5. Kepada pasien dan keluarga sebaiknya menghindari keracunan dan
pemakaian obat over dosis yang bisa mengakibatkan trauma dan
beresiko menyebabkan epilepsi.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ali. 2010. Pengantar keperawatan keluarga. EGC. Jakarta.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta.
Daoud. 2002. et al.742. Epilepsia.Vol.43.no.7.2002.
Dinkes. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Barat.
Gofir dan wibowo. 2006. Obat anti epilepsi. Pustaka Press. Jakarta.
Guideline. 2006. Referat Epilepsi Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Hanggoro. 2014. Bereaksi mengatasi Epilepsi. Media Historia. Jakarta.
Hari. 2006. Peran Keluarga/Carvier dalam perawatan Keluarga. Eka Hospital.
Jakarta.
Hastono. 2007. Analisis Data Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia.
Hawari. 2010. Epilepsi di Indonesia. Yayasan Epilepsi Indonesia. Jakarta.
Imron. 2011. Bahan Ajar Mahasiswa Kesehatan Statistika Kesehatan. Sagung
Seto. Jakarta.
Jafardi. 2015. Epilepsi dalam kehamilan. Fakultas Kedokteran USU. Medan.
Jarvis.2009. Ensiklopedia Kesehatan wanita. Erlangga. Indonesia.
Jimanez JFL et al. 1990. Etiology of late onset epilepsy, A prospective study in
an area of rural health care. Med Clin (94): 521-524.
John Taruna 2014. Hubungan Faktor Predisposisi Epilepsi terhadap kejadian
epilepsipada anak di RSUD Arifin Achmad Pekan Baru.ISSN
97724DB915DD4. Volume 1 Agustus 2014. Dosen Stikes Tuanku
Tambusai Riau. Indonesia.
Kemenkes. 2013. Menkes lakukan soft opening Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional. Jakarta.
Kumar. 2013. Dasar-dasar Patofisiologi Penyakit. Binarupa Aksara. Jakarta.
Lumbantobing. 2006. Epilepsi. Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
56
Manikam. 2008. Referat Kedokteran Epidemiologi dan Etiologi Penyakit
Epilepsi. Info Penyakit.
Mansjoer dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Mardjono & Sidharta. 2006. Nerologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta.
Mutiawati. 2008. Depth in: Epilepsi. Dalam majalah Aide Medicine
International Mental Health. Edisi 9. Samantha Maurin & ChloeForette.
Jakarta.
Notoatmodjo.S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Pandolpo. M. 2011. Genetic of Epilepsi. Semin Neurol. 31.
Price & Wilson. 2006. Patologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC.
Jakarta.
Raharjo. 2007. Faktor- faktor Resiko Epilepsi pada anak usia dibawah 6 tahun.
Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik dan program
pendidikam dan program pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit
Saraf Universitas Diponogoro. Semarang.
Ramdani. 2016. Kemandirian dan Transparansi Data BPS Ketika berbicara
Masalah Kesehatan Jiwa Di Aceh Menjadi Visi dan Misi. Artikel
Kesehatan.
Rubeinstain, dkk. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Erlangga. Jakarta.
Salsabila. 2012. Kualitas Hidup Pada Pasien Epilepsi. Skripsi. Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora universitas Islam Negeri sunan Kalijaga.
Yogyakarta.
Sompa. 2016. Stigma dan tantangan Epilepsi Menyambut hari Epilepsi sedunia.
Graha Pena Fajar Online. Makassar.
Suwitra IN, Kejang Demam sebagai Faktor Resiko Terjadinya epilepsi pada
anak, Neurona, Mei 1993: 30-4.
Utama dan Vincent. 2007. Anti Epilepsi dan Anti Konvulsi Farmakologi dan
Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Jakarta.
WHO. 2006. Neurological disorder. Public Health challenges.
57
Wibowo. A. 2014. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
TABEL SKOR
No Variabel yang diteliti Nomor urutpertanyaan
Bobot skor RentangAda Tidak ada
1 Riwayat keluarga 1 1 0 Ada, Jikadalamkeluarga adayangmenderitaepilepsi = 1
Tidak ada, jikadalamkeluarga tidakada yangmenderitaepilepsi = 0
2 Riwayat kehamilandan persalinan
Nomor urutpertanyaan
Bobot skor RentangYa Tidak
1 1 0 Ada, jikapenderitaepilepsi adariwayatgangguan/kelainankehamilan danpersalinan = 1
Tidak ada, jikapenderitaepilepsi tidakada riwayatgangguan /kelainankehamilan danpersalinan = 0
3 Gangguan serebral
Nomor urutpertanyaan
Bobot skor RentangAda Tidak ada
1 1 0 Ada, jikasebelumnyapenderitaepilepsi adamengalamisalah satugangguanserebral = 1
Tidak ada, jikasebelumnyapenderitaepilepsi tidakada mengalamigangguanserebral = 0
4 Gangguan Metabolik
Nomor urutpertanyaan
Bobot skor RentangAda Tidak ada
1 1 0 Ada, jikasebelumnyapenderitaepilepsi adamengalamisalah satugangguanmetabolik = 1
Tidak ada, jikasebelumnyapenderitaepilepsi tidakada mengalamigangguanmetabolik = 0
5 Obat-obatan
Nomor urutpertanyaan
Bobot skor RentangAda Tidak ada
1 1 0 Ada, jikasebelumnyapenderitaepilepsi adamengalamikejadiankeracunan/ overdosis obat-obatan =1
Tidak ada, jikasebelumnyapenderitaepilepsi tidakada mengalamikejadiankeracunan/ overdosis = 0
6 Epilepsi
Nomor urutpertanyaan
Bobot skor RentangSering Jarang
1 1 0 Berat, jikadurasi kejangLama= 1
Ringan, jikadurasi kejangsingkat = 0
LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Saudara(i) Calon Responden Penelitian
Dengan Hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini,
Nama : Cut Ana Juita
Nim : 11C10104252
Alamat : Jl. Imam Bonjol, lr. Cek Mat, Gampong Seunebok,
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Mahasiswi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar yang akanmengadakan penelitian untuk menyusun Skripsi sebagai sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat . Adapun penelitian ini berjudul“Faktor-Faktor Penyebab Epilepsi Pada Pasien Rawat Jalan di Poli Saraf Rumah Sakit UmumCut Nyak Dhien Meulaboh”.
Saya mohon kesediaan Bapak/ibu/saudara(i) untuk berpartisipasi dalam penelitian ini denganmenjadi responden dan mengisi kuisioner sesuai petunjuk yang diberikan.
Atas Kesediaan bapak/ibu/saudara(i) dn kerjasama yang baik saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
( Cut Ana Juita )
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi responden
untuk ikut berpartisipasi dalam pencarian data yang dilakukan oleh mahasiswi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh yang bernama:
Nama : Cut Ana Juita
Nim : 11C10104255
Tentang : Faktor-Faktor Penyebab Epilepsi Pada Pasien Rawat Jalan
di Poli Saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh
Meulaboh,............2016
Tanda tangan responden
(................................................)
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB EPILEPSI PADA PASIEN
RAWAT JALAN DI POLI SARAF RUMAH SAKIT UMUM
CUT NYAK DHIEN MEULABOH
No. Responden :
Nama penderita :
Alamat :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
I . RIWAYAT KELUARGA
1. Dalam keluarga inti ( ayah, ibu ,saudara kandung) atau keluarga lain
( kakek, nenek, lainnya) apakah ada yang menderita epilepsi?
1.Ada
2. Tidak ada
II. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
1. Apakah ada salah satu riwayat ( seperti letak lintang, letak sunsang,
Prematur, atau BBLR ) selama masih dalam masa kehamilan dan
Persalinan?
1. Ada
2. Tidak ada
III . GANGGUAN SEREBRAL
1. Apakah sebelumnya ada mengalami salah satu kejadian atau penyakit
(seperti trauma kepala, demam tinggi dan kejang berulang, radang
otak atau stroke) ?
1 . Ada
2 . Tidak ada
IV . GANGGUAN METABOLIK
1. Apakah sebelumnya ada mengalami salah satu penyakit (seperti
Hipoglikemia, Hipokalsemia, Gagal ginjal atau gagal hati, atau
Hiponatremia) ?
1. Ada
2. Tidak ada
V . OBAT-OBATAN
1 . Apakah sebelumnya ada mengalami salah satu kejadian (seperti
keracunan obat-obatan atau alkohol) ?
1. Ada
2. Tidak ada
VI . EPILEPSI
1 . Bagaimana durasi kejang yang dialami ?
1. Lama ( ≥ 20 detik )
2. Singkat ( 5-15 detik ).
UA'EI TAII
it
ll
3l2
I1I!27
3
72I7
272
2!7
IIt1
1II31
2z:t22
tIz2,I7I1
7
21
2
2
il
rl,tPJrl?
II
I
I
I:
2'2t!2
1
3
272
2
1II22I1III
2
2
t21
2
1
1
t2
1
I
E
tl
sr
pl
L*lsurlsMP
t*."lsrut*"
l*,,
lilt*Iso
lsup
lsolro
il:lrlrl.l11rl:T
:3
a
I
I2
:1
i
lHr*
l^.
lslra.
lxt-.
t-.I
It
rl,I,t
il:lo
lrlol0LLLL
!r
lB.r
la.rls.r
Is*
le.r
h.*
t"*
horle"*
1
I1
0
0
o1
1
II
It
1
1
I1
oo
11I11I1
t1I1a11oIIo1!oIo1!
t11o1I10toI
I01oI
I1
o
001
ooo
0
oo0011oIo00oIo0t
1
01
ooIo
Iolol0lololololot"lolo
0o0o0I0too0ooo00o
ootI
01o0o00!oo1
0oodooo
000o
101o10I
oI1
oo
11
oIto
o0oIIoI00o
0
ooo
o
00o0
i4al-60
r6lt
ts
a51
15iellns.lohi a
tD35MP 17
sMuu3
1o
1( 14
a6
Frequencies
Statistics
Umur
valid
Missing
Umur
Frequency Percent Valid Percent
cumulativePercent
Remaia
Dewasa Awal
Dewasa tengah
Dewasa akhir
Total
15
29
5
7
5C
30.o
58.0
10.0
2.O
100.0
30.0
s8.0
10.0
2.O
1m.0
30.0
88.0
98.0
100.0
Jenis Kelamin
alid Laki-laki
PeremPuan
Total
Pcndidikan terakhir
Frequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Valid Belum Sekolah
5D
SMP
SMA
s1
I rotal
4
6
L7
18
3
50
8.0
16.0
34.0
36.0
6.0
100.c
8.0
16.0
34.0
36.0
6.0
100.0
8.0
24.O
58.0
94.0
100.0
Frequencies
Statistlcs
Riwayat
Keluarga
Riwayat
Kehamilan dan
Persalinan
Gangguan
Serebral
Gangguan
Metabolik
Pengaruh
Obat-obatan
Kejadian
Epilepsi
N Valid
Missing
50
c
50
c
50
c
50
c
50
0
50
c
Frequency Table
Riwayat Keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulativ€
Percent
Valid tidak ada
Ada
Total
13
31
50
26.0
74-A
1m.c
26.0
74.4
100.0
26.0
lm.0
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Gangguan Setebral
Frequency Percent Valid Percent
cumulative
Percent
Valid Kurang
Baik
Total
10
40
50
20.0
80.0
20.0
80.c
100.0
20.0
100.c
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak ada
Ada
Total
16
34
50
32.0
68.0
1m.n
32.0
68.0
100.0
32.0
100.0
Gangguan Metabolik
Frequency Percent Valid Pircent
Cumu lative
Percent
Valid l-idak ada
Ada
Total
40
10
50
80.0
20.0
1m.c
80.0
20.0
100.0
80.0
100-0
Pengaruh Obat-obatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak ada
Ada
Total
44
6
50
88.0
12.0
100.0
88.0
12.0
100.0
88.0
100.c
Kejadian Epilepsi
Frequency Percent Valid Percent
cumulativePercent
Valid Ringan
Berat
Total
36
14
50
72.O
2a.o
100.0
72.O
2a.a
100.c
72-A
100.0
Crosstabs
Gs€ Prcc$sing Summary
Cases
valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Riwayat Keluarga * EPilepsi 5( 100-o9 0 .c* 5! 100-o*
Riwayat Keluarga ' Epilepsi crosttabulation
Epilepsi
TotalRingan Berat
Riwayat Keluarga TidakAda Count
Expected Count
96 of Total
Count
Exp€cted Count
% of Total
6
9.4
12.O%
1
3-(
14.0t(
13
13.t
76.O91
30
26.6
60.09l
1
10.4
11.O*
37
37.C
74.OX
rotal count
Expected Count
x of Total
36
36.0
72.O%
L4
14.0
28-09(
5C
50.c
100.()9(
Chi-squa.e Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig- (2-
sided)
Exact sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Llkelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
lH ofValid cases
5.821"
4-218
5.157
s.705
5C
II1
1
.016
.040
-019
.017
.029 .o22
a. I cglls [25.o%) have expected count less than 5. The minimum expectcd count i5 3.&
b. Computed onlY fqr s 2x2 table
Crosstabs
Riway'.t Pe6alinan t EPilePsi Crocstabulation
a, 1 cell5 (25.096) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2'8O'
b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Riwayat Persalinan *
Epilepsi
50 1m.o% 0 -o% 5C 100.09(
Epilepsi
TotalRingan Berat
Riwayat Persalinan Kurang Count
ExPected Count
% of Total
Count
Expected Count
% ofTotal
7
7-2
14.O91
3
2-8
6-Ov,
10
10.c
20.o9(
29
28.8
s8.o%
11
L7.2
22.O%
40
40.0
80.0%
Iotal count
Expeded Count
% ofTotal
36
36.0
72.O%
14
14.C
28.O%
5C
50.c
roo.o%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square
continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
.0254
.@0
.o25
.024
50
1
1
1
1
.875
1.000
.876
.a76
1_OO0 .579
Crosstabs
a. 1 cells 25.Oy4 haye expected count less than 5' The minimum expected count is 4'48'
b. computed only for a 2x2 table
Cas€ Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Peacent N Percent N Percent
6angguan serebral *
Epilepsi
5C 1m.o% c .M 50 100.09(
Gangguan serebral * Epilepsi Crosstabulation
Epilepsi
TotalRingan Berdt
Gangguan serebral Tidak Ada Count
Expected Count
% ofTotal
Ada Count
Expected Count
% ofTotal
15
11.5
30.09(
1
4.5
2-0'1
16
16.C
32.81
27
24.5
42.0%
13
9.5
26.O%
u34.0
68.O%
Total Count
, Expected Count
% ofTotal
36
36.C
72.O%
14
14.0
28.Wl
5C
50.c
100.09(
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig. (2
sided)
Exact Slg- (2-
sided)
Exact sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
tisher's Exad Test
Linear-by-LineEr
Association
N of Valid Gses
5.521"
4.049
6.580
5.411
50
1
L
1
7
.019
.o44
.010
.o2c
.o2r .017
Crosstabs
Ganttuan Metabolik' Epilepsi Crosstabulation
i 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2'80'
b. Computed onlY for a 2x2 table
Case Proc€ssint SummarY
Cases
valid Missing Total
N PercerA N Percent N Percent
Gangguan Metabolik *
Epilepsi
50 100.09( 0 .09( 50 1m.09
Epilepsi
TotalRingan Berat
Gangguan Metabolik Tidak Ada Count
Expected Co0nt
% of Total
Ada Count
Expected Collnt
% ofTotal
2a
28.8
56.O%
t2
t7.2
)4-trA
40
40.c
80.09t
8
7.2
L6.O%
2
2.4
4.O%
1C
10.t
20.o&
rotal count
Expeded count
% of Total
36
36.0
72.O%
L4
14.0
2A-WL
5C
50.c
100.09(
Chi-Square Tests
Value dftuymp. sig. (2
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact sig. (1-
sided)
Pearson chi-square
Continuity Correctionb
Llkelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
.39f.056
.418
.389
50
1
1
1
1
.529
.813
.518
_533
.7M .427
Crosstabs
Obat-oDatan' Epilepsi Crosstabulatior
b. Computed only for a 2xz table
Epilepsi
TotalRingan Berat
Obat-obatan Tidak Ada count
Expected Count
% of Total
Count
Expected Count
% of Total
32
3L.7
64.O%
72
123
24-@1
44
44_C
88.09(
4
4.3
8.0%
.,
1.7
4-O%
6
6.0
72.OPIL
Total count
Expected Count
% ofTotal
36
36.0
72.O%
14
14.0
2a.M
50
50.c
LOO.O%
Chi-Square
ity Correctionb
of Valid Cases
a'T;il(suo%) h*";xpected count less than 5 The minimum expected count is 1'li8'
CROSSTABS
/TABr,Es=Riw. keluarga BY Epilepsi/EORMAT=AVALUE TABI'ES
/STAT I STiCS=RI SK
/CE1,LS=COIJNT
/COUNT ROUND CELL.
Grosstabs
I DataSet0 ]
Count
Gase Processing SummarY
Riw.keluarga' Epilepsi Crcstabulation
Ep'l€p:l_TotalRingan Berat
Riw.keluarga Tidak ada
Ada
Total
6
30
36
7
7
14
13
50
Riak Estimae
,7U
1,045
6,564
,051
,3't0
1,?U
,200
,569
2,O4
50
Odds Ratio for Riw.
keluarga Oidak ada /Ada)
For cohott Epilepsi =Ringan
For cohort EpilePsi =Berat
N of Valid Cases
Fage 1
CROSSTABS
/ TABT,ES=RiW. persalinan BY Epilepsi/ FORMAT=AVAI,UE TABLES
/ STAT I STICS=RISK
/CE],LS=COUNT
/COUNT ROUND CELI.
Crosstabs
I Dataset0 ]
Riw.p€Balinan' Epilepsi Ctosstabulation
case Proces€lng summary
Cases
Valid Missing Total
N Percenl N Peacent N Percent
Riw.persalinan' Epilepsi 50 100,0% 0 0,0% 50 1(n,0%
Count
Epilepsi
TotalRingan Berat
Riw.persalinan
Total
Kurang
Baik
7
29
36
J
11
14
10
40
50
Risk Estimate
Value
95% Confidence lnlerval
Lower Upp€r
Odds Ratio for Rlw.persalinan (Kurang / Baik)
For cohort Epilepsi =Ringan
For cohort Epilepsi =Berat
N of Valid Cases
,EEs
,966
1,091
50
,194
,617
,373
1,W7
1,512
x,147
Page I
WEIGHT BY Frequensi.CROSSTABS
/TABLES=Gq. serebral BY EPilePSi
/FORMATThVATUE TABI.ES
/STATIST ICS=RI SK
ICE],LS=cOUNT
/COUNT ROUND CEIL.
Crosstabs
IDataset0]
Ceaa Proco$lns Sulnmary
cg.s€rabral ' Epilep.i CtoE iabulaton
Epil6psi
TotalTidak ada Ada
Gg.serebral Tdak ada
Ada
Total
15
21
36
'l
't3
11
16
g50
Rtsk E36mab
7A,857
2,0:t5
1,1/l:
Odds R.tio for G9.
serebld Cndak ada , Ade)
For cohort EPileFi =Tidak ada
For cohorl EPilePsi = Ada
N of Valid Cases
PagE 1
CROSSTABS
/TABr,Es:Gg. Metabol i k BY EpilePsi/FORMAT=AVAI,UE TABLES
/ STAT ISfICS=RI SK
/cErLS=coUNT/COUNT ROUND CELI.
Crosstabs
I Dataset0 ]
Gg.Metabolik' Epilepsi Crosetabulation
Count
Case Processing SummatY
Epilepsi
TotalRingan Berat
Gg.Metabolik Tidak ada
Ada
Total
28
8
36
'12
2
'14
40
10
50
Risk Estimate
3,163
1,267
5,654
,108
,604
,398
,583
,875
1,500
50
Odds Ratio for Gg-
Metabolik Oidak ada /Ada)
For cohort Epilepsi =Ringan
For cohort Epilepsi =Berat
N of Valid Cases
Page 1
CROSSTABS
/TABlEs=obatobatan BY EPilePSi
/ FORMAT=AVAIUE TABLES
/ STAT I STICS=RI SK
/CEl,LS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
I DataSet0 ]
Ca€e Processing Summary
Obatobatan * Epilepsi Cro6stabulation
Count
Cases
vdid Missing Tolal
N Percenl N Percent N Percenl
Obatobatan * Epilepsi 50 100,0% 0 0,0/6 50 100,0%
Epilepsi _,ToialRingan Berat
Obatobatan Tidak ada
Ada
Total
32
4
36
12
2
14
44
6
50
Risk Estimate
Value
95% Confdence lnterval
Lchrrer Upper
Odds Ratid forObatobalan (tidak ada /Ada)
For cohott Epilepsi =Ringan
For cotioit EPilePsi -Berat '
N of Vaiid cases
'r,333
1,O91
,818
50
,216
,602
,23S
4,249
1,976
2,800
Page t
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARATBLUD RUMAH SAKIT UMUM DAEMI
CUT NYAK DHIEN MEUIIIBOH.ll. Gaj.h M:da - Meulaboh
web6tlF : s4!,!g9!C4!!9@!lsEreg/Fa (661 tssUTa
Emad : fsuo$eacehbattkabtoid
Nomor :1/ist l6l /ruNMED/2015Lampiran : -
Perihal : Pengembalian Mahasiswa
Nama
NIM
Judul
Meulabdr, 10 Agustus 2016
Kepada Yth.
Wakil Dekan I FKM
Universitas Teuku Umar
Di -TemDat
Dengan hormat,
1. Sehubungan dengan surat saudara No: 2J:LlUNsg'z|Lf 12015 tanggal 27 luli
2016 perihal Permohonan lzin Penelitian Risev wawancara/ On The Job
Training yang dialamatkan kepada kami.
2. Untuk maksud tersebut pihak kami telah memberi lzin Penelitian terhitung
tanggal disposisi surat 28 Juli 2015) kepada:
: Cut Ana Juita
: 11C10104252
: Faktor-Faktor Penyebab Epilepsi Pada Pasien Rawat Jalan Di ?oli
Saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh'
3. Setelah selesai kami mohon hasil penelitian diserahkan 1 (satu) eks ke Bidang
Penuniang Medik BLUD RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh'
4. Demikian untuk dapat dimaklumi dan dipergunakan sepedunya'
BLUD Rumah Sakit Umum
.6ltlFt ot't"n Meulaboh
XisidPe.iiurilang Klinik & Logistik
i:! !lr il i!l Cr'li
RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNTVERSITAS TEUKU UMAR
FAKULTAS KESEHATA MASYARAKATTelp.(0655) 70235s2
Laman : w$'\\'.utu. id.llnrail trlu lLrn 7il.Yah(ro.elllll Kode Pos 23615.
NomorLarnpHal
NamaNIMTempat/Tgl LahirFakultasJenis Kelamin
Tembusan :
L Arsip
Cut Ana Juitar 1c10104252Kuta Buloh I, I lNovember l98lKesehatan MasyarakatPerempuan
Alue Peunyaren g,lfluli 2016
: Ltl /i,4q2/ Ld/ 24'L
' Perntohonan Izin PcaelitianRiset/Wawancara/on The lob Trainins
Di-Temoal
Assalamuslaikum Wr,..Wb..-Dengan Hormat,
6"r.*u ini kami datang menghadap BapaMbu, Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar Meulaboh :
ya-ng bermaksud akan mengadakan peninjauari/riset/on job training dalam rangka- memenuhi
kewaj ibir/rugas-tugas dalam *"lakukutt/menyelesaikan studi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar Meulaboh.
Sehubungan dengan ini kami sangat mengharapkan bantuan BapaMbu agar dapat memberikan
keterangan-k*eterangin, brosur-brosur, buku-buku dan penjelasan-penjelasan lainnya yang akan
Jig*uf* dalam rJngka men),usun skripsi/paper/laporan kertas kerja dengan judul :
riiion-raxroi. pBx*enAR EPILEPSI PADA PASIEN RAwAT JALAN DI PoLISARAF RUMAH SAKIT UMUM CUT NYAK DHIEN MEULABOH
SeealabahandarrketeranganyangdiperolehakandigunakanSarrrata.matademiperkembanganIh" p:";t"h; dan tidak u[u" ii"rnu-t - atau diberiukan pada pihak lain' Selanjutnya setelah
il;*i;;" yang bersangkutan menyelesaikan peninjauarlrisey'wawalcara'/on the job training di
iempat ini, t"-i oLun menyerahkan i<epada BapaMbu (Satu) eks laporan/paper/skripsi yang dibuat
Mahasiswa kami.
Apabila hasil penelitian ini akan diterbirkan, maka kami terlebih dahulu meminta persetujuan
na|ak/lbu. Atas bsntulj1 dan keriasama yang baik. kami ucapkal lefiolakasih.
$**,' o.n"",.
Kepada Yth,
DOKUMENTASI
Peneliti bersarna pasien epilepsi dan keluarga
di poli saraf Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien
Pasien epilepsi dan keluarga di Rumah sakit Urnum
Cut Nvak Dhien
Pasien epilepsi sedang dilawat di Rumah Sakit Umum
Cut Nyak Dhren
Pasien epilepsi sedang dirawat di Rumah Sakit Umum
Cut Nvak Dhien
Nama
Jslis l(6lamin
Tempat/Tanggal Lahir
Agama
Status
Alamat
Nama Orang Tua
Ayah
Pekerjaan
Ibu
Pekerjaan
Alamat
Pendidikan Formal
SD
SMP
SMA
PT
RIWAYATIIIDUP
Cut Ana Juita
Perempuan
Kutabuloh I, ll Nopember l98l
Islam
Kawin
Meulaboh
AIm. Yusman
Petani
Cut Darmawati
IRT
Meukek
SD Negeri I Kutabuloh
SMP Negeri Meukek
SPK Tapaktuan
FKM-I]Tt]