Download - Evolusi Platypus

Transcript
  • 7/21/2019 Evolusi Platypus

    1/4

    EVOLUSI PLATYPUS

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evolusi

    Disusun Oleh :

    Nama : Haris Nurhuda

    NIM : K4312027

    Kelas : A

    PROGRAM STUDI PENDIDKAN BIOLOGI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2014

  • 7/21/2019 Evolusi Platypus

    2/4

    EVOLUSI PLATYPUS

    A. Silsilah keturunan Platypus dalam evolusi mamalia

    Platypus atau Mallangong adalah mamalia separa-akuatik kecil endemic di

    bahagian timur Australia, dan satu dari empat unjuran monotreme, kumpulan mamalia

    tunggal yang bertelur dan bukannya beranak (tiga yang lain adalah echidnas). Ia

    merupakan wakil tunggal bagi keluarga (Ornithorhynchidae) dan genus

    (Ornithorhynchus), walaupun fossil keluarga berkait telah dijumpai, sebahagian

    mereka juga tergolong dalam genus Ornithorhynchus. Nama saintifik

    Ornithorhynchus anatinus secara harafiahnya bererti 'hidung burung' dalam bahasa

    Yunani, dan anatinus bererti 'itik'. Nama biasanya bererti 'kaki leper' dan asalnya

    diberikan sebagai nama genus Linnaean, tetapi ia kemudiannya diketahui telahpun

    diberikan kepada Kumbang Ambrosia pengorek kayu.

    Sejumlah ahli menyatakan mereka telah memetakan genetik platipus - salah

    satu mamalia berbulu berparuh bebek yang memiliki racun di taji kakinya. Para

    peneliti ini, yang sudah menganilisis genom platipus yang dipublikasikan pada Kamis

    di jurnal Nature, mengatakan hal ini akan menjelaskan bagimana mamalia, termasuk

    manusia, berevolusi dari bentuk reptil jutaan tahun lalu. Platipus termasuk dalam

    kelas mamalia karena ia memiliki bulu dan menyusui anaknya. Ia memiliki struktur

    ekor mirip berang-berang. Namun juga mirip burung dan reptil dengan paruh bebek

    dan kaki melebar mereka, namun hidupnya dihabiskan hampir seluruhnya di bawah

    air. Jantannya bahkan memiliki taji di tumitnya yang mengandung berisi racun.

    Platypus dipercayai sebagai monotreme yang disebut separuh-reptilia (quasi-

    reptilian), dan merupakan leluhur awal dari mamalia plasenta. Kini ia telah diketahui

    bahawa monotreme modern masih hidup berasal dari cabang awal pokok keluarga

    mamalia; cabang tersebut kemudian dipercayai menjadi kumpulan marsupial dan

    plasental. Fossil tertua monotreme (Teinolophos dan Steropodon) berkait rapat

    dengan Platypus modern. Secara ringkas, Platypus adalah saudara rapat leluhur

    mamalia, tetapi bukannya sebagian daripada rantaian evolusi mamalia. Cabangnya

    agak berbeda dengan apa yang diketahui.

  • 7/21/2019 Evolusi Platypus

    3/4

    B. Mekanisme evolusi Platypus

    Sejumlah ahli menyatakan mereka telah memetakan genetik platipus - salah

    satu mamalia berbulu berparuh bebek yang memiliki racun di taji kakinya. Para

    peneliti ini, sudah menganilisis genom platipus yang dipublikasikan di jurnal Nature,

    mengatakan hal ini akan menjelaskan bagimana mamalia, termasuk manusia,

    berevolusi dari bentuk reptil jutaan tahun lalu. Platipus termasuk dalam kelas mamalia

    karena ia memiliki bulu dan menyusui anaknya. Ia memiliki struktur ekor mirip

    berang-berang. Namun juga mirip burung dan reptil dengan paruh bebek dan kaki

    melebar mereka, namun hidupnya dihabiskan hampir seluruhnya di bawah air.

    Jantannya bahkan memiliki taji di tumitnya yang mengandung berisi racun. Jika

    dilihat sekilas, kehadiran platipus adalah sebagai hasil insiden evolusioner. Namun

    anehnya seperti tampilan hewan ini, urutan genomnya amatlah tak ternilai untuk

    memahami bagaimana proses evolusi biologi. Penelitian ini memperlihatkan fitur

    hewan tersebut dari banyak aspek yang terefleksikan lewat DNA yang bercampur

    dengan gen-gen silang dalam klasifikasi hewan-hewan yang berbeda

  • 7/21/2019 Evolusi Platypus

    4/4

    Ilmuwan meyakini bahwa semua mamalia berevolusi dari reptil, dan hewan

    yang menjadi platipus dan yang juga menjadi manusia, berbagai jejak evolusioner

    sekitar 165 juta tahun lalu saat cabang perubahan platipus terhenti. Tak mirip dengan

    evolusi mamalia lainnya, platipus mempertahankan karakteristik gabungan ular dan

    kadal, termasuk daya ampuh racunnya yang dapat digunakan jantan untuk

    melumpuhkan saingannya.Lebih dari 100 ilmuwan asal AS, Australia, Jepang dan

    beberapa negara lain ikut ambil bagian dalam riset, menggunakan koleksi DNA dari

    betina platipus bernama Glennie. Tugas mereka adalah mencantumkan daftar

    pertumbuhan sejumlah yang susunan genetiknya sudah diurai. Dengan

    membandingkan gen-gen platipus dengan manusia dan mamalia lainnya, ilmuwan

    berharap untuk mengisi celah pengetahuan tentang evolusi mamalia dan upaya lebih

    pasti dalam mengidentifikasi spesifik spesies tertentu. Des Cooper, seorang ahli

    biologi evulusioner di University of New South Wales, yang tidak ikut serta dalam

    penelitian tersebut, mengatakan bahwa penelitian itu merupakan representasi sebuah

    langkah besar ke depan dalam hal pengenalan dunia pengetahuan tentang mamalia.

    Platipus selalu disangka sebagai hewan primitif karena kebiasaan meletakkan telur-

    telurnya. Terdapat konklusi bahwa gen-gen yang menentukan jenis kelamin pada

    seekor platipus hampir mirip dengan yang terjadi pada burung, dan bukannya

    mamalia.

    Para peneliti juga menemukan gen-gen yang mengindikasi platipus (yang

    tergantung pada kemampuan elektrosensor pada reseptor di paruh mereka untuk

    kepentingan navigasi manakala berada di dalam air dengan mata tertutup) hampir

    memiliki kemampuan mencium saat berada di bawah air. Hewan unik Australia ini

    telah membingungkan para pengamatnya selama berabad-abad. Legenda Aborigin

    menjelaskan itu adalah keturunan perkawinan campuran seekor bebek dan tikus air.

    Saat British Museum mendapatkan spesimen pertama mahluk ini di tahun 1798, ahli

    hewan George Shaw sangat tercengang dan mencoba untuk memotong lapisan

    mulutnya dengan gunting untuk memastikan paruh tersebut tidak direkatkan secara

    sengaja oleh seseorang.


Top Related