Transcript
  • ARTIKEL I

    EVOLUSI DALAM PERSPEKTIVFAHAM KRISTIANI

    (dari Dongeng ke Kebenaran)

    Prot. Dr. Louis Leahy, S.J.Stat Pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta

    Seja~ Paus YohanesPaulus II mengingatkan, dalam

    suatu pidato kepada Akademi PontifikalIlmu-ilmu Alamiah beberapa bulan yang laIu,

    bahwa evolusidan darwinisme tidak beroposisi denganfaham kristiani, maka hampir semua mass media Indonesia

    melaporkan dan mengomentari "peristiwa" ini. Tetapi sering kalilaporan-laporan itu kurang eksak, bahkankadang-kadang meng-

    ulangi beberapa deviasi historis yang masih terlalu umum dalammentalitas populer. Misalnya, dalam rangka pembicaraan ka-sus evolusi itu dan darwinisme, terbit di Jakarta setidak-tidaknya

    dua karangan populer yang mengambil kesempatan itu untukmenulis, bahwa "Galileo dihukum mati oleh pengadilanGereja", dan bahwa: ~~Galileo was stretchedon the rack"

    Suatu falsifikasi historis sebesar itu tidak bisaditolerir. Galileo tak pernah disiksa

    oleh siapa pun, apalagi dijatuhihukuman mati.

    Pembetulan Tentang Hal GalileoKalimat terakhir dan artikel terse-

    but berbunyi : "Karena penemuannya itu-la~ (heliosentlislne, sebagai ganti geosen-trlsme), Galileo kemudian dihukum nlatioleh penzadilal1 Gereja (InkuisisD tahun1663. Padahal, Galileo benar." Beberapa

    JURNAl FIL)AFAT, JULI 1997

    minggu kemudian harian jakal1a Post(12 Jan. 1997) pada gilirannya menipupara pembacanya dengan suatu versi daridongeng yang sarna dengan menulis:Calileo ''was stretcl1ed on tIle rack'"(altikel beliudul "Tile Ancient Battlebetu'een l.~cience SlId Religion":? dan

    50

    CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

    Provided by Jurnal Filsafat

    https://core.ac.uk/display/291838815?utm_source=pdf&utm_medium=banner&utm_campaign=pdf-decoration-v1

  • diambil dari harian The Guarditm).Tetapi mengapa kami bel'bicara

    tentang Galileo dalam sebuah artikelyang bertemakan evolusi ? - Karena,pertama, kedua karangan tersebut jugamenimbulkan kembali isu Galiloo tetapisecara salah pada kesempatan pidatoPaus tentang evolusi ; dan kedua, karenaGaliloo, seperti halnya dengan Darwin,merupakan suatu contoh dimana nampakdengan jelas betapa penting kontekstu-alisasi historis untuk mengerti masalah-masalah sekompleks itu, seperti akannampak dalam garis-garis yangmenyusul.

    Sehubungan dengan "kasus" Gali-leo itu, mungkin ada gunanya mencatatbebel'apa fakta yang mensituasikannyadalam konteks historis konkret yangmenel'anginya. Waktu Galileo memperta-hankan penemuannya mengenai helio-sentrisme, seJuruh dunia i1miah (paraahli astmnomia, fisika dan matematika)berlawanan dengan Galileo, karena,menurut mereka, pendapat itu masihkurang bukti. Oleh sebab itu, kardinalRoberto Bellarmino, S\J., tahun 1616,"menggarisbawahi bahwa gerakan bumiadalah suatu perkiraan yang sampaisekarang belum dibul.'tikan; tetapi diadengan jelas mengakui kemungkinan,bahwa pada suatu ketika pel'kiraan itubisa dibuktikan: dan jika itu terjadi, makakatanya Kitab Suci akan perlu diterang-kan secara lain (daripada. dengan geo-sentrime" (Majalah 111eoJogica/ Studies57 (I996) n.2, him. 355, dalam suaturesensi tentang bul.'U yang berjudul Gali-leo and the Church).

    Namun demikian, Gereja sudahmengakui bahwa para toolO$ zaman itukurang bijaksana. Bahkan, Yohanes Pau-lus II minta maaf alas nama Gereja, danberkata : "Secara paradoksal, Galiloo, o-rang yang beriman dengan tulus hati itu,nampak lebih tajam pikiran daripada la-wan-lawan teolO$inya. Dia (Galileo)menulis kepada Benetto CastelliMeskipun kitab Suci tidak bisa keliru, na-mun beberapa penafsir dan komentatorda1i. Kitab Suci tersebut toh bisa kelirudalam banyak hal. Juga dikenal sepucuk

    JURNAl fIL)AfAT. JUU 1997

    surat kepada Ch1i.stine de Lorraine(I615) yang bisa dikatakan sema.camul'aian pendek ermeneutik biblis." (PidatoYohanes Paulus II di Akademi PontifikalIImu-ilmu AJamiah? 31 Oktober, 1992). -Mungkin tidak ada banyak orang yangtahu bahwa Galileo bersahabat erat de-ngan PJiUS Urbanus VIII 0623-1644) se-perti dilap::wkan oleh majalah Newsweek(8 Pebruari, 1993, hIm.52).

    Juga Galiloo mempersulit situasinyakarena dia kelim dalam beberapa hallain, misalnya mengenai "gerakanpasang" (tide movements) dimana diabemposisi dengan Kepler dan Copemic,dua toko raksasa yang mendahuluinya.

    Evolusi : Beberapa Data DasariahPembahan yang membuat suatu

    jenis makluk maju ke suatu del'ajat lebihtinggi disebut makro-evoJusi, dan itulahyang dimaksudkan pada umumnya de-gan kata : evolusi. Jadi, untuk menjelas-kan cal'a evolusi, hams membedakanmikro-evoJusi dan maJ..TO evoJusi,meskipun Profesor Glinka. tidak setujudengan distinksi itu.

    Mikro-evolusi adalah evolusi yangte1jadi dalam suatu spesies tertentu, atauyang dihasilkan oleh peranakan denganspesies-spesies dekat. Evolusi jenis inidibenarkan seratus persen, karena diada-kan tiap hari oleh manusia di tempat-tempat pembiakan atau di laboratoriumtumbuh-tumbuhan, untuk memperbaikibenih-benih.

    Makro-evolusi, seperti baru dicatatdi alas, adalah perubahan yang membuatsuatu jenis makhluk naik ke derajat lebihtinggi: Misalnya seekor ikan dijadikanulal', seekor ular menjadi bumng, dll...Perubahan semacam itu memuat nam-paknya organ-organ barn, seperti kaki-kaki, sayap-sayap, paru-pam. Di sini, ti-dak boleh berbicara tentang fal.'1a-fakta"yang disaksikan", karena manusia tidakpernah menyaksikan peralihan seekerikan ke seekor ular, atau seeker ular kebentuk seekor bumng. Walaupundemikian, ilmu biologi molel.'Ulermem-benarkan dengan l.'Uat bahwa pernbah-an-perubahan semacam itu memang

    51

  • mungkin berkat mutasi -mutasi dalam"kode" genetis atau waktuperkembang-an embrioner.

    Sesudah Jean-Baptiste de Monet La-mark, seorang Perancis (1744 -1829, danterutama sesudah Charles Robert Darwin,seorang Ingglis (1809-1882), ilmu bi-ologi berusaha untuk menemuka:ncara/bagainlananya evolusi. Faktor-fak-tor yang dipergunakanpada abad XIXbisa mempertanggungjawabkan, untuksebagian besar, mikro-evolusi saja. La....mark menonjolkan penganlh lingkllnglll1dan adaptasi makhluk-makhluk hiduppada lingkungan tersebut. Dalwill meng-garisbawahi seleksi a181nial] lewat"stluggle for Iife" .

    Untuk menjelaskan lnakro-eVLJIllSl;ilmu biologilah yang harus dipergu-nakan. Ilmu tersebut sudah mengenalkemajuan spektakuler sejak menerangiperanan radikal dali kode gelletis yangtergores dalam ibu-sel dali lnakhlukhidup; kode ini mengendalikall seluruhperkembangan dari organisme. Di derajatitulah prosesus-prosesus esensial darievolusi, terutama makro-evolusi, harusdiletakkan, karena modifikasi -mooifikasidari kode genetislah yang bisa memper-tanggungjawabkan lahirnya struktur-struktur organis yang baru. Tetapi masihperlu mencali klillsa-kausa dali mutasi-mutasi baru itu. Dan sarna sekali tidakmemuaskan mengandalkan mutasi-mu-tasi yang tetjadi secara kebetulan sajauntuk menjelaskan gerakan menaik, dan

    , finalitas evidell yang mewarnai gerakanitu.

    Peranan dali ilmu biologi itulahyang belum dikenal wak.'1u Dalwin mem-bicarakan masalah evolusi. Dan kekura-ngan itulah juga yang membuat darwin-isme kolot kalau tidak diperlengkapi se-cara dasariah dengan apa yang barukami catat di depan, dan yang seririgdisebut neo-dalwinisme.

    Evolusi tersebut memerlukall ba-nyak miliar tahun, dan menyajikankepada si ahli paleontologi suatu jumlahtak terhitung dali spesies di antara manabanyak sekali sudah letlyap, karena se-jarah kehidupan terkena bernlacam-

    JURNAL FILSAFAT. JULI 1997

    macam kebuntuan dan regresi. Nanlundemikian, jika dilihat dalam keseluruh-annya, ~volusi itu menampakkan suatugalis yang naik dengan luar biasa, bukanhanya dari segi keanekaan makhIuk-makhluknya dalam duma tumbuh-tum-buhan selia dunia hewani, tetapi jugadan lebih lagi dan pihak kesempurnaansemakin besar dalam hidup hewani, yangmencapai puncaknya dengan hOJll0 sapi-ens sapiens.

    Ev~lusi Dalam Perspektif Faham Kristi-am

    Jikalau Yohanes Paulus II berkatabahwa tidak ada konflik apa pun antaraevolusi dan faham Kristiani (terutama fa-ham penciptaan), beliau menyebut namaDalwin, karena nama itulah yang masihpaling

  • tersebut sudah tel:jadi setidak-tidaknyasejak 60 tahun. Bukankah pidato YohanesPaulus II itu mengingatkan Ensiklik PiusXII Humani Gellc11s (1950) yang mengu-capkan pendapat itu yang sudah umumwaktu itu dalam duma Klistiani yang

    berdeviasi arah fundamentalisme?

    Sehubungan dengan ini, majalahPera~cis L'Actua.1ite ReJigieuse, (N.150,15 decelnbre 1996) menerbitkan suatuartikel yang beljudul "Evolution biencomprise" (Evolusi dalam attinya yangsejati). Artikel ini mengomenteli de-klarasi Yohanes Paulus II yang baru kamisillyalir. Secara lebih persis, dilaporkanbahwa: Tanggal 23 Oktober 1996, padakesempatan Sidang Plenarium daliAkademi Pontifikal Ilmu ... ilmu Elnpiris,Paus nlenghadapi tema evolusionisme.Beliau setuju juntuk nlengakuibahwa te-ori evolusi adalah "bukan hanya suatuhifX'tesa saja", tetapi suatu fakta. Namunbeliau meniadakan teoli-teori yang"menganggap roh menusiawi (dimensispitituil manusia) sebagai akibat darigaya-gaya materi s8ja, atau menganggaproh tersebut tidak lebih dalipada suatuepifenomen dari Inateri itu". KardinalCarlo Maltini, uskup agung Milano, Ita-lia, heran sekali melihat bagaimana pi-dato pontifikal itu mengakibatkan"keheranan" bagitu besar dalanl be-berapa lingkungan : "Saya tidak mene-mukan apa pun yang baru dalam tekspontifikal itu. Hipotesa evolusionis sudahdiakui oIeh Pius XII tahun 1950 (...). Paushanya mengingatkan bahwa : karenapenciptaan direalisir (dibuat) menurutsuatu prosesus evolutif, maka prosesus itupantas diindahkan, tetapi dengatl tetapsadar bahwa nilai-nilai Ktistiani, - ialahdimensi spirituil manusia dan takdir(destination) kekalnya - tidak tergantungpada penemuan-penemuan saintifik."(Hlm.12)

    Pendeknya: Dewasa ini, kesulitan-kesulitan teologis (di depan sains) sud~hlenyap. Berkat kenmjuan dalam ekseges.ls,berkat distinksi jenis-jen.is literer, kItatahu bagaimana i-nenemukan pesan reli-gius Kitab Suci di bawah rumusan sim-

    JURNAl FILS"AFAT. ·)UU 1997

    bolis dan figuratifnya. Pesan itu jelassekali : Allah adalah r>encipta dari selnuayang ada. )adi, jikalau spesies-spesiesberasal-usuI satu dari yang lain sejakbentuk-bentuk pertama dati kehidupan,itu berarti bahwa evolusi adalah carayang dipilih oleh Allah untuk membuatsemua makhluk berada masing-masing,termasuk manusia dalam dimensi biolo-gisnya. Semua makhluk tel'gantung padaAllah yang memberikan semua kepadamereka, baik eksistensi ~aupun dina-misnle evolutifnya. Adapun mengenaihukum-hukum alamiah lewat manaevolusi itu betfungsi, itu adalah urusansains yang kompetell untuk mencali danmenemukan hukum-hukurn itu danmenilai lxilx)t eksplikatifnya (MellulutNouvelle Ellcyclopedie Cat11o/ique THEO,Palis: Fayard, 1989, hlm.692).

    Kalaubegini, Inengapa, pada per-mulaan teoli evolusi kebanyakan duniareligius menolakllya ?

    Walw evolusi disajikan kepadadunia untuk peliama kali, sebagai pen-jelasan tentang perkembangan Inatel;sampai munculnya hidup dan lalu mUI'-culnya manusia, maka ahli-ahli sainscenderung Ulltuk melihat dalam fahambalu ini sesuatu yang berlawanan denganfan.!lnl penciptaan alam semesta oleh AI-JaIl. Mengapa? Terutama karena padaakhir abad yang lalu dan bagianJ)ertama abad kita ini, 'saintisme'lah yangmasih meraiai duma sains. Tidakmengherankan kalau K. Marx dalamikIim matelialis kasar ini, mengambilkesempatan teol; evolusi Ulltuk menulis :"Penciptaan bumi telah digoncangkandengan keras oleh eV,olusi, yaitu ilmuyang menggalnbarkan terbentuk danteljadinya bumi sebagai suatu proses,suatu peltumbuhan kehidupan sendiri.Peliulnbuhan spontan adalah sanggahanpraktis satu-satunya terhadap teoliJ)enciptaan" (Marx, 1884, 245).

    Dan banyak penganut materialismelain Inenlpergunakan evolusi sebagai se-buah Sel\jata untuk tnenyerang agama.Pelldeknya kecendelullgan umum zamanitu, adalah untuk memandang evolusi le-\vat kacamata sempit dati 'saintisme'dan

    53

  • dengan demikian menyamakannya de-ngan suatu bentuk matelialisme. ltulahalasan mengapa kebanyakan penganutagama merasa perlu menolak evolusi itu,yang selalu ditafsirkan seakan-akanharus matelialis dan menyangkal Allah.Namun deniikian pantas meneatat bahwa"dogma 'saintisme' tak pernah disokong(didukung) oleh tokoh-tokoh yang me-mang besar dalam bidang sains eksak."Tetapi sayang sekali, "itulah sesuatuyang tidak dikenal oleh kebanyakan 0-rang." (Jaki, 1986, 137).

    Tetapi syukur kekaeauan itu, akibatkekurangan refleksi filosofis sudah lewat.Dan peranan Teilhard de Chardin dalamdebat itu bukan keeil. Namun masih ba-nyak orang kurang tahu bagaimanaevolusi dan faham peneiptaan perartiku-lasi satu sama lain. Sehingga dilema salahmasih beredar dalam bentuk yangbelikut: atau evoJusl~ atau penciptaan. -Evolusi adalah suatu gagasan ilmiah, se-dangkan peneiptaan termasuk bidangfilosofis dan teologis. }adi, masalah atauevolusi, atau penciptaan adalah masaIahsemu. Seorang yang bel'agama dan yangjuga tidak mau menyangkal faIda evolusiyang dipastikan dengan begitu banyakbukti (meskipun bagaimana fakta evolusiberlangsung dan menurut atul'an-aturanmana jauh dari jelas) akan mengakuibaik evolusi maupun peneiptaan. Haltersebut bisa dilukiskan sebagai betikut :rangkaian data yang terikat satu sarnalain seeara evolutif merupakan semaeamgaris horizontal, tiap titik dari garis ter-sebut diikatkan dengan Sang Penciptaberkat suatu hubungan vertikaLHubungan vertikal itu adalah ikatan pen-eiptaan. Tidak ada pertentangan apa punantal'a kedua jenis garis itu.

    Evolusi, Cermin Inteligibilitas yang Ce-merlang

    Tetapi justru berdasarkan VISIevolusionis alam semesta tidak eukupmenyadari ketiadaan perlawanan antaraevolusi dan agama (terutama dali segi fa-ham peneiptaan) ; harus ditambahkanbahwa : Adanya e.vlusi membuaf lebihjelas Iagi perIunya Allah sebagai SangJURNAl fIL)AfAT. JULI 1997

    Pencipfa. - " Cukup jelas bahwa suatuinterpretasi evolusionis dari teisme samasekali koheren; bahkan, menururt saya,interpretasi itu jauh lebih meyakinkan,dati pihak l'aSional dan religius, daripadainterpretasi naturalistik, yakni evolusitanpa Allah." (Gelkey, 1983, 68). Pro-feool' Emelitus Bonansea mengueapkanpendapat yang sama: "Mengenai ajaranpeneiptaan, bukan hanya tidak ada kon-flik antara sains dan agama, tetapisebaliknya sains 'de facto' mendukungajaran peneiptaan." (Bonansea, 1979,354).Mengapa ? Karena dunia ini, lewatevolusi, meneerminkan suatu inteligibili-tas yang semakin eemerlang."Perkembangan evolusi tidal

  • ngandung dalam dirinya sendili suatukuantitas besar inteligensi, lebih besardaripada yang dituntut untuk membang-un suatu katedral. Inteligensi itudinamakan 'informasi' (yang tel~oresdalam strul...'1ur tnateli), tetapi itu tidakmengubah kodrat tnasalahnya. Inteligensitersebut adalah syarat 'sine qua non' ke-hidupan. Dad mana inteligensi itu? Soalitu menarik baik bagi para ahli biologi,maupun bagi para filsuf. Dan ilmupengetahuanempiris tidak bisa (tidakberkompeten) untuk memecahkannya"(Grasse, 1973, 15). Dan karena mateIisenditi tidak berpikir, padahal diadidiami oleh plinsip-plinsip dinamis,'ide-ide', program-program pengor-ganisasi, yang mengadakan pemilihan,seleksi, membuat perhitungan, membukajalan secara 'inteligen', - maka tnateli ituhanya dapat mengembalikan kita padasuatu pemilihan, suatu kebijaksanaanpengatur yang transenden. Dengandemikian, alam semesta bisa dilihat seba-gai semacam paltisipasi, suatu pengung-kapan teljeltna dali Pikiran dan Kebijak-sanaan transenden ilahi. Bukankah inilahaltinya yang begitu seling nampak dalambanyak mazmur, tentang langit dan bumiyang "enarrant Gloriam Dei?"(meneetiterakan kemuliaan Allah).

    Inteligibilitas alam semesta meru-pakan "suatu al~umen untuk pembelaanteisme, karena itu membuktikan bahwadi belakang hukum-hukumnya (patfems)terdapat suatu Inteligensi Pencipta".Demikianlah pendapat singkat J. Polking-horne, ahli Matetnatika Fisika, dosen diCamblidge, anggota Royak Society, lalumemperoleh gelar do1...10r Teologi untukmemperdalam relasi antara sains danagama, tentang inteligibilitas alam se-mesta sebagai petunjuk Sang Pencipta(Polkinghorne, 1989, 23I).

    Mitos "Kebetulan"Dalwin berpendapat bahwa pen-

    jelasannya menggantikan finalitas(rencana-rencana, proyek-proyek, tu-juan-tujuan) dalam alam semesta dengankebetulan yang menjelaskan semua,seakan-akan teoli itu menggeser faham

    JURNAl. fILS"AfAT. JULI 1997

    penciptaan. ltulah suatu extrapolasi yangbukan hanya melampaui batas-batasmetodologis dali sains, tetapi terutamasesuatu yang disangkal oleh hukumtnatetnatika. Alam semesta adalah ber-miliar-miliar kali terlalu muda dankurang luas untuk menjelaskan, lewatkebetulan murni, munculnya satu proteinpun saja! Namun tidak disangkal adanya1

  • LAMPIRANRumusan Suatu Keberatan

    Faham Penciptaan Ktistiani ber-dasarkan Kitab Suci. Tetapi, menurutsuatupendapat tertentu, kalau pembi-caraan tentang relasi antara Evolusi danfaham Penciptaan memakai bab-babpertama Kitab Kejadian sebagai sumberfaham itu, maka debatnya tidak relevanlagi, menurut pendapat tersebut, karenaalasan yang berikut :

    "Para penulis bab-bab peltalna daliKitab Kejadian, katanya, sarna sekali tidakmau membicarakan asal-usul dunia(Cosmos). Preokupasi mereka terbataspadasituasi historis dan beberapa konfliksosio-politik yang restriktif sekali zanlanitu." - Yang menalik sekali dalam rangkapendapat illi adalah detil-detil konkretyallg dijelaskan dan yang mell1pakan ba-han histOlis yang sangat bermanfaat.

    JawabanKalau, berdasarkan data-data

    histotis tersebut, ditarik kesimpulanbahwa diskusi tentang telna Evolusi danfaham renciptaan sepelti digalllbarkandalam Kitab Suci tidak relevan, saya tidaksetuju, karena :

    1. Lepas dari Kitab Kejadian, Tu-hall sebagai Creator ll?liJm o111niuln, visi-bi/iul11 et invisibiliulll merupakan suatuunsur dasatiah dali seluruh faham Ktisti-ani dan semua bentuk lain dariMonoteisme. Dan juga, lepas dari KitabKejadian, "konflik" semu yang nlengkha-watirkan begitu banyak orang antara fa-ham Penciptaan dan Evolusi, sanla ben-tuknya, apakah fahanl itu telikat padaKitab Kejadian atau pada bagian il1i ataubagian itu dati Kitab Suci. Bentuk"konflik" tetap sarna, yalah : Asal danperkembangan alam semesta lewatEvolusi dikirakan melliadakal1 perlullyakegiatan transenden ilam Sang Penciptasebagai asal-usul dari seluruh alam se-

    ***"Gereja menghargai ilmu-ihnu alamiahdalam bidang mereka masing-masingdan tidak mellganggap mereka sebagaisuatu bahaya tempi sebaliknya sebagaisuatu wahyu yang mengesankan sekalidati Allah Pencipta" (Yohanes Paulus II,Pidato kepada para anggota CERN, 15Jurri, 1982) ..

    . "Sains dapat memurnikan agamadarl kesalahan (kekeliruan) dan ketakha-

    agama dapat menlurnikan sainspemberhalaan (idolatri) dan dali

    hal-!'al m~t1ak yang semu. Masing-maSltlg salns dan agama dapat me-masukkan satu sarna lain ke dalam suatu

    Pendapat Baru 111Menalik sekali melihat bagaimana

    aliran pikiran positif itu tentang evolusisudah mewarnai banyak .cendekiawanKt"istiani sedini sedini 1920-1930 teru-tama dalaln kaum ahli filsafat dan te-ologi. Misalnya, A.-D. Sertillanges, O.P.,yang bersahabat erat dengan HenliBergson, menulis: "jika hipotesa evolusimemang benar, maka Allall "dibuktikan"dua kali : suatu kali lewat adan.ya dunia...._.. ,._........ , dan suatu kali lagi lewatevolusi(...). Jika evolusi memang ada - danmemang begitulah situasi ... lnaka evolusiitu membuktikan, selain kekuasaan rak-sasa Allah, juga diskresiNya yang murahhati yang berkatnya Dia beltindak lewatkatyaNya senditi sesudah Dia menjadi ...kan karya itu dinamis dan kuasa."(Sertillanges, 1930, 27-28).

    Jadi 66 tahun yang lalu evolusisudah tidak dilihat sebagai ancaman amukeberatan terhadap faham penciptaan.Sebaliknya, terutama herkat pengaruhTeilhard de Chardin, evolusi dilihat seba-gai cara konkret bagaimana penciptaandiwujudkan dalam waktu dan spasi olehSang Pencipta yang tidak berdimensitemporal dan spasiaL Oleh sebab itu,bagi Allah, "satu hari adalah sarna de-ngan seribu tahun, dan selibu tahunadalah sarna dengan satu hali".

    hasil-hasil sendili satu demi satu." (Ibid., dUllia yang lebih luas, suatu dunia di25). mana kedua-duanya dapat tumbuh de-

    n&an subur-' (Yohanes Paulus II, Sura!kepada G. ~ Coyne, S../., Direktor Obser-vatorium Vatikan, 1 Juni, 1988).

    JURNAl FILS-AFAT. JUU 1997 56

  • mesta seperti diajati oleh Kitab Suci da-, .lam keseluruhannya.

    2. Semua massa media yangmembicarakan masalah Evolusi danAgama hampir selalu membuat referensipada bab-bab peltama dari ~tab Ke-jadian. Sehingga memang pentmg mem-hersihkan Kitab tersebut dati interpre-tasi-interpretasi yang salah.

    3. Seluruh Tradisi, sebagai ko-sumber Revelasi faham Kristiani, denganKitab Suci, di bawah pengaruh RohKudus lewat Magisterium yang konstandan umum dan lewat retleksi teologisPara teolo~ besar, selalu mengikatkan

    ¢ " t'faham penciptaan "lam sem~ta" out 5'nothing" dengan kedua lUlratlf J

  • kepada suatu analisis fal1:ual teks KitabSuci saja. Itulah, menurut saya, pusat se-luruh debat, antara ilmu teologi fahamKristiani resmi (dengan suatu dasarfilosofis) dan suatu alirail biblis yangcenderung untuk mencul;gai refleksifilosofis dan teologis yang tidak terdapatlangsung secara harafiah dalam KitabSuci.

    Suatu contoh, antara puluhan yanglain: alergi para ahli KS jenis tersebut,terhadap gagasan "jiwa", yang "asit18pacta antropologi biblis" dan disangkalkarena dikategorikan sebagai aberasi(korupsi) Yunani; padahal Magisteliummengintegrasikan gagasall tersebut da-lam corpus doktlinalnya sejak pernlulaansebagai suatu dimensi ontologis yangperlu diakui dalam manusia yang bukanmateriel saja ..., apa pun asal gagasan"iiwa" itu (Yunani atau lain). Tanlbahanlagi, banyak ahli KS selalu menyanlakangagasan "jiwa" dengan platonisme,meskipun Gereja tetap menjelaskan ba-gaimana konsepsi Ktistiani tentang"jiwa" sarna sekali berbeda dengan pla-torusme.

    Pendeknya : ~1t is likewise esse11lia!to recognize that tile Scriptures are 110tproperly understood wIlen tileyare inter-preted in a way wl1lch contradicts tileCJll1Jcll:S- JivilIg Tradition. To be correct,tilC infclpretaJio11 ofSclipture JI1Usf be illsubstantial accord Jvitll fllat Traditio/I."(Siker,.,.s"., 1994), 40).

    REFERENSI

    Bonansea, BM., 1979, God and Atlleisnl.A PlliJosop/lieal Approacl1 to tilCPlvblenl of God (Washington D.C.:Catholic Utuvel"sity of Amel;caPress).

    Corey, M.A., 1993, God ll/ld tI,e NewCOSJIIO/ogy (Lanham : RO\Vnlan &.Littlefield Publishers Inc.).

    Drost, J., 1989, "Quelques retlexions surla biologie a la lumiere de la foi",dalam bunga rampai Le Savallt ef iaFoi (Paris: l1atnmal;oll).

    Gilkey, L., 1983, "The Creationist Issue",dalanl majalah COllCiliuJl1, telltang

    JURNAl Fll~AfAT. JULI 1997

    CoSIII0logy 81ld Vlcology(Edinbul-gh / New York).

    Grasse, P.P., 1973· L'EvoJutio11 dllVivant (Pal;s: Albin Michel).

    Jaki, S.L~, 1986 Chance or Reality 811dOther Essays (LamhanILondon:University of Amel;ca Press).

    Marx, K., 1884 Naziollal Ekononlie UlldPhi/osopllic, dalam Die Fruschriften(Stuttgart: Edisi Landshut, 1953).

    Polkinghorne,J., 1989, "Conception de lafoi d'un physicien", dalam bungarampai Le Savant et /a Foi (Palis:flammarion) .

    Rahner / Vorglimer, 1983, C011ciseT/leologica1 Dictionaly (London:Burns & Dates).

    Seltillanges, A.D., 1930, CatecllL~Jl1e desillCrLJyal1ts (Paris: f1alnnlalion).

    Siker, J.S. (Ed.) 1994 HOl11111osexuB1ity illtlle Cllllrcil. Botll ...4)ldes of tile De-bate (Louisville: Westnlil1ster JohnKJ10x Pl~SS). ~

    Tl~smontant, C., 1985 Essai Sllr la CO/l-Jlaisstll1Ce de Dieil (Paris: Cert).

    58


Top Related