Transcript
Page 1: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah

keadaan baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan

cacat juga dapat diukur dari produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan

atau secara ekonomi. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang RI No. 23

1992 tentang Batasan Kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa, dan

Sosial yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup produktif secara

sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2007).

Pembangunan kesehatan merupakan penyelenggaraan upaya kesehatan

oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap

penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal

sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Pembangunan kesehatan berkembang dengan cepat dan menyentuh seluruh

segi kehidupan sehingga perlu disusun tatanan upaya kesehatan (Departemen

Kesehatan RI, 2001)

Upaya kesehatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk pelayanan dasar

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), peran serta masyarakat dan

rujukan kesehatan Upaya kesehatan melalui Puskesmas merupakan upaya

menyeluruh dan terpadu yang meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan,

dan pemulihan. Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Tim

Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga telah merumuskan

tatanan tersebut yang dilaksanakan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu), yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat secara

rutin setiap bulannya (Departemen Kesehatan RI, 2001).

Pembinaan Lansia (Lansia) di Indonesia dilaksanakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan sebagai landasan dalam menentukan

kebijaksanaan pembinaan sesuai dengan Undang-Undang RI No. 13 Tahun

1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan

kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan dan kemampuan Lansia, upaya penyuluhan, penyembuhan dan

Page 2: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

2

pengembangan lembaga (Departemen Kesehatan RI, 2005). Pembinaan

kesehatan dimulai dari kehidupan keluarga, ibu hamil, anak-anak dan Lansia

yang merupakan kelompok rawan dipandang dari segi kesehatan karena

kepekaan dan kerentanan yang tinggi terhadap gangguan kesehatan dan

ancaman (Departemen Kesehatan RI, 2005).

Pelaksanaan pembinaan kesehatan Lansia di Puskesmas perlu

dilakukan untuk perencanaan lebih lanjut (Departemen Kesehatan RI, 2005).

Pertambahan penduduk Lansia secara bermakna akan disertai oleh berbagai

masalah dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan Lansia, baik

terhadap individu maupun bagi keluarga dan masyarakat yang meliputi fisik,

biologis, mental maupun sosial ekonomi. Mengingat Lansia merupakan salah

satu kelompok rawan dalam keluarga, pembinaan Lansia sangat memerlukan

perhatian khusus sesuai dengan keberadaannya (Departemen Kesehatan RI,

2005).

Sasaran Posyandu Lansia meliputi beberapa kelompok di mana ada

sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah usia

virilitas/pra senilis 45 s.d. 59 tahun, Lansia 60 s.d. 69 tahun, dan Lansia risiko

tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Sedangkan sasaran yang tidak langsung

adalah keluarga di mana Lansia berada, masyarakat di lingkungan Lansia,

organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan Lansia, petugas

kesehatan yang melayani kesehatan Lansia dan masyarakat luas (Departemen

Kesehatan RI, 2006).

Jumlah populasi Lansia 60 tahun ke atas di dunia terus bertambah,

pada tahun 1950 sebanyak 130 juta (4% dari total populasi), tahun 2000

sebanyak 16 juta (7,2% dari total populasi) dan terus bertambah berkisar 8 juta

setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 menjadi 41,5 juta (13,6%), dan

pada tahun 2050 sebanyak 79,6 juta (23,7%) (U.S. Census Bureau, 2002).

Secara demografi berdasarkan data sensus penduduk tahun 2000, Indonesia

memasuki era penduduk berstruktur tua di mana proporsi Lansia mencapai

14,4 juta jiwa atau (7,18%) dari total jumlah penduduk. Pada tahun 2005

jumlah Lansia sudah berkisar 19,9 juta jiwa atau (8,48%) dan meningkat

Page 3: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

3

menjadi 24 juta jiwa atau (9,77%) dari total penduduk pada tahun 2010 (Biro

Pusat Statistik, 2000).

Pada Kepaniteraan Klinik Muda, Enam Program Pokok Puskesmas kali

ini, kelompok kami mendapat tugas praktek lapangan di Puskesmas Kebasen,

yang merupakan Puskesmas rawat inap di Kecamatan Kebasen. Kami memilih

bidang Posyandu Lansia yang termasuk dalam program Promosi Kesehatan.

Alasan memilih kasus ini adalah berdasarkan data dari Puskesmas Kebasen

yang menyebutkan bahwa dalam pendataan Lansia dan program kerja

Posyandu Lansia belum berjalan secara maksimal dan efisien.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu mengetahui gambaran umum program Promosi Kesehatan bidang

Posyandu Lansia di Puskesmas Kebasen.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis masalah dalam program Promosi Kesehatan bidang

Posyandu Lansia di Puskesmas Kebasen

b. Mengetahui gambaran lansia di Puskesmas Kebasen.

c. Mengetahui gambaran alternatif pemecahan masalah yang

berhubungan dengan Posyandu Lansia di Puskesmas Kebasen.

d. Memberi informasi tentang lansia kepada masyarakat.

C. Manfaat Penulisan

1. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan

yang mungkin masih ada dalam pelaksanaan 6 program pokok Puskesmas

Kebasen.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk melakukan evaluasi

dalam kinerja Puskesmas terutama dalam Program Promosi Keshatan

Posyandu Lansia.

3. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas ke arah yang lebih baik guna

mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan

individu pada khususnya terutama pada pelayanan Posyandu Lansia.

Page 4: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

4

4. Sebagai bahan wacana bagi masyarakat pada umumnya mengenai

pentingnya Posyandu Lansia.

Page 5: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

5

II. ANALISIS POTENSI

Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem

sehingga dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja)

mengalami masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab masalah

tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan tersebut.

Input mencakup indikator yaitu man (sumber daya manusia), money

(sumber dana), method (cara pelaksanaan suatu kegiatan), material

(perlengkapan), minute (waktu) dan market (sasaran). Proses menjelaskan fungsi

manajemen yang meliputi tiga indikator yaitu: P1 (perencanaan), P2

(penyelenggaraan) dan P3 (pengawasan, pemantauan, dan penilaian).

A. Input

1. Man

Kecamatan Kebasen mempunyai 2 dokter umum, 1 dokter gigi, 14 bidan

desa, 8 perawat, 1 perawat gigi, 481 kader, dan tokoh masyarakat yang

terdiri dari bu lurah, bu carik, tokoh agama.

Berikut ini data jumlah tenaga medis, paramedis dan non-medis yang

bekerja di Puskesmas Kebasen pada tahun 2010.

NO NAMA NIP PANGKAT JABATAN

GOL TMT

           1 dr. Purwanto 19660223 200212

1 002III C 01/10/2006 Ka.

Puskesmas2 dr. Srie Astuti H 19781129 200903

2 002III B 01/03/2009 Dokter Umum

3 drg.Andi Nugroho

19821802 201001 1 019

III B 01/04/2010 Dokter Gigi

4 Djuwedah 19560707 1982 09 2 001

III D 01/04/2007Bidan Puskesmas

5 Nastiti 19631118 198412 2 004

III D 01/04/2007 Bidan Puskesmas

6 Nani Nurrohmah 19691215 199003 2 006

III B 01/04/2008 Bidan Puskesmas

7 Retno Wiyati 19720920 1992 03 2 003

III B 01/10/2009 Bidan Puskesmas

8 Rusmiasih 19751222 2007 01 2 004

II A 01/01/2009 Bidan Puskesmas

9 Tarsem 19731119 200604 II A 01/04/2008 Bides

Page 6: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

6

2 006 Cindaga

10 Rasmiyah 19660114 198803 2 007

III B 01/04/2009 Bides Karangsari

11 Sumariyam 19750522 200604 2 009

II C 01/04/2008 Bides Randegan

12 Iki Kurniasih 19750904 200604 2 013

II A 01/04/2008 Bides Adisana

13 Khusnul Khotimah

19760222 200701 2 006

II A 01/01/2009 Bides Kaliwedi

14 Herni Cahyati 19760330 200701 2 007

II A 01/01/2009 Bides Kalisalak

15 Suntari 19770427 200701 2 009

II A 01/01/2009 Bides Sawangan

16 Siskanita Nur F 19861012 200903 2 006

II C 01/03/2009 Bides Bangsa

17 Ernita Ika R 11404710823 - 01/04/2007 Bides Kebasen

18 Ating Restu Julian

11404711051 - 26/09/2009 Bides Cindaga

19 Nofi Dian Sundari

1140474636 - 16/11/2009 Bides Gambarsari

20 Fitianti 11404817424 16/11/2009 Bides Kalisalak

21 Erna Wati 11404817392 16/11/2009 Bides Tumiyang

22 Erly Kusuma Dewi

11404817397 16/11/2009 Bides Mandirancan

23 Iga Prasetyawati Honor 02/01/2005 Perawat

24 Eko Yuli Setiono Honor 02/01/2005 Perawat

25 Wiji Astuti Honor 01/08/2005 Perawat

26 Budiyanto 19750313 200604 1 008

II A 01/04/2008 Perawat

27 Basiroh 500168209 II C 01/01/2007 Perawat

28 Juwariyah 19771216 200701 2007

II C 01/01/2007 Perawat

29 Supriyanti 500168207 II C 01/01/2007 Perawat

30 Arif Puji Ryanto 500165590 II C 01/01/2007 Perawat

31 Lisdinawati V L 196211771981032001

III C 01/04/2008 Perawat Gigi

32 Suratmin 19650110 198811 1 001

III B 01/10/2008 Pel. Sanitasi Lanj

Page 7: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

7

33 Wakhtum, S. Sos 19670603 198903 1 009

III B 01/10/2008 Pel. Laborat

34 Juni Hendratati 19690604 199203 2 007

III A 01/04/2007 Pel. Gizi

35 Naryanto 19710912 199303 1 005

III A 01/04/2009 Pel. TU

36 Ruswati 19540502 197505 2 001

II D 01/04/2000 Staff

37 Ani Kustitah 19630618 198703 2 010

II C 01/04/2006 Bend. Penerimaan

38 Triyanto 19680410 199103 1 011

II B 01/04/2007 Bend. Barang

39 Saheri 19550102 197410 1 001

II A 01/04/1991 Pembantu Umum

40 Suprihastuti 19620321 200801 2 001

II A 01/01/2008 Bend. Pengeluaran

41 Eri Kustianti 19720112 200801 2006

II A 01/01/2008 Pengelola Obat

42 Suripah 500168212 I C 01/01/2007 Pembantu Umum

43 Sukarwi Honor 01/07/1985 Pembantu Umum

44 Karyoto Honor 01/10/2009 Pembantu Umum

Sumber : profil Puskesmas Kebasen 2009

2. Money

Dana untuk kegiatan program berasal dari APBN dan APBD Kabupaten

Banyumas

3. Material

Logistik, obat, vaksin berasal dari pihak kantor dinas kesehatan tingkat II

dan BKKBN Kabupaten Banyumas. Jumlah dan jenisnya disesuaikan

dengan perencanaan yang telah diajukan oleh Puskesmas. Fasilitas yang

dimiliki Puskesmas Kebasen untuk kegiatan Posyandu Lansia 1 unit mobil

ambulans, 1 unit stetoskop, 1 unit tensimeter, dan 1 unit timbangan berat

badan.

4. Method

Page 8: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

8

Metode pelaksanaan Posyandu Lansia yang dilakukan adalah pendataan

lansia, penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan

kesehatan, pemberian obat-obatan bagi lansia yang mengalami gangguan

kesehatan, penyuluhan/edukasi tentang kesehatan lansia, dan senam lansia.

5. Minute

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program sebulan sekali pada masing-

masing tempat

6. Market

Sasaran pada Posyandu Lansia adalah penduduk wilayah Puskesmas

Kebasen yang berusia lanjut. Dalam pelaksanaan program dibutuhkan

adanya lintas sektoral demi tercapainya kesuksesan program Posyandu

Lansia. Lintas sektoral ini melibatkan peran serta perusahaan-perusahaan

swasta di sekitar daerah Posyandu Lansia dan pemerintah desa, tokoh

masyarakat, organisasi keagamaan seperti majelis taklim dan pondok

pesantren serta organisasi pemberdayaan wanita seperti kader PKK dan

dasawisma.

B. Proses

1. Perencanaan (P1) :

Arah : Terwujudnya KECAMATAN KEBASEN SEHAT 2010

2. Pengorganisasian (P2)

a) Penggalangan kerjasama dalam Tim Promosi Kesehatan

b) Penggalangan kerjasama lintas sektoral

c) Penggalangan kerjasama dengan bidan desa Kecamatan Kebasen

d) Penggalangan Desa Siaga

e) Mempertimbangkan jumlah tenaga, beban kerja dan sarana

3. Penggerakan dan pelaksanaan program

Tim Puskesmas Kebasen khususnya bagian Promosi Kesehatan

dan bidan desa serta kader bekerjasama dengan masyarakat dalam

memaksimalkan pemanfaatan posyandu lansia guna meningkatkan derajat

kesehatan dan kualitas hidup lansia di Kecamatan Kebasen.

4. Pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan

Page 9: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

9

a) Dinas Kesehatan wilayah Bayumas

b) Puskesmas Kebasen khususnya bagian Promosi Kesehatan

c) Bidan Desa Kecamatan Kebasen

d) PWS = Pemantauan wilayah setempat

e) Kader atau perangkat desa setempat

C. Output

Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia

serta mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan

swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi

antara masyarakat usia lanjut.

D. Effect

1. Perencanaan dan organisasi

Adanya perencanaan dan organisasi menyebabkan pelaksanaan program

Posyandu Lansia sesuai dengan jadwal serta tenaga kesehatan yang

bertanggung jawab terhadap program Posyandu Lansia menjadi lebih

terstruktur.

2. Pelaksanaan

Dengan adanya tenaga kesehatan yang kompeten dan peran aktif dari

masyarakat diharapkan program Posyandu Lansia dapat berjalan dengan

baik sehingga masyarakat lanjut usia dapat memanfaatkan pelayanan

secara maksimal.

3. Kontrol dan evaluasi

Kegiatan kontrol dan evaluasi pada program Posyandu Lansia menjadikan

program menjadi lebih baik daripada sebelumnya, sehingga target yang

diharapkan dapat tercapai.

E. Outcome

1. Peneliti

Untuk menambah pengetahuan peneliti dalam bidang kedokteran

komunitas dan kesehatan masyarakat.

2. Puskesmas

Page 10: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

10

Dampak program yang diharapkan adalah tercapainya pendataan dan

kegiatan kunjungan Posyandu Lansia yang baik.

3. Masyarakat

Dampak program Posyandu Lansia bagi masyarakat adalah perubahan

paradigma masyarakat terutama lansia, dari konsep sakit menjadi konsep

sehat.

III. IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

Page 11: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

11

A. Strength

1. Terdapat 2 dokter umum, 8 perawat, 5 bidan dan 14 bidan desa di wilayah

kerja Puskesmas Kebasen.

2. Keterampilan bidan desa untuk penyuluhan di 12 desa yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Kebasen mengenai Posyandu Lansia sudah

memenuhi syarat karena sering mengikuti pelatihan di Dinas Kesehatan

Kabupaten.

B. Weakness

1. Hambatan pada sumber daya Puskesmas:

a) Sumber daya Promosi Kesehatan yang mengurusi masalah Posyandu

Lansia Puskesmas Kebasen kurang.

b) Sistem pendataan Posyandu Lansia kurang baik, karena petugas dan

kader Posyandu Lansia hanya mendata lansia yang datang ke

Posyandu. Padahal seharusnya petugas dan kader Posyandu Lansia

mendata jumlah total lansia dari pemerintah desa setempat.

c) Tidak adanya dokter yang turun langsung saat pengobatan di

Posyandu Lansia.

d) Media penyampaian informasi kepada masyarakat masih sederhana

dan kurang karena hanya dalam bentuk lisan.

2. Hambatan pada Masyarakat:

a) Pengetahuan Lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.

b) Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau.

c) Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun

mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu.

3. Hambatan yang terjadi pada lingkungan :

Hambatan geografis yang dikarenakan Puskesmas Kebasen memiliki

jumlah desa yang banyak (12 desa) dan lokasi yang tersebar dengan jarak

yang cukup jauh sehingga sulit untuk menyisir daerah tersebut guna

melakukan penyuluhan terutama pada daerah Kalisalak yang mempunyai

wilayah berbukit-bukit.

C. Opportunity

Page 12: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

12

1. Di masing-masing desa di wilayah kerja Puskesmas Kebasen, sudah

ditempatkan bidan desa yang siap memberikan bantuan terhadap orang

lanjut usia. Bidan desa sudah banyak yang terjun ke pelosok desa untuk

sosialisasi dalam upaya menggalangkan program Posyandu Lansia, tetapi

banyak masyarakat yang tidak memanfaatkan kesempatan tersebut.

2. Kegiatan Posyandu Lansia dibarengi dengan Kegiatan Posyandu Balita

agar memudahkan masyarakat mengantar orang tua mereka sekaligus

bersamaan dengan mengantar anak mereka ke Posyandu.

D. Threat

1. Petugas Posyandu yang sikapnya kurang ramah.

2. Waktu Posyandu yang mengganggu aktivitas lansia.

IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF

Page 13: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

13

PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis

Batasan usia lanjut di Indonesia menurut WHO South East Asia

Regional adalah usia lebih dari 60 tahun dengan perincian :

1. 60-64 tahun : perubahan menuju orang lanjut usia

2. 65-79 tahun : usia lanjut

3. Lebih dari 79 tahun : usia sangat lanjut (WHO, 2000)

Sedangkan menurut Departemen Kesehatan (Depkes) RI, batasan usia

tua adalah :

1. 60-69 tahun : usia lanjut

2. Lebih dari 69 tahun : usia lanjut risiko tinggi (Departemen Kesehatan

RI, 2007)

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu

lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan

kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas

dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan

organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Djaeni, 2005).

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :

1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan

lansia.

2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan

swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi

antara masyarakat usia lanjut (Djaeni, 2005).

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja,

pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada

mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten

maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia

Page 14: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

14

sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem

pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut (Moehji, 2002) :

1. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan

atau tinggi badan.

2. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa

tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan

rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.

3. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa

dilakukan pelayanan pojok gizi.

Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan

posyandu antara lain (Mochtadi, 2004):

1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari

pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri

kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang

bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah

kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini,

pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan

sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu

mengikuti kegiatan posyandu lansia

2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau.

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau

posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena

penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam

menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan

atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah

untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan

atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau

motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian,

keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk

menghadiri posyandu lansia.

Page 15: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

15

3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan

lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan

dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan

posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila

selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke

posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha

membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar

atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.

Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau

mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat

dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk

bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan

potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu

dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan

Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu

Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita

(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi (Winarno,

2007).

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di

Posyandu Lansia adalah (Suharyono dan Ebrahim, 2007) :

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam

kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun

tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental

emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta

penghitungan denyut nadi selama satu menit.

Page 16: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

16

5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat

6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya

penyakit gula (diabetes mellitus)

7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi

awal adanya penyakit ginjal.

8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau

ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.

9. Penyuluhan Kesehatan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi

setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan

memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga

seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran

(Suharyono dan Ebrahim, 2007).

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia,

dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung,

ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan

kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop,

tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, termometer, Kartu Menuju

Sehat (KMS) lansia (Winarno, 2007).

B. Alternatif Pemecahan Masalah

Melihat hasil analisis SWOT, didapatkan isu strategis yang dapat

dilakukan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah, meliputi :

1. Puskesmas hendaknya lebih aktif dalam meningkatkan pelayanan program

pokok Puskesmas khususnya di bidang Promosi Kesehatan dalam rangka

penggalakkan program Posyandu Lansia di wilayah Kecamatan Kebasen.

2. Dokter Puskesmas seharusnya turun langsung saat pengobatan di

Posyandu Lansia.

3. Petugas koordinator Posyandu Lansia seharusnya tidak diganti-ganti

dalam jangka waktu yang dekat agar program yang telah direncanakan

dapat berjalan dengan baik.

Page 17: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

17

4. Lebih berperan aktif dalam memberikan informasi kepada masyarakat

khususnya berbagai pengetahuan mengenai Posyandu Lansia misalnya

dengan penyuluhan, pembagian pamflet dan poster melalui bidan desa

maupun kader-kader di Posyandu untuk memudahkan dalam pelaksanaan.

5. Pendataan secara rutin dan berkala orang-orang dengan usia lanjut.

Dengan demikian data tersebut dijadikan target/sasaran penyuluhan

mengenai Posyandu Lansia sehingga diharapkan orang usia lanjut dapat

hadir dan mengikuti seluruh kegiatan Posyandu Lansia.

6. Pembentukan team khusus untuk mensosialisasikan program Posyandu

Lansia kepada masyarakat. Tujuan dari pembentukan team khusus adalah

untuk memudahkan kinerja dari Puskesmas dalam menyampaikan

informasi kepada masyarakat. Team khusus disini bisa mengikut sertakan

bidan desa dan kader posyandu yang ada di setiap desa.

7. Membuat jadwal secara berkala dalam menyampaikan informasi kepada

masyarakat (dalam hal ini penyuluhan) yang dapat dilaksanakan di

Posyandu.

8. Menambah jumlah Posyandu Lansia di masing-masing desa agar semua

lansia di wilayah Puskesmas Kebasen dapat ditampung dalam program

Posyandu Lansia. Jumlah Posyandu Lansia yang ada sebanyak 23 buah,

sedangkan jumlah pralansia dan lansia di Kecamatan Kebasen sebanyak

13.947 orang. Sangat tidak efektif apabila 1 Posyandu Lansia menampung

rata-rata kurang lebih 606 orang, sehingga perlu ditambah beberapa unit

Posyandu Lansia di masing-masing desa. Agar efektif 1 Posyandu Lansia

dihadiri maksimal 40-50 orang, sehingga perlu ditambah pada masing-

masing desa, yaitu :

a. Desa Adisana

Jumlah lansia sebanyak 822 orang, sehingga dibutuhkan 18

Posyandu Lansia. Padahal di Desa Adisana baru mempunyai 1

Posyandu, sehingga perlu ditambah 17 Posyandu Lansia.

Page 18: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

18

b. Desa Bangsa

Jumlah lansia 482 orang, sehingga dibutuhkan 11 Posyandu Lansia.

Padahal di Desa Bangsa baru mempunyai 1 Posyandu, sehingga

perlu ditambah 10 Posyandu Lansia.

c. Desa Karangsari

Jumlah lansia 281 orang, sehingga dibutuhkan 6 Posyandu Lansia.

Padahal di Desa Karangsari baru mempunyai 4 Posyandu, sehingga

perlu ditambah 2 Posyandu Lansia.

d. Desa Randegan

Jumlah lansia 250 orang, sehingga dibutuhkan 6 Posyandu Lansia.

Padahal di Desa Randegan baru mempunyai 2 Posyandu, sehingga

perlu ditambah 4 Posyandu Lansia.

e. Desa Kaliwedi

Jumlah lansia 500 orang, sehingga dibutuhkan 11 Posyandu Lansia.

Padahal di Desa Kaliwedi baru mempunyai 1 Posyandu, sehingga

perlu ditambah 10 Posyandu Lansia.

f. Desa Sawangan

Jumlah lansia 203 orang, sehingga dibutuhkan 5 Posyandu Lansia.

Padahal di Desa Sawangan baru mempunyai 2 Posyandu, sehingga

perlu ditambah 3 Posyandu Lansia.

g. Desa Kalisalak

Jumlah lansia 828 orang, sehingga dibutuhkan 18 Posyandu Lansia.

Padahal di Desa Kalisalak baru mempunyai 3 Posyandu, sehingga

perlu ditambah 15 Posyandu Lansia.

h. Desa Cindaga

Jumlah lansia 618 orang, sehingga dibutuhkan 14 Posyandu Lansia.

Padahal di Desa Cindaga baru mempunyai 1 Posyandu, sehingga

perlu ditambah 13 Posyandu Lansia.

i. Desa Kebasen

Jumlah lansia 763 orang, sehingga dibutuhkan 17 Posyandu Lansia.

Padahal di Desa Kebasen baru mempunyai 1 Posyandu, sehingga

perlu ditambah 16 Posyandu Lansia.

Page 19: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

19

j. Desa Gambarsari

Jumlah lansia 175 orang, sehingga dibutuhkan 4 Posyandu Lansia.

Padahal di Desa Gambarsari baru mempunyai 1 Posyandu,

sehingga perlu ditambah 3 Posyandu Lansia.

k. Desa Tumiyang

Jumlah lansia 138 orang, sehingga dibutuhkan 3 Posyandu Lansia.

Padahal di Desa Tumiyang baru mempunyai 2 Posyandu, sehingga

perlu ditambah 1 Posyandu Lansia.

l. Desa Mandirancan

Jumlah lansia 386 orang, sehingga dibutuhkan 9 Posyandu Lansia.

Padahal di Desa Mandirancan baru mempunyai 4 Posyandu,

sehingga perlu ditambah 5 Posyandu Lansia.

9. Menggabungkan Posyandu Lansia dan Posyandu Balita yang dinamakan

dengan Posyandu Induk. Efektivitas adanya Posyandu Induk adalah

mengurangi biaya operasional yang mahal apabila menambah beberapa

unit Posyandu Lansia yang baru serta adanya menghemat pengadaan kader

Posyandu dan tenaga kesehatan terkait. Selain itu manfaat Posyandu Induk

adalah lebih banyak lansia yang datang karena para lansia dapat mengantar

cucunya sekaligus untuk mendatangi Posyandu Balita dan pemantauan

wilayah setempat menjadi lebih mudah. Apabila digabungkan, maka :

a. Desa Kebasen

Desa Kebasen telah mempunyai 6 Posyandu Balita dan 1 Posyandu

lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1:117 orang, agar efektif

diperlukan 18 Posyandu, sehingga perlu ditambahkan 17 Posyandu.

Namun karena penambahan 17 Posyandu dinilai menghabiskan dana

operasional yang cukup banyak dan karena adanya keterbatasan

Sumber Daya Manusia (SDM), secara teknis pemecahan alternatifnya

dapat dilakukan dengan menggabungkan rasio balita dengan rasio

lansia yang dapat dilayani di Posyandu. Efektivitas jumlah balita yang

dapat dilayani dalam satu Posyandu maksimal 75 orang dan lansia

adalah 50 orang. Sehingga yang dapat dilayani maksimal 125 orang,

sehingga hanya dibutuhkan 9 Posyandu dalam hal ini rasio Posyandu

Page 20: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

20

dengan total jumlah balita dan jumlah lansia di Desa Kebasen adalah 1:

178 . Sehingga hanya perlu menambahkan 3 Posyandu Induk lagi.

b. Desa Bangsa

Desa Bangsa telah mempunyai 6 Posyandu Balita dan 1 Posyandu

Lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1: 69 orang. Rasio ini

sudah belum bisa dikatakan efektif, sehingga membutuhkan

penambahan 1 Posyandu Induk lagi .

c. Desa Karangsari

Desa Karangsari telah mempunyai 5 Posyandu Balita dan 4 Posyandu

Lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1:31 orang. Rasio ini

sudah bisa dikatakan efektif, sehingga tidak membutuhkan

penambahan Posyandu.

d. Desa Randegan

Desa Randegan telah mempunyai 5 Posyandu Balita dan 2 Posyandu

Lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1:36 orang. Rasio ini

sudah bisa dikatakan efektif, sehingga tidak membutuhkan

penambahan Posyandu.

e. Desa Kaliwedi

Desa Kaliwedi telah mempunyai 6 Posyandu Balita dan 1 Posyandu

Lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1:71 orang. Rasio ini

sudah belum bisa dikatakan efektif, sehingga membutuhkan

penambahan 1 Posyandu Induk lagi.

f. Desa Sawangan

Desa Sawangan telah mempunyai 5 Posyandu Balita dan 2 Posyandu

Lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1:29 orang. Rasio ini

sudah bisa dikatakan efektif, sehingga tidak membutuhkan

penambahan Posyandu.

g. Desa Kalisalak

Desa Kalisalak telah mempunyai 13 Posyandu Balita dan 3 Posyandu

Lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1:52 orang. Rasio ini

sudah bisa dikatakan efektif, sehingga tidak membutuhkan

penambahan Posyandu.

Page 21: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

21

h. Desa Cindaga

Desa Cindaga telah mempunyai 14 Posyandu Balita dan 1 Posyandu

Lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1:41 orang. Rasio ini

sudah bisa dikatakan efektif, sehingga tidak membutuhkan

penambahan Posyandu.

i. Desa Kebasen

Desa Kebasen telah mempunyai 5 Posyandu Balita dan 1 Posyandu

Lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1:127 orang. Rasio ini

sudah belum bisa dikatakan efektif, sehingga membutuhkan

penambahan 2 Posyandu Induk lagi.

j. Desa Gambarsari

Desa Gambarsari telah mempunyai 5 Posyandu Balita dan 1 Posyandu

Lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1:29 orang. Rasio ini

sudah bisa dikatakan efektif, sehingga tidak membutuhkan

penambahan Posyandu.

k. Desa Tumiyang

Desa Tumiyang telah mempunyai 2 Posyandu Balita dan 2 Posyandu

Lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1:35 orang. Rasio ini

sudah bisa dikatakan efektif, sehingga tidak membutuhkan

penambahan Posyandu.

l. Desa Mandirancan

Desa Mandirancan telah mempunyai 4 Posyandu Balita dan 4

Posyandu Lansia, rasio Posyandu dengan lansia adalah 1:48 orang.

Rasio ini sudah bisa dikatakan efektif, sehingga tidak membutuhkan

penambahan Posyandu.

Page 22: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

22

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bagian Promosi Kesehatan Puskesmas Kebasen masih memiliki

kelemahan dalam upaya menggalakkan program Posyandu Lansia. Hal

ini disebabkan oleh penggantian petugas yang memimpin program

tersebut setiap bulannya. Selain itu, petugas tersebut juga memimpin

beberapa program lainnya, sehingga pendataan, tenaga, dan kegiatan

kunjungan posyandu lansia masih kurang baik.

2. Perlu dilakukan upaya-upaya stretegis untuk dapat menggalakan

program Posyandu Lansia.

B. Saran

1. Bagi peneliti lain :

Untuk melanjutkan dan mengevaluasi keberlangsungan program

Posyandu Lansia di Kecamatan Kebasen sehingga kegiatan dapat

berlangsung secara maksimal dan efisien.

2. Bagi Puskesmas :

a. Pendataan pada kegiatan Posyandu Lansia akan berjalan baik jika

dipimpin oleh seorang petugas yang kompeten dan tidak berganti-

ganti.

b. Dokter, bidan, dan perawat seharusnya aktif berperan dalam kegiatan

Posyandu Lansia.

c. Memonitoring dan mengevaluasi kegiatan Posyandu Lansia secara

rutin yang dilakukan oleh Puskesmas.

d. Menambah jumlah Posyandu Lansia pada masing-masing desa.

3. Bagi lintas sektoral

Dapat ikut aktif dalam kegiatan Posyandu Lansia demi tercapainya

kesuksesan program Posyandu Lansia di Kecamatan Kebasen.

4. Bagi masyarakat

a. Memberikan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat untuk

menggalakkan program Posyandu Lansia.

Page 23: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

23

b. Memonitoring dan mengevaluasi kegiatan Posyandu Lansia secara

rutin yang dilakukan oleh masyarakat.

Page 24: Evapro Lansia Mika-gemma (Mbuh)

24

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Perawatan Geriartri. Retrieved Mei 4, 2010, from Departemen Kesehatan RI: www.depkes.go.id

Djaeni Ahmad Soediaotama. Sindroma Geriartri. Bhratara Karya Aksara, Jakarta, 2005.

Flint, A. J., Peasley-Milkus, Catherine, Eros, P., & Meyers, B. D. (2007). Effect of Age on The Frequency of Anxiety Disorders in Major Deppression with Psychotic Features. American Journal of Griartric Psych , 404-412.

Hazzard, W. R., Blass, J. P., Halter, J. B., Ouslander, J. G., & Tinetti, M. (2003). Principles of Geriatric Gerontology. New York: Mc. Graw Hill Professional.

Logghe, I. H., Zeeuwe, P. E., Verhagen, A. P., & Wijnen-Sponselee, R. M. (2009). Lack of Effect of Tai Chi Chuan in Preventing Falls in Elderly People Linving at Home : A Randomize Clinical Trial. Journal of The American Geriartrics Society , 57-63.

Moehji Sjahmien. Perawatan Geriartri. Bhratara Karya Aksara, Jakarta, 2002.

Mochtadi Deday. Masalah Kesehatan pada Lansia . Sinar Harapan. Jakarta. 2004

Suharyono dan Ebrahim G.Z. Kesehatan Lansia. Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta. 2007

Winarno F.G. Kesehatan dan Perawatan Lansia. Sinar Harapan, Jakarta. 2007

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Perawatan Geriartri. Retrieved Mei 4, 2010, from Departemen Kesehatan RI: www.depkes.go.id

WHO. (2000). Geriatri. Geriartric Journals , 123-125.


Top Related