EVAL
PEM
LUASI KEDI E
W
MULIAAN
INS
ERAGAAENAM LO
WULANDARA
PROGN TANAM
FAKULTSTITUT P
AN PEPAYOKASI DI
Oleh
RI SURYANA34404028
GRAM STAN DAN
TAS PERTERTANIA
2008
YA (Caric
BOYOLA
NING TYAS
TUDI TEKNOL
TANIAN AN BOGO
ca papaya
ALI
S
LOGI BEN
OR
a L.)
NIH
EVALUASI KERAGAAN PEPAYA (Carica papaya L.) DI ENAM LOKASI DI BOYOLALI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
WULANDARI SURYANING TYAS A34404028
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
b
Aku perse
M
dan apa yan
bila dibandin
embahkan k
Masku, Sah
dan seluruh
“Apa yang
ng ada di bel
ngkan denga
karya kecil in
habat-sahaba
h keluarga se
g ada di hada
lakang kita
an apa yang
ni untuk Ibu
atku, Mbah
erta orang-or
dapan kita
hanyalah ha
ada di dala
u, Bapak, A
h Putri, Mba
rang yang a
al-hal kecil
am diri kita”
dik-adikku
ah Kakung,
ku sayangi
”
tercinta,
RINGKASAN
WULANDARI SURYANING TYAS. Evaluasi Keragaan Pepaya (Carica papaya L.) di Enam Lokasi di Boyolali. (Di Bawah Bimbingan SRIANI SUJIPRIHATI)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan populasi pepaya di
enam lokasi di Boyolali. Populasi pepaya yang digunakan adalah tanaman pepaya
milik petani di enam lokasi di wilayah Boyolali. Pengamatan yang dilakukan
terdiri dari pengamatan kondisi umum kebun dan kondisi tanaman pepaya.
Pengamatan kondisi tanaman pepaya terdiri dari pengamatan peubah vegetatif,
generatif, dan kualitas buah. Metode pengambilan contoh berdasarkan metode
Purposive Random Sampling dari populasi pengamatan yang memenuhi syarat
luas lahan minimal 1000 m2, tipe kebun komersial, dan umur tanaman lebih dari
satu tahun. Lokasi populasi tanaman pepaya yang diteliti yaitu di Desa Gurung,
Kelurahan Salakan, Kecamatan Teras (lokasi 1), Desa Salakan, Kelurahan
Salakan, Kecamatan Teras (lokasi 2), Desa Sudimoro, Kelurahan Sudimoro,
Kecamatan Teras (lokasi 3), Desa Mojosongo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan
Mojosongo (lokasi 4), Desa Dampit, Kelurahan Sudimoro, Kecamatan Teras
(lokasi 5), Desa Gumulan, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo (lokasi 6).
Uji kehomogenan ragam terhadap enam populasi pepaya di wilayah
Boyolali menunjukkan dari 21 peubah terdapat 17 peubah yang ragamnya
homogen dan 4 peubah yang ragamnya tidak homogen. Ragam yang tidak
homogen diduga karena perbedaan kepekaan tanaman terhadap kondisi
lingkungan sekitarnya.
Hasil analisis cluster menunjukkan kemiripan sifat morfologi dan kualitas
buah terdapat pada populasi pepaya di Desa Gurung dan Desa Salakan. Populasi
pepaya di Desa Sudimoro dan Desa Mojosongo juga mempunyai kemiripan sifat
morfologi dan kualitas buah, sedangkan populasi pepaya di Desa Dampit dan
Desa Gumulan mempunyai karakter yang berbeda dari ke empat populasi lainnya.
Populasi pepaya yang mempunyai sifat morfologi yang baik dan seragam
serta kualitas buah yang paling baik terdapat pada populasi pepaya di Desa
Gumulan. Pengaruh lingkungan terhadap peubah-peubah yang diamati pada
ii
populasi pepaya di Desa Gumulan relatif kecil dibandingkan ke lima populasi
yang lain. Buah pepaya di Desa Gumulan juga mempunyai kriteria yang sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia dengan bobot buah 2846.3 g termasuk dalam
grup A (bobot buah 2.5 – 3 kg), bentuk buah panjang dan seragam, rasa daging
buah manis dan warna daging buah jingga.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : EVALUASI KERAGAAN PEPAYA (Carica papaya L.)
DI ENAM LOKASI DI BOYOLALI
Nama : WULANDARI SURYANING TYAS
NRP : A34404028
Program Studi : PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS.
NIP: 131 284 838
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr.
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 7 Juli 1985.
Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Indarto
dan Ibu Tri Suryaningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak pada tahun 1992 di
TK Aisyiyah Bustanul Atfal, Klaten. Pada tahun 1998 penulis menyelesaian
pendidikan dasar di MIM 1 Karasan kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP
Negeri 1 Ngawen dan lulus pada tahun 2001. Tahun 2004 penulis menyelesaikan
Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 1 Klaten.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Program Studi
Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Keragaan Pepaya (Carica papaya
L.) di Enam Lokasi di Boyolali”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan dan arahan yang diberikan.
2. Dr. Muhamad Syukur, SP. MSi. dan Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan.
3. Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc. selaku dosen pembimbing akademis yang
telah memberikan arahan selama perkuliahan.
4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika yang telah memberikan bantuan dana dan
fasilitas lainnya.
5. Bapak Warsito, Bapak Manto, Bapak Wagiyono, Bapak Bingan, Bapak
Domo, dan Bapak Danu atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian.
6. Bu Ning, Pak In, Dek Wawan, Dek Fuad, Mas Kiki, Mbah Putri, Mbah
Kakung, dan seluruh keluarga atas doa, dorongan, pengorbanan dan kasih
sayangnya selama ini.
7. Lek Sito, Lek Ady, dan Lek Yono yang telah meminjamkan alat transportasi
selama penelitian.
8. Dek Reza yang telah memberikan bantuannya selama penelitian.
9. Mas Isa yang telah memberikan motivasi, semangat, bantuan serta kasih
sayangnya selama ini.
10. Mas Tri dan Bang Toni atas keceriaan, canda tawa dan kebersamaannya
selama ini.
11. Ana dan Wahyu sekeluarga atas kebersamaan, bantuan dan kekeluargaannya
selama ini.
vi
12. Teman-teman PMTTB’41 atas bantuan, persahabatan, kebersamaan dan
kenangannya selama ini.
13. Teman-teman KMK’41 atas dukungan, semangat, persaudaraan dan
kebersamaannya selama ini.
14. Teman-teman di Pondok Adinda: Mbak Lina, Mbak Winny, Mbak Mufid,
Mbak Arta, Madan Devi, Manda, Tiyu, Dewi, Uli, Eno, Fani, Upik, dan Ria
atas dukungan dan kekeluargaannya selama ini.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas
bantuan dan dorongannya.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari semua pihak, karena penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua
pihak yang memerlukan.
Bogor, Juni 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan ....................................................................................................... 2 Hipotesis .................................................................................................... 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
Asal-usul dan Penyebaran Geografis ........................................................ 3 Sifat Botani ............................................................................................... 3 Varietas Pepaya ......................................................................................... 4 Agroekologi .............................................................................................. 5 Potensi Produksi dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi .................... 5 Budidaya ................................................................................................... 6
BAHAN DAN METODE ............................................................................... 10
Waktu dan Tempat .................................................................................... 10 Bahan dan Alat .......................................................................................... 10 Metode ...................................................................................................... 10 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 10 Analisis Data ............................................................................................. 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 14 Hasil .......................................................................................................... 14
Keadaan Umum Kebun ....................................................................... 14 Uji Kehomogenan Ragam ................................................................... 17 Hubungan Kekerabatan Populasi Pepaya antar Lokasi ....................... 21 Korelasi antar Peubah ......................................................................... 25
Pembahasan ............................................................................................... 25
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 30 Kesimpulan ............................................................................................... 30 Saran .......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31 LAMPIRAN .................................................................................................... 33
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman Teks
1. Kondisi Umum Kebun Pepaya yang Diteliti ............................................... 14 2. Rekapitulasi Hasil Uji Kehomogenan Ragam Setiap Peubah ..................... 17 3. Rekapitulasi Nilai Koefisien Keragaman dan Nilai Tengah Setiap Peubah
yang Ragamnya Tidak Homogen ................................................................ 19
4. Rekapitulasi Nilai Tengah Beberapa Peubah pada ke Enam Desa ............. 21
5. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Peubah Kualitatif Pepaya di Enam lokasi 24 6. Rekapitulasi Nilai Koefisien Korelasi antar Peubah ................................... 25
Lampiran
1. Hasil Korelasi antar Peubah ........................................................................ 34 2. Koefisien Keragaman Masing-masing Desa untuk Semua Peubah yang
Diamati ........................................................................................................ 37
3. Rekapitulasi Hasil Uji F untuk Peubah yang Ragamnya Homogen ........... 38 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Tanah ke Enam Lokasi ................................... 38
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman Teks
1. Kondisi Fisik Kebun ................................................................................... 16 2. Dendogram Enam Populasi Pepaya di Wilayah Boyolali ........................... 22
Lampiran
1. Bentuk Daun Berdasarkan Descriptor for Papaya yang Diterbitkan oleh International Board for Plant Genetic Resources (IBPGR) ....................... 39
2. Warna Batang, Daun, Kulit Buah, dan Daging Buah Pepaya Boyolali ...... 42
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pepaya (Carica papaya, L.) merupakan tanaman buah tropika yang dalam
waktu delapan bulan sudah mulai menghasilkan dan dapat hidup selama 25 tahun
atau lebih, namun produktivitasnya menurun sejalan dengan umur (Villegas,
1997). Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah tropis maupun sub tropis,
di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan
sampai 1000 m di atas permukaan laut (dpl).
Tanaman pepaya tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari tanaman
pekarangan hingga tanaman yang ditanam intensif di perkebunan. Menurut
Suwarno (2000) sentra penanaman buah pepaya di Indonesia adalah daerah Jawa
Barat (Kabupaten Bogor), Jawa Timur (Kabupaten Malang), Pasar Induk Kramat
Jati DKI, Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja),
Sulawesi Utara (Manado).
Penyerbukan silang yang terjadi pada tanaman pepaya menyebabkan
banyak terjadi variasi (Villegas, 1997). Menurut Nakasone dan Paull (1998)
serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman yang dilakukan diarahkan pada
pembentukan varietas yang memiliki sifat yang diinginkan. Sifat-sifat ini antara
lain: perawakan pendek, berumur genjah, produksi tinggi, tahan terhadap hama
dan penyakit tanaman, berbunga sempurna, tingkat buah karpeloid rendah, bentuk
dan ukuran buah yang sesuai serta tahan disimpan lama.
Program pemuliaan pepaya diawali dengan pengumpulan plasma nutfah
dan membentuk populasi. Pengumpulan plasma nutfah dapat dilakukan dengan
cara eksplorasi sehingga tanaman dengan sifat yang diinginkan dapat diseleksi. Di
Indonesia terdapat banyak plasma nutfah pepaya dengan keragaman genetik yang
tinggi, sehingga para pemulia di Indonesia tidak kesulitan untuk mengumpulkan
dan menyeleksi berbagai pepaya yang kemudian dilakukan persilangan untuk
menghasilkan varietas unggul.
Pepaya yang tumbuh di wilayah Boyolali merupakan jenis pepaya yang
banyak diinginkan oleh konsumen, namun belum ada data yang jelas mengenai
karakter dari pepaya jenis Boyolali ini. Melalui penelitian ini diharapkan akan
2
didapatkan informasi tentang karakter morfologi maupun kualitas buah pepaya
Boyolali, sehingga akan lebih mudah bagi pemulia untuk mengembangkan dan
melepas varietas pepaya Boyolali (varietas lokal).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan populasi pepaya di
enam lokasi di Boyolali.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan terdapat populasi pepaya yang memiliki karakter
morfologi dan kualitas buah yang sama pada dua lokasi atau lebih.
TINJAUAN PUSTAKA
Asal-usul dan Penyebaran Geografis
Tanaman pepaya berasal dari kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica
yang telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kerabat terdekatnya
adalah C. peltata Hook dan Arn., diduga merupakan tanaman mutan atau berasal
dari hibridisasi alami. Dari Amerika tropik, pepaya ini dibawa ke kepulauan
Karibia dan Asia Tenggara semasa penjelajahan orang-orang Spanyol pada abad
ke-16. Kemudian dengan cepat pepaya menyebar ke India, Oseania, dan Afrika,
serta tersebar ke seluruh daerah tropik dan subtropik hangat di dunia (Villegas,
1997).
Sifat Botani
a. Batang
Batang tanaman pepaya berongga karena intinya berupa sel gabus,
berbatang lunak berair (Sunarjono, 1987). Batangnya berbentuk silinder,
berdiameter 10 - 30 cm, serta memiliki lampang (scar) daun yang jelas
(Villegas, 1997). Jika batang luka maka bekas luka tersebut akan
mengeluarkan getah encer yang berwarna putih (Nakasone dan Paull, 1999).
b. Daun
Daun pepaya terletak pada ujung tanaman (roset). Daun pepaya
tersusun secara spiral melingkar batang, lembaran daun bercelah-celah menjari
(Ashari, 1995). Daun baru akan terus muncul pada ujung batang dan daun tua
akan masak, kemudian gugur. Biasanya terdapat 25 tangkai daun dewasa pada
setiap tanaman. Tangkai daun berbentuk bulat panjang, berlubang dengan
panjang berkisar 60 – 90 cm, tergantung kultivar (Nakasone dan Paull, 1999).
c. Bunga
Bunga pepaya keluar dari ketiak daun, tunggal atau dalam rangkaian.
Bunga pepaya bersifat hermaprodit atau biseksual. Ada pohon yang berbunga
betina dan berbunga jantan atau berbunga sempurna (hermaprodit). Bunga
jantannya mempunyai tangkai bunga panjang dan bercabang, panjangnya
dapat mencapai 2 m, mengandung beberapa kuntum anak bunga. Bunga
4
betinanya bersifat uniseksual dengan kepala putik yang fungsional. Panjang
bunga betina 3.5 - 5 cm, dan yang bertangkai pendek tidak berfungsi (steril).
Bunga hermafrodit bersifat biseksual. Bunga ini lebih bersifat
andromonoecious (benang sari lebih berfungsi), mempunyai 5 benang sari
dengan tangkai sari panjang (Ashari, 1995).
d. Buah
Buah pepaya bertipe buah buni berdaging, berbentuk bulat telur-
lonjong sampai hampir bulat atau berbentuk avokad, berbentuk silinder atau
berlekuk, panjangnya 7 - 30 cm, bobotnya mencapai 10 kg, kulit buahnya
tipis, halus, jika matang berwarna kekuning-kuningan atau jingga, dagingnya
berwarna kekuning-kuningan sampai jingga merah, rasanya manis, rongga
tengahnya bersudut lima (Villegas, 1997).
Sunarjono (1987) menyatakan bahwa buah pepaya berbiji banyak
dalam rongga buah yang lebar. Biji-biji tersebut ada yang berwarna hitam
(fertile) dan ada yang berwarna putih (steril). Bila biji hitam ditanam akan
menghasilkan 25 - 50% jenis pepaya sempurna, tergantung asal pohonnya.
Biji-biji yang terdapat pada bagian tengah hingga ujung buah pepaya
sempurna lebih banyak menghasilkan pohon pepaya sempurna. Buah dari
bunga sempurna berbentuk panjang. Buah dari bunga betina berbentuk bulat
hingga oval dengan daging buah tipis.
e. Akar
Tanaman pepaya mempunyai akar tunggang dan akar samping yang
lunak dan agak dangkal. Akar pepaya tumbuh panjang dan cenderung
mendatar dengan jumlah yang sedikit dan lunak (Sunarjono, 1987).
Varietas Pepaya
Pengelompokan pepaya ke dalam beberapa varietas lebih banyak dikenal
berdasarkan bentuk, ukuran, warna, rasa dan tekstur buahnya. Sunarjono (1987)
menyatakan bahwa varietas pepaya yang biasa ditanam di Jawa adalah Turen,
Jingga, Cibinong, Meksiko, dan Sunrise yang buahnya kecil-kecil dengan berat
0.3 – 1 kg per buah.
5
Karena adanya penyerbukan silang, pepaya tidak dapat menghasilkan
keturunan yang sama dengan induknya, sehingga banyak terjadi variasi. Menurut
Villegas (1997) kultivar hermaprodit yang relatif murni dan banyak
dikembangkan di Asia Tenggara adalah kelompok pepaya Solo diantaranya
Sunrise, Sunset, dan Eksotika.
Agroekologi
Tanaman pepaya dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian
1000 m dpl. Tanaman pepaya tumbuh subur pada lingkungan yang banyak hujan
(cukup tersedia air), dengan curah hujan 1000 – 2000 mm per tahun dan merata
sepanjang tahun. Tanaman pepaya masih mampu berbuah pada daerah yang
beriklim kering, musim hujannya 2 - 5 bulan, dan musim kemaraunya 6 - 8 bulan
asalkan kedalaman air tanahnya 50 - 150 cm. Tanaman pepaya dapat tumbuh
dengan baik pada kondisi tanah yang subur dengan porositas baik, mengandung
kapur, dan memiliki pH antara 6 - 7. Tanaman pepaya termasuk tanaman yang
memerlukan cahaya matahari penuh dan tanah yang tidak tergenang air, karena
tanah yang berdrainase buruk dapat menyebabkan tanaman mudah terserang
penyakit akar (Sunarjono, 1987).
Menurut Nakasone dan Paull (1999) suhu optimal untuk pertumbuhan
tanaman pepaya berkisar antara 22oC – 33oC. Suhu minimum 15oC dan suhu
maksimum 43oC. Perkecambahan biji akan berlangsung cepat bila pada suhu
siang hari 35oC dan suhu malam hari 26oC.
Potensi Produksi dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Faktor yang mempengaruhi penampakan fisik tanaman di lapang dapat
berasal dari dalam maupun dari luar tanaman. Variasi pertumbuhan di lapang
merupakan pengaruh dari genotipe dan lingkungan yang terlihat dalam
pertumbuhan tanaman serta hasil produksinya pada tanaman pepaya terdapat
interaksi yang nyata antara faktor genetik dan lingkungan yang berpengaruh
terhadap produksi dan kualitas buah yang dihasilkan (Nakasone dan Paull, 1999).
Penurunan produksi buah pepaya dapat disebabkan oleh banyaknya bunga
dan buah yang gugur, banyaknya bunga steril dan karpeloid, serta terjadinya skip
6
pada tanaman pepaya. Fenomena ini banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Bunga pepaya sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya terhadap perubahan
suhu dan kelembaban. Chay-Prove (2000) juga mengemukakan bahwa
pembentukan buah yang sedikit dan terjadinya skip adalah akibat kurangnya
penyerbukan karena cekaman lingkungan, adanya gangguan angin, dan defisiensi
unsur hara.
Budidaya
a. Perbanyakan Tanaman
Pepaya umumnya diperbanyak dengan benih dari buah pepaya
sempurna yang telah matang pohon. Sunarjono (1987) menyatakan bahwa
biji-biji yang berasal dari bagian ujung buah akan menghasilkan tanaman
sempurna antara 70 - 80%, sedangkan bagian pangkal akan menghasilkan
tanaman sempurna antara 50 - 65%. Hal ini sejalan dengan penelitian
Maesyaroh (1986) bahwa benih dari ujung buah cenderung menghasilkan
tanaman hermaprodit yang lebih banyak (71.1%) daripada bagian pangkal
buah (66.6%). Arifeni (2004) menambahkan, sumber benih bagian tengah dan
ujung buah baik untuk dijadikan sebagai sumber benih perbanyakan karena
banyak menghasilkan tanaman hermaprodit.
Dikenal juga berbagai teknik untuk menghasilkan stek. Hasil
penelitian Hidayati (2005) menyebutkan bahwa bahan stek yang baik untuk
digunakan adalah bahan stek tunas berbonggol dan media pembibitan berupa
pasir murni tanpa campuran tanah, namun cara-cara ini terlalau memakan
waktu dibandingkan dengan penggunaan semai dari biji.
Tanaman dengan sifat yang diinginkan berasal dari biji yang dihasilkan
dari penyerbukan buatan tanaman pepaya yang memiliki keunggulan. Biji
pepaya yang dikeringkan dan disimpan dalam wadah kedap udara dapat
bertahan tumbuh sampai beberapa tahun (Villegas, 1997).
b. Penyemaian
Penyemaian dapat dilakukan dengan menggunakan wadah atau
kantong plastik maupun disemai langsung di lahan (Nakasone dan Paull,
1999). Semaian yang menggunakan wadah atau kantong plastik sebaiknya
7
diisi dengan tanah seteril yang bertujuan untuk menghindari serangan jamur
penyebab dumping off. Setiap wadah persemaian dapat diisi sebanyak 3 - 4
butir benih. Perkecambahan akan berlangsung selama 2 - 3 minggu (Villegas,
1997).
Cara lain adalah menyemai benih di atas bedengan persemaian yang
steril dan semai dapat dicabut setelah berdaun 2 - 3 helai, lalu 3 - 4 semai
dipindahtanamkan ke dalam satu wadah. Semai dapat dipindahtanamkan ke
lapang sekitar 2 bulan setelah benih disemai, yaitu setalah semai mencapai
tahap 3 - 4 daun atau tingginya 20 cm. Pemindahan bibit ke lahan penanaman
dilakukan dengan hati-hati agar perakaran tidak terganggu (Villegas, 1997).
c. Pengolahan Tanah
Pepaya memerlukan drainase yang memadai sehingga seringkali
ditanam pada bedengan atau gundukan yang ditinggikan. Bedengan dibuat
dengan lebar 300 cm, tinggi 20 cm dan jarak antar bedengan 50 cm. Hal ini
juga dikarenakan sifat perakaran pepaya yang dangkal serta daya regenerasi
akar yang kecil. Tanaman pindahan harus disiram secara teratur sampai
pertumbuhnya mapan.
Menurut Sunarjono (1987) lubang tanam untuk tanaman pepaya dibuat
berukuran 60 cm x 60 cm x 40 cm, kemudian diisi pupuk kandang yang telah
matang sebanyak 20 kg/lubang. Lubang tanam ini dipersiapkan 2 - 4 minggu
sebelum tanam dan dibiarkan terbuka agar terkena sinar matahari. Jarak tanam
dibuat 3 m x 3 m atau 3.5 m x 2 m.
d. Penanaman
Pepaya dapat tumbuh baik jika ditanam di lahan terbuka serta
penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Penanaman bibit dilakukan
dengan memasukkan bibit pada lubang tanam sekaligus dengan tanahnya.
Sunarjono (1987) menyatakan bahwa cara penanaman lain yang biasa
dilakukan oleh petani adalah menanam biji pepaya langsung ke dalam lubang
tanam, dimana setiap lubang ditanami 3 - 5 biji. Setelah itu dilakukan seleksi
dengan membuang tanaman berbunga jantan. Tiap lubang disisakan satu yang
tumbuh kekar, sehat dan berbunga sempurna.
8
e. Pemupukan
Pepaya merupakan tanaman yang pertumbuhannya cepat, sehingga
memerlukan pemupukan berat. Penyerapan hara oleh tanaman ialah 1 kg N,
0.2 kg P, dan 2.5 kg K untuk setiap ton buah pepaya. Kekurangan kalsium
akan mengganggu pertumbuhan dan pembentukan buah serta mendorong
rontoknya buah sehingga perlu dilakukan pengapuran. Penggunaan pupuk
kandang dapat menstabilkan lepasnya hara (Villegas, 1997).
Menurut Sunarjono (1987) pupuk buatan yang biasa diberikan adalah
NPK sebanyak 25 - 200 g per tanaman, tergantung umurnya. Dosis
pemupukan mulai dari 25 g, kemudian meningkat dangan interval 25 g per
tanaman. Pupuk diberikan 3 - 4 bulan sekali.
f. Pemeliharaan
Gulma yang ada di sekitar tanaman pepaya yang masih muda
menyebabkan persaingan dalam mendapatkan unsur hara yang dapat
mengganggu pertumbuhan, sehingga perlu dilakukan penyiangan gulma
secara rutin. Sunarjono (1987) menyatakan bahwa pemberantasan hama dan
penyakit tanaman juga merupakan salah satu teknik budidaya yang penting
bagi pertumbuhan tanaman. Penyakit yang biasanya menyerang tanaman
pepaya pada musim kemarau adalah tungau merah Tetranychus kansawai dan
kutu daun yang berwarna kuning Myzus parsicae. Kutu daun inilah yang
menjadi vektor virus keriting (mosaic) yang sukar dikendalikan. Adapun
penyakit yang biasa menyerang tanaman pepaya pada kondisi lembab dan
suhu malam dingin adalah bercak buah Colletotrichum gleosporioides
(antraknosa) dan penyakit busuk akar Phytophthora palmivora. Gejala awal
penyakit antraknosa berupa jaringan mati pada kulit buah yang terlihat sebagai
bercak kebasahan, kemudian jaringan yang mati tersebut melekuk dan
selanjutnya meluas menjadi bercak konsentrik berwarna abu-abu atau
kehitaman dengan titik-titik oranye pada permukaannya. Penyakit antraknosa
juga menyerang bagian batang yang dekat dengan pucuk dan daun tanaman
pepaya. Serangan yang berat dapt menimbulkan mati pucuk dan daun-daun
bisa gugur (Wiyono dan Manuwoto, 2008). Selain itu penyakit lain yang
sering menyerang tanaman pepaya adalah layu bakteri Bacterium papayae .
9
Menurut Villegas (1997) pengairan diperlukan untuk mengurangi
rontoknya bunga, dan untuk mempertahankan pertumbuhan selama musim
kemarau. Penyiraman dianjurkan seminggu sekali jika tidak ada data tentang
pemanfaatan air oleh tanaman, kedalaman tanah, dan retensi kelembaban.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2008. Lokasi
populasi pepaya yang diteliti di wilayah Boyolali yaitu di Desa Gurung,
Kelurahan Salakan, Kecamatan Teras (lokasi 1), Desa Salakan, Kelurahan
Salakan, Kecamatan Teras (lokasi 2), Desa Sudimoro, Kelurahan Sudimoro,
Kecamatan Teras (lokasi 3), Desa Mojosongo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan
Mojosongo (lokasi 4), Desa Dampit, Kelurahan Sudimoro, Kecamatan Teras
(lokasi 5), Desa Gumulan, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo (lokasi 6).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanaman pepaya milik petani di enam lokasi
di wilayah Boyolali. Alat yang digunakan antara lain timbangan, meteran, jangka
sorong, hand refractometer untuk mengukur padatan terlarut total (PTT), pH
indikator untuk mengukur pH buah, color chart dan timbangan analitik.
Metode
Metode pengambilan contoh berdasarkan metode Purposive Random
Sampling dari populasi pengamatan yang memenuhi syarat luas lahan minimal
1000 m2, tipe kebun komersial, dan umur tanaman lebih dari satu tahun. Contoh
diambil dari enam kebun petani, masing-masing kebun 20 tanaman dan masing-
masing tanaman diambil dua buah pepaya hermaprodit. Total tanaman pepaya
yang diamati berjumlah 120 tanaman dan total buah yang diamati berjumlah 240
buah.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengamatan kondisi umum
kebun dan kondisi tanaman pepaya. Pengamatan kondisi tanaman pepaya terdiri
dari pengamatan peubah vegetatif, generatif, dan kualitas buah.
Pengamatan kondisi umum kebun meliputi: luas lahan (m2), jarak tanam
(m), asal bibit, umur tanaman (bulan), dan analisis tanah. Pengamatan kondisi
11
tanaman diukur berdasarkan Descriptor for Papaya yang diterbitkan oleh
International Board for Plant Genetic Resources (IBPGR) tahun 1988.
Peubah vegetatif yang diamati antara lain:
1. Tinggi batang (cm), diukur dari permukaan tanah sampai bekas buah pertama
2. Diameter batang (cm), diukur 15 cm, 50 cm, dan 100 cm dari permukaan
tanah
3. Panjang daun (cm), diukur dari pusat daun sampai ujung daun
4. Lebar daun (cm), diukur pada bagian daun terlebar
5. Panjang tangkai daun (cm)
6. Jumlah daun dengan menghitung seluruh daun yang memiliki kondisi warna
75% hijau
7. Warna batang dengan menggunakan color chart
8. Warna daun dengan menggunakan color chart
9. Warna tangkai daun dengan menggunakan color chart
10. Bentuk daun
Peubah generatif yang diamati antara lain:
1. Tipe bunga dengan menghitung jumlah bunga betina, jantan, dan hermaprodit
2. Ukuran bunga (cm) dengan mengukur panjang bunga jantan dan bunga
hermaprodit
3. Jumlah buah di pohon
Peubah kualitas buah yang diamati antara lain:
1. Bobot buah (g)
2. Penentuan padatan terlarut total (PTT)
Diukur pada ujung, tengah dan pangkal buah. Daging buah dihancurkan dan
filtrat yang dihasilkan diteteskan pada prisma refraktometer. Skala yang
dibaca menunjukkan kadar padatan terlarut total (% Brix).
3. Penentuan pH buah
Daging buah dihancurkan kemudian pH indikator diletakkan pada cairan buah
dan dibiarkan beberapa saat sampai stabil, pH sampel dicatat.
4. Bobot total biji (g)
5. Bobot 100 biji (g)
6. Diameter buah (cm), diukur pada ujung, tengah, dan pangkal buah
12
7. Warna kulit buah saat buah matang dengan menggunakan color chart
8. Warna daging buah saat buah matang dengan menggunakan color chart
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan antara lain Uji Kehomogenan Ragam,
Analisis Cluster, dan Uji Korelasi.
1. Uji Kehomogenan Ragam
Uji Barlett atau uji kehomogenan ragam dilakukan untuk mengetahui
ragam suatu peubah. Hipotesisis yang diuji adalah:
Ho : Ragam homogen
H1 : Ragam tidak homogen
Output yang dihasilkan dari pengujian ini berupa dua nilai p-value, apabila
p-value > α maka dapat disimpulkan bahwa ragamnya homogen. Sebaliknya
jika p-value < α maka disimpulkan bahwa ragamnya tidak homogen. Analisis
ini dilakukan menggunakan program komputer minitab 14.
2. Analisis Cluster
Analisis ini digunakan untuk mengelompokkan populasi menjadi beberapa
kelompok yang menghasilkan kemiripan populasi dalam kelompok yang sama
dibandingkan antar kelompok populasi yang lain berdasarkan hasil pengukuran
peubah-peubah yang diamati.
Pengelompokan ini disajikan dalam bentuk dendogram dengan sumbu X
menyatakan lokasi-lokasi yang bergabung dan sumbu Y menyatakan level
jarak. Jarak Eucledien digunakan untuk analisis selanjutnya dengan persamaan
sebagai berikut:
∑=
−=p
kjkikij XXd
1
)(
dij : jarak antara populasi ke-i dan ke-j
p : banyaknya peubah yang diamati
Xik : besaran nilai sifat ke-k dari populasi atau komponen utama ke-i
Xjk : besaran nilai sifat ke-k dari populasi atau komponen utama ke-j
13
Perbedaan antara populasi-populasi tersebut semakin besar apabila jarak
Eucledien juga semakin besar. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan
program komputer minitab 14.
3. Uji Korelasi
Korelasi merupakan kajian hubungan kedekatan linier antar peubah.
Persamaan koefisien korelasinya adalah sebagai berikut:
[ ] 2/122 )()(
))((
∑ ∑∑
−−
−−=
yyxx
yyxxr
r : koefisien korelasi
x : peubah-x
y : peubah-y
x : rata-rata peubah-x
y : rata-rata peubah-y
Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai +1. Apabila r = -1
terdapat hubungan negatif sempurna pada dua peubah dan jika r = +1 maka
hubungan positif sempurna. Hubungan kedua peubah semakin kecil apabila
nilainya mendekati nol. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program
komputer minitab 14.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Keadaan Umum Kebun
Pengamatan yang telah dilakukan di enam lokasi kebun pepaya
menunjukkan bahwa terdapat keseragaman umur tanaman pepaya yang diamati.
Tanaman pepaya yang terdapat pada semua lokasi ditanam oleh petani pada bulan
Agustus 2007. Bibit pepaya ke enam lokasi berasal dari biji. Jarak tanam dan luas
lahan keenam kebun cukup bervariasi. Berdasarkan kondisi umum kebun yang
diamati, dari ke enam kebun tersebut dapat dilihat bahwa kebun petani di Desa
Dampit mempunyai lahan yang paling luas (Tabel 1).
Tabel 1. Kondisi Umum Kebun Pepaya yang Diteliti
Keterangan Desa Gurung Salakan Sudimoro Mojosongo Dampit Gumulan
Luas lahan (m2)
Jarak tanam (m)
Asal bibit
Umur (bulan)
Populasi
(tanaman)
1200
2.5 x 3
Biji*
19
144
1250
1.8 x 2.25
Biji**
19
288
1000
2.5 x 3
Biji*
19
147
1200
2 x 2
Biji*
19
273
1800
2.5 x 2.5
Biji*
19
260
1000
2 x 3
Biji**
19
156
Keterangan: *) Bibit berasal dari pembibitan sendiri oleh petani **) Bibit dibeli petani dari penangkar benih
Varietas pepaya yang ditanam oleh petani adalah varietas pepaya Boyolali
yang dikenal masyarakat Boyolali dengan nama pepaya Thailand atau Bangkok.
Sistem penanaman pepaya yang dilakukan petani rata-rata sama yaitu menanam
pepaya pada guludan. Pemeliharaan yang biasa dilakukan yaitu pembersihan
gulma yang ada disekitar tanaman pepaya dan pemupukan dengan pupuk
kandang. Pengairan tidak dilakukan oleh petani karena pada saat pengamatan
bulan Februari - Mei merupakan musim hujan di wilayah Boyolali.
Bibit untuk perbanyakan tanaman berasal dari biji tanaman yang ada di
kebun itu sendiri maupun dibeli dari penangkar benih. Pada kebun yang bibitnya
dibeli dari penangkar benih, tipe pepaya yang dominan adalah tipe pepaya
hermaprodit. Kebun yang bibitnya berasal dari pembibitan sendiri terdapat jumlah
15
yang hampir sama antara tanaman betina dengan tanaman hermaprodit. Populasi
tanaman pepaya di Desa Salakan dan Desa Gumulan merupakan tanaman yang
berasal dari bibit yang dibeli dari penangkar benih, sedangkan di kebun yang lain
bibit yang digunakan berasal dari pembibitan sendiri oleh petani.
Populasi tanaman pepaya di Desa Gurung kurang terawat karena gulma-
gulma yang ada di sekitar tanaman jarang dibersihkan. Selain itu, selama
penelitian berlangsung tidak terlihat adanya pemupukan, sehingga pertumbuhan
tanamannyapun kurang seragam. Pertumbuhan tanaman pepaya di Desa Salakan
cukup baik karena adanya pemupukan yang intensif oleh petani. Namun di kebun
ini banyak terlihat serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman maupun
buah pepaya yang mulai matang, sehingga banyak ditemukan tanaman yang rubuh
dan buah-buah yang busuk. Kondisi ke empat kebun lainnya cukup terawat dan
pertumbuhan tanamannyapun cukup baik, serta tidak terlihat adanya serangan
hama maupun penyakit pada ke empat kebun tersebut.
Penanaman pepaya pada beberapa kebun, terdapat tumpang sari dengan
komoditas lain, misalnya kebun di Desa Gurung dan Desa Sudimoro tanaman
pepaya ditumpang sari dengan cabai dan singkong, kebun di Desa Salakan
tanaman pepaya ditumpang sari dengan cabai, dan kebun di Desa Mojosongo
tanaman pepaya ditumpang sari dengan kacang tanah dan mentimun. Hal ini
dilakukan petani pepaya untuk mendapatkan hasil dari komoditas lain selain dari
komoditas utama, seiring dengan semakin menurunnya produksi buah pepaya dari
masing-masing tanaman karena pertambahan umur tanaman (Gambar 1).
Pepaya dapat tumbuh baik jika ditanam di lahan terbuka (Villegas, 1997).
Selain itu, cara budidaya dan kondisi lingkungan juga sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman pepaya terutama pemupukan. Menurut Villegas (1997)
setiap ton buah pepaya mampu menyerap hara sebesar 1 kg N, 0.2 kg P, dan
2.5 kg K.
Pemupukan tanaman yang dilakukan oleh petani di enam kebun yang
diamati, mulai dari tanam sampai menghasilkan buah adalah pemupukan dengan
pupuk kandang. Dosis pupuk yang diberikan pada tanamanpun tidak pasti,
disesuaikan dengan banyaknya pupuk kandang yang dihasilkan oleh ternak
mereka. Pemberian pupuk ini dilakukan setiap tiga bulan sekali. Dari ke enam
16
kebun yang diamati tidak semua kebun dilakukan pemupukan yang teratur oleh
petani. Terutama pada kebun di Desa Gurung dan Desa Mojosongo tidak terlihat
adanya pemupukan selama berlangsungnya penelitian.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 1. Kondisi Fisik Kebun: (a) Desa Gurung, (b) Desa Salakan, (c) Desa Sudimoro, (d) Desa Mojosongo, (e) Desa Dampit, (f) Desa Gumulan
Peremajaan tanaman dilakukan petani setelah tanaman berproduksi selama
kurang lebih dua tahun. Rotasi tanaman jarang dilakukan petani, sehingga banyak
penyakit tular tanah yang menyerang tanaman baru dan buah pepaya. Penyakit
17
yang banyak terdapat di kebun antara lain penyakit antraknosa yang menyerang
buah pepaya yang mulai matang, terutama kebun di Desa Salakan.
Uji Kehomogenan Ragam
Hasil uji kehomogenan ragam (Tabel 2) terhadap enam populasi pepaya di
wilayah Boyolali menunjukkan bahwa dari 21 peubah terdapat 17 peubah yang
ragamnya homogen dan 4 peubah yang ragamnya tidak homogen. Peubah yang
ragamnya homogen yaitu diameter batang 15 cm dari permukaan tanah, diameter
batang 50 cm dari permukaan tanah, diameter batang 100 cm dari permukaan
tanah, tinggi batang, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, jumlah
bunga hermaprodit, jumlah buah, bobot buah, padatan terlarut total (PTT) ujung
buah, padatan terlarut total (PTT) tengah buah, bobot total biji, bobot 100 biji,
diameter ujung buah, diameter tengah buah, dan diameter pangkal buah (Tabel 2).
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Kehomogenan Ragam Setiap Peubah No. Peubah P-Value 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Peubah vegetatif Diameter batang 15 cm dari permukaan tanah Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah Tinggi batang Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun Jumlah daun Peubah generatif Jumlah bunga hermaprodit Panjang bunga hermaprodit Jumlah buah Peubah kualitas buah Bobot buah Padatan terlarut total (PTT) ujung buah Padatan terlarut total (PTT) tengah buah Padatan terlarut total (PTT) pangkal buah pH buah Bobot total biji Bobot 100 biji Diameter ujung buah Diameter tengah buah Diameter pangkal buah
0.237 0.209 0.274 0.098 0.937 0.703 0.734 0.000** 0.212 0.002** 0.122 0.558 0.656 0.826 0.000** 0.000** 0.540 0.552 0.548 0.708 0.639
Keterangan : *) Berbeda nyata pada taraf 5%;**) Berbeda nyata pada taraf 1%
18
Peubah yang ragamnya homogen dapat digabung dalam satu sidik ragam
dan selanjutnya diuji F pada taraf 5%. Peubah yang menunjukkan perbedaan
nyata pada uji F dapat dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada
taraf 5%.
Nilai koefisien keragaman terkecil pada peubah jumlah daun dan panjang
bunga hermaprodit dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Mojosongo. Peubah
padatan terlarut total (PTT) pangkal buah yang memiliki nilai koefisien paling
kecil terdapat pada populasi pepaya di Desa Dampit. Nilai koefisien keragaman
terkecil pada peubah pH buah dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Salakan dan
Mojosongo. Peubah jumlah daun dan panjang bunga hermaprodit yang paling
sensitif terhadap pengaruh lingkungan terdapat di Desa Dampit. Peubah PTT
pangkal buah yang paling sensitif terhadap pengaruh lingkungan terdapat di Desa
Mojosongo, sedangkan peubah pH buah yang paling sensitif terhadap pengaruh
lingkungan terdapat di Desa Sudimoro (Tabel 3).
Tabel 3 juga menunjukkan nilai tengah paling besar pada peubah jumlah
daun dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Dampit. Peubah panjang bunga
hermaprodit yang memiliki nilai tengah terbesar pada populasi pepaya di Desa
Gumulan. Nilai tengah terbesar pada peubah padatan terlarut total (PTT) pangkal
buah dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Salakan dan nilai tengah terbesar pada
peubah pH buah dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Sudimoro.
Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Koefisien Keragaman dan Nilai Tengah Setiap Peubah yang Ragamnya Tidak Homogen Peubah Desa
Gurung Salakan Sudimoro Mojosongo Dampit Gumulan KK (%)
Χ KK (%)
Χ KK (%)
Χ KK (%)
Χ KK (%)
Χ KK (%)
Χ
1. Jumlah daun (helai) 2. Panjang bunga hermaprodit (cm)
3. PTT pangkal buah (% Brix)
4. pH buah
17.03 14.71
7.07
3.05
27.84 4.50
9.89
5.05
12.21 13.65
7.09
2.22
23.21 5.08
10.55
5.03
13.21 12.57
6.79
8.38
29.32 5.00
10.16
5.26
11.61 6.10
12.89
2.22
27.32 4.82
10.42
5.03
24.62 16.19
4.70
3.05
34.47 4.63
9.32
5.05
11.96 8.61
6.33
6.40
32.94 5.43
10.53
5.13
19
20
Hasil uji F menunjukkan dari 17 peubah yang ragamnya homogen terdapat
16 peubah yang berbeda nyata pada taraf 5%. Peubah-peubah tersebut adalah
diameter batang 15 cm dari permukaan tanah, diameter batang 50 cm dari
permukaan tanah, diameter batang 100 cm dari permukaan tanah, tinggi batang,
panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, jumlah bunga hermaprodit,
jumlah buah, bobot buah, padatan terlarut total (PTT) ujung buah, padatan terlarut
total (PTT) tengah buah, bobot 100 biji, diameter ujung buah, diameter tengah
buah, dan diameter pangkal buah (Tabel Lampiran 3).
Tabel 4 menunjukkan nilai tengah peubah diameter batang 15 cm dari
permukaan tanah, diameter batang 50 cm dari permukaan tanah, diameter batang
100 cm dari permukaan tanah, panjang daun, lebar daun, jumlah bunga
hermaprodit, dan diameter pangkal buah populasi pepaya di Desa Gumulan lebih
besar dari ke lima populasi lainnya. Batang tertinggi dimiliki oleh populasi pepaya
di Desa Dampit, sedangkan ke lima populasi lainya memiliki tinggi batang yang
tidak berbeda nyata. Populasi pepaya di Desa Sudimoro, Desa Dampit, dan Desa
Gumulan memiliki tangkai daun terpanjang dengan panjang yang tidak berbeda
nyata. Buah terbanyak dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Sudimoro. Bobot
buah terbesar dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Dampit dan Desa Gumulan
dengan rata-rata bobot sebesar 2873.80 g dan 2846.30 g, sedangkan ke empat desa
lainnya memiliki bobot buah yang tidak berbeda nyata. Kandungan PTT ujung
buah dan PTT tengah buah tertinggi dimiliki oleh buah pepaya di Desa
Mojosongo yaitu sebesar 12.13% brix dan 11.63% brix. Bobot 100 biji terbesar
terdapat pada buah pepaya di Desa Mojosongo dan Desa Gumulan, sedangkan
bobot 100 biji terkecil dimiliki oleh buah pepaya di Desa Dampit. Buah pepaya di
Desa Dampit dan Desa Gumulan memiliki diameter ujung buah yang terbesar
dibandingkan dengan ke empat desa lainnya. Diameter tengah buah di Desa
Gurung, Desa Dampit, dan Desa Gumulan tidak berbeda nyata, begitu juga
dengan diameter tengah buah di Desa Salakan, Desa Sudimoro, dan Desa
Mojosongo juga tidak berbeda nyata. Namun diameter tengah buah terbesar
dimiliki oleh buah pepaya di Desa Gurung, Desa Dampit, dan Desa Gumulan.
21
Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Tengah Beberapa Peubah pada ke Enam Desa
No.
Peubah Desa Gurung Salakan Sudimoro Mojosongo Dampit Gumulan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Peubah vegetatif Diameter batang 15 cm dari permukaan tanah (cm) Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah (cm) Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah (cm) Tinggi batang (cm) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Panjang tangkai daun (cm) Peubah generatif Jumlah bunga hermaprodit (buah) Jumlah buah (buah) Peubah kualitas buah Bobot buah (g) Padatan terlarut total (PTT) ujung buah (% Brix) Padatan terlarut total (PTT) tengah buah (% Brix) Bobot 100 biji (g) Diameter ujung buah (cm) Diameter tengah buah (cm) Diameter pangkal buah (cm)
40.80d 31.65d 27.65d 82.90b 41.85c 60.06c 61.94bc 1.03c 0.94c 2421.3b 11.00c 10.58c 2.33cd 12.67ab 13.72a 10.40bc
51.00ab 39.60ab 32.65ab 90.20b 39.82c 57.49c 57.52c 1.07c 1.13ab 2261.3b 11.00c 11.05bc 2.50bc 11.87c 12.87b 10.08c
46.60c 36.65c 30.60c 82.20b 50.20ab 73.83b 74.21a 1.14bc 1.25a 2458.8b 11.00c 11.03c 2.60ab 12.37bc 13.04b 10.01c
41.20d 33.05d 29.25cd 87.70b 48.68b 74.88ab 64.56b 1.21ab 0.95c 2428.8b 12.13a 11.63a 2.73a 12.16bc 13.00b 10.25c
48.25bc 38.20bc 30.70bc 102.45a 47.46b 71.90b 77.39a 1.14bc 1.13b 2873.8a 10.30d 9.95d 2.28d 13.28a 14.07a 10.76ab
52.60a 41.20a 32.70a 84.10b 51.85a 79.58a 77.68a 1.25a 1.18ab 2846.3a 11.55b 11.28ab 2.78a 13.27a 14.06a 10.91a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%
Hubungan Kekerabatan Populasi Pepaya antar Lokasi
Hasil analisis cluster terhadap kedekatan sifat antar populasi pepaya ke
enam lokasi disajikan dalam bentuk dendogram (Gambar 2). Berdasarkan sifat
morfologi tanaman, ke enam populasi pepaya yang diuji terbagi menjadi empat
kelompok yaitu: I. populasi pepaya di Desa Sudimoro dan Desa Dampit, II.
Populasi pepaya di Desa Gurung dan Desa Mojosongo, III. Populasi pepaya di
Desa Gumulan, IV. Populasi pepaya di Desa Salakan. Berdasarkan sifat kualitas
buah, populasi pepaya yang diuji terbagi menjadi empat kelompok yaitu: I.
Populasi pepaya di Desa Salakan dan Desa Mojosongo, II. Populasi pepaya di
Desa Sudimoro, III. Populasi pepaya di Desa Gurung dan Desa Dampit, IV.
Populasi pepaya di Desa Gumulan.
22
653412
44.87
63.25
81.62
100.00
kesamaanTingkat
Lokasi
Morfologi Tanaman
634251
36.90
57.93
78.97
100.00
kesamaanTingkat
Lokasi
Kualitas Buah
564321
25.58
50.38
75.19
100.00
kesamaanTingkat
Lokasi
Morfologi Tanaman dan Kualitas Buah
Gambar 2. Dendogram Enam Populasi Pepaya di Wilayah Boyolali. 1. Desa Gurung; 2.
Desa Salakan; 3. Desa Sudimoro; 4. Desa Mojosongo; 5. Desa Dampit; 6. Desa Gumulan.
23
Berdasarkan sifat morfologi tanaman dan kualitas buah, populasi pepaya
yang diuji juga terbagi menjadi empat kelompok yaitu: I. Populasi pepaya di Desa
Sudimoro dan Desa Mojosongo, II. Populasi pepaya di Desa Gurung dan Desa
Salakan, III. Populasi pepaya di Desa Gumulan, VI. Populasi pepaya di Desa
Dampit. Tingkat kesamaan berdasarkan sifat morfologi tanaman adalah 44.87,
pada sifat kualitas buah berada pada tingkat kesamaan 36.90, dan pengelompokan
berdasarkan sifat morfologi tanaman dan kualitas buah berada pada tingkat
kesamaan 25.58.
Hasil pengamatan kualitatif ke enam lokasi (Tabel 5) menunjukkan semua
peubah kualitatif yang diamati pada ke enam populasi menunjukkan hasil yang
sama. Hal ini dikarenakan tanaman pepaya yang ada pada ke enam populasi
berasal dari varietas pepaya yang sama yaitu varietas pepaya Boyolali. Warna
batang ke enam populasi pepaya adalah coklat keabuan. Warna daun ke enam
populasi pepaya adalah hijau tua dan warna tangkai daunnya hijau muda. Warna
kulit buah ke enam populasi pepaya adalah hijau kekuningan serta warna daging
buah jingga.
24
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Peubah Kualitatif Pepaya di Enam Lokasi No. Peubah Desa
Gurung Salakan Sudimoro Mojosongo Dampit Gumulan 1.
2. 3. 4. 5.
6.
Warna batang Warna daun Warna tangkai daun Bentuk daun Warna kulit buah
Warna daging buah
Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga
Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga
Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga
Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga
Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga
Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga
Keterangan : - Bentuk daun dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1 - Warna batang, warna daun, warna kulit buah dan warna daging buah dapat dilihat pada Gambar Lampiran 2
25
Korelasi antar Peubah
Hasil uji korelasi antar peubah menunjukkan bobot buah berkorelasi
positif terhadap panjang daun, lebar daun, bobot total biji, dan diameter tengah
buah. PTT ujung, tengah dan pangkal buah berkorelasi negatif terhadap bobot
buah. Panjang daun dan lebar daun berkorelasi positif terhadap panjang tangkai
daun dan jumlah buah. Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah berkorelasi
positif terhadap tinggi batang (Tabel 6).
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Koefisien Korelasi antar Peubah No. Peubah Korelasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Bobot buah dengan panjang daun
Bobot buah dengan lebar daun
Bobot buah dengan PTT ujung buah
Bobot buah dengan PTT tengah buah
Bobot buah dengan PTT pangkal buah
Bobot buah dengan bobot total biji
Bobot buah dengan diameter tengah buah
Panjang tangkai daun dengan panjang daun
Panjang tangkai daun dengan lebar daun
Jumlah buah dengan panjang daun
Jumlah buah dengan lebar daun
Tinggi batang dengan diameter batang 50 cm dari
permukaan tanah
0.34**
0.32**
-0.19*
-0.30**
-0.23*
0.43**
0.79**
0.81**
0.76**
0.27**
0.22*
0.19*
Keterangan : *) Berkorelasi pada taraf 5%; **) Berkorelasi pada taraf 1%
Pembahasan
Nakasone dan Paull (1999) menyatakan bahwa pada tanaman pepaya,
produksi dan kualitas buah yang dihasilkan dipengaruhi oleh interaksi antara
faktor genetik dengan faktor lingkungan. Ragam yang tidak homogen pada
peubah jumlah daun, panjang bunga hermaprodit, padatan terlarut total (PTT)
pangkal buah, dan pH buah diduga karena perbedaan kepekaan tanaman terhadap
kondisi lingkungan sekitarnya. Peubah yang ragamnya tidak homogen juga
26
disebabkan kondisi lingkungan yang berbeda pada setiap kebun. Villegas (1997)
menyatakan bahwa dua lembar daun akan muncul setiap minggu apabila kondisi
lingkungannya baik. Lampang daun yang berjarak rapat dengan ukurannya yang
mengecil menunjukkan masa-masa gangguan, kemungkinan disebabkan oleh
kekurangan hara atau gangguan hama dan penyakit. Bunga pepaya sangat peka
terhadap iklim, terutama terhadap perubahan suhu dan kelembaban. Putik dan
benang sari bunga pepaya tumbuh tidak normal dan berbentuk karpeloid karena
tanaman mengalami stres akibat suhu udara yang tinggi dan kelembaban yang
rendah. Akibat lain dapat menyebabkan banyak bunga atau buah yang gugur atau
bentuk buah yang tidak sempurna. Rasa buah pepaya akan lebih baik jika pepaya
ditanam pada musim hangat dan cerah (Villegas, 1997).
Gomez dan Gomez (1995) menyatakan bahwa koefisien keragaman
menunjukkan tingkat ketepatan dengan perlakuan yang diperbandingkan, dan
merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan. Semakin besar nilai
koefisien keragaman maka semakin rendah keandalan percobaan tersebut,
sebaliknya semakin kecil nilai koefisien keragaman maka peubah-peubah tersebut
akan semakin seragam.
Dilihat dari nilai koefisien keragaman peubah jumlah daun dan panjang
bunga hermaprodit di Desa Mojosongo menunjukkan nilai KK yang paling kecil
dengan nilai KK berturut-turut 11.61 dan 6.10%. Oleh karena itu peubah jumlah
daun dan panjang bunga hermaprodit yang seragam terdapat pada populasi pepaya
di Desa Mojosongo. Padatan terlarut total pangkal buah yang paling seragam
terdapat pada populasi pepaya di Desa Dampit dengan nilai KK sebesar 4.70%.
pH buah yang paling seragam dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Salakan dan
Desa Mojosongo dengan nilai KK sebesar 2.22%. Peubah jumlah daun dan
panjang bunga hermaprodit yang paling sensitif terhadap pengaruh lingkungan
terdapat di Desa Dampit. Peubah PTT pangkal buah yang paling sensitif terhadap
pengaruh lingkungan terdapat di Desa Mojosongo, sedangkan peubah pH buah
yang paling sensitif terhadap pengaruh lingkungan terdapat di Desa Sudimoro.
Populasi pepaya di Desa Gumulan memiliki diameter batang 15 cm dari
permukaan tanah, diameter batang 50 cm dari permukaan tanah, diameter batang
100 cm dari permukaan tanah, panjang daun, lebar daun, diameter pangkal buah,
27
dan jumlah bunga hermaprodit yang paling besar. Villegas (1997) menyatakan
bahwa perbandingan dan macam bunga yang dihasilkan pada satu pohon dapat
bervariasi tergantung kepada umur dan keadaan lingkungan. Batang tertinggi yang
diukur dari permukaan tanah sampai bekas buah pertama dimiliki oleh populasi
pepaya di Desa Dampit yaitu 102.45 cm. Tangkai daun populasi pepaya di Desa
Sudimoro, Dampit, dan Gumulan lebih panjang dibandingkan ke tiga populasi
pepaya yang lain. Populasi pepaya di Desa Sudimoro memiliki jumlah buah
paling banyak bila dibandingkan dengan populasi pepaya di lokasi lainnya. Bobot
buah dan diameter ujung buah terbesar dimililki oleh populasi pepaya di Desa
Dampit dan Gumulan. Padatan terlarut total ujung dan tengah buah tertinggi
dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Mojosongo yaitu sebesar 12.13 dan
11.63% brix. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan unsur hara N, P,
dan K dalam tanah yang tinggi pada kebun tersebut. Peningkatan taraf N yang
diikuti oleh taraf K dapat meningkatkan kandungan PTT buah (Wydiawati, 1995).
Hal ini sesuai dengan hasil analisis tanah yang dapat dilihat pada Tabel Lampiran
4. Bobot 100 biji terbesar dimiliki oleh buah pepaya di Desa Mojosongo dan
Gumulan. Hal ini didukung oleh bobot buah yang relatif besar pada kedua
populasi tersebut. Diameter tengah buah terbesar dimiliki oleh buah pepaya di
Desa Gurung, Desa Dampit, dan Desa Gumulan.
Populasi pepaya di Desa Sudimoro dan Desa Mojosongo mempunyai
kemiripan sifat morfologi dan kualitas buah. Kemiripan sifat tersebut antara lain:
tinggi batang kebuah pertama sedang, panjang daun dan lebar daun yang sedang,
jumlah bunga hermaprodit sedang, bobot buah sedang, dimeter ujung dan
diameter tengah buah sedang, serta diameter pangkal buah yang kecil.
Populasi pepaya di Desa Gurung dan Desa Salakan juga mempunyai
kemiripan sifat morfologi dan kualitas buah. Persamaan sifat kedua populasi ini
antara lain tinggi batang ke buah pertama sedang, panjang daun dan lebar daun
serta panjang tangkai daun kecil, jumlah bunga hermaprodit sedikit, bobot buah
sedang, PTT ujung dan tengah buah rendah, dan diameter pangkal buah yang
kecil.
Sifat morfologi tanaman yang baik dan seragam serta kualitas buah yang
baik terdapat pada populasi pepaya di Desa Gumulan. Populasi tersebut memiliki
28
diameter batang yang besar, tinggi batang ke buah pertama yang cukup rendah,
panjang dan lebar daun serta panjang tangkai daun yang besar, jumlah bunga
hermaprodit dan jumlah buah yang banyak, PTT ujung dan tengah buah yang
cukup tinggi, bobot buah dan bobot 100 biji yang besar, daging buah berwarna
jingga, serta diameter buah yang besar. Hasil analisis tanah (Tabel Lampiran 4)
menunjukkan bahwa kandungan unsur N, P dan K yang terdapat di lahan pepaya
di Desa Gumulan cukup tinggi dengan kandungan masing-masing 0.08%,
162.1 ppm, dan 0.90 me/100 g.
Populasi pepaya di Desa Dampit mengelompok sendiri karena memiliki
tinggi batang ke buah pertama yang tinggi dan PTT ujung dan tengah buah yang
paling kecil dibandingkan kelima populasi pepaya yang lain. Hal ini kemungkinan
disebabkan lahan di Desa Dampit mempunyai pH tanah yang rendah yaitu 4.60
dibawah pH optimum untuk pertumbuhan tanaman pepaya.
Populasi pepaya di Desa Gurung memiliki diameter batang yang kecil,
tinggi batang ke buah pertama yang rendah, panjang dan lebar daun serta panjang
tangkai daun yang kecil, jumlah bunga hermaprodit dan jumlah buah yang sedikit,
bobot buah kecil, PTT ujung dan tengah buah sedang, bobot 100 biji yang kecil,
serta diameter buah yang sedang. Hal ini disebabkan populasi pepaya di Desa
Gurung jarang dilakukan pemupukan, sehingga pertumbuhan vegetatif dan
kualitas buahnya rendah. Menurut Nakasone dan Paull (1999) ketersediaan unsur
hara N, P, pengairan dan suhu mempengaruhi kecepatan pertumbuhan batang
pepaya. Selain itu ukuran buah akan menurun akibat dosis P yang terlalu tinggi.
Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kandungan unsur N, P, dan K di Desa
Gurung sangat rendah yaitu 0.09%, 32.0 ppm, dan 0.13 me/100g.
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa semakin panjang dan lebar daun
maka bobot dan jumlah buahnya juga semakin besar. Hal ini diduga ukuran daun
yang besar akan mempunyai banyak klorofil yang berperan dalam proses
fotosintesis, sehingga suplai hasil fotosintat ke buah semakin banyak dan produksi
buahnya juga semakin besar. Muttaqin (2003) dan Rosa (2003) menyatakan
bahwa panjang dan lebar daun mempunyai peran terhadap produksi buah. Bobot
buah berkorelasi negatif terhadap kandungan PTT buah. Semakin besar bobot
buah maka semakin rendah kandungan PTT buah tersebut. Selain itu, faktor
29
lingkungan juga berpengaruh terhadap persentase kandungan PTT buah. Panjang
tangkai daun berkorelasi positif terhadap panjang daun dan lebar daun, sehingga
tanaman yang memiliki tangkai daun yang panjang akan memiliki panjang daun
dan lebar daun yang besar. Sebaliknya, tanaman yang memiliki tangkai daun yang
pendek akan memiliki panjang daun dan lebar daun yang kecil.
Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa semakin tinggi batang maka
semakin besar pula diameter batang tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Muttaqin (2003) yang menunjukkan bahwa genotipe pepaya yang
berperawakan relatif tinggi akan memiliki diameter batang yang relatif besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kemiripan sifat morfologi dan kualitas buah terdapat pada populasi pepaya
di Desa Gurung dan Desa Salakan. Populasi pepaya di Desa Sudimoro dan Desa
Mojosongo juga mempunyai kemiripan sifat morfologi dan kualitas buah,
sedangkan populasi pepaya di Desa Dampit dan Desa Gumulan mempunyai
karakter yang berbeda dari ke empat populasi lainnya.
Populasi pepaya yang mempunyai sifat morfologi yang baik dan seragam
serta kualitas buah yang paling baik terdapat pada populasi pepaya di Desa
Gumulan. Pengaruh lingkungan terhadap peubah-peubah yang diamati pada
populasi pepaya di Desa Gumulan relatif kecil dibandingkan ke lima populasi
pepaya yang lain. Buah pepaya di Desa Gumulan juga mempunyai kriteria yang
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia dengan bobot buah 2846.3 g termasuk
dalam grup A (bobot buah 2.5 – 3 kg), bentuk buah panjang dan seragam, rasa
daging buah manis dan warna daging buah jingga.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada musim yang berbeda untuk
mengetahui perbedaan karakter morfologi dan kualitas buah antar musim tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arifeni, F. 2004. Karakterisasi Sifat-sifat Morfologi dan Kimiawi pada Dua Genotipe Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) dengan Perbedaan Sumber Banih. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 482 hal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1983. Penelitian Buah-buahan
dan Tanaman Hias. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Malang. Chay-Prove, P. 2000. Papaw Information Kit. Agrilink Departement of Primary
Industries Maroochy Horticultural Research Station the State of Queensland. Australia.
Comstock, R. W. 1996. Quantitative Genetic with Reference to Plant and Animal
Breeding. Iowa State University Press. Ames, Iowa. 421 p. Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian. UI Press. Jakarta. 698 hal. Hidayati, M. N. 2005. Perbanyakan Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) dengan
stek dan Pengaruhnya terhadap Stabilitas Kelamin Bunga. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hill, J., H. C. Becker, and P. M. A. Tigerstedt. 1996. Quantitative and Ecological
Aspect of Plant Breeding. Chapman and Hall. London. 271 p. IBPGR. 1998. Descriptor for Papaya. International Board for Plant Genetic
Resources. Rome. Maesyaroh, S. 1986. Pengaruh Letak Benih dalam Buah dan Ukuran Benih
terhadap Penampakan Seks Tanaman dan Vigor Bibit Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Muttaqin, T. 2003. Evaluasi Beberapa Karakter Morfologi 19 Genotipe Pepaya
(Carica papaya L.) Hasil Pemuliaan Balitbu, Solok. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1999. Crop Production Science in Horticulture.
Wallingford: CBA International Wallington, p:259-263. Noorrohmah, S. 2005. Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya Di Empat
Lokasi Di Wilayah Bogor pada Dua Musim. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
32
Rosa, M. 2004. Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya dari Empat Populasi Pepaya di Wilayah Bogor. Skripsi. Departeman Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sankat, C. K. and Maharaj. 1997. Papaya, p. 175-183. In: S. Mitra (Ed.).
Pastharvest Phisiology and Storage of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. India.
Sunarjono, H. 1987. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru. Bandung. Sumartono, Nasrullah, dan H. Hartiko. 1992. Genetika Kuantitatif dan
Bioteknologi Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 372 hal.
Suwarno. 2000. Pengaruh Cahaya dan Perlakuan Benih Terhadap Perkecambahan
Benih Pepaya. Dalam Buletin Agricultural Vol. XV No. 3 Villegas, V. N. 1997. Carica papaya L., p. 125-131. In: E. W. M. Verheij and R.
E. Coronel (Eds.). Plant Resources of Sount-East Asia 2: Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation.
Wiyono, S. dan S. Manuwoto. 2008. Penyakit Antraknosa pada Pepaya dan
Potensi Pengendaliannya. Pusat Kajian Buah Tropika, LPPM – IPB. Bogor. 17 hal.
Wydiawati, D. 1995. Pengaruh Pemupukan Nitrogen, Kalium dan Kalsium
terhadap Produksi Papain Kasar dan Mutu Buah Pepaya. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yenita. 2002. Evaluasi Keragaan Lima Kultivar Pepaya (Carica papaya L.).
Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
34
Tabel Lampiran 1. Hasil Uji Korerasi antar Peubah Diameter
batang 15 cm dari permukaan
tanah
Diameter batang
50 cm dari permukaan
tanah
Diameter batang
100 cm dari permukaan
tanah
Tinggi batang
Panjang daun
Lebar daun
Panjang tangkai
daun
Jumlah daun
Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah Tinggi batang Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun Jumlah daun Jumlah bunga hermaprodit Panjang bunga hermaprodit Jumlah buah Bobot buah PTT (ujung) PTT (tengah) PTT (pangkal) pH
0.86** 0.73** 0.10 0.25** 0.24** 0.40** 0.34** 0.17 0.36** 0.48** 0.24** -0.22* -0.10 0.01 -0.11
- 0.84** 0.19* 0.28** 0.27** 0.46** 0.36** 0.15 0.27** 0.48** 0.18 -0.20* -0.07 -0.02 -0.00
- - 0.02 0.39** 0.34** 0.49** 0.32** 0.25** 0.26** 0.53** 0.23* -0.10 -0.01 0.05 -0.10
- - - -0.03 -0.00 0.06 0.22* -0.01 0.04 -0.10 0.12 -0.256** -0.27** -0.20* -0.09
- - - - 0.91** 0.81** 0.53** 0.55** 0.33** 0.27** 0.34** 0.11 0.02 -0.05 0.11
- - - - - 0.76** 0.50** 0.51** 0.30** 0.22* 0.32** 0.20* 0.05 -0.05 0.08
- - - - - - 0.67** 0.40** 0.22* 0.43** 0.44** -0.12 -0.15 -0.18 0.06
- - - - - - - 0.30** 0.15 0.14 0.34** -0.16 -0.16 -0.16 0.06
Keterangan : *) Berkorelasi pada taraf 5%; **) Berkorelasi pada taraf 1%
35
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Jumlah
bunga hermaprodit
Panjang bunga
hermapprodit
Jumlah buah
Bobot buah PTT (ujung) PTT (tengah)
PTT (pangkal)
pH
Panjang bunga hermaprodit Jumlah buah Bobot buah PTT (ujung) PTT (tengah) PTT (pangkal) pH Bobot total biji Bobot 100 biji Diameter ujung buah Diameter tangah buah Diameter pangkal buah
0.20* 0.06 0.29** 0.15 0.09 -0.01 0.14 0.07 0.26** 0.10 0.11 0.13
- 0.06 0.15 0.04 0.05 -0.01 -0.02 -0.11 0.22* -0.03 0.00 0.17
- - 0.070 -0.219* -0.159 -0.048 0.055 -0.090 -0.050 0.053 0.023 0.026
- - - -0.19* -0.30** -0.23* 0.03 0.43** -0.01 0.77** 0.79** 0.79**
- - - - 0.69** 0.52** -0.03 0.03 0.34** -0.04 -0.11 -0.06
- - - - - 0.64** 0.09 -0.15 0.30** -0.15 -0.13 -0.12
- - - - - - -0.05 0.10 0.25** -0.00 -0.08 -0.10
- - - - - - - -0.03 -0.10 0.12 0.07 0.03
Keterangan : *) Berkorelasi pada taraf 5%; **) Berkorelasi pada taraf 1%
36
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Bobot total biji Bobot 100 biji Diameter ujung
buah Diameter tengah
buah Diameter pangkal
buah Bobot 100 biji Diameter ujung buah Diameter tangah buah Diameter pangkal buah Diameter batang 15 cm dari permukaan tanah Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah Tinggi batang Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun Jumlah daun
0.22*0.42** 0.40** 0.26** -0.01 -0.06 -0.01 -0.11 0.08 0.08 0.09 -0.02
- -0.04 -0.09 -0.05 0.02 0.00 0.09 -0.21* 0.28** 0.33** 0.11 -0.06
- - 0.86** 0.75** 0.08 -0.02 0.02 -0.03 0.14 0.15 0.23* 0.18
- - - 0.83** 0.06 -0.02 0.05 -0.06 0.08 0.10 0.20* 0.19*
- - - - 0.14 0.07 0.14 0.09 0.17 0.18 0.26* 0.23*
Keterangan : *) Berkorelasi pada taraf 5%; **) Berkorelasi pada taraf 1%
37
Tabel Lampiran 2. Koefisien Keragaman Masing-masing Desa untuk Semua Peubah yang Diamati
Peubah Desa
Gurung Salakan Sudimoro Mojosongo Dampit Gumulan KK (%)
Peubah vegetatif Diameter batang 15 cm dari permukaan tanah Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah Tinggi batang Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun Jumlah daun Peubah generatif Jumlah bunga hermaprodit Panjang bunga hermaprodit Jumlah buah Peubah kualitas buah Bobot buah Padatan terlarut total (PTT) ujung buah Padatan terlarut total (PTT) tengah buah Padatan terlarut total (PTT) pangkal buah pH buah Bobot total biji Bobot 100 biji Diameter ujung buah Diameter tengah buah Diameter pangkal buah
15.23 14.23 12.31 15.42 10.23 12.73 14.49 17.03 24.50 14.71 15.70 18.00 5.93 7.42 7.07 3.05 36.37 16.27 7.40 6.89 7.99
8.79 8.72 8.04 10.86 12.17 12.33 12.94 12.21 12.28 13.65 15.14 16.53 7.92 7.47 7.09 2.22 31.85 15.73 8.81 6.99 8.44
13.85 13.97 13.77 19.72 10.24 13.59 9.01 13.21 13.46 12.57 22.27 18.12 5.93 8.98 6.79 8.38 27.20 9.94 11.60 9.16 8.69
9.84 8.85 9.92 21.52 9.75 10.45 10.41 11.61 16.23 6.10 19.13 13.01 7.09 7.38 12.89 2.22 28.25 11.16 10.08 6.56 5.78
12.03 11.20 9.93 12.61 10.41 11.34 9.00 24.62 15.53 16.19 13.90 14.89 7.65 7.67 4.70 3.05 26.83 15.00 8.62 7.64 7.72
8.98 10.21 8.09 16.55 7.94 11.15 8.44 11.96 9.20 8.61 10.67 16.91 6.10 8.46 6.33 6.40 29.95 12.42 8.20 6.85 7.63
38
Tabel Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Uji F untuk Peubah yang Ragamnya Homogen
No. Peubah P-Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Peubah vegetatif Diameter batang 15 cm dari permukaan tanah Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah Tinggi batang Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun Peubah generatif Jumlah bunga hermaprodit Jumlah buah Peubah kualitas buah Bobot buah Padatan terlarut total (PTT) ujung buah Padatan terlarut total (PTT) tengah buah Bobot total biji Bobot 100 biji Diameter ujung buah Diameter tengah buah Diameter pangkal buah
0.000** 0.000** 0.000** 0.000** 0.000** 0.000** 0.000** 0.001** 0.000** 0.000** 0.000** 0.000** 0.214 0.000** 0.000** 0.000** 0.002**
Keterangan : *) Berbeda nyata pada taraf 5%;**) Berbeda nyata pada taraf 1%
Tabel Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Tanah ke Enam Lokasi
Lokasi pH H2O
C-Org (%) N-total (%) P (ppm) K (me/100 g)
Gurung
Salakan
Sudimoro
Mojosongo
Dampit
Gumulan
5.80
5.60
5.50
5.40
4.60
5.50
1.17
1.25
1.17
0.75
1.58
0.92
0.09
0.10
0.09
0.07
0.11
0.08
32.0
106.6
61.0
68.2
110.9
162.1
0.13
0.51
0.69
0.19
0.46
0.90
39
40
Gambar Lampiran 1. Bentuk Daun Berdasarkan Descriptor for Papaya yang diterbitkan oleh International Board for Plant Genetic Resources (IBPGR)