Transcript
  • KATANTARAS 1EDISI 5, Maret 2019Tabloid Karo Bulanan Edisi Maret 2019, No. 5

    KATASUKI

    Ersada Kita Megegeh, Teridah ras Mehaga

    Foto Genius Tarigan (Koleksi Museum Karo Lingga,)

    Penggabungan 3 Desa Siosar Masuk Kecamatan Tiga PanahPEMBENTUKAN DESA BARU TANPA SYARAT

    Surat keputusan itu diterima Bupati Karo Terkelin Bra-hamana tanggal 14 Februari 2019, di Gedung C lantai 2 Ditjen Bina Pemerintahan, Jakarta Selatan, didampingi Asisten 1 Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Suang Karo Karo, Sekwan DPRD Karo Petrus Ginting, Eva Angela, Kabag Pemdes, Data Martina Br Ginting, Camat Tiga Panah Dwikora Sitepu, Camat Naman Teran, Jepta Tarigan, Camat Payung.

    Ditjen Bina Pemerintahan Desa, Nata Irawan, mengatakan jadikanlah ini sebagai anugerah bagi masyarakat Kabupaten Karo, sebab hampir selama 73 tahun hal

    seperti ini belum pernah terjadi. Dan meminta agar Pemkab Kao mem-perhatikan batas batas desa, aktifkan komunikasi dengan Ditjen Bina Pe-merintahan Desa, dan perhatikan do-kumen dokumen yang lama, perhati-kan APBDes-nya, jangan suatu saat menjadi masalah, ujarnya.

    Menurutnya, sejalan dengan peru-bahan itu, maka camat kedepan harus pandai mengfungsikan kepala desa, terlebih saat ini dinasnya lagi merivi-si gaji seluruh perangkat kepala desa. “Mudah mudahan terlaksana, ini ren-cana kami agar gaji kepala desa dan perangkatnya setara dengan gaji PNS,” ungkap Nata tanpa merinci besarnya dan Regulasi yang megaturnya.

    Secara adminitrasi, ketiga desa yang sebelumnya sudah direlokasi ke Siosar pasca bencana erupsi Gunung Sinabung itu, sesungguhnya belum me-menuhi syarat untuk ditetapkan men-jadi pembentukan desa baru. Namun karena faktor historis kearifan lokal dan keunikan Karo, pemerintah pusat mem-pertimbangkan-nya, kata Bupati Karo, seperti dilansir harian Analisa.

    Sementara itu, Kabag Pemdes, Eva Angela sebagai ujung tombak teknis pengajuan pembentukan desa yang disetujui itu, menurutnya sung-guh luar biasa, karena diperlakukan secara khusus tanpa memenuhi syarat. Salah satu dari syarat itu harus me-menuhi jumlah penduduk minimal 800 kepala keluarga. Dengan demiki-an, Pemkab Karo yang pertama kali di seluruh Indonesia yang direstui pe-merintah pusat melakukan pembentu-kan desa baru tanpa memenuhi syarat. Dalam bahasa Karo hal ini bisa dika-takan “telap” Pemkab Karo.

    Tiga desa meliputi Desa Sukame-

    riah, Desa Bakerah dan Desa Sima-cem ditotal kepala keluarganya yang diajukan hanya 370 kepala keluarga. Seharusnya dari segi adminitrasi ini sudah gugur karena tidak memenuhi syarat. Namun karena perlakuan khu-sus, usulan itu dapat diterima dan menjadi pilot projek bagi kapubaten seluruh Indonesia nantinya.

    Sejalan dengan perubahan 3 desa

    itu, Asisten 1 Suang Karo-Karo mengatakan, akan segera menerus-kan arahan Bupati Karo ke jajaran para camat dari ketiga desa itu, untuk mensosialisasikannya. Kare-na ada perubahan struktur jum-lah desa. Kecamatan Namanteran dengan keluarnya dua desa Sima-cem, Bekerah jadi 12 desa. Desa Sukameriah Kecamatan Payung memiliki 8 desa menjadi 7 desa. Untuk Kecamatan Tiga Panah yang sebelumnya memiliki 26 desa ber-tambah tiga desa menjadi 29 desa, jelasnya (Tadukan).

    Tiga desa meliputi Desa Bakerah dan Desa Simacem di Kecamatan Naman dan Desa Sukameriah di Kecamatan Payung, diubah atau ma-suk dalam kawasan Kecamatan Tiga Panah. Sedangkan nama ke 3 desa itu tetap, tidak ada perubahan, sebagaimana tertuang dalam surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 140-48 tahun 2019 tanggal 7 Januari 2019.

    Taneh Karo (Katantaras).

    Bagi permadani tempa, si kimbang belangna la teralang. Lit ka tempa sora erdilo gelah min kita reh kuje guna kundul-kundul, pesenang-senang ukur. Endam gambar Juma Talin Serit, kuta Lingga. Motosa make drone si i alakoken bas bulan Desember 2018.

    + Ise pilihmu bas pilpres e pagi ?

    = Kukataken kari..., bicara la seri pilihenta..., lanai ka

    kita sipindon isap

    + Ih...payo kal Pande...Sipoindon isap em tanda

    keersadanta... Sada dage isapmu ndo !

  • KATANTARAS2 EDISI 5, Maret 2019

    Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi : Simson Gintings, Wakil Pimpinan Umum/ Wkl. Pimpinan Redaksi : Julianus P. Liembeng. Dewan Redaksi : Robinson Sembiring, Yoel Kaban. Artistik : Arthur Sembiring. Photografer : Sadrah Ps., Jupiter Maha. Tata Letak : Yosef Depari. Kontributor : Moses Pinem, Salmen Kembaren, Imanuel Tarigan, Tridah Sembiring, Septa Sembiring, Imanuel Bukit, Emma Sinulingga (Medan), Alex Depari (Kabanjahe) Ezra Deardo Purba (Yog-yakarta), Oren B. Peranginangin (Bandar Lampung). Perwakilan Eropa : Christina Ginting (Munchen). Pimpinan Perusahaan : Asmanta Barus, Sekretaris : Eko Tarigan. Manager Produksi : Jecky Edward Sembiring D., Staf Produksi Julio Ari NapitupuluAlamat Redaksi : Jl. Marsaid I No. 44 Rt.01 Rw.06, Marga Jaya Bekasi Selatan. E-mail : [email protected] Rekening BNI No. 0753540507 An. Simson Gintings, Percetakan : Aneska Grafindo

    Redaksi KATANTARAS

    Redaksi menerima kiriman tulisan dari pembaca, berupa cerpen, puisi, dan artikel yang berkaitan dengan suku Karo. Tulisan dapat dalam bahasa Indonesia atau bahasa Karo dan dikirimkan ke email Redaksi : [email protected]. Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis Redaksi berhak mengedit artikel tanpa mengubah isi dan substansi dari tulisan. Hak cipta tulisan tetap menjadi milik penulis. Tulisan yang dimuat tidak mendapat honorarium.

    K A T A N A K A N

    Editorial

    Beralih dari geliat wisata daerah Siosar, di ujung timur Kabupaten Karo juga tak ingin ketinggalan da-lam momen ini. Lembah Seri-bu Bunga, yang berada di desa Barus Jahe. Mencoba peruntun-gandi tengah maraknya wisata yang memanfaatkan keindahan alam. Berada di ketinggian di atas 1000 mdpl Lembah Seri-bu Bunga menawarkan sensasi dingin di kaki Bukit Deleng Ganjang. Tidak hanya bunga, pemandangan tanpa hambatan ke Sinabung, sungai Badigu-lan yang jernih, melengkapi pesona lembah ini. Sekalipun berupa lembah, lokasi ini juga sebenarnya memiliki spot yang tinggi berupa perbukitan.

    Sempurna Barus, Andi Ginting, Tamrin Barus dan Giat Barus pada tahun 2016 meng-gagas Lembah Seribu Bunga. Ide ini muncul untuk mengem-balikan kejayaan pariwisata Barus Jahe yang menurutnya telah mati suri. Karena kurang-nya penggalian potensi. Orang–orang semakin tidak mengenal dan melupakan Barus Jahe yang sempat terkenal dengan wisata Rumah Adatnya. Mereka men-coba memanfaatkan alam dan tempat, bunga dan sayur mer-upakan habitat yang cocok un-tuk dataran tinggi.

    Pada tahun itu juga, mere-

    ka mulai menggemparkan media sosial di Sumatera Utara. Animo dan ekspektasi masyarakat begitu tinggi dalam mencari tahu ke-beradaan terkini lembah tersebut. Sebagai aksi pendukung awal, pengelola juga telah melak-sanakan lomba lintas alam mesra. Pengelola juga telah membangun setidaknya 7 pondok, mendesain camping ground area dan tentun-ya mulai menanam bunga.

    Kunjungan turis local di ta-hun pertama cukup tinggi. Na-mun secara perlahan mulai men-galami penurunan. Hal ini bukan tanpa sebab. Hukumnya adalah antara realitas dan ekspektasi. Harapan pengunjung, dalam bayangan lembah tersebut telah penuh dengan bunga yang be-raneka warna. Namun pengelola menghadapi berberapa kendala.

    “Jumlah pengunjung terus menurun, jarang sekali yang datang kembali karena merasa kurang puas” terang Tamrin Barus yang dihubungi via tele-pon seluler.

    Sebenarnya terdapat 6 orang tenaga pengelola yang siap bekerja untuk pengelolaan Lembah Seribu Bunga. Mereka adalah petani, dan menempat-kan pengelolaan Lembah se-bagai jkerja sampingan. Lem-bah belum mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga mere-ka sehingga mereka juga belum

    bisa penuh waktu bekerja.

    Mengubah Manajemen dan Menantikan Seribu Harapan

    Para penggagas menga-takan masalah utama yang mereka hadapi bagi adalah masalah pendanaan. Selama ini, pengelolaan tempat itu mendapat dukungan dari salah satu keluarga dari pengelola se-hingga belum bisa ditata secara maksimal. Sempat juga ingin dikelola Bumdes, namun den-gan berbagai pertimbangan, di-anggap lebih baik jika dikelola oleh kelompok masyarakat.

    Permasalahan lainnya ak-sesibilitas. Infrastruktur berupa jalan yang rusak juga menjadi pertimbangan utama bagi pe-ngunjung. Pemerintah Kabu-paten pernah beruapaya mem-perlbar jalan ke lokasi. Namun terentur pada masalah pembe-basan lahan. Beberapa anggota masyarakat tidak rela lahannya berkurang. Maka usaha pem-bangunan jalan pun terhenti. Padahal bila jalan dipelebaran akan menguntungkan petani yang melintasi jalan tersebut.

    Memang masih dibutuh-kan edukasi bagi masyarakat setempat. Tapi para pengelola belum menyerah. Mereka ma-sih memiliki seribu harapan dari Lembah Seribu Bunga. Mereka mencoba utukl melobi pemerintah desa untuk meman-faatkan anggaran dana desa (ADD) bagi pembangunan in-frastruktur menuju lokasi. Pen-gelola baru dapat mengolah ar-eal 2 hektar dari 7 hektar lahan yang tersedia. Itupun belum sepenuhnya ditanami bunga. Mereka juga tidak menutup pe-luang bagi masuknya investor dari luar.

    Seperti yang telah di-uraikan, pengelolaan Lembah ini perlu ada kreatifitas dari pengelola sembari menantikan datangnya investor. Pemuda Barus Jahe bersama maha-siswa lokal dan juga perantau, perlu menyatukan hati dan kekuatan untuk menghidupkan kembali Barus Jahe sebagai salah satu bagian wisata yang menarik di Kabupaten Karo.

    Selain itu, perlu juga dibangun sistem manajemen pengelolaan yang baru. Sistem pekerjaan bagi pengelola juga perlu menjadi perhatian. Benar kata pepatah, tidak ada perang yang tak memerlukan perjuan-gan. Tentunya pihak pengelola harus terlebih dahulu menun-jukkan komitmen mereka untuk terus maju sehingga in-vestor menjadi yakin prospek Lembah Seribu Bunga.

    Selain itu, yang masih perlu ditingkatkan pengaturan desain taman, perawatan bun-ga, termasuk aturan bagi pen-gunjung. Hal penting lainnya, perlu diapahami bagaimana selera pengunjung dengan cara belajar dari pesaing yang ada. Lembah ini harus memliki keunikan yang tidak dimiliki oleh obyek wisata lain. Dan yang tak kalah pentingnya, diperlukan manajemen dalam melakukan promosi dan pe-manfaatan media sosial.

    Memang, untuk menata Lembah Seribu Bunga tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan kerja keras dengan kekuatan seribu hara-pan bagi kebangkitan kemba-li wisata di desa Barus Jahe. Harapan itu harus menjadi visi dan berkemauan keras untuk mewujudkannya.***

    LEMBAH SERIBU BUNGA, DAN SERIBU HARAPAN Oleh Salmen Sembiring Kembaren

    Sejak Gunung Sinabung meletus tahun 2010, bebera-pa destinasi wisata alternatif Karo mulai bermunculan. Tempat yang cukup populer di kalangan millenal. Dian-taranya, relokasi Siosar, Madu Efi, Cafe Juma dan se-bagainya. Relokasi Siosar pada dasarnya menawarkan pemandangan alam dengan udara yang segar, bagi ins-tagramer tidak dapat dilewatkan berbagai spot untuk didokumentasikan. Selain itu, wisata lainnya hampir sama, yakni sajian alam yang dipadukan dengan akti-vitas manusia berupa pengolahan hasil alam setempat.

    Bekasi (Katantras)

    Persadan Karo Bersatu Wilayah Bekasi – Depok, tanggal 7 Maret 2019 akan menyelenggarakan acara “Gendang Mburo Ate Tedeh Taneh Karo Simalem” seka-ligus sebagai acara pemberian merga (penangkuhen) Ginting kepada Menaker yang nama lengkapnya adalah Muhammad Hanif Dakiri. Yang menjadi orangtua angkat Menaker Han-if Dakiri adalah Bagianta Gint-ing dan isterinya Hj.Zainab

    br Tarigan, bebere Sebayang. “Dengan demikian nanti Menaker Hanif Dakiri bernarga Ginting, bebere Tarigan, kempu Sebayang” ujar ketua panitia Raja Sungkunen Ginting.

    Acara tersebut akan diselenggarakan di Gedung Per-temuan Cut Nyak Dien, Buperta Cibubur, dengan hiburan key-bord gendang Karo, dan sebagai bintang tamunya Ramona Purba.

    Sebagai rasa syukur dan tan-da ‘ermeriah ukur’ pihak pantia penyelenggara menyiapkan hi-

    dangan makan siang bersama. Kami mengharapkan kehadiran warga Karo khususnya Bekasi Depok dan seputaran Cibubur, dan kami akan mempersiapkan makan untuk sekitar 1000 orang,

    Menurut penjelasan sek-retaris panitia, Benny Kris Depari, Hanif Dakiri sangat tertarik dengan keramahan mas-yarakat Karo dan budaya Karo. Dan dia ingin lebih mengenal lebih dekat dan dapat memban-tu pembangunan Karo khususn-ya dibidang pelatihan ketenega-

    kerjaan.Sejalan dengan itu, Benny

    Depari yang memiliki usaha di bidang penempatan dan per-lindungan tenaga kerja Indone-sia (TKI) sangat berharap agar dapat menjalin kerjasama yang baik dengan pak Mentri ini.

    “Melalui momen ini mudah mudahan kedepannya kita dapat menyelenggarakan pelatihan pelatihan kerja bagi masyarakat Karo, ma terakap kang kari man banta kerina”, kata Benny menambahkan. menambahkan.

    Seperti diketahui, Menaker Hanif Dakiri merupakan tokoh PKB yang memiliki pengala-man politik yang luas. Dalam

    MENAKER H. HANIF DAKIRI DIBERIKAN MARGA GINTING

    Dewan Pakar/Penyantun : Analgin Ginting, Nelson Barus, Robinson Sitepu, Sion Sembiring Meliala

    usia 37 tahun menjadi anggota DPR (1999 – 2014). Jabatan politik yang pernah diemban-nya antara lain wakil Sekjen PKB, kemudian menjadi Ketua DPP PKB. Pada era Yahya Mu-haimin menjadi Sekjen PKB . Yang menarik dan mungkin tidak banyak orang yang men-getahuinya, ibu Hanif Dakiri pernah bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW). Sedang-kan ayahnya seorang guru SD. Ternyata perjalanan hidupnya yang panjang dan penuh per-juangan itu telah membawanya menjadi Menteri Menteri Tena-ga Kerja dan Transmigrasi. (Ckr)

    Adi bas syair lagu Karo klasik “Terang Bulan” kira-kira nina bagenda : “pala-palana kita enggo erkuan, ulanai min kita sirang”. Adi en-ggo benaken, ula nai min nga-diken, ula min jadi lalit ertina. Lasam. Emaka erlanjutlah min. Bage kira-kira antusena. Lagu enda erkaiten ras kegeluhen si nguda-nguda ras anak perana si jumpa ras atena jadi.

    Adi bas pengertin si umum, nina Bung Karno “ever onward never retreat”. Alu kata side-ban. “maju terus pantang mun-dur”. Bagem semangat bang-sata ngayak-ngayak merdeka ndube.

    Sedalanen ras si e, bas cakap Karo ninta adi nggo benaken ulanai suruti. Kerina kata-kata bijak e jadi inspirasi man kami ibas engkerasken isi ras perdalanen tabloid si kitik enda. Em si jemak kami alu mekeskes si banci petetap ukur. Kai pe sekali si terjadi, tah lit tonggar tah kelbung man bentasen, terus me nahe ijing-kangken. Kegeluhen bas taneh si mekapal enda la mungkin la jumpa kendala. Emaka asa ge-gah ras kengasupen si lit mas-alah e arus atasi. Labo itangisi.

    Emaka, tuhu meriah kal ukurta kerina, erkiteken lit em-pat kalak turang tah seninata si tuhu-tuhu ermediate ras nggit mereken gegeh ras pemikiren guna kemajun tabloidta enda gelah min banci ersikapna per-dalanena bas wari-wari si reh. Turang tah seninanta si empat enda emekap Analgin Ginting Munte, Nelson Barus, Robin-son Sitepu, ras Sion Sembiring Meliala. Empatna ia jadi Dewan Pakar/Penyantun. Tek kita, pemeteh ras pengalamen em-patna turang ras seninta enda tuhu-tuhu banci nampati pema-saren rikut pe langkah-langkah strategis gelah min ongkos pro-duksi si relatif labo uga kal be-lina, banci tertutupi teptep bu-lan. Alu bage maka perdalnen tabloid enda banci erlanjut tah pe sustainable.

    Em pengarapenta kerina. Totota Dibata sinjujuri kita ker-ina, terlebih man empatna De-wan Pakar Penyantun.

    Bage kape alu litna saran ras pandangen ibas kam sin-goge nari, ija i akap kami pe mehuli guna pehuliken rupa ras tampilenna, maka juru layout erbahan piga piga perubahen. Terutama bagi judul rubrik ras kolomna. Sienggona kolom tabloidta enda bagi si mbelgah ia, mulai edisi pelimaken enda enggo bagi si mencur sitik.

    Meriah ukur kami adi lit pandangen pandangen ibas

    DEWAN PAKAR/PENYANTUN NAMBAHI GEGEH

    kam nari, sabab em tandana kam pe kerina merasa memiliki tabloidta Katantaras enda.

    Tambah si e, si erbahnsa meriah ukurta kerina emkap pemutaran perdana film Karo “Jandi La Surong” tanggal 23 Ferbruari 2019 i Berastagi en-ggo erdalan alu mehuli ija te-remna si ndedah lit 1800 ka-lak. Beligan e ndauh bedana asangken perkiran panitia si ndube sekitar 1300 kalak, Enca pemuateran seterusna ilakoken i Pusat Perfilma Haji Usmar Is-mail, Kuningan, Jakarta bas tanggal 23 Maret 2019.

    Si jadi profil bas edisi enda emekap turang tah seninata Heben Heser Ginting Munte, si kebetulen jadi caleg DPRD Sumatra Utara bas Dapil 11, Karo, Dairi dan Pakpak Barat bas Partai Nasdem nari. Perlu si inget maka prinsip tabloidta enda emekap “berita kerna ka-lak Karo man kalak Karo” En-dam si jadi jemaken kami maka Heben Heser Ginting Munte jadi profil bas edisi No 5/MAret 2019 enda, erkiteken ia kalak Karo.

    Sada nari si cukup pent-ing emkap turang tah senina-ta Marsten L. Tarigan, penyair tingkat nasional, ija puisi-pui-sina pernah imuat bas surat kabar nasional bagi Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia ras sidebana, alu meriah ukur nggo ngirimken puisi-puisina si temana erkaiten ras budaya Karo ku tabloid Katantaras. Kumpulen puisi Marsten L Tarigan si enggo terbit alu jud-ul Mengupak Api yang Hampir Padam (2016). Tuhu-tuhu jadi sada kemegahen man banta kalak Karo lit sekalak penyair si cukup produktif.

    Seh jenda kata ibas kami nari. Mejuah-juah kita kerina.

  • KATANTARAS 3EDISI 5, Maret 2019Opini

    Cuplikan di atas diambil dari sebuah buku yang menarik dan menjadi semangat awal Gereja untuk hidup dalam kepelbagaian, khususnya di Indonesia. Dan kehidupan pluralis telah me-mampukan perjuangan bangsa berhasil membawa Indonesia menjadi negara merdeka pada tahun 1945. Para pendiri bangsa (founding fathers) memberikan ideolgi yang mampu menahan gejolak yang dapat memecah kebangsaan kita. Sejarah telah membuktikan, semua gerakan separatisme entah karena ala-san agama maupun ideologi semuanya dapat ditumpas.

    Namun demikian kepelba-gian sosial budaya masyaraka kita tidak dapat diterima den-gan begitu saja. Harus dikelo-la dengan baik agar nilai-nilai toleransi yang hidup ditengah masyarakat multikultural yang mengejawantah dalam sem-boyan bangsa Bhineka Tunggal Ika tidak tergerus oleh dinami-ka situasi masa kini.

    Perlu kiranya dihayati, ag-ama-agama di dunia khususnya di Indonesia, harus bersekutu, bukan untuk membentuk suatu

    agama tunggal. Melainkan se-bagai suatu komunitas dialogis diantara berbagai komunitas itu sendiri. Mengingat, kita ha-nya bisa berada dalam proses “menjadi”, dan untuk “menja-di” kita harus saling berhubun-gan dalam hal ini dialog. Tidak ada satupun melektron ataupun manusia, yang bisa menjadi “sebuah pulau dalam dirinya sendiri”. “Tiap benda” dan “ti-ap-orang” berada dalam keter-hubungan yang sangat dinamis sampai pada titik di mana satu “benda” atau “orang” itu diten-tukan oleh berbagai hubungan yang terjadi.

    Artinya, untuk mencapai keterhubungan ini maka orang yang menyebut dirinya berag-ama harus bersedia berdialog secara terbuka dengan ag-ama-agam lain, dan hal ini ha-nya dapat terwujud apabila se-tiap khotbah, ceramah tentang agama ataupun para pemuka agama harus dapat memperluas horizon pemikiran jemaat dan umat sehingga sampai pada pemahaman yang demikian. Dengan catatan, bahwa dialog yang ingin kita lakukan adalah dialog yang memang benar-be-

    nar ingin mencari kebenaran tentang CINTA, HARMONI DAN KEDAMAIAN dalam diri dan agama lainnya, tanpa harus meninggalkan identi-tas agama yang dianut mas-ing-masing.

    Indentitas sebagai seorang beragama itu tetap perlu. Mis-alnya, sebagian orang, ada yang begitu lancar berbicara dengan bahasa ibu dan kalau kita bisa mengerti dan berbicara dengan berbagai bahasa dari budaya atau agama lain, maka kita akan merasakan betapa pentin-gnya menjadi apa yang disebut “warga negara dunia”. Ataupun istilah, “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Istilah ini bisa disalah-pahami bahkan bisa disalahgunakan. Sekaan-akan untuk menjadi bagian dari desa global (global village) kita harus meninggalkan desa kelahiran kita sendiri. Akar identitas kita selalu bersifat lo-kal, dan akan demikian terus.

    Apa yang dibahas di sini adalah kebutuhan, dan kegaira-han, untuk juga menjadi warga desa-desa yang lain. Kita mem-bawa warisan desa kita, dan saat kita mengunjungi desa-de-

    sa lain dan belajar dari mereka, kita akan menghargai baik nilai maupun keterbatasan dari apa yang diwariskan oleh desa kita sendiri.

    Dalam pengertian ini, kita dihimbau, dalam kadar tertentu, untuk menjadi war-ga negara dunia. Dua dari an-caman besar yang dihadapi ko-munitas berbagai bangsa dan budaya dewasa ini ialah nasi-onalisme dan fanatisme yang berkembang di antara mereka yang belum pernah meninggal-kan desa mereka dan mengira bahwa desa mereka itu superior dari desa-desa yang lain.

    Imbauan ini tidak dipedu-likan oleh semua umat dan komunitas beragama. Malah mereka yang memiliki teologi yang bertentangan dengan hal ini, menganggapnya sebagai suatu ancaman. Karena wa-jah yang lain masih dianggap terlalu mengancam, banyak komunitas beragama menyika-pi situasi dunia baru dengan semacam isolasi kultural yang bisa merusak tradisi keag-amaan sehingga mereka berada di bawah kungkungan nasion-alisme yang egosentris.

    Opini yang saya sampaikan tersebut juga tentu memiliki dasar teologis Kristen, seperti ketika saya melihat dan memb-aca pada teks dan konteks yang ada pada Jesaya 56:1-8. Seperti

    MASYARAKAT BERAGAMA DAN PANCASILAOleh Aron Ginting Manik

    “Keragaman agama bukan suatu keburukan yang harus dihilangkan, tetapi suatu kekayaan yang harus diterima dan dinikmati oleh semua.... Di dalam semua agama terdapat lebih banyak kebenaran agamis daripada di dalam satu agama... Ini juga terjadi di dalam agama Kristen” (Edward Schillebeecks, The Church: The Human Story of God)

    yang dituliskan;Janganlah orang asing

    yang menggabungkan diri ke-pada Tuhan berkata; “Sudah tentu Tuhan hendak memisah-kan aku dari pada umat-Nya”; dan janganlah orang kebiri berkata, “Sesungguhnya, aku ini pohon yang kering”

    Orang-orang beragama harus mampu menghadirkan keterhubungan dengan umat yang lain, terlebih juga mau terhubung dengan umat lain-nya. Sehingga orang-orang beragama tidak menjadi asing bagi umat lainnya. Tentu, tan-pa harus meninggalkan jati diri seperti dituliskan pula pada ayat pertama, untuk menaati hukum itu. Dengan kata lain, misi untuk memperbesar har-moni, cinta dan damai juga tidak berubah. Tetap sama, hanya berbeda bentuk dan po-lanya.

    Terakhir, kita akan bic-ara tentang bagaimana caran-ya? Bagaimana cara agar kita mampu terhubung satu dengan yang lainnya, sehingga kita bisa mampu membangun ko-munitas yang saling terhubung antara satu dengan yang lain untuk mencapai proses “men-jadi” tadi. Tentu, caranya tak lain adalah dengan menghad-irkan titik temu antara umat beragama. Dalam situasi dan kondisi saat ini, Pancasila men-

    jadi titik temu untuk memban-gun keterhubungan antara satu dengan yang lainnya.

    Walaupun tetap ada catatan, bahwa kita tidak ber-hak untuk menyinggung ter-lebih memberikan penilaian kepada pemahaman yang lain-nya. Seperti beberapa kasus yang menyinggung perasaan penganut dari satu agama. Nilai-nilai dalam agama san-gatlah sensitif, karena itu ide-ologi Pancasila yang dijadikan sebagai titik temu, bukan pula menjadi alat untuk menilai antara “agamaku dengan ag-amamu”, apalagi sampai pada adanya diskriminasi antar satu dengan yang lainnya. Karena dalam sebuah dialog, harus di-dasari kesetaraan, sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Yang paling penting adalah mencari titik temu untuk menjalin kerjasa-ma bagi kemanusiaan, dalam konteks hidup berbangsa, ti-dak lain mensejahterakan ke-hidupan spritual masyarakat. Yang pada akhirnya terjalin pula kerukunan dan kerjasama diantara mereka.

    Penulis menyelesaikan studi theologia di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogya-karta. Sekarang menjadi detas-er GBKP di Perpulungen Ban-jarmasin-Banjarbaru.

    Berdasarkan hasil rapat pleno terbuka rekapitulasi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) pada 15 Desember 2018 lalu, maka Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilihan Umum tahun 2019 di Indonesia sebesar 192.828.520 pemilih yang tersebar di 7.201 Kecamatan, 83.405 desa/kelura-han. 809.500 TPS untuk dalam negeri dan 783 TPS, 2.345 Kotak Suara Keliling(KSK), 429 Pos untuk luar negeri. Pada Pemilu 2019 ada 363.200 pemilih Disabilitas(0,191% dari DPT). Data politik uang yang diperoleh Bawaslu RI pada kabupaten atau kota yang ada di Indonesia sebanyak 35 kasus pada Pilkada 2018 lalu. Dugaan politik uang paling banyak terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan yakni dengan 8 kasus, selanjutnya Sumatera Utara dan Lampung masing-masing 7 kasus, Jawa Tengah 5 kasus, Sulawesi Barat dan

    Banten dengan 2 kasus, Sulawesi Tenggara, Bangka Belitung, Jabar dan Jatim masing-masing 1 kasus.

    Pengertian “politik uang” tidak pernah dijelaskan secara tekstual dalam peraturan perundang-undangan. Pemaknaan praktik politik uang didapat dari pasal 73 ayat (1) UU No 10 Tahun 2016 (UU Pilkada). Pasal tersebut mengatur larangan bagi calon dan/atau tim kampanye untuk menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi lainnya (dikecualikan dalam hal biaya konsumsi dan transportasi peserta kampanye, serta materi bahan kampanye yang berdasarkan pada nilai kewajaran) untuk mempengaruhi penyelenggara pemilihan dan/atau pemilih.

    Dari undang-undang terse-but pula, praktik politik uang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran administrasi pe-milihan dan tindak pidana pemilihan. Sehingga pelaku politik uang dapat diberikan

    dua macam sanksi yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana. Mengacu pada pasal 73 ayat (2), sanksi administratif berlaku untuk pasangan calon, yang mana apabila pasangan calon terbukti melakukan poli-tik uang, Bawaslu dapat melakukan pembatalan sebagai pasangan calon kepala daerah. Sementara sanksi pidana, dapat diberikan tidak hanya kepada calon atau pasangan calon, namun juga kepada anggota partai politik, tim kampanye, dan relawan, atau pihak lain. Ini mengacu pada ayat selanjutnya, yang juga kemudian menegaskan bahwa sanksi administratif tidak dapat menggugurkan sanksi pidana.

    Ketentuan pidana menge-nai politik uang dicantumkan dalam pasal 187A ayat (1) bahwa setiap orang yang dengan sengaja menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan untuk mempengaruhi pemilih

    agar tidak menggunakan hak pilih, menggunakan hak pilih dengan cara tertentu sehingga suara menjadi tidak sah, memilih calon tertentu, atau tidak memilih calon tertentu diancam paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Sementara ayat berikutnya, memberikan petunjuk secara terang bahwa sanksi pidana tersebut tidak hanya berlaku kepada pemberi, namun juga penerima politik uang.

    Penyebab Terjadinya Poli-tik Uang

    Teori kausalitas mengata-kan bahwa adanya akibat karena ada sebab, begitu pula halnya dengan persoalan politik uang (money politics). Sudah barang tentu ada penyebab atau latar belakang dari terjadinya politik uang di negeri ini yang telah mencoreng esensi dari demokrasi yang kita junjung. Ada 2 subjek yang menyebabkan terlaksananya praktik politik uang ini, yaitu para kandidat pasangan calon dan masyarakat sebagai pemilih. Salah satu alasan mengapa para pasangan calon melakukan politik uang adalah karena mereka takut kalah

    bersaing dengan pasangan lainnya. Pasangan yang baru bersaing pada periode ini masih mencari bentuk serangan fajar sehingga mereka berpotensi melakukan politik uang sedangkan para calon pasangan yang pernah mencalonkan diri pada pilkada sebelumnya tentu lebih ahli dalam politik uang dan dipastikan akan mengulangi hal yang sama.

    Alasan lainnya adalah adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap para calon pemimpin. Hal tersebut memberikan efek negatif bagi para elit dengan menghambur-hamburkan uang dalam waktu sekejap, demi kekuasaan semata. Begitu juga sebaliknya sangat menggiurkan juga bagi masyarakat meskipun sesaat, karena itu juga masyarakat merasa “berhutang budi” pada pasangan calon kepala daerah yang memberinya uang. Jika kita lihat dari keadaan masyarakat, ada tiga faktor yang sangat signifikan: mengapa banyak rakyat yang terlibat dalam politik uang, antara lain sebagai berikut :

    Masyarakat Miskin

    Kita melihat ada beberapa isu yang belum ditangani secara optimal di Provinsi Aceh, sehingga tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh ini jadi tinggi. Jumlah penduduk miskinnya mencapai 17.11 persen, sedangkan rata-rata nasional cuma 11 persen (sumber BPS Aceh). Kemiskinan merupakan keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tem-

    pat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Dengan kondisi seperti ini memaksa dan menekan sebagian masyarakat untuk segera mendapatkan uang. Money politic pun menjadi ajang para rakyat untuk berebut uang. Mereka yang menerima uang terkadang tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima, mayoritas masyarakat banyak yang hanya melihat kepentingan jangka pendek ketimbang jangka panjang dari ajang pilkada ini.

    Pengetahuan Politik Rendah

    Dalam dunia politik masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik atau hak ikut serta dalam politik, karena kita menganut sistem demokrasi yang pada prinsipnya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun pada kenyataannya partisipasi ma-syarakat sangat rendah yang disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masya-rakat tentang politik. Tidak semua masyarakat mengetahui apa yang dimaksud dengan politik, bagaimana bentuknya, serta apa yang ditimbulkan dari politik. Sehingga moment ini dimanfaatkan oleh para pasangan calon yang menye-babkan maraknya politik uang. Rakyat yang acuh dengan pesta lima tahunan ini dengan mudah menerima pemberian dari para kandidat yang akan bertarung di pilkada, mereka menganggap politik uang tidak masalah bagi

    PERMATA GBKP Harus Berani Tolak Politik Uang

    Oleh : Jekoniah TariganPolitik uang(money politic) atau politik perut adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian bisa dilakukan dengan menggunakan uang atau barang. Politik uang adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye politik uang umumnya dilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai politik menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik uang dilakukan dengan cara pemberian berbentuk uang, sembako antara lain beras, minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang bersangkutan.

    Bersambung ke Hlm 11

  • KATANTARAS4 EDISI 5, Maret 2019 Seni Budaya

    Merdang Merdem, dilakukan masyaraka di daerah Singalor-lau, yaitu wilayah sekitar ke-camatan Tigabinanga, Munte, Juhar, Kutabuluh dan sebagian Lau Baleng. Merdang merdem dilakukan sebelum musim ta-nam (sope merdang).

    Nimpa Bunga Benih, dilaku-kan masyarakat di sekitar daer-ah gugung, yaitu wilayah ke-camatan Berastagi, Simpang Empat, Merdeka dan Naman Teran. Acara kerja tahun ini dilakukan setelah musim tanam (kenca merdang). Dari namanya nimpa bunga benih yang artinya membuat cimpa dari sisa benih yang sudah ditanam,

    Mahpah, dilakukan oleh masyarakat di daerah Karo ba-gian Timur, yaitu seputaran ke-camatan Tiga Panah, Merek, sebagian Barusjahe, sebagian Dolat Rayat, sampai ke daerah Kecamatan Dolok Silau, Simalu-ngun. Mahpah dilaksanakan se-belum musim panen (sope rani), artinya pada saat padi belum sepenuhnya tua (pahpahen den-ga) diambil dengan cara “ketam” lalu dijadikan cimpa.

    Ngerires, dilakukan oleh masyarakat di daerah bagian Barat Daya, yaitu sekiotar wilayah Kecamatan Payung, Tiga Nderket sampai sebagian Kuta buluh. Dimana wilayah ini sering juga disebut Karo teruh deleng. Ngerires dilaksanakan bertepatan setelah musim panen (kenca rani). Dan hasil panen dibuatlah rires sehingga kerja tahunnya disebut ngerires.

    Namun demkian, baanyak juga wilayah Karo yang tidak

    menanam padi, sehingga ke-empat nama kerja tahun terse-but di atas tidak terdapat da-lam acara kerja tahun mereka. Karena perayaan yang dilaku-kan berkaitan dengan sejar-ah dari desa atau wilayah itu. Antara lain ada nama perayaan Rebu Rebu. Itu dilaksanakan disekitar wilayah Deli Serdang dan Simalungun. Bagi yang be-lum punya nama perayaan se-cara tradisi, diberi nama mbu-ro ate tedeh.

    Berkaitan dengan perayaan dalam kebudayaan masyarakat Karo yang agraris, perlu diketa-hui tentang konsep aron, yaitu kelompok kerja yang pemben-tukannya berdasarkan kerjasa-ma sosial yang sangat kuat dan mendasar. Kelompok ini (aron) rata rata berusia remaja dan dewasa (gadis), yang selalu bekerjasama dalam menger-jakan setiap pekerjaan yang dilimpahkan kepada mereka. Aron dipimpin oleh seorang yang lebih tua, bahkan sudah setengah baya, yang disebut nande aron. Jumlah kelompok ini tidak ditentukan jumlahya, dimana mereka pada umum-nya bekerja di ladang atau di sawah, Jadi pekerjaan di ladang/sawah dikerjakan oleh aron secara bergiliran (gancih gegeh).

    Nande aron sebagai pimpinan berperan melatih an-ggota aron-nya untuk bekerja dengan baik, dan mengetahui bagaimana satu pekerjaan bisa dilakukan dengan cara yang mudah, cepat dan tepat, Seperti cara menggunakan alat bertani (cuan misalnya) secara benar.

    bahkan sampai memperluas wawasan dan pengetahuan se-tiap aron dalam kehidupan so-sial. Ia juga mengajari anggota aron-nya tentang kehidupan mereka setelah menikah kelak

    Pada saat tertentu aron juga bersama-sama pergi ke pasar (tiga aron), membawa beberapa hasil ladang. dan mereka bertemu dengan aron-aron dari lingkungan (kesain) atau desa (kuta) lain. Sehingga mereka berkesempatan untuk berbagi pengalaman (sharing) dalam dunia aron. Saat inilah kerap dicapai kesepakatan un-tuk membuat acara (gendang). yang mereka persiapkan untuk dilaksanakan pada saat kerja tahun dengan nama Gendang Guro Guro Aron. Bagi kam-pung yang tidak punya per-ayaan kerja tahun seperti yang telah disinggung sebelumnya acara yang dulakukan itu diberi nama Gendang Guro Guro Aron Mburo Ate Tedeh.

    Pada saat pelaksanaannya, konsep (scenario) yang telah disusun dilakukan oleh para Nande Aron dari beberapa kelompok memilih yang be-rusia lebih tua dari para aron untuk menggantikannya dalam acara. Satu orang dalam setiap beru menjadi Nande Aron. Mereka dilengkapi dengan pa-kaian khas tradisi Karo, dengan tanda khusus yaitu tudung er-jujungen dan dilengkapi pula dengan rudang mayang. Se-dangkan setiap beru yang jadi aron hanya bertanda rudang mayang pada tudung-nya.

    Baik aron maupun Nande Aron dipimpin oleh sepasang muda mudi Simantek Kuta (rimpal), yang diberi nama Kembrahen Aron dan Pengulu Aron. Mereka dibekali dengan pakaian Rose Kuh (pakaian adat Karo lengkap) dan sertali emas, Disamping itu para anak lajang (pemuda) juga memben-

    rasPAKATAN PATARAS tuk kelompoknya berdasarkan kelompok yang dibuat aron tadi, para pimpinan setiap mar-ga juga diangkat dengan sebu-tan Bapa Aron.

    Saat itu mereka menari secara bergantian, dan sal-ing menunjukkan kebolehan masing-masing dalam menari (landek). Saat ini mereka berkenalan dengan kelompok aron yang lain, tapi tetap da-lam pengawasan Nande Aron yang asli (orang tua). dan saat acara ini juga dipertunjukkan semua kesenian tradisional karo. Dalam acara Gendang Guro-Guro Aron ini ada kon-sep dasar yang mereka ikuti, seperti yang sudah ditentukan sebelumnya. Dibuatlah sema-cam sekretariat tempat mereka berkumpul sebelum berangkat ke lokasi acara yang disebut Rumah Panteken Aron. Di tempat ini mereka melaku-kan semua persiapan dengan matang. Disana mereka juga menyiapkan segala keperluan, mulai dari pakaian, peralatan dan orang-orang yang akan ikut dalam acara gendang tersebut.

    Cukup menarik bila dicet-mati bagaiman proses atau posedur (protokoler) dalam acara gendang-gendang guro-guro aron. Pada waktu yang ditentukan, maka mereka akan berangkat bersama-sa-ma seperti pawai menuju ke lokasi acara. Mereka terbagi dalam barisan yang terususun rapi menurut kelompok aron masing-masing. Ada kalanya mereka bersjalan bersama Si Erjabaten (pemain musik tra-disi). Sampai di lokasi mereka langsung menempati tempat yang sudah ditentukan sebel-umnya, berdasarkan kelompok aron-nya masing-masing. Aca-ra dibuka oleh para tokoh adat, lalu tokoh masyarakat dan

    GURO GURO ARON KERJA TAHUNOleh Simpei Sinulingga

    Setiap desa atau kecamatan di Tanah Karo punya perayaan kerja tahun berdasarkan konsep yang berbeda-beda an-tara satu desa dengan desa yang lain. Ada yang dilakukan berdasarkan musim tanam atau musim panen padi. Secara garis besar ada empat nama perayaan kerja tahun yang su-dah dikenal secara luas di masyarakat Karo. Yaitu merdang medem, nimpa bunga benih, mahpah, dan ngerires.

    Bersambung ke Hlm 11

    NUMPANG MAKAN SIANG

    Pa Raga : Kam megati sitik kuidah ibas kerja kerja e.

    Bajing : Pergaulan Pa.Pa Raga : Sendah tegun siapai kam ?Bajing : Teman meriah.Pa Raga : Arah si diberu ntah si dilaki ?Bajing : si dilaki.Pa Raga : Nina, si empo e, mbelin-belin

    i Jerman, janari ka dalanna kena e teman

    Bajing : Teman meriah ibas Facebook.Pa Raga : (hmm, numpang makan siang

    kepeken anak e !!).

    SITIMA-TIMAN

    Bibina : La ko ndedah gendang ah ndai o, Bajing?

    Bajing : Tik nari bi...Bibina : Ise nari kin timanmu e ?Bajing : Labo ise pe. Kam gia, uga maka

    lenga berkat ?Bibina : Adi enggo engko berkat aku pe

    minter nge berkat.Bajing : Uga ka maka bage bi ??Bibina : Tangko ko kari tinaruh manukku

    sibas sagak ah !Bajing : Ioooh, berkat gia aku yah..,!!

    (ibas ukurna, enggo metaruk pe, i angka bibi enda kap sura suraku!!)

    KAMPANYEGulpih : Kalak si kampenye e, bali kuakap

    bagi kalak ngerondongBajing : Maka bage nim ?Gulpih : Kai ue ue na. Uga maka lalit re-

    gana sinuan sinuan e ninta, pagi banci sipenangkih nina. Kebutuhen pokok e merga kerina, ninta, pagi sipenusur, nina. Kai pe ningen, tabeh banna jababna

    Bajing : E, lenga japanahna pe ena... adi aku pagi caleg dahko. Man medem saja pagi kubahan dahinmu. Teh Susu e pagi kubahan inemenmu. Ku tanggerken lau las e man peridinmu. Ku aluni ko pagi muatmu medem e...

    Gulpih : Ih, e, ula nak, akap kalak kari kita LGBT.

    Pa Katan: Adi la kita nggit ngaloken sen bas Caleg nari bas Pemilihan Umum enda pagi, uga kapmu nak? Me la rutang pusuhta, emaka uga pe pagi penda-lankenna kerina dahinna selaku wakil rayat, la kita biar-biaren erbelas man bana.

    Pa Taras: Aku pas kuakap si belaskenmu ena. Tapi nderbih erbelas teman ras kade-kadenta i Kede Kopi enda ula min kita la ngalo, nina ka. Aku nggo latih kuakap rukur... Lanai ka pagi banci gedang bualta bas kede enda adi pesimbel cakapta. Emaka, kuakap ulihi ka pagi sekali nari penungkunenmu ndai gelah si orati sekali nari ukur temanta e kerina.

    Pa Katan: Iyah, rulih-rulih kap lalap adi bagena nak. Uga kin adi kita la padah nggit ngaloken duit bas Caleg nari. Adi teman ras kade-kadenta alokenna, aloken-nalah! Ia pagi singaloken dosana. Kita ula!!!

    Pa Taras: Muat simehuli e, rulih-rulih kin nge rukur ras ar-ih-arih nak. Gelah ula lah engko erdalan mulih-ulih ku-jah ence kujenda ka. E kataken kalak kari engko adon.

    Pa Katan: Kai kin lah bas ukur kalak enda maka merhat denga rusur ngalo bas Caleg nari? Tempa kal adi nggo ngalo ia, banci dung perutangenna paksa peranin jaung tahun si lepus, paksa kelegon sanga e. Kueteh nge sekali ku kede ngenca gegehna sen sialokenna e.

    Pa Taras: Ula min bagena katam nak. Kune teptep jelma igalarna “seratus” , lit ia 4 kalak sada jabu, dahko nggo alokenna empat ratus. Piga kali kapko ku kede kopi ergegeh sen ndai? Banci seminggu nak. Seh ter-akapna, bagem nina teman ras kade-kadenta enda.

    Pa Katan: Ena dahko seh teldan ngenca nanamna? Adi lanai pagi erdiate Caleg ta e bas pendahinna, adi nggo ia terpilih bekasta milih e, suina seh ku pusuh, dengut-dengut lima tahun dekahna.

    Pa Taras: Bage me nak? Egia, uga ninta man kade-kadenta si dengut-dengut ka pusuhna adi la ngalo bas Caleg nari? Mamang kel ateta, engkai maka la ipetangkapken man polisi ah ise si mere ras si ngalo e? Kune 10 kalak ah lah gia itama ku tutupen ah dahko jera nge ia kerina.

    Pa Katan: Ena me persoalen bas negaranta enda. Adi kataken kalak sakit bangsa ras negaranta enda megelut ka kita. Enggom jelas-jelas kel “politik serpi” e ngelanggar peraturen, tapi labo ngasup pe-merintah menegakken peraturen e.

    Pa Taras: Pemerintah saja labo ngasup. Rayat sirulo enda pe perlu ikut nampati. Emaka, pagi siulihilah ngerana-nger-ana ras teman kade-kadenta sada kede kopi enda. Adi la ia pagi nggit megiken kata, lanai bo terolangi. Pediat je!!!

    Pa Katan: Ikhhh nggo pajek matawari nak. Ndo ku pe-luar lebe lembunta. Engko nggalari tehta ya. Roti kosongna dua ndai kupan, tambah roti kacang ijo dua...(Robinson Sembiring)

    KADE KADE SADA KEDE

    SEGI TIGA SAMA KAKI

    GURU : Bajing, ke depan kamu ! Coba kamu gambar di papan tulis segitiga sama kaki.

    Bajing : Gak bisa pak...GURU : Tono, kamu kedepan, bantu si

    Bajing ini. (Lalu Tono menggambar segitiga dengan benar)

    GURU : Nah, liat Bajing masak begitu saja kamu gak bisa ??

    Bajing : Itu kan pakai tangan pak. Bukan sama kaki ! Kalau begitu saya juga bisa...

    GURU : Kurang ajar kamu !!

    KALENDER MBARU

    Bajing : Mejuah juah Bulang !Bulang : Eh, kam e kempu, e denga kam

    seh ?Bajing : Ue, Bulang ma sehat kam Bul ?Bulang : Sehat Pu, kai si babandu e Pu ?Bajing : Kalender si mbaru Bul, tahun

    2019Bulang : Oh, kuakap ndai roti bolu....Adi

    alender labo perlusa Pu, Tahun si rebih pe mejile denga nge....

    KENALAN BARU

    Bajing : Kalo boleh tahu Eneng tinggal dimana ?

    Eneng : Di rumahlah bang...Bajing : Maksud abang, rumah eneng

    dimana ?Eneng : Di tinggallah bang, masak rumah

    di bawa-bawa.Bajing : (Enggo metaruk kalak mehado

    kepeken Eneng e ....)

  • KATANTARAS 5EDISI 5, Maret 2019Nusantara

    KATA KATAPuisiPuisi-puisi Marsten L. Tarigan

    Guru Diden Berlaga Ilmu1Telah diceritakan tentang Guru Diden,mandraguna pemilik mantra tabas paling apasdari Tanah Karo. Maka sesiapapun yang merasasakti akan terganggu, tak akan menunggu untukbertemu. Sesiapapun boleh saja datang mengaduilmu, menunjukkan silat ilmu gaib dan hasil tapaatau tulang sekeras ladam yang tahan hantam.Datanglah, beradulah, satu-dua-tiga tiap kata yang dihempas Guru Diden akan menampas iri-dengki orang-orang pada ilmunya.

    2Jurus jitu, kerendahan hati dan petikan kata-katajujur yang tumbuh di gunung-gunung tertinggi,di lembah-lebah paling dalam dan hakiki hatimanusia. Pemilik mantra paling apas, Guru Diden,si sakti dari Tanah Karo tak akan bergeming padapemilik ilmu lain yang dari padanya barangkalilebih runcing. Tak perlu ada yang gentar merasatersaingi, menjadi asing di antara sesama Gurupemilik ilmu. Tak perlu memandangnya denganrasa cemburu, meski boleh saja memandang iadengan nanar. Tapi saksikanlah, ia hanya akanmenentang pada yang menantang. Batu-batupurba, alir sungai belah dua, dan sirih tanpa cacatcela telah membuatnya tak teraba kesaktian lain.

    3Pada suatu malam, bulan purnama, anjing cekingmelolong di balik siluet hutan dan gunung.

    Kabar yang tak ingin didengar siapapun telah sampai ke negeri Pakpak. Jangan harapkan hujan akan datang seperti saat ini ataupun esok hari, tersebab kumpulan para si jago dan si sakti telah panas hatinya. Akan menjauh awan-awan gelap, hari yang tegang akan segera mereka tempuh dengan perang. “Lelaplah kalian Guru Pakpak Pitu Sedalanen, hati yang gusar hanya akan membuat waktu terasa lamban berjalan. Esok akan terlihat matahari lebih panas dari biasanya, suara desing angin hanya akan meng-ganggu pendengaran, serta rasa persaingan ilmu dan jurus jitu tak akan repas dalam diri kalian”.

    4Guru Diden, ia yang hidup di desa Raja tengah,Tanah Karo. Ia percaya, kecewa dan pertarunganyang tak diharapkan bisa datang kapan saja.Sesungguhnya ia telah mengetahui bahwa GuruPakpak Pitu Sedalanen, tujuh kesaktian akandigiring perasaan sangat ingin mengetahuiketinggian ilmunya, menuntut untuk segera diadu.Adakah waktu digunung-gunung menjadi begitusangat lamban, adakah sesungguhnya langitdi atas langit? Pertapaannya telah berujung padapenyangkalan orang-orang, pada adu domba jurussiapa paling jitu, siapa mahir soal mantra memagarladang-ladang dan penyembuhan.

    5Orang-orang mendengar, Guru Pakpak PituSedalanan telah dikalahkan, telah tertanamtangan mereka di tanah bertuah. Ketika mantra

    telah lepas, tercerabut tangan mereka, tujuh mataair memancar semburan air.Wawas dirilah, sebabhanya yang sakti sesungguh-sungguhnya, yangmelihat langit dan petalanya.

    (Kandang Singa, 2017)

    Guru Nambari Memanggil Tendi yang Hilang “Mari-mari… Mari kam mulih ku rumah, tendi…”,sebait nyanyian pengantar, memanggil jiwa yanglepas dari tubuh, Guru Nambari masih juga terusmenari-nari.

    Duduklah ia di lapik tikar, di hadapan si sakitlinglung yang ganjil. Guru Nambari bicara, kata-kata yang tipis seperti mulai rabit dari anyamanbahasa. Rung-rung-kerahung, kerongkongannyamulai menggerung. Sirih penggulung gambir,kapur, pinang, masih terus dikunyah, semburanliur merah sesekali melanting dari sela bibirnya.Kata-kata tak lagi terbaca bunyinya, barangkalijuga aksara telah menimbus makna dan taksampai-sampai pada selesai.

    Bulung-bulung si melias gelar, sebelas jenisdaun melampar di hutan-hutan, telah dipetik-pilih sebagai padan sesaji yang mengikat janji.Maka diletakkan daun-daun itu dalam keranjangyang akan ditudungkan di atas kepala si sakit.Maka bergetarlah, agar percaya kami bahwatendi si sakit telah dibawa roh-roh hutan. Telahberapa lama waktu terseret demi kehilanganorang-orang sejak menyebar terang matahari.

    Rung-rung-kerahung, kerongkong GuruNambari masih berbunyi melampaui bahasasambil menebar beras piher di sekitar. Sementara di jauh sana, gerantang suara rotan-rotan turutmenyahut dari arah gelap hutan tak keruan.Tendi belum juga kembali, si sakit masih limbung,sedang Guru Nambari masih terus menari-nari,

    sambung-menyambung dengan nyanyi-nyanyiyang mengajak tendi kembali ke asalnya.

    (Kandang Singa, 2018)

    Hikayat Piso Tumbuk Lada

    Tangkai hulunya, carikan jati paling sejati,berdiri paling tegak di belantara hutan raya.Kami ukirkan pula segambar pucuk merbungsebagai tanda gembira bagi pemiliknya. Supayaerat dalam genggaman telapak tangan, agar jiwadan rohnya tetap berada pada tempat yang tepat.Tiada kambuh penyakit yang diderita, tiada balayang datang adakala.

    Kilap emas, suasa, maupun perak, dipilah-pilihmana serasi bagi si pemilik. Kemudian jadikanpengikat dua bilah sisi batang sarung yangterbuat dari tanduk kerbau atau gading gajah.Supaya tak menjadi senjata si pemakan tuan,agar darah tetap mengalir menjaga kehormatansi pemilik.

    Dari ketajaman ia telah bangkit, sempurnamenyayat irama gurit. Telah terkumpul besimersik dari lima negeri kerajaan jauh. Di atassebilah baja datar dilebur jadi satu, ditempahjadi piso Tumbuk Lada. Maka darinya akan lahirtajam yang tak melulu menginginkan luka ataubala, tapi justru sejurus menumpas sempurnapedih dan sakit dari tubuh si pemiliknya.

    (Kandang Singa, 2017)

    Biodata PenyairMarsten L. Tarigan Lahir di Pematangsiantar-Sumatera Utara, 23 Februari 1991. Sekarang berdomisili di Bandung. Buku kumpulan puisinya adalah Mengupak Api yang Hampir Padam (2016).

    Kabanjahe (Katantaras)

    Dalam rapat kordinasi terkait pelaksanaan monitoring penanggu-langan pasca bencana Erup-si Gunung Sinabung di Kab. Karo, Senin (18/02/2019). Bu-pati Karo Terkelin Brahmana mengatakan, dalam rapat ini perlu diuraikan laporan segala sesuatunya oleh pihak BPBD Karo, pasca Erupsi Gunung Sinabung, agar pihak pe-mangku kepentingan lainnya yang hadir dapat mendengar, mengetahui, dan mengevaluasi sejauh mana kendala dan ham-batan yang dihadapi oleh dinas terkait nantinya. Mulai Relo-kasi Tahap I (Siosar) , Tahap II

    BPBD KARO PAPARKAN DANA PASCA ERUPSI GUNUNG SINABUNG

    Jakarta (Katantras)

    Kabupaten Karo terma-suk dalam objek wisata destinasi Danau Toba dan pintu gerbang Geopark Kaldera Toba bahkan kawasan strategis Parawisata Nasional (KSPN). Untuk mengembang-kan promosi dan pemasaran parawisata Kawasan Danau Toba, Pemda Karo di gandeng untuk hadiri acara Launching Calendar of event Parawisa-ta Danau Toba 2019 sebagai trending topik Nasional yang diadakan oleh Kementerian Parawisata RI.

    Launching ini dibuka oleh Menteri Parawisata RI Ari-

    FESTIVAL BUNGA DAN BUAH MASUK COE PARIWISATA NASIONAL

    Bersambung ke Hlm 11

    Bersambung ke Hlm 11

    Padahal sebenarnya ma-sih banyak potensi wisa-ta yang sampai saat ini belum dieksplore. Semuan-ya tersebar di beberapa desa di Kabupaten Karo sehingga belum diketahui oleh mas-yarakat luas. Oleh karena itu tahun 2019 ini, Pemkab Karo melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) merencanakan untuk men-gangkat dan mengembangkan semua potensi wisata yang tersebar itu melalui Program Pembangunan Desa Wisata. Program ini diharapakan mam-pu mengembakan sekaligus mempromosikan lebih banyak lagi potensi wisata yang dimili-ki Pemkab Karo. Sehingga bisa menjadi sektor pendorong bagi peningkatan ekonomi mas-yarakat.

    Pengembangan potensi wisata desa melalui program ini merupakan penjabaran dari Dokumen Perencanaan Pem-bangunan Daerah (RPJPD, RPJMD, RKPD). Disana di-tempatkan sebagai salah satu prioritas utama pembangunan daerah di Kabupaten Karo. Yang beranggung jawab dalam pengelolaan potensi desa-desa wisata itu adalah Badan Us-aha Milik Desa (BUMDes). Perlu diketahu bahwa pengem-bangan potensi desa wisata itu merupakan bagian dari pro-gram nasional Pemerintah Pu-

    (Mandiri) dan Tahap II (mandi-ri) lanjutan, Relokasi Tahap III (Siosar) segera jelaskan dan paparkan, ” ujarnya seperti diberitakan Online News Indo-nesia.

    Kalak BPBD Kab . Karo Ir Martin Sitepu memaparkan kegiatan yang sudah dilak-sanakan terkait desa yang tel-ah menerima manfaat, waktu, serta jumlah dananya.

    Pertama Relokasi Tahap I di Siosar yang mencakup Desa Sukameriah, Simacem, Beker-ah, terbangun rumah 370 KK dan lahan usaha Tani 357 KK dalam waktu 2014-2016. dlla-

    ef Yahya bersamaan dengan event event di Kabupaten lain sebagaimana dikatakan Bu-pati Karo Terkelin Brahmana SH saat sela sela acara dengan didampingi Kadis Parawisata Ir Mulia Barus, Senin (25/ 02) 2019 di Balairung Soesilo Soe-darman, Gedung Sapta Pesora Lt 1 JI. Medan Mardeka Barat No 17, Jakarta Pusat, seperti dilansir Online News Indonesia.

    Dalam acara Launch-ing ini, program Pemda Karo melalui dinas Parawisata yang ikut masuk daftar COE (Calen-dar Of Event) tahun 2019 ada

    PENGEMBANGAN AIR TERJUN DESA POLA TEBU, DESTINASI WISATA BARU Oleh Abel Tarwai Tarigan, S.Sos, M.T

    sat untuk membangun desa-de-sa di seluruh Indonesia.

    Yang pertama akan dikem-bangkan adalah potensi wisata air terjun (Sampuren) di Desa Pola Tebu, Kecamatan Kuta Buluh. Disana terdapat air terjun 5 tingkatan pada satu aliran sungai. Di hulu sungai ada pemandian yang dikenal

    dengan nama Namo Cengkeh. Setelah pemandian Namo Cengkeh, ada air terjun perta-ma yaitu Sampuren Beteneng. Sampuren Beteneng ini juga dimanfaatkan sebagai pemban-gkit listrik tenaga mikro hidro dengan kapasitas 20.000 kwh untuk mensuplai listrik desa. Air terjun kedua adalah Sam-puren Peternun, air terjun ke-

    tiga adalah Sampuren Batang, air terjun keempat Sampuren Teroh-teroh, dan air terjun keli-ma adalah Sampuren Bulayan.

    Perlu diketahui, liputan tentang air terjun Batang sudah mulai muncul di beberapa surat kabar dan blog wisata di Med-an. Menurut liputan itu, air ter-jun Batang dapat menjadi ikon

    baru obyek wisata di Tanah Karo. Panorma alam yang in-dah, tidak kalah indahnya den-gan air terjun Sipiso-Piso, be-gitu antara lain komentar yang muncul.

    Salah satu blog wisata di tahun 2016 misalnya menulis “Air Terjun Batang ini belum banyak orang yang menge-tahuinya, sehingga kamilah

    komunitas alam yang perta-ma menapaki lokasi air terjun tersebut. Dimulai dari Kota Medan sebagai titik kumpul, kami pun berangkat pukul 07.30 Wib menuju Kota Be-rastagi untuk menunggu be-berapa teman yang akan ikut ngetrip. Setelah beberapa saat menunggu teman yang lainnya pun datang menghampiri kami. Untuk mempersingkat waktu, kami semunya pun bergegas menuju desa Pola Tebu Keca-

    matan Kuta Buluh letak objek Air terjun Batang tersebut”.

    Selanjutnya diceritakan bagaimana pengalaman yang mengesankan bagi mereka disa-na, “Kami disambut masyarakat Desa Pola Tebu dengan baik, begitu juga dengan kepala desa nya. Kami pun berbincang bin-

    Destinasi wisata di Kabupaten Karo yang selama ini telah banyak dikenal bahkan sam-pai ke manca negara, antara lain Berastagi, Air Panas Sidebuk-debuk, air terjun dan Gunung Sipiso-piso serta Desa Tongging yang berada dipinggir Danau Toba.

    Bersambung ke Hlm 11

  • KATANTARAS6 EDISI 5, Maret 2019 Seni Budaya

    Bersambung ke Hlm 11

    Hampir di sepanjang usianya ia telah bergelut di dunia musik, terutama sebagai penyanyi. Selain tampil dari panggung ke pang-gung Novita Barus juga telah menghasilkan beberapa buah album musik. Namun, sejak tujuh tahun belakangan ini ia lebih dikenal dan lebih dekat dengan masyarakat Karo. Karena hampir setiap minggu ia nguta-nguta ke perkampungan Karo untuk menghibur mereka melalui suaranya yang khas dan merdu.

    Novita Barus penyanyi Karo ini, memang berasal dari kelu-arga seniman. Bakatnya menyanyi tidak hanya diturunkan dari ayahnya Alasen “Salah Benana” Barus, sang penyanyi Karo legendaris dan pencipta lagu. Namun darah seni juga mengalir dari neneknya Tipan br Sembiring yang merupakan seorang perkolong-kolong ternama di tahun 30-an. Nini Biringnya ini ti-dak hanya bisa bernyanyi tetapi juga banyak menciptakan lagu ‘siadi’ yang cukup popular pada jamannya, seperti “Musuh Suka”, “Lanja-lanja Mayang”, “Angke-angke”, dan lain-lain.

    Ketika masih remaja Novita Barus bebere Ginting ini telah melahirkan beberapa album lewat label Kesaint Blanc, CBP Re-cord, dan studio rekaman lainnya. Ia telah dikenal secara luas di kalangan masyarakat Karo. “Kesuksesan yang saya peroleh saat ini tak terlepas dari kerja keras dan didikan orang tua yang selalu bekerja secara professional dan disiplin”, kata Novita Barus

    Yakin dan percaya bahwa karirnya di dunia musik Karo adalah di Tanah Karo, maka penyanyi kelahiran Berastagi 23 November 1982 ini kini “mulih ku kuta” pada usianya 30 tahun. Ia menetap di kampung Ibunya, Pancur Batu. Keputusannya kembali ke kam-pung sangat tepat, karena sejak itu karirnya semakin cemerlang dan order menyanyi semakin membanjir tak pernah putus.

    Tahun 1987 Alasen Barus memboyong keluarganya pindah ke Jakarta karena ingin meningkatkan karirnya disana. Saat itu Novita Barus baru berusia 5 tahun. “Aku dan Bang Tua cuma sampai TK saja di Berastagi, TK Methodis”, kata Novita Barus yang memiliki seorang abang bernama Fitra Ch. Barus, dan seo-rang adik bernama Introina br. Barus ini. Dan benar saja, bahwa abang tuanya Fitra Ch. Barus yang lebih dulu berkiprah sebagai penyanyi dan cukup dikenal sebagai penyanyi cilik Karo, saat itu bisa tampil di TVRI, satu-satunya siaran televisi yang ada saat itu.

    Sejak tahun 2012 penyanyi lagu “Ula Kam Sangsi”, “Ngam-burken Iluh”, dan “Ula Aku Tadingken” ini hijrah ke Pancur Batu dan mulai menapaki karir sebagai penyanyi panggung dan rekaman di kampungnya sendiri. Hampir disetiap Kerja Tahun, merdang merdem, acara ulang tahun muda-dudi, dan acara-acara kegembiraan Karo lainnya, ia tampil menghibur bersama dengan perangkat gendang kibot dan penyanyi solo lainnya.

    Sebagai penyanyi solo wanita yang banyak penggembarnya ini, merasa sangat bersyukur masih bisa memberikan sesuatu bagi masyarakat lewat talenta yang ia miliki. “Aku akan akan terus menyanyi selagi masyarakat masih membutuhkan dan merasa ter-hibur”, kata Novita Barus saat ditanya kapan mau pensiun dari panggung hiburan.

    “Mulih jadi Rulih’, mungkin itulah kata yang tepat diberikan ke-pada penyanyi berparas cantik yang berambut pirang ini untuk meng-gambarkan keberhasilan karirnya di daerah asalnya, Pancur Batu(JL)

    Penyanyi Novita Barus

    MULIH JADI RULIH

    Sambutan dari teman-teman yang diundang ikut sebagai member dari grup/laman tersebut secara pukul rata tidak terlalu hangat. Dari 2600-an orang yang diun-dang sebagai member, hanya lebih-kurang rata-rata hanya 25 orang yang memberikan reak-si “like” atas postingan yang dimuat, dan bahkan pukul rata tidak lebih dari sepuluh orang yang memberikan komen atas postingan.

    Sekedar catatan awal se-hubungan dengan laman terse-but, beberapa point yang ingin dikemukakan melalui kesem-patan ini adalah sebagai beri-kut ini.

    Pertama, mari bersama kita memperhatikan bahwa ternyata karya musik yang progresiflah yang terkenal hingga blantika musik nasi-onal. Tengok saja seperti lagu Famili Taksi yang dibawakan oleh Tiangsa Torong, lagu Oh Turang yang dibawakan Ingan Malem Br. Bukit, dan lagu La-sam yang dibawakan oleh Het-ty Koes Endang. Bahkan, lagu Piso Surit yang digarap oleh Viky Sianipar sempat tayang pada MTV America yang membawa lagu tersebut pada publik internasional..

    Kedua, karya yang progre-sif selalu muncul dan diproduk-si dalam mengisi ruang musik dari jaman ke jaman. Walau

    tidak menjadi mainsteam, namum dia selalu mewarnai perkembangan musik Karo. Artinya, musik ini sebenarnya memiliki segmentasi dalam hal pendengar dan penggemar.

    Ketiga, jenis musik ini berada di depan dalam hal penggunaan teknologi mau-pun penggunaan alat musik tradisi yang dikombinasi den-gan alat musik yang sedang digandrungi. Karena itu, wajar dan sepantasnya ada wahana bagi orang-orang termasuk pencipta, pelaku dan pengge-mar pop karo progresif untuk menampilkan karyanya ser-ta menampung aspirasi para penggemar. Wahana yang di-maksud sekaligus sebagai wa-dah untuk mengapresiasi krea-si para penyanyi, pencipta dan pemusik pop Karo progresif.

    Sekedar melengkapi info, bahwa musik progresif sebe-narnya selalu berputar di seki-tar kita dan terus akan mengisi hari-hari kita. Dengan menye-but nama 10 grup band pro-gressive rock legendaris, yai-tu: Pink Floyd (1966), Jethro Tull (1967), Genesis (1967), Yes (1968), Rush (1968), King Crimson (1969), Supertramp (1969), Emerson Lake & Palm-er atau ELP (1970), Kansas (1971), Dream Theater (1985), kita akan mengaku betapa lagu dan musik mereka masih be-gitu sering beredar dan lintas

    mengguit telinga kita.Ada orang yang men-

    yatakan bahwa musik rock progresif adalah aliran musik rock yang berasal dari Inggris yang kemudian berkembang di Amerika Serikat, Jerman, Italia, dan bahkan menyebar ke seluruh dunia. Semula ali-ran rock progresif merupakan usaha orang Inggris untuk memberikan kesan lebih artis-tik pada musik rock. Mantan Presiden kita Sukarno meng-gunakan istilah “musik ngak ngik ngok” ketika mengkriti-si musik rock digemari anak muda Indonesia masa lalu.

    Beberapa aliran musik yang dianggap sebagai dasar dari musik ini yaitu psychedel-ic rock, blues rock, jazz fusion, classical music, free jazz, dan experimental rock. Mari kita perhatikan bahwa musik-musik yang disebut ini memiliki ciri karya yang dimainkan secara merdeka sambil memasukkan unsur terobosan-terobosan baru dalam musiknya. Penulis menganggap unsur dan tero-bosan baru inilah yang menjadi ciri musik progresif.

    Jiwa Progresif Hal pokok yang menja-

    dikan penulis terkesan den-gan musik progresif adalah motivasi memasukkan unsur baru yang terlihat jelas pada pemusik yang berjiwa progre-sif. Mereka menjadi pemusik

    Pop Karo Progresif: Membangun Jiwa ProgresifOleh : ROBINSON SEMBIRING

    Novita Barus

    tidak hanya berkutat pada satu selera genre musik. Mereka selalu mencari peluang dan wawasan baru dalam berkarya musik. Sesuatu yang baru ter-us-menerus menjadi obsesi mereka ketika hendak dan se-dang berkreasi. Sikap berkarya dan sikap menjalani kehidupan seperti ini tentu dibutuhkan dari jaman ke jaman. Inovasi selalu dibutuhkan oleh ma-nusia untuk adaptasi dengan berbagai perkembangan yang dibawa oleh jaman. Lebih jauh, jika dibahas tentang kemajuan suatu bangsa atau masyarakat, maka kemajuan tersebut ter-cakup dalam sebuah kata yang disebut sebagai “progress”.

    Inti dari suatu progress adalah inovasi, karya baru, kreasi merespons jaman. Da-lam catatan penulis nama-na-ma Robby Gintings, kelompok musik Rudang Hotel, Sayuti Lubis, F. Lamindo Sihaloho, Daulat Ginting hingga Ando-lin Sibuea, dan beberapa nama lainnya termasuk memiliki jiwa progresif yang dimaksud. Dari kalangan muda belia, penulis catat beberapa nama seperti Plato Ginting, Rome-ro, Juswandi Sukatendel, dan James Munthe.

    Suatu hal yang pasti, pada saat mereka melemparkan karya-karyanya ke tengah mas-yarakat, pada masa lalu ada kesan bahwa karya tersebut menjadi eksklusif. Biasanya, yang bersedia menikmati karya itu adalah masyarakat perko-taan. Kelompok masyarakat ini juga sering disebut den-gan sebutan “kelas menengah ke atas”. Mereka menikmati karya musik yang dibilang progresif ini di sela-sela per-helatan pesta adat yang secara musikal didominasi oleh musik mainstream “gendang kibot”. Kemungkinan lain adalah jika pada pesta yang dimaksud disediakan ruang khusus untuk tamu “undangan”, maka pada ruang inilah ditampilkan pe-main keyboard atau grup band yang akan membawakan lagu-lagu pop, termasuk lagu-lagu karya pemusik progresif.

    Namun pada era pasca ta-hun 2000, eksklusifitas tersebut kian memudar. Hari ini, dalam suatu perhelatan Gendang Guro-guro Aron, telah dise-diakan waktu khusus penampi-lan lagu-lagu yang disebut lagu pop non-gendang kibot. Pada kesempatan sekarang ini sering muncul lagu-lagu yang menurut hemat penu-lis termasuk dalam kategori pop progresif yang dibawakan dengan tempo dan irama yang memacu semangat mencipta situasi, kondisi dan kreasi baru. Atmosfir seperti inilah yang penulis anggap sebagai yang

    Beberapa bulan lalu, penulis membuka laman (page) Pop Karo Progresif pada Facebook. Laman ini dimaksudkan untuk menampung dan memperkenalkan atau memutar kembali karya-karya pemusik Karo yang dianggap memiliki unsur baru dalam penggarapannya saat diperkenalkan. Hitung-hitung ya sambil menikmati hiburan juga. Musik dan lagu yang diputar menurut istilah sekarang, yaitu musik Karo diluar mainstream!

    Panitia PenyelenggaraGENDANG MBURO ATE TEDEH TANAH KARO SIMALEM

    RAS PENANGKUHEN MERGA GINTING man H. HANIF DAKIRI (Menaker RI)Alu ermeriah ukur nehken Tenah man banta kerina Kalak Karo ras Simpatisanna gelah radu ras kita pulung peburo ate-ta tedeh nandangi Tanah Karo Simalem, si ni lakoken ibas :Wari, tanggal : Kamis, 7 Maret 2019Ibenai : Pukul 09.00 seh dungIngan Pulung : Gedung Pertemuan Cut Nyak Dien Buperta, Cibubur- Jakarta Timur.Acara : 1. Gendang Kybord Karo Bintang Tamu : RAMONA PURBA 2. Penangkuhen Merga Ginting man H. HANIF DAKIRI ( Menaker RI ) 3. Makan Siang BersamaI arapken kami kerehendu, Ula sitading-tading, iahken kerina temanta, Ibas kerehendu i alo-alo kami alu ermeriah ukur.

    Ibas Gelar Panitia Benny Kris Depari Raja Sungkunen Ginting

    Sekretaris Ketua

  • KATANTARAS 7EDISI 5, Maret 2019

    Mayor Utaryo, Letnan Satu Wilson Pasaribu dan saya akan me-ngunjungi Simalungun, daerah Sektor II yang letaknya di Sumatra Timur. Kalau sesuai dengan rencana di sana waktu itu sudah harus ada pasukan Sektor II (dengan komandannya Mayor Liberty Malau – Red) . Karena di perbatasan Sektor III dan II, ialah batas Karo-Simalungun belum ada pasukan Sektor III, maka satu peleton dari Komandan Kompi Letnan Satu Ebeneser Sinuraya ikut ke perbatasan.

    Rupanya territorial kita belum sampai di perbatasan. Baru saja kami tiba di kampung Cingkes, sudah ada patroli musuh dan terjadilah tembak-menembak. Selama empat hari lamanya, tiap hari tembak-menembak. Baik kami berada di sekitar Kampung Bawang, atau di Tambak Bawang, atau di ujung Bawang, selalu ada patroli lawan. Sampai Letnan Satu Ebeneser Sinuraya melaporkan, bahwa pasukannya sudah kehabi-san peluru.

    Sampai waktu itu juga kami belum mendapat hubungan de-ngan Sektor II di Simalungun. Maka saya mengambil kepu-tusan; Pasukan Sektor III kembali

    saja ke induknya. Sektor III harus mulai membentuk kekuatan territorial di perbatasan dengan Simalungun. Sudah tentu dengan dibantu oleh pasukan yang agak cukup pelurunya.

    Letnan Satu Wilson Pasaribu, sendirian, lebih dahulu pergi ke Simalungun untuk mencari hubungan dengan Sektor II. Maka saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan dan pemeriksaan itu ke Simalungun, daerah Sektor II. Saya mengira, kemungkinan besar kami akan bertemu dengan orang staf territorial atau dari pasukan Sektor II. Belakangan ternyata, Sektor II belum mengirim pasukan infiltrasi ke Simalungun pada waktu itu.

    Rombongan kami berenam, yakni Mayor Utaryo, Purba, Camat Sitepu, Babo Sitepu, Renta Ginting dan saya. Kami berangkat malam hari kira-kira pukul 8.00 dari Ujung Bawang. Daerah terbuka dengan alang-alang di sekeliling. Waktu itu betul-betul gelap gulita.

    Renta, sebagai penunjuk jalan, di depan. Di belakangnya Camat, lalu saya, lalu Utaryo, Purba dan Babo. Belum juga kami berjalan setengah jam lamanya, tiba-tiba kami mendengar bunyi besi berketak.

    Saya berhenti berjalan, sampai-sampai Utaryo yang berjalan di belakang saya menyentuh saya, Lima detik kemudian terdengar siulan.

    Dan segera setelah itu rombongan kami dihujani peluru yang dimuntahkan dari bren (senapan mesin ringan), senapan dan sten (senapan otomatis). Cuma Utaryo yang bersenjata pistol dan saya dengan revolver Smith & Wesson. Saya sempat menembak dua kali ke arah kiri depan, sementara rombongan kelihatan bubar berpencar ke sebelah kanan belakang yang nampak-nampaknya ada bukit.

    Anehnya, tepat pada waktu itu sekeliling mulai sedikit terang karena bulan muncul. Waktu tiba diatas, kira-kira 100 meter dari tempat hadangan, saya berhenti. Teman-teman tidak nampak. Tetapi tembakan ke jurusan saya terus melengking. Maka saya lepaskan ransel dan bertiarap. Kemudian saya melihat dua orang mendekati saya. Karena alang-alang tinggi, maka saya berdiri dengan perlahan-lahan dan membidik. Tetapi kedua orang tadi melambung ke belakang saya. Saya berpikir, tidak ada gunanya saya mundur sekarang, sementara napas saya

    belum normal. Saya tunggu lagi beberapa menit. Maka kemudian barulah saya berjalan.

    Sementara itu sekeliling saya sudah gelap gulita lagi. Cahaya bulan menghilang. Belum juga dua puluh meter berjalan, saya terjatuh ke dalam jurang yang tiga meter dalamnya. Saya maki-maki sendirian dalam bahasa Belanda. Dan selang beberapa detik terdengar suara, “Bapak, Bapak”.

    “Siapa itu?” Tanya saya dengan suara yang agak meng-gema.

    Ternyata Purba dan Babo yang menjawab, dengan suara pelan-pelan.

    “Hati-hati!”saya menyam-bung. “Masih ada dua musuh di belakang kita.” Lalu saya keluar dari jurang.

    “Bukan, Bapak, “kata Babo. “Yang dua orang itu, kami. Tetapi karena melihat Bapak membidik kepada kami, kami menghindar. Musuh masih dekat. Kami tidak berani berteriak menyebut nama kami.”

    Bertiga kami mencari dulu tempat yang lebih aman, setengah kilometer dari tempat tadi, diatas bukit. Esok paginya pukul delapan, Renta datang dengan mendapat bantuan rakyat. Dia bercerita, bahwa dengan lari zig-zag ia bisa selamat.

    Saya tertawa dalam hati dan bersyukur mengenang kejadian itu. Nasib baik juga yang menyelamatkan sehingga siraman peluru tidak mengena diri saya. Renta juga mengatakan, bahwa sebentar lagi juga Utaryo dan Camat akan dapat kita temukan.

    Harapan saya mulai besar. Tetapi pukul 10.00 tiba-tiba ada kabar dari rakyat, bahwa Utaryo dan Camat luka berat dan ditawan. Camat malahan

    tetap cacat. Dengan Mayor Utaryo saya baru bertemu lagi di bulan Desember 1949 beberapa bu-lan sesudah cease fire. Dan ia bercerita, bahwa ia dibawa ke rumah sakit Pematang Siantar setelah jatuh kena peluru itu. Waktu diperiksa oleh seorang perwira Belanda dari intelligence, dan menyebutkan nama dan jabatan, perwira Belanda itu bertanya, “Di mana belajar bahasa Belanda?”

    “Saya dahulu di HBS-V Bandung,”jawab Utaryo.

    “Tahun berapa? Siapa guru-gurumu? Dan apakah masih ingat akan teman-teman sekelasmu?” Tanya Belanda itu.

    Sesudah Utaryo menjawab, perwira Belanda itu menggerakkan tangannya dan menjabat tangan Utaryo dan berkata, “Saya juga murid HBS-V pada waktu itu.”Sesudah itu, seperti diceri-takan oleh Utaryo, sama sekali tidak dilakukan pemeriksaan lagi terhadapnya.

    Kepada Komandan Sektor III Mayor Selamat Ginting saya kemudian memberitahukan, bahwa kami tidak jadi terus ke Simalungun, dan berpesan supaya ia mengirimkan pasu-kan untuk mengantar kami kembali. Tiga hari setelah itu kami selamat sampai di Pernantin.

    Di Pernantin saya bertemu dengan K. Pri Bangun. Dan sejak itu, selama Aksi II, ia terus bersama saya sebagai ajudan.

    Saya melihat di daerah Tanah Karo belum ada koordi-nasi antara pasukan Sektor III dan Resimen IV pimpinan Mayor Djamin Gintings yang berkedudukan di Kota Cane. Keduanya nampak seolah-olah memperluas pengaruhnya masing-masing saja di daerah Tanah Karo.

    Setelah saya perhatikan,

    Kilasan Sejarah

    KISAH PERJUANGAN KOL. A.E KAWILARANG DI TANAH KARO

    Pengantar Akhir bulan Mei 1946 AE Kawilarang mendapat Surat Keputusan dari Wakil Presiden yang juga Menteri Pertahanan ad interim Mohammad Hatta, memerintahkan segera menghadap Panglima Komando Sumatera Letjen Suhardjo Hardjowardojo, Ia dipersiapkan menjadi Komandan Brigade yang sedang disusun di Tapanuli dan Sumatera Timur. Menurut petunjuk Bung Hatta “di Tapanuli dan Sumatera Timur” harus ada Komandan yang bukan berasal dari Jawa atau Sumatera, disana harus dilakukan pembersihan, banyak saling menyerobot dan saling melucuti, kurang disiplin dan banyak yang melakukan korupsi. Tapi keputusan itu baru terlaksana pada tahun 1948 dengan naik pesawat amfibi Catalina .

    Tanggal 16 Desember 1949 A.E Kawilarang pangkatnya naik menjadi Kolonel dan kemudian diangkat menjadi Panglima TTSU (Tentara dan Teritorial Sumatera Utara),

    Kisah perjuangan AE Kawilarang di Tanah Karo dicuplik dari biografi “AE Kawilarang, Untuk Sang Merah Putih (Pengalaman 1943 – 1961)” ditulis oleh Ramadhan KH, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, 1988) Selamat membaca. (Redaksi)

    maka saya berpikir, perlu sekali untuk menetapkan batas operasi dan pengaruh dari kedua pasukan itu. Maka saya pergi ke Kotacane menemui Mayor Djamin Gintings. Saya mengadakan pembicaraan panjang lebar dengan Mayor Djamin Gintings dan setelah itu saya menganggap perlu pergi sebentar ke Aceh via Blang Kejeren, maka saya dijemput dengan jeep di Uak.

    Sesampai di Aceh saya bertemu dengan Letkol Askari, dengan Daud Beureuh dan juga dengan Kolonel Subiakto serta Eddy Martadinata. Saya memegang pimpinan tentara dalam Sub Teritorial VII, juga memegang jabatan Wakil Gubernur Militer Aceh untuk Tanah Karo, selain jabatan Wakil Gubernur Militer Tapanuli dan Sumatra Timur- Selatan.

    Saya berhasil menetapkan daerah pertempuran untuk tiap pasukan. Daerah Karo Utara, mulai dari Tigabinanga sampai Berastagi adalah daerah pertempuran Resimen IV, sedangkan wilayah selatannya adalah wilayah Sektor III. Hal ini juga diperkuat dengan suatu keputusan dari Gubernur Militer Aceh, Tanah Karo dan Langkat, Tengku Daud Beureueh.

    Dengan demikian pasukan Mayor Slamet Ginting menda-pat tugas-tugas baru. Tegasnya sebelah timur dan utara jalan adalah kekuasaan Djamin Gintings. Sedangkan sebelah barat dan selatan jalan adalah kekuasaan Selamat Ginting. (dalam website Pemerintah Daerah Kabupaten Karo dibawah judul Agresi II Militer Belanda, pembagian wilayah itu disebutkan dengan sedikit lebih rinci, namun tidak disebutkan sumbernya - Red) ***

  • KATANTARAS8 EDISI 5, Maret 2019

    KEDENTARAS

    La Ban

    ci NGEBon

    S A T U R

    Nina Nibul (nini bulang) mbarenda, asal kami situhuna i Mongol nari. Lit nai tentera Mongol seh ku Palembang asum kerajan Sriwijaya berjaya. Puluhen tentera Mon-gol e desersi (melarikan diri dari dinas militer), kiam entah kuja deba. Selalak si gelarna Tadu Khan seh kubas sada ingan, jumpa ras sekalak diberu, beru Karo, i empoi Tadu Khan enda me ia. Sinursurna em empung nu empung nu em-pung nu empung nu empung kami. Erkiteken perdalanen waktu, keturunen Tadu Khan enda

    dungna make merga Sembiring Colia.Lang situhuna ersenina nge tuturku ras

    mantan kipar Bayern Munchen, Oliver Khan. Bagepe ras bintang filem Bollywood Shahrukh Khan, amin gia ayo kami la seri gantengna ras nasibna mehuli, la bagi sekarajangenku. Nggeluh terjelpa-jelpa, man pe engkelangi…..

    Begitulah Tamburakrak II berceloteh sam-bil “ndidong doahken” botol bir, yang dia beli dari hasil menggerayangi reba Nini Rahu. Su-dah 4 botol bir campur TKW ditenggaknya. Akibatnya, dia nyerocos terus tanpa henti. “Nini empung, Tadu Khan....o Tadu Khan” dia berse-nandung dengan nada seadanya dengan nada sendu. “Tedehku e andiko tedehku e empung Tadu Khan.....”

    Adi kami, asal kami i Hollywood nari, ujar Dungil Pemanis (DP). Ia juga sedang tenggen berat.

    ***

    Manusia hidup berdasarkan anggapannya, entah itu disebut legenda, mitologi, atau apa saja, yang penting hal itu mempengaruhi cara berpikir dan tingkah laku mereka, ujar Pak TK, guru anthropologi SMA “Pedas Beluh”, dalam sebuah diskusi di Kedentaras beberapa minggu yang lalu. Hadir juga disana waktu itu Pak BP, guru biologi, dan Pak PG, guru fisika. Dikusi berlangsung dengan tertib dan menarik.

    Perkede dan Baningta Maba Tuah (BMT), yang pikiran mereka berdua sedang jernih, karena tidak berada di bawah pengaruh alkohol. Mere-ka tidak minum bir bukan karena tidak suka bir,

    melainkan karena sudah dua hari beltekna la jore alias kena diare. Salah makanan. Sudah lebih dua puluh kali mereka silih berganti ke kamar kecil guna pekena-kena bana. Itulah yang mencegah mereka tidak meraih botol bir itu.

    Anda adalah apa yang anda pikirkan, ada yang pernah bilang seperti itu, kata Perkede, sekedar bicara saja. Soalnya disana hadir si tiga dara, Ale Rudang, Colenta dan Adinda. Ia ingin menunjukkan bahwa tingkaat intlektualitasnya lumayan berisi.

    “Contohna? Contoooh….kawan…contoh!” seru Tamburakrak. “Contoh, apai contoh soal, ula kin asal i embusi saja!” lanjutnya dengan logat tua-tua kolihen.

    “Kalak Simanjuntak misalnya, antara par-horbo julu ras parhorbu pudi. Tah uga asal usul persoalen e, entah tuhu tah lang, si jelas keben-cian atau permusuhan itu terus berlanjut, turun temurun, seh kasa gundari”

    “Alu kata sideban” lanjut Perkede, “legen-da itu tetap berwibawa atau berlaku dalam ke-hidupan mereka”.

    Sebenarnya, kata-kata itu berasal dari uca-pan Pak TK, guru anthropologi ketika itu. Tapi karena Tambur dan DP sedang dalam situasi tenggen berat, mana pula mereka ingat asa mua-sal kata-kata itu, pikir Perkede. Lagipula, si tiga dara tidak hadir pada waktu itu.

    “Adi perterites horbo ei kuga ka?” Tam-burakrak bertanya sambil mereguk bir ban-yak-banyak.

    Si tiga dara tertawa mendengar pertanyaan

    Tamburakrak itu, sekalipun tidak berbobot toh mereka merasa terhibur, karena lucu. Tapi bagi, Tamburakrak tawa si tiga dara itu membuat ia merasa dirinya memang seorang pemikir kelas berat yang disegani kawan maupun lawan.

    “Ma perlu kalak ah cingkam?” lanjut Tam-burakrak II. “I reba Nini Rahu lit ije batang cingkam si seh kal galangna”

    Percakapan di kede antara guru-gur SMA “Pedas Beluh” waktu itu, timbul karena ada silang pendapat di sebagian orang, yang cukup seru, yaitu antara pendapat yang bersikukuh bahwa Karo bukan Batak, dan yang mengatakan Karo adalah bagian dari Batak. Perdebatan itu membuat mulut mereka berbuih tanpa pernah berhasil membuat satu kesimpulan apapun juga.

    Semua berpulang kepada persepsi. Seperti ocehan Tamburakrak II, asal nenek moyangnya dari Mongol, kemudian bergerak ke India, dan terus merantau ke Cina, dan dari dataran Cina bergerak menyeberangi lautan, tiba di kerajaan Sriwijaya, lalu melakukan desersi, akhirnya sampai di satu tempat, dan menikah dengan ga-dis lokal. Itulah nenek moyang Tamburakrak, setidaknya begitu menurut versinya.

    Apakah perlu membantahnya dengan men-yodorkan bukti-bukti literatur? Tamburakrak II sedang tenggen, sehingga rasanya tidak bijak-sana bila mengajaknya diskusi tentang sesuatu yang tidak kebenarannya tidak jelas. Nanti dia bersenandung lagi dengan nanda yang sendu ““Tedehku e andiko tedehku e empung Tadu Khan.....” ([email protected])

    ASAL USUL

    PENAYANGAN PERDANA “JANDI LA SURONG” SUKSES

    Berastagi (Katantaras)

    Di luar perkiraan penye-lenggara, penayangan perdana film “Jandi La Surong” bauh karya sineas muda dan insan kreatif Karo bekerja sama dengan Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karo yang digelar di Gedung Star Teater Hotel Mikie Holiday, Berastagi, Kabupaten Karo (23/2/2019) berlangsung sukses.

    Jumlah penonton yang had-ir setidaknya mencapai 1.800 orang dari yang ditargetkan 1.300 orang. Producer for Pro-motion and Screening Altoni Pandia, mengungkapkan bahwa jumlah penonton membludak sesaat sebelum pemutaran film, padahal pihaknya hanya mem-persiapkan 1300 kursi.

    “Awalnya panitia hanya mempersiapkan kursi untuk 1300 orang, namun seiring dengan jumlah penonton yang hadir on the spot membuat panitia harus bergerak cepat mempersiapkan kursi,” ungkap Altoni Pandia, seperti dilansir medan.tribunnews.com.

    “Kita dari tim juga tidak menyangka dengan jumlah pe-nonton yang hadir, tetapi kami sudah melakukan usaha yang semaksimal mungkin,” ujarnya.

    Roymanta Sembiring dan Beri Pana Sitepu juga men-gungkapkan hal yang sama. Keduanya yang mengambil peran sebagai produser dan sinematografer mengaku terke-jut dengan antusias masyarakat yang demikian luar biasa.

    Menurut mereka, selain menghasilkan karya, pembua-tan Jandi La Surong adalah upaya menciptakan ekosistem perfilman di Sumatra Utara

    yang dulu pernah berjaya.Sutradara “Jandi La Sur-

    ong” Ori Semloko mengatakan pemutaran perdana film yang mengangkat novel lawas ber-judul sama, karya Muhammad Tempel Tarigan ini dihadiri Bupati Karo, Terkelin Brahma-na; Wakil Bupati Karo, Corry Sebayang dan seluruh kepala dinas Pemkab Karo.

    Selain itu, juga hadir poli-tikus Arya Sinulingga yang sekaligus menjadi produser eksekutif film itu, Dalam sam-butannya, Arya mengatakan, film itu murni digarap oleh anak-anak muda Karo. Karena itu, dia memberikan apresiasi kepada para anak muda Karo yang telah bekerja keras untuk membuat film itu.

    Arya pun berharap film independen karya sutradara Ori Semloko itu nantinya akan ditampilkan di Festival Film Indonesia maupun festival film internasional. Tak hanya itu, kehadiran film ini juga dihara-pkan mampu mendorong daer-ah-daerah di luar Kabupaten Karo untuk memperkenalkan daerah mereka melalui film.

    Sementara itu, produser film Film “Jandi La Surong”, Beri Pana Sitepu mengatakan, film itu menampilkan banyak nilai kearifan lokal suku Karo, yang saat ini sudah jarang ditemui. “Dari film ini kita lihat bahwa pemuda Karo di masa itu untuk melakukan pendekatan dengan seorang gadis harus melewati se-jumlah langkah-langkah. Hal ini tidak lagi kita temui saat ini,” ujar Beri Pana Sitepu yang diwawan-carai usai penayangan film.

    Beri juga berharap kehad-iran film “Jandi La Surong” bisa

    membangkitkan kembali gairah perfilman Karo. Ke depan, akan muncul sineas-sineas muda yang juga mengangkan seni dan budaya Karo. “Harapan kita, dengan hadirnya film ini akan muncul kembali film-film Karo yang berkualitas,” ujar Beri.

    Dia mengatakan, Film ”Jandi Lasurong” akan di-tayangkan di 32 desa di Kabu-paten Karo dan 25 kota besar di Indonesia. Dia juga berharap film itu bisa ditayangkan di fes-tival film internasional sebagai sebuah film yang mengangkat nilai nilai kearifan lokal di salah satu suku di Indonesia.

    Film”Jandi La Surong” dengan bintang utama Femila Sinukaban dan Arjuna Ginting, merupakan kisah nyata penu-lisnya (H Muhammad Tempel Tarigan). Tentang kisah per-cintaan muda-mudi di tahun 1960-an dengan segala lika-li-kunya. Namun tidak sekadar cerita cinta, di dalamnya ter-muat nilai-nilai budaya dan sosial masyarakat Karo yang sekarang jarang ditemukan.

    Untuk mendapatkan ha-sil yang baik, proses editing film ini dilakukan di salah satu studio di Jakarta sedangkan colourist dan penataan suara di studio Yogyakarta. Film ini akan ditayangkan di berbagai kota di Indonesia antara lain, Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Pekanbaru. Sementara un-tuk Medan akan ditayangkan pada Maret mendatang.

    “Saya berharap, melalui film ini akan lahir kembali film-film dengan nuansa lokal yang akan menguatkan karak-ter bangsa Indonesia,” ujar Ori. (Ckdt)

    FOTO SIADI

    Foto Koleksi Tropen Museum, BelandaEnda piga-piga rumah adat i kuta Sigarang Garang. Rikut ras sistem administrasi si gundari, kuta enda termasuk Kecamaten Namo Teran. I kedauhen teridah deleng Sinabung jadi sekawal kuta e. Iperkiraken foto enda ibahan antara tahun 1914 – 1919. Sada hal si unik, si teridah bas gambar e diberu saja ngenca. Tentu saja enda faktor kebetulen saja, si dilaki tah pe perbapan paksa i juma .

    GUBSU MINTA GUNDALING DIHIJAUKANMedan (Katantaras)

    Bupati Karo Tekelin Brahmana saat men-damping Kol Yufti Senjaya yang akan bertugas di Kabupaten Karo selaku utusan PNBP bertemu den-gan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi (19/2/2019), Gubernur meminta agar se-keliling daerah Gundaling dihijaukan kembali.

    “Karena Gundaling adalah daerah wisata yang diminati serta dikunjungi

    terlaris baru ke Danau Toba, katanya, seperti dilansir On-line News Indonesia. Gu-bernur meminta agar hal itu menjadi prioritas kedua.

    Sedangkan untuk menja-di priroritas pertama, Guber-nur meminta kepala BPBD Provinsi Riadil Akhie Lubis segera memfasilitasi kantor milik Pemprov di Kabanja-he kepada Kol Yufti Sen-jaya. Dia akan menjalankan tugasnya melakukan MON-EV (monitoring evaluasi)

    guna pemulihan pasca erupsi Gunung Sinabung.

    Kantor itu sangat dibu-tuhkan sebagai tempat un-tuk melakukan koordinasi antar lintas dinas terkait. Lintas OPD dan lintas ele-men masyarakat, ujar Bupa-ti Karo. Dan ternyata usulan dari Bupati Terkelin segera disambut baik Gubernur dengan memberikan kantor milik Pemprov di Kaban-jahe sesuai dengan harapan Bupati Karo. (Cingkeru S)

  • KATANTARAS 9EDISI 5, Maret 2019

    Man Tambar lungun dingen erlajarI jenda i elaken kami man bandu Sada Ombang-ombang Satur. Ibas 3 (telu) langkah mbiring emat. Mbentar lebe si erdalan.Ilakoken Peraturen Catur FIDEMari radu ras kita ngukurkenca

    Posisi buah Mbentar, Raja ibas c1, Gajah ibas a2Benteng f2Posisi buah Mbiring, Raja a1Bidak ibas c3

    Jawaban Bulan lalu : Putih : G a1 - f6Hitam: g7 x f6Putih : R e7 -f8Hitam: f6 - f5Putih : K h6 - f7 +mat

    S A T U R

    OM

    BA

    NG OM

    BA

    NG

    Cililitan (Katantaras)

    Satu-satunya pecatur Karo penyandang gelar Grand Master, Cerdas Barus, masih terlalu kuat bagi 10 peserta catur simultan dalam Turnamen Catur Ke II PMS (Pemuda Merga Silima) Jabodetabek yang berlangsung (16/2 2019) di Kede PMS di kawasan Cililitan, Jakarta Timur.

    GM Cerdas Barus, pecatur yang memulai karirnya pada turnamen Ke-juaraan Kota Seasia di Hongkong tahun 1983 mewakili kota Medan, berhasil menang di 9 papan, dan seri melawan Suranta Peranginangin (skor akhir 9,5 – 0,5) . Dengan demikian, GM Cerdas Barus berhak menggondol piala dan uang sebesar 7 juta rupiah.

    Turnamen itu yang semula akan dibuka oleh anggota DPD RI Dr. Badiken-ita Sitepu SE, MSi karena satu dan lain hal berhalangan, maka dibuka oleh Ket-ua Harian PMS Jabodetabek Danu Sebayang. Karena keterbatasan tempat dan waktu, pihak panitia turnamen membatasi peserta turnamen hanya 10 peserta saja. Kalau tidak, peserta dari kawasan catur Cililitan saja pasti besar sekali jumlah pecatur yang berminat untuk mengikuti tunamen itu.

    PMS Jabodetabek telah berhasil menyelenggarakan untuk kali yang kedua pertandingan catur simultan ini. Tahun lalu GM Cerdas Barus juga bertanding secara simultan melawan 10 orang pecatur Karo yang juga diselenggarakan di Cililitan. Bedanya pada saat Kejuaraan Catur Simultan PMS Jabodetabek yang pertama, GM Cerdas Barus hanya memenangkan 9 partai pertandingan.

    “Penyelenggaraan Catur Simultan ini, akan menjadi program tahunan PMS Jabodetabek. Melalui acara seperti ini, selain bentuk kepedulian PMS Jabode-tabek kepada Pecatur Karo, juga diharapkan dapat membangkitkan kembali pe-catur pecatur Karo di tingkat Nasional”, demikian disampaikan Danu Sebayang selaku Ketua Harian PMS Jabodetabek. Seperti kita ketahui bahwa pada era GM Cerdas Barus, dan sebelum sebelumnya banyak sekali Pecatur Karo yang berkiprah di tingkat Nasional.***(tongat)

    Turnamen Catur PMS Ke II GM CERDAS BARUS MASIH TERLALU KUAT

    Grand Master Cerdas Barus saat melangkah pada pertandingan catur simultan kejuaraan Catur PMS ke II di Cililitan tanggal !6 Februari 2019 yang lalu

    Nusantara

    Foto: Antoni Sitepu

    Medan (Katantaras)

    Semangat ICK (Ikatan Cendik-iawan Karo) untuk memper-juangkan jalan tol Berastagi – Medan tidak pernah kendor. Setiap kesempatan selalu dipergunakan un-tuk menyampaikan paparan tentang hal itu, Juga dilakukan pada acara “Dialog Indonesia di Masa Sekarang dan yang akan Datang” di Regale Convention Medan (18/2/2019), di-mana Menko Kemaritiman Luhut B Panjaitan hadir untuk menyampaikan capaian pemerintahan Presiden Joko Widodo selama 4 tahun.

    Di acara itu Ketua ICK Budi D Sinuligga mendapat kesempatan me-maparkan kondisi kesenjangan pem-bangunan kawasan Danau Toba, seh-ingga rencana pembangunan jalan tol Medan-Berastagi dapat dipercepat, seperti dilansir harian SIB.

    Walaupun jalan tol ini belum bisa dibangun tahun ini, alangkah baiknya didahulukan pembangunan jembatan layang di dua titik di jalur Medan - Be-rastagi, seperi di Tikungan Amoi (di atas Desa Bandarbaru) dan di Tikun-gan PDAM Tirtanadi Sembahe menya-mai jembatan layang Kelok Sembilan di Padang,” kata Sinulingga.

    Menurut Sinulingga, biaya mem-bangun dua jembatan layang ini ti-dak terlalu besar, cukup dengan dana Rp665 miliar. Tidak sebesar biaya pembangunan jembatan layang Kelok Sembilan di Padang senilai Rp41 triliun, sehingga besar harapan mas-

    yarakat Sumut agar pemerintah pusat mengalokasikan pembangunannya di APBN 2020.

    Budi Sinulingga bahkan sangat berharap kepada Luhut Panjaitan agar menyampaikan usulan pembangunan jalan tol ini kepada Presiden Jokowi, agar bisa segera memerintahkan men-teri terkait untuk mengalokasikan an-ggarannya di APBN.

    Yang memberi harapan besar bagi kemajuan usulan itu, setelah men-dengar paparan Budi D Sinulingga, Luhut Panjaitan meminta kepada ICK untuk memberikan foto copy usulan permohonan pembangunan jalan tol Medan-Berastagi itu. “Berikan ke-pada saya foto copy usulan itu,” ujar Luhut Panjaitan dalam dialog itu.

    Anggota Komisi D DPRD Su-mut Baskami Ginting, Layari Sinuk-aban dan Donald Lumbanbatu kepada wartawan, Selasa (19/2) di Medan menanggapi hal itu sebagai hal yang sangat positif.

    “Kita yakin, usulan pembangunan jalan tol Medan-Berastagi akan ditin-daklanjuti Pak Luhut dan akan mem-bicarakannya dalam rapat kabinet di Jakarta. Apalagi Pak Luhut sudah me-minta foto copy permohonan jalan tol tersebut kepada ICK,” ujar Baskami dan Layari.

    Baskami dan Layari menambah-kan, Pemkab Karo, ICK dan Komisi D sudah berulang-kali menemui Ke-menterian PUPR, Bappenas maupun DPR-RI asal Sumut di Jakarta, guna

    ICK Sampaikan Copy Usulan Kepada Luhut B. Panjaitan

    GAGASAN JALAN TOL BERASTAGI–MEDAN TERUS BERGERAKmendesak pengalokasian dana pem-bangunan jalan tol Medan-Berastagi di APBN TA 2022, tapi hingga kini belum ada realisasinya.

    Akhirnya ICK berinisiatif men-yampaikan permohonan tersebut ke-pada Luhut Panjaitan dan ternyata ada respon yang positif, sehingga anggota Komisi D pun menyatakan keyak-inannya, bahwa Menko Kemaritiman akan menindaklanjuti usulan tersebut.

    Bagi masyarakat Sumut khususn-ya Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Hum-bahas maupun Aceh Singkil yang nan-tinya rutin melintasi jalan tol tersebut, tandas Layari, jika jalan tol ini diba-ngun, tentunya akan menggairahkan pembangunan dan pening


Top Related