Download - Embriologi LANSIA de (2)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menjadi tua adalah suatu proses alamiah yang pasti terjadi pada setiap manusia.
Tidak seorangpun yang dapat menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai dengan
tahap-tahap mulai menurunnya berbagai fungsi organ tubuh karena setelah mencapai
dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi.
Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan. Proses penuaan secara umum
ada 3 yaitu aging, senescence dan homeostenosis. Faktor yang berperan pada proses
penuaan ada dua yaitu faktor internal (radikal bebas, hormon, menurunnya sistem
kekebalan tubuh dan faktor genetik) dan faktor eksternal (gaya hidup yang tidak sehat,
diet yang tidak sehat, paparan polusi dan stress).
Perubahan-perubahan sistem tubuh juga terjadi pada proses penuaan,
perubahannya antaralain, berkurangnya pendengaran, penglihatan, penurunan fungsi
kognitif (berkurangnya kemampuan mengingat), gangguan tidur, kaku sendi dan
penurunan sistem imun. Pada lansia sering terjadi penurunan selera makan (kakeksia) dan
akibatnya terjadi penuruna berat badan. Kebutuhan nutrisi pada lansia labih rendah
karena terjadinya proses penurunan fisiologis tubuh dan rasa lelah yang lebih cepat.
Penatalaksanaan asuh untuk lansia bisa dengan pengaturan pemberian nutrisi (diberikan
banyak serat dan minum air putih), olahraga, menghindari stress dan pelayanan
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan sistem tubuh pada lansia?
2. Mengapa pada orang lansia sering mengalami kelelahan?
3. Mengapa pada orang lansia sering mengeluh penglihatan dan pendengarannya sudah
tidak tajam?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan-perubahan pada orang lansia?
5. Mengapa bisa terjadi tremor ketika memegang sesuatu dan bagaimana
mekanismenya?
6. Bagaimana bisa pada lansia terjadi insomnia dan demensia ?
7. Bagaimana pengaruh makan sedikit terhadap kondisi tubuh orang lansia?
8. Mengapa tekanan darahnya tinggi yaitu 140/90 mmHg?
1
9. Bagaimana kebutuhan nutrisi dan gizi pada lansia?
10. Bagaimana penatalaksanaan pada perubahan sistem tubuh lansia?
C. Tujuan
1. Mampu menjelaskan perubahan sistem tubuh pada lansia
2. Mampu menjelaskan faktor perubahan yang mempengaruhi pada kondisi lansia
3. Mampu menjelaskan perubahan-perubahan fisiologis pada lansia
4. Mampu menjelaskan perubahan-perubahan psikologis pada lansia
5. Mampu menjelaskan kebutuhan nutrisi dan gizi pada lansia
6. Mampu menjelaskan penatalaksanaan kondisi-kondisi khusus pada lansia
D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengenal dasar – dasar perubahan sistem tubuh lansia
2. Mahasiswa mampu menggali potensi dalam pemahaman pada kondisi-kondisi
khusus lansia
3. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip penatalaksanaan terhadap perubahan sistem
tubuh lansia
4. Mahasiswa mampu memahami proses kondisi lansia
5. Menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca
6. Menunjang wawasan tentang perubahan sistem tubuh pada lansia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Menua
Proses menua bukanlah sesuatu yang terjadi hanya pada orang berusia lanjut ,
melainkan suatu proses normal yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir dengan
kematian. Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa yang sehat menjadi
seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan system fisiologis dan
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Seiring dengan
bertambahnya usia, terjadi perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap
penampilan fisis, namun juga juga pada fungsi dan tanggapannya pada kehidupan sehari-
hari. Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam gerontologis yaitu ilmu yang
mempelajari proses menua dan hal-hal yang terkait dengan penuaan.
1. Istilah yang digunakan oleh gerontologis dalam proses menua
a. Aging, menunjukkan efek waktu, suatu proses perubahan, biasanya bertahap dan
spontan yang dianggap tidak mewakili apa yang terjadi pada proses menua. Sebab
berbagai proses yang terjadi seiring waktu, seperti perkembangan dapat disebut
sebagai aging. Aging merupakan proses yang terus berlangsung yang dimulai
dengan perkembangan yaitu proses generatif seiring waktu yang dibutuhkan untuk
kehidupan yang akan dilanjutkan dengan senescence.
b. Senescence, hilangnya kemampuan sel untuk membelah da berkembang (dan
seiring waktu akan menyebabkan kematian). Istilah senescence digunakan untuk
menggambarkan turunnya fungsi efisien suatu organisme sejalan dengan penuaan
dan meningkatnya kemungkinan kematian. Senescence yaitu proses degeneratif
yang inkompatibel dengan kehidupan.
c. Homeostenosis, penyempitan atau berkurangnya cadangan homeostasis yang
terjadi selama penuaan pada setiap system organ. Konsep homeostenosis
menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia maka semakin kecil
kapasitas seorang tua membaea dirinya ke keadaan homeostasis. (Sudoyo, 2006)
2. Fase proses penuaan
a. Fase 1
Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormone
mulai berkurang dan mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh
pada kesehatan. Tubuh pun masih bugar terus.
3
b. Fase 2
Pada usia 35-45 tahun, produksi hormon sudah menurun sebanyak 25%.
Tubuh pun mulai mengalami penuaan. Pada masa ini, mata mulai mengalami
rabun dekat sehingga perlu menggunakan kacamata berlensa plus, rambut mulai
beruban, stamina tubuh pun berkurang. Bila pada masa ini dan sebelumnya, anda
melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa berisiko terkena kanker.
c. Fase 3
Terjadi pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa ini produksi hormon sudah
berkurang hingga akhirnya berhenti sama sekali. Kaum perempuan mengalami
masa yang disebut menopause sedangkan kaum pria mengalami masa
andropause. Pada masa ini kulit pun menjadi keriput karena mengalami
dehidrasi, tubuh menjadi cepat capek. Berbagai penyakit degeneratif seperti
diabetes, osteoporosis, hipertensi dan penyakit jantung koroner mulai menyerang.
( Tjokronegoro, 2004)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan
a. Faktor Internal antaralain, radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses
glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor genetik.
Molekul radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan pada sel yang sehat melalui
suatu proses oksidasi. Produksi radikal bebas dapat meningkat bilka kita sering
terpapar sinar matahari, merokok, polusi udara dan mengkonsumsi makanan yang
rendah nilai gizinya. Produksi radikal bebas yang semakin meningkat dalam
tubuh member konstribusi yang besar terhadap terjadinya proses penuaan.
b. Faktor Eksternal antaralain, gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat,
kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, dan
stress. Apabila tubuh kita mengalami kerusakan, maka tubuh akan mencoba untuk
memulihkan diri sendiri. Semakin sering tubuh mengalami stress maka makin
kecil kemungkinan tubuh untuk pulih, akibatnya tubuh semakin menua dan
menjadi rentan terhadap penyakit.
( Utama, 2004 )
B. Perubahan-perubahan pada orang lansia
1. Perubahan-perubahan fisiologi pada lansia
Pada lansia perubahan fisik dan fungsi sel yang terjadi dengan jumlah sel
yang menurun ukuran sel lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
4
berkurang, proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah dan hati menurun, jumlah sel
otak menurun, lekukan otak akan menjadi lebih dangkal, melebar dan menjadi atrofi,
beratnya berkurang 5-10%. Disamping itu juga terjadi penurunan imunitas yang
dimediasi oleh sel dan produksi sel B.
a. Sistem Kardiovaskuler
Pada lansia sistem kardiovaskuler mengalami penurunan pengisian
ventrikel kiri, berkurangnya sel pacu jantung, curah jantung dan peningkatan
atrial natriuretrik peptide (ANP) , hipertrofi atrium kiri, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang.
Selain itu tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer
meningkat, peningkatan tekanan darh sistolik, tekanan darah diastolik tidak
berubah.
b. Sistem Persarafan
Pada lansia sistem persarafan mengalami penurunan fungsi pada sistem
saraf perifer dan sistem saraf pusat. Pada sistem saraf perifer terjadi peningkatan
heterogenitas selaput akson myelin, berkurangnya sensasi getar, sensitivitas
termal, amplitude aksi potensial saraf sensorik. Sedang kan pada sistem saraf
pusat terjadi proliferasi astrosit, berkurangnya sedikit masa otak, berkurangnya
aliran darah otak, memori, reseptor glukokortikoid hipokampal dan terganggunya
autoregulasi perfusi. Selain itu terjadi peningkatan aktivitas monoamine oksidase.
c. Sistem Indera
Pada lansia sistem penglihatan mengalami pengeruhan pada lensa,
sfingter pupil timbul sklerosis, dan respons terhadap sinar menghilang, kornea
lebih berbentuk sferis atau bola, ketidakmampuan otak untuk focus pada benda-
benda jarak dekat (presbiopia) yang disertai penurunan daya akomodasi.
Sedangkan pada sistem pendengaran mengalami defisit pada proses sentral,
kesulitan untuk membedakan sumber bunyi, terganggunya kemampuan
membedakan target dari keramaian dan hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara
bilateral. Pada sistem penghidu rata-rata berkurang 50% pada deteksi penghidu.
d. Sistem Gastrointestinal
Pada lansia sistem gastrointestinal mengalami penurunan sensitivitas saraf
pengecap di lidah, penurunan rasa lapar dan peristaltik lemah sehingga
menimbulkan konstipasi, esophagus melebar, terganggunya respons terhadap
cedera pada mukosa lambung, berkurangnya masa pankreas dan candangan
5
enzimatik. Selain itu hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun,
aliran darah berkurang. (Nugroho, 2008)
e. Sistem Pernapasan
Pada lansia sistem pernapasan, otot pernapasan mengalami kelemahan
akibat atrofi, kehilangan kekuatan dan menjadi kaku seiring bertambahnya usia,
membesarnya duktus alveolaris akibat berkurangnya elastisitas struktur
penyangga parenkim paru menyebabkan berkurangnya area permukaan,
berkurangnya respons ventilasi akibat hiperkapnia, massa jaringan paru berkurang
dan berkurangnya efektivitas silia. Selain itu juga terjadi penurunan tekanan
maksimum inspirasi dan ekspirasi, sering terjadi emfisema senilis.
f. Sistem Endokrin
Pada lansia sistem endokrin terjadi peningkatan hormon paratiroid (PTH),
toleransi glukosa terganggu, gula darah prostaglandin meningkat 10
mg/dl/decade, penurunan aktivitas tiroid, BMR dan daya pertukaran, penurunan
testoron bebas maupun bioavailable sedangkan pada wanita terjadi penurunan
hormon ovarium (Ovarian failure). Selain itu berkurangnya produksi ACTH,
TSH, FSH dan LH.
g. Sistem Muskuloskeletal
Pada lansia sistem musculoskeletal terjadi penurunan massa tulang baik
pada tulang trabekular maupun kortikal, kekuatan dan stabilitas tulang menurun
terutama vertebrae pergelangan dan paha, dan terjadi insiden osteoporosois dan
fraktur. Selain itu kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak dan aus, terganggunya matriks kartilago dan modifikasi proteoglikan dan
glikosaminoglikan. Sedangkan pada otot terjadi penurunan massa otot secara
bermakna (sarkopenia) karena berkurangnya serat otot, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis. Selain itu juga terjadi atrofi serabut otot mengecil sehingga
gerakan menjadi lamban, otot kram dn menjadi tremor.
h. Sistem genitourinaria
Pada lansia, sistem genitourinaria terjadi penurunan nefron akibat atrofi,
aliran darah ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang
terjadi menurunnya massa ginjal sebanyak 25%, terutama dari korteks dengan
peningkatan relative perfusi nefron yukstamedular, pembesaran prostat kurang
lebih 75% dialami oleh pria, usia diatas 65 tahun, meningkatnya ketergantungan
prostaglandin untuk mempertahankan perfusi.
6
i. Sistem reproduksi
Pada lansia, sistem reproduksi pada wanita mengalami pengecilan vagina,
ovary menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi payudara dan atrofi vulva. Pada
sistem reproduksi laki-laki, testis dapat memproduksi spermatozoa meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur, dorongan seksual menetap sampai usia diatas
70 tahun. Sebanyak 75 % pria usia diatas 65 tahun mengalami pembesaran
prostat.( Sudoyo, 2006)
2. Perubahan-perubahan mental pada lansia
a. Perubahan fisik, social mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran
orientasi penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada
fungsi lansia.
b. Mundurnya daya ingat, kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit,
kenangan buruk dan penurunan degenerasi sel otak
c. Gangguan halusinasi, perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-
tekanan dari faktor waktu
d. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi
e. Fungsi psikososial seperti kemamouan berfikir dan gambaran diri
f. IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, penampilan
persepsi dan ketrampilan psikomotor berkurang.
(Nugroho, 2008)
3. Perubahan-perubahan psikologis pada lansia
a. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
b. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan semua fasilitas)
c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan dan kemampuan ekonomi akibat pemberhentian
dari jabatan, biaya hidup meningkat pada penghasilan yang sulit dan biaya
pengobatan bertambah.
4. Perubahan-perubahan spiritual pada lansia
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya. Lansia
makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan
bertindak dalam sehari-hari.
( Nugroho, 2008 )
7
C. Nutrisi dan Gizi bagi Lansia
1. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lansia antaralain, Berkurangnya
kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong. Berkurangnya
indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam,
dan pahit. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. Rasa lapar menurun, asam
lambung menurun. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya
menimbulkan konstipasi. Penyerapan makanan di usus menurun. ( Lumbantobing,
2004 )
2. Penatalaksanaan masalah nutrisi pada lansia
a. Jumlah energi sehari lebih rendah dari pada dewasa muda karena penurunan
fungsi fisiologis tubuh dan berkurangnya aktivitas
b. Susunan makanan sehari hendaknya terdiri dari tiga campuran tiga kelompok
bahan makanan, yaitu :
1) Sumber energi, antaralain, beras dan hasil olah roti, mie, ubi, dan kentang.
Makan 3-5 gelas nasi sehari. Energi sebaiknya tidak berasal dari energi
“kosong” seperti permen, minuman ringan (soft drink), kue manis dan
makanan penutup.
2) Sumber zat pembangun, antaralain susu dan hasil olah, daging, ayam, ikan
telur, kacang-kacangan dan hasil olah seperti temped an tahu. Makanan
sumber protein harus cukup (1gr/kg/BB/hari).
c. Sumber zat pengatur, yaitu sayur dan buah. Utamakan kacang-kacangan, sayur
daun berwarna hijau, merah jingga dan kuning jingga seperti bayam,
daunsingkong, tomat, wortel, jeruk dan papaya. Makan 2-3 mangkok sayuran
dan 2-3 porsi buah-bauahn sehari.
d. Dianjurkan makan ikan (tawar/laut) secara teratur 3-4 kali seminggu untuk
mencegah penyakit jantung
e. Usahakan minum segelas susu setiap hari. Kalau tidak tahan susu dapat diganti
dengan bubur kacang hijau, susu kedelai dan lain-lain
f. Sebaiknya banyak makan sayur dan buah-buahan untuk mencegah sembelit.
Sayur dan buah mengandung vitamin dan mineral yang sangat diperlukan
g. Minum air putih dalam jumlah cukup, sekitar 8 gelas sehari
h. Olahraga secara teratur. Untuk menjaga kebugaran tubuh, olahraga ringan seperti
jalan santai setiap akhir pekan ( Sudoyo, 2006 )
8
D. Gangguan pada Lansia
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk memulai (inisiasi) tidur atau
mempertahankan keadaan tidur. Gangguan ini dapat sementara (transient) atau
khronis.
a. Siklus tidur
Siklus tidur ada 2 yaitu tidur REM (rapid eye movement), didapat kan pola
frekuensi campuran dengan voltase rendah (desynchronized EEG), tampak
letupan gerak cepat konjugat dari mata waktu tidur, terlihat aktivitas dan tonus
sebagian besar otot berkurang atau tidak ada dan tidur tidak selaras. Tidur NREM
ada tiga stadium yaitu stadium 1 (tidur ringan), stadium 2 (tidur ringan), stadium
3 (tidur dalam atau SWS) dan stadium 4 (tidur dalam atau SWS)
b. Etiologi
Penyebab gangguan tidur pada usia lanjut, perubahan-perubahan irama sirkadian,
gangguan tidur primer (SDB, PLMS, RBD), penyakit-penyakit fisik (hipertiroid
dan arthritis), penyakit jiwa (depresi dan gangguan ansietas), pengobatan
polifarmasi, alcohol dan kafein, demensia dan kebiasaan hygiene tidur yang tidak
baik.
c. Gangguan tidur manula menunjukan berkurangnya jumlah tidur gelombang
lambat, sering terbangun dan jumlah waktu tidur kurang. Sejak dimulai tidur
didapatkan secara progresif menurun dan menaik melalui stadium 1 ke stadium 4,
selama periode 70-100 menit diikuti oleh letupan REM. Siklus ini berulang kira-
kira tiap 90 menit. Periode REM berlangsung kira-kira 15 menit dan merupakan
kira-kira 20% dari waktu total. Umurnya tidur REM merupakan 20-25% dari
jumlah tidur, stadium 2 sekitar 50% dan stadium 3 dan 4 bervariasi luas dengan
usia. Tidur terdiri dari 4-6 siklus satu malam. Jumlah jam tidur total yang normal
berkisar dari 5-9 jam pada 90% orang dewasa. Dengan melanjutnya usia, tidur
menjadi lebih terfragmentasi, efisiensi tidur berkurang, dengan waktu yang lebih
lama di tempat tidur namun lebih singkat dalam keadaan tertidur. (Kumar, 2007)
d. Penatalaksanaan Insomnia
Insomnia dapat diobati dengan berbagai senyawa yang mempunyai kerja yang
beragam. Obat dapat bekerja sedative dengan efek hipnotik seperti
benzodiazepine. Trankuilaizer seperti phenotiazine dan haloperidol, anti
depresan dan ansiolitik. (Tjokronegoro, 2004)
9
2. Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori yang didapat yang
disebabkan oleh penyakit otak., yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran. Walaupun sebagian besar kasus demensia menunjukkan penurunanyang
progresif dan tidak dapat pulih (irreversible), namun apabila merujuk pada definisi di
atas maka demensia dapat sepenuhnya pulih apabila dapat diatasi dengan cepat dan
tepat.
a. Etiologi
Penyebab tersering demensia di Amerika Serikat dan Eropa adalah
penyakit Alzheimer, sedangkan di Asia diperkirakan demensia vaskular
merupakan penyebab tersering demensia. Proporsi perempuan yang mengalami
penyakit Alzheimer lebih tinggi dibandingkan laki-laki (sekitar 2/3 pasien adalah
perempuan), hal ini disebabkan perempuan memiliki harapan hidup lebih baik
dan adanya tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan riisiko
terjadinya penyakit Alzheimer.
b. Patobiologi dan patogenesis
Komponen utama patologi penyakit Alzheimer adalah plak senilis dan
neuritik. Sedangkan pada demensia vaskular patologi yang dominan adalah
dengan adanya infark multiple dan abnormalitas substantia alba. Infark jaringan
otak yang terjadi pasca strok dapat menyebabkan demensia bergantung pada
volume total koteks yang rusak dan bagian hemisfer mana yang terkena. Petanda
anatomis pada fronto temporal demensia (FTD) adalah terjadinya atrofi yang jelas
pada lobus temporal dan frontal yang dapat dilihat pada pemeriksaan
neuroimaging. Atrofi yang terjadi terkadang sangat tidak simetri. Secara
mikroskopis selalu didapatkan gliosis dan hilangnya neuron, serta pada beberapa
kasus terjadi pembengkakan dan penggelembungan neuron yang berisi
cytoplasmic inclution. Defisit neotransmiter utama pada penyakit Alzheimer juga
pada demensia system lain adalah system kolinergik. ( Lumbantobing, 2004 )
c. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pada seorang pasien dengan demensia
adalah mengobati penyebab demensia yang dapat dikoreksi dan menyediakan
situasi yang nyaman dan mendukung bagi pasien. Menghentikan obat-obatan
yang bersifat sedatif dan mempengaruhi fungsi kognitif banyak memberikan
10
manfaat. Dalam mengelola pasien dengan demensia, perlu pula diperhatikan
upaya-upaya mempertahankan kondisi fisis dan kesehatan pasien.
Pada stadium awal penyakit, seorang dokter harus mengusahakan
berbagai aktivitas dalam rangka mempertahankan status kesehatan pasien, seperti
melakukan pelatihan olahraga, mengendalikan hipertensi, dan berbagai penyakit
lain, imunisasi terhadap pneumokok dan influenza, mengupayakan alat bantu
kacamata dan alat bantu dengar apabila terdapat gangguan penglihatan dan
pendengaran. Pada fase lanjut demensia, merupakan hal yang sangat penting
untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien seperti nutrisi, hidrasi, mobilisasi, dan
perawatan kulit untuk mencegah ulkus dekubitus. (Sudoyo, 2006)
11
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario 4 “Geriatri” ini dikatakan bahwa tetanggaku bernama Pak Bejo yang
lahir pada masa penjajahan. Beliau saat ini berusia kurang lebih 81 tahun. Di usianya
sekarang Pak Bejo merasakan kondisi badannya tidak gagah dan sekuat dulu. Pak Bejo
termasuk sudah lansia dimana seseorang dapat dikatakan lansia apabila usianya kuran lebih
sama dengan dari 65 tahun. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita sehingga secara perlahan mengalami kemunduran
fungsi dan struktur organ. Proses menua bersifat individual yaitu tahap proses menua terjadi
pada orang lanjut usia, setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, dan tidak ada
satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua. ( Utama, 2004)
Sepuluh tahun yang lalu Pak Bejo masih sanggup untuk berjalan naik tangga bahkan
sampai lantai yang kelima. Namun sekarang tidak lagi, untuk berjalan jarak dekat saja sudah
terasa capek sekali. Adanya gangguan imobilisasi atau berjalan yang disebabkan oleh
multifaktor, banyak yang berperan di dalamnya, baik faktor intrisik maupun dalam diri lanjut
usia. Misalnya, gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi
dan pusing. Untuk faktor ekstrinsik, misalnya lantai yang licin dan tidak rata, tersandung
benda, dan sebagainya. Selain itu juga terjadinya gangguan pusat berjalan pada otak gyrus pre
centralis. Melemahnya kekuatan otot akibat inaktivitas, tidak digunakannya otot, dan
deconditioning dapat berperan pada terjadinya gangguan cara berjalan serta kemampuan
memperbaiki posisi setelah kehilangan keseimbangan. Penurunan massa otot merupakan
penyebab langsung menurunnya kekuatan otot. Perubahan massa otot terjadi karena
gangguan pada sintesis dan degradasi protein, yang pada usia lanjut dipengaruhi oleh proses
pemecahan protein sel (hiperkatabolisme) untuk memenuhi kebutuhan asam amino bagi
sintesis protein dan metabolism energi pada kondisi asupan kalori yang tidak adekuat
sehingga menimbulkan rasa capek atau lelah. Selain itu rasa capek tersebut dapat disebabkan
oleh faktor psikologis, gangguan organis misalnya anemia, kekurangan vitamin, gangguan
pencernaan, perubahan pada tulang serta pengaruh obat yang bisa melelahkan daya kerja otot.
( Lumbantobing, 2000 )
Pak Bejo juga sering mengeluh penglihatannya dan pendengarannya tidak setajam
dulu, kulit ditubuhnya sudah keriput serta kedua tangannya tremor bila memegang sesuatu.
12
Pada lansia terjadi perubahan-perubahan fisiologis, beberapa diantaranya telah mengalami
gangguan pada penglihatan, pendengaran, dan gangguan pada system integumen. Gangguan
pada sistem penglihatan pada lansia ini dapat disebabkan oleh ketidakmampuan otak pada
reseptor indera pengelihatan yaitu retina pada mata, melalui n.optikus akan diteruskan ke
pusat yaitu otak pada fissure calcarena area brodmann 17 untuk fokus pada benda-benda
jarak dekat (presbiopia) yang disertai penurunan daya akomodasi, kelainan lensa mata atau
berkurangnya refleksi lensa mata, kekeruhan pada lensa (katarak), iris mengalami degenerasi
dan depigmentasi sehingga tampak ada bercak berwarna muda sampai putih, pupil konstriksi,
tekanan dalam intra okuler meninggi, lapang pandang menyempit yang sering disebut dengan
glaucoma, dan terjadi degenerasi retina. ( Sudoyo, 2006 )
Sedangkan pada gangguan pendengaran disebabkan oleh gangguan pusat
pendengaran melalui nervus cochlearis menuju otak gyrus temporalis superior area brodmann
41 dan 42 yang mengakibatkan hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi
tinggi. Selain itu terjadi hilangnya sel rambut di membrane basalis koklea sehingga terjadi
hilang pendengaran frekuensi tinggi, hilangnya sel neuronal di ganglia spiralis dimana letak
dan jumlah kehilangan sel neuronal menentukan gangguan pendengaran yang timbul berupa
gangguan frekuensi pembicaraan, adanya inkoordinasi, dan kehilangan memory. Kemudian
juga membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis dan terjadi abnormalitas
vaskularis atrial berupa atrofi daerah apikal dan tengah dari koklea yang mengakibatkan
perasaan tidak stabil yang terasa seperi berputar.
Kulit keriput merupakan salah satu tanda dari perubahan fisiologis dari gangguan
system integumen yang disebabkan oleh kehilangan jaringan lemak atau efek radikal bebas
yang merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang
tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain misalnya lipid
yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Sehingga radikal bebas
ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi atau hilangnya kemmapuan dalam bergenerasi.
Selain itu tanda pada gangguan integumen dapat terjadi karena hilangnya proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis sehingga permukaan kulit cenderung
kusam, kasar dan bersisik, timbul bercak pigmentasi akibat proses melanongenesia yang tidak
merata, terjadi perubahan pada daerah sekitar mata dengan tumbuhnya kerut-kerut halus
akibat lapisan kulit menipis, kuku jari menjadi keras dan rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar
keringat berkurang.( Nugroho, 2008 )
Kemudian saat memegang sesuatu tangan Pak Bejo merasa tremor. Tremor
merupakan serentetan gerakan involunter, agak ritmis merupakan getaran yang timbul karena
13
berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara bergantian dan dapat mempengaruhi
gerakan tangan, lengan, kepala, wajah, pita suara, batang, dan kaki. Tremor disebabkan oleh
fungsi cerebellum yang berlebihan, kegagalan system cereberal untuk meredam gerakan
motorik, gangguan persarafan yang menuju ke otot yang terkena, dan bertambahnya
kepekaan sinaps saraf di daerah medulla yang mengatur tonus otot. Penyebab tremor lainnya
bisa termasuk penggunaan obat-obatan (seperti amphetamines, kafein, corticosteroids, SSRI),
penyalahgunaan alkohol atau penarikan, raksa peracunan, terlalu thyroid atau kegagalan hati.
( Utama, 2004)
Menurut cerita keluarganya, Pak Bejo mengalami demensia dan insomnia. Demensia
adalah sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan kemunduran kognitif
yang sedemikian beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas
sosial yang tidak berpengaruh terhadap gangguan kesadaran. Kemunduran kognitif pada
demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori/ daya ingat yang pusatnya di otak
pada hypocampus lobus temporalis. Berdasarkan suatu ayat dalam Al-Qur’an yang artinya
“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan diantara kamu ada yang
dikembalikan kepada umur yang palin lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa.”(QS. AN NAHL : 70). Bahwa secara fisiologis pada lansia bisa mengalami demensia
disamping itu tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia misalnya
gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma, penyakit degeneratif. ( Kumar, 2007 )
Sedangkan insomnia adalah ketidakmampuan untuk memulai tidur atau
mempertahankan keadaan tidur. Gangguan ini dapat sementara atau khronis. Dewasa muda
membutuhkan waktu tidur 7-8 jam dengan NREM 75% dan REM 25%. Kebutuhan ini
menetap sampai batas lansia. Lansia menghabiskan waktunya lebih banyak di tempat tidur,
mudah jatuh tidur, tetapi juga mudah terbangun dari tidurnya. Perubahan yang sangat
menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat, terutama stadium 4, gelombang
alfa menurun, dan meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau meningkatnya
fragmentasi tidur karena seringnya terbangun.
Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap
stimulus lingkungan.Pada lansia, ia lebih sering terbangun. Walaupun demikian, rata-rata
waktu tidur total lansia hampir sama dengan dewasa muda. Ritmik sirkadian tidur-bangun
lansia juga sering terganggu. Jam biologik lansia lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju.
Seringnya terbangun pada malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh
tidur pada siang hari. Dengan perkataan lain, bertambahnya umur juga dikaitkan dengan
14
kecenderungan untuk tidur dan bangun lebih awal. Adanya gangguan ritmik sirkadian tidur
juga berpengaruh terhadap kadar hormon yaitu terjadi penurunan sekresi hormon
pertumbuhan, prolaktin, tiroid, dan kortisol pada lansia. Sekresi melatonin juga berkurang.
Melatonin yang berfungsi mengontrol sirkadian tidur. ( Sudoyo, 2006 )
Setiap pagi Pak Bejo juga mengeluhkan seluruh persendian badan kaku dan sulit
digerakkan. Hal tersebut dapat terjadi yang disebabkan oleh gangguan pada sendi pinggul
misalnya atritis rheumatoid yang mengenai sendi kecil dan nyeri sendi simetris, radang sendi
(atritis) yang merupakan penyakit rematik atau atritis gout yang mengenai sendi besar dan
mengendap berupa monosodium urat di sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan sulit
digerakkan. Selain itu juga disebabkan oleh (osteoporosis) dan degenerasi mekanis yaitu
osteoatritis. ( Price, 2005 )
Beliau berpikir “Apa akibat makan terlalu sedikit ya?” Karena beberapa bulan ini
makannya sedikit dan tidak bisa makan banyak seperti dulu lagi. Kebutuhan kalori pada usia
diatas 70 tahun adalah 1500 kalori. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia
antara lain berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau
ompong, berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit, esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun, gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya
menimbulkan konstipasi dan penyerapan makanan di usus menurun. Gizi kurang sering
disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila
konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari
normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-
kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap
penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi. ( Nugroho, 2008 )
Suatu hari Pak Bejo bertanya pada petugas posyandu lansia yang mengukur tekanan
darahnya “Awakku kok saiki rasane koyo ngene yo nduk…?” dan petugas itupun
menjawab….”Oooo…Boten menopo-nopo simbah punika sampun sepuh.” Hasil pengukuran
tekanan darahnya 140/90 mmHg. Pada tekanan darah Pak Bejo termasuk dalam stadium
hipertensi dimana stadium tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg. Tekanan Darah
Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Dikatakan
tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Rumus tekanan darah
yaitu curah kerja sekuncup jantung atau jumlah energy yang dibawa oleh jantung menjadi
kerja selama setiap denyut jantung memompa darah ke dalam arteri dikalikan dengan
15
tahanan perifer. Jadi tekanan darah tinggi ini terjadi akibat resistensi pembuluh darah perifer
meningkat. Dengan bertambahnya usia, denyut jantung maksimum dan fungsi lain jantung
mengalami penurunan . Dengan adanya aktivitas fisik pada lansia tekanan darah akan naik
secara bertahap disertai penurunan elastisitas jantung dan curah jantung yang dikeluarkan
oleh ventrikel jantung per menit. ( Tjokronegoro, 2004 )
16
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
1. Faktor yang mempengaruhi proses penuaan antaralain ada faktor internal (genetik dan
radikal bebas) dan faktor eksternal (stress dan gaya hidup)
2. Pada lansia terjadi perubahan-perubahan sistem tubuh seperti sistem endokrin,
indera, pernapasan, kardiovaskuler, musculoskeletal dan reproduksi
3. Gangguan berjalan disebabkan oleh gangguan pusat berjalan pada otak gyrus pre
centralis dan melemahnya kekuatan otot akibat inaktivitas
4. Pada lansia sudah tidak fokus melihat benda-benda jarak dekat (presbiopi) yang
disertai penurunan daya akomodasi
5. Pada lansia juga terjadi penurunan kemampuan kognitif (daya ingat dan memori
menurun) dan kurangnya interaksi sscial
6. Pada lansia kebutuhan energi rendah karena terjadi penurunan fungsi fisiologis dan
berkurangnya aktivitas
7. Tremor merupakan serentetan gerakan involunter yang timbul karena
berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara bergantian
8. Demensia merupakan gangguan fungsi intelektual dan memori yang disebabkan oleh
penyakit otak
9. Pada lansia sering terjadi gangguan tidur (insomnia) yang paling sering diakibatkan
oleh penurunan sekresi hormon melatonin
10. Tekanan darah tinggi 140/90 mmHg terjadi akibat resistensi pembuluh darah perifer
meningkat
B. Saran
1. Sebaiknya sejak dini kita sudah mengkonsumsi antioksidan (HDL, minyak jagung
dan olahraga) untuk memperlambat penuaan dini
2. Sebaiknya pemberian makan pada lansia diberikan pada porsi kecil tapi sering, dalam
keadaan hangat dan makanan yang mudah dikunyah
3. Sebaiknya lansia diberi makanan yang banyak mengandung serat alami, dan minum
air putih minimal 8 gelas/hari
4. Sebaikya pada lansia juga disarankan melakukan olahraga teratur dan menghindari
stress
5. Sebaiknya penatalaksanaan asuh pada lansia dilakukan pelayanan kesehatan yang
disertai dengan dukungan psikis dari keluarga dan pengaturan nutrisi
17
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Guyton . 2007 . Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC
Kumar, Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi, edisi 7. Jakarta : EGC
Lumbantobing, S.M. 2000. Kecerdasan pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik da Geriatrik. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6.
Jakarta : EGC
Sherwood, Lauratte. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Tjokronegoro, Arjatmo. 2004. Neurogeriatri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Utama, Hendra. 2004. Ilmu Penyakit Dalam jilid 1,edisi 7. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
http://www.nejm.nih.gov/medlineplus/healthtopics/geriatri.html
http://www.medscape.org/resources/jurnal/growth/fisiologicmovement-ofgeriatri.pdf
http://www.pubmed.com/2009/01/.dementia.html
http://www.cochrane.org/insomnia.html
http://www.emedicine.com/2009/03/gov/geriatri.html
18