Transcript
Page 1: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

175 175

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

Dalam bagian ini akan dijelaskan tentang pembangunan

kota Semarang baik secara fisik maupun nonfisik dan

bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah

hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, khususnya

pembangunan infrastruktur kota yang diawali dari masa

kepemimpinan walikota Soekawi Soetarip hingga

kepemimpinan Soemarno HS. Sebelum dideskripsikan

bagaimana PKL berjuang mempertahankan hidup di tengah

kegiatan pembangunan yang dirancang pemerintah kota,

berikut dikemukakan sejarah perkembangan kota Semarang,

faktor geografi dan demografinya, serta kebijakan pemerintah

dalam hal industri, perdagangan dan jasa yang sedikit banyak

membawa pengaruh terhadap kebijakan pemerintah kota

dalam melakukan penataan PKL.

A. Semarang sebagai Kota Dagang dan Jasa

Kota Semarang merupakan kota pelabuhan penting di

pantai utara Jawa, selain Jakarta, Cirebon, Tegal, Jepara, dan

Surabaya. Semarang berperan penting, karena letak

geografisnya yang strategis, yakni berada di tengah-tengah

kepulauan Indonesia. Kota Semarang juga unik dan indah.

Semarang secara geografis terletak pada posisi 6º.50´- 7º.10´

Lintang Selatan dan garis 109º.35´- 110º.50´ Bujur Timur.

Menurut van Bemmelen, kira-kira 500 tahun yang lalu,

keadaan kota Semarang jauh berbeda dengan kondisi sekarang .

Di kala itu, garis pantai masih jauh menjorok ke dalam hingga

ke bukit Gajahmungkur, Mugas, Mrican, Gunungsawo

Simongan, dan bukit-bukit kecil lainnya. Dalam proses

Page 2: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

176

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

berjalannya waktu, terjadilah pendangkalan dan endapan

lumpur, sehingga timbullah suatu dataran baru, yang di

kemudian hari dikenal kota bawah dan kota atas. Adanya kota

atas dan kota bawah inilah yang membuat Semarang menjadi

unik dan indah.

Ketika seseorang memasuki kota Semarang, akan terlihat

suatu pemandangan indah, suatu garis pantai dengan latar

belakang gedung-gedung dan bukit-bukit yang mengelilingi

kota, ditambah lagi jika udara cerah akan tampak pula dari

kejauhan gunung Ungaran, gunung Merbabu, bahkan pula

gunung Merapi dan Telomoyo jika seseorang berada di kota

atas.

Jika berkendaraan ke arah timur menuju Demak, dari

kejauhan akan tampak pula gunung Muria dan apabila

bersepeda ke arah barat menuju Mijen atau Kendal akan

tampak dari kejauhan gunung Sindoro. Keindahan kota

Semarang yang menakjubkan, maka tidak salah ketika kiranya

orang Belanda menyebutnya sebagai Venesia dari timur (Tio

t.th.:7). Rinkes menyebut kota Semarang sebagai “de oude stat”.

Pada zaman Hindu dahulu di daerah Gereja Blenduk sekarang

masih berupa lautan. Semarang memiliki sungai yang namanya

unik, yaitu sungai Kaligarang.

Van Bemmelen menjelaskan bahwa secara geologis, muara

sungai Kaligarang merupakan suatu pelabuhan alam bagi

daerah Semarang yang letaknya di belakang pulau terkenal

yaitu bukit Bergota dan Mugas. Realitasnya, pulau tersebut

merupakan pulau Tirang yang merupakan satu kesatuan pulau

di daerah perbukitan Bergota dan Mugas. Pada abad XV daerah

tersebut masih berupa jazirah. Mengapa pulau tersebut

dinamakan pulau Tirang? Menurut perkiraan Tio (t.th:7),

daerah tersebut merupakan rawa-rawa tempat bermuaranya

sungai-sungai di daerah itu, dan akibatnya lumpur-lumpur yang

terbawa mengendap, terjadilah beting-beting yang oleh para

Page 3: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

177

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

nelayan disebut “Trang” atau “Tirangan” atau karena daerah

tersebut terdapat banyak tiram, yaitu sejenis spesies laut catrea imbricata, sehingga pulau tersebut dinamakan pulau Tirang.

Pada tahun 1678, seorang Belanda, Cornelis Speelman

mencatat betapa ramainya pelabuhan Semarang, melebihi

pelabuhan Jepara yang terletak di sebelah timur Semarang.

Bahkan berabad-abad yang lalu hingga abad ke XVI, di pantai

utara Jawa terdapat beberapa pangkalan dagang penting yang

sering disinggahi kapal-kapal pedagang dari mancanegara. Salah

satu pelabuhan penting yang disinggahi adalah pelabuhan

Jepara. Namun seiring berjalannya waktu, banyak pedagang

dari Arab, Tiongkok dan India yang singgah di pelabuhan

Semarang, karena letaknya yang strategis, alami, indah, dan

datarannya subur.

Pendapatan pajak yang diperoleh dari Semarang pada tahun

1677 melebihi pendapatan serupa yang diperoleh dari

pelabuhan Jepara, sehingga penguasa Belanda pada tahun 1708

menginstruksikan semua pejabat penting dan catatan-catatan

yang berkaitan dengan perdagangan pada waktu itu untuk

dipindahkan ke Semarang. Dari catatan sejarah diketahui pula

bahwa pada zaman Mataram kuno kira-kira abad VIII,

Semarang sudah dikenal sebagai kota pelabuhan penting, yang

jika dilihat sekarang kira-kira terletak di sekitar pasar Bulu di

kaki bukit Bergota, yang terdiri dari beberapa bukit kecil,

seperti bukit Brintik (kini masih bisa dilihat di perbukitan di

belakang gereja Kathedral) dan bukit Mugas, yang sekarang

terdapat gedung PTP dan gedung Unisbank di belakang pom

bensin hingga ke daerah Telogobayem. Di sebelah selatan dan

barat Bergota terdapat bukit Candi dan Simongan, yakni daerah

sekitar Gedong Batu sekarang dan pada waktu itu banyak

pendatang dari daratan Tiongkok yang singgah dan bermukim

di sana.

Page 4: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

178

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

Para urban dan warga asli kota Semarang pasti akan

berusaha mencari tahu apa arti atau makna “Semarang”. Ada

beberapa versi mengenai asal mula nama Semarang.

Pertama, pada awal abad ke 16 pulau Tirang sudah dihuni

oleh banyak penduduk dan di sana ada sedikit pohon asem.

Konon, karena pohon asem atau asam itu jarang atau arang,

maka daerah yang ada pohon tersebut dinamakan Semarang.

Kedua, cikal bakal Semarang di pulau Tirang, diperkirakan

kawasan tersebut terlerak di bukit Bergota dan Mugas, tumbuh

beberapa pohon asem (asam+tirang = Semarang).

Ketiga, ada seorang kiai bernama Ki Pandan Arang, tinggal

di suatu tempat di tepi pantai dekat bukit Bergota yang subur,

pohonnya cukup banyak dan rindang. Di kemudian hari,

daerah itu disebut dengan Semarang.

Kedatangan Ki Pandan Arang di pulau Tirang ini,

disebutkan dalam Serat Kandaning Ringgit Purwo (SKRP)

naskah KBG nomor 7 sebagai berikut.

Sinigeg wau rumiyin

Kucapen pulo Tirang

Ki Pandan Arang kang nami

Kalanya duk tinuding

Dateng sunan Bonang iku

Kinen truko puniko

Ing Tirang Amper anenggih

Duk semana akatah telukanira

Dalam bahasa Indonesia, artinya adalah sebagai berikut.

Dipotong dahulu ceritera itu

Kisah pulau Tirang

Ki Pandan Arang namanya

Pada waktu ditunjuk

Oleh sunan Bonang

Disuruh membuak tanah itu

Page 5: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

179

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

Yaitu di Tirang Amper

Pada waktu itu banyak orang

Yang takluk kepadanya.

Kota Semarang merupakan kota lama. Kota ini diperkirakan

sudah berdiri sejak zaman Hindia Belanda. Tio (t.th.:8-9)

dengan mengutip pandangan Amen Budiman, menyebutkan

bahwa Semarang lahir pada tahun 1398 tahun saka atau tahun

1476 masehi, yakni diawali dengan kedatangan seorang pemuda

di daerah Bergota yang pada waktu itu masih berupa jazirah

bernama Tirang. Pemuda yang di kemudian hari diketahui

bernama Ki Pandan Arang bertugas mengislamkan penduduk

yang bermukim di daerah Tirang. Dengan berjalannya waktu,

pengikut Ki Pandan Arang bertambah banyak hingga di daerah

Tirang makin banyak penduduk yang beragama Islam.

Ki Pandan Arang I yang nama lainnya adalah Ki

Pandanaran diangkat sebagai penguasa pertama kota Semarang.

Ki Pandan Arang meninggal pada tahun 1496, dimakamkan di

Karang Winara (sekarang namanya Bubakan) dan pada masa

pemerintahan kolonial Hindia Belanda makam tersebut

dipindahkan ke Mugas hingga sekarang. Keturunan Ki Pandan

Arang, yaitu Kiai Pandan Arang II atau Sunan Tembayat

ditunjuk oleh pemerintah kerajaan Demak sebagai Bupati

Semarang yang pertama pada tanggal 2 Mei 1547 dan

meresmikan Tirang Amper menjadi pusat kegiatan penyiaran

agama Islam. Pada tanggal 29 April 1978, sidang paripurna

DPRD kota Semarang menetapkan tanggal 2 Mei 1547 sebagai

hari jadi kota Semarang.

Dari legenda atau kisah di atas, diketahui bahwa pada

zaman dahulu di Semarang banyak tumbuh pohon asam atau

asem. Pohon ini banyak manfaatnya. Buah, daun maupun

batangnya, dapat digunakan untuk bumbu masak, obat, dan

keperluan rumah tangga lainnya. Pohon asem yang dahulu

banyak tumbuh di jalan-jalan di kota Semarang seperti jalan

Page 6: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

180

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

Pemuda, jalan Gajahmada, jalan Ahmad Yani, dan jalan MT.

Haryono, sekarang mulai berkurang jumlahnya. Karena

tuntutan pembangunan, jalan-jalan harus dilebarkan dan pohon

asem yang rindang tersebut diganti pohon lainnya, seperti

angsana yang tentu manfaatnya tidak sebanyak pohon asem,

kecuali hanya sebagai pelindung dari sinar matahari ketika

musim panas. Hampir di ruas jalan-jalan utama di kota

Semarang ditanami pohon angsana, padahal selain manfaatnya

kurang, pohon ini mudah patah ketika datang angin kencang.

Secara topografis, kota Semarang terdiri atas daerah

perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Daerah pantai

65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25%

dan 37,78% merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan

15-40%. Kondisi lereng tanah kota Semarang dibagi menjadi

empat jenis kelerengan.

Pertama, lereng I (0-2%) meliputi kecamatan Genuk,

Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan

Tugu, serta sebagian wilayah kecamatan Tembalang,

Banyumanik, dan Mijen.

Kedua, lereng II (2-5%), meliputi kecamatan Semarang

Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur,

Gunungpati, dan Ngaliyan.

Ketiga, lereng III (15-40%), meliputi area Kaligarang dan

kali Kreo (yang berada di kecamatan Gunungpati), sebagian

wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon), dan

sebagian wilayah kecamatan Banyumanik, serta kecamatan

Candisari.

Keempat, lereng IV (lebih dari 50%), meliputi sebagian

wilayah kecamatan Banyumanik sebelah tenggara dan sebagian

wilayah kecamatan Gunungpati, terutama di sekitar Kali

Garang dan Kali Kripik.

Page 7: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

181

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

Kota bawah yang berupa pantai dan dataran rendah,

memiliki kemiringan antara 0% hingga 5%. Kota bawah yang

sebagian besar tanahnya terdiri atas pasir dan lempung, banyak

digunakan untuk jalan, pemukiman atau perumahan,

bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang, dan

persawahan.

Lahan yang ada di kota Semarang digunakan untuk

kepentingan ekonomi maupun nonekonomi. Pola tata guna

lahan terdiri atas perumahan, tegalan, kebun campuran, sawah,

tambak, hutan, perusahaan, jasa, industri, dan lainnya, dengan

sebaran perumahan sebesar 33,70%, tegalan sebesar 15,77%,

kebun campuran 13,47%, sawah 12,96%, tambak 6,96%, hutan

3,69%, perusahaan 2,42%, jasa 1,52%, industri 1,26% dan

penggunaan lainnya yang meliputi jalan, sungai, dan tanah

kosong sebesar 8,25% (Bappeda dan BPS Kota Semarang 2010).

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota

Semarang tahun 2000-2010, telah ditetapkan kawasan yang

berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Kawasan lindung meliputi kawasan yang melindungi kawasan

di bawahnya, kawasan lindung setempat, dan kawasan rawan

bencana. Kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya

adalah kawasan dengan kemiringan lebih dari 40%, yang

tersebar di wilayah bagian selatan; kawasan lindung setempat

adalah kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan

waduk, dan sempadan mata air; dan kawasan lindung rawan

bencana adalah kawasan yang mempunyai kerentanan bencana

longsor dan gerakan tanah.

Kawasan yang dikembangkan untuk kepentingan budidaya

meliputi rencana kawasan perdagangan dan jasa, rencana

kawasan pemukiman, perdagangan dan jasa, rencana kawasan

pendidikan, rencana kawasan pemerintahan dan perkantoran,

rencana kawasan industri, rencana kawasan olahraga, rencana

kawasan wisata atau rekreasi, rencana kawasan perumahan dan

Page 8: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

182

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

pemukiman, rencana kawasan pemakaman umum, rencana

kawasan khusus (Bappeda dan BPS Kota Semarang 2010).

Untuk kepentingan penelitian ini akan dijelaskan rencana

kawasan perdagangan dan jasa, rencana kawasan pemukiman,

perdagangan dan jasa, dan rencana kawasan industri. Kawasan

perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang didominasi

pemanfaatan ruangnya untuk kegiatan komersial perdagangan

dan jasa pelayanan. Pengembangan kawasan ini untuk

mendukung perwujudan kota Semarang sebagai sentra

perdagangan dan jasa dalam skala regional dan nasional.

Kawasan perdagangan dan jasa ditetapkan tersebar pada

setiap Bagian Wilayah Kota (BWK), terutama di pusat-pusat

BWK guna mengurangi tingkat kepadatan dan beban pelayanan

di pusat kota. Arahan pemanfaatan ruang kawasan perdagangan

dan jasa dapat dicermati pada tabel di bawah ini.

Tabel 7. Arahan Pemantapan Kawasan Perdagangan dan Jasa

No. Bentuk Fungsi Lokasi Pemantapan Fungsi

1.

Kawasan perdagangan dan jasa modern

Kegiatan perdaga-ngan dan jasa dengan standar regional/ nasional/ interna-sional

Kawasan PETAWA-NGI

Rencana investasi berskala besar dalam bentuk Kawasan Niaga modern dan Taman Rekreasi Kota. Pengembangan kawasan ini dilakukan tanpa menghilangkan kantong pemukiman yang telah ada

2.

Kawasan perdagangan khusus

Kegiatan perdagangan dan jasa dengan karakter khusus

Kawasan Pasar Johar, Kawasan Pasar Agro

Kegiatan perdagangan dan jasa dengan karakter khusus yang berada di pusat kota, dengan tetap mempertahankan keberadaannya karena merupakan ciri kota Semarang

3.

Perdagangan dan jasa skala subkota

Kegiatan perdaga-ngan dan jasa

Pusat-pusat BWK

Pengembangan perdagangan dan jasa baru skala subkota diarahkan untuk memacu perkembangan daerah

Page 9: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

183

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

No. Bentuk Fungsi Lokasi Pemantapan Fungsi

selatan, khususnya di daerah Pedurungan, Tembalang, Banyumanik, Gunungpati, Mijen, Ngaliyan, dan Tugu

4.

Pasar tradisional

Kegiatan perdagangan di kawasan perkampungan nonurban

Mijen dan Gunungpati

Pasar formal ditingkatkan kualitasnya, terutama dalam hal sarana pasar, bidang pemasaran, keuangan, serta peningkatan kapasitas pasar dan renovasi pasar. Pasar formal diharapkan juga mampu menampung dan berperan dalam memecahkan permasalahan pedagang informal. Selain itu, juga

diharapkan mampu menertibkan pasar-pasar informal agar

menunjang pengisian pasar-pasar formal yang ada.

5.

Pasar loak

Kegiatan perdagangan

Pasar Barito dan Kokrosono

Pasar ini perlu dicarikan lokasi yang legal dengan tetap mempertimbangkan kekhasan kegiatan yang ada.

Sumber: Bappeda dan BPS Kota Semarang (2010).

Dari arahan pemantapan kawasan perdagangan dan jasa

sebagaimana terdapat dalam tabel di atas, tampak bahwa

perhatian pemerintah kota Semarang terhadap eksistensi,

pertumbuhan, dan perkembangan sektor informal masih

kurang. Kalau ada, masih terbatas pada penataan sektor

informal, khususnya pedagang kaki lima yang berada di sentra

PKL Barito dan Kokrosono, yang sehari-harinya menjual

barang-barang bekas, seperti onderdil mobil dan sepeda motor,

tape recorder, dongkrak, dan lain-lain, meskipun di beberapa

kios juga menjual barang-barang baru.

Page 10: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

184

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

Demikian pula, pasar-pasar krempyeng yang zaman dahulu

terkenal dengan tradisi bazaar ditertibkan agar bisa masuk

mengisi kios di pasar tradisional. Orientasi pemerintah kota

Semarang adalah mengintegrasikan pasar-pasar informal,

termasuk para pedagangnya ke dalam struktur pasar tradisional

yang sudah ada. Contoh yang paling riil adalah penertiban

pedagang pasar informal yang berdagang di sekitar pasar Bulu.

Mereka ditertibkan karena dianggap menimbulkan

kekumuhan dan kelancaran lalu lintas. Kini pasar Bulu sudah

bersih dari pedagang pasar informal. Pasar krempyeng yang

berada di belakang pasar Bulu juga ditertibkan. Para pedagang

diharapkan sebisa mungkin bergabung dengan para pedagang

yang sudah berjualan di pasar Bulu.

Perhatian kepada pedagang kaki lima (PKL) liar yang

jumlahnya dari waktu ke waktu makin meningkat, tampaknya

masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya rencana

kota dalam membuatkan sentra PKL sesuai dengan kekhasan

mereka, kecuali dibuatnya sentra PKL baru (itu pun bersifat

relokasi dan renovasi) di jalan Menteri Soepeno. Pemerintah

kota Semarang memang telah membuatkan tempat untuk

berdagang atau menjual jasa bagi para PKL, yaitu di Kokrosono

dan pasar Waru, hanya saja di dua lokasi ini tempatnya tidak

memadai bagi para pedagang. Selain kedua tempat ini kumuh

dan kotor, sentra PKL ini ibarat sungai, apa pun bisa

ditampung, padahal PKL memiliki karakteristik sendiri-sendiri,

yang tidak mungkin ditempatkan dalam satu wadah, seperti

halnya sampah yang dibuang ke sungai.

Selain mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa,

Pemerintah kota Semarang juga mengembangkan fungsi

rencana kawasan permukiman, perdagangan dan jasa secara

komprehensif, sebagai berikut.

Pertama, pengembangan fungsi rencana kawasan

permukiman, perdagangan dan jasa dilakukan di kawasan pusat

Page 11: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

185

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

kota (Central Bussiness Distric/CBD) Peterongan-Tawang-

Siliwangi atau PETAWANGI.

Kedua, pengembangan jenis kegiatan di kawasan

PETAWANGI ditujukan untuk mendukung terwujudnya

kawasan PETAWANGI sebagai kawasan perdagangan dan jasa

skala pelayanan regional, nasional, dan internasional.

Ketiga, pengembangan kawasan permukiman, perdagangan,

dan jasa di kawasan PETAWANGI dilaksanakan dengan tetap

mempertahankan Kampung Heritage sebagai kawasan

permukiman dan pariwisata.

Keempat, pengembangan kegiatan permukiman di kawasan

ini dilakukan secara vertikal dengan pola rumah susun,

apartemen, atau kondominium.

Sejalan dengan cita-cita menjadikan Semarang sebagai kota

perdagangan dan jasa, pemerintah kota juga mengembangkan

kawasan industri. Kawasan industri ini merupakan kawasan

yang didominasi pemanfaatan ruangnya untuk kegiatan-

kegiatan di bidang industri, seperti pabrik dan pergudangan.

Meskipun demikian, sesuai dengan RTRW kota Semarang

2010-2030, pengembangan kawasan industri dibatasi agar visi

kota Semarang yang lebih mengembangkan sektor tersier, yaitu

perdagangan dan jasa dapat terwujud.

Kawasan industri di Semarang dibagi dalam enam kawasan,

yaitu kawasan industri Genuk, kawasan industri Tugu, kawasan

industri Candi, kawasan industri dan pergudangan Tanjung

Emas, kawasan industri Mijen, dan kawasan industri

Pedurungan. Kawasan industri ini dilakukan secara terpadu

dengan lingkungan sekitarnya, dengan memperhatikan radius

atau jarak dan tingkat pencemaran yang dapat ditimbulkan

serta upaya pencegahan pencemaran terhadap kawasan di

sekitarnya.

Page 12: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

186

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

Dari waktu ke waktu, penduduk kota Semarang bertambah.

Tahun 2009 sudah mencapai angka 1.506.924 orang dengan

tingkat pertumbuhan 1,71%. Kota dengan penduduk satu juta

lebih, seperti kota Semarang, dikategorikan sebagai kota besar

(Sisk 2002:54). Data perkembangan penduduk kota Semarang

dari tahun 2005 hingga tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 8. Jumlah Penduduk Kota Semarang Tahun 2005-2009

No. Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%) Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 2005 705.627 713.851 1.419.478 1,45 2. 2006 711.755 722.270 1.434.025 1,06 3. 2007 722.026 732.568 1.454.594 1,43 4. 2008 735.457 746.183 1.481.640 1,86 5. 2009 748.515 758.409 1.506.924 1,71

Sumber: Bappeda dan BPS Kota Semarang (2010).

Peningkatan jumlah penduduk kota Semarang tersebut

dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian, dan migrasi.

Pada tahun 2009, penduduk yang lahir sebanyak 25.262 orang,

penduduk yang meninggal 10.373 orang, penduduk yang

pindah atau keluar 34.172, dan penduduk yang datang atau

masuk ke kota Semarang sebanyak 38.518 orang. Data

selengkapnya mengenai perkembangan penduduk kota

Semarang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Perkembangan Penduduk Kota Semarang tahun 2005-2009

No. Tahun Penduduk (jiwa)

Lahir Mati Datang Pindah

1. 2005 19.504 8.172 38.910 29.107 2. 2006 21.445 9.023 42.714 32.557 3. 2007 22.838 10.018 43.151 35.180 4. 2008 24.472 10.018 44.187 37.128 5. 2009 25.262 10.373 35.518 34.172

Sumber: Bappeda dan BPS Kota Semarang (2010:26)

Dari data statistik penduduk di atas, terlihat bahwa dari

kategori penduduk yang lahir, mati, datang, dan pindah, yang

paling banyak adalah penduduk yang datang atau bermigrasi ke

kota Semarang; sedangkan yang paling sedikit adalah yang

meninggal dunia atau mati. Banyaknya penduduk yang datang

Page 13: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

187

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

ke kota Semarang dapat dipahami, karena Semarang sebagai

ibukota Jawa Tengah, yang juga merupakan kota perdagangan

dan jasa, menjanjikan “gula-gula” berupa pekerjaan yang

bervariasi yang dapat dimasuki oleh para pendatang.

Sebagaimana analisis yang dibuat oleh BPS kota Semarang

(2009), daya tarik kota Semarang bagi pendatang di antaranya

karena kota Semarang merupakan kota perdagangan, jasa,

industri, dan pendidikan. Kebanyakan para urban ini datang

dari kota-kota di sekitar provinsi Jawa Tengah, yang dahulunya

mengambil kuliah di perguruan tinggi yang ada di kota

Semarang yang kemudian tidak kembali ke kota asalnya atau

para warga desa dari kota-kota di Jawa Tengah yang ingin

mengubah nasib atau mungkin sebagian karena habis masa

tanam, lalu mengisi waktu luang dengan bekerja sebagai

pedagang bakso dan mie ayam di kota Semarang.

PDRB kota Semarang (berdasarkan harga yang berlaku)

dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup

signifikan, yakni berturut-turut dari tahun 2005, 2006, 2007,

2008, dan 2009 adalah Rp23.208.224.000.000,00;

Rp26.624.244.000.000,00; Rp30.515.737.000.000,00;

Rp34.540.949.000.000,00; dan Rp38.459.815.000.000,00 (BPS

2009).

Dari angka PDRB kota Semarang tersebut, sumbangan

sektor perdagangan, jasa dan perhotelan paling besar, yaitu

Rp10.884.995.000.000,00 pada tahun 2009 atau 28,30%; disusul

industri pengolahan sebesar Rp9.483.637.000.000,00 atau

24,66% dan sektor bangunan sebesar Rp7.453.706.000.000,00

atau 19,38%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi

masyarakat kota Semarang didominasi oleh sektor perdagangan,

jasa, dan perhotelan; sektor industri pengolahan, dan sektor

bangunan. Tidak salah kiranya ketika pemerintah memiliki visi

menjadikan kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa.

Page 14: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

188

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

Seiring dengan PDRB kota Semarang, laju pertumbuhan

ekonomi kota Semarang mengalami peningkatan sejak tahun

2005 hingga 2008, hanya saja pada tahun 2009 mengalami

penurunan. Angka-angka pertumbuhan ekonomi kota

Semarang dari tahun 2005 hingga 2009 berturut-turut adalah

5,14%, 5,71%, 5,98%, 6,03% dan 5,47%. Penurunan laju

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 dapat dipahami,

karena pada tahun tersebut banyak peristiwa yang

memengaruhi kinerja ekonomi kota Semarang, di antaranya

adanya krisis finansial global pada tahun 2008 akhir yang

membawa dampak pada kinerja ekonomi tahun 2009, dan juga

adanya kebijakan pemerintah pusat menaikkan tarif dasar

listrik (TDL) dan bahan bakar minyak (BBM).

Berkaitan dengan masalah peningkatan kesejahteraan

masyarakat kota Semarang, terdapat data menarik tentang

kemiskinan penduduk. Meskipun kota Semarang terkenal

sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah dan pusat perdagangan

dan jasa, bukan berarti tidak mengidap penyakit kronis yang

disebut kemiskinan. Meskipun banyak program pengentasan

kemiskinan yang digulirkan pemerintah, kemiskinan di kota

Semarang dari waktu ke waktu mengalami peningkatan, hanya

tahun 2009 saja yang turun angkanya. Data kemiskinan

penduduk Semarang dari tahun 2005 hingga 2009 selengkapnya

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Rasio Penduduk Miskin terhadap Jumlah Penduduk Kota Semarang

Uraian Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Penduduk Miskin

94.246 246.448 306.700 491.747 398.009

Jumlah Penduduk

1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924

Rasio 6,64% 17,19% 21,08% 33,19% 26,41%

Sumber: Bappeda dan BPS Kota Semarang (2010).

Kota Semarang memiliki luas wilayah 373,70 km². Secara

administratif, kota Semarang terbagi menjadi 16 kecamatan dan

Page 15: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

189

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

177 kelurahan (BPS 2009:1). Dari 16 kecamatan tersebut,

terdapat 2 kecamatan yang mempunyai wilayah terluas, yaitu

kecamatan Mijen dan kecamatan Gunungpati. Mijen memiliki

luas 57,55 km², sedangkan Gunungpati mempunyai luas 54,11

km². Kedua kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang

merupakan daerah perbukitan, sebagian besar wilayahnya

masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Kedua

kecamatan ini, terutama Gunungpati terkenal sebagai tempat

penghasil buah durian berkualitas. Jika musim durian tiba,

banyak warga kota bawah berbondong-bondong datang ke

Gunungpati untuk mencicipi nikmatnya buah durian.

Kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah

kecamatan Semarang Selatan, dengan luas 5,93 km², diikuti

kecamatan Semarang Tengah dengan luas 6,14 km². Kota

Semarang secara administratif berbatasan dengan kabupaten

Kendal di sebelah barat, di sebelah timur berbatasan dengan

kabupaten Demak, di sebelah selatan berbatasan dengan

kabupaten Semarang, dan di sebelah utara dibatasi oleh laut

Jawa dengan garis pantai sepanjang 13,6 kilometer.

Kota Semarang mempunyai posisi geostrategi yang bagus,

karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa dan

merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah, yang terdiri

dari empat simpul utama pintu gerbang, yaitu koridor pantai

utara, koridor selatan ke arah kota-kota dinamis, seperti

Magelang dan Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-

Merbabu, koridor timur ke arah Demak dan Grobogan, dan

koridor barat menuju kabupaten Kendal.

Dalam perkembangannya, kota Semarang berkembang

menjadi kota yang memfokuskan pada perdagangan dan jasa.

Berdasarkan lokasinya, kawasan perdagangan dan jasa di kota

Semarang menyebar dan pada umumnya berada di sepanjang

jalan utama. Kawasan perdagangan modern, terutama terdapat

di kawasan Simpanglima, yang merupakan urat nadi

Page 16: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

190

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

perekonomian kota Semarang. Di kawasan tersebut, terdapat

tiga pusat perbelanjaan modern, yaitu Matahari, Living Plaza

(eks Ramayana) dan Mall Ciputra, serta pedagang kaki lima

yang berada di bibir bundaran Simpang hingga ujung jalan

Pandanaran, jalan Pahlawan (tahun 2010 dipindahkan ke jalan

Menteri Soepeno dan sebagian dipindahkan kembali ke sekitar

bundaran Simpang Lima), jalan Gajahmada, jalan Ahmad

Dahlan menuju rumah sakit Telogorejo, dan jalan Ahmad Yani.

Selain itu, kawasan perdagangan dan jasa juga terdapat di

sepanjang jalan Pandanaran yang terkenal sebagai pusat jajan

dan oleh-oleh khas Semarang.

Kawasan perdagangan dan jasa lainnya terdapat di

sepanjang jalan Gajahmada, yang dikenal dengan pusat kuliner;

sepanjang jalan Pemuda dengan DP Mall, Paragon City, dan

Pasaraya Sri Ratu sebagai pusat perbelanjaannya; sepanjang

jalan MT Haryono yang dipenuhi toko-toko besar elektronik,

mebel, mobil, sepeda motor, dan lain-lain hingga ke arah

selatan terdapat pusat perbelanjaan Java Supermall.

Di jalan Pahlawan ke arah selatan terdapat bank-bank

nasional dan kantor pemerintah, termasuk di antaranya kantor

Gubernur Jawa Tengah, tempat berkantornya anggota DPRD

provinsi Jawa Tengah, kantor Kejaksaan Tinggi, dan Kepolisian

Daerah Jawa Tengah.

Pusat perdagangan dan jasa juga terdapat di pasar-pasar

tradisional, seperti pasar Johar, pasar Bulu, pasar Peterongan,

dan pasar Kobong. Pusat perdagangan dan jasa juga meluber

hingga ke pinggir kota, seperti Banyumanik dan Ngaliyan.

Kedua kecamatan ini sudah berkembang menjadi pusat

perekonomian baru di luar sentrum ekonomi di kota bawah

yang berada di Simpanglima dan sekitarnya.

Page 17: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

191

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

B. Kondisi PKL Sampangan, Basudewo, dan Kokrosono

sebelum digusur

Penelitian ini mengambil lokasi PKL di kota Semarang,

khususnya di daerah Sampangan, Basudewo, dan Kokrosono,

mengingat kota Semarang sebagai kota metropolitan telah

berkembang pesat ditandai dengan berdirinya bangunan-

bangunan (mall, hotel, pasaraya) proyek neoliberal.

Perkembangan Semarang tidak hanya ditandai oleh bangunan-

bangunan proyek neoliberal tersebut, tetapi juga ditunjukkan

oleh pesatnya bisnis properti, dikarenakan secara geografis kota

Semarang memiliki keindahan tiada duanya dibandingkan

kota-kota lain di Jawa Tengah, yaitu kota pegunungan yang

tidak bergunung.

Di Semarang, sudah banyak dikembangkan bisnis properti

baik berupa ruko, villa, maupun perumahan. Perumahan yang

telah dikembangkan, di antaranya Syailendra Residence, Graha

Candi Golf, Permata Batursari Plamongan Indah, Pandanaran

Hills, The Fountain Residence, Graha Pesona Jatisari, Bukit

Graha Bhakti Asri, Pudak Payung Sejati, dan puluhan

perumahan lainnya.

Secara geografi, Semarang sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, dibagi dalam dua area, yaitu kota bawah, dan kota

atas. Kota bawah sering dilanda banjir atau rob, dan kota atas,

yang kalau malam hari pemandangannya sangat indah. Kota

bawah, secara geografis, tanahnya terdiri atas pasir dan

lempung, sehingga lahan lebih banyak dimanfaatkan untuk

jalan, pemukiman atau perumahan, bangunan, halaman,

kawasan industri, tambak, empang, dan persawahan (Perda

Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010).

Kota bawah merupakan pusat pemerintahan, perbankan,

perdagangan, perindustrian, pendidikan, kebudayaan, angkutan

atau transportasi, dan perikanan. Kota bawah juga merupakan

Page 18: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

192

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

pusat bisnis pasar modern, sehingga tidak heran jika banyak

mall didirikan di kota bawah.

Kota atas dilihat struktur geologinya sebagian besar

lahannya terdiri dari batuan beku. Kota atas yang jauh dari

kemungkinan bencana banjir, banyak didirikan hotel dan

tempat penginapan meskipun jumlahnya tidak sebanyak hotel

yang ada di kota bawah. Namun kota atas kini menjadi idaman

bagi penduduk maupun pendatang yang ingin memiliki rumah

tempat tinggal. Bisnis properti dengan mendirikan perumahan

di kota bawah tidak menarik lagi, karena pemukiman yang

dibangun sudah terlalu padat, bising, dan sering dilanda

kemacetan. Dalam 20 tahun terakhir ini, bisnis tersebut

dialihkan ke kota atas dan daerah periferi, karena selain

pemandangannya bagus, juga jauh dari keramaian dan berhawa

sejuk.

Perkembangan kota Semarang ini memberikan daya tarik

tersendiri bagi masyarakat desa dari kota-kota lain di Jawa

Tengah. Daya tarik kota Semarang bagi warga masyarakat desa,

disebabkan oleh bukan hanya karena Semarang merupakan

ibukota Jawa Tengah, yang menyediakan berbagai fasilitas kota

modern yang tidak dimiliki oleh kota-kota atau desa-desa di

sekitar Semarang, tetapi juga menyediakan kemungkinan

lapangan kerja yang bervariasi yang dapat diakses oleh warga

desa atau warga kota pinggiran yang telah menjadi urban di

kota Semarang.

Dalam 20 tahun terakhir, selain telah berkembang bisnis

properti, di kota Semarang juga telah tumbuh bangunan-

bangunan hotel dan mall. Jika dahulu hanya ada beberapa

hotel, misalnya hotel Patrajasa, Graha Santika, Grand Candi,

Rinjani, Siranda (sekarang bangkrut), Rama (sudah bangkrut),

Santika, Telomoyo, Muria, Grasia, Jelita, Patimura, dan

beberapa hotel kecil lainnya, kini telah berdiri hotel bintang

tiga hingga lima, seperti Horison, Ciputra, Novotel, Gumaya,

Page 19: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

193

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

Ibis, Pandanaran, Quest, Dafam, Witz, Semesta, Belle View,

dan yang lain.

Jumlah mall juga makin bertambah. Dahulu Semarang

memiliki Golden Mall (sudah bangkrut), Sri Ratu, Mickey

Mouse (sudah bangkrut), Plasa Simpang Lima, dan Ada Mall,

sekarang makin lengkap dengan kehadiran DP Mall, Java Super

Mall, Paragon City, dan beberapa bangunan pasar modern

lainnya yang berada di pinggiran kota. Selain itu juga

berkembang bangunan Indomart dan Alfamart di seluruh

pelosok kota Semarang. Hal ini menyebabkan Semarang makin

siap memasuki gerbang kota perdagangan dan jasa.

Perkembangan Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa

sudah berlangsung lama, terbukti dengan adanya sentra-sentra

perdagangan, seperti Gang Warung sebagai sentra perdagangan

kain atau tekstil, Pekojan sebagai sentra penjualan bahan

bangunan, Kauman sebagai sentra penjualan pakaian Islam,

seragam militer dan pramuka, Kranggan sebagai sentra

perdagangan emas, tekstil, dan batik, Gang Lombok sebagai

tempat penjualan makanan khas Semarang (Lunpia, Bolang-

baling, Kue Keranjang, dan lain-lain), Gajahmada sebagai

tempat pertokoan aneka barang dan makanan, Depok sebagai

tempat penjualan mebel, perlengkapan rumah tangga, dan pusat

jajan, Agus Salim sebagai kawasan pertokoan peralatan dan

mesin, Barito dan Kokrosono sebagai sentra penjualan barang-

barang bekas (onderdil motor, mobil, dan sepeda serta peralatan

kebutuhan sehari-hari), Kawasan Candi Baru sebagai tempat

pemukiman, perkantoran, dan pendidikan, Kawasan Simpang

Lima sebagai kawasan perdagangan dan hiburan, Pasar Dargo

sebagai sentra perdagangan beras, Tugu, Genuk, dan Candi

sebagai sentra industri kecil, Kawasan Bendan Ngisor dan

Nduwur sebagai sentra perguruan tinggi (AKPELNI, UNTAG,

AKFARMING, STIKUBANK, AKA (sudah bangkrut), IKIP

Veteran, dan Unika Soegijapranata). Masih banyak sentra

industri, perdagangan, dan jasa yang ada di kota Semarang.

Page 20: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

194

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

Dibandingkan kota-kota besar lainnya, kota Semarang

relatif aman, sehingga banyak investor yang tertarik

menanamkan sahamnya di kota Semarang, baik untuk

mengembangkan bisnis properti, perhotelan, pendidikan,

kuliner, maupun usaha lainnya.

Sebagai dampak dari berkembangnya sektor formal di kota

Semarang, utamanya bisnis properti dan perhotelan, maka

berkembang pesat juga usaha sektor informal. Sentra-sentra

perdagangan, industri, dan jasa (tekstil, makanan/kuliner,

pendidikan, dan yang lain) mendorong tumbuh

berkembangnya sektor informal, terutama pedagang kaki lima

(PKL) yang menjual makanan. Hampir semua tempat di kota

Semarang, siang maupun malam hari, bisa dijumpai para PKL

yang menjual makanan dan minuman. Pusat-pusat kuliner

besar yang biasa dikunjungi warga kota kelas menengah ke atas,

di antaranya Manggala Food Festival, Lombok Ijo, Super

Penyet, Gajahmada Pujasera atau disingkat Gapura, Bakul Desa

(kini telah bangkrut), Kedai Beringin, Marimas Restoran, Pusat

Seafood Cianjur, dan yang lainnya.

Jika para pemodal besar bisa mendirikan pusat-pusat

kuliner dengan membeli atau menyewa tempat untuk

memanjakan lidah warga kota, tidak demikian halnya dengan

kelompok pemodal kecil. Para pedagang kecil yang memiliki

kejelian dalam melihat peluang pasar, memanfaatkan emperan

toko atau pinggir jalan untuk berjualan. Pedagang kecil ini

menjalankan usaha kuliner dengan cara mereka sendiri,

meskipun kadang harus menempati tempat atau ruang publik.

Siang dan malam kota Semarang disemarakkan oleh kehadiran

pedagang mie ayam, bakso, seafood, sate ayam, nasi tempe

penyet, nasi goreng, nasi gimbal, dan lain-lain. Mereka

menempati tempat yang banyak dikunjungi orang, seperti dekat

mall, dekat pasar, dekat kampus, dan pusat keramaian lainnya.

Page 21: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

195

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

Dalam sektor informal, selain makanan, berkembang pula

bisnis perdagangan bensin eceran, jasa tambal ban, jasa las

mobil dan motor, jasa sewa mobil angkutan, jasa menjahit

pakaian, jasa menggendong barang bawaan, sol sepatu,

pembuatan stempel, pembuatan nomor sepeda motor dan

mobil, jasa pengurusan STNK dan SIM, penjualan barang-

barang bekas, penjualan sayur keliling, dan berbagai jenis

sektor informal lainnya.

Usaha sektor informal di kota Semarang sangat bervariasi

dan pekerja sektor informal, khususnya PKL banyak

jumlahnya. Penelitian ini tidak dirancang untuk

digeneralisasikan pada populasi lainnya, oleh karenanya PKL

yang diteliti dibatasi pada tiga tempat atau lokasi, yaitu PKL

yang berlokasi di Sampangan, Basudewo, Kokrosono.

Tiga tempat tersebut berlokasi di dekat bantaran sungai

Kaligarang dan Banjir Kanal Barat. PKL Sampangan menempati

area tepi sungai Kaligarang, berada pada jalur ramai lalu lintas.

Disebut PKL Sampangan karena mereka berdagang di wilayah

Sampangan, tepatnya di sebelah utara pasar Sampangan (lama).

Wilayah Sampangan sangat ramai dan padat manusia, baik

siang maupun malam hari. Selain pasar, juga terdapat Akademi

Perbankan GEGA atau Alfabank, Akademi Sekretaris Santa

Maria, Super Mall, Pom Bensin, dan sejumlah toko besar dan

kecil, baik ke arah utara Sampangan maupun ke arah selatan

Sampangan.

Wilayah Sampangan ini juga mudah diakses oleh para

mahasiswa di kawasan Bendan Ngisor dan Bendan Nduwur.

Demikian pula, para penghuni perumahan Kradenan Asri, Puri

Sartika, Trangkil Sejahtera, Bukit Sukorejo, dan warga

perumahan di wilayah Sekaran dan sekitarnya juga tidak

membutuhkan waktu lama untuk mengakses sentra jasa dan

perdagangan di Sampangan. Tidak mengherankan jika di

Sampangan ini, banyak berdiri usaha warung makanan, seperti

Page 22: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

196

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

nasi goreng, gado-gado, nasi gandul, seafood, ayam dan bebek

goreng, nasi ayam penyet, dan lain-lain.

Para PKL yang dahulunya menempati lokasi tepi sungai Kaligarang (tepatnya anak sungai Kaligarang), karena proyek pembuatan waduk Jatibarang, sejak bulan April 2010, lokasi yang mereka tempati diratakan oleh begu dan buldoser. Atas dasar negosiasi antara paguyuban PKL dengan pihak proyek, para PKL diizinkan sementara untuk menempati lahan di sebelah selatan lokasi PKL Sampangan bersebelahan dengan pasar Sampangan (lama).

Di sebelah utara lokasi PKL Sampangan (mestinya masih termasuk daerah penggusuran), berdiri kokoh bangunan untuk jasa makanan, penjahit, mebel, penjualan buah-buahan, dan bengkel las. Jumlah pedagang kaki lima (PKL) Sampangan sesungguhnya masih banyak. Bahkan jika ditelusuri hingga ke arah utara menuju SD Petompon, terdapat PKL dan usaha sektor informal lainnya, seperti penjual nasi, usaha bengkel sepeda motor dan mobil, usaha bengkel las, usaha tambal ban, penjual sticker sepeda motor dan mobil, serta tukang kunci. Namun, karena yang berkaitan langsung dengan penggusuran, berlokasi di tepi sungai Kaligarang, utamanya yang berada di sekitar pasar Sampangan, maka yang dijadikan sebagai unit analisis penelitian hanyalah mereka yang menempati lokasi yang terkena penggusuran. Gambar di bawah ini adalah lokasi PKL Sampangan yang digusur, yang diberi batas pagar bambu.

Page 23: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

197

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 12. PKL Sampangan menempati tepi sungai Kaligarang

Tidak berbeda dengan PKL Sampangan, PKL Basudewo juga

menempati tepi bantaran sungai Banjir Kanal Barat, yakni

memanjang dari jembatan Lemah Gempal ke arah utara hingga

jembatan Banjir Kanal Barat. Sebelum digusur pada bulan Juni

2010, jumlah PKL Basudewo kurang lebih 100 orang. Dikatakan

PKL Basudewo, karena mereka beraktivitas di sepanjang jalan

Basudewo.

Wilayah aktivitas PKL Basudewo yang masih digunakan

adalah dari ujung selatan, yaitu jembatan Lemah Gempal

hingga ke arah utara bagian tengah. Bagian tengah ke arah

utara hingga jembatan Banjir Kanal Barat kosong tidak ada PKL

karena sebagian sudah pindah ke sentra PKL Kokrosono.

Sebagian besar PKL bermatapencaharian sebagai pengrajin

mebel. Mebel yang dijual di antaranya kursi, meja, almari,

tempat tidur, tempat televisi, dan rak buku. Lainnya sebagai

penjual bambu, penjual bensin, penjual makanan warungan

(mie ayam, bakso, wedang tape, nasi), bengkel, pengepul

barang-barang bekas, jasa angkutan, warung rokok, dan

lainnya. PKL Basudewo menarik untuk diteliti, karena mereka

Page 24: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

198

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

tidak luput dari kebijakan penataan PKL berkaitan dengan

proyek normalisasi sungai Banjir Kanal Barat, seperti halnya

normalisasi sungai Kaligarang yang meminggirkan PKL

Sampangan.

Jauh sebelum mengalami penggusuran pada tahun 2010,

PKL Basudewo bersama dengan PKL Kokrosono pernah

digusur. Bangunan permanen dan semipermanen diratakan

dengan tanah pada tahun 2009. Mereka yang mau direlokasi ke

Sentra PKL Kokrosono atau Sentra PKL Waru diberi dana tali

asih sebesar Rp 500.000,00. Sebanyak 35 orang pedagang atau

35% di antaranya bersedia menerima tali asih dari Pemkot,

sehingga dari jumlah 100 orang PKL, tinggal 65 orang yang

masih beraktivitas di Basudewo.

Berbeda dengan PKL Sampangan, PKL Basudewo memiliki

organisasi yang lebih rapi, apalagi ketua dan pembina kelompok

PKL tersebut memiliki relasi yang luas dengan Paguyuban

Pedagang Kaki Lima Kota Semarang (PPKLS), Lembaga

Bantuan Hukum (LBH), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM),

Organisasi Mahasiswa Ekstra Universiter, seperti GMNI,

KAMMI, dan lain-lain, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

seperti Pattiro, serta Kepolisian, dan DPRD. Terbentuknya

paguyuban PKL Sampangan juga atas inisiatif ketua PKL

Basudewo.

Page 25: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

199

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 13. PKL Basudewo menempati area tepi sungai

Banjirkanal Barat sebelum digusur

Berbeda dengan PKL Sampangan dan Basudewo yang

memiliki organisasi atau paguyuban (meskipun tidak begitu

aktif), PKL Kokrosono (yang dikategorikan liar) tidak memiliki

organisasi. Hanya PKL Kokrosono yang terorganisasi saja, yakni

mereka yang berjualan di kios-kios yang disediakan

pemerintah, yaitu yang menempati gedung PKL Kokrosono

blok A hingga H, yang memiliki organisasi yang sudah mapan.

Jumlah PKL Kokrosono liar diperkirakan 100 hingga 120

orang, menempati tepi bantaran sungai Banjir Kanal Barat dari

pinggir jembatan Banjir Kanal Barat memanjang ke arah utara

hingga rel kereta api. Disebut PKL Kokrosono, karena mereka

beraktivitas di sepanjang jalan Kokrosono. Seperti halnya lokasi

PKL Sampangan yang padat manusia, area PKL Kokrosono juga

padat lalu lintas orang dan kendaraan bermotor, apalagi jalan

Kokrosono merupakan jalur menuju pantai Tanjung Mas. Jalan

Kokrosono juga merupakan jalur alternatif bagi masyarakat

menuju perumahan Tanah Mas yang juga padat penduduk. Area

PKL Kokrosono juga ramai, karena jalan Kokrosono

Page 26: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

200

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

berpotongan dengan jalan utama pantai utara (pantura) menuju

Monumen Tugu Muda Semarang dan jalan Indraprasta. Di

pertigaan menuju Kokrosono juga terdapat Hotel Siliwangi dan

Bank Syariah. Hampir tiap hari, pertigaan Banjir Kanal Barat ini

selalu dilanda kemacetan, menunjukkan betapa padatnya lalu

lintas di sana.

Jenis perdagangan dan jasa yang ditekuni PKL Kokrosono

adalah perdagangan kaca mata, helm, kipas angin, tape

recorder, radio, kompor gas, peralatan pertanian (cangkul, sabit,

dan lain-lain), peralatan tukang (palu, pasah, drei, meteran, dan

cetok), barang-barang bekas (roda sepeda, gir, sedel, stang, dan

lain-lain), suku cadang motor (shock bekker, lampu, spion, dan

lain-lain), VCD dan DVD, dan penjual nasi. Selain itu, juga ada

bengkel motor dan sepeda, serta jasa reparasi kipas dan alat

elektronik lainnya.

Sebagian besar PKL menjual barang dagangan dengan cara

lesehan, beberapa diantaranya bertenda. Lainnya, ada yang

membawa mobil sebagai tempat untuk berdagang, yaitu penjual

peralatan rumah tangga, pertanian dan pertukangan. Di

samping mereka yang berdagang secara lesehan (disebut sebagai

PKL liar), di sebelah utara rel kereta api juga terdapat PKL

yang menempati sentra PKL Kokrosono. Mereka merupakan

PKL terorganisasi yang dahulunya berada di pinggir jalan dan

sejak penggusuran mereka menempati kios-kios yang

disediakan oleh Pemkot. Meskipun ada pembeli, namun lokasi

PKL Kokrosono terorganisasi ini tidak seramai lokasi PKL yang

menempati areal pinggir jalan di tepi sungai Banjir Kanal Barat.

Keengganan pembeli disebabkan oleh tidak adanya jembatan

yang menghubungkan gedung yang satu dengan gedung

lainnya.

Page 27: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

201

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 14. PKL Kokrosono menempati wilayah tepi

sungai Banjir Kanal Barat

Sebagai perbandingan, di dekat sentra PKL Barito yang

menjual barang-barang klitikan, terdapat PKL Kartini. PKL

Kartini ini secara geografis berada di lokasi yang memiliki

tingkat keramaian lalu lintas setara dengan area yang dihuni

PKL Sampangan. Disebut PKL Kartini, karena mereka

menempati lokasi di jalan Kartini yang padat lalu lintas. Jalan

Kartini merupakan penghubung antara jalur dr. Cipto ke sentra

PKL Barito. Karena menghubungkan jalan protokol (dr. Cipto),

ke arah timur, maka lalu lintas jalan Kartini boleh dikata tidak

pernah sepi. Area yang ditempati PKL sesungguhnya

merupakan taman, tetapi karena pemerintah kota terkesan

membiarkan, sehingga mereka leluasa berdagang. Banyak juga

yang diminta untuk pindah ke pasar Waru, tetapi karena

lokasinya jauh dan sepi dari pembeli, maka mereka tetap

bertahan di jalan Kartini.

PKL yang bertahan hidup di jalan Kartini kurang lebih 110

pedagang dan penjual jasa, mulai dari penjual pakaian, penjual

VCD-DVD, penjual bunga, penjual peralatan pertanian dan

Page 28: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

202

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

pertukangan, penjual nasi, penjual bakso, penjual es, penjual

pakan burung, hingga penjual hewan piaraan, seperti tupai,

kelelawar, kera, kelinci, ikan hias, dan burung. Pasar di jalan

Kartini dikenal sebagai pasar burung, karena banyaknya burung

yang dijual di sana.

Tidak seperti halnya PKL Sampangan, Basudewo, dan

Kokrosono, PKL Kartini tiap hari ditarik retribusi. PKL Kartini

pun memiliki organisasi yang cukup aktif, seperti halnya

organisasi PKL Sampangan dan Basudewo. Setelah sekian lama

diizinkan beraktivitas di Jalan Kartini, PKL Kartini akhirnya

juga mengalami nasib serupa dengan rekan-rekannya yang

berdagang di Sampangan dan Basudewo, yakni digusur dan

ditertibkan. Sebagai bagian dari penataan ruang kota Semarang,

pada bulan Oktober tahun 2011, Pemkot Semarang

menertibkan PKL Kartini, seperti halnya yang dilakukan

terhadap PKL Sampangan, Basudewo, dan Kokrosono.

Area PKL yang dahulu ramai dikunjungi pembeli, sekarang

tidak ramai lagi, karena bangunan dan lapak PKL telah

dibongkar oleh petugas Satpol PP kota Semarang. Mereka kini

pun mengalami nasib yang sama dengan PKL Sampangan,

Basudewo, dan Kokrosono. Seperti halnya PKL Kokrosono,

sebagian PKL Kartini, seperti penjual batu akik, penjual HP

bekas, dan penjual burung dengan beralaskan kain dan barang

seadanya, masih menjajakan barang dagangan di bekas lokasi

PKL yang telah rata dengan tanah.

Para PKL yang berdagang atau menjalankan usaha di tepi

bantaran sungai Kaligarang dan Banjir Kanal Barat, mulai dari

Sampangan hingga ke Kokrosono, tampaknya memang seperti

rerumputan liar yang tidak sedap dipandang mata di tengah-

tengah keindahan kota Semarang, tetapi rerumputan liar

tersebut sesungguhnya dapat ditata dengan rapi sepanjang ada

komitmen dari pihak pemerintah. Sayangnya pemerintah kota

Semarang hanya memprioritaskan penataan ruang publik di

Page 29: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

203

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

dalam kota, utamanya di jalan-jalan protokol yang melintasi

pusat-pusat perkantoran, perbankan, dan bisnis-bisnis besar,

seperti jalan Pahlawan, jalan Pemuda, jalan dr. Sutomo, serta

jalan yang melingkari bundaran Simpang Lima dan Tugu Muda,

sehingga tamansari keindahan kota hanya dapat dinikmati di

sekitar pusat kota tersebut.

Daerah-daerah pinggiran, terutama yang terdapat aktivitas

PKL, kurang ada perhatian. Penataan tepi sungai Kaligarang

dan Banjir Kanal Barat, yang banyak digunakan oleh PKL

untuk menjalankan aktivitas ekonomi, memang telah

dilakukan, tetapi tidak untuk kepentingan PKL. Hal ini tampak

dari kebijakan Pemkot, dengan mengusir mereka ke luar dari

area tempat di mana mereka sehari-hari berdagang dan

menjalankan aktivitas ekonomi lainnya.

Penataan yang dilakukan Pemkot tersebut merupakan

rangkaian dari proyek pembangunan waduk Jatibarang dan

normalisasi sungai Kaligarang dan Banjir Kanal Barat yang

dibiayai oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi Jawa

Tengah, dan pemerintah Jepang ( proyek JICA). Penataan

tersebut sekaligus dimaksudkan sebagai upaya pemerintah kota

Semarang untuk mengakselerasi cita-cita menjadikan kota

Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa.

C. Rangkuman

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Semarang

memfokuskan diri sebagai Kota Pusat Perdagangan dan Jasa.

Selain mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa,

pemerintah kota Semarang juga mengembangkan fungsi

rencana kawasan permukiman, perdagangan dan jasa secara

komprehensif.

Pertama, pengembangan fungsi rencana kawasan

permukiman, perdagangan dan jasa dilakukan di kawasan pusat

Page 30: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

204

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

kota (Central Bussiness Distric/CBD) Peterongan-Tawang-

Siliwangi atau dikenal dengan nama PETAWANGI.

Kedua, pengembangan jenis kegiatan di kawasan

PETAWANGI ditujukan untuk mendukung terwujudnya

kawasan PETAWANGI sebagai kawasan perdagangan dan jasa

skala pelayanan regional, nasional, dan internasional.

Ketiga, pengembangan kawasan permukiman, perdagangan,

dan jasa di kawasan PETAWANGI dilaksanakan dengan tetap

mempertahankan Kampung Heritage sebagai kawasan

permukiman dan pariwisata.

Keempat, pengembangan kegiatan permukiman di kawasan

ini dilakukan secara vertikal dengan pola rumah susun,

apartemen, atau kondominium.

Sesuai dengan RTRW kota Semarang 2010-2030, kota

Semarang juga mengembangkan kawasan industri, yang

dibatasi pada pengembangan sektor tersier, yaitu perdagangan

dan jasa. Untuk itu, kawasan industri di Semarang dibagi dalam

enam kawasan, yaitu kawasan industri Genuk, kawasan industri

Tugu, kawasan industri Candi, kawasan industri dan

pergudangan Tanjung Emas, kawasan industri Mijen, dan

kawasan industri Pedurungan.

Pengembangan kawasan industri ini didorong oleh sikap

akomodatif Pemkot Semarang kepada para investor. Para

investor diundang tidak hanya untuk mengembangkan

perdagangan dan industri, tetapi juga pengembangan sektor

jasa, termasuk perhotelan. Selain tumbuh hotel-hotel baru, di

Semarang juga berkembang pesat pusat perbelanjaan modern

besar maupun kecil, pusat-pusat hiburan, dan pusat kuliner,

yang sebagian besar berada di kota bawah. Perkembangan

industri, perdagangan, dan jasa menjadikan kota Semarang

semakin berkembang dan menjanjikan kenikmatan bagi warga

Page 31: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

205

BAB IV

PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG

kota dan para urban yang ingin mengais rezeki di kota

Semarang.

Daya tarik kota Semarang bagi warga masyarakat desa,

disebabkan oleh bukan hanya karena Semarang merupakan

ibukota Jawa Tengah, yang menyediakan berbagai fasilitas kota

modern yang tidak dimiliki oleh kota-kota atau desa-desa di

sekitar Semarang, tetapi juga menyediakan kemungkinan

lapangan kerja yang bervariasi yang dapat diakses oleh warga

desa atau warga kota pinggiran yang telah menjadi urban di

kota Semarang.

Sebagai dampak dari berkembangnya sektor formal di kota

Semarang, utamanya bisnis properti dan perhotelan,

berkembang pesat juga usaha sektor informal. Sentra-sentra

perdagangan, industri, dan jasa (tekstil, makanan/kuliner,

pendidikan, dan yang lain) mendorong tumbuh

berkembangnya sektor informal, terutama makanan. Hampir

semua tempat di kota Semarang ini, siang maupun malam hari,

bisa dijumpai para PKL yang menjual makanan.

Demikian kompleksnya perkembangan Semarang, baik

dalam aspek ekonomi, sosial, seni dan budaya, maka tumbuh

pesat pula jenis sektor informal yang dapat dimasuki oleh para

pendatang. Dalam sektor informal ini, selain makanan,

berkembang pula bisnis perdagangan bensin eceran, jasa tambal

ban, jasa las mobil dan motor, jasa sewa mobil angkutan, jasa

menjahit pakaian, jasa menggendong barang bawaan, sol sepatu,

pembuatan stempel, pembuatan nomor sepeda motor dan

mobil, jasa pengurusan STNK dan SIM, penjualan barang-

barang bekas, penjualan sayur keliling, dan berbagai jenis

sektor informal lainnya. Salah satu yang menonjol dari

perkembangan sektor informal di kota Semarang adalah

pertumbuhan pedagang kaki lima (PKL).

Pedagang kaki lima (PKL) yang menjadi objek penelitian ini

adalah PKL yang menempati lokasi di tepi sepanjang sungai

Page 32: Eksistensi Pedagang Kaki Lima Studi Tentang Kontribusi ...€¦ · bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, ... Studi tentang

206

Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang

Kaligarang dan Banjir Kanal Barat, mulai dari Sampangan

hingga Jalan Kokrosono. PKL yang menjalankan aktivitas

ekonomi di Sampangan dinamakan PKL Sampangan, PKL yang

berdagang di Basudewo disebut PKL Basudewo, dan PKL liar

yang berjualan di Kokrosono disebut PKL Kokrosono. Mereka

umumnya para pedagang kecil, mulai dari berdagang nasi,

pakan burung, mebel, hingga berjualan barang-barang klitikan,

seperti spion, kipas, VCD, kaset, alat pertukangan dan pertanian

dan beberapa lainnya membuka bengkel las, bengkel motor dan

sepeda, jasa reparasi alat-alat elektronik.

Pembangunan waduk Jatibarang dan normalisasi sungai

Kaligarang dan Banjir Kanal Barat sejalan dengan visi Pemkot

menjadikan Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa.

Pembangunan waduk dan normalisasi sungai yang jalan dekat

tepian sungai digunakan para PKL untuk berdagang dan

menjual jasa, selain untuk mengatasi banjir, juga untuk

pengembangan ekonomi, khususnya ekonomi pariwisata bagi

kota Semarang. Itulah sebabnya, Pemkot mendukung proyek

pembangunan tersebut, termasuk harus membersihkan

bantaran sungai tersebut dari aktivitas PKL.


Top Related