-
Kajian Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Bidang PU Berbasis
Sistem AKIP dengan Reformasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Eksekutif Summary 1
EKSEKUTIF SUMMARY
Pada periode 2000-2004 sistem perencanaan pembangunan diterapkan berdasarkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sesuai Instruksi Presiden (Inpres) No. 7 Tahun 2009. Sistem perencanaan tersebut mewajibkan instansi pemerintah untuk menerapkan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan evaluasinya berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) secara berjenjang sampai dengan Tingkat Eselon II. Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem ini adalah ketentuan tersebut belum mengatur mengenai komponen sistem dan materi substansial dari kedua pedoman tersebut secara berjenjang sesuai dengan tahapan perencanaan baik perencanaan jangka panjang (20 tahun) maupun perencanaan jangka menengah 5 (lima) tahunan. Ketentuan tersebut juga belum menggambarkan keterkaitan yang jelas dengan sistem perencanaan dan penganggaran berdasarkan dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Implikasinya adalah sulit untuk mengukur akuntabilitas kinerja dan hasil pembangunan dalam rangka pencapaian sasaran nasional maupun kementerian. Pengukuran kinerja berbasis program juga masih sulit diukur sehingga akuntabilitas dan efisiensi penggunaan anggaran belum terlihat.
Pada periode 2004-2009 sistem perencanaan dan penganggaran mengalami reformasi dengan ditetapkannya Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Kedua peraturan perundang-undangan tersebut melandasi sistem perencanaan dan pemrograman namun mempunyai landasan filosofi yang berbeda sehingga diperlukan keselarasan dokumen perencanaan dan penganggaran yang diturunkan dari kedua undangundang tersebut beserta turunannya yaitu: Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga, serta Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan dan PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.
Hal yang perlu diperhatikan dari sistem ini adalah masih belum dapat diterapkan sepenuhnya pengintegrasian program yang bersifat lintas K/L untuk pencapaian prioritas pembangunan nasional maupun sasaran nasional serta penjabaran program Eselon I dalam mendukung pencapaian sasaran kementerian maupun nasional. Permasalahan lainnyaadalah belum konsistennya pemrograman dan penganggaran setiap tahunnya melalui Konsultasi Regional (Konreg) karena dokumen Renstra dan dokumen penganggaran belum sepenuhnya selaras serta belum dapat dilakukan sinkronisasi program.
Dalam rangka menjamin konsistensi tersebut, maka penyusunan perencanaan harus memperhatikan arahan di dalam Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara berkenaan dengan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting), Berjangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) dan amanat tersebut menegaskan agar penyusunan strategi pembangunan nasional juga memperhitungkan kerangka pendanaan, merupakan wujud dari salah satu tujuan Undang-
-
Kajian Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Bidang PU Berbasis
Sistem AKIP dengan Reformasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Eksekutif Summary 2
undang No. 25 Tahun 2004 menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
Ke depan, anggaran Negara baik pusat maupun daerah menjadi anggaran berbasis kinerja, yaitu anggaran yang dihitung dan disusun berdasarkan perencanaan kinerja. Untuk itu diperlukan kajian kinerja penyelenggaraan pembangunan bidang PU melalui pengembangan SAKIP berbasis arsitektur program, dalam upaya menyiapkan materi pengembangan perencanaan dan program pembangunan bidang PU.
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menurut UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam wilayah NKRI. Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. Perencanaan pembangunan nasional yang dimaksud akan menghasilkan:
(1). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN); (2). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN); (3). Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga (Renstra K/L); (4). Rencana Kerja Pemerintah (RKP); (5). Rencana Kerja K/L (Renja K/L atau RKA K/L).
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) Untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna,
bersih dan bertanggung jawab; dan untuk lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan
tujuan instansi pemerintah, serta dalam rangka perwujudan good governance, Pemerintah
telah menerbitkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Inpres tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tug as pokok dan
fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu
perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi. Pertanggungjawaban
dimaksud berupa laporan yang disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-
Iembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden
selaku kepala pemerintahan. Laporan tersebut menggambarkan kineria instansi pemerintah
yang bersangkutan melalui Sistem Akuntabilitas Kineria Instansi Pemerintah (SAKIP).
Dalam rangka pelaksanaan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kineja Instansi
Pemerintah tersebut, Presiden menugaskan Kepala Lembaga Administrasi Negara untuk
-
Kajian Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Bidang PU Berbasis
Sistem AKIP dengan Reformasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Eksekutif Summary 3
menetapkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
sebagai bagian dari sistem akuntabilitas klnerja instansi pemerintah. Media
pertanggungjawaban Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ditetapkan melalui
Keputusan Kepala LAN Nomor 589/1XJ6/Y/99 yang selanjutnya disempurnakan melalui
Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IXl6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Pedoman tersebut berfungsi sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menyusun
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai wujud akuntabilitas
instansi pemerintah. Pedoman ini juga diharapkan dapat membantu penyusunan rencana
strategis dan rencana kinerja, serta pelaksanaan pengukuran kinerja, sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari SAKIP secara keseluruhan.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada pokoknya adalah instrumen yang
digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi, terdiri dari berbagai komponen yang
merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pengukuran
kinerja, dan pelaporan kinerja Untuk mengetahui lebih jelas tentang sistem AKIP dapat dilihat
pada Gambar berikut:
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)
LAKIP adalah dokumen yang berisi gambaran, perwujudan AKIP yang disusun dan
disampaikan secara sistematik dan melembaga.
Penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip pelaporan pada umumnya, yaitu laporan
harus disusun secara jujur, obyektif, akurat dan transparan. Di samping itu, perlu pula
diperhatikan:
SISTEM AKIP
PERENCANAAN STRATEGIS
PENGUKURAN KINERJA
EVALUASI KINERJA
PERENCANAAN KINERJA
PELAPORAN KINERJA
-
Kajian Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Bidang PU Berbasis
Sistem AKIP dengan Reformasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Eksekutif Summary 4
1. Prinsip lingkup pertanggungjawaban.
Hal-hal yang dilaporkan harus proporsional dengan lingkup kewenangan dan tanggung
jawab masing-masing dan memuat baik mengenai kegagalan maupun keberhasilan.
2. Prinsip prioritas.
Yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan relevan bagi pengambilan keputusan
dan pertanggungjawaban instansi yang diperlukan untuk upaya-upaya tindak lanjutnya.
3. Prinsip manfaat
Manfaat laporan harus lebih besar dari pada biaya penyusunannya, dan laporan harus
mempunyai manfaat bagi peningkatan pencapaian kinerja. Dalam hubungan itu, perlu
pula diperhatikan beberapa ciri laporan yang baik seperti relevan, tepat waktu dapat
dipercaya/diandalkan, mudah dimengerti jelas dan cermat), dalam bentuk yang menarik
(tegas dan konsisten, tidak kontradiktif antar bagian), berdaya banding tinggi (reliable),
berdaya uji (verifiable), lengkap, netral, padat, dan mengikuti standar laporan yang
ditetapkan.
Mekanisme Pelaporan
LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang melibatkan pihak yang berwenang
membuat dan menerima LAKIP, serta pengguna LAKIP. Instansi yang harus dan berwenang
membuat LAKIP adalah Kementerian, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Markas Besar TNI (meliputi: Markas Besar TNI
Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut), Kepolisian Republik Indonesia, Kantor
Perwakilan Pemerintah RI di Luar Negeri, Kejaksaan Agung, Perangkat Pemerintahan
Provinsi, Perangkat Pemerintahan Kabupaten/Kota, dan lembaga/badan lainnya yang dibiayai
dari anggaran negara.
REFORMASI SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Untuk mendukung pelaksanaan upaya-upaya tersebut, Menneg PPN/Ka Bappenas dengan
Menkeu menyusun buku pedoman sebagai acuan dalam penerapan reformasi perencanaan
dan penganggaran bagi seluruh Kementerian Negara/Lembaga, yang tertuang dalam SEB
Menneg PPN/Ka Bappenas (0142/M.PPN/06/2009) & Menkeu (SE 1848/MK/2009) tgl. 19 JUni
2009 tentang Pedoman Reformasi Perencanaan & Penganggaran, yang terdiri atas :
1. Pedoman Restrukturisasi Program dan Kegiatan
2. Pedoman Penerapan Pengangaran Berbasis Kinerja (PBK)
-
Kajian Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Bidang PU Berbasis
Sistem AKIP dengan Reformasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Eksekutif Summary 5
Bagan Arsitektur Program Bagi Kementerian Negara dan Kementerian Koordinator
Langkah Penyusunan Program
Arsitektur Organisasi, Program, Kinerja, dan Alokasi Pagu
-
Kajian Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Bidang PU Berbasis
Sistem AKIP dengan Reformasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Eksekutif Summary 6
Kerangka PBK
Kerangka PBK Tingkat Nasional
-
Kajian Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Bidang PU Berbasis
Sistem AKIP dengan Reformasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Eksekutif Summary 7
Kerangka PBK Tingkat K/L
Siklus Tahapan Penerapan PBK
TAHAP PENYUSUNAN PERENCANAAN STRATEGIS Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum 2010-2014 disusun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mengamanatkan bahwa setiap Kementerian/Lembaga diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L), yang merupakan dokumen perencanaan kementerian/lembaga untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi kementerianllembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif.
Penyusunan Renstra 2010-2014 ini, disamping berdasarkan pada tugas dan fungsi Kementerian, juga berlandaskan pada pemetaan kondisi lingkungan serta isu-isu strategis
-
Kajian Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Bidang PU Berbasis
Sistem AKIP dengan Reformasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Eksekutif Summary 8
yang terus berkembang serta mengacu pada arah kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 maupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Susunan Renstra 2010-2014 dimulai dengan pemaparan tentang kondisi dan tantangan penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan permukiman; visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Permukiman; arah kebijakan dan strategi penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman; serta program dan kegiatan
TAHAP PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan Kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis, yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Didalam rencana kinerja ditetapkan rencana capaian kinerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan.
Prasayarat yang harus ada dalam melakukan perencanaan kinerja yaitu : penetapan tujuan dan sasaran yang jelas; penataan program yang baik; dan penetapan indikator kinetja yang memadai (cukup). Hasi' dari perencanaan kinerja adalah Dokumen Rencana Kinerja yang memuat informasi tentang: sasaran yang ingin dicapai dalam tahun yang bersangkutan; indikator kinerja sasaran, dan rencana capaiannya; program, kegiatan, serta kelompok indikator kinerja dan rencana capaiannya. Selain itu dimuat pula keterangan yang antara lain menjelaskan keterkaitan kegiatan dengan sasaran, kebijakan dengan programnya, serta keterkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi/sektor lain.
Mengacu pada penjabaran di atas, maka tahapan perencanaan kinerja dalam Kementerian PU adalah penyusunan dokumen Rencana Kerja (Renja) Kementerian PU dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kementerian PU.
TAHAP PENGUKURAN KINERJA Pengukuran kinerja secara umum dipakai untuk :
1. Membandingkan kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan; 2. Membendingkan kineria nyata dengan hasil (sasaran) yang diharapkan; 3. Membandingkan kinerja tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya; 4. Membandingkan kinerja dengan kinerja instansi lain dengan swasta yang unggul
dibidang tugas yang sama dengan kegiatan yang sedang diukur; 5. Membandingkan kinerja nyata dengan standar yang telah ditetapkan.
TAHAP EVALUASI KINERJA DAN PELAPORAN
Dalam Penyusunan Perencanaan Pembangunan Kementerian PU berbasis Sistem AKIP, tahapan/siklusnya secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
-
Kajian Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Bidang PU Berbasis
Sistem AKIP dengan Reformasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Eksekutif Summary 9
Tahap Evaluasi Kinerja dan Pelaporan Sistem AKIP
RESTRUKTURISASI PROGRAM DAN KEGIATAN Pendekatan restrukturisasi program dan kegiatan mengacu pad a dua prinsip dasar, yaitu Prinsip Akuntabilitas Kinerja Kabinet (Perencanaan Kebijakanl Policy Planning) dan Prinsip Akuntabilitas Kinerja Organisasi (Struktur Organisasi dan Struktur Anggaran). Akuntabilitas Kinerja Kabinet berarti terdapat keterkaitan yang jelas antara program dan kegiatan dengan upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional sesuai dengan platform (agenda) kabinet! pemerintah. Sedangkan Akuntabilitas Kinerja Organisasi berarti terdapat keterkaitan yang jelas antara Tupoksi Organisasi (Struktur Organisasi) dengan struktur program dan kegiatan (struktur anggaran). Penyusunan Renstra PU 2010-2014 sudah sesuai/sinkron dengan pendekatan kedua prinsip tersebut. Prinsip Akuntabilitas Kinerja Kabinet diimplementasikan dalam proses penyusunan Renstra PU, yaitu melalui proses teknokratis (dipersiapkan oleh jajaran birokrasi pemerintahan) yang kemudian disesuaikan dengan proses politis (menerjemahkan visi dan misi (platform) Presiden terpilih).
Proses Penyusunan Renstra PU 20102014 yang sinkron dengan Prinsip Akuntabilitas Kinerja Kabinet sbg Pendekatan Restrukturisasi Program dan Kegiatan
-
Kajian Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Bidang PU Berbasis
Sistem AKIP dengan Reformasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Eksekutif Summary 10
KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH (KPJM)
Kerangka kerja KPJM yang efektif terdiri atas 3 (tiga) komponen penting, yaitu:
1. Pendekatan Top-Down dalam menentukan besaran daya anggaran (resources
envelopes) yang berperan sebagai batas pendanaan tertinggi bagi setiap
institusi/sektor pemerintah.
2. Pendekatan Bottom-Up dalam melakukan estimiasi kebutuhan sumberdaya
anggaran, baik kebutuhan ditahun anggaran saat ini maupun dalam jangka
menengah, untuk membiayai kebijakan yang telah dilakukan saat ini dan selanjutnya
sesuai amanat perencanaan yang telah diputuskan.
3. Kerangka kerja anggaran yang menghasilkan kesesuaian antara kebutuhan dan
ketersediaan sumberdaya anggaran dalam jangka menengah.
Rolling Plan 3 tahunan
PRINSIP DASAR INTEGRASI DAN SINKRONISASI perencanaan pembangunan bidang PU berbasis sistem AKIP dengan reformasi sistem perencanaan dan penganggaran meliputi :
1. Penerapan kerangka disiplin fiskal jangka menengah : Resources Envelope 2. Penerapan kerangka Alokasi pad a prioritas : Restrukturisasi Program dan Kegiatan 3. Penerapan kerangka Efisiensi Teknisl Pelaksanaan.
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Tambahan
Anggaran Ruang Gerak
Fiskal bagi
Inisiatif Baru
Alokasi
Tahunan
Baseline
Penghematan
*) Pencapaian
Kinerja akan
menentukan
pendanaan
Inisiatif Baru (New
Initiatif)
Perubahan Baseline : 1. Penggunaan hasil penghematan dari pelaksanaan program 2. Pemanfaatan cadangan (contongence reserve) 3. Penggunaan perubahan penerimaan/ketersediaan anggaran 4. Perubahan makro ekonomi (mis.inflasi) 5. Perubahan keluaran yang bukan karena perubahan
kebijakan 6. Pemanfaatan untuk inisiatif baru *)
-
Kajian Integrasi dan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Bidang PU Berbasis
Sistem AKIP dengan Reformasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Eksekutif Summary 11
MATERI MUATAN (implementasi) perencanaan pembangunan bidang PU berbasis sistem AKIP dengan reformasi sistem perencanaan dan penganggaran diwujudkan dalam semua dokumen perencanaan pembangunan kementerian PU, yang meliputi :
1. Dokumen Rencana Strategi (Renstra). dengan jangka waktu perencanaan 5 tahun; 2. Dokumen Rencana Kerja (Renja) dengan jangka waktu perencanaan 1 tahun; 3. Dokumen Rencana Kerja dan Anggarao (RKA), dengan jangka waktu perencanaan
1 tahun 4. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP); dan 5. Laporan Keuangan.
REFORMASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Reformasi sistem perencanaaan dan penganggaran dimulai pada Tahun Anggaran 2005 dengan mengacu pada UU No. 17/2003 dan UU No. 25/2004. Sesuai dengan ketentuan pada PP No. 21/2004 yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No. 17/2003 ditegaskan bahwa ke depan rencana kerja dan anggaran yang disusun harus menggunakan tiga pendekatan, yaitu: (1) Anggaran Terpadu (unified budget); (2) Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, yang biasa disebut KPJM (medium term expenditure framework); dan (3) Penganggaran Berbasis Kinerja, yang biasa disebut PBK (performance basedbudget).
Reformasi sistem perencanaan dan penganggaran yang dilaksanakan pada periode 2010-2014 pada hakekatnya adalah pemenuhan amanat dan optimalisasi dari ketiga pendekatan tersebut dalam perencanaan pembangunan nasional. Reformasi sistem perencanaan dan penganggaran dilaksanakan melalui restrukturisasi program dan kegiatan yang berfokus pada PBK. Kedua pendekatan lainnya (anggaran terpadu dan KPJM) mendukung penerapan PBK. Pendekatan anggaran terpadu merupakan prasyarat penerapan PBK. Sedangkan pendekatan KPJM merupakan jaminan kontinuitas penyediaan anggaran kegiatan karena telah dirancang hingga tiga atau lima tahun ke depan.
Restrukturisasi program dan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga bertujuan mewujudkan perencanaan yang berorientasi kepada hasil (outcome) dan keluaran (output) sebagai dasar penerapan akuntabilitas kabinet dan akuntabilitas kinerja Kementerian Negara/Lembaga.