EFEKTIVITAS TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI) DALAM
PENGHIMPUNAN DAN PENDAYAGUNAAN WAKAF
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
FITRA MIZAN
NIM : 103046128332
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA Hendra Kholid, MA NIP: 150165267
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2008
PEGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EFEKTIVITAS TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI) DALAM
PENGHIMPUNAN DAN PENDAYAGUNAAN WAKAF telah diujikan dalam
Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta pada 13 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, Maret 2008
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,
MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
(……………….)
NIP.150 210 422
2. Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag
(……………….)
NIP. 150 318 308
3. Pembimbing I : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA
(……………….)
NIP. 150 165 267
4. Pembimbing II : Hendra Kholid, MA
(……………….)
5. Penguji I : Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA
(……………….)
NIP. 150 222 824
6. Penguji II : Jaenal Aripin, M.Ag
(……………….)
NIP. 150 289 202
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2007
Fitra Mizan
PEGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EFEKTIVITAS TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI) DALAM
PENGHIMPUNAN DAN PENDAYAGUNAAN WAKAF telah diujikan dalam
Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta pada 13 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, Maret 2008
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,
MA, MM NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
7. Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
(……………….)
NIP.150 210 422
8. Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag
(……………….)
NIP. 150 318 308
9. Pembimbing I : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA
(……………….)
NIP. 150 165 267
10. Pembimbing II : Hendra Kholid, MA
(……………….)
11. Penguji I : Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA
(……………….)
NIP. 150 222 824
12. Penguji II : Jaenal Aripin, M.Ag
(……………….)
NIP. 150 289 202
��� ا ا���� ا�����KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah
memberikan taufik dan inayahnya. Sehingga dengan kekuatan dan ridhonya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, dan selama penulis belajar di program studi
Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, penulis banyak mendapat bantuan dan sumbangan motivasi dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkanlah penulis untuk menyampaikan ucapan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof . Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag selaku
Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Muamalat Konsentrasi
Perbankan syariah yang selalu memberikan bimbingan, motivasi kepada
penulis, sehingga penulis mampu merampungkan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA, dan Bapak Hendra Kholid, MA selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya
selama penulis mengerjakan skripsi ini. Merupakan suatu kehormatan bagi
penulis bisa berada di bawah bimbingan Ibu dan Bapak.
4. Bapak Herman Budianto selaku Direktur dan seluruh staf/ karyawan Tabung
Wakaf Indonesia (TWI) yang telah banyak membantu memberikan semua
informasi yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
5. Perpustakaan Pusat serta Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang juga telah memberikan bantuan
berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi.
6. Bapak dan Ibu dosen yang penulis hormati, yang telah memberikan tenaga
dan pikirannya untuk mendidik penulis agar kelak menjadi manusia yang
berguna dunia dan akhirat semoga do’a dan didikannya dapat menuntun
penulis untuk memasuki kehidupan baru yang lebih baik.
7. Para pegawai dan Staf Administrasi Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah
memberikan tenaga dan pelayanan yang terbaik bagi penulis..
8. Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan untuk Ibunda tercinta Halifah
dan Ayahanda A. DT. Rajo Nan Sati, yang selalu menjaga dan mendorong
serta membimbing dengan tulus dan ikhlas mendoakan penulis setiap waktu.
9. Uda Arfan, Azmi, Alfi, Dayat, mamak, tek yul serta seluruh keluarga yang
penulis cintai yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi belajar pada
penulis.
10. Sahabat-sahabat RD (kak toni, kak un, kak romi, fuad, joko, pemil, erik, dan
daril yang selalu menemani penulis dalam suka maupun duka, teman-teman
kelas Perbankan Syariah D, teman-teman Nasyid MOZAIQ, FORDIKA,
sahabat-sahabat Alumni MAKN Payakumbuh dan seluruh sahabat yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua doanya.
Perjuangan kita masih panjang, jangan pernah menyerah dalam menggapai
semua cita-cita kita.
Akhirnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt dan mudah-mudahan
semua yang telah penulis lakukan mendapat ridha Allah Swt, semoga skripsi ini
bermanfaat. Amin.
Jakarta : HAwalRabiul
Maret
14285
200813
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ....................................... 5
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian .............................................. 5
D. Variabel Penelitian.................................................................... 6
E. Indikator dan Operasional Variabel........................................... 7
F. Hipotesa ................................................................................... 8
G. Kajian Pustaka .......................................................................... 9
H. Kerangka Pemikiran ................................................................. 10
I. Metodologi Penelitian............................................................... 13
J. Sistematika Penulisan ............................................................... 17
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG EFEKTIVITAS DAN WAKAF
A. Efektivitas
1. Defenisi Efektivitas............................................................. 19
2. Tolak Ukur Efektivitas ........................................................ 21
B. Konsep Wakaf
1. Defenisi Wakaf. .................................................................. 23
2. Dasar Hukum Wakaf........................................................... 29
3. Syarat dan rukun wakaf....................................................... 33
4. Macam-macam Wakaf. ....................................................... 37
5. Pemanfaatan Wakaf Dalam Kehidupan. .............................. 38
C. Paradigma Wakaf Baru: Wakaf Tunai
1. Defenisi Wakaf Tunai. ........................................................ 40
2. Manfaat Wakaf Tunai. ........................................................ 43
3. Garis-garis Besar Operasional Wakaf Tunai. ....................... 45
BAB III : GAMBARAN UMUM TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI)
A. Latar Belakang Berdirinya Tabung Wakaf Indonesia (TWI)...... 47
B. Visi dan Misi Tabung Wakaf Indonesia (TWI).......................... 49
C. Tujuan, Sasaran, dan Target Tabung Wakaf Indonesia (TWI). . 49
D. Bentuk dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia (TWI)...... 51
E. Struktur Organisasi Tabung Wakaf Indonesia (TWI)................. 52
F. Produk Tabung Wakaf Indonesia (TWI). .................................. 52
BAB IV : ANALISIS EFEKTIVITAS TABUNG WAKAF INDONESIA
TERHADAP PENGHIMPUNAN DAN PENDAYAGUNAAN
WAKAF.
A. Analisa Tabung Wakaf Indonesia dalam Penghimpunan Dana
Wakaf. ...................................................................................... 62
B. Analisa Data ............................................................................. 68
C. Pengujian Hipotesa ................................................................... 99
D. Analisa Tabung Wakaf Indonesia dalam Pendayagunaan Dana
Wakaf. ...................................................................................... 104
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 108
B. Saran. ....................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 110
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAT TABEL
Tabel 1.1 Efesiensi dan efektivitas dalam manajemen
Tabel 1.2 Tolak ukur efektivitas
Tabel 1.3 Aset wakaf tunai Tabung Wakaf Indonesia
Tabel 1.4 Mengoptimalkan potensi karyawan baik internal maupun eksternal
Tabel 1.5 Pengembangan organisasi yang didasari oleh system pengendalian
internal yang baik melalui prinsip-prinsip yang diberlakukan.
Tabel 1.6 Regulasi perusahaan bersifat fleksibel terhadap karyawan.
Tabel 1.7 Program-program yang direncanakan oleh perusahaan berkesinambungan
dan stabil.
Tabel 1.8 Karyawan melakukan aktivitas terus-menerus dengan berorientasikan
pada tujuan perusahaan
Tabel 1.9 Penilaian kinerja pegawai dan unit kerja untuk periode triwulan atau
tahunan.
Tabel 1.10 Penilaian kerja karyawan dibandingkan dengan standar yang telah
ditentukan, bukan didasarkan pada pendapat pribadi atasan.
Tabel 1.11 Keadaan yang ada dilapangan sesuai dengan isi laporan hasil
pemeriksaan SPI.
Tabel 1.12 Jumlah unit-unit kerja yang telah diperiksa oleh bagian SPI telah sesuai
dengan program kerja tahunan.
Tabel 1.13 Semua karyawan dapat menyelesaikan job description dengan baik dan
benar.
Tabel 1.14 Penentuan bidang pekerjaan berdasarkan keahlian yang dimiliki oleh
setiap karyawan.
Tabel 1.15 Kelengkapan fasilitas dapat mempermudah kinerja karyawan.
Tabel 1.16 Lingkungan kerja yang nyaman mendukung kelancaran bekerja bagi
karyawan.
Tabel 1.17 Setiap karyawan konsisten terhadap tanggungjawab yang diberikan.
Tabel 1.18 Pekerjaan sebanding dengan waktu yang disediakan.
Tabel 1.19 Biaya yang digunakan dalam operasional sesuai dengan kebutuhan.
Tabel 1.20 Biaya yang dikeluarkan sesuai dengan program-program yang telah
direncanakan.
Tabel 1.21 Laporan pengeluaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Tabel 1.22 Tepat guna dalam menggunakan biaya.
Tabel 1.23 Biaya yang dikeluarkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Tabel 1.24 Adanya penegakan disiplin kerja dan integritas karyawan.
Tabel 1.25 Penerapan kode etik yang mengikat seluruh karyawan dalam
melaksanakan tugas.
Tabel 1.26 Karyawan dapat bertanggungjawab dalam proses pelaksanaan kerja.
Tabel 1.27 Karyawan dapat menghasilkan kerja yang maksimal.
Tabel 1.28 Karyawan dapat mempertanggungjawabkan hasil dari setiap program
yang telah dilaksanakan.
Tabel 1.29 Semua karyawan dapat menyelesaikan job description dengan baik dan
tepat waktu.
Tabel 1.30 Waktu penyelesaian pembuatan laporan hasil pemeriksaan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Tabel 1.31 Karyawan menyelesaikan semua pekerjaan yang diberikan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Tabel 1.32 Karyawan mampu menjalankan plening pada waktu yang telah
ditentukan.
Tabel 1.33 Karyawan mampu menyelesaikan tanggungjawab kerja dalam waktu
singkat dan tepat.
Tabel 1.34 Uji Signifikansi
Tabel 1.35 Uji dua sampel berpasangan Wilcoxon
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Wakaf merupakan ibadah yang sudah cukup dikenal di masyarakat
Indonesia, seiring dengan berkembangnya dakwah Islam di Indonesia, maka
ulama-ulama kita juga memperkenalkan ibadah wakaf ini. Hal ini terbukti dari
banyaknya masjid-masjid yang bersejarah yang dibangun di atas tanah wakaf.1
Seperti masjid Demak, masjid raya Semarang.2 Ibadah wakaf ini terus tersebar di
bumi Indonesia baik pada masa dakwah pra penjajahan, masa penjajahan maupun
pasca penjajahan. Beberapa aturan telah dibuat oleh pemerintah terkait dengan
mekanisme ibadah ini, salah satu aturan yang dibuat adalah PP No. 28 Tahun
1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. PP ini memang hanya mengatur wakaf
pertanahan, karena memang dari awal perkembangan Islam di Indonesia wakaf
adalah selalu identik dengan tanah, dan tanah ini digunakan untuk kegiatan sosial
keagamaan, seperti masjid, kuburan, madrasah dan lain-lain.
Perwakafan di Indonesia memang cukup mengalami ketertinggalan di
bandingkan dengan negara-negara muslim lainnya seperti Banglades, Arab Saudi
yang telah melihatkan pengaruh wakaf terhadap ekonominya. Salah satu
1 Tim Redaksi, “ Masa Depan Wakaf Umat ”, artikel diakses pada 16 Februari 2007 dari
http://www.tabungwakaf.com 2 Wawancara pribadi dengan Herman Budianto. Depok, 30 Desember 2007
penyebab ketertinggalan itu adalah karena terciptanya paradigma di masyarakat
bahwa wakaf adalah selalu fix asset, yang keperuntukannya selalu untuk kegiatan
sosial keagamaan. Kebekuan perkembangan wakaf mulai sedikit membaik ketika
pada tahun 2001, Prof. M.A. Mannan, Ketua SIBL (Sosial Investment Bank Ltd)
memberikan seminar di Indonesia mengenai Cash Waqf. SIBL ini mengusung
paradigma baru ketengah masyarakat di Bangladesh tentang konsep baru
pengelolaan wakaf tunai untuk meningkatkan kesejahteraan umat3. Ternyata
konsep baru SIBL mampu memberikan pengaruh positif untuk menggerakkan
ketertinggalan perkembangan wakaf di Indonesia. Dan MUI menyambut baik
konsep ini dengan mengeluarkan fatwa bolehnya wakaf uang (Waqf al Nuqud)
pada tahun 2002, dan pemerintah semakin memperkuat fatwa MUI ini dengan
mengeluarkan UU No. 41/ 2004 tentang Wakaf.4 Dan kemudian diperkuat dengan
PP No. 42 tahun 2006 tentang pelaksanaan UU No 41 tahun 2004.
Menurut data Depag tahun 2003 dan diperkuat oleh data CSRC (Centre
for the Study of Religion and Research) bahwa asset wakaf di seluruh Indonesia
adalah 362.471 lokasi dengan 1.475.198.586 M2,5 dan menurut data terakhir
kekayaan tanah wakaf di Indonesia sebanyak 403.845 lokasi dengan luas
1.566.672.406 M2,6 sayangnya hampir semua asset wakaf tersebut masih cost
centre sehingga masih memerlukan investor untuk memproduktifkannya. Salah
3 Tim Redaksi, ”Masa Depan Wakaf Umat”, h. 1 4 Ibid 5 Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonsia, (Jakarta: Proyek
Peningkatan Pemberdayaan Wakaf Dirjen Bimmas Islam, 2006), h. 34 6 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta:
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen Bimmas Islam, 2006), h. 82
satu sumber dana investasi yang dapat dioptimalkan adalah dana cash waqf
seperti yang dilakukan oleh Prof.M.A Mannan dengan SIBLnya. Menurut Dr.
Mustofa Edwin, Ketua Pasca Sarjana Ekonomi Syariah UI, potensi wakaf uang di
Indonesia adalah sekitar 3 trilyun/ tahun,7 memang jumlah ini masih jauh bila
dibandingkan dengan potensi zakat yang sekitar 21 trilyun menurut data PIRAC.
Tetapi perbedaan yang sangat signifikan bahwa dana wakaf pokoknya akan tetap
utuh dan semakin terakumulasi dari tahun ke tahun. Berbeda dengan dana zakat
yang akan langsung habis dalam satu tahun. Tetapi angka 3 trilyun tersebut masih
merupakan data perkiraan karena realitanya penghimpunan dana wakaf uang di
Indonesia masih sangat sedikit, sebagai contoh Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
yang konsen dalam penghimpunan dan pengeloaan wakaf uang baru mampu
mengumpulkan dana wakaf uang sekitar 2 milyar/ tahun.8
Kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang tidak kunjung membaik sejak
terkena dampak krisis moneter tahun 1998 lalu membuat kita harus berpikir keras
bagaimana caranya untuk kembali bangkit dan bergerak. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah untuk mengembalikan kondisi ekonomi negeri ini, namun
belum memberikan dampak yang signifikan bagi kebangkitan ekonomi Indonesia.
Sebagai agama yang mengusung konsep rahmatan lil’alamin, Islam sudah jauh-
jauh hari menawarkan konsep keuangan negara dan pondasi ekonomi umat
melalui pendayagunaan sumber dana jizyah, zakat, sedekah dan wakaf. Berbagai
kegemilangan prestasi telah diperlihatkan oleh para pemimpin Islam di masa lalu
7 Tim Redaksi, “ Masa Depan Wakaf Umat”, h.1 8 www.tabungwakaf.com
yang telah menerapkan pola pendayagunaan dana umat dengan baik. Umat Islam
sebagai bagian bangsa ini, harus bisa memberikan kontribusi bagi pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya, sehingga dapat terwujud secara nyata ajaran
Rasulullah bahwa sebaik-baiknya umat adalah yang paling bermanfaat bagi
sesama.
Sosialisasi kewajiban zakat dan pentingnya peran sedekah serta infak di
masyarakat muslim Indonesia untuk membantu mengentaskan kemiskinan saat ini
sudah mencapai tahap yang menggembirakan walaupun belum maksimal.
Sementara wakaf masih dinomor duakan dalam sosialisasi dan pengelolaannya,
paradigma wakaf di Indonesia yang hanya terbatas kepada tanah menjadikan
wakaf terasa mahal dan tidak popular. Disamping itu, peruntukan wakaf bagi
kuburan atau masjid menjadikan wakaf tidak dilirik sebagai salah satu solusi yang
ditawarkan agama yang hanif ini bagi permasalahan umat di bidang sosial,
pendidikan dan ekonomi, ditambah lagi dari segi SDM pengelola harta wakaf
(nazhir wakaf), kebanyakan harta wakaf diurus oleh tenaga bukan professional,
sehingga pemanfaatan asset wakaf bagi kemaslahatan umat tidak optimal.
Mewujudkan kesejahteraan bangsa merupakan tugas seluruh elemen umat
ini, saling membantu, kuat menguatkan dan berbagi peran dalam masyarakat
menjadi syarat mutlak bagi terwujudnya kesejahteraan itu, dan kini sudah saatnya
memunculkan peran wakaf sebagai penegak dan penggerak ekonomi Umat.
Salah satu usaha dalam mengoptimalkan dana wakaf saat ini adalah upaya
yang ditempuh oleh Dompet Dhuafa Republika (DDR) dengan mendirikan
Tabung Wakaf Indonesia ( TWI ) pada juli 2005.
Atas dasar pemikiran di atas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis
mengambil judul : “Efektivitas Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dalam
Penghimpunan dan Pendayagunaan Wakaf“ (studi kasus pada Lembaga
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) )
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
Mengingat luasnya pembahasan tentang masalah ini, maka penulis
membatasi penulisan skripsi ini hanya pada masalah “pendapatan, penghimpunan,
dan pendayagunaan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI)”. Dari
pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana penghimpunan dan pendayagunaan wakaf pada Tabung Wakaf
Indonesia?
2. Bagaimana efektivitas penghimpunan dan pendayagunaan wakaf sebelum dan
sesudah Tabung Wakaf Indonesia?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian Penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penghimpunan dan pendayagunaan dana wakaf yang
dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI).
2. Untuk mengetahui efektivitas sebelum dan sesudah Tabung Wakaf Indonesia
(TWI).
Adapun kegunaan Penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis.
Memberikan dan menambah pengetahuan serta pemahaman tentang
perkembangan wakaf saat ini.
2. Bagi Tabung Wakaf Indonesia (TWI).
Di harapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat
dalam langkah selanjutnya kearah yang lebih baik.
3. Bagi fakultas syariah dan hukum.
Diharapkan dapat menjadikan tambahan sumber referensi dan sarana
pemikiran bagi kalangan akademisi dalam menunjang penulisan yang lain.
4. Bagi masyarakat.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman
kepada masyarakat tentang perkembangan wakaf saat ini, sehingga dapat
mengubah pola berpikir masyarakat yang selama ini menganggap bahwa
wakaf hanya sebatas wakaf tanah.
D. Variabel Penelitian.
E. Indikator dan operasional variabel.
Untuk lebih jelas dan fokus variabel penelitian ini maka operasionalnya
sebagai berikut:
X : Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI), meliputi:
• Kegunaan
• Ketepatan dan obyektifitas
• Ruang lingkup
• Efektivitas biaya
• Akuntabilitas
• Ketepatan waktu
Y : Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI), meliputi:
• Kegunaan
• Ketepatan dan obyektifitas
• Ruang lingkup
• Efektivitas biaya
Efektivitas sesudah
adanya Tabung Wakaf
Indonesia (TWI)
Efektivitas sebelum
adanya Tabung Wakaf
Indonesia (TWI)
X Y
Pendapatan wakaf
sebelum TWI
Pendapatan wakaf
sesudah TWI
X1 Y1
• Akuntabilitas
• Ketepatan waktu
X1 : Pendapatan wakaf sebelum adanya Tabung Wakaf Indodesia (TWI)
Y1 : Pendapatan wakaf sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
Untuk mengukur Efektivitas sebelum dan sesudah menggunakan Skala
Likert dengan skor sebagai berikut :
(4) Sangat efektif
(3) Efektif
(2) Tidak efektif
(1) Sangat tidak efektif
Kemudian untuk menganalisa pendapatan wakaf sebelum dan sesudah
adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dengan mendeskripsikan variabel X1
(Pendapatan sebelum) dan Variabel Y1 (Pendapatan sesudah) yang diperoleh dari
data-data yang ada pada Tabung Wakaf Indonesia.
F. Hipotesa
Dugaan sementara (hipotesa) dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
X (Efektivitas sebelum) Y (Efektivitas sesudah)
H0 : Efektivitas sebelum TWI = Efektivitas sesudah TWI
H1 : Efektivitas sebelum TWI ≠ Efektivitas sesudah TWI
X1 (Pendapatan sebelum) Y1 (Pendapatan Sesudah)
H0 : Pendapatan sebelum TWI= Pendapatan sesudah TWI
H1 : Pendapatan Sebelum TWI ≠ Pendapatan sesudah TWI
G. Kajian Pustaka
Wakaf merupakan salah satu instrumen-instrumen ekonomi Islam selain
zakat, infak, sedakah, dan instrumen lainnya yang dapat membawa kepada tingkat
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat. Instrumen wakaf uang yang
berkembang saat sekarang ini merupakan sebuah inovasi instrument financial
Islam. Wakaf uang membuka peluang-peluang unik bagi penciptaan investasi
keagamaan, pendidikan, dan pelayanan sosial. Instrumen ini pertama kali
diperkenalkan oleh Prof. Dr. M. A. Manan melalui lembaga SIBL (social
invesment bank limited) dengan meluncurkan sebuah produknya berupa sertifikat
wakaf uang (cash waqf certificate).
Secara garis besar wakaf uang dapat diartikan sebagai penyerahan hak
milik berupa uang tunai kepada seseorang atau lembaga nazhir dengan ketentuan
bahwa hasil dan manfaatnya digunakan untuk amal kebajikan sesuai dengan
syariat Islam dengan tidak mengurangi atau menghilangkan pokoknya.
Dalam konteks untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi di masyarakat
khususnya, dan umumnya di tanah air Indonesia, banyak yang telah melakukan
penelitian tentang pengelolaan wakaf. Diantaranya Nurhasanah (2003),
mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pernah membahas tentang “wakaf
uang sebagai alternatif dalam berwakaf’, pembahasan ini masih dalam ruang
lingkup teoritis.
Rida Weni (2003) juga pernah melakukan penelitian tentang “peranan
wakaf dalam menunjang perekonomian umat”. Sifat penelitiannya juga masih
cenderung kepada dasar-dasar perwakafan berdasarkan ajaran Islam.
Kemudian pada tahun 2005, Muhammad Arroisy pernah melakukan
penelitian tentang “optimalisasi wakaf melalui wakaf investasi”, dan
menyimpulkan bahwa wakaf investasi itu adalah suatu produk wakaf yang
menggabungkan wakaf tunai dengan investasi reksadana syariah, dimana investor
dapat menempatkan dana pada suatu reksadana syariah, dan mewakafkan
sebagian atau seluruh dari investasinya sebagai harta wakaf.
Adapun Penelitian tentang efektivitas lembaga wakaf dalam
mengumpulkan dan mengelola wakaf belum dilakukan. Karena itu, penulis
memandang perlu dilakukan penelitian mengenai: “Efektivitas Tabung Wakaf
Indonesia (TWI) dalam Penghimpunan dan Pendayagunaan Wakaf”. Studi kasus
pada Lembaga Tabung Wakaf Indonesia (TWI).
H. Kerangka Pemikiran
Wakaf dalam Islam telah dimulai bersamaan dengan dimulainya masa
kenabian Muhammad saw di Madinah yang ditandai dengan Masjid Quba,
kemudian disusul dengan pembangunan Masjid Nabawi yang dibangun diatas
tanah anak yatim dari bani Najjar. Dalam buku sirah nabawiyah diberitahukan
bahwa sahabat Utsman Bin Affan ra telah mewakafkan sumur yang airnya
dipergunakan untuk memberi minum kaum muslimin. Wakaf lain yang dilakukan
pada zaman Rasulullah saw adalah wakaf tanah khaibar dari Umar bin Khathab
ra.9
Wakaf dalam Islam banyak tumbuh dan terus berkembang di zaman
sahabat seperti wakaf tanah dan perkebunan yang banyak tersebar di Madinah,
Makkah, Khaibar, Syam, Iraq, Mesir dan negara Arab lainnya. Sejak saat itu
wakaf berkembang sangat pesat dan mengapai puncaknya pada masa
pemerintahan Abbasiah. Perkembangan ini terus berlanjut hingga masa-masa
berikutnya dan mencapai puncaknya di berbagai negara-negara Islam seperti di
Mesir, Syam, Turki, Andalusia, dan Maroko. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya jumlah wakaf yang mencapai sepertiga tanah pertanian yang ada di
negara-negara tersebut.10
Kemudian di Barat sejak jatuhnya pemerintahan Romawi wakaf hanya
ada dalam satu bentuk yaitu berupa gereja hingga awal abad ke-13. karena pada
saat itu di Eropa Tengah, Jerman dan beberapa negara lainnya telah muncul
sebagian bentuk wakaf sosial yang kemudian dikelola oleh sebuah badan wakaf
yang disebut foundation yang bertujuan untuk memberikan pelayanan umum
kepada masyarakat, baik berupa pelayanan kesehatan, pendidikan maupun
9 Dr Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Khalifa, 2003), h. 6 10 Ibid., h. 17
bimbingan dan penyuluhan agama.11
Sedang di Amerika Utara, yayasan terbentuk
dalam dua corak: pertama yayasan sosial (public foindation). Kedua yayasan
pribadi (private foundation).
Di Indonesia wakaf sebenarnya mempunyai peranan yang sangat besar
dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya di bidang ekonomi. Tapi
semua itu belum dapat dirasakan oleh masyarakat karena Peruntukan wakaf di
Indonesia yang kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat dan
cenderung hanya untuk kepentingan-kepentingan ibadah khusus. Dapat
dimaklumi, karena memang pada umumnya ada keterbatasan umat Islam tentang
pemahaman wakaf, baik mengenai harta yang diwakafkan maupun
peruntukannya. Pada umumnya, masyarakat memahami bahwa peruntukan wakaf
hanya terbatas untuk kepentingan peribadatan khusus dan hal-hal yang lazim
dilaksanakan di Indonesia seperti masjid, mushola, pondok pesantren, sekolah,
makam, dan sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam
bentuk suatu usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya kaum fakir miskin. Apabila peruntukan wakaf hanya
terbatas pada hal-hal di atas tanpa diimbangi dengan wakaf yang dikelola secara
produktif, maka kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang diharapkan dari
lembaga wakaf tidak akan dapat terealisasi secara optimal.
Agar wakaf di Indonesia dapat terealisasi secara optimal dan dapat
memberikan kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi masyarakat, maka perlu
11 Ibid., h. 11
adanya sebuah lembaga yang profesional untuk memberdayakan wakaf di
Indonesia, baik wakaf benda bergerak maupun wakaf benda tidak bergerak agar
dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
Berdasarkan kerangka permikiran konseptual tersebut, maka arah dan
mekanisme penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :
I. Metodologi Penelitian.
1. Pendekatan penelitian
Mayoritas
Masyarakat Indonesia
Beragama Islam
Peningkatan Taraf
Hidup Masyarakat
Diberbagai Bidang
Sangat Tinggi
Potensi
Wakaf Cukup
Besar
UU No. 41 Th. 2004,
Tabung Wakaf Indonesia (TWI),
Pengelolaan Asset Wakaf Tidak
Tetap dan Uang, serta
SDM Pengelola Tersedia
Manajemen Tabung Wakaf
Indonesia (TWI) Akan Lebih
Efektif Dalam Pengelolaan Dana
Wakaf
Harapan:
Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat Meningkat,
Kemiskinan Teratasi,
Hidup Sejahtera Tercapai.
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan statistik
diskriptif12
yang mana untuk menggambarkan atau menganalisa hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Penelitian tetap menggunakan sampel, tapi peneliti tidak bermaksud untuk
membuat kesimpulan untuk populasi dari mana sampel diambil karena jumlah
sampelnya tidak representatif.
2. Jenis penelitian.
a. Field Research.
Dalam penelitian ini, penulis langsung meneliti pada obyek
penelitian yaitu pada lembaga Tabung Wakaf Indonesia.
b. Library Research
Dalam metode ini penulis melakukan penelitian dengan
mempelajari buku-buku kepustakaan, literature, artikel, bahan-bahan
kuliah yang berkaitan erat dengan pembahasan skripsi ini, terutama yang
berkaitan langsung dengan wakaf.
3. Jenis data
a. Data primer; yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang
berkepentingan atau yang memakai data tersebut.13
b. Data sekunder; yaitu data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh
orang yang berkepentingan dengan data tersebut.14
12 Ali Mauludi AC, MA, Statistika I, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 3 13 Dr. Boediono dan Dr. Ir. Wayan Koster, M.M, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probalitas,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 7 14 Ibid., h. 7
4. Teknis pengumpulan data.
a. Wawancara
b. Quisioner
5. Metode analisa.
Dalam menganalisa data, metode yang digunakan adalah :
a. Deskriptif yaitu sebuah analisa data yang menampilkan data dengan tabel
frekuensi.
b. Komparatif yaitu sebuah analisa dengan membandingkan antara
Efektivitas sebelum adanya Tabung wakaf indonesia dan Efektivitas
sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
6. Sampel.
Dalam penelitian ini menggunakan seluruh karyawan Tabung Wakaf
Indonesia (TW) sebagai sampel yaitu sebanyak 6 orang karyawan.
7. Uji hipotesa dan signifikansi
Sesuai dengan hipotesa yang telah dibuat, apakah hipotesa nol (H0)
diterima atau ditolak, maka harus diuji signifikansi. Tujuan dari uji
signifikansi adalah untuk menjeneralisasi populasi.
Uji hipotesa dalam penelitian ini adalah menggunakan uji t yakni
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n
dd∑
= )1(
)(22
2
−
=∑ ∑
nn
ddnS
d
2
dd SS = t = nS
ud
d
D
/
−
Keterangan:
t = t hitung
d = Rata-rata selisih nilai dua kelompok
du = Selisih rata-rata sebelum dan sesudah pengamatan = 0
dS = Simpangan baku nilai-nilai d
2dS = Variansi selisih Y-X
15
n = Jumlah sampel
µD = 0, karena pada hipotesa nol (menerima H0) Efektivitas sebelum adanya
Tabung Wakaf Indonesia = Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf
Indonesia.
Uji signifikansi dalam penelitian ini adalah dengan memakai uji t tabel
dengan taraf kesalahan 5%
Menolak H0 Menerima H0 Menolak H0
(ada perbedaan -) (tidak ada perbedaan) (ada perbedaan +)
15 Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probalitas, h. 459
t tabel negatif (-) 0 t tabel positif (+)
Keterangan:
a. Apabila t hitung > t tabel positif (+) maka menolak H0, ada perbedaan
Efektivitas sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
b. Apabila t hitung < t tabel negatif (-) maka menolak H0, ada perbedaan
Efektivitas sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
c. Apabila t tabel negatif (-) < t hitung < t tabel positif (+) berarti
menerima H0, tidak ada perbedaan Efektivitas sebelum dan sesudah
adanya Tabung Wakaf Indonesia.
8. Teknis penulisan
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan
Skripsi, Tesis, Disertasi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press 2007, dengan
pengecualian kutipan terjemahan al-Quran dan al-Hadits ditulis satu spasi.
J. Sistematika Penulisan.
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis membuat skripsi ini
membagi menjadi beberapa bab dan setiap bab terdiri dari sub bab dengan
sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN.
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, mamfaat/ kegunaan
penelitian, variabel penelitian, hipotesa, kajian pustaka, kerangka
pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : TINJAUAN UMUM TENTANG EFEKTIVITAS DAN WAKAF
Bab ini menjelaskan tentang defenisi Efektivitas, tolak ukur
Efektivitas, dan membahas tentang konsep wakaf serta membahas
tentang paradigma wakaf baru di Indonesia.
Bab III : GAMBARAN UMUM LEMBAGA TABUNG WAKAF
INDONESIA ( TWI )
Bab ini menerangkan sejarah berdirinya, visi, misi, tujuan, sasaran,
target, identitas, struktur organisasi dan produk-produk tabung
wakaf Indonesia.
Bab VI : ANALISA DATA
Membahas hasil yang telah diteliti
Bab V : Penutup.
Memuat tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Efektivitas
1. Defenisi Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mempunyai beberapa arti
antara lain: (1) ada efeknya (akibatnya, pengaruh, dan kesan), (2) manjur atau
mujarrab, (3) membawa hasil, berhasil guna (usaha tindakan) dan mulai
berlaku. Dari kata itu muncul pula keefektifan yang diartikan dengan keadaan,
berpengaruh, hal terkesan, kemanjuran dan keberhasilan.16
Menurut Peter
Drucker, efektifitas eret kaitannya dengan efesiensi, dimana efesiensi berarti
mengerjakan sesuatu dengan benar (doing thing right), sedangkan efektivitas
adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right things).17
Dalam
bahasa yang sederhana lagi dapat kita artikan bahwa efisiensi adalah
kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan sumber daya dengan
benar dan tidak ada pemborosan. Sebaliknya efektivitas adalah kemampuan
suatu perusahaan dalam mencapai sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah
ditetapkan secara cepat.18
16 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998), h. 219 17 Amirullah dan Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004),
cet ke-2, h. 8 18 Ibid
Dari segi hasil, suatu usaha dapat dikatakan efisiensi kalau usaha
tersebut memberikan hasil terbaik, baik dalam arti mutu maupun jumlah dari
pada hasil yang dikehendaki. Dari segi usaha, suatu usaha dapat dikatakan
efisien apabila usaha yang dijalankan dapat dicapai dengan usaha yang
teringan, dalam artian pemakaian tenaga, jasmani, pikiran, waktu, dan uang.
Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah
ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu
perusahaan telah memperhatikan efektivitas operasionalnya. Dengan
demikian, dapat kita ambil kesimpulan bahwa antara efektivitas dan efesiensi
saling terkait satu sama lain, suatu perusahaan tidak hanya dituntut untuk
mengejar tujuan semata, akan tetapi bagaimana tujuan itu bisa dicapai dengan
cara yang efektif dan efesien.
Tabel 1.1
Efesiensi dan Efektivitas dalam manajemen
Penggunaan
Sumber Daya Pencapaian
Sasaran
Efesiensi (alat) Efektivitas (hasil akhir)
Pencapaian tinggi Pencapaian rendah Limbah tinggi Limbah rendah
Manajemen sukses :
Efesiensi tinggi dan Efektifitas tinggi
Sumber: Stephen P. Robins dan Mary Coulter19
Banyak perusahaan maupun lembaga sosial masyarakat yang bekerja
secara efesien tapi belum tentu bisa efektif. Suatu perusahaan bisa saja
melakukan tindakan-tindakan yang salah tapi dilakukan secara baik.
Misalnya, perusahaan membatasi pengeluaran untuk biaya promosi dengan
alasan efesiensi anggaran. Cara tersebut dianggab kurang tepat kalau disatu
sisi perusahaan ingin meningkatkan penjualan. Dengan demikian, dapatlah
dikatakan perusahaan yang mencapai kesuksesan adalah perusahaan yang
mampu menciptakan secara bersama-sama tingkat efesiensi dan efektivitas
yang tinggi.
2. Tolak Ukur Efektivitas
Dengan melihat pengertian efektivitas di atas, maka untuk mencapai
efektivitas rencana harus memenuhi syarat-syarat atau ukuran sebagai
berikut:20
a. Kegunaan.
Agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya yang
lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan
sederhana.
b. Ketepatan dan obyektivitas.
19 Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, edisi ke-6 (Jakarta: PT. Prenhallindo,
1999, h. 9 20 Dr. T. Hani Handoko, M. B. A, Manajemen, (Yogyakarta: DPFE-Yogyakarta, 2003), h.
103-105
Semua rencana harus di eveluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas,
nyata dan akurat.
c. Ruang lingkup.
Ruang lingkup disini perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan
(comprehensiveness), kepaduan (unity), dan konsistensi.
d. Efektivitas biaya.
Dalam hal ini efektivitas biaya menyangkut waktu, usaha dan aliran
emosional
e. Akuntabilitas.
Ada dua aspek akuntabilitas; pertama tanggung jawab atas pelaksanaan,
kedua tanggung jawab atas implementasi.
f. Ketepatan waktu.
Perencanaan, perubahan-perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat
menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan
waktu.
Tabel 1.2
Kegunaan
Ruang
lingkup
Ketepatan dan
Obyektivitas
Ketepatan
waktu
Efektivitas
biaya
Akuntabilitas
EFEKTIF
Sumber: Dr. T. Hani Handoko.
Sedangkan dalam manajemen Islam untuk mengatur hidupnya agar
efektif adalah sebagai berikut:21
a. Prinsip keseimbangan, maksudnya dalam menjalankan suatu kegiatan
seorang muslim haruslah berbuat, bertindak yang harmonis, pantas dan
wajar, tidak berlebih-lebihan, tidak juga kikir dan pelit.
b. Prinsip mencapai kemanfaatan, maksudnya seorang muslim dalam
menjalankan kegiatan usahanya harus bermanfaat bagi dirinya, bagi orang
lain, bagi lingkungan dan agamanya.
c. Prinsip tidak boros, yang dimaksud disini adalah setiap muslim dalam
menjalankan aktifitasnya dalam menggunakan harta, waktu, dan tenaga
tidak dipergunakan secara boros. Jika dilihat dari sudut ekonomi sifat
boros termasuk biaya sehingga dalam penggunaan biaya menjadi beban
dalam manajemen.
21 Mochtar Efendy, Manajemen Suatu Pengantar Berdasarkan Ajaran Islam, h. 153-158
d. Prinsip berlaku adil, maksudnya adalah seseorang yang ingin mencapai
tindakan yang efisien haruslah berlaku adil terhadap dirinya, terhadap
orang lain, dan adil dalam semua perbuatannya.
B. Konsep Wakaf
1. Defenisi wakaf
Banyaknya permasalahan sosial yang melanda bangsa Indonesia
terutama tuntutan akan kesejahteraan ekonomi, keberadaan lembaga wakaf
menjadi sangat strategis untuk dikembangkan. Disamping sebagai salah satu
aspek ajaran agama Islam yang berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan
ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan ekonomi. Karena itu perlu
adanya pendefenisian ulang terhadap wakaf agar bisa disesuaikan dengan
keadaan riil yang terjadi saat ini.
Wakaf berasal dari kata waqofa-yaqifu-waqfan-wuquufan yang berarti
berhenti, mencegah.22
Adapun wakaf juga bisa diartikan dengan kata al-habs
(menahan).23
Kata al-waqf adalah bentuk masdar dari ungkapan waqfu al-
syai’, yang berarti menahan sesuatu. Imam Atarah, dalam syairnya berkata:
”Untaku tertahan disuatu tempat, seolah-olah dia tahu agar aku bisa berteduh
di tempat itu. Dengan demikian, pengertian wakaf secara bahasa adalah
menyerahkan tanah kepada orang-orang miskin untuk ditahan. Diartikan
22 Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1989), h. 505 23 Dr. Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, (Jakarta: IIMaN Press, 2004), h.
37
demikian karena barang milik itu dipegang dan ditahan oleh orang lain,
seperti menahan ternak, tanah dan segala sesuatu.24
Dalam peristilahan syara’ wakaf adalah sejenis pemberian yang
pelaksanaanya dilakukan dengan jalan menahan kepemilikan, lalu menjadikan
manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud dengan wakaf adalah menahan
barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk
dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya.
Sedangkan cara pemanfaatannya adalah dengan menggunakan sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan.25
Definisi diatas adalah defenisi wakaf secara umum, kemudian para
ahli fiqih berbeda pendapat dalam mendefenisikan wakaf secara terperinci
lagi, sehingga mereka berbeda pendapat pula dalam memandang hakikat
wakaf itu sendiri, baik ditinjau dari aspek kontinyuitas waktu (ikrar), dzat
yang diwakafkan (benda wakaf), maupun pola pemberdayaan dan
pemanfaatan harta wakaf.
Abu Hanifah berpendapat bahwa wakaf adalah menahan sesuatu benda
yang menurut hukum Islam tetap milik si waqif dalam rangka
mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan.26
Dari definisi ini, maka
pemilikan harta wakaf tidak terlepas dari si waqif, waqif di benarkan
menariknya kembali bahkan waqif juga berhak untuk menjualnya. Apabila ia
24 Ibid., 37 25 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2003) h. 635 26 Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen
Bimmas islam, 2006), h.2
wafat, maka harta wakaf tersebut di wariskan kepada ahli warisnya. Jadi
menurut Abu Hanifah yang timbul dari wakaf itu hanyalah menyumbangkan
manfaat.
Lain dengan Imam Maliki, ia berpendapat bahwa wakaf itu tidak
melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif, namun wakaf
tersebut mencegah waqif melakukan tindakan yang dapat melepaskan
kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan waqif berkewajiban
menyedekahkan manfaat serta tidak boleh menarik kembali wakafnya.27
Kemudian Imam Syafi’i dan Ahmad ibnu Hambal berpendapat bahwa
wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif,
setelah sempurna prosedur perwakafan.28
Dalam hal ini waqif tidak berhak
melakukan apa saja di dalam barang yang diwakafkan, seperti menjual harta
wakaf atau mengambil kembali barang yang telah diwakafkan. Jika waqif
wafat, harta yang diwakafkan tidak menjadi milik ahli warisnya.
Mazhab lain mempunyai pendapat yang sama dengan mazhab ke tiga,
namun berbeda dari segi kepemilikan atas barang atau benda yang diwakafkan
yaitu menjadi milik maukuf ’alaihi (yang diberi wakaf), meskipun maukuf
’alaihi tidak berhak melakukan sesuatu tindakan atas benda wakaf tersebut,
baik menjual atau menghibahkannya.29
27 Ibid., h. 2 28 Ibid., h. 3 29 Ibid., h. 3-4
Dari defenisi wakaf tersebut jelaslah bahwa wakaf mempunyai
perbedaan dari ibadah sosial lainnya seperti zakat, infaq, sedekah dan hibah.
Dimana zakat adalah kadar atau ukuran harta tertentu, yang diberikan kepada
yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.30
Mahmud Syaltut, seorang ulama kontemporer dari Mesir, mendefenisikannya
sebagai ibadah kebendaan yang diwajibkan oleh Allah swt agar orang yang
kaya dapat meringankan beban orang yang miskin.31
Hal ini sejalan dengan
pendapat Yusuf Qardhawi yang mengatakan bahwa zakat adalah ibadah
maliyah yang diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pokok orang-orang
yang membutuhkan (miskin).32
Dengan demikian jelaslah bahwa antara zakat
dan wakaf mempunyai perbedaan. Zakat merupakan bagian dari harta yang
wajib dikeluarkan apabila telah cukup syaratnya dan ia termasuk dalam rukun
Islam serta tidak disyaratkan kekalnya benda yang dikeluarkan. Sedangkan
wakaf adalah pemberian harta yang disyaratkan barsifat kekal apabila diambil
manfaatnya serta terlarang bertindak hukum atas harta wakaf tersebut.33
Kemudian antara sedekah dan wakaf juga mempunyai perbedaan
dimana sedekah merupakan bentuk pemberian secara sukarela dan tidak
disyaratkan kekal zatnya sebagaimana wakaf serta boleh bertasyarruf atasnya,
30 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: CV Sinar Baru Bandung, 1987), h. 184. 31 Dr. A. Rahman Ritonga dan Dr. Zainuddin, M.A, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2002), Cet. ke-2, h. 171. 32 Yusuf Qardawi, Al-‘Ibadah fi al-Islam, (mesir: Muassasah al-Risalah, 1979), h. 235. 33 Drs. H. Abdul Halim, MA, Hukum Perwakafan di Indonesia. (Jakarta, Ciputat Press, 2005).
Cet. ke-1, h. 34.
sedangkan dalam wakaf disyaratkan bersifat kekal dan terlarang untuk
bertasyarruf terhadap harta wakaf tersebut.34
Dari tata cara transaksinya, wakaf dapat dipandang sebagai salah satu
bentuk amal yang mirip dengan sedekah. Yang membedakannya adalah dalam
sedekah, baik substansi atau aset maupun hasil atau manfaat yang diperoleh
dari pengelolaannya, seluruhnya ditransfer (dipindah tangankan kepada yang
berhak menerimanya) sedangkan pada wakaf yang ditransfer hanyalah hasil
atau manfaatnya, sedangkan substansi atau asetnya tetap dipertahankan.35
Perbedaan infaq dengan wakaf adalah infaq merupakan suatu bentuk
pemberian yang dilakukan berdasarkan keikhlasan sebagai rasa syukur atas
rizki yang didapatkan dan sedikit-banyaknya harta yang dikeluarkan tidak
ditentukan, begitu juga dengan bendanya tidak disyaratkan kekal. Sedangkan
wakaf merupakan pemberian harta yang disyaratkan kekal zatnya untuk
diambil manfaatnya serta terlarang untuk melakukan tasyarruf atas harta
tersebut.36
Kemudian wakaf dan hibah jaga mempunyai perbedaan, dimana hibah
adalah pemberian dari seseorang kepada orang lain atas pertimbangan hanya
untuk mendapatkan ridha Allah swt dan keikhlasan semata yang didasari atas
rasa kasih sayang. Sedangkan pembentukan pemberian harta wakaf itu
berdasarkan nilai-nilai keagamaan dan semata-mata untuk mendekatkan diri
34
Ibid., h 34 35 Prof.Dr. M. Manan. Sertifikat Wakaf Tunai Sebuah Inofasi Instrumen Keuangan Islam.
(Depok, CIBER-PKTTI-UI, 2001), h. 30 36 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, h. 35
kepada Allah swt dan mempunyai kriteria tertentu.37
Kemudian dalam
masalah hibah tidaklah disyaratkan kekalnya materi benda yang dihibahkan,
sedangkan dalam wakaf sebagai syarat kekalnya benda yang diwakafkan. Dan
terhadap harta hibah pihak penerima hibah boleh bertindak hukum dan
mentransaksikannya, sedangkan dalam masalah harta wakaf tidak boleh
bertindak hukum seperti hibah, karena harta benda wakaf itu bukan milik
penerima wakaf (maukuf ’alaihi) melainkan milik Allah swt.38
Perbedaannya lain antara hibah dan wakaf adalah dalam hibah,
substansi atau asetnya dapat dipindah tangankan dari seseorang kepada orang
lain tanpa ada persyaratan, sedangkan pada wakaf ada persyaratan
penggunaan yang telah ditentukan waqif. Tujuannya sama-sama dilandasi
semangat keagamaan.39
2. Dasar Hukum Wakaf
a. Dasar Hukum Islam
1) Dalil-dalil dari al-Qur’an
����ن ������ ا���� وا����ا� )77: 22/ا���(
Artinya:”Perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”
(QS: al-Hajj: 77)
37 Ibid., h. 36 38 Ibid., h. 38 39 Prof. Dr. M.A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam,
h. 30
Dalam ayat ini sama sekali tidak terdapat kata-kata yang
menegaskan perintah untuk berwakaf, akan tetapi kenapa para ulama
menjadikan dalil ini sebagai dasar hukum dalam berwakaf. Pada
dasarnya, wakaf merupakan amal yang mendekatkan diri manusia
kepada tuhannya. Karena itu manusia diperintahkan untuk berbuat
kebajikan. Para faqih berpendapat bahwa infaq kepada kebajikan
itulah yang membuat wakaf sebagai ibadah yang mendekatkan diri
manusia kepada tuhannya.
Di dalam ayat yang lain juga disebutkan:
�*�ا �(�) ا�'�� �&%��ا ��&��*�ا وم% ��',�ن م�% &� م�
)92: 3/ال 3�ان( .3��� �2 ا���2 1�ن� 0/ءArtinya: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta
yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya" (QS: Āli ‘Imrān: 92)
Ayat inilah yang membuat Abu Thalhah semangat
menyedekahkan atau mewakafkan perkebunannya untuk keluarga dan
keturunannya atas nasehat dari Rasulullah saw. Diantara keluarga yang
mendapat wakaf dari Abu Thalhah adalah Hassan bin Tsabit.
Kemudian di dalam surat al-Baqarah juga disebutkan:
أن'(B�'� C آ;: ا���2 س'�: �/ أم�ا�<� ی&�*�ن ا��=ی� م;:
E'س&%�: س /� F:آ B�'&س BG%م B�'� 2وا��� H3%Iی ��
)261: 2/ا�'*�ة ( .3��� واسE وا���2 یJ%ءArtinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS: al-Baqarah:
261)
Dalam ayat ini juga tidak terdapat lafadz yang memerintahkan
untuk berwakaf tapi yang tertulis adalah lafadz yunfiquuna
amwaalahum fi sabilillah. Dikatakan menafkahkan harta di jalan Allah
swt bukan sekedar memberikan harta kepada orang-orang miskin akan
tetapi menafkahkan harta di jalan Allah swt dalam ayat ini meliputi
belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah
sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
2) Sunnah Rasulullah saw
: %لQ ���سو 3��2 ا )P� ا ل�سر ن�ا ة�ی�ه /�ا 3�
PXQB ,%ث�ث �م �Tا �2UE 3*نا اTن�%ن %تم اذا
Yی%رB, ی 3�� وا&)�E �2 �و واX P�%Z یX3� �2) [روا
40)م���
Artinya: ”Dari Abu Hurairah ra; seseungguhnya Rasulullah saw
bersabda ” apabila anak Adam (meninggal dunia, maka
putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sadaqoh jariyah,
ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan
orang tuanya” (HR: Muslim)
Adapun penafsiran sedekah jariyah dalam hadis di atas adalah:
ا�^%ریB ا�[BQX ا���%ء ��� TنHQ 2 ا�� �%ب �/ ذآ�]
HQ��%�41
40 Muslim, Shohih Muslim, (Libanon: Dar al-Fikr, 1993), Juz.2, h. 70 41 Depertemen Agama, fiqih wakaf, h. 7
Artinya: Hadits tersebut dikemukakan dalam bab wakaf, karena para
ulama menafsirkan sedekah jariyah dengan wakaf (Imam
Muhammad Ismail al Kahlani, tt, 87)
Dalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda:
���سو 3��2 ا �)P /'�&�� �3 %لQ : %لQ �3 �ا� 3� _3ا T% Q,aم _Pا �� �'��� /� /(ا�� س<� �BG%ا ن�ا�ا نا تدرا QX %<&م )��ا]�Xا�&� %ل*� ,%<� ق'/ ���P :
42))ا�&�%G) روا] ( %<ن�ث :'Fسو %<P�ا d'�ا
Artinya: ”Dari Ibnu Umar, ia berkata: “Umar mengatakan kepada
Nabi saw saya mempunya seratus dirham saham di Khaibar.
Saya belum pernah mendapat harta yang paling saya kagumi
seperti itu. Tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi saw
mengatakan kepada Umar: tahanlah (jangan jual, hibahkan
dan wariskan) asalnya (modal pokok) dan jadikan buahnya
sedekah untuk sabilillah ”. (HR : Al-Nasaiy)
b. Dasar Hukum Pemerintah Republik Indonesia
Di Indonesia ada beberapa peraturan yang mengatur masalah
perwakafan, yaitu Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam, Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) yang diatur dalam pasal 5,
pasal 14 ayat 91 dan pasal 49, PP No. 28 tahun 1997 tentang wakaf tanah
milik, Undang-undang No. 41 tahun 2004, dan PP No. 42 tahun 2006.
Adapun yang mengatur tentang wakaf tunai hanya terdapat dalam
Undang-undang No. 41 tentang wakaf dan PP No. 42 tahun 2006. Dalam
UU No. 41 tahun 2004 dikatakan bahwa:
a) Pengaturan benda wakaf bergerak berupa uang dan sejenisnya
(giro, saham, dan surat berharga lainnya), selain harta benda wakaf
tidak bergerak (tanah dan bangunan).
42 Al-Nasaiy, Sunan Al-Nasaiy, (Libanon: Dar al-Fikr, 1995), h. 234
b) Wakaf benda bergerak berupa uang dapat dilakukan melalui
lembaga keuangan Syariah.
c) Dari hasil pengelolaan wakaf secara produktif tersebut, dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan:
1) Sarana dan kegiatan ibadah.
2) Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan.
3) Bantuan pada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu,
beasiswa.
4) Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat.
5) Kemajuan kesejahteraan umum lainnya.
d) Dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf secara
produktif, nadzhir dapat bekerja sama dengan pihak ketiga IDB,
investor, perbankan Syariah, LSM dan lain-lain.
e) Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan
harta benda wakaf, akan dibentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI)
yang bersifat independen dan dapat membentuk perwakilan di
propinsi dan kabupaten jika dianggap perlu.
Adapun PP No. 42 tahun 2006 adalah tentang pelaksanaan
Undang-undang No. 41 tahun 2004. yang menarik dalam PP ini adalah
bahwasanya nadzir ditentukan oleh BWI (Badan Wakaf Indonesia) yang
sebelumnya belum diatur dalam Undang-undang No. 41 tahun 2004.
3. Syarat dan Rukun Wakaf
Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhinya rukun dan syaratnya.
Adapun rukun43
dan syarat wakaf adalah:
a. Redaksi wakaf/ shighat (pernyataan atau ikrar waqif sebagai suatu
kehendak untuk mewakafkan sebagian harta bendanya).
Shighat wakaf adalah segala ucapan, tulisan atau isyarat dari orang
yang berakad untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa yang
diinginkannya.44
43 Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, h. 640
Adapun lafadz shighat wakaf ada dua macam, yaitu:
1) Lafadz yang jelas (sharih). seperti menggunakan redaksi waqaftu45
atau habastu atau sabbaltu.46
Bila lafadz ini dipakai dalam ijab wakaf,
maka sah lah wakaf tersebut, sebab lafadz tersebut tidak mengandung
suatu pengertian lain kecuali kepada wakaf.
2) Lafadz kiasan (kinayah). Seperti shaddaqtu, harramtu, dan abbadtu.47
Kalau lafadz ini yang dipakai harus dibarengi dengan niat wakaf.
Sebab lafadz shaddaqtu bisa berarti sedekah wajib dan bisa berarti
sedekah sunnah. Lafadz harramtu bisa berarti dzihar, tapi juga berarti
wakaf. Kemudian lafadz abbadtu bisa berarti semua pengeluaran harta
benda untuk selamanya. Sehingga semua lafadz kiasan yang dipakai
untuk mewakafkan sesuatu harus disertai dengan niat wakaf yang
tegas.
b. Orang yang mewakafkan(waqif).
Orang yang mewakafkan (waqif) disyaratkan memiliki kecakapan
hukum dalam membelanjakan hartanya. Ada empat kriteria yang harus
terpenuhi:
1) Berakal sehat
Para ulama sepakat bahwa waqif haruslah berakal dalam pelaksanaan
akad wakaf, begitu pula dalam kelangsungan pengelolaannya. Untuk
44 Departemen Agama, Fiqih Wakaf, h. 55 45 Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, h. 640 46 Departemen agama, Fiqih Wakaf, h. 56 47 Ibid., h. 56
itu, tidaklah sah jika wakaf diberikan oleh orang gila, karena dia tidak
berakal, tidak pula dapat membedakan sesuatu dan dia tidak layak
untuk melakukan kesepakatan (akad) dan aturan.48
2) Merdeka.
Merdeka adalah salah satu syarat bagi seorang waqif salam
mewakafkan hartanya. Syarat ini ditetapkan dengan pertimbangan
bahwa budak atau hamba sahaya tidak memiliki apa pun, sekiranya dia
mendapat izin untuk berdagang hal itu terbatas untuk berdagang saja,
tidak mencakup izin untuk bersedekah. Jadi, wakaf dari budak tidaklah
boleh, karena dia tidak punya hak atas hartanya.49
3) Dewasa.
Wakaf yang berasal dari anak-anak yang belum baligh hukumnya
tidak sah. Sebab, jika ia belum dapat membedakan sesuatu, ia tidak
layak umtuk bertindak sekehendaknya.50
4) Tidak berada dibawah pengampuan (boros/ lalai)51
Kaidah fiqih mengatakan bahwasanya wakaf dari orang yang boros
dan bodoh, yang masih dalam tanggungan tidaklah sah. Sebab sedekah
48 Abid Abdullah, Hukum Wakaf, h. 219 49 Ibid., h. 229 50 Ibid., h 224 51 Departemen Agama, Fiqih Wakaf, h. 22
itu tidaklah sah kecuali dilakukan dengan kesadaran dan keinginan
sendiri.52
c. Mauquf ’alaih (pihak yang menerima wakaf).
Yang dimaksud dengan mauquf ’alaih adalah tujuan wakaf
(peruntukan wakaf).53
Disini ulama fiqih berbeda pendapat dalam
mensyaratkan penerima wakaf, karena pada dasarnya wakaf adalah ibadah
yang mendekatkan diri manusia pada tuhannya, karenanya penerima
wakaf (mauquf ’alaih) haruslah pihak kebajikan. Mengenai ibadah disini,
apakah ibadah menurut pandangan Islam ataukah menurut keyakinan
waqif atau keduanya.
Mazhab Hanafi mensyaratkan agar mauquf ’alaih (yang diberi
wakaf) ditujukan untuk ibadah menurut pandangan Islam dan menurut
keyakinan wakaf.54
Mazhab Maliki mensyaratkan agar mauquf ’alaih (peruntukan
wakaf) untuk ibadah menurut pandangan waqif.55
Mazhab Syafi’i dan Hambali mensyaratkan agar mauquf ’alaih
(peruntukan wakaf) untuk ibadah menurut pandangan Islam saja, tanpa
memandang keyakinan waqif.56
d. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan).
52 Abid Abdullah, Hukum Wakaf, h. 227 53 Departemen Agama, Fiqih Wakaf, h. 46 54 Ibid., h. 46 55 Ibid., h. 47 56 Ibid., h. 47
Adapun syarat sahnya barang atau harta yang diwakafkan adalah
sebagai berikut:
1) Harta wakaf itu memiliki nilai (ada harganya)
Harta yang ada nilainya adalah harta yang dimiliki oleh orang dan
dapat digunakan secara hukum (sah) dalam keadaan normal ataupun
tertentu. Seperti uang, buku, dan harta lain yang tidak dapat
berpindah.57
2) Harta wakaf itu jelas bentuknya
Fuqaha mengharuskan syarat sahnya harta wakaf adalah harta itu harus
diketahui secara pasti dan tidak mengandung sengketa. Oleh karena
itu, meskipun waqif mengatakan: aku wakafkan sebagian dari hartaku,
namun tidak ditunjukkan hartanya maka batal (tidak sah) wakafnya.58
3) Harta wakaf merupakan hak milik dari waqif
Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan fuqaha bahwa wakaf tidak
sah, kecuali jika wakaf itu berasal dari harta milik sendiri. Sebab,
wakaf adalah satu tindakan yang menyebabkan terbebasnya satu
kepemilikan menjadi harta wakaf.59
4) Terpisah, bukan milik bersama (musya’)
57 Abid Abdullah, Hukum Wakaf, h. 248 58 Ibid., h. 249 59 Ibid., h. 251
Harta wakaf bisa saja berupa harta yang bercampur (milik umum) dan
bisa juga harta yang terpisah dari harta lainnya. Namun, para ulama
sepakat bahwa harta wakaf tidak boleh berupa harta yang bercampur.60
4. Macam-macam wakaf
a. Wakaf ahli
Wakaf ahli yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang
tertentu, seorang atau lebih, keluarga si waqif atau bukan. Wakaf seperti
ini juga disebut wakaf dzurri.61
Apabila ada seseorang mewakafkan sebidang tanah kepada
anaknya, lalu kepada cucunya, wakafnya sah dan yang berhak mengambil
manfaatnya adalah mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. Wakaf
jenis ini (wakaf ahli/ dzurri) kadang-kadang juga disebut wakaf ’alal
aulad, yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan dan jaminan
sosial dalam lingkungan keluarga (famili), lingkungan kerabat sendiri.62
b. Wakaf khairi
Wakaf khairi adalah wakaf yang secara tegas untuk kepentingan
agama (keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan umum).63
Seperti
yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah,
jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan lain sebagainya.
60 Ibid., h. 277 61 Depertemen Agama, Fiqh Wakaf, h. 14 62 Sayyid Sabiq, Fiqhu as-Sunnah, (Lebanon: Dar al-‘Arabi, 1971), h. 378 63 Ibid., h. 378
Kalau kita lihat dalam tinjauan penggunaanya, wakaf jenis ini jauh
lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan jenis wakaf ahli, karena
dalam wakaf khairi ini banyak pihak-pihak yang ingin mengambil
manfaat, tidak dibatasi pada pihak keluarga dan karib kerabat semata. Dan
jenis inilah yang sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan perwakafan
itu sendiri secara umum. Dalam jenis wakaf ini juga, si waqif dapat
mengambil manfaat dari harta yang di wakafkan itu seperti wakaf masjid
maka si waqif boleh saja disana, atau mewakafkan sumur, maka si waqif
boleh mengambil air dari sumur tersebut sebagaimana pernah di lakukan
oleh Nabi dan sahabat Utsman ibnu Affan.
5. Pemanfaatan Harta Wakaf
Sepanjang sejarah Islam, wakaf telah memerankan peran yang sangat
penting dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan sosial, budaya, ekonomi,
dan masyarakat Islam. Selain itu, keberadaan wakaf juga telah banyak
memfasilitasi para sarjana dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan
prasarana yang memadai untuk melakukan riset dan pendidikan, sehingga
dapat mengurangi ketergantungan dana pada pemerintahan. Kenyataan
menunjukkan, institusi wakaf telah menjalankan sebagian dari tugas-tugas
pemerintahan. Berbagai bukti menunjukkan, sumber-sumber wakaf tidak
hanya digunakan untuk membangun perpustakaan, ruang-ruang belajar, tetapi
juga untuk membangun perumahan siswa, riset, jasa-jasa foto copy, pusat seni
dan lain-lain.
Manfaat wakaf dalam kehidupan dapat dilihat dari segi hikmahnya,
setiap peraturan yang disyariatkan Allah kepada makhluknya baik berupa
perintah atau larangan, pasti mempunyai hikmah dan manfaat yang begitu
besar bagi kehidupan manusia khususnya bagi umat Islam. Diantara hikmah
yang terkandung di dalam harta wakaf dan yang langsung dirasakan oleh
manusia diantaranya:
a. Harta benda yang di wakafkan dapat tetap terpelihara dan terjamin
kelangsungannya.
b. Pahala dan keuntungan bagi si waqif akan tetap mengalir walaupun suatu
ketika ia telah meninggal dunia, selagi benda wakaf itu masih ada dan
dapat dimanfaatkan, sepanjang itu pula pahala akan mengalir terus dalam
dirinya.
c. Wakaf merupakan salah satu sumber dana yang sangat besar manfaatya
dalam kehidupan agama dan umat.64
Dengan demikian wakaf mempunyai peranan yang sangat penting
untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi selain dari zakat, karena wakaf
juga dapat membantu masyarakat yang miskin, baik miskin dalam artian
ekonomi maupun tenaga, di lain pihak juga bertujuan untuk meningkatkan
pembangunan keagamaan, disamping itu wakaf juga dapat membentuk jiwa
64 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, h.40-42
sosial ditengah-tengah masyarakat, dapat juga mendidik manusia agar
manusia mempunyai tenggang rasa terhadap sesamanya.
Hal ini sejalan dengan Ahmad Jarjawi yang mengatakan ”apabila
orang-orang kaya itu mewakafkan hartanya kepada orang-orang fakir, maka
akan diberi atas mereka pahala sedekah yang dapat menggembirakan pihak
fakir miskin karena telah mengeluarkan dari belenggu kesulitan dan
melepaskan mereka dari malapetaka yang menimpa mereka selama ini. Bagi
si waqif akan menerima kemuliaan dari Allah Azza Wa Jalla”.65
C. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia: Wakaf Tunai
1. Definisi Wakaf Tunai
Selama ini, perbincangan tentang wakaf selalu diarahkan kepada
wakaf benda tidak bergerak seperti tanah, bangunan, pohon untuk diambil
buahnya dan sumur untuk diambil airnya. Sedangkan wakaf benda bergerak
baru mengemuka belakangan. Diantara wakaf benda bergerak yang ramai
dibincangkan belakangan ini adalah wakaf yang dikenal dengan istilah cash
waqf. Di Indonesia cash waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai, namun
kalau kita lihat obyek wakafnya adalah uang, lebih tepat rasanya kalau cash
waqf diterjemahkan dengan wakaf uang.
Wakaf tunai (wakaf uang) adalah wakaf yang dilakukan seseorang,
kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.66
Terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum wakaf tunai. Imam al-
Bukhari mengungkapkan bahwa imam az-Zuhri berpendapat bahwa dinar dan
65 Ibid, h. 43 66 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf-Dirjan Bimmas Islam, 2006), h. 1
dirham (keduanya adalah uang yang berlaku di timur tengah ) boleh
diwakafkan. Caranya ialah dengan menjadikan dinar dan dirham itu sebagai
modal usaha (dagang), kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai
wakaf.67
Wahbah az-Zuhaili juga mengungkapkan bahwa mazhab Hanafi
membolehkan wakaf tunai sebagai pengecualian, atas dasar Istihsan bil ’Urfi
karena sudah banyak dilakukan masyarakat. Mazhab Hanafi memang
barpendapat bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan nash (teks).68
Menurut mazhab Hanafi cara melakukan wakaf tunai (mewakafkan
uang) adalah dengan menjadikannya modal usaha dengan cara mudharabah69
sedang keuntungannya disedekahkan kepada pihak wakaf.70
Ibnu Abidin mengemukakan bahwa wakaf tunai yang dikatakan
merupakan kebiasaan yang berlaku dimasyarakat adalah kebiasaan yang
berlaku di masyarakat Romawi, sedangkan di negeri lain wakaf tunai bukan
merupakan kebiasaan. Karena itu Ibnu Abidin berpandangan bahwa wakaf
tunai tidak boleh atau tidak sah. Mazhab Syafi’i juga berpandangan bahwa
wakaf tunai tidak sah. Menurut Al-Bakri, mazhab Syafi’i tidak membolehkan
wakaf tunai karena dirham dan dinar akan lenyap ketika dibayarkan sehingga
tidak ada lagi wujudnya.71
67 Ibid., h. 2 68 Ibid., h.3 69 Berdasarkan prinsip mudharabah, bank syariah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan
penabung maupun dengan pengusaha. Dengan penabung, bank akan bertindak sebagai mudharib
(pengelola) dan penabung sebagai shohibul maal (penyandang dana), sedangkan dengan pengusaha
bank akan bertindak sebagai shohibul maal dan pengusaha sebagai mudharip. Lihat: Muhammad
syafi’I Antonio, Bank Syariah; Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 137 70 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, h.3 71 Ibid., h. 3
Perbedaan pendapat di atas, bahwa alasan boleh dan tidak bolehnya
wakaf tunai berkisar pada wujud uang. Apakah wujud uang itu setelah
digunakan atau dibayarkan masih ada seperti semula, terpelihara, dan dapat
menghasilkan keuntungan lagi pada waktu yang lama? atau wujud uang itu
akan hilang begitu saja setelah diwakafkan. Namun kalau melihat
perkembangan sistem perekonomian yang berkembang sekarang, sangat
mungkin untuk melaksanakan wakaf tunai. Misalnya uang yang diwakafkan
itu dijadikan modal usaha seperti yang dikatakan mazhab Hanafi atau
diinvestasikan dalam wujud saham di perusahaan-perusahaan atau
didepositokan di perbankan Syariah, dan keuntungannya dapat disalurkan
sebagai hasil wakaf.72
Kalau kita lihat secara seksama, wakaf tunai atau wakaf uang yang
diinvestasikan dalam wujud saham atau deposito, wujudnya akan lebih tetap
terpelihara atau lebih tepatnya nilai uang akan tetap terpelihara, terjaga dan
menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu yang lama.
2. Manfaat Wakaf Tunai
Dalam sejarah Islam, wakaf telah di praktikkan baik dalam bentuk
benda tidak bergerak maupun wakaf produktif berupa wakaf uang (cash
waqf). Bahkan, ternyata wakaf uang (cash waqf) telah di praktikkan sejak
72 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf, h. 4
awal abad kedua hijriyah.73
Yaitu pada masa dinasti Ayyubiyah. Pada masa
ini, wakaf tidak hanya sebatas pada benda tidak bergerak tapi juga benda
bergerak seperti wakaf tunai.74
Jika membaca sejarah universitas Al-Azhar yang menjadi pusat
intelektual Islam terkemuka di dunia, maka kita akan temui bahwa motor
pembangkit yayasan tersebut adalah harta wakaf. Yang pertama kali memberi
wakaf adalah khalifah pada masa dinasti Fathimiyah yang kemudian diikuti
oleh kaum dermawan muslim lainnya.75
Imam Bukhari, menjelaskan bahwa Imam az Zuhri (W. 124 H) salah
seorang ulama terkemuka dan peletak dasar kodifikasi hadits (Tadwid al-
Hadits) mengeluarkan fatwa yang berisi anjuran melakukan wakaf dinar dan
dirham untuk pembangunan sarana da’wah, sosial, dan pendidikan umat
muslim.76
Imam Syafi’i juga menjelaskan paling tidak ada empat manfaat
yang terdapat dalam wakaf tunai (wakaf uang), yaitu:
a. Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi sehingga seseorang yang memiliki
dana terbatas pun bisa memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu
menjadi orang kaya (hartawan) terlebih dahulu.
73 Achmad Junaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif Sebuah Upaya
Progresif untuk Kesejahteraan Ummat, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), Cet Ke-3, h. 27 74 Departemen AgamaRI, Pedoman Pengelolaan Wakaf, h. 10 75 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta,
Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam, 2006), h. 36. 76 Djunaidi dan Thobieb, Menuju Era Wakaf Produktif, h. 27.
b. Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa
mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan
pertanian.
c. Dana wakaf tunai juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang cash flow-nya tidak stabil.
d. Pada waktunya, umat Islam akan dapat lebih mandiri dalam
mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus bergantung pada anggaran
pendidikan yang telah ditetapkan oleh negara yang memang semakin lama
semakin terbatas.77
Begitu besarnya peranan wakaf dalam menata kehidupan ekonomi,
sebab dengan adanya lahan atau modal yang dikelola secara produktif akan
membantu masyarakat yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, dan dari pengelolaan harta wakaf secara produktif tadi bisa juga
untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang tidak memiliki
pekerjaan. Selain dari manfaat yang dikemukakan oleh Imam Syafi’i, Umar
Thusun dalam sebuah surat khabar al-Arham No. 18730, tanggal 17 Januari
1937 juga mengatakan ada beberapa manfaat yang bisa kita ambil dari harta
wakaf, diantaranya:
a. Memelihara kekayaan negara dan menjaganya untuk tidak dijual atau
digadaikan.
77 Ibid., h. 28.
b. Memelihara harta peninggalan nenek moyang dan menjaga keutuhan
keluarga.
c. Harta benda wakaf keluarga selalu baru dan dinamis sesuai dengan
perkembangan waktu dan zaman.
d. Wakaf yang dikelola dengan baik dan produktif manfaatnya akan kembali
kepada keluarganya.
e. Harta wakaf terus bertahan dan tidak akan bangkrut meskipun negara
ditimpa krisis ekonomi, karena harta wakaf tetap dan akan terjaga
selamanya.78
3. Garis-garis Besar Operasional Wakaf Tunai
Ada beberapa garis-garis besar pengaturan operasionalisasi wakaf
tunai sebagaimana yang diterapkan SIBL, yaitu:
a. Wakaf tunai harus diterima sebagai sumbangan sesuai dengan syariah.
b. Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu dan rekeningnya dengan nama
yang telah ditentukan waqif.
c. Waqif mempunyai kebebasan memilih tujuan-tujuan sebagaiman
tercantum dalam 32 sasaran pemanfaatan wakaf tunai yang telah
ditentukan SIBL atau tujuan lain yang diperkenankan oleh syariah.
d. Wakaf tunai selalu menerima pendapatan dengan tingkat (rate) tertinggi
yang ditawarkan bank dari waktu ke waktu.
78
Ibid., h. 36-37
e. Kuantitas wakaf tetap utuh dan hanya keeuntungannya yang akan
dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan waqif.
f. Waqif dapat meminta bank mempergunakan keseluruhan profit untuk
tujuan-tujuan yang telah ia tentukan.
g. Waqif dapat juga meminta bank untuk merealisasikan wakaf tunai pada
jumlah tertentu untuk dipindahkan dari rekening waqif pada SIBL.
h. Atas setiap setoran wakaf tunai harus diberikan tanda terima dan setelah
jumlah wakaf tersebut mencapai jumlah yang ditentukan, barulah
diterbitkan sertifikat.
i. Prinsip dan dasar-dasar peraturan syariah wakaf tunai dapat ditinjau
kembali dan dapat berubah.79
79 M. A. Mannan, Serifikat Wakaf Tunai, h. 46-47
BAB III
GAMBARAN UMUM
TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI)
A. Latar Belakang
Pada bulan Juli 1993 telah berdiri sebuah lembaga sosial kemanusiaan
yang bernama Dompet Dhuafa Republika (DDR). Sebuah lembaga yang didirikan
sebagai jawaban atas keprihatinan beberapa pimpinan harian republika atas
kondisi umat Islam yang jauh dari kondisi ideal. Awal dari perjalanannya
merupakan perjuangan yang sangat berat dan sangat melelahkan, dan sekarang
perjuangan yang dirintis dari awal dengan banyak pengorbanan itu telah
membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, salah satunya diresmikannya
Dompet Dhuafa Republika (DDR) sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional
(LAZNAS) yang pertama pada tahun 2001.
Sepuluh tahun perjalanan DD melakukan gerakan membumikan zakat
sudah mulai berbuah, masyarakat sudah mulai menyadari bahwa setiap kekayaan
yang dimiliki terdapat hak orang lain didalamnya yang wajib dikeluarkan. Sebuah
fenomena yang patut disyukuri karena masyarakat semakin sadar bahwa zakat
merupakan sebuah pilar penting dalam penegakan perekonomian umat.
Melihat perkembangan ekonomi yang cukup lamban timbullah keinginan
yang kuat untuk mempercepat proses kebangkitan ekonomi umat, DDR terdorong
untuk menggali potensi dana umat selain zakat yang masih idle ditangan para
aghniya. Pada bulan Ramadhan 1425 H, DDR membuat sebuah unit fundrasing
baru yaitu menggali kembali wakaf sebagaimana yang telah dipraktikkan pada
masa Rasulullah saw dan para sahabatnya sebagai jawaban dari pencairan pilar
ekonomi umat Islam selain zakat.
Pengelolaan wakaf yang belum optimal berbanding terbalik dengan
potensi zakat yang sudah berjalan sebelumnya, hal ini menjadi tantangan baru
bagi DD untuk lebih mengoptimalkan peran wakaf, karena pemanfaatan wakaf
lebih fleksibel dibandingkan zakat yang sudah dibatasi dengan 8 asnaf.
Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara
terus menerus, menuntut kita untuk mencari alternatif solusi yang dapat
mendorongnya lebih cepat. Dan salah satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi
dan optimalisasi peran wakaf secara efektif serta profesional.
Agar perkembangan wakaf berkembang dengan baik dan lancar, secara
pasti dibutuhkan peran Nazhir Wakaf (Pengelola Wakaf) yang amanah dan
profesional sehingga penghimpunan, pengelolaan dan pengalokasian dana wakaf
menjadi optimal. Meski saat ini, kebutuhan akan adanya nazhir wakaf masih
belum mendapat perhatian utama dari umat.
Berdasarkan kondisi di atas dan melihat potensi wakaf yang sangat besar
maka pada Tanggal 14 Juli 2005, Dompet Dhuafa melaunching unit baru yang
bernama TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI), sebagai jawaban dan solusi
atas permasalahan wakaf.80
Diharapkan TWI dapat melakukan optimalisasi wakaf
sehingga wakaf dapat menjadi penggerak ekonomi umat. Seperti efek bola salju,
semakin lama semakin besar membawa kemaslahatan untuk umat. Selaku
pengelola wakaf (Nazhir Wakaf) khususnya wakaf uang tunai, diharapkan mampu
untuk mengalokasikannya harta wakaf secara tepat dengan profesionalitas dan
amanah, tentu dengan tuntunan al-Qur'an dan Hadits Rasulullah saw, serta
pertimbangan kebutuhan umat pada umumnya.
B. Visi dan Misi
1. Visi
“Membangkitkan peran wakaf sebagai penegak dan pembangkit ekonomi
umat”
2. Misi
“Mendorong pertumbuhan ekonomi umat serta optimalisasi peran wakaf
dalam sektor sosial dan ekonomi produktif”
C. Tujuan, Sasaran, Target, dan Pemetik Manfaat
1. Tujuan
Mewujudkan sebuah lembaga Nazhir Wakaf dengan model suatu
lembaga keuangan yang dapat melakukan kegiatan mobilisasi penghimpunan
harta benda dan dana wakaf guna memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat
sekaligus ikut mendorong pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi.
80 Wawancara pribadi dengan Herman Budianto. Depok, 30 Desember 2007.
2. Sasaran
Seluruh lapisan masyarakat yang memiliki kemampuan ber-wakaf dan
masyarakat yang menjadi sasaran program pemberdayaan Tabung Wakaf
Indonesia (TWI).
3. Target
Adapun target yang akan di capai oleh Tabung Wakaf Indonesia
(TWI) adalah sebagai beikut:
a. Tersedianya Sumber Daya Manusia Calon Pengelola Tabung Wakaf
Indonesia di berbagai fungsi dan tingkatan manajemen, serta staf dengan
kualifikasi profesional, amanah, dan kafa'ah.
b. Tabung Wakaf Indonesia dapat menjadi pendorong perkembangan wakaf
di Indonesia.
c. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat, khususnya pengguna jasa Lembaga
Keuangan Syariah dan masyarakat calon wakif lainnya yang ingin
berwakaf secara mudah, dan tepat sasaran sesuai dengan niat wakifnya.
d. Pemberdayaan dana wakaf untuk fasilitas sosial masyarakat dan investasi
pada sektor ekonomi produktif yang berasaskan syariat.
e. Menyalurkan benefit investasi untuk kemaslahatan umat.
4. Pemetik Manfaat
a. Pemetik Manfaat Langsung:
1) Waqif (yang ber-wakaf), yaitu kemudahan untuk melaksanakan
shodaqoh jariyyah wakaf.
2) Ma'uquf alaih (masyarakat penerima wakaf), yaitu pemanfaatan dana
wakaf untuk meningkatkan daya dan kualitas hidup, khususnya bagi
masyarakat kecil (dhuafa).
b. Pemetik Manfaat Tidak Langsung:
Adalah mitra usaha Nazhir Wakaf yang melakukan kerjasama
dengan Nazhir Wakaf melalui Tabung Wakaf Indonesia.
D. Bentuk dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 41/ 2004. Tabung Wakaf Indonesia
adalah Nazhir Wakaf berbentuk badan hukum, dan karenanya, persyaratan yang
insya-Allah akan dipenuhi adalah :
1. Pengurus badan hukum Tabung Wakaf Indonesia ini memenuhi persyaratan
sebagai Nazhir Perseorangan sebagaimana dimaksud pada pasal 9, ayat (1)
Undang-undang Wakaf No. 41/ 2004.
2. Badan hukum ini adalah badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Badan hukum ini bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/
atau keagamaan Islam.
4. Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan unit atau badan otonom dan
dengan landasan badan hukum Dompet Dhuafa Republika, sebagai sebuah
badan hukum yayasan yang telah kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai
Nazhir Wakaf sebagaimana dimaksud Undang-undang Wakaf tersebut.
E. Struktur Organisasi
F. Produk Tabung Wakaf Indonesia
Dalam mensosialisasikan wakaf tunai kepada masyarakat, Tabung Wakaf
Indonesia mengeluarkan beberapa produk-produk wakaf81
, yaitu:
1. Wakaf Naungan Illahi
Wakaf Naungan Illahi adalah wakaf yang diperuntukkan untuk lebih
mendekatkan diri dan memiliki niatan khusus kepada Allah swt, diantaranya:
mendapatkan ampunan atas segala dosa yang telah dilakukan, terhindar dari
musibah atau marabahaya yang mungkin akan terjadi, terhindar dari kerugian
usaha, dll.
81 Wawancara pribadi dengan Destri Merriyana. Jakarta, 9 November 2007 dan Herman
Budianto. Depok, 30 Desember 2007.
DIREKTUR
Divisi
Divisi Investasi
Divisi Support
Dewan Syariah
Sosial
Produktif
Markom
Marketing
Adm & Acc
HRD &
GA
C R
Q%ل رس�ل ا�����P 2) ا���2 2��3 وس��� م� : � أ�/ ه�ی�ة Q%ل 3ن��d 3� مeم� آ��B م� آ�ب ا�X,ن�% ن��d ا���2 3&2 آ��B م�
2�� �/ آ�ب ی�م ا�*�%مB وم� ی��� 3�) م��� ی��� ا���2 382)روا] م���(ا�X,ن�% واh�خ�ة
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya,
”Barang siapa yang melapangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka
Allah swt akan melapangkan kesulitannya di akhirat nanti. Dan barang siapa
yang memudahkan urusan seorang mukmin, maka Allah swt akan
mempermudah segala urusannya di dunia akhirat”. (HR Muslim).
Wakaf yang terkumpul akan disalurkan untuk beberapa program
keumatan:
a. Sosial, yaitu: program penyaluran wakaf langsung untuk sarana dan
prasarana institusi pelayanan umat:
1) LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma) adalah rumah sakit mini
khusus dhuafa.
2) SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah gratis unggulan
SMP-SMA.
3) IKI (Institut Kemandirian Indonesia) merupakan institut pencetak
entrepreneur dari kalangan dhuafa.
4) Dan program sosial lain yang sedang direncanakan oleh Tabung
Wakaf Indonesia.
b. Produktif, yaitu: program penyaluran wakaf untuk pemberdayaan dan
kegiatan ekonomi umat, diantaranya:
82 Brosur Tabung Wakaf Indonesia. Hadist ini terdapat dalam kitap Shohih Muslim Juz 2, h.
574
1) BMT (Baitul Maal wa Tamwil) merupakan institusi pendamping
pengusaha kecil.
2) Kampung ternak merupakan program pemberdayaan dan peningkatan
ekonomi peternak kambing.
3) Pengembangan usaha kecil menengah lainnya yang mampu
meningkatkan perekonomian umat.
2. Wakaf Rindu Illahi
Wakaf Rindu Illahi diperuntukkan bagi orang-orang yang
menginginkan taqarrub illallah (mendekatkan diri kepada Allah), dan
bertujuan demi kemaslahatan umat tanpa mengharapkan harapan lain kecuali
cinta dan ridha Allah swt dengan segala kemuliaan-Nya di akhirat.
Allah swt berfirman :
:Q %>ن�i'�ی%أه: ا��(%ب �� �[X,ون 3� س'�: ا���2 م� ءام� ����ن %�3 :�%i� 2اء وم% ا���X>0 �)وأن %Y�3
Artinya: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi
dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu
menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?"
Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”. (QS, ali
Imbran: 92)
Wakaf ini akan disalurkan untuk beberapa program keumatan:
a. Sosial, yaitu: program penyaluran wakaf langsung untuk sarana dan
prasarana institusi pelayanan umat:
1) LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma) adalah rumah sakit mini
khusus dhuafa.
2) SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah gratis unggulan
SMP-SMA.
3) IKI (Institut Kemandirian Indonesia) adalah institut pencetak
entrepreneur dari kalangan dhuafa.
4) Dan program sosial lain yang sedang direncanakan oleh Tabung
Wakaf Indonesia.
b. Produktif, yaitu: program penyaluran wakaf untuk pemberdayaan dan
kegiatan ekonomi umat, diantaranya:
1) BMT (Baitul Maal wa Tamwil) merupakan institusi pendamping
pengusaha kecil.
2) Kampung ternak merupakan program pemberdayaan dan peningkatan
ekonomi peternak kambing.
3) Pengembangan usaha kecil menengah lainnya yang mampu
meningkatkan perekonomian umat.
3. Wakaf Untaian Kasih
Wakaf Untaian Kasih adalah wakaf berupa uang tunai yang biasa di
hadiahkan:
a. Orang yang dicintai seperti: suami, istri, anak, orang tua, atau siapa saja
orang-orang yang dicintai.
b. Saudara, baik itu kerabat jauh/ dekat, teman, maupun relasi bisnis.
c. Memberikan penghargaan kepada staf yang berprestasi atau karyawan
teladan.
�3 j�%ء 3� م%U3 �� /��� أ�م X'3 2ا��� F/ل ا���اس%ن%Q ��%�,�ا و�<%دوا: وس��� 2��3 ا�����P 2) ا���2 رس�ل Q%ل
)j�%م%م مk� lm83)م�
Dari malik, dari ‘atho bin abi muslim ‘abdullah al-khurasani
berkata: Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah kalian saling memberi
hadiah, niscaya kamu akan saling mencintai”. ( HR: Malik)
Wakaf ini akan disalurkan untuk beberapa program keumatan:
a. Sosial, yaitu: program penyaluran wakaf langsung untuk sarana dan
prasarana institusi pelayanan umat:
1) LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma) adalah rumah sakit mini
khusus dhuafa.
2) SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah gratis unggulan
SMP-SMA.
3) IKI (Institusi Kemandirian Indonesia) merupakan institut pencetak
entrepreneur dari kalangan dhuafa.
4) Dan program sosial lain yang sedang direncanakan oleh Tabung
Wakaf Indonesia.
b. Produktif, yaitu: program penyaluran wakaf untuk pemberdayaan dan
kegiatan ekonomi umat, diantaranya:
83 Brosur Tabung Wakaf Indonesia. Hadist ini terdapat dalam kitab Muwattho Malik Juz 5, h.
397
1) BMT (Baitul Maal wa Tamwil) merupakan institusi pendamping
pengusaha kecil.
2) Kampung ternak merupakan program pemberdayaan dan peningkatan
ekonomi peternak kambing.
3) Pengembangan usaha kecil menengah lainnya yang mampu
meningkatkan perekonomian umat.
4. Wakaf Syukur Nikmat
Wakaf Syukur Nikmat adalah wakaf tunai yang diperuntukkan sebagai
ungkapan rasa syukur terdalam setelah mendapatkan karunia yang berlimpah,
seperti:
a. Mendapatkan bonus,
b. Keuntungan besar dari sebuah bisnis,
c. Mendapatkan kesembuhan dari penyakit,
d. Mendapatkan jodoh,
e. Mendapatkan keturunan,
f. Mendapatkan peluang bisnis yang besar, dll.
Dengan menunaikan Wakaf Syukur Nikmat, sehingga rizki yang
melimpah semakin berlipat ganda manfaatnya. Sebagaimana yang terdapat
dalam firman Allah swt surat Ibrahim ayat 7:
�� إن� 3=ا�/ XJ�ي���� l�زیXن��� وp�� آ��0 �p�
Artinya: ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Wakaf ini akan disalurkan untuk beberapa program keumatan:
a. Sosial, yaitu: program penyaluran wakaf langsung untuk sarana dan
prasarana institusi pelayanan umat:
1) LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma) adalah rumah sakit mini
khusus dhuafa.
2) SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah gratis unggulan
SMP-SMA.
3) IKI (Institusi Kemandirian Indonesia) adalah institut pencetak
entrepreneur dari kalangan dhuafa.
4) Dan program sosial lain yang sedang direncanakan oleh Tabung
Wakaf Indonesia.
b. Produktif, yaitu: program penyaluran wakaf untuk pemberdayaan dan
kegiatan ekonomi umat, diantaranya:
1) BMT (Baitul Maal wa Tamwil) merupakan Institusi pendamping
pengusaha kecil.
2) Kampung ternak merupakan program pemberdayaan dan peningkatan
ekonomi peternak kambing.
3) Pengembangan usaha kecil menengah lainnya yang mampu
meningkatkan perekonomian umat.
5. Wakaf Pohon Produktif
Banyaknya musibah yang selalu menimpa bangsa Indonesia
dikarnakan perbuatan manusia itu sendiri. Banjir, longsor, gempa
bumi,kekeringan dan kelaparan merupakan rentetan musibah yang murni
disebabkan karena faktor lingkungan hidup. Penebangan liar, berkurangnya
daerah resapan air, pembangunan gedung-gedung yang tidak mengindahkan
saluran dan resapan air, membuang sampah sembarangan, adalah deretan
kesalahan manusia yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan
kehancuran yang membawa korban nyawa manusia dan menghancurkan tata
lingkungan dan tentunya penghasilan masyarakat.
Milyaran rupiah sudah dikeluarkan oleh pemerintah dan masyarakat
untuk membantu korban bencana, tetapi dana tersebut tidaklah cukup untuk
dapat memulihkan semuanya seperti sediakala, belum lagi kalau dihitung
kerugian secara psikologis, kesehatan, dan lain-lain. Melihat keadaan ini,
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) menawarkan solusi secara dini kepada
masyarakat untuk bersama-sama melakukan kegiatan penanggulangan
bencana dengan secara dini melakukan penanaman pohon produktif di daerah
yang menjadi resapan air, sehingga air dan tanah tidak menjadi musibah dan
justru memberikan berkah bagi kehidupan umat.
Adapun tujuan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) meluncurkan program
ini adalah:
a. Mensosialisasikan dan menggalang dana wakaf tunai
b. Membuat program yang marketable dan mempunyai dampak multiplier
effect
c. Mengoptimalkan peran wakaf dalam bidang konservasi lingkungan hidup
d. Merupakan program recovery terhadap daerah yang menjadi korban
bencana alam
e. Merupakan progam preventif terhadap daerah yang rawan bencana
f. Meningkatkan kesejahteraan umat.
Sasaran wakaf pohon produktif ini adalah Daerah korban bencana
alam yang disebabkan kerusakan lingkungan, baik diperkotaan maupun
dipedesaan/ pedalaman, dan daerah-daerah yang rawan bencana karena sudah
terdapat tanda-tanda kerusakan alam.
Adapun yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia dalam program
wakaf pohon produktif adalah:
a. Menggalang dana wakaf tunai untuk kegiatan lingkungan berupa
penanaman pohon di wilayah yang gundul korban bencana atau di daerah
yang rawan bencana. Program dapat dilakukan di daerah perkotaan atau di
daerah pedesaan/ pedalaman.
b. Pohon yang dipilih adalah pohon produktif dengan kriteria merupakan
pohon yang mempunyai usia lama, mempunyai struktur akar dan batang
yang kokoh, mempunyai nilai jual tinggi pada buah/ batang dan lainnya.
c. Penggunaan dana wakaf meliputi; pembelian pohon dan pemeliharaan
sampai dengan pohon dapat menghasilkan.
d. Keuntungan dari pohon yang sudah dapat menghasilkan dipergunakan
untuk kemashlahatan umat.
e. Tanah untuk penanam pohon menggunakan tanah pemerintah yang
dikhususkan untuk cagar alam, tanah adat masyarakat atau tanah wakaf.
f. Apabila ada pohon yang mati maka dapat diganti dengan hasil dari wakaf
pohon yang sudah produktif atau menghasilkan.
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Analisa Tabung Wakaf Indonesia dalam penghimpunan dana wakaf
Kegiatan utama Tabung Wakaf Indonesia adalah menghimpun harta benda
wakaf baik berupa benda tidak bergerak, maupun benda bergerak dan melakukan
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang telah dihimpunnya untuk
kepentingan umat.84
Kegiatan penghimpunan dan pengelolaan ini dilakukan oleh Tabung
Wakaf Indonesia dari para wakif yang mempercayakan harta bendanya untuk
diwakafkan dengan menunjuk Tabung Wakaf Indonesia selaku Nazhirnya.
Adapun harta benda wakaf yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Harta benda wakaf berupa barang tidak bergerak, meliputi :
a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar.
b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas sebagaimana
dimaksud pada angka 1.
c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.
d. Hak atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
84 Wawanara pribadi dengan Noviati Endang Mustaqimah. Jakarta, 9 November 2007
2. Harta benda wakaf berupa benda bergerak, meliputi :
a. Uang.
b. Logam mulia.
c. Surat berharga.
d. Kendaraan.
e. Hak atas kekayaan intelektual.
f. Hak sewa, dan
g. Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Khusus untuk wakaf uang tunai, Tabung Wakaf Indonesia akan
melakukan kegiatan penghimpunan yang dapat bekerja sama dengan lembaga-
lembaga keuangan syariah, baik langsung maupun tidak ke dalam kegiatan
operasional lembaga keuangan/ perbankan syariah dengan mengeluarkan produk
bersama antara Tabung Wakaf Indonesia dan lembaga keuangan/ perbankan
syariah tertentu dalam bentuk simpanan dana wakaf masyarakat pada lembaga/
perbankan syariah tersebut. Misalnya: Produk Wakaf Investasi Reksa Dana
Syariah Dompet Dhuafa BTS Syariah, Baitul Mal wa Tamwil, dll.85
Kemudian
TWI juga mengoptimalkan strategi marketingnya lewat media cetak, pengajian-
pengajian kantor, pengajian perumahan, direct mail (surat ajakan berwakaf),
membuka konter-konter wakaf di beberapa mall dan telemarketing.86
85 Wawancara pribadi dengan Noviati Endang Mustaqimah dan Destri Merryana. Jakarta, 9
November 2007. 86 Wawancara pribadi dengan Destri Merriyana. Jakarta, 9 November 2007. dan Herman
Budianto. Depok, 30 Desember, 2007.
Tabung Wakaf Indonesia sebagai Nazhir wakaf berupaya agar harta wakaf
berupa benda tak bergerak tidak boleh mati. Ini menjadi tanggungjawab Tabung
Wakaf Indonesia sebagai nazhir untuk tidak membiarkan harta wakaf pasif atau
menjadi lahan yang mati. TWI selaku nazhir harus bisa membangun tanah wakaf
agar status wakaf tetap diakui selamanya dan sampai kapanpun.
Ada empat kondisi yang harus diperhatikan oleh TWI sebagai Nazhir
wakaf, yaitu:
Pertama: Terdapatnya dana khusus yang harus disiapkan waqif untuk
pembangunan. Pada kondisi ini, nazhir wakaf hendaknya mempergunakan harta
yang telah dipersiapkan oleh waqif untuk pembangunan dan renovasi, baik dana
itu berasal dari harta miliknya maupun dari hasil wakaf itu sendiri. Karena apa
yang disyaratkan waqif harus diikuti sebagaimana tindakan pemilik terhadap
hartanya.
Kedua: Barang wakaf siap untuk dimanfaatkan. Jika waqif saat
mewakafkan hartanya tidak memberikan dana khusus untuk pembangunan dan
pengembangannya, namun barang wakaf tersebut siap untuk dimanfaatkan sesuai
kondisinya, seperti rumah atau kios yang dapat disewakan, atau sawah ladang
yang dapat ditanami, maka barang wakaf tersebut jika membutuhkan dana dalam
perawatan dan pembangunanya, dapat diambil dari pemasukan yang didapat dari
hasil pengolahannya, walaupun dengan demikian berdampak pada para mustahiq
yang tidak bisa memperoleh bagian dari pemasukan tersebut. Hal itu karena
tujuan dalam mewakafkan harta adalah untuk mengabadikan keberadaan dan
pemanfaatannya. Dan semua itu tidak dapat tercapai jika keuntungan diserahkan
pada para mustahiq, karena tanah wakaf tersebut lebih membutuhkan dana dalam
renovasi, agar fungsi wakaf berlanjut terus.
Ketiga: Barang wakaf siap untuk dipergunakan. Umpamanya barang
wakaf berupa rumah yang dihuni oleh penerima wakaf, jika terdapat kerusakan
pada rumah wakaf tersebut, maka dalam kondisi ini penghuni rumahlah yang
harus merenovasi, bukan dari pendapatan rumah wakaf, karena mereka
mendapatkan manfaat dari rumah itu dengan menempatinya. Berdasarkan kaidah
fikih “(adanya) kerugian (denda/ tanggungan) karena keuntungan” atau al ghurmu
bil ghunmi, terlebih jika mengikuti pendapat yang mengatakan “kepemilikan harta
wakaf berpindah ke tangan penerima wakaf” yang dianut oleh ulama
Hambaliyyah dan Imamiyyah.
Keempat: Wakaf itu diperuntukkan demi kepentingan umum, seperti
masjid sebagai sarana ibadah. Sarana kebaikan umum ini kadangkala memiliki
sumber-sumber khusus dalam pendanaannya, seperti ada orang yang mewakafkan
aula atau kebun, dengan tujuan untuk mendanai pembangunan masjid, dalam
keadaan seperti ini tidak ada larangan bagi nazhir untuk mempergunakan hasil
dari harta wakaf untuk kepentingan pembangunan atau renovasi kerusakan pada
mesjid.
Berikut penghimpunan wakaf yang dilakukan oleh TWI terhitung dari
Rajab 1426H-Ramadhan 1428H.
Tabel 1.3
ASET WAKAF TUNAI TABUNG WAKAF INDONESIA
Tahun Bulan Pendapatan
Perbulan Total
Pendapatan
1426 H Rajab
24.000.000,00
Sya'ban
11.300.000,00
Ramadhan
202.885.000,00
Syawal
49.608.000,00
Dzulqo'dah
41.000.000,00
Dzulhijjah
344.600.000,00
Total 673.393.000,00
1427 H Muharram
33.000.000,00
Shaffar
21.325.000,00
Rabiul Awal
283.000.000,00
Rabiul Akhir
56.500.000,00
Jumadil awal
14.025.000,00
Jumadil Akhir
11.000.000,00
Rajab
40.520.000,00
Sya'ban
18.300.000,00
Ramadhan
558.220.246,00
Syawal
61.750.000,00
Dzulqo'dah
83.615.000,00
Dzulhijjah
38.675.000,00
Total 1.219.930.246,00
1428 H Muharram
57.850.000,00
Shaffar
114.649.000,00
Rabiul Awal
235.811.100,00
Rabiul Akhir
70.700.000,00
Jumadil awal
60.022.000,00
Jumadil Akhir
536.510.000,00
Rajab
45.515.000,00
Syaban
54.607.007,00
Ramadhan
607.953.000,00
Total 1.783.617.107,00 Total hingga
Ramadhan 1428 H 3.676.940.353,00
Sumber: Laporan Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
Pada tabel diatas terlihat angka total pendapatan atau penghimpunan
wakaf tahun 1426H (awal berdirinya TWI, pertengahan tahun 2005) sebesar Rp
673.393.000,00. Tahun 1427H/ 2006M total penghimpunan meningkat sebesar
Rp 1.219.930.246,00. Dan pada tahun 1428H/ 2007M, total hingga bulan
Ramadhan 1428 sebesar Rp 3.676.940.353,00. Dari hasil wawancara dengan
direktur Tabung Wakaf Indoneia (TWI) bahwasanya sebelum adanya Tabung
wakaf Indonesia (TWI), wakaf hanya bisa terkumpul ± Rp 600.000,00 an/
tahun.87
Dapat ditarik kesimpulan ada peningkatan yang sangat signifikan dari
tahun ke tahun terhadap penghimpunan wakaf setelah adanya Tabung Wakaf
Indonesia.
B. Analisa Data
Analisa yang dipakai adalah analisa deskriptif yaitu menjabarkan jawaban
dari Lembaga Tabung Wakaf Indonesia dalam hal ini Herman Budianto selaku
pimpinan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dalam bentuk minimum, maksimum,
mean dan standar deviasi mengenai efektivitas sebelum dan sesudah adanya
Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Data-data objektif berupa jawaban dari
pernyataan-pernyataan yang telah penulis peroleh, diolah secara manual dan spss
sebagai berikut:
87 Wawancara pribadi dengan Herman Budianto. Depok, 30 Desember 2007.
1. Kegunaan
Tabel 1.4.
Mengoptimalkan potensi karyawan baik internal maupun eksternal
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 6 100 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang mengoptimalkan potensi
karyawan baik internal maupun eksternal sebelum dan sesudah adanya Tabung
Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum
TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase
jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang
karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel
sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif.
Dapat diambil kesimpulan, pengoptimalan potensi karyawan baik internal
maupun eksternal lebih efektif dibandingkan dengan sebelum adanya TWI.
Tabel 1.5.
Pengembangan organisasi yang didasari oleh system pengendalian internal
yang baik melalui prinsip-prinsip yang diberlakukan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 1 16,67 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 5 83,33 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang Pengembangan organisasi yang
didasari oleh system pengendalian internal yang baik melalui prinsip-prinsip yang
diberlakukan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam
tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI.
Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh
karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan
memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang
karyawan, 1 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif dan 5 orang
karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan ada perubahan
yang lebih baik antara sebelum TWI dengan sesudah TWI.
Tabel 1.6.
Regulasi perusahaan bersifat fleksibel terhadap karyawan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 2 33,33 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 4 66,67 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang regulasi perusahaan bersifat
fleksibel terhadap karyawan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf
Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI
dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban
yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6
orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI
dari 6 orang karyawan, 2 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif dan 4
orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan mengenai
regulasi perusahaan yang bersifat fleksibel terhadap karyawan lebih efektif
dibandingkan dengan sebelum adanya TWI.
Tabel 1.7.
Program-program yang direncanakan oleh perusahaan berkesinambungan
dan stabil.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 4 66,67 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 2 33,33 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang program-program yang direncanakan oleh
perusahaan berkesinambungan dan stabil sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf
Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan
sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang
diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang
karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6
orang karyawan, 4 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 2 orang karyawan
memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan ada perubahan yang lebih
baik antara sebelum TWI dengan sesudah TWI.
Tabel 1.8.
Karyawan melakukan aktivitas terus-menerus dengan berorientasikan
pada tujuan perusahaan
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 4 66,67 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 2 33,33 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang regulasi perusahaan bersifat
fleksibel terhadap karyawan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf
Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI
dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban
yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6
orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah
TWI dari 6 orang karyawan, 4 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif
dan 2 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan, pada
point ini TWI lebih efektif dibantingkan dengan sebelum TWI.
2. Ketepatan dan obyektifitas
Tabel 1.9.
Penilaian kinerja pegawai dan unit kerja untuk periode triwulan atau
tahunan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 3 50 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 3 50 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang penilaian kinerja pegawai dan
unit kerja untuk periode triwulan atau tahunan sebelum dan sesudah adanya
Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel
sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan
presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6
orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian
pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 3 orang karyawan memilih
jawaban efektif dan 3 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat
diambil kesimpulan pada point ini TWI lebih baik .
Tabel 1.10.
Penilaian kerja karyawan dibandingkan dengan standar yang telah
ditentukan, bukan didasarkan pada pendapat pribadi atasan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 3 50 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 3 50 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang penilaian kerja karyawan
dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan, bukan didasarkan pada
pendapat pribadi atasan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah
TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan
oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang
karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari
6 orang karyawan, 3 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 3 orang
karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan ada
perubahan antara sebelum TWI dengan sesudah TWI.
Tabel 1.11.
Keadaan yang ada dilapangan sesuai dengan isi laporan hasil pemeriksaan
SPI.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 1 16,67 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 2 33,33%
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 3 50 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang keadaan yang ada dilapangan
sesuai dengan isi laporan hasil pemeriksaan SPI sebelum dan sesudah adanya
Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel
sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan
presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6
orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian
pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 1 orang karyawan memilih
jawaban sangat efektif, 2 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 3 orang
karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan keadaan
lapangan dengan isi laporan pemeriksaan SPI masih kurang efektif.
Tabel 1.12.
Jumlah unit-unit kerja yang telah diperiksa oleh bagian SPI telah sesuai
dengan program kerja tahunan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 2 33,33 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 4 66,67 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang jumlah unit-unit kerja yang telah
diperiksa oleh bagian SPI telah sesuai dengan program kerja tahunan sebelum dan
sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat
perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut
terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada
tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban
tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 2 orang
karyawan memilih jawaban efektif dan 4 orang karyawan memilih jawaban tidak
efektif. Dapat diambil kesimpulan TWI kurang efektif dalam memeriksa unit-unit
kerja yang sesuai dengan program kerja tahunan.
Tabel 1.13.
Semua karyawan dapat menyelesaikan job description dengan baik dan
benar.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 6 100 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang semua karyawan dapat
menyelesaikan job descrition dengan baik dan benar sebelum dan sesudah adanya
Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel
sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan
presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6
orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian
pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih
jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan setelah adanya TWI menjadi efektif
dibandingkan sebelum adanya TWI.
3. Ruang lingkup
Tabel 1.14.
Penentuan bidang pekerjaan berdasarkan keahlian yang dimiliki oleh setiap
karyawan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 3 50 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 3 50 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang penentuan bidang pekerjaan
berdasarkan keahlian yang dimiliki oleh setiap karyawan sebelum dan sesudah
adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara
tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan
presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6
orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada
tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 3 orang karyawan memilih jawaban
efektif dan 3 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil
kesimpulan TWI kurang efektif dalam hal ini.
Tabel 1.15.
Kelengkapan fasilitas dapat mempermudah kinerja karyawan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 1 16,67 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 5 83,33 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang kelengkapan fasilitas dapat
mempermudah kinerja karyawan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf
Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI
dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban
yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6
orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah
TWI dari 6 orang karyawan, 1 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif
dan 5 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan
mengenai kelengkapan fasilitas efektif setelah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
Tabel 1.16.
Lingkungan kerja yang nyaman mendukung kelancaran bekerja bagi
karyawan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 3 50 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 3 50 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang lingkungan kerja yang nyaman
mendukung kelancaran bekerja bagi karyawan sebelum dan sesudah adanya
Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel
sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan
presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6
orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada
tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 3 orang karyawan memilih jawaban
sangat efektif dan 3 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil
kesimpulan setelah adanya TWI menjadi lebih efektif.
Tabel 1.1 7.
Setiap karyawan konsisten terhadap tanggungjawab yang diberikan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 1 16,67 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 5 83,33 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang setiap karyawan konsisten
terhadap tanggungjawab yang diberikan sebelum dan sesudah adanya Tabung
Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum
TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase
jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang
karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada
tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 1 orang karyawan memilih jawaban
sangat efektif dan 5 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil
kesimpulan mengenai kekonsistenan karyawan terhadap tanggung jawab lebih
efektif setelah adanya TWI.
Tabel 1.18.
Pekerjaan sebanding dengan waktu yang disediakan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 5 83,33 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 1 16,67 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang pekerjaan sebanding dengan
waktu yang disediakan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah
TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan
oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang
karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari
6 orang karyawan, 5 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 1 orang
karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan mengenai
point pekerjaan yang sebanding dengan waktu yang disediakan efektif setelah
adanya TWI
4. Efektivitas biaya.
Tabel 1.19.
Biaya yang digunakan dalam operasional sesuai dengan kebutuhan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 3 50 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 3 50 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang biaya yang digunakan dalam
operasional sesuai dengan kebutuhan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf
Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI
dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban
yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6
orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI
dari 6 orang karyawan, 3 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 3 orang
karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan pada masalah
penggunaa biaya dalam operasional yang sesuai dengan kebutuhan kurang efektif.
Tabel 1.20.
Biaya yang dikeluarkan sesuai dengan program-program yang telah
direncanakan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 6 100 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang biaya yang dikeluarkan sesuai
dengan program-program yang telah direncanakan sebelum dan sesudah adanya
Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel
sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan
presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6
orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada
tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban
efektif. Dapat diambil kesimpulan tidak ada perubahan antara sebelum TWI
dengan sesudah TWI.
Tabel 1.21.
Laporan pengeluaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 6 100 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang laporan pengeluaran sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf
Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI
dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban
yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6
orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah
TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat
diambil kesimpulan ada perubahan antara sebelum TWI dengan sesudah TWI.
Setelah adanya TWI laporan pengeluaran sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan efektif.
Tabel 1.22.
Tepat guna dalam menggunakan biaya.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 2 33,33 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 4 66,67 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang tepat guna dalam menggunakan
biaya sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel
tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada
tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh
karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan
memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang
karyawan, 2 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 4 orang karyawan
memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil kesimpulan TWI kurang efektif
dalam menggunakan biaya-biaya yang dikeluarkan.
Tabel 1.23.
Biaya yang dikeluarkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 5 83,33 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 1 16,67 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang biaya yang dikeluarkan dapat
menunjang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan sebelum dan sesudah
adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara
tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan
presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6
orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada
tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 5 orang karyawan memilih jawaban
efektif dan 1 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Dapat diambil
kesimpulan pada point ini TWI kurang efektif.
5. Akuntabilitas
Tabel 1.24.
Adanya penegakan disiplin kerja dan integritas karyawan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 2 33,33 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 0 0 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 4 66,67 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang adanya penegakan disiplin kerja
dan integritas karyawan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah
TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan
oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang
karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6
orang karyawan, 2 orang karyawan memilih jawaban sangat efektif dan 4 orang
karyawan memilih jawaban tidak efektif.
Tabel 1.25.
Penerapan kode etik yang mengikat seluruh karyawan dalam melaksanakan
tugas.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 1 16,67 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 2 33,33 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 3 50 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang adanya penerapan kode etik
yang mengikat seluruh karyawan dalam melaksanakan tugas sebelum dan sesudah
adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara
tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan
presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6
orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Kemudian pada
tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 1 orang karyawan memilih jawaban
sangat efektif, 2 orang karyawan memilih jawaban efektif dan 3 orang karyawan
memilih jawaban tidak efektif.
Tabel 1.26.
Karyawan dapat bertanggungjawab dalam proses pelaksanaan kerja.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 6 100 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang karyawan dapat
bertanggungjawab dalam proses pelaksanaan kerja sebelum dan sesudah adanya
Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel
sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan
presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6
orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian
pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih
jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan ada perubahan antara sebelum TWI
dengan sesudah TWI. Mengenai tanggungjawab dalam pelaksanaan kerja efektif
setelah adanya TWI.
Tabel 1.27.
Karyawan dapat menghasilkan kerja yang maksimal.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 6 100 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang karyawan dapat menghasilkan
kerja yang maksimal sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah
TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan
oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang
karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari
6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil
kesimpulan ada perubahan antara sebelum TWI dengan sesudah TWI. Karyawan
dapat bekerja secara maksimal efektif setelah adanya TWI.
Tabel 1.28.
Karyawan dapat mempertanggungjawabkan hasil dari setiap program yang
telah dilaksanakan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 6 100 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang karyawan dapat
mempertanggungjawabkan hasil dari setiap program yang telah dilaksanakan
sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut
terlihat perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel
tersebut terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan,
pada tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih
jawaban tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan,
6 orang karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan tidak ada
perubahan antara sebelum TWI dengan sesudah TWI.
6. Ketepatan waktu
Tabel 1.29.
Semua karyawan dapat menyelesaikan job description dengan baik dan
tepat waktu.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 6 100 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang semua karyawan dapat
menyelesaikan job description dengan baik dan tepat waktu sebelum dan sesudah
adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara
tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan
presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6
orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian
pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih
jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan penyelesaian job description efektif
setelah adanya TWI.
Tabel 1.30.
Waktu penyelesaian pembuatan laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 6 100 % 3 Efektif 5 83,33 %
2 Tidak Efektif 0 0 % 2 Tidak Efektif 1 16,67 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang waktu penyelesaian pembuatan
laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelum
dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat
perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut
terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada
tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban
efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 5 orang
karyawan memilih jawaban efektif dan 1 orang karyawan memilih jawaban tidak
efektif. Dapat diambil kesimpulan ada perubahan antara sebelum TWI dengan
sesudah TWI.
Tabel 1.31.
Karyawan menyelesaikan semua pekerjaan yang diberikan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 5 83,33 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 1 16,67 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang waktu penyelesaian pembuatan
laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelum
dan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat
perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut
terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada
tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban
tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 5 orang
karyawan memilih jawaban efektif dan 1 orang karyawan memilih jawaban tidak
efektif. Dapat diambil kesimpulan setelah adanya TWI penyelesaian pekerjaan
sesuai dengan jadwal lebih efektif dibandingkan dengan sebelum TWI.
Tabel 1.32.
Karyawan mampu menjalankan plening pada waktu yang telah ditentukan.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 6 100 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang karyawan mampu menjalankan
plening pada waktu yang telah ditentukan sebelum dan sesudah adanya Tabung
Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat perbedaan antara tabel sebelum
TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut terlihat frekuensi dan presentase
jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada tabel sebelum TWI dari 6 orang
karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban tidak efektif. Kemudian pada
tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban
efektif. Dapat diambil kesimpulan setelah adanya TWI dalam menjalankan
plening tepat pada waktunya efektif dibandingkan sebelum adanya TWI.
Tabel 1.33.
Karyawan mampu menyelesaikan tanggungjawab kerja dalam waktu
singkat dan tepat.
Sebelum TWI Sesudah TWI
Skor Keterangan F Presentasi Skor Keterangan F Presentasi
4 Sangat Efektif 0 0 % 4 Sangat Efektif 0 0 %
3 Efektif 0 0 % 3 Efektif 6 100 %
2 Tidak Efektif 6 100 % 2 Tidak Efektif 0 0 %
1 Sangat Tidak Efektif 0 0 % 1 Sangat Tidak Efektif 0 0 %
Jumlah 6 100 % Jumlah 6 100%
Dua tabel diatas menggambarkan tentang karyawan mampu
menyelesaikan tanggungjawab kerja dalam waktu singkat dan tepat sebelum dan
sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Didalam tabel tersebut terlihat
perbedaan antara tabel sebelum TWI dan sesudah TWI. Pada tabel tersebut
terlihat frekuensi dan presentase jawaban yang diberikan oleh karyawan, pada
tabel sebelum TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang karyawan memilih jawaban
tidak efektif. Kemudian pada tabel sesudah TWI dari 6 orang karyawan, 6 orang
karyawan memilih jawaban efektif. Dapat diambil kesimpulan penyelesaian kerja
dalam waktu singkat dan tepat lebih efektif setelah adanya TWI.
C. Pengujian hipotesa
1. Efektivitas penghimpunan sebelum dan sesudah adanya Tabung Wakaf
Indonesia.
Formulasi hipotesanya :
H0 :µ = 0 : Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia (X) =
Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (Y)
H1 : µ ≠ 0 : Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia (X) ≠
Efektivitas sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (Y)
Uji signifikan dengan taraf nyata (α) 5 % : 0,05 ; kemudian dijadikan
dua arah positif dan negatif yaitu 1,943 atau -1,943.
Kriteria pengujiannya:
H0 diterima apabila t hitung < 1,943
H1 ditolak apabila t hitung > 1,943
Nilai uji statistik yang dipakai adalah :
t = nS
ud
d
D
/
−
Tabel 1.34
No X Y Y-X (d) d2
1 72 93 21 441
2 60 78 18 324
3 72 89 17 289
4 84 82 -2 4
5 78 85 7 49
6 66 85 19 361
432 512 80 1468
Dimana:
X = efektivitas sebelum Tabung Wakaf Indonesia
Y = efektivitas sesudah Tabung Wakaf Indonesia
Penyelesaian :
Dari tabel diperoleh :
Nilai rata-rata n
dd∑
= = 6
80 = 13,33
Variasi = )1(
)(22
2
−
=∑ ∑
nn
ddnS
d
= )16(6
)80()1468(6 2
−
−
= 30
64008808 −
= 30
2408
= 80,27
Simpangan baku Sd = 27,80 = 8,99
Maka nilai uji statistik uji t adalah :
t = nS
ud
d
D
/
− =
6/96,8
033,13 −
= 45,2/96,8
33,13 =
67,3
33,13
= 3,63
Menolak H0 Menerima H0 Menolak H0
(ada perbedaan -) (tidak ada perbedaan) (ada perbedaan +)
-3,63 -1,943 0 1,943 3,63
Setelah dihitung dengan cara manual dengan alat ukur yang dipakai,
maka keputusan hasil t = 3,63 > t (0,05; 6) : 3,63. dan itu terletak didaerah H0
ditolak. Maka keputusan menolak H0 mengandung arti bahwa ada perubahan
efektivitas sesudah adanya Tabung wakaf indonesia, berarti efektivitas sebelum
adanya tabung wakaf indonesia tidak sama dengan efektivitas sesudah adanya
tabung wakaf indonesia. Dengan demikian adanya perbedaan antara efektivitas
sebelum dengan sesudah mempunyai arti Tabung Wakaf Indonesia efektif
dalam penghimpunannya.
2. Uji dua sampel berpasangan Wilcoxon
Uji ranking ini pada prinsipnya ingin menguji apakah dua sampel yang
berpasangan satu dengan yang lain berasal dari populasi yang sama.
Maksudnya adalah subyek yang diukur sama, namun diberi dua perlakuan
H0 : Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia = Efektivitas
sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
H1 : Efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia ≠ Efektivitas
sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia.
Tabel 1.35
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
1a 1.00 1.00
5b 4.00 20.00
0c
6
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Sesudah - SebelumN Mean Rank Sum of Ranks
Sesudah < Sebeluma.
ujygjkgh a. Efektivitas sesudah TWI < Efektivitas sebelum TWI b. Efektivitas sesudah TWI > Efektivitas sebelum TWI c. Efektivitas sesudah TWI = Efektivitas sebelum TWI
Test Statisticsb
-1.992a
.046
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sesudah -
Sebelum
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Dari tabel diatas didapat negative ranks atau selisih antara ‘sebelum’ dan
‘sesudah’ yang bernilai negatif, dalam artian angka ‘sesudah’ lebih kecil dari
angka ‘sebelum’. Pada tabel tersebut ada 1 angka negatif. Kemudian sum of rank
sebesar 1.00, angka ini didapat dari menjumlahkan semua ranking yang bertanda
negatif. Sedangkan mean rank sebesar 1,00, angka ini didapat dari sum of rank
dibagi jumlah sampel yang bertanda negatif (N). nilai positif ranks atau selisih
antara ‘sesudah’ dan ‘sebelum’ yang bernilai positif, yang mengandung arti
bahwa nilai ‘sesudah’ dan ‘sebelum’ lebih besar dari nilai ‘sebelum’. Dalam tabel
diatas terdapat 5 angka positif, kemudian sum of ranks sebesar 20,00, angka ini
didapat dari penjumlahan semua ranking yang bertanda positif. Sedangkan mean
rank yang didapat sebesar 4,00. angka ini didapat dari angka sum of rank dibagi
jumlah sampel yang bertanda positif (N). sedangkan ties merupakan data
‘sesudah’ dan ‘sebelum’ yang bernilai sama. Pada tabel terdapat 0 yang bernilai
sama antara ‘sesudah’ dan ‘sebelum’ ini berarti bernilai selisih 0.
Pada tabel test statistik diperoleh nilai z sebesar -1,992. dengan memakai
taraf nyata 5 % maka nilai z terletak didaerah menolak H0 yang berarti efektivitas
sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia (TWI) mengalami perubahan. Dengan
demikian penghimpunan dan pengelolaan wakaf lebih efektif sesudah adanya
Tabung Wakaf Indonesia(TWI).
D. Analisa Tabung Wakaf Indonesia dalam Pendayagunaan Dana Wakaf
Dalam melaksanakan kewajibannya selaku Nazhir, Tabung Wakaf
Indonesia bersama-sama dengan Dompet Dhuafa Republika(DDR) melakukan
pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf yang dihimpunnya sesuai
dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya dengan prinsip-prinsip syariah Islam,
baik harta wakaf benda tak bergerak maupun harta wakaf benda bergerak88
.
Dalam hal ini TWI melakukan pengelolaannya berdasarkan pada dua pendekatan,
yaitu :
Pertama: Pendekatan Produktif. Dimana Tabung Wakaf Indonesia akan
mengelola harta wakaf untuk hal-hal yang sifatnya produktif dan menghasilkan
keuntungan. Lalu keuntungan ini akan dimanfaatkan untuk kemaslahatan
88 Wawancara pribadi dengan Destry Merryana. Jakarta 9 November 2007
masyarakat banyak dengan tetap mempertahankan nilai pokok dari harta wakaf
yang bersangkutan.
Contoh: Tabung Wakaf Indonesia mengalokasikan dana wakaf nya untuk
investasi pendirian rumah sakit yang komersial. Dari hasil rumah sakit tersebut,
keuntungannya dapat digunakan untuk membiayai rumah sakit yang gratis.
Ada beberapa program produktif yang dilakukan oleh Tabung Wakaf
Indonesia guna tercapainya kesejahteraan masyarakat. Yaitu:
1. Wakaf Micro-Finance.
Program ini merupakan dukungan dana wakaf tunai untuk
membangkitkan sektor usaha mikro, bermitra dengan BMT (Baitul Maal Wa
Tamwil) melalui pendampingan pengusaha mikro. BMT Beringharjo adalah
mitra pertama TWI sejak tahun 2006 yang sekarang telah memiliki ribuan
nasabah mikro komunitas pedagang pasar Beringharjo di Yogyakarta.
2. Wakaf Ternak.
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) menginvestasikan dana wakaf
bekerjasama dengan kampung ternak (jejaring Dompet Dhuafa) yang sukses
memberdayakan peternak yang memiliki mitra di berbagai kota di Indonesia
dalam program pendistribusian hewan kurban, serta melakukan serangkaian
riset, diklat dan pendampingan sektor peternakan.
3. Wakaf Tanah Untuk Pertanian.
Program ini merupakan penyediaan aset tanah produktif untuk
pertanian, salah satunya TWI bermitra dengan Lembaga Pertanian Sehat
(LPS) jejaring dompet dhuafa yang bergiat dalam pertanian sehat,
menyiapkan sarana produksi pertanian dari bahan organic (non kimiawi)
4. Wakaf Untuk Perniagaan.
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) bermitra dengan usaha mikro dengan
cara bagi hasil. Bagi hasil dari investasi ini didayagunakan untuk menopang
program-program Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Salah satunya, sejak tahun
2006 Tabung Wakaf Indonesia (TWI) bermitra dengan Bakmie Langgara
cabang RS Persahabatan Jakarta.
5. Wakaf Pohon.
Program ini adalah salah satu bentuk konkrit Tabung Wakaf Indonesia
bersama-sama masyarakat dalam penanggulangan bencana alam secara dini
dengan melakukan penanaman pohon produktif di daerah resapan air,
sehingga air dan tanah tidak menjadi musibah namun memberikan manfaat
bagi kehidupan umat.
Kedua: Pendekatan Non Produktif. Dimana Tabung Wakaf Indonesia
akan mengelola harta wakaf untuk hak-hal yang sifatnya tidak menghasilkan
keuntungan (non produktif). Manfaat yang ditimbulkan dari harta benda wakaf
yang bersangkutan adalah karena nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh
masyarakat sebagai pemetik manfaat wakaf.
Contoh: Tabung Wakaf Indonesia mengalokasikan dana wakaf nya untuk
investasi pendirian sebuah rumah sakit cuma-cuma. Ini berarti tidak ada
pemasukan sama sekali dan dengan demikian biaya operasional rumah sakit
cuma-cuma tersebut harus dicarikan dari sumber lainnya.
Adapun program sosial yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
adalah:
1. LPI-Smart Ekselensia Indonesia
2. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)
3. Institut Kemandirian Indonesia (IKI)
4. Rumah Cahaya
5. Wakaf Masjid di Daerah Bencana
6. Wakaf Buku untuk Pendidikan
7. Wakaf untuk Masyarakat Pedalaman
Baik dalam penyaluran maupun penghimpunan masih banyak kendala-
kendala yang dihadapi oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI) salah satu
diantaranya dari segi penyaluran, Tabung Wakaf Indonesia (TWI) harus lebih
hati-hati dalam memilih bisnis dan partner kerja yang tepat.89
Karena kalau
penyaluran wakaf ini tidak tepat maka wakaf yang diberikan wakif tidak ada
manfaat dan hal ini akan membuat kesan masyarakat menjadi buruk terhadap
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) selaku nazhir wakaf. Begitu juga dalam hal
penghimpunan, salah satu kendala yang dihadapi adalah pemahaman masyarakat
89 Wawancara pribadi dengan Herman Budianto. Depok, 30 Desember 2007
yang masih minim terhadap wakaf uang.90
Sehingga potensi wakaf yang sangat
besar dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat belum dapat
terwujud secara maksimal.
90 Wawancara pribadi dengan Herman Budianto. Depok, 30 Desember 2007
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengujian yang telah penulis lakukan baik melalui pengujian secara
manual maupun melalui spss didapat t hitung sebesar 3,63 dan angka ini
terletak didaerah menolak H0. maka keputusan menolak H0 mengandung arti
bahwa ada perbedaan positif antara efektivitas sebelum adanya Tabung Wakaf
Indonesia dengan sesudah adanya Tabung Wakaf Indonesia. Tidak jauh
berbeda dengan dengan hasil uji sampel berpasangan wicoxon, dari pengujian
yang telah dilakukan diperoleh z sebesar -1,992. dengan memakai taraf nyata
5 % maka nilai z berada didaerah menolak H0 dengan artian efektivitas
sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia berbeda dengan efektivitas sesudah
adanya Tabung Wakaf Indonesia. Dengan demikian karena adanya perbedaan
yang positif antara sebelum dan sesudah maka Tabung Wakaf Indonesia
efektif dalam penghimpunan wakaf. Dan dilihat dari laporan penghimpunan
wakaf yang dikeluarkan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) mengalami
peningkatan tiap tahunnya.
2. Dalam pendayagunaan wakaf, ada dua pendekatan yang dilakukan oleh
Tabung Wakaf Indonesia. Pertama: Pendekatan produktif, meliputi; Wakaf
Micro-Finance, Wakaf Ternak, Wakaf Tanah untuk Pertanian, Wakaf untuk
Perniagaan, dan Wakaf Pohon. Kedua: Pendekatan Non Produktif (sosial),
meliputi; LPI-Smart Ekselensia Indonesia, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma
(LKC), Institut Kemandirian Indonesia (IKI), Rumah Cahaya, Wakaf Masjid
di Daerah Bencana, Wakaf Buku untuk Pendidikan, Wakaf untuk Masyarakat
Pedalaman. Dibandingkan dengan sebelum adanya Tabung Wakaf Indonesia
pengelolaan dan penyaluran wakaf jauh lebih baik dan optimal.
B. Saran
1. Lembaga Tabung Wakaf Indonesia (TWI) selaku nazhir wakaf diharapkan
dapat menghimpun, mengelola, dan mengalokasikan harta wakaf dengan baik
sesuai dengan syariah Islam. Baik berupa wakaf benda bergerak ataupun
wakaf benda tidak bergerak.
2. Harta wakaf yang dihimpun oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI) diharapkan
mampu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, mengentaskan kemiskinan,
mengurangi pengangguran dan permasalahan-permasalahan ekonomi lainnya
sehingga tercapai kemakmuran dan kesejahteraan dalam masyarakat.
3. Diharapkan TWI dapat melakukan optimalisasi wakaf sehingga wakaf dapat
menjadi penggerak ekonomi umat. Seperti efek bola salju, semakin lama
semakin besar membawa kemaslahatan untuk umat.
4. Selaku pengelola wakaf (Nazhir Wakaf) khususnya wakaf uang tunai,
diharapkan mampu untuk mengalokasikan harta wakaf secara tepat dengan
profesionalitas dan amanah, tentu dengan tuntunan Al Qur'an dan Hadits
Rasulullah SAW, serta pertimbangan kebutuhan umat pada umumnya.
5. Diharapkan Tabung Wakaf Indonesia dapat menjadi pendorong berdirinya
lembaga-lembaga wakaf yang professional dalam mengelola harta wakaf.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Halim. Hukum Perwakafan Indonesia. Jakarta: Ciputat Press, 2005
Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah. Hukum Wakaf. Jakarta: IIMan Press, 2004
Amirullah dan Budiyono, Haris. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah; Dari Teori ke Praktik. Jakarta: gema
insani press, 2001
Boediono dan Koster, Wayan. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probalitas. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2002
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1998
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV. Penerbit
Jamanatul Ali Art, 2005
Djunaidi, Achmad; Al-Azhar, thobieb. Menuju Era Wakaf Produktif Sebuah Upaya
Progresif untuk Kesejahteraan Umat. Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006
Efendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pengantar Berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta:
PT Barata Karya Aksara, 1986
Gaspersz, Vincent. Statistik. Bandung: PT. Armico, 1989
Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta: DPFE-Yogyakarta, 2003
Indonesia, Depag RI, Paradikma Baru Wakaf Di Indonesia, Jakarta: Dirjen Bimas
Islam Depag RI, 2006
Indonesia, Depag RI, Peraturan Perundangan Perwakafan, Jakarta: Dirjen Bimas
Islam Depag RI, 2006
Indonesia, Depag RI, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, Dirjen
Bimas Islam Depag RI, 2006
Indonesia, Depag RI. Fiqh Wakaf. Jakarta: Dirjen Bimmas Islam Depag RI, 2006
Indonesia, Depag RI. Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di
Indonesia. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam
Depag RI, 2006
Indonesia, Depag RI. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. Jakarta:
Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam Depag RI, 2006
Indonesia, Depag RI. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai. Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimas Islam Depag RI, 2006
Indonesia, Depag RI. Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di Indonesia. Jakarta:
Proyek Peningkatan Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam dan
Penyelenggaraan Haji, 2004
Indonesia, Depag RI. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam dan
Penyelenggaraan Haji, 2004
M.A.Mannan. Sertifikat Wakaf Tunai Sebuah Inovasi Instrumen Islam. Depok:
CIBER-PKTII-UI, 2001
Malik bin Anas. Al-Muwattho. ttp, Maktabah Syamilah
Mauludi, Ali AC, MA. Statistika I. Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006
Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera, 2003
Muslim, Imam Abi Husaini Bin Hajjaj, Shahih Muslim, Libanon: Daar al-Fikr, 1995
Qohaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Khalifa, 2007
Rasjid, H.Sulaiman. Figh Islam. Bandung: CV. Sinar Baru, 1987
Ritonga, Rahman; Zainuddin. Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002
Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary. Manajemen.Jakarta: PT. Prenhallindo, 1999
S. Nasution. Metode Reseach. Jakarta: Bumi Aksara, 2002
Sabiq, Sayyid. Fiqhu as-Sunnah. Lebanon: Dar al-’Arabi, 1971