i
EFEKTIVITAS LAYANAN ADMINISTRASI KESISWAANDALAM MENINGKATKAN MUTU MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH DI SD INPRESTIMBUSENG KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar SarjanaPendidikan ( S.Pd ) Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Tarbiyah dan KeguruanUIN Alauddin Makassar
Oleh:
DINDA ANGRAENI HASJUNNIM: 20300113063
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSARFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM2016/2017
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... iPERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... iiPERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iiiPENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................. ivKATA PENGANTAR .................................................................................... vDAFTAR ISI.................................................................................................... viiiABSTRAK ....................................................................................................... xBAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1-8
A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1-4B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4-5C. Fokus Penelitian dan Deskrefsi Fokus ................................................. 5-6D. Kajian Pustaka...................................................................................... 6-7E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 7-8
BAB II TINJAUAN TEORETIS ..................................................................... 9-34A. ADMINISTRASI KESISWAAN ?...................................................... 9-16
1. Pengertian Administrasi Kesiswaan............................................... 92. Penerimaan Siswa Baru.................................................................. 10-113. Ketatausahaan Siswa...................................................................... 11-134. Pencatatan Bimbingan dan Penyuluhan ......................................... 13-155. Pencatatan Prestasi Belajar ............................................................ 15-16
B. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH ? .......................................... 16-341. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah .............................................. 16-182. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah ........................................... 18-213. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah ......................................... 21-234. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah................................. 23-265. Manfaat, Jenis, dan Cara Mendorong Peran Serta Masyarakat
(PSM) ............................................................................................ 27-316. Transparansi dan Akuntabilitas Publik ......................................... 31-327. Kerangka Kerja dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah .......................................................................................... 32-34
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 35-40A. Jenis dan Lokasi Penelitian .................................................................. 35B. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 35-36C. Sumber Data ......................................................................................... 36D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 36-37E. Instrumen Penelitian............................................................................. 37-38F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 38-39G. Keabsahan Data.................................................................................... 39-40
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 41-63A. Gambaran Tentang SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa .............. 41-50B. Layanan Administrasi Kesiswaan di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa .................................................................................. 50-57
ix
C. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD Inpres TimbusengKabupaten Gowa .................................................................................. 57-61
D. Layanan Administrasi Kesiswaan dalam Mendukung PeningkatanMutu Manajemen Berbasis Sekolah di SD Inpres TimbusengKabupaten Gowa .................................................................................. 62-63
BAB V PENUTUP........................................................................................... 64-65A. Kesimpulan........................................................................................... 64-65B. Implikasi Penelitian.............................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66-67LAMPIRAN-LAMPIRANRIWAYAT HIDUP
x
ABSTRAK
Nama : Dinda Angraeni HasjunNIM : 20300113063Judul : Efektivitas Layanan Administrasi Kesiswaan dalam
Meningkatkan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah di SD InpresTimbuseng Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa
Rumusan masalah penelitian adalah :1). Bagaimana layanan administrasikesiswaan di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa? 2). Bagaimana manajemenberbasis sekolah (MBS) di SD Inpres Kabupaten Gowa? 3). Bagaimana layananadministrasi kesiswaan dalam mendukung peningkatan mutu manajemen berbasissekolah di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa?
Tujuan penelitian ini adalah untuk:1). Untuk mengetahui layananadministrasi kesiswaan di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa. 2). Untukmengetahui mutu menajemen berbasis sekolah di SD Inpres TimbusengKabupaten Gowa. 3). Untuk mengetahui ada tidaknya dukungan layananadministrasi kesiswaan terhadap peningkatan mutu manajemen berbasis sekolahdi SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa.
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memilih Jenis penelitianKualitatif, pendekatan fenomenologi. Untuk memperoleh data penulis melakukan,wawancara, observasi, dokumentasi dan penguji keabsahan data yaitu Triangulasi.
Hasil penelitian ini antara lain:(1) Layanan administrasi kesiswaan di SDInpres Timbuseng Kabupaten Gowa boleh dikatakan sudah efektif karena dilihatdari pelayanan administrasinya yang sesuai dengan semestinya. (2) Manajemenberbasis sekolah di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa sudah layak karenasekolah sudah dapat mengelola sekolahnya dengan memanfaatkan sumber dayayang ada secara efektif. (3) Pelayanan administrasi kesiswaan di SD InpresTimbuseng Kabupaten Gowa dalam mendukung peningkatan mutu manajemenberbasis sekolah dilakukan mulai dari pendataan siswa sampai pada pendataankelulusan siswa. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pelayanan administrasikesiswaan dalam peningkatan mutu manajemen berbasis sekolah (MBS) bertujuanuntuk terciptanya suatu sistem pendidikan yang mampu melayani kebutuhanmasyarakat yang sedang berkembang.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah
selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan di dunia ini. Dikatakan demikian,
karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang
terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi
kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupan termasuk dalam bidang
pendidikan.
Meskipun sebagian diantara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi
ketika pendidikan tersebut diartikan dalam batasan tertentu, maka terdapatlah
bermacam-macam pengertian yang diberikan.
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti
bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia
menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan
oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat
hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.1
Menurut Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa Sistem Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan
1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012) h. 1
2
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaruan pendidikan
secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. 2
Pemerintah kini sedang meningkatkan usahanya untuk memperbarui
pendidikan nasional menjadi suatu sistem yang lebih serasi dan menunjang kepada
program-program pembangunan nasional. Seluruh sistem pendidikan sedang
mengalami perubahan dan penyesuaian kembali, yang dicari ialah efektivitas,
produktivitas, relevansi, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tujuan segala kegiatan pembaharuan
pendidikan itu ialah terciptanya suatu sistem pendidikan yang mampu melayani
kebutuhan masyarakat sedang berkembang akan pendidikan dalam arti kuantitatif
serta menjamin lahirnya para lulusan yang secara kualitatif memenuhi harapan
masyarakat banyak.3
Tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan yang diamanatkan oleh
Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa; Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
2 Undang-Undang SISDIKNAS 2003 (Cet. 1; Sinar Grafika, 2003) h. 13 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Angkasa , 1993) h. 4
3
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. 4
Dengan melihat tujuan pendidikan nasional tersebut di atas, maka sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal, harus melakukan upaya pengelolaan administrasi
pendidikan termasuk administarasi kesiswaan. Pencapaian tujuan pendidikan nasional
dapat terwujud secara maksimal. Mengingat administrasi pendidikan termasuk
administrasi kesiswaan sebagai suatu proses yang di dalamnya tersirat misi
kemanusiaan yang sangat tinggi nilainya. Misi itu berupa usaha untuk manusia
menjalankan dan membudayakan melalui proses kerjasama yang disebut pendidikan,
sehingga dikatakan bahwa salah satu indikator penilaian berhasil tidaknya suatu
lembaga pendidikan adalah bagaimana pengelolaan administrasi pendidikan termasuk
administrasi kesiswaan pada sekolah tersebut. Hal tersebut karena sekolah mencakup
beberapa komponen.
Sulaiman Samad dalam buku Profesi Keguruan mengemukakan bahwa
sekolah sebagai suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen atau subsistem.
Komponen-komponen sekolah itu adalah siswa, tenaga kependidikan, kurikulum,
keuangan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dengan masyarakat dan layanan
khusus sehingga memerlukan pengelolaan secara profesional. 5
Sejalan dengan hal tersebut diatas kegiatan pengelolaan dalam ruang lingkup
mikro merupakan kebijakan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah
4 Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Lima, 2011)h.311
5 Sulaiman Samad, Profesi Keguruan ,( Makassar: FIP-UNM, 2006), h.115 .
4
dan kelas. Dalam ruang lingkup ini kepala sekolah, guru, administrator, dan tenaga-
tenaga pendidikan lainnya memegang peranan penting didalam pengelolaan
pendidikan untuk menciptakan kualitas proses dan pencapaian hasil pendidikan. 6
Proses pendidikan dan pengajaran pada suatu lembaga pendidikan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah kegiatan pengelolaan
administrasi kesiswaan yang maksimal, dimana hal tersebut sangat berperan dalam
upaya peningkatan mutu manajemen berbasis sekolah di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa.
Namun kondisi reall manajemen berbasis sekolah di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa masih perlu peningkatan demi terwujudnya sekolah yang mandiri.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa yang bernama Baharuddin S.Pd beliau mengatakan bahwa di SD
Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa sudah menerapkan manajemen berbasis sekolah,
akan tetapi masih perlu peningkatan.
Bedasarkan penjelasan di atas maka penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul skripsi “Efektivitas Layanan Administrasi
Kesiswaan dalam Meningkatkan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah di SD Inpres
Timbuseng Kabupaten Gowa”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, selanjutnya penulis dapat menguraikan beberapa
permasalahan, diantaranya adalah sebagai berikut :
6 Umar Tirtaharahardja, Pengantar Pendidikan ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) h. 41 .
5
1) Bagaimana layanan administrasi kesiswaan di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa?
2) Bagaimana manajemen berbasis sekolah (MBS) di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa?
3) Bagaimana layanan administrasi kesiswaan dalam mendukung
peningkatan mutu manajemen berbasis sekolah di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa?
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pokok persoalan apa yang terjadi pusat perhatian
dalam penelitian, fokus penelitian membantu bagi peneliti yang menggunakan
pendekatan kualitatif untuk membuat keputusan agar membuang atau menyimpan
informasi yang diperoleh. Fokus pada penelitian ini adalah Efektivitas Layanan
Administrasi Kesiswaan dalam Meningkatkan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah di
SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa.
2. Deskripsi Fokus
a. Layanan administrasi kesiswaan
Administrasi kesiswaan ialah keseluruhan proses penyelenggaraan usaha kerja
sama dalam bidang kesiswaan dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan pendidikan
disekolah.
Administrasi kesiswaan merupakan kegiatan-kegiatan yang bersangkutan
dengan masalah kesiswaan di sekolah. Tujuan kesiswaan adalah menata proses
6
kesiswaan mulai dari perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai
dengan tujuan institusional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Administrasi kesiswaan adalah suatu penataan atau pengaturan segala
aktivitas yang berkaitan dengan siswa, yaitu mulai dari masuknya siswa sampai
keluarnya siswa tersebut dari suatu sekolah atau lembaga.
b. Mutu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Dalam pengertian umum mutu mengandung makna derajat atau tingkat
keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa.
Permasalahan dalam bidang pendidikan yang dianggap penting adalah mutu
pendidikan yang masih sangat rendah. Mutu pendidikan merupakan mutu lulusan
setiap jenjang dan jenis pendidikan berdasarkan kompetensi yang dicapai atau
dimiliki oleh siswa.
Adapun manajemen berbasis sekolah merupakan suatu program pemerintah
yang berkaitan dengan adanya asas desentralisasi yang memunculkan otonomi
pendidikan. Pada otonomi pendidikan, sekolah diberikan kewenangan untuk
mengelolah sekolahnya sendiri tanpa meninggalkan kebijakan-kebijakan strategis
yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
D. Kajian Pustaka atau Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan
objek dalam penelitian ini, maka penulis menemukan beberapa karya ilmiah
mahasiswa berupa jurnal yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Diantaranya
yaitu :
7
1) Disusun oleh Syarifuddin C.N Sida “Pengaruh Administrasi Kesiswaan
Terhadap Kepuasan Siswa”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kepuasan siswa administrasi kesiswaan di SMK Negeri 5
Bantaeng-Bantaeng.
2) Disusun oleh Edi Setiawan “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) di SMK Negeri 1 Bantul”. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan implementasi MBS di SMK Negeri 1 Bantul.
3) Disusun oleh Abdau Qur’ani Habib dan Imam Machali “Efektivitas
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam Perspektif Balanced
Scorecord terhadap Mutu Pembelajaran Siswa Kelas XI dan Kelas XII di
MAN Maguwoharjo Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
hubungan antara penerapam manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam
Perspektif Balanced Scorecord dan juga untuk menganalisa tingkat
efektivitas dan konstribusi penerapan manajemen berbasis sekolah
terhadap mutu pembelajaran.
E. Tujuan dan kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian ini dan untuk menjawab
permasalahan yang dikemukakan pada pembahasan sebelumnya dalam latar belakang
masalah, maka dari itu perlu dikemukakan tujuan dari penelitian ini, yang
diantaranya:
8
a. Untuk mengetahui layanan administrasi kesiswaan di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa.
b. Untuk mengetahui mutu menajemen berbasis sekolah di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa.
c. Untuk mengetahui ada tidaknya dukungan layanan administrasi kesiswaan
terhadap peningkatan mutu manajemen berbasis sekolah di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa.
2. Kegunaan
Sedangkan kegunaan yang bisa dipetik pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Sebagai bahan acuan untuk perkembangan mengenai layanan administrasi
kesiswaan dalam meningkatkan mutu manajemen berbasis sekolah di SD Inpres
Timbuseng Kabupaten Gowa.
b. Untuk memperluas wawasan keilmuan penulis tentang layanan administrasi
kesiswaan dalam meningkatkan mutu manajemen berbasis sekolah.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Administrasi Kesiswaan
1. Pengertian Administrasi Kesiswaan
Menurut B. Suryosubroto admnistrasi kesiswaan menunjuk kepada pekerjaan-
pekerjaan atau kegiatan-kegiatan pencatatan siswa baru semenjak dari proses
penerimaan sampai saat murid meninggalkan sekolah karena sudah tamat mengikuti
pendidikan pada sekolah itu.1
Menurut M. Sobry Sutikno administrasi kesiswaan merupakan kegiatan
pencatatan siswa mulai dari proses penerimaan hingga siswa tersebut keluar dari
sekolah disebabkan telah tamat/lulus. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua
pengaturan yang berhubungan dengan siswa digarap oleh administrasi kesiswaan.2
Menurut Asnawir administrasi kesiswaan merupakan bagian dari kegiatan
administrasi yang dilaksanakan di sekolah, berupa usaha kerjasama yang dilakukan
oleh para pendidik agar terlaksananya proses belajar mengajar guna tercapainya
tujuan pendidikan yang diharapkan.3
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat saya simpulkan bahwa
administrasi kesiswaan adalah proses pendataan siswa mulai dari masuknya siswa di
1B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h.742M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan, (Lombok: Holistica, 2012), h.763http://www.sarjanaku.com/2013/04/makalah-administrasi-kesiswaan.html?m=1
10
sekolah atau lembaga sampai keluarnya siswa tersebut, baik karena sudah tamat
ataupun keluar dari sekolah atau lembaga tersebut.
Administrasi kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam
bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan
lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. 4
Jenis-jenis kegiatan administrasi kesiswaan dapat didaftar melalui gambaran
bahwa lembaga pendidikan diumpamakan sebagai sebuah transformasi, yang
mengenal masukan ( input), pengolahan di dalam transformasi (proses), dan keluaran
(output). Dengan demikian penyajian penjelasan administrasi kesiswaan dapat
diurutkan menurut aspek-aspek tersebut. Dengan melihat pada proses memasuki
sekolah sampai peserta didik meninggalkannya, terdapat empat kelompok
pengadministrasian, yaitu: (1) penerimaan siswa, (2) ketatausahaan siswa, (3)
pencatatan bimbingan dan penyuluhan serta (4) pencatatan prestasi belajar. 5
2. Penerimaan Siswa Baru
Kapan penerimaan siswa baru dilakukan? Oleh karena penerimaan siswa baru
bukannlah hal yang ringan, maka menjelang tahun ajaran baru proses penerimaan ini
harus sudah selesai. Untuk ini maka menunjukkan panitia penerimaan siswa baru
telah dilakukan oleh Kepala Sekolah sebelum tahun ajaran berakhir. Panitia siswa
baru sifatnya tidak tetap, dan justru sebaiknya dapat diadakan giliran di antara guru-
guru. Manfaat adanya giliran ini antara lain:
4 M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan, h.765 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
(Jakarta: Rajawali, 1990), h. 52 .
11
a. Semua guru merasa diberi kepercayaan untuk bekerja.
b. Semua guru diberi kesempatan untuk melatih diri memegang suatu tugas yang
meminta pertanggung jawaban yang besar.
c. Personel-personel yang ada di sekolah dilibatkan dalam kegiatan selain kegiatan
rutin, sehingga ada selingan.
d. Apabila personel-personel tersebut dilibatkan dalam proses siswa, mereka akan
merasa ikut memiliki sekolahnya.
Penerimaan siswa baru merupakan peristiwa penting bagi suatu sekolah,
adapun langkah-langkah penerimaan siswa baru pada umumnya berlangsung sebagai
berikut:
a) Menentukan banyaknya siswa yang akan diterima, baik untuk kelas 1 dan kelas-
kelas lain kalau memang dimungkinkan oleh peraturan yang berlaku.
b) Menentukan syarat-syarat penerimaan.
c) Mengadakan pengumuman, menyiapkan soal-soal tes untuk seleksi dan
menyiapkan tempat seleksi.
d) Melaksanakan penyaringan melalui tes tertulis maupun lisan.
e) Mengadakan pengumuman penerimaan.
f) Mendaftar kembali calon siswa yang diterima.
g) Melaporkan hasil pekerjaan kepada pimpinan sekolah.6
6 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, h.53
12
3. Ketatausahaan Siswa
Sebagai tindak lanjut dari penerimaan siswa maka kini menjadi tugas tata
usaha sekolah untuk memproses siswa-siswa tersebut dalam catatan-catatan sekolah.
Catatan sekolah dibedakan atas dua jenis, yaitu (a) catatan untuk seluruh sekolah dan
(b) catatan untuk satu kelas. Jenis-jenis catatan ini bukan hanya untuk sesuai tingkat
sekolah saja, tetapi berlaku untuk semua tingkat dan jenis.
a. Catatan-catatan untuk seluruh sekolah meliputi:
1) Buku induk, yaitu buku yang digunakan untuk mencatat data semua anak
yang pernah dan sedang mengikuti pelajaran di sekolah tersebut. Untuk buku
induk yang lengkap adakalanya dituliskan juga catatan prestasi siswa, adapun
catatan-catatan dalam buku induk meliputi:
a) Nomor urut
b) Nomor induk (yang dituliskan urutan menurut tanggal siswa didaftar resmi sebagai
siswa)
c) Jenis kelamin
d) Nama dan alamat orang tua
e) Agama
f) Pekerjaan orang tua, dan keterangan lain-lain yang perlu bagi pemberian identitas
dan keterangan lain.
2) Buku Klopper, yaitu buku pelengkap Buku Induk yang dituliskan menurut
abjad nama siswa, dan berfungsi sebagai penolong untuk pencarian data siswa
pada buku induk. Apabila misalnya ada bekas siswa yang sudah lama
13
meninggalkan sekolah tersebut, pada suatu ketika datang ke sekolah untuk
meminta surat keterangan sedangkan ia lupa berapa nomor induknya, maka
bekas siswa tersebut cukup menyebutkan nama. Dari huruf pertama dari
namanya dapat diketahui pada halaman abjad apa nama tersebut dicari berapa
nomor induknya, untuk kemudian data selengkapnya ditelusuri secara lengkap
dari buku induk.
3) Catatan tata tertib sekolah, yaitu catatan atau kumpulan peraturan yang
sebenarnya bukan hanya diperuntukkan bagi siswa saja tetapi juga guru dan
personal lain. Atauran tata tertib ini ada yang sifatnya umum dan ada yang
sifatnya khusus. Atauran-aturan tersebut ada yang berasal dari pemerintah
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat maupun setempat), dan ada
yang merupakan produk sekolah sendiri (dikeluarkan oleh Kepala Sekolah
atau merupakan hasil musyawarah dalam rapat dewan guru).
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bukan hanya intelek saja yang
dikembangkan tetapi pribadi secara utuh. Oleh karena itu tata tertib yang dikeluarkan
bermanfaat untuk anak itu sendiri dalam rangka membentuk pribadi yang baik. Di
samping itu juga dimaksudkan agar dalam sekolah itu terbentuk suasana tentram,
teratur, karena semua mengikuti aturannya.
Hal-hal yang biasanya termuat dalam peraturan tata tertib antara lain berupa:
a) Aturan-aturan yang menyangkut lahiriah misalnya pakaian, peralatan, kendaraan,
dan sebagainya.
14
b) Aturan-aturan tingkah laku misalnya sikap siswa terhadap Kepala Sekolah,
terhadap guru, sesama siswa, karyawan, dan sebagainya.
c) Aturan-aturan ketertiban misalnya tentang keharusan ikut gerak jalan, mengikuti
upacara bendera, dan sebagainya.7
b. Catatan –catatan untuk masing kelas
Sekali lagi administrasi kesiswaan adalah administrasi yang menyangkut
urusan siswa. Disamping catatan-catatan untuk siswa seluruh sekolah, ada lagi
catatan-catatan yang khusus untuk siswa-siswa di kelas, yaitu:
1) Buku kelas yang merupakan cuplikan kutip dari Buku Induk.
2) Buku presensi kelas yang diisi setiap hari guna mencatat keadaan siswa
yang masuk dan tidak masuk sekolah, untuk selanjutnya presentasi absensi
pada tiap-tiap akhir bulan.8
4. Pencatatan Bimbingan dan Penyuluhan
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan
bantuan kepada setiap siswa agar selama mengikuti pendidikan di sekolah tidak
merasa dirugikan, dan dapat mencapai hasil yang maksimal. Pandangan yang selama
ini tersebar adalah bahwa kegiatan bimbingan dan penyuluhan hanya diperuntukkan
bagi siswa-siswa yang mempunyai masalah saja. Pandangan ini agaknya berakibat
pada kesuksesan program bimbingan tersebut. Siswa-siswa akan merasa malu untuk
datang sendiri ke tempat bimbingan atau merasa terhina jika dipanggil oleh guru
7 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, h.538 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, h.55
15
pembimbing. Padahal secara konseptual kegiatan bimbingan dan penyuluhan tersebut
diperuntukkan bagi semua siswa, dengan tujuan untuk membantu mereka agar
mencapai tujuan secara maksimal.
Program bimbingan dan penyuluhan meliputi tiga aspek sasaran, yaitu :
1) Bimbingan belajar.
2) Bimbingan pribadi.
Adapun program pembinaan, meliputi :
a) Pembinaan dalam penyusunan rencana semester/tahunan,
b) Pembinaan dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan secara umum,
c) Pembinaan dalam pelayanan konseling atau penyuluhan,
d) Pembinaan dalam menggunakan media dan alat bantu yang mendukung
pelayanan bimbingan,
e) Pembinaan dalam memanfaatkan sumber daya manusia,
f) Pembinaan dalam penilaian hasil proses bimbingan,
g) Pembinaan dalam menentukan langkah lebih lanjut untuk meningkatkan proses
pelayanan bimbingan.9
5. Pencatatan Prestasi Belajar
Buku catatan prestasi belajar siswa, meliputi buku daftar nilai, buku legger,
buku rapor, dan buku mutasi.
9 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,h.55.
16
1) Buku daftar nilai merupakan buku pertama yang digunakan oleh guru
untuk mencatat nilai mentah yang diperoleh langsung dari ulangan harian
atau ulangan umum, serta nilai-nilai lain seperti nilai tugas dan aktivitas.
2) Buku legger, yaitu buku kumpulan nilai yang memuat semua nilai untuk
semua bidang pelajaran yang diikuti oleh guru dalam periode tertentu.
Buku legger biasanya diisi oleh wali kelas yang menampung nilai-nilai
dari guru-guru yang memegang pelajaran di kelas tersebut. Adakalanya
sekolah juga memiliki buku legger sekolah, yang merupakan kumpulan
nilai dari legger-legger kelas.
3) Buku rapor merupakan sebuah buku yang memuat laporan hasil belajar
siswa yang bersangkutan mengikuti pendidikan di sekolah itu. Buku rapor
bukan hanya berguna bagi siswa itu sendiri karena mereka dapat
mengetahui prestasi yang mereka peroleh selama satu periode tertentu,
tetapi juga untuk orang tua dan masyarakat luas. Dengan melihat catatan
yang tertera dalam rapor (prestasi dan catatan pribadi) orang tua akan tahu
“seberapa perolehan yang kembali” sehubungan dengan biaya yang telah
mereka bayarkan kepada sekolah untuk anaknya. Tujuan secara pedagogis
lebih jauh adalah agar orang tua dapat mengetahui bagian mana mereka
dapat memberikan bantuan kepada sekolah demi keberhasilan anaknya
juga. Kemudian masyarakat dapat memanfaatkan rapor misalnya untuk
melihat kemampuan siswa apabila akan melamar pekerjaan, atau sekolah
17
lain yang akan menerima pindahan siswa dan atau ada siswa yang akan
melanjutkan belajar.
4) Buku Mutasi, yaitu buku yang digunakan untuk mencatat adanya siswa-
siswa yang pindah, baik pindah ke sekolah lain (mutasi ekstern), maupun
masih dalam lingkungan sekolah tersebut (mutasi intern). Selain dicatat di
masing-masing kelas, keadaan mutasi juga dicatat di sekolah sebagai buku
mutasi umum.10
B. Manajemen Berbasis Sekolah
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasa ilmu dan teknologi, yang
ditunjukkan dengan pernyataan politik dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN).11
Reformasi sekolah atau school reform merupakan suatu konsep perubahan
kearah peningkatan mutu berbasis sekolah. Penataan sekolah melalui konsep MBS
yang diartikan sebagai wujud dari reformasi pendidikan, diarahkan untuk meredesain
dan memodifikasi struktur pemerintah ke sekolah dengan konsep pemberdayaan
sekolah.
Secara operasional Manajemen Berbasis Sekolah dapat didefinisikan sebagai
pelaksanaaan fungsi-fungsi manajemen terhadap semua komponen pendidikan di
10Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, h.5711E Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 103
18
sekolah menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pasal 51 butir 1 yaitu pengelolaan suatu pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
Hal tersebut mengungkapkan bahwa manajemen berbasis sekolah adalah
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong
pengambilan keputusan bersama atau partisipasi dari semua warga sekolah dan
masyarakat untuk mengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.12
Otonomi yang demikian, akan membuat sekolah memiliki kewenangan yang
lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri, sekolah
lebih berbudaya dalam mengembangkan program yang lebih sesuai dengan
kebutuhan dan potensinya.
Namun demikian manajemen berbasis sekolah diharapkan tidak memberi
peluang terhadap kemauan individu atau kelompok yang berambisi untuk menguasai,
mengelolah sekolah tanpa apresiasi dan partisipasi warga sekolah dan masyarakat.13
Manajemen berbasis sekolah adalah suatu konsep perubahan ke arah
peningkatan berbasis sekolah dan manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
12Depdiknas, Panduan Monitoring & Evaluasi dalam Manajemen Peningkatan MutuBerbasis Sekolah.(Jakarta:Dikmenum,2001)h. 145
13http://www.m-edukasi.web.id/2016/07/ pengertian-manajemen-berbasis-sekolah. html di
akses pada tanggal 7 Juli 2016
19
kepada sekolah untuk mendorong pengambilan keputusan bersama, partisipasi
masyarakat, dan di lingkup sekolah tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi diatas , maka saya menyimpulkan bahwa
manajemen berbasis sekolah adalah suatu kewenangan yang diberikan sekolah untuk
mengelola sekolahnya sendiri tanpa meninggalkan peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
Sebagai salah satu konsep dan paradigma baru pendidikan di era otonomi,
MBS berupaya mewujudkan sistem pendidikan yang memberdayakan demokrasi
yang berorientasi pada kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab sekolah. Dari
sinilah tujuan utama mnajemen berbasis sekolah diperoleh yaitu untuk membuat
sekolah lebih independen dan terus menerus meningkatkan kinerja sekolah terutama
peningkatan output pendidikan melalui proses belajar mengajar yang bermutu.
Tujuan utama manajemen berbasis sekolah adalah meningkatkan efesiensi,
mutu, dan pemerataan pendidikan, peningkatan efesiensi diperoleh melalui keluasan
pengelola sumber daya yang ada, peran aktif masyarakat, dan penyederhanaan
birokrasi. Peningkatan mutu dapat diperoleh melalui peran aktif orang tua, kelenturan
pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru. Pemerataan pendidikan
20
tampak pada tumbuhnya peran aktif masyarakat terutama yang mampu dan peduli,
sementara yang kurang mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah.14
Sementara itu menurut Kementrian Pendidikan Nasional yang dikutip
Nurkholis, tujuan manajemen berbasis sekolah adalah: (1) meningkatkan mutu
pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia. (2) meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui keputusan
bersama. (3) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada sekolahnya. (4)
meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang
akan dicapai.15
Di samping karena keinginan untuk mencapai tujuan di atas, alasan
implementasi manajemen berbasis sekolah adalah:
1) Dengan pemberian otonomi yang besar kepada sekolah, maka sekolah akan
mempunyai inisiatif dan kreativitas dalam meningkatkan mutu sekolah
2) Dengan pemberian fleksibilitas atau keluwesan-keluwesan yang lebih besar
kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah diharapkan
lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdayanya
secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah.
14E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2005) h. 13
15Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, Dan aplikasi, (Jakarta: PT.Gratisindo,2005) h. 27
21
3) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi
dirinya sehingga personil sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya.
4) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan di kembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
5) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa
yang terbaik bagi sekolahnya.
6) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efesien dan efektif bila mana
dikontrol oleh masyarakat setempat.
7) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
8) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing
kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat pada umumnya.
Sehingga diharapkan sekolah berupaya semaksimal mungkin melaksanakan
dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
9) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain
untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orang tua, siswa, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
22
10) Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah dengan cepat.16
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah yang
ditandai dengan otonomi sekolah dan melibatkan masyarakat merupakan respon
pemerintah terhadap fenomena-fenomena yang muncul di masyarakat, bertujuan
meningkatkan efesiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efesiensi
diperoleh melalui keluasaan mengelolah sumber daya, peran aktif masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu didapatkan melalui peran aktif orang
tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan
profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif dan disentif.
Sedangkan peningkatan pemerataan melalui peningkatan peran aktif masyarakat yang
memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
3. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah
Dengan adanya otonomi, sekolah dapat mengelola sumber daya yang
dimilikinya dengan pengembangan dan implementasi manajemen berbasis sekolah
sesui dengan kultur, kondisi, dan kebutuhan sekolah juga masyarakat setempat,
keleluasaan dalam mengelola sumber daya yang dimaksud memberikan nilai-nilai
positif bagi pengembangan pendidikan masa depan dan meningkatkan mutu
pendidikan secara makro. Nilai positif manajemen berbasis sekolah banyak dirasakan
16Hardanto, Mencari Sosok Desentralisali Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta),h. 70
23
oleh stakeholder pendidikan seperti, birokrasi, kepala sekolah, guru, masyarakat, dan
pelaksana sistem.
Bagi guru dan masyarakat, nilai positif yang dapat seperti guru merasa
dihargai, sehingga tingkat kepuasan kerja dan motivasinya meningkatkan masyarakat
merasa puas, karena aspirasinya terakomodasi sehingga dukungannya lebih besar.
Sedangkan manfaat yang diperoleh oleh sekolah dan pelaksana sistem seperti, kepala
sekolah diberi kesempatan yang baik untuk menunjukkan kepemimpinannya,
kedudukan kepala sekolah stabil, karena adanya dukungan dari berbagai pihak dan
organisasi penyelenggara pendidikan lebih efektif dan efesien.
Manfaat manajemen berbasis sekolah dimunculkan karena adanya alasan-
alasan manajemen berbasis sekolah harus diimplementasikan dan dikembangkan.
Amatembun secara ringkas menyebut keunggulan-keunggulan manajemen berbasis
sekolah, sebagai berikut:
a) Program-program bagi siswa lebih baik
b) Pemanfaatan sumber-sumber daya manusia secara penuh
c) Kualitas keputusan-keputusan meningkat
d) Meningkatkan loyalitas dan komitmen staf
e) Mengembangkan keterampilan-keterampilan staf
f) Tujuan-tujuan organisasi jelas
g) Meningkatkan moral staf
h) Merangsang kretifitas dan inovasi staf
i) Memperbesar konfidensi masyarakat
24
j) Menambah akuntabilitas finansial, dan
k) Restrukturasasi.17
Kementrian Agama melalui Direktorat Jenderal Agama Islam menjelaskan
manfaat manajemen berbasis sekolah bagi madrasah atau sekolah, yaitu:
a) Madrasah atau sekolah dapat mengoptimalkan sumber-sumber daya yang
tersedia untuk memajukan madrasah/sekolah, agar bisa mengetahui peta
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi.
b) Madrasah atau sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya
input dan output pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam
proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
c) Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan
madrasah atau sekolah, karena madrasah atau sekolah lebih mengetahui apa yang
terbaik bagi madrasah atau sekolahnya.
d) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efesien dan efektif apabila
masyarakat turut serta mengawasinya.
e) Keterlibatan warga madrasah atau sekolah dalam pengambilan keputusan
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
f) Madrasah atau sekolah bertanggung jawab terhadap mutu.
4. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Dalam mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah semua komponen
sekolah harus meningkatkan kinerja dan profesionalisme kerja dalam upaya
17Amatembun, School Based Management, (Bandung: Suri, 2001) h. 10
25
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini sangat diperlukan kerena untuk
mencapai tujuan pendidikan, output yang diperoleh dari proses pendidikan harus
memiliki kompetensi sesui dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, dan itu tidak
terlepas dari peranan sekolah, seperti kepala sekolah, komite sekolah, orang tua, dan
masyarakat.
Dalam kaitan ini Amatembun merinci apa yang harus dilakukan
penyelenggara pendidikan dalam pelaksanaan konsep manajemen berbasis sekolah
secara sistematik :
a) menyusun organisasi
b) Perumusan tujuan
c) Penyusunan anggaran
d) Alokasi personil
e) Pengembangan kurikulum
f) Penyebaran informasi
g) Pembuatan keputusan18
Menurut Nurkolis implementasi manajemen berbasis sekolah akan berhasil
melalui strategi-strategi sebagai berikut. (1) Sekolah harus memiliki otonomi
terhadap suatu hal, yaitu dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan,
pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara kesinambungan, akses
informasi ke segala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang
berhasil. (2) Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan,
18Amatembun, School Based Management, h. 30
26
proses pengambilan keputusan. (3) Adanya kepemi mpinan sekolah yang kuat
sehingga mampu mengerakkan dan mendayagunakan sumber daya secara efektif. (4)
Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam dewan sekolah yang
aktif. (5) Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara
sungguh-sungguh. (6) Adanya guidelines dari kementrian pendidikan terkait sehingga
mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efektif dan efesien. (7)
Sekolah harus memiliki transparansi akan akuntabilitas yang minimalnya diwujudkan
dalam laporan pertanggungjawaban setiap tahunnya. Akuntabilitas sebagai bentuk
pertanggung jawaban sekolah terhadap semua stakeholder. (8) Penerapan manajemen
berbasis sekolah harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus
lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa. (9) Implementasi diawali dengan
sosialisasi konsep MBS, identifikasi peran masing-masing.19 Sedangkan menurut
Husaini Usman indikator bahwa manajemen berbasis sekolah sudah berhasil di
sekolah ditunjukkan oleh lima hal,yaitu:
1) Adanya kemandirian sekolah yang kuat.
2) Adanya kemitraan sekolah yang efektif.
3) Adanya peran aktif yang kuat dari orang tua dan masyarakat.
4) Adanya keterbukaan yang bertanggung jawab oleh sekolah.
5) Adanya akuntabilitas yang dapat dipertanggung jawabkan oleh sekolah20
19Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, h. 13220Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), h. 579
27
Dalam rangka mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah secara
efektif dan efesien maka sekolah harus melibatkan semua unsur yang ada mulai dari
kepala sekolah, orang tua, masyarakat, sarana dan prasarana serta unsur terkait
lainnya. Melalui era otonomi pendidikan, keluarga dan masyarakat bukan lagi pihak
yang pasif hanya menerima keputusan-keputusan dalam penyelenggaraan pendidikan,
tetapi mereka harus aktif menentukan dan membuat program bersama sekolah dan
pemerintah. Keterlibatan masyarakat dalam program-program sekolah, dapat
dilakukan dengan cara berkomunikasi, karena pada hakikatnya komunikasi adalah
satu bentuk keterlibatan, dan keterlibatan berarti peran aktif masyarakat di dalam
program dan kegiatan sekolah.
Keikutsertaan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan mempunyai banyak
keuntungan, bagaimana ditemukan Nurkolis yang mengutip pendapat Rhoda yaitu:
1) Pencapaian akademik dan perkembangan kognitif siswa dapat berkembangan
secara signifikan.
2) Orang tua dapat mengetahui perkembangan anaknya dalam proses pendidikan
sekolah.
3) Orang tua akan menjadi guru yang baik di rumah dan bisa menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Orang tua memiliki sikap dan pandangan positif terhadap sekolah.21
21Nurkolis,Manajemen Berbasis Sekolah.(Jakarta:Bumi Aksara,2003) h. 126
28
5. Manfaat, Jenis-jenis, dan Cara Mendorong Peran Serta Masyarakat
(PSM)
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan
masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan berhasil dengan
maksimal.
Ayat 1 pasal 54 pada UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa “peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan”. Ayat 2 menyatakan bahwa “msyarakat dapat berperan serta sebagai
sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.”
Sekarang hampir semua sekolah telah mempunyai komite sekolah yang
merupakan wakil masyarakat dalam membantu sekolah. Hal itu karena masyarakat
dari berbagai lapisan sosial ekonomi sudah sadar betapa pentingnya dukungan
merekan untuk keberhasilan pembelajaran di sekolah. Sebetulnya banyak sekali jenis-
jenis dukungan masyarakat pada sekolah. Namun sampai sekarang dukungan
tersebut lebih banyak pada bidang fisik dan materi, seperti: membantu pembangunan
gedung, merehabilitas sekolah, memperbaiki atap, dan sebagainya. Masyarakat juga
dapat membantu dalam bidang teknis edukatif, seperti: menjadi guru bantu, guru
pengganti, mengajarkan kesenian, keterampilan, atau agama. Tetapi amat
disayangkan bahwa hal tersebut belum banyak dilakukan.
29
Pada dasarnya masyarakat, baik kaya atau miskin berpotensi membantu
sekolah yang memberikan pembelajaran pada anak-anak mereka. Tetapi hal ini
bergantung pada bagaimana cara sekolah mendekati masyarakat tersebut. Sekolah
harus mengatahui cara mendorong peran serta masyarakat (PSM) agar masyarakat
mau membantu sekolah. Sesi ini akan membicarakan ketiga aspek penting tersebut
pentingnya PSM, jenis-jenis PSM, dan cara mendorong PSM dalam mendukung
sekolah.22
1) Perlunya peran serta masyarakat
a) Pendidikan adalah tanggung jawab bersama keluarga, masyarakat, dan negara.
b) Keluarga bertanggung jawab untuk mendidik moralitas/agama, menyekolahkan
anaknya serta membiayai keperluan pendidikan anak.
c) Anak berada di sekolah antara 6-9 jam saja, selebihnya berada di luar sekolah
(rumah dan lingkungannya). Dengan demikian, tugas keluarga amat penting
untuk menjaga dan mendidik anak.
d) Anak perempuan perlu mendapat kesempatan belajar yang sama dengan anak
laki-laki.
e) Masyarakat berhak dan berkewajiban untuk mendapatkan dan mendukung
pendidikan yang baik.
f) Pemerintah berkewajiban membuat gedung sekolah, menyediakan tenaga
pendidik/guru, melakukan standarisasi kurikulum, menjamin kualitas buku paket,
22USAID PRIORITAS,”Praktik Yang Baik di Sekolah Menengah Pertama/MadrasahTsanawiyah(SMP/MTs)”(Modul Pelatihan),Februari 2013.h 267
30
alat peraga, dan sebagainya. Karena kemampuan pemerintah terbatas, maka
peran serta masyarakat akan sangat diperlukan.
g) Kemampuan pemerintah terbatas sehingga mungkin tidak mampu untuk
mengatahui secara rinci nuansa perbedaan pada masyarakat yang berpengaruh
pada bidang pendidikan. Jadi masyarakat berkewajiban membantu
penyelenggaraan pendidikan karena tahu apa yang dibutuhkan masyarakat
setempat.
h) Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan gedung,
ruang kelas, pagar, dan sebagainya.
i) Sekolah bertangung jawab kepada pemerintah dan juga kepada masyarakat
sekitarnya.
j) Bantuan teknis edukatif juga sangat mungkin diberikan, seperti: menyediakan
diri menjadi tenaga pengajar, membantu anak yang kesulitan membaca,
menentukan dan memilih guru baru yang mempunyai kualifikasi, serta
membicarakan pelaksanaan kurikulum dan kemajuan belajar.
k) Dalam konsep manajemen berbasis sekolah, perang serta masyarakat memang
amat luas, tapi karena berbagai sebab, pelaksanaannya masih terbatas pada hal-
hal berikut.23
2) Jenis-jenis Peran Serta Masyarakat
Ada macam-macam peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan
pendidikan. Peran serta tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 7 tingkatan,yang
23USAID PRIORITAS, (Modul Pelatihan), h. 272
31
dimulai dari tingkat terendah ke tingkat yang lebih tinggi. Tingkatan tersebut terinci
sebagai berikut:
a. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Jenis PSM ini
adalah jenis yang paling umum. Masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah
dengan memasukkan anak ke sekolah.
b. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Pada PSM
jenis ini, masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik
sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, waktu dan tenaga.
c. Peran serta secara pasif, artinya menerima apa yang diputuskan oleh pihak
sekolah (komite sekolah), misalnya komite sekolah memutuskan agar orang tua
menerima keputusan tersebut dan mematuhinya.
d. Peran serta melalui konsultasi. Orang tua datang ke sekolah utuk berkonsultasi
tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya.
e. Peran serta dalam pelayanan. Orang tua atau masyarakat terlibat dalam kegiatan
sekolah, misalnya orang tua ikut membantu sekolah ketika ada studi tour,
kegiatan pramuka, kegiatan keagamaan.
f. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan yang didelagasikan/dilimpahkan.
Misalnya, sekolah meminta orang tua atau masyarakat untuk memberikan
penyuluhan pentinganya pendidikan, masalah gender, gizi. Dapat juga
berpartisipasi dalam mencatat anak usia sekolah dilingkungannya agar sekolah
siap menampungnya, menjadi narasumber, dan guru bantu.
32
g. Peran serta dalam pengambilan keputusan. Orang tua atau masyarakat terlibat
dalam pembahasan masalah pendidikan (baik akademis maupun non akademis)
dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam rencana pengembangan
sekolah. Dalam hal ini, peran serta masyarakat melalui komite sekolah termasuk
dalam hal pengawasan pengelolaan keuangan sekolah.
Pada pelatihan ini, ditekankan agar sekolah meningkatkan PSM sampai pada
tingkat yang tertinggi (tingkat ke-7), yaitu terlibat dalam pembahasan dan
pengambilan keputusan dalam pengembangan sekolah. Meningkatnya kepedulian dan
partisipasi terhadap pengembangan sekolah akan semakin meningkatakn rasa
memilki, selain itu hubungan antara sekolah dan masyarakat semakin dekat dan
sekolah menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat.24
6. Transparansi dan Akuntabilitas Publik
Tiap pekerjaan mutlak memerlukan adanyan pertanggung jawaban. Sampai
sekarang banyak sekolah merasa hanya bertanggung jawab kepada pemerintah atau
yayasan yang memberi uang dan kewenangan. Tidak banyak yang merasa perlu
bertanggung jawab kepada masyarakat. Seharusnya, karena sekolah mendidik anak
(dari masyarakat), maka sekolah harus bertanggung jawab kepada masyarakat tentang
pelaksanaan tugasnya, pengunaan dana (apa kekurangannya dan bagaimana sekolah
mengaharap bantuan dan dukungan masyarakat untuk mendidik anak secara
bersama). Banyak pengalaman yang menyatakan bahwa sekolah yang dikelola secara
terbuka dan siap bekerjasama, akan mengundang simpati sehingga masyarakat akan
24USAID PRIORITAS, (Modul Pelatihan), h. 274
33
merasa senang memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan sekolah dalam
usaha peningkatan layanan pendidikan untuk anak-anak mereka.
Untuk dapat mencapai hal tersebut perlu diterapkan konsep transparansi
(keterbukaan) dan akuntabilitas. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 8 UU No 20/2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.
Transparansif, partisipasif, dan akuntabilitas hal ini diperlukan dalam rangka
menciptakan kepercayaan antar pemangku kepentingan melalui penyediaan informasi
dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Akuntabel berhubungan dengan pertanggungjawaban, melaporkan,
menjelaskan dan meberikan justifikasi tentang sebuah kegiatan atau keputusan
kepada pemangku kepentingan.25
7. Kerangka Kerja dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah
Dalam manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini diharapkan sekolah
dapat bekerja dalam koridor-koridor tertentu antara lain sebagai berikut;
a. Sumber Daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua
sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan administrasi,
pengelolaan keuangan harus ditujukan untuk: (1) memperkuat sekolah dalam
menentukan dan mengelolasikan dana sesuai dengan skala prioritas yang telah
ditetapkan untuk proses peningkatan mutu, (2) pemisahan antara biaya yang
25 USAID PRIORITAS, (Modul Pelatihan), h. 301
34
bersifat akademis dari proses pengadaannya, dan (3) pengurangan kebutuhan
birokrasi pusat.
b. Pertanggung-jawaban (accountability); sekolah dituntut untuk memiliki
akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan
perpaduan antara komitmen terhadap standar keberhasilan dan harapan/tuntutan
orang tua atau masyarakat. Pertanggung-jawaban ini bertujuan untuk meyakinkan
bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah
ditentukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin
untuk menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan.
c. Kurikulum; berdasarkan kurikulum standar yang telah ditentukan secara
nasional, sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum baik dari
standar materi (kontent) dan proses penyampaiannya. Untuk melihat proses
pencapaian kurikulum, siswa harus dinilai melalui proses test yang dibuat sesuai
dengan standar nasional dan mencakup berbagai aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor maupun aspek psikologi lainnya.
d. Personil Sekolah; sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses
rekrutmen atau dalam arti penentuan jenis guru yang diperlukan dan pembinaan
struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf
lainnya).26
26 Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, ( Semarang: Pustaka RiskiPutra, 2011) h. 45
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Lokasi
1. Jenis Penelitian
Metode berasal dari bahasa yunani “Methodos” yang artinya jalan atau cara.
Ahmad Maulana dalam bukunya Lexy J. Moleng mengemukakan bahwa cara yang
teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu atau cara kerja. Jadi metode
penelitian yaitu suatu cara kerja yang teratur dan berpikir dengan baik guna
memahami obyek yang menjadi sasaran penelitian.1
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Disebut penelitian kualitatif,
karena sumber data utama penelitian ini adalah berupa kata-kata dan tindakan dari
orang-orang yang diamati atau diwawancarai.
2. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi yang menjadi objek penelitian penulis yakni di Desa Timbuseng
Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa. Melalui penelitian ini penulis ingin
melihat sejauh mana “Efektivitas Layanan Administrasi Kesiswaan dalam
Meningkatkan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah di SD Inpres Kabupaten Gowa”.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan tradisi penelitian kualitatif yang
1 1Lexy J. Moleng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remadja Rosdakarya, 1999), h.112
36
berakar pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada pengalaman hidup manusia
(sosiologi). Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dengan
memahami inti pengalaman dari suatu fenomena.2
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek darimana data diperoleh sesuai dengan klasifikasi
data yang dikemukakan, adapun sumber data disini adalah Person (narasumber)
merupakan sumber data yang biasa memberikan data berupa jawaban lisan melalui
wawancara dari pihak sekolah: (Kepala sekolah, guru, dan pelayanan tata usaha).
D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Secara umum observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan
data dengan mengadakan pengamatan terhadap suatu kegiatan. Teknik observasi
adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena
sosial dengan gejala-gejala psikis yang kemudian dilakukan pencatatan.3
Metode ini bermanfaat untuk memperoleh data dengan mengadakan
pengamatan selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang
diobservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena guna penemuan data
analisis.
2http://www.Menulis ProposalPenelitian.Com/20011/12/pendekatan fenomenolog-dalam.html3 Joko Subagyo , Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
hal. 63
37
2. Wawancara/Interview
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara dapat dipandang
sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan
secara sistematis dan berdasarkan kepada tujuan penelitian. Pada umumnya dua orang
atau lebih, hadir secara fisik dalam proses tanya jawab.4
Dalam hal ini responden yang dipilih adalah para pengelola lembaga
pendidikan yang bersangkutan meliputi; kepala sekolah, guru dan supervisor. Karena
mereka dianggap memiliki pengetahuan dan mendalami situasi serta lebih
mengetahui informasi yang diperlukan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data
langsung dari tempat penelitian meliputi buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, foto-foto, file dokumen, dan data yang relevan dengan penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berkaitan dengan kegiatan pengumpulan data dan
pengolahan data, tentang variabel-variabel yang diteliti. Sesuai dengan jenis
penelitian yang dilaksanakan (kualitatif deskriptif), peneliti menggunakan jenis
instrumen penelitian sebagai berikut: Pedoman wawancara, yakni mengadakan proses
4Winarno Surahkmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Metode dan Teknik, (Bandung: Tarsito2008), hal. 193
38
tanya jawab atau wawancara dengan informan yang dianggap perlu untuk diambil
keterangannya mengenai masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1) Teknik Pengolahan Data
Teknik pengelolaan data dalam penelitian kualitatif secara umum dimulai
sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Pada tahap ini kegiatan analisis data, selama pengumpulan data dapat dimulai
setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah
mengumpulkan multi sumber bukti, membangun rangkaian bukti dan klarifikasi
dengan informan tentang draf kasar dan laporan dari penelitian.
b. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan di
lapangan. Dalam proses reduksi data, peneliti melakukan pemilihan terhadap data
yang hendak dikode, mana yang dibuang dan mana yang merupakan ringkasan dan
cerita-cerita apa yang sedang berkembang.
c. Penyajian data
Yang dimaksud penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi
yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
39
d. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Menarik kesimpulan penelitian selalu mendasarkan diri atas semua data yang
diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penarik kesimpulan harus
didasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau keinginan peneliti.
2) Analisis data
Berkaitan dengan metode analisis data, Winarno Surakhmad berpendapat
bahwa, metode analisis data adalah usaha yang konkret untuk membuat data tersebut
berbicara, sebab berapapun jumlah data dan tingginya nilai data yang terkumpul
sebagai hasil dari pengumpulan data bila tidak disusun dan diolah secara sistematis
niscaya data-data itu merupakan bahan-bahan yang membisu.5
Berdasarkan data kualitatif yang diperoleh, teknik analisis data yang
digunakan adalah deskriptif yaitu teknik yang menggambarkan data dengan kata-kata
atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
Pada pelaksanaannya, analisis data bersifat terbuka. Dikatakan terbuka karena terbuka
bagi perubahan, perbaikan dan penyempurnaan berdasarkan data yang baru masuk.
G. Pengujian Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data yang telah dikumpulkan, peneliti
menggunakan tiga teknik pemeriksaan Triangulasi.
Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
5Winarno Surahkmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Metode dan Teknik, h. 195
40
Triangulasi dalam penguji kreabilitas ini diartikan sebagai data dari berbagai
sumber, dengan cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, teknik dan waktu.6
Dan di sini peneliti memilih triangulasi sumber dimana Triangulasi ini juga
disebut sebagai teknik penguji yang memanfaatkan penggunaan sumber yaitu
membandingkan dan mengecek terhadap data yang diperoleh dengan cara
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang saling berkaitan , mengadakan perbincangan dengan banyak pihak untuk
mencapai pemahaman tentang suatu atau berbagai hal.7
6http://ayudewiazizatunn.blogspot.com/2015/05/teknik-keabsahan-data7https://yanti164.worddpress.com/2013/11/17/teknik-pemeriksaan-keabsahan-data
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tentang SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
1. Sejarah Berdirinya Sekolah
Orang yang memiliki ilmu pengetahuan sangatlah mungkin dia dapat
mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Dari pernyataan ini mengindikasikan
bahwa pendidikan sangat besar kontribusinya, baik dalam pembinaan moral,
pengsejahteraan dan bahkan membawa kemajuan suatu umat. Oleh karena itu, untuk
mengukur kemajuan suatu umat atau bangsa dapat dilihat seberapa jauh
pendidikannya.
Untuk menunjang segala sesuatu tentang pendidikan tentu diperlukan adanya
sarana atau tempat menuntut ilmu bagi siapa saja yang ingin menuntut ilmu. Maka
dari itulah didirikan SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa pada tahun 1973 yang
berlokasi di jalan poros Timbuseng, Desa Timbuseng, Kecamatan Pattallassang,
Kabupaten Gowa. Adapun visi dan Misi SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
adalah sebagai berikut:
a. Visi :
“Terwujudnya Siswa yang Berakhlak Mulia, Mandiri, Berprestasi,
berlandaskan imtaq dan iptek”
b. Misi:
1) Menanamkan keimanan dan ketakwaan melalui pengalaman ajaran agama
42
2) Membina kemandirian melalui kegiatan pembiasaan dan pengembangan
diri yang berkarakter
3) Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler bersifat religius nasionalisme
4) Menanamkan jiwa kompetisi yang tinggi
5) Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan melalui sistem kelas
tuntas berkelanjutan (SKTB)
6) Mengembangkan ilmu pengetahuan berdasarkan minat, bakat dan potensi
peserta didik
7) Menjalin kerja sama yang harmonis antar warga sekolah, orang tua siswa
dan lembaga lain yang terkait
8) Meningkatkan fasilitas proses belajar mengajar dan sarana pendidikan
modern
9) Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan
2. Keadaan Guru
Guru berpengaruh terhadap kelancaran proses bealajar mengajar di SD Inpres
Timbuseng Kabupaten Gowa, di samping itu pula kualitas guru baik kualitas yang
dilihat dari latar belakang akademiknya maupun kualitas pengalaman belajarnya,
dengan adanya pembinaan profesi seperti KKG (Kelompok Kerja Guru) dan
pelatihan-pelatihan lainnya.
Untuk lebih jelasnya keadaan guru di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
43
Tabel. 4.1Keadaan Guru
NO NAMA GURU NIP BARUJ
KelL/P
TEMPAT TANGGAL/LAHIR
Tempat LahirTanggalLahirbln/tgl/thn
1 Hasanuddin, S.Pd19640612 19861 11001
L Buttadidi 12-06-1964
2 Syamsiah, S.Pd19640701 19870 22002
P Bontomanai 01-07-1964
3 Nurhayati, S.Pd19710527 19950 12001
P Bontomanai 27-05-1971
4 Badaruddin, S.Pd19710508 200502 1003
L Pare-pare 08-05-1971
5 Muslimin, S.Pd19870503 200901 1003
LSg.Minasa-
Gowa03-05-1987
6 Suhaeni, S.Pd19840811 200901 2009
PBontote’ne
Gowa11-08-1984
7 Asri, S.Pd19880121 201101 1008
L Ujung Pandang 21-01-1988
8 Aliyah, S.M19820920 200901 2013
P Sg.Miasa- Gowa 20-09-1982
9 Hasiah S, S.Pd19690503 201410 2001
P Gowa 03-05-1969
10 Mukram, S.Pd.I L Ta’busalaya 31-07-1990
11 Hasnawati, S.Pd P Bontomanai 28-02-1982
12Ahmad HidayatAR
L
13 Andi Ahmad DJ. L Makassar 18-03-1991
14 Sri Irawati P Gowa 23-05-1994
Sumber Data: Arsip Dokumen SD Inpres Timbuseng Tahun Ajaran 2015-2016
Data pada tabel 4.1 menunjukan jumlah guru di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa sebanyak 14 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 7 orang dan
jumlah perempuan sebanyak 7 orang. Dari 14 jumlah orang guru, hanya terdapat 3
orang guru yang berijasah SMTA, sebaliknya 11 orang guru adalah lulusan sarjana.
Sarjana pendidikan berjumlah 9 orang guru, sarjana pendidikan islam berjumlah 1
44
orang, dan sarjana manajemen 1 orang. Jumlah guru PNS sebanyak 9 orang dan
jumlah yang non PNS sebanyak 5 orang. Meskipun ada beberapa guru yang lulusan
SMTA namun itu sudah cukup memadai untuk memperlancar kegiatan proses belajar
mengajar di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa.
3. Keadaan Peserta Didik
Dengan dibangunnya SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa memberikan
pengaruh positif terhadap masyarakat sekitar SD Inpres Timbuseng terus mengalami
peningkatan baik dari segi kualitas guru maupun kualitas peserta didik di SD Inpres
Timbuseng Kabupaten Gowa.
Keadaan peserta didik di SD Inpres Timbuseng dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel. 4.2Keadaan Pesetra didik
Kelas JUMLAH SISWA KETERANGAN2015 / 2016 2016 / 2017
I 19 L 11 P 16 L 10PII 20 L 14 P 23 L 12 PIII 20 L 20 P 18 L 13 PIV 11 L 20 P 20 L 20 PV 12 L 18 P 11 L 20 PVI 16 L 13 P 16 L 13 P
JUMLAH 98 L 96 P 100 L 95 P194 Orang 195 Orang
Sumber Data: Arsip Dokumen SD Inpres Timbuseng Tahun Ajaran 2015-2016/2016-2017
Dengan melihat tabel 4.2 mengenai keadaan peserta didik maka dapat di lihat
bahwa jumlah peserta didik di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa mengalami
45
naik turun di setiap tahun ajaran baru. Keadaan peserta didik di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa secara keseluruhan pada tahum 2015-2016 sebanyak 194 orang
yang terdiri dari 98 laki-laki dan 96 perempuan, ditahun 2016-2017 sebanyak 195
orang yang terdiri dari 100 laki-laki dan 95 perempuan.
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana merupakan suatu unsur penting dalam
kesuksesan belajar mengajar pada lembaga pendidikan sebab tanpa sarana dan
prasarana yang memadai maka pelaksanaan proses pembelajaran tidak dapat berjalan
dengan baik.
Untuk lebih jelasnya keadaan sarana dan prasarana di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel. 4.3
Keadaan Sarana di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
No Ruang KelasKeadaan sarana
Baik Rusak Jumlah
1. Kursi Peserta Didik 100 3 103
2. Meja Peserta Didik 100 3 103
3. Kursi Guru 6 64. Meja Guru 6 6
5. Lemari 6 66. Papan Tulis 6 6
7. Tempat Sampah 6 68. Jam Dinding 6 6
9. Soket Listrik 2 2
No Ruang PimpinanKeadaan sarana
Baik Rusak Jumlah1. Kursi pimpinan 1 1
46
2. Meja Pimpinan 1 1
3. Kursi dan Meja Tamu 1 14. Papan Statistik 1 1
5. Simbol kenegaraan 1 16. Mesin ketik/Komputer -
7. Filing Cabinet 2 2
8. Brangkas 1 19. Jam dinding 1 1
No Ruang GuruKeadaan sarana
Baik Rusak Jumlah1. Kursi Guru 8 8
2. Meja Guru 6 63. Lemari 3 3
4. Papan Statistik 1 15. Papan Pengumuman 1 1
6. Tempat Sampah 1 17. Jam dinding 1 1
8.Penanda Waktu(Lonceng, Bel)
1 1
Sumber Data: Arsip Dokumen SD Inpres Timbuseng Tahun Ajaran 2015-2016
Sarana pendidikan merupakan faktor penunjang yang dapat memperlancar
proses pembelajaran. Fasilitas belajar mengajar yang mendukung dapat
mempermudah dalam mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan efektif. Terdapat
beberapa sarana yang perlu diadakan seperti komputer, rak buku untuk menyimpan
karya peserta didik sekolah. Selain dari pada itu sarana di SD Inpres Timbuseng
sudah cukup memadai yang terpenting adalah bagaimana guru dan siswa dapat
memanfaatkan secara maksimal sarana yang tersedia untuk menciptakan proses
pembelajaran yang baik.
47
Tabel. 4.4
Keadaan Prasarana di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
Sumber Data: Arsip Dokumen SD Inpres Timbuseng Tahun Ajaran 2015-2016
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dikatakan bahwa keadaan prasarana di SD Inpres
Timbuseng Kabupaten Gowa masih butuh penambahan dan perbaikan pada
prasarana yang mendukung seperti tempat ibadah, laboratorium IPA, Ruang UKS,
Aula, Ruang TU (Tata Usaha) di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa.
5. Struktur Organisasi SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap organisasi mempunyai struktur
organisasi, baik lembaga negara atau pemerintah, lembaga swasta maupun organisasi
lainnya, demikian halnya dengan SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa sebagai
Jenis Ruangan PermanenAtap Plafon Dinding Lantai
Baik Rusak Baik Rusak Baik Rusak Rusak
A Ruang Kelas 3 10 -7 9 -6 9 -6 3
BRuang
Pimpinan/ 1 1 1Kepsek
C Ruang Guru 1 1 1 1 1
D Ruang TU - - - -
E Ruang UKS - - - -
FLaboratorium
IPA- - - -
GRuang
Perpustakaan1 1 1 1 1
HTempatIbadah
- - - -
IJamban untuk
Guru1 1 1 1 1
48
lembaga pendidikan sudah tentu mempunyai struktur organisasi. Adapun Struktur
Organisasi di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel. 4.5
Struktur Organisasi di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
2)
Sumber Data: Arsip Dokumen SD Inpres Timbuseng Tahun Ajaran 2015-2016
KEPALA SEKOLAHHASANUDDIN S.Pd
NIP. 19640612 198611 1001
GURUKELAS
GURU KELAS IVNURHAYATI S.Pd
GURU KELAS IISYAMSIAH S.Pd
GURU KELAS VIBADARUDDIN S.Pd
GURU KELAS IHASIAH S S.Pd
GURU KELAS VSUHAENI S.Pd
GURU KELAS IIIHASNAWATI S.Pd
GURU PAISMUKRAM S.Pdi
GURU PKNMUSLIMIN S.Pd
GURUMata pelajaran
GURU PENJASKESASRI S.Pd
49
Pada tabel 4.5 struktur organisasi di atas dapat diketahui beberapa jabatan
serta orang yang menjabat di dalamnya mulai dari Kepala Sekolah, Guru Kelas
sebanyak 6 orang , Guru Mata Pelajaran PKN 1 orang, Guru Mata Pelajaran PAIS 1
orang, dan Guru Mata pelajaran Penjaskes 1 orang di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa.
6. Ketatausahaan Siswa
Sebagai tindak lanjut dari penerimaan siswa maka kini menjadi tugas tata
usaha sekolah untuk memproses siswa-siswa tersebut dalam catatan-catatan sekolah.
Adapun buku catatan-catatan yang digunakan di SD Inpres Timbuseng Kabupaten
Gowa:
Tabel. 4.6
Ketatausahaan Siswa di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
NO CATATAN SEKOLAH KETERANGAN JUMLAHBAIK RUSAK
1 Buku Induk 7 3 102 Buku Kloper 1 - 13 Catatan Tata Tertib
Sekolah1 - 1
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan jumlah buku catatan-catatan yang
digunakan di SD Ipres Timbuseng yaitu (1) Buku Induk yaitu buku yang digunakan
untuk mencatat data semua anak yang pernah dan sementara mengikuti pelajaran di
SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa, (2) Buku Kloper yaitu buku pelengkap buku
induk yang dituliskan menurut abjad nama siswa di SD Inpres Timbuseng Kabupaten
50
Gowa, (3) Catatan Tata Tertib Sekolah yaitu catatan atau kumpulan peraturan yang
bukan hanya diperuntukkan bagi siswa saja tetapi juga guru dan personel lain di SD
Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa.
Jadi dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa buku catatan-catatan
siswa di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa sudah dapat dikatakan baik karena
sudah menggunakan buku catatan-catatan yang semestinya.
B. Layanan Administrasi Kesiswaan di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
Masalah layanan administrasi kesiswaan telah dibahas pada bab terdahulu,
pada bab ini penulis akan membahas khusus tentang layanan administrasi kesiswaan
di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa.
Administrasi kesiswaan merupakan kegiatan pencatatan siswa mulai dari
proses penerimaan hingga siswa tersebut keluar dari sekolah disebabkan telah
tamat/lulus. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua pengaturan yang berhubungan
dengan siswa digarap oleh administrasi kesiswaan. Administrasi kesiswaan bertujuan
untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan
pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib dan teratur, serta
mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Jenis-jenis kegiatan administrasi kesiswaan dapat didaftar melalui gambaran
bahwa lembaga pendidikan diumpamakan sebagai sebuah transformasi, yang
mengenal masukan ( input), pengolahan di dalam transformasi (proses), dan keluaran
(output). Dengan demikian penyajian penjelasan administrasi kesiswaan dapat
51
diurutkan menurut aspek-aspek tersebut. Dengan melihat pada proses memasuki
sekolah sampai peserta didik meninggalkannya, terdapat empat kelompok
pengadministrasian, yaitu: (1) penerimaan siswa, (2) ketatausahaan siswa, (3)
pencatatan bimbingan dan penyuluhan serta (4) pencatatan prestasi belajar.
Penulis akan memaparkan hasil dari penelitian mengenai layanan administrasi
kesiswaan di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa sesuai dengan indikator yang
telah ditentukan sebelumnya, yaitu mengenai :
1) Penerimaan Siswa Baru
Penerimaan siswa baru bukanlah hal yang ringan, maka menjelang tahun
ajaran baru proses penerimaan harus sudah selesai. Penerimaan siswa baru
merupakan peristiwa penting di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa karena
merupakan langkah awal untuk memulai proses pendidikan yang selanjutnya.
a. Menentukan banyaknya siswa
Hal ini pula yang terjadi di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
sebagaimana yang dikatakan oleh Sri Irawati, sebagai bagian pelayanan tata usaha di
SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa bahwa :
“ Dalam hal penerimaan siswa baru di SD Inpres Timbuseng KabupatenGowa kami membatasi jumlah siswanya. Jumlah siswa yang kami terimapertahunnya maksimal 56 orang yang terbagi dalam 2 kelas, yang terdiri dari28 orang dalam satu kelasnya, dan apabila pendaftar melebihi batas makasiswa tersebut ditolak karena tidak sesuai dengan aturan yang telahditetapkan.”1
1Sri Irawati, Wawancara Tanggal 12 Oktober 2017, di Ruang Guru SD Inpres TimbusengKabupaten Gowa
52
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa penentuan
banyaknya siswa baru yang akan diterima di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
telah menyesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada.
b. Menentukan syarat-syarat penerimaan siswa baru
Pada kegiatan ini guru, kepala sekolah, dan staf berperan dalam menentukan
syarat-syarat penerimaan siswa baru di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa,
Adapun syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam rapat penerimaan siswa baru di SD
Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa sebagaimana yang di kemukakan oleh
Hasanuddin S.Pd, selaku kepala sekolah SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa
bahwa :
“Persayaratan untuk penerimaan siswa baru disekolah ini yaitu umur siswaatau siswi minimal 6 atau 7 tahun, harus memiliki kartu keluarga daripemerintah setempat, harus mempunyai akta kelahiran, dan mengumpulkanfoto sebanyak 4 lembar ukuran 3x4. Kemudian pengumuman kelulusan siswabaru diumumkan secara tertulis di papan pengumuman” 2
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa penentuan
syarat-syarat penerimaan siswa baru di SD Inpres Timbuseng kabupaten Gowa telah
sesuai dengan aturan yang diberlakukan di Kabupaten Gowa.
c. Melaporkan hasil pekerjaan kepada pimpinan sekolah
Setiap kegiatan memerlukan yang namanya laporan atas pertanggung jawaban
kegiatan tersebut, karena melalui laporan tersebut dapat diketahui berhasil atau
tidaknya suatu kegiatan. Begitu juga yang terjadi di SD Inpres Timbuseng Kabupaten
2 Hasanuddin, Wawancara Tanggal 12 Oktober 2017, di Pelataran Sekolah SD InpresTimbuseng Kabupaten Gowa
53
Gowa setiap kegiatannya dilaporkan kepada pimpinan atau pemangku kepentingan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Baharuddin S.Pd, selaku guru kelas 6 SD
Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa bahwa :
“Panitia penerimaan siswa baru (PSB) melaporkan seluruh kegiatanpenerimaan siswa baru mulai dari awal pendaftaran, penyeleksian, hinggapengumuman hasil kelulusan siswa dirangkum, kemudian dilaporkan secaratertulis kepada kepala sekolah.”3
SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa benar membuat laporan pertanggung
jawaban (LPJ) kepada kepala sekolah atau pemangku kepentingan sekolah. Adapun
yang berhak menjalankan kegiatan tersebut dilakukan secara bergantian oleh setiap
guru agar mereka merasa memiliki atas sekolah tersebut.
2) Ketatausahaan Siswa
a. Buku data siswa
Sebagai tindak lanjut dari penerimaan siswa baru maka kini menjadi tugas tata
usaha sekolah untuk memproses siswa-siswa tersebut dalam catatan-catatan sekolah.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sri Irawati, selaku bagian pelayanan tata usaha
di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa bahwa :
“Pencatatan-pencatatan data siswa ditulis dalam buku induk, kemudiandilengkapi dengan menggunkan buku klopper sebagai pelengkap buku indukyang dituliskan menurut abjad nama siswa.”4
Pencatatan data-data siswa di SD Inpres Timbuseng kabupaten Gowa
menggunakan buku induk dan buku klopper baik untuk siswa baru, siswa yang
3 Baharuddin, Wawancara Tanggal 12 Oktober 2017, di Pelataran Sekolah SD InpresTimbuseng Kabupaten Gowa
4 Sri Irawati, Wawancara Tanggal 12 Oktober 2017, di Ruang Guru SD Inpres TimbusengKabupaten Gowa
54
sedang mengikuti pelajaran sekolah, maupun siswa yang sudah lulus/tamat untuk
mempermudah mencari data siswa yang diperlukan.
b. Catatan tata tertib sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bukan hanya intelek saja yang
dikembangkan tetapi pribadi secara utuh. Oleh karena itu tata tertib yang dikeluarkan
bermanfaat untuk anak itu sendiri dalam rangka membentuk pribadi yang baik. Di
samping itu juga dimaksudkan agar dalam sekolah itu terbentuk suasana tentram,
teratur, karena semua mengikuti aturannya. Sehingga sekolah harus betul-betul
memperhatikan isi dari tata tertib yang akan diberlakukan disekolah, seperti yang di
kemukakan oleh Hasanuddin S.Pd, selaku kepala sekolah SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa yang menyatakan bahwa :
“Dalam menentukan peraturan-peraturan harus mempertimbangkan masukandari hasil rapat bersama orang tua siswa, guru-guru, kepala sekolah, staf tatausaha, komite, dan pemerintah setempat.”5
Catatan tata tertib sekolah, yaitu catatan atau kumpulan peraturan yang
sebenarnya bukan hanya diperuntukkan bagi siswa saja tetapi juga guru dan personal
lain. Atauran tata tertib ini ada yang sifatnya umum dan ada yang sifatnya khusus.
Atauran-aturan tersebut ada yang berasal dari pemerintah (Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, Pusat maupun setempat), dan ada yang merupakan produk sekolah
sendiri (dikeluarkan oleh Kepala Sekolah atau merupakan hasil musyawarah dalam
5 Hasanuddin, Wawancara Tanggal 12 Oktober 2017, di Pelataran Sekolah SD InpresTimbuseng Kabupaten Gowa
55
rapat dewan guru) sebagiamana yang diperkuat oleh pendapat Hasanuddin S.Pd,
selaku kepala sekolah SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa.
3) Pencatatan Bimbingan dan Penyuluhan
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan
bantuan kepada setiap siswa agar selama mengikuti pendidikan di sekolah tidak
merasa dirugikan, dan dapat mencapai hasil yang maksimal. Adapun pembinaan yang
ada di SD Inpres timbuseng kabupaten Gowa yang dikemukakan oleh Syamsiah S.Pd,
selaku guru kelas 2 SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa mengemukakan bahwa :
“Pembinaan di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa ada dua yang pertamaadalah pembinaan ekstra yang meliputi pembinaan pramuka dan palang merah(PMR), dan yang keduan pembinaan Intra yang meliputi pengayaan danremedial.”6
Pembinaan yang ada di SD Inpres Timbuseng kabupaten Gowa boleh
dikatakan masih kurang dan perlu ditambah seperti mengadakan pembinaan dalam
menggunakan media dan alat bantu yang mendukung pelayanan bimbingan,
pembinaan dalam pelayanan konseling atau penyuluhan, pembinaan dalam
melakukan langkah lebih lanjut, dan sebagainya.
4) Pencatatan Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa dapat dilihat
melalui dua bagian :
6Syamsiah, Wawancara Tanggal 15 Oktober 2017, di Pelataran Sekolah SD InpresTimbuseng Kabupaten Gowa
56
a. Buku daftar nilai
Buku daftar nilai merupakan buku pertama yang digunakan oleh guru untuk
mencatat nilai mentah yang diperoleh langsung dari ulangan harian atau ulangan
umum, serta nilai-nilai lain seperti nilai tugas dan aktivitas. Sebagaimana
dikemukakan oleh Hasnawati S.Pd, selaku guru kelas 3 SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa yang mengatakan bahwa :
“Nilai yang saya masukkan dalam buku daftar nilai yaitu penilaian harian,penilain tengah semester, penilaian semester, penilaian ujian akhir semester(UAS), penilaian sikap, dan penilaian keterampilan.”7
b. Buku rapor
Buku rapor merupakan sebuah buku yang memuat laporan hasil belajar siswa
yang bersangkutan mengikuti pendidikan di sekolah itu. Buku rapor bukan hanya
berguna bagi siswa itu sendiri karena mereka dapat mengetahui prestasi yang mereka
peroleh selama satu periode tertentu, tetapi juga untuk orang tua dan masyarakat
luas. Adapun nilai-nilai yang dimasukkan dalam buku rapor sebagaimana yang
dikemukakan kembali oleh Hasnawati S.Pd, selaku guru kelas 3 SD Inpres
Timbuseng Kabupaten Gowa yang mengatakan bahwa :
“Nilai yang saya masukkan dalam buku lapor mencakup 3 aspek yaitukognitif, afektif, dan psikomotorik yang merupakan rekapitulasi dari bukudaftar nilai harian.”8
7 Hasnawati, Wawancara Tanggal 15 Oktober 2017, di Ruang Guru SD Inpres TimbusengKabupaten Gowa
8 Hasnawati, Wawancara Tanggal 15 Oktober 2017
57
Dari hasil wawancara diatas yang dikemukakan oleh Hasnawati S.Pd dapat
disimpulkan bahwa pencatatan prestasi belajar siswa di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa dapat dilihat dari dua bagian yaitu buku daftar nilai dan buku rapor.
C. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD Inpres Timbuseng Kabupaten
Gowa
Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasa ilmu dan teknologi, yang
ditunjukkan dengan pernyataan politik dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN).
Namun demikian manajemen berbasis sekolah diharapkan tidak memberi
peluang terhadap kemauan individu atau kelompok yang berambisi untuk menguasai,
mengelolah sekolah tanpa apresiasi dan partisipasi warga sekolah dan masyarakat.
1. Tujuan dan Manfaat yang diperoleh Sekolah Setelah Menerapkan
Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS)
a) Tujuan manajemen berbasis sekolah (MBS) diterapkan di SD Inpres
Timbuseng Kabupaten Gowa
Sebagai salah satu konsep dan paradigma baru pendidikan di era otonomi,
MBS berupaya mewujudkan sistem pendidikan yang memberdayakan demokrasi
yang berorientasi pada kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab sekolah. Dari
sinilah tujuan utama mnajemen berbasis sekolah diperoleh yaitu untuk membuat
sekolah lebih independen dan terus menerus meningkatkan kinerja sekolah terutama
peningkatan output pendidikan melalui proses belajar mengajar yang bermutu.
Sebagaimana tujuan SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa menerapkan manajemen
58
berbasis sekolah (MBS) yang dikemukakan oleh Hasanuddin S.Pd, selaku kepala
sekolah SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa yang mengatakan bahwa :
“Tujuan manajemen berbasis sekolah (MBS) diterapkan disekolah ini agarmasyarakat SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa mampu mengembangkansekolahnya sendiri, terutama dalam hal meningkatkan mutu pendidikanmelalui kemandirian, meningkatkan kepedulian warga dan masyarakat, danmeningkatkan tanggung jawab sekolah kepada sekolahnya.”9
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan tampak pada
tumbuhnya peran aktif masyarakat terutama yang mampu dan peduli. Sekolah juga
harus dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat.
b) Manfaat yang diperoleh SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa setelah
menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS)
Dengan adanya otonomi, sekolah dapat mengelola sumber daya yang
dimilikinya dengan pengembangan dan implementasi manajemen berbasis sekolah
sesui dengan kultur, kondisi, dan kebutuhan sekolah juga masyarakat setempat,
keleluasaan dalam mengelola sumber daya yang dimaksud memberikan nilai-nilai
positif bagi pengembangan pendidikan masa depan dan meningkatkan mutu
pendidikan. Adapun manfaat yang diperoleh setelah menerapkan manajemen berbasis
sekolah (MBS) di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa yang dikemukakan lagi
oleh kepala sekolah SD Inpres Timbuseng Gowa, Hasanuddin S.Pd bahwa :
“Manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya manajemen berbasis sekolah(MBS) yaitu dapat mengembangkan sekolah berdasarkan visi dan misi
9 Hasanuddin, Wawancara Tanggal 12 Oktober 2017, di Pelataran Sekolah SD InpresTimbuseng Kabupaten Gowa
59
sekolah terutama dalam hal terwujudnya siswa yang berakhlak mulia, mandiri,berprestasi, berlandaskan imtaq dan iptek.”10
Dengan diterapkannya manajemen berbasis sekolah di SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa sekolah bebas mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
untuk siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan.
2. Peran Serta Masyarakat (PSM)
a. Jenis-jenis peran serta masyarakat di SD Inpres Timbuseng Kabupaten
Gowa
Ada macam-macam peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan
pendidikan. Peran serta tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 7 tingkatan,yang
dimulai dari tingkat terendah ke tingkat yang lebih tinggi. Tingkatan tersebut yaitu
(1) Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia, (2) Peran serta
dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga, (3) Peran serta secara pasif,
artinya menerima apa yang diputuskan oleh pihak sekolah (komite sekolah), (4) Peran
serta melalui konsultasi, (5) Peran serta dalam pelayanan, (6) Peran serta sebagai
pelaksana kegiatan yang didelagasikan/dilimpahkan, dan (7) Peran serta dalam
pengambilan keputusan. Adapun beberapa bentuk partisipasi masyarakat di SD Inpres
Timbuseng Kabupaten Gowa yang dikemukakan oleh Muslimin S.Pd, selaku guru
kelas 6 SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa, yang mengemukakan bahwa :
“Ada beberapa jenis peran serta masyarakat di SD Inpres TimbusengKabupaten Gowa yaitu memberikan saran/masukan dan memberikanperkembangan material yang bisa digunakan untuk pengembangan sekolah.”11
10 Hasanuddin, Wawancara Tanggal 12 Oktober 2017
60
Dengan adanya peran serta masyarakat tersebut sangat membantu sekolah
untuk memajukan SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa kedepannya. Hal ini
membuktikan dengan adanya partisipasi dan kepedulian masyarakat terhadap
pengembangan sekolah.
b. Manfaat peran serta masyarakat di SD Inpres Timbuseng Kabupaten
Gowa
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan
masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan berhasil dengan
maksimal. Maka Muslimin S.Pd, selaku guru kelas 6 SD Inpres Timbuseng
Kabupaten Gowa mengemukakan manfaat yang diperoleh dengan adanya peran serta
masyarakat yaitu :
“Dengan adanya peran serta masyarakat di SD Ipres Timbuseng KabupatenGowa penggunaan sumber daya pendidikan lebih efesien dan efektif karenamasyarakat turun langsung mengawasi.”12
Dari hasil wawancara diatas yang dikemukakan oleh Muslimin S.Pd, selaku
guru kelas 6 SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa dapat disimpulkan bahwa
dengan peran serta masyarakat sekolah dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan kurikulum.
3. Transparansi dan Akuntabilitas Publik
Tiap pekerjaan mutlak memerlukan adanya pertanggung jawaban. Sampai
sekarang banyak sekolah merasa hanya bertanggung jawab kepada pemerintah atau
11 Muslimin, Wawancara Tanggal 16 Oktober 2017, di Ruang Guru SD Inpres TimbusengKabupaten Gowa
12 Muslimin, Wawancara Tanggal 16 Oktober 2017
61
yayasan yang memberi uang dan kewenangan. Tidak banyak yang merasa perlu
bertanggung jawab kepada masyarakat. Seharusnya, karena sekolah mendidik anak
(dari masyarakat), maka sekolah harus bertanggung jawab kepada masyarakat tentang
pelaksanaan tugasnya, penggunaan dana (apa kekurangannya dan bagaimana sekolah
mengharap bantuan dan dukungan masyarakat untuk mendidik anak secara bersama).
Banyak pengalaman yang menyatakan bahwa sekolah yang dikelola secara terbuka
dan siap bekerjasama, akan mengundang simpati sehingga masyarakat akan merasa
senang memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan sekolah dalam usaha
peningkatan layanan pendidikan untuk anak-anak mereka. Adapun pemaparan dari
Baharuddin S.Pd, selaku guru kelas 6 SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa bahwa:
“Bentuk pertanggungjawaban sekolah kepada pemangku kepentingan tentangpenggunaan dana dengan cara menuliskan di papan transparasi mengenaipengelolaan dana, dan selanjutnya melaporkan secara tertulis keatas setiapbulannya.”13
Dalam pengelolaan dana di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa telah
menerapkan konsep transparansi (keterbukaan), hal ini dibuktikan dari penggunaan
dana yang tertulis di papan transparansi dana SD Inpres Timbuseng Kabupaten
Gowa.
13 Baharuddin, Wawancara Tanggal 12 Oktober 2017, di Pelataran Sekolah SD InpresTimbuseng Kabupaten Gowa
62
D. Layanan Administrasi Kesiswaan dalam Mendukung Peningkatan Mutu
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD Inpres Timbuseng Kabupaten
Gowa
Karena penulis mengambil judul “Efektivitas Layanan Administrasi
Kesiswaan dalam Meningkatkan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah di SD Inpres
Timbuseng Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa” maka penulis akan mengkaji
layanan administrasi kesiswaan dalam mendukung peningkatan mutu manajemen
berbasis sekolah (MBS).
Seperti yang dijelaskan sebelumnya administrasi kesiswaan merupakan
kegiatan pencatatan siswa mulai dari proses penerimaan hingga siswa tersebut keluar
dari sekolah disebabkan telah tamat/lulus. Administrasi kesiswaan bertujuan untuk
mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di
sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan
pendidikan sekolah.
Proses pendidikan dan pengajaran pada suatu lembaga pendidikan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah kegiatan pengelolaan
administrasi kesiswaan yang maksimal, dimana hal tersebut sangat berperan dalam
upaya peningkatan mutu manajemen berbasis sekolah. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh kepala sekolah SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa,
Hasanuddin S.Pd yang mengemukakan bahwa :
“Pelayanan administrasi kesiswaan di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowadalam mendukung peningkatan mutu manajemen berbasis sekolah dilakukanmulai dari pendataan siswa sampai pada pendataan kelulusan siswa.Sebagaimana pendataan dimulai dari pendataan siswa yang mendaftar,
63
pendataan siswa yang diterima dan tidak diterima, pendataan siswa kedalambuku induk dan klopper, pengiriman data siswa melalui dapodik, pendataannilai siswa dari awal masuk sekolah sampai lulus disekolah ini, pendataanpeserta ujian, pendataan siswa yang lulus ataupun yang tidak lulus, sampaidengan pendataan siswa yang lanjut pada sekolah tingkatan berikutnya.”14
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pelayanan administrasi kesiswaan
dalam peningkatan mutu manajemen berbasis sekolah (MBS) bertujuan untuk
terciptanya suatu sistem pendidikan yang mampu melayani kebutuhan masyarakat
yang sedang berkembang akan pendidikan dalam arti kuantitatif serta menjamin
lahirnya para lulusan yang secara kualitatif memenuhi harapan masyarakat banyak.
Proses pendidikan dan pengajaran pada suatu lembaga pendidikan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah administrasi
kesiswaan dalam mendukung peningkatan manajemen berbasis sekolah, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Abd. Rahman M.Pd selaku mantan kepala sekolah di SD
Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa, yang mengemukakan bahwa:
“Jelas, bahwa administrasi kesiswaan mempengaruhi peningkatan mutumanajemen berbasis sekolah, contohnya saja apabila ingin membangunsebuah gedung atau apa saja yang bersangkutan dengan sekolah pasti dilihatdari kuota jumlah siswanya, sedangkan untuk mengetahui jumlah siswaotomatis dilihat dari admnistrasi kesiswaan melalui buku induk atau bukuklopper.”15
14 Hasanuddin, Wawancara Tanggal 23 Oktober 2017, di Ruangan Guru SD InpresTimbuseng Kabupaten Gowa
15 Abd. Rahman, Wawancara Tanggal 2 Desember 2017, di Rumah Abd. Rahman
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang dikumpulkan dan dijelaskan pada bagian
sebelumnya peneliti dapat memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Administrasi kesiswaan adalah suatu penataan atau pengaturan segala
aktivitas yang berkaitan dengan siswa, yaitu mulai dari masuknya siswa
sampai keluarnya siswa tersebut dari suatu sekolah atau lembaga.
Administrasi kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat
berjalan dengan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan
pendidikan sekolah. Layanan administrasi kesiswaan di SD Inpres
Timbuseng Kabupaten Gowa boleh dikatakan sudah efektif karena dilihat
dari pelayanan administrasinya yang sesuai dengan semestinya.
2. Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu program pemerintah yang
berkaitan dengan adanya asas desentralisasi yang memunculkan otonomi
pendidikan. Pada otonomi pendidikan, sekolah diberikan kewenangan
untuk mengelolah sekolahnya sendiri tanpa meninggalkan kebijakan-
kebijakan strategis yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Sebagaimana
yang dilakukan di SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa yang sudah
dapat mengelola sekolahnya sendiri dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada.
65
3. Proses pendidikan dan pengajaran pada suatu lembaga pendidikan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah kegiatan
pengelolaan administrasi kesiswaan yang maksimal, dimana hal tersebut
sangat berperan dalam upaya peningkatan mutu manajemen berbasis
sekolah. Sebagaimana Pelayanan administrasi kesiswaan di SD Inpres
Timbuseng Kabupaten Gowa dalam mendukung peningkatan mutu
manajemen berbasis sekolah dilakukan mulai dari pendataan siswa sampai
pada pendataan kelulusan siswa. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
pelayanan administrasi kesiswaan dalam peningkatan mutu manajemen
berbasis sekolah (MBS) bertujuan untuk terciptanya suatu sistem
pendidikan yang mampu melayani kebutuhan masyarakat yang sedang
berkembang.
B. Implikasi Penelitian
Adapun saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Disarankan agar pelayanan administrasi kesiswaan di SD Inpres
Timbuseng Kabupaten Gowa dipertahankan.
2. Disarankan agar sekolah meningkatkan pengadaan kegiatan yang
mengikut sertakan mansyarakat yang lebih banyak.
3. Disarankan agar sekolah lebih melengkapai sarana dan prasarana di
SD Inpres Timbuseng Kabupaten Gowa demi kelancaran proses
pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Amatembun, School Based Management, Bandung: Suri, 2001
Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta:
Rajawali, 1990
Depdiknas, Panduan Monitoring & Evaluasi dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Jakarta:Dikmenum,2001
Hardanto, Mencari Sosok Desentralisali Pendidikan Di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012
http://ayudewiazizatunn.blogspot.com/2016/05/teknik-keansaan-data di akses pada tanggal 29 Mei
2016
http://www.m-edukasi.web.id/2017/07/ pengertian-manajemen-berbasis-sekolah. html di akses pada
tanggal 27 Juli 2017
http://www.Menulis ProposalPenelitian.Com/20011/12/pendekatan fenomenolog-dalam.html di akses
pada tanggal 29 Mei 2016
http://www.sarjanaku.com/2013/04/makalah-administrasi-kesiswaan.html?m=1 di akses pada
tanggal 3 Desember 2017
https://yanti164.worddpress.com/2016/05/teknik-pemeriksaan-keabsahan-data di akses pada tanggal
29 Mei 2016
Lina, Neneng dan Sarbini, Perencanaan Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Lima, 2011
Moleng, J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif ,Bandung: Remadja Rosdakarya, 1999
Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004
--------------, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,2005
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, Dan Aflikasi, Jakarta: PT. Gratisindo,2005
-----------,Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta:Bumi Aksara,2003
Samad, Sulaiman , Profesi Keguruan ,Makassar: FIP-UNM, 2006
Subagyo, Joko , Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Surahkmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Metode dan Teknik, Bandung: Tarsito 2008
Suryosubroto B, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta 2004
Sutikno, Sobry M, Manajemen Pendidikan, Lombok: Holistica, 2012
Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan, Bandung: Angkasa , 1993
Syukur, Fatah, Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, ( Semarang: Pustaka RiskiPutra, 2011Tirtaharahardja, Umar, Pengantar Pendidikan Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005
Undang-Undang SISDIKNAS 2003 Cet. 1; Sinar Grafika, 2003USAID PRIORITAS,”Praktik Yang Baik di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs)” (Modul Pelatihan) Februari 2013
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Dinda Angraeni Hasjun, lahir di Borongloe, Kecamatan
Bontomarannu, Kabupaten Gowa pada tanggal 9 Juli 1995,
merupakan anak pertama dari pasangan bapak Hasmun
dengan ibu Jumria.
Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan formal di
SD Inpres Timbuseng pada tahun ajaran 2001/2002 dan selesai tahun ajaran
2006/2007. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Pattallassang
tahun 2006/2007 dan selesai tahun 2009/2010. Pendidikan tingkat Menengah
Atas penulis lanjutkan di SMA Negeri 1 Bontomarannu 2010 dan selesai tahun
2013. Penulis melajutkan pendidikan ke salah satu perguruan tinggi negeri di
Makassar pada tahun 2013 melalui jalur seleksi UMM dan tercatat sebagai
mahasiswi Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Adapun pengalaman Organisasi penulis antara lain:
1. Pengurus HMJ Manajemen Pendidikan Islam, Periode 2014-2015, dan
2015-20162015
2. Anggota IMDI Cabang Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
periode 2014- 2015
Layanan Administrasi Kesiswaan
No. Aspek Indikator Pertanyaan
1. Penerimaan siswa a. Menentukanbanyaknya siswa
b. Menentukan syarat-syarat penerimaan
c. Mengadakanpengumumanpenerimaan
d. Melaporkan hasilpekerjaan kepadapimpinan sekolah
1. Berapa kuota siswayang diterima ?
2. Apa syaratpenerimaan siswabaru ?
3. Bagaimana bentukpengumumankelulusan siswa ?
4. Bagaimana bentuklaporan hasilpenerimaan siswabaru kepadapimpinan sekolah ?
2. Ketatausahaan
siswa
a. Buku induk
b. Buku klopper
c. Catatan tata tertibsekolah
1. Apakah semua datasiswa ditulis didalam buku induk?
2. Apakah sekolah inimemiliki bukuklopper untukmelengkapi bukuinduk ?
3. Bagaimana caramenentukancatatan tata tertibsekolah ?
3. Pencatatanbimbingan danpenyuluhan
Program pembinaan Apa saja yangdilakukan sekolahdalam hal pembinaan
?4. Pencatatan prestasi
belajara. Buku daftar nilai
b. Buku rapor
1. Nilai apa sajayang dimasukkandalam bukudaftar nilai ?
2. Apa saja aspekyang dinilaiuntuk nilai yangdimasukkandibuku rapor ?
Manajemen Berbasis Sekolah
No. Aspek Indikator Pertanyaan1. Manajemen
berbasis sekolah(MBS)
a. Tujuan manajemenBerbasis sekolah
b. Manfaat manajemenberbasis sekolah
1. Apa tujuan MBSditerapkan di SDInpres Timbuseng?
2. Apa manfaat yangdiperoleh sekolahsetelahmenerapkan MBS?
2. Peran sertamasyarakat (PSM)
a. Jenis peran sertamasyarakat
b. Manfaat peran sertamasyarakat
1. Apa saja peranserta masyarakatdalam mendukungMBS ?
2. Apa manfaat yangdidapatkan sekolahdengan adanyaPSM disekolah ?
3. Transparansi danakuntabilitas publik
a. Transparansi 1. Bagaimana bentuktransparansisekolah terhadapmasyarakat ?