7
1. Pendahuluan
Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia saat ini
adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau kualitas pendidikan yang
masih rendah. Rendahnya kualitas pendidikan ini terlihat dari pencapaian daya
serap siswa terhadap materi pelajaran, yang disebabkan oleh banyak faktor salah
satunya adalah rendahnya kualitas proses pembelajaran di sekolah [1]. Proses
pembelajaran yang didominasi oleh guru, mengakibatkan siswa sulit untuk
memahami materi, faktor lain siswa sulit untuk berperan aktif dan kreatif dalam
pembelajaran, karena proses belajar mengajar yang tidak menarik dan monoton
sehingga membuat siswa jenuh dan bosan.
Hasil observasi pada mata pelajaran kimia menunjukkan kegiatan
pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran kooperatif dan masih
menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran hanya dilakukan
dengan menggunakan buku LKS, pembelajaran seperti ini membuat siswa sulit
memahami materi dan banyak siswa yang lupa membawa LKS, selain itu Guru
sulit untuk menjaga agar siswa tetap tertarik terhadap materi dan Guru belum
memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada pada sekolah yaitu
LCD proyektor dan laptop pada proses pembelajaran. Keinginan untuk mengikuti
pelajaran terutama bidang studi kimia cenderung menurun. Salah satu faktor ini
disebabkan karena metode pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kimia
kurang tepat [2]. Berdasarkan permasalahan yang ada, hal ini dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru setelah melaksanakan observasi
dikelas. Guru malas untuk mengubah model dan media pembelajaran karena guru
merasa dengan adanya model pembelajaran konvensional dirasa sudah cukup
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal lain karena pada umumnya kelas
jurusan IPA memiliki semangat belajar yang lebih daripada kelas jurusan yang
lain, sehingga hanya dengan pemberian materi secara konvensional dan tugas yang
lebih banyak akan membawa peningkatan dalam belajar tanpa adanya
pembaharuan model dan media pembelajaran. Guru juga menyatakan pembuatan
media pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama dan saat melakukan
penerapan dikelas guru tidak mau repot membawa LCD proyektor, laptop serta
alat lainnya. Sementara menurut guru peranan ilmu kimia sangat penting diantara
ilmu pengetahuan lainnya. Tidak ada ilmu pengetahuan alam yang tidak
bergantung pada ilmu kimia, dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu terlibat
dengan zat kimia baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal inilah yang
menjadi dasar mengapa pelajaran kimia sangat dibutuhkan dalam dunia
pendidikan agar siswa mengetahui penyebab fenomena alam, bagaimana cara
penerapan dan mengetahui cara mempraktekkan ilmu kimia dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan beberapa masalah yang ada maka perlu diadakan
pembaharuan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam penelitian ini fokus
permasalahan yang akan dibahas dan diselesaikan adalah permasalahan untuk
menghadapi proses pembalajaran dan media yang digunakan untuk pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran penyampaian materi hendaknya lebih mengutamakan
keterlibatan siswa, hal ini diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Tujuan belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
meningkatkan prestasi akademik dan mengurangi kesenjangan pendidikan
khususnya pada level individu [3]. Salah satu model pembelajaran ini adalah
model pembelajaran Team Assisted Individuallization (TAI). Model pembelajaran
ini lebih melibatkan peranan siswa karena siswa dituntut untuk berdiskusi, saling
mengajari anggota kelompok dan belajar bertanggung jawab dengan tugas masing-
8
masing dengan tujuan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dibanding
dengan kelompok lain.
Penggunaaan model pembelajaran dalam hal ini tidak cukup untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, perlu juga adanya pembaharuan media
pembelajaran agar pemahaman siswa terhadap materi lebih maksimal.
Pemanfaatan TIK sangat diperlukan untuk penyampaian materi khususnya dengan
menggunakan visualisasi. Jenis multimedia persentasi bisa digunakan untuk
membantu dalam menjelaskan materi. Penggunaan multimedia persentasi yang
bisa dimanfaatkan adalah aplikasi Prezi Desktop. Kelebihannya yaitu mampu
menampilkan tema tiga dimensi, memiliki tampilan yang lebih memudahkan siswa
untuk memahami materi dan aplikasi ini berbasis Adobe Air, sehinggga video
maupun animasi flash bisa dijalankan lebih ringan dibandingkan media persentasi
lain. Penggunaan model pembelajaran dan media ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kimia khususnya materi
struktur atom dan sistem periodik.
2. Kajian Pustaka
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ari Suharjanto, dkk (2012)
dalam penelitian Penerapan Media Pembelajaran Dengan Penggunaan Software
Prezi dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar Mata Diklat Komunikasi.
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas XI AP 2 SMK Murni 2
Surakarta dilakukan dalam 2 siklus. Hasil dari penelitian menyimpulkan beberapa
hal yaitu (1) Perasaan senang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mata
diklat komunikasi meningkat, sebelum diberi tindakan hanya 41,82%, setelah
diberi tindakan I meningkat menjadi 62,73%, setelah diberi tindakan II terjadi
peningkatan yang signifikan menjadi 88,41% dengan kualifikasi sangat baik. (2)
Ketertarikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mata diklat komunikasi
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari prosentase sebelum diberi tindakan yang
hanya 43,64%, setelah diberi tindakan I meningkat menjadi 63,18%, setelah diberi
tindakan II terjadi peningkatan yang signifikan menjadi 86,59% dengan
kualifikasi sangat baik. (3) Perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
mata diklat komunikasi meningkat, sebelum diberi tindakan yang hanya 47,73%,
setelah diberi tindakan I meningkat menjadi 62,50%, setelah diberi tindakan II
terjadi peningkatan yang signifikan menjadi 85,45% dengan kualifikasi sangat
baik. (4) Keterlibatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mata diklat
komunikasi meningkat, sebelum diberi tindakan yang hanya 55,23%, setelah
diberi tindakan I meningkat menjadi 66,14%, setelah diberi tindakan II terjadi
peningkatan yang signifikan menjadi 88,18% dengan kualifikasi sangat baik [4].
Lestari (2010) dalam penelitian Classroom Action Research yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Mata
Pelajaran Kimia dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta” menyatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization mampu
meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa [5].
Berdasarkan uraian yang ada, pada penelitian ini dilakukan pengembangan
dengan tujuan untuk mengetahui “Efektivitas Model Pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) berbantu Media Prezi Dekstop Terhadap Hasil Belajar
Kimia di SMAN 1 Bringin”.
Efektivitas proses pembelajar an berarti tingkat keberhasilan guru dalam
mengajar kelompok tertentu dengan menggunakan metode tertentu untuk tujuan
instruksional tertentu [6]. Dalam penelitian ini dirumuskan acuan beberapa kriteria
efektivitas yang dijabarkan sebagai berikut: (1) Pembelajaran dikatakan efektif,
9
jika model pembelajaran TAI berbantu prezi dekstop meningkatkan nilai gain
ternomalisasi siswa, dengan kriteria nilai gain ternomalisasi kelas eksperimen
lebih tinggi > daripada kelas kontrol. (2) Pembelajaran dikatakan efektif dan tuntas
apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang telah mendapat
perlakuan memperoleh nilai ≤ 75 atau batas minimal KKM. (3) Pembelajaran
dikatakan efektif jika tanggapan siswa adalah positif, yakni minimal dengan skor
rerata nilai hasil angket tanggapan siswa sebesar 75% (rentang nilai “setuju”) [7].
Model pembelajaran Team Assisted Individualization ini menerapkan
bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab memberikan
pembelajaran terhadap siswa yang lemah. Proses pembelajaran seperti ini
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa
yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, siswa yang
lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi [8].
Kelebihan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization
(TAI) dirancang untuk memuaskan kriteria yang mampu menyelesaikan masalah-
masalah teoritis dan praktis dari sistem pengajaran individual. (1) Dapat
meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin. (2)
Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar
kelompok-kelompok kecil. (3) Operasional program yang sederhananya sehingga
para siswa di kelas tiga SD ke atas dapat melakukannya. (4) Para siswa akan
termotivasi untuk mempelajari materi yang diberikan dengan cepat dan akurat. (5)
Tersedianya banyak cara pengecekan penguasaan agar siswa jarang menghabiskan
waktu mempelajari kembali materi yang sudah mereka kuasai atau menghadapi
kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru. (6) Para siswa akan dapat
melakukan pengecekan satu sama lain, sekalipun bila siswa yang mengecek
kemampuannya ada dibawah siswa yang dicek. (7) Programnya mudah dipelajari
baik oleh guru maupun siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru
tambahan atau tim guru [9].
Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah aplikasi Prezi
Desktop. Prezi merupakan sebuah perangkat lunak berbasis internet atau software
as a service (SaaS) yang digunakan sebagai media presentasi dan juga alat untuk
mengeksplorasi berbagai ide di atas kanvas virtual [10]. Prezi dapat menggeser
paradigma pembelajaran yang semula berpusat pada guru menjadi berpusat pada
siswa dan guru hanya sebagai fasilitator sehingga siswa menjadi aktif belajar,
tidak lagi mengandalkan guru sebagai narasumber tunggal [11].
Kelebihan prezi dekstop adalah dapat menampung keberagaman gaya
belajar, karena prezi diprogram untuk menampilkan media visual, audio, maupun
animasi. Media prezi fokus pada satu bidang slide yang disebut dengan kanvas
virtual, setelah itu pengguna bisa mengeksplorasi bagian-bagian kanvas tersebut
sampai bagian terkecil, sehingga konsep utama yang ingin disampaikan terlihat
jelas. Penggunaan fasilitas ZUI membuat presentasi terlihat dinamis, karena
kanvas bisa diperkecil, diperbesar dan diputar 360 derajat. Selain itu, prezi
merupakan aplikasi yang berbasis Adobe Air, sehinggga video maupun animasi
flash bisa dijalankan lebih ringan. Awalnya aplikasi ini hanya bisa digunakan
secara online namun saat ini sudah bisa digunakan secara offline dengan
diluncurkannya Prezi Desktop [12].
Hasil belajar (achievement) merupakan realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang [13].
Keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator
berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan
dan semacamnya [14]. Hasil belajar banyak dipengaruhi berbagai faktor baik
berasal dari dirinya (internal) maupun berasal dari luar dirinya (eksternal). Faktor
internal antara lain (1) faktor jasmani (2) faktor rohaniah (3)faktor kematangan
10
fisik maupun psikis.. Faktor eksternal antara lain terdiri dari (1) faktor sosial (2)
faktor budaya (3) faktor lingkungan fisik (4) faktor lingkungan spritual atau
keagamaan [15].
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental Design.
Bentuk desain penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Desaign [16].
Bentuk desain dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Nonequivalent Control Group Desaign
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Keterangan:
O1 : Pretest kelompok eksperimen sebelum perlakuan.
O2 : Posttest kelompok eksperimen setelah perlakuan.
O3 : Pretest kelompok kontrol sebelum perlakuan.
O4 : Posttest kelompok kontrol.
X : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen.
Penelitian ini berupaya untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
Team Assisted Iindividualization (TAI) berbantu media prezi dekstop terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kimia di SMA Negeri 1 Bringin.
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1 Alur Penelitian Pada Kelas Eksperimen & Kontrol
Perangkat Pembelajaran
Identifikasi Masalah
Kajian Pustaka
Pembuatan RPP
& media pembelajaran
Pembuatan instrumen
penelitian
Pretest
Perlakuan pembelajaran dengan model
pembelajaran TAI berbantu Prezi
Perlakuan pembelajaran dengan
model konvensional
Posttest
Pengolahan data dan analisis hasil penelitian
Pembahasan Hasil Penelitian
Penarikan Kesimpulan
11
Tahap awal identifikasi masalah dan tujuan penelitian. Identifikasi masalah
dapat dilihat dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan sebelum
penelitian ini dilaksanakan. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui proses
belajar mengajar yang selama ini dilakukan baik dari cara mengajar, penyampaian
serta penataan letak tempat duduk siswa. Tahap kedua yaitu kajian pustaka,
dilakukan pencarian solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang telah
ditemukan. Tahap ketiga, pembuatan perangkat pembelajaran yaitu terdiri dari
Rencana Proses Pembelajaran (RPP) dan materi untuk digunakan pada kelas
eksperimen dan kontrol. Hal ini bertujuan agar proses pembelajaran dikelas
berjalan secara terstruktur serta pembuatan instrumen penelitian. Tahap keempat
yaitu pemberian pretest kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum dilakukannya perlakuan. Sebelum pretest diberikan pada siswa, pretest
harus dilakukan melalui tahap perhitungan uji validitas dan realibitas soal. Uji ini
dilakukan untuk melihat seberapa valid dan reliabel soal yang akan diujikan.
Tahap kelima dengan memberikan perlakuan pada masing-masing kelas. Kelas
kontrol diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran konvensional
sedangkan kelas eksperimen diberikan perlakuan menggunakan model
pembelajaran TAI berbantu Prezi Dekstop. Tahap keenam pemberian posttest
untuk mengetahui nilai hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan yang
kemudian akan dapat memperlihatkan seberapa efektivitas model pembelajaran
TAI berbantu Prezi Dekstop dan konvensional dalam meningkatkan hasil belajar
siswa. Tahap ketujuh pengolahan data dan analisis hasil, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan seberapa besar perbedaan yang terjadi pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Tahap terakhir pembahasan hasil penelitian &
penarikan kesimpulan, tahap akhir ini dilakukan untuk mengetahui apakah
penelitian ini dapat tercapai dengan baik atau tidak.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran TAI berbantu Prezi
Dekstop terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut: (1) Siswa diberi apersepsi,
siswa ditanya tentang materi struktur atom dan sistem periodik. (2) Siswa
menjawab pertanyaan sesuai apersepsi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan siswa dan sejauh mana siswa memahami materi. (3) Siswa dibentuk
ke dalam kelompok yang heterogen. Pembentukan kelompok ini dilihat dari dari
hasil akademik siswa dikelas, hasil pretest, sikap siswa dan jenis kelamin siswa.
Setelah kelompok heterogen terbentuk, guru menyampaikan peraturan
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TAI. (4)
Guru mempersentasikan materi berbantu Prezi Dekstop untuk memudahkan
penyampaian materi dan efisiensi waktu. Materi ini berisi teori, gambar dan video
tentang struktur atom dan sistem periodik yang sudah dirancang sebelum
penelitian dilaksanakan. Isi materi tentang teori diambil dari buku panduan guru,
untuk materi berupa gambar dan video diambil dari internet. (5) Setelah
penyampaian materi selesai, guru memberikan tugas kelompok yang harus
dikerjakan setiap kelompok. Tugas ini berupa lembar diskusi yang akan dikerjakan
oleh masing-masing kelompok setelah siswa melakukan pembelajaran dengan
berbantu media pembelajaran Prezi Dekstop. Tujuan kelompok disini juga
digunakan untuk melatih siswa belajar berkomunikasi, bekerja sama untuk
mencapai tujuan dalam kelompok. Jika ada anggota kelompok yang belum paham
dengan materi pembelajaran dikelas maka siswa yang sudah memahami materi
harus memberikan pembelajaran kepada anggota yang belum paham. Setelah
siswa bekerja secara kelompok, masing-masing anggota diberikan kuis berupa soal
yang dikerjakan secara individu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa setelah bekerja secara berkelompok. (6) Setelah siswa
mengerjakan kuis, skor yang diperoleh setiap individu direkapitulasi. Skor
individu juga menentukan skor kelompok. Jadi, anggota kelompok yang
12
memperoleh nilai kuis tinggi dapat menyumbangkan nilainya untuk skor
kelompok. Hal ini memicu siswa dalam kelompok untuk bekerja sama dan
meningkatkan kepedulian antar anggota kelompok. Perbedaan kegiatan
pembelajaran antara kelas kontrol dan kelas eksperimen secara rinci dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2. Kegiatan Pembelajaran pada kelas kontrol dan eksperimen
Kegiatan Belajar Kelas Kontrol Kegiatan Belajar Kelas Eksperimen
Pendahuluan
a. Apersepsi
Ruang kelas dipersiapkan seperti
absensi, kebersihan dan ketenangan
Salam dan doa
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
Pendahuluan
a. Apersepsi
Ruang kelas dipersiapkan seperti
absensi, kebersihan dan ketenangan
dan media pembelajaran
Salam dan doa
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
Siswa diberikan pertanyaan secara lisan
tentang materi pembelajaran struktur
atom dan sistim periodik
b. Elaborasi
Guru menjelaskan materi
pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional berbantu
buku panduan guru
Guru memberikan pertanyaan lisan
kepada siswa dan siswa menjawab
c. Konfirmasi
Guru bersama siswa menyimpulkan
pembelajaran bersama-sama
Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
Siswa diberikan pertanyaan secara lisan
tentang materi pembelajaran struktur atom
dan sistim periodik.
b. Elaborasi
Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok
yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen
Guru menjelaskan materi tentang bilangan
kuantum,jumlah elektron dan jumlah orbital
dengan prezi dekstop
Setelah penyampaian materi dengan
mengunakan prezi dekstop selesai. Siswa
berdiskusi tentang: perbandingan fungsi
bilangan kuantum, jumlah elektron dan
jumlah orbital
Siswa melaporkan hasil diskusi kelompok
Guru bertanya pada masing-masing
kelompok tentang hasil diskusi kelompok
c. Konfirmasi
Guru bersama siswa menyimpulkan
pembelajaran bersama-sama
Penutup
Siswa diberikan tugas individu
Penutup
Siswa diberikan tugas individu
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Mia di SMA
Negeri 1 Bringin tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 3 kelas. Sampel yang
akan dijadikan subjek penelitian diambil dua kelas yaitu siswa kelas X Mia 1
(kelas eksperimen) dan X Mia2 (kelas kontrol) dengan jumlah masing-masing
siswa sebanyak 30 siswa Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik sampling purposive dimana teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Berdasarkan pertimbangan guru Kimia di SMA Negeri 1 Bringin yaitu
kelas X Mia 1 dan X Mia 2 jadwal pelajaran lebih efisien, memiliki kemampuan
yang hampir sama dan jumlah siswa yang sama.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu berupa angka-angka
yang datanya akan dianalisis menggunakan statistik. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat
13
dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Pengukuran hasil belajar dilihat
dari hasil pretest dan posttest. Variabel bebas penelitian ini adalah penggunaan
model pembelajaran TAI berbantu Prezi Dekstop.
Instrumen yang digunakan observasi, soal tes pretest-posttest dan angket.
Observasi digunakan untuk mengetahui mengamati pelaksanaan dan
perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran dikelas. Indikator aktivitas terdiri dari (1) turut serta dalam
melaksnakan tugas belajarnya (2) Terlibat dalam pemecahan masalah (3) Bertanya
kepada siswa atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya (4)
berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
(5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru (6) menilai
kemampuan dirinya dan hasil-hasill yang diperolehnya (7) melatih diri dalam
memecahkan soal atau masalah sejenis (8) kesempatan menggunakan atau
menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau
persoalan yang dihadapinya [17]. Hasil pretest dan posttest digunakan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar antara kelas kontrol dan eksperimen baik
sebelum perlakuan dan sesudah mendapat perlakuan pada masing-masing kelas.
Hasil belajar ini kemudian dibandingkan apakah ada perbedaan hasil belajar siswa
setelah diberikan treatment atau tidak ada perbedaan setelah diberikan perlakuan
pada masing-masing kelas. Instrumen angket digunakan untuk melihat tanggapan
tentang penggunaan model pembelajaran TAI berbantu Prezi Dekstop, apakah
perlakuan model dan media pembelajaran layak digunakan atau tidak dalam proses
pembelajaran di kelas Kimia. Indikator yang digunakan dalam instrumen kuisioner
adalah ketertarikan dan kesenangan terhadap penggunaan model pembelajaran TAI
berbantu prezi dekstop pada mata pelajaran Kimia [18].
Analisis data dalam peneletian berupa uji validitas dan reliabilitas butir
soal, uji independent sample t, nilai ketuntasan kelas, uji indeks gain, perhitungan
skor angket. Analisis data dalam penelitian dibantu dengan menggunakan program
pengolah data statistik.
4. Hasil Pembahasan
Langkah pertama sebelum proses treatment diberikan adalah pemberian
pretest pada masing-masing kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kemampuan siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol memilki kemampuan yang sama atau tidak, selain
itu untuk menentukan apakah siswa memiliki varians yang sama dan homogen.
Hasil pretest pada kelas eksperimen juga digunakan untuk menentukan pembagian
kelompok secara heterogen.
Pertemuan pertama pada kelas eksperimen yaitu (1) Guru membagi
kelompok berdasarkan akademik siswa dikelas, sikap siswa, jenis kelamin dan
hasil pretest. (2) Setelah pembentukan kelompok heterogen selesai, Guru
menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran prezi
dekstop. Dalam media ini materi disajikan dalam bentuk teks, gambar serta audio
visual (video). Teks berisi materi tentang perkembangan teori atom dari beberapa
ahli seperti, Niels Henrick David Bohr, Lou De Broglie, Erwin Schrodinger dan
Werner Karl Heisenberg. Materi dalam bentuk gambar berupa gambaran beberapa
macam dari bentuk orbital. Materi dalam bentuk video berisi bahan yang
digunakan untuk siswa diskusi kelompok. Dalam video ini berisi tentang materi
pembentukan bentuk orbital dan siswa diminta untuk menjelaskan sesuai dengan
pembentukan bentuk-bentuk orbital yang ada. Macam orbital ada 4 macam yaitu
(1) Orbital S memiliki jumlah elektron masksimun 2 dan jumlah orbital 1. (2)
Orbital P memilki jumlah elektron maksimun 6 dan jumlah orbital 3. (3) Orbital D
14
memiliki jumlah elektron maksimun 10 dan jumlah orbital 5. (4) Orbital F
memiliki jumlah elektron maksimun 14 dan jumlah orbital 7. Tampilan media
pembelajaran dengan menggunakan prezi dekstop pada kelas eksperimen dapat
dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 Tampilan materi dalam bentuk teks, gambar dan video
Langkah (3) guru memberikan tugas kelompok berupa lembar diskusi
kepada masing-masing kelompok. Lembar diskusi ini dikerjakan berdasarkan hasil
diskusi yang dilakukan kelompok setelah melakukan pengamatan pada video yang
diiputar oleh guru serta dari hasil penyampaian materi yang dijelaskan dengan
berbantu prezi dekstop. Dalam diskusi siswa dituntut untuk berperan aktif
memberikan pendapat serta memberikan bimbingan kepada anggota kelompok
yang belum paham dengan materi yang diajarkan. Hal ini bertujuan agar proses
pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru dan membuat siswa menjadi sumber
belajar untuk siswa yang lain. Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran TAI berbantu Prezi Desktop ini membuat siswa lebih senang dan
antusias dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan siswa saling memberikan
pendapat dalam kelompok untuk mengisi tugas lembar diskusi yang diberikan.
Selain itu siswa yang belum paham dengan materi pembelajaran tidak takut dan
malu untuk bertanya kepada anggota kelompok yang lain. Anggota kelompok
yang sudah paham juga memberikan pengarahan, pemahaman kepada anggota
kelompok yang belum paham. Hal ini dilakukan untuk melatih siswa bekerjasama
dalam sebuah kelompok dan melatih ketrampilan siswa dalam berdiskusi.
Tugas guru dalam hal ini hanya mengawasi agar setiap kelompok benar-
benar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan guru juga
memberikan pengarahan jika ada kelompok yang bertanya. (4) Setelah diskusi
kelompok selesai hasil pekerjaan kelompok dikumpulkan dan guru memberikan
beberapa pertanyaan seputar diskusi yang dilakukan pada kelompok dan setiap
kelompok berebut untuk dapat menjawab pertanyaan yang ada untuk memperoleh
poin guna menambah nilai kelompok. Proses tanya jawab ini membuat
pembelajaran lebih menarik karena setiap anggota kelompok saling berebut untuk
dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, jika kelompok dapat
menjawab pertanyaan maka kelompok mendapat nilai dan poin guna menambah
nilai kelompok yang berdampak pada hasil belajar siswa. Semakin banyak
kelompok menjawab pertanyaan yang diberikan maka semakin tinggi nilai yang di
dapat. (5) Kegiatan terakhir pada pertemuan pertama siswa diberikan tugas
individu untuk dikerjakan dirumah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami setelah diberikan treatment.
Pembelajaran pertemuan pertama pada kelas kontrol pembelajaran hanya
dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. (1) Guru
hanya menyampaikan materi dengan metode ceramah dengan berbantu buku
panduan Guru dan LKS. (2) Siswa hanya mendengarkan penjelasan yang
disampaikan oleh guru. Dalam proses dengan menggunakan model pembelajaran
15
konvensional siswa sulit menangkap pemahaman materi karena tidak ada
gambaran atau tampilan karena guru hanya memberikan penjelasan dengan
menggunakan metode ceramah tanpa memanfaatkan media yang ada disekolah.
Akibat dari pembelajaran ini siswa merasa bosan dan memilih untuk bermain
dengan teman sebangku karena guru tidak memperhatikan bagaimana sikap siswa
dikelas saat proses pembelajaran berlangsung. Hal inilah yang secara tidak
langsung berdampak pada hasil belajar siswa. Tahap akhir pada pertemuan
pertama kelas kontrol siswa juga diberikan tugas individu untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa dengan model pembelajaran konvensional.
Pertemuan kedua proses pembelajaran pada kelas eksperimen antara lain
(1) Guru menanyakan dan mengecek sejauh mana siswa mengerjakan tugas
individu. (2) Siswa diminta untuk duduk berkelompok seperti pada pertemuan
pertama dan membahas tugas invididu secara bersama-sama. Anggota kelompok
yang belum paham dan belum bisa mengerjakan tugas individu dapat bertanya
kepada anggota kelompok yang sudah paham dan anggota kelompok yang paham
wajib memberikan pengarahan atau bimbingan sampai anggota yang belum paham
benar-benar paham. Proses pembelajaran seperti ini membuat siswa tidak malu
untuk bertanya dan berdiskusi karena pada umumnya pembelajaran dengan teman
sebaya tidak akan membuat siswa merasa tegang dan membuat siswa lebih
nyaman serta penjelasan dari teman lebih dapat cepat diterima karena penjelasan
menggunakan bahasa sehari-hari. Tugas guru dalam hal ini juga hanya sebagai
pengamat dan mengarahkan siswa untuk bekerjasama, berdiskusi pada kelompok
masing-masing. (3) Setelah diskusi kelompok selesai dilakukan, siswa dan guru
bersama-sama membahas tugas individu, agar siswa tahu apakah hasil tugas
individu dan hasil pembelajaran kelompok sesuai dengan penyampaian materi
yang diberikan oleh guru. Hal ini dilakukan agar pemahaman materi sama
sehingga tidak ada perbedaan pendapat, karena dalam diskusi disini sifatnya
banyak bermunculan pendapat dari masing-masing siswa pada tiap kelompok.
Tugas guru disini mengarahkan agar siswa memiliki pemahaman yang terhadap
materi. (4) Langkah berikutnya guru melanjutkan pembelajaran dengan
menggunakan media Prezi Desktop. (5) Tahap akhir pada pertemuan kedua setelah
penyampaian materi yaitu, siswa diberikan posttest. Untuk kelas kontrol pada
pertemuan kedua pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran
konvensional dengan berbantu buku panduan guru dan LKS seperti pada
pertemuan pertama. (1) Pada awal pelajaran guru mengecek dan melihat tugas
individu siswa. Tujuannya untuk memastikan bahwa siswa benar-benar
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. (2) Setelah pengecekan selesai, guru
meminta siswa untuk mengerjakan soal didepan dan ditulis pada papan tulis.
Siswa yang berani maju mendapatkan poin lebih dari guru dan apabila jawabannya
benar maka akan lebih bagus dan mendapatkan nilai tambah lebih di mata guru.
(3) Setelah pembahasan tugas individu selesai guru melanjutkan pembelajaran
dengan menggunakan metode konvensional seperti pada pertemuan pertama. (4)
Tahap akhir pada kelas kontrol diberikan posttest. Dokumentasi guru
menyampaikan materi dengan menggunakan media Prezi Dekstop dapat dilihat
pada gambar. Gambar sebelah kiri ( Pengajaran dilakukan oleh peneliti) pada
tahap ini siswa diberi gambaran umum tentang media pembelajaran Prezi Desktop
baik mengenai keunggulan media, cara pembuatan persentasi dan kelebihannya
dibandingkan media persentasi lain serta pada tahap peneliti mengajarkan sedikit
materi kimia mulai dari munculnya teori atom serta perkembangannya dan
macam-macam teori atom. Gambar sebelah kanan (pembelajaran dilakukan oleh
Guru kimia ) dengan berbantu prezi dekstop materi yang diajarkan adalah
spesifikasi dari masing-masing teori atom, cara perhitungan dan cara menganalisa
macam-macam teori berdasarkan ketentuan masing-masing teori.
16
Gambar 3 Guru menyampaikan materi berbantu prezi dekstop
Adanya model pembelajaran TAI berbantu Prezi Dekstop dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dikelas. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat
dari terjadinya proses pembelajaran dikelas dan dengan membandingkan hasil test
siswa pada masing-masing kelas. Proses pembelajaran kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol ini dapat dinilai dari aktivitas siswa pada masing-masing
kelas. Hasil observasi aktivitas siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Hasil Perhitungan Observasi Aktivitas Siswa di Kelas
No Indikator Persentase Kelas
Kontrol Eksperimen
1 Turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya 36.67 76.67
2 Terlibat dalam pemecahan
permasalahan 30 80
3
Bertanya kepada siswa lain atau kepada
guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya
23.33 73.33
4
Berusaha mencari berbagai informasi
yang diperlukan untuk pemecahan
masalah
33.33 80
5 Melaksanakan diskusi kelompok sesuai
dengan petunjuk guru 0 90
6 Menilai kemampuan dirinya dan hasil-
hasil yang diperolehnya 66.67 80
7 Melatih diri dalam memecahkan soal
atau masalah sejenis 83.67 90
8
Kesempatan menggunakan atau
menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan
tugas atau persoalan yang dihadapi
100 100
Total Persentase= X 100% 46.67% 83.75%
(Denis : 2013) [19]
Berdasarkan perhitungan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa total persentase
keaktifan siswa dikelas kontrol sebesar 46.67 % masuk dalam kategori cukup baik
sedangkan keaktifan pada kelas eksperimen 83.75% masuk dalam kategori sangat
baik. Penilaian dilakukan dengan cara menggunakan daftar yang berisi indikator
kemudian siswa diamati per individu dengan mengisi lembar observasi yang
dibuat. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa efektivitas model pembelajaran TAI
17
berbantu Prezi Dekstop berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Kimia.
Analisis hasil uji instrumen dengan menggunakan software pengolah data
statistik. Soal awal berjumlah 30 soal pilihan ganda kemudian diujikan pada kelas
lain, yakni kelas yang tidak mendapat perlakuan yaitu kelas X Mia 3. Hasil 30 soal
yang diujikan didapat 20 soal valid dan 10 soal tidak valid. Soal yang tidak valid
adalah soal nomor 4,5,6,24,25,26,27,28,29,30. Soal yang valid tersebut kemudian
diuji reliabilitas yang mempunyai ketentuan, jika Alpha > 0.05 maka data reliabel.
Hasil pengujian menunjukkan Alpha 0.84 > 0.05, maka soal dapat dinyatakan
reliabilitas’bagus’.
Hasil uji normalitas data menunjukkan nilai signifikasi pretest kelompok
eksperimen dan kelas kontrol > 0.500. Nilai signifikasi yang diperoleh adalah
0.862 dan 0.500 > 0.05 dan nilai signifikan posttest kelompok eksperimen dan
yang diperoleh adalah 0.070 dan 0.074 > 0.05, maka diambil kesimpulan nilai
pretest & posttest kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai siswa yang jauh, letak nilai siwa
tidak terlalu jauh dengan nilai rata-rata kelas. Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah populasi antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
mempunyai data berdistribusi normal atau tidak.
Hasil uji homogenitas pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan nilai signifikasi P= 0.940. Nilai P (0.940) > α (0.05) dan nilai signifikansi
posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh P= 0.279. Nilai P
(0.279) > α (0.05), maka dapat disimpulkan bahwa data posttest juga berasal dari
populasi dengan variansi yang sama (homogen). Uji homogenitas digunakan untuk
menguji data atau kelompok apakah mempunyai variansi sama atau homogen
diantara kelompok yang ingin diuji. Jika data atau kelompok variansinya sama
maka dikatakan ada homogenitas.
Hasil perhitungan uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa
nilai signifikasi berada pada kriteria terdistribusi normal dan homogen. Langkah
selanjutnya adalah perhitungan uji indenpendent sample t-test. Untuk syarat
perhitungan uji indenpendent sample t-test yaitu nilai uji normalitas dan
homogenitas harus > dari 0.05. Hasil perhitungan analisis data dapat dilihat pada
tabel 3.
Hasil Kelas Rata-rata
nilai
df Sig. (P) α thitung ttabel
Ketuntasan
kelas Gain
Pretes Eksperimen
Kontrol
52.83
57.67
58 0.144 0.05
1.481
1.671 7 %
17 % -
Postets Eksperimen
Kontrol
81.83
73.17 58 0.279 0.05 5.139 1.671
93%
60%
0.61
0.37
Berdasarkan tabel 3 kenaikan nilai dari kelas eksperimen menunjukkan
peningkatan yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Rata-rata nilai kelas
eksperimen dari 52.83 naik menjadi 81.83 sedangkan nilai kelas kontrol dari rata-
rata nilai 57.67 naik menjadi 73.17. Hasil indenpendent sample t-test dari nilai
hasil postest kelas eksperimen dan kelas kontrol, memperoleh nilai signifikansi
pretest sebesar 0.144 > 0.05, maka dapat disimpulkan tidak signifikan atau tidak
ada perbedaan sebelum diadakan perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran TAI berbantu Prezi Dekstop. Untuk hasil posttest uji indenpendent
sample t-test menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05, maka dapat
disimpulkan signifikan atau terdapat perbedaan setelah diadakan perlakuan
18
menggunakan model pembelajaran TAI berbantu Prezi Dekstop. Hasil analisa data
posttest menunjukkan thitung (5.319 > ttabel 1.671). Hasil perhitungan nilai
menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu nilai hasil belajar kelas eksperimen
≥ kelas kontrol. Perhitungan rata-rata nilai pretest hasil belajar siswa di kelas
kontrol sebesar 57.67 pada hasil nilai posttest hasil belajar naik menjadi 73.17
tetapi kenaikan lebih tinggi dan signifikan terjadi pada kelas eksperimen dari nilai
hasil belajar pretest rata-rata nilai sebesar 52.83 dan nilai hasil belajar posttest naik
menjadi 81.83.
Penggunaan model dan media pembelajaran dikatakan efektif terhadap
hasil belajar siswa apabila ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 75% dari
jumlah siswa yang mendapat nilai KKM. Hasil perhitungan persentase
ketuntasan pretest untuk kelas kontrol sebesar 17% dan posttest naik menjadi 60%
sedangkan persentase ketuntasan pretest kelas eksperimen sebesar 7% dan posttest
naik menjadi 93%. Berdasarkan jumlah persentase ketuntasan masing-masing
kelas dapat disimpulkan bahwa persentase ketuntasan kelas eksperimen lebih
tinggi dan tercapai dibandingkan kelas kontrol yang belum mencapai nilai
ketuntasan kelas karena masih ≤ 75%. Hal ini berarti pemberian perlakuan pada
kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran TAI berbantu Prezi Dekstop
lebih tinggi dalam proses peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan
kelas kontrol yang proses pembelajaran hanya dilakukan dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional.
Nilai indeks gain dilakukan dengan membandingkan nilai pretest dan
posttest masing-masing kelas hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pencapaian peningkatan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan eksperimen.
Perhitungan hasil nilai indeks gain ternomalisasi menunjukkan bahwa rata-rata
gain ternormalisasi kemampuan pemahaman kelas eksperimen berbeda dengan
rata-rata gain ternormalisasi kelas kontrol. Hasil rata-rata gain ternormalisasi (g)
kelas eksperimen sebesar 0.61 lebih besar daripada rata-rata gain ternormalisasi
kelas kontrol (g) sebesar 0.37. Hasil perhitungan uji gain ternomalisasi
menunjukkan kenaikan nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas eksperimen. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa perlakuan
pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran TAI berbantu Prezi
Dekstop lebih dapat meningkatkan kemampuan siswa terhadap hasil belajar
daripada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Pengolahan data angket peneliti menggunakan skala likert. Kriteria
jawaban yaitu, SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), TS (Tidak
Setuju). Hasil perhitungan instrumen angket dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Perhitungan persentase per item pernyataan
No Pernyataan Skor Total
Jawaban
Persentase
1 Saya senang belajar Kimia jika pembelajarannya dilakukan
secara kelompok
96 8%
2 Saya lebih mudah belajar kimia dengan model
pembelajaran kelompok
88 7.33%
3 Saya tidak takut bertanya jika saya tidak memahami materi
Kimia dengan model pembelajaran kelompok
96 8%
4 Saya lebih paham dengan penjelasan dari teman
sekelompok dibandingkan guru
64 5.33%
5 Saya senang mengerjakan soal Kimia dengan cara diskusi
kelompok
93 7.75%
6 Pembelajaran dengan media prezi dekstop sangat
membantu dalam proses pembelajaran
100 8.33%
19
7 Media prezi dekstop memudahkan saya memahami materi
yang ada
98 8.17%
8 Tampilan prezi dekstop tidak membuat saya merasa bosan
dengan materi yang ada
97 8.08%
9 Tambahan fitur gambar, video, grafik dengan prezi dekstop
memudahkan saya dalam mengingat materi yang diajarkan
98 8.17%
10 Adanya model pembelajaran kelompok dan pemanfaatan
media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam dunia
pendidikan
109 9.08%
Total 939 78.25%
Hasil perhitungan berada pada interval setuju dan sangat setuju namun
lebih mendekati pada kriteria setuju, dengan persentase skor sebesar 78.25%.
Secara jelas perhitungan dapat dilihat dibawah ini :
Prosentase = x 100 %
=
= 78,25 % [16]
Hasil perhitungan pada tabel 3 menunjukkan jumlah skor pengumpulan
data adalah 939 dan persentase sebesar 78,25%. Hasil ini diperoleh dari total
keseluruhan jawaban responden tentang penggunaan model pembelajaran TAI
berbantu Prezi Dekstop pada mata pelajaran Kimia dan berarti penggunaan model
pembelajaran TAI berbantu Prezi Dekstop mendapat tanggapan positif dan di
setujui responden serta layak digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Kimia.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Ari Suharjanto, dkk (2012), Lestari (2010) dan Ekawati (2012)
yang menjelaskan bahwa media pembelajaran Prezi Dekstop dan model
pembelajaran TAI berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dan melibatkan siswa senang mengikuti dalam proses pembelajaran
Kimia. Selain itu, hasil penelitian pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk
meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial, aktivitas dan interaksi
antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Keberhasilan efektivitas model pembelajaran TAI berbantu Prezi Dekstop
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kimia dapat dilihat dari analisis
data yang telah dilakukan dengan menghitung uji normalitas, yang
memperlihatkan bahwa kemampuan awal siswa kelas kontrol dan eksperimen
sama (terdistribusi normal). Hasil lain yaitu uji homogenitas yang menunjukkan
bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari varian yang sama. Kedua
hasil analisis uji statistik dilihat dengan membandingkan hasil nilai pretest dan
posstest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji t pretest
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara kelas
kontrol dan eksperimen sebelum adanya perlakuan. Perbedaan hasil belajar antara
kelas eksperimen dan kontrol terjadi ketika kelas eksperimen mendapat perlakuan.
5. Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa efektivitas
model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) berbantu Prezi
20
Dekstop berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan hasil belajar
Kimia kelas X Mia 1 SMA Negeri 1 Bringin. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa
yang lebih senang dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas.
Dalam pembelajaran kelompok siswa yang cenderung malas dan bosan lebih dapat
mengikuti pembelajaran yang dilakukan dengan pembentukan kelompok
menggunakan model pembelajaran TAI. Selain itu media pembelajaran prezi
dekstop juga mendapat tanggapan positif dari siswa dan dampak membantu dalam
penyampaian materi dikelas. Selain itu membuat dapat menarik perhatian siswa
dikelas dan membuat suasana kelas tidak gaduh seperti yang terjadi pada kelas
kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan hasil aktivitas siswa pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu kelas eksperimen 83.75% >
kelas kontrol 46.67%. Perhitungan rata-rata hasil belajar siswa di kelas kontrol
meningkat dari hasil pretest sebesar 57.67 dan hasil posttest naik menjadi 73.17
tetapi kenaikan lebih tinggi dan signifikan terjadi pada kelas eksperimen dari hasil
pretest rata-rata nilai sebesar 52.83 dan hasil posttest naik menjadi 81.83. Uji beda
menggunakan t-test diperoleh skor rata-rata hasil belajar posttest kelas eksperimen
dan kontrol diperoleh skor signifikansi 0.000, menunjukkan bahwa 0.000 < 0.05
dan berarti ada perbedaan yang signifikan. Hasil perhitungan nilai ketuntasan
pretest kelas kontrol, 5 siswa kelas kontrol tuntas dengan persentase 17% dan hasil
posttest menunjukkan kenaikan yaitu 18 siswa tuntas dengan persentase 60%,
namun hasil ini belum menunjukkan nilai ketuntasan kelas karena masih <75%.
Berbeda dengan hasil nilai ketuntasan pretest kelas eksperimen, 2 siswa kelas
eksperimen tuntas dengan persentase 7% dan hasil posttest menunjukkan kenaikan
yaitu 28 siswa tuntas dengan persentase 93%, hasil ini menunjukkan nilai
ketuntasan kelas karena > 75%. Hasil gain ternomalisasi menunjukkan bahwa nilai
kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol dengan perbandingan
nilai gain ternomalisasi 0.61>0.37. Hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan
yang signifikan antar nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
(mempunyai kemampuan yang berbeda).
Hasil angket menunjukkan bahwa efektivitas model pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI) berbantu Prezi Dekstop mendapat tanggapan
positif dan dapat diterima siswa dalam proses pembelajaran yaitu dengan total skor
939 dari total maksimal skor kriteria 1200. Perhitungan persentase angket
menunjukkan 78.25%.
6. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka disarankan
pada penelitian selanjutnya dapat melaksanakan penelitian yang sama dengan
memperbaiki beberapa kekurangan yang ada dalam penelitian ini, maupun dengan
melakukan variasi proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dan memotivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah
sehingga timbul suatu keyakinan dalam diri siswa bahwa tidak ada sesuatu yang
tidak bisa diselesaikan atau sulit asalkan mereka mau mempelajarinya.
7. Daftar Pustaka
[1] Radno, Harsanto. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta :
Kanisius.
[2] Memes, Wayan. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP, Jakarta : PPGSM,
Dirjen Dikti, Depdiknas.
[3] Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
21
[4] Ari Suharjanto, Hery Sawaiji, Tutik Susilowati (2012). Penerapan Media
Pembelajaran Dengan Penggunaan Software Prezi dalam Upaya
Meningkatkan Minat Belajar Mata Diklat Komunikasi. Univesitas Sebelas
Maret Surakarta.
[5] Lestari. 2010. Upaya Meningkatkan Prestasi dan Motivasi siswa Kelas X
Mata Pelajaran Kimia Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI di
MA Ali Maksum Krapyak. UIN. Yogyakarta.
[6] Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta :
Rineka Cipta.
[7] Wijaya, Yoga Permana. 2010. Efektivitas Pembelajaran Multimedia Interaktif
Berbasis Konteks Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK.
Bandung : Pendidikan Ilmu Komputer. FPMIPA UPI.
[8] Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika.
Semarang : UNNES Press.
[9] Slavin, Robert, E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek jilid 1 (Edisi
9). Jakarta: Indeks.
[10] Settle, Q.Katie M. A., Lauri M. B. 2011. Using Prezi in the classroom. Jurnal
NACTA vol. 55 No. 4.
[11] Aribowo, I.T. 2012. Keefektifan Penggunaan Multimedia Prezi pada Pembelajaran
Keterampilan Menulis Bahasa Jerman di SMA Negeri 2 Bangutapan Bantul.
Yogyakarta : UNY.
[12] Rosadi, H. 2013. Pengembangan Media Slide Berbasis Program Aplikasi
Prezi pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia untuk Sekolah
Menengah Pertama. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
[13] Sukmadinata, Nana S. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
[14] Azwar, Saifuddin. 2002. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
[15] Moh. Uzzer dan Lilis S. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
[16] Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan RnD.
Bandung : CV Alfabeta.
[17] Anggraini, Endah. 2009. Upaya Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPS
Ekonomi Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) di SMA Negeri 1 Nguter Tahun Pelajaran 2009/2010 : Universitas
Sebelas Maret.
[18] Wijayanti, Pujik. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) Berbantuan Microsoft Powerpoint Terhadap
Minat Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V
SDN Kalicacing 02. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana
[19] Puranama, Denis. 2013. Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa
Kelas XI IPS 2 Sma Negeri 1 Turen pada Pokok Bahasan Turunan dengan
Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT) : Universitas
Negeri Malang.