Kabar Terkini
Kegiatan proyek di Aceh berlangsung dengan lancar.
Pada awal bulan Oktober, putaran pertama
penyaluran dana dari anggaran tahun 2007 telah
dirampungkan, begitu pula dengan kegiatan sosialisasi
kegiatan tahun 2008. Pada saat ini seluruh kabupaten
wilayah kerja proyek sementara melakukan proses
perencanaan, bahkan ada yang telah menyelesaikan
pertemuan forum pengambilan keputusan. Para
pelaku utama dari pihak pemerintah daerah yang bertanggungjawab atas pelaksanaan sub-proyek
(UPKD) telah memperoleh pelatihan tingkat lanjut
tentang manajemen operasi dan keuangan sub-
proyek. Sebagai tambahan, pihak LGSP juga
melaksanakan sebuah kegiatan pelatihan yang
dihadiri oleh para stakeholder utama SPADA-LGSP dari
10 kabupaten tentang panduan pemaduan
mekanisme SPADA ke dalam proses Musrenbang.
Buletin Kuartal PNPM Mandiri Daerah Tertinggal
Tambahan untuk Aceh bertujuan untuk menyediakan
sebuah tinjauan terhadap kegiatan MDF, BRR, dan
penyampaian kabar terkini tentang pencapaian dan
kegiatan proyek. ☼
Apa yang dimaksud dengan Program PNPM Mandiri
Daerah Tertinggal untuk Aceh dan Nias?
PNPM Mandiri Daerah Tertinggal di Aceh-Nias,
umumnya dikenal sebagai SPADA Aceh-Nias,
merupakan sebuah program ujicoba inovatif yang
mulai dilaksanakan pada bulan Nopember 2006 dan
dirancang untuk menjawab berbagai permasalahan
kebijakan dan pemerintahan di 19 kabupaten termiskin
di Aceh dan Nias.
Selain merupakan bagian dari Program PNPM Mandiri
Daerah Tertinggal yang juga beroperasi di 32
kabupaten yang tersebar di delapan buah provinsi
lainnya, SPADA Aceh-Nias merupakan sebuah program
tanggap langsung terhadap upaya pemulihan pasca
tsunami dan pasca MOU yang dilaksanakan oleh
pemerintah, dengan penekanan khusus terhadap
perencanaan partisipatoris untuk kegiatan investasi
pro-kaum miskin, tata pemerintahan yang baik dan
pengembangan kapasitas pemerintah daerah di Aceh
dan Nias. Program ini akan membantu terwujudnya
proses transisi yang mulus dari berbagai upaya
rekonstruksi yang dilaksanakan oleh BRR BRR ke upaya-
upaya pembangunan lebih lanjut oleh pemerintah
Aceh dan Nias yang didukung oleh pengalokasian
dana otonomi khusus yang sangat signifikan.
Semua tujuan utama dari program ini diselaraskan
dengan strategi BRR untuk rekonstruksi dan transisi ke
proses pembangunan jangka panjang di wilayah ini,
yaitu: pemerintah daerah yang kuat, didasarkan pada
proses pembangunan partisipatoris, dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Lima kegiatan utama dari
program ini adalah: prasarana, pelayanan publik
(kesehatan/pendidikan), iklim usaha, pengembangan
kapasitas, dan mediasi serta pemberdayaan hukum
masyarakat.
BRR melaksanakan PNPM Daerah Tertinggal di Aceh
and Nias bersama dengan Tim Penggendali dari pihak
pemerintah yang memberikan dukungan pengawasan
kebijakan. Proyek yang dilaksanakan di Aceh dan Nias
ini memperoleh pendanaan dari Dana Multi-Donor
(MDF) untuk Aceh dan Nias, beserta tambahan
pendanaan dari DFID untuk kegiatan pasca konflik, serta berkolaborasi dengan USAID dan UNDP.☼
Apa yang dimaksud dengan Dana Multi-Donor untuk Aceh dan Nias?∗
Dana Multi-Donor (MDF) untuk Aceh dan Nias adalah
bentuk kemitraan dari masyarakat internasional,
pemerintah Indonesia dan masyarakat sipil dalam
rangka mendukung proses pemuilihan pasca bencana
gempa bumi dan tsunami. MDF berkontribusi di dalam
proses pemulihan melalui penyediaan dana untuk
berbagai kegiatan investasi yang berkualitas dan
didasarkan pada praktik yang berhasil, memiliki unsur
partisipasi maupun saling koordinasi antar para
stakeholder. Sebagai upaya untuk mewujudkan hal ini,
MDF bertujuan untuk mengurangi kemiskinan,
membangun kembali kapasitas, mendukung
terwujudnya tata pemerintahan yang baik dan
meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.
Pada saat terjadinya bencana tsunami dan gempa
bumi, dunia internasional melakukan penggalangan
dana bantuan secara besar-besaran untuk semua
negara yang terkena dampak bencana itu. Indonesia,
yang merupakan salah satu wilayah yang terkena
dampak paling parah, menerima berbagai bantuan
untuk mendukung kegiatan penyelamatan, rehabilitasi
dan rekonstruksi di Aceh dan Nias. BRR memperkirakan
jumlah dana yang disalurkan bernilai sebesar 5 miliar
Dolar AS.
Keberadaan dana yang sangat besar tersebut
merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah
Indonesia di dalam memastikan bahwa sumber daya
tersebut dikelola secara efektif, terkoordinasi dan
transparan. Salah satu mekanisme untuk memastikan
bahwa pelaksanaan bantuan keuangan terlaksana
secara efisien dan terkoordinasi, maka. Pemerintah
Indonesia meminta kepada pihak Bank Dunia untuk
membentuk Multi-Donor Fund, yang hingga hari ini
telah mengelola anggaran sebesar 700 juta Dolar AS yang diperoleh dari 15 lembaga donor. ☼
∗ sumber: www.multi-donorfund.org
Edisi Tambahan Khusus untuk Aceh (Oktober 2008)
Hal. 1: Kabar Terkini, Tinjauan Program, BRR, dan
MDF
Hal. 2: Kalender, Penyaluran Anggaran, Staf,
Program Pemberdayaan Hukum untuk
Perempuan
Hal. 3-4: Membantu SPADA Mengatasi
Ketegangan Pasca Konflik di Aceh, Pengkajian
Pengelolaan Ekonomi Daerah di Aceh
PNPM Mandiri Daerah Tertinggal Khusus Aceh Edisi Oktober 2008
2
Staf
SPADA Aceh-Nias
Konsultan tingkat provinsi
(PMC): 6
Konsultan tingkat
kabupaten (DMC): 57
What is the BRR?∗∗
Apa yang dimaksud dengan BRR?∗∗
Presiden Republik Indonesia meresmikan Badan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) untuk Aceh-Nias
pada tanggal 30 April 2005. Badan ini terdiri dari tiga
buah komponen: sebuah Komite Pengarah (Steering
Committee) untuk menyediakan panduan kebijakan
kepada Presiden, sebuah Badan Pengawas
Independen untuk mengawasi kegiatan BRR, dan
sebuah Badan Pelaksana sebagai lembaga
pelaksana. Dukungan BRR utamanya diberikan
kepada Bapel, dan tentunya kepada Steering
Committee dan Badan Pengawas. BRR
bertanggungjawab untuk melakukan koordinasi atas
pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi di
Aceh dan Nias berdasarkan rencana dan panduan
yang ada di dalam Rencana Induk (Master Plan). ☼
Program Pemberdayaan Hukum untuk Perempuan di
Aceh
Sebagai bagian dari Program SPADA di Aceh, Justice
for the Poor, Bank Dunia melaksanakan sebuah
program yang bertujuan untuk Penguatan Akses
terhadap Pelayanan Hukum di Aceh. Salah satu
komponen utama dari program ini adalah Program
Pemberdayaan Hukum untuk Perempuan.
Program ini berusaha untuk menjawab sebuah
kebutuhan utama yang ada di Aceh. Kaum
perempuan menghadapi tantangan khusus di dalam
mengakses sistem hukum dan tantangan ini sangat
umum terjadi di wilayah-wilayah pasca konflik
maupun di wilayah yang terkena bencana. Penelitian
mengindikasikan bahwa kaum perempuan sangat
jarang melaporkan kasus hukum maupun
menyampaikan keluhan. Mereka cenderung
mengalami kesulitan di dalam menyampaikan
keluhan terhadap kasus-kasus seperti pelecehan
seksual, kekerasan di dalam rumah tangga dan
diskriminasi di tempat kerja. Hal ini disebabkan karena
hal-hal tersebut umumnya dianggap sebagai hal
sepele dan pribadi, dan bukanlah permasalahan
hukum yang serius.
Diperlukan sebuah pendekatan khusus untuk
memperkuat akses perempuan terhadap pelayanan
hukum dan memperoleh pelayanan atas kebutuhan
hukum mereka. Melalui program ini, berbagai kegiatan
pemberdayaan hukum ditujukan langsung untuk kaum
perempuan, untuk meningkatkan pengetahuan
mereka tentang hak-hak hukum beserta akses mereka
terhadap lembaga hukum di tingkat lokal. Program ini
∗∗sumber: www.e-aceh-nias.org
Kegiatan Terkini dan yang Akan Datang
Oktober
2008
Laporan Akhir Survei Data Dasar
Pelayanan Satu Atap, Persiapan/pelatihan untuk Survei Data
Dasar Komponen MCLE. Kunjungan
supervisi ke Aceh. Perampungan
kegiatan lapangan untuk survei data
dasar layanan perijinan usaha satu atap
dan survei pengelolaan ekonomi.
Nopember
2008
Laporan Akhir Survei Pengelolaan
Ekonomi, pelaksanaan Survei Data Dasar
Komponen MCLE. Kunjungan supervisi ke
Aceh. Laporan akhir Survei Data Dasar
Sistem Pelayanan Perijinan Satu Atap,
Lokakarya Rencana Kegiatan Sistem
Pelayanan Perijinan Satu Atap, di lima
kabupaten.
Desember
2008
Pelaksanaan Survei Data Dasar
Komponen MCLE. Laporan Akhir Survei
Pengelolaan Ekonomi, Lokakarya
Rencana Kegiatan Sistem Pelayanan
Perijinan Satu Atap, di lima kabupaten.
Pengeluaran
SPADA Aceh-Nias
Dana Perencanaan yang
telah disalurkan hingga
saat ini (dalam miliar
Rupiah)
2,5
Dana BLM yang telah
dibelanjakan hingga saat
ini (dalam miliar Rupiah)
23,2
Dana BLM yang akan
disalurkan pada tahun
2008 (dalam miliar Rupiah)
140,9
PNPM Mandiri Daerah Tertinggal Khusus Aceh Edisi Oktober 2008
3
telah dilaksanakan oleh empat buah lembaga
masyarakat sipil ternama di Aceh,yaitu RPUK, MISPI,
KKTGA dan LBH Apik, dan sementara dilaksanakan di
18 buah kecamatan di Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh
Utara, Benar Meriah dan Lhoksumawe.
Pada tingkat desa, para tenaga paralegal
memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok
perempuan di dalam meningkatkan pemahaman
hukum mereka dan menyediakan informasi tentang
hak-hak perempuan. Program ini juga memperkuat
kelembagaan hukum dan mekanisme adat agar bisa
membantu mengatasi berbagai permasalahan yang
terkait dengan kaum perempuan. Sebuah Forum Multi-
stakeholder didirikan di setiap kabupaten untuk
memberikan pendidikan hukum dan dukungan bagi
kaum perempuan di dalam menyelesaikan
permasalahan mereka.
Membantu SPADA Mengatasi Ketegangan Pasca
Konflik di Aceh
Program SPADA mendukung upaya pemulihan pasca
konfik dan pasca tsunami di Aceh, akan tetapi
menghadapi tantangan adanya ketegangan yang
diakibatkan oleh konflik yang terjadi di masa lampau.
Hal ini termasuk persaingan di dalam mengakses
pendanaan rekonstruksi dan reintegrasi, upaya untuk
memobilisasi jaringan dukungan politik dan patronase,
dan ketegangan antar etnis di sejumlah daerah
tertentu\. Tim Konflik dan Pembangunan Bank Dunia
bekerjasama dengan Program SPADA melaksanakan
sejumlah kegiatan analisa dan operasional yang
bertujuan untuk meningkatkan lingkungan wilayah
kerja Program SPADA.
Salah satu program yang dilaksanakan adalah
program yang dikelola oleh Search for Common
Ground Indonesia melalui pendanaan dari DFID.
Program ini memanfaatkan media radio untuk
memberdayakan kaum muda di dalam kehidupan
kemasyarakatan. Program yang bernama Program
Radio Pemuda Aceh, mengujicobakan penggunaan
radio sebagai saluran komunikasi dua arah, dimana
informasi dapat didesiminasikan dan memperoleh
tanggapan langsung dari kaum muda. Acara radio ini
disiarkan oleh 12 radio swasta di Aceh, dan terdiri dari
penyiaran rekaman berdurasi 30 menit yang kemudian
dilanjutkan dengan sesi diskusi langsung yang bedurasi
30 menit atau melalui SMS. Hingga saat ini, telah
diselesaikan enam buah rekaman yang dipersiapkan
oleh 12 reporter muda. Semua rekaman ini telah
disiarkan dan program ini akan berlangsung hingga 16
Januari 2009. Program ini sementara mencari peluang
untuk memperluas wilayah kerja melalui kemitraan
dengan radio-radio komunitas.
Kabar Terkini Pengembangan Sektor Swasta:
Pengkajian Pengelolaan Ekonomi di Aceh
Pelaksanaan otonomi daerah telah memberikan
kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah
daerah, yang pada saat ini memiliki peran yang besar
di dalam pengalokasian belanja publik (lebih dari
setengah pembelanjaan pembangunan dikelola di
tingkat daerah) dan di dalam hal pengembangan
lingkungan kebijakan, bukan hanya di Aceh, tetapi
juga di seluruh Indonesia. Pada situasi ini, para
pengambil keputusan memainkan sebuah peran yang
penting di dalam pengembangan iklim usaha dan
menarik investasi, dan oleh karena itu sangatlah
berharga untuk belajar dari praktik-praktik sukses lokal.
Program SPADA telah mulai melakukan penilaian atas pengelolaan ekonomi lokal di Aceh sebagai bagian
dari survei nasional yang komprehensif. Pertanyaan
utama yang menjadi fokus dari Survei Pengelolaan
Ekonomi Lokal adalah: Siapakah pemerintah daerah
yang memiliki pengelolaan ekonomi terbaik?
Pihak Asia Foundation dan Komite Pemantau
Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) telah
melaksanakan survei terhadap 243 kota/kabupaten di
Indonesia untuk Fase I Survei Pengelolaan Ekonomi
Lokal. Melalui Program SPADA, mereka melanjutkan
proses survei mereka di Aceh, untuk membandingkan
pemerintah daerah di Aceh dengan wilayah tetangga
dan lainnya di seluruh Indonesia.
Survei Pengelolaan Ekonomi Lokal merupakan survei
terbesar atas pengelolaan ekonomi terbesar yang
pernah dilaksanakan di Indonesia dan merupakan
salah satu yang terbesar di dunia.
PNPM Mandiri Daerah Tertinggal Khusus Aceh Edisi Oktober 2008
4
10 aspek pengelolaan ekonomi lokal yang dinilai oleh
survei ini adalah:
1. Akses pertanahan dan keamanan hak sewa,
mengingat investor tidak akan berinvestasi
apabila mereka tidak bisa mengakses lahan,
begitu pula bagi investasi yang telah ada saat
ini yang akan dipengaruhi oleh masalah
keamanan hak sewa.
2. Perijinan Usaha dapat mendorong minat
berusaha apabila prosedur yang diterapkan
sederhana dan berbiaya rendah, dan akan
menghambat penetrasi pasar apabila
prosedur yang berlaku rumit dan menyulitkan.
3. Interaksi Pemerintah Daerah dan Pihak Swasra
merupakan hal penting di dalam memastikan
bahwa kebijakan dan investasi publik
memenuhi kebutuhan para investor dan tidak
menghambatan pertumbuhan usaha.
4. Program Pengembangan Usaha yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah dapat
menjadi sebuah mekanisme yang efektif di
dalam memperkenalkan keahlian manajemen
dan keahlian lainnya kepada tenaga kerja
lokal dan strategi untuk menghubungkan
usaha lokal dengan pasar potensial yang ada
di luar.
5. Kapasitas dan Integritas Walikota/Bupati
merupakan hal yang penting untuk
penciptaan kebijakan pemerintah daerah
yang efektif; pemimpin daerah yang jujur dan
kompeten cenderung akan menghasilkan
kebijakan dan program yang ramah bagi
investasi.
6. Pajak Daerah, Retribusi dan Biaya-Biaya
Transaksi Lainnya dapat menjadi beban bagi
perusahaan-perusahaan lokal apabila hanya
digunakan sebagai
sebuah mekanisme untuk memperoleh
pendapatan dari masyarakat daripada untuk
keperluan sumber pendanaan bagi
pelayanan-pelayanan dasar.
7. Prasarana lokal – yaitu penyediaan jalan
daerah yang berkualitas baik, penyediaan
pasokan listrik, penerangan jalan, air bersih dan
telekomunikasi –
merupakan hal yang penting bagi pihak
swasta agar bisa berfungsi secara efektif.
8. Keamanan dan Penyelesaian Konflik,
keberadaan mekanisme untuk penyelesaian
perselisihan usaha akan meningkatkan
kepercayaan sektor usaha untuk berinvestasi
karena merasa dihargai.
9. Peraturan-Peraturan Daerah yang rumit dan
membingungkan dapat menghambat
perekonomian lokal karena penerapan biaya
yang tinggi dan/atau membatasi
perdagangan dan akses ke pasar.
Tujuan Indeks Pengelolaan Ekonomi
Hasil dari survei ini akan digunakan untuk menciptakan
Indeks Pengelolaan Ekonomi (Economic Governance
Index/EGI), yang melakukan pemeringkatan atas mutu
pengelolaan ekonomi.
Indeks Pengelolaan Ekonomi:
• Menginformasikan kepada sektor swasta tentang
lingkungan berusaha di wilayah mereka dengan
perbandingan dengan wilayah lainnya, yang
kemudian akan mendorong adanya tuntutan
untuk peningkatan lingkungan berusaha di wilayah
mereka sendiri.
• Menyediakan sebuah kerangka referensi tentang
praktik-praktik terbaik di tingkat lokal kepada para
pemimpin sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas kebijakan di wilayah mereka; dan
• Menciptakan proses yang proaktif dan bersaing
dengan tujuan untuk meningkatkan lingkungan
berusaha melalui dukungan terhadap perwujudan
pengelolaan ekonomi daerah yang baik. ☼
Untuk informasi lebih lanjut tentang Program PNPM Mandiri Daerah Tertinggal, silahkan menghubungi:
Kementerian Negara Pembangunan
Daerah Tertinggal
Email: [email protected]
National Management Consultants (NMC)
Jl. Tanah Abang V No. 37 B, Jakarta
Telepon: +62-021-3510-004
Email: [email protected]
Peta Provinsi Wilayah Kerja Survei Pengelolaan Ekonomi Daerah