Download - Edi Viskositas Dan Rheologi
1
23 11 31 BAB I 14
PENDAHULUAN1. Latar belakang
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.Beberapa tahun terakhir ini, prinsip dasar rheologi telah digunakan dalam penyelidikan cat, tinta, berbagai adonan, bahan-bahan untuk pembuat jalan, kosmetik, produk hasil peternakan, serta bahan-bahan lain. Penyelidikan viskositas dari cairan sejati, larutan, dan system koloid baik yang encer maupun yang kental jauh lebih bersifat praktis dari pada bernilai teoritis (1). Berdasarkan realita yang terjadi, terdapat banyak mahasiswa yang kurang memahami pentingnya rheologi dan viskositas, khusunya pada cara menentukan viskositas dan rheologi cairan tersebut dengan menggunakan alat penentu viskositas dan Rheologi atau sering disebut Viskometer. Mengenali pentingnya rheologi dalam farmasi dan menyarankan
penerapannya dalam formulasi dan analisis dari produk farmasi tersebut seperti : emulsi, pasta, suppositoria dan penyalutan tablet pabrik pembuat krim obat dan krim kosmetik, pasta, serta lotion harus sanggup menghasilkan suatu produk yang mempunyai konsistensi dan kelembutan yang dapat diterima oleh pemakai(1).
2
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspense, emulsi, lotio, pasta, penyalut tablet dan lain-lain. Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form) sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh(3).Sifat-sifat rheologi dan system farmasetika dapat mempengaruhi kestabilan suatu sediaan yang akan kita buat, sehingga mengakibatkan diperolehnya hasil yang tidak diinginkan, paling tidak dalam karakteristik alirannya. 2. Maksud percobaan Adapun maksud dari percobaan ini agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pentingnya rheologi dan viskositas dalam dunia farmasi. 3. a. b. c. Tujuan percobaan Menerangkan arti viskositas dan rheologi Menggunakan alat-alat penentu viskositas dan rheologi Menentukan viskositas dan rheologi cairan newton dan non-newton
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA II.1. Teori
Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo berarti mengalir, dan logos berarti ilmu. Sehingga rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dalam simbol (3). Sedangkan menurut Martin A.N, Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu), digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Cwarford (seperti dilaporkan oleh Fischer) untuk menggambarkan aliran cairan dan deformasi dari padatan. Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas, akan makin besar tahananya. Seperti akan terlihat nanti, cairan sederhana (biasa) dapat diuraikan dalam istilah viskositas absolute. Tetapi sifat-sifat rheologi dari dispersi heterogen lebih kompleks dan tidak dapat dinyatakan dalam suatu satuan tunggal (1). Sifat-sifat rheologi dari system farmasetika dapat mempengaruhi pemilihan alat yang akan digunakan untuk memproses produk tersebut dalam pabriknya. Lebih-lebihnya lagi tidak adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini akan berakibat diperolehnya hasil yang tidak diinginkan, paling tidak dalam karakteristik alirannya. Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah sbb :
4
1.
System Newton Newton adalah orang yang pertama kali mempelajari sifat-sifat
aliran dari cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa semakin besar viskositas suatu cairan, akan makin besar pula gaya per satuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu (1). Oleh karena itu rate berbanding lurus dengan shearing stress atau F = dv A dr
Dimana adalah koefisien viskositas, biasanya dinyatakan hanya sebagai viskositas saja, Satuan viskositas adalah poise.satuan cgs untuk poise adalah dyne detik cm-2 (yakni dyne detik / cm-2) atau g cm-1 (yakni g/cm detik). satuan-satuan ini dengan mudah didapat dari analisis dimensi dari kooefisien viskositas (1).2.
Sistem Non Newton Ahli farmasi kemungkinan besar lebih sering menghadapi cairan non
newton disbanding dengan cairan biasa. Oleh karena itu mereka harus mempunyai metode yang sesuai untuk mempelajari zat-zat kompleks ini. Non-Newton bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran Newton, dispersi heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspense cair, salep dan produk-produk serupa masuk dalam kelas ini. Jika bahan-bahan non-Newton dianalisis dalam suatu viscometer putar
5
dan hasilnya diplot, diperoleh berbagai kurva konsistensi yang menggambarkan adanya tiga kelas aliran yakni :a.
Aliran Plastis Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong
sumbu shearing stress (atau akan memotong, jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal sebagai harga yield (1). Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang terflokulasi dalam suspense pekat. Akibatnya, terbentuk struktur kontinu di seluruh system. Adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh gaya van der waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin banyak suspense yang terflokulasi, makin tinggi yield valuenya. Kekuatan friksi antara partikel-partikel yang bergerak dapat juga member andil pada yield value tersebut. Pada hakikatnya, suatu system plastis menyerupai system newton pada shear stress di atas yield value (1).b.
Aliran Pseudoplastis Sebagai aturan umum, aliran psedouplastis diperlihatkan oleh
polimer-polimer dalam larutan, yang merupakan kebalikan dari system plastis, yang tersusun dari partikel-partikel yang terflokulasi dalam suspensi. Kurva konsistensi untuk bahan pseudoplastis mulai pada
6
titik (0,0), atau paling tidak mendekatinya pada rate of shear rendah. Akibatnya berlawanan dengan Bingham bodies, tidak ada yield value. Tapi karena tidak ada bagian kurva yang linier, maka kita tidak dapat menyatakan viskositas dari suatu bahan pseudoplastis dengan suatu harga tunggal.c.
Aliran Dilatan Suspensi-suspensi tertentu dengan persentase zat padat
terdispers yang tinggi menunjukan peningkatan dalam daya hambat untuk mengalir dengan meningkatnya rate of shear. Pada system seperti itu sebenarnya volumenya meningkat jika terjadi shear dan oleh karena itu diberi istilah dilatan. Tipe aliran ini merupakan kebalikan dari tipe yang dipunyai oleh system pseudoplastis. Zat-zat yang mempunyai sifat-sifat aliran dilatan adalah suspensi-suspensi yang berkonsentrasi tinggi (kira-kira 50% atau lebih) dari partikel-partikel kecil yang mengalami deflokulasi (1). Ketiga aliran di atas tersebut termasuk pada aliran non-newton yang tidak dipengaruhi oleh waktu. Sedangkan aliran non-newton yang dipengaruhi oleh waktu meliputi :a.
Aliran tiksotropik Pada aliran tiksotropik, kurva menurun berada disebelah kiri
kurva naik. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan struktur yang tidak dapat kembali ke keadaan semula dengan segera apabila
7
tekanan dikurangi. Gejala ini umumnya dijumpai pada zat yang mempunyai aliran plastic dan pseudoplastik (2).b.
Aliran rheopeksi Pada aliran rheopeksi kurva menurun berada disebelah kanan
kurva naik. Hal ini terjadi karena pengocokan yang perlahan-lahan dengan teratur akan mempercepat memadati suatu system dilatan. Aliran ini disebut anti tiksotropik(2).c.
Aliran viskoelastik Pada aliran viskoelastik ini, jika cairan diberi tekanan di atas
yield value static, maka cairan tersebut akan mengalir sebagai cairan, dan apabila tekanan dihilangkan system tidak kembali dengan sempurna ke keadaan semula(2). Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas dan reologi suatu zat disebut viscometer. Ada dua jenis viscometer yaitu :a. Viskometer satu titik
Viskometer ini bekerja pada satu titik kecepatan geser saja, sehingga hanya dihasilkan satu titik pada reogram. Ekstrapolasi dari titik ini ke titik nol akan menghasilkan garis lurus. Alat ini hanya digunakan untuk menentukan viskositas cairan Newton. Contoh alat ini yaitu : Viskometer kapiler, viscometer bola jatuh, penetrometer, palte plastometer dan lain-lain
8
b. Viskometer banyak titik
Pada jenis ini pengukuran dapat dilakukan pada beberapa harga kecepatan geser sehingga dapat diperoleh rheologram yang sempurna. Viskometer seperti ini dapat digunakan untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan non Newton(2).
II.2.
Uraian Bahan
II.2.1 Air (FI edisi III, halaman 96) Nama latin Sinonim Rumus molekul Pemerian : AQUA DESTILATA : air suling, aqua dest : H2O : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa Kegunaan : sebagai zat tambahan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik II.1.2 Darah Darah merupakan cairan yang terdiri dari plasma (cairan bening) dan sel-sel darah (sel darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah). Adanya sel-sel darah menyebabkan adanya semacam pergeseran intern
9
(internal
friction)
diantara
lapisan
yang
berdampingan
sehingga
menyebabkan adanya sifat viskositas darah. Viskositas darah normal = 3-4 kali viskositas air. Viskositas plasma darah = 1,5-2 kali viskositas air. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas daraha.
Volume hematokrit (volume sel darah merah): volume yang meningkat akan diikuti viskositas darah yang
hematokrit meningkat.b.
Kadar protein plasma: bila kadarnya naik maka viskositas
naik dan sebaliknya.c. d.
Suhu tubuh: bila suhu tubuh naik, viskositas turun. Kecepatan aliran darah: bila kecepatan aliran darah turun
maka viskositas naik.e.
Diameter pembuluh darah: bila diameter pembuluh darah
kurang dari 1,5 mm, maka viskositas darah turun. Hal ini dikenal sebagai Fahreus-Lindquist effect. Di dalam pembuluh darah kecil dimana darah mengalir lambat, maka d) dan e) bekerja saling berlawanan. II.2.3 Bensin Bahan bakar diperoleh dengan cara penyulingan (destilasi), atau pemecahan minyak bumi, atau minyak mentah. Minyak mentah adalah
10
cairan coklat tua yang merupakan gabungan dan sejumlah besar campuran. Yang termasuk dalam bahan bakar ini antara lain bensin, minyak tanah, dan solar. Elemen kimia utama yang membentuk campuran ini adalah hidrogen dan karbon. Jumlah hidrogen dalam campuran bervariasi dari 11-15% berat dan isinya adalah karbon. Minyak mentah yang ditemukan mengandung bensin atau minyak ringan, sejumlah banyak lilin paraffin dan sangat sedikit bahan aspal. Setelah penyulingan minyak mentah residunya terdiri atas lain paraffin, oleh karenanya disebut minyak mengandung paraffin.1. Suspensi
Emulsi menurut farmakope Indonesia Edisi IV yaitu, system dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil.
2. Emulsi
Gel menurut FI IV, yaitu system semi padat terdiri dari suspense, yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar, terpenetrasi suatu cairan.
11
BAB III METODE KERJA III.1. Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang Digunakan
12
1.
Viskometer Kapiler
Keterangan gambar : 1. Kaki pengukur 2. Kaki berdiameter besar 3. Bola penampung contoh 4. Garis batas bawah 5. Garis batas atas 6. Bola tempat contoh
2.
Viskometer Brookfield
13
Atau
III.2.
Bahan yang digunakan
1. Air 2. Darah
14
3. Bensin 4. Suspensi 5. Emulsi III.3. Cara kerja
III.3.1 Menggunakan viskometer kapiler a. Percobaan Viskositas 1. Disiapkan alat viscometer kapiler dan air yang akan dihitung
viskositasnya.2. Dimasukkan air kedalam secukupnya, air dinaikkan lebih tinggi dari
tanda paling atas kapiler.3. Stopwatch dihidupkan
saat melewati tanda paling atas kapiler.
Biarkan air mengalir sampai tanda paling bawah. Pada saat air sampai pada batas ini, stopwatch dimatikan dan waktu alir bisa ditentukan. Catatan : Diulangi percobaan ini sampai 3 kali. dilakukan masingmasing 3 kali. Percobaan untuk zat lain yaitu air, bensin, dan darah. III.3.2 Menggunakan Viskometer BrookField a. Percobaan Viskositas1. Dipasang spindel nomor 3 pada gantungan spindel 2. Dimasukkan 100 ml suspensi kedalam gelas piala 3. Diturunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup
ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya
15
4. Dipasang stop kontak 5. Dinyalakan motor sambil menekan tombol 6. Dibiarkan spindel berputar dengan kecepatan 50 RPM dan dilihat
jarum merah pada skala7. Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut (untuk
menghitung viskositas maka angka pembacaan tersebut dikalikan dengan factor koreksi dimana Fk untuk spindel no 3 adalah 17,5). Catatan : Pengukuran Gel dilakukan sama seperti percobaan dengan menggunakan suspensi. b. Percobaan Rheologi1. Dipasang spindel nomor 3 pada gantungan spindel 2. Dimasukkan 100 ml suspensi kedalam gelas piala 3. Diturunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup
kedalam cairan yang akan diukur viskositasnya4. Dipasang stop kontak 5. Dibiarkan spindel berputar dengan kecepatan rendah ke tinggi
(2,4,10,20,50,100
RPM)
kemudian
dari
tinggi
ke
rendah
(100,50,20,10,4,2). Dan dicatat angka yang ditujukkan oleh jarum pada setiap RPM.6. Nilai yang diperoleh diolah kemudian diplot ke kurva untuk
mendapatkan gambar aliran.
16
Catatan : Pengukuran untuk gel dilakukan sama seperti percobaan dengan menggunakan suspensi.BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1.
Hasil pengamatan
IV.1.1 Tebel Hasil Pengamatana. Data hasil pengamatan Viskometer kapiler
Nama No sampel 1 2 3 Darah Bensin Air I 7,5 5,0 6,5
Waktu yang dibutuhkan II 7,0 5,5 6,5 III 7,5 5,5 6,5 Rata-rata 7,3 5,3 6,5
b. Data hasil pengamatan Viskometer Brookfield Sampel 100 ml dimasukkan ke dalam gelas piala, diukur viskositas dengan no spindle dan FK (factor koreksi) = 12,5 Nilai yang terbaca No 1 2 Nama sampel I Suspensi Emulsi 12,5 15 II 13 15 III 12,5 15,5 12,6 15,2 Rata-Rata
17
c. data hasil pengamatan rheologi Kecepatan Sampel 2 RPM Suspensi 500 500 Emulsi 0 0 4 RPM 1000 500 500 500 Tekanan geser (cps) 10 RPM 1500 1000 1500 1000 20 RPM 2500 2000 2000 2500 50 RPM 3000 2000 3000 3000 100 RPM 3500 3500 3000 3000 Dari 2 RPM ke 100 RPM Dari 100 RPM ke 2 RPM Dari 2 RPM ke 100 RPM Dari 100 RPM ke 2 RPM Ket
IV.1.2 Pengolahan Hasil Pengamatan1. Data hasil pengamatan Viskometer kapiler
Nama No sampel 1 2 3 Air Darah Bensin I 6,5 7,5 5,0
Waktu yang dibutuhkan II 6,5 7,0 5,5 III 6,5 7,5 5,5 Rata-rata 6,5 7,3 5,3
Diketahui bobot jenis zat cair dari setiap sampel yang digunakan yakni masing-masing :1. Air : 1,00 x 103 kg/m3 = 1 gr/cm3
18
2. Darah : 1,06 x 103 kg/m3 = 1,06 gr/cm3 3. Bensin : 0,68 x 103 kg/m3 = 0,68 gr/cm3
Berdasarkan hokum Poiseille, di dapatkan data berikut ini yaitu jari-jari bagian dalam kapiler adalah 0,2 cm, tekanan udara 10 dyne/cm2, panjang kapiler adalah 15 cm, dan volum cairan yang mengalir adalah 10 ml.1. Air
Dik
: r = 10 mm = 1cm = 1 gr/cm3 P = 10 dyne/cm2 I = 10 cm t = 6,5 sekon v = 15 mL
Dit Peny
: = ??? :=r4.t .P 8lv
=
14 x 6,5 x 1 x 10 8x10x15
=
651200
= 0,05416667 poise = 0,054 poise
19
2. Darah
Dik
: r = 1 cm = 1,06 gr/cm3 P = 10 dyne/cm2 I = 10 cm t = 7,3 sekon v = 15 mL
Dit Peny
: = ? : = r4r4.t .P 8lv
= 141
4 x 7,3 x 1,06 x 10 8 x 10 x 15
= 77,381200 = 0,06448333 poise = 0,06 poise 3. Bensin
Dik
: r = 1 cm = 0,68 gr/cm3 P = 10 dyne/cm2 I = 10 cm t = 5,3 sekon
20
v = 15 mL Dit Peny : = ? : = r4r4.t .P 8lv
= 141
4 x 5,3 x 0,68 x 10 8 x 10 x 15
= 36,041200 = 0,03003333 poise = 0,03 poise
2. Data hasil pengamatan Viskometer Brookfield Sampel 100 ml dimasukkan ke dalam gelas piala, diukur viskositas dengan kecepatan RPM 50 dan FK (factor koreksi) = 17,5 Nilai yang terbaca No 1 2 Nama sampel I Suspensi Emulsi 12,5 15 II 13 15 III 12,5 15,5 12,6 15,2 Rata-Rata
Dik : Faktor Koreksi : 17,5a. Viskositas Suspensi
= Nilai yang terbaca x Faktor Koreksi = 12,6 x 12,5 = 157,5 cps
21
= 1,575 poiseb. Viskositas Emulsi
= Nilai yang terbaca x Faktor Koreksi = 15,2 x 12,5 = 190 cps = 1,90 poise
3. data hasil pengamatan rheologi Kecepatan Sampel Suspensi 2 1000 1000 Suspensi 0 4 4000 2000 2000 Tekanan geser (dyne/cm2) 10 15000 10000 15000 20 50000 40000 40000 50 150000 100000 150000 100 350000 350000 300000 Dari 2 RPM ke 100 RPM Dari 100 RPM ke 2 RPM Dari 2 RPM ke 100 RPM
Keterangan
22
0
2000
10000
50000
150000
300000
Dari 100 RPM ke 2 RPM
Sehingga terbentuk kurva : d. Emulsi
e.
suspensi
IV.2.
Pembahasan Sifat-sifat rheologi dari sistem farmasetik dapat mempengaruhi pemilihan alat yang digunakan untuk memproses produk tersebut dalam pabriknya (1). pada percobaan kali ini, kita melakukan pengukuran viskositas air, darah, dan bensin dilakukan dengan menggunakan viskometer kapiler. Sedangkan untuk menentukan sifat alir suatu sediaan suspensi dan emulsi Digunakan viskometer Brookfield. Sesuai data yang diperoleh pada viskometer kapiler, didapati viskositas darah yaitu 0,06 poise, yang merupakan viskositas paling tinggi dari ke tiga cairan tersebut. Hal ini dibenarkan oleh teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi viskositas suatu cairan, maka semakin lambat cairan tersebut untuk mengalir. Jadi pada percobaan ini, viskositas yang paling tinggi adalah
23
viskositas darah, selanjutnya viskositas air yaitu 0,054 poise dan yang paling rendah adalah viskositas bensin yaitu 0,03 poise. Pada viskometer Brookfield, percobaan dilakukan pada sifat alir terhadap suatu sediaan suspensi dan emulsi. Dari data pengamatan diperoleh hasil viskositas suspensi adalah 1,575 poise, dan viskositas emulsi adalah 1,90 poise. Jadi dari kedua sediaan tersebut yang memiliki kekentalan atau viskositas yang tinggi adalah emulsi dan yang terendah adalah suspensi. Menurut Ansel, Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Kerapatan partikel (zat terlarut) umumnya lebih besar dari pada kerapatan zat pembawanya. Sesuai sifat alir suatu cairan
yang menunjukan aliran newton yaitu aliran plastis, pseudoplastis, dan dilatan, serta aliran non newton yaitu aliran tiksotropik, rheopeksi, dan aliran viskoelastik, maka dari hasil percobaan pada sediaan Suspensi menunjukan sifat aliran Tiksotropik, dimana kurva menurun berada disebelah kiri kurva naik, hal ini disebkan karena terjadinya perubahan struktur yang tidak dapat kembali ke keadaan semula dengan segera apabila tekanan dikurangi.. Adapun gambar kurva dari aliran ini adalah :
24
Sedangkan hasil percobaan pada sediaan Emulsi menunjukan sifat aliran Dilatan dimana terjadi peningkatan dalam daya hambat untuk mengalir dengan meningkatnya rate of share. Zat-zat yang mempunyai sifat-sifat aliran dilatan adalah suspensi-suspensi yang berkonsentrasi tinggi (kira-kira 50% atau lebih) dari partikel-partikel kecil yang menghalami deflokulasi.
25
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Dan Saran V.1.1 Kesimpulan 1. Viskositas air, darah, bensin setelah diukur dengan viskometr kapiler adalah Air = 0,54 poise, Darah = 0,06 poise, Bensin = 0,03 poise. 2. Viskositas suspensi dan emulsi setelah diukur dengan viskometer Brookfield adalah suspense = 1,575 poise dan emulsi = 1,90 poise. 3. Sifat aliran suspensi dan Emulsi setelah diukur dengan viskometer Brookfield hasilnya sediaan suspensi memiliki sifat aliran tiksotropik sedangkan sediaan emulsi memiliki sifat aliran dilatan. V.1.2 Saran Dalam melakukan praktikum ini diharapkan praktikan dapat lebih akurat dalam melakukan pengukuran, karena keakuratan pengukuran tersebut akan sangat menentukan nilai perhitungan viskositas suatu cairan yang berpengaruh pada sifat aliran suatu cairan tersebut. Selain itu diharapkan untuk praktikum selanjutnya tidak terdapat keterbatasan alat di laboratorium ini, sehingga praktikum dapat dilaksanakan dengan baik dan sempurna.
26
DAFTAR PUSTAKA 1. Martin Alred, Swarbick James, Cammarata Arthur. 2008. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid 2. Universitas Indonesia. Jakarta 2. Tungadi Robert, S..SI, M.Si, APT. 2010. penuntun praktikum Farmasi Fisik. Universitas Negeri Gorontalo. 3. http://www.brookfieldengineering.com 4. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta5. http://kurkum13.blogspot.com/2009_11_01_archive.html 6. http://www.productsdb.com/perusahaan.php?
pid=597&sct=produkdetail&prid=18807. http://www.google.co.id/imglanding?q=gambar+viskometer+kapiler 8. http://www.infodokterku.com