Download - E-BOOK PANCASILA مالك
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
1
E-BOOK PANCASILA
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Semester I
Matkul Pancasila
Dosen Pembimbing : Jarot Wahyudi
Disusun Oleh :
Malik Arrozzaq 13150049
Sastra Inggris
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
1
PENDAHULUAN
Penyusunan e-book ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan dalam mempelajari
materi-materi mata kuliah pancasila selama semester 1,dan juga sebagai sumber
bacaan atau referensi. Di sini saya menulisakan 10 topik, yaitu :
1. Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Hal. 2 )
2. Civic Skills, Soft Skills, dan Ketrampilan Berwarganegara (Hal. 3)
3. Manajemen Waktu dan Meningkatkan Motivasi (Hal.4 )
4. Kuliah Lapanagan Ke Monjali (Hal. 5 )
5. Ringkasan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 (Hal.7 )
6. Pancasila dan Keberlanjutan NKRI (Hal. 8)
7. Filsafat Pancasila dan Identitas Nasional (Hal. 10 )
8. Hak Azasi Manusia (Hal. 11 )
9. Demokrasi (Hal. 12 )
10. Digital Citizenship (Hal. 13 )
Pendidikan pancasila sangatlah penting untuk dapat membentuk karakter
kebangsaan atau kepribadian manusia Indonesia yang kuat dan beradab. Oleh
karena itu pendidikan Pancasila wajib diberikan mulai dari sekolah tingkat dasar
sampai ke perguruan tinngi. Tetapi Pendidikan Pancasila harus dimaknai dengan
benar bukan sekedar hanya menghafal dan memahami makna-makna dalam
Pancasila tapi juga harus mampu dalam menjabarkan dan menerapkannnya dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat sampai dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan dalam pergaulan internasional
sekalipun.
Dalam era globalisasi seperti sekarang dimana arus informasi mengalir tanpa henti
dan batas-batas Negara seolah tiada,yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat memudarkan dan menghancurkan semangat kebangsaan. Dalam menghadapi
hal ini dibutuhkan suatu kekuatan yang dapat mencegah rapuhnya atau hancurnya
wawasan warganegara dalam berbangsa dan bernegara. Kekuatan yang dimaksud
disini bukanlah kekutan fisik tetapi ialah kekuatan non fisik yang dapat
mempersatukan seluruh warga Negara Indonesia dalam satu jalan dan satu visi.
Kekuatan itu ialah Pancasila.
Bangsa Indonesia bukanlah suatu bangsa yang hanya terditi atas satu suku, satu
bahasa, satu budaya,satu pemikiran, tetapi bangsa Indonesia adalah suatu bangsa
yang terdiri dari beragam suku bangsa, beragan bahasa, beragam budaya, dan
beragam kepercayaan, yang saling bersatu untuk membentuk suatu bangsa dan
bersatu untuk mencapai satu tujuan bersama. Sabagaimana semboyan yang tertera
pada “Garuda Pancasila”, Bhinneka tunggal ika yang berarti walau berbeda-beda
tetap satu. Satu ideology, satu Negara, satu bangsa Indonesia.
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
2
Pengantar Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Perbedaan pendidikan pancasila di sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan
perguruan tinngi. Cakupan materi pancasila di SLTA meliputi :
1. Historis yaitu mempelajari sejarah pancasila mulai dari lahirnya pancasila
sampai perkembangannya dimasa sekarang.
2. Yuridis yaitu mempelajari pancasila dari aspek hukum sebagai ideology
Negara
3. Filosofis yaitu mempelajari nilai-nilai,kandungan,dll yang terdapat dalam
pancasila
4. Sosiologis yaitu mempelajari aspek social dalam penerapan pancasila di
masyarakat.
Sedangkan di perguruan tinggi pendidikan pancasila bertujuan untuk membentuk
mahasiswa sebagai warga Negara yang baik. Yang meliputi segala aspek baik dari
aspek kognitif (wawasan kewarganegaraan) , psikomotor (keterampilan
kewarganegaraan) ,afektif (sikap dan tanggung jawab). Sehingga akan
mewujudkan warga Negara yang cerdas dan baik,memilki komitmen bela
Negara,percaya diri sebagai bangsa, dan berpartisipasi dalam kehidupan social dan
politik.
Pendidikan kewarganegaraan sangatlah penting karena sehebat dan secerdas
apapun sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa tanpa didasari dan dibekali
pendidikan kewarganegaraan tentu tidak akan dapat berkontribusi secara maksimal
dalam memajukan bangsa tersebut. Oleh karena itu dalam kurikulum pendidikan
nasional Republik Indonesia, pendidikan kewarganegaraan termasuk salah satu
yang diwajibkan baik pada tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinngi.
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
3
Civic Skills, Soft Skills, dan Ketrampilan
Berwarganegara
Yang membuat seseorang sukses adalah izin tuhan dan soft skills (kemampuan
interaksi social). Tujuan belajar soft skills adalah untuk melatih komunikasi.
Setelah lulus saya akan kerja untuk dapat mewujudkan keinginan pribadi dan
kedua orang tua.
Hidup harus punya tujuan dan arah yang jelas.
Apa yang sebenarnya saya inginkan? Yang sebenarnya saya inginkan adalah
membanggakan dan membahagiakan kedua orang tua.
Seperti apakah saya 5 tahun dari sekarang? Lulus dalam waktu 3.5 tahun dan
menjadi lulusan yang terbaik, kerja disebuah perusahaan/instansi
ternama,menikah.
Seperti apakah saya 10 tahun dari sekarang? Memberangkatkan kedua orang tua
ketanah suci untuk naik haji,lulus sampai S3,merenovasi rumah, membantu dan
mengembangkan masyarakat disekitarku,dan semua yang dapat membanggakan
dan membahagiakan kedua orang tua.
Sukses adalah ketika saya sudah bisa membahagiakan dan membanggakan
kedua orang tua.
7 area soft skill :
1. Communication skill
2. Organization skill
3. Leadership
4. Logic
5. Effort
6. Group skills
7. Ethics
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
4
Manajemen Waktu dan Meningkatkan Motivasi
I. Pekerjaan Penting dan mendesak
1. Mengerjakan tugas dari dosen yang harus dikumpulkan esok hari
2. Mempersiapkan materi untuk presentasi esok hari
3. Makan ketika lapar
4. Menghadiri kerja kelompok yang sudah ditentukan jadwalnya
5. Memperbaiki motor yang rusak untuk berangkat ke kampus.
II. Pekerjaan Tidak Penting tapi Mendesak
1. Tidak bisa menolak ajakan teman untuk main game
2. Jalan-jalan yang tidak jelas tujuannya/tidak penting
3. Telepon yang tidak penting
4. Tidak bisa menolak teman yang minta tolong sesuatu padahal kita
sendiri sedang mengerjakan tugas
5. Melayani teman yang mengajak ngobrol saat jam kuliah
III. Pekerjaan Penting tapi Tidak Mendesak
1. Belajar secara teratur
2. Olahraga secara teratur
3. Ikut berorganisasi
4. Menyelesaikan pekerjaan sebelum batas waktu
5. Bersosialisasi dengan linkungan sekitar
IV. Pekerjaan Tidak Penting dan Tidak Mendesak
1. Terlalu banyak main games
2. Terlalu banyak nonton tv
3. Terlalu banyak ngobrol
4. Kebanyakan tidur
5. Terlalu banyak/sering bermain social media seperti : facebook,
twitter,dll.
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
5
kuliah Lapanagan Ke Monjali
Jasmerah (Jangan Sekali-kali melupakan sejarah), merupakan pesan presiden Soekarno
kepada seluruh rakyat Indonesia utamanya kepada para pemuda dan mahasiswa agar tidak
melupakan sejarah perjuangan bangsa. Sebab pengetahuan terhadap sejarah bangsa
sangatlah penting agar ketika pemuda/mahasiswa sudah jadi pemimpin, dapat meniru
semangat perjuangan para pahlawan.
Jaman Belanda ada kerja paksa, buat jalan dari anyer – panarukan, dikenal dengan jalan
deandeles, jalur pantai selatan. Ada tanam paksa, tanam tebu, sawah rakyat ditanami tebu,
belanda buat pabrik gula. Produksi gula dibawa ke negeri Belanda. Di Jogya, ada tempat
olahraga: Bale Mataram, di temat itu ada larangan, vorboden, larangan untuk orang
pribumi masuk. Memang Belanda ini penjajah, olah raga saja tidak boleh. Kita ini bangsa
rendah, direndahkan oleh Belanda. Kemudian jaman Jepang. Lebih jelek lagi. Bapak-
bapak kita dulu pakai celana goni. Ibu-ibu pake kain Bagor, dari karet.
Situasi jaman dahulu tidak ada orang bahagia, adanya pengorbanan. Ikrarnya: bela negara,
bela anak cucu kita. Balas jasa kita dengan prestasi. Target nilai nilai cumlaude.
Terimakasih pada pahlawan tidak hanya dengan ucapan tetapi dengan prestasi. Hargai jasa
pahlawan. Tidak ada pahlawan tidak ada Indonesia. Saya harus berhasil, rawe-rawe rantas,
malang-malang putung.
Sejarah Monjali. Gagasan Bapak Ruslan Abdul Ghani. Menghadap walikota Jogya,
sampaika ke Sultan ke 9, gagasan untuk membangun museum. Sultan panggil Walikota
utuk melaksanakan. Lalu panggil semua komponen: 8 juni 1983 tempatnya di gedung
agung, semua komponen dimintai pendapat. Monjali dibangun 29 Juni 1985, peletakan
batu pertama oleh Sultan HB IX.
Dibangun selama 4 tahun, 6 Juli 1989 diresmikan oleh Soeharto. Arsitek Baskoro Tedjo,
ITB Bandung kerjasama dengan Arsitek Gadjah Mada, Ir Slamet. Biaya pembangunan 9.5
m dr para dermawan, tidak tahu siapa mereka. Seniman dr Bapak Edi Sunarso, ISI Jogya.
Luas tanah 5 hektare. Di dusun Jonggang, Bangunan berupa kerucut, bukan Joglo. Ini
lambang gunung melestarikan tradisi nenek moyang kita jaman pra sejarah. Gunung
artinya melestarikan budaya nenek moyang jaman pra sejarah. Tinggi 31, 8cm. Kolam
maknanya kesucian, berjuang murni untuk memerdekakan anak cucu bangsa.Terdiri 3
lantai: lantai 1 museum, mushola, aula, kantor. Berisi barang-barang bukti sejarah
perjuangan bangsa. Luar relief, 40 adegan perjuangan. Jenderal Sudirman yang memimpin
perang, padahal tdk sekolah tentera, perang gerilya. Pak Dirman itu guru Madrasah
Tsanawiyah, Pak Dirman mengajar di gondomanan. Garbha graha, bagian dalam rumah,
khsus untuk berdoa, mendoakan arwah para pejuang dan korban. Duplikat bendera besar
Atas samping barat ada relief,
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
6
tangan dan batu ruji, ini simbul perang fisik, atau perang gerilya. Jogya kembali terwujud
berkat perjuangan fisik dan diplomatik. Gapura 1 9 4 9 ternyata ini tahun bhw di Jogya
terjadi peristiwa Jogya kembali. Monumen punya pintu 4. ditulisi: orag asing boleh masuk.
Dibalik logo terdapat nama pahlawan sebanyak 420 orang. Orang-orang nyangkul pun
dianggap musuh. Waktu itu ada jenazah yang tidak ada identitasnya, inilah pahlawan yg
tdk dikenal. Yang dikenal hanya sedikit, banyak pahlawan yg tdk dikenal. Mari Kita
tingkatkan patriotisme dan nasionalisme.
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
7
Ringkasan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945
Menjelang kekalahannya tentara pendudukan jepang berusaha menarik dukungan rakyat
Indonesia, dengan membentuk BPUPKI (badan penyelidik usaha-usaha persiapan
kemerdekaan indonesia). Yang bertujuan mempelajari dan menyelidiki hal penting
berhubungan dengan pembentukan negara Indonesia medeka atau mempersiapkan hal-hal
penting mengenai tata pemerintahan Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka diadakanlah sidang/rapat pada tanggal 29 mei- 1 juni 1945, untuk menyusun dasar
negara indonesia merdeka.
Acara sidang adalah mendengarkan pidato dari beberapa tokoh pergerakan namun belum
ada yang memenuhi syarat untuk dijadikan dasar negara menuju Indonesia Merdeka.
Hingga pada tanggal 1 juni 1945 bung karno menyampaikan pidatonya tentang dasar
negara indonesia merdeka yang dinamakan pancasila. Berikut sedikit ringkasannya :
Pidato 1 Juni 1945 oleh presiden RI pertama Ir. Sukarno memaparkan sebab-sebab dan apa
filsafat (Weltanschauung) dari negara Indonesia. Pidato ini memaparkan bahwa Pancasila
(panca = lima, sila = dasar/asas) merupakan Philosofische grondslag (dasar falsafah
negara).
Bung Karno memaparkan pada awal pidato bahwa Indonesia haruslah merdeka terlebih
dahulu, sebelum memperbaiki detail-detail kemerdekaan. Dalam rapat Dokuritu Zyunbi
Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) ada kehendak
untuk mengurus segala detail mencapai kemerdekaan, sebelum akhirnya Indonesia benar-
benar merdeka. Bung Karno memiliki pandangan yang berbeda, menurut beliau
kemerdekaan merupakan jembatan emas yang diseberangnya akan dimerdekakan setiap
individu dari bangsa Indonesia.
Bung Karno mengatakan beberapa hal yang penting, bahwa sebuah kemerdekaan akan
benar-benar tercapai apabila didalam diri setiap individu hatinya sudah merdeka. Sebuah
bangsa berada pada lingkungan geo-politik tertentu (berasal dari ujung Sumatra hingga
Irian), apabila hanya didasarkan pada kesamaan nasib dan kehendak bersatu, maka yang
terjadi hanya persatuan didalam suku bangsa, seperti suku Minangkabau, suku Pasundan,
dll. Berpijak pada gambaran diatas, maka sila pertama yang paling penting bagi Bung
Karno adalah (1) Kebangsaan . Tetapi bukan kebangsaan yang chauvinisme (sangat
mengagung-agungkan bangsanya sendiri dan merendahkan bangsa lain). Oleh karenanya
gagasan Bung Karno yang kedua adalah (2)Internasionalisme (Peri Kemanusiaan). Bung
Karno berpendapat tidak ada Internasionalisme yang tidak berakar pada nasionalisme.
Pilar ketiga yang digagas adalah (3) Mufakat (Demokrasi) yakni sebuah keputusan
bersama harus dibahas di badan perwakilan rakyat, karena disanalah tempat dimana
tuntutan-tuntutan dikemukakan. Pilar keempat adalah (4) Kesejahteraan Sosial yang
mengacu pada demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Pilar yang terakhir adalah (5)
bertaqwa terhadap Tuhan YME.
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
8
Bung Karno kembali mengemukakan bahwa apabila Trisila tidak begitu pas dihati, maka
dapat diperas kembali menjadi Ekasila, yakni : Gotong Royong. Didalam gotong royong
tersebut ada interaksi antara suku bangsa dan kuatnya prinsip-prinsip kepentingan umum
dibandingkan dengan kepentingan golongan yang keluar dari proses musyawarah mufakat.
Pancasila dan keberlanjutan nkri
Negara kebangsaan Indonesia terbentuk dengan ciri yang amat unik dan spesifik. Berbeda
dengan Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Yunani, yang menjadi suatu negara bangsa karena
kesamaan bahasa. Atau Australia, India, Sri Lanka, Singapura, yang menjadi satu bangsa
karena kesamaan daratan. Atau Jepang, Korea, dan negara-negara di Timur Tengah, yang
menjadi satu negara karena kesamaan ras.
Indonesia menjadi satu negara bangsa meski terdiri dari banyak bahasa, etnik, ras, dan
kepulauan. Hal itu terwujud karena kesamaan sejarah masa lalu; nyaris kesamaan wilayah
selama 500 tahun Kerajaan Sriwijaya dan 300 tahun Kerajaan Majapahit dan sama-sama
350 tahun dijajah Belanda serta 3,5 tahun oleh Jepang.
Pancasila merupakan sublimasi dari pandangan hidup dan nilai-nilai budaya yang
menyatukan masyarakat kita yang beragam suku, ras, bahasa, agama, pulau, menjadi
bangsa yang satu, Indonesia.
Paradigma fungsi
Sosiolog Talcott Parsons dalam buku Social System menyatakan, jika suatu masyarakat
ingin tetap eksis dan lestari, ada empat paradigma fungsi (function paradigm) yang harus
terus dilaksanakan oleh masyarakat bersangkutan.
Pertama, pattern maintenance, kemampuan memelihara sistem nilai budaya yang dianut
karena budaya adalah endapan perilaku manusia. Kedua, kemampuan masyarakat
beradaptasi dengan dunia yang berubah dengan cepat. Sejarah membuktikan banyak
peradaban masyarakat yang telah hilang karena tidak mampu beradaptasi dengan
perubahan dunia. Ketiga, adanya fungsi integrasi dari unsur-unsur masyarakat yang
beragam secara terus-menerus sehingga terbentuk kekuatan sentripetal yang kian
menyatukan masyarakat itu.
Keempat, masyarakat perlu memiliki goal attainment atau tujuan bersama yang dari masa
ke masa bertransformasi karena terus diperbaiki oleh dinamika masyarakatnya dan oleh
para pemimpinnya.
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
9
Jika negara kebangsaan Indonesia terbentuk oleh kesamaan sejarah masa lalu, maka ke
depan perlu dimantapkan oleh kesamaan cita-cita, pandangan, harapan, dan tujuan tentang
masa depannya.
Pudarnya ideologi Pancasila
Dalam perspektif negara bangsa, empat function paradigm Parson yang harus terus
dilaksanakan masyarakat Indonesia agar dapat hidup dan berkembang, kerangka
sistemiknya termanifestasikan (terkristalisasi) dalam Pancasila yang merupakan
Weltanschauung bangsa Indonesia.
Akhir-akhir ini, terasa pamor Pancasila sedang menurun. Pancasila juga dapat dipandang
sebagai ideologi negara kebangsaan Indonesia. Mustafa Rejai dalam buku Political
Ideologies menyatakan, ideologi itu tidak pernah mati, yang terjadi adalah emergence
(kemunculan), decline (kemunduran), dan resurgence of ideologies (kebangkitan kembali
suatu ideologi). Tampaknya, sejak awal reformasi hingga saat ini sedang terjadi declining
(kemunduran) pamor ideologi Pancasila seiring meningkatnya liberalisasi dan
demokratisasi dunia.
Sosialisasi Pancasila di masa lalu, di mana yang mengikuti penataran memperoleh
sertifikat dan menjadi persyaratan dalam promosi jabatan, telah menjadikan Pancasila
hafalan, dan tidak mewujud secara substansial pada perikehidupan sehari-hari
masyarakatnya.
Membangkitkan kembali ideologi Pancasila
Agar Pancasila sebagai ideologi bangsa tetap mempunyai semangat untuk diperjuangkan,
kita perlu menerima kenyataan belum diterimanya Pancasila oleh semua pihak. Dunia juga
tampak belum yakin pada kelangsungan dan kemajuan sebuah negara bangsa bernama
Indonesia.
Pancasila perlu disosialisasikan agar dipahami oleh dunia sebagai landasan filosofis
bangsa Indonesia dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan dirinya menjadi
bangsa yang sejahtera dan modern.
Sebagai ideologi nasional, ia harus diperjuangkan untuk diterima kebenarannya melewati
batas-batas negara bangsa kita sendiri. Tentu bentuk perjuangan ideologi pada waktu ini
berbeda dengan zaman berbenturannya nasionalisme dengan imperialisme, sosialisme
dengan kapitalisme, dan antara demokrasi dengan totaliterianisme. Keberhasilan Pancasila
sebagai suatu ideologi akan diukur dari terwujudnya kemajuan yang pesat, kesejahteraan
yang tinggi, dan persatuan yang mantap dari seluruh rakyat Indonesia.
Tugas kaum terpelajarlah untuk mengartikulasikan keinginan rakyat untuk maju dengan
mewarnai Pancasila yang memiliki rumusan tajam di segala bidang untuk menjawab
tantangan yang sedang dihadapi bangsa dan negara kita. Konsepsi dan praktik kehidupan
yang Pancasilais terutama harus diwujudkan dalam keseharian kaum elite, para pemimpin,
para penguasa, para pengusaha, dan kaum terpelajar Indonesia untuk menjadi pelajaran
masyarakat luas.
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
10
Filsafat Pancasila dan identitas nasional
Secara etimologi, Filsafat berasal dari bahasa Yunani , Fhilein yang artinya “cinta” dan
Sophos yang artinya “Hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “Wisdom” (Nasution 1973).
Jadi secara harfiah istilah Filsafat mengandung makna “Cinta Kebijaksanaan”.
Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila : Pancasila yang terdiri dari lima sila setiap
sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki
suatu kesatuan dasar ontologis. Dasar Ontologis pancasila pada hakikatnya adalah
manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, hakikat dasar ini juga disebut
sebagai dasar antropologis.
Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila : sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat juga memiliki suatu kesatuan dasar aksiologinya sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila pada hakikatnya juga merupakan satu kesatuan.
Dasar Epitemologis sila-sila Pancasila : Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
juga merupakan suatu sistem pengetahuan.
Ket : Ontologi = Ilmu tentang definisi,jenis dan struktur dari obyek, kejadian-kejadian, proses-proses
dan relasi-relasi yang ada dalam setiap area kawasan.
Aksiologi : Teori Nilai. Dalam lingkup kajian filsafat ini merujuk pada pemikiran atau suatu
sistem seperti politik, sosial dan agama.
Identitas Nasional
Kata “identitas” berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Sedangkan
“Nasional” menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri kesamaan, baik
fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti, keinginan, cita-cita, dan
tujuan. Jadi, “Identitas nasional” adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang
memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia
► Sejarah
► Kebudayaan:
• Akal budi
• Peradaban:
• Pengetahuan
► Budaya Unggul
► Suku Bangsa: keragaman/majemuk
► Agama: multiagama
► Bahasa
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
11
Hak azasi manusia
Menurut undang-undang no. 39 tahun1999 tentang HAM dalam pasal 1, Hak Asasi
Manusia adalah : Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib di
hormati, dijunjung tinngi dan dilindungi oleh Negara, hokum, pemerintah dan setiap orang
demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hak-hak asasi manusia itu dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
Hak-hak asasi pribadi (personal rights), yang meliputi kebebasab menyatakan
pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.
Hak-hak asasi ekonomi (property rights), yaitu hak untuk memiliki sesuatu,
membeli dan menjual serta memanfaatkannya.
Hak-hak asasi politik (political rights), yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan umum), dan
hak untuk mendirikan suatu partai politik.
Hak-hak asasi untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hokum dan
pemerintahan (rights of legal equality)
Hak-hak asasi social dan kebudayaan (social and culture rights), misalnya hak untuk
memilih pendidikan dan hak untuk mengembangkan kebudayaan.
Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
(procedural rights), misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan,
penggeledahan, dan peradilan.
Instrumen Hukum HAM
1. Ketetapan MPR no. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
2. UU No. 5 Tahun 1998 tentang pengesahan Convention Againts Torture and other
cruel, inhumam or degrading treatment or punishment (konvensi menentang
penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi,
atau merendahkan martabat manusia).
3. Keppres No. 181 tahun 1998 tentang Komisi Nasional anti Kekekrasa Terhadap
Perempuan.
4. Keppres No. 129 tahun 1998 tentang rencana aksi nasional hak-hak asasi manusia
Indonesia
5. Inpres No.26 tahun 1998 tentang menghentikan penggunaan istilah pribumi dan non
pribumi dalam semua perumusan dan penyelenggaraan kebijakan,perencanaan
program, ataupun pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.
6. UU No. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia.
7. UU No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM
8. Amandemen kedua UUD 1945 (2000) bab XA pasal 28A-28J mengatur secara
eksplisitpengakuan dan jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia.
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
12
Demokrasi
DEmokrasi berasal dari kata Demos = people dan Kratos = rule. Rule by the people; One
(monarchy) or Many (oligarchy).Tidak ada definisi pasti/ideal tentang demokrasi
sesungguhnya.
Para ahli hanya dapat memberikan batasan-batasan atau kriteria-kriteria mengenai
demokrasi, misalnya Robert A. Dahl (1998) yang memberikan 6 kriteria:
Pejabat-pejabat yang dipilih oleh rakyat
Pemilu yang bebas, adil dan berkesinambungan
Kebebasan berekspresi
Akses informasi yang terbuka luas
Kebebasan berasosiasi
Kewarganegaraan yang inklusif
Pandangan Henry B. Mayo (Budiardjo, 2003):
Penyelesaian perselisihan dengan damai dan melembaga
Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai di tengah masyarakat
yang terus berubah
Pergantian pimpinan/pejabat secara teratur
Membatasi penggunaan kekerasan
Mengakui dan menganggap wajar keanekaragaman
Menjamin tegaknya keadilan
Menurut Morlino (2004):
Demokrasi yang baik paling tidak harus memenuhi 3 kualitas:
1. Kualitas hasil
Pemerintahan yang memiliki legitimasi yang dapat memuaskan warga
negaranya.
2. Kualitas isi/substansi
Warga negara memiliki kebebasan dan kesetaraan
3. Kualitas prosedur
Warga negara memiliki kebebasan untuk memeriksa dan mengevaluasi
bagaimana pemerintahnya mencapai tujuan-tujuan kebebasan dan kesetaraan sesuai
dengan hukum yang berlaku.
E-BOOK PANCASILA – UIN SUNAN KALIJAGA
13
Digital Citizenship
Konsep Digital Citizenship muncul seiring dengan semakin dahsyatnya perkembangan
teknologi informasi dan internet. Saat ini, ratusan juta orang dari berbagai belahan dunia
telah memanfaatkan kehadiran situs jejaring sosial sebagai ajang untuk saling berinteraksi
antara satu individu dengan individu lainnya secara digital.
Digital citizenship menunjuk pada kualitas perilaku individu dalam berinteraksi di dunia
maya, dengan menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab, sesuia dengan norma dan
etika yang berlaku.
Digital Citizenship berhubungan dengan kemampuan mengelola dan memonitor perilaku
dalam menggunakan teknologi, yang didalamnya terkandung keamanan, etika, norma dan
budaya.
Bagaiman kita seharusnya memanfaatkan teknologi informasi secara aman, tidak
menimbulkan kerugian dan membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang
lain.
Bagaimana seharusnya kita berkomunikasi di jejaring sosial dengan tetap menjaga
etika, mengacu pada norma-norma yang berlaku di lingkungan internal, nasional
maupun universal.
Bagaimana seharusnya kita bertransaksi di dunia maya, terutama dalam
mengunggah/mengunduh konten dan bertransaksi melalaui online shop.
Melihat perkembangan penggunaan internet dan situs jejaring di indonesia yang demikian
pesat, disatu sisi bisa dikatakan sebagai suatu kemajuan, setidaknya masyarakat sudah
belajar untuk mengenal teknologi, tetapi di sisi lain menimbulkan keprihatinan tersendiri,
khususnya bila dikaitkan dengan digital citizenship. Budiono darsono,pemimpin redaksi
detik.com menyebutkan penggunaan situs jejaring sosial di indonesia mengalami
tantangan bahwa masih banyak yang menggunakan untuk hal-hal yang kurang produktif.
Situs jejaring ditengarai kerap digunakan sebagian orang atau kelompok tertentu untuk
mencerca dan mencemarkan nama baik orang lain. Jika anda sempat mengikuti komentar-
komentar yang ada di berbagai media online, khususnya yang terkoneksi ke situs jejaring
sosial, anda bisa menemukan puluhan atau ratusan komentar yang menggambarkan betapa
masih perlunya peningkatan pemahaman dan kesadaran akan Digital Citizenship.
Untuk menjadi warga digital (digital citizen) yang sehat dan bermartabat tentu diperlukan
edukasi tersendiri. Di sekolah, siswa perlu dibelajarkan dalam mengakses berbagai
informasi melalui internet secara benar dan mampu berkomunikasi secara beradab dalam
situs jejaring yang diikutinya. “Digital citizenship must become part of our school culture,
not just a class or lesson but the way we do business ineducation”, demikian saran dari
Mike S. Ribble dan Gerald D. Bailey. Tetapi dilain pihak kita juga tetap harus
memberikan pendidikan digital citizenship untuk menjaga keselamatan siswa di internet.