Download - Dry Drowning
DRY DROWNING
I. PENDAHULUAN
Drowning atau tenggelam adalah masuknya cairan yang cukup banyak
dalam saluran napas atau paru-paru.1Drowning tidak terbatas di dalam air seperti
sungai, danau atau kolam renang tetapi mungkin juga terbenam dalam kubangan
atau selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air.2
Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak no. 2
dan no. 3 yang menimpa anak-anak dan remaja.Insiden terjadinya kasus
tenggelam pada anak-anak ini berbeda-beda tingkatan pada tiap-tiap
Negara.Dibandingkan dengan Negara-negara berkembang yang lain reputasi
Australia kurang baik, karena kasus tenggelam di Negara ini masuk dalam urutan
terbanyak. Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada
kematian jika terlambat mendapat pertolongan.1,2
Berdasarkan data dariWHO, pada tahun 2000 di seluruh dunia ada 400.000
kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati urutan kedua
setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global Burden of Disease (GBD)
menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih kecil dibanding seluruh
kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air
dan bencana lainnya. Ditaksir, selama tahun 2000, 10 persen kematian di seluruh
dunia adalah akibat kecelakaan, dan 8 persen akibat tenggelam tidak disengaja
(unintentional) yang sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang.
1
Setiap tahun angka kejadian tenggelam di seluruh dunia mencapai 1,5 juta,
angka ini bisa lebih dari kenyataan mengingat masih banyaknya kasus yang belum
dilaporkan. Insiden paling banyak terjadi pada negara berkembang, terutama pada
anak-anak kurang dari 5 tahun dan orang dewasa umur 15-24 tahundari laporan
yang dikumpulkan. Hal yang menyebabkan kematian pada kasus tenggelam
sebagian besar karena henti jantung baik pada anak-anak maupun dewasa.4
Alkohol disebut juga faktor yang menyebabkan orang dewasa tenggelam dan
sekitar 75% adalah laki-laki usia 20 dan 35 tahun. Di Amerika Serikat, laki-laki
disebutkan 5 kali lebih sering mengalami kejadian tenggelam ini dibandingkan
wanita.3
Dry drowning termasuk ke dalam tipe primary drowning.5 Proses
tenggelam tipe ini meliputi sekitar 10-20% dari seluruh angka kejadian kasus
tenggelam. Korban dry drowning seperti korban wet drowning, mati karena
karena hipoksia serebral yang fatal yang disebabkan oleh ventilasi yang tidak
adekuat yang disebut asfiksia. Tapi tidak seperti wet drowning dimana korban
yang meninggal karena sistem pernapasan terblok oleh air atau cairan akibat
tenggelam. Pada dry drowning, pernapasan terblok karena spasme laring atau
reflex paru karena obstruksi bronkus oleh mucus, busa, atau muntahan.3Adapun
pembagian drowningadalah:5
1. Primary Drowning yaitu korban yang meninggal dalam beberapa menit
setelah permulaan peristiwa tenggelam tanpa pertolongan pernapasan
buatan
a. Dry drowning
2
b. Wet drowning
2. Secondary Drowning yaitu korban meninggal dalam waktu 30 menit
sampai beberapa hari setelah tenggelam dan sempat dilakukan pernapasan
buatan. Biasanya korban meninggal oleh karena pulmonary edema,
asidosis, pneumonitits oleh karena kuman.
II. DEFINISI
Tenggelam merupakan suatu bentuk suffocation dimana korban terbenam
dalam air atau cairan dan benda tersebut terhisap masuk ke jalan napas sampai
alveoli paru-paru.5,6
Dry drowningberarti paru tidak dapat mengekstraksi oksigen yang
diperlukan oleh tubuh. Pada dry drowning, jalan napas tertutup oleh
karena spasme yang disebabkan adanya air yang merangsang terjadinya
spasme laring.7
III. INSIDEN
Tenggelam merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang
signifikan. Di seluruh dunia setiap tahun dilaporkan sekitar 1,5 juta kematian
terjadi akibat tenggelam. Namun tingkat mortalitas dan morbiditas akibat
tenggelam yang sebenarnya sulit ditentukan karena banyaknya kasus yang tidak
dilaporkan dan banyaknya korban yang tidak mendapat pelayanan medis. Di
negara maju, angka kejadian tenggelam banyak terjadi pada usia < 5 tahun dan
15-24 tahun dari laporan yang dikumpulkan. Hal yang menyebabkan kematian
3
pada kasus tenggelam sebagian besar karena henti jantung baik pada anak-anak
maupun dewasa.4 Alkohol disebut juga faktor yang menyebabkan orang dewasa
tenggelam dan sekitar 75% adalah laki-laki usia 20 dan 35 tahun. Di Amerika
Serikat, laki-laki disebutkan 5 kali lebih sering mengalami kejadian tenggelam ini
dibandingkan wanita.3
Informasi tentang angka kejadian tenggelam tidak dikumpulkan secara
resmi ditiap negara, tetapi berdasarkan data dari Global Burden of Disease (GBD),
secara keseluruhan angka kematian akibat tenggelam diperkirakan sebanyak 8,4
per 100.000 populasi.7
Dry drowning ditemukan sekitar 10-15% dari semua kematian akibat
tenggelam, dimana terdapat 4000 orang di USA yang mati karena tenggelam yang
berarti bahwa sekitar 400-600 korban yang meninggal akibat dry drowning tiap
tahunnya.8
Pada tahun 2005, 30% dari anak usia 1-14 tahun yang meninggal di USA
disebabkan karena tenggelam. Angka kesakitan dry drowning pada usia 1-14
tahun yaitu 12-27%. Anak laki-laki usia pra-sekolah memiliki risiko tinggi
mengalami dry drowning. Dari survey yang dilakukan pada 9420 TK di Carolina
Selatan didapatkan hasil 10% dari anak usia <5 tahun memiliki pengalaman
mendapatkan penanganan khusus akibat dry drowning.1,3
IV. ETIOLOGI
Hal-hal yang dapat menyebabkan dry drowning antara lain:4,9
o Laringospasme
4
Pada keadaan ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada cairan yang
masuk ke dalam saluran pernapasan, kematian disebabkan oleh refleks
laringospasme yang cepat dan menetap disertai proses asfiksia yang
cepat. Pada sebagian besar kasus tenggelam, spasme laring yang terjadi
biasanya sementara saja dan akan segera relaksasi kembali namun pada
kasus ini (meskipun sangat jarang ditemukan) spasme laring menetap.
Korban hanya menunjukkan tanda asfiksia berupa sianosis dan
petechial hemorraghes tanpa tanda khas drowning sama sekali.
o Hemodilusi
Inhalasi air tawar menyebabkan hemodilusi hebat yang menimbulkan
gangguan elektrolit dan melanjut sebagai fibrilasi ventrikel.Inhalasi air
laut menyebabkan hemokonsentrasi sehingga beban jantung
bertambah, yang tampak sebagai melambatnya denyut nadi, hipotensi
dan edema paru.
o Menahan napas saat tenggelam
o Air dengan suhu yang dingin
V. PATOFISIOLOGI
Dry drowning dikatakan terjadi pada 10-15% dari semua tenggelam.
Menurut teori adalah bahwa ketika sedikit air memasuki laring atau trakea, tiba-
tiba terjadi spasme laring yang dipicu oleh vagal refleks. lendir tebal, busa, dan
buih dapat terbentuk, menghasilkan plug fisik pada saat ini. Dengan demikian, air
tidak pernah memasuki paru-paru.Banyak dari kematian tersebut terjadi dengan
5
sangat tiba-tiba dan tidak terdapat bukti adanya usaha yang bermakna oleh
korban. Mekanisme tepat kematian masih spekulatif. Salah satu usulan adalah
bahwa masuknya air secara tiba-tiba kedalam mulut dan tenggorok menghasilkan
laringospasme yang hebat dengan akibat asfiksia.8,10
Kemungkinan lain, provokasi serupa dapat merangsang jalur saraf sensoris
simpatis ke derajat tertentu dimana terdapat inhibisi reflex vagal pada jantung dan
asystolic cardiac arrest. Plueckhahn menyukai hal ini sebagai cara kematian,
menyebutkan dimana terdapat suatu sistem yang menghubungkan spasme arteri
koronaria dengan pendinginan tiba-tiba pada kulit. Beberapa faktor secara terpisah
dapat menjadi faktor predisposisiyang berkaitan dengan mekanisme ini:1,2
Intoksikasi alkohol (mungkin akibat penekanan aktifitas kortikal
yangmempengaruhi akitivitas simpatis dan parasimpatis yang tidak
terkekang)
Adanya penyakit alamiah yang mendasari seperti atherosklerosis koroner.
Terendam dalam cairan dengan terkejut, secara tidak terduga
Takut atau telah melakukan aktifitas fisik yang penuh
semangatsebelumnya (meningkatkan katekolamin yang beredar, bersama
dengantimbunan oksigen, dapat memudahkan terjadinya aritmia jantung)
6
Secara normal saat bernapas diafragma berkontraksi dan menyebabkan
paru-paru mengembang, mekanisme ini menyebabkan udara masuk ke dalam
paru-paru karena tekanan negatif yang terbentuk. Ketika air atau benda asing
lainnya teraspirasi maka terjadi spasme laring yang menyebabkan udara tidak
dapat masuk ke dalam paru. Sedangkan saat itu paru sedang dalam kondisi
mengembang, otot diafragma berkontraksi sehingga tekanan negatif tetap ada di
paru. Usaha korban untuk mendapatkan udara masuk dilakukan dengan
menghirup udara dengan lebih kuat, tetapi hal ini hanya menambah tekanan
negatif dalam paru. Obstruksi aliran masuk oksigen menyebabkan hipoksia dan
obstruksi dari aliran keluar karbondioksida menyebabkan asidosis yang keduanya
menyebabkan kematian. Volume darah sirkulasi meningkat pada daerah paru
7
Submersion
Death
Hypoxia
Aspiration(wet drowning)
85%
Panic / StruggleLaryngospasm(dry drowning)
15 %
akibat penarikan semua darah dari abdomen, kepala, dan ekstremitas yang
ditimbulkan oleh tekanan negatif yang meningkat pada paru.3
Terjadi pula perubahan vaskular pada daerah paru. Pembuluh darah yang
membawa daerah yang kaya oksigen menjadi sangat sempit dan hanya cukup satu
sel darah merah yang dapat melewati pembuluh darah tersebut. Dinding pembuluh
darah juga menjadi tipis yang memungkinkan oksigen masuk ke dalam darah dan
karbondioksida dikeluarkan dari darah. Pada kasus dry drowning tidak terjadi
pertukaran gas karena tidak adanya oksigen dalam paru. Sedangkan tekanan
negatif yang muncul menyebabkan tertariknya cairan dari pembuluh darah ke
dalam paru sehingga menyebabkan edema paru dan pasien tenggelam karena
cairan tubuhnya sendiri.2,3
Pada saat yang sama, sistem saraf simpatik merespon kondisi spasme pada
laring. Sistem ini menyebabkan vasokonstriksi yang mengakibatkan peningkatan
tekanan darah yang akhirnya mempeburuk proses edema paru yang sudah ada.3,4
VI. KRITERIA DIAGNOSTIK
Pada kasus ini tidak ada gejala khas yang dapat menentukan secara pasti
diagnosis dry drowningkecuali tidak atau hanya sedikit cairan dalam paru.
Penegakan diagnosis dibutuhkan pemeriksaan luar dan dalam serta penelusuran
korban sebelum meninggal dan riwayat penyakit yang dideritanya. Hal yang
mungkin sedikit membantu adalah menemukan adanya tanda asfiksia pada korban
seperti adanya tanda sianosis pada bibir dan jaringan bawah kuku, pelebaran
pembuluh darah mukosa konjungtiva dan kelopak mata, tampak adanya edema
8
paru, dapat pula cairan dalam perut tetapi hal ini dapat mengindikasikan dry
drowningatau korban sudah meninggal sebelum di dalam air. Kasus yang
termasuk dalam kategori dry drowning dalam forensik adalah kasus tenggelam
yang terjadi sesaat atau kurang dari 24 jam dari kejadian dimana pada
pemeriksaan dalam tidak atau hanya sedikit cairan yangditemukan dalam paru.
Korban dry drowning dapat pula tampak selamat dari kejadian tenggelam dan
tampak baik-baik saja tetapi dalam 24 jam pertama terjadi perburukan kondisi
yang ditandai dengan adanya batuk terus menerus, sesak napas, nyeri pada dada
dan atau adanya perubahan status kesadaran.1,2,7
Beberapa individu yang tenggelam dianggap korban "dry drowning"
dimana pada keadaan ini, paru-paru tidak bertambah berat, berlumpur dan
penampilan edematous khas paru-paru tenggelam tidak tampak. Sedangkan,
hipoksia otak yang fatal diduga disebabkan oleh spasme laring. Dry drowning
dikatakan terjadi pada 10-15% dari semua tenggelam. Menurut teori adalah bahwa
ketika sedikit air memasuki laring atau trakea, tiba-tiba terjadi spasme laring yang
dipicu oleh vagal refleks. lendir tebal, busa, dan buih dapat terbentuk,
menghasilkan plug fisik pada saat ini. Dengan demikian, air tidak pernah
memasuki paru-paru. Namun demikian ini adalah hipotesis yang belum terbukti,
sebab proses spasme laring tidak tampak pada saat otopsi karena relaksasi otot
akibat kematian.11
9
VII. PERBEDAAN DENGAN ATYPICAL DROWNING LAINNYA
a. Immersion syndrome (vagal inhibition)2,4,9
Terjadi dengan tiba-tiba pada korban tenggelam di air yang sangat
dingin (< 20oC atau 68oF) terjadi reflek vagal yang menginduksi
disaritmia yang menyebabkan asistol dan fibrilasi ventrikel sehingga
menyebabkan kematian. Umumnya korban berusia muda dan
mengkonsumsi alkohol. Reflek ini dapat juga timbul pada korban yang
masuk ke air dengan kaki terlebih dahulu (duck diving) yang
menyebabkan air masuk ke hidung, atau teknik menyelam yang salah
dengan masuk air dalam posisi horizontal sehingga menekan perut.
Tidak akan ditemukan tanda-tanda khas dari tenggelam diagnosis
ditegakkan dengan menelusuri riwayat korban sebelum meninggal.
b. Submersion of the unconcious9
Bisa terjadi pada korban yang memang menderita epilepsi atau
menderita penyakit jantung khususnya coronary atheroma atau
hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke
air atau dapat pula pecahnya aneurisma serebral dan muncul cerebral
haemorrage yang terjadi tiba-tiba.
c. Delayed death (near drowning and secondary drowning)4
Pada jenis ini, korban yang sudah ditolong dari dalam air tampak sadar
dan bisa bernapas sendiri tetapi secara tiba-tiba kondisinya memburuk.
10
Pada kasus ini terjadi perubahan kimia dan biologi paru yang
menyebabkan kematian terjadi lebih dari 24 jam setelah tenggelam di
dalam air. Kematian terjadi karena kombinasi pengaruh edema paru,
aspiration pneumonitis, gangguan elektrolit (asidosis metabolik).
VIII. TEMUAN OTOPSI PADA KORBAN MATI AKIBAT TENGGELAM
Berikut adalah beberapa temuan yang didapatkan pada korban tenggelam.
Pada pemeriksaan luar, baik korban tenggelam wet drowning atau pun dry
drowning dapat memberikan tanda yang sama namun pada pemeriksaan dalam
seringkali korban dry drowning tidak memberikan tanda yang khas sebagaimana
yang didapatkan pada korban wet drowning. 11,12
a. Pemeriksaan Luar 11,12
Diagnosis pasti penyebab kematian pada kasus tenggelam tidak dapat
ditentukan dari pemeriksaan luar, namun beberapa tanda yang ditemukan
dapat memperkuat diagnosa. Tanda-tanda yang ditemukan pada
pemeriksaan luar antara lain :
Ditemukan adanya cairan berbuih dari hidung dan mulut, yang
dihasilkan dari campuran udara, mukus dan cairan aspirasi yang
terkocok-kocok saat adanya upaya pernapasan yang hebat. Busa dapat
berwarna putih, atau lebih merah muda jika berasal dari edema
pulmonum. Terkadang busa tidak lagi keluar dari mulut dan hidung,
terutama setelah dilakukan kompresi pada dinding dada. Namun jika
11
dilakukan pemeriksaan dalam dapat masih ditemukan adanya busa
pada saluran pernapasan atas dan bawah.11,12
Gambar 1. Keluarnya cairan berbusa dari mulut yang berasal dari campuran udara,
mucus, cairan aspirasi
Terdapat tanda-tanda asfiksia seperti sianose pada kuku dan bibir.
Mata tampakmerah karena perdarahan subconjuctiva, dari mulut dan
hidung terdapat buih halus yang sukar pecah, kadang menjulur seperti
lidah. Asfiksia dikatakan mulai terjadi sejak 2 menit setelah
tenggelam. Kematian terjadi dalam 5 menit meskipun jantung masih
berdetak hingga 10 menit. Dalam air yang lebih dingin, kematian kebih
cepat terjadi11,12
Lebam mayat lebih banyak di bagian kepala, muka dan leher (karena
posisi kepala di air lebih rendah). Lebam mayat berwarna merah
terang. Sebagai hasil dari pembekuan OxyHb.11,12
Bila korban lama di dalam air bisa didapati telapak tangan dan kaki
putih mengkerut seperti tangan tukang cuci(washer woman’s hand).
12
Penenggelaman yang lama dapat menyebabkan maserasi yang
progresif pada kulit. Biasanya ditemukan pada telapak tangan dan kaki
dan area yang terpapar dengan gesekan. Semakin lama berada dalam
air, proses maserasi yang terjadi dapat makin luas hingga mencapai
bagian ekstensor dari lutut dan siku. Kulit pada area ini akan tampak
menjadi berwarna putih, gembung, basah, keriput dan berombak.
Semakin lama, epidermis dapat terkupas diikuti oleh kuku. Gambaran
ini tidak mengindikasikan bahwa mayat ditenggelamkan, karena mayat
lamapun bila dibuang kedalam air akan memberikan gambaran washer
woman’shand juga.11,12
Gambar 2. Washer woman’s hand
Dapat dijumpai adanya luka-luka pada daerah wajah, tangan dan
tungkai bawah bagian depan, yang dapat terjadi akibat persentuhan
13
korban dengan dasar sungai atau kolam, atau dengan benda-benda
disekitarnya. Bisa juga akibat diserang oleh predator – predator air.11,12
Cadaveric spasme, ini secara relatif lebih sering terjadi dan merupakan
reaksi intravital. Sebagaimana sering terdapat benda-benda, seperti
rumput laut, dahan atau batu. Ini menunjukkan bahwa waktu korban
mati, berusaha mencari pegangan lalu terjadi kaku mayat.11,12
Gambar 3. Cadaveric spasme pada korban tenggelam menunjukkan korban masih
hidup saat masuk dalam air
b. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam, tanda-tanda khas paru seperti pada wet drowning
tidak titemukan pada dry drowning melainkan hanya tanda asfiksia
mekanik klasik seperti sianosis, kongesti dan petechial hemorraghes yang
luas. Bila terjadi sumbatan mekanik akibat laringospasme, maka pada paru
tidak akan ditemukan air atau bila ditemukan hanya sedikit saja (meskipun
mungkin agak banyak di dalam lambung). Tidak ditemukan adanya buih
14
ataupun bila ada hanya sedikit. Demikian pula tidak ditemukan adanya
emfisema aquosum pada paru. Tanda-tanda asfiksia mekanik ini dapat
juga disebabkan oleh penyebab kematian asfiksia mekanik lainnya
sebelum korban masuk ke dalam air, oleh karena itu kemungkinan adanya
penyebab lain ini harus benar-benar disingkirkan sebelum penegakan
diagnosa kematian oleh laryngospasme diambil.11,12
IX. KESIMPULAN
Dry drowning adalah suatu keadaan dimana paru tidak dapat
mengekstraksi oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh dan secara ringkasnya adalah
tidak atau hanya sedikit cairan yang ditemukan pada paru. Insiden kasus
tenggelam sendiri cukup tinggi, kasus dry drowning sendiri tercatat sekitar 10-
15% kasus dari kasus tenggelam yang ada dan sebagian besar mengenai anak-
anak.1,2,4
Penyebab dari tidak atau hanya sedikit cairan dalam paru akibatbeberapa
mekanisme. Tetapi mekanisme yang paling sering adanya spasme laring yang
kemudian menyebabkan edema paru.4
Penentuan diagnosis ditentukan dari pemeriksaan luar, dalam dan
penelusuran korban sebelum meninggal. Tanda adanya asfiksia seperti sianosis
pada bibir dan atau bawah kuku dan perdarahan pada konjungtiva bulbi dan
kelopak mata dapat sedikit membantu menegakkan diagnosis. Tidak ada tanda
khas yang pasti dapat menentukan diagnosis dan membedakan dengan jenis
atypical drowningyang lain.2
15
1. Shepherd, Suzanne Moore, 2003. Drowning. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/772753 (Accessed: October 30th,
2012).
2. Di Maio, V,2001. Forensic Pathology, 2nd edition. CRC Press
3. Alike. 2012. Drowning. Share Lisence.
4. Zaferes, Andrea. 1998. Drowning and Immersion. Lifeguard System
5. Recommended guidelines for uniform reporting of data from drowning: the
“Utsteinstyle”. 2003..http://www.elsevier.com/locate/resuscitation (accessed:
October 29th 2012)
6. Hoediyanto. 2003. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, edisi ketujuh.
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Surabaya.
7. Budiyanto, A., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
8. Krug E, Howland J, Hingson R. 2008. Water Related Disease. Available from
http://www.who.int/water_sanitation/health/disesase/drowning/en/ (accessed:
October 29th 2012)
9. Mikkelson,Barbara. 2008. Dry Drowning. Available from
http://www.snopes.com/medical/disease/drydrowningasp (accessed: October
29th 2012)
10.Lawler, W. Bodies recovered from water : a personal approach and
consideraion difficulties. Available
from
17
:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC495138/pdf/jclinpath00422-
0012.pdf (Accessed: October 30th 2012).
11.Moar, J.J. Drowning – Post Mortem Appearances and Forensic Significance.
Medical journal, Vol : 64. Department of Forensic Medicine, University of the
Wit-watersrand, Johannesburg.
12.Piette, H.A.M, De Letter, A.E. Drowning : Still a Diffuclt Autopsy Diagnosis.
Forensic Science International.2006.ELSEVIER. P. 1-9
18