Download - Dislokasi pinggul 2
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
1/28
Dislokasi pinggul
1:33 AM Agus Haryono 2 comments
Dislokasi adalah pindahnya permukaan sentuh tulang yang
menyusun sendi. Cedera ini dihasilkan oleh gaya yang
menyebabkan sendi melampaui batas normal anatomisnya.
Pindahnya ujung tulang yang incomplete disebut dislokasitidak sempurna atau subluxation. Karena fungsi ligament adalah
juga untuk mencegah perpindahan atau pergerakan sendi yang
0abnormal,semua sprains menghasilkan beberapa derajatsubluxation. Dislokasi yang komplit, atau luxation, terjadi saat
ada pemisahan yang komplit dari ujung tulang.
Dislokasi pinggul traumatik hampir selalu disebabkan oleh traumaberenergi tinggi.Adanya cedera dislokasi menandakan bahwa ada gayayang mencapai 90 pound atau bahkan lebih pada mekanisme traumatikatau adanya patologi yang mendasari yang menyebabkanketidakstabilan sendi. Penumpang yang tidak menggunakan sabuk
pengaman lebih memiliki resiko mengalaminya. Mekanisme klasik untukdislokasi posterior adalah pada cedera dashboard, yaitu terjadi gayayang menekan kepala femur melewati posterior acetabular rim saatlutut yang terfleksi dan pinggul terhantam dashboard padakecelakaan. Selain oleh dashboard,dikatakan juga bahwa cedera inibisa terjadi saat mekanisme mengerem.Dislokasi anterior dihasilkandari rotasi eksternal dan abduksi panggul. Kasus dislokasi posteriormendekati 90% kasus, sementara dislokasi anterior hanya10%.2,3 Cedera nervus sciatic mungkin terjadi pada 10-20% kasus danlebih dari setengah pasien juga mengalami fraktur lain.
Secara khas, pasien dengan dislokasi pinggul posterior traumatik,nampak dengan pemendekan ekstremitas bawah yang terjadi padaposisi fleksi pinggul, adduksi, dan rotasi internal. Adanya caput femoriskadang-kadang dapat dipalpasi pada bokong ipsilateral. Hal ini dapatdiandalkan pada pasien dengan dislokasi pinggul sederhana, kehadiranpatah tulang pada femur ipsilateral atau pelvis dapat secara dramatismengubah posisi pasien yang ditunjukan pasien.
http://agoesdoctor.blogspot.com/2011/09/dislokasi-pinggul.htmlhttp://agoesdoctor.blogspot.com/2011/09/dislokasi-pinggul.html#comment-formhttp://agoesdoctor.blogspot.com/2011/09/dislokasi-pinggul.html#comment-formhttp://agoesdoctor.blogspot.com/2011/09/dislokasi-pinggul.html#comment-formhttp://agoesdoctor.blogspot.com/2011/09/dislokasi-pinggul.html -
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
2/28
Meskipun jarang, dislokasi pinggul bisa menimbulkan komplikasi yangberbahaya seperti avaskular necrosis caput femoris, kelumpuhannervus sciatic sementara atau permanen, myositis ossificans danarthrosis degeneratif posttraumatik. Dislokasi pinggul posteriormeregangkan dan memelintir arteri iliac external, femoris comunis, dancircumflex sehingga terjadi perubahan aliran darah extraosseous.Meskipun sirkulasi kontralateral dari pembuluh gluteal mungkinmempertahankan aliran darah intraosseous, relokasi yang tertundamungkin menghasilkan kerusakan arteri yang progresif dan tertundayang bisa menjadi osteonecrosis.
1. Anatomi pinggul (Articulatio Coxae)
Articulatio
Articulatio coxae adalah persendian antara caput femoris
yang berbentuk hemisphere dan acetabulum os coxae yang
berbentuk mangkuk dengan tipe ball and socket.
Permukaan sendi acetabulum berbentuk tapal kuda dan
dibagian bawah membentuk takik disebut incisura acetabuli.
Rongga acetabulum diperdalam dengan adanya
fibrocartilago dibagian pinggrinya yang disebut sebagai
labrum acetabuli. Labrum ini menghubungkan incisura
acetabuli dan disini dikenal sebagai ligamentum
transversum acetabuli. Persendian ini dibungkus oleh
capsula dan melekat di medial pada labrum acetabuli.
Ligamentum
Simpai sendi jaringan ikat di sebelah depan diperkuat oleh
sebuah ligamentum yang kuat dan berbentuk Y, yakniligamentum ileofemoral yang melekat pada SIAI dan
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
3/28
pinggiran acetabulum serta pada linea intertrochanterica di
sebelah distal. Ligamentum ini mencegah ekstensi yang
berlebihan sewaktu berdiri .
Di bawah simpai tadi diperkuat oleh ligamentum
pubofemoral yang berbentuk segitiga. Dasar ligamentum
melekat pada ramus superior ossis pubis dan apex melekat
dibawah pada bagian bawah linea intertrochanterica.
Ligamentum ini membatasi gerakan ekstensi dan abduksi.
Di belakang simpai ini diperkuat oleh ligamentum
ischiofemorale yang berbentuk spiral dan melekat padacorpus ischium dekat margo acetabuli. Ligamentum ini
mencegah terjadinya hieprekstensi dengan cara memutar
caput femoris ke arah medial ke dalam acetabulum sewaktu
diadakan ekstensi pada articulatio coxae.
Ligamentum teres femoris berbentuk pipih dan segitiga.
Ligamentum ini melekat melalui puncaknya pada lubangyang ada di caput femoris dan melalui dasarnya pada
ligamentum transversum dan pinggir incisura acetabuli.
Ligamentum ini terletak pada sendi dan dan dibungkus
membrana sinovial
Batas batas articulatio coxae
Anterior M. Iliopsoas, m.pectineus, m. rectus femoris. M.
Iliopsoas dan m.pectineus memisahkan a.v. femoralis dari
sendi.
Posterior : m.obturatorius internus, mm.gemelli, dan
m.quadratus femoris memisahkan sendi dari n.ischiadicus.
Superior : musculus piriformis dan musculus gluteus
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
4/28
minimus
Inferior : tendo m.obturatorius externus
Perdarahan
Cabang cabang arteria circumflexa femoris lateralis dan
arteria circumflexia femoris medialis dan arteri untuk caput
femoris, cabang arteria obturatoria.
Persyarafan
Nervus femoralis (cabang ke m.rectus femoris, nervus
obturatorius (bagian anterior) nervus ischiadicus (saraf ke
musculus quadratus femoris), dan nervus gluteus superior.
Gerakan
Fleksi dilakukan oleh m. Iliopsoas, m. Rectus femoris,
m.sartorius, mdan juga mm. Adductores.
Ekstensi dilakukan oleh m. Gluteus maximus dan otot
otot hamstring
Abduksi dilakukan oleh m. Gluteus medius dan
minimus, dan dibantu oleh m. Sartorius, m.tensor fascia
latae dan m. Piriformis
Adduksi dilakukan oleh musculus adductor longus dan
musculus adductor brevis serta serabut serabut adductor
dari m adductor magnus. Otot otot ini dibantu oleh
musculus pectineus dan m.gracilis.
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
5/28
Rotasi lateral
Rotasi medial
Circumduksi merupakan kombinasi dari gerakan
gerakan diatas.
2. Epidemiology
Dislokasi pinggul posterior lebih sering ditemukan
dibanding dislokasi pinggul anterior yaotu sekitar 90 % dari
semua jenis dislokasi hips. Frekuensi menurun dengan
dipakainya sabuk pengaman ketika berkendaraan. Anterior
dan central dislokasi terjadi sekitar 10% dari seluruh
dislokasi hips.
Insidensi congenital hip dislocations kira kira 1 dari 500
populasi. Data penelitian menyebutkan bahwa prevalensi
congenital hip dislocation kira kira 587.310 kasus.
3. Jenis Jenis Dislokasi Pinggul
a. Congenital Hip Dislocation
Merupakan suatu fase ketidakstabilan sendi panggul
pada bayi baru lahir. Dalam keadaan normal, panggul
bayi baru lahir dalam keadaan stabil dan sedikit fleksi.Insidensi ketidakstabilan adalah 5-20 per 1000kelahiran
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
6/28
hidup, namun biasanya pinggul menjadi stabil secara
spontan dan dengan pemeriksaan ulang 3 minggu
setelah kelahiran insidensi berkurang menjadi 1-3 per
1000 kelahiran hidup.
Etiologi dan patogenesis
i. faktor genetik
ii. faktor hormonal yaitu tingginya akdar
esterogen,proesteron, dan relaks ain pada ibu
dalam beberapa minggu terakhir kehamilan
dapat memperlonggar ligamentum pada bayi.
iii. Malposisi intrauterin (terutama posisi
bokong dengan kaki yang ekstensi) dapatmempermudah terjadinya dislokasi hal ini
berhubungan dengan lebih tingginya
insisdensi pada bayi yang merupakan anak
sulung dimana versi spontan lebih sedikit
kemungkinan untuk terjadi. Dislokasi
unilateral biasanya mempengaruhi pinggul
kiri ini sesuai dengan posisi verteks biasa
(oksiput anterior kiri) dimana pinggul kiriagak beradduksi.
iv. Faktor pasca kelahiran
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
7/28
Gambaran klinis
Asimetri pada lipatan lipatan kulit paha.
Pemeriksaan klinik untuk mengetahui dislokasi
panggul bawaan pada bayi baru lahir adalah.= :
i. Uji Ortolani
Pada pemeriksaan ini ibu jari pemeriksa
memegang paha bayi bagian medial dan jari
lainnya pada trochanter mayor. Sendi
panggul difleksikan 90 derajat kemudian di
abduksi secara hati hati. Pada bayi normal
abduksi dpat sebesar 65-80 derajat dapat
dengan mudah dilakukan, dan bila abduksi
kurang dari 60 derajat maka harus dicurigaiadanya dislokasi panggul bawaan dan
kemudian jika trochanter mayor ditekan
terdengar bunyi klik maka hal ini
menandakan adanya reduksi dislokasi dan
kemudian pinggul berabduksi sepenuhnya
dan disebut uji ortolani +. Jika abduksi
berhenti ditengah jalan dan tidak ada
sentakan ke dalam, mungkin adanya suatudislokasi yang tidak dapat direduksi.
ii. Uji Barlow
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
8/28
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
9/28
hip dislocation. Dalam CHD, ada hubungan
abnormal antara caput femoral dan acetabulum,
tetapi masih ada kontak antara keduanya. CHD di
sisi lain, tidak terjadi kontak antara caput femur
dengan tulang rawan acetabular.
sayangnya caput femoris dan acetabulum padabayi baru lahir tidak dpat dinilai
dengan visualisasi langsung, karena caput femur
beluk mengalami ossifikasi dan merupakan tulang
rawan tubuh yang tidak divisualisasikan pada sinar
x ray. Pusat ossifikasi untuk caput femorisumumnya muncul antara
tiga dan enam bulan.Leher femur digunakanuntuk
memastikan hubungan antara acetabulum dan kepa
la femoralis sampai pusat ossifikasi muncul.
Pengukuran
digunakanuntuk mengevaluasi hubungan caputfem
oral dan acetabulum termask garis Hilgenreiner, in
deks acetabular, garis Perkin-Ombredanne, line Shenton-Menard.
Garis Hilgenreiner atau Y-line adalah garis yangditarik melalui bagian superior dari tulang rawan
triradiate. Pada bayi normal, jarak diwakili oleh
garis (ab) tegak lurus terhadap garis-Y pada titik
paling proksimal dari leher femoralis harus sama
pada kedua sisi panggul, sebagaimana seharusnya
jarak diwakili oleh garis (bc) yang
ditarikbertepatan dengan garis-Y medial ke lantai
acetabular. Pada usia bayi enam sampai tujuhbulan, nilai rata-rata untuk jarak (ab) telah bertekad
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
10/28
untuk menjadi 19,3 mm + / - 1,5 mm; untuk jarak
(bc), 18,2 mm + / - 1,4 mm. Indeks acetabular
adalah sudut yang dibentuk oleh garis singgung
ditarik ke atap acetabular dari titik (c) di lantai
acetabular di garis-Y. Nilai normal sudut ini
berkisar dari 25 derajat hingga 29 derajat. Garis
Shenton-Menard adalah garis yang ditarik melalui
aspek medial leher femoralis di perbatasan superior
foramen obturatorius.
Garis Perkins-Ombredanne adalah garis yang
ditarik tegak lurus dengan garis-
Y, melalui tepi palinglateral tulang rawan
acetabular,yang sebenarnya sesuai dengan SIAI
pada bayi baru lahir, aspek medial leher femoralis
harusnya berada pada lower inner quadran
. Munculnya salah satu
dari struktur di luar kuadran tersebut
menunjukkan subluksasi atau dislokasi pinggul.
Treatment
i. 3-6 bulan pertamau suatu
Jika uji ortolani dan barlow positif, harus
dicurigai dan dirawat dengan popok dobel
atau bantal abduksi selama 6 minggu. Pada
stadium ini diuji lagi, bayi yang pinggulnya
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
11/28
stabil dbiarkan bebas tetapi tetap dalam
pengawasan setidaknya dalam 6 bulan
pertama, jika tetap dalam ketidakstabilan
maka dilakukan pembebatan abduksi yang
lebih formal setidaknya selama 6 bulan,
sampai rontgen sinar X memperlihatkan
bahwa atap asetabulum berkembang
dengan baik (biasanya 3-6 bulan). Karna
80-90% pinggul yang tak stabil pada saat
kelahiran akan stabil secara spontan dalam
3 minggu, maka pembebatan tidak perlu
segera dilakukan kecuali dislokasi sudah
jelas terjadi. Jika setelah 3 minggudislokasi masih terjadi maka pembebatan
abduksi dilakukan. Kalau pinggul sudah
mengalami dislokasi pada pengujian
pertama dengan hati hati pinggul
ditempatkan dalam posisi reduksi dan
pembebatan abduksi dilakukan. Reduksi
dipertahankan jika pinggul stabil, dan
pembebtana sebaiknya dipertahankanhingga sinar-X memperlihatkan suatu atap
asetabulum yang baik.
Tujuan pembebatan adalahj
mempertahankan pinggul agar berfleksi danberabduksi. Untuk bayi yang baru lahir ,
popok dobel atau bantal abduksi cukup
memadai. Bebat van rosen adalah bebat
suatu bebat lunak berbentuk H yang
bermanfaat karna mudah digunakan. Tiga
aturan pembebatan yang terbaik adalah
pinggul harus direduksi sebagaimana
mestinya sebelum dibebat, posisi ekstrimharus dihindari, dan pinggul dapat
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
12/28
digerakkan.
ii. Dislokasi yang menetap 6-18 bulan
Jika setelah terapi dini pinggul belum
tereduksi dengan sempurna maka dapat
dilakukan reduksi tertutup namun jika
diperlukan operasi dan tetap direduksi
hingga perkembangan asetabulummemuaskan.
Reduksi tertutup
Ideal tetapi memiliki resiko rusaknya
pasokan darah pada caput femoris dan
menyebabkan nekrosis. Untukmemperkecil resiko ini reduksi
dilakukan berangsur angsur, traksi
dilakukan pada kedua kaki, dan
berangsur angsur abduksi ditingkatkan
hingga dalam 3 minggu kaki
direntangkan lebar lebar.
Pembebatan pinggul yang direduksisitahan dalam spika gips dalam posisi
60 derajat fleksi, 40 derajat abduksi
dan 20 derajat rotasi internal. Setalah 6
minggu spika digantikan dengan bebat
yang menyebabkan abduksi dan
dipertahankan selama 3-6 bulan.
Kalau reduksi belum tercapai
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
13/28
dilakukan reduksi terbuka.
iii. Dislokasi menetap 18 bulan batas
umur
Pada umur 18 bulan ke atas reduksi tertutyp
jarang berhasil, sehingga dilakukan reduksi
terbuka dan melakukan artografi.lah
operasi pinggul ditahan dalam spika gipsselama 3 bulan dan kemudian dengan bebat
yang memungkinkan beberapa pergerakan
pinggul selama 1-3 bulan selanjutnya
sambil memriksa dengan sinar x apakah
pinggul sudah tereduksi dan berkembang
secara memuaskan.
iv. Dislokasi di atas batas umur
Istilah batas umur menerangkan diatas
umur tertentu , reduksi dislokasi tidaklah
bijaksana, jika dilakukan reduksi nekrosis
avaskular meningkat.
Pada penderita dislokasi unilateral batas
umurnya adalah 10 tahun. Bila terdapat
dislokasi bilateral, risiko intervensi dengan
operasi juga meningkat karna kegagalan
pada satu sisi akan menyebabkan terjadinya
deformitas asimetri, sehingga ahli bedah
menghindari oprasi diatas umur 6 tahun
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
14/28
kecuali nyeri atau deformitasnya sangat
hebat.
v. Dislokasi menetap pada orang dewasa
Untuk orang dewasa, yang sudah
beradaptasi selama bertahun tahun pada
usia 30-40 an tahun akan merasakan tidak
nyaman yang semakin meningkat akibatdislokasi kongenital yang tidak direduksi
berjalan semakin melelahkan disertai nyeri
punggung.
b. Dislokasi Posterior
Mekanisme trauma
Caput femur dipaksa keluar ke belakang
acetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan
pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam
posisi fleksi atau semifleksi. Trauma biasanya
terjadi karna kecelakaan lalu lintas dimana lutut
penumpang dalam keadaan fleksi dan menabrak
dengan keras benda yang ada didepan lutut.
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
15/28
Gambaran Klinis
Pada kasus yang jelas, diagnosis mudahditegakkan, kaki pendek, dan sendi panggul teraba
dengan jelas dalam posisi adduksi, rotasi internal
dan fleksi. Namun kadang pada fraktur tulang
panjang dapat terl
Klasifikasi
Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip
Dislocation
Type I Simple dislocation with or without an
insignificant posterior wall fragment
Type II Dislocation associated with fracture
posterior acetabular rim
Type III Dislocation with a comminuted
acetabular rim
Type IV Dislocation with fracture of the
acetabular floor
Type V Dislocation with fracture of the
femoral head (Pipkin Class)
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
16/28
S
Stewart-Milford System
Type I Simple dislocation without fracture
Type II Dislocation with one or more rim
fragments but with sufficient socket to ensure
stability after reduction
Type III Dislocation with fracture of the rim
producing gross instability
Type IV Dislocation with fracture of the heador neck of the femur
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
17/28
Pipkin Classification of Posterior Hip Dislocation
Type Description
I dislocation with femoral fracture caudal to fovea centralis
II dislocation with femoral fracture cephalad to fovea centralis
III Type I or II + fracture of femoral neck
IV Type I or II + fracture of acetabulum
Gambaran radiologis
Pada foto anteroposterior caput femoris terlihat
di luar mangkuknya dan diatas acetabulum,
segmen atap acetabulum mungkin caput femoris
mungkin telah patah atau bergeser.
Terapi
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
18/28
Dislokasi harus direduksi secara cepat dengan
general anestesi. Padasebagian besar kasus
dilakukan reduksi reduksi tertutup. Seorang
asisten menahan pelvis, ahli bedah ortopedimemfleksikan pinggul dan lutut pasien sampai 90
derajat dan menarik paha keatas secara vertikal.
Setelah direposisi, stabilitas sendi diperiksa
apakah sendi panggul dapat didislokasi dengan
cara menggerakkan secara vertikal pada sendi
panggul.
Secara umum reduksi stabil namun perlu
dipasang traksi dan mempertahankannya selama
3 minggu. Gerakan dan latihan dimulai setelah
nyeri mereda.
Pada tipe II, sering diterapi dengan reduksi
terbuka dan fiksasi anatomis pada fragmen yang
terkena. Terutama jika sendi tidak stabil ataufragmen besar tidak tereduksi dengan reduksi
tertutup, reduksi terbuka dan fiksasi internal dan
dipertahankan selama 6 minggu diperlukan.
Pada cedera tipe IIIumumnya diterapi dengan
reduksi tertutup, kecuali jika ada fragmen yang
terjebak dalam asetabulum, maka dilakukan
tindakan reduksi terbuka dan pemasangan fiksasi
interna dan traksi dipertahankan selama 6
minggu.
Cedera tipe IV dan V awalnya diterapi dengan
reduksi tertutup. Fragmen caput femoris dapat
tepat berada ditempatnya dan dapat dibuktikan
dengan foto atau ct scan pasca reduksi. Jikafragmen tetap tak tereduksi maka dilakukan
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
19/28
reduksi terbuka dengan caput femoris
didislokasikan dan fragmen diikat pada posisinya
dengan sekrup countersunk pasca operasi traksi
dipertahankan selama 4 minggu, dan
pembebatan ditunda selama 12 minggu.
Komplikasi
Tahap dini
a. Cedera nervus skiatikus
Cedera nervus skiatikus terjadi 10-14% pada
dislokasi posterior selama awal trauma atau
selama relokasi. Fungsi nervus dapat
digunakan sebagai verifikasi sebelum dansesudah relokasi untuk mendeteksi terjadinya
komplikasi ini. Jika ditemukan adanya
dysfungsi atau lesi pada nervus ini setelah
reposisi maka surgical explorasi untuk
mengeluarkan dan memperbaikinya.
Penyembuhan sering membutuhkan waktu
lama beberapa bulan dan untuk sementara itu
tungkai harus dihindarkan dari cedera danpergelangan kaki harus dibebat untuk
menghindari kaki terkulai foot drop
b. Kerusakan pada Caput Femur
Sewaktu terjadi dislokasi sering kaput femur
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
20/28
menabrak asetabulum hingga pecah.
c. Kerusakan pada pembuluh darah
Biasanya pembuluh darah yang mengalami
robekan adalah arteri glutea superior. Kalau
keadaan ini dicurigai perlu dilakukan
arteriogram. Pembuluh darah yang robek
mungkin perlu dilakukan ligasi.
d. Fraktur diafisis femur
Bila terjadi bersamaan dengan hip dislokasi
biasanya terlewatkan. Kecurigaan adanyadislokasi panggul, bilamana pada fraktur
femur ditemukan posisi fraktur proksimal
dalam keadaan adduksi. Pemeriksaan
radiologis sebaiknya dilakukan di atas dan
dibawah daerah fraktur.
Tahap lanjut
a. Nekrosis avaskular
Persediaan darah pada caput femoris sangat
terganggu sekurang kurangnya 10% padadislokasi panggul traumatik, kalau reduksi
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
21/28
ditunda menjadi beberapa jam maka
angkanya meningkat manjadi 40%. Nekrosis
avaskular terlihat dalam pemeriksaan sinar x
sebagai peningkatan kepadatan caput
femoris, tetapi perubahan ini tidak ditemukan
sekurang kurangnya selama 6 minggu,
bahkan ada yang 2 tahun dan pada
pemeriksaan radiologis ditemukan adanya
fragmentasi ataupun sklerosis.
b. Miositis osifikans
Komplikasi ini jarang terjadi, mungkin
berhubungan dengan beratnya cedera. Tetapi
gerakan tak boleh dipaksakan dan pada
cedera yang berat masa istirahat dan
pembebanan mungkin perlu diperpanjang
c. Dislokasi yang tidak dapat direduksi
Hal ini dikarenakan reduksi yang terlalu lama
sehingga sulit dimanipulasi dengan reduksi
tertutup dan diperlukan reduksi terbuka.
Dengan seperti ini insidensi kekakuan dannekrosis avaskular sangat meningkat dan
dikemudian hari pembedahan reksontruktif
diperlukan
d. Osteoartritis
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
22/28
Osteoartritis sekunder sering terjadi dan
diakibatkan oleh kerusakan kartilago saat
dislokasi, adanya fragmen yang tertahan
dalam sendi, atau nekrosis iskemik pada
caput femoris.
c. Dislokasi Anterior
Dislokasi ini lebih jarang terjadi dibandingkan dislokasiposterior. Penyebab utamanya adalah kecelakaan lalu
lintas atau kecelakaan penerbangan. Pada dislokasi
anterior caput femoris ada pada bagian anterior (bagian
depan) dari acetabulum. Terjadi dislokasi dari caput
femoris dalam hal ini dikarenakan hyperekstensi
berlebihan dan abduksi dari kaki.
Mekanisme trauma
Dislokasi anterior terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas, terjatuh dari ketinggian atau trauma dari
belakang pada saat berjongkok dan posisi penderita
dalam keadaan abduksi yang dipaksakan, leher
femur menabrak asetabulum dan terjungkir keluar
melalui robekan pada kapsul anterior. Bila sendipanggul dalam keadaan fleksi maka akan terjadi
dislokasi tipe obturator (inferior) dan jika sendi
panggul dalam posisi ekstensi akan terjadi dislokasi
tipe pubik atau iliaka (superior).
Manifestasi klinis
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
23/28
Kaki berada dalam posisi external rotasi, abduksi
dan sedikit fleksi. Tidak terjadi pemendekan kaki,
dikarenakan perlekatan rectus femoris mencegah
pemendekan caput bergerser ke atas. Jika dilihat darisamping tonjolan anterior pada caput yang
berdislokasi sangat jelas. Caput yang menonjol
mudah diraba dan gerakan pinggul tak dapat
dilakukan.
Klasifikasi
Epstein Classification of Anterior Hip Dislocation
Type I Superior dislocations, including pubic and
subspinous
IA No associated fractures
IB Associated fracture or impaction of thefemoral head
IC Associated fracture of the acetabulum
Type II Inferior dislocations, including obturator,
and perineal
IIA No associated fractures
IIB Associated fracture or impaction of the
femoral head
IIC Associated fracture of the acetabulum
Klasifikasi ini menetukan prognostic dimana yang
berkaitan dengan acetabulum atau caput femoris
memliki prognostic lebih buruk dibanding yang
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
24/28
lainnya.
I. Inferior (obturator) dislocation
Inferior anterior dislocation hip berhubungan dengan
abduksi paksa, external rotasi, dan flexi pada
pinggul. Pada kasus ini, caput femoral keluar
melalui capsul anterior dibawah ligamentum
pubofemoralis. Inferior dislokasi mudah dikenali
dari gambaran radiography oleh posisi caput femoris
diatas foramen obturator dan posisi femor abduksi
dan external fiksasi
II. Superior (pubic atau iliaka) dislocation
Superior anterior hip dislocation jarang terjadi,dengan prevalensi kurang dari 10%. Kasus ini
berhubungan dengan abduksi paksa, rotasi external,
dan extensi femur. Ruptur dari caput femoralis
melalui capsul anterior diantara ligamentum
ileofemoral dan dan pubofemoral dengan menarik
SIAI. Dislokasi superior biasanya menjalar hingga
dislokasi pubic.
Gambaran radiologis hampir mirip dengan
dislokasinposteruor pada posisi anteroposterior.
Keadaan yang membedakannya adalah letak
trochanter yang lebih rendah. Pada superior anterior
dislocation pinggul pada keadaan external rotasi dan
letak trochanter yang lebih rendah sangat menonjol
sedang pada dislokasi posterior femur dalam
keadaan rotasi interna dan letak trochanter yanglebih rendah tidaklah menonjol.
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
25/28
Gambaran radiologis
Pada foto anteroposterior biasanya jelas, namun tak
jarang caput hampir berada di depan posisi
normalnya, dan diperjelas dengan posisi lateral.
Terapi dan komplikasi
Manuver yang digunakan hampir sama yag
digunakan untuk mereduksi dislokasi posterior,
kecuali bahwa sewaktu paha yang difelksikan ditarik
ke atas, paha harus diadduksi. Komplikasi satusatunya adalah nekrosis avaskular.
d. Dislokasi Sentral
Mekanisme trauma
Terjadi apabila caput femur terdorong ke medial
asetabulum pada rongga panggul kapsul tetap utuh.
Fraktur asetabulum terjadi karena dorongan yang
kuat dari lateral atau jatuh dari ketinggian pada satu
sisi atau suatu tekanan yang melalui femur dimana
panggul dalam keadaan adduksi.
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
26/28
Gambaran klinis
Didapatkan perdarahan dan pembengkakan di daerah
tungkai bagian proksimal tetapi posisi tetap normal.
Nyeri pada daerah trokanter. Gerakan sendi panggul
sangat terbatas.
Radiologis
Adanya pergeseran dari caput femur menembus
panggul.
Terapi
Diusahakan untuk mereposisi fraktur dan
mengembalikan bentuk asetabulum ke bentuk
normalnya. Pada fraktur asetabulum dengan
penonjolan caput femur ke dalam panggul, makadilakukan terapi konservatif dengan traksi tulang
selama 4-6 minggu. Pada fraktur dimana caput
femur tembus ke dalam asetabulum, sebaikinya
dilakukan traksi pada 2 komponene yaitu
komponene longitudinal dan lateral selama 6
minggu dan setelah 8 minggu diperbolehkan untuk
berjalan dengan menggunakan penopang berat
badan.
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
27/28
Komplikasi
Pada tahap dini seperti fraktur lainnya mungkin
terjadi cedera viseral ataupun syok.
Pada tahap lebih lanjut kekakuan sendi dengan atau
tanpa osteoartritis sering terjadi.
KESIMPULAN
1. Articulatio coxae adalah persendian antara caput femoris yang
berbentuk hemisphere dan acetabulum os coxae yang berbentuk
mangkuk dengan tipe ball and socket.
2. Articulatio coxae dipertahankan pada tempatnya oleh
ligamentum ligamentum yang mempertahankan articulation ini
pada tempatnya
3. Dislokasi pinggul dapat dibagi menjadi dislokasi pinggul
kongenital, dislokasi posterior,dislokasi anterior dan dislokasi
pusat.
4. CHD dapat diketahui dengan berbagai uji pada bayi baru lahir
yaitu uji ortolani, barlow dan tanda galeazzi, selain itu juga
dengan pemendekan sebelah kaki, kemudian asimetris lipatpaha, dan terbatasnya abduksi atau fleksi panggul.
-
7/27/2019 Dislokasi pinggul 2
28/28
5. Pada pemeriksaan radiologis adad beberapa tanda pendukung
diagnosis CHD yaitu garis Hilgenreiner, indeks acetabular, garis
Perkin-Ombredanne, line Shenton-Menard
6. Penatalaksanaan CHD dapat dibagi berdarakan umur pasien
7. Dislokasi posterior dapat terjadi pada 90% dislokasi pinggul
8. Mekanisme trauma dapat menentukan jenis dislokasi pinggul
yang terjadi
9. Penegakan diagnosis dislokasi posterior dari gejala klinis
mudah ditegakkan, kaki pendek, dan sendi panggul teraba
dengan jelas dalam posisi adduksi, rotasi internal dan fleksi
10. Dislokasi posterior dapat dibagi dalam beberapa klasifikasi
namun yang terutama digunakan dan juga sebagai patokanpenatalaksanaan adalah klasifikasi berdasarkan Thompson-
Epstein
11. Komplikasi dapat dibagi menjadi tahap dini yaitu Cedera
nervus skiatikus, Kerusakan pada Caput Femur, Kerusakan pada
pembuluh darah, Fraktur diafisis femur, sedangkan tahap lanjut
yaitu Nekrosis avaskular, Miositis osifikans, Dislokasi yang
tidak dapat direduksi, Osteoartritis
12. Dislokasi anterior berdarakan gejala klinis yaitu external rotasi,
abduksi dan sedikit fleksi serta tidak terjadi pemendekan kaki
13. Dislokasi anterior dapat dibagi menjadi dislokasi anterior
superior atau inferior berdarakan keadaan pinggul fleksi atau
ekstensi