Transcript

STUDI KAWASAN EROPADinamika Perekonomian Eropa pada Abad ke-20:Studi Kasus: Tindakan Prancis Terhadap Krisis Finansial di Eropa Tahun 2000an

Oleh: Kelompok PrancisAria Rahadi

115120402111001Nur Chanifah

125120400111006Muhammad Farizal Hanafi125120400111033

Kemala Putri Dewi 125120400111058

Akh. Rizki M.

125120400111047Dosen Pembimbing:

Firstyarinda Valentina Indraswari, S.Sos., M.Si

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014Pendahuluan

Sebelum terjadinya Perang Dunia Pertama, Eropa merupakan penggerak perekonomian dunia. Eropa menjadi sumber modal, barang dan jasa, serta manusia ke seluruh dunia. mayoritas negara di Mediterania dan Eropa Timur menerima remitansi dari para emigrannya. Namun masa-masa ini kemudian berakhhir pada Agustus 1914 dengan meletusnya Perang Dunia Pertama.

Perang Dunia IEfek Terjadinya Perang

Seperti yang di katakan di atas bahwa perekonomian Eropa yang dahulu sangat maju kemudian dihancurkan oleh terjadinya Perang Dunia. Perang Dunia Pertama merusak Eropa Kuno, sedangkan Perang Dunia Kedua adalah yang secara jelas merubah tatanan perekonomian Eropa. Perang mengakhibatkan korban kemausiaan yang sangat besar, serta kerusakan fisik di sebagian besar wilayah Belgia, Prancis, Galicia atau bekas Kekaisaran Ottoman

Eropa dan Ekonomi GlobalPerang membuat pola baru dalam hubungan keuangan dan perdagangan. Produksi industri di luar Eropa meningkat secara dramatis. Perang Dunia Pertama memperjelas bahwa Amerika Serikat bukan lagi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat dan bukan lagi pusat kekuatan pertumbuhan ekonomi, namun sudah menyebar pula di Samudra Atlantik. Meskipun begitu, Amerika Serikat memiliki status baru sebagai kreditur utama piutang antar pemerintah, dengan piutang kepada Inggris dan Prancis ($10.3 milyar) yang membuat dua negara ini melanjutkan keterlibatan mereka dalam perang. Posisi Inggris dan Prancis melemah karena mereka juga meminjam uang kepada pemerintah Rusia. Inggris meminjam $6.5 milyar dari AS, dan $10.4 milyar dari pemerintah lain. Revolusi 1917 mempersempit kesempatan membayar hutag-hutang tersebut.Masalah Keuangan DomestikPerang juga mengakhibatkan management keuangan domestik negara-negara yang berperang. Bagian besar dari perang idak bisa diacuhkan hanya dengan peminjaman domestik, layanan hutang tersebut hampir tidak bisa diacuhkan menghasilkan anggaran defisit. Setelah perang, semua pemerintah menghadapi sebuah pilihan untuk membayar hutang perang melalui moneter deffisit oleh bank sentral. Konsekuensi inflasi akan melongsorkan penghargaan klaim melawan pemerintah; meruntuhkan masa kejayaan perekonomian Eropa. Awal tahun 1920an, pemerintah Eropa Barat memilih untuk stabilisasi anggaran mereka dan reward the rentier. Biaya untuk mendeflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi di Inggris dan Prancis.

Pilihan dari pemerintah Eropa tengah untuk tidak melakukan stabilisasi secara cepat berbuah malapetaka. Austria, Hungaria, Polandia dan Jermanmengalami inflasi dan hyper-inflasi. Ketidakstabilan harga membuat perencanaan bisnis dan strategi investasi jangka panjang menjadi mustahil. Ketika negara-negara itu distabilkan, mereka membutuhkan bantuan eksternal: Austria dan Hungarian oleh LBB (pada tahun 1922 dan 1923), Jerman oleh sebuah badan pinjaman konsorsium untuk perbaikan tahun 1924 (The Dawes Plan). Harapan dari semuanya dalam upaya stabilisasi adalah untuk mengembalikan keteraturan ekonomi yang kemudian akan mengembalikan kepercayaan diri dan juga pemasukan uang asing untuk rekonstruksi.

Short-lived Prosperity

Harapan tersebut kemudian terealisasikan. Pertengahan 1920an, investasi Amerika mengalir ke Eropa. Sebagian untuk membantu mereorganisasi bisnis Eropa dalam garis yang lebih modern. Produsen mobil Amerika mengakuisisi perusahaan Eropa: Ford menanam modal di Cologne, General Motors mengakuisisi pabrik Adam Opel.

Tapi kebanyakan investasi Amerika salah arah. Eropa tidak siap menerimanya. Contohnya, untuk membangun pelabuhan utama di sebuah pulau di Danubedekat Budapest di Csepel menghadapi realitas bahwa negara pengganti kekaisaran Astro-Hungaria menerapkan level tarif yang tinggi. Produsen mobi murah merasa bahwa pasar Eropa belum maju. Mobil pada masa itu masih merupakan barang mewah, pabrikan kecil, dan bisa menyediakan produk mahal, punya keunggulan kompetitif. Kesemuanya itu, investasi Amerika terikat pembelian: otoritas pemerintah kota, yang digunakan untuk ketetapan infratruktur kota, perumahan, jalan, membuatan ulang fasilitas, dll yang mempunyai keuntungan sosial yang tinggi (dan juga membawa keuntungan politis kepada pemerintah bertanggung jawab kepada mereka) tapi tidak membawa hasil yang langsung.

The Great Depression

Aliran modal Amerika mengering akhir tahun 1920an, sebagian karena keraguan terhadap pembangunan Eropa dan sebagian lagi karena keuntungan investasi AS meningkat. Pasca the crash of the New York stock market pada Oktober 1929, beberapa aliran kembali, tapi investor Amerika merasa khawatir dan pasca 1930, sehingga Eropa hanya memperoleh modal kecil dari AS. Menjelang Akhir tahun 1920an, prospek Eropa memburuk, situasi perdagangan yang memburuk adalah penyebab utama, tapi ditambah juga dengan masalah yang disebabkan oleh stabilisasi finansial.

Kembalinya standar emas dirasa oleh banyak ahli menjadi cara terbaik menjamin para investor melawan pegambilalihan dan juga cara terbaik untuk mendasari kebangkitan perdagangan internasional. Tahun 1925, Inggris kembali menggunakan emas pada paritas masa sebelum perang; tahun 1926 Prancis menstabilisasi mata uangnya. Namun awal 1930an, mata uang semua negara Eropa, kecuali Spanyol, menganut paritas pada emas.Mata uang paling penting di Eropa adalah Poun sterling dan French franc. Tarif tukar Inggris yang tinggi memerlukan keluarnya kebijakan deflasi moneter untuk mencegah laju dari Pondsterling. Prancis, yang memiliki pengalaman inflasi yang tinggi sebelum stabilisas, menerima masukan aliran yang cukup substansial dari emas pasca 1926, tapi menetralkannya (contoh tidak diizinkannya cadangan emas yang baru untuk digunakan sebagai basis penciptaan moneter tambahan). Hasilnya, sistem ini menumbuhkan bias deflasi: Inggris, sebagai negara yang defisit (karena overvalued), dipaksa menutup perjanjian dan Prancis (dan US yang juga punya gold inflow) tidak mengalami inflasi.

Dihadapkan pada diflasi di negara-negara utama, penggunaan tarif dimana-mana adalah respon yang logis sebagai bagian dari strategi untuk mencegah penyebaran deflasi secara internasional. Penyebaran proteksionisme menerima dorongan tambahan ketika tahun 1930 Amerika Serikat mengadopsi tarif Smoot-Hawley. Negara-negara lain merespon dengan menaikkan tarif, menerapkan kuota dan hambatan yang lainnya.. Masalah moneter dari Eropa menghasilkan perang perdagangan satu melawan yang lainnya. Dari sudut pandang setiap negara, respon tersebut rasional; tapi dampak dari semua itu adalah setiap orang harus membayar harga yang tinggi dalam rangka mengurangi output, kapasitas yang tidak digunakan serta jatuhnya investasi dan konsumsi. Dampak dari depresi yang terjadi masih terasa hingga pecahnya perang dunia kedua, di sebagian besar negara, meskipun produksi sudah bisa diatasi namun pengangguran masih dalam level yang tingggi.

Depresi Internasional yang terjadi pada akhir 1920an dan awal 1930an diperparah oleh 2 mekanisme tambahan. Sejak 1925, harga-harga barang agrikultur mulai turun. Pembanguna ini dapat diprediksi: pasar produk-produk agrikultur relatif kaku, dan produksi Eropa mengalami pemulihan yang lama dari pupuk dan kekurangan tenaga mausia pada perang mengalami surplus di pasar internasional memaksa harganya untuk turun. Bagi kebanyakan negara yang berhutang modal import di Eropa Timur dan Tengah (juga negara di Amerika Latin), satu-satunya cara untuk layana eksternal hanya bersandar pada ekspor produk-produk agrikultur. Ketika harganya turun, produsen harus menjual lebih banyak. Ketika produsen menjual lebih banyak, harganya akan semakin turun. Contohnya, Ekspor tepung Hungaria naik dua kali lipat antara tahun 1929 dan 1932, namun hasil dari ekspor menurun karena harganya turun.

Selain itu, perkembangan ekonomi riil mengganggu sektor keuangan, yang pada gilirannya mendorong guncangan lebih lanjut ke output. Turunnya harga yang dramatis mengurangi nilai aset bank dan membuat bank-bank Eropa bangkrut. Mereka merespon dengan memotong kembali kredit kepada kostumer mereka, kadang memaksa mereka menutup bisnis mereka. ketika para depositor baik dalam maupun luar negeri menyadari meluasnya masalah ini, semuanya menjadi panik, dan penarikan mengakhibatkan penutupan bank. Bank-bank Eropa bangkrut seperti domino pasca ditutupnya bank terbesar di Vienna, the Creditanstalt pada Mei 1931. Bank runtuh di Austria lalu di Hungaria dan Jerman, juga Amerika Serikat, yang semakin memperparah proses deflasi. Bank-bank juga berusaha menyelamatkan diri dengan menarik kredit, mereka mendorong perusahaan manufaktur yang masih rentan dalam kebangkrutan.

Respon terhadap depresi

Depresi ekonomi di masa antara 2 perang merupakan salah satu peristiwa paling traumatis, dimana para pengambil kebijakan dan ekonom berusaha mencari cara agar hal ini tak terulang kembali. Ekonom Inggris, Keynes, menulis sebuah artikel di 1933 yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan nasional secara mandiri. Keynes menyarankan kebijakan tariff untuk menghentikan deflasi dan memutus hubungan dengan standar emas dalam sistem moneter internasional. Inggris yang sudah tidak memakai standar emas sejak tahun 1931, pelan-pelan mulai berhasil memperbaiki perekonomian mereka, ditandai dengan meningkatnya konsumsi dan kredit. Sedangkan negara-negara blok emas seperti Belgia, Perancis, Belanda, dan Swiss masih mengalami kepanikan ekonomi karena mereka masih menggunakan standar emas hingga pertengahan 1930-an.

Jerman tidak serta merta meninggalkan standar emas, tetapi hanya menerapkan pertukaran mata uang yang ketat, yang dilihat sebagai usaha untuk menciptakan kebijakan moneter yang independen. Pujian atas usaha pemulihan ekonomi Jerman tidak bisa dialamatkan hanya kepada Hitler. Pada kenyataannya beberapa kebijakan pemulihan seperti kebijakan moneter yang lebih rileks dan penurunan tingkat upah nasional justru diterapkan sebelum Hitler menjadi Kanselir.

Soviet merespon peristiwa depresi ekonomi dengan menerapkan prinsip autarki yang secara sempurna menutup diri dari perekonomian dunia. Stalin menyebut ini sebagai membangun sosialisme dalam satu negara. Soviet menghadapi permasalahan seperti penurunan harga hasil pertanian dengan melakukan kolektivisasi hasil pertanian, yaitu pemerintah mengambil secara paksa surplus hasil pertanian dari masyarakat pedesaan. Rendahnya tingkat investasi sempat mempengaruhi perekonomian Rusia dan Eropa di tahun 1920-an. Soviet merespon permasalahan ini dengan mengembangkan industrialisasi yang tersusun dalam Rencana Lima Tahun. Kolektivisasi yang dilakukan Soviet berimbas pada dimobilisasinya orang-orang pedesaan dalam jumlah besar untuk menjadi pekerja, tercatat ada 20 juta pekerja baru pada tahun 1930-an. Pekerja-pekerja ini diupah rendah (turun sampai setengah), selain itu merek juga dimobilisasi melalui teror dan cara-cara tak layak. Tapi tak dapat dipungkiri bahwa kesuksesan industrialisasi skala besar Soviet berkat propaganda yang dilakukan. Banyak negara kemudian melihat cara ini sebagai cara yang menarik untuk memulai industrialisasi. Bahkan Rencana Empat Tahun Jerman tahun 1936 secara tidak langsung merupakan hasil adopsi dari Rencana Lima Tahun Stalin.

Keynesianism

Resep atau solusi untuk mengatasi depresi ekonomi seringkali dihubungkan dengan pemikiran Keynes yang menyarankan untuk menggenjot permintaan (demand). Depresi ekonomi menyebabkan menurunnya permintaan sehingga permintaan perlu ditingkatkan untuk mengatasinya. Caranya adalah dengan menambah pengeluaran pemerintah atau melakukan redistribusi untuk menambah pendapatan masyarakat yang lebih diharapkan melakukan konsumsi (masyarakat berpendapatan rendah).

Jerman dan Soviet dianggap sebagai negara yang menerapkan kebijakan yang mengadopsi pemikiran Keynes. Kedua negara ini meningkatkan pengeluaran militer yang dianggap sebagai sebuah cara meningkatkan permintaan. Negara yang dianggap paling cepat menerapkan resep Keynes adalah Swedia. Partai-partai politik Swedia yang berasosiasi dengan buruh dan petani berhasil merealisasikan kebijakan yang berorientasi pada permintaan dan peningkatan pendapatan.

Resep Keynes dianggap menjadi sebuah tren ekonomi dan sosial tersendiri di tahun 1930-an. Salah satu warisan perang di setiap negara adalah masalah redistribusi pendapatan, dan mempersempit perbedaan skill pekerja, yang pada akhirnya tercipta kelas konsumsi baru. Masalah yang biasa terjadi di masa antara 2 perang adalah melulu soal konflik upah dan kondisi kerja. Namun adanya perjanjian antara pengusaha dan serikat pekerja akan menciptakan pembangunan yang lebih harmonis, seperti yang terjadi di Swedia dan Swiss tahun 1937.

Kolapsnya ekonomi internasional

Suatu waktu Keynes kemudian mempercayai bahwa memutuskan hubungan dengan ekonomi internasional punya implikasi yang buruk. Keynes dan banyak ekonom lainnya akhirnya menyimpulkan sesuatu yang sama sekali berbeda dari apa yang disarakannya dulu untuk mengisolasi diri dari dunia global. Kesimpulan itu dianggap bersifat politis.

Lemahnya perekonomian di negara-negara Eropa Selatan membuat mereka melakukan perjanjian bilateral dengan Jerman. Perjanjian ini menguntungkan bagi negara-negara kecil di sekeliling Jerman, karena mereka bisa menjual barang dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dijual di pasar internasional. Jatuhnya perekonomian dunia menyebabkan negara dapat menggunakan keuntungan ekonomi untuk memperkuat keuntungan politis mereka, seperti yang dilakukan Jerman. Perjanjian antara Jerman dan negara-negara Eropa Selatan membuat negara-negara kecil di sekeliling Jerman menjadi ketergantungan, sehingga Jerman memiliki power terhadap negara-negara di sekelilingnya.

Kerjasama ekonomi menjadi cara yang efektif untuk membangun aliansi dalam melawan Jerman. Seperti yang dilakukan AS, Inggris dan Perancis yang membentuk sebuah perjanjian untuk tidak terlibat dalam konflik perekonomian yang sama dengan cara menerapkan devaluasi mata uang untuk meningkatkan ekspor.

Perang Dunia II

Perang Dunia II mengakibatkan kerusakan fisik dan korban nyawa manusia yang lebih banyak dibandingkan Perang Dunia I, meskipun banyak pengamat yang berpendapat bahwa kehancuran tersebut sejalan dengan meningkatnya kapasitas produksi. Jerman mengalami kerugian yang sangat besar, kota-kotanya hancur dan sistem finansialnya berantakan akibat inflasi dan pengendalian harga di masa perang. Begitu juga dengan Inggris yang harus menjual aset-asetnya di luar negeri untuk membiayai perang, hingga akhirnya menjadi negara pengutang di akhir perang. Amerika Serikat (AS) adalah satu-satunya negara yang bisa dianggap sebagai pemenang perang sejati. Di akhir tahun 1940-an, separuh barang manufaktur di dunia dibuat di AS. Perdagangan laut AS juga meningkat dari awalnya 17 % dari total perdagangan laut dunia pada tahun 1939, menjadi 52 % pada tahun 1952. Majalah Life bahkan menjuluki zaman setelah PD II sebagai American Century.

Sebagai negara dengan status negara pemberi utang, AS berkeinginan untuk membentuk tatanan dunia setelah perang sesuai dengan keinginan mereka. Peran AS dalam merombak perekonomian dunia dan Eropa setelah PD II jauh lebih besar ketimbang saat PD I. Dalam proposalnya, AS percaya bahwa depresi ekonomi pada tahun 1930 adalah penyebab utama meletusnya PD II. Berdasarkan hal tersebut, untuk menciptakan perdamaian dibutuhkan sistem internasional yang terbuka, mata uang yang dapat dikonversi, dan perdagangan yang tak diskriminatif. AS percaya bahwa perdagangan bebas dapat menjadi pondasi yang tepat dalam usaha menciptakan keteraturan setelah PD II.

Bretton Woods

Konferensi Bretton Woods diselenggarakan tahun 1944, menghasilkan prinsip-prinsip yang disetujui oleh 44 negara. Cita rasa Liberal sangat kental dalam prinsip-prinsip tersebut, hanya saja anggota-anggota IMF dan World Bank yang mengalami surplus ekonomi berkewajiban untuk memberikan bantuan untuk pembangunan negara lain. Disepakati juga penggunaan nilai mata uang tetap untuk menghindari devaluasi yang meyebabkan hancurnya perekonomian internasional.

European Recovery

Tujuan yang sebenarnya dari European Recovery menggali beberapa hubungan terhadap mekanisme yang dibuat di Bretton Woods, International Monetary Fund dan World Bank. Amerika Serikat menegaskan bahwa Eruropean Recovery tidak akan menjadikan dollar sebagai mata uang langka. Pada saat yang sama, European Recovery bersikeras untuk memenuhi janji yang diberikan di Bretton Woodsunyuk mengkonversi mata uang. Tapi hal tersebut tampak mustahil bagi banyak negara karena pada percobaan penukaran paksa di tahun 1947 sejatinya berakhir hanya setelah beberapa bulan setelah percobaan penukaran tersebut.

Sebaliknya AS mulai bekerja dengan sebuah rencana untuk membangkitkan ekonomi Eropa. Program pemulihan Eropa atau Marshall Plan diluncurkan oleh Menteri Luar Negeri George Marshall pada tanggal 5 Juni 1947. Maksud AS adalah untuk menciptakan dunia politik yang cukup baru di dunia barat dari benua Eropa. Hubungan tradisional dan merusak antara Franco-Jerman harus diganti dengan sebuah struktur federal, hanya sebuah kombinasi kekuatan politik dan kepuasan materi yang bisa menciptakan masyarakat yang menolak ekspansi dari Soviet. Organization for European Economic Co-operation (OEEC) dibuat untuk menjadi bagian dari Marshall Plan yang dibayangkan sebagai titik fokus kohesi ekonomi yang lebih dekat dengan Eropa Barat harus dibangun. Hal tersebut terlihat sebagai bentuk embrio dari pemerintahan Eropa di masa depan dimana AS akan memiliki peran sebagai anggota asosiasi.

Strategi Eropa juga memperlukan revisi kebijakan AS terhadap Jerman. Proposal kebijakan reagrarianizing Jerman terkait dengan konflik Menteri Keuangan As, Henry Morgenthau atau setidaknya mengurangi produksi Jerman yang ditinggalkan. Ekonomi Jerman telah begitu struktural terkait dengan negara-negara tetangga bahkan setelah pengalaman autarkis yang terjadi pada tahun 1930-an yang menyatakan bahwa pemulihan Eropa adalah hal yang tidak mungkin tanpa kebangkitan Jerman. Sebuah sikap yang bersifat menghukum dikesampingkan bukan karena atas dasar moral tetapi karena kesadaran tentang keterkaitan ekonomi Eropa. Ketika Perancis dan Belgia yang awalnya bersikeras mengirimkan batu bara yang besar dari Jerman, AS dengan cepat memutuskan bahwa hal tersebut akan mengurangi kinerja Jerman sedemikian rupa sehingga otoritas penduduk perlu ikut campur tangan untuk menghentikan kelaparan yang meluas. Pada tahun 1945-1946, ketika kebijakan aliansi masih bersifat menghukum, aliansi barat membayar sekitar 700 juta dollar untuk mendukung zona pendudukan AS di Jerman dan membuat AS akan membayar lebih untuk Jerman. Akibatnya kebijakan AS terhadap Jerman benar-benar berbeda dari Perang Dunia 1.

Dalam rangka membuat pemulihan ekonomi Eropa, negara-negara Eropa perlu menjadi satu unit. Alih-alih membangun konvertibilitas mata uang dengan dollar, Eropa bekerja melalui sistem European Payments Union (EPU) yang memungkinkan mereka untuk melakukan diskriminasi terhadap impor dari negara-negara dollar. Hal tersebut merupakan sebuah versi dari Bretton Woods yang diperkecil dengan kebutuhan Eropa, negara-negara Eropa berkomitmen untuk menghapuskan diskriminasi perdagangan dan ada juga jumlah yang tidak terbatas dari kredit yang tersedia. Proses liberalisasi perdagangan di Eropa memainkan peran penting dalam pemulihan Eropa dan dalam perspektif jangka panjang ini adalah sebuagh kontribusi yang paling penting dari mekanisme EPU. Setelah fase pemulihan, Eropa melakukan langkah parsial untuk mengkonversi mata uang di luar wilaah Eropa.

Banyak yang mendorong integrasi Eropa pada tahun 1950-an diikuti dengan inisiatif dari AS dan diikuti dengan kepentingan nasional negara bangsa Eropa yang kadang kala dibahas oleh para sejarawan. Sebagian perdebatan yang berlebihan yaiu kepentingan AS dan Eropa atas masalah ini sebagian besar bertepatan dengan periode ini. Secara khusus, kunci untuk memecahkan kedua masalah politik dan ekonomi Eropa dipandang sebagai pembentukan dan pelembagaan kerjasama Franco-Jerman. Salah satu interpretasi disajikan dalam perang Eropa di masa lalu sebagai perjuangan untuk mengontrol dan mengintegrasi sumber daya batu bara dan bijih besi Eropa. Sebuah masalah politik dapat dicapai dengan menemukan cara untuk mengamankan kerja sama ekonomi. Selain itu, proses pembentukan rencana pemulihan ekonomi pasca perang di Perancis membutuhkan pasokan batu bara yang dapat diandalkan. Rencana yang diusulkan pada tahun 1950 oleh Menteri Luar Negeri Perancis, Robert Schuman untuk integrasi sektor industri Perancis dan Jerman yang pada awalnya ditujukan sebagai pengganti kegagalan Perancis untuk memenangkan pertempuran atas reparasi batu bara dan pada tahun 1952, dibentuk enam negara anggota European Coal and Steel Community (ECSC).

Selama tahun 1950, Eropa mengalami keajaiban ekonomi. Tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dari pada di periode sebelum atau sesudahnya. Pada bagian keajaiban Eropa dapat dijelaskan dalam hal permintaan konsumen yang terpendam setelah depresi dan kekalahan masa perang. Sebelum Perang Dunia II, sebagian besar negara di Eropa mempunyai populasi yang besar di daerah pedesaan dan bergerak di bidang pertanian yang produktivitasnya rendah. Setiap mobilitas akan membawa keuntungan besar.

a. The Baby Boom

Generasi baby boomers, yaitu kelompok masyarakat yang hidup seusai Perang Dunia II (1946-1964). Disebut baby boomers, karena saat itu terjadi peningkatan jumlah kelahiran di seluruh dunia. Baby Boomer adalah seseorang yang lahir pada periode kemapanan ekonomi sesudah Perang Dunia II. Di Eropa dan Amerika Utara boomer secara luas terkait dengan hak istimewa, karena banyak tumbuh di saat subsidi pemerintah luas di pasca perang perumahan dan pendidikan, dan meningkatkan kemakmuran, Sebagai kelompok, mereka sehat, dan generasi terkaya saat itu, dan di antara yang pertama tumbuh benar-benar mengharapkan dunia untuk meningkat seiring berjalan waktu. Generasi baby boomers mulai mengenal televisi. Mereka tahu Perang Vietnam, pembunuhan John F Kennedy, Martin Luther King Jr, dan Robert F Kennedy. Golongan ini juga mengenal musik, utamanya rock and roll, sebagai cara mengekpresikan identitas generasinya.b. International Capital Movement

Arus masuk datang dari luar negeri: pertama adalah bantuan pemerintah melalui United Nations Relief and Rehabilition dan kemudian melalui Marshall Plan. Di beberapa negara, Marshall Plan memainkan bagian penting dalam mempertahankan kehidupan ekonomi. Misalnya di Austria, pada tahun pertama Marshall Plan menyumbang 14% dari pendapatan nasional meskipun Jerman merupakan negara dengan tingkat pemulihan tertinggi dan paling sukses. Mungkin signifikasi kuantitatif Marshall Plan adalah sebanding dengan efek kualitatif, ini memungkinkan menghasilkan kemacetan yang spesifik dan harus diatasi. Setelah Marshall Plan berakhir pada tahun 1952, arus modal swasta AS ke Eropa dilanjutkan tapi berupa pinjaman dan sangat berbeda dari pada di tahun 1920-an ketika gerakan modal sebagian besar telah mengambil bentuk pembelian obligasi. Pada tahun 1950, AS datang sebagai investasi langsung di pabrik-pabrik Eropa; terkait dengan aliran teknologi dan pengalaman manajerial. Inovasi di sini membawa peningkatan produktivitas untuk berbagai lebih luas dari bisnis, dan benar-benar mengubah sifat kegiatan ekonomi. Ini adalah revolusi atau industri yang lebih tepat mungkin pengetahuan revolusi setidaknya mendalam dalam implikasinya sebagai peningkatan output tekstil yang telah menandai revolusi industri klasik.c. Teknologi Baru

Penggunaan teknologi komputer di Eropa untuk pertama kalinya dikembangkan oleh IBM Deuthsclandi pada tahun 1964 di Inggris. Pada saat itu diperkenalkan IBM seri 360, sebuah produksi yang lebih terjangkau dan canggih pada saat itu. Mereka baru menyadarinya kalau tekhnologi merupakan salah hal penting yang mereka kuasai. Perancis salah satu negara yang beranggapan bahwa negaranya harus mampu menguasai tekhonologi dan mendukung penuh perkembangan industri elektronik di Perancis, dengan tujuan agar tidak terlalu termonopoli oleh Amerika. Akan tetapi faktanya Perancis masih saja membutuhkan bantuan dari Amerika Serikat. Perancis menghabiskan banyak biaya untuk pengembangan tekhnologi ini, sebesar $ 5 milyar pada tahun 1965 dan 1970, khususnya pada pengembangan energi nuklir. Perancis juga membuat sebuah national champion yang bernama Internationale Pour lInformatique (IIC).

d. Konsumsi Barang dan Jasa secara masal

Tahun 1950an merupakan awal dari fase baru dari pengembangan ekonomi di Eropa. Automobile menjadi seimbol dari kebngkitan Eropa pada saat itu, para kaum national socialist menganggap bahwa kepemilikan kendaraan bermotor, khususnya mobil merupakan simbol dari para kaum elit di Eropa. Di Jerman Barat tercat 515.600 mobil digunakan, namun jumlah ini terus meningkat pesat pada tahun 1960an hingga mencapai angka 1960 mobil. Begitu juga dengan jasa atau pelayanan di Eropa yang turut berkembang, namun biaya untuk jasa dan pelayanan juga sangat tinggi, khususnya pada sektor kesehatan.

e. Liberalisasi Perdagangan

Masuknya kapitalisme Amerika di Eropa merupakan salah satu pertanda dari peningkatan ketersedian dolar. Enam negara (Belgia, Perancis, Jerman Barat, Italia, Luxemburg, dan Belanda), yang sebelumnya merupakan pelopor dari didirikannya ECSC pada 25 Maret 1975, mereka menanda tangani sebuah perjanjian Roma, yang menandai terbentuknya European Economic Community. Objek dari EEC ini adalah pengurangan tarif perdagangan internal serta menyamakan tarif dagang eksternal. Pembentukan EEC ini terbilang sangat berhasil. EEC terus berkembang secara pesat, pada tahun 1970, 20 persen dari perdangan di dunia berasal dari EEC. Perjanjian Roma ini juga mencangkup kebijakan koordinasi nasional ekonomi dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan dari pembayaran, stabilitas harga, dan sumber daya manusia dengan kulitas yang baik. Harga makanan di pasar dunia mencapai dua kali lipat hingga tahun 1980an. Mereka memberikan biaya tambahan pada konsumen, kurang sebanyak 5% dari pendapatan keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Tujuannya adalah agar para petani tidak mendukung paratai politik extrimisme, sehingga para kaum petani juga bisa mengamil konsensus Eropa.

f. Pemerintah dan Pertumbuhan

Pemerintah sangat berperan dalam perkembangan ekonomi. Contohnya di inggris, mereka lebih memfokuskan pada macro-management of demand. Perancis memiliki sistem perancanaan yang lebih ekstensif, yang lebih cenderung pada indicative plans (mengindikasi dengan menggunakan data yang sudah ada) daripada direct controls (terjun langsung ke lapangan). Sedangkan di Jerman dan Italia dipengaruhi oleh pengalaman intervensi yang mereka dapatkan, sehingga mengakibatkan liberalisasi harga. Eropa Tengah dan Timur mengalami pertumbuhan yang sangat pesat hingga 7% dari total GDP. Namun perekonomian Eropa mengalami penurunan secara signifikan pada tahun 1960an sebagai dampak dari tidak efisiennya mekanisme yang diterapkan. Dengan melakukan pembandingan pada beberapa negara, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sebuah kebijakan yang dibuat oleh suatu negara akan sangat berpengaruh.

Liberalisasi menghasilkan efek yang sangat besar dan berpengaruh yang sebelumnya sudah pernah dikontrol secara ketat. Liberalisasi dan ekonomi terbuka tersebut dibuat oleh Spanyol. Di bawah kepemimpinan Jendral Franco, Spanyol telah mengimplementasikan sebuah rencana autarki dan menderita pada tahun 1950an akibat dari kemunduran industri. Spanyol pada akhirnya memilih untuk bergabung pada OEEC dan IMF. Pertumbuhan pada tahun 1960an dan 1970an sangatlah pesat sehingga menjadi periode dari industrialisasi Spanyol.

Akhir dari Keajaiban Pasca Perang?

Pasar buruh telah masuk pada gelombang perdagangan union militancy. Pada tahun 1968, dua pertiga dari buruh Perancis turut terlibat dalam aksi mogok kerja; di Jerman 1 juta pekerja melakukan aksi mogok, di Italia sebesar 4 juta pekerja. Di Inggris angka mogok kerja ini terus meningkat dari tahun 1965 1970.

Dalam level intenasional, peregangan dalam hal tingkat perekonomian disebabkan oleh adanya inflasi pada negara-negara industri sperti Amerika Serikat yang kemudian termasuk di dalamnya. Pada tahun 1971 presiden Nixon menangguhkan konvertibilitas dolar terhadap emas, hal ini disebabkan karena gagal atau runtuhnya sistem Bretton Woods. Titik inilah yang kemudian membuat Eropa menggunakan sistem floating exchange-rates system, sistem ini berperan penting dalam memfasilitasi penyesuaian mata uang ketika terjadi situasi ketidakseimbangan ekonomi internasional yang saat itu perekonomian internasional bergantung pada nilai mata uang dolar. Puncak atau ujung dari gagalnya sistem Bretton Woods ini adalah adanya tingkat inflasi yang berkelanjutan dan meningkatnya harga-harga komoditas. Peningkatan harga yang paling dramatis pada waktu itu terlihat pada minyak. Pada akhir 1973 produksi minyak di Timur Tengah dipergunakan sebagai alat politik dengan cara mengontrol pruduksi dan distribusi minyak itu sendiri.

Ketidakstabilan minyak yang diakibatkan oleh dominasi atau kontrol oleh pihak tertentu tersebut menandai berakhirnya masa emas atau kejayaan perekonomian di Eropa yang terjadi pada pasca perang dunia. Ketidakstabilan minyak tersebut membuat pembahasan baru yang kemudian diangkat untuk menghadapi tantangan-tantangan baru.

Trauma yang terjadi pada bidang perekonomian yang terjadi di Eropa saat itu akan berdampak langsung dengan lemahnya politik negara-negara yang mengalami trauma pada bidang ekonomi tersebut. Italia dan Inggris contohnya, ketidakstabilan ekonomi yang terjadi ternyata berdampak langsung pada politik domestik mereka.

Apa yang terjadi diatas adalah cikal bakal atau latar belakang munculnya sebuah inisiatif dari pemimpin atau petinggi dari Prancis dan Jerman dan lima negara industri terbesar untuk memulihkan stabilitas perekonomian di Eropa pada khusunya dan perekonomian global pada umumnya.

Kerjasama yang Lebih Erat di Eropa

Dalam menghadapi kebijakan-kebijakan Amerika Serikat, Eropa menilai dirinya memiliki kekurang percayaan diri dan cenderung pesisimis apakah kepentingan-kepentingan Eropa akan terwujud ketika berhadapan dengan Amerika Serikat, saat itulah para pemimin di Eropa menjalin kerjasama dalam kerangka murni Eropa.

Pada 1978 Giscard dan Schmidt mempersiapkan suatu rencana jangka panjang dengan membentuk Eropa sebagai zona dengan stabilitas moneter yang baik melalui European Monetary System.

Pada tahun pertama European Monetary System yang dijalankan mengalami guncangan atau ketidakstabilan yang disebabkan oleh adanya naik atau melonjaknya harga minyak pada tahun 1979. setelah tahun 1983 setelah keadaan menjadi lebih baik European Monetary System ini menunjukan peningkatan yang signifikan yang ditandai dengan semakin stabilnya keberlangsungan dari sistem tersebut.

Pada tahun 1986 masyarakat Eropa mencanangkan pembentukan sebuah Pasar Tunggal Eropa atau Single European Act, yang ditandatangani pada bulan Pebruari 1986, dan mulai berlaku mulai tanggal 1 Juli 1987. terdapat dua pokok isi atau kesepakatan yang dihasilkan dari Single European Act agreement tersebut. Yang pertama adalah melembagakan pertemuan reguler antara Kepala Negara dan/atau Pemerintahan negara anggota Masyarakat Eropa, yang bertemu paling tidak setahun dua kali, dengan dihadiri oleh Presiden Komisi Eropa. Yang terakhir adalah, European Political Cooperation secara resmi diterima sebagai forum koordinasi dan konsultasi antar pemerintah. Apa yang menjadi kesepakatan bersama tersebut telah sesuai dengan prinsip dasar European Monetary System. Pada tanggal 9 dan 10 Desember 1991 diselenggarakan KTT Maastricht dan sebagai hasil dari diselenggarakan KTT tersebut adalah disetujuinya teks Perjanjian tentang Uni Eropa (Treaty on European Union-TEU). Setelah KTT Maastricht diselenggaraka, pada tahu 1992 Ddenmark menolak perjanjian atau kesepakatan KTT Maastricht tersebut karena dinilai telah bertentangan dengan European Monetary System.

Deindustrialization

Akibat dari adanya guncangan atau ketidakstabilan minyak, banyak industri yang menjadi tumpuan perekonomian yang mengandalakn minyak sebagi bahan baku utama untuk proses produksi menjadi bangkrut. Industri yang sangat berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian Eropa pasca perang dunia tersebut terpaksa harus menerima dampak dari adanya ketidakstabilan harga minyak tersebut. Industri tersebut memiliki peran yang sangat kuat untuk menjaga kestabilan politik di Eropa, peran yang sangat sentral tersebut dikarenakan ketika perekonomian di Eropa stabil maka keadaan politik pun akan mengalami nasib yang sama, begitu pula sebaliknya. Industrialisasi yang terjadi di Eropa ini sangat berperan penting dalam kestabilan poltik di Eropa itu sendiri.

Solusi Terhadap Eropa

Untuk menghadapi permasalahan atau tantangan perekonomian yang terjadi di Eropa ini dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti, menciptakan perusahaan-perusahaan lintas negara, liberalisasi pasar yang sebagaimana telah dilakukan dan telah terbukti telah mendorong pertumbuhan perekonomian di Eropa dan lain sebagainya.

Studi Kasus: Tindakan Prancis Terhadap Krisis Finansial di Eropa Tahun 2000an

a. Timeline Terjadinya Krisis

Berdasarkan perkiraan, bahwasanya negara Yunani merupakan negara pemicu terjadinya krisis Eropa karena Yunani adalah negara dengan rasio hutang tertinggi yakni dengan rasio hutang sebesar 142,8% dari hutang pemerintah terhadap GDP. Berikut adalah kronologis krisis ekonomi yang terjadi di Eropa. Pada tahun 2001, Yunani resmi masuk ke dalam Euro Zone (negara yang menggunakan Euro sebagai mata uang tunggal). Di tahun 2004, Yunani mengakui bahwa mereka memalsukan persyaratan untuk bisa masuk ke dalam Euro Zone (defisit anggaran Yunani tidak pernah ada di bawah 3% sejak tahun 1999 sehingga tidak sesuai dengan persyaratan untuk menjadi anggota Euro Zone. Kepanikan pasar global terjadi pada tahun 2008 disaat Lehman Brothers mengalami kebangrutan. Akibat dari kebangkrutan tersebut, GDP defisit Yunani meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan prediksi sebelumnya. Diawal tahun 2010, para pemimpin European Union (EU) mengadakan pertemuan darurat mengenai keadaan ekonomi Yunani yang semakin memburuk dan mengambil langkah untuk melindungi kestabilan keuangan Euro Zone. Pada bulan Mei 2010, Euro Zone setuju untuk memberikan paket bantuan sebesar 10 miliyar euro kepada Yunani dengan syarat pengetatan anggaran dana. Ditahun 2011, banyak perdana menteri negara-negara di Eropa mengundurkan diri akibat krisis ekonomi diatas, diantaranya adalah Perdana Menteri Portugal Jose Socrates, Perdana Menteri Yunani George Papandreou dan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi.

b. Tindakan Eropa Terkait Krisis

Kongres Amerika Serikat mencanangkan Dodd-Frank Wall Street Reform and Consumer Protection Act (P.L. 111-203) pada juli 2010 yang bertujuan untuk menangani permasalahan depresi ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 Kebijakan yang dilaksanakan oleh Amerika Serikat tersebut dinilai mampu menangani atau mengatasi depresi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat dengan melakukan pengawasan-pengawasan terhadap sektor-sektor ekonomi yang dianggap berperan penting dalam pertumbuhan atau dinamika perekonomian di Amerika Serikat. Kebijakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dalam menangani depresi ekonomi tersebut ternyata mengadopsi ketentuan yang telah dibuat atau didiskusikan oleh Uni Eropa beserta negara-negara yang tergabung di dalamnya. Pada Mei 2010, European Parliament Committee for Economic and Monetary Affairs menyetujui RUU yang bertujuan untuk memperkuat otoritas pengawas perbankan, asuransi dan dana pensiun. Hasilnya adalah dibentuknya sebuah lembaga pengawasan pada bidang perekonomian yaitu European Systemic Risks Board (ESRB) adalah sebuah lemabaga yang berada di bawah naungan Uni Eropa, lembaga ini bekerja dengan menganalisa ancaman-ancaman apa saja yang kemudian berpotensi untuk mengganggu perekonomian di Eropa.

Selain itu Uni Eropa membangun badan penyedia bantuan finansial atau European System of Financial Supervisors (ESFS) yang di dalamnya terdiri dari beberapa lembaga keuangan lainya seperti European Banking Authority (EBA), European Insurance Authority and Occupational Pension Authority (EIOPA) dan European Securities Authority (ESA) yang bertujuan untuk memberikan dana bantuan pada negara-negara di Eropa yang kesulitan dalam menangani krisis ekonomi yang sedang terjadi.

Dalam menanggapi krisis, negara-negara anggota Uni Eropa telah mengambil berbagai langkah untuk memastikan stabilitas keuangan, pertumbuhan dukungan dan kerja dan meningkatkan tata kelola ekonomi yang bertujuan untuk melawan krisis ekonomi yang sedang terjadi. Pada tahun 2011 Dewan dan Parlemen Eropa menyusun peraturan yang bertujuan untuk mengatur tata kelola perekonomian di Uni Eropa, hasilnmya adalah meningkatnya Stability and Growth Pact(SGP).SGP ini pada awalnya difokuskan untuk mengontrol defisit anggaran dan utang-utang negara-negara anggotga di Uni Eropa. Dalam perjalanannya SGP ini semakin berkembang dan berfokus memberdayakan negara-negara anggota Uni Eropa untuk nmampu menemukan solusi perekonomian yang lebih baik dalam jangka panjang dan mencegah permasalahan-permasalahan perekonomian baru yang mungkin masih bisa muncul di negara-negara Uni Eropa.

Untuk menjalankan kebijakan yang telah dicanangkan oleh Uni Eropa tersebut maka ada beberapa hal yang kemudian harus dipenuhi agar kebijakan nyang telah dicanangkan tersebut mampu terlaksana dengan baik yang diantaranya adalah pemerintahan yang mampu bekerjasama dengan baik, pajak yang dikenakan pada bank-bank di Eropa yang bertujuan untuk resolusi jangka panjang, adanya sebuah lembaga yang kemudian mampu melakukan tes stress pada bank-bank di Eropa yang bertujuan untuk memberikan atau menumbuhkan kepercayaan masyarakat Eropa terhadap sistem keuangan euro.

c. Tindakan Prancis Terkait KrisisDi akhir tahun 2008, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy merespon krisis yang terjadi dengan membentuk kementerian baru yang khusus mengelola paket stimulus dalam rangka penanganan krisis. Di masa krisis, Perancis juga memberi dukungan penuh kepada industri mobil mereka, sama seperti yang dilakukan oleh Jerman. Pada awalnya Pemerintah Perancis berencana memberikan bantuan kepada pabrikan Peugeot dan Renault dengan syarat keduanya dilarang menutup pabrik yang ada di Perancis. Uni Eropa tidak tinggal diam dan segera melakukan intervensi sehingga syarat tersebut akhirnya dibatalkan. Hal ini disebabkan adanya keberatan dari negara-negara di Eropa Selatan dan Tengah yang takut kedua pabrikan tersebut akan menutup pabrik di negara mereka.

Untuk membuat sistem keuangan Perancis lebih stabil, Presiden Sarkozy mengumumkan kebijakan paket stimulus senilai 33 miliar Dollar (26 miliar Euro) pada 2008 untuk meningkatkan investasi di sektor publik (pembangunan 70.000 rumah, pembangunan jalan dan rel, meningkatkan infrastruktur pelabuhan dan sungai, membangun/merenovasi universitas, penjara, pengadilan, monumen, dll). Paket stimulus ini juga termasuk pemberian 200 Euro kepada rumah tangga berpendapatan rendah dan pemberian pinjaman pada industri mobil domestik. Pemerintah membantu Peugeot dan Renault dalam bentuk jaminan kredit senilai 1,2 miliar Dollar serta menyediakan dana tambahan senilai 250 juta Dollar untuk divisi keuangan kedua pabrikan. Industri mobil dan aksesorisnya merupakan salah satu industri penting yang menyerap 10% tenaga kerja Perancis. Uniknya, demi menggenjot penjualan mobil sekaligus menyelamatkan industri mobil domestik, pemerintah akan memberi 1.000 Euro kepada setiap orang yang membeli mobil baru yang ramah lingkungan, dengan syarat seseorang tersebut memiliki mobil yang berusia di atas 10 tahun. Jumlah senilai 33 miliar Dollar tersebut belum termasuk 15 miliar Dollar yang telah direncanakan sebelumnya untuk memberikan keringanan kredit dan pajak pada perusahaan yang mulai diberlakukan tahun 2009.

Pemerintah Perancis membentuk 2 badan pemerintahan yang memberikan bantuan dana pada sektor-sektor yang membutuhkan, dengan nilai total lebih dari 500 miliar Dollar sampai tahun 2009. Badan pertama diberi wewenang menggunakan dana tak kurang dari 480 miliar Dollar untuk menjamin peminjaman antar bank yang terjadi sebelum 31 Desember 2009, yang berlaku selama 5 tahun. Badan kedua diberi wewenang menggunakan dana 60 miliar Dollar untuk mengganti struktur modal perusahaan yang hampir mengalami kebangkrutan dengan membeli saham perusahaan tersebut. Sejak tahun 2009, Pemerintah mulai bersikap ketat terhadap Bank Perancis yang menginginkan bantuan pemerintah, karena pada saat itu pemerintah telah menyuntikkan dana sebesar 15 miliar Dollar dalam sistem perbankan Perancis. Sejumlah syarat diajukan pemerintah, yaitu menunda pembayaran deviden bagi pemegang saham, menunda bonus bagi top manajemen, dan menambah jumlah kredit bagi klien seperti eksportir. Bank diharuskan menjalankan syarat-syarat tersebut apabila menginginkan bantuan tambahan.

Perancis sendiri sebenarnya menjadi salah satu negara yang getol membangun koordinasi antar negara-negara Eropa dalam merespon krisis keuangan. Akan tetapi, Perancis seringkali berseberangan pendapat dengan Jerman soal cara mengatasi krisis. Ketika Yunani secara fiskal tidak memiliki aset yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya, Uni Eropa kemudian bersedia memberikan bantuan kepada Yunani dengan keterlibatan IMF. Keterlibatan IMF sendiri merupakan dorongan dari Jerman yang sempat ditolak Perancis dengan alasan keterlibatan IMF dapat mempermalukan zona euro. Perbedaan pendapat lainnya terlihat ketika Perancis meminta European Central Bank (ECB) melakukan intervensi langsung dan melakukan pembelian obligasi milik pemerintah. Negara-negara Eropa Selatan mendukung hal tersebut, akan tetapi Jerman secara tegas menolak intervensi ECB, yang juga didukung pemerintah Belanda dan Finlandia. Tahun 2012, Perancis kembali berseteru dengan Jerman tentang ide penerbitan Eurobonds sebagai langkah mengatasi krisis. Penerbitan Eurobond didukung oleh Presiden Perancis Francois Hollande, PM Italia Mario Monti dan Presiden Komisi Eropa, J.M Barosso, satu-satunya penentang hanyalah Kanselir Jerman Angela Merkel. Eurobond sendiri adalah surat obligasi yang diterbitkan dan dijamin bersama oleh 17 negara zona euro.

Langkah lain yang juga diambil Perancis untuk mengatasi krisis adalah mendukung pembentukan solusi crisis management yang baru, yaitu European Stability Mechanism (ESM) selain mendukung ECB melakukan intervensi pada negara yang mengalami krisis. Perancis juga berusaha menambah pendapatan negara dengan cara meningkatkan pajak masyarakat dan mengurangi secara drastis anggaran belanja pemerintahan. Dengan begitu diharapkan Perancis dapat mengurangi defisit hingga 3% di tahun 2013. Kebijakan ini sering disebut sebagai Mr. Hollandes Plans, namun kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra di Perancis.

Perancis sebagai salah satu pendiri Uni Eropa, memprakarsai sebuah kerjasama perdagangan dengan Kanada melalui Comprehensive Economic and Trade Agreement (CETA), diharapkan dengan kerjasama ini dapat meningkatkan perdagangan bilateral UE-Canada sebesar 20%. Pada akhirnya sebelum melakukan kerjasama perdagangan antara Kanada-UE, Perancis dan Kanada berhasil membuat sebuah perjanjian awal yang disebut sebagai Canada-France Joint Action Plan, sebagai langkah awal sebelum membentuk kerjasama secara resmi dengan Uni Eropa. Terdapat tiga objektif yang dibahas dalam kerjasama tersebut, yaitu 1) Memperkuat kerjasama Perancis dan Kanada dalam hal daya saing, inovasi, dan ilmu pengetahuan & teknologi; 2) Mendukung perusahaan Kadana dan Perancis dalam ranah pengembangan bisnis, akses pasar, dan promosi investasi lintas negara; 3) Terus mengawasi dan saling menginformasikan selama proses negosiasi dan setelah tanda tangan CETA antara Kanada dan UE agar benar-benar memberikan keuntungan bagi semua pihak ketika perjanjin ini dilakukan.

Blanning. The Oxford History of Modern Europe. (New York: Oxford University Press, 2000). Hlm. 186.

Ibid

Ibid. Hlm. 87

Ibid.

Ibid. Hlm. 187-188

Ibid. Hlm. 188.

Ibid.

Ibid. Hlm. 188-189.

Ibid. Hlm.189.

Ibid.

Ibid.

Ibid.

Ibid.

Ibid.

Ibid. Hlm. 190.

Ibid. Hlm. 190-191.

Ibid. Hlm. 191.

Ibid. Hlm. 191-192.

Ibid. Hlm. 192.

Ibid. Hlm. 192-193.

Ibid. Hlm. 193.

Ibid. Hlm. 193-194.

Ibid. Hlm. 194.

Ibid.

Ibid. Hlm. 194-195.

Ibid. Hlm. 195.

Ibid.

Ibid. Hlm. 195-196.

Ibid. Hlm. 196.

Ibid. Hlm. 197.

Ibid.

Ibid. Hlm. 197-198.

Ibid. Hlm. 198.

Ibid. Hlm. 198-199.

Ibid. Hlm. 199.

HYPERLINK "http://www.suaramerdeka.com/harian/0801/07/ragam03.htm" http://www.suaramerdeka.com/harian/0801/07/ragam03.htm

Diakses dari HYPERLINK "http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/01/03/menelusuri-krisis-eropa-422241.html" http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/01/03/menelusuri-krisis-eropa-422241.html pada tanggal 11 Oktober 2014

Diakses dari HYPERLINK "http://www.bloomberg.com/news/2011-11-07/europe-timeline-maastricht-to-papandreou.html" http://www.bloomberg.com/news/2011-11-07/europe-timeline-maastricht-to-papandreou.html pada tanggal 11 Oktober 2014

The European Unions Response to the 2007-2009 Financial Crisis

http://www.eurozone.europa.eu/euro-area/topics/the-eus-response-to-the-crisis/

The European Unions Response to the 2007-2009 Financial Crisis

Regan, Aidan. 2012. National Policy Responses to the Financial Crisis in Europe, hlm.5-6.

Jackson, James K.. 2009. The Financial Crisis: Impact on and Response by The European Union, diakses melalui HYPERLINK "http://assets.opencrs.com/rpts/R40415_20090624.pdf" http://assets.opencrs.com/rpts/R40415_20090624.pdf , hlm.26.

OECD. 2009. Policy Responses to the Economic Crisis: Investing in Innovation for Long-Term Growth, diakses melalui HYPERLINK "http://www.oecd.org/sti/42983414.pdf" http://www.oecd.org/sti/42983414.pdf pada 11 Oktober 2014, hlm.34.

Ibid, hlm.22.

Ibid, hlm.26.

Regan, Aidan. 2012. National Policy Responses to the Financial Crisis in Europe, hlm.6.

Santi, A Joice Tauri. 2012. Berbagi Risiko Melalui Penerbitan Eurobonds, diakses melalui HYPERLINK "http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/05/26/05531288/Berbagi.Risiko.Melalui.Penerbitan.Eurobonds" http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/05/26/05531288/Berbagi.Risiko.Melalui.Penerbitan.Eurobonds pada 13 Oktober 2014.

Horobin, William. 2014. French Minister Criticize Economic Policy, diakses melalui HYPERLINK "http://online.wsj.com/articles/arnaud-montebourg-criticizes-french-austerity-policies-1408807549" http://online.wsj.com/articles/arnaud-montebourg-criticizes-french-austerity-policies-1408807549 pada 12 Oktober 2014

Economic Profile - France, diakses melalui HYPERLINK "http://www.tradecommissioner.gc.ca/eng/document.jsp?did=61739&cid=113&oid=143" http://www.tradecommissioner.gc.ca/eng/document.jsp?did=61739&cid=113&oid=143 pada 12 Oktober 2014.


Top Related