perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BERBASIS MASYARAKAT
DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR PERUSAHAAN
(Kasus Program CSR PT Tirta Investama Di Kabupaten Klaten Jawa Tengah)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Penyuluhan Pembangunan
Minat Utama: Manajemen Pengembangan Masyarakat
Oleh:
Edy Triyanto
S630908002
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Edy Triyanto
NIM : S630908002
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Corporate Social
Responsibility (CSR) Berbasis Masyarakat Dan Pemberdayaan Masyarakat Sekitar
Perusahaan (Kasus Program CSR PT Tirta Investama Di Kabupaten Klaten Jawa
Tengah adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis
tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2012
Yang membuat pernyataan,
Edy Triyanto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Allhamdulillahirobbil’allamin. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT atas segala kemurahan rahmat-Nya selama ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini yang berjudul Corporate Social Responsibility (CSR) Berbasis
Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Perusahaan (Kasus Program
CSR PT Tirta Investama di Kabupaten Klaten Jawa Tengah).
Tesis ini merupakan sebagian persyaratan untuk untuk mencapai derajat
Magister (S2) pada Program Studi Penyuluhan Pembangunan Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis sadar bahwa apa yang telah diraih bukan
semata-mata keberhasilan pribadi melainkan juga berkat bimbingan, kepedulian,
dorongan serta bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Direktur Program Pascasarjana, Ketua dan Sekretaris Program Studi yang telah
mengizinkan penulis mengikuti pendidikan jenjang magister pada Program Studi
Penyuluhan Pembangunan, Minat Utama Manajemen Pengembangan Masyarakat,
Program Pascasarjana UNS
2. Dr. Ir Tubagus Hasanudin, MS dan Dr. Mahendra Wijaya, MS, masing-masing
sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah dengan sepenuh hati
membimbing penulis menyelesaikan dan menghasilkan karya ilmiah ini.
3. Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si, dan Dr. Ir. Suwarto, M.Si, masing-masing sebagai
Ketua dan Sekretaris Tim Penguji yang telah menguji penulis mempertanggung-
jawabkan hasil karya ilmiah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
4. Almarhum Prof. HB. Sutopo, M.Sc., M.Sc., Ph.D. guru dan teman diskusi penulis
selama lebih dari 15 tahun yang telah memberikan dasar dan pengembangan
metode kualitatif untuk program pengembangan masyarakat.
5. Pimpinan dan staf PT TIV kantor Klaten, para kepala desa beserta aparat desa
(Daleman, Karanglo, Kebonharjo, Keprabon, Polan, Wangen) Kabupaten Klaten
yang telah berkenan memberikan ijin dan dukungan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
6. Pengurus dan anggota kelompok masyarakat beserta kader masyarakat serta
sejumlah tokoh masyarakat di desa (Daleman, Karanglo, Kebonharjo, Keprabon,
Polan, Wangen) Kabupaten Klaten yang secara tulus dan jujur berkenan melayani
penulis dalam melakukan penelitian.
7. Drs. Mulyono, M.Sc, Sutomo, Adhianty Nurjanah, S.Sos, M.Si, Tuti Turingsih,
Asteria Agustinawati, A.Md, Edy Paryanto, SP, Doni Bagus Isakandar,SP, Deny
Tri Haryanto, SP, Dra. Dwi Heri Puspawati, Astri Mulia Nurlaili, SP, Senny serta
rekan-rekan lain di Yayasan Insan Sembada (YIS) yang dengan caranya masing-
masing telah memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi
lanjut magister di Program Pascasarjana UNS.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Salah satu momen capaian terbaik dalam hidupku ini,
secara khusus aku persembahkan untuk orang-orang
terkasihku:
§ Kedua orang tuaku yang senantiasa mendoakan aku
untuk keselamatan dan kebaikanku.
§ Aditya Marianti, isteriku yang pintar dan sabar
serta anak-anaku Safira Chairani Dimarti, Jasmine
Mazaya Dimarti, dan Nadhira Madania Dimarti,
yang telah dan akan selalu menjadi sumber
inspirasi dan motivasiku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN TIM PEMBIMBING ………………………..
LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI ………………………………
PERNYATAAN ……………………………………………………………
KATA PENGANTAR ...........................................................................
PERSEMBAHAN …………………………………………………………
DAFTAR ISI ..............................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
ABSTRAK ……………….…………………………………………………
ABSTRACT………………………………………………………………….
ii
iii
iv
v
vii
viii
xi
xii
xiii
xiv
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 10
D. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................... 11
II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR…………........................ 12
A. Kajian Teori……............................................................................ 12
1.
2.
3.
4.
5.
Pembangunan Masyarakat ….................................................
Pemberdayaan Sebagai Spirit Pembangunan Masyarakat .....
Partisipasi Dalam Pemberdayaan …………………………...
Corporate Social Responsibility (CSR) .................................
Corporate Social Responsibility (CSR) Berbasis Masyarakat
12
29
31
38
49
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 50
C. Kerangka Pikir ............................................................................... 51
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 55
A. Lokasi Penelitian ........................................................................... 55
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ...................................................... 55
C. Teknik Sampling dan Populasi ...................................................... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
D. Jenis Data dan Sumber Data .......................................................... 58
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 59
F. Validitas Data ................................................................................ 61
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 62
H Tahap Kegiatan Penelitian ............................................................ 63
IV SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN 64
A. Sajian Data ……………………………………………………… 64
1. Kondisi Umum …………………. ………………………… 64
2. Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Penelitian…… 65
3. PT Tirta Investama (TIV)………………………………….. 80
a. Perkembangan Perusahaan……………………………. 80
b. Program CSR PT TIV…………………………………. 81
1). Kerjasama dengan CIRAD……………………… 82
2). Kerjasama dengan TNGM………………………. 83
3). Kerjasama dengan YPAM………………………. 84
4). Kerjasama dengan UGM………………………… 84
5). Kerjasama dengan Bina Swadaya………………. 85
6). Kerjasama dengan YIS…………………………. 86
4. Implementasi Program CSR Berbasis Masyarakat PT TIV
di Klaten dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat …….
87
a. Tahap Penilaian Kebutuhan Masyarakat…………….. 88
b. Tahap Perencanaan Program…………………………. 93
c. Tahap Persiapan Pelaksanaan Program……………….. 96
d. Tahap Pelaksanaan Program………………………….. 97
1). Pembentukan dan Penyegaran Kelompok……… 98
2). Pertanian Ramah Lingkungan………………….. 103
3). Stimulan Dana Bergulir………………………… 115
4). Pendampingan Kelompok……………………….. 127
5). Penyusunan Peraturan Desa (Perdes)…………… 132
e. Tahap Monitoring Program………………………….. 134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Program CSR
Berbasis Masyarakat PT TIV di Klaten Jawa Tengah………
136
a. Partisipasi Masyarakat Tahap Penilaian Kebutuhan
Dirinya………………………………………………….
136
b. Partisipasi Masyarakat Tahap Perencanaan Program….. 138
c. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Persiapan
Pelaksanaan Program.………………………………...
139
d. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan
Program………………………………………………..
140
e. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Monitoring
Program……………………………………………….
145
f. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Menikmati Hasil… 146
6. Output Program CSR Berbasis Masyarakat PT TIV Klaten.. 147
a. Aspek Ekonomi………………………………………... 147
b. Aspek Sosial…………………………………………… 149
c. Aspek Lingkungan…………………………………….. 150
B. Pembahasan 153
V. PENUTUP 174
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 174
B. Implikasi ………………………………………………………… 176
C. Saran………..……………………………………………………. 176
DAFTAR PUSTAKA …................................................................................ 180
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbedaan Dua Tipologi Model Pembangunan ……………….. 14 2. Jenis Data dan Sumber Data…………………………………… 58 3. Luas Wilayah dan Luas Lahan Pertanian Desa Penelitian……. 68 4. Jumlah Penduduk dan Jumlah Petani di Desa Penelitian …...... 69 5. Jumlah Penduduk Miskin Di Desa Penelitian………………….. 72 6. Kondisi Awal Kelompok Tani Sebelum Program CSR………… 77 7. Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian Di Enam Desa Dalam Satu
Tahun…………………………………………………………….. 78
8. Ruang Lingkup Pekerjaan YIS Dalam Program CSR PT TIV….. 87 9. Muatan Program CSR PT TIV dari Aspek Ekonomi, Sosial, Dan
Lingkungan………………………………………………………. 94
10. Nama Kelompok, Jumlah Anggota Kelompok Dan Jenis Usaha... 100 11. Data Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Dan Jumlah Peserta… 105 12. Jumlah Kelompok Tanam, Kemampuan Tanam, dan Luas Lahan
Pertanian ……………………………………………………….... 110
13. Rata-Rata Hasil Pertanian Padi Ramah Lingkungan…………...... 111 14. Jumlah Petani dan Luas Lahan Pertanian Organik Mandiri……... 113 15. Daftar Kelompok Penerima Bantuan Dana Bergulir ……………. 119 16. Perbandingan Perkembangan Modal dan Peminjam Dana
Bergulir Setelah Satu Tahun Bergulir………………………….. 122
17. Perbandingan Jumlah Petani Peminjam Dana Bergulir Dengan Petani Ramah Lingkungan Secara Mandiri Di Enam Desa…….
125
18. Jadwal Pertemuan Rutin Kelompok……………………………. 129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skematik Kerangka Pikir Penelitian ……………………………. 54 2. Teknik Analisis Data Model Interaktif…………………………. 62 3. Peta Desa Penelitian… ………………………………………….. 66 4. Mekanisme Pembentukan dan Penyegaran Kelompok …………. 99 5. Tahap Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan …………... 104 6. Tahap Pengelolaan Pertanian Ramah Lingkungan……………... 107 7. Tahap Penerapan Model Dana Bergulir ………………………… 117 8. Mekanisme Pengelolaan Dana Bergulir ………………………… 121 9. Pola Partisipasi Leher Botol…………………………………….. 171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRAK
Edy Triyanto, S630908002. 2011. Corporate Social Responsibility (CSR) Dan Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Perusahaan (Kasus Program CSR PT Tirta Investama Di Kabupaten Klaten Jawa Tengah). Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Dr. Ir. Tubagus Hasanudin, MS. Pembimbing II Dr. Mahendra Wijaya, MS.
Program CSR saat ini mendapat perhatian serius dari pemerintah sebagai salah satu unsur pendukung pembangunan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan program CSR berbasis masyarakat PT Tirta Investama dalam rangka memberdayakan masyarakat, beserta karakter partisipasi masyarakat dalam implementasi program tersebut. Penelitian ini merupakan studi kasus tunggal dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang dilakukan di enam desa di sekitar pabrik Danone Aqua milik PT Tirta Investama Klaten. Data-data dalam penelitian ini mencakup data kualitatif dan data kuantitatif yang terkait dengan tujuan penelitian. Sumber data penelitian terdiri dari manusia, objek peristiwa, serta dokumen. Penggalian data dilakukan dengan teknik observasi partisipasi, wawancara mendalam, studi dokumen dan diskusi terfokus. Analisis data menggunakan model Miles & Huberman atau yang dikenal dengan analisis model interaktif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Program CSR Berbasis Masyarakat PT TIV Klaten di enam desa di sekitar perusahaan mampu melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan. Kemampuan program sangat ditentukan oleh tiga hal penting, yaitu: Pertama, pemilihan dan penetapan isu untuk dijadikan muatan program CSR meliputi; pemberdayaan masyarakat, penguatan ekonomi, kepaduan sosial (social cohesion), serta menyangkut lingkungan yang dilakukan secara bersamaan. Kedua, menerapkan pendekatan berbasis masyarakat dengan cara menempatkan kebutuhan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sebagai orientasi utama untuk menyusun program CSR. Ketiga, melakukan pengarusutamaan (mainstreaming) isu pemberdayaan masyarakat dalam implementasi program CSR dengan cara menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam setiap tahap implementasi program. Kualitas pengarusutamaan isu pemberdayaan masyarakat dalam program CSR sangat dipengaruhi oleh kualitas partisipasi masyarakat.
Penelitian Program CSR Berbasis Masyarakat PT TIV di Klaten juga menemukan bahwa belum semua tujuan kegiatan dapat tercapai karena dalam pelaksanaannya lebih mengedepankan pendekatan pragmatisme sehingga terjadi penyederhanaan indikator keberdayaan masyarakat dengan cara lebih memfokuskan unsur hasil yang segera bisa dilihat dan diukur, serta tidak melihat unsur proses dan visi pada masyarakat seperti kreativitas, kemandirian serta berpikir dan bertindak kritis.
Keywords: corporate social responsibility (CSR), pemberdayaan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRACT
Edy Triyanto, S630908002. 2012. Corporate Social Responsibility (CSR) and Empowerment of Society Living Around the Company (A Case of CSR Program of PT Tirta Investama in District of Klaten Central Java). Thesis: Postgraduate Program, Sebelas Maret University Surakarta. Supervisor I Dr. Ir. Tubagus Hasanudin, MS. Supervisor II Dr. Mahendra Wijaya, MS.
CSR Program currently gets a serious attention from the government as one of the elements that support national development. This study aimed to know the effectiveness of the implementation of society-based CSR program of PT Tirta Investama in order to empower the society, and to know the characters of the societal participation during the implementation of the program. This study is a single-case study using descriptive-qualitative approach in six villages around the Danone Aqua plant owned by PT Tirta Investama Klaten. The data in this research includes qualitative and quantitative data related to the objective of the research. The data sources comprising human, objects of events and documents. The data was obtained through several techniques i.e. participative observation, in-depth interview, documentary study, and focus group discussion. The data was analyzed using Miles & Huberman model, or more commonly known as interactive model analysis.
Result shows that society-based CSR program of PT Tirta Investama Klaten in six villages around the plant was effective enough to empower the society living around the plant. The effectiveness of the program is strongly influenced by three important factors, they are: First, the selection and the determining of the issues to be used as the content of the CSR program, comprising society empowerment, economical reinforcement, social cohesion, and environmental issues, and all are done simultaneously. Second, the implementation of the society-based approach by placing the needs and the values prevail in the society as the main orientation to arrange the CSR program. Third, to conduct mainstreaming of society empowerment issues in the implementation of CSR program by positioning the society as the main players in each stage of the program implementation. The quality of mainstreaming of society empowerment issue in the CSR program is strongly influenced by the quality of the society participation.
The study on society-based CSR program of PT Tirta Investama in Klaten also concludes that the findings of several activities were not optimal due to the emphasize of the implementation was setting out predominantly the pragmatism approach which in turn has simplified the indicators of society empowerment, i.e. that the society empowerment was obtained only from readily seen and measured results.
Keywords: corporate social responsibility, society empowerment
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesadaran perusahaan tentang pentingnya mempraktekan tanggung jawab
sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) berjalan seiring dengan
kecenderungan global mereka mengutamakan para pemangku kepentingan
(stakeholders). Meskipun demikian, ada sebagian dari mereka yang enggan
mempraktekan CSR dengan alasan mereka telah menerapkan semua kewajiban
sebagai entitas bisnis. Diskursus mengenai CSR di tanah air mencapai puncaknya
ketika DPR mengesahkan dua perangkat hukum, yakni Undang-undang Nomor 25
tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan Undang-undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Dalam kedua undang-undang
(UUPM Pasal 15 Ayat b dan UUPT Pasal 74 Ayat 1, 2, 3, dan 4), pemerintah
mewajibkan para penanam saham atau perseroan terbatas yang bergerak di bidang
sumber daya alam untuk melakukan kegiatan CSR.
Salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan CSR adalah PT Tirta
Investama (TIV), perusahaan pelopor produk air minum dalam kemasan di Indonesia
dengan merek dagang AQUA. Perusahaan didirikan pada 23 Pebruari 1973 oleh Tirto
Utomo dengan nama PT Aqua Golden Mississippi. Tahun 1998, Aqua bergabung
dengan Group Danone dari Perancis, yang merupakan salah satu kelompok
perusahaan air minum dalam kemasan terbesar di dunia. Dua tahun berikutnya,
bertepatan dengan pergantian milenium, Aqua meluncurkan produk berlabel Danone-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Aqua. Satu tahun berikutnya, 2001, Danone meningkatkan kepemilikan saham dari
40% menjadi 71% dan menjadi pemegang saham mayoritas (www.aqua.com)
Menurut Yann Brault, Direktur Sustainable Development Danone Aqua
(2010), fokus Program CSR Danone Aqua yang berada dalam naungan Aqua Lestari
meliputi; akses air bersih dan penyehatan lingkungan, konservasi dan pendidikan
lingkungan, pengelolaan sumber daya air dan pertanian organik, pemantauan dan
pengurangan jejak karbon (CO2 footprint), sumbang 10 liter air. Sasaran wilayah
program adalah daerah yang terdapat pabrik Aqua mau pun daerah yang tidak terdapat
pabrik Aqua antara lain di Brastagi (Sumatera Utara), Lampung Timur, Citereup dan
Lido (Bogor, Jawa Barat), Desa Mekarsari, Desa Caringin dan Desa Babakan Pari
(Sukabumi, Jawa Barat), Kebon Candi (Pasuruan, Jawa Timur) dan Klaten (Jawa
Tengah) (Sumber: http://bataviase.co. id/node/252904).
Program CSR PT Tirta Investama di wilayah Klaten yang memberi warna
berbeda adalah Program Pemberdayaan Masyarakat di 6 (enam) desa yang tersebar di
2 (dua) kecamatan di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Desa-desa tersebut
adalah Desa Polan, Desa Karanglo, Desa Kebonharjo, Desa Keprabon, Desa Wangen,
kelimanya berada di Kecamatan Polanharjo, dan Desa Daleman di Kecamatan
Tulung. Dalam konteks lingkungan pabrik, desa-desa tersebut berada di wilayah Ring
I (satu), artinya wilayah yang paling dekat lokasinya dengan tempat pabrik beroperasi.
Sebagai daerah yang paling dekat dengan lokasi pabrik maka desa-desa di wilayah
Ring I akan terkena dampak dari keberadaan sebuah perusahaan atau pabrik. Menurut
Nana Suharna dalam Isa Wahyudi (2008), dampak tersebut dapat dibagi ke dalam tiga
bidang yakni yang berhubungan dengan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Program CSR dimaksud memiliki warna berbeda karena program tersebut
dikembangkan dengan semaksimal mungkin melibatkan masyarakat pada seluruh
tahapan pengelolaan program. Didahului dengan kegiatan penilaian kebutuhan (need
assessment), perencanaan program, pelaksanaan program, sampai tahap pengendalian
program, seluruhnya melibatkan masyarakat di dalamnya. Proses tersebut menjadi
nilai tambah karena sebelumnya telah ada kegiatan CSR dari PT TIV bekerja sama
dengan beberapa mitra kerja di enam desa tersebut tetapi hasilnya belum sesuai
harapan. Bahkan hubungan antara PT TIV dengan masyarakat desa sekitar pabrik
masih belum berjalan harmonis.
Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat di 6 (enam) Desa PT TIV
melibatkan Yayasan Insan Sembada (YIS), sebuah lembaga swadaya masyarakat
yang berkedudukan di Solo dan sebelum 2010 lebih dikenal dengan nama Yayasan
Indonesia Sejahtera, sebagai pihak ketiga dalam kerjasama tersebut. Pelibatan YIS
dalam program tersebut dengan beberapa alasan strategis; Pertama, YIS memahami
karakteristik masyarakat wilayah Klaten oleh karena pernah berprogram cukup lama
di wilayah tersebut. Kedua, oleh karena dianggap berjasa, YIS dikenal dan diterima
baik oleh masyarakat wilayah Klaten. Ketiga, YIS memiliki pengalaman dan
kompetensi di bidang pemberdayaan masyarakat. YIS diberi kebebasan untuk
berperan dalam pengelolaan program CSR, sebagai mediator, fasilitator, sekaligus
konsultan program. Kebebasan tersebut pula yang menginisiasi YIS untuk
menerapkan pendekatan berbasis masyarakat dalam program CSR PT TIV.
Pelaksanaan program diawali dengan pelaksanaan penilaian kebutuhan
masyarakat di desa-desa di wilayah program CSR secara partisipatif pada tahun 2008
oleh YIS bersama masyarakat. Penilaian kebutuhan difokuskan kepada masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
petani oleh karena mereka adalah komunitas yang paling banyak membutuhkan air
untuk kegiatan produktif mereka. Hasil penelitian pendahuluan selama satu bulan
berupa baseline data kondisi sosial desa-desa dikembangkan menjadi peta masalah
dan peta potensi wilayah. Selama satu bulan dilakukan penilaian kebutuhan
masyarakat di enam desa diperoleh simpulan hasil bahwa kualitas kehidupan
masyarakat petani di sekitar pabrik terus menurun yang ditandai dengan menurunnya
pendapatan. Hasil penilaian kebutuhan oleh YIS bersama masyarakat pada tahun 1998
menyimpulkan bahwa setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan penurunan
kualitas hidup para petani di sekitar pabrik, yaitu:
1. Kegiatan pertanian kurang diminati oleh sebagian besar masyarakat
Sebagian besar masyarakat kurang tertarik pada pertanian oleh karena
pertanian tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup yang disebabkan oleh:
a. Tingginya biaya produksi pertanian
Disebabkan oleh sistem penyediaan sarana produksi pertanian dikuasai
tengkulak serta ongkos tenaga buruh tani sangat mahal. Koperasi unit desa
yang semula direncanakan menyediakan sarana produksi pertanian tidak
mampu bersaing dengan tengkulak, sementara tenaga buruh tani mahal dan
sulit diperoleh karena dampak industrialisasi yang terlalu cepat berkembang di
desa dan telah menaikan ongkos tenaga kerja.
b. Menurunnya produktivitas lahan
Disebabkan oleh semakin sering terjadinya banjir yang merusakan sawah,
serta menurunnya tingkat kesuburan tanah akibat pemakaian pupuk kimia oleh
para petani secara berlebihan. Tidak ditemukan data kuantitatif dari petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yang menunjukan penurunan produktivitas lahan pertanian dengan alasan para
petani langsung menjual hasil panen kepada para tengkulak. Para petani hanya
menerima uang hasil panenan dari para tengkulak yang mereka rasakan terus
menurun dari waktu ke waktu karena produktivitas lahan menurun.
Produktivitas lahan pertanian Desa Polan pada Semester II 2007 rata-rata 5,5
ton gabah basah setiap hektar. Hasil ini menurut salah seorang perangkat Desa
Polan lebih rendah dibandingkan hasil rata-rata sebelumnya.
c. Harga jual pasca panen rendah
Disebabkan harga jual hasil pertanian ditentukan tengkulak yang menguasai
jaringan pemasaran hasil-hasil pertanian dari hulu sampai hilir. Para tengkulak
mendatangi petani di masing-masing desa dan menawar langsung padi yang
belum mencapai umur panen, serta dibayar di depan (tunai). Layanan jemput
langsung para tengkulak menjadi daya tarik petani untuk segera menjual hasil
panen mereka.
Selain itu, para tengkulak juga menguasai jalur distribusi sarana produksi
pertanian (saprotan) sehingga bisa mengatur harga jual saprotan sesuai standar
tengkulak.
2. Terbatasnya kegiatan ekonomi produktif masyarakat
Pilihan masyarakat terhadap kegiatan ekonomi produktif alternatif masih
sangat terbatas. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan masyarakat
menciptakan peluang usaha baru sesuai potensi lingkungan. Sementara waktu
luang yang dimiliki petani belum dimanfaatkan secara baik untuk menciptakan
kegiatan ekonomi produktif baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Home industry yang ada belum berkembang dengan baik, hal ini
disebabkan oleh rendahnya daya kreativitas dan inovasi produk, kurangnya modal
usaha, terbatasnya akses jaringan pasar home industry, serta tidak adanya wadah
bersama dari para pelaku usaha home industry. Meskipun home industry mampu
menyerap tenaga kerja cukup banyak serta memiliki prospek bagus untuk
berkembang, namun belum mendapatkan perhatian dari berbagai pihak sehingga
tidak dapat berkembang dengan baik.
3. Kesadaran konservasi lingkungan dan kesehatan masih rendah.
Secara umum kesadaran masyarakat menjaga konservasi lingkungan dan
kesehatan masih rendah. Saat ini dampak tersebut belum muncul, namun jika
tidak terkendalikan, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan persoalan
besar, yakni mewabahnya penyakit yang disebabkan oleh rusaknya konservasi
lingkungan (Laporan need assessment Program CSR PT TIV oleh YIS, 2008).
Selanjutnya, melalui proses partisipatif yang difasilitasi oleh YIS, berbagai
elemen masyarakat di desa-desa lokasi dilakukannya need assessment, menyusun
rencana program pembangunan masyarakat sesuai peta masalah dan peta potensi yang
dimiliki masyarakat dengan memanfaatkan hasil penelitian pendahuluan. Rencana
program yang berhasil disusun sangat kental dengan partisipasi masyarakat di
dalamnya karena masyarakat sudah terlibat bahkan sejak proses penelitian
pendahuluan dengan menjadi nara sumber, dilanjutkan dengan proses penyusunan
rencana program dengan menjadi pelaku utama.
Faktor substansi baseline data dan proses partisipasi masyarakat yang sangat
kuat, berpengaruh terhadap orientasi rencana program, yakni berpusat kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
masyarakat. Proses penyusunan rencana program dengan unsur partisipasi masyarakat
yang sangat kental dan hasilnya berupa rencana program yang sangat kuat berpusat
kepada masyarakat sering disebut dengan program berbasis masyarakat, yakni
program kerja yang disusun dengan inisiasi dari masyarakat, dilakukan oleh
masyarakat, dan hasilnya berorientasi untuk masyarakat.
Dalam dialog antara masyarakat dengan PT Tirta Investama yang difasilitasi
YIS, dicapai kesepakatan bahwa PT Tirta Investama bersedia memberikan bantuan
dana dengan beberapa alasan, yakni: Pertama, usulan program dari masyarakat
memenuhi komitmen perusahaan, khususnya dalam hal pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan. Kedua, model usulan program dari masyarakat berbeda dengan
model-model CSR yang selama ini telah dikembangkan PT Tirta Investama. Model
dimaksud adalah CSR berbasis masyarakat yang diyakini memiliki dampak terhadap
upaya pemberdayaan masyarakat lebih signifikan. Ketiga, masyarakat bersedia
memberikan sejumlah kontribusi terhadap pelaksanaan program. Keempat, sebagai uji
coba, program tersebut akan menjadi demonstration plot (demplot) untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun (Dokumen Dialog PT TIV dengan Masyarakat, 2008).
Dari sisi masyarakat, implementasi program pemberdayaan masyarakat di
enam desa selama satu tahun memiliki peran strategis oleh karena akan menjadi
pemicu dan pemacu bagi keberlanjutan program sejenis pada waktu yang akan datang.
Bagi PT TIV, implementasi Program CSR Berbasis Masyarakat bagi masyarakat di
enam desa sekitar pabrik di Klaten bisa menjadi salah satu bentuk perwujudan
komitmen ganda perusahaan. Komitmen ganda yang dimaksud, seperti diucapkan
Bernard Ducros, Presiden Direktur PT Tirta Investama (2009), adalah; Pertama,
komitmen menjalankan bisnis sebaik mungkin hingga mencapai kesuksesan. Kedua,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
komitmen kepada masyarakat termasuk dalam aspek-aspek sosial (Media Indonesia,
Senin 30 Nopember 2009).
Pernyataan Bernard Ducros (2009) tentang komitmen ganda PT TIV sangat
mungkin dilatarbelakangi oleh pengalaman perusahaan tersebut selama beroperasi di
Klaten yang tidak jarang mendapat tanggapan kurang bersahabat dari masyarakat
sekitar perusahaan. Masyarakat menilai bahwa kehadiran PT TIV tidak banyak
memberikan dampak positif bagi masyarakat, sebaliknya lebih sering memberikan
dampak merugikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Keberadaan PT TIV dengan mesin produksinya di Dukuh Wareng Desa
Wangen yang menghasilkan suara dan getaran selama 24 jam, dinilai oleh masyarakat
setempat dan masyarakat Desa Karanglo yang berbatasan dengan Desa Wangen,
menjadi penyebab munculnya keluhan sering pusing dan capai oleh karena mereka
tidak dapat istirahat dengan tenang dan nyaman. Demikian pula dengan lalu lalang
kendaraan berat selama 24 jam yang mengangkut produksi air minum dalam kemasan
(AMDK) melewati jalan-jalan desa Wangen, Keprabon, Karanglo, dan Kebonharjo
dinilai oleh masyarakat setempat telah menyebabkan polusi udara, mempercepat
kerusakan rumah-rumah di tepi jalan oleh karena getaran yang terus menerus yang
disebabkan oleh kendaraan berat yang lewat, serta menjadi penyebab rusaknya jalan-
jalan desa (Laporan need assessment Program CSR PT TIV oleh YIS, 2008).
Aspek lain yang dinilai masyarakat ikut dirugikan dengan kehadiran PT TIV
adalah pertanian. Sebagian masyarakat Desa Karanglo menilai bahwa kehadiran PT
TIV telah mengurangi debit air yang selama itu mereka butuhkan untuk pengairan
pertanian. Sebagian besar masyarakat yang tinggal berdekatan dengan pabrik tidak
merasakan berkurangnya debit air setelah kehadiran PT TIV, kalaupun terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
penurunan debit mereka anggap tidak terlalu berarti karena mereka bisa panen
setahun sampai 3 (tiga) kali. Sementara masyarakat yang tinggal agak jauh dari pabrik
PT TIV, sekitar 8 km seperti di wilayah Delanggu merasakan benar penuruan debit air
tersebut, apalagi pada saat musim kemarau.
Para petani di Desa Daleman, Karanglo, Kebonharjo, Keprabon, Polan, dan
Wangen juga menilai bahwa kehadiran PT TIV di sekitar mereka telah memberikan
dampak besar yang kurang menguntungkan dalam mengelola sawah. Ongkos tenaga
kerja menjadi lebih mahal oleh karena para buruh tani membandingkan dengan
ongkos buruh di pabrik PT TIV. Ketersediaan tenaga kerja di sektor pertanian,
khususnya tenaga tanam, menjadi lebih sulit oleh karena semakin sedikit anak-anak
muda yang mau menjadi petani. Anak-anak muda lebih tertarik menjadi buruh pabrik
PT TIV yang menurut mereka dinilai memberikan harapan hidup lebih baik dari pada
menjadi seorang petani (Laporan need assessment Program CSR PT TIV oleh YIS,
2008).
Beberapa program CSR PT TIV yang dikelola bersama dengan pemerintah
Kabupaten Klaten, LSM, serta perguruan tinggi belum mampu memenuhi harapan
masyarakat sehingga kekecewaan masyarakat terhadap PT TIV terus muncul yang
diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti demo (kasus Desa Karanglo), serta
berbagai tuntutan lain kepada PT TIV. Adanya usulan program berbasis masyarakat
dengan berbagai karakternya, dinilai oleh PT TIV mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat yang pada ujungnya mampu membangun kualitas interaksi perusahaan
dengan masyarakat menjadi lebih baik. Itu sebabnya PT TIV bersedia memberikan
bantuan kerjasama terhadap program tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Setelah satu tahun program berjalan, dibutuhkan penilaian menyeluruh
terhadap capaian dan kinerja program; apakah capaian program sesuai rencana yang
dibuat sebelumnya, apakah capaian yang diperoleh mengerucut pada upaya
pemecahan masalah atau tidak, bagaimana partisipasi masyarakat berpengaruh
terhadap pengelolaan program dan sebagainya. Hasil penilaian dibutuhkan oleh
masyarakat dan berbagai pihak terkait untuk mengambil keputusan secara tepat
berkenaan dengan keberlanjutan program yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian aplikasi untuk mengevaluasi program
untuk menjawab lima pertanyaan pokok yaitu:
1. Bagaimanakah Implementasi Program CSR Berbasis Masyarakat PT Tirta
Investama di Kabupaten Klaten dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekitar
PT Tirta Investama?
2. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam implementasi Program CSR Berbasis
Masyarakat PT Tirta Investama terhadap upaya pemberdayaan masyarakat sekitar
PT Tirta Investama di Kabupaten Klaten?
3. Apa saja out put implementasi Program CSR Berbasis Masyarakat PT Tirta
Investama di Kabupaten Klaten dari aspek ekonomi, aspek social, dan aspek
lingkungan dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekitar PT Tirta Investama?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan lima pertanyaan pokok hasil dari identifikasi masalah, maka
penelitian ini bertujuan untuk memahami:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1. Efektivitas implementasi Program CSR Berbasis Masyrakat PT Tirta Investama di
Kabupaten Klaten dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekitar PT Tirta
Investama.
2. Partisipasi masyarakat dalam implementasi Program CSR Berbasis Masyarakat
PT Tirta Investama di Kabupaten Klaten dalam rangka pemberdayaan masyarakat
sekitar PT Tirta Investama.
3. Berbagai output (ekonomi, lingkungan, sosial) implementasi Program CSR
Berbasis Masyarakat Sekitar PT Tirta Investama di Kabupaten Klaten dalam
rangka pemberdayaan masyarakat sekitar PT Tirta Investama.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan 2 (dua) manfaat, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan
pada umumnya, terutama ilmu manajemen pengembangan masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat digunakan PT Tirta Investama dalam mengembangkan
program-program CSR berbasis masyarakat lebih lanjut.
b. Pemahaman terhadap efektivitas implementasi Program CSR Berbasis
Masyarakat, dapat digunakan para praktisi (pekerja LSM, pendamping proyek,
pegawai pemerintah) dalam menjalankan tugasnya sebagai pendamping
masyarakat, khususnya yang terkait dengan CSR berbasis masyarakat.
c. Bagi peneliti, kegiatan penelitian ini dapat menjadi media belajar khususnya
dalam menerapkan teori-teori hasil belajar di kampus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Pembangunan Masyarakat
a. Pengertian Pembangunan Masyarakat
Istilah pembangunan masyarakat sangat terkait erat dengan konsep
pembangunan alternatif yang muncul pasca kegagalan konsep
pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang percaya
bahwa kemiskinan terjadi karena masyarakat bodoh dan tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan proses pembangunan. Sikap pemerintah
yang menganggap masyarakat bodoh dan tidak mampu melaksanakan
pembangunan telah mendorong pemerintah untuk bersikap bahwa
pembangunan adalah milik pemerintah. Dominasi birokrasi terjadi pada
seluruh tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
sampai evaluasi pembangunan. Masyarakat hanya ditempatkan sebagai
obyek karena tidak memiliki ruang bagi mereka untuk terlibat secara aktif.
Model pembangunan yang berorientasi pertumbuhan ekonomi
tidak mampu memecahkan permasalahan kemiskinan seperti yang banyak
terjadi di negara-negara dunia ketiga. Kemiskinan, pengangguran, dan
angka inflasi terus merangkak naik, eksploitasi sumber daya alam semakin
tajam, serta intervensi negara dunia pertama terhadap negara dunia ketiga
yang semakin menjadi-jadi adalah merupakan rentetan contoh masalah
baru yang terjadi pada negara dunia ketiga sebagai akibat dari ideologi
pembangunan (Saiful Arif, 2000 : 121).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Kegagalan ideologi developmentalisme, yakni sebuah ideologi
yang meletakkan pembangunan infrastruktur fisik sebagai satu-satunya
cara untuk untuk memperbaiki kualitas hidup suatu bangsa secara
ekonomis, yang direpresentasikan oleh model pembangunan berorientasi
pertumbuhan ekonomi dan banyak dilakukan oleh negara-negara di dunia
ketiga, telah memunculkan banyak kritik (Yayasan SPES, 1992). Model
pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi telah
memberikan akibat negatif, yakni ketergantungan masyarakat pada
birokrasi-birokrasi sentralistik yang memiliki daya absorbsi sumber daya
sangat besar namun tidak memiliki kepekaan terhadap kebutuhan-
kebutuhan lokal, dan secara sistematis telah mematikan inisiatif
masyarakat lokal untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi (David
C. Korten, 1987).
Pembangunan masyarakat adalah pembangunan yang
mengikutsertakan masyarakat pada semua tahap pembangunan, yakni
perencanaan, pelaksanaan, menghasilkan, menikmati, dan melestarikan
(Totok Daryanto dalam Suparjan dan Suyatno, 2003). Karena itu
pembangunan masyarakat sering disebut dengan pembangunan berpusat
pada masyarakat atau pembangunan berbasis masyarakat. Pembangunan
masyarakat berprinsip bahwa terjadinya kemiskinan dan keterbelakangan
bukan karena masyarakat bodoh dan tidak mampu, tetapi disebabkan oleh
ketidakberdayaan dan ketidakmampuan masyarakat menghadapi tekanan
struktural yang diciptakan oleh model pembangunan pertumbuhan yang
meniadakan hak-hak kemanusiaan. Dalam rangka mendukung tumbuhnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
partisipasi masyarakat ini, maka pemberdayaan terhadap masyarakat baik
secara politis, sosial, ekonomi memang menjadi sesuatu hal yang mutlak
dilakukan (Suparjan dan Suyatno, 2003).
Susetiawan dalam Suparjan dan Suyatno (2003) mengidentifikasi
perbedaan antara pembangunan model pertumbuhan yang disebutnya
model konvensional dengan model pemberdayaan yang disebutnya model
alternatif dari aspek asumsi yang digunakan, model perencanaan, orientasi,
dan implikasi sosial sebagai berikut:
Tabel 1. Perbedaan Dua Tipologi Model Pembangunan
Model Konvensional Aspek Model Alternatif
Masyarakat tidak maju karena pengetahuan rendah atau bodoh,
terbelakang.
ASUMSI
Masyarakat tidak maju bukan karena mereka bodoh, tetapi karena tekanan, penindasan atau paksaan struktural
Top down, sentralistik, menciptakan homogenitas,
monologis
PERENCANAAN
Bottom up, parsial, otonomi, akomodatif terhadap semua kepentingan, dialogis
Pertumbuhan ekonomi secepatnya, rakyat mengikuti
pemerintah melalui mobilisasi, pada umumnya dilakukan
dengan paksaan
ORIENTASI
Pertumbuhan ekonomi tidak terabaikan, tetapi masyarakat diberi kebebasan berinisiatif, partisipatif
Birokrasi dilayani masyarakat melalui birokrat
PELAYANAN
Birokrasi melayani kebutuhan masyarakat, kontrol dilakukan oleh masyarakat
Terbentuk manusia teknis, pasif, tidak kritis, ketergan-
tungan dan menyimpan bahaya konflik laten
IMPLIKASI
SOSIAL
Masyarakat kritis dan penuh inisiatif
Sumber : Suparjan dan Suyatno 2003
Berdasarkan data perbandingan di atas, nampak bahwa
pembangunan model pemberdayaan sangat mengutamakan keberadaan
masyarakat dalam proses pembangunan. Masyarakat miskin bukan karena
bodoh, akan tetapi karena tekanan struktural atau penindasan yang dialami
secara struktural. Asumsi demikian yang menjadi dasar sasaran implikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
sosial bahwa pembangunan harus mampu menghasilkan masyarakat kritis
yang penuh inisiatif sehingga ke depan bisa mandiri.
b. Prinsip-prinsip Pembangunan Masyarakat
Pembangunan adalah sebuah proses yang harus kontekstual dengan
perkembangan masyarakat. Karena itu, ketika isu sosial, politik, budaya,
dan ekonomi masyarakat mengalami perkembangan perubahan, maka
prinsip-prinsip pembangunan masyarakat harus menyesuaikan. Prinsip-
prinsip pembangunan masyarakat akan menjadi dasar bagi penerapan
program pembangunan masyarakat sehingga lebih menjamin keberhasilan.
Ada sejumlah ahli yang banyak dikenal masyarakat luas
merumuskan prinsip-prinsip pembangunan masyarakat yang dapat
digunakan sebagai referensi. David C. Korten dalam Mulyarto (1987),
mengemukakan bahwa konsep pembangunan masyarakat memiliki
beberapa prinsip, yaitu: (1) Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dibuat di tingkat lokal. (2) Fokus utama adalah
memperkuat kemampuan masyarakat miskin dalam mengawasi dan
mengerahkan asset-asset untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan
potensi daerah mereka sendiri. (3) Memiliki toleransi terhadap perbedaan
dan mengakui arti penting pilihan nilai individu dan pembuatan keputusan
yang telah terdistribusi. (4) Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
sosial dilakukan melalui proses belajar sosial (social learning) di mana
individu berinterakasi satu sama lain menembus batas-batas organisatoris
dan dituntut oleh kesadaran kritis individu. (5) Budaya kelembagaan
ditandai dengan adanya organisasi yang mengatur diri sendiri (adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
unit-unit lokal) yang mengelola dirinya sendiri. (6) Jaringan koalisi dan
komunikasi pelaku (aktor) lokal dan unit-unit lokal yang mengelola diri
sendiri, mencakup kelompok penerima manfaat lokal, organisasi
pelayanan daerah, pemerintah daerah, bank-bank pedesaan dan lain-lain
akan menjadikan basis tindakan-tindakan lokal yang diserahkan untuk
memperkuat pengawasan lokal yang mempunyai dasar luas atas sumber-
sumber dan kemampuan lokal untuk mengelola sumber daya mereka.
Terkait isu globalisasi, Jim Ife dan Frank Tesoriero (2002)
mengenalkan 26 prinsip-prinsip pengembangan masyarakat pada era
globalisasi yang terbagi ke dalam lima prinsip utama, yaitu:
1) Prinsip-Prinsip Ekologis
Prinsip ekologis menginformasikan pengembangan masyarakat
dalam bentuk yang lebih berorientasi pada proses, dan memiliki
implikasi yang signifikan untuk kerja masyarakat yang efektif.
a) Holisme
Holisme digunakan pada tingkat analisis dan praktek. Pada
tingkat analisis, segala sesuatu berhubungan dengan sesuatu yang
lain, dan oleh sebab itu, sangat penting untuk menggunakan
perspektif sistemik yang luas dalam memahami isu, problem, atau
proses apapun. Pada tingkat praktek, holisme juga menekankan
‘efek riak’ (ripple effect), ide bahwa kita tidak pernah dapat
melakukan satu hal saja, akan tetapi bahwa setiap perbuatan
memiliki efek riak seperti riak dalam kolam, yang menjangkau
bagian dasar terjauh pada sistem. Setiap tindakan yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dapat mengubah dunia, seringkali dalam cara-cara yang tidak
pernah direncanakan sebelumnya.
b) Sustainabilitas
Jika pengembangan masyarakat diharapkan menjadi bagian
dari terbentuknya sebuah tatanan sosial, ekonomi, politik yang
baru, struktur dan prosesnya harus berkelanjutan. Caranya adalah:
Pertama, penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
harus dikurangi, dan jika mungkin dihilangkan. Kedua, output
terhadap lingkungan seperti polusi dapat dikurangi dan bahan-
bahan yang sangat mungkin jika mungkin didaur ulang. Ketiga,
pembatasan pertumbuhan dengan cara membangun struktur,
organisasi, bisnis dan industri yang tidak harus berkembang untuk
bertahan hidup, serta menegaskan gagasan “kekokohan”,
keseimbangan, dan keselarasan.
c) Keanekaragaman
Selalu ada ancaman terhadap upaya memaksakan satu cara
melakukan segala sesuatu, satu pandangan dunia, satu struktur
yang benar yang mencoba mendorong keseragaman dalam segala
aktivitas. Menghargai keanekaragaman merupakan cara penting
untuk membatasi perlawanan terhadap kaum modernis dan
tendensi yang menindas. Keanekaragaman sangat penting pada dua
level. Pertama, keanekaragaman di antara masyarakat yang
menunjukkan bahwa satu masyarakat tidak harus seperti
masyarakat lainnya. Kedua, keanekaragaman di dalam masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
menekankan pentingnya struktur dan proses yang inklusif di dalam
masyarakat tersebut, sehingga masyarakat dapat mengokohkan dan
merayakan tidak hanya perbedaan yang dimilikinya sendiri dari
masyarakat lainnya tetapi juga perbedaan-perbedaan di dalam
masyarakat itu sendiri.
d) Perkembangan Organik
Suatu masyarakat pada dasarnya bersifat organik (seperti
tanaman), bukan mekanistik (seperti mesin). Oleh karena itu
pengembangan masyarakat tidak diatur oleh hukum teknis sebab
dan akibat yang sederhana akan tetapi merupakan proses yang
rumit dan dinamis. Perawatan dan pemeliharaan pengembangan
masyarakatlebih dari sebuah seni bukan sebuah sains (ilmu
pengetahuan). Perkembangan organik berarti bahwa siapa pun
menghormati dan menghargai sifat-sifat khusus suatu masyarakat
dan memungkinkan serta mendorongnya untuk berkembang sesuai
dengan caranya yang unik, melalui pemahaman tentang hubungan
yang kompleks antara masyarakat dengan lingkungannya.
e) Perkembangan yang seimbang
Gagasan pengembangan masyarakat harus terpadu dan
seimbang (balance atau equilibrium) dengan menggunakan enam
dimensi yakni sosial, ekonomi, politik, budaya, lingkungan dan
pengembangan spiritual yang merupakan aspek essensial dari
kehidupan masyarakat. Suatu program pengembangan masyarakat
yang hanya memusatkan pada salah satu dari enam dimensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mungkin sekali menghasilkan perkembangan yang tidak merata.
Oleh karena itu, hal terpenting yang perlu diingat oleh pekerja
masyarakat yaitu selalu memperhatikan keenam aspek
pengembangan masyarakat untuk menjamin bahwa keenam aspek
tersebut dipilih oleh masyarakat dan mencari cara-cara mengaitkan
salah satu dar keenam aspek tersebut dengan lima aspek lainnya.
2) Prinsip-Prinsip Keadilan Sosial Dan Hak Asasi Manusia
Prinsip ini akan menunjukkan kepada kita bahwa gagasan
pengembangan masyarakat tidak hanya bekerja untuk mewujudkan
dunia yang lebih dapat bertahan lama tetapi juga yang lebih adil.
a) Mengatasi struktur yang merugikan
Proyek pengembangan masyarakat harus menjamin bahwa
mereka tidak memperkuat bentuk penindasan struktural, sebaliknya
harus mencoba untuk menghadapi dan melawan penindasan dalam
cara apapun yang sesuai dengan konteks spesifik. Pengembangan
masyarakat harus mengungkap isu-isu golongan, jender, ras/etnis,
umur, cacat dan seksualitas. Tugas demikian mengharuskan
pekerja masyarakat agar mengetahui cara kompleks, halus dan
pervasif dalam melakukan penindasan kelompok, jender, ras/etnis
melalui media, sistem pendidikan, pasar dan iklan. Aspek penting
dalam memperhatikan kelemahan struktural yaitu hubungan
penting antara aspek personal dan politik, individu dan struktural,
atau personal pribadi dan umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b) Mengatasi wacana-wacana yang merugikan
Selain perspektif struktural, juga terdapat perspektif post
struktural. Perspektif post struktural bukan merupakan struktur-
struktur kekuasaan, melainkan wacana kekuasaan yang
diperhatikan secara khusus. Struktur dan wacana kekuasaan sangat
penting dalam membentuk relasi kekuasaan dan untuk
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, wacana
kekuasaan dan penindasan perlu diungkap dalam pengembangan
masyarakat. Memengaruhi wacana kekuasaan dapat dilakukan
dalam cara-cara berbeda tergantung konteks, tetapi dari perspektif
post struktural, ini merupakan suatu kemampuan untuk
mengartikulasikan suatu visi alternatif dan untuk membuatnya
tervalidasi dalam wacana dominan, hal itu terletak pada keinginan
untuk pemberdayaan masyarakat.
c) Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya,
kesempatan, kosa kata, pengetahuan, dan ketrampilan untuk
meningkatkan kemampuan mereka untuk menentukan masa depan
mereka sendiri, dan untuk berpartisipasi serta mempengaruhi
kehidupan masyarakatnya. Peningkatan apapun dalam
pemberdayaan bagi sebagian besar masyarakat yang terpinggirkan
dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih berkeadilan
secara sosial dan pemberdayaan untuk masyarakat lokal akan
memperkuat masyarakat itu dan akan memungkinkan terciptanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
struktur berbasis masyarakat yang lebih efektif. Menemukan
strategi pemberdayaan yang tepat membutuhkan banyak waktu,
energi, dan komitmen dan memerlukan perubahan yang signifikan
yang mungkin sekali ditentang dan membutuhkan perjuangan yang
panjang dan keras.
d) Hak Asasi Manusia (HAM)
HAM penting bagi kerja masyarakat baik dalam pengertian
negatif yakni menerapkan HAM (perlindungan HAM) maupun
dalam pengertian positif yakni membudayakan HAM (promosi
HAM). Membangun budaya hak-hak asasi manusia merupakan
sarana yang penting untuk praktek pemberdayaan karena cara
tersebut dapat mendengarkan suara-suara orang yang
termarjinalkan dan tertindas dan menolak wacana dominan.
e) Definisi Kebutuhan
Ada dua hal mendasar yang berkaitan dengan kebutuhan
yang harus diidentifikasi. Pertama, pengembangan masyarakat
seharusnya menghasilkan kesepakatan di antara para perumus
kebutuhan sehingga memiliki persepsi yang sama tentang
kebutuhan masyarakat sebagai bahan untuk merumuskan program.
Kedua, definisi kebutuhan dari orang-orang yang seharusnya
diutamakan, tidak bisa dikompromikan meskipun definisi
kebutuhan dari orang lain juga penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3) Prinsip-Prinsip Menghargai Yang Lokal
Prinsip-prinsip ini berpusat pada gagasan tentang penghargaan
lokal, dan bukan mengistimewakan pengetahuan, ketrampilan, proses
dan sumber daya yang dipaksakan terhadap masyarakat dari atas.
a) Menghargai Pengetahuan Lokal
Prinsip menghargai pengetahuan lokal menyatakan bahwa
pengetahuan dan keahlian lokal mungkin menjadi paling bernilai
dalam memberikan informasi tentang pengembangan masyarakat,
dan pengetahuan serta keahlian lokal ini harus diidentifikasi dan
diterima, bukan ditempatkan lebih rendah dari pengetahuan dan
keahlian orang dari luar
b) Menghargai budaya lokal
Prinsip menghargai budaya lokal mengharuskan untuk
mengatasi persoalan tersebut, dan bahwa tradisi dan proses budaya
lokal diakui dan didukung sebagai bagian dari proses
pengembangan masyarakat. Budaya sangat esensial untuk identitas
kita, dan sebuah masyarakat yang tidak menghargai budaya
lokalnya menjauhkan kesempatan bagi anggotanya untuk memiliki
identitas lokal yang kuat yang sangat penting bagi pengalaman
masyarakat.
c) Menghargai Sumber Daya Lokal
Menghimpun minat dan keahlian yang tersedia di dalam
masyarakat, lalu membuatnya dapat dimanfaatkan secara luas
dapat menjadi aktivitas pembangunan yang berharga. Cara berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
jaminan sosial yang dominan dapat memperlemah struktur sosial
masyarakat lokal dalam jangka panjang. Pengembangan
masyarakat bertujuan untuk mengokohkan rasa percaya diri
masyarakat dimanapun tempatnya, dan proyek pengembangan
masyarakat seharusnya bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan
diri dan mencari cara-cara yang dapat menghasilkan dan
memperkuat kepercayaan diri, bukan menggunakan strategi yang
mereduksi kepercayaan diri dan meningkatkan ketergantungan
d) Menghargai Keterampilan Masyarakat Lokal
Pendekatan pengembangan masyarakat harus mencoba
untuk menghargai dan mengoptimalkan keterampilan-keterampilan
yang dimiliki masyarakat bukan meremehkan dan memarginalkan.
Ide tentang berbagi keterampilan (skill sharing), sebuah proses
yang dilalui oleh pekerja dan anggota masyarakat untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan baru yang dapat
diterapkan dalam pengembangan masyarakat.
e) Menghargai Proses Lokal
Proses pengembangan masyarakat sangat sesuai dengan
konteks yang spesifik, dan proses tersebut tidak dapat dipahami
aturan universal. Setiap pengalaman pengembangan masyarakat
akan menjadi unik, dan masyarakat harus berkembang dengan cara
yang spesifik. Prinsip keragaman ekologis menekankan bahwa
tidak ada satu cara yang tepat untuk melakukan segala sesuatu, dan
tidak ada jawaban tunggal yang berlaku untuk setiap masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
f) Partisipasi
Suatu apresiasi dari serangkaian pegetahuan dan
keterampilan sangat diperlukan untuk memaksimalkan partisipasi
dan menggunakan ketrampilan tersebut sebagai proses bottom-up.
Pemahaman tentanga faktor pendukung dan faktor penghambat
partisipasi akan memungkinkan partisipasi yang lebih efektif
dalam pelayanan program berbasis masyarakat.
4) Prinsip-Prinsip Proses
a) Proses, Hasil dan Visi
Pendekatan yang pragmatis cenderung menekankan hasil.
Apa yang dilihat sebagai yang terpenting adalah hasil yang benar-
benar dicapai, sementara proses mendapatkannya tidak penting.
Sementara dalam pemberdayaan, proses dan hasil merupakan satu
kesatuan yang terintegrasi. Dalam proses pemberdayaan masyarakat
sangat penting untuk membicarakan visi, bukan hasil.
b) Integritas Proses
Proses dalam pengembangan masyarakat lebih penting
daripada hasil. Tujuan untuk membangun proses dapat berjalan
dengan baik. Proses harus sesuai dengan visi atau hasil yang
menyangkut isu-isu yang telah ditetapkan seperti keberlanjutan,
keadilan sosial dan hak asasi manusia. Oleh karena itu, proses
kerja masyarakat selalu membutuhkan kecermatan untuk menjamin
integritas proses tetap dipertahankan. Proses tersebut perlu
dikenakan batasan-batasan prinsip ekologis dan keadilan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c) Menumbuhkan Kesadaran
Penumbuhan kesadaran mencoba membantu orang-orang
untuk bersama-sama menemukan pengalaman hidup mereka, dan
menghubungkan antara pengalaman mereka denga struktur atau
wacana kekuasaan dan penindasan, dengan suatu pandangan untuk
menciptakan ruang untuk aktivitas yang efektif untuk perubahan.
Ada empat aspek penumbuhan kesadaran, yaitu; hubungan
personal dan politik, mengembangkan hubungan dialogis, berbagi
pengalaman tentang penindasan dan kemungkinan untuk bertindak.
d) Kerja sama dan Konsesus
Pengembangan masyarakat bertujuan untuk membangun
struktur dan proses alternatif yang didasarkan pada kerja sama,
bukan konflik. Pembuatan keputusan secara mufakat merupakan
salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat, selain itu termasuk
pembentukan kerja sama dalam berbagai bentuknya. Meliputi kerja
sama pekerja, kerja sama konsumen, dan lain-lain. Upaya
mengatasi struktur kompetitif dan mengganti dengan struktur
kooperatif dapat disejajarkan dengan upaya mengganti model
pembuatan keputusan konflik dengan model konsensus.
e) Langkah Pembangunan
Konsekuensi alamiah perkembangan organis yaitu bahwa
masyarakat sendiri yang harus menentukan langkah melakukan
perkembangan. Usaha mendorong perkembangan masyarakat
terlalu cepat dapat menghasilkan proses yang dikompromikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
masyarakat yang kehilangan rasa memiliki terhadap proses itu, dan
hilangnya komitmen orang-orang yang terlibat. Pengembangan
masyarakat yang berhasil akan menggerakan masyarakatnya, dan
pekerja masyarakat yang sukses akan mampu menilai langkah dan
tindakan yang selaras, tidak mendorong masyarakat bergerak lebih
cepat dari dinamika yang dimiliki.
f) Perdamaian dan Anti Kekerasan
Prinsip anti kekerasan tidak sekedar membebaskan
kekerasan secara fisik tetapi juga kekerasan struktural (struktur dan
institusi sosial sebagai alat pemaksa). Di dalamnya, sistem hukum,
pendidikan, dan jaminan sosial harus di bebaskan dari elemen
pemaksaan dengan tujuan untuk melenggangkan kontrol sosial.
Perspektif tanpa kekerasan akan menyadari kekerasan struktural
dan betuk lain dari pemaksaan dan akan mencoba mengatasinya.
g) Inklusivitas
Penerapan prinsip inklusivitas untuk pengembangan
masyarakat mengharuskan bahwa proses yang berjalan selalu
mencoba untuk merangkul, bukan mengucilkan. Semua orang pada
hakekatnya ingin dihargai sekalipun mereka memiliki pendapat
yang berseberangan. Meskipun terkadang konfrontasi tidak dapat
dihindari tapi hindari cara-cara dengan kekerasan, selalu bangun
dialog untuk lebih meningkatkan saling pengertian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
h) Membangun Masyarakat
Proses pengembangan masyarakat seharusnya selalu
berupaya menyadarkan orang-orangnya, memperkuat ikatan di
antara anggota-anggotanya, dan menekankan ide tentang saling
ketergantungan, bukan ketergantungan. Semua segi
pengembangan masyarakat dapat mencakup community building,
dan mengambil setiap kesempatan untuk saling memperkenalkan
diri, memberi kesempatan anggota masyarakat untuk saling
berbicara, membuat kegiatan berorientasi kelompok (group
oriented) dan upaya membentuk team-building.
5) Prinsip-Prinsip Global Dan Lokal.
Pemahaman atas globalisasi dan pengaruhnya, dan kesadaran
bagaimana isu-isu internasional memengaruhi penerapannya, sangat
penting terhadap pengembangan masyarakat.
a) Menghubungkan yang Lokal dan Global
Dalam memahami suatu masyarakat, seorang pemberdaya
masyarakat harus mampu memahami kondisi lokal dan global dan
bagaimana keduanya saling memengaruhi. Masyarakat harus
mampu menghubungkan kondisi lokal dan keadaan global dalam
berbagai cara yang mengarah pada perubahan.
b) Praktik anti Kolonialisme
Kolonialisme dapat memengaruhi pekerja masyarakat
dalam berbagai bentuk. Cara yang dapat digunakan oleh pekerja
masyarakat untuk melawan praktik kolonialisme: melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
kesadaran diri yang kritis, kesadaran politik dan perenungan;
menempatkan diri dalam budaya lokal, dan menjabarkan
implikasinya; menyediakan ruang untuk memunculkan wacana dan
tindakan alternatif; introspeksi, mau mendengar dan belajar dari
masyarakat sebelum mengambil tindakan; bekerja menjaga
solidaritas dengan masyarakat; bekerja dengan masyarakat;
menerapkan uji timbal balik. (Ife dan Tesoriero, 2008)
Dibandingkan dengan prinsip pembangunan masyarakat menurut
David C. Korten, secara substansial Ife dan Tesoriero kuat sekali memasukan
faktor lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial menjadi
bagian dari 26 prinsip-prinsip pembangunan masyarakat di era globalisasi.
Secara filosofis, prinsip-prinsip pembangunan masyarakat yang diperkenalkan
Ife dan Tesoriero, jauh setelah David C. Korten, sangat kuat dalam
mengusung nilai-nilai kemanusiaan. Seolah mereka ingin mengingatkan
kepada semua bahwa manusia adalah makhluk unik yang penuh dengan nilai-
nilai, segaris dengan keberdayaan manusia sebagai makhluk individual
sekaligus makhluk sosial. Nilai-nilai tersebut misalnya independen,
keragaman, perdamaian, kemandirian, kooperatif, partisipatif. Pengembangan
prinsip-prinsip pembangunan masyarakat menurut Ife dan Tesoriero tidak bisa
dilepaskan dengan perubahan isu konteks sosial yang terjadi pada era
globalisasi yaitu pembiaran lingkungan dan kecenderungan mereduksir nilai-
nilai kemanusiaan dengan materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Pemberdayaan Sebagai Spirit Pembangunan Masyarakat
Berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan masyarakat, nampak sekali
bahwa isu pemberdayaan masyarakat merupakan spirit atau jiwa dari
pembangunan masyarakat (Sudjatmoko, 1978; David C. Korten, 1987;
Loekman Soetrisno, 1997; Jim Ife, 1995; Suparjan, 2003). Pemberdayaan
masyarakat pada hakekatnya mencakup dua aspek yakni memberikan otoritas
(autority) kepada pihak lain dan memberikan kemampuan (ability) atau
keberdayaan kepada pihak lain (Loekman Soetrisno, 1997; Suparjan, 2003).
Penggunaan terminologi memberikan dalam konteks pemberdayaan
masyarakat sering ditengarai menjadi penyebab lambannya proses
pemberdayaan masyarakat itu sendiri, karena di dalamnya terkandung makna
ada pihak superior (pemberi) dan pihak inferior (penerima) (YIS, 1987;
Suparjan, 2003). Karena itu banyak pihak yang lebih setuju menggunakan
terminologi membangun dalam memaknai pemberdayaan masyarakat, karena
di dalamnya terjadi relasi horisontal yang setara antara pendamping dan
masyarakat.
Dalam rangka memberdayakan masyarakat, setidaknya ada empat
kegiatan utama yang harus dilakukan. Pertama, meningkatkan kesadaran kritis
posisi masyarakat dalam struktur sosial politik. Upaya ini didasarkan pada
asumsi bahwa kemiskinan masyarakat berasal dari konstruksi sosial yang ada
dalam masyarakat itu sendiri (Saiful Arif, 2000; Suparjan, 2003). Kedua,
dengan kesadaran kritis yang dimiliki, diharapkan masyarakat mampu
membuat argumentasi terhadap berbagai macam eksploitasi serta sekaligus
membuat keputusan terhadap hal tersebut (Suparjan, 2003). Ketiga, upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam berbagai faktor seperti sosial, politik, ekonomi, budaya,
bahkan keamanan (Suparjan, 2003; Lukman Soetrisno, 1997; David C.
Korten, 2002;37) Keempat, Pemberdayaan juga perlu mengaitkan dengan
pembangunan sosial dan budaya sebagai bidang yang tidak terlihat yang
mengatur kehidupan masyarakat (Suparjan, 2003; David C. Korten, 2002 hal
37; Loekman Soetrisno, 1997;170).
Selama orde baru berkuasa, upaya dan proses pemberdayaan
masyarakat di Indonesia yang stereotif dengan gerakan yang dilakukan oleh
LSM seperti mengalami kemandegan. Bahkan terminologi “rakyat” yang
sering digunakan oleh komunitas LSM dalam melakukan aktivitasnya, seperti
“ekonomi rakyat”, “organisasi rakyat”, “kekuasaan rakyat” dan sebagainya
dianggap sebagai istilah yang membahayakan negara oleh karena dicap
sebagai gerakan kekiri-kirian atau berpaham komunis yang dilarang negara.
Itu sebabnya upaya dan proses pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
LSM dilakukan secara sembunyi-sembunyi, parsial seperti sel terpisah satu
dengan yang lain, serta tidak terstruktur menghindari tekanan kekuasaan yang
sangat masif.
Upaya pemberdayaan masyarakat secara drastis berubah menjadi
sebuah program nasional yang dilakukan secara terencana, terstruktur, dan
menyeluruh di seluruh tanah air, ketika orde baru tumbang diganti oleh
pemerintahan hasil reformasi tahun 1998. Bahkan legalitas upaya
pemberdayaan masyarakat semakin kuat dengan berdirinya lembaga
pemberdayaan masyarakat kelurahan (LPMK) dan lembaga pemberdayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
masyarakat desa (LPMD) serta kegiatan musyawarah perencanaan
pembangunan masyarakat di kelurahan dan di desa (musrenbangkel dan
musrenbangdes). Proses perencanaan pembangunan yang jalurnya dibuat
sampai ke pusat, didesain untuk mengakomodir suara rakyat yang paling
bawah dalam mengakomodir kebutuhan. Bahkan untuk menjaga kualitas
perencanaan, para aktivis LSM yang biasa terlibat dalam proses
pemberdayaan masyarakat sering dilibatkan pula untuk memfasilitasi.
Pada kenyataannya, proses perencanaan yang panjang mulai dari desa
dan kelurahan ke kabupaten/kota, terus ke provinsi dan pusat, setiap tahapnya,
bahkan mulai dari desa/kota mengalami proses erosi substansi. Hal tersebut
disebabkan dalam proses perencanaan diberlakukan sistem perwakilan,
dengan alasan tidak mungkin menampung seluruh masyarakat. Sistem
perwakilan harus dilakukan oleh karena sistem perencanaan pembangunan
masih menganut pola terpusat. Artinya pengambilan keputusan khususnya
dalam hal arah pembangunan dan pembiayaan dilakukan oleh para penguasa.
Masyarakat hanya dilibatkan pada bagian tertentu, bahkan cenderung hanya
untuk melengkapi desain besar perencanaan yang telah dibuat. Isu
perencanaan dari masyarakat yang tidak ada di dalam desain besar
perencanaan, kemungkinan besar disingkirkan.
3. Partisipasi Dalam Pemberdayaan
Sebagai sebuah pendekatan yang berbasis masyarakat, prakarsa dan
keterlibatan masyarakat harus muncul pada keseluruhan proses pelaksanaan
pemberdayaan, mulai dari identifikasi kebutuhan dan permasalahan,
perumusan dan perencanaan program, pelaksanaan program, evaluasi program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dan memperoleh manfaat program. Keterlibatan masyarakat dalam
keseluruhan tahap kegiatan bersama disebut partisipasi. Keterlibatan
merupakan unsur utama dari konsep partisipasi. Walaupun demikian, tidak
semua keterlibatan dapat diklasifikasikan sebagai partisipasi. Keterlibatan
disebut partisipasi apabila didorong oleh determinasi dan kesadaran tentang
keterlibatannya. Keterlibatan yang tidak disertai determinasi dan kesadaran
lebih tepat disebut sebagai mobilisasi (CFDP Buku 1, 2007 : 29).
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bisa diciptakan jika
ditumbuhkan sikap saling percaya dan saling pengertian antara masyarakat
dengan semua pelaku pembangunan. Upaya ini tidak mudah karena di
dalamnya harus didasarkan pada prinsip saling ketergantungan, saling
membutuhkan, saling solider, dan jujur (Maskun, 1993).
Unsur partisipasi memegang peran penting dalam mewujudkan
keberlangsungan pembangunan masyarakat. Diana Conyers (1994:154)
menyebutkan tiga alasan penting partisipasi dalam mewujudkan
keberlangsungan program di masyarakat. Pertama, partisipasi merupakan alat
untuk memotret konteks masyarakat yang terkait dengan sikap, permasalahan,
kebutuhan dan kondisi masyarakat sebagai informasi penting untuk menyusun
program. Kedua, keterlibatan masyarakat secara sadar dalam setiap tahapan
program akan menumbuhkan rasa memiliki dan memercayai terhadap
program tersebut karena masyarakat akan lebih memahami seluk beluk
program tersebut. Ketiga, masyarakat memiliki hak memberikan saran dan
memutuskan terhadap program-program yang akan dilaksanakan untuk
mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Mirip dengan pendapat Diana Conyers, Britha Mikkelsen (1999:66)
menyebutkan bahwa secara normatif asumsi yang mendasari partisipasi adalah
bahwa masyarakat lokal harus memperoleh program pembangunan yang
mereka tentukan sendiri. Asumsi tersebut didasari oleh keyakinan bahwa
masyarakat lokal yang paling tahu apa yang menjadi masalah dan
kebutuhannya. Karena itu jika program di tingkat akar rumput didasari oleh
keputusan masyarakat sendiri, maka program tersebut lebih relevan dan
menyentuh permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi masyarakat. Asumsi
dan keyakinan tersebut di atas ingin menunjukan bahwa pemberdayaan
masyarakat mutlak perlu mendapatkan partisipasinya. Kurangnya partisipasi
masyarakat menunjukan adanya penolakan di kalangan anggota masyarakat
terhadap program pembangunan.
Untuk mengembangkan partisipasi, Mikkelsen (1999:69) menyarankan
empat pendekatan, yaitu: Pertama, pendekatan partisipasi pasif yang
menganggap pihak eksternal lebih tahu dibandingkan masyarakat sehingga
selalu aktif memberikan informasi atau ketrampilan dari luar untuk dilakukan
masyarakat. Bentuk partisipasi demikian diwujudkan dalam pola komunikasi
satu arah dan hubungan yang bersifat vertikal atas bawah. Kedua, pendekatan
partisipasi aktif. Pendekatan ini sudah mulai membuka dialog dengan
mengembangkan komunikasi dua arah untuk memberikan kesempatan
masyarakat dapat berinteraksi lebih intensif dengan petugas dari luar.
Meskipun demikian, pendekatan ini masih tetap didasarkan pada anggapan
sama dengan pendekatan partisipasi pasif bahwa pihak luar lebih tahu
dibandingkan masyarakat. Ketiga, pendekatan partisipasi dengan keterikatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Keterlibatan masyarakat dalam program didasarkan pada kesepakatan antara
masyarakat lokal dengan pihak eksternal. Dalam kesepakatan yang mirip
kontrak sosial disebutkan apa yang harus dilakukan masyarakat lokal dan apa
yang harus diberikan pihak eksternal. Keempat, pendekatan partisipasi atas
permintaan masyarakat lokal. Bentuk ini mencerminkan program
pembangunan atas dasar keputusan yang diambil masyarakat lokal atau
setempat. Pihak eksternal lebih banyak menunggu dalam menjawab kebutuhan
yang dibuat dan diputuskan masyarakat lokal, bukan kebutuhan yang
dirancang dari luar. Masyarakat lokal memegang otoritas penuh dalam
menentukan arah, bentuk, dan hasil program. Pihak luar tidak memiliki
rancangan program yang harus dilakukan masyarakat lokal, tidak ada sistem
komando atau instruksi pihak luar atau eksternal kepada masyarakat lokal.
Sumitro Maskun (1993) menyebutkan 4 faktor yang menentukan
partisipasi, yaitu: (1) kebutuhan masyarakat, (2) interest masyarakat (3) adat
istiadat, (4) sifat-sifat komunal yang mengikat anggota masyarakat satu sama
lain. Tidak jarang terjadi bahwa masyarakat lebih tahu permasalahan yang
dihadapinya tetapi tidak mampu mengatasi karena keterebatasan yang
dimiliki. Sering pula dijumpai pandangan orang di luar masyarakat, dinilai
oleh anggota masyarakat jauh berbeda dengan yang dirasakan masyarakat.
Dalam konteks pembangunan berwawasan masyarakat, Yulius Slamet
(1994) mengusulkan dua strategi untuk memacu partisipasi masyarakat, yaitu:
Pertama, strategi responsif yang mengandalkan pada kemandirian. Strategi
responsif beranggapan bahwa jika masyarakat akan memperoleh program,
maka sebenarnya masyarakat yang paling tahu apa kebutuhan dan kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
serta bagaimana cara memenuhi. Bantuan dari luar digunakan sebagai strategi
untuk menggali partisipasi masyarakat lebih besar. Strategi demikian lebih
memungkinkan timbulnya partisipasi masyarakat pada semua tahap
pembangunan. Dalam kenyataan, kompetensi masyarakat belum optimal
sehingga dibutuhkan bantuan dari luar yang justru lebih dominan. Akibat
strategi ini adalah program tidak mewakili kebutuhan masyarakat sehingga
tumbuh rasa enggan masyarakat, dan adanya titipan kepentingan dari individu
atau kelompok yang berpengaruh di masyarakat. Kedua, strategi yang
menekankan pemerkuatan masyarakat sebagai satu kesatuan yang mengacu
pada penyiapan-penyiapan struktural. Pendekatan demikian bersifat holistik
karena melihat kemiskinan pada masyarakat sebagai produk dari berbagai
faktor yang saling berhubungan (Slamet, 1994).
Dalam hal input, timbal balik input, dan menikmati hasil, Margono
Slamet (2003) membagi partisipasi menjadi lima, yaitu: (1) memberi input
proses pembangunan, menerima imbalan atas input dan ikut menikmati hasil,
(2) memberi input dan menikmati hasilnya, (3) memberi input dan menerima
imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung, (4)
menikmati hasil pembangunan tanpa ikut memberi input, (5) memberi input
tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya.
Margono Slamet juga mensyaratkan tiga hal untuk menumbuhkan
partisipasi, yaitu: Pertama, adanya kesempatan untuk membangun kesempatan
dalam pembangunan seperti sumber daya alam yang dapat dikembangkan,
pasaran yang terbuka, tersedianya modal, tersedianya sarana prasarana.
Kedua, adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pengetahuan, ketrampilan, sikap. Ketiga, kemauan untuk berpartisipasi
(Margono Slamet, 2003:8–10).
Perihal faktor pendukung dan penghambat Partisipasi, Loekman
Soetrisno (1995) mengidentifikasikan tiga hal yang berkaitan dengan
upaya pengembangan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu:
(1) belum dipahaminya makna partisipasi oleh pihak perencana
pelaksanaan pembangunan, (2) dikembangkannya pembangunan sebagai
ideologi baru yang harus diamankan dan dijaga ketat yang mendorong
aparat pemerintah bersifat otoriter. Kondisi demikian, dapat
menimbulkan reaksi balik berupa budaya diam yang menumbuhkan
keengganan masyarakat berpartisipasi, (3) banyaknya peraturan yang
meredam keinginan masyarakat untuk berpartisipasi.
Kondisi yang mendorong partisipasi menurut Loekman Soetrisno
(1995) adalah: (a) masyarakat merasa bahwa aktivitas tersebut penting,
(b) masyarakat merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan, (c)
berbagai bentuk partisipsi harus diakui dan dihargai, (d) masyarakat
harus bisa berpartisipasi dan dudukung dalam pelaksanaannya.
Bolman (1974) menyarankan suatu pembedaan yang bermanfaat
antara hambatan partisipasi intrinsik dan ekstrinsik. Hambatan ekstrinsik
adalah faktor-faktor yang terletak di luar batas-batas organisasi dan bisa
memengaruhi namun tidak dapat dikontrol. Hambatan ekstrinsik terhadap
partisipasi adalah konteks sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan di
mana organisasi bekerja dan hal-hal tersebut dapat sangat menghambat
tingkat dan efektivitas partisipasi. Posisi struktural orang-orang dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
masyarakat dapat mempengaruhi siapa yang berpartisipasi dan siapa yang
tidak berpartisipasi.
Hambatan-hambatan intrinstik secara umum berkaitan dengan
ciri-ciri birokrasi dan profesionalisme. Mereka mencakup beberapa
aturan dari suatu organisasi, strukturnya memiliki sifat seperti labirin
dan ketegangan-ketegangan antara tujuan birokrasi dan tujuan
masyarakat. Organisasi mungkin tidak dapat diakses secara optimal oleh
rakyat. Bahasa yang digunakan oleh staf mungkin bersifat
mengintimidasi dan mengasingkan rakyat. Rakyat mungkin sangat ragu
untuk terlibat dalam suatu organisasi. Satu hambatan intrinsik kunci
adalah asumsi bahwa pengetahuan profesional pakar lebih hebat
dibandingkan dengan yang diketahui oleh rakyat lokal.
Faktor-faktor kondusif bagi partisipasi dan yang mewakili
sumber daya positif bagi pekerja masyarakat adalah sebagai berikut: (a)
kontrol dari masyarakat (asli) secara penuh, (b) pendamping masyarakat
memahami dengan jelas tentang kompleksitas partisipasi, (c) kriteria
yang jelas dalam mengundang partisipasi (d) kejujuran dan keterbukaan
kepada masyarakat tentang kendala dan keterbatasan partisipasi, (e)
akses kepada informasi yang relevan, (f) pelatihan masyarakat lokal
dalam hal-hal seperti melobi dan advokasi, (g) penyediaan fasilitator
pada pertemuan masyarakat, (h) waktu yang cukup bagi masyarakat
untuk mewujudkan peran, (i) jejaring masyarakat dan organisasi yang
kuat, (j) mencegah profesional untuk menjadi perwakilan masyarakat,
(k) membangun organisasi berbasis masyarakat, (l) menghargai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pengetahuan, kearifan dan sejarah lokal, (m) komitmen dari sponsor
terhadap pendekatan kemitraan dengan masyarakat, (n) umpan balik dan
pengakuan terhadap kerja partisipan, (o) identifikasi awal dan
membahas setiap hambatan, konflik dan sebagainya.
4. Corporate Social Responsibility (CSR)
a. Pengertian Corporate Social Responsibility
Sampai saat ini belum ada definisi tunggal tentang Corporate
social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan.
Pengertian CSR sangat beragam bergantung pada posisi sosial dan politik
serta fungsi dan peran yang bersangkutan di masyarakat. Dalam konteks
perusahaan, Reza Rahman (2009) menyebutkan bahwa beragamnya
pengertian CSR sangat bergantung pada visi misi perusahaan yang
disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interest komunitas (Reza
Rahman, 2009;10). Meskipun demikian, pendapat dari beberapa tokoh
CSR seperti penggagas, konsultan, dan pengamat CSR mengerucut pada
beberapa kesamaan.
Yusuf Wibisono (1997) mencatat beberapa pendapat ahli tentang
batasan CSR, semisal seperti; Merrick Dodd yang berpendapat bahwa
sebagai sebuah organisasi publik, perusahaan memiliki tanggung jawab
tidak hanya kepada pemiliknya (shareholders) tetapi juga terhadap multi
konstituen atau yang lebih populer disebut stakeholders. Pemikiran Dodd
dipercaya menjadi bangunan filosofis konsep CSR. Ahli lain yang
pendapatnya juga dikutip Yusuf Wibisono adalah Howard Rothmann
Bowen, yang merumuskan konsep CSR sebagai suatu kewajiban sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
yang diwujudkan dalam suatu tindakan yang harus sesuai dengan
kebutuhan dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat itu sendiri. Jadi CSR
bersifat bottom-up, bukan top-down. Pendapat Howard Bowen diungkap
dalam bukunya “Social Responsibility of The Businessman” yang terbit
pada tahun 1953. Oleh karena pendapatnya tersebut, Howard R. Bowen
dijuluki sebagai Bapak CSR Modern (Yusuf Wibisono, 2007).
John Elkington dalam bukunya Cannibals with Forks, the Tripple
Bottom Line of Twentieth Century Bussiness (1997) yang dikutip oleh
Yusuf Wibisono (2007) mengembangkan konsep triple bottom line
(economic prosperity, environmental quality, dan social justice).
Perusahaan yang ingin terus menjalankan usahanya tidak dibenarkan
hanya mengejar keuntungan semata (profit), tetapi juga harus terlibat pada
pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan berpartisipasi aktif
dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Yusuf Wibisono, 2007).
Beberapa pendapat dari para tokoh-tokoh yang berkecimpung
dalam bidang CSR antara lain; Sony Sukada (konsultan CSR)
menerjemahkan CSR sebagai “upaya manajemen yang dijalankan oleh
entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar
keseimbangan pilar ekonomi, sosial, lingkungan, dengan meminimalkan
dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif di setiap pilar”
(Sonny Sukada, 2006). Hampir sama dengan pengertian di atas, Yusuf
Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan
kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Yusuf Wibisono, 2007: 8).
Definisi CSR oleh Sony Sukada & Jalal, dan Yusuf Wibisono
sangat dekat dengan definisi CSR yang diperkenalkan John Elkington’s
jauh sebelumnya. Seperti dikutip Wahyudi & Azheri (2008), John
Elkington mendefinisikan CSR dengan lebih menekankan pada sejauh
mana konsep suatu perusahaan untuk mengindahkan kewajibannya
terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, masyarakat dan ekologis
dalam semua aspek aktivitasnya. Kewajiban dimaksud tidak hanya
menurut undang-undang untuk mematuhi segala peraturan yang ada
(yuridis formal) tetapi juga mencakup kewajiban dalam arti moral.
Dalam konteks Indonesia, telah diundangkan dua Undang-Undang
(UU) yang mengatur tentang CSR, yaitu UU Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.
Penjelasan Pasal 15 huruf b UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (disingkat UUPM) menegaskan bahwa “tanggung
jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap
perusahaan penanaman modal untuk menciptakan hubungan yang serasi,
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya
masyarakat setempat” (Pasal 15 Huruf b UUPM).
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(disingkat UUPT) pasal 1 nomor 3 menjelaskan bahwa “tanggung jawab
sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya (Pasal 1 Nomor
3 UUPT).
Kedua rumusan CSR, dalam UUPM dan UUPT jika diperhatikan
secara cermat memiliki perbedaan sangat berarti. UUPM secara praksis
memaknai CSR hanya sebagai upaya perusahaan menciptakan harmonisasi
dengan lingkungan di mana mereka melakukan aktivitas usaha. Sementara
UUPT memaknai CSR lebih jauh dengan mengartikan CSR sebagai wujud
komitmen perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan. UUPT juga
membedakan tanggung jawab sosial (social responsibility) dan tanggung
jawab lingkungan (environment responsibility), yang dalam konsepsi John
Elkington yang sudah dianut banyak pihak, aspek lingkungan merupakan
salah satu aspek selain aspek sosial dan aspek ekonomi dari tanggung
jawab sosial itu sendiri.
b. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dan seperti dapat dilihat
pada bagian pengertian di atas, sampai saat sekarang belum ada kesamaan
pandang dari berbagai entitas maupun dari para pakar tentang pengertian
CSR. Kondisi perbedaan pengertian tentang CSR, menurut Wahyudi &
Azheri (2008) akan berdampak pada implementasi CSR di lapangan yang
sangat ditentukan oleh pemahaman masing-masing pihak. Beragamnya
pengertian tentang CSR yang berdampak pada implementasi di lapangan,
diikuti dengan kemunculan standar-standar CSR dari berbagai lembaga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Menurut catatan Michael Urminsky seperti yang dikutip Sonny Sukada
dalam Fajar Nursahid (2008), dari 258 standar CSR yang diidentifikasi,
sebagian besar (67%) dibuat oleh perusahaan sendiri, dan 11% dibuat oleh
kumpulan perusahaan, sehingga pihak lain tidak banyak mengetahui.
Meskipun demikian, berdasarkan pengertian yang ada di
masyarakat, dapat ditarik prinsip-prinsip yang terdapat pada CSR tersebut.
Menurut Alyson Warhust (1998), salah seorang pakar CSR dari University
of Bath Inggris, ada 16 prinsip yang harus diperhatikan dalam
mengimplementasikan CSR, yaitu:
1) Prioritas Perusahaan
Prinsip ini mengharuskan perusahaan menjadikan CSR sebagai
prioritas tertinggi dan penentu utama dalam pembangunan
berkelanjutan. Dengan demikian perusahaan dapat membuat kebijakan,
program, dan praktek dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dengan
cara lebih bertanggung jawab secara sosial.
2) Manajemen Terpadu
Manajer sebagai pengendali dan pengambil keputusan harus
mampu mengintegrasikan setiap kebijakan dan program dalam
aktivitas bisnisnya, sebagai salah satu unsur dalam fungsi manajemen.
3) Proses Perbaikan
Setiap kebijakan, program, dan kinerja sosial harus dilakukan
evaluasi secara berkesinambungan didasarkan atas temuan riset
mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria
sosial tersebut secara global.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4) Pendidikan Karyawan
Karyawan sebagai stakeholders primer harus ditingkatkan
kemampuan dan keahliannya, oleh karena itu perusahaan harus
memotivasi mereka melalui program pendidikan dan pelatihan.
5) Pengkajian
Sebelum melakukan kegiatan sekecil apapun, perusahaan harus
melakukan kajian mengenai dampak sosialnya. Kajian tersebut harus
dilakukan sesaat sebelum mengakhiri atau menutup suatu kegiatan.
6) Produk dan Jasa
Suatu perusahaan harus mengembangkan produk dan jasa yang
tidak memiliki dampak negatif secara sosial.
7) Informasi Publik
Memberikan informasi dan mengadakan pendidikan terhadap
konsumen, distributor, dan masyarakat umum tentang penggunaan,
penyimpanan, dan pembuangan suatu produk barang dan atau jasa.
8) Fasilitas dan Operasi
Mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan fasilitas
serta menjalankan kegiatan dengan mempertimbangkan temuan yang
berkaitan dengan dampak sosial dari suatu kegiatan perusahaan.
9) Penelitian
Melakukan dan atau mendukung suatu riset atas dampak sosial
dari penggunaan bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang
dihasilkan sehubungan dengan kegiatan usaha. Penelitian dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dalam upaya mengurangi dan atau meniadakan dampak negatif
kegiatan dimaksud.
10) Pencegahan
Memodifikasi manufaktur, pemasaran dan atau penggunaan
produk barang atau jasa yang sejalan dengan hasil penelitian mutakhir.
Kegiatan dilakukan untuk mencegah dampak sosial yang negatif.
11) Kontraktor dan Pemasok
Mendorong kontraktor dan pemasok untuk menerapkan
prinsip-prinsip CSR, baik yang telah maupun yang akan melakukan.
Bila perlu menjadikan tanggung jawab sosial sebagai bagian dari suatu
persyaratan dalam kegiatan usahanya.
12) Siaga Menghadapi Darurat
Perusahaan harus menyusun dan merumuskan rencana dalam
menghadapi keadaan darurat. Bila terjadi kedaan berbahaya,
perusahaan harus bekerja sama dengan layanan gawat darurat
(emergency), instansi berwenang, dan komunitas lokal. Selain itu
perusahaan berusaha mengenali potensi bahaya yang muncul.
13) Transfer Pengalaman Terbaik
Berkontribusi pada pengembangan dan transfer bisnis praktis,
bertanggung jawab secara sosial pada industri dan sektor publik.
14) Memberikan Sumbangan
Sumbangan ini ditujukan untuk pengembangan usaha bersama,
kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
departemen serta lembaga pendidikan yang akan membantu
meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab sosial.
15) Keterbukaan
Menumbuhkembangkan budaya keterbukaan dan dialogis
dalam lingkungan perusahaan dan dengan unsur publik.
16) Pencapaian dan Pelaporan
Melakukan evaluasi atas hasil kinerja sosial, melaksanakan
audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan
kriteria perusahaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta
menyampaikan informasi tersebut kepada dewan direksi, pemegang
saham, pekerja, dan publik. (Alyson Warhust, 1998 dalam Yusuf
Wibisono, 2007; 39 – 41).
Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) pada saat pertemuan para menteri anggota OECD di Prancis
tahun 2000 juga merumuskan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan
pedoman dalam implementasi CSR bagi perusahaan transnasional, yaitu:
1) Memberi kontribusi bagi kemajuan ekonomi, sosial, dan lingkungan
berdasarkan pandangan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
2) Menghormati hak-hak asasi manusia yang dipengaruhi oleh kegiatan
yang dijalankan perusahaan tersebut, sejalan dengan kewajiban dan
komitmen pemerintah di negara tempat perusahaan beroperasi.
3) Mendorong pembangunan kapasitas lokal melalui kerjasama yang erat
dengan komunitas lokal, selain mengembangkan kegiatan perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
di pasar dalam dan luar negeri sejalan dengan kebutuhan praktek
perdagangan.
4) Mendorong pembentukan human capital, khususnya melalui
penciptaan kesempatan kerja dan memfasilitasi pelatihan bagi
karyawan.
5) Menahan diri untuk tidak mencari atau menerima pemberian dari luar
yang tidak dibenarkan secara hukum yang terkait dengan lingkungan,
kesehatan dan keselamatan kerja, perburuhan, perpajakan, insentif
finansial dan isu lainnya.
6) Mendorong dan memegang teguh prinsip-prinsip good corporate
governance (GCG) serta mengembangkan dan menerapkan praktek-
praktek tata kelola perusahaan yang baik.
7) Mengembangkan dan menerapkan praktek sistem manajemen yang
mengatur diri secara efektif guna menumbuh-kembangkan relasi saling
percaya antara perusahaan dan masyarakat.
8) Mendorong kesadaran pekerja yang sejalan dengan kebijakan
perusahaan melalui penyebarluasan informasi tentang kebijakan itu
pada pekerja termasuk melalui program-program pelatihan.
9) Menahan diri untuk tidak melakukan tindakan tebang pilih
(discrimination) dan indisipliner.
10) Mengembangkan mitra bisnis, termasuk para pemasok dan sub-
kontraktor, untuk menerapkan aturan perusahaan yang sejalan dengan
pedoman tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
11) Bersikap abstain terhadap semua keterlibatan yang tak sepatutnya
dalam kegiatan politik-politik lokal. (Yusuf Wibisono, 2007: 42-43).
Dari rincian prinsip-prinsip CSR sebagaimana tersebut di atas,
menurut Wahyudi & Azheri (2008), prinsip-prinsip tersebut tidak terlepas
dari konsep Triple Bottom Line sebagaimana diungkapkan John Elkington
yang terdiri atas economic prosperity, environmental quality, and social
justice (Wahyudi & Azheri, 2008:61).
c. Faktor-faktor Implementasi CSR
Belum adanya kesatuan rumusan definisi tentang CSR,
menunjukkan masih beragamnya pemahaman berbagai elemen masyarakat
(entitas dan para pakar) dalam memaknai keberadaan CSR. Perbedaan
pemahaman tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti visi dan misi
yang disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan, apresiasi dan
akseptabilitas dari masyarakat. Perbedaan pemahaman tersebut yang
kemudian amat mempengaruhi implementasi CSR di masyarakat. Rentang
bentuk dan jenis CSR di masyarakat menjadi sangat luas. Hampir setiap
kegiatan entitas bisnis, apapun jenisnya dan berapapun volumenya, bisa
dipastikan hal tersebut diklaim sebagai kegiatan CSR. Kebutuhan akan
kesatuan rumusan CSR mendesak dibutuhkan terutama jika dikaitkan
dengan keinginan untuk mengukur efektivitas implementasi CSR di
masyarakat secara obyektif.
Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas penerapan CSR di
masyarakat adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
implementasi CSR di masyarakat. Menurut Princes of Wales Foundation,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
yang dikutip oleh Hendrik Budi Untung (2008), ada lima hal penting yang
dapat memengaruhi imlementasi CSR; Pertama, menyangkut human
capital atau pemberdayaan manusia. Kedua, environments yang berbicara
tentang lingkungan. Ketiga, adalah good corporate governance. Keempat,
social cohesion. Artinya, dalam melaksanakan CSR jangan sampai
menimbulkan kecemburuan sosial. Kelima, economic strength atau
memberdayakan lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi
(Untung, 2008: 11-12).
Dalam konteks tata kelola perusahaan yang baik atau good
corporate governance (GCG), penerapan CSR di lapangan menurut Indra
Surya dan Ivan Yustiavandana (2006) seperti yang dikutip Wahyudi &
Azheri, 2008) harus benar-benar memperhatikan kepentingan stakeholders
yaitu: (a) prinsip keterbukaan harus diimplementasikan terutama pada saat
perusahaan menjual sahamnya, (b) pemberian informasi material sesegera
mungkin pada masyarakat, (c) mendengarkan secara serius setiap opini
publik yang berkaitan dengan perusahaan (Wahyudi & Azheri, 2008:173).
Hal tersebut disebabkan karena pengertian tanggung jawab (responsibility)
pada CSR lebih menekankan kepada para pemangku kepentingan
(stakeholders). Berbeda dengan pengertian responsibility pada good
corporate governance (GCG) yang lebih diarahkan kepada para pemegang
saham (shareholders).
Faktor-faktor yang memengaruhi implementasi CSR di masyarakat
bisa dipelajari dari strategi dasar yang digunakan oleh entitas bisnis dalam
melakukan kegiatan CSR. Strategi dasar tersebut dirumuskan berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
pemahaman mereka terhadap keberadaan CSR, baik bagi diri sendiri
(internal) maupun bagi masyarakat (eksternal). Menurut Hardinsyah dan
Muhamad Iqbal (2006), ada tiga strategi dasar yang dapat digunakan untuk
menerapkan prinsip-prinsip CSR, yaitu: (1) penguatan kapasitas (capacity
building), (2) kemitraan (collaboration), (3) penerapan inovasi.
5. CSR Berbasis Masyarakat
Menurut Howard Rothman Bowen (1953) CSR adalah suatu
kewajiban sosial yang diwujudkan dalam suatu tindakan yang harus sesuai
dengan kebutuhan dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat itu sendiri.
Tindakan tersebut menurut John Elkington (1997) mengerucut pada tiga
sektor yang lebih dikenal dengan triple bottom line (economic prosperity,
environmental quality, dan social justice).
Konsep filosofis CSR yang didasarkan pada kebutuhan dan nilai-nilai
yang ada pada masyarakat sejalan dengan konsep pembangunan masyarakat.
Pembangunan masyarakat adalah pembangunan yang mengikutsertakan
masyarakat pada semua tahap pembangunan, yakni perencanaan, pelaksanaan,
menghasilkan, menikmati, dan melestarikan (Totok Daryanto dalam Suparjan
dan Suyatno, 2003). Karena itu pembangunan masyarakat sering disebut
dengan pembangunan berpusat pada masyarakat atau pembangunan berbasis
masyarakat.
Berdasarkan pemahaman terhadap filosofi CSR dan pengertian
terhadap konsep pembangunan masyarakat, sebenarnya keduanya memiliki
kesamaan prinsip dalam hal pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.
Pemakaian istilah CSR berbasis masyarakat adalah upaya penegasan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pengertian CSR sebagai tanggung jawab sosial perusahaan yang diwujudkan
dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dikelola dengan menempatkan
masyarakat sebagai subyek pelaku pada setiap tahapan kegiatan.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian evaluasi Silfia Claudiana tahun 2007 terhadap pelaksanaan
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Desa Kaligawe,
Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa kehadiran P2KP ikut
mewarnai dinamika pembangunan di desa yang memiliki kondisi dan karakteristik
masyarakat agraris. Meskipun demikian, dalam implementasinya (process), P2KP
tidak langsung menjawab masalah dan kebutuhan yang dihadapi masyarakat
karena P2KP lebih menekankan pada kemandirian masyarakat agar dapat
mengatasi sendiri masalah yang mereka hadapi. Penelitian juga menemukan
bahwa pelaksanaan P2KP di Desa Kaligawe telah memberikan kontribusi
terhadap pencapaian dua dari tiga tujuan P2KP yakni terbentuknya badan
keswadayaan masyarakat (BKM) dan terbukanya akses pelayanan masyarakat
khususnya warga miskin dalam bidang lingkungan, sosial dan ekonomi atau
Tridaya. Namun demikian, capaian (product) pelaksanaan P2KP belum
sepenuhnya menjawab kebutuhan masyarakat Desa Kaligawe. Hal tersebut
disebabkan karena dalam pelaksanaan kegiatan P2KP (faktor process) lebih
berorientasi output atau capaian kuantitatif daripada kualitas itu sendiri. Selain itu,
belum optimalnya capaian pelaksanaan P2KP juga dipengaruhi oleh strategi dan
mekanisme input yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi (Silfia Claudiana, 2007 : 210).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Sementara itu hasil penelitian evaluatif terhadap Program Pengembangan
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Usaha Kecil di Desa Gondang,
Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen yang dilakukan oleh Bayu Setyatmoko
(Lukas Bayu Setyatmoko, 2006 : 128), menemukan bahwa program tersebut telah
memberikan kontribusi dalam membangun keswadayaan masyarakat melalui
kelompok-kelompok yang dibentuk oleh masyarakat terutama pada aspek
keuangan. Besarnya perhatian program pada aspek pengelolaan keuangan
menyebabkan capaian program tidak dapat optimal karena dalam proses
pelaksanaannya, program kurang memperhatikan context dan tujuan yang hendak
dicapai. Di samping itu pula tidak optimalnya capaian program juga sangat
dipengaruhi oleh bentuk input dan cara pengelolaan input tidak sesuai dengan
kebutuhan pemecahan masalah.
C. Kerangka Pikir
Pembangunan dipahami sebagai upaya terencana untuk mengubah kondisi
masyarakat dari tidak baik menjadi lebih baik, dari tidak berdaya menjadi lebih
berdaya atau dari tidak mandiri menjadi lebih mandiri. Pelaku pembangunan
nasional adalah tiga stakeholders yaitu masyarakat, negara, dan swasta (Suparjan
& Suyatno. 2003:19). Ketiganya memiliki peran yang spesifik yang berbeda
sesuai karakteristik mereka.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu bentuk
keterlibatan unsur swasta dalam pembangunan nasional yang telah diatur dalam
produk hukum positif berupa undang-undang. Meskipun demikian, implementasi
CSR masih sangat beragam karena setiap perusahaan memiliki interpretasi
berbeda sesuai standar CSR dari entitas bisnis tersebut. Menurut Sonny Sukada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
(2006) dari 258 standar CSR yang diidentifikasi, sebagian besar (67%) dibuat
perusahaan sendiri, 11% oleh kumpulan perusahaan (Sonny Sukada dalam Fajar
Nursahid, 2008). Situasi ini menyulitkan pihak luar untuk menilai apakah CSR
telah berperan secara signifikan dalam proses pembangunan nasional atau belum,
karena klaim keberhasilan hanya sepihak, yakni dari unsur perusahaan.
Mutu CSR sangat tergantung pada visi dan misi perusahaan (Reza
Rahman, 2009) serta komitmen perusahaan dalam menerapkan program CSR.
Perusahaan dengan visi misi serta komitmen proaktif akan menerapkan kegiatan
CSR jauh melebihi batas minimal peraturan. Perusahaan aktif mencari peluang
melaksanakan CSR demi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan
lingkungan serta didukung sepenuhnya pimpinan. Berbeda dengan perusahaan
yang reaktif, pendekatan terhadap CSR melibatkan tindakan seminimal mungkin
dan bahkan melibatkan usaha penolakan atau menutup-nutupi pelanggaran yang
mereka lakukan. Tidak ada dukungan dari manajemen terhadap penerapan CSR
karena merasa entitas sosial tidak penting (Wahyudi & Azheri, 2008).
Pendapat Howard Rothmann Bowen, yang dikenal sebagai Bapak CSR
Modern, dalam bukunya “Social Responsibility of The Businessman” (1953) yang
dikutip Yusuf Wibisono (2007) menegaskan bahwa kegiatan sosial perusahaan
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat. Pemikiran Bowen
tentang CSR sejalan dengan konsep pembangunan masyarakat, yakni
pembangunan yang mengikutsertakan masyarakat pada semua tahapan
pembangunan serta menempatkan manusia sebagai subyek pembangunan mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, menghasilkan, menikmati, dan melestarikan
sampai tahap melestarikan (Suparjan & Suyatno, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Berdasarkan pengertian pembangunan masyarakat tersebut, maka
penerapannya sangat tergantung kepada kemauan politik negara, pendidikan
masyarakat, dalam arti kemampuan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
memutuskan masalah, serta mengambil keputusan, dan sistem nilai yang dianut
masyarakat.
Roh dari pembangunan masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat
yang pada hakekatnya memberikan otoritas dan kemampuan kepada masyarakat
untuk dapat terlibat secara aktif dan bermakna atau berpartisipasi. Sumitro
Maskun (1993) menyebutkan 4 (empat) faktor yang menentukan partisipasi
masyarakat; (1) kebutuhan masyarakat, (2) interest masyarakat, (3) adat istiadat,
(4) sifat-sifat komunal yang mengikat anggota masyarakat satu sama lain. Dalam
bahasan lain, Slamet (1994) menyebutkan dengan strategi responsif, yakni strategi
memacu partisipasi masyarakat dengan berasumsi bahwa masyarakatlah yang
paling tahu apa kebutuhan dan kekurangan mereka serta yang paling tahu
bagaimana memenuhinya.
Sementara sebagai salah satu pelaku utama pembangunan nasional, swasta
sebaiknya mengambil peran yang proporsional. Intervensi pihak swasta yang
terlalu kuat dalam pembangunan nasional dengan cara bekerjasama dengan unsur
negara akan mematikan keberdayaan masyarakat. Intervensi swasta dalam
pembangunan bisa berwujud modal, teknologi, maupun model-model pendekatan
pembangunan (Ambar, 2004).
Antara konsep pembangunan masyarakat, konsep partisipasi, dan sikap
perusahaan sangat berpengaruh dalam pengelolaan program CSR. Ketiganya
saling terkait satu sama lain karena ketiganya memiliki elemen dan pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
saling mendukung untuk mengoptimalkan program CSR. Kerangka pikir
penelitian berkaitan dengan ketiga hal di atas adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Skematik Kerangka Pikir Penelitian
FAKTOR PENDUKUNG PARTISIPASI: § Kemauan masyarakat § Kemampuan
masyarakat § Kesempatan bagi
masyarakat § Kebutuhan
masyarakat § Interest masyarakat
PARTISIPASI MASYARAKAT:
§ Partisipasi masyarakat dalam tahapan pelaksanaan program
§ Jenis-jenis materi atau non materi yang diberikan masyarakat dalam partisipasinya
§ Elemen-elemen masyarakat yang terlibat dalam program
CSR BERBASIS MASYARAKAT
MASYARAKAT LEBIH BERDAYA
FAKTOR PENGHAMBAT PARTISIPASI § Stakeholders tidak
memahami makna partisipasi
§ Aparat penguasa yang bersifat otoriter
§ Aturan yang menghambat partisipasi masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di enam desa (Desa Polan, Desa Karanglo, Desa
Kebonharjo, Desa Keprabon, Desa Wangen di Kecamatan Polanharjo, dan Desa
Daleman di Kecamatan Tulung) di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Desa-
desa tersebut berada di wilayah yang paling dekat dengan lokasi pabrik PT Tirta
Investama (TIV) yang memroduksi dan mendistribusikan air minum dalam kemasan
dengan merek Danone Aqua.
Pemilihan lokasi penelitian di keenam desa tersebut oleh karena di wilayah
tersebut terdapat program pemberdayaan milik PT TIV Klaten. Program
Pemberdayaan Masyarakat di Enam Desa di Dua Kecamatan di Kabupaten Klaten
adalah merupakan Program CSR PT Tirta Investama (TIV) yang didesain dengan
model berbasis masyarakat dan diharapkan dapat terus berkelanjutan dengan
menempatkan masyarakat sebagai subyek kegiatan.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian evaluasi proses implementasi Program CSR Berbasis Masyarakat
PT Tirta Investama bertujuan untuk memahami; Pertama, kemampuan program
dalam memberdayakan masyarakat. Kedua, bagaimana partisipasi masyarakat dalam
implementasi program. Ketiga, berbagai output implementasi program. Sebagai
penelitian evaluasi, maka tindakan penelitian ini lebih banyak mengidentifikasi dan
memotret temuan-temuan di lapangan, dibandingkan dengan berbagai teoretis yang
ada, sebagai bahan untuk membangun pemahaman baru tentang penerapan Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
CSR berbasis masyarakat. Langkah tersebut sesuai karakter penelitian evaluasi yang
menurut Michael Quinn Patton (2009), sebagian besar tidak teoretis, mengumpulkan
data tanpa mempertimbangkan relevansi teori atas kemungkinan penggeneralisasian
secara empiris. Tentunya, hasil murni evaluasi tidak bersifat teoretis (Michael Quinn
Patton, 2009:59-60).
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yakni berusaha
mendeskripsikan secara rinci mengenai potret program yang telah dilakukan melalui
pendekatan partisipatif. Artinya, penelitian menempatkan para pelaksana program dan
sasaran program sebagai sumber data utama dalam proses penggalian data. Data dan
informasi yang digali dan yang disajikan berasal dari pandangan dan persepsi para
pelaksana dan masyarakat sasaran program di keenam desa tersebut (participant point
of view).
Penelitian ini juga berusaha menggali data sampai perkembangan terakhir
program oleh karena program yang diteliti merupakan program yang sedang
berkembang, inovatif, di mana fokusnya adalah pada perbaikan program,
memfasilitasi implementasi yang lebih efektif, dan mengeksplorasi keragaman efek
yang terjadi pada peserta program. Karena itu, penelitian juga menerapkan strategi
kualitatif naturalistik formatif. Menurut Patton (2009), strategi kualitatif-naturalistik-
formatif menjadi penting pada awal program atau pada titik utama saat transisi
program (Michael Quinn Patton, 2009:22-23).
Lokasi penelitian berada di enam desa yang lokasinya saling berbatasan dan
berdekatan dengan kondisi geografis relatif sama. Program yang akan dievaluasi
adalah sebuah program yang terletak di enam desa. Dua karakteristik yang menyertai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
penelitian ini seperti disebut di atas mengindikasikan bahwa penelitian ini mengarah
pada bentuk penelitian studi kasus tunggal.
Penelitian ini adalah studi kasus terpancang (embedded case study research),
karena dalam penelitian evaluasi ini, peneliti belum mengenal apa yang terjadi akan
tetapi arah penelitian ini telah terfokus, telah ditentukan sebelum terjun ke lapangan,
yakni evaluasi Program CSR Tirta Investama untuk menjawab tiga masalah utama
yaitu efektivitas program, partisipasi masyarakat, serta bagaimana output program.
C. Teknik Sampling dan Populasi
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling
dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu
yang dimaksud dalam konteks ini, misalnya orang sebagai sumber data yang terpilih,
dianggap paling tahu tentang jenis data yang akan digali, misalnya tentang proses
perencanaan program, pelaksanaan program, pembentukan kelompok. Dengan
demikian pemilihan sumber data didasarkan pada jenis data yang digali (purposive),
yakni sumber data yang secara representatif memiliki data yang dibutuhkan.
Dalam snowball sampling, penentuan sampel sebelum turun ke lapangan
bersifat sementara, dan terus berkembang kemudian setelah di lapangan (emergent
sampling design). Peneliti memilih sampel sumber data tertentu yang diperkirakan
dapat memberikan data valid yang dibutuhkan, selanjutnya berdasarkan data atau
informasi yang diperoleh dari sampel sumber data sebelumnya, peneliti menetapkan
sampel lain yang diperkirakan memberikan data lebih lengkap. Sampel yang dipilih
semakin lama semakin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Sampling yang digunakan tidak mementingkan jumlahnya, tetapi lebih
mengutamakan mutu informasi. Oleh karena itu penelitian selalu mencari dan
memilih informan yang dinilai paling tahu, sehingga pilihan informan terus
berkembang sesuai kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data.
D. Jenis Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Untuk menjawab permasalahan penelitian, penelitian mengumpulkan data
kualitatif dan data kuantitatif, seperti terlihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Jenis Data Dan Sumber Data
No Data Data Kuantitatif Data Kualitatif
1 Implementasi Program CSR PT TIV Klaten
§ Jenis kegiatan yg dilaksanakan § Jumlah kelompok dampingan § Jumlah anggota kelompok § Hasil-hasil program
§ Proses pelaksanaan program § Dukungan tokoh masyarakat § Kompetensi anggota
kelompok 2 Partisipasi
masyarakat dalam implementasi program.
§ Jumlah anggota yang terlibat § Jenis kegiatan yang dilakukan
untuk membangun partisipasi § Rata-rata kehadiran anggota di
pertemuan kelompok
§ Kemauan masyarakat § Kemampuan masyarakat § Kesempatan dan interest
masyarakat § Dukungan tokoh masyarakat
3 Out put program di bidang ekonomi
§ Jenis kegiatan yang terkait pengembangan ekonomi
§ Hasil-hasil setiap kegiatan ekonomi
§ Jumlah penikmat program § Sarana dan prasarana ekonomi
§ Kompetensi anggota di bidang kegiatan ekonomi. § Dukungan tokoh masyarakat
di bidang ekonomi § Dampak ekonomi terhadap
masyarakat 4 Out put program di
bidang sosial § Jenis kegiatan yang terkait
dengan aspek sosial § Pihak-pihak yang terlibat § Hasil-hasil setiap kegiatan yg.
terkait dengan aspek sosial § Sarana dan prasarana sosial
§ Interaksi antara masyarakat dengan PT TIV Klaten § Konflik-konflik horizontal
yang terjadi. § Keterikatan masyarakat di
desa penelitian. 5 Out put program di
bidang lingkungan § Jenis kegiatan yang terkait
penyelamatan lingkungan § Hasil setiap kegiatan yang
terkait penyelamatan lingkungan
§ Pihak-pihak yang terlibat § Sarana dan prasarana
pendukung lingkungan
§ Kesadaran kelompok dalam penyelamatan lingkungan § Kompetensi anggota dalam
penyelamatan lingkungan. § Dukungan stakeholders
dalam penyelamatan lingk. § Dampak program terhadap
upaya penyelamatan lingk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan sangat beragam sesuai kebutuhan jenis data
yang digali, meliputi:
a. Dokumen terkait, yakni: proposal program, laporan pelaksanaan, laporan
monitoring, monografi desa, foto-foto, perangkat administrasi KSM.
b. Narasumber, yakni: pelaksana program seperti penanggung jawab program
CSR PT TIV Klaten, petugas pendamping masyarakat, motivator atau kader;
aparat pemerintah desa, Pengurus KSM, tokoh masyarakat, masyarakat pelaku
program, masyarakat sekitar lokasi program, PPL kecamatan.
c. Objek atau benda, yakni: kondisi desa, KSM, produk unggulan, kondisi usaha
anggota KSM, demplot pertanian.
d. Peristiwa, yakni: perilaku dan aktivitas masyarakat sehari-hari.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang akan
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan meliputi:
1. Wawancara mendalam (in-depth interview)
Teknik wawancara mendalam dilakukan kepada semua informan selama
proses penelitian berlangsung. Wawancara dilakukan secara lentur dan terbuka,
tidak terstruktur ketat, tidak dalam suasana formal serta terkadang dilakukan
berulang pada informan yang sama. Proses wawancara mendalam digunakan
untuk mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi yang
sebenarnya, terutama yang berkaitan dengan pengetahuan, pendapat, perasaan,
sikap dan pandangan berbagai elemen masyarakat terhadap kegiatan CSR PT TIV.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Hasil wawancara yang berkualitas diperoleh dengan menerapkan teknik
probing secara ketat, yakni memperoleh hulu data atau informasi dengan cara
mengajukan pertanyaan secara sistematik, bertahap dan terfokus sehingga data
dan informasi yang dikumpulkan semakin rinci dan mendalam. Secara ketat
diterapkan pula prinsip tacit knowledge melalui ketrampilan membaca bahasa
tubuh (gesture) informan serta penerapan prinsip emic selama proses wawancara.
2. Observasi Berpartisipasi
Penelitian menggunakan teknik observasi berpartisipasi dari peneliti untuk
mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi di lokasi penelitian
seperti lokasi pertanian, rumah tangga, tempat usaha masyarakat, proses
pendampingan, sampai pada sikap dan perilaku sehari-hari masyarakat program,
peristiwa-peristiwa sosial dan budaya lainnya di masyarakat.
Penerapan teknik observasi dikaitkan dengan dua hal, yakni informasi
yang digali dan konteks yang menyertai informasi agar tidak kehilangan makna.
Maka dalam observasi tidak hanya mencatat sesuatu atau kejadian peristiwa,
tetapi juga segala sesuatu yang diduga ada kaitannya dengan peristiwa tersebut
(Nasution, 1988:55).
3. Studi Dokumen (content analysis)
Teknik studi dokumen digunakan dalam rangka mengumpulkan data yang
bersumber dari PT TIV, petugas pendamping masyarakat, masyarakat pengelola
program, monografi desa, serta sumber dokumen lain yang terkait. Data-data
tersebut digunakan untuk membuka data berikutnya serta memperkuat temuan-
temuan data sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4. Focus Group Discussion (FGD)
Focus group discussion (FGD) atau diskusi kelompok terarah digunakan
dalam rangka menggali data atau informasi yang berkaitan dengan alasan yang
melatarbelakangi masyarakat bersikap dan berperilaku tertentu tentang sesuatu
hal. FGD dilakukan kepada sekelompok anggota masyarakat yang homogen.
Pengertian homogen ditentukan oleh kebutuhan jenis data yang dikumpulkan yang
digunakan untuk mengikat sekelompok masyarakat tertentu.
Topik data yang digali dengan menggunakan FGD, ditentukan di awal dan
di tengah proses penelitian yang bersumber dari pertanyaan-pertanyaan reflektif
sebagai reaksi atas data yang diperoleh sebelumnya.
F. Validitas Data
Kedekatan peneliti terhadap objek yang diteliti harus dikelola dalam rangka
menjaga objektivitas serta validitas penelitian. Pengembangan validitas dilakukan
dengan teknik triangulasi, yaitu meningkatkan validitas data melalui proses verifikasi
sebuah data dengan berbagai metode (triangulasi metode), berbagai sumber data
(triangulasi sumber data) serta beberapa peneliti (triangulasi peneliti). Data yang
diperoleh dengan berbagai metode, sumber data, dan peneliti tersebut kemudian
dibandingkan dan ditarik simpulannya.
Dalam hal triangulasi, sebelum dinyatakan sebagai hasil penelitian yang valid,
draft hasil penelitian yang dibangun dari berbagai nara sumber dipaparkan kepada
para pengelola dan masyarakat penerima program guna memperoleh tanggapan balik
dari mereka. Pemaparan draft hasil penelitian di hadapan para mahasiswa dalam
forum seminar hasil penelitian adalah juga bagian dari proses triangulasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis menurut Miles
& Huberman atau yang biasa dikenal dengan analisis data model interaktif. Pemilihan
model analisis interaktif didasarkan pada beberapa pertimbangan yakni: (1)
komponen analisis lebih simpel dibandingkan model lain, (2) antar komponen analisis
saling berinteraksi secara terpadu sehingga mampu melihat secara obyektif dan
menyeluruh, (3) alur analisis tidak terlalu panjang sehingga tidak membingungkan.
Proses analisis data dilakukan selama proses penggalian data dengan
melibatkan tiga komponen utama analisis, yaitu: (1) reduksi data, (2) sajian data, serta
(3) penarikan simpulan dan verifikasinya. Proses interaktif antar-komponen inilah
yang memberi keunggulan metode interaktif karena akan menjamin obyektifitas dan
keseluruhan hasil analisis. Siklus yang terbentuk sebagai hasil interaksi antar
komponen analisis adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Teknik Analisis Data Model Interaktif. Sumber:Sutopo, 2002)
Pengumpulan Data
Sajian Data
Simpulan/ Verifikasi
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
H. Tahap Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian merupakan rangkaian kegiatan terencana dan dilakukan
secara bertahap dengan maksud menjadi panduan kerja peneliti dalam melakukan
penelitian, serta agar kegiatan penelitian dapat dipantau dan diikuti pihak-pihak lain
yang berkepentingan. Tahap-tahap kegiatan penelitian tersebut adalah:
1. Persiapan
a. Pengembangan perangkat penelitian
b. Diskusi dengan pengelola program
c. Menyusun jadwal ke lapangan
2. Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data
b. Reduksi data
c. Sajian data
3. Pembahasan Data
a. Pengaturan data (sesuai tujuan tujuan penelitian)
b. Pembahasan (data menyeluruh dan penarikan simpulan)
c. Penyusunan saran
4. Penulisan Laporan
a. Penyusunan laporan akhir
b. Seminar hasil
c. Perbanyakan laporan dan pendistribusian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 64
BAB IV
SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sajian Data
1. Kondisi Umum
Secara geografis Kabupaten Klaten terletak di antara 110o30’–110o45’ Bujur
Timur dan 7o30’–7o45’ Lintang Selatan, dengan luas wilayah mencapai 665,56 km2
serta batas-batas wilayah sebagai berikut:
sebelah barat : Kabupaten Sleman – Jogjakarta
sebelah timur : Kabupaten Sukoharjo - Jawa Tengah
sebelah utara : Kabupaten Boyolali - Jawa Tengah
sebelah selatan : Kabupaten Gunung Kidul – Jogjakarta.
Menurut topografinya, Kabupaten Klaten yang terletak di antara Gunung
Merapi dan Pegunungan Seribu, terbagi menjadi wilayah miring di bagian utara, serta
wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan. Ditinjau dari ketinggiannya,
wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari dataran rendah dan pegunungan, serta berada
dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu: (a) ketinggian 0 – 100 mdpl seluas 9,72%,
(b) ketinggian 100 – 500 mdpl seluas 77,52%, (c) ketinggian 500 – 1.000 mdpl seluas
12,76% (Sumber: www.Klaten.go.id).
Sejak era pemerintahan orde baru yang sukses dengan pencapaian swadaya
beras, Kabupaten Klaten dikenal sebagai salah satu lumbung beras nasional oleh
karena produktivitas dan kualitas beras dari Kabupaten Klaten dinilai lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 65
dibandingkan dengan wilayah lain. Salah satu faktor utama keberhasilan Kabupaten
Klaten sebagai lumbung beras adalah ketersediaan air untuk irigasi pertanian.
Menurut Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten (2011), Klaten memiliki
174 buah sumber mata air atau dalam bahasa Jawa disebut Umbul, tersebar di 85 desa
atau 20 kecamatan, 31 buah di antaranya mati. Faktor banyaknya sumber mata air
telah mengundang PT Tirta Investama (TIV) untuk menanamkan investasinya dengan
mendirikan pabrik air minum dalam kemasan di Klaten dengan merek Danone Aqua.
Salah satu bentuk tanggung jawab sosial PT TIV terkait dengan operasinya
dalam memanfaatkan sumber mata air di Klaten adalah dengan melakukan program
tanggung jawab sosial yang dikenal dengan program corporate social responsibility
(CSR). Program-program tersebut beragam bentuk serta melibatkan berbagai rekanan
kerja. Salah satu program tanggung jawab sosial yang dilakukan PT TIV adalah
bekerjasama dengan Yayasan Insan Sembada (YIS) dengan nama Program CSR
Berbasis Masyarakat PT TIV dalam rangka pemberdayaan masyarakat di sekitar
pabrik. Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui efektivitas
pelaksanaan Program CSR Berbasis Masyarakat PT TIV Klaten.
2. Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Lokasi Penelitian
Penelitian terhadap Program CSR PT TIV Klaten dilakukan di enam desa
yang terletak di dua kecamatan, yakni Kecamatan Tulung (Desa Daleman) dan
Kecamatan Polanharjo (Desa Karanglo, Desa Kebonharjo, Desa Keprabon, Desa
Polan, Desa Wangen). Pemilihan desa-desa tersebut sebagai lokasi penelitian, selain
mempertimbangkan lokasi program CSR PT TIV Klaten yang berada di desa-desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 66
tersebut, juga didasarkan fakta bahwa desa-desa tersebut berada paling dekat dengan
letak pabrik PT TIV Klaten sehingga terkena dampak paling besar dengan bedirinya
pabrik yang memproduksi air minum dalam kemasan dengan merek Danone Aqua.
Lokasi keenam desa penelitian serta letak sumur penyedot air dan pabrik PT
TIV Klaten dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Peta Desa Penelitian
Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa letak keenam desa saling berbatasan
satu dengan yang lain, serta berada dalam satu wilayah. Secara topografi desa-desa
tersebut berada pada ketinggian antara 150 – 153 mdpl, dengan suhu antara 250C –
SKALA 1 : 80.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 67
330C dan curah hujan antara 1.825 - 1.884 mm/tahun (Sumber: Laporan Hasil Needs
Assessment PT TIV, 2008). Lokasi wilayah yang sama serta letak satu desa dengan
desa lain yang saling bertetangga membawa implikasi pada kondisi aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan keenam desa yang tidak jauh berbeda.
a. Kondisi Ekonomi
Keenam desa penelitian berada tidak jauh dari jalur utama kota Jogjakarta
- kota Solo yang dihubungkan oleh jalan provinsi di mana pada salah satu titik
dari jalan tersebut terletak salah satu pusat transaksi ekonomi terbesar di Klaten,
yakni Pasar Delanggu. Jarak antara Pasar Delanggu dengan keenam desa
bervariasi berkisar antara 2 – 7 km yang dihubungkan oleh jalan aspal. Bahkan
jalan-jalan desa sudah beraspal seluruhnya sehingga sarana transportasi bisa
dengan sangat mudah menjangkau pelosok desa untuk menghubungkan kegiatan
ekonomi di desa dengan kegiatan ekonomi di kota.
Akses transportasi yang semakin mempermudah interaksi desa dengan
aktifitas perekonomian di kota, pada sisi lain justru memberi dampak kurang
menguntungkan perkembangan kemandirian desa dalam hal kepemilikan sarana
dan prasarana publik di sektor ekonomi. Dilihat dari sarana dan prasarana publik
sektor ekonomi, misalnya pasar, hanya Desa Karanglo yang memiliki pasar,
sementara lima desa lainnya tidak memiliki pasar. Masyarakat dari desa yang
tidak memiliki pasar, jika membutuhkan pasar untuk kegiatan transaksi ekonomi
akan pergi ke Pasar Delanggu atau Pasar Karanglo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 68
Sementara sarana lembaga keuangan lebih bervariasi, selain salah satu
bank pemerintah unit kecamatan Desa Karanglo, di Desa Daleman juga berdiri
Baaitul Mal Wattamwil (BMT), yakni lembaga keuangan yang mendasarkan diri
pada nilai-nilai agama Islam, serta koperasi unit desa (KUD) di setiap desa. Selain
lembaga keuangan seperti di sebut di atas, ditemukan pula kegiatan di masyarakat
yang menawarkan jasa kredit seperti kredit simpan pinjam yang dikelola oleh
sekelompok masyarakat, serta bank plecit atau bank harian karena beroperasi
setiap hari dengan jasa sangat tinggi.
Sektor yang paling banyak menyerap sumber daya untuk menggerakan
perekonomian desa adalah sektor pertanian. Menonjolnya kegiatan masyarakat di
sektor pertanian antara lain dapat dilihat dari luas lahan yang digunakan untuk
kegiatan pertanian. Data luas lahan untuk kegiatan pertanian di keenam desa dapat
dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3: Luas Wilayah dan Luas Lahan Pertanian Desa Penelitian
No Desa Luas Wilayah Luas Tanah Sawah %
1 Daleman 175,60 ha 124,53 ha 70,92 2 Karanglo 114,69 ha 69,31 ha 60,43 3 Kebonharjo 69,90 ha 53,00 ha 75,82 4 Keprabon 98,50 ha 75,00 ha 76,14 5 Polan 84,08 ha 70,08 ha 83,35 6 Wangen 125,97 ha 97,47 ha 77,38
Sumber: Laporan Needs Assessment Program CSR PT TIV Tahun 2008
Secara persentase, tidak ada satupun desa dari keenam desa penelitian
yang menyediakan luas lahan di bawah 50% dari luas wilayah desa untuk
kegiatan pertanian. Persentase luas lahan paling sedikit untuk lahan pertanian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 69
adalah 60,43% (Desa Karanglo), persentase luas lahan paling banyak untuk lahan
pertanian adalah 83,35% (Desa Polan). Jika memperhatikan jenis pemanfaatan
lahan di masing-masing desa yang sangat beragam seperti untuk bangunan umum,
pemukiman, pertokoan, perkantoran, empang, jalur hijau, tegalan dan lain-lain,
maka persentase tersebut menjadi sangat berarti.
Dominannya sektor pertanian dalam kehidupan masyarakat di enam desa
tidak hanya ditunjukkan oleh luasnya lahan pertanian, tetapi juga oleh banyaknya
warga masyarakat yang berprofesi sebagai petani, baik itu sebagai petani pemilik,
petani penggarap maupun buruh tani. Mereka adalah petani tradisional yang
menjadi petani karena faktor kultural dan faktor sosial. Data perbandingan jumlah
penduduk dengan jumlah petani di enam desa dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4: Jumlah Penduduk dan Jumlah Petani di Desa Penelitian
No Desa Jumlah Penduduk
Jumlah Orang Bekerja
Jumlah Petani
Persentase Jumlah Petani
1 Daleman 5.040 jiwa 2.544 orang 1.252 orang 49,20% 2 Karanglo 2.306 jiwa 686 orang 204 orang 29,74% 3 Kebonharjo 1.815 jiwa 273 orang 175 orang 65,00% 4 Keprabon 3.243 jiwa 268 orang 148 orang 55,22% 5 Polan 2.108 jiwa 645 orang 321 orang 49,77% 6 Wangen 2.611 jiwa 1.191 orang 349 orang 41,40%
Sumber : Laporan Needs Assessment Program CSR PT TIV Tahun 2008
Tabel 4 di atas adalah menunjukan jumlah persentase warga masyarakat
yang bekerja sebagai petani dibandingkan dengan jumlah warga yang bekerja di
suatu desa, bukan persentase dari jumlah total penduduk desa, serta bukan
persentase dari jumlah tenaga kerja maupun usia produktif. Catatan ini perlu
ditekankan dan mendapat perhatian serius oleh karena cara pengukuran unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 70
demografi antara desa satu dengan yang lain diduga dilakukan dengan dasar
persepsi yang tidak sama. Contoh Desa Kebonharjo menghitung orang yang
bekerja adalah orang yang secara fisik tinggal di desa tersebut, sementara warga
yang tidak tinggal di desa tersebut tidak dihitung sebagai orang yang bekerja,
meskipun terhitung sebagai penduduk desa bersangkutan.
Secara persentase, jumlah masyarakat petani Desa Karanglo paling sedikit
dibandingkan dengan desa-desa lain. Hal tersebut terjadi oleh karena Desa
Karanglo sebagai pusat pemerintahan kecamatan Polanharjo menawarkan lebih
banyak peluang kerja kepada penduduknya sehingga tenaga kerja yang tersedia di
desa tersebut terbagi ke dalam spektrum profesi yang lebih luas.
Selain sektor pertanian, sektor lain yang banyak terdapat di desa-desa
sekitar PT TIV Klaten yang juga menjadi penggerak ekonomi masyarakat desa
adalah sektor industri rumah tangga atau home industry. Ketrampilan masyarakat
di bidang industri rumah tangga merupakan warisan dari para pelaku
sebelumnya. Masing-masing desa memiliki kekuatan produk industri rumah
tangga yang berbeda satu dengan yang lain. Desa Daleman misalnya dikenal
dengan produk mie sohun atau mie putih yang dibuat dari pati onggok dengan
bahan utama batang pohon aren.
Desa Karanglo dikenal sebagai sentra penghasil makanan ringan seperti
keripik tempe, keripik belut, keripik paru sapi, serta kue-kue ringan. Masyarakat
Desa Wangen dan Desa Kebonharjo dikenal sebagai perajin yang terampil
memanfaatkan kain perca, yaitu kain sisa berupa potongan-potongan untuk dibuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 71
menjadi tas, kipas, seprei, hiasan dinding yang memiliki nilai jual lebih baik. Desa
Keprabon dikenal sebagai penghasil hiasan dinding, sisir, mainan anak-anak yang
terbuat dari tanduk sapi dan kerbau serta usaha pande besi untuk dibuat alat-alat
masak. Sementara masyarakat Desa Polan tidak memiliki ketrampilan industri
rumah tangga yang spesifik. Usaha ekonomi mereka selain sektor pertanian
adalah berdagang dengan membuka toko kelontong di rumahnya.
Beberapa produk industri rumah tangga, seperti makanan ringan dari
Desa Karanglo, hiasan dinding terbuat dari tanduk sapi dan kerbau, serta
perhiasan yang terbuat dari kain perca memiliki pasar yang cukup potensial di
luar daerah mereka. Usaha tersebut masih dilakukan secara musiman sesuai
pesanan yang diterima. Para pemesan, terutama hiasan dari tanduk dan kain perca
adalah para distributor bahan mentah yang sekaligus berperan sebagai pembeli
produk-produk tersebut. Oleh karena itu sektor industri rumah tangga atau home
industry belum menjadi pilihan utama untuk membangun ekonomi.
Kegiatan industri rumah tangga di setiap desa rata-rata masih dilakukan
sendiri-sendiri, belum membentuk wadah bersama yang bisa dimanfaatkan untuk
kegiatan pengadaan bahan mentah maupun untuk memasarkan produk-produk
industri. Karena itu sering terjadi persaingan antarpelaku industri rumah tangga
dalam satu desa atau satu wilayah dalam menentukan harga jual. Para pelaku
industri rumah tangga lebih percaya dengan orang luar dari pada rekan satu desa.
Potensi dan permasalahan ekonomi yang belum dikelola dengan baik
berdampak pada jumlah penduduk miskin di enam desa di sekitar pabrik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 72
dijadikan penelitian. Jumlah penduduk miskin di enam desa pada tahun 2010
dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5: Jumlah Penduduk Miskin di Desa Penelitian Tahun 2010
No Desa Jumlah Total Penduduk
Jumlah Orang Miskin
Persentase Orang Miskin
1 Daleman 4.806 jiwa 905 orang 18,83% 2 Karanglo 2.293 jiwa 486 orang 27,19% 3 Kebonharjo 1.809 jiwa 592 orang 32,72% 4 Keprabon 3.274 jiwa 775 orang 23,67% 5 Polan 2.141 jiwa 450 orang 27,01% 6 Wangen 2.808 jiwa 287 orang 10,22%
(Sumber : Monografi Enam Desa yang Telah Diolah)
Dari Tabel 5 di atas, sulit dipahami pola jumlah orang miskin di suatu desa
dikaitkan dengan persentase jumlah petani, maupun persentase luas lahan yang
digunakan untuk pertanian.
b. Kondisi Sosial
Beberapa isu sosial yang menarik dicermati dalam melakukan penelitian
di enam desa adalah; nilai-nilai sosial budaya, pola interaksi dengan masyarakat
luar, serta kelembagaan sosial yang diwakili oleh kelompok tani.
1) Nilai-nilai sosial budaya
Desa Daleman, Karanglo, Kebonharjo, Keprabon, Polan, dan Wangen
masih memiliki nilai-nilai kultural desa sebagaimana dikenal umum, yaitu
kebersamaan, kesatuan, solidaritas, dan agamis, yang diwujudkan ke dalam
sikap dan perilaku sehari-hari dalam berinteraksi satu dengan yang lain dalam
bentuk gotong royong, sambatan, jagongan, dan pengajian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 73
Gotong-royong masih dijunjung tinggi oleh sebagian besar masyarakat
di keenam desa, khususnya dilakukan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan
seperti bersih dukuh, bersih desa dan hajatan. Namun untuk kegiatan gotong-
royong dalam bidang sosial ekonomi misalnya mengolah sawah, bercocok
tanam, atau panen dalam kegiatan pertanian sudah mulai ditinggalkan.
Masyarakat berpikir ekonomis, bahwa tenaga dan waktu yang mereka
keluarkan adalah untuk kegiatan ekonomi.
Sambatan masih banyak ditemui di keenam desa, biasanya dilakukan
jika ada anggota keluarga yang memerlukan bantuan anggota keluarga lain
untuk kegiatan fisik, misalnya perbaikan rumah, pembuatan sumur gali atau
pembuatan kandang ternak besar. Umumnya sambatan dilakukan pada saat
awal atau akhir kegiatan, sementara pelaksanaan seluruh kegiatan dilakukan
tenaga profesional yang dibayar.
Pertemuan warga dilakukan secara rutin di berbagai tingkatan
komunitas seperti desa, dusun, dukuh, Rukun Tetangga/Rukun Warga
(RT/RW), serta kelompok organisasi seperti PKK, Posyandu, kelompok tani,
dan lain-lain. Jadwal kegiatan disepakati bersama misalnya setiap bulan,
setiap selapan (35 hari), setiap musim panen. Pada pertemuan itu biasanya
dilakukan penggalangan dana untuk kegiatan sosial.
Kegiatan pengajian dilakukan secara rutin melalui kelompok-
kelompok pengajian yang tersebar di berbagai wilayah seperti dukuh, dusun,
serta kelompok organisasi. Sebelum pengajian dimulai, dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 74
pengumpulan dana untuk jamaah pengajian yang dinilai kurang mampu.
Jadwal pengajian disepakati oleh masing-masing kelompok, sebulan sekali,
sebulan dua kali, atau setiap selapan (35 Hari).
Kegiatan lain yang masih sering ditemukan di enam desa adalah
Jagong, yakni menghadiri acara hajatan suatu keluarga yang tengah
merayakan pesta pernikahan, sunatan atau hajatan lain. Kegiatan jagong bisa
mempererat silaturahim antar-anggota masyarakat, walaupun secara ekonomis
jagong kurang baik oleh karena para tamu menyerahkan sejumlah sumbangan
yang sering menjadi ukuran status sosial seseorang.
Kegiatan-kegiatan yang mencerminkan kebersamaan, kesatuan,
solidaritas dan agamis masih sering ditemukan di keenam desa, dan tidak
memiliki perbedaan berarti. Kejadian tersebut dipengaruhi oleh kedekatan
keenam desa yang berada di dalam satu wilayah yang sama.
2) Hubungan masyarakat dengan komunitas luar
Jarak terjauh keenam desa dengan pusat pemerintahan kabupaten
Klaten sekitar 16 km, jarak terjauh keenam desa dengan Pasar Delanggu
sekitar 7 km dengan infrastruktur jalan sudah beraspal bagus. Ironisnya,
intensitas interaksi desa-desa tersebut dengan komunitas luar seperti
perguruan tinggi, LSM, maupun perusahaan tidak terlalu tinggi. Pembangunan
yang terjadi di wilayah tersebut sebagian besar datang dari pemerintah.
Fakta rendahnya intensitas interaksi masyarakat desa dengan
komunitas luar. berbeda dengan yang terjadi di Desa Daleman. Di desa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 75
sangat plural, baik dari sisi etnis, agama, pendidikan, maupun status sosialnya,
sangat dinamis dan variatif dalam berinteraksi dengan komunitas luar. Mereka
pernah bekerja sama melakukan penelitian dengan beberapa perguruan tinggi
seperti UGM dan UNS dalam pemanfaatan limbah pati onggok hasil industri
rumah tangga yang banyak ditemukan di desa tersebut. Desa Daleman juga
beberapa kali melakukan kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat
dalam program pemberdayaan masyarakat.
Hadirnya PT TIV di Klaten untuk memproduksi air minum dalam
kemasan dengan mengambil air dari wilayah Kecamatan Tulung dan
Kecamatan Polanharjo menimbulkan reaksi yang beragam dari desa-desa yang
terkena dampak kehadiran PT TIV. Secara umum, interaksi PT TIV dengan
masyarakat di keenam desa berjalan tidak harmonis. Masyarakat bersikap
curiga, tidak percaya serta menduduh PT TIV merusak sumber mata air yang
ada di wilayah mereka. Bahkan pernah terjadi demonstrasi terhadap PT TIV
oleh pemuda Desa Karanglo dengan menuntut sejumlah uang tertentu sebagai
kompensasi atas apa yang telah dilakukan PT TIV.
Sikap masyarakat tidak bisa dilepaskan dari pengalaman buruk yang
dialami masyarakat yang merasa tidak mendapatkan apa-apa dari kehadiran
PT TIV. Tawaran bantuan program melalui pihak ketiga seperti pemerintah
Kabupaten Klaten dan beberapa organisasi lokal tidak dirasakan dan tidak
memberikan dampak signifikan bagi masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 76
3) Kelompok Tani
Sebelum Program CSR Berbasis Masyarakat PT TIV Klaten di enam
desa dimulai (tahun 2009), di keenam desa telah berdiri kelompok-kelompok
masyarakat berbentuk kelompok tani yang didirikan tahun 2005. Kelompok
tersebut didirikan atas kebijakan Bupati Klaten untuk mendukung program
pembangunan pertanian di wilayah Kabupaten Klaten. Ciri-ciri kelompok tani
di keenam desa sama dengan kelompok tani di desa-desa lain di Kabupaten
Klaten, yaitu;
§ Inisiatif dan proses pembentukan kelompok dilakukan kepala desa dibantu
petugas penyuluh lapangan (PPL) pertanian kecamatan.
§ Pemilihan pengurus dilakukan oleh kepala desa, beberapa kasus di 6 desa
ada pengurus yang tidak tahu bahwa dirinya adalah pengurus kelompok.
§ Kelompok memperoleh surat keputusan pembentukan kelompok dari
bupati untuk memperkuat legalitas keberadaan kelompok tani.
§ Organisasi berbentuk kelompok tani yang dikelola oleh pengurus inti
(ketua, sekretaris, bendahara).
§ Jenis kegiatan yang dilaksanakan di sektor pertanian, lebih banyak berupa
proyek pertanian yang berasal dari pemerintah.
Kelompok yang dibentuk dalam rangka mendukung pelaksanaan
program pembangunan pertanian yang diperkenalkan pemerintah, tidak
melakukan aktivitas secara berarti manakala tidak ada program bantuan dari
pemerintah. Hal tersebut disebabkan proses pembentukan kelompok bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 77
indoktrinatif, top-down, sehingga masyarakat tidak merasa membutuhkan,
tidak merasa memiliki dan tidak tumbuh tanggung jawab untuk mengelola
kelompok sebagai alat pembangunan bagi mereka.
Kelompok tidak melakukan pertemuan anggota secara rutin untuk
membahas permasalahan yang dihadapi, serta tidak ada upaya memobilisir
potensi diri untuk memperbaiki kualitas kehidupan melalui kelompok yang
telah dibentuk. Demikian halnya dengan gabungan kelompok tani (Gapoktan)
yang mengalami nasib sama dengan kelompok tani bentukan pemerintah,
bahkan sebagian besar desa belum memiliki gapoktan, kecuali Desa Daleman.
Secara umum, status kelompok tani di keenam desa dalam kondisi tidak aktif,
seperti dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6: Kondisi Awal Kelompok Tani Sebelum Program CSR
No Desa Jumlah Kelompok Status Kelompok Gapoktan 1 Daleman 3 Kelompok Aktif Sudah Terbentuk 2 Karanglo 3 Kelompok Tidak Aktif Belum Terbentuk 3 Kebonharjo 2 Kelompok Tidak Aktif Belum Terbentuk 4 Keprabon 2 Kelompok Tidak Aktif Belum Terbentuk 5 Polan 2 Kelompok Tidak Aktif Belum Terbentuk 6 Wangen 2 Kelompok Tidak Aktif Belum Terbentuk
Sumber: Laporan Need Assessment Program CSR PT TIV yang telah Diolah
Berbeda dengan kelompok tani di lima desa, tiga kelompok tani (KT)
di Desa Daleman yaitu Tani Mulyo, Sedyo Makmur, Sedyo Maju sejak tahun
2007 telah melakukan sejumlah aktivitas kelompok seperti pertemuan rutin
anggota, arisan anggota, memobilisir modal ekonomi kelompok, serta
membantu pertanian anggota kelompok. Bahkan gabungan kelompok tani atau
Gapoktan sudah terbentuk di Desa Daleman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 78
Kondisi kelompok tani di Desa Daleman yang lebih dulu aktif tidak
terlepas dari peran petugas PPL Pertanian Kecamatan Tulung yang juga warga
Desa Daleman. Petugas yang bersangkutan menjadi salah satu motor penting
penggerak dan pendamping kelompok tani di Desa Daleman yang hampir dua
tahun sebelumnya juga mengalami kemandegan dari aktivitas kelompok.
c. Kondisi Lingkungan
Kegiatan bertani merupakan pilihan utama sebagian besar masyarakat
sekitar pabrik PT TIV Klaten dalam membangun ekonomi keluarga mereka. Para
petani melakukan segala macam cara untuk mengoptimalkan produksi pertanian
mereka, termasuk penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia. Penggunaan pupuk
dan obat-obatan kimia oleh para petani dalam kegiatan pertanian dinilai sudah
berlebihan sehingga lebih banyak memberikan dampak kurang menguntungkan
bagi kesuburan tanah.
Ketergantungan masyarakat pada sektor pertanian dapat dilihat dari pola
pemanfaatan lahan pertanian dalam satu tahun seperti dalam tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7: Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian di Enam Desa Dalam Satu Tahun
Desa Bulan Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Daleman ♣ ♣ ☺ � � � ☺ ♣ ♣ ♣ ☺ ♣ Karanglo ♣ ♣ ☺ ♣ ♣ ♣ ☺ ♣ ♣ ♣ ☺ ♣ Kebonharjo ♣ ♣ ☺ ♣ ♣ ♣ ☺ ♣ ♣ ♣ ☺ ♣ Keprabon ♣ ♣ ☺ ♣ ♣ ♣ ☺ ♣ ♣ ♣ ☺ ♣ Polan ♣ ♣ ☺ ♣ ♣ ♣ ☺ ♣ ♣ ♣ ☺ ♣ Lagi Wangen ♣ ♣ ☺ ♣ ♣ ♣ ☺ ♣ ♣ ♣ ☺ ♣
Keterangan: ♣ Tanaman Padi � Palawija (Jagung, Kacang Tanah, Kedelai, Tembakau) ☺Beran (Sumber : Monografi Data Pertanian Enam Desa yang Telah Diolah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 79
Tabel 7 menunjukan bahwa pola pemanfaatan lahan pertanian oleh
masyarakat di enam desa sangat monoton, yakni untuk menanam padi, kecuali
Desa Daleman. Polan tanam yang monoton serta intensif dapat mengakibatkan
penurunan kualitas kesuburan tanah. Dalam satu tahun, tanah hanya istirahat
(bahasa jawa: beran) selama 3 (tiga) bulan, itupun tidak penuh tiga bulan karena
dalam kondisi sedang dipersiapkan untuk musim tanam berikutnya.
Kecenderungan kurang menariknya sektor pertanian menjadi dorongan
kuat para petani untuk menjual lahan pertanian yang mereka miliki.
Kecenderungan masyarakat menjual lahan pertanian daripada mengelolanya,
memungkinkan terjadi alih fungsi lahan dari pertanian ke fungsi yang lain,
terutama kegiatan ekonomi yang tidak ramah lingkungan. Kecenderungan ini
menjadi ancaman terhadap kelestarian lingkungan.
Kasus lingkungan lain yang patut dicermati adalah pengelolaan limbah
produksi industri rumah tangga berupa pati onggok di Dukuh Bendo dan Dukuh
Margoluwih Desa Daleman yang tidak pernah terselesaikan dengan baik. Para
pelaku industri rumah tangga yang menghasilkan limbah padat berupa ampas dan
limbah cair membuang begitu saja limbah tersebut ke bantaran sungai atau
pekarangan sekitar tempat. Dampaknya bisa ditebak, terjadi polusi air dan udara.
Perilaku tidak baik sebagian anggota masyarakat dalam mengelola limbah
industri rumah tangga, serta ketidakpedulian masyarakat terhadap persoalan
limbah di sekitar mereka sehingga masalah tersebut menjadi berkepanjangan, bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 80
jadi merupakan cerminan masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga
kualitas lingkungan.
3. PT Tirta Investama (TIV)
Terkait dengan topik penelitian, ada dua hal menarik yang perlu disinggung
mengenai PT TIV, yakni perkembangan perusahaan dan CSR perusahaan.
a. Perkembangan Perusahaan
PT Tirta Investama adalah sebuah perseroan dagang yang memproduksi
air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merek dagang Danone Aqua.
Mayoritas saham (40%) PT TIV dimiliki oleh perusahaan multinasional Perancis,
Danone, yang mengakuisisi PT Golden Mississipi (pemilik AMDK bermerek
dagang Aqua) pada 4 September 1998. Akuisisi dilakukan setelah pemilik Golden
Mississipi, Lisa Tirto, merasa tidak cukup kuat menyelamatkan Aqua dari
ancaman pesaing baru. Tiga tahun berikutnya, 2001, atau satu tahun setelah
mereka mengeluarkan produk baru berlabel Danone Aqua pada tahun 2000,
kepemilikan saham Danone meningkat menjadi 71%, dan pada tahun 2011
Danone dilaporkan sudah menguasai 74% saham PT TIV.
Sebelum diakuisisi, perseroan yang didirikan oleh Tirto Utomo pada tahun
1973, bernama PT Golden Mississipi memproduksi AMDK dengan merek dagang
Aqua. Ide mendirikan pabrik AMDK diinisiasi pengalaman menarik Tirto Utomo
ketika masih menjadi karyawan Pertamina saat menjamu delegasi sebuah
perusahaan dari Amerika Serikat. Acara jamuan terganggu ketika isteri ketua
delegasi mengalami diare karena mengkonsumsi air tidak bersih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 81
Peristiwa jamuan membawa pengetahuan baru dalam diri Tirto Utomo
bahwa orang-orang dari negara barat tidak terbiasa minum air yang direbus, tetapi
air yang disterilkan. Tirto Utomo belajar cara memproduksi AMDK dengan cara
magang pada sebuah perusahaan yang telah beroperasi selama 16 tahun di
Thailand bernama Polaris (Sumber: Wikipedia.org/wiki/aqua).
Pabrik pertama PT Golden Mississipi didirikan di Pondok Ungu Bekasi
pada tahun 1973 dengan kapasitas produksi 6 juta liter/tahun. Pabrik berikutnya
dibangun di Pandaan Jawa Timur tahun 1984, disusul kemudian tahun 2003 di
Klaten Jawa Tengah. Pendirian pabrik di daerah merupakan upaya perusahaan
untuk lebih mendekatkan diri kepada para konsumen yang berada di daerah.
Sampai tahun 2011, PT TIV telah memiliki 14 pabrik yang memproduksi AMDK
dengan merek dagang Danone Aqua yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
b. Program CSR PT TIV
Aqua Lestari adalah nama program tanggung jawab sosial PT TIV dengan
konsep dasar berkelanjutan (sustainability) yang mulai diterapkan sejak tahun
2006. Seluruh program CSR PT TIV didesain sesuai kebutuhan masyarakat
setempat serta sejalan dengan ISO 26000 tentang tanggung jawab sosial
perusahaan. Fokus program CSR PT TIV meliputi: (a) akses air bersih dan
kesehatan lingkungan, (b) konservasi dan pendidikan lingkungan, (c) pertanian
organik dan pengelolaan sumber daya air berkelanjutan, serta (d) pemantauan dan
pengurangan emisi karbon (CO2 footprint) (Sumber: www.aqua.com).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 82
Program CSR PT TIV Klaten adalah bagian dari Program Aqua Lestari
yang dilaksanakan dengan menekankan keterlibatan masyarakat serta para
pemangku kepentingan lainnya. Wilayah program difokuskan di 3 bagian daerah
aliran Sungai Pusur secara terpadu, yakni wilayah hulu atau tangkapan air,
wilayah tengah di mana PT Tirta Investama Klaten berada, dan wilayah hilir.
Daerah-daerah tersebut secara administratif berada di Kabupaten Boyolali dan
Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah.
Aktivitas program CSR di wilayah hulu adalah konservasi dan pendidikan
lingkungan di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu melalui manajemen
hutan berbasis masyarakat. Aktivitas program CSR di wilayah tengah dan hilir
adalah pertanian organik dan manajemen sumber daya air terpadu. Aktivitas
program CSR di wilayah tengah adalah membuka akses air bersih, sanitasi dan
kebersihan. Program CSR PT TIV Klaten dilakukan melalui kerjasama dengan
berbagai pemangku kepentingan serta dengan model pendekatan yang beragam.
1) Program CSR PT TIV bekerjasama dengan CIRAD
CIRAD atau Centre de cooperation Internationale en Recherche
Agronomique pur le Developpment adalah sebuah lembaga pusat penelitian
dari Perancis yang bekerja di negara-negara berkembang untuk mengangkat
isu pembangunan dan pertanian internasional, bersama dengan Pusat Studi
Ekonomi Kerakyatan Universitas Gajah Mada (Pustek UGM) melakukan
penelitian tentang geohidrologi. Hasil penelitian berupa peta hidrologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 83
digunakan untuk menentukan di mana Danone Aqua harus membuat sumur
serapan yang aman serta daerah tangkapan air untuk konservasi sumber air.
Program CSR PT TIV kerjasama dengan CIRAD juga melakukan
sejumlah aktivitas lain memanfaatkan hasil penelitian guna meningkatkan
efisiensi pemakaian air, yaitu; membangun dan memperbaiki saluran irigasi
guna mengurangi kebocoran, membuat tata kelola air, menanam pohon, serta
membentuk lembaga, forum komunikasi para pengguna air saluran kapiler.
Tidak ada pendampingan yang dilakukan secara berkelanjutan, setelah semua
kebutuhan fisik dibangun, seluruhnya diserahkan kepada masyarakat.
Keterlibatan masyarakat pada Program CSR PT TIV bekerjasama
dengan CIRAD dan UGM lebih banyak dilakukan pada tahapan pelaksanaan
dan pemanfaatan hasil. Desain program, sebagian besar diatur oleh CIRAD.
2) Program CSR PT TIV bekerjasama dengan TNGM
Aktivitas program CSR PT TIV bekerjasama dengan Taman Nasional
Gunung Merbabu (TNGM) adalah penelitian yang dilakukan oleh tim TNGM
di daerah hulu untuk mengetahui seberapa banyak pohon yang hilang, rusak,
atau mati. Tim TNGM mengajukan sejumlah dana kepada PT TIV untuk
pengadaan bibit tanaman dan penanaman. Penanaman bibit dilakukan oleh tim
TNGM tanpa melibatkan unsur masyarakat di sekitar lokasi penanaman.
Seluruh aktivitas program dilakukan oleh tim TNGM. Selain tidak melibatkan
pihak ketiga, model kerjasama yang dilakukan PT TIV dengan TNGM juga
menerapkan relasi atas – bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 84
Dalam perkembangan selanjutnya, peran tim TNGM ditambah dengan
melakukan aktivitas pembibitan yang sebelumnya dilakukan pihak lain.
Tambahan peran dengan melakukan pembibitan memberikan peluang lebih
besar kepada tim TNGM untuk melakukan penanaman lebih banyak.
3) Program CSR PT TIV bekerjasama dengan YPAM Boyolali
Yayasan Pengembangan Akhlak Mulia (YPAM) Boyolali diajak
bekerjasama oleh PT TIV untuk mengembangkan program CSR di wilayah
tengah dan hilir, yaitu daerah Musuk di Boyolali dan daerah Tulung di Klaten.
YPAM menyusun proposal program CSR, diserahkan kepada PT TIV untuk
melakukan sejumlah kegiatan yang ditawarkan PT TIV yaitu pengadaan bibit,
penanaman bibit pohon, serta pengorganisasian masyarakat.
Penanaman bibit pohon dilakukan oleh kelompok masyarakat tani
yang diorganisir dan didampingi oleh YPAM. Perbedaan program ini dengan
program CSR PT TIV kerjasama dengan TNGM adalah pada pelibatan
masyarakat untuk menanam dan memelihara bibit pohon. Kerjasama antara
YPAM dengan PT TIV dalam melaksanakan program CSR turut melibatkan
pihak ketiga, yakni masyarakat.
4) Program CSR PT TIV bekerjasama dengan UGM
Program CSR PT TIV yang dilakukan bekerjasama dengan UGM
Jogjakarta adalah di bidang water and sanitation (watsan) di Dukuh Wareng
Desa Wangen Boyolali. Program CSR didahului dengan riset kuantitatif yang
dilakukan sejumlah mahasiswa UGM dengan nara sumber sejumlah keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 85
yang tinggal di Dukuh Wareng. Hasil riset menjadi bahan utama untuk
menyusun usulan program watsan kepada PT TIV.
Aktivitas program CSR berupa pembuatan jamban keluarga dan
pembangunan pipa air bersih (pipanisasi) di Dukuh Wareng. Program hanya
dilakukan di Dukuh Wareng serta hanya berjalan selama tiga bulan. Pada
akhir program dibentuk kelompok masyarakat yang beranggotakan sejumlah
keluarga penerima bantuan. Kelompok masyarakat dibentuk oleh pendamping
program dengan maksud untuk menjadi kelompok pemelihara program
setelah program berakhir.
Program CSR PT TIV bersama UGM didahului riset kuantitatif yang
melibatkan masyarakat sebagai nara sumber, namun di tahap perencanaan
tidak melibatkan masyarakat. Pelaksanaan program cenderung menggunakan
pendekatan keluarga, sementara kelompok masyarakat yang disiapkan sebagai
pemelihara program dibentuk pada akhir program, bukan sejak awal program.
5) Program CSR PT TIV bekerjasama dengan Bina Swadaya
Yayasan Bina Swadaya, sebuah lembaga swadaya masyarakat nasional
yang berkantor pusat di Jakarta diminta PT TIV untuk mengembangkan
proposal kerjasama program CSR. Sektor yang ditawarkan PT TIV kepada
Bina Swadaya adalah ekonomi, khususnya ekonomi masyarakat yang tinggal
di daerah aliran sungai mulai dari hulu, tengah, sampai hilir.
Penyusunan proposal program diawali dengan kegiatan penilaian
potensi ekonomi desa mulai dari daerah hulu, daerah tengah, sampai daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 86
hilir. Hasil penilaian potensi ekonomi menjadi dasar untuk penyusunan
konsep pengembangan ekonomi melalui kelompok di setiap desa. Aktivitas
selanjutnya setelah melakukan riset dan pengembangan konsep adalah
peningkatan kompetensi masyarakat di bidang life skill dan manajemen usaha
kecil, pengembangan organisasi bisnis berupa kelompok usaha dan koperasi,
penyediaan modal usaha, serta mencari jaringan pasar untuk menjual produk-
produk ekonomi produktif masyarakat.
Produk ekonomi yang menjadi prioritas dalam Program CSR PT TIV
bekerjasama dengan Yayasan Bina Swadaya adalah produk-produk ekonomi
pertanian, berupa padi dan palawija. Peningkatan sektor ekonomi masyarakat
diharapkan mampu mengurangi perilaku destruktif masyarakat terhadap
lingkungan di sekitarnya, meskipun dengan alasan untuk hidup.
Program CSR yang dikembangkan PT TIV bersama dengan Yayasan
Bina Swadaya adalah yang terbaru dibandingkan 4 (empat) Program CSR PT
TIV dengan 4 (empat) mitra yang lain, termasuk program CSR PT TIV yang
melibatkan Yayasan Insan Sembada (YIS) Solo.
6) Program CSR Berbasis masyarakat PT TIV bekerjasama dengan YIS
Program CSR kerjasama PT TIV dengan YIS di enam desa disebut
Program Pemberdayaan Masyarakat di Enam Desa di Dua Kecamatan Dalam
Rangka Tanggung Jawab Sosial PT TIV. Terminologi pemberdayaan
masyarakat menjadi nilai tambah karena program tidak sekedar melakukan
tanggung jawab sosial, tetapi sekaligus ingin memberdayakan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 87
Penunjukkan YIS dalam program CSR PT TIV didasarkan pada tiga
alasan strategis: Pertama, YIS memahami karakteristik masyarakat Klaten.
Kedua, YIS dikenal dan diterima baik oleh masyarakat Klaten. Ketiga, YIS
memiliki pengalaman dan kompetensi di bidang pemberdayaan masyarakat.
Dalam kesepakatan surat perjanjian kerjasama antara PT TIV dengan YIS
(2008) disebutkan bahwa YIS ditunjuk oleh PT TIV untuk melakukan jasa
perencanaan program, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan
program (Sumber: Surat Perjanjian Kerjasama PT TIV – YIS, 2008).
Ruang lingkup pekerjaan YIS dalam program CSR sebagaimana peran
yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8: Ruang Lingkup Pekerjaan YIS Dalam Program CSR PT TIV
No Ruang Lingkup Pekerjaan 1 Mempersiapkan perangkat dari pekerjaan 2 Bekerjasama dengan pihak perwakilan PT TIV di Klaten dalam melaksanakan
pekerjaan 3 Membuat laporan secara tertulis atas hasil pekerjaan 4 Membuat artikel tentang kegiatan untuk dipublikasikan kepada publik melalui
bulletin YIS yang terbit 3 bulan sekali. 5 Menyelenggarakan lokakarya hasil pekerjaan di tingkat kabupaten
Sumber: Perjanjian Kerjasama Program Pemberdayaan PT TIV – YIS, 2008
4. Implementasi Program CSR Berbasis Masyarakat PT TIV di Kabupaten Klaten
Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Perusahaan
Awal keterlibatan YIS dalam Program CSR PT TIV dimulai dari undangan
PT TIV kepada YIS untuk menyusun program CSR yang akan ditawarkan kepada
masyarakat sekitar pabrik Danone Aqua di Klaten. Keinginan PT TIV melibatkan
YIS dalam program CSR dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan pihak PT TIV terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 88
capaian program CSR sebelumnya yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Klaten.
Program yang dikenal dengan sebutan Program CSR satu milyar untuk pembangunan
ekonomi masyarakat sekitar pabrik, tidak mampu mengubah kondisi ekonomi
masyarakat desa sekitar pabrik. Masyarakat tidak puas dengan bantuan program yang
diberikan PT TIV melalui pemerintah kabupaten Klaten, sehingga ketegangan
hubungan antara PT TIV dengan masyarakat sekitar pabrik Danone Aqua tidak
berkurang.
Tawaran kerjasama dari PT TIV diterima oleh YIS dengan syarat, program
yang disusun harus mengacu pada kebutuhan masyarakat setempat. Pelaksanaan
program yang dilakukan di enam desa, melewati tahap-tahap sebagai berikut: (a)
penilaian kebutuhan masyarakat, (b) perencanaan program, (c) persiapan pelaksanaan
program, (d) pelaksanaan, (e) monitoring.
a. Tahap Penilaian Kebutuhan Masyarakat
Dalam dokumen laporan akhir tahun YIS tahun 2008 yang menyinggung
kerjasama YIS dengan PT TIV disebutkan bahwa penilaian kebutuhan masyarakat
atau need assessment, adalah kegiatan utama dan pertama yang disyaratkan YIS
agar program yang akan didesain dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat
(Sumber: Laporan Akhir Tahun YIS 2008, 2009). Ada dua kegiatan utama dalam
melakukan penilaian kebutuhan masyarakat, yaitu penggalian data dan lokakarya
hasil penggalian data. Proses penggalian data menggunakan metode kualitatif
dengan maksud agar dapat memotret kondisi masyarakat secara lebih alami. Data
yang dikumpulkan tidak hanya tentang kebutuhan langsung masyarakat, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 89
mencakup semua data dasar yang terkait dengan kebutuhan masyarakat (baseline
data) seperti konteks ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Penggalian data selama 2 minggu di 6 desa oleh sebuah tim yang terdiri
dari 8 orang. Tim melakukan wawancara mendalam kepada berbagai nara sumber,
yakni elemen masyarakat (aparat desa, petani, tokoh masyarakat, pelaku industri
rumah tangga), perwakilan PT TIV, serta PPL kecamatan. Secara umum, proses
penggalian data menemukan berbagai permasalahan masyarakat di lapangan yang
dikelompokkan menjadi kebutuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
1) Kebutuhan Ekonomi
Poin-poin permasalahan ekonomi yang dihadapi masyarakat untuk
segera diselesaikan adalah sebagai berikut; Menurut masyarakat, pendapatan
yang diperoleh dari kegiatan pertanian semakin tidak bisa menjadi andalan
untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup keluarga. Hal tersebut disebabkan
oleh tingginya biaya produksi pertanian dan rendahnya nilai jual hasil
pertanian di pasaran.
Terus berkurangnya tenaga untuk kegiatan pertanian khususnya tenaga
bercocok tanam padi yang sangat sedikit serta dengan kemampuan menanam
terbatas. Desa Keprabon hanya memiliki 2 (dua) kelompok tanam, sementara
Desa Karanglo memiliki 3 (tiga) kelompok tanam. Jumlah tenaga tanam yang
terbatas menyulitkan para petani untuk melakukan tanam padi secara serentak
sehingga tidak dapat memutus siklus hama, mengakibatkan produktivitas
pertanian rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 90
Jalur distribusi saprodi dan jalur pemasaran hasil pertanian dikuasai
tengkulak sehingga harga di pasar dipermainkan tengkulak. Koperasi unit desa
(KUD) yang ada di desa-desa, rata-rata tidak dapat berperan dalam
menyediakan saprodi dan membeli hasil-hasil pertanian masyarakat.
Aktivitas industri rumah tangga belum berjalan tetap oleh karena
masih tergantung pada permintaan pasar dan ketersediaan modal. Akses pasar
selama ini dikuasai rekanan kerja dari luar desa yang menyediakan bahan
mentah sekaligus menyediakan modal. Dengan demikian masyarakat pelaku
usaha industri rumah tangga hanya menjadi buruh bagi orang luar.
Para pelaku usaha industri rumah tangga belum memiliki wadah
bersama yang bisa digunakan sebagai kelompok usaha bersama dalam
menyediakan modal, bahan mentah, maupun jaringan pasar. Potensi besar
industri rumah tangga masih dilakukan sendiri-sendiri sehingga tidak jarang
ditemukan persaingan tidak sehat di antara pelaku usaha dalam satu wilayah,
misalnya dalam hal menentukan harga pasar.
2) Kebutuhan Sosial
Poin-poin permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat untuk segera
diselesaikan adalah sebagai berikut; Kebiasaan gotong royong masih
ditemukan di enam desa, tetapi penerapannya sudah mengalami penciutan,
yakni hanya digunakan untuk aras sosial, misalnya gotong royong bersih desa.
Gotong royong di bidang pertanian seperti pengolahan tanah, bercocok tanam
dan panen sudah jarang sekali ditemukan. Fakta demikian akan mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 91
mutu interaksi sosial antar-masyarakat yang dikhawatirkan akan menyuburkan
potensi konflik horisontal.
Masih terjadi ketegangan hubungan antara PT TIV dengan masyarakat
di enam desa penelitian, khususnya masyarakat Dukuh Wareng Desa Wangen
di mana terdapat pabrik Danone Aqua, serta masyarakat Desa Karanglo.
Masyarakat beranggapan, PT TIV adalah pihak luar yang memanfaatkan
sumber air tanpa memberi kompensasi yang berarti kepada masyarakat.
Kecuali Desa Daleman dan Desa Karanglo, kualitas interaksi sosial
empat desa penelitian dengan pihak luar dalam melakukan pembangunan
masih tergolong rendah. Interaksi proses pembangunan masyarakat di empat
desa berjalan monoton karena lebih sering antara masyarakat dengan
pemerintah saja. Kualitas interaksi sosial yang rendah berpengaruh terhadap
kualitas kompetensi masyarakat dalam melakukan pembangunan.
Kelompok tani yang dibentuk pemerintah belum mampu berperan
secara signifikan dalam mengorganisir masyarakat untuk melakukan
pembangunan. Fakta demikian terjadi karena masyarakat belum menyadari
pentingnya kelompok dalam kehidupan mereka. Sementara kelompok tani di
Desa Daleman memiliki kemampuan lebih baik dalam mengorganisir
masyarakat dibandingkan kelompok di lima desa yang lain.
3) Kebutuhan Lingkungan
Poin-poin permasalahan lingkungan yang dihadapi masyarakat untuk
segera diselesaikan adalah sebagai berikut; Penggunaan pupuk dan obat-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 92
obatan kimia dalam kegiatan bertani oleh para petani di enam desa terlalu
berlebihan sehingga terus menurunkan kesuburan tanah pertanian serta bisa
mengancam kualitas lingkungan melalui proses polusi tanah, air dan udara.
Masih rendahnya sikap dan kepedulian masyarakat dalam menjaga
kualitas lingkungan yang dicerminkan oleh kasus penanganan limbah produk
industri rumah tangga oleh masyarakat di Dukuh Margoluwih dan Dukuh
Bendo Desa Daleman. Fakta demikian, selain menjadi ancaman lingkungan,
juga bisa menjadi ancaman sosial berupa konflik antar-masyarakat.
Sebelum ditetapkan menjadi hasil survei, temuan-temuan permasalahan
dipresentasikan dalam forum lokakarya di hadapan perwakilan masyarakat dari
keenam desa penelitian, aparat desa dan kecamatan, unsur legislatif Kabupaten
Klaten, pemerintah Kabupaten Klaten, serta PT TIV. Lokakarya dimaksudkan
untuk memperoleh komentar para peserta dalam rangka proses validasi serta
langkah awal sosialisasi rencana program.
Dalam lokakarya ada beberapa peserta dari unsur perwakilan masyarakat
yang mulai curiga bahwa survei dan lokakarya adalah agenda tersembunyi PT
TIV melalui YIS untuk merebut hati masyarakat yang terlanjur tidak senang
kepada PT TIV. Peserta yang curiga dengan agenda tersembunyi PT TIV mulai
menunjukkan sikap menolak terhadap rencana selanjutnya. Sikap curiga dan
menolak kelanjutan program dari beberapa peserta bisa dipahami karena beberapa
bulan sebelumnya mereka juga memiliki pengalaman yang mirip dengan proses
yang sedang dialami. Ada survei untuk menyusun program pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 93
masyarakat yang dilakukan oleh sebuah LSM tetapi sampai beberapa waktu
berikutnya, tidak pernah ada tindak lanjut berupa pelaksanaan program seperti
yang dijanjikan.
b. Tahap Perencanaan Program
Langkah berikutnya setelah need assessment yang menemukan sejumlah
permasalahan ekonomi, sosial, dan lingkungan serta telah dikonfirmasikan kepada
berbagai pihak melalui sebuah lokakarya, adalah menyusun rencana program.
Ada dua jenis perencanaan program yang dilakukan yaitu perencanaan makro
dilakukan oleh YIS dan perencanaan mikro dilakukan oleh masyarakat.
1) Perencanaan Makro
Perencanaan program di tingkat makro dilakukan sepenuhnya oleh
pihak YIS yang diberi mandat penuh oleh PT TIV untuk menyusun desain
program CSR berbasis masyarakat. Bahan utama untuk menyusun rencana
program adalah hasil penilaian kebutuhan masyarakat yang dilakukan
sebelumnya. Hasil dari perencanaan program makro adalah berupa draft
desain usulan program CSR berbasis masyarakat.
Draft usulan program CSR yang telah selesai disusun, menjadi bahan
diskusi antara YIS dengan pihak pimpinan PT TIV, sebelum akhirnya
disetujui oleh PT TIV menjadi program CSR berbasis masyarakat PT TIV
dengan nama, Program Pemberdayaan Masyarakat di Enam Desa Sekitar
Pabrik Danone Aqua Dalam Rangka Tanggung Jawab Sosial PT TIV.
Sebelum sampai pada persetujuan dari PT TIV menjadi program CSR, sempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 94
muncul pertanyaan kritis dari pihak PT TIV, terutama menyangkut jenis dan
volume kegiatan.
Secara umum, muatan program CSR PT TIV hasil perencanaan makro
dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 9 di
bawah ini:
Tabel 9: Muatan Program CSR PT TIV Dari Aspek Ekonomi, Sosial Lingkungan
No Aspek Muatan Kegiatan
1 Ekonomi a. Pertanian Ramah Lingkungan b. Stimulan Dana Bergulir c. Pendampingan Kelompok d. Pembentukan dan Penyegaran Kelompok
2 Sosial a. Pembentukan dan Penyegaran Kelompok b. Pertanian Ramah Lingkungan c. Stimulan Dana Bergulir d. Penyusunan Peraturan Desa e. Pendampingan Kelompok
3 Lingkungan a. Penyusunan Peraturan Desa b. Pendampingan Kelompok c. Pertanian Ramah Lingkungan
Sumber: Proposal Program Pemberdayaan Masyarakat di Enam Desa Sekitar Pabrik Danone Aqua Kerjasama PT TIV - YIS
Pada Tabel 9 di atas nampak bahwa satu kegiatan memiliki beberapa
muatan aspek sekaligus. Hal tersebut sesuai dengan fakta di lapangan bahwa
tidak ada masalah yang berdiri sendiri, steril dari masalah lain.
2) Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro pada prinsipnya merupakan tindak lanjut dari
perencanaan makro yang bertujuan untuk melengkapi program CSR PT TIV
dengan muatan-muatan kegiatan yang diusulkan masyarakat. Dalam konteks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 95
masyarakat, kegiatan perencanaan mikro disebut dengan rembug desa dan
dilakukan di enam desa serta difasilitasi oleh YIS.
Proses rembug desa dilakukan di balai desa masing-masing, dan
dengan alasan kemudahan mengorganisir serta keterbatasan tempat, rembug
desa diikuti oleh perwakilan masyarakat yang pada dasarnya adalah elit-elit
desa. Mereka adalah, aparat desa, pengurus kelompok tani, pengurus gapoktan
(untuk desa yang sudah memiliki gapoktan), tokoh masyarakat, pelaku
industri rumah tangga, tokoh agama, tokoh perempuan, serta tokoh pemuda.
Tidak semua proses perencanaan mikro di enam desa berjalan lancar. Masih
ditemukan unsur-unsur ketidakpercayaan, bahkan curiga dari beberapa peserta
rembug desa di Desa Wangen dan Desa Keprabon.
Perencanaan mikro dilakukan oleh berbagai unsur masyarakat di desa
dengan fasilitasi oleh YIS, tetapi dalam prosesnya perencanaan tersebut sudah
dibuatkan kerangka besar berupa desain program CSR PT TIV hasil dari
perencanaan makro. Pada awal proses rembug desa, fasilitator kegiatan
menyampaikan rencana program pemberdayaan yang telah disusun. Langkah
demikian dilakukan dalam rangka untuk mengantisipasi terjadinya bias usulan
yang terlalu jauh.
Hasil dari perencanaan mikro adalah daftar jenis dan volume kegiatan,
calon sasaran kegiatan, serta rencana waktu pelaksanaan dari enam desa.
Selanjutnya hasil perencanaan mikro, selain menjadi referensi dan dokumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 96
masyarakat untuk proses pembangunan ke depan, juga digunakan oleh YIS
menjadi salah satu materi program pemberdayaan.
c. Tahap Persiapan Pelaksanaan Program
Tahap persiapan pelaksanaan program bertujuan untuk memantapkan
persiapan program di tingkat masyarakat dengan cara memberikan pemahaman
menyeluruh rencana program pemberdayaan di setiap desa dalam sebuah forum
yang diikuti sejumlah orang tertentu. Agenda kegiatan terfokus pada penjelasan
dari YIS kepada peserta kegiatan mengenai; apa tujuan program, bagaimana
strategi yang digunakan, serta kegiatan apa saja yang akan dilakukan. Dalam
bahasa manajemen program, dikenal dengan istilah jump start, yang dilakukan
pada awal pelaksanaan program.
Persiapan pelaksanaan program dilakukan di enam desa, dengan jumlah
peserta lebih sedikit dibandingkan pada saat proses perencanaan mikro. Peserta
pertemuan persiapan pelaksanaan program di masing-masing desa adalah para elit
masyarakat desa berjumlah 10 orang, yaitu: 2 orang perangkat desa, 2-3 orang
pengurus kelompok tani, 1 orang pengurus BPD, 4-5 orang alumni rembug desa.
Selain mendengarkan penjelasan konsep program, para peserta juga
melakukan pengambilan keputusan untuk menentukan siapa contact person dan
kader pelaksanaan program di masing-masing desa, serta menentukan siapa saja
kelompok atau anggota masyarakat yang akan menjadi sasaran program.
Dibandingkan proses perencanaan mikro, proses persiapan pelaksanaan program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 97
berjalan lebih lancar, tidak ada pendapat yang berbeda, semua peserta mendukung
rencana program, semua peserta antusias mengikuti acara sampai selesai.
d. Tahap Pelaksanaan Program
Para pelaksana program adalah masyarakat penerima program yang
tergabung di dalam kelompok, baik kelompok yang berada di tingkat dukuh
(misalnya kelompok tani dan kelompok swadaya masyarakat) maupun kelompok
yang berkedudukan di tingkat desa seperti gapoktan. Kelompok merupakan media
utama dalam pelaksanaan program berbasis masyarakat. Melalui kelompok,
masyarakat merumuskan kebutuhan, melakukan pengambilan keputusan, serta
melakukan pengawasan bersama terhadap program yang tengah dikerjakan.
Pada tahap pelaksanaan program, YIS memerankan banyak hal agar
masyarakat dapat menjalankan tugasnya secara maksimal, yakni sebagai
fasilitator, nara sumber, pendamping, petugas monitoring dan evaluasi, serta
motivator. Pelaksanaan peran tersebut dibantu oleh anggota masyarakat yang
ditunjuk menjadi contact person dan kader di setiap desa.
Secara berurutan, tahap pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
dalam rangka tanggung jawab sosial PT TIV adalah sebagai berikut; penyadaran
dan pengorganisasian masyarakat melalui kegiatan pembentukan dan penyegaran
kelompok serta penyusunan peraturan desa, peningkatan kapasitas masyarakat
melalui kegiatan pendampingan, peningkatan kualitas ekonomi masyarakat
melalui kegiatan pertanian ramah lingkungan dan kegiatan dana bergulir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 98
1) Pembentukan dan Penyegaran Kelompok
Kegiatan Pembentukan dan Penyegaran Kelompok diadakan dengan
maksud untuk mengakomodir upaya pemecahan masalah yang terkait dengan
kondisi masyarakat dengan potensi sosial dan potensi ekonomi masih tercerai-
berai serta kompetensi sebagai pelaku pembangunan juga masih rendah.
a) Langkah-langkah Pembentukan dan Penyegaran Kelompok
Langkah pembentukan dan penyegaran kelompok sebagai berikut:
Pertama, sosialisasi di tingkat desa berupa pertemuan antara
pendamping masyarakat dengan perangkat desa, perwakilan pengurus
kelompok, sejumlah tokoh masyarakat dan perwakilan pengurus gapoktan
(untuk desa yang telah terbentuk gapoktan) di masing-masing desa dalam
sebuah forum dialog. Agenda sosialisasi adalah menyampaikan rencana
program pemberdayaan masyarakat serta konfirmasi setiap kelompok
untuk menyiapkan diri dengan cara melakukan pertemuan rutin serta
menata kepengurusan dan anggota kelompok. Antusiasme pengurus
kelompok di beberapa desa terhadap rencana program pemberdayaan
masyarakat ditunjukkan dengan inisiatif membentuk kelompok baru
dengan alasan ada kegiatan yang tidak terwadahi oleh kelompok tani serta
karena peserta berjumlah banyak (Desa Karanglo, Polan, dan Wangen).
Kedua, jump start kelompok. Agenda jump start terdiri dari: (a)
analisis permasalahan kelompok, (b) penyamaan persepsi terhadap
rencana program permberdayaan, (c) membangun komitmen kelompok,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 99
serta d) menyepakati jadwal pertemuan rutin kelompok. Undangan jump
start kepada setiap kelompok dibuat oleh kepala desa masing-masing
sehingga cepat lambatnya pelaksanaan pertemuan suatu kelompok di suatu
desa ikut dipengaruhi oleh keaktifan kepala desa. Hasil jump start di enam
desa menunjukan pola yang sama, yaitu: (a) penggantian pengurus
kelompok yang tidak aktif, (b) disepakatinya waktu pertemuan rutin
kelompok, serta (c) kelompok menyatakan siap menerima program.
Ketiga, membangun kompetensi kelompok melalui Pelatihan
Manajemen Kelompok bagi pengurus kelompok di enam desa. Upaya
menyatukan pengurus dalam satu pelatihan dimaksudkan supaya terjadi
sharing pengalaman dan informasi antar-kelompok lintas desa, sekaligus
langkah awal membangun jaringan komunikasi antar-kelompok.
Melalui sosialisasi, jump start, dan membangun kompetensi,
kelompok dinilai siap melaksanakan program. Tahapan pembentukan dan
penyegaran kelompok dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4: Mekanisme Pembentukan dan Penyegaran Kelompok
Program Baru
Kelompok Lebih Siap
Membangun Kompetensi
Jump Start Kelompok
Sosialisasi Desa
Pembentukan Kelompok Baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 100
b) Nama-nama kelompok pelaksana program
Nama kelompok, jumlah anggota, serta jenis usaha ekonomi yang
dilakukan anggota kelompok dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10: Nama Kelompok, Jumlah Anggota Kelompok dan Jenis Usaha
No Desa Kelompok Jumlah Anggota Jenis Usaha 1 Daleman 1. KT Tani Mulyo
2. KT Sedyo Makmur 3. KT Sedyo Maju
36 orang 58 orang 35 orang
Pertanian Pertanian Pertanian
2 Karanglo 4. Gapoktan Tani Mulyo: 5. KT Manis Harjo I 6. KT Manis Harjo II 7. KT Manis Harjo III 8. KR Bebek
3 KT 160 orang
92 orang 104 orang
10 orang
Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Peternakan
3 Kebonharjo 9. KT Sari Makmur I 10. KT Sari Makmur II 11. KSM Rukun Santoso
56 orang 34 orang 18 orang
Pertanian Pertanian Home Industry
4 Keprabon 12. KT Dadi Maju I 13. KT Dadi Maju II
35 orang 23 orang
Pertanian Pertanian
5 Polan 14. KT Marsudi Makmur I 15. KT Marsudi Makmur II 16. KT Marsudi Makmur III 17. KSM Maju Makmur 18. KR Bebek
63 orang 71 orang 15 orang 15 orang 10 orang
Pertanian Pertanian Pertanian Home Industry Peternakan
6 Wangen 19. KT Sido Dadi I 20. KT Sido Dadi II 21. KT Sido Dadi III 22. KR Bebek
17 orang 22 orang 13 orang 10 orang
Pertanian Pertanian Pertanian Peternakan
6 desa 22 kelompok 897 orang Sumber: Laporan Pelaksanaan Program Tahun 2010
KSM:Kelompok Swadaya Masyarakat. KT:Kelompok Tani. KR:Kelompok Ternak.
Tabel 10 yang menunjukan adanya 22 kelompok dengan jumlah
anggota 897 orang serta berbagai jenis usaha adalah bukti keberhasilan
capaian program. Masyarakat menilai bahwa setidaknya ada empat
manfaat besar setelah ada program yang dilakukan melalui kelompok,
yaitu: jumlah anggota kelompok bertambah, jumlah dan jenis kegiatan
kelompok lebih banyak dan bervariasi, modal kelompok bertambah, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 101
pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan kelompok dan di
bidang ketrampilan hidup bertambah.
Seperti disampaikan salah satu pengurus Kelompok Tani Mulyo
Desa Daleman yang mengatakan bahwa sebelumnya kelompok tani hanya
didampingi oleh PPL yang memberikan penyuluhan-penyuluhan seperti
himbauan untuk menggunakan pupuk organik, tetapi tidak ada
pelatihannya. Setelah ada program, kami diberi wawasan mengenai cara
pembuatan pupuk organik melalui kegiatan studi banding, pelatihan
pembuatan pupuk organik, demplot pertanian ramah lingkungan yang
kesemuanya menambah wawasan, pengetahuan para petani.
Sebelum ada program jumlah anggota kelompok sebnayak 24
orang kemudian bertambah menjadi 44 orang. Sebelumnya kelompok
masih menggunakan teknik pembukuan keuangan yang sederhana, setelah
ada pelatihan pengurus menjadi bertambah pengetahuannya mengenai
manajemen pembukuan keuangan kelompok. Kegiatan kelompok tani
semakin bervariasi, seperti: pelatihan-pelatihan, studi banding, demplot
jagung ramah lingkungan. Permodalan yang tadinya masih sedikit berasal
dari iuran anggota dan bantuan pemerintah, kemudian bertambah karena
ada stiumlan dana bergulir.
Hal yang sama diutarakan oleh pengurus Kelompok Tani Sedyo
Makmur Desa Daleman yang mengatakan sebelumnya kelompok hanya
beranggotakan 18 orang kemudian berkembang menjadi 59 orang. Ragam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 102
kegiatan bertambah banyak seperti Pelatihan Manajemen Kelompok dan
Keuangan Kelompok sehingga para pengurus bertambah pengetahuannya
mengenai manajeman berkelompok. Sebelumnya kelompok tidak ada
pengadministrasian yang baik, sekarang sudah ada buku-buku sendiri
untuk absensi, notulensi rapat, buku tamu, serta buku kas kelompok.
Kelompok juga dilatih tentang pembuatan pupuk organik, sehingga
menjadi tahu membuat pupuk organik. Sebelumnya hanya ambil kotoran
hewan dikandang langsung ditabur disawah, tetapi sekarang sudah mampu
mengolah sendiri sesuai ilmu dari pelatihan. Manfaat lain yang dirasakan
kelompok adalah kenyataan modal kelompok semakin bertambah banyak
karena mendapat bantuan dana bergulir. Sebelumnya dana kelompok
mengandalkan iuran anggota dan bantuan dari pemerintah.
c) Permasalahan yang dihadapi
Dua permasalahan menonjol yang ditemukan dalam melakukan
pembentukan dan penyegaran kelompok adalah; Pertama, menempatkan
kelompok dalam konteks berbasis masyarakat. Hal ini disebabkan
kelompok-kelompok yang telah ada sebelumnya dibentuk melalui proses
top-down dengan cara indoktrinatif dalam rangka mendukung program
pembangunan dari pemerintah. Kedua, adanya ketidakpercayaan terhadap
keberadaan kelompok dalam proses pembangunan. Masyarakat pernah
beberapa kali dikecewakan oleh kelompok dalam membangun wilayahnya
(kasus Desa Karanglo).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 103
Jalan keluar yang paling mungkin dilakukan untuk menyadarkan
masyarakat bahwa masyarakat membutuhkan kelompok adalah dengan
melakukan dialog interaktif dengan topik, mengapa harus dibentuk
kelompok?. Sementara untuk membangun kepercayaan masyarakat
terhadap keberadaan kelompok, masyarakat bisa diajak sharing dengan
para pengurus kelompok dari daerah lain yang dinilai telah berhasil.
2) Pertanian Ramah Lingkungan
Kegiatan pertanian ramah lingkungan dimunculkan dalam program
dengan maksud untuk memecahkan beberapa permasalahan sekaligus, yaitu;
meningkatkan pendapatan petani, membangun lingkungan yang lebih baik,
serta menumbuhkan kembali nilai-nilai sosial di masyarakat khususnya yang
terkait dengan pertanian.
Kegiatan pertanian ramah lingkungan, dimulai dari sosialisasi
pertanian ramah lingkungan, dilanjutkan pelatihan pembuatan pupuk organik,
praktek pembuatan pupuk organik, dan demonstration plot (demplot)
pertanian ramah lingkungan atau dalam bahasa program mereka adalah
community garden. Pada akhir program, diharapkan sejumlah petani secara
mandiri akan terus melakukan pola pertanian ramah lingkungan.
Secara skematik, tahapan kegiatan pertanian ramah lingkungan dapat
dilihat pada Gambar 5 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 104
Gambar 5: Tahap Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan
a) Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik
Tujuan pelatihan Pembuatan Pupuk Organik untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan para pengurus dan anggota kelompok tani
di bidang pembuatan pupuk organik. Pelatihan direncanakan dilakukan 6
kali di enam desa diikuti 150 orang peserta, namun dalam pelaksanaannya
pelatihan dilakukan 11 kali di enam desa melibatkan 295 petani dari 16
kelompok tani. Pembengkakan terjadi karena beberapa kelompok tani (KT
Sidodadi I, II, III Desa Wangen; KT Sedyo Makmur, Tani Mulyo, Sedyo
Makmur, Sedyo Maju Desa Daleman; KT Sari Makmur I, II Desa
Kebonharjo) meminta penyelenggaraan pelatihan secara eksklusif, tidak
melibatkan anggota kelompok lain dengan alasan pelatihan sangat penting
bagi mereka. Fenomena ini menunjukkan masyarakat petani di daerah
program sebenarnya sangat tertarik dengan isu pertanian ramah
lingkungan, khususnya dalam hal pelatihan pembuatan pupuk organik.
Jadwal dan jumlah pelatihan serta jumlah peserta pelatihan di
masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini:
Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik
Pertanian Ramah Lingkungan Mandiri
Pembuatan Pupuk Organik
Demplot Pertanian Ramah Lingkungan
Sosialisasi Pertanian Ramah Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 105
Tabel 11: Data Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Dan Jumlah Peserta
No Desa Jumlah
Pelatihan Jumlah Peserta
Waktu Kelompok Orang
1 Daleman 3 kali 3 kelompok 53 orang 31 Januari, 2 Pebruari 2009 2 Karanglo 1 kali 3 kelompok 44 orang 16 Pebruari 2009 3 Kebonharjo 2 kali 2 kelompok 46 orang 10 & 16 Pebruari 2009 4 Keprabon 1 kali 2 kelompok 43 orang 3 Pebruari 2009 5 Polan 1 kali 3 kelompok 55 orang 11 Pebruari 2009 6 Wangen 3 kali 3 kelompok 54 orang 8, 12, 23 Pebruari 2009 Jumlah 11 kali 16 kelompok 295 orang
Sumber: Laporan Perkembangan Program yang Telah Diolah
Paket pelatihan Pembuatan Pupuk Organik diselenggarakan satu
hari selama 4 jam membahas materi-materi sebagai berikut: (a) mengapa
pupuk organik, (b) alat dan bahan pembuatan pupuk organik, (c) tahap
pembuatan pupuk organik, (d) teknik pembuatan pupuk organik.
Di Desa Daleman dan Desa Keprabon, selain materi Teknik
Pembuatan Pupuk Organik, proses pelatihan terasa dinamis justru pada
saat membahas materi Mengapa Pupuk Organik. Banyak peserta
melakukan klarifikasi, sharing pengalaman, memberikan pertanyaan, serta
memberikan komentar bernada pesimis terhadap rencana pertanian ramah
lingkungan. Hal tersebut bisa dipahami karena sejak akhir 1970-an para
petani di kedua desa telah terbiasa menggunakan pupuk kompos (yang
termasuk salah satu jenis pupuk organik) tetapi berhenti ketika pemerintah
mulai mengenalkan pupuk kimia dan mewajibkan para petani untuk
menggunakan pupuk kimia untuk mencapai program swasembada beras.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 106
b) Pembuatan Pupuk Organik
Kegiatan pembuatan pupuk organik merupakan bagian dari
kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik yang secara khusus bertujuan
untuk menyediakan pupuk organik bagi masyarakat petani. Terkait dengan
beberapa perubahan pelaksanaan pelatihan, dari rencana 6 kali menjadi 11
kali, dari rencana pengorganisasian dilakukan oleh desa menjadi dilakukan
oleh kelompok tani, maka pembuatan pupuk pun mengalami perubahan.
Proses pembuatan pupuk organik mendapat bantuan dari proyek
yang semula direncanakan sebanyak 1.000 kg/pelatihan, berubah menjadi
500 kg/pelatihan. Hal tersebut terjadi karena jumlah pelatihan bertambah
banyak, sementara jumlah bantuan tidak bertambah.
Praktek pembuatan pupuk organik dipimpin oleh tenaga ahli
seperti petani, praktisi pupuk organik, dan tenaga PPL pertanian, yang
sengaja didatangkan oleh para pendamping masyarakat. Pembuatan pupuk
organik dilakukan oleh setiap kelompok tani sehingga memberi peluang
lebih besar kepada setiap anggota kelompok tani untuk terlibat praktek
membuat pupuk organik. Untuk satu pelatihan yang melibatkan lebih dari
satu kelompok tani, praktek pembuatan pupuk dilakukan sebanyak jumlah
kelompok yang ada di desa tersebut, seperti; Desa Karanglo (3 KT), Desa
Keprabon (2 KT), Desa Polan (3 KT). Tenaga ahli yang mumpuni dan
kesempatan ikut praktek membuat pupuk organik menjadi daya tarik para
peserta untuk hadir dalam pelatihan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 107
Pelatihan pembuatan pupuk organik dan praktek pembuatan pupuk
organik yang dilakukan secara berurutan dapat meningkatkan pemahaman
para petani tentang manfaat pupuk organik, serta dapat meningkatkan
ketrampilan petani dalam membuat pupuk organik.
c) Demplot Pertanian Ramah Lingkungan
Demplot pertanian padi semi-organik atau ramah lingkungan selain
bertujuan sebagai sarana pembelajaran bersama masyarakat petani tentang
cara pengelolaan pertanian organik sekaligus sebagai media sosialisasi dan
promosi pertanian organik kepada para petani di keenam desa. Demplot
pertanian ramah lingkungan adalah tanggung jawab gapoktan. Oleh karena
itu jumlah demplot hanya satu lokasi di setiap desa, kecuali Desa Karanglo
yang melakukan dua lokasi demplot, dimana satu demplot lainnya, atas
inisiatif kepala desa dibiayai sepenuhnya oleh masyarakat.
Pelaksanaan pertanian ramah lingkungan dilakukan melalui enam
tahap, yaitu: sosialisasi, uji tanah, pengolahan lahan, penanaman padi,
monitoring, dan panen. Secara skematik, tahap pelaksanaan pertanian
ramah lingkungan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 6: Tahap Pengelolaan Pertanian Ramah Lingkungan
Panen Monitoring Penanaman Padi
Pengolahan Lahan
Uji Tanah Sosialisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 108
Tahap Sosialisasi
Selain menginformasikan konsep pertanian ramah lingkungan dan
cara pengelolaannya, pertemuan juga membahas sejumlah agenda, yaitu:
penentuan lahan demplot dan petani penggarap, penghitungan biaya,
penentuan jenis padi yang akan ditanam, serta pembentukan tim
monitoring. Hampir di seluruh desa, agenda paling sulit adalah
menentukan lahan milik siapa yang akan digunakan demplot. Hanya dua
desa yang menggunakan tanah sendiri (Desa Karanglo dan Daleman),
sementara empat desa lainnya (Kebonharjo, Keprabon, Polan, Wangen)
menggunakan tanah bengkok desa.
Tahap Uji Tanah
Uji Tanah, yakni pengukuran hara (unsur N, P, K) dan pH tanah
terhadap lahan yang akan digunakan untuk demplot pertanian ramah
lingkungan. Informasi kandungan N,P, K dan pH tanah dibutuhkan untuk
menentukan jumlah dan jenis pupuk yang digunakan. Uji tanah juga
menilai kadar air suatu lahan yang akan digunakan demplot. Hasil uji
tanah telah mengubah rencana gapoktan Desa Kebonharjo yang semula
berencana menanam palawija, menjadi padi karena diketahui kadar air
lahan yang disiapkan terlalu tinggi sehingga tidak cocok untuk tanaman
palawija. Uji tanah dilakukan oleh petugas pendamping masyarakat yang
terlatih dengan menggunakan alat uji tanah khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 109
Tahap Pengolahan Lahan
Tahap pengolahan lahan berupa kegiatan mencangkul atau
membajak untuk membalikkan tanah dan nggaru yakni melunakan lahan
dan meratakannya sehingga memudahkan proses penanaman padi.
Kegiatan pengolahan lahan dilakukan oleh petani penggarap demplot atau
penyedia jasa pengolahan lahan dengan menggunakan traktor.
Tahap Penanaman Padi
Tahap penanaman padi merupakan salah satu tahap yang menjadi
persoalan tersendiri dalam kegiatan demplot pertanian ramah lingkungan
karena sedikitnya jumlah tenaga yang mau dan mampu menanam padi.
Permasalahan akan sedikitnya tenaga penanam padi telah menjadi isu luas
di kalangan petani di Klaten. Berdasarkan wawancara dengan berbagai
sumber (pengurus kelompok tani, anggota kelompok tanam, pendamping
masyarakat) diketahui bahwa sebagian besar usia anggota kelompok
tanam padi yang seluruhnya adalah perempuan sudah tua, berkisar antara
40 tahun sampai 70 tahun.
Kemampuan tanam mereka yang terbatas, semakin berkurang
karena jasa mereka juga sering digunakan oleh para petani dari daerah lain
di sekitar mereka. Gambaran jumlah kelompok penanam padi beserta
kemampuan menanam padi serta luas lahan pertanian di desa penelitian
dapat dilihat pada Tabel 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 110
Tabel 12: Jumlah Kelompok Tanam, Kemampuan Tanam, Luas Lahan Pertanian
No Desa Jumlah
Kelompok Tanam Kemampuan
Tanam/Hari/Klp Luas
Lahan Rata-rata
Umur Ukuran 1 Pathok
1 Daleman 6 klp @ 4 org 1,5 pathok 180 ha 45 – 65 th 2,3 ha
2 Karanglo 3 klp @ 6 org 2,0 pathok 83 ha > 50 th 1,7 ha
3 Kebonharjo 4 klp @ 4 org 1,5 pathok 52 ha 45 – 65 th 1,6 ha
4 Keprabon 2 klp @ 5 org 1,5 pathok 75 ha 55 – 70 th 1,5 ha
5 Polan 4 klp @ 5 org 1,5 pathok 73 ha > 40 th 2,0 ha
6 Wangen 5 klp @ 7 org 2,0 pathok 95 ha 55 – 70 th 1,5 ha
Sumber: Wawancara Petani dan Pendamping Masyarakat
Berdasarkan data Tabel 12 nampak bahwa kemampuan tanam
setiap orang bervariasi bergantung pada banyak faktor seperti usia yang
berpengaruh terhadap tenaga, dan ketrampilan seseorang menanam. Para
penanam padi dari Desa Daleman rata-rata mampu menanam seluas 0,8
ha/hari/orang. Desa Karanglo 0,6 ha/hari/orang, Desa Kebonharjo 0,6
ha/hari/orang, Desa Keprabon 0,5 ha/hari/orang, Desa Polanharjo 0,6
ha/hari/orang, Desa Wangen 0,4 ha/hari/orang. Data tersebut menunjukan
bahwa semakin banyak jumlah orang penanam padi dalam satu kelompok
tanam maka kemampuan tanam anggota tersebut semakin rendah.
Dengan jumlah kelompok tanam berkisar antara 2 kelompok
sampai 6 kelompok setiap desa serta luasnya lahan pertanian, maka desa-
desa tersebut membutuhkan waktu tanam antara 5 hari (Desa Karanglo)
sampai 17 hari (Desa Keprabon). Waktu yang cukup lama.
Tahap Panen
Tampaknya tahap panen belum disiapkan secara matang oleh para
pendamping masyarakat, khususnya tentang siapa yang bertanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 111
jawab, siapa yang melakukan panen, kepada siapa hasil panen harus
dijual, serta bagaimana cara menentukan harga gabah semi organik. Petani
yang mengalami kesulitan menjual hasil panen gabah semi organik dengan
biaya produksi yang tinggi, akhirnya menjual kepada para tengkulak yang
selama ini menguasai penujalan hasil panen dengan harga standar seperti
hasil pertanian biasa. Kehadiran pendamping masyarakat pada saat panen
lebih sering mengukur rata-rata hasil panen, meskipun demikian hasil
panen di Desa Wangen tidak terpantau oleh karena dipanen terlebih
dahulu tanpa dihadiri pendamping masyarakat.
Hasil rata-rata demplot pertanian padi ramah lingkungan antara
desa satu dengan lainnya bervariasi oleh karena banyak faktor yang
memengaruhi. Jika penghitungan hasil panen berdasarkan satuan ubin (1
ubin setara dengan 6,25m2), seperti banyak digunakan para petani di desa,
maka rata-rata hasil demplot pertanian ramah lingkungan adalah antara 4,4
kg sampai 7,2 kg gabah basah setiap ubin. Hasil rata-rata pertanian padi
ramah lingkungan keenam desa dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.
Tabel 13: Rata-Rata Hasil Pertanian Padi Ramah Lingkungan
No Desa Hasil 1 Ubin Rata-rata/Hektar 1 Daleman 4,43 kg Gabah Basah 7.088 kg 2 Karanglo 5,89 kg Gabah Basah 9.424 kg 3 Kebonharjo 7,20 kg Gabah Basah 11.520 kg 4 Keprabon 7,20 kg Gabah Basah 11.520 kg 5 Polan 6,75 kg Gabah Basah 10.800 kg 6 Wangen Tidak diketahui Tidak diketahui
Sumber: Laporan Pelaksanaan Program 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 112
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa produktivitas pertanian
ramah lingkungan mencapai rata-rata 10.070 kg gabah basah setiap hektar.
Hasil ini berarti produktivitas pertanian ramah lingkungan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pertanian yang menggunakan pupuk kimia yang
biasanya menghasilkan rata-rata 7.000-an kg gabah basah. Peningkatan
produktivitas disebabkan bulir gabah yang lebih padat berisi (mentes).
Peningkatan produktivitas padi setelah menggunakan pupuk
organik seperti diperlihatkan Tabel 13, sejalan dengan pengakuan
beberapa petani yang menggunakan pupuk organik. Salah seorang petani
anggota Kelompok Tani Sedyo Makmur Desa Daleman mengatakan
bahwa dari segi kuantitas (dengan satuan ukuran karung), penambahan
produksi padi belum terlihat signifikan, tetapi dari sisi kualitas padi yang
menggunakan pupuk organik nampak lebih bagus, berasnya lebih berisi,
dan lebih padat (mentes) sehingga meskipun ukuran karungnya sama,
tetapi beras organik memiliki bobot lebih berat .
Petani lain dari Kelompok Tani Sido Dadi Desa Wangen memberi
pengakuan mengenai pertanian menggunakan pupuk organik. Menurut
perhitungan dia yang melakukan uji coba membandingkan pertanian padi
pupuk organik dengan padi pupuk kimia, setiap 1m2 lahan sawah padi
organik mampu memberikan hasil 1 ons lebih berat dibandingkan dengan
padi pupuk kimia. Selain produktivitas naik, pertanian organik juga
mampu memperbaiki kesuburan tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 113
Seorang petani dari Kelompok Tani Mulyo Desa Daleman
mengakui peningkatan produksi gabah basah sekitar 200 kg untuk kasus
lahannya seluas 300m2. Akan tetapi dia juga mengakui penambahan biaya
bertani serta kesulitan menjual padi organik yang selalu ditekankan oleh
pendamping masyarakat memiliki banyak keunggulan dibandingkan padi
biasa. Akhirnya padi organik hasil panen tersebut dijual kepada tengkulak
dengan harga biasa serta dikonsumsi sendiri.
d) Pertanian Ramah Lingkungan Secara Mandiri
Mahalnya biaya pertanian organik serta tidak adanya jaminan pasar
hasil pertanian organik menjadi penyebab utama para petani anggota
kelompok yang sebagian besar adalah petani penggarap dengan modal
terbatas kembali ke pola pertanian non organik. Hanya para petani pemilik
dengan modal besar, lahan luas serta memiliki jaringan pasar, yang masih
bertahan menerapkan pola pertanian organik. Jumlah petani pelaku
pertanian organik atas biaya dan kesadaran sendiri. dapat dilihat pada
Tabel 14 di bawah ini.
Tabel 14 Jumlah Petani dan Luas Lahan Pertanian Organik Mandiri
No Desa Jumlah Petani Luas lahan Pertanian
Seluruhnya Organik % Seluruhnya Organik % 1 Daleman 129 orang 5 orang 3,87 180 ha 1,0 ha 0,55 2 Karanglo 356 orang 24 orang 6,74 83 ha 7,0 ha 8,43 3 Kebonharjo 90 orang 5 orang 5,55 52 ha 0,8 ha 1,53 4 Keprabon 58 orang 15 orang 25,86 75 ha 2,0 ha 2,66 5 Polan 149 orang 5 orang 3,35 73 ha 1,0 ha 1,36 6 Wangen 52 orang 7 orang 5,55 95 ha 1,0 ha 1,05 Jumlah 834 orang 61 orang 7,31 558 ha 12,8 ha 2,29
Sumber : Laporan Perkembangan Program yang Telah Diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 114
Dari Tabel 14 di atas nampak bahwa luas lahan ramah lingkungan
yang diusahakan secara mandiri, dibandingkan dengan luas lahan
pertanian yang ada di keenam desa memang belum terlalu banyak (baru
2,29%), tetapi upaya tersebut patut diapresiasi sebagai keberhasilan
menyadarkan petani untuk memelihara kualitas lingkungan sekaligus
upaya awal meningkatkan pendapatan petani.
Tabel 14 juga menunjukkan bahwa Desa Karanglo mampu
memobilisir jumlah petani organik mandiri lebih banyak serta
pemanfaatan luas lahan untuk pertanian organik mandiri lebih luas
dibandingkan desa lain. Hal itu disebabkan peran aktif dan tegas kepala
desa menganjurkan warganya untuk melakukan pertanian ramah
lingkungan untuk meningkatkan pendapatan, serta peran aktif tokoh petani
di desa dengan melakukan pertanian ramah lingkungan di lahan sendiri.
e) Permasalahan kegiatan pertanian ramah lingkungan
Permasalahan menonjol pada kegiatan pertanian ramah lingkungan
adalah; Pertama, sulitnya menentukan lahan sawah untuk melakukan
ujicoba. Penyebabnya bukan karena sempitnya lahan pertanian, tetapi
sebagian besar para petani anggota kelompok adalah petani penggarap
sehingga tidak bisa mengambil keputusan berani atau tidak, lahan yang dia
sewa untuk kegiatan demplot pertanian ramah lingkungan. Kedua, belum
adanya jaminan penjualan hasil pertanian ramah lingkungan, sehingga
masyarakat petani enggan mencoba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 115
Permasalahan pertama diatasi dengan melakukan negosisasi
kepada petani pemilik lahan agar lahan yang disewakan kepada petani lain
bisa digunakan untuk kegiatan demplot pertanian ramah lingkungan.
Ketidakberanian petani penggarap mengambil keputusan melakukan
demplot adalah ketidakberanian menanggung resiko jika terjadi kegagalan.
Negosiasi kepada pemilik lahan harus dibicarakan juga kemungkinan
resiko yang akan terjadi serta siapa yang bertanggung jawab.
Sementara untuk mengatasi permasalahan kedua, yakni pasar hasil
pertanian ramah lingkungan, para pengelola program harus bisa
membangun jaringan pasar dengan cara mencari mitra kerja yang mau
diajak kerjasama dengan cara membeli produk pertanian ramah
lingkungan. Tentu saja mitra kerja yang mau menghargai produk-produk
ramah lingkungan.
3) Stimulan Dana Bergulir
Dana bergulir atau dalam istilah United Nation Development Funds for
Women (UNIFEM) disebut revolving loan funds (dana pinjaman berputar)
adalah sejumlah uang yang dipinjamkan dan diputarkan, berpindah dari orang
yang satu kepada orang lain, demikian seterusnya. Perbedaan dana berputar
dengan jenis-jenis kredit lainnya terletak pada tujuannya, yakni membantu
mengembangkan perekonomian keluarga, desa, dan negara dengan cara
memberikan pinjaman kecil dengan biaya ringan kepada para peminjam
(UNIFEM, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 116
Kegiatan dana bergulir dalam program tanggung jawab sosial PT TIV
di enam desa dimaksudkan untuk membangun ekonomi masyarakat di enam
desa, khususnya para pelaku industri rumah tangga dan petani yang peduli
pada lingkungan yang kekurangan modal. Melalui kegiatan dana bergulir juga
diharapkan dapat membangun kembali nilai-nilai sosial, khususnya nilai
kebersamaan dan kepedulian sesama.
a) Prasyarat Dana Bergulir
Model dana bergulir digunakan dalam rangka menyiasati tidak
terakomodirnya calon pemanfaat modal, sementara modal yang tersedia
jumlahnya terbatas. Nilai-nilai saling terikat dan komitmen kolektif dari
para pengelola dan pengguna dana bergulir merupakan syarat mutlak bagi
keberlangsungan model dana bergulir. Menurut UNIFEM (1995),
pengelolaan dana bergulir memerlukan sebuah kelompok yang mampu
bekerjasama dengan baik. Dana bergulir banyak digunakan kelompok-
kelompok di pedesaan yang memiliki dana terbatas.
b) Tahap Penerapan Dana Bergulir
Penerapan model Dana Bergulir merupakan rangkaian proses
panjang yang terdiri dari beberapa tahapan kegiatan serta melibatkan
berbagai pihak terkait. Oleh karena itu pemberlakuan kredit dengan model
dana bergulir di masyarakat, biasanya lebih rumit dibandingkan dengan
model kredit yang lain. Proses penerapan dana bergulir dapat dilihat pada
Gambar 7 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 117
Gambar 7: Tahap Penerapan Model Dana Bergulir
(Sumber: Ilustrasi Peneliti Hasil Wawancara Berbagai Nara Sumber)
Tahap sosialisasi dan membangun komitmen dilakukan oleh para
pendamping masyarakat kepada kelompok pada saat pertemuan rutin
kelompok dengan metode penyuluhan. Tahap membangun kompetensi
dilakukan melalui pelatihan diikuti pengurus dan anggota kelompok dari
enam desa. Pelatihan dilakukan dua tahap (21 – 24 Juli 2009) masing-
masing selama dua hari bertempat di Aula Balai Desa Daleman.
Materi pelatihan terdiri dari 4 (empat) pokok bahasan utama, yaitu:
(a) konsep dan prinsip dana bergulir, (b) sistem dan mekanisme dana
bergulir, (c) faktor-faktor dalam pengelolaan dana bergulir, serta (d)
pembukuan. Pelatihan difasilitasi oleh para pendamping masyarakat dari
YIS Solo.
Sosialisasi Dana Bergulir
Monitoring Kinerja
Pencairan Dana
Pengadaan Sarana Kerja
Membangun Kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 118
c) Mekanisme pengelolaan dana bergulir
Modal dana bergulir kelompok berasal dari bantuan hibah program
CSR PT TIV yang dikelola dengan sistem kredit sesuai ketentuan yang
disepakati kelompok. Pemilihan kelompok dan penentuan besaran bantuan
dana bergulir kepada kelompok didasarkan pada kesanggupan kelompok
menyiapkan sejumlah persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya,
yaitu: laporan pembukuan keuangan kelompok yang rapi dan akuntabel,
kerapian laporan administrasi kelompok, rutinitas pertemuan kelompok,
serta adanya aturan tata cara pengelolaan dana bergulir yang telah
disepakati kelompok.
Penilaian kesanggupan kelompok dilakukan oleh pendamping
masyarakat tanpa melibatkan pendamping maupun kader di desa. Menurut
pengelola program dalam hal ini adalah YIS, langkah tersebut
dimaksudkan sebagai upaya menjaga obyektivitas penilaian. Kebijakan
pengelola program bisa dipahami dan diterima masyarakat.
Pencairan bantuan hibah dana bergulir dari program kepada 10
kelompok masyarakat dilakukan antara bulan Agustus sampai Desember
2009. Total bantuan hibah dana bergulir yang dicairkan kepada 10
kelompok, senilai Rp. 68.000.000. Daftar nama kelompok dan besaran
bantuan hibah dana bergulir yang diterima oleh kelompok dapat dilihat
pada Tabel 15 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 119
Tabel 15: Daftar Kelompok Penerima Bantuan Dana Bergulir
Nama Kelompok / Desa Jumlah Bantuan
(Rp)
Jumlah Penerima
Awal
Jenis dan Pemanfaatan
Bantuan Pinjaman
Batas Maksimal
Pinjaman/orang 1. KT Sedyo Makmur /
Daleman 6.000.000 4 orang Tunai, pengadaan
saprotan Rp. 500.000
2. KT Sedyo Maju / Daleman
6.000.000 8 orang Tunai, pengadaan saprotan
Rp. 500.000
3. KT Tani Mulyo / Daleman
6.000.000 4 orang Tunai, pengadaan saprotan
Rp. 500.000
4. Gapoktan Tani Mulyo / Karanglo
15.000.000 18 orang Saprotan, dicairkan dua kali.
Rp. 625.000
5. KSM Rukun Santoso / Kebonharjo
8.000.000 10 orang Tunai, pengadaan bahan home industry
Rp. 1.000.000
6. KT Dadi Maju 1 / Keprabon
5.000.000 10 orang Tunai, pengadaan saprotan
Rp. 1.000.000
7. KT Dadi Maju 2 / Keprabon
5.000.000 18 orang Tunai, pengadaan saprotan
Rp. 1.000.000
8. KSM Maju Makmur / Polan
7.000.000 4 orang Tunai, pengadaan bahan home industry
Rp. 1.000.000
9. KT Marsudi Makmur 2 / Polan
5.000.000 10 orang Tunai, pengadaan saprotan
Rp. 400.000
10. KT Sido Dadi 3 / Wangen
5.000.000 13 orang Tunai, pengadaan saprotan
Rp. 300.000
10 kelompok 68.000.000 99 orang Sumber: Dokumen Laporan Pendamping Masyarakat
Tabel 15 di atas menunjukkan beberapa hal perbedaan pengelolaan
dana bergulir antara kelompok satu dengan yang lain yang disebabkan
oleh sejumlah ketentuan yang disepakati oleh masing-masing kelompok.
Terutama berkaitan dengan jangka waktu pinjaman, pemanfaatan bantuan
pinjaman dan penentuan prioritas calon peminjam. Ketentuan-ketentuan
tersebut dibicarakan dan disepakati dalam pertemuan kelompok, oleh
karena itu ketentuan antara kelompok satu dengan yang lain dalam
pengelolaan dana bergulir tidak sama.
Pemanfaatan dana bergulir oleh petani digunakan untuk memaju-
kan usaha pertanian ramah lingkungan seperti pengadaan bibit, pengadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 120
bahan pupuk, pengadaan obat-obatan, serta biaya pengolahan lahan, (KT
Sedyo Makmur, KT Sedyo Maju, KT Tani Mulyo, Gapoktan Tani Mulyo,
KT Dadi Maju I, KT Dadi Maju II, Marsudi Makmur II, KT Sido Dadi
III). Sementara para anggota kelompok swadaya masyarakat (KSM)
memanfaatkan dana pinjaman untuk pengembangan usaha industri rumah
tangga seperti pengadaan bahan mentah yang berasal dari tanduk kerbau,
kain perca, dan tembaga, (KSM Rukun Santoso, KSM Maju Makmur).
Bantuan pinjaman diberikan dalam bentuk uang tunai, kecuali
Gapoktan Tani Mulyo Desa Karanglo yang diberikan dalam bentuk sarana
produksi pertanian (saprotan) berupa bibit atau benih padi, pupuk, serta
obat-obatan. Pertimbangannya didasarkan kebiasaan yang terjadi di
masyarakat selama ini, yakni: (a) jika bantuan berupa uang tunai maka
penyalahgunaan bantuan pinjaman akan sangat besar karena uang tersebut
digunakan memenuhi kebutuhan lain, (b) pengelolaan bantuan dalam
bentuk uang, sering menjadi pemicu konflik horisontal. Oleh karena itu
para pengurus Gapoktan Tani Mulyo, dengan diinisiasi oleh kepala desa,
memutuskan bahwa bantuan pinjaman tersebut dalam bentuk saprotan.
Besaran pinjaman kepada anggota merupakan kewenangan setiap
pengurus kelompok, secara umum mempertimbangkan faktor-faktor; (a)
performance calon peminjam, (b) jumlah kebutuhan pinjaman yang dilihat
dari volume usaha yang akan dilakukan, (c) kemampuan mengembalikan
pinjaman dari calon peminjam, (d) ketersediaan dana pinjaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 121
Mekanisme pengelolaan dana bergulir dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 8: Mekanisme Pengelolaan Dana Bergulir
(Sumber: Ilustrasi Peneliti Hasil Wawancara Berbagai Nara Sumber)
Keterangan Gambar: Aliran dana bantuan hibah dari PT TIV kepada
kelompok masyarakat
Perguliran pertama berupa pencairan dana pinjaman kredit dari kelompok kepada anggota nomor 1
Perguliran pertama berupa pengembalian dana pinjaman kredit dari anggota nomor 1 kepada kelompok
Perguliran kedua berupa pencairan dana pinjaman kredit dari kelompok kepada anggota nomor 2
Perguliran kedua berupa pengembalian dana pinjaman kredit dari anggota nomor 2 kepada kelompok.
Perguliran ketiga berupa pencairan dana pinjaman kredit dari kelompok kepada anggota nomor 3
Perguliran ketiga berupa pengembalian dana pinjaman kredit dari anggota nomor 3 kepada kelompok.
Anggota Nomor 3
Anggota Nomor 2
Anggota Nomor 1
Kelompok Tani
CSR PT TIV
1a 1b
3b
2b
3a
2a
HIBAH
KREDIT
1a
1b
2a
2b
3a
3b
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 122
Gambar 8 di atas memperlihatkan bahwa setiap perguliran dana
antar-anggota harus melalui pengurus kelompok sehingga setiasp saat bisa
diketahui berapa besaran dana yang bergulir di anggota serta siapa saja
peminjam yang belum mengembalikan. Kelompok, melalui pengurus juga
bisa menentukan kapan dana harus digulirkan lagi.
d) Kinerja Pengelolaan Dana Bergulir
Kinerja pengelolaan dana bergulir dilihat dari dua aspek yakni; (1)
kecepatan perguliran, dan (2) perkembangan usaha peminjam. Kecepatan
perguliran dana selain berpengaruh terhadap jumlah peminjam, juga
berpengaruh terhadap perkembangan modal kelompok. Meskipun
demikian perkembangan jumlah peminjam tidak selalu berbanding lurus
dengan perkembangan modal. Kelompok dengan jumlah peminjam lebih
besar tidak selalu berarti jumlah perkembangan modal lebih banyak. Tabel
16 di bawah ini menunjukan perbandingan dimaksud.
Tabel 16: Perbandingan Perkembangan Modal dan Peminjam Dana Bergulir Setelah Satu Tahun Bergulir
Nama Kelompok Modal (Rp)
% Peminjam (orang)
% Awal Akhir Awal Akhir
KT Sedyo Makmur 6.000.000 8.039.000 33,9 4 30 650,0 KT Sedyo Maju 6.000.000 6.932.000 15,5 8 15 87,0 KT Tani Mulyo 6.000.000 7.830.000 30,5 4 14 250,0 Gapoktan Tani Mulyo 15.000.000 15.450.000 3,0 18 30 66,6 KSM Rukun Santoso 8.000.000 9.500.000 18,7 10 16 60,0 KT Dadi Maju 1 5.000.000 7.500.000 50,0 10 15 50,0 KT Dadi Maju 2 5.000.000 7.730.000 54,6 18 30 66,6 KSM Maju Makmur 7.000.000 8.513.000 21,6 4 10 150,0 KT Marsudi Makmur 2 5.000.000 5.216.000 4,3 10 13 30,0 KT Sido Dadi 3 5.000.000 5.140.000 2,8 13 13 0,0
Jumlah 68.000.000 81.850.000 20,3 99 186 87,9 Sumber: Dokumen Laporan Pendamping Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 123
Perbedaan persentase rata-rata perkembangan peminjam (87,9%)
dengan rata-rata perkembangan modal (20,3%) seperti ditampilkan Tabel
16 disebabkan oleh banyak faktor, yaitu:
Pertama, periode pengembalian pinjaman. Pengembalian
pinjaman biasanya dilakukan pada saat pertemuan kelompok setiap bulan
atau setiap selapan (35 hari). Namun demikian, ada pula kelompok yang
memutuskan periode pengembalian pinjaman setiap 3 bulan atau setelah
panen seperti Gapoktan Tani Mulyo. Semakin cepat periode pengembalian
pinjaman, maka perkembangan modal kelompok semakin cepat.
Kedua, kelancaran pengembalian pinjaman. Jika para peminjam
lancar mengembalikan pinjamannya, akan mempercepat kembalinya
modal kelompok sehingga memberi peluang bertambahnya perguliran
modal karena bertambahnya peminjam. Semakin lancar pengembalian
pinjaman, peluang perkembangan modal kelompok semakin cepat.
Ketiga, besar kecilnya jasa pinjaman. Setiap kelompok memiliki
alasan tersendiri dalam menentukan besar kecilnya jasa pinjaman yang
diberlakukan. Semakin besar jasa pinjaman yang diberlakukan, akan
memberi peluang lebih cepat berkembangnya modal kelompok, meskipun
pada saat yang bersamaan akan memberi beban lebih berat kepada
peminjam. Jasa pinjaman yang diberlakukan oleh kelompok berkisar
antara 0,42 – 1,67% setiap bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 124
Keempat, jumlah peminjam. Semakin banyak jumlah peminjam
dalam satu kelompok, akan memberi peluang lebih cepat berkembangnya
modal kelompok oleh karena ada jasa yang diberlakukan dalam pinjaman
tersebut. Dengan alasan seperti itu pula ada kelompok yang berusaha
memperbanyak jumlah peminjam dengan cara memecah lebih banyak
pinjaman kepada lebih banyak anggota (KT Dadi Maju 2) sehingga
terkadang diragukan efektivitasnya, apakah modal pinjaman rata-rata Rp.
250.000 mampu mengembangkan usaha pertanian yang dikelola.
Dengan faktor-faktor tersebut di atas, bisa dipahami jika Gapoktan
Tani Mulyo Desa Karanglo yang memobilisir 30 anggota peminjam tetapi
perkembangan modal dana bergulir kelompok sangat lambat (3,0%) oleh
karena periode pengembalian pinjaman yang diberlakukan sangat lambat
(3 bulanan) serta dengan pengenaan jasa pinjaman sangat rendah (0,4%).
Sebaliknya KT Dadi Maju 2 Desa Keprabon, jumlah dan perkembangan
peminjam sama dengan Gapoktan Tani Mulyo, tetapi modalnya mampu
berkembang lebih cepat (54,6%), karena periode pengembalian pinjaman
berjalan lebih cepat (tiap 35 hari) serta jasa pinjaman lebih tinggi (1,7%).
Selain mengelola kredit dengan model bergulir, sejumlah
kelompok tani juga mengelola dana anggota dan dana bantuan dari sumber
lain, yakni KT Sedyo Makmur, KT Sedyo Maju, KT Tani Mulyo Desa
Daleman, dan KT Dadi Maju II Desa Keprabon. Dana dikelola dengan
sistim simpan pinjam dengan sejumlah peraturan yang mereka sepakati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 125
Dana bergulir mendukung sejumlah petani untuk melakukan
kegiatan pertanian ramah lingkungan. Banyaknya jumlah petani yang
memanfaatkan dana bergulir di 5 desa (160 orang) telah menstimulir 61
orang petani untuk melakukan kegiatan pertanian ramah lingkungan.
Jumlah perbandingan antara petani peminjam dana bergulir dan petani
pelaku ramah lingkungan secara mandiri di 5 desa (tidak ada petani di
Desa Kebonharjo yang memanfaatkan dana bergulir) dapat dilihat pada
Tabel 17 di bawah ini
Tabel 17: Perbandingan Jumlah Petani Peminjam Dana Bergulir Dengan Petani Ramah lingkungan Secara Mandiri di 6 Desa
No
Desa
Jumlah Petani % Peminjam
Dana Bergulir Pelaku Pertanian
Ramah Lingkungan 1 Daleman 59 orang 5 orang 8,47 2 Karanglo 30 orang 24 orang 80,00 3 Kebonharjo - orang 5 orang - 4 Keprabon 45 orang 15 orang 33,33 5 Polan 13 orang 5 orang 38,46 6 Wangen 13 orang 7 orang 53,85 Jumlah 160 orang 61 orang 38,13
Sumber: Laporan Pendamping Masyarakat yang Telah Diolah
Data Tabel 17 dapat dimaknai dari berbagai pendekatan. Secara
kualitatif, pelaku pertanian ramah lingkungan mandiri di Desa Daleman (5
orang) dan Desa Kebonharjo (5 orang) tidak memiliki makna yang terlalu
berarti dengan desa lain oleh karena petani tersebut adalah para tokoh
petani yang sebelumnya sudah memiliki komitmen dengan pertanian
organik, bahkan di antara mereka telah melakukan pertanian organik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 126
Sementara di Desa Karanglo (24 orang) memiliki makna sangat
berarti karena selain persentase jumlah yang mencapai 80% dari petani
peminjam dana bergulir, para pelaku pertanian ramah lingkungan secara
mandiri adalah pelaku baru di bidang pertanian organik. Keberhasilan
Desa Karanglo mengajak pelaku baru disebabkan peran kepala desa dalam
memotivasi masyarakat untuk melakukan pertanian ramah lingkungan.
Bagi para pelaku usaha industri rumah tangga yang tergabung
dalam KSM, dengan adanya program dana bergulir, telah mampu menjaga
kelancaran produksi industri rumah tangga 26 anggota KSM Rukun
Santoso Desa Kebonharjo dan KSM Maju Makmur Desa Polan. Jenis
industri rumah tangga yang dimaksud adalah; pembuatan sapu, sisir
rambut, kipas, berbagai hiasan dinding melalui pemenuhan bahan mentah
industri yang diperoleh dari fasilitas kredit dana bergulir.
Menurut salah seorang (perempuan) anggota KSM Rukun Santoso
Desa Kebonharjo yang berkesempatan memperoleh pinjaman dana
bergulir, program dana bergulir sangat bermanfaat dalam mengubah nasib
keluarganya serta menolong kehidupan beberapa keluarga lain. Semula
dirinya adalah buruh jahit kepada orang lain, kemudian dengan kredit
modal usaha yang dipinjam dari kelompok, dirinya berhasil memiliki
industri rumah tangga sendiri yang memproduksi dompet dan kipas kain
serta mempekerjakan beberapa orang tetangganya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 127
Manfaat dana bergulir dirasakan pula oleh anggota lain dari KSM
Rukun Santoso Desa Keprabon yang mengelola pembuatan sapu.
Menurutnya, dengan pinjaman dana bergulir yang mereka peroleh dari
kelompok, usaha pembuatan sapu yang mereka kelola mampu berproduksi
lebih lama oleh karena jumlah bahan baku yang dibeli bisa lebih banyak.
e) Permasalahan dana bergulir
Seperti permasalahan yang sering dihadapi dalam mengelola
kegiatan simpan pinjam di masyarakat, kesulitan utama dalam mengelola
dana bergulir di dalam kelompok adalah membangun komitmen tanggung
jawab bersama mengembangkan dana bergulir. Alternatif jalan keluar
yang bisa dilakukan adalah dengan cara membangun konsensus dengan
sejumlah konsekuensi peraturan yang harus diterima jika melanggar
konsensus. Peraturan akan berjalan efektif jika dikaitkan dengan nilai-nilai
sosial atau nilai-nilai agama yang dianut masyarakat.
4) Pendampingan Kelompok
Dalam konteks desain Program CSR PT TIV, pendampingan
kelompok bertujuan untuk memberikan bantuan teknis dan bantuan
manajemen kepada kelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan sehingga
permasalahan yang dihadapi bisa dipecahkan secara proporsional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 128
a) Proses Pendampingan
Pendampingan terhadap kelompok dilakukan melalui tiga cara.
Pertama, pendampingan umum yang dilakukan secara berkala setiap
bulan memanfaatkan jadwal pertemuan reguler kelompok. Karakter
pendampingan umum adalah; berjalan secara formal, waktu dan tempat
pendampingan sudah ditentukan, berlangsung di dalam ruang atau kelas,
thema atau muatan pendampingan lebih sering ditentukan oleh
pendamping berdasarkan informasi yang diperoleh pada proses
pendampingan sebelumnya, serta melibatkan beberapa pendamping lain
sekaligus (kader, pendamping masyarakat, PPL).
Kedua, pendampingan thematik dilakukan secara insidental
memanfaatkan kegiatan yang sedang dilakukan kelompok, misalnya
pelatihan pembuatan pupuk organik atau pengelolaan community garden.
Ketiga, pendampingan incognito, yakni kunjungan mendadak pendamping
tidak diketahui kelompok. Pendampingan umum dan thematik melibatkan
seluruh anggota kelompok, sementara pendampingan incognito dilakukan
secara individu.
Untuk kepentingan pendampingan kelompok setiap kelompok
memiliki jadwal pertemuan rutin setiap bulan atau selapanan, yaitu
kalender pasaran (kalender jawa) yang dipadukan dengan kalender
masehi, misalnya Minggu Kliwon, dengan periode waktu 35 hari. Jadwal
pertemuan rutin seluruh kelompok dapat dilihat pada Tabel 18 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 129
Tabel 18: Jadwal Pertemuan Rutin Kelompok
Desa Kelompok Waktu Tempat Daleman KT Tani Mulyo Kamis Legi (pk. 14.00) Rumah anggota
KT Sedyo Makmur Malam Kamis Pon (pk. 19.00) Aula balai desa KT Sedyo Maju Malam Kamis Kliwon (pk.19.00) Rumah anggota
Karanglo Gapoktan Tani Mulyo Jumat Minggu I (pk.14.00) Balai desa Kelompok Ternak Insidental
Kebonharjo KT Sari Makmur I Minggu Kliwon (pk. 14.00) Balai desa KT Sari Makmur II Selasa Legi (pk.14.00) Rumah ketua KSM Rukun Santoso Setiap tanggal 5 (pk. 19.30) Rumah anggota
Keprabon KT Dadi Maju I Setiap tanggal 20 Rumah ketua KT Dadi Maju II Malam Minggu Legi (pk. 19.00) Rumah anggota
Polan KT Marsudi Makmur I Jumat Wage (pk. 14.00) Rumah anggota KT Marsudi Makmur II Selasa Kliwon (pk. 14.00) Rumah anggota KT Marsudi Makmur III Malam Senin Pon (pk. 19.30) Rumah ketua KSM Maju Makmur Malam Sabtu Legi (pk. 19.30) Rumah anggota Kelompok Ternak Insidental
Wangen KT Sido Dadi I Rebo Kliwon (pk. 14.00) Rumah ketua KT Sido Dadi II Malam Jumat Kliwon (pk. 19.30) Rumah kades KT Sido Dadi III Malam Selasa Kliwon (pk. 19.30) Rumah anggota Kelompok Ternak Insidental
Sumber : Dokumen Pendamping Masyarakat
Pendampingan incognito, yang tidak direncanakan dan lebih sering
dilakukan sendirian oleh pendamping, biasanya dilakukan kepada
kelompok yang belum memiliki jadwal pertemuan rutin kelompok, yaitu
kelompok ternak di Desa Karanglo, Desa Polan dan Desa Wangen. Dalam
konteks masalah seperti ini, muatan dan aktivitas pendampingan justru
lebih sering berupa monitoring, bukan aktivitas pendampingan yang
menawarkan pemecahan masalah atau membuka tantangan dan motivasi
baru. Pendampingan incognito juga kerap dilakukan terhadap kelompok
yang telah memiliki jadwal pertemuan rutin tetapi tidak berjalan dengan
baik, contoh KT Sari Makmur II Desa Kebonharjo, KT Sido Dadi I Desa
Wangen, dan KT Dadi Maju I Desa Keprabon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 130
b) Efektivitas Pendampingan
Efektivitas pendampingan sangat dipengaruhi oleh jumlah peserta
atau anggota kelompok yang hadir pada saat dilakukan pendampingan.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kehadiran anggota
kelompok, salah satu faktor dimaksud adalah penentuan waktu dan tempat
pendampingan.
Pendampingan yang dilakukan bersamaan dengan pertemuan rutin
kelompok, pada malam hari, di rumah anggota kelompok, adalah proses
pendampingan yang paling banyak dihadiri anggota kelompok, misalnya;
KT Sedyo Makmur Desa Daleman, malam Kamis Pon pukul 19.00 di
rumah anggota kelompok tingkat kehadiran anggota rata-rata 90%. KT
Sido Dadi III Desa Wangen, malam Selasa Kliwon pukul 19.30 rata-rata
dihadiri 85% anggota.
Sementara proses pendampingan yang dilakukan pada siang hari,
di rumah ketua kelompok seperti KT Sido Dadi I Desa Wangen, rata-rata
hanya dihadiri sekitar 50% anggota kelompok.
Tingginya tingkat kehadiran anggota kelompok pada saat
pendampingan yang dilakukan di malam hari, oleh karena para anggota
kelompok menempatkan pertemuan pada malam hari menjadi beberapa
fungsi media sekaligus, yaitu: (a) media belajar untuk membangun
kompetensi sebagai anggota kelompok (b) media sosial untuk membangun
relasi sosial antar-anggota kelompok, (c) media hiburan setelah seharian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 131
bekerja keras. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki
kebiasaan berkumpul dalam suasana akrab dan santai sebagai upaya
memperkuat interaksi di antara mereka. Karena itu proses pendampingan
harus berjalan dalam suasana yang santai, cair dan informal.
Selain faktor waktu dan tempat, jumlah kehadiran anggota
kelompok pada saat pendampingan juga dipengaruhi oleh faktor materi.
Materi pendampingan yang diberikan relatif terbatas dan berkisar pada
muatan keterampilan hidup (life skills) seperti cara membuat pupuk
organik, cara beternak yang baik, cara membuat pembukuan keuangan
kelompok, cara mengelola kelompok. Sementara materi pendampingan
yang berorientasi untuk membangun kesadaran kritis anggota kelompok
tidak pernah diberikan secara terencana dan terstruktur.
Faktor lain yang juga memengaruhi daya tarik kegiatan
pendampingan adalah metode yang digunakan para pendamping
masyarakat. Para pendamping masyarakat lebih banyak melakukan
ceramah diselingi tanya jawab. Proses pendampingan miskin variasi
metode karena jarang menggunakan metode-metode lain yang lebih
menarik, lebih sesuai dengan kondisi yang didampingi sehingga
efektivitas pendampingan meningkat. Oleh karena lebih sering
menggunakan metode ceramah, maka proses pendampingan jarang sekali
menggunakan media yang sebenarnya bisa menjadi daya tarik bagi
anggota kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 132
Beberapa kelompok melakukan upaya cerdas dalam memobilisir
anggotanya untuk hadir dalam pendampingan dengan cara menempatkan
kehadiran anggota sebagai prioritas untuk mendapatkan pupuk bersubsidi
dan memperoleh pinjaman uang dari kelompok (KT Sido Dadi II, KT Sido
Dadi III Desa Wangen, KSM Rukun Santoso Desa Kebonharjo, Gapoktan
Tani Mulyo Desa Karanglo, KT Tani Mulyo, KT Sedyo Maju, KT Sedyo
Makmur Desa Daleman, KT Dadi Maju II Desa Keprabon).
Beberapa kelompok yang pada awal revitalisasi kelompok banyak
menekankan aspek penyadaran dan membangun motivasi anggota,
memiliki tingkat kehadiran anggota kelompok relatif tinggi dan stabil.
Kelompok-kelompok tersebut adalah Gapoktan Tani Mulyo Desa
Karanglo, KT Tani Mulyo, KT Sedyo Maju, KT Sedyo Makmur Desa
Daleman, KT Dadi Maju II Desa Keprabon. Faktor lain yang
memengaruhi kesadaran dan motivasi anggota kelompok adalah adanya
dukungan dan pendampingan aktif pimpinan desa serta adanya tokoh yang
menjadi motor penggerak masyarakat.
5) Penyusunan Peraturan Desa (Perdes)
Perdes atau peraturan desa adalah sejenis produk hukum yang berisi
sejumlah peraturan yang mengatur sesuatu isu yang melingkupi hajat hidup
orang banyak dalam suatu desa. Perdes dibuat oleh masyarakat desa dan
disahkan kepala desa setempat. Isu-isu yang diatur di dalam perdes adalah
yang dikhawatirkan bisa menimbulkan masalah berupa konflik antar-warga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 133
sehingga akan mengganggu keharmonisan kehidupan desa. Bagi warga desa,
perdes adalah produk hukum yang mengikat seluruh warga desa sehingga
siapapun yang melanggar peraturan tersebut akan dikenai sanksi.
Kegiatan penyusunan peraturan desa dalam program ini memiliki tiga
muatan, yaitu; Pertama, aspek sosial yakni mengantisipasi kemungkinan
konflik horisontal yang disebabkan oleh beberapa isu yang sudah ada di
masyarakat. Kedua, aspek ekonomi yaitu untuk meningkatkan produktivitas
pertanian ramah lingkungan. Ketiga, aspek lingkungan yaitu mengurangi
resiko terjadi polusi terhadap lingkungan.
a) Pemilihan Isu Perdes
Ditemukan tiga isu sosial di empat desa yang diputuskan untuk
dibuatkan peraturan desa, yaitu: (a) pola tanam dan cara penggarapan
lahan pertanian di desa Wangen, (b) pengelolaan limbah tepung pati aren
di desa Daleman, (c) pengelolaan air irigasi pertanian di desa Keprabon
dan Desa Kebonharjo.
Pertimbangan utama menetapkan keempat isu sebagai bahan dasar
penyusunan peraturan desa adalah karena ketiga isu pernah menimbulkan
konflik atau diperkirakan sangat mungkin menimbulkan konflik horizontal
di wilayah tersebut.
b) Kinerja Penyusunan Perdes
Sampai batas waktu program selesai, belum ada perdes yang
berhasil dirumuskan. Faktor penyebab utama tidak berhasil menyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 134
peraturan desa adalah kekurangmampuan pendamping dalam mengajak
masyarakat untuk berpikir kritis bahwa ada sejumlah isu di masyarakat
yang potensil menjadi pemicu konflik horizontal.
Akibatnya masyarakat merasa bahwa isu-isu yang ditawarkan para
pendamping dianggap baru menjadi masalah bagi beberapa orang atau
komunitas, belum menjadi masalah umum. Misalnya isu pola tanam dan
penggarapan lahan pertanian di Desa Wangen hanya menjadi kebutuhan
kelompok tani di Desa Wangen. Demikian pula isu tentang Limbah Pati
Aren, hanya menjadi isu menarik komunitas tertentu di Desa Daleman.
Para tokoh masyarakat dan perangkat pemerintahan desa belum
dapat melihat secara kritis potensi konflik di daerahnya, sehingga
dukungan dari tokoh masyarakat dan pemerintah desa untuk mewujudkan
sebuah peraturan desa menjadi tidak kuat. Tidak kritisnya elemen
masyarakat dalam melihat permasalahan sosial di lingkungannya
merupakan imbas dari model pendampingan yang banyak menekankan
aspek praktis, berorientasi pada peningkatan ekonomi saja.
e. Tahap Monitoring Program
Monitoring program dilakukan oleh pendamping masyarakat, para kader,
serta pengurus kelompok. Aspek yang dimonitoring adalah; (a) pelaksanaan
kegiatan, meliputi; apakah kegiatan yang direncanakan sudah dilakukan semua
atau belum, apakah ada kegiatan yang tidak direncanakan tetapi terlaksana, (b)
capaian hasil, meliputi; berapa banyak hasil yang dicapai, bagaimana tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 135
capaian dibandingkan periode sebelumnya, (c) faktor yang berpengaruh terhadap
capaian kegiatan, (d) keterlibatan masyarakat, meliputi; siapa saja yang terlibat,
apa saja yang diberikan masyarakat, serta pada tahapan apa mereka terlibat.
Media dan alat yang digunakan untuk monitoring meliputi; pertemuan
rutin kelompok setiap bulan atau setiap selapan, pertemuan rutin kader setiap tiga
bulan, pelaksanaan kegiatan oleh kelompok atau masyarakat penerima program,
serta pertemuan konsultasi dengan pihak PT TIV.
YIS sebagai penanggung jawab program di lapangan memiliki sejumlah
perangkat monitoring, yaitu; blanko laporan perkembangan program (1 bulan, 3
bulan, 6 bulan), blanko laporan pelaksanaan kegiatan, serta blanko pertemuan
kelompok.
Monitoring dilakukan dengan teknik sesuai aspek yang dipantau serta
sumber data yang digunakan. Teknik-teknik yang digunakan untuk melakukan
monitoring program adalah pengamatan, wawancara, serta meminta catatan dari
para contact person dan kader yang terdapat di setiap desa. Pihak-pihak yang
dimintai informasi sebagai nara sumber, selain contact person dan kader, adalah
penerima program, aparat desa, serta petugas penyuluh lapangan di kecamatan.
Sulit mendapatkan gambaran dari pihak di luar proyek karena masyarakat
atau pihak yang tidak menerima program tidak ditempatkan sebagai nara sumber.
Monitoring program juga dilakukan oleh para pelaku program seperti masyarakat
penerima program, pengurus kelompok, dan kader melalui kegiatan pertemuan
rutin, lokakarya, dan diskusi yang sengaja dilakukan pihak pendamping.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 136
Data dan informasi yang diperoleh dari monitoring dikumpulkan oleh YIS
sebagai penangung jawab program di lapangan, selanjutnya data dan informasi
tersebut diolah sebagai salah satu bahan laporan kepada PT TIV. Munculnya
kasus panen padi di Desa Wangen yang tidak diketahui hasilnya, serta tidak
terlaksananya kegiatan penyusunan peraturan desa menunjukkan ada proses yang
tidak optimal dalam memanfaatkan hasil monitoring.
5. Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Program CSR Berbasis
Masyarakat PT TIV Klaten Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Sekitar
Perusahaan
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program CSR berbasis masyarakat
PT TIV Klaten dilihat dari beberapa aspek, yaitu; tahapan pelaksanaan program,
elemen masyarakat yang terlibat, serta jenis partisipasi yang diberikan masyarakat.
a. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Penilaian Kebutuhan Dirinya
Pada tahap penilaian kebutuhan masyarakat melalui survei, banyak elemen
masyarakat dari enam desa yang berpartisipasi dalam program sesuai dengan
kapasitasnya. Mereka adalah aparat pemerintah desa khususnya kepala desa yang
memberikan dukungan pelaksanaan survei di desanya dengan cara memberikan
informasi dan data yang dibutuhkan. Informasi dan data yang dibutuhkan adalah
tentang kondisi desa seperti yang termuat dalam monografi.
Elemen masyarakat yang lain yang berpartisipasi dalam penilaian
kebutuhan adalah masyarakat petani dan pelaku industri rumah tangga. Mereka
terlibat dalam survei dengan menjadi seorang nara sumber yang memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 137
data-data yang dibutuhkan petugas survei. Para petani dan masyarakat pelaku
industri rumah tangga juga merelakan kehilangan sejumlah potensi pendapatan
dengan menghentikan waktu kerja mereka untuk melayani petugas survei. Tokoh
masyarakat desa ikut berpartisipasi dalam kegiatan survei penilaian kebutuhan
dengan menjadi nara sumber tentang kondisi sosial, budaya, dan ekonomi
masyarakat di wilayahnya.
Pada tahap kegiatan lokakarya draft hasil survei penilaian kebutuhan
masyarakat, hanya elit-elit desa yang terlibat, meskipun mewakili semua elemen
masyarakat (petani, pelaku industri rumah tangga, aparat desa, tokoh masyarakat).
Aparat desa yang menentukan siapa saja yang terlibat dalam lokakarya, dengan
pertimbangan dipercaya masyarakat serta kemampuan intelektual yang dimiliki
agar mampu terlibat secara maksimal di lokakarya.
Partisipasi masyarakat di enam desa dalam kegiatan lokakarya diwujudkan
dalam bentuk waktu, tenaga, dan informasi. Masyarakat menyiapkan tempat
lokakarya serta mengelola kegiatan lokakarya (Desa Keprabon), menyebarkan
undangan peserta lokakarya. Ketika proses lokakarya berlangsung, masyarakat
mereka memberikan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan
nilai validitas hasil survei.
Beberapa peserta lokakarya menanggapi draft hasil penilaian kebutuhan
secara kritis dan skeptis. Terutama dikaitkan dengan latar belakang survei serta
rencana tindak lanjut. Sikap kritis dan sekptis merupakan ekspresi dari kesadaran
dan determinasi mereka ketika memutuskan untuk berpartisipasi dalam lokakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 138
b. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan Program
Tidak ada elemen masyarakat yang ikut berpartisipasi pada tahap
perencanaan makro yang menghasilkan usulan program kepada PT TIV. Tahap
perencanaan makro seluruhnya dikerjakan YIS yang telah diberi mandat oleh PT
TIV untuk menyusun proposal program CSR berbasis masyarakat. Masyarakat
enam desa yang terdiri dari berbagai elemen terlibat dalam perencanaan mikro
atau rembug desa yang menghasilkan sejumlah daftar usulan kegiatan.
Unsur desa yang diwakili kepala desa dan kepala urusan umum terlibat
dalam rembug desa dengan menyediakan tempat beserta alat kelengkapannya,
memberikan tenaga untuk mengorganisir masyarakat dan persiapan kegiatan
rembug desa, serta sejumlah data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun
rencana kerja. Umumnya keterlibatan mereka dilatarbelakangi oleh keinginan
supaya proses rembug desa berjalan lancar, menghasilkan usulan kegiatan, serta
terealisasi program di desanya.
Pengurus kelompok beserta anggota kelompok yang bekerja sebagai
petani dan pelaku industri rumah tangga terlibat dalam rembug desa dengan
menjadi pelaku utama perencanaan. Mereka menggali sejumlah informasi yang
terkait dengan isu kelompok, pertanian, serta industri rumah tangga, sekaligus
menyusunnya dalam format usulan rencana kerja, dengan difasilitasi petugas dari
YIS. Waktu, tenaga, pengalaman, serta ketrampilan masyarakat diberikan dalam
proses perencanaan dengan harapan akan ada bantuan program untuk membangun
ekonomi mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 139
Sejumlah tokoh masyarakat yang meliputi tokoh agama, tokoh pemuda,
tokoh perempuan, serta orang yang dituakan di lingkungan desa terlibat dalam
perencanaan atas undangan kepala desa. Informasi dan ketrampilan menyusun
rencana kerja yang dimiliki sejumlah tokoh bermanfaat memperlancar proses
penyusunan rencana kerja. Sebelum kegiatan rembug desa dimulai, fasilitator
menyampaikan rencana program pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan
di desa, peran masyarakat untuk melengkapi rencana tersebut.
Proses perencanaan mikro atau rembug desa di Desa Wangen dan Desa
Keprabon berjalan lebih dinamis dibandingkan empat desa yang lain. Hal tersebut
disebabkan adanya unsur peserta yang masih belum percaya dengan rencana
program pemberdayaan yang akan dilakukan.
Semua usulan rencana kerja dari enam desa bisa diakomodir oleh usulan
program CSR yang disampaikan oleh YIS kepada PT TIV. Tidak ada diskrepansi
atau kesenjangan antara keinginan masyarakat dengan garis kebijakan PT TIV.
c. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Persiapan Pelaksanaan Program
Kegiatan persiapan pelaksanaan program hanya diikuti oleh beberapa elit
desa yang terdiri dari perwakilan perangkat desa, pengurus badan perwakilan
desa, pengurus kelompok serta alumni peserta rembug desa, yang seluruhnya
berjumlah 10 orang. Kesepuluh orang tersebut dianggap mewakili masyarakat
desa untuk berpartisipasi dalam pertemuan persiapan pelaksanaan program
dengan menjadi peserta untuk mendengarkan penjelasan konsep program, serta
mengambil beberapa keputusan strategis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 140
Keputusan strategis dimaksud adalah memilih contact person dan kader,
serta menentukan kelompok yang akan menerima bantuan program. Unsur peserta
pertemuan persiapan pelaksanaan program ditentukan oleh YIS, sementara orang-
orang yang terlibat dipilih oleh kepala desa masing-masing. Tidak sempat ada
ruang konsultasi antara masyarakat dengan kepala desa untuk memilih siapa saja
yang akan ikut dalam pertemuan persiapan pelaksanaan program. Pada tahap ini
erjadi proses partisipasi perwakilan dari masyarakat kepada elit-elit masyarakat
untuk melakukan pengambilan keputusan beberapa isu strategis.
d. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan Program
Di dalam tahap pelaksanaan program, ada 5 kegiatan yang terlaksana,
yaitu; Pembentukan dan penyegaran kelompok, Pertanian ramah lingkungan,
Stimulan dana bergulir, Pendampingan kelompok, dan Penyusunan perdes.
Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari kelima pelaksanaan kegiatan.
1) Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan dan penyegaran kelompok
Elemen masyarakat yang terlibat dalam pembentukan kelompok yaitu;
aparat desa, contact person dan kader, pengurus dan anggota kelompok, serta
petani dan pelaku industri rumah tangga. Partisipasi mereka dalam bentuk
tenaga, waktu, pengalaman, pendapat, serta informasi yang dibutuhkan dalam
pertemuan-pertemuan untuk membahas kondisi kelompok. Masyarakat
melakukan pengambilan keputusan untuk menentukan pengurus baru, tanggal
pertemuan rutin kelompok, serta apakah harus membentuk kelompok atau
tidak. Semua isu tentang kelompok diputuskan sepenuhnya oleh masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 141
Secara umum proses penyegaran dan pembentukan kelompok berjalan
lancar, kecuali Desa Karanglo. Determinasi masyarakat Desa Karanglo lebih
kuat dalam menyikapi apakah dibutuhkan kelompok atau tidak. Kepala desa
sempat mengusulkan untuk membubarkan kelompok petani yang sudah ada
dan membentuk kelompok baru karena kelompok lama dinilai tidak
mencerminkan aspirasi masyarakat. Meskipun usulan tersebut tidak terwujud
karena alasan legalitas dalam bentuk surat keputusan bupati tentang
pembentukan kelompok, setidaknya dinamika tersebut menunjukan kualitas
partisipasi masyarakat Desa Karanglo.
2) Partisipasi Masyarakat Dalam Demplot Pertanian Ramah Lingkungan
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertanian ramah lingkungan
diwakili oleh kelompok tani di enam desa. Kelompok berpartisipasi penuh
mulai dari kegiatan sosialisasi pertanian ramah lingkungan, praktek
pembuatan pupuk organik, sampai pengelolaan demplot pertanian ramah
lingkungan. Keseriusan masyarakat berpartisipasi dalam pertanian ramah
lingkungan tidak hanya diwujudkan dengan memberikan tenaga, waktu, serta
pengetahuan untuk mengikuti seluruh tahapan kegiatan. Masyarakat juga
menyerahkan materi untuk membeli bahan pupuk organik, serta menyediakan
tanah untuk kegiatan demplot pertanian ramah lingkungan (Desa Karanglo,
Desa Daleman).
Keputusan untuk menentukan siapa yang akan mengelola demplot,
lahan mana yang akan digunakan untuk demplot, bagaimana aturan bagi hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 142
demplot, serta mekanisme monitoring pengelolaan demplot seluruhnya
ditentukan oleh pengurus dan anggota kelompok tani. Pihak pendamping
masyarakat hanya memfasilitasi proses pertemuan sampai pada pengambilan
keputusan dilakukan.
Dalam hal pengelolaan pertanian ramah lingkungan, nampak sekali
bahwa jumlah dan mutu partisipasi terasa sangat kuat. Motivasi masyarakat
berpartisipasi juga sangat beragam. Unsur tokoh petani mengatakan ingin
memberikan bukti kepada masyarakat bahwa pertanian ramah lingkungan
sangat menguntungkan dari aspek ekonomi dan lingkungan. Sementara petani
yang terlibat dalam pelatihan pembuatan pupuk organik tertarik dengan
teknologi yang digunakan untuk membuat pupuk.
Para petani yang melakukan pertanian ramah lingkungan secara
mandiri sebagian besar menggunakan isu ekonomi, yakni besarnya
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian ramah lingkungan, menjadi
alasan utama mereka melakukan kegiatan pertanian ramah lingkungan secara
mandiri.
Demikian pula dengan kepala desa Karanglo yang sukses memobilisir
warganya untuk melakukan pertanian ramah lingkungan secara mandiri
beralasan bahwa pertanian ramah lingkungan memberikan banyak keuntungan
ekonomis. Dengan pengaruh yang dimiliki, kepala desa mendekati sejumlah
tokoh masyarakat di desanya untuk melakukan kegiatan pertanian ramah
lingkungan secara mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 143
3) Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Stimulan Dana Bergulir
Pengurus dan anggota kelompok tani dan kelompok swadaya
masyarakat berpartisipasi penuh dalam mengelola dana bergulir mulai dari
membuat peraturan pengelolaan dana bergulir (siapa peminjam dana bergulir,
berapa besaran jasa yang dikenakan, berapa lama jangka waktu pinjaman,
serta berapa maksimal dana yang boleh dipinjam), membentuk tim pengelola
dana bergulir, melakukan studi kelayakan, serta monitoring perkembangan
dana bergulir.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana bergulir banyak
dilakukan pada tahap persiapan dengan membuat sejumlah peraturan dan
tahap monitoring, terutama memonitor pemanfaatan dana pinjaman dan
memonitor kelancaran pengembalian kredit. Hal ini bisa dipahami karena
peluang anggota yang lain untuk dapat memanfaatkan fasilitas pinjaman dana
bergulir sangat ditentukan oleh kelancaran pengembalian dana pinjaman oleh
peminjam sebelumnya.
Kepala desa tidak terlalu campur tangan dalam pengelolaan dana
bergulir, kecuali pada awal pencairan bantuan dana bergulir dengan
memberikan himbauan supaya bantuan dana bergulir dikelola dengan baik.
Dibandingkan dengan kepala desa, kader program lebih banyak berpartisipasi
dalam pengelolaan dana bergulir dalam bentuk memberikan bantuan teknis
pengelolaan terutama dalam pencatatan transaksi keuangan yang bersumber
dari dana bergulir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 144
4) Partisipasi Masyarakat Dalam Pendampingan kelompok
Partisipasi masyarakat dalam pendampingan kelompok diwujudkan
dengan cara hadir di pertemuan rutin kelompok, atau saat pendamping dan
kader mengunjungi para anggota kelompok. Partisipasi lain yang diberikan
masyarakat dalam kegiatan pendampingan adalah dengan memberikan
komentar berupa pertanyaan, saran, dan masukan kepada pendamping terkait
dengan keberadaan program.
Jumlah dan mutu partisipasi masyarakat pada tahap pendampingan
kelompok, sangat bergantung pada kualitas pendampingan. Apabila proses
pendampingan kelompok dapat berjalan secara berkualitas, maka di dalamnya
terjadi proses partisipasi masyarakat yang berkualitas pula.
5) Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Perdes
Tidak banyak keterlibatan elemen masyarakat seperti perangkat
pemerintahan desa, tokoh masyarakat, dan pengurus kelompok dalam kegiatan
penyusunan perdes yang direncanakan oleh program. Bahkan ketika tidak ada
perdes yang tersusun, tidak ada pertanyaan kritis yang diajukan masyarakat.
Belum ditemukannya permasalahan konkrit di tengah masyarakat yang
ditimbulkan oleh isu-isu yang diangkat untuk menjadi perdes, masih kuatnya
kearifan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi,
serta kualitas kompetensi yang dimiliki para pendamping masyarakat,
berpengaruh terhadap sensitivitas masyarakat untuk berpartisipasi menyusun
peraturan desa atau perdes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 145
e. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Monitoring Program
Partisipasi masyarakat dalam melakukan monitoring terhadap pelaksanaan
program CSR berbasis masyarakat PT TIV sudah dimulai pada saat tahap
penilaian kebutuhan masyarakat berupa sikap dan pertanyaan kritis mengenai
latar belakang dan rencana tindak lanjut dilakukannya penilaian kebutuhan. Sikap
dan pertanyaan kritis justru muncul dari elemen masyarakat biasa, bukan aparat
pemerintah desa, maupun tokoh masyarakat desa.
Partisipasi masyarakat dalam melakukan monitoring terhadap program
CSR paling kuat dilakukan pada tahapan pelaksanaan kegiatan penguatan
ekonomi masyarakat (pertanian ramah lingkungan dan stimulan dana bergulir).
Setiap jenis kegiatan yang dilakukan, kelompok selalu membentuk tim pemantau
(dikenal dengan nama tim pemantau demplot pertanian ramah lingkungan, serta
tim pemantau pelaksanaan dana bergulir), yang beranggotakan beberapa orang
anggota kelompok. Anggota tim pemantau melaporkan hasil pemantauannya
kepada kelompok dalam forum pertemuan rutin kelompok.
Efektivitas partisipasi masyarakat dalam melakukan pemantauan sangat
ditentukan oleh kepemimpinan yang dikembangkan kelompok (KT Tani Mulyo,
KT Sedyo Makmur, KT Sedyo Maju Desa Daleman. KT Dadi Maju II Desa
Keprabon) dan keberpihakan kepala desa dalam memantau perkembangan
program (Desa Karanglo). Kelompok dan desa yang selalu menanyakan hasil
kerja tim pemantau secara rutin pada saat pertemuan kelompok cenderung mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi serta menunjukkan kinerja baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 146
f. Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Menikmati Hasil
Partisipasi masyarakat dalam program CSR berbasis masyarakat PT TIV
tidak sekedar pada memberikan input berupa materi, tenaga, waktu, ketrampilan,
maupun pengetahuan pada setiap tahap implementasi program, tetapi masyarakat
juga berpartisipasi dalam menikmati hasil. Semua kegiatan yang secara sengaja
didesain untuk membangun ekonomi masyarakat, maka hasil kegiatan diserahkan
kepada masyarakat.
Hasil kegiatan pertanian ramah lingkungan mulai dari pupuk organik hasil
praktek bersama, padi hasil panen demplot pertanian ramah lingkungan serta alat-
alat pendukung demplot diserahkan kepada anggota kelompok tani melalui
kelompoknya. Stimulan dana bergulir, modal pokok dan hasil pengembangannya
diserahkan kepada anggota kelompok melalui kelompoknya. Anggota kelompok
mampu meningkatkan berbagai kompetensi seperti di bidang pertanian dan
industri rumah tangga tanpa harus mengeluarkan sejumlah biaya oleh karena
semua kegiatan dapat diikuti oleh anggota kelompok.
Dalam hal menikmati hasil, kelompok menjadi alat manajemen untuk
mengelola hasil-hasil program agar dapat dinikmati secara merata oleh semua
anggota. Masyarakat tidak bisa secara serta merta menikmati program tanpa
melalui kelompok.
Desa sebagai lokasi program, secara tidak langsung juga berpartisipasi
dalam menikmati hasil program. Keberhasilan kelompok di suatu desa dalam
mengelola program menjadi daya tarik masyarakat dari wilayah lain yang ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 147
belajar ke wilayah tersebut (Desa Karanglo, Desa Daleman), telah membawa
kebanggan aparat dan masyarakat desa setempat. Demikian halnya kemampuan
kelompok dalam mengelola program, menjadi pertimbangan utama pemerintah
kabupaten melalui dinas pertanian memberikan bantuan program kepada
masyarakat desa tersebut (Desa Keprabon).
6. Output Program CSR Berbasis Masyarakat PT TIV Klaten Dalam Rangka
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Perusahaan
a. Aspek Ekonomi
Dari aspek ekonomi, program ini telah menghasilkan beberapa elemen
pembangun ekonomi masyarakat yang dapat memiliki dampak positif bagi
perbaikan ekonomi masyarakat, khususnya peserta program, yaitu: Pertama,
meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan hidup masyarakat anggota kelompok
di sektor pertanian ramah lingkungan yang mereka peroleh dari kegiatan demplot,
pelatihan, praktek, serta pendampingan.
Pengetahuan dan ketrampilan hidup tersebut menjadi kegiatan ekonomi
produktif alternatif bagi keluarga dan masyarakat. Hal tersebut bisa dilihat dari
munculnya petani yang melakukan kegiatan pertanian ramah lingkungan secara
mandiri (61 orang), sejumlah petani memroduksi dan menjual pupuk organik,
para petani anggota Gapoktan Tani Mulyo Desa Karanglo merintis pembentukan
usaha dagang yang memroduksi dan menjual beras organik. Menurut para petani,
usaha produktif tersebut bisa mereka jalankan setelah memiliki ketrampilan serta
dukungan strategis yang lain seperti modal dan pemasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 148
Kedua, tersedianya modal usaha masyarakat baik yang berasal dari
bantuan program (dana bergulir sebesar Rp. 68.000.000) maupun yang bersumber
dari masyarakat (sebesar Rp. 13.850.000) sebagai akibat dari pengelolaan dana
bergulir. Dengan modal usaha tersebut, beberapa masyarakat anggota kelompok
telah berubah statusnya dari semula sebagai buruh pada orang lain menjadi
pemilik usaha sendiri karena memanfaatkan modal usaha tersebut untuk
membuka usaha baru. Dengan modal usaha itu pula, para pelaku industri rumah
tangga mampu mengembangkan volume usahanya menjadi lebih banyak.
Ketiga, terbentuknya organisasi masyarakat (berjumlah 22 kelompok)
berbentuk kelompok tani, gabungan kelompok tani dan kelompok swadaya
masyarakat yang telah dibekali dengan sejumlah pengetahuan dan ketrampilan
untuk mengelola usaha ekonomi produktif anggotanya. Organisasi-organisasi
tersebut telah berfungsi dalam memfasilitasi pengembangan kegiatan ekonomi
produktif anggotanya dengan cara menjadi lembaga penjamin bagi anggotanya
dalam rangka kerjasama di bidang permodalan dan pemasaran usaha dengan
lembaga lain, serta mengelola kredit simpan pinjam dengan mekanisme tertentu.
Organisasi masyarakat tersebut juga menjadi media belajar bersama bagi
para anggotanya untuk meningkatkan ketrampilan hidup di bidang pertanian
dengan mengelola demplot pertanian ramah lingkungan. Melalui kelompok, para
anggota kelompok berlatih meningkatkan ketrampilan manajemen usaha kecil
melalui pelatihan dan pemberian asistensi manajemen usaha kecil oleh para
pendamping dan praktisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 149
b. Aspek Sosial
Dari aspek sosial, program mampu menghasilkan dua hal positif, yaitu:
Pertama, meningkatnya sikap dan perasaan saling terikat antaranggota kelompok
sebagai satu kesatuan komunitas yang harus saling membantu dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup. Sikap dan perasaan saling terikat antaranggota
kelompok terbangun oleh kebiasaan berkumpul di dalam kelompok yang terus
digalakkan oleh pengurus melalui pertemuan-pertemuan rutin kelompok, serta
pertemuan pendampingan teknis oleh pendamping masyarakat.
Revitalisasi kelompok yang berusaha menempatkan anggota sebagai
pelaku utama dari keberadaan kelompok yang antara lain menekankan pentingnya
anggota suatu kelompok berada dalam satu wilayah, nampaknya mampu menjadi
daya ikat (faktor emosional) anggota kelompok. Mampu membangun kesadaran
bahwa mereka adalah satu kesatuan yang saling terikat.
Pengelolaan program-program kelompok yang melibatkan seluruh anggota
seperti demplot pertanian ramah lingkungan, bantuan dana bergulir, serta industri
rumah tangga mampu menjadi daya dukung (faktor rasional) antaranggota
kelompok untuk terus bersatu saling membantu. Munculnya daya dukung di
antara anggota kelompok melalui pengelolaan program sangat dimungkinkan oleh
karena pengelolaan program didesain untuk saling berinteraksi, saling bersatu,
dan saling mendukung antara anggota satu dengan yang lain.
Kedua, meningkatnya kualitas hubungan antara masyarakat 6 (enam) desa
di sekitar pabrik yang diwakili oleh kelompok-kelompok masyarakat pelaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 150
program dengan pihak PT TIV Klaten. Kualitas hubungan di antara keduanya
antara lain ditandai dengan kesediaan masyarakat menerima perwakilan dari PT
TIV Klaten dalam pertemuan-pertemuan rutin kelompok atau pendampingan.
Pihak PT TIV bersedia membiayai usulan program pemberdayaan masyarakat
yang berbasis masyarakat. Sikap PT TIV Klaten tersebut bisa diartikan sebagai
bentuk kepercayaan kepada masyarakat.
Meningkatnya kualitas hubungan antara masyarakat dengan PT TIV
Klaten juga ditunjukkan dengan adanya dua orang (tokoh masyarakat dan tokoh
petani) dari Desa Karanglo yang secara sukarela menjelaskan misi program CSR
PT TIV kepada masyarakat di sekitarnya yang merasa tidak puas dan bersikap
curiga dengan bantuan-bantuan program dari PT TIV Klaten. Sebaliknya, PT TIV
Klaten melakukan hal-hal yang bukan kewajibannya dalam konteks kerjasama
dengan cara mengomunikasikan perkembangan positif kelompok Klaten kepada
mitra PT TIV melalui jaringan komunikasi dan informasi yang dimiliki PT TIV.
Dengan perkembangan positif dalam interaksi antara masyarakat dengan
PT TIV, berdampak pada menurunnya ketegangan emosional yang sebelumnya
kerap terbangun di antara kedua belah pihak. Sejak program CSR mulai dilakukan
di enam desa, para pendamping masyarakat tidak lagi mencatat adanya konflik
terbuka antara masyarakat dengan PT TIV Klaten.
c. Aspek Lingkungan
Dari aspek lingkungan, program menghasilkan beberapa hal positif, yaitu:
Pertama, bertambahnya luas lahan sawah yang digunakan untuk kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 151
pertanian ramah lingkungan secara mandiri oleh masyarakat di 6 (enam) desa
seluas 12,8 ha. Lahan tersebut sebelumnya digunakan untuk kegiatan pertanian
non organik yang belibatkan pupuk dan obat-obatan zat kimia secara berlebihan,
sehingga selain menambah berat biaya pertanian, juga berdampak terhadap
rusaknya kualitas lahan pertanian.
Seperti diketahui, sebelum program CSR PT TIV Klaten berjalan, para
petani melakukan kegiatan pertanian secara tradisional yakni menggunakan pupuk
dan obat-obatan kimia secara berlebihan untuk memperoleh hasil sebanyak
mungkin. Ironisnya, mereka sebenarnya paham bahwa penggunaan pupuk kimia
akan memberikan dampak kurang baik terhadap kesuburan tanah dan kualitas
hasil pertanian. Akan tetapi dengan pertimbangan ekonomi dan tingginya biaya
jika melakukan pertanian organik, para petani tetap melakukan pertanian non
organik.
Pertanian ramah lingkungan dikembangkan lagi oleh program CSR PT
TIV Klaten dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian di aspek teknologi,
biaya, dan pemasaran. Dengan digunakannya lahan seluas 12,8 ha untuk kegiatan
pertanian organik secara mandiri oleh 61 orang petani, berarti telah mengurangi
lahan kritis di wilayah tersebut berupa rendahnya tingkat kesuburan lahan yang
disebabkan oleh pemakaian pupuk kimia secara berlebihan.
Kedua, program CSR PT TIV Klaten di bidang pertanian ramah
lingkungan telah berhasil meningkatkan kualitas lahan sawah yang digunakan
untuk kegiatan pertanian. Tanah menjadi lebih subur, lebih lunak, tidak lengket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 152
sehingga lebih mudah pengolahannya untuk kegiatan pertanian. Meningkatnya
kualitas lahan pertanian sebagai akibat dari kegiatan pertanian ramah lingkungan
juga bisa lihat dari meningkatnya produktivitas pertanian berupa beras, apabila
dibandingkan dengan pertanian non organik.
Namun perlu dicatat, meskipun pertanian ramah lingkungan memberikan
dampak positif terhadap tingkat kesuburan tanah serta produktivitas lahan, tetapi
belum banyak diikuti oleh para petani secara mandiri. Alasan utama yang menjadi
penyebab para petani enggan melakukan pertanian ramah lingkungan adalah
biaya yang dikeluarkan lebih. Biaya ekstra yang dibutuhkan salah satunya
digunakan membersihkan gulma yang ikut tumbuh subur, sementara beras atau
gabah organik yang sering diklaim oleh para pendamping masyarakat lebih
berkualitas masih dihargai sama dengan beras atau gabah non organik.
Para petani yang melakukan kegiatan pertanian organik adalah mereka
yang telah memiliki jaringan pasar sendiri untuk menjual hasil pertanian organik,
petani pemilik lahan sendiri, atau petani yang tergabung dalam suatu organisasi
yang berkomitmen untuk melakukan kegiatan pertanian organik dengan
pertimbangan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 153
B. Pembahasan
Bagian Pembahasan difokuskan pada 3 (tiga) isu pokok, yaitu isu Corporate
Soscial Responsibility, Corporate Social Responsibility yang Berbasis Masyarakat,
dan Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Perusahaan. Isu Pemberdayaan Masyarakat
akan dikaitkan dengan tujuan dari penelitian ini, yakni efektivitas implementasi
program CSR PT TIV, partisipasi masyarakat, dan output program.
Program CSR PT TIV
Program corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial
perusahaan PT Tirta Investama (TIV) yang dikemas dengan nama Aqua Lestari
didesain dengan konsep dasar berkelanjutan (sustainability). Program tersebut mulai
diterapkan sejak tahun 2006, serta menjadi salah satu program prioritas perusahaan
yang diharapkan mampu membangun keberadaan perusahaan yang dapat diterima
oleh masyarakat luas.
Sebagai salah satu program prioritas, Aqua Lestari telah direncanakan dengan
cermat dan strategis oleh perusahaan serta memperoleh anggaran biaya yang telah
dialokasikan sebelumnya. Dengan demikian Direksi PT TIV berkewajiban untuk
menjalankan Program Aqua Lestari sesuai ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan,
tidak berdasarkan mood atau perasaan suka dan tidak suka direksi terhadap Program
Aqua Lestari. CSR bukan merupakan kegiatan sosial perusahaan yang akan dilakukan
jika perusahaan memperoleh keuntungan serta sesuai selera pemiliknya, tetapi
merupakan program regular perusahaan yang secara sengaja direncanakan dan harus
dijalankan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 154
Dengan demikian, CSR bagi jajaran PT TIV merupakan sebuah kewajiban
yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Sikap PT TIV sejalan dengan
pendapat Merrick Dodd seperti yang dikutip dalam Yusuf Wibisono (1997) yang
kemudian dipercaya menjadi bangunan filosofis konsep CSR. Dodd berpendapat
bahwa sebagai organisasi publik, perusahaan tidak hanya bertanggung jawab kepada
pemiliknya (shareholders), tetapi juga terhadap multi konstituen atau yang lebih
popular disebut stakeholders.
Sikap PT TIV yang menempatkan Program CSR sebagai sebuah kewajiban,
adalah peluang bagi semua pihak untuk mengakses kerjasama dengan PT TIV dalam
rangka membangun masyarakat. PT TIV secara terbuka juga mengomunikasikan
kepada masyarakat luas mengenai kebijakan Program CSR sehingga banyak pihak
yang melakukan kerjasama dengan PT TIV. Hal tersebut dapat dilihat dari mitra kerja
PT TIV dalam menerapkan program CSR di masyarakat yang amat beragam mulai
dari unsur pemerintah, unsur perguruan tinggi, LSM Internasional, LSM Nasional
dan lokal, pihak taman nasional bahkan sampai kelompok masyarakat. Tentu saja hal
ini merupakan nilai lebih Program CSR PT TIV yang diposisikan sebagai program
wajib bagi perusahaan serta disampaikan kepada masyarakat luas melalui berbagai
jaringan yang dimiliki perusahaan.
Program CSR PT TIV seperti yang termuat dalam Aqua Lestari memfokuskan
4 (empat) isu, yakni: (1) akses air bersih dan kesehatan lingkungan, (2) konservasi
dan pendidikan lingkungan, (3) pertanian organik dan pengelolaan sumber daya
berkelanjutan, serta (4) pemantauan dan pengurangan emisi karbon (Sumber:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 155
www.aqua.com). Secara tersurat fokus-fokus program tersebut sangat kuat pada
aspek lingkungan, sesuai dengan bidang utama perusahaan yang berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan yakni sumber daya air, kemudian diterjemahkan ke dalam
visi dan misi perusahaan.
Fakta demikian sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Reza
Rahman (2009) yang menyebutkan bahwa beragamnya pengertian CSR sangat
bergantung pada visi misi perusahaan yang disesuaikan dengan needs, desire, wants,
dan interest komunitas (Reza Rahman, 2009;10). Visi dan misi PT TIV terkait erat
dengan isu lingkungan, oleh karena itu dengan menggunakan pisau analisis menurut
Reza Rahman bisa dipahami jika fokus program CSR PT TIV secara tersurat sangat
kuat dengan isu lingkungan.
Penerapan alasan yang kaku mengenai keterkaitan visi perusahaan dengan
muatan program serta implementasi program CSR di lapangan, dikhawatirkan dapat
mengurangi efektivitas program tersebut dalam memecahkan masalah di masyarakat.
Pemahaman CSR oleh perusahaan, selain dibentuk oleh visi dan misi perusahaan,
Reza Rahman (2009) juga masih menyebutkan needs desire, wants, dan interest
komunitas di dalamnya.
Faktor need, desire, wants, dan interest komunitas sangat dipengaruhi oleh
permasalahan yang dihadapi masyarakat yang muncul sebagai dampak dari adanya
perusahaan di sekitar mereka. Menurut Nana Suharna dalam Isa Wahyudi (2008),
dampak yang diterima masyarakat yang berada di wilayah paling dekat dengan lokasi
tempat beroperasinya pabrik terbagi ke dalam 3 (tiga) bidang yang berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 156
dengan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan demikian, isu lingkungan adalah
salah satu dari tiga isu yang selalu muncul dalam program CSR. Oleh karena itu, jika
ketiga isu (ekonomi, sosial dan lingkungan) terakomodir dalam program CSR, akan
dapat mendukung keberlanjutan dan efektivitas program CSR.
Bahkan sebelum Nana Suharna menyatakan pendapat tentang dampak yang
harus diterima masyarakat yang tinggal di wilayah paling dekat dengan tempat
beroperasinya perusahaan, John Elkington dalam bukunya Cannibals with Forks,
The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business (1997) telah mengembangkan
konsep triple bottom line (economic prosperity, environmental quality, and social
justice). Menurutnya, perusahaan yang ingin terus menjalankan usahanya tidak
dibenarkan hanya mengejar keuntungan semata (profit), tetapi juga harus terlibat
pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan berpartisipasi aktif dalam
menjaga kelestarian lingkungan (planet).
Potensi kelemahan program CSR PT TIV yang bersumber dari fokus Program
Aqua Lestari yang secara tersurat lebih terfokus pada satu bidang yakni lingkungan
(environment), telah diantisipasi dengan cukup baik. Dalam Program Pemberdayaan
Masyarakat di Enam Desa di Klaten, PT TIV Klaten melakukan penilaian kebutuhan
masyarakat secara partisipatif, kemudian mengakomodirnya dalam Program CSR PT
TIV Klaten. Program yang dalam penerapannya di lapangan ikut melibatkan salah
satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Solo, yakni Yayasan Insan Sembada
(YIS), muatannya meliputi ketiga aspek seperti disinggung oleh Nana Suharna dan
John Elkington, yaitu aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 157
Dengan memperhatikan semua karakter program CSR PT TIV Klaten dalam
pemberdayaan masyarakat di enam desa seperti diuraikan di atas, program tersebut
sesuai prinsip-prinsip CSR yang disarankan Alyson Warhust (1998) seperti dikutip
Yusuf Wibisono (2007) yang antara lain menerapkan prinsip Prioritas Perusahaan.
Dalam prinsip prioritas perusahaan, perusahaan harus menjadikan CSR sebagai
prioritas tertinggi dan menjadikan penentu utama dalam pembangunan berkelanjutan.
Alyson Warhust juga menerapkan prinsip Pengkajian yang mengharuskan
perusahaan untuk melakukan kajian sebelum dan setelah kegiatan sekecil apapun,
terutama dampak sosialnya. Program CSR PT TIV Klaten yang melakukan kegiatan
pemberdayaan masyarakat di enam desa didahului dengan penilaian kebutuhan di
awal program dan evaluasi hasil di akhir program. Prinsip lain dari Warhust yang
dilakukan PT TIV terkait program pemberdayaan masyarakat di enam desa adalah
prinsip Memberikan Sumbangan dan Keterbukaan.
Prinsip-prinsip itu pula yang ikut mendukung kinerja implementasi program
CSR PT TIV Klaten seperti sekarang, dimana hampir semua tujuan program dapat
diwujudkan, serta memiliki potensi untuk terus berkelanjutan dengan cara melakukan
penguatan atau pelembagaan program dan pengembangan program. Kinerja program
CSR PT TIV juga dapat dikaji dari faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
implementasi CSR yang menurut Princess of Wales Foundation seperti dikutip oleh
Hendrik Budi Untung (2008), ada 5 (lima) hal. Pertama, menyangkut human capital
atau pemberdayaan masyarakat. PT TIV Klaten bahkan menjadikannya sebagai
metode dan tujuan dalam melakukan Program CSR mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 158
Kedua, environments atau menyangkut tentang lingkungan yang diwujudkan
melalui penerapan kegiatan pertanian ramah lingkungan kepada para petani. Ketiga,
good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik. Keempat, social
cohesion yang dilakukan melalui pembentukan dan penyegaran kelompok sebagai
media pengorganisasian masyarakat. Kelima, economic strength (memberdayakan
ekonomi masyarakat melalui penyediaan modal dana bergulir, pembentukan lembaga
pengelola modal, serta pemberian dan peningkatan ketrampilan hidup masyarakat.
Dalam hal tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan telah berupaya
maksimal, terutama dalam hal pemberian informasi material sesegera mungkin
kepada masyarakat, serta mendengarkan secara serius opini masyarakat. Ada satu hal
lagi dalam tata kelola perusahaan yang menurut Indra Surya dan Yustiavandana
(2006) seperti yang dikutip oleh Wahyudi dan Azheri (2008) harus dipenuhi selain
dua faktor sebelumnya. Satu hal tersebut adalah prinsip keterbukaan, dimana
perusahaan harus menginformasikan kinerja keuangan perusahaan kepada
masyarakat, termasuk kebijakan perusahaan dalam hal program CSR.
Prinsip keterbukaan dimaksudkan agar masyarakat ikut memahami bagaimana
kinerja perusahaan secara keseluruhan sehingga bisa bersikap secara proporsional.
Dalam implementasi program CSR PT TIV Klaten di enam desa, aspek keterbukaan
seperti dimaksud Indra Surya dan Ivan Yustiavandana belum nampak maksimal,
sehingga meskipun sudah disepakati penerapan program CSR, masih ada pihak-pihak
lain yang masih mempertanyakan status keuangan program tersebut. Terutama pada
tahapan awal implementasi program di masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 159
CSR Berbasis Masyarakat
Beragamnya model dan jenis kegiatan CSR di masyarakat lebih sering
didasarkan pada selera dan keinginan perusahaan dalam melakukan kegiatan CSR
dari pada kebutuhan masyarkat. Fenomena tersebut dianggap lumrah jika melihat
hanya dari sisi bahwa sumber dana kegiatan CSR adalah perusahaan, sehingga tidak
berlebihan jika perusahaan memiliki hak untuk menentukan model dan jenis kegiatan
CSR sesuai dengan selera mereka. Fenomena tersebut juga menjadi perhatian Reza
Rahman (2009) yang menyebutkan unsur visi dan misi perusahaan terlebih dahulu
dari pada unsur keinginan, kebutuhan atau ketertarikan masyarakat yang lebih
memengaruhi pengertian CSR.
Fenomena dominannya visi dan misi perusahaan dalam memaknai pengertian
CSR sebenarnya tidak menyalahi aturan, tidak ada pasal dari produk hukum positif
yang dilanggar oleh fenomena tersebut. Tetapi yang menarik untuk dikaji adalah
seberapa efektif tanggung jawab sosial perusahaan tersebut ikut mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi oleh para pemangku kepentingan perusahaan. Hal tersebut
disebabkan cara pandang, ketertarikan, kebutuhan, dan kepentingan masyarakat
dengan perusahaan akan berbeda. Dengan demikian, bentuk kegiatan tanggung jawab
sosial perusahaan yang lebih dominan ditentukan oleh perusahaan akan mengalami
bias dengan kebutuhan masyarakat.
Jika masyarakat menilai perusahaan ikut berkontribusi dalam menyelesaikan
permasalahan yang mereka hadapi, akan sangat mungkin sekali masyarakat menerima
perusahaan sebagai bagian dari sistem sosial kehidupan mereka, sehingga terbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 160
relasi harmonis, saling menerima, saling menghormati, saling membantu, tidak terjadi
konflik di antara mereka. Kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah
meningkatnya konflik antara perusahaan dengan masyarakat di sekitarnya, meskipun
perusahaan telah mengeluarkan sejumlah dana untuk membiayai kegiatan CSR
mereka.
Konflik-konflik antara masyarakat dengan perusahaan yang meledak di
penghujung akhir tahun 2011 seperti: Kasus Mesuji Lampung yang melibatkan
masyarakat di Register 45 Kabupaten Mesuji dengan pihak perusahaan perkebunan
kelapa sawit PT Silva Inhutani Lampung; Kasus Sungai Sodong Sumatera Selatan
yang melibatkan masyarakat Desa Sungai Sodong Kecamatan Mesuji Kabupaten
Ogan Komering Ilir dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Sumber Wangi
Alam (Kompas, Jumat, 30 Desember 2011); Kasus Pelabuhan Sape yang melibatkan
masyarakat Bima Nusa Tenggara Barat dengan perusahaan pertambangan batu bara
PT Sumber Mineral Nusantara (Kompas, Selasa, 27 Desember 2011) diyakini ada
nilai-nilai dan keinginan masyarakat yang tidak diakomodir, atau bahkan dilanggar
oleh perusahaan.
Oleh karena itu, patut dicermati lagi pendapat dari Howard Rothman Bowen
yang dikenal sebagai Bapak CSR modern yang merumuskan tanggung jawab sosial
perusahaan sebagai kewajiban sosial perusahaan yang diwujudkan ke dalam tindakan
yang harus sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Artinya,
program CSR yang akan dilakukan seharusnya didasarkan pada kebutuhan dan nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga program-program tersebut akan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 161
efektif memecahkan masalah yang dialami masyarakat. Hal tersebut disebabkan
masyarakat lebih tahu permasalahan yang dihadapi serta kearifan dan kebiasaan yang
mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika dilakukan dengan benar, konsep CSR menurut Bowen (1953) yang lebih
menekankan keterlibatan masyarakat, selain ikut membantu memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi masyarakat secara lebih efektif, program CSR tersebut juga
akan berdampak pada harmonisasi interaksi antara masyarakat dengan pihak
perusahaan. Tidak akan ada konflik antara perusahaan di satu sisi yang sering dinilai
sebagai pihak luar yang memanfaatkan sumber daya alam, dengan masyarakat yang
tidak jarang merasa sebagai pihak yang lebih berkuasa terhadap sumber daya alam
yang ada di wilayah mereka.
Untuk mengetahui kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat yang akan dijadikan
dasar dalam pengembangan program CSR, maka perusahaan harus melibatkan pihak
masyarakat dalam pengelolaan program CSR. Program CSR PT TIV Klaten untuk
memberdayakan masyarakat di enam desa telah melakukan penilaian kebutuhan
masyarakat, sebelum program dimulai, untuk mengetahui berbagai hal yang terkait
dengan masyarakat. Data dasar yang diperoleh melalui penilaian kebutuhan tersebut
digunakan untuk menyusun program CSR. Dengan demikian kegiatan-kegiatan yang
ada di dalam program sebenarnya sesuatu yang diungkapkan dan dibutuhkan oleh
masyarakat.
Tidak hanya pada tahap penilaian kebutuhan, masyarakat di enam desa yang
menjadi lokasi implementasi program CSR juga juga dilibatkan pada tahap-tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 162
berikutnya. Masyarakat terlibat dalam tahap perencanaan melalui rembug desa yang
ikut melibatkan aparat pemerintah desa dan tahap persiapan pelaksanaan program.
Masyarakat melalui kelompok masing-masing yang sebelumnya telah diberdayakan,
secara aktif melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki kualitas hidup
mereka melalui kegiatan pertanian ramah lingkungan, pengembangan industri rumah
tangga, maupun pengelolaan modal usaha ekonomi produktif.
Seperti merasa milik sendiri, masyarakat melaksanakan program dengan
sepenuh hati. Mereka melakukan pemantauan perkembangan kegiatan dari waktu ke
waktu, serta menentukan tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya. Hasil-hasil program
CSR PT TIV seperti pertanian, industri rumah, peternakan, dan bantuan modal usaha
seluruhnya dinikmati oleh masyarakat yang secara rajin, telaten dan semangat telah
mengelolanya melalui pendampingan YIS.
Melihat kuatnya peran dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan
Program CSR PT TIV, dimana masyarakat menjadi pusat atau sentral dari Program
CSR PT TIV dalam arti sesuai kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masyarakat serta
hasilnya untuk masyarakat maka sebenarnya program CSR PT TIV telah menerapkan
konsep pembangunan masyarakat. Menurut Totok Daryanto dalam Suparjan dan
Suyatno (2003), pembangunan masyarakat adalah pembangunan yang mengikut-
sertakan masyarakat pada semua tahap pembangunan. Oleh karena itu pembangunan
masyarakat sering disebut sebagai pembangunan yang berpusat pada masyarakat atau
pembangunan yang berbasis masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 163
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Perusahaan
Program CSR PT TIV Klaten untuk masyarakat enam desa sekitar perusahaan
Danone Aqua Klaten diinisiasi oleh adanya kenyataan masyarakat sekitar perusahaan
yang terus terpinggirkan oleh adanya perubahan pembangunan yang secara sistematik
mendesak masyarakat pada situasi yang membuat masyarakat tidak mampu berbuat
banyak untuk dirinya sendiri. Termasuk perubahan berupa hadirnya PT TIV di Klaten
untuk mengelola sumber daya air menjadi berbagai produk air minum dalam
kemasan. Oleh karena itu program didesain untuk memberdayakan kelompok yang
terpinggirkan oleh perubahan pembangunan yang terjadi di sekelilingnya.
Salah satu komunitas yang terpinggirkan oleh perubahan pembangunan
berupa kehadiran PT TIV adalah komunitas petani, khususnya para petani penggarap.
Jika jumlah petani di keenam desa rata-rata mencapai 48,39% maka pengaruh
kehadiran PT TIV kepada komunitas petani sangat besar. Pengaruh kehadiran pabrik
PT TIV yang dihadapi para petani tidak hanya semakin sulit mencari tenaga kerja
untuk membantu menggarap lahan pertanian oleh karena tenaga kerja lebih tertarik
bekerja di pabrik, para petani juga harus menghadapi fakta semakin meningkatnya
upah tenaga kerja di desa yang diduga dipicu oleh standar upah buruh pabrik PT TIV
Klaten. Kedua permasalahan berujung pada tingginya biaya produksi pertanian
khususnya untuk membayar upah tenaga kerja.
Masalah-masalah tersebut semakin memperburuk kehidupan petani yang
sebelumnya sudah dibebani oleh permasalahan pertanian yang lain yakni dikuasainya
jalur-jalur ekonomi untuk penyaluran sarana produksi pertanian dan jalur pemasaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 164
hasil pertanian oleh para tengkulak. Akibatnya, biaya produksi pertanian menjadi
tinggi, sementara harga jual produk pertanian sangat rendah.
Inisiasi awal Program CSR untuk memberdayakan masyarakat petani yang
datang dari pihak perusahaan semakin meneguhkan pendapat umum bahwa proses
pemberdayaan tidak bisa meninggalkan pihak-pihak yang berpengaruh kuat di
wilayah tersebut. Sebagai upaya memberdayakan masyarakat, program CSR PT TIV
telah dilakukan sesuai konsep yang dirumuskan Totok Sudaryanto dalam Suparjan
dan Suyatno (2003) yakni mengikutsertakan masyarakat pada semua tahap kegiatan,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, menghasilkan, menikmati hasil, dan
melestarikan. Bahkan dalam program CSR PT TIV, tahapan tersebut ditambahkan
dengan tahap penilaian kebutuhan masyarakat dan tahap persiapan pelaksanaan.
Dalam implementasinya, program yang mulai dirintis pada pertengahan 2008
telah menyediakan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, serta ketrampilan dalam
rangka untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menentukan masa depan sendiri,
serta untuk berpartisipasi memengaruhi kehidupan sekitarnya.
Secara umum, hampir semua hasil fisik yang direncanakan dapat diwujudkan,
Program CSR PT TIV Klaten mampu memengaruhi upaya peningkatkan pendapatan
masyarakat di enam desa di sekitar pabrik PT TIV Klaten, oleh karena mampu
meningkatkan produktivitas pertanian, mampu memunculkan kegiatan ekonomi
produktif alternatif masyarakat, serta mampu menciptakan sistem permodalan untuk
membiayai kegiatan ekonomi masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 165
Di bidang pertanian ramah lingkungan yang sangat diharapkan menjadi tulang
punggung keberhasilan program dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dengan
cara petani melakukan pertanian ramah lingkungan secara mandiri, terdapat 61 orang
petani dari 834 orang petani di enam desa atau 7,31% yang melakukan kegiatan
pertanian ramah lingkungan secara mandiri. Dari sisi luas lahan telah dimanfaatkan
12,8 hektar dari 558 hektar lahan sawah di enam desa untuk kegiatan pertanian ramah
lingkungan secara mandiri.
Di bidang kegiatan ekonomi produktif masyarakat yang didukung dengan
penyediaan modal usaha dengan sistem dana bergulir yang dikelola kelompok, pada
beberapa kasus telah mampu meningkatkan omset produksi, menjaga kelancaran
produksi, serta meningkatkan status usaha beberapa anggota kelompok. Bahkan dana
bergulir untuk kegiatan pertanian mampu mendukung 61 orang dari 160 peminjam
atau 38,13% melakukan kegiatan pertanian ramah lingkungan secara mandiri.
Dengan demikian, capaian program di bidang pertanian dan ekonomi rumah
tangga, sebenarnya cukup berarti oleh karena telah terjadi peningkatan kondisi yang
lebih baik dibandingkan sebelumnya. Meskipun demikian, harus diakui bahwa ada
beberapa kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya tetapi tidak tercapai atau
belum tercapai maksimal, yaitu: penyusunan peraturan desa yang direncanakan akan
menghasilkan tiga peraturan desa ternyata tidak tersusun satupun. Demikian halnya
dengan pemanfaatan dana bergulir yang mensyaratkan beberapa hal, ternyata hanya
dapat dimanfaatkan oleh 10 dari 22 kelompok yang ada, yang dapat dimaknai baru
10 kelompok yang layak dan siap mengelola dana bergulir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 166
Belum maksimalnya capaian program CSR PT TIV dalam memberdayakan
masyarakat desa sekitar pabrik, meskipun semua strategi dan tahapan program telah
dilakukan sesuai ketentuan, oleh karena dalam penerapan beberapa program lebih
mengedepankan pendekatan pragmatis yang cenderung menekankan hasil. Dalam
pendekatan pragmatis, berbagai strategi dan kegiatan hanya dilakukan sekedarnya,
hanya sebatas alat yang harus ada sebagai syarat formal sebuah program. Apakah alat
tersebut mampu membangunkan daya kritis, kreativitas, dan visi masyarakat melalui
proses partisipasi adalah tidak penting. Program yang dimaksud misalnya adalah
pembentukan kelompok.
Masyarakat dan pengelola program beramai-ramai membentuk kelompok oleh
karena mereka tahu bahwa syarat dilaksanakannya program harus ada kelompok
terlebih dahulu. Mereka tidak memahami dan tidak menyadari hakekat sebuah
kelompok dalam pelaksanaan program. Demikian halnya dalam kegiatan pertemuan
rutin kelompok, masyarakat akan hadir dalam pertemuan tersebut karena merasa
bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi yang harus dilakukan oleh anggota
kelompok. Masyarakat tidak terlalu peduli bahwa forum pertemuan rutin merupakan
media untuk mengembangkan kreativitas, visi, serta kemandirian mereka. Hal
tersebut bisa dilihat dari kualitas pertemuan rutin kelompok yang tidak optimal.
Pendekatan pragmatisme dalam pengelolaan program CSR PT TIV Klaten
mengakibatkan terjadinya gejala pragmatisme proses pemberdayaan masyarakat
melalui penyederhanaan indikator dan ukuran keberdayaan masyarakat. Keberdayaan
masyarakat hanya dilihat dari perubahan aspek-aspek kuantitatif yang terjadi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 167
diri masyarakat maupun yang ada di sekeliling masyarakat sebagai hasil dari
program. Hasil yang dimaksud adalah sesuatu yang segera bisa dilihat dan diukur.
Seharusnya keberdayaan masyarakat juga menilai unsur kreativitas, kemandirian dan
visi sebagai sebuah proses yang terus berkembang pada masyarakat yang berdaya.
Muatan kegiatan lebih banyak diarahkan kepada sesuatu yang hasilnya bisa
segera dilihat dan diukur seperti pelatihan pembuatan pupuk, praktek pembuatan
pupuk, dan demplot pertanian ramah lingkungan. Demikian pula dalam pertemuan
rutin dan pendampingan kelompok, isu-isu yang dibahas di dalam kelompok lebih
difokuskan pada aspek penguatan materi dari pada membangun kesadaran kritis
masyarakat. Oleh karena itu, metode dan materi pendampingan menyesuaikan isu
pendampingan.
Isu membangun kesadaran kritis oleh Jim Ife dan Frank Tesoriero (2002)
menjadi salah satu dari lima prinsip yang harus ada dalam melakukan pengembangan
masyarakat di era globalisasi seperti sekarang ini. Isu membangun kesadaran kritis
masuk dalam Prinsip Keadilan Sosial dan Hak Asasi Manusia yang menekankan
bahwa pengembangan masyarakat tidak hanya bekerja untuk mewujudkan dunia yang
lebih kuat, tetapi juga lebih adil. Oleh karena itu pengembangan masyarakat harus
mampu mengatasi struktur yang merugikan, mengatasi wacana yang merugikan,
mampu memberdayakan, serta mengusung hak asasi manusia. Pada prinsip ini,
Program CSR PT TIV di enam desa belum memiliki kinerja optimal. Kelompok Tani
belum mampu membongkar jaringan tengkulak yang menguasai jalur distribusi
saprotan dan jalur penjualan produk pertanian yang merugikan petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 168
Para pelaku industri rumah tangga yang tergabung dalam KSM belum mampu
ikut berperan mengontrol harga bahan mentah untuk industri rumah tangga bersama
penyalur. Masyarakat yang tergabung dalam kelompok-kelompok juga belum mampu
mengorganisir diri mengatur isu-isu publik yang dapat merugikan semua pihak ke
dalam peraturan desa.
Sementara empat prinsip lain yakni: Prinsip Ekologis, Prinsip Global dan
Lokal, Prinsip Proses Hasil dan Visi, serta Prinsip Menghargai yang Lokal dapat
diikuti dengan cukup baik. Terutama Prinsip Menghargai yang Lokal, dimana
program sangat mengutamakan aspek-aspek lokal seperti pengetahuan, budaya,
sumber daya, ketrampilan masyarakat, serta proses lokal sebagai modal utama
mereka dalam mengelola program seperti yang disyaratkan dalam prinsip ini. Satu hal
lagi yang dinilai amat penting dalam menjalankan Prinsip menghargai yang lokal
adalah partisipasi masyarakat.
Partisipasi Masyarakat
Keterlibatan masyarakat adalah unsur utama dalam konsep partisipasi, di
mana partisipasi merupakan syarat mutlak berlangsungnya proses pemberdayaan
masyarakat. Program CSR PT TIV yang didesain untuk memberdayakan masyarakat
di enam desa di sekitar pabrik, dalam penerapannya mampu melibatkan masyarakat
pada semua tahapan program mulai dari awal yakni penilaian kebutuhan, sampai
tahap menikmati hasil.
Elemen masyarakat yang terlibat pun beragam mulai dari unsur pemerintah
desa, tokoh masyarakat yang meliputi tokoh petani, tokoh perempuan, tokoh pemuda,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 169
tokoh agama, kader masyarakat, para petani, peternak, dan pelaku industri rumah
tangga. Mereka terlibat dalam program sesuai dengan kapasitas, kepentingan serta
tanggung jawab masing-masing, sehingga peran mereka dalam keterlibatannya juga
beragam, misalnya sebagai nara sumber, sebagai peserta, sebagai pelaku utama,
sebagai evaluator, maupun sebagai penikmat hasil. Demikian halnya dengan sesuatu
yang diberikan dalam keterlibatannya juga sangat beragam, ada yang berupa tenaga,
pikiran, materi, maupun kekuasaan.
Sebagian besar dari mereka terlibat di program dengan penuh determinasi dan
kesadaran akan keterlibatan mereka. Hal ini perlu menjadi perhatian oleh karena tidak
setiap keterlibatan masyarakat disebut partisipasi, karena menurut Ferry Karwur
(2007) hanya keterlibatan yang didorong oleh determinasi dan kesadaran tentang
keterlibatannya yang patut disebut partisipasi. Keterlibatan tanpa didasari determinasi
dan kesadaran akan keterlibatannya disebut mobilisasi.
Kuatnya partisipasi masyarakat dalam Program CSR PT TIV dipengaruhi oleh
karakter program yang sesuai dengan kebutuhan dan ketertarikan masyarakat pada
saat itu. Karakter program yang mampu mengakomodir selera masyarakat disebabkan
program disusun dengan pendekatan bottom-up yang dimulai dengan tahap penilaian
kebutuhan. Pada tahap berikutnya, program juga memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk dapat terlibat secara maksimal dengan menempatkan masyarakat
sebagai pelaku utama pada setiap kegiatan melalui upaya partisipatif.
Hal lain yang juga memberikan pengaruh positif dalam membangun
partisipasi masyarakat adalah niat baik program untuk membangun kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 170
masyarakat melalui berbagai strategi dan kegiatan seperti pelatihan, dialog, diskusi,
studi kasus mendatangkan praktisi sebagai nara sumber, bahkan studi banding ke
tempat lain. Upaya-upaya tersebut secara terbuka diakui oleh banyak masyarakat
sangat menolong dalam membangun pengetahuan dan ketrampilan mereka yang
diperlukan oleh program.
Meskipun demikian, jumlah dan mutu partisipasi masyarakat selama proses
pengelolaan program tidak seluruhnya berjalan mulus. Dalam implementasi program
CSR PT TIV, terjadi variasi perubahan jumlah dan mutu partisipasi masyarakat dari
satu tahap ke tahap berikutnya.
Pada tahap penilaian kebutuhan masyarakat, berbagai elemen masyarakat
diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berpartisipasi. Selanjutnya dalam tahap
perencanaan program jumlah masyarakat yang terlibat mulai berkurang, demikian
pula dengan kualitas partisipasi yang terjadi juga berkurang oleh karena masyarakat
cuma terlibat dalam rembug desa tetapi tidak terlibat dalam penyusunan program
kerja makro.
Jumlah dan mutu partisipasi masyarakat semakin menurun pada tahap
persiapan pelaksanaan program, tetapi meningkat drastis pada tahap pelaksanaan
program oleh karena pelaksanaan seluruh kegiatan dilakukan oleh berbagai elemen
masyarakat anggota kelompok. Penurunan jumlah dan mutu partisipasi masyarakat
terjadi lagi pada tahap monitoring dan evaluasi serta tahap menikmati hasil. Variasi
perubahan jumlah dan mutu partisipasi masyarakat dalam Program CSR PT TIV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 171
membentuk sebuah pola leher botol. Pola partisipasi leher botol dalam tahapan
pengelolaan program CSR PT TIV, dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.
Pada titik leher botol (tahap persiapan pelaksanaan program kerja) terjadi bias
pelaku dan perwakilan partisipasi dari masyarakat umum kepada para elit desa.
Dengan alasan kebutuhan akan kualitas kapasitas peserta untuk memutuskan hal-hal
berat dalam pertemuan, dan kualitas kapasitas masyarakat kebanyakan dinilai masih
kurang maka hanya elit masyarakat yang dinilai berkualitas yang ditunjuk untuk
mengikuti pertemuan persiapan pelaksanaan program.
Tidak ada proses penyerahan wewenang dari masyarakat kebanyakan kepada
para elit yang dinilai mampu. Bahkan proses penilaian kemampuan juga tidak
dilakukan oleh masyarakat umum. Inilah faktor penghambat partisipasi yang oleh
Loekman Soetrisno (1995) disebut dengan peraturan yang meredam keinginan
Gambar 9: Pola Partisipasi Leher Botol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 172
masyarakat untuk berpartisipasi, serta menjadikan pembangunan sebagai idiologi
baru yang harus diamankan sehingga aparat harus bersikap otoriter.
Partisipasi leher botol telah menciutkan peluang masyarakat untuk
berpartisipasi sehingga mengerdilkan proses pemberdayaan masyarakat dan
berpengaruh langsung terhadap mutu proses dan hasil kegiatan. Terjadinya bias
pelaku dan perwakilan partisipasi dalam program pemberdayaan masyarakat tidak
seharusnya terjadi oleh karena ukuran atau standar antara masyarakat satu dengan
yang lain tidak sama. Oleh karena itu, jika bias pelaku dan perwakilan partisipasi
makin membesar, maka bisa dipastikan hasil pembangunan tidak maksimal.
Output Program
Dari tiga aspek yang ingin diperbaiki oleh Program CSR PT TIV, yakni
ekonomi, sosial, dan lingkungan, ternyata capaian atau output aspek lingkungan tidak
sekuat atau semenonjol capaian pada aspek ekonomi atau sosial. Hasil program yang
lebih menonjol pada aspek ekonomi dan sosial menjadi menarik oleh karena seolah
bertolak belakang dengan empat fokus Program Aqua Lestari, yaitu Program CSR PT
TIV yang secara tersurat semuanya menyebutkan isu lingkungan. Hal ini bisa
dimaklumi oleh karena bidang utama PT Tirta Investama bersentuhan secara erat
dengan isu lingkungan, terutama sumber daya air.
Keterbukaan dan kesediaan PT TIV Klaten mengakomodir usulan masyarakat
untuk dimasukan dalam program tanggung jawab sosial mereka adalah didasarkan
pada keyakinan PT TIV bahwa rakyatlah yang paling memahami yang sebenarnya
rakyat butuhkan. Sikap PT TIV tersebut sebenarnya yang diinginkan dalam konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 173
Program CSR Howard Rothmann Bowen (1953) yang lebih dikenal sebagai Bapak
CSR Modern. Program CSR yang mengutamakan kebutuhan dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat atau CSR berbasis masyarakat.
Sementara itu, faktor keterlibatan atau partisipasi masyarakat sejak tahap awal
program sampai tahap akhir program, menjadi faktor penentu keberhasilan dan
keberlanjutan program di masyarakat, oleh karena seperti yang disampaikan Diana
Conyers (1994), dengan partisipasi akan tumbuh perasaan memiliki terhadap program
dalam diri masyarakat. Secara bersamaan pula, PT TIV Klaten telah membuktikan
bahwa dengan sikap saling memercayai antara perusahaan dengan masyarakat,
ternyata Program CSR yang berbasis masyarakat tetap bisa diakomodir dalam visi
dan misi perusahaan yang selama ini dipertentangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 174
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian Program CSR Berbasis Masyarakat PT Tirta Investama di Klaten
menyimpulkan bahwa program mampu melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar
perusahaan. Kemampuan program CSR dalam memberdayakan masyarakat sekitar
perusahaan sangat ditentukan oleh tiga hal penting, yaitu: Pertama, pemilihan dan
penetapan isu untuk dijadikan muatan program CSR yang meliputi; pemberdayaan
masyarakat, penguatan ekonomi, kepaduan sosial (social cohesion) serta lingkungan
yang dilakukan bersamaan. Kedua, menerapkan pendekatan berbasis masyarakat
dengan cara menempatkan kebutuhan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
sebagai orientasi utama untuk menyusun program CSR. Ketiga, melakukan
pengarusutamaan (mainstreaming) isu pemberdayaan masyarakat dalam penerapan
program CSR dengan cara menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam
setiap tahap implementasi program.
Pola partisipasi masyarakat dalam implementasi Program CSR Berbasis
Masyarakat PT TIV tidak ajeg tetapi bervariasi dalam jumlah dan mutu antara tahap
satu dengan tahap lainnya membentuk pola leher botol. Secara umum partisipasi
masyarakat dalam implementasi program bagus, hal tersebut disebabkan beberapa
faktor, yaitu: (1) program mampu mengakomodir sebagian besar kebutuhan, selera,
dan ketertarikan masyarakat pada saat itu karena program menggunakan pendekatan
bottom-up, (2) program memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 175
semaksimal mungkin melalui pendekatan partisipatif, (3) membangun kemampuan
masyarakat di bidang pengelolaan program melalui pendampingan rutin (berbagai
pelatihan, bantuan teknis, studi banding, diskusi, sharing). Partisipasi masyarakat
terkadang melemah disebabkan oleh: (1) sikap tertutup dan otoriter tokoh masyarakat
yang sebenarnya berniat baik tapi dengan cara kurang pas, (2) peraturan di tingkat
masyarakat di buat terlalu ketat secara sepihak oleh pengurus kelompok.
Program CSR Berbasis Masyarakat PT Tirta Investama di Klaten mampu
memberikan hasil positif pada ketiga aspek yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Aspek ekonomi, mampu meningkatkan pendapatan masyarakat melalui peningkatan
kompetensi masyarakat di bidang usaha, penyediaan modal usaha, pembentukan
kelembagaan masyarakat. Aspek sosial, mampu meningkatkan sikap dan perasaan
saling terikat antaranggota kelompok sebagai satu kesatuan komunitas yang harus
saling membantu. Mampu meningkatkan kualitas hubungan masyarakat sekitar
perusahaan dengan pihak PT TIV sehingga menurunkan ketegangan emosional yang
sebelumnya kerap muncul di antara kedua belah pihak. Aspek lingkungan, mampu
mengubah sikap dan komitmen beberapa petani untuk bertani dengan cara yang lebih
ramah terhadap lingkungan.
Penelitian Program CSR Berbasis Masyarakat PT TIV juga menemukan
bahwa belum semua tujuan kegiatan dapat tercapai karena dalam pelaksanaannya
mengalami berbagai hambatan yang disebabkan oleh berbagai hal, yaitu: (1) dalam
pelaksanaannya lebih mengedepankan pendekatan pragmatisme sehingga terjadi
penyederhanaan indikator keberdayaan masyarakat dengan cara lebih memfokuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 176
unsur hasil yang segera bisa dilihat dan diukur, (2) terbatasnya muatan-muatan
program yang mampu membangun kesadaran kritis, kreativitas, dan kemandirian
masyarakat yang diberikan kepada masyarakat selama pelaksanaan program, (3)
sikap perusahaan yang masih menempatkan CSR sebagai kegiatan sosial perusahaan
sehingga tidak menempatkannya sebagai salah satu program prioritas perusahaan.
B. Implikasi
Apabila implementasi program CSR berbasis masyarakat masih tetap
mengutamakan pendekatan pragmatis, maka program tersebut tidak akan pernah
mampu memberdayakan masyarakat secara signifikan, dan hasil-hasil yang diperoleh
dari program CSR tidak menunjukan keberdayaan masyarakat yang sesungguhnya.
Sebagai program yang didesain berbasis masyarakat, seharusnya penerapan Program
CSR mengutamakan prinsip proses, hasil dan visi.
C. Saran
Untuk meningkatkan kemampuan Program CSR dalam melakukan perbaikan-
perbaikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat sekitar perusahaan,
maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan pemilihan dan penetapan isu-isu yang akan dijadikan muatan program
CSR yang dapat menjamin keberlanjutan program dan keberdayaan masyarakat.
Isu yang dimaksud adalah: pemberdayaan masyarakat (human capital), penguatan
ekonomi (economic strengthening), kepaduan sosial (social cohesion), serta
menyangkut lingkungan (environment) yang dilakukan secara bersamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 177
2. Program CSR harus menggunakan pendekatan berbasis masyarakat dengan cara
menempatkan kebutuhan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sebagai
orientasi utama untuk menyusun program CSR. Untuk itu, sebelum menyusun
program CSR, terlebih dahulu dilakukan penilaian kebutuhan masyarakat (need
assessment). Hasil penilaian kebutuhan masyarakat harus dijadikan sumber utama
dalam menyusun program CSR.
3. Memberikan peluang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi
dalam implementasi program CSR dengan cara melakukan pengarusutamaan
(mainstreaming) isu pemberdayaan masyarakat. Melalui pengarusutamaan isu
pemberdayaan masyarakat, maka setiap pemangku kepentingan harus berpikir,
bersikap dan bertindak untuk selalu dapat menempatkan masyarakat sebagai
pelaku utama dalam implementasi program.
4. Meningkatkan kompetensi masyarakat di bidang manajemen program dan
ketrampilan hidup (life skills) yang dikelola program melalui kegiatan-kegiatan
pendampingan rutin seperti berbagai pelatihan, bimbingan teknis, studi banding,
diskusi, sharing, eksposure, serta dialog dalam wadah kelompok.
5. Memasukan lebih banyak lagi muatan-muatan kegiatan yang dapat membangun
kesadaran kritis masyarakat ke dalam program CSR, sehingga muatan tersebut
akan lebih berimbang dengan muatan-muatan yang berorientasi pada capaian
materialistik. Muatan-muatan kesadaran kritis dapat diberikan melalui berbagai
cara yaitu pelatihan, pendampingan, atau menjadikannya sebagai budaya yang
dianut kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 178
6. Menerapkan prinsip proses, hasil, dan visi secara ketat dalam implementasi
program CSR di masyarakat. Dengan menerapkan prinsip proses, hasil dan visi,
maka keberhasilan program CSR dalam memberdayakan masyarakat tidak saja
ditentukan oleh hasil-hasil yang bisa dilihat, tetapi juga mempertimbangkan unsur
proses dan visi yang terjadi pada masyarakat seperti kreativitas, kemandirian,
serta berpikir dan bertindak kritis.
7. Perusahaan menempatkan program CSR sebagai salah satu program prioritas
lembaga yang harus disukseskan oleh jajaran direksi dan dipertanggungjawabkan
kepada pemegang saham. Perusahaan membuat perencanaan dan menganggarkan
biaya untuk program CSR serta menyampaikan informasi secara terbuka kepada
masyarakat.
Khusus kasus Program CSR Berbasis Masyarakat PT TIV Klaten selain saran-
saran di atas, disarankan pula beberapa hal berikut, yaitu:
1. Untuk menjamin konsistensi standar program CSR yang lebih sempurna, PT TIV
harus memperkaya fokus program CSR (Aqua Lestari) dari yang sudah ada
sekarang dengan menambahkan isu ekonomi, isu sosial, dan isu pemberdayaan
masyarakat secara tersurat.
2. Pendamping masyarakat harus menguasai seluruh materi program serta trampil
menerapkan metode-metode pendampingan. Untuk memfasilitasi pelaksanaan
program yang substansinya tidak dikuasai pendamping (contoh kasus kegiatan
Penyusunan Peraturan Desa), maka diwajibkan bagi pendamping untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 179
melibatkan pihak lain bekerjasama dalam program, baik sebagai konsultan,
pelatih, maupun nara sumber.
3. Aparat pemerintah desa, tokoh masyarakat serta kader di daerah jangan
menempatkan program CSR sebagai ideologi baru yang akan membawa mereka
pada suatu tindakan secara sepihak. Tindakan dimaksud adalah dengan membuat
peraturan dan standar baru yang akan meredam keinginan masyarakat untuk dapat
berpartisipasi sesuai dengan kapasitas dan orientasi mereka.