Transcript
Page 1: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

PRESENTASI KASUS

DIABETES MELLITUS TIPE II

PADA KARSINOMA MAMMAE ST. IV

DENGAN METASTASE PARU

Pembimbing

dr. Suhartono HT, Sp. PD FS, M.Kes, FINASIM

Disusun oleh :

Athieqah Asy-Syahidah

110.2007.051

FK YARSI

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM

PERIODE 22 OKTOBER 2012 – 29 DESEMBER 2012

RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA 2012

1

Page 2: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Ny. TT

Umur : 47 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku bangsa : Papua

Agama : Protestan

Alamat : Pademangan IV 23/28, Jakarta Utara

Tgl masuk : 22 November 2012

II. DATA DASAR

II.1 ANAMNESIS

Diambil dari : Autoanamnesa (7 Desember 2012)

Keluhan Utama : Batuk sejak ± 2 bulan SMRS

Keluhan tambahan : Sesak napas sejak ± 1 bulan SMRS dan tubuh terasa lemas

Riwayat penyakit sekarang :

Dua bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai mengeluhkan batuk – batuk

yang dirasakan makin lama makin memberat. Batuk disertai dahak atau lendir yang berwarna

putih. Batuk tidak pernah bercampur dengan darah. Setiap kali batuk, pasien mengeluarkan

dahak atau lendir tidak lebih dari satu sendok teh atau kurang dari 5cc. Batuk dirasakan terus

menerus dan memberat pada malam hari sehingga pasien kesulitan untuk tidur dan

merasakan nafsu makannya berkurang sehingga tubuh pasien terasa lebih lemas.

Dikarenakan batuk yang semakin mengganggu tersebut, pasien datang untuk berobat ke

RSPAD GS pada tanggal 22 November 2012.

Selain batuk yang dirasakan sangat mengganggu, pasien juga mengeluhkan adanya

sesak napas. Sesak napas mulai terasa sejak kurang lebih satu bulan SMRS, sesak berupa

napas yang pendek – pendek, dirasakan hanya sesekali saja, terutama pada saat pasien

berjalan ke kamar mandi (± 5 meter). Pasien tidak kesulitan berbaring terlentang atau hanya

dengan satu bantal saja. Pasien juga menyangkal pernah terbangun di tengah malam karena

2

Page 3: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

sesak napasnya. Pasien tidak mengeluhkan adanya demam, keringat di malam hari, ataupun

rasa nyeri di dada.

Pada bulan Desember tahun 2011, pasien pertama kali merasakan adanya benjolan

pada payudara kirinya yang berukuran 3x7cm. Benjolan dirasakan keras, berbenjol tidak bisa

digerakkan, kadang terasa nyeri namun tidak terasa membesar. Pasien saat itu melakukan

terapi acupressure berupa batang kayu yang ditusuk – tusukkan ke telapak kaki. Pasien

merasakan benjolan yang mengecil sampai 3x3cm setelah terapi. Tidak berapa lama setelah

itu, pasien melakukan terapi ceragem berupa aliran listrik lewat pinggangnya. Semenjak saat

itu terdapat juga beberapa benjolan kecil menyerupai bisul dengan ukuran bervariasi, mulai

dari sebesar kacang hijau sampai sebesar kelereng di sekitarnya. Beberapa bulan setelahnya,

tepatnya enam bulan SMRS, pasien berobat ke RS Dharmais dan dinyatakan telah menderita

kanker payudara kiri lalu dirujuk ke departemen bedah onkologi RSPAD GS. Dilakukan

biopsi pada tumor, lalu pasien diberitahukan bahwa kanker payudara tersebut telah menyebar

sampai ke paru - parunya. Pada saat itu keadaan pasien tampak lemah dan diketahui kadar Hb

pasien yang turun dan gula darah pasien yang meningkat, pasien lalu dirawat selama 10 hari.

Sekitar bulan Oktober 2012 keadaan pasien membaik, dan mulai melakukan radiasi untuk

pertama kalinya, namun setelahnya, kondisi pasien memburuk kembali. Hb pasien kembali

turun dan gula darahnya tinggi. Pasien kembali dirawat selama hampir satu bulan dan mulai

diberikan kemoterapi oral. Pasien diberikan insulin Novorapid 3x10 unit selama perawatan.

Pada November 2012, pasien melakukan pemasangan cellsite. Pasien mengakui adanya

penurunan berat badan sebanyak 42kg dalam waktu enam bulan terakhir ini.

Pasien sudah didiagnosa menderita DM sejak ± 5 tahun lalu. Awalnya pasien

merasakan pusing dan berjalan sempoyongan seperti hendak pingsan, pasien lalu langsung

berobat dan diketahui gula darah pasien yang tinggi. Pada saat itu, pasien mengakui adanya

rasa ingin buang air kecil terus menerus terutama pada malam hari, rasa haus dan rasa lapar

yang terus menerus. Pasien diberikan glucobay namun mengaku tidak rutin meminumnya.

Pasien cenderung menjaga pola makannya dengan mengurangi makan nasi dan makanan atau

minuman yang manis – manis. Gula darah pasien berkisar di atas 200-an. Sebelumnya pasien

tidak pernah mengalami gangguan atau keluhan berupa pingsan, serangan jantung, rasa baal

atau kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki, serangan stroke seperti bicara pelo atau

anggota gubuh sulit digerakkan, ataupun luka yang tidak kunjung sembuh. Kira – kira sekitar

3

Page 4: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

empat tahun lalu, pasien merasakan adanya gangguan penglihatan berupa rabun pada saat

melihat jauh.

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat Alergi disangkal

Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat Penyakit Jantung disangkal

Riwayat Penyakit Ginjal disangkal

Riwayat penyakit keluarga : Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat DM disangkal

Riwayat Asma disangkal

Riwayat Penyakit Jantung disangkal

Riwayat Penyakit Ginjal disangkal

Riwayat Kebiasaan : Riwayat kebiasaan merokok disangkal

Riwayat kebiasaan minum alkohol disangkal

II.2 PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg

S : 36,5 C

N : 84 x/mnt, reguler, isi penuh

RR : 22 x/mnt, reguler

Tinggi badan : 165 cm

Berat Badan : 53 kg

IMT : BB/TB²= 53/(1,65)² = 19,47 (normo weight)

Keadaan gizi : Baik

Kulit : Kuning langsat, ikterik (-), turgor cukup

Kepala : Normocephale

Rambut : Sebagian hitam terdapat sedikit uban, tidak mudah dicabut

4

Page 5: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Mata : Konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-

Telinga : Bentuk normal, serumen -/-

Hidung : Deviasi septum (-), secret (-), darah (-)

Gigi & Mulut : Bibir tidak sianosis, bibir kering, gusi tidak berdarah, lidah

kotor (-), Tonsil tidak membesar (T1-T1) tenang, oral

Hygiene cukup.

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis

Leher : Kelenjar tyroid tidak teraba membesar; KGB tidak teraba

membesar.

KGB Axilla : KGB Axillaris dextra teraba membesar, ukuran sekitar

5x7cm, teraba lunak, permukaan rata, tidak nyeri tekan, bisa

digerakkan.

Thoraks

Paru : Inspeksi : Payudara tidak simetris, pada payudara kiri tampak massa

berukuran 10x7cm, teraba keras, permukaan tidak rata,

nyeri tekan dan tidak bisa digerakkan. Tampak lenting

lenting kecil dengan ukuran bervariasi di bawahnya.

Pergerakan dinding dada tidak simetris saat statis dan

dinamis kanan > kiri

Palpasi : Vokal fremitus kanan > kiri

Perkusi : Redup pada seluruh lapang paru kiri, redup mulai ICS 4

pada lapang paru kanan.

Auskultasi : SN vesikuler melemah pada kedua lapang paru, rhonki

+/+ minimal pada basal paru kanan dan kiri, wheezing -/-

Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis sulit dinilai

Perkusi : Batas atas : ICS III Linea sternalis sinistra

Batas kanan : ICS V Linea sternalis dextra

Batas kiri : Sulit dinilai

Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

5

Page 6: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Abdomen : Inspeksi : Datar, tidak tegang

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Timpani, Nyeri ketok (-)

Palpasi : Supel, Nyeri tekan epigastrium (-), Hepar tidak teraba,

lien tidak teraba, Shifting dullness (-)

Ekstremitas : akral hangat, edema sianosis

Pulsasi arteri tibialis posterior dan arteri dorsalis pedis teraba

ABI : 0,909 (Tek. Sistol arteri dorsalis pedis 100mmHg)

6

- -

- -

Page 7: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

7

Page 8: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

II.3

PEMERIKSAAN

PENUNJANG:

Laboratorium 1 : 19 November 2012

Hematologi 19/11/2012 26/11/2012 Nilai Normal

Hemoglobin 8,9 10 13-18 g/dl

Hematokrit 30 32 40-52 %

Eritrosit 4,2 4,4 4,3-6 jt/µl

Leukosit 9300 11.700 4.800-10800/µL

Trombosit 432.000 339.000 150000-400000/µL

MCV 71 72 80-96 fl

MCH 21 33 27-32 pg

MCHC 30 31 32-36 g/dl

Ps: 24 Nov 2012 - Transfusi

PRC 500 cc/hari bertahap s/d Hb di

atas 10g/dl

Laboratorium 2 :

8

Tanggal Jam Kurva Harian

Gula Darah

24/11/12

06.00

12.00

18.00

24.00

180

Terapi : Novorapid 3x12 iu

25/11/12

06.00

12.00

18.00

24.00

144

26/11/13

06.00

12.00

18.00

24.00

105

180

159

27/11/12

06.00

12.00

18.00

24.00

320

28/11/12

06.00

12.00

18.00

24.00

182

29/11/12

06.00

12.00

18.00

24.00

244

Terapi : Novorapid naikkan 3x14 iu

30 / 11 / 2011 Konsul Paru :

A: Ca Mammae Sinistra metastasis Paru

Pneumonitis

P: Levofloxacin drip 1x750mg

Page 9: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

II.3 Thorax Foto

Tanggal 20 Oktober 2012

9

Page 10: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Tanggal 22 November 2012

III. RESUME

10

Page 11: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Ny. TT, 43 th, datang pada tanggal 22 November 2012 ke RSPAD GS dengan

keluhan batuk yang semakin memberat sejak dua bulan SMRS. Batuk disertai dahak

berwarna putih, sekitar 5cc. Batuk dirasakan terutama pada malam hari sehingga pasien

kesulitan untuk tidur dan merasakan nafsu makannya berkurang.

Pasien juga mengeluhkan adanya sesak napas sejak kurang lebih satu bulan SMRS,

terutama pada saat pasien berjalan ke kamar mandi (± 5 meter).

Pasien pertama kali merasakan adanya benjolan berukuran 3x7cm pada payudara

kirinya sekitar satu tahun lalu. Benjolan dirasakan keras, permukaan tidak rata, tidak bisa

digerakkan, kadang terasa nyeri namun tidak terasa membesar. Terdapat juga beberapa

benjolan kecil menyerupai bisul dengan ukuran bervariasi.

Enam bulan SMRS, pasien dinyatakan menderita kanker payudara, dengan

pemeriksaan lebih lanjut didapatkan bahwa kanker tersebut telah bermetastase ke paru -

parunya. Pasien mulai melakukan radiasi dan telah mendapatkan kemoterapi oral, pasien juga

telah melakukan pemasangan cellsite. Selama pengobatan, keadaan pasien sempat melemah

dikarenakan Hbnya yang turun serta gula darahnya yang tidak teratur. Pasien mengakui

adanya penurunan berat badan sebanyak 42kg dalam waktu enam bulan terakhir ini.

Pasien sudah didiagnosa menderita DM sejak ± 5 tahun lalu. Pasien diberikan

glucobay namun mengaku tidak rutin meminumnya. Gula darah pasien berkisar di atas 200-

an. Sekitar empat tahun lalu, pasien merasakan adanya gangguan penglihatan berupa rabun

pada saat melihat jauh.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan konjungtiva anemis, KGB axillaris dextra

membesar, pada thorak terlihat payudara tidak simetris, pada payudara kiri tampak massa

berukuran 10x7cm, teraba keras, permukaan tidak rata, nyeri tekan dan tidak bisa digerakkan.

Tampak lenting lenting kecil dengan ukuran bervariasi di bawahnya. Pergerakan dinding dada

tidak simetris saat statis dan dinamis kanan > kiri. Dari palpasi didapatkan vokal fremitus

kanan > kiri. Perkusi, redup pada seluruh lapang paru kiri, redup mulai ICS 4 pada lapang

paru kanan. Auskultasi, SN vesikuler melemah pada kedua lapang paru terutama paru kiri,

rhonki +/+ minimal pada basal paru kanan dan kiri. Batas kiri jantung sulit dinilai.

Pada pemeriksaan Laboratorium tanggal 19 November 2012 didapatkan anemia

mikrositik hipokrom dan trombositosis, pada 26 November 2012 didapatkan anemia

mikrositik hipokrom dan leukositosis. Pada kurva harian gula darah tercatat kadar yang tidak

11

Page 12: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

stabil, dimana gula darah tertinggi tercatat pada tanggal 3 Desember 2012 sebesar 573g/dl,

namun aseton (-). Sebelumnya pasien mulai diterapi dengan kalmetason dan levofloxacin.

Dari hasil foto thorak didapatkan kesan kardiomegali dan ca mammae dengan metastase ke

paru.

IV. DAFTAR MASALAH

1. DM tipe 2, normo weight, Gula Darah belum terkontrol

2. Ca Mammae St. IV metastasis paru

V. PENGKAJIAN MASALAH

1. DM tipe 2, normo weight, GD belum terkontrol

Atas dasar :

S : Pasien sudah didiagnosa menderita DM sejak ± 5 tahun lalu. Pasien diberikan

glucobay namun mengaku tidak rutin meminumnya. Gula darah pasien berkisar di

atas 200-an. Sekitar empat tahun lalu, pasien merasakan adanya gangguan

penglihatan berupa rabun pada saat melihat jauh.

O : IMT : 19,47

KGDH :

12

Page 13: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

A : DM tipe 2, normo weight,

GD belum terkontrol

P : Rdx: KGDH rutin, GDP,

GD2PP, HbA1C, profil lipid,

CCT, PUK, EKG, konsul

mata

Rth: IVFD NaCl

0,9 % 500 cc/ 12 jam

Diet DM 1700

kkal/hari

Injeksi

subkutan Novorapid 3x18 unit

Red: Menerangkan

kepada pasien

tentang penyakit

DM, menerangkan

pola hidup sehat,

menganjurkan

aktivitas jasmani

13

Tanggal Jam Kurva Harian

Gula Darah

24/11/12

06.00

12.00

18.00

24.00

180

25/11/12

06.00

12.00

18.00

24.00

144

26/11/13

06.00

12.00

18.00

24.00

105

180

159

27/11/12

06.00

12.00

18.00

24.00

320

28/11/12

06.00

12.00

18.00

24.00

182

29/11/12

06.00

12.00

18.00

24.00

244

3/12/12

06.00

12.00

18.00

24.00

402

573

458

Page 14: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

2. Ca Mammae St. IV metastasis paru

Atas dasar :

S : Pasien pertama kali merasakan adanya benjolan berukuran 3x7cm pada

payudara kirinya sekitar satu tahun lalu. Benjolan dirasakan keras, permukaan

tidak rata, tidak bisa digerakkan, kadang terasa nyeri namun tidak terasa

membesar. Terdapat juga beberapa benjolan kecil menyerupai bisul dengan

ukuran bervariasi.

Enam bulan SMRS, pasien dinyatakan menderita kanker payudara, dengan

pemeriksaan lebih lanjut didapatkan bahwa kanker tersebut telah bermetastase

ke paru - parunya. Pasien mulai melakukan radiasi dan telah mendapatkan

kemoterapi oral, pasien juga telah melakukan pemasangan cellsite. Selama

pengobatan, keadaan pasien sempat melemah dikarenakan Hbnya yang turun

serta gula darahnya yang tidak teratur. Pasien mengakui adanya penurunan

berat badan sebanyak 42kg dalam waktu enam bulan terakhir ini.

O : Mata : Konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-

KGB Axilla : KGB Axillaris dextra teraba membesar, ukuran sekitar

5x7cm, teraba lunak, permukaan rata, tidak nyeri tekan,

bisa digerakkan.

Paru : Inspeksi : Payudara tidak simetris, pada payudara kiri tampak massa

berukuran 10x7cm, teraba keras, permukaan tidak rata,

nyeri tekan dan tidak bisa digerakkan. Tampak lenting

lenting kecil dengan ukuran bervariasi di bawahnya.

Pergerakan dinding dada tidak simetris saat statis dan

dinamis kanan > kiri

Palpasi : Vokal fremitus kanan > kiri

Perkusi : Redup pada seluruh lapang paru kiri, redup mulai ICS 4

pada lapang paru kanan.

14

Page 15: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Auskultasi : SN vesikuler melemah pada kedua lapang paru, rhonki +/+

minimal pada basal paru kanan dan kiri, wheezing -/-

Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis sulit dinilai

Perkusi : Batas kiri : Sulit dinilai

Foto rontgen : kesan – metastasis paru

A : Ca Mammae St. IV metastasis paru

P : Rawat bersama dengan Bedah Onkologi dan Paru

VI. PROGNOSIS :

Ad vitam : ad malam

Ad fungtionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

15

Page 16: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

TINJAUAN PUSTAKA

I. DIABETES MELLITUS TIPE 2

a. Definisi (7)

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut

WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat

dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan

sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari

sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan

fungsi insulin.

b. Klasifikasi (7)

16

Page 17: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Tabel 1. Klasifikasi DM

b. Diagnosis(7)

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis

tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM,

pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara

enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood),

vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka

kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan

pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan

glukosa darah kapiler.

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya

DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di bawah ini.

Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan,

kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada

17

Page 18: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

wanita. Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik

ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis DM. Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang

lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan

ini dianjurkan untuk diagnosis DM. Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan

beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa

plasma puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan

berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan.

Tabel 2. Kriteria Diagnosis DM

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):

- 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan

karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa

- berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air

putih tanpa gula tetap diperbolehkan

- diperiksa kadar glukosa darah puasa q diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau

1,75 gram/kgBB (anak-anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu

5 menit

- berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah

minum larutan glukosa selesai

- diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa

- selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok

18

Page 19: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat

digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh.

TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa

plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L).

GDPT: Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa

didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).

Berikut adalah skema langkah – langkah diagnosis diabetes mellitus :

19

Page 20: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Faktor resiko DM tipe 2 (8)

Usia >45 tahun

Berat badan lebih: 110% BB idaman atau IMT > 23kg/m2

Hipertensi (TD ≥140/90mmHg)

Riwayat DM dalam garis keturunan.

20

Page 21: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat, atau BB lahir bayi >4000gram.

Riwayat DM gestasional.

Riwayat TGT atau GDPT.

Penderita penyakit jantung koroner, tuberkulosis, hipertiroidisme.

Kolesterol HDL ≤35mg/dL dan atau trigliserida ≥250 mg/dL.

c. Penatalaksanaan

1. Edukasi

21

Page 22: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Meliputi pemahaman tentang penyakit DM, makna dan perlunya pengendalian dan

pemantauan DM, intervensi farmakologis dan non farmakologis, hipoglikemia.(9)

2. Terapi gizi medis

Adapun tujuan dar terapi gizi medis ini adalah untuk mencapai da mempertahankan:

Kadar glukosa darah mendekati normal

- glukosa puasa berkisar 90 -130 mg/dL

- glukosa darah 2 jam setelah makan <180 mg/dL

- kadar A1c < 7%

Tekanan darah <130/80mmHg

Profil lipid:

- kolesterol LDL <100 mg/dL

- kolesterol HDL >40 mg/dL

- trigliserida <150 mg/dL

Berat badan senormal mungkin(8)

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:

Karbohidrat 60-70%, Protein 10-15%, dan Lemak 20-25%.

Jumlah kandungan kolesterol disarankan <300mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari

sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid) dan membatasi

PUFA (Polly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh.

Jumlah kandungan serat : 25gr/hari, diutamakan serat larut.

Jumlah kalori basal perhari:

Laki – laki : 30 kal/kgBB idaman.

Wanita : 25 kal/kgBB idaman.

Penentuan status gizi berdasarkan IMT:

Dihitung berdasarkan pembagian berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan

(dalam meter) kuadrat.

Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT (7)

Berat badan kurang <18,5

BB normal 18,5 – 22,9

22

Page 23: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

BB lebih ≥23,0

Dengan resiko 23 – 24,9

Obes I 25 – 29,9

Obes II ≥30

Penentuan status gizi berdasarkan Rumus Broaca(7)

Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg

Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm, rumus

dimodifikasi menjadi :

Berat Badan Ideal (BBI) = ( TB dalam cm – 100 ) x 1 kg

BB normal : BB ideal + 10 %

BB kurus : < BBI – 10 %

BB Gemuk : > BBI + 10 %

Koreksi atau penyesuaian :

Umur diatas 40 tahun : - 5%

Aktivitas ringan : +10%

Aktivitas sedang : +20%

Aktivitas berat : +30%

Berat badan gemuk : -20%

Berat badan lebih : -10%

Berat badan kurus : +20%

Stres metabolik : +10-30%

Kehamilan trimester I dan II : +300 kalori

Kehamilan trimester III dan menyusui : +500 kalori.

3. Latihan jasmani

Prinsip latihan jasmani bagi diabetesi , persis sama dengan prinsip latihan jasmani secara

umum.

Frekwensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali per

minggu.

Intensitas : ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate).

23

Page 24: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Durasi : 30 -60 menit.

Jenis : latihan jasmani endurans (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi

seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.

Untuk menentukan intensitas latihan, dapat digunakan

MHR (Maximum Heart rate) : 220 – umur.

4. Obat hipoglikemik oral :

A. Pemicu Sekresi Insulin

1. Sulfonilurea

Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang,

namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari

hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal

dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan

sulfonilurea kerja panjang.

2. Glinid

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada

meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu:

Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi

dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.

B. Penambah sensitivitas terhadap insulin

1. Glitazone

Tiazolidindion Tiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada Per- oxisome

Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-), suatu reseptor inti di sel otot dan sel

lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan

jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer.

Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung klas I-IV karena dapat

memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Pada pasien yang

menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.

24

Page 25: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

2. Biguanid

Obat ini contohnya adalah metformin, mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa

hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama

dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan

gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan

kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebro- vaskular, sepsis, renjatan, gagal

jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan

tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.

c. Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose)

Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai

efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek

samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan

flatulens.

d. Golongan Incretin

Terdapat 2 hormon incretin yang dikeluarkan oleh saluran cerna yaitu Glucose Dependent

Insulinotropic Polypeptide (GIP) dan Glucagon Like Peptyde 1 (GLP-1). Kedua hormone ini

dikeluarkan sebagai respon terhdapa asupan makanan sehingga meningkatkan sekresi insulin.

GLP-1 juga menekan sel alfa pancreas dalam mensekresi glucagon, memperlambat

engosongan lambung dan memiliki efek anoreksia sentral sehingga menurunkan

hiperglikemia.

1. Dipeptidyl Peptidase IV inhibitor

GLP-1 endogen memiliki waktu paruh yang sangat pendek (<1 menit) akibat proses inaktivasi

oleh enzim DPP-IV. Penghambatan DPP-IV diharapkan dapat memperpanjang masa kerja

GLP-1 sehingga membantu menurunkan hiperglikemia. Contoh : sitagliptin dan vildagliptin.

2. GLP-1 Mimetik dan Analog

GLP-1 mimetik tersedia dalam bentuk injeksi subkutan, diberikan satu atau dua kali sehari.

Obat golongan ini belum beredar di Indonesia.

25

Page 26: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Cara Pemberian OHO, terdiri dari:

- OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar

glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis hampir maksimal

- Sulfonilurea generasi I & II : 15 –30 menit sebelum makan

- Glimepirid : sebelum/sesaat sebelum makan

- Repaglinid, Nateglinid : sesaat/ sebelum makan

- Metformin : sebelum /pada saat / sesudah makan

- Penghambat glukosidase (Acarbose) : bersama makan suapan pertama

-Tiazolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan.

5. Insulin.

Indikasi :

penurunan berat badan yang cepat.

Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

26

Page 27: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik.

Hiperglikemia dengan asidosis laktat.

Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal.

Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)

Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional ynag tidak terkendali dengan

perencanaan makan.

Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

Kontraindukasi dan atau alergi terhadap OHO.4

Konsep Insulin :

• Insulin basal : jumlah insulin yang diperlukan untuk mencegah hiperglikemia puasa

akibat glukoneogenesis, mencegah ketogenesis

• Insulin prandial : jumlah insulin dibutuhkan untuk mengkonversi makanan ke energi

cadangan, tidak terjadi hiperglikemia postprandial

• Insulin koreksi : jumlah insulin pasien di RS akibat stres/penyakit

Memulai alur terapi :

• Insulin dimulai :

• Kadar glukosa darah puasa >250 mg/dL

• Kadar glukosa darah acak menetap >300 mg/dL

• A1C >10%

• Ketonuria

Mulai terapi dengan Insulin + intervensi pola hidup.

Keadaan lain : DM yang memiliki gejala nyata (poliuria, polidipsia, polifagia, dan

penurunan berat badan)

Prinsip dasar:

Insulin prandial + insulin basal è menirukan sekresi insulin fisiologis

Insulin basal:

Kerja cepat drip intravena (hanya dilakukan pada pasien rawat inap)

Insulin kerja panjang secara subkutan

Jenis : insulin NPH, insulin detemir, dan insulin glargine.

27

Page 28: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Preparat Insulin yang tersedia :

28

Page 29: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Action Profiles of InsulinsAction Profiles of Insulins

0 1 2 53 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Plasmainsulinlevels

Regular 6–8 hours

NPH 12–16 hours

Ultralente 18–20 hours

Hours

Glargine ~24 hours

Aspart, glulisine, lispro 4–5 hours

Detemir ~14 hours

Burge MR, Schade DS. Endocrinol Metab Clin North Am. 1997;26:575-598; Barlocco D. Curr Opin Invest Drugs. 2003;4:1240-1244; Danne T et al. Diabetes Care. 2003;26:3087-3092

29

Page 30: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

d. Penilaian hasil terapi

1. Pemeriksaaan glukosa darah.

2. Pemeriksaan A1c.

3. Pemeriksaan glukosa darah mandiri.

4. Pemeriksaaan glukosa urin

5. Penentuan benda kriteria keton pengendalian DM.

e. Komplikasi DM

I. Komplikasi akut

1. Ketoasidosis diabetik

2. Hiperosmoral nonketotik

3. Hipoglikemia

II. Komplikasi menahun

1. Makroangiopati :

Pembuluh darah jantung

Pembuluh darah tepi

Pembuluh darah otak

2. Mikroangiopati :

Retinopati diabetik

Nefropati diabetic

3. Neuropati diabetik

4. Ulkus diabetikum

30

Page 31: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

31

Page 32: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

II. Ca Mammae dengan Metastasis Paru

a. Definisi(1)

Ca mammae adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan

mammae (Tapan, 2005). Ca Mammae adalah kanker yang menyerang jaringan payudara

yang menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan

bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2004).

b. Etiologi(2)

Saat ini belum ditemukan data yang pasti yang menjadi faktor penyebab utama penyakit

ca mammae. Sampai saat ini terjadinya ca mammae diduga akibat interaksi yang rumit dari

banyak faktor seperti faktor genetika, lingkungan, dan hormonal yaitu kadar hormon estrogen

dalam tubuh yang berlebihan (Harianto, 2005).

c. Faktor Risiko(3)

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko

pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara. Ada beberapa faktor

resiko yang dapat meningkatkan terjadinya ca mammae yaitu :

1.  Riwayat keluarga

Wanita yang memiliki riwayat keluarga ada yang menderita ca mammae seperti pada ibu,

saudara perempuan, atau adik/kakak memiliki resiko terkena ca mammae 2 hingga 3 kali

lebih tinggi.

2.  Hormon

Haid pertama (menarche) sebelum umur 10 tahun, mati haid (menopause) setelah umur

55 tahun, tidak menikah atau tidak pernah melahirkan anak, melahirkan anak setelah umur 35

tahun dan tidak pernah menyusui anak.

3.  Umur

Wanita berumur >30 tahun mempunyai kemungkinan lebih besar mendapat kanker

payudara dan kemungkinan tersebut bertambah setelah menopause.

4.  Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma/benturan, operasi payudara akibat tumor

jinak atatu tumor ganas kontralateral.

5.  Wanita yang mendapat radiasi sebelumnya pada payudara atau dinding dada.

32

Page 33: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

6.  Peningkatan berat badan yang signifikan pada usia dewasa.

7.  Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium resikonya 3 hingga 4 kali lebih

tinggi

8.  Lama menggunakan kontrasepsi oral

9.  Pola konsumsi makanan berlemak

10. Kurangnya aktivitas fisik (Indarti, 2005).

d. Patofisiologi(4)

Ca mammae, sama seperti keganasan lainnya penyebab dari keganasan ini merupakan

multifaktoral baik lingkungan maupun faktor herediter, diantaranya adanya lesi pada DNA

menyebabkan mutasi genetik, mutasi gen ini dapat menyebabkan ca mammae, kegagalan

sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan abnormal dari growth factor menyebabkan rangsangan

abnormal antara sel stromal dengan sel epitel, adanya defek pada DNA repair genes seperti

BRCA1, BRCA2, yang pada prinsipnya meningkatkan aktivitas proliferasi sel serta kelainan

yang menurunkan atau menghilangkan regulasi kematian sel (Heffner, 2005).

Ca mammae  terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel payudara dan apoptosis

sehingga sel payudara berpoliferasi secara terus-menerus. Hilangnya fungsi apoptosis

menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat kerusakan DNA. Bila

terjadi mutasi gen p53 maka fungsi sebagai pendeteksi kerusakan DNA akan hilang,

sehingga sel-sel abnormal berpoliferasi terus-menerus. Peningkatan jumlah sel tidak normal

ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker. Tumor jinak biasanya

merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong.

Lewat aliran darah maupun sistem getah bening, sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan

keluar dari kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh.

Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru, yang

akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru. Keganasan kanker

payudara ini dengan menyerang sel-sel nomal disekitarnya, terutama sel-sel yang lemah. Sel

kanker akan tumbuh pesat sekali, sehingga payudara penderita akan membesar tidak seperti

biasanya.

Ca mamae berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara. Pertumbuhan dimulai dari

dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut karsinoma noninvasif. Kemudian tumor

33

Page 34: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjarr di daerah lobulus dan invasi ke dalam

stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Penyebaran tumor terjadi melalui

pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar

getah bening aksiler atau supraklavikuler membesar. Ca mammae pertama kali menyebar ke

kelenjar aksila regional. Lokasi metastasis paling jauh yaitu tulang, hati, paru, pleura, dan

otak (Heffner, 2005).

e. Klasifikasi(5)

Tipe Ca mammae berdasarkan gambaran histopatologi :

1.      Karsinoma duktal menginflitrasi

34

Page 35: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Adalah tipe histopatologi yang paling umum, merupakan 75 % dari semua jenis kanker

payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat palpasi. Kanker jenis ini biasanya

bermetastasis ke nodus aksila, tulang, paru, hepar dan otak

2.      Karsinoma lobular menginfiltrasi

Tipe ini umumnya multisentris, dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu

atau kedua mammae. Karsinoma lobular biasanya bermetastasis ke permukaan

meningeal.

3.      Karsinoma modular

Pada  6 % karsinoma modular  tumbuh dalam kapsul, dapat menjadi besar tetapi meluas

dengan lambat, sehingga prognosis seringkali lebih baik.

4.      Karsinoma musinus

Pada  3 % karsinoma musinus adalah  penghasil lendir, juga tumbuh dengan lambat.

5.      Karsinoma duktal-tubular

Hanya 2% dan jarang terjadi, karena metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim

maka prognosisnya sangat baik.

6.      Karsinoma inflamantori

Merupakan tipe karsinoma mammae yang jarang (1-2 %) dan menimbulkan gejala-gejala

yang berbeda dari karsinoma mammae yang lain. Tumor ini nyeri tekan dan sangat nyeri,

mammae secara abnormal keras dan membesar. Kulit diatas tumor merah dan agak hitam.

Sering terjadi edema dan retraksi papilla mammae .

f. Stadium(5)

Salah satu cara yang dokter gunakan untuk menggambarkan stadium dari kanker adalah

system TNM. System ini menggunakan tiga criteria untuk menentukan stadium kanker:

1. Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya ( T, Tumor )

2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar kekelenjar getah

bening disekitarnya? ( N, Node )

3. Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain ( M, Metastasis )

35

Page 36: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

STADIUM 0 :Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Noninvasive Cancer. Yaitu kanker

tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu

pada payudara.

STADIUM ITumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada

pembuluh getah bening.

STADIUM IIa :Pasien pada kondisi ini :

36

Page 37: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

1. Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-titik

pada saluran getah bening di ketiak ( axillary limph nodes )

2. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum menyebar ke

titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak ( axillary limph nodes ).

3. Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di

pembuluh getah bening ketiak.

STADIUM IIB :Pasien pada kondisi ini :

1. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.

2. Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.

3. Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.

37

Page 38: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

STADIUM III A :Pasien pada kondisi ini :

← 1. Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh

getah bening ketiak.

2. Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh

getah bening ketiak.

STADIUM III B :Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan

bisa juga luka bernanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai Inflammatory Breast Cancer.

Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di

ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

38

Page 39: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

STADIUM IIIC :Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada

pembuluh getah bening dalam group N3 ( Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran

getah bening dibawah tulang selangka )

STADIUM IV :Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh,

yaitu :Tulang, paru-paru,liver atau tulang rusuk.

39

Page 40: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

GRADE

Untuk mengetahui Grade Kanker, sample-sample hasil biopsy dipelajari dibawah

microscope. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana bentuk sel

kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal. Ini akan memberi petunjuk

pada team dokter seberapa cepatnya sel kanker itu berkembang.Berikut adalah Grade dalam

kanker payudara :GRADE 1 :Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam

berkembang, biasanya tidak menyebar.GRADE 2 :Ini adalah grade tingkat sedangGRADE

3 :Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya menyebar.

METASTASIS KE PARU MELALUI (6):

1. Penyebaran langsung dari pusat primer

Yang melibatkan paru, pleura maupun struktur mediastinum. Penyebaran seperti ini sering

didapati pada tumor thyroid, Ca esophagus, thymoma, dan keganasan thymus, limfoma, dan

tumor ganas sel induk.

2. Penyebaran hematogen

Dari emboli tumor ke arteri paru, atau arteri bronchial. Hal ini biasanya memperlihatkan

adanya nodul pada paru dan umumnya sering pada tumor – tumor primer  yang memiliki

pembuluh darah. Tumor ganas anak yang sering bermetastasis ke paru adalah tumor wilms,

neuroblastoma, sarcoma osteogenik, sarkoma Ewing. Sedangkan tumor ganas pada orang

dewasa adalah karsinoma payudara, tumor – tumor ganas alat cerna, ginjal dan testis

3. Penyebaran melalui saluran limfe

Yang melibatkan paru, pleura, maupun kelenjar getah bening paru. Paru dapat terkena

metastasis akibat sel tumor yang menjalar melalui saluran limfe yang berasal dari metastasis

hematogen, metastasis kelenjar getah bening hilus, maupun tumor abdomen bagian atas.

Penyebaran melalui saluran limfe dari tumor yang berada ekstrathoraks ke kelenjar

getah bening paru juga dapat melalui duktus thorasikus, dengan keterlibatan retrograde

kelenjar getah bening hilus dan parenkim paru. Tumor yang biasanya bermetastasis dengan

cara ini umumnya adalah Ca mammae, abdomen, pankreas, prostat, serviks, dan thyroid.

40

Page 41: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

Anak sebar melalui saluran limfogen sering menyebabkan pembesaran kelenjar 

mediastinum yang dapat mengakibatkan penekanan pada trakea, esophagus, dan vena

kava superior dengan keluhan – keluhannya. Pada anak biasa menetap di saluran limfe

peribronkhial atau perivaskular yang secara radiologik memberi gambaran

bronkovaskular yang kasar secara dua sisi atau satu sisi hemitoraks atau gambaran garis –

garis berdensitas tinggi yang halus seperti rambut.

4. Penyebaran melalui ruang pleura

Misalnya invasi tumor primer ke pleura (misalnya thymoma) ataupun Ca paru.

5. Penyebaran endobronkhial

Dari tumor jalan nafas. Mekanisme metastasis ini jarang terjadi. Penyebaran ini

 biasanya terjadi pada pasien dengan Ca bronkhioloalveolar. Namun dapat dilihat juga

pada kanker paru lainnya.

GEJALA METASTASIS PARU(6)

Gejala biasanya muncul pada pasien – pasien yang mengalami metastasis multiple

(80 – 95%). Dyspneu dapat terjadi sebagai akibat dari masa tumor yang menggantikan

jaringan parenkim paru, obstruksi jalan nafas, maupun efusi pleura. Dyspneu yang tiba –

tiba berhubungan dengan perkembangan yang cepat dari suatu efusi pleura,

pneumothoraks, maupun perdarahan ditempat lesi.

Walaupun pada metastasis paru pasien dapat dikatakan tanpa gejala akibat

metastasisnya, namun pasien hampir selalu memiliki gejala akibat tumor primer yang

dideritanya. Ketika metastasis paru ditemui tanpa adanya gejala – gejala pada tempat

yang diduga pusat tumornya, maka kita harus curiga akan adanya silent tumor, seperti

tumor pankreas maupun kandung empedu. Pasien dengan limfangitis karsinomatosa

biasanya mengalami dyspneu yang progresif, dan batuk kering. Metastasis endobronkhial

biasanya menyebabkan wheezing atau hemoptosis.

Metastasis yang menjalar ke pleura dapat menyebabkan nyeri pleura, dan

metastasis apical dapat menyebabkan sindrom pancoast.

41

Page 42: Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita karsinoma mammae stadium 4

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardiana, Lina. 2004. Kanker pada Wanita, Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman.

Jakarta : Penebar Swadaya.

2. Harianto, Rina M dan Hery S. 2005. Risiko Penggunaan Pil Kontrasepsi Kombinasi Terhadap

Kejadian Kanker Payudara pada Reseptor KB di RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta: Majalah

Ilmu Kefarmasian, Vol. 2, No.1, hh. 84-99.

3. Indarti, Rini dan Henry Setiawan. 2005. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap

Kejadian Kanker Payudara. Magister Programme of Epidemiology, University of Diponegoro,

Semarang, Indonesia No 5248.

4. Heffner, Linda J dan Danny J Schust. 2005. At Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta

: Erlangga.

5. Tjindarbumi, D. 2002. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya dalam Deteksi

Dini Kanker. Jakarta : FK UI.

6. Rasad, Sjahriar. Radiologi diagnostik. Edisi 2. Jakarta. Balai penerbit FKUI. 2006. Hal

148 – 151.

7. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2di Indonesia 2011.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

8. Gustaviani, retno. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Buku ajar ilmu penyakit dalam.

Jilid III. Ed IV. Jakarta, Pusat Penerbitan, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia: 2006. p; 975 – 985.

9. Panduan Pelayanan Medik PAPDI. Metabolik Endokrinologi : Diabetes Melitus. Ed 2. Jakarta,

Pusat Penerbitan, Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Unuversitas Indonesia

: 2006. p;9 – 15.

42


Top Related