Download - DESEMINASI OKE!!!!!!!!!!!!!
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatan adalah sebagai salah satu profesi dibidang kesehatan
yang sedang mengalami perkembangan secara pesat, seiring dengan
perkembangan profesi keperawatan di negara-negara maju. Salah satu bukti
pesatnya perkembangan dunia keperawatan adalah terus dikembangkannya
diagnosa keperawatan, standar intervensi dan evaluasi. Untuk menunjang
profesionalisme kerja perawat, maka diperlukan manajemen keperawatan
yang bermutu dan dapat meningkatkan kepuasan masyarakat.
Manajemen merupakan pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjelaskan suatu kegiatan di organisasi, dimana di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey,1999).
Manajemen keperawatan yang baik ditunjang oleh pelaksanaan dokumentasi
yang CARE yaitu Complete (lengkap), Accurate (akurat), Rapid (cepat) dan
English. Kualitas pelayanan keperawatan pada saat ini melibatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku dari para praktisi, klien, keluarga dan
dokter, dengan metode praktek keperawatan profesional (MPKP). Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode pelaksanaan praktek keperawatan secara professional, sehingga
keduanya dapat saling menopang.
Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sedang menjadi
trend dalam keperawatan Indonesia adalah model praktek keperawatan
profesional dengan metode pemberian Modifikasi Primary Nursing. Salah
satu kritik yang dikemukakan mengenai model keperawatan ini adalah terlalu
komplek dan teoritis. Akan tetapi seluruh pembicaraan mengenai model ini
mendorong perawat untuk memperjelas keyakinan dan pekerjaannya,
meningkatkan kemampuannya dalam mendiskusikan masalah yang
melibatkan sikap politis dan pribadi yang lebih terbuka serta membantu para
perawat tersebut untuk lebih bertanggung gugat secara profesional terhadap
tindakannya (Salvage, 1985). Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 6-8
Juni 2011, didapatkan bahwa di ruang Perinatologi masih menggunakan
metode MPKP 1.
11
Berdasarkan atas fenomena diatas, maka kami mencoba menerapkan
Model Praktik Keperawatan Profesional dengan metode pemberian asuhan
keperawatan Primary Nursing, dimana pelaksanaannnya melibatkan semua
pasien kelolaan di Ruang Perinatologi BRSU Tabanan dengan perawat yang
bertugas di ruang tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktek manajemen keperawatan,
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip-prinsip
kepemimpinan serta manajemen keperawatan dengan menggunakan
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dengan metode
pemberian asuhan keperawatan Modifikasi Primary Nursing dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan RS khususnya pelayanan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan pengelolaan ruangan dengan pelayanan
keperawatan sesuai konsep langkah manajemen, diharapkan mahasiswa
mampu :
a. Melakukan pengkajian situasi ruangan di Ruang Perinatologi BRSU
Tabanan
b.Melakukan analisis situasi berdasarkan Analisa SWOT
c. Menentukan rumusan masalah dan program inovasi yang dapat
diterapkan di Ruang Perinatologi
d.Menyusun rencana strategis dan operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Praktek Keperawatan Profesional : (1) Timbang
terima (2) Ronde Keperawatan (3) Sentralisasi Obat (4) Supervisi
Keperawatan (5) Dokumentasi Keperawatan (6) Aplikasi peran (7)
Discharge planning
Menyusun rencana strategis untuk menjalankan program inovasi yang
telah ditentukan : (1) Penyediaan fasilitas untuk tempat alas kaki yang
tertutup (2) Penyediaan lembar balik mengenai orientasi pasien baru di
ruangan Perinatologi (3) Mengaktifkan penyuluhan untuk Ibu bayi
melalui sarana televisi.
2
e. Melaksanakan rencana strategis dan operasional ruangan berdasarkan
hasil pengkajian Model Praktek Keperawatan Profesional : (1) Timbang
terima (2) Ronde Keperawatan (3) Sentralisasi Obat (4) Supervisi
Keperawatan (5) Dokumentasi Keperawatan (6) Aplikasi peran (7)
Discharge planning
f. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategis dan operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkalian Model Praktek Keperawatan Profesional :
(1) Timbang terima (2) Ronde Keperawatan (3) Sentralisasi Obat (4)
Supervisi Keperawatan (5) Dokumentasi Keperawatan (6) Aplikasi
peran (7) Discharge planning
C. Manfaat
1. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan pasien tentang pelayanan keperawatan
2. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain dan perawat dengan pasien serta keluarga
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
D. Tempat dan Waktu
Tempat dilaksanakannya praktek klinik manajemen keperawatan ini
adalah di Ruang Perinatologi BRSU Tabanan, dalam kurun waktu selama 35
hari kerja terhitung mulai tanggal 6 Juni sampai 9 Juli 2011.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
A. Gambaran Umum Rumah Sakit
Merupakan suatu pusat pelayanan kesehatan spesialistik yang paripurna
dan bermutu prima yang menekankan pada pelayanan yang cepat, tepat, akurat
terpercaya dan profesional dengan harga yang terjangkau serta senantiasa
mengutamakan kepuasan pelanggan. Badan Rumah Sakit Umum Tabanan juga
berperan dalam menunjang pariwisata di Bali.
BRSU Tabanan merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten
Tabanan, terletak di jantung kota dan merupakan RS tipe B Non Pendidikan, yang
berdiri pada tanggal 24 November 1953 dengan nama Rumah Sakit Umum
Tabanan.Yang berdiri diatas tanah seluas 1.610 m².
Pada bulan April 2002 sistem penglolaan keuangannya RSU Tabanan
bersifat ”Swadana” dan pada bulan Juni 2006 menjadi BLU. Sampai saat ini
kapasitas tempat tidur RSU Tabanan 208 TT.
Gambaran khusus tentang BRSU Tabanan ditinjau dari visi, misi,
falsafah, budaya organisasi, motto dan tujuan rumah sakit dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Visi
Rumah Sakit Prima dan Mandiri tahun 2005 serta Rumah Sakit Internasional
tahun 2010, berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
b. Misi
Memberikan pelayanan paripurna yang bermutu prima kepada seluruh lapisan
masyarakat dan wisatawan mancanegara, melalui organisasi yang pembelajar,
SDM yang profesional, produktif dan berkomitmen serta manajemen yang
efektif efisien dan mandiri.
c. Motto
MOTTO : C E M E R L A N G (Cepat, Efektif, Mudah, Efisien, Ramah,
lancar, Aman, Nyaman dan Gairah)
1. Cepat :Pelayanan yang segera, sigap dan tanggap
2. Efektif :Pelayanan dengan hasil yang memuaskan tingkat
Kesembuhan yang tinggi)
3. Mudah :Pelayanan yang mudah dimengerti dan tidak berbelit- belit
44
4. Efisien :Pelayanan dengan biaya yang minimal dengan hasil yang
optimal
5. Ramah :Pelayanan yang ditandai dengan senyum, salam dan sapa yang
hangat
6. Lancar :Pelayanan yang berkesinambungan
7. Aman :Pelayanan yang memberikan rasa aman baik fisik,mental,
emosional, material-spiritual
8. Nyaman :Pelayanan dengan lingkungan yang bersih, indah, asri dan
suasana yang tertib dan penuh kekeluargaan
9. Gairah : Pelayanan yang diberikan dengan semangat, disiplin disertai
dengan rasa senang dan gembira
d. Keyakinan dasar
1. Mutu berasal dari keberanian belajar dan berinovasi
Mutu hanya bisa ditingkatkan melalui semangat pembelajaran yang terus-
mernerus, keberanian untuk melakukan inovasi-inovasi baru, serta sikap
dan prilaku yang profesional.
2. Sukses ditentukan oleh loyalitas pelanggan
Pelanggan (pasien) adalah tujuan utama kita bekerja, karena itu pelanggan
(pasien) harus dilayani dengan penuh kasih sayang, tulus ikhlas serta
dengan semangat dan kemampuan yang setinggi-tingginya.
3. Superteam lebih baik dari pada superman
Kesuksesan hanya dapat dicapai dengan “SuperSystem“ yang dibangun
melalui “SuperTeam“ yang memiliki rasa kebersamaan, kerjasama,
integritas, jujur, terbuka dan disiplin, serta jiwa yang menjunjung tinggi
nilai-nilai spiritual.
e. Nilai-Nilai Dasar Badan RSU Tabanan
1. PEMBELAJAR, sikap dan prilaku yang selalu belajar dari fakta-fakta
kegagalan atau kesuksesan, berani menerima kritikan dan kekurangan diri
sendiri dan selalu berusaha untuk memperbaikinya.
2. INOVATIF, sikap prilalu yang kreatif dan berani mengambil risiko untuk
mencoba hal-hal baru.
3. PROFESIONAL, sikap prilaku kerja yang menjunjung tinggi etika dan
standar-standar profesi.
4. KASIH SAYANG, sikap dan prilaku yang senantiasa bersedia memberi
bantuan dan bersedia melayani dengan ramah hangat dan bersahabat.
5
5. IKHLAS, sikap dan prilaku yang tulus, tanpa pamrih, dapat menerima
kelebihan dan kekurangan.
6. SEMANGAT, sikap dan prilaku kerja/ pelayanan yang dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh, disiplin disertai dengan perasaan senang dan
gembira.
7. KERJA SAMA, sikap dan prilaku yang sanggup bekerja sama dalam
sebuah tim,menghargai perbedaan dan keragaman serta menghargai
kelebihan dan hak orang lain.
8. INTEGRITAS, sikap dan prilaku yang jujur dan terbuka, utuh dan satu
antara pikiran, ucapan dan perbuatan (Tri Kaya Parisuda).
9. SPIRITUAL, sikap dan prilaku yang menjunjung tinggi kebenaran dan
keadilan universal, hukum alam dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
B. Gambaran umum ruangan
1. Kapasitas Ruang Perinatologi
Kapasitas ruangan adalah 15 tempat tidur plus 5 bed ekstra dengan 5 ruang
keperawatan dengan rincian 3 inkubator di Ruang BBLR, 5 bed di Ruang
Resiko sedang, 3 inkubator di Ruang Resiko Tinggi, masing-masing 2 bed di
Ruang isolasi dan di Ruang tindakan.
Ruang Perinatologi merupakan bagian dari ruang NICU ( Neonatal Intensive
Care Unit) dengan klasifikasi non kelas. Tarif pelayanan yang dikenakan
sebesar Rp 72.000; per hari dengan perincian biaya untuk akomodasi Rp
57.000; dan pelayanan Rp 15.000;.
2. Tarif Ruang Perinatologi
Ruang Perinatologi merupakan bagian dari ruang NICU ( Neonatal Intensive
Care Unit) dengan klasifikasi non kelas. Tarif pelayanan yang dikenakan
sebesar Rp 72.000; per hari dengan perincian biaya untuk akomodasi Rp
57.000; dan pelayanan Rp 15.000;
6
BAB III
PENGKAJIAN DATA DAN ANALISA
A. Pengumpulan Data
1. M 1 – MAN
a. Struktur Organisasi
Di Ruang Perinatologi sudah terbentuk struktur organisasi yang
terdiri dari Direktur Rumah Sakit, Wadir pelayanan dan pengendalian
mutu, yang mempunyai 2 Kabid yaitu Kabid pengendalian mutu yang
memepunyai Kasubid keperawatan mutu dan sertifikasi, sedangkan Kabid
pelayanan mutu mempunyai Kasubid rawat jalan, rawat inap dan rawat
intensif. Penyelia KIA berada dibawah komando Kasubid keperawatan
mutu dansertifikasi yang berkoordinasi dengan Ka instalasi KIA yang
berada langsung di bawah komando Wadir pelayanan dan pengendalian
mutu. Kepala Ruangan berada di bawah Ka Instalasi KIA, dimana Kepala
Ruangan mempunyai Wakil Kepala Ruangan, Perawat Primer, Perawat
Associate dan bagian administrasi.
Ruang Perinatologi dipimpin oleh seorang Kepala Ruangan
dengan latar belakang pendidikan Sarjana Keperawatan Ners. Dalam
memberikan Asuhan Keperawatan, staf keperawatan dibagi menjadi 3
orang PP (Perawat Primer) yang membawahi 4 PA (Perawat Associate).
Ruang Perinatologi juga mempunyai 1 orang pegawai administrasi.
b. Ketenagaan Termasuk BOR Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
Gambaran umum jumlah pasien dan pencaaian indicator mutu
periode Januari – Desember 2010 di Ruang Perinatologi dapat dilihat
dalam table dibawah ini :
Tabel 3.1
BOR DAN LOS RUANG PERINATOLOGI TAHUN 2010
Bulan BOR (%) LOS (%)
Januari 57,42 7,90
Februari 74,29 7,00
Maret 92,26 7,48
77
April 80,44 7,30
Mei 97,42 7,39
Juni 84,44 9,51
Juli 82,80 10,37
Agustus 83,87 6,56
September 99,33 8,92
Oktober 86,88 7,64
Nopember 84,89 9,77
Desember 90,75 6,63
Rata-rata 84,57 8,04
c. Riwayat Pendidikan dan Ketenagaan Ruang Perinatologi
1) Tenaga keperawatan
a) Jumlah tenaga 16 orang
b) Tenaga S1 Keperawatan 1 orang
c) Tenaga D3 Keperawatan dan D3 Kebidanan 13 orang
d) Tenaga SPK 1
e) Tenaga SKM 1 orang
2) Tenaga non keperawatan
a) Tenaga administrasi 2 orang
b) Tenaga cleaning service 1 orang
Tabel 3.2 Ketenagaan Perawat dan Riwayat Pendidikan di Ruang
Perinatologi
NAMA PENDIDIKAN STATUS
KETENAGAAN
MASA
KERJA
Ni Luh Putu Susilawati S1 Kep Ns PNS 16 Tahun
Ni Nyoman Rai Suardanti D3 Keperawatan PNS 12 tahun
Ni Wayan Resmiati D3 Keperawatan PNS 16 tahun
Ni Made Purniati D3 Keperawatan PNS 14 tahun
Ni Wyn Wiwik Suciati SPK PNS 13 tahun
Ni Putu Rastiti D3 Keperawatan PNS 9 tahun
Made Juli Maharini D3 Keperawatan PNS 7 tahun
Ni Wayan Widiarini D3 Kebidanan PNS 8 tahun
8
Ni Ketut Sari SKM PNS 4 tahun
Ni Kmg Nova Kusuma D D3 keperawatan PNS 3 tahun
NI Made Eliantini D3 Kebidanan PNS 1 tahun
Nyoman Ayu Listyawati D3 Kebidanan PNS 1 tahun
Ni Luh Gede Wisnayanti D3 Kebidanan PNS 1 tahun
Gst Ayu KomangWidiasih D3 Kebidanan kontrak 1 tahun
Ni Nengah Sugiani D3 Kebidanan kontrak 1 tahun
Ni Luh Ekayanti P D3 Kebidanan kontrak 1 tahun
Dilihat dari kuantitas Ruang Perinatologi memiliki 9 orang Perawat
(termasuk Kepala Ruangan), dan 7 orang Bidan dengan kualifikasi
pendidikan terdiri dari 1 orang S1 Keperawatn Ners sebagai Kepala
Ruangan, 6 orang D3 keperawatan, 7 orang Bidan, 1 orang SKM yang
mempunyai latar belakang D3 keperawatan, 1 orang SPK yang sedang
melanjutkan pendidikan. Sebagian staff yaitu 13 orang (81%) berstatus
PNS dan sebagian lagi berstatus sebagai pegawai kontrak yaitu 3 orang
(19%). Dilihat dari massa kerja dapat diketahui bahwa massa kerja setiap
tenaga keperawatan dan kebidanan di ruang perinatologi bakung adalah
bervariasi dengan rincian massa kerja terlama adalah 16 tahun dan
terpendek adalah 1 tahun.
d. Beban Kerja dan Pembagian Tugas
Adapun pembagian tugas keperawatan yang dimiliki ruang
Perinatologi BRSU Tabanan adalah Kepala Ruangan yang dibantu oleh
Wakil Kepala Ruangan, Perawat Primer sebanyak 3 orang dan Perawat
Associate sebanyak 12 orang.
Adapun tugas dan tanggung jawab setiap perawat adalah sebagai
berikut.
a. Kepala Ruangan
Menerima pasien baru
Memimpin rapat
Mengevaluasi kinerja perawat
Membuat daftar dinas
Menyediakan material
Perencanaan, pengawasan, pengarahan dan pengawasan.
9
b. Perawat Primer (PP)
Membuat perencanaan ASKEP
Mengadakan tindakan kolaborasi
Memimpin timbang terima
Mendelegasikan tugas
Memimpin ronde keperawatan
Mengevaluasi pemberian ASKEP
Bertanggung jawab terhadap pasien
Memberi petunjuk jika pasien akan pulang
Mengisi resume keperawatan
c. Perawat Asosiasi (PA)
Memberikan ASKEP
Mengikuti timbang terima
Melaksanakan tugas yang didelegasikan
Mendokumentasikan tindakan keperawatan
e. Sertifikasi
Bila ditinjau dari segi kualitas, dari 16 orang tenaga perawat di
Ruang Perinatologi BRSU Tabanan diperoleh data 13 orang berstatus PNS
dan 3 orang berstatus pegawai kontrak telah mendapatkan pelatihan terkait
tugasnya dalam pelayanan keperawatan dan management keperawatan.
Pelatihan yang wajib diikuti oleh 16 orang perawat tersebut diantaranya
Pelatihan Metode Kangguru, Resusitasi Neonatus, Management Laktasi,
dan Pemasangan Infuse Umbilikal. Adapun pelatihan lain yang diikuti oleh
beberapa perawat lainnya berupa Pelatihan PICU/NICU (Perinatal/
Neonatal Intensive Care Unit) sebanyak 2 orang, Pelatihan PONEK
(Penangananan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif) sebanyak 1
orang, dan Pelatihan SPMKK (Sistem Pengembangan Management Klinik
Keperawatan) sebanyak 3 orang.
f. Tingkat Ketergantungan Pasien
Perhitungan tingkat ketergantungan Pasien di Ruang Perinatologi
BRSU Tabanan menggunakan rumus perhitungan Douglas yaitu “Total
Care” di mana pasien memiliki tingkat ketergantungan total terhadap
10
tenaga medis. Adapun perhitungan tingkat ketergantungan Pasien di Ruang
Perinatologi BRSU Tabanan adalah sebagai berikut:
Jumlah pasien tanggal 6 juni 2011 = 13 orang.Total tenaga perawat : Pagi : 13 x 0,36 : 4,68 = 5 orangSore : 13 x 0,36 : 4,68 = 5 orangMalam : 13 x 0,2 : 4,60 = 5 orang 15 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari :g.
h. Alur Pasien Masuk
Kajian Teori
Penerimaan pasien baru merupakan hal yang penting dalam
perawatan pasien di ruang perawatan. Oleh karena hal ini dapat
memberikan kesan pertama, yang memberi arti mendalam bagi pasien dan
keluarga. Penerimaan pasien baru meliputi penilaian keadaan umum dan
mengkaji tanda-tanda vital pasien sehingga dapat diketahui keadaan awal
pasien dan kebutuhan perawatan pasien saat itu. Misalnya pada pasien
yang sesak, respirasi meningkat, saturasi oksigen kurang dari nomal dapat
diberikan oksigen. Hasil-hasil penunjang medis terutama hasil rontgen atau
hasil laboratorium juga harus dicek identitas, jenis untuk mencegah
kekeliruan atau kehilangan. Selanjutnya pasien atau keluarga diberikan
orientasi ruangan.
Kajian Data
Dari hasil observasi terhadap penerimaan pasien baru sudah
dilakukan secara optimal oleh ruangan misalnya penilaian keadaan umum
dan vital sign. Pemberian orientasi ruangan didokumentasikan dalam
blanko orientasi pasien baru yang berisi kolom tanggal, jenis infomasi,
dilakukan (sudah/ belum), nama dan TT (sudah/ belum) dan tanda tangan
kepala ruangan.
Analisis
Berdasarkan hasil observasi, penerimaan pasien baru pada ruang
Perinatologi sudah optimal dimana penerimaan pasien baru sudah
11
dibuatkan blanko penerimaan pasien baru yang mencakup penialaian
keadaan umum dan tanda-tanda vital, pemberian orientasi ruangan dan
pengecekan hasil penunjang medis serta blanko juga sudah ditanda tangani
kedua belah pihak yaitu yang memberi orientasi dan yang diberi orientasi.
12
13
i. Gambaran Kasus
Ruang perinatologi merupakan bagian dari ruang NICU (Neonatal
Intensive Care Unit) dengan klasifikasi non kelas yang terdapat berbagai
kasus neonatal seperti dibawah ini :
Tabel 3.3 GAMBARAN KASUSBULAN JANUARI – MEI 2011
KASUSBULAN
JMLJANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI
ASFIKSIA SEDANG 9 10 13 4 3 39RDS 2 1 1 - 1 5BBLR 9 23 16 10 5 63MONGOLISME INTAKE ↓
1 - - - - 1
SUSP. PNEMONI 1 - 3 - - 4HIPERBILIRUBIN 6 6 5 6 6 29SEPSIS 2 2 3 2 1 10HIPOGLIKEMI 3 - 1 - - 4ANEMIA 5 1 1 - 1 8RESIKO INFEKSI 3 2 5 - 1 11PREMATUR 2 4 - 2 - 8LABIOPALATOKHISIS 1 1 - - - 2ASFIKSIA BERAT 3 4 5 3 2 17GEMELI 1 6 1 3 2 13DIARE AKUT - 3 - - 1 4PERITONITIS - 1 - - - 1BRONCHOPNEMONI - 2 1 - - 3ASPIRASI - 1 1 1 - 3MALAS MINUM - 2 - - - 2OBSERVASI FEBRIS - - 1 1 - 2KONVULSI - - 1 - - 1RJP SIANOTIK - - 1 - - 1OEDEMA SEREBRI - - - 1 - 1SUSP. ILEUS - - - 1 - 1OBS. VOMIT - - - - 1 1DEHIDRASI - - - - 1 1OBS. IKTERUS - - - - 1 1
Dari data diatas dapat dilihat bahwa periode Januari – Mei 2011, di Ruang
Perinatologi terdapat 27 kasus dimana kasus BBLR merupakan kasus yang
tebanyak yaitu 63 kasus.
14
15
2. M 2 – MATERIAL
Kajian Teori
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya
pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung/ penunjang terlaksananya
pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan
merupakan semua bentuk alat kesehatan atau peralatan lain yang
dipergunakan untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan sehingga diperoleh tujuan pelayanan keperawatan
efisien dan efektif.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan
dapat dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing
institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan, ukuran , jumlah yang
dibutuhkan.
Untuk Ruang Perinatologi BRSU Tabanan penyediaan alat-alat
menggunakan pedoman buku Standard Peralatan Keperawatan Dan
Kebidanan disarana Kesehatan yang disusun oleh tim Departemen
Kesehatan RI.
Kajian Data
Ruang Perinatologi Merupakan ruang rawat inap untuk bayi baru
lahir dengan umur dibawah 1 bulan. Kapasitas ruangan adalah 15 tempat
tidur ditambah 5 bed ekstra. Ruang perawatan BBLR dengan kapasitas 4
inkubator, ruang perawatan resiko sedang dengan kapasitas 5 box tempat
tidur, ruang perawatan resiko tinggi dengan kapasitas 3 inkubator, ruang
isolasi dengan kapasitas 2 tempat tidur, ruang tindakan bayi 1 tempat tidur.
1. Fasilitas Alat Medis/ Keperawatan
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengkajian yang
dilakukan tanggal 6 Juni 2011, didapatkan fasilitas alat
medis/keperawatan pada tabel sebagai berikut :
16
Tabel 3.4FASILITAS ALAT MEDIS/KEPERAWATAN
RUANG BAKUNG BRSU TABANAN 06 JUNI 2011
No Nama Barang Bahan Jml. Yg Ada Keterangan
1 2 3 4 5
1 Foto Therapy Camp. 3 buah Baik (rusak 1)
2 Amubag Anak Karet 1 buah Baik
3 Inkubator Camp. 8 buah Baik (rusak 1)
4 Cuvert Kecil Stainless 17 buah Baik
5 Cuvert besar Stainless 6 buah Baik
6 Bengkok kecil Stainless 4 buah Baik
7 Couve Stainless 6 buah Baik
8 Endotrakeal Tube Campuran 1 buah Baik
9 Gunting Runcing Stainless 1 buah Baik
10 Gunting Verban Stainless 2 Buah Baik
11 Gunting Tali Pusat Stainless 3 Buah Baik
12 Kereta Injeksi Stainless 3 buah Baik
13 Arteri Klem Stainless 6 Buah Baik
14 Pinset Anatomi Stainless 6 Buah Baik
15 Pinset Chirurgi Stainless 6 Buah Baik
16 Regulator O2 Campuran 22 Buah Baik
17 Korentang Stainless 1 Buah Baik
18 Thermometer Kaca 2 Buah Baik
19 Tromol besar Stainless 2 Buah Baik
20 Tromol Kecil Stainless 2 Buah Baik
21 Set Resusitasi Plastik 2 Buah Baik
22 CPAP Campuran 2 Buah Baik
23 Saturasi Bayi Campuran 2 Buah Baik
24 Syringe Pump Plastik 4 Buah Baik
25 Infusion Pump Campuran 1 Buah Baik
26 Head Box Stainless 4 Buah Baik
27 Infant Resusitasi Plastik 1 Buah Baik
28 Infant Warmer Campuran 1 Buah Baik
Sumber : Inventaris Ruang Perinatologi BRSU Tabanan Tahun 2010
Tabel 3.5 FASILITAS ALAT NON MEDIS
17
RUANG PERINATOLOGI BRSU TABANAN TANGGAL 6 JUNI 2011
No Nama Barang Bahan Jumlah
Yang Ada
Keterangan
1 2 3 6 7
1 AC Campuran 4 Buah Baik
2 Box Bayi +
kasur
Aluminium - Dikembalikan ke
gudang
3 Dingklik plastik Plastik 11 Buah Baik
4 Baby Bed Series Campuran 9 Buah Baik
5 Almari Kaca Kaca 2 Buah Baik
6 Timbangan Bayi Campuran 2 Buah Baik
7 Jam Dinding Plastik 5 Buah Baik
8 Televisi Campuran 2 Buah Baik
9 Kursi Plastik Plastik 7 Buah Baik
10 Kulkas Campuran 1 Buah Baik
11 Meja Visite Stainless 3 Buah Baik
12 Meja Periksa
Bayi
Campuran 2 Buah Baik
13 Meja Tulis Kayu 1 Buah Baik
Sumber : Inventaris Ruang Perinatologi BRSU Tabanan Tahun 2010
2. Fasilitas Alat Tenun
Fasilitas alat tenun di Ruang Perinatologi BRSU Tabanan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.6
18
FASILITAS ALAT TENUN RUANG PERINATOLOGI BRSU TABANAN
TANGGAL 6 JUNI 2011
No Nama Barang Bahan Jumlah
Yang Ada
Keterangan
1 2 3 6 7
1 Sprei Bayi Kain 20 Buah Baik
2 Handuk Kain 2 Buah Rusak
3 Popok Hitam Kain 20 Buah Baik
4 Korden Kain 20 Buah Baik
5 Washlap Kain 10 Buah Baik
6 Skot Biru Kain 10 Buah Baik
7 Skot Orange Kain 3 Buah Rusak
8 Duk Lubang Kain 5 Buah Baik
Sumber : Inventaris Ruang Perinatologi BRSU Tabanan Tahun 2010
3. Fasilitas Untuk Petugas Kesehatan
1) Ruang Nurse Station yang berada di sebelah barat pintu masuk.
2) Ruang Kepala Ruangan berdampingan dengan Nurse Station.
3) Ruang Tindakan terletak di sebelah kanan Nurse Station..
4. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang yang ada di Ruang Perinatologi BRSU Tabanan adalah
papan informasi pasien rawat inap. Dari hasil observasi terlihat nama yang
tertera di papan pasien tidak sesuai dengan urutan inkubator/ box bayi,
akan tetapi identitas lengkap masing-masing pasien telah tercantum pada
bagian sisi inkubator/ box bayi.
Analisis
Di Ruang Perinatologi BRSU Tabanan dalam menginventarisir
fasilitas ruangan sudah dilakukan secara rutin, terakhir tercatat inventaris
fasilitas atau peralatan medis pada tahun 2010. Secara umum fasilitas alat-
alat medik/ keperawatan serta alat tenun di Ruang Perinatologi BRSU
Tabanan sudah sesuai dengan standar baik secara kualitas dan kuantitas,
untuk alat tenun secara langsung dikelola secara sentral oleh Instlalasi
19
Binatu sehingga untuk pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan
diruangan. Pengadaan barang habis pakai di Ruang Perinatologi BRSU
Tabanan dilakukan sesuai dengan jumlah stok barang yang ada sehingga
pada saat dipelukan barang tersebut sudah tersedia dan diamprah sesuai
dengan pemakaian.
Alat-alat medis dan obat-obat emergency yang ada sudah lengkap di
Ruang tindakan. Obat-obat masing-masing pasien ditempatkan dalam
lemari pendingin sehingga tetap terjaga kualitas obat yang memungkinkan
obat tidak cepat rusak. Di setiap Ruangan terdapat beberapa kupet injeksi
yang dilengkapi dengan identitas pasien, jenis, waktu pemberian dan dosis
obat sehingga memudahkan perawat untuk memberikan obat sesuai dengan
prinsip 6 Benar.
b. Lingkungan Kerja
Menurut Mardiana (2005) lingkungan kerja adalah lingkungan
dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja
yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai
untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi
pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja,
maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan
aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimal,
prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup
hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja
antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat lingkungan pekerja.
Menurut Nitisemito (2001) lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang diemban.
Berdasarkan hasil observasi di Ruang Perinatologi BRSU Tabanan,
didapatkan lingkungan kerja yang kondusif di mana adanya hubungan baik
antara perawat dengan perawat yang lain, perawat dengan atasan maupun
dengan tenaga medis lainnya. Ada beberapa kendala yang ditemukan di
Ruang Perinatologi BRSU Tabanan yaitu adanya 2 tempat penyimpanan
obat dan alat yang penempatannya terpisah, ruangan yang selalu penuh
sehingga memerlukan penyekat (korden) untuk membatasi satu pasien
dengan pasien yang lain. Untuk menanggulangi kendala tersebut dapat
20
dilakukan beberapa cara yaitu dalam penempatan obat dan alat sebaiknya
ditempatkan di satu tempat yang sama sehingga lebih efektif waktu dan
tempat, untuk menangani ruangan yang penuh dapat dipasangkan korden
sehingga privacy pasien terjaga.
3. M 3 – METODE
a. Penerapan MPKP
Kajian Teori
Suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Sitorus, 2005).
Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indoneasia dimulai
sejak diterima dan diakui sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional
Keperawatan (1983). Sejak itu berbagai upaya telah dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan dan organisasi
profesi dengan terus mengembangkan keperawatan diantaranya membuka
pendidikan pada tingkat sarjana, mengembangkan kurikulum keperawatan
dan mengembangkan standar praktek keperawatan.
Tingkatan MPKP :
MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber
daya manusia yang ada yaitu :
1. Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional
dan ada yang sudah dokter, sehingga praktik keperawatan berdasarkan
evidence based. Di ruangan tersebut juga dilakukan penelitian
keperawatan, khususnya penelitian klinis.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan
spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di
ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan
melakukan penelitian keperawatan.
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode
21
yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan
primer dan metode tim yang disebut tim primer.
4. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan
yang akan menuju profesional I.
a. Pengembangan dan Struktur organisasi MPKP
Bagan 3.1 Pengembangan dan Struktur organisasi MPKP
b. Struktur Organisasi
22
Struktur
Jumlah tenaga
Jenis tenaga
Standar tenaga
Proses
Keperawatan primer
Nilai-nilai profesional
Tanggung jawab berkesinambungan dan tanggung gugat
Hubungan Perawat-Klien/ Keluarga
9-10 LIEN 9-10 KLIEN 9-10 KLIEN
Bagan 3.2 Struktur Organisasi
Kajian Data
Model MPKP yang diterapkan saat ini di Ruang Perinatologi adalah
MPKP 1. Hal tersebut dapat dilihat dari :
1) Kualifikasi pendidikan sebagian besar petugas perawat yang berada di
Ruang Perinatologi (selain kepala ruangan) berkualifikasi D III
2) Kepala Ruangan dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh perawat
primer (PP) dan untuk penanganan tugas saat sore dan malam
dilakukan oleh perawat associate (PA)
3) Pemberian asuhan keperawatan kepada klien dibagi menjadi group
kerja. Penunjukan ketua grup dalam hal ini PP berdasarkan masa kerja,
pendidikan dan faktor kedisiplinan atau prestasi kerja. Begitu pula
dalam pembagian shift, faktor masa kerja atau senioritas tetap dipakai,
hal ini untuk mengantisipasi kejadian-kejadian selama pelaksanaan
shift yang bersangkutan dan biasanya perawat junior didampingi
perawat yang lebih senior.
23
Kepala Ruangan
PP 3PP 2PP 1
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
4) Pemahaman perawat terhadap metode asuhan keperawatan di Ruang
Perinatologi setelah dilakukan melalui observasi dan wawancara : Dari
hasil observasi dan wawancarai terdapat 3 perawat berperan sebagai
PP dengan kualifikasi pendidikan DIII keperawatan dan masing-
masing PP mempunyai 4 perawat associate (PA)
Analisa
Dari kajian data diatas dapat diketahui bahwa Ruang Perinatologi
telah memahami penerapan metode MPKP namun belum optimal dalam
pelaksanaan metode MPKP tersebut. Model MPKP yang dimaksudkan
adalah bahwa perawat primer yang ditetapkan tidak harus berkualifikasi
S1 Keperawatan dan tidak bertanggung jawab selama 24 jam penuh.
b. Timbang Terima
Kajian Teori
Perawat melaksanakan operan sesuai dengan tim primernya
masing-masing, operan didekat tempat tidur pasien, perawat hanya akan
dapat informasi mengenai pasien yang akan dirawat pada saat shift tersebut
(tanpa adanya pembicaraan lain yang tidak penting).
Teknik Operan Fokus Ke Pasien
1. Dekati dan sentuh pasien
2. Ucapkan salam kepada ibu pasien
3. Bicarakan perkembangan sementara pasien serta diagnose
keperawatannya
4. Tanyakan kepada ibu mengenai keluhan pasien
5. Laporan pasien (vital sign, ku stabil/ tidak)
6. Periksa pemberian obat oral dan injeksi, memandikan dan merawat tali
pusat pasien, foto therapy, memberikan asupan nutrisi secara
parenteral, IVFD serta balance cairan.
7. Cek rencana keperawatan
8. Cek program baru
9. Jelaskan ke ibu pasien rencana hari ini
10. Beri kesempatan ibu pasien untuk bertanya
11. Periksa kembali catatan keperawatan
12. Dokumentasikan
24
13. Lanjut ke pasien selanjutnya
Kajian Data
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang kami lakukan selama
menjalani praktek profesi management keperawatan selama dua hari
dalam mengikuti timbang terima pasien di ruang Perinatologi BRSU
Tabanan, mulai dari operan pagi ke sore, sore ke malam maupun dari
operan malam ke pagi dari tanggal 6–8 Juni 2011 adalah :
1. KARU, PP, PA telah mengadakan diskusi tentang pasien di ruang
Ners station
2. KARU, PP, PA telah mengadakan operan keliling ke pasien, di kamar
pasien perawat sudah memberikan senyuman, sapa (menyapa ibu
pasien), kecuali pada shift pagi KARU tidak dapat mengikuti proses
timbang terima karena KARU diwajibkan untuk mengikuti morning
report
3. Sudah menanyakan perkembangan sementara pasien, diagnosanya
serta sudah menanyakan keluhan pasien kepada perawat saat operan
keliling
4. Sudah melakukan pengecekan terhadap KU pasien, pemberian obat
oral dan injeksi, memandikan dan merawat tali pusat pasien, foto
therapy, memberikan asupan nutrisi secara parenteral, IVFD serta
balance cairan.
5. Sudah melakukan pengecekan program dokter yang baru
6. Memberi kesempatan pada ibu pasien untuk bertanya, sudah terlaksana
dengan optimal
7. Memeriksa kembali catatan perkembangan pasien sudah terlaksana
8. Mendokumentasikan sudah terlaksana
Melanjutkan ke pasien berikutnya sudah terlaksana
9. Adanya laporan jaga setiap shift
10. Sudah ada hand over timbang terima
11. Adanya laporan khusus untuk laporan timbang terima
Analisa
25
Dari data–data yang telah dijabarkan diatas, secara umum
timbang terima pasien yang dilakukan di ruang Perinatologi BRSU
Tabanan sampai saat ini sudah dilaksanakan dengan optimal.
c. Ronde Keperawatan
Kajian Teori
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, perawat
sering menemukan permasalahan–permasalahan sehubungan dengan
tindakan yang diberikan. Sebagai jalan keluarnya, dibutuhkan suatu
pemecahan masalah yang membutuhkan kemampuan cukup tinggi baik
pengetahuan, sikap maupun keahlian. Salah satu metode pemecahan
masalah adalah dengan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan yaitu suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien
dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
primer/ associate, konselor, kepala ruangan dan seluruh tim keperawatan
dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan disamping pasien,
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang
dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan serta
perawat associate yang melibatkan seluruh anggota tim.
Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik meliputi:
1. Pasien dan ibu pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan fokus kegiatan
3. PA/ PP dan konselor melakukan diskusi
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas konselor membantu mengembangkan
kemampuan PA dan PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah
Manfaat Ronde Keperawatan
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjalinnya kerjasama antara tim kesehatan
5. Perawatan dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar
26
Kriteria Pasien :
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
Kajian Data dan Analisis
Hingga saat ini belum pernah dilakukan ronde keperawatan di
ruang Perinatologi karena tingginya aktivitas pelayanan keperawatan di
ruangan dan masih sulitnya melakukan koordinasi dengan tim kesehatan
lain.
d. Supervisi Keperawatan
Kajian Teori
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif
(Subjana D, 2004).
Menurut Depkes (2000), supervisi keperawatan adalah kegiatan
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh
supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan
dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
Unsur – unsur pokok dalam supervisi menurut Azwar (1996) adalah:
1. Pelaksana (penanggung jawab)
Adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam pengetahuan dan
keterampilan. Tingkatan manager dalam melakukan supervisi adalah:
a. Manager puncak/ top manager (misal: Kakanwil Depkes, Kadinkes
daerah dan Direktur RS)
b. Manager menengah/ middle manager (misal: Kepala bagian tata
usaha, Kepala bidang, Kasubdin Provinsi)
c. Manager Tingkat Pertama/ First Line Manager/ First Level
Manager (misal: Kepala seksi dan Kepala urusan)
2. Sasaran
27
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan yang melakukan pekerjaan.
3. Frekuensi
Frekuensi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi
yang dilakukan hanya sekali, bukanlah supervisi yang baik. Tidak ada
pedoman yang pasti tentang seberapa sering supervisi dilakukan,
tergantung derajat kesulitan pekerjaan.
4. Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan
memiliki bekal yang cukup untuk dapat dapat melaksanakan tugas atau
pekerjaan dengan hasil yang baik.
5. Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal
pokok yaitu menetapkan masalah dan prioritas, menetapkan penyebab
masalah/ prioritas/ jalan keluar, melaksanakan jalan keluar, menilai
hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya.
Teknik supervisi ada dua yaitu dengan pengamatan langsung dan
kerjasama.
Langkah – langkah supervisi ada tiga, yaitu:
a. Mengadakan persiapan pengawasan
b. Menjalankan pengawasan
c. Memperbaiki penyimpangan
Manfaat supervisi ada dua, yaitu:
a. Meningkatkan efektifitas kerja
b. Meningkatkan efisiensi kerja
Kajian Data
Pelaksanaan supervisi oleh bidang keperawatan selama ini
dilakukan secara rutin dan general untuk seluruh ruangan di BRSU
Tabanan, supervisi internal di ruang Perinatologi juga sudah dilakukan Ka
UPP. Hasil supervisi dituangkan dalam buku supervisi ruangan, akan tetapi
yang tertulis sampai tanggal 6 Juni 2011. Supervisi oleh kepala ruangan
dilakukan melalui monitoring dan evaluasi kinerja dalam melakukan
prasat–prasat yaitu memasang infuse, diskusi refleksi kasus, memberikan
obat oral dan injeksi, memandikan dan merawat tali pusat pasien, foto
28
therapy serta memberikan asupan nutrisi secara parenteral. Hasil
monitoring dan evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku monitoring
dan evaluasi. Monitoring juga difokuskan pada issue-issue actual yang
sudah dibahas dalam DRK. Supervisi tentang pendokumentasian askep dan
penerimaan pasien baru sudah terlaksana dengan optimal.
Analisa
Supervisi sudah dilakukan secara rutin maupun insidentil oleh
bidang perawatan, yaitu Ka UPP dan kepala ruangan, supervisi tentang
pendokumentasian askep dan penerimaan pasien baru sudah terlaksana
dengan optimal.
e. Sentralisasi Obat
Kajian Teori
1). Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam, 2002)
2). Tehnik Pengelolaan Obat (Sentralisasi)
Dalam tehnik pengelolaan obat akan dilakukan sepenuhnya oleh
perawat dengan acuan sebagai berikut :
a) Penanggung jawab pengelola obat adalah kepala ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk
b) Keluarga wajib mengatahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat serta menandatangani surat persetujuan sentralisasi
obat
c) Penerimaan :
Obat yang telah diresepkan ditunjukan kepada perawat dan obat
yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat
dengan menerima lembar serah terima.
Parawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sedian dalam kartu kontrol obat dan diketahui (ditandatangani)
oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat, kemudian klien
dan keluarga mendapat penjelasan tentang kapan/ bilamana obat
tersebut akan habis.
29
Pasien atau keluarga selanjutnya mendapat kartu kontrol obat.
Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat ( Nursalam, 2002).
3). Pembagian Obat dan penyimpanan persediaan obat :
a.) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disiapkan untuk diberikan
pada pasien
b.)Obat yang telah disiapkan selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksikan dokter
c.) Pada saat pemberian obat terlebih dahulu parawat menginformasikan
kepada keluarga/ ibu pasien tentang macam, kegunaan obat, jumlah
obat yang diberikan dan efek samping. Usahakan tempat/ wadah
obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi/ disuntikan
d.)Mencatat kembali dalam buku/ lembar pemberian obat setelah obat
diberikan pada pasien
e.) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dibuku
obat masuk. Obat yang hampir habis akan diinformasikan pada
keluarga dan kemudian diminta resep (jika masih diperlukan) kepada
dokter penanggung jawab pasien
f.) Lemari obat selalu diperiksa dengan keamanan mekanisme kunci,
penempatan obat dipisahkan antara obat oral (untuk diminum)
maupun obat injeksi maupun obat luar (Nursalam, 2002)
4). Penambahan obat baru
a.) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat sekaligus perubahan pada buku/ lembar
pemberian obat
b.)Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada lembar pemberian obat dan
kemudian diinformasikan pada keluarga (Nursalam, 2002)
Bagan 3.3 Bagan alur Pelaksanaan Sentralisasi
30
Kajian Data
Tehnik pengelolaan obat sentralisasi di ruang Perinatologi BRSU Tabanan :
Pemahaman perawat terhadap Tehnik Pengelolaan Obat (Sentralisasi) di Ruang
Perinatologi BRSU Tabanan setelah dilakukan penilaian melalui observasi dan
wawancara didapat bahwa dalam pemberian asuhan keperawatan baik PP maupun
PA tampak sudah memahami pelaksanaan sentralisai obat baik itu obat injeksi, obat
oral, obat topikal dan obat parenteral. Sentralisasi obat sudah dilaksanakan di
Ruang Perinatologi BRSU Tabanan dengan menggunakan Catatan Pemberian Obat
(CPO) sebagai pengganti resep sekaligus sebagai surat serah terima obat. Setelah
obat diterima oleh perawat, obat kemudian akan disimpan sesuai dengan jenisnya.
Untuk obat injeksi disimpan di lemari pendingin, untuk obat oral, topikal dan
parenteral akan disimpan dimeja khusus, untuk obat yang ditempatkan di ruang
masing-masing bayi dirawat. Pengecekan obat dilakukan oleh PP setiap pagi untuk
mengetahui persediaan obat yang masih ada. Obat yang hampir habis akan
diinformasikan pada keluarga dan kemudian diminta resep (jika masih diperlukan)
kepada dokter penanggung jawab pasien. Untuk cara pemberian obat injeksi,
beberapa menit sebelum pemberian obat, obat diambil dari lemari pendingin dan
disiapkan sesuai dosis didalam kupet masing-masing pasien. Setelah pemberian
semua obat akan dilakukan pendokumentasian obat.
Analisa
Pelaksanaan sentralisasi obat baik itu obat injeksi, obat oral, obat topikal dan
obat parenteral di ruang Perinatologi BRSU Tabanan sudah dilakukan dengan baik.
31
Untuk obat injeksi, oral dan topikal sudah dilengkapi dengan nama pasien, dosis
obat dan waktu pemberian. Namun pelaksanaan surat persetujuan sentralisasi obat
belum dilaksanakan di ruang Perinatologi BRSU Tabanan, sehingga dapat
menyebabkan kecurigaan dari keluarga terhadap petugas tentang obat yang
diberikan. Maka dari itu sangat diperlukan surat persetujuan sentralisasi obat untuk
menghindari kecurigaan tersebut. Sehingga kami pun melampirkan surat
persetujuan sentralisasi obat tersebut.
f. Refleksi Diskusi Kasus dan Teaching
Kajian Teori
Diskusi Refleksi Kasus ( DRK ) merupakan suatu metode pembelajaran
dalam merefleksikan pengalaman perawat dan bidan yang actual dan menarik
dalam memberikan dan mengelola asuhan keperawatan dan kebidanan di
lapangan melalui diskusi kelompok yang mengacu pada pemahaman standar
yang ditetapkan.
Manfaat DRK :
1) Mengembangkan profesionalisme perawat dan bidan
2) Meningkatkan aktualisasi diri
3) Membangkitkan motivasi belajar
4) Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan/ kebidanan yang ditetapkan
5) Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak
mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan dan meningkatkan
kerjasama
Langkah-langkah kegiatan DRK :
1) Memilih dan menetapkan kasus yang akan didiskusikan
Kasus bisa berupa pengalaman pribadi yang actual dan menarik dalam
menangani kasus di lapangan atau pengalaman yang masih relevan untuk
dibahas dan akan memberikan informasi berharga untuk meningkatkan mutu
pelayanan.
2) Menyusun jadwal kegiatan
DRK dilakukan minimal sekali dalam sebulan dan sebaiknya jadwal disusun
dalam jangka waktu satu tahun.
3) Waktu pelaksanaan
32
Waktu minimal 60 menit dengan pembagian : Pembukaan (5 menit),
penyajian (15 menit), tanya jawab (30 menit), penutup (10 menit).
4) Peran masing-masing personal dalam DRK
Ada 3 peran yang disepakati dalam pelaksanaan DRK yaitu penyaji, peserta
dan fasilitator/ moderator.
5) Laporan
Penyusunan laporan bertujuan agar kegiatan DRK dapat diketahui dan dibaca
oleh pimpinan, anggota kelompok maupun teman sejawat lainnya.
Kajian Data
Laporan Kegiatan
Refleksi Diskusi Kasus (RDK)
(Berdasarkan Penjelasan Tekhnik)
Ruang : Perinatologi
Keperawatan : Perawatan Bayi BBLR
Tanggal : 8 Januari 2011 pukul 12.00 s/d 13.00 Wita
Topik Diskusi Kasus : Prinsip sterilisasi pasien dan fasilitas alat
diruang bayi BBLR (penurunan inos)
Masalah/ issue :
a. Personal Hygiene bayi BBLR dilakukan dan disiapkan kom tersendiri
b. Seminimal mungkin dilakukan (minimal handling)
c. Semua peralatan bayi setiap hari disteril di ozon
d. Perawatan ikubator dilakukan secara berkala setiap minggu
Ruang : Perinatologi
Keperawatan : Perawatan bayi di ruang resiko tinggi
Tanggal : 11 februari 2011 pukul 12.00 s/d 13.30 Wita
Topik diskusi kasus : Askep bayi dengan asfiksia berat
Masalah/ issue :
a. Tindakan urgent bila terjadi kejang pada bayi dengan asfiksia
(reposisi, oksigen, ASI, kurangi rangsang dan kolaborasi medis)
33
b. Protab : persiapan bayi (kejang) yang akan dilakukan CT Scan
kepala dan inform consent
c. KIE keluarga sangat perlu dan harus diperlukan setiap tindakan
yang akan dilakukan
Ruang : Perinatologi
Keperawatan : Perawatan bayi di ruang resiko sedang
Tanggal : 15 Maret 2011 pukul 12.00 s/d 13.30 Wita
Topik diskusi kasus : Askep bayi dengan hiperbilirubinemia.
Masalah/ issue :
a. Bayi hiperbilirubinemia yang mendapatkan foto therapi tidak boleh
dimanikan, tidak boleh memakai minyak (baby oil atau minyak telon)
b. Intake yang cukup harus diperhatikan dan suhu tubuh menjadi
parameter intake dan out put yang seimbang
c. Ruam popok sering terjadi oleh karena proses evaporasi (personal
hygiene harus diperhatikan)
Ruang : Perinatologi
Keperawatan : Perawatan bayi di ruang isolasi
Tanggal : 14 April 2011 pukul 12.00 s/d 13.00 Wita
Topik diskusi kasus : Askep bayi dengan morbili
Masalah/ issue :
a. Perawatan isolasi khusus, baju (short) sandal dan semua alat-alat
tersebut harus tersendiri
b. Petugas atau perawat yang jaga khusus di ruang isolasi saja
c. KIE pada ibu bayi agar tetap kooperatif merawat bayinya terutama
dalam pemberian ASI
d. Setelah pasien pulang semua alat, tempat tidur pasien harus disteril
dengan sinar UV
Ruang : Perinatologi
Keperawatan : Merujuk pasien
Tanggal : 19 Mei 2011 pukul 12.00 s/d 13.00 Wita
Topik diskusi kasus : Prosedur pasien yang akan dirujuk
Masalah/ issue :
34
a. Bila akan merujuk pasien ke RSUP Sanglah harus menelpon dulu untuk
memastikan ada atau tidaknya tempat, agar pasien tida terbengkalai
sampai ditujuan
b. Pastikan kondisi pasien yang akan dirujuk dan persiapkan dengan baik
tenaga yang merujuk dan fasilitas (ambulance lengkap)
Analisis
Pelaksanaan DRK yang merupakan salah satu aplikasi Model
Praktek Keperawatan Profesional sudah berjalan secara optimal setiap
bulannya di ruang Perinatologi BRSU Tabanan.
g. Discharge Planning
Kajian teori
Tujuan : Memberikan informasi yang tepat tentang perawatan
dan pengobatan yang harus dilanjutkan di rumah dan
waktu untuk melakukan kontrol kembali.
Deskripsi : Perencanaan persiapan pulang merupakan sesuatu yang
penting dalam keberhasilan asuhan keperawatan pasien
rawat inap karena informasi yang diberikan sebelum
pasien pulang merupakan bekal yang sangat berharga
bagi pasien dan keluarganya. Informasi yang tidak
adekuat sebelum pasien pulang dapat menyebabkan
pasien dan keluarganya melakukan tindakan yang
kurang tepat akibat kurang informasi.
Adapun pelaksanaan Discharge planning yang idealnya dilaksanakan :
1) PP memberi HE (Health Education) pada pasien yang akan pulang
atau yang direncanakan pulang meliputi : obat-obatan yang masih
harus diminum dirumah, diet, aktivitas, istirahat, kapan kontrol
kembali dan dimana, apa saja yang dibawa pulang dan hal-hal yang
perlu diperhatikan pasien selama dirumah
2) Selain memberikan penjelasan secara lisan, PP juga memberikan kartu
discharge planning dan leaflet-leaflet lain yang berisi penjelasan yang
diperlukan.
35
3) Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning maka,
pasien atau keluarga menandatangani format discharge planning
sebagai bukti telah mendapatkan discharge planning dari perawat.
Kajian Data
Discharge planning sudah dilakukan di ruang Perinatologi BRSU
Tabanan, namun dalam pelaksanaannya belum dilengkapi dengan kartu
discharge planning yang dibawa pulang oleh keluarga. Resume medis atau
discharge summary yang hampir mirip dengan discharge planning sebenarnya
sudah ada di ruangan namun tidak diberikan kepada pasien. Dalam hal
pengisian pun, discharge summary ini ditulis oleh dokter, sedangkan perawat
menulis pada resume keperawatan.
Pasien yang telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit hanya
mendapatkan surat keterangan kontrol kembali yang isinya : diagnosa medis
pasien, therapy yang harus dilanjutkan di rumah dan waktu untuk kontrol
kembali. Jadi, surat kontrol ini isinya tidak selengkap discharge planning.
Selain itu ibu pasien juga akan diberikan HE mengenai perawatan bayinya
dirumah, namun dalam penjelasannya tidak dilengkapi dengan leaflet-leaflet
tentang perawatan bayinya dirumah, sehingga memungkinkan ibu tidak dapat
mengingat penjelasan yang diberikan oleh petugas dan dapat menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan terhadap bayi (misalnya bayi kembali dirawat di
rumah sakit).
Pasien yang akan keluar dari rumah sakit selain dibuatkan discharge
summary juga dibuatkan resume keperawatan tetapi keduanya selanjutnya
hanya disimpan pada catatan medis pasien, sehingga jika pasien periksa
kembali ke tempat pelayanan kesehatan lain perkembangan kondisi dan terapi
yang telah didapatkan pasien yang terangkum dalam discharge summary dan
resume keperawatan tidak diketahui oleh petugas ditempat pelayanan
kesehatan tersebut.
Analisa
Discharge planning sudah dilakukan di ruang Perinatologi BRSU Tabanan,
namun dalam pelaksanaannya masih ada yang kurang, seperti kartu discharge
36
planning dan leaflet-leaflet mengenai perawatan bayi di rumah. Sehingga
kami melampirkan kartu discharge planning dan lealfet mengenai perawatan
bayi di rumah.
h. Dokumentasi Keperawatan
Kajian Teori
Sistem pendokumentasian yang berlaku saat ini adalah SOR ( Sources
Oriented Record) yaitu sistem pendokumentasian yang berorientasi kepada
lima komponen ( lembar penilaian berisi biodata, lembar order dokter, lembar
riwayat medis/penyakit, catatan perawat, catatan dan laporan khusus).
Kajian Data
Model pendokumentasian di Ruang Perinatologi BRSU Tabanan
sudah menggunakan model SOR. Format dokumentasi perawatan pasien yang
digunakan di Ruang Perinatologi BRSU Tabanan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3.7 Format Dokumentasi Pasien Ruang Perinatologi BRSU Tabanan
No Uraian Bagian Sumber
1 Lembar masuk keluar Rumah Sakit (RM 01)Adminis
Trasi
2 Rencana pelayanan pasien (RM 01 A) Dokter
3 Pemeriksaan fisik bayi dan anak (RM 02) Dokter
4Lembar untuk penempelan surat (MRS,
rujukan, dll) (RM 03)
5 Lembar catatan harian dokter (RM 04) Dokter
6Lembaran penempelan hasil pemeriksaan
laboratorium (RM 05) Lab
7Lembaran penempelan hasil pemeriksaan
radiology/ USG/ dll (RM 06)Rontgen
8 Lembar hasil elektrokardiogram (EKG) (RM
07)
Perawat
dan
Bidan
37
No Uraian Bagian Sumber
9Lembar penempelan hasil pemeriksaan patologi
anatomi (PA) (RM 08)Lab
10 Lembar konsultasi (RM 09) Dokter
11 Rencana asuhan keperawatan Perawat
12 Tindakan dan evaluasi
Perawat
dan bidan
13 Grafik tanda-tanda vital (RM 13)Bidan &
Perawat
14 Catatan pemberian obat oral (RM 14)
Perawat
dan
Bidan
15 Catatan pemberian obat injeksi (RM 15)
Perawat
dan
Bidan
16 Catatan pemberian infuse (RM 16)
Perawat
dan
Bidan
17Rekam asuhan keperawatan observasi dan
balance cairan (RM 17)
Perawat
dan
Bidan
18Ringkasan masuk dan keluar (resume dokter)
(RM 18)Dokter
19Persiapan atau resume pasien pulang (perawat)
(RM 19)
Perawat
dan
Bidan
20Lanjutan persiapan atau resume pasien pulang
(RM 19 A)
Bidan &
Perawat
21 Inform consentDokter &
Perawat
22 Surat keterangan kelahiran Bidan &
dokter
23 Surat permintaan rawat inapAdministr
asi
38
Berdasarkan hasil observasi terhadap pendokumentasian berdasarkan SOR
di ruang Perinatologi BRSU Tabanan tidak ditemukan adanya form dan
hasil pemeriksaan penunjang yang ditempatkan tidak beraturan dan ada
yang terlepas dari map.
Buku dokumentasi administrasi penunjang yang dimiliki oleh ruangan
adalah ISO, protap (protap Rumah Sakit dan Ruang Peri), SPMKK, arsip
INOS, arsip daftar dinas, K3RS, GSI, SHK, uji standar neonatus,
akreditasi, monitoring kebersihan ruangan temperatur dan kelembaban,
arsip IPRS, blangko amprah, apotik dan gudang, monitoring obat
emergency,obat medis dan non medis, CPO, obat-obatan Manlak, catatan
mutu dan daftar induk dokumen, surat masuk, biodata pegawai, monitoring
blangko bon, jajak pendapat, komplain, buku hak milik, buku rujukan.
Buku-buku tersebut ditempatkan di boks tetapi ada beberapa bagian
arsip yang ditempatkan tidak sesuai dengan label yang terpasang di depan
boks.
Untuk mengetahui pasien yang sedang dirawat terdapat white board
yang digantung di Nurse station sehingga bisa dilihat oleh siapa saja
termasuk pengunjung pasien. Pada papan tersebut dicantumkan nomor
kamar, tanggal MRS, nama pasien, umur, jenis kelamin, diagnosa medis,
jenis pembayaran, dan program terapi.
Khusus mengenai dokumentasi keperawatan sudah ada form
dokumentasi keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa dan rencana,
implementasi dan evaluasi, resume, lembar pelaksanaan pemberian obat,
balance cairan, grafik vital sign yang baku dari Rumah Sakit. Penulisan
sudah sesuai dengan format yang ditetapkan tersebut.
Form pengkajian disusun melalui pendekatan sistem namun
seringkali tidak diisi dengan lengkap pada kolom identitas, pengkajian
biopsikososial dan spiritual. Form pengkajian juga ada yang belum berisi
nama dan tanda tangan petugas yang mengkaji serta belum ada tanda
tangan dan nama kepala ruangan. Secara umum diperoleh pada
pendokumentasian diagnosa keperawatan hanya dilakukan sekali pada saat
awal pasien MRS dan berlaku sampai pasien pulang. Pendokumentasian
rencana keperawatan masih belum disesuaikan dengan SAK yang ada dan
hanya ditulis pada awal pasien MRS, dokumentasi implementasi belum
39
sesuai dengan perencanaan (masih bersifat pada tindakan rutin),
dokumentasi evaluasi keperawatan sudah sesuai dengan kriteria evaluasi
yang ditetapkan pada tujuan. Pada lembar pelaksanaan pemberian obat,
penulisan nama obat serta dosis dilakukan oleh perawat sedangkan paraf
dokter tidak tercantum.
Analisis
Dari segi pendokumentasian masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki
agar dokumentasi lengkap,rapi dan mudah ditelusuri. Pada papan juga belum
tercantum nomor RM pasien sehingga ada resiko terjadi kekeliruan dalam
mengidentifikasi pasien.
4. M 4 – MONEY
Sumber pendapatan ruang Perinatologi berasal dari unit cost ruang
Perinatologi sendiri. Sedangkan sumber kesejahteraan karyawan di ruang
Perinatologi berasal dari rumah sakit antara lain berupa gaji, insentif dan jasa
pelayanan.
5. M 5 - MARKET
a. Sumber Pendanaan Pasien
Sumber pendanaan pasien di ruang Perinatologi berasal dari umum,
jamkesmas, JKBM, Askes wajib.
b. Tingkat Kepuasan Pasien
Kajian Teori
Kepuasaan pelanggan adalah kesesuaian antara harapan dengan kenyataan.
Kajian Data
Survey kepuasaan pelanggan diberikan pada 11 ibu bayi yang dirawat di
Ruang Perinatologi dan sebelumnya dilaksanakan pada saat pasien pulang
dari rumah sakit. Format survey kepuasaan pelanggan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Informasi
1) Darimana anda dapatkan informasi tentang Rumah Sakit BRSU
Tabanan :
Pengalaman sendiri : 50 %
40
Teman/ saudara : 30 %
Surat Kabar : -
Televisi : 5 %
Lain-lain : 15%
2) Apa alasan anda memilih Rumah Sakit BRSU Tabanan sebagai tempat
berobat :
Mutu pelayanan baik : 30%
Peralatan lengkap : 30%
Pasien tidak mampu dilayani gratis : 15%
Petugas ramah : 5 %
Rujukan RS/ Puskesmas : 30%
Dengan 1 orang menjawab semua
Pelayanan
Pada fasilitas Parkir 50 % mengatakan baik, 35 % mengatakan
cukup dan 15 % mengatakan kurang. Pada pelayanan loket pendaftaran
hampir 75 % pasien mengeluh terlalu lamban, pelayanan Satpam sudah
cukup baik dan pada pelayanan yang lainnya sudah cukup baik.
Kamar Perawatan
1) Bagaimana kebersihan dan kerapian kamar perawatan :
35% mengatakan sangat baik, 55% mengatakan baik dan 10%
mengatakan cukup.
2) Menurut anda bagaimana pelayanan makanan di Rumah Sakit BRSU
Tabanan :
Menu, dilakukan pada 20 orang, 25 % orang mengatakan sangat baik,
50 % mengatakan baik, 20% mengatakan cukup dan 5 % mengatakan
kurang.
Pada cara penyajian 20% orang mengatakan sangat baik, 50% orang
mengatakan baik, 15% mengatakan cukup dan 5% mengatakan
kurang.
Pada Rasa, 20% orang mengatakan sangat baik, 45 % orang
mengatakan baik, 20% orang mengatakan cukup dan 10% orang
mengatakan kurang.
3) Kesan anda tentang fasilitas ruang perawatan disekitar anda :
41
Pada fasilitas penerangan 55% mengatakan sangat baik, 30%
mengatakan baik, 10% mengatakan cukup dan pada fasilitas kamar
mandi hanya 20% saja yang mengatakan baik sedangkan yang lainnya
tidak mengisi.
Respon Time
Bila anda mempunyai keluhan, berapa lama petugas datang untuk
memberikan penerangan :
menurut survey jawaban kurang/ sama dengan 5 menit mendapatkan
respon sekitar 60% dan 5–15 menit mendapatkan respon 20% dan sekitar
20% pasien/ keluarga tidak menjawab.
Komentar Umum
1) Pernahkah anda atau keluarga anda dirawat di Rumah Sakit BRSU
Tabanan sebelumnya : Menurut survey 65 % mengatakan ya dan 40%
mengatakan tidak.
2) Adakah salah satu karyawan kami yang memberikan pelayanan sangat
mengesankan bagi anda di Rumah Sakit BRSU Tabanan : Menurut
survey 70 % pasien mengatakan ya dan 10 % pasien mengatakan tidak
sedangkan sekitar 20 % pasien tidak mengisi lembar survey dan semua
pasien menolak menulis nama karyawan tersebut.
3) Bila ada keluarga atau teman anda yang sakit, apakah anda akan
menyarankan berobat ke Rumah Sakit BRSU Tabanan : Menurut
survey 95 % pasien mengatakan ya dan 5 % pasien mengatakan tidak.
Sedangkan pada kolom saran untuk membuat pelayanan lebih baik
hampir keseluruhan pasien mengatakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan menambah tenaga ahli sesuai dengan bidang dan satu
pasien dengan menggunakan KTM berharap dapat diberikan pelayanan
yang sesuai dan diberlakukan sama seperti pasien umum.
Untuk masalah pendapat tentang biaya pelayanan selama dirawat 15 %
pasien mengatakan sangat murah, 10 % pasien mengatakan murah, 60
% pasien mengatakan sedang dan 10 % mengatakan mahal dan 10 %
pasien tidak mengisi.
42