DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DI DAS GUNG HULU TERHADAP DEBIT
SUNGAI GUNG KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Khamid Wijaya
NIM 3250404038
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari : Senin
Tanggal : 23 Mei 2011
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Purwadi Suhandini, SU. Rahma Hayati, S.Si, M.Si.
NIP. 194711031975011001 NIP. 197206241998032003
Mengetahui:
Ketua Jurusan Geografi
Drs. Apik Budi Santoso, M.Si.
NIP. 196209041989011001
ii
3
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial , Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Senin
Tanggal : 30 Mei 2011
Penguji Skripsi
Dr. Dewi Liesnoor, M.Si.
NIP. 196208111988032001
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Purwadi Suhandini, SU. Rahma Hayati, S.Si, M.Si.
NIP. 194711031975011001 NIP.197206241998032003
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Subagyo, M.Pd.
NIP. 195108081980031003
iii
4
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang , 23 Mei 2011
Khamid Wijaya
NIM. 3250404038
iv
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling
menasihati supaya menaati kebenaran dan menetapi kesabaran" (Q.S. Al Ashr).
“Saya belajar selama saya hidup. Batu nisan akan menjadi ijazah saya. I am
learning all the time. The tombstone will be my diploma” (Eartha Kitt).
PERSEMBAHAN
1. Emak dan Bapak yang selalu mendidik dan
mendoakanku.
2. Adik-adikku yang selalu mendukungku dan
selalu kurindukan.
3. Semua teman yang telah membantuku.
4. Sahabat-sahabat di Geo 2004 dan UNNES.
5. Guru-guruku.
v
6
PRAKATA
Segala Puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAS
GUNG HULU TERHADAP DEBIT SUNGAI GUNG KABUPATEN
TEGAL”.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan
dapat terselesaikan tanpa ada bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan
segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Purwadi Suhandini, SU., Dosen pembimbing I yang dengan penuh
tanggung jawab dan kesabaran memberikan arahan dan bimbingannya.
4. Rahma Hayati, S.Si, M.Si., Dosen pembimbing II yang dengan penuh
tanggung jawab dan kesabaran memberikan arahan dan bimbingannya.
5. Dr. Dewi Liesnoor, M.Si., Dosen Penguji Skripsi, terimakasih atas arahan dan
bimbingannya.
6. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang yang penuh perhatian memberikan motivasi dan
semangat.
vi
7
7. Staf pengajar di Jurusan Geografi, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan
selama ini.
8. Karyawan dan Staf Tata Usaha Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang, terimakasih atas kerjasamanya.
9. BAPPEDA Kabupaten Tegal, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
10. Teman-teman Jurusan Geografi angkatan 2004
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sampaikan satu per satu, terimakasih
atas bantuan dan dukungannya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kelemahan dan kekurangan, walaupun demikian penulis berharap kritik dan saran,
agar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat.
Semarang, 23 Mei 2011
Penulis
vii
8
SARI
Wijaya, Khamid. 2011. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Gung
Hulu Terhadap Debit Sungai Gung Kabupaten Tegal. Skipsi, Jurusan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Kata Kunci : dampak perubahan penggunaan lahan, debit aliran.
DAS Gung Hulu merupakan bagian dari DAS Gung, DAS terbesar di
Kabupaten Tegal. DAS Gung Hulu memiliki luas 119,82 km2. Areal lahan di
DAS Gung Hulu memiliki peranan yang sangat besar terhadap sistem tata air
untuk keperluan hidup masyarakat yang ada di wilayah Kabupaten Tegal. Lokasi
penelitian berada di daerah aliran sungai Gung Hulu. Obyek penelitian berupa
Daerah Aliran Sungai (DAS), dimana kajian meliputi penggunaan lahan yang
menjadi salah satu parameter penentu keberadaan rasio debit pada DAS Gung
Hulu. Berdasarkan sudut pandang hidrologi, perubahan penggunaan dapat
mempengaruhi debit suatu sungai. Kegiatan tata guna lahan yang bersifat
merubah tipe atau jenis penutup lahan dalam suatu DAS sering kali dapat
memperbesar atau memperkecil hasil air (water yield). Data debit atau aliran
sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelolaan sumber daya
air. Debit rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumber daya air
yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.
Berdasarkan permasalahan di atas, permasalahan dalam penelitian ini
adalah berapa besar pengaruh perubahan penggunaan lahan (vegetasi alami dan
buatan menjadi terbangun) di DAS Gung Hulu terhadap debit Sungai Gung di
Kabupaten Tegal selama 11 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui luas perubahan penggunaan lahan kawasan vegetasi menjadi kawasan
terbangun di DAS Gung Hulu, perubahan rasio debit yang terjadi pada DAS Gung
Hulu, dan dampak antara perubahan penggunaan lahan dengan debit Sungai
Gung. Variabel dalam penelitian ini adalah luas penggunaan lahan, dengan
indikator luas penggunaan lahan tahun 1996 dan luas penggunaan lahan tahun
2007, debit aliran sungai, variabel dampak ditambah variabel curah hujan. Metode
yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu metode dokumentasi, metode
observasi, metode wawancara. Metode untuk menganalisis menggunakan metode
analisa SIG dengan menggunakan teknik tumpang susun (overley) peta, dan
metode rasio debit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan lahan DAS Gung hulu
tahun 1996 dan 2007 mengalami alih fungsi lahan sebanyak 38 macam dengan
luas mencapai 2528,118 Ha atau 25,28 Km2
(21,10 %) dari total luas DAS. Jenis
penggunaan lahan yang mengalami perubahan terbesar adalah sawah, berkurang
viii
9
449,688 Ha. Sedangkan untuk perubahan penggunaan lahan kawasan vegetasi
menjadi terbangun, terjadi perubahan sebesar 351,547 Ha atau 3,51 Km², bentuk
perubahan sawah menjadi pemukiman merupakan perubahan yang paling besar,
mencapai 168,705 Ha. Dari hasil analisis rasio debit, nilai KRS berfluktuasi antara
4,75 sampai 39,18 termasuk dalam keadaan baik. Dalam 11 tahun nilai KRS
sebesar 47,71 menandakan mendekati angka kritis.
Simpulan yang didapat adalah luas perubahan penggunaan lahan kawasan vegetasi menjadi kawasan terbangun atau pemukiman di DAS Gung Hulu mencapai 351,547 Ha atau 3,51 Km² (13,91 %) dari total luas perubahan penggunaan lahan DAS Gung Hulu. Rasio debit tiap tahun berfluktuasai, nilai KRS antara 4,75 sampai 39,18. Secara hidrologis DAS gung Hulu masih dalam keadaan baik, tetapi statusnya mendekati tingkat kritis. Perubahan penggunaan lahan tidak menyebabkan peningkatan debit sungai, dampak perubahan penggunaan lahan terhadap debit tidak terlalu signifikan. Saran yang dikemukakan adalah perlunya merapatkan jumlah vegetasi di sekitar permukiman penduduk, meningkatkan fungsi lahan kosong dan lahan miring sebagai kawasan konservasi dengan menambah jumlah vegetasi di DAS Gung Hulu, peningkatan perhatian dari pemda maupun dinas terkait yang berkaitan dengan bidang hidrologi, perlunya penelitian lebih lanjut tentang pengelolaan DAS.
ix
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN. ...........................................................................iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................v
PRAKATA. .........................................................................................................vi
SARI ....................................................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................x
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR. .........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................5
C. Penegasan Istilah .....................................................................................5
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................9
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................9
F. Sitematika Skripsi ...................................................................................9
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Ekosistem DAS .......................................................................................11
B. Daur Hidrologi ........................................................................................13
x
11
C. Penggunaan Lahan ..................................................................................16
D. Debit Aliran .............................................................................................18
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian. ....................................................................................21
B. Variabel Penelitian. .................................................................................21
C. Jenis-jenis Data .......................................................................................22
D. Metode Pengumpulan Data .....................................................................23
E. Alat dan Bahan. .......................................................................................24
F. Teknik Analisis Data. ..............................................................................25
G. Langkah-langkah Penelitian. ...................................................................27
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................31
1. Kondisi Umum Daerah Penelitian. .....................................................31
a. Letak dan Luas Daerah DAS Gung Hulu. .....................................31
b. Hidrologi . ......................................................................................33
c. Topografi. ......................................................................................36
d. Tanah. ............................................................................................38
e. Iklim. ..............................................................................................46
f. Geomorfologi. ................................................................................51
g. Kondisi Penduduk. .........................................................................58
2. Perubahan Penggunaan Lahan ............................................................60
a. Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996 .........................60
b. Penggunaan Lahan DAS gung Hulu Tahun 2007 ..........................64
c. Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu ...........................68
3. Rasio Debit .........................................................................................75
4. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Debit… ...............77
B. Pembahasan ............................................................................................79
xi
12
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan. ................................................................................................83
B. Saran. .......................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................85
LAMPIRAN ....................................................................................................... 87
xii
13
DAFTAR TABEL
3.1. Klasifikasi Nilai KRS..................................................................................26
4.1. Penentuan Tipe Iklim Indonesia Berdasarkan Klasifikasi Schmidt dan
Ferguson ...................................................................................................... 46
4.2. Curah Hujan Stasiun Kemaron DAS Gung Hulu 1996 - 2007 .................... 47
4.3. Curah Hujan Stasiun Bumijawa DAS Gung Hulu 1996 – 2007 .................. 48
4.4. Curah Hujan Stasiun Bojong DAS Gung Hulu 1996 – 2007.. .................... 48
4.5. Curah Hujan Stasiun Danawarih DAS Gung Hulu 1996 – 2007................. 49
4.6. Rata-rata Curah Hujan Wilayah DAS Gung Hulu Tahun 1996–2007 ........ 49
4.7. Jumlah Penduduk di DAS Gung Hulu Tahun 1996 dan 2007 ..................... 58
4.8. Kepadatan Penduduk DAS Gung Hulu Tahun 1996 dan 2007.. ................. 59
4.9. Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996............ ........................... 60
4.10. Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 2007 ....................................... 68
4.11. Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996 dan 2007 ..... 69
4.12. Bentuk Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996 dan
2007 ............................................................................................................. 72
4.13. Klasifikasi Nilai KRS ................................................................................... 75
4.14. Nilai KRS Sungai Gung Hulu tahun 1994 – 2008....................................... 76
xiii
14
DAFTAR GAMBAR
2.1. Daur Hidrologi ............................................................................................. 14
3.1. Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 30
4.1. Peta Administrasi DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal ................................ 32
4.2 Peta Pola Aliran DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal ................................... 35
4.3. Peta Kemiringan Lereng DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal ...................... 37
4.4. Peta Jenis Tanah DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal .................................. 41
4.5 Peta Polygon Thiesen DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal. ......................... 50
4.6. Peta Geomorfologi DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal .............................. 56
4.7. Peta Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996.. ............................. 61
4.8. Peta Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 2007 ............................... 67
4.9. Peta Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu ................................. 73
xiv
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Debit Bendung Danawarih Tahun 1996 - 2007......................88
Lampiran 2. Perhitungan Nilai Q Rata-rata pada 4 Stasiun Hujan .....................100
Lampiran 3. Uji Ketelitian Interpretasi Penggunaan Lahan................................101
Lampiran 4. Foto-foto Daerah Penelitian............................................................105
Lampiran 5. Rasio Debit Sungai Gung Hulu tahun 1990 - 2008........................110
Lampiran 6. Analisis Regresi Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Rasio
Debit dengan Metode Enter Program SPSS for Windows Version
16.0..................................................................................................111
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melangsungkan kegiatan kehidupan dan penghidupannya,
manusia pada hakekatnya merupakan bagian dari alam. Manusia tidak dapat
melepaskan diri dari alam dan akan selalu tergantung pada lingkungan
alamnya. Dengan dasar pembangunan mandiri dan keterbatasan sumber dana
dari pusat, maka setiap kabupaten atau kota akan berusaha untuk menaikkan
PADnya, dengan memanfaatkan sumber daya alamnya. Dari fakta yang ada,
tampak sumber daya air masih belum mendapat perlindungan yang maksimal
untuk menghindari terjadinya kekurangan air. Terjadinya pencemaran
beberapa sumber air, penggundulan yang menyebabkan erosi tanah, banjir
serta terganggunya fungsi penyerapan air, kegiatan pertanian yang
mengabaikan kelestarian lingkungan, berubahnya fungsi tangkapan air, serta
distribusi air yang tidak merata menunjukkan bahwa perhatian terhadap
pelestarian sumber daya ini perlu secara total ditingkatkan (Kodoatie dan
Sugiyanto, 2002:50).
Kegiatan tata guna lahan yang bersifat merubah tipe atau jenis
penutup lahan dalam suatu DAS sering kali dapat memperbesar atau
memperkecil hasil air (water yield). Pada batas-batas tertentu, kegiatan ini
juga dapat mempengaruhi status kualitas air. Perubahan dari satu jenis
vegetasi ke jenis vegetasi yang lain adalah umum dalam pengelolaan DAS
1
2
atau pengelolaan sumber daya alam. Terjadinya perubahan tata guna lahan
dan jenis vegetasi tersebut, dalam skala besar dan bersifat permanen, dapat
mempengaruhi besar kecilnya hasil air (Asdak, 2002:429). Data debit atau
aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelolaan
sumber daya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang
bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan
untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam
keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit rata-rata tahunan
dapat memberikan gambaran potensi sumber daya air yang dapat
dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai (Asdak, 2002:190).
Kabupaten Tegal dalam bidang ekonomi mengandalkan tiga sektor
untuk meningkatkan PAD, yaitu PERTIWI (pertanian, industri dan
pariwisata). Sektor pertanian, terutama padi maupun kebun sayur dan buah
terpusat di Kecamatan Bojong dan Bumijawa, yang merupakan bagian dari
DAS Gung Hulu. Obyek Wisata Guci, merupakan obyek wisata di Kabupaten
Tegal yang paling ramai di kunjungi wisatawan juga terdapat di wilayah DAS
Gung Hulu. Dengan semakin bertambahnya jumlah hasil pertanian dan
semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisata di OW Guci, akan diikuti
dengan berubahnya fungsi lahan di daerah tersebut untuk pengembangan.
Dari lima sungai besar di Kabupaten Tegal yakni Gung, Pah,
Maribaya, Pekijingan dan Rambut, dua diantaranya di kategorikan berbahaya.
Karena DASnya kritis dan rawan luapan. Dua sungai itu adalah Sungai Gung
dan Rambut. Sungai Gung misalnya, DAS antara Desa Kajen, Kecamatan
3
Lebaksiu hingga Kelurahan Procot, Kecamatan Slawi dimasukkan sebagai
daerah bergaris merah oleh DLHKP. Artinya kerusakan akibat arusnya sudah
sangat parah. Sungai Gung paling rawan banjir karena daerah alirannya cukup
panjang dan lebar serta kedalaman diatas sungai yang lain (Radar Tegal, 28
Februari 2008). DAS Gung Hulu termasuk bagian dari DAS Gung yang
merupakan DAS terluas di Kabupaten Tegal, dengan luas wilayah 119,82
Km2. Areal lahan di DAS Gung Hulu memiliki peranan yang sangat besar
terhadap sistem tata air yang ada, yang mana sistem tata air ini memegang
peranan vital bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. DAS Gung Hulu
secara administratif berada di wilayah Kabupaten Tegal. Desa yang masuk
dalam wilayah DAS Gung Hulu sebanyak 29 desa di 4 kecamatan. Jumlah
penduduk yang bermukim di daerah aliran sungai Gung Hulu selama tahun
1996 – 2007 mengalami peningkatan sebanyak 18.461 jiwa.
Keadaan fisik maupun sosial DAS juga berpengaruh terhadap
kuantitas dan kualitas air sungai. Pengaruh fisik DAS adalah pengaruh antara
faktor penutup lahan, jenis tanah, kemiringan lereng dan bentuk DAS.
Pengaruh sosial dalam hal ini adalah kondisi penduduk. Kondisi penduduk
merupakan salah satu faktor yang ikut memegang peranan terhadap kondisi
suatu DAS. Tekanan penduduk memberikan pengaruh terhadap lahan,
terutama didalam hal jenis-jenis penutup lahan didaerah tersebut seiring
dengan semakin meningkatnya kebutuhan penduduk. Kondisi ini pada
gilirannya akan turut mempengaruhi kondisi hidrologis di suatu daerah aliran
sungai (Widianto, 1999:4).
4
Akhir-akhir ini pemukiman dan penggundulan hutan makin meluas.
Pengembangan perumahan terjadi di Desa Bojong dan Desa Bumijawa yang
merupakan ibu kota kecamatan. Pengermbangan sektor wisata juga
meningkat, terutama di kawasan objek wisata Guci. Banyak villa baru
didirikan, hotel melati maupun penginapan bertambah. Bahkan pada tahun
2008 sudah didirikan wahana outbond, yang tentunya telah mengorbankan
lahan bervegetasi. Penggundulan hutan terjadi di Desa Guci Kecamatan
Bumijawa dan Desa Cikura Kecamatan Bojong, Kecamatan Jatinegara juga
tak luput dari praktek penggundulan hutan.
Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh
seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah
(topografi), tanah dan manusia. Apabila fungsi dari suatu DAS terganggu,
maka sistem hidrologis akan terganggu, penangkapan curah hujan, resapan
dan penyimpanan airnya menjadi sangat berkurang atau sistem penyalurannya
menjadi boros. Kejadian tersebut akan menyebabkan melimpahnya air pada
musim hujan dan sebaliknya sangat minimumnya air pada musim kemarau.
Hal ini membuat fluktuasi debit sungai antara musim kemarau dan musim
hujan berbeda tajam. Jadi jika fluktuasi debit sungai sangat tajam, berarti
bahwa fungsi DAS tidak bekeja dengan baik, apabila hal ini terjadi berarti
bahwa kualitas DAS tersebut adalah rendah (Suripin, 2004:186).
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini diberi judul
“Dampak Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Gung Hulu Terhadap
Debit Sungai Gung Kabupaten Tegal” dengan alasan perlunya informasi
5
tentang dampak berubahnya penggunaan lahan terhadap perubahan debit
aliran di DAS Gung Hulu.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Berapa besar dampak
perubahan penggunaan lahan (vegetasi alami dan buatan menjadi terbangun)
di DAS Gung Hulu terhadap debit aliran Sungai Gung di Kabupaten Tegal
selama 11 tahun?”.
C. Penegasan Istilah
1. Dampak
Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik
positif maupun negatif (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:234). Arti
dampak dalam penelitian ini adalah akibat yang di timbulkan dari bentuk
perubahan penggunaan lahan terhadap debit sungai di DAS Gung Hulu.
2. Perubahan
Perubahan adalah proses transformasi suatu benda, wilayah atau
sesuatu hal yang diakibatkan oleh sesuatu hal (Poerwadarminta,
1991:116). Perubahan dalam penelitian ini adalah perubahan debit Sungai
Gung oleh karena perubahan penggunaan lahan di DAS Gung Hulu.
3. Penggunaan Lahan
Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim,
relief, tanah, air, flora, fauna dan bentukan-bentukan hasil budaya
6
manusia. Dalam hal ini lahan mempunyai arti ruang atau tempat (Jamulya
dan Sunarto dalam Purnomo, 2000:1)
Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk
intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual.
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar
yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian
(Arsyad,1989:207).
Perubahan penggunaan lahan merupakan proses berubahnya
penggunaan lahan dari pertanian ke penggunaan lahan non pertanian atau
perkotaan. Perubahan penggunaan lahan dapat bersifat sementara. Jika
lahan sawah beririgasi teknis berubah menjadi kawasan permukiman atau
industri, maka perubahan penggunaan ini bersifat permanen. Akan tetapi,
jika sawah tersebut berubah menjadi perkebunan tebu, maka perubahan
penggunaan lahan tersebut bersifat sementara, karena pada tahun-tahun
berikutnya dapat dijadikan sawah kembali. Perubahan penggunaan lahan
permanen biasanya lebih besar dampaknya dari pada perubahan
penggunaan lahan sementara (Zilkifli dalam Anam, 2008:5).
4. Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi
punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah
7
tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan
melalui sungai-sungai kecil (Asdak, 1995:4).
Menurut kamus Webster, DAS adalah suatu daerah yang dibatasi
oleh pemisah topografi, yang menerima hujan, menampung, menyimpan
dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut. DAS
merupakan suatu ekosistem dimana didalamnya terjadi suatu proses
interaksi antara faktor-faktor biotik, non biotik dan manusia. Sebagai suatu
ekosistem, maka setiap ada masukan (input) ke dalamnya, proses yang
terjadi dan berlangsung didalamnya dapat di evaluasi berdasarkan keluaran
(output) dari ekosistem tersebut. Komponen masukan dalam ekosistem
DAS adalah curah hujan, sedangkan keluaran terdiri dari debit air, muatan
sedimen dan unsur hara. Komponen-komponen DAS yang berupa
vegetasi, tanah dan saluran/sungai dalam hal ini bertindak sebagai
prosessor (Supirin, 2004:183).
5. Debit
Debit adalah volume air yang mengalir lewat suatu penampang
melintang dalam alur (channel), pipa, akuifer, ambang dan sebagainya, per
satuan waktu (Soemarto, 1999:51). Jenis debit sangat beragam, diantara
pengertian debit yang lain, yaitu: Debit puncak atau debit banjir (qp,
Qmaks) adalah besarnya volume air maksimum yang mengalir melalui
suatu penampang melintang suatu sungai per satuan waktu, dalam satuan
m³/detik. Debit minimum (Qmin) adalah besarnya volume air minimum
yang mengalir melalui suatu penampang melintang suatu sungai per satuan
8
waktu, dalam satuan m³/detik (Dephut, 2009:4). Rasio debit merupakan
perbandingan antara debit maksimum dan minimum atau dikenal dengan
(KRS) koefisien regim sungai (Dephut, 2009:17). Pengertian debit juga
dapat dibagi menjadi debit harian, debit bulanan dan debit tahunan. Debit
tahunan adalah suatu angka yang menunjukkan rata-rata debit suatu sungai
dalam jangka waktu satu tahun dalam satuan (m³/dt) (Asdak, 2002:195),
begitu juga dengan pengertian debit bulanan dan debit tahunan. Dalam
penelitian ini debit yang dihitung adalah rasio debit.
6. Sungai
Sungai adalah air yang besar, buatan alam, bermuara ke laut atau
danau dan biasanya anak-anak sungai bermuara di sepanjang alirannya.
Ada 3 tipe sungai berdasarkan konstansi alirannya :
a. Mengalir sepanjang waktu (perennial).
b. Mengalir hampir sepanjang waktu, kecuali pada musim kering luar
biasa, penguapan/peresapan melampaui aliran yang diperlukan
(intermitten, terputus-putus).
c. Mengalir dalam waktu singkat, yakni hanya pada waktu turun hujan
atau periode hancur salju (ephemeral). (Mustofa dan Sektiyawan, 2007
: 426)
Dalam penelitian ini sungai yang dimaksud adalah Sungai Gung
dan berdasarkan konstansinya termasuk sungai yang mengalir sepanjang
waktu atau perennial.
9
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Perubahan penggunaan lahan kawasan vegetasi menjadi kawasan
terbangun di DAS Gung Hulu dari tahun 1996 sampai 2007.
2. Rasio debit Sungai Gung tahun 1996 sampai 2007 pada DAS Gung Hulu.
3. Dampak perubahan penggunaan lahan terhadap debit Sungai Gung.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Hidrologi dan
Konservasi Tanah dan Air.
2. Sebagai pertimbangan pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Tegal
dalam kebijakan penentuan arah pembangunan daerah.
F. Sistematika Skripsi
Hasil penelitian ini disusun dengan menggunakan sistematika skripsi
yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal skripsi, bagian isi skripsi dan
bagian akhir skripsi.
Bagian awal skripsi, meliputi sampul, lembar judul, lembar
persetujuan pembimbing, lembar pengesahan penguji, lembar pernyataan,
lembar motto dan persembahan, sari, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, dan daftar lampiran.
10
Bagian isi skripsi terdiri atas lima bagian yang dapat diperinci
sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang, rumusan masalah,
penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
skripsi.
BAB II. LANDASAN TEORI. Berisi kajian secara teoritis mengenai masalah
yang dibahas dalam penelitian meliputi pengertian ekosistem DAS, daur
hidrologi, penggunaan lahan, dan debit aliran.
BAB III. METODE PENELITIAN. Memuat metode dalam penelitian,
meliputi; obyek penelitian, variabel penelitian, jenis-jenis data, metode, alat
dan bahan, teknik analisis data serta langkah-langkah penelitian.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Memuat penjelasan
mengenai kondisi umum daerah penelitian, meliputi; letak dan luas, hidrologi,
topografi, tanah, iklim, geomorfologi, penduduk. Penggunaan lahan, meliputi;
penggunaan lahan tahun 1996, penggunaan lahan tahun 2007 dan perubahan
penggunaan lahan. Rasio debit dan dampak antara perubahan penggunaan
lahan terhadap debit serta pembahasannya.
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN, berisi tentang simpulan dan saran dari
hasil penelitian.
Bagian akhir skripsi, meliputi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ekosistem DAS
Ekosistem DAS merupakan bagian yang penting karena mempunyai
fungsi perlindungan terhadap DAS. Aktifitas dalam DAS yang menyebabkan
perubahan ekosistem, misalnya perubahan tata guna lahan, khususnya di
daerah hulu dapat memberikan dampak pada daerah hilir berupa perubahan
fluktuasi debit air dan kandungan sedimen serta material terlarut lainnya.
Adanya keterkaitan antara masukan dan keluaran pada suatu DAS ini dapat
dijadikan sebagai dasar untuk menganalisis dampak suatu tindakan atau
aktifitas pembangunan di dalam DAS terhadap lingkungannya, khususnya
hidrologi.
Nilai tingkat kualitas suatu DAS atau sub-DAS, dapat diukur dari
dua parameter yang secara teoritis dan praktis dapat dianalisa untuk
digunakan. Parameter tersebut adalah tingkat erosi yang alami, dalam hal ini
sedimen, dan fluktuasi debit sungai yang mengalir dalam beberapa kodisi
curah hujan yang berbeda. Kedua perameter diatas, merupakan gambaran dari
ekosistem dan karakteristik suatu DAS. Ekosistem dalam hal ini adalah suatu
interaksi antara faktor-faktor sumber daya biotik, nonbiotik dan sumber daya
manusia dalam DAS (Suripin, 2004:185).
Suatu DAS adalah daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu
titik tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari DAS-DAS di sebelahnya
11
12
oleh pembagi (divide) atau punggung bukit/gunung dapat di telusuri pada peta
topografi (Linsley dan Franzini, 1994:10).
Manusia adalah salah satu komponen yang penting. Sebagai
komponen yang dinamis, manusia dalam menjalankan aktifitasnya seringkali
mengabaikan dampak pada salah satu komponen lingkungannya dan dengan
demikian, mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan.
Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya di
bagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu
DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut; merupakan daerah konservasi,
mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan
kemiringan lereng besar (lebih besar dari 15%), bukan merupakan daerah
banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis
vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. Ekosistem DAS hulu
merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan
terhadap seluruh bagian DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi tata air.
Perubahan lanskap termasuk perubahan tata guna lahan dan/atau
pembuatan bangunan konservasi yang dilaksanakan di daerah hulu DAS tidak
hanya akan memberikan dampak di daerah dimana kegiatan tersebut
berlangsung (hulu DAS), tetapi juga akan menimbulkan dampak didaerah
hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transpor sedimen serta
material terlarut dalam sistem aliran air lainnya (Asdak, 2002:12).
13
B. Daur Hidrologi
Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini relatif tetap dari
masa ke masa. Air di bumi mengalami suatu siklus melalui serangkaian
peristiwa yang berlangsung terus-menerus, dimana kita tidak tahu kapan dan
dari mana berawalnya dan kapan pula akan berakhir. Serangkaian peristiwa
tersebut dinamakan siklus hidrologi (hydrolic cycle) (Supirin, 2004:134).
Persediaan air segar dunia hampir seluruhnya didapatkan dalam
bentuk hujan sebagai hasil dari penguapan air laut. Proses-proses yang
tercakup dalam peralihan uap lengas dari laut ke daratan dan kembali ke laut
lagi membentuk apa yang dinamakan daur hidrologi (Linsley dan Franzini,
1994:9). Daur atau siklus hidrologi adalah gerakan air ke udara, kemudian
jatuh kepermukaan tanah, dan akhirnya mengalir ke laut kembali (Soemarto,
1999:2).
Daur hidrologi secara alamiah dapat di tunjukkan seperti terlihat
pada gambar 2.1, yaitu menunjukkan gerakan air dipermukaan bumi. Selama
berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke
atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak
pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai,
danau/waduk dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia
atau makhluk hidup lainnya.
Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor-faktor iklim
lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi
dan tanah, di laut atau badan-badan air lainnya. Uap air sebagai hasil proses
14
evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun
datar dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian dari uap air
tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai hujan.
Gambar 2.1. Daur Hidrologi (Sumber: Asdak, 2002:9)
Sebelum mencapai permukaan tanah air hujan tersebut akan tertahan
oleh tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di
permukaan tajuk/daun selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian lainnya
akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela-sela daun (troughfall) atau
mengalir ke bawah permukaan batang pohon (stemflow). Sebagian air hujan
tidak akan pernah sampai dipermukaan tanah, melainkan terevaporasi
kembali ke atmosfer (dari tajuk dan batang) selama dan setelah
berlangsungnya hujan (interception loss).
Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan
masuk (terserap) kedalam tanah (infiltration). Sedangkan air hujan yang tidak
terserap kedalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-
15
cekungan permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir
diatas permukaan tanah ketempat yang lebih rendah (run off), untuk
selanjutnya masuk kedalam sungai. Air infiltrasi akan tertahan didalam tanah
oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah.
Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang
baru masuk ke dalam tanah akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih dalam
dan menjadi bagian dari air tanah (ground water). Air tanah tersebut,
terutama pada musim kemarau, akan mengalir pelan-pelan ke sungai, danau
atau tempat penampungan air alamiah lainnya (baseflow).
Tidak semua air infiltrasi (air tanah) mengalir ke sungai atau
tampungan air lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap
tinggal dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan
kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah (soil evaporation) dan melalui
permukaan tajuk vegetasi (transpiration).
Dengan menelaah konsep daur hidrologi secara lebih luas, maka
pengertian istilah daur lalu dapat digunakan sebagai konsep kerja untuk
analisis dari berbagai permasalahan, misalnya dalam perencanaan dan
evaluasi pengelolaan DAS.
Gabungan evaporasi uap air hasil proses transpirasi dan intersepsi
dinamakan evapotranspirasi. Sedang air larian dan air infiltrasi akan mengalir
ke sungai sebagai debit aliran (discharge) (Asdak, 2002:191).
16
C. Penggunaan Lahan
Lahan menurut FAO diartikan sebagai suatu wilayah permukaan
bumi yang mempunyai sifat-sifat biosfer secara vertikal diatas maupun di
bawah wilayah tersebut termasuk atmosfer, tanah, geologi, geomorfologi,
hidrologi, vegetasi, dan binatang, serta hasil aktifitas manusia dimasa lampau
maupun masa sekarang dan perluasan sifat-sifatnya tersebut mempunyai
pengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia disaat sekarang maupun
dimasa yang akan datang (Arsyad, 1989:207).
Lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi dengan sifat-sifat
tertentu seperti iklim, struktur batuan, bentuk-bentuk lahan, proses
pembentukkan lahan, tanah, air, vegetasi dan penggunaan lahan
(Mangunsukarjo dalam Purnomo, 2000:1). Penggunaan lahan (land use)
diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap
lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun
spiritual (Arsyad, 1989:207).
Penggunaan lahan merupakan elemen daerah aliran sungai (DAS)
yang sangat menentukan besar aliran dari curah hujan yang menyebabkan
banjir. Kondisi penggunaan lahan dalam daerah pengaliran akan
mempengaruhi hidrograf sungainya. Daerah hutan yang ditutupi hutan lebat
sulit menghasilkan limpasan permukaan karena kemampuan infiltrasinya
sangat besar. Jika daerah hutan ini dijadikan kawasan pembangunan dan
dikosongkan terlebih dahulu dengan menebang hutan, maka kapasitas
infiltrasi akan turun disebabkan kemampatan tanah pada permukaan tanah.
17
Dengan demikian aliran hujan akan mudah terkumpul kehilir sungai-sungai
yang akhirnya dapat menyebabkan banjir yang tidak terjadi pada keadaan
sebelumnya (Liesnoor, 1995:25).
Penggunaan lahan menurut Arsyad, dapat dikelompokkan ke dalam
dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan
bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam garis besar
kedalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan
komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan
tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti
tegalan, sawah, perkebunan, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung,
padang alang-alang, dan sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan non
pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa
(permukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Arsyad,
1989:207).
Badan Pusat Statistik menggolongkan penggunaan lahan yaitu:
sawah, pemukiman, tegalan, perkebunan, hutan dan lain-lain (BPS dalam
Sinukaban, 2005:2). Sedangkan penggolongan penggunaan lahan menurut
Mallingreau terdiri dari: tanah terbuka, semak, jalan aspal/jalan tanah/jalan
batu/jalan tegalan tanpa teras, tegalan dengan teras, sawah tadah hujan, kebun
campuran, belukar, sawah irigasi, permukiman, hutan, perkebunan.
Pengenalan penggunaan lahan dilakukan atas dasar penggolongan jenis
penggunaan lahan tertentu seperti uraian diatas, dalam hal ini digunakan
penggolongan penggunaan lahan dari Mallingreau terdiri dari 7 golongan,
18
yaitu: tanah terbuka, semak dan belukar, tegalan tanpa teras dan tegalan
dengan teras, sawah tadah hujan dan sawah irigasi, permukiman dan jalan
aspal/jalan tanah/jalan batu/jalan, hutan, perkebunan dan kebun campuran.
Memahami hubungan antara penggunaan lahan dan aliran air ke
daerah hilir memiliki arti yang sangat penting karena permintaan air bagi
produksi pertanian, industri dan kebutuhan domestik terus meningkat,
sementara suplai tetap. Dalam banyak kasus, kekhawatiran akan dampak
penggundulan hutan pada kualitas, kuantitas dan keteraturan aliran air dari
hulu, merupakan dasar diterapkannya aturan penggunaan lahan. Suatu aturan
penggunaan lahan seringkali mengakibatkan makin terbatasnya kesempatan
masyarakat hulu untuk hidup sesuai dengan cara yang mereka inginkan atau
anggap cocok.
D. Debit Aliran
Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem
satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik perdetik
(m³/dt). Dalam laporan-laporan teknis debit aliran biasanya ditunjukkan
dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit
sebagai respon adanya perubahan karakteristik perubahan biogeofisik yang
berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan
atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak,
2002:191).
19
Debit sungai akan selalu berubah setiap saat sehingga untuk
mengkuantitatifkannya diperlukan angka tertentu. Angka debit sekian
m³/detik menunjukkan debit sesaat pada suatu pos pengukur debit. Angka
yang bervariasi tersebut dapat di sajikan secara grafik yang disebut
hidrograf. Hidrograf adalah penyajian secara grafik variasi atau keragaman
debit menurut waktu. Dari hidrograf tersebut kita dapat mengetahui berapa
besar volume air yang melalui pos pengukur debit dalam satuan waktu
tertentu (Soemarto, 1999:52).
Debit tahunan adalah suatu angka yang menunjukkan rata-rata debit
suatu sungai dalam jangka waktu satu tahun dalam satuan (m³/dt). Nilai ini
diperoleh dari hasil bagi antara debit bulanan dalam waktu satu tahun di bagi
jumlah bulan dalam satu tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi
jumlah debit dalam satu tahun selama jangka waktu yang lama sangat
beragam. Diantaranya; curah hujan, perubahan tata guna lahan dan penutup
lahan di DAS yang bersangkutan, faktor fisik tanah dan batuan disekitar
sungai, banyaknya vegetasi penutup terutama hutan, bentuk dan kemiringan
DAS, panjang sungai, luasan DAS, serta yang tidak kalah penting adalah
faktor manusia dan aktivitasnya di DAS tersebut. Semuanya ini sangat
berpengaruh dalam ekosistem DAS.
Teknik pengukuran debit aliran langsung dilapangan pada dasarnya
dapat dilakukan melalui empat kategori (Gordon et al., 1992):
20
1) Pengukuran volume air sungai.
2) Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan
luas penampang melintang sungai.
3) Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang
dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method).
4) Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir
(aliran air lambat) atau flume (aliran air cepat).
Pengukuran debit yang umum dan paling banyak dipraktekkan pada
aliran sungai menggunakan kategori kedua, yaitu dengan bantuan current
meter atau sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui pendekatan
velocity-area method. Besarnya debit dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Q = A.V
Keterangan
Q = Debit aliran
A = Luas penampang melintang (m²)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
Hal yang agak memerlukan perhatian adalah menentukan angka
kecepatan aliran sungai rata-rata. Lebar sungai, kedalaman, kemiringan dan
geseran tepi dan dasar sungai adalah faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan. Geseran tepi dan dasar sungai akan menurunkan kecepatan
aliran terbesar pada bagian tengah dan terkecil pada bagian dasar sungai
(Asdak, 2002:195).
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa Daerah Aliran Sungai (DAS), dimana
kajian meliputi kondisi penggunaan lahan yang menjadi parameter fluktuasi
debit aliran sungai pada DAS Gung Hulu.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Perubahan penggunaan lahan, yaitu penggunaan lahan tahun 1996 dan
tahun 2007. Pengelompokan unit-unit penggunaan lahan yang digunakan
disini adalah dari Mallingreau dan Rosalia yang terdiri dari; laut, danau,
tambak, sungai, irigasi, pertanian, hutan, perkebunan, semak, lahan kritis,
lahan pantai, singkapan batuan, lava lahar, gosong pantai,
permukiman/kota,kampung/desa,bandara,jaringantransportasi/komunikasi,
rekreasi. Dalam penelitian ini lebih di persempit lagi menjadi tujuh jenis
penggunaan lahan, yaitu: hutan, kebun campuran, sawah, tegalan, tanah
kosong, semak/belukar dan permukiman. Untuk menentukan jenis-jenis
penggunaan lahan ditentukan dengan cara interpretasi citra melalui unsur-
unsur interpretasi citra. Penggunaan lahan didapat dengan cara interpretasi
dan digitasi citra Landsat TM 7, citra Quickbird serta peta Rupa Bumi
Indonesia.
21
22
2. Debit, dalam penelitian ini ditekankan pada nilai rasio debit maksimum
dan minimum dalam satu tahun (KRS). Dalam penelitian ini debit yang
dianalisis adalah debit selama 11 tahun, dari tahun 1996 sampai 2007.
3. Curah hujan, curah hujan yang dimaksud adalah rata-rata curah hujan
tahunan di empat stasiun hujan. Empat curah hujan tersebut yaitu:
Danawarih, Bojong, Bumijawa dan Kemaron. Dalam penelitian ini curah
hujan yang dianalisis adalah curah hujan selama 11 tahun.
4. Dampak, adalah akibat yang ditimbulkan dari suatu kegiatan atau
peristiwa. Dampak perubahan penggunaan lahan dalam penelitian ini
antara lain terhadap debit aliran sungai maupun faktor lain yang berkaitan
dengan ekosistem DAS.
C. Jenis-jenis Data
1. Data Primer
Data primer terdiri dari data penggunaan lahan diperoleh dari
interpretasi citra meliputi data macam-macam penggunaan lahan.
2. Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari data debit maksimum dan minimum
tahunan dari catatan AWLR di Bendung Danawarih yang diperoleh dari
PSDA Pemali-Comal, data rata-rata curah hujan tahunan masing-masing
stasiun yang terdapat di DAS Gung dari DPU Kabupaten Tegal bagian
hidrologi, data fisik DAS, meliputi; bentuk DAS, luasan (Km²) dan
panjang sungai utama dari PSDA Jawa Tengah bagian Hidrologi. Juga
23
data penduduk di DAS Gung Hulu dari BPS, peta rupa bumi Indonesia,
meliputi lembar; Bumijawa, Sirampog, Balapulang dan Lebaksiu skala 1 :
25.000 dari outlet Bakosurtanal serta citra satelit dari LAPAN.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh informasi untuk mengorientasi dan
menganalisis data, penelitian ini memakai tiga jenis metode, yaitu:
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder
yang berupa catatan resmi dari suatu instansi-instansi tertentu yang
dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu: BPS untuk mencari data
kependudukan dan administrasi wilayah, BAPPEDA untuk izin penelitian,
DPU Bagian Pengairan untuk mencari data curah hujan, PSDA untuk
mencari data debit maksimum dan minimum tahun 1996 – 2007. Peta rupa
bumi Indonesia lembar Bumijawa, Sirampog, Balapulang dan Lebaksiu
tahun 2001 skala 1 : 25.000 digunakan sebagai acuan dalam penentuan
lokasi obyek dan pembuatan peta penggunaan lahan, Citra Landsat TM 7
tahun 1996 dan Quickbird tahun 2007 digunakan untuk pembuatan peta
perubahan penggunaan lahan.
2. Metode Observasi
Dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan adalah
observasi tidak langsung. Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan
data dengan melakukan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau
24
fenomena yang ada pada objek penelitian. Sedangkan observasi tidak
langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat
berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki atau obyek yang diteliti
(Tika, 2005:45). Waktu observasi dalam penelitian ini, awal tahun 2009
dengan kajian selama 11 tahun, antara tahun 1996 sampai dengan tahun
2007. Semua data diperoleh melalui kajian pustaka, pengamatan langsung
di lapangan, data dari instansi terkait dan tidak dilakukan eksperimen
secara langsung.
3. Metode Wawancara
Wawancara (interview) adalah salah satu bentuk komunikasi
antara dua orang atau lebih. Wawancara merupakan metode pengumpulan
data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian pada umumnya. Informasi tentang
dampak perubahan penggunaan lahan terhadap debit juga diperoleh
dengan metode ini. Informan atau narasumber diambil dari orang-orang
yang berkaitan langsung dengan keberadaan DAS Gung Hulu, baik dari
instansi pemerintah maupun dari penduduk sekitar.
E. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data:
1. Seperangkat alat komputer dan perangkat lunak SIG untuk pengolahan,
manipulasi, tumpangsusun, klasifikasi, analisis serta penampilan data dan
informasi. Berupa software ER Mapper 7.0 dan Arc View 3.3.
25
2. Alat tulis dan gambar
3. Kamera untuk keperluan dokumentasi.
Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data meliputi:
1. Data rekaman hujan daerah penelitian tahun 1996 – 2007.
2. Data rekaman debit maksimum dan minimum Sungai Gung tahun 1996 –
2007.
3. Citra Landsat TM 7 tahun 1996 dan Citra Quickbird tahun 2007.
4. Peta rupa bumi Indonesia lembar Bumijawa, Sirampog, Balapulang dan
Lebaksiu skala 1 : 25.000.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis SIG
Analis SIG dalam penelitian ini menggunakan teknik overlay, jenis
peta yang di overlay adalah peta penggunaan lahan tahun 1996 dan peta
penggunaan lahan tahun 2007 yang kemudian diperoleh peta perubahan
penggunaan lahan.
Langkah awal dalam pembuatan peta adalah persiapkan peta yang
diperlukan yaitu peta penggunaan lahan tahun 1996 dan tahun 2007 yang
didapat dari citra Landsat TM 7 tahun 1996 dan citra Quickbird tahun
2007, setelah peta yang diperlukan siap kemudian panggil program
ArcView dengan cara pilih start menu, buat theme baru, kemudian
masukkan koordinat peta yang akan didigitasi, langkah berikutnya adalah
melakukan digitasi. Setelah langkah digitasi selesai selanjutnya peta
26
penggunaan lahan tahun 1996 dan tahun 2007 tersebut di overlay, hasil
dari overlay digunakan untuk memperoleh data perubahan penggunaan
lahan yang terjadi antara tahun 1996 sampai tahun 2007.
2. Analisis Rasio Debit
Kondisi DAS dapat dievaluasi secara makro dengan nisbah debit
maksimum-minimum (Qmax/Qmin) atau yang lebih dikenal dengan Rasio
Debit. Rasio debit merupakan perbandingan antara debit maksimum dan
minimum (KRS). DAS dengan kondisi baik bila rasio debitnya kecil,
artinya rasio antara debit di musim hujan dengan di musim kemarau kecil.
Tabel 3.1. Klasifikasi Nilai KRS
No Nilai KRS Kelas Skor
1 < 50 Baik 1
2 50 – 120 Sedang 3
3 > 120 Jelek 5
Sumber: Pedoman Monitoring dan Evaluasi DAS Dephut, 2009
Apabila rasio debit DAS besar, bisa dikatakan DAS tersebut kritis.
DAS dikatakan baik bila nilai KRS (Koefisien Regim Sungai) kurang dari
50, antara 50 sampai 120 DAS dalam keadaan kritis, lebih dari 120 DAS
tergolong sangat kritis. Hal ini disebabakan pada saat musim hujan, air
hujan yang jatuh ke bumi sedikit sekali yang masuk ke tanah atau
terinfiltrasi, langsung menjadi aliran air permukaan, sehingga cadangan air
tanah berkurang dan debit sungai menjadi besar. Sebaliknya, pada saat
musim kemarau, debit sungai kecil. Karena sedikit sekali air yang
27
mengalir melalui tubuh sungai baik dari hujan, mata air maupun limpasan
dari air tanah.
3. Analisis Deskriptif
Analisis data secara deskriptif penting untuk menjelaskan data
yang bersifat kualitatif, baik dalam bidang Geografi Sosial maupun
Geografi Fisik. Penggambaran tentang suatu dampak alih fungsi lahan
dimaksudkan untuk mengetahui implikasi perubahan penggunaan lahan di
DAS Gung Hulu terhadap jumlah debit sungai, fluktuasi debit, rasio debit
tiap tahun, maupun dampak sosialnya.
G. Langkah-langkah Penelitian
1. Langkah Pertama
a. Studi kepustakaan tentang literatur-literatur, buku-buku, surat
kabar/majalah/buletin serta dari jurnal dan internet yang ada kaitannya
dengan obyek dan daerah penelitian.
b. Menyiapkan surat-surat perijinan untuk penelitian.
c. Menyiapkan data acuan yang berupa peta-peta yang dipergunakan
sebagai acuan.
d. Penyiapan data peta dasar dan citra penginderaan jauh, berupa citra
Landsat TM 7 tahun 1996 dan Quickbird 2007 lokasi penelitian.
e. Penyiapan peralatan yang digunakan untuk pemrosesan data dan
analisis yang meliputi hardware dan software, yaitu seperangkat
komputer dan program Arc View 3.3 dan ER Mapper 7.0.
28
2. Langkah Kedua
a. Membuat peta dasar berdasarkan peta rupa bumi Indonesia lembar
Bumijawa, Sirampog, Balapulang dan Lebaksiu Skala 1 : 25.000.
b. Interpretasi citra Landsat TM 7 Tahun 1996.
Sebelum interpretasi dilakukan, untuk citra Landsat TM 7 dilakukan
beberapa prosedur, yaitu.
1) Koreksi Geometrik
Langkah ini bertujuan untuk perbaikan geometrik citra yang belum
terkoreksi yang sudah memiliki titik-titik referensi (rektifikasi) citra
agar koordinat citra sesuai dengan koordinat geografis.
2) Cropping Data (Pemotongan Citra)
Langkah ini dilakukan untuk membatasi daerah mana yang akan
dipetakan tidak mengalami pergeseran saat dilakukan digitasi.
3) Penajaman Citra
Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kontras warna dan
cahaya dari suatu citra sehingga memudahkan untuk interpretasi
dengan menggunakan RGB.
Kemudian, interpretasi citra Landsat TM 7 dapat dilakukan
dengan memperhatikan unsur-unsur interpretasi yaitu rona dan warna,
bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situ serta asosiasi. Dari hasil
interpretasi citra Landsat TM 7 diperoleh peta penggunaan lahan tahun
1996 DAS Gung Hulu.
29
c. Interpretasi citra Quickbird tahun 2007
Langkah awal yang dilakukan dalam interpretasi citra
Quickbird tahun 2007 adalah pemotongan citra (Cropping Data),
dengan tujuan untuk membatasi daerah yang akan dipetakan. Langkah
selanjutnya sama seperti langkah citra Landsat TM 7 Hasil dari
interpretasi ini adalah peta penggunaan lahan 2007 DAS Gung Hulu.
3. Langkah Ketiga
a. Cek lapangan untuk mengetahui macam-macam penggunaan lahan
b. Uji ketelitian interpretasi peta awal dengan menggunakan data yang
diperoleh dari cek lapangan
4. Langkah Keempat
a. Overlay peta penggunaan lahan tahun 1996 dan tahun 2007 yang
menghasilkan peta penggunaan lahan tahun 1996 dan 2007.
b. Pengolahan data debit Sungai Gung tahun 1996 dan 2007.
5. Langkah Kelima
Langkah kelima adalah analisis dari data peta perubahan
penggunaan lahan vegetasi menjadi kawasan terbangun dan data
perubahan debit aliran Sungai Gung untuk mencari hubungannya dengan
memakai program SPSS serta mengecek silang data curah hujan.
6. Langkah Keenam
Langkah keenam adalah penyajian hasil penelitian.
30
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
Citra
Quickbird
2007
Citra
Landsat TM
7 1996
Peta Rupa Bumi Indonesia,
Peta Kemiringan Lereng, Peta
Tanah, Peta Geomorfologi
Data Debit
Sungai Tahun
Digitasi Interpretasi Interpretasi
Peta Administrasi DAS Gung
Hulu, Peta Pola aliran DAS,
Peta Kemiringan Lereng, Peta
Jenis Tanah, Peta Polygon
Thiesen, Peta Geomorfologi
Peta
Penggunaan
Lahan
Tahun 1996
Peta
Penggunaan
Lahan
Tahun 2007
Cek Lapangan
Rasio debit
Overlay
Peta Perubahan Penggunaan
Lahan Tahun 1996-2007
Perubahan Debit Aliran
Tahun 1996-2007
Analisis
Dampak Perubahan Penggunaan Lahan
Terhadap
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil dalam kegiatan penelitian ini meliputi keadaan umum daerah
penelitian, yaitu fisik (letak dan luas DAS Gung Hulu, topografi, tanah,
geomorfologi, iklim, hidrologi) dan sosial (jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk), penggunaan lahan tahun 1996, penggunaan lahan tahun 2007,
perubahan penggunaan lahan lahan antara tahun 1996 sampai tahun 2007, dan
perubahan debit Sungai Gung Hulu.
1. Kondisi Umum Daerah Penelitian
a. Letak dan Luas DAS Gung Hulu.
Letak DAS Gung Hulu secara administratif berada di
Kabupaten Tegal meliputi Kecamatan Bumijawa, Kecamatan Bojong,
Kecamatan Jatinegara, Kecamatan Balapulang. DAS Gung Hulu bagian
dari wilayah DAS Gung di Jawa Tengah, merupakan DAS terbesar di
Kabupaten Tegal.
Secara geografis DAS Gung Hulu dibatasi oleh;
1) Utara : DAS Gung hilir, DAS Cacaban
2) Barat : DAS Pemali,
3) Selatan : DAS Serayu,
4) Timur : DAS Rambut, DAS Comal.
31
32
Gambar 4.1. Peta Administrasi DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal
33
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Balapulang,
Lebaksiu, Sirampog dan Bumijawa Skala 1 : 25.000, secara astronomis
DAS Gung Hulu terletak antara 109°07’05” BT - 109°12’48” BT dan
07°04’02” LS - 07°14’59” LS. Terletak di lereng utara Gunung Slamet
dengan luas 11.982,559 ha atau 119,82 km2 dari total luas DAS Gung
sebesar 139,90 km2. DAS Gung hulu melintasi 29 desa di 4 kecamatan,
antara lain Kecamatan Balapulang (Karangjambu, Cilongok,
Tembongwah, Danareja, Sangkanjaya, Kalibakung, Pagerwangi, dan
Danawarih), Kecamatan Jatinegara (Mokaha, Kedungwungu,
Penyalahan dan Argatawang), Kecamatan Bojong (Tuwel, Rembul,
Dukuhtengah, Kedawung, Suniarsih, Bojong, Lengkong, Batunyana,
Karangmulya, Buniwah, Danasari dan Cikura) serta Kecamatan
Bumijawa (Guci, Bumijawa, Sokatengah, Sokasari dan Sumbaga).
b. Hidrologi
Kegiatan erosi dan tektonik menghasilkan bentuk-bentuk
lembah sebagai tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk
pola-pola tertentu yang disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini
sangat berhubungan dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi erosi
dan sejarah bentuk bumi. Sistem pengaliran yang berkembang pada
permukaan bumi secara regional dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis
dan ketebalan lapisan batuan, struktur geologi, jenis dan kerapatan
vegetasi serta kondisi iklim.
34
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau
foto udara, terutama pada skala yang besar. Percabangan-percabangan
erosi yang kecil pada permukaan bumi akan tampak dengan jelas,
sedangkan pada skala menengah akan menunjukkan pola yang
menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi dan erosi.
Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung pada jenis,
sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur
seperti sesar, kekar, arah dan bentuk perlipatan.
Secara fisik DAS Gung Hulu merupakan bagian wilayah DAS
Gung. Panjang dari sungai utamanya adalah 72,57 km, sedangkan
panjang Sungai Gung Hulu 24,591 km. Secara umum pola aliran DAS
Gung Hulu adalah Pararel, degan bentuk modifikasi Pinnate. Pada
umumnya menunjukkan daerah yang berlereng sedang sampai agak
curam dan dapat ditemukan pula pada daerah bentuk lahan perbukitan
yang memanjang. Sering terjadi pola peralihan antara pola dendritik
dengan pola paralel atau trellis. Bentuk lahan perbukitan yang
memanjang dengan pola pengaliran paralel mencerminkan perbukitan
tersebut dipengaruhi oleh perlipatan.yang biasanya di temui pada
daerah dengan kemiringan lereng curam pada daerah pegunungan.
Bentuk DAS Gung Hulu memanjang dengan luas daerah pengaliran
119,82 km2, hal ini menyebabkan debit sungai menjadi kecil dan
menunjukkan jika turun hujan, air hujan untuk terkumpul dalam sistem
sungainya diperlukan waktu yang agak lama, demikian juga waktu yang
35
Gambar 4.2. Peta Pola Aliran DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal
36
dibutuhkan air untuk dapat mencapai outlet DAS relatif lama
dibandingkan dengan DAS yang berbentuk bulat. Anak-anak Sungai
Gung antara lain Sungai Erang, Sungai Blembeng, Sungai Longkrang,
Sungai Ontong, Sungai Luwu, Sungai Wuluh, Sungai Lumpang, Sungai
Blombong dan Sungai Ranggem.
c. Topografi
DAS Gung Hulu mempunyai kenampakan topografi yang
bervariasi dari lereng datar, landai, miring, terjal hingga sangat terjal.
Topografi datar berada di ujung bagian utara atau di outlet DAS,
topografi landai berada di bagian utara dan tengah, topografi miring
berada di barat dan timur DAS, topografi terjal terdapat merata di
lereng gunung maupun bukit dan sangat terjal berada di sebelah selatan.
Dalam penelitian ini kemiringan lereng dibagi menjadi 5 kelas
kemiringan lereng, yaitu: datar (0 – 2%), landai (3 – 5%), miring (6 –
10%), terjal (11 – 30%) dan sangat terjal (31 – 45%).
Berdasarkan pembagian kelas kemiringan lereng diketahui
bahwa lereng datar (0 – 2 %) yang ketinggiannya 250 – 350 meter dari
permukaan air laut berada di Kecamatan Balapulang (Pagerwangi,
Danawarih, Kalibakung, Sangkanjaya, Cilongok, Karangjambu).
Lereng landai (3 – 5%), berketinggian 250 – 1050 meter tersebar di
Kecamatan Jatinegara (Mokaha, Kedungwungu, Penyalahan dan
Argatawang), Kecamatan Balapulang (Cilongok, Karangjambu,
Kalibakung), Kecamatan Bojong (Tuwel, Rembul, Bojong, Lengkong,
37
Gambar 4.3. Peta Kemiringan Lereng DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal
38
Karangmulya, Batunyana, Buniwah). Miring (6 – 10%), dengan tinggi
350 sampai 1150 meter menempati wilayah Kecamatan Balapulang
(Tembongwah, Cilongok, Karangjambu, Kalibakung), serta Kecamatan
Bojong (Buniwah, Bojong, Batunyana, Lengkong, Karangmulya,
Suniarsih, Danasari, Cikura, Tuwel, Rembul, Dukuhtengah,
Kedawung), Kecamatan Bumijawa (Sokasari, Sokatengah, Sumbaga,
Bumijawa, Guci). Terjal (11 – 30%) dengan tinggi 450 – 1650 meter
terdapat di Kecamatan Balapulang (Kalibakung, Karangjambu,
Pagerwangi, Danareja), Kecamatan Jatinegara (Kedungwungu,
Argatawang), Kecamatan Bojong (Batunyana, Tembongwah, Danasari,
Rembul) serta Bumijawa (Guci, Sokasari, Sokatengah). Sangat terjal
(31 – 45%) dan tingginya dari 500 – 3400 meter berada di Kecamatan
Balapulang (Danareja), Kecamatan Jatinegara (Kedungwungu,
Argatawang), Kecamatan Bumijawa (Bumijawa, Guci) dan Kecamatan
Bojong (Tuwel, Rembul, Dukuhtengah, Kedawung).
d. Tanah
Jenis tanah di daerah penelitian terdiri dari atas 10 jenis tanah
yaitu: Typic Distrudepts, Aquic Hapludands, Typic Udorthents, Typic
Epiaquepts, Oxiaquic Eutrudepts, Chromic Hapluderts, Typic
Eutrudepts, Vertic Eutrudept, Lhitic Dystrudepts dan Typic
Hapludands. Berikut penjelasannya:
39
1) Typic Distrudepts
Typic distrudepts merupakan tanah dengan golongan (ordo)
inceptisol. Typic distrudepts adalah tanah permulaan yang tidak
mempunyai bahan sulfidik pada kedalaman kurang dari 50 cm dari
permukaan tanah mineral dan pada salah satu subhorison atau lebih.
Terletak pada kedalaman antara 20 dan 50 cm dari permukaan tanah
mineral, mempunyai nilai N 0,7 atau kurang. Mengandung liat
kurang dari 8% pada salah satu sub horison dan mempunyai salah
satu atau lebih sifat-sifat tidak subur, kejenuhan basa rendah dan
terdapat di daerah lembab. Tanah ini mempunyai kedalaman tanah
yang sangat dalam, drainase baik, tekstur tanah halus, struktur tanah
gumpal, dengan pH masam (<4,5 – 5,5).
2) Typic Hapludands
Tanah dengan golongan (ordo) inceptisol, mempunyai
kedalaman tanah sangat dalam. Typic hapludands adalah tanah
hitam, baik tertimbun (buried) atau tidak yang mempunyai horison
dengan sifat andik setebal 35 cm atau lebih (kumulatif) pada
kedalaman 60 cm pada bagian paling atas dari tanah mineral atau
sampai permukaan lapisan organik yang mempunyai syarat sifat
tanah andik, dipilih yang lebih dangkal, mempunyai regim
kelembapan udik. Tanah ini mempunyai drainase baik, tekstur tanah
sedang, stuktur remah, dengan pH tanah masam(<4,5 – 5,5).
40
3) Typic Udorthents
Typic Udorthents merupakan subgroup tanah yang terdiri
dari great group Udhorthent, sub ordo Orthent, dan ordo Entisol.
Typic Udhorthents adalah tanah mineral yang tidak mempunyai
horizon pedogen yang jelas di dalam satu meter permukaan tanah.
Tanah ini juga merupakan tanah yang baru berkembang, walaupun
demikian tanah ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk
tanah saja, tetapi sudah terjadi proses pembentukan tanah yang
menghasilkan epipedon okhrik. Akumulasi garam, besi oksida dan
lain lain, tapi pada kedalaman lebih dari satu meter. Pada tanah ini
juga ditemukan epipedon antropik, horizon albik dan agrik. Tanah
ini merupakan tanah yang bertekstur lebih halus dari pasir halus
berlempung, sruktur tanah gumpal dengan drainase lebih baik dari
Aquent, bahan organik menurun teratur dengan kedalaman. Tanah
ini terdapat didaerah humid atau lembab dan kondisinya aquik,
dengan regim kedalaman udik.
Terdapat bahan sulfidik sampai kedalaman mencapai 50 cm
dari permukaan tanah mineral, selalu jenuh air dan matriksnya
tereduksi pada semua horison di kedalaman 25 cm dari permukaan
mineral. Memiliki kedalaman tanah yang dangkal, drainase
terhambat, pH alkalis (7,5 - U8,5).
41
Gambar 4.4. Peta Jenis Tanah DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal
42
4) Typic Epiaquepts
Tanah dengan orde Inceptisol yaitu golongan tanah yang
baru berkembang dan belum matang dengan perkembangan profil
tanah yang masih lemah dibandingkan tanah yang matang,
mempunyai kelembapan aquik. Serta memiliki sifat-sifat tanah yang
masih seperti pada bahan induknya seperti sifat berikut: epipedon
histik, horison sulfirik yang batas atasnya pada kedalaman ≤ 50 cm
dari permukaan tanah mineral. Terdapat epipedon okrik dan
epipedon umbrik atau molik yang terletak langsung diatas suatu
horison (atau suatu horison tersebut terletak pada kedalaman kurang
dari 50 cm dari permukaan tanah) di dominasi oleh warna lembab
dan sedikit bercak. Tanah ini mempunyai kedalaman sangat dalam,
darainase terhambat, tekstur agak halus, struktur tanah granuler
dengan gumpalan-gumpalan, pH tanah masam (<4,5 – 5,5).
5) Oxiaquic Eutrudepts
Tanah dengan golongan Inceptisol yaitu golongan tanah
yang baru berkembang dan belum matang dengan perkembangan
profil tanah yang masih lemah dibandingkan tanah yang matang,
serta memiliki sifat-sifat tanah yang masih seperti pada bahan
induknya. Tanah ini mempunyai kedalaman tanah sangat dalam,
drainase terhambat, tekstur agak halus, struktur tanah lemah dengan
pH tanah netral (6,5 – 7,5).
43
6) Chromic Hapluderts
Tanah dengan golongan (ordo) Vertisol. Vertisol
merupakan tanah lempungan yang berat dengan kadar lempung
diatas 30% disemua horison, ditandai dengan adanya jenis
montmorilonit dan smektite. Adanya mineral lempung menyebabkan
tanah memiliki daya kembang kerut yang kuat sesuai dengan kondisi
kadar air atau menuruti keadaan basah kering. Pada kondisi basah
bersifat sangat liat dan lekat, sedang pada kondisi kering bersifat
sangat keras dan retak-retak, bahkan dapat membuat retakan sedalam
0 – 50 cm. Chromic Hapludetrs mempunyai kedalaman tanah yang
sangat dalam, drainase sedang, teksturnya halus, struktur gumpal,
dangan pH tanah netral (6,5 – 7,5).
7) Typic Eutrudepts
Typic Eutrudepts merupakan sub group tanah yang terdiri
dari great group Eutrudepts, sub group udets dan ordo inseptisol.
Typic eutrudepts adalah tanah sangat dalam yang tidak memiliki
bahan sulfidik pada kedalaman kurang dari 50 cm dari permukaan
tanah mineral dan pada salah satu sub horizon atau lebih terletak
pada kedalaman antara 20 cm dan 50 cm dari permukaan tanah
mineral, mempunyai nilai N 0,7 atau kurang, mengandung liat
kurang dari 8% pada satu sub horizon dan mempunyai salah satu
atau lebih sifat: epipedon umbrik, mollik, histik atau plaggen,
horizon kambik, mempunyai fragipan. Tanah ini mempunyai sifat
44
hummid (lembab) karena terdapat di daerah lembab dan juga eutr,
yang menunjukkan bahwa tanah ini subur dan kejenuhan basa tinggi.
Tanah ini mempunyai drainase baik, tekstur tanah halus, struktur
tanah granuler, dengan pH agak masam (5,5 – 6,5).
8) Vertic Eutrudepts
Vertic Eutrudepts merupakan sub group tanah yang terdiri
dari great group Eutrudepts, sub group udets dan ordo inseptisol.
Tanah yang baru berkembang ini adalah tanah permulaan yang tidak
mempunyai bahan sulfidik pada kedalaman kurang dari 50 cm dari
permukaan tanah mineral dan pada salah satu subhorison atau lebih.
Mempunyai regim temperatur tanah termik, mesik atau frigid,
mempunyai retakan–retakan yang terbuka dan sedikit bercak.
Mengandung liat kurang dari 8% pada salah satu sub horison dan
mempunyai salah satu atau lebih sifat-sifat tidak subur, kejenuhan
basa rendah dan terdapat di daerah lembab. Tanah ini mempunyai
kedalaman tanah yang sangat dalam, drainase baik tekstur tanah
halus, struktur tanah gumpal, dengan pH masam (<4,5 – 5,5).
9) Aquic Hapludands
Aquic Hapludands merupakan sub group tanah yang terdiri
dari great group udands, sub group udets dan ordo andisol. Aquic
Hapludands merupakan jenis tanah yang telah berkembang,
berpenampang sedang yaitu berkisar antara 50 – 90 cm, tekstur
halus, berkerikil, drainase baik, permeabilitas sedang berkisar 2,0 –
45
6,25 cm/jam. Tanah ini menempati bagian dari pinggir daerah plato
yang umumnya telah tererosi dengan bentuk wilayah bergelombang
dan terbentuk dari breksi dan batu pasir kandungan unsur haranya
cukup baik. Aquic Hapludands berstruktur halus, tanah agak dalam
dengan tekstur liat, drainase sedang, warna kecoklatan, pHnya netral.
Tanah ini berkembang pada daerah tropis dengan rezim temperatur
(isohipertermik) perbedaan suhu antara musim kemarau dan musim
penghujan kurang dari 5°C.
10) Lhitic Dystrudepts
Lhitic Dystrudepts merupakan sub group tanah yang terdiri
dari great group Dystrudepts, sub group udepts dan ordo inseptisol.
Lhitic Dystrudepts merupakan jenis tanah dengan golongan yang
baru berkembang dan belum matang dengan perkembangan profil
tanah yang masih lemah dibanding tanah yang matang, serta
memiliki sifat-sifat tanah yang masih seperti bahan induknya. Lhitic
Dystrudepts memiliki ketebalan solum yang tebal dan kedalaman
tanah yang dalam yaitu lebih dari 90 cm, drainase baik,
permeabilitas sedang berkisar 2,0 – 6,25 cm/jam, warna kecoklatan,
dan cukup masam. Bahan induknya dari abu dan tuf vulkan, tekstur
lempung berdebu, struktur halus sampai gumpal agak bersudut,
dengan konsistensi agak lekat dan agak plastis.
46
e. Iklim
Secara umum kondisi iklim di daerah penelitian beriklim tropis
dengan dua musim bergantian sepanjang tahun yaitu penghujan dan
kemarau. Temperatur udara rata-rata pada satu bulan, minimum terjadi
pada bulan Agustus yaitu 14,3°C dan maksimum pada bulan Mei yaitu
32,5°C.
Tipe iklim DAS Gung Hulu ditentukan dengan metode
Schmidt dan Ferguson, yaitu berdasarkan pada tipe curah hujan di
daerah penelitian serta membandingkan variasi jumlah bulan kering
(BK) dengan jumlah bulan basah (BB), yang dinyatakan dalam Q dan
dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut.
Q = BasahBulan Jumlah
KeringBulan Jumlah
Berdasarkan nilai Q, Schmidt dan Ferguson menentukan iklim
di Indonesia menjadi delapan tipe/golongan iklim sebagai berikut.
Tabel 4.1. Penentuan Tipe Iklim Indonesia Berdasarkan Klasifikasi
Schmidt dan Ferguson
Klasifikasi Nilai Q Tipe Iklim
A 0 ≤ Q U 0,143 Sangat Basah
B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah
C 0,333 ≤ Q < 0,600 Agak Basah
D 0,600 ≤ Q < 1,000 Sedang
E 1,000 ≤ Q < 1,670 Agak Kering
F 1,670 ≤ Q < 3,000 Kering
G 3,000 ≤ Q < 7,000 Sangat Kering
H 7,000 ≥ Q Luar Biasa Kering
Sumber : Schmidt dan Ferguson dalam Anam, 2008: 38
Makin kecil nilai Q makin basah suatu tempat dan makin besar nilai Q
maka makin kering suatu tempat. Perhitungan bulan basah (BB), serta
47
bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) dapat dilihat pada lampiran.
Dalam penentuan bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) Schmidt dan
Ferguson menggunakan dasar karakteristik dari Mohr yaitu:
1) Bulan basah (BB) adalah bulan yang memiliki curah hujan lebih dari
100 mm.
2) Bulan kering (BK) adalah bulan yang memiliki curah hujan kurang
dari 60 mm.
3) Bulan lembab (BL) adalah bulan yang memiliki curah hujan antara
60 – 100 mm.
Data pada stasiun hujan di DAS Gung Hulu adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Curah Hujan Stasiun Kemaron DAS Gung Hulu 1996 – 2007
Stasiun : Kemaron (dalam mm)
Sumber: DPU Bid. Pengairan Kab. Tegal, 1996 – 2007.
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jumlah
hujan
tahunan 1996 1015 816 1314 457 126 41 47 139 60 555 1259 609 6438 1997 1241 438 230 1196 196 47 3 0 0 3 76 369 3799 1998 282 278 290 257 34 66 211 59 65 230 333 262 2367 1999 649 631 260 91 547 78 44 30 11 45 833 721 3940 2000 921 525 346 597 190 91 8 8 26 259 444 165 3579 2001 290 772 668 677 203 464 53 0 224 415 890 92 4748 2002 517 1307 654 111 122 20 0 0 26 67 464 731 4019 2003 702 1537 1267 408 362 31 0 2 0 10 406 671 5394 2004 858 1078 584 326 377 43 143 0 23 171 729 1060 5392 2005 963 530 916 430 110 247 279 18 227 534 443 487 5184 2006 715 447 323 320 312 7 4 0 0 11 245 1102 3486 2007 211 621 457 519 249 106 21 7 3 34 157 426 2811 Rata-
rata 697 748 609 449 236 103 68 22 55 195 523 558 4263
48
Tabel 4.3. Curah Hujan Stasiun Bumijawa DAS Gung Hulu 1996 – 2007
Stasiun : Bumijawa (dalam mm)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jumlah hujan
tahunan 1996 807 886 985 532 113 107 111 187 43 400 385 398 4954 1997 1327 843 405 608 302 18 6 0 0 44 155 543 4251 1998 646 816 674 488 217 149 267 141 140 464 241 206 4449 1999 698 1163 398 223 280 65 11 69 22 495 295 467 4286 2000 660 868 660 358 277 112 21 57 98 168 531 152 3962 2001 570 327 661 399 145 318 82 0 222 398 546 150 3818 2002 342 772 739 310 152 29 0 0 42 125 430 584 3525 2003 808 589 731 317 187 21 9 0 0 83 409 433 3587 2004 589 453 463 218 194 15 173 0 176 156 358 617 3412 2005 520 640 555 244 109 114 95 62 140 220 322 342 3363 2006 898 646 423 549 267 20 6 0 0 56 330 526 3721 2007 287 1229 374 462 289 160 37 14 4 121 332 699 4008 Rata-
rata 679 769 589 392 211 94 68 44 74 228 361 426 3945
Sumber: DPU Bid. Pengairan Kab. Tegal, 1996 – 2007.
Tabel 4.4. Curah Hujan Stasiun Bojong DAS Gung Hulu 1996 – 2007
Stasiun : Bojong (dalam mm)
Sumber: DPU Bid. Pengairan Kab. Tegal, 1996 – 2007.
Keterangan: XX = Alat rusak
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jumlah hujan
tahunan 1996 932 981 902 385 117 33 47 139 72 410 629 369 5017 1997 814 249 214 690 160 49 0 0 0 15 73 364 2628 1998 285 246 259 265 XX XX 204 45 68 213 373 257 2215 1999 634 597 251 79 251 55 29 21 44 87 546 664 3258 2000 959 308 654 242 131 137 51 46 81 279 428 168 3482 2001 290 239 536 240 103 201 122 0 105 411 516 100 2863 2002 604 953 280 198 43 36 0 0 43 73 291 587 3108 2003 730 695 907 311 255 70 6 0 0 5 52 340 3371 2004 700 344 216 115 262 65 127 0 36 108 698 1046 3712 2005 724 428 776 332 73 213 251 14 185 501 404 440 4341 2006 836 616 424 441 257 0 5 0 0 0 256 1068 3903 2007 392 593 427 337 192 128 113 4 0 123 141 587 3037 Rata-
rata 658 521 487 303 154 82 80 22 53 185 367 499 3411
49
Tabel 4.5. Curah Hujan Stasiun Danawarih DAS Gung Hulu 1996 – 2007
Stasiun : Danawarih (dalam mm)
Sumber: DPU Bidang Pengairan Kab. Tegal, 1996 – 2007.
Data rata-rata curah hujan selama 12 tahun sejak tahun 1996
sampai 2007 pada tiap-tiap stasiun hujan bisa dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Rata-rata Curah Hujan Wilayah DAS Gung Hulu Tahun 1996 – 2007(mm)
Bulan Tahun
Jumlah Rerata 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Jan 852 994 434 673 774 420 462 714 696 654 802 265 7740 645
Feb 881 471 455 762 626 398 962 752 563 500 560 782 7712 642,66
Mar 894 338 438 285 551 573 547 817 433 687 395 399 6357 529,75
Apr 415 728 320 124 355 367 199 358 249 354 392 424 4285 357,08
Mei 104 227 186 375 209 148 119 248 243 106 266 246 2477 206,41
Jun 64 46 105 62 141 295 26 35 39 152 9 146 1120 93,33
Jul 96 4 199 42 35 85 0 8 133 185 4 64 855 71,25
Agu 156 0 87 42 35 0 0 4 0 33 0 6 363 30,25
Sep 44 0 95 398 54 174 32 0 79 152 0 2 1030 85,83
Okt 398 26 294 251 229 350 102 35 116 331 17 89 2238 186,5
Nop 634 114 300 487 417 593 337 259 548 308 272 205 4474 372,83
Des 442 394 239 557 194 118 542 430 803 408 768 520 5415 451,25
BB 9 7 10 9 9 10 8 7 9 11 7 8 104 8,67
BK 1 5 - 2 3 1 4 5 2 1 5 2 31 2,58
BL 2 - 2 1 - 1 - - 1 - - 2 9 0.75
Sumber: Hasil pengolahan data DPU Bid. Pengairan Kab. Tegal, 1996 – 2007.
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jumlah hujan
tahunan 1996 656 841 376 287 59 75 180 160 0 229 263 391 3517 1997 595 354 503 417 249 48 6 0 0 41 154 302 2669 1998 522 482 531 269 307 99 114 104 109 268 253 233 3291 1999 711 659 233 103 421 49 86 48 35 191 276 378 3190 2000 438 802 543 224 238 226 59 28 11 210 265 293 3337 2001 532 254 428 223 143 199 84 0 145 175 421 131 2735 2002 386 817 516 177 158 21 0 1 17 142 163 267 2665 2003 651 187 362 397 188 17 19 13 0 41 169 276 2320 2004 639 377 471 336 138 32 89 0 83 30 409 488 3092 2005 408 403 500 410 131 176 116 37 58 70 63 362 2734 2006 758 533 411 257 228 10 0 0 0 0 258 378 2833 2007 171 686 338 378 256 189 86 0 0 79 192 370 2745 Rata-
rata 539 533 434 290 210 95 70 33 38 123 240 322 2927
50
Gambar 4.5. Peta Polygon Thiesen DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal
51
Hasil perhitungan bulan basah, bulan kering dan bulan lembab
(Tabel 4.2, 4.3, 4.4 dan 4.5) digunakan untuk menentukan nilai Q,
dengan menggunakan rumus diatas.
Pada Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa hujan bulanan rata-rata
Daerah Aliran Sungai Gung Hulu yang terbesar terjadi pada bulan
Januari sebesar 645 mm dan yang paling kecil terjadi pada bulan
Agustus sebesar 30,25 mm. Rata-rata curah hujan bulanan di DAS
Gung Hulu selama 11 tahun (1996 – 2007) yaitu jumlah total rerata
curah hujan bulanan 2848,06 di bagi 12 adalah sebesar 237,34 mm.
Data dari 4 stasiun hujan yaitu: Stasiun Danawarih, Bojong, Bumijawa
dan Kemaron tahun 1996 – 2007, pada DAS Gung Hulu rata-rata
jumlah Bulan Kering (BK) sebesar 31 dan rata-rata jumlah Bulan Basah
(BB) sebesar 104. Berdasarkan perhitungan rumus Q, maka jumlah
bulan kering yaitu 31 dibagi jumlah bulan basah yaitu 104 hasilnya
terdapat nilai Q sebesar 0,298. Dengan demikian berdasarkan
klasifikasi Schmidt dan Ferguson, maka tipe iklim di DAS Gung Hulu
mempunyai tipe iklim B yaitu tipe iklim basah dimana jumlah curah
hujan melampaui penguapan.
f. Geomorfologi
DAS Gung Hulu dapat dibedakan menjadi 11 satuan bentuk
lahan yaitu aliran lava, dataran vulkan, lereng vulkan, perbukitan
vulkan, kipas aluvial vulkan, bagian atas kipas aluvial vulkan, dataran
52
aluvial, dataran banjir sungai braiding, dataran banjir sungai meander,
dataran struktural dan perbukitan struktural.
1. Aliran lava (V1)
Bentuk lahan ini termasuk bentukan asal vulkanis, yang
terjadi akibat keluarnya magma dan secara gravitasi turun kebawah
membentuk aliran lava. Material atau batuan penyusunnya berupa
batuan vulkanis jenis andesit. Karakteristik dari bentuk lahan ini
adalah memiliki relief berbukit dan bergelombang. Kemiringan
lereng terjal (>15%) dengan ketinggian lebih dari 1000 mdpl.
Bentuk lahan ini berda pada Kecamatan Bojong dan Bumijawa.
2. Dataran Vulkan (V2)
Bentuk lahan ini termasuk bentukan asal vulkanis.
Material atau batuan penyusunnya berupa batuan breksi,
karakteristik dari bentuk lahan ini memiliki relief berombak dan
bergelombang, kemiringan lereng miring (8 – 15%) dengan
ketinggian tempat antara 300 – 700 mdpl. Bentuk lahan ini tersebar
pada Kecamatan Jatinegara, Kecamatan Balapulang dan
Kecamatan Bojong.
3. Lungur Vulkan (V3)
Bentuk lahan ini termasuk bentukan asal vulkanik.
Merupakan lereng pada gunung api yang tersusun atas lapisan-
lapisan endapan lahar. Karakteristik dari bentuk lahan ini adalah
memiliki relief bergelombang, kemiringan lereng landai (3 – 8%)
53
dengan ketinggian antara 800 – 1000 mdpl. Bentuk lahan ini
tersebar di Kecamatan Bojong, Bumijawa dan Jatinegara.
4. Perbukitan Vulkan (V4)
Bentuk lahan ini termasuk bentukan asal proses Vulkanis.
Material atau batuan penyusunnya berupa batuan breksi.
Karakteristik lahan ini memiliki relief berbukit, kemiringan lereng
terjal (15 – 45%) dengan ketinggian 300 – 700 mdpl. Bentuk lahan
ini terdapat di Kecamatan Balapulang dan Bumijawa.
5. Kipas Aluvial Vulkan (V6)
Merupakan kipas aluvial yang terjadi pada kaki-kaki
gunung api dengan kenampakan berbentuk khas seperti kerucut
rendah dari akumulasi sedimen berukuran bongkah (terbentuk
seperti kipas dari endapan aluvial) pada suatu mulut lembah
didaerah pegunungan yang penyebarannya memasuki wilayah
daratan. Dari mulut suatu lembah tersebut endapan kemudian
menyebar luas dengan sudut kemiringan landai. Karakteristik dari
bentuk lahan ini memiliki relief datar, kemiringan lereng landai (3
– 8%) dengan ketinggian 250 – 400 mdpl.
6. Bagian Atas Kipas Aluvial Vulkan (V7)
Bentuk lahan ini termasuk bentukan asal vulkanik.
Material atau batuan penyusunnya yaitu aluvio-kolovium.
Karakteristik bentuk lahan ini memiliki relief agak datar dengan
54
kemiringan lereng datar (<3%) dan ketinggian tempat 300 – 500
mdpl. Bentuk lahan ini terdapat di Kecamatan Balapulang.
7. Dataran Aluvial (F1)
Bentuk lahan ini merupakan bentukan asal proses fluvial,
yaitu berhubungan erat dengan daerah-daerah penimbunan
(sedimentasi). Endapan ini terjadi akibat adanya luapan air sungai
yang membawa sedimen saat banjir. Dengan demikian maka
struktur endapan pada dataran aluvial adalah berlapis horizontal.
Karakteristik wilayah ini memiliki relief datar, kemiringan lereng
landai sampai datar dengan ketinggian 250 – 350 mdpl. Bentuk
lahan ini terdapat di Kecamatan Balapulang.
8. Dataran Banjir Sungai Braiding (F2)
Bentuk lahan ini merupakan bentukan asal proses fluvial,
yaitu berhubungan erat dengan daerah-daerah penimbunan
(sedimentasi). Secara periodik bentuk lahan ini digenangi oleh
banjir luapan sungai di dekatnya atau diakumulasi aliran
permukaan bebas maupun hujan lokal. Karakteristik bentuk lahan
ini memiliki relief berombak dengan kemiringen lereng landai (3 –
8%), ketinggian 300 – 450 mdpl. Bentuk lahan ini terdapat di
Kecamatan Balapulang dan Kecamatan Bojong.
9. Dataran Banjir Sungai Meander (F3)
Bentuk lahan ini merupakan bentukan asal proses fluvial,
yaitu berhubungan erat dengan daerah-daerah penimbunan
55
(sedimentasi), berupa sungai bermeander yang mengalir diatas
bentuk dataran banjir yang rata dan lebar dari sungai peringkat
dewasa. Karakteristik bentuk lahan ini yaitu memiliki relief agak
datar, dengan kemiringan lereng datar, dan ketinggian 250 – 400
mdpl. Bentuk lahan ini tersebar di Kecamatan Balapulang dan
Kecamatan Jatinegara.
10. Perbukitan Struktural (S1)
Merupakan bentuk lahan asal struktural yaitu bentuk lahan
yang terbentuk karena adanya proses endogen (tenaganya berasal
dari dalam bumi). Bentuk lahan ini merupakan perkembangan dari
deformasi perlapisan sedimen. Material penyusunnya berupa
batuan napal (batu pasir). Karakteristik bentuk lahan ini
mempunyai relief berbukit, kemiringan lereng terjal (25 – 40%),
dengan ketinggian 300 – 600 mdpl. Bentuk lahan ini tersebar di
Kecamatan Balapulang, Kecamatan Bojong, dan Kecamatan
Jatinegara.
11. Dataran Struktural (S3)
Dataran struktural merupakan bentuk lahan proses asal
struktural, material penyusunnya berupa batu pasir, karakteristik
bentuk lahan ini memiliki relief berombak dan bergelombang
dengan kemiringan lereng miring (8 – 15%) dan ketinggian 350 –
600 mdpl. Bentuk lahan ini terdapat di Kecamatan Bumijawa dan
Bojong.
56
Gambar 4.6. Peta Geomorfologi DAS Gung Hulu Kabupaten Tegal
57
12. Teras Sungai (F14)
Teras sungai merupakan bentuk lahan asal proses fluvial,
dibatasi oleh daerah berlereng curam di satu sisi dan lereng
landai/datar di sisi lain. Material penyusunnya batuan endapan
aluvium. Pada dasar lembah yang lebar terjadi suatu pemotongan
ke bawah (downcutting) oleh sungai atau degradasi, pada saat yang
sama terjadi pula pemotongan kesamping sehingga terjadi
perrpindahan (shiftted) alur sungai kearah lateral pada dataran
banjirnya secara berulang-ulang, sehingga terjadilah suatu pasang
teras. Teras sungai terdapat di Kecamatan Bojong dan Kecamatan
Balapulang.
13. Kepala Kipas (D11)
Bentuk lahan ini merupakan bentuk lahan asal proses
denudasional. Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas
dengan lereng curam. Material atau batuan penyusunnya yaitu
aluvio-koluvium. Secara individu fragmen batuan bervariasi dari
ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan
batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada
bagian atas kerucut (apex), sedangkan fragmen yang kasar karena
beratnya akan mudah meluncur kebawah dan terendapkan dibagian
bawah kerucut talut. Bentuk lahan ini mempunyai relief
bergelombang dan berlereng curam (45%), terdapat di Kecamatan
Balapulang (Desa Danawarih dan Desa Kalibakung).
58
g. Kondisi Penduduk
Kondisi penduduk berpengaruh juga terhadap perubahan
penggunaan lahan yang terjadi. Pertumbuhan penduduk yang pesat
mengakibatkan kebutuhan lahan untuk pemukiman dan kebutuhan
ekonomi lainnya dapat mengurangi resapan air hujan. Dalam 11 tahun
terjadi penambahan jumlah penduduk sebanyak 17.468 jiwa. Perbedaan
jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.7. Jumlah Penduduk di DAS Gung Hulu Tahun 1996 dan 2007
No Nama Desa Jumlah penduduk
Pertambahan
Penduduk
Pertumbuhan
(%) 1996 2007
1 Danawarih 6.040 6.726 686 1,03
2 Sangkanjaya 1.059 1.133 74 0,64
3 Danareja 2.552 2.965 413 1,47
4 Kedungwungu 2.605 2.638 33 0,12
5 Mokaha 2.101 2.739 638 2,76
6 Cikura 3.217 3.940 723 2,04
7 Danasari 3.947 4.833 886 2,04
8 Tembongwah 3.449 4.063 614 1,62
9 Cilongok 2.380 2.619 239 0.91
10 Kalibakung 2.618 2.826 208 0,72
11 Karangjambu 4.873 5.393 520 0,97
12 Sokatengah 3.969 4.847 878 2,01
13 Sokasari 3.922 5.076 1.154 2,67
14 Buniwah 2.748 3.275 527 1,74
15 Bojong 6.319 7.935 1.616 2,32
16 Lengkong 3.871 4.474 603 1,42
17 Batunyana 1.378 1.759 381 2,51
18 Bumijawa 9.143 11.835 2.692 2,68
19 Guci 2.698 3.515 817 2,75
20 Rembul 6.270 7.195 925 1,34
21 Dukuhtengah 2.166 2.526 360 1,51
22 Kedawung 2.148 2.529 381 1,61
23 Suniarsih 1.854 2.272 418 2,05
24 Tuwel 7.113 8.074 961 1,23
25 Karangmulya 4.200 5.150 950 2,06
26 Pagerwangi 1.180 1.348 168 1,29
27 Sumbaga 3.792 4.941 1.149 2,75
28 Penyalahan 3.480 4.197 717 1,87
29 Argatawang 2.038 2.314 276 1,23
Jumlah 103.130 121.591 18.461 1,63
Sumber: Hasil pengolahan data BPS, 1996 – 2007.
59
Sesuai dengan tabel di atas, pertambahan penduduk terbanyak
terdapat di Desa Bumijawa dan pertambahan penduduk terkecil terdapat
di Desa Kedungwungu. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
luas wilayah yang tetap, otomatis kepadatan penduduk meningkat.
Berikut ini tabel kepadatan penduduk tahun 1996 dan 2007.
Tabel 4.8. Kepadatan Penduduk DAS Gung Hulu Tahun 1996 dan 2007
No Nama Desa Luas
wilayah
Kepadatan penduduk Pertambahan
Kepadatan 1996 2007
1 Danawarih 2,98 2.027 2.257 230
2 Sangkanjaya 2,86 370 396 26
3 Danareja 5,25 486 565 79
4 Kedungwungu 7,21 1.692 1.713 21
5 Mokaha 3,96 1.420 1.851 431
6 Cikura 2,04 1.132 1.387 255
7 Danasari 4,50 686 841 155
8 Tembongwah 3,11 1.109 1.306 197
9 Cilongok 2,66 895 985 90
10 Kalibakung 3,01 592 639 47
11 Karangjambu 3,17 1.537 1.701 164
12 Sokatengah 3,94 1.007 1.230 223
13 Sokasari 3,97 989 1.279 290
14 Buniwah 1,66 1.655 1.973 318
15 Bojong 2,58 2.449 3.076 627
16 Lengkong 2,27 1.705 1.971 266
17 Batunyana 1,59 830 1.060 230
18 Bumijawa 5,89 1.514 1.959 445
19 Guci 10,34 1.084 1.412 328
20 Rembul 5,89 1.064 1.222 158
21 Dukuhtengah 8,31 404 472 68
22 Kedawung 5,35 258 304 48
23 Suniarsih 3,30 562 688 128
24 Tuwel 5,58 1.274 1.447 173
25 Karangmulya 3,43 1.224 1.501 277
26 Pagerwangi 2,39 493 564 71
27 Sumbaga 3,96 958 1.248 290
28 Penyalahan 7,72 443 544 101
29 Argatawang 3,16 645 732 87
Jumlah 139,88 30.779 36.323 5.544
Sumber: BPS, 1996 – 2007.
Bertambahnya penduduk akan diikuti oleh alih fungsi hutan
atau tutupan lahan hijau lainnya untuk pemenuhan kebutuhan hidup,
60
seperti perluasan pemukiman, lahan sawah dan tegalan, maupun jenis
perkebunan. Semakin sedikit vegetasi yang menutupi lahan maka
kemampuan air dalam melimpas semakin tinggi, cadangan air tanah
berkurang, sehingga debit air tanah berkurang dan persediaan air tanah
menipis.
2. Perubahan Penggunaan Lahan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Gung Hulu yang luasnya
11.982,559 ha atau 119,82 km2, memiliki bentuk penggunaan lahan
yang beranekaragam dalam hal jenis, luasan dan sebarannya.
Keanekaragaman penggunaan lahan dalam penelitian ini dibedakan atas
tujuh jenis, yaitu penggunaan lahan untuk hutan, kebun campuran,
permukiman, tanah kosong, tegalan, sawah dan semak/belukar.
a. Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996
Berdasarkan interpretasi citra Landsat TM 7 tahun 1996
maka dapat diketahui jenis-jenis penggunaan lahan yang terdapat di
DAS Gung Hulu (Gambar 4.7 dan Tabel 4.9).
Tabel 4.9. Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996
No Penggunaan Lahan Luas
ha km² %
1 Hutan 2.991,120 29,91 24,96
2 Kebun Campuran 2.052,015 20,52 17,12
3 Permukiman 910,745 9,10 7,60
4 Sawah 3.841,002 38,41 32,06
5 Tanah Kosong 18,621 0,18 0,16
6 Tegalan 1.748,483 17,48 14,59
7 Semak/Belukar 420,247 4,20 3,51
Jumlah Total 11.982,559 119,82 100
Sumber: Hasil penghitungan digitasi citra Landsat TM 7 tahun 1996.
61
Gambar 4.7. Peta Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 1996
62
Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu
tahun 1996 dan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa jenis penggunaan
lahan di DAS Gung Hulu terdiri dari hutan, kebun campuran,
permukiman, sawah, tanah kosong, tegalan dan semak/belukar.
Dengan penggunaan lahan terbesar adalah sawah dengan luas 38,41
km2 atau 32,06%, dari tabel diatas maka dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1) Hutan
Secara umum hutan yang beraada di DAS Gung Hulu
terdiri dari hutan heterogen yang merupakan hutan lindung dan
hutan homogen yang umumnya untuk produksi. Hutan banyak
dijumpai di daerah selatan dan sebagian utara daerah pengaliran
sungai, hutan menempati lahan seluas 29,91 km2 (24,96%).
Kondisi hutan mempunyai tajuk yang baik, dan berfungsi sebagai
daerah resapan air. Jenis tanaman di DAS Gung Hulu didominasi
oleh pinus, sonokeling, dan puspa, dan sebagian kecil tanaman
jati.
2) Kebun Campuran
Kebun campuran merupakan areal tanaman holtikultura
dan tanaman tahunan/keras yang dimiliki oleh penduduk atau
perusahaan negara/swasta dengan komoditas cengkeh, sayur-
sayuran, teh dan buah-buahan. Luas penggunaan lahan kebun
campuran ini merupakan jenis penggunaan terluas ketiga di DAS
63
Gung Hulu pada tahun 1996 yang mencapai 20,52 km2 (17,12%)
dan menyebar diseluruh daerah pengaliran. Tanaman perkebunan
mempunyai kerapatan cukup memadai, dan tajuk tanaman telah
saling bersinggungan sehingga baik untuk melindungi tanah dari
erosi dan limpasan langsung.
3) Permukiman
Permukiman menempati lahan seluas 9,10 km2 atau
7,60% dari total luas DAS Gung Hulu. Permukiman meliputi
perumahan, perkantoran, bangunan gedung untuk industri, pusat
pelayanan, dan sebagainya.
4) Sawah
Sawah tersebar di sepanjang aliran sungai dengan luas
lahan 38,41 km2
atau 32,06% dan sebagian besar merupakan
sawah irigasi dengan pola penanaman padi dua sampai tiga kali,
dua kali yang diselingi dengan tanaman palawija dan lainnya
berupa sawah dengan irigasi sederhana atau tadah hujan yang
hanya sekali panen dalam satu tahun. Sawah merupakan penutup
lahan terbesar di DAS Gung Hulu pada tahun 1996.
5) Tanah Kosong
Tanah kosong berupa lahan kosong yang tidak di
manfaatkan, umumnya dijumpai pada daerah peralihan antara
perbukitan dengan daerah aluvial. Luas lahan kosong ini
menempati lahan seluas 0,18 km2 atau 0,16%. Keberadaan tanah
64
kosong ini dapat menyebabkan jumlah aliran permukaan
bertambah besar.
6) Tegalan
Jenis penggunaan lahan tegalan di DAS Gung Hulu pada
tahun 1996 menempati wilayah seluas 17,48 km2 atau 14,59%,
jenis pengunaan lahan tegalan meliputi jagung, ketela pohon, dan
umbi-umbian lainnya.
7) Semak/Belukar
Penggunaan lahan jenis Semak/Belukar terdiri dari
rerumputan ilalang dan tumbuhan perdu. Punggunaan lahan ini
biasanya ada di balik bukit atau lereng gunung bekas kebakaran
hutan ataupun perladangan yang dilakukan oleh penduduk sekitar.
Pada tahun 1996, luas semak/belukar di DAS Gung Hulu ada 4,20
km² atau 3,51%, merupakan pengunaan lahan terkecil kedua
setelah tanah kosong.
b. Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 2007
Berdasarkan interpretasi citra Quickbird tahun 2007 maka
dapat diketahui jenis-jenis penggunaan lahan yang terdapat di DAS
Gung Hulu . Jenis penggunaan lahan di DAS Gung Hulu terdiri dari
hutan, kebun campuran, permukiman, sawah, tanah kosong,
semak/belukar dan tegalan (Gambar 4.8 dan Tabel 4.10) dengan
penggunaan lahan terbesar adalah sawah dengan luas 33,91 km2
atau
28,30 % berikut penjelasannya:
65
1) Hutan
Hutan banyak dijumpai di daerah hulu bagian selatan
(lereng Gunung Slamet) dan sebagian di sebelah utara (Perbukitan
Sipencrit) daerah pengaliran sungai, hutan menempati lahan
seluas 23,34 km2 (19,48%). Kondisi hutan mempunyai tajuk yang
baik, dan berfungsi sebagi hutan produksi maupun hutan lindung
atau konservasi. Jenis hutan produksi di hulu DAS Gung
didominasi oleh pinus, sonokeling, mahoni dan albasia, serta
sebagian kecil berupa tanaman jati.
2) Kebun Campuran
Kebun campuran merupakan areal tanaman
tahunan/keras yang dimiliki oleh penduduk atau perusahaan
Negara/swasta dengan komoditas utama cengkeh, teh, vanili, kopi
dan buah-buahan serta sayur-sayuran. Luas penggunaan lahan
kebun campuran ini merupakan jenis penggunaan terluas kedua di
DAS Gung pada tahun 2007 yang mencapai 25,08 km2 (20,94%)
dan menyebar diseluruh wilayah penelitian. Tanaman perkebunan
mempunyai kerapatan cukup memadai, dan tajuk tanaman telah
saling bersinggungan sehingga baik untuk melindungi tanah dari
erosi dan limpasan langsung.
3) Permukiman
Permukiman merupakan jenis penggunaan lahan yang
mengalami penambahan, menempati lahan seluas 12,62 km2 atau
66
10,54% dari total luas DAS Gung Hulu. Permukiman meliputi
perumahan, perkantoran, bangunan gedung untuk industri,
bangunan pada kawasan wisata, pusat pelayanan, dan pendidikan.
Pada tahun 2007 permukiman di DAS Gung Hulu didominasi
dengan permukiman bersifat permanen dengan halaman
diperkeras dengan beton.
4) Sawah
Sawah menempati lahan seluas 33,91 km2
atau 28,30%
dan sebagian besar merupakan sawah tadah hujan dengan pola
penanaman padi satu sampai dua kali dan biasanya diselingi
dengan tanaman palawija.
5) Tanah Kosong
Tanah kosong ini menempati lahan seluas 1,52 km2 atau
1,28%. Keberadaan tanah kosong ini dapat menyebabkan jumlah
aliran permukaan bertambah besar. Lapangan sepakbola atau
lapangan olahraga tanah liat lain termasuk dalam golongan ini.
6) Tegalan
Jenis penggunaan lahan tegalan di DAS Gung Hulu pada
tahun 2007 menempati wilayah seluas 20,69 km2 atau 17,27%,
jenis penggunaan lahan tegalan paling banyak dari jenis palawija,
meliputi; jagung, ketela pohon, bawang putih, kacang-kacangan
dan umbi-umbian.
67
Gambar 4.8. Peta Penggunaan Lahan DAs Gung Hulu Tahun 2007
68
7) Semak/Belukar
Penggunaan lahan jenis Semak/Belukar terdiri dari
rerumputan ilalang dan tumbuhan perdu. Pada tahun 2007, luas
semak/belukar di DAS Gung Hulu ada 2,62 km² atau 2,19%.
Semak belukar bayak terdapat di lereng bukit dan disekitar
puncak Gunung Slamet.
Tabel 4.10. Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu Tahun 2007
No Penggunaan Lahan Luas
ha km² %
1 Hutan 2.334,583 23,34 19,48
2 Kebun Campuran 2.508,842 25,08 20,94
3 Permukiman 1.262,392 12,62 10,54
4 Sawah 3.391,314 33,91 28,30
5 Tanah Kosong 152,872 1,52 1,28
6 Tegalan 2.069,917 20,69 17,27
7 Semak/Belukar 262,639 2,62 2,19
Jumlah Total 11.982,559 119,82 100
Sumber: Hasil penghitungan digitasi citra Quickbird 2007
c. Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu
Hasil tumpang susun/overlay antara peta penggunaan lahan
tahun 1996 dan peta penggunaan lahan tahun 2007 (Gambar 4.9),
menunjukkan selama rentang waktu tahun 1996 – 2007 telah terjadi
perubahan penggunaan lahan di DAS Gung Hulu seluas 2.528,118
ha atau 21,10% dari total luas DAS Gung Hulu, dengan rincian
sebagaimana dalam gambar 4.9 dan tabel 4.11. Jenis dan luasan
perubahan penggunaan lahan DAS Gung Hulu 1996 dan 2007
sebagai berikut.
69
Tabel 4.11. Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu
Tahun 1996 dan 2007
No Penggunaan
Lahan
Luas Luas Perubahan
1996 2007 ha %
1 Hutan 2.991,346 2.334,583 -656,763 -5,48
2 Kebun Campuran 2.052,015 2.508,842 +456,827 +3,81
3 Permukiman 910,845 1.262,392 +351,547 +2,94
4 Sawah 3.841,002 3.391,314 -449,688 -3,75
5 Tanah Kosong 18,621 152,872 +134,251 +1,12
6 Tegalan 1.748,483 2.069,917 +321,434 +2,68
7 Semak/Belukar 420,247 262,639 -157,608 -1,32
Jumlah Total 11.982,559 11.982,559 2.528,118 21,10
Sumber : Hasil penghitungan overlay peta tahun 1996 dan tahun 2007
Perubahan lahan terbesar terjadi pada berkurangnya hutan
hingga mencapai 656,763 ha atau 5,48% dari total luas perubahan
penggunaan lahan, sedangkan sawah dan semak belukar berkurang
masing-masing sebesar 499,688 ha (3,75%) dan 157,608 (1,32%).
Penggunaan lahan kebun campuran bertambah 456,827 ha atau 3,81
%, begitu juga dengan pemukiman, tanah kosong dan tegalan yang
mengalami penambahan, masing-masing 351,547 ha (2,94%),
134,251 ha (1,12%) dan 321,434 ha (2,68%) dari total luas DAS
Gung Hulu.
Hutan yang dijumpai pada daerah DAS Gung Hulu selama
kurun waktu 11 tahun luasnya telah berkurang 656,763 ha atau 6,56
km² (5,48%) dari 2.991,346 ha di tahun 1996 menjadi 2.334,583 ha
pada tahun 2007. Pada periode yang sama, luas kebun campuran di
DAS Gung Hulu bertambah 456,827 ha atau 4,56 km² (3,81%) dari
2.052,015 ha pada tahun 1996 menjadi 2.508,842 ha pada tahun
70
2007. Perubahan lahan terkecil terjadi pada bertambahnya tanah
kosong yang mencapai 134,251 ha atau 1,34 km² (1,12%), semula
18,621 ha pada tahun 1996 menjadi 152,872 ha pada tahun 2007 dari
total luas DAS Gung Hulu.
Perubahan penggunaan lahan selalu mengikuti prinsip
kesimbangan, artinya jika pada bagian dari wilayah DAS terjadi
penambahan luas untuk penggunaan lahan tertentu, maka di bagian
lain mengalami pengurangan untuk penggunaan lahan lain yang
luasnya sama dengan luas penambahannya. Tabel 4.11 dan peta
perubahan penggunaan lahan DAS Gung Hulu tahun 1996 – 2007
(Gambar 4.9), menjelaskan bahwa selama rentang waktu tahun 1996
– 2007 di Daerah Aliran Sungai Gung Hulu telah terjadi arah
perubahan penggunaan lahan hingga 38 bentuk perubahan.
Arah perubahan terbesar terjadi pada hutan menjadi kebun
campuran yang luasnya mencapai 363,682 ha dari total luas DAS
Gung Hulu. Arah perubahan penggunaan lahan terbesar berikutnya
terjadi pada lahan kebun campuran menjadi tegalan seluas 299,606
ha, disusul arah perubahan kebun campuran menjadi sawah 196,118
ha. Arah perubahan lahan terkecil terjadi pada arah perubahan kebun
campuran menjadi tanah kosong, luasnya hanya 0,051 ha dari total
perubahan penggunaan lahan DAS Gung Hulu 2528,118 ha atau
25,28 km² (21,10 %) dari luas DAS.
71
Pemukiman, yang merupakan penggunaan lahan
penyumbang limpasan permukaan terbesar bertambah luas.
Kawasan bervegetasi dan tanah kosong yang berubah menjadi
kawasan terbangun selama 11 tahun mengalami kenaikan 214,371
ha. Sedangkan penggunaan lahan pemukiman mengalami
peningkatan 351,547 ha dari sebelumya 910,845 ha menjadi
1.262,392 ha.
Jenis perubahan penggunaan lahan yang mengalami
pengurangan terbesar adalah hutan. Hutan dalam daerah penelitian
terdiri dari hutan negara dan hutan rakyat yang pengelolaannya
diatur bersama antara pemerintah dengan warga masyarakat. Hutan
yang mengalami perubahan lahan kebanyakan berada di area hutan
rakyat, yang merupakan hutan yang sengaja di tanam oleh rakyat
untuk konservasi. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup dan
kurangnya kepedulian pemerintah, hutan yang merupakan daerah
resapan air dan pengendali banjir serta pengatur ketersediaan air
tanah dikorbankan untuk dijadikan pemukiman atau penggunaan
lahan lain yang bisa memperbesar air larian (surface run off).
72
Tabel 4.12. Bentuk Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu
Tahun 1996 dan 2007
No Arah Perubahan Penggunaan Lahan Luas
Ha 100%
1 Hutan – Kebun Campuran 363,682 14,38548
2 Hutan – Pemukiman 0,154 0,00609
3 Hutan – Sawah 40,607 1,60621
4 Hutan – Semak/Belukar 40,138 1,58766
5 Hutan – Tanah Kosong 1,787 0,07068
6 Hutan – Tegalan 66,181 2,61779
7 Kebun Campuran – Hutan 110,497 4,37072
8 Kebun Campuran – Pemukiman 30,681 1,21359
9 Kebun Campuran – Sawah 196,118 7,75747
10 Kebun Campuran – Semak/Belukar 128,056 5,06527
11 Kebun Campuran – Tanah Kosong 0,051 0,00202
12 Kebun Campuran – Tegalan 299,606 11,85095
13 Pemukiman – Tanah Kosong 36,375 1,43878
14 Pemukiman – Semak/Belukar 53,737 2,12557
15 Sawah – Hutan 35,162 1,39085
16 Sawah – Kebun Campuran 44,504 1,76036
17 Sawah – Pemukiman 168,705 6,67315
18 Sawah – Semak/Belukar 37,597 1,48715
19 Sawah – Tegalan 73,977 2,92617
20 Sawah – Tanah Kosong 113,686 4,49686
21 Semak/Belukar – Hutan 40,591 1,60558
22 Semak/Belukar – Kebun Campuran 32,321 1,27846
23 Semak/Belukar – Pemukiman 0,128 0,00506
24 Semak/Belukar – Sawah 8,379 0,33143
25 Semak/Belukar – Tanah Kosong 0,402 0,01590
26 Semak/Belukar – Tegalan 28,388 1,12289
27 Tanah Kosong – Hutan 7,340 0,29033
28 Tanah Kosong – Kebun Campuran 65,159 2,57737
29 Tanah Kosong – Pemukiman 3,751 0,14837
30 Tanah Kosong – Sawah 14,924 0,59032
31 Tanah Kosong – Semak/Belukar 25,715 1,01706
32 Tanah Kosong – Tegalan 29,307 1,15924
33 Tegalan – Hutan 101,805 4,02691
34 Tegalan – Kebun Campuran 108,858 4,30589
35 Tegalan – Pemukiman 10,952 0,43321
36 Tegalan – Sawah 177,298 7,01304
37 Tegalan – Semak/Belukar 28,925 1,14413
38 Tegalan – Tanah Kosong 2,480 0,09809
Total 2528,118 100
Sumber : Hasil Analisis Peta Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung
Hulu Tahun 1996 – 2007.
73
Gambar 4.9. Peta Perubahan Penggunaan Lahan DAS Gung Hulu
74
Kawasan bervegetasi yang berubah menjadi kawasan
terbangun (pemukiman) luasnya 351,547 ha atau 3,51 km² (13,91%)
dari total luas perubahan penggunaan lahan DAS Gung Hulu. Sawah
merupakan kawasan dengan vegetasi yang mengalami perubahan
terbesar, yaitu 168,705 ha (6,67%) yang merata di seluruh desa,
terutama banyak terdapat di Desa Bojong, Desa Tuwel, Desa
Karangjambu, Desa Mokaha dan Desa Bumijawa. Urutan kedua
yaitu kebun campuran menjadi pemukiman 30,681 ha (1,21%)
banyak terdapat di Desa Karangmulya, urutan selanjutnya tegalan
menjadi pemukiman 10,952 ha (0,43%) lazim ditemukan Desa Guci
dan tanah kosong menjadi pemukiman 3,751 ha (0,15%) mayoritas
di Desa Sokasari dan Desa Pagerwangi. Hutan menjadi pemukiman
dan semak belukar menjadi pemukiman merupakan bentuk
perubahan terkecil dari lahan bervegetasi menjadi kawasan
terbangun, dengan luas kurang dari 1 ha.
Dengan bertambahnya penduduk di DAS Gung Hulu
selama 11 tahun yaitu dari tahun 1996 – 2007 sebanyak 18.461 jiwa.
Maka untuk memenuhi kebutuhannya manusia memanfaatkan lahan
yang ada disekitarnya, terutama kebutuhan akan tempat tinggal, yang
mengakibatkan pertambahan kepadatan sebesar 5,544 jiwa/km².
Karena jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Oleh karena itu
75
penggunaan lahan pemukiman pada tahun 2007 bertambah,
mencapai luas 351,547 ha atau 3,51 km2.
3. Rasio Debit
Analisis rasio debit merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk mengetahui kualitas debit suatu DAS. Angka yang
menunjukkan rasio debit dinamakan Koefisien Regim Sungai (KRS).
Koefisien Regim Sungai (KRS) adalah bilangan yang menunjukkan
perbandingan antara nilai debit maksimum (Qmaks) dengan nilai debit
minimum (Qmin) pada suatu DAS/Sub DAS. Klasifikasi nilai KRS
untuk menunjukkan karakteristik tata air DAS disajikan pada Tabel
berikut.
Tabel 4.13. Klasifikasi Nilai KRS
No Nilai KRS Kelas Skor
1 < 50 Baik 1
2 50 – 120 Sedang 3
3 > 120 Jelek 5
Sumber: Pedoman Monitoring dan Evaluasi DAS Dephut, 2009.
Nilai KRS yang tinggi menunjukkan kisaran nilai Q maks dan
Q min sangat besar, atau dapat dikatakan bahwa kisaran nilai limpasan
pada musim penghujan (air banjir) yang terjadi besar, sedang pada
musim kemarau aliran air yang terjadi sangat kecil atau menunjukkan
kekeringan. Secara tidak langsung kondisi ini menunjukkan bahwa daya
resap lahan di DAS/Sub DAS kurang mampu menahan dan menyimpan
76
air hujan yang jatuh dan air limpasannya banyak yang terus masuk ke
sungai dan terbuang ke laut sehingga ketersediaan air di DAS/Sub DAS
saat musim kemarau sedikit.
Tabel 4.14. Nilai KRS Gung Hulu tahun 1994 – 2008
No Tahun Debit Maksimum
(m³/dtk)
Debit Minimum
(m³/dtk) KRS
1 1994 6,02 0,48 12,54
2 1995 6,55 0,15 43,67
3 1996 5,32 0,33 16,12
4 1997 6,66 0,17 39,18
5 1998 6,39 0,72 8,88
6 1999 5,68 0,25 22,72
7 2000 5,54 0,54 10,26
8 2001 5,03 0,18 27,94
9 2002 4,26 0,81 5,26
10 2003 4,80 1,01 4,75
11 2004 4,80 0,54 8,89
12 2005 5,26 0,76 6,92
13 2006 4,30 0,90 4,78
14 2007 8,11 0,76 10,67
15 2008 5,54 0,54 10,26
Rerata 15,52
Sumber: Hasil Penghitungan, 2011
Dengan melihat tabel diatas dapat diketahui bahwa DAS
Gung Hulu secara hidrologis masih dalam keadaan baik. Selama 14
tahun nilai KRS tidak lebih dari 50 m³/dtk, debit maksimum 8,11
m³/dtk (tahun 2007) dan debit minimum 0,15 m³/dtk (tahun 1995).
Rasio debit secara keseluruhan sebesar 54,07 melewati angka 50, yang
bararti DAS dalam keadaan kritis. Rasio debit terbesar terjadi pada
tahun 1997 dan rasio debit terkecil terjadi pada tahun 2003. Pada
77
musim hujan debit aliran sungai meningkat cukup tajam, sedangkan
pada musim kemarau debit aliran sungai kecil. Setiap datang musim
hujan Sungai Gung selalu meluap dan menggenangi kawasan hilir DAS
Gung.
3. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Debit
Dalam perkembangannya perubahan penggunaan lahan
bervegetasi menjadi lahan terbangun (pemukiman) yang terjadi di DAS
Gung Hulu tidak mengakibatkan bertambahnya jumlah debit Sungai
Gung dari tahun ketahun. Hal ini bisa di tunjukkan pada lampiran
(halaman 110) dari tahun 1990 sampai tahun 2008, debit Sungai Gung
mengalami peningkatan dan penurunan. Fluktuasinya relatif stabil,
tidak terjadi lonjakan maupun penurunan debit yang besar.
Kejadian banjir sering terjadi di bagian tengah dan hulu DAS,
seperti yang di ceritakan penduduk sekitar. Diantaranya Bapak
Fathuddin yang mengatakan bahwa banjir besar pernah terjadi pada
tahun 70an, airnya meluap sampai melewati tanggung sungai. Banjir
tahunan biasanya terjadi pada bulan Desember sampai Januari. Selisih
tinggi muka air antara debit minimum dan maksimum di Desa
Dukuhsalam Kecamatan Slawi antara 1 meter sampai 3 meter, tidak
terjadi erosi tepian sungai. Kejadian terbaru banjir di Sungai Gung
terjadi pada tanggal 8 Januari 2011 di Kelurahan Kejambon, Kecamatan
Tegal Timur yang menyebabkan tanggul Sungai Gung ambrol.
78
Diantara dampak yang lain, yaitu semakin luas gosong yang
terdapat di sebelah selatan bendung akibat sedimentasi, sehingga luas
tanah yang di manfaatkan petani untuk bercocok tanam meluas. Faktor
yang menyumbang besar kecilnya debit DAS diantaranya penggunaan
lahan, curah hujan, kerapatan vegetasi, kemiringan lereng, pola aliran
sungai, jenis tanah dan lain-lain.
Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan
lahan kawasan terbangun yang tidak terkendali tanpa memperhatikan
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali mengarah pada
kondisi yang kurang diinginkan, yaitu peningkatan erosi dan
sedimentasi, penurunan produktivitas lahan, dan percepatan degradasi
lahan. Hasil akhir perubahan ini tidak hanya berdampak nyata secara
biofisik berupa peningkatan luas lahan kritis dan penurunan daya
dukung lahan, namun juga secara sosial ekonomi menyebabkan
masyarakat menjadi semakin kehilangan kemampuan untuk berusaha di
lahannya. Oleh karena itu, peningkatan fungsi kawasan terbangun
memerlukan perencanaan terpadu agar beberapa tujuan dan sasaran
pengelolaan DAS tercapai, seperti: hasil air optimal dan produktivitas
dan daya dukung lahan terjaga. Dengan demikian degradasi lahan dapat
terkendali dan kesejahteraan masyarakat dapat terjamin.
79
B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lahan di DAS Gung Hulu
terdiri dari hutan, kebun campuran, permukiman, sawah, tanah kosong,
semak/belukar dan tegalan. Pada tahun 1996 didominasi jenis penggunaan
lahan sawah dengan luas 3.841,002 ha atau 38,41 km2 (32,06%) dan jenis
penggunaan lahan terkecil adalah tanah kosong 18,621 ha atau 0,18 km²
(0,16%). Pada tahun 2007 keadaan penggunaan lahan masih sama, penggunaan
lahan sawah mendominasi sebesar 3.391,314 ha atau 33,91 km² (28,30%) dan
tanah kosong merupakan penggunaan lahan terkecil, yaitu 152,872 ha atau 1,52
km² (1,28%). Sawah mengalami pengurangan dan tanah kosong mengalami
penambahan luas. Penggunaan lahan yang mengalami perubahan besarnya
2.528,118 ha atau 21,10% dari total luas DAS Gung Hulu. Terdapat 38 macam
bentuk perubabahan penggunaan lahan. Sedangkan kawasan bervegetasi yang
berubah menjadi kawasan terbangun (pemukiman) luasnya 351,547 ha atau
3,51 km² (13,91%) dari total luas perubahan penggunaan lahan DAS Gung
Hulu. Perubahan sawah menjadi pemukiman merupakan bentuk alih fungsi
yang mengalami perubahan terbesar, yaitu 168,705 ha (6,67%) yang merata di
seluruh desa, terutama banyak terdapat di Desa Bojong, Desa Tuwel, Desa
Karangjambu, Desa Mokaha dan Desa Bumijawa. Disusul perubahan kebun
campuran menjadi pemukiman, tegalan menjadi pemukiman dan tanah kosong
menjadi pemukiman. Penyusutan luas lahan sawah diakibatkan kerena
pertumbuhan penduduk yang tinggi, selama 11 tahun wilayah DAS Gung Hulu
telah mengalami penambahan jumlah penduduk sebanyak 17.468 jiwa dari
80
sebelumnya pada tahun 1996 berjumlah 103.130 jiwa menjadi 121.591 jiwa
pada tahun 2007. Desa Bumijawa dan Desa Bojong merupakan desa dengan
pertumbuhan penduduk tertinggi, pada tahun 2007 penduduk Desa Bumijawa
bertambah 2.692 jiwa dan penduduk Desa Bojong bertambah 1.616 jiwa.
Pertambahan jumlah penduduk tentu akan diikuti pertambahan jumlah
pemukiman. Hutan menjadi pemukiman dan semak belukar menjadi
pemukiman merupakan bentuk perubahan terkecil dari lahan bervegetasi
menjadi kawasan terbangun, dengan luas kurang dari 1 ha.
Hasil perhitungan rasio debit diketahui bahwa selama tahun 1996
sampai tahun 2007, nilai KRS mengalami penurunan sebesar 5,45 dari
sebelumnya 16,12 menjadi 10,67. Tetapi dari data yang ada (lampiran hal. 110)
nilai KRS mengalami peningkatan sebesar 5,28. Perubahan debit Sungai Gung
bersifat fluktuatif, nilai KRS mengalami kenaikan dan penurunan sepanjang
tahun dan nilainya tidak ada yang lebih dari 50, berarti DAS Gung Hulu masih
dalam keadaan baik, walaupun statusnya mendekati kritis. Rasio debit tertinggi
terjadi pada tahun 1995 sebesar 43,67 dan rasio debit terendah pada tahun
2003, yaitu 4,75. Hal ini dikarenakan banyaknya lahan yang berubah dalam
penggunaan lahan yang semula daerah tangkapan air hujan untuk infiltrasi
menjadi daerah yang tertutup oleh pemukiman.
Perubahan penggunaan lahan setiap tahun yang mengakibatkan
pengurangan lahan bervegetasi tidak menyebabkan peningkatan debit sungai,
maupun nilai KRS (Koefisien Regim Sungai) suatu DAS. Semua bentuk
81
perubahan penggunaan lahan secara individu tidak ada yang berdampak
terhadap debit. Debit aliran sungai dipengaruhi oleh banyak faktor. Dampak
perubahan penggunaan lahan terhadap debit tidak terlalu signifikan atau tidak
terlalu kuat, nilai KRS tiap tahun selisihnya tidak terlalu besar. Kawasan
terbangun tiap tahun luasnya bertambah, vegetasi penutup lahan berkurang
luasnya, tetapi rasio debit nilainya tidak ikut serta bertambah mengikuti arah
pertambahan kawasan terbangun. Debit sungai relatif konstan, cenderung
berfluktuasi mengikuti musim. Jika musim penghujan, debit sungai meningkat
dan jika musim kemarau tiba debit mengalami penurunan.
Dari hasil wawancara terhadap penduduk di sekitar DAS Gung bagian
hulu maupun hilir, kejadian banjir pernah terjadi 2 kali selama rentang 11
tahun. Yaitu pada tahun 1996 dan tahun 2004, seperti yang dituturkan oleh
Uspuri, 26 tahun, warga Desa Danawarih. Hal senada diungkapkan oleh Bapak
Mudochi, petugas pemantau atau mantri Bendung Danawarih. Dia
menambahkan bahwa sejak tahun 2009 alat AWLR sudah rusak dan tidak
terurus. Djahidin, warga Desa Kalimati Kecamatan Adiwerna yang berada di
bagian tengah DAS Gung mengatakan bahwa debit Sungai Gung relatif tenang,
kecuali pada musim penghujan. Banjir jarang terjadi, pernah terjadi tahun 1992
dan erosi tepi yang menggerus sempadan sungai relatif kecil. Di Bendung
Danawarih terdapat saluran irigasi, yang berguna untuk mengaliri sawah,
sekaligus menyalurkan sebagian air sungai keluar dari alurnya untuk
menghindari banjir. Jika debit berkurang petani rugi, karena pasokan air untuk
sawah ataupun ladangnya tidak mencukupi.
82
Salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi debit sungai dalam
lingkup pengelolaan daerah aliran sungai adalah curah hujan. Jika curah hujan
besar, otomatis debit ikut besar, begitu juga sebaliknya. Faktor lain berasal dari
kerapatan vegetasi, jenis dan sifat tanah, bentuk DAS, kerapatan aliran,
kemiliringan lereng maupun jumlah penduduk suatu DAS. DAS dengan tingkat
kekritisan lahan yang berat umumnya terkait dengan beban tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alam yang intensif dan
berlebih. Sehingga terdapat indikasi bahwa kondisi DAS semakin menurun.
Tanda adanya penurunan daya dukung DAS adalah peningkatan kejadian tanah
longsor, erosi dan sedimentasi, serta banjir dan kekeringan.
Upaya perlindungan ekosistem DAS Gung harus segera lanjutkan,
demi keseimbangan alam. Penghijauan yang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten dan LSM perlu ditingkatkan. Penyadaran akan pentingnya
lingkungan DAS diberikan pada penduduk sekitar maupun di dunia
pendidikan.
83
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1. Luas perubahan penggunaan lahan kawasan vegetasi menjadi kawasan
terbangun atau pemukiman di DAS Gung Hulu mencapai 13,91% dari
total luas perubahan penggunaan lahan DAS Gung Hulu.
2. Rasio debit tiap tahun, dari tahun 1996 – 2007 di DAS Gung Hulu
berfluktuasai. Debit Sungai Gung mengalami kenaikan dan penurunan.
Nilai KRS antara 4,75 sampai 39,18, termasuk kriteria DAS baik.
3. Perubahan penggunaan lahan tidak menyebabkan peningkatan debit
sungai. Dampak perubahan penggunaan lahan terhadap debit tidak terlalu
signifikan. Besar kecilnya debit Sungai Gung, selain disebabkan oleh
perubahan penggunaan lahan juga terutama disebabkan oleh curah hujan.
Ditambah faktor kondisi kerapatan dan jenis vegetasi, jenis dan sifat tanah,
kerapatan aliran sungai, kemiringan lereng dan jumlah penduduk.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, beberapa saran yang
bisa diajukan adalah sebagai berikut.
83
84
1. Meningkatnya rasio debit pada DAS Gung Hulu disebabkan oleh
berkurangnya lahan kawasan vegetasi. Oleh sebab itu perlu
memperbanyak dan merapatkan jumlah tanaman, terutama di sekitar
permukiman penduduk.
2. Meningkatkan fungsi lahan kosong dan lahan miring sebagai kawasan
konservasi dengan menambah jumlah vegetasi.
3. Peningkatan perhatian dari pemda maupun dinas terkait yang berkaitan
dengan bidang hidrologi, seperti pendidikan lingkungan hidup di
masyarakat maupun pemeliharaan alat-alat pencatat data hidrologis.
4. Perlunya penelitian lebih lanjut dan pembatasan usaha untuk pengembang
perumahan tentang kesesuaian daerah permukiman di kawasan tangkapan
air.
85
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul. 2008. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Di Daerah
Aliran Sungai Kreo Terhadap Debit Sub DAS Kreo Kaligarang Semarang
(Skripsi). Semarang : Fakultas Ilmu Sosial. UNNES.
Anonim. 1996. Kecamatan Balapulang Dalam Angka. BPS Kabupaten Tegal.
----------. 1996. Kecamatan Bojong Dalam Angka. BPS Kabupaten Tegal.
----------. 1996. Kecamatan Bumijawa Dalam Angka. BPS Kabupaten Tegal.
----------. 1996. Kecamatan Jatinegara Dalam Angka. BPS Kabupaten Tegal.
----------. 2007. Kecamatan Balapulang Dalam Angka. BPS Kabupaten Tegal.
----------. 2007. Kecamatan Bojong Dalam Angka. BPS Kabupaten Tegal.
----------. 2007. Kecamatan Bumijawa Dalam Angka. BPS Kabupaten Tegal.
----------. 2007. Kecamatan Jatinegara Dalam Angka. BPS Kabupaten Tegal.
----------. 2009. Publikasi Data Hujan. Slawi: DPU, Bagian Hidrologi Kabupaten
Tegal.
----------. 2009. Publikasi Data Debit Sungai Gung. Tegal: PSDA Pemali –
Comal.
Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press
Asdak, Chay. 2004. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Dephut. 2009. Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai. SK
Dirjen RLPS. http://kelembagaandas.wordpress.com/kelembagaan-
pengelolaan-das/sk-dirjen-rlps-1/.(7 Agustus 2011).
Farida dkk. 2006. Penilaian Cepat Hidrologis : Pendekatan Terpadu Dalam
Menilai Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS). Jakarta : LP3ES.
Harjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta :
Akademika Pressindo.
Jayadinata, T. Jayadinata. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan
Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB.
85
86
Juhadi dan Dewi Liesnoor. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik. Semarang:
UNNES.
Kartasapoetra dkk. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kodoatie dan Sugiyanto. 2002. Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya Dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Liesnoor, Dewi. 1996. Analisa Ketersediaan Air, Studi Kasus Sub Daerah Aliran
Sungai Ngunut Bengawan Solo Hulu (Tesis). Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Linsley dan Franzini. 1994. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta : Erlangga.
Mahendratomo, Adhi. 2008. Pemanfaatan Citra Satelit SPOT 4 Untuk Pemetaan
Penutup Lahan Di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan (Tugas
Akhir). Semarang : Fakultas Ilmu Sosial. UNNES.
Mustofa dan Sektiyawan. 2007. Kamus Lengkap Geografi. Yogyakarta: Panji
Pustaka.
Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Prahasta, Eddy. 2007. Tutorial Arc View. Bandung: Informatika.
Priyatno, Duwi. 2009. SPSS Untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate.
Yogyakarta: Gava Media.
Radar Tegal. 2008. Gung dan Rambut Berbahaya. 28 Februari 2008. Hal. 4.
Soemarto, C.D. 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta : Erlangga.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Yogyakarta : Andi.
Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode penelitian Geografi. Jakarta. Bhumi Aksara.
Widianto, Andri. 1999. Evaluasi Kondisi Aliran Dan Tebal Hujan Daerah Aliran
Sungai Progo Propinsi Jawa Tengah Dan Daerah Istimewa Yogyakarta
(Skripsi). Yogyakarta : Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.
87
LAMPIRAN
88
Lampiran 1
Data Debit Bendung Danawarih Tahun 1996 - 2007 (m³/dtk)
- Debit bendung 1996
Tanggal Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 3,24 4,60 0,00 1,38 1,04 2,21 2,19 1,67 1,30 0,00 2,19 1,93
2 5,32 3,69 0,00 1,13 1,67 2,21 2,62 1,42 1,17 0,00 1,93 1,68
3 4,33 3,69 0,00 1,13 1,92 2,74 2,40 1,18 1,17 0,00 1,68 1,93
4 2,82 2,50 0,00 1,13 1,67 2,21 1,93 1,18 1,17 0,00 2,34 1,93
5 2,68 2,21 0,00 1,13 1,42 1,93 1,93 1,18 1,17 0,00 2,59 2,77
6 2,56 2,98 0,00 0,83 1,42 1,93 1,93 1,18 1,17 0,00 2,19 3,33
7 2,51 2,50 0,00 0,66 1,84 1,80 1,67 1,18 1,17 0,00 2,81 3,00
8 1,94 2,66 0,96 0,66 2,26 1,80 1,67 1,18 1,17 0,00 2,62 3,33
9 1,43 2,98 2,95 0,66 2,26 1,80 1,67 2,29 1,37 0,00 3,00 3,00
10 0,79 2,74 0,96 0,66 2,26 2,21 1,42 2,19 1,57 0,00 2,19 2,62
11 1,36 2,21 2,21 0,66 2,26 1,93 1,13 2,34 1,57 0,00 2,40 2,81
12 1,80 1,93 2,50 1,11 2,26 1,93 2,41 1,09 1,37 0,00 2,40 3,14
13 1,56 2,66 2,21 1,37 2,26 1,93 2,36 0,92 1,37 0,00 2,40 3,33
14 1,67 3,19 1,56 1,37 2,26 1,93 1,42 0,92 1,37 0,00 2,15 3,00
15 2,43 2,21 0,96 1,37 2,60 2,21 0,66 0,92 1,37 0,00 2,15 2,40
16 1,42 2,50 1,93 1,57 2,75 1,93 0,66 0,92 1,17 1,59 2,15 2,81
17 2,56 2,21 1,56 0,78 3,00 1,93 0,66 0,92 1,17 1,67 2,62 3,11
18 2,69 2,21 1,56 0,92 3,00 1,80 0,66 0,81 1,37 2,73 2,81 3,11
19 2,43 2,50 1,44 0,33 3,00 1,80 0,66 0,81 1,17 1,92 2,81 2,59
20 2,09 2,21 1,39 0,33 2,62 1,80 0,66 0,66 1,17 2,09 2,62 2,40
21 1,67 2,21 1,39 1,29 2,81 1,80 1,29 0,81 1,17 2,09 2,19 1,93
22 1,42 1,93 1,39 0,66 2,40 1,62 2,09 0,81 1,17 2,26 2,40 1,68
23 1,37 2,50 1,39 0,80 2,40 1,37 2,09 0,66 1,94 2,26 2,15 1,42
24 1,17 2,50 1,39 0,66 2,40 1,57 2,40 0,66 1,57 2,26 1,93 1,17
25 0,91 1,25 1,48 0,66 2,40 1,55 2,40 0,66 1,57 0,00 2,51 1,75
26 1,37 2,50 1,13 0,92 2,40 2,05 2,62 0,92 1,57 1,92 2,59 2,19
27 1,17 0,00 0,83 1,37 2,40 2,25 2,62 2,09 1,17 1,67 2,19 2,75
28 1,37 0,00 0,83 0,91 2,40 2,43 1,93 1,92 0,92 1,67 1,68 2,08
29 1,17 0,00 0,96 0,65 2,40 2,80 1,93 1,42 0,92 1,92 1,68 0,33
30 1,69 1,13 0,65 2,34 2,62 1,93 1,42 0,92 2,26 1,68 0,59
31 1,81 0,83 2,34 1,92 1,42 2,26 0,78
Maximum 5,3 4,6 3,0 1,6 3,0 2,8 2,6 2,3 1,9 2,7 3,0 3,3
Rerata
bulanan 2,0 2,3 1,1 0,9 2,3 2,0 1,7 1,2 1,3 1,0 2,3 2,3
Minimum 0,8 0,0 0,0 0,3 1,0 1,4 0,7 0,7 0,9 0,0 1,7 0,3
Rerata
(1-15) 2,4 2,9 1,0 1,0 2,0 2,1 1,8 1,4 1,3 0,0 2,3 2,7
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata
(16-31) 1,6 1,8 1,3 0,8 2,6 2,0 1,7 1,1 1,3 1,9 2,3 1,9
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
89
- Debit bendung 1997
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 0,51 0,00 0,00 3,00 3,00 0,41 1,37 1,17 0,66 0,64 0,41 3,29
2 1,02 0,56 0,00 2,81 3,22 0,41 1,82 1,03 0,66 0,64 0,41 3,87
3 0,81 0,18 0,00 3,00 3,00 0,53 2,28 0,88 0,66 0,74 0,41 3,29
4 0,93 0,00 0,00 3,19 2,79 0,64 2,30 0,88 0,66 0,74 0,41 3,29
5 0,33 0,00 1,19 2,40 2,40 0,95 2,30 1,03 0,66 0,74 0,41 2,66
6 1,75 0,00 1,06 2,27 2,02 1,40 2,21 0,88 0,66 0,74 0,21 2,11
7 1,02 0,00 0,85 2,02 1,90 1,73 2,03 0,81 0,66 0,74 0,00 0,00
8 0,46 0,74 0,85 2,02 2,02 2,09 1,74 0,87 0,66 0,74 0,98 0,74
9 0,51 0,64 0,62 1,86 1,90 2,43 1,62 1,07 0,66 0,74 1,01 2,62
10 1,28 0,41 0,29 1,69 1,97 2,26 1,62 0,87 0,54 0,74 1,01 3,36
11 0,77 0,62 0,00 2,56 2,65 1,67 1,62 0,87 0,53 0,74 1,07 4,82
12 1,28 0,25 0,00 3,06 2,34 2,09 1,18 0,87 0,53 0,74 1,01 3,93
13 0,82 0,00 0,00 1,64 2,17 1,92 1,18 0,87 0,53 0,74 1,27 5,63
14 0,66 0,00 0,00 3,06 2,48 1,67 1,18 0,87 0,53 0,74 1,41 5,63
15 0,66 0,00 0,00 2,44 1,97 1,67 1,18 1,07 0,53 0,53 1,96 2,23
16 0,62 0,00 0,25 2,86 1,54 1,92 1,26 0,87 0,53 0,00 1,27 4,66
17 0,62 0,00 0,50 2,27 1,74 2,09 1,18 1,07 0,53 0,00 1,29 5,42
18 0,36 0,00 0,72 3,03 1,57 1,67 1,18 0,87 0,53 0,00 1,86 3,53
19 0,00 0,00 0,72 3,03 1,74 1,67 1,18 0,87 0,53 0,00 2,99 4,11
20 0,17 0,00 0,00 2,69 1,74 1,67 1,01 0,79 0,53 0,00 2,31 6,66
21 0,00 0,00 0,00 2,52 1,57 1,81 0,93 0,79 0,53 0,00 3,22 6,66
22 0,00 0,00 0,87 2,52 2,05 2,19 0,96 0,79 0,53 0,00 2,69 4,02
23 0,00 0,00 1,26 2,79 1,49 2,19 0,99 0,79 0,53 0,00 1,79 3,76
24 0,00 0,00 1,39 2,40 1,42 1,83 0,99 0,79 0,53 0,00 2,28 4,33
25 0,00 0,00 1,64 3,00 1,42 1,20 0,99 0,73 0,53 0,00 2,26 3,73
26 0,42 0,00 1,52 2,40 1,42 1,23 1,18 0,81 0,53 0,00 2,47 3,73
27 0,84 0,00 2,15 3,00 1,49 1,55 0,97 0,66 0,53 0,00 3,09 4,49
28 0,84 0,00 2,52 2,40 1,57 2,08 0,88 0,66 0,53 0,00 3,65 3,73
29 0,18 3,00 3,00 1,17 2,08 0,88 0,66 0,55 0,00 2,28 3,73
30 0,00 2,02 2,79 1,17 1,57 1,17 0,66 0,53 0,00 3,77 4,87
31 0,00 3,22 1,17 1,03 0,66 0,00 3,73
Maximum 1,7 0,7 3,2 3,2 3,2 2,4 2,3 1,2 0,7 0,7 3,8 6,7
Rerata
bulanan 0,5 0,1 0,9 2,6 1,9 1,6 1,4 0,9 0,6 0,3 1,6 3,8
Minimum 0,0 0,0 0,0 1,6 1,2 0,4 0,9 0,7 0,5 0,0 0,0 0,0
Rerata
(1-15) 0,9 0,2 0,3 2,5 2,4 1,5 1,7 0,9 0,6 0,7 0,8 3,2
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata
(16-31) 0,3 0,0 1,4 2,7 1,5 1,8 1,0 0,8 0,5 0,0 2,5 4,4
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
90
- Debit bendung 1998
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 4,87 1,28 2,21 1,74 1,37 1,57 1,41 1,24 2,07 2,19 0,00 1,93
2 4,66 2,82 2,81 1,57 1,37 1,74 1,26 1,42 2,07 1,93 0,00 2,21
3 4,46 2,89 1,44 1,88 1,37 1,57 1,26 1,65 2,64 1,68 0,00 2,59
4 3,53 2,78 0,00 1,37 1,37 1,60 1,58 1,74 2,45 1,93 0,00 2,43
5 4,49 1,22 0,00 1,37 1,43 1,93 3,05 1,57 2,19 1,65 0,00 2,43
6 4,87 1,56 0,00 1,37 1,74 2,44 2,74 1,92 1,93 3,59 0,00 2,19
7 4,73 1,22 0,00 1,37 2,80 2,40 2,05 1,37 1,93 3,40 0,00 2,19
8 5,63 1,22 0,00 1,37 2,07 1,93 1,58 1,53 1,88 2,74 0,00 1,93
9 4,87 1,56 0,00 1,26 2,43 1,65 1,90 1,67 2,26 2,74 0,00 1,68
10 5,63 1,56 2,62 1,09 1,37 1,65 2,05 1,67 2,24 2,95 0,00 1,65
11 5,63 1,56 2,74 2,63 2,27 1,88 2,05 1,40 2,07 2,95 0,00 1,65
12 6,39 1,56 2,10 1,74 3,89 1,65 2,05 1,55 1,73 2,48 0,00 2,24
13 4,49 3,41 2,78 1,74 3,12 1,65 2,40 1,55 1,36 2,19 0,00 2,07
14 3,73 2,21 2,50 1,74 2,78 2,63 3,01 2,79 1,09 1,93 0,00 1,88
15 4,87 1,67 2,21 1,74 3,69 1,93 2,98 2,26 1,09 2,19 0,00 1,88
16 3,73 2,50 1,67 1,74 2,78 2,19 3,15 1,55 1,09 2,19 0,72 2,07
17 4,87 2,81 2,09 1,37 2,74 2,40 2,81 1,55 1,09 2,40 0,98 2,74
18 4,87 1,88 1,92 1,41 2,21 1,93 2,98 1,73 1,09 3,23 0,99 3,35
19 5,63 2,78 2,81 1,57 2,60 1,67 2,81 1,36 1,09 2,59 1,26 3,59
20 4,87 2,19 3,12 1,57 2,40 1,67 2,11 1,36 2,60 1,68 0,99 3,19
21 5,63 2,19 2,81 1,74 1,93 2,15 2,36 1,36 2,07 1,68 0,99 3,19
22 4,49 1,93 2,76 2,63 1,42 2,59 3,55 1,36 1,65 2,19 0,72 3,19
23 5,63 2,44 2,65 1,37 1,42 2,40 2,50 1,40 1,57 1,68 0,99 2,74
24 4,49 1,93 1,93 2,12 1,65 1,93 2,11 1,40 3,11 1,93 0,99 2,50
25 4,87 1,46 2,40 1,40 1,42 1,88 3,26 1,93 3,40 1,79 1,88 2,50
26 2,44 0,96 3,16 1,40 1,57 1,65 2,36 2,75 0,00 1,73 3,58 2,43
27 2,67 3,09 1,09 1,26 1,57 1,37 3,55 3,30 2,21 1,87 3,19 3,38
28 1,67 3,66 1,57 1,36 1,57 2,27 2,11 3,77 1,93 1,73 2,21 3,19
29 2,44 1,37 1,74 2,09 1,88 2,07 2,74 2,19 1,73 1,93 2,95
30 1,38 1,57 1,57 1,37 1,65 1,65 2,74 2,19 1,73 2,98 2,50
31 1,38 2,43 1,37 1,42 2,50 1,68 2,50
Maximum 6,4 3,7 3,2 2,6 3,9 2,6 3,6 3,8 3,4 3,6 3,6 3,6
Rerata
bulanan 4,3 2,1 1,8 1,6 2,0 1,9 2,3 1,9 1,9 2,2 0,8 2,5
Minimum 1,4 1,0 0,0 1,1 1,4 1,4 1,3 1,2 0,0 1,7 0,0 1,7
Rerata
(1-15) 4,9 1,9 1,4 1,6 2,2 1,9 2,1 1,7 1,9 2,4 0,0 2,1
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata
(16-31) 3,8 2,3 2,2 1,6 1,9 2,0 2,6 2,0 1,8 2,0 1,6 2,9
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
91
- Debit bendung 1999
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 0,93 0,00 0,51 0,00 4,29 3,38 2,53 2,17 1,69 1,94 1,17 3,09
2 0,93 0,00 0,51 0,00 3,10 3,38 2,53 2,17 1,69 1,94 1,99 3,54
3 0,95 0,00 0,89 0,00 3,10 3,72 2,53 2,17 1,38 1,94 2,37 4,26
4 1,07 0,00 1,53 0,00 3,10 4,01 1,86 2,17 1,38 2,28 4,01 3,04
5 1,61 0,00 1,55 0,00 3,72 3,38 1,69 2,17 1,38 1,94 4,55 4,29
6 2,07 0,00 1,69 0,00 3,04 3,04 2,45 2,17 1,38 1,94 3,38 4,29
7 2,07 0,00 2,81 0,00 1,26 3,04 3,04 1,97 1,38 1,94 2,78 4,29
8 1,45 1,52 2,74 0,00 1,76 3,38 2,79 1,97 1,38 1,94 2,81 4,29
9 1,09 1,52 1,65 0,00 1,01 3,72 2,79 1,97 1,38 2,53 2,83 4,29
10 0,53 1,94 3,19 0,00 2,53 4,55 2,79 1,97 1,38 1,94 3,41 4,01
11 0,63 2,21 3,37 0,00 2,53 3,37 2,53 4,24 1,38 2,53 4,01 4,01
12 0,63 3,25 3,00 0,00 2,44 4,01 2,63 3,38 1,38 3,00 3,72 4,01
13 0,63 2,36 2,05 0,00 2,25 4,01 2,94 2,81 1,38 3,10 4,01 4,29
14 0,63 1,69 3,00 0,00 2,02 3,72 3,10 2,50 1,38 2,81 4,01 4,29
15 0,63 1,52 2,79 0,00 2,02 3,72 2,81 2,67 1,38 2,81 4,26 4,29
16 1,26 2,36 3,00 0,00 1,26 1,26 2,81 3,34 1,41 0,00 3,70 3,36
17 1,17 2,67 3,41 0,00 3,30 3,38 2,53 3,10 1,41 0,00 4,01 3,38
18 2,07 3,38 0,00 0,00 2,86 3,04 2,81 2,28 1,41 0,00 4,01 3,04
19 1,40 3,04 3,00 0,00 2,48 3,10 2,81 2,25 1,41 0,00 3,76 3,04
20 1,40 5,68 2,53 0,00 2,25 3,10 2,81 2,02 1,05 0,00 3,72 3,38
21 3,19 1,09 2,28 0,00 2,67 3,41 2,81 1,73 1,55 0,00 3,72 3,72
22 3,19 0,25 2,28 0,00 2,25 3,67 2,45 1,77 1,55 0,00 4,01 4,26
23 4,13 0,56 3,22 0,00 2,17 3,10 2,25 1,69 1,53 0,00 4,26 4,29
24 2,80 0,52 2,53 0,00 2,32 2,79 2,25 1,86 1,41 0,00 4,29 4,55
25 2,50 0,52 3,11 0,00 2,67 2,54 2,25 2,00 3,17 0,00 3,41 4,01
26 1,87 0,52 3,77 0,00 3,03 2,79 2,25 2,00 2,23 0,00 4,29 4,29
27 0,63 0,52 3,41 0,00 3,08 2,79 2,48 2,00 1,67 0,00 4,29 4,01
28 0,00 0,51 1,55 0,00 4,01 2,79 2,48 2,00 2,28 0,00 4,01 3,76
29 0,00 2,96 0,00 3,72 2,53 2,25 2,00 2,28 0,00 4,01 3,29
30 0,00 2,53 0,00 3,72 2,53 2,25 1,83 2,28 0,00 3,56 3,22
31 0,00 2,43 3,72 2,02 1,69 0,00 3,22
Maximum 4,1 5,7 3,8 0,0 4,3 4,5 3,1 4,2 3,2 3,1 4,5 4,5
Rerata
bulanan 1,3 1,3 2,4 0,0 2,7 3,2 2,5 2,3 1,6 1,1 3,6 3,8
Minimum 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 1,3 1,7 1,7 1,0 0,0 1,2 3,0
Rerata
(1-15) 1,1 1,1 2,1 0,0 2,5 3,6 2,6 2,4 1,4 2,3 3,3 4,0
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata
(16-31) 1,6 1,7 2,6 0,0 2,8 2,9 2,5 2,1 1,8 0,0 3,9 3,7
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
92
- Debit bendung 2000
Tanggal Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 3,54 0,92 0,94 2,15 3,72 4,19 3,19 3,19 2,81 2,25 1,86 1,51
2 3,54 0,93 1,89 2,53 3,72 4,19 3,19 3,19 2,53 2,48 1,86 2,12
3 2,81 0,61 2,02 1,52 2,27 3,43 3,19 3,19 2,79 2,52 2,48 3,22
4 2,53 0,61 2,48 1,26 2,27 2,56 3,19 2,81 2,53 2,48 2,02 3,04
5 2,75 1,53 3,10 2,49 2,44 2,27 3,19 2,81 3,10 2,56 1,94 3,41
6 3,54 1,01 1,69 3,72 3,40 2,86 3,19 2,81 2,53 2,79 1,86 3,66
7 4,26 1,14 2,90 3,72 3,72 2,81 3,19 2,81 2,53 2,79 2,48 3,72
8 2,28 1,37 3,72 3,46 2,27 3,10 3,19 2,28 2,02 2,28 4,01 3,72
9 3,41 1,70 1,73 3,46 2,87 2,81 2,86 2,48 2,02 2,28 3,07 4,01
10 3,22 2,52 2,02 3,10 3,72 2,53 2,53 2,48 1,86 2,28 3,10 4,01
11 2,75 2,48 1,73 2,02 4,01 3,74 2,53 2,52 2,00 2,28 3,55 4,01
12 2,85 2,68 1,73 2,28 4,29 4,96 2,53 2,25 1,52 2,94 3,58 3,46
13 3,22 2,67 1,03 2,30 4,80 4,21 2,53 2,02 2,27 3,35 3,41 2,81
14 3,76 2,02 1,14 3,10 4,29 4,20 2,53 2,17 1,83 4,32 3,72 3,34
15 3,72 2,80 0,54 3,34 4,01 4,19 2,81 2,17 1,52 3,46 3,72 3,34
16 4,26 3,36 0,54 3,34 4,01 3,72 2,53 2,17 2,00 0,00 3,72 3,79
17 4,01 3,72 0,54 2,53 4,01 4,01 2,53 2,17 2,36 0,00 2,79 3,34
18 4,01 4,57 1,03 3,12 5,01 3,72 3,10 2,17 1,77 0,00 2,48 3,10
19 4,55 3,38 1,52 3,46 4,67 4,01 2,53 2,17 1,77 0,00 2,48 3,10
20 3,34 1,29 2,18 3,72 4,34 3,46 2,53 2,54 1,96 0,00 2,63 2,81
21 3,34 1,29 1,60 3,46 4,29 3,72 3,10 2,17 2,67 0,00 2,81 3,05
22 3,10 1,66 1,14 3,34 4,29 3,72 2,53 1,77 2,15 0,00 2,81 3,58
23 3,03 1,66 1,77 3,58 4,63 3,72 2,53 1,77 3,10 0,00 1,86 3,10
24 3,16 1,53 1,24 3,65 5,54 4,29 2,28 1,77 3,10 0,00 1,69 2,53
25 4,01 1,13 1,05 3,72 2,56 0,00 2,25 2,17 2,81 0,00 2,31 2,52
26 4,55 1,75 1,01 3,20 3,10 3,72 2,03 2,17 2,53 0,00 1,13 2,48
27 4,01 2,02 1,02 2,93 3,72 3,46 3,10 1,77 2,53 0,00 1,59 2,48
28 3,04 1,64 2,59 3,72 4,34 3,46 3,46 1,77 2,28 0,00 2,47 2,48
29 3,66 2,31 3,04 2,87 4,34 3,19 3,72 1,77 2,02 0,00 2,52 2,48
30 1,86 2,53 3,72 4,34 3,19 3,72 2,17 2,02 0,00 1,52 2,48
31 2,54 2,53 4,34 3,72 3,58 0,00 2,48
Maximum 4,5 4,6 3,7 3,7 5,5 5,0 3,7 3,6 3,1 4,3 4,0 4,0
Rerata
bulanan 3,4 1,9 1,7 3,0 3,8 3,4 2,9 2,4 2,3 1,3 2,6 3,1
Minimum 1,9 0,6 0,5 1,3 2,3 0,0 2,0 1,8 1,5 0,0 1,1 1,5
Rerata
(1-15) 3,2 1,7 1,9 2,7 3,5 3,5 2,9 2,6 2,3 2,7 2,8 3,3
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata
(16-31) 3,5 2,2 1,6 3,4 4,2 3,4 2,9 2,1 2,3 0,0 2,3 2,9
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
93
- Debit bendung 2001
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 2,25 3,10 2,48 2,81 3,72 4,29 3,04 2,81 1,96 2,25 1,86 2,02
2 2,02 3,10 2,48 2,53 3,72 4,29 2,91 2,53 1,96 2,48 2,39 1,56
3 2,85 2,53 1,07 2,53 3,34 4,55 2,79 2,53 1,96 2,52 2,52 1,97
4 2,02 2,28 2,14 2,53 2,48 4,01 2,79 2,53 1,96 2,48 2,52 3,29
5 2,02 2,80 1,52 1,86 4,03 4,01 2,79 2,53 1,96 2,56 2,86 3,38
6 1,69 3,10 1,83 1,52 4,96 3,53 2,79 2,53 1,96 2,79 2,52 3,04
7 1,52 2,81 1,77 2,31 4,34 4,29 2,79 2,15 2,15 2,79 2,27 3,04
8 2,31 2,13 3,01 2,53 4,29 4,29 2,68 2,02 2,45 2,28 2,52 2,78
9 3,10 2,15 3,58 2,16 4,29 3,72 2,53 2,02 2,15 2,28 2,52 2,53
10 3,34 2,27 2,53 2,53 4,29 3,72 2,53 2,02 1,96 2,28 2,69 2,53
11 3,79 2,15 2,53 4,41 4,78 3,72 3,94 2,02 1,77 2,28 2,52 2,82
12 3,34 3,22 3,55 4,96 5,03 3,72 3,00 1,96 2,35 2,94 2,52 3,10
13 3,58 3,72 3,79 4,05 4,55 3,66 2,79 1,77 2,15 3,35 4,29 2,81
14 3,34 3,72 3,58 3,55 4,29 4,29 3,72 1,77 2,15 4,32 3,72 2,56
15 3,10 3,72 3,58 2,48 4,29 4,29 3,72 1,77 2,15 3,46 3,10 2,53
16 3,58 3,72 3,79 2,84 4,29 4,29 3,72 1,77 2,15 1,94 3,10 2,53
17 3,93 3,72 3,79 2,86 4,29 3,72 3,04 1,77 2,67 3,00 2,87 2,52
18 4,80 3,72 4,00 2,79 4,29 4,01 3,04 1,77 2,54 3,60 2,02 2,02
19 4,29 0,82 4,00 3,95 4,29 4,29 3,04 1,77 2,35 1,61 2,44 2,81
20 4,01 0,82 4,00 4,29 3,72 3,72 3,04 1,77 2,35 1,61 2,86 3,10
21 3,72 2,11 3,58 4,63 4,26 3,72 3,72 1,77 2,15 1,56 2,69 3,10
22 1,13 3,10 2,53 4,83 4,29 4,01 4,01 1,77 1,96 1,28 2,69 2,81
23 1,58 2,53 3,10 4,83 4,29 3,38 4,29 1,96 1,77 1,05 2,69 2,81
24 1,89 2,53 2,53 4,83 4,29 3,38 3,72 1,77 1,77 1,26 2,52 2,81
25 2,48 2,02 2,81 4,96 4,29 3,72 3,72 1,77 3,41 1,26 2,02 2,81
26 2,02 2,86 2,53 4,01 4,29 3,72 3,72 1,96 3,41 1,53 2,16 3,10
27 1,90 2,86 2,03 3,72 4,29 3,72 3,38 1,77 2,79 1,26 2,69 3,34
28 0,18 3,60 2,05 3,72 4,55 3,72 3,38 1,77 3,58 2,00 2,52 3,10
29 2,44 2,06 4,29 4,01 3,38 3,38 1,77 3,00 2,15 2,27 3,10
30 3,58 2,48 3,72 3,72 3,04 3,10 1,77 2,28 2,52 2,02 3,10
31 3,34 3,16 3,72 3,10 1,77 2,86 3,58
Maximum 4,8 3,7 4,0 5,0 5,0 4,5 4,3 2,8 3,6 4,3 4,3 3,6
Rerata
bulanan 2,7 2,8 2,8 3,4 4,2 3,9 3,2 2,0 2,3 2,3 2,6 2,8
Minimum 0,2 0,8 1,1 1,5 2,5 3,0 2,5 1,8 1,8 1,1 1,9 1,6
Rerata
(1-15) 2,7 2,9 2,6 2,8 4,2 4,0 3,0 2,2 2,1 2,7 2,7 2,7
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata
(16-31) 2,8 2,6 3,0 4,0 4,2 3,7 3,5 1,8 2,5 1,9 2,5 2,9
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
94
- Debit bendung 2002
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 3,58 2,53 2,77 4,26 3,38 3,38 2,02 2,02 1,26 1,46 1,26 2,02
2 2,81 2,81 2,03 3,72 3,04 3,04 2,27 2,02 1,52 1,60 1,41 2,27
3 2,75 1,23 2,28 4,01 3,04 3,38 2,02 1,90 1,52 1,28 1,41 2,27
4 1,47 2,27 2,03 3,72 3,38 3,72 2,02 1,77 1,52 1,83 1,26 2,02
5 1,06 2,02 2,28 3,37 3,72 3,72 2,02 1,77 1,52 1,60 1,72 2,69
6 0,90 1,98 2,93 3,72 2,93 3,72 2,02 1,77 1,52 1,73 2,17 2,69
7 1,71 2,53 3,10 2,78 3,72 3,04 2,02 1,77 1,26 2,27 2,36 2,69
8 2,02 2,53 2,81 2,81 3,72 3,72 2,02 1,77 1,26 2,27 2,17 2,52
9 2,44 2,79 2,79 3,10 3,38 3,04 2,02 1,77 1,26 2,02 1,77 2,52
10 2,52 2,53 1,26 2,61 3,04 3,04 1,73 2,17 1,26 2,36 1,97 2,52
11 0,81 2,28 2,51 2,52 2,93 3,04 2,02 2,17 1,41 2,28 1,97 2,27
12 1,52 2,28 2,86 2,61 3,38 3,04 2,27 1,97 1,41 1,61 2,15 2,02
13 1,86 2,75 2,05 3,10 3,04 3,04 2,27 1,77 1,26 1,94 2,52 2,02
14 1,56 2,79 2,52 2,53 3,38 3,04 2,27 1,97 1,41 2,79 2,69 2,02
15 1,19 2,53 2,02 2,44 3,04 3,04 2,27 1,97 1,41 1,94 3,03 2,69
16 2,51 2,53 2,02 2,81 3,04 2,76 2,27 1,96 1,41 1,94 2,69 2,02
17 2,52 2,28 1,01 3,58 3,04 2,53 2,27 1,77 1,26 3,00 2,27 2,02
18 1,52 2,53 1,56 3,10 3,04 2,53 2,27 1,77 1,41 3,60 2,69 1,63
19 2,06 2,79 2,27 2,81 2,59 2,53 2,27 1,77 1,41 1,61 3,03 1,77
20 2,53 2,79 2,27 2,68 2,93 2,53 2,27 1,77 1,26 1,61 3,03 1,77
21 2,53 2,79 2,06 1,16 3,72 2,53 2,27 1,77 1,26 1,56 3,35 2,69
22 2,81 2,28 2,53 2,09 3,04 2,53 2,02 1,64 1,41 1,28 3,03 3,03
23 2,32 2,28 2,27 1,16 3,04 2,14 2,52 1,52 1,26 1,05 2,86 3,10
24 3,04 2,53 2,27 3,05 3,04 2,79 2,52 1,52 1,26 1,26 2,69 3,79
25 3,72 2,79 2,52 3,58 3,04 2,02 2,27 1,52 1,41 1,26 2,69 3,16
26 3,72 2,53 1,89 3,79 3,04 2,02 2,27 1,57 1,14 1,53 3,36 4,04
27 3,72 3,42 2,27 3,72 2,59 2,27 2,27 1,57 1,01 1,26 2,52 4,00
28 3,72 2,53 2,44 3,38 3,04 2,27 2,02 1,83 1,01 2,00 2,52 4,00
29 3,38 2,53 3,38 3,04 2,02 2,02 1,52 1,01 2,15 2,27 3,34
30 3,38 2,75 3,72 3,04 2,02 2,02 1,52 1,01 2,52 2,02 3,10
31 2,49 3,92 3,38 2,02 1,52 2,86 2,65
Maximum 3,7 3,4 3,9 4,3 3,7 3,7 2,5 2,2 1,5 3,6 3,4 4,0
Rerata
bulanan 2,4 2,5 2,3 3,0 3,2 2,8 2,2 1,8 1,3 1,9 2,4 2,6
Minimum 0,8 1,2 1,0 1,2 2,6 2,0 1,7 1,5 1,0 1,1 1,3 1,6
Rerata
(1-15) 1,9 2,4 2,4 3,2 3,3 3,3 2,1 1,9 1,4 1,9 2,0 2,4
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata
(16-31) 2,9 2,6 2,3 2,9 3,0 2,4 2,2 1,7 1,2 1,9 2,7 2,9
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
95
- Debit bendung 2003
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 3,27 3,04 2,15 3,10 3,72 2,53 2,02 1,69 1,26 1,46 2,69 3,34
2 3,27 2,59 2,15 2,53 3,72 2,28 1,90 1,69 1,86 1,60 2,52 2,81
3 3,38 2,78 2,59 2,81 3,72 2,27 1,97 1,69 1,52 1,28 2,27 3,10
4 3,38 2,53 2,15 3,10 3,38 2,27 1,97 1,52 1,69 1,83 2,27 3,10
5 3,38 1,62 2,53 2,81 3,04 2,02 1,97 1,52 2,00 1,60 2,52 4,29
6 3,66 2,16 3,72 2,81 3,04 2,86 1,77 1,52 1,26 1,73 2,52 3,72
7 3,72 2,53 3,72 2,53 3,04 2,69 1,77 1,52 1,52 2,27 2,52 3,72
8 3,04 2,16 3,72 3,10 3,04 2,69 1,77 1,52 1,10 2,27 2,52 3,72
9 3,04 2,53 3,72 3,10 3,04 2,86 1,77 1,26 1,10 2,02 2,86 3,03
10 2,59 2,16 3,04 3,10 3,66 2,69 1,77 1,26 1,14 2,36 2,02 3,03
11 2,26 2,53 3,04 3,58 4,29 2,52 1,77 1,26 1,01 2,28 2,52 3,03
12 2,28 1,79 3,04 3,10 4,80 2,27 1,77 1,55 1,13 1,61 2,27 3,03
13 2,28 2,78 2,59 3,10 4,80 3,34 1,77 1,26 1,13 1,94 1,52 3,03
14 2,15 3,41 3,04 2,81 4,29 3,10 1,77 1,26 1,13 2,79 1,52 3,03
15 2,02 3,72 3,04 3,10 4,29 2,53 1,77 1,41 1,13 1,94 1,52 2,53
16 3,38 3,72 3,04 2,53 4,01 2,81 1,77 1,26 1,55 1,94 1,86 2,53
17 4,01 3,04 3,04 2,53 3,72 2,52 1,66 1,26 1,83 3,00 4,55 2,53
18 3,04 3,38 3,04 2,53 4,01 2,27 1,52 1,26 2,00 3,60 3,03 2,53
19 2,59 2,53 2,15 2,53 3,72 3,03 1,52 1,55 1,86 1,61 3,72 3,10
20 2,28 4,29 2,15 2,52 3,72 3,35 1,52 1,55 1,86 1,61 3,03 4,55
21 2,28 4,29 2,81 3,41 3,72 3,03 1,29 1,55 1,86 1,56 3,03 3,72
22 3,66 3,38 2,53 4,29 3,72 3,35 1,29 2,69 1,69 1,28 2,78 3,38
23 3,38 4,01 2,53 3,72 2,88 3,35 1,29 1,86 1,05 1,05 3,66 3,03
24 3,38 3,72 2,16 3,72 3,04 2,84 1,52 1,69 1,05 1,26 3,72 3,03
25 2,86 3,38 2,53 3,72 3,04 2,53 2,00 1,52 1,05 1,26 4,55 4,29
26 3,72 3,04 3,10 3,72 3,04 2,70 2,15 1,69 1,05 1,53 3,72 3,72
27 3,04 3,04 2,53 4,29 3,04 2,53 2,00 1,69 1,28 1,26 3,03 3,72
28 3,04 3,04 3,10 4,01 3,04 2,53 2,00 1,39 1,05 2,00 3,03 3,72
29 2,86 2,53 4,01 3,10 2,28 1,69 1,69 1,05 2,15 2,78 2,16
30 3,04 2,53 3,72 2,81 2,28 1,69 1,52 1,05 2,52 2,53 1,83
31 2,04 3,10 2,53 1,69 1,39 2,86 1,69
Maximum 4,0 4,3 3,7 4,3 4,8 3,4 2,1 2,7 2,0 3,6 4,5 4,5
Rerata
bulanan 3,0 3,0 2,8 3,2 3,5 2,7 1,7 1,5 1,4 1,9 2,8 3,2
Minimum 2,0 1,6 2,1 2,5 2,5 2,0 1,3 1,3 1,0 1,1 1,5 1,7
Rerata
(1-15) 2,9 2,6 2,9 3,0 3,7 2,6 1,8 1,5 1,3 1,9 2,3 3,2
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata
(16-31) 3,0 3,4 2,7 3,4 3,3 2,8 1,7 1,6 1,4 1,9 3,3 3,1
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
96
- Debit bendung 2004
Tanggal Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 1,52 2,52 2,86 3,38 3,10 2,90 0,00 1,52 1,26 1,52 2,53 2,86
2 1,52 2,52 2,86 3,03 3,10 2,78 0,72 1,52 1,43 1,52 2,02 2,52
3 1,52 2,52 2,86 3,03 3,10 2,78 0,00 1,52 2,15 1,40 1,98 2,02
4 2,27 2,52 2,86 2,86 3,10 2,66 0,00 1,52 1,96 1,40 1,77 2,02
5 2,36 2,52 3,20 2,86 3,10 2,53 3,10 1,52 1,77 1,53 1,77 2,86
6 2,67 2,52 3,20 2,86 3,10 2,40 2,53 1,69 1,77 1,26 1,77 2,86
7 2,15 2,02 2,86 3,58 3,10 2,53 2,28 1,52 1,51 1,53 1,96 2,86
8 1,52 2,02 2,52 4,29 3,10 2,79 2,79 1,52 1,29 1,26 2,35 2,69
9 1,52 2,02 2,52 3,38 3,10 2,79 2,28 1,52 1,29 1,53 2,35 2,52
10 1,52 2,52 2,52 4,01 2,53 3,22 2,15 2,15 1,52 1,86 2,54 2,27
11 1,41 2,52 2,86 3,03 2,53 3,22 2,02 1,86 1,69 1,86 2,35 2,69
12 1,72 2,52 2,52 4,01 2,53 4,01 2,52 1,52 1,69 1,07 2,15 4,29
13 2,02 2,02 2,44 3,72 1,43 3,72 2,52 1,52 2,27 1,52 3,34 3,72
14 2,27 2,27 2,52 4,01 1,07 3,72 2,96 1,86 2,02 1,29 2,53 4,80
15 2,02 2,02 2,52 3,72 1,07 3,04 3,04 1,69 3,03 1,07 2,16 4,29
16 1,52 2,02 2,02 3,72 1,07 3,04 3,04 1,52 2,52 0,00 2,02 3,72
17 2,86 3,03 2,02 4,26 0,54 3,04 3,04 1,52 2,52 0,00 2,02 4,55
18 2,02 2,52 2,27 4,80 0,00 3,04 3,38 1,69 2,27 0,00 2,69 4,01
19 1,73 2,27 1,78 4,56 0,00 2,91 3,04 1,52 2,02 0,00 2,27 4,01
20 1,52 2,02 1,73 4,80 1,86 2,78 3,04 1,52 2,27 0,00 2,81 3,72
21 1,57 2,27 1,73 4,29 3,72 2,78 2,53 1,52 2,52 0,00 2,53 3,72
22 1,62 2,52 1,43 4,29 0,72 2,53 2,53 1,26 2,02 0,00 2,53 3,72
23 1,52 2,02 2,32 3,72 1,62 2,40 2,53 1,52 2,02 0,00 3,10 3,72
24 3,03 2,86 3,73 4,55 3,03 2,28 2,53 1,69 2,02 1,52 2,53 4,01
25 1,57 2,86 4,29 2,78 3,04 2,28 2,53 1,69 2,02 1,29 2,53 3,72
26 1,62 2,86 3,72 2,53 3,04 2,28 2,02 1,29 1,51 1,08 3,72 4,29
27 2,15 2,86 3,72 3,10 0,72 2,28 2,27 1,39 1,29 1,26 3,38 4,80
28 2,52 2,02 3,72 3,10 1,88 2,28 2,02 1,26 1,26 0,00 2,54 4,55
29 2,27 2,02 3,72 3,10 0,72 2,15 2,02 1,42 1,56 0,00 3,04 3,72
30 2,02 4,29 3,10 3,03 2,02 2,02 1,42 1,86 0,00 2,86 3,72
31 2,02 4,29 3,03 2,02 1,26 0,00 3,72
Maximum 3,0 3,0 4,3 4,8 3,7 4,0 3,4 2,1 3,0 1,9 3,7 4,8
Rerata
bulanan 1,9 2,4 2,8 3,6 2,2 2,8 2,2 1,5 1,9 0,9 2,5 3,5
Minimum 1,4 2,0 1,4 2,5 0,0 2,0 0,0 1,3 1,3 0,0 1,8 2,0
Rerata
(1-15) 1,9 2,3 2,7 3,5 2,6 3,0 1,9 1,6 1,8 1,4 2,2 3,0
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata
(16-31) 2,0 2,4 2,9 3,8 1,8 2,5 2,5 1,5 2,0 0,3 2,7 4,0
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
97
- Debit bendung 2005
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 4,29 3,72 2,53 0,76 0,00 3,04 3,04 1,52 1,53 2,53 0,00 3,34
2 3,72 4,29 2,53 0,76 0,00 3,04 3,04 3,38 1,53 2,53 2,52 3,10
3 3,72 3,72 2,53 0,76 0,00 3,72 3,04 2,53 1,53 1,73 2,52 3,10
4 3,72 3,72 3,10 0,76 2,52 3,72 3,04 2,53 1,53 1,73 3,20 3,10
5 3,72 3,72 3,72 0,76 3,04 3,04 2,59 2,02 1,53 2,02 3,03 2,53
6 3,72 4,29 3,04 0,76 3,72 3,04 3,04 2,02 1,26 2,02 2,86 2,81
7 3,72 5,26 3,04 0,76 3,72 3,72 3,04 2,02 1,53 2,02 2,86 2,53
8 3,72 5,26 3,72 2,53 3,04 3,72 3,04 1,52 1,40 2,02 2,86 2,53
9 3,72 3,72 3,04 2,53 2,53 3,72 3,04 1,69 1,26 1,70 2,52 3,10
10 3,72 4,29 4,29 3,10 3,10 3,04 2,59 2,15 1,53 1,70 2,02 3,10
11 4,80 3,72 3,72 3,10 3,10 3,04 2,59 1,69 1,53 1,53 2,27 2,81
12 4,29 3,72 3,04 3,10 3,72 3,04 3,10 1,69 1,53 1,53 2,02 2,53
13 3,72 3,72 3,04 3,10 3,72 3,04 3,10 1,86 1,53 2,52 2,02 2,53
14 4,80 3,72 3,04 3,10 3,72 3,72 3,10 1,86 1,53 2,52 2,02 2,81
15 4,29 3,72 3,04 2,52 3,72 3,72 3,10 1,52 2,70 2,52 2,02 2,53
16 3,72 3,72 3,04 2,52 3,72 3,72 3,72 1,52 2,02 0,00 1,73 2,53
17 4,29 3,72 3,04 2,52 3,04 3,04 3,72 1,52 2,02 0,00 1,07 2,81
18 3,72 3,72 2,53 2,02 3,04 3,04 3,72 1,86 2,52 0,00 1,07 3,72
19 4,80 3,72 2,53 0,76 3,04 3,04 3,72 1,86 4,49 0,00 3,58 3,72
20 4,29 4,80 2,53 2,02 3,04 0,00 3,04 1,86 3,04 0,00 3,58 3,04
21 3,72 4,29 2,53 1,52 3,04 0,00 2,81 1,86 3,04 0,00 3,10 4,29
22 3,72 2,53 2,53 1,52 3,72 0,00 2,81 1,86 2,53 0,00 3,10 3,72
23 3,72 3,72 1,07 1,52 3,72 0,00 2,53 1,86 2,53 0,00 2,81 3,72
24 3,04 3,72 1,07 1,86 3,72 0,00 2,53 1,86 2,53 0,00 2,53 3,38
25 3,04 3,72 1,07 3,10 3,04 3,04 2,53 1,52 3,10 0,00 3,10 3,38
26 4,29 3,72 0,76 3,10 3,04 3,04 2,02 1,52 3,79 0,00 2,53 3,04
27 4,80 3,72 0,76 3,58 3,04 3,04 2,02 1,52 3,34 0,00 2,53 3,04
28 3,72 2,53 0,76 0,00 3,04 3,04 2,02 1,26 3,10 0,00 2,81 3,04
29 3,72 0,76 0,00 3,04 3,04 2,02 1,39 2,81 0,00 3,34 3,04
30 4,80 0,76 0,00 3,04 3,04 1,69 1,52 3,10 0,00 3,34 3,04
31 3,72 0,76 3,04 1,69 1,53 0,00 3,72
Maximum 4,8 5,3 4,3 3,6 3,7 3,7 3,7 3,4 4,5 2,5 3,6 4,3
Rerata
bulanan 4,0 3,9 2,4 1,8 2,9 2,7 2,8 1,8 2,2 1,0 2,5 3,1
Minimum 3,0 2,5 0,8 0,0 0,0 0,0 1,7 1,3 1,3 0,0 0,0 2,5
Rerata
(1-15) 4,0 4,0 3,2 1,9 2,6 3,4 3,0 2,0 1,6 2,0 2,3 2,8
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata
(16-31) 3,9 3,7 1,7 1,7 3,2 2,1 2,7 1,6 2,9 0,0 2,7 3,3
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
98
- Debit bendung 2006
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 3,72 1,73 1,07 1,79 3,72 4,29 1,73 1,86 1,40 1,01 1,01 3,04
2 3,72 2,35 1,29 1,79 3,04 4,29 1,73 1,86 1,66 1,01 1,01 2,59
3 3,04 3,10 1,55 2,99 3,04 4,29 2,02 1,52 1,26 1,01 1,01 2,53
4 3,04 2,53 1,55 2,86 3,04 4,01 1,73 1,52 1,26 1,13 1,34 2,53
5 4,30 2,02 2,02 3,04 3,04 3,72 2,02 1,52 1,26 1,24 1,01 3,10
6 4,30 1,73 2,50 2,58 3,04 3,72 1,73 1,52 1,26 1,24 1,01 3,58
7 4,01 2,53 2,53 2,02 3,38 3,00 2,02 1,52 1,40 1,34 1,28 3,75
8 3,72 3,10 1,79 3,16 3,72 3,04 2,02 1,86 1,40 1,01 2,00 3,04
9 3,72 2,81 1,79 2,02 3,72 3,04 2,02 1,69 1,40 1,01 2,70 3,38
10 3,72 2,50 2,44 1,73 3,04 3,04 2,02 1,52 1,53 1,24 2,02 3,38
11 3,72 2,02 2,53 2,86 3,04 3,04 2,02 1,52 1,40 1,13 2,02 3,38
12 3,72 2,02 1,52 3,72 3,04 3,04 2,02 1,86 1,40 1,01 2,02 3,04
13 3,04 2,02 2,90 2,86 3,04 3,04 2,02 1,52 1,26 1,01 2,02 3,04
14 3,04 2,02 1,55 2,02 3,04 3,04 2,02 1,52 1,26 1,01 2,52 3,72
15 3,04 1,43 2,02 3,16 3,04 3,10 2,02 1,69 1,40 1,01 2,02 3,38
16 3,04 2,02 2,32 3,10 3,04 2,53 2,02 1,69 1,26 0,00 1,73 3,04
17 2,53 1,73 2,02 3,10 3,04 2,81 2,02 1,86 1,26 0,00 1,52 3,04
18 1,52 2,02 2,02 2,53 3,04 2,53 2,02 1,52 1,26 0,00 1,52 3,38
19 1,77 2,02 1,07 2,53 3,04 2,53 2,02 1,69 1,26 0,00 1,52 3,04
20 2,02 2,02 2,94 2,53 3,22 2,53 2,02 1,86 1,26 0,00 1,52 3,04
21 2,02 2,02 2,87 3,10 3,72 2,53 2,02 2,00 1,01 0,00 2,86 3,38
22 1,52 2,02 3,04 3,34 4,29 2,53 2,02 1,69 1,13 0,00 2,27 3,72
23 1,55 2,15 1,71 3,58 3,16 2,53 2,02 1,52 1,24 0,00 3,04 3,04
24 1,98 2,52 2,16 3,58 3,72 2,53 2,02 1,69 1,13 0,00 3,73 3,91
25 1,73 2,52 1,07 3,04 3,04 2,28 1,73 1,69 1,01 0,00 3,72 3,04
26 1,73 2,52 0,90 3,72 3,04 2,02 1,69 1,69 1,01 0,00 3,04 3,22
27 1,43 2,86 2,59 3,72 3,04 2,02 1,69 1,52 1,01 0,00 3,38 4,29
28 1,43 2,52 3,72 3,72 3,04 1,73 1,69 1,29 1,01 0,00 3,04 4,29
29 1,43 3,12 3,72 3,22 1,73 1,86 1,29 1,01 0,00 3,04 2,93
30 2,02 2,53 3,72 4,29 1,73 1,69 1,26 1,01 0,00 3,04 3,04
31 2,02 2,53 4,29 1,86 1,40 0,00 3,04
Maximum 4,3 3,1 3,7 3,7 4,3 4,3 2,0 2,0 1,7 1,3 3,7 4,3
Rerata
bulanan 2,7 2,2 2,1 2,9 3,3 2,9 1,9 1,6 1,2 0,5 2,1 3,3
Minimum 1,4 1,4 0,9 1,7 3,0 1,7 1,7 1,3 1,0 0,0 1,0 2,5
Rerata (1-
15) 3,6 2,3 1,9 2,6 3,2 3,4 1,9 1,6 1,4 1,1 1,7 3,2
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata
(16-31) 1,9 2,2 2,3 3,3 3,4 2,3 1,9 1,6 1,1 0,0 2,6 3,3
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
99
- Debit bendung 2007
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 4,01 2,02 1,67 1,73 2,56 2,02 2,86 2,15 1,86 1,40 2,13 2,02
2 4,01 8,11 1,52 1,98 2,32 3,03 2,52 2,15 1,69 1,66 3,20 2,02
3 4,01 1,26 1,69 2,27 2,02 2,69 2,52 2,15 1,52 1,53 2,28 2,02
4 3,72 1,52 1,52 2,27 2,02 2,27 2,52 1,95 1,52 1,53 2,52 2,19
5 3,72 1,14 1,69 2,27 2,29 2,27 2,52 2,00 1,52 1,53 2,52 2,69
6 3,04 1,40 1,86 1,07 2,02 2,02 2,52 1,86 1,69 1,66 2,52 2,69
7 3,04 1,15 1,69 1,07 2,29 1,98 2,52 2,00 1,52 1,79 2,52 2,27
8 2,59 1,26 1,69 1,29 2,02 2,86 2,52 1,86 1,69 2,17 2,52 2,52
9 2,15 0,76 2,00 1,61 2,02 2,27 2,52 1,86 1,86 1,77 3,35 2,52
10 3,38 1,14 2,15 2,27 1,43 2,02 2,27 1,86 1,86 2,17 3,03 2,27
11 2,15 0,76 1,86 2,02 2,56 2,27 2,02 1,86 1,52 1,77 1,52 2,86
12 2,28 1,01 1,69 1,73 2,02 1,73 2,02 1,86 1,52 2,17 1,83 2,86
13 2,53 1,26 1,86 2,02 2,02 1,43 2,02 1,86 1,52 2,17 1,69 3,20
14 2,16 1,29 1,32 2,02 2,02 1,73 2,52 2,15 1,52 1,97 2,30 3,20
15 2,02 1,69 1,71 2,02 1,73 1,43 2,52 1,69 1,52 1,77 2,27 3,20
16 2,02 1,47 1,47 2,27 1,43 1,73 2,52 1,69 1,52 0,00 2,27 2,53
17 2,02 1,69 1,71 2,27 1,43 2,02 2,52 1,69 1,52 0,00 2,15 2,53
18 2,02 0,76 1,56 2,69 1,83 2,02 2,52 1,52 1,52 0,00 2,52 3,05
19 2,02 1,14 1,32 3,03 1,52 2,02 2,52 1,52 1,52 0,00 2,69 2,36
20 2,02 1,86 1,47 2,86 1,69 2,02 2,52 1,86 1,52 0,00 2,52 2,27
21 2,02 1,69 2,00 2,86 2,00 2,24 2,27 2,15 1,52 1,26 2,52 2,27
22 2,02 1,69 1,60 2,86 1,86 2,02 2,02 2,15 1,52 1,26 2,27 2,19
23 4,01 1,86 1,86 3,03 2,12 2,52 2,02 2,15 1,39 1,26 2,02 2,19
24 2,76 4,26 1,86 2,86 2,00 2,52 2,27 2,15 1,26 1,86 2,02 2,86
25 3,72 1,29 1,52 2,52 1,69 2,27 2,02 2,00 1,26 1,52 2,02 1,52
26 2,93 1,47 1,96 2,56 1,96 2,02 2,02 2,00 1,26 1,52 2,02 1,12
27 3,72 1,69 2,26 1,83 2,15 2,02 1,73 1,69 1,26 1,52 2,27 2,86
28 2,87 1,69 2,52 2,02 2,63 2,44 1,86 1,52 1,26 1,52 2,86 1,52
29 4,01 2,52 1,43 2,02 2,52 1,69 1,52 1,26 1,52 2,86 2,19
30 2,27 2,27 2,00 2,02 2,52 2,15 1,52 1,26 1,86 2,86 2,86
31 3,12 2,02 2,02 2,15 1,69 2,43 2,86
Maximum 4,0 8,1 2,5 3,0 2,6 3,0 2,9 2,1 1,9 2,4 3,4 3,2
Rerata
bulanan 2,9 1,7 1,8 2,2 2,0 2,2 2,3 1,9 1,5 1,4 2,4 2,4
Minimum 2,0 0,8 1,3 1,1 1,4 1,4 1,7 1,5 1,3 0,0 1,5 1,1
Rerata
(1-15) 3,0 1,7 1,7 1,8 2,1 2,1 2,4 2,0 1,6 1,8 2,4 2,6
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rerata (16-
31) 2,7 1,7 1,9 2,5 1,9 2,2 2,2 1,8 1,4 1,1 2,4 2,3
Jml.data
kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100
Lampiran 2
Perhitungan Nilai Q Rata-rata pada 4 Stasiun Hujan
Tabel. Jumlah Bulan Basah, Lembab dan Kering 4 Stasiun Hujan DAS Gung
Hulu 1996 - 2007
Tahun Kategori
Bulan Basah Bulan Lembab Bulan Kering
1996 9 1 2
1997 7 5 -
1998 10 - 2
1999 9 2 1
2000 9 3 -
2001 10 1 1
2002 8 4 -
2003 7 5 -
2004 9 2 1
2005 11 1 -
2006 7 5 -
2007 8 2 2
Jumlah 104 9 31
Sumber: Hasil pengolahan data DPU Bid. Pengairan, 1996 – 2007
Jumlah Bulan Kering
Jumlah Bulan Basah
Jumlah Bulan Kering = 29
Jumlah Bulan Basah = 91
Maka,
31
104
0,298
Jadi, Nilai Q daerah penelitian adalah 0,298
Q =
=
Q =
Q =
101
Lampiran 3.
Uji Ketelitian Interpretasi Penggunaan Lahan
A. Data hasil cek lapangan Penggunaan lahan
No Koordinat
Hasil Interpretasi Cek Lapangan Tingkat
Kebenaran X Y
1 292673 9219956 Pemukiman Pemukiman Benar
2 292589 9217806 Sawah Sawah Benar
3 299983 9202431 Hutan Hutan Benar
4 291894 9209547 Sawah Sawah Benar
5 293205 9217906 Pemukiman Pemukiman Benar
6 294013 9204055 Kebun Campuran Kebun Campuran Benar
7 293571 9210853 Sawah Tanah kosong Salah
8 294184 9202563 Tegalan Tegalan Benar
9 298548 9217526 Kebun campuran Kebun campuran Benar
10 294992 9210097 Tanah kosong Tanah kosong Benar
11 300126 9217429 Sawah Sawah Benar
12 294032 9202483 Tanah kosong Tanah kosong Benar
13 297763 9210792 Tegalan Tegalan Benar
14 292510 9210078 Sawah Sawah Benar
15 292523 9214561 Semak/belukar Semak/belukar Benar
16 292508 9208514 Pemukiman Pemukiman Benar
17 292097 9216987 Pemukiman Pemukiman Benar
18 299156 9213765 Hutan Hutan Benar
19 300027 9204733 Pemukiman Pemukiman Benar
20 293137 9219233 Sawah Sawah Benar
21 295594 9204996 Semak/belukar Kebun campuran Salah
22 292502 9217220 Tanah kosong Tanah kosong Benar
23 292468 9213263 Tegalan Tegalan Benar
24 300814 9217512 Hutan Hutan Benar
25 291143 9219848 Tegalan Tegalan Benar
102
26 292518 9205717 Pemukiman Pemukiman Benar
27 298659 9204981 Tanah kosong Sawah Salah
28 299918 9216609 Pemukiman Pemukiman Benar
29 293567 9211694 Sawah Sawah Benar
30 293502 9210313 Tegalan Tegalan Benar
31 297693 9209315 Sawah Sawah Benar
32 292687 9215986 Hutan Hutan Benar
33 292402 9212269 Kebun campuran Kebun campuran Benar
34 294087 9209384 Kebun campuran Hutan Salah
35 292421 9210018 Pemukiman Pemukiman Benar
36 296243 9216503 Sawah Tanah kosong Salah
37 295057 9203291 Sawah Sawah Benar
38 292969 9211057 Semak/belukar Semak/belukar Benar
39 292584 9213129 Tanah kosong Tanah kosong Benar
40 293518 9212261 Tegalan Tegalan Benar
41 291835 9210906 Pemukiman Pemukiman Benar
42 292436 9210875 Kebun campuran Hutan Salah
43 296289 9213472 Tegalan Tegalan Benar
44 297014 9213984 Hutan Hutan Benar
45 296997 9210013 Sawah Sawah Benar
46 298429 9204643 Pemukiman Pemukiman Benar
47 299114 9216719 Pemukiman Pemukiman Benar
48 292599 9216986 Kebun campuran Kebun campuran Benar
49 293206 9205956 Tegalan Semak belukar Salah
50 292998 9214517 Sawah Sawah Benar
B. Matriks Uji Hasil Ketelitian Interpretasi Penggunaan Lahan
Kategori hasil
interpretasi
Kategori lapangan Jumlah Omisi Komisi Ketelitian interpretasi
Pmk Htn KC Tgl Swh TK S/B
Pmk 11 11 (0/11) x 100% = 0 (0/11) x 100% = 0 11
11+0+0
Htn 5 2 5 (0/5) x 100% = 0 (2/5) x 100 % = 40% 5
5+0+2
KC 4 6 (3/6) x 100% = 50% (0/6) x 100 % = 0 6
6+3+0
Tgl 7 1 8 (0/8) x 100% = 0 (1/8) x 100% = 12,5% 8
8+0+1
Swh 10 2 12 (1/12) x 100% = 8,33% (2/12) x 100% = 16,66% 12
12+1+2
TK 1 4 5 (2/5) x 100% = 40 % (1/5) x 100% = 20% 5
5+2+1
S/B 1 2 3 (1/3) x 100% = 33,33% (1/3) x 100% = 33,33% 3
3+1+1
Jumlah 11 5 7 7 11 6 3 50
x 100% = 100%
x 100% = 60%
x 100% = 62,5%
x 100% = 80%
x 100% = 88,89%
x 100% = 66,67%
x 100% = 71,42%
103
104
Keterangan
Pmk : Pemukiman
Htn : Hutan
KC : Kebun Campuran
Tgl : Tegalan
Swh : Sawah
TK : Tanah Kosong
S/B : Semak/Belukar
Jumlah Omisi : Jumlah hasil interpretasi obyek bukan A yang setelah cek lapangan masuk dalam obyek A
Jumlah Komisi : Jumlah hasil interpretasi obyek A yang setelah cek lapangan masuk dalam obyek A
Jumlah obyek yang benar
Ketelitian interpretasi setiap kelas = X 100 %
Jumlah obyek yang benar + jumlah omisi + jumlah komisi
11 + 5 + 4 + 7 + 10 + 4 + 2
Ketelitian Keselurahan Hasil Interpretasi = X 100 %
50
43
= X 100 %
50
= 86 %
104
Lampiran 4.
Foto-foto Daerah Penelitian
Gambar 1. Perubahan lahan tegalan menjadi sawah
Gambar 2. Perubahan lahan sawah menjadi pemukiman
105
106
Gambar 3. Perubahan lahan hutan menjadi kebun campuran
Gambar 4. Perubahan lahan kebun campuran menjadi pemukiman
107
Gambar 5. Perubahan lahan hutan menjadi tanah kosong
Gambar 6. Perubahan lahan pemukiman menjadi tanah kosong
108
Gambar 7. Penggunaan lahan tanah kosong yang direboisasi menjadi hutan
Gambar 8. Penggunaan lahan sawah yang tidak mengalami perubahan
109
Gambar 9. Ombrometer stasiun hujan Danawarih
Gambar 10. Papan duga di Bendung Danawarih
110
Lampiran 5.
Tabel. Rasio Debit Sungai Gung Hulu tahun 1990 – 2008
No Tahun Debit Maksimum
(m³/dtk)
Debit Minimum
(m³/dtk) KRS
1 1990 5,71 1,06 5,39
2 1991 5,91 0,79 7,48
3 1992 5,20 0,76 6,84
4 1993 5,68 1,16 4,90
5 1994 6,02 0,48 12,54
6 1995 6,55 0,15 43,67
7 1996 5,32 0,33 16,12
8 1997 6,66 0,17 39,18
9 1998 6,39 0,72 8,88
10 1999 5,68 0,25 22,72
11 2000 5,54 0,54 10,26
12 2001 5,03 0,18 27,94
13 2002 4,26 0,81 5,26
14 2003 4,80 1,01 4,75
15 2004 4,80 0,54 8,89
16 2005 5,26 0,76 6,92
17 2006 4,30 0,90 4,78
18 2007 8,11 0,76 10,67
19 2008 5,54 0,54 10,26
Jumlah 257,45
Rerata 21,45
111
Lampiran 6.
- Analisis Regresi Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Rasio Debit dengan
Metode Enter Program SPSS for Windows Version 16.0.
REGRESSION /MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT RasioDebit
/METHOD=ENTER Hutan KebunCmpran Pemukiman Sawah SemakBlkr TanahKosong T
egalan
/SCATTERPLOT=(*ZRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS DURBIN NORM(ZRESID).
[DataSet0]
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Tegalan, Sawah, TanahKosonga . Enter
a. Tolerance = ,000 limits reached.
b. Dependent Variable: RasioDebit
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .622a .387 .157 9.91516 2.924
a. Predictors: (Constant), Tegalan, Sawah, TanahKosong
b. Dependent Variable: RasioDebit
Analisis koefisien determinasi(R²) digunakan untuk mengetahui seberapa
besar prosentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak
terhadap variabel dependen. Dari tabel diatas diketahui nilai R² (Adjusted R
Square) adalah 0,157. Jadi sumbangan dampak dari variabel penggunaan lahan
terhadap debit yaitu 15,7 %, sumbangan terbesar terutama dari bentuk
penggunaan lahan tegalan, sawah dan tanah kosong. Sisanya sebesar 84,3 %
dipengaruhi oleh faktor lain.
112
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Rasio Debit (Y) .283 12 .009 .814 12 .013
Hutan (X1) .089 12 .200* .967 12 .876
Kebun Campuran (X2) .089 12 .200* .968 12 .884
Tegalan (X3) .089 12 .200* .967 12 .876
Semak Belukar (X4) .089 12 .200* .967 12 .877
Sawah (X5) .126 12 .200* .961 12 .797
Tanah Kosong (X6) .105 12 .200* .946 12 .575
Pemukiman (X7) .089 12 .200* .967 12 .876
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
113
Dari tabel diatas diketahui signifikansi bernilai 0,200. Karena signifikansi
lebih dari 0,05 jadi data dinyatakan berdistribusi normal, kecuali rasio debit yang
bernilai 0,009. Begitu juga pengujian normal probability dan uji
heteroskedastisitas. Model regresi memenuhi asumsi normalitas dan model regresi
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Seperti ditunjukkan gambar.
114
115
2009
Yth. Kepala Bappeda Kabupaten Tegal
di Slawi
Khamid Wijaya
3250404038
X (Sepuluh)
PENGARUH PERUBAHAN PENUTUP LAHAN DI DAS GUNG HULU
TERHADAP DEBIT SUNGAI GUNG KABUPATEN TEGAL
September 2009 - Selesai