Transcript
Page 1: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

TESIS

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL

TERHADAP USAHA HOTEL MELATI

DI KOTA DENPASAR

KETUT NGURAH TRISNI SAKAWATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

TESIS

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL

TERHADAP USAHA HOTEL MELATI

DI KOTA DENPASAR

KETUT NGURAH TRISNI SAKAWATI

NIM 1391061037

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

ii

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL

TERHADAP USAHA HOTEL MELATI

DI KOTA DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

KETUT NGURAH TRISNI SAKAWATI

NIM 1391061037

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 4: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIUJIKAN

TANGGAL 30 Juni 2015

Pembimbing I,

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.

NIP 196112051986031004

Pembimbing II,

Dr. Dewa Putu Oka Prasiasa, A.Par, MM.

NIP 196901182005011002

Mengetahui

Ketua Program Magister Kajian Pariwisata

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.

NIP 196112051986031004

Direktur

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K).

NIP 195902151985102001

Page 5: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

iv

Tesis ini Telah Diuji pada

Tanggal 26 Juni 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK. Rektor Universitas Udayana

Nomor: 1847/ UN14.4 / HK/ 2015, Tanggal 22 Juni 2015

Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.

Anggota : Dr. Dewa Putu Oka Prasiasa, A.Par, MM.

Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.

Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS.

Dr. Ida Bagus Ketut Surya, SE., MM.

Page 6: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ketut Ngurah Trisni Sakawati

NIM : 1391061037

Program Studi : Magister Kajian Pariwisata

Judul Tesis : DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL TERHADAP

USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis/Disertasi* ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Juni 2015

Yang Membuat Pernyataan

Ketut Ngurah Trisni Sakawati

NIM 1391061037

*Coret yang tidak perlu

Page 7: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Om Swastiastu,

Puja pangastuti angayubagya penulis panjatkan kehadapan Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya,

penulisan tesis dengan judul “Dampak Perkembangan City Hotel Terhadap Usaha

Hotel Melati di Kota Denpasar” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih

yang ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika,

Sp.PD-KEMD, terimakasih kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K),

selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana serta terimakasih

kepada Gubernur Bali Cq. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali dan

Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali yang telah

memberikan fasilitas serta kesempatan pada penulis mengikuti pendidikan di

Program Magister Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Terimakasih yang tulus kepada Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.

selaku Pembimbing I, juga selaku Ketua Program Studi Magister Kajian

Pariwisata Universitas Udayana dan Dr. Dewa Putu Oka Prasiasa, A.Par, MM.

selaku Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah

memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih kepada para dosen penguji Prof. Dr. I Wayan Ardika,

M.A, Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS dan Dr. Ida Bagus Ketut Surya, SE., M.Si.

Page 8: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

vi

yang telah memberikan masukan, saran dan koreksi untuk menyempurnakan tesis

ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak dan

Ibu Dosen Program Magister Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas

Udayana atas ilmu dan bimbingannya.

Demikian pula kepada Bapak dan Ibu staf administrasi Program Magister Kajian

Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana atas bantuan dan

kerjasamanya yang sangat baik.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada suami tercinta Ir. A.A. Made

Yudiartha, MT, anak tercinta A.A. Ngr. Kameswara Suryawarman, SE., Ak,

A.A.A. Indah Pradnya Paramitha dan A.A. Ngr. Rameswara Suryawarman yang

telah memberikan dukungan, semangat dan doa hingga pendidikan ini bisa

terlaksana tepat pada waktu. Terimakasih kepada Ayah tercinta Drs. Ketut Gde

Saka, Ibunda A.A.A. Ngurah Mas Kusumawardhani (alm), Ayah Mertua A.A.

Ketut Agung (alm), Ibu mertua A.A Ayu Oka (alm), kakak, adik dan para ipar

atas pengertian dan motivasinya. Serta teman, sahabat dan para informan yang

tidak dapat disebutkan secara rinci atas perannya dalam mendorong dan

membantu selama penyelesaian tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian

tesis ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini jauh dari sempurna

mengingat keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

Page 9: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

vii

penyempurnaan tulisan ini. Sebagai akhir kata, penulis menyampaikan

terimakasih dan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

memerlukan.

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.

Denpasar, Juni 2015

Penulis

Page 10: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

viii

ABSTRAK

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL

TERHADAP USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

Pariwisata Bali berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir ini,

terutama jika dilihat dari tren angka kunjungan wisatawan domestik dan asing.

Tren ini dibarengi dengan bertambahnya jumlah sarana akomodasi. Denpasar

merupakan wilayah yang menunjukkan pertumbuhan sarana akomodasi yang

pesat, seperti kehadiran sejumlah hotel di wilayah kota sering dikenal dengan

istilah city hotel. Pesatnya perkembangan city hotel berdampak terhadap

pengusaha hotel melati. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor penyebab

berkembangnya city hotel, dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel

melati, persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap

strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penawaran dan

permintaan, teori dampak serta teori kebijakan kepariwisataan. Data dikumpulkan

dengan observasi dan wawancara dengan para pengelola hotel melati dan city

hotel di Kota Denpasar, pemerintah, asosiasi perhotelan (PHRI), praktisi industri

pariwisata seperti pengusaha biro perjalanan wisata dan wisatawan.

Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor penyebab berkembangnya city

hotel di Denpasar adalah harga sewa kamar, fasilitas dan lokasi hotel, tingkat

hunian hotel, lama tinggal tamu, dan pengelolaan hotel. Penyebab lainnya adalah

tren wisatawan mengenai pemilihan hotel saat berlibur, mudahnya proses

perizinan hotel ataupun masih adanya peluang untuk membangun hotel di

Denpasar. Pesatnya perkembangan city hotel telah memberikan dampak negatif

dan positif terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar. Dampak negatifnya

adalah memicu persaingan tarif kamar, menurunnya tingkat hunian, dan

pendapatan hotel. Dengan terjadinya persaingan, pengelola hotel berupaya

meningkatkan pelayanan dan fasilitas hotelnya serta menggencarkan promosi.

Perkembangan city hotel di Kota Denpasar yang menimbulkan persaingan,

memaksa pengelola city hotel dan hotel melati melakukan strategi harga, promosi,

dan menjaga segmen yang telah menjadi pelanggannya.

Untuk mencegah perkembangan city hotel di Kota Denpasar secara

berlebihan, Pemerintah Kota Denpasar perlu menyusun kajian kebutuhan jumlah

kamar hotel, kebijakan pengaturan standar harga sewa kamar dan kebijakan

pemerataan pembangunan hotel di Kota Denpasar.

Kata Kunci : pariwisata Denpasar, city hotel, dampak perkembangan, hotel

melati.

Page 11: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

ix

ABSTRACT

THE IMPACT OF CITY HOTEL DEVELOPMENTS TOWARDS THE

BUDGET HOTEL BUSINESSES IN THE CITY OF DENPASAR

The tourism sector of Bali has developed rapidly in the last ten years,

especially when it is seen from the trend of the numbers of domestic and foreign

tourist visits. This trend is accompanied with the increasing number of

accommodation facilities. Denpasar is a region which shows the rapid growth of

accommodation facilities, such as the presence of a number of hotels in the city

area which is often referred to as a city hotel. The rapid development of the city

hotel has affected the businesses of budget hotels, usually known as hotel melati

(non-star hotel by category). This study examines the factors that cause the growth

of city hotels, the impacts of the city hotel growths on the budget hotel businesses,

the competition and business strategies of inter-city hotels as well as their

influences on business strategies of budget hotels in Denpasar City.

The theories applied in the study were the theory of supply and demand, the

impact theory and the theory of tourism policy. The data was collected through

observation and interviews with the managers of budget hotels and city hotels in

Denpasar, government, hospitality associations (Indonesian Hotels and

Restaurants Association), the tourism industry practitioners such as businessmen

of travel agencies and the tourists.

The findings showed the factors that cause the development of city hotels in

Denpasar were the room rental rates, location, facilities offered, types of guests

and hotel management. Other causes were tourist trends regarding the selection of

hotels while on vacation, the ease of licensing process of establishing hotels, or

the open opportunity to build hotels in Denpasar. The rapid developments of the

city hotels have given negatif and positive impacts on the businesses of the budget

hotels in Denpasar. The negatif impacts were: competitive room rates, declining

hotel occupancy rates and revenues. The positive impacts include the hotel

managers endeavor to improve services and facilities as well as to intensify the

promotion of their hotels. The development of city hotels in Denpasar also lead to

competition which forced the managements of city hotels and the budget hotels to

perform strategies to face competition by setting the pricing strategies, promotions

and keeping the market segments that have become customers.

To prevent excessive development of the city hotel in the city of Denpasar,

it is recommended to Denpasar government to develop a needs assessment of

hotel rooms and some policies such as standard setting policies of room rates or

equitable policy of the hotel developments.

Keywords: Denpasar tourism, city hotels, the impacts of development, budget

hotels.

Page 12: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

x

RINGKASAN

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL

TERHADAP USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

Pariwisata Bali berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir, terutama

jika dilihat dari tren angka kunjungan wisatawan domestik dan asing. Tren

kunjungan wisatawan dibarengi dengan bertambahnya jumlah sarana akomodasi.

Denpasar merupakan wilayah yang menunjukkan pertumbuhan sarana akomodasi

yang pesat, seperti kehadiran sejumlah hotel di wilayah kota sering dikenal

dengan istilah city hotel. Pesatnya perkembangan city hotel sangat dirasakan

dampaknya oleh pengusaha hotel melati.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor penyebab

berkembangnya city hotel di Kota Denpasar, dengan menggunakan teori

permintaan dan penawaran dengan analisis faktor internal dan eksternal. Faktor

internal meliputi harga sewa kamar (room rate), fasilitas dan lokasi hotel, tingkat

hunian kamar dan lama tinggal tamu, serta pengelolaan hotel. Selain faktor-faktor

internal tersebut, ada juga faktor eksternal yang menjadi penyebab

berkembangnya city hotel di Kota Denpasar seperti adanya tren wisatawan dalam

pemilihan hotel saat berlibur, mudahnya proses perizinan hotel, dan peluang untuk

membangun hotel di Kota Denpasar. Dampak berkembangnya city hotel terhadap

usaha hotel melati dianalisis dengan menggunakan teori dampak dengan faktor

harga sewa kamar, jumlah tamu yang menginap, tingkat hunian kamar,

pendapatan hotel, lama tinggal dan jenis tamu yang menginap. Persaingan akibat

pesatnya pembangunan city hotel di Kota Denpasar dianalisis menggunakan teori

dampak serta identifikasi strategi bisnis antar-city hotel dan hotel melati yang

dilakukan dalam menghadapi persaingan dianalisis menggunakan teori permintaan

dan penawaran.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan

observasi dan wawancara kepada 19 pengelola hotel di Kota Denpasar yang

berada di empat kecamatan. Wawancara dilakukan terhadap Pejabat Kecamatan,

Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Badan Pelayanan Perijinan Satu Pintu dan

Page 13: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

xi

Penanaman Modal Kota Denpasar, Bagian Hukum Setda Kota Denpasar,

Pengurus Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Kota Denpasar

dan Pengurus ASITA Bali (Asosiasi Biro Perjalanan Wisata).

Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor penyebab berkembangnya city

hotel di Denpasar karena adanya permintaan yang tinggi dari tamu, harga sewa

kamar yang rendah, lokasi, fasilitas yang ditawarkan, dan pengelolaan hotel.

Hukum penawaran tidak sesuai dalam bisnis perhotelan di Denpasar karena hotel-

hotel cenderung menawarkan harga sewa kamar murah kepada tamu. Penyebab

lainnya adalah tren wisatawan mengenai pemilihan hotel saat berlibur, mudahnya

proses perizinan hotel ataupun masih adanya peluang untuk membangun hotel di

Denpasar.

Pesatnya perkembangan city hotel telah memberikan dampak negatif dan

positif terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar. Dampak negatifnya adalah

persaingan tarif kamar, menurunnya tingkat hunian hotel dan menurunnya

pendapatan hotel. Selain faktor tersebut, juga disebutkan beberapa dampak negatif

yang timbul bukan saja kepada hotel melati namun juga kepada masyarakat

seperti tingginya timbulnya kemacetan pada ruas jalan akibat bis tamu hotel yang

parkir di depan hotel, munculnya kriminalitas ataupun dapat meningkatkan

peredaran narkoba.

Mencermati dari hasil penelitian di atas maka perkembangan city hotel di

Kota Denpasar, memang sangat mengkhawatirkan pengusaha hotel melati, bukan

saja karena adanya persaingan harga sewa kamar yang tidak sehat ataupun

menurunnya tingkat hunian hotel tetapi adanya Peraturan Walikota Denpasar

Nomor 24 Tahun 2013 tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang mensyaratkan

agar pengusaha jenis usaha penyediaan akomodasi hotel wajib berbentuk badan

usaha Indonesia berbadan hukum. Hal ini menimbulkan permasalahan diantara

para pengusaha hotel melati yang sebagian besar dikelola oleh

keluarga/perseorangan karena kondisi ini dikhawatirkan akan mengancam

keberlangsungan pengusaha hotel lokal itu sendiri.

Dampak positifnya pengelola hotel berupaya meningkatkan fasilitas hotel,

kualitas pelayanan dan sumber daya manusianya terutama dalam teknologi terkini

Page 14: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

xii

seperti penguasaan sistem booking online serta kemampuan berbahasa.

Peningkatan kualitas SDM dan perangkat elektronik tentu bukan barang murah,

namun merupakan investasi biaya tinggi yang diharapkan dapat bermanfaat untuk

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Menggencarkan

promosi seperti penyebaran brosur, bekerja sama dengan online ataupun offline

travel agent, bekerjasama dengan pramuwisata ataupun sopir taksi dan juga

memberikan harga khusus untuk para tamu. Selain dampak positif terhadap

pengusaha hotel melati, perkembangan city hotel di Kota Denpasar juga memberi

manfaat bagi masyarakat umum. Dengan adanya city hotel, dapat memberikan

peluang kerja untuk menyerap tenaga kerja lokal dan meningkatkan perekonomian

masyarakat sekitar. Perkembangan city hotel diharapkan meningkatkan fasilitas

sarana akomodasi dengan penataan dan pemerataan di setiap wilayah sehingga

dapat menimbulkan harmonisasi bisnis antar hotel di Kota Denpasar.

Perkembangan city hotel di Kota Denpasar juga menimbulkan persaingan

antar city hotel maka dari itu pengelola city hotel melakukan strategi untuk

menghadapi persaingan tersebut. Persaingan harga sewa kamar di Kota Denpasar

sudah sangat tidak sehat, menurunnya tingkat hunian dan pendapatan hotel juga

sangat dirasakan oleh city hotel.

Meskipun persaingan sangat ketat, etika bisnis harus tetap dipegang teguh.

Pengelola hotel harus tetap berkomitmen dalam memuaskan tamu dengan

memberikan harga yang sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan memberikan

pelayanan yang terbaik. Menjaga hubungan baik antara pemilik, pengelola, tenaga

kerja dan pengusaha hotel lainnya. Secara internal hubungan pemilik, pengelola

dan tenaga kerja harus terbuka mengenai pengelolaan perusahaan. Sedangkan

secara eksternal, terjalin hubungan baik antar-pengelola hotel sehingga tetap

saling berbagi informasi dan tidak menjelek-jelekan hotel lain.

Beberapa pengelola hotel berkomunikasi secara informal untuk merancang suatu

kegiatan semacam acara festival dalam rangka meningkatkan kunjungan

wisatawan di Kota Denpasar dan tetap menjaga pangsa pasar yang telah dimiliki.

Tingginya tingkat persaingan bisnis city hotel di Kota Denpasar telah

menimbulkan berbagai dampak seperti yang telah diulas di atas, oleh karena itu

Page 15: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

xiii

pengelola city hotel dan hotel melati melakukan berbagai upaya untuk dapat

bertahan. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menyiapkan beberapa strategi

seperti strategi harga, promosi dan menjaga segmen yang telah ada. Strategi harga

dengan memberikan potongan harga dengan harapan dapat menarik tamu. Strategi

lainnya adalah dengan melakukan berbagai upaya promosi dengan berbagai pihak

seperti mengikuti kegiatan pemasaran secara langsung (table top ataupun sales

call), bekerja sama dengan Online dan Offline Travel Agent. Selain itu juga

menawarkan fasilitas hotel seperti meeting room, kolam renang ataupun restoran

yang ada dalam hotel. Dan menjaga segmen yang ada dengan melakukan

komunikasi dengan baik dan intens.

Untuk mengatasi pesatnya perkembangan city hotel di Kota Denpasar,

Pemerintah Kota Denpasar disarankan agar menyusun kajian kebutuhan jumlah

hotel di Kota Denpasar dan beberapa kebijakan antara lain: kebijakan pengaturan

standar harga sewa kamar, kebijakan pemerataan pembangunan hotel, kebijakan

untuk mencegah meningkatnya alih fungsi lahan dan kebijakan peningkatan

kualitas daya tarik wisata di Kota Denpasar.

Mensosialisasikan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 24 Tahun 2013

tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata kepada pengusaha hotel lokal untuk

memberikan pengertian bahwa peraturan tersebut disusun untuk memberikan

kepastian hukum untuk pengusaha dalam menjalankan usaha pariwisata di Kota

Denpasar.

Pengelola hotel melati terus meningkatkan kualitas fasilitas dan pelayanan

hotel untuk memenuhi kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) tamu demi

memberikan kepuasan kepada pelanggan. Kepada seluruh pengelola hotel, baik

hotel bintang dan melati di Kota Denpasar wajib untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia terutama di bidang bahasa dan teknologi agar dapat

bersaing dalam menghadapi masuknya tenaga kerja dari luar dengan mulai

berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015.

Page 16: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ........................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ...................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................... ix

RINGKASAN ................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 12

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 13

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN

MODEL PENELITIAN …. ............................................................... 15

2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 15

2.2 Konsep ...................................................................................... 21

2.2.1 City Hotel ....................................................................... 21

2.2.2 Hotel Melati ................................................................... 24

2.3 Landasan Teori ......................................................................... 26

2.3.1 Teori Penawaran dan Permintaan .................................... 26

Page 17: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

xv

2.3.2 Teori Dampak Pariwisata .............................................. 30

2.3.3 Teori Kebijakan Kepariwisataan .................................... 33

2.4 Model Penelitian ....................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 41

3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 41

3.2 Lokasi Penelitian ....................................................................... 42

3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 42

3.4 Instrumen Penelitian ................................................................. 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 45

3.6 Teknik Penentuan Sampel ........................................................ 47

3.7 Teknik Analisis Data ................................................................ 48

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ....................................... 49

BAB IV PERKEMBANGAN INDUSTRI KEPARIWISATAAN

KOTA DENPASAR .................................................................... …. 51

4.1 Perkembangan Kota Denpasar .................................................. 51

4.2 Sarana dan Prasarana Kota Denpasar ........................................ 53

4.3 Perkembangan Perekonomian Kota Denpasar ......................... 56

4.4 Kepariwisataan di Kota Denpasar Dewasa Ini .......................... 61

4.5 Kebijakan Usaha Sarana Akomodasi di Kota Denpasar ........... 66

4.6 Kebijakan Perizinan Usaha Sarana Akomodasi di Kota Denpasar 71

BAB V FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BERKEMBANGNYA CITY

HOTEL DI KOTA DENPASAR ..................................................... 73

5.1 Faktor Internal ........................................................................ 73

5.1.1 Harga Sewa Kamar ...................................................... 73

5.1.2 Lokasi dan Fasilitas Hotel ........................................... 80

5.1.3 Tingkat Hunian Hotel .................................................. 86

5.1.4 Lama Tinggal Tamu .................................................... 88

5.1.5 Pengelolaan Hotel ........................................................ 90

5.2 Faktor Eksternal ..................................................................... 92

5.2.1 Tren Wisatawan dalam Memilih Hotel ........................ 92

Page 18: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

xvi

5.2.2 Kemudahan dalam Proses Perizinan ........................... 98

5.2.3 Adanya Peluang Pembangunan Hotel ......................... 99

BAB VI DAMPAK BERKEMBANGNYA CITY HOTEL TERHADAP

USAHA HOTEL MELATI .............................................................. 102

6.1 Dampak Negatif ........................................................................ 103

6.1.1 Persaingan Harga Sewa Kamar ..................................... 103

6.1.2 Menurunnya Tingkat Hunian Hotel Melati .................... 106

6.1.3 Menurunnya Pendapatan Hotel Melati........................... 107

6.1.4 Timbulnya Masalah Lingkungan dan Sosial Masyarakat 108

6.2 Dampak Positif .......................................................................... 110

6.2.1 Meningkatkan Kualitas Fasilitas dan Pelayanan

Hotel Melati ................................................................. 110

6.2.2 Meningkatkan Promosi Hotel Melati ............................. 111

6.2.3 Meningkatkan Perekonomian Masyarakat ..................... 112

6.3 Kebijakan Kepariwisataan Bidang Akomodasi ........................ 114

BAB VII PERSAINGAN DAN STRATEGI BISNIS ANTAR-CITY HOTEL

SERTA PENGARUHNYA TERHADAP STRATEGI BISNIS

HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR ..................................... 125

7.1 Persaingan Antar-City Hotel di Kota Denpasar .................. ..…. 126

7.2 Strategi Bisnis City Hotel di Kota Denpasar………. …………. 133

7.3 Strategi Bisnis Hotel Melati di Kota Denpasar……….…………. 139

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 143

8.1 Simpulan ................................................................................ ... 143

8.2 Saran ............................................................................ ………. 145

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 147

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 152

Page 19: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Model Penelitian .................................................................................... 40

3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................... 43

5.1 Foto Lobby dan kamar Hotel Pop Harris Teuku Umar, Jl. Teuku

Umar, Denpasar. ..................................................................................... 76

5.2 Foto kamar Hotel The Grand Santhi, Jl. Patih Jelantik, Denpasar ......... 77

5.3 Foto wawancara dan kamar Hotel Warta Sari, berlokasi

di Jalan Raya Ubung, Denpasar .............................................................. 79

5.4 Fasilitas kolam renang dan restoran di Hotel Lifestyle Express,

Jalan Teuku Umar, Denpasar. ................................................................. 83

5.5 Foto Fasilitas dan Penawaran Paket Makan Siang di Hotel Golden

Tulip Essentials, Jl. Gatot Subroto Barat, Denpasar ............................... 85

5.6 Lambang Hotel Management Jaringan Dunia Accor dan Tauzia

serta Grup Santika .................................................................................. 90

5.7 Suasana Makan Pagi Tamu dan Pedagang di Hotel Puri Nusa

Indah Denpasar ....................................................................................... 95

5.8 Keadaan Restoran dan Lingkungan Hotel Graha Cakra Bali ................. 96

6.1 Gambaran Perbandingan Harga yang Ditawarkan oleh Tiga

Online Travel Agent dalam Situs TripAdvisor. ...................................... 104

6.2. Kondisi kamar Hotel Puri Royan, Jl. Teuku Umar, Denpasar ................ 105

6.3 Penawaran Pegipegi.com untuk harga sewa kamar Hotel Lifesyle

Express. .................................................................................................. 106

6.4 Halaman Hotel Trio Bali,di Jalan Hayam Wuruk yang dikontrakkan 108

6.5 Promosi Hotel Ratu (ex Hotel Queen) di Facebook dan website

Booking.com ........................................................................................... 112

Page 20: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

xviii

7.1 Tampak Depan Dua Hotel Pop Harris di Jalan Teuku Umar dan

Jalan Cokroaminoto ............................................................................... 127

7.2 Dua hotel baru, Hotel Guntur dan Hotel Fave Tohpati yang

lokasinya berdekatan dengan Hotel Graha Cakra Bali. ......................... 129

7.3 Persaingan harga sewa kamar Hotel Lifestyle Express, Hotel Inna

Bali dan Hotel Pop Harris Teuku Umar di pegipegi.com. .................... 130

7.4 Perbandingan harga di Situs Hotel Graha Cakra Bali dengan

Penawaran di Agoda ............................................................................... 136

7.5 Penawaran dari Hotel Inna Bali untuk berbagai kegiatan ....................... 138

7.6 Website Hotel Cianjur di Denpasar ......................................................... 141

Page 21: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Pedoman wawancara untuk pengusaha hotel melati .............................. 152

2 Pedoman wawancara untuk pengusaha city hotel .................................. 154

3 Pedoman wawancara untuk tamu hotel .................................................. 157

4 Pedoman wawancara untuk Pegawai Dinas Pariwisata Kota

Denpasar ................................................................................................ 158

5 Pedoman Wawancara untuk Pegawai Kecamatan di Kota

Denpasar ................................................................................................ 160

6 Pedoman Wawancara untuk Pengurus PHRI Kota Denpasar ............... 161

7 Pedoman Wawancara untuk Pengurus ASITA Bali ............................ 163

8 Sampel Hotel yang Diteliti ..................................................................... 164

9 Daftar Informan pada Instansi dan Asosiasi .......................................... 166

10 Daftar Nama Tamu Yang Diwawancarai ................................................ 168

Page 22: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

xx

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kota Denpasar Tahun

2011-2013 .................................................................................................. 62

4.2 Jumlah Sarana Kepariwisataan di Kota Denpasar Tahun 2013 ................. 63

4.3 Perkembangan Usaha Akomodasi di Kota Denpasar Tahun 2011-

2013 ........................................................................................................... 64

4.4 Tingkat Hunian Kamar Hotel di Kota Denpasar Tahun 2011-2013 ........... 64

4.5 Rata-rata Lama Menginap Wisatawan di Kota Denpasar Tahun

2010-2012 .................................................................................................. 65

4.6 Jumlah Usaha Akomodasi Menurut Kecamatan di Kota Denpasar

Tahun 2013 ................................................................................................ 67

Page 23: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata Bali berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir ini,

terutama jika dilihat dari tren angka kunjungan wisatawan domestik dan asing.

Serangan teroris yang terjadi tahun 2002 dan 2005 menimbulkan penurunan angka

kunjungan sesaat, sesudah itu meningkat terus. Data Dinas Pariwista Provinsi Bali

menunjukkan, tahun 2003 angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali

993.029 orang, sepuluh tahun kemudian, tahun 2013, meningkat menjadi

3.278.598 orang. Dalam sepuluh tahun, terjadi peningkatan sebesar 2.285.569

orang atau 230,16 persen. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, Pemerintah

Indonesia menerapkan kebijakan bebas visa mulai 2015 kepada 30 negara baru

yang warganya memperoleh fasilitas bebas visa kunjungan singkat.1 Kebijakan ini

diprediksi mampu meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Bali.

Tren peningkatan angka kunjungan wisatawan ke Bali dibarengi dengan

bertambahnya jumlah sarana akomodasi. Data Dinas Pariwisata Provinsi Bali

menunjukkan, tahun 2003 jumlah sarana akomodasi yang terdiri dari hotel

berbintang, non-bintang dan pondok wisata di Bali adalah 1.209 unit dengan

jumlah kamar mencapai 35.259 kamar, sedangkan tahun 2013 menjadi 2.572 unit

dengan 44.361 kamar.

___________________________________________

1. Tangerang.imigrasi.go.id/site/detailberitaumum/269/pemerintah-memberi-bebas-visa-

kunjungan-singkat-wisatawan-kepada-30

Page 24: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

2

Terjadi peningkatan jumlah hotel sebesar 112,73 persen dan 25,8 persen pada

jumlah kamar. Pembangunan sarana akomodasi semakin bertambah karena para

investor melihat perkembangan pariwisata Bali merupakan arena yang menarik

untuk menanamkan modalnya terutama di bidang sarana akomodasi.

Denpasar merupakan wilayah dengan pertumbuhan sarana akomodasi yang

pesat, seperti kehadiran sejumlah hotel di wilayah kota sering dikenal dengan

istilah city hotel. Sesuai dengan namanya, city hotel mengacu pada hotel yang

terletak di daerah perkotaan, dilawankan dengan hotel di tepi pantai atau resort. Di

wilayah Denpasar, hotel-hotel pada awalnya dan pada umumnya terletak di Pantai

Sanur, sementara di perkotaan tidak seumum dan sebanyak di Sanur. Hotel-hotel

yang tumbuh belakangan ini di Kota Denpasar dengan jelas menggunakan sebutan

city hotel, seperti Grand City Inn, Santosa City Hotel ataupun Bali Rama City

Hotel. Istilah city hotel sudah sangat popular dan banyak digunakan dalam

percakapan di kalangan industri pariwisata dan pemerintah. Yang diacu pun sudah

jelas adalah hotel-hotel yang hadir di kota. Penelitian ini mengangkat masalah

pertumbuhan city hotel dan dampaknya terhadap pengelolaan hotel melati di Kota

Denpasar.

Dipilihnya Denpasar sebagai lokasi penelitian karena pertumbuhan sarana

akomodasi di perkotaan yang disebut city hotel cukup pesat. Perkembangan

fasilitas pariwisata seperti hotel, restoran atau rumah makan dalam sepuluh tahun

terakhir di Kota Denpasar sangat cepat, hal ini berbeda dengan tahun 1970-an,

fasilitas pariwisata yang tersedia sangat terbatas. Pada tahun 1970-an Wilayah

Kota Denpasar yang berkembang fasilitas pariwisatanya hanya di sekitar Sanur

Page 25: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

3

yang memang telah dikenal sebagai daerah pariwisata. Sedangkan wilayah lainnya

yang berada di tiga kecamatan yakni Denpasar Barat, Utara dan Timur belum

begitu dikenal. Hotel yang berkembang pada saat itu adalah hotel kelas melati

dan dikelola pengusaha lokal. Seiring dengan perkembangan zaman, berwisata

menjadi kebutuhan manusia, pembangunan fasilitas pariwisata semakin tak

terkendali, demikian pula yang terjadi di Kota Denpasar. Perkembangan

perekonomian Kota Denpasar sebagian besar digerakkan oleh sektor tersier

sebesar 74,86 persen dan kontribusi sebesar 39,60 persen berasal dari sektor

perdagangan, hotel dan restoran (Statistik Daerah Kota Denpasar 2014).

Dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

KM3./HK.001/ MKP.02 tentang Penggolongan Kelas Hotel menyebutkan usaha

akomodasi dibedakan atas hotel berbintang dan melati, berdasarkan jenis dan

tingkat fasilitas yang disediakan. Jenis dan tingkat fasilitas hotel menjadi dasar

pemberian golongan kelas hotel yang memberikan gambaran tentang kualitas

hotel baik secara fisik maupun pelayanan yang diberikan. Ada beberapa jenis

sarana akomodasi yang tersedia di Kota Denpasar yang telah diatur dalam

Peraturan Daerah antara lain hotel berbintang, hotel non-bintang atau dikenal

dengan hotel melati, pondok wisata dan kondominium hotel atau kondotel.

Statistik Daerah Kota Denpasar Tahun 2014 menunjukkan terjadinya

peningkatan jumlah hotel berbintang tahun 2012 dari 25 menjadi 27 pada tahun

2013. Sedangkan jumlah hotel non-bintang dari 236 pada tahun 2012 menjadi 253

di tahun 2013. Jumlah kamar hotel berbintang pada tahun 2013 sebanyak 3.705

dan hotel non-bintang sejumlah 5.834 kamar. Tingkat hunian kamar pada hotel

Page 26: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

4

berbintang tahun 2013 sekitar 50,62 persen, terjadi penurunan dibandingkan pada

tahun 2012 tingkat hunian kamar mencapai 58,12 persen. Tingkat hunian kamar

hotel non-bintang tahun 2012 sebanyak 30,50 persen menurun menjadi 26,31

persen pada tahun 2013. Rata-rata lama menginap di hotel berbintang terjadi

peningkatan dari 2,90 hari di tahun 2012 menjadi 3,24 hari di tahun 2013 dengan

rata-rata lama menginap di hotel non-bintang juga mengalami peningkatan dari

2,87 hari di tahun 2012 menjadi 3,12 hari di tahun 2013.

Fenomena tersebut menunjukkan telah terjadi penurunan pada tingkat

hunian kamar baik di hotel berbintang maupun hotel non-bintang di bawah 50

persen. Penurunan tingkat hunian hotel dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti

menurunnya jumlah wisatawan yang menginap di Kota Denpasar sebesar 13,62

persen pada tahun 2013 mencapai 364.322 orang dibandingkan pada tahun 2012

(Data Statistik Daerah Kota Denpasar Tahun 2014).

Perkembangan hotel di Denpasar tidak saja memberikan tambahan fasilitas

akomodasi bagi kota Denpasar, namun pembangunan hotel yang lokasinya berada

di pusat kota dan dikenal dengan istilah city hotel sering menimbulkan

permasalahan. Adapun masalah yang ditimbulkan seperti adanya persaingan harga

sewa kamar yang tidak sehat, rendahnya tingkat hunian kamar, tidak meratanya

pembangunan di seluruh wilayah serta menurunnya fasilitas dan pelayanan yang

diberikan kepada wisatawan.

Beberapa city hotel dikelola oleh manajemen profesional yang berjaringan

Nasional ataupun Internasional dengan menawarkan fasilitas sekelas hotel bintang

dengan harga kamar sekelas hotel melati. Sebagai perbandingan harga sewa kamar

Page 27: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

5

yang ditawarkan oleh Hotel Pop Haris yang berlokasi di Jalan Teuku Umar yang

merupakan city hotel dengan klasifikasi hotel berbintang sebesar Rp.271.074

sedangkan Hotel Ratu yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso dengan klasifikasi

hotel melati dua menawarkan harga sewa kamar per malam sebesar Rp. 253.537.

Penawaran ini dilakukan melalui perusahaan perjalanan online Agoda. Kondisi ini

jelas menggambarkan ketatnya persaingan antar pengusaha hotel di Kota

Denpasar.

Menurut Marlina (2008, 60) city hotel adalah hotel yang terletak di pusat

kota biasanya ditujukan untuk pebisnis atau dinas. Letak hotel ini tidak selalu

berada di tengah kota namun ada juga menyebar di seluruh bagian kota yang

dekat dengan sentral bisnis ataupun pusat pemerintahan. Meskipun demikian,

tamu dari city hotel ini juga wisatawan karena letak hotel dekat dengan daya tarik

wisata yang ada di daerah tersebut. Daya tarik utama hotel semacam ini selain

karena fasilitasnya yang lengkap, juga karena lokasi yang strategis dan harga sewa

kamarnya yang murah.

Pesatnya pembangunan hotel baru di tengah kota sudah barang tentu

memberikan kontribusi kelebihan jumlah kamar yang terjadi dan memberikan

dampak secara tidak langsung kepada tingkat hunian hotel, pendapatan hotel dan

persaingan harga sewa kamar. Dengan perhitungan ketersediaan jumlah kamar

yang telah melebihi dari permintaan, menyebabkan tingkat hunian kamar tidak

mencapai target sehingga terjadi penurunan pendapatan hotel. Berbagai upaya

dilakukan oleh pihak manajemen untuk menawarkan hotelnya, seperti membuat

program penawaran spesial yang berkepanjangan agar dapat memberikan harga

Page 28: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

6

yang menarik minat wisatawan melalui biro perjalanan wisata ataupun bekerja

sama dengan perusahaan perjalanan online seperti Agoda, Traveloka ataupun

perusahaan semacam lainnya. Dengan adanya harga sewa kamar hotel berbintang

sama dengan sewa kamar hotel melati akan memberikan dampak yang sangat

buruk terhadap kelangsungan usaha hotel non-bintang lainnya. Hotel-hotel non-

bintang akan terus menurunkan harga sewa kamarnya agar dapat bersaing dan

untuk memenuhi biaya pengelolaan usahanya.

Timbulnya persaingan harga sewa kamar berimplikasi terhadap semakin

murahnya penawaran paket wisata yang ditawarkan oleh biro perjalanan wisata,

apalagi saat ini biro perjalanan wisata dengan mudah menawarkan produknya

melalui internet. Dengan kondisi semacam itu, semakin menguatkan Bali sebagai

destinasi murah sehingga wisatawan yang datang ke Bali bukanlah seperti yang

diharapkan banyak orang yaitu wisatawan yang berkualitas namun masih

mengarah kepada wisatawan massal (mass tourism).

Perkembangan sarana akomodasi di Kota Denpasar dari tahun ke tahun

sangat pesat. Pemerintah Kota Denpasar telah menetapkan beberapa peraturan

yang mengatur mengenai usaha sarana akomodasi seperti usaha hotel melati,

pondok wisata, hotel bintang dan bangunan kondominium hotel. Pengaturan

terhadap usaha sarana akomodasi tidak saja dilakukan untuk menetapkan

penggolongan jenis sarana akomodasi dan perizinan, namun pengaturan juga

dilakukan dengan menetapkan penataan ruang wilayah kota sesuai dengan

pengembangan wilayah yang dirancang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Denpasar .

Page 29: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

7

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar (RTRW) yang ditetapkan

dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 27 Tahun 2011 bertujuan untuk

menata ruang wilayah Kota Denpasar agar dapat meningkatkan kegiatan

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan ruang

wilayah secara berdaya guna, berhasil guna dengan tetap memelihara kelestarian

budaya dan lingkungan wilayah Kota Denpasar. Dengan adanya Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Denpasar diharapkan setiap pembangunan yang dilakukan

sesuai yang telah ditetapkan dalam peraturan.

Pembangunan city hotel yang semakin banyak di beberapa lokasi menarik

perhatian berbagai kalangan seperti yang diulas dalam sebuah harian

denpostnews.com, sebagai berikut :

Mengingat, maraknya pembangunan akomodasi pariwisata di kota

berwawasan budaya ini dikhawatirkan akan memberi dampak kurang baik

terhadap lingkungan, lalu lintas serta yang lainnya. Karena itu, Dinas

Pariwisata Daerah (Diparda), harus membuat suatu kajian untuk kamar

hotel.Di samping itu diperlukan adanya moratorium pembangunan city hotel

di Kota Denpasar. Ketua Komisi B DPRD Kota Denpasar, Ir.Eko Supriadi,

Kamis (20/2) kemarin mengatakan, harus adanya keberanian dari pihak

eksekutif menyetop pembangunan city hotel di Kota Denpasar…….

(http://www.denpostnews.com/metro-denpasar/denpasar-jangan-obral-izin-

city-hotel.html)

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pesatnya pembangunan city hotel

telah menimbulkan kekhawatiran bukan saja mengenai persaingan tidak sehat

antar pengusaha hotel namun juga dapat menimbulkan dampak terhadap

lingkungan seperti kemacetan lalu lintas di daerah tertentu yang diakibatkan

adanya bangunan city hotel di daerah perdagangan.

Page 30: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

8

Merujuk dari peraturan sarana akomodasi yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah Kota Denpasar, belum ada aturan yang mengacu kepada istilah dan

usaha city hotel. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar pada Bagian

Ketiga, Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya, Paragraf 5 Kawasan

Peruntukan Pariwisata, Pasal 47 ayat 3b tampak istilah hotel kota (city hotel)

namun tidak disebutkan secara detail apa yang dimaksud dengan hotel kota (city

hotel).

Dalam uraian disebutkan mengenai pengembangan akomodasi wisata yang

menyebar merupakan akomodasai wisata atau hotel kota (city hotel) lokasinya

dapat menyatu dengan zoning perdagangan dan jasa dan kawasan pemukiman

tertentu. Meski disebutkan bahwa pengembangan hotel kota (city hotel) dapat

dibangun menyebar namun penataan pembangunan hotel kota (city hotel) perlu

dilakukan agar perkembangan wilayah dan penataan ruang di Kota Denpasar

sesuai dengan yang telah tercantum dalam dokumen Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Denpasar serta untuk pemerataan pergerakan ekonomi masyarakat

di wilayah Kota Denpasar. Peraturan dan penataan usaha sarana akomodasi jenis

baru sangat penting disiapkan, agar pelaku usaha mempunyai dasar hukum yang

kuat dalam berusaha.

Pesatnya perkembangan city hotel ini sangat dirasakan dampaknya oleh

pengusaha hotel melati. Adanya city hotel dengan tampilan yang lebih menarik

dan harga sewa kamar yang tidak berbeda jauh dengan harga sewa kamar hotel

melati, menimbulkan persaingan yang kurang sehat. Persaingan tersebut

menyebabkan menurunnya tingkat hunian kamar hotel melati, adanya peralihan

Page 31: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

9

fungsi kamar hotel menjadi tempat kos ataupun melakukan kerjasama dengan

perusahaan property menjadikan sebagian area hotel menjadi tempat usaha

perdagangan.

Persaingan sarana akomodasi di Kota Denpasar tidak saja terjadi antar

pengusaha hotel berbintang, city hotel ataupun hotel melati. Persaingan yang lebih

hebat akan muncul dengan adanya ASEAN Economic Community (AEC) pada

akhir tahun 2015. Pelaku usaha pariwisata harus siap menghadapinya karena

sistem pasar bebas akan memasuki Negara Indonesia, persaingan bisnis bukan

hanya diantara pengusaha Indonesia tetapi juga sesama pengusaha di wilayah

ASEAN. Sistem pasar bebas akan memberikan tantangan dan peluang usaha bagi

pelaku usaha pariwisata Indonesia. Untuk dapat mendapatkan peluang, pelaku

usaha pariwisata harus mampu memenuhi standar usaha pariwisata dengan

meningkatkan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan usaha

pariwisata. Untuk itu seluruh usaha pariwisata akan diaudit oleh Lembaga

Sertifikasi Usaha Bidang Pariwisata yang mandiri untuk mendapatkan Sertifikat

Usaha Pariwisata seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah RI

Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di

Bidang Pariwisata. Dengan adanya sertifikat tersebut, usaha pariwisata mendapat

kesempatan untuk bersaing dengan perusahaan asing yang masuk ke Indonesia.

Selain adanya persaingan harga dan menurunkan tingkat hunian hotel,

pembangunan city hotel yang tidak memperhatikan lingkungan akan

menimbulkan masalah tersendiri di Kota Denpasar. Pembangunan sarana

akomodasi yang masif dapat mengancam pemanfaatan sumber daya alam yang

Page 32: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

10

tersedia sehingga melampaui daya dukung wilayah. Untuk itu, penataan

pembangunan sarana akomodasi di Kota Denpasar sangat diperlukan guna

menjaga lingkungan sekitarnya. Penataan pembangunan sarana akomodasi dengan

mentaati pembagian pembangunan wilayah sesuai peruntukan seperti yang telah

diatur dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar (RTRW).

Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan penelitian tentang perkembangan

city hotel yang memberikan dampak terhadap usaha hotel melati di Kota

Denpasar agar pengusaha hotel melati dapat berbenah diri dalam menghadapi

persaingan yang akan terjadi. Dampak yang diteliti adalah adanya persaingan

harga sewa kamar, menurunnya jumlah tingkat hunian kamar, menurunnya lama

tinggal tamu, menurunnya pendapatan hotel dan berubahnya segmen pasar.

Dengan adanya dampak tersebut, muncul beberapa pertanyaan mengenai apakah

dengan kehadiran city hotel akan mendesak keberadaan hotel melati atau

sebaliknya. Pertanyaan lainnya adalah apakah kehadiran city hotel justru akan

berebut pasar dengan hotel sekelasnya ataukah munculnya city hotel tidak

berpengaruh terhadap usaha hotel melati karena masing-masing telah memiliki

pasar tersediri. Dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai pentingnya

sebuah kebijakan pemerintah dalam mengatur bisnis perhotelan di Kota Denpasar.

Dari beberapa city hotel yang ada di Kota Denpasar, seperti Hotel All

Season, Hotel Pop Harris Teuku Umar dan Hotel Amaris, yang semuanya

berlokasi di Jalan Teuku Umar adalah hotel-hotel yang dikelola oleh jaringan

manajemen hotel terkemuka. Hotel All Season berubah nama menjadi Ibis

Lifestyle adalah hotel yang dikelola oleh Grup Accor yang berasal dari Perancis

Page 33: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

11

dan memiliki hotel dengan berbagai kelas seperti Sofitel, Pullman, Grand

Mercure, Ibis, Ibis Budget dan sebagainya. Sedangkan Hotel Pop Harris Teuku

Umar dikelola oleh Tauzia Management Hotel yang juga merupakan jaringan

Internasional. Jaringan manajemen hotel tidak saja didominasi oleh pemain asing,

Santika Indonesia Hotels & Resorts merupakan salah satu jaringan hotel terbesar

di Indonesia di bawah manajemen PT. Grahawita Santika yang merupakan

anggota Kompas Gramedia Group. Hotel-hotel di bawah naungan Kompas

Gramedia Grup dikenal dengan Hotel Santika dan Hotel Amaris dan tersebar

pada beberapa Kota di Indonesia.

Meskipun hotel-hotel tersebut sudah dikelola oleh jaringan manajemen yang

handal dan mendunia, namun hotel-hotel tersebut juga memanfaatkan internet

sebagai media promosi, bekerja sama dengan perusahaan perjalanan online

Internasional seperti Agoda, Traveloka ataupun Trivago.

Dengan berkembangnya teknologi, sebagian besar hotel di Kota Denpasar

memanfaatkan internet sebagai media promosinya dan bekerjasama dengan

perusahaan bisnis perjalanan online.

Berbagai cara ditawarkan oleh perusahaan bisnis perjalanan online, seperti

yang ditawarkan oleh Agoda yaitu memberikan informasi selengkap mungkin

mengenai hotel yang ditawarkan antara lain lokasi hotel, bentuk fisik hotel,

fasilitas hingga harga yang ditawarkan. Cara lainnya adalah dengan

membandingkan harga yang ditawarkan seperti yang dilakukan oleh Trivago.

Dengan membandingkan harga dari beberapa perusahaan bisnis perjalanan online

konsumen dapat memilih harga termurah dari yang yang ditawarkan. Dari

Page 34: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

12

penawaran tersebut, jelas terlihat persaingan ketat antara harga sewa kamar city

hotel dengan hotel melati.

Penelitian ini juga mengidentifikasi faktor–faktor penyebab munculnya city

hotel di Kota Denpasa, persaingan dan strategi bisnis antar city hotel serta

pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat menghindarkan persaingan tidak sehat antar

pengusaha dan mengidentifikasi strategi bisnis antar city hotel dan hotel melati.

Persaingan harga di bawah standar menyebabkan harga sewa kamar hotel sangat

murah dapat menyebabkan terjadi kebangkrutan yang dialami oleh pengusaha

kelas menengah ke bawah karena tidak dapat bersaing dengan city hotel yang

memiliki jaringan nasional bahkan internasional serta dimiliki oleh pemodal

besar.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, dalam penelitian ini ada tiga

permasalahan yang perlu dicari jawaban masalah antara lain:

a. Apakah faktor–faktor yang menyebabkan berkembanganya city hotel di

Kota Denpasar?

b. Apakah dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel melati di

Kota Denpasar?

c. Bagaimanakah persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta

pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar?

Page 35: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

13

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini dilakukan guna mendapatkan gambaran

tentang perkembangan city hotel serta implikasinya antar pengusaha city hotel

dan hotel melati di Kota Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui faktor–faktor penyebab berkembangnya city hotel di

Kota Denpasar .

b. Untuk mengidentifikasi dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha

hotel melati di Kota Denpasar.

c. Untuk mengidentifikasi persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta

pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara akademis ataupun teoritis

karena dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi terhadap kajian

pariwisata khususnya yang berkaitan dengan perkembangan city hotel serta

implikasinya terhadap perkembangan usaha hotel melati dan city hotel itu sendiri.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada pengelola city hotel, hotel melati dan Pemerintah dalam mengantisipasi

perkembangan sarana akomodasi yang sangat dinamis, sehingga pengusaha lokal

Page 36: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

14

dapat bersaing di daerahnya dan Pemerintah memberikan payung hukum untuk

menumbuhkan harmonisasi bisnis antar pengusaha city hotel dan hotel melati.

Page 37: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL PENELITIAN

Guna mendapatkan gambaran mengenai penelitian yang dilakukan maka

dalam bab ini dipaparkan tentang kajian pustaka, konsep, landasan teori yang

digunakan dan model penelitian untuk memberikan pemahaman yang lebih

mendalam terhadap permasalahan yang akan dibahas. Dalam bab ini akan diulas

mengenai beberapa penelitian yang berkaitan dengan topik yang dibahas, konsep

dan teori serta model penelitian yang digunakan dalam meneliti dampak

perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar.

2.1 Kajian Pustaka

Ada sejumlah penelitian tentang topik terkait penelitian ini yang

dilaksanakan peneliti sebelumnya yaitu Pariyasa (2013), Negara (2010), Supasti,

dkk. (2014), Sutapa dan Wisnawa (2013) serta Indrawati (2009). Penelitian

mereka berfokus pada beberapa hal antara lain mengenai dampak yang terjadi

akibat pesatnya pembangunan sarana akomodasi yang kemudian diatur oleh

kebijakan kepariwisataan, selain itu membahas persepsi wisatawan dalam memilih

sarana akomodasi serta tentang model pengaturan city hotel lokal dalam bersaing

dengan city hotel franchising Internasional. Hasil penelitian tersebut, memberikan

pengetahuan informatif tentang perkembangan bisnis akomodasi, tetapi tidak ada

yang sampai membahas dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel

melati di Kota Denpasar.

Page 38: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

16

Pariyasa (2013) dalam tesisnya yang berjudul “Dampak Perkembangan

Villa yang Menyebar Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Kelurahan Seminyak Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung” melakukan penelitian

mengenai dampak berkembangnya vila terhadap kehidupan sosial ekonomi

masyarakat di Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Dalam

penelitiannya menyampaikan bahwa perkembangan vila yang menyebar telah

memberikan dampak positif dan negatif. Dampak sosial yang bersifat positif

adalah meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat dan semakin eratnya

solidaritas antar masyarakat sedangkan dampak negatif adalah meningkatnya

kriminalitas. Dampak ekonomi dari sisi positif ditimbulkan adalah adanya

kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekitarnya sedangkan sisi

negatifnya adanya peningkatan harga makanan di lokasi tertentu dan perubahan

mata pencaharian pokok. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini

adalah obyek yang akan diteliti, yakni mengenai dampak perkembangan city hotel

terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar. Dalam penelitian sebelumnya

digunakan teori Hegemoni yang digunakan untuk membahas permasalahan

tentang faktor-faktor penyebab timbulnya dampak perkembangan vila yang

menyebar terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Kelurahan

Seminyak, sedangkan dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori

dampak pariwisata. Teori Dampak Pariwisata digunakan untuk mengetahui

dampak yang ditimbulkan akibat pesatnya perkembangan city hotel di Kota

Denpasar. Analisis dampak diidentifikasikan dari tiga aspek yakni aspek ekonomi,

sosial budaya dan lingkungan. Dari ketiga aspek tersebut dapat dilihat bahwa

Page 39: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

17

perkembangan city hotel memberikan dampak positif dan negatif terhadap

keberlangsungan usaha hotel melati di Kota Denpasar.

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Negara (2010) yang berjudul

“Dampak Pelaksanaan Kebijakan Penataan Sarana Akomodasi Pariwisata

Terhadap Perkembangan Villa di Kabupaten Badung“ mengulas mengenai

dampak suatu pelaksanaan kebijakan penataan sarana akomodasi pariwisata

terhadap sejumlah vila dan perilaku pengusaha vila di Kabupaten Badung.

Penelitian tersebut menyebutkan pelaksanaan kebijakan penataan sarana

akomodasi pariwisata, khususnya villa dapat memberikan efek positif terhadap

pengendalian pembangunan vila yang selama beberapa tahun terakhir tidak

terkendali. Teori dampak yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan

suatu perubahan yang terjadi setelah adanya kebijakan yang menata sarana

akomodasi di Kabupaten Badung karena dengan adanya pelaksanaan kebijakan

tersebut, jumlah vila ilegal semakin menurun. Hal ini disebabkan adanya

kesadaran pelaku usaha untuk mengurus izin villa. Meski demikian, jumlah villa

ilegal masih lebih banyak dari villa yang sudah mengantongi izin, untuk itu

disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Badung agar mensosialisasi secara luas

pelaksanaan kebijakan penataan sarana akomodasi.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah mengenai

permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar yakni

menjamurnya pembangunan villa di Kabupaten Badung sedangkan di Kota

Denpasar pesatnya pembangunan city hotel. Teori yang digunakan dalam

penelitian sebelumnya adalah teori dampak untuk mengetahui perubahan-

Page 40: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

18

perubahan yang ditimbulkan dari adanya suatu kebijakan pemerintahan sedangkan

dalam penelitian ini digunakan teori penawaran dan permintaan dalam

menyeimbangkan ketersediaan sarana akomodasi di Kota Denpasar, terutama city

hotel yang perkembangannya semakin meningkat dengan jumlah menginap

wisatawan ke Kota Denpasar agar tingkat hunian kamar di seluruh sarana

akomodasi stabil dan tidak terjadi kelebihan jumlah kamar. Dengan adanya

keseimbangan antara ketersediaan jumlah kamar dan jumlah wisatawan menginap

tentu dapat mengurangi persaingan ketat akibat kelebihan jumlah kamar.

Keseimbangan dapat dicapai apabila adanya payung hukum yang mengatur

pembangunan sarana akomodasi terutama city hotel yang semakin meningkat.

Laporan Akhir Penelitian Hibah Penelitian Riset Invensi Udayana yang

dilakukan oleh Supasti, dkk. (2014) yang berjudul “Model Pengaturan City Hotel

Wirausaha Lokal Berbasis Penguatan Kemitraan Dengan Berbagai Stakeholders

Bagi Ketahanan dan Keberlangsungan Ekonomi Masyarakat Bali Dalam Kegiatan

Kepariwisataan”, mengulas mengenai keberadaan city hotel bertaraf internasional

format “Franchising” kian mengancam city hotel lokal yang dikelola secara lokal.

Permasalahan muncul ketika city hotel lokal tidak mampu bersaing dari segi

kualitas prasarana maupun manajemen layanan jasa. Untuk mengatasi masalah

tersebut perlu ditemukan solusi model pengaturan yang relevan untuk

menguatkan dan memberdayakan city hotel wirausaha lokal dalam menghadapi

persaingan city hotel franchising. Pengaturan yang tidak bertentangan dengan

WTO Agreement yaitu tidak mendiskriminasi pelaku bisnis dari manapun. Dalam

penelitan tersebut disarankan model pengaturan yang relevan adalah dalam bentuk

Page 41: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

19

PERDA dan Self Regulatory Body dari para stakeholders terkait dengan

menggunakan model CSR (Corporate Social Responsibility). Substansi

rancangannya menekankan pada permodalan dan jaringan manajemen melalui

pelatihan yang dilakukan dengan model kegiatan CSR (Corporate Social

Responsibility) yang diberikan oleh manajemen franchising.

Ulasan mengenai over capacity Pembangunan Fasilitas Akomodasi di Bali

dalam Persepektif Ekonomi dan Bisnis yang ditulis dalam Jurnal Perhotelan dan

Pariwisata, Desember 2013 oleh Sutapa dan Wisnawa (2013) menyebutkan bahwa

pembangunan fasilitas akomodasi di Bali telah mengalami over capacity, hal ini

disebabkan adanya pergeseran investasi dari sektor akomodasi menjadi sektor

property, adanya kemudahan perizinan yang diberikan pemerintah, adanya resesi

di Eropa, pajak tanah tinggi hingga budaya konsumtif masyarakat Bali. Dalam

penelitian ini juga disebutkan banyaknya jumlah kamar hotel telah memberikan

dampak positif seperti terserapnya tenaga kerja, meningkatnya permintaan akan

bahan makanan dan minuman yang memberikan pendapatan daerah. Namun

dampak negatif tidak dapat dihindari yaitu persaingan tidak sehat dalam tarif

,menurunnya tingkat hunian kamar menjadi di bawah 40 persen dan tergesernya

hotel-hotel lama dengan munculnya city hotel atau budget hotel. Untuk

menstabilkan dampak positif dan negatif dari over capacity tersebut adalah

dengan menghentikan pembangunan sarana akomodasi di Bali Selatan,

kemudian memberlakukan standar harga kamar dan perlakuan tegas bagi

pengusaha yang tidak mengindahkan aturan standar tersebut. Penelitian ini sangat

relevan dengan penelitian yang akan dilakukan karena pesatnya perkembangan

Page 42: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

20

city hotel di Kota Denpasar perlahan-lahan akan memberi dampak negatif seperti

menurunnya tingkat hunian hotel karena adanya kelebihan kamar dan terjadinya

perang tarif sewa kamar.

Indrawati (2009) mengulas “Persepsi Wisatawan Lanjut Usia Pada Fasilitas

Akomodasi dan Aktivitas Pariwisata Bernuansa Seni Budaya di Desa Sanur”

dalam Jurnal Mudra, Institut Seni Indonesia. Disampaikan bahwa wisatawan

lanjut usia lebih memilih akomodasi yang berarsitektur lokal dengan kenyamanan

dan keamanan di sekitar hotel. Pemilihan akomodasi juga berdasarkan

keterbatasan fisik dan tidak jauh dari area yang menjadi daya tariknya yaitu

pantai. Dari artikel ini ditemukan fakta bahwa persepsi wisatawan sebagai tamu

terhadap sebuah akomodasi memiliki peranan utama pada saat memutuskan

untuk menginap di suatu hotel.

Artikel ini dapat dijadikan acuan karena dapat memberikan gambaran

bahwa pengusaha hotel harus mencermati kebutuhan tamu yang menjadi

sasarannya. Karena dengan memenuhi kebutuhan dan keperluan tamu tentu akan

memberikan citra positif terhadap hotel. Selain sesuai dengan kebutuhan tamu,

lokasi juga memegang peranan penting dalam menarik minat tamu, karena lokasi

yang strategis tentu dapat mengundang banyak tamu. Dalam artikel yang diteliti

adalah tamu yang merupakan wisatawan lanjut usia sedangkan dalam penelitian

ini yang diteliti adalah tamu dari berbagai kalangan yang menginap di city hotel

dan hotel melati. Dengan mengetahui karakteristik tamu yang menginap maka

dapat diketahui pangsa pasar yang disasar dan yang telah dimiliki oleh city hotel

Page 43: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

21

dan hotel melati serta mengetahui kebutuhan yang diperlukan dan keinginan tamu

dalam memilih sebuah hotel.

Perbedaan penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian dalam tesis ini

adalah lebih berfokus faktor-faktor penyebab serta dampak perkembangan city

hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar. Perkembangan city hotel juga

menimbulkan persaingan sehingga perlu adanya strategi bisnis antar-city hotel

dan hotel melati di Kota Denpasar.

2.2 Konsep

Konsep yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap terminologi

teknis dan menghubungkan variabel–variabel yang akan dibahas dalam penelitian

antara lain :

2.2.1 City Hotel

Penggolongan dan klasifikasi usaha sarana akomodasi di Indonesia menurut

Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.3/HK.001/MKP.02

tentang Penggolongan Kelas Hotel terdiri atas golongan kelas hotel bintang dan

hotel melati. Penggolongan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

kualitas hotel secara fisik dan pelayanan yang diberikan kepada konsumen dan

menumbuhkembangkan sikap perilaku usaha perhotelan yang bertanggungjawab.

Ismayanti dalam buku Pengantar Pariwisata (2010:139) menyebutkan

bahwa tipe hotel dapat dibagi menjadi beberapa aspek sebagai berikut :

Pertama, berdasarkan lokasi, hotel dapat dibedakan menjadi city hotel

adalah hotel yang berlokasi diperkotaan, resort hotel merupakan hotel yang

berlokasi di daerah wisata,seperti pantai atau pegunungan, suburb hotel adalah

Page 44: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

22

hotel yang berlokasi di luar kota dan airport hotel, hotel yang berlokasi di sekitar

bandara.

Kedua, berdasarkan jenis tamu, hotel dibedakan menjadi sebagai berikut:

family hotel atau hotel keluarga, yang kebutuhan kamar dan fasilitasnya dibangun

sesuai dengan kebutuhan tamu keluarga seperti ruang bermain ataupun adanya

ruang makan keluarga. Business hotel atau hotel bisnis untuk tamu pebisnis

berada di pusat bisnis dan di tengah kota. Hotel dengan tamu wisatawan disebut

tourist hotel atau hotel wisata. Tamu yang menginap bertujuan untuk berlibur,

sehingga fasilitas yang disediakan juga sesuai dengan kebutuhan wisatawan

seperti fasilitas rekreasi dan pelayanan yang ramah. Hotel untuk tamu pelancong

yang singgah sementara disebut transit hotel atau hotel singgah. Hotel ini

biasanya menawarkan sewa kamar berdasarkan jam dan hari tergantung dari

kebutuhan istirahat tamu. Hotel dengan tamu para pasien yang hendak

memulihkan kesehatan disebut cure hotel atau hotel pengobatan atau panti

rehabilitasi. Tamu yang datang pada tahap pemulihan ataupun tahap

penyembuhan atas rekomendasi atau didampingi oleh dokter. Hotel untuk peserta

konvensi dan pertemuan yang lebih dikenal dengan convention hotel atau hotel

konvensi.

Mencermati dari beberapa pengertian di atas, yang dimaksud dengan city

hotel adalah sebuah sarana akomodasi yang berlokasi di pusat kota atau tengah

kota yang diperuntukkan para pebisnis. City hotel yang berkembang di Kota

Denpasar kebanyakan berada di pusat dan tengah kota seperti di Jalan Teuku

Umar atau Jalan Gatot Subroto. Tamu-tamu yang menginap di city hotel tidak

Page 45: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

23

hanya para pebisnis namun juga para wisatawan domestik. Bila diklasifikasikan

berdasarkan fungsi, city hotel di Kota Denpasar memiliki ruang pertemuan

berkapasitas sekitar 100 orang, dengan desain minimalis modern dan eksterior

yang lebih terbuka.

City hotel yang saat ini sedang berkembang menyediakan jumlah kamar

diatas 100 buah dengan klasifikasi yang bervariasi hotel bintang dan non-bintang.

Harga sewa kamar yang ditawarkan hampir sama dengan hotel melati yakni

sekitar Rp. 300.000 sampai Rp. 450.000 dengan fasilitas lengkap seperti kamar

memiliki AC, kamar mandi dengan shower air panas dan dingin, disediakan

sarapan, kolam renang ataupun free wifi di ruang tertentu.

Dengan tampilan fisik yang menarik, fasilitas lengkap dan berada di

tengah kota dengan harga sewa kamar yang terjangkau membuat city hotel banyak

diminati oleh para pebisnis ataupun wisatawan, sehingga persaingan harga sewa

kamar antar pengusaha hotel di kota Denpasar tidak dapat dihindari.

Meskipun istilah city hotel telah populer di kalangan masyarakat, namun

istilah tersebut belum ada dalam peraturan pemerintah. Demikian pula halnya

dengan belum adanya kejelasan penggolongan kelas hotel untuk city hotel.

Faktanya di lapangan ditemukan penggolongan kelas hotel atas city hotel sangat

bervariasi. Sebagai contoh, dalam Direktori Pariwisata Kota Denpasar 2013

menunjukkan beberapa hotel seperti Hotel All Season sekarang bernama Ibis

Lifestyle, Hotel Pop Haris Teuku Umar ataupun Fave Hotel yang berada di Jalan

Teuku Umar, Kecamatan Denpasar Barat, masuk dalam kategori hotel bintang.

Sedangkan Hotel Puri Ayu, Hotel Ratu (ex Queen) ataupun Hotel Santhi yang

Page 46: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

24

berlokasi di sekitar jalan Sudirman, di seputaran Kecamatan Denpasar Barat,

masuk dalam klasifikasi hotel melati, meskipun dengan fasilitas dan pelayanan

yang ditawarkan tidak jauh berbeda.

Dalam penelitian ini jenis akomodasi yang dibahas adalah city hotel, yang

merupakan sebuah istilah hotel berdasarkan letak hotel dengan klasifikasi hotel

kelas bintang.

2.2.2 Hotel Melati

Hotel melati dalam Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

Nomor KM.3/HK.001/MKP.02 tentang Penggolongan Kelas Hotel adalah hotel

yang belum memenuhi persyaratan minimal sebagai hotel bintang 1 (satu).

Pengertian Hotel melati dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 24

Tahun 2001 tentang Usaha Hotel Melati adalah suatu usaha komersial yang

menggunakan seluruh atau sebagian bangunan yang khusus disediakan bagi setiap

orang untuk memperoleh pelayanan penginapan. Pengusaha hotel melati juga

dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makanan dan minuman dan dengan

jumlah kamar minimal 15 kamar dan bila berada dipemukiman hanya diizinkan

hingga 25 kamar.

Dalam buku Panduan Perancangan Bangunan Komersial, Marlina

(2008:71) menyebutkan bahwa klasifikasi hotel di Indonesia diberlakukan

berdasarkan pada beberapa pertimbangan antara lain: Jumlah kamar, Fasilitas dan

peralatan yang disediakan, Model sistem pengelolaan dan Bermotto pelayanan.

Mencermati ketentuan hotel melati sebagai tersebut di atas, pada

umumnya jumlah kamar hotel melati sekitar 10-100 kamar. Dengan fasilitas dan

Page 47: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

25

peralatan standar seperti kamar dilengkapi dengan AC atau Fan dengan layanan

makan dan minum. Model sistem pengelolaannya lebih sederhana dan dikelola

oleh pengusaha lokal. Pelayanan yang diberikan tidak selengkap seperti di hotel

bintang seperti penerima tamu yang siap 24 jam ataupun penyambutan dengan

welcome drink.

Menurut data dalam Direktori Pariwisata Kota Denpasar Tahun 2013,

hotel melati di Kota Denpasar tersebar di seluruh wilayah Kota Denpasar.

Wilayah Denpasar Selatan memiliki paling banyak hotel melati sekitar 85 hotel

terutama didaerah Sanur yang telah ditetapkan sebagai kawasan pariwisata sesuai

Perda Kota Denpasar Nomor 27 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Denpasar

Tahun 2011 – 2031. Di Denpasar Barat terdapat 50 buah hotel, 40 Hotel berada di

Denpasar Utara dan di Denpasar Timur berjumlah 25 hotel. Perkembangan usaha

hotel di Sanur memang telah berkembang sejak tahun 1956, salah satunya Hotel

Segara Beach dibangun oleh Ida Bagus Kompyang dengan 15 kamar dan

memanfaatkan fasilitas listrik miliknya sendiri, pengelolaan hotel dibantu oleh

istrinya yaitu A. A. Mirah Astuti. Pembangunan hotel di Bali tidak saja di

Denpasar, tapi juga di Kuta, Tabanan dan Singaraja yang terkenal dengan daerah

wisatanya, Lovina seperti yang ditulis oleh Adrian Vikers dalam artikel Bali

rebuilds its tourist indutry (2011) .

Perkembangan hotel di Kota Denpasar tidak lagi berfokus di Sanur namun

telah memenuhi pusat kota seperti yang terjadi saat ini di kawasan Denpasar Barat

dan Denpasar Utara. Pembangunan hotel yang sedang berkembang di kawasan

tersebut tidak saja masuk dalam klasifikasi hotel melati namun sekelas hotel

Page 48: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

26

bintang tiga dengan harga sewa kamar yang tidak jauh berbeda dengan hotel

melati dengan fasilitas dan pelayanan yang diberikan sekelas hotel bintang. Hal

inilah yang memacu persaingan tidak sehat antar pengusaha. Selain itu, dalam

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana tata

Ruang Wilayah Provinsi Bali menyebutkan bahwa pembangunan hotel bintang

hanya diizinkan di kawasan Sanur, maka dari itu hotel-hotel yang berlokasi di

pusat kota seyogyanya dalam koridor klasifikasi hotel melati.

Dalam penelitian ini hotel melati adalah hotel yang secara fisik lebih

sederhana, demikian pula fasilitas yang disediakan dengan jumlah kamar tidak

lebih dari 100 kamar.

2.3 Landasan Teori

Landasan teori adalah landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori

yang sangat diperlukan sebagai tuntunan dalam memecahkan permasalahan

penelitian selain itu juga digunakan sebagai kerangka acuan untuk mengarahkan

penelitian. Dalam penelitian ini digunakan Teori penawaran dan permintaan,

Teori dampak pariwisata dan Teori kebijakan kepariwisataan.

2.3.1 Teori Penawaran dan Permintaan

Sukirno (1985:51) menyampaikan bahwa secara sederhana Teori Penawaran

dan Permintaan membahas mengenai interaksi antara penjual dan pembeli dalam

menentukan harga suatu barang dan jumlah barang yang akan ditawarkan.

Bisnis pariwisata sering disebut sebagai sebuah industri jasa karena adanya

serangkaian proses aktivitas atau kegiatan produksi yang menghasilkan nilai

tambah (added value), dan produknya bersifat tidak nyata (intangible) serta

Page 49: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

27

menawarkan keramahtamahan (hospitality) (Sunaryo, 2013). Keterkaitan sistemik

dari berbagai aktivitas kepariwisataan menggambarkan interaksi antara dua

komponen pokok kepariwisataan yaitu komponen produk (supply side) dan

komponen pasar (demand side).

Bagian komponen produk wisata (tourism supply side) yang juga sering

disebut sebagai komponen pokok sebuah destinasi antara lain: Daya tarik wisata

(Attraction) yang menawakan keindahan alam,keunikan budaya atau minat

khusus, Fasilitas pariwisata (Amenities) seperti akomodasi atau rumah makan,

Aksesibilitas (Accessibilities), moda transpotasi yang tersedia, Fasilitas

pendukung lainnya (Ancillaries) dan Masyarakat sebagai tuan rumah destinasi

(Communities)

Sedangkan dari bagian komponen pasar (demand side) biasanya dibagi

menjadi dua segmen yaitu pasar wisatawan domestik dan pasar wisatawan

Internasional. Pada komponen ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari

wisatawan seperti motivasi dan faktor penentu pribadinya dalam memilih suatu

aktivitas pariwisata di suatu destinasi.

Usaha akomodasi merupakan bagian dari komponen produk (supply side)

suatu destinasi dalam rangka memenuhi kebutuhan komponen pasar (demand

side). Dalam mengembangkan pariwisata di suatu daerah sangat tergantung

kepada kemampuan perencana dalam mengintegrasikan kedua sisi tersebut secara

berimbang ke dalam sebuah rencana pengembangan pariwisata. Dalam arti,

bagaimana menyeimbangkan antara kedua sisi tersebut, agar tidak terjadi

kelebihan produk sedangkan kunjungan wisatawan semakin menurun.

Page 50: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

28

Begitu pula halnya dengan pembangunan sarana akomodasi di Kota

Denpasar, agar sesuai dengan kunjungan wisatawan sehingga dapat meningkatkan

tingkat hunian hotel dan akan lebih bagus bila diikuti dengan lama tinggal dan

pengeluaran wisatawan yang semakin banyak. Namun saat ini, perkembangan city

hotel di Kota Denpasar tidak saja menambah jumlah hotel, juga menimbulkan

masalah baru yaitu adanya persaingan antar-pengusaha hotel. Persaingan hotel

tidak saja terjadi antara city hotel dengan hotel melati, namun juga antar-city hotel

itu sendiri. Pertambahan jumlah hotel tidak diikuti dengan meningkatnya jumlah

kunjungan wisatawan, sehingga menurunkan tingkat hunian kamar, menimbulkan

persaingan harga sewa kamar dan pendapatan hotel tidak sesuai target. Hal ini

dikhawatirkan hotel yang dikelola secara sederhana akan mengalami

kebangkrutan dan dapat merubah fungsi hotel sebagai kos-kosan. Adanya city

hotel juga dapat merubah segmen pasar hotel melati dari pebisnis menjadi anak-

anak sekolah.

Dengan demikian, perlu adanya suatu strategi dalam mengantispasi situasi

semacam ini antara lain hotel-hotel melati melakukan penetrasi pasar secara

langsung ataupun tidak langsung. Melakukan promosi kepada pasar yang dituju,

bekerja sama dengan biro perjalanan wisata ataupun melalui mass media dan

memanfaatkan jaringan internet. Selain dengan melakukan pemasaran dengan

memperhatikan berbagai komponennya, para pengusaha juga sangat penting untuk

selalu meningkatkan kemampuannya baik dalam mengelola usahanya, dan

memperhatikan kebutuhan wisatawan sesuai perkembangan zaman.

Page 51: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

29

Dalam ilmu ekonomi, teori penawaran adalah semakin turun harga barang,

penawaran akan semakin sedikit sedangkan hukum permintaan adalah semakin

rendah harga barang, permintaan akan barang tersebut semakin tinggi. Teori

permintaan dan penawaran ini digunakan untuk menemukan faktor-faktor

penyebab berkembangnya city hotel di Kota Denpasar dan persaingan antar-city

hotel serta strategi bisnis yang digunakan dalam menawarkan hotelnya. Ada dua

faktor yang akan digunakan yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal

terdiri dari harga sewa kamar, lokasi hotel, fasilitas yang ditawarkan, tingkat

hunian kamar, lama tinggal tamu, dan pengelolaan hotel. Sedangkan faktor

eksternal yang digunakan adalah dengan mencermati adanya tren wisatawan

dalam pemilihan hotel saat berlibur, mudahnya proses perizinan hotel dan peluang

untuk membangun hotel di Kota Denpasar.

Dalam kenyataannya, pengusaha city hotel menawarkan harga sewa kamar

semurah-murahnya, hingga sama dengan harga sewa hotel melati. Kondisi ini

menyebabkan keberadaan hotel melati semakin terpinggirkan. Hal ini tentu tidak

sesuai dengan teori penawaran yang berlaku secara umum. Biasanya bila

pengusaha hotel ingin meningkatkan pendapatan, seharusnya harga sewa kamar

akan ditawarkan setinggi-tingginya guna menarik keuntungan yang maksimal.

Saat ini semua hotel berlomba-lomba menawarkan harga sewa yang murah

sehingga hukum permintaan berlaku sesuai dengan teori yakni harga sewa kamar

hotel yang murah telah menarik minat para tamu.

Page 52: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

30

2.3.2 Teori Dampak Pariwisata

Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas

dimana aktivitas tersebut bisa bersifat alamiah, berupa kimia, fisik maupun

biologi, dapat pula dilakukan oleh manusia berupa analisis dampak lingkungan,

pembangunan dan perencanaan. Adapun dampak tersebut dapat bersifat biofisik,

sosial, ekonomi dan budaya.

Pertumbuhan industri pariwisata telah menjadi kontributor utama

peningkatan aktivitas ekonomi di Amerika Serikat dan seluruh dunia, namun

dampak yang muncul akibat pertumbuhan tersebut belum banyak dipahami

(Kreag, 2010). Dampak pariwisata sering digunakan sebagai suatu kerangka pikir

oleh para sarjana untuk membahas tentang dampak pariwisata di berbagai belahan

dunia seperti Glen Kreag dalam bukunya The Impact of Tourism ( 2010) dan Peter

Mason dalam bukunya Tourism Impacts, Planning and Management (2003).

Salah satunya adalah Erik Cohen (dalam Pitana, 2005:109) menyebutkan

dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat

dikategorikan menjadi delapan kelompok besar yaitu: dampak terhadap

penerimaan devisa, pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, harga-harga,

distribusi manfaat/keuntungan, kepemilikan dan kontrol, pembangunan pada

umumnya serta pendapatan pemerintah.

Dampak pariwisata tidak saja mengenai aspek sosial ekonomi namun juga

banyak diulas mengenai sosial budaya dan lingkungan dengan melihat dari sisi

positif dan negatif yang ditimbulkan. Berbagai kajian studi lapangan

menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata pada suatu daerah mampu

Page 53: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

31

memberikan dampak-dampak positif seperti yang diharapkan seperti peningkatan

pendapatan masyarakat, penerimaan devisa, kesempatan kerja dan peluang usaha

(Pitana, 2005:110). Demikian pula halnya dengan dampak negatif yang

ditimbulkan dari pembangunan pariwisata seperti kesenjangan pendapatan antar-

kelompok masyarakat ataupun ketimpangan antar-daerah.

Pesatnya pembangunan sarana akomodasi pariwisata di Kota Denpasar juga

telah menimbulkan dampak baik positif maupun negatif dan memberikan dampak

sosial ekonomi, sosial budaya dan lingkungan terhadap seluruh komponen yakni

pengusaha, masyarakat dan Pemerintah.

City hotel yang berlokasi di tengah kota, dengan bangunan modern, fasilitas

yang sekelas hotel bintang 2 ditawarkan dengan harga sewa kamar setara dengan

harga sewa kamar hotel kelas non bintang atau hotel melati. Beberapa city hotel

dikelola oleh manajemen yang mempunyai jaringan nasional bahkan

internasional, sedangkan hotel melati kebanyakan dikelola oleh pengusah lokal

dengan lingkup pemasaran terbatas. Perkembangan city hotel ini sudah mulai

meresahkan karena menimbulkan persaingan harga yang tidak sehat.

Sebagaimana sebuah pembangunan tentunya akan menimbulkan dampak

baik positif maupun negatif. Dampak positif dimaksudkan sebagai dampak yang

memang diharapkan akan terjadi akibat sebuah pembangunan dan memberikan

manfaat yang berguna bagi lingkungan di sekelilingnya. Sedangkan dampak

negatif dimaksudkan sebagai dampak yang tidak memberikan manfaat bagi

lingkungan dan tidak diharapkan terjadi.

Page 54: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

32

Untuk itu mengidentifikasi dampak akibat perkembangan city hotel di Kota

Denpasar terhadap usaha hotel melati dan city hotel itu sendiri merupakan langkah

yang sangat penting agar perkembangan city hotel dapat dikendalikan dan hotel

melati tetap mendapatkan bagian dari pembangunan pariwisata di Kota Denpasar.

Faktor dampak yang diteliti adalah harga sewa kamar, jumlah tamu yang

menginap, tingkat hunian kamar perbulan, pendapatan hotel, lama tinggal dan

jenis tamu yang menginap. Dari Faktor tersebut dapat diidentifikasi dampak

terhadap hotel melati akibat perkembangan city hotel di Kota Denpasar. Hasil

identifikasi dampak ini akan digunakan sebagai bahan masukan dalam

penyusunan kebijakan dalam rangka mengendalikan perkembangan city hotel di

Kota Denpasar. Maksud dari penyusunan kebijakan adalah untuk memecahkan

masalah yang terjadi akibat perkembangan city hotel yang menimbulkan

persaingan tidak sehat antar pengusaha hotel di Kota Denpasar.

Pengusaha hotel dan masyarakat tentu sangat mengharapkan kebijakan

yang akan disusun dapat memberikan manfaat baik secara ekonomi, sosial dan

lingkungan. Maka dari itu, teori dampak ini digunakan untuk mengidentifikasi

dampak yang terjadi akibat perkembangan city hotel. Identifikasi dilakukan

kepada pengusaha hotel melati, pengusaha city hotel, wisatawan, asosiasi

perhotelan dan Pemerintahan. Hasil identifikasi tersebut akan diformulasikan

menjadi masukan untuk penyusunan suatu kebijakan dalam rangka penataan

pembangunan city hotel di Kota Denpasar.

Page 55: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

33

2.3.3 Teori Kebijakan Kepariwisataan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memaknai arti kebijakan adalah

pedoman untuk bertindak. Pedoman itu dapat sederhana ataupun kompleks,

bersifat umum atau khusus, luas ataupun sempit, publik atau privat. Kebijakan

dapat berupa suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah

tindakan tertentu,suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu, atau suatu

rencana (Wahab, 2014:9). Dalam arti sederhana, kebijakan adalah suatu tindakan

yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh seorang aktor atau

sejumlah aktor berkenaan dengan suatu masalah atau persoalan tertentu. Don K.

Price menyebutkan bahwa proses pembuatan kebijakan yang bertanggungjawab

ialah proses yang melibatkan interaksi antara kelompok-kelompok ilmuwan,

pemimpin-pemimpin organisasi profesional, para administrator dan para politisi

(Wahab, 2014:72).

Sedangkan yang dimaksud dengan kebijakan kepariwisataan yang

dikemukakan oleh ahli-ahli pariwisata, Goeldner dan Ritchie (2006)

mendefinisikan kebijakan pariwisata sebagai regulasi, aturan, pedoman, arah, dan

sasaran pembangunan ataupun promosi serta strategi yang memberikan kerangka

dalam pengambilan keputusan individu maupun kolektif yang secara langsung

mempengaruhi pengembangan pariwisata dalam jangka panjang dan sekaligus

kegiatan sehari-hari yang berlangsung di suatu destinasi. (http://tentangpariwisata.

blogspot.com/2010/12/apa-itu-kebijakan kepariwisataan.html)

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tak ada masyarakat yang

terbebas dari Isu. Pengertian Isu dalam hal ini adalah suatu kondisi atau situasi

Page 56: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

34

yang menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat sehingga

membutuhkan solusi yang segera. Salah satunya adalah isu kebijakan publik

(Wahab, 2014: 96-99). Isu kebijakan publik akan terus bergulir dan dinamis

seiiring dengan perkembangan masyarakat dan budaya politik suatu daerah.

Makin kompleks suatu masyarakat suatu daerah, makin kompleks masalah yang

dihadapi demikian juga halnya dengan jenis isu yang berkembang. Maka dari itu,

respon yang diberikan oleh masyarakat suatu daerah terhadap jenis isu yang

berkembang akan berbeda dengan daerah lainnya.

Demikian pula halnya dengan isu yang berkembang saat ini di Kota

Denpasar adalah maraknya pembangunan city hotel di Kota Denpasar, yang

menimbulkan kekhawatiran di berbagai kalangan baik masyarakat maupun

pengusaha hotel melati. Muncul berbagai respon terhadap isu tersebut antara lain

agar Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap

pembangunan city hotel sehingga tidak menambah kemacetan lalu lintas di daerah

tertentu, selain itu juga adanya usulan agar Pemerintah menyusun kebijakan untuk

mengatur pembangunan sarana akomodasi secara merata di seluruh wilayah Kota

Denpasar, serta menetapkan standarisasi harga sewa kamar untuk menghindari

persaingan yang kurang sehat.

Pemerintah Kota Denpasar telah mengatur pembangunan fasilitas

pariwisata khususnya bidang usaha penyediaan akomodasi dengan menetapkan

beberapa peraturan antara lain: Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 24

Tahun 2001 tentang Usaha Hotel Melati, Peraturan Daerah Kota Denpasar

Nomor 9 Tahun 2002 tentang Usaha Pondok Wisata, Peraturan Wali Kota

Page 57: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

35

Denpasar Nomor 31 tahun 2007 tentang Usaha Hotel Berbintang, Peraturan Wali

Kota Denpasar Nomor 42 Tahun 2007 tentang Bangunan Condominum Hotel

(Condotel), Peraturan Wali Kota Denpasar Nomor 24 Tahun 2013 tentang

Tanda Daftar Usaha Pariwisata.

Kebijakan-kebijakan tersebut di atas disusun sesuai dengan perkembangan usaha

penyediaan akomodasi yang terjadi saat itu. Bisnis usaha penyediaan akomodasai

sangat dinamis, untuk itu kebijakan usaha pariwisata harus selalu diperbaharui

untuk memberikan kepastian hukum kepada para pengusaha dan mencapai sasaran

pembangunan kepariwisataan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam Undang-undang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009, Bab VIII,

Pasal 30 disebutkan Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai beberapa

kewenangan antara lain: menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan

kepariwisataan kabupaten/ kota, melaksanakan pendaftaran, pencatatan dan

pendataan pendaftaran usaha pariwisata, dan mengatur penyelenggaraan dan

pengelolaan kepariwisataan di wilayahnya. Dengan kewenangan yang disebutkan

di atas, Pemerintah Kota Denpasar berkewajiban untuk menyiapkan aturan yang

digunakan sebagai pedoman dalam mengatur dan mengelola kepariwisataan di

Kota Denpasar antara lain menyusun Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah Kota Denpasar (RIPPARDA) dan pengaturan

pembangunan sarana akomodasi yang dalam hal ini city hotel.

Dalam teori kebijakan disebutkan tahapan penyusunan suatu kebijakan

yaitu diawali dengan adanya isu yang sedang berkembang dengan kriteria tertentu.

Isu dapat menjadi kebijakan publik bila isu tidak dapat diabaikan, menimbulkan

Page 58: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

36

dampak yang luas, mendapatkan dukungan dari orang banyak melalui media

massa dan isu tersebut dianggap persoalan yang fashionable, sulit dijelaskan

namun dirasakan kehadirannya (Wahab, 2014:102-103).

Teori kebijakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah difokuskan

kepada kebijakan kepariwisataan terhadap penataan sarana akomodasi di Kota

Denpasar dengan isu berkembangnya city hotel di Kota Denpasar. Meskipun isu

ini hanya berkembang di kalangan pengusaha perhotelan namun topik ini gencar

diberitakan melalui media massa dan disuarakan oleh anggota DPRD Kota

Denpasar dan Pengurus Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI).

Teori kebijakan ini akan digunakan untuk menganalisis dampak berkembangnya

city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar dengan faktor harga sewa

kamar, tingkat hunian hotel, jumlah tamu menginap, pendapatan hotel, lama

tinggal tamu dan jenis tamu. Dengan faktor tersebut dapat diketahui apakah

dampak yang terjadi dapat sebagai pertimbangan dalam penyusunan kebijakan

publik dalam pengaturan dan pengendalian pembangunan city hotel di Kota

Denpasar .

2.4 Model Penelitian

Dalam alur pikir di bawah tergambar pesatnya perkembangan pariwisata

Kota Denpasar diikuti dengan meningkatnya sarana akomodasi. Ketersediaan

sarana akomodasi di Kota Denpasar setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Penambahan jumlah sarana akomodasi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah

tamu yang menginap di Kota Denpasar. Ada empat jenis usaha sarana akomodasi

yang telah diatur dengan peraturan di Kota Denpasar, antara lain : usaha hotel

Page 59: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

37

melati, hotel bintang, pondok wisata dan condominium hotel (condotel). Saat ini

ada jenis sarana akomodasi yang sedang berkembang di Kota Denpasar, yang

dikenal dengan sebutan city hotel. Ciri-ciri city hotel yang paling menarik

perhatian adalah lokasinya di pusat kota, bentuk bangunannya modern minimalis

dengan fasilitas sekelas hotel bintang. Masalah mulai timbul ketika city hotel

menawarkan harga sewa kamar yang tidak jauh berbeda dengan harga sewa kamar

hotel melati. Persaingan harga sewa kamar ini dikhawatirkan tidak saja

mempengaruhi kelangsungan usaha hotel melati, tetapi juga akan berpengaruh

terhadap city hotel itu sendiri. Selain persaingan harga sewa kamar, pembangunan

city hotel yang tidak terkendali dapat mengancam daya dukung alam Kota

Denpasar sebagai sebuah destinasi. Dari poin-poin tersebut di atas ditetapkan

tiga rumusan masalah yang akan diteliti yaitu faktor-faktor penyebab

berkembangnya city hotel di Kota Denpasar, dampak perkembangan city hotel

terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar, persaingan dan strategi bisnis city

hotel serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar.

Ketiga rumusan masalah tersebut dibatasi oleh konsep city hotel dan hotel

melati terhadap topik yang dibahas dengan tiga teori untuk menganalisis masalah

tersebut antara lain teori penawaran dan permintaan, teori dampak dan teori

kebijakan pariwisata.

Teori penawaran dan permintaan digunakan untuk menjawab rumusan

pertama dan ketiga yaitu faktor-faktor penyebab terjadinya perkembangan city

hotel, persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap

strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar dengan menggunakan kuisioner.

Page 60: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

38

Faktor yang digunakan adalah harga sewa kamar, fasilitas dan lokasi hotel yang

ditawarkan, tingkat hunian hotel, dan lama tinggal tamu serta pengelolaan hotel.

Penelitian dilakukan terhadap pengusaha city hotel, hotel melati dan tamu di

kedua hotel tersebut. Dari faktor-faktor tersebut dapat diketahui penyebab

berkembangnya city hotel, persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta

pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar.

Teori dampak digunakan untuk menjawab rumusan kedua dan ketiga yakni

dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati dan persaingan

antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap hotel melati. Faktor dampak yang

diteliti adalah harga sewa kamar, jumlah tamu yang menginap, tingkat hunian

kamar, pendapatan hotel, lama tinggal dan jenis tamu yang menginap dan promosi

yang dilakukan. Penelitian akan dilakukan dengan mewawancarai pengusaha hotel

melati dan city hotel menggunakan kuisioner. Dengan faktor tersebut dapat

diketahui dampak positif dan negatif perkembangan city hotel terhadap usaha

hotel melati dan city hotel.

Kepada Pemerintah dilakukan wawancara dengan faktor-faktor, data

kepariwisataan bidang sarana akomodasi, perencanaan penataan sarana akomodasi

dan kebijakan tentang sarana akomodasi. Dari faktor tersebut dapat ditemukan

kondisi secara umum dan khusus mengenai penataan sarana akomodasi di Kota

Denpasar dan dampaknya terhadap usaha hotel melati dan antar-city hotel.

Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner ini berisi pedoman

wawancara untuk mendapatkan data mendalam dari informan.

Page 61: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

39

Untuk mengetahui data kepariwisataan terkait sarana akomodasi, klasifikasi kelas

city hotel yang berkembang, keterlibatan Asosiasi dalam penataan sarana

akomodasi di Kota Denpasar serta kondisi bisnis hotel di Kota Denpasar

wawancara dilakukan kepada Pengurus PHRI dan ASITA.

Teori kebijakan kepariwisataan digunakan untuk menjawab rumusan

masalah kedua mengenai dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel

melati dan antar-city hotel di Kota Denpasar. Penelitian dilakukan kepada

pengusaha city hotel dan melati dengan faktor harga sewa kamar, tingkat hunian

hotel, jumlah tamu menginap, pendapatan hotel, lama tinggal tamu dan jenis tamu.

Kepada Pemerintah, Asosiasi Perhotelan dan Biro Perjalanan Wisata dilakukan

wawancara dengan faktor antara lain menganalisa kebijakan sarana akomodasi

yang sudah ada, serta dampak-dampak yang diakibatkan oleh perkembangan city

hotel terhadap usaha hotel melati, persaingan dan strategi bisnis city hotel serta

pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar. Dengan

faktor tersebut dapat diketahui apakah rumusan dampak yang terjadi akibat

perkembangan city hotel tersebut dapat sebagai pertimbangan ataupun masukan

untuk menyusun kebijakan publik dalam pengaturan dan pengendalian

pembangunan city hotel di Kota Denpasar .

Page 62: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

40

Gambar 2.1

Model Penelitian

Dampak

Perkembangan

City Hotel

di Kota Denpasar

Pariwisata Kota Denpasar

Faktor-faktor penyebab

berkembanganya city

hotel di Kota Denpasar

Dampak perkembangan

city hotel terhadap usaha

hotel melati di Kota

Denpasar

Konsep

1. City Hotel

2. Hotel Melati

Teori

1. Teori Penawaran

dan Permintaan

2. Teori Dampak

Pariwisata

3. Teori Kebijakan

Kepariwisataan

Simpulan/ Saran

Persaingan dan strategi

bisnis antar-city hotel

serta pengaruhnya

terhadap strategi bisnis

hotel melati di Kota

Denpasar

City Hotel Hotel Melati

Page 63: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan. Sugiyono (2010, 8)

menjelaskan ada dua jenis metode penelitian yaitu metode kuantitatif dan metode

penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan metode penelitian kuantitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif atau statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan. Sedangkan pengertian metode penelitian kualitatif adalah

penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah, instrumennya adalah

peneliti itu sendiri dengan teknik pengumpulan data bersifat triangulasi dan

analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta yang ditemukan

dilapangan.

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif karena objek yang diteliti merupakan suatu realitas yang tidak dapat

dilihat secara parsial, objek yang bersifat dinamis, hasil konstruksi pemikiran

dan interpretasi terhadap gejala yang diamati harus secara utuh dan menyeluruh

(holistik), karena semua komponen yang ada dalam rangkaian penelitian tersebut

saling terhubung satu sama lain (Sugiyono, 2010:10). Penelitian ini digunakan

untuk melihat dampak akibat berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel

Page 64: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

42

melati di Kota Denpasar dengan melakukan melakukan pengamatan, wawancara

dan dokumentasi.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap 6 city hotel kelas bintang dan 13 hotel melati

di empat kecamatan di Kota Denpasar kecuali Sanur. Hal ini dilakukan karena

hotel-hotel di Sanur telah memiliki pangsa pasar sendiri yakni wisatawan

mancanegara lanjut usia yang telah mengunjungi Bali beberapa kali (repeater)

dengan tata bangunan yang berbeda semacam vila.

Penelitian dilakukan pada saat masa liburan yang bertepatan dengan libur

hari raya Imlek pada bulan Februari 2015 ataupun sekitar bulan Maret 2015 yang

bertepatan dengan tengah semester anak-anak sekolah. Penelitian juga dilakukan

pada saat bukan masa liburan sebagai perbandingan tingkat hunian kamar pada

saat peak season dan low season.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang dicari adalah data kualitatif dan kuantitatif. Yang dimaksud

dengan data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat

dan gambar. Data kualitatif pada penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor

penyebab berkembangnya city hotel, dampak yang muncul akibat berkembangnya

city hotel, persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta pengaruhnya

terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar.

Page 65: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

43

Gambar 3.2

Lokasi Penelitian

Adapun faktor-faktor yang diteliti untuk mengidentifikasi faktor-faktor

penyebab berkembangnya city hotel, dampak yang terjadi, persaingan dan strategi

bisnis antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di

Kota Denpasar adalah harga sewa kamar, tingkat hunian hotel, pendapatan hotel,

lama tinggal tamu, lokasi hotel, fasilitas yang ditawarkan, dan pengelolaan hotel.

Page 66: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

44

Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data kepariwisataan seperti

mengenai jumlah hotel berbintang dan non bintang di Kota Denpasar, jumlah

kunjungan wisatawan dan data pendukung lainnya.

3.3.2 Sumber Data

Ada dua jenis sumber data yaitu sumber data yang bersifat primer dan

sekunder. Data primer adalah informasi yang diperoleh dari sumber-sumber

primer yakni yang asli, informasi dari tangan pertama atau responden

(Wardiyanta, 2006:28). Dalam penelitian ini, data primer yang didapat dari hasil

wawancara dan observasi terhadap pengusaha hotel melati, pengusaha city hotel,

tamu dari kedua hotel, asosiasi perhotelan, asosiasi biro perjalanan wisata dan

Pemerintah.

Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari

informan, tetapi dari pihak ketiga, yakni data-data yang berasal dari dokumen–

dokumen yang ada di wilayah tersebut maupun di perpustakaan. Data sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kepariwisataan Kota Denpasar

yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Denpasar, Provinsi Bali ataupun Badan

Pusat Statistik ataupun peraturan-peraturan tentang sarana akomodasi yang

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kota Denpasar.

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2010:222). Peneliti sebagai instrumen, harus

memiliki pemahaman mengenai metode penelitian kualitatif, penguasaan

wawasan terhadap bidang yang diteliti dan obyek yang diteliti baik secara

Page 67: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

45

akademik ataupun logistiknya dalam melakukan penelitan di lapangan. Dalam

meneliti peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan

menggunakan kuisioner.

Kuisioner ini berisi pedoman wawancara untuk mendapatkan data

mendalam dari infoman untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya

berkembangnya city hotel, dampak yang ditimbulkan akibat perekembangan city

hotel terhadap usaha hotel melati dan persaingan serta strategi bisnis antar-city

hotel di Kota Denpasar. Kuisioner ini diberikan kepada pengusaha hotel melati,

pengusaha city hotel, dan tamu di kedua hotel tersebut. pemerintah selaku

pemegang kebijakan, pengurus Asosiasi Perhotelan (PHRI) Kota Denpasar dan

ASITA Bali.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data

antara lain :

1) Observasi, adalah pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui

kelayakan suatu permasalahan untuk diteliti. Suatu permasalahan layak

diteliti apabila tersedianya data, informasi dan referensi yang memadai.

Permasalahan mengenai city hotel memang sedang hangat diperbincangkan

di kalangan pengusaha dan asosiasi perhotelan, mereka menuntut agar

pemerintah menyiapkan ketentuan agar perkembangan city hotel terkendali.

Untuk itu perlu diobservasi mengenai kondisi yang terjadi di lapangan

mengenai perkembangan city hotel di Kota Denpasar.

Page 68: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

46

2) Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam

dari berbagai pihak yang berkorelasai dengan penelitian yang dilakukan.

Dengan melakukan wawancara diperoleh data yang dapat menunjukkan

faktor-faktor penyebab, dampak-dampak yang timbul akibat

berkembangnya city hotel, persaingan dan startegi bisnis antar-city hotel

serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar.

Dalam penelitian ada beberapa sumber informasi primer yang diwawancarai

antara lain:

a. Wawancara dengan pengusaha city hotel, hotel melati dan tamu kedua

hotel untuk mengetahui faktor-faktor penyebab berkembangnya city

hotel, di Kota Denpasar, persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel

serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar.

Pedoman wawancara dengan faktor harga sewa kamar, fasilitas yang

ditawarkan, lokasi hotel, pengelolaan hotel, tingkat hunian hotel, lama

tinggal tamu dan jenis tamu berdasarkan teori permintaan dan

penawaran. Khusus untuk pengusaha hotel melati diwawancarai

mengenai dampak berkembangnya city hotel dengan faktor harga sewa

kamar, jumlah tamu yang menginap, tingkat hunian kamar perbulan,

pendapatan hotel, lama tinggal, jenis tamu yang menginap dan promosi

yang dilakukan.

b. Wawancara juga dilakukan dengan Pemerintah dalam hal ini pejabat dan

staf pada Dinas Pariwisata, Badan Pelayanan Perijinan Satu Pintu dan

Penanaman Modal, Bagian Hukum dan di Kecamatan di Kota Denpasar.

Page 69: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

47

Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui dampak perkembangan city

hotel di Kota Denpasar dengan faktor permohonan perizinan untuk

pembangunan hotel, data kepariwisataan bidang sarana akomodasi,

perencanaan penataan sarana akomodasi dan kebijakan tentang sarana

akomodasi. Selain untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan, juga

untuk mengetahui mengenai kebijakan pemerintah tentang penataan

sarana akomodasi di Kota Denpasar.

c. Wawancara dilakukan dengan Pengurus Asosiasi Perhotelan (PHRI)

Kota Denpasar dan Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (ASITA) Daerah

Bali untuk mengetahui data kepariwisataan terkait sarana akomodasi,

klasifikasi kelas city hotel yang berkembang dan keterlibatan Asosiasi

dalam penataan sarana akomodasi di Kota Denpasar. Faktor tersebut

untuk mengetahui dampak yang terjadi.

3) Dokumentasi. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ada

pada instansi pemerintah mengenai data statistik kepariwisataan, peraturan

maupun data lainnya yang dapat ditemukan di literatur ataupun di internet.

3.6 Teknik Penentuan Sampel

Dalam penelitian kualitatif obyek penelitian disebut sampel. Sampel adalah

sebagian dari populasi dan merupakan informan dalam penelitian. Pengambilan

sampel dilakukan secara random (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini

penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yang mengambil

sumber data dengan pertimbangan tertentu yang dianggap mengetahui tentang apa

yang sedang diteliti.

Page 70: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

48

Dalam penelitian ini diwawancarai pengelola hotel untuk mendapatkan

informasi mengenai faktor-faktor penyebab berkembangnya city hotel di Kota

Denpasar, dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota

Denpasar , persaingan dan strategi bisnis antar city hotel serta pengaruhnya

terhadap strategi bisni hotel melati di Kota Denpasar. Pengelola berasal dari 19

hotel di Kota Denpasar yang berada di 4 kecamatan. Pemilihan hotel-hotel ini

berdasarkan perkembangan hotel yang ada di wilayah Kecamatan dan untuk

menjaring informasi serinci mungkin tentang city hotel dan hotel melati.

Selain itu wawancara dilakukan kepada pejabat pemerintah Kecamatan,

Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Badan Pelayanan Perijinan Satu Pintu dan

Penanaman Modal Kota Denpasar, Bagian Hukum Setda Kota Denpasar,

Pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Denpasar dan

Pengurus ASITA Bali (Asosiasi Biro Perjalanan Wisata). Wawancara dilakukan

untuk mengetahui mengenai perkembangan sarana akomodasi, proses perizinan

dan kebijakan kepariwisataan serta dampak perkembangan sarana akomodasi di

Kota Denpasar.

3.7 Teknik Analisis Data

Sehubungan dengan rancangan penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif maka dalam menganalisis data digunakan secara deskriptif

kualitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis induktif,

karena penelitian dimulai dari observasi untuk mengidentifikasi faktor-faktor

penyebab berkembangnya city hotel di Kota Denpasar. Observasi dilakukan

kepada tamu di kedua hotel dan pengusaha city hotel. Kemudian dilanjutkan

Page 71: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

49

dengan menganalisa dampak berkembangnya city hotel terhadap hotel melati dan

persaingan serta strategi bisnis antar-city hotel di Kota Denpasar.

Hasil wawancara dengan pengusaha hotel melati dan city hotel mengenai

harga sewa kamar, tingkat hunian kamar, lama tinggal tamu, lokasi hotel, fasilitas

yang ditawarkan, promosi yang dilakukan, pendapatan hotel, pengelolaan hotel

dan jenis tamu yang menginap. Analisis tersebut dilanjutkan dalam penyajian data

hingga penafsiran untuk mendapatkan simpulan dalam hal ini rekomendasi yang

diberikan kepada Pemerintah Kota Denpasar dalam rangka pengendalian

perkembangan city hotel di Kota Denpasar dan memberikan masukan guna

menyusun kebijakan yang mengatur pembangunan city hotel di Kota Denpasar.

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data dilakukan secara formal dalam bentuk naratif,

gambar, tabel ataupun grafik. Penyajian data dalam bentuk naratif untuk

menyampaikan temuan faktor–faktor penyebab berkembangnya city hotel di Kota

Denpasar dan menganalisis hasil wawancara yang didapat mengenai dampak

perkembangan city hotel, persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta

pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar berupa harga

sewa kamar, jumlah tingkat hunian kamar, lama tinggal tamu, lokasi hotel,

fasilitas yang ditawarkan, promosi yang dilakukan, pendapatan hotel, pengelolaan

hotel dan jenis tamu menginap.

Dari hasil analisa tersebut disusun mengenai kondisi yang terjadi di

lapangan akibat berkembangnya city hotel di Kota Denpasar untuk menjadi

rekomendasi kepada Pemerintah Kota Denpasar dalam mengendalikan

Page 72: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

50

perkembangan city hotel. Saran kepada pengelola hotel melati dan city hotel

untuk dapat menjaga kualitas dan harmonisasi bisnis hotel di Kota Denpasar

dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015.

Page 73: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

51

BAB IV

PERKEMBANGAN INDUSTRI KEPARIWISATAAN

KOTA DENPASAR

Bab ini memaparkan secara ringkas perkembangan kota dan industri

kepariwisataan di Denpasar untuk memberikan latar belakang pada pembahasan

bab-bab selanjutnya (Bab V, VI, VII). Dengan menyajikan informasi historis

perkembangan kota dan hotel di Denpasar, pemahaman atas situasi bisnis

perhotelan di Denpasar dewasa ini bisa dipahami secara lebih komprehensif.

Artinya bahwa hotel-hotel yang menjamur di Denpasar sekarang bukanlah terjadi

dengan tiba-tiba tetapi memiliki sejarah yang cukup panjang bahkan sejak zaman

kolonial.

Sebelum memaparkan perkembangan hotel di Denpasar, uraian akan diawali

dengan pemaparan ringkas tentang kota Denpasar yang bersumber dari Buku

Selayang Pandang Kota Denpasar 2014 dan Dokumen Rencana Kerja

Pembangunan Daerah Kota Dennpasar Tahun 2015.

4.1 Perkembangan Kota Denpasar

Sebelum menjadi ibu kota Provinsi Bali mulai 1958, Denpasar memiliki

sejarah yang cukup panjang. Nama Denpasar telah dikenal sejak tahun 1788 yang

ditandai dengan berdirinya Puri Denpasar sebagai ibu kota Kerajaan Badung yang

diperintah oleh Raja I Gusti Made Ngurah. Kota Denpasar pada zaman itu, bukan

hanya menjadi pusat kerajaan, juga menjadi Pusat Pemerintahan Kabupaten

Daerah Tingkat II Badung. Perkembangan Kota Denpasar tidak terhenti hanya

Page 74: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

52

menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Badung namun pada tahun 1958, Kota

Denpasar ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

Setelah ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Daerah Tingkat I

Bali, kemajuan pembangunan ekonomi, fisik dan sosial budaya di Kota Denpasar

semakin pesat. Sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Badung dan Provinsi Bali,

telah menimbulkan dampak. Dampak positif yang terjadi berupa peningkatan

perekonomian masyarakat, karena Kota Denpasar menjadi pusat perdagangan dan

jasa sehingga banyak pebisnis yang datang untuk melakukan bisnis serta

menanamkan modalnya. Selain menjadi pusat perdagangan dan jasa, Kota

Denpasar juga dikembangkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Bali.

Dengan menawarkan sejumlah daya tarik wisata berupa kegiatan-kegiatan seni

budaya dan berbagai tempat bersejarah, Kota Denpasar bersiap diri dalam

menyambut kunjungan wisatawan dengan memenuhi segala fasilitas dan layanan

yang diperlukan wisatawan selama di Kota Denpasar.

Perkembangan Kota Denpasar juga menimbulkan dampak negatif, seperti

pemukiman padat karena pertumbuhan penduduknya, kemacetan lalu lintas akibat

bertambahnya pengguna jalan sehingga jalan terlihat semakin sempit. Kondisi

tersebut, merupakan kondisi perkotaan pada umumnya yang memerlukan

penanganan khusus agar permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan menyelesaikan

permasalahan secara mandiri, Kota Denpasar ditingkatkan menjadi Kota

Administratif pada tahun 1978 (Selayang Pandang Kota Denpasar 2014).

Page 75: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

53

Dari tahun ke tahun perkembangan Kota Denpasar semakin pesat sehingga

kota Denpasar diusulkan menjadi Pemerintah Kotamadya Denpasar pada tahun

1992. Tujuannya adalah agar memiliki otonomi dalam menangani permasalahan

yang timbul. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah telah mengubah Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar

menjadi Kota Denpasar sampai saat ini (Selayang Pandang Kota Denpasar 2014).

Jumlah Penduduk Kota Denpasar setiap tahunnya terus bertambah, tercatat

dari tahun 2011 sebanyak 629.588 orang, pada tahun 2012 meningkat menjadi

679.979 orang dan pada tahun 2013 berjumlah 708.488 orang. Hal ini disebabkan

penambahan penduduk secara alami dan tingginya migrasi penduduk. Jumlah

penduduk dan tingkat kepadatan di setiap kecamatan hampir merata. Bila dilihat

dari luas wilayah per kecamatan, jumlah penduduk di Kecamatan Denpasar Barat

termasuk padat karena dengan luas sekitar 24,13 km2, wilayah tersebut dihuni

oleh sekitar 2014.249 orang dengan kepadatan 7,541 jiwa/km2. Sedangkan

Kecamatan Denpasar Selatan dengan luas wilayah terbesar sekitar 49,99 km2.

dihuni oleh 192.890 orang dengan kepadatan 3.423 jiwa/km2 (Rencana Kerja

Pembangunan Daerah Kota Denpasar Tahun 2015)

4.2 Sarana dan Prasarana di Kota Denpasar

Untuk mendukung pembangunan di Kota Denpasar perlu adanya

ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai guna menunjang perkembangan

berbagai sektor. Ketersediaan sarana dan prasarana meliputi ketersediaan jalan

umum, moda transpotrasi, drainase, air bersih, kesehatan dan daerah pemukiman

serta fasilitas umum lainnya. Kota Denpasar bukan saja sebagai pusat

Page 76: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

54

pemerintahan namun juga sebagai salah satu destinasi di Bali perlu

memperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana guna meningkatkan jumlah

kunjungan wisatawan.

Ketersediaan jalan umum yang memadai, terutama jalan yang menuju ke

objek-objek wisata di sekitar Kota Denpasar perlu disiapkan dengan baik.

Meskipun objek-objek wisata berada di pusat kota namun dengan padatnya lalu

lintas di jalan raya akibat semakin meningkatnya penduduk dan kendaraan

bermotor menyebabkan jalan umum di Kota Denpasar terasa semakin sempit.

Tingginya peningkatan jumlah kendaraan tidak sebanding dengan pertambahan

ruas jalan sehingga melebihi daya tampung jalan. Pertumbuhan kendaraan per

tahun mencapai 14 persen sedangkan pertambahan panjang jalan hanya 3,6 persen

per tahun (Selayang Pandang Kota Denpasar 2014).

Sebagai sebuah daerah tujuan wisata, Kota Denpasar perlu menyiapkan

moda transportasi umum yang nyaman bagi masyarakat ataupun wisatawan untuk

mengurangi kendaraan pribadi. Kondisi lalu lintas saat ini sangat padat, karena

penduduk Kota Denpasar masih merasa lebih nyaman dengan menggunakan

kendaraan pribadi.

Moda transportasi umum saat ini yang masih beroperasi adalah taksi dan

bemo meskipun hanya pada jalur tertentu. Mulai tahun 2011 Pemerintah Provinsi

Bali telah menyediakan Bus Trans Sarbagita guna mengajak masyarakat mulai

menggunakan angkutan umum yang nyaman dan murah. Bus Trans Sarbagita

mempunyai 17 trayek utama dan 36 trayek feeder. Bus Trans Sarbagita disediakan

sebagai angkutan umum untuk masyarakat di sekitar Denpasar, Badung, Gianyar

Page 77: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

55

dan Tabanan dalam sistem jaringan pelayanan terpadu antar wilayah. Meskipun

belum mencakup ke seluruh wilayah Sarbagita, namun moda transportasi umum

semacam ini perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan agar dapat menekan

jumlah kendaraan pribadi di jalan raya.

Pembangunan fisik di Kota Denpasar semakin tinggi baik pembangunan

sarana perdagangan ataupun pemukiman. Padatnya pembangunan menimbulkan

berbagai masalah, seperti terganggunya sistem drainase dan menumbuhkan daerah

genangan. Pada musim kemarau, tidak tampak adanya masalah berarti dengan

sistem drainase, namun ketika musim hujan tiba, di beberapa wilayah padat

pembangunan seringkali dilanda banjir. Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan begitu

saja, karena dapat menurunkan citra Kota Denpasar sebagai pusat bisnis ataupun

destinasi. Untuk itu, Kota Denpasar mulai membenahi sungai-sungai yang

berfungsi sebagai saluran utama drainase Kota Denpasar.

Kota Denpasar telah memiliki sarana kesehatan berupa 16 rumah sakit

pemerintah dan swasta dilengkapi dengan peralatan modern serta tenaga medis

professional dan handal. Selain rumah sakit, sarana kesehatan lainnya juga

tersedia di seluruh kecamatan serta memiliki kemampuan kegawatdaruratan dan

laboratorium. Ketersediaan sarana kesehatan di Kota Denpasar sangat penting

untuk menunjang kepariwisataan.

Kenyamanan dan keamanan wisatawan saat berada di sebuah destinasi

merupakan suatu keharusan. Pemerintah Kota Denpasar telah berupaya

membangun Pos Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (Save Community). Pos

Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (Save Community) bertujuan untuk

Page 78: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

56

melayani masyarakat dan wisatawan pada saat terjadi musibah kebakaran,

kecelakaan lalu lintas, banjir ataupun bencana alam lainnya.

Penataan ruang Kota Denpasar perlu dilakukan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah

Kota Denpasar dan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Penataan

ruang meliputi fungsi ruang dan bangunan. Pemanfaatan ruang di Kota Denpasar

untuk perumahan dan pemukiman mencapai 5.900 ha atau 46 persen dari luas

wilayah Kota Denpasar. Pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan kepadatan

pemukiman di beberapa kawasan dan munculnya pemukiman baru di beberapa

wilayah. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Denpasar sangat diperlukan

mengingat semakin padatnya penduduk dan diikuti pembangunan fisik. Ruang

Terbuka Hijau (RTH) bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan

pemandangan yang lebih leluasa kepada masyarakat dan wisatawan agar wajah

Kota Denpasar sebagai destinasi lebih tertata dan indah.

Para wisatawan yang berasal dari berbagai negara dan daerah di Indonesia

mengharapkan daerah tujuan wisata yang dikunjungi lebih baik dari negara

ataupun daerahnya. Meskipun pariwisata yang ditawarkan adalah pariwisata

budaya, namun kerapihan dan keindahan lingkungan Kota Denpasar dapat

memberikan kesan mendalam kepada para wisatawan.

4.3 Perkembangan Perekonomian Kota Denpasar

Kemajuan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari beberapa

indikator seperti laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

ataupun laju inflasi harga di suatu daerah. Pengertian Produk Domestik Regional

Page 79: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

57

Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi

ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga

berlaku maupun atas dasar harga konstan. Besar kecilnya Produk Domestik

Regional Bruto suatu daerah sangat tergantung pada potensi sumber ekonomi

yang dimiliki daerah tersebut.

Produk Domestik Regional Bruto Kota Denpasar setiap tahunnya

mengalami peningkatan. Tahun 2013 laju pertumbuhan PDRB Kota Denpasar

mencapai 6,54 persen dibandingkan tahun 2011 mencapai 6,77 persen dan 6,18

persen pada tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto Kota Denpasar

menduduki peringkat dua di Provinsi Bali setelah Kabupaten Badung. Kontribusi

terbesar dari PDRB Kota Denpasar bersumber dari sektor tersier yaitu bidang

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 74,86 persen (Statistik Daerah Kota

Denpasar 2014).

Pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar juga bersumber dari sektor tersier,

yaitu pariwisata. Peningkatan kunjungan wisatawan merupakan faktor penting

yang perlu terus diupayakan. Berbagai program disusun oleh Pemerintah Kota

Denpasar guna meningkatkan kualitas Kota Denpasar sebagai suatu daerah tujuan

wisata.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak saja dinilai dari PDRB yang

diperoleh, namun kestabilan inflasi merupakan hal penting. Kestabilan inflasi

merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, dan

pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 80: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

58

Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi

yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial,

ekonomi, masyarakat.2

Tingkat inflasi di Kota Denpasar pada tahun 2013 mencapai 5 persen

sampai 7 persen, capaian ini lebih tinggi dari tingkat ideal sekitar 4,5 persen

dengan deviasi + 1 persen berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

66/PMK.011/ 2012 tentang Sasaran Inflasi tahun 2013, 2014, dan 2015 tanggal 30

April 2012. Komoditas makanan dan pangan menjadi penyebab tingginya tingkat

inflasi di Kota Denpasar.

Bila diukur dari capaian kualitas hidup manusia yang disebut Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), capaian Indeks Pembangunan Manusia di Kota

Denpasar terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2013 Indeks

Pembangunan Manusia Kota Denpasar mencapai 79.41 merupakan capaian

tertinggi di Provinsi Bali.

Indeks Pembangunan Manusia diukur berdasarkan indeks gabungan terdiri

dari indeks kesehatan (Angka Harapan Hidup), indeks pendidikan (Angka Melek

Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah) dan indeks ekonomi (Tingkat Daya Beli

Penduduk). Meskipun tingkat Indeks Pembangunan Manusia terus meningkat

namun di Kota Denpasar masih dapat ditemukan keluarga miskin. Hal ini

merupakan dampak dari kenaikan tingkat inflasi yang tidak diikuti dengan

peningkatan pendapatan masyarakat dari golongan pendapatan rendah.

____________________________________

2 http://www.bi.go.id/id/moneter/ inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx-).

Page 81: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

59

Pertumbuhan ekonomi di Kota Denpasar menunjukkan ke arah positif,

dalam artian capaian PDRB dan IPM mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Kestabilan inflasi harus terus ditekan agar mencapai standar ideal, sehingga

standar hidup masyarakat tidak semakin menurun dan tidak menambah jumlah

kemiskinan di Kota Denpasar.

Posisi Kota Denpasar yang berada di tengah-tengah Pulau Bali

memberikan manfaat besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakatnya.

Selain itu, Kota Denpasar juga merupakan daerah pemasaran produk barang dan

jasa karena banyaknya jumlah penduduk dan kunjungan wisatawan. Untuk

menunjang pendistribusian barang, telah tersedia fasilitas berupa pelabuhan Benoa

yang berlokasi di Denpasar Selatan.

Selain itu, perdagangan dan jasa juga didukung dengan adanya 842 bank,

baik bank pemerintah ataupun swasta serta lembaga keuangan yang ada di Kota

Denpasar. Perkembangan ekonomi di Kota Denpasar juga ditunjang oleh kegiatan

ekspor. Pada tahun 2013 nilai ekspor mencapai $ 76 juta yang didominasi oleh

ekspor hasil kerajinan sebesar $ 71 juta (Selayang Pandang Kota Denpasar 2014).

Kondisi ini selaras dengan misi Kota Denpasar sebagai Kota Kreatif yang

mendorong masyarakatnya berinovasi dalam berkarya dengan mengedepankan

kearifan lokal yang diwujudkan dalam karya-karya seninya. Perekonomi di Kota

Denpasar menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun.

Pemerintah Kota Denpasar juga berupaya untuk menciptakan iklim dunia

usaha yang sehat demi mendorong perekonomian masyarakatnya. Pembangunan

ekonomi tidak saja dilihat dari tingginya transaksi perdagangan dan jasa juga

Page 82: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

60

dilihat dari adanya infrastruktur ataupun meningkatnya dana yang terhimpun oleh

bank, namun yang lebih penting lagi adalah meningkatnya pendapatan

masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat dapat terjadi bila adanya peluang

usaha dan lapangan kerja bagi penduduk Kota Denpasar yang semakin hari

semakin bertambah. Salah satu peluang usaha dan lapangan kerja adalah adanya

penanaman modal asing ataupun dalam negeri yang dilakukan di Kota Denpasar.

Lokasi yang strategis dengan infrastruktur yang memadai dapat menarik

minat para penanam modal untuk berinvestasi di Kota Denpasar. Dengan adanya

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pemerintah

Kota Denpasar sangat berpeluang untuk memberikan pelayanan kepada

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Meskipun izin PMA dan PMDN dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman

Modal RI di Jakarta, namun penanam modal harus menindaklanjuti dengan

perizinan-perizinan yang ada di daerah.

Pada tahun 2013 tercatat realisasi PMA di Kota Denpasar sebesar US$ 10

juta, sedangkan realisasi PMDN sebesar Rp. 2,9 triliun. Realisasi PMA dan

PMDN didominasi oleh sektor tersier yaitu bidang perdagangan, hotel dan

restoran. Besaran penanaman modal di Kota Denpasar sangat berpengaruh

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu Pemerintah Kota

Denpasar berkewajiban menjaga iklim investasi yang kondusif agar para penanam

modal merasa aman dalam menanamkan modalnya. Iklim investasi yang kondusif

dengan menjaga keamanan, memberikan pelayanan perizinan yang cepat dan tepat

dan menyediakan informasi lengkap mengenai potensi investasi yang ditawarkan.

Page 83: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

61

Meskipun investasi memberikan peluang usaha dan lapangan kerja serta

meningkatkan pendapatan asli daerah, namun pemerintah juga tetap

memperhatikan daya dukung Kota Denpasar. Sebagai contoh, investasi di bidang

perhotelan saat ini sudah menjamur sehingga perlu ditata agar sesuai dengan

kunjungan wisatawan dan sebaran pembangunan hotel di seluruh wilayah tanpa

mengabaikan area peruntukan.

4.4 Kepariwisataan Kota Denpasar Dewasa Ini

Perkembangan pariwisata Bali ditandai dengan adanya Bali Hotel pada

tahun 1928 yang semula merupakan tempat pesanggrahan pegawai Pemerintah

Kolonial Belanda yang kemudian direnovasi oleh perusahaan perjalanan KPM

(Koninklijke Paketvaart Maatschappij) sebagai tempat penginapan (Atmaja,

2002). Pada tahun 1930, pembangunan pelabuhan udara di Tuban mulai

dikerjakan dan dioperasikan pada tahun 1933 untuk memudahkan para wisatawan

berkunjung ke Bali. Keberadaan Hotel Bali Beach di Sanur yang diresmikan pada

tahun 1966 dengan kapasitas 300 kamar semakin melengkapi Bali sebagai daerah

tujuan wisata. Pembangunan pariwisata di Bali terus berlanjut dengan

dibangunnya kawasan wisata Nusa Dua pada awal tahun 1980 yang merupakan

salah satu rekomendasi dari SCETO (Societe Centrale pour l’Equuipement

Touristique Outre-Mer) sebuah konsultan Perancis yang dananya berasal dari

UNDP (United Nation Development Program).

Pariwisata Bali berkembang begitu cepatnya, dengan peningkatan jumlah

kunjungan wisatawan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut mengundang

investor untuk menanamkam modalnya di Bali, yaitu membangun fasilitas

Page 84: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

62

kepariwisataan yang diperlukan wisatawan di suatu destinasi seperti akomodasi,

restoran, biro perjalanan wisata, angkutan wisata dan membangun daya tarik

wisata buatan manusia. Pembangunan fasilitas kepariwisataan yang menjadi

favorit para investor adalah penyediaan sarana akomodasi. Penyediaan sarana

akomodasi di destinasi mutlak diperlukan. Investor berlomba-lomba membangun

sarana akomodasi sesuai dengan kebutuhan wisatawan dan tren yang akan terjadi

dengan harapan mendapatkan keuntungan yang besar.

Saat ini Kota Denpasar sebagai salah satu destinasi di Bali terus berupaya

meningkatkan kunjungan wisatawan setiap tahunnya. Upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Denpasar dengan melakukan promosi di dalam dan luar negeri,

menyebarkan brosur dan menjalin kerjasama dengan pengusaha pariwisata.

Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di Kota Denpasar

Tahun 2011-2013 seperti dalam Tabel 4.1. Kunjungan wisatawan mengalami

fluktuasi, artinya kunjungan wisatawan tidak stabil. Tahun 2012 jumlah

kunjungan wisatawan asing mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011,

namun terjadi penurunan pada tahun 2013.

Tabel 4.1

Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kota Denpasar Tahun 2011-2013

No Jenis Wisatawan Jumlah (orang) Jumlah

Keseluruhan 2011 2012 2013

1 Asing 161.024 190.238 184.962 536.224

2 Domestik 237.001 205.320 258.813 701.134

Jumlah 398.825 395.558 443.775 1.237.358

Sumber: Data Pariwisata Kota Denpasar 2013

Page 85: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

63

Objek dan Daya Tarik Wisata yang ada di Kota Denpasar sebanyak 24

buah, terdiri dari peninggalan purbakala, museum, taman budaya, pura ataupun

prasasti, desa wisata serta hutan bakau yang memiliki keunikan masing-masing.

Selain beberapa objek dan daya tarik wisata, Pemerintah Kota Denpasar juga

berupaya keras untuk meningkatkan kunjungan wisatawannya dengan

mengembangkan paket city tour, melaksanakan kegiatan budaya dan seni secara

berkala, menggali objek wisata alternatif dan meningkatkan kualitas objek wisata

yang ada.

Untuk menyambut kedatangan wisatawan, Kota Denpasar telah memiliki

sarana kepariwisataan yang cukup, seperti terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Jumlah Sarana Kepariwisataan di Kota Denpasar Tahun 2013

No Jenis Sarana Jumlah

1 Akomodasi 297 buah

2 Restauran 79 buah

3 Rumah Makan 383 buah

4 Bar 129 buah

5 Biro Perjalanan Wisata 176 buah

6 Usaha Angkutan Wisata 88 buah

7 Money Changer 109 buah

Sumber: Profil Dinas Pariwisata Kota Denpasar 2014

Tabel 4.2, menunjukkan perkembangan sarana kepariwisataan Kota Denpasar

sebagai sebuah daerah tujuan wisata, sehingga para wisatawan diharapkan akan

merasa nyaman untuk berkunjungan di Kota Denpasar dengan berbagai fasilitas

yang ada.

Page 86: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

64

Perkembangan sarana kepariwisataan di Kota Denpasar setiap tahun

mengalami peningkatan, terutama pada usaha sarana akomodasi yang terdiri dari

Hotel Bintang, Hotel Non-bintang atau melati dan Pondok wisata, seperti yang

tersaji dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Perkembangan Usaha Akomodasi di Kota Denpasar Tahun 2011-2013

No Jenis Usaha

Akomodasi

2011 2012 2013

Jumlah

Usaha

Jumlah

Kamar

Jumlah

Usaha

Jumlah

Kamar

Jumlah

Usaha

Jumlah

Kamar

1 Hotel

Berbintang

28 4.041 28 3.944 30 4.255

2 Hotel Non-

bintang (Melati)

194 4.426 197 4.566 200 4.809

3 Pondok Wisata 59 320 65 352 67 366

Jumlah

Keseluruhan

281 8.787 290 8.862 297 9.430

Sumber: Direktori Pariwisata Denpasar 2013

Data pada Tabel 4.3 menunjukkan perkembangan usaha akomodasi terus

mengalami peningkatan. Pada Tahun 2013, di Kota Denpasar telah tersedia 297

sarana akomodasi dengan jumlah kamar 9.430 buah.

Berkembangnya jumlah usaha sarana akomodasi, mempengaruhi tingkat

hunian kamar hotel di Kota Denpasar. Adapun perkembangan tingkat hunian hotel

di Kota Denpasar seperti Tabel 4.4

Tabel 4.4

Tingkat Hunian Kamar Hotel di Kota Denpasar Tahun 2011-2013

No Jenis Hotel Prosentase Tingkat Hunian Kamar

Rata-rata 2011 2012 2013

1 Hotel Bintang 64,04 % 60,73% 55,72% 60,16%

2 Hotel Non-Bintang 48,54 % 45,21 % 47,16 % 46,97%

Rata-rata 56,97 % 52,97 % 51,44 % 53,79%

Sumber: Data Pariwisata Kota Denpasar 2013

Page 87: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

65

Tabel 4.4 menunjukkan, tingkat hunian kamar hotel pada hotel bintang pada

posisi 60,16 persen sedangkan pada hotel non-bintang di kisaran 46,97 persen.

Secara keseluruhan, tingkat hunian kamar hotel baik bintang atau non-bintang dari

tahun 2011 hingga tahun 2013 terus mengalami penurunan. Hal ini tentu

berhubungan secara langsung dengan semakin banyaknya sarana akomodasi di

Kota Denpasar, sehingga menurunkan tingkat hunian kamar hotel setiap tahunnya.

Selain penurunan tingkat hunian kamar hotel dan sebaran wisatawan yang

menginap tidak merata, rata-rata menginap wisatawan di Kota Denpasar juga

menunjukkan kondisi yang belum menggembirakan. Tabel 4.5 menunjukkan rata-

rata lama tinggal wisatawan di Kota Denpasar.

Tabel 4.5

Rata-rata Lama Menginap Wisatawan di Kota Denpasar Tahun 2010-2012

No Jenis Wisatawan Rata-rata Lama Menginap (hari)

2010 2011 2012

1 Asing 3,85 3,01 3,45

2 Domestik 2,67 2,37 2,32

Sumber: Data Pariwisata Kota Denpasar 2013

Tabel 4.5 menunjukkan lama menginap wisatawan asing dan domestik di Kota

Denpasar semakin menurun setiap tahunnya. Lama menginap wisatawan berkisar

antara 2.3 hari. Hal ini disebabkan kurangnya daya tarik wisata yang ada di Kota

Denpasar sehingga tidak dapat menarik wisatawan untuk tinggal lebih lama di

Kota Denpasar. Pemerintah perlu meningkatkan kualitas daya tarik wisata di Kota

Denpasar dan bersama dengan pelaku pariwisata menyusun kegiatan pariwisata

yang menarik untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.

Page 88: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

66

Uraian di atas menggambarkan pesatnya perkembangan kepariwisataan di

Kota Denpasar dari waktu ke waktu. Ketersediaan sarana dan prasarana

kepariwisataan merupakan usaha Pemerintah dan masyarakat dalam menyambut

kunjungan wisatawan di Kota Denpasar. Peningkatan jumlah sarana akomodasi

kelas bintang dan non-bintang belum sepenuhnya diikuti dengan peningkatan

tingkat hunian hotel dan lama tinggal wisatawan di hotel secara signifikan. Hal

ini diperkirakan karena tidak meratanya wisatawan yang menginap di seluruh

sarana akomodasi yang ada di Kota Denpasar. Dikaitkan dengan pembahasan

mengenai perkembangan city hotel yang dalam penelitian ini adalah hotel kelas

bintang, tamu-tamu lebih memilih menginap di hotel bintang yang harga sewa

kamarnya hampir sama dengan hotel kelas melati.

4.5 Kebijakan Usaha Sarana Akomodasi di Kota Denpasar

Perkembangan jumlah usaha sarana akomodasi di Kota Denpasar tidak

diikuti dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan.

Sebaran tamu yang menginap juga tidak merata di seluruh wilayah Kota Denpasar

dan masih berpusat di Kawasan Pariwisata Sanur.

Jumlah sarana akomodasi yang paling banyak berada di Kecamatan Denpasar

Selatan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.6. Dalam Perda Kota Denpasar

Nomor 27 Tahun 2011 Tentang RTRW 2011-2031, Kecamatan Denpasar Selatan

meliputi Desa Sanur Kaja, Kelurahan Sanur, Desa Sanur Kauh dan Kelurahan

Serangan serta Desa Kesiman Kertalangu di Kecamatan Denpasar Timur

merupakan kawasan pariwisata.

Page 89: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

67

Tabel 4.6

Jumlah Usaha Akomodasi menurut Kecamatan di Kota Denpasar Tahun 2013

No Kecamatan

Hotel Bintang Hotel Non-

bintang (Melati)

Pondok Wisata

Jumlah

usaha

Jumlah

kamar

Jumlah

usaha

Jumlah

kamar

Jumlah

usaha

Jumlah

kamar

1 Denpasar

Selatan 24 3.282 85 1.821 44 243

2 Denpasar

Timur 1 37 25 602 8 41

3 Denpasar

Barat 4 865 50 1.318 6 30

4 Denpasar

Utara 1 71 40 1.068 9 52

Jumlah 30 4.255 200 4.809 67 366

Sumber : Direktori Pariwisata Denpasar 2013

Jumlah sarana akomodasi di Kecamatan Denpasar Barat berada di posisi

kedua. Wilayah Kecamatan Denpasar Barat terdiri dari 8 desa dan 3 kelurahan

sudah terbagi menjadi 3 lingkungan yang berfungsi sebagai pusat pemukiman,

pusat pemerintahan kecamatan serta pusat perdagangan dan jasa. Wilayah

Kecamatan Denpasar Barat berbatasan dengan Kabupaten Badung memberikan

pengaruh positif, seperti investor membangun sarana akomodasi di jalan

Mahendrata. Sarana akomodasi di wilayah Kecamatan Denpasar Barat banyak

mengarah kepada model city hotel, yang menawarkan fasilitas hotel kelas bintang

dengan harga murah. Misalnya seperti Hotel Lifestyle (ex Fave Hotel), Hotel Pop

Harris Teuku Umar, Hotel Ibis ataupun Amaris Hotel. Wilayah Kecamatan

Denpasar Barat tidak saja padat dengan pembangunan sarana akomodasi, juga

dipadati pemukiman, perdagangan dan jasa sehingga kepadatan penduduk dan lalu

lintas di sekitar jalan Gatot Subroto Barat maupun Jalan Teuku Umar terus

bertambah.

Page 90: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

68

Perkembangan sarana akomodasi di wilayah Kecamatan Denpasar Timur

dan Utara, masih cukup berimbang namun pada lokasi tertentu pembangunan

sarana akomodasi juga terlihat semakin meningkat. Jalan Nangka sebagai Wilayah

Kecamatan Denpasar Utara memang merupakan daerah yang terdapat banyak

hotel kelas melati dengan pangsa pasarnya wisatawan domestik. Demikian pula

dengan, daerah di sekitar Terminal Ubung, pembangunan hotel juga terlihat

meningkat, karena lokasi yang dekat terminal dan merupakan daerah baru.

Sedangkan di Kecamatan Denpasar Timur masih didominasi oleh hotel kelas

melati, yang dikelola oleh pengusaha lokal dan pangsa pasarnya para pelajar yang

berkunjung di musim liburan sekolah.

Untuk mengatur usaha sarana akomodasi di Kota Denpasar, Pemerintah

Kota Denpasar telah menetapkan beberapa peraturan Tahun 2014 dilengkapi

dengan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 26 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Usaha Akomodasi, Jasa Makanan dan Minuman, Kegiatan Hiburan

dan Rekreasi. Peraturan ini ditetapkan merupakan tindak lanjut Peraturan

Walikota Denpasar Nomor 24 Tahun 2013 tentang Tanda Daftar Usaha

Pariwisata.

Peraturan Walikota Denpasar Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Tanda Daftar

Usaha Pariwisata merupakan penjabaran dari Peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata Nomor 86/ HK.501/ MKP/ 2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha

Penyediaan Akomodasi, Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

87/ HK.501/ MKP/ 2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan

Minuman,Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 91/ HK.501/

Page 91: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

69

MKP/ 2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan Kegiatan

Hiburan dan Rekreasi.

Pemberlakuan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 24 Tahun 2013 tentang

Tanda Daftar Usaha Pariwisata dimaksudkan untuk menciptakan iklim investasi

yang positif, meningkatkan pelayanan perizinan dan memberikan kepastian

hukum kepada pengusaha pariwisata. Tanda Daftar Usaha Pariwisata merupakan

dokumen resmi yang membuktikan bahwa usaha pariwisata yang dikelola oleh

pengusaha pariwisata telah tercantum di dalam daftar usaha pariwisata.

Peraturan mengenai pendaftaran tanda usaha pariwisata telah menimbulkan

keresahan di kalangan pengusaha hotel kelas melati lokal di Kota Denpasar. Hal

ini berdampak pengusaha jenis usaha hotel baik bintang ataupun non-bintang

diwajibkan berbadan hukum, seperti tercantum pada Bagian Kedua Penyediaan

Akomodasi, Paragraf 1, Jenis Usaha Penyediaan Akomodasi, pasal 11 ayat (1).

Pada kenyataannya, sebagian besar pengusaha sarana akomodasi di Denpasar

merupakan usaha perseorangan sehingga para pengusaha harus membentuk badan

usaha terlebih dahulu sebelum melakukan pendaftaran usaha pariwisata yang

dikelolanya. Sampai saat ini pemberlakuan peraturan masih dibahas oleh instansi

yang berwenang guna mendapatkan jalan keluar, namun ada beberapa pengusaha

yang telah menjadikan perusahaannya sebagai badan usaha Indonesia berbadan

hukum sesuai yang diamanatkan dalam peraturan.

Dengan adanya ketentuan tersebut, seolah-olah peraturan tidak berpihak

kepada pengusaha lokal, namun sejatinya ketentuan ini mengatur perusahaan lokal

agar mempunyai kekuatan hukum dan secara tidak langsung pengusaha mulai

Page 92: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

70

mengelola perusahaan dengan lebih profesional agar dapat bersaing dengan

perusahaan hotel yang dikelola oleh jaringan hotel internasional ataupun nasional.

Dalam Peraturan Walikota Denpasar Nomor 26 Tahun 2014 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Usaha Akomodasi, Jasa Makanan dan Minuman, Kegiatan

Hiburan dan Rekreasi mengatur klasifikasi usaha pariwisata untuk memberi

gambaran yang jelas kepada wisatawan mengenai hotel tersebut dalam rangka

memenuhi kepuasan konsumen. Selain itu sebagai pedoman dalam operasional

teknis guna penerapan pelaksanaan tanda daftar usaha pariwisata.

Ada tiga aspek dalam klasifikasi usaha pariwisata yang harus dipenuhi

antara lain aspek fisik, aspek pelayanan dan aspek pengelolaan. Aspek fisik

mengarah kepada fasilitas yang memadai bagi wisatawan, sedangkan aspek

pelayanan dan pengelolaan mengacu pada pencapaian tujuan usaha. Unsur-unsur

yang mutlak dipenuhi oleh suatu usaha akomodasi, sebagai contoh Hotel kelas

melati harus memiliki fasilitas publik, yaitu kamar mandi tamu dengan lantai

yang tidak licin, WC, bak cuci tangan, perlengkapan mandi tamu dan lainnya.

Dengan adanya pedoman teknis semacam ini, dapat meningkatkan kualitas hotel

melati sehingga dapat bersaing dengan city hotel yang saat ini sedang

berkembang.

Sampai tahun 2014 peraturan-peraturan yang ditetapkan hanya sebatas

pengaturan perizinan dan pedoman teknis klasifikasi usaha akomodasi, namun

belum ada peraturan yang mengatur tentang zonasi peruntukan sarana akomodasi

di wilayah tertentu sehingga perkembangan pembangunan dapat lebih merata dan

tidak menimbulkan kepadatan penduduk ataupun meningkatnya alih fungsi lahan.

Page 93: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

71

4.6 Kebijakan Perizinan Usaha Sarana Akomodasi di Kota Denpasar

Dalam melakukan usaha sarana akomodasi, pengusaha diwajibkan

mempunyai beberapa izin sebelum melakukan usahanya, antara lain Izin Prinsip

yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata, Persetujuan Prinsip Membangun (PPM),

melengkapi dokumen dengan AMDAL atau UKL/UPL di Badan Lingkungan

Hidup Kota Denpasar, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat Izin Tempat

Usaha (SITU), Izin Gangguan (HO), Izin Penggunaan Bangunan (IPB) dan Izin

Usaha Hotel yang saat ini dikenal dengan Tanda Daftar Usaha Pariwisata.

Sebelum mengajukan Izin Prinsip Membangun Hotel, pengusaha

diwajibkan mengajukan permohonan Informasi Tata Ruang (ITR) ke Dinas Tata

Ruang dan Perumahan Kota Denpasar bagi pengusaha yang akan mendirikan

hotel berbintang. Selanjutnya pengusaha mengajukan Permohonan Izin Prinsip

Membangun Hotel ke Dinas Pariwisata Kota Denpasar, dengan melampirkan

beberapa persyaratan administrasi yang wajib dipenuhi, yang terpenting adalah

sebelum Izin Prinsip dikeluarkan, peninjauan lokasi dan pembahasan detail harus

dilakukan dan disampaikan kepada Walikota guna memohon persetujuan.

Apabila telah memperoleh ITR dan Izin Prinsip Membangun Hotel,

selanjutnya pengusaha mengajukan Persetujun Prinsip Membangun ke Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal Kota Denpasar.

Kemudian dilanjutkan dengan proses dokumen lingkungan AMDAL atau

UKL/UPL di Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar. Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) akan dikeluarkan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu

Pintu dan Penanaman Modal Kota Denpasar disertai SITU, HO dan Izin

Page 94: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

72

Penggunaan Bangunan (IPB). Setelah mendapatkan IMB yang menyebutkan

kelayakan fungsi bangunan, pengusaha kembali mengajukan Izin Usaha ke Dinas

Pariwisata Kota Denpasar dengan melampirkan persyaratan administrasi, izin-izin

yang telah diperoleh sebelumnya. Prosedur peninjauan lokasi usaha dan

pembahasan serta pengajuan telaahan staf mengenai pengajuan permohonan izin

hotel kepada Walikota wajib dilakukan. Setelah disetujui oleh Walikota, Izin

Usaha Hotel baru dikeluarkan. Izin Usaha Hotel tidak memberikan klasifikasi

jenis hotel. Klasifikasi jenis hotel akan dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Usaha

yang beroperasi secara independen.

Proses perizinan usaha akomodasi di Kota Denpasar, melibatkan berbagai

instansi yang berwenang. Dalam pelaksanaannya masih ditemukan beberapa

masalah seperti pembangunan yang tidak sesuai dengan gambar yang diajukan

ataupun hotel yang sudah beroperasi meski belum terbit izin usahanya.

Hal-hal semacam ini, perlu diperhatikan dengan melakukan pengawasan dan

pengendalian yang lebih kuat di segala lini.

Page 95: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

73

BAB V

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BERKEMBANGNYA CITY HOTEL

DI KOTA DENPASAR

Bab ini membahas mengenai faktor-faktor penyebab berkembangnya city

hotel di Kota Denpasar dengan menggunakan teori penawaran dan permintaan.

Uraian dengan teori ini dikaitkan dengan faktor internal yang meliputi harga sewa

kamar (room rate), fasilitas yang ditawarkan, lokasi hotel, tingkat hunian kamar

hotel, lama tinggal wisatawan, dan pengelolaan hotel. Faktor ini dimasukkan

sebagai faktor internal hotel karena berkaitan langsung dengan operasional hotel

ke dalam.

Selain faktor-faktor internal tersebut, ada juga faktor eksternal yang

menjadi penyebab berkembangnya city hotel di Kota Denpasar seperti adanya tren

wisatawan dalam pemilihan hotel saat berlibur, mudahnya proses perizinan hotel,

dan peluang untuk membangun hotel di Kota Denpasar. Materi untuk analisis

diperoleh dari hasil wawancara dengan pengelola hotel baik city hotel maupun

hotel melati, pejabat di Dinas Pariwisata Kota Denpasar, dan Badan Pelayanan

Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal Kota Denpasar serta beberapa tamu

yang sedang menginap di hotel.

5.1 Faktor Internal

5.1.1 Harga Sewa Kamar

Secara umum, harga merupakan salah satu faktor yang dipakai sebagai

pertimbangan bagi konsumen dalam memilih suatu produk. Harga memainkan

Page 96: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

74

peranan penting karena mampu merebut hati para konsumen dan calon konsumen

dalam mengambil suatu keputusan (Budi, 2103:100).

Sebagai penyedia barang/jasa, pengelola hotel idealnya mampu

membedakan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan para tamu. Kebutuhan

(needs) merupakan pemuas dasar tamu yang menginap di suatu hotel adalah

untuk beristirahat dan tidur dengan kenyamanan yang ditawarkan. Keinginan

(wants) adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang lebih spesifik, seperti tamu

ingin menginap di suatu hotel yang bertarif mahal untuk menginap di kamar

dengan makanan yang mewah.

Demikian pula halnya dengan kebijakan harga sewa kamar hotel.

Penetapan harga sewa kamar hotel bertujuan agar dapat bersaing dengan harga

sewa kamar hotel lainnya. Ada beberapa perbedaan harga sewa kamar dan jenis-

jenis harga sewa kamar, namun tujuan dari berbagai jenis harga sewa kamar

adalah untuk memberikan penawaran kepada tamu, sehingga dapat meningkatkan

tingkat hunian hotel kamar. Penetapan harga sewa kamar tertentu juga

dimaksudkan untuk mempromosikan hotel dan menjaring pelanggan baru.

Harga sewa kamar yang ada ditawarkan dengan harga tertentu sesuai

dengan waktu. Pada saat musim liburan (high season atau peak season), harga

sewa kamar tentu akan berbeda dengan harga pada musim sepi (low season)

namun tergantung juga dengan perkiraan jumlah tamu yang akan datang. Untuk

itu para pengusaha sangat memperhatikan situasi per waktu untuk dapat

menawarkan produknya.

Page 97: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

75

Untuk mengetahui sejauh mana harga sewa kamar ini mempengaruhi faktor-

faktor yang menyebabkan perkembangan city hotel, maka peneliti mewawancarai

35 orang tamu yang menginap di 16 hotel berbeda. Dari 35 orang tamu yang

menginap di 16 hotel tersebut, 16 orang diantaranya menyatakan bahwa mereka

memilih hotel karena harga.

Dalam penelitian kualitatif ini, pendapat para tamu itu dikutip secara representatif,

artinya yang bisa dianggap mewakili kencenderungan pendapat responden

lainnya.

Salah seorang tamu yang bernama Yosyani Eka Wulandari, seorang

wiraswasta, mengatakan bahwa dia memilih hotel dengan alasan harga yang

memadai, lokasi yang mudah dijangkau dengan fasilitas serta pelayanan yang

ramah dan nyaman (Wawancara, 2 Februari 2015). Yosyani datang ke Denpasar

dengan tujuan liburan, dia menginap di Hotel Pop Harris Teuku Umar, hotel kelas

bintang 2 yang berlokasi di Jalan Teuku Umar. Harga yang terpampang pada

running text LED di depan hotel adalah Rp. 328.000. Hotel ini hanya menawarkan

satu tipe kamar yang dikenal dengan Pop room. Bentuk kamar yang disediakan

Hotel Pop Harris sangat sederhana namun dengan warna yang cerah. Kamar

semacam ini memang sangat cocok bagi tamu dari kalangan anak muda dan

pebisnis karena kamarnya sangat minimalis dan modern seperti Gambar 5.1.

Apabila tamu memesan kamar melalui online travel agent (OTA), kemungkinan

besar akan mendapatkan harga yang lebih murah sekitar 10-15persen, karena hotel

ini juga memasarkan melalui berbagai cara antara lain bekerja sama dengan OTA

seperti Agoda dan Traveloka.

Page 98: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

76

Gambar 5.1

Foto Lobby dan kamar Hotel Pop Harris Teuku Umar,

Jl. Teuku Umar, Denpasar (Dokumentasi, 2015)

Alasan memilih hotel sebagai tempat akomodasi berdasarkan faktor harga

juga disampaikan Yohanes Baptis Dwi H, berasal dari NTT. Saat ditemui di Hotel

The Grand Shanti, dia menyampaikan bahwa harga merupakan salah satu alasan

memilih hotel tersebut (Wawancara, 19 Februari 2015). Hotel The Grand Santhi

Page 99: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

77

ini adalah hotel kelas Melati 3 yang memiliki fasilitas kolam renang dengan 3

meeting room dan 1 ballroom berkapasitas 400 orang (lihat Gambar 5.2). Pada

saat itu, Yohanes Baptis Dwi menyampaikan mendapatkan kamar Super Deluxe

dengan harga sekitar Rp. 450.000 meskipun dalam brosur hotel, kamar dengan

tipe tersebut ditawarkan sebesar Rp. 907.500.

Gambar 5.2.

Foto kamar Hotel The Grand Santhi, Jl. Patih Jelantik, Denpasar

(Dokumentasi, 2015)

Mencermati perbedaan tarif di brosur dan pada realitas, harga yang didapatkan

oleh pelanggan hampir setengah dari harga dalam brosur. Diskon separuh harga

ini disebabkan adanya persaingan harga sewa kamar yang sangat ketat meskipun

pada saat itu merupakan hari libur Imlek. Meski hari libur, tidak banyak tamu

yang menginap karena bukan merupakan hari libur panjang. Biasanya liburan

seperti itu yang menjadi liburan panjang (long weekend), jumlah tamu dan

permintaan menginap biasanya meningkat.

Page 100: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

78

Harga kamar di Hotel Pop Harris Teuku Umar dan The Grand Santhi,

sudah dapat menggambarkan bahwa harga sewa kamar hotel di Kota Denpasar

sudah demikian bersaing satu sama lainnya. Harga sangat rendah, dan diskon bisa

mencapai 50 persen dari harga umum (published rate). Harga-harga diskon dan

promo itu menjadi strategi bagi manajemen hotel untuk memikat tamu. Harga

menjadi faktor bagi manajemen untuk meraih tamu dan harga pula yang menjadi

faktor bagi tamu untuk memilih akomodasi.

Bila di kedua hotel tersebut merupakan hotel kelas bintang dan melati 3

dengan fasilitas yang nyaman, berikut ini hasil wawancara dengan seorang tamu

yang menginap di Hotel Warta Sari, hotel melati berlokasi di Jl. Raya Ubung

yang memiliki kamar sekitar 26 buah. Hotel ini awal mulanya sebuah pondok

wisata yang kemudian berhasil dikembangkan menjadi hotel melati (lihat Gambar

5.3). Seorang tamu hotel ini, Asih Prabawati ( Wawancara,19 Februari 2015),

seorang konsultan kecantikan yang sudah hampir tiga tahun menjadi langganan

hotel ini, menyampaikan bahwa dia mendapat harga sewa kamar antara

Rp.100.000-Rp. 200.000 per malam tanpa sarapan, kadang kamar dengan AC atau

tanpa AC, namun dilengkapi dengan TV dan kamar mandi. Fasilitas dan harga ini

sudah dirasakannya cukup memadai. Mencermati dari hal tersebut, faktor harga

merupakan hal penting dalam bisnis akomodasi di Kota Denpasar. Dari hal

tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hotel-hotel yang memberikan harga

yang sesuai dengan fasilitas yang ada merupakan hal penting yang menjadi dasar

bagi tamu dalam mengambil keputusan untuk memilih akomodasi.

Page 101: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

79

Gambar 5.3.

Foto wawancara dan kamar Hotel Warta Sari, berlokasi

di Jalan Raya Ubung, Denpasar (Dokumentasi, 2015)

Menurut Morrison (2013, 28) suatu harga harus memberikan nilai agar tamu

merasa puas sesuai dengan apa yang mereka bayarkan dan mereka juga harus

diyakinkan bahwa kualitas dan fasilitas yang mereka dapatkan sesuai dengan

harga yang dibayarkan. Artinya, harga memang faktor penting tetapi faktor ini

harus sesuai dengan nilai uang yang dibayarkan wisatawan.

Penetapan harga sewa kamar merupakan hal penting yang dilakukan oleh

pengelola hotel. Harga sewa kamar yang ditentukan mempunyai tujuan tertentu

yaitu untuk meningkatkan pendapatan hotel. Selain itu, penetapan harga sewa

kamar juga harus diatur dengan baik agar dapat bersaing dengan hotel lainnya dan

menjaga agar tamu percaya bahwa harga yang dibayarkan sesuai dengan fasilitas

yang ditawarkan. Dengan demikian, penetapan harga sewa kamar harus dilakukan

dengan metode yang logis dan benar (Prastowo dan Suryo, 2005:147). Ada

beberapa metode yang dapat dilakukan. Pemilihan metode dilakukan sesuai

Page 102: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

80

dengan kondisi yang ada di lapangan seperti jumlah kamar yang ada, pesaing di

sekitar hotel ataupun fasilitas yang ada di hotel. Pemilihan metode tentunya untuk

meningkatkan penjualan kamar dan keuntungan yang dapat diraih oleh hotel.

Dari ulasan tersebut, dapat dilihat bahwa teori penawaran dan permintaan

tidak semua sesuai dengan hukum yang ada. Sesuai dengan hukum permintaan,

bahwa konsumen selalu tertarik dengan harga yang rendah sehingga permintaan

akan barang yang ditawarkan semakin meningkat. Demikian pula halnya dengan

harga sewa kamar hotel yang rendah sangat menarik bagi wisatawan sehingga

mereka memilih harga yang sesuai dengan kemampuan finansial dan keinginan

yang ingin dicapai. Berdasarkan fenomena di atas sebagian besar tamu memilih

hotel karena faktor harga dan sesuai dengan fasilitas yang ada. Nilai uang penting

dan itu diukur dari value atau nilai yang diberikan. Nilai itu antara lain ditentukan

oleh suasana, kenyamanan, dan juga fasilitas.

Dalam hukum penawaran disebutkan bahwa penjual akan menawarkan

barang sebanyak-banyaknya saat harga barang mencapai harga tertinggi. Hal ini

tidak sesuai di bisnis hotel di Kota Denpasar karena sebagian besar hotel justru

menawarkan harga sewa kamar lebih murah dibandingakan dengan hotel lainnya

demi menarik para tamu. Kondisi seperti ini sebenarnya tidak sehat karena akan

membahayakan keberlangsung bisnis hotel. Persaingan harga sewa menyebabkan

pengusaha hotel kelas melati sulit menaikkan harga sewa kamarnya.

5.1.2 Lokasi dan Fasilitas Hotel

Selain harga sewa kamar, lokasi hotel juga menjadi salah satu faktor penting

bagi tamu dalam menentukan pilihannya. Seperti yang telah disebutkan bahwa

Page 103: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

81

pengertian city hotel adalah hotel yang berlokasi di tengah kota dan dikunjungi

oleh pebisnis, maka dari itu salah satu faktor dari faktor penyebab berkembangnya

city hotel adalah lokasi.

Pemilihan lokasi dalam membangun hotel merupakan salah satu hal penting

yang menjadi pertimbangan para pemilik modal. Sebelum memutuskan untuk

membangun sebuah hotel di suatu lokasi tertentu, seperti disampaikan Hurriyati

(2005) bahwa pemilik modal tentu telah memperhatikan beberapa hal berikut:

Akses, seperti lokasi yang mudah dijangkau sarana transportasi umum;

Visibilitas, seperti lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan; Lalu

lintas, di mana banyak orang yang lalu-lalang dapat memberikan peluang besar

terjadinya impulse buying yang maksudnya adalah dengan adanya pemilihan

lokasi yang banyak dilalui orang maka diharapkan dapat menarik minat

pengunjung yang melintas; Tempat parkir yang luas dan aman, merupakan faktor

yang penting bagi konsumen dalam memilih suatu tempat; Lingkungan, yaitu

daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan dan Persaingan, yaitu lokasi

pesaing.

Uraian di atas menggambarkan ada enam variabel yang menjadi

pertimbangan bagi wisatawan untuk memilih hotel yang handy atau mudah

terjangkau, dan bagi pengelola hotel variabel itu perlu diwujudkan agar menang

dalam menghadapi persaingan. Lokasi ternyata tidak saja berarti jarak tetapi juga

menuntut adanya suasana lingkungan sekitarnya.

Page 104: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

82

Menurut Santoso dan Sugiyanto, tanpa amenities atau convenient store

(toko-toko kecil) yang memadai, tidak mungkin bagi tamu untuk memilih tempat

atau hotel tersebut.3

Demikian pula hal dalam konsep pemasaran perhotelan (Budi, 2013),

lokasi (place) merupakan komponen yang biasanya disebut sebagai distribusi, di

mana termasuk didalamnya yang berhubungan dengan lokasi, fasilitas dan

penggunaan perantara. Intinya adalah lokasi di mana produk dan pelayanan hotel

diberikan. Untuk itu, lokasi suatu hotel merupakan poin penting yang ditentukan

oleh tamu dalam memilih sebuah hotel.

Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan seorang tamu Martinus di

Hotel Lifestyle Express, yang berlokasi di Jalan Teuku Umar seperti terlihat pada

Gambar 5.4. Tamu yang berprofesi sebagai pegawai swasta, yang datang ke

Denpasar dengan tujuan bisnis, menyatakan alasannya memilih hotel ini adalah

karena lokasi. Martinus (Wawancara, 2 Maret 2015) menyatakan bahwa lokasi

yang berada di tengah kota memudahkannya dalam beraktivitas selama di Kota

Denpasar. Lokasi Hotel Lifestyle Express ini memang berada di daerah yang

sangat strategis. Jarak dari Bandara Ngurah Rai dan Kuta tidak begitu jauh. Yang

terpenting, daerah Jalan Teuku Umar merupakan salah satu sentra perdagangan

dan jasa di kota Denpasar, yang padat dengan pertokoan, perkantoran, dan pusat

kuliner di Kota Denpasar.

______________________________________________

3 Artikel, Faktor Bauran Pemasaran Yang berkontribusi Bagi Konsumen Dalam Memilih

Budget Hotel di Indonesia, oleh Antonius Kurniawan Santoso, Valensia Sugiyanto.

http://download.portalgaruda.org/article. diakses pada tanggal 8 April 2015.

Page 105: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

83

Gambar 5.4.

Fasilitas kolam renang dan restoran di Hotel Lifestyle Express,

Jalan Teuku Umar, Denpasar (Dokumentasi, 2015)

Di jalur jalan ini, siang dan malam, tersedia hidangan dari berbagai daerah seperti

masakan Bandung, masakan Cina, ayam Taliwang, ikan, bakso, babi guling, dan

masakan Barat seperti yang disediakan kafe/restoran. Fasilitas ini melengkapi

fasilitas amenities jalur Teuku Umar. Ada banyak convenient store tempat tamu-

tamu membeli kebutuhan kecil seperti minuman atau roti. Maka dari itu, tidak

mengherankan bila para tamu, seperti Martinus, tidak berpengaruh dengan adanya

Page 106: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

84

hotel-hotel lain di sekitarnya karena hotel ini sudah dikenal oleh para tamu yang

rata-rata merupakan pelanggan lama.

Selain Hotel Lifestyle Express, di jalur jalan ini juga berdiri Hotel Ibis

Style, Hotel Pop Harris, dan Hotel Amaris dengan model hotel yang sama yaitu

modern dan minimalis. Jaraknya begitu berdekatan antara yang satu dengan yang

lainnya. Amaris adalah hotel terbaru yang baru dibuka oleh Santika Group Hotel.

Kamar yang tersedia pada hotel Lifestyles Express hanya satu jenis yaitu suite

room dengan fasilitas restoran dan kolam renang serta fasilitas lainnya yang

memadai.

Makna sebuah lokasi strategis atau tidak berbeda dari satu tamu ke tamu

lainnya yang biasanya sesuai dengan kepentingannya. Kalau ada tamu yang

berlibur di Denpasar dengan kegiatan bisnis di kota, lokasi Jalan Teuku Umar

tentu saja cukup strategis, sedangkan bagi tamu lain, bisa jadi lokasi Jalan Gatot

Subroto (Bypass Gatsu) yang strategis dan menjadi pilihan menginap. Tama,

(Wawancara, 19 Februari 2015) seorang karyawan swasta, yang memilih Hotel

Golden Tulip Essentials yang berada di Jalan Gatot Subroto Barat, Denpasar,

karena alasan lokasi. Lokasi ini tidak jauh dari pusat keramaian Denpasar, dan

bisa dijangkau dari Kuta dan Bandara Ngurah Rai melalui Kerobokan tanpa mesti

lewat kota. Daerah Gatsu bagian Barat merupakan daerah yang sedang

berkembang, termasuk ditandai dengan pertumbuhan hotel. Karena ada beberapa

hotel di daerah ini, seperti Aston, Puri Saron, Neo Hotel, maka kompetisi mulai

ketat. Tiap hotel berusaha untuk menciptakan pasarnya sendiri dengan melengkapi

propertinya dengan berbagai fasilitas yang diperlukan wisatawan. Fasilitas

Page 107: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

85

tersebut termasuk kolam renang, restoran dan ruang rapat yang sangat memadai.

Fasilitas restoran di daerah Gatot Subroto belum begitu banyak dan untuk itu

pihak hotel menawarkan menu-menu andalan dari fasilitas restoran yang ada di

hotel seperti terlihat pada Gambar 5.5.

Teori permintaan dan penawaran yang ada dalam faktor ini adalah dimana

tamu memilih hotel karena lokasi yang strategis untuk memudahkan mobilitasnya

selama di Kota Denpasar, artinya semakin banyak tamu yang lebih mementingkan

lokasi daripada harga atau fasilitas. Dari sisi penawaran, pemilik hotel melihat

peluang tersebut sehingga dalam promosi yang dilakukan selalu menyebutkan

lokasi yang strategis, dan aksesibilitas yang mudah dicapai sehingga memudahkan

tamu untuk melakukan akitivitas selama di daerah tersebut.

Gambar 5.5

Foto Fasilitas dan Penawaran Paket Makan Siang di Hotel Golden Tulip

Essentials, Jl. Gatot Subroto Barat, Denpasar (Dokumentasi, 2015)

Page 108: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

86

5.1.3 Tingkat Hunian Hotel

Menurut Darminto dan Suryo dalam buku Analisis Laporan Keuangan

Hotel (2005) persentase tingkat hunian kamar adalah angka berdasarkan

perhitungan jumlah kamar yang dipakai selama periode tertentu dibagi dengan

jumlah kamar yang tersedia selama periode yang sama dan dikalikan 100 persen.

Dalam pengertian tingkat hunian kamar dikenal dengan single dan double

occupancy. Yang dimaksud single occupancy adalah kamar yang dihuni oleh satu

orang tamu dengan perhitungan seperti di atas, sedangkan double occupancy

(tingkat hunian ganda) sebuah kondisi di mana sebuah kamar dihuni oleh lebih

dari satu orang tamu. Perhitungan untuk double occupancy adalah dengan

menghitung jumlah rata-rata orang per kamar terhuni (average number of people

per room occupied) dengan cara membagi jumlah tamu selama periode tertentu

dengan total kamar yang dihuni selama periode tersebut.

Secara umum kondisi tingkat hunian ganda tentu akan lebih menguntungkan

hotel dibandingkan dengan tingkat hunian tunggal, di mana kamar hanya dihuni

oleh satu orang saja, karena pemanfaatan fasilitas hotel akan lebih tinggi. Namun,

persentasi tingkat hunian per minggu belum dapat menggambarkan tingkat hunian

per malam pada minggu tertentu. Bisa saja tingkat hunian mencapai angka 70

persen per minggunya, dengan tingkat hunian 90 persen pada hari Senin sampai

Jumat, namun pada hari Sabtu dan Minggu pada tingkat hunian yang rendah

(Darminto, 2005:68).

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengelola hotel menyatakan

tingkat hunian hotel semakin hari semakin menurun. Seperti yang disampaikan

Page 109: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

87

oleh Wayan Budiartha, manajer Hotel The Grand Santhi (Wawancara, 30 Januari

2015). Tingkat hunian hotel selama tahun 2014 adalah 42 persen, atau kurang dari

separo. Sejalan dengan itu, pendapatan hotelnya pun semakin menurun, apalagi

dengan adanya kebijakan pemerintah yang melarang instansi pemerintah untuk

melaksanakan rapat atau pun kegiatan di hotel. Hotel yang dilengkapi dengan tiga

meeting room, sangat merasakan dampak dari kebijakan tersebut. Dengan

menurunnya pendapatan hotel, oleh karena itu pihak manajemen melakukan

efisensi dengan meliburkan staf back office pada hari Sabtu, dengan tujuan

mengurangi biaya operasional dan untuk fasilitas hotel juga akan dikurangi

adanya kulkas yang dirasa belum memberikan peningkatan pendapatan hotel.

Demikian pula halnya yang disampaikan oleh Desak Made Ariati

(Wawancara, 6 Februari 2015) Asisten Manajer Front Office Hotel Harrads, hotel

bintang 4, dengan jumlah kamar 135 buah, berlokasi di Bypass Ngurah Rai,

tingkat hunian hotel pada tahun 2014 sekitar 54 persen. Hotel ini dibangun pada

tahun 2009 dan beberapa kali berganti pemilik yang memengaruhi dinamika

manajemen dan berpengaruh juga pada pendapatan hotel mengalami fluktuasi.

Meski demikian, hotel ini harus bertahan dengan kondisi seperti sekarang dengan

melakukan strategi harga khusus bagi tamu grup agar biaya operasional hotel

dapat terpenuhi. Untuk itu, pengelola melakukan efisiensi dengan menggunakan

tenaga kerja harian untuk jasa house keeping agar lebih menghemat biaya.

Hasil penelitian di beberapa hotel menunjukkan, hotel kelas melati

mempunyai tingkat hunian yang tinggi pada musim liburan sekolah, saat Lebaran

ataupun akhir tahun. Seperti yang disampaikan oleh Kadek Sukariati (Wawancara,

Page 110: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

88

31 Januari 2015), pengelola Hotel Wisata Indah, hotel kelas Melati 3 dengan

jumlah kamar 42 kamar ini, tingkat hunian kamarnya hanya berkisar 30 persen

setiap bulannya, kecuali pada musim liburan sekolah ataupun liburan panjang

biasanya lebih tinggi Hotel yang berlokasi di Jalan Bedugul ini biasanya

menerima tamu grup dari sekolah-sekolah di Jawa yang diberikan oleh Biro

Perjalanan Wisata yang sudah menjadi langganan setiap tahunnya. Pengelola juga

menyampaikan bahwa keinginan tamu semakin meningkat dan beragam, seperti

tamu yang mengatur jadwal kunjungan dan jumlah kamar yang diperlukan

sehingga hotel harus mengatur jadwal dan kamar dengan baik. Harga sewa kamar

pada hotel ini sekitar Rp.100.000 untuk kamar non AC dan Rp. 250.000 untuk

kamar AC dengan lama tinggal tamu selama 2-5 hari.

5.1.4 Lama Tinggal Tamu

Lama tinggal tamu di suatu hotel adalah jangka waktu seorang tamu

menginap di suatu hotel. Lama tinggal seorang tamu tergantung dari tujuan

kunjungannya ke suatu destinasi. Bila tujuannya adalah untuk berkunjung ke daya

tarik wisata yang ada di destinasi tersebut biasanya tamu menginap selama tiga

hari atau dua malam. Lama menginap tamu juga tergantung dari jarak perjalanan

dari tempat asalnya serta alat transportasi yang digunakan, seperti tamu-tamu dari

negara Eropa yang jarak tempuh perjalanannya lama (long haul) sehingga para

tamu akan tinggal lebih lama di suatu destinasi, berbeda dengan tamu-tamu china

yang jarak tempuhnya hanya sekitar 7 jam, biasanya lama tinggalnya selama 4

malam atau 5 hari.

Page 111: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

89

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengelola hotel menyatakan

lama tinggal tamu yang saat ini hanya sekitar 2-3 hari. Kebanyakan tamu

menginap hanya untuk bermalam bukan untuk beraktivitas seperti rapat, seperti

yang disampaikan oleh Wayan Budiartha, manajer Hotel The Grand Santhi

(Wawancara, 30 Januari 2015). Lama tinggal tamu di Kota Denpasar ada pada

kisaran 2-3 hari untuk tamu domestik sedangkan untuk tamu China sekitar 4 hari

seperti yang disampaikan oleh oleh Desak Made Ariati (Wawancara, 6 Februari

2015) Asisten Manajer Front Office Hotel Harrads.

Faktor harga, lokasi hotel, fasilitas hotel, pelayanan hotel dan promosi

sangat mempengaruhi tingkat hunian hotel. Faktor-faktor tersebut juga merupakan

faktor penentu untuk menawarkan hotel kepada tamu. Tidak dapat dipungkiri

bahwa harga sewa kamar merupakan faktor penting penawaran sebuah hotel untuk

meningkatkan tingkat hunian hotel.

Dari gambaran di atas dapat dikatakan bahwa menurunnya tingkat hunian

hotel disebabkan karena adanya persaingan harga antar hotel semakin ketat. Tamu

lebih memilih hotel berfasilitas bintang dengan harga yang sangat tipis

perbedaannya dengan harga kelas melati. Sedangkan lama tinggal sekitar 2-5

hari karena para tamu hanya mengunjungi daya tarik wisata yang sudah ada,

belum ada daya tarik wisata yang dapat menahan tamu untuk lebih lama tinggal

di Kota Denpasar.

Page 112: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

90

5.1.5 Pengelolaan hotel

Prediksi peningkatan jumlah kunjungan tamu ke Bali setiap tahunnya telah

memberikan inspirasi bagi pemilik modal untuk mengivestasikan dananya di

bisnis pariwisata termasuk di bidang perhotelan. Dengan asumsi kebutuhan kamar

tentu akan ikut bertambah dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, namun

asumsi ini tidak berjalan beriringan karena fakta di lapangan menunjukkan jumlah

kamar yang tersedia lebih banyak dari kunjungan wisatawan. Kondisi ini tidak

saja terjadi di Kabupaten Badung, namun juga di Kota Denpasar. Bila di

Kabupaten Badung banyak dibangun villa, sedangkan di Kota Denpasar banyak

dibangun city hotel baik yang dikelola oleh perseorangan ataupun manajemen

hotel dengan jaringan kelas dunia seperti grup Accor, Aston, Tauzia ataupun

Santika yang merupakan salah satu anggota Kompas Gramedia Group lihat

Gambar 5.6.

Gambar 5.6

Lambang Hotel Management Jaringan Dunia Accor dan Tauzia serta

Grup Santika (Dokumentasi, 2015)

Page 113: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

91

Manajemen hotel jaringan internasional (international chain hotel) ini

dengan cepat mewarnai bisnis hotel di Kota Denpasar yang berlokasi di tempat-

tempat strategis sehingga secara kasat mata sangat menarik perhatian. Dengan

adanya hotel-hotel dengan model city hotel yang dikelola oleh manajemen hotel

tersebut secara perlahan merebut pangsa pasar baik dari kelas hotel yang sama

atau pun kelas melati, karena city hotel tersebut menawarkan harga tidak jauh

beda dengan harga kelas melati dengan fasilitas yang lebih bagus. Hal ini tentu

meresahkan para pengusaha hotel yang terlebih dahulu berbisnis di bidang

perhotelan karena tidak ada standar harga yang mengatur harga sewa kamar kelas

bintang dan kelas melati.

Hal ini terjadi karena tren masyarakat yang menginginkan fasilitas hotel

kelas bintang dengan harga kelas melati. Persaingan ini tidak saja terjadi antara

city hotel dan kelas melati namun juga terjadi antar city hotel baik di kelas bintang

ataupun kelas melati. City hotel yang dikelola oleh manajemen hotel jaringan

internasional juga tidak dapat memberikan harga yang lebih tinggi karena

pengelola juga dituntut untuk menghasilkan pendapatan yang telah ditargetkan

untuk itu pengelola melakukan beberapa upaya seperti meningkatkan promosi,

bekerja sama dengan berbagai pihak dan mulai menambah segmen pasar baru.

Artinya, meskipun city hotel dikelola oleh manajemen hotel yang professional

namun dengan adanya target yang harus dicapai menyebabkan pengelola hotel

harus melakukan strategi harga dengan cermat agar dapat bertahan.

Page 114: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

92

5.2 Faktor Eksternal

5.2.1 Tren Wisatawan dalam Memilih Hotel

Selain lima faktor yang telah diulas, menurut Kepala Bidang Usaha Jasa

dan Sarana Wisata, Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Drs. Ketut Arya

(Wawancara, 29 Januari 2015), tuntutan masyarakat atau wisatawan yang

menginginkan untuk dapat menginap di sebuah hotel dengan fasilitas yang bagus

namun dengan harga terjangkau.

Berkembangnya city hotel di Kota Denpasar telah memberikan

kesempatan kepada tamu untuk memilih akomodasi selama berlibur. Para tamu

biasanya memperkirakan tawaran mana yang akan memberikan nilai maksimal

yang dibatasi oleh biaya pencarian, pengetahuan, mobilitas dan pendapatan (Budi,

2013). Bila dicermati dari hasil wawancara dengan tamu ditemukan 14 orang

yang memilih hotel karena lokasi, 8 orang yang memilih hotel karena harga,

fasilitas serta pelayanan yang diberikan. Sedangkan 13 orang lainnya memilih

karena harga, harga dan lokasi, rekomendasi biro perjalanan wisata ataupun lokasi

serta fasilitas.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan tamu memilih hotel yang

memberikan nilai maksimal sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan finansial

tamu. Peluang tersebut ditangkap oleh para pengelola hotel untuk menawarkan

hotelnya kepada tamu dengan mengkombinasikan ketiga hal tersebut yakni harga,

fasilitas dan pelayanan yang diberikan.

Page 115: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

93

Dalam industri pariwisata penentuan segmentasi pasar merupakan hal

penting karena dengan mengetahui pasar yang akan dituju maka perlu

memperhatikan kebutuhan, keinginan dan harapan dari pasar tersebut (Yoeti,

2005). Demikian pula halnya, dalam bisnis perhotelan dengan mengetahui jenis

tamu yang ingin disasar maka pengelola harus menyiapkan fasilitas yang sesuai

dengan kebutuhan, keinginan dan harapan tamu yang akan datang.

Bisnis perhotelan merupakan bisnis yang sangat kompetitif, setiap hotel

ingin memberikan sesuatu yang berbeda kepada tamu sehingga tamu mempunyai

alasan dalam memilih suatu hotel. Jenis tamu yang datang ke hotel dengan

bermacam-macam tujuan dan berasal dari berbagai daerah atau negara. Tamu

yang menginap ada yang bertujuan untuk berwisata, bisnis, kunjungan keluarga

ataupun untuk menghadiri sebuah pertemuan, untuk itu hotel harus menyediakan

kebutuhan yang diperlukan tamu yang dikombinasikan dengan keinginan dan

harapan tamu. Dengan beragamnya jenis tamu, pihak hotel sangat sulit dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan tamu tersebut, maka dari itu pengelola harus

cermat dalam menentukan jenis tamu yang akan disasar. Jenis tamu tidak saja

dibedakan dari berbagai tujuan dan asal daerah atau negara, namun juga dilihat

dari usia, pendidikan, pekerjaan dan juga merupakan tamu grup ataupun

individual.

Dari data tersebut sudah dapat digambarkan jenis tamu yang datang ke hotel

seperti gambaran pada tamu di Hotel Puri Nusa Indah yang berlokasi di Jalan

Waribang, adalah jenis tamu datang dari Jawa dalam bentuk rombongan dari

Page 116: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

94

sebuah institusi pemerintah atau perusahaan swasta. Penelitian dilakukan pada

hari Sabtu, 21 Februari 2015, hotel dengan jumlah kamar 100 buah, dalam kondisi

penuh. Harga sewa kamar non-AC Rp. 150.000 sedangkan dengan fasilitas AC

seharga Rp. 250.000, fasilitas hotel lainnya ada kolam renang dan free wifi di area

tertentu. Dari hasil wawancara dengan salah seorang tamu, Slamet Purwadi, yang

berasal dari Purbalingga, berprofesi sebagai guru, sudah beberapa kali

mengunjungi Bali bersama rombongan dengan harga paket tur selama tiga hari

sekitar Rp. 1.000.000 yang diatur oleh biro perjalanan wisata.

Seperti yang terlihat dalam Gambar 5.7, Hotel Puri Nusa Indah

menyediakan fasilitas bagi tamu sesuai dengan kebutuhan bagi tamu rombongan

dengan transportasi bus sehingga tersedia halaman yang luas untuk parkir dan

membagi area untuk tamu pada saat sarapan sesuai dengan jumlah grup. Selain

itu, pengelola juga mengizinkan para pedagang cindera mata untuk masuk dalam

area hotel untuk menjajakan barang-barangnya.

Pengelola sangat memahami karakter tamu yang datang di hotel yakni tamu

yang datang dalam rombongan dengan harga paket tur yang sangat minim, harus

disesuaikan dengan kebutuhan tamu meskipun tidak semua keinginan tamu

terpenuhi, karena tidak semua mendapatkan tamu menempati kamar dengan

fasilitas AC sehingga kemungkinan menimbulkan keluhan karena tidak sesuai

dengan harapan tamu.

Page 117: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

95

Gambar 5.7

Suasana Makan Pagi Tamu dan Pedagang di Hotel Puri Nusa Indah,

Denpasar (Dokumentasi, 2015)

sumber : Peneli Sedangkan tamu yang menginap di Hotel Graha Cakra Bali yang berlokasi

di Jalan Bypass Ngurah Rai ini sangat bervariasi, tamu yang datang bukan saja

untuk berlibur, tapi juga untuk melakukan rapat dan kunjungan keluarga. Hotel ini

merupakan hotel bintang 3 dengan jumlah kamar sebanyak 43 buah dengan taman

yang indah dan asri menyebabkan hotel ini banyak dikunjungi oleh tamu-tamu

Page 118: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

96

asing, seperti terlihat pada Gambar 5.8. Hotel ini juga mempunyai fasilitas ruang

rapat dan instansi pemerintah sering melalukan rapat, namun dengan adanya

pelarangan pelaksanaan rapat di hotel-hotel telah terjadi penurunan drastis untuk

pemanfaatan ruang rapat tersebut. Dengan adanya surat edaran tersebut secara

otomatis menurunkan tingkat hunian kamar, karena dengan adanya pelaksanaan

rapat secara tidak langsung telah meningkatkan tingkat hunian kamar.

Belakangan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara kembali mengeluarkan

Surat Edaran bahwa rapat di hotel dibenarkan asal sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 5.8

Keadaan Restoran dan Lingkungan Hotel Graha Cakra Bali

(Dokumentasi, 2015)

Page 119: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

97

Meski adanya perubahan ini, gairah pemerintah untuk mengadakan

pertemuan di hotel sudah terlanjur lenyap dan takut jikalau pelaksanaan rapat di

hotel berpotensi menjadi temuan penyalahgunaan keuangan. Dengan kondisi ini,

pengelola hotel mulai melakukan promosi untuk mendapatkan tamu rombongan,

seperti yang disampaikan oleh Heru Jatmiko (Wawancara, 11 Februari 2015).

Pesatnya pertumbuhan city hotel menimbulkan persaingan harga kamar

yang kurang sehat sehingga beberapa hotel memutuskan untuk menyasar segmen

pasar lainnya. Seperti yang disampaikan oleh Pengelola Hotel Harrads yang

berlokasi di Jalan By Pass Ngurah Rai, hotel Bintang 4 ini telah mempunyai

pangsa pasar yaitu untuk tamu China dan pebisnis, namun dengan adanya

persaingan dari hotel lainnya, hotel mulai menyasar mahasiswa dan rombongan

dengan memberikan harga khusus dan bekerja sama dengan piro perjalanan

wisata.

Kondisi persaingan antar hotel menyebabkan hotel-hotel yang semula hanya

menyasar pebisnis ataupun wisatawan telah merubah target pasar dengan

menyesuaikan harga agar tetap bertahan. Hotel-hotel tidak lagi memperhatikan

standar harga untuk fasilitas yang tersedia, namun lebih mementingkan bagaimana

mendapatkan tamu untuk mendapatkan pemasukan guna memenuhi biaya

operasional hotel. Harga sewa kamar kelas bintang hampir menyamai harga sewa

kamar kelas melati, hal ini menyebabkan harga sewa kamar sulit dinaikkan dan

bahkan semakin menurun guna dapat bertahan untuk mendapatkan pemasukan.

Page 120: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

98

5.2.2 Kemudahan dalam Proses Perizinan

Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik yang cepat, murah, mudah,

transparan, pasti dan terjangkau, serta mampu meningkatkan hak-hak masyarakat

dalam pelayanan publik maka Pemerintah Kota Denpasar melalui Badan

Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal (BPPTSP&PM)

berupaya membangun dan menciptakan mekanisme pelayanan sederhana.

Penyederhanaan layanan mengandung percepatan waktu proses penyelesaian,

kepastian biaya, kejelasan prosedur pelayanan, mengurangi berkas permohonan,

pembebasan biaya perijinan bagi UKM baru dan pelayanan informasi bagi

masyarakat. Tujuan penyederhanaan tersebut diharapkan dapat mengakomodasi

kebutuhan masyarakat saat mengurus perijinan dan mendorong masyarakat untuk

berpartisipasi dalam disiplin investasi.

Pemerintah Kota Denpasar berupaya BPPTSP&PM menjadi sebuah

lembaga yang benar-benar One Stop Service yang dapat melaksanakan kebijakan

Pemerintah Kota Denpasar dalam penyederhanaan perijinan dengan Sistem

Paralel dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan

adanya komitmen Pemerintah Kota Denpasar dalam penyederhanaan pelayanan

perizinan tentu memudahkan para investor dalam membangun hotel dan dalam

koridor penerapan peraturan perundang-undangan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh beberapa pengelola hotel yang diwawancarai

bahwa tidak menemukan kendala dalam pengurusan izin. Hal ini disebabkan

pengelola telah memiliki kelengkapan dokumen dan memenuhi persyaratan yang

diperlukan.

Page 121: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

99

5.2.3 Adanya Peluang Pembangunan Hotel

Tingginya minat investor dalam membangun hotel di Kota Denpasar

karena adanya peluang seperti tercantum dalam dokumen Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kota Denpasar. Pada Bagian Ketiga, Rencana Pengembangan

Kawasan Budidaya, Paragraf 5 Kawasan Peruntukan Pariwisata, Pasal 47 ayat 3

disebutkan Rencana pengembangan akomodasi wisata di wilayah Kota melalui

Pengembangan pada zona pariwisata dan pengembangan menyebar di luar zona

Kawasan Pariwisata Sanur. Selanjutnya pada poin b diuraikan Pengembangan

akomodasi menyebar merupakan akomodasai wisata atau hotel kota (city hotel)

lokasinya dapat menyatu dengan zoning perdagangan dan jasa dan kawasan

pemukiman tertentu. Dengan demikian pembangunan city hotel di Kota Denpasar

masih dimungkinkan namun dengan memperhatikan pembagian peruntukan

wilayah agar tidak terjadi pelanggaran pemanfaatan ruang dan bangunan.

Untuk itu investor yang akan membangun hotel agar mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan yaitu dengan memohon informasi tata ruang (ITR) ke Dinas

Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar. Permohonan informasi peruntukan

lahan dapat diminta oleh masyarakat untuk setiap kawasan yang tertuang dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar untuk meminimalkan terjadinya

pelanggaran tata ruang dan membangun sesuai peruntukan lahan yang tertuang

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar.

Mencermati dari ulasan kelima faktor internal dan eksternal penyebab

berkembangnya city hotel di Kota Denpasar dapat dilihat dengan jelas bahwa

adanya penawaran dari hotel mengenai harga dan fasilitas kepada tamu tidak

Page 122: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

100

sepenuhnya mendapat respon yang baik. Tanggapan terhadap penawaran juga

tergantung dari jenis tamu yang disasar atau menjadi target pasar. Jenis tamu

perseorangan dengan tujuan bisnis tidak semuanya memilih city hotel kelas

bintang sebagai tempat menginap, karena pemilihan hotel sangat tergantung dari

kemampuan finasial dan keperluannya. Untuk jenis grup lebih banyak menginap

di hotel kelas melati karena sangat tergantung dengan harga paket tur yang

ditawarkan oleh pihak Biro Perjalanan Wisata. Dengan kondisi saat ini, beberapa

hotel berencana untuk menawarkan hotelnya kepada pelajar, mahasiswa ataupun

tamu grup untuk meningkatkan tingkat hunian hotel dan pendapatannya.

Faktor internal harga sewa kamar, fasilitasi dan lokasi hotel dapat

digambarkan sebagai faktor-faktor berkembangnya city hotel di Kota Denpasar

karena dengan faktor tersebut digambarkan telah terjadi peningkatan permintaan

terhadap sarana akomodasi. Hal ini sesuai dengan teori permintaan, semakin

rendah harga yang ditawarkan, permintaan akan semakin meningkat. Sedangkan

dari sisi penawaran, secara nyata sangat berbanding terbalik karena meski dengan

harga sewa kamar yang rendah dan fasilitas bagus, hampir semua hotel justru

menawarkan hotelnya dengan berbagai cara padahal dalam teori penawaran

adalah saat harga produk menurun biasanya pedagang justru menurunkan jumlah

produk yang ditawarkan.

Tren wisatawan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan

perkembangannya untuk dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapannya

dalam rangka meningkatkan tingkat hunian hotel, lama tinggal dan pendapatan

hotel. Faktor lainnya seperti tingkat hunian hotel, lama tinggal tamu, pendapatan

Page 123: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

101

dan pengelolaan hotel merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

keberlangsungan bisnis hotel di Kota Denpasar, karena dengan banyaknya hotel

murah, maka tingkat hunian hotel akan semakin menurun, lama tinggal tidak

dapat ditingkatkan, pendapatan hotel semakin menurun dan pengelolaan hotel

perlu dilakukan pembenahan untuk lebih profesional.

Page 124: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

102

BAB VI

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL TERHADAP

USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

Pariwisata saat ini merupakan sebuah industri yang sangat dinamis dan

memengaruhi aspek lain dalam kehidupan. Dinamika dalam pariwisata

ditimbulkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah semakin banyaknya

jumlah pemain dalam industri yang sangat menggiurkan ini, sehingga persaingan

pun semakin besar dan tidak sehat sehingga perlu ditegakkan kode etik pariwisata

(Ismayanti, 2010). Demikian pula halnya, dalam perkembangan sarana

akomodasi di Kota Denpasar. Jumlah akomodasi semakin bertambah setiap

tahunnya sehingga menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar-hotel.

Dalam Bab ini akan dibahas mengenai dampak perkembangan city hotel

terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar. Teori yang digunakan dalam

pembahasan ini adalah teori dampak pariwisata dimana pembangunan pariwisata

di suatu destinasi memberikan berbagai dampak kepada masyarakatnya karena

keterlibatan masyarakat dalam setiap aktivitas pariwisata yang terjadi. Pesatnya

pembangunan city hotel di Kota Denpasar telah memberikan dampak kepada

pengusaha hotel melati. Dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel

melati dianalisis menggunakan teori dampak dengan faktor harga sewa kamar,

jumlah tamu yang menginap, tingkat hunian kamar, pendapatan hotel, lama

tinggal dan jenis tamu yang menginap.

Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pengelola hotel

melati, pejabat di empat kecamatan di Kota Denpasar, pejabat Dinas Pariwisata

Page 125: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

103

Kota Denpasar, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman

Modal Kota Denpasar dan Bagian Hukum Setda. Kota Denpasar, Perwakilan

Pengurus Asosiasi Perhotelan (PHRI) Kota Denpasar dan ASITA Bali. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pesatnya perkembangan sarana akomodasi dengan

model city hotel telah memberikan dampak negatif terhadap usaha hotel melati di

Kota Denpasar, seperti yang akan diulas pada berikut ini :

6.1 Dampak Negatif

6.1.1 Persaingan Harga Sewa Kamar

Para pengelola hotel melati di Denpasar yang kebanyakan merupakan

penduduk lokal dan mengelola hotel dengan manajemen keluarga sangat

merasakan dampak negatif dari menjamurnya hotel-hotel baru yang disebut

sebagai city hotel di Kota Denpasar. Dr. Nyoman Satrya Pratama, pemilik Hotel

Puri Gatsu Indah yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto Barat, Denpasar, sangat

merasakan dampak dengan munculnya banyak city hotel di sekitar Jalan Gatot

Subroto dan Jalan Mahendrata yang dikelola oleh jaringan manajemen hotel

kelas internasional (Wawancara, 31 Januari 2015). Dampak yang dirasakan

adalah adanya persaingan tarif kamar (room rate), karena dengan adanya

keberadaan beberapa city hotel tersebut, hotel kelas melati tidak bisa menaikkan

tarif kamar padahal biaya operasional terus menanjak.

Harga sewa kamar di Hotel Golden Tulip Essential yang ditawarkan

berkisar Rp. 466.000, namun bila dibuka website TripAdvisor, tampak tawaran

harga dari tiga Online Travel Agent (OTA) lebih kecil antara 50 persen sampai

30 persen dari harga tersebut (lihat Gambar 6.1). Ketiga OTA dimaksud adalah

Page 126: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

104

Pegi-pegi.com memberikan harga Rp. 285.125, booking.com Rp. 362.975 dan

Expedia.com Rp. 439.200, harga-harga tersebut telah termasuk pajak.

Gambar 6.1

Gambaran Perbandingan Harga yang Ditawarkan

oleh Tiga Online Travel Agent dalam Situs Trip Advisor (Dokumentasi, 2015)

Sementara itu, dengan harga kisaran Rp. 200.000 hingga Rp. 400.000, hotel

melati yang ada di sekitarnya tentu akan sangat sulit dapat menaikkan harganya.

Harga sewa kamar Hotel Puri Gatsu Indah, untuk kamar non-AC adalah Rp.

100.000 dan AC harganya Rp. 200.000. Pangsa pasar hotel ini adalah rombongan

pelajar ataupun keluarga yang bertujuan untuk berwisata pada saat liburan

sekolah, liburan Lebaran, atau akhir tahun. Beberapa tahun lalu, hotel ini juga

sering menerima instansi yang melakukan rapat, namun karena minimnya lahan

hotel (hotel space) dan lokasi hotel dekat dengan lampu pengatur lalu-lintas

(traffic light), maka dari itu pihak hotel memutuskan untuk menghentikan

aktivitas tersebut.

Page 127: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

105

Hal senada juga disampaikan oleh Nikolaus Sani Molan, pengelola Hotel

Puri Royan, yang berlokasi di Jalan Teuku Umar, berhadapan dengan Hotel

Lifestyle Express. Pembangunan city hotel di sekitar Jalan Teuku Umar sangat

mempengaruhi kunjungan tamu karena adanya harga sewa kamar yang sangat

tipis perbedaannya. Harga sewa kamar Hotel Puri Royan Rp. 150.000–Rp.

200.000 dengan fasilitas kamar AC, TV dan sarapan (lihat gambar 6.2). Sampai

saat ini pengelola hotel menyatakan tidak berani menaikkan harga sewa kamar

karena khawatir para pelanggannya berpindah ke hotel lain di sekitarnya

(Wawancara, 5 Februari 2015).

Gambar 6.2

Kondisi Kamar Hotel Puri Royan, Jl. Teuku Umar, Denpasar

(Dokumentasi, 2015)

Tawaran harga di Hotel Lifestyle Express memang sangat menarik yaitu

sekitar Rp. 350.000 dengan fasilitas kolam renang dan restauran yang lebih

nyaman. Bila memesan melalui Online Travel Agent, harga tersebut bisa menjadi

lebih murah sekitar 10-15 persen (seperti terlihat pada Gambar 6.3).

Page 128: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

106

Gambar: 6.3

Penawaran Pegipegi.com untuk Harga Sewa Kamar Hotel Lifesyle Express.

(Dokumentasi, 2015)

Gambaran terjadinya persaingan harga sewa kamar menjelaskan bahwa

perkembangan city hotel di Kota Denpasar telah memberikan dampak negatif

terhadap usaha hotel melati karena tidak dapat meningkatkan harga sewa kamar

secara tidak langsung juga memengaruhi pendapatan hotel. Hotel melati tidak

mampu bersaing dengan tawaran tarif yang tidak jauh berbeda sedangkan

fasilitasnya sangat kontras. Hotel-hotel melati fasilitasnya terbatas, sedangkan city

hotel yang rata-rata baru dibangun, fasilitasnya lebih lengkap dan penunjangnya

lebih memadai seperti parkir, kolam renang, restoran, wifi, dan AC.

6.1.2 Menurunnya Tingkat Hunian Hotel Melati

Sedangkan untuk faktor jumlah tamu yang menginap juga berhubungan

secara langsung dengan tingkat hunian hotel yang secara jelas digambarkan

bahwa hotel-hotel kelas melati hanya akan tinggi tingkat hunian hotelnya pada

saat liburan sekolah, hari raya Lebaran ataupun di akhir tahun.

Page 129: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

107

Seperti yang disampaikan oleh I Wayan Rajin, Pengelola di Hotel Taman

Wisata di Jalan Nangka ini, bahwa dengan banyaknya hotel telah mempengaruhi

tingkat hunian karena jenis tamu yang berkunjung hanya rombongan pelajar

ataupun keluarga pada saat liburan, sehingga pada hari biasa, hotel nyaris kosong

(Wawancara, 31 Januari 2015). Selain karena berkembangnya city hotel, di sekitar

Jalan Nangka juga banyak tersebar hotel melati yang pangsa pasarnya juga sama,

yaitu rombongan. Kondisi ini tentu sangat memberatkan pemilik hotel untuk

menutup biaya operasional hotel. Meskipun Pemilik hotel ini juga memilki Hotel

Wisata Indah yang berlokasi di Jalan Bedugul, turunnya tingkat hunian hotel

sangat mempengaruhi pendapatan.

6.1.3 Menurunnya Pendapatan Hotel Melati

Dalam situasi persaingan ketat dengan city hotel menyebabkan pendapatan

hotel melati di Kota Denpasar mengalami penurunan. Penurunan pendapatan hotel

disebabkan menurunnya tingkat hotel dan lama tinggal tamu di hotel melati.

Terjadinya penurunan tingkat hunian hotel karena tamu yang datang hanya pada

waktu tertentu seperti saat musim liburan sekolah, Hari Raya Lebaran ataupun

akhir tahun. Dengan demikian pada waktu selain liburan, tingkat hunian hotel

melati sangat rendah, sehingga beberapa hotel menyatakan akan menutup usaha

hotel yang dikelolanya dengan mengalihkan menjadi tempat kos elite seperti yang

disampaikan oleh pemilik sekaligus Pengelola Hotel Trio Bali, Ny. Hin Solihin

(Wawancara, 4 Februari 2015). Hotel Trio Bali yang berlokasi di Jalan Hayam

Wuruk ini sebenarnya berada di tempat strategis, karena dekat dengan pusat

perkantoran Pemerintah Provinsi Bali sekitar Niti Mandala, Renon, namun

Page 130: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

108

kondisi kamar yang sangat sederhana tidak mampu menarik tamu untuk menginap

karena di sekitar daerah renon juga telah banyak muncul model city hotel. Untuk

meningkatkan memenuhi biaya operasional, halaman depan hotel dikontrakkan

dengan pihak lain, seperti terlihat pada Gambar 6.4 di bawah ini.

Gambar: 6.4

Halaman Hotel Trio Bali,di Jalan Hayam Wuruk yang dikontrakkan

(Dokumentasi, 2015)

Dari penjelasan di atas, dari faktor persaingan harga sewa kamar,

menurunnya tingkat hunian hotel, berkurangnya pendapatan hotel dan terpaku

pada jenis tamu tertentu pada hotel melati, telah menggambarkan dampak negatif

yang diakibatkan oleh pesatnya perkembangan city hotel di Kota Denpasar.

6.1.4 Timbulnya Masalah Lingkungan dan Sosial Masyarakat

Selain faktor tersebut, juga disebutkan beberapa dampak negatif yang

timbul seperti terjadinya kemacetan pada ruas jalan pada saat masa liburan tiba.

Hal ini disebabkan bila hotel tidak memiliki luas lahan yang memadai untuk

menampung bis-bis yang mengangkut tamu hotel seperti yang disampaikan oleh

Page 131: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

109

Drs. I.B. Joni Arimbawa, M.Si, Camat Denpasar Barat (Wawancara, 27 Januari

2015) dan Sekretaris Camat Denpasar Timur, Drs. I.B. Kt. Suanthara

(Wawancara, 28 Januari 2015)

Dampak negatif yang terjadi akibat tingginya perkembangan city hotel, tidak

saja mempengaruhi usaha hotel melati, namun juga kepada masyarakat luas.

Adapun dampak negatif yang ditimbulkan seperti terjadinya kriminalitas saat

pembangunan fisik ataupun dapat meningkatkan peredaran narkoba di hotel-hotel,

sebagaimana yang disampaikan oleh I Made Sukarata, SE, M.Si, Sekretaris Camat

Denpasar Selatan (Wawancara, 27 Januari 2015).

Secara bisnis, kondisi murahnya harga sewa kamar akan sangat

menguntungkan para pengusaha Biro Perjalanan Wisata, karena dapat menjual

paket tur yang semurah-murahnya. Menurut oleh Ketut Ardana, SH, Pengurus

ASITA Bali hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena rendahnya harga

paket tur yang ditawarkan akan menjadikan Bali sebagai destinasi murahan. Yang

lebih mengkhawatirkan lagi adalah keberlangsungan pariwisata Bali di masa

depan (Wawancara, 12 Februari 2015).

Mencermati dari hasil penelitian di atas maka perkembangan city hotel di

Kota Denpasar, memang sangat mengkhawatirkan pengusaha hotel melati, bukan

saja karena adanya persaingan harga sewa kamar yang tidak sehat ataupun

menurunnya tingkat hunian hotel tetapi adanya Peraturan Walikota Denpasar

Nomor 24 Tahun 2013 tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang mensyaratkan

agar pengusaha jenis usaha penyediaan akomodasi hotel wajib berbentuk badan

usaha Indonesia berbadan hukum. Hal ini menimbulkan permasalahan diantara

Page 132: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

110

para pengusaha hotel melati yang sebagian besar dikelola oleh keluarga/

perseorangan karena kondisi ini dikhawatirkan akan mengancam keberlangsungan

pengusaha hotel lokal itu sendiri, sebagaimana yang disampaikan oleh A.A.

Ngurah Adhi Ardana,ST, Pengurus PHRI Kota Denpasar (Wawancara, 4 Februari

2015).

Dampak negatif tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja dan harus

dicarikan solusi agar usaha hotel melati dapat ikut bersaing dalam bisnis usaha

sarana akomodasi dan tetap bertahan dengan mempertahankan budaya local

namun tetap professional dalam melayani tamu. Meskipun dampak negatif tampak

jelas, akibat perkembangan city hotel di Kota Denpasar seperti pembahasan di

atas, namun dari hasil wawancara juga ditemukan dampak positif yang diberikan

oleh pembangunan city hotel, sebagai pembahasan berikut ini.

6.2 Dampak Positif

6.2.1 Meningkatkan Kualitas Fasilitas dan Pelayanan Hotel Melati

Perkembangan city hotel di Kota Denpasar tidak saja menimbulkan dampak

negatif, namun juga memberikan beberapa dampak positif antara lain, seperti

yang disampaikan oleh Pengelola Hotel Puri Nusa Indah, A.A. Ngr. Alit. Virman,

dengan adanya city hotel, pengusaha hotel melati dituntut untuk meningkatkan

kualitas pelayanan dan sumber daya manusianya terutama dalam teknologi terkini

seperti penguasaan sistem booking online dan kemampuan berbahasa.

Peningkatan kualitas SDM dan perangkat elektronik tentu bukan barang murah,

namun merupakan investasi biaya tinggi yang diharapkan dapat bermanfaat untuk

Page 133: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

111

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ini (Wawancara, 5 Februari

2015).

Dampak positif lainnya juga disampaikan oleh Pengelola Hotel Puri Gatsu

Indah, persaingan antar-hotel memang tidak dapat dihindari, namun untuk

bertahan di bisnis perhotelan adalah dengan tetap menjaga kebersihan kamar,

meningkatkan pelayanan dan fasilitas hotel. Untuk itu, pengelola hotel selalu

menekankan kebersihan kepada para pelayan hotel agar membersihkan kamar dan

lingkungan pada saat hotel sedang sepi.

6.2.2 Meningkatkan Promosi Hotel Melati

Banyaknya city hotel membuat para pengusaha hotel melati semakin

gencar mempromosikan hotelnya, seperti diungkapkan oleh A.A.Ngr. Gede

Setyawan, ST, Pengelola Hotel Ratu. Promosi dilakukan dengan berbagai cara

seperti penyebaran brosur, bekerja sama dengan online ataupun offline travel

agent, bekerjasama dengan pramuwisata, sopir taxi, memberikan harga khusus

untuk para tamu ataupun berpromosi melalui media sosial facebook (lihat

Gambar 6.5).

Untuk menarik para tamunya, hotel ini juga sudah merenovasi beberapa

kamar dan lingkungannya untuk meningkatkan fasilitas kamar sehingga harga

sewa kamar dapat dinaikkan. Hotel Ratu ini berdiri sejak tahun 1970 dan dikelola

turun temurun, di sekitar hotel ini banyak hotel serupa Hotel Viking, Hotel Candra

dan hotel lainnya yang juga berupaya untuk bertahan dengan mempermodern

fasilitas kamarnya agar dapat menarik lebih banyak tamu (Wawancara, 19 Januari

2015).

Page 134: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

112

Gambar 6.5

Promosi Hotel Ratu (ex Hotel Queen) di Facebook dan website Booking.com

(Dokumentasi, 2015)

6.2.3 Meningkatkan Perekonomian Masyarakat

Selain dampak positif terhadap pengusaha hotel melati, perkembangan city

hotel di Kota Denpasar juga memberi manfaat bagi masyarakat umum dan tamu.

Dengan adanya city hotel, juga dapat memberikan peluang kerja untuk menyerap

tenaga kerja lokal dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar seperti

yang disampaikan oleh Pengurus ASITA Bali, Ketut Ardana, SH demikian pula

yang disampaikan oleh Camat Denpasar Barat, Sekretaris Camat Denpasar Utara,

Drs. Raka Purwantara, MAP (Wawancara, 27 Januari 2015). Pengelola city hotel

juga secara rutin memberikan bantuan dana pada saat ada kegiatan adat di

sekitarnya melalui Pengurus Banjar.

Page 135: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

113

Dampak yang paling nyata dengan adanya city hotel adalah memberikan

nilai tambah terhadap fasilitas sarana akomodasi di Kota Denpasar dan apabila

pembangunan city hotel ditata dengan baik sesuai dengan peruntukan dan

menyebar bukan berada di satu wilayah, bisa jadi pembangunan city hotel justru

menampilkan wajah Kota Denpasar yang lebih tertata.

Mencermati hasil penelitian mengenai dampak negatif dan positif

perkembangan city hotel di Kota Denpasar seperti yang telah dibahas di atas,

tampak jelas bahwa sebagian besar pengelola hotel ataupun narasumber lainnya

menyampaikan dampak negatif yang dirasakan. Meski demikian, walaupun

adanya persaingan yang ketat antar hotel, harus diakui ada beberapa hotel yang

bertahan dalam kondisi sekarang ini karena pengelola berupaya dengan

melakukan berbagai macam promosi, meningkatkan fasilitas kamar, menjaga

kebersihan dan pelayanan serta yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga

hubungan dengan para pelanggan baik tamu ataupun mitra bisnis.

Demikian pula halnya dari hasil penelitian ditemukan sebagian besar hotel

melati telah memiliki pangsa pasar sendiri yaitu jenis tamu rombongan baik

pelajar, keluarga atau komunitas tertentu yang biasanya ramai datang pada saat

liburan sekolah, liburan hari raya Lebaran ataupun liburan akhir tahun. Seperti

yang disampaikan oleh Pengelola Hotel Mutiara, Made Sukartawa, hotel yang

berlokasi di Jalan Pendidikan No. 102, Denpasar, telah mempunyai langganan

tetap, selain rombongan pelajar juga para PNS yang berasal dari wilayah Timur

dan Anak Buah Kapal (ABK). Hal ini disebabkan lokasi hotel yang dekat dengan

Page 136: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

114

Pelabuhan Benoa dan Kantor Badan Kepegawaian Negara Wilayah Timur

(Wawancara, 19 Januari 2015).

Kondisi ini tentu tidak dapat dibiarkan karena hotel juga memerlukan

biaya operasional seperti biaya listrik, air dan telpon, biaya tenaga kerja serta

biaya operasional hotel lainnya sehingga pengelola berusaha untuk meningkatkan

tingkat hunian hotel pada saat low season dengan memberikan harga khusus.

6.3 Kebijakan Kepariwisataan Bidang Akomodasi

Suatu daerah yang melakukan pembangunan pasti akan mengalami

perkembangan. Perkembangan yang terjadi akan memberikan dampak bagi

masyarakat baik dampak postif ataupun negatif. Demikian pula dengan

perkembangan city hotel di Kota Denpasar telah memberikan dampak positif dan

negatif terhadap usaha hotel melati seperti pembahasan di atas.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan faktor harga sewa

kamar, tingkat hunian hotel, jumlah tamu menginap, pendapatan hotel, lama

tinggal tamu dan jenis tamu, menunjukkan perkembangan tersebut memberikan

dampak negatif terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar. Meski demikian,

hasil penelitian juga mendapatkan gambaran dampak positif yang diterima sebagai

suatu introspeksi oleh pengusaha hotel melati untuk meningkatkan pelayanan dan

fasilitas yang dimiliki apabila ingin tetap berbisnis di bidang perhotelan.

Adanya dampak negatif dan positif pada perkembangan city hotel di Kota

Denpasar memang tidak dapat dihindari, sebagaimana diketahui bisnis pariwisata,

khususnya bisnis perhotel sangatlah dinamis. Untuk menghindari persaingan

yang tidak sehat dan demi keberlangsungan pariwisata Bali selanjutnya,

Page 137: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

115

Pemerintah perlu menetapkan beberapa kebijakan kepariwisataan. Kebijakan

kepariwisataan khususnya di bidang sarana akomodasi yang lebih spesifik karena

sifat bisnis ini merupakan bisnis jasa yang mengutamakan pelayanan dan

kepuasan pelanggan.

Hasil penelitian menunjukkan informasi dari para informan menyampaikan

beberapa dampak negatif yang terjadi akibat perkembangan city hotel yaitu

terjadinya persaingan yang tidak sehat antar hotel. Persaingan tidak saja terjadi

antara city hotel dengan hotel melati, namun juga antar city hotel itu sendiri.

Persaingan menjadi tidak sehat karena perbedaan tipis antara harga sewa kamar

city hotel yang berfasilitas lebih bagus dengan harga sewa kamar hotel melati

yang lebih sederhana. Perbedaan tipis ini menyebabkan tamu-tamu cenderung

memilih city hotel untuk tempatnya menginap, sedangkan hotel melati hanya

kebagian tamu rombongan yang datang pada saat liburan. Kondisi ini

menyebabkan tingkat hunian hotel melati pada hari-hari biasa, tingkat hunian

hotel melati sangat rendah.

Untuk mengantisipasi persaingan harga sewa kamar antar hotel yang

semakin tidak sehat, Pemerintah Kota Denpasar diharapkan menyusun suatu

kebijakan yang mengatur standar harga sewa kamar hotel sesuai dengan kelasnya

seperti yang disampaikan oleh pengelola Hotel Puri Gatsu Indah, Hotel Warta

Sari, Hotel Taman Wisata, Hotel Puri Nusa Indah, Hotel Puri Royan dan Hotel

Ratu. Menurut Pengurus ASITA Bali, Ketut Ardana, SH, kebijakan tentang

standar harga ini perlu diatur agar city hotel baik yang berbintang ataupun yang

non-bintang tidak mengobral harga sehingga harga sewa kamar hotel melati

Page 138: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

116

berada di titik terendah. Pendapat lain dari Pengurus PHRI Kota Denpasar, A.A.

Adhi Ardana, ST menyatakan bahwa kebijakan standar harga sewa kamar ini

mungkin akan sulit ditetapkan karena dalam bisnis apapun, harga dikendalikan

pasar, namun yang perlu ditetapkan adalah harga terendah dan tertinggi sesuai

dengan fasilitas yang disediakan hotel dan juga kebijakan pengenaan pajak

tertentu setiap kamar untuk hotel berbintang sehingga hotel tidak bisa lagi

mempermainkan harga karena berkaitan dengan pajak yang harus dibayarkan.

Persaingan harga sewa kamar ini tidak saja dirasakan oleh hotel melati,

namun pengelola city hotel kelas bintang menyatakan bahwa persaingan sangat

mengancam bisnis hotel di Kota Denpasar, seperti yang disampaikan oleh

Pengelola Hotel Pop Harris Teuku Umar, Hotel Lifestyle Express , Hotel Golden

Tulip Essential dan Bali Rama City Hotel.

Menurut hasil kajian Badan Penanaman Modal dan Perizinan tahun 2012,

mengenai kebutuhan akomodasi hotel di Bali 2012-2022 disebutkan bahwa Kota

Denpasar telah kelebihan jumlah kamar hotel bintang dari tahun 2012 sampai

dengan 2014, sedangkan untuk hotel non-bintang kelebihan kamar dari tahun

2012-2018. Meskipun disebutkan terjadi kelebihan kamar untuk hotel non-

bintang, namun tidak perlu dilakukan moratorium karena perhitungan jumlah

kamar telah disesuaikan dengan asumsi kenaikan kunjungan wisatawan asing

untuk hotel bintang dan non-bintang meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar

10-15 persen dan asumsi kenaikan kunjungan wisatawan domestik untuk hotel

bintang dan non-bintang meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar 5-10 persen .

Page 139: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

117

Mencermati dari hasil kajian tersebut dan dibandingkan dengan data tamu

menginap di Kota Denpasar selama 2011-2013 terlihat mengapa jumlah hotel

terlihat lebih banyak dari tamu. Dalam kajian disebutkan perkembangan tamu

setiap tahunnya meningkat sekitar 5 persen-15 persen , sedangkan dari data tamu

menginap di Kota Denpasar menggambarkan adanya kunjungan tamu yang

berfluktuasi. Pada tahun 2012 jumlah tamu asing menginap di hotel mengalami

penurunan sekitar 7,7 persen dan pada tahun 2013 terjadi penurunan sekitar 8,5

persen pada tamu domestik. Hal ini yang menyebabkan jumlah hotel tidak

sebanding dengan jumlah tamu yang menginap karena kunjungan tamu yang tidak

stabil. Maka dari itu, Pemerintah Kota Denpasar diharapkan agar lebih selektif

memberikan izin usaha hotel, mengatur pembangunan hotel dengan membatasi

pembangunan di wilayah yang sudah padat dan melaksanakan moratorium

dengan tegas, hal ini disampaikan oleh sebagain besar Pengelola seperti Hotel

Graha Cakra Bali, Hotel Cianjur dan Hotel Harrads. Selain itu, Pengelola Hotel

Warta Sari, juga menyampaikan bahwa Kota Denpasar telah diserbu oleh hotel-

hotel yang dikelola oleh manajemen hotel tingkat dunia, untuk itu Pemerintah

Kota disarankan untuk membuat kajian mengenai city hotel yang berjaringan

internasional agar keberadaannya tidak menjadi momok bagi hotel kelas melati.

Selain masalah persaingan harga sewa kamar, lama tinggal tamu di Kota

Denpasar juga tidak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu hanya

berkisar 2 hari, salah satu penyebabnya karena Kota Denpasar belum mempunyai

suatu daya tarik wisata yang mampu menarik tamu untuk tinggal lebih lama. Hal

ini menjadi perhatian dari Pengelola hotel Grand Santhi, Wayan Budiartha, yang

Page 140: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

118

menyampaikan agar Kota Denpasar membuat suatu kebijakan peningkatan

kualitas daya tarik wisata Kota Denpasar dalam suatu area tertentu yang mampu

menarik perhatian tamu.

Tingginya minat investor menanamkan modalnya di sektor pariwisata dan

serta meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan tingginya alih fungsi lahan di

Kota Denpasar. Buku Data Mini Selayang Pandang Kota Denpasar tahun 2014,

menyebut selama kurang lebih lima tahun ini luas lahan sawah berkurang sekitar

283 Ha atau tiap tahunnya mengalami penyusutan sekitar 2,8 persen. Untuk

mencegah hal semakin tingginya alih fungsi lahan, menurut Pengurus PHRI Kota

Denpasar, A.A.Ngurah Adhi Ardana,ST, Pemerintah Kota Denpasar perlu

mempertegas kebijakan tentang peruntukan pembangunan sarana pariwisata

khususnya sarana akomodasi.

Saat ini, Pemerintah Kota Denpasar telah menetapkan lima kebijakan

terkait bidang sarana akomodasi, selain itu juga telah diterbitkan Peraturan

Walikota Denpasar Nomor 26 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha

Akomodasi, Jasa Makanan dan Minuman, Kegiatan Hiburan dan Rekreasi.

Petunjuk pelaksanan ini mengatur mengenai ketentuan klasifikasi usaha

pariwisata yang mencakup aspek fisik, pelayanan dan pengelolaan yang harus

dipatuhi oleh pengusaha. Dalam aspek fisik meliputi 3 unsur yaitu Fasilitas

public, fasilitas tamu dan fasilitas pendukung, sedangkan dari aspek pelayanan

meliputi 6 unsur yaitu kantor depan, tata graha, binatu, ruang makan dan minum,

room service dan keamanan, yang terakhir adalah aspek pengelolaan yang

Page 141: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

119

meliputi 4 unsur yakni organisasi, sistem manajemen, sumber daya manusia,

kemudahan dan penggunaan produk dalam negeri.

Dalam peraturan ini telah diuraikan beberapa ketentuan unsur dari ketiga

aspek yang harus dipenuhi oleh pengusaha sesuai dengan usaha yang dikelolanya.

Sebagai contoh, hotel bintang 1 mutlak memiliki taman di luar atau di dalam

bangunan hotel, demikian pula ketentuan area parkir mutlak disediakan oleh

pihak hotel dengan kapasitas satu tempat parkir untuk 6 kamar hotel dan atau 20

persen dari luas lantai. Mencermati dari peraturan tersebut, berbagai macam

ketentuan yang harus dipenuhi oleh pengelola hotel telah diatur meskipun tidak

secara detail seperti menyebutkan luas area pertamanan dan parkir suatu hotel

yang mutlak disediakan untuk tamu. Namun dalam pelaksanaannya kurang

mendapatkan pengawasan sehingga dalam kenyataannya banyak hotel yang

belum memenuhi sebagai ketentuan yang sudah diatur.

Guna meminimalisir pelanggaran baik pembangunan hotel di luar daerah

peruntukan ataupun pelanggaran lainnya, menurut Kepala Bidang Usaha Jasa dan

Sarana Wisata, Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Drs. I Ketut Arya, pihak Dinas

Pariwisata telah melakukan pengawasan dan pengendalian secara rutin dengan

turun ke lapangan bersama Tim yang terdiri dari Satpol PP, Dinas Kesehatan,

Badan Lingkungan Hidup dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan

Penanaman Modal serta didampingi oleh perwakilan dari Kecamatan. Tim ini

memberikan pembinaan dan mensosialisasikan aturan-aturan yang berlaku

(Wawancara, 29 Januari 2015).

Page 142: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

120

Merujuk kepada teori kebijakan yang diulas pada Bab II, penyusunan

suatu kebijakan publik diawali dengan adanya isu yang berkembang dan ramai

dibicarakan di media mass dan dampak yang ditimbulkan dirasakan oleh

masyarakat, dalam hal ini mengenai pesatnya perkembangan city hotel di Kota

Denpasar yang mengancam usaha hotel melati akibat persaingan harga sewa

kamar. Setelah dilakukan penelitian melalui wawancara dengan pengelola hotel,

pengurus PHRI dan ASITA yang kemudian memberikan saran kepada Pemerintah

Kota Denpasar untuk menyusun kebijakan kepariwisataan untuk mengatur dan

mengendalikan usaha sarana akomodasi di Kota Denpasar antara lain: Kebijakan

yang mengatur standar harga sewa kamar hotel sesuai dengan fasilitas yang

disediakan sehingga tidak terjadi persaingan harga. Kebijakan tentang pemerataan

pembangunan hotel di wilayah Kota Denpasar sesuai dengan peruntukan yang

ditetapkan dalam RTRW Kota Denpasar. Dalam kebijakan ini diharapkan tertera

penentuan wilayah secara jelas guna menghindari pelanggaran dan ketentuan luas

lahan untuk pembagian tata bangunan dan halaman yang diperlukan untuk

pembangunan hotel. Menyusun kajian tentang kebutuhan kamar hotel yang

diperlukan di Kota Denpasar agar jumlah tamu menginap sesuai dengan jumlah

kamar yang tersedia sehingga hotel mendapatkan bagian secara merata. Kebijakan

tentang pencegahan alih fungsi lahan dengan merancang secara detail peruntukan

wilayah khusus pembangunan sarana akomodasi dan Kebijakan mengenai

peningkatan kualitas daya tarik wisata di Kota Denpasar.

Kebijakan-kebijakan tersebut belum cukup untuk mengatur dan

mengendalikan perkembangan city hotel di Kota Denpasar, harus diproses untuk

Page 143: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

121

menjadi sebuah produk hukum. Menurut Anang, produk hukum merupakan

realisasi dari kebijakan pemerintah. Hukum memberikan legitimasi bagi

pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam rangka menata masyarakat maupun

mengarahkan masyarakat sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, maka

penggunaan hukum sebagai instrumen kebijakan mempunyai arti yang penting.4

Mengacu kepada Peraturan Menteri dalam Negeri RI Nomor 53 Tahun 2011

Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, Pembentukan produk hukum di

daerah bersifat pengaturan dan penetapan dalam bentuk Peraturan Daerah,

Peraturan Kepala Daerah dan Peraturan Bersama. Program pembentukan

Peraturan Daerah harus disusun secara terencana, terpadu dan sistematis yang

sering disebut Program Legislasi Daerah (Prolegda) yang disusun oleh Pemerintah

Daerah dan DPRD. Penyusunan Prolegda berdasarkan atas perintah

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pemebantuan dan aspirasi masyarakat

daerah. Selaras dengan yang disyaratkan dalam Permendagri Nomor 53 Tahun

2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah bahwa produk hukum yang

akan disusun mengenai pengaturan dan pengendalian pembangunan city hotel

ini merupakan aspirasi masyarakat khususnya kalangan pengusaha hotel melati.

Menurut Kepala Subbagian Peraturan Perundang-undangan, Bagian Hukum

Setda. Kota Denpasar, I Komang Agus Budiyasa, SH.MH, proses penetapan

produk hukum di Kota Denpasar telah sesuai dengan Permendagri Nomor 53

______________________________________________________

4 Kajian Normatif Pembentukan Peraturan Perundangan sebagai Instrumen Kebijakan

Pemerintah, https://interspinas.wordpress.com/2010/01/27/13/.

peraturan perundang-undangan lebih tinggi, rencana pembangunan daerah.

Page 144: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

122

Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah baik dalam penetapan

peraturan daerah ataupun peraturan walikota, dimana Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) teknis yang menyiapkan draft rancangan selanjutnya diserahkan

kepada Bagian Hukum untuk dibahas bersama Tim Penyusun. Setelah dibahas

bersama Tim disosialisaikan kepada stakeholder. Langkah selanjutnya draft

Ranperda final diajukan kepada DPRD untuk dibahas. Beberapa draft Ranperda

harus dievaluasi dan dikonsultasikan ke Kemendagri dan Provinsi. Hasil evaluasi

tersebut disampaikan ke DPRD dan kemudian ditetapkan oleh DPRD

berdasarkan Keputusan Pimpinan DPRD.

Prosedur Penetapan Peraturan Walikota diawali dengan pengajuan konsep

Perwali diajukan oleh SKPD teknis kemudian disampaikan ke Bagian Hukum

untuk dikoreksi. Setelah dikoreksi, kemudian dikoordinasikan dan dibahas

kembali dengan SKPD teknis. Bila telah diperbaiki, konsep tersebut diberi nomor

Registrasi dan diparaf oleh Kabag hukum, Asisten I dan Sekretaris Daerah untuk

selanjutnya ditandatangani oleh Walikota (Wawancara, 26 Februari 2015).

Mencermati substansi dari berbagai kebijakan dalam pengaturan dan

pengendalian pembangunan city hotel hasil penelitian tersebut akan melibatkan

beberapa SKPD sebagai koordinator dan melibatkan pemangku kepentingan

terkait, sebagai contoh kebijakan standar harga sewa kamar sebagai SKPD teknis

adalah Dinas Pariwisata bermitra dengan PHRI dan ASITA, sedangkan kebijakan

tentang pemerataan pembangunan hotel di wilayah Kota Denpasar akan

dikoordinir oleh Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar bermitra

Page 145: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

123

dengan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal

Kota Denpasar serta lembaga terkait lainnya.

Dengan telah terimplementasinya kebijakan kepariwisataan dalam suatu

produk hukum diharapkan dapat menjadi pedoman dalam menjaga iklim usaha

sarana akomodasi di Kota Denpasar tetap kondusif dapat menarik kunjungan

wisatawan lebih banyak lagi, meningkatkan jumlah tamu menginap dan tingkat

hunian hotel sehingga meningkatkan pendapatan hotel sehingga kepariwisataan di

Kota Denpasar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Menurut Laporan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota

Denpasar Tahun Anggaran 2014 yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah,

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan

Asli Daerah Yang Sah, tercantum jumlah Pajak Hotel yang diterima adalah

sebesar 119 milyar. Jumlah ini telah melebihi dari target yang dirancang sebesar

105 milyar.

Angka ini menunjukkan penerimaan dari pajak hotel merupakan pendapatan

daerah yang dominan diantara pajak lainnya. Untuk itu penerimaan tersebut

diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas daya tarik wisata

yang ada di Kota Denpasar ataupun membina pengusaha kepariwisataan lokal

untuk meningkatkan kualitas manajemen dan pelayanannya agar dapat bersaing

dengan manajemen hotel jaringan Internasional.

Dengan adanya produk hukum sebagai pedoman dalam penataan

pembangunan hotel di Kota Denpasar dan adanya legalitas sebagai perusahaan

yang berbadan hukum, pengusaha hotel melati diharapkan mampu bertahan dalam

Page 146: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

124

persaingan dengan city hotel. Menurut Supasti, dkk (2014), pengusaha hotel

melati juga diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk mengembangkan

hotelnya menjadi hotel jaringan franchising dengan nama brand sendiri. Dari

hasil studi empiris menunjukkan model penguatan city hotel lokal di Bali dapat

dilakukan melalui model kemitraan dengan pola CSR. Model kemitraan antara

pengelola hotel franchising dengan hotel melati melalui pelatihan tentang

manajemen franchising Internasional. Model kemitraan ini dikuatkan dalam

bentuk Perda dan Self Regulatory Body dari para stakeholders baik pengelola

hotel ataupun perbankan dengan berfokus pada aspek permodalan dan bantuan

pelatihan manajemen franchising.

Page 147: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

125

BAB VII

PERSAINGAN DAN STRATEGI BISNIS ANTAR-CITY HOTEL SERTA

PENGARUHNYA TERHADAP STRATEGI BISNIS HOTEL MELATI

DI KOTA DENPASAR

Untuk menjawab rumusan masalah ketiga, persaingan dan strategi bisnis

antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota

Denpasar, teori yang digunakan adalah teori dampak, teori permintaan dan

penawaran dengan faktor antara lain: harga sewa kamar, jumlah tamu yang

menginap, tingkat hunian kamar, pendapatan hotel, lama tinggal, promosi yang

dilakukan dan jenis tamu yang menginap. Seperti yang telah diulas dalam bab

sebelumnya bahwa sebuah pembangunan akan menimbulkan dampak baik positif

ataupun negatif terhadap masyarakat sekitarnya. Mencermati dari hal tersebut,

perkembangan city hotel di Kota Denpasar tidak saja memberikan dampak kepada

usaha hotel melati untuk bertahan, juga menimbulkan dampak yang dalam hal ini

sebuah persaingan antar-city hotel.

Selanjutnya dengan teori penawaran dan permintaan digunakan untuk

mengidentifikasi strategi bisnis yang dipilih oleh city hotel untuk menghadapi

persaingan yang terjadi dan pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di

Kota Denpasar. Dengan teori ini akan diketahui bagaimana manajemen city hotel

dan hotel melati dalam melakukan strategi yakni menawarkan produknya sesuai

dengan fasilitas yang ada untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tamu.

Untuk mengetahui persaingan yang dirasakan oleh pengelola hotel akibat pesatnya

perkembangan city hotel di Kota Denpasar dan strategi yang dilakukan untuk

Page 148: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

126

menghadapi persaingan yang ada, peneliti melakukan wawancara dengan

pengelola city hotel kelas bintang dan hotel melati.

7.1 Persaingan Antar-City Hotel di Kota Denpasar

Dalam Bab VI telah diulas hasil penelitian mengenai dampak negatif dan

positif dari perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar

yang sebagian besar pengelola hotel melati menyatakan adanya persaingan harga

sewa kamar yang tidak sehat yang menyebabkan menurunnya tingkat hunian dan

pendapatan hotel. Dengan berkembangnya city hotel terutama yang dikelola oleh

hotel manajemen berjaringan internasional menyebabkan jenis tamu yang diterima

oleh hotel melati hanya tamu rombongan yang datang hanya pada saat liburan,

sedangkan tamu bisnis ataupun tamu perseorangan lebih banyak memilih city

hotel.

Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi city hotel seperti yang

disampaikan oleh Pengelola hotel Pop Harris Teuku Umar, Erick Indra Gunadi,

persaingan harga sewa kamar di Kota Denpasar sudah sangat tidak sehat,

menurunnya tingkat hunian dan pendapatan hotelpun sangat dirasakan. Hotel Pop

Harris tidak saja berada di Jalan Teuku Umar namun ada juga hotel dengan model

dan manajemen yang sama baru-baru ini dibangun di Jalan Cokroaminoto

(Wawancara, 2 Februari 2015).

Page 149: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

127

Gambar 7.1

Tampak Depan Dua Hotel Pop Harris di Jalan Teuku Umar dan

Jalan. Cokroaminoto (Dokumentasi, 2015)

Persaingan antar-city hotel secara umum dilihat memang sangat ketat,

namun hubungan antar-pengelola terutama di bagian marketing mempunyai cara

sendiri dalam menghadapi persaingan tersebut. Hal ini disampaikan oleh

Marketing Manajer Hotel Inna Bali, Ari Sulistiari, meskipun terjadi persaingan

harga sewa kamar antar-hotel namun beberapa pengelola hotel diantaranya secara

intens berkomunikasi untuk merancang suatu kegiatan dalam rangka

meningkatkan kunjungan wisatawan di Kota Denpasar seperti bekerjasama

dengan ASITA untuk merancang paket City Tour. Komunikasi juga dilakukan

untuk saling berbagi informasi antar-pengelola hotel (wawancara, 5 Februari

2015).

Semangat para pengelola hotel dalam menghadapi persaingan ini tidak saja

berfokus kepada bagaimana meningkatkan tingkat hunian di hotelnya masing-

masing namun telah lebih luas lagi sedang merancang suatu kegiatan semacam

Teuku Umar Festival untuk menarik wisatawan, seperti yang disampaikan oleh I

Wayan Budiartha, Manajer Hotel The Grand Santhi. Gagasan ini tentu merupakan

Page 150: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

128

hal sangat positif dalam menghadapi persaingan antar-city hotel akibat lebihnya

jumlah kamar yang tersedia dibandingkan dengan kunjungan wisatawan.

Dalam menghadapi persaingan setiap pengelola memiliki pendapatnya

masing-masing seperti yang diampaikan oleh Asisten Manajer Front Office Hotel

Harrads, Desak Made Ariati, persaingan harga sewa kamar memang sangat

mengkhawatirkan, namun kondisi tersebut memang sangat sulit dihindari karena

harga tergantung pasar (Wawancara, 6 Februari 2015). Untuk itu pengelola hotel

berupaya menjalin komunikasi antar-pengelola hotel lainnya baik untuk berbagi

informasi harga terkadang saling berbagi tamu terutama pada saat high dan peak

season. Hal serupa juga dilakukan oleh Manajer Hotel The Grand City Inn, Ketut

Parwati persaingan dilakukan dengan cara menjaga komunikasi antar-pengelola

hotel namun tetap menjaga pangsa pasar yang telah dimiliki (Wawancara, 30

Januari 2015).

Sedikit berbeda dengan yang disampaikan oleh pengelola Hotel Lifestyle

Express, Adia Suandynata bahwa persaingan tidak begitu mempengaruhi tingkat

hunian hotel karena hotel ini berada di lokasi yang sangat strategis, di jalan Teuku

Umar dan harga yang ditawarkanpun sangat sesuai dengan fasilitas yang ada.

Meski demikian sangat diperlukan penataan pembangunan city hotel di Kota

Denpasar agar tidak terkonsentrasi pada satu wilayah tertentu (Wawancara, 3

Maret 2015) .

Persaingan harga sewa kamar, menurunnya tingkat hunian dan pendapatan

hotel merupakan permasalahan serius yang dihadapi oleh hotel-hotel di Kota

Denpasar apabila penataan pembangunan hotel tidak segera ditangani. Kondisi

Page 151: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

129

bisnis perhotelan akan semakin melesu terutama hotel melati, seperti yang

disampaikan oleh Pengelola Hotel The Graha Cakra Bali, Heru Jatmiko

(wawancara, 11 Februari 2015), ada dua hotel baru siap beroperasi di wilayah

Denpasar Timur, Hotel Guntur di Jl. Gatot Subroto Timur, Tohpati dan Hotel

Fave Tohpati, Jl. WR. Supratman, sebagai pada Gambar 7.2.

Gambar 7.2

Dua hotel baru, Hotel Guntur dan Hotel Fave Tohpati yang lokasinya berdekatan

dengan Hotel Graha Cakra Bali (Dokumentasi, 2015)

Dua hotel ini sangat berdekatan lokasinya dengan Hotel The Graha Cakra Bali.

Saat peneliti berkunjung pada tanggal 21 Februari 2015 ke Hotel Guntur, yang

sebelumnya merupakan sebuah rumah sakit, hotel dengan kapasitas 32 kamar ini

sedang dalam keadaan penuh. Waktu itu masih dalam suasana liburan hari raya

Imlek. Meskipun baru beroperasi sekitar awal Desember namun hotel ini telah

mampu menarik tamu karena bentuk kamarnya yang unik dan cocok untuk

rombongan.

Page 152: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

130

Wawancara mengenai persaingan antar-city hotel juga dilakukan kepada

Pengelola Hotel Golden Tulip Essential, Windiari, pada tanggal 10 Februari 2015,

yang menyampaikan telah merasakan persaingan sewa harga kamar meskipun

hotel ini baru berdiri pada bulan Juli 2014. Harga sewa kamar memang sangat

tergantung pasar, apabila ingin bertahan di bisnis hotel, maka pengelola harus

pandai dalam menetapkan harga yang akan ditawarkan kepada tamu. Persaingan

hotel ini akan sangat ketat dengan hotel sejenisnya karena letaknya berseberangan

dengan Hotel Neo yang dikelola oleh grup Aston.

Gambar 7.3

Persaingan harga sewa kamar Hotel Lifestyle Express, Hotel Inna Bali dan Hotel

Pop Harris Teuku Umar di pegipegi.com ( Dokumentasi, 2015)

Page 153: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

131

Mencermati dari hasil penelitian tersebut, dapat dirumuskan bahwa dampak yang

terjadi akibat perkembangan city hotel di Kota Denpasar telah menimbulkan

persaingan antar-city hotel. Hal ini didapatkan dari faktor yang paling nyata

ditemukan adalah adanya persaingan harga sewa kamar, menurunnya tingkat

hunian hotel dan pembangunan hotel-hotel baru yang berdekatan satu sama

lainnya. Seperti pada Gambar 7.3 terlihat persaingan harga sewa kamar antar-city

hotel pada online travel agent pegipegi.com. Ketiga hotel tersebut ditawarkan

dengan harga Rp. 250.000 sampai Rp. 275.000.

Persaingan yang terjadi antar-city hotel tidak saja berdampak negatif

seperti yang disebutkan, namun ada beberapa pengelola yang menanggapi

persaingan dengan tetap menjaga hubungan baik antar-pengelola. Persaingan juga

menyatukan visi dan ide dalam membangun Kota Denpasar agar daya tarik

wisatanya mampu untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.

Pengertian bisnis menurut Louis E. Boone (2007),5 yang paling mendekati

dengan dunia bisnis perhotelan yakni bisnis merupakan seluruh aktivitas dan

usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang

dibutuhkan bagi sistem perekonomian, beberapa bisnis memproduksi barang

berwujud sedangkan yang lain memberikan jasa. Bisnis perhotelan adalah bisnis

jasa merupakan suatu aktivitas yang menyediakan jasa pelayanan kepada tamu

dengan tujuan mencari keuntungan.

_______________________________________________________

5 http://tipsserbaserbi.blogspot.com/2014/12/pengertian-bisnis-menurut-para-ahli.html

(diakses pada tanggal 30 April 2015)

Page 154: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

132

Dalam dunia bisnis apapun, pasti akan terjadi persaingan, meski demikian

agar persaingan tidak menjadi masalah, dalam bersaing harus memegang teguh

beberapa landasan etika bisni. Menurut Muslich (2004) dalam berbisnis harus

berlandaskan etika bisnis antara lain: memberikan terbaik kepada konsumen, tidak

berlaku curang, kerjasama positif.

Meskipun persaingan sangat ketat, etika bisnis harus tetap dipegang teguh.

Pengelola hotel harus tetap berkomitmen dalam memuaskan tamu dengan

memberikan harga yang sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan memberikan

pelayanan yang terbaik. Terjaganya hubungan baik antara pemilik, pengelola,

tenaga kerja dan pengusaha hotel lainnya. Secara internal hubungan pemilik,

pengelola dan tenaga kerja harus terbuka mengenai pengelolaan perusahaan.

Sedangkan eksternal, hubungan baik antara pengelola hotel sehingga saling

berbagi informasi dan tidak menjelek-jelekan hotel lain.

Selain adanya persaingan harga sewa kamar antar-cityhotel, perpindahan

karyawan (employee turnover) antar hotel juga sering terjadi, seperti yang

disampaikan oleh pengelola Hotel Pop Harris Teuku Umar. Perpindahan ini

disebabkan karyawan ingin mencari pengalaman di hotel yang lebih besar dan

meningkatkan penghasilannya (Wawancara, 2 Februari 2015). Perpindahan

karyawan di indutri pariwisata, khususnya bidang perhotelan merupakan hal biasa,

namun manajemen hotel harus menjaga agar perpindahan karyawan tidak

menimbulkan masalah sehingga mengganggu operasional hotel.

Terbukanya kesempatan kerja di dunia perhotelan juga memudahkan tenaga kerja

yang memiliki pengalaman dan ketrampilan yang cukup untuk berpindah dari satu

Page 155: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

133

hotel ke hotel lainnya dan mencari hotel yang memberikan penghasilan yang

tinggi. Menurut Windiari, Human Resources Departement Hotel Golden Tulip

Essential, untuk mencari tenaga kerja level bawah tidak ditemukan kendala, saat

ini justru sangat sulit mencari tenaga kerja tingkat manajer (Wawancara, 10

Februari 2015). Mencermati hal tersebut, pemilik dan manajemen hotel harus

mampu mengelola sumber daya manusia yang dimiliki dengan baik untuk

mencegah tingginya perpindahan karyawan agar tidak memengaruhi pelayanan

kepada tamu.

Persaingan tidak saja meresahkan hotel-hotel yang dikelola oleh manajemen

lokal namun hotel-hotel yang dikelola oleh hotel manajemen kelas duniapun

sangat mengkhawatirkan dampak yang terjadi akibat kian bertambahnya

pembangunan hotel di Kota Denpasar. Untuk itu, sebagian besar pengelola hotel

mengharapkan agar Pemerintah Kota Denpasar mulai mengatur pembangunan

hotel dengan cermat agar jumlah kamar sesuai dengan kunjungan tamu dan yang

terpenting turut mengontrol harga sewa kamar agar sesuai dengan kelasnya.

7.2 Strategi Bisnis City Hotel di Kota Denpasar

Tingginya tingkat persaingan bisnis city hotel di Kota Denpasar telah

menimbulkan berbagai dampak seperti yang telah diulas pada subbab 7.1, oleh

karena itu pengelola city hotel melakukan berbagai upaya untuk dapat bertahan.

Upaya yang dilakukan antara lain dengan menyiapkan beberapa strategi seperti

strategi harga, pasar dan pemasaran hotelnya. Dalam subbab ini, penyusunan

strategi dilakukan oleh para pengelola city hotel disesuaikan dengan teori

penawaran dan permintaan.

Page 156: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

134

Ada beberapa pengertian strategi, menurut Johnson and Scholes, bahwa

pengertian strategi adalah arah dan ruang lingkup sebuah organisasi dalam jangka

panjang: yang mencapai keuntungan bagi organisasi melalui konfigurasi sumber

daya dalam lingkungan yang menantang, untuk memenuhi kebutuhan pasar dan

memenuhi harapan pemangku kepentingan.6

Ada beberapa tingkatan strategi merujuk pada pandangan Dan Schendel dan

Charles Hofer, Higgins (1985) yaitu empat tingkatan strategi. Keseluruhannya

disebut Master Strategy, antara lain: enterprise strategy, corporate strategy,

business strategy dan functional strategy. Dari tingkatan empat strategi tersebut

yang sesuai dengan pokok bahasan ini adalah business strategy (strategi bisnis).

Yang dijabarkan dalam strategi bisnis adalah bagaimana merebut pasaran di

tengah masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi di hati para penguasa,

para pengusaha, para donor dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk dapat

memperoleh keuntungan-keuntungan stratejik yang sekaligus mampu menunjang

berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik.7

Perusahaan apapun pasti berupaya menyusun strategi untuk memasarkan

produknya. Demikian pula dalam bisnis pariwisata, seperti perhotelan juga harus

menyusun strategi untuk menjalankan usahanya dan strategi yang paling dikenal

adalah strategi pemasaran.

____________________________________________________________________________

6 http://www.apapengertianahli.com/2014/12/pengertian-strategi-menurut-

beberapa-ahli.html# (diakses pada tanggal 2 Mei 2015)

7 http://manajemena2011.blogspot.com/2013/04/pengertian-manajemen-

strategi.html#sthash.aFg2d1EV.dpuf (diakses pada tanggal 2 Mei 2015)

Page 157: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

135

Dalam rangka meningkatkan tingkat hunian kamar, pengelola hotel berupaya

dalam menyusun konsep pemasaran hotelnya, salah satunya adalah dengan

melakukan promosi.

Menurut Budi (2013), konsep pemasaran harus didasarkan pada kebutuhan

dan keinginan konsumen sebagai dasar tujuan bisnis, memaksimalkan seluruh

sumber daya organisasi untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen,

mencapai tujuan organisasi dengan menciptakan kepuasan konsumen.

Dalam hubungan antara penyusunan strategi dengan teori penawaran dan

permintaan adalah pengelola hotel mencoba menetapkan strategi harga dan

promosi untuk

memenuhi permintaan tamu dalam mengantispasi persaingan city hotel di Kota

Denpasar sebagaimana hasil penelitian terhadap pengelola Hotel Inna Bali, Hotel

Pop Harris Teuku Umar, Hotel Lifestyle Express, Hotel Graha Cakra Bali, Hotel

Harrads dan Hotel GoldenTulip Essential,

Dari enam city hotel tersebut, sebagian besar melakukan strategi dengan

memberikan harga lebih rendah dari harga resmi demi dapat bersaing dengan

hotel lain. Seperti yang disampaikan pengelola Hotel Inna Bali yang menetapkan

harga sewa kamar sesuai dengan kondisi. Harga sewa kamar pada saat peak atau

high season dengan harga sewa kamar pada saat low season. Meski demikian,

harga sewa kamar tetap memperhatikan peraturan perusahaan. Hal ini dilakukan

karena Hotel Inna Bali merupakan sebuah perusahaan BUMN yang telah memiliki

aturan perusahaan dalam mencapai target. Demikian pula halnya dengan

Page 158: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

136

pengelola Hotel Pop Harris Teuku Umar yang memberikan potongan harga sewa

kamar bagi tamu yang menginap lebih dari dua hari. Strategi harga untuk bertahan

dalam bisnis perhotelan juga dilakukan oleh pengelola Hotel Harrads yang

memberikan harga khusus untuk tamu rombongan dan tamu walk-in pada saat low

season.

Dari hasil penelitian tersebut dapat dicermati bahwa hotel berlomba-lomba

mempromosikan harga dengan berbagai cara untuk dapat menarik tamu, seperti

dalam Gambar 7.4. Pada situs Hotel Graha Cakra Bali, harga kamar deluxe

seharga Rp. 651.000 sedangkan pada situs online travel agent Agoda awalnya

ditawarkan dengan Rp. 900.000, namun diturunkan menjadi Rp. 672.722. Dengan

penawaran semacam itu diharapkan dapat menarik pelanggan.

Gambar 7.4

Perbandingan harga di Situs Hotel Graha Cakra Bali dengan Penawaran di Agoda

(Dokumentasi, 2015)

Page 159: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

137

Fenomena ini tidak sesuai dengan teori penawaran pada umumnya, yang

menggambarkan situasi dimana semakin tinggi harga suatu barang, makin banyak

jumlah barang yang ditawarkan oleh para penjual, sebaliknya makin rendah harga

suatu barang, makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan. Namun dalam

kenyataannya, pengelola hotel justru menawarkan harga sewa kamar serendah-

rendahnya sesuai dengan perhitungan perusahaan demi dapat bersaing dengan

hotel lainnya.

Bila dipadukan dengan teori permintaan, telah tergambar dalam ulasan Bab VI

mengenai dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati. Turunnya

permintaan terhadap hotel melati karena tamu lebih memilih city hotel berfasilitas

kelas bintang dengan harga murah sehingga terjadi persaingan harga sewa kamar

menyebabkan terjadinya penurunan tingkat hunian hotel.

Strategi lainnya adalah dengan melakukan berbagai upaya promosi dengan

berbagai pihak seperti mengikuti kegiatan pemasaran secara langsung (table top,

ataupun sales call), bekerja sama dengan Online dan Offline Travel Agent.

Untuk dapat bertahan di bisnis perhotelan di Kota Denpasar saat ini sangat

sulit mengingat semakin hari jumlah hotel semakin meningkat sehingga para

pengelola menyusun paket-paket yang dapat ditawarkan kepada para tamu seperti

paket meeting. Selain itu juga dilakukan penawaran terhadap fasilitas hotel untuk

kegiatan rapat, pernikahan, wisuda ataupun menyusun paket untuk kegiatan

tertentu seperti yang dilakukan Pengelola Hotel Inna Bali seperti dalam gambar

7.5.

Page 160: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

138

Gambar 7.5

Penawaran dari Hotel Inna Bali untuk berbagai kegiatan (Dokumentasi, 2015)

Namun pada awal bulan Desember 2014 terbit Surat Edaran Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 11 Tahun

2014 tentang Pembatasan Kegiatan Pertemuan/ Rapat di Luar Kantor sehingga

mempengaruhi tingkat hunian dan pendapatan hotel. Dengan adanya pembatasan

pelaksanaan rapat tersebut, telah memberikan dampak yang sangat signifikan

terhadap beberapa hotel seperti Hotel Graha Cakra Bali, Hotel Inna Bali dan Hotel

Golden Tulip Essential. Dengan menurunnya pelaksanaan rapat-rapat di hotel,

maka pengelola hotel mencari jalan keluar dengan menyewakan fasilitas gedung

kepada pihak swasta ataupun untuk pelaksanaan acara perkawinan maupun

pelaksanaan ibadah.

Sebagian besar pengelola hotel mengeluhkan hal tersebut dan keluhan

tersebut ditanggapi positif oleh Pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 6

Tahun 2015 tentang Pedoman Pembatasan Pertemuan/ Rapat di Luar Kantor

Dalam Rangka Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Kerja Aparatur. Dengan

terbitnya Peraturan baru diharapkan kegiatan rapat di hotel kembali meningkatkan

Page 161: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

139

pendapatan hotel. Informasi dari beberapa pengelola hotel seperti Hotel Puri Nusa

Indah menyatakan sejauh ini belum ada permintaan dari Instansi Pemerintah

untuk melaksanakan rapat di Hotel, sedangkan Pengelola Hotel Graha Cakra Bali,

Andre Alexander, menyatakan sudah menerima permintaan pelaksanaan rapat

meskipun belum banyak. Demikian pula halnya dengan Pengelola Hotel Inna

Bali, yang sudah menerima permintaan pelaksanaan rapat dari bulan maret 2015

sekitar 5 kali kegiatan.

Strategi lainnya adalah menjaga segmen yang telah ada. Untuk itu

pengelola hotel berusaha menjalin hubungan dengan pelanggannya melalui media

sosial, e-mail ataupun berita singkat (Short Message Service) untuk

menginformasikan program ataupun penawaran hotel yang paling terkini.

7.3 Strategi Bisnis Hotel Melati di Kota Denpasar

Perkembangan city hotel di Kota Denpasar telah meningkatkan persaingan

antar-city hotel sehingga pengelola hotel menyusun berbagai strategi agar dapat

tetap bertahan. Kondisi tersebut memaksa sejumlah pengelola hotel melati

menyusun strategi bisnisnya agar tidak semakin terpuruk. Dari hasil wawancara

dengan 13 pengelola hotel melati, pada dasarnya strategi bisnis yang ditetapkan

tidak berbeda dengan city hotel yaitu strategi harga, promosi dan menjaga segmen

yang telah menjadi pelanggannya.

Salah satu strategi harga yang dilakukan oleh pengelola Hotel The Grand

Santhi adalah memberikan potongan harga sewa kamar hingga 50% pada saat low

season namun dengan memperhatikan lama tinggal tamu. Untuk menutupi biaya

operasional pada musim sepi, pengelola Hotel Warta Sari menaikkan harga sewa

Page 162: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

140

kamarnya hampir dua kali lipat saat high season atau peak season. Berbeda

dengan Hotel The Bali Rama City yang menawarkan harga sewa kamarnya

dengan harga terendah sekitar Rp. 288.000 hanya untuk tiga kamar saja sebagai

penarik perhatian tamu.

Pada Bab VI telah diulas mengenai salah satu dampak positif

perkembangan city hotel di Kota Denpasar adalah hotel melati meningkatkan

promosi hotelnya. Promosi mempunyai peranan penting dalam melakukan

penjualan. Promosi akan efektif jika sasaran dan komunikasi yang dilakukan tepat

sasaran. Untuk memasarkan hotel salah satunya dilakukan dengan berpromosi

melalui berbagai cara seperti iklan (advertising) , menawarkan hotel langsung

kepada tamu (personal selling), bekerja sama dengan pihak lain (sales

promotion), barang-barang hotel yang diperjualbelikan (merchandising) ataupun

menjalin komunikasi secara intens dengan mitra dan pelanggan ( public relation)

(Budi, 2013). Demikian pula halnya yang dilakukan oleh pengelola Hotel Cianjur

memilih berpromosi dengan beriklan di Buku Yellow Pages yang peredarannya di

luar Bali, menyebarkan brosur kepada travel agent dan melalui website hotel

seperti pada Gambar 7.6.

Berpromosi di buku Yellow pages juga dilakukan oleh pengelola Hotel

Puri Nusa Indah, Hotel Wisata Indah, Hotel Mutiara dan Hotel Warta Sari.

Beberapa hotel, seperti Hotel Puri Royan dan Hotel Puri Gatsu Indah

mempromosikan hotelnya dengan melakukan kerjasama dengan sopir taksi dan

pramuwisata.

Page 163: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

141

Gambar 7.6

Website Hotel Cianjur di Denpasar (Dokumentasi, 2015)

Beberapa hotel melati tidak melakukan kerjasama dengan online dan offline travel

agent karena harus memperbaharui kontrak setiap tahun dan harga menjadi tinggi

sehingga khawatir justru tidak mendapatkan tamu.

Strategi lainnya adalah menjaga segmen atau pasar yang telah dimiliki

dengan menyediakan fasilitas dan pelayanan yang diiinginkan oleh tamu.

Pengelola Hotel The Grand City menyediakan menu sarapan sesuai dengan

permintaan tamu demi menjaga hubungan dengan tamu. Selain itu, Hotel The

Grand Santhi juga memberikan layanan khusus antar jemput ke Bandara sesuai

permintaan tamu. Meningkatkan fasilitas hotel seperti kamar dan areal parkir juga

dilakukan oleh Hotel Puri Royan untuk dapat menerima pelanggan dengan baik.

Mencermati dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan

city hotel di Kota Denpasar telah berdampak kepada usaha hotel melati dan juga

antar-city hotel. Keadaan itu memicu timbulnya persaingan antar-city hotel untuk

dapat bertahan dalam bisnis hotel. Untuk itu pengelola city hotel dan hotel melati

melakukan strategi harga untuk menarik tamu sebanyak-banyaknya. Sebagian

Page 164: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

142

besar city hotel menawarkan harga serendah-rendahnya dengan melakukan

promosi secara gencar untuk dapat meningkatkan tingkat hunian dan pendapatan

hotel sedangkan hotel melati menetapkan harga sewa kamar dengan

memberlakukan potongan harga pada saat low season dan menaikkan harga pada

saat high dan peak season.

Kondisi semacam ini tentu tidak diharapkan oleh semua pihak, karena

akan mengancam keberlangsungan bisnis pariwisata khususnya bisnis sarana

akomodasi yang berdampak terhadap kepada pengusaha lokal dan masyarakat.

Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai jumlah ideal hotel sesuai dengan

jumlah kunjungan wisatawan di Kota Denpasar. Pengelola hotel juga tetap

menjaga kualitas pelayanan dan fasilitas yang ditawarkan agar sesuai dengan

harga yang diberikan kepada tamu, sehingga dapat memberikan kepuasan.

Page 165: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

143

BAB VIII

SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut :

Pertama, faktor-faktor penyebab berkembangnya city hotel di Kota

Denpasar ada dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari

harga sewa kamar hotel (room rate), lokasi, fasilitas hotel yang ditawarkan,

tingkat hunian kamar, lama tinggal tamu, serta pengelolaan hotel yang berkaitan

langsung dengan operasional hotel itu sendiri.

Faktor eksternalnya termasuk adanya tren wisatawan dalam pemilihan hotel

saat berlibur, mudahnya proses perizinan hotel dan adanya peluang untuk

membangun hotel di Kota Denpasar. Dari hasil penelitian dengan faktor-faktor

tersebut di atas, yang paling menarik perhatian adalah harga sewa kamar. Dari

faktor harga sewa kamar ini ditemukan bahwa fenomena saat ini hukum

penawaran tidak sesuai dalam bisnis hotel di Kota Denpasar. Perbedaan harga

sewa kamar city hotel dibandingkan dengan hotel melati hanya sekitar Rp. 50.000.

Dari sisi hukum permintaan, semakin murah harga sewa kamar hotel ditawarkan

semakin meningkatkan minat tamu untuk memilih hotel tersebut.

Kondisi ini yang membuat semakin melemahnya usaha hotel melati di Kota

Denpasar, karena tamu lebih memilih city hotel yang fasilitasnya lebih bagus

daripada hotel melati. Faktor eksternalnya adalah tren wisatawan yang

menginginkan menginap di hotel dengan fasilitas sekelas bintang dengan harga

Page 166: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

144

murah, mudahnya proses perizinan dan adanya peluang pembangunan hotel

menyebabkan berkembangnya city hotel di Kota Denpasar .

Kedua, ditemukan ada dua dampak perkembangan city hotel terhadap usaha

hotel melati di Kota Denpasar yaitu dampak negatif dan positif. Dampak negatif

dari perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati antara lain: terjadinya

persaingan harga sewa kamar antara city hotel dengan hotel melati, menurunnya

tingkat hunian serta pendapatan hotel melati. Keadaan tersebut menyebabkan ada

usaha hotel melati terancam bangkrut sehingga bermaksud beralih usaha seperti

yang disampaikan oleh pengelola Hotel Trio Bali yang beralamat di Jalan Hayam

Wuruk, Denpasar. Dampak negatif lainnya akibat perkembangan city hotel adalah

terjadinya kemacetan pada ruas jalan saat musim liburan karena hotel tidak

memiliki lahan parkir yang memadai dan kemungkinan terjadinya kriminalitas.

Selain adanya dampak negatif muncul pula upaya yang dilakukan oleh pengusaha

hotel melati untuk mengantisipasi perkembangan city hotel dengan meningkatkan

pelayanan dan fasilitas hotelnya, menggencarkan promosi serta menjaga

hubungan dengan pelanggannya. Manfaatnya bagi masyarakat adanya peluangnya

kerja dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Ketiga, perkembangan city hotel di Kota Denpasar tidak saja mempengaruhi

usaha hotel melati namun telah menyebabkan terjadinya persaingan dan antar-city

hotel itu sendiri. Persaingan ketat memang terjadi di kalangan city hotel terutama

pada harga sewa kamar, namun para pengelola hotel antara city hotel tetap

menjaga komunikasi secara informal untuk saling berbagi informasi mengenai

keadaan pariwisata secara umum bahkan menyatukan ide dalam meningkatkan

Page 167: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

145

kualitas daya tarik wisata di Kota Denpasar dengan merancang sebuah kegiatan

seperti Teuku Umar Festival untuk menarik minat wisatawan berkunjung di Kota

Denpasar.

Dalam mengantisipasi persaingan, pengelola city hotel dan hotel melati

telah melakukan strategi untuk tetap bertahan. Adapun strategi yang dilakukan

adalah strategi harga antara lain dengan memberikan potongan harga bagi tamu

yang menginap lebih dari dua hari, strategi promosi yang dilakukan bekerjasama

dengan lebih banyak online travel agent, mengikuti kegiatan pemasaran secara

langsung (table top ataupun sales call) dan juga menawarkan fasilitas hotel seperti

meeting room, kolam renang ataupun restorant yang ada dalam hotel. Dan strategi

lainnya adalah menjaga segmen yang telah dimiliki dengan memberikan

pelayanan yang diinginkan tamu.

8.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran untuk mengatasi pesatnya

perkembangan city hotel di Kota Denpasar dengan rincian sebagai berikut:

Pertama, perlunya menyusun sebuah kajian tentang kebutuhan kamar hotel

yang dibutuhkan di Kota Denpasar agar jumlah kamar yang tersedia sebanding

dengan tamu menginap. Adanya beberapa kebijakan mengenai sarana akomodasi

antara lain: Kebijakan yang mengatur standar harga sewa kamar hotel minimum

dan maksimal sesuai dengan fasilitas yang disediakan sehingga tidak terjadi

persaingan harga, Kebijakan tentang pemerataan pembangunan hotel di wilayah

Kota Denpasar sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan dalam RTRW Kota

Page 168: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

146

Denpasar, Kebijakan tentang pencegahan alih fungsi lahan dengan merancang

secara detail peruntukan wilayah khusus pembangunan sarana akomodasi,

Kebijakan mengenai peningkatan kualitas daya tarik wisata di Kota Denpasar.

Kedua, pentingnya mensosialisasikan Peraturan Walikota Denpasar

Nomor 24 Tahun 2013 tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata kepada pengusaha

hotel lokal mengenai pemberlakukan peraturan bahwa pengusaha jenis usaha

penyediaan akomodasi hotel wajib berbentuk badan usaha Indonesia berbadan

hukum. Sosialisasi untuk memberikan pengertian kepada para pengusaha bahwa

peraturan tersebut disusun demi memberikan kepastian hukum dalam

menjalankan usaha pariwisata di Kota Denpasar.

Ketiga, menyarankan kepada pengelola hotel melati terus meningkatkan

kualitas fasilitas dan pelayanan hotel untuk memenuhi kebutuhan (needs) dan

keinginan (wants) tamu demi memberikan kepuasan kepada pelanggan. Kepada

seluruh pengelola hotel baik hotel bintang dan hotel melati di Kota Denpasar

wajib untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama di bidang

bahasa dan teknologi agar dapat bersaing dalam menghadapi masuknya tenaga

kerja dari luar dengan mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir

2015.

Page 169: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

147

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Ida Bagus Yoga. 2002. Ekowisata Rakyat: Lika-liku Ekowisata di

Tenganan, Pelaga, Sibetan dan Nusa Ceningan. Kuta: Wisnu Press.

Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali. 2013. Laporan Akhir

Pengkajian dan Pengembangan Penanaman Modal Tahun 2012 (Kebutuhan

Akomodasi Hotel di Bali Tahun 2012-2022 ).

Badan Pusat Statistik (BPS) Bali. 2012. Bali Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik (BPS) Denpasar. 2014. Statistik Hotel Kota Denpasar 2013.

Badan Pusat Statistik (BPS) Denpasar. 2014. Denpasar Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik (BPS) Denpasar. 2014. Statistik Daerah Kota Denpasar

2014.

Bagian Humas dan Protokol Setda. Kota Denpasar. 2014. Data Mini Selayang

Pandang Kota Denpasar.

Badan Perencanaan Pembangunan Kota Denpasar (BAPPEDA). 2014. Rencana

Kerja Pembangunan Daerah Kota Denpasar 2015.

Bagyono. 2012. Pariwisata dan Perhotelan. Bandung: CV. Alfabeta.

Budi, Agung Permana. 2013. Manajemen Marketing Perhotelan. Yogyakarta:

CV. Andi Offset.

Darminto, Dwi Prastowo dan Suryo, Aji. 2005. Analisis Laporan Keuangan

Hotel. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 2014. Direktori Berijin Usaha di Provinsi Bali

2013.

Dinas Pariwisata Kota Denpasar. 2013. Direktori Pariwisata Denpasar 2013.

Dinas Pariwisata Kota Denpasar. 2013. Data Pariwisata Kota Denpasar 2013.

Dinas Pariwisata Kota Denpasar. 2014. Profil Dinas Pariwisata Kota Denpasar

2014.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 2014. Data Kepariwisataan di Bali Tahun 2013.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Page 170: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

148

Indrawati, Yayu. 2009. “Persepsi Wisatawan Lanjut Usia Pada Fasilitas

Akomodasi dan Aktivitas Pariwisata Bernuansa Seni Budaya di Desa

Sanur“. Jurnal Mudra, Volume 24, Nomor 1, hal 148-162.

Ismayanti, 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Kreag, Glenn. 2001. The Impacts of Tourism. Minnesota: Sea Grant.

Kotler, Philip dan Amstrong, Gary. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta:

Erlangga.

Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta:

CV. Andi Offset.

Mason, Peter. 2003. Tourism Impacts, Planning and Management. Burlington:

Butterworth-Heinemann.

Pariyasa, I Nyoman Gede, 2013. “Dampak Perkembangan Villa Yang Menyebar

Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kelurahan Seminyak

Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung” (tesis). Denpasar: Universitas

Udayana.

Paturusi, Syamsul Alam. 2008. Perencanaan Kawasan Pariwisata. Denpasar:

Udayana University Press.

Payne, Adrian. 2000. The Essence of Service Marketing (Pemasaran Jasa).

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Pitana, I Gede dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: CV.

Andi Offset.

Pitana, I Gede dan Diarta, Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta:

CV. Andi Offset.

Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta:

PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Soewirjo, Herdi S. Darmo. 2003. Teori dan Praktik Akutansi Perhotelan.

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata

(Konsep dan Aplikasinya di Indonesia). Yogyakarta: Gava Media.

Supasti, Ni Ketut Dharmawan., Made Sarjana, M. Suksma Prijandhini D.S. dan

Made Dedy P. 2014 “Model Pengaturan City Hotel Wirausaha Lokal

Berbasis Penguatan Kemitraan Dengan Berbagai Stakeholders Bagi

Ketahanan Dan Keberlangsungan Ekonomi Masyarakat Bali Dalam

Page 171: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

149

Kegiatan Kepariwisataan”. Laporan Akhir Penelitian Hibah Penelitian

Riset Invensi Udayana. Universitas Udayana, November 2014.

Sutapa, I Ketut dan Bayu Wisnawa, I Made. “Over Capacity Pembangunan

Fasilitas Akomodasi di Bali dalam Persepektif Ekonomi dan Bisnis”. Jurnal

Perhotelan dan Pariwisata, Desember 2013, Volume 3, Nomor 2, hal 69.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV. Alpabeta.

Sukirno, Sadono. 1985. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi UI dengan Bima Grafika.

Vickers, Adrian. 2011. “Bali rebuilds its tourist industry“. Jurnal Bijdragen tot de

Taal-,Land- en Volkenkunde, Volume 167, Nomor 4 (2011), hal 459-481.

Wahab, Solichin Abdul. 2014. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke

Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Widiartha Negara, I Ketut Gede. 2010. “Dampak Pelaksanaan Kebijakan

Penataan Sarana Akomodasi Pariwisata Terhadap Perkembangan Villa di

Kabupaten Badung” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Yoeti, Oka. A. 2005. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Peraturan dan Perundang-undangan.

Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Nomor:

KM.94/HK.103/MPPT-87, tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan

Hotel.

Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Nomor: KM.3/HK.001/MKP.02,

tentang Penggolongan Kelas Hotel.

Peraturan Daerah Kota Denpasar, Nomor: 24 Tahun 2001, tentang Usaha Hotel

Melati.

Peraturan Daerah Kota Denpasar, Nomor: 9 Tahun 2002, tentang Usaha Pondok

Wisata.

Peraturan Daerah Provinsi Bali, Nomor: 16 Tahun 2009, tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029.

Page 172: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

150

Peraturan Daerah Kota Denpasar, Nomor: 27 Tahun 2011, tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Denpasar Tahun 2011-2031.

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Nomor: PM

86/HK. 501/ MKP/ 2010, tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan

Akomodasi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor: 52 Tahun 2012, tentang

Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata.

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Nomor:

PM 53/HK. 001/ MPEK/ 2013, tentang Standar Usaha Hotel.

Peraturan Wali Kota Denpasar, Nomor: 31 Tahun 2007, tentang Usaha Hotel

Berbintang.

Peraturan Wali Kota Denpasar, Nomor: 42 Tahun 2007, tentang Bangunan

Condominum Hotel (Condotel).

Peraturan Wali Kota Denpasar, Nomor: 24 Tahun 2013, tentang Tanda Daftar

Usaha Pariwisata.

Peraturan Wali Kota Denpasar, Nomor: 26 Tahun 2014, tentang Petunjuk

Pelaksanaan Usaha Akomodasi, Jasa Makanan dan Minuman, Kegiatan

Hiburan dan Rekreasi.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor: 9 Tahun 1990, tentang

Kepariwisataan.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 10 Tahun 2009, tentang

Kepariwisataan.

Sumber Internet

http://www.denpostnews.com/metro-denpasar/denpasar-jangan-obral-izin-city-

hotel.html

Tangerang.imigrasi.go.id/site/detailberitaumum/269/pemerintah-memberi-bebas-

visa-kunjungan-singkat-wisatawan-kepada-30-

http://tentangpariwisata. blogspot.com/2010/12/apa-itu-kebijakan

kepariwisataan.html

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx-

Faktor Bauran Pemasaran Yang berkontribusi Bagi Konsumen Dalam Memilih

Budget Hotel di Indonesia, oleh http://download.portalgaruda.org/article.

diakses pada tanggal 8 April 2015.:

Page 173: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

151

Kajian Normatif Pembentukan Peraturan Perundangan sebagai Instrumen

Kebijakan Pemerintah, https://interspinas.wordpress.com/2010/01/27/13/.

http://tipsserbaserbi.blogspot.com/2014/12/pengertian-bisnis-menurut-para-

ahli.html (diakses pada tanggal 30 April 2015)

http://www.apapengertianahli.com/2014/12/pengertian-strategi-menurut beberapa-

ahli.html# (diakses pada tanggal 2 Mei 2015)

http://manajemena2011.blogspot.com/2013/04/pengertian-manajemen-

strategi.html#sthash.aFg2d1EV.dpuf (diakses pada tanggal 2 Mei 2015)

Page 174: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

Lampiran

Page 175: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

152

Lampiran 1 : Pedoman wawancara untuk pengusaha hotel melati

Hari/Tanggal wawancara : ………………………………………

---------------------------------------------------------------------------------------------------

1) Nama Usaha : ………………………………………

2) Alamat : ……………………………………….

3) Nomor telp : ……………………………………….

4) Alamat e mail : ……………………………………….

5) Nama Pemilik : ……………………………………….

6) Domisili pemilik : ……………………………………….

7) Kewarganegaraan : WNA/WNI

8) Nama Pengelola : ……………………………………….

9) Sistem pengelolaan usaha

pribadi/ jaringan manajemen :………………………………………..

10) Klasifikasi kelas hotel : …………………………(Adanya

sertifikat)

11) Apakah sudah melakukan reklasifikasi? : ……………………………..

12) Sejak kapan berdiri hotel ini : ………………………………………..

13) Berapa luas bangunan hotel : …………………………………………

14) Berapa jumlah kamar : ………………………………………..

15) Jenis kamar : …………………………………………

16) Harga kamar : ………………………………………..

17) Menurut Saudara bagaimanakah harga sewa kamar city hotel dengan hotel

melati di Kota Denpasar

18) Apakah strategi harga kamar yang Saudara lakukan?

19) Berapakah rata-rata tingkat hunian kamar perbulannya?

20) Berapa rata-rata lama tamu menginap perbulannya?

21) Berapa rata-rata pendapatan perbulannya? ( meningkat/menurun)

22) Fasilitas kamar : AC/ Kipas angin Kamar mandi (shower air

panas , bathtub, handuk, sabun,shampo, sikat gigi, tas laundry, sandal

kamar, Kulkas, Air minum/Kopi/teh/gula, Pemanas air / Gelas, TV (saluran

nasional /kabel ), Telephone, Jaringan internet, Brankas.

23) Fasilitas hotel lainnya : Sarapan, Restauran/Coffee shop, Kolam

renang, Free Wifi .

Page 176: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

153

24) Berapa jumlah tenaga kerja : ………………………………………..

25) Satpam : ………………………………………..

26) Jenis Tamu yang menginap :

a. Kebangsaan : WNA /WNI

b. Wisatawan / Pengusaha/Pegawai/ Mahasiswa /Pelajar: ………………

c. Keperluan : Liburan / Bisnis/ Kunjungan keluarga/

Rapat

27) Bagaimana cara memasarkan hotel Saudara?

28) Bagaimanakah pendapat Saudara terhadap jumlah hotel dibandingkan

dengan tamu yang menginap di Kota Denpasar?

29) Bagaimana menurut Saudara faktor–faktor penyebab berkembangnya city

hotel di Kota Denpasar?

- Mudahnya proses perizinan

- Tingginya minat masyarakat menjual tanah karena pajak tanah.

- Lokasi berada di pusat kota atau strategis.

30) Menurut Bapak/Ibu, apakah dampak perkembangan city hotel terhadap

usaha hotel melati di Kota Denpasar?

a. Apakah Dampak positifnya (meningkatkan fasilitas dan pelayanan,

mempromosikan dengan gencar dengan biro perjalanan wisata, taksi,

pramuwisata, melalui internet dan menyusun strategi harga )

b. Apakah dampak negatifnya? (persaingan harga, menurunnya tingkat

hunian hotel, menurunnya lama tinggal tamu, menurunnya pendapatan

hotel, tenaga kerja sulit, jenis tamu menginap berubah)

c. Apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif

terhadap usaha hotel melati yang ditimbulkan akibat perkembangan

city hotel di Kota Denpasar?

31) Apakah masukan dari Saudara untuk perkembangan city hotel?

32) Menurut Saudara apakah diperlukan kebijakan pengaturan pembangunan

city hotel di Kota Denpasar?

33) Perizinan : ……………………………………

34) No.Izin /Tanggal/Thn : ……………………………………

35) Permodalan : PMA/PMDN

36) Apakah ada kesulitan dalam mengurus izin?

37) Apakah ada petugas yang memberikan pembinaan terkait kebijakan

pemerintah Kota Denpasar?

38) Apakah hotel memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar?

39) Berupa apakah bantuan yang diberikan?

Page 177: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

154

Lampiran 2 : Pedoman wawancara untuk pengusaha city hotel

Hari/Tanggal wawancara : ………………………………………

---------------------------------------------------------------------------------------------------

1) Nama Usaha : ……………………………………….

2) Alamat : ……………………………………….

3) Nomor telp : ……………………………………….

4) Alamat e mail : ……………………………………….

5) Nama Pemilik : ……………………………………….

6) Domisili pemilik : ……………………………………….

7) Kewarganegaraan : WNA/WNI

8) Nama Pengelola : ……………………………………….

9) Sistem pengelolaan usaha

pribadi/ jaringan manajemen :………………………………………..

10) Klasifikasi kelas hotel : ……………………………(Ada sertifikat)

11) Apakah sudah melakukan reklasifikasi?

12) Sejak kapan berdiri hotel ini : ………………………………………..

13) Berapa luas bangunan hotel :…………………………………………

14) Berapa jumlah kamar : ………………………………………..

15) Jenis kamar : …………………………………………

16) Harga kamar : ………………………………………..

17) Menurut Saudara bagaimanakah harga sewa kamar city hotel dengan hotel

melati di Kota Denpasar ?

18) Apakah strategi harga kamar yang Saudara lakukan?

19) Berapakah rata-rata tingkat hunian kamar perbulannya?

20) Berapa rata-rata lama tamu menginap perbulannya?

21) Berapakah pendapatan hotel (meningkat/menurun)

22) Fasilitas kamar : AC/ Kipas angin Kamar mandi

(shower air panas , bathtub, handuk, sabun, shampo, sikat gigi) tas

laundry, sandal kamar, Kulkas, Air minum/Kopi/teh/gula, Pemanas air /

Gelas, TV (saluran nasional / kabel ), Telephone, Jaringan internet,

Brankas.

Page 178: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

155

23) Fasilitas hotel lainnya : Sarapan, Restauran/Coffee shop, Kolam

renang, Free Wifi .

24) Berapa jumlah tenaga kerja : ………………………………………..

25) Satpam : ………………………………………..

26) Jenis Tamu yang menginap :

a. Kebangsaan : WNA /WNI

b. Wisatawan / Pengusaha/ Pegawai/ Mahasiswa /Pelajar : ……………

c. Keperluan : Liburan / Bisnis/ Kunjungan keluarga/

Rapat

27) Bagaimana cara memasarkan hotel Saudara?

28) Bagaimanakah pendapat Saudara terhadap jumlah hotel dibandingkan

dengan tamu yang menginap di Kota Denpasar?

29) Bagaimana menurut Saudara faktor –faktor penyebab berkembangnya city

hotel di Kota Denpasar ?

- Mudahnya proses perizinan

- Tingginya minat masyarakat menjual tanah karena pajak tanah.

- Lokasi berada di pusat kota atau strategis.

30) Menurut Bapak/Ibu, apakah dampak perkembangan city hotel terhadap

usaha hotel melati dan antar-city hotel di Kota Denpasar?

a. Apakah dampak positifnya (meningkatkan fasilitas dan pelayanan,

mempromosikan dengan gencar dengan biro perjalanan wisata, taksi,

pramuwisata, melalui internet dan menyusun strategi harga)

b. Apakah dampak negatifnya ? ( persaingan harga, menurunnya tingkat

hunian hotel, menurunnya lama tinggal tamu, menurunnya pendapatan

hotel, tenaga kerja sulit, jenis tamu menginap berubah)

c. Apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif

terhadap usaha hotel melati dan city hotel itu sendiri yang ditimbulkan

akibat perkembangan city hotel di Kota Denpasar?

31) Bagaimana menurut Saudara mengenai perkembangan hotel melati?

32) Mengapa saudara memilih lokasi ini untuk membangun city hotel?

33) Apakah fungsi lahan ini ,sebelum hotel ini dibangun?

34) Apakah masukan dari Saudara untuk perkembangan city hotel?

35) Menurut Saudara apakah diperlukan kebijakan pengaturan pembangunan

city hotel di Kota Denpasar ?

36) Perizinan : …………………………………

37) No.Izin /Tanggal/Thn : ……………………………………

38) Permodalan : PMA/PMDN

Page 179: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

156

39) Apakah ada kesulitan dalam mengurus izin?

40) Apakah ada petugas yang memberikan pembinaan terkait kebijakan

pemerintah Kota Denpasar?

41) Apakah hotel memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar?

42) Berupa apakah bantuan yang diberikan?

Page 180: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

157

Lampiran 3 : Pedoman wawancara untuk tamu hotel

Hari /Tanggal wawancara :………………………………………

1) Nama Hotel : ……………………………………………

2) Alamat hotel : ……………………………………………

3) Klasifikasi hotel : ……………………………………………

4) Nama Tamu ……………………………………………

5) Alamat/ asal tamu : …………………………………………….

6) Umur : …………………………………………….

7) Jenis Kelamin : …………………………………………….

8) Status perkawinan : …………………………………………….

9) Pekerjaan : …………………………………………….

10) Tingkat pendidikan : …………………………………………….

11) Keperluan : Liburan / Bisnis/ Kunjungan

keluarga/Rapat

12) Teman perjalanan : …………………………………………….

13) Lama kunjungan : …………………………………………….

14) Berapa kali berkunjung ke Bali: Pertama kali/ kedua kali/sering

15) Alasan pemilihan hotel ini : a. Harga

b. Lokasi

c. Fasilitas

d. Lainnya : ……………………….

16) Apakah mudah mendapatkan informasi megenai hotel ini : Ya / Tidak

17) Darimana mendapat informasi hotel ini :

a. Biro perjalanan wisata

b. Internet

c. Teman

d. Lain-lain………………………….

Page 181: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

158

Lampiran 4 : Pedoman Wawancara untuk Pegawai Dinas Pariwisata Kota

Denpasar

Nama Informan : …………………………………………..

Instansi : …………………………………………

Hari/Tanggal wawancara : …………………………………………

_________________________________________________________________

Pertanyaan :

1) Apakah kewenangan Dinas Pariwisata Kota Denpasar dalam bidang sarana

akomodasi pariwisata?

2) Bagaimanakah kondisi umum ketersediaan sarana akomodasi pariwisata di

Kota Denpasar?

3) Menurut Bapak/Ibu apakah pengertian city hotel, dan apakah pengertian

tersebut telah diklasifikasikan dalam sebuah ketentuan?

- Bila sudah ada, agar disebutkan aturan yang mengaturnya.

- Bila belum, bagaimana cara pengaturannya?

4) Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap perkembangan city hotel di

Kota Denpasar?

5) Menurut Bapak/Ibu,kapankah mulai berkembangnya city hotel di Kota

Denpasar?

6) Menurut Bapak/Ibu, apakah penyebab berkembangnya city hotel di Kota

Denpasar?

- Mudahnya proses perizinan

- Tingginya minat masyarakat menjual tanah karena pajak tanah.

- Lokasi berada di pusat kota atau strategis.

7) Apakah dampak yang ditimbulkan perkembangan city hotel di wilayah ini?

- Dampak positif (roda perekonomian masyarakat di sekeliling

meningkat, penyerapan tenaga kerja, adanya CSR/bantuan dari hotel di

sekitar).

- Dampak negatif (peningkatan harga-harga di masyarakat sekeliling,

kriminalitas meningkat, kemacetan lalu lintas, lahan tanah berkurang

dan beralih fungsi, harga tanah menjadi mahal)

- Apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif

terhadap usaha hotel melati yang ditimbulkan akibat perkembangan

city hotel di Kota Denpasar?

Page 182: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

159

8) Menurut data di Dinas Pariwisata, city hotel yang saat ini sedang

berkembang masuk dalam klasifikasi hotel berbintang atau non-bintang?

9) Berapakah jumlah usaha hotel di Kota Denpasar pada tahun 2013?

- Jumlah Hotel bintang :……………… buah

- Jumlah kamar hotel bintang : ………………buah

- Jumlah Hotel non-bintang : ………………buah

- Jumlah kamar hotel non-bintang : ………………buah

10) Berapakah jumlah kunjungan wisatawan di Kota Denpasar pada tahun

2013?

- Jumlah kunjungan wisatawan Mancanegara : ……………….orang

- Jumlah kunjungan wisatawan Domestik : ……………….orang

11) Berapakah rata–rata tingkat hunian hotel pada tahun 2013?

- Tingkat hunian hotel bintang :

- Tingkat hunian hotel non-bintang :

12) Menurut Bapak/Ibu ,Apakah Kota Denpasar masih memerlukan akomodasi

pariwisata?

13) Berapakah jumlah ideal hotel di Kota Denpasar?

14) Menurut Bapak/Ibu, apakah perlu dilakukan penataan usaha akomodasi

pariwisata di Kota Denpasar?

15) Mengapa perlu dilakukan penataan usaha akomodasi pariwisata di Kota

Denpasar?

16) Bagaimana dengan penataan perkembangan city hotel di Kota Denpasar?

17) Langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk menata usaha akomodasi

pariwisata di Kota Denpasar?

18) Apakah pembangunan city hotel telah sesuai dengan peruntukan dalam tata

ruang?

19) Apakah perizinan yang diberikan telah dilakukan sesuai dengan klasifikasi

hotel yang telah diatur dalam ketentuan yang ada?

20) Apakah telah ada Rencana Induk Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah Kota Denpasar (RIPPARDA)

Page 183: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

160

Lampiran 5: Pedoman Wawancara untuk Pegawai Kecamatan di Kota

Denpasar

Nama Informan : …………………………………………..

Instansi : …………………………………………

Hari/Tanggal wawancara : …………………………………………..

__________________________________________________________________

Pertanyaan :

1) Bagaimanakah perkembangan city hotel di wilayah kecamatan?

2) Apakah tersedia data city hotel dan hotel melati di wilayah ini? :

- City hotel : ………………buah

- Hotel melati : ………………..buah

3) Apakah tanggapan masyarakat terhadap perkembangan city hotel di

wilayah kecamatan ini?

4) Bagaimanakah hubungan pemilik atau pengelola city hotel

terhadapmasyarakat di sekeliling hotel?

5) Bagaimanakah hubungan pemilik atau pengelola city hotel terhadap usaha

hotel melati di sekeliling hotel?

6) Menurut Bapak/Ibu, apakah faktor-faktor penyebab berkembangnya city

hotel di Kota Denpasar?

- Mudahnya proses perizinan

- Tingginya minat masyarakat menjual tanah karena pajak tanah.

- Lokasi berada di pusat kota atau strategis.

7) Apakah dampak yang ditimbulkan perkembangan city hotel di wilayah ini?

- Dampak positif (roda perekonomian masyarakat di sekeliling

meningkat, penyerapan tenaga kerja, adanya CSR/bantuan dari hotel di

sekitar)

- Dampak negatif (peningkatan harga-harga di masyarakat sekeliling,

kriminalitas meningkat, kemacetan lalu lintas, lahan tanah berkurang

dan beralih fungsi, harga tanah menjadi mahal)

8) Menurut Bapak/Ibu, apakah perlu disusun kebijakan penataan akomodasi di

Kota Denpasar?

9) Apakah pemerintahan kecamatan mempunyai program pendataan usaha

akomodasi pariwisata di wilayahnya?

10) Apa masukan Bapak/Ibu untuk kebijakan yang harus disusun?

Page 184: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

161

Lampiran 6 : Pedoman Wawancara untuk Pengurus PHRI Kota Denpasar

Nama Informan : …………………………………………..

Organisasi : …………………………………………

Hari/Tanggal wawancara : ……………………………………………

_________________________________________________________

Pertanyaan :

1) Bagaimanakah menurut saudara perkembangan hotel di Kota Denpasar?

2) Apakah menurut saudara klasifikasi hotel di Kota Denpasar telah sesuai

dengan syarat yang harus dipenuhi?

3) Menurut Saudara apakah yang dimaksud dengan city hotel?

4) Apakah Asosiasi mempunyai program pendataan usaha akomodasi

pariwisata di Kota Denpasar?

5) Bagaimanakah cara pendataannya?

6) Apakah di Asosiasi ini tersedia data city hotel dan hotel melati diKota

Denpasar? :

a. City hotel : ……………… buah

b. Hotel melati : ……………… buah

7) Apakah tersedia data klasifikasi kelas city hoteldi Kota Denpasar?

8) Menurut Bapak/Ibu, apakah faktor-faktor penyebab berkembangnyacity

hotel di Kota Denpasar?

- Mudahnya proses perizinan

- Tingginya minat masyarakat menjual tanah karena pajak tanah.

- Lokasi berada di pusat kota atau strategis.

9) Menurut Bapak/Ibu, apakah dampak yang ditimbulkan perkembangan city

hotel di Kota Denpasar?

- Dampak positif (roda perekonomian masyarakat di sekeliling

meningkat, penyerapan tenaga kerja, adanya CSR/bantuan dari hotel

di sekitar)

- Dampak negatif (peningkatan harga-harga di masyarakat sekeliling,

kriminalitas meningkat, kemacetan lalu lintas, lahan tanah

berkurang dan beralih fungsi, harga tanah menjadi mahal)

10) Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah rata-rata tingkat hunian hotel

perbulannya di Kota Denpasar?

11) Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah lama tinggal tamu hotel perbulannya di

Kota Denpasar?

12) Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah harga sewa kamar city hotel dengan

hotel melati di Kota Denpasar?

Page 185: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

162

13) Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah perbandingan hotel dengan jumlah tamu

menginap hotel di Kota Denpasar?

14) Apakah ada pertemuan rutin dengan antara pengurus dengan anggota

membahas perkembangan hotel di Kota Denpasar?

15) Apakah saran Bapak/Ibu mengenai pembangunan hotel di Kota Denpasar

(perlu dibatasi, diatur lokasinya, pemerataan di seluruh Kota Denpasar,

perlunya kebijakan untuk menata jumlah hotel ataupu standar harga)?

16) Apakah PHRI rutin berkomunikasi dengan Pemerintah dalam

menyampaikan aspirasi anggota PHRI atas permasalahan yang ada?

17) Apakah pengelola city hotel ikut berperan aktif dalam kepengurusan

ataupun kegiatan asosiasi?

Page 186: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

163

Lampiran 7 : Pedoman Wawancara untuk Pengurus ASITA Daerah Bali

Nama Informan : …………………………………………..

Organisasi : …………………………………………

Hari/Tanggal wawancara : ……………………………………………

_________________________________________________________

Pertanyaan :

1) Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu perkembangan hotel di Kota Denpasar?

2) Apakah menurut Bapak/Ibu klasifikasi hotel di Kota Denpasar telah sesuai

dengan syarat yang harus dipenuhi?

3) Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan city hotel?

4) Menurut Bapak/Ibu, apakah faktor-faktor penyebab berkembangnya city

hotel di Kota Denpasar?

- Mudahnya proses perizinan

- Tingginya minat masyarakat menjual tanah karena pajak tanah.

- Lokasi berada di pusat kota atau strategis.

5) Menurut Bapak/Ibu, apakah dampak yang ditimbulkan perkembangan city

hotel di Kota Denpasar?

- Dampak positif (roda perekonomian masyarakat di sekeliling

meningkat, penyerapan tenaga kerja, adanya CSR/bantuan dari hotel

di sekitar)

- Dampak negatif (peningkatan harga-harga di masyarakat sekeliling,

kriminalitas meningkat, kemacetan lalu lintas, lahan tanah

berkurang dan beralih fungsi, harga tanah menjadi maha )

6) Apakah kriteria yang ditentukan dalam melakukan kerjasama dengan hotel

(harga, lokasi, pelayanan, komunikasi)?

7) Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah rata-rata tingkat hunian hotel

perbulannya di Kota Denpasar?

8) Apa saran Bapak/Ibu kepada pengelola hotel untuk menarik tamu (harga,

fasilitas,lokasi, pelayanan, SDM, komunikasi ) ?

9) Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah harga sewa kamar city hotel dengan

hotel melati di Kota Denpasar?

10) Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah perbandingan hotel dengan jumlah

tamu menginap hotel di Kota Denpasar?

11) Apakah saran Bapak/Ibu mengenai pembangunan hotel di Kota Denpasar

(perlu dibatasi, diatur lokasinya, pemerataan di seluruh Kota Denpasar,

perlunya kebijakan untuk menata jumlah hotel ataupu standar harga)

Page 187: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

164

Lampiran : 8

Sampel Hotel yang Diteliti

No NAMA HOTEL

ALAMAT

Denpasar Utara ( 4 hotel )

1

Hotel Inna Bali

Jl. Veteran No 3, Denpasar. Telp.

225 681/ 235 347.

E mail: [email protected]

2

Hotel Warta Sari

Jl. Cokroaminoto No. 135

Denpasar / Ir. Kt. Oka Merta Utama

( 082 147 242 863)

3

Hotel Puri Gatsu Indah (Hotel

Gatsu Indah)

Jl. Gatot Subroto 309 Denpasar.

Telp. 4180839.

Satry Pratama: 081 353 040 009

4

Hotel Taman Wisata

Jl. Nangka No 98 A, Denpasar.

Telp. 236 015 .

Denpasar Timur (5 hotel)

1

Hotel Tohpati Bali (The

Graha Cakra Bali)

Jl. Bypass Ngurah Rai No.28

Denpasar. Telp. 462 673/ 235 408.

E mail: [email protected]

2

Hotel The Bali Rama City

Jl. Hayam Wuruk No 188,

Denpasar. Telp. 262 748. Agung Ani

: 081 239 42606

E mail: [email protected]

3

Hotel Cianjur

Jl. WR. Supratman , No. 39 Denpasar

Telp. 222 434 / 221 456

4

Hotel Puri Nusa Indah

Jl. Waribang, Denpasar.

Contact person :

A.A.Ngr. Alit Firman : 081 239

06893

5

Hotel Trio Bali

Jl. Hayam Wuruk No. 179 xx,

Denpasar

Page 188: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

165

No NAMA HOTEL ALAMAT

Denpasar Selatan (4 hotel)

1

Hotel Harrads

Jl. Bypass Ngurah Rai, Denpasar.

Telp. 722 071/ 722 174.

E mail: [email protected]

2

Hotel Grand City Inn

Jl. Tukad Badung No 211 X,

Denpasar. Telp. 801 2299/ 895 0299

E mail: [email protected]

Ibu Parwati ( Manajer ) telp 801 229

3

Hotel Wisata Indah

Jl. Bedugul, Sidakarya No 24,

Denpasar. Telp. 723 857. Hubungi :

Made Kasi ( Manajer )

4

Hotel Mutiara

Jl. Pendidikan No. 102, Sidakarya.

Denpasar.

Denpasar Barat ( 6 hotel)

1

Hotel Express Lifestyle (ex

Fave hotel )

Jl. Teuku Umar No. 175-179,

Denpasar. Telp. 842 2299

E mail: [email protected]

Adia (HRD) 082 897 030 931

2 Hotel Pop Harris Teuku Umar

by Tauzia

Jl. Teuku Umar No. 74, Denpasar.

Telp. 258 025

E mail: info-

[email protected]

HRD

3 Hotel Golden Tulip

Jl. Gatot Subroto Barat No. 101

Denpasar. Telp. 849 5777 E mail: [email protected] Ibu Windiari- 081 805 512 695

4

Hotel Grand Santhi (ex Hotel

Santhi )

Jl. Patih Jelantik No. 6, Denpasar.

Telp. 224 183/ 224 324 .E mail:

[email protected].

Ibu Agung Ismaya : 085 737 325 179

5

Hotel Puri Royan

Jl. Teuku Umar No. 168, Denpasar.

Telp. 240 387

Manajer NIko : 081 338 406 985

6 Hotel Ratu ( ex Hotel Queen ) Jl. Yos Sudarso, Denpasar.

Telp 226 922

Page 189: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

166

Lampiran : 9

Daftar Informan pada Instansi dan Asosiasi.

No NAMA

INSTANSI/

LEMBAGA

1.

Drs. I.B. Joni Arimbawa, M.Si.

Jabatan : Camat Denpasar Barat

Kecamatan Denpasar Barat

Jl. GunungAgung

Telp 416 295

2.

Drs. Raka Purwantara, MAP.

Jabatan : Sekretaris Camat Denpasar

Utara

Kecamatan Denpasar Utara

Jl. Mulawarman No. 1,

Denpasar

Telp 423 292

3.

I Made Sukarata,SE,M.Si

Jabatan : Sekretaris Camat Denpasar

Selatan.

Kecamatan Denpasar

Selatan

Jl. Raya Sesetan 25,

Denpasar Telp. 720 089

4

Drs. I.B. Kt. Suanthara

Jabatan : Sekretaris Camat Denpasar

Timur

Kecamatan Denpasar Timur

Jl. WR. Supratman 183,

Denpasar

Telp 224 126

5

Drs. I Ketut Arya

Jabatan : Kepala Bidang Usaha Jasa

dan Sarana Wisata

Dinas Pariwisata Kota

Denpasar

di Gedung Sewaka

Dharma,

Jl.Majapahit No. 1

Denpasar.

6

Ni Luh Gede Tirtawati

Jabatan : Kepala Seksi Akomodasi

Dinas Pariwisata Kota

Denpasar

di Gedung Sewaka

Dharma,

Jl. Majapahit No. 1

Denpasar.

Page 190: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

167

No NAMA

INSTANSI/

LEMBAGA

7

A.A. Ngr. Bawa Nendra, SH,M.Si.

Jabatan : Kepala Bidang Pengkajian

dan Pengembangan

Badan Pelayanan Perijinan

Satu Pintu dan Penanaman

Modal Kota Denpasar

di GedungSewaka Dharma,

Jl. Majapahit No. 1

Denpasar.

8

I Km. Agus Budiyasa,SH, MH.

Jabatan : Kepala Subbagian

Peraturan Perundang-undangan.

Bagian Hukum Setda Kota

Denpasar.

Kantor Walikota, Jl. Gajah

Mada No. 1, Denpasar.

9

A.A. Ngr. Adhi Ardhana, ST

Jabatan : Sekretaris, Perhimpunan

Hotel dan Restauran (PHRI) Kota

Denpasar

10

Ketut Ardana,SH.

Jabatan : Pengurus ASITA Bali

(Asosiasi Travel Agent)

Page 191: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

168

Lampiran : 10 Daftar Nama Tamu yang diwawancarai

No. Nama / Asal

tamu

Umur/ Jenis

kelamin

Status Pendidikan/

Pekerjaan

Menginap

di Hotel

1 Viola,

Jawa Barat

21 th/

Perempuan

Belum

kawin

Kuliah /

Mahasiswa

Hotel

Harrads

Bintang 4

2 Albertus,

Jakarta

18 thn/ laki-

laki

Belum

kawin

SMA/

Pelajar

Hotel

Harrads

Bintang 4

3 Astutik Ma'e,

Surabaya

42 th/

Perempuan Kawin S1/swasta

Hotel Puri

Royan

Melati 2

4 Aminudin,

Surabaya

35 thn/ Laki-

laki Kawin S1/ Swasta

Hotel Puri

Royan

Melati 2

5

Yosyani Eka

Wulandari,

Bandung

27 thn/

Perempuan Cerai

D3/

Wiraswasta

Hotel Pop

Harris

Teuku Umar

Bintang 2

6 Suranto, Surabaya 53 thn/ Laki-

laki kawin

-

Wirausaha

Hotel Pop

Harris

Teuku Umar

Bintang 2

7 Rini,

Jawa

38 thn/

Perempuan kawin

SMA/

Pegawai

Travel

Hotel Puri

Nusa Indah

Melati 2

8

Aries, Jawa

42 thn/ Laki-

laki

kawin

S1/ Pegawai

Travel

Hotel Puri

Nusa Indah

Melati 2

Page 192: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

169

No. Nama / Asal

tamu

Umur/ Jenis

kelamin

Status Pendidikan/

Pekerjaan

Menginap

di Hotel

9 Elmi Fadlllah,

Jawa Tengah

48 thn/

Perempuan kawin S1/ Guru

Hotel Puri

Nusa Indah

Melati 2

10

Slamet Purwadi,

Purbalingga

54 thn/ Laki-

laki kawin S1/ Guru

Hotel Puri

Nusa Indah

Melati 2

11

Yeni, Jawa

29 thn/

Perempuan

kawin

S1/

Karyawan

swasta

Hotel

Wisata

Indah

Melati 2

12 Lesmono, Jawa 45 thn/ Laki-

laki kawin S2/ PNS

Hotel

Wisata

Indah

Melati 2

13 Wahyudi,

Yogyakarta

42 thn/ Laki-

laki kawin

-

Karyawan

Hotel Grand

City Inn

Melati 3

14 Sudarno,

Yogyakarta

53 thn/ Laki-

laki kawin

-

Karyawan

Hotel Grand

City Inn

Melati 3

15 Rinawati, NTB 31 thn/

Perempuan kawin

SMA/

Pramuwisata

Hotel Warta

Warta Sari

Melati

16

Dra. Asih

Prabawati,

Yogyakarta

50 thn/

Perempuan kawin

S1/

Konsultan

Kecantikan

Hotel Warta

Warta Sari

Melati

17 Shirley Rosalina,

Jakarta

42 thn/

Perempuan

kawin SMA /

swasta

Hotel Inna

Bali

Bintang 3

18 Sherly Kesuma

Dewi, Jakarta

40 thn/

Perempuan

kawin S1 / swasta Hotel Inna

Bali

Bintang 3

Page 193: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

170

No. Nama / Asal

tamu

Umur/ Jenis

kelamin

Status Pendidikan/

Pekerjaan

Menginap

di Hotel

19 Maria Magdalena

E, Jakarta

37 thn/

Perempuan

kawin S1/ Ibu

Rumah

Tangga

Hotel Inna

Bali

Bintang 3

20 Untung Indra

Saputra, Tulung

Agung

37 thn/ Laki-

laki

kawin S1/

Wiraswasta

Hotel Gatsu

Indah

Melati 2

21

Dadang Yulianto,

Semarang

36 thn/ Laki-

laki

kawin

S1/ swasta

Hotel Gatsu

Indah

Melati 2

22 Tama, Jakarta 26 thn/ Laki-

laki

Belum

kawin

S1/

Karyawan

swasta

Hotel

Golden

Tulip

Essential

Bintang 3

23 Yohanes Baptis

Dwi H, NTT

35 thn/ Laki-

laki Kawin

S1/

Karyawan

BRI

Hotel Grand

Santhi,

Melati 3

24 Mirzal, Jawa 45 thn/ Laki-

laki Kawin

S1/

Karyawan

swasta

Hotel Grand

Santhi,

Melati 3

25 Dadan R, Jawa 45 thn/ Laki-

laki Kawin S1/ swasta

Hotel Grand

Santhi,

Melati 3

26 Syafirudin,

Jayapura

40 thn/ Laki-

laki Kawin

SMA/

swasta

Hotel

Cianjur

Melati 3

27 Tuswati,

Surabaya

50 thn/

Perempuan Kawin

SMA/

wiraswasta

Hotel

Cianjur

Melati 3

28 Kusmiati,

Yogyakarta

44 thn/

Perempuan Kawin SMA/

Hotel Graha

Cakra Bali

Bintang 3

29 I Made Darma,

Bali

55 thn/ Laki-

laki Kawin

S1/

wiraswasta

Hotel Graha

Cakra Bali

Bintang 3

Page 194: dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di

171

No. Nama / Asal

tamu

Umur/ Jenis

kelamin

Status Pendidikan/

Pekerjaan

Menginap

di Hotel

30 I Wayan Keplus,

Bali

50 thn/ Laki-

laki Kawin S1/Guru

Hotel Ratu

Melati 2

31 Ivo Paulino Da

Silva A. NTT

23 thn/ Laki-

laki

Belum

kawin

Kuliah/

Mahasiswa

Hotel Ratu

Melati 2

32 Ganali, Jawa 28 thn/ Laki-

laki

Belum

kawin D3/ swasta

Hotel

Taman

Wisata

Melati 3

33 Iswandi. Jawa 30 thn/ Laki-

laki

Belum

kawin S1/ swasta

Hotel

Taman

Melati 3

34 Rahmat Alam,

Jakarta

27 thn/

Laki-laki

Belum

kawin

S1/

mahasiswa

Hotel

Lifestyle

Express

Bintang 2

35 Martinus, Jawa

Barat

31 thn/ Laki-

laki

Belum

kawin S1/ swasta

Hotel

Lifestyle

Express

Bintang 2


Top Related