Download - Dampak Nuklir Fukushima Terhadap Ekosistem
DAMPAK NUKLIR FUKUSHIMA TERHADAP EKOSISTEM
Radiasi bahan radioaktif, misalnya, nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif
masuk ke dalam atmosfer dan jatuh di bumi. Materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah,
air, hewan, tumbuhan, dan juga pada manusia. Ledakan reaktor nuklir yang terjadi di
Fukushima, Jepang menjadi suatu malapetaka bagi masyarakat setempat. Zat radioaktif yang
dikeluarkan telah mencemari lahan pertanian sehingga tanaman-tanaman tidak layak
konsumsi. Jika kandungan zat radioaktif mencemari tanah dan melewati ambang batas maka
lahan tersebut tidak boleh digunakan untuk pertanian bahkan untuk bermukim.
Dari ledakan PLTN di Fukushima, dinyatakan bahwa 2 isotop radioaktif utama yang
diemisikan adalah caesium-137 dan iodine-131. Dari kedua isotop ini, caesium-137 memiliki
potensi mengkontaminasi yang lebih besar ke perairan laut Jepang karena disamping mampu
larut di dalam air laut, isotop ini juga memiliki waktu paruh yang panjang, yaitu 30 tahun,
sedangkan iodine-131 memiliki waktu paruh hanya 8 hari. Karena waktu paruh yang sangat
panjang ini, maka dampak negatif dari caesium-137 dapat berlangsung sangat lama.
Pada bencana Chernobyl di bulan April 1986, konsentrasi caesium-137 di permukaan
Laut Baltik menjadi cukup tinggi, yaitu mencapai 2400 becquerel (Bq) per m3, sementara itu
di Laut Hitam konsentrasinya mencapai 53 Bq/m3 (Povinec et al., 1996). Hasil analisis
laboratorium di wilayah pengelolaan perikanan No.37 yang mencakup Laut Mediteran dan
Laut Hitam mendapatkan bahwa dosis efektif kolektif caesium-137 pada ikan dan ubur-ubur
di perairan tersebut mengalami peningkatan 2 hingga 3 kali lipat, yaitu menjadi 6 man-
Sievert (man•Sv), jika dibandingkan dengan kondisi sebelum Chernobyl meledak. Namun
demikian, menurut IAEA dosis ini masih jauh lebih rendah dan dapat diabaikan jika
dibandingkan dengan dosis isotop alami polonium-210, yaitu 2900 man•Sv (Povinec et al.,
1996). Dengan kondisi saat ini, dimana bencana nuklir di Fukushima berada 2 level di bawah
Chernobyl, maka diperkirakan dampaknya pada ekosistem laut akan lebih rendah daripada
apa yang terjadi di Chernobyl.
Kehidupan bahari dapat terganggu apabila bahan radioaktif dari pembangkit listrik
Fukushima terus mencemari laut. Kematian dan mutasi mungkin terjadi. Satwa di laut bisa
terpengaruh oleh radiasi dalam berbagai cara: membunuh, mutasi yang menurun, atau
memasukkan bahan radioaktif dalam rantai makanan. Pencemaran radioaktif memang
berpotensi mematikan, tapi lebih menyeramkan lagi adalah efek pada gen hewan yang
terpapar. Efek pada genetika ini merupakan masalah utama karena dapat diturunkan. Telur
dan larva organisme laut sangat sensitif terhadap radiasi.
Atom radioaktif bisa menggantikan atom lain dalam tubuh, membuat perubahan pada
DNA. Organisme yang DNA-nya berubah biasanya tidak dapat bertahan hidup, tapi pada
beberapa organisme, kelainan itu diturunkan ke generasi berikutnya. Apa pun kejadiannya,
populasi dan kemampuan hidup terganggu. Makhluk hidup yang paling rentan adalah ubur-
ubur, cacing laut, dan invertebrata laut lain. Ikan juga sangat berisiko terkena.
Radiasi bisa masuk ke dalam rantai makanan ketika hewan memakan tanaman
teradiasi atau hewan lain yang juga teradiasi. Lingkungan bisa kembali baik seiring dengan
waktu. Radioaktif mengurang dan akhirnya menghilang.
Pemancaran radiasi tinggi sangat membahayakan untuk manusia dan lingkungan,
bukan hanya sekarang, tetapi tetap berdampak sampai ratusan ribu tahun mendatang.
Sebagian besar limbah nuklir akan tetap berbahaya sampai ratusan ribu tahun, meninggalkan
warisan yang mematikan bagi generasi yang akan datang. Tidak mengherankan bahwa solusi
penanganan limbah nuklir sampai sekarang belum ditemukan.
Dampak dari kebocoran nuklir tersebut berdasarkan lamanya akibat yang akan
ditimbulkan olehnya dibedakan menjadi 3, yaitu dampak sesaat atau jangka pendek, dampak
jangka menengah, dan dampak jangka panjang.
Dampak jangka pendek akibat radiasi tinggi di sekitar reaktor nuklir terdiri dari mual,
muntah, diare, sakit kepala, dan demam. Hal tersebut dapat terjadi karena radiasinya yang
berkekuatan 200 Rems dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan saluran usus.
Sedangkan pada dampak jangka menengah atau beberapa hari setelah paparan dari
radiasi nuklir antara lain menyebabkan pusing, mata berkunang-kunang, disorientasi atau
bingung menentukan arah, lemah, letih, dan tampak lesu, muntah darah, kerontokan dan
kebotakan rambut, tekanan darah rendah, gangguan pembuluh darah, serta luka sulit untuk
sembuh. Terkena radiasi lebih dari 200 Rems inilah yang menyebabkan rambut dapat
menghilang dengan cepat sehingga menyebabkan kebotakan pada rambut.
Dampak jangka panjang dari radiasi nuklir umumnya justru dipicu oleh tingkat radiasi
yang rendah sehingga tidak disadari dan tidak diantipasi hingga bertahun-tahun dapat
menyebabkan kanker (terutama kanker kelenjar gondok), mutasi genetik, penuaan dini dan
gangguan sistem saraf dan reproduksi.
Dampak lainnya yang dapat ditimbulkan dari kebocoran reaktor nuklir antara lain
hujan asam dan berkurangnya jumlah spesies. Hal ini dapat terjadi karena adanya
pencemaran yang ditimbulkan dari radiasi nuklir tersebut.