perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP
COMMUNITY BASED TOURISM (CBT)
(Studi Kasus Desa Wisata Garongan Di Kecamatan Turi, Sleman)
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
DISUSUN OLEH :
BENEDICTUS SATRIO KURNIADI
NIM. F 0107035
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Apa pun yang kau lakukan, lakukan yang terbaik agar tak ada
penyesalan di esok hari”
“Bekerjalah untuk membantu kelangsungan hidup orang lain, bukan untuk
mencari keuntungan pribadi”
“Don’t follow me, follow Jesus”
“Don’t be your self, be like Jesus”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini saya persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat dan petunjuk-Nya.
2. Keluarga, khususnya Dian dan Steven.
3. Almamater, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas maret Surakarta.
4. Komunitas Desa Wisata Garongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
karunia dan rahmat-Nya yang melimpah maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI
PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (Studi Kasus
Desa Wisata Garongan Di Kecamatan Turi, Sleman)”
Latar belakang penulisan dengan tema CBT ini karena CBT merupakan
konsep yang diharapkan mampu mengatasi dampak negatif industri, seperti
kemiskinan akibat kesenjangan pendapatan dan kerusakan alam. Seperti yang
diungkapkan oleh Rest bahwa dampak konsep CBT meliputi aspek sosial, budaya,
lingkungan, politik dan aspek ekonomi. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui
lebih dalam konsep CBT melalui studi kasus di Desa Wisata Garongan dan
kemudian merumuskan tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi,
memetakan dan menganalisis manfaat ekonomi yang tercipta dari penerapan
konsep CBT pada Desa Wisata Garongan, untuk mengetahui apakah ada
perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata
Garongan dan untuk mengetahui kelemahan atau keterbatasan dari konsep CBT
yang diterapkan pada pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan. Selain itu
tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat dalam rangka
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam proses pengerjaan skripsi ini tidak
terlepas dari bimbingan, bantuan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
itu dengan segala kerendahan hari dan rasa bangga, penulis mengucapkan terima
kasih banyak kepada semua pihak baik perorangan maupun instansi yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih secara khusus
penulis ucapkan kepada :
1. Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si, selaku dosen pembimbing skirpsi
yang telah sabar, telaten dan tak henti-hentinya membimbing, memotivasi,
mempertajam pola pikir dan meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam
penyusunan ide dan penulisan skripsi ini.
2. Drs. Supriyono, MEP selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan di
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Izza Mafruhah, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan sekaligus dosen pembimbing akademik (PA) yang telah
membantu dan membimbing penulis selama kuliah di Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Teman-temanku EP 2007. Thanks to Kunto, Galih, Andry, Faisal, Wahyu,
Thithut, Ari, Rendi, Johan, Febri, Desta, Eliza, Fina dan semua temen satu
angkatan yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih
untuk semua kenangan dan persahabatan kita selama ini.
5. Kakak tingkat dan adik tingkat HMJ EP UNS yang tidak mungkin
disebutkan satu-persatu.
6. Keluarga besar Bambang Sumargo dan keluarga besar Sumanto, terima
kasih atas segala doa dan dukungan kalian, special thanks to Dian dan
Steven.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
segala dukungan dan bantuan dalam bentuk apa pun sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis mengharap agar semua pihak yang peduli dengan topik penelitian
ini memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
menyempurnakan kuaitas tulisan ini. Akhir kata besar harapan penulis agar skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, September 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
ABSTRAKSI ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Pariwisata ........................................................... 9
1. Definsi Pariwiasata ...................................................................... 9
2. Karakteristik Kepariwisataan ...................................................... 11
3. Kajian Ekonomi-Kepariwisataan ................................................ 12
4. Dampak Pembangunan Kepariwisataan ................................... 15
B. Pariwisata Minat Khusus ................................................................. 18
C. Desa Wisata ..................................................................................... 22
D. Community Based Tourism (CBT)................................................... 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Konsep Community Based Tourism (CBT) ................................ 23
2. Definisi CBT ................................................................................ 25
3. Prinsip CBT ................................................................................. 26
4. Perbedaan Konsep CBT dengan Konsep Wisata Lainnya ..... 28
E. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 29
F. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Riset ..................................................................................... 33
B. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 34
C. Teknik Pengumpulan ………………………………………........ 34
1. Studi Dokumen ............................................................................ 34
2. Wawancara ................................................................................... 35
D. Lokasi Penelitian ............................................................................. 36
E. Teknik Analisis Data......................................................................... 36
1. Analisis Model Interaktif ............................................................. 36
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Desa Garongan .................................................. 37
1. Aspek Geografis........................................................................... 37
2. Aspek Sosial................................................................................. 38
B. Perkembangan Pariwisata di Desa Garongan ............................... 40
1. Sejarah Terbentuknya Desa Wisata Garongan ........................ 40
2. Daya Dukung Masyarakat............................................................ 41
3. Komponen Penawaran Desa Wisata Garongan ......................... 43
4. Perkembangan Kunjungan Wisata ............................................... 53
C. Dampak Kepariwisataan di desa Wisata Garongan ........................ 58
1. Manfaat Ekonomi Pariwisata ....................................................... 58
a. Timbulnya Tambahan Pendapatan Masyarakat Lokal Dari
Sektor pariwisata ....................................................................
60
b. Terciptanya Lapangan Pekerjaan di Sektor Pariwisata ..... 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
c. Adanya Dana Untuk Pengembangan Komunitas ............... 66
D. Keterbatasan Konsep CBT di Desa Wisata Garongan …………. 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 76
B. Saran ................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 79
LAMPIRAN .................................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1 Klasifikasi Pariwisata Minat Khusus …………….……….. 21
Tabel II.2 Perbedaan Konsep CBT …………………………………… 28
Tabel IV.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ………... 39
Tabel IV.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Struktur Pendidikan …… 39
Tabel IV.3 Aksebilitas Menuju Desa Wisata Garongan ………………. 49
Tabel IV.4 Kegiatan Wisata di Desa Wisata Garongan ……………….. 53
Tabel IV.5 Daftar Pengunjung Desa Wisata Garongan ………………... 54
Tabel IV.6 Daftar Kunjungan Menginap ……………………………… 56
Tabel IV.7 Daftar Kunjungan Tidak Menginap ……………………….. 57
Tabel IV.8 Kategori Pengunjung Desa Wisata Garongan …………… 58
Tabel IV.9 Daftar kelompok Paket dan Rincian Pengeluaran …………. 61
Tabel IV.10 Daftar Kelompok Item Pengeluaran Lain-lain …………….. 62
Tabel IV.11 Distribusi Value Added ......................................................... 64
Tabel IV.12 Persentase Value Added ........................................................ 65
Tabel IV.13 Rekapitulasi Pengeluaran Total Live-in SMAK St. Louis
Surabaya ................................................................................ 67
Tabel IV.14 Peringkat Pengeluaran Paket ................................................. 68
Tabel IV.15 Persebaran Distribusi Pendapatan ......................................... 70
Tabel IV.16 Presentase Distribusi Pengeluaran ........................................ 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Komponen Perencanaan Wisata .......................................... 13
Gambar II.2 Kerangka Pemikiran .............................................................. 32
Gambar IV.1 Sapta Pesona .......................................................................... 42
Gambar IV.2 Kuliner Pedesaan ................................................................... 46
Gambar IV.3 Sign Road Menuju Desa Wisata Garongan ........................ 49
Gambar IV.4 Grafik Perkembangan Kunjungan dan Transaksi
di Desa Wisata Garongan Per Tahun ................................... 55
Gambar IV.5 Aspek Utama Pengembangan CBT ..................................... 59
Gambar IV.6 Distribusi Pengeluaran paket Desa Wisata Garongan ........ 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rincian Pengeluaran Live-in SMAK St. Louis Surabaya .... 82
Lampiran 2 Dokumentasi Foto-Foto ........................................................ 84
Lampiran 3 Transkip Wawancara Dengan Kepala Desa Wisata
Garongan ............................................................................... 89
Lampiran 4 Transkip Wawancara Dengan Dukuh Pojok ...................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAKSI
DAMPAK EKONOMI PARIWISATA DARI PENERAPAN KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT)
(Studi Kasis Desa Wisata Garongan di Kecamatan Turi, Sleman)
BENEDICTUS SATRIO KURNIADI NIM. F 0107035
Community Based Tourism (CBT) atau pariwisata berbasis masyarakat
merupakan sebuah konsep wisata dimana masyarakat atau warga setempat sebagai produsen pariwisata memainkan peranan penting dan menjadi pelaku utama dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Rest bahwa dampak konsep CBT meliputi aspek sosial, budaya, lingkungan, politik dan aspek ekonomi yang menjadi fokus utama penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis manfaat ekonomi yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata Garongan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata Garongan dan untuk mengetahui kelemahan atau keterbatasan dari konsep CBT yang diterapkan pada pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen dan wawancara baik data kualitatif maupun kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis secara tabulasi dan statistik deskriptif, sedangkan data kualitatif dianalisa secara deskriptif studi kasus yaitu dengan mendiskripsikan, kemudian memberikan penafsiran- penafsiran dengan interpretasi rasional yang memadai terhadap fakta-fakta yang diperoleh di lapangan. Untuk menghindari keraguan pada hasil data, maka dilakukan triangulasi yaitu cross check data dari berbagai sumber terkait.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (i) Penerapan konsep pariwisata berbasis masyarakat (CBT) yang diterapkan di Desa Wisata Garongan secara umum memberikan manfaat ekonomi. (ii) Dana yang terdistribusikan ke komunitas atau masyarakat Desa Wisata Garongan sebesar 94,56% dari total pengeluaran yang terjadi atau sekitar Rp 22.048.500,00 dengan share terbesar ada pada paket akomodasi sebesar Rp 18.773.500,00 atau sekitar 80,52% dari total pengeluaran. Kebocoran distribusi dana ke luar komunitas adalah sebesar Rp 1.266.410,00 atau sekitar 5,44% dari total pengeluaran. Kebocoran terjadi dalam bentuk pengeluaran lain-lain. (iii) Total pengeluaran yang terpakai adalah sebesar Rp 23.314.910,00 atau sebesar 88,17% dari total pemasukan yang sebesar Rp 26.444.500,00. (iv) Secara keseluruhan, sebesar 66,67% dari total item transaksi dapat menciptakan value added, atau sebanyak 19 pos item dari 30 pos item yang ada dapat menciptakan nilai tambah. (v) Adanya dana pengembangan yang masuk ke komunitas dari adanya kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan. (vi) Ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata Garongan. (vii) Keterbatasan penerapan konsep CBT di Desa Wisata Garongan antara lain lemahnya manajemen desa wisata, kinerja pengurus kurang maksimal, kurang pengalaman, kurang kompak, masih adanya gap untuk berbaur antara usia tua/muda dan latar belakang pendidikan, masalah pemasaran dan pengembangan obyek, lemahnya bargaining power, dan terjadinya kebocoran ekonomi atau leakage.
Kata Kunci :Pariwisata Berbasis Masyarakat, Dampak Ekonomi Pariwisata, Desa Wisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
TOURISM ECONOMIC IMPACT FROM IMPLEMENTING COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) CONCEPT
(Case Study at Garongan Tourism Village in Turi Subdistrict, Sleman)
BENEDICTUS SATRIO KURNIADI NIM. F 0107035
Community Based Tourism (CBT) is a tourism concept where local
communities as producers of tourism plays an important role and become the main actors in the decisions that affect and make a benefit for their lives and their environment. Rest said that the impact of the concept of CBT include social, cultural, environmental, political and economic aspects are the main focus of research. The purpose of this study was to identify, mapping and analyze the economic benefits created by the application of the concept of CBT on Garongan Tourism Village, to find out whether there are differences in people's income before and after the born of Garongan Tourism Village and to know the weaknesses or limitations of the concept of CBT as applied to development Tourism attractions in the village of Garongan.
The type of this research is descriptive qualitative . Methods of data collection is done by means of document studies and interviews both qualitative and quantitative data. Quantitative data were analyzed by tabulation and descriptive statistics, while qualitative data were analyzed in a descriptive case study is to describe, then give interpretations with adequate rational interpretation of the facts obtained in the field. For the avoidance of doubt on the results of the data, triangulation is then performed cross-checks data from multiple sources related.
The results of this study indicate that: (i) Application of the concept of community-based tourism (CBT) which is applied at the Garongan Tourism Village in general provide economic benefits. (ii) The funds are distributed to the community or society Garongan Tourism Village for 94.56% of the total expenditure incurred, or about Rp 22,048,500.00 with the largest share of accommodations exist in the package of Rp 18,773,500.00, or approximately 80.52 % of total expenditures. Leakage distribution of funds to the outside community is Rp 1,266,410.00, or approximately 5.44% of total expenditures. Leakage occurs in the form of miscellaneous expenditures. (iii) Total expenditures in use was Rp 23,314,910.00 or 88.17% of the total income of Rp 26,444,500.00. (iv) On the whole, amounting to 66.67% of the total items of transactions can create value added, or a total of 19 post items of the 30 post items that are able to create added value. (v) The funds flow into the community development from the tourism activities in the Garongan Tourism Village. (vi) There is a difference in people's income before and after the born of Garongan Tourism Village. (vii) The limited application of the concept of CBT in Garongan Tourism Village, among others, the weakness of rural tourism management, the board's performance less than the maximum, less experience, less compact, is still a gap to blend between the age old / young and educational background, marketing problems and development of the object, weak bargaining power, and economic leakage.
Keyword : Community Based Tourism, Tourism Economic Impact, Tourism Village.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri pariwisata merupakan sebuah industri yang multidimensional dan
saling berkaitan dengan industri lain yang menjadi industri pendukung pariwisata.
Masyarakat awam biasanya hanya mengenal komponen atau industri pendukung
pariwisata tersebut, seperti industri perhotelan, transportasi, hiburan, restoran dan
industri lain yang berhubungan langsung maupun tidak langsung, sehingga
masing- masing industri sering tidak bertindak sama sebagai suatu kelompok
terintegrasi dan saling mendukung. Seperti definisi pariwisata sendiri yaitu suatu
susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta, yang terkait dalam
pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan untuk memenuhi
kebutuhan dari orang yang sedang bepergian ( pelancong, musafir) (Hadinoto,
1996:11)
Pariwisata meliputi sektor swasta dan sektor pemerintah, dimana pada
dasarnya swasta mengurus sarana sedangkan pemerintah prasarana. Sektor swasta,
dalam hal ini masyarakat umum , individu, organisasi, maupun komunitas yang
memiliki usaha yang mendukung industri pariwisata. Melalui Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah mengharapkan
agar daerah-daerah baik tingkat kabupaten maupun provinsi untuk mengangkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dan mendayagunakan potensi yang ada di wilayahnya untuk dijadikan sumber
pendapatan asli daerah (PAD) termasuk dalam sektor pariwisata.
Namun pada pelaksanaannya, pelaku industri pariwisata baik konsumen
maupun produsen sering tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, sehingga
terjadi kerusakan keragaman hayati baik tumbuhan maupun binatang dan
pencemaran lingkungan akibat pembuangan sampah sembarangan, belum lagi
pembuangan limbah dari industri pendukung pariwisata. Dampak negatif
industrialisasi yang merusak lingkungan telah menjadi perhatian banyak pihak,
sehingga para praktisi termasuk pemerintah mencari jalan keluar untuk mengatasi
dampak negatif tersebut, khususnya dalam industri pariwisata melalui konsep
Ecotourism atau ekowisata.. Simposium Ekowisata di Bogor pada 16-17 Januari
1996, mengeluarkan rumusan mengenai ekowisata, yakni sebagai
penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami
dan/atau daerah-daerah yang dibuat dengan kaidah alam, yang mendukung
berbagai upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat. Rumusan tersebut sebenarnya berakar dari
pengertian ecotourism dari The Ecotourism Society yang berbunyi :
“Ecotourism is apurposeful travel to natural areas to understand the culture and natural history of environment, taking care not to alter the integrity of the ecoystem, while producing economic opportunities that make the conservation of natural resources benefecial to local people.” (http://staff.ui.ac.id/internal/132058059/publikasi/ekowisatamuaragembong1.doc, 14/03/2011, 19:15)
Community Based Tourism (CBT) atau pariwisata berbasis masyarakat
yang merupakan kelanjutan dari konsep ekowisata dimana masyarakat atau warga
setempat sebagai produsen pariwisata memainkan peranan penting dan menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pelaku utama dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi dan memberi
manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Dalam mencapai tujuan
pemberdayaan masyarakat, berbagai upaya dapat dilakukan melalui berbagai
macam strategi. Salah satunya adalah pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat yang secara konseptual memiliki ciri-ciri unik serta sejumlah karakter
sebagai berikut:
1. Pariwisata berbasis masyarakat menemukan rasionalitasnya dalam properti
dan ciri-ciri unik dan karakter yang lebih unik diorganisasi dalam skala yang
kecil, jenis pariwisata ini pada dasarnya merupakan, secara ekologis aman,
dan tidak banyak menimbulkan dampak negatif seperti yang dihasilkan oleh
jenis pariwisata konvensional
2. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu
mengembangkan obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil dan
oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas dan pengusaha-
pengusaha lokal.
3. Berkaitan sangat erat dan sebagai konsekuensi dari keduanya lebih dari
pariwisata konvensional, dimana komunitas lokal melibatkan diri dalam
menikmati keuntungan perkembangan pariwisata, dan oleh karena itu lebih
memberdayakan masyarakat. (Nasikun, 2000 dalam file.upi.edu/ai.php)
Konsep CBT diharapkan mampu mengatasi dampak negatif industri,
seperti kemiskinan akibat kesenjangan pendapatan dan kerusakan alam, Seperti
yang diungkapkan oleh Agnes Kiss dalam jurnalnya sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
“Community-based ecotourism (CBET) has become a popular tool for biodiversity conservation, based on the principle that biodiversity must pay for itself by generating economic benefits, particularly for local people. There are many examples of projects that produce revenues for local communities and improve local attitudes towards conservation, but the contribution of CBET to conservation and local economic development is limited by factors such as the small areas and few people involved, limited earnings, weak linkages between biodiversity gains and commercial success, and the competitive and specialized nature of the tourism industry.”(http://www.ibcperu.org/doc/isis/8351.pdf )
Desa Wisata Garongan yang terletak di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, DIY, merupakan salah satu desa wisata yang menerapkan
konsep CBT, dengan keunikan dibanding daerah tujuan wisata ataupun desa
wisata lain, yaitu seluruh warganya ikut berperan aktif dalam menjalankan desa
wisata, seperti untuk paket home stay, wisatawan bisa menempati seluruh rumah
warga yang berjumlah + 134 rumah atau bisa menampung +300pengunjung.
Jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan menurut data terakhir Tahun 2011
total sebanyak 1.238 jiwa yang terdiri dari 342 KK dengan jumlah keluarga
miskin sebanyak 63 KK atau sebesar 18,42% dari jumlah penduduk di Desa
Wisata Garongan. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari laki-laki
sebanyak 627 jiwa atau sekitar 50,65% dari total penduduk, dan perempuan
sebanyak 611 jiwa atau sekitar 49,35% dari total penduduk. Jumlah penduduk
usia produktif atau yang berusia antara 15-60 tahun sebanyak 968 jiwa atau
sekitar 78,19% dari total jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan.
Berdasarkan data monografi, dari total penduduk Desa Wisata Garongan
yang bekerja yaitu sebanyak 706 jiwa, mayoritas mata pencaharian penduduk
Desa Wisata Garongan adalah di bidang pertanian yaitu sebanyak 465 jiwa atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
sebesar 65,87% yang terdiri dari petani sebanyak 413 jiwa dan buruh tani
sebanyak 52 jiwa. Mata pencaharian yang kedua yaitu pegawai swasta sebanyak
100 jiwa atau sebesar 14,16%, pegawai negeri atau PNS sebanyak 53 jiwa atau
sebesar 7,5% , pedagang 37 jiwa atau sebesar 5,24% dan sisanya bekerja di
bidang industri rumah tangga dan lain-lain sebanyak 51 jiwa atau sebesar 7,22%.
Dari tiga kategori desa wisata yaitu : desa wisata tumbuh, berkembang,
dan mandiri, Desa Wisata Garongan termasuk kategori desa wisata tumbuh yang
merupakan desa wisata pertanian berprestasi, hal tersebut dibuktikan dengan
menjadi juara 2 dalam festival desa wisata tahun 2010 yang diselenggarakan oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman bekerjasama dengan Forum
Komunikasi Desa Wisata Kabupaten sleman (http://ekowisataku.blogspot.com,
30/03/2011, 20.30).
Karena desa ini termasuk desa wisata golongan paling rendah atau tahap
tumbuh, maka masih terdapat permasalahan di Desa Wisata Garongan, yaitu : (1)
konsep pariwisata berbasis masyarakat atau CBT belum dirasakan dampaknya
oleh masyarakat desa, (2) Masih terdapat berbagai kendala dan kekurangan dalam
pelaksanaan konsep CBT . Hal tersebut diakibatkan oleh pengelolaan atau
manajemen desa wisata yang belum maksimal karena masih dijadikan pekerjaan
sambilan sehingga belum menjadi fokus utama. Selain itu, lahan yang digunakan
untuk kegiatan wisata seperti outbond dan camping ground masih pinjaman dari
tanah kas Desa Wonokerto, sehingga masih kegiatan wisata yang ada belum
bermanfaat secara optimal kepada komunitas atau masyarakat karena masih
terjadi kebocoran ekonomi atau leakage. Potensi Desa Wisata Garongan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dapat dioptimalkan untuk daya tarik wisata antara lain : wisata persawahan,
perikanan,outbond, masakan tradisional,home industry, camping ground,home
stay,kesenian,tracking sungai,wisata alam pedesaan, wisata menangkap ikan,
danperkebunan salak.
Kecamatan Turi sendiri memiliki + 11 desa wisata, diantaranya : Desa
Wisata Garongan, Desa Wisata Kampoeng Sedjarah Kélor, Desa Wisata Dukuh,
Desa Wisata Gabugan, Kembangarum, Desa Wisata Nganggring, Desa Wisata
Tunggularum, dan beberapa desa wisata lain yang sedang bertumbuh.
Alasan penulis memilih Desa Wisata Garongan (1) Dekat dengan tempat
tinggal penulis, sehingga diharapkan bisa membantu menganalisis permasalahan
dan mengembangkan potensi yang ada melalui saran, (2) Desa wisata ini memiliki
kelebihan dibanding desa wisata lain di kecamatan Turi yaitu seluruh warganya
turut berperan aktif dalam kegiatan pariwisata, salah satunya untuk paket home
stay, seluruh rumah warga bisa ditempati, (3) Untuk menguji hasil dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Yuniati Dina Astuti, dan (4) Untuk menghitung
dampak ekonomi pariwisata dari penerapan konsep Community Based Tourism(
CBT) di Desa Wisata Garongan yang merupakan desa wisata tumbuh.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih jauh
mengenai penerapan konsep CBT dan dampak ekonomi bagi masyarakat dengan
mengambil judul penelitian “Dampak Ekonomi Pariwisata Dari Penerapan
Konsep Community Based Tourism (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata
Garongan Di Kecamatan Turi, Sleman)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana identifikasi, pemetaaan dan analisis manfaat ekonomi
yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata Garongan?
2. Apakah ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan
sesudah adanya Desa Wisata Garongan?
3. Seperti apa keterbatasan konsep CBT yang diterapkan pada
pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis manfaat
ekonomi yang tercipta dari penerapan konsep CBT pada Desa Wisata
Garongan.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pendapatan masyarakat
sebelum dan sesudah adanya Desa Wisata Garongan.
3. Untuk mengetahui kelemahan atau keterbatasan dari konsep CBT
yang diterapkan pada pengembangan wisata di Desa Wisata Garongan.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi stakeholder yang
berkepentingan untuk mengetahui efektivitas konsep Community Based
Tourism (CBT) di Desa Wisata Garongan.
2. Sebagai masukan bagi pemerintah dan industri pariwisata untuk
lebih mengembangkan konsep Community Based Tourism (CBT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Dapat dijadikan acuan bagi kaum akademisi untuk melakukan
penelitian lebih mendalam mengenai konsep Community Based Tourism
(CBT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Pariwisata
Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta. Pari mempunyai arti banyak,
berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan kata wisata mempunyai arti
perjalanan dan bepergian. Berdasarkan dua suku kata tersebut pariwisata dapat
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari
suatu tempat ke tempat lain. Berpariwisata adalah suatu proses kepergian
sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya.
Bila ditinjau dari segi ekonomi mikro, maka yang dimaksud dengan
industri pariwisata adalah setiap unit produksi yang dapat menghasilkan produk
atau jasa tertentu. Atas dasar pengertian ini, maka dalam pengertian sempit, hotel,
transportasi, restoran dan sebagainya secara sendiri-sendiri dapat disebut sebagai
industri pariwisata.
Sedangkan dalam pengertian ekonomi makro, yang dimaksud dengan
industri pariwisata adalah keseluruhan unit - unit produksi (travel agent, tourist
transportation, hotel, catering trade, tour operator, tourist object, tourist
attraction, dan souvenir shops ), baik yang tempat kedudukannya di daerah,
dalam negeri, atau luar negeri yang ada kaitannya dengan perjalanan wisatawan
yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1. Definisi Pariwisata
Pariwisata merupakan konsep yang sangat multidimensional,
banyak pengertian yang dijabarkan oleh para praktisi, Oka A. Yoeti dalam
bukunya mendefinisikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang
dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat
ketempat lain , dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah
ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan
hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang
beraneka ragam. Praktisi pariwisata lain juga memiliki definisi sendiri
sebagai berikut :
“Tourism comprises the ideas and opinions people hold which shape their decisions about going on trips, about where to go (and where not to go) and what to do or not to do, about how to relate to other tourists, locals and service personnel. And it is all the behavioural manifestations of those ideas and opinions” (Leiper, 1994, dalam Pitana & Diarta, 2009:44).
“Tourism is the sum total of the phenomena and relationship arising from the interaction among tourists, business supplier, host government, host communities, origin governments, universities, community colleges and non- governmental organizations, in the process of attracting, transporting, hosting, and managing these tourists and other visitor”(Weaver and Opperman, 2003, dalam Pitana & Diarta, 2009:45).
Sedangkan WTO mendefinisikan pariwisata adalah aktivitas orang
- orang yang melakukan perjalanan dan tinggal di luar lingkungan tempat
tinggal mereka dalam jangka waktu tidak lebih dari satu urutan tahun
untuk bersenang – senang, bisnis, dan tujuan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berdasarkan UU NO 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, pada
pasal 1 disebutkan bahwa Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah perjalanan
seseorang ataupun sekelompok orang di luar lingkungan kesehariannya
untuk menghibur diri, urusan bisnis maupun tujuan lain yang
menghasilkan kesenangan di lingkungan tempat tinggal sementara
tersebut.
2. Karakteristik Kepariwisataan
a. Lintas Sektoral (Multi-faceted)
Pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki keterikatan dan
saling mempengaruhi dengan sektor – sektor dan kegiatan lain atau lintas
sektor dan lintas skala usaha. Sehingga perkembangan di sektor
pariwisata akan memberikan dampak yang berantai bagi sektor lain yang
berkaitan di dalamnya dan akan menciptakan efek pengganda ekonomi
(multiplier effect) yang akan memberi manfaat baik langsung maupun
tidak langsung bagi pihak – pihak yang terlibat dalam mata rantai
kegiatan pariwisata tersebut seperti : sektor pertanian, sektor perikanan,
sektor perkebunan, dan sektor – sektor lain yang berhubungan dengan
usaha kepariwisataan, baik usaha skala kecil dan menengah maupun
usaha-usaha di sektor hulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Multidisciplinary
Pariwisata sebagai ilmu mandiri ( Pitana & Diarta , 2009:9)
memiliki keterkaitan dengan disiplin ilmu yang lain. Sehingga kajian
ilmiah tentang kepariwisataan dapat didekati melalui segala disiplin ilmu.
Kegiatan pariwisata memberi pengaruh di semua sektor yang merupakan
bidang disiplin ilmu lainnya seperti sosiologi, ilmu lingkungan,
geografis , politik sampai psikologi stakeholder yang terlibat dalam
industri pariwisata.
3. Kajian Ekonomi Kepariwisataan
Untuk dapat menghubungkan antara konsep ekonomi dan
pariwisata terlebih dahulu akan dijelaskan konsep-konsep sebagai berikut:
a. Aspek Penawaran Pariwisata
Menurut Miles 1992 dalam materi perkuliahan Ekonomi
Pariwisata oleh Bambang Irawan, ada empat aspek (4A) yang harus
diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah:
· Attraction (daya tarik),
· Accessible (bisa dicapai),
· Amenities (fasilitas),
· Activities (kegiatan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar II.1 Komponen Perencanaan Wisata Kelompok Wisatawan
Domestik dan Internasional
Sumber : Inskeep (1991, dalam tulisan Yuniati Dina)
Gambar II.1 menunjukkan komponen-komponen wisata tersebut
dalam suatu hubungan keseluruhan dari lingkungan alami dan sosial
ekonomi antara pasar internasional dan wisatawan domestik yang akan
dilayani dan kawasan tempat tinggal yang digunakan sebagai tempat
atraksi, penyediaan fasilitas, pelayanan, dan infrastruktur.
b. Aspek Permintaan Pariwisata
Menurut ilmu ekonomi permintaan merupakan sejumlah barang
dan jasa yang ingin dibeli oleh pelanggan dan mampu untuk membeli
dengan harga tertentu pada waktu tertentu. Kemudian terdapat
hubungan yang tetap antara harga pasar dengan jumlah permintaan.
Permintaan wisata pada dasarnya merupakan orang-orang yang
ingin melakukan perjalanan wisata. Menurut Mathieson dan Wall
(1982) (dalam http://eprints.undip.ac.id/16524/1, 24/04/2011, 11:15 )
permintaan wisata terdiri dari tiga jenis yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1) Permintaan efektif atau permintaan aktual wisatawan yang sedang
menikmati fasilitas pariwisata misalnya orang-orang yang sedang
melakukan perjalanan
2) Permintaan tertahan (suppressed demand) merupakan seluruh atau
sebagian masyarakat yang tidak melakukan perjalanan karena
alasan tertentu.
3) Tidak ada permintaan. Mereka yang termasuk kategori ini adalah
mereka yang tidak ada dan tidak mau mengadakan perjalanan (no
demand)
Menurut G.A Schmoll,1977 (dalam Oka A. Yoeti, 2008 : 120)
permintaan dalam industri pariwisata dapat dibagi menjadi enam
kelompok, yaitu :
1) Travel Preparation
Sebelum membeli paket wisata, wisatawan memerlukan :
information, advice, reservations, tickets and vouchers, money
exchanges, travel clothing, and equipments.
2) Movement
Dalam perjalanan seseorang wisatawan memerlukan :
transportation to and from destination, sightseeing and tours,
safaris, act at the tourist destination.
3) Accommodation and Catering
Setibanya pada suatu DTW wisatawan akan memerlukan :
hotel and motel rooms, camping sites and restaurant, bar and café.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4) Activities at The Destination
Di DTW wisatawan membutuhkan : entertainment, sports,
sightseeing, shopping, visit to museums.
5) Purchases and Personal Needs
Sebagai kenang-kenangan pada suatu DTW, wisatawan
akan membeli bermacam oleh-oleh dalam bentuk : Purchases of
personal items, clothing, medical care, souvenirs, dan lain-lain.
6) Recording and Preserving Impressions
Untuk keperluan dokumen perjalanannya wisatawan
memerlukan : Puchases of film, cameras, photo or video shooting,
dan lain-lain.
4. Dampak Pembangunan Kepariwisataan
a. Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi yang diciptakan oleh pembangunan industri
pariwisata antara lain terhadap ekonomi internasional terkait interaksi
antar negara yang terjadi akibat pemenuhan kebutuhan sektor - sektor
pariwisata. Seperti yang diungkapkan oleh Theobald, 2005 (dalam Pitana
& Diarta 2009:184) sebagai berikut :
“International tourism is an invisible exporting that it creates a flow of foreign currency into the economy of a destination country, thereby contributing directly to the current account of the balance of payments. Like other export industries, this inflow of revenue creates business turnover, household income, employment, and government revenue.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Pariwisata internasional memiliki dua dampak utama, yang
pertama adalah dalam hal perdagangan dimana sangat memungkinkan
terjadinya transaksi ekspor-impor, yang kedua adalah efek redistribusi
terkait dengan adanya kecenderungan dimana wisatawan internasional
berasal dari negara berpendapatan tinggi dan membelanjakan uang
mereka pada destinasi wisata yang berada pada negara berpendapatan
rendah.
Selain itu, dampak ekonomi lain yang disebutkan adalah
pengaruhnya pada kondisi balance of payment yang menggambarkan
posisi interaksi perdagangan suatu negara dengan negara-negara lain.
Dan dampak terjadi juga pada pendapatan devisa nasional. Dalam hal ini
dijelaskan lebih detail dengan menggunakan multiplier analysis dan
leakagemeskipun pada penelitian ini tidak menghitung multiplier effect.
1) Multiplier Analysis
Analisis multiplier digunakan untuk memperkirakan dampak
yang akan timbul dari adanya pengeluaran wisatawan pada
perekonomian. Seperti dapat dilihat dimana pengeluaran awal
wisatawan akan berdampak menaikan impor untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan, dan sebagaian besar dari transaksi itu akan
disaring melalui ekonomi untuk menstimulasi pengeluaran tidak
langsung selanjutnya dan pengeluaran yang diakibatkan oleh
pengeluaran awal. Tiga fase inilah yang merefleksikan fakta bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
memang terjadimultiplier effect pada kegiatan kepariwisataan. Angka
pengganda pariwisata dapat dibagi dalam lima jenis utama, yaitu :
a) Transaction or sales multiplier. Kenaikan pengeluaran wisatawan
akan memberikan tambahan pemasukan pedagang.
b) Output multiplier. Hal ini terkait jumlah output tambahan yang
dihasilkan oleh ekonomi sebagai akibat dari adanya kenaikan
pengeluaran wisatawan. Perbedaan yang mendasar dengan poin
sebelumnya adalah bahwa fokus multiplier output adalah
perubahan pada level produksi saat ini bukan pada perubahan
volume atau nilai penjualan.
c) Income multiplier. Ini mengukur tambahan pendapatan yang terjadi
sebagai akibat dari peningkatan pengeluaran wisatawan.
d) Government revenue multiplier. Ini mengukur tambahan
pemasukan pemerintah yang terjadi sebagai akibat dari peningkatan
pengeluaran wisatawan.
e) Employment multiplier. Ini mengukur jumlah total penyerapan
tenaga kerja yang disebabkan oleh adanya tambahan unit dari
pengeluaran wisatawan.
2) Leakages
Pariwisata internasional akan mendorong terjadinya impor. Hal
tersebut terjadi karena wisatawan adalah pengunjung jangka pendek
yang datang bersama dengan ekspektasi mereka terkait akomodasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
makanan, kesehatan dan sebagainya. Untuk menyesuaikan dengan
ekspektasi mereka seringnya mengakibatkan terjadinya impor barang
untuk memenuhi permintaan wisatawan. Pembayaran untuk barang
dan jasa tersebut yang digunakan untuk menyangga industri
kepariwisataan inilah yang kita sebut dengan kebocoran (leakages),
atau dengan kata lain ada sebagian dari pengeluaran wisatawan yang
bocor dari perekonomian untuk membiayai kebutuhan impor.
Hal ini juga terjadi dalam kasus impor barang antar daerah
dalam satu negara. Yaitu bocornya pendapatan wisata suatu daerah
akibat barang atau jasa yang berasal dari luar daerah. Sehingga terjadi
capital outflow atau dana yang mengalir ke luar yang berasal dari
pendapatan pariwisata.
b. Dampak Negatif
Kegiatan pariwisata selain memberi dampak yang
menguntungkan juga memiliki dampak negatif yang harus ditangani
dengan baik. Baik itu dampak sosial, ekonomi, lingkungan, dan dampak
bagi sektor lain yang berhubungan dengan industri pariwisata. Khusus
dampak ekonomi, seperti yang diungkapkan Mathieson dan Wall, 1982
(dalam Pitana & Diarta, 2009:191) sebagai berikut :
1) Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata
2) Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah
3) Meningkatnya kecederungan untuk mengimpor bahan-bahan yang
diperlukan dalam pariwisata sehingga produk lokal tidak terserap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4) Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat,
menyebabkan pengembalian modal investasi juga tidak pasti
waktunya.
5) Timbulnya biaya - biaya tambahan lain bagi perekonomian
setempat.
B. Pariwisata Minat Khusus
Salah satu sebab terjadinya segmentasi atau spesialisasi pasar
pariwisata adalah karena adanya kecenderungan wisatawan dengan minat
khusus baik dalam jumlah wisatawan maupun area minatnya. Pariwisata
dengan minat khusus ini diperkirakan akan menjadi trend perkembangan
pariwisata ke depan sebab wisatawan telah menginginkan jenis pariwisata
yang fokus yang mampu memenuhi kebutuhan spesifik wisatawan.
Seperti yang dikemukakan oleh Host and Guest, 1989
dalamwww.docstoc.com/docs/51116516/bab_2baru, mereka
mengklasifikasikan jenis-jenis pariwisata menjadi :
1. Marine Tourism (Pariwisata Pantai), kegiatan pariwisata yang ditunjang
oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan
olahraga air lainnya.
2. Ethnic Tourism (Pariwisata Etnik), yaitu perjalanan untuk mengamati
perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap
menarik/eksotik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Culture Tourism (Pariwisata Budaya), yaitu perjalanan untuk meresapi
(dan terkadang untuk ikut mengalami) suatu gaya hidup yang telah hilang
dari ingatan manusia.
4. Recreational Tourism (Pariwisata Rekreasi), yaitu kegiatan wisata yang
berkisar pada olah raga, menghilangkan ketegangan dan melakukan
kontak sosial dalam suasana yang santai.
5. Ecotourism (Pariwisata Alam),yaitu perjalanan ke suatu tempat yang
relatif masih asli/belum tercemar, dengan tujuan untuk mempelajari,
mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar, serta
perwujudan budaya yang ada/pernah ada di tempat tersebut.
6. City Tourism (Pariwisata Kota),yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk
melihat/mempelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan
dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada/pernah ada di
daerah tersebut.
7. Resort City, yaitu suatu kota/perkampungan yang mempunyai tumpuan
kehidupan pada penyediaan sarana dan prasarana wisata, yaitu
penginapan, restoran, olah raga, hiburan dan jasa tamasya lainnya.
8. Agro Tourism (Pariwisata Agro)/Rural Tourism/Farm Tourism,
merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan
pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan.
9. Urban Tourism, dalam bentuk pariwisata yang umum terjadi di kota-kota
besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan yang cukup penting,
namun bukan merupakan kegiatan utama di kota tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
10. Social Tourism, adalah suatu pendekatan untuk menyelenggarakan
liburan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta orang-
orang yang tidak memilki inisiatif untuk melakukan perjalanan .
11. Alternatif Tourism, adalah suatu bentuk pariwisata yang sengaja disusun
dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi
sosial.
Jenis-jenis sumber daya minat khusus yang bisa dijadikan atraksi
dapat diklasifikasikan seperti yang dijelaskan pada tabel II.1
Tabel II.1
Klasifikasi Pariwisata Minat Khusus
No Klasifikasi Contoh No Klasifikasi Contoh 1. Active
adventure (petualangan aktif)
- Caving - Parachute Jumping - Trekking - Off-road adventure -Mountain climbing
6. History / culture
- Agriculture - Art / architecture - Art festival - Film / film history
2. Nature and wildlife
- Birdwatching - Ecotourism - Geology - National parks - Rainforest
7. Softadventure
- Backpaking - Bicycle touring - Canoing / kayaking - Scuba diving / snorkelling - Walking tours
3. Affinity - Artist’s workshop - Senior tour - Tour for the handicapped
8. Spiritual - Pilgrimage / mythology - Region / spiritual - Yoga and spiritual tours
4. Romance - Honeymoon - Island vacation - Nightlife - Single tour - Spa / hot spring
9. Hobby - Antique - Beer festival - Craft tour - Gambling - Videography tour
5. Family - Amusemen park - Camping - Shopping trips - Whalewatching
10. Sports - Basket ball - Car racing - Olympic games - Soccer
Sumber : Richardson dan Fluker (1994, dalam Pitana & Diarta)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
C. Desa Wisata
Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan pariwisata merambah
dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, village
tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan
yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah
tujuan wisata bukan perkotaan. Salah satu pendekatan pengembangan wisata
alternatif adalah desa wisata untuk pembangunan pedesaan yang
berkelanjutan dalam bidang pariwisata.
Syarat utama desa wisata diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas
hidup masyarakatnya. Selain keaslian, juga dipengaruhi keadaan ekonomi,
fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut, misalnya ruang, warisan budaya,
kegiatan pertanian, bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan budaya, serta
pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah. Dengan demikian, pemodelan
desa wisata harus terus dan secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri
khas daerah.
Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk
wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan
pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan
antara lain:
1. memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat,
2. menguntungkan masyarakat setempat,
3. berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik
dengan masyarakat setempat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4. melibatkan masyarakat setempat,
5. menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan
Bentuk pengelolaan desa wisata pada dasarnya adalah milik
masyarakat yang dikelola secara baik, degan mempertimbangkan beberapa
aspek penting dalam pengelolaan seperti : aspek sumber daya manusia, aspek
keuangan, aspek material, aspek pengelolaan dan aspek pasar. Dalam satu
wadah organisasi masyarakat yang berbentuk kemitraan, manajemen
korporasi, yayasan atau badan pengelola desa wisata yang unsur-unsur
pengelolaannya direkrut dari kemampuan masyarakat setempat dan lebih
mendahulukan peranan para pemuda yang memiliki latar belakang
pendidikan atau keterampilan yang dibutuhkan.
D. Community Based Tourism (CBT)
1. Konsep Community Based Tourism (CBT)
Kepariwisataan sebagai salah satu kegiatan pembangunan
diupayakan dapat sejalan dengan konsep dan prinsip pembangunan
berkelanjutan, perlu menerapkan kaidah-kaidah sebagai berikut:
a. Pengembangan pariwisata berorientasi jangka panjang dan menyeluruh
(holistic) tidak hanya memanfaatkan tetapi sekaligus melestarikan obyek
dan daya tarik wisata yang memberikan manfaat secara adil bagi semua.
b. Pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter wilayah, kondisi
lingkungan, konteks sosial dan dinamika budaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Penciptaan keselarasan, senergitas antara kebutuhan wisatawan dan
penyedia oleh masyarakat lokal, yang memunculkan hubungan timbal
balik dan saling menghargai nilai, adat istiadat, kebiasaan, warisan,
budaya, dan lain-lain.
d. Pemanfaatan sumber daya pariwisata yang memperhitungkan
kemampuan kelestariannya yang pengelolaannya secara eco-efficiency
(reduce, reuse, dan recyle) sehingga mencapai eco-effectivity
(redistribute, reactual).
e. Pengelolaan kegiatan pariwisata yang tanggap terhadap perubahan yang
terjadi dari kedua sisi permintaan (pasar) dan penawaran (produk).
Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sebuah pendekatan
pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku
penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni pembangunan
yang berkelanjutan (sustainable development paradigma) pariwisata
berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan segenap
potensi dan dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran pelaku usaha
pariwisata skala besar. Pariwisata berbasis masyarakat tidak berarti
merupakan upaya kecil dan lokal semata, tetapi perlu diletakkan dalam
konteks kerjasama masyarakat secara global.
Dalam mencapai tujuan pemberdayaan, berbagai upaya dapat
dilakukan melalui berbagai macam strategi. Salah satu strategi yang
memungkinkan dalam pemberdayaan masyarakat adalah pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat yang secara konseptual memiliki ciri-ciri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
unik serta sejumlah karakter yang oleh Nasikun, 2000 (dalam
http://file.upi.edu/Direktori ) dikemukakan sebagai berikut:
a. Pariwisata berbasis masyarakat menemukan rasionalitasnya dalam
properti dan ciri-ciri unik dan karakter yang lebih unik diorganisasi
dalam skala yang kecil, jenis pariwisata ini pada dasarnya merupakan,
secara ekologis aman, dan tidak banyak menimbulkan dampak negatif
seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional
b. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu
mengembangkan obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil
dan oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas dan
pengusaha-pengusaha lokal.
c. Berkaitan sangat erat dan sebagai konsekuensi dari keduanya lebih dari
pariwisata konvensional, dimana komunitas lokal melibatkan diri dalam
menikmati keuntungan perkembangan pariwisata, dan oleh karena itu
lebih memberdayakan masyarakat.
2. Definisi CBT
CBT adalah wisata yang mengetengahkan lingkungan, sosial
masyarakat, dan kesinambungan budaya dalam satu fokus pengembangan.
CBT dikelola dan dimiliki dari dan oleh masyarakat, dengan tujuan
memberikan pengetahuan kapada para wisatawan tentang bagaimana
kearifan lokal dan kehidupan yang dilakukan sehari-hari di komunitas
tersebut. Rest 1997 (dalam www.scribd.com) menyatakan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
"CBT is tourism that takes environmental, social, and cultural sustainability into account. It is managed and owned by the community, for the community, with the purpose of enabling visitors to increase their awareness and learn about the community and lokal ways of life.” Sedangkan definisi CBT Menurut Garrod 2001 (dalam
www.journal.unair.ac.id) yaitu:
a. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat
lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan
pariwisata,
b. Masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha -usaha pariwisata
juga mendapat keuntungan,
c. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi
keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan.
Suansri 2003 (dalam www.journal.unair.ac.id) mendefinisikan CBT
sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan,
sosial dan budaya. CBT merupakan alat pembangunan komunitas dan
konservasi lingkungan. Atau dengan kata lain CBT merupakan alat untuk
mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
3. Prinsip CBT
Terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan prinsip –
prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang
cenderung dikaitkan dengan sistem perencanaan formal sangat menekankan
pada keuntungan potensial dari ekowisata. Pendekatan ke dua, cenderung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dikaitkan dengan istilah perencanaan yang partisipatif yang lebih concern
dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara
pembangunanan dan perencanaan terkendali. Pendekatan ini lebih
menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dalam dampak
pembangunan ekowisata.
Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan
pariwisata adalah dengan menerapkan Community Based Tourism (CBT)
sebagai pendekatan pembangunan. Ada beberapa prinsip dasar CBT yang
disampaikan Suansri 2003 (dalam www.journal.unair.ac.id) dalam
gagasannya yaitu:
a. mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas
dalam industri pariwisata,
b. mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek, dan
mengembangkan kebanggaan dankualitas hidup komunitas,
c. menjamin keberlanjutan lingkungan,mempertahankan keunikan karakter
dan budaya di area lokal,
d. membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada
komunitas, menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia,
e. mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas,
berperan dalam menentukan persentase pendapatan (pendistribusian
pendapatan ) dalam proyek yang ada di komunitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4. Perbedaan Konsep CBT dengan Konsep Wisata Lainnya
Rest, 1997 dalam tulisan Yuniati Dina Astuti, menjelaskan tentang
perbedaan yang mendasar antara konsep CBT dengan konsep wisata yang
lain seperti ekowisata, short visit dan homestay. Rest mengidentifikasi
beberapa perbedaan diantara mereka seperti yang disajikan pada tabel II.2 :
Tabel II.2 Perbedaan Konsep CBT Dengan Ekowisata, Short Visit dan Homestay
Ekowisata CBT
Tujuan Bertanggung jawab kepada kekayaan alam (atraksi alam), kebudayaan lokal dan keunikan kualitas dari objek wisata
Bertanggung jawab pada lingkungan, sumber daya alam, sistem sosial dan kebutuhan komunitas.
Kepemilikan Unspecified Komunitas Pengelola wisata Unspecified Komunitas
Keterkaitan wisata Menitikberatkan pada wisata dan lingkungan Menitik beratkan pada pembangunan menyeluruh
Short visits CBT
Waktu kunjungan
waktu yang cukup pendek untuk melakukan pengamatam, sedikit atau tidak ada cukup waktu untuk para pengunjung dapat berpartisipasi padaa kegiatan masyarakat setempat dan pertukaran budaya.
Waktu yang cukup untuk memahami lingkungan setempat melalui pengematan, aktifitas dan diskusi.
Partisipasi kegiatan di masyarakat
Rendah Tinggi
Pertukaran budaya dan pembelajaran
Rendah Tinggi
Harga dan pendapatan
komunitas memiliki kontrol yang terbatas. Ditetepkan oleh komunitas
Pemahaman wisatawan terhadap komunitas
Memerlukan bantuan dari orang luar yang memiliki pengetahuan tentang masyarakat lokal untuk menjelaskan pada wisatawan
Dapat mengoptimalkan pemahaman wisatawan melalui pengamatan mendalam, percakapan dan interaksi langsung dengan anggota masyarakat sebagai hasil dari desain program yang ada.
Homestay CBT
Definisi Pembelajaran didapat melalui pendalaman kepada tuan rumah yang ditempati
Pembelajaran didapat dari komunitas
Akomodasi Akomodasi ditempat tuan rumah
Memungkinkan dilakukan dengan berbagai konsep termasuk tenda, kabin, homestay atau guesthouse
Proses Pembelajaran
Tergantung pada ketertarikan dari masing-masing individu pengunjung
pembelajaran melalui interaksi langsung dengan anggota masyarakat, tuan rumah, lokal guide dan kelompok atau organisasi yang ada di komunitas tersebut.
Manfaat yang diperoleh masyarakat
Terkadang hanya rumah tangga yang cukup sejahtera yang mendapatkan kesempatan untuk menyediakan akomodasi dan akan mengumpulkan keuntungan untuk mereka sendiri.
Anggota komunitas dengan status kesejahteraan yang berbeda dapat memperoleh manfaat dengan mengikuti beberapa aturan main yang ditetapkan oleh pengelola seperti menjadi guide, tenaga pendamping, tuan rumah dan lain-lain. Bagian dari keuntungan dialokasikan untuk proyek komunitas.
Sumber : Rest 1997 dalam tulisan Yuniati Dina Astuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan olehYuniati Dina Astuti (2010) dengan
judul ”Pemetaan Dampak Ekonomi Pariwisata Dalam Penerapan Konsep
Community Based Tourism (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Kebon Agung
Di Kabupaten Bantul)” menunjukkan adanya manfaat berupa tambahan
pendapatan dari kegiatan kepariwisataan kepada komunitas baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran yang terpakai adalah sebsar
95% dari total transaksi, dengan uang yang terdistribusikan kepada komunitas
sebesar 71,28%, sedang kebocoran ekonomi (leakage) sebesar 28,72% .
Yuniati juga menyimpulkan bahwa konsep pengembangan wisata berbasis
masyarakat (CBT) secara umum memberikan manfaat ekonomi.
Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Stronza & Gordillo (2008)
yang melakukan penelitian di tiga Negara di wilayah Amazon yaitu di
Chalalan di Bolivia; Posada Amazonas di Peru, dan Kapawi di Ekuador.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji keberhasilan penerapan
ecotourism. Dalam penelitian yang berjudul ”Community Views Of
Ecotourism” tersebut disimpulkan bahwa konsep ecotourism berhasil
meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Dengan pembagian pendapatan
di Chalalan yaitu 50% untuk komunitas dan 50% sisanya untuk investor, di
Posada Amazonas pembagian keuntungan sebesar 60% untuk komunitas dan
40% untuk Rainforest Expeditions, sedangkan di Kapawi, komunitas hanya
mendapat fee bulanan sebesar $3,800 ditambah $ 10 per turis yang datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Peneliti menyimpulkan bahwa komunitas menerima konsep ecotourism
karena berdampak positif bagi keluarga dan komunitas masyarakat lokal.
Hasil serupa juga muncul dalam penelitian yang dilakukan oleh
Athanasia Drakopoulou (2004) dengan tujuan penelitian yaitu untuk
menginvestigasi konsep community-based ecotourism (CBET) dan
potensinya untuk menopang sektor pariwisata di Yunani. Penelitian kualitatif
studi kasus ini berjudul “Tourism Certification and Community-based
Ecotourism as Tools for Promoting Sustainability in the Greek Tourism
Sector - the example of Zagori” dalam kesimpulannya, penulis mengatakan
bahwa konsep CBET berhasil menstimulasi pembangunan ekonomi termasuk
melestarikan lingkungan alam dan kekayaan budaya di Zagori.
Jurnal yang diterbitkan oleh “International Centre for Responsible
Tourism” yang ditulis oleh Harold Goodwin & Rosa Santilli, 2009, dengan
judul “Community-based tourism: a success?” merupakan laporan hasil
evaluasi dari penerapan konsep CBT di Negara- Negara dunia ketiga seperti
Amerika Selatan, Afrika dan termasuk Indonesia. Dalam penelitian tersebut,
dari 116 responden di negara - negara yang menerapkan konsep CBT
disimpulkan bahwa konsep tersebut sukses, meski ada 40% yang menyatakan
bahwa konsep CBT hanya untuk kepentingan komersialisme. Manfaat dari
konsep CBT tersebut diidentifikasi antara lain : Modal Sosial dan
Pemberdayaan (70%) ,Konservasi / Lingkungan (30%), Peningkatan Mata
Pencaharian dan Standar Hidup (67%), Pembangunan Ekonomi Lokal (58%),
Komersial Viabilitas (40%), Manfaat Kolektif (12%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Yuniati Dina Astuti dengan judul “Pemetaan Dampak
Ekonomi Pariwisata Dalam Penerapan Konsep Community Based Tourism
(CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Kebon Agung Di Kabupaten Bantul)” yang
dilakukan di Desa Wisata Kebon Agung Di Kabupaten Bantul. Perbedaan
yang mendasar antara penelitian yang dilakukan oleh Yuniati Dina Astuti
dengan penelitian yang dilakukan penulis sekarang adalah apabila Yuniati
Dina Astuti menghitung multipliereffect yang merujuk pada Oka A. Yoeti,
namun penulis sekarang tidak menghitung multipliereffect karena
penghitungan yang dilakukan oleh Yuniati Dina Astuti masih terdapat
kesalahan yaitu terjadinya double counting atau penghitungan ganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
F. Kerangka Pemikiran
Penelitianini lebih memfokuskan pada penghitungan dampak ekonomi
pariwisata yang terjadi dari penerapan konsep CBT tanpa melupakan sektor-
sektor pendukung industri pariwisata. Kemudian dianalisa dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan hasil analisa digunakan untuk
membuat kesimpulan dan saran tentang penerapan konsep CBT di Desa
Wisata Garongan.
Gambar II.2 Kerangka Pemikiran
Kegiatan Wisata dari PenerapanCommunity Based Tourism di Desa
Wisata Garongan
Timbulnya Tambahan Dana untuk
Pengembangan Komunitas
Timbulnya Tambahan Pendapatan
Masyarakat Lokal
Terciptanya Lapangan Pekerjaan di Sektor Pariwisata
Dampak Ekonomi
Dampak Budaya
Dampak Lingkungan
Dampak Politik
Dampak Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Riset
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Yuniati Dina Astuti dengan judul “Pemetaan Dampak Ekonomi Pariwisata
Dalam Penerapan Konsep Community Based Tourism (CBT) (Studi Kasus
Desa Wisata Kebon Agung Di Kabupaten Bantul)” ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kuantitatif. Dikatakan deskriptif kuantitatif karena pada
penelitian ini menggunakan lebih banyak data kuantitatif dan juga analisis
statistika deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2001
dalam tulisan Yuniati Dina).
Sebagai alat bantu pembahasan, pada penelitian ini juga menggunakan
pendekatan kualitatif studi kasus. Menurut Vredenbregt (1987 dalam tulisan
Yuniati Dina ) studi kasus ialah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek, artinya data yang
dikumpulkan dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan
yang terintegrasi, dimana tujuannya adalah untuk mengembangkan
pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan yang
berarti bahwa studi kasus harus disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif
dan deskriptif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
B. Jenis Dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer dan
data sekunder baik untuk data kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
didapatkan dengan mengadakan wawancara mendalam, sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dan hasil-hasil penelitian
sebelumnya melalui studi dokumen. Hal ini dilakukan dengan menelusuri
informasi dari berbagai sumber data yang terdiri atas informan, tempat dan
peristiwa serta dokumentasi/arsip terkait yang ada. Subjek dalam penelitian
ini adalah pengelola Desa Wisata Garongan, Dinas Pariwisata dan kantor
pemerintahan wilayah setempat, serta masyarakat desa sebagai objek utama
CBT.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Studi Dokumen
Berupa data-data statistik pariwisata, monografi, dan catatan lainnya
yang berkaitan dengan gambaran wilayah Desa Wisata Garongan,
Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Data treasuring didapatkan dari
tracking pada kantor/instansi pemerintah terkait baik pada tingkat
Kabupaten, Kecamatan maupun Desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Wawancara
Wawancara semi terstruktur atau wawancara yang bersifat
percakapan. Tidak menggunakan kuesioner melainkan panduan wawancara
yang fleksibel untuk membantu pewawancara fokus pada topik yang diteliti.
Wawancara dilakukan dengan sejumlah informan yang dipilih secara
purposif sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.
Informan terutama adalah jajaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,
Camat, Lurah, dan pengelola wisata. Terkait dengan fokus kajian CBT,
maka informasi langsung dari tokoh masyarakat dan warga masyarakat desa
setempat menjadi unsur yang penting dalam objek wawancara.
Pengumpulan data melalui wawancara akan di record dengan menggunakan
video recorder utuk membantu peneliti mengurangi kesalahan dan merekam
informasi secara utuh. Perekaman pada pengamatan lapangan akan
menggunakan catatan lapangan peneliti (field note) dan kamera.
Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar S. Bachri
dengan judul “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada
Penelitian Kualitatif” maka dalam melakukan validasi data perlu dilakukan
triangulasi datauntuk menghindari keraguan pada hasil data, yakni dengan
cara menguji informasi dengan mengumpulkan data melalui metoda
berbeda, penemuan mungkin memperlihatkan bukti penetapan lintas data,
sehingga dapat mengurangi dampak dari penyimpangan potensial yang bisa
terjadi dalam satu penelitian tunggal. Triangulasi menyatukan informasi dari
penelitian kuantitatif dan kualitatif, menyertakan pencegahan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
kepedulian memprogram data, dan membuat penggunaan pertimbangan
pakar. Selain itu dengan mengecek data dari beberapa sumber yang berbeda
mengenai masalah yang sama. Untuk mendapatkan kebenaran informasi,
setiap informan dilakukan recheck hingga data terakhir hasil wawancara
mencerminkan reabilitas data.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Garongan yang terletak di
Kelurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) . Lokasi Desa Wisata Garongan berada di kaki
Gunung Merapi.
E. Teknik Analisis Data
1. Metode Deskriptif-Kuantitatif
Dalam penelitian ini data kuantitatif dianalisis secara tabulasi dan
statistik deskriptif, sedangkan data kualitatif dianalisa secara deskriptif studi
kasus yaitu dengan mendiskripsikan, kemudian memberikan penafsiran-
penafsiran dengan interpretasi rasional yang memadai terhadap fakta-fakta
yang diperoleh di lapangan. Kontribusi usaha kecil atau usaha pendukung
kegiatan pariwisata terhadap pendapatan pariwisata di Desa Wisata Garongan
dianalisis menggunakan metode kuantitatif Deskriptif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Desa Garongan
1. Aspek Geografis
Desa Wisata Garongan merupakan sebuah dusun yang terletak di
Kelurahan Wonokerto, Kecamatan Turi, Desa Wisata Garongan sendiri
terdiri dari dua pedukuhan yaitu Pedukuhan Pojok dan Pedukuhan
Kembang, pusat kegiatan wisata berada di Pedukuhan Kembang, namun
sekretariat Desa Wisata Garongan berada di Pedukuhan Pojok. Kelurahan
Wonokerto sendiri terdiri dari 13 Pedukuhan, yaitu : Pedukuhan Pojok,
Pedukuhan Kembang, Pedukuhan Tunggularum, Pedukuhan Gondoarum,
Pedukuhan Sempu, Pedukuhan Manggungsari, Pedukuhan Imorejo,
Pedukuhan Jambusari, Pedukuhan Banjarsari, Pedukuhan Dukuhsari,
Pedukuhan Bejiji, Pedukuhan Dadapan, dan Pedukuhan Samorejo.
Topografi yang berupa dataran tinggi 600 m/dpl dan terletak di kaki Gunung
Merapi membuat kondisi tanah sangat subur dan dekat dengan sumber air
yang melimpah.
Desa Wisata Garongan berjarak + 20 KM ke arah utara dari
Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta atau sekitar + 15 KM ke arah utara
dari Ibukota Kabupaten Sleman. Desa Wisata Garongan memiliki luas
wilayah 104,273 Ha, dan batas-batas wilayah dengan Dusun Dadapan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dusun Turi, Dusun Girikerto, Dusun Nganggrung dan Dusun Sidosari.
Berikut adalah batas-batas wilayah Desa Wisata Garongan :
Utara : Dusun Nganggrung dan Dusun Sidosari
Timur : Dusun Girikerto
Selatan : Dusun Turi
Barat : Dusun Dadapan
2. Aspek Sosial
Jumlah penduduk di Desa Wisata Garongan menurut data terakhir
Tahun 2011 total sebanyak 1.238 jiwa yang terdiri dari 342 KK dengan
jumlah keluarga miskin sebanyak 63 KK atau sebesar 18,42% dari jumlah
penduduk di Desa Wisata Garongan. Distribusi penduduk menurut jenis
kelamin terdiri dari laki-laki sebanyak 627 jiwa atau sekitar 50,65% dari
total penduduk, dan perempuan sebanyak 611 jiwa atau sekitar 49,35% dari
total penduduk. Jumlah penduduk usia produktif atau yang berusia antara
15-60 tahun sebanyak 968 jiwa atau sekitar 78,19% dari total jumlah
penduduk di Desa Wisata Garongan.
Berdasarkan data monografi, dari total penduduk Desa Wisata
Garongan yang bekerja yaitu sebanyak 706 jiwa, mayoritas mata
pencaharian penduduk Desa Wisata Garongan adalah di bidang pertanian
yaitu sebanyak 465 jiwa atau sebesar 65,87% yang terdiri dari petani
sebanyak 413 jiwa dan buruh tani sebanyak 52 jiwa. Mata pencaharian
yang kedua yaitu pegawai swasta sebanyak 100 jiwa atau sebesar 14,16%,
pegawai negeri atau PNS sebanyak 53 jiwa atau sebesar 7,5% , pedagang 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
jiwa atau sebesar 5,24% dan sisanya bekerja di bidang industri rumah
tangga dan lain-lain sebanyak 51 jiwa atau sebesar 7,22%.
Tabel IV.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase 1. Petani 413 58,50 2. Buruh Tani 52 7,37 3. Perkebunan 0 0,00 4. Pedagang 37 5,24 5. PNS 53 7,50 6. Pegawai Swasta 100 14,16 7. Industri RT 8 1,13 8. Lain-lain 43 6,09 Jumlah 706 100,00
Sumber : Monografi Desa Wisata Garongan
Berdasarkan latar belakang pendidikan, penduduk Desa Wisata
Garongan mayoritas berijasah SMA sebanyak 396 jiwa atau sekitar 31,9%
dari total penduduk, penduduk berijasah SD sebanyak 240 jiwa atau sekitar
19,39%. Kemudian SMP 207 jiwa (16,72%), akademi/Perguruan Tinggi
123jiwa (9,94%), tidak sekolah 98 jiwa (7,9%), TK 90 jiwa (7,27%), belum
sekolah 66 jiwa (5,33%), dan terakhir PAUD 18 jiwa (1,45%).
Tabel IV.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Struktur Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase 1. SMA 396 31,90 2. SD 240 19,39 3. SMP 207 16,72 4. Akademi/PT 123 9,94 5. Tidak Sekolah 98 7,90 6. TK 90 7,27 7. Belum Sekolah 66 5,33 8. PAUD 18 1,45 Jumlah 1.238 100,00
Sumber : Monografi Desa Wisata Garongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Perkembangan Pariwisata di Desa Garongan
1. Sejarah Terbentuknya Desa Wisata Garongan
Awal mula tercetusnya Desa Wisata Garongan yaitu berasal dari
sebuah kebiasaan pada saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik dari
Gunung Merapi. Banyak orang dari dalam maupun luar Kota Yogyakarta
yang datang ke Garongan untuk melihat Merapi karena “view-nya” bagus
bisa terlihat mulai dari kaki sampai puncak gunung. Ditambah saat Dinas
Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman melakukan Proyek Agropolitan
pada awal tahun 1990-an dengan jalur mulai dari Kecamatan Cangkringan,
Kecamatan Pakem, Kecamatan Turi, sampai Kecamatan Tempel, dan
sebagai wakil dari Kecamatan Turi, Garongan mendapat bagian untuk
tempat camping ground .
Sejak saat itu Garongan mulai dikenal sebagai tempat camping. Saat
orang-orang yang camping ingin melakukan tracking sungai dan menilai
positif, kemudian di lain waktu mereka datang kembali mengajak teman-
temannya untuk camping dan tracking sungai kemudian berkembang pada
keinginan untuk memetik salak, menangkap maupun memancing ikan untuk
dimasak di tempat. Maka tercetus dari karang taruna di garongan untuk
mengelola seperti desa wisata lain yang sedang berkembang dan gencar
digalakkan oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman. Sehingga
berkembang pengunjung yang menginginkan untuk live-in dan tinggal di
rumah penduduk untuk melihat kehidupan, budaya asli warga lokal,
termasuk mata pencaharian sampai makanan khas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pada tahun 1995 meski belum ada kejelasan konsep apakah akan
dijadikan desa wisata atau tidak, namum Desa Wisata Garongan sudah
mulai aktif melayani kunjungan wisatawan dengan manajemen yang sudah
seperti manajemen desa wisata. Sampai pada akhir tahun 1990-an sempat
mati suri karena meskipun terdapat pengurus namun tidak ada laporan
pendapatan dari penggunaan aset-aset desa. Kemudian pada tanggal 5
Agustus 2006, dengan mediasi dari mahasiswa KKN untuk berkomunikasi
dengan Kepala Desa dan tokoh-tokoh masyarakat maka dicetuskan untuk
membentuk sebuah desa wisata. Untuk menjadi sebuah desa wisata tidak
mudah karena harus melalui proses panjang untuk mendapat pengakuan dari
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman, yaitu dengan
mengirimkan laporan pendirian desa wisata, kemudian dilakukan verifikasi
untuk kelayakan desa wisata, setelah dinilai bagus oleh Dinas Budaya dan
Pariwisata Kabupaten Sleman maka resmi terbentuk Desa Wisata Garongan
yang masuk pada kategori desa wisata tumbuh dengan tema wisata alam dan
budaya, Desa Wisata Garongan menggunakan konsep pariwisata berbasis
masyarakat atau Community Based Tourism (CBT).
2. Daya Dukung Masyarakat
Seperti yang dicanangkan oleh Dinas Budaya dan Pariwisata
Kabupaten Sleman, maka untuk mendukung dan menciptakan atmosfer desa
wisata yang kondusif dan pelayanan yang baik maka pengelola dan seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
warga Desa Wisata Garongan memegang teguh prinsip-prinsip yang
tertuang dalam “Sapta Pesona”, yaitu :
· Aman
· Tertib
· Bersih
· Sejuk
· Indah
· Ramah
· Kenangan
Gambar IV.1 Sapta Pesona
Selain berpedoman pada “Sapta Pesona”, pengelola Desa Wisata
Garongan juga aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sleman, seperti pelatihan
pengembangan desa wisata, pelatihan pengelolaan dan manajemen desa
wisata, pelatihan tentang homestay, dan pelatihan guide, dengan tujuan
untuk meningkatkan pengalaman maupun “soft skill” yang baik untuk
melayani wisatawan. Sehingga dapat memajukan pariwisata dan
meningkatkan kesejahteraan penduduk Desa Wisata Garongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3. Komponen Penawaran Desa Wisata Garongan
a. Atraksi
Desa Wisata Garongan dikenal sebagai desa wisata alam dan
budaya, dengan ciri khas perikanan. Desa Wisata Garongan memiliki
beberapa atraksi yang menarik, antara lain :
1) Atraksi Alam
a) Alam Pertanian
Desa Wisata Garongan memiliki lahan pertanian yang
luas, terdiri dari sawah & ladang seluas 15,7 Ha, dan kebun
59,57 Ha yang dimanfaatkan untuk kebun salak atau sekitar
57,13 % dari total luas wilayah yang sebesar 104,273 Ha
sehingga menjadikan salak menjadi produk unggulan di Desa
Wisata Garongan dan Kecamatan Turi pada umumnya. Dari
sumber daya pertanian tersebut, Desa Wisata Garongan
menawarkan atraksi, seperti :
· Bajak (membajak sawah dengan sapi/kerbau),
· Angkler (meratakan sawah dengan sapi/kerbau dan
menyiapkan lahan untuk ditanami) ,
· Tandur (menanam bibit padi),
· Petik salak (memetik salak dan boleh dimakan
sepuasnya), dan
· Disediakan juga pelatihan budidaya salak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b) Alam Perairan
Desa Wisata Garongan mempunyai wisata air berupa
perikanan yang menjadi ciri khas Desa Wisata Garongan dan
sungai dengan air yang bening dari mata air di kaki Gunung
Merapi. Dari sumber daya perairan tersebut, Desa Wisata
Garongan menawarkan atraksi :
· Tracking sungai,
· Memancing& menangkap ikan, dan
· Disediakanjuga pelatihan budidaya ikan.
2) Potensi Flora dan Fauna
a) Potensi Flora
Desa Wisata Garongan yang terletak di kaki Gunung
Merapi memiliki tanah yang subur, sehingga aneka tumbuhan
yang hidup sangat beragam, mulai tanaman pertanian seperti:
padi, jagung, sayur-sayuran, kacang-kacangan, ubi-ubian, pohon
salak sampai ke pohon besar seperti sengon, jati, mahoni dan
sebagainya. Dengan tumbuhan yang menjadi ciri khas
Kecamatan Turi yaitu salak. Di sini wisatawan juga bisa belajar
merawat pohon salak, membantu penyerbukan dan bisa memetik
buah salak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b) Potensi Fauna
Masyarakat Desa Wisata Garongan tetap
mengembangkan berbagai jenis satwa “rajakaya” yang bisa
dimanfaatkan untuk produksi maupun konsumsi, seperti: sapi,
kerbau, kambing, itik, ayam dan sebagainya. Dengan paket
membajak sawah maka hewan seperti sapi dan kerbau dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk menambah penghasilan
petani atau pemilik sapi/kerbau.
3) Potensi Industri Rumah Tangga
Sebagai daerah penghasil salak, penduduk Desa Wisata
Garongan ada yang berinisiatif mengolah buah salak menjadi
produk dengan nilai tambah. Di sini wisatawan bisa mencoba
meembuat makanan khas, mulai dari proses persiapan, pembuatan,
pemasakan dan sampai siap dihidangkan, seperti :
· Industrikripik salak,
· Dodolsalak,
· Wajiksalak, dan
· Sirupsalak
4) Potensi Budaya dan Seni Tradisi
Penduduk Desa Wisata Garongan masih memegang teguh
dan melestarikan budaya turun-temurun, disini wisatawan bisa
menyaksikan, dan bisa mencoba atraksi, seperti :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
· Gejog Lesung,
· Tari Kubro Siswa,
· Tari Jathilan,
· Kenduri Budaya,
5) Potensi kuliner
Desa Wisata Garongan yang terletek di pedesaan masih
memiliki makanan adat yang cukup unik, di sini pengunjung bisa
belajar memasak makanan khas adat , seperti :
· Jadah
· Wajik,
· Apem,
· Gethuk, dan
· Makanandari ubi-ubian lainnya.
Gambar IV.2 Kuliner Pedesaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b. Aksesibilitas
Infrastruktur jalan yang terdapat di Desa Wisata Garongan cukup
baik dengan jalan aspal sekitar 90 %, dan sisanya jalan tanah yang cukup
nyaman untuk dilalui. Akses dari rumah yang digunakan untuk home stay
ke menuju ke setiap tempat atraksi wisata cukup baik dan mudah.
Untuk menuju ke Desa Wisata Garongan cukup mudah, baik
menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Dari Kota
Yogyakarta bisa ditempuh menggunakan angkutan umum dan turun di
Terminal Pakem kemudian dilanjutkan naik bis jurusan Turi dan Tempel,
pintu masuk Desa Wisata Garongan terdapat di pinggir jalan besar yang
dilalui kendaraan umum. Bagi pengguna kendaraan pribadi, untuk
menuju Desa Wisata Garongan juga cukup mudah karena terdapat
petunjuk jalan (sign road) yang cukup jelas di setiap persimpangan
menuju Desa Wisata Garongan.
Kondisi jalan menuju Desa Wisata Garongan yang berupa jalan
Kabupaten yaitu Jalan Pakem Turi yang merupakan jalur alternatif Solo-
Magelang dengan lebar + 6 meter. pengunjung dari arah Solo, Klaten,
Prambanan dan sekitarnya bisa melalui jalan tersebut selain kualitas jalan
yang baik berupa aspal, di sepanjang jalan ini tersedia banyak warung
makan, toko oleh-oleh khas Yogyakarta, Pasar Pakem, dan sebuah pom
bensin yang terdapat pada KM 1,5 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Apabila pengunjung berasal dari Kota Yogyakarta, maka dapat
menuju ke Desa Wisata Garongan dengan melalui baik Jalan Kaliurang
yang nanti melewati Kecamatan Pakem maupun melalui Jalan Tentara
Pelajar yang langsung menuju Kecamatan Turi, keduanya adalah jalan
kabupaten. Namun disarankan agar wisatawan melalui Jalan Tentara
Pelajar karena pada jam berangkat maupun pulang kerja dan sekolah
Jalan Kaliurang rawan macet, sedang Jalan Tentara Pelajar relatif sepi.
Kondisi jalan baik Jalan Kaliurang maupun Jalan Tentara Pelajar
beraspal dan cukup lebar + 8 meter, terdapat banyak warung makan, toko
oleh-oleh, pasar dan pom bensin yang di Jalan Kaliurang terdapat pada
KM 10 dan KM 13, sedang di Jalan Tentara Pelajar, pom bensin terdapat
di KM 8.
Jalan terakhir adalah Jalan Tempel-Turi yang bisa dilewati oleh
wisatawan yang berasal dari arah Magelang, Semarang dan sekitarnya.
Jalan ini merupakan terusan dari Jalan Pakem-Turi dan merupakan jalan
kabupaten yang sering dijadikan jalur alternatif Solo-Magelang. Kondisi
di jalan ini beraspal dengan lebar + 6 meter dan cukup sepi karena masih
jarang terdapat bangunan di pinggir jalan. Namun cukup banyak terdapat
warung makan, toko oleh-oleh, Pasar Tempel, Pasar Turi dan sebuah
pom bensin yang terdapat di dekat Kantor Kecamatan Turi.
Dari keempat jalan yang dijelaskan di atas, setelah sampai di
Perempatan Turi atau dekat Pasar Turi, maka wisatawan bisa melihat
sign road menuju agro wisata Kecamatan Turi, salah satunya menuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Desa Wisata Garongan. Begitu memasuki jalan kecil menuju Desa
Wisata Garongan dengan kondisi beraspal dan lebar jalan + 3 meter,
mengunjung langsung disuguhi oleh pemandangan baik kebun salak,
sawah maupun ladang dan rumah dengan suasana kental pedesaan.
Untuk mengetahui rincian kondisi akses jalan menuju Desa
Wisata Garongan, dapat dilihat pada tabel IV.3 berikut ini.
Tabel IV.3 Aksebilitas Menuju Desa Wisata Garongan
No Jalan Kondisi Fasilitas
Aspal Lebar Pom
Bensin Warung Makan Toko Pasar
1. Jl. Pakem-Turi Ya + 6 M 1 Ya Ya Ya
2. Jl. Kaliurang Ya + 8 M 2 Ya Ya Ya
3. Jl. Tentara Pelajar Ya + 8 M 1 Ya Ya Ya
4. Jl. Tempel-Turi Ya + 6 M 1 Ya Ya Ya
5. Jl. Desa Garongan Ya + 3 M Tidak Ya Ya Tidak
Gambar IV.3 Sign Road Menuju Desa Wisata Garongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
c. Amenitas
Dari data yang berhasil dikumpulkan, Desa Wisata Garongan
memiliki sarana penunjang pariwisata yang cukup baik, antara lain :
1) Sekretariat
Sebagai sebuah desa wisata dengan manajemen yang terus
berkembang baik, Desa Wisata Garongan memiliki kantor sekretariat
yang terletak di Pedukuhan Kembang meskipun penggunaannya
masih kurang maksimal, karena hanya digunakan saat ada
pengunjung.
2) Akomodasi
Terdapat + 134 rumah yang siap digunakan untuk home stay
yang tersebar di Desa Wisata Garongan, dengan jumlah kamar rata-
rata 2 kamar/ rumah untuk 2 orang/kamar, sehingga sanggup melayani
pengunjung dalam sekali kunjungan sampai +300 pengunjung.Letak
rumah tersebar ke kedua pedukuhan. Di Pedukuhan Pojok terdapat +
80 rumah dan Pedukuhan Kembang + 54 rumah.
Kondisi rumah yang digunakan untuk home stay cukup layak
karena telah memiliki jaringan listrik, bertembok batu bata, lantai
semen/keramik, kamar mandi 1-2 buah per rumah, ventilasi yang
baik/jendela. Meski kapasitas belum pernah terisi penuh, namun
dengan fasilitas rumah yang cukup memadai, diharap pengunjung
Desa Wisata Garongan merasa betah dan nyaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3) Pramuwisata
Untuk melayani pengunjung, Desa Wisata Garongan juga
memiliki pramuwisata atau guide yang berasal dari warga setempat.
Meski jabatannya tidak tetap tergantung dari keadaan dan kebutuhan.
4) Puskesmas
Desa Wisata Garongan tidak memiliki puskesmas sendiri,
namun menjadi satu dengan puskesmas Kelurahan Wonokerto.
Namun bagi pengunjung yang memiliki penyakit bawaan, pengelola
akan menyiapkan obat-obatan atau perlengkapan P3K sebagai bagian
dari pelayanan terhadap wisatawan.
5) Toko Kelontong, Warung Makan
Sebagai tempat wisata yang mempunyai paket home stay,
maka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pengunjung, Desa
Wisata Garongan memiliki beberapa toko kelontong dan warung
makan yang merupakan usaha milik warga setempat.
6) Komunikasi
Jaringan telepon seluler atau hp sudah tersedia dengan baik,
meski jarang ada yang memasang telepon rumah, namun di dekat
Desa Wisata Garongan terdapat warnet yang cukup baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
7) Lain-lain
Fasilitas-fasilitas lain yang terdapat di Desa Wisata Garongan
seperti akses jalan, penerangan, alat-alat kesenian, tempat pementasan
dan sarana penunjang lain. Semua dalam kondisi baik dan siap
digunakan.
d. Aktifitas
Wisatawan yang datang keDesa Wisata Garongan tentu memiliki
tujuan khusus dan memiliki kebutuhan yang dapat terpenuhi di Desa
Wisata Garongan. Sehingga atraksi-atraksi yang ditawarkan oleh Desa
Wisata Garongan harus memiliki nilai jual dan ciri khas yang tidak bisa
ditemukan di desa wisata maupun tempat lain. Dalam tabel IV.4 berikut
akan dipaparkan paket-paket atraksi beserta tarif yang ditawarkan oleh
Desa Wisata Garongan.
Dari paket-paket yang merupakan wisata minat khusus tersebut,
pengunjung dapat memilih apakah akan mengambil satu paket atau akan
mengambil semua paket secara keseluruhan. Dengan begitu pengunjung
akan merasa puas dengan fasilitas dan atraksi yang ditawarkan. Demikian
juga dengan penduduk desa Desa Wisata Garongan, yang akan
mendapatkan tambahan pendapatan dari pemanfaatan sumber daya yang
ada untuk dijadikan atraksi maupun pendukung atraksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel IV.4 Kegiatan Wisata di Desa Wisata Garongan
PAKET WISATA
DESA WISATA GARONGAN No. HARGA FASILITAS
1. Menginap di Homestay (3 X makan, 1 X Snack) Rp75.000,00
PAKET WISATA 2. Wisata Perikanan Rp10.000,00
(memancing/menangkap ikan, pelatihan budidaya)
3. Wisata Persawahan(Bajak, tandur, angkler) Rp1.200.000,00 4. Wisata Kebun Salak Rp10.000,00
( Petik + Makan salak sepuasnya, pelatihan budidaya)
5. Home Industi(kripik salak dan dodol salak) Rp800.000,00 6. Api Unggun(minum dan snack) Rp800.000,00 7. Tracking Darat dan Petualangan Rp600.000,00 8. Tracking Sungai Rp450.000,00
SENI BUDAYA 9. Gejog Lesung Rp700.000,00
10. Kubro Siswo Rp900.000,00 11. Kesenian Jathilan Rp1.500.000,00 12. Kenduri Budaya Rp1.000.000,00
Sumber : Pamflet Desa Wisata Garongan
4. Perkembangan Kunjungan Wisata
Meski telah aktif melayani wisatawan sejak tahun 1990-an dan resmi
berdiri sebagai sebuah desa wisata pada 5 Agustus 2006, namun data-data
dan catatan yang ada di Desa Wisata Garongan masih tidak lengkap. Hal
tersebut terjadi karena keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dari
pengelola Desa Wisata Garongan, sehingga catatan seperti buku tamu dan
data keuangan hanya ada mulai Bulan Oktober 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel IV.5 Daftar Pengunjung Desa Wisata Garongan Berdasarkan Buku Tamu
Sumber : Data diolah Agustus 2011
No Tanggal Asal Tamu Jumlah (Orang)
Lama tinggal (Hari)
Uang Masuk (Rp)
1. 9-11 Oktober 2009 Fakultas Teknik Elektro UGM
285 3 1.463.000,00
2. 28 November 2009 Fakultas Geodesi UGM
200 1 750.000,00
3. 29 November 2009 STM 2 Yogyakarta 62 1 200.000,00 4. 15 Januari 2010 STM 2 Yogyakarta 75 1 200.000,00 5. 25 Februari 2010 SD IT An-Najah
Klaten 346 1 1.500.000,00
6. 5 Maret 2010 Senkom Jogja Mitra Polisi
230 1 600.000,00
7. 10-12 April 2010 SMP N 4 Trimulyo Sleman
160 3 750.000,00
8. 15 Mei 2010 TSC ( The South Country) Organizer
72 1 350.000,00
9. 17-19 Juni 2010 SD IT Hidayatullah Balong Ngaglik
165 3 1.500.000,00
10. 22-24 Juni 2010 MTs Sleman 200 3 1.200.000,00 11. 26-28 Juni 2010 SMP N 3 Sewon
Bantul 190 3 1.000.000,00
12. 30 Juni – 2 Juli 2010 SD Se-Wonokerto 225 3 750.000,00 13. 12-13 Juli 2010 HIMA PKNH UNY 50 2 400.000,00 14. 15 Juli 2010 Kantor Urusan
Internasional (KUI) UGM
25 1 900.000,00
15. 17 Juli 2010 Mahasiswa UAD 30 1 485.000,00 16. 22 Juli 2010 KRY 30 1 821.000,00 17. 29 Agustus 2010 DepBudPar Kab.
Sleman 40 2 1.200.000,00
18. 2 September 2010 SD N 2 Tempel 190 1 400.000,00 19. 18-20 Februari 2011 SMAK St. Louis 1
Surabaya 160 3 26.444.500,00
20. 7-9 Maret 2011 SMP N 4 Trimulyo Sleman
150 3 750.000,00
Jumlah Total 2.885 38 41.663.500,00 Rata-rata 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel IV.5 di atas merupakan data tamu yang pernah berkunjung ke
Desa Wisata Garongan meski tidak lengkap, namun bisa menunjukkan
bahwa terjadi permintaan wisatawan untuk berkunjung ke Desa Wisata
Garongan. Dari total kunjungan sebanyak 20 kali sampai Maret 2011, total
transaksi sebesar Rp 41.663.500,00dengan rata-rata lama tinggal selama
2 hari. Jumlah pengunjung selama 3 tahun tercatat sebanyak 2.885
wisatawan.
Gambar IV.4 Grafik Perkembangan Kunjungan dan Transaksi
di Desa Wisata Garongan Per Tahun
Sumber : Data diolah Agustus 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dari gambar grafik IV.5 di atas terlihat bahwa transaksi pertahun
dari tahun 2009 sampai 2011 terus meningkat, meski jumlah pengunjung
meningkat pada tahun 2010 dan turun 2011, hal ini disebabkan karena
kunjungan yang dilakukan oleh SMAK St. Louis Surabaya menyumbang
transaksi pada tahun 2011 sebesar Rp 26.444.500,00 meski data tahun 2011
belum sampai akhir tahun. Erupsi Gunung Merapi pada akhir tahun 2010
tidak terlalu mempengaruhi jumlah wisatawan pertahun, meski kunjungan
sempat terhenti selama 5 bulan dari Bulan September 2010 sampai Bulan
Januari 2011.
Besar kecilnya nilai transaksi yang terjadi dipengaruhi oleh lama
kunjungan wisatawan yang datang ke Desa Wisata Garongan. Berikut daftar
kunjungan wisatawan yang menginap dan yang tidak menginap.
Tabel IV.6 Daftar Kunjungan Menginap
No. Asal Tamu Jumlah (Orang)
Lama Tinggal (Hari)
Transaksi (Rp)
1. Fakultas Teknik Elektro UGM 285 3 1.463.000,00 2. SMP N 4 Trimulyo Sleman 160 3 750.000,00 3. SD IT Hidayatullah Balong Ngaglik 165 3 1.500.000,00 4. MTs Sleman 200 3 1.200.000,00 5. SMP N 3 Sewon Bantul 190 3 1.000.000,00 6. SD Se-Wonokerto 225 3 750.000,00 7. DepBudPar Kab. Sleman 40 2 1.200.000,00 8. HIMA PKNH UNY 50 2 400.000,00 9. SMAK St. Louis 1 Surabaya 160 3 26.444.500,00 10. SMP N 4 Trimulyo Sleman 150 3 750.000,00
Total 1.625 28 35.457.500,00 Sumber : Data diolah Agustus 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel IV.7 Daftar Kunjungan Tidak Menginap
No. Asal Tamu Jumlah (Orang)
Transaksi (Rp)
1. Fakultas Geodesi UGM 200 750.000,00 2. STM 2 Yogyakarta 62 200.000,00 3. STM 2 Yogyakarta 75 200.000,00 4. SD IT An-Najah Klaten 346 1.500.000,00 5. Senkom Jogja Mitra Polisi 230 600.000,00 6. TSC ( The South Country) Organizer 72 350.000,00 7. Kantor Urusan Internasional (KUI) UGM 25 900.000,00 8. Mahasiswa UAD 30 485.000,00 9. KRY 30 821.000,00
10. SD N 2 Tempel 190 400.000,00 Total 1.260 6.206.000,00
Sumber : Data diolah Agustus 2011
Dari tabel IV.6 dan tabel IV.7 di atas dapat dilihat bahwa dari total
20 kali kunjungan wisata, 50% kunjungan wisata menginap dan 50%
kunjungan wisata tidak menginap. Meski jumlah pengunjung yang
menginap lebih banyak dari jumlah pengunjung yang tidak menginap atau
56,33% dari total pengunjung, namun sumbangan transaksi dari kunjungan
wisata yang menginap jauh lebih besar yaitu Rp 35.457.500,00atau sekitar
85,1% dari total transaksi Rp 41.663.500,00. Sehingga kunjungan wisata
yang menginap jauh lebih menguntungkan Desa Wisata Garongan dalam hal
peningkatan pendapatan dan secara tidak langsung peningkatan
kesejahteraan ekonomi penduduk Desa Wisata Garongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel IV.8 Kategori Pengunjung Desa Wisata Garongan
Kategori
Pengunjung Jumlah (Orang)
Persentase Pengunjung
Transaksi (Rp)
Persentase Transaksi
Individual Local 332 11,50 1.771.000,00 4,34
Official Visit 115 4,00 2.500.000,00 6,12
Students 2.438 84,50 37.392.500,00 89,54
Total 2.885 100,00 41.663.500,00 100,00
Sumber : Data diolah Agustus 2011
Selain pengunjung menginap dan tidak menginap, pembagian
kategori pengujung juga bisa dilakukan berdasarkan pelaku perjalanan
wisata. Dalam tabel IV.8 dapat dilihat bahwa dari total 2.885 pengunjung,
mayoritas merupakan pelajar yaitu sebanyak 2.438 pengunjung atau sebesar
84,5% dan menyumbang nilai transaksi sebesar Rp 37.392.500,00 atau
sekitar 89,75% dari total transaksi sebesar Rp 41.663.500,00Kemudian
untuk kunjungan tertinggi kedua berasal dari individu lokal dengan
persentase kunjungan 11,5% dan terakhir official visit sebesar 4%.
C. Dampak Kepariwisataan di Desa Wisata Garongan
Manfaat ekonomi pariwisata yang terjadi dari penerapan konsep
Community Based Tourism di Desa Wisata Garongan akan dijelaskan
berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Rest.
1. Manfaat Ekonomi Pariwisata
Rest (1997, dalam tulisan Yuniati Dina) menyampaikan poin-poin
yang merupakan aspek utama pengembangan CBT, yaitu dampak ekonomi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
sosial, politik, budaya, dan lingkungan. Pada bagian ini, fokus kajian ada
pada dampak ekonomi pariwisata dari penerapan konsep CBT di Desa
Wisata Garongan.
Gambar IV.5 Aspek Utama Pengembangan CBT
Sumber : Rest
Dari gambar IV.5 di atas dapat dilihat bahwa dalam kajiannya Rest
menjelaskan tiga indikator untuk mengukur pencapaian manfaat pada
dimensi ekonomi. Indikator manfaat yang tercipta dari konsep Community
Based Tourism pada dimensi ekonomi yaitu berupa timbulnya tambahan
dana untuk pengembangan komunitas, terciptanya lapangan kerja di sektor
pariwisata, dan timbulnya tambahan pendapatan masyarakat lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a. Timbulnya Tambahan Dana Untuk Pengembangan Komunitas
Kegiatan wisata yang berlangsung di Desa Wisata Garongan
menimbulkan pendapatan yang dapat dimanfaatkan sebagai dana
pengembangan komunitas, baik perbaikan sarana, prasarana maupun
peningkatan kualitas SDM dari pelatihan-pelatihan yang sering diadakan
oleh Dinas Budaya dan Pariwisata. Dari pelatihan tersebut, tidak jarang
diberikan bantuan dana untuk desa wisata.
Ketua pengurus Desa Wisata Garongan mengatakan, pernah ada
tawaran kontrak kerjasama dengan investor asal Godean dengan nilai
kontrak Rp 150.000.000,00 dan investor dari Solo dengan nilai kontrak
Rp 400.000.000,00 namun keduanya ditolak oleh pengelola desa wisata
karena melihat kondisi yang ada di Desa Wisata Garongan masih belum
bisa memenuhi target dalam kontrak yang dirasa cukup memberatkan
pihak Desa Wisata Garongan, yaitu dalam kontrak selama 9 tahun, dana
investasi digunakan untuk pembangunan infrastruktur desa wisata tanpa
bagi hasil pendapatan, kemudian setelah memasuki kontrak tahun
kesepuluh baru dilakukan bagi hasil. Hal tersebut tentu cukup
memberatkan pihak Desa Wisata Garongan, karena keterbatasan
manajemen maupun sumberdaya yang ada dimana Desa Wisata
Garongan masih masuk dalam kategori desa wisata tumbuh.
Selain tambahan dana yang berasal dari pemerintah, Desa Wisata
Garongan juga sering menerima sumbangan sukarela dari pihak luar,
baik itu instansi maupun perorangan. Secara umum, dengan adanya desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
wisata, penduduk Desa Wisata Garongan telah mendapatkan tambahan
pendapatan baik langsung maupun tidak langsung yang berasal dari
kegiatan wisata selama ini. Keuntungan dari kegiatan wisata yang
dimasukkan ke kas desa wisata dapat digunakan baik untuk
pengembangan infrastruktur maupun untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan atraksi yang ada dengan sering mengikuti pelatihan dan
lomba desa wisata yang sering diadakan oleh dinas terkait.
Untuk mengetahui rincian pengeluaran yang terjadi maka perlu
dibuat daftar rincian pengeluaran. Tabel IV.9 berikut ini adalah tabel
yang menunjukkan daftar kelompok paket dan rincian pengeluaran di
Desa Wisata Garongan.
Tabel IV.9 Daftar kelompok Paket dan Rincian Pengeluaran
No.
Paket Wisata Desa Wisata Garongan
No.
Paket Wisata Desa Wisata Garongan
Paket Rincian
Pengeluaran Paket Rincian
Pengeluaran 1.
Akomodasi Homestay 16. Budaya :
Gejog Lesung Kubro Siswo
Jathilan
Pelatih 2. Makan 17. Penari 3. Lain-lain 18. Sewa gamelan 4.
Pertanian : Bajak
Angkler Tandur
Petik salak
Sewa sawah & kebun 19. Latihan 5. Sewa kerbau/sapi 20. Kenduri
budaya Kenduri
6. Makan 21. Ikrar kenduri 7. Pengairan 22.
Outbond& Tracking sungai
Sewa tempat 8. Benih tanaman 23. Pemandu 9. Pelatihan Budidaya 24. Perlengkapan
10. Lain-lain 25. Lain-lain 11.
Perikanan
Sewa kolam 26. Industri Wajik , dodol, keripik, sirup dari Salak
Bahan Baku Salak 12. Pengairan 27. Pelatihan Budidaya 13. Benih ikan 28. Lain-lain 14. Pelatihan Budidaya 29. Transportasi
Lokal Sewa Mobil
15. Lain-lain 30. Parkir Sumber : Data diolah Agustus 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Untuk rincian pengeluaran di luar paket maka perlu dibuat daftar
pengeluaran lain-lain untuk memperjelas arus pengeluaran yang belum
tertera. Tabel IV.10 berikut ini adalah tabel daftar kelompok rincian
pengeluaran lain-lain di Desa Wisata Garongan.
Tabel IV.10 Daftar Kelompok Item Pengeluaran Lain-lain
No. Akomodasi Pertanian Perikanan Outbond Industri
1. Lampu Caping Pakan ikan Obat-obatan Alat masak 2. Aqua Tikar Pancing Perban kompor 3. Plakat Pulsa Jaring ikan Tongkat Gas 4. Buku Lampu Listrik Kartu nama Sabun cuci 5. Listrik Cangkul Caping Pulsa Bumbu 6. Print Ani-ani Plastik Tali Cetakan kue 7. Foto copy Sabit Arang Bambu Pisau 8. Tenda Lain-lain Lain-lain Sound sistem Besek 9. Lain-lain Lain-lain Lain-lain
Sumber : Data diolah Agustus 2011
b. Terciptanya Lapangan Pekerjaan di Sektor Pariwisata
Kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan telah memberikan
dampak yang baik bagi penduduk desa. Seperti harapan yang
diungkapkan oleh tokoh-tokoh Desa Wisata Garongan dalam wawancara,
mereka mengharapkan dengan adanya desa wisata, maka masyarakat
desa khususnya mereka yang belum memiliki pekerjaan dapat terserap
dan memiliki penghasilan dari kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan,
baik itu menjadi guide, operator alat, pengurus dan lain sebagainya. Hal
tersebut cukup beralasan karena 262 jiwa atau sekitar 21,16% dari total
penduduk Desa Wisata Garongan yang berjumlah 1.238 jiwa merupakan
pekerja serabutan dan pengangguran. Dari data struktur pendidikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
mayoritas penduduk Desa Wisata Garongan hanya menempuh bangku
SMA yaitu sebanyak 396 jiwa, sehingga cukup sulit untuk mendapatkan
pekerjaan di luar.
Seperti yang dijelaskan dalam konsep CBT, bahwa poin penting
yang merupakan kata kunci kesuksesan dari penerapan konsep CBT
adalah wisata yang mengetengahkan lingkungan, sosial masyarakat, dan
kesinambungan budaya dalam fokus pengembangan. CBT dikelola dan
dimiliki dari dan oleh masyarakat, dengan tujuan memberikan
pengetahuan kepada wisatawan tentang bagaimana kearifan lokal dan
kehidupan yang dilakukan sehari-hari di komunitas tersebut. Penelitian
yang dilakukan oleh Garrod (2001, dalam tulisan Sri Endah) menjelaskan
bahwa prinsip perencanaan partisipatif dalam konteks kepariwisataan
yaitu, salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam
pembangunan pariwisata adalah dengan menerapkan konsep Community
Based Tourism sebagai pendekatan pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel IV.11 Distribusi Value Added
No. Paket Wisata Desa Wisata Garongan Distribusi Value Added
Paket Rincian
Pengeluaran Value Added
Non- Value Added
1. Akomodasi
Homestay X 2. Makan x 3. Lain-lain x 4.
Pertanian : Bajak, Angkler,
Tandur, Petik salak
Sewa sawah & kebun X 5. Sewa kerbau/sapi X 6. Makan x 7. Pengairan x 8. Benih tanaman X 9. Pelatihan Budidaya X 10. Lain-lain x 11.
Perikanan
Sewa kolam X 12. Pengairan x 13. Benih ikan X 14. Pelatihan Budidaya X 15. Lain-lain x 16. Budaya :
Gejog Lesung Kubro Siswo
Jathilan
Pelatih X 17. Penari X 18. Sewa gamelan X 19. Latihan X 20. Kenduri
budaya Kenduri x
21. Ikrar kenduri X 22.
Outbond& Tracking sungai
Sewa tempat X 23. Pemandu X 24. Perlengkapan x 25. Lain-lain x 26. Industri :
Wajik ,dodol, keripik, sirupSalak
Bahan Baku Salak X 27. Pelatihan Budidaya X 28. Lain-lain x 29. Transportasi Lokal Sewa Mobil X 30. Parkir X
Sumber : Data diolah Agustus 2011
Pengembangan kegiatan pariwisata di Desa Wisata Garongan
membuka kesempatan besar dalam upaya mengoptimalkan daya dukung
masyarakat. Kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan dapat menyerap
tenaga kerja atau setidaknya dapat memberi manfaat ekonomi langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
dari penjualan paket wisata yang ada. Seperti yang dapat dilihat pada
tabel IV.12 di bawah ini.
Tabel IV.12 Persentase Value Added
No Paket Value Added (%) 1. Akomodasi 33,33 2. Pertanian 57,14 3. Perikanan 60,00 4. Budaya 100,00 5. Kenduri 50,00 6. Outbond 66,67 7. Industri 66,67 8. Transportasi lokal 100,00
Sumber : Data diolah Agustus 2011
Nilai tambah terbesar dihasilkan oleh paket budaya dan
transportasi lokal yaitu sebesar 100% yang berarti menghasilkan manfaat
ekonomi terbesar, seperti menyerap tenaga kerja dan menghasilkan
pendapatan bagi pihak yang terlibat baik itu pelatih, penari dan pemilik
alat gamelan. Tentu saja setelah dikurangi dengan biaya operasional.
Untuk nilai tambah terbesar kedua ada pada paket outbond dan industri
rumah tangga. Selain karena tingginya permintaan pada paket outbond,
manfaat ekonomi langsung diterima oleh pemandu berupa upah dan
pemilik lahan yang di sewa yaitu Desa Wonokerto. Pada paket industri
rumah tangga, manfaat ekonomi langsung diterima oleh pemilik industri
yang berasal dari warga lokal yang juga merangkap sebagai pelatih
budidaya industri tersebut.
Secara keseluruhan, sebesar 63,33% dari total item transaksi
dapat menciptakan value added atau sebanyak 19 pos item dari 30 pos
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
item yang ada. Sebesar 26,67% atau 11 pos item lain memiliki
kemungkinan kecil untuk menciptakan value added karena alokasi
terserap penuh kepada keperluan pemenuhan total cost.
c. Timbulnya Tambahan Pendapatan Masyarakat Lokal
Dari banyak kajian mengenai CBT, sebagian besar masyarakat
yang berpartisipasi langsung maupun tidak langsung pada CBT
menganggap aktivitas kepariwisataan di desa mereka sebagai kegiatan
paruh waktu. Meski berdasarkan analisis dampak ekonomi, financial, dan
sosial yang dilakukan oleh Mitchell. J dan Ashley (2007, dalam tulisan
Yuniati Dina) mengindikasikan adanya peningkatan lapangan pekerjaan
bagi penduduk lokal dan pertumbuhan, namun adanya mekanisme
pembagian pendapatan dapat lebih bermanfaat pada peningkatan
kesejahteraan.
Seperti yang dijelaskan oleh Profesor Stradas bahwa konsep CBT
tidak difokuskan untuk mencapai target tingkat pendapatan yang tinggi.
CBT hanyalah sebuah alat bantu bagi masyarakat untuk dapat mencari
dan mendapatkan tambahan pendapatan. Mekanisme pembagian
pendapatan dapat lebih bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan.
Dengan alasan tersebut maka penelitian ini menjadikan pemetaan
distribusi pendapatan yang terjadi menjadi indikator dari pencapaian
dampak ekonomi yaitu adanya tambahan pendapatan yang masuk ke
dalam komunitas. Karena adanya keterbatasan data, maka analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
general akan dilakukan dengan menggunakan satu contoh penghitungan
pendapatan dari kunjungan yang dilakukan oleh SMAK St Louis
Surabaya pada 18-20 Februari 2011.
Tabel IV.13 Rekapitulasi Pengeluaran Total Live-in SMAK St. Louis Surabaya
Item Pendapatan dan Pengeluaran
Pendapatan Desa Wisata
(Rp)
Target Pengeluaran Desa
Wisata (Rp)
Realisasi Pengeluaran
(Rp)
SHU (Rp)
I. Pendapatan Desa Wisata (Pengeluaran SMAK St.Louis)
26.444.500,00
II. Pengeluaran Desa wisata :
1. Biaya Home Stay 14.000.000,00 12.975.000,00 1.025.000,00 2. Konsumsi 7.000.000,00 5.798.500,00 1.201.500,00 3. Home Industri
400.000,00 350.000,00 50.000,00
4. Persawahan 600.000,00 530.000,00 70.000,00 5. Kebun Salak
1.200.000,00 1.040.000,00 160.000,00
6. Kenduri 700.000,00 625.000,00 75.000,00 7. Gejog Lesung
200.000,00 150.000,00 50.000,00
8. Perikanan
300.000,00 250.000,00 50.000,00 9. Outbond 400.000,00 300.000,00 100.000,00 10. Transportasi
150.000,00 30.000,00 120.000,00
11. Lain-lain 1.494.500,00 1.266.410,00 228.090,00
TOTAL 26.444.500,00 23.314.910,00 3.129.590,00 Sumber : LPJ Penggunaan Dana Live-in SMAK St. Louis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Seperti yang dapat dilihat pada tabel IV.13 di atas, sebagian besar
target pengeluaran yang didistribusikan oleh pengelola Desa Wisata
Garongan adalah pada paket home stay yaitu sebesar Rp 14.000.000,00
dari total target pengeluaran sebesar Rp 26.444.500,00. SHU akhir
setelah dikurangi dengan total pengeluaran sebesar Rp 23.314.910,00
adalah Rp 3.129.590,00 atau sekitar 13,42% dari total pemasukan.
Tabel IV.14 Peringkat Pengeluaran Paket
No Paket TotalSpending(Rp) Presentase 1. Akomodasi 18.773.500,00 80,52 2. Pertanian 1.570.000,00 6,74 3. Kenduri 625.000,00 2,70 4. Industri 350.000,00 1,50 5. Outbond 300.000,00 1,30 6. Perikanan 250.000,00 1.07 7. Budaya 150.000,00 0,64 8. Transportasi Lokal 30.000,00 0,13 9. Lain-lain 1.266.410,00 5,44 Total 23.314.910,00 100,00
Sumber : Data diolah Agustus 2011
Alokasi pengeluaran terbesar ada pada akomodasi yaitu sebesar
Rp 18.773.500,00 atau sebesar 80,52% dari total pengeluaran yang
sebesar Rp 23.314.910,00 kemudian pada urutan kedua adalah paket
pertanian yaitu sebesar Rp 1.570.000,00 atau sekitar 6,74% dari total
pengeluaran, dilanjutkan dengan paket kenduri (2,7%), Industri (1,5%),
Outbond (1,3%), Perikanan (1,07%), Budaya (0,64%) dan terakhir
transportasi lokal(0,13%) Sebesar 5,44% ada pada pengeluaran lain-lain
dan tidak dimasukan pada tabel peringkat karena tidak masuk pada
kategori paket wisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Dari penjelasan distribusi pengeluaran diatas dapat ditelusuri
lebih dalam lagi apakah dana tersebut mengalir seluruhnya ke komunitas
atau terjadi kebocoran (leakage)dan mengalir ke luar komunitas. Untuk
mengetahui aliran dana yang terjadi dari total pengeluaran maka
dilakukan konfirmasi melalui wawancara .
Gambar IV.6
Sumber : Data diolah Agustus 2011
Dengan mekanisme pengambilan keputusan seperti yang
dijelaskan di atas maka diperoleh sejumlah informasi yang dapat
digunakan untuk memetakan tambahan pendapatan yang masuk pada
komunitas maupun non-komunitas. Berikut tabel yang menjelaskan arah
aliran dana atau distribusi yang terjadi dari kunjungan wisata di Desa
Wisata Garongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel IV.15 Persebaran Distribusi Pendapatan
No. Paket Wisata Desa Wisata Garongan Distribusi Pendapatan
Paket Rincian Pengeluaran Community Non-
Community 1.
Akomodasi Homestay X
2. Makan X 3. Lain-lain x 4.
Pertanian : Bajak, Angkler,
Tandur, Petik salak
Sewa sawah & kebun X 5. Sewa kerbau/sapi X 6. Makan X 7. Pengairan X 8. Benih tanaman x 9. Pelatihan Budidaya X 10. Lain-lain x 11.
Perikanan
Sewa kolam x 12. Pengairan X 13. Benih ikan X 14. Pelatihan Budidaya X 15. Lain-lain x 16. Budaya :
Gejog Lesung Kubro Siswo
Jathilan
Pelatih x 17. Penari X 18. Sewa gamelan x 19. Latihan X 20. Kenduri
budaya Kenduri X
21. Ikrar kenduri X 22.
Outbond& Tracking sungai
Sewa tempat x 23. Pemandu X 24. Perlengkapan x 25. Lain-lain x 26. Industri :
Wajik, dodol, keripik, sirup salak
Bahan Baku Salak X 27. Pelatihan Budidaya X 28. Lain-lain x 29. Transportasi
Lokal Sewa Mobil X
30. Parkir X Sumber : Data diolah Agustus 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel IV.16 Presentase Distribusi Pengeluaran
No Paket TotalSpending
(Rp)
Presentase Distribusi Pengeluaran
Community Non-
Community 1. Akomodasi 18.773.500,00 66,67 33,33 2. Pertanian 1.570.000,00 71,43 28,57 3. Kenduri 625.000,00 100,00 0,00 4. Industri 350.000,00 66,67 33,33 5. Outbond 300.000,00 25,00 75,00 6. Perikanan 250.000,00 60,00 40,00 7. Budaya 150.000,00 50,00 50,00 8. Transportasi lokal 30.000,00 100,00 0,00 Sumber : Data diolah Agustus 2011
Dari tabel IV.15 dan tabel IV.16 di atas dapat dilihat bahwa tidak
semua pengeluaran terdistribusikan kepada komunitas atau dalam hal ini
terjadi kebocoran atau leakage. Pada paket akomodasi yang menyerap
dana terbesar yaitu Rp 18.773.500,00, distribusi yang terjadi adalah
sebesar 66,67% dari item pengeluaran terdistribusikan kepada komunitas
yang terdiri dari pengeluaran homestay yang menyerap pengeluaran
sebesar 55,72% dari total pengeluaran dan pengeluaran untuk makan
yang menyerap pengeluaran sebesar 24,9% dari total pengeluaran.
Sedangkan sisanya sebesar 33,33% mengalir ke luar komunitas untuk
pengeluaran lain-lain.
Pada paket pertanian, sebesar 71,43% dari item pengeluaran
terdistribusikan kepada komunitas yang terdiri dari sewa sawah & kebun,
sewa kerbau/sapi, makan, pengairan, dan pelatihan budidaya. Kebocoran
yang terjadi sebesar 28,57% item pengeluaran mengalir keluar komunitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
yang terdiri dari pengeluaran untuk membeli benih tanaman dan
pengeluaran lain-lain. Paket pertanian sendiri menyumbang pengeluaran
terbesar kedua pada total pengeluaran yaitu sebesar Rp 1.570.000,00 yang
terdistribusikan kepada masyarakat Desa Wisata Garongan.
Paket kenduri yang merupakan adat yang sudah mulai jarang ditemui
saat ini dan turut menyumbang pengeluaran terbesar ketiga sebesar Rp
625.000,00 sebanyak 100% dari item pengeluaran atau total spending
terdistribusikan kepada komunitas dan tidak ada kebocoran ke luar Desa Wisata
Garongan. Paket ini terdiri dari kenduri atau “uba rampe” dan ikrar kenduri
yang semuanya berasal dan ditangani oleh penduduk dari dalam Desa Wisata
Garongan.
Untuk paket industri rumah tangga yang menyumbang pengeluaran
pada pengeluaran total sebesar Rp 350.000,00 sebanyak 66,67% dari
itempengeluaran terdistribusikan ke komunitas dalam bentuk bahan baku salak
dan pelatihan budidaya yang semua berasal dari dalam Desa Wisata Garongan.
Sedang 33,33% dari item pengeluaran bocor ke luar komunitas dalam betuk
pengeluaran lain-lain.
Paket selanjutnya adalah outbond, pada paket ini terjadi kebocoran yang
cukup besar karena hanya 25% dari item pengeluaran yang sebesar Rp
300.000,00 yang masuk ke komunitas yang digunakan untuk upah pemandu
dan sebesar 75% dari item pengeluaran bocor ke luar komunitas yaitu dalam
bentuk sewa lahan, perlengkapan dan pengeluaran lain-lain.
Paket perikanan yang dalam kunjungan SMAK St. Louis hanya sebagai
paket tambahan, turut menyumbang sedikit pengeluaran sebesar Rp 250.000,00
sebanyak 60% dari item pengeluaran terdistribusikan ke dalam komunitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dalam bentuk pengeluaran untuk pengairan, benih ikan dan pelatihan budidaya
yang semuanya berasal dari Desa Wisata Garongan. Sedangkan sisanya sebesar
40% mengalami kebocoran ke luar komunitas dalam bentuk sewa kolam dan
pengeluaran lain-lain.
Budaya yang merupakan paket ciri khas Desa Wisata Garongan selain
paket perikanan, turut menyumbang pengeluaran sebesar Rp 150.000,00 dimana
sebanyak 50% dari itempengeluaran terdistribusikan ke dalam komunitas dalam
bentuk penari dan latihan, sedangkan 50% sisanya mengalami kebocoran ke
luar komunitas dalam bentuk pelatih dan sewa gamelan yang berasal dari luar
Desa Wisata Garongan.
Kemudian yang terakhir yang tidak masuk dalam paket namun ikut
dimasukkan karena dianggap turut menguntungkan penduduk lokal Desa
Wisata Garongan adalah transportasi lokal. Dengan value added sebesar 100%
dari itempengeluaran atau total spending terdistribusikan ke dalam komunitas
diharapkan transportasi lokal dapat menyerap baik tenaga kerja maupun sumber
daya yang ada di Desa Wisata Garongan. Dalam kunjungan kali ini transportasi
lokal menyumbang pengeluaran sebesar Rp 30.000,00 untuk sewa mobil.
Secara Keseluruhan, berdasarkan data yang ada maka dana yang
terdistribusikan ke komunitas atau masyarakat Desa Wisata Garongan
sebesar 94,56% dari total pengeluaran yang terjadi atau sekitar Rp
22.048.500,00 dengan share terbesar ada pada paket akomodasi sebesar
Rp 18.773.500,00 atau sekitar 80,52% dari total pengeluaran. Kebocoran
distribusi dana ke luar komunitas adalah sebesar Rp
1.266.410,00 atau sekitar 5,44% dari total pengeluaran. Kebocoran terjadi
dalam bentuk pengeluaran lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
D. Keterbatasan Konsep CBT di Desa Wisata Garongan
Setelah secara tidak resmi berjalan selama + 18 tahun sejak tahun 1990-
an dan 5 tahun berjalan secara resmi sejak disahkan pada Tahun 2006, meski
data-data yang ada mulai tahun 2009. Namun berdasarkan hasil penelitian dan
wawancara masih terdapat beberapa kekurangan yang ada di Desa Wisata
Garongan. Seperti pada hasil penelitian Yuniati Dina, masih terdapat tarik ulur
kepentingan antar pengurus atau struktur organisasi mengenai fokus utama
Desa Wisata Garongan, apakah untuk pengoptimalan profit atau dalam hal ini
mencari keuntungan yang besar atau untuk pengoptimalan pemberdayaan
komunitas yang sampai saat ini belum mampu dikelola dengan baik sehingga
masih berjalan berlawanan.
Dalam hal ini adalah masih lemahnya manajemen desa wisata dalam
mengelola Desa Wisata Garongan, misalnya saja pencatatan keuangan maupun
buku tamu yang masih kurang baik sehingga data-data desa wisata tidak
lengkap. Dari wawancara yang dilakukan dengan Ketua Pengelola Desa Wisata
Garongan, Bapak Agus beliau mengungkapkan :
“Masih banyak kekurangan pengurus Desa Wisata Garongan, kinerja pengurus kurang maksimal, kurang pengalaman, kurang kompak, masih adanya gap untuk berbaur antara usia tua/muda dan latar belakang pendidikan, masalah pemasaran dan pengembangan obyek”
Selain karena dilatarbelakangi oleh kesibukan masing-masing pengurus
yang juga memiliki perkerjaan lain dan ada yang masih sekolah, kekurangan-
kekurangan yang disebutkan Bapak Agus tersebut akan mengakibatkan Desa
Wisata Garongan menjadi kurang optimal untuk berkembang dan
meningkatkan pelayanan yang pada akhirnya omzet atau permintaan wisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
tidak akan meningkat dan kesejahteraan ekonomi masyarakat pun tidak
menjadi lebih baik.
Masalah yang juga penting adalah adanya kebocoran ekonomi atau
leakage yang terjadi dalam setiap transaksi yang terjadi. Seperti pada kasus
paket outbond dimana sebesar 75% dari item pengeluaran mengalir ke luar
komunitas, sehingga mengakibatkan dana yang terdistribusi ke komunitas tidak
optimal. Masalah kurangnya pemasaran akan mengakibatkan tingkat
kunjungan wisatawan yang relatif kecil, hal ini tentu akan menimbulkan efek
yang luas karena manajemen pemasaran adalah kunci dari berlangsungnya desa
wisata, tanpa adanya kunjungan atau hanya ada sedikit kunjungan maka
kesejahteraan penduduk Desa Wisata Garongan yang mayoritas berpenghasilan
rendah, tidak akan meningkat. Hal tersebut juga diakibatkan oleh lemahnya
bargaining power Desa Wisata Garongan terhadap pihak perantara atau tour
operator yang sering mengambil untung sendiri sehingga Desa Wisata
Garongan hanya mendapatkan pemasukan yang kecil.
Yang terakhir dan paling penting adalah adanya masalah intern dari
masyarakat maupun pengurus yang masih belum memiliki pola pikir dan fokus
tujuan yang sejalan dalam menjalankan Desa Wisata Garongan. Kurang solid
dan kurang kompaknya pengurus tentu akan membuat pengelolaan desa wisata
menjadi kurang baik dan sempat membuat kunjungan di Desa Wisata
Garongan vakum selama + 3 tahun tidak menerima kunjungan wisata. Hal
tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap berkurangnya tingkat pendapatan
masyarakat Desa Wisata Garongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil eksplorasi statistik deskriptif dapat disimpulkan
bahwa penerapan konsep pariwisata berbasis masyarakat (CBT) yang
diterapkan di Desa Wisata Garongan secara umum memberikan
manfaat ekonomi. Kesimpulan tersebut sesuai dengan hasil identifikasi
dan analisis indikator yang digunakan memperlihatkan hasil bahwa :
a. Secara Keseluruhan, berdasarkan data yang ada maka dana yang
terdistribusikan ke komunitas atau masyarakat Desa Wisata
Garongan sebesar 94,56% dari total pengeluaran yang terjadi atau
sekitar Rp 22.048.500,00 dengan share terbesar ada pada paket
akomodasi sebesar Rp 18.773.500,00 atau sekitar 80,52% dari total
pengeluaran. Kebocoran distribusi dana ke luar komunitas adalah
sebesar Rp 1.266.410,00 atau sekitar 5,44% dari total pengeluaran.
Kebocoran terjadi dalam bentuk pengeluaran lain-lain.
b. Total pengeluaran yang terpakai adalah sebesar Rp 23.314.910,00
atau sebesar 88,17% dari total pemasukan yang sebesar Rp
26.444.500,00.
c. Secara keseluruhan, sebesar 66,67% dari total item transaksi dapat
menciptakan value added, atau sebanyak 19 pos item dari 30 pos
item yang ada dapat menciptakan nilai tambah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
d. Adanya dana pengembangan yang masuk ke komunitas dari
adanya kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan.
2. Ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya
Desa Wisata Garongan, kesimpulan tersebut di dukung dari hasil pada
kesimpulan nomer satu dan pernyataan dari pengelola Desa Wisata
Garongan sendiri dalam wawancara yang telah dilakukan.
3. Keterbatasan penerapan konsep CBT di Desa Wisata Garongan antara
lain lemahnya manajemen desa wisata, kinerja pengurus kurang
maksimal, kurang pengalaman, kurang kompak, masih adanya gap
untuk berbaur antara usia tua/muda dan latar belakang pendidikan,
masalah pemasaran dan pengembangan obyek, lemahnya bargaining
power, dan terjadinya kebocoran ekonomi atau leakage.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa
saran bagi Desa Wisata Garongan, maupun bagi pihak-pihak yang
berkepentingan :
1. Segera atasi kebocoran ekonomi atau leakage yang terjadi agar aliran
dana dapat mengalir ke dalam komunitas dengan maksimal, dengan
memaksimalkan sumber daya yang ada di Desa Wisata Garongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2. Perbaiki dan tingkatkan kualitas sumber daya manusia / SDM
pengelola Desa Wisata Garongan dengan mengikuti pelatihan-
pelatihan agar dapat mengelola desa wisata dengan optimal dan dapat
mendayagunakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa
Wisata Garongan.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai dampak ekonomi
dari pengembangan konsep CBT agar dapat bermanfaat lebih optimal
secara politik, sosial, budaya, lingkungan dan ekonomi seperti yang
diungkapkan oleh Rest.