iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Sasaran
1.4 Dasar Hukum
BAB II ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
2.1 Visi dan Misi
2.2 Tujuan dan Sasaran
2.3 Strategi
2.4 Kebijakan dan Program
BAB III PERENCANAAN KEGIATAN
3.1 Kegiatan dan Penjabaran Kegiatan Dalam Sub Kegiatan
3.2 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
BAB IV PENUTUP
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian, khususnya pembangunan perkebunan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembagunan Nasional (SPPN) menyatakan bahwa penyusunan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) berpedoman
kepada Rencana Kinerja Pemerintah (RKP) yang merupakan dokumen
perencanaan tahunan nasional dan penjabaran dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang memuat: 1) prioritas pembangunan,
2) rancangan kerangka ekonomi makro, 3) program Kementerian/Lembaga
(K/L), dan 4) program lintas K/L dan kewilayahan dalam bentuk kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Berdasarkan RPJM,
setiap K/L menyusun Rencana Strategis (Renstra) K/L dan untuk program
tahunan dituangkan ke dalam Rencana Kinerja Kementerian/Lembaga (Renja
KL) dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT).
Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dibangun dalam rangka
mewujudkan good governance dan sekaligus result oriented government, perlu
terus dikembangkan dan informasi kinerjanya diintegrasikan ke dalam sistem
penganggaran dan pelaporan sesuai dengan amanat Undang-Undang nomor
17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang secara tegas telah dinyatakan
bahwa Pemerintah diwajibkan menyusun anggaran dengan menggunakan
pendekatan anggaran terpadu, kerangka pengeluaran jangka menengah dan
penganggaran berbasis kinerja.
Penanganan pascapanen sangat menentukan mutu hasil peroduksi, oleh
sebab itu penanganan proses produksi di kebun harus memperhatikan dan
menerapkan prinsip-prinsip cara budidaya yang baik dan benar (Good
Agricultural Practices/GAP) dan ditindak lanjuti dengan penerapan Good
Handling Practices (GHP) pada tingkat pascapanen. Penanganan pascapanen
merupakan serangkain kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi atau menekan tingkat kerusakan hasil produksi, meningkatkan nilai
tambah dan daya saing, yang berarti meningkatkan pendapatan petani. Pada
kenyataannya hingga saat ini, hasil perkebunan Indonesia kerapkali kalah
bersaing di pasar internasional, karena mutu hasil masih rendah yang
disebabkan antara lain adanya kontaminasi dengan kotoran dan benda-benda
asing, pengeringan kurang sempurna sehingga dalam perjalanan ke tangan
konsumen sering mengalami kerusakan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
penanganan Pascapanen produk perkebunan belum dilakukan dengan optimal.
2
Pembinaan terhadap usaha perkebunan juga dilakukanatas pengelolaan
perkebunan, terutama pada perkebunan besar berupa monitoring terhadap
kinerja perusahaan perkebunan seperti : pemberian rekomendasi teknis dan
pembinaan terhadap pelaku usaha untuk mentaati peraturan dan ketentuan
yang berlaku baik pengelolaan kebun inti maupun kebun plasma. Mengingat
keterbatasan sumberdaya alam khususnya lahan dan semakin menguatnya
tuntutan masyarakat luas akan produk ramah lingkungan, mempertimbangkan
aspek sosial sellain aspek ekonomi maka pengelolaan perkebunan
berkelanjutan menjadi prioritas pembangunan perkebunan di masa depan.
Perencanaan kinerja tahunan merupakan penjabaran kegiatan tahunan dan
indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam Rencana Straregis.
Berkenaan dengan hal tersebut, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha
memandang perlu menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2015
yang menjabarkan target kinerja yang harus dicapai dalam tahun 2015.
Rencana Kinerja Tahunan ini merupakan dokumen yang mempresentasikan
nilai kuantitatif dikaitkan dengan setiap indikator kinerja, baik pada tingkat
sasaran strategis maupun tingkat kegiatan, dan merupakan proses pengukuran
keberhasilan atau kegagalan Direktorat Pascapanen dan pembinaan Usaha
pada tahun yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut maka
penyiapan dan penyusunan rencana kinerja tahunan harus mengacu pada
Rencana Strategis.
1.2. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan tahun 2015 dimaksudkan sebagai
acuan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha dalam pelaksanaan
kegiatan untuk pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra dan
sebagai tolok ukur yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan
penyelenggaraan kegiatan dalam tahun 2015.
Tujuan dari penyusunan RKT adalah :
a. Memberikan arah dalam pelaksanaan dan pencapaian target kegiatan;
b. Menyediakan alat pengukur/dasar penilaian kinerja;
c. Membantu dalam penetapan target kinerja, pemantauan dan evaluasi
kinerja.
3
1.3. Sasaran
Tercapainya target kinerja tahun 2015 sesuai dengan Renstra tahun 2015 –
2019.
1.4. Dasar Hukum
1. Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
2. Undang-undang nomor 18 tentang tahun 2004 Perkebunan
3. Peraturan Pemerintah nomor 40 tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional
4. Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah
5. Peraturan Presiden nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi tahun 2010-2025
6. Instruksi Presiden nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Instansi
Pemerintah
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara dan Reformasi
Birokrasi (Men-PAN &RB)nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja(PK) dan Pelaporan Akuntabilitas kinerja
instansi Pemerintah (LAKIP)
8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan ApaaturNegara dan reformasi
Birokrasi (Men-PAN & RB) nomor 25 tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
9. Peraturan Menteri Pertanian nomor 135 tahun 2013 tentang Pedoman
Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian
4
BAB II
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN
USAHA
2.1. Visi dan Misi
VisiDirektoratPascapanendanPembinaanUsahasebagaibagianintegral dariDirektoratJenderalPerkebunanharusselarasdenganvisiDirektoratJenderal Perkebunan yaitu ”Profesional dalam memfasiltasi peningkatan produksi, produktivitasdan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan” maka visi DirektoratPascapanendanPembinaanUsaha adalah“Profesional dalam memfasilitasi peningkatan mutu hasil, bimbingan usaha, penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan menuju pengelolaan perkebunan berkelanjutan”.
MengacupadasalahsatuMisiDirektoratJenderalPerkebunanyaitu ”Mengupayakan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha”, maka misi DirektoratPascapanendanPembinaanUsaha ditetapkansebagaiberikut:
1. Memfasilitasi peningkatan mutu,penyediaan teknologi dan penerapan pascapanen tanaman rempahdan penyegar,semusimserta tahunan;
2. Memfasilitasibimbingan dan penanganan usaha perkebunan;
3. Memfasilitasipenanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan;
4. Memfasilitasipeningkatanpenerapanpengelolaanperkebunanberkelanjutan;
5. Memberikan pelayananpermohonan rekomendasi teknis usaha perkebunan (Rekomtek).
2.2. Tujuan dan Sasaran
A. Tujuan
Untukmendukungpencapaianagendapembangunanperkebunan maka tujuan
Direktorat PascapanendanPembinaanUsaha adalah sebagai berikut:
1. Memfasilitasi peningkatan ketersediaan dan penerapan teknologi
pascapanen budidaya tanamanrempahdan penyegar,semusim, serta
tahunan;
2. Memfasilitasi peningkatan,mutu,nilai tambahdandayasaing hasil
perkebunan;
3. Memfasilitasipenanganangangguanusaha dankonflik perkebunan;
4. Memfasilitasipengelolaanusaha
perkebunansecaraarifdanberkelanjutanserta
mendorongpengembanganwilayah berwawasanlingkungan;
5
5. Memfasilitasipeningkatankemampuan,kemandiriandanprofesionalismepelak
u usaha perkebunan;
6. Memfasilitasipeningkatandanpenumbuhan kemitraandanhubungansinergi
antarpelaku usahaperkebunan;
7. Meningkatkanpelayanan organisasi yangberkualitas.
B. Sasaran
Sasaran dalam pelaksanaan kegiatan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan
Usaha Perkebunan dikelompokkan menjadi penerapan pascapanen dan
pengelolaan usaha perkebunan yang berkelanjutan. Uraian secara detail
sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Sasaran Kegiatan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha
Perkebunan Tahun 2015
No Sasaran IndikatorKinerja Kegiatan Volume
1.
Meningkatnya
Penerapan
Pascapanen
1. Terfasilitasinya penanganan
pascapanen Tanaman Rempah dan
Penyegar
54
KT
2. Terfasilitasinya penanganan pascapanen Tanaman Semusim
6
KT
3. Terfasilitasinya penanganan pascapanen Tanaman Tahunan
100
KT
2. Meningkatnya Pengelolaan UsahaPerkebunan yang Berkelanjutan
4. Pemantauan & evaluasi perizinan usaha perkebunan
5. Pemantauan dan Evaluasi Penerapan ISPO
6. Terfasilitasinya penanganan kasus Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
15
11
42
Provinsi
Provinsi
Kasus
2.3. Strategi
Strategi umum pembangunan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha
meliputi :
1. Peningkatan produksi, produktivitas, dan mututanaman perkebunan berkelanjutan,
2. Investasi usahaperkebunan,
3. Pengembangankelembagaandankemitraanusaha,dan
4. Pengembangandukungan terhadappengelolaanSDAdanlingkungan hidup.
6
Mengingatruanglingkupkegiatanpascapanendanruanglingkupkegiatan
pembinaan usaha s a n g a t
berbedamakapenetapanstrategi,DirektoratPascapanendan
PembinaanUsahadibagiduayaitu: (1)Strategipenangananpascapanendan(2)
Strategi pembinaan usaha.
1) Penanganan Pascapanen
Strategi yang terkait dengan peningkatan mutu dan membatasi kehilangan hasil
tanaman perkebunan adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan mutu, penurunan kehilangan hasil dan peningkatan rendemen.
Tujuan utama dari peningkatan pascapanen hasil perkebunan adalah untuk
peningkatan mutu,membatasi kehilangan hasil dan memperpanjang daya
simpan produk. Kehilangan hasil, baik yang disebabkan kehilangan fisik
maupun penyusutan dan penurunan kualitas, sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan hasil perkebunan (langsung dikonsumsi) dan pasokan bahan
baku industri. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi yang ditempuh antara
lain :
- Peningkatan kemampuan dan pengetahuan petani dalam penanganan
pascapanen yang baik.
- Peningkatan pembinaan petani yang intensif dan berkelanjutan.
- Peningkatan kerjasama dengan para pakar dan peneliti dalam
menciptakan inovasi sarana dan peralatan pascapanen.
- Peningkatantingkat adopsi petani terhadap teknologi pascapanen.
- Penerapan peraturan dan ketentuan yang berlaku secara konsisten.
- Peningkatan koordinasi lintas institusi (internal,eksternal, pusat dan
daerah).
- Peningkatan peranan kelembagaan pascapanen.
- Peningkatan kegiatan sosialisasi, demontrasi, dan kampanye
penanganan pascapanen.
b. Standardisasi Mutu. Peningkatan mutu hasil perkebunan terus diupayakan
dengan menerapkan standar mutu dalam mengelola usaha taninya.
Peningkatan mutu dapat dilakukan melalui standardisasi mutu yang
ditempuh melalui strategi :
- Peningkatan penerapan standardisasi mutu.
- Peningkatan peranan produsen dan pedagang/eksportir dan instansi
terkait dalam pelaksanaan standardisasi mutu sesuai dengan fungsinya
masing-masing.
7
c. Penyusunan Data Base dan Pemetaan. Penyusunan data base dan
pemetaan wilayah pascapanen secara lebih detail (tingkat desa/kecamatan
dan gapoktan) yang berbasis kecamatan/kabupaten.
2) Pembinaan Usaha Perkebunan
Untuk lebih mendorong iklim investasi yang kondusif dan pengembangan
agribisnis perkebunan serta meningkatkan kinerja perusahaan perkebunan,
UMKM, dan masyarakat, maka diperlukan strategi :
a. Pembinaan Usaha Perkebunan
- Pengoptimalan pemahaman dan harmonisasi peraturan dan kebijakan di
pusat dan daerah
- Peningkatan potensi dan minat pelaku usaha/investor untuk
pengembangan usaha perkebunan.
- Peningkatan penerapan pelaksanaan perizinan usaha.
- Peningkatan peranan kelembagaan usaha/asosiasi komoditi.
- Peningkatanpemanfaatan dana perbankan untuk pengembangan usaha
perkebunan.
- Penciptaan iklim investasi yang kondusif melalui sistem pelayanan prima,
jaminan kepastian dan keamanan berusaha.
- Peningkatan bimbingan usaha dan pemberian rekomendasi teknis dalam
rangka investasi usaha perkebunan.
- Pelaksanaan evaluasi/ kinerja terhadap perusahaan perkebunan melalui
penilaian usaha perkebunan.
- Pengoptimalan pelaksanaan kemitraan yang saling
menguntungkan,salingmenghargai,saling bertanggungjawab dan
salingmemperkuat,
b. Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
- Pengoptimalan penyiapan perumusan bimbingan usaha dan penanganan
gangguan usaha.
- Peningkatan koordinasi lintas institusi melalui forum dialog dan
pertukaran informasi serta pemutakhiran data dan informasi tentang
usaha dan gangguan usaha perkebunan.
- Pengoptimalan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan.
8
2.4. Kebijakan dan Program
A. Kebijakan
Dengan memperhatikan arah kebijakan pembangunan perkebunan, Direktorat
Pascapanen dan Pembinaan Usaha merumuskan kebijakan yang akan menjadi
kerangka pembangunan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha.
Kebijakan umum pembangunan pascapanen dan pembinaan usaha adalah
meningkatkan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha perkebunan
melalui penerapan standar mutu, pengelolaan usaha perkebunan yang
berkelanjutan dan fasilitasi penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan.
Sesuai tugas dan fungsi Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, terdapat
2 (dua) kegiatan yang tidak dapat diintegrasikan yaitu kegiatan pascapanen
dan kegiatan pembinaan usaha, maka kebijakan teknis Direktorat Pascapanen
dan Pembinaan Usaha sebagai berikut: (1) Kebijakan penanganan pascapanen
dan (2) Kebijakan pembinaan usaha.
1. Kebijakan Teknis Penanganan Pascapanen
Meningkatkanmutuberbasiskegiatanpascapanenmelaluiperbaikansistem
penangananpascapanendenganpenerapanteknologitepatguna, penerapan
standar mutudanfasilitasi alatpascapanendi pedesaan.
2. Kebijakan Teknis Pembinaan UsahaPerkebunan
Meningkatkanpengelolaan usaha perkebunan berkelanjutan
melalui pemberian Rekomendasi Teknis (Rekomtek),
penilaianusahaperkebunan,penerapan prinsip dan kriteriapembangunan
perkebunanberkelanjutanserta fasilitasipenanganangangguanusaha
dankonflik perkebunan.
B. Program
Hasilrestrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri
KeuanganNomorSE-18448/MK/2009danMenteriNegaraPerencanaan
Pembangunan Nasional/BappenasNomor :0142/M.PPN./06/2009tanggal19Juni
2009,yangmengamanatkansetiapunitEselonImempunyaisatuprogramyang
mencerminkannamaEselonIyangbersangkutandansetiapunitEselonIIhanya
mempunyaidantanggungjawabterhadappelaksanaan1(satu)kegiatan.Dengan
demikianindikatorkinerjaunitEselonIadalahoutcomedanindikatorunitEselonII
adalah output.
9
Berdasarkan restrukturisasi tersebut ditetapkan bahwa program
pembangunanperkebunantahun2015adalah“Peningkatan produksi dan
produktivitastanaman perkebunan berkelanjutan”, sedangkan output untuk
Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah “Peningkatan
penanganan pascapanen dan penerapan pembangunan perkebunan
berkelanjutan”.
C. Indikator Kinerja Utama
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor
49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 Tentang Indikator Kinerja
Utama di Lingkungan Kementerian Pertanian maka Indikator Kinerja Utama untuk
Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha sebagai berikut:
No. Sasaran Indikator Kinerja Utama Sumber Data
1.
Peningkatan mutu produk perkebunan dan usaha perkebunan berkelanjutan
1. Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP
Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi, Kab/Kota
2. Jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO
Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi, Kab/Kota, PBS, PBN dan Asosiasi Perusahaan/Asosiasi Komoditi dan Sekretariat ISPO
3. Jumlah perusahaan perkebunan yang ditangani kasus gangguan usahanya
Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi, Kab/Kota, PBS, PBN dan Asosiasi Perusahaan/Asosiasi Komoditi dan masyarakat
10
BAB III PERENCANAAN KEGIATAN
3.1. Kegiatan dan Penjabaran Kegiatan dalam Sub Kegiatan
Kegiatanyang menjadi tanggung jawab Direktorat Pascapanen dan PembinaanUsahayangmerupakancerminandaritugaspokokdanfungsiadalah “Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha” yang meliputi penanganan pascapanentanamanrempah, penyegar dansemusim sertatanamantahunan, bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta gangguan usaha dan penanganankonflik untuk mendukung pencapaian target pembangunan perkebunan.
Adapun kegiatan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :
4. Dukungan Penanganan Pascapanen Perkebunan
a. PenangananPascapanen TanamanRempah dan Penyegar
b. PenangananPascapanen TanamanSemusim
c. PenangananPascapanen TanamanTahunan
5. Bimbingan Usaha dan Perkebunan berkelanjutan
a. Sosialisasi, Pembinaan dan Monev Perizinan usaha Perkebunan
b. Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Usaha Perkebunan
c. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi penerapan Perkebunan Berkelanjutan pada Kelapa sawit
d. Sosialisasi Pedoman Perkebunan Kopi Berkelanjutan Indonesia (ISCoffee)
e. Fasilitasi Rintisan Penerapan ISCoffee
6. Gangguan Usaha dan Penanganan Konflik
a. Fasilitasi,Inventarisasi,dan Identifikasiserta Penanganan Kasus Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
b. Pertemuan Koordinasi/Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usahadan Konflik Perkebunan
Adapun alokasi anggaran untuk masing masing sub kegiatan pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :
1. Penanganan Pascapanen
Anggarankegiatanpenangananpascapanenkomoditasperkebunan untuk tahunanggaran2015sebesarRp.30.227.250.000,-yangdibagimenjadi3 (tiga) subkegiatan,yaitu:
11
Tabel 2. Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan
No
Kegiatan Utama
Provinsi/ Kabupaten
Anggaran (Rp.)
1
PenangananPascapanen TanamanRempah danPenyegar
24Prov/ 55 Kabupaten
14.100.088.000
2
PenangananPascapanen TanamanSemusim
4Provinsi/ 9Kabupaten
2.069.000.000
3
PenangananPascapanen TanamanTahunan
24Provinsi/ 57 Kabupaten
14.058.162.000
TOTAL
30.227.250.000
2. Bimbingan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan
Anggarankegiatanbimbinganusahadanperkebunanberkelanjutan untuk
tahunanggaran2015sebesarRp.7.675.122.000,-yangdibagimenjadi5 (lima)
subkegiatan,yaitu:
Tabel 3. Kegiatan Bimbingan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan
No
Kegiatan Utama
Provinsi
Anggaran (Rp.)
1
Sosialisasi, Pembinaan dan Monev Perizinan usaha Perkebunan
32Provinsi
3.266.735.000
2
Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Usaha Perkebunan
27Provinsi
1.780.985.000
3
Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi penerapan Perkebunan Berkelanjutan pada Kelapa sawit
22Provinsi
1.335.280.000
4
Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi Berkelanjutan Indonesia (ISCoffee)
3 Provinsi
254.600.000
5. Fasilitasi Rintisan Penerapan ISCoffee
11 Provinsi 1.037.522.000
TOTAL
7.675.122.000
3. Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
AnggarankegiatangangguanUsahadankonflikperkebunanuntuktahun anggaran 2015 sebesar Rp. 6.904.600.000 yang dibagi menjadi 2 (dua)
12
subkegiatan, yaitu:
Tabel 4. Kegiatan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
No
Kegiatan Utama
Provinsi
Anggaran (Rp.)
1
Fasilitasi,Inventarisasidan Identifikasiserta Penanganan Kasus Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
31Provinsi
3.309.600.000
2
Pertemuan/Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usahadan Konflik Perkebunan
28Provinsi
3.595.000.000
TOTAL
6.904.600.000
3.2. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha
dilaksanakan melalui Tugas Pembantuan di Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
dilakukan secara kontraktual dan non kontraktual. Metode kontraktual digunakan
untuk pengadaan sarana pascapanen perkebunan, sedangkan metode non-
kontraktual digunakan untuk pelaksanaan kegiatan pertemuan, bimbingan teknis
dan pembinaan/pengawalan, monitoring dan evaluasi kegiatan.
Tatacara pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha
mengacu pada Pedoman Teknis yang diterbitkan.
13
BAB IV
PENUTUP
Dengan pertimbangan perubahan perilaku masyarakat yang dinamis dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya maka produk yang dipilih adalah yang berkualitas
dan bermutu baik, sehingga diperlukan upaya-upaya strategis untuk memenuhi
kebutuhan tersebut agar produk perkebunan dalam negeri tidak kalah bersaing
dengan produk luar negeri.
Di bidang pengelolaan usaha perkebunan ada tuntutan agar semua produk
perkebunan harus memenuhi kriteria produk berkelanjutan yang dapat menjamin
kesehatan, lestari, keterjangkauan harga dan bermutu baik.
Permasalahan dalam pembangunan perkebunan bersifat kompleks, sehingga
membutuhkan penanganan yang melibatkan berbagai fungsi dan kebijakan.
Dengan demikian kerja sama antar pelaku pembangunan perkebunan mutlak
dibutuhkan untuk kesuksesan pelaksanaan pembangunan perkebunan tahun
2015.
Dengan mendasarkan capaian kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan
Usaha tahun 2010 – 2014 dan pengalaman selama ini, penanganan pascapanen
perkebunan belum mendapatkan prioritas sebagaimana mestinya sehingga ruang
lingkup penanganan pascapanen masih sangat terbatas dan sulit untuk mencapai
mutu hasil sesuai SNI dan penerapan Good Handling Practices (GHP).
Sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Perkebunan, maka rencana kerja
Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha diarahkan untuk mendukung
tercapainya program dari Direktorat Jenderal Perkebunan. Disadari untuk
mencapai sasaran-sasaran tersebut tidaklah mudah, dengan tekad kerja keras,
sasaran tersebut optimis dapat dicapai apabila para pemangku kepentingan dapat
bekerja sama untuk mengatasi berbagai masalah dan kendala yang menjadi
faktor penghambat utama serta memberikan dorongan yang diyakini akan menjadi
faktor kunci pengungkit keberhasilan.
14
LAMPIRAN
RENCANA KINERJA TAHUNAN
Unit Eselon II : Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha
Tahun : 2015
No
SasaranStrategis
IndikatorKinerja Kegiatan
Target
1.
2.
Meningkatnya penerapan pascapanen tanaman perkebunan
Meningkatnya pengelolaan usahaperkebunan yangberkelanjutan
Terfasilitasinya Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan
160
Kelompok
-Terfasilitasinya penangananpascapanen tanaman rempah
dan penyegar
54
Kelompok
-Terfasilitasinya penangananpascapanen tanamansemusim
6
Kelompok
-Terfasilitasinya penangananpascapanen tanamantahunan
100
Kelompok
- Pemantauan dan evaluasi perizinan usaha perkebunan 15
Provinsi
- Pemantauan dan evaluasi penerapan ISPO 11
Provinsi
- TerfasilitasinyapenanganankasusGangguan
Usaha dan Konflik Perkebunan
42
kasus