DAFTAR ISI
• Kata Pengantar ........................................................... I • Ikhtisar Eksekutif ......................................................... II
• Bab I
Pendahuluan ......................................................... 1
• Bab II Perencanaan Kinerja ............................................. 6
• Bab III Akuntabilitas Kinerja ............................................. 8
• Bab IV Penutup .................................................................. 47
• Lampiran : - Perjanjian Kinerja - SK Tim Penyusun LAKIP
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta I
KATA PENGANTAR
Sebagai implementasi Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2016 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka BPNB D.I Yogyakarta
sebagai satker mandiri di lingkungan Ditjen Kebudayaan perlu menyusun Laporan Kinerja
untuk disampaikan ke Direktur Jenderal Kebudayaan sebagai atasan langsung.
Laporan Kinerja merupakan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Rencana dan
Program Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I Yogyakarta, yang mencakup potret kegiatan
dan capaiannya, hambatan dan masalahnya, sampai bagaimana cara Balai Pelestarian
Nilai Budaya D.I Yogyakarta dapat mencari solusi pemecahannya. Sedangkan tujuan yang
hendak dicapai dengan penyusunan Laporan Kinerja ini adalah untuk menunjukkan
pencapaian sasaran dan target kinerja yang telah ditetapkan dan merupakan bagian
integral dari pelaksanaan rencana strategis BPNB D.I Yogyakarta yang dijabarkan dalam
Rencana Kerja Tahunan (RKT). Selain itu laporan ini dimaksudkan sebagai masukan bagi
penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan sekaligus sebagai pendorong dalam evaluasi realisasi pencapaian
sasaran kegiatan tahun 2017.
Dengan disusunnya Laporan Kinerja ini diharapkan dapat menjadi gambaran
tentang pelaksanaan kinerja Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I Yogyakarta selama tahun
2017, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014.
Yogyakarta, 31 Desember 2017
Kepala,
Dra. Christriyati Ariani, M. Hum. NIP. 19640108199103 2 001
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I Yogyakarta Tahun 2017
memuat tingkat capaian kinerja (performance result) yang telah dicapai selama tahun
2017.
Sesuai dengan Rencana Kerja Tahun 2017, Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I
Yogyakarta sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikian dan Kebudayaan No. 40 Tahun
2015, tentang: Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Nilai Budaya, pada awal Tahun
Anggaran 2017 mengelola anggaran sebesar Rp. 13.395.676.000,00 (Tiga belas
milyar tiga ratus sembilan puluh lima juta enam ratus tujuh puluh enam ribu
rupiah). Namun dalam perkembangannya, Pemerintah melakukan kebijakan untuk
penghematan untuk menutup defisit anggaran, sehingga anggaran BPNB DIY setelah
penghematan menjadi sebesar Rp. 12.929.564.000,- (Dua belas milyar sembilan
ratus dua puluh sembilan juta lima ratus enam puluh empat ribu rupiah).
Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa Hasil Capaian Kinerja Fisik Balai
Pelestarian Nilai Budaya D.I Yogyakarta selama tahun 2017 realisasi fisik sebesar 107%.
Sedangkan untuk realisasi keuangan sebesar Rp. 11.947.212.682,00 (Sebelas milyar
sembilan ratus empat puluh tujuh juta dua ratus dua belas ribu enam ratus
delapan puluh dua rupiah) atau sebesar 92,40%.
Sasaran aktivitas kegiatan yang dapat dilaksanakan pada tahun 2017 dan hasil
yang dicapai adalah sebagai berikut: a. Naskah kajian nilai budaya : 14 Naskah, b. Nilai
budaya yang dilestarikan : 51 naskah, c. Karya Budaya yang diinventarisasi: 150 karya
budaya, d. Event internalisasi nilai budaya : 111 event.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta II
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 1
BAB I PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 32 ayat (1)
mengamanatkan bahwa “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di
tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Sejalan dengan itu maka
pengembangan nilai-nilai budaya sangat penting menjadi pijakan untuk
merancang program kegiatan bagi instansi/lembaga yang menangani kebudayaan.
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya
manusia yang dikembangkan melalui proses belajar dan adaptasi terhadap
lingkungannya yang berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sistem kebudayaan adalah keseluruhan proses dan
hasil interaksi sistemik dari budaya keagamaan, budaya kebangsaan, budaya
kesukuan, budaya tempatan, serta budaya global yang terkait satu sama lain dan
dinamis menuju ke arah kemajuan peradaban bangsa.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang ditandai antara lain
oleh keragaman suku dan budaya. Keragaman tersebut dapat menjadi potensi
kekuatan kemajuan bangsa. Pengelolaan keragaman budaya memiliki peran
penting dalam upaya mewujudkan identitas nasional, serta mengembangkan nilai-
nilai kearifan lokal untuk merespon modernisasi agar sejalan dengan nilai-nilai
kebangsaan.
Di era globalisasi, pemerintah berkewajiban melindungi dan melayani
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya agar
tidak tergerus oleh nilai-nilai budaya global yang tidak sesuai dengan karakter dan
jatidiri bangsa. Pemahaman terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa dijadikan
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 2
landasan untuk memperkuat kebersamaan dan persatuan, toleransi, tenggang
rasa, gotong-royong, etos kerja, dan menciptakan kehidupan yang harmonis.
Visi Pemerintahan 2015-2019 yang dituangkan dalam Nawacita, satu
diantaranya diarahkan untuk menuju kemandirian budaya dan revolusi mental.
Revolusi mental secara garis besar menunjuk pada perubahan mendasar mindset
(pola pikir) masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Revolusi
mental merupakan transformasi etos, yaitu perubahan mendasar dalam
mentalitas, semangat, dan moralitas yang menjelma ke dalam perilaku dan
tindakan sehari-hari. Dengan demikian arah kebijakan pembangunan kebudayaan
ditujukan untuk pengintegrasian pendidikan dan kebudayaan. Integrasi bukan
sekedar menggabungkan (menempelkan) fungsi kebudayaan, tetapi menyatukan
fungsi kebudayaan dalam pendidikan. Tujuan utamanya adalah untuk
mempercepat upaya membangun insan Indonesia yang berbudaya (beradab).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 40 Tahun 2015 tentang Organisasi Tata Kerja Balai Pelestarian Nilai
Budaya, Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta (BPNB DIY) mempunyai
Tugas dan Fungsi melaksanakan pelestarian terhadap aspek-aspek tradisi,
kepercayaan, kesenian, perfilman dan kesejarahan. Oleh karena itu, perlu
pengukuran kinerja untuk mengetahui performa capaian kinerja yang telah
dilakukan oleh BPNB DIY melalui Laporan Kinerja. Penyusunan Laporan Kinerja ini
juga sekaligus memenuhi kewajiban untuk mempertanggujawabkan keberhasilan
serta kegagalan pelaksanaan misi organisasi, sesuai dengan dokumen rencana
strategis yang telah disusun. Dengan demikian, penyusunan Laporan Kinerja ini
dapat menjabarkan kendala dan permasalahan yang dihadapi. Menilai efisiensi
penggunaan sumber daya dalam menghasilkan output, menilai efektivitas
pencapaian hasil (outcome) terhadap rencana target kinerja BPNB DIY, serta
menilai kesesuaian pencapaian output dan outcome dengan waktu yang telah
ditetapkan.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 3
B. DASAR HUKUM
Dasar hukum dalam penyusunan Laporan Kinerja di lingkungan Instansi
Pemerintah adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. Peraturan presiden nomor 9 tahun 2005 tentang kedudukan, tugas, fungsi,
susunan organisasi, dan tata kerja kementerian negara republik Indonesia.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
5. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
6. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
C. TUGAS DAN FUNGSI SERTA STRUKTUR ORGANISASI
Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY, dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 40 Tahun 2015 Tgl. 22 Oktober 2015,
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 4
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Kebudayaan (Dirjenbud-Kemendikbud).
Tugas Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY, melaksanakan pelestarian
terhadap aspek-aspek tradisi, kepercayaan, kesenian, perfilman dan kesejarahan.
Sedangkan fungsinya adalah :
1. Pelaksanaan pengkajian aspek-aspek tradisi, kepercayaan, kesenian, perfilman
dan kesejarahan.
2. Pelaksanaan pelindungan tradisi, kepercayaan, kesenian, perfilman dan
kesejarahan.
3. Pelaksanaan pengembangan tradisi, kepercayaan, kesenian, perfilman dan
kesejarahan.
4. Pelaksanaan pemanfaatan pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan
aspek-aspek tradisi, kepercayaan, kesenian, perfilman dan kesejarahan.
5. Pelaksanaan kemitraan di bidang pelindungan, pengembangan dan
pemanfaatan aspek-aspek tradisi, kepercayaan, kesenian, perfilman dan
kesejarahan.
6. Pelaksanaan pendokumentasian dan penyebarluasan informasi pelindungan,
pengembangan dan pemanfaatan aspek-aspek tradisi, kepercayaan, kesenian,
perfilman dan kesejarahan.
7. Pelaksanaan urusan ketatausahaan BPNB.
Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut Balai Pelestarian
Nilai Budaya D.I. Yogyakarta mempunyai Struktur Organisasi sebagai berikut :
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 5
Untuk mencapai tujuan, tugas dan fungsi yang diemban Balai Pelestarian
Nilai Budaya D.I. Yogyakarta yang mencakup wilayah kerja Provinsi DIY, Provinsi
Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur, maka ditetapkan sasaran Rencana
Pembangunan Jangka Pendek (Tahunan) dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM).
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur,
memiliki potensi sebagai daerah kantong-kantong budaya dan sejarah yang
bernilai tinggi, sehingga perlu dilestarikan, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
memperkokoh jatidiri dan identitas bangsa. Kekayaan budaya tersebut bisa berupa
tokoh sejarah, peristiwa sejarah, kesenian, upacara, adat-istiadat/tradisi, kuliner,
kerajinan/karya budaya, desa adat, komunitas seni budaya dan lain-lain.
Kepala
Kelompok Jabatan
Fungsional
Kasubbag Tata Usaha
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 6
BAB II PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan Kinerja Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta
merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai selama
tahun 2017, sebagai realisasi tahunan dari rencana strategis tahun 2015 - 2019.
Dengan demikian, perencanaan kinerja ini menjadi kontrak kinerja yang harus
diwujudkan selama tahun 2017. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat
keberhasilan/kegagalan setiap target kinerja yang telah ditetapkan dalam
perjanjian kinerja dilakukan pengukuran kinerja pada akhir tahun anggaran.
Penetapan kinerja juga sebagai bagian yang tidak dipisahkan dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan sebagai upaya membangun
manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel dan
berorientasi pada hasil (pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan
kebudayaan).
Selanjutnya untuk mendukung pencapaian kinerja selama tahun 2017, Balai
Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta mengelola pagu anggaran sebesar Rp.
13.395.676.000,-. Namun seiring dengan kebijakan Pemerintah untuk
mengadakan efisiensi, maka anggaran BPNB D.I. Yogyakarta direvisi menjadi Rp.
12.929.564.000,-.
Laporan Kinerja ini memuat laporan pelaksanaan, pengukuran capaian
kinerja, yang telah disusun terlebih dahulu penetapan kinerjanya. Penetapan
kinerja merupakan fokus perhatian utama, sehingga akan dicapai hasil kerja yang
maksimal, yaitu terwujudnya pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan
kebudayaan, khususnya nilai budaya. Dalam rangka mewujudkan pelestarian,
pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan tersebut, maka Penetapan Kinerja
Tahun 2017 sebagai berikut :
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 7
Penetapan Kinerja (PK) Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta Tahun 2017
Sasaran Strategis No. Indikator Kinerja Target
Peningkatan penelitian,
pengembangan dan
pemanfaatan kebudayaan.
1. Jumlah naskah hasil kajian nilai
budaya.
14 Naskah
2. Jumlah dokumen nilai budaya
yang dilestarikan.
41 Naskah
3. Jumlah karya budaya yang
diinventarisasi.
150 Karya budaya
4. Jumlah event internalisasi nilai
budaya.
104 Event
Tabel II.1. Penetapan Kinerja Tahun 2017
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 8
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. PENGUKURAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA
Indikator kinerja, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016, merupakan acuan ukur
yang akan digunakan Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta atas
keberhasilan/kegagalan program dan kegiatan yang telah direncanakan atau
sasaran yang akan dicapai.
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dimaksudkan untuk
menghimpun dan melaporkan kinerja dan memberikan gambaran tentang capaian
serta hambatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai Pelestarian Nilai Budaya
D.I. Yogyakarta dan memberikan gambaran tentang capaian kinerja dari sasaran
strategis dengan beberapa indikator yang terukur.
Laporan akuntabilitas kinerja memuat data dan informasi yang akurat
berupa pengukuran kinerja utama yaitu membandingkan rencana kinerja tahun
2017 dengan realisasi output dan outcome. Pengukuran capaian sasaran dan
analisis capaian sasaran, sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam rangka
menentukan kebijakan di masa datang.
Berikut ini diuraikan realisasi pencapaian kinerja Balai Pelestarian Nilai
Budaya D.I. Yogyakarta tahun 2017 yang diukur menggunakan Indikator Kinerja
yang telah ditetapkan. Capaian dan indikator kinerja berdasarkan sasaran
strategis, sebagai berikut:
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 9
1. Sasaran strategis Peningkatan penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan kebudayaan.
Sasaran strategis peningkatan penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan kebudayaan diukur dengan indikator kinerja. Capaian kinerja
utama tersebut diuraikan dalam matrik berikut ini:
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
Target Tahun 2016 Target Tahun 2017
Target Realisasi % Target Realisasi % Peningkatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan
1 Jumlah naskah hasil kajian nilai budaya. 12 12 100 14 14 100
2 Jumlah dokumen nilai budaya yang dilestarikan. 37 37 100 41 51 124
3 Jumlah karya budaya yang diinventarisasi
11 11 100 150 150 100
4 Jumlah event internalisasi nilai budaya 81 81 100 104 111 106
Tabel III.1. Matrik Perbandingan Sasaran Strategis
2. Capaian Indikator Kinerja
Sasaran Srategis Indikator Kinerja Target Kinerja
Anggaran (dalam ribuan)
Realisasi
Target Kinerja % Anggaran %
Peningkatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan
1 Jumlah naskah hasil kajian nilai budaya 14 870.127 14 100 850.410 97,73
2 Jumlah naskah nilai budaya yang dilestarikan. 41 1.142.487 51 124 1.108.378 97,00
3 Jumlah karya budaya yang diinventarisasi 150 57.235 150 100 50.633 88,46
4 Jumlah event internalisasi nilai budaya 104 2.668.124 111 106 2.609.155 97,78
Tabel III.2. Capaian Kinerja Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta TA 2017
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 10
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa Sasaran Strategis
(SS) peningkatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan,
capaian realisasinya didukung oleh 4 (empat) indikator kinerja. 2 (dua) indikator
kinerja realisasinya masing-masing 100%. Sedangkan 2 (dua) indikator kinerja
realisasinya melebihi target, yaitu untuk indikator 2 (dua), yaitu nilai budaya yang
dilestarikan mencapai 124%, dan indikator kinerja 4 (empat), yaitu event
internalisasi nilai budaya mencapai 107%. Capaian indikator yang realisasi target
nya dapat dijelaskan pada analisis deskriptif di bawah ini.
B. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA Evaluasi dan analisis deskriptif terhadap capaian kinerja untuk setiap indikator
kinerja telah ditetapkan dalam rencana kinerja tahunan berorientasi pada tugas
dan fungsi Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta, yaitu dalam rangka
pelestarian kebudayaan, melalui peningkatan penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan kebudayaan.
Indikator Kinerja ke-1 Jumlah Naskah Hasil Kajian Nilai Budaya
Indikator kinerja 1, jumlah naskah hasil kajian nilai budaya, dari target 14
naskah, terealisasi sebanyak 14 naskah. Realisasi tersebut terinci sebagai berikut :
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
Jumlah naskah pengkajian pelestarian nilai budaya
3 naskah 3 naskah 100 %
Jumlah naskah pengkajian naskah kuno 2 naskah 2 naskah 100 %
Jumlah naskah penulisan sejarah lokal 3 naskah 3 naskah 100 %
Jumlah naskah pengkajian kesenian 3 naskah 3 naskah 100 %
Jumlah naskah bedah proposal dan seminar hasil kajian
3 naskah 3 naskah 100 %
Tabel III.3. Realisasi kinerja indikator ke-1
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 11
Untuk mencapai hasil yang diharapkan dari kegiatan ini, maka
dilaksanakan bedah proposal rencana kajian dengan menghadirkan
narasumber dari akademisi sebagai mitra bestari, serta pengamat dari
beberapa lembaga/instansi penelitian yang ada di DIY. Setelah bedah proposal
selesai, para peneliti menyempurnakan proposal yang telah dibahas sesuai
dengan masukan yang diberikan narasumber dan pengamat.
Foto 1. Kegiatan bedah proposal kajian BPNB DIY Tahun 2017.
Dengan berpedoman pada proposal yang sudah disempurnakan, peneliti
melaksanakan kegiatan pengumpulan data lapangan. Metode yang digunakan
dalam pengumpulan data lapangan tersebut adalah dengan teknik
pengamatan langsung, wawancara, maupun kuesioner, dan Focus Group
Discussion (FGD) dilakukan di lokasi kajian. Dari data lapangan ini kemudian
diolah dan dianalisa untuk disusun menjadi draf laporan hasil kajian. Untuk
menilai laporan hasil kajian tersebut, apakah sesuai dengan tema dan tujuan
penelitian yang ditetapkan dalam proposal, maka dilaksanakan presentasi dan
evaluasi hasil penelitian. Kegiatan presentasi dan evaluasi hasil penelitian ini
dilakukan dalam forum ilmiah, dengan menghadirkan narasumber akademisi
dan peserta dari lembaga/instansi terkait. Dalam forum tersebut narasumber
dan peserta memberikan penilaian dan masukan terhadap naskah laporan
hasil kajian, sehingga laporan yang disusun sesuai dengan arah penelitian
yang telah ditetapkan dalam proposal. Hasil akhir dari kegiatan kajian ini
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 12
adalah berupa naskah hasil kajian siap untuk dicetak dan disebarluaskan
kepada masyarakat dan instansi/ lembaga terkait, sebagai bahan pustaka
dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan.
Foto 2. Kegiatan Seminar Hasil Penelitian BPNB DIY Tahun 2017.
Hasil atau output dari kegiatan kajian nilai budaya ini adalah berupa 11
(sebelas) naskah laporan hasil kajian, masing-masing berjudul (1) Perahu
Tradisional Ijon-ijon di Desa Kandangsemangkon Lamongan (2) Pola Asuh
Anak Pada Rumah Tangga Nelayan Tegalsari Kota Tegal Jawa Tengah (3)
Penambangan Minyak dan Sosial Ekonomi Masyarakat: Pengelolaan
Penambangan di Wonocolo Tahun 1987-2017 (4) Dari dan Untuk
Mangkunegaran: Mozaik-mozaik Kehidupan Suyati Tarwo Sumosutargio
Sebagai Penari Istana (5) Perkembangan Tambak Udang di Pesisir Tuban
Tahun 1980 – 2015 (6) Makna Petilasan dan Sajen Dalam Tradisi Perang Obor
di Jepara (7) Budaya Spiritual Parahyangan di Tanah Mataram: Sistem
Kepercayaan Komunitas Adat Tajakembang Dayeuhluhur Cilacap, Jawa
Tengah (8) Sistem Pengobatan Tradisional Dalam Serat Primbon Jampi Jawi
(9) Kajian Figur Kepemimpinan Dalam Naskah Kuna Serat Pambekaning Nata
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 13
Binathara (10) Pelestarian Kesenian Rengganis: Langen Sedya Utama di
Dusun Krajan, Cluring, Banyuwangi Jawa Timur (11) Kesenian Glipang di
Lumajang: Bentuk Pertunjukan dan Eksistensi Grup Bintang Budaya; dan 3
(tiga) laporan bedah proposal dan seminar hasil kajian. Sedangkan outcome
yang diharapkan dari hasil kajian ini adalah cetak buku bahan pustaka yang
dapat dibaca oleh kalayak / masyarakat dalam rangka penyediaan bahan
pustaka, dasar pengambilan kebijakan serta pengembangan ilmu pengetahuan
pada umumnya.
Indikator Kinerja ke-2 Nilai Budaya yang Dilestarikan
Indikator kinerja 2, jumlah naskah nilai budaya yang dilestarikan,
capaian kinerja dari target 41 naskah terealisasi melebihi target yang
ditetapkan, yaitu terealisasi sebanyak 51 naskah. Pendukung realisasi tersebut
terinci sebagai berikut :
Pendukung Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
pencetakan dan pengiriman jurnal
jantra
2 naskah 2 naskah 100 %
Pencetakan dan pengiriman majalah patra widya
3 naskah 3 naskah 100 %
Pencetakan dan pengiriman naskah hasil penelitian
11 naskah 11 naskah 100 %
Pencetakan dan pengiriman naskah cergam
5 naskah 5 naskah 100 %
Pencetakan dan pengiriman prosiding seminar hasil penelitian BPNB se Indonesia.
11 naskah 21 naskah 191 %
Pembuatan film dokumenter peristiwa sejarah dan budaya
3 naskah 3 naskah 100 %
Pembuatan film dokumentasi WBTB 6 naskah 6 naskah 100 %
Tabel III.4. Realisasi kinerja indikator ke -2
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 14
Berdasarkan data tersebut di atas, capaian kinerja nilai budaya yang
dilestarikan melebihi target yang ditetapkan, yaitu target 41 naskah,
terealisasi 51 naskah (124,39%). Hal ini disebabkan karena animo membuat
makalah bagi para peneliti BPNB se Indonesia dalam Seminar Hasil Penelitian
untuk dipublikasikan melalui cetak prosiding sangat baik, sehingga menambah
capaian realisasi kinerja ini.
Di balik keberhasilan tersebut di atas, masih ada kendala yang
menghambat tindak lanjut tersosialisasikannya naskah nilai budaya yang
dilestarikan dalam bentuk cetakan, karena ada kebijakan efisiensi anggaran,
sehingga target yang direncanakan tidak dapat dicapai secara maksimal.
Efisiensi anggaran sebagaimana dimaksud, mengakibatkan biaya operasional
pencetakan berkurang 50% dari anggaran semula. Dampak dari pengurangan
tersebut, pencetakan jurnal jantra, majalah patra widya, naskah hasil
penelitian dan prosiding seminar hasil penelitian BPNB se Indonesia, tidak
dapat dicetak sesuai target, dilihat dalam tabel berikut :
No. Kegiatan Target Semula
Menjadi Capaian
1. Pencetakan Jurnal Jantra Edisi Desember 2017
2.000 Eks. 1.000 Eks. 50 %
2. Pencetakan Majalah Patrawidya Edisi Agustus dan Desember 2017
2.000 Eks. 1.450 Eks. 73 %
3. Pencetakan Naskah Prosiding Seminar Hasil Penelitian BPNB se Indonesia
2.000 Eks. 1.000 Eks. 50 %
4. Pencetakan Naskah Hasil Penelitian BPNB TA. 2017
8.250 Eks. 5.500 Eks. 67 %
Tabel. III.5. Realisasi pencetakan dan pengiriman naskah setelah revisi anggaran
Di samping kegiatan pencetakan sebagai penyumbang indikator
kinerja nilai budaya yang dilestarikan, juga didukung kegiatan Perekaman dan
pembuatan film dokumentasi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), serta
pembuatan Film Dokumenter Sejarah dan Budaya. Kegiatan ini pada dasarnya
mempresentasikan sebuah kenyataan atau merekam kembali kehidupan para
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 15
tokoh yang berjasa untuk kepentingan bangsa dan negara, seperti tokoh
pejuang dan tokoh seorang pencipta dan pelestari budaya. Tokoh yang dipilih
adalah mereka yang memiliki nilai-nilai keteladanan dan patut dicontoh oleh
generasi muda sebagai penerus bangsa. Untuk mengabadikan dan
mendokumentasikan para tokoh yang berjasa di bidang sejarah, baik melalui
peristiwa sejarah dan tokoh sejarah serta tokoh budaya maupun peristiwa
budaya, dilakukan perekaman audio visual (film video). Pada tahun anggaran
2017 Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta mentargetkan membuat
film dokumenter sebanyak 3 (tiga) judul untuk lokasi Kabupaten/Kota Malang
Jawa Timur. Dari target tersebut telah berhasil dibuat film dokumenter
sebanyak 3 (tiga) tiga judul atau terealisasi sebanyak 3 judul atau 100%. Tiga
judul tersebut masing-masing : (1) Peristiwa Perang Kemerdekaan di Kota
Malang Pada Tahun 1945-1949; (2) Biografi Mbah Kariono Penari Topeng
Malang Versi Jabung; (3) Ritual Gunung Kawi, Kabupaten Malang. Sedangkan
perekaman audio visual Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari target 6 judul,
terealisasi 6 judul atau 100%. Enam judul tersebut masing-masing : (1)
Kesenian Dhadhungawuk (DIY); (2) Transportasi Tradisional Andong (DIY; (3)
Blangkon Gaya Surakarta (Jawa Tengah); (4) Nasi Gandul Pati (Jawa Tengah);
(5) Topeng Malangan (Jawa Timur); (6) Rujak Soto (Jawa Timur).
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 16
Foto 3. Hasil perekaman film dokumenter sejarah dan budaya dan dokumentasi WBTB Tahun 2017.
Selanjutnya film dokumenter ini akan ditayangkan dan
disosialisasikan kepada generasi muda, khususnya para siswa SMK/SMA di
lokasi film-film dokumenter ini diproduksi. Maksud dan tujuan sosialisasi film
dokumenter ini adalah memberikan pencerahan kepada generasi muda
khususnya siswa-siswa SMA/SMK atas keteladanan para tokoh sejarah dan
budaya melalui peristiwa sejarah dan budaya/tradisi. Dari kegiatan ini generasi
muda diharapkan bisa mengenal, memahami, dan mau meneladani serta dapat
ikut melestarikan dan memanfaatkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari, dan pada akhirnya akan tertanam jiwa patriotisme, nasionalisme
dalam rangka membentuk jatidiri dan karakter generasi muda. Sedangkan film
video warisan karya budaya tak benda (wbtb) dibuat untuk kepentingan usulan
penetapan sebagai warisan budaya nasional maupun dunia.
Indikator Kinerja ke-3 Karya Budaya yang Diinventarisasi
Indikator kinerja 3, jumlah karya budaya yang diinventarisasi, capaian
kinerja dari target 150 karya budaya, terealisasi sebanyak 150 karya budaya
atau 100%. Capaian realisasi tersebut terinci sebagai berikut :
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 17
Pendukung Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
Mata budaya Provinsi DIY 50 karya budaya 50 karya
budaya
100 %
Mata budaya provinsi Jawa Tengah
50 karya budaya 50 karya budaya
100 %
Mata budaya provinsi Jawa Timur
50 karya budaya 50 karya budaya
100 %
Tabel III.6. Realisasi pencatatan karya budaya
Indonesia negeri yang sangat kaya dengan keanekaragaman
sukubangsa dengan berbagai kebudayaan yang dimilikinya. Potensi tersebut
menjadikan kebanggaan tersendiri sekaligus memberikan jatidiri dan identitas
bagi pemiliknya. Kekayaan budaya itu bisa terdiri dari budaya material
(kebendaan) yang kasat mata maupun kebudayaan yang inmaterial (non
kebendaan) yang tidak kasat mata berupa pengetahuan, ide, gagasan,
pemikiran yang ada di setiap pemilik kebudayaan. Karya budaya menjadi
jatidiri dan identitas budaya yang melekat dalam diri maupun pemilik budaya
yang bersangkutan. Oleh karena itu tidak mustahil jika karya budaya tersebut
sering diklaim oleh orang lain, dan bahkan negara lain karena karya budaya
tersebut sudah dikenal oleh masyarakat dunia. Sehubungan dengan hal
tersebut BPNB D.I. Yogyakarta sesuai dengan tusinya melaksanakan kegiatan
pencatatan dan inventarisasi terhadap mata budaya dimaksud untuk
didaftarkan sebagai warisan budaya nasional.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 18
Foto 4. Nasi Krawu (kiri) dan Pencak Macan (kanan) yang merupakan karya
budaya dari Jawa Timur yang diinventarisasi.
Indikator Kinerja ke-4 Event Internalisasi Nilai Budaya
Indikator kinerja 4, jumlah event internalisasi nilai budaya, capaian
kinerja dari target 104 event, terealisasi sebanyak 111 event atau 107%.
Capaian realisasi tersebut terinci sebagai berikut :
Pendukung Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
Jejak tradisi budaya daerah 1 Event 1 Event 100 %
Lawatan sejarah daerah 1 Event 1 Event 100 %
Belajar bersama maestro (Belajar menari) 1 Event 1 Event 100 %
Kemah budaya 1 Event 1 Event 100 %
Pemutaran bioskop keliling 12 Event 13 Event 108 %
Festival kesenian tradisional (Ludruk) 1 Event 1 Event 100 %
Pameran budaya 2 Event 4 Event 200 %
Penayangan film dan diskusi nilai budaya 2 Event 2 Event 100 %
Penyelenggaraan lomba lukis kesejarahan 1 Event 1 event 100 %
Gelar budaya dan sarasehan tembang
macapat
2 Event 2 Event 100 %
Festival film pendek dan dokumenter 1 Event 1 Event 100 %
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 19
Publikasi media cetak dan elektronik 67 Event 71 Event 106 %
Dialog budaya spiritual 1 Event 1 Event 100 %
Dialog budaya dengan komunitas di Jawa Tengah
1 Event 1 Event 100 %
Pemberian fasilitasi kegiatan pelestarian nilai budaya
10 Event 10 Event 100 %
Tabel III.7. Realisasi target indikator event internalisasi nilai budaya
Capaian kinerja ini diukur melalui kinerja 15 (lima belas) kegiatan, yaitu : 1. Jejak Tradisi Budaya Daerah
Jejak Tradisi Budaya Daerah merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk memperkenalkan dan mesosialisasikan budaya lokal, khususnya budaya
Jawa (Yogyakarta) untuk mendorong munculnya sikap menghargai dan
menghormati terhadap keberadaan budaya daerah kepada generasi muda,
khususnya siswa-siswi dan guru dari provinsi DIY, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Kegiatan ini diawali dengan pengisian pre test, pembekalan materi dari
narasumber, kemudian kunjungan ke lokasi budaya, penyusunan laporan serta
diskusi kelompok, serta diakhiri dengan presentasi kelompok dan pengisian
pos test. Target peserta sebanyak 100 orang dapat terealisasi sebanyak 100
orang atau 100%. Hasil analisa dapat disimpulkan bahwa dari 100 orang
peserta tersebut mendapat tambahan pengalaman. Hal ini dapat dibuktikan
dari hasil pre test yang dilaksanakan sebelum kegiatan dimulai masih banyak
pertanyaan dengan jawaban yang salah, yaitu nilai rata-rata: 2,68 (dari
jumlah nilai 239 dari 89 orang). Setelah kegiatan berakhir, hasil post test
menunjukkan bahwa semua pertanyaan dapat dijawab dengan nilai rata-rata:
6,20 (dari jumlah nilai 577 dari 93 orang). Data tersebut dapat disimpulkan
bahwa kegiatan ini membawa hasil yang positif sebagai upaya pengenalan
dan penanaman nilai-nilai budaya terhadap peserta, sehingga menumbuhkan
rasa cinta dan kebanggaan terhadap karya budaya bangsa.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 20
Foto 5. Kegiatan Jejak Tradisi Budaya Regional Tahun 2017
2. Lawatan Sejarah Daerah
Salah satu upaya internalisasi/penanaman nilai-nilai sejarah pada
generasi muda khususnya siswa SMA/SMK adalah melalui Lawatan
Sejarah. Kegiatan ini dengan sasaran siswa-siswi SLTA sederajat dan guru
perwakilan dari DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur sejumlah 100 orang.
Sebagaimana diketahui bahwa Negara Indonesia yang diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945, memiliki proses yang cukup panjang,
sehingga generasi muda perlu mengetahui proses tersebut. Kegiatan ini
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pertama adalah ceramah umum
yang bertujuan untuk membekali para peserta, kemudian tahap kedua
kunjungan ke obyek sejarah, dan yang ketiga adalah menyusun laporan
dan diskusi kelompok, serta menjawab post test. Tahap pertama ceramah
umum didahului dengan pengisian pre test. Peserta mengisi soal-soal yang
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 21
sudah disiapkan panitia, pre test bertujuan mengukur pengetahuan siswa
tentang materi yang akan disajikan.
Foto 6. Pembekalan materi Lawatan Sejarah oleh Bapak Uji Nugroho W, MA dan Dr. Adul Wahid dari Departemen Sejarah FIB UGM.
Setelah ceramah umum selesai peserta berkunjung ke obyek-obyek
bersejarah. Di obyek sejarah tersebut peserta mengamati dan berdiskusi
dengan pemandu lokasi untuk memperdalam pengetahuan.
Foto 7. Kunjungan di lokasi Lawatan Sejarah 2017
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 22
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah
menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap nilai-nilai sejarah
bangsanya sendiri. Tahap ketiga menyusun laporan dan diskusi kelompok
terhadap materi hasil kunjungan, serta mengisi pos test.
Foto 8. Peserta Lawatan Sejarah Regional 2017 sedang berdiskusi.
Post test ini dimaksudkan untuk mengetahui penyerapan materi dari
peserta, sehingga setelah kegiatan selesai, peserta mengenal,
mengetahui, memahami dan menghargai nilai sejarah tersebut. Mengukur
keberhasilan penyerapan materi oleh peserta dibuktikan dengan pengisian
pos test. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari ketercapaian
peserta dari target sebanyak 100 orang dapat terealisasi 100 peserta, atau
100%. Serapan materi dan tingkat pemahaman peserta selama mengikuti
kegiatan adalah sebesar 40%, dengan tingkat pemahaman tertinggi 80%.
3. Belajar Bersama Maestro
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menginternalisasi nilai-
nilai dan keanekaragaman budaya daerah kepada generasi muda adalah
belajar bersama maestro. Maestro yang ditunjuk sebagai narasumber
adalah Dr.KRT. Sunaryadi Maharsiroro, SST,.M.Sn. dengan Sanggar Tari
Retno Aji Mataram. Kegiatan ini berupa pelatihan tari klasik gaya
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 23
Yogyakarta (Tari Joget Mataram), dengan sasaran peserta pelajar SLTA di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Peserta yang dijaring melalui sekolah-
sekolah awalnya 10 orang, tetapi mendapat tanggapan positif dari
sekolah-sekolah, sehingga terjaring sebanyak 15 orang atau meningkat
50%. Dalam kegiatan ini para peserta belajar untuk menari tari kalsik
gaya Yogyakarta (Tari Joget Mataram). Proses pelatihan ini dimulai dari
teori, kemudian praktek menari sampai bisa menari, hingga pentas
dengan disaksikan oleh penonton, dan bahkan tampil dalam acara festival
multikultur BPNB se Indonesia di Yogyakarta.
Foto 9. Kegiatan Belajar Bersama Maestro Tahun 2017
4. Kemah Budaya
Berbagai cara akan dan telah dilakukan untuk mengenalkan,
melestarikan dan memanfaatkan nilai-nilai sejarah dan budaya kepada
masyarakat, khususnya generasi muda. Salah satu kegiatan yang
dilaksanakan adalah Kemah budaya dengan sasaran peserta Pramuka
Penggalang dan Penegak di lingkungan Kwarda Daerah istimewa
Yogyakarta sebanyak 200 orang, ditambah pendamping dan motivator dari
kwarda sebanyak 50 orang atau 100% dari target.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 24
Kegiatan ini dilakukan dengan maksud agar para anggota pramuka
(Penggalang dan Penegak) dapat mengenal dan memahami
keanekaragaman budaya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta,
sehingga tumbuh rasa cinta dan akhirnya peduli untuk melestarikan dan
memanfaatkan budaya daerah sebagai pembentukan karakter dan jatidiri.
Dalam upaya menanamkan nilai-nilai tersebut dilakukan beberapa
kegiatan, diantaranya giat prestasi makanan tradisional, giat prestasi
tembang macapat, giat prestasi baca puisi perjuangan, giat prestasi
permainan tradisional, giat prestasi karnaval budaya, giat prestasi pidato
bahasa jawa, giat prestasi merangkai peningset penganten, Peragaan
pakaian adat jawa, serta pemutaran film bersejarah dan kunjungan
budaya, serta kegiatan lain yang mendukung.
Foto 10. Giat prestasi merangkai janur (penjor) dan kirab budaya.
Selain kegiatan giat prestasi para peserta kemah budaya juga
dikenalkan dengan pusat-pusat industri budaya, situs-situs peninggalan
purbakala dan obyek-obyek yang memiliki nilai pendidikan, seperti
museum dan tempat lain yang terkait dengan pusat kebudayaan. Untuk
kunjungan BPNB DIY sesuai dengan tusinya mengunjungi Sentra Kerajinan
Keramik Gerabah Kasongan, Bantul, DIY. Di tempat ini peserta
melaksanakan workshop proses pembuatan keramik yang bahan bakunya
dari tanah liat.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 25
Foto 11. Peserta Kemah Budaya sedang mengikuti workshop pembuatan keramik di Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
Berdasarkan data tersebut di atas, maka kegiatan kemah budaya ini
cukup efektif sebagai media internalisasi /penanaman nilai-nilai budaya
bagi generasi muda, khususnya siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pre
test dan post test sewaktu kegiatan workshop dan kunjungan ke sentra
industri keramik gerabah di Kasongan Bantul, menunjukan kenaikan yang
signifikan, dimana jika peserta sebanyak 200 orang diberikan pertanyaan
awal (pre test) mendapat nilai sangat baik hanya sebanyak 17,68%, maka
setelah selesai kegiatan dilaksanakan dan diberikan pertanyaan akhir (post
test), maka yang mendapat nilai sangat baik sebanyak 64,09%.
Foto 12. Peserta mengisi pre test dan postest kegiatan Kemah Budaya Tahun 2017
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 26
Meskipun kegiatan ini cukup efektif dan berhasil namun di satu sisi
yang lain masih ada yang belum maksimal dalam pelaksanaannya,
terbukti masih ada peserta yang tidak puas terhadap salah satu kegiatan
kemah budaya terkait giat prestasi macapat dan asah terampil
pewayangan. Salah satu peserta yang merasa tidak puas dengan kerja
panitia tersebut melakukan protes ke Lembaga Ombudsman DIY. Oleh
karena itu untuk menanggapi protes tersebut, diadakan klarifikasi dan
pertemuan dengan kedua belah pihak, dan akhirnya dengan semangat
kebersamaan dan pemahaman yang sama, diperoleh kata sepakat
menyelesaikan aduan tersebut dan dinyatakan selesai.
Foto 13. Upacara penutupan Kemah Budaya Tahun 2017.
5. Pemutaran Bioskop Keliling
Nonton film bareng dengan mobil bioskop keliling merupakan
indikator ke-5 dalam rangka pencapaian kinerja event internalisasi nilai
budaya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pencerahan kepada
masyarakat tentang produk budaya, khususnya film-film berkarakter yang
mengandung nilai-nilai yang dapat menjadi teladan bagi kehidupan
bermasyarakat, sehingga terbentuk karakter dan jatidiri di kalangan
masyarakat.
Pada tahun anggaran 2017 BPNB Yogyakarta menargetkan
pemutaran film dengan mobil bioskop keliling sebanyak 12 (dua belas) kali
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 27
di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari rencana 12 kali pemutaran
tersebut, ternyata berhasil memutar sebanyak 13 (tiga belas) kali, satu
diantaranya di wilayah Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa
Tengah. Dalam 12 kali pemutaran tersebut pengunjung yang ditargetkan
menonton sebanyak : 1.800 penonton, tetapi realisasinya dapat mencapai
13 kali pemutaran dan ditonton sebanyak : 2.217 penonton. Peningkatan
jumlah penonton tersebut ditopang oleh sasaran lokasi pemutaran di
daerah pelosok yang sebagian masyarakatnya jarang menonton film
melalui layar lebar.
Foto 14. Pemutaran Bioskop Keliling 2017 di beberapa tempat di Yogyakarta.
6. Festival Kesenian
Seni pertunjukan ludruk adalah salah satu teater tradisional Jawa
Timur yang mampu bertahan hampir satu abad, berdasarkan literatur,
kesenian ludruk telah ada sejak zaman penjajahan Belanda hingga saat ini.
Beberapa faktor yang menjadikan ludruk mampu bertahan di tengah
perkembangan peradaban dan selera hiburan masyarakat terus
berkembang. Beberapa faktor tersebut salah satu di antaranya adalah
format teater ludruk fleksibel dan cerita yang ditampilkan merupakan
kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga memiliki daya adaptasi yang
tinggi terhadap perkembangan zaman. Di samping itu, kesenian ludruk juga
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 28
merupakan sarana atau media atau media untuk penanaman nilai-nilai
etika, estetika dan moral bagi generasi muda.
Berdasarkan data tersebut di atas sebagai upaya agar kesenian
ludruk tetap dapat eksis di masyarakat, BPNB D.I. Yogyakarta memberikan
ruang ekspresi dengan wadah festival kesenian ludruk se-Jawa Timur.
Festival ini menargetkan partisipasi 15 grup ludruk dengan melibatkan
seniman sebanyak 15 orang ikut tampil dalam festival atau sebanyak 225
orang. Realisasinya sebanyak 15 grup mengikuti festival dengan melibatkan
20 seniman atau 300 orang.
Foto 15. Pelaksanaan Festival Ludruk se-Jawa Timur 2017 di TBJT.
Dalam pelaksanaan tersebut BPNB D.I. Yogyakarta bersinergi
dengan Taman Budaya Jawa Timur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Jawa Timur sebagai mitra kerja penyelenggara, serta akademisi
dan praktisi seni ludruk di Jawa Timur sebagai pengamat dan dewan juri.
Dari hasil festival tersebut dapat disimpulkan bahwa kesenian ludruk
merupakan salah satu seni tradisi yang masih memiliki daya tarik tinggi dan
memiliki segmen penggemar tidak hanya di desa tapi diperkotaan. Hal
tersebut dapat dilihat dengan banyaknya penonton yang menyaksikan
jalannya festival hingga gedung kesenian tertutup (Cak Durasim Taman
Budaya Jawa Timur di Surabaya) tidak dapat menampung seluruh penonton
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 29
yang hadir. Bahkan penonton yang hadir tidak hanya dari kalangan
generasi tua akan tetapi, generasi muda dari berbagai kalangan dapat
hadir. Sehingga dampak dari festival ini dapat menumbuhkan rasa
kebanggaan bagi masyarakat dan penanaman nilai-nilai karakter bisa
terbentuk.
Foto 16. Pemberian penghargaan kepada para pemenang.
7. Pameran Budaya
Berbagai cara dapat ditempuh untuk mendapatkan informasi dan
menyebarluaskan nilai sejarah dan budaya. Salah satu cara yang ditempuh
oleh Balai Pelesatrian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta adalah
menyelenggarakan kegiatan pameran, dengan menggandeng mitra kerja.
Pada tahun 2017 ini BPNB D.I. Yogyakarta menetapkan target pameran
sebanyak 2 (dua) kali, dan realisasi sampai akhir Desember 2017,
sebanyak 4 (empat) kali atau 200%.
Hal yang sangat mengembirakan adalah setiap pelaksanaan
pameran selalu diminati banyak pengunjung, baik dari kalangan
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 30
masyarakat umum, siswa, dan mahasiswa. Hal ini dapat dibuktikan pada
event pameran BPNB se-Indonesia di Museum Benteng Vredeburg di
Yogyakarta, pameran perkemahan Wirakarya Pramuka Ma’arif Nasional II
di Magelang, dan Vredeburg Fair di Museum Benteng Yogyakarta serta
Pameran Kesejarahan di Kabupaten Kebumen Jawa tengah selalu ramai
pengunjung, bahkan untuk Vredeburg Fair berdasarkan tiket masuk di
kunjungi sebanyak 13.000 orang.
Foto 17. Suasana stan pameran BPNB DIY di Magelang dan Yogyakarta.
Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penanaman nilai-
nilai budaya melalui kegiatan pameran cukup efektif dilakukan, karena
pengunjung pameran dapat melihat dan mengamati secara langsung
produk budaya yang disajikan dalam pameran tersebut. Dengan melihat
dan mengamati secara langsung, para pengunjung dapat bertambah
pengetahuan dan wawasan tentang kebudayaan.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 31
Foto 18. Suasana stan pameran BPNB DIY pada acara Vredeburg Fair 2017
8. Penayangan Film dan Diskusi Nilai Budaya
Penguatan jatidiri bangsa selalu dilakukan agar seluruh masyarakat,
utamanya generasi muda dapat memiliki ketahanan yang kuat. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah membuat dokumentasi audio visual (film
video) peristiwa sejarah dan budaya. Pada tahun 2017 telah melaksanakan
2 (dua) kali penayangan, yaitu : (1) di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta (2) Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sedangkan target
peserta sebanyak : 300 orang, dapat hadir 300 orang atau 100%. Adapun
tujuan dilakukannya penayangan film dokumenter dan diskusi nilai budaya
tersebut adalah mengenalkan jejak langkah keteladanan dari seorang
tokoh sejarah dan budaya, maupun seni tradisi sebagai upaya
menanamkan nilai-nilai untuk mendorong proses penguatan jatidiri dan
pembentukan karakter generasi muda.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 32
Foto 19. Pelaksanaan kegiatan Pemutaran Film dan Diskusi Nilai Budaya di DIY.
Sedangkan dampak dari kegiatan penayangan film dokumenter dan
diskusi nilai budaya ini cukup baik, karena berdasarkan hasil pre test dan
post test yang dilakukan oleh panitia, menunjukkan bahwa nilai rata-rata
sebelum pelaksanaan (pre test) dibandingkan setelah pelaksanaan
kegiatan (post test), mengalami peningkatan yang signifikan. Kegiatan
penayangan film dokumenter di DIY hasil pre test, pengetahun peserta
tentang film yang akan ditayangkan mencapai 44%, artinya bagi peserta
bahwa sebelum menonton film yang akan ditayangkan belum mengenal
tokoh dimaksud. Sedangkan berdasarkan hasil post test mencapai 80%,
artinya bagi peserta bahwa setelah menonton film tersebut telah mengenal
tokoh dan memahami materi yang ditayangkan.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 33
Foto 20. Pelaksanaan kegiatan Pemutaran Film dan Diskusi Nilai
Budaya di Karanganyar, Jawa Tengah.
9. Penyelenggaraan Lomba Lukis Kesejarahan
Persoalan karakter bangsa pada saat ini menjadi sorotan tajam
masyarakat. Korupsi, kekerasan, perkelaian, kehidupan yang konsumtif,
kehidupan politik yang tidak produktif dan lain sebagainya menjadi
perbincangan di masyarakat saat ini. Dalam banyak kesempatan isu-isu di
atas tidak jarang dialamatkan kepada lemahnya pendidikan yang tidak
mengedepankan penanaman nilai-nilai kejujuran, kejuangan, kerja keras,
dan disiplin di kalangan generasi muda.
Berawal dari pemikiran tersebut di atas, maka Balai Pelestarian Nilai
Budaya D.I. Yogyakarta sesuai dengan tugas dan fungsinya melaksanakan
internalisasi nilai-nilai kejuangan kepada generasi muda, khususnya siswa-
siswi SLTP se-DIY melalui lomba melukis tokoh sejarah. Lomba tersebut
dengan target peserta sebanyak 100 orang, dan sebanyak 120 orang
mendaftar sebagai peserta atau 120%. Dari 120 pendaftar sebanyak 116
orang mengikuti lomba atau 116%. Sedangkan 4 orang pendaftar tidak bisa
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 34
mengikuti lomba dengan alasan sakit dan tidak dapat meninggalkan
pelajaran di sekolah.
Foto 21. Pelaksanaan kegiatan Lomba Lukis Kesejarahan 2017.
10. Gelar Budaya
Indonesia memiliki banyak ragam warisan budaya yang sampai
sekarang masih tumbuh dan berkembang di berbagai wilayah di Indonesia.
Salah satu warisan nilai budaya adalah tembang macapat untuk wilayah
Jawa (DIY dan Jawa Tengah) sampai saat ini masih dilestarikan oleh
sebagian kelompok masyarakat sebagai tembang jawa. Karena dalam
tembang macapat terdapat nilai-nilai ajaran moral kehidupan yang perlu
menjadi teladan bagi masyarakat pendukungnya. Namun seiring dengan
perkembangan jaman, seni macapat mulai ditinggalkan oleh masyarakat
pendukungnya, terutama generasi muda.
Sehubungan dengan hal tersebut BPNB DIY sesuai dengan tugas dan
fungsinya melaksanakan kegiatan pelestarian dan pengembangan, berupa
sarasehan dan gelar budaya seni macapat. Adapun maksud dan tujuan
diselenggarakan sarasehan dan gelar budaya macapat tersebut adalah
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 35
memberikan ruang bagi masyarakat untuk tetap melestarikan dan
mengembangkan seni macapat sebagai seni tradisi yang perlu dilestarikan.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan menghadirkan kelompok
penggemar seni macapat untuk menyanyikan bait-bait tembang macapat
dengan dipandu oleh narasumber. Di samping menyanyikan tembang
macapat, peserta diajak untuk memahami isi dan makna dari syair-syair
tembang yang ditulis dalam bahasa sansikerta tersebut.
Foto 22. Pelaksanaan kegiatan Gelar Budaya Tembang Macapat di Pendapa Dalem Jayadipuran.
Gelar budaya dan sarasehan tembang macapat ini ditargetkan
sebanyak 2 (dua) event, terealisasi sebanyak 2 (dua) event atau 100%.
Namun jika dilihat dari jumlah peserta ditargetkan sebanyak 300 orang,
namun pada kenyataannya dapat dihadiri sebanyak 618 orang atau 206%.
Sedangkan jika dilihat dari kualitas peserta, juga menunjukkan
mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari kelompok penggemar
macapat, terbukti banyaknya peserta yang hadir kebanyakan ingin
nembang (nyanyi) dan itu ditunjukkan tidak hanya dari kalangan tua,
tetapi juga dari kalangan muda sangat antusias untuk nembang.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 36
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa upaya BPNB D.I.
Yogyakarta melakukan upaya pelestarian dan penamanan nilai-nilai melalui
sarasehan tembang macapat, dari tahun ke tahun telah mebuahkan hasil
dan bahkan masyarakat pendukung macapat menunjukan peningkatan
yang signifikan.
11. Festival Film Pendek dan Dokumenter
Salah satu cara yang dapat digunakan sebagai media internalisasi/
penanaman nilai-nilai sejarah terhadap generasi muda khususnya siswa
SMA sederajat adalah menyelenggarakan lomba/festival film pendek
kesejarahan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada
sineas muda yang mampu membuahkan karya film bertema sejarah untuk
memupuk rasa nasionalisme di kalangan generasi muda. Pada tahun
anggaran 2017 ini festival film pendek nasionalisme sejarah menetapkan
target peserta festival/ lomba sebanyak 50 grup/judul. Penjaringan
peserta dilakukan melalui Dinas Pendidikan dan sekolah-sekolah yang ada
di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sampai akhir pendaftaran sebanyak
38 atau 76% mendaftar sebagai peserta, namun sampai batas akhir
pemasukan naskah karya film hanya sebanyak 22 judul naskah film yang
masuk pada panitia atau 44%.
Kendala yang dihadapi tidak tercapaianya target peserta tersebut
karena adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang menjadi
salah satu hambatan adalah tidak tersedianya SDM di BPNB DIY yang
memiliki latar belakang pengalaman dan pengetahuan tentang perfilman,
sehingga pokja masih harus mencari pengalaman di sana-sini. Sedangkan
faktor eksternal yang menghambat diantaranya siswa belum terbiasa
membuat karya film pendek, tidak ada workshop atau pelatihan membuat
karya film pendek dokumenter, batas waktu pelaksanaan/pengumpulan
naskah tergolong pendek tidak cukup untuk membuat produksi sebuah
karya film, serta momentum lomba yang kurang tepat karena
berbarengan dengan proses kegiatan belajar mengajar.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 37
Foto 23. Malam Penghargaan Festival Film Pendek Dokumenter Pelajar 2017.
Walaupun demikian karya film yang masuk pada panitia dan dinilai
oleh dewan juri secara kualitas sudah baik terkait dengan tema dan judul
film, artinya misi sebagai penanaman nilai sejarah kepada generasi muda
sudah tercapai, namun secara standar memang diakui masih belum baku
dalam hal riset dan pengembangan film.
Berdasarkan data tersebut di atas pelaksanaan festival film tahun
2017 akan dipakai sebagai dasar dan bahan evaluasi untuk melaksakan
kegiatan festival/lomba yang sama pada tahun mendatang, semoga lebih
baik.
12. Publikasi Media Cetak dan elektronik
Salah satu upaya yang dilakukan untuk melakukan pengenalan dan
penanaman nilai-nilai budaya adalah menggunakan media elektronika radio
dan ruang publik. Pada tahun anggaran 2017 ini BPNB D.I. Yogyakarta
bekerjasama dengan RRI Stasiun Yogyakarta mengelola rubrik Lembaran
Sejarah serta Adat dan Budaya. Rubrik ini menampung karya para peneliti
BPNB D.I. Yogyakarta untuk disiarkan melalui Programa IV RRI Stasiun
Yogyakarta pada setiap hari Sabtu.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 38
Tahun 2017 BPNB D.I. Yogyakarta menargetkan sebanyak 70 kali siaran
RRI melalui rubrik Lembaran Sejarah, serta Adat dan Budaya, terealisasi
sebanyak 70 kali siaran atau 100%. Sedangkan sosialisasi melalui ruang
publik berhasil menempatkan iklan layanan masyarakat dengan tema
“Guyub Rukun” di lingkungan Bandara Adisucipto Yogyakarta.
Foto 24. Desain iklan layanan masyarakat dengan tema “Guyub Rukun”.
13. Dialog Budaya Spiritual
Budaya spiritual adalah salah satu dari unsur kebudayaan bangsa
Indonesia yang telah lama berakar dalam kehidupan masyarakat
Nusantara. Budaya spiritual berwujud dalam berbagai bentuk sistem
kepercayaan dan kemudian dalam perkembangannya termasuk dalam
kategori kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Secara historis,
budaya spiritual merupakan warisan budaya nusantara dan berfungsi
menjadi jatidiri budaya masyarakat Indonesia pada masa kini. Oleh karena
itu budaya spiritual merupakan aset bangsa Indonesia dan sekaligus
menjadi salah satu sumber kekuatan moral dan spiritual masyarakat
Indonesia.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 39
Foto 25. Pelaksanaan Dialog Budaya Spiritual 2017 di Magelang, Jawa Tengah.
Atas dasar pemikiran tersebut, sesuai dengan tusinya BPNB DIY
setiap tahun melaksanakan kegiatan sarasehan/sosialisasi dan dialog
budaya spiritual, dengan maksud memberikan pemahaman kepada
masyarakat luas, mengingat bahwa di masyarakat ada yang mendukung
berkembangnya ajaran budaya spiritual di seluruh pelosok nusantara,
tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya sebagaian masyarakat yang
tidak setuju berkembangkan ajaran budaya spiritual. Di lain sisi ajaran
budaya spiritual mengandung nilai-nilai budi pekerti adiluhung yang perlu
dilesarikan dan diteladani sebagai warisan budaya bangsa.
Kegiatan dialog budaya spiritual tersebut mentargetkan sebanyak
100 orang, terdiri anggota dan generasi muda penghayat Kepercayaan
Terhadap Tuhan YME di Kabupaten Magelang, tokoh masyarakat,
akademisi dan dinas terkait. Namun seiring dengan adanya efisiensi
anggaran, target peserta direvisi menjadi 75 orang dan terealisasi
sebanyak 75 orang atau 100%.
Adapun hasil yang dicapai dalam kegiatan dialog tersebut adalah
masyarakat (peserta) dapat memahami adanya keberagaman nilai
kepercayaan di masyarakat, dan nilai kepercayaan tersebut merupakan
warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dipahami sebagai ajaran
moral. Sedangkan secara piritual peserta mengetahui ajaran memayu
hayuning bawana merupakan upaya mencapai harmoni kehidupan
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 40
makrokosmos dan mikrokosmos, hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan sesama, manusia dengan alam semesta.
14. Dialog Budaya dengan Komunitas
Jawa Tengah dikenal sebagi wilayah yang memiliki keanekaragaman
budaya. Keanekaragaman budaya tersebut ditandai dengan adanya
beberapa kelompok budaya komunitas, seperti Magelang Tempo Doeloe,
Komunitas Lima Gunung, Solo Jazz Society, Blues Brothes Solo, Pawon
Sastra, Komunitas Balai Soedjatmoko, Komunitas Cagar Budaya,
Komunitas Mocopatan, Komunitas Keroncong Bale, Komunitas Klenengan
Selasa Legen, dan lain-lain.
Dengan banyaknya komunitas budaya yang tumbuh dan
berkembang di tengah masyarakat Jawa Tengah, khususnya di Solo dan
sekitarnya sangat potensial untuk membentuk karakter dan jatidiri di
kalangan masyarakat. Pembangunan karakter pada intinya bertujuan
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bertoleransi, bergotong-royong, berjiwa patriotik, yang semuanya dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka komunitas-komunitas yang
ada di Jawa Tengah perlu diajak komunikasi bagaimana langkah dan
strategi terbaik untuk memberikan sumbagsih dalam membangun bangsa
yang berkarakter, yaitu pembangunan yang melandaskan pada nilai-nilai
budaya Indonesia. Untuk menjalin komunikasi dimaksud, BPNB DIY
menyelenggara-kan dialog budaya dengan komunitas yang ada di
surakarta dan sekitarnya pada tgl. 12 – 13 Juli 2017. Kegiatan tersebut
menghadirkan narasumber akademisi, praktisi, seniman, budayawan.
Sedangkan hadir sebagai peserta adalah komunitas budaya, budayawan,
seniman, tokoh masyarakat/pengamat budaya, instansi terkait, akademisi
dan generasi muda, dengan target peserta sebanyak 125 orang, hadir
sebanyak 130 orang atau 104%.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 41
Foto 26. Pelaksanaan kegiatan Dialog Budaya dengan Komunitas di Surakarta, Jawa Tengah
Adapun beberapa poin penting yang dihasilkan dalam dialog budaya
dengan komunitas tersebut adalah :
1. Melalui kebudayaan akan mengajarkan kepada kita untuk menghargai
perbedaan dan keberagaman, memupuk cinta tanah air, oleh
karenanya memajukan kebudayaan menjadi agenda penting dalam
membangun masyarakat yang berkarakter.
2. Komunitas budaya/sanggar seni merupakan garda terdepan dalam
pelestarian budaya, sudah sepantasnya komunitas budaya/sanggar
seni mendapat fasilitasi dari negara.
3. Sanggar-sanggar seni harus mampu menjadi bengkel untuk pendidikan
generasi muda dan sekaligus untuk memupuk kecintaan pada seni
budayanya.
4. Sebagai sarana penguatan eksistensi langkah strategis yang dilakukan
adalah mengadakan pentas secara rutin.
5. Mengembangkan kreativitas dalam karya seni dengan pelatihan-
pelatihan.
6. Nilai religius, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas
perlu dicontohkan dalam cerita-cerita pentas seni/berkesenian.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan dialog budaya
dengan komunitas di daerah sangat diperlukan, karena dengan dialog
akan terjalin komunikasi dua arah sehingga mengetahui langkah strategis
apa yang bisa dilakukan untuk membangun budaya yang berkarakter.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 42
Foto 27. Salah seorang peserta dialog sedang menyampaikan gagasan dan masukannya
15. Fasilitasi dan Kemitraan
Pasal 32 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengamanatkan bahwa Negara memajukan Kebudayaan Nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dan menjadikan kebudayaan
sebagai investasi untuk membangun masa depan dan peradaban bangsa
demi terwujudnya tujuan nasional. Penegasan tersebut diamatkan kembali
dalam UU No. 5 Tahun 2017, tentang pemajuan kebudayaan.
Berdasarkan amanat undang-undang tersebut BPNB D.I. Yogyakarta
sesuai dengan tusinya melakukan kegiatan fasilitasi dan kemitraan.
Kegiatan ini berupa pemberian bantuan fasilitasi kepada komunitas
budaya / sanggar seni di wilayah kerja BPNB D.I. Yogyakarta untuk
menyelenggarakan kegiatan pelestarian nilai budaya. Pada tahun
anggaran 2017 ini ditargetkan pemberian bantuan sebanyak 12 (dua
belas) paket event. Namun seiring dengan kebijakan pemerintah untuk
efisiensi anggaran, bantuan fasilitasi dipangkas menjadi 10 (sepuluh)
paket. Dari target 10 paket event, dapat terealisasi sebanyak 10 paket
event atau 100%.
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 43
Dampak dari pemberian bantuan tersebut, komunitas budaya /
sanggar seni merasa diperhatikan keberadaannya, dan dapat
melaksanakan event budaya sesuai fungsinya, sehingga pelaku seni dapat
mengembangkan kreativitasnya.
Foto 28. Pementasan Dalang Cilik di Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta.
C. REALISASI ANGGARAN
Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta tahun 2017 dalam
melaksanakan kegiatannya didukung dengan alokasi pagu awal sebeleum
efisiensi sebesar Rp 13.395.676.000. Dari anggaran tersebut diefisiensi
dipotong melalui revisi sebesar Rp. 466.112.000, sehingga pagu yang dapat
dibelanjakan untuk membiayai kegiatan adalah sebesar Rp. 12.929.564.000.
Anggaran tersebut terbagi dalam tiga belanja, yaitu belanja pegawai sebesar
Rp. 6.292.797.000, belanja barang sebesar Rp. 6.427.811.000, dan belanja
modal sebesar Rp. 208.956.000. Grafik di bawah ini menggambarkan
prosentase alokasi anggaran Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 44
Grafik III.1. Komposisi Pagu Anggaran TA. 2017 BPNB D.I. Yogyakarta
Dari anggaran sebesar Rp. 12.929.564.000, sampai akhir Desember
2017 terealisasi sebesar Rp 11.947.212.682,- atau 92,40%. Realisasi anggaran
belanja sebagaimana dimaksud, terinci seperti tersebut di bawah ini :
Kinerja Keuangan Tahun Anggaran 2017 Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I.
Yogyakarta
No. Output/Kegiatan Pagu Anggaran Realisasi %
1. Hasil kajian nilai budaya (001)
870.127.000 850.410.566 97,73
2. Nilai budaya yang dilestarikan (002)
1.142.487.000 1.108.378.800 97,01
3. Karya budaya yang diinventarisasi (003)
57.235.000 50.633.900 88,48
4. Event internalisasi nilai budaya (004)
2.668.124.000 2.609.155.820 97,79
5. Layanan internal (Overhead) (951)
208.956.000 205.890.500 98,53
6. Layanan Perkantoran (994)
7.982.635.000 7.122.743.096 89,23
JUMLAH 12.929.564.000 11.947.212.682 92,40
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 45
Tabel III.8. Kinerja Keuangan TA. 2017 BPNB D.I. Yogyakarta
Grafik III.2. Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran per Output TA. 2017
BPNB D.I. Yogyakarta
Grafik III.3. Perbandingan Persentase Realisasi Anggaran per Output TA. 2017
BPNB D.I. Yogyakarta
Dibandingkan dengan realisasi tahun anggaran 2016, realisasi anggaran tahun
2017 mengalami kenaikan dalam hal persentase penyerapan. Kenaikan tersebut
disebabkan karena optimalisasi dari sisa anggaran kegiatan yang sudah
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 46
dilaksanakan dan sasaran sudah mencapai target, sehingga dapat menambah
volume kegiatan, seperti kegiatan pemutaran film dengan mobil bioskop keliling
yang targetnya 12 kali, karena ada sisa anggaran, maka dioptimalisasi menjadi 13
kali. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
No. Tahun Pagu Realisasi %
1. 2016 12.775.659.000 11.174.062.126 87,46
2. 2017 12.929.564.000 11.947.212.682 92,40
Tabel III.9. Perbandingan Kinerja Keuangan TA. 2016 dan TA. 2017 BPNB D.I. Yogyakarta
Grafik III.4. Perbandingan Kinerja Keuangan TA. 2016 dan TA. 2017 BPNB D.I. Yogyakarta
Laporan Kinerja BPNB D.I. Yogyakarta 47
BAB IV PENUTUP
Laporan Kinerja Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta pada tahun
2017 dengan target sebanyak 4 (empat) indikator yang diperjanjikan, capaian
indikator kinerja tersebut 2 (dua) indikator mencapai 100% dan 2 (dua) indikator
lainnya mencapai realisasi melebihi 100%. Sedangkan capaian target keuangan
mencapai 92,40% dari target awal sebesar 95%. Pencapaian target keuangan
tidak mencapai target yang diharapkan, karena pembayaran belanja pegawai
terdapat penurunan yang disebabkan ada beberapa pegawai fungsional peneliti
yang pensiun dini, sehingga terjadi sisa anggaran di atas 10% untuk belanja
pegawai. Namun demikian walaupun capaian realisasi anggaran tidak mencapai
target, akan tetapi tidak mengurangi capaian sasaran fisik, bahkan capaian fisik
mencapai lebih dari 100%.
Pencapaian indikator tersebut memberikan kontribusi langsung dalam
pencapaian sasaran strategis yang tercantum dalam rencana strategis BPNB D.I.
Yogyakarta tahun 2015-2019. Dalam rangka melaksanakan visi dan misi yang
telah ditetapkan, BPNB D.I. Yogyakarta melaksanakan kegiatan yang
dititikberatkan pada sasaran strategis peningkatan penelitian, pengembangan, dan
pemanfaatan kebudayaan.