Download - Cover - Copy

Transcript

`PENGARUH KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN PUPUK NPK TERHADAP P-POTENSIAL, N-TOTAL, SERAPAN-N SERTA HASIL TANAMAN PAKCHOY (Brassica chinensis, L.) PADA INCEPTISOLS ASAL JATINANGOR

USULAN PENELITIAN

Oleh Frida Eka Permata 150210070054

JURUSAN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbilaalamin, segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan judul Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik Dan Pupuk NPK Terhadap P-Potensial, N-Total, Serapan-N Serta Hasil Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis, L.) Pada Inceptisols Asal Jatinangor. Usulan penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melaksanakan penelitian guna penyusunan skripsi di Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. H. E. Hidayat Salim, Ir., M.S. sebagai Ketua Komisi Pembimbing. 2. Daud Siliwangi Saribun, Ir., M.S. sebagai Anggota Komisi Pembimbing. 3. Dr. Hj. Siti Mariam, Ir., M.S. sebagai Ketua Komisi Penelaah. 4. Ade Setiawan, S.P. sebagai Anggota Komisi Penelaah. 5. Dr. Rachmat Haryanto, Ir., M.S. sebagai Ketua Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. 6. Keluarga yang selalu memberi doa, dorongan serta semangat. Juga temanteman Jurusan Ilmu Tanah serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Usulan Penelitian ini. Penulis sadar dalam penyusunan Usulan Penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritiknya demi perbaikan usulan penelitian ini.

i

Akhir kata, semoga usulan penelitian ini dapat disetujui dan bermanfaat bagi semua rekan-rekan mahasiswa pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Jatinangor, Mei 2011

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Bab

Halaman

Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Bab Halaman Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I.PENDAHULUAN Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis I.BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Rancangan Penelitian Rancangan Percobaan Rancangan Perlakuan Rancangan Respon Rancangan Analisis Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tanam Pesemaian Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Pemanenan dan Pascapanen Pengambilan Contoh Tanah DAFTAR LAMPIRAN i iii iii iv v 1 1 5 5 5 6 10 11 11 11 12 12 12 13 14 15 15 15 16 16 17 17 17 22

iii

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

Tabel 1. Susunan Perlakuan 12 Tabel 2.Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok Faktor Tunggal14

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1.

Judul

Halaman

Lampiran 2. Deskripsi Profil Tanah Inceptisols Jatinangor 23 Lampiran 3. Klasifikasi Pakchoy (Brassica chinensis, L.) atau Sawi Hijau 25 Lampiran 4. Deskripsi Pakchoi (Brassica chinensis, L. ) 26 Lampiran 5. Jenis dan Komposisi Kandungan Unsur BOCA-Plus 26 Lampiran 6. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik 28 Lampiran 7. Tata Letak Pengujian Efektivitas Pupuk Organik Padat Curah BOCA-PLUS Terhadap Pakchoy (Brassica chinensis, L.) 30 Lampiran 8. Dosis Pupuk Masing-Masing Pada Tiap Petak Perlakuan. 31 Lampiran 9. Perhitungan Kebutuhan Tanah Tiap petak 32 Lampiran 10. Prosedur Analisis Penetapan P Potensial metode ekstrak HCl 25% 32 Lampiran 11. Prosedur Penetapan N-Total dengan Metode Kjedahl 34 Lampiran 12. Prosedur Pengukuran Serapan N dengan Metode Kjedahl 35

v

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Salah satu ordo (jenis) tanah yang tersebar secara luas di Indonesia adalah Inceptisols. Jenis tanah ini diperkirakan memiliki luasan sebesar 70,52 juta ha atau menempati 40% dari luas total daratan di Indonesia (Puslitbangtanak dalam Sudirja dkk, 2007). Tersebar merata secara luas, di seluruh kepulauan Indonesia, antara lain yaitu di Irian Jaya, Maluku, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan terutama Pulau Jawa.

Mengingat penyebaran Fluventic Eutrudepts yang luas itu, maka tanah ini berpotensi untuk dikembangkan (Sofyan, dkk). Inceptisols Jatinangor merupakan tanah yang belum berkembang lanjut dengan ciri-ciri bereaksi masam dengan pH 5,35, P potensial yang sangat tinggi, N-Total sedang, dan kejenuhan basa rendah. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inceptisols relatif rendah, akan tetapi masih dapat diupayakan untuk ditingkatkan dengan penanganan dan teknologi yang tepat (Lampiran 1). Produksi sayuran Indonesia sampai tahun 2005 mencapai 9.101.987 ton/tahun dan tingkat konsumsi total pada tahun 2005 sebesar 7.732.634.386 ton/tahun (Direktorat Jendral Hortikultura, 2008). Karena itu untuk memenuhi semua permintaan konsumsi akan sayur-sayuran petani hendaknya menanam sayuran tidak hanya cepat panen tetapi juga bebas dari penggunaan bahan-bahan sintetik membahayakan tubuh manusia, menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

1

2

Salah satu jenis-jenis sayuran yang mudah dikembangkan adalah pakchoy. Pakchoy (Brassica sinensis L.) termasuk dalam family Brassicaceae, berumur pendek 45 HST. Sayuran ini umumnya digunakan untuk bahan sup, untuk hiasan (garnish),tapi jarang dimakan mentah. Di Indonesia hasil pakchoy masih sangat rendah padahal hasil pakchoy bisa mencapai 30 ton ha-1 (Suryadi dalam Junita dkk,1993). Rendahnya hasil pakchoy disebabkan oleh pemeliharaan yang kurang baik. Usaha untuk meningkatkan produksi pakchoy agar dapat memenuhi permintaan konsumen yang cukup tinggi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara yang diterapkan adalah intensifikasi melalui pemupukan yang optimal. Penggunaan pupuk anorganik adalah jalan yang dilakukan para petani untuk menanggulangi masalah kesuburan tanah dimana interaksi dari ketiga pupuk yaitu unsur N diperoleh dari pupuk Urea, unsur P dari SP-36 sedangkan unsur K dari KCL akan menunjang pertumbuhan tanaman. Untuk itu peranan pupuk sangat penting bagi tanaman, karena pupuk merupakan kunci kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur hara untuk menggantikan unsur hara yang habis terserap tanaman (Suyono dkk, 2006). Penambahan bahan organik sangat membantu dalam memperbaiki tanah yang terdegradasi, karena pemakaian pupuk organik dapat mengikat unsur hara yang mudah hilang serta membantu dalam penyediaan unsur hara tanah sehingga efisiensi pemupukan menjadi lebih tinggi. Hal ini didukung oleh pendapat Rukmana (1995), bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, pemakaian pupuk organik hendaknya diimbangi dengan pupuk buatan supaya keduanya saling melengkapi.

3

Jenis pupuk organik yang digunakan adalah pupuk organik padat curah BOCA PLUS jika diberikan kedalam tanah dapat memperbaiki sifat fisika, biologi, dan khususnya kimia tanah, juga menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pupuk organik padat curah ini salah satu pupuk organik padat yang berbentuk serbuk/remah merupakan hasil fermentasi dari pupuk kandang sapi. Hara N merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K, dan seringkali menjadi faktor pembatas dalam produksi tanaman. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifatsifat fisik tanah (memperbaiki struktur tanah, porositas, permeabilitas,

meningkatkan kemampuan menahan air), terutama sifat kimia (menaikkan pH tanah, meningkatkan kemampuan menyerap kation, sebagai sumber hara makro dan mikro, dan menekan kelarutan Al dengan membentuk kompleks Alorganik), dan sifat biologi tanah (meningkatkan aktivitas mikroba tanah, sebagai sumber energi bagi bakteri penambat N dan pelarut fosfat) (Kariada dkk, 2003). Pemberian pupuk NPK unsur haranya lebih cepat tersedia dalam meningkatkan kadar N, P dan K dan biasanya hasil meningkat pada awal panen. Kombinasi penggunaan pupuk organik padat curah dan pupuk anorganik menghasilkan ketersediaan N yang tinggi dan pelepasan NO3- yang konstan selama masa pertanaman, yang menunjukkan terjadinya keselarasan antara ketersediaan dan serapan N oleh tanaman (Nyinareza dan Snapp, 2007). Beberapa menunjukkan bahwa pemberian bahan organik dan pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkan pH tanah, N-total, P-tersedia dan K-tersedia di dalam tanah, kadar dan serapan hara N, P, dan K tanaman, dan meningkatkan produksi tanaman (Djuniwati dkk, 2003).

4

Kombinasi pupuk organik dan NPK ini dimaksudkan mengurangi penggunaan dosis pupuk NPK tanpa menurunkan pertumbuhan dan hasil pakchoy di Inceptisols. Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat dilakukan dengan pemberian sisa atau limbah tanaman dan kotoran hewan. Pemanfaatan limbah tersebut dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan menekan biaya produksi. Nitrogen merupakan bahan penyusun klorofil, bahan penyusun asam amino sebagai pembentuk protein, esensial dalam penggunaan karbohidrat, komponen enzim, menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar, meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz, 1982 dalam Maryati dan Soni, 2007). Fosfor sering menjadi faktor pembatas setelah nitrogen. Unsur fosfor sangat penting karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan. Pupuk anorganik yang digunakan adalah sebagai pupuk utama yang digunakan sedangkan pupuk yang akan diuji disini adalah pupuk organik. Dosis anjuran yang digunakan pada pupuk organik padat curah yaitu 500 kg ha-1 dan C/N ratio pada pupuk organik ini sekitar 17,92 karena itu sesuai standar kandungan pupuk organik yaitu kurang dari 20%. Dosis pupuk anorganik (N, P, K) yang direkomendasikan untuk tanaman pakchoy, yaitu 100 kg ha-1 (Urea 46% N) , 150 kg ha-1 (SP-36 36% P2O5), 75

kg ha-1(KCl 60% K2O), dan pupuk kandang 15 t ha-1 (Wahyudi, 2010). Belum diketahui secara pasti apakah kombinasi jenis dan dosis pupuk organik padat curah yang terbaik terhadap P-Potensial, N-total, dan serapan-N dapat memberikan hasil tanaman pakchoy yang optimal pada Fluventic Eutrudepts

5

Jatinangor. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini perlu dilaksanakan. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1) Apakah terdapat pengaruh kombinasi pupuk organik padat curah dengan pupuk NPK terhadap P-Potensial, N-total, serapan-N, dan hasil tanaman pakchoy Inceptisols asal Jatinangor? 2) Kombinasi pupuk organik padat curah dengan pupuk NPK mana yang dapat memberikan hasil tertinggi tanaman pakchoy pada Inceptisols asal Jatinangor? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Mengetahui pengaruh kombinasi pupuk organik padat curah dengan pupuk NPK berpengaruh terhadap P-Potensial, N-total, serapan-N, dan hasil tanaman pakchoy Inceptisols asal Jatinangor. 2) Memperoleh informasi kombinasi pupuk organik padat curah dengan pupuk NPK yang dapat memberikan hasil tertinggi tanaman pakchoy pada Inceptisols asal Jatinangor. Kegunaan Penelitian Secara ilmiah penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai informasi mengenai pengaruh dari pupuk organik padat curah terhadap P-Potensial, N-total,

6

serapan-N, dan hasil tanaman pakchoy Inceptisols asal Jatinangor. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan untuk pengembangan pertanian yang berorientasi kepada pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) dengan meminimalisasikan penggunaan input bahan-bahan pupuk yang berbasis kimia dan juga sebagai dasar bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengelolaan dan pemanfaatan pupuk organik padat curah sebagai bahan dasar pupuk organik. Secara aplikasi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan rekomendasi tentang kombinasi jenis dan dosis pupuk organik padat curah yang dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap hasil tanaman pakchoy pada Inceptisols asal Jatinangor. Kerangka Pemikiran Inceptisols merupakan tanah yang memiliki penyebaran yang cukup luas di Indonesia akan tetapi tanah ini mempunyai kendala dalam pemanfaatannya untuk tanaman sayuran. Salah satu subgroup Inceptisols yaitu Fluventic Eutrudepts memiliki kandungan unsur hara rendah sampai tinggi (lampiran 1). Dalam praktek dilapangan seringkali terjadi kendala untuk pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal (Handayanto & Ismunandar, 1999). Untuk menghilangkan kendala ini maka diperlukan pemenuhan unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman baik itu unsur makro ataupun unsur mikro. Seperti yang telah dijelaskan bahwa pakchoy apabila ditanam pada Inceptisols maka akan mempengaruhi pada hasil serta pertumbuhan tanaman tersebut. Untuk itu perlu perbaikan dengan menggunakan pupuk organik dan

7

pupuk anorganik. Pupuk organik diharapkan memberikan pengaruh sangat baik terhadap hasil dan pertumbuhan pakchoy. Menurut penelitian Anita, dkk (2008) menunjukkan pupuk organik pada tanaman pakchoy memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap seluruh komponen pertumbuhan dan hasil panen per tanaman. Tanaman dengan

pemberian pupuk organik menghasilkan tinggi tanaman terbesar. Penelitian ini dilakukan pada tanah liat di dermaga, dilaksanakan mulai bulan Februari hingga bulan Mei 2008. Penambahan bahan organik sangat membantu dalam memperbaiki tanah yang terdegradasi, karena pemakaian pupuk organik dapat mengikat unsur hara yang mudah hilang serta membantu dalam penyediaan unsur hara tanah sehinnga efisiensi pemupukan menjadi lebih tinggi. Menurut penelitian Subhan, dkk (2002) menunjukkan penggunaan pupuk anorganik pada tanaman hortikultura adanya perbedaan yang nyata diantara buah yang sehat dan jumlah buah yang rusak per tanaman. Penelitian ini dilakukan pada jenis tanah andosol, dilaksanakan mulai bulan Juni sampai November 2002. Penggunaan pupuk anorganik bila secara terus menerus ditingkatkan penggunaannya akan mengakibatkan penurunan produktifitas, tetapi pupuk NPK memiliki kandungan hara makro yang diperlukan oleh tanaman dan pupuk NPK mudah terurai dan diserap oleh tanaman. Pupuk urea (CO(NH2)2) memiliki sumber nitrogen dalam bentuk NH2, pupuk urea kemudian dilapisi dengan asam humat. Asam humat yang diberikan pada pupuk urea berperan sebagai selimut yang membantu melindungi urea dari

8

penguapan. Hal ini ditunjukkan pada saat urea diberi asam humat, sifat volatile (menguap) dari urea tampak berkurang. Proses perubahan bentuk NH2 dari pupuk urea melepaskan nitrogen dalam bentuk ion amonium (NH4+). Ion ammonium langsung dilepaskan ke tanah.Setelah Urea dipakai sebagai pupuk, melalui proses ammonifikasi akan terbentuk ammonium, sebagian daripadanya akan menguap berupa gas ammoniak dan hilang ke atmosfer. Tanaman mengambil N dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Jika akumulasi nitrit besar, zat itu dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, akan tetapi pengaruhnya tidak begitu berarti. Di daerah tropika suhu tinggi. Oleh karena itu, denitrifikasi dapat berlangsung lebih cepat. Pemupukan N meningkatkan konsentrasi N tanah, terutama disekitar akar tanaman. Dengan meningkatnya ketersediaan N disekitar akar, akan memacu serapan N oleh akar tanaman. Akibatnya konsentrasi N dalam tanaman juga meningkat seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian ini, yakni kadar N petiol meningkat sejalan dengan meningkatnya pemupukan N (Kasno dkk dalam Machfud dkk, 1995). Pemberian pupuk organik padat curah dapat meningkatkan ketersediaan fosfat dalam tanah. Bahan organik dapat membentuk fosfohumik yang lebih mudah diasosiasi oleh tanaman, dan terjadinya pertukaran anion P oleh asamasam organik yang berasal dari humus (Ismunadji dkk dalam Mariam dan Hudaya, 2002). Bahan organik didalam tanah berfungsi sebagai penyangga sifat kimia tanah diantaranya meningkatkan KTK, pH, dan menambah unsur hara. Interaksi yang terjadi antara pupuk P dalam mengurangi retensi P yang tinggi adalah karena adanya asam organik dan garam organik yang berasal dari

9

pupuk kandang yang banyak mengandung gugus-gugus karboksil sehingga akan menggantikan P yang terjerap dalam hidrous oksida Al, dan akan melepaskan H2PO4- yang dibutuhkan oleh tanaman (Tisdale dkk dalam Mariam dan Hudaya, 2002). Selanjutnya akan terbentuk kompleks organik metal antara hidrous oksida Al dengan pupuk organik sehingga apabila ditambah pupuk P ke dalam tanah maka P tidak dapat dijerap oleh koloid tanah. Koloid tanah tersebut terlindungi oleh pupuk organik dan akhirnya pupuk SP-36 yang diberikan akan menambah ketersediaan P yang terlepas dari kompleks jerapan. Sebagian besar pupuk P yang diberikan dalam tanah akan mengalami ksasi oleh fase padatan tanah seperti Fe dan Al oksida, P di dalam tanah akan dikonversi menjadi bentuk Ca-P, Al-P dan Fe- P. Bentuk, besarnya

ksasi, dan ketersediaan P dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah (Barker dan pilbeam, 2007) Fosfor dalam tanah terdapat dalam bentuk organik dan anorganik. Fosfor organik dalam tanah bersumber dari residu tanaman dan hewan yang didegradasi oleh mikroorganisme menghasilkan senyawa P organik dan melepaskan P anorganik. Sehingga P cadangan didalam tanah ini menjadi tersedia untuk tanaman. Perlakuan kombinasi pupuk organik dan NPK mempunyai pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis paling baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini karena kondisi tanah yang sangat mendukung bagi perkembangan perakaran maupun proses penyerapannya, selain juga kebutuhan tanaman akan unsur hara tercukupi selama pertumbuhannya, baik yang berasal dari pupuk organik maupun NPK, Penelitian dari (Susi, dkk., 2009). Unsur hara yang

10

dikandung oleh pupuk organik tergolong rendah dibandingkan dengan pupuk anorganik, ditambah lagi sifat dari pupuk organik yang slow release, sehingga unsur hara yang dikandung oleh pupuk organik padat curah belum dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh tanaman, mengingat pakchoy

merupakan tanaman yang berumur pendek (35 hst). Berdasarkan uraian di atas, pemberian pupuk BOCA-PLUS dan pupuk anorganik urea (45% N), SP-36 (36% P2O5), serta KCl (60% K2O) pada pakchoy dengan dosis yang berbeda akan memberikan pengaruh berbeda sesuai dengan dosis dan perlakuan yang diberikan, tetapi kombinasi dosis dan jenis pupuk organik padat yang mana yang memberikan pengaruh terbaik bagi pertumbuhan hasil pakchoy belum diketahui. Peningkatan dosis pupuk organik padat curah diharapkan akan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah termasuk peningkatan Corganik, N-total, serapan-N, dan meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil tanaman pakchoy. Hipotesis Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : 1) Terdapat pengaruh kombinasi dari pupuk organik padat curah dengan pupuk NPK dalam meningkatkan nilai P-Potensial, N-total, Serapan N dan hasil tanaman pakchoy (Brassica chinensis L) pada Inceptisols asal Jatinangor. 2) Terdapat kombinasi terbaik pupuk organik padat curah dengan pupuk anorganik yang dapat memberikan hasil tertinggi terhadap tanaman

11

pakchoy (Brassica chinensis, L.) pada Inceptisols asal Jatinangor.

I. BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Pengelolaan Tanah dan Air, Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 725 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan tipe curah hujan C berdasarkan Schmidt dan Fergusson (1951), dengan rata-rata curah hujan 2179 mm per tahun. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman Fakultas Pertanian Unpad. Penelitian akan dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2011, sedangkan analisis tanah dan tanaman akan dilaksanakan bulan September 2011. Bahan dan Alat Penelitian Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian meliputi : 1) Tanah sub group Fluventic Eutrudepts asal Jatinangor, Kabupaten Sumedang, yang diambil dari permukaan tanah lapisan atas dengan kedalaman 0 20 cm. 2) 3) 4) 5) Pupuk organik padat curah BOCA PLUS (Lampiran 10). Pupuk Urea (45% N), SP-36(36 % P2O5) dan KCl (50% K2O). Benih tanaman pakchoy bersertifikat (Lampiran 2). Bahan kimia untuk analisis tanah dan tanaman. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi: 1) Peralatan laboratorium untuk analisis tanah dan tanaman.

11

12

2)

Peralatan pendukung lainnya : timbangan, garpu tanah, kored, sekop, cangkul, gunting/pisau, penggaris, alat penyiram, selang untuk penyiraman, dan alat tulis

3)

30 petak lahan ukuran 1x2 m2, dengan jarak antar petak dan jarak antar ulangan (kelompok) adalah 0,75 m.

4)

satu unit komputer sebagai alat untuk mengolah data.

Rancangan Penelitian Rancangan Percobaan Rancangan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal, dengan sepuluh perlakuan dan tiga kali ulangan, sehingga seluruhnya berjumlah 30 petak lahan. Penempatan masingmasing perlakuan pada petak percobaan dilakukan secara acak (tata letak percobaan disajikan pada lampiran). Perlakuan yang diberikan yakni pupuk organik padat curah (BOCA-PLUS) dan pupuk tunggal (Urea, SP 36, dan KCl) yang terdiri dari sepuluh dosis dan di ulang sebanyak tiga kali terhadap Pakchoy Varietas Tosakan. Adapun kombinasinya adalah sebagai berikut : Rancangan Perlakuan sepuluh perlakuan dan tiga kali ulangan, sehingga seluruhnya berjumlah 30 petak lahan. Tabel 1. Susunan PerlakuanPerlakuan Dosis Takaran Pupuk NPK Standar per ha

13

BOCA-PLUS (kg)

Urea

(kg) SP-36

KCL

A B C D E F G H I J

KONTROL 0 BOCA-PLUS + 1NPK 1 BOCA-PLUS + 0 NPK BOCA-PLUS + 1 NPK 1 BOCA-PLUS + NPK 1 BOCA-PLUS + NPK 1 BOCA-PLUS + NPK 1 BOCA-PLUS + 1 NPK 1 BOCA-PLUS + 1 NPK 2 BOCA-PLUS + 1 NPK

0 0 500 250 500 500 500 500 750 1000

0 100 100 25 50 75 100 100 100

0 100 100 25 50 75 100 100 100

0 75 75 18,75 37,50 56,25 75 75 75

Keterangan : 1) Dosis anjuran pupuk anorganik adalah: 100 kg Urea (45 % N) + 100 kg SP36 (36 % P2O5) + 75 kg KCl (50 % K2O) 2) per hektar.

Dosis per petak masing-masing perlakuan tertera (Lampiran 6).

Rancangan Respon Pengamatan yang dilakukan terdiri dari pengamatan utama yang dianalisis secara statistik dan pengamatan penunjang yang tidak dianalisis secara statistik. Pengamatan utama terdiri dari :1)

Kandungan P-Potensial tanah pada saat tanaman mencapai vegetatif akhir (Lampiran 7).

2)

Kandungan N-total tanah pada saat tanaman mencapai vegetatif akhir (Lampiran 8).

3) 4)

Serapan N (Lampiran 9). Hasil tanaman pakchoy (Brassica chinensis, L.), dinyatakan dalam bobot segar tanaman per petak (t ha-1). Pengamatan penunjang terdiri dari :

14

1) 2)

Analisis tanah awal Fluventic Eutrudepts (Lampiran 1). Analisis komposisi dan kandungan hara pada BOCA-PLUS (Lampiran 10).

3)

Pengamatan gejala serangan hama dan penyakit tanaman mulai dari awal penelitian hingga masa panen

4)

Pertumbuhan tanaman pakchoy (Brassica chinensis, L.) meliputi tinggi tanaman, lebar tajuk dan jumlah daun.

Rancangan Analisis Analisis data percobaan akan dilakukan berdasarkan Model linear dari Rancangan Acak Kelompok faktor tunggal sebagai berikut (Gomez dan Gomez, 1995) : Yij = + i + ij + ij Keterangan : Yij i ij = Varians yang diamati = Nilai rata-rata umum = Pengaruh perlakuan ke-i = Pengaruh kelompok ke-j

ij= Pengaruh Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada kelompok ke-j Berdasarkan rancangan analisis, maka disusun Tabel Daftar Sidik Ragam sebagai berikut : Tabel 2. Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok Faktor Tunggal Sumber Ragam DB JK KT F hitung

15

Ulangan Perlakuan Galat Total

(r-1) = 2 (t-1) = 9 (t-1)(r-1) = 18 (tr-1) = 29

JKU JKP JKG JKT

KTU KTP KTG

KTU/KTG KTP/KTG

Sumber : Gomez dan Gomez (1995) Pengujian signifikan untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan uji Fisher pada taraf nyata 5%. Apabila terdapat perbedaan yang nyata, pengujian dilanjutkan dengan uji Duncan taraf nyata 5% (Gomez dan Gomez,1995). Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tanam Persiapan lahan dilakukan dengan mencangkul permukaan tanah sedalam 20-25 cm guna memperbaiki aerasi tanah sehingga kondisi tanah siap untuk ditanami. Pada lahan tersebut dibuat saluran pembuangan agar tidak terjadi penggenangan. Setelah selesai pengolahan kemudian dilakukan pembuatan petak-petak percobaan dengan ukuran petak 1 m x 2 m = 2 m2 sebanyak 30 petak sesuai dengan rancangan perlakuan. Jarak antar petak dan jarak antar ulangan (kelompok) adalah 0,75 m. Sedangkan untuk jarak tanam sebesar 20 x 20 cm. Pesemaian Benih disemai pada tanah Inceptisols asal Jatinangor dengan mambuat petakan sebagai media semai dengan luas 2 m2 kemudian ditambahan arang sekam dengan ketebalan 1-2 cm, dengan tujuan untuk mempermudah proses pindah tanam dari persemaian ke lahan. Benih disebar langsung di atas permukaan

16

media semai ( 2000 tanaman). Penyiraman dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore hari), dengan menggunakan sprayer selama 15 hari untuk menjaga ketersediaan air pada media semai. Penanaman Bibit dipindah tanamkan dari persemaian setelah berdaun tiga sampai empat helai (umur 15 hari). Pencabutan bibit dilakukan dengan melakukan penyiraman petak benih dengan air, kemudian benih dicabut beserta akarnya. Bibit ditanam pada lubang yang telah disiapkan, dengan jarak tanam 20 x 20 cm, sehingga satu petak percobaan terdapat 50 tanaman. Apabila ditemukan tanaman yang mati pada saat pindah tanam baik yang disebabkan oleh kegagalan adaptasi tanaman, maupun oleh serangan hama, dilakukan penyulaman dengan bibit baru dari persemaian. Pemupukan Dalam penelitian ini digunakan dua jenis pupuk yaitu pupuk organik (padat curah) dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, KCl). Pupuk organik padat curah diberikan bersamaan dengan pupuk SP-36 dan KCl, pada saat lahan selesai diolah dan diberikan dengan cara disebar ke petakan sesuai dengan dosis perlakuan yang telah ditentukan. Pupuk Urea diberikan dengan cara disiramkan ke permukaan tanah pada daerah perakaran. Pupuk urea dibagi menjadi dua bagian masingmasing setengah dosis, kemudian dicairkan dengan air sebanyak 4 liter, diberikan sebanyak dua kali pada waktu 7 HST dan 21 HST.

17

Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan dengan cara mengendalikan gejala serangan hama dan penyakit tanaman serta penyiangan terhadap gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pemberian pestisida organik. Jika jumlah hama yang menyerang tidak terlalu banyak, tetapi kerusakan tanaman pakchoy hampir mendekati 15%, maka perlu dilakukan penyemprotan dengan pertisida organik (Florbac fc dan matador). Rumput dan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman pakchoy disiangi dengan cara dicabut langsung atau dengan memakai alat pertanian seperti kored dan cangkul. Selain sebagai pesaing pokok dalam menyerap unsur hara dari tanah, rumput dan gulma juga dapat menjadi tempat berkembang biak hama ulat. Penyiraman dilakukan setiap hari untuk menjaga agar kelembaban tanah selalu stabil. Penyiraman ini dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Pemanenan dan Pascapanen Ciri-ciri tanaman pakchoy siap panen umumnya adalah daun-daun muda dan tanamannya berukuran berukuran besar, padat dan kompak. Biasanya pelaksanaan panen yaitu pada saat tanaman berumur 35 HST. Pakchoy dicabut dan dipotong bagian pangkal batangnya menggunakan pisau, setelah itu dicuci dan ditimbang bobot segarnya untuk setiap perlakuan. Pengambilan Contoh Tanah Pengambilan contoh tanah dan tanaman untuk dianalisis di laboratorium dilakukan pada fase panen (35 HST). Sifat kimia tanah yang dianalisis yaitu, Ntotal dan P-potensial. Analisis tanaman dilakukan untuk parameter serapan-N tanaman.

18

Contoh tanaman yang diambil adalah seluruh bagian tanaman (tanaman yang telah diberi ajir) di atas permukaan tanah, tanpa akarnya. Contoh tanah diambil dari setiap petak perlakuan, dilakukan secara acak di dalam petak percobaan di sekitar daerah perakaran tanaman dengan menggunakan cangkul kecil pada kedalaman 0 20 cm diambil sebanyak 4 titik. Contoh tanah diaduk secara merata kemudian diambil sebanyak 500 g. Contoh tanah kemudian didiamkan di gudang penyimpanan dengan ventilasi yang baik sehingga didapatkan sampel tanah yang kering udara. Analisis tanah serta analisis tanaman dilaksanakan di laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor Kabupaten Sumedang.

19

DAFTAR PUSTAKA

Anita Maryam, Anas D. Susila, dan Juang G. Kartika. 2008. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Sayuran Di Dalam Nethouse. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/35830/MAKALAH %20ANITA%20M.pdf?sequence=1 ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011) Barker AV and DJ Pilbeam. 2007. Hand Book of Plant Nutrition. CRC Press. New York. Djuniwati, S., A. Hartono dan L. T. Indriyati. 2003. Pengaruh Bahan Organik (Pueraria javanica) dan Fosfat Alam Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays) pada Andisol Pasir Sarongge. Jurnal Tanah dan Lingkungan, 5: 16-22. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtanah/article/viewFile/2333/1340 (Diakses pada tanggal 3 Mei 2011). Direktorat Jendral Hortikultura. 2008. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Periode 2003-2007. Departemen Pertanian. http://hortikultura.go.id/index.php?option=com_wrapper&Itemid=231 ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011) Gomez, K.A., dan Gomez, A. A. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia, Jakarta. Handayanto E dan Ismunandar S. 1999. Seleksi bahan organik untuk peningkatan sinkronisasi nitrogen pada ultisol, Lampung. Habitat II (109), hal. 37-47. Junita, F., Sri M., dan Dody K. 2002. Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan Takaran Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakchoi. Ilmu Pertanian Vol.9 No. 1 hal : 37-45. i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=5818. ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011) Kariada, I.K., N.L. Kartini, dan I.B. Aribawa. 2003. Pengaruh Pupuk Organik Kascing (POK) dan NPK Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Hasil kacang Panjang di Lahan kering Desa Pegok Kabupaten Bandung. Makalah Seminar Nasional Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan Marginal Melalui Inovasi Tekonologi Tepat Guna.

20

http://docs.google.com/viewer? a=v&q=cache:hbyrI6YLs64J:ntb.litbang.deptan.go.id/in/2004/TPH/pengaru hpupuk.doc+Pengaruh+Pupuk+Organik+Kascing+(POK) +dan+NPK+Terhadap+Sifat+Kimia+Tanah+dan+Hasil+kacang+Panjang+di +Lahan+kering+Desa+Pegok&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESjTG0 q_vOD1Q72yvD660G_UQIGLVG1CEuaL9sMsk0cIM9dyVpyGaNmnfsY SUA0poXP8bWytN4fNJUpXsDEKtGkmy5oWOeExEBwOifSDJZ2bxABP 43_NJkjwUs8P62BVddNK&sig=AHIEtbR9yqcYaktpMO3Y7yPGnCrfSvn OXA. ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011) Kresnatita, S., Koesriharti dan Santoso, M. 2009. Aplikasi Pupuk Organik dan Nitrogen Pada Jagung Manis. Agritek Vol. 17 No. 6 http://docs.google.com/viewer? a=v&q=cache:ZmrHd0YkoQMJ:images.soemarno.multiply.multiplycontent .com/attachment/0/TBSqywooCzYAACA9CQ81/PENGARUH %2520PEMBERIAN%2520PUPUK%2520ORGANIK%2520DAN %2520NITROGEN%2520PADA%2520JAGUNG%2520MANIS.DOC %3Fkey%3Dsoemarno:journal:171%26nmid %3D342906002+perlakuan+kombinasi+pupuk+organik+dan+urea,susi+200 9&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESimojSjGfeovF5-Zvx5dZ_ris_rj8kmG2IlLXSlF1ecZKpOJIW0mCoY2IA_Fhjz96gEGdTOniht6uMCgQ wrkethCrWGwkKWck08CkpKqGTevpEm58IpPdcKcafoCwFtEJJpf&sig= AHIEtbT7oLCGweFJ4BO8bjF_HYEkV_b9_A. ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011) Machfud.M, Soenardi, dan Fitriningdyah T. 1995. Pengaruh Dosis Pupuk N dan P Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Wijen Galur Pachequino di Lahan Tadah Hujan. Jurnal Littri Vol.11 No 1. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21964349.pdf. ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011) Mariam, S dan Hudaya, R. 2002. Pengaruh Pupuk Organik dan SP-36 Terhadap Beberapa Sifat Kimia Andisols Serapan P dan Hasil Tanaman Kubis. Soilrens Vol 3 No 6 Desember 2002 : 275282.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/03/5_pengaruh_pup uk_organik_dan_sp-36_terhadap_beberapa_sifat_kimia_andisols.pdf. ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011) Maryati dan Soni Isnaini. 2007. Respons Bunga Matahari yang Dipupuk Nitrogen dan Fosfor Berbagai Dosis. Jurnal Agrivigor 6(3): 178188. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6307178188.pdf. ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011)

21

Nyinareza, J and S. Snapp. 2007. Integrated management of inorganic and organic nitrogen and efficiency in potato systems. Soil Sci. Soc. Am. J. 71: 15081515. http://docs.google.com/viewer? a=v&q=cache:K49nVBM2AvIJ:210.212.229.5/digital_lib/journals/ssaj/vol7 1_2007/pdf/1508.pdf+Integrated+management+of+inorganic+and+organic+ nitrogen+and+efficiency+in+potato+systems&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid= ADGEESjRDq2A7Ag9L6BUaGKZGSFDC6e_uWbAxylrx2Yzd0dCklJn8YKjolsnR20ZvOc0RgmlsA5H85Wm3dPBibZf8N3I9DuMnGQpC MpGR9UM8dGSYCuvCcOLGEdF6x6jweLVAgMb8p5&sig=AHIEtbQFl GR18N8-xbuMKWuOnEEeiZm6Qw. ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011) Rukmana, R. 1995. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta Sofyan, E., Mulyani, O., Sandrawati, A. 2007. Pengaruh Kompos Sampah Kota dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata) Pada Fluventic Eutrudepts Asal Jatinangor Kabupaten Sumedang. Artikel Ilmiah. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/03/pengaruh_kompos_sampah_kota_dan_pupuk_kan dang_ayam.pdf. ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011) Subhan, N. Nurtika, dan N. Gunadi. 2009. Respons Tanaman Tomat terhadap Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 15-15-15 pada Tanah Latosol pada Musim Kemarau. Jurnal Hortikultura 19(1):40-48. (Diakses pada tanggal 3 Mei 2011) http://balitsa.litbang.deptan.go.id/ind/sites/default/files/Download/Subhan %20tomat%20kemarau2009.pdf. ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011) Sudirja R, dkk. 2007. Respons beberapa sifat kimia fluventic eutrudepts melalui pendayagunaan limbah kakao dan berbagai jenis pupuk organik. Lembaga Penelitian Universitas Padjadajaran. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/03/respon_beberapa_sifat_kimia_fluventic_eutrudepts .pdf. ( Diakses pada tanggal 11 Mei 2011) Suyono, dkk. 2006. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dan RR-Print, Bandung. Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. PT Agromedia Pustaka, Jakarta. Yamaguchi, Mas dan Rubatzky. 1998. Sayuran Dunia 2. Penerbit ITB, Bandung.

22

DAFTAR LAMPIRAN

22

Lampiran 1. Analisis Sifat Kimia dan Fisik Inceptisols asal Jatinangor Sifat Tanah pH H2O (1:2,5) pH KCl (1:2,5) C-Organik N-Total C/N-ratio P2O5 Tersedia P2O5 Potensial K2O Potensial KTK H-dd Al-dd Kejenuhan Basa Kejenuhan Al Susunan Kation Ca-dd Mg-dd K-dd Na-dd Tekstur Pasir Debu Liat Satuan Metoda Elektrometri, pH meter Elektrometri, pH meter Walkley & Black Kjeldahl Olsen HCl 25% HCl 25% NH4OAc KCl 1 N KCl 1 N Hasil1) 5,35 4,49 1,37 0,12 11 3,51 16,57 7,24 13,75 2,13 0,26 6,84 7,81 Kriteria2) Masam Masam Rendah Rendah Sedang Sangat Rendah RendahSangat Rendah

(%) (%) (ppm P) (mg 100 g-1) (mg 100 g-1) (cmol kg-1) (cmol kg-1) (cmol kg-1) (%) (%)

Rendah Sangat rendah Rendah

(cmol kg-1) (cmol kg-1) (cmol kg-1) (cmol kg-1) (%) (%) (%) Pipet

0,17 0,29 0,13 0,35 4 11 85

Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah Rendah

Liat

Keterangan : 1) Hasil analisis Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, Ilmu Tanah UNPAD (2011). Sumber : 2) Pusat Penelitian Tanah (1985) dalam Sarwono Harjowigeno (2003)

23

Lampiran 2. Deskripsi Profil Tanah Inceptisols Jatinangor Deskripsi Ordo Sub Ordo Great Group Sub Group Lokasi Administrasi : : : : : Keterangan Inceptisols Udepts Eutrudepts Fluventic Eutrudepts Kebun Percobaan Pengelolaan Tanah dan Air, Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Elevasi Lereng Relief Mikro Kenampakan Permukaan Tanah Bahan Induk Drainase Tanah Muka Air Tanah Erosi Penggunaan Lahan Zona Agroklimat : : : : Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. 700 m dpl 4%, lereng arah bawah. Rata-rata, 20-50 cm Tidak berbatu, tidak berkerakal, tidak

berkerikil, diolah : Abu Volkan, andestik (di atas) : Baik, permeabilitas sedang : : : : permukaan sedang. Tidak ada informasi kedalaman Erosi permukaan dan alur sedang Rumput, lahan tegalan C2 (Oldeman)

aliran

Lapisan Horison Ap1 Kedalaman (cm) 0-8 Uraian Cokelat gelap (7,5 YR 3/2 ) ; Lembab, gembur ; Liat ; Lemah, halus, remah ; Pori makro sedikit ; Akar sedang,sangat banyak ; Batas sangat jelas, rata; fauna sedikit.

24

Cokelat gelap (7,5 YR 3/4 ) ; Lembab, gembur ; Liat ; Sedang, halus, remah ; Pori makro sedikit ; Akar halus, banyak ; Batas baur, rata. Cokelat gelap (7,5 YR 3/4 ); Lembab, gembur ; Liat; Sedang, halus, remah, Pori makro sedikit ; AB 26-40 Akar halus, sedikit ; Batas baur, rata ; Fauna sedikit. Merah Kekuningan (5 YR 4/6); Lembab, teguh ; BA 41-60 Liat; Sedang, halus, remah; Pori makro sedikit; Akar halus sedikit; Batas baur, rata. Merah Kekuningan (5 YR 4/6); Lembab, teguh; Liat ; Sedang, halus, gumpal membulat; Pori Bt1 61-80 makro sedikit; Akar halus, sedikit; Batas baur, rata ; Fauna sedikit. Merah Kekuningan (5 YR 4/6); Lembab, sangat teguh; Liat; Sedang, halus, gumpal bersudut; Pori Bt2 81-95 makro sedikit; Akar halus, sedikit; Batas baur, rata. Nodul (Mn) sedikit, kecil. Merah Kekuningan (5 YR 4/6); Lembab, sangat teguh; Liat; Sedang, halus, gumpal bersudut; Pori Bt3 96-130 makro sedikit; Akar halus, sedikit; Batas baur, rata. Merah Kekuningan (5 YR 4/6); Lembab, teguh; BC 131-145 Liat; Sedang, halus, gumpal bersudut; Pori makro sedikit; Batas baur, rata. Merah Kekuningan (5 YR 4/6); Lembab,teguh; CB 146-170 Liat; Sedang, halus, gumpal bersudut; Pori makro sedikit; Akar halus, sedikit; batas baur, rata. Merah Kekuningan (5 YR 5/6 ); Lembab teguh ; C 170-. Liat ; Sedang, baik, gumpal bersudut; Nodul (Mn) sedikit, kecil ; Batas baur, rata. Keterangan : Deskripsi dilakukan oleh Ridha Hudaya ( 19 April 2010). Ap2 9-25

25

Lampiran 3. Klasifikasi Pakchoy (Brassica chinensis, L.) atau Sawi Hijau Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Species Bentuk daun Warna daun Bentuk daun Panjang daun Warna batang Potensi hasil : Spermatophyta : Angiosperma : Dicotyledonae : Rhoedates (Brassicales) : Cruciferae (Bassicaceae) : Brassica : Brassica chinensis, L. : Agak moval, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tidak membentuk kepala. : Hijau tua mengkilat. : Bertangkai, ujungnya membulat. : 15 20 cm : Hijau muda keputihan. : 20 30 ton bobot daun segar per hektar.

Tinggi tanaman : 15 30 cm

Bentuk batang : Gemuk dan berdaging seperti sendok.

Sumber : Yamaguchi dan Vincent (1998). Syarat Tumbuh : 1) Tipe tanah : lempung sampai lempung berpasir, gembur, dan mengandung bahan organik. 2) 3) 4) Kemasaman tanah optimum : 5,5 - 6,8 Ketinggian tempat : 100 1000 m dpl. Persyaratan lain : lokasi penanaman terbuka dan drainase baik.

Sumber : Wahyudi (2010).

26

Lampiran 4. Deskripsi Pakchoi (Brassica chinensis, L. )

Deskripsi Asal Galur Umur Tinggi Tanaman Bentuk Tanaman Bentuk Batang Warna Batang Bentuk Daun Warna Daun Keadaan bulu Tangkai Daun Warna Tangkai Daun Ukuran Daun Bentuk Krop Kekuatan Daun Bentuk polong Jumlah/polong Bobot 1000 biji Sistem perakaran Warna bunga Bentuk Biji Warna Biji Kadar Protein Kadar Lemak

Keterangan : Introduksi dari Takii Seed : Green Pakchoi : 45 hari : 15 30 cm : Agak Oval : Pendek, bulat membesar bagian bawah : Putih : Ujung daun membulat, tebal : Hijau tua, urat daun berwarna putih : Tidak berbulu : Lebar pipih : Putih : 15 20 cm : Membulat : Kuat : Memanjang dan berongga : 2-8 butir :2g : Radix primaria : Kuning : Bulat dan kecil : Coklat kehitaman : 1,8/100 g : 0,3/100 g

Sumber : Yamaguchi dan Rubatsky (1998).

Lampiran 5. Jenis dan Komposisi Kandungan Unsur BOCA-Plus

27

No.

Parameter

Satuan

Nilai

Metode

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

C-Organik C/N Bahan ikutan Kadar air Logam berat : As Hg Pb Cd pH Kandungan Total : N P2O5 K2O Mikroba

% % % ppm ppm ppm ppm % % %

20,61 17,92 23,81 0,10 0,08 3,72 12 10 25 maks 2 4 12 13 - 20

5.

29

As Hg Pb Cd 6. 7. pH Kadar total - P2O5 K2O

Ppm Ppm Ppm Ppm %

10 1 50 10 48


Top Related