perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGALIKAN BILANGAN
PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
(COOPERATIVE LEARNING) TEKNIK NHT (NUMBERED
HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2010 / 2011
SKRIPSI
Oleh :
NURMAN YUSUF
K7107041
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGALIKAN BILANGAN
PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
(COOPERATIVE LEARNING) TEKNIK NHT (NUMBERED
HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 01 JATEN KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2010 / 2011
Oleh :
NURMAN YUSUF
K7107041
skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul
MENGALIKAN BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TEKNIK NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
01 JATEN KARANGANYAR
Oleh:
Nama : Nurman Yusuf
NIM : K7107041
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Rabu
Tanggal : 11 Mei 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
MENGALIKAN BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TEKNIK NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
01 JATEN KARANGANYAR
Oleh:
Nama : Nurman Yusuf
NIM : K7107041
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 1 Juni 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Nurman Yusuf. NIM K7107041. Peningkatan Kemampuan
Mengalikan Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning) Teknik NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa
Kelas V SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. 2011.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah Untuk meningkatkan
kemampuan mengalikan bilangan pecahan dengan penerapan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik NHT (Numbered Heads
pada siswa kelas 5 SD Negeri 01 Jaten, Jaten, Karanganyar tahun
ajaran 2010 / 2011.
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 01
Jaten Karanganyar, tahun pelajaran 2010/ 2011 yang terdiri dari 35
siswa.Sedangkan objeknya adalah kemampuan siswa dalam mengalikan bilangan
pecahan.Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan model siklus.Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap
siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
dokumentasi, wawancara bebas terpimpin, dan tes.Validitas data yang digunakan
adalah, trianggulasi data, trianggulasi metodologis, trianggulasi peneliti,
trianggulasi teoretis, dan review informan.Teknik analisis data yang digunakan
adalah model analisis teknik deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika melalui Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik
NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jaten, Jaten
Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011 dapat meningkatan kemampuan
mengalikan bilangan pecahan. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 51,95 dengan persentase ketuntasan
klasikal sebesar 38,7% meningkat menjadi 62,77 dengan persentase ketuntasan
klasikal sebesar 56,45% pada siklus I. Pada siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 65,725 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 67%.
Setelah dilakukan Post Test nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,8 dengan
persentase 87,1%. Peningkatan ketuntasan siswa dari prasiklus sampai siklus II
sebesar 15,55%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRACT
Nurman Yusuf. NIM K7107041. Improving Numbers Fractions Multiplying
Through Cooperative Learning (Cooperative Learning) Techniques NHT
(Numbered Heads Together) In Class V Elementary School 01 Jaten
Karanganyar in Academic Year 2010/2011. Skripsi.Surakarta: Teacher
Training and Education Sebelas Maret University of Surakarta. 2011.
The purpose of this classroom action research is to improve the ability to
multiply fractions with the application of learning model of cooperative learning
(cooperative learning) techniques NHT (Numbered Heads Together) in the 5th
grade students Elementary School 01 Jaten Karanganyar academic year
2010/2011.
This classroom action research subjects are students in grade IV
Elementary School 01 Jaten, Karanganyar, the academic year 2010/2011 which
consisted of 35 students. While the object is the ability of students in multiplying
fractions. Forms of this study was classroom action research using the model
cycle. This research was conducted in two cycles. Each cycle consists of 4 stages:
planning, implementation of action, observation, and reflection. Data collection
techniques used were observation, documentation, free guided interviews, and
tests. The validity of data used, data triangulation, methodological triangulation,
researcher triangulation, theoretical triangulation, and reviews of informants. The
data analysis technique used is descriptive analysis model technique.
Based on the results of this study concluded that learning mathematics
through Cooperative Learning (Cooperative Learning) Techniques NHT
(Numbered Heads Together) In Class V Elementary School 01 Jaten, Jaten,
Karanganyar in Academic Year 2010/2011 can improving the ability to multiply
fractions. This is evident in the initial conditions prior to the act of the average
value of 51.95 with the percentage of students the classical completeness of
38.7% increased to 62.77 with a percentage of classical completeness of 56.45%
in cycle I. In cycle II, the average grade increased to 65.725 with classical
completeness percentage of 67%. After Post Test class average value increased to
77.8 with a percentage of 87.1%. Increasing students' mastery of pre cycle to
cycle II of 15.55%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
MOTTO
Jika kegagalan bagaikan hujan dan kesuksesan bagaikan matahari,
maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi
(Ust. Yusuf Mansyur).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengharap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
dan dengan segenap hati yang paling dalam,
kupersembahkan skripsi ini kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi
dukungan moril dan materiil.
2. Guru-guruku
3. Sahabat-sahabatku terima kasih atas
persahabatan tulus dari kalian.
4. Rekan-rekan S1 PGSD angkatan 2007
5. Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkah,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Peningkatan Kemampuan Mengalikan Bilangan Pecahan
Melalui Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)Teknik NHT (Numbered
Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jaten, Karanganyar Tahun
Ajaran 2010 / 2011
Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melakukan
penelitian dan guna memperoleh gelar Sarjana pada program PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyusun proposal ini, tentunya penulis tidak lepas dari bantuan
maupun kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Drs. H. Kartono, M.pd selaku kepala program S1 PGSD.
2. Drs. Hasan Mahfud, M.pd selaku sekretaris program S1 PGSD.
3. Dra. Mg.Dwijiastuti, M.Pd selaku dosen pembimbing I.
4. Prof.Dr.Retno Winarni, M.Pd selaku dosen pembimbing II.
5. Sutarno, S.P.d, selaku kepala sekolah SD Negeri 01 Jaten.
6. Susanto selaku guru kelas V SD Negeri 01 Jaten.
7. Ayah dan ibu yang memberikan dukungan baik berupa moral maupun materi.
8. Semua pihak-pihak yang telah ikut membantu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih
jauh dari sempurna.Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun guna penyempurnaan tugas ini.Penulis tetap berharap
laporan tugas ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri khususnya serta
pembaca pada umumnya.
Surakarta, Mei 2011
Penulis
NY
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DARTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
PERSETUJUAN ...................................................................................................... iii
PENGESAHAN ....................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DARTAR TABEL ................................................................................................... xiii
DARTAR GAMBAR .............................................................................................. xv
DARTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi
DARTAR FOTO ..................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 7
A. KAJIAN TEORI ..................................................................................... 7
1. Hakikat KemampuanMengalikan Bilangan Pecahan .................... 7
a. Pengertian Kemampuan ............................................................ 7
b. Pengertian KemampuanMengalikan ......................................... 8
c. Kemampuan Mengalikan Bilangan Pecahan ........................... 9
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning metode Numbered
Heads Together (NHT) ........................................................................ 11
a. Pengertian Model Pembelajaran ................................................ 11
b. Macam macam Model Pembelajaran ..................................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
c. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning ........... 14
d. Unsur-unsur Dasar Model Pembelajaran Kooperatif ............. 15
e. Sintak Model Pengajaran Kooperatif ....................................... 17
f. Macam-macam Teknik Pembelajaran Kooperatif ................... 18
g. Pengertian Numbered Heads Together(NHT) ............................ 18
h. Langkah-langkah pembelajaran Numbered
Heads Together(NHT) ................................................................. 20
i. Pembelajaran Perkalian Pecahan di SD kelas V ..................... 24
B. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 29
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 31
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 33
BAB IIIMETODE PENELITIAN .......................................................................... 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 34
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................................. 35
C. Subyek Penelitian .................................................................................... 35
D. Sumber Data ............................................................................................ 36
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 36
F. Validitas Data .......................................................................................... 38
G. Indikator Kinerja .................................................................................... 39
H. Analisis Data ............................................................................................ 40
I. Prosedur Penelitian ................................................................................. 40
a. Rancangan Siklus I ...................................................................... 41
b. Rancangan Siklus II .................................................................... 43
c. Tes Akhir ...................................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................. 46
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................... 46
B. Deskripsi Kondisi Awal .......................................................................... 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
C. Deskripsi Hasil Siklus I .......................................................................... 48
a. Tahap Perencanaan Tindakan .................................................. 49
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ................................................... 50
c. Tahap Observasi ......................................................................... 51
d. Tahap Refleksi ............................................................................. 61
D. Deskripsi Hasil Siklus II ......................................................................... 64
a. Tahap Perencanaan Tindakan .................................................. 65
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ................................................... 65
c. Tahap Observasi ......................................................................... 67
d. Tahap Refleksi ............................................................................. 75
E. Tahap Tes Akhir ...................................................................................... 78
F. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 80
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................................. 86
A. Simpulan ................................................................................................... 86
B. Implikasi ................................................................................................... 86
C. Saran ......................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 90
LAMPIRAN ............................................................................................................. 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DARTAR TABEL
Tabel 1 sintak pengajaran kooperatif menurut Agus Suprijono ....................... 17
Tabel 2. Jadwal penyusunan skripsi ................................................................. 34
Tabel 3. Daftar nilai kemampuan mengalikan bilangan peserta didik
kelas V pada kondisi awal ................................................................................ 47
Tabel 4. Kemampuan mengalikan bilangan peserta didik kelas
V pada kondisi awal ......................................................................................... 53
Tabel 5. Rekapitulasi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 54
Tabel 6. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 53
Tabel 7. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I ...................... 56
Tabel 8. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I ........... 56
Tabel 9. Rekapitulasi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 59
Tabel 10. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 59
Tabel 11. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II ................... 61
Tabel 12. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II ....... 61
Tabel 13. Rekapitulasi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 69
Tabel 14.Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 70
Tabel 15. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan I ................... 71
Tabel 16. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan I ....... 72
Tabel 17. Rekapitulasi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 74
Tabel 18. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 75
Tabel 19. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan II .................. 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
Tabel 20. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan II ...... 77
Tabel 21. Rekapitulasi daftar nilai tes akhir..................................................... 79
Tabel 22. Distribusi frekuensi daftar nilai tes akhir ......................................... 79
Tabel 23. Rekapitulasi daftar nilai mengalikan bilangan pecahan ................... 81
Tabel 24. Rekapitulasi skor aktifitas peserdik ................................................. 81
Tabel 25. Rekapitulasi skor kinerja guru ......................................................... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DARTAR GAMBAR
Gambar 1.Perkalian bilangan bulat dalam Robert.E.Reys .............................. 8
Gambar 2. Contoh pecahan ............................................................................. 10
Gambar 3. Perkalian bilangan pecahan ........................................................... 25
Gambar 4. Gambar bilangan pecahan ........................................................... 26
Gambar 5. Gambar bilangan pecahan ........................................................... 26
Gambar 6. Gambar bilangan pecahan dan .................................................. 26
Gambar 7. Gambar bilangan pecahan dan pada tahap penyatuan ............. 27
Gambar 8. Perkalian bilangan pecahan dengan kertas berpetak ..................... 27
Gambar 9. Analisa perkalian dengan petak ..................................................... 28
Gambar 10. Kerangka berpikir ........................................................................ 33
Gambar 11. Grafik kemampuan mengalikan bilangan pecahanpeserta didik
kelas V pada kondisi awal ................................................................................ 48
Gambar 12. Grafik nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 55
Gambar 13. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I .......................... 56
Gambar 14. Grafik nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 60
Gambar 15. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II ......................... 62
Gambar 16. Grafik nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 70
Gambar 17. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I .......................... 72
Gambar 18. Grafik nilai pengamatan aspekkeretampilan sosial,
perilaku berkarakter dan psikomotor ............................................................... 75
Gambar 19. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I .......................... 77
Gambar 20. Grafik daftar nilai post tes ............................................................ 80
Gambar 21. Grafik daftar nilai mengalikan bilangan pecahan ........................ 81
Gambar 22. Grafik skor aktifitas siswa ........................................................... 82
Gambar 23 grafik skor kinerja guru ................................................................ 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DARTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus .......................................................................................... 92
Lampiran 2 RPP ............................................................................................... 94
Lampiran 3 Daftar Nama Peserdik Kelas V SD Negeri 01 Jaten
Tahun Ajaran 2010/2011 ................................................................................. 136
Lampiran 4 Daftar Nilai Kemampuan Perkalian Sebelum Penelitian ............ 137
Lampiran 5 Daftar Nilai Kemampuan Kognitif .............................................. 138
Lampiran 6 Daftar Pengamatan Aspek Psikomotor ........................................ 141
Lampiran 7Daftar Pengamatan Perilaku Berkarakter ..................................... 146
Lampiran 8Daftar Pengamatan Keterampilan Sosial ...................................... 152
Lampiran 9Lembar Observasi Kinerja Guru ................................................... 158
Lampiran 10Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Peserta Didik
Kelas V Pokok Bahasan Perkalian Bilangan Pecahan .................................... 162
Lampiran 11Wawancara Untuk Guru Sebelum Menggunakan Pembelajaran
KooperatifTeknik NHT ................................................................................... 170
Lampiran 12 Post Test .................................................................................... 172
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian ............................................................. 174
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DARTAR FOTO
1. Rabu, 2 Maret 2011 Siswa sedang Melakukan Pengerjaan Soal
Kelompok ............................................................................................. 174
2. Senin, 1 Maret 2011 Guru sedang Memberikan Arahan...................... 174
3. Senin, 1 Maret 2011 Suasana Kelas Saat Kegiatan Belajar Mengajar
Berlangsung ......................................................................................... 175
4. Senin, 1 Maret 2011 Suasana Belajar Bersama dalam Salah satu
Kelompok ............................................................................................. 175
5. Rabu, 2 Maret 2011 Siswa Mengerjakan Soal Latihan ....................... 176
6. Rabu, 9 Maret 2011 Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi ...................... 176
7. Rabu, 9 Maret 2011 Pemantauan dari Kepala sekolah ........................ 177
8. Rabu, 9 Maret 2011 Kepala Sekolah sedang Memantau Siswa .......... 177
9. Selasa, 1 Maret 2011 Arahan pada Siswa ............................................ 178
10. Rabu, 9 Maret 2011 Guru Menjelaskan Materi ................................... 178
11. Selasa, 1 Maret 2011 Guru dan Siswa Melakukan Latihan Bersama .. 179
12. Selasa, 1 Maret 2011 Siswa Mempresentasikan Soal .......................... 179
13. Selasa, 1 Maret 2011 Pembagian Soal pada Siswa .............................. 180
14. Selasa, 1 Maret 2011 Penunjukan Kelompok ...................................... 180
15. Rabu, 9 Maret 2011 Pengerjaan Lembar Kerja .................................... 181
16. Selasa, 1 Maret 2011 Pembentukan Kelompok ................................... 181
17. Selasa, 1 Maret 2011 Kerjasama Antarsiswa ....................................... 182
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di
masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, mata
pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan pada setiap
jenjang pendidikan dari mulai pendidikan dasar.
Mathematics is a tool (Robert.E.Reys, 1998:2). Matematika merupakan
sebuah alat yang digunakan untuk dapat mempelajari berbagai disiplin ilmu yang
lain. Sebagai contoh dasar dari ilmu alam dan pengembangan teknologi saat ini
adalah matematika.
Kenyataannya matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang
susah untuk dimengerti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang
kurang memuaskan. Selama ini umumnya siswa hanya bermodal menghafal
rumus untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Hal tersebut dikarenakan
matematika bersifat abstrak dan membutuhkan pemahaman konsep-konsep.
Mathematics is a study of patterns and relationship (Robert.E.Reys,
1998:2) dijelaskan bahwa matematika mempelajari tentang pola-pola dan
hubungan yang erat antar konsep yang satu dan konsep yang lain. Sebagai contoh
(3 + 2 = 5) maka (5 2 = 3). Contoh di atas merupakan pola dalam matematika
yang saling berhubungan.
Daftar nilai dari guru wali kelas lima tentang perkalian bilangan bulat
menunjukkan bahwa: Dari 31 siswa kelas 5 SD Negeri 01 Jaten terdapat 3 anak
yang mendapat nilai 100. Sebanyak 3 anak mendapat nilai 80. Sebanyak 2 anak
mendapat nilai 70. Sebanyak 4 anak mendapat nilai 60. Dan sisanya mendapat
nilai kurang dari 60. Jika dihitung rata-rata dari hasil nilai tersebut, rata-rata hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
nilai perkalian bilangan bulat hanya mencapai 55,8. Angka tersebut masih jauh
dari angka ketuntasan minimal yaitu 60,0.
Nilai-nilai di atas sungguh sangat ironis. Saat sebagian anak mendapat
nilai yang baik dengan sebaran yang merata, masih mendapatkan rata-rata yang
masih dibawah batas tuntas. Oleh karena itu, dilakukan pengamatan pembelajaran
matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 01 Jaten tahun ajaran 2010 / 2011.
Matematika mengenal empat pola operasi hitung dasar, yaitu penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dari keempat pola operasi hitung itu
terdapat hubungan pengembangan dan balikan. Perkalian adalah pengembangan
dari penjumlahan, dan pembagian adalah pengembangan dari pengurangan. Pola
perkalian merupakan kebalikan dari pembangian dan pengurangan merupakan
kebalikan dari penjumlahan. Jika salah satu operasi hitung bilangan tidak dikuasai
siswa, akan mengalami kesulitan pada tingkat yang lebih lanjut. Pada tingkat yang
lebih lanjut operasi hitung bilangan akan lebih kompleks. Penting bagi siswa
untuk dapat menguasai keempat operasi hitung dasar matematika.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keadaan belajar siswa kelas 5 SD
Negeri 01 Jaten dapat dikatakan kurang baik. Hal tersebut tercermin dari
rendahnya kualitas pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri 01 Jaten.
Adapun faktor penyebabnya antara lain: (1) situasi belajar yang kurang kondusif
yaitu siswa sering ramai sendiri dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Hal
seperti ini terjadi karena mobilitas guru yang kurang guru cenderung hanya berada
di depan kelas saja sehingga siswa yang duduk di belakang kurang mendapat
perhatian; (2) guru cenderung menyampaikan pembelajaran perkalian dengan
ceramah dan tugas saja, sehingga interaksi antara guru dengan siswa menjadi pasif
dan menyebabkan siswa menjadi cepat bosan; (3) minat siswa yang kurang dalam
mengikuti pembelajaran perkalian, hal ini terungkap dengan jelas karena ada
siswa sebagian besar siswa tidak memperhatikan penjelasan guru ada sebagian
siswa yang bicara dengan teman sebangku, bercanda dengan teman,
menelungkupkan kepala di atas meja, atau bertopang dagu; (4) guru kesulitan
dalam menemukan teknik yang tepat untuk mengajarkan materi perkalian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sehingga pembelajaran perkalian yang diajarkan saat ini kurang optimal; (5) guru
kurang termotivasi untuk menggunakan media pembelajaran yang bervariasi.
Kelima hasil pengamatan di atas dapat dapat dianalisis bahwa faktor utama
yang mengakibatkan kelemahan kemampuan perkalian pada kejenuhan siswa atas
model dan media yang pakai saat guru mengajar. Guru kurang dalam
menggunakan model dan media yang menyenangkan bagi siswa. Sebagai
akibatnya siswa akan merasa jenuh dan akan berujung pada ketidak mauan siswa
untuk mempelajari materi pelajaran. Hasil akhirnya adalah kemempuan siswa
menjadi rendah.
Media yang digunakan dalam mengajarkan materi perkalian dapat
beragam. Baik yang bersifat kongkrit maupun abstrak. Untuk siswa kelas 5 akan
lebih layak dengan media yang tergolong abstrak. Dalam tahap perkembangan
siswa kelas 5 seharusnya sudah dapat menggunakan imajinasinya dengan baik.
Adapun dengan menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan
menuntut partisipasi aktif siswa juga dapat dilaksanakan. Ada banyak model
pembelajaran yang dapat dipilih. Baik cooperative learning, contekstual learning,
ataupun yang lain. Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik dan
kegiatan masing-masing. Guru dapat menyesuaikan model pembelajaran yang
dipakai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa juga dengan kemampuan guru.
Salah satu materi yang menyangkut perkalian yang ada pada kelas 5
semester genap adalah perkalian bilangan bilangan pecahan. Bilangan Pecahan
adalah a a sedemikian sehingga a.
1/a = 1 (Yusuf Yahya, 1990:27). Bilangan pecahan tersusun atas bilangan bulat,
maka perhitungan perkalian bilangan bilangan pecahan dapat dikatakan sama
dengan perhitungan perkalian bilangan bulat.
Mengingat dalam sebaran nilai masih terdapat delapan anak yang
mendapat nilai lebih dari 65. Dapat diambil jalan untuk dapat meningkatkan rata-
rata nilai kelas dapat dilakukan dengan jalan diskusi kelompok heterogen. Salah
satu pendekatan yang menggunakan media diskusi kelompok heterogen adalah
model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) teknik Numbered Heads
Together (NHT). Menurut Trianto (2007:62) Numbered Heads Together (NHT)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dikembangkan pertama kali oleh Spenser Kagen untuk lebih banyak melibatkan
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajarn tersebut.
Salah satu tahap dalam teknik Numbered Heads Together (NHT) adalah
guru mengajukan pertanyaan secara acak sesuai dengan nomor yang dipakai oleh
masing-masing anggota kelompok. Dengan cara ini tanggung jawab dari tiap-tiap
anggota kelompok adalah sama. Sehingga dapat memupuk rasa ingin belajar.
Kelebihan teknik Numbered Heads Together (NHT) antara lain: (1) Semua
peserta didik aktif memikirkan jawaban, (2) Peserta didik mendapat pengetahuan
dari pikiran temannya, (3) Peserta didik bekerja sama secara kooperatif
Konsidi ini, siswa belajar materi perkalian bilangan pecahan dengan teknik
Numbered Heads Together (NHT). Dengan penunjukan acak tersebut diharapkan
siswa dapat memupuk rasa ingin belajar terhadap materi perkalian bilangan
pecahan. Hal itulah yang dimanfaatkan untuk dapat meningkatkan kemampuan
berhitung perkalian siswa kelas 5 SD Negari 01 Jaten.
Terjadinya perluasan masalah yang diteliti, perlu diketahui dalam penelitian
ini diterapkan batasan masalah sebagai berikut: (1) Kemampuan perkalian dalam hal
ini dibatasi pada kemampuan mengalikan bilangan bilangan pecahan. (2) Model
pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan konsep perkalian adalah
pembe;ajaran kooperatif (Cooperative Learning) Teknik NHT (Numbered Heads
Together).
Berdasarkan paparan masalah di atas, dapat ditarik untuk meneliti dengan
Peningkatan Kemampuan Mengalikan Bilangan Pecahan Melalui
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik NHT (Numbered Heads
Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jaten, Jaten, Karanganyar Tahun
Ajaran 2010 / 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
pakah penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Teknik
NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatan kemampuan mengalikan
bilangan pecahan pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Jaten, Jaten, Karanganyar
Tahun Ajaran 2010 / 2011
C. Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
Untuk meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan pecahan dengan
penerapan model pembelajaran pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
teknik NHT (Numbered Heads Together pada siswa kelas 5 SD Negeri 01
Jaten, Jaten, Karanganyar tahum ajaran 2010 / 2011.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dari hasil penelitian ini adalah agar penelitian ini
dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam hal pembelajaran
Matematika di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa.
1) Meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan pecahan.
2) Mengembangkan keterampilan sosial siswa.
3) Mengembangkan karakter siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
4) Mengembangkan kemampuan psikomotor siswa dalam belajar
menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads
Together (NHT)
b. Bagi Guru
1) Melatih guru dalam menggunakan pembelajaran kooperatif
teknik Numbered Heads Together (NHT).
2) Melatih guru mempersiapkan perangkat pembelajaran sebelum
pembelajaran dilaksanakan.
c. Bagi Sekolah
1) Menumbuhkan budaya meneliti di SD Negeri 01 Jaten yang
dilakukan oleh siapapun.
2) Mendapatkan sumbangan yang positif khususnya dalam
pembelajaran perkalian bilangan pecahan mata pelajaran
matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat Kemampuan Mengalikan Bilangan Pecahan
a. Pengertian Kemampuan
Desmita (2006:257) ability (kemampuan, kecakapan) merupakan suatu
istilah umum yang berkenaan dengan potensi untuk menguasai suatu
keterampilan. Seseorang dapat dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan
sesuatu keterampilan tertentu pada bidangnya.
Menurut Chaplin dalam . (http://digib.petra.ac.id).
kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
. merupakan kesanggupan
bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik
Lebih lanjut dipaparkan bahwa kemampuan (ability) adalah kesanggupan
atau kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang merupakan
bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktik dan digunakan untuk
mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakannya.
Robbins dalam (http://digib.petra.ac.id), menyatakan bahwa kemampuan
terdiri dari dua faktor, yaitu 1) Kemampuan intelektual (intelectual ability),
merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, 2) Kemampuan fisik
(physical intellectual), merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan
stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah keahlian dalam bidang tertentu yang dimiliki seseorang. Baik
berupa keahlian yang bersifat intelektual maupun yang bersifat fisik. Namun
dalam penelitian ini hanya dibatasi dalan keahlian yang bersifat intelektual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Pengertian Kemampuan Mengalikan
Operasi hitung dalam matematika ada empat yaitu: Penjumlahan,
Pengurangan, Perkalian, dan Pembagian. Mengalikan merupakan bentuk kata
-
bagai operasi hitung perkalian.
Perkalian adalah jika a dan b bilangan-bilangan cacah, maka a x b adalah
penjumlahan berulang yang mempunyai a suku dan tiap suku sama dengan b
(ST.Negoro dan B.Harahap, 1998:275). Dari penjelasan tersebut dapat dipelajari
bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang yang terdiri dari suku-suku
yang dikalikan. Sebagai contoh 3 x 5 = 5 + 5 + 5
Menurut Akbar Sutawidjaja (1993:259) perkalian adalah penambahan
bilangan yang sama berulang kali. Sebagai contoh adalah perkalian antara dua
bilangan cacah yaitu 3 x 5 itu sama halnya dengan 5 + 5 + 5. Dari pendapat yang
dikemukakan oleh dua ahli di atas maka terdapat persamaan yaitu perkalian
adalah penjumlahan berulang.
Quintero dalam Robert.E.Reys, (1998:149) menyatakan bahwa
multiplication is considered in terms of Cartesian product. Yang artinya adalah
perkalian dianggap dalam hal produk Cartesius. Dalam hal ini bahwa perkalian
dianggap sebagai banyaknya sesuatu yang dijumlahkan. Sebagai contoh adalah
perkalian antara 2 x 3. Menurut pendapat ini maka perkalian tersebut dapat
disajikan sebagai:
Gambar 1. Perkalian bilangan bulat dalam Robert.E.Reys
Pendapat lain yang menelaah tentang definisi perkalian adalah dari
http://www. encyclopedia. com/topic/multiplication. aspx#2 sebagai berikut
Multiplication by a whole number can be interpreted as successive
addition. For example, a number N multiplied by 3 is N+ N + N. In
general, multiplying positive numbers N and M gives the area of the
3
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
rectangle with sides N and M. The result of a multiplication is known as
the product. Numbers that give a product when multiplied together are
called factors of that product.
Perkalian oleh seluruh nomor dapat diartikan sebagai penambahan
berturut-turut. Sebagai contoh, nomor N dikalikan dengan 3 adalah N + N + N.
Pada umumnya, mengalikan positif angka N dan M memberikan luas persegi
panjang dengan sisi N dan M. Hasil dari perkalian ini dikenal sebagai produk.
Angka yang memberikan produk ketika dikalikan bersama-sama disebut faktor
produk tersebut.
Berdasarkan pandapat ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa
mengalikan adalah menjumlahan berulang yang melibatkan unsur-unsur yang ada
didalamnya. Unsur ini adalah bilangan, jadi secara gamblangnya mengalikan
adalah menjumlahan bilangan secara berulang.
Bertolak dari pengertian kemampuan adalah keahlian dalam bidang
tertentu yang dimiliki seseorang. Mengalikan adalah menjumlahan bilangan
secara berulang. Maka kemampuan mengalikan adalah keahlian seseorang untuk
dapat melakukan penjumlahan bilangan secara berulang.
c. Kemampuan Mengalikan Bilangan Pecahan
ST. Negoro (1998:260) menyatakan bahwa
Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu
keseluruhan, bagian dari suatu daerah, atau bagian dari suatu
himpunan. Apabila daerah lingkaran A dibagi menjadi 8 bagian
yang sama maka setiap bagian adalah seperdelapan dari seluruh
daerah. Lebih lanjutnya bahwa jika membagi bilangan cacah
dengan bilangan asli maka bagian tersebut disebut suatu bilangan
pecahan.
Pendapat tersebut menerangkan bahwa suatu bilangan pecahan terjadi
akibat pembagian suatu bilangan cacah dengan bilangan asli. Bilangan pecahan ini
juga dapat disajikan dalam bentuk yang bermacam-macam. Namun hanya
beberapa yang dipelajari dalam tingkat pendidikan dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Gambar 2. Contoh pecahan
Setiap bagian merupakan seperdelapan dari keseluruhan (gambar 2).
Maka dapat dituliskan sebagai . 1 sebagai bilangan cacah dan 8 sebagai bilangan
asli
Cholid (1999:148) yang menyatakan bahwa pecahan adalah
bentuk penulisan disebut pecahan dengan a dan b bilangan cacah dan b .
Dalam hal ini a disebut pembilang dan b disebut penyebut. Jika pendapat itu
ditelaah lebih dalam maka a adalah bilangan cacah dan b adalah bilangan cacah
selain 0. Bilangan cacah selain 0 disebut bilangan asli. Sama halnya dengan
menyebut bahwa bilangan pecahan berasal dari pembagian bilangan cacah oleh
bilangan asli.
Pendapat ini menelaah bahwa bilangan pecahan berbentuk maka
bilangan pecahan dapat dicontohkan dengan 1 dan 8 adalah bilangan cacah dan
. Bilangan pecahan memang suatu bilangan dengan penyebut yang tidak
mungkin 0. Jika bilangan pecahan dengan penyebut 0 ada maka hasilnya adalah
. Infinitive dapat diartikan sebagai bilangan yang nilainya tidak dapat
didefinisikan.
Pecahan juga dapat bilangan bulat, maka terdapat
bilangan , sedemikian sehingga a x adalah 1 (Yusuf Yahya, 1990:27). Dari
pengertian itu maka dapat ditelaah jika pecahan merupakan bagian dari bilangan
bulat yang jika dikalikan dengan kebalikannya adkan mendapatkan nilai 1.
Sebagai contoh: 5 x = 1 contoh lain adalah x = 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik simpulan
bahwa bilangan pecahan adalah suatu bentuk pembagian bilangan cacah dengan
bilangan asli.
Berpijak dari pengertian kemampuan mengalikan adalah keahlian
seseorang untuk dapat melakukan penjumlahan angka secara berulang. Bilangan
pecahan adalah suatu bentuk pembagian bilangan cacah dengan bilangan asli.
Maka dapat ditarik simpulan bahwa kemampuan mengalikan bilangan pecahan
adalah keahlian seseorang untuk dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari
pembagian bilangan cacah oleh bilangan asli secara berulang.
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning teknik Numbered Heads
Together (NHT)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran sehari-hari dilakukan oleh seorang guru. Dalam melakukan
tugas kesehariannya, seorang guru dituntut untuk dapat bekerja secara profesional.
Salah satu indikator keprofesionalitasan guru adalah mengajar secara
menyenangkan bagi siswanya. Pembelajaran secara menyenangkan dapat
dilakukan dengan menggunakan media yang tepat ataupun dengan menggunakan
model pembelajaran yang mengaktifkan siswa.
Joyce, et.al. dalam Trianto (2007:2) menyatakan bahwa
A model of teaching is a plan or pattern that we can use to design
face-to-face teaching in classrooms or tutorial settings and to
shape instructional materials including books, films, tapes, computer mediated programs and curriculum (longterm courses of
study). Each of model guides us as we design instruction to help
students achieve various obyectives.
Artinya model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang
dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di
dalam kelas atau mengatur tutorial untuk menentukan materi / perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film-film, program-program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
media komputer dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Setiap model
mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa
untuk mencapai berbagai tujuan.
The term model
refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax,
yang dapat diartikan bahwa istilah model
pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk
tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Model pembelajaran atau dikenal juga dengan model mengajar
merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing pengajaran di
kelas atau yang lain (Mulyani Sumantri, 2001:37). Dalam model pembelajaran
dapat dikatakan sebagai rencana dan pola pembelajaran yang sudah terprogram
untuk mengajarkan kepada siswa materi pelajaran. Kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar (Trianto, 2007:3)
Winataputra dalam Sugianto (2010:3) model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dalam
tingkatan operasional model pembelajaran dan strategi pembelajaran sering
dipertukarkan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu rangka rencana dan pola (konseptual) yang
digunakan membentuk suatu tatanan atau pola pengajaran. Termasuk di dalamnya
materi dan media, berdasarkan suatu pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Macam-macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran dalam perkembengannya terbagi menjadi beberapa
pendekatan atau pola. Dari beberapa model pembelajaran yang sudah diakui oleh
para perancang pembelajaran setidaknya memiliki kriteria yaitu: 1) tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat bahan atau materi ajar, 3) kondisi siswa,
4) ketersediaan sarana dan prasarana belajar (Sugiyanto, 2010:3).
Depdiknas dalam Sugiyanto (2010:4) menyebutkan ada 8 prinsip dalam
memilih strategi pembelajaran yaitu: 1) Berorientasi pada tujuan, 2) Mendorong
aktifitas siswa, 3) Memperhatikan aspek individual siswa, 4) Mendorong proses
interaksi, 5) Menantang siswa untuk berpikir, 6) Menimbulkan inspirasi siswa
untuk berbuat dan menguji, 7) Menimbulkan proses belajar yang menyenangkan,
8) Mampu memotivasi siswa belajar lebih lanjut.
Sugiyanto (2010:4) membagi model pembelajaran menjadi lima yaitu:
model pembelajaran konstekstual, model pembelajaran kooperatif, model
pembelajaran kuantum, model pembelajaran terpadu, dan pembelajaran berbasis
masalah.
Triyanto (2007:11) membagi ada empat model pembelajaran. Pembagian
model itu didasarkan pada karakteristik lingkungannya. Empat model
pembelajaran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Pengajaran Langsung, yang mempunyai karakteristik lingkungan
terstruktur secara ketat dan lingkungan berpusat pada guru, 2)
Pembelajaran Kooperatif, mempunyai karakteristik Fleksibel, demokratik
dan lingkungan berpusat pada guru, 3) Pengajaran Berdasarkan Masalah,
dalam pembelajaran model ini Fleksibel dan lingkungan berpusat pada
inkuiri menjadi karakteristik lingkungannya, 4) Strategi-Strategi Belajar,
dalam hal ini mempunyai karakteristik lingkungan yang reflekstif dan
menekankan pada belajar bagaimana belajar.
Sangat jelas dari paparan beberapa pendapat ahli di atas, salah satu model
pembelajaran yang ada adalah pambelajaran kooperatif (cooperative learning)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Model Pembelajaran Cooperative Learning
Model Cooperative Learning atau yang biasa disebut model
pembelajaran kooperatif merupakan revolusi dalam pengajaran di kelas.
Pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran gotong royong menggunakan
falsafah . Falsafah ini
menekankan pada pemahaman bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai
mahluk sosial manusia harus bekerja sama, karena manusia tidak dapat hidup
sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan kegiatan belajar, setiap siswa tidak
dapat melakukan kegiatan belajar tanpa adanya kerja sama dengan siswa yang
lain.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar (Sugiyanto, 2010:37). Dapat dikatakan bahwa pada pembelajaran
kooperatif ini yang ditekankan adalah kerjasama antar anggota dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif ini setiap anggota kelompok mendapatkan tugas
masing-masing yang harus dilaksanakan guna mencapai satu tujuan. Sementara
dalam pembelajaran kooperatif ini hanya mengenal satu tujuan. Sehingga mereka
bekerja sama dalam mencapai satu tujuan tertentu yang disebut tujuan
pembelajaran.
Dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang yang sederajat tetapi heterogen,
kemampuan, jenis kelamin, suku / ras dan satu sama lain saling membutuhkan
(Trianto, 2007:41). Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
berpikir dan kegiatan belajar. Dari pendapat ini ditunjakkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat menjadi jembatan agar dapat mejadikan pembelajaran mengenai
sasaran dengan cara melibatkan semua anggota yang ada dalam kelompok
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dengan
menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Keberhasilan dari model ini sangat
tergantung pada kemampuan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual
maupun dalam bentuk kelompok (Buchari Alma, 2009:81). Disini anggota
kelompok tidak hanya berkumpul. Melainkan ditonjolkan sisi kerjasamanya.
Itulah yang membedakan antara pembelajaran kooperatif dan belajar bersama.
Slavin (2005:40) pembelajaran kooperatif dapat memicu munculnya
melakukan semua atau sebagian besar dari seluruh pekerjaannya (dan
pembelajaran) sementara yang lainnya tinggal mengendarainya. Teori inilah yang
mendasari terciptanya pembelajaran kooperatif teknik numbered heads together
(NHT).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model belajar
kelompok yang mementingkan kerjasama antar anggota kelompok dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
d. Unsur-unsur Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Ada berbagai elemen yang merupakan
ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif. Tidak semua belajar kelompok
dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil
maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan.
Menurut Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) lima
unsur tersebut adalah:
a) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
b) Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan)
c) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
d) Inter personal skill (komunikasi antar anggota)
e) Group processing (pemrosesan kelompok)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Unsur pertama pengajaran kooperatif adalah saling ketergantungan
positif. Dalam unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada
dua pertanggungjawaban kelompok. Pertanggungjawaban itu meliputi
pertanggungjawaban mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan
menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang
Unsur kedua dari pengajaran kooperatif adalah pertanggungjawaban
individual. Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci yang
.
Unsur ketiga dari pengajaran kooperataif adalah interaksi promotif.
Unsur ini dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Agus Suprijono
(2009:60) menyebutkan ciri-ciri interaksi promotif adalah:
a) Saling membantu secara efektif dan efisien.
b) Saling member informasi dan sarana yang diperlukan.
c) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien.
d) Saling mengingatkan.
e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap
masalah yang dihadapi.
f) Saling percaya.
g) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
Unsur keempat dari pengajaran kooperatif adalah keterampilan sosial.
Untuk mencapai tujuan peserta didik harus saling mengenal, mampu
berkomunikasi secara akurat, saling mendukung, dan mampu menyelesaikan
konflik secara konstruktif.
Unsur kelima adalah pemrosesan kelompok. Melalui pemrosesan
kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan
kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan pemrosesan kelompok adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan
kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
e. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif yang belum dilaksanakan secara optimal
akan menimbulkan kekhawatiran bahwa pembelajaran kooperatif hanya akan
mengakibatkan kegaduhan di dalam kelas dan peserta didik tidak belajar jika
ditempatkan dalam kelompok. Supaya hal ini tidak terjadi, maka perlu dipahami
sintak model pengajaran kooperatif. Sintak model pengajaran koperatif terdiri dari
6 fase yang akan digambarkan dalam tabel dua berikut ini (Agus Suprijono,
2009:65):
Tabel 1 sintak pengajaran kooperatif menurut Agus Suprijono
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik.
Menjelaskan tujuan
pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik
siap belajar.
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi
kepada peserta didik secara
verbal.
Fase 3: Organize students into
learning teams
Mengorganisir peserta didik
kedalamtim-tim belajar.
Memberikan penjelasan
kepada peserta didik tentang
cara pembentukan tim belajar
dan membantu kelompok
melakukan transisi yang
efisien.
Fase 4: Asist team work and
study
Membantu kerja tim dan
belajar
Membantu tim-tim belajar
selama peserta didik
mengerjakan tugasnya.
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta
didik mengenai berbagai
materi pembelajaran atau
kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan.
Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi
individu maupun kelompok. Sumber : Cooperative Learning teori dan aplikasi paikem hal 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
f. Macam-macam Teknik Pembelajaran Kooperatif
Macam-macam teknik pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie
(2008:54-71) adalah sebagai berikut:
a. Make a Match
b. Bertukar Pasangan
c. Think-Pair-Share
d. Berkirim Salam dan Soal
e. Numbered-Heads-Together
f. Kepala Bernomor struktur
g. Two Stay Two Stray
h. Keliling Kelompok
i. Kancing Gemerincing
j. Keliling Kelas
k. Inside-Outside Circle
l. Tari Bambu
m. Jigsaw
n. Cerita Berpasangan
Dari macam-macam teknik pembelajaran kooperatif itu, terpilihlah
teknik pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan tujuan untuk dapat
memaksimalkan aktifitas anggota kelompok dalam belajar. Dengan jalan
menyetarakan peserdik dalam proses pembelajaran.
g. Pengertian Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together (NHT) atau lebih dikenal dengan sebutan
kepala bernomor merupakan teknik belajar yang dikembangkan oleh Spencer
Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut, Trianto (2007:62). Teknik ini memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong peserta didik untuk
meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Buchari Alma (2009:90) menyatakan bahwa teknik pembelajaran kepala
bernomor, dalam hal ini kelompok terdiri atas 4 siswa, yang masing-masing diberi
nomor 1, 2, 3, 4, mereka diberi pertanyaan lalu dipikirkan bersama. Kemudian
guru memanggil nomor siswa, yang harus menyampaikan jawabannya. Dalam hal
ini yang dimaksud adalah guru memberikan soal sesuai dengan jumlah siswa dan
setiap siswa bertanggung jawab atas jawaban dari soal pada nomornya. Juga tiap
siswa bertanggung jawab atas keahlian anggota kelompok atas soal itu.
Dipaparkan dalam http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-
pembelajaran-nht-numbered-head-together, Herdian menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif teknik NHT merupakan salah satu teknik pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik g
dapat untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
Selain itu model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat
dari permasalahan yang ada.
Hal itu dapat tercermin langsung pada salah satu langkah pembelajaran
NHT yaitu guru memanggil nomor tertentu secara acak. Yang berarti seluruh
siswa harus selalu siap dengan jawaban atas nomor soal yang telah dibagikannya.
Adapun setiap siswa juga harus dapat mendorong anggota kelompok yang lain
untuk dapat memahami atas soal yang ada pada nomor itu.
Menurut pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kepala bernomor (Numbered Heads Together) adalah salah satu teknik pada
pembelajaran kooperatif yang khusus dirancang agar siswa dapat menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahamannya terhadap
materi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
h. Langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Anita Lie (2005:59), teknik Numbered Heads Together
memiliki beberapa tahapan yaitu:
1. Peserta didik dibagi dalam kelompok. Setiap peserta didik dalam
kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakanya
3. Kelompok memutuskan jawaban yang paling benar dan memastikan
setiuap anggota menetahui jawaban ini
4. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik. Peserta didik dengan
nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
Pelaksanaan Teknik Numbered Heads Together ini, setiap peserta didik
dalam kelompok memiliki satu nomor dan peserta didik itu juga mengetahui
bahwa hanya seorang peserta didik yang akan dipanggil pada setiap saat untuk
mewakili kelompoknya. Kesempatan diskusi dan berbagi ide tersebut merupakan
upaya untuk memperoleh berbagai informasi sehingga setiap orang mengetahui
jawabanya. Prosedur ini menjadikan setiap peserta didikakan menerima sebuah
solusi dari permasalahan yang diberikan tanpa memandang nomor mana yang
dipanggil.
Kagan dalam http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numbered-head-
together/ menyatakan bahwa model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung
melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta
berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam
pembelajaran. Lalu seperti apa langkah-langkah dalam menerapkan NHT?
Langkah NHT dijelaskan sebagai berikut:
1. Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan
tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa
di dalam kelompok.
2. Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari
materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat
pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat
umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3. Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir
bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari
masing-masing pertanyaan.
4. Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa
dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random
memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya
siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat
tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang
bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Agus Suprijono (2009:92) mengatakan bahwa penerapan teknik NHT
dalam pelaksanaanya memiliki beberapa langkah. Pembelajaran dengan
menggunakan teknik NHT diawali dengan numbering atau penomoran. Guru
membagai kelas dalam kelompok-kelompok kecil, penentuan jumlah
kelompoknya mempertimbangkan jumlah konsep yang akan dipelajari. Guru
membagi pertanyaan kepada masing-masing siswa.
Selanjutnya, setelah kelompok terbentuk yaitu heads together, yakni
menyatukan pikiran guna menjawab pertanyaan yang ada. Langkah keempat guru
memanggil nomor peserta didik untuk memberikan jawaban dari pertanyaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
ada, hal ini dilakukan terus-menerus hingga setiap nomor dalam kelompok
mendapatkan giliran untuk memaparkan jawaban.
Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi
lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu
sebagai pengetahuan yang utuh
Trianto (2007:63) pelaksanaan Numbered Heads Togethers terdiri atas 4
tahap (fase). Empat tahap tersebut adalah penomoran, mengajukan pertanyaan,
berpikir bersama, menjawab. Penjelasan dari tahap tahap itu sebagai berikut:
1. Fase pertama, penomoran
Guru membagi kelompok yang terdiri atas 3 5 orang secara heterogen
dan member nomor 1 5.
2. Fase kedua, mengajukan pertanyaan
Guru membagikan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bersifat
spesifik. Dan dapat bervariasi
3. Fase ketiga, berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya dan menjawab pertanyaan itu sebenar-
benarnya serta memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban
kelompoknya
4. Fase keempat, menjawab
Guru memanggil nomor tertentu secara acak, siswa yang nomornya
disebut mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan dari guru itu
untuk seluruh kelas.
Berdasarkan pemaparan pendapat-pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa ada 4 langkah utama dalam pembelajaran kepala bernomor
yaitu:
1. Penomoran
Guru membagi kelompok dan memberikan nomor kepada masing-
masing siswa dalam kelompok. Sehingga dalam kelompok setiap
siswa memiliki nomor yang berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2. Pengajuan Pertanyaan
Guru membagikan pertanyaan kepada masing-masing siswa dalam
kelompok. Setiap siswa bertanggung jawab atas jawaban
pertanyaannya serta kemampuan kelompok atas pertanyaan itu
3. Berpikir Bersama
Siswa menyatu dalam kelompok untuk memecahkan pertanyaan
yang dibagikan oleh guru. Siswa menyatukan pikiransecara
bersama-sama, sehimgga setiap anggota kelompok dapat mengatasi
permasalahan dari soal tersebut
4. Menjawab Pertanyaan
Guru menyebutkan nomor secara acak dan siswa dari kelompok
yang mempunyai nomor itu mengacungkan tangan serta menjawab
pertanyaan itu untuk seluruh kelas. Teman dari kelompok lain yang
memiliki nomor yang sama menanggapi jawaban atas pertanyaan
tersebut.
Terlepas dari pengertian itu semua teknik NHT mempunyai kekurangan
dan kelebihan. Kekurangan teknik ini yaitu adanya kemungkinan nomor yang
ditunjuk oleh guru ditunjuk kembali, kekurangan lain penerapan teknik ini, tidak
semua nomor dapat ditunjuk sehingga tidak semua peserta didik dapat diukur
kesiapannya saat ditunjuk oleh guru. Sedangkan kelebihan NHT antara lain:
1) Semua peserta didik aktif memikirkan jawaban
2) Peserta didik mendapat pengetahuan dari pikiran temannya
3) Peserta didik bekerja sama secara kooperatif
4) Peserta didik merasa cukup percaya diri untuk memberi jawaban ketika
dipanggil
5) Meningkatkan keselarasan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
i. Pembelajaran Perkalian Bilangan Pecahan di SD kelas V
1) Materi pembelajaran bilangan pecahan di SD kelas V
Merujuk dari silabus matematika di SD bahwa materi perkalian
bilangan pecahan di SD kelas V lebih pada perkenalan dan operasi hitung
perkalian pada bilangan pecahan. Dengan standar kompetensi: 5.
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah serta kompetensi
dasar: 5.3. Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.
Dalam membelajarkan meteri perkalian bilangan pecahan tersebut
hendaklah memakai buku-buku yang sesuai. Memang banyak buku-buku
yang sesuai dengan materi ini. Dalam buku Gemar Matematika 5
karangan Y.D.Dumanto, dkk materi ini meliputi perkalian pecahan biasa
dan perkalian bilangan pecahan desimal.
Ada dua macam cara yang digunakan dalam menghitung perkalian
pada bilangan pecahan, yaitu perhitungan dengan kertas berpetak dan
dengan cara mengalikan pembilang dan penyebut. Sebagai contoh
menghitung dengan kertas berpetak dapat dijelaskan sebagai berikut:
Mengalikan Bilangan Pecahan Menggunakan Kertas Berpetak
Lakukan langkah-langkah berikut.
1. Sediakan kertas berpetak dan pensil warna atau krayon.
2. Gambarlah sebuah persegi panjang dengan panjang sisi-sisinya
sama dengan penyebut pada pecahan yang dikalikan. Misalnya,
mencari hasil kali dan . Oleh karenapenyebutnya 3 dan 7,
gambarlah persegi panjang dengan panjang sisi 3 petak dan 7petak.
3. Arsirlah lajur baris untuk menggambarkan pecahan
4. Arsirlah lajur kolom untuk menggambarkan pecahan Gunakan
pola arsiran atau warna yang berbeda dengan lajur baris.
5. Hitunglah banyak petak yang diwarnai atau diarsir sebanyak dua
kali. Tulislah pecahan dengan pembilangnya banyak petak yang
diwarnai atau diarsir dua kali, yaitu 5. Penyebutnya yaitu jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
seluruh petak. Pecahan yang dimaksud . Inilah hasil perkalian
dari dan . Jadi, x =
Gambar 3. Perkalian bilangan pecahan
6. Jika digambarkan akan terlihat sebagai berikut
Yang selanjutnya adalah perkalian pembilang dan penyebut.
Mengalikan pecahan hasil perkalian dari dan .
x = =
Jadi, langkah-langkah mengalikan dua pecahan (pecahan biasa atau
campuran) atau lebih sebagai berikut.
1.Ubahlah pecahan yang dikalikan ke bentuk pecahan biasa.
2.Kalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan
penyebut.
Seperti dapat digambarkan bahwa dalam pecahan dapat
digambarkan bahwa dalam bentuk kertas berpetak. Sebagai contoh
adalah bilangan pecahan dapat digambarkan dalam gambar 4 di bawah
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
atau
atau
Gambar 4. Gambar bilangan pecahan
Bilangan yang lain adalah bila digambarkan dalam kertas
berpetak maka seperti ditunjukkan pada gambar 5
atau
atau
Gambar 5. Gambar bilangan pecahan
Jika kedua bilangan pecahan tersebut dikalikan menggunakan
kertas berpetak, maka ditulis kedua bilangan pecahan seperti gambar 6.
Gambar 6. Gambar bilangan pecahan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Susunlah kedua pecahan tersebut secara tegak lurus dengan ujung
yang diarsir saling tumpang tindih / menyatu seperti gambar 7
Gambar 7. Gambar bilangan pecahan dan pada tahap penyatuan
Setelah itu panjangkan kedua sisi beserta arsirannya hingga
membentuk persegi panjang.
Gambar 8. Perkalian bilangan pecahan dengan kertas berpetak
Terdapat 4 daerah dalam persegi panjang tersebut. Satu bagian
yang diarsir dua kali sebanyak 8 petak, dua bagian yang diarsir sekali
sebanyak 18 petak, dan satu bagian yang tidak diarsir sama sekali
sebanyak 9 petak. Hasil dari perkalian adalah daerah yang diarsir dua kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
sebagai bilangan pembilang dan keseluruhan petak yang digunakan
sebagai bilangan penyebut.
Sehingga bilangan pembilangnya adalah 8 dan bilangan
penyebutnya adalah 8 + 18 + 9 = 35. Maka bilangan hasil kalinya adalah
. Jika persegi panjang diuraikan lagi maka akan berbentuk seperti ada
lima buah bilangan pecahan yang dua diantaranya mempunyai arsiran
dua kali. Hal ini menggambarkan bahwa hasil perkalian antara dan
adalah dua bagian dari lima pecahan . Seperti yang dijelaskan bahwa
dapat digambarkan dengan penjumlahan secara berulang lima buah
bilangan pecahan yang diambil dua bagian diantaranya. Jadi dapat
dibuktikan juga bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang.
Seperti pada gambar 9 berikut ini.
Gambar 9. Analisa perkalian dengan petak
Jika perkalian bilangan pecahan dikerjakan dengan metode
perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut, maka
akan menjadi sebagai berikut:
x = = =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Dengan cara ini terlihat jelas bahwa perkalian terdiri dari
penjumlahan yang berulang.
2) Implementasi cooperative Learning teknik Numbered Heads
Together (NHT) pada pembelajaran perkalian pecahan
Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu teknik pada
pembelajaran kooperatif yang khusus dirancang agar siswa dapat
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahamannya terhadap materi tersebut.
Dengan adanya pengecekan kembali maka setelah dilakukan
pemaparan atas jawaban kelompok dilakukan tes dengan menggunakan
struktur soal yang sama. Sebagai indikator keberhasilannya seluruh
anggota kelompok dapat menjawab atau seluruh anggota kelompok tidak
ada yang dapat menjawabnya. Jika dalam suatu kelompok ada yang dapat
menjawab dan ada tidak dapat menjawab sama sekali maka pembelajaran
dengan teknik ini dikatakan gagal.
Sebab yang ditonjolkan dalam teknik ini adalah kerja sama antar
anggota kelompok, jika ada anggota kelompok yang tertinggal. Itu
mengisyaratkan bahwa dalam kelompok siswa tersebut hanya ikut-
ikutan. Tidak mengikuti kerja sama seperti anggota kelompok yang lain.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Imam Buchori Muslim (2010) yang berjudul Peningkatan
Prestasi Belajar Operasi Pecahan Melalui Model Pembelajaran Konstekstual
Kelas IV SDN Cintamanik 02 menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar operasi pecahan
pada siswa kelas IV SDN Cintamanik 02, serta media pembelajaran dan variasi
teknik pembelajaran sangat perlu dilaksanakan. Adapun langkah-langkah yang
perlu diterapakan dalam menerapkan model pembelajaran kontekstual pada
operasi pecahan di kelas IV adalah (a) Memahami kompetensi yang harus
dikuasai siswa. (b) Menentukan metode, strategi, dan media pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
memungkinkan terciptanya pembelajaran yang kontekstual. (c) Membuat
sekenario pembelajaran. (d) Melaksanakan pembelajaran. (e) Mengadakan
evaluasi proses dan hasil. (f) Menindak lanjuti hasil evaluasi yaitu dengan
pengayaan dan perbaikan.
Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini yakni
sama- sama menelaah tentang pembelajaran pecahan. Adapun perbedaan antara
penelitian yang dilakukan Imam Buchori Muslim adalah penggunaan model
pembelajaran dan kelasnya. Suadara Imam menggunakan Model Pembelajaran
Konstekstual sedangkan penelitian ini menggunakan Cooperative Learning teknik
Numbered Heads Together. Dari sisi kelasnya, Saudara Imam menggunakan kelas
IV sedangkan penelitian ini menggunakan kelas V.
Fatkhurohmah (2010) dalam
Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif (NHT) Pada Siswa Kelas
IV A SD Muhammadiyah Wonorejo Polokarto Sukoharjo Tahun Pelajaran
2009/ . Dalam penelitiannya Fatkhurohmah menyimpulkan bahwa hasil
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT) dalam pembelajaran
Matematika materi berhitung bilangan bulat pada siswa kelas IV A SD
Muhammadiyah Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010
dapat terbukti dan dapat meningkatkan kemampuan berhitung bilangan bulat
siswa kelas IV A SD Muhammadiyah Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo tahun
pelajaran 2009/2010. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Fatkhurohmah
dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran
kooperitif teknik NHT. Perbedaannya adalah materi yang digunakan adalah
kemampuan berhitung bilangan bulat dan kemampuan mengalikan bilangan
pecahan. Perbedaan yang lain adalah kelas yang digunakan yaitu kelas IV dan
kelas V.
Penelitian Noor Azizah (2007) dengan Keefektifan Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Metode NHT (Numbered-Heads-Together) dengan
Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi
Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
. Hasil penelitian bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada
pembelajaran kooperatif metode NHT dengan pemanfaatan LKS lebih baik
daripada nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran dengan metode
konvensional dan rata-rata hasil belajar siswa .
Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Noor Azizah yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
NHT. Sedangkan perbedaannya adalah jenjang pendidikan yang diteliti yaitu SD
dan SMP.
C. Kerangka Berpikir
Hasil pembelajaran mengalikan bilangan pecahan kelas 5 SD Negeri 01
Jaten rendah. Daftar nilai guru wali kelas 5 SD Negeri 01 Jaten. Dari 31 siswa
kelas 5 SD Negeri 01 Jaten terdapat 3 anak yang mendapat nilai 100. Sebanyak 3
anak mendapat nilai 80. Sebanyak 2 anak mendapat nilai 70. Sebanyak 4 anak
mendapat nilai 60. Dan sisanya mendapat nilai kurang dari 60. Rata-rata hanya
mencapai 55,8. Angka tersebut masih jauh dari angka ketuntasan minimal yaitu
60,0.. Pembelajaran yang terjadi terlihat membosankan. Siswa banyak yang pasif,
justru guru banyak yang aktif. Kesan yang ada siswa hanya menerima apa yang
diberikan oleh guru. Berpijak dari keadaan itu, perlu diadakan penyetaraan
kemampuan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dalam mengalikan
serta siswa yang lemah dalam kemampuan mengalikan. Penyetaraan kemampuan
dapat dilakukan menggunakan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar (Sugiyanto, 2010:37). Dapat dikatakan juga bahwa dalam pembelajaran
kooperatif siswa bekerjasama dalam suatu kelompok heterogen untuk dapat
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu interaksi antar siswa dalam kelompok
terjalin dengan sangat baik.
Numbered Heads Together (NHT) atau lebih dikenal dengan sebutan
kepala bernomor merupakan teknik belajar yang dikembangkan oleh Spencer
Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Teknik ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain itu, teknik ini juga mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat
kerjasama mereka, Trianto (2007:62). Setiap siswa dalam kelompok mempunyai
kesempatan yang sama dalam menelaah materi. Hal yang menunjukkan ciri utama
dari teknik ini adalah setiap anak mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap
nomor soal yang sama dengan nomor yang ada pada dirinya. Dengan langkah di
atas, kesetaraan kemampuan mengalikan bilangan pecahan dapat terwujud.
Pembelajaran menjadi menyenangkan. Semua siswa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran. Terwujudnya kesetaraan kemampuan mengalikan bilangan
pecahan, maka kemampuan mengalikan bilangan pecahan dapat meningkat.
Alur berpikir di atas dapat dituangkan dalam suatu kerangka yang disebut
kerangka berpikir. Kerangka berpikir dari paparan di atas digambarkan pada
gambar 10 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 10. Kerangka berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kajian teori yang telah dipaparkan di atas, dapat
diajukan Hipotesis penelitian bahwa model pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning) teknik Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan kemampuan mengalikan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 01
Jaten Karanganyar tahun ajaran 2010 / 2011 .
Pembelajaran yang terjadi.
Guru mengajar dengan
metode ceramah dan siswa
hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru
kemampuan tentang
mengalikan bilangan
pecahan rendah
1. Menggunakan metode kertas
berpetak
2. Menggunakan metode perkalian
pembilang dan perkalian penyebut Penerapan model
pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning)
teknik Numbered Heads
Together (NHT)
Proses
Siklus I
Melalui model pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) teknik Numbered Heads Together (NHT)
kemampuan mengalikan bilangan pecahan siswa
meningkat
Kondisi akhir
Kondisi awal
1. Menggunakan metode kertas
berpetak dengan media pensil
warna sebagai bantuan arsiran
2. Menggunakan metode perkalian
pembilang dan perkalian penyebut
beserta tugas struktur Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri 01 Jaten semester II
tahun ajaran 2010/2011 yang beralamatkan di jalan Lawu No 96, Desa
Jaten, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Tempat tersebut dipilih
dengan beberapa pertimbangan diantaranya lokasinya mudah dijangkau
sehingga efisien waktu dan biaya serta keberadaan sampel untuk
memudahkan memperoleh data, sebab SD Negeri 01 Jaten merupakan
tempat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) peneliti, sehingga
memudahkan pelaksanaan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan
dilakukan selama 5 bulan, yakni mulai bulan Januari sampai dengan Mei
2011. Dapat ditunjukkan pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Jadwal penyusunan skripsi
N
o Kegiatan
Bulan
Jan 2011 Feb 2011 Mar 2011 Apr 2011 Mei 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan judul
penelitian x x
2. Penyusunan dan
pengajuan
proposal
x x x x x
3. Mengurus izin
penelitian x
4. Persiapan
Penelitian x
5. Pelaksanaan
Siklus I x
6. Pelaksanaan
Siklus II x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
7. Pengolahan data
hasil penelitian x x
8. Penyusunan
laporan hingga
penjilidan skripsi
x x x x x x
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan masalah yang ditekankan pada proses dan makna dalam
penelitian ini maka jenis penelitian dengan strategi yang dianggap terbaik untuk
diterapkan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang bersifat reflektif.
Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi guru dalam
proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternative pemecahan
masalahnya dan ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana
dan terstruktur (Sarwiji Suwandi, 2009:11).
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model siklus
menggunakan langkah-langkah menyusun perencanaan, mengadakan tindakan,
melakukan pengamatan, refleksi, mengadakan perencanaan kembali yang akan
dipergunakan sebagai dasar untuk tindakan selanjutnya.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 31 siswa, terdiri dari 19
siswa putra dan 12 siswa putri. Siswa kelas V sebagai subjek yang akan diamati
kegiatan pembelajarannya dan dikenai tindakan. Guru juga menjadi mitra
penelitian berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Guru kelas bersama
dengan salah satu rekan kerja mengamati jalanya penelitian. Objek penelitiannya
adalah pembelajaran perkalian bilangan pecahan pada mata pelajaran matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
D. Sumber Data
Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah:
1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer
disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.
Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer
antara lain: pendokumentasian proses pembelajaran, observasi,
wawancara, dan tes.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai
tangan kedua). Sumber data sekunder dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti: daftar nilai, RPP, dan Silabus.
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji
dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali
dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Informasi data yang diperoleh dari nara sumber yang terdiri dari 31 siswa
kelas V dan guru kelas V.
2. Arsip dan dokumen
Arsip berupa kurikulum tingkat satuan pendidikan, sedangkan dokumen
berupa daftar nilai proses kemampuan mengalikan bilangan pecahan yang
digunakan untuk mendapatkan data siswa sebelum dilakukan tindakan.
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran mengalikan bilangan pecahan
dengan teknik Numbered Heads Together (NHT)
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang
dimanfaatkan,maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1. Teknik observasi
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki (Cholid Narbuko, 2003:70)
Observasi dilakukan oleh peneliti dsan seorang observer pada saat
pembelajaran berlangsung untuk mendapatkan data tentang kondisi awal
penelitian, aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, psikomotor,
aktifitas siswa, serta kinerja guru.
2. Dokumentasi
Dilakukan dengan menelusuri berbagai macam dokumen antara
lain buku, majalah, Koran ataupun dokumen lain yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan (Sandjaja, 2006:144). Dalam penelitian ini
dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data daftar nilai
mengalikan bilangan dari guru wali.
3. Wawancara bebas terpimpin
Pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan
diteliti. Selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti
situasi. Pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai
apabila ternyata dia menyimpang (Cholik Narbuko:85). Proses wawancara
dilakukan dengan guru wali pada saat sebelum penelitian dilakukan.
4. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran
dilakukan. Tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab atau
dilakukan untuk menunjukkan seberapa baik siswa mengetahui tentang
sesuatu, atau seberapa baik siswa dapat melakukan sesuatu. Tes dilakukan
dengan memberikan soal pada akhir pertemuan pembelajaran saat
penelitian berlangsung. Digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif
siswa tentang mengalikan bilangan pecahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
F. Validitas Data
Validitas data merupakan kesahihan data penelitian. Ada beberapa cara
untuk pengembangan validitas data. Cara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah trianggulasi dan review informan
1. Tringgulasi
Trianggulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir
fenomenologi yang bersifat multi perspektif (S.Y. Slamet dan Suwarto,
2007:54). Artinya, untuk menarik simpulan dari satu variable dibutuhkan
lebih dari satu sudut pandang atau sumber.
Trianggulasi lebih mengutamakan efektifitas proses dan hasil
yang diinginkan (Burhan Bungin, 2003:191). Oleh karena itu, trianggulasi
dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode sudah
berjalan dengan baik. Seperti catatan harian wawancara, uji silang hasil
wawancara kepada informan, dan uji silang antara hasil dari informan
dengan data-data sebelumnya.
Proses trianggulasi tersebut di atas dilakukan terus menerus
sepanjang proses pengumpulan data dan analisis data. Sampai suatu saat
bahwa semua yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan
tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.
Menurut Patton dalam S.Y.Slamet dan Suwarto, (2007:54) teknik
trianggulasi terbagi menjadi empat macam yaitu :
a. Trianggulasi data
1) Data tentang kemampuan mengalikan bilangan pecahan
didapatkan dari sumber daftar nilai guru wali kelas 5 SD Negeri
Jaten dan hasil tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran.
2) Data tentang kondisi awal penelitian didapatkan dari wawancara
dengan guru wali, daftar nilai guru wali, dan pengamatan.
b. Trianggulasi peneliti
Penelitian dilakukan bersama dengan guru wali. Guru wali mengambil
data tentang kondisi awal yang berupa daftar nilai, serta pengamatan
terhadap guru saat penelitian berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
c. Trianggulasi metodologis
1) Data tentang kemampuan mengalikan bilangan pecahan
didapatkan dari cara dokumentasi daftar nilai dan tes tertulis
yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran.
2) Dalam menentukan kondisi awal penelitian dilakukan melalui
dokumentasi berupa daftar nilai dari guru wali serta
pengamatan sebelum dilakukan penelitian.
2. Review informan
Setelah dirasa mendapatkan data yang cukup lengkap dan
berusaha menyusun sajian datanya walaupun mungkin masih belum utuh
dan menyeluruh, maka unit-unit laporan yang telah disusunnya perlu
dikomunikasikan dengan informannya (S.Y. Slamet dan Suwarto,
2007:56). Data mengenai kemampuan mengalikan bilangan pecahan
diberitahukan kepada siswa setelah dikoreksi dan diberitahukan kepada
guru wali selaku pemilik kelas penelitian.
G. Indikator Kinerja
Menurut Sarwiji Suwandi (2009:
rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan
Indikator kinerja dalam penelitian ini
bersumber dari dokumentasi, hasil observasi, hasil wawancara, dan tes yang
berpatokan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60. Indikator kinerjanya
yaitu apabila hasil nilai dari mengalikan bilangan pecahan siswa kelas V SD
Negeri 01 Jaten, Karanganyar meningkat dari nilai mengalikan bilangan pecahan
sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM sebanyak
67% (21 siswa) dari 31 siswa.
Indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Rata-rata hasil nilai kelas dari pembelajaran meningkat dari keadaan
sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Jumlah siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM sebanyak 67%
(21 siswa) dari 31 siswa.
3. Berdasarkan hasil pengamatan pada sikap dan kegiatan berdasarkan
panduan pengamatan yang tersedia, sebanyak 67% (21 siswa) dari 31
siswa mempunyai rata-rata point sama atau diatas 60.
H. Analisis Data
Analisis data dalam PTK dilaksanakan dalam rangka kegitan refleksi.
Menurut Imam, dkk dalam Sarwiji Suwandi, (2009:41), analisis data dalam
rangka refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan dalam suatu
siklus PTK sebagai keseluruhan. Dalam hubungan ini analisis data adalah proses
menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan,
mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional untuk menampilkan bahan-
bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.
Penelitian tindakan kelas ini, teknik analisis data yang digunakan adalah
teknik deskriptif. Data yang dianalisis berupa rata-rata dan prosentase hasil belajar
siswa. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Setiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui
permasalahan yang menyebabkan rendahnya kemampuan bilangan pecahan siswa
kelas V di SD Negeri 01 Jaten, dilakukan observasi terhadap kegiatan
pembelajaran. Melalui langkah-langkah akan dapat ditentukan tindakan yang tepat
dalam rangka meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan pecahan siswa
kelas V SD Negeri 01 Jaten melalui penerapan teknik Numbered Heads Together
(NHT) maka didapat refleksi awal. Dengan berpedoman pada refleksi awal
tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus.
Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Kasihani Kasbolah
(2001:39) dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
a. Rancangan Siklus I
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap ini disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar
kerja siswa (LKPD), lembar observasi, instrumen untuk evaluasi yang berupa
soal tes tertulis, dan menetapkan indikator ketercapaian yang akan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Adapun langkah yang dilakukan
pada tahap ini adalah:
a) Merencanakan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang
akan diterapkan dalam pembelajaran
b) Mengembangkan skenario pembelajaran
c) Menyusun rencana pembelajaran (RPP)
d) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
e) Menyiapkan sumber belajar
f) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
2) Tahap pelaksanaan Tindakan
a) Guru mengenalkan pembelajaran dengan teknik Numbered Heads
Together (NHT)
b) Guru menjelaskan pembelajaran dengan teknik Numbered Heads
Together (NHT)
c) Guru melaksanakan pembelajaran dengan teknik Numbered Heads
Together (NHT). Dimulai dengan membentuk kelas 6 menjadi
beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 6 siswa.
d) Guru membagikan lembar kerja kepada tiap kelompok sejumlah
siswa. Namun setiap siswa hanya dibebani satu buah nomor soal.
Dan setiap siswa bertanggung jawab atas kemampuan kolempok
tentang soal itu.
e) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan teknik Numbered
Heads Together (NHT)
f) Memantau perkembangan kemampuan mengalikan bilangan pecahan
pada siswa bersama pengamat yaitu teman sejawat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Pada siklus I ini terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama yang
terdiri dari perkalian bilangan pecahan dengan metode kertas
berpetak. Sedangkan pertemuan yang ke dua adalah perkalian
bilangan pecahan menggunakan metode perkalian pembilang dan
perkalian penyebut.
3) Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses
pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin
- poin dalam pedoman yang telah disiapkan dalam bentuk instrument
penelitian. Serta melakukan pengamatan atau observasi terhadap hasil
nilai dari kemampuan mengalikan bilangan pecahan yang dilakukan
oleh siswa disetiap akhir pembelajaran matematika tentang perkalian
bilangan pecahan.
Hasil observasi didapatkan bahwa pada kemampuan kognitif
siswa meningkat, dengan rata-rata kelas menjadi 62,77 dengan tingkat
kelulusan mencapai 56,45%. Dengan pengamatan pada keretampilan
sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor mencapai tingkat kelulusan
yaitu 14 siswa pada pertemuan I dan 15 siswa pada pertemuan II.
4) Tahap Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi untuk menganalisis kegiatan
pelaksanaan pembelajaran. Hasil dari refleksi ini akan menjadi dasar
pembuatan perencanaan siklus yang ke II. Hasil refleksi ini didasarkan
pada hasil pengamatan dan hasil dari nilai siswa pada setiap akhir
pembelajaran. Dari kedua hasil penilaian dan pengamatan diatas belum
ada yang mencapai KKM. Setelah di telaah dengan seksama didapati
bahwa terdapat berbagai kelemahan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun
kelemahan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Siswa masih kesulitan dalam menggunakan metode kertas berpetak
dalam membedakan antara bilangan pengali dan yang dikalikan hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
menggunakan arsiran yang berbeda. Siswa kebingungan antara yang
diarsir dua kali dan sekali.
2. Kerja sama dalam kelompok masih sangat kurang. Siswa terlihat
mengerjakan lembar kerja secara sendiri-sendiri dan tidak dilakukan
secara bersama-sama.
3. Dalam mengerjakan evaluasi siswa tidak menyertakan langkah-
langkahnya.
b. Rancangan Siklus II
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Berawal dari tahap refleksi siklus I. Pada tahap ini mengidentifikasi
masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
Dari hasil refleksi diatas maka perlu disusun rencana perbaikan sebagai
berikut :
a) Setiap kelompok diberikan satu lembar kerja yang dikerjakan
secara bersama-sama dengan tidak meninggalkan bahwa setiap
siswa mempunyai tanggung jawab salah satu nomor terhadap
kelompoknya.
b) Diperlukan pembahasan secara detail dan konsep yang
disederhanakan dalam penjelasannya
c) Untuk pertemuan pertama digunakan pensil warna agar arsiran
pertama dan kedua dapat terlihat berbeda dengan jelas.
d) Pertemuan kedua menggunakan tugas secara struktur dan dilakukan
penambahan beban nilai materi.
Tahap perencanaan ini disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), instrument penelitian dan menetapkan indikator kinerja yang
akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
2. Tahap pelaksanaan Tindakan
a. Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b. Guru menerapkan pembelajaran dengan teknik Numbered Heads
Together (NHT) yang telah disempurnakan.
c. Guru membagikan satu lembar kerja kepada tiap kelompok. Namun
setiap siswa hanya dibebani satu buah nomor soal. Dan setiap siswa
bertanggung jawab atas kemampuan kolempok tentang soal itu
d. Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan teknik Numbered
Heads Together (NHT)
e. Memantau perkembangan kemampuan mengalikan bilangan pecahan
pada siswa
3. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses
pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada
poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan dalam bentuk
instrument penelitian. Serta melakukan pengamatan atau observasi
terhadap hasil nilai dari kemampuan mengalikan bilangan pecahan yang
dilakukan oleh siswa disetiap akhir pembelajaran matematika tentang
perkalian bilangan pecahan.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa pada kemampuan
kognitif siswa meningkat, dengan rata-rata kelas menjadi 65,725
dengan tingkat kelulusan mencapai 67%. Dengan pengamatan pada
keretampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor mencapai
tingkat kelulusan yaitu 21 siswa pada pertemuan I dan 24 siswa pada
pertemuan II.
4. Tahap Refleksi
Pembelajaran siklus II berakhir, maka diadakan analisis semua
data yang diperoleh melalui proses observasi, wawancara dan evaluasi.
Berdasar pada hasil observasi tersebut dapat dianalisa bahwa indikator
kinerja pada penelitian ini sudah tercapai. Dengan hasil seperti itu maka
penelitian dapat dikatakan berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Tes Akhir
Tes akhir dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan
kemampuan mengalikan bilangan pecahan siswa kelas V SD Negeri 01
Jaten. Dalam tes akhir ini siswa mengerjakan soal mengalikan bilangan
pecahan secara bebas tanpa terikat dengan cara mana yang akan dipakai.
Yang terpenting adalah siswa mampu mengerjakan soalnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Jaten, yang beralamatkan di
jalan Lawu No. 96, Jaten Karanganyar. Ruang kelas yang dipakai untuk penelitian
adalah ruang kelas 5. terletak di sisi selatan dari SD negeri 01 Jaten. Ruang yang
berukuran 4 X 6 meter. Ruang kelas ini menghadap ke arah utara. Dari fentilasi
ruangan ini dapat dikatakan masih kurang. Hanya ada empat buah lubang fentilasi
di sisi selatan. Dan dua set jendela kaca pada sisi utara. Walaupun jendela namun
tidak dapat dibuka. Hanya kaca yang membatasi antara luar dan dalam ruangan.
Jumlah meja yang ada di kelas adalah 15 buah. Ditata dengan formasi 3
melintang serta 5 membujur. Jumlah siswa yang ada adalah 31. Ada salah satu
meja yang diisi oleh 3 orang siswa, tepatnya adalah meja di depan meja guru.
Terdapat satu meja yang ada di pojok ruangan yang berisi buku pelajaran dan alat
peraga. Buku yang terdapat dalam lemari tersebut rata-rata adalah buku dari BSE.
Sedangkan alat peraga yang ada berupa sebuah balok, sebuah kubus, jaring-jaring
balok dan bola. Dibagian bawah juga terdapat benreda merah putih. Disisi utara
kelas terdapat sebuah piano elektrik. Piano ini digunakan saat mata pelajaran
SBK. Namun sering dimainkan siswa saat sedang istirahat.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil pembelajaran
kemampuan mengalikan bilangan bulat pada semester 1, dapat diperoleh
informasi sebagai data awal, sebab penelitian ini menitik beratkan pada perkalian
bilangan. Dari siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa, hanya terdapat 12 siswa
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60 dalam aspek kemampuan
mengalikan bilangan bulat (lihat lampiran 4). Berikut adalah daftar nilai
kemampuan mengalikan bilangan bulat siswa kelas V pada kondisi awal secara
singkat:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 3. Daftar nilai kemampuan mengalikan bilangan
siswa kelas V pada kondisi awal No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
No
Urut Nilai
KKM
(65)
1 50 TT 12 60 TT 22 75 T
2 50 TT 13 50 TT 23 30 TT
3 60 TT 14 50 TT 24 50 TT
4 50 TT 15 40 TT 25 55 TT
5 30 TT 16 100 T 26 40 TT
6 30 TT 17 70 T 27 100 T
7 30 TT 18 55 TT 28 100 T
8 60 TT 19 50 TT 29 30 TT
9 80 T 20 50 TT 30 30 TT
10 85 T 21 80 T 31 60 TT
11 30 TT Ketuntasan klasikal adalah 8/31x100% = 25,08%
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Daftar Nilai kemampuan mengalikan bilangan pecahan pada kondisi
awal di atas, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), untuk lebih jelasnya maka kondisi awal kemampuan
mengalikan bilangan pecahan siswa kelas V dapat dilihat pada tabel 4:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kemampuan mengalikan bilangan
siswa kelas V pada kondisi awal
No Interval Frekuensi
( fi )
Nilai tengah
( xi ) fi.xi Prosentase
1 21 30 7 25,5 178,5 22,5
2 31 40 2 35,5 71 6,4
3 41 50 8 45,5 364 25,8
4 51 60 6 55,5 333 19,35
5 61 70 1 65,5 65,5 3,2
6 71 80 3 75,5 226,5 9,7
7 81 90 1 85,5 85,5 3,2
8 91 100 3 95,5 286,5 9,7
Rata-rata kelas 51,95
Tabel 4. di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 11:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 11. Grafik kemampuan mengalikan bilangan
siswa kelas V pada kondisi awal
Kondisi awal seperti yang disajikan dalam tabel 4 dan gambar 11 dapat
dideskripsikan bahwa siswa mendapatkan nilai antara 21 30 ada tujuh siswa atau
22%. Siswa mendapatkan nilai antara 31 40 ada dua siswa atau 6,4%. Siswa
mendapatkan nilai antara 41 50 ada delapan siswa atau 25,8%. Siswa
mendapatkan nilai antara 51 60 ada enam siswa atau 19,35%. Siswa
mendapatkan nilai antara 61 70 ada satu siswa atau 3,2%. Siswa mendapatkan
nilai antara 71 80 ada tiga siswa atau 9,7%. Siswa mendapatkan nilai antara 81
90 ada satu siswa atau 3,2%. Siswa mendapatkan nilai antara 91 100 ada tiga
siswa atau 9,7%. Rata-rata kelas hanya mencapai 51,95.
Deskripsi data di atas masih sangat jauh dari harapan yang diinginkan
yaitu 60. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama atau di atas 60 hanya 12
siswa atau 38,7%.
C. Deskripsi Hasil Siklus I
Berdasarkan hasil kegiatan awal yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan mengalikan bilangan pecahan masih perlu ditingkatkan.
Tindakan siklus I dilakssiswaan sesuai dengan jad]wal yang telah ditetapkan yaitu
selama 2 kali pertemuan, yang dimulai pada 1 Maret 2011 dan 2 Maret 2011.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
21 -
30
31 -
40
41 -
50
51 -
60
61 -
70
71 -
80
81 -
90
91 -
100
Banyak peserta didik
Fre
ku
ensi
F
rek
uen
si
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Selasa, 1 Februari
2010. Dimulai dengan menyusun rancangan tindakan yang akan dilaksanakan.
Rancangan tindakan yang dilakssiswaan berdasar pada solusi permasalahan yang
muncul yakni menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) tipe numbered heads together (NHT). Rancangan tersebut
dikonsultasikan pada hari Senin, 1 Maret 2011. Selanjutnya pelaksanaan tindakan
pada siklus I akan dilakssiswaan selama 2 kali pertemuan yakni pada hari Selasa,
2 Maret 2011 dan Rabu 3 Maret 2011. Adapun deskripsi perencanaan siklus I
dijabarkan di bawah ini:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang mengalikan bilangan
pecahan disusun untuk 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap
pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode
dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media
pembelajaran, dan penilaian.
2. Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah: (1) Menyiapkan nomor yang digunakan untuk membagi siswa, (2) Ruang
kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran kooperatif yakni meja kelas
ditata sesuai dengan jumlah kelompok, (3) Menyiapkan media dokumentasi
berupa camera digital.
3. Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian
Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas siswa
selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan yang dilakukan
meliputi pengamatan aktivitas psikomotor, perilaku berkarakter, dan keterampilan
sosial siswa. Sedangkan untuk lembar penilaian disusun berdasarkan pada kisi-
kisi soal yang telah disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilakssiswaan dalam dua pertemuan.
Masing-masing pertemuan dilakssiswaan dalam dua jam pelajaran (2 x 35 menit).
Kedua pertemuan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilakssiswaan pada hari Selasa 1 Maret 2011.
Membahas tentang mengalikan bilangan pecahan dengan metode kertas
berpetak. Dengan metode ini siswa diajak menghitung perkalian bilangan
pecahan dengan cara yang semi konkrit. Biasa dilakukan untuk menangani
siswa yang lambat dalam berhitung.
Pertemuan pertama diawali dengan salam dan mengabsen siswa.
Guru menanyakan kepada siswa tentang pecahan yang dituliskan dalam
kertas berpetak. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu perkalian
bilangan pecahan menggunakan metode kertas berpetak. Dimulai dengan
menuliskan bentuk pecahan dalam kertas berpetak, menentukan kertas
berpetak yang akan digunakan, cara mengalikan bilangan pecahan serta cara
membaca hasilnya.
Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 6 orang.
Selanjutnya guru membagikan nomor kepada setiap siswa. Setiap kelompok
memiliki warna yang berbeda-beda. Setelah siswa mendapatkan nomornya
masing-masing, guru membagikan lembar kerja pada setiap siswa.
Siswa melakukan diskusi kelompok menggunakan tipe numbered
heads together. Dalam diskusi kelompok siswa masih banyak yang
kebingungan tentang perkalian pecahan dengan kertas berpetak. Setelah
diskusi, dilakukan persentasi dengan pengacakan warna kelompok beserta
nomornya. Siswa yang memiliki nomor yang keluar saat diacak oleh guru
mempresentasikan hasil kerja kelompok. Peserta dengan nomor yang sama
dari kelompok yang lain menanggapi serta mengoreksi hasil presentasi. Pada
akhir diskusi guru beserta siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok yang
sudah dikerjakan. Siswa mengerjakan tes evaluasi pada akhir pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilakssiswaan pada hari Rabu 2 Maret 2011.
Membahas tentang mengalikan bilangan pecahan dengan metode perkalian
bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut. Dengan metode ini
siswa diajak menghitung perkalian bilangan pecahan dengan cara abstrak.
Biasa dilakukan untuk menangani siswa yang sudah lancar dalam berhitung.
Pertemuan diawali dengan salam dan mengabsen siswa. Guru
melakssiswaan apersepsi dengan menggambarkan pecahan pada kertas
berpetak. Guru menanyakan kepada siswa tentang materi perkalian bilangan
asli. Hingga guru menunjukkan bahwa perkalian adalah penjumlahan yang
berulang. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu perkalian
bilangan pecahan menggunakan metode perkalian bilangan pembilang dan
perkalian bilangan penyebut.
Guru menjelaskan perkalian adalah penjumlahan yang berulang
secara rinci tahap demi tahap hingga menemukan hasil. Siswa membentuk
kelompok yang terdiri dari 5 6 orang. Guru membagi nomor serta lembar
kerja pada setiap siswa. Dalam mengerjakan lembar kerja siswa tidak bekerja
sama dengan siswa lainnya dalam kelompok. Inilah yang membuat kerja
sama kelompok kurang tampak. Setelah itu dilakukan pengacakan nomor, lalu
presentasi. Presentasi hanya memberiikan persetujuan karena sebagian besar
siswa mampu mengerjakan dengan benar. Barulah ditarik simpulan
pembelajaran dan dilanjutkan dengan melakukan tes evaluasi pada pertemuan
kedua.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi atau pengamatan adalah suatu kegiatan dalam penelitian
yang berfungsi sebagai salah satu tolok ukur terhadap keberhasilan penelitian.
Observasi dilakukan oleh teman sejawat. Serta guru kelas yang selalu memantau
perkembangan pesrdik setiap saat. Tahap observasi ini meliputi beberapa aspek,
yaitu: aspek Psikomotor, aspek keterampilan sosial, aspek perilaku berkarakter,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kegiatan guru, lembar kinerja guru, aktivitas belajar siswa, serta aspek
keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Tahap observasi dilakukan setiap kali pertemuan. Selanjutnya hasil dari
tahap observasi ini yang dijadikan dasar pada tindakan refleksi. Hasil pengamatan
dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk persen (%), banyaknya presentase
dihitung dari seluruh jumlah siswa kelas V yaitu 31 siswa.
1. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama, dari aspek psikomotor (lampiran 6) masih sangat
kurang, terbukti dengan hanya ada dua puluh siswa atau 64,52 % siswa yang
mampu menjawab pertanyaan secara benar. Sub aspek mengeluarkan pendapat
hanya ada lima belas siswa atau 48,38%. Siswa yang mampu melakukan berpikir
bersama secara baik hanya tiga belas siswa atau 41,93% dan yang mampu
menanggapi pertanyaan saat presentasi hanya ada tiga belas siswa atau 41,93%.
Jika diambil rata-rata hanya mendapatkan 49,19%. Dengan kata lain siswa belum
siap untuk pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads
together. Sebab aspek psikomotor ini tidak lepas dari langkah langkah
pembelajaran kooperatif itu.
Aspek pengamatan perilaku berkarakter (lampiran 7) mempunyai rentang
nilai 1 4. Hasil pengamatan dapat dipaparkan sebagai berikut: kejujuran
mendapatkan porsi yang cukup membanggakan dari rentang nilai 1 4
mendapatkan rata-rata 2,77 atau 69,35%. Aspek membantu teman mendapatkan
nilai 2,48 atau 62%. Ketepatan waktu mendapatkan 2,52 atau 62,9% . Ketelitian
mendapatkan nilai 2,52 atau 62,9%. Dan tanggung jawab mendapatkan nilai 2,58
atau 64,5%. Jika diambil rata-rata hanya mencapai 64,35%. Hal ini sudah cukup
bagus untuk pertemuan pertama. Akan tetapi lebih baik jika asper perilaku ini
mendapatkan porsi yang lebih. Sebab itu mencerminkan sikap siswa waktu
pembelajaran berlangsung.
Keterampilan sosial (lampiran 8) yang terdri dari empat sub aspek
mendapatkan tentangan yang dapat dijabarkan sebagai berikut: dari sub aspek
bertanya mendapatkan rentang nilai 3,54 atau 70,97%. Dari menyumbangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pendapat atau ide mendapatkan nilai 3,29 atau 65,8% . Menjadi pendengar yang
baik mendapatkan nilai 3,84 atau 76,8%. Dan dari kerja sama mendapatkan nilai
3,03 atau setara dengan 60,6%. Dari keempat sub aspek tersebut didapatkan rata-
rata nilai 3,43 atau setara dengan 68,55%. Perolehan nilai yang cukup baik. Aspek
keterampilan sosial memang mendapatkan porsi yang lebih besar daripada aspek
yang lain.
Pengamatan aktivitas belajar matematika (lampiran 10) diperoleh hasil
yang kurang baik. Dari 10 segi yang diamati yaitu (1) siswa mempersiapkan diri,
(2) siswa meminta materi, (3) partisipasi siswa, (4) perhatian siswa, (5) siswa
memanfaatkan media pembelajaran, (6) siswa menjawab pertanyaan, (7) siswa
memperhatikan penjelasan guru, (8) siswa mencatat pokok-pokok penting materi,
(9) kesiapan siswa melakukan model pembelajaran kooperatif teknik NHT, dan
(10) siswa menanggapi jawaban teman. Belum ada yang dapat menarik aktivitas
siswa sebesar 67%. Itu terkesan sebagai pembelajaran yang asing, belum tercapai
pada tingkat pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Dengan skor cukup atau 3
adalah tujuh aspek, kurang atau 2 adalah dua aspek, serta kurang sekali atau 1
adalah satu aspek. Rata-rata yang didapat adalah 2.6
Berdasarkan keterangan di atas dapat dijabarkan perolehan nilai dari
aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor dapat disajikan
dalam tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Rekapitulasi nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor
siklus I pertemuan I
No Aspek Pengamatan Rata -
rata No
Aspek Pengamatan Rata -
rata < 1 > < 2 > < 3 > < 1 > < 2 > < 3 >
1 70 70 75 71,67 17 80 80 75 78,3
2 75 75 75 75 18 65 70 25 53,3
3 60 55 25 46,67 19 75 65 50 63,3
4 75 80 75 76,67 20 65 60 50 58,3
5 60 50 50 53,3 21 80 75 50 68,3
6 65 70 75 70 22 75 60 25 53,3
7 65 55 25 48,3 23 65 55 50 56,67
8 75 65 75 71,67 24 55 60 25 46,67
9 65 70 50 61,67 25 55 45 25 41,67
10 80 75 75 76,67 26 70 55 75 66,67
11 65 50 25 46,67 27 80 85 75 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
12 60 50 50 53,3 28 80 85 75 80
13 75 70 50 65 29 75 50 25 50
14 60 55 25 46,67 30 55 45 25 41,67
15 60 60 25 48,3 31 80 80 75 78,3
16 60 75 25 53,3 Rt-Rt 68,55 64,35 49,19 60,69
Keterangan:
< 1 > = keterampilan sosial, < 2 > = perilaku berkarakter, < 3 > = aspek psikomotor
Tabel 5. tersebut terlihat dengan jelas bahwa jumlah siswa yang
mendapatkan nilai sama atau di atas 60 baru 15 siswa atau 48,38%. Masih jauh di
bawah angka yang diharapkan yaitu 21 siswa atau 67%. Jika tabel 5 di atas
disajikan dalam bentuk daftar distribusi frekuensi maka dapat disajikan pada tabel
6. berikut.
Tabel 6. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor
siklus I pertemuan I
Tabel 6. dapat di jadikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 12.
No Interval Frekuensi
( fi )
Nilai tengah
( xi ) fi.xi
Prosentase
%
1 41 45 2 43 86 6,45
2 46 50 7 48 336 22,5
3 51 55 5 53 265 16,1
4 56 60 2 58 116 6,45
5 61 65 2 63 126 6,45
6 66 70 3 68 204 9,67
7 71 75 4 73 292 12,9
8 76 80 6 78 468 19,35
Rata-rata kelas 61,06
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 12. Grafik nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor
siklus I pertemuan I
Informasi dari gambar 12 di atas, dapat dijabarkan sebagai berikut: siswa
yang mendapatkan nilai antara 40 45 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 46 50 ada tujuh siswa atau 22,5%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 51 55 ada lima siswa atau 16,1%. Siswa yang
mendapat rentang nilai antara 56 60 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 61 65 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang mendapat
nilai antara 66 70 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapatkan nilai
antara 71 75 ada empat siswa atau 12,9%. Dan yang mendapatkan nilai antara
76 80 ada enam siswa atau 19,35%.
Lembar observasi kinerja guru (lampiran 9) dapat dilihat bahwa bahwa
dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru telah melakukannya dengan cukup
baik. Hal tersebut dapat tercermin dari aspek yang mendapat nilai baik atau skor 4
adalah: (1). Menyampaikan tujuan, (2) memberiikan kesempatan bertanya, (3)
membimbing siswa dalam kelompok, (4) memberiikan tes akhir, (5)
menyimpulkan pelajaran. Mendapat nilai cukup atau 3 pada aspek: (1)
mengkondisikan siswa, (2) memberiikan motivasi, (3) melakukan apersepsi, (4)
menyampaikan materi, (5) mengarahkan siswa bekerja sama, (6) mengevaluasi,
(7) balikan. Rata-rata nilai menjadi 3,42 atau dapat dikatakan cukup.
Berdasarkan aspek kognitif diketahui dengan cara tes tertulis. Aspek
yang diukur meliputi kompetensi produk dan kompetensi proses. Kompetensi
0
2
4
6
8
41 -
45
46 -
50
51 -
55
56 -
60
61 -
65
66 -
70
71 -
75
76 -
80
banyak peserdik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
produk yang diukur dalam pertemuan ini adalah siswa dapat mengalikan bilangan
pecahan dengan metode kertas berpetak, sedangkan kompetensi proses yang
diukur yakni siswa dapat menggambarkan perkalian bilangan pecahan dengan
metode kertas berpetak. Tes didapatkan hasil seperti tersaji pada tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I No Nilai No Nilai No Nilai
1 75 12 55 22 60
2 40 13 55 23 55
3 65 14 40 24 55
4 75 15 55 25 40
5 50 16 55 26 50
6 60 17 40 27 75
7 55 18 45 28 75
8 60 19 40 29 50
9 60 20 60 30 40
10 60 21 70 31 60
11 45 Rata-rata Kelas 55,48
Aspek kognitif pada siklus I pertemuan I dapat disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi seperti yang disajikan pada tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I
No Interval Frekuensi
( fi )
Nilai tengah
( xi ) fi.xi
Prosentase
%
1 40 49 8 44,5 356 25,8
2 50 59 10 54,5 545 32,3
3 60 69 8 64,5 516 25,8
4 70-79 5 74,5 372,5 16,13
Rata-rata kelas 1789,5
Bertolak dari distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk
grafik seperti gambar 13.
Gambar 13. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I
0
2
4
6
8
10
40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79
jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 13 di atas dapat dijabarkan bahwa siswa yang mendapat nilai
antara 40 49 ada delapan siswa atau 25,8%. Siswa yang mendapat nilai antara
50 59 ada sepuluh siswa atau 32,3%. Siswa yang mendapat nilai antara 60 69
ada delapan siswa atau 25,8%. Dan siswa yang mendapat nilai antara 70 79 ada
lima siswa atau 16,13%.
2. Pertemuan kedua
Pertemuan kedua membahas tentang perkalian bilangan pecahan dengan
menggunakan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan
penyebut. Sama dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua ini juga
menggunakan lembar pengamatan yang sama. Pada pertemuan kedua diamati oleh
seorang observer. Adapun hasil dari pengamatan yang dilakukan dapat
diilustrasikan seperti ini
Aspek psikomotor (lampiran 6) masih kurang, walau sudah meningkat
dari pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua ada dua puluh tiga siswa atau
74,19% siswa yang mampu menjawab pertanyaan secara benar. Pada
mengeluarkan aspek pendapat hanya ada sembilan siswa atau 29,03%. Siswa yang
mampu melakukan berpikir bersama secara baik ada enam belas siswa atau 51,6%
dan yang mampu menanggapi pertanyaan saat presentasi hanya ada empat belas
siswa atau 45,16%. Jika diambil rata-rata hanya mendapatkan 50%. Dengan kata
lain siswa masih perlu persiapan lebih untuk melakssiswaan pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads together. Sebab aspek
psikomotor ini tidak lepas dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif.
Aspek pengamatan perilaku berkarakter (lampiran 7) mempunyai rentang
nilai 1 4. Hasil pengamatan dapat dipaparkan sebagai berikut: kejujuran
mengalami sedikit peningkatan dan mendapatkan rata-rata 2,95 atau 73,39%.
Aspek membantu teman juga meningkat menjadi 2,516 atau 62,9%. Ketepatan
waktu dalam mengerjakan tugas dari guru menurun menjadi mendapatkan 2,45
atau 61,29% . Nilai ketelitian meningkat dengan cukup tajam menjadi 2,94 atau
73,387%. Dan tanggung jawab mengalami penurunan nilai menjadi 2,48 atau
62,09%. Jika diambil rata-ratanya meningkat menjadi 66,61%. Hal ini cukup
bagus untuk peningkatan perilaku berkarakter secara perlahan. Akan tetapi nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
tanggung jawab mengalami penurunan. Seharusnya semua nilai dapat meningkat.
Sebab itu mencerminkan sikap siswa ketika pembelajaran berlangsung.
Keterampilan sosial (lampiran 8) yang terdiri dari empat sub aspek yang
diamati dapat dijabarkan sebagai berikut: dari sub aspek bertanya mendapatkan
rentang nilai 3,61 atau 72,26%. Dari menyumbangkan pendapat atau ide
mendapatkan nilai 3,13 atau 62,58% . Menjadi pendengar yang baik mendapatkan
nilai 3,48 atau 79,67%. Dan dari kerja sama mendapatkan nilai 2,967 atau setara
dengan 59,35%. Dari keempat sub aspek tersebut didapatkan rata-rata nilai 3,298
atau setara dengan 65,97%. Perolehan nilai yang cukup baik. Namun disayangkan
mengalami penurunan dari pertemuan pertama.
Pengamatan aktivitas belajar (lampiran 10) matematika diperoleh hasil
yang kurang baik. Dari 10 segi yang diamati yaitu (1) siswa mempersiapkan diri,
(2) siswa meminta materi, (3) partisipasi siswa, (4) perhatian siswa, (5) siswa
memanfaatkan media pembelajaran, (6) siswa menjawab pertanyaan, (7) siswa
memperhatikan penjelasan guru, (8) siswa mencatat pokok-pokok penting materi,
(9) kesiapan siswa melakukan model pembelajaran kooperatif teknik NHT, dan
(10) siswa menanggapi jawaban teman. Hanya aspek siswa yang mencatat pokok
materi penting yang mendapatkan predikat baik atau skor 4. Pada aspek siswa
yang mempersiapkan diri dan berusaha meminta materi dari gurulah yang
mendapat predikat kurang atau skor 2. Sedangkan yang lain dapat dikatakan
cukup atau 3. Rata-rata yang didapat adalah 2,9 atau dapat dikatakan cukup.
Dalam penalaran bahwa aktivitas belajar masih harus mencapai 67% maka
pembelajaran pada pertemuan yang ke 2 masih perlu ditingkatkan.
Dari keterangan di atas dapat dijabarkan perolehan nilai dari aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor pada siklus yang
pertama pertemuan yang kedua dapat disajikan dalam tabel 9:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 9. Rekapitulasi nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor
siklus I pertemuan II
No Aspek Pengamatan Rata -
rata No
Aspek Pengamatan Rata
rata < 1 > < 2 > < 3 > < 1 > < 2 > < 3 >
1 70 65 75 70 17 70 75 75 73,3
2 70 75 75 73,3 18 60 65 75 66,67
3 60 70 25 51,67 19 70 80 25 58,3
4 80 80 75 78,3 20 70 65 75 70
5 65 55 25 48,3 21 80 85 50 71,67
6 60 65 75 66,67 22 75 70 25 56,67
7 65 55 25 48,3 23 60 55 50 55
8 70 70 50 63,3 24 50 60 25 45
9 65 70 75 70 25 55 40 25 48,3
10 65 70 25 53,3 26 65 55 50 56,67
11 65 55 25 48,3 27 75 85 75 78,3
12 60 50 25 45 28 70 80 75 75
13 70 80 50 66,67 29 65 55 50 56,67
14 65 65 25 51,67 30 55 50 25 43,3
15 60 60 50 56,67 31 70 80 75 75
16 65 80 50 65 Rt 65,97 66,61 50 60,86
Keterangan:
< 1 > = keterampilan social, < 2 > = perilaku berkarakter, < 3 > = aspek psikomotor
Tabel 9 tersebut terlihat dengan jelas bahwa jumlah siswa yang
mendapatkan nilai sama atau di atas 60 baru lima belas siswa atau 48,38%. Masih
jauh di bawah angka yang diharapkan yaitu 21 siswa atau 67%. Jika tabel 8 di atas
disajikan dalam bentuk daftar distribusi frekuensi maka dapat disajikan pada tabel
10 berikut.
Tabel 10. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor
siklus I pertemuan II
No Interval Frekuensi
( fi )
Nilai tengah
( xi ) fi.xi
Prosentase
%
1 41 45 3 43 129 9,67
2 46 50 4 48 192 12,9
3 51 55 4 53 212 12,9
4 56 60 5 58 290 16,13
5 61 65 2 63 126 6,45
6 66 70 6 68 408 19,35
7 71 75 5 73 365 16,13
8 76 80 2 78 156 6,45
Rata-rata kelas 60,58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 10 dapat disajikan dalam bentuk grafik dalam gambar 14:
Gambar 14. Grafik nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor
siklus I pertemuan II
Informasi dari gambar 14 di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: siswa
yang mendapatkan nilai antara 40 45 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 46 50 ada empat siswa atau 12,9%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 51 55 ada empat siswa atau 12,9%. Siswa yang
mendapat rentang nilai antara 56 60 ada lima siswa atau 16,13%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 61 65 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang mendapat
nilai antara 66 70 ada enam siswa atau 19,35%. Siswa yang mendapatkan nilai
antara 71 75 ada lima siswa atau 16,13%. Dan yang mendapatkan nilai antara 76
80 ada dua siswa atau 6,45%.
Lembar observasi kinerja guru (lampiran 9) dapat dilihat bahwa bahwa
dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru telah melakukannya dengan baik.
Hal tersebut dapat tercermin pada aspek yang mendapat predikat baik atau skor 4
adalah (1) mengkondisikan siswa, (2) menyampaikan tujuan, (3) menyampaikan
materi, (4) memberii kesempatan bertanya, (5) mengarahkan kerjasama, (6)
membimbing siswa dalam kelompok, (7) melakukan tes akhir, (8) melakukan
evaluasi, (9) menyimpulkan pelajaran. Dan mendapatkan predikat cukup baik atau
0
1
2
3
4
5
6
41 -
45
46 -
50
51 -
55
56 -
60
61 -
65
66 -
70
71 -
75
76 -
80
jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3 pada aspek (1) memberii motivasi, (2) melakukan apersepsi, (3) memberii
balikan. Rata-rata yang didapat adalah 3,75 (baik).
Aspek kognitif diketahui dengan cara tes tertulis. Aspek yang diukur
meliputi kompetensi produk dan kompetensi proses. Kompetensi produk yang
diukur dalam pertemuan ini adalah siswa dapat mengalikan bilangan pecahan
dengan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut,
sedangkan kompetensi proses yang diukur yakni siswa dapat menghitung
perkalian bilangan pecahan dengan metode metode perkalian bilangan pembilang
dan perkalian bilangan penyebut. Dari tes itu didapatkan hasil seperti yang tersaji
pada tabel 11 di bawah ini
Tabel 11. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II No Nilai No Nilai No Nilai
1 66 12 76 22 76
2 63 13 86 23 66
3 76 14 66 24 46
4 90 15 56 25 46
5 53 16 86 26 76
6 56 17 63 27 96
7 56 18 46 28 90
8 76 19 86 29 46
9 76 20 66 30 53
10 86 21 96 31 86
11 66 Rata-Rata Kelas 70,06
Aspek kognitif pada siklus I pertemuan II dapat disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi seperti yang disajikan pada tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II
No Interval Frekuensi
( fi )
Nilai tengah
( xi ) fi.xi
Prosentase
%
1 40 49 4 44,5 178 9,67
2 50 59 5 54,5 272,5 19,35
3 60 69 7 64,5 451,5 22,58
4 70 79 6 74,5 447 19,35
5 80 89 5 84,5 422,5 16,13
6 90 99 4 94,5 378 12,9
Rata-rata kelas 69,34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Distribusi frekuensi yang ada pada tabel 12 dapat dibuat grafik seperti
pada gambar 15.
Gambar 15. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan II
Berpijak dari gambar 15 di atas dapat dijabarkan bahwa siswa yang
mendapat nilai antara 40 49 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapat
nilai antara 50 59 ada enam siswa atau 19,35%. Siswa yang mendapat nilai
antara 60 69 ada tujuh siswa atau 22,58%. Dan siswa yang mendapat nilai antara
70 79 ada enam siswa atau 19,35%. Siswa yang mendapat nilai antara 80 89
ada lima siswa atau 16,13%. Dan siswa yang mendapat nilai antara 90 99 ada
empat siswa atau 12,9%.
d. Tahap Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan
selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara
mengumpulkan hasil belajar pertemuan I dan II selanjutnya dibuat rata-rata,
setelah dirata-rata kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja yang telah ditetapkan adalah 67% (21 siswa) dari 31
siswa mampu mendapatkan nilai sama atau lebih besar dari KKM yaitu 60 dan
mempunyai nilai rata-rata dari lembar pengamatan sama atau lebih besar dari 60.
Data yang diperoleh dari tahap observasi, pada pertemuan I sebanyak 15
atau 48,387% siswa mempunyai rata-rata nilai lembar pengamatan yang meliputi
0
1
2
3
4
5
6
7
40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 - 89 90 - 99
jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keterampilan sosial lebih dari 60. Dan
13 atau 41,93% siswa memiliki nilai hasil evaluasi lebih dari 60. Data dari
pertemuan yang kedua mendapatkan bahwa 14 siswa atau 45,16% mempunyai
nilai rata-rata lembar pengamatan yang meliputi aspek psikomotor, perilaku
berkarakter dan keteranpilan sosial lebih dari 60. Dan 22 atau 70,97% siswa
memiliki nilai hasil evaluasi lebih dari 60. Pada aspek aktivitas siswa pada
pertemuan I mendapat 2,6 dan pada pertemuan II mendapat 2,9. Adapun kinerja
guru pada pertemuan I mendapat 3,42 dan pertemuan II mendapat 3,75. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa perlu ditingkatkan.
Aspek pengamatan yang meliputi aspek psikomotor, perilaku berkarakter
dan keterampilan sosial pada pertemuan I ada 15 siswa dan pertemuan II ada 14
siswa. Dari data itu rata-rata kelulusan siswa pada aspek psikomotor, perilaku
berkarakter dan keterampilan sosial adalah 14,5. Hasil evaluasi yang mendapatkan
nilai sama dengan atau lebih besar dari 60 pada pertemuan I ada 13 siswa dan
pada pertemuan dua ada 22 siswa. Jika di rata-rata hasilnya adalah 17,5.
Mengingat indikator kinerjanya adalah 21 siswa untuk rata-rata aspek psikomotor,
perilaku berkarakter dan keterampilan sosial serta nilai akhir. Masih harus ada
perbaikan.
Bertolak dari pemaparan di atas dapat ditarik simpulan bahwa siswa
masih asing dengan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe
numbered heads together yang sedang dilakssiswaan. Sedangkan perbedaan
antara pertemuan I dan pertemuan II adalah metode perhitungnya. Dapat dilihat
bahwa siswa siswa masih kesulitan dengan metode kertas berpetak. Dengan kertas
berpetak siswa dapat leluasa dalam mengalikan bilangan pecahan. Namun tidak
efektif jika digunakan untuk bilangan pecahan yang melibatkan bilangan besar.
Dengan menggunakan perkalian bilangan pembilang dan bilangan penyebut
terbukti dapat memudahkan siswa dalam mengalikan bilangan pecahan.
Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus pertama memiliki beberapa
kelemahan, kelemahan itu dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Siswa masih kesulitan dalam menggunakan metode kertas berpetak
dalam membedakan antara bilangan pengali dan yang dikalikan hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
menggunakan arsiran yang berbeda. Siswa kebingungan antara yang
diarsir dua kali dan sekali.
2. Kerja sama dalam kelompok masih sangat kurang. Siswa terlihat
mengerjakan lembar kerja secara sendiri-sendiri dan tidak dilakukan
secara bersama-sama.
3. Dalam mengerjakan evaluasi siswa tidak menyertakan langkah-
langkahnya.
Berpijak dari tiga kekurangan pada siklus pertama di atas, maka
dilakukan beberapa langkah perbaikan pada siklus II. Langkah perbaikan yang
dilakssiswaan adalah:
1. Siswa dalam menggunakan metode kertas berpetak pada pertemuan
pertama arsiran yang berbeda dengan warna yang sama. Pada siklus
kedua digunakan pensil warna yang mempunyai warna yang berbeda.
2. Diperlukan pembahasan secara detail dan konsep yang disederhsiswaan
dalam penjelasannya dalam kertas berpetak.
3. Kerja sama kelompok sangat kurang pada siklus pertama. Hal itu
disebabkan lembar kerja yang diberikan pada setiap siswa. Untuk itu
pada siklus kedua lembar kerja diberikan untuk setiap kelompok.
Sehingga pada tiap kelompok hanya diberikan sebuah lembar kerja.
Dengan harapan siswa dapat bekerja sama lebih baik.
4. Pada siklus kedua tugas dilakukan secara struktur. Agar dapat diketahui
sampai mana kemampuan siswa. Dan disertai dengan penambahan beban
materi.
D. Deskripsi Hasil Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan mengalikan bilangan pecahan masih perlu
ditingkatkan. Tindakan siklus II dilakssiswaan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan yaitu selama 2 kali pertemuan, yang dimulai pada 9 Maret 2011 dan 10
Maret 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan siklus II dilakukan mulai dengan merefleksi
kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I. Setelah itu menyusun rancangan
tindakan yang akan dilakssiswaan. Rancangan tindakan menggunakan model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads together
(NHT). Rancangan tersebut dikonsultasikan pada hari Selasa, 8 Maret 2011.
Selanjutnya pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilakssiswaan selama 2 kali
pertemuan yakni pada hari Rabu, 9 Maret 2011 dan Kamis 10 Maret 2011.
Adapun deskripsi perencanaan siklus meliputi menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), fasilitas dan sarana pendukung serta lembar pengamatan.
Untuk lembar pengamatan, fasilitas dan sarana pendukung yang digunakan masih
sama dengan siklus I. Hanya untuk RPP yang disempurnakan berdasarkan refleksi
siklus I.
Penyusunan RPP pada siklus II pada dasarnya adalah sama dengan RPP
pada siklus I. Hanya ada perubahan pada langkah pembelajaran. Serta
penambahan alat yang berupa pensil warna dan perdalaman materi pada
pertemuan I dan penambahan beban pada pertemuan II. Pada langkah
pembelajaran lembar kerja siswa dirancang untuk satu kelompok, tidak untuk
setiap siswa. Dimaksudkan agar siswa dapat bekerja sama dengan lebih baik.
Pensil warna digunakan untuk lebih memperjelas arsiran pada pertemuan I, dan
penambahan materi dilakukan pada pertemuan II untuk menguji sampai di mana
kemampuan siswa sesungguhnya.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilakssiswaan dalam dua pertemuan.
Masing masing pertemuan dilakssiswaan dalam dua jam pelajaran (2 x 35
menit). Kedua pertemuan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilakssiswaan pada hari Rabu, 9 Maret 2011.
Membahas tentang mengalikan bilangan pecahan dengan metode kertas
berpetak. Dengan metode ini siswa diajak menghitung perkalian bilangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pecahan dengan cara yang semi konkrit. Biasa dilakukan untuk menangani
siswa yang lambat dalam berhitung.
Pertemuan diawali dengan salam dan mengabsen siswa. Guru
melakssiswaan apersepsi dengan mengulang pelajaran perkalian
menggunakan kertas berpetak yang telah dilakssiswaan dengan menguraikan
kesalahan-kesalahan yang terjadi. Guru menjelaskan materi perkalian
bilangan pecahan menggunakan metode kertas berpetak. Penjelasan guru
lebih ditekankan pada penghitungan kertas berpetak yang akan digunakan dan
pembacaan hasil arsiran.
Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 6 orang.
Selanjutnya guru membagikan nomor kepada setiap siswa. Setelah siswa
mendapatkan nomornya masing-masing, guru membagikan lembar kerja pada
setiap kelompok.
Siswa melakukan diskusi kelompok menggunakan tipe numbered
heads together dengan menggunakan satu lembar kerja siswa. Pengerjaan
lembar kerja siswa dilakukan dengan menggunakan pensil warna. Dalam
melakukan diskusi kelompok kerjasama semakin terlihat. Dengan
menggunakan satu lembar kerja, siswa mengerjakannya secara bergantian.
Terlihat jika salah satu siswa mengerjakan lembar kerja, siswa yang lain
memperhatikan dengan seksama. Setelah diskusi, dilakukan persentasi
dengan pengacakan warna kelompok beserta nomornya. Presentasi dilakukan
oleh siswa yang ditunjuk oleh guru dan ditanggapi oleh siswa yang
mempunyai nomor sama dari kelompok yang berbeda. Pada akhir diskusi
guru beserta siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok yang sudah
dikerjakan. Siswa mengerjakan tes evaluasi pada akhir pembelajaran.
2. Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilakssiswaan pada hari Kamis, 10 Maret 2011.
Membahas tentang mengalikan bilangan pecahan dengan metode perkalian
bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut.
Pembelajaran diawali dengan salam dan mengabsen siswa. Guru
melakssiswaan apersepsi dengan menuliskan perkalian bilangan cacah. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
menanyakan kepada siswa tentang materi perkalian bilangan cacah. Hingga
guru menunjukkan bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang. Guru
menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu perkalian bilangan pecahan
menggunakan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan
penyebut.
Mengingat hasil pada siklus I, guru hanya menjelaskan secara
sederhana. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 6 orang. Guru
membagi nomor serta lembar kerja pada setiap Kelompok. Dalam
mengerjakan lembar kerja siswa secara bergantian dan saling mengoreksi.
Dengan ini kerja sama kelompok sudah tampak. Setelah itu dilakukan
pengacakan nomor, lalu presentasi. Presentasi hanya memberiikan
pengoreksian karena sebagian besar siswa mampu mengerjakan dengan
benar. Barulah ditarik simpulan pembelajaran dan dilanjutkan dengan
melakukan tes evaluasi pada pertemuan kedua.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi atau pengamatan adalah suatu kegiatan dalam penelitian
yang berfungsi sebagai salah satu tolok ukur terhadap keberhasilan penelitian.
Observasi dilakukan oleh teman sejawat. Tahap observasi ini meliputi beberapa
aspek, yaitu: aspek psikomotor, aspek keterampilan sosial, aspek perilaku
berkarakter, kegiatan guru, lembar kinerja guru, aktivitas belajar siswa, serta
aspek keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tahap observasi
dilakukan setiap pertemuan dan dinyatakan dalam bentuk persen (%), banyaknya
presentase dihitung dari seluruh jumlah siswa kelas V yaitu 31 siswa.
1. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama, dari aspek psikomotor (lampiran 6) dapat dikatakan
cukup baik, terbukti dengan ada dua puluh tiga siswa atau 74,19 % siswa yang
mampu menjawab pertanyaan secara benar. Sub aspek mengeluarkan pendapat
ada tujuh belas siswa atau 54,83%. Siswa yang mampu melakukan berpikir
bersama secara baik ada tujuh belas siswa atau 54,83% dan yang mampu
menanggapi pertanyaan saat presentasi ada enam belas siswa atau 51,61%. Jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
diambil rata-rata hanya mendapatkan 58,87%. Dengan kata lain siswa siap untuk
pembelajaran cooperative learning tipe numbered heads together.
Aspek pengamatan perilaku berkarakter (lampiran 7) mempunyai rentang
nilai 1 4. Hasil pengamatan dapat dipaparkan sebagai berikut: kejujuran
mendapatkan porsi yang membanggakan yaitu 3,16 atau 79,03%. Aspek
membantu teman mendapatkan nilai 2,87 atau 71,77%. Ketepatan waktu
mendapatkan 2,67 atau 66,93% . Ketelitian mendapatkan nilai 2,74 atau 68,55%.
Dan tanggung jawab mendapatkan nilai 2,55 atau 63,7%. Jika diambil rata-rata
hanya mencapai 70%. Hal yang dapat dipetik dari itu adalah tumbuhnya karakter
yang baik. Bila dilanjutkan akan menjadi sesuatu yang baik pula.
Keterampilan sosial (lampiran 8) yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
dari sub aspek bertanya mendapatkan rentang nilai 3,7 atau 74,19%. Dari
menyumbangkan pendapat atau ide mendapatkan nilai 3,258 atau 65,16%.
Menjadi pendengar yang baik mendapatkan nilai 3,84 atau 76,8%. Dan dari kerja
sama mendapatkan nilai 4 atau setara dengan 80%. Dari keempat sub aspek
tersebut didapatkan rata-rata nilai 3,7 atau setara dengan 74,03%. Perolehan nilai
yang memuaskan. Keterampilan sosial memang mendapatkan porsi yang lebih
dari rata-rata.
Pengamatan aktivitas belajar matematika (lampiran 10) diperoleh hasil
yang cukup baik. Dari 10 aspek yang diamati yaitu (1) siswa mempersiapkan diri,
(2) siswa meminta materi, (3) partisipasi siswa, (4) perhatian siswa, (5) siswa
memanfaatkan media pembelajaran, (6) siswa menjawab pertanyaan, (7) siswa
memperhatikan penjelasan guru, (8) siswa mencatat pokok-pokok penting materi,
(9) kesiapan siswa melakukan model pembelajaran kooperatif teknik NHT, dan
(10) siswa menanggapi jawaban teman. Dua aspek dapat menarik aktivitas siswa
sebesar 67% dapat dikatakan baik atau skor 4. Tujuh aspek yang mendapat respon
cukup atau 3. Dan hanya satu aspek yang menarik aktivitas siswa kurang skor 2
dari 67%. Dengan rata-rata 3 terkesan sebagai pembelajaran mulai digemari,
namun belum tercapai pada tingkat pembelajaran yang mengaktifkan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Beerdasarkan pemaparan di atas dapat dijabarkan perolehan nilai dari
aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor. Dapat disajikan
dalam tabel 13 di bawah ini:
Tabel 13. Rekapitulasi nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor
siklus II pertemuan I
No Aspek Pengamatan Rata -
rata No
Aspek Pengamatan Rata -
rata < 1 > < 2 > < 3 > < 1 > < 2 > < 3 >
1 75 75 75 75 17 80 80 75 78,3
2 85 80 75 80 18 70 70 25 55
3 55 65 50 56,6 19 80 65 50 65
4 80 85 75 80 20 70 70 50 63,3
5 60 45 50 51,6 21 85 85 75 81,6
6 80 65 75 73,3 22 60 80 75 71,6
7 75 60 50 61,6 23 65 75 50 63,3
8 75 80 75 76,6 24 80 65 25 56,6
9 85 85 50 73,3 25 55 55 25 45
10 85 75 100 86,6 26 75 60 75 70
11 80 50 25 51,6 27 95 90 100 95
12 60 60 50 56,6 28 90 95 100 95
13 80 60 50 63,3 29 70 50 50 56,6
14 60 70 50 60 30 55 40 50 48,3
15 65 70 25 53,3 31 95 85 75 85
16 70 80 50 66,6 Rt-Rt 68,55 64,35 49,19 67,63
Keterangan:
< 1 > = keterampilan sosial, < 2 > = perilaku berkarakter, < 3 > = aspek psikomotor
Tabel 13 tersebut terlihat dengan jelas bahwa jumlah siswa yang
mendapatkan nilai sama atau di atas 60 baru dua puluh satu siswa atau 67,74%.
Sudah melampaui sedikit di atas target yaitu dua puluh satu siswa atau 67%. Jika
tabel 21 di atas disajikan dalam bentuk daftar distribusi frekuensi maka dapat
disajikan pada tabel 14 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 14. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor
siklus II pertemuan I
Tabel 14 dapat di jadikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 16 .
Gambar 16. Grafik nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor
siklus II pertemuan I
Informasi dari gambar 16 di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: siswa
yang mendapatkan nilai antara 41 50 ada dua siswa atau 6,45%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 51 60 ada sembilan siswa atau 29,03%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 61 70 ada tujuh siswa atau 22,58%. Siswa yang
mendapat rentang nilai antara 71 80 ada delapan siswa atau 25,8%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 81 90 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang
mendapat nilai antara 91 100 ada dua siswa atau 6,45%.
0
2
4
6
8
10
41 -
50
51 -
60
61 -
70
71 -
80
81 -
90
91 -
100
banyak siswa
No Interval Frekuensi
( fi )
Nilai tengah
( xi ) fi.xi
Prosentase
%
1 41 50 2 45,5 91 6,45
2 51 60 9 55,5 499,5 29,03
3 61 70 7 65,5 458,5 22,58
4 71 80 8 75,5 604 25,8
5 81 90 3 85,5 256,5 9,67
6 91 100 2 95,5 191 6,45
Rata-rata kelas 67,75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Lembar observasi kinerja guru (lampiran 9) dapat dilihat bahwa bahwa
dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru telah melakukannya dengan cukup
baik. Hal tersebut dapat tercermin dari aspek yang mendapat nilai baik atau nilai 4
adalah: (1)mengkondisikan siswa. (2) Menyampaikan tujuan, (3) memberiikan
kesempatan bertanya, (4) mengarahkan siswa bekerja sama, (5) memberiikan tes
akhir, (5) mengevaluasi. Mendapat nilai cukup atau skor 3 pada aspek: (1)
memberiikan motivasi, (3) melakukan apersepsi, (4) menyampaikan materi, (5)
balikan. Rata-rata yang didapat adalah 3,58. Kondisi ini dikatakan baik.
Aspek kognitif dapat diketahui dengan cara tes tertulis. Aspek yang
diukur meliputi kompetensi produk dan kompetensi proses. Kompetensi produk
yang diukur dalam pertemuan ini adalah siswa dapat mengalikan bilangan
pecahan dengan metode kertas berpetak, sedangkan kompetensi proses yang
diukur yakni siswa dapat menggambarkan perkalian bilangan pecahan dengan
metode kertas berpetak. Tes tersebut didapatkan hasil seperti yang tersaji pada
tabel 15.
Tabel 15. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan I No Nilai No Nilai No Nilai
1 60 12 65 22 70
2 85 13 60 23 60
3 55 14 45 24 45
4 80 15 55 25 40
5 45 16 60 26 60
6 55 17 50 27 100
7 40 18 45 28 70
8 70 19 70 29 50
9 80 20 55 30 60
10 75 21 60 31 90
11 60 Rata-Rata Kelas 61,77
Aspek kognitif pada siklus II pertemuan I dapat disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi seperti yang disajikan pada tabel 16 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 16. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan I
No Interval Frekuensi
( fi )
Nilai tengah
( xi ) fi.xi
Prosentase
%
1 38 46 6 42 252 19,35
2 47 55 5 51 255 16,13
3 56 64 9 60 540 29,03
4 65 73 5 69 345 16,13
5 74 82 2 78 156 6,45
6 83 91 3 87 261 9,67
7 92 100 1 96 96 3,23
Rata-rata kelas 61,45
Distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti
gambar 17.
Gambar 17. Grafik daftar nilai tes pada siklus II pertemuan I
Gambar 17 di atas dapat dijabarkan bahwa siswa yang mendapat nilai
antara 38 46 ada enam siswa atau 19,35%. Siswa yang mendapat nilai antara
47 55 ada lima siswa atau 16,13%. Siswa yang mendapat nilai antara 56 64
ada sembilan siswa atau 29,03%. Siswa yang mendapat nilai antara 65 73 ada
lima siswa atau 16,13%. Siswa yang mendapat nilai antara 74 82 ada dua siswa
atau 6,45%. Siswa yang mendapat nilai antara 83 91 ada tiga siswa atau 9,67%.
Siswa yang mendapat nilai antara 92 100 ada satu siswa atau 3,23%.
2. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua, dari aspek psikomotor (lampiran 6) dapat dikatakan
cukup baik, terbukti dengan ada dua puluh lima siswa atau 80,65% siswa yang
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
38 - 46 47 - 55 56 - 64 65 - 73 74 - 82 83 - 91 92 -
100
jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
mampu menjawab pertanyaan secara benar. Sub aspek mengeluarkan pendapat
ada delapan belas siswa atau 58,06%. Siswa yang mampu melakukan berpikir
bersama secara baik ada dua puluh satu siswa atau 67,74% dan yang mampu
menanggapi pertanyaan saat presentasi ada empat belas siswa atau 45,16%. Jika
diambil rata-rata hanya mendapatkan 58,87%. Dengan kata lain siswa telah siap
untuk pembelajaran cooperative learning tipe numbered heads together.
Aspek pengamatan perilaku berkarakter (lampiran 7) mempunyai rentang
nilai 1 4. Hasil pengamatan dapat dipaparkan sebagai berikut: kejujuran
mendapatkan porsi yang membanggakan yaitu 2,74 atau 68,55%. Aspek
membantu teman mendapatkan nilai 2,77 atau 69,35%. Ketepatan waktu
mendapatkan 2,84 atau 70,97% . Ketelitian mendapatkan nilai 2,48 atau 62,1%.
Dan tanggung jawab mendapatkan nilai 2,55 atau 63,7%. Jika diambil rata-rata
hanya mencapai 66,94%. Hal yang dapat dipetik dari itu adalah menurunnya
karakter yang baik. Terbukti nilai karakter turun dari pertemuan pertama. Karena
kemampuan individu siswa yang telah cukup tinggi, menyebabkan nilai
karakternya turun.
Keterampilan sosial (lampiran 8) yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
dari sub aspek bertanya mendapatkan rentang nilai 3,97 atau 79,35%. Dari
menyumbangkan pendapat atau ide mendapatkan nilai 3,35 atau 67,1%. Menjadi
pendengar yang baik mendapatkan nilai 3,94 atau 78,71%. Dan dari kerja sama
mendapatkan nilai 3,84 atau setara dengan 76,77%. Dari keempat sub aspek
tersebut didapatkan rata-rata nilai 3,77 atau setara dengan 75,48%. Perolehan nilai
yang memuaskan. Keterampilan sosial memang mendapatkan porsi yang lebih
dari rata-rata.
Pengamatan aktivitas belajar matematika (lampiran 10) diperoleh hasil
yang cukup baik. Dari 10 aspek yang diamati yaitu (1) siswa mempersiapkan diri,
(2) siswa meminta materi, (3) partisipasi siswa, (4) perhatian siswa, (5) siswa
memanfaatkan media pembelajaran, (6) siswa menjawab pertanyaan, (7) siswa
memperhatikan penjelasan guru, (8) siswa mencatat pokok-pokok penting materi,
(9) kesiapan siswa melakukan model pembelajaran kooperatif teknik NHT, dan
(10) siswa menanggapi jawaban teman. Enam aspek dapat dikatakan baik atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
skor 4 karena dapat menarik aktivitas siswa sebesar 67%. Tiga aspek yang
mendapat respon cukup atau skor 3. Dan hanya satu aspek yang menarik aktivitas
siswa kurang atau skor 2 dari 67%. Rata-rata yang didapat adalah 3,5. Pada tahap
ini siswa sudah memulai beradaptasi dengan pembelajaran kooperatf tipe NHT.
Berpijak dari keterangan di atas dapat disajikan perolehan nilai dari
aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter dan psikomotor dalam tabel 17:
Tabel 17. Rekapitulasi nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor
siklus II pertemuan II
No Aspek Pengamatan Rata -
rata No
Aspek Pengamatan Rata -
rata < 1 > < 2 > < 3 > < 1 > < 2 > < 3 >
1 75 70 75 73,3 17 80 80 75 78,3
2 85 75 75 78,3 18 70 70 25 55
3 60 70 50 60 19 80 65 50 65
4 85 80 75 80 20 75 65 50 63,3
5 60 50 50 53,3 21 95 80 75 83,3
6 85 70 75 76,6 22 55 70 75 66,6
7 80 55 50 61,6 23 65 60 75 66,6
8 70 80 75 75 24 75 60 50 61,6
9 85 75 50 70 25 55 55 50 53,3
10 90 75 100 88,3 26 75 55 75 68,3
11 80 55 50 61,6 27 95 85 100 93,9
12 65 50 50 55 28 90 85 75 93,9
13 80 65 50 65 29 65 50 50 55
14 70 70 50 63,3 30 55 40 50 48,3
15 65 60 50 58,3 31 95 80 75 83,3
16 80 75 75 76,6 Rt-Rt 75,48 66,64 62,9 68,4
Keterangan:
< 1 > = keterampilan sosial, < 2 > = perilaku berkarakter, < 3 > = aspek psikomotor
Tabel 17 tersebut terlihat dengan jelas bahwa jumlah siswa yang
mendapatkan nilai sama atau di atas 60 hanya dua puluh empat siswa atau
77,42%. Sudah di atas angka yang diharapkan yaitu dua puluh satu siswa atau
67%. Jika tabel 16 di atas disajikan dalam bentuk daftar distribusi frekuensi maka
dapat disajikan pada tabel 18 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 18. Distribusi frekuensi nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor
siklus II pertemuan II
Tabel 18 dapat dijadikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 18.
Gambar 18. Grafik nilai pengamatan aspek
keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor
siklus II pertemuan II
Informasi dari gambar 18 di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: siswa
yang mendapatkan nilai antara 41 50 ada satu siswa atau 3,22%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 51 60 ada tujuh siswa atau 22,58%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 61 70 ada sebelas siswa atau 35,48%. Siswa yang
mendapat rentang nilai antara 71 80 ada tujuh siswa atau 22,58%. Siswa yang
mendapatkan nilai antara 81 90 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang
mendapat nilai antara 91 100 ada dua siswa atau 6,45%.
0
2
4
6
8
10
12
41 -
50
51 -
60
61 -
70
71 -
80
81 -
90
91 -
100
banyak siswa
No Interval Frekuensi
( fi )
Nilai tengah
( xi ) fi.xi
Prosentase
%
1 41 50 1 45,5 45,5 3,22
2 51 60 7 55,5 388,5 22,58
3 61 70 11 65,5 720,5 35,48
4 71 80 7 75,5 528,5 22,58
5 81 90 3 85,5 256,5 9,67
6 91 100 2 95,5 191 6,45
Rata-rata kelas 68,73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Lembar observasi kinerja guru (lampiran 9) dapat dilihat bahwa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran guru telah melakukan dengan cukup baik. Hal
tersebut dapat tercermin dari aspek yang mendapat nilai baik atau skor 4 adalah:
(1) mengkondisikan siswa. (2) Menyampaikan tujuan, (3) memberiikan
kesempatan bertanya, (4) mengarahkan siswa bekerja sama, (5) memberiikan tes
akhir, (5) mengevaluasi. Mendapat nilai cukup atau skor 3 pada aspek: (1)
memberiikan motivasi, (3) melakukan apersepsi, (4) menyampaikan materi, (5)
balikan. Rata-rata nilai yang diperoleh adalah 3,6. Ini menunjukkan adanya
peningkatan yang lebih baik lagi.
Aspek kognitif diketahui dengan cara tes tertulis. Aspek yang diukur
meliputi kompetensi produk dan kompetensi proses. Kompetensi produk yang
diukur dalam pertemuan ini adalah siswa dapat mengalikan bilangan pecahan
dengan metode perkalian bilangan pembilang dan perkalian bilangan penyebut,
sedangkan kompetensi proses yang diukur yakni siswa dapat menghitung
perkalian bilangan pecahan dengan metode perkalian bilangan pembilang dan
perkalian bilangan penyebut. Dari tes itu didapatkan hasil seperti yang tersaji pada
tabel 19 berikut ini.
Tabel 19. Rekapitulasi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan II No Nilai No Nilai No Nilai
1 50 12 60 22 100
2 70 13 70 23 70
3 60 14 60 24 60
4 80 15 40 25 40
5 50 16 100 26 80
6 50 17 50 27 90
7 40 18 60 28 90
8 80 19 80 29 50
9 100 20 60 30 60
10 100 21 100 31 100
11 60 Rata-Rata Kelas 69,68
Aspek kognitif pada siklus II pertemuan II dapat disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi seperti yang disajikan pada tabel 20 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 20. Distribusi frekuensi daftar nilai tes pada siklus II pertemuan II
No Interval Frekuensi
( fi )
Nilai tengah
( xi ) fi.xi
Prosentase
%
1 38 46 3 42 168 9,67
2 47 55 5 51 255 16,13
3 56 64 8 60 480 25,8
4 65 73 3 69 207 9,67
5 74 82 4 78 312 12,9
6 83 91 2 87 174 6,45
7 92 100 6 96 576 19,35
Rata-rata kelas 70,06
Distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti
gambar 19.
Gambar 19. Grafik daftar nilai tes pada siklus I pertemuan I
Gambar 19 di atas menggambarkan bahwa siswa yang mendapat nilai
antara 38 46 ada tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapat nilai antara 47
55 ada lima siswa atau 16,13%. Siswa yang mendapat nilai antara 56 64 ada
delapan siswa atau 25,8%. Siswa yang mendapat nilai antara 65 73 ada tiga
siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapat nilai antara 74 82 ada empat siswa atau
12,9%. Siswa yang mendapat nilai antara 83 91 ada dua siswa atau 6,45%.
Siswa yang mendapat nilai antara 92 100 ada enam siswa atau 19,35%.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama
proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara
mengumpulkan hasil belajar pertemuan I dan II selanjutnya dibuat rata-rata,
0
1
2
3
4
5
6
7
8
38 -
46
47 -
55
56 -
64
65 -
73
74 -
82
83 -
91
92 -
100
jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
setelah dirata-rata kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja yang telah ditetapkan adalah 67% (21 siswa) dari 31
siswa mampu mendapatkan nilai sama atau lehih besar dari KKM yaitu 60 dan
mempunyai nilai rata-rata dari lembar pengamatan sama atau lebih besar dari 60.
Data yang diperoleh dari tahap observasi, pada pertemuan I sebanyak 21
atau 67,7% siswa mempunyai rata-rata nilai lembar pengamatan yang meliputi
aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan keterampilan sosial lebih dari 60. Dan
19 atau 61,29% siswa memiliki nilai hasil evaluasi lebih dari 60. Data dari
pertemuan yang kedua mendapatkan bahwa 24 siswa atau 77,42% mempunyai
nilai rata-rata lembar pengamatan yang meliputi aspek psikomotor, perilaku
berkarakter dan keterampilan sosial lebih dari 60. Dan 23 atau 74,19% siswa
memiliki nilai hasil evaluasi lebih dari 60.
Berdasarkan data tersebut dapat diambil simpulan yaitu: Aspek
pengamatan yang meliputi aspek psikomotor, perilaku berkarakter dan
keterampilan sosial pada pertemuan I ada 21 siswa dan pertemuan II ada 24 siswa.
Dari data itu rata-rata kelulusan siswa pada aspek psikomotor, perilaku
berkarakter dan keterampilan sosial adalah 22,5. Hasil evaluasi yang mendapatkan
nilai sama dengan atau lebih besar dari 60, pada pertemuan I ada 19 siswa dan
pada pertemuan dua ada 23 siswa. Jika di rata-rata hasilnya adalah 21. Mengingat
indikator kinerjanya adalah 21 siswa untuk rata-rata aspek psikomotor, perilaku
berkarakter dan keterampilan sosial serta nilai akhir. Maka siklus ini dapat
dikatakan berhasil.
E. Tahap Tes akhir
Tahap pelaksanaan tes akhir ini untuk mengukur sejauh mana kenerja
kemampuan siswa dalam menghitung. Dalam tes akhir siswa tidak dibebani
dengan langkah kerja maupun metode yang digunakan. Siswa hanya dituntut
untuk dapat menghitung perkalian bilangan pecahan dengan cepat.
Proses yang digunakan adalah dengan memberiikan sejumlah 30 soal dan
dikerjakan dalam waktu maksimal 20 menit. Adapun hasil yang dicapai
ditunjukkan pada tabel 21.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 21. Rekapitulasi daftar nilai tes akhir No Nilai No Nilai No Nilai
1 93 12 93 22 90
2 40 13 90 23 96
3 70 14 70 24 66
4 80 15 83 25 40
5 46 16 100 26 83
6 66 17 80 27 76
7 96 18 76 28 96
8 76 19 100 29 66
9 66 20 95 30 40
10 100 21 100 31 73
11 66 Rata-Rata Kelas 77,8
Daftar nilai tes akhir dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
seperti yang disajikan pada tabel 22 berikut ini:
Tabel 22. Distribusi frekuensi daftar nilai tes akhir
No Interval Frekuensi
( fi )
Nilai tengah
( xi ) fi.xi
Prosentase
%
1 26 40 3 33 99 38,7
2 41 55 1 48 48 25,8
3 56 70 7 63 441 22,58
4 71 85 8 78 642 3,23
5 86 100 12 93 1116 9,67
Rata-rata kelas 75,68
Distribusi frekuensi tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti
gambar 20 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar 20. Grafik daftar nilai tes akhir
Gambar 20 di atas dapat dijabarkan bahwa: siswa yang mendapat nilai
antara 26 40 adalah tiga siswa atau 9,67%. Siswa yang mendapat nilai antara 41
55 adalah satu siswa atau 3,23%. Siswa yang mendapat nilai antara 56 70
adalah tujuh siswa atau 22,58%. Siswa yang mendapat nilai antara 71 85 adalah
delapan siswa atau 25,8%. Siswa yang mendapat nilai antara 86 100 adalah dua
belas siswa atau 38,7%. Hasil inilah yang menunjukkan kecepatan hitung siswa
setelah mengikuti pembelajaran cooperative learning tipe numbered heads
together. Jumlah siswa yang dapat memenuhi indikator kinerja adalah dua puluh
tujuh siswa atau 87,1%.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dapat dilihat bahwa peningkatan kemampuan yang terjadi
terlihat dari peningkatan-peningkatan dari komponen pembelajaran. Dari yang
terjadi pada kondisi awal. Banyaknya siswa yang mampu memenuhi indikator
kinerja pada tahap penilaian kognitif dapat dijabarkan dalam table 23 di bawah
ini.
0
2
4
6
8
10
12
26 - 40 41 - 55 56 - 70 71 - 85 86 -
100
jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 23. Rekapitulasi daftar nilai mengalikan bilangan pecahan Kriteria Ketuntasan
Minimal Kondisi awal Siklus I Siklus II Tes akhir
Jumlah siswa yang
memenuhi indikator
kinerja
12
(tabel 3)
17,5
(refleksi
siklus I)
21
(refleksi
siklus II)
27
(tabel 21)
Berpijak dari tabel 23 dapar digambarkan sebagai grafik pada gambar 21.
Gambar 21. Grafik daftar nilai mengalikan bilangan pecahan
Aspek pengamatan aktivitas siswa akan tampak pada tabel 24 di bawah
ini.
Tabel 24. Rekapitulasi skor aktivitas siswa Skor
Uraian Tindakan
Skor
Siklus I Siklus II
I II I II
1 Banyaknya siswa yang mempersiapkan diri untuk
mengikuti pelajaran 2 2 3 3
2 Banyaknya siswa yang berusaha meminta materi
dari guru 1 2 2 2
3 Banyaknya siswa berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran 3 3 4 4
4 Banyaknya siswa yang memperhatikan penjelasan
guru 3 3 3 4
5 Banyaknya siswa yang memanfaatkan media
pembelajaran yang disajikan oleh guru 3 3 4 4
6 Banyak siswa yang dapat menjawab dengan benar
atas pertanyaan yang disampaikan guru 3 3 3 4
7 Sikap yang ditunjukkan siswa saat 3 3 3 4
0
5
10
15
20
25
30
kondisi
awal
siklus I siklus II post test
jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
memperhatikan penjelasan guru mengenai materi
pembelajaran yang diajarkan
8 Banyaknya siswa yang mencacat pokok-pokok
penting dari materi yang diajarkan 3 4 3 4
9 Kesiapan siswa saat akan melakukan
pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT 3 3 3 3
10 Banyaknya siswa yang terlibat aktif menanggapi
jawaban teman saat menjawab pertanyaan guru 2 3 3 3
Total Skor 26 29 30 32
Rata-rata skor 2,6 2,9 3 3,2
Berpijak dari tabel 24 tentang aktivitas siswa dapat disajikan dalam
bentuk grafik pada gambar 22
Gambar 22. Grafik skor aktivitas siswa
Terlihat dengan jelas bahwa pada tabel aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran sangat meningkat. Pada siklus I pertemuan pertama skor 2,6 pada
pertemuan yang kedua 2,9. Pada siklus II pertemuan pertama mendapat 3 dan
pertemuan kedua mendapatkan 3,2. Hal itu akan baik jika terus dilakssiswaan
untuk mencapai pembelajaran yang aktif. Hanya pada aspek meminta materi
belum dapat ditingkatkan. Dalam penelitian dapat dimaklumi karena siswa asik
mendalami materi itu sendiri. Sementara siswa mengembangkan materi sendiri.
Aspek keterampilan sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor terdapat
peningkatan jumlah siswa yang mampu melampaui indikator kinerjanya. Pada
siklus I pertemuan I ada 15 siswa dan 14 pada pertemuan keduanya. Untuk siklus
II pertemuan I ada 21 siswa dan 24 pada pertemuan yang kedua. Terdapat
kenaikan yang siknifkan terhadap siswa. Hal itu mengisyaratkan haruslah ada
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
S I P I SI P II S II P I S II P II
aktivitas siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
pembiasaan terhadap sesuatu yang baru. Sesuatu yang dibiasakan akan menjadi
hal yang biasa dan siswa tidak akan merasa minder dan asing. Sehingga
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Kinerja guru akan terlihat jelas pada tabel 25 di bawah ini
Tabel 25. Rekapitulasi skor kinerja guru
No Aspek yang diamati
Hasil Pengamatan
Siklus I Siklus II
I II I II
1 Kegiatan awal pembelajaran
a. Mengkondisikan siswa ke arah
pembelajaran yang kondusif 3 4 4 4
b. Memberiikan movitasi 3 3 3 3
c. Menyampaikan Tujuan 4 4 4 4
d. Melakukan apersepsi 3 3 3 3
2 Kegiatan inti pembelajaran
a. Menyampaikan materi dengan jelas dan
mudah dipahami 3 4 3 4
b. Memberii kesempatan untuk bertanya 4 4 4 4
c. Mengarahkan siswa untuk bekerja sama
dengan kelompok 3 4 4 4
d. Membimbing siswa dalam kegiatan
kelompok 4 4 3 3
3 Kegiatan akhir pembelajaran
a. Memberiikan tes akhir 4 4 4 4
b. Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi
kelompok 3 4 4 4
c. Memberiikan balikan pada siswa 3 3 3 3
d. Menyimpulkan pelajaran 4 4 4 4
Jumlah skor 41 45 43 44
Rata-rata skor 3,42 3,75 3,58 3,6
Bertolak dari tabel 25 tentang skor kinerja guru dapat disajikan dalam
bentuk grafik pada gambar 23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Gambar 23. Grafik skor kinerja guru
Kinerja guru adalah pelayanan guru terhadap siswanya. Jadi kinerja guru
cenderung pada memenuhi kebutuhan dari siswanya. Dalam hal ini kinerja guru
mengikuti kebutuhan siswa. Dengan skor pada siklus I pertemuan I adalah 3,42
dan pertemuan II yaitu 3,75. Pada siklus II pertemuan I yakni 3,58 dan pertemuan
II mencapai 3,6 sudah dapat dikatakan baik. Berdasarkan hal kinerja guru di atas
banyak hal yang dapat tercermin. Tidak semua kinerja guru dengan skor tinggi
mampu membekas pada siswa.
Hambatan-hambatan yang terjadi pada saat penelitian dapat dikatakan
berangsur-angsur dapat dikendalikan. Pada siklus I siswa masih asing dengan
model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together. Siswa merasa
kebingungan, sehingga banyak siswa yang perhatiannya tercurah pada hal yang
lain. Siswa masih sulit jika diajak diskusi kelompok dengan proses kerjasama.
Dalam hal ini kerjasama tidak terlihat. Siswa yang telah menerima lembar
kerjanya mengerjakan sendiri tanpa mengindahkan teman-temannya. Sehingga
dapat dianggap hanya belajar secara bersama.
Siklus II hambatan yang terjadi dapat ditekan. Walau masih ada siswa
yang belum dapat memusatkan perhatian, namun tidak mengganggu kelancaran
diskusi kelompok. Untuk mengatasi bahwa siswa susah diajak bekerja sama
adalah dengan menggunakan satu lembar kerja pada tiap kelompok. Cara ini
efektif, sebab dapat memperlihatkan proses kerjasana dalam setiap kelompok.
Sehingga pelaksanaan siklus II tidak ada hambatan yang berarti.
2.8
3
3.2
3.4
3.6
3.8
S I P I SI P II S II P I S II P II
skor kinerja guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Hasil wawancara dengan guru kelas sebelum penelitian dimulai
(lampiran 11), menunjukkan bahwa sebelumnya belum pernah dilakukan. Dapat
ditarik garis besar bahwa pembelajaran yang terjadi hanya dilakukan dalam kelas.
Masih banyak siswa yang belum lulus KKM. Hal tersebut siswa sudah sulit untuk
diajak mempelajari perkalian pecahan. Metode pembelajaran sudah pernah
dikenalkan saat ada mahasiswa yang PPL disini. Namun siswa tetap susah dalam
mengikuti pelajaran. Untuk media pembelajaran, sebenarnya ada tapi untuk
perkalian. Namun untuk perkalian pecahan itu masih sulit. Belum ada media
pembelajaran yang mengakomodir perkalian pecahan. Akan tetapi sudah ada
metode perkalian yang dipelajari oleh siswa.
Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) tipe numbered heads together dapat meningkatkan kemampuan
mengalikan bilangan pecahan pada siswa kelas V SD Negeri 01 Jaten,
Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus. Pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata hasil
perkalian bilangan adalah 51,95. Peserta didik yang mencapai KKM yaitu 60
adalah 12 (38,7%) siswa. Pada siklus I rata-rata kelas menjadi 62,77 dengan
tingkat kelulusan adalah 17,5 (56,45% siswa. Sebab siswa tidak dapat dibagi
maka tingkat kelulusan pada siklus I adalah 17 anak. Pada siklus II rata-rata kelas
menjadi 65,725 dengan tingkat kelulusan 21 (67%) anak. Waktu diadakan tes
akhir terbukti bahwa rata-rata kelas menjadi 77,8 dengan tingkat kelulusan siswa
adalah 27 siswa. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning) teknik Numbered Heads Together (NHT)
dapat meningkatkan kemampuan mengalikan pecahan pada siswa kelas V SD
Negeri 01 Jaten, Karanganyar tahun ajaran 2010 / 2011.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap aspek keretampilan
sosial, perilaku berkarakter, dan psikomotor diperoleh data sebagai berikut: Siklus
I pertemuan I ada 15 siswa dan 14 siswa pada pertemuan II. Siklus II pertemuan I
ada 21 siswa dan 24 siswa pada pertemuan II. Maka pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) tipe numbered heads together dapat meningkatkan
efektifitas proses pembelajaran.
B. Implikasi
Penetapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads
together dalam pembelajaran Matematika kelas V tepatnya untuk pembelajaran
perkalian pecahan. Model yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
model siklus, adapun prosedur penelitiannya terdiri dari 2 (dua) siklus. Setiap
siklus dilaksanakan dalam satu minggu. Adapun siklus yang kedua adalah
perulangan untuk memperbaiki siklus pertama yang belum berhasil.
Dalam setiap tindakan atau siklus tediri dari 4 (empat) tahapan kegiatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang.
Sebelum melaksanakan tindakan dalam tahap siklus, perlu perencanaan.
Perencanaan ini selalu memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus
sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat meningkatkan kemampuan
belajar siswa. Hal ini didasarkan pada hasil analisis perkembangan dari pertemuan
I dan pertemuan II dalam satu siklus.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk
membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Adapun implikasi
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered
heads together dapat meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan pecahan
peserta didik kelas V, hal itu dapat ditinjau dari hal-hal berikut.
Dalam menyampaikan materi yang ada hendaknya guru dapat
membangun relasi dengan siswanya. Walaupun dengan materi yang sama jika
interaksi terjadi maka hasilnya akan lebih maksimal. Salah satu jalan untuk
membuat interaksi itu adalah dengan menggunakan model pembelajaran.
Model pembelajaran dirancang sebagai jalan agar pembelajaran tidak
membosankan dan dapat berjalan secara maksimal.
Guru adalah orang yang paling dekat dengan siswa pada saat
pembelajaran. Dari masalah yang kecil hingga besar semua ada jalannya
tersendiri. Masalah yang ditangani adalah beragam. Dari paparan bab IV guru
dapat menganalisa masalah dan memilih model pembelajaran yang tepat.
Jikalau model pembelajaran masih dirasa umum. Uraian diatas dapat dijadikan
acuan untuk dapat memanipulasi model pembelajaran agar sesuai dengan
kebutuhan siswa.
Kemampuan mengalikan bilangan pecahan telah meningkat. Akan
tetapi bukan hanya dari aspek kognitifnya saja. Sebab pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
dianut tidak hanya menelaah satu aspek saja, namun menelaah tiga aspek
penting yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hal tersebut juga terliput dalam
aspek yang diamati yaitu aspek keretampilan sosial, dan psikomotor. Dalam
penelitian ini juga mengacu pada pendidikan karakter. Diukur dengan lembar
pengamatan perilaku berkarakter. Dan terbukti keempat aspek tersebut, yaitu
kognitif, afektif, psikomotor serta pendidikan karakter dapat ditingkatkan
melalui pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe numbered heads
together ini.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan
model dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai
oleh siswa.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar peserta didik. Walaupun kendala yang
dihadapi kelihatan kompleks namun guru harus dapat memecahkan hal tersebut.
Hal yang terpenting dari pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan
siswa. Tidak hanya pada ranah kognitif, namun meliputi ranah afektif,
psikomotor dan katakter anak.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup
skripsi ini antara lain :
1. Bagi Guru
Para guru perlu mempertimbangkan menggunakan model
pembelajaran dalam melaksanakan tugasnya. Dalam pembelajaran matematika
selain diperlukan pembelajaran yang menyenangkan, juga diperlukan agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
siswa dapat mengembangkan materi yang disampaikan. Untuk itu diperlukan
proses tindak lanjut.
2. Bagi Siswa
Peserta didik harus lebih megembangkan inisiatif, kreatif, aktif,
motivasi belajar dan meningkatkan keberanian menyampaikan gagasan dalam
proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan hasil
belajar. Mengingat penilaian hasil belajar meliputi aspek psikomotor, aspek
afektif, dan aspek kognitif.
3. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
mengupayakan pelatihan bagi guru agar dapat menganalisa permasalahan
yang terjadi. Dengan guru dapat menganalisa permasalahan yang terjadi maka
guru dapat memilih serta memanipulasi model pembelajaran agar sesuai
dengan kebutuhan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai
dengan harapan.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya dapat
sebagai landasan tindakan. Lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian
teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) teknik numbered heads together (NHT). Serta melengkapi
kekurangan yang ditemukan kemudian.