Download - Contoh Proposal Skripsi Sistem Informasi
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PENGUKURAN KESELARASAN TUJUAN TEKNOLOGI INFORMASI
DAN TUJUAN BISNIS UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA
DITINJAU DARI PERSPEKTIF PROSES BISNIS/INTERNAL
MENGGUNAKAN STANDAR COBIT 4.1.
Disusun oleh :
RENY KOMALASARINIM : 04210128
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
2011
Pengukuran Keselarasan Tujuan Teknologi Informasi Dan Tujuan Bisnis
Universitas Narotama Surabaya Ditinjau Dari Perspektif Proses
Bisnis/Internal Menggunakan Standar Cobit 4.1
PROPOSAL
Diajukan sebagai syarat untuk mengerjakan Tugas Akhir
Oleh :
Nama : Reny Komalasari
NIM : 04210128
Program : S1 (Strata Satu)
Fakultas : Ilmu Komputer
Program Studi : Sistem Informasi
Surabaya, April 2011
Disetujui :
Pembimbing I
Cahyo Darujati, MTNIDN: 0710097402
Pembimbing II
Indri Sudanawati Rozas, S.KomNIDN: 0721078202
Mengetahui :
Kaprodi S1 Sistem Informasi
Cahyo Darujati, MTNIDN: 0710097402
A. Judul
Pengukuran Keselarasan Tujuan Teknologi Informasi Dan Tujuan Bisnis
Universitas Narotama Surabaya Ditinjau Dari Perspektif Proses Bisnis/Internal
Menggunakan Standar Cobit 4.1.
B. Latar Belakang Masalah
Semua organisasi dalam pembangunan dan pengembangannya
memerlukan informasi agar dapat memaksimalkan pengambilan keputusan baik
yang bersifat operasional maupun terutama yang bersifat strategis untuk semua
masalah disetiap fungsi manajemen.
Diperlukan kecepatan dan ketepatan informasi ketika berbagai masalah
berikut tingkat kompleksitasnya perlu diolah agar bisa mendapatkan solusi yang
diperlukan secara efektif, efisien dan sistemik bagi setiap masalah. Seperti yang
pada umumnya dipahami, peranan teknologi informasi diperlukan untuk
mendapatkan informasi yang cepat dan tepat tersebut.
Teknologi Informasi saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dan
terintegrasi dengan tujuan bisnis organisasi (Sarno, 2009). Bagaimana teknologi
informasi diaplikasikan dalam suatu organisasi akan mempengaruhi seberapa jauh
organisasi tersebut telah mencapai visi, misi ataupun tujuan strategisnya (Sarno,
2009).
Universitas Narotama Surabaya merupakan perguruan tinggi yang
memanfaatkan peranan teknologi informasi dalam proses operasional
organisasinya. Untuk mengetahui sejauh mana peranan teknologi informasi telah
dapat merepresentasikan tujuan bisnis organisasinya, perlu dilakukan evaluasi
pengelolaan teknologi informasi melalui kegiatan audit teknologi informasi di
Universitas Narotama Surabaya.
Dalam melakukan audit, diperlukan sebuah standar yang bisa membantu
agar terjadi pengukuran yang valid dan realable. Dalam penelitian ini, standar
yang digunakan adalah COBIT 4.1 dengan mengacu pada Balanced Scorecard.
Standar COBIT (Control Objectives for Information and related Technology)
dipilih karena kerangka kerja COBIT memberikan gambaran paling detil
mengenai strategi dan kontrol dalam pengaturan proses teknologi informasi yang
mendukung keselarasan strategi bisnis dan tujuan teknologi informasi (Sarno,
2009). Dalam standar COBIT juga terdapat perhitungan nilai Maturity Level yang
merepresentasikan tingkat keselarasan tujuan teknologi informasi dan tujuan
bisnis organisasi.
Sedangkan Balanced Scorecard merupakan kartu skor yang digunakan
untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara faktor
keuangan dan non-keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang serta
kondisi internal maupun eksternal (Sarno, 2009). Pengukuran Balanced Scorecard
memperhatikan 4 perspektif yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu:
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis/internal,
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Oleh karena penerapan teknologi
informasi di Universitas Narotama Surabaya dikelola dan diimplementasikan
berdasarkan kebijakan internal organisasi dengan maksud meningkatkan kualitas
proses yang ada, maka pengukuran keselarasan tersebut dilakukan berdasarkan
perspektif proses bisnis/internal Balanced Scorecard.
Dari penelitian ini, diharapkan dapat diketahui sejauh mana peranan
teknologi informasi dapat merepresentasikan tujuan bisnis Universitas Narotama
Surabaya. Sehingga berdasarkan temuan-temuan dari pelaksaanan audit,
menghasilkan rekomendasi yang dapat digunakan Universitas Narotama Surabaya
sebagai referensi untuk meningkatkan peranan dan pengelolaan teknologi
informasi agar kedepannya dapat mendukung tujuan bisnis organisasi dengan
lebih baik.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, didapatkan suatu
perumusan rmasalah sebagai berikut :
1. Bagaimana melakukan pengukuran keselarasan tujuan teknologi informasi
dan tujuan bisnis Universitas Narotama Surabaya berdasarkan perspektif
proses bisnis/internal Balanced Scorecard menggunakan standar COBIT
4.1.
2. Bagaimana mengelola hasil audit, melakukan analisis maturity level yang
digambarkan dengan grafik laba-laba sampai dengan mengasilkan suatu
rekomendasi untuk pengelolaan teknologi informasi.
D. Pembatasan Masalah
Beberapa batasan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengukuran keselarasan antara tujuan teknologi informasi dan tujuan bisnis
Universitas Narotama Surabaya dilakukan melalui audit teknologi
informasi.
2. Pemetaan ruang lingkup audit menggunakan pendekatan perspektif proses
bisnis/internal Balanced Scorecard dengan mengacu pada standar COBIT
4.1.
3. Tingkat keselarasan tujuan teknologi informasi dan tujuan bisnis organisasi
direpresentasikan oleh nilai Maturity Level.
E. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Melakukan pengukuran tingkat keselarasan tujuan teknologi informasi dan
tujuan bisnis pada Universitas Narotama Surabaya berdasarkan perspektif
proses bisnis/internal menggunakan standar COBIT 4.1 untuk mengetahui
sejauh mana peranan dan pengelolaan teknologi informasi dapat
merepresentasikan tujuan bisnis organisasi.
2. Mengelola hasil audit, melakukan analisis maturity level masing-masing
control objective yang digambarkan dengan grafik laba-laba serta
menghasilkan suatu rekomendasi yang berisi saran dan usulan perbaikan
pengelolaan teknologi informasi.
F. Landasan Teori
F.1. Informasi, Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
Informasi merupakan hasil dari pengolahan data yang secara prinsip
memiliki nilai atau value lebih dibandingkan dengan data mentah sehingga lebih
bermanfaat dan bermakna bagi pemakai. Sedangkan data adalah fakta yang
menyatakan suatu kejadian atau lingkungan fisik yang belum dikelola menjadi
bentuk yang bermakna dan bermanfaat bagi manusia (Karya, 2004). Pengelolaan
informasi sebagai salah satu sumber daya strategis organisasi menjadi salah satu
kunci sukses untuk mendukung tercapainya visi dan misi suatu organisasi
(Herlambang dan Tanuwijaya, 2005: 46-47).
Kata ‘sistem’ mengandung arti ‘kumpulan dari komponen-komponen yang
memiliki unsur keterkaitan antara satu dan lainnya’. Sistem informasi merupakan
suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan
dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi (Scott, 1995: 69, Indrajit,
2000:2-3 dan karya, 2004). Alter (1996) dalam Sarno (2009: 26) mendefinisikan
sistem informasi sebagai sebuah sistem yang menggunakan teknologi informasi
untuk menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mendapatkan, memanipulasi
atau menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh satu atau lebih proses bisnis.
Agar dapat berdaya guna, sistem informasi seharusnya merupakan rangkaian
prosedur formal yang melakukan pengelompokan data, pemrosesan dan
pendistribusian kepada pengguna (Hall, 2001 dalam Sarno, 2009: 26). Peran
penting sistem informasi untuk sebuah organisasi (O’Brien, 1996: 17) adalah:
1. Membantu proses dan operasional bisnis.
2. Mendukung pengambilan keputusan Manajemen.
3. Mendukung penciptaan keunggulan kompetitif yang strategis.
Berdasarkan beberapa definisi sistem informasi yang telah diuraikan, dapat
dikatakan bahwa teknologi informasi merupakan segala cara atau alat yang
terintegrasi yang digunakan untuk menjaring data, mengolah dan mengirimkan
atau menyajikan secara elektronik menjadi informasi dalam berbagai format yang
bermanfaat bagi penggunanya (Sarno, 2009: 27). Dengan demikian, pengertian
teknologi informasi lebih ke arah hal-hal yang terkait dengan teknologi komputer
(computing technology) dan teknologi komunikasi (communication technology)
yang digunakan untuk memproses dan menyebarkan informasi, baik yang bersifat
finansial atau non finansial (Bodnar & Hopwood, 2004, dalam Sarno, 2009: 27).
F.2. Audit Sistem dan Teknologi Informasi
Menurut Ron Weber, audit sistem dan teknologi informasi merupakan
proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti (evidence) untuk menentukan
apakah sistem informasi dapat melindungi aset dan teknologi informasi yang ada
telah memelihara integritas data sehingga keduanya dapat diarahkan pada
pencapaian tujuan bisnis secara efektif dengan menggunakan sumber daya secara
efektif dan efisien (Sayana, 2002, dalam Sarno, 2009: 28). Dengan demikian,
Aktivitas audit perlu dilakukan untuk mengukur dan memastikan kesesuaian
pengelolaan baik sistem maupun teknologi informasi dengan ketetapan dan
standar yang berlaku pada suatu organisasi, sehingga perbaikan dapat dilakukan
dengan lebih terarah dalam kerangka perbaikan berkelanjutan (Sarno, 2009: 27).
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan dan menurut Swastika
(2007), dapat disimpulkan bahwa tujuan dari audit sistem dan teknologi informasi
adalah untuk mengetahui apakah pengelolaan sistem dan teknologi informasi
telah:
Asset safeguard, mampu melindungi aset sistem dan teknologi informasi.
Data integrity, mampu menjamin integritas data.
Effectivity, dalam pengelolaannya untuk mencapai tujuan bisnis organisasi
telah berjalan secara efektif (benar, konsisten, dapat dipercaya dan tepat
waktu).
Efficiency, dalam pengelolaannya untuk mencapai tujuan bisnis organisasi
telah menggunakan sumber daya organisasi secara efisien (optimal).
Secara umum dalam proses pelaksanaan audit terdapat beberapa fase,
yaitu (Imanuel, 2010, Dewi, 2010,):
1. Perencanaan audit dengan merumuskan langkah-langkah yang sistematis.
2. Pengumpulan bukti-bukti dan menilainya.
3. Analisis dan evaluasi temuan terhadap aturan yang sudah ditetapkan.
4. Penyusunan laporan akhir hasil dari pemeriksaan.
F.3. Balanced Scorecard
Balanced Scorecard didefinisikan sebagai “suatu alat manajemen kinerja
(performance manegement tool) yang dapat membantu organisasi untuk
menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan
indikator finansial dan non-finansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu
hubungan sebab akibat” (Luis dan Biromo, 2007). Menurut Sarno (2009: 28),
Balanced Scorecard merupakan kartu skor yang digunakan untuk mengukur
kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara faktor keuangan dan non-
keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang serta kondisi internal
maupun eksternal.
Kaplan dan Norton (1996) memberikan kesimpulan bahwa pengukuran
kinerja secara umum dapat dilakukan dengan memperhatikan empat perspektif,
yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis/internal
dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Keterkaitan satu dengan yang lain
dari keempat perspektif tersebut digambarkan dengan cause-effect relationship
diagram berikut:
Gambar F.1 Cause-Effect Relationship Diagram(Sumber: Gaspersz, 2005:62)
Fungsi Balanced Scorecard menurut Sayekti (2007) adalah:
1. Sebagai sistem pengukuran kinerja yang melihat organisasi secara
keseluruhan melalui empat perspektif.
2. Sebagai sistem manajemen strategik yang menyelaraskan antara tujuan
jangka pendek dengan strategi tujuan jangka panjang.
3. Sebagai sarana komunikasi bagi perusahaan dengan menerjemahkan strategi
kedalam tindakan-tindakan yang seharusnya diambil oleh organisasi.
F.4. Perspektif Proses Bisnis/Internal Balanced Scorecard
Perspektif proses bisnis/internal merupakan salah satu dari empat
perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard. Fokus dalam perspektif ini adalah
proses internal yang seharusnya dilakukan oleh manajemen organisasi, berkaitan
dengan penciptaan produk/jasa untuk menarik dan mempertahankan pelanggan
sekaligus untuk memberikan peningkatan nilai bagi pemegang saham (Sarno,
2009: 13). Proses tersebut dapat dilakukan melalui evaluasi terhadap apa yang
diharapkan pelanggan sesuai dengan kebutuhan bisnisnya pada proses internal
organisasi, seperti: kualitas produk/jasa yang dihasilkan, waktu respon maupun
pengenalan produk.
Untuk peningkatan proses bisnis/internal, Kaplan dan Norton (1996, dalam
Sarno, 2009: 14) membagi proses pokok bisnis/internal menjadi tiga fase:
1. Proses inovasi (Innovation Process).
Terdiri dari dua aktivitas yang saling berkelanjutan yakni identifikasi pasar
kemudian diiringi dengan penciptaan usulan produk/jasa. Pada fase ini,
organisasi mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan masa kini dan masa
mendatang serta mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan
tersebut.
2. Proses operasional (Operational Process).
Terdiri dari aktivitas pembuatan dan penyampaian produk/jasa yang menitik
beratkan pada efisiensi proses, konsistensi serta ketepatan waktu hingga
diterima oleh pelanggan. Pengukuran kinerja pada fase ini dilakukan pada
tiga dimensi: waktu, kualitas proses dan biaya proses.
3. Proses pelayanan purna jual (Postsale Service Process).
Fase ini merupakan bagian yang berpengaruh langsung terhadap kepuasan
pelanggan. Aktivitas yang dilakukan pada fase ini berupa pemberian layanan
kepada pelanggan, seperti: garansi, penyelesaian masalah yang timbul pada
pelanggan, reparasi dan lain-lain.
F.5. Tujuan Bisnis
Menurut McLeod (2004), tujuan bisnis dapat tercapai apabila dijalankan
dengan menggunakan strategi bisnis yang tepat. Strategi (Edwards, 1995) dapat
didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang terintegrasi dan ditujukan
untuk meningkatkan faktor-faktor yang menentukan tujuan dan kemampuan
organisasi.
COBIT (Sarno, 2009: 19) mendefinisikan tujuan bisnis terkait dengan
aktivitas teknologi informasi yang umumnya ada di perusahaan. Pada kerangka
kerja COBIT hanya menjelaskan tujuan-tujuan bisnis yang berkaitan dengan
proses teknologi informasi. Demi memudahkan proses kontrol, COBIT
mengelompokkan tujuan tersebut ke dalam perspektif kinerja Balanced Scorecard
seperti terlihat dalam tabel F.1 (ITGI, COBIT 4.1, 2007). Perusahaan/organisasi
mungkin tidak memiliki semua tujuan bisnis seperti yang dikelompokkan dalam
tabel tersebut. Dalam penyusunan tujuan bisnis, perusahaan dapat memilih yang
sesuai dengan karakteristik organisasinya masing-masing. Pemilihan tujuan bisnis
dapat dilakukan dengan mendefinisikan proses bisnis utama maupun bisnis
pendukung organisasi terlebih dahulu.
Tabel F.1 Tujuan Bisnis dalam COBITPerspektif Kinerja No. Tujuan BisnisPerspektif Keuangan
1.Penyediaan pengembalian investasi yang baik dari bisnis yang dibangkitkan teknologi informasi.
2.Pengelolaan resiko bisnis yang terkait dengan teknologi informasi.
3. Peningkatan transparansi dan tata kelola perusahaan.Perspektif Pelanggan 4. Peningkatan layanan dan orientasi terhadap pelanggan.
5. Penawaran produk dan jasa yang kompetitif.6. Penentuan ketersediaan dan kelancaran layanan.
7.Penciptaan ketangkasan (agility) untuk menjawab permintaan bisnis yang berubah.
8. Pencapaian optimasi biaya dari penyampaian layanan.
9.Perolehan informasi yang bermanfaat dan handal untuk pembuatan keputusan strategis.
Perspektif Proses Bisnis/ Internal
10. Peningkatan dan pemeliharaan fungsionalitas proses bisnis.11. Penurunan biaya proses.
12.Penyediaan kepatutan terhadap hukum eksternal, regulasi dan kontrak.
13. Penyediaan kepatutan terhadap kebijakan internal.14. Pengelolaan perubahan bisnis.
15.Peningkatan dan pengelolaan produktivitas operasional dan staf.
Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan
16. Pengelolaan inovasi produk dan bisnis.
17.Perolehan dan pemeliharaan karyawan yang cakap dan termotivasi.
F.6. Tujuan Teknologi Informasi
Untuk mengetahui keterkaitan antara tujuan bisnis dengan tujuan teknologi
informasi, maka perlu dipahami terlebih dahulu keseluruhan tujuan teknologi
informasi yang telah didefinisikan dan diklasifikasikan pada kerangka kerja
COBIT seperti yang terlihat pada tabel F.2 (ITGI, COBIT 4.1, 2007). Pemetaan
tujuan teknologi informasi tersebut dapat dijadikan acuan bagi perusahaan/
organisasi dalam menerjemahkan kebutuhan bisnis akan ketersediaan teknologi
informasi. Perlu diketahui bahwa tujuan bisnis yang dipaparkan hanya merupakan
tujuan yang terkait atau yang dapat membangkitkan bisnis.
Tabel F.2 Tujuan Teknologi Informasi dalam COBITNo. Tujuan Teknologi Informasi1. Respon terhadap kebutuhan bisnis yang selaras dengan strategi bisnis.2. Respon terhadap kebutuhan tata kelola yang sesuai dengan arahan direksi.3. Kepastian akan kepuasan pengguna akhir dengan penawaran dan tingkatan layanan.4. Pengoptimasian dari penggunaan informasi.5. Penciptaan teknologi informasi yang tangkas (IT Agility).6. Pendefinisian bagaimana kebutuhan fungsional bisnis dan kontrol diterjemahkan dalam
solusi otomatis yang efektif dan efisien.7. Perolehan dan pemeliharaan sistem aplikasi yang standar dan terintegrasi.8. Perolehan dan pemeliharaan infrastruktur teknologi informasi yang strandar dan
terintegrasi.9. Perolehan dan pemeliharaan kemampuran teknologi informasi sebagai respon terhadap
strategi teknologi informasi.10. Jaminan akan kepuasan yang saling menguntungkan dengan pihak ketiga.11. Jaminan akan konsistensi terhadap integrasi aplikasi ke dalam proses bisnis.12. Jaminan transparansi dan pemahaman terhadap biaya teknologi informasi, keuntungan,
strategi, kebijakan dan tingkatan layanan.13. Jaminan akan penggunaan dan kinerja dari aplikasi serta solusi teknologi yang sesuai.14. Kemampuan memberikan penjelasan dan perlindungan terhadap aset-aset teknologi
informasi.15. Pengoptimasian infrastruktur, sumber daya dan kemampuan teknologi informasi.16. Pengurangan terhadap ketidaklengkapan dan pengolahan kembali dari solusi dan
penyampaian layanan.17. Perlindungan terhadap pencapaian sasaran teknologi informasi.18. Penentuan kejelasan mengenai resiko dari dampak bisnis terhadap sasaran dan sumber daya
teknologi informasi.19. Jaminan bahwa informasi yang kritis dan rahasia disembunyikan dari pihak-pihak yang
tidak berkepentingan.20. Kepastian bahwa transaksi bisnis yang secara otomatis dan pertukaran informasi dapat
dipercaya.21. Jaminan bahwa layanan dan infrastruktur teknologi informasi dapat sepatutnya mengatasi
dan memulihkan kegagalan karena eror, serangan yang disengaja maupun bencana alam.22. Kepastian akan minimnya dampak bisnis dalam kejadian gangguan layanan atau perubahan
teknologi informasi.23. Jaminan bahwa layanan teknologi informasi yang tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan.24. Peningkatan terhadap efisiensi biaya teknologi informasi dan kontribusinya terhadap
keuntungan bisnis.25. Penyampaian rencangan tepat waku dan sesuai dengan kualitas standar maupun anggaran
biaya.26. Pemeliharaan terhadap integritas informasi dan pemrosesan infrastruktur.27. Kepastian bahwa teknologi informasi selaras degan regulasi dan hukum yang berlaku.28. Jaminan bahwa teknologi informasi dapat menunjukkan kualitas layanan yang efisien
dalam hal biaya, perbaikan yang berkelanjutan dan kesiapan terhadap perubahan di masa mendatang.
F.7. COBIT (Control Objectives for Information and related Technology)
IT Governance adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan seluruh
proses teknologi informasi perusahaan/organisasi yang strukturnya akan
menetapkan pendistribusian hak dan tanggung jawab antara pihak-pihak yang
terlibat juga berisikan peraturan serta strategi yang ditetapkan perusahaan/
organisasi (Prasojo, 2005, Warsilah, 2007 dan Alindita, 2008).
Information System Audit and Control Association (ISACA)
memperkenalkan sebuah kerangka untuk mengelola IT Governance di sebuah
perusahaan yang dikenal dengan nama COBIT (Indrajit, 2004). Pada dasarnya
COBIT dikembangkan untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhan
manajemen terhadap informasi dengan menjembatani kesenjangan antara resiko
bisnis, kontrol dan masalah teknik (Putra, 2009).
Karakteristik utama kerangka kerja COBIT menurut Surendro (2004: 243)
dan Pandji (2007: 13) adalah pengelompokkan aktivitas teknologi informasi
dalam empat domain, yaitu Plan and Organise (PO), Acquire and Implement (AI),
Deliver and Support (DS) serta Monitor and Evaluate (ME). Domain PO
menyediakan arahan untuk mewujudkan solusi penyampaian (AI) dan
penyampaian jasa (DS). AI menyediakan solusi dan menyalurkannya untuk dapat
diubah menjadi jasa. Sementara DS menerima solusi tersebut dan membuatnya
lebih bermanfaat bagi pengguna akhir. Sedangkan ME memonitor seluruh proses
untuk kepastian bahwa arahan yang diberikan telah diikuti. Keterkaitan keempat
domain COBIT dapat dilihat dalam gambar F.2 (ITGI, COBIT 4.1, 2007).
Gambar F.2 Keterkaitan Domain dalam COBIT
Secara jelas, COBIT membagi proses pengelolaan teknologi informasi
menjadi empat domain utama dengan total tiga puluh empat proses teknologi
informasi. Masing-masing domain dalam COBIT mempunyai beberapa rincian
sebagai berikut (Sarno, 2009: 31-42):
1. Plan and Oganise (PO)
Membahas mengenai strategi, taktik, dan pengidentifikasian teknologi
informasi dalam mendukung tercapainya tujuan bisnis. Domain PO ini terdiri
dari 10 (sepuluh) proses teknologi informasi seperti terlihat pada tabel F.3.
Tabel F.3 Proses Teknologi Informasi dalam Domain POPO1 Mendefinisikan rencana strategis TIPO2 Mendefinisikan arsitektur informasiPO3 Menentukan arahan teknologiPO4 Mendefinisikan proses TI, organisasi dan keterhubungannyaPO5 Mengelola investasi TIPO6 Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemenPO7 Mengelola sumber daya TI
PO8 Mengelola kualitasPO9 Menaksir dan mengelola resiko TIPO10 Mengelola proyek
2. Acquire and Implement (AI)
Pada domain Acquire and Implement sebuah solusi teknologi informasi perlu
diidentifikasikan, dikembangkan, diimplementasikan dan diintegrasikan ke
dalam proses bisnis. Domain AI ini terdiri dari 7 (tujuh) proses teknologi
informasi seperti terlihat pada tabel F.4.
Tabel F.4 Proses Teknologi Informasi dalam Domain AIAI1 Mengidentifikasi solusi otomatisAI2 Memperoleh dan memelihara software aplikasiAI3 Memperoleh dan memelihara infrastruktur teknologiAI4 Memungkinkan operasional dan penggunaanAI5 Memenuhi sumber daya TIAI6 Mengelola perubahanAI7 Instalasi dan akreditasi solusi beserta perubahaannya
3. Deliver and Support (DS)
Domain ini fokus pada aspek penyampaian teknologi informasi terhadap
dukungan dan layanan teknologi informasi mencakup dukungan dan layanan
teknologi informasi pada bisnis, mulai dari penanganan keamanan dan
kesinambungan, dukungan bagi pengguna serta manajemen data. Domain DS
ini terdiri dari 13 (tiga belas) proses teknologi informasi seperti terlihat pada
tabel F.5.
Tabel F.5 Proses Teknologi Informasi dalam Domain DSDS1 Mendefinisikan dan mengelola tingkat layananDS2 Mengelola layanan pihak ketigaDS3 Mengelola kinerja dan kapasitasDS4 Memastikan layanan yang berkelanjutanDS5 Memastikan keamanan sistem
DS6 Mengidentifikasikan dan mengalokasikan biayaDS7 Mendidik dan melatih penggunaDS8 Mengelola service desk dan insidenDS9 Mengelola konfigurasiDS10 Mengelola permasalahanDS11 Mengelola dataDS12 Mengelola lingkungan fisikDS13 Mengelola operasi
4. Monitor and Evaluate (ME)
Pada domain ini akan ditekankan kepada pentingnya semua proses teknologi
informasi perlu diakses secara berkala untuk menjaga kualitas dan kesesuaian
dengan standar yang telah ditetapkan. Domain ME ini terdiri dari 4 (empat)
proses teknologi informasi seperti terlihat pada tabel F.6.
Tabel F.6 Proses Teknologi Informasi dalam Domain MEME1 Mengawasi dan mengevaluasi kinerja TIME2 Mengawasi dan mengevaluasi kontrol internalME3 Memastikan pemenuhan terhadap kebutuhan eksternalME4 Menyediakan tata kelola TI
COBIT memberikan satu langkah praktis melalui domain dan framework
yang menggambarkan aktivitas teknologi informasi dalam suatu struktur dan
proses yang disesuaikan. Gambaran kerangka kerja (framework) COBIT secara
keseluruhan dapat dilihat pada gambar F.3.
Gambar F.3 Kerangka Kerja COBIT 4.1(Sumber: Information Technology Governace Institute, 2007)
ITGI (Information Technology Governance Institue, 2007) memberikan
pemetaan tujuan teknologi informasi dan tujuan bisnis berdasarkan standar
COBIT menjadi 28 tujuan teknologi informasi dan 17 tujuan bisnis.
Tabel F.7 Pemetaan Tujuan Bisnis dan Tujuan Teknologi Informasi berdasarkan COBIT
No. Tujuan BisnisTujuan Teknologi
Informasi
1.Penyediaan pengembalian investasi yang baik dari bisnis yang dibangkitkan teknologi informasi.
24
2.Pengelolaan resiko bisnis yang terkait dengan teknologi informasi.
2 14 17 18 19 21 22
3.Peningkatan transparansi dan tata kelola perusahaan.
2 18
4.Peningkatan layanan dan orientasi terhadap pelanggan.
3 23
5. Penawaran produk dan jasa yang kompetitif. 5 246. Penentuan ketersediaan dan kelancaran layanan. 10 16 22 23
7.Penciptaan ketangkasan (agility) untuk menjawab permintaan bisnis yang berubah.
1 5 25
8.Pencapaian optimasi biaya dari penyampaian layanan.
7 8 10 24
9.Perolehan informasi yang bermanfaat dan handal untuk pembuatan keputusan strategis.
2 4 12 20 26
10.Peningkatan dan pemeliharaan fungsionalitas proses bisnis.
6 7 11
11. Penurunan biaya proses. 7 8 13 15 24
12.Penyediaan kepatutan terhadap hukum eksternal, regulasi dan kontrak.
2 19 20 21 22 26 27
13. Penyediaan kepatutan terhadap kebijakan internal. 2 1314. Pengelolaan perubahan bisnis. 1 5 6 11 28
15.Peningkatan dan pengelolaan produktivitas operasional dan staf.
7 8 11 13
16. Pengelolaan inovasi produk dan bisnis. 5 25 28
17.Perolehan dan pemeliharaan karyawan yang cakap dan termotivasi.
9
Sumber: Sarno, 2009: 57-59
Suatu organisasi dapat dianggap sukses membangun teknologi informasi
dalam suatu kerangka sistem informasi yang lengkap apabila telah memenuhi
kriteria ukuran informasi (Gondodiyoto, 2007). Kriteria ukuran informasi
berdasarkan kerangka kerja COBIT dapat dilihat pada tabel F.8 (Gondodiyoto,
2007).
Tabel F.8 Kriteria Ukuran Informasi berdasarkan COBITEfektif Jika sistem informasi sesuai dengan kebutuhan pemakai.Efisien Jika penggunaan sumberdaya optimal.Kerahasiaan Memfokuskan proteksi terhadap informasi yang penting dari
orang yang tidak memiliki hak otoritas.Integritas Berhubungan dengan akurasi dan kelengkapan informasi.Ketersediaan Berkaitan dengan informasi yang tersedia pada saat yang
diperlukan dalam proses bisnis.Pemenuhan Sesuai kebijakan organisasi, aturan hokum dan peraturan yang
berlaku.Keandalan Terkait dengan ketentuan kecocokan informasi untuk
mengoperasikan perusahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.
Pengukuran informasi melalui audit teknologi informasi dengan mengacu
pada contoh yang baik (best prastice) berdasarkan kerangka kerja COBIT (Sarno,
2009: 147-163) adalah:
1. Penentuan Ruang Lingkup dan Tujuan Audit Teknologi Informasi
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan ruang lingkup dari
audit yang akan dilakukan. Ruang lingkup yang dimaksud adalah area, fungsi
dan unit organisasi yang akan diaudit mencakup sistem secara spesifik, fungsi
atau unit organisasi yang menjadi tujuan (fokus) dari proses audit untuk
meminimalkan resiko bisnis.
2. Pengumpulan Bukti
Bukti (evidence) merupakan informasi apapun yang digunakan oleh auditor
untuk menentukan apakah data yang diaudit sesuai dengan kriteria atau tujuan
audit. Pencarian bukti dalam pelaksaan audit teknologi informasi terhadap
proses teknologi informasi yang ada dalam suatu organisasi disesuaikan
mengacu pada standar proses teknologi informasi yang didefinisikan dalam
COBIT. Bukti audit tersebut digunakan untuk melaksanakan uji kepatutan
sehingga didapatkan temuan (findings) sebagai kepatutan terhadap standar
yang berlaku.
3. Pelaksanaan Uji Kepatutan
Setelah bukti-bukti dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pelaksaan audit. Uji
kepatutan (compliance test) dilakukan dengan menguji kepatutan proses
teknologi informasi dengan melihat kepatutan proses yang berlangsung
terhadap standar dan regulasi yang berlaku. Dari pelaksaan uji kepatutan ini
akan menghasilkan temuan-temuan yang nantinya digunakan sebagai bahan
penyusunan rekomendasi dalam laporn audit.
4. Penentuan Tingkat Kedewasaan
Tingkat kedewasaan merupakan representasi kedewasaan proses teknologi
informasi yang berlangsung pada suatu organisasi. Nilai tingkat kedewasaan
akan menunjukkan level kedewasaan proses teknologi informasi dengan
pengidentifikasian secara menyeluruh terhadap setiap level. Setelah
didapatkan nilai tingkat kedewasaan untuk setiap level, dilakukan perhitungan
untuk nilai tingkat kedewasaan secara keseluruhan.
Sebelum hasil audit dikomunikasikan, diperlukan suatu diskusi untuk
mendapatkan kesepahaman terhadap hasil temuan dan mengembangkan
rekomendasi untuk memperbaiki hasil tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam penyusunan rekomendasi (Sarno, 2009: 165-172):
1. Penentuan Hasil Audit Teknologi Informasi
Penentuan hasil audit dilakukan dengan mengevaluasi hasil audit yang
didapatkan untuk mengembangkan opini audit. Opini-opini berdasarkan hasil
temuan tersebut digunakan sebagai landasan penyusunan rekomendasi hasil
audit. Rekomendasi yang disusun oleh auditor dikomunikasikan kepada
pihak manajemen yang berkepentingan untuk mendapatkan kesepakatan hasil
audit. Setelah diperoleh kesepakatan, langkah selanjutnya adalah penyusunan
laporan hasil audit.
2. Penyusunan Laporan Hasil Audit Teknologi Infomasi
Laporan audit merupakan hasil akhir dari pelaksanaan audit teknologi
informasi yang berisikan temuan dan rekomendasi kepada manajemen.
Format laporan bervariasi di setiap organisasi sehingga tidak ada format baku
dalam penyusunannya. Laporan yang dibuat seharusnya seimbang dalam
mendeskripsikan isu negatif dari temuan dan pernyataan konstruktif positif
yang berkaitan dengan peningkatan proses yang sudah dijalankan dan kontrol
yang telah berfungsi secara efektif.
F.8. Maturity Level
Agar mekanisme IT Governance dapat berjalan secara efektif dan sejalan
dengan strategi bisnis yang telah ditetapkan, diperlukan suatu pengembangan
teknologi informasi yang terukur dengan baik dan memiliki tahapan kematangan
tertentu. Dengan menggunakan nilai maturity level, sebuah perusahaan/organisasi
dapat mengukur posisi kematangannya dalam pengembangan teknologi informasi
serta menentukan prioritas perbaikan dan peningkatan sampai pada tingkat
tertinggi agar aspek IT Governance dapat berjalan secara efektif dan sejalan
dengan strategi bisnis yang telah ditetapkan (Pederiva, 2003 dan Tanuwijaya dan
Sarno, 2010).
Penggunaan nilai maturity level yang dikembangkan untuk setiap 34
proses teknologi informasi, sehingga memungkinkan manajemen untuk
mengidentifikasi:
1. Kinerja sesungguhnya perusahaan dan posisi kondisi perusahaan sekarang.
2. Kondisi sekarang dari industri sebagai perbandingan.
3. Target peningkatan perusahaan terhadap kondisi yang diinginkan.
Tujuan pengukuran nilai maturity level adalah:
1. Menumbuhkan kepedulian (awareness).
2. Melakukan identifikasi kelemahan (weakness).
3. Melakukan identifikasi kebutuhan perbaikan (improvement).
Teknik pengukuran dalam maturity level menggunakan beberapa
pernyataan dimana setiap pernyataan dapat dinilai tingkat kepatutannya dengan
menggunakan standar penilaian seperti tabel F.9 berikut:
Tabel F.9 Standar Penilaian Tingkat Kematangan
Sumber: Putra, 2009: 32
Tiap pernyataan dalam maturity level akan memiliki nilai kepatutan
(compliance value) dengan tingkatan nilai yang dimulai dari 0 (tidak sama sekali),
0.33 (sedikit), 0.66 (dalam tingkatan tertentu) dan 1 (seluruhnya). Penyajian nilai
kepatutan dalam maturity level tampak seperti Gambar F.4.
Gambar F.4 Bentuk Penyajian Model Kedewasaan (Maturity Level)
Tingkat kepatutan tiap-tiap level yang telah diperoleh masing-masing
proses teknologi dikalkulasikan seperti Tabel F.10.
Tabel F.10 Kalkulasi Maturity Level Proses Teknologi Informasi
Sumber: Tanuwijaya dan Sarno, 2010: 83
Keterangan:
Kolom Compliance Socre berisi nilai-nilai kepatutan masing-masing level,
sedangkan kolom Contribution berisi skala tingkat kepatutan dan kolom Level
Score diperoleh dari perkalian nilai Compliance Score dengan Contribution.
Untuk mengetahui seberapa besar nilai kepatutan dari proses teknologi informasi,
perlu dilakukan penjumlahan nilai Level Score dari level 0 sampai dengan level 5.
Untuk mengidentifikasi sejauh mana perusahaan/organisasi telah
memenuhi standar pengelolaan proses teknologi informasi yang baik, COBIT
menyediakan kerangka identifikasi yang direpresentasikan dalam sebuah model
kedewasaan (maturity level) yang memiliki level pengelompokkan kapabilitas
perusahaan dalam pengelolaan proses teknologi informasi dari level 0 (nol) atau
non-existent (belum tersedia) hingga level 5 (lima) atau optimised (teroptimasi)
(Sarno, 2009: 60-62). Model tersebut direpresentasikan secara grafis pada gambar
F.5 (ITGI, COBIT 4.1, 2007:18) dengan tujuan untuk memberikan kemudahan
dalam pemahaman secara ringkas bagi pihak manajemen.
Gambar F.5 Representasi Grafis Model Kedewasaan (Maturity Level)(Sumber: IT Governance Institut, 2007: 18)
Deskripsi dari masing-masing level kedewasaan tersebut, secara umum
digambarkan pada tabel F.11 (Sarno, 2009: 61).
Tabel F.11 Skala Pengukuran Maturity Level.Level Kriteria Maturity Level
0Non Existent
Kekurangan yang menyeluruh terhadap proses apapun yang dapat dikenali. Perusahaan bahkan tidak mengetahui bahwa terdapat permasalahan-permasalahan yang harus diatasi.
1Initial/Ad Hoc
Terdapat bukti bahwa perusahaan mengetahui adanya permasalahan yang harus diatasi. Bagaimanapun juga tidak terdapat proses standar, namun menggunakan pendekatan ad-hoc yang cenderung diberlakukan secara individu atau berbasis per kasus. Secara umum pendekatan kepada pengelolaan proses tidak terorganisasi.
2Repeatable
but Intuitive
Proses dikembangkan ke dalam tahapan yang prosedur serupa diikuti oleh pihak-pihak yang berbeda untuk pekerjaan yang sama. Tidak terdapat pelatihan formal atau pengkomunikasian prosedur standar dan tanggung jawab diserahkan kepada individu masing-masing. Terdapat tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap pengetahuan individu sehingga kemungkinan error bisa terjadi.
3Defined
Prosedur distandarisasi dan didokumentasikan kemudian dikomunikasikan melalui pelatihan. Kemudian diamanatkan bahwa proses-proses tersebut harus diikuti. Namun penyimpangan tidak mungkin dapat terdeteksi. Prosedur sendiri tidak lengkap namun sudah memformalkan praktek yang berjalan.
4Managed
and Measurable
Manajemen mengawasi dan mengukur kepatutan terhadap prosedur dan mengambil tindakan jika proses tidak dapat dikerjakan secara efektif. Proses berada di bawah peningkatan yang konstan dan penyediaan praktek yang baik. Otomasi dan perangkat digunakan dalam batasan tertentu.
5Optimised
Proses telah dipilih ke dalam tingkat praktek yang baik berdasarkan hasil dari perbaikan berkelanjutan dan pemodelan kedewasaan dengan perusahaan lain. Teknologi informasi digunakan sebagai cara terintegrasi untuk mengotomatisasi alur kerja, penyediaan alat untuk peningkatan kualitas dan efektivitas serta membuat perusahaan cepat beradaptasi.
Sumber: Sarno, 2009: 61
Secara spesifik hal-hal yang menentukan kedewasaan akan berbeda-beda
pada tiap proses teknologi informasi. Kedewasaan pada tiap-tiap proses teknologi
informasi akan menentukan tingkat kedewasaan perusahaan/organisasi yang
biasanya direpresentasikan dalam grafik laba-laba (spider chart) pada gambar F.6
(Sarno, 2009: 62).
AI1
AI2
AI6
PO3
AI5
PO2
AI4
AI7
0
5
Gambar F.6 Contoh Grafik Laba-laba yang Menggambarkan Nilai Maturity Level(Sumber: Sarno, 2009)
F.9. Audit Teknologi Informasi dari Perspektif Proses Bisnis/Internal
Balanced Scorecard
Audit teknologi informasi dilakukan dengan tujuan untuk mengukur
apakah informasi yang ada sudah dikelola dengan baik sehingga dapat diketahui
seberapa besar peranan teknologi informasi dalam mendukung pencapaian tujuan
bisnis organisasi (Champlain, 2003: 27 dan Hariadi dan Daryanto, 2003: 19-20).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa audit teknologi informasi dilakukan
dalam rangka untuk mengukur sehingga dapat diketahui tingkat keselarasan antara
tujuan teknologi informasi dan tujuan bisnis organisasi (Krist dalam Surendro,
2004).
COBIT memberikan kemudahan untuk memahami keterkaitan antara
tujuan bisnis dan teknologi informasi. Pemetaan terhadap kedua tujuan tersebut
sudah tersedia dan dapat dijadikan acuan bagi perusahaan/organisasi salam
menerjemahkan tujuan bisnis ke dalam tujuan teknologi informasi. Pemetaan
tujuan bisnis dan tujuan teknologi informasi dari perspektif proses bisnis/internal
dapat dilihat dalam tabel F.12 (ITGI, COBIT 4.1, 2007).
Tabel F.12 Pemetaan Tujuan Bisnis dan Tujuan Teknologi Informasi dari Perspektif Proses Bisnis/Internal Balanced Scorecard
Perspektif Kinerja
No. Tujuan BisnisTujuan Teknologi
InformasiPerspektif Proses Bisnis/ Internal
10.Peningkatan dan pemeliharaan fungsionalitas proses bisnis.
6 7 11
11. Penurunan biaya proses. 7 8 13 15 24
12.Penyediaan kepatutan terhadap hukum eksternal, regulasi dan kontrak.
2 19 20 21 22 26 27
13.Penyediaan kepatutan terhadap kebijakan internal.
2 13
14. Pengelolaan perubahan bisnis. 1 5 6 11 28
15.Peningkatan dan pengelolaan produktivitas operasional dan staf.
7 8 11 13
Berdasarkan hasil survei ITGI (The IT Governance Institute,
Understanding How Business Goals Drive IT Goals, 2008) terhadap perusahaan-
perusahaan dunia, terdapat sepuluh tujuan bisnis dan sepuluh tujuan teknologi
informasi terpenting (Sarno, 2009: 56). Berdasarkan hasil survei tersebut,
didapatkan pemetaan tujuan bisnis dan tujuan teknologi informasi dari perspektif
proses bisnis/internal.
Tabel F.13 Pemetaan Tujuan Bisnis dan Tujuan Teknologi Informasi dari Perspektif Proses Bisnis/Internal Berdasarkan Survei
Perspektif Kinerja
No. Tujuan BisnisTujuan Teknologi
InformasiPerspektif Proses Bisnis/ Internal
10.Peningkatan dan pemeliharaan fungsionalitas proses bisnis.
6
12.Penyediaan kepatutan terhadap hukum eksternal, regulasi dan kontrak.
2 26 27
Sumber: Tabel F.12, diolah
Kerangka kerja COBIT tidak hanya menyediakan pemetaan antara tujuan
bisnis dengan tujuan teknologi informasi, namun juga menjelaskan kerangka kerja
keterkaitan antara tujuan teknologi informasi dengan proses teknologi informasi.
Setiap tujuan teknologi informasi dapat terdiri dari beberapa proses teknologi
informasi yang terkait, demikian juga sebaliknya setiap proses teknologi informasi
dapat digunakan untuk memenuhi beberapa tujuan teknologi informasi. Pemetaan
antara tujuan teknologi informasi dan proses teknologi informasi dari perspektif
proses bisnis/internal dalam kerangka kerja COBIT dapat dilihat dalam tabel F.14.
Tabel F.14 Pemetaan Tujuan dan Proses Teknologi Informasi dari Perspektif Proses Bisnis/Internal Berdasarkan Survei
Tujuan Teknologi Informasi Proses Teknologi Informasi
2.Respon terhadap kebutuhan tata kelola yang sesuai dengan arahan direksi.
PO1 PO4 PO10 ME1 ME3
6.Pendefinisian bagaimana kebutuhan fungsional bisnis dan kontrol diterjemahkan dalam solusi otomatis yang efektif dan efisien.
AI1 AI2 AI6
26.Pemeliharaan terhadap integritas informasi dan pemrosesan infrastruktur.
AI6 DS5
27.Kepastian bahwa teknologi informasi selaras degan regulasi dan hukum yang berlaku.
DS11 ME2 ME3 ME4
Sumber: Tabel F.13, diolah
G. Metodologi Penelitian
G.1. Model Pengembangan
COBIT memberikan pemetaan 17 tujuan bisnis dan 28 tujuan teknologi
informasi dengan melibatkan 34 control objective. Perspektif proses
bisnis/internal Balanced Scorecard mencakup 6 tujuan bisnis dan 17 tujuan
teknologi informasi. Survei yang dilakukan oleh ITGI terhadap perusahaan-
perusahaan dunia, terdapat 10 tujuan bisnis dan 10 tujuan teknologi informasi
paling penting (Sarno, 2009: 56). Berdasarkan survei tersebut, didapatkan
pemetaan tujuan bisnis dan tujuan teknologi informasi dari perspektif proses
bisnis/internal Balanced Scorecard yang melibatkan 2 tujuan bisnis dan 4 tujuan
teknologi informasi yang mencakup 12 control objective. Pemetaan control
objective (proses teknologi informasi) yang digunakan dalam penelitian ini seperti
tampak pada tabel G.1.
Tabel G.1 Pemetaan Proses Teknologi Informasi dari Perspektif Proses Bisnis/Internal Berdasarkan Survei
Perspektif Kinerja
No. Tujua
n Bisnis
No. Tujuan
TIProses Teknologi Informasi
Perspektif Proses Bisnis/ Internal
10 6
AI1 Mengidentifikasi solusi otomatis.
AI2Memperoleh dan memelihara software aplikasi.
AI6 Mengelola perubahan.
12
2
PO1 Mendefinisikan rencana strategis TI.
PO4Mendefinisikan proses TI, organisasi dan keterhubungannya.
PO10
Mengelola proyek.
ME1 Mengawasi dan mengevaluasi kinerja TI.
ME3Memastikan pemenuhan terhadap kebutuhan eksternal.
26AI6 Mengelola perubahan.
DS5 Memastikan keamanan sistem.
27
DS11
Mengelola data.
ME2Mengawasi dan mengevaluasi kontrol internal.
ME3Memastikan pemenuhan terhadap kebutuhan eksternal.
ME4 Menyediakan tata kelola TI.
Sumber: Tabel F.14, diolah
Block Diagram model pengembangan pada penelitian ini digambarkan
pada gambar G.1.
Gambar G.1 Block Diagram Model Pengembangan
Penelitian ini menghasilkan laporan hasil audit, nilai maturity level
masing-masing control objective yang digambarkan dengan graik laba-laba dan
rekomendasi.
G.2. Teknik Analisa Data
Menurut Sarno (2009), perencanaan pelaksanaan audit mengacu pada
metodologi yang terarah, step by step sehingga memudahkan dalam
pengimplementasiaanya. Secara garis besar, teknik analisa dalam penelitian ini
meliputi (Imanuel, 2010):
1. Penentuan Ruang Lingkup Audit Teknologi Informasi
Balanced scorecard memetakan 17 tujuan bisnis dan 28 tujuan teknologi
informasi berdasarkan standar COBIT ke dalam empat perspektif kinerja,
yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses
bisnis/internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif
proses bisnis/internal Balanced Scorecard mencakup 6 tujuan bisnis dan 17
tujuan teknologi informasi. Berdasarkan hasil survei ITGI, pemetaan tujuan
bisnis dan tujuan teknologi informasi dari perspektif proses bisnis/internal
Balanced Scorecard melibatkan 2 tujuan bisnis dan 4 tujuan teknologi
informasi yang mencakup 12 control objective.
2. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan sebelum pelaksanaan audit. Beberapa hal yang
dapat dilakukan dalam survei pendahuluan ini adalah:
Wawancara untuk mengetahui proses bisnis yang ada di perusahaan.
Observasi untuk pemrosesan dan pengkonfirmasian hasil dari wawancara
serta identifikasi dokumen-dokumen yang perlu untuk analisis lebih lanjut.
Pengumpulan bukti pendukung melalui penentuan data-data yang diaudit
sesuai dengan kriteria dan tujuan audit pada Universitas Narotama
Surabaya.
3. Pelaksanaan Uji Kepatutan
Setelah bukti-bukti terkumpul, selanjutnya dilakukan pelaksanaan audit.
Dalam pelaksanaan audit, peneliti melakukan pengujian kepatutan
(compliance test) proses teknologi informasi yang sedang berlangsung dengan
menggunakan alat bantu kartas kerja audit. Pertanyaan dalam kertas kerja
diturunkan berdasarkan standar COBIT 4.1. Masing-masing pertanyaan diberi
bobot sesuai dengan tingkat kepentingan dan ruang lingkup Universitas
Narotama Surabaya. Pembobotan dalam penelitian ini menggunakan nilai
kualitatif, yaitu: sangat penting, penting, cukup penting dan kurang penting
yang kemudian dikuantitatifkan (Guldentops, 2003) seperti yang tampak pada
tabel G.2.
Tabel G.2 Tingkat Kepentingan dalam Pembobotan PertanyaanNo. Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif Keterangan1. Sangat Penting 0.90 – 1.00 Aktivitas tersebut mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses teknologi informasi.
2. Penting 0.70 – 0.89 Aktivitas tersebut mempunyai perangan yang penting dalam proses teknologi informasi.
3. Cukup Penting 0.50 – 0.69 Aktivitas tersebut turut mempengaruhi proses teknologi informasi.
4. Kurang Penting 0.00 – 0.49 Aktivitas yang bila diterapkan dapat melengkapi proses teknologi informasi.
Sumber: Imanuel, 2010
Setelah dilakukan pembobotan pada setiap pertanyaan, dapat dilakukan audit
teknologi informasi. Selanjutnya, hasil dari audit dapat digunakan untuk
menentukan kriteria yang ada dalam kerta kerja Maturity level. Contoh kertas
kerja maturity level seperti yang tampak pada gambar G.2.
Gambar G.2 Contoh Kertas Kerja Maturity Level 0 pada Proses TI ME1.(Sumber: Dewi, 2010)
4. Perhitungan Nilai Maturity Level
Maturity Level merupakan representasi kedewasaan proses teknologi
informasi yang berlangsung di perusahaan (dalam bentuk nilai/angka). Nilai
maturity level secara keseluruhan didapatkan dari pengindentifikasian dari
tiap-tiap maturity level pada semua control objective yang terlibat.
Tabel G.3 Contoh Perhitungan Maturity Level
Tujuan BisnisKerangka Kerja COBIT Maturity
LevelProses TI
Keterangan
Peningkatan dan pemeliharaan fungsionalitas proses bisnis
AI1 Mengidentifikasi solusi otomatis 4.68
AI2 Memperoleh dan memelihara software aplikasi 3.79
AI6 Mengelola perubahan 4.81
PO3 Menentukan arahan teknologi 4.56
AI2 Memperoleh dan memelihara software aplikasi 3.79
AI5 Memenuhi sumber daya TI 4.44
PO2 Mendefinisikan arsitektur informasi 4.17
AI4 Memungkinkan operasional dan penggunaan 4.90
AI7 Instalasi & akreditasi solusi beserta perubahaannya 4.77
Rata-Rata 4.43Sumber: Dewi, 2010
Hasil akhir dari perhitunga maturity level dapat direpresentasikan dalam
bentuk grafik laba-laba.
AI1
AI2
AI6
PO3
AI5
PO2
AI4
AI7
0
5
Gambar G.3 Contoh Grafik Laba-laba yang Menggambarkan Nilai Maturity Level(Sumber: Dewi, 2010)
5. Penyusunan Temuan
Penyusunan temuan dilakukan dengan mengevaluasi hasil audit yang
didapatkan untuk mengembangkan opini audit. Temuan yang dihasilkan
memuat fakta-fakta yang ada, baik berupa hal yang positif maupun negatif.
Opini-opini berdasarkan hasil temuan tersebut digunakan sebagai landasan
penyusunan rekomendasi hasil audit. Rekomendasi yang disusun oleh auditor
dikomunikasikan kepada pihak manajemen yang berkepentingan untuk
mendapatkan kesepakatan hasil audit. Setelah diperoleh kesepakatan, langkah
selanjutnya adalah penyusunan rekomendasi hasil audit.
6. Penyusunan Rekomendasi
Penyusunan rekomendasi didasarkan pada hasil temuan pada pelaksanaan
audit teknologi informasi. Rekomendasi berguna untuk perbaikan proses
teknologi informasi pada suatu organisasi.
Dengan demikian, hasil dari audit teknologi informasi akan berupa:
temuan (findings) berdasarkan uji kepatutan yang dilaksanakan, tingkat
kedewasaan (maturity level) tiap proses teknologi informasi yang diaudit,
kesimpulan dari uji kepatutan dan rekomendasi yang mengarah kepada perbaikan
proses yang mengacu pada peningkatan level kedewasaan. Dari hasil audit
teknologi informasi tersebut, akan diketahui sejauh mana tujuan teknologi
informasi dapat merepresentasikan tujuan bisnis Universitas Narotama Surabaya
dan dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan keselarasan antara tujuan
teknologi informasi dan tujuan bisnis organisasi.
H. Jadwal Kerja
Penelitian ini diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) bulan
dengan jadwal penyusunan sebagai berikut :
No. Kegiatan
Bulan
April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi Literatur
2.Persiapan dan Perencanaan Audit
3.Observasi Prosedur Kerja, Mempelajari Dokumen, Wawancara
4.Identifikasi Kendali dan Perkiraan Resiko
5.Pelaksanaan Audit dan Pengumpualn Bukti
6. Evaluasi temuan
7.Laporan Akhir dan Tindak Lanjut
Tabel H.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Alindita, A., 2008, Pemodelan Titik Kendali Teknologi Informasi untuk Audit Pengendalian Intern Berdasarkan SOX-404, Skripsi, Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Alter, S., 1996, Information System: A Management Perspective, Benjamin Cummings, Menlo Park, CA.
Arisanti, D., 2011, Audit Sistem Informasi Ditinjau dari Perspektif Keuangan Menggunakan Standar COBIT 4.10 pada Direktorat Keuangan Pelabuhan Indonesia III, Tugas Akhir, Program Sarjana, Program Studi Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya, Surabaya.
Bodnar, George H., & Hopwood, William S., 2004, Accounting Information System, 9th Ed., Prentice Hall International, Inc., London.
Champlain, J. J., 2003, Auditing Information Systems, Second Edition, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
Dewi, E. R., 2010, Audit Sistem Informasi Manajemen Aset Berdasarkan Perspektif Proses Bisnis Internal Balanced Scorecard dan Standar Cobit 4.1 (Studi Kasus: PT. Pertamina (Persero)), Tugas Akhir, Program Sarjana, Program Studi Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya, Surabaya.
Edwards, C., 1995, The Essence of Information Systems, 2nd Ed., Prentice Hall International., Inc., London.
Gaspersz, V., 2005, Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Gondodiyoto, S., 2007, Audit Sistem Informasi: Pendekatan Cobit, Edisi Revisi, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Guldentops, E., 2003, Maturity Measurement – First the Purpose, Then the Method, Information System Control Journal, Vol. 4, Information System Audit and Control Association.
Hall, S. A., 2001, Accounting Information System, Thompson Learning, USA.
Hariadi, S., dan Daryanto, 2003, Audit Sistem Informasi I, Yayasan Pendidikan Internal Audit, Jakarta.
Herlambang, S., dan Tanuwijaya, H., 2005, Sistem Informasi Konsep Teknologi & Manajemen, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Imanuel, A. A., 2010, Pengukuran Keselarasan Tujuan Sistem Informasi dan Bisnis dari Perspektif Keuangan Balanced Scorecard (Studi Kasus: Bagian Pengembangan dan Penerapan Teknologi Informasi STIKOM Surabaya), Tugas Akhir, Program Sarjana, Program Studi Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya, Surabaya.
Indrajit, R. E., 2000, Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Indrajit, R. E., 2004, Kajian Strategis Cost Benefit Teknologi Informasi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Information Technology Governance Institute, 2007, COBIT 4.1: Framework, Control Objective, Management Guidelines, Maturity Models, IT Governance Institute. Rolling Meadows.
Information Technology Governance Institute, 2008, Understanding How Business Goals Drive IT Goals, IT Governance Institute. Rolling Meadows.
Kaplan, R., dan Norton, D., 1996, Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, Erlangga, Jakarta.
Karya, R., 2004, Pengembangan Model Audit Sistem Informasi Berbasis Kendali, Integral, Vol. 9 No. 1 Maret.
Luis, S., dan Biromo, P. A., 2007, Step by Step in Cascading Balanced Scorecard to Functional Scorecards, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
McLeod, R., dan Schell, G. P., 2004, Management Information System, 9th Ed., Pearson Prentice Hall, New Jersey, Terjemahan, Heri Yulianto, 2007, Sistem Informasi Manajemen, Indeks, Jakarta.
O’Brien, J. A., 1999, Management Information System Managing Information Technology in the Internetworked Enterprise, 4th Ed., Irwin McGraw-Hill.
Panji, M. D., 2002, Analisis Kinerja Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dengan Pendekatan Balanced Scorecard, Tesis, Program Pasca Sarjana, Program Studi Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmi Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Jakarta.
Pederiva, A., 2003, The COBIT Maturity Model in a Vendor Evaluation Case, International System Audit and Control Association.
Prasojo, M., 2005, Audit Sistem Informasi untuk Menciptakan Good Corporate Governance Ditinjau dari Profesi External Auditor, Seminar Nasional Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Universitas Katholik Widya Mandala, Surabaya.
Putra, I N. B., 2009, Audit Sistem Informasi Perpustakaan Menggunakan Standar COBIT 4.1 Domain Acquire and Implement (Studi Kasus: STIKOM Surabaya), Tugas Akhir, Program Sarjana, Program Studi Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya, Surabaya.
Sarno, R., 2009, Audit Sistem & Teknologi Informasi, ITS Press, Surabaya.
Sarno, R., 2009, Strategi Sukses Bisnis dengan Teknologi Informasi Berbasis Balanced Scorecard & COBIT, ITS Press, Surabaya.
Sayana, S. A., 2002, The IS Audit Process, Information Systems Control Journal (online), Vol. 1, Information System Audit and Control Association.
Sayana, S. A., 2002, The Necessity for Documentation, Information Systems Control Journal (online), Vol. 3, Information System Audit and Control Association.
Sayana, S. A., 2002, Auditing General and Application Control, Information Systems Control Journal (online), Vol. 5, Information System Audit and Control Association.
Sayekti, R., 2007, Evaluasi dan Analisis Penerapan Balanced Scorecard pada NK Indonesia, Tesis, Program Pasca Sarjana, Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Scott, G. M., 1995, Principle of Management Information System, McGraw-Hill, Terjemahan, Achmad Nashir Budiman, 1995, Prinsip-prinsip Sistem Informasi Manajemen, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Surendro, K., 2004, Audit Sistem Informasi Rumah Sakit dengan Menggunakan Acuan COBIT, Gematika Jurnal Manajemen Informatika, Vol. 6 No. 1 Desember.
Swastika, I P. A., 2007, Audit Sistem Informasi, Edisi Pertama, STIKOM Surabaya, Surabaya.
Tanuwijaya, H., dan Sarno, R., 2010, Comparation of CobiT Maturity Model and Structural Equation Model for Measuring the Alignment between University Academic Regulations and Information Technology Goals, International Journal of Computer Science and Network Security, Vol. 10 No. 6, Juni.
Warsilah, 2007, Perancangan IT Governance untuk Peningkatan Kualitas Layanan Akademik Studi Kasus: Puskom Universitas Lampung, Tesis, Program Pasca Sarjana, Program Studi Magister Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung, Bandung.