Download - Content Eli

Transcript
Page 1: Content Eli

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber

informasi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Ketika seorang investor

akan melakukan investasi pada suatu perusahaan, ia perlu mengetahui kondisi

keuangan perusahaan tersebut terutama yang menyangkut tentang

kelangsungan hidup perusahaan. Informasi akuntansi merupakan kebutuhan

yang paling mendasar untuk pengambilan keputusan bagi investor di pasar

modal. Informasi akuntansi tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan yang

telah dibuat oleh pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Oleh

karena itu, ada kecenderungan pihak manajemen perusahaan untuk

memanipulasi kinerja laporan keuangan perusahaan dengan cara memperbaiki

laporan keuangan sedemikian rupa sehingga tampak lebih baik dari

semestinya dengan tujuan untuk mendapatkan penilaian yang positif atas

tanggung jawabnya sebagai pihak yang mengelola perusahaan. Untuk

memastikan kesesuaian antara laporan keuangan yang disusun oleh

manajemen dengan standar akuntansi yang ada, maka laporan keuangan perlu

diaudit oleh pihak ketiga yang bebas tidak memihak atau independen.

Pihak yang bisa melakukan audit atas laporan keuangan tersebut

adalah auditor independen atau akuntan publik. Dalam hal ini, akuntan publik

berfungsi sebagai pihak ketiga yang menghubungkan pihak manajemen

perusahaan dengan pihak luar perusahaan dan berkepentingan untuk

memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan pihak

Page 2: Content Eli

2

manajemen dapat dipercaya sebagai dasar dalam membuat keputusan. Tanpa

menggunakan jasa akuntan publik, manajemen perusahaan tidak akan dapat

meyakinkan pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen

perusahaan berisi informasi yang dapat dipercaya. Di sisi lain, pemakai

laporan keuangan juga menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil

pekerjaan auditor yang berupa laporan audit.

Laporan auditor penting sekali dalam suatu audit karena laporan

tersebut dapat menginformasikan tentang apa yang dilakukan auditor dan

kesimpulan yang diperolehnya. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk

menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama periode waktu

tertentu dan membuktikan kewajaran atas laporan keuangan yang disajikan

oleh klien. Auditor juga harus memiliki keberanian untuk mengungkapkan

permasalahan mengenai kelangsungan hidup perusahaan klien.

Seiring dengan perkembangan perekonomian dan bisnis menyebabkan

adanya persaingan antar Kantor Akuntan Publik yang ada. Kantor Akuntan

Publik (KAP) adalah lembaga yang memiliki izin dari Kementerian

Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam menjalankan

pekerjaannya (Haryono Jusup, 2001: 19). Akuntan publik akan melaksanakan

audit menurut ketentuan yang ada pada standar auditing yang ditetapkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia atau IAI. Oleh karena itu, Kantor Akuntan Publik

yang ada tersebut harus dapat mempertahankan eksistensi atau kelangsungan

usahanya dengan tetap memegang teguh pada standar yang berlaku.

Page 3: Content Eli

3

Kelangsungan usaha Kantor Akuntan Publik ditentukan oleh mutu jasa

yang diberikan oleh auditor yang dalam hal ini adalah laporan audit. Untuk

menghasilkan jasa audit yang berkualitas, auditor harus berpedoman pada

Standar Auditing dan Kode Etik Profesi. Menurut Munawir (1999: 30) :

Standar auditing digunakan sebagai ukuran mutu profesional (professional qualities) auditor independen dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor, sedangkan bagi masyarakat umum Standar Auditing merupakan jaminan keyakinan akan kualitas audit yang dilakukan oleh auditor.

Dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik, hasilnya

bukan hanya untuk kepentingan klien tapi juga untuk pihak ketiga yang

meliputi para investor, kreditor, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat

dan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap laporan

keuangan klien yang telah diaudit oleh akuntan publik. Adanya harapan yang

besar baik dari manajemen maupun pemakai laporan keuangan yang

menuntut akuntan publik untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu audit

yang dilakukan.

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan

jasa yang diberikan akuntan publik akhirnya mengharuskan akuntan publik

memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Adapun pertanyaan dari

masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik

semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik

baik di luar negeri maupun di dalam negeri, misalnya terdapat kasus

keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh

akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam

Page 4: Content Eli

4

(Christiawan: 2002). Dalam konteks skandal keuangan di atas, memunculkan

pertanyaan apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan

publik yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah

terdeteksi namun auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut.

Tentu saja jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu mendeteksi trik

rekayasa laporan keuangan, maka yang menjadi inti permasalahannya adalah

kompetensi atau keahlian auditor tersebut. Namun jika yang terjadi justru

akuntan publik ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut, maka inti

permasalahannya adalah independensi auditor tersebut. Terkait dengan

konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi dan

independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan independensi

auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

akuntan publik.

Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan

independensi (Christiawan: 2002). Sedangkan kualitas pemeriksaan

ditentukan oleh persepsi masyarakat atas independensi pemeriksa dalam

melaksanakan pemeriksaan. Kompetensi dan independensi merupakan bagian

dari standar auditing dan termasuk juga di dalam etika profesional.

Kompetensi berkaitan dengan kemampuan, keahlian dan pengalaman dari

auditor (Christiawan: 2002). Dalam melaksanakan audit, akuntan publik

harus bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang akuntansi dan

auditing. Pencapaian keahlian sebagai auditor, seseorang harus telah

memperoleh pendidikan formal, pelatihan teknis yang kemudian diperluas

melalui pengalaman dalam praktik audit (Munawir, 1999: 32). Pengalaman

Page 5: Content Eli

5

merupakan unsur profesi terpenting karena akan mempengaruhi kemampuan

auditor untuk mengetahui kekeliruan dan pelatihan yang dilakukan akan

meningkatkan keahlian dalam melakukan audit. Sedangkan independensi

adalah sikap auditor yang jujur, tidak memihak, dan tidak mudah dipengaruhi

(Christiawan: 2002). Menurut Munawir (1999: 35) independensi akuntan

publik menyangkut dua aspek yaitu independensi dalam fakta (independence

in fact) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance).

Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor

berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik

perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan

kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Walaupun auditor dapat

mempertahankan independensinya, namun apabila pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap laporan keuangan yakin bahwa auditor memihak

kepada auditee maka opini dari hasil audit yang telah dibuat auditor tidak

akan dapat dipercaya lagi. Mengingat kompleksitas pekerjaan audit menuntut

tanggung jawab yang besar, maka penting bagi auditor yang bekerja di suatu

Kantor Akuntan Publik untuk memiliki kompetensi dan independensi yang

tinggi.

Menurut Nugrahaningsih (2005) dalam Nizarul, dkk. (2007)

kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor dalam penerapannya akan

terkait dengan etika. Seorang auditor berkewajiban untuk menjaga standar

perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung,

profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri. Kompetensi dan

independensi yang dimiliki oleh auditor inilah yang menjadi pertimbangan

Page 6: Content Eli

6

bagi para pihak yang membutuhkan jasa audit untuk menggunakan jasa

mereka. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang Kantor

Akuntan Publik sebagai pihak yang independen dan kompeten, karena akan

mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh Kantor

Akuntan Publik kepada pemakai. Jika pemakai merasa Kantor Akuntan

Publik memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau

kualitas audit juga meningkat. Para pembaca laporan audit yang merasa yakin

akan kompetensi dan independensinya, maka secara tidak langsung hal ini

akan membawa pengaruh terhadap eksistensi atau kelangsungan usaha Kantor

Akuntan Publik dimana auditor tersebut bertugas (Canyaning, 2003).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Canyaning (2003). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu

penelitian terdahulu menggunakan objek penelitian Kantor Akuntan Publik

(KAP) yang berada di Malang sedangkan dalam penelitian ini menggunakan

objek penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Yogyakarta.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi dan Independensi

Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Yogyakarta”.

Page 7: Content Eli

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat

diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya skandal keuangan yang melibatkan profesi akuntan publik,

baik di luar negeri maupun di dalam negeri.

2. Sulitnya Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam mempertahankan eksistensi

atau kelangsungan usahanya dengan tetap memegang teguh pada standar

yang berlaku.

3. Kurangnya pengalaman auditor, terutama auditor yunior dalam mengaudit

laporan keuangan yang dapat mempengaruhi kualitas audit yang

dihasilkan.

4. Keterbatasan waktu auditor untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dan

pendidikan lanjutan yang berpengaruh pada tingkat kompetensi seorang

auditor.

5. Sulitnya auditor dalam mempertahankan independensi dalam sikap mental

setiap melaksanakan tugasnya.

6. Sulitnya mempertahankan objektifitas yang dapat mempengaruhi auditor

dalam mewujudkan independensinya.

7. Kelangsungan usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) dipengaruhi oleh

kompetensi dan independensi auditor yang bekerja di Kantor Akuntan

Publik (KAP) tersebut.

Page 8: Content Eli

8

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian maka diperlukan

pembatasan masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian yang terdapat

dalam latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, pembatasan

masalah dalam penelitian ini mencakup Kompetensi dan Independensi

Auditor yang mempengaruhi Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik

(KAP) di Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka didapatkan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh antara Kompetensi Auditor terhadap

Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta?

2. Apakah terdapat pengaruh antara Independensi Auditor terhadap

Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta?

3. Apakah terdapat pengaruh antara Kompetensi dan Independensi Auditor

terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh antara Kompetensi Auditor terhadap

Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta.

Page 9: Content Eli

9

2. Untuk mengetahui pengaruh antara Independensi Auditor terhadap

Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui pengaruh antara Kompetensi dan Independensi Auditor

terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoristis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam pengembangan ilmu akuntansi khususnya dalam

bidang audit.

b. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai tambahan referensi dalam penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kantor Akuntan Publik, hasil dari penelitian ini dapat digunakan

sebagai saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam praktik

Akuntan Publik.

b. Bagi penulis, dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana yang

bermanfaat dalam mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang

auditing ke dalam kondisi yang nyata.

Page 10: Content Eli

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Auditing

a. Definisi Auditing

Akuntansi merupakan rangkaian proses pencatatan,

pengklasifikasikan, peringkasan dan penyajian atau pelaporan dan

penginterprestasian transaksi keuangan suatu perusahaan secara

sistematis. Dengan demikian akuntansi bukan merupakan suatu tujuan

bagi perusahaan, tetapi hanya sebagai informasi atau alat komunikasi,

yaitu alat komunikasi antara data keuangan dan hasil operasi

perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan akuntansi

mempunyai fungsi menghasilkan jasa berupa laporan keuangan.

Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pihak manajemen

perusahaan memberikan informasi yang penting bagi berbagai pihak

seperti investor (shareholder), pemerintah, bank, dan lain-lain. Karena

dari laporan keuangan tersebut tidak hanya dapat dilihat kinerja suatu

perusahaan tetapi juga dapat untuk memprediksi prospek perusahaan.

Untuk menjamin para pemakai laporan keuangan, bahwa laporan

tersebut telah disusun sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu

Standar Akuntansi Keuangan (SAK), maka diperlukan audit atas

laporan keuangan oleh pihak ketiga yang bebas tidak memihak

(independen) yaitu akuntan publik.

10

Page 11: Content Eli

11

Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, karena jika tidak

diaudit ada kecenderungan laporan keuangan tersebut mengandung

kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Dalam SPAP (SA Seksi 110. 01) disebutkan tujuan umum audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini

unqualified (wajar tanpa pengecualian) dari Kantor Akuntan Publik

(KAP) maka para pengguna laporan keuangan dapat yakin kalau

laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan

tersebut dapat dipercaya kewajarannya serta bebas dari salah saji

material dan disajikan sesuai dengan PABU.

Pengertian auditing menurut Alvin A. Arens dan James K.

Loebbecke (1995: 1) yaitu:

“Auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dari suatu entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dan informasi yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan”.

Menurut Haryono Jusup (2001: 11):

“Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Page 12: Content Eli

12

Secara umum pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit adalah

proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan

independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang

bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan

keuangan tersebut. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik menilai

apakah penyusunan laporan keuangan yang dilakukan manajemen

sudah sesuai dengan ketentuan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Sebagai hasil auditnya, akuntan publik memberikan pendapat akuntan

atas kewajaran laporan keuangan. Pendapat akuntan publik ini disajikan

dalam “Laporan Auditor Independen”.

Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus memper-

hatikan faktor-faktor berikut:

1) Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria

(standar) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi

informasi tersebut.

2) Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus

jelas untuk menentukan lingkup tanggung jawab auditor.

3) Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup

untuk memenuhi tujuan audit.

4) Kemampuan auditor dalam memahami kriteria yang digunakan serta

sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan

untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.

Page 13: Content Eli

13

b. Tipe Audit

Audit pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: audit

laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.

1) Audit laporan keuangan

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor

eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan

pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

2) Audit kesesuaian

Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah pihak yang diperiksa

telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh

pihak yang berwenang.

3) Audit operasional

Audit operasional merupakan pengkajian atas setiap bagian dari

prosedur dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan

tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas.

c. Tipe Auditor

Auditor dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: auditor

internal, auditor pemerintah, dan auditor independen atau akuntan

publik.

1) Auditor internal

Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan

dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan

Page 14: Content Eli

14

tersebut dengan tujuan adalah untuk membantu manajemen dalam

melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.

2) Auditor pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit

atas keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Auditing

ini dilaksanakan oleh BPK.

3) Auditor independen

Auditor independen adalah para praktisi individual atau anggota

kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional

kepada klien.

2. Profesi Akuntan Publik

Untuk menjalani profesi akuntan publik, seseorang harus memiliki

register akuntan yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan RI

sebagaimana diatur pada pasal 3 ayat 4 Undang-undang No. 34 tahun

1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan. Nomor Register Akuntan hanya

dapat diberikan oleh Departemen Keuangan RI kepada:

a. Lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Negeri yang telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

b. Orang yang lulus mengikuti Ujian Negara Akuntansi (UNA) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ujian ini diperuntukkan bagi lulusan dari jusuran Akuntansi pada Perguruan Tinggi Swasta (Fakultas Ekonomi dan STIE) dan lulusan Fakultas Ekonomi Negeri yang belum mendapat persetujuan Dirjen Pendidikan Tinggi untuk dibebaskan dari UNA (Abdul Halim, 2003: 13).

Page 15: Content Eli

15

Untuk melaksanakan tugasnya, seorang akuntan publik bekerja pada

kantor akuntan publik. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga

yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan

Publik dalam menjalankan pekerjaannya.

Menurut pasal 6 SK. Menkeu No. 43/ 1997, izin untuk membuka

Kantor Akuntan Publik (KAP) akan diberikan apabila pemohon memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Berdomisili di wilayah Indonesia b. Memiliki Register Akuntan c. Menjadi anggota IAI d. Lulus ujian Sertifikasi Akuntan Publik yang diselenggarakan

oleh IAI. e. Memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun sebagai akuntan

dan berpengalaman audit umum sekurang-kurangnya 3.000 jam dengan reputasi baik.

f. Telah menduduki jabatan manajer atau ketua tim dalam audit umum sekurang-kurangnya 1 tahun.Wajib mempunyai KAP atau bekerja pada Koperasi Jasa Audit (Haryono Jusup, 2001: 21).

a. Jasa Yang Dihasilkan oleh Profesi Akuntan Publik

Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai macam jasa bagi

masyarakat yang dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu jasa

assurance dan jasa non assurance.

1) Jasa Assurance

Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang

meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Jasa

assurance ini lebih dikenal dengan jasa audit.

Salah satu tipe jasa assurance yang disediakan oleh profesi akuntan

publik adalah jasa atestasi. Atestasi atau (attestation) adalah suatu

Page 16: Content Eli

16

pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan

kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam suatu hal

yang material, dengan kriteria yang ditetapkan. Jasa atestasi profesi

akuntan publik dapat dibagi lebih lanjut menjadi 4 jenis :

a) Audit

b) Pemeriksaan (examination)

c) Review

d) Prosedur yang disepakati (aggreed-upon procedures)

2) Jasa Non Assurance

Jasa non assurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik

yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan

negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Jenis jasa non

assurance yang dihasilkan olah akuntan publik adalah jasa

kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.

b. Hirarki Kantor Akuntan Publik

Partner

Manajer

Akuntan Senior

Akuntan Yunior

Gambar 1. Hirarki Kantor Akuntan Publik

Sumber: Abdul Halim (2003: 17)

Page 17: Content Eli

17

Hirarki staf organisasi KAP pada umumnya seperti yang digambarkan

di atas.

Partner, merupakan top legal client relationship, yang bertugas me-

review (menelaah) pekerjaan audit, menandatangani laporan audit,

menyetujui masalah fee dan penagihannya, dan penanggungjawab atas

segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit.

Manajer, merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien,

mengawasi langsung pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review lebih

rinci terhadap pekerjaan audit, dan melakukan penagihan atas fee audit.

Akuntan senior, merupakan staf yang bertanggung jawab langsung

terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit, dan me-review

pekerjaan para akuntan yunior di bawahnya.

Akuntan yunior, merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung

jawab atas pekerjaan lapangan.

c. Kualitas Audit

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan

tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora

(2002) dalam Eunike (2007) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan

publik yaitu:

1) Tanggung jawab profesi Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2) Kepentingan publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati

Page 18: Content Eli

18

kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3) Integritas Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.

4) Objektivitas Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5) Kompetensi dan kehati-hatian profesional. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.

6) Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.

7) Perilaku Profesional Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8) Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar auditing. Standar

auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan

standar pelaporan SPAP (SA Seksi 150. 02):

1) Standar Umum a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang

memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Page 19: Content Eli

19

2) Standar Pekerjaan Lapangan a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika

digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus

diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c) Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

3) Standar Pelaporan a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan

keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor

d) Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

Keterlibatan auditor yang independen akan memberikan manfaat-

manfaat antara lain, menambah kredibilitas laporan keuangan,

mengurangi kecurangan perusahaan, dan memberikan dasar yang lebih

dipercaya untuk pelaporan pajak dan laporan keuangan lain yang harus

diserahkan kepada pemerintah. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

menyatakan bahwa audit dikatakan berkualitas jika memenuhi standar

auditing dan standar pengendalian mutu. Kualitas pekerjaan auditor

berhubungan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan waktu penyelesaian

pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan, dan sikap independensinya

Page 20: Content Eli

20

terhadap klien. Jika auditor dapat melaksanakan pekerjaannya secara

profesional maka laporan audit yang dihasilkan akan berkualitas.

Akuntan publik akhirnya memiliki posisi yang strategis baik

dimata manajemen maupun dimata pemakai laporan keuangan.

Manajemen atau klien akan puas jika audit yang dilakukan oleh akuntan

publik memiliki kualitas yang baik. Menurut Widagdo, dkk. (2002)

dalam Christiawan (2002) terdapat tujuh kualitas audit yang

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan klien, yaitu:

1) atribut pengalaman melakukan audit 2) atribut memahami industri klien 3) atribut responsif terhadap kebutuhan klien 4) atribut pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit 5) atribut komitmen kuat terhadap kualitas audit 6) atribut keterlibatan pimpinan audit terhadap pemeriksaan 7) atribut melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat.

Oleh karena itu, maka diperlukan kebijakan dan praktik aktivitas

pengendalian mutu yang harus ada di KAP untuk menjamin

independensi dan kompetensi personel yang terlibat dalam penugasan

audit. Mutu audit ini mengarah pada mutu akuntan publik dan personel

yang melakukan audit atas laporan keuangan.

Sebagai upaya untuk menjaga mutu audit, organisasi profesi

mewajibkan setiap KAP untuk memiliki suatu sistem pengendalian

mutu dalam memenuhi tanggung jawabnya terhadap klien, masyarakat

umum dan pemerintah. Dalam SPAP (SPM Seksi 100. 03) dijelaskan

bahwa sistem pengendalian mutu KAP mencakup struktur organisasi,

kebijakan dan prosedur yang ditetapkan KAP untuk memberikan

keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan

Page 21: Content Eli

21

SPAP. Sistem pengendalian mutu harus komperhensif dan harus

dirancang selaras dengan struktur organisasi, kebijakan, dan sifat

praktik KAP. Kemudian untuk menjaga kredibilitas auditor, Ikatan

Akuntan Indonesia mengeluarkan Standar Profesional Akuntan Publik

dan Kode Etik Akuntan.

3. Kompetensi Auditor

Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan

kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang

dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Dalam Kamus Besar

Indonesia, kompetensi diartikan sebagai kewenangan (kekuasaan) untuk

menentukan (memutuskan sesuatu). Susanto (2000) dalam Nizarul, dkk.

(2007) menyatakan bahwa definisi tentang kompetensi yang sering dipakai

adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai

kinerja superior. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan

pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai

bidang pengauditan, akuntansi dan industri klien. Lee dan Stone (1995)

dalam Eunike (2007) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang

cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara

objektif. Sedangkan menurut Christiawan (2005) kompetensi berkaitan

dengan pendidikan dan pengalaman yang memadai dalam bidang

akuntansi dan pemeriksaan atau audit. Sementara itu, Abdul Halim (2003:

49) mengemukakan bahwa kompetensi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:

Page 22: Content Eli

22

a. Pendidikan formal dalam bidang akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi auditor.

b. Pelatihan yang bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing.

c. Pendidikan profesional yang berkelanjutan selama menekuni karir auditor profesional.

a. Tingkat Pendidikan Auditor

Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.

Anggota seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memilki keahlian

atau pengalaman yang tidak mereka punya. Dalam semua penugasan

dan dalam semua tanggung jawabnya, setiap anggota harus melakukan

upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan

bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan

profesionalisme tinggi seperti disyaratkan pada Prinsip Etika.

Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang

terpisah:

1) Pencapaian Kompetensi Profesional Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.

2) Pemeliharaan Kompetensi Profesional a) Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui

komitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.

b) Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.

c) Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu

Page 23: Content Eli

23

atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional. (http://www.iaiglobal.or.id/tentang_iai.php.htm)

b. Pelatihan dan Pengalaman Auditor

Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi.

Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal

tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah

pengalaman. Menurut Tubbs (1992) dalam Mayangsari (2003) auditor

yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal: mendeteksi

kesalahan, memahami kesalahan secara akurat, dan mencari penyebab

kesalahan.

Kompetensi seorang auditor dapat diukur melalui banyaknya

ijazah atau sertifikat yang dimiliki serta banyaknya keikutsertaan yang

bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar. Semakin banyak

sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau

seminar diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap

dalam melaksanakan tugasnya. Pemeriksaan atau audit harus

dilaksanakan oleh seorang atau beberapa orang akuntan publik yang

memiliki keahlian dalam bidangnya dan telah menjalani latihan teknis

yang cukup. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan

formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik

audit. Selain itu, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang

cukup. Pelatihan ini harus secara memadai mencakup aspek teknis

maupun pendidikan umum SPAP (SA Seksi 210. 03). Seorang auditor

Page 24: Content Eli

24

juga harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia

bisnis dan lingkungan profesinya. Dengan adanya pendidikan,

pelatihan, dan pengalaman, auditor mempunyai kemampuan untuk

menilai secara objektif dan dapat menggunakan pertimbangannya

tanpa memihak.

Seorang auditor harus cukup mampu untuk memahami kriteria-

kriteria yang digunakan dan kompeten untuk mengetahui dengan pasti

jenis dan jumlah fakta yang dibutuhkan, agar pada akhir pemeriksaan

dia dapat menarik kesimpulan yang tepat (Alvin A. Arens dan James

K. Loebbecke, 1995: 2). Menurut Libby (1995) dalam Ramaraya

(2005) berbagai penelitian auditing menunjukkan bahwa semakin

berpengalaman seorang auditor semakin mampu dia menghasilkan

kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks.

Dengan demikian maka kompleksitas tugas yang dihadapi oleh

seorang auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya.

Pendapat ini didukung oleh Abdolmohammadi dan Wright (1987)

dalam Herliansyah (2006) yang menunjukkan bahwa auditor yang

tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih

signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman.

Pemakai laporan keuangan auditan juga akan meragukan kewajaran

laporan keuangan yang diterimanya jika diketahui bahwa akuntan yang

melakukan audit ternyata tidak memiliki kompetensi dalam bidangnya.

Tidak adanya kompetensi akan menyebabkan laporan keuangan

Page 25: Content Eli

25

auditan yang disajikan salah dan prosedur audit yang diterapkan

akuntan publik tidak mampu mendeteksi adanya salah saji material.

Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan

audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun

banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Penelitian yang

dilakukan oleh Libby and Frederick (1990) dalam Ida Suraida (2005)

menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin

dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan

temuan audit. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang

masuk akal atas kesalahan dalam laporan keuangan. Selain itu mereka

dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan tujuan audit dan

struktur dari sistem akuntansi yang mendasari.

Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan

pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan

mengenai bidang pengauditan, akuntansi dan industri klien. Secara

umum ada lima jenis pengetahuan yang harus dimiliki auditor yaitu

pengetahuan umum, area fungsional, isu akuntansi, industri khusus,

dan pengetahuan bisnis umum serta penyelesaian masalah (Eunike:

2007).

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kompetensi merupakan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor

sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun

keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain

seperti :

Page 26: Content Eli

26

1) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik).

2) PPB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan).

3) Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern.

4) Keikutsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain.

Dengan dikuasainya kompetensi tersebut oleh seseorang, maka

yang bersangkutan akan mampu:

1) Mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan akuntansi.

2) Mengorganisasikan agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan.

3) Menentukan langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi

sesuatu yang berbeda dengan rencana semula.

4) Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan

masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.

Menurut Herawaty (2008) gambaran seseorang yang profesional

dalam profesi dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu:

1) Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan.

2) Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya karena adanya pekerjaan tersebut.

3) Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan bahwa seorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien dan mereka yang bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.

4) Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan profesional atau tidak adalah rekan sesama

Page 27: Content Eli

27

profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut.

5) Hubungan dengan sesama profesi adalah dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan.

4. Independensi Auditor

Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Untuk

memenuhi pertanggungjawaban profesionalnya, akuntan publik harus

bersikap independen. Dalam SA Seksi 220. 02 independensi artinya tidak

mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk

kepentingan umum. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri

auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang

objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan

menyatakan pendapatnya. Independensi menghindarkan diri dari hubungan

yang bisa merusak objektifitas seorang auditor dalam melakukan jasa

atestasi. Menurut Poerhadiyanto dan Sawarjuwono (2002) dalam

Christiawan (2002) seorang auditor tetap menjadi independen tanpa

membuat orang lain merasa direndahkan, dengan harapan bahwa konflik

tidak akan membesar.

Independensi merupakan sikap pikiran seseorang yang dicirikan

oleh pendekatan integritas dan objektivitas tugas profesionalnya. Menurut

Mulyadi (1998) integritas adalah prinsip moral yang tidak memihak dan

jujur. Seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta seperti apa

adanya. Sedangkan objektivitas berarti sikap tidak memihak dalam

mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi yang melekat

Page 28: Content Eli

28

pada fakta yang dihadapinya. Begitu banyak pihak yang menggantungkan

kepercayaan para pemakai laporan keuangan terhadap kelayakan laporan

keuangan berdasarkan laporan auditor karena mereka ingin mendapatkan

suatu pandangan yang tidak memihak. Menurut Haryono Jusup (2001:

101) sikap mental independen auditor harus meliputi independen dalam

fakta (independence in fact) dan independen dalam penampilan

(independence in appearance). Independen dalam fakta adalah

kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam

melakukan penugasan audit. Independen dalam fakta ini merupakan

independen dalam diri auditor. Sedangkan independen dalam penampilan

adalah independen dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap perusahaan yang diaudit yang mengetahui hubungan antara

auditor dengan kliennya. Independensi penampilan berhubungan dengan

persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Independensi

sikap mental sulit diketahui oleh masyarakat karena masyarakat lebih

cenderung menilai independensi penampilan akuntan publik daripada

independensi sikap mental. Sikap auditor yang independen akan sangat

mempengaruhi kepercayaan masyarakat umum dan hal ini sangat penting

bagi perkembangan profesi akuntan publik. Ada enam faktor yang

mempengaruhi independensi menurut persepsi akuntan pemeriksa dan

pihak-pihak yang menggunakan jasa-jasanya, yaitu:

a. Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan para kliennya.

b. Persaingan dalam menyediakan jasa audit diantara KAP. c. Jasa non audit yang diberikan oleh kantor akuntan.

Page 29: Content Eli

29

d. Hubungan audit yang lama antara suatu kantor akuntan dengan klien tertentu.

e. Ukuran KAP. f. Besarnya “fee” audit. (Supriyono, 1988)

Lebih lanjut Munawir (1999: 35) menyatakan bahwa berdasarkan

ketentuan Bursa Efek, auditor akan dianggap tidak independen jika:

a. Kantor akuntan yang bersangkutan atau salah satu pegawainya menjadi pimpinan/ direktur perusahaan klien.

b. Kantor akuntan yang bersangkutan atau salah satu pegawainya melakukan pekerjaan akuntansi klien, termasuk pembuatan jurnal, pencatatan dalam buku besar, jurnal penutup dan penyusunan laporan keuangan.

c. Kantor akuntan dengan klien saling melakukan peminjaman pribadi (kepentingan keuangan) dalam jumlah materiil ditinjau dari jumlah kekayaan auditor yang bersangkutan.

Kemudian Canyaning (2003) melakukan penelitian untuk

mengukur independensi auditor dengan indikator sebagai berikut:

a. Pemberian jasa lain, selain jasa audit oleh KAP. b. Hubungan auditor dengan klien di luar hubungan audit. c. Besarnya fee audit. d. Waktu (lamanya) penugasan audit. e. Pemberian fasilitas dari klien.

Independensi merupakan salah satu karakter yang sangat penting

bagi profesi akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan (auditing)

terhadap kliennya. Akuntan publik harus memenuhi kewajiban

profesionalnya untuk bersikap independen meskipun hal ini berarti

bertentangan atau mengingkari kehendak kliennya dan berakibat akuntan

publik tersebut tidak digunakan lagi oleh kliennya. Masyarakat menilai

independensi akuntan publik biasanya tidak hanya secara individu tetapi

dari segi profesi akuntan publik secara keseluruhan. Kepercayaan

Page 30: Content Eli

30

masyarakat akan menurun, jika terdapat bukti bahwa independensi sikap

auditor ternyata berkurang dalam menilai kewajaran laporan keuangan

yang disajikan manajemen. Kecurigaan tersebut dapat berakibat hilangnya

kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik khususnya dalam

pemberian jasa pemeriksaan akuntansi.

Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik akuntan

Indonesia agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi

independensi dari masyarakat. Sepanjang persepsi independensi ini

dimasukkan ke dalam aturan etika, maka hal ini akan mengikat auditor

untuk menurut pada ketentuan profesi. Independensi merupakan dasar bagi

akuntan publik untuk merumuskan dan menyatakan pendapat atas laporan

keuangan yang diperiksa. Apabila akuntan publik tetap memelihara

independensi selama melaksanakan pemeriksaan, maka laporan keuangan

yang telah diperiksa tersebut bertambah kredibilitasnya dan dapat

diandalkan bagi pihak yang berkepentingan.

a. Jasa Non Audit

Kusharyanti (2002) dalam Eunike (2007) menjelaskan bahwa

jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan

juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan

perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan

keuangan. Adanya dua jenis jasa yang diberikan oleh suatu KAP

menjadikan independensi auditor terhadap kliennya dipertanyakan

yang nantinya akan mempengaruhi kualitas audit. Citron (2000) dalam

Aji (2008) melakukan penelitian mengenai perbedaan jasa yang

Page 31: Content Eli

31

dilakukan oleh Akuntan Publik, yaitu jasa atestasi dan non atestasi,

yang diasumsikan menyebabkan bias kepentingan. Jasa Atestasi

mengarahkan akuntan publik untuk bersikap independen, tetapi di sisi

lain juga melakukan jasa non-atestasi konsultasi dan layanan yang

menyebabkan akuntan publik tidak dapat independen. Pemberian jasa

selain jasa audit berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas

manajemen klien. Misalnya jika pada saat dilakukan pengujian laporan

keuangan klien ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang

diberikan auditor tersebut, kemudian auditor tidak mau reputasinya

buruk karena dianggap memberikan alternatif yang tidak baik bagi

kliennya. Maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit dari auditor

tersebut.

b. Lama Hubungan Dengan Klien

Knapp (1991) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa

lamanya hubungan antara auditee dan auditor dapat mengganggu

independensi serta keakuratan auditor untuk menjalankan tugas

pengauditan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa auditor yang

memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun serta kurang dari 5 tahun tidak

dapat menemukan kesalahan pelaporan yang material. Kejujuran

dalam melaksanakan penugasan audit. auditor harus memperhatikan

kredibilitas dan etika profesi, namun disisi lain auditor juga harus

menghadapi tekanan dari klien dalam berbagai pengambilan

keputusan. Jika auditor tidak mampu menolak tekanan dari klien

seperti tekanan personal, emosional atau keuangan maka independensi

Page 32: Content Eli

32

auditor telah berkurang dan dapat mempengaruhi kualitas audit. Salah

satu faktor lain yang mempengaruhi independensi tersebut adalah

jangka waktu dimana auditor memberikan jasa kepada klien.

Terkait dengan lama waktu masa kerja, Deis dan Giroux (1992)

dalam Eunike (2007) menemukan bahwa semakin lama audit tenure,

kualitas audit akan semakin menurun. Hubungan yang lama antara

auditor dengan klien mempunyai potensi untuk menjadikan auditor

puas pada apa yang telah dilakukan, melakukan prosedur audit yang

kurang tegas dan selalu tergantung pada pernyataan manajemen.

Namun hal tersebut bertentangan dengan penelitian Shockley (1980)

dalam Supriyono (1988: 6) yang menunjukkan bahwa lama hubungan

dengan klien tidak berpengaruh terhadap rusaknya independensi

auditor.

Adapun penjelasan perbedaan beberapa penelitian hasil

penelitian terdahulu dinyatakan sebagai berikut: “Penugasan audit

yang terlalu lama kemungkinan dapat mendorong akuntan publik

kehilangan independensinya karena akuntan publik tersebut merasa

puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam melaksanakan prosedur

audit. Sebaliknya penugasan audit yang lama kemungkinan dapat pula

meningkatkan independensi karena akuntan publik sudah familiar,

pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien dan lebih tahan terhadap

tekanan klien (Supriyono, 1988: 6).

Page 33: Content Eli

33

c. Tekanan dari Klien

Tekanan dari klien dapat timbul pada situasi konflik antara

auditor dengan klien. Situasi konflik terjadi ketika antara auditor

dengan manajemen atau klien tidak sependapat dengan beberapa aspek

hasil pelaksanaan pengujian laporan keuangan (atestasi). Dalam

menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan

dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin operasi

perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui

laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan

penghargaan. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen

perusahaan melakukan tekanan kepada auditor sehingga laporan

keuangan auditan yang dihasilkan itu sesuai dengan keinginan klien.

Posisi auditor juga sangat dilematis dimana mereka dituntut untuk

memenuhi keinginan klien namun di satu sisi tindakan auditor dapat

melanggar standar profesi sebagai acuan kerja mereka. Tetapi jika

auditor tidak mengikuti klien maka klien dapat menghentikan

penugasan atau mengganti KAP auditornya. Selain itu, persaingan

antar KAP semakin besar yang membuat KAP semakin bertambah

banyak, sedangkan pertumbuhan perusahaan tidak sebanding dengan

pertumbuhan KAP. Terlebih lagi banyak perusahaan yang melakukan

merjer atau akuisisi dan akibat krisis ekonomi di Indonesia banyak

perusahan yang mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, KAP akan

lebih sulit untuk mendapatkan klien baru sehingga KAP enggan

melepas klien yang sudah ada. Tekanan dari klien seperti tekanan

Page 34: Content Eli

34

personal, emosional atau keuangan dapat mengakibatkan independensi

auditor berkurang dan dapat mempengaruhi kualitas audit. Dengan

menerima fee audit yang besar dan pemberian fasilitas dari klien,

auditor dapat mengalami tekanan dari klien. Tekanan dari klien

tersebut dapat berupa tekanan untuk memberikan pernyataan wajar

tanpa pengecualian pada laporan audit atas laporan keuangan yang

disajikan oleh pihak manajemen.

Deis dan Giroux (1992) dalam Nizarul, dkk. (2007)

mengatakan bahwa pada konflik kekuatan, klien dapat menekan

auditor untuk melawan standar profesional dan dalam ukuran yang

besar, kondisi keuangan klien yang sehat dapat digunakan sebagai alat

untuk menekan auditor dengan cara melakukan pergantian auditor. Hal

ini dapat membuat auditor tidak akan dapat bertahan dengan tekanan

klien tersebut sehingga menyebabkan independensi mereka melemah.

Berdasarkan uraian di atas, maka auditor memiliki posisi yang

strategis baik dimata manajemen maupun dimata pemakai laporan

keuangan. Selain itu pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan

yang besar terhadap hasil pekerjaan auditor dalam mengaudit laporan

keuangan. Untuk dapat memenuhi kualitas audit yang baik maka auditor

dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus berpedoman pada

kode etik, standar profesi dan standar akuntansi keuangan yang berlaku di

Indonesia. Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan

objektivitas dalam menjalankan tugasnya dengan bertindak jujur dan tegas

Page 35: Content Eli

35

sehingga dia dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau

permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya.

B. Penelitian yang Relevan

1. Canyaning (2003)

Penelitian ini mengambil judul pengaruh kompetensi dan

independensi terhadap kelangsungan usaha Kantor Akuntan Publik (KAP)

di Malang. Dari penelitian tersebut dihasilkan bahwa secara umum KAP di

Malang cukup kompeten dan independensi KAP di Malang juga cukup

baik. Secara bersama-sama variabel kompetensi dan independensi

berpengaruh terhadap kelangsungan usaha KAP di Malang. Akan tetapi

secara parsial diantara variabel yang diteliti ternyata variabel kompetensi

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan usaha. Hal ini

berarti bahwa kompetensi dijadikan pertimbangan klien dalam memakai

jasa suatu KAP. Sedangkan variabel independensi tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan dengan kelangsungan usaha. Dengan kata lain

dalam menggunakan jasa suatu KAP, klien tidak memperhatikan apakah

KAP tersebut independen ataupun tidak.

Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu

sama-sama menggunakan variabel kompetensi dan independensi auditor

sebagai variabel independen dan variabel kelangsungan usaha KAP sebagai

variabel dependen. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu terletak pada objek penelitian. Penelitian ini menggunakan objek

Page 36: Content Eli

36

KAP yang ada di wilayah Yogyakarta sedangkan penelitian terdahulu

menggunakan obejek penelitian KAP yang ada di wilayah Malang.

2. Christiawan (2002)

Penelitian ini mengangkat masalah apakah kualitas auditor

dipengaruhi oleh independensi dan kompetensi. Dari penelitian ini

diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kompetensi adalah kualitas

pendidikan formal akuntansi, kurikulum pendidikan akuntansi yang

berlaku, pengalaman dan pelatihan akuntan publik, sedangkan faktor yang

mempengaruhi independensi adalah adanya hubungan bisnis, keuangan dan

manajemen atau karyawan antara auditor dengan klien. Selain itu juga

dapat diketahui pula bahwa kompetensi dan independensi sangat

berpengaruh terhadap kualitas akuntan publik.

Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu

sama-sama menggunakan variabel kompetensi dan independensi auditor

sebagai variabel independen. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu yaitu terletak pada variabel dependen. Penelitian ini

menggunakan variabel Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta

sedangkan penelitian terdahulu menggunakan variabel kualitas auditor.

3. M. Nizarul Alim, dkk (2007)

Penelitian ini mengambil judul pengaruh kompetensi dan independesi

terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi yang

berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor

memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua

Page 37: Content Eli

37

dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Sementara itu, interaksi

kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit. Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa independensi

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Selanjutnya interaksi

independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana

auditor mampu bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis

yang dimiliki. Dalam kerangka yang lebih luas dapat disimpulkan bahwa

independensi dan kompetensi akuntan publik sangat mempengaruhi tingkat

kepercayaan pemakai laporan keuangan auditan (masyarakat) terhadap jasa

yang dihasilkan oleh akuntan publik khususnya jasa audit atas laporan

keuangan.

Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu

sama-sama menggunakan variabel kompetensi dan independensi auditor

sebagai variabel independen. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu yaitu terletak pada variabel dependen. Penelitian ini

menggunakan variabel Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta

sedangkan penelitian terdahulu menggunakan variabel kualitas audit

dengan etika auditor sebagai variabel moderasi sebagai variabel dependen.

C. Kerangka Berpikir

Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan

merupakan informasi yang penting untuk proses pengambilan keputusan bagi

para pemakai laporan keuangan. Dari laporan keuangan tersebut dapat dilihat

Page 38: Content Eli

38

kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Dalam penyajian

laporan keuangan, pihak manajemen ada kecenderungan untuk memanipulasi

laporan keuangan tersebut agar terlihat kinerja manajemen yang baik agar para

investor tertarik untuk menginvestasikan modalnya. Informasi dari laporan

keuangan tersebut akan bebas resiko dan lebih dipercaya oleh pihak luar jika

telah diaudit.

Pihak yang dapat mengaudit laporan keuangan ini adalah akuntan

publik atau auditor. Seorang auditor bertugas untuk membuktikan kewajaran

suatu laporan keuangan yang disajikan oleh klien. Untuk dapat memberikan

jasa audit atas laporan keuangan, akuntan publik harus bergabung dalam suatu

Kantor Akuntan Publik (KAP). Kinerja KAP yang berkualitas sangat

ditentukan oleh kinerja auditor secara ideal di dalam menjalankan profesinya.

Kepercayaan yang besar pemakai laporan keuangan auditan dan jasa yang

diberikan akuntan publik akhirnya mengharuskan akuntan publik

memperhatikan mutu auditnya. Mutu audit ini ditentukan oleh kompetensi dan

independensi auditor yang bekerja dalam KAP. Pertanyaan masyarakat

tentang mutu audit yang dilakukan akuntan publik bertambah besar setelah

terjadi banyak kasus yang melibatkan akuntan publik baik di dalam maupun di

luar negeri.

Kelangsungan hidup profesi akuntan publik sangat bergantung kepada

kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat akan menghargai kantor

akuntan yang menetapkan standar kualitas yang tinggi dalam memberikan

jasanya kepada masyarakat. Syarat utama bagi auditor yang bekerja di kantor

akuntan untuk berperilaku pada tingkat profesional yang tinggi. Kepercayaan

Page 39: Content Eli

39

Gambar 2. Model Penelitian

masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat jika organisasi

profesi mampu mewujudkan profesionalisme yang tinggi. Bagi profesi

akuntan publik, penting untuk menyakinkan pemakai atas kualitas jasa audit

dan jasa atestasi lainnya. Penting sekali untuk para pemakai laporan keuangan

memandang kantor akuntan bertindak kompeten dan tidak menyimpang.

Apabila pemakai merasa bahwa kantor akuntan tidak memberi jasa yang

berharga (mengurangi risiko informasi), maka nilai audit kantor akuntan

tersebut serta laporan pembuktian lainnya berkurang, dan permintaan akan

pemeriksaan juga berkurang. Melalui indikator kualitas audit yang ada yaitu

kompetensi dan independensi diharapkan akan tercapai kualitas audit yang

tinggi agar kepercayaan dari masyarakat tidak akan hilang yang

mempengaruhi pada kelangsungan usaha KAP.

Untuk menjamin independensi dan kompetensi personel yang terlibat

dalam penugasan audit tersebut, maka kebijakan dan praktik aktivitas

pengendalian mutu merupakan kebijakan yang seharusnya ada di Kantor

Akuntan Publik.

D. Model Penelitian

Model penelitian ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Kompetensi Auditor (X1)

Independensi Auditor (X2)

Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP)

(Y)

Page 40: Content Eli

40

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan ulasan diatas maka hipotesis yang diajukan yaitu:

H1 : Terdapat pengaruh antara Kompetensi Auditor terhadap Kelangsungan

Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta.

H2 : Terdapat pengaruh antara Independensi Auditor terhadap Kelangsungan

Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta.

H3 : Terdapat pengaruh antara Kompetensi dan Independensi Auditor

terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Yogyakarta.

Page 41: Content Eli

41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik yang ada di

Yogyakarta. Waktu penelitian yaitu bulan Mei sampai dengan Agustus 2009.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yang merupakan

tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat

antara dua variabel atau lebih (Arikunto, 2007: 250). Tujuan penelitian dalam

kasus ini berupa pengujian hipotesis dengan variabel independennya berupa

Kompetensi dan Independensi Auditor dan variabel dependennya

Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta.

C. Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian)

(Arikunto, 2007: 84). Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang

bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Setelah dilakukan

observasi, diketahui jumlah auditor yang bekerja pada KAP Yogyakarta yang

terdaftar pada Direktori IAI sebanyak 88 orang.

41

Page 42: Content Eli

42

Tabel 1. Daftar KAP di Yogyakarta

No. Nama KAP Jumlah auditor

1. KAP Drs. Abdul Muntalib 13 orang 2. KAP Doli, Bambang, Sudarmadji dan Dadang 10 orang 3. KAP Drs. Hadiono 4 orang 4. KAP Hadori 16 orang 5. KAP Drs. Henry Susanto 15 orang 6. KAP Inarejz Kemalawarta 5 orang 7. KAP Drs. Kumalahadi 10 orang 8. KAP Drs. Soeroso Donosapoetro, MM 10 orang 9. KAP Drs. Suhartati 5 orang

Total auditor 88 orang Sumber: Data yang diolah

D. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara

tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang

dianggap bisa mewakili populasi (Arikunto, 2007: 84). Sampel yang diambil

dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja dalam KAP. Sedang teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik simple

random sampling yang merupakan bentuk sampling random yang sifatnya

sederhana, tiap sampel yang berukuran sama memiliki probabilitas sama

untuk terpilih dari populasi (Iqbal Hasan, 2005: 87). Menurut Arikunto

(2007: 96) semua subjek yang termasuk dalam populasi mempunyai hak

untuk dijadikan anggota sampel.

Dari 9 KAP yang ada di wilayah Yogyakarta, ternyata tidak semua

menerima kuesioner dan sebagian hanya bersedia menerima 2-10 kuesioner

Page 43: Content Eli

43

saja. Berikut adalah adalah tabel mengenai distribusi kuesioner pada sampel

dari tiap-tiap KAP yang bersedia dijadikan objek penelitian:

Tabel 2. Nama KAP dan Jumlah Sampel

No. Nama KAP Jumlah auditor

1. KAP Drs. Abdul Muntalib 10 orang 2. KAP Doli, Bambang, Sudarmadji dan Dadang 10 orang 3. KAP Drs. Hadiono 4 orang 4. KAP Hadori 10 orang 5. KAP Drs. Kumalahadi 5 orang 6. KAP Drs. Soeroso Donosapoetro, MM 2 orang 7. KAP Drs. Suhartati 2 orang

Total auditor 43 orang Sumber: Data yang diolah

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Penelitian

ini mempunyai dua variabel independen (bebas) dan satu variabel dependen

(terikat). Kompetensi Auditor sebagai variabel independen pertama (X1) dan

Independensi Auditor sebagai variabel independen kedua (X2), sedangkan

Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta sebagai variabel

dependen (Y). Definisi operasional masing-masing variabel sebagai berikut:

1. Variabel Independen

a. Kompetensi Auditor (X1)

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, kemampuan,

dan pengalaman yang berhubungan dengan pekerjaan akuntan publik

sebagai auditor. Kompetensi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:

Page 44: Content Eli

44

pendidikan formal dalam bidang akuntansi di suatu perguruan tinggi

termasuk ujian profesi auditor, pelatihan yang bersifat praktis dan

pengalaman dalam bidang auditing, serta pendidikan profesional yang

berkelanjutan selama menekuni karir auditor profesional.

b. Independensi Auditor (X2)

Independensi adalah seorang auditor tidak mudah dipengaruhi,

jujur, dan objektif dalam setiap melakukan audit. Sikap mental

independen auditor harus meliputi independen dalam fakta

(independence in fact) dan independen dalam penampilan

(independence in appearance). Independen dalam fakta adalah

kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam

melakukan penugasan audit. Independen dalam fakta ini merupakan

independen dalam diri auditor. Independen dalam penampilan adalah

independen dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan yang diaudit yang mengetahui hubungan antara auditor

dengan kliennya.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian ini adalah Kelangsungan Usaha

Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta. Kelangsungan Usaha KAP

adalah perihal berlangsungnya suatu kejadian usaha dalam suatu KAP.

Kelangsungan Usaha KAP ditentukan oleh kepuasan klien, mutu kualitas

audit yang diberikan KAP, dan profesionalisme auditor.

Page 45: Content Eli

45

F. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berupa data

primer yang diperoleh dari objek penelitian. Menurut Indriantoro (1999: 146)

data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dalam

penelitian ini menggunakan objek yaitu KAP-KAP yang berada di

Yogyakarta. Penelitian ini mengambil lokasi pada Kantor Akuntan Publik

(KAP) di Yogyakarta. Dipilih Yogyakarta karena propinsi ini merupakan

propinsi nomor 4 (empat) setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah

yang mempunyai jumlah penduduk yang padat dan memiliki industri yang

cukup berkembang yang sangat membutuhkan jasa akuntan publik.

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan kuesioner.

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang berisi kumpulan-

kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden dan

cara menjawab juga dilakukan secara tertulis. Kuesioner diberikan kepada

responden untuk menilai Kompetensi dan Independensi Auditor. Kuesioner

tersebut disebar secara personal yang disampaikan langsung oleh peneliti.

G. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2007: 119) instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu kuesioner yang telah dilengkapi

Page 46: Content Eli

46

dengan alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilih salah satu

jawaban yang telah disediakan.

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. Identitas responden

Pada bagian ini berisi beberapa pertanyaan tentang data diri responden

yang meliputi: umur responden, jenjang pendidikan, lama pengalaman

kerja, jabatan, kursus atau pelatihan lain yang menunjang bidang keahlian.

2. Pernyataan mengenai Kompetensi dan Independensi Auditor serta

Kelangsungan Usaha KAP

Pada bagian ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai Kompetensi dan

Independensi Auditor serta Kelangsungan Usaha KAP. Pernyataan-

pernyataan tersebut mengacu dari penelitian yang dilakukan oleh

Canyaning (2003). Jenis pernyataan adalah tertutup, dimana responden

tinggal memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang telah

tersedia. Adapun setiap jawaban dari pernyataan tersebut telah ditentukan

skornya.

Berikut penilaian atau skor alternatif dari setiap jenis pernyataan

yang digunakan dalam penelitian. Penilaian dalam kuesioner yang dibuat

menggunakan skala penelitian 1 sampai 4.

Tabel 3. Penilaian Skor Pernyataan Jenis Pernyataan Jenis Jawaban Skor

Positif SS (Sangat Setuju)

S (Setuju)

TS (Tidak Setuju)

STS (Sangat Tidak Setuju)

4

3

2

1

Page 47: Content Eli

47

Tabel 3. (lanjutan) Penilaian Skor Pernyataan

Jenis Pernyataan Jenis Jawaban Skor

Negatif SS (Sangat Setuju)

S (Setuju)

TS (Tidak Setuju)

STS (Sangat Tidak Setuju)

1

2

3

4

Sumber: Data yang diolah

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Instrumen penelitiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Instrumen Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator No. Item Sumber

Kompetensi Tingkat

pendidikan

Tingkat pendidikan

formal

1, 2 Auditor

Pelatihan dan

pengalaman

Pelatihan dan

keahlian khusus

yang dimiliki

3, 4, 5 Auditor

Dilakukan review

dan monitoring

6, 7 Auditor

Pengalaman

personel

8, 9, 10 Auditor

Jumlah auditor

senior

11 Auditor

Pendidikan

profesional

yang

berkelanjutan

Mengikuti

pendidikan

profesional

berkelanjutan

12 Auditor

Page 48: Content Eli

48

Tabel 4. (Lanjutan) Instrumen Penelitian

Variabel Sub variabel Indikator No. Item

Sumber

Independensi Independensi

dalam fakta

(in fact)

Kejujuran dalam

melaksanakan audit

13, 14,

15, 16

Auditor

Independensi

dalam

penampilan (in

appearance)

Pemberian jasa lain,

selain jasa audit

oleh KAP

17 Auditor

Hubungan auditor

dengan klien diluar

hubungan audit

18, 19 Auditor

Besarnya fee audit 20, 21 Auditor

Waktu (lamanya)

penugasan audit

22, 23 Auditor

Pemberian fasilitas

dari klien

24, 25,

26

Auditor

Kelangsungan

usaha KAP

Mutu jasa audit Kepuasan klien 27 Auditor

Kualitas audit 28, 29,

30, 31,

32

Auditor

Staf profesional 33 Auditor

Sumber: Canyaning (2003)

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Kualitas Data

Kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang valid adalah alat

Page 49: Content Eli

49

ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat

digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Suatu penelitian akan

menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan

kurang valid. Untuk itu diperlukan uji kualitas data agar data yang akan

digunakan valid dan reliabel. Uji kualitas data dalam penelitian ini

dilakukan pada populasi dan di luar sampel yaitu pada responden yang

sedang melaksanakan magang di KAP-KAP yang ada di Yogyakarta. Ada

dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu uji validitas dan uji

reliabilitas.

a. Uji validitas

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang

bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2007:

167). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh

mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang

variabel yang dimaksud. Uji validitas dalam penelitian ini

menggunakan teknik korelasi product moment. Berdasarkan pengujian

validitas yang telah dilakukan menggunakan SPSS 16.0 dengan taraf

signifikansi 5%, antara lain:

Page 50: Content Eli

50

Tabel 5. Hasil Uji Validitas

Variabel No. Butir

Koefisien Korelasi Butir

Total Keterangan

Kompetensi Auditor 1 0.514 Valid 2 0.498 Valid 3 0.429 Valid 4 0.235 Tidak valid 5 0.439 Valid 6 0.429 Valid 7 0.550 Valid 8 0.398 Valid 9 0.264 Tidak valid 10 0.475 Valid 11 0.412 Valid 12 0.456 Valid

Independensi Auditor 13 0.542 Valid 14 0.474 Valid 15 0.502 Valid 16 0.249 Tidak valid 17 0.398 Valid 18 0.383 Valid 19 0.475 Valid 20 0.133 Tidak valid 21 0.526 Valid 22 0.029 Tidak valid 23 0.461 Valid 24 0.176 Tidak valid 25 0.553 Valid 26 0.461 Valid

Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta

27 0.435 Valid 28 0.488 Valid 29 0.720 Valid 30 0.551 Valid 31 0.553 Valid 32 0.654 Valid 33 0.581 Valid

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan instrumen

penelitian sebanyak 33 pertanyaan diperoleh 27 butir valid dan 6 butir

tidak valid yaitu nomor 4, 9, 16, 20, 22, dan 24 karena pernyataan

Page 51: Content Eli

51

kuesioner tersebut memiliki koefisien korelasi butir total di bawah r

tabel (0,361).

b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya tingkat

keandalan alat ukur dalam penggunaannya atau dengan kata lain alat

ukur tersebut memiliki hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-

kali. Besarnya koefisien alpha yang diperoleh menunjukkan koefisien

reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan

koefisien Alpha Cronbach.

Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 180) hasil perhitungan

menggunakan rumus di atas diinterpretasikan dengan tingkat keandalan

koefisien korelasi, sebagai berikut :

Antara 0,800 sampai 1,000 adalah sangat tinggi Antara 0,600 sampai 0,799 adalah tinggi Antara 0,400 sampai 0,599 adalah cukup Antara 0,200 sampai 0,399 adalah rendah Antara 0,000 sampai 0,199 adalah sangat rendah. Untuk selanjutnya dalam penghitungan reliabilitas data akan

digunakan alat bantu dengan program SPSS 16.0. Berikut ini adalah

tabel hasil uji reliabilitas.

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Nilai

Cronbach’s Alpha

X1 X2 Y

0, 772 0, 771 0, 806

Interpretasi

keandalan Tinggi Tinggi Sangat tinggi

Sumber: Data yang diolah

Page 52: Content Eli

52

2. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui

gambaran dari suatu fenomena yang ada. Analisis diskriptif kualitatif ini

digunakan untuk menjawab bagaimana Kompetensi KAP di Yogyakarta,

bagaimana Independensi KAP di Yogyakarta, dan bagaimana

Kelangsungan KAP di Yogyakarta. Analisis ini dilakukan dengan melihat

hasil persentase jawaban kuisioner yang diisi oleh auditor yang bekerja

pada KAP-KAP di Yogyakarta.

3. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum melakukan pengujian regresi, terdapat beberapa asumsi

yang harus dipenuhi agar data yang akan dimasukkan dalam model regresi

telah memenuhi ketentuan dan syarat dalam regresi. Beberapa asumsi

tersebut adalah: a) Pengujian asumsi Normalitas, b) Pengujian asumsi

Linearitas, c) Pengujian asumsi Multikolineritas, dan d) Pengujian asumsi

Heteroskedastisitas. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program

SPSS 16.0.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

(Imam Ghozali 2009: 147). Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data

tersebut dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu menggunakan Uji

Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S), grafik histogram dan kurva

Page 53: Content Eli

53

penyebaran P-Plot. Untuk Uji K-S yakni jika nilai signifikasi lebih lebih

tinggi dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% (0,05), maka

distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih rendah dinyatakan

tidak normal. Sedangkan melalui pola penyebaran P Plot dan grafik

histogram, yakni jika pola penyebaran memiliki garis normal maka

dapat dikatakan data berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat bersifat linear atau tidak. Pengujian

ini menggunakan uji lagrange multiplier. Kriteria yang digunakan yaitu

regresi dikatakan linear jika c2 hitung < c2 tabel dan regresi dikatakan

linear jika nilai signifikansi lebih besar dari alpha yang ditentukan yaitu

5% (0,05).

c. Uji Multikolineritas

Multikolineritas berarti antara variabel bebas yang satu dengan

variabel yang lain dalam model regresi saling berkorelasi linear

(Arikunto, 2007: 292). Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas penelitian. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi diantara variabel bebas. Biasanya korelasinya mendekati

sempurna atau sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan

satu). Pengukuran Multikolineritas dalam suatu regresi dapat

menggunakan korelasi product moment. Jika angka tolerance dari

variabel bebas mempunyai nilai tolerance lebih dari 10 % dan nilai

Page 54: Content Eli

54

Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model regresi

tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas tersebut.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan

varian masing-masing variabel bebas X1 dan X2 terhadap variabel

terikat (Y). Pengujian homogenitas terhadap variabel penelitian

digunakan uji heterokedastisitas. Uji heteroskedastisitas menggunakan

metode grafik plot Regression Standarized Predicted Value dengan

Regression Stutentised Residual.

4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi linear sederhana dan regresi linear berganda.

a. Regresi linear sederhana

Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun

kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen

(Sugiyono, 2003: 243). Alat analisis ini digunakan untuk menguji

hipotesis pertama dan kedua. Persamaan regresi sederhana adalah:

bXaY +=

Keterangan:

Y = subjek dalam variabel dependen

a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang

Page 55: Content Eli

55

didasarkan pada variabel independen. Bila b ( + ) maka naik,

dan bila ( - ) maka terjadi penurunan.

X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

(Sugiyono, 2003: 244).

Untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan

diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian penelitian secara

statistik. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan

uji statistik t.

Uji statistik t dimaksudkan untuk menguji diterima atau

ditolaknya suatu hipotesis. Hasil output regresi dengan SPSS akan

terlihat t hitung dan nilai signifikansinya. Terdapat dua cara untuk

melihat signifikansi t hitung yaitu jika nilai t-hitung > t-tabel maka

variabel X secara individual (parsial) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel Y dan jika nilai t-hitung < t-tabel maka

variabel X secara individual (parsial) tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel Y.

b. Regresi linear berganda

Digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis ini digunakan untuk

menjawab bagaimana pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor

terhadap Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta.

Model yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda

adalah sebagai berikut:

2211 XbXbaY ++=

Page 56: Content Eli

56

Keterangan:

Y = Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta

X1 = Kompetensi Auditor

X2 = Independensi Auditor

a = harga Y jika X = 0 (konstanta)

b = angka arah/ koefisien regresi linear berganda (Sugiyono, 2003:

250).

Untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima

atau ditolak, maka dilakukan pengujian penelitian secara statistik.

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji

statistik F.

Nilai F-hitung digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh

variabel X terhadap variabel Y secara bersama-sama. Jika nilai F-hitung

> F-tabel maka variabel X secara bersama-sama memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap variabel Y dan jika nilai F-hitung < F-tabel

maka variabel X secara bersama-sama memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel Y.

Page 57: Content Eli

57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Sampel Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang ada di Yogyakarta. KAP yaitu lembaga yang

memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik

dalam menjalankan pekerjaannya. Sedangkan Akuntan Publik atau Auditor

Independen adalah akuntan yang telah memperoleh ijin dari Menteri

Keuangan atau pejabat yang berwenang untuk memberikan jasanya. KAP

dapat berbentuk perseroan terbatas dan persekutan dimana beberapa akuntan

publik bergabung untuk menjalankan usahanya bersama-sama sebagai sekutu

atau rekan (partner). Selain itu KAP dapat juga berbentuk Koperasi Jasa

Audit (KJA) yang hanya memberikan jasanya pada koperasi saja.

KAP dalam pekerjaannya memberikan beberapa jasa yang disebut

dengan jasa audit. Penjelasan dari jasa-jasa tersebut yaitu:

1. Jasa Audit Laporan Keuangan

Dalam kapasitasnya sebagai auditor independen, kantor akuntan

publik melakukan audit umum atas laporan keuangan untuk memberikan

pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.

2. Jasa Audit Khusus

Audit khusus dapat merupakan audit atas akun atau pos laporan

tertentu yang dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disepakati

bersama, audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis yang

komprehensif dan audit atas informasi keuangan untuk tujuan tertentu.

57

Page 58: Content Eli

58

3. Jasa Atestasi

Jasa yang berkaitan dengan penerbitan laporan yang memuat suatu

kesimpulan tentang keadaan asersi (pernyataan) tertulis menjadi tanggung

jawab pihak lain, dilaksanakan mulai pemeriksaan, review dan prosedur

yang disepakati bersama.

4. Jasa Review Laporan Keuangan

Jasa yang memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat

modifikasi material yang harus dilaksanakan agar laporan keuangan

tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas basis

akuntansi komprehensif lainnya.

5. Jasa Kompilasi Laporan Keuangan

Jasa untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan catatan data

keuangan serta inforamsi lainnya yang diberikan manajemen suatu entitas

tertentu.

6. Jasa Konsultasi

Jasa ini meliputi berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan

kompetensi akuntan publik. Misalnya jasa konsultasi umum kepada pihak

manajemen, perencanaan sistem dan implementasi sistem akuntansi,

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan seleksi dan

rekruitmen pegawai sampai memberikan jasa konsultasi lainnya.

7. Jasa Perpajakan

Jasa yang diberikan meliputi jasa konsultasi umum perpajakan,

perencanaan pajak, review jenis pajak, pengisian SPT dan penyelesaian

masalah perpajakan.

Page 59: Content Eli

59

Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik dengan sampel 42

(empat puluh dua) responden. Data diambil menggunakan instrumen berupa

angket yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya pada populasi di luar

sampel.

B. Deskripsi Responden

Deskripsi profil responden terdiri dari jabatan, pengalaman kerja dan

jenjang pendidikan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan latar

belakang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini responden memiliki jabatan yang bervariasi di

antaranya adalah sebagai auditor senior sebanyak 14 responden atau (33,3%),

auditor yunior sebanyak 21 responden atau (50,0 %), staf auditor sebanyak 3

responden atau (7,2 %) dan jabatan lain sebanyak 4 responden atau (9,5 %).

Berikut tabel data responden berdasarkan jabatan:

Tabel 7. Data Responden Berdasarkan Jabatan

No. Jabatan Jumlah Persentase

1. Auditor senior 14 responden 33,3%

2. Auditor yunior 21 responden 50,0%

3. Staf auditor 3 responden 7,2%

4. Jabatan lain 4 responden 9,5%

Total 42 responden 100%

Sumber: Data yang diolah

Page 60: Content Eli

60

Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:

Gambar 3. Histogram Responden Berdasarkan Jabatan

Berdasarkan pengalaman kerja yaitu kurang dari 5 tahun sebanyak 23

responden atau (54,8 %), berpengalaman 5 sampai 10 tahun sebanyak 7

responden atau (16,7 %), berpengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 12

responden atau (28,5 %).

Berikut tabel data responden berdasarkan pengalaman kerja:

Tabel 8. Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja

No. Pengalaman kerja Jumlah Persentase

1. < 5 tahun 23 responden 54,8%

2. 5 – 10 tahun 7 responden 16,7%

3. > 10 tahun 12 responden 28,5%

Total 42 responden 100%

Sumber: Data yang diolah

Responden Berdasarkan Jabatan

33%

50%

7% 10% auditor senior

auditor yunior

staf auditor

jabatan lain

Page 61: Content Eli

61

Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:

Gambar 4. Histogram Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja

Berdasarkan jenjang pendidikan yakni D3 sebanyak 2 responden atau

(4,8 %), S1 sebanyak 40 responden atau (95,2 %), S2 sebanyak 0 responden

dan S3 sebanyak 0 responden.

Berikut tabel data responden berdasarkan jenjang pendidikan:

Tabel 9. Data Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

No. Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase

1. D3 2 responden 4,8%

2. S1 40 responden 95,2%

3. S2 0 responden 0%

4. S3 0 responden 0%

Total 42 responden 100%

Sumber: Data yang diolah

Responden Berdasarkan Pengalaman

Kerja

54%

17%

29%< 5 tahun

5-10 tahun

> 10 tahun

Page 62: Content Eli

62

Berdasar tabel di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:

Gambar 5. Histogram Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menyebarkan 43 kuesioner

secara langsung kepada KAP yang berada di wilayah Yogyakarta. Data

kuesioner yang dapat digunakan sebanyak 42 kuesioner dari 43 kuesioner

yang disebarkan. Berikut tabel mengenai pengiriman dan pengembalian

kuesioner dalam penelitian ini.

Tabel 10. Tingkat Pengembalian Kuesioner Keterangan Jumlah Persentase

Total kuesioner yang dibagikan 43 100 %

Total kuesioner yang tidak kembali 1 2 %

Total kuesioner yang tidak lengkap 0 0 %

Total kuesioner yang dapat digunakan 42 98 %

Total kuesioner yang tidak dapat digunakan 0 0 %

Sumber: Data yang diolah

Responden Berdasarkan

Jenjang Pendidikan

95%

5% 0% 0% D3

S1

S2

S3

Page 63: Content Eli

63

C. Deskripsi Variabel Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat Kompetensi, Independensi

dan Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta, peneliti menggunakan analisis

deskriptif. Adapun hasil perhitungan dari analisis deskriptif untuk tiap

variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi Auditor

Dalam mengukur tingkat Kompentensi Auditor, maka dalam

penelitian ini menggunakan 3 dimensi yaitu tingkat pendidikan, pelatihan

dan pengalaman, dan pendidikan profesional yang berkelanjutan. Hasil

penelitian diperoleh dari angket dengan 10 butir pernyataan dan dengan

jumlah responden sebanyak 42. Berdasarkan data Kompetensi Auditor

yang diolah menggunakan program SPSS versi 16.0 maka diperoleh mean

33,3571, median 34,0000, standar deviasi 2,58345, variance 6,674, nilai

ninimum 28 dan nilai maximum 40.

Penentuan kecenderungan variabel setelah nilai minimum (Xmin) dan

nilai maksimum (Xmax) diketahui, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata

ideal (Mi) dengan rumus:

M i = 2

1 (Xmax + Xmin)

diperoleh Mi = 34. Perhitungan selanjutnya yaitu mencari standar deviasi

ideal (SDi) dengan rumus:

SDi = 6

1 ( Xmax - Xmin)

Page 64: Content Eli

64

diperoleh nilai SDi = 2. Adapun pengkategorian variabel adalah sebagai

berikut:

Rendah = X < (Mi – 1 SDi)

Sedang = X < (Mi – 1 SDi) sampai dengan (Mi + 1 SDi)

Tinggi = X > (Mi + 1 SDi)

Berdasarkan acuan di atas dapat dikategorikan dalam 3 kelas yaitu:

Rendah X < 32, Sedang apabila X < 32 sampai dengan 36, dan Tinggi

apabila X > 36 (perhitungan lebih lengkap dapat dilihat dalam Lampiran

5). Untuk lebih jelasnya mengenai pengkategorian ini, maka dapat dilihat

pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut:

Tabel 11. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kompetensi Auditor No. Interval F Persen Kategori

1. 28-31 10 23,8 Rendah

2. 32-35 22 52,4 Sedang

3. 36-40 10 23,8 Tinggi

Total 42 100

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi data Kompetensi

Auditor pada tabel 11, dapat digambarkan histogram sebagai berikut:

Gambar 6. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi

Kompetensi Auditor

0

10

20

30

40

50

Fre

kuen

si

28-31 32-35 36-40

Kelas Interval

Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kompetensi Auditor

28-31

32-35

36-40

Page 65: Content Eli

65

Tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa frekuensi Kompetensi

Auditor pada kategori kurang sebanyak auditor (23,8 %), sedang (52,4 %),

dan kategori tinggi sebanyak (23,8 %). Berdasarkan tabel tersebut dapat

diketahui bahwa tingkat Kompetensi Auditor di Yogyakarta ditinjau dari

dimensi tingkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman, serta pendidikan

profesional yang berkelanjutan termasuk dalam kategori sedang.

2. Independensi Auditor

Untuk mengukur Independensi Auditor di Yogyakarta, dalam

penelitian ini digunakan 2 dimensi yaitu Independensi dalam fakta (in

fact) dan Independensi dalam penampilan (in appearance). Hasil

penelitian diperoleh dari angket dengan 10 butir pernyataan dan dengan

jumlah responden sebanyak 42. Berdasarkan data Independensi Auditor

yang diolah menggunakan program SPSS versi 16.0 maka diperoleh mean

34,2143, median 34,0000, standar deviasi 2,40463, variance 5,782, nilai

ninimum 30 dan nilai maximum 40.

Penentuan kecenderungan variabel setelah nilai minimum (Xmin) dan nilai

maksimum (Xmax) diketahui, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal

(M i) dengan rumus:

M i = 2

1 (Xmax + Xmin)

diperoleh Mi = 35. Perhitungan selanjutnya yaitu mencari standar deviasi

ideal (SDi) dengan rumus:

SDi = 6

1 ( Xmax - Xmin)

Page 66: Content Eli

66

0

10

20

30

40

50

Fre

kuen

si

30-32 33-36 37-40

Kelas Interval

Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi Auditor

30-32

33-36

37-40

diperoleh nilai SDi = 2. Adapun pengkategorian variabel adalah sebagai

berikut:

Rendah = X < (Mi – 1 SDi)

Sedang = X < (Mi – 1 SDi) sampai dengan (Mi + 1 SDi)

Tinggi = X > (Mi + 1 SDi)

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam 3

kelas yaitu: Rendah X < 33, Sedang apabila X < 33 sampai dengan 37, dan

Tinggi apabila X > 37 (perhitungan lebih lengkap dapat dilihat dalam

Lampiran 5). Untuk lebih jelasnya mengenai pengkategorian ini, maka

dapat dilihat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut:

Tabel 12. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi Auditor No. Interval F Persen Kategori

1. 30-32 13 31,0 Rendah

2. 33-36 22 52,4 Sedang

3. 37-40 7 16,6 Tinggi

Total 42 100

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi data Independensi

Auditor pada tabel 12, dapat digambarkan histogram sebagai berikut:

Gambar 7. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi Auditor

Page 67: Content Eli

67

Tabel 12 tersebut menunjukkan bahwa frekuensi Independensi

Auditor pada kategori kurang sebanyak auditor (31,0 %), sedang (52,4 %),

dan kategori tinggi sebanyak (16,6 %). Berdasarkan tabel tersebut dapat

diketahui bahwa tingkat Independensi Auditor di Yogyakarta ditinjau dari

dimensi Independensi dalam fakta (in fact) dan Independensi dalam

penampilan (in appearance) yang berkelanjutan termasuk dalam kategori

sedang.

3. Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta

Untuk mengukur Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta dalam

penelitian ini menggunakan dimensi mutu jasa audit. Kelangsungan Usaha

KAP diungkap dengan 7 butir pernyataan dengan jumlah responden

sebanyak 42. Berdasarkan data Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta

yang diolah menggunakan program SPSS versi 16.0 maka diperoleh mean

24,0000, median 24,0000, standar deviasi 2,17525, variance 4,732, nilai

ninimum 21 dan nilai maximum 28.

Penentuan kecenderungan variabel setelah nilai minimum (Xmin) dan

nilai maksimum (Xmax) diketahui, maka selanjutnya mencari nilai rata-rata

ideal (Mi) dengan rumus:

M i = 2

1 (Xmax + Xmin)

diperoleh Mi = 25. Perhitungan selanjutnya yaitu mencari standar deviasi

ideal (SDi) dengan rumus:

SDi = 6

1 ( Xmax - Xmin)

Page 68: Content Eli

68

diperoleh nilai SDi = 2. Adapun pengkategorian variabel adalah sebagai

berikut:

Rendah = X< (Mi – 1 SDi)

Sedang = X < (Mi – 1 SDi) sampai dengan (Mi + 1 SDi)

Tinggi = X > (Mi + 1 SDi)

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam 3

kelas yaitu: Rendah X < 24, Sedang apabila X < 24 sampai dengan 27, dan

Tinggi apabila X > 27 (perhitungan lebih lengkap dapat dilihat dalam

Lampiran 5). Untuk lebih jelasnya mengenai pengkategorian ini, maka

dapat dilihat pada tabel distribusi kecenderungan sebagai berikut:

Tabel 13. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta

No. Interval F Persen Kategori

1. 21-23 18 42,9 Rendah

2. 24-26 17 40,5 Sedang

3. 27-28 7 16,6 Tinggi

Total 42 100

Sumber: Data Primer yang diolah

Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi data

Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta pada tabel 13, dapat

digambarkan histogram sebagai berikut:

Page 69: Content Eli

69

Gambar 8. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi

Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta

Tabel 13 tersebut menunjukkan bahwa frekuensi Kelangsungan

Usaha KAP di Yogyakarta pada kategori kurang sebanyak auditor

(42,9%), sedang (40,5%), dan kategori tinggi sebanyak (16,6%).

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat Kelangsungan

Usaha KAP di Yogyakarta ditinjau dari dimensi mutu jasa audit termasuk

dalam kategori rendah.

D. Uji Prasyarat Analisis Data

Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi

berganda, terlebih dahulu diuji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji

multikolinearitas dan uji linearitas agar data yang akan dimasukkan dalam

model regresi telah memenuhi ketentuan dan syarat dalam regresi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai

0

5

10

15

20

Fre

kuen

si

21-23 24-26 27-28

Kelas Interv al

Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta

21-23

24-26

27-28

Page 70: Content Eli

70

distribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini

menggunakan Uji Kolmologorov-Smirnov (Uji K-S) dengan hasil analisis

sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kompetensi Independensi

KelangsunganUsahaKAP

N 42 42 42

Normal Parametersa Mean 33.3571 34.2143 24.0000

Std. Deviation 2.58345 2.40463 2.17525

Most Extreme Differences Absolute .140 .146 .131

Positive .140 .146 .131

Negative -.122 -.104 -.084

Kolmogorov-Smirnov Z .906 .944 .846

Asymp. Sig. (2-tailed) .384 .335 .471

a. Test distribution is Normal.

Hasil uji normalitas pada Tabel 14 di atas didapatkan nilai

signifikansi dari Uji K-S masing-masing yaitu: Residual regresi X1

terhadap Y sebesar 0,384, residual regresi X2 terhadap Y sebesar 0,335,

dan residual regresi ganda X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0,471. Angka

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Hal

tersebut memberikan gambaran bahwa sebaran data telah memenuhi

asumsi normalitas. Untuk lebih memperjelas tentang sebaran data dalam

penelitian ini maka akan disajikan dalam grafik histogram dan grafik

normal P-plot. Dimana dasar pengambilan keputusan menurut Imam

Ghozali (2005: 149) yaitu:

a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

Page 71: Content Eli

71

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/ atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 9. Histogram Hasil Pengujian Asumsi Normalitas

Gambar 10. Hasil Pengujian Asumsi Normalitas dengan P-Plot

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal

P-Plot diatas dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola

Page 72: Content Eli

72

distribusi yang mendekati normal. Sedangkan pada grafik normal P-Plot

terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta arah

penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik tersebut

menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi

normalitas.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat bersifat linear atau tidak. Pengujian ini

menggunakan uji lagrange multiplier. Kriteria yang digunakan yaitu

regresi dikatakan linear jika c2 hitung < c2 tabel dan regresi dikatakan

linear jika nilai signifikansi lebih besar dari alpha yang ditentukan yaitu

5% (0,05).

Tabel 15. Model Summary Regresi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .474a .225 .185 1.96394

a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi

Tabel 16. ANOVA Regresi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 43.574 2 21.787 5.649 .007a

Residual 150.426 39 3.857

Total 194.000 41

a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi

b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP

Page 73: Content Eli

73

Berdasarkan tampilan output menunjukkan R2 sebesar 0,225

dengan jumlah n 42, maka besarnya c2 hitung = 42 x 0,225 = 9,45. Nilai

ini dibandingkan dengan c2 tabel dengan df=38 dan tingkat signifikansi

0,05 didapat c2 tabel sebesar 53,384. Oleh karena nilai c2 hitung lebih kecil

dari c2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua garis regresi berbentuk

linear.

3. Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas penelitian.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

bebas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 17. Hasil Uji Multikolineritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6.344 5.275 1.203 .236

Kompetensi .255 .123 .302 2.073 .045 .935 1.069

Independensi .268 .132 .296 2.031 .049 .935 1.069

a. Dependent Variable:

KelangsunganUsahaKAP

Berdasarkan Tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa angka tolerance

dari variabel bebas kompetensi dan independensi mempunyai nilai

tolerance lebih dari 10 % (0,935/ 93,5%) dan nilai Variance Inflation

Factor (VIF) tidak lebih dari 10 (1,069). Dengan demikian dapat

Page 74: Content Eli

74

disimpulkan dalam model regresi tidak terjadi multikolinearitas antar

variabel bebas tersebut.

4. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui

kesamaan varian masing-masing variabel bebas X1 dan X2 terhadap

variabel terikat (Y). Pengujian homogenitas terhadap variabel penelitian

digunakan uji heterokedastisitas. Deteksi terhadap masalah

heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik sebaran nilai residual.

Uji heteroskedastisitas menggunakan metode grafik plot Regression

Standarized Predicted Value dengan Regression Stutentised Residual.

Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 11 berikut ini:

Gambar 11. Grafik Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan grafik scatterplot di atas tampak bahwa sebaran data

tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik data menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan model

Page 75: Content Eli

75

regresi ini telah memenuhi asumsi heterokedastisitas, hal ini menunjukkan

bahwa variasi data homogen.

E. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Uji Hipotesis Linear Sederhana

Uji regresi linear sederhana digunakan untuk menguji hipotesis

pertama yang dimaksud untuk menganalisis pengaruh antara variabel

dependen (Y) dengan satu variabel independen (X). Pengolahan data

menggunakan SPSS versi 16.0.

a. Terdapat pengaruh antara Kompetensi Auditor dengan Kelangsungan

Usaha KAP di Yogyakarta.

Berikut adalah tabel hasil pengujian data menggunakan linear

sederhana.

Tabel 18. Model Summary Regresi X1 terhadap Y

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .378a .143 .121 2.03924

a. Predictors: (Constant), Kompetensi b. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP

Tabel 19. Koefisien Regresi X1 terhadap Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 13.395 4.124 3.248 .002

Kompetensi .318 .123 .378 2.579 .014

a. Dependent Variable: KelangsunganUsahaKAP

Page 76: Content Eli

76

1) Persamaan Garis regresi

Dari tabel tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 13,395 + 0,318X1

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X1

(Kompetensi Auditor) sebesar 0,318 yang berarti apabila nilai X1

(Kompetensi Auditor) meningkat 1 poin maka Y (Kelangsungan

Usaha KAP di Yogyakarta) akan naik sebesar 0,318 poin.

2) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi.

Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari

Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) yang diterangkan

oleh variabel independennya Kompetensi Auditor (X1). Koefisien

determinasi R2 yang diperoleh adalah 0,143 berarti bahwa 14,3 %

variasi atau naik turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP di

Yogyakarta dipengaruhi oleh variabel Kompetensi Auditor.

Sisanya sebesar 85,7 % (100-14,3) dipengaruhi oleh variabel-

variabel lain yang tidak dianalisis dalam uji hipotesis ini.

3) Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji Statistik t).

Dari Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu antara Kompetensi

Auditor terhadap Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta. Dari

hasil analisis data, didapatkan koefisien regresi sebesar 0,378, nilai

t hitung sebesar 2,579 dengan signifikansi sebesar 0,014 sehingga

hipotesis pertama diterima. Adapun signifikansinya kurang dari

Page 77: Content Eli

77

taraf signifikansi 5 % (0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak atau

nilai t hitung lebih tinggi dibandingkan dengan t tabel pada taraf

signifikansi 5% yaitu sebesar (2,019541).

b. Terdapat pengaruh antara Independensi Auditor dengan Kelangsungan

Usaha KAP di Yogyakarta.

Berikut adalah tabel hasil pengujian data menggunakan linear

sederhana:

Tabel 20. Model Summary Regresi X2 terhadap Y

Tabel 21. Koefisien Regresi X2 terhadap Y

1) Persamaan Garis regresi

Dari tabel tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 12,454 + 0,337X2

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .373a .139 .118 2.04331

a. Predictors: (Constant), X2

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.454 4.551 2.736 .009

X2 .337 .133 .373 2.543 .015

a. Dependent Variable: Y

Page 78: Content Eli

78

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien X2

(Independensi Auditor) sebesar 0,337 yang berarti apabila nilai X2

(Independensi Auditor) meningkat 1 poin maka Y (Kelangsungan

Usaha KAP di Yogyakarta) akan naik sebesar 0,337 poin.

2) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi.

Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari

Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) yang diterangkan

oleh variabel independennya Independensi Auditor (X2). Koefisien

determinasi R2 yang diperoleh adalah 0,139 berarti bahwa 13,9 %

variasi atau naik turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP di

Yogyakarta dipengaruhi oleh variabel Independensi Auditor.

Sisanya sebesar 86,1 % (100-13,9) dipengaruhi oleh variabel-

variabel lain yang tidak dianalisis dalam uji hipotesis ini.

3) Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji Statistik t)

Dari Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu antara Independensi

Auditor terhadap Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta. Dari

hasil analisis data, didapatkan koefisien regresi sebesar 0,373, nilai

t hitung sebesar 2,543 dengan signifikansi sebesar 0,015 sehingga

hipotesis kedua diterima. Adapun signifikansinya kurang dari taraf

signifikansi 5% (0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak atau nilai t

hitung lebih tinggi dibandingkan dengan t tabel pada taraf

signifikansi 5% yaitu sebesar (2,019541).

Page 79: Content Eli

79

2. Uji Hipotesis Linear Berganda

Uji regresi linear berganda digunakan untuk menguji hipotesis ketiga yang

dimaksud untuk menganalisis pengaruh variabel independen (X1 dan X2)

secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Y). Pengolahan data

menggunakan SPSS versi 16.0.

Tabel 22. Model Summary Regresi X1, X2 terhadap Y

Tabel 23. Koefisien Regresi X1, X2 terhadap Y

a. Persamaan Garis regresi

Dari tabel tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 6,344 + 0,255X1 + 0,268X2

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa baik konstanta maupun

koefisien variabel-variabel independen memiliki nilai positif. Hal ini

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .474a .225 .185 1.96394

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.344 5.275 1.203 .000

X1 .255 .123 .302 2.073 .045

X2 .268 .132 .296 2.031 .049

a. Dependent Variable: Y

Page 80: Content Eli

80

menandakan bahwa persamaan regresi berganda tersebut memiliki

hubungan yang searah, yang berarti Kelangsungan Usaha KAP di

Yogyakarta (Y) akan meningkat seiring dengan meningkatnya

Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2).

Nilai koefisien X1 sebesar 0,255 yang berarti apabila nilai X1

(Independensi Auditor) meningkat 1 poin maka Y (Kelangsungan

Usaha KAP di Yogyakarta) akan naik sebesar 0,225 poin dengan

asumsi X2 tetap. Koefisien X2 sebesar 0,268 yang berarti apabila nilai

Kompetensi Auditor (X2) meningkat 1 poin maka Kelangsungan Usaha

KAP di Yogyakarta (Y) akan meningkat sebesar 0,268 poin dengan

asumsi X1 tetap.

Konstanta sebesar 6,344 berarti bahwa KAP tetap dapat memiliki

kelangsungan usaha sebesar 6,344 meskipun variabel independennya

(bebas) nol.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menunjukkan tingkat ketepatan garis regresi.

Garis regresi digunakan untuk menjelaskan proporsi dari

Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) yang diterangkan oleh

variabel independennya kompetensi (X1) dan Independensi Auditor

(X2). Berdasarkan hasil analisis data didapat R2 sebesar 0,225. Nilai

tersebut berarti 22,5 % perubahan pada variabel Kelangsungan Usaha

KAP di Yogyakarta (Y) dapat diterangkan oleh variabel

independennya Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2),

Page 81: Content Eli

81

sedangkan sisanya sebesar 77,5 % dijelaskan oleh variabel yang

lainyang tidak dianalisis dalam uji hipotesis ini.

c. Pengujian Koefisien Regresi Secara Bersama (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2) secara bersama-sama

(simultan) dapat berpengaruh terhadap Kelangsungan Usaha KAP di

Yogyakarta (Y). Berdasarkan hasil analisis data koefisien regresi (R)

sebesar 0,474. Uji signifikansi menggunakan uji F, kriteria yang

digunakan jika F hitung > F tabel maka hipotesis diterima dan

sebaliknya jika F hitung < F tabel maka hipotesis ditolak. Berdasarkan

hasil uji diperoleh nilai F hitung sebesar 5,649 jika dibandingkan

dengan nilai F tabel sebesar 3,238096 pada taraf signifikansi 5%, maka

nilai F hitung > F tabel sehingga hipotesis ketiga diterima. Selain itu

probabilitas sebesar 0,007 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Hal

ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Kompetensi

(X1) dan Independensi Auditor (X2) terhadap Kelangsungan Usaha

KAP di Yogyakarta (Y).

F. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara Kompetensi

(X1) dan Independensi Auditor (X2) terhadap Kelangsungan Usaha KAP di

Yogyakarta (Y). Berdasarkan hasil analisis, maka pembahasan tentang hasil

penelitian sebagai berikut.

Page 82: Content Eli

82

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis pertama bahwa terdapat

pengaruh antara Kompetensi Auditor (X1) terhadap Kelangsungan Usaha

KAP di Yogyakarta (Y). Hal ini berarti Kelangsungan Usaha KAP di

Yogyakarta dapat dicapai jika auditor memiliki Kompetensi yang baik.

Hasil penelitian secara parsial untuk variabel Kompetensi Auditor (X1)

diproksikan melalui tingkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman, dan

pendidikan profesional yang berkelanjutan seorang auditor. Berdasarkan hasil

penelitian, variabel Kompetensi Auditor (X1) memiliki nilai koefisien

determinasi (R²) sebesar 14,3 % yang berarti bahwa variasi atau naik

turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP (Y) dipengaruhi oleh variabel

Kompetensi Auditor (X1) sebesar 14,3 % dan sisanya sebesar 85,7 %

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan

antara Kompetensi Auditor (X1) dengan kelangsungan usaha Kantor Akuntan

Publik (KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan signifikansi yang

di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,014. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Canyaning (2003) yang didasarkan pada komponen tingkat

pendidikan yang memadai, sering dilakukan pelatihan-pelatihan, serta

seringnya auditor mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan, sehingga

dapat mengetahui setiap perubahan-perubahan dan perkembangan yang

terjadi dalam bidang akuntansi ataupun bidang-bidang yang lain. Auditor

sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit memang harus senantiasa

meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan

dapat maksimal dalam praktiknya. Penerapan pengetahuan yang maksimal

Page 83: Content Eli

83

tentunya akan sejalan dengan semakin bertambahnya pengalaman yang

dimiliki. Sesuai dengan standar umum bahwa auditor disyaratkan memiliki

pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta

dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam

bidang industri yang digeluti kliennya (Alvin A. Arens dan James K.

Loebbecke, 1995: 21). Pengalaman juga akan memberikan dampak pada

setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan

setiap keputusan yang diambil adalah merupakan keputusan yang tepat. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki

auditor maka auditor akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis kedua bahwa terdapat

pengaruh antara Independensi Auditor (X2) terhadap Kelangsungan Usaha

KAP di Yogyakarta (Y). Adapun untuk variabel Independensi Auditor (X2)

yang diproksikan dalam independensi dalam fakta (in fact) dan independensi

dalam penampilan (in appearance) dengan indikator berupa kejujuran dalam

melaksanakan audit, pemberian jasa lain selain jasa audit oleh KAP,

hubungan auditor dengan klien di luar hubungan audit, besarnya fee audit,

waktu (lamanya) penugasan audit, dan pemberian fasilitas dari klien

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kelangsungan Usaha KAP di

Yogyakarta (Y). Berdasarkan hasil penelitian, variabel Independensi Auditor

(X2) memiliki nilai koefisien determinasi parsial (R²) sebesar 0,139 yang

berarti bahwa 13,9 % variasi atau naik turunnya nilai Kelangsungan Usaha

KAP (Y) dipengaruhi oleh variabel Independensi Auditor (X2) dan sisanya

sebesar 86,1 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.

Page 84: Content Eli

84

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan

antara Independensi Auditor (X2) dengan Kelangsungan Usaha Kantor

Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai

signifikansi di bawah 0,05 yaitu 0,015. Hal ini tidak sejalan dengan hasil

penelitian Canyaning (2003) yang mengemukakan bahwa dalam

menggunakan jasa suatu KAP, klien tidak memperhatikan apakah KAP

tersebut independen ataupun tidak. Auditor harus memiliki kemampuan

dalam mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam

pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan

sikap independen. Tidak dapat dipungkiri bahwa sikap independen

merupakan hal yang melekat pada diri auditor, sehingga independen seperti

telah menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki. Tidak mudah menjaga

tingkat independensi agar tetap sesuai dengan jalur yang seharusnya.

Kerjasama dengan klien yang terlalu lama bisa menimbulkan kerawanan atas

independensi yang dimiliki auditor. Belum lagi berbagai fasilitas yang

disediakan klien selama penugasan audit untuk auditor. Bukan tidak mungkin

auditor menjadi ”mudah dikendalikan” oleh klien karena auditor berada

dalam posisi yang dilematis.

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketiga bahwa terdapat

pengaruh antara Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2) terhadap

Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y). Dari hasil analisis secara

simultan, menunjukkan bahwa Kompetensi dan Independensi Auditor

berpengaruh signifikan terhadap Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta

yang diproksikan pada mutu jasa audit. Dari hasil penelitian secara simultan

Page 85: Content Eli

85

diketahui koefisien determinasi (R²) sebesar 22,5 % , yang berarti bahwa naik

turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) dipengaruhi oleh

variabel Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2) sebesar 22,5 % dan

selebihnya 77,5 % ditentukan oleh faktor lain di luar penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan

antara Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor (X2) terhadap

Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta (Y) yang

ditunjukkan dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 yaitu untuk variabel

Kompetensi Auditor (X1) sebesar 0,045 dan untuk variabel Independensi

Auditor (X2) sebesar 0,049. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa

Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta akan meningkat seiring dengan

meningkatnya Kompetensi dan Independensi Auditor.

Hasil tersebut dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan mutu jasa

audit, seorang auditor sangat bergantung pada tingkat kompetensinya. Jika

auditor memiliki kompetensi yang baik maka auditor akan dengan mudah

melakukan tugas-tugas auditnya dan sebaliknya jika rendah maka dalam

melaksanakan tugasnya, auditor akan mendapatkan kesulitan-kesulitan

sehingga kualitas audit yang dihasilkan akan rendah pula. Adapun tingkat

independensi merupakan faktor yang menentukan dari mutu jasa audit, hal ini

dapat dipahami karena jika auditor benar-benar independen maka akan tidak

terpengaruh oleh kliennya. Auditor akan dengan leluasa melakukan tugas-

tugas auditnya. Namun jika tidak memiliki independensi terutama jika

mendapat tekanan-tekanan dari pihak klien maka kualitas audit yang

dihasilkannya tidak akan maksimal. Kredibilitas auditor tentu sangat

Page 86: Content Eli

86

tergantung dari kepercayaan masyarakat yang menggunakan jasa mereka.

Auditor yang dianggap telah melakukan kesalahan maka akan mengakibatkan

mereduksinya kepercayaan klien. Kepercayaan masyarakat akan Kompetensi

dan Independensi Auditor suatu KAP secara tidak langsung akan membawa

pengaruh terhadap eksistensi atau Kelangsungan Usaha KAP dimana auditor

tersebut bertugas.

Page 87: Content Eli

87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kompetensi dan

Independensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik

(KAP) di Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kompetensi Auditor (X1)

dengan Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai t hitung > t tabel untuk

taraf signifikansi 5% yaitu sebesar (2,579 > 2,019541). Dari hasil analisis

juga diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,378 dan koefisien

determinasi R2 sebesar 0,143 yang berarti bahwa variasi atau naik

turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) dipengaruhi

oleh variabel Kompetensi Auditor (X1) sebesar 14,3 % dan sisanya sebesar

85,7 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Independensi Auditor (X2)

dengan Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta

(Y) yang ditunjukkan dengan nilai t hitung > t tabel untuk taraf

signifikansi 5% yaitu sebesar (2,543 > 2,019541). Dari hasil analisis juga

diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,373 dan koefisien determinasi R2

sebesar 0,139 yang berarti bahwa 13,9 % variasi atau naik turunnya nilai

Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y) dipengaruhi oleh variabel

87

Page 88: Content Eli

88

Independensi Auditor (X2) dan sisanya sebesar 86,1 % dipengaruhi oleh

variabel-variabel lain.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kompetensi (X1) dan

Independensi Auditor (X2) terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan

Publik (KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai F hitung >

F tabel untuk taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 5,649 (> 3,238096). Dari

hasil analisis juga diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,474 dan

koefisien determinasi R2 sebesar 0,225 yang berarti bahwa 22,5 % variasi

atau naik turunnya nilai Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta (Y)

dapat ditentukan oleh faktor Kompetensi (X1) dan Independensi Auditor

(X2), sisanya sebesar 77,5 % ditentukan oleh variabel-variabel lain.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan

saran, antara lain:

1. Untuk meningkatkan Kelangsungan Usaha serta mempertahankan KAP

dari persaingan, hendaknya KAP di Yogyakarta semakin meningkatkan

kompetensi auditornya, yaitu dengan lebih banyak mengadakan pelatihan-

pelatihan serta lebih sering atau bahkan selalu mengikuti pendidikan

profesional berkelanjutan.

2. Untuk para auditor diharapkan meningkatkan independensinya, karena

faktor independensi dapat mempengaruhi kualitas audit. Auditor yang

mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak

mendapat tekanan dari klien, tidak memiliki perasaan sungkan sehingga

Page 89: Content Eli

89

dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat

menghasilkan audit yang berkualitas.

C. Keterbatasan

Setelah mengadakan penelitian, maka keterbatasan penelitian yang

dapat disampaikan adalah:

1. Penelitian ini terbatas pada objek penelitian profesi auditor yang bekerja

dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta, sehingga

dimungkinkan adanya perbedaan hasil, pembahasan ataupun kesimpulan

untuk objek penelitian yang berbeda.

2. Sedikitnya data yang diperoleh, karena alasan kesibukan dari responden.

3. Karena penelitian hanya menggunakan kuesioner dalam pengumpulan

data, maka memungkinkan data yang diperoleh bias, dibandingkan apabila

juga dilakukan observasi dan wawancara langsung.

4. Tidak adanya kontrol responden untuk mengetahui kebenaran hasil

penelitian, sehingga tidak diketahui apakah kuesioner benar-benar diisi

oleh pihak-pihak yang dimaksud ataukah tidak, dan tidak dapat diketahui

apakah maksud semua pertanyaan dalam kuesioner dipahami oleh

responden.

Page 90: Content Eli

90

DAFTAR PUSTAKA

A. Alvin Arens & James K. Loebbecke (1995). Auditing (Suatu Pendekatan

Terpadu). Jakarta: Penerbit Erlangga. Abdul, Halim. (2003). Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan.

Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Aji Dedi Mulawarman. (2008). Rekonstruksi Independensi Akuntan Publik.

(http://ajidedim.wordpress.com/2008/03/21/rekonstruksi-independensi-akuntan-publik-bagian-1/, diakses tanggal 22 Januari 2009).

Arikunto, Suharismi. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta. Christiawan, Yulius Jogi. (2002). Kompetensi dan Independensi Akuntan

Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Journal Directory: Kumpulan Jurnal Akuntansi dan Keuangan Unika Petra. Vol. 4 / No. 2.

(http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/, diakses tanggal 22 Januari 2009)

Canyaning, Anis. (2003). Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap

Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Malang. (http://www19.indowebster.com/7aJ2c9fe52e32a8346961746451b931a0,

diakses 5 Januari 2009). Christiawan, Yulius Jogi. (2005). Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Audit

Laporan Keuangan Historis (Studi Kasus Pada Beberapa Kantor Akuntan Publik Di Surabaya). Jurnal Akuntansi & Keuangan Unika Petra, Vol. 7, No. 1, Mei 2005: 61- 88. (http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/, diakses tanggal 22 Januari 2009).

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Indonesia, edisi ke 3.

Jakarta: Balai Pustaka. Eunike Christina Elfarini. (2007). Pengaruh Kompetensi dan Independensi

Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah). Skripsi Universitas Negeri Semarang. (http://digilib.unnes.ac.id/gsdlcollect/skripsi/indexassoc/HASH017df1097d28.dirdoc.pdf, diakses 3 April 2009)

Haryono Jusup, Al. (2001). Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Bagian

Penerbitan STIE YKPN.

91

Page 91: Content Eli

91

Herawaty, Arleen dan Yulius Kurnia Susanto. (2008). Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. The 2nd National Conference UKWMS Surabaya, 6 September 2008.

Herliansyah, Yudhi dan Meifida Ilyas. (2006). Pengaruh Pengalaman Auditor

terhadap Penggunaan Bukti tidak Relevan dalam Auditor Judgment. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

http://www.iaiglobal.or.id/tentang_iai.php.htm), diakses tanggal 26 Februari 2009. Ida Suraida. (2005). Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko

Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3, November 2005: 186 – 202. (http://resources.unpad.ac.id/unpad-content, diakses tanggal 13 April 2009).

Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat. Imam Ghozali. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Iqbal, M. Hasan. (2005). Pokok-pokok Materi Statistik 2. Jakarta: Bumi Aksara. Mayangsari, Sekar. (2003). Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta

Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya, Oktober.

Mayangsari, Sekar. (2003). Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap

Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.6 No.1 (Januari).

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. (1998). Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta.

Salemba Empat. Munawir, H. S. (1999). Auditing Modern. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Nizarul, M. Alim dkk. (2007). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap

Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar.

Page 92: Content Eli

92

Ramaraya, Tri Koroy. (2005). Pengaruh Preferensi Klien dan Pengalaman Audit Terhadap Pertimbangan Auditor. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2003). Statistika untuk Peneliitian. Bandung: Alfabeta. Supriyono. (1988). Pemeriksaan Akuntan (Auditing). Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta.


Top Related