Download - Case report kulit.docx
PENDAHULUAN
Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit kronis yang mempengaruhi
anak-anak dan orang dewasa yang sering ditemukan pada bagian tubuh yang
banyak memiliki folikel sebasea dan kelenjar sebasea yang aktif, seperti muka,
kulit kepala, telinga, lengan atas, dan inguinal. Biasanya tampak lesi patch atau
plak eritematous dengan skuama berwarna kuning dan terkadang berminyak. (1)
Prevalensi dermatitis seboroik adalah 1-3% dari keseluruhan populasi dari
USA, dan 3-5% terdapat pada dewasa muda. Angka kejadian dermatitis seboroik
ditemukan lebih banyak pada populasi dengan infeksi human immunodeficiency
virus (HIV). (2)
Dermatitis seboroik sering terjadi pada anak. Berdasarkan survei pada
1.116 anak, 10% terjadi pada laki-laki dan 9.5% terjadi pada wanita. Hampir
keseluruhan populasi mengalami dermatitis seboroik ringan sampai sedang.
Prevalensi dermatitis seboroik pada geriatri meningkat signifikan bila
dibandingkan populasi umum. (3)
Manifestasi klinis dermatitis seboroik digambarkan sebagai penyakit
kronik, superfisial, danvpenyakit inflamasi dengan predileksi pada kulit kepala,
alis, kelopak mata, lipatan nasolabial, bibir, telinga, area sternum, aksila, lipatan
bawah payudara, pusat, selangkanngan dan lipatan bokong. Penyakit ini ditandai
dengan pengelupasan atau skuama pada dasar yang eritem. Skuama sering
berwarna kuning, terlihat berminyak. Dapat disertai gatal berat. (4)
Prognosis dari dermatitis seboroik dikaitkan pada awitan usia saat
terkena. Prognosis baik pada bayi, sedangkan pada dewasa dermatitis seboroik
bersifat kronik dan kambuh. Tidak ada bukti yang menunjukkan bayi dengan
dermatitis seboroik akan memiliki penyakit tersebut saat dewasa. (1)
1
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Rusmiati
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ulee Kareng
Pekerjaan : Guru
Status Pernikahan : Menikah
Nomor CM : 0-90-11-55
Tanggal Periksa : 01 Februari 2016
Anamnesis
Keluhan Utama
Ketombe
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan adanya ketombe di kulit kepala. Keluhan
ini dirasakan pasien sejak lebih kurang 11 tahun yang lalu. Pasien mengaku
keluhan ini diawali setelah pasien menggunakan salah satu shampoo yang
dibagikan setelah tsunami. Awalnya ketombe hanya sedikit dan tidak gatal,
namun semakin lama memberat terutama dalam 5 bulan terakhir sehingga
ketombe menebal, lengket dan perlu dikerok serta gatal. Setelah dikerok,
ketombe muncul lagi dan tidak ada berkurang. Selain itu pasien juga mengeluh
rambut rontok sejak ketombe muncul.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat menggunakan pengobatan kampung yaitu santan
yang disiramkan ke kulit kepala, kemudian menggunakan jeruk purut dan
minyak zaitun yang dioleskan ke kulit kepala.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah ketombe. Riwayat alergi tidak ada.
2
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien. Riwayat alergi dalam keluarga ada yaitu ibu pasien, alergi terhadap
makanan berminyak.
Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien merupakan seorang guru yang sehari-harinya menggunakan jilbab
dan pasien mengaku mudah berkeringat. Pasien rutin mencuci rambut dua hari
sekali.
Pemeriksaan Fisik Kulit
Status Dermatologis
Regio : Capitis
Deskripsi Lesi : Tampak skuama kasar di atas plak eritematous dengan
ekskoriasi ukuran plakat jumlah multipel distribusi
regional
3
Gambar 1 Lesi pada saat pasien kontrol ke poli, Senin (1/2/2016)
Diagnosis Banding
1. Dermatitis Seboroik
2. Tinea Capitis
3. Psoriasis Vulgaris
4. Dermatitis Kontak Iritan
5. Dermatitis Atopi
Pemeriksaan Penunjang
- KOH
Resume
Seorang perempuan berusia 47 tahun datang dengan keluhan ketombe di kulit
kepala. Keluhan ini dirasakan sejak lebih kurang 11 tahun yang lalu. Awalnya
ketombe hanya sedikit dan tidak gatal, namun semakin lama memberat sehingga
ketombe menebal, lengket dan perlu dikerok serta gatal. Pasien juga mengeluhkan
rambut rontok sejak ketombe muncul.
Diagnosis Klinis
Dermatitis Seboroik
4
Tatalaksana
1. Farmakoterapi
Terapi saat pasien kontrol ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDZA (Senin,
1/2/2016)
Sistemik :Cetirizine tab 10 mg 2x1
Topikal :- Asam salisilat 3% + LCD 5 % + Momethason Fuorate
0,01% cream (pagi)
- Asam salisilat 3 % + LCD 5% + Diflukortolon Valerat
0,1% cream (malam)
Planning
Pemeriksaan Wood lamp
Pemeriksaan Histopatologi
Edukasi
- Memberikan informasi tentang penyakit kepada pasien
- Memberitahukan kepada pasien untuk melakukan perbaikan gaya hidup,
seperti menjaga kebersihan tubuh dan kepala
- Memberitahukan kepada pasien untuk menghindari keadaan lembab terutama
pada kulit kepala
- Memberitahukan kepada pasien untuk menghindari keadaan stress emosional,
depresi maupun kelelahan
- Memberitahukan kepada pasien agar mendapat asupan nutrisi yang baik
- Memberitahukan kepada pasien untuk menggunakan obat dengan teratur
sesuai instruksi dokter
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia
5
ANALISA MASALAH
Telah dilakukan pemeriksaan terhadap seorang wanita berusia empat
puluh tujuh tahun di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDZA. Saat dilakukan
anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan ketombe di kulit kepala
sejak lebih kurang 11 tahun yang lalu dan memberat dalam 5 bulan terakhir.
Awalnya ketombe muncul hanya sedikit dan tidak gatal. Namun, ketombe
semakin memberat sampai menebal, lengket di kulit kepala dan perlu dikerok
serta terasa gatal. Pasien mengaku setelah dikerok, ketombe akan muncul lagi
dan tidak ada berkurang. Pasien juga mengeluh rambut rontok sejak ketombe
muncul. Pasien merupakan seorang guru yang sehari-harinya selalu
menggunakan jilbab dan pasien mengaku pasien mudah berkeringat. Keluarga
pasien tidak ada mengeluhkan hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik kulit pada
regio capitis tampak skuama kasar di atas plak eritematous dengan ekskoriasi
ukuran plakat jumlah multipel distribusi regional.
Berdasarkan teori, dermatitis seboroik dapat dibagi dalam dua kelompok
usia, pada bayi yang merupakan self-limited pada 3 bulan pertama kehidupan dan
pada dewasa dengan bentuk yang kronis. (1) Pada kasus ini, pasien seorang
wanita berusia 47 tahun. Sesuai teori, pada dewasa penyakit ini bersifat kronis dan
dapat bertahan dari empat sampai tujuh dekade kehidupan, dengan puncaknya
pada usia 40 tahun. (1) Pada semua usia dermatitis seboroik lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada wanita. (2)
Pada pasien ini, timbulnya ketombe yang tebal, lengket dan perlu dikerok
serta adanya dasar kulit yang merah pada kulit kepala menunjukkan gambaran
khas dari dermatitis seboroik, yaitu pink sampai kemerahan, patch superfisial dan
plak dengan warna kuning dan terkadang sisik/pengelupasan yang berminyak (1).
Gejala lain yang dialami pasien adalah rasa gatal dan rambut rontok. Pada
dermatitis seboroik, gatal dapat dirasakan berat dan pada kasus kronis dapat
dialami rambut rontok. (2,4) Secara umum, gatal dan ketombe pada kulit kepala
sering dikaitkan dengan kondisi ini. (5)
Jika ditinjau dari lokasi munculnya lesi, pada pasien ini lesi didapatkan
pada kulit kepala. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa lesi pada
pasien dermatitis seboroik memiliki distribusi khas yaitu pada area yang kaya
6
akan kelanjar sebum, seperti kulit kepala, wajah, daerah preaurikular, dada, aksila,
daerah genital. (5,6) Selain itu dapat terjadi pada alis, kelopak mata, lipatan
nasolabial, bibir, telinga, area sternum, lipatan bawah payudara, umbilikus,
selangkangan dan lipatan bokong. (4) Dari pemeriksaan fisik kulit pada pasien,
didapatkan pada regio kulit kepala tampak skuama kasar di atas plak eritematous
dengan ekskoriasi ukuran plakat jumlah multipel distribusi regional. Sesuai teori
yang mengatakan bahwa tipe lain dari dermatitis seboroik pada kulit kepala
termasuk arkuata, polisiklik, atau patch petaloid, dan psoriasiform, ekskudatif atau
plak krusta. Pada kasus yang berat, seluruh kulit kepala dapat ditutupi oleh
minyak, kerak kotor dengan bau yang ofensif. (4)
Faktor resiko pada pasien ini merupakan faktor fisik yang berhubungan
terhadap kelembapan dan temperatur, dimana pasien sehari-hari mengenakan
jilbab dan mengaku mudah berkeringat yang menyebabkan kelembapan pada kulit
kepala. Sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa patogenesis yang tepat pada
dermatitis seboroik belum dapat dijelaskan sepenuhnya, namun penyakit ini sering
berkaitan dengan ragi Malassezia, abnormalitas imun, aktivitas sebum, dan
kerentanan pasien. Adanya fluktuasi dalam kelembapan dan suhu dapat
menimbulkan penyakit ini, terutama dengan kelembapan rendah dan suhu dingin.
Selain itu, aktivitas hormon androgen yang menghasilkan peningkatan jumlah dan
aktivitas kelenjar sebum juga dikaitkan dalam terjadinya dermatitis seboroik. (1)
Laporan lain mengenai hal yang dapat memicu penyakit ini adalah stres
emosional, depresi, kelelahan, paparan AC atau keadaan lembab muapun kotor di
tempat kerja, infeksi sitemik, penggunaan obat tertentu dan faktor lainnya. (7)
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
KOH. Hasil dari pemeriksaan KOH, didapatkan tidak ada hifa. Hal ini sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwa diagnosis dermatitis seboroik dapat
dikonfirmasi dengan preparat KOH (potassium hydroxide). (1) Bila hasil
pemeriksaan KOH terdapat ada hifa, maka dikonfirmasi sebagai infeksi tinea atau
kandidiasis atau penyakit jamur lainnya. (8,7) Sel-sel ragi terkadang terlihat dalam
keratinosit pada daerah/noda khusus. (3) Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan histopatologi. Pada lesi akut akan didapatkan krusta dengan
skuama folikulosentrik yang terdiri dari ortokeratosis dan parakeratosis fokal
7
dengan neutrofil tersebar, spongiosis fokal ringan, dan jarang terjadi infiltrasi
perivaskular dari limfosit dan jaringan. Lesi subakut menunjukkan hiperplasia
psoariform ringan dan banyak spesies ragi di stratum korneum selain temuan di
atas. Lesi kronik menunjukkan lebih banyak hiperplasia psoariform dan skuama
krusta dalam penyebaran folikulosentrik, dilatasi superfisial dari kapiler dan vena,
dan spongiosis minimal. (1)
Diagnosis banding pada dermatitis seboroik berupa: Tinea Capitis,
merupakan infeksi kulit pada kulit kepala dan rambut akibat adanya infeksi jamur
(dermatofita). Jamur yang paling sering ditemukain yaitu Trichophyton spp dan
Microsporum spp. (9) Lesi akibat infeksi dermatofita pada kulit kepala secara
umum berupa rambut rontok, skuama, dan bermacam derajat dari respon
inflamasi. Lesi dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe non-inflamasi dan tipe
inflamasi. Tipe non-inflamasi ditandai dengan adanya grey patch dan
menyebabkan rambut rontok yang meninggalkan bentuk black dot. Tipe inflamasi
membentuk pustul folikular sampai furunkulosis atau kerion. Kulit kepala
biasanya gatal dan perih. Adanya morfologi lesi yang mirip terkadang sulit
dibedakan dengan dermatitis seboroik, namun pemeriksaan Wood Lamp akan
menghasilkan fluoresensi berwarna hijau. (1)
Psoriasis Vulgaris, merupakan penyakit yang penyebabnya autoimun
bersifat kronik dan residif. Keluhan yang biasa timbul pada pasien adalah
timbulnya rasa gatal ringan pada lesi. Gambaran lesi tampak plak eritematosa,
berbatas tegas dan terdapat skuama diatas permukaannya. Adanya morfologi lesi
yang mirip terkadang sulit dibedakan dengan dermatitis seboroik, namun
keduanya dapat dibedakan dari pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan
histopatologi pada psoriasis vulgaris dijumpai parakeratosis, penipisan, akantosis
dan pemanjangan rete ridges dengan bentuk psoriasformis. Secara histopatologi,
spongiosis merupakan temuan utama pada dermatitis seboroik yang
membedakannya dengan psoariasis. (2)
Dermatitis kontak iritan, merupakan reaksi inflamasi nonimunologik pada
kulit yang diakibatkan oleh kontak dengan bahan kimia, fisik atau agen biologi.
Kulit terasa seperti terbakar, gatal atau menyengat. Pada fase akut, lesi berupa
8
makula eritema, edema, vesikulasi disertai eksudasi, bula dan nekrosis jaringan.
Adanya iwayat kontak dengan bahan bahan iritan merupakan kunci dari DKI. (1)
Dermatitis Atopik, merupakan penyakit kulit kronis yang dapat kambuh
yang paling sering terjadi selama masa awal dan masa kanak-kanak. Penyakit ini
sering dikaitkan dengan abnormalitas dalam fungsi barier kulit, sensitivitas
alergen, dan infeksi kulit berulang. (1) Pada pasien dewasa, lesi pada dermatitis
atopik dapat berupa lokal eritematous, skuama, pupul, eksudat, atau plak
likenifikasi. Dermatitis atopik berkaitan dengan kondisi alergi lain, termasuk asma
dan rhinitis alergika. (4)
9
DAFTAR PUSTAKA
x
1. D.Collins C, Hivnor C. Seborrheic Dermatitis. In Goldsmith’s , Katz ,
Gilchrest , Leffel , Wolff. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8th
ed. New York: McGraw Hill; 2012. p. 259-266.
2. Berth-Jones J. Seborrhoeic Dermatitis. In Burns T, Breatnach S, Cox N,
Griffiths C, editors. Rook's Textbook of Dermatology. 8th ed.: Wiley-
Blackwell; 2010. p. 23.29-23.33.
3. A R, Schwartz MD, M.P.H. , A C, Janusz MD, K C, et al. Seborrheic
Dermatitis: An Overview. University of Medicine and Dentistry at New Jersey.
4. James WD, Berger TG, M.Elston D. Seborrheic Dermatitis. In Andrews'
Diseases of the Skin Clinical Dermatology. 11ed.: Elsevier; 2011. p. 188-189.
5. Hywell W, Michael B, Thomas D, Andrew H, Luigi N, Berthold R. Evidenced-
based Dermatology.
6. James Q DR. Adult Seborrheic Dermatitis: A Status Report on Practical
Tropical Management. The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology.
2011 May; 4(5).
7. Gary G. Optimizing Treatment Approaches in Seborrheic Dermatitis. The
Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. 2013 Februari; 6(21).
8. Mokos Z, Karlj M, Basta A. Seborrheic Dermatitis : An Update. Acta
Dermatovenerologica Croatica. 2012 May; 20(2).
9. Elizabeth MJ, Malcolm R. The Pocket Guide to Fungal Infection. 2nd ed.:
Wiley-Blackwell; 2008.
xx
10