BAB I
PENDAHULUAN
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar, serta pada kandungan air dan volume kotoran itu. Diare dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa hari. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat.Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehariJadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.BAB II
ILUSTRASI KASUSSeorang anak perempuan (pasien) berumur 7 bulan dengan nama berinisial E, datang dengan keluhan Buang Air Besar (BAB) + 4-5x sehari dimulai sejak 2 hari yang lalu, tinja pasien bewarna kuning kehijauan, tidak berlendir dan tidak ada darah. Frekuensi BAB + 4-5 kali dengan volume bervariasi sekitar gelas aqua. Menurut ibu pasien, pasien tidak terlihat tanda-tanda nyeri perut maupun nyeri saat BAB. Sejak 2 hari yang lalu, pasien terlihat lemas dan tampak haus, serta nafsu makan pasien menurun. Pasien hanya meminum ASI 2 kali dan makan bubur tim 1 kali dengan porsi + setengah dari porsi biasanya. Pasien muntah hingga 2x sehari. Muntah pasien cair dan berisi makanan. Volume muntah tidak diketahui ibu pasien.
Pada sore harinya, pasien tiba-tiba demam, pasien dikompres dan kemudian malamnya diberikan obat penurun panas sirup, demam pasien sempat turun, namun beberapa jam kemudian demam pasien muncul kembali. Gejala klinis seperti batuk, pilek, dan kejang disangkal oleh sang Ibu.Pada hari selanjutnya, pasien tetap mengalami gejala yang sama bahkan nafsu makan pasien berkurang. Tubuh pasien semakin lemas namun tetap rewel. Esok paginya, sebelum ke puskesmas frekuensi BAB saat itu sudah 3 kali dengan volume bervariasi sekitar gelas aqua. BAB cair, bewarna kuning kehijauan, tidak terdapat lendir dan tidak ada darah. Pasien masih mengeluarkan air mata. Pasien baru BAK 1 kali pada pagi hari sebelum ke Puskesmas, volume kira-kira dari biasanya, dan warnanya agak kekuningan.
Berat badan sebelum sakit adalah 8,5 kg. Air minum yang digunakan menurut ibu cukup bersih dan ibu selalu mencuci peralatan makan dan minum sehabis dipakai. Riwayat BAB cair sebelumnya disangkal. Riwayat alergi terhadap makanan, susu atau obat-obatan juga disangkal.
Dari pemeriksaan fisik, denyut nadi 132x/menit, laju napas 30 x/menit, dan suhu tubuh 38,2oC. Sedangkan berat badan 8 kg dan tinggi badan 67 cm. Ditemukan juga lakrimasi (+), bibir dan mukosa pasien kering, dan turgor pasien baik.
BAB III
DISKUSISecara umum diare adalah perubahan konsistensi defekasi menjadi lebih lunak atau encer lebih dari 3 kali sehari atau peningkatan frekuensi defekasi lebih sering dari biasanya pada seorang individu dengan feses berbentuk cair. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi berdasarkan beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi :
Infeksi bakteri : Aeromonas hidrophilia, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium Sp, E-coli, Salmonella spp, Shigella spp, Staphylococcus aureus, Vibria cholera, Yersinia enterocolitica, dsb.
Infeksi virus : Adenovirus, Rotavirus, Virus Norwalk, Astrovirus, Calicivirus, Coronavirus, Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelities), dll.
Infeksi parasit : Cacing (Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans) dll.
2. Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat : yang terpenting dan tersering untuk intoleransi laktosa
Malabsorpsi lemak
Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan Patogenesis
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagian tinja cair. Hal ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi krena adanya rangsangan pada mukosa usus halus toksin bakteri seperti toksin Escherichia coli dan Vibrio cholera atau virus (rotavirus).
Diare osmotik
Kenaikan tekanan osmotik dalam lumen usus akibat fermentasi makanan yang tidak diserap akan menarik air sel kedalam lumen usus sehingga terjadi diare. Diare jenis ini terjadi karena kita menelan makanan yang sulit diserap, baik karena memang makanan tersebut sulit diserap (magnesium, fosfat, laktosa, sorbitol) atau karena terjadi gangguan penyerapan di usus (penderita intoleransi laktosa). Karbohidrat yang tidak diserap di usus ini akan difermentasi di usus besar, dan kemudian akan terbentuk asam lemak rantai pendek. Meskipun asam lemak rantai pendek ini dapat diserap oleh usus, tetapi jika produksinya berlebihan, akibatnya jumlah yang diserap kalah banyak dibandingkan jumlah yang dihasilkan, sehingga menyebabkan peningkatan osmolaritas di dalam usus. Peningkatan osmolaritas ini akan menarik air dari dalam dinding usus.. Ciri diare jenis ini adalah diare akan berhenti jika penderita puasa (menghentikan memakan makanan yang menyebabkan diare tersebut).Gejala Klinis Dehidrasi, dimana tanda-tandanya antara lain :
kesadaran menurun (letargis),
mata cekung,
tidak bisa/malas minum,
turgor menurun,
tidak lagi buang air kecil.
Tanda-tanda yang harus diwaspadai :
Buang air cair dengan frekuensi dan jumlah meningkat
Muntah berulang
Kehausan
Mulai menolak makanan dan minuman
Demam
Tidak membaik dalam 3 hariI. DIAGNOSIS KERJA
Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang suspect e.c. virusII. DIAFNOSIS BANDING
Diare akut e.c. bakteriIII. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium Darah:
Darah lengkap (hasil diharapkan leukopenia)
Elektrolit
Analisa gas darah Feses Lengkap (hasil diharapkan tidak ditemukan bakteri) Kultur Feses (tidak perlu dilakukan jika penyebabnya sudah pasti virus, jika karena bakteri penting dilakukan untuk mengetahui bakteri apa penyebabnya)Derajat Dehidrasi WHO Yang dinilaiSKOR
123
Keadaan umumBaikLesu/hausGelisah, lemas, mengantuk hingga syok
MataBiasaCekungSangat cekung
MulutBiasaKeringSangat kering
Pernapasan< 30 x/menit30-40 x/menit> 40 x/menit
TurgorBaikKurangJelek
Nadi< 120 x/menit120-140 x/menit> 140 x/menit
Skor: 6 : tanpa dehidrasi 7 12 :dehidrasi ringan-sedang 13 :dehidrasi beratManagement
Rehidrasi: Berikan anak cairan lebih banyak dari biasanya (oralit dan makanan cair) Suplementasi zinc Berikan anak makanan untuk mencegah kurang giziPencegahanDiare dapat kita cegah, dengan cara yang benar dan efektif, yang dapat kita dilakukan adalah: Memberikan ASI
Memperbaiki makanan pendamping ASI
Menggunakan air bersih yang cukup
Mencuci tangan
Menggunakan jamban
Membuang tinja bayi yang benarBAB IVDAFTAR PUSTAKA
Tatalaksana Diare. Sumber: http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20Diare/Poster%20Tata%20Laksana%20Diare.pdf WHO. Diarrhoea Why Children are Still Dying and What Can Be Done. Sumber: whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241598415_eng.pd WHO. The Treatment Of Diarrhoea . Sumber: whqlibdoc.who.int/hq/2003/WHO_FCH_CAH_03.7.pdf Sherwood L. Human Physiology, From Cells to System edisi ke 5. 2004.
Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults and Children, edisi ke 6 Diarrhea. Sumber: http://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-diarrhea