Transcript

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 1/26

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

-  Nama : Tn. S

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- Usia : 50 tahun

- Alamat : KP Warung Salak RT01/ RW011, Kecamatan Lewiliang

- Status Pernikahan : Menikah

- Suku : Sunda

- Pekerjaan : Tukang bensin eceran

- Pendidikan Terakhir : SD

- Tanggal Masuk RS : 28 Januari 2013

II. ANAMNESA

Keluhan Utama

Pinggang terasa nyeri 10 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSMM Bogor dengan keluhan nyeri pada pinggang yang

menjalar ke kaki kanan dan kiri sejak 10 hari sebelum masuk RS. Nyeri pertama kali

dirasakan tiba-tiba saat pasien mengangkat jirigen minyak. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk,

hilang timbul ataupun saat tidur miring ke arah kanan atau kiri. Karena merasa nyeri pasien

membawa ke tukang pijat. Nyeri semakin terasa setelah dipijat dan jika sedang batuk atau

mengejan. Nyeri juga membuat pasien tidak dapat duduk. Pagi hari setelah bangun tidur,

terkadang pasien mengalami kaku-kaku pada daerah pinggang. Pasien mengatakan sering

merasa kesemutan pada telapak kaki kanan dan kiri. Pasien mengatakan sudah berbulan-

 bulan sulit BAB. Kesemutan tidak disertai dengan baal. BAK pasien lancar, tidak nyeri dan

 berwarna kuning jernih.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami kecelakaan lalu lintas pada tahun 1998. Sakit pada

 pinggang pertama kali dirasakan pada tahun 2010 dan sakitnya menjalar ke paha sampai

1

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 2/26

 betis. Pasien menyangkal memiliki penyakit darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung,

 paru, ginjal, maupun alergi terhadap makanan maupun obat.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki gejala penyakit

yang sama sepertinya. Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, paru,

ginjal maupun alergi terhadap makanan atau obat.

III. STATUS INTERNA SINGKAT

1. Keadaan Umum: Tampak sakit sedang

2. Tanda Vital:

a. Kesadaran : GCS E4M6V5

 b. Tekanan darah: 130/80 mmHg

c. Nadi : 88x/menit

d. Suhu : 36,50C

e. Pernapasan : 20x/menit

f. BB : 60 kg

g. TB : 162 cm

3. Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

4. Paru : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

5. Abdomen : Datar, supel, bising usus (+) 4x/menit

6. Extremitas : Akral hangat (+/+/+/+), oedem (-/-/-/-)

IV. STATUS PSIKIATRI SINGKAT

- Emosi dan Afek : stabil, serasi

- Proses Berpikir : baik  

- Kecerdasan : baik  

V. STATUS NEUROLOGI

Kesan Umum

Kesadaran : compos mentis, GCS E4M6V5

Pembicaraan

Disartri : tidak  

2

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 3/26

Monoton : tidak  

Scanning : tidak  

Afasia : tidak  

Kepala

Besar : normocephali

Asimetris : tidak  

Tortikolis : tidak  

Mask (topeng) : tidak 

Fullmoon : tidak  

Lain-lain : tidak  

Pemeriksaan Khusus

1. Rangsang selaput otak 

Kaku kuduk : (-)

Kernig : >1350/>1350

Brudzinski I : -/-

Brudzinski II : -/-

2. Saraf Otak 

 N I

Hyp/anosmia : (-)

 N II

Visus : 6/6 – 6/6

Campus warna: tidak dilakukan

Melihat warna : baik 

Funduscopi : tidak dilakukan

 N III, IV, VI

Kedudukan bola mata: ortoforia/ortoforia

Pergerakan bola mata

Ke atas : (+)/(+)

Ke temporal : (+)/(+)

Ke bawah : (+)/(+)

Ke temporal bawah: (+)/(+)

Eksopthalmus : (-)/(-)

Celah mata (ptosis) : (-)/(-)

3

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 4/26

Pupil

Bentuk : bulat/bulat

Lebar : Ø 3mm/3mm

Anisokoria : tidak 

Reaksi cahaya langsung : +/+

Reaksi cahaya konsensuil :+/+

Reaksi akomodasi :+/+

Reaksi konvergensi :+/+

 N V

Cabang motorik 

Otot masseter : dalam batas normal

Otot temporal : dalam batas normal

Otot pterygoidus int./eks. : dalam batas normal

Cabang sensorik 

I : baik  

II : baik  

III : baik  

Refleks kornea langsung : +/+

Refleks kornea konsensuil : +/+

 N VII

Waktu diam

Kerutan dahi : simetris

Tinggi alis : simetris

Sudut mata : simetris

Lipatan nasolabial : simetris

Sudut mulut : simetris

Waktu gerak 

Mengerut dahi : simetris

Menutup mata : simetris

Bersiul : simetris

Memperlihatkan gigi : simetris

Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan

Hiperakusis : tidak dilakukan

Sekresi air mata : tidak dilakukan

4

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 5/26

 N VIII

Vestibular 

Vertigo : (-)

 Nistagmus : (-)

Tinnitus aureum : tidak dapat dilakukan

Cochlear 

Weber : tidak dilakukan

Rinne : tidak dilakukan

Schwabach : tidak dilakukan

 N IX, X

Bagian motorik 

Suara biasa/ parau/ tidak bersuara : biasa

Kedudukan arcus faring : simetris

Kedudukan uvula : di tengah

Pergerakan arcus faring/ uvula : simetris

Detak jantung : reguler, murmur (-), gallop (-)

Bising usus : (+)

Menelan : dapat

Bagian sensorik 

Pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan

Refleks muntah : tidak dilakukan

Refleks palatum molle : tidak dilakukan

 N XI

Mengangkat bahu : baik  

Memalingkan kepala : baik  

 N XII

Kedudukan lidah waktu istirahat : di tengah

Atrofi : tidak  

Fasikulasi/tremor : tidak  

Kekuatan lidah menekan pada bagian dalam pipi: baik 

5

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 6/26

3. Sistem motorik 

Kekuatan otot

Tubuh

Otot perut : baik  

Otot pinggang : baik  

Kedudukan difragma :

Gerak : simetris

Istirahat : simetris

Lengan

M. deltoid (adduksi lengan atas) : 5/5

M. biceps (fleksi lengan atas) : 5/5

Fleksi sendi pergelangan tangan : 5/5

Ekstensi sendi pergelangan tangan : 5/5

Membuka jari-jari tangan : 5/5

Menutup jari-jari tangan : 5/5

Tungkai

Fleksi artic. Coxae : 5/5

Ekstensi artic. Coxae : 5/5

Fleksi sendi lutut : 5/5

Ekstensi sendi lutut : 5/5

Fleksi plantar kaki : 5/5

Ekstensi dorsal kaki : 5/5

Gerakan jari-jari : 3/5 (ibu jari kaki kanan)

Besar otot

Atrofi : (-)

Pseudoatrofi : (-)

Palpasi otot

 Nyeri : (-)

Kontraktur : (-)

Konsistensi : baik  

6

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 7/26

Tonus otot

Tonus otot Lengan Tungkai

Hipotoni (-) (-)

Spastik (-) (-)Rigid (-) (-)

Rebound phenomen (-) (-)

Gerakan involunter 

Tremor : (-)

Chorea : (-)

Athetose : (-)

Myokloni : (-)

Ballismus : (-)

Torsion spasme: (-)

Fasikulasi : (-)

Myokymia : (-)

Koordinasi

Jari tangan-jari tangan : baik  Jari tangan-hidung : baik  

Ibu jari kaki-jari tangan : tidak dilakukan

Tumit-lutut : baik  

Pronasi-supinasi : baik  

Tapping dengan jari-jari tangan: tidak dilakukan

Station

Romberg test: jatuh ke: tidak dilakukan

4. Sistem sensorik 

Rasa eksteroseptif 

Rasa nyeri superfisial : baik (kecuali pada daerah anus tidak terasa)

Rasa suhu (panas/dingin) : tidak dilakukan

Rasa raba ringan : baik  

Rasa propioseptif 

7

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 8/26

Rasa getar : tidak dilakukan

Rasa tekan : baik  

Rasa nyeri tekan : baik  

Rasa gerak dan posisi lengan tungkai: baik 

Rasa enteroseptif 

Referred pain : tidak dilakukan

5. Gangguan fungsi luhur 

Apraksia : (-)

Alexia : (-)

Agraphia : (-)

Membedakan kanan dan kiri : (-)

Acalculia : (-)

6. Refleks

Refleks tendon/periost

Refleks biceps : +/+

Refleks triceps : +/+

Refleks patella : +/+

Refleks achilles : +/+

Refleks patologik 

Tungkai

Babinski : -/-

Chaddock : -/-

Oppenheim : -/-

Rossolimo : -/-

Gonda : -/-

Gordon : -/-

Schaefer : -/-

Lengan

Hoffman-tromer : -/-

Leri : -/-

Mayer : -/-

7. SSO

8

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 9/26

Miksi : baik  

Defekasi : terganggu

Sekresi keringat : baik  

Salivasi : baik  

Gangguan vasomotor : tidak ada

Gangguan tropic kulit, kuku, rambut : tidak ada

8. Columna vertebralis

Kelainan lokal

Skoliosis : (-)

Khyposis : (-)

Khyposkoliosis : (-)

 Nyeri tekan/ketok lokal : (-)

Gerakan cervical vertebrae

Fleksi : baik  

Ekstensi : baik  

Lateral deviasi : baik  

Rotasi : baik  

Gerakan dari tubuh

Membungkuk : nyeri berkurang

Ekstensi : nyeri

Lateral deviasi : nyeri

9. Tes Provokasi

DS

- Tes Laseque : <600/<600

- Tes Patrick : (-)

- Tes Contra Patrick : (-)

9

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 10/26

VI. RESUME

Pasien Laki-laku usia 50 tahun dating ke RSMM dengan keluhan pinggang terasa

nyeri selama 10 hari. Nyeri pada pinggul dirasakan menjalar ke kaki kanan dan kiri. Nyeri

 pertama kali dirasakan tiba-tiba saat pasien mengangkat jirigen minyak. Nyeri terasa seperti

ditusuk-tusuk, hilang timbul ataupun saat tidur miring ke arah kanan atau kiri. Nyeri semakin

terasa setelah dipijat dan jika sedang batuk atau mengejan. Nyeri juga membuat pasien tidak 

dapat duduk. Pagi hari setelah bangun tidur pasien mengalami kaku-kaku pada daerah

 pinggang. Pasien mengatakan sering merasa kesemutan pada telapak kaki kanan dan kiri.

Pasien mengatakan sudah berbulan-bulan sulit BAB.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan:

Keadaan Umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital:

Tekanan darah: 130/80 mmHg

 Nadi : 88x/menit

Suhu : 36,50C

Pernapasan : 20x/menit

Status generalis : dalam batas normal.

Status neurologis : GCS E4M6V5

Tanda Rangsang Meningeal: dalam batas normal

Saraf kranialis : dalam batas normal

Sistem motorik : Tungkai Gerakan jari-jari : 3/5 (ibu jari kaki kanan)

Sistem sensorik : Rasa nyeri superficial :  baik  (kecuali pada daerah anus tidak 

terasa)

Refleks fisiologis : dalam batas normal

Refleks patologis : (-)

Columna vertebralis:

Gerakan dari tubuh

Membungkuk : nyeri berkurang

Ekstensi : nyeri

Lateral deviasi : nyeri

Test provokasi : Laseque <60/<60

10

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 11/26

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : Low Back Pain

Diagnosis Topis : Vertebra lumbalis

Diagnosis Etiologi : HNP

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Foto rontgen

- Pemeriksaan laboratorium

Jenis Nilai Nilai Rujukan

Hemoglobin 15 g/dl 13-18 g/dl

Hematokrit 43 % 40-54 %

Leukosit 16.330 mm3 4.000-10.000 mm3

Trombosit 386.000 mm3 150.000-400.000 mm3

GDS 107 mg/dl <140 mg/dl

Ureum 67,8 mg/dl 10-50 mg/dl

Kreatinin 1,45 mg/dl 0,67-1,30 mg/dl

SGOT 33 µ/L < 42 µ/L

SGPT 35 µ/L <47 µ/L

IX. PENATALAKSANAAN

 Non medikamentosa:

11

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 12/26

• Edukasi : hindari faktor resiko dan ubah kebiasaan hidup

• Operasi : Laminectomi

• Fisioterapi:

o TENS paralumbal kanan dan kiri

o Senam punggung

o  Massage paralumbal kanan dan kiri

Medikamentosa:

• I.M ketorolax 2x1

• I.V Ranitidin 2x150 mg

X. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKALOW BACK PAIN

12

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 13/26

I. DEFINISI

Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal

maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat

 bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri

ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.

II. ETIOLOGI

Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:

1. Diskogenik (sindroma spinal radikuler).

Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang merusak saraf-

saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps dari

nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling

sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari

megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai

dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus

sampai dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam

tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya

 bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang

 berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial.

Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan

 berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial

menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan

menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.

2. Non-diskogenik 

Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik saraf perifer,

yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau

imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis,

daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. iskiadikus (neuritis n.

iskiadikus).

III.FAKTOR RISIKO

13

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 14/26

Faktor risiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan

 psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan

yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama,

duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa

 beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.

IV.ANAMNESIS

Harus dilakukan anamnesis yang teliti yang biasanya nantinya akan dilengkapi oleh pemeriksaan

fisik, disertai pemeriksaan radiologis dan elektrodiagnosis.

 

 Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:

1. Nyeri pinggang lokal

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan

dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot

 paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.

2. Iritasi pada radiks

Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang

 bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan

atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen

vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.

3. Nyeri rujukan somatis

Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom

yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih

superfisial.

4. Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan panggul

dapat dirasakan di daerah pinggang.

5. Nyeri karena iskemia

Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan

di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan

 pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.

6. Nyeri psikogen

14

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 15/26

Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan

reaksi wajah yang sering berlebihan.

Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari

masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih

 banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin

memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya

tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan

operatif.

Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala

khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.

 

Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya berhubungan

dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar episode herniasi diskus

terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang

enteng.

Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri LBP, yaitu

duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap

gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri,

 juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.

 

Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa

merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti

adanya suatu keganasan ataupun infeksi.

Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau gangguan miksi-defekasi, karena

 bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda ekuina dimana harus dicari dengan teliti adanya

hipestesi peri-anal, retensio urin, overflow incontinence dan tidak adanya perasaan ingin miksi dan

gejala-gejala ini merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut, yang memerlukan suatu

diagnosis segera dan dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa yang menyebabkan kompresi.

 

Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya suatu penyakit metabolik seperti

 polineuropati diabetik, namun juga harus diingat bahwa hilangnya nyeri tanpa terapi yang adekuat

dapat menandakan adanya suatu penyembuhan, namun dapat pula berarti bahwa serabut nyeri hancur 

sehingga perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih ada.

15

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 16/26

Suatu nyeri yang berkepanjangan akan menyebabkan dan dapat diperberat dengan adanya depresi

sehingga harus diberi pengobatan yang sesuai. Terdapat 5 tanda depresi yang menyertai nyeri yang

hebat, yaitu anergi (tak ada energi), anhedonia (tak dapat menikmati diri sendiri), gangguan tidur,

menangis spontan dan perasaan depresi secara umum.

 

V. PEMERIKSAAN FISIK 

Inspeksi :

• Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak untuk 

duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.

• Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga

 bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai

hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.

• Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

o  Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

o  Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila

ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini

akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada

saraf spinal.o  Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila

ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus

 protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan

meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).

o  Lokasi dari HNP  biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke depan

ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan

nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.

o  Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang   pada seorang dewasa muda menunjukkan

kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak 

 patognomonik.

 

Palpasi :

16

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 17/26

• Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan

 psikologis di bawahnya (psychological overlay).

• Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada

ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosussambil melihat respons pasien.

• Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di

tempat/level yang terkena.

• Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur 

 pada vertebra.

• Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.

• Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada diagnosis

LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma

kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan.

• Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2

dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.

• Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang

menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).

• Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.

 

Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk 

menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang

mempersarafinya.

 

Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian

dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam membantu

menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna

dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.

 

Test Provokasi :

Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal

khususnya L5 atau S1.

Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggulsampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan

17

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 18/26

menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang

 bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut

dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain semua

dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri

 pada tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus.

Tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar kemungkinan

kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral.

Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8%

dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan

lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien.

Adanya tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5 atau L5-S1 daripada herniasi lain

yang lebih tinggi (L1-4), dimana tes ini hanya positif pada 73,3% penderita.

Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai

 pada penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).

Karena tanda Laseque tidak patognomonis untuk suatu HNP, maka bila tidak dijumpai pada

seseorang yang umurnya kurang dari 30 tahun dengan sangat mungkin akan menyingkirkan

diagnosis HNP.

Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang sama,

namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada

tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.

Tanda Laseque terbalik (femoral nerve stretch test / reverse Laseque sign) :

Tes ini dapat menimbukan nyeri akibat ketegangan saraf yang mengalami iritasi ataupun kompresi,

terutama pada lumbal bagian tengah dan atas. Bila tes ini positif, maka dicurigai adanya ketegangan

 pada radiks L2, L3 atau L4 dan tes ini dilakukan pada pasien yang terlungkup dengan jalan meng-

ekstensikan paha dimana lutut dalam keadaan fleksi dan bisa juga dilakukan dengan pasien tidur 

 pada sisi yang sehat dan meluruskan paha yang terkena dengan lutut dalam keadaan fleksi dan suatu

tes yang positif akan menghasilkan nyeri pada paha medial atau anterior.

Tanda Neri (Neri’s sign) : bisa ditimbulkan bila pasien membungkuk ke depan dan dikatakan positif 

 bila akan terjadi fleksi lutut pada sisi yang terkena.

 

VI.DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari LBP yang sering terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

18

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 19/26

Disease or

condition

Patient

age

(years)

Location of 

pain

Quality of  

pain

Aggravating or

relieving factors Signs

Back strain 20 to 40 Low back,

 buttock,

 posterior 

thigh

Ache, spasm Increased with

activity or bending

Local tenderness,

limited spinal motion

Acute disc

herniation

30 to 50 Low back to

lower leg

Sharp, shooting

or burning

 pain,

 paresthesia in

leg

Decreased with

standing; increased

with bending or 

sitting

Positive straight leg

raise test, weakness,

asymmetric reflexes

Osteoarthritis or 

spinal stenosis

>50 Low back to

lower leg;

often

 bilateral

Ache, shooting

 pain, "pins and

needles"

sensation

Increased with

walking, especially

up an incline;

decreased with

sitting

Mild decrease in

extension of spine;

may have weakness or 

asymmetric reflexes

Spondylolisthesis Any age Back,

 posterior 

thigh

Ache Increased with

activity or bending

Exaggeration of the

lumbar curve, palpable

"step off" (defect

 between spinous

 processes), tight

hamstrings

Ankylosing

spondylitis

15 to 40 Sacroiliac

 joints,

lumbar spine

Ache Morning stiffness Decreased back  

motion, tenderness

over sacroiliac joints

Infection Any age Lumbar  

spine,

sacrum

Sharp pain,

ache

Varies Fever, percussive

tenderness; may have

neurologic

abnormalities or  

decreased motion

Malignancy >50 Affected

 bone(s)

Dull ache,

throbbing pain;

slowly

Increased with

recumbency or 

cough

May have localized

tenderness, neurologic

signs or fever 

19

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 20/26

 progressive

VII. TES DIAGNOSTIK 

Laboratorium:

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED), kadar Hb,

 jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.

 

Pungsi Lumbal (LP) :

LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan terjadi transudasi dari

low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level

normal.

Pemeriksaan Radiologis :

• Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai

 penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor 

spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu

 posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.

• CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas

dan kemungkinan karena kelainan tulang.

• Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang

sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal.

• CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas

ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi

vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal

dan kanal vertebralis.

• MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai

 prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG

untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.

MRI sangat berguna bila:

o vertebra dan level neurologis belum jelas

o kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak 

o untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi

o kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

20

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 21/26

• Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat berharga

 pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk menentukan

lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan

mengeksklusi adanya suatu tumor.• Diskografi dapat dilakukan dengan menyuntikkan suatu zat kontras ke dalam nukleus

 pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus fibrosus yang rusak, dimana kontras hanya

 bisa penetrasi/menembus bila ada suatu lesi. Dengan adanya MRI maka pemeriksaan ini

sudah tidak begitu populer lagi karena invasif.

• Elektromiografi (EMG) :

Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :

o

Menentukan level dari iritasi atau kompresi radikso Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer 

o Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks

• Elektroneurografi (ENG)

Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer tertentu sehingga

kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve Conduction Velocity/NCV) dapat

diukur, juga dapat dilakukan pengukuran dari refleks dengan masa laten panjang seperti  F-

wave dan H-reflex. Pada gangguan radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa

menurun bila telah ada kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan.

• Potensial Cetusan Somatosensorik (Somato-Sensory Evoked Potentials/SSEP)

Kadang-kadang pemeriksaan SSEP diperlukan untuk membuat diagnosis lesi-lesi yang lebih

 proksimal sepanjang jaras-jaras somatosensorik.

VIII. PENATALAKSANAAN

• Penanganan konservatif 

Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan nyeri dan melakukan

restorasi fungsional. Harus diberikan penerangan yang jelas tentang perjalanan penyakitnya,

tes-tes diagnostik, cara-cara pencegahan, peran pembedahan sehingga pasien dapat menilai

keadaan dirinya dan mengerti tindakan yang diambil oleh dokter dengan konsekuensi dari

terapi yang dipilih. Dalam penanganan umum penderita diberikan informasi dan edukasi

tentang hal-hal seperti: sikap badan, tirah baring dan mobilisasi. Medikamentosa diberikan

terutama untuk mengurangi nyeri yaitu dengan analgetika. Cara pemberian analgetik mengacu seperti pada petunjuk tiga jenjang terapi analgetik WHO. Sering obat yang sesuai

21

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 22/26

untuk penanganan dimulai dengan asetaminofen dan/atau nonsteroidal anti-inflammatory

drug  (NSAID). Untuk LBP akut secara fakta didapatkan bahwa tidak terdapat NSAID

spesifik yang lebih efektif terhadap yang lainnya. Medikasi lain yang dapat diberikan sebagai

tambahan adalah relaksan otot, antidepresan trisiklik, dan antiepileptika seperti fenitoin,

karbamazepin, gabapentin, dan topiramat.

 

Dari segi rehabilitasi, modalitas penanganan penderita HNP tergantung dari stadium dampak 

dari penyakit tersebut yang dibedakan atas:

o Stadium impairment ; fisioterapi

o Stadium disabilitas; latihan penguatan otot

o Stadium handicap; analisa sifat pekerjaan dan diikuti penyesuaian cara bekerja/alih

 pekerjaan.

 

• Penanganan operatif 

Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:

o Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu: nyeri berat/ intractable/ 

menetap/ progresif.

o Defisit neurologik memburuk 

o Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi konservatif tak berhasil.

o Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan

radiologik.

• Penanganan Fisioterapi

o TENS (Transcutaneous electrical nerve stimulation )

22

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 23/26

 

o Senam punggung

23

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 24/26

IX. PROGNOSIS

24

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 25/26

 

Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun. Perbaikan motoris biasanya

lebih cepat dari pada sensorik. Menurut Anderson, faktor-faktor yang mempengaruhi

 penyembuhan/prognosis adalah: diagnosis etiologi spesifik, usia lanjut, pernah nyeri

 pinggang sebelumnya dan gangguan psikososial. Sebagian besar pasien sembuh secara cepat

dan tanpa gangguan fungsional. Rata-rata 60-70% sembuh dalam 6 minggu, 80-90% dalam

12 minggu. Penyembuhan setelah 12 minggu berjalan sangat lambat dan tak pasti. Diagnosis

sangat berkaitan dengan penyembuhan, penderita nyeri pinggang bawah dengan iskialgia

membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan tanpa iskialgia.   Dari penelitian Weber,

tahun pertama terdapat perbaikan secara signifikan pada kelompok yang dioperasi dibanding

tanpa operasi, namun kedua kelompok baik dioperasi maupun tidak, pada observasi tahun ke

4-10 terlihat perbaikan yang ada tidak berbeda secara signifikan.

 

Alasan penanganan non operatif didukung oleh penelitian secara klinis dan otopsi yang

memperlihatkan protrusi dan ekstrusi dari material diskus dapat diabsorbsi dikemudian hari.

Dimana 90% dari pasien yang sudah diagnosis definitif herniasi diskus lumbal dan

radikulopati, adanya kriteria jelas untuk operasi, berhasil ditangani dengan cara rehabilitasi

secara agresif dan medikamentosa.

 

DAFTAR PUSTAKA

25

7/29/2019 Case LBP Anggi Dr.vico

http://slidepdf.com/reader/full/case-lbp-anggi-drvico 26/26

 

1. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik, patofisiologi dan

 penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-

167.

2. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet 1999; 354:581-5.

3. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (Cited Jan 2004) Available

from: URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm .

4. Sidharta P. Anamnesa kasus nyeri di ekstermitas dan pinggang. Sakit pinggang. In: Tata

 pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka universitas, 1980: 64-75.

5. Fieldman DE, Rossignol M, Shrier I, Abenheim L. Smoking a risk factor for development of low

 back pain in adolescents. Spine 1999: 24; 2492.

6. Feske SK, Greenberg SA. Degenerative and compressive structural disorders. In: Textbook of 

Clinical Neurology. 2nd Ed., Ed. Goetz CG. Philadelphia: Saunders 2003; 583-600.


Top Related