Download - Case Dbd Setiadi Word
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
IDENTITAS PASIEN
1. Nama : An. SA
2. Usia : 12 tahun 1 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Gemiring Kidul 4/5 Jepara
5. Suku : Jawa
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : Siswa SD
8. Masuk RS : 4 Oktober 2015
9. Dirawat ruang : Bougenvile 2; Kelas 3
10. Keluar tanggal : 9 Oktober 2015
11. No. RM : 718242
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesa dan alloanamnesa kepada Ibu dan Ayah pasien tanggal 6 Oktober
2015
Keluhan Utama
Demam sejak 4 hari SMRS .
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan ke IGD RSUD Kudus dengan keluhan demam hari ke 4, demam
mendadak tinggi dan terus menerus, Os juga mengeluh sejak demam nafsu makannya
menurun dan badan terasa lemas. Os juga mengeluh kepalanya terasa pusing. Keluhan tidak
disertai batuk, pilek, mual, muntah, nyeri perut, mimisan, gusi berdarah, muntah, keluhan
kuning, BAK merah, dan BAB hitam. Terdapat bintik-bintik merah yang tidak hilang dengan
penekanan di kedua tangan dan kaki pasien.
Riwayat BAB : BAB lancar, warna cokelat kekuningan, 1x sehari, darah (-), lendir (-)
Riwayat BAK : BAK lancar, warna kurning jernih, nyeri (-), darah (-)
1
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
Riwayat Pengobatan
Sekitar ± 4 hari SMRS, pasien berobat ke bidan terdekat, dan diberikan obat penurun panas.
Setelah meminum obat penurun panas, panas turun, namun kemudian naik lagi. Lalu ± 1
hari SMRS pasien sempat berobat ke puskesmas dan dirawat 1 hari kemudian pasien dirujuk
ke RSUD Kudus.
Riwayat Penyakit Dahulu
o Riwayat penyakit serupa disangkal.
o Pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.
o Riwayat alergi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.
Riwayat Lingkungan Sekitar
Riwayat orang di lingkungan sekitar pasien (rumah, sekolah) yang sakit DBD disangkal.
Riwayat Prenatal
o Ibu pasien memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan posyandu.
o Ibu pasien dalam kondisi sehat selama kehamilan.
Riwayat Kelahiran
o Kehamilan aterm g1P1A0, persalinan spontan pervaginam ditolong bidan
o Langsung menangis, dan diberikan ASI.
o Berat badan lahir 3200 gram.
o Panjang badan , lingkar kepala, lingkar dada saat lahir ibu pasien tidak ingat.
Riwayat Pemeriksaan Postnatal
Pemeriksaan postnatal dilakukan di bidan dan tidak ditemukan kelainan pada anak.
2
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan perkembangan :
o Berat Badan Lahir 3200 gram, Berat Badan sekarang: 50 kg
o Panjang badan saat lahir tidak diketahui, tinggi badan sekarang 155cm.
o Tidak ada gangguan perkembangan .
3
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
Kesan: Tidak ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Riwayat Imunisasi
o Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sudah dilakukan imunisasi lengkap sesuai
dengan anjuran posyandu sekitar.
4
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
o Catatan Kartu KMS tidak ditemukan.
Riwayat makan dan Minum
Pasien mendapatkan ASI sampai usia 6 bulan, lalu dilanjutkan dengan makanan tambahan
seperti buah pisang. Sekarang pasien makan sesuai dengan makanan keluarga
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien anak ke-1 dari 2 bersaudara. Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai buruh harian.
Pasien membayar biaya perawatan di RS dengan BPJS kelas 3
PEMERIKSAAN FISIK
(8 Agustus 2015)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital :
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37.6 ˚C
Pernafasan : 24 x/menit
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Antopometri
Berat Badan: 50 kg
Tinggi Badan: 155 cm
Kepala : Normocephali, rambut hitam terdistribusi merata
Mata : Edema palpebra -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor,
diameter 2 mm, refleks cahaya +/+
Telinga: Bentuk normal, nyeri tekan tragus -/-, nyeri tarik aurikula -/-, pembesaran KGB
retroaurikula -/-, liang telinga lapang dextra et sinistra, serumen -/-, sekret -/-
Hidung: Bentuk normal, septum deviasi -, sekret -/-, epistaksis -/-.
Mulut : Gusi berdarah (-), Caries (-), stomatitis (-) di bibir, mukosa bukal kanan-kiri, lidah,
palatum durum. Tonsil T1-T1, hiperemis -/-, detritus -/-, mukosa faring tidak hiperemis,
mukosa mulut kering.
5
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
Leher : Deviasi -, trakea letak di tengah, nyeri tekan -, krepitasi –
Cor
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V 1cm ke lateral midclavicula line sinistra
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur -, gallop –
Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada normal, Simetris pada posisi statis dan dinamis, Retraksi
interkostal (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), stem fremitus normal, sama kuat dengan kiri
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi: Perut datar
Palpasi: Supel, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), hepar teraba 2 jari di bawah arcus
costae, lien tidak teraba, ginjal tak teraba
Perkusi: Timpani pada seluruh regio abdomen, pekak alih (-), perkusi lien timpani
Auskultasi: Bising Usus (+) normal
Ekstremitas atas: akral hangat, sianosis -/-, CRT < 2 detik, petechie +/+.
Ekstremitas bawah: akral hangat, edema -/-, sianosis -/-, CRT < 2 detik, petechie +/+.
6
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
FOLLOW UP
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
7
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
Pemeriksaan 4/10/2015 6/10/2015 8/10/2015 Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 9,9 10,3 11,6 11,5 – 13,5 g/Dl
Hematokrit 29,4 30,4 33,3 34 - 40 %
Eritrosit 3,76 4,29 4,34 4,0 - 5,1 jt/Ul
Lekosit 4,1 7 9,1 4 - 12 10^3/Ul
Trombosit L 69 L 74 L 103 150 - 400 10^3/ul
DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
Demam Berdarah Dengue grade II
Demam Dengue
Demam Chikungunya
Diagnosa Kerja
Demam Berdarah Dengue grade II
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
o Infus cairan RL 50 tetes per menit
o Inj. Ceftriaxon 2 x 1g
o PO PCT 3 x 1 tab
Non farmakologi
Mengedukasi pasien mengenai gejala-gejala dan penatalaksanaan awal DD/DB
Penatalaksanaan awal: asupan cairan harus banyak. Bila disertai tanda-tanda
kedaruratan seperti syok (gelisah, nafas cepat, bibir biru, tangan dan kaki dingin,
8
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
kulit lembab), muntah terus-menerus, kejang, kesadaran menurun, muntah darah,
berak hitam maka segera bawa pasien untuk dibawa ke tenaga kesehatan terdekat.
Mengedukasi pasien untuk melakukan tindakan pencegahan DD/DBD. Berfokus pada
pemberatasan jentik-jentik nyamuk Aedes-aegypti, dengan cara Tindakan 3M :
o Menguras air kontainer secara teratur seminggu sekali
o Menutup rapat kontainer air bersih
o Mengubur kontainer bekas seperti kaleng bekas, gelas plastik, barang bekas
lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga menjadi sarang nyamuk
PROGNOSIS
ad Vitam : bonam
ad Fungtionam : bonam
ad Sanationam : bonam
Tinjauan Pustaka
Demam Berdarah Dengue
9
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
I. 1 Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi pada anak dan
dewasa yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus, dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
I. 2 Epidemiologi
DBD pertama kali ditemukan di Filipina tahun 1953. Kemudian menyebar ke seluruh
negara tropis dan subtropis. Kini sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) punya risiko
terserang virus dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami
letusan wabah demam dengue dan DBD. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta
kasus infeksi dengue. Di Indonesia Kasus DBD pertama kali ditemukan di Surabaya pada
tahun 1968. Kasusnya makin lama makin meningkat dan menyebar ke seluruh pelosok
Tanah Air. Studi epidemiologi di daerah tropis dan subtropik menemukan bahwa :
- Epidemi sering terjadi tiap 2-5 tahun. Sebelum tahun 1997 kebanyakan
menyerang usia < 15 tahun kini baik dewasa maupun anak kasusnya seimbang.
- Meningkat pada musim hujan. Suhu dan turunnya hujan dapat mempengaruhi
daya tahan hidup, laju penularan, pola reproduksi nyamuk.
I. 3 Etiologi
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue yang merupakan virus RNA
untai tunggal, ukuran ± 40 nm merupakan Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus. Virus
dengue termasuk kelompok Arthropod Borne virus (Arbo viruses). Virus dengue Terdiri
dari 4 serotipe yaitu Den 1, Den 2, Den 3, Den 4 . Infeksi salah satu serotipe
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan dan kurang terhadap
serotipe yang lainnya. Semua serotipe tersebar di berbagai daerah Indonesia. Serotipe
Den 3 paling dominan dan diasumsikan menimbulkan manifestasi klinik yang berat.
10
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
Vektor utama adalah nyamuk Aedes aegypti, sedangkan vektor sekunder yang
kurang efisien adalah nyamuk Ae. Albopictus. Vektor sekunder kurang efisien karena
hidup dan berkembang biak di kebun atau semak-semak sehingga relatif jauh kontak
dengan manusia. Aedes Aegypti Hidup optimal pada iklim tropis dan subtropis,
Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC,
tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, pot tanaman,
tempat minum burung, dan lain – lain. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan
menghisap darah dan bersifat ‘ multiple biters’ (mengigit beberapa orang karena
sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat). Kemampuan jarak
terbang 40-100 m dari tempat berkembang biaknya. Dari telur hingga dewasa perlu
waktu 10-12.
Cara Penularan
Virus Dengue masuk ke tubuh nyamuk Ae. aegypti pada saat menghisap darah
manusia yang sedang terinfeksi virus dengue dalam keadaan viremia (2 hari sebelum
panas sampai dengan 5 hari setelah demam). Bila terinfeksi, nyamuk tetap akan
terinfeksi sepanjang hidupnya dan siap menularkan virus ke manusia yang rentan.
Dalam 8-10 hari virus dengue berlipat ganda dalam epitel usus tengah nyamuk lalu
migrasi ke kelenjar ludah nyamuk (probosis) (extrinsic incubation period) siap ditularkan
ke manusia bila nyamuk betina tersebut menggigit. Dalam tubuh manusia, waktu yang
diperlukan virus ± 4-6 hari sebelum menimbulkan penyakit. (Intrinsic Incubation Period).
I. 4 Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue sampai saat ini masih
diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme
imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom
renjatan dengue. Virus dengue (Aedes aegypti), setelah memasuki tubuh akan melekat
pada monosit dan masuk ke dalam monosit. Kemudian terbentuk mekanisme aferen
(penempelan beberapa segmen dari sehingga terbentuk reseptor Fc). Monosit yang
mengandung virus menyebar ke hati, limpa, usus, sumsum tulang, dan terjadi viremia
(mekanisme eferen). Pada saat yang bersamaan sel monosit yang telah terinfeksi akan
11
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
mengadakan interaksi dengan berbagai system humoral, seperti system komplemen,
yang akan mengeluarkan substansi inflamasi, pengeluaran sitokin, dan tromboplastin
yang mempengaruhi permeabilitas kapiler dan mengaktifasi faktor koagulasi.
Mekanisme ini disebut mekanisme efektor.
Selain itu masuknya virus dengue akan membangkitakn respons imun melalui system
pertahanan alamiah (innate immune system), pada system ini komplemen memegang
peran utama. Aktifitas komplemen tersebut dapat memalui monnosa-binding protein,
maupun melaui antibody. Komponen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan
fagositosis, dekstruksi dan lisis virus dengue.
Untuk menghambat laju intervensi virus dengue, interferon α dan interferon β
berusaha mencegah replikasi virus dengue di intraselular. Pada sisi lain limfosit B, sel
plasma akan merespons melalui pembentukan antibodi. Limfosit T mengalami ekpresi
oleh indikator berbagai molekul yang berperan sebagai regulator dan efektor.
Limfosit T yang teraktivasi mengakibatkan ekspresi protein permukaan yang disebut
ligan CD40, yang kemudian mengikat CD40 pada limfosit B, makrofag, sel dendritik, sel
endotel serta mengaktivasi berbagai tersebut. CD40L merupakan mediator penting
terhadap berbagai fungsi efektor sel T helper, termasuk menstimulasi sel B
memproduksi antibodi dan aktivasi makrofag untuk menghancurkan virus dengue.
Infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks
virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi
makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T helper dan T sitotoksik sehingga
diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akn mengaktivasi
monosit sehingga disekresi berbagai mediator radang seperti TNF-a, IL-1, PAF (platelet
activating factor), IL-6 dan histamin yang menyebabkan terjadinya disfungsi endotel
dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi
kompleks virus-antibodi yang dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
12
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
13
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
I. 5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis virus dengue sangat bervariasi tergantung daya tahan tubuh dan
virulensi virus itu sendiri. Mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan tidak
spesifik (Undifferentiated Fever), Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue dan
Sindrom syok Dengue (SSD).
1. Demam Dengue
Pada demam dengue (DD) dapat dijumpai keadaan-keadaan berikut :
- Demam tinggi tiba-tiba (>39oC), menetap 2-7 hari, kadang bersifat Bifasik
- Muka kemerahan (Flushing Face)
- Nyeri seluruh tubuh ; nyeri kepala, nyeri belakang mata terutama bila digerakkan,
nyeri otot, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri perut
- Mual, muntah-muntah, tidak nafsu makan
- Timbul ruam merah halus sampai petekie
- Laboratorium terdapat leukopeni hingga trombositopenia
Namun demam dengue yang disertai perdarahan harus dibedakan dengan DBD. Pada
penderita demam dengue tidak ada tanda-tanda kebocoran plasma dan sebaliknya.
2. Demam Berdarah Dengue
Perbedaan DD dengan DBD terletak pada patofisiologi penyakit tersebut, di mana pada
DBD terdapat kelainan homeostasis dan perembesan plasma yang dibuktikan dengan
adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit.
Kriteria diagnosis DBD menurut WHO 1997 :
a) Klinis
- Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas
- Terdapat menifestasi perdarahan berupa ; uji turniket +, petekie, ekimosis,
purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan
atau melena
- Pembesaran hati (hepatomegali)
b) Laboratorium
14
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
- Trombositopenia (trombosit < 100.000/μl)
- Hemokonsentrasi ; peningkatan hematokrit >20%
Diagnosis ditegakkan dengan dua kriteria klinis + 1 kriteria laboratoris.
3. Sindrom Syok Dengue
Biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun biasanya antara hari ke 3
sampai ke 7). Gejala yang timbul sesuai dengan keadaan syok : Pasien tampak
gelisah, Akral dingin dan pucat, kulit lembab, Hipotensi, penurunan tekanan nadi
(<20 mmHg), Nadi cepat dan lemah, Turgor kulit menurun, Mata cekung,dan Pada
bayi ubun-ubun dapat terlihat cekung.
15
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
I. 6 Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemukan limfositosis
relative (>45% dari leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15%
dari jumlah total leukosit pada fase syok akan meningkat.
Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan peningkatan hematokrin ≥ 20% dari
hematokrin awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan AP, APTT, Fibrinogen, D- Dimer atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin
Dapat terjadi hipoalbuminemia akibat kebocoran plasma
Serologi
Dilakukan pemeriksaan serologi IgM dan IgG terhadap dengue, yaitu:
- IgM muncul pada hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3,
menghilang setelah 60-90 hari
- IgG terdeteksi mulai hari ke 14 (infeksi primer), hari ke 2 (infeksi
sekunder).
NS1
Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari 1- 3. Sensitivitas sama
tingginya dengan spesitifitas gold standart kultur virus. Hasil negatif antigen
NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue
B. Radiologi
Pada foto dada didpatkan efusi pleura, terutama pada hematoraks kanan
tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai
16
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi
lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan
efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
I. 7 Diagnosis
Kriteria DBD menurut World Health Organization (WHO) adalah demam (2-7 hari
terus-menerus atau bifasik), manifestasi pendarahan mayor ataupun minor,
trombositopenia (≤100,000/μL), dan bukti objektif dari peningkatan permeabilitas
kapiler (peningkatan hematokrit ≥20%), efusi pleura atau asites (dari hasil radiografi
torak, atau ultrasonografi), atau hipoalbuminemia. Kriteria shock dengue termasuk
kriteria DBD seperti hipotensi, takikardia, dan tekanan nadi yang rendah (≤20 mm Hg),
dan gejala perfusi yang rendah (ekstremitas yang dingin).Tahun 2009, WHO membuat
pedoman untuk mendiagnosis dengue yang probable dan dengue dengan peringatan,
dan dengue berat.
Diagnosis virologis ditegakkan melalui tes serologis, melalui deteksi protein virus
atau protein RNA atau melalui isolasi virus dari leukosit darah atau serum fase
akut.Diikuti dengan infeksi dengue primer atau sekunder, terdapat immunoglobulin anti
dengue (IgM) yang hilang setelah 6-12 minggu, yang menjadi penanda untuk
memperkirakan lamanya infeksi dengue.Pada infeksi sekunder, antibody yang dominan
merupakan IgG yang berpasangan dengan inhibisi hemaglutinin, fiksasi komplemen,
pemeriksaan enzyme.Saat ini pemeriksaan IgM dan IgG digunakan secara luas untuk
identifikasi antibody fase akut dari pasien dengan infeksi primer ataupun sekunder dari
contoh serum tunggal.Virus RNA dapat terdeteksi dalam darah dengan polymerase
chain reaction (PCR) atau by real-time polymerase chain reaction.Protein nonstructural
virus (NS1) dilepaskan oleh sel yang terinfeksi ke dalam sirkulasi dan dapat terdeteksi
saat pengambilan darah fase akut dengan menggunakan antibodi monoclonal ataupun
poliklonal.Deteksi NS1 dapat menunjukkan diagnosis fase akut dengue.
17
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
Klasifikasi :
Derajat Gejala Lab
DD Demam disertasi 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, artralgia
Leukopenia Trombositopenia,
tdk ada kebocoran plasma
Serologi
dengue
(+)
DBD I Gejala diatas, ditambah dgn uji bendung (+)
Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma
II Gejala diatas, ditambah dgn perdarahan spontan
Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma
III Gejala diatas ditambah dengan kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab, serta gelisah)
Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma
IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur
Trombositopenia (<100.000), bukti ada kebocoran plasma
I. 8 Tatalaksana
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dansebagaiakibat perdarahan.
Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa.
Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.
Penatalaksanaan dari demam dengue tanpa komplikasi berupa suportif. Tirah baring
dianjurkan selama periode demam.Antipiretik diberikan untuk menjaga suhu tubuh
<40°C.Analgesic dan sedasi ringan dapat diberikan untuk mengurangi nyeri.Aspirin
dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan pendarahan.Mengganti cairan dan
18
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
elektrolit diperlukan untuk kekurangan yang disebabkan keringat, puasa, haus, muntah,
dan diare.
Tatalaksana DBD dan DSS termasuk evaluasi segera tanda-tanda vital dan derajat
hemokonsentrasi, dehidrasi, dan gangguan elektrolit. Monitor ketat dilakukan selama 48
jam sebab shock dapat terjadi saat awal penyakit. Pasien yang sianosis atau nafas yang
tidak teratur harus diberikan oksigen.Pemberian cairan secara intravena seperti Normal
saline lebih efektif untuk menangani shock. Transfusi darah maupun platelet diperlukan
untuk mengontrol pendarahan, diberikan selama hemokonsentrasi tetapi setelah
hemoglobin dan hematocrit dinilai.Diagnosis dini dan memberikan nasehat untuk segera
dirawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka
kematian. Kunci keberhasilan tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para
dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu
(fase kritis, fase syok) dengan baik.
a. Demam Dengue
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien
Dianjurkan :
Tirah baring, selama masih demam.
Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan
Dianjurkan pemberian cairan danelektrolit per oral, jus buah, sirop, susu,
disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
Monitor suhu, jumlah trombosit danhematokrit sampai fase konvalesen.
Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tandapenyembuhan.
Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat
terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena
kemungkinan kita sulit membedakan antara DD dan DBD pada fase demam.
Perbedaan akan tampak jelas saat suhu turun, yaitu pada DD akan terjadi
penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi (syok).
Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada DD tanpa disertai gejala syok. Oleh karena
itu, orang tua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat, buang air besar
19
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan, perdarahan
gusi, apalagi bila disertai berkeringat dingin, hal tersebut merupakan tanda
kegawatan, sehingga harus segera dibawa segera ke rumah sakit. Pada pasien yang
tidak mengalami komplikasi setelah suhu turun 2-3 hari, tidak perlu lagi diobservasi.
b. Demam Berdarah Dengue
Perbedaan patofisilogik utama antara DD/DBD/SSD danpenyakit lain adalah
adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma
dangangguan hemostasis. Gambaran klinis DBD/SSD sangat khas yaitu demam tinggi
mendadak, diastesis hemoragik, hepatomegali, dan kegagalansirkulasi. Maka
keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis
yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang merupakan Fase awal
terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai
pemantauan perembesan plasma dangangguan hemostasis. Prognosis DBD terletak
pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang dapat diketahui dari
peningkatan kadar hematokrit.
Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit.Penurunan jumlah
trombosit sampai <100.000/pl atau kurang dari 1-2 trombosit/ Ipb (rata-rata dihitung
pada 10 Ipb) terjadi sebelum peningkatan hematokrit dan sebelum terjadi
penurunan suhu. Peningkatan hematokrit 20% atau lebih mencermikan perembesan
plasma dan merupakan indikasi untuk pemberian caiaran. Larutan garam isotonik
atau ringer laktat sebagai cairan awal pengganti volume plasma dapat diberikan
sesuai dengan berat ringan penyakit.
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat
simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau
nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan.
Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik
tidak dapat mengurangi lama ~demam pada DBD. Jenis minuman yang dianjurkan
adalah jus buah, air teh manis, sirup, susu, serta larutan oralit.
20
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
Tatalaksana DBD pada anak tanpa shock (menurut WHO) :
21
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
22
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
c. SSD
Syok merupakan Keadaan kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan yang
utama yang berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak
akan cepat mengalami syok dan sembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam.
Pada penderita SSD dengan tensi tak terukur dan tekanan nadi <20 mmHg segera
berikan cairan kristaloid sebanyak 20 ml/kg BB/jam seiama 30 menit, bila syok
teratasi turunkan menjadi 10 ml/kg BB.
Bagan Tatalaksana DBD dengan Syok
23
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
Kriteria memulangkan pasien
- Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
- Nafsu makan membaik
- Tampak perbaikan klinis
- Hematokrit stabil
- Jumlah trombosit >100.000
- Tidak dijumpai distress pernafasan (karena efusi pleura atau asidosis)
24
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
I. 9 Komplikasi
Pada umumnya infeksi primer dapat sembuh sendiri dan tidak berbahaya. Komplikasi
pada bayi dan anak usia muda biasanya berupa kehilangan cairan dan elektrolit,
hiperpireksia, dan kejang demam. Pada usia 1 – 4 tahun wajib diwaspadai ensefalopati
dengue karena merupakan golongan usia tersering terjadinya kejang demam. Kegagalan
dalam melakukan tatalaksana komplikasi ini, dapat memberikan jalan menuju DSS
(Dengue Shock Syndome) dengan tanda kegagalan sirkulasi, hipotensi dan syok
I. 10 Prognosis
Prognosis DBD tergantug oleh lamanya diagnosis dan pengobatan.Dengan adanya
perawatan intensif kematian dapat dihindari. Mortalitas cukup tinggi pada SSD.
I. 11 Pencegahan
1. Pemberantasan secara kimiawi
- Pengasapan (Fogging)
- Bubuk Abate
2. Pemberantasan secara hayati dengan menggunakan agen hayati : ikan cupang,
larva ikan nila
3. Pemberantasan dengan Gerakan 3M :
- Menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali, dan
menaburkan bubuk Abate ke dalamnya
- Menutup rapat tempat-tempat penempungan air
- Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan
25
Ilmu Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD KudusSetiadi Winata (406148069) – FK UNTAR
Daftar Pustaka
Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Infeksi Virus Dengue. Dalam : Buku ajar
infeksi & pediatrik tropis. Edisi ke-2. Jakarta: IDAI; 2008. h.155 – 181
World Health Organization. Infeksi Virus Dengue, Dalam : Buku saku pelayanan kesehatan
anak di rumah sakit:2009 h 162 - 167
World Health Organization: Strengthening implementation of the global strategy for
dengue fever/dengue haemorrhagic fever prevention and control. Report of the
Informal Consultation, World Health Organization, October 18–20, 1999, Geneva,
2000.
World Health Organization: Dengue Hemorrhagic Fever: Diagnosis, Treatment and Control,
2nd ed. Geneva, World Health Organization, 1997.
Gubler DJ: Dengue and dengue hemorrhagic fever. Clin Microbiol Rev 11:480, 1998.
Guzman MG, Kouri G: Dengue diagnosis, advances and challenges. Int J Infect Dis 8:69, 2004.
26